PROSPEK PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA KONSERVASI SUMBERDAYA HAYATI (Studi Kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara) DI JAKARTA TIMUR
ELFRIDA SONEVY
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PROSPEK PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA KONSERVASI SUMBERDAYA HAYATI (Studi Kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara) DI JAKARTA TIMUR
ELFRIDA SONEVY
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN ELFRIDA SONEVY. Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Konservasi Sumberdaya Hayati (Studi kasus kecamatan Ciracas dan Jatinegara) di Jakarta Timur. Dibimbing oleh AGUS PRIYONO dan HANDIAN PURWAWANGSA Pesatnya peningkatan angka pertumbuhan penduduk Indonesia membawa keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya kota menjadi pusat kegiatan ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa konsekuensi terhadap meningkatnya biaya sosial. Salah satu dampak yang terjadi karena peningkatan jumlah penduduk serta pola konsumsi masyarakat adalah meningkatnya jumlah sampah yang merupakan hasil sampingan aktivitas manusia. Sampah tidak selamanya menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia,bahkan sampah dapat dijadikan sebagai komoditi yang bernilai ekonomi. Kegiatan daur ulang sampah baik melalui proses reuse, recycle dan composting oleh masyarakat merupakan langkah yang menguntungkan karena dapat menekan penumpukan sampah di lingkungan, dan secara ekonomis juga menguntungkan bagi masyarakat itu sendiri. Selain itu produksi kompos dari limbah organik yang berasal dari sumberdaya alam bermanfaat dalam mengembalikan hara ke alam secara terurai dapat dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya hutan khususnya dalam pembibitan tanaman-tanaman kehutanan khususnya dan tanaman pertanian pada umumnya. Analisis tingkat partisipasi dalam mengelola sampah digunakan Uji Korelasi Spearman. Analisis kelayakan finansial pabrik kompos Mutu Elok dapat dilihat dari kriteria nilai NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), dan IRR (Internal Rate of Return). Nilai manfaat ekonomi sampah kota oleh pemulung didapat dari perkiraan volume bahan dauran sampah yang didapat oleh pemulung dikalikan dengan nilai jualnya. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner dan observasi lapang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yakni mengumpulkan data yang telah menjadi arsip bagi pihak pengelola, melalui penelusuran informasi dari lembaga/instansi terkait. Tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Ciracas dalam pengelolaan sampah tergolong kategori tinggi dengan persentase (71,67%), hal ini menunjukkan prospek yang positif, karena pada masa mendatang tingkat pendidikan cenderung meningkat Kegiatan daur ulang dan pengomposan memberikan keuntungan ekonomi dan mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan. Keuntungan ekonomi dari aktifitas daur ulang rata-rata Rp 892.259,41 per ton sampah anorganik. Usaha bahan dauran sampah akan memberikan pendapatan rata-rata sebesar Rp 31.229,08/hari. Usaha pengomposan memiliki nilai B/C 5, sedangkan nilai IRR yang diperoleh usaha kompos elok sebesar 44,47%, usaha kompos yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan tambahan manfaat atau keuntungan sebesar Rp 24.480.229,42. Sebagian besar timbunan sampah di Jakarta Timur berasal dari pemukiman 5300 m³/hari (78,91 %) dan pasar dengan volume 580 m³/hari (8,64%). Jumlah timbunan sampah yang terlayani yaitu sebesar 83,43%, sisanya 16,57% sampah tidak terangkut. Penanganan sampah dalam bentuk daur ulang (4-3R) di Jakarta Timur yaitu sebesar 354 m³/hari akan mengurangi sedikitnya 5,27% per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m³/hari. Sedangkan penanganan dalam bentuk pengomposan sebesar 46 m³/hari akan mengurangi sedikitnya 0,68% per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m³/hari. Adanya partisipasi warga dan pemulung dalam memanfaatkan kembali sampah akan mengurangi biaya operasional sampah dan dapat mengurangi beban petugas kebersihan dalam mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Dan pemanfaatan sampah sebagai kompos yang dilakukan oleh masyarakat mempunyai kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesuburan tanah (konservasi tanah). Kata Kunci : Sampah, Partisipasi masyarakat, Manfaat ekonomi, Lingkungan, Jakarta Timur.
SUMMARY ELFRIDA SONEVY. Prospect of Community Based Integrated Waste Management For Biological Resources Conservation Efforts (Case Study Ciracas and Jatinegara districts) in East Jakarta. Supervised by AGUS PRIYONO and HANDIAN PURWAWANGSA The rapid increase in population growth rate of Indonesia brings benefits to growth and development of the city became the center of economic activity, industrial, social and cultural consequences of the increasing social costs. One of the impacts that occur because of increasing population and consumption patterns of society is the increasing amount of waste that is a byproduct of human activity. Trash does not always lead to adverse impacts to humans, even garbage can be used as a valuable economic commodity. Recycling activities both through the reuse, recycling and composting by the community is beneficial because it can suppress the accumulation of garbage in the environment, and also economically beneficial to society itself. Besides the production of compost from organic waste derived from natural resources to be useful in restoring the natural nutrients are broken down can be used in aquaculture, especially in forest nursery plants, especially forestry and agricultural crops in general. Analysis of the participation rate in its waste management used Spearman Correlation Test. Financial feasibility analysis of Elegant Quality compost plant can be seen from the criteria of NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), and IRR (Internal Rate of Return). Value of economic benefits by the city garbage scavengers obtained from the estimated volume of waste dauran materials obtained by scavengers multiplied by the value of selling. Primary data were collected through interviews using questionnaires and field observations. While secondary data obtained from literature studies that collect data that has become the archives for the manager, through the tracing information from the related institutions .. Community participation in district level Ciracas in waste management were categorized as high with the percentage (71.67%), this suggests a positive outlook, because the future of education levels tend to increase recycling and composting activities provide economic benefits and have a good opportunity to developed. The economic advantages of recycling activities on average Rp 892,259.41 per ton of inorganic waste. Business dauran waste materials will provide the average income of Rp 31229.08 / day. Composting business has a value of B/C 5, while the value of business acquired IRR of 44.47% lovely compost, compost operations conducted by the present value of benefits to be implemented because it provides an additional benefit or profit of Rp 24,480,229.42. The majority of landfill waste in East Jakarta came from residential 5300 m³/day (78.91%) and the market with a volume of 580 m³/day (8.64%). Amount of landfill waste is served that is equal to 83.43%, the remaining 16.57% of waste is not transported. Handling waste in the form of recycling (4-3R) in East Jakarta at 354 m³/day will be reduced at least 5.27% per day from the garbage of 6716 m³/day. While handling in the form of composting for 46 m³/day will reduce at least 0.68% per day from the garbage of 6716 m³/day. Citizen participation and scavengers in waste reuse of waste will reduce operational costs and can reduce the burden of cleaning service in transporting waste from TPS to TPA. And use of waste as compost made by the community have ability to improve enhance soil fertility conditions (soil conservation).
Keywords : Garbage, Public Participation, The Economic Benefits, The Environment, East Jakarta
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Konservasi Sumberdaya Hayati (Studi Kasus Kecamatan Ciracas dan Jatinegara) di Jakarta Timur” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
Elfrida Sonevy NRP E34052044
Judul Skripsi : Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Konservasi Sumberdaya Hayati (Studi Kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara) Di Jakarta Timur. Nama
: Elfrida Sonevy
NIM
: E34052044
Menyetujui,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Agus Priyono, MS. NIP. 19610812 198601 1 001
Handian Purwawangsa, S.Hut. M.Si. NIP. 19790101 20051 1 003
Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus:
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 September 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Elson Simbolon dan Ibu Sondang Lumban Raja. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Maranatha Jakarta tahun 1992 dan lulus pada tahun 1993. Tahun 1993 melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Johar Baru Jakarta Pusat, tetapi pada tahun 1996 penulis pindah ke Tangerang dan melanjutkan pendidikan di SDN Parapat dan lulus tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 9 Tangerang pada tahun 1999 dan lulus tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 6 Tangerang dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih program studi Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), khususnya Kelompok Pemerhati Flora dan Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB. Tahun 2006 penulis menjadi anggota Komisi Kesenian UKM-PMK IPB, tahun 2007 ikut serta dalam kepanitian festival seni PMK-IPB dan koordinator Humas Natal SYLVA Kehutanan IPB, tahun 2008 panitia Natal Civitas Akademika (CIVA) IPB. Pada periode 2007-2008 penulis menjabat sebagai sekretaris Persekutuan Fakultas Kehutanan IPB. Di HIMAKOVA tahun 2008 penulis pernah mengikuti kegiatan eksplorasi Flora, Fauna dan Ekowisata di Cagar Alam Gunung Simpang, Bandung dan kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, Kalimantan Barat. Tahun 2007 penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Leuweung Sancang-Kamojang. Tahun 2008 melaksanakan Praktek Umum Konservasi Ex-situ (PUKES) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur-Taman Sringanis Bogor. Tahun 2009 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian berjudul Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara) di Jakarta Timur dibawah bimbingan Ir. Agus Priyono, MS dan Handian Purwawangsa S.Hut, M.Si.
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan penyertaanNya yang senantiasa hadir dalam hidup penulis, terutama selama proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi tidak lepas dari kerjasama, doa, nasehat dan dukungan dari banyak pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Ir. Agus Priyono, MS selaku dosen pembimbing pertama dan Handian Purwawangsa, S.Hut. M.Si. selaku dosen pembimbing kedua yang senantiasa memberikan ilmu, arahan, motivasi, serta waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi.
2.
Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc, Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc dan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran bagi penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.
3.
Orangtua ku tercinta, Bapak E. Simbolon dan Ibu S. Lumban Raja atas doa, kasih sayang, dukungan, nasehat dan arahan yang tiada hentinya diberikan kepada penulis. Karya tulis ini adalah persembahan bukti wujud terimakasih kepada papa dan mama. Adek-adek ku tersayang (Magdalena Simbolon dan Theresya Simbolon) yang selalu memberikan semangat selama penyelesaian skripsi. Abang Pandapotan Situmorang atas segala kasih sayang dan semangat yang diberikan kepada penulis.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengajaran dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB. 5.
Seluruh Staf Tata Usaha Departemen KSHE atas bantuannya kepada penulis selama kuliah dan penyelesaian skripsi.
6.
Bapak Drs. H. Gamin Nurdjaja, MM selaku sekretaris camat di Kecamatan Ciracas, atas ijin, bantuan dan informasi data dalam penelitian.
7.
Seluruh Staf Dinas kebersihan dan Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur atas kesediaan dan batuannya dalam memberikan data serta informasi bagi penulis.
8.
Kelompok winarsih, ibu Win, bapak Sukasno, bapak Surachmat dan Kelompok pahala, bapak
Maman, Bapak Ruskendi, Bapak Alimin, atas waktu yang
disediakan dan bantuan yang diberikan ketika meneliti di lokasi penelitian. 9.
Seluruh warga RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan warga RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas yang memberikan bantuan dalam pengambilan data serta sambutan yang baik kepada penulis dalam penelitian.
