Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
PROSPEK USAHA PETERNAKAN RAKYAT DI AGROEKOSISTEM RAWA PASANG SURUT (Prospect of Traditional Livestock Enterprises in Swamp Agro-Ecosystem) RACHMAT HENDAYANA Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor
ABSTRACT This study aimed to assess the prospect of livestock smallholder enterprises in swam area of South Sumatera . Data were collected through Rapid Rural Appraisal (RRA) in South Sumatera in 1999, involve at 60 random selected farmers as respondent who are interviewe and the SWOT analysis approach use in this discusses. The results of this study are show that, generally, livestock is common farmer effort in swam area as income source alternative beside food crops as main effort . Livestock income contribution of agriculture income and farmer total income is about 15.4 and 12.5 percent respectively . It is also prepared labor force for cultivation and work opportunity. Strengthening to raise livestock sustainability in swam area-supported availability for local woof resources and local institutions. But there were weaknesses, namely lack of supported market and transportation infrastructure. The potential opportunity is labor market weakness at non-agricultural sector, means labor market trend coming agricultural sector. The threats are never link with industrial sector; community social condition is not conducive and less input distribution services . Its conclusions the prospect of traditional livestock in swam agro-ecosystem have opportunity performance improvement . The livestock is potential farming system component in crop livestock systems (CLS), which is development and suggestion to technical guidance and support investment . Key words : Smallholder livestock, swam area, prospective, CLS, SWOT, South Sumatera PENDAHULUAN Wilayah beragroekosistem lahan rawa pasang surut di Sumatera Selatan (Sumsel) mempunyai potensi sumberdaya alam relatif baik dan dapat merupakan ajang pembangunan pertanian masa depan, karena terbukti memiliki potensi untuk pengembangan usaha pertanian (ISMAIL at al., 1993). Luas wilayah pasang surut di Sumsel luasnya mencapai 11,95% dari total luas Sumsel atau sekitr 1,35 juta hektar. Dari luas tersebut sudah direklamasi untuk mendukung program transmigrasi sekitar 330 ribu hektar yang menampung sekitar 66,5 ribu KK transmigran . Petani di wilayah ini umumnya telah biasa melakukan usaha temak disamping berusahatani. Sistem integrasi tanaman-ternak atau "crop livestock system (CLS)" yang dewasa ini menjadi pola acuan dalam upaya peningkatan nilai tambah bagi keluarga tani telah lama terjadi dan terjalin dengan baik di tengah masyarakat tani. Namun integrasi yang terjadi lebih banyak pada penggunaan temak sebagai tenaga kerja dan pengolah tanah, kotoran untuk kesuburan tanah dan jerami padi sebgai pakan temak tanpa adanya rekayasa teknologi (DEP. PERTANIAN, 2002) Beberapa jenis temak ruminansia (sapi dan kambing) dan unggas terbukti cocok dikembangkan di wilayah lahan rawa pasang surut dengan dukungan sumberdaya lokal berupa pakan hijauan, limbah
pertanian, ramban, dan lain-lain yang cukup tersedia . Disamping itu keterampilan penduduk dalam memelihara ternak relatif baik. Pertanyaannya adalah (a) Apakah potensi usaha ternak rakyat di lahan rawa pasang surut tersebut berpeluang untuk dikembangkan secara berkelanjutan?, Apakah dapat menjadi sumber tambahan pendapatan disamping usahatani tanaman pangan sehingga petani mampu mengatasi krisis daya beli masyarakat akibat terjadinya krisis ekonomi ? dan (b) kendala apa saja yang dihadapi petani dalam usaha temak di lahan rawa pasang surut?. Penelitian ini bertujuan mengetahui prospek usaha peternakan rakyat di agroekosistem rawa pasang surut dan hasilnya akan menjadi masukan dalam kebijaksanaan pengembangan usaha ternak di lahan rawa pasang surut. METODOLOGI Makalah ini dikembangkan dari sebagian hasil penelitian tentang karakterisasi lahan rawa pasang surut oleh Pusat Penelitian Sosial . Ekonomi Pertanian tahun 1999 di Sumsel dengan pendapatan Rapid Rural Appraisal (RRA) yang melibatkan 60 orang petani yang terpilih secara acak sebagai responden . Pembahasan dilengkapi dengan data sekunder dari berbagai instansi terkait yang relevan.
