~b1-
ISSN0216-3128
22
OPTIMISASI THORAX
PROTEKSI
DALAM
Relfi Yuliati daDMukhlis Akhadi
Helfi Yu/iali dun Mukh/is Akhadi
PEMERIKSAAN
21 "
FOTO
b )
Pus/itbangKese/amatanRadiasidan BiomedikaNuk/ir -Batan.Jakarta
ABSTRAK OPTIMISASIPROTEKSIDALAM PEMERIKSAANFOTO THORAX Te/ah di/akukan pene/itian untuk menerapkanazasoptimisasiproteksi do/amkegiatanpemeriksaanJoto thorax di rumahsakit Dokter Sarjito, Yogyakarta. Pene/itian di/akukan me/a/ui pendataan dosis radiasi yang diterima para pasien. Pengukurandosis radiasi di/akukan menggunakandosimeter thermo/uminesensi(T/D-/OO) 7LiF yang ditempe/kandi depan dado pasien. Tiga parameterpengoperasianpesawat sinar-X sangat berpengaruh terhadappenerimaandosisoleh pasien,yaitu teganganpuncak (kVp),intensitaskeluaranpesawatdan lama penyinaran. Karena intensitassinar-X ditentukanoleh arus /istrik (I) dalamfilamen yang ni/ ainya berorde mili Ampere (mA),dan lama penyinaran berorde detik (s), maka dua parameterterakhir dapat digabung dalam bentukperkalian antara arus dan waktu dengan satuan mA.s. Ada dua kelompokpasien yang menjalanipemeriksaanJoto thorax dengankondisi pesawatyang berbeda. Ke/ompokpertama menjalani Joto thorax dengan kVptinggi (101-103 kV) dan mA.srendah (2,3 -3.3 mA.s). Kelompokkeduamenjalani Joto thorax dengankondisi sebaliknya,yaitu kVprendah (52-64 kV) dan mA.stinggi (12-/6.3 mA.s). Hasi/ penelitian menunjukkanbahwa penggunaan kVp tinggi don mA.s rendah dapat mengurangipenerimaan dosispasienhingga20 % dibandingkankondisisebaliknya.
ABSTRACT OPTIMIZATIONOF PROTECTIONIN PHOTO THORAXDIAGNOSTIC. Researchto apply optimization ofprotection concepton P"l'tl' thorax ,i[agnosticactivity in Doher Sarjito Ho.\"pital.Yogyakarta.has been carried out. The researchwas carried out by surveyingradiation dosesacceptedby patients. Radiation doseswere measuredusing thermoluminescence dosemeter(TLD-JOO)of7LiF which attachedat thefront chest ofthepatients. Threeparameterson X-ray operation will influent toward radiation doseacceptedby thepatients.i.e. ..peak of voltage(kVp). out-put intensity of machineand irradiation time. Due to intensity of X -ray dependon electrical current (I) in filament which its value in the order of mili Ampere(mA). and time oj irradiation in the order ofsecond(s). the last two parameterscould be representedin theform of multiplication betweenelectrical current and irradiation time with unit ofmA.s. Thereare two groups of patienswhich undergophoto thorax diagnosticin different machinecondition. First groupwas treatedwith high kVp(JOI-J03 kV) and low mA.s (2.3- 3.3 mA.s). Second group was treated with low kVp (52-64 kV) and high mA.s(J2 -J6.3 mA.s). From the experimentit was obtainedthat treatmentwith high kVpand low mA.scould decreaseacceptedradiation dose ofpatients till 20 % lower compareto treatmentwith low kVp and high mA.s.