10. Keluarga besar HIMAKOVA dan KSHE khususnya KSHE 42, atas kebersamaan dan pengalaman berharga sehingga penulis termotivasi dalam penyelesaian skripsi ini dan teman-teman ku terkasih di Komisi Kesenian (KOMKES-PMK) dan Persekutuan Fakultas Kehutanan atas doa dan dukungannya. Semoga menjadi orang-orang sukses. 11. Sahabat-sahabat ku di Wisma Ananda (Hefrina, Meicink, Maria, Agnes, Diana, Jesica, Yoan) dan di Wisma Aljoker (Doris, Itink, Pesta, Serasi), terimakasih atas semangat dan kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di IPB. Febri Hutagaol dan Margaret Ernanda Saragih atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis. 12. Keluarga Opung Angel Simbolon di Ciomas atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis. 13. Semua pihak yang telah mendukung dan berdoa bagi penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih sebesar-besarnya, semoga kebaikan yang diberikan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Konservasi Sumberdaya Hayati (studi kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara) di Jakarta Timur. Penyusunan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian lapangan selama satu bulan yaitu Agustus - September 2009. Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan di Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini penting dilakukan mengingat kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih kurang khususnya pemanfaatan kembali sampah organik dan anorganik yang ditimbulkan masyarakat belum sepenuhnya dilakukan. Penelitian ini bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui prospek pengelolaan sampah di rumahnya masing-masing dengan cara pemilahan, pengomposan, dan daur ulang sampah anorganik. Penelitian ini juga memberi peluang bagi pengembangan industri rumah tangga dengan memanfaatkan sampah untuk dijadikan usaha rumah tangga. Penulis menyadari bahwa isi dari skripsi ini masih belum sempurna, maka penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya
khususnya bagi masyarakat Kecamatan Ciracas dan Jatinegara, Jakarta
Timur. Bogor, Februari 2010
Penulis,
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR................................................................................. …… DAFTAR ISI ....................................................................................................... DAFTAR TABEL................................................................................................ DAFTAR GAMBAR........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... ...... 1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1.2 Tujuan......................................................................................................... 1.3 Manfaat...................................................................................................... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. ...... 2.1 Sampah ........................................................................................... ...... 2.1.1 Jenis-jenis sampah ...................................................................... ...... 2.1.2 Sumber-sumber sampah.............................................................. ...... 2.2 Pengelolaan sampah terpadu..................................................... ……..... 2.2.1 Pewadahan sampah .............................................................. ……..... 2.2.2 Pengumpulan sampah................................................................. ...... 2.2.3 Pemindahan dan pengangkutan sampah ..................................... ...... 2.2.4 Pembuangan akhir atau pemusnahan .......................................... ...... 2.3 Pemanfaatan Sampah ....................................................................... ...... 2.4 Konservasi Sumberdaya Hayati ....................................................... ...... 2.5 Permasalahan dan Penanggulangan Kerusakan Lingkungan ....... ……..... 2.6 Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah ................. ……..... 2.7 Peran Pemulung dan Lapak Dalam Pengelolaan Sampah ................. ...... 2.8 Kelembagaan Penanganan Sampah .................................................. ...... BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ ...... 3.1 Waktu dan Lokasi ............................................................................ ...... 3.2 Alat dan Panduan...................................................................................... 3.3 Metode Pengambilan Data dan Pengambilan Sampel ....................... ...... 3.3.1 Jenis dan sumber data .......................................................... ……..... 3.3.2 Pengambilan sampel dan penentuan responden .................... ……..... 3.4 Analisis Data .................................................................................... ...... 3.4.1 Penentuan Skoring Peringkat Partisipasi ................................... ...... 3.4.2 Analisis nilai partisipasi masyarakat terhadap lingkungan dalam pengelolaan sampah terpadu..................................................... ...... 3.4.3 Analisis nilai finansial pemanfaatan sampah serta dampak positifnya terhadap lingkungan ................................................................. ......
i ii iv v vi 1 1 2 2 3 3 3 5 5 8 9 10 11 12 17 18 19 20 21 23 23 23 23 23 25 26 26 27 30
3.4.4 Analisis permasalahan dan pengaruh usaha pemanfaatan sampah...... BAB IV. KONDISI UMUM PENELITIAN ............................................... ...... 4.1 Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian ..................................... ...... 4.2 Wilayah Administratif Jakarta Timur ............................................... ..... 4.2.1 Letak Geografis Kecamatan Jatinegara ...................................... ...... 4.2.2 Letak Geografis Kecamatan Ciracas .......................................... ...... 4.3 Gambaran Umum Penanggulangan kebersihan di Provinsi DKI Jakarta... 4.4 Karakteristik Demografi Responden ................................................ ......
32 33 33 35 35 36 37 39 40 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... ...... 40 40 5.1 Kelembagaan .................................................................................. ..... 41 5.2 Sumber dan jumlah Timbunan Sampah .......................................... ...... 43 5.3 Pelayanan pengangkutan sampah ................................................... ..... 44 5.3.1 Pengangkutan sampah ................................................................ ..... 46 5.3.2 Perwadahan dan Lokasi Penampungan Sampah .......................... ...... 47 5.3.3 Retribusi pengelolaan sampah ..................................................... ..... 5.4 Usaha Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle). ...... 48 48 5.4.1 Usaha Pengomposan Sampah ..................................................... ...... 57 5.4.2 Usaha Daur Ulang Sampah Kota ................................................ ...... 64 5.5 Partisipasi Masyarakat .................................................................... ...... 5.5.1 Nilai partisipasi masyarakat terhadap lingkungan dalam pengelolaan sampah terpadu ......................................................................... ...... 5.5.2 Korelasi atau hubungan yang saling terkait antar partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah..................................................... ...... 5.5.3 Pemanfaatan Sampah Organik dan Anorganik Oleh Warga ......... ..... 5.5.4 Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan ................................ ...... 5.6 Permasalahan serta pengaruh usaha daur ulang sampah dan pengomposan terhadap sistem pengelolaan sampah kota ......................................... ...... 5.6.1 Permasalahan yang dihadapi dalam usaha daur ulang sampah dan pengomposan............................................................................. ..... 5.6.2 Pengaruh usaha daur ulang sampah dan pengomposan terhadap sistem pengelolaan sampah ........................................................................ ..... BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... ...... 6.1 Kesimpulan ................................................................................... ...... 6.2 Saran............................................................................................. ...... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ ...... LAMPIRAN .............................................................................................. ......
64 70 73 76 81 81 82 83 83 84 85 87
iv
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Daftar kebutuhan data, jenis, sumber dan teknik pengumpulan data ................... 24 2. Daftar kelurahan terpilih berdasarkan kriterianya ............................................... 25 3. Variabel-variabel yang digunakan untuk megetahui partisipasi masyarakat.. ...... 28 4. Manfaat ekonomi sampah dari Anorganik oleh pemulung tahun 2009 ................ 30 5. Biaya operasional daur ulang sampah organik menjadi kompos.......................... 31 6. Pembagian wilayah Jakarta Timur berdasarkan administratif pemerintahan ........ 35 7. Jumlah Penduduk Jakarta Timur......................................................................... 35 8. Luas kelurahan di Kecamatan Jatinegara.. .......................................................... 36 9. Luas kelurahan di Kecamatan Ciracas ................................................................ 37 10. Karakteristik demografi responden ................................................................... 39 11. Potensi wilayah/ sumber sampah Jakarta Timur Tahun 2008 ........................... 42 12. Tingkat pelayanan pengangkutan sampah Jakarta Timur per hari...................... 43 13. Timbunan sampah dan sampah tertanggulangi di masing-masing kecamatan .... 44 14. Jumlah lokasi penampungan sampah Jakarta Timur Tahun 2008 ...................... 47 15. Besaran tarif retribusi berdasarkan Perda Nomor 01 pasal 105 Tahun 2006 ...... 47 16. Perkembangan Target dan Realisasi Retribusi Kebersihan ................................ 48 17. Total penjualan kompos Elok ........................................................................... 55 18. Nilai ekonomi bahan dauran sampah anorganik ................................................ 57 19. Keterikatan pemulung dengan lapak ................................................................. 59 20. Pemulung menurut lama bekerja ...................................................................... 63 21. Tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah berdasarkan hasil sebaran kuisioner ............................................................................................ 65 22. Tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan variabel dan hasil sebaran kuisioner ......................................................................................................... 65 23.
Daftar nama pengurus kelompok kecil dan jumlah anggota kelompok RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas .................................................................. 80
v
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Elemen-elemen dalam pengolahan limbah.......................................................... 8 2. Peta lokasi penelitian ......................................................................................... 34 3. Teknis pengelolaan sampah di wilayah DKI Jakarta .......................................... 39 4. Pelayanan pengangkutan sampah di TPS .. ......................................................... 45 5. Grafik Perkembangan target dan realisasi retribusi kebersihan.... ....................... 48 6. Pabrik kompos Mutu Elok .................................................................................. 50 7. Struktur organisasi pengelola pabrik kompos Mutu Elok .................................... 51 8. Arus pemasaran dauran sampah .. ...................................................................... 58 9. Aktifitas pemulung ............................................................................................. 60 10. Contoh jenis sampah yang dicari pemulung ..................................................... 60 11. Grafik persentase sumber sampah ................................................................... 61 12. Grafik persentase pemulung menurut daerah asal ............................................. 63 13. Grafik keterkaitan lama bekerja dengan pendapatan pemulung ......................... 64 14. Jenis tempat sampah yang digunakan masyarakat ............................................. 68 15. Pemanfaatan sampah oleh petugas kebersihan .................................................. 70 16. Mesin Penggilingan kompos............................................................................. 73 17. Kegiatan biopori yang dilakukan warga RW 04 ................................................ 78 18. Gapura Winarsih di RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas ...................................... 79
vi
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Daftar karakteristik dan partisipasi masyarakat dalam menangani sampah ......... 87 2. Masyarakat kecamatan Ciracas berdasarkan pekerjaan ...................................... 92 3. Daftar sosial ekonomi pemulung di Jakarta Timur ............................................. 93 4. Korelasi karakteristik responden dengan tingkat partisipasi.... ........................ . 94 5. Korelasi karakteristik dengan masing-masing variabel.. .................................... 95 6. Sarana pengangkutan sampah dan LPS (Lokasi Penampungan Sampah)............ 96 7. Proses pengolahan kompos oleh Pabrik Kompos Mutu Elok.... ......................... 97 8. Data timbunan sampah dan sampah tertanggulangi per Kelurahan per hari Jakarta Timur tahun 2008 .................................................................................. 98 9. Data produksi sampah dan hasil angkut per hari di Jakarta Timur tahun 2008 oleh beberapa instansi… ................................................................................. 100 10. Cashflow finansial Kompos Mutu Elok.. ......................................................... 101 11. Pemanfaatan sampah organik dan anorganik oleh warga RW 04 Kelurahan Susukan dan warga RW 08 Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur.. ....................... 103 12. Kuisioner untuk mengetahui tngkat partisipasi masyarakat.. ............................ 105
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pesatnya peningkatan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia membawa keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya kota menjadi pusat kegiatan ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa konsekuensi terhadap meningkatnya biaya sosial. Salah satu dampak yang terjadi karena peningkatan jumlah penduduk serta pola konsumsi masyarakat adalah meningkatnya jumlah sampah yang merupakan hasil sampingan aktivitas manusia. Sampah tidak selamanya menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia,bahkan sampah dapat dijadikan sebagai komoditi yang bernilai ekonomi. Sebuah kota dikatakan baik jika permasalahan limbah perkotaan dapat diatasi dengan baik dan pengelolaan terhadap limbah padat juga berwawasan lingkungan. Untuk itu perlu adanya partisipasi masyarakat dalam menangani permasalahan sampah yang semakin menumpuk di wilayah perkotaan yaitu dengan usaha pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan daur ulang sampah oleh masyarakat merupakan langkah yang menguntungkan karena dapat menekan penumpukan sampah di lingkungan, disamping itu juga, secara ekonomis akan menguntungkan bagi masyarakat itu sendiri. (Sadoko 1993) perubahan pola pembuangan sampah serta meningkatkan pemanfaatan dan pengolahan sampah yang lebih baik melalui proses reuse, recycle dan composting. Manfaat sosial yang dapat diperoleh dari upaya pemanfaatan dan pengolahan sampah yang lebih baik yaitu dapat membuka lapangan kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran dan dapat dijadikan sebagai obyek pembelajaran lingkungan, baik bagi masyarakat maupun dunia pendidikan. Oleh karena itu jika usaha pemanfaatan sampah dapat terlaksana dengan baik akan dapat mengatasi masalah keterbatasan lahan dan sumber dana pengelolaan sampah, usaha ini dapat pula memberi manfaat bagi para pelakunya. Disamping itu juga upaya pemanfaatan sampah khususnya kertas dan kayu akan berdampak pada efisiensi pemanfaatan atau
2
eksploitasi hutan dalam pemenuhan kebutuhan kayu bagi berbagai kegiatan pembangunan. Produksi kompos dari limbah organik yang berasal dari sumberdaya alam selain bermanfaat dalam mengembalikan
hara ke alam secara terurai dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya hutan khususnya dalam pembibitan tanaman-tanaman kehutanan khususnya dan tanaman pertanian pada umumnya. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji prospek pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat serta mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah. 2. Mengkaji manfaat ekonomi dan kelayakan usaha daur ulang dan pengomposan sampah kota. 3. Mengkaji permasalahan serta pengaruh usaha daur ulang sampah dan pengomposan terhadap sistem pengelolaan sampah kota. 1.3 Manfaat Dengan dilakukannya penelitian diharapkan masyarakat dapat menangani permasalahan tumpukan sampah secara terpadu serta memberi peluang bagi pengembangan industri rumah tangga dengan memanfaatkan sampah untuk dijadikan usaha rumah tangga.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Sampah Sampah merupakan salah satu konsekuensi dari kehidupan, setiap kegiatan
yang dilakukan oleh manusia menimbulkan hasil samping yang dianggap tidak bermanfaat lagi dan dibuang. Sampah berpotensi menimbulkan masalah di lingkungan bila tidak dikelola dengan baik dan benar. Sampah merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sedangkan limbah itu sendiri pada dasarnya suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu hasil aktivitas manusia maupun proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Sampah dikatakan mempunyai nilai negatif karena penanganan untuk membuang dan membersihkannya cukup
besar
disamping
itu
juga
dapat
mencemari
lingkungan
(Murthado dan Said 1988). Penggolongan atau pembagian sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari kondisi yang dianut oleh kebijakan negara setempat. 2.1.1 Jenis-jenis sampah Berdasarkan cara pengelolaan dan pemanfaatannya, jenis sampah secara umum menurut Dinas Pekerjaan Umum (1996) dibagi menjadi 3 jenis yaitu: 1) Sampah basah (Garbage), yaitu sampah yang susunannya terdiri atas bahan organik yang mempunyai sifat mudah membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah. Yang termasuk jenis sampah ini adalah sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dedaunan, dsb. 2) Sampah kering (Rubbish), yaitu sampah yang terdiri atas bahan anorganik yang sebagian besar atau seluruh bagiannya sulit membusuk. Sampah ini dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu a. Sampah kering logam, misalnya kaleng, pipa besi, mur, baud, seng, dan segala jenis logam yang sudah usang. b. Sampah kering non logam, yang terdiri atas :
4
1) Sampah kering mudah terbakar (Combustible rubbish) misalnya kertas, karton, kayu, kain bekas, kulit, kain-kain usang, dsb 2) Sampah kering sulit terbakar (Non combustible rubbish) misalnya pecahan gelas, botol dan kaca. 3.) Sampah lembut, yaitu sampah yang susunannya terdiri atas partikel-partikel kecil dan memiliki sifat mudah berterbangan serta membahayakan atau mengganggu pernafasan dan mata. Sampah tersebut terdiri atas a. Debu, yaitu partikel-partikel kecil yang berasal dari proses mekanis, misalnya serbuk dari penggergajian kayu, debu asbes dari pabrik pipa atau atas asbes, debu dari pabrik tenun dan debu dari pabrik semen. b. Abu, yakni partikel-partikel yang berasal dari proses pembakaran, misalnya abu kayu atau abu sekam, abu dari hasil pembakaran (incinerator). Sedangkan pembagian golongan sampah secara khusus diantaranya adalah : a) Sampah berbahaya, terdiri atas : 1. Sampah pathogen
: sampah dari rumah sakit dan poliklinik
2. Sampah beracun
: pembungkus pestisida, insektisida, racun, dll.
