LAPORAN
Melaksanakan pertemuan pemangku kepentingan dalam membentuk Pusat Layanan LSM dan merumuskan pedoman / protokol mengenai pernyataan misi dan profil pelayanan Pusat Layanan LSM
Diskusi Kelompok Terfokus menyusun Konsep Hutan Kita Institute (HaKI) sebagai NGO Service Center di Sumatera Selatan
Palembang, Januari 2017
1
Halaman Judul Report Sub Kegiatan A.1.2.3
Conduct stakeholder meeting in establishing a NGO Service Center and formulate guideline/protocol on mission statement and service profile of the NGO Service Center.
Diskusi Kelompok Terfokus menyusun Konsep Hutan Kita Institute (HaKI) sebagai NGO Service Center di Sumatera Selatan Disusun Oleh : Tim Panitia Diskusi Kelompok Terfokus Koordinator /Konsultan Tim : BEJOE DEWANGGA Anggota Tim FAHRIZAL PULUNGAN MENIK SETYOWATI Laporan : Hutan Kita Institute (HaKI) OFFICE Jl. YUDO NO H8 RT 31 Kel Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp : +62(711)5732460
Program : FA Photo Cover
: Copyright Hutan Kita Institute 2017
Photo oleh
: Farhizal dan Bejoe Dewangga
2
Halaman Judul..........................................................................................................2 1. Pendahuluan......................................................................................................... 4 1.1. Latar Belakang...........................................................................................4 1.2. Tujuan Kegiatan :.......................................................................................5 1.3. Keluaran dan Capaian :..............................................................................5 2. METODOLOGI................................................................................................... 6 2.1. Waktu dan Tempat.....................................................................................6 2.2. Pemateri dan Fasilitator:............................................................................ 6 2.3. Panitia:....................................................................................................... 6 2.4. Metode:...................................................................................................... 7 2.5. Jadwal Kegiatan.........................................................................................7 2.6. Peralatan.....................................................................................................8 3. PROSES KEGIATAN......................................................................................... 9 3.1. Pembukaan.................................................................................................9 3.2. Pemateri..................................................................................................... 9 3.2.1. Materi Oleh Deddy permana......................................................... 9 3.2.2. Pemateri Abdul Wahid Situmorang...............................................11 3.2.3. Pemateri Manggara Silalahi.......................................................... 13 4. PENUTUP..........................................................................................................15 4.1. Kesimpulan.............................................................................................. 15 4.2. Rekomendasi............................................................................................16
3
1.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Hutan Kita Institute (HaKI) dalam 1 tahun terakhir bekerjasama dengan program BioClimate
–GIZ
dalam
mendorong
penguatan
kapasitas
kelembagaan
Masyarakat sipil dalam menjalankan visi dan misi yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan peningkatan ekomoni masyarakat local yang berwawasan lingkungan. Penting untuk dicatat bahwa pengelolaan hutan berkelanjutan dan proses pembangunan berkelanjutan memiliki hubungan yang kuat dengan Strategi Pengembangan Kapasitas. Untuk mengatasi masalah ini, proyek ini bertujuan untuk melakukan penilaian, merancang strategi pelaksanaan pengelolaan berkelanjutan Hutan Desa dan Hutan kemasyakatan. Proyek melibatkan instansi pemerintah, termasuk unit pengelolaan hutan (KPH), organisasi non-pemerintah, universitas dan pusat penelitian, sektor swasta, dan masyarakat lokal dalam melakukan seluruh penilaian kesenjangan kapasitas kelembagaan dan manajemen serta partisipasi individu, lembaga , dan masyarakat untuk implementasi perhutanan Sosial diantaranya Desa Hutan dan Hutan Kemasyarakatan. Proyek ini mendukung peningkatan kapasitas kelompok masyarakat untuk mencapai
perbaikan
berkelanjutan
dalam
kapasitas
dan
kinerja
dalam
pengembangan PHBM. Dalam konteks ini, proyek membangun sebuah NGO Service Center (NSC) yang dirancang untuk membimbing masyarakat untuk mencari dukungan keuangan dari donor, yayasan, dan sektor swasta internasional / nasional dalam mempromosikan restorasi hutan, perlindungan hutan, dan mata pencaharian yang berkelanjutan. proyek ini memfasilitasi Hutan Kita Institute untuk merumuskan pedoman / protokol pada pernyataan misi dan profil layanan dari NGO Service Center untuk masyarakat yang berkomitmen dan proaktif dalam pelaksanaan ide-ide mereka.