PENDAHULUAN P
enemuan Sinar-X oleh fisikawan Jennan Wilhelm C. Roentgen pacta tahun 1895 teryata mampu mengantarkan ke arah terjadinya perubahan mendasar dalam bidang kedokteran. Oalam kegiatan medik, Sinar-X dapat dimanfaatkan untuk diagnosa maupun terapi. Penggunaan radiasi pengion untuk keperluan diagnosa dalam bidang kedokteran disebut radiodiagnosa, yaitu suatu metode untuk mengetahui acta tidaknya kelainan rialam tubuh dengan menggunakan radiasi pengion, terutama sinar-X. Tennasuk dalam radiodiagnosa ini adalah pemeriksaan dengan computed tomography scanner (CT scan), fluoroskopi foto torax sinar-X konvensional dan radiografi anakill. Prinsip kerja semua metode tersebut menggunakan pesawat
sinar-X sebagaikomponen utamanya. Untuk tujuan medik, tubuh manusia yang pacta prinsipnya dapat dibedakan baik secara anatomi maupun fisiologi, pactamulanya merupakan obyek yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh mala. Namun dengan ditemukannya sinar-X, tubuh manusia temyata dapat diubah menjadi obyek yang transparan. Sinar-X mampu membedakan kerapatan dari berbagai jaringan dalam tubuh manusia yang di I ewatinya. Dengan penemuan sinar-X ini, informasi mengenai tubuh manusia menjadi mudah diperoleh tanpa perlu melakukan operasi bedah. Proses pembuatan gambar anatomi tubuh manusia dengan sinar-X dapat dilakukan pada permukaan film fotografi. Gambar terbentuk karena adanya perbedaan intensitas sinar-X yang mengenai
Prosldlng Pertemuan dan Presentasilimiah Penelitlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 7 -8 Agustus 2001
Helfi Yuliati dan Mukhlis Akhadi
ISSN 0216 -3128
pennukaan film setelah terjadinya penyerapan sebagian sinar-X oleh bagian tubuh manusia. Daya
serap tubuh terhadap sinar-X sangat bergantung pada kandunganunsur-unsuryang ada di dalam organ. Bayangan garnbar anatomi terbentuk karena adanya perbedaan kemarnpuan dalam menyerap maupun meneruskan sinar-X yang melalui organorgan tertentu di da!arn tubuh.
Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena terpapari sinar-X segera teramati tidak berselang lama dari penemuan sinarXI2]. Efek merugikan itu berupa kerontokan rarnbut daD kerusakan kulit. Pada tahun 1897 di Amerika Serikat di 1aporkan adanya 69 kasus kerusakan ku 1it yang disebabkan oleh sinar-X, sedang pada tahun 1902 angka yang dilaporkan meningkat menjadi 170 kasus. Pada tahun 1911 di Jennan juga dilaporkan adanya 94 kasus tumor yang disebabkan o!eh sinarXl]]. Meskipun beberapa efek merugikan dari sinarX telah teramati, namun upaya perlindungan terhadap bahaya penyinaran sinar-X tersebut belum terfikirkan. Ada kebutuhan mendasar yang memer-
lukan kesepakatan secara intemasional dalarn keselamatan radiasi. Standar Keselamatan Dasar (Basic Safety Standards)yang dikeluarkan bersarnasarna antara IAEA, ILO, NEA (OECD), WHO, PAHO dan FAO menjadi dasar untuk menyatukan pandangan dalam masalah keselamatan radiasi iniI4]. Dalam pemanfaatan teknik nuklir, faktor keselarnatan manusia hams mendapatkan prioritas utama. Sudah barang tentu pemanfaatannya akan lebih sempuma jika faktor kerugian yang mungkin timbul dapat ditekan serendah mungkin atau dihilangkan sarna sekali. Untuk mencapai tingkat keselarnatan maksimum dalarn penggunaan teknik nuklir ini, Komisi Intemasional untuk Perlindungan Radiasi (ICRP) menekankan pada tiga azas proteksi radiasi IS,6,7], yaitu : I.
Azas Jastiftkasi, yaitu setiap kegiatan yang dapat mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang cukup mendalam clan diketahui bahwa manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar dibandingkan dengan kerugian yang mungkin ditimbu 1kannya. 2. Azas Optimisasi yaitu paparanyang berasal dari 5uatu kegiatan hams ditekan serendahrendahnya dengan mempertimbangkan faktor ekonomi clansosial. 3. Azas PembatasanDosis Perorangan, yaitu dosis yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan tugas/kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan.
23
Optimisasi proteksi mencakup beberapa kegiatan[S,6,7], yaitu : (1) Penentuan kondisi radiologi sebelum memulai suatu pekerjaan yang dapat mengakibatkan terjadinya paparan r~?iasi pada manusia. (2) Perencanaan operasi agar dosis individu maupun kolektif dapat ditekan serendah mungkin dengan menghindari terjadinya penyinaran yang tidak diperlukan. (3) Penggunaan peralatan maupun perlengkapan yang memadai, serta (4) Mengikuti prosedur (baik prosedur penggunaan peralatan maupun prosedur kerja) yang telah disusun dan ditetapkan.