251
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
data dilakukan secara deskriptif Analisis menggunakan bantuan tabulasi siiang, dipertajam dengan analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Untuk keperluan analisis kuantitatif, masing-masing faktor (internal dan eksternal) diberi skor yang merupakan perkalian nilai bobot kali skala. Besaran nilai bobot berkisar antara 0,01 hingga nilai 1, sedangkan skala berkisar antara 1 (= buruk) dan 4 (= baik) mengikuti cara yang dilakukan RANGKUTI (1998) dan FARDIAZ (1999) . HASIL DAN PEMBAHASAN Profil agroekosistem lokasi penelitian Wilayah agroekosistem rawa pasang surut di Sumsel yang menjadi lokasi penelitian meliputi empat wilayah yakni Delta Telang, Delta Saleh, Karang Agung Tengah dan Sugihan Kanan. Wilayah tersebut memiliki kedalaman pirit antara 40-100 cm, memiliki kedalaman air tanah antara 50-100 cm. Sementara itu dari segi tipe luapannya mayoritas wilayah penelitian memiliki tipe luapan B/C (Tabel 1) . Jenis ternak yang dipelihara meliputi ternak ruminansia (sapi, kambing) dan unggas, dengan ratarata pemilikan seperti ditampilkan dalam Tabel 2. Jems ternak yang populer di lahan rawa pasang surut adalah sapi dan ayam. Sapi dimanfaatkan sebagai sumber tenaga kerja dalam pengolahan lahan sedangkan ayam merupakan ternak tradisional yang sudah melekat dengan kehidupan mereka semenjadi dari daerah asal yaitu sebagai sumber uang tunai dan konsumsi. Dilihat dari sumbangannya terhadap pendapatan sektor pertanian, usaha ternak tersebut sumbangannya terhadap pendapatan pertanian dan total pendapatan petani relatif besar yakni masing-masing sekitar 14,5 dan 12,5% . Jika dilihat dari jenis ternak dan sumbangan terhadap pendapatan pertanian, tampaknya didominasi oleh temak sapi dan aya i. Sumbangan kedua jenis ternak tersebut terhadap total pendapatan usaha temak Tabel 1. Keragaan agroekosistem di lokasi penelitian, Lokasi Delta Telang 1 Delta Saleh Karang Agung Tengah Sugihan Kanan Sumber : Manti, 1.,
252
1998
masing-masing 43,27 dan 30,73% dari total sumbangan ternak . Sementara itu sumbangan pendapatan dari jenis ternak lainnya hanya berada pada kisaran antara 0,5% sampai 9,08% (Tabel 3). Potensi, peluang dan kendala pengembangan ternak Keberlanjutan usaha pengembangan temak di lahan rawa pasang surut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara garis besar dipilah menjadi dua yakni faktor "internal" dan "eksternal" . Faktor internal petani dapat berupa kekuatan (strengthen) maupun kelemahan (weaknesses) petani, sedangkan faktor "eksternal" berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) . Unsur kekuatan petani yang mendukung keberlanjutan usaha ternak di lahan rawa pasang surut antara lain (a) sumberdaya pakan yang tersedia cukup berupa pakan hijauan ternak, limbah pertanian, ramban, dll, (b) pengetahuan dan keterampilan petani dalam usaha ternak cukup memadai, (c) motivasi dalam melakukan usaha ternak cukup baik, dan (d) adanya pembinaan dari aparat pembina yang sinambung dan baik. Sementara itu peluang keberlanjutan usaha temak di lahan rawa pasang surut didukung oleh kebijaksanaan pemerintah untuk mengembangkan usaha pertanian termasuk didalamnya usaha ternak di lahan rawa pasang surut, dan adanya dukungan institusi lokal. Adapun yang menjadi kelemahan dalam usaha temak di lahan rawa pasang surut adalah a) aksesisibilitas wilayah yang relatif kurang baik, (b) sarana angkutan kurang, (c) kualitas sumberdaya lahan rendah, (d) pasar input dan pasar output kurang mendukung, (e) skala usaha relatif kecil, dan (f) modal usaha yang dimiliki petani umumnya kurang. Unsur yang menjadi ancaman bagi keberlanjutan usaha temak adalah (a) belum adanya keterkaitan usaha dengan sektor industri, (b) kondisi sosial masyarakat relatif kurang kondusif, dan (c) pelayanan penyaluran sarana produksi relatif kurang .
