PROSPEK TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL UNTUK MENGHANCURKAN BATU GINJAL (UROLITIKUM) Drs. WAKIDI, Msi, Apt. Bagian Farmasi-Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit yang banyak diderita oleh rakyat Indonesia , yaitu suatu penyakit dimana terdapatnya endapan yang mengeras (membatu) didalam ginjal. Disebut juga penyakit kencing batu dan dalam istilah asing disebut renal stone, urolithiasis atau calculus urinaria. Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada di ginjal dapat turun ke saluran dibawahnya, yaitu uriter, kandung kemih (buli-buli) dan saluran kencing terluar (urethra) dan dapat juga terjadi langsung di kandung kemih. Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah perasaan nyeri di daerah pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya. Rasa nyeri ini mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat tergantung dari besar kecilnya batu yang terbentuk. Gejala-gejala lain diantaranya adalah pengeluaran urine tidak lancar, urine kadang-kadang disertai dengan keluarnya darah karena luka-luka yang ditimbulkan oleh gesekan antara batu dan dinding saluran kencing. ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL Fungsi mempertahankan keadaan internal tubuh (yaitu homeostatis cairan tubuh dan pengaturan keseimbangan asam basa) terutama oleh ginjal. Ginjal merupakan dua buah organ berbentuk kacang polong yang terletak dibelakang selaput rongga perut (retro peritoneal) pada kedua belah sisi tulang belakang agak disebelah Atas pinggang. Kedua organ ini dipertahankan posisinya oleh jaringan yang mengikat pada bagunan disekitarnya. Masing-masing ginjal mempunyai panjang kurang lebih 11-13 cm, lebar 5-7,5 cm, tebal 2,5 cm dan berat antara 115170 gram. Dalam proses pembentukan air seni, ginjal mengekskresikan produk limbah metabolisme dari dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan serta elektrolik dan keseimbangan asam basa, dan mengendalikan tingkat konsentrasi berbagai konstituen padat dalam cairan tubuh. Fungsi homestatik ginjal dimungkinkan lewat berbagai mekanisme yang terlibat dalam proses produksi air seni yang berlangsung di sepanjang nefron, yaitu proses penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali ( reabsorbsi), sekresi dan pengasaman (asidifikasi). SEBAB-SEBAB TERJADINYA BATU GINJAL 1.
2.
Pengeluaran yang relatif berlebihan dari bahan tak terlarut kedalam urine. a. Tingginya kadar kalsium dalam urine (hipercalsinuria). b. Tingginya kadar oksalat dalam urine (hiteroxaluria). c. Tingginya kadar asam urat dalam urine. d. Tingginya kadar sistin dalam urine (hipersistinurial). Perobahan-perobahan yang terjadi pada urine. a. Peninggian konsentrasi senyawa yang terdapat dalam urine.
©2003 Digitized by USU digital library
1
b. Pengaruh PH, keasaman urine normal sekitar PH 5,5-6,0, ini dapat berobah menjadi asam atau basa karena pengaruh makanan atau kelainan-kelainan yang terjadi pada ginjal. c. Zat-zat koloidal dalam urine dapat menahan garam-garam pada keadaan lewat jenuh (supersaturasi) sehingga memperbesar kemungkinan pembentukan batu. Menurut komposisinya, batu ginjal dapat dikategorikan sebagai berikut : (1) Kalsium oksalat, (2) kalsium oksalat yang bercampur dengan kalsium frosfat dalam bentuk hidroksiapatit, (3) kalsium fosfat monohidrat, (4) magnesium amonium fosfat, (5) asam urat, (6) sistin, dan (7) batu dengan komposisi lain (misalnya ksantin dan silikat). Walaupun batu kalsium fosfat monohidrat sangat jarang ditemukan, batubatu lain yang mengandung kalsium merupakan penyebab (66%) dari keseluruhan kasus batu ginjal. Batu berikutnya yang sering dijumpai adalah batu yang tersusun dari magnesium amonium fosfat (15%), selanjutnya batu asam urat serta batu sistin (10%) dan akhirnya batu yang digolongkan lain-lain (9%). Sedangkan bentuk batu ginjal ada yang licin, kasar, bulat dan ada yang bercabang-cabang sepeti tanduk rusa. Permukaannya ada yang tajam sehingga dapat menimbulkan luka pada dinding saluran kencing. PENGOBATAN Kalau diperhatikan sampai sekarang pengobatan yang paling ampuh untuk menyembuhkan penyakit batu ginjal adalah dengan melakukan operasi atau menghancurkannya dengan menggunakan peralatan canggih yang berteknologi tinggi untuk membuang batu ginjal yang terdapat didalam ginjal atau saluran kencing teruitama untuk batu ginjal yang telah tumbuh menjadi besar. Tetapi hal ini banyak membawa resiko dan juga memerlukan biaya besar sehingga banyak penderita beralih atau memilih cara penyembuhan dengan mempergunakan obatobatan, terutama untuk batu ginjal yang masih kecil. Padaumumnya obat-obatan yang beredar dipasaran untuk menghancurkan batu ginjal berupa obat medern maupun obat tradisional berasal dari tumbuhtumbuhan obat tradisional yang biasa tumbuh di Indonesia. Hal ini sangat mendukung tugas pemerintah untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat, sesuai dengan bab. IV pasal 7 UU Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Jumlah penduduk Indonesia yang hampir 200 juta dan sebanyak 80% tinggal dipedesaan serta banyaknya desa-desa terpencil yang belum terjangkau oleh sarana kesehatan, maka sebagai pengganti obat-obatan modern tentunya adalah obatobatan tradisional yang sebagian besar terbuat dari tumbuh-tumbuhan, yang sangat melimpah di Indonesia. BEBERAPA CONTOH SEDIAAN OBAT UNTUK PENYAKIT BATU GINJAL YANG BEREDAR DI PASARAN. I.