DASARTEORI Sinar-x dibangkitkan di dalam suatu tabung dengan cara menembakkan elektron cepat kepada target logam berat bemomor atom tinggi dan suhu lelehnya juga tinggi. Dalam pesawat sinar-X ini elektron yang dipancarkan oleh filamen panas dipercepat melalui tabung hampa menuju target tungsten ataU wolfram (W) yang diberi beda potensial positif tinggi terhadap sumber elektron. Elektron sebagai proyektil sebelum ditabrakkan dipercepat gerakannya dengan tegangan listrik berorde 102-106 Voltil). Ada tiga parameter pengoperasian pesawat sinar-X yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan dosis radiasi oleh pasien, yaitu tegangan puncak (kVp), intensitas keluaran pesawat dan lama penyinaran. Kualitas maupun energi sinar-X biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai tegangan yang digunakan dalam tabung pesawat[9). Semakin besar tegangan tabung akan semakin tinggi energi sinar-X yang dipancarkannya. Tabung yang dioperasikan pada tegangan puncak (kVp) 400.000 Volt (400 kilo Volt) misalnya, biasanya dinyatakan dengan kVp : 400 kV. Energi maksimum sinar-X yang dihasilkan oleh pesawat tersebut adalah 400 keY. Hanya- sebagian kecil keluaran sinar-X yang mencapai energi maksimum, sedang sebagian besarnya memiliki energi yang lebih rendah['O]. Pactasaat berkas elektron menabrak target, sebagian besar energi elektron hilang dalam bentuk panas, sebagian energi I ainnya hi I ang untuk memproduksi sinar-X, namun acta pula kemungkinannya semua energi kinetik elektron tersebut diubah menjadi foton sinar-X 11,9,10]. Dalam beberapa k~us, hanya sebagian keci I fraksi sinar-X dengan energi tertentu yang dapat dimanfaatkan, sedang fraksi sisanya dengan energi lebih rendah seringkali tidak diperlukanl'll. Untuk keperluan radiografi medis misalnya, fraksi sinar-X dengan energi sangat rendah tidak akan memberikan kontribusi terhadap hasil proses radiografi, tetapi dapat memberikan
Prosldlng Pertemuan dan Presentasl IImlah Penelltlan Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 7 -8 Agustus 2001
24
ISSN0216-3128
tambahan dosis radiasi yang sebetulnya tidak diperlukan. Untuk memperkecil penerimaan dosis radiasi oleh pasiendalampemeriksaan dengansinarX, pada jendela tempat keluarnya sinar-X (focal spot) biasanya diberi fi 1ter Al dengan ketebalan tertentu sebagai filter bawaan pesawat (inherent filter). Filter ini akan menyerapsinar-X berenergi sangat rendah (soft X-Rays), namun tetap nemeruskansinar-X berenergilebih tinggi yang bisa dimanfaatkanuntukradiografimedisl12J. Parameter kedua yang berpengaruh terhadapbesarkecilnya dosis radiasiyang diterima pasienadalahintensitaskeluaransinar-X. Intensitas sinar-X ini ditentukan oleh ams listrik (I) yang mengalir dalam filamen yang nilainya biasanya berorde mili Ampere (mA). Semakintinggi 1 akan semakintinggi intensitassinar-X yang dipancarkan. Namun peningkatannilai 1 ini tidak akanmengubah kualitas sinar-X yang keluar dari pesawat. Parameterketiga adalahlama penyinaran(t) dalam setiap kali pemeriksaan. Pe,i1yinaran ini biasanya berlangsungdalam orde detik (s). Semakinlama penyinaranakan semakinbesar dosis radiasi yang diterima. Untuk keperluanpraktis, dua parameter terakhir ini biasanya digabung dalam bentuk perkalianantara1dandengansatuanmA.s. Dalam kegiatanrutin permanfaatanSinarX untuk keperluandiagnostik,ketiga parametertadi dapat diatur untuk mendapatkankualtas gambar basil pemeriksaanyang terbaik. Namunpencapaian kualitastersebuthamsjuga diimbangidenganupaya melakukan penekananterhadap penerimaandosis radiasi oleh pasien yang diperiksa. Dengan demikian perlu dicari kondisi optimum untuk penyinaran sehinggakedua kriteria tersebutdapat dipenuhi. Dalam makalah ini akan dibahas hasil penelitian yang berkaitan dengan upaya menerapkan azas optimisasi proteksi dalam kegiatan medis pemeriksaan foto thorax di rumah sakit pokter Sadjito di Yogyakarta. Kriteria pencapaian optimisasi proteksi didasarkan pada penerimaan dosis yang bisa ditekan lebih rendah melalui pengatura.".--kVp dan mA.s pesawat sinar-X yang digunakan untuk pemeriksaan foto thorax.