4
NGO Service Center akan memberdayakan kelompok masyarakat untuk membangun jaringan dan strategi mempromosikan potensi sumber daya hutan dan kegiatan menangulangi deforestasi dan degradasi hutan, dengan melakukan praktek-praktek terbaik, dalam Hal ini proyek akan memfasilitasi kelompok masyarakat dengan isu-isu spesifik mereka untuk menyerahkan konsep proposal ke donor (donor nasional/ internasional , yayasan dan sektor swasta)
untuk
dukungan keuangan. Rangkaian kegiatan ini sangat penting untuk dilaksanakan sebagai tahap awal untuk mewujutkan HUtan Kita Institute sebagai NGO Service Center di Sumatera Selatan.
1.2. Tujuan Kegiatan : 1.2.1. Menyusun konsep dan strategi HaKI sebagai NGO service center di Sumatera Selatan 1.2.2. Pertemuan dengan komponen konsorsium
Masyarakat sipil dalam
rangka menyusun konsep proposal yang akan diajukan ke pihak Donor yang relevan. Konsolidasi internal HAKI dalam menyusun dan merencanakan HaKI sebagai NGO service center di Sumsel. 1.3. Keluaran dan Capaian : 1.3.1. Tersusunnya strategi dan pedoman, pelayanan NGO service center di sumatera Selatan. 1.3.2. Adanya konsep proposal dan terbentuknya konsorsium Masyarakat sipil untuk menjalankan program secara bersama yang akan didorong ke Pihak Donor. Adanya rancangan strategi HaKI sebagai NGO yang akan menjalankan visi dan misi organisasi dan keberadaan HaKI sebagai NGO service Center di Sumatera Selatan.
5
2.
METODOLOGI
2.1.
Waktu dan Tempat Kegiatan Diskusi Kelompok Terfokus ini dilaksanakan pada tanggal 9 Januari 2017 di Hotel Daira Palembang Sumatera Selatan. Dengan peserta dari elemen NGO’s yang berada di Sumatera Selatan yaitu , 1.
LBH Palembang
2.
Solidaritas Perempuan Palembang
3.
Perkumpulan Tanah Air
4.
Perkumpulan Jejak
5.
Perkumpulan Lingkar Hijau
6.
Yayasan Bakau
7.
Perkumpulan Katulistiwa
8.
Yayasan Wahana Bumi Hijau
9.
Kemasda Ogan Ilir
10. Jaringan Masyarakat Gambut Sumatera Selatan (JMG) 2.2.
Pemateri dan Fasilitator: Dalam kegiatan ini, di fasilitasi dan pemateri oleh . 1). Dedi Permana, 2). Manggarai Silalahi, 3). Abdul Wahib Situmorang
2.3.
Panitia: Kepanitiaan dalam kegiatan ini sepenuhnya di hutan Kita Institute di bantu oleh Pengurus Sumatera Selatan, terdiri dari : 1.
Bejoe Dewangga
2.
Sigid Widagdo
3.
Ryas Ika
4.
Menik Setiowati
5.
Evi Kartini
6
2.4.
Metode: metode kegiatan ini menggunakan seminar, ceramah, diskusi, yang keseluruhannya dilaksanakan didalam ruangan.
2.5.
Jadwal Kegiatan WAKTU
ACARA
OBJEKTIF
PIC
Senin, 9 Januari 2017 08.30 – 09.00
Pembukaan dan Pengantar Kegiatan
Aidil
09.00 – 10.00
Penyampaian konsep awal mengenai bentuk kerjasama NGO di Sumsel dan potensi kerjasama dengan donor
1. Adanya bentuk gagasan atau konsep awal mengenai bentuk kerjasama NGO di sumsel, terasuk bentuk layanan yang dibutuhkan. 2. Adanya catatan potensi (Short list) donor yang sangat relevan, dan sudah menyatakan tertarik dengan isu di Sumsel.