1999 .
Kedalaman pirit (cm)
Kedalaman air tanah (cm)
50 50
50-100 80
40-60 90-100
60-100 90-100
Tipe luapan (ha) Luapan A 2789
1820 0 0
Luapan B/C 6 .620 4 .616 3 .499 5 .000
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
Tabel 2. Penrilikan temak di lokasi penelitian Proporsi responden yang memiliki ternak (%) 34 15 69 7,8 4,4
Jenis Ternak 1. 2. 3. 4. 5.
Sapi Kambing Ayam Itik Entog
Rata-rata jumlah ternak per keluarga responden (ekor) 1,2 1,6 21,6 4,8 14
Sumber: Data primer, 1999 Tabel 3. Sumbangan pendapatan temak menurut jenis temak per tahun Jenis Temak 1. Sapi 2. Kerbau 3. Domba 4. Kambing 5. Ayam 6. Itik 7. Telur ayam buras 8. Telur Itik Jumlah Sumber :
ANa rrro at al .,
Volume (Rp)
Proporsi
112 .092,00 23.530;00 1 .285,00 12.901,00 79.617,80 17.455,60 4.537,50 7.638,00 259.056,00
43,27 9,08 0,50 4,98 30,73 6,74 1,75 2,95 100
1998
Analisis SWOT dengan penilaian kuantitatif terhadap kondisi tersebut (Tabel 4), menghasilkan suatu gambaran bahwa nilai faktor kekuatan lebih tinggi dari pada nilai kelemahan, artinya kegiatan usaha temak di wilayah beragroekosistem lahan rawa pasang surut memiliki potensi untuk dikembangkan. Skor terendah pada unsur kekuatan adalah pengetahuan dan keterampilan petani dan unsur kegiatan pembinaan kepada petani . Dengan demikian kedua unsur ini perlu mendapat perhatian dalam kebijakan pengembangan usaha ternak . terhadap Pengaruh faktor luar (eksternal) pengembangan usaha ternak cukup banyak, baik yang sifatnya merupakan peluang maupun kendala atau ancaman. Salah satu peluang bagi keberlanjutan usaha ternak di lahan rawa pasang surut adalah melemahnya pasar kerja di sektor non pertanian yang berarti akan adanya kecenderungan pasar kerja yang masuk ke sektor pertanian, salah satunya sub sektor peternakan. Jika dilihat dari total skor nilai faktor internal (2,48) dan nilai faktor eksternal (2,75), mengindikasikan bahwa keberlanjutan usaha ternak di wilayah beragroekosistem lahan rawa pasang surut masih perlu untuk terus ditingkatkan kinerjanya.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disusun 4 strategi alternatif pengembangan usaha temak di lahan rawa pasang surut sebagai berikut: (a) Mengembangkan usaha ternak melalui optimalisasi sumberdaya lahan, modal dan tenaga kerja dengan penekanan lebih diarahkan untuk ekspansi (perluasan usaha) sebagai cabang usaha dan usaha pokok. (b) Berupaya meminimalkan berbagai kelemahan untuk meraih peluang melalui konsolidasi usaha sehingga berbagai kelemahan yang ada dapat diatasi. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah mendorong terbentuknya suatu pengelolaan pemasaran input dan output usaha secara kolektif di bawah satu manajemen. © Melakukan diversifikasi usaha sebagai langkah antisipasi dari kemungkinan gagalnya usaha temak, dan (d) Memberikan bantuan teknis dan bahkan jika perlu dilakukan restrukturisasi kegiatan usaha tenak, mendorong tumbuhnya investasi .