TATA KERJA Dilakukan pendataan penerimaan dosis radiasi oleh pasien yang menjalani pemeriksaan foto thorax. Pendataan dilakukan bersamaan dengan kegiatan rutin pelayanan pemeriksaan foto thorax yang diberikan oleh rumah sakit Dokter Sardjito.
Helfl Yuliati dun Mukhlis Akhadi
Dosis radiasi yang diterima pasien diukur menggunakandosimeterthermoluminesensi(TLD100) 'LiF yang ditempelkan di depandada pasien. Dengan cara ini, kondisi penyinaran pasien akan sarna dengan kondisi penyinaran dosimeter, sehinggadosis radiasi yang diterima pasien sarna dengandosisyang terekarnolehdosimeter. Dilakukan pengelompokanterhadappasien yang menja1anipemeriksaanfoto thorax. Ada dua kelompok pasien yang menjalani pemeriksaan dengankondisipengoperasianpesawatsinar-Xyang berbeda. Kelompokpertamamenjalanipemeriksaan foto thorax dengan kVp tinggi (101-103 kV) dan mAs rendah (2,3 -3,3 mA.s). Kelompok kedua menja1anifoto thorax dengan kondisi sebaliknya, yaitu kVp rendah (52-64 kV) dan mA.s tinggi (1216,3 mA.s). Dengan membandingkanjumlah penerimaandosis radiasipadakeduakelompoktadi, dapat ditentukan teknik penyinaran terbaik yang sesuai dengan azas optimisasi proteksi, sehingga lebih arnan bagi pasientanpa mengurangikualitas garnbaryangdiperoleh.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan .dari optimisasi proteksi adalalt untuk mendapatkanbasil optimum yang meliputi kombinasi penerimaan dosis yang rendah, baik individu maupun kolektif, minimnya resiko dari pemaparan radiasi yang tidak dikehendaki serta biaya yang murah'S,6J. Setiap kegiatan yang memerlukan tindakan proteksi, terlebih dahulu harus dilakukan analisa optimisasi proteksi yang sangat menekankan pada pertimbangan faktorfaktor ekonomi dan sosial, daD tidak semata-mata menekankan pada rendahnya penerimaan dosis radiasidenganmenempuhjalan apapun. Oalam kegiatan radioadiagnostik seperti pemeriksaan rota thorax, optimisasi proteksi dimaksudkan untuk menekan serendah mungkin pemerimaandosis radiasi baik oleh pekerja maupun pasien. Untuk kepentinganpekerja, tiga prinsip dasar proteksil13J,yaitu pengaturan jarak, waktu maupunpenggunaanpenahanradiasi dapat dipakai untuk menekanpenerimaandosis radiasi. Sedang untuk menekan penerimaan dosis radiasi oleh pasien, dapat ditempuh melalui pengaturan penyinaranselama menjalanipemeriksaan. Oalam hal ini, pemeriksaan dengan sinar- X hams dilaku~anpada kondisi tertentusehinggadihasilkan kualitas gambar yang baik daD dapat dianalisa, namunharus dibarengipula denganupaya mencari kondisi penyinaranyang memberikandosis radiasi terendah. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pengaturantegangan operasi pesawat,pengaturan
Prosiding Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 7 -B Agustus 2001
intensitaskeluarandaDweaktuirradiasi. Data hasil pengukurandosis radiasi yang diterima pasiendenganberatbadanantara55-65 kg yang menjalani pemeriksaanrota thorax dengan kondisi operasi pesawatpada kVp 52-64 kV daD perkalian arus waktu 12-16,3mA.s. adalah seperti disajikan pada Tabel I. Pemeriksaa~pasien ini dilakukan pada kondisi kVp rendah denganmA.s. tinggi. Ada 1Opasiendalam kelompokpertamaini yang didata dengan penerimaan dosis radiasi bervariasi dari 0,145 mGy (52 kV/13,6 mA.s.) hingga0,202 mGy (56 kV/16,3 mA.s.) dengandosis rata-ratanyasebesar0,168mGy.
penerimaandosis oleh pasienrata-ratasebesar0,032 mGy atau 3,2 mrad, yang berarti terjadi pengurangan penerimaandosis radiasi sekitar20 %, tingkatpenguranganyang cukup berarti ditinjau dari sudutproteksi.