3. Sampah ledakan
: petasan, sampah perang, botol parfum, dll.
4. Sampah radioaktif
: sampah nuklir
b) Sampah balokan : mobil rusak, kulkas rusak, pohon tumbang c) Sampah jalan : yang berasal dari hasil sapuan jalan d) Sampah binatang mati berasal dari bangkai binatang e) Sampah bangunan yang terdiri dari potongan kayu, pecahan genting, pecahan bata, bekas adukan. f) Sampah industri yaitu ampas bahan baku dalam proses industri. g) Sampah khusus, yaitu sampah dari benda-benda berharga seperti surat- surat rahasia negara dan dokumen penting lainnya. h) Sampah kandang dan pemotongan hewan yaitu sisa makanan ternak, kulit, sisa-sisa daging, tulang,dll. i) Sampah lumpur yaitu lumpur dari selokan, riol, septictank, bangunan pengolahan air buangan, dll.
5
2.1.2 Sumber-sumber sampah Sampah dapat berasal dari berbagai sumber diantara lain yaitu : 1.
Rumah tangga, umumnya terdiri atas sampah organik dan anorganik yang ditimbulkan dari aktivitas rumah tangga, seperti buangan dari dapur, debu, buangan taman, alat-alat rumah tangga.
2.
Sampah yang dihasilkan dari pertokoan, restoran, pasar perkantoran, hotel, dll. Biasanya terdiri dari bahan-bahan pembungkus sisa-sisa makanan, kertas dari perkantoran, dll.
3.
Sampah institusi berasal dari sekolahan, rumah sakit dan pusat pemerintahan.
4.
Sampah dari sisa konstruksi bangunan, yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa pembangunan bangunan, perbaikan jalan, pembongkaran jalan dan jembatan.
5.
Sampah dari fasilitas umum, berasal dari taman umum, pantai dan tempat rekreasi.
6.
Sampah dari hasil pengelolaan air buangan serta sisa-sisa pembakaran incinerator
7.
Sampah dari industri berasal dari proses produksi industri, mulai dari pengolahan bahan baku sampai dengan hasil produksi
8.
Sampah pertanian berasal dari sisa-sisa pertanian yang tidak dapat dimanfaatkan lagi.
2.2 Pengelolaan Sampah Terpadu Menurut Murthado dan Said (1988) pengelolaan sampah adalah perlakuan yang dilakukan terhadap sampah yang meliputi pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan pemusnahan, sedangkan menurut Soewedo (1983), pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah guna memperkecil dan menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu adalah suatu sistem pengelolaan sampah yang beroperasi lebih banyak mengikutsertakan partisipasi masyarakat, lebih ramah lingkungan, secara operasional lebih hemat energi dan biaya, serta secara produktif dapat meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sistem yang dimaksud di sini merupakan satu diantara alternatif dari berbagai sistem pengelolaan sampah
6
lainya, yang mengarah kepada pemecahan kelemahan-kelemahan yang ada dalam penanganan sampah perkotaan selama ini. Sedangkan Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat merupakan suatu pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan, dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat. Berbasis masyarakat bukan berarti dalam pengoperasiannya selalu harus dilakukan oleh masyarakat tetapi boleh juga dilakukan oleh lembaga atau badan profesional yang mampu dan diberi mandat oleh masyarakat. Dalam ilmu kesehatan lingkungan suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika tidak menjadi tempat bersarangnya bibit penyakit dan tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau dan tidak menimbulkan kebakaran (Azwar 1990 dalam Virgota 2001). Menurut Kastaman R dan
Kramadibrata AM (2007) sistem pengelolaan
sampah terpadu diarahkan agar sampah-sampah dapat dikelola dengan baik dalam arti mampu menjawab permasalahan sampah hingga saat ini yang belum dapat diselesaikan dengan tuntas, juga diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat lokal agar mampu mandiri terutama menyangkut : 1.
Penataan dan pemanfaatan sampah berbasis masyarakat secara terpadu,
2.
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah,
3.
Penggalian potensi ekonomi dari sampah, sehingga diharapkan dapat memperluas lapangan kerja.
Menurut Damanhuri (1994) dalam Muthmainnah (2008) pengelolaan limbah yang sudah terbentuk, tidak hanya terbatas pada segi cara mengolah dan menyingkirkannya agar tidak mencemari lingkungan,tetapi pengolahan dan pendaur ulangan atau pemusnahan limbah merupakan inti dalam usaha mengurangi dampak negatif dari limbah yang sudah terbentuk. Dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu diperlukan adanya suatu output dan input dari suatu sistem. Output dari suatu sistem dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif yaitu berupa
7
pembuangan sampah akhir yang bersih, rapi, tertib, indah dan kota yang bersih. Sedangkan secara kuantitatif berupa pelayanan yang semakin memuaskan masyarakat berdasarkan persentase pelayanan terhadap jumlah penduduk, luas kota, dan jumlah sampah kota yang terangkut setiap harinya. Input yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah yaitu manusia, peralatan, biaya, metode pengelolaan yang saling berkaitan. Dalam transformasi sistem, input-input perlu diatur dan ditata sehingga mempunyai nilai guna yang maksimal. Untuk itu dalam sistem pengelolaan sampah diperlukan bagian-bagian yang bertugas mengatur masing-masing input sehingga proses transformasi akan berlangsung dengan sebaik mungkin menuju output dan tujuan yang diharapkan. Dari sisi input, jelas memerlukan adanya peran serta masyarakat secara aktif dan berkesinambungan, terutama dalam mewujudkan kebersihan lingkungan. Masyarakat dalam hal ini banyak berperan dalam proses penempatan dan pengumpulan sampah, sehingga memudahkan dalam pemindahan, pengangkutan, pengelolaan dan pemanfaatan sampah serta pembuangan sampah akhir yang selama ini ditangani oleh pemerintah daerah, khususnya Dinas Kebersihan. Untuk lebih jelasnya elemen-elemen pengolahan limbah, dapat dilihat pada Gambar 1.
8
Bahan Terbuang
Penyimpanan/ pewadahan
Pengumpulan
Pengangkutan
Daur Ulang
Pengolahan Pemusnahan p
Gambar 1. Elemen-elemen dalam pengolahan limbah Sumber : Damanhuri, 1994 2.2.1 Pewadahan sampah Pewadahan adalah tahap awal proses pengelolaan sampah yang merupakan usaha menempatkan sampah dalam satu wadah agar tidak berserakan, mencemari lingkungan, mengganggu kesehatan masyarakat, serta untuk tujuan menjaga kebersihan dan estetika. Pewadahan dapat bersifat individual dan komunal (dipakai untuk umum). Pewadahan yang bersifat individual biasanya diterapkan di daerah komersial, perkantoran dan pemukiman yang teratur. Wadah yang digunakan bermacam-macam, misalnya ban, plastik, drum (tong), wadah dari kayu, kardus, dan wadah dari batu bata. Sedangkan pewadahan komunal diterapkan didaerah pemukiman yang tidak teratur (dari segi bangunan dan jalan) pemukiman yang masih jarang penduduknya dan dipasar. Wadah yang digunakan yaitu bak sampah dari batu bata atau kontainer plastik yang besar. Berbeda dari cara konvensional, pengelolaan sampah terpadu menampung tumpukan sampah dengan membedakan antara sampah organik dan anorganik.
9
2.2.2 Pengumpulan sampah Pengumpulan sampah (pengambilan sampah dari wadahnya ditiap sumber) dilakukan oleh petugas organisasi formal baik unit pelaksana dari Pemerintah Daerah (Pemda), petugas dari lingkungan setempat maupun dari pihak swasta yang telah ditunjuk Pemda. Sampah yang dikumpulkan kemudian dipersiapkan untuk proses pemindahan ataupun pengangkutan langsung ke lokasi pengelolaan atau pembuangan akhir. Pengumpulan bersifat individual dan komunal. Pengumpulan individual artinya petugas pengumpulan mendatangi dan mengambil sampah dari bak sampah rumah tangga, toko, atau kantor didaerah pelayanannya. Peralatan yang digunakan yaitu truk ataupun gerobak. Sedangkan pengumpulan komunal berarti Tempat Pengumpulan Sementara (TPS), sampah didapat dari rumah-rumah dan dibawa dengan menggunakan gerobak. Dan pengumpulan sampah di jalan besar dilakukan oleh petugas Dinas Kebersihan dengan penyapuan serta pengambilan sampah dari rumah ke rumah. Menurut Salfato (1972) Berdasarkan situasi dan kondisi serta fasilitas yang tersedia, metode pengumpulan sampah dikategorikan menjadi enam macam yaitu : 1.
Sistem pengumpulan oleh tenaga manusia Pengumpulan ini dilakukan didaerah pemukiman yang luas. Petugas pengumpul mendatangi tempat sampah individu untuk mengambil dan memindahkan ke kendaraan yang selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan.
2.
Sistem pengumpulan dengan Container Container diletakkan pada tempat yang strategis sehingga masing-masing penghasil sampah dapat membuang sampahnya ke container tersebut, setelah penuh container segera diangkut ke tempat pembuangan akhir dengan menggunakan truk.
3.
Sistem mekanik Merupakan metode pengumpulan sampah tanpa tenaga manusia dan biasa digunakan di pabrik.
10
4.
Sistem pengumpulan dengan cara membuang sampah kesaluran air kotor yang sebelumnya sampah tersebut dipotong kecil dengan alat pemotong.
5.
Sistem pengumpulan sampah tanpa tenaga manusia dan biasanya dipakai dikomplek pertokoan dan dipasar. Metode ini mengandalkan tekanan udara sebagai tenaga penggerak sampah.
6.