Deddy
10.00 – 12.00
Diskusi dan pembahasan komponen Masyarakat Sipil dalam rangka penyusunan konsep proposal.
1. Adanya feedback dan pandangan NGO mengenai bentuk kerjasama dan model layanan NGO. 2. Adanya donor yang disepakati untuk di approach oleh NGO, dan PIC untuk finishing proposal
Adios/ Aidil
12.00 – 12.30
Rencana tindak lanjut
Adanya rencana tindak lanjut oleh NGO
Deddy
13.00 – 13.30
Penutup dan makan siang bersama
7
2.6.
Peralatan Peralatan yang digunakan dalam kegiatan lokakarya : 1.
Kamera
2.
Laptop
3.
ATK
4.
Kertas Flipchart
5.
Papan Flipchart
6.
LCD Proyektor
8
3.
PROSES KEGIATAN
3.1.
Pembukaan Kegiatan ini dibuka oleh Direktur Eksekutif Hutan Kita Institute Bpk Aidil Fitri,MA dengan ada beberapa point kalimat dalam pembukaan yaitu 1. Kegiatan ini untuk berdiskusi tentang konsep NGO service center 2. apa saja yang dibutuhkan, bentuk layanannya seperti apa, dan siapa saja yang akan dilayani dan siapa yang akan melayani 3. Sharing mengenai hasil diskusi hasil tahun lalu dengan perkembangan sekarang, sharing mengenai bagaimana service center itu
3.2.
Pemateri Dalam kegiatan ini ada 3 materi dari dari nara sumber yang merupakan narasumber dapat memberikan pencerahan tentang perkembangan NGO’s dan pengalaman-pengalaman dalam NGO’s yang ada di Indonesia. Ke-3 Narasumber tersebut adalah :
3.2.1. Materi Oleh Deddy permana Pada tahap pertama ini akan menjelaskan mengenai inisiasi pembentukan NGO service senter yang awalnya merupakan kerjasama antara HaKI dengan bioclime-giz di Sumatera Selatan. Yang pertama melakukan riset bersama tentang capacity building bagi NGO d Sumatera Selatan dan potensial donor yang bisa diakses untuk NGO dan berbagai pihak di Sumatera Selatan. Inisiasi ini dilakukan tahap awal pada saat 3 bulan pertama. HaKI bekerja sama dengan Bioclime-Giz untuk mendorong penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat sipil dalam menjalankan visi dan misi hubungan dan pola sumber daya alam yang berkelanjutan, peningkatan ekonomi masyarakat lokal dan lingkungan. Intinya adalah HaKI mempunyai visi dan misi dalam mengembangkan proses pendampingan, pengelolaan sumber daya alam berbasis lingkungan dan peningkatan ekonomi masyarakat lokal. Bioclime-Giz dalam konteks keberlanjutan dan bagaimana nanti pasca proses 9
pendampingan kegiatan project ini agar tetap berkelanjutan. Dari hasil riset ada data tentang kemampuan kapasitas NGO yang ada di Sumatera Selatan secara umum, bagaimana mereka mengakses sumber dana dan sebaran potensi donor menjadi support yang memungkinkan untuk diakses oleh kita, baik dari masyarakat secara langsung maupun dari NGO. Dalam proses yang dilakukan muncul NGO service center yang diinisisasi. Mengakses donor-donor penting dalam NGO, maka dari itu dengan tujuan tersebut dibentuklah NGO servis center. Kepentingan bioclime
yang
harus
dipikirkan
tentang
lokasi
yang
menjadi
pendampingan yang berkelanjutan. Dari studi yang diterapkan, menghasilkan bagaimana penilaian terhadap kemampuan CSO di Sumsel. Inisiatif NGO service center, ada pengutan kapasitas, ada kaderisasi, ada sumber daya alam. Memfasilitasi CSO, NGO untuk dukungan donor Nasional dan Internasional. Dari hasil studi isu legalitas masyarakat sipil banyak yang belum lengkap, hampir 95% belum memiliki rencana kerja yang jelas yang dituangkan dalam rencana kerja jangka pendek maupun jangka panjang. Kemampuan mendesain program dan proposal sudah melakukan training awal dan pelatihan secara bersama. Jaringan stakeholder yang belum berjalan dengan jangka panjang dan mempunyai konsep yang jelas. Hasil studi 3 bulan lalu ada isu perubahan iklim. Ada FPP, ICCTF, UNDP, dll. Dalam konteks isu ada yang konteks integritas bahwa pola sumber daya alam berkelanjutan. Pengelolaan hutan dan proses pembangunan berkelanjutan memiliki hubungan yang kuat dengan strategi pengembangan kapasitas. Meminta masukan bagaimana caranya, ini merupakan pembukaan saja apa itu NGO service center itu. Nanti akan ada lanjutan tentang bagaimana NGO service center itu.