253
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 Tabel 4. Analisis SWOT terhadap usaha ternak rakyat di lahan rawa Pasang Surut Uraian Faktor Internal Kekuatan : a. Pakan b. Pengetahuan dan keterampilan petani c. Motivasi bersaha tani d. Pembinaan kepada petani Sub total skor Kelemahan : a. Aksesibilitas wilayah b. Alat transfortasi c. Sumberdaya lahan d. Pasar Input dan pasar output e. Skala usaha f. Modal usaha Sub total skor
Total skor faktor internal Faktor Eksternal Peluang: a. Kebijakan pemerintah tentang pendanaan b. Nilai rupiah melemah terhadap dollar c. Kerjasama dengan pihak LSM d. Pasar kerja melemah e. Institusi Lokal Sub total skor Ancaman a.Keterkaitan usaha dengan sektor industri b.Kernitraan dengan pihak swasta c. Pertumbuhan ekonomi d.Kondisi sosial masyarakat e.Pelayanan penyaluran sarana produksi Sub total skor Total skor faktor ekstemal KESIMPULAN DAN SARAN Prospek usaha ternak di wilayah beragro-ekosistem lahan rawa pasang surut (khususnya di Sumatera Selatan) memiliki peluang ditingkatkan kinerjanya, mengingat potensi sumberdaya yang dimiliki dan adanya dukungan kebijakan pemerintah serta dukungan institusi lokal yang positip. Disamping itu potensi peternakan merupakan komponen intensifikasi usaha tani tanaman dalam pola usahatani tanaman-temak atau crop-livestock systems yang terus makin berkembang . Untuk mendukung keberlanjutan usaha ternak di wilayah beragroekosistem lahan rawa pasang surut, diperlukan langkah-langkah operasional melalui optimalisasi sumberdaya yang tersedia, melakukan konsolidasi usaha, diversifikasi usaha (horizontal maupun vertikal), memberikan dukungan faktor teknis berupa perbaikan/peningkatan sarana transfortasi dan
25 4
Bobot
Skala
Skor
Ketr.
0,16 0,10 0,14 0,08 0,48
4 3 3 4
0,64 0,30 0,42 0,32 1,68
baik cukup cukup baik
0,14 0,12 0,06 0,02 0,08 0,10 0,52
2 2 1 2 1 1
0,28 0,24 0,06 0,04 0,08 0,10 0,80
kurang kurang rendah kurang kecil kurang
1,00
2,48
0,17 0,15 0,10 0,08 0,13 0,63
3 4 3 3 4
0,50 0,58 0,31 0,25 0,50 2,15
mendukung merosot mulai tenaga kerja mendukung
0,08 0,10 0,04 0,06 0,08 0,38 1,00
2 2 2 1 1
0,17 0,21 0,08 0,06 0,08 0,60 2,75
belum ada belum ada rendah beragam kurang
pemasaran hasil ternak serta meningkatkan bimbingan kepada para petani peternak, maupun dorongan tumbuhnya investasi. DAFTAR PUSTAKA ANANTo, E. dan TRw ALIHAMSYAH . 1998 . Prospek Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Modern di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Proyek Pengembangan SUP Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. DEPARTEMEN PERTANIAN. 2002. Sekelumit "Sistem Integrasi Padi-Temak" pada Pameran Padi Nasional di Sukamandi. Direktorat Pengembangan Petemakan Direktorat Jenderal Bina Produksi Petemakan. ISMAIL, INu, G., TRIP ALIHAMSYAH, IPG WIDJAYA ADHI, SuwARNO, TATI HERAWATI, RIDWAN T. dan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 D.E .SIANTuRI . 1993 . Sewindu Penelitian Pertanian di Lahan Rawa, Kontribusi dan Prospek Pengembangan . Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa-Swamp 11 . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
MANTI, 1., 1998 . Pengkajian Sisterm Usaha Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut Wilayah Delta Telang Sumatera Selatan. Laporan Lapang. Proyek Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumetera Selatan.
FARDiAz, D. 1999 . Lokakarya Partisipatif. Modul Analisis SWOT . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
RANGKUTI, F., 1998 . Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis, Edisi ke 3, Jakarta. Gramedia Pusat .