Sistem pengumpulan dengan menggunakan cerobong. Sampah dibuang dari masing-masing kamar dan secara gravitasi sampah akan jatuh dilantai dasar yang dilengkapi dengan bak pengumpul. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada tahap
pengumpulan diantaranya adalah : 1.
Peletakkan sampah sebelum diambil Untuk memudahkan truk dalam proses pengumpulan dan pengangkutan sampah.
2.
Waktu dan frekuensi pengumpulan Pada umumnya pengumpulan dilakukan pada pagi dan siang hari untuk daerah pemukiman atau malam hari untuk daerah perdagangan dan pasar. Frekuensi pengumpulan yang terbaik minimum dilakukan setiap hari sekali berdasarkan pertimbangan sanitasi, tetapi untuk pertimbangan ekonomi dapat dilakukan dua hari sekali.
3.
Tersedianya peralatan yang ada, dengan ditunjang oleh tenaga yang cukup dan terampil, perlengkapan kerja yang ada serta pembagian tugas maupun jadwal kerja yang baik.
4.
Lokasi penampungan sampah yang memenuhi persyaratan baik dari segi kapasitas maupun kuantitas.
2.2.3 Pemindahan dan pengangkutan sampah Pemindahan merupakan kegiatan memindahkan sampah yang masuk dari transfer depo atau TPS ke kendaraan pengangkut untuk dibawa ke TPA. Pengangkutan sampah berkaitan dengan kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan ke lokasi pembuangan akhir. Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut sampah sementara adalah gerobak, kereta sorong, truk dengan memakai
11
pintu atau tutup, truk pembawa container,dan lain-lain. Truk bak kayu dan typper bertugas mengangkut sampah dari lokasi penampungan sementara ke lokasi penampungan akhir. Truk container bertugas mengangkut sampah di bak container yang sudah penuh ke tempat pembuangan akhir. Pengangkutan sampah dari tempat penampungan sementara ke tempat pembuangan akhir ini dilaksanakan oleh petugas Dinas Kebersihan. Menurut Warsito (1990), syarat-syarat alat angkut sampah yaitu : 1.
Terbuat dari logam ataupun melapisi bagian dalam dinding bak dan lantai dengan logam.
2.
Truk terbuka minimal harus tertutup untuk menghindari sampah berceceran dan berterbangan.
3.
Untuk petugas pengangkut harus disediakan pakaian dan perlengkapan kerja seperti pakaian khusus kerja, topi, sarung tangan, masker, sepatu boat, cangkul, sekup, garpu.
4.
Sesudah membuang sampah ke TPA, truk selalu dalam keadaan bersih.
2.2.4 Pembuangan akhir atau pemusnahan Tahap ini merupakan tahap akhir dari pengelolaan sampah dan merupakan tahap terpenting karena tahap ini, persoalan sampah tidak akan dapat diatasi secara tuntas. Menurut Resosoebroto (1978), lokasi pembuangan akhir harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Terletak di daerah yang tanahnya liat dan mengandung pasir. 2. Jauh dari sumber air minum (minimum 200 meter). 3. Terletak di daerah yang bebas banjir 4. Di daerah yang rendah dan jauh dari pemukiman (minimum 2 km). Metode pembuangan akhir yang banyak dikenal adalah : 1. Open dumping yaitu membuang sampah pada tempat pembuangan sampah akhir secara terbuka di suatu lokasi tertentu 2. Control landfill yaitu pembuangan sampah pada tempat pembuangan sampah akhir, seperti halnya open dumping namun disini terdapat proses pengendalian atau pengawasan sehingga lebih tertata.
12
3. Sanitary landfill yaitu pembuangan sampah pada tempat pembuangan akhir dengan menimbun sampah ke dalam tanah hingga periode waktu tertentu. Dengan demikian cara ini dapat menekan polusi atau bau, dan kebersihan lingkungan lebih baik. Metode ini merupakan cara yang paling mudah dibandingkan dengan metode lainnya. Tempat pembuangan akhir membutuhkan ruang/tempat yang luas dan disyaratkan jauh dari tempat pemukiman penduduk. Dengan adanya keterbatasan lahan di berbagai kota besar tempat pembuangan akhir lambat laun menjadi masalah, upaya mengurangi beban penumpukan sampah di TPA dengan berbagai metode pengelolaan sampah yang lebih baik merupakan langkah yang perlu terus dikembangkan. 2.3 Pemanfaatan Sampah Menurut Murtadho (1988) Pemanfaatan sampah merupakan penggunaan dan pemanfaatan kembali sampah yang dapat dijadikan suatu produk yang memiliki nilai ekonomi, akan tetapi di dalam pemanfaatan sampah padat diperlukan teknologi yang tepat dan sesuai dengan karakteristik sampah yang ada. Dengan ditemukannya teknologi yang tepat, maka selain dapat membantu program penanganan sampah padat, juga akan sangat membantu dalam mengembangkan lapangan pekerjaan yang akhirnya akan mendatangkan penghasilan yang berarti bagi masyarakat. Pemanfaatan sampah yang merupakan usaha untuk mengubah sampah dari barang yang bersifat economic bad menjadi economic good sehingga dapat masuk kembali dalam kegiatan produksi dan konsumsi sekaligus mengurangi limbah yang akan mencemari lingkungan. Usaha daur ulang dan pengomposan sampah pada dasarnya merupakan usaha memanfaatkan
kembali
sampah
melalui
pendekatan
ekonososiotekno
dan
keterpaduan antara pembinaan manusia, sumberdaya dan lingkungan (Tribina) yaitu : 1.
Pengelolaan sampah tidak hanya berorientasi pada kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan saja melainkan adanya usaha pemanfaatan kembali sampah sebagai sumberdaya yang bersifat ekonomi.
13
2.
Pengelolaan sampah diselenggarakan secara terpadu antar semua unsur terkait seperti penghasil sampah, pengolah (pemulung dan industri pengomposan) serta pemda dengan orientasi pemecahan secara menyeluruh dari aspek teknologi, ekonomi, sosial dan politis.
3.
Mengubah citra sampah dari beban lingkungan menjadi sumberdaya ekonomi.
Uraian teknologi pengolahan sampah dengan cara pengomposan dan daur ulang dapat dilihat sebagai berikut : 1.
Pengomposan Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara
aerobik dan anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos. Sampah yang dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah organik, karena mudah mengalami proses dekomposisi oleh mikroba (Suriawiria, 1993). Proses dasar yang terjadi pada pengomposan disebut proses aerobik atau proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme sejumlah energi dalam bentuk panas sebagai hasil oksidasi air dan karbondioksida, tidak menimbulkan gas yang kurang sedap, serta temperatur tinggi yang dihasilkan akan menurunkan potensi mikroorganisme bakteri patogen. dengan menggunakan oksigen. Kompos sebagai bahan organik yang telah terurai memiliki sifat-sifat berikut : a) Reaksi kimia relatif netral b) Mengandung asam humin c) Mampu mengikat dan menyerap koloid tanah d) Mampu menyerap air yang tinggi e) Merupakan satuan matriks tanah yang porosif f) Berstruktur serat humus yang kenyal g) Berwarna gelap h) Media ideal bagi mikroba-mikroba simbiosis.
14
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan adalah sebagai berikut : a) Kadar air Dalam suatu campuran kompos kadar air harus lebih besar dari batas terendah syarat berlangsungnya aktivitas bakteri (12-15)%. Kadar air optimum untuk proses pengomposan yang efisien berkisar antara (50-60)%. b) Temperatur Sebagian besar mikroorganisme tumbuh baik pada temperatur antara 200C-350C. Patogen yang tumbuh subur akan menghasilkan suhu tubuh 37 0C. c) Ukuran Partikel Materi kompos dengan ukuran partikel yang kecil lebih mudah dikomposkan daripada materi dengan partikel besar yang mempunyai permukaan lebih luas. Bentuk partikel material yang baik dikomposkan berkisar10-50 mm. d) Perbandingan C dan N Carbon dan Nitrogen merupakan dua elemen yang dibutuhkan bagi pertumbuhan mikrobiologi. Perbandingan carbon terhadap nitrogen dapat menunjukkan kecepatan dekomposisi bahan organik. Jika C/N ratio terlalu tinggi, proses dekomposisi akan berjalan lambat. Jika C/N ratio terlalu rendah sebagian besar nitrogen akan cepat hilang melalui penguapan sebagai molekul amonia. Kompos akan berkualitas baik jika C/N turun menjadi 15-18%. e) Waktu pengomposan Proses pengomposan secara konvensional (tanpa menggunakan perlakuan mikroba pengurai tambahan) biasanya berlangsung selama 4-6 bulan setelah komposter terisi penuh dengan sampah dapur. Proses penguraian sampah menjadi kompos juga dapat dilakukan dengan waktu yang lebih singkat yaitu 18-21 hari yaitu pada bahan organik yang banyak mengandung selulosa (C/N ratio >30) atau bahkan 3-14 hari pada bahan yang mengandung N tinggi (C/N ratio < 15). Contohnya seperti sisa-sisa industrial dan pemotongan hewan.
15
2. Recycling (Daur Ulang) Recycling merupakan metode pembuangan sampah melalui proses daur ulang sehingga sampah tersebut bisa digunakan kembali. Contohnya kertas bekas seperti koran bekas, kertas komputer bekas yang dapat diolah kembali dan dijadikan pulp untuk membuat kertas toilet dan karton pengemas dus. Selain kertas ada juga plastik dan kaleng yang dapat dimanfaatkan kembali. Sampah plastik dapat diolah kembali menjadi barang berguna seperti membuat pot bunga dari plastik botol minum aqua, membuat tas, dompet dari plastik kemasan deterjen, kopi susu dan kemasan lainnya. Konsep dasar gaya hidup hijau, yakni reuse, refill, dan recycle, juga berlaku di dunia teknologi informasi. Hal ini dibuktikan oleh Muhammad Salahuddien Manggalany atau yang akrab dipangil Didin atau Pataka. Didin mendaur ulang kaleng menjadi antena wireless LAN. Awalnya memang iseng-iseng sebagai wadah eksperimental, namun kini bisnis ini telah menjadi lahan baru yang cukup menjanjikan. Selain itu kaleng dapat dimanfaatkan kembali menjadi tempat pensil dan tempat kue. Selain plastik ,kertas dan kaleng, daun juga dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan Seperti halnya di Kota Malang, pemanfaatan limbah dedaunan dijadikan bahan kerajinan tangan seperti tempat tusuk gigi, tempat tisu, maupun hiasan-hiasan yang menarik dan yang menjanjikan perolehan profit dan menjamin peluang lanjutan usaha kerajinan tangan dari daun. Pengembangan
ide
kreatif
sangat
diperlukan
dalam
mengolah
dan
memanfaatkan kembali sampah anorganik agar bahan-bahan anorganik tersebut memiliki nilai jual yang tinggi. Manfaat dari mendaur ulang sampah terhadap lingkungan secara umum adalah: a. Dapat menekan lebih dari 3 kg gas-gas yang menghasilkan efek rumah kaca (greenhouse effect gases) seperti CO2 yang berdampak pada efek pemanasan global. b. Menghemat penggunaan energi yang diperlukan untuk proses industri, karena tidak menggunakan bahan baku secara mentah tapi cukup dengan bahan daur ulang yang sudah ada. Dengan demikian biaya produksi dapat ditekan (menghemat biaya).