10
3.2.2. Pemateri Abdul Wahid Situmorang Saya menyiapakan power point untuk kita bisa memberikan masukan kepada HaKI. Sebelum diskusi tentang NGO service center itu, tadi sudah diberikan kajian apa itu NGO service center itu. Ada 4 aktor, yaitu : -
Masyarakat
-
Masyarakat sipil,
-
Negara-pemerintah, parlemen, penegak hukum, keamanan dan pertahanan state auxiliary
-
Masyarakat-urban-rural, lokal-adat, miskin-kaya
tergantung sosiologi yang dipakai. Masyarakat sipil teorinya banyak sekali termasuk NGO. Kemudian parlemen, seperti KPK, yang merupakan lembaga tambahan Negara, lalu muncullah partai politik. Diawal pemerintahan Suharto masyarakat sipil menjadi aktor yang paling kuat dalam hubungan antar relasi. Dalam kondisi seperti yang sekarang sebagian besar NGO terpecah yang disebut sebagai fragmeted NGO, kalaupun ada NGO kelasnya tercerai kecil, lemah inovasi dan lemah data dan analisanya. Terkendala dana, terganggu dengan donor, belum berorientasi kepada hasil. Yang penting proses namun hasil juga penting. Kompetisi yang sanagat tinggi antar LSM, bahkan saling menjatuhkan. Konflik inetrnal yang tinggi terjadi begitu sumber dayanya mapan. Yang terakhir adalah turn up staff yang bagus diserap eksternal atau karena gaji rendah. Dari ini semua gagasan atau ide sudah terkalahkan oleh materi. Sementara bila kita mau eksis ke depan, isunya sangat cepat berubah. Menurut toeri Darwin : Yang menang bukan yang kuat, tetapi yang menang adalah yang bisa beradaptasi. Bila kita tidak tanggap, maka masyarakat sipil akan semakin lemah.
11
Isu kedepannya : -
Dari isu kedaulatan menuju berkelanjutan. Apaakah usaha untuk mengelola sumber daya alam itu bisa berlanjut. Ada gagasan terbaru, tabungan rakyat Muba. Bagaimana asetnya berubah menjasi aset dalam hal yang lain, sehingga minyak dan gas pendapatannya tdk habis dan bertambah. Oleh karena itu bila mau relevan, kita harus berfikir keberlanjutan. Muba sudah mulai dengan inisiatif tabungan rakyat muba.
-
Dari ekonomi ekspansi menuju intensifikasi.
-
Dari politik alokasi menuju ke dukungan kapasitas, yang penting adalah dukungan kewirausahaannya, bila di sektor kehutanan. Misalnya setelah sudah diberikan HD, HTR. Mana yang sukses, kita harus mencurahkan bagaimana kapasitas kewirausahaannya. Bicara tentang anti korupsi, bagaimana kita membantu mereka, tapi itu gaya untuk menakuti, seperti tentara, harusnya ke konfensional kalau tidak usaha ini tidak akan berlanjut.
-
Dari anti korupsi menuju pengembangan kapasitas para actor
-
Dari konvensional penegakan hukum ke inovasi, teknologi, multi door juga harus menjadi pemikiran teman-teman NGO di Sumsel, masyarakat sipil dalam suatu instansi Negara makin tidak memiliki peran.