OBAT MODERN 1. BATUGIN ELIXIR (KIMIA FARMA). - Extract Sonchus arvensis folia (ekstrak daun tempuyung). - Extract strobilanthus crispus folia (ekstrak daun kejibeling). 2. KEJIBELING CAPSUL (DUPA)
©2003 Digitized by USU digital library
2
- Orthosiphonis folium (daun kumis kucing). - Strobilanthus folium (daun kejibeling). - Phyllanthi herba (herba meniran). - Imperata rhizome (rimpang lalang). 3. NEPHROLIT (BINTANG TOEDJOE) - Hexamine - Sodium salicylate - Benzoid acid - Strobilanthus crispus (kejibeling) - Sonchus arvensis (tempuyung) - Ortosiphon stamineus (kumis kusing) - Phyllanthus niruri (meniran) II.
OBAT TRADISIONAL 1. JAMU GEMPUR BATU (AIR MANCUR) - Sonchi fol (daun tempuyung). - Strobilanthi fol (daun kejibeling). - Orthosiphonis fol (daun kumis kucing). - Phyllanthi herba (herba meniran). - Imperata rad (akar alang-alang). - Pinnatae rad (akar aren). 2. JAMU SIRNA KARANG (CAP JAGO) - Strobilanthus crispus (kejibeling) - Ortosiphon stamineus (kumis kusing) - Phyllanthus niruri (meniran) - Hidrocotyle asitica (kaki kuda) - Foeniculum vulgare (adas) - Curcuma xanthorrhiza (temulawak) - Alyxia stellata (pula sari) - Plantago major (daun urat)
Dari lima contoh obat yang beredar di pasaran didapatkan 11 tumbuhtumbuhan yang digunakan untuk pengobatan sakit batu ginjal yaitu : adas, alangalang, aren, daun urat, kaki kuda, kejibeling, kumis kucing, meniran, pula sari, tempuyung dan temulawak. PENGENALAN TUMBUHAN 1. ADAS Species Familia Kandungan kimia
2. ALANG-ALANG Species Familia Kandungan kimia 3. AREN Species Familia
: Foeniculum vulgare Miller : Apiciae atau Umbelliferae : Minyak atsiri (anetol, pinen, felandren, dipenten, fenchon, metil kavikol, anisaldehida, asam anisa, kanfen), minyak lemak, stigmasterin, umbelliferon dan gula. : Imperata cylindrica Beauv : Poaceae atau graminae : Damar, asam kersik, kalium dan logam alkali. : Arena pinnata Merr : Arecaceae atau palmae
©2003 Digitized by USU digital library
3
Kandungan kimia 4. DAUN URAT Species Familia Kandungan kimia 5. KAKI KUDA Species Familia Kandungan kimia 6. KEJIBELING Species Familia Kandungan kimia 7. KUMIS KUCING Species Familia Kandungan kimia 8. MENIRAN Species Familia Kandungan kimia 9. PULA SARI Species Familia Kandungan kimia 10. TEMPUYUNG Species Familia Kandungan kimia 11. TEMULAWAK Species Familia Kandungan kimia
: Minyak lemak, protein, manit, sakarosa, glukosa, kalium dan asam kersik. : Plantago major Linn : Plantaginaceae : Kalium, alkaloida, indikan, sukubin (glukosida, invertin, injima, emulsin). : Hydrocotyle asiatica Linn. : Apiceae atau umbelliferae. : Zat samak, valerin dan mineral (alkali sulfas). : Strobilanthus crispus Linn : Acanthaceae : Kalium, silikat, zat samak dan alkaloida. : Orthosiphon stamineus Bth : Lamiaceae atau labiatae : Saponin, kalium, minyak atsiri, glukosit orthosiphonin, zat samak dan minyak lemak. : Phyllanthus niruri Linn : Euphorbiaceae : Filantin, kalium, damar, hipofilantin dan zat samak. : Alyxia Stellata Auct.. Non R&S : Apocynaceae : Zat samak, zat pahit, kumarin dan alkaloida. : Sonchus arvensis Linn : Asteraceae atau Compositae : Saponin, plavonoida, zat samak dan polifenol. : Curcuma xanthorrhiza Linn : Zingiberaceae : Minyak atsiri (felandren, turmenol), kurkumin, pati, Kamfer, glikosida, dan toluil metil karbinol.