16
c. Penghematan penggunaan bahan baku, khususnya yang masih di impor sehingga dapat menghemat devisa. Sebagai contoh, sampah kertas dapat digunakan dengan daur ulang ini antara 5-10 kali sebelum benar-benar tidak dapat digunakan lagi d. Sampah organik dapat dimanfaat sebagai penyubur tanah. Sampah dapat didaur ulang menjadi pupuk organik (kompos) yang sangat dibutuhkan sebagai unsur hara tanah yang penting. Beberapa manfaat penting dari upaya meminimumkan sampah yaitu : 1. Melindungi (mengkonservasi) sumberdaya yang dimiliki, seperti ; a. mineral ; yang digunakan untuk membuat banyak bahan yang berguna (contoh : bauxite yang digunakan untuk membuat alumunium) b. energi ; yang digunakan dalam pertambangan, pemanenan, fabrikasi dan transportasi. c. Kawasan hutan ; yang digunakan untuk membuat berbagai macam kertas dan berbagai macam produk olahan kayu. d. Minyak bumi ; yang digunakan baik sebagai bahan bakar maupun untuk bahan baku plastik. e. Lahan yakni sebagai tempat berbagai kegiatan manusia. 2. Menghemat uang. Mengurangi sampah dapat menghemat uang dalam berbagai cara seperti : a. Sedikit
membuang
sampah
akan
berkurang
kemungkinan
untuk
membelanjakan uang dan membuang sesuatu yang bisa menjadi sampah b. Bisnis menjadi lebih efisien c. Pendapatan keluarga lebih baik 3. Mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan a. Kualitas lingkungan di beberapa area seringkali dipengaruhi oleh adanya aktivitas ekstraksi atau eksploitasi sumberdaya pertambangan.
misalnya di daerah
17
b. Pengurangan atas penggunaan bahan bakar fosil untuk energi akan mengurangi pembuangan gas yang memiliki efek rumah kaca atau sumber polusi lainnya. 2.4
Konservasi Sumberdaya Hayati Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya menyebutkan bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya selain itu konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Berkurangnya keanekaragaman hayati akan
mempunyai dampak negatif pada: 1. Ketahanan stabilitas ekosistem terhadap goncangan faktor luar. 2. Kemampuan untuk memproduksi tanaman baru. 3. Kepastian masa depan untuk kebutuhan generasi yang akan datang. Menurut Rodgers (1997) nilai keanekaragaman hayati sebenarnya lebih banyak dinikmati oleh masyarakat lokal ketimbang masyarakat internasional, yaitu 1. Fungsi ekosistem adalah pada proses dan siklus hara di tanah dan plasma nutfah sangat erat pada kepentingan lokal spesifik. 2. Nilai ekspor produk kenekaragaman hayati, seperti tourisme, obat-obatan dan kayu, keuntungannya kembali kepada produsen/ eksportir nasional. 3. Produk pasar nasional (air minum, kayu bakar, getah, minyak atsiri dan hasil non kayu lainnya). 4. Produk pasar lokal (kayu bakar, hijauan ternak). 5. Produk rumah tangga (pangan, bahan pengrajin). 6. Nilai intangible global seperti penyerapan CO2, ilmu pengetahuan dan iklim .
18
2.5 Permasalahan dan Penanggulangan Kerusakan Lingkungan Sumber masalah kerusakan lingkungan karena dilampauinya daya dukung lingkungan ialah tekanan penduduk terhadap lahan yang berlebih, kerusakan lingkungan hanyalah akibat atau gejala saja. Karena itu penanggulangan kerusakan lingkungan
itu
sendiri
merupakan
penanggulangan
yang
simtomatis
(Otto soemarwoto 1983). Penanggulangan
dapat
diklasifikasikan
pada
tingkat
pengumpulan,
pengangkutan ke stasiun peralihan (transfer station) dan pembuangan akhir atau pemusnahan (Dinas Kebersihan DKI Jakarta 1995). Masalah kebersihan lingkungan pemukiman merupakan masalah yang kompleks dan erat kaitannya dengan tata kehidupan dan kebiasaan masing-masing warga baik sebagai individu maupun masyarakat dalam lingkungannya. Suatu lingkungan pemukiman yang bersih, tertib, indah dan sehat tidak akan berhasil apabila masyarakat tidak berpartisipasi dalam mencapai tujuannya, karena partisipasi itu sendiri merupakan kegiatan dan aktifitas masyarakat untuk menanggulangi masalah lingkungan. Sehingga kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam program kebersihan perlu ditumbuhkan dan digerakkan (Salim 1993 dalam Solehati 2005). Dalam memahami permasalahan tersebut, perlu dilihat beberapa aspek yang menaungi sistem pengelolaan persampahan meliputi (1) aspek teknis, (2) aspek kelembagaan, dan (3) aspek manajemen dan keuangan. Dengan melakukan peninjuan beberapa aspek diatas, Perlu dilakukan suatu rencana tindak (action plan) yang meliputi: (1) Melakukan pengenalan karekteristik sampah dan metoda pembuangannya, (2) Merencanakan dan menerapkan pengelolaan persampahan secara terpadu (pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir), (3) Memisahkan peran pengaturan dan pengawasan dari lembaga yang ada dengan fungsi operator pemberi layanan, agar lebih tegas dalam melaksanakan reward & punishment dalam pelayanan,
19
(4) Menggalakkan program Reduce, Reuse dan Recycle (3 R) agar dapat tercapai program zero waste pada masa mendatang, (5) Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang lebih bersahabat dengan lingkungan dan memberikan nilai tambah ekonomi bagi bahan buangan. 2.6 Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah terpadu. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahunke tahun yang semakin kompleks. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah, strategi dalam kebijaksanaan kegiatan, memikul beban dan pelaksanaan kegiatan, memetik hasil dan manfaat kegiatan secara adil (Tjokroamidjojo
1990)
sedangkan
menurut
Koentjaraningrat
(1991)
dalam
Solehati (2005), partisipasi merupakan pemberian sumbangan dan turut serta dalam menentukan arah atau tujuan pembangunan, dimana ditekankan bahwa partisipasi adalah
hak
dan
kewajiban
bagi
setiap
masyarakat.
Partisipasi
menurut
Hoofsteede (1971) dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu 1. Partisipasi Inisiasi : Partisipasi yang mengundang inisiatif dari pimpinan desa baik formal maupun informal dari anggota masyarakat mengenai suatu program, proyek atau kegiatan, yang nantinya program tersebut menjadi kebutuhan masyarakat. 2. Partisipasi Legitimasi : Partisipasi ini merupakan partisipasi tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang program, proyek, kegiatan tersebut. 3. Partisipasi Eksekusi : Partisipasi pada tingkat pelaksanaan. Secara umum partisipasi dibagi menjadi dua macam yaitu partisipasi dalam bentuk fisik seperti tenaga, barang dan uang, serta partsipasi dalam bentuk non fisik seperti sumbangan, pemikiran atau ide dan dukungan. Iriani (1994) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga, lama menetap dan pengetahuan tentang sampah dengan
20
peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Semakin baik atau tinggi suatu variabel kelompok masyarakat maka peran serta masyarakat itu semakin tinggi. Dinyatakan juga bahwa peran serta masyarakat di daerah dengan tingkat pendapatan penduduk yang tinggi atau lebih besar daripada peran serta masyarakat di daerah dengan tingkat pendapatan penduduk sedang. Peran serta dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam menanggulangi keberadaan sampah yang semakin menumpuk, adanya peran serta yang baik dari masyarakat akan sangat memudahkan pelaksanaan operasional dilapangan. Peran serta masyarakat berarti masyarakat ikut serta dan mengikuti serta menyertai pemerintah dalam memberikan bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat dan menjamin usaha keberhasilan pembangunan (Santono & Iskandar 1991 dalam Solehati 2005). Satu diantara bentuk implementasi konsep 3R yang mulai digalakan oleh masyarakat dan sektor industri adalah mendaur ulang sampah dan berupaya menghimpun kegiatan yang dapat memanfaatkan sampah untuk didaur ulang. Pada dasarnya usaha daur ulang maupun pengomposan merupakan usaha memanfaatkan kembali sampah melalui ekonososiotekno dan keterpaduan antara pembinaan manusia, sumberdaya dan lingkungan. Pengelolaan terhadap sampah secara terpadu diperlukan keterlibatan antar semua pelaku seperti pemulung, masyarakat, industri pengomposan, LSM, Pemda dan berorientasi pada suatu pemecahan yang menyeluruh mulai dari aspek teknologi, ekonomi, sosial dan politis. Dengan adanya usaha pemanfaatan dan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat diharapkan dapat mengubah citra sampah dari beban lingkungan dan memberikan dampak negatif menjadi sumberdaya ekonomi yang memberikan dampak positif bagi masyarakat serta dapat menunjang kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. 2.7 Peran Pemulung dan Lapak dalam Pengelolaan Sampah Pemulung merupakan orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Peran pemulung dalam penanganan sampah kota sangat penting. Hal ini dikarenakan kegiatan pemulung yang dapat mengatasi penumpukan sampah di sumber dan tempat pembuangan akhir. Menurut Dinas
21
Kebersihan Provinsi DKI (1990), kesepakatan cara pandang mengenai pemulung adalah : 1. Pemulung merupakan bagian masyarakat atau WNI yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama sesuai dengan UUD 1945. 2. Pemulung adalah pelaku penting dalam proses daur ulang (recycling) sampah sebagai salah satu bagian dalam penanganan sampah perkotaan maupun pedesaan. 3. Pemulung adalah salah satu pemelihara lingkungan hidup yang menyerap sebagian sampah untuk dapat diolah menjadi barang berguna bagi masyarakat. 4. Pemulung adalah orang yang bekerja memunguti dan mengumpulkan sampah serta memanfaatkan sampah-sampah tersebut untuk menambah penghasilan mereka. 2.8 Kelembagaan Penanganan Sampah Kelembagaan merupakan organisasi dan aturan main (rules of the game). Kelembagaan sebagai suatu organisasi menggambarkan koordinasi yang didasarkan atas mekanisme administratif sehingga mengarah pada pengertian lembaga yang bersifat formal seperti departemen dalam pemerintahan, perusahaan, koperasi, bank dan sebagainya. Berdasarkan definisi dan terminologi yang berlaku dimasyarakat maka lembaga adalah kombinasi dari : 1. Kebijakan dan tujuan 2. Hukum dan aturan main 3. Organisasi 4. Rencana operasi dan prosedur 5. Mekanisme insentif 6. Mekanisme pertanggungjawaban 7. Norma, tradisi, praktek dan kebiasaan. Kelembagaan yang baik merupakan kunci dari keberhasilan pengelolaan negara, pembangunan, pasar, perdagangan, bisnis. Demikian pula halnya dengan kelembagaan penanganan persampahan, kelembagaan penanganan sampah kota tidak
22
hanya terdiri dari organisasi yaitu hubungan keterkaitan berbagai pihak (stakeholder) tetapi dapat juga berupa aturan dan kebijakan yang akan berpengaruh dalam mengimplementasikan sistem pengelolaan sampah baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, lingkungan maupun teknologi. Kebijakan dan strategi penanganan sampah mengacu
pada
Undang-Undang
Lingkungan
Hidup
yang
tertuang
dalam
UU No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yaitu upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup untuk kemudian masing-masing daerah menjabarkannya dalam bentuk peraturan daerah. Sedangkan definisi dari lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan
kesejahteraan
manusia
serta
makhluk
hidup
lainnya
(Hardjosoemantri 2000). Menurut Djogo et al. (2003) mengatakan bahwa unsur-unsur dan aspek kelembagaan antara lain meliputi : 1. Institusi yang merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial masyarakat 2. Norma tingkah laku yang mengakar dalam masyarakat dan diterima secara luas untuk melayani tujuan bersama yang mengandung nilai tertentu dan menghasilkan interaksi antar manusia yang terstruktur. 3. Peraturan dan penegakan aturan/hukum 4. Aturan dalam masyarakat yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama dengan dukungan tingkah laku hak dan kewajiban anggota 5. Kode etik 6. Organisasi 7. Insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diizinkan.
23
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di tiga tempat berbeda. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat peneliti mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas. Penentuan lokasi penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling (sengaja) dengan beberapa pertimbangan yaitu terdapatnya masyarakat yang memanfaatkan sampah untuk usaha daur ulang serta terdapat kelompok masyarakat yang peduli kebersihan lingkungan dan pernah bekerjasama dengan beberapa LSM seperti JICA dan Bina Swadaya. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan usaha kompos, peneliti mengambil contoh studi kasus di pabrik kompos Mutu Elok RW 10 Perumahan Cipinang Elok Jakarta Timur.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus
s.d bulan September 2009. 3.2 Alat dan Panduan Alat yang digunakan adalah alat tulis menulis, kamera digital, perangkat lunak berupa software Microsoft Excel 2007, software SPSS 15. Untuk wawancara digunakan panduan kuisioner (Lampiran 12) 3.3 Metode Pengumpulan Data dan Pengambilan Sampel 3.3.1 Jenis dan sumber data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis studi kasus dan metode survey. Metode studi kasus bertujuan mempelajari latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan dari suatu unit sosial, sedangkan metode survey merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada serta mencari keterangan secara faktual institusi sosial, ekonomi, dan pendidikan. Data yang akan dikumpulkan
berupa:
jumlah
penduduk,
produksi
sampah
perumahan,
sektor-sektor penghasil sampah terbesar, peraturan daerah tentang kebersihan, perilaku dan partisipasi masyarakat, manfaat ekonomi dari usaha daur ulang dan pengomposan. Untuk memudahkan pengumpulan data maka kebutuhan data, jenis dan sumber data serta teknik pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.