Kalau HaKI mau menjadi NGO service center, maka harus ada prasyarat : -
Melalui string vision dan konsistensi dengan visi yang ditetapkan. Kenapa KPK lembaga yang paling dihormati, karena konsisten. Apabila tidak konsisten, maka orang akan menganggap bahwa kita tidak relevan lagi.
-
Personal yang kredible, proffesioanl dan bisa diandalkan. Apakah keahlian yang bisa diberikan (ini merupakan masukan untuk HaKI)
-
Jaringan luas antar NGO, ahli dan decision makers
12
-
Inovasi dan adaptasi serta transparan : sistem pengawasan solid, report kajian penting. Bila HaKI punya misi 1 juta hektar harus ada kajiannya.
Fokus NGO : -
Knowlage sharring dan capacity building
-
Fasilitasi pembuatan flatform isu atau agenda bersama
-
Intermediary (sangat penting dalam menjembatani kelembaga donor, pemerintah dsb)
-
Advokasi kebijakan kasus
3.2.3. Pemateri Manggara Silalahi Sharing : di Riau dimanika NGO cukup tinggi, sehingga bagaimana kita buat jaringan untuk menepis NGO, seperti apa apabila menjadi NGO service center. Bila di JIKALAHARI Riau, awalnya merupakan forum yang dibuat NGO berjumlah 20 orang, yang terdiri dari NGO, anggota mapala, anggota akademisi, tapi karena jaringan, maka para anggota ini membentuk NGO. Di Riau banyak terdapat perusahaan sawit dan tambang terbesar. Semua service center JIKALAHARI diatur dalam ART. JIKALAHARI cukup efektif dari sisi advokasi, ada sekretariat, riset dan semua info tersebut ada mekanismenya. Konsep membuat NGO service center, maka harus mendefinisikan, misalnya misi untuk hutan bagimana, untuk biodiversity seperti apa, itu perlu didiskusikan bersama, lalu di scooping apa saja kebutuhannnya, dari sisi data, dana, bagiamana capacity bulidingnya. Dari sini dianalisis menjadi sebuah konsep, setelah itu dibuat mekanismenya. Bagaimana pertanggung jawabannya, bagaimana memanagemennya, input data dan mengelolanya, meningkatkan kapasitas buildingnya.
13
Selalu ada perkembangan baik dari sisi pendanaan dan advokasi harus diukur. Pemetaan donor sudah dilakukan donor juga harus update. Oleh karena itu, HaKI tinggal mengatur aturan main terhadap : - Scooping - Analisis
14
4.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan Dari aktivitas kegiatan Diskusi Kelompok Terfokus selama setengah hari tentang konsep NGO’s senter di sumatera selatan ada beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Perlu adanya konsep NGO’s Center yang memfasilitasi lembagalembaga dalam kegiatan-kegiatan namun tidak harus membentuk lembaga baru 2. Adanya NGO’s Center ini untuk memberikan Knowlage sharring dan capacity building, Fasilitasi pembuatan flatform isu atau agenda bersama,
Intermediary
(sangat
penting
dalam
menjembatani
kelembaga donor, pemerintah dsb), dan Advokasi kebijakan kasus 3. Lembaga yang akan di jadikan NGO’s Center harus memiliki beberapa persyaratan yaitu Melalui string vision dan konsistensi dengan visi yang ditetapkan, Personal yang kredible, proffesioanl dan bisa diandalkan, Jaringan luas antar NGO, ahli dan decision makers, Inovasi dan adaptasi serta transparan, sistem pengawasan solid, report kajian penting. 4. NGO’s center ini untuk melayani pelbagai lembaga CSO yang ada di Sumatera Selatan dalam menyusun dan merencanakan kegiatan atau program kerja lembaga tersebut 5. Perlu adanya model pelayanan NGO’s center untuk mempermudah lembaga-lembaga CSO di Sumatera Selatan.
15
4.2. Rekomendasi Dari kegiatan ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain : 1.
Menyusun bentuk model pelayanan bagaimana yang diinginkan lembaga-lembaga yang ada di Sumatera Selatan
2.
Menyusun SOP dalam cara pelayanan terhadap lembaga-lembaga yang ada di sumatera selatan ?
3.
Menetapkan kriteria lembaga yang dilayani untuk masyarakat, CSO, dan NGO
16