Tabel 2. Data penerimaaan dosis radiasi o/eh pasienyang menja/anipemeribaan foto thorax dengan kVp tinggi dan mA.s.
rendah
Tabel 1. Data peneriamaan dosis radiasi oleh pasien yang menjalani pemeriksaan foto thorax dengan kVp rendah don mA.s.tinggi NO.
KVp
-~
Lx! (mA.s.)
Dosis (mGy)
54 56 52 54 64
Program optirnisasi proteksi
56 54 54 52 53
diuraikan tadi perlu dilakukan mengingat sebagian besar kasus medis memerlukan diagnosa lebih lanjut melalui pemotretan dengan sinar-X. Pemeriksaan foto thorax juga dikaitkan dengan program penerimaan pegawai barn pada suatu instansi, terntama instansi pemerintah yang mewajibkan caJon pegawai untuk melengkapi data kesehatannya dengan pemeriksaan foto thorax.
Data hasil pengukurandosis radiasi yang diterima pasien kelompok kedua yang menjalani rota thorak dengankondisi pesawatpada kVp 101103 kV dan perkalian arus-waktu2,3-3,3 mA.s. adalahsepertidisajikanpada Tabel2. Pemeriksaan pasienini dilakukanpadakondisi kVp tinggi dengan mA.s. rendah,merupakaankebalikan dari kondisi pertama. Ada 9 pasienyang didata dengan dos.!s radiasiyang diterimanyabervariasidari 0,109 mGy (102 kV/2,6 mA.s.) hingga 0,177 mGy (102 kV/3,3 mA.s.), dengan dosis rata-ratanyasebesar0,136
seperti
Dengan azas optimisasi ini diharapkan bahwa dosis yang diterima seseorang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi pengion tetap dapat ditekan serendah mungkin dengan biaya yang terjangkau. SebaI iknya penekanan semata-mata pada penerimaan dosis yang sangat rendah oleh pekerja dengan menempuhja I an apapun dengan biaya yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi tidak termasuk dalam azas optimisasi ini.
mGy.
KESIMPULAN
Dengan membandingkan data penerimaan dosis seperti disajikan pada Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa pengoperasian pesawat sinar-X diagnostik dengan kVp tinggi dan mA.s rendah dapat memperkecil penerimaan dosis radiasi oleh pasien yang menjalani pemeriksaan foto thorax. Dengan membandingkan dosis rata-ratanya, terdapat perbedaan dosis yang cukup signifikan dari kedua kondisi pengoperasian pesawat. Pengaturan kondisi operasi pesawat secara tepat dapat mengurangi
Optimisasi proteksi dalarn.. kegiatan pemeriksaan foto thorax dapat ditempuh melalui pengaturan kondisi pengoperasian pesawat sinar-X yang meliputi pengaturan tegangan puncak, keluaran intensitas sinar-X serta waktu irradiasi pasien. Cara ini mampu menekan penerimaan dosis pasien hingga sekitar 20 % tanpa memerlukan biaya tambahan, yang beararti sesuai dengan azas optimisasi yang direkomendasikan oleh ICRP.
Prosldlng Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 7 -8 Agustus 2001
Helft Yuliati dan Mukhlis Akhadi
ISSN 0216 -3128 --
26
Program optimisasi proteksi menjadi sangat penting mengingat luasnya pemanfaatan pemeriksaanrota thorax dalam bidang kesehatan. Pemerintah misalnya, merencanakan untuk melengkapidengan pesawatsinar-X diagnostik di masa mendatang pacta setiap Pusat Kt'sehatan Masyarakat (puskesmas)setingkat kecamatan di seluruhIndonesia. Kegiatanini dapatmeningkatkan dosis kolektif pactamasyarakatyang cukup berarti apabila tidak diimbangi dengan program proteksi radiasi yang memadai. Peningkatandosis kolektif ini tentu akan memperbesarpeluang munculnya efek negatif oleh radiasipengionterhadapkesehatan masyarakat.