24
Tabel 1 Daftar kebutuhan data, jenis, sumber dan teknik pengumpulan data Tujuan Penelitian
Data yang dibutuhkan
Sumber Data
Mengetahui Perilaku dan Partisipasi Masyarakat
1. Karakteristik Masyarakat : a. Tingkat pendidikan formal b. Jenis Pekerjaan c. Jumlah pendapatan/bln d. Lama menetap 2. Partisipasi Masyarakat : a. Ketersediaan tempat sampah di rumah b. Keterlibatan dalam pelaksanaan kebersihan lingkungan c. Keikutsertaan memilah sampah d. Cara membuang sampah Rumah e. Hal yang dilakukan jika tempat tinggal kotor f. Pendapat masyarakat terhadap pemisahan sampah organik dan anorganik g. Pengetahuan warga tentang TPA 1. Karakteristik Pemulung (Dapat dilihat pada lampiran 3) 2. Bentuk usaha pemanfaatan sampah kota 3. Pemasaran produk 4. Nilai jual produk 1. Kelembagaan (Sistem organisasi formal pengelolaan sampah di Dinas Pertamanan, Keindahan & Kebersihan) a. Struktur Organisasi b. Tata kerja c. Personil d. Sarana dan Prasarana e. Tingkat Pelayanan f. Dasar Hukum dan Peraturan Daerah tentang Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban 2. Teknik Pengelolaan Sampah a. Sumber sampah b. Volume sampah/jumlah timbunan sampah c. Komposisi sampah d. Laju pengangkutan sampah dari TPS ke TPA e. Kapasitas tampung dan perubahan kapasitas tampung TPA, serta laju pemusnahan sampah di TPA 3. Pembiayaan Pengelolaan Sampah a. Besar retribusi yang diperoleh dari masyarakat 4. Kondisi Umum a. Letak geografis dan iklim di Jakarta timur khususnya Kec. Ciracas b. Jumlah penduduk
Data Primer dari masyarakat RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas Data Sekunder dari Kecamatan Ciracas
Mengetahui Manfaat Ekonomi serta Kelayakan Usaha Daur Ulang dan Pengomposan Sampah Kota Mengetahui permasalahan serta pengaruh usaha daur ulang sampah dan pengomposan terhadap sistem pengelolaan sampah kota.
Data Sekunder Dari pemulung, lapak , pengusaha daur ulang dan pengomposan
Teknik Pengumpulan Data Kuisioner dan Observasi Lapang
Wawancara, buku kas proyek
Data sekunder dari Dinas Kebersihan dan Kecamatan
a.Observasi Lapang b.Studi Pustaka c.Wawancara
25
Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi lapang. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yakni mengumpulkan data yang telah menjadi arsip pengelola, melalui penelusuran informasi dari lembaga/instansi terkait (Dinas Kebersihan Jakarta Timur, Kantor kecamatan, Kantor Kelurahan, Perpustakaan) dalam bentuk laporan maupun buku. 3.3.2 Pengambilan sampel dan penentuan responden Kecamatan Ciracas merupakan salah satu kecamatan yang pengelolaan sampahnya berbasis masyarakat. Kecamatan Ciracas terletak di daerah Kotamadya Jakarta Timur. Kecamatan ini memiliki 5 Kelurahan yaitu Cibubur, Ciracas, Susukan, Kelapa Dua Wetan dan Rambutan. Namun dari lima kelurahan tersebut hanya dua kelurahan yang terpilih yaitu kelurahan Susukan, kelurahan Ciracas. Dalam penelitian ini pengambilan sampel wilayah dilakukan secara purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan beberapa kriteria diantaranya yaitu terdapat sekelompok masyarakat peduli lingkungan serta pernah bekerjasama dengan LSM seperti JICA dan Bina Swadaya, terdapat pengusaha daur ulang dan masyarakat yang memiliki profesi bekerja sebagai pemulung dan pengumpul. Adapun wilayah kelurahan berdasarkan kriteria yang disebutkan di atas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kelurahan terpilih berdasarkan kriterianya No. Pertimbangan/Kriteria Sampel Kelurahan 1. 2.
Masyarakat Peduli Lingkungan dan Pengusaha Daur Ulang a. Pemulung b. Pengumpul
a. Susukan b. Ciracas a. Cibubur
Jumlah Responden a. b. a. b.
30 orang 30 orang 50 orang 2 orang
Metode dalam penelitian memerlukan responden yang terdiri dari 3 kategori, pertama:
pemulung
dan
lapak,
kedua:
pihak
pengusaha
daur
ulang
(pengusaha kompos) dan masyarakat Kelurahan Susukan dan Kelurahan Ciracas, sedangkan kategori ketiga : Dinas Kebersihan. Penentuan responden untuk mengetahui partisipasi masyarakat di dua kelurahan dipilih berdasarkan stratified random sampling yaitu responden dibagi menjadi beberapa grup elemen yang disebut strata dalam hal ini dilihat dari tingkat pendidikan diantaranya yaitu tamatan SD sederajat, SMP-SMA sederajat dan perguruan tinggi. Satu kelurahan sebanyak 30 responden, dari 30 responden tersebut akan di bagi sama banyak
26
yaitu untuk tamatan SLTP ke bawah sebesar 10 orang, tamatan SLTA 10 orang dan tamatan perguruan tinggi 10 orang. 3.4 Analisis Data Data kualitatif yang diperoleh di lapangan disajikan secara deskriptif dan diberikan gambar hasil dokumentasi selama dilakukannya penelitian. Dari hasil data kuantitatif yang didapat dilapangan akan dibuat grafik, perhitungan skor, persentase, nilai rataan hasil. Analisis data kuantitatif dihitung sebagai berikut: 3.4.1 Penentuan Skoring Peringkat Partisipasi Pengukuran untuk setiap indikator akan diberikan bobot (kuantifikasi yang sesuai dengan besar skor). Ketentuan pembobotan berdasarkan kategori berikut : a. Nilai skor 1 = kategori rendah b. Nilai skor 2 = kategori sedang c. Nilai skor 3 = kategori baik Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari setiap indikator dari ke empat sub variabel tingkat partisipasi masyarakat. Penentuan
kategori didasarkan pada
jumlah skor yang dicapai dibandingkan dengan skor standar. Penentuan skor standar diperhitungkan dengan rumus :
1. Variabel Partisipasi Dari setiap jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden diberi nilai atau skor 1 sampai 3. Pada skor 1-3 tersebut dapat dilihat apakah partisipai masyarakat terhadap lingkungan maupun masalah sampah pada khususnya semakin tinggi atau sebaliknya. Semakin tinggi skor atau nilai yang diperoleh maka semakin baik juga. Misalnya saja pertanyaan mengenai keikutsertaan responden dalam kegiatan kerja bakti dilingkungannya. Resonden yang menjawab tidak pernah diberi skor 1, responden yang menjawab kadang-kadang diberi skor 2 sedangkan untuk responden yang menjawab selalu diberi skor 3.
27
2. Variabel Identitas Penentuan variabel identitas terdiri dari pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan dan lama menetap responden. Misalnya saja untuk jenis pekerjaan yang dimiliki responden. Untuk responden yang tidak memiliki pekerjaan tetap diberi skor 1, yang memiliki pekerjaan tetap diberi skor 2 dan responden yang memiliki pekerjaan tetap dan tambahan diberi skor 3. 3. Penghitungan Peringkat Dalam menentukan range untuk Partisipasi ada 11 item pertanyaan yang digunakan oleh penulis, jumlah kategori ada 3 dengan bobotnya 1-3, kategori (rendah = 1, sedang = 2 dan tinggi = 3), sehingga skor tertinggi yang diperoleh sebesar 32 dan skor terendah sebesar 11, dan dari penghitungan peringkat diperoleh besaran range skor masing-masing kategori adalah 7. Dengan demikian pengelompokan kategori untuk partisipasi adalah sebagai berikut :
Rendah
Range nilai : 11 - 17
Sedang
Range nilai : 19 - 25
Tinggi
Range nilai : 26- 33
3.4.2 Analisis Nilai Partisipasi Masyarakat Terhadap Lingkungan dalam Pengelolaan Sampah Terpadu Untuk analisis nilai partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah instrumen yang digunakan adalah kuisioner berdasarkan variabel-variabel yang diamati yaitu dari aspek yang dapat dilihat dalam Tabel 3.
28
Tabel 3 Variabel-variabel yang digunakan untuk megetahui partisipasi masyarakat No. 1.
Sub variabel Tingkat Pendidikan Formal
2.
Jenis Pekerjaan
3.
Jumlah Pendapatan per bulan
4.
5.
6.
Lama Menetap
Intensitas Keterlibatan dalam Kebersihan lingkungan Keikutsertaan dalam memilah sampah
7.
Ketersediaan tempat sampah di rumah
8.
Cara membuang sampah
9
Hal yang dilakukan Jika Tempat Tinggal Kotor
10
Pengetahuan warga tentang TPA
11
Pendapat warga terhadap pemilahan sampah organik dan anorganik
a. b. c. a. b. c.
Indikator SD SMP-SMA PT (Perguruan Tinggi) Tidak Punya Pekerjaan Tetap Memiliki Pekerjaan Tetap Memiliki Pekerjaan Tetap dan tambahan
Skor a. 1 b. 2 c. 3 a. 1 b. 2 c. 3
a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c.
Rp 100.000-Rp 250.000 Rp 250.000-Rp 500.000 > Rp 500.000 1- 5 tahun 5 tahun- 15 tahun > 15 tahun Tidak pernah mengikuti Kadang- kadang Selalu Tidak pernah Kadang-kadang Selalu Tidak tersedia Tersedia berupa kantong plastik/kardus Tersedia berupa bak semen/ bak plastik Tidak dipilah Dibakar Dipilah Mendiamkannya Mengajak tetangga Kerjabakti Membersihkan Sendiri Tidak tahu Tahu Mengerti Tidak Setuju Setuju Sangat setuju
a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Data mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan penanganan sampah
yang
dikumpulkan dengan
metode daftar
kuisioner
dianalisis
menggunakan metode analisis statistik non parametrik Model Korelasi Spearman. Menurut Siegel (1992) kekuatan dan efisiensi penggunaan model korelasi rank Spearman adalah bahwa apabila dibandingkan dengan korelasi parametrik yang paling kuat, r Pearson kira-kira 91 %. Artinya jika rs dipakai dengan suatu sampel untuk menguji ada atau tidaknya asosiasi
dalam populasinya dan apabila
anggapan tuntutan-tuntutan yang mendasari penggunaan dari r Pearson dipenuhi, yakni manakala populasi itu memiliki distribusi normal bivariate dan pengukuran setidaknya dalam pengertian skala interval, maka r s 91 % sama tingkat efisiensinya dengan r dalam menolak H0. Kalau suatu korelasi antara X dan Y
29
terdapat dalam populasi dengan 100 kasus rs akan menunjukkan korelasi itu pada tingkat signifikansi yang sama dengan yang dicapai r dengan 91 kasus. Menurut Walpole (1992) Nilai r s biasanya dekat dengan nilai r yang diperoleh berdasarkan pengukuran numerik dan ditafsirkan secara sama pula. Nilai rs dapat terjadi dari -1 sampai +1. Nilai +1 atau -1 menunjukkan adanya hubungan antara X dan Y, tanda plus dapat diartikan bahwa pemberian peringkat itu sejalan, sedangkan tanda minus berarti bahwa pemberian peringkat bertolak belakang. Bila rs dekat dengan nol, kita menyimpulkan bahwa kedua peubah tidak berkorelasi. Variabel yang akan diamati terdiri dari : 1. Variabel pengaruh (Variabel bebas) yakni karakteristik masyarakat yaitu : pendidikan (X1), tingkat pendapatan (X2), jenis pekerjaan (X3), lama waktu menetap (X4). 2. Variabel terpengaruh (variabel tidak bebas) yakni : Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah (Y) Model formulasi korelasi peringkat (Siegel, 1992) : rs = 1 - 6
Spearman yang digunakan adalah
N3-N Keterangan : rs = koefisien korelasi rank spearman N = jumlah responden di = selisih rangking antara variabel xi dan yi xi = rangking nilai variabel bebas yi = rangking nilai variabel tak bebas Untuk menghitung r s dibuat daftar ke 60 responden sebagai subyek. Pada setiap subyek dicantumkan rangking-nya untuk setiap variabel X dan rangking-nya untuk variabel Y. Kemudian ditentukan harga d i = perbedaan antara kedua rangking. Setiap di dikuadratkan selanjutnya semua harga di2 dijumlahkan untuk mendapatkan ∑di2 kemudian harga ini dan harga N (banyaknya subyek) dimasukkan kedalam rumus pokok.