PEMBAHASAN Dari 11 tumbuhan yang sering digunakan untuk pengobatan penghancur batu ginjal (urolitikum), ternyata berasal dari berbagai macam familia yaitu : 2 tumbuhan dari familia Apiceae atau umbelliferae (adas dan kaki kuda), sedangkan 9 tumbuhan lagi masing-masing dari familia yang berbeda-beda antara lain : Poaceae atau graminae (alang-alang), Arecaceae atau palmae (aren), Plantaginaceae (daun urat), Acanthceae (kejibeling), Lamiaceae atau labiatae (kumis kucing), Euphorbiaceae (meniran), Apocinaceae (pula sari), Asteraceae atau compositae (tempuyung) dan zingiberaceae (temulawak). Disamping berasal dari berbagai macam familia, juga setiap tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan penyakit batu ginjal mengandung berbagai macam zat kimia yang berbeda-beda seperti : 7 tumbuhan (63,64%) mengandung garam kalium (alang-alang, aren, daun urat, kaki kuda, kejibeling, kumis kucing dan meniran). 6 tumbuhan (54,55%) mengandung senyawa fenolik (kaki kuda, kejibeling,
©2003 Digitized by USU digital library
4
kumiskucing, meniran, tempuyung dan temulawak). 5 tumbuhan (45,46%) mengandung zat samak (kaki kuda, kejibeling, kumiskucing, meniran, tempuyung). 3 tumbuhan (27,27%) mengandung minyak astiri (adas, kumis kucing dan temulawak). 2 tumbuhan (18,18%) mengandung alkaloida (daun urat dan kejibeling). Serta 2 tumbuhan (18,18%) mengandung saponin (kejibeling dan kumis kucing). Zat yang diduga sebagai penghancur batu ginjal (urolitikum) adalah kalium. Jadi perlu diteliti dan dikembangkan tumbuhan obat Yang banyak mengandung kalium seperti : asam jawa (tamarindus indica, fabaceae), bambu betung (Dendroca lamus asper, poaceae), bebesaran (morus indica, resaceae), belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi, oxalidaceae), calicingan (Oxalis carnicunata, oxalidaceae), gandarusa (gandarusa vulgaris, Acanthaceae), kedawung (Parkia roxburghaii, Mimosaceae), legetan (Spilanthus acmella, Asteraceae), pepaya (Carica papaya, caricaceae), sambiloto ( Andrographis paniculata, acantaceae), dan semanggi (hydrocotyle hirsuta, Apicaceae). Kalau kita lihat dari kenyataan di atas dikaitkan dengan banyaknya ragam tumbuh-tumbuhan obat tradisional yang ada di Indonesia baik yang hidup liar maupun yang sudah biasa dibudidayakan, maka prospek tumbuhan obat tradisional sangat cerah dimasa mendatang. Hal ini dimungkinkan karena pemerintah setahap demi setahap berupaya mensejajarkan obat tradisional dengan keberadaan obat modern. Masalahnya adalah tinggal hanya pada bagan proses penelitiannya agar dapat digunakan sebagai obat yang dapat dipertanggungjawabkan. KESIMPULAN Tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pengoibatan pebnghancur batu ginjal (urolitikum) berasal dari berbagai macam familia, dan mengandung berbagai macam zat kimia yang berbeda-beda. Terutama mengandung garam kalium yang diketahui berkhasiat sebagai diuretik dari “golongan garam pembentuk asam”.
DAFTAR PUSTAKA 1. Nethrup Robert S (ed), Asdie Ahmad H dan Santoso Budiono (Co-ed), 1981, Manual of Medical Therapheutic, Edisi Indonesia, Yayasan Essetia Medica, Yogyakarta. 2. Hartono Andry, 1991, Prinsip Diet Penyakit Ginjal, Kesehatan populer, Penerbit Arcam, Jakarta. 3. Departemen Kesehatan R.I., 1992, Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang , KESEHATAN, Jakarta. 4. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), 1994, ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia, Edisi Farmakotrapi volume XXIV-1994, Jakarta. 5. Afriastini J. J., 1988, Daftar nama tanaman, Seri Pertanian-XXXVIII/207/85, Penebar Swadaya ,Jakarta.
©2003 Digitized by USU digital library
5
6. Direktorat Pengawasan Obat dan makanan R.I., 1985, Tanaman Obat Indonesia, Jilid I dan II, Jakarta. 7. Heyne, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid 1-4, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta. 8. Mardiswojo Sudarman dan Rajakmangunsudarso Harsono, 1985, Cabe Puyung Warisan Nenek Moyang, PN Balai Pustaka, Jakarta. 9. Syamsuhidayat SRI Sugati dan Hutapea J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan , Jakarta
©2003 Digitized by USU digital library
6