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkanterimakasihkepada Pimpinan Rumah Sakit Dokter Sardjito di Yogyakarta, atas kesempatan,penggunaansegala fasilitasdaDbantuannyayang telah diberikan untuk melaksanakanpenelitian ini. Ucapan terimakasih disampaikanjuga kepada Bapak dr. Abdul Latif, Kepala Unit Radiologi R.S. dr. Sardjito, beserta seluruh-stafyang telah memberikanbantuantenaga sertakerjasamanyayang baik selamapenelitian ini dilakukan.
Dose Limit for Practices, RCA Workshop on the Application of ICRP's 1990 Recommendationsfor Radiation Protection, Kuala Lumpur (August,1993). 8. TAYLOR, J.Rand ZAFIRATOS, C.D., Modem Physics for Scientistsand Engineers,Prentice Hall, Engelwood Clifts, New Jersey 07632 (1991). -.KRANE, K, Fisika Modem (terjemahan oleh Q Hans. J. Wospakrik dan Sofia Niksolihin), Penerbit Universitas Indonesia, Salemba 4, Jakarta10430(1992). 10. GAUTREAU, R and SAVIN, W., Fisika Modem (terjemahan oleh Hans. J. Wopspakirk), Penerbit Erlangga, Jakarta (1995). 11. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Absorbed Dose Detennination in Photon and Electron Beams an International Code (If Practice, Technical Reports Series No.277, IAEA, Vienna (1987). 12. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Manual of Dosimetry in Radiotherapy~ TechnicalReportSeriesNo. 110, lAEA, Vienna(1970). 13. CHEMBER, H, Introductionto HealthPhysics, PergamonPress,New York (1987).
DAFfARPUSTAKA. 1. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Protection Against I('~!zing Radiation from External Sources Used in Medicine, ICRP Publication 33, Pergamon Press,Oxford (1981). 2.
3.
ANONIM, Health Effect of Exposureto Low Level of Ionizing Radiation, HEIR V National AcademyPress,Washington,D.C (1990). MARTIN, A. and HARBINSON, S.A., An Introduction to Radiation Protection (3rd Edition), Chapmanand Hall, London(1986).
4. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, InternationalBasic SafetyStandards of Protection Against Ionizing Radiation and for the Safety of Radiation Sources, Safety SeriesNo.115,IAEA, Vienna (1996). 5. INTERNATIONAL ATOMIC AGENCY, Optimization of Protection,IAEA, Vienna (1986).
ENERGY Radiation
TANYAJAWAB Dwiwahini Nurhayati -pengaruh dosis terhadap kebal tubuh pasien ? -Berapa dosis radiasi dilakukan foto Thorax
yang
aman
sewaktu
Helfi Yuliati
-Pengaruh dosis terhadapteba/tubuhpasienpada pengambi/anfoto thorax, tergantung dengan teba/ tubuh pasien. Untuk pG!;i~nyang kurus dosis yang diberikan /ebih rendah dibanding denganpasienyang bertubuhgemuk. -Untuk pengembi/an foto thorax tidak ada batasan yang diberikan, namun harus diusahakan penerimaandosis serendahmungkin untuk hasi/ foto yang optima/.
6.
ANON 1M, ICRP PublicationNo.60, Bethesda, USA (1990). 7. PILLA Y, K.C., Justification,Optimizationand
-
Prosldlng Pertemuan dan Presentasl IImlah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta. 7 -8 Agustus 2001
Helfi Yuliati don Mukhlis Akhadi
ISSN 0216 -3128
Tunjung lndrati Y. -Berapa % toleransi batas keamanan alat pengukuran rota thorax dengan menaikkan kVp daD mohon dijelaskan apakah pihak pengguna dapat mengikuti adanya fakta penurunan dosis radiasi yang diterima pasien.
,.
27
Relfi Yuliati -Dari informasi yang diterima dari operator batas maximum penggunaan kVp, dari hasil pengukuran dengan pemakaian J02 toleransi keamanannya 93%.. Dari hasil yang diperoleh akan di informasikan ke pihak pengguna sebagai acuanl pertimbangan untuk penurunan dosis yang diterima pasien.
Proslding Pertemuan dan presentasl IImiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta. 7 -8 Agustus 2001