30
3.4.3 Analisis nilai finansial pemanfaatan sampah serta dampak positifnya terhadap lingkungan Untuk analisis finansial pengelolaan sampah serta dampak positifnya terhadap lingkungan, instrumen yang digunakan adalah kuisioner berdasarkan variabel-variabel yang diamati yaitu dari aspek ekonomi antara lain data pembiayaan pengelolaan sampah (biaya variabel maupun biaya tetap), biaya pembuatan sampah organik menjadi kompos, data pemasaran kompos, laba atau keuntungan dari penjualan bahan daur ulang, jenis, sumber sampah dan komposisi sampah dengan jumlah responden 50 orang yang berasal dari pemulung, 2 orang dari lapak. Penghitungan manfaat ekonomi dapat dilihat pada Tabel 4. Selain itu juga untuk melihat nilai ekonomi dan keuntungan yang diperoleh agar kegiatan perusahaan pengelola sampah layak dilaksanakan atau tidak maka dilakukan penghitungan cashflow pada kompos Mutu Elok dengan uraian (Tabel 5) dan rumus sebagai berikut. Tabel 4 Manfaat ekonomi sampah anorganik oleh pemulung No. Jenis barang bekas Volume Harga (ton) jual (Rp/kg) 1. - Kertas - Plastik - Karet - Kaca - Logam - Kaleng - Botol - Kardus Jumlah Nilai ekonomi bahan dauran sampah/ton Besar manfaat ekonomi yang diperoleh / hari
Manfaat ekonomi (Rp)
Total Manfaat Ekonomi (Rp) =
=
Volume Total (ton) Nilai ekonomi (Rp) X rataan dauran yang di dapat (ton)/hari
31
Tabel 5 Biaya operasional daur ulang sampah organik menjadi kompos No
Uraian Komponen
I
Tahun 2 ….
1
Inflow 1. Nilai Produksi 2. Pinjaman 3. Nilai Sewa 4. Grants (bantuan) 5. Salvage Value (nilai sisa) Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1 Biaya Variabel 2.2 Biaya Tetap 3. Pembayaran Bunga Pinjaman 4. Pajak 5. Biaya Lainnya Total Outflow Net Benefit = (I-II)
II
III IV
DF
V
1 , dengan i = DR(%) (1 i) t
PV Net Benefit (NPV) = (III)(IV)
Cash Flow n
a.
Net Present Value (NPV)
NPV t
Bt Ct i) t 0 / 1 (1
Keterangan : Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t (Rp) Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t (Rp) i = Discount rate (%) t = Umur usaha (tahun) Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV: 1. NPV ≥ 0; maka usaha layak untuk dilaksanakan 2. NPV < 0; maka usaha tidaka layak untuk dilaksanakan b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) n
Net B/C
t
t
Keterangan : Bt =
Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t (Rp)
Bt 0 / 1 (1 n Bt 0 / 1 (1
Ct i) t Ct i) t
0 0
n
32
i =
Discount rate (%)
t =
Umur usaha (tahun)
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C: 1. Net B/C ≥ 1; maka usaha layak untuk dilaksanakan. 2. Net B/C < 1; maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan c. Internal Rate of Return (IRR)
IRR
i1
NPV1 x (i 2 NPV1 NPV2
i1)
Keterangan : i1 =
Discount rate yang menghasilkan NPV positif (%)
i2 =
Discount rate yang menghasilkan NPV negatif (%)
NPV1
= NPV yang bernilai positif (Rp)
NPV2
= NPV yang bernilai negatif (Rp)
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR: 1. IRR ≥ discount rate (suku bunga) yang berlaku; maka usaha layak untuk dilaksanakan. 2. IRR < discount rate (suku bunga) yang berlaku; maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Kelayakan finansial diukur dengan melakukan perhitungan cash flow terhadap berbagai kriteria investasi yaitu NPV, IRR, NET B/C. Keseluruhan perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel edisi 2007. 3.4.4 Analisis permasalahan dan pengaruh usaha pemanfaatan sampah Analisis terhadap permasalahan yang dihadapi serta pengaruh usaha pemanfaatan sampah akan disajikan secara deskriptif yang menelaah tentang masalah-masalah yang terjadi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah perkotaan di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Mulai dari kelembagaan dinas kebersihannya, cara pengelolaan sampah yang sedang berlangsung saat ini mulai dari pengumpulan hingga pembuangan akhir serta partisipasi masyarakatnya yang merupakan aspek penting dalam pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat.
33
IV. KONDISI UMUM PENELITIAN
4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta timur, letak geografis wilayah jakarta timur terdiri dari 95% daratan dan selebihnya adalah rawa/sawah. Letak geografis berada diantara 1060 49’ 35’’ BT dan 060 10’ 37’’ LS, beriklim panas, temperatur rata-rata sepanjang tahun adalah 27ºC dengan kelembaban relatif berkisar 80%-90%. Kondisi topografi wilayah jakarta timur pada umumnya relatif datar dengan ketinggian rata-rata mencapai 50 mdpl. Adapun batas geografis daerah jakarta timur adalah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Jakarta Pusat dan Jakarta Utara 2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor Jawa Barat 4. Sebelah barat berbatasan dengan Jakarta Selatan Jakarta Timur dilewati beberapa badan perairan (sungai dan kanal) diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Cakung Drain yang melintasi Kecamatan Cakung 2. Kali Ciliwung yang melintasi Kecamatan Matraman, Jatinegara, Kramat Jati dan Pasar Rebo 3. Kali Malang yang melintasi Kecamatan Makasar, Duren Sawit dan Jati Negara 4. Kali Sunter yang melintasi Kecamatan Pulo Gadung 5. Kali Cipinang yang melintasi Kecamatan Jatinegara, Makasar, dan Ciracas
34
b. Peta Lokasi Penelitian C
C
B
A
Gambar 2 Peta lokasi penelitian Keterangan (A dan B: Lokasi untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat terhadap penanganan sampah, C : Lokasi pabrik kompos Mutu Elok)
35
4.2 Wilayah Administratif Jakarta Timur Secara administratif kota Jakarta Timur terdiri dari 10 kecamatan yang dibagi kedalam 65 kelurahan. Secara keseluruhan luas Jakarta Timur adalah 18.768,43 Ha. Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Pembagian wilayah Jakarta Timur berdasarkan administratif pemerintahan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kecamatan Matraman Jatinegara Pulogadung Kramat jati Cakung Pasar rebo Duren sawit
Jumlah Kelurahan 6 8 7 7 7 5 7
Luas wilayah (Ha) 485,13 1.063,52 1.572,15 1.333,45 4.248,08 1.294,60 2.270,60
8. 9. 10.
Makasar Ciracas Cipayung
5 5 8
2.163,01 1.608,30 2.729,59
65 Jumlah Sumber: Suku dinas kebersihan Jakarta Timur 2008
Berdasarkan data
18.768,43
Dinas Kebersihan Jakarta Timur Jumlah penduduk yang
paling banyak adalah pada tahun 2004 dan 2006, sedangkan yang paling sedikit yaiitu pada tahun 2005. Adapun data jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah penduduk Jakarta Timur Tahun 2004 - 2008 No Tahun 1 2004 2 2005 3 2006 4 2007 5 2008 Sumber : Dinas kebersihan Jakarta Timur 2008
Jumlah Penduduk (Jiwa) 2.434.163 2.385.121 2.434.163 2.393.788 2.413.875
4.2.1 Letak geografis Kecamatan Jatinegara Kecamatan Jatinegara terletak antara 1060 49’ 35" Bujur timur dan 060 10’ 37" Lintang Selatan, Kecamatan Jatinegara memiliki luas wilayah 1.063,52. Adapun batas wilayahnya sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Kecamatan Mataram dan Pulo Gedung 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Tebet 3. Sebelah Timur : Kecamatan Kramat Jati 4. Sebelah Barat
: Kecamatan Duren Sawit (Klender dan Pondok Bambu)
36
Wilayah Kecamatan Jatinegara dibatasi juga oleh Sungai/Kali Ciliwung dan Kali Sunter, serta dilalui oleh kali-kali Cipinang. Disamping itu, terdapat juga sungai buatan (Kali Malang) yang berfungsi sebagai pengendalian banjir dan irigasi serta untuk instalasi air minum. Penduduk di Kecamatan Jatinegara sebanyak 263.706 jiwa, jumlah rumah tangga sebanyak 71.806 dengan tingkat pertumbuhan penduduknya 0.17% per tahun. Di Kecamatan Jatinegara terdapat 1.140 RT, 90 RW dan 90.869 KK. Presentase penggunaan tanah di Kecamatan Jatinegara yang terbesar adalah sebagai daerah Perumahan sebesar 77,09% dan penggunaan terkecil sebagai daerah industri sebesar 20,16%. Secara administrasi Kecamatan Jatinegara terdiri atas delapan kelurahan. Masing-masing kelurahan mempunyai luas yang sangat bervariasi, adapun luasan masing-masing kelurahan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Luas kelurahan di Kecamatan Jatinegara No Kelurahan 1 Kelurahan Bidara Cina 2 Kelurahan Cipinang Cempedek 3 Kelurahan Cipinang Besar Selatan 4 Kelurahan Cipinang Muara 5 Kelurahan Cipinang Besar Utara 6 Kelurahan Rawa Bunga 7 Kelurahan Balimester 8 Kelurahan Kp. Melayu Sumber : Dinas kebersihan Jakarta Timur 2008
Luas Wilayah (Km2) 1,26 1,67 1,63 2,90 1,15 0,88 0,67 0,48
4.2.2 Letak geografis Kecamatan Ciracas Kecamatan Ciracas terletak antara 1060 49’ 35’’ Bujur Timur dan 060 10’37’’ Lintang Selatan, batas wilayah Kecamatan Ciracas adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Kecamatan Kramat Jati 2. Sebelah Selatan : Jalan Tol Jagorawi 3. Sebelah Timur : Kabupaten Bogor 4. Sebelah Barat
: Jalan Raya Bogor
Jumlah penduduk Kecamatan Ciracas sebanyak 200.806 jiwa, dengan pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun yaitu 0,66%. Di Kecamatan Ciracas terdapat 56.291 rumah tangga, 49 RW, 594RT, dan 50.000 KK. Dengan luas lahan 1.604,81 Ha, penggunaan lahan terbesar adalah sebagai perumahan seluas 70,11% sedangkan luas penggunaan lahan terkecil adalah sebagai industri sebesar 10,24%. Secara administrasi
37
Kecamatan Ciracas terdiri atas lima kelurahan. Masing-masing kelurahan mempunyai luas yang sangat bervariasi. Secara rinci luas wilayah kelurahan di Kecamatan Ciracas dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Luas kelurahan di Kecamatan Ciracas No
Kelurahan
Luas Wilayah (Ha)
1
Kelurahan Cibubur
450,90
2
Kelurahan Kelapa Dua Wetan
335,76
3
Kelurahan Ciracas
393,30
4
Kelurahan Susukan
215,85
5
Kelurahan Rambutan
209,00
Sumber : Dinas kebersihan Jakarta Timur 2008
4.3 Gambaran umum penanggulangan kebersihan di Provinsi DKI Jakarta. Dinas Kebersihan DKI Jakarta dibentuk berdasarkan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta tanggal 6 Desember 1967 Nomor Db. 4/1/7/1967 jo. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Ibukota Jakarta Nomor: B. VIII/1498/a/1/1976 dalam rangka pemberian pelayanan masyarakat di bidang kebersihan. Dinas Kebersihan memiliki visi menjadikan Jakarta kota yang bersih, sebersih ibukota negara yang telah maju dan memiliki misi untuk menyadarkan masyarakat bahwa kebersihan merupakan kebutuhan hidup, memanfaatkan sampah sebagai bahan yang berguna dan meningkatkan pelayanan kebersihan yang prima Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta memiliki tupoksi (tugas pokok dan fungsi) tugas pokok dinas kebersihan adalah menyelenggarakan usaha untuk mewujudkan kota yang bersih, tertib, indah dan sehat. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana telah disebutkan diatas, Dinas Kebersihan memiliki fungsi yaitu : 1. Merumuskan kebijakan dibidang kebersihan 2. Menyusun program kerja di bidang kebersihan 3. Mengembangkan sistem penanggulangan sampah padat dan cair serta bahan berbahaya beracun (B3) yang meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pembuangan dan pemusnahan / pengelolaan serta pemanfaatannya. 4. Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan 5. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam memelihara dan menjaga kebersihan lingkungan.
38
6. Melakukan bimbingan perencanaan teknis dan pengendalian pelaksanaan sistem penanggulangan sampah padat dan cair serta limbah B3 dari bangunan umum, tempat usaha serta bangunan lainnya yang menimbulkan pengotoran lingkungan. 7. Melakukan pengamatan terhadap pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah padat dan cair serta limbah B3. 8. Melakukan pelayanan kebersihan kepada masyarakat, instansi pemerintah atau swasta 9. Memberikan ijin tertentu atau rekomendasi serta melakukan pembinaan terhadap setiap bentuk usaha yang bergerak dibidang pelayanan kebersihan. 10. Mengendalikan
kepatuhan
masyarakat
dalam
melaksanakan
peraturan
kebersihan lingkungan 11. Melakukan pemungutan retribusi terhadap jasa pelayanan kebersihan baik langsung maupun tidak langsung. 12. Memberdayakan masyarakat dibidang kebersihan 13. Melakukan pengelolaan dukungan teknis dan administratif 14. Melakukan pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan Suku Dinas. Dalam menjalankan tugasnya Dinas Kebersihan bekerjasama melaksanakan penanganan kebersihan dengan instansi-instansi terkait antara lain: 1. Dinas Pekerjaan Umum melaksanakan penanganan di saluran-saluran/kali. 2. Dinas Pertamanan melaksanakan penanganan kebersihan di taman-taman dan jalur hijau. 3. PD. Pasar Jaya melaksanakan penanganan kebersihan di pasar-pasar. 4. Pengolahan sampah di TPA Bantar Gebang. Teknis operasional kegiatan penanggulangan sampah di wilayah DKI Jakarta dilakukan atas tahap-tahap kegiatan sebagai berikut : 1. Tahap penyapuan dan pewadahan 2. Tahap pengumpulan 3. Tahap pengangkutan dari sumber TPS ke TPA 4. Tahapan Stasiun Peralihan Antara (SPA) 5. Tahapan Pemusnahan Sampah di TPA
39
Gub DKI Jakarta Walikota Kepala Dinas Kebersihan Camat Kepala Sudin Kebersihan Lurah Kasie Kebersihan Kecamatan
Keterangan :
Kasubsie Kebersihan Kelurahan Teknis Operasional Teknis Administratif
Gambar 3 Teknis Penanganan Sampah di Wilayah DKI Jakarta 4.4
Karakteristik Demografi Responden Karakteristik demografi responden terdiri dari umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan dan lama tinggal. Berdasarkan umur, responden dominan berumur 36-55 tahun sebanyak 36 responden (60%). Responden yang tidak memiliki pekerjaan tetap sebesar 26 responden (43,3%), yang memiliki pekerjaan tetap sebesar 25 responden (41,7%) dan yang memiliki pekerjaan tetap dan tambahan sebesar 9 responden (15%). Identitas responden diuraikan pada Tabel 10. Tabel 10 Karakteristik Responden No. 1
2
3
4
5
Karakteristik Responden Umur 15-35 tahun 36-55 tahun >55 tahun Tingkat Pendidikan SD SMP-SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan tidak punya pekerjaan tetap punya pekerjaan tetap pekerjaan tetap dan tambahan Pendapatan Rp 100.000- 250.000 Rp 250.000-500.000 > Rp 500.000 Lama Tinggal 1-5 tahun 5-15 tahun > 15 tahun
Sumber Data Primer Tahun 2009
Jumlah Responden
Persentase (%)
16 36 8
26,7 60,0 13,3
20 20 20
33.3 33,3 33,3
26 25 9
43.3 41,7 15,0
10 9 41
16.7 15,0 68,3
8 15 37
13.3 25,0 61,7
40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kelembagaan Pengelolaan sampah di DKI Jakarta khususnya di Jakarta Timur dilakukan oleh Dinas Kebersihan, selain berfungsi sebagai pengelola sampah, dinas kebersihan juga berperan sebagai pengatur, pengawas dan pembina pengelolaan persampahan. Dalam mengelola sampah perlu dikutsertakan kelembagaan lain maupun masyarakat agar penanganan terhadap sampah dapat dikelola dengan baik. Adapun beberapa kelembagaan lain yang terlibat untuk membantu dinas kebersihan dalam memberikan penyuluhan pengelolaan sampah kepada masyarakat adalah LSM Bina Swadaya, JICA, Unilever. a.
Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur Suku Dinas Kebersihan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas dan secara teknis operasional kepada Walikotamadya yang bersangkutan. Kantor suku dinas kebersihan Jakarta Timur diresmikan pada tanggal 28 Januari 2008. Suku Dinas Kebersihan memiliki fungsi pelayanan kebersihan kepada masyarakat, instansi pemerintah dan swasta, pengendali kepatuhan masyarakat terhadap peraturan kebersihan serta pemberdayaan masyarakat di bidang kebersihan. b. LSM Bina Swadaya dan JICA LSM Bina Swadaya didirikan oleh ikatan petani pancasila pada Tanggal 24 Mei 1967. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya pemberdayaan masyarakat seperti pengembangan daerah, lingkungan, dan terdapat juga kegiatan pelatihan, workshop. LSM ini bertujuan untuk memperjuangkan keberdayaan masyarakat. Bina Swadaya bekerja sama dengan JICA (Japan-Indonesia Cooperation Agency) untuk pengembangan desain 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace, Replant) dalam
pengelolaan
sampah
rumah
tangga
berbasis
masyarakat.
Model
pengelolaannya ada di Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Kerjasama LSM Bina Swadaya dan masyarakat RW 04 Kelurahan Susukan dilakukan
41
mulai awal September tahun 2006. "Warga RW 04 Kelurahan Susukan membentuk kelompok yang disebut Pahala. Mereka berhasil mengolah sampah menjadi kompos sebanyak 270 kilogram per bulan. Selain itu, warga juga mengubah sampah menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis. c.
Unilever PT Unilever bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin,
minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik. Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Dalam mengolah dan memanfaatkan kembali sampah plastik kemasan, PT Unilever memberikan pelatihan kepada kelompok winarsih Kelurahan Ciracas,
kerjasama PT Unilever dengan kelompok winarsih
dilakukan sejak kelompok winarsih menjadi juara Jakarta Green and Clean (JGC) Agustus 2007. 5.2 Sumber dan Jumlah Timbunan Sampah Sistem pengelolaan persampahan di daerah perkotaan perlu mendapatkan perhatian khusus, selain karena pengelolaan sampah didaerah perkotaan sangat penting karena melihat dari timbulan sampah yang dihasilkan besar (kepadatan penduduk tinggi) tidak adanya lahan baik sebagai tempat pengolahan dimana akhirnya menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam semua aspek kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan. Timbulnya sampah di wilayah perkotaan dapat ditinjau dari 2 faktor yang saling berpengaruh yakni penduduk sebagai subyek penentu timbulnya sampah dan kondisi fisik (penggunaan lahan) sebagai tempat penduduk dalam melakukan kegiatan yang kemudian menghasilkan sampah. Sampah tersebut berasal dari berbagai sumber yakni : pemukiman, pasar, pertokoan, restoran dan hotel, fasilitas umum, kawasan industri dan saluran. Tidak semua sampah masuk ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS), sebagian kecil ada yang dimusnahkan secara
42
individual oleh masyarakat atau dibuang begitu saja ke saluran air, sungai atau parit yang terdapat di Jakarta Timur. Potensi sumber sampah dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Potensi wilayah/ sumber sampah Jakarta Timur Tahun 2008 No.
Sumber
Jumlah Timbulan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Perumahan Real Estate Toko/ Pertokoan Gedung/Kantor Mall/Supermket Industri Hotel Apotik Rumah Sakit Puskesmas Sekolah/ Perguruan tinggi Bioskop Pedagang Kaki Lima Pasar Taman/Fasilitas Umum Bengkel/Show Room Sungai/kali Situ/Waduk Tempat Rekreasi Terminal Stasiun Kereta Api Lain-lain Total
Volume Sampah (m³/hari) Persentase Terangkut Persentase
661.574 15 2874 283 10 210 129 43 24 65 393
5300 62 39 12 20 202 12 3 48 24 63
78,91 0,92 0,58 0,17 0,29 3,13 0,17 0,04 0,71 0,35 0,93
4210 62 39 12 20 200 12 3 46 21 63
75,13 1,11 0,69 0,21 0,36 3,57 0,21 0,05 0,82 0,37 1,12
Persentase Terlayani 79,43 100 100 100 100 99,01 100 100 95,83 87,5 100
21 22
4 226
0,06 3,36
4 221
0,07 3,94
100 97,78
33 35
580 15
8,64 0,22
580 15
10,35 0,27
100 100
39
9
0,13
9
0,16
100
5 5 4 6 3
19 4 8 29 16
0,28 0,06 0,11 0,43 0,24
12 3 8 29 16
0,21 0,05 0,14 0,52 0,29
63,16 75 100 100 100
665.793
21 6.716
0,31 100,04
18 5.603
0,32 99,96
85,71 83,43
Sumber : data sekunder yang diolah
Pada Tabel 11 diketahui sebagian besar timbunan sampah di Jakarta Timur berasal dari pemukiman sebesar 5300 m3/hari (78,91%) dan pasar dengan volume 580 m3/hari (8,64%). Sementara kemampuan dalam mengangkut sampah tidaklah berubah. Jumlah timbunan sampah yang terlayani yaitu sebesar 83,43% , sisanya tidak dapat diangkut setiap hari dan masih berada di TPS, selain itu juga berada di tempat-tempat sampah liar yang berada di pemukiman yang lokasinya jauh dari TPS dan jalan besar sehingga tidak dapat dijangkau oleh armada pengangkut.
43
5.3 Pelayanan pengangkutan sampah Keberadaan sampah di perkotaan dikarenakan beberapa faktor salah satunya adalah pertambahan jumlah penduduk, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan makanan semakin bertambah sehingga hal ini akan berdampak pada jumlah timbunan sampah yang ada di perkotaan. Sampah perkotaan sebagai akibat dari pertambahan penduduk dan pola konsumsi yang berlebih adalah salah satu masalah yang dihadapi kota besar saat ini khususnya di kota Jakarta. Pengumpulan sampah pada lokasi timbunan sampah merupakan hal selanjutnya yang perlu diketahui, berbagai permasalahan yang timbul akibat pengumpulan sampah antara lain banyaknya timbunan sampah yang terkumpul menjadi terdekomposisi dan menimbulkan bau yang mengganggu pernapasan dan mengundang lalat yang merupakan pembawa berbagai jenis penyakit. Berdasarkan data yang diperoleh dari Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur, jumlah volume timbunan sampah yang diangkut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Tingkat pelayanan pengangkutan sampah Jakarta Timur No
Tahun
Jumlah Penduduk
Volume Timbunan Sampah (m3/hari)
Volume Sampah Terangkut (m3/hari)
Volume Sampah Tersisa (m3/hari)
1 2 3 4 5
2004 2005 2006 2007 2008
2.434.163 2.385.121 2.434.163 2.393.788 2.413.875
6060 6134 6086 6091 6396
5634 5897 5906 5999 6321
426 237 180 92 75
Sumber data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008
Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar dan Kecamatan Pasar Rebo merupakan kecamatan yang paling banyak
menyisakan timbunan sampah.
Di Kecamatan Makasar sampah belum tertanggulangi sebesar 202 m3/hari (36,33%), sementara di Pasar Rebo 178 m3/hari (36,18%) (Tabel 13).
44
Tabel 13 Timbunan sampah dan sampah tertanggulangi di masing-masing kecamatan No.
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Matraman Jatinegara Pulogadung Kramat Jati Pasar Rebo Duren Sawit Cakung Makasar Ciracas Cipayung
Timbunan (m3/hari) 597 720 912 849 492 874 680 556 620 416
Tertanggulangi (m3/hari) 552 710 877 849 314 742 680 354 580 345
(%) 92,46 98,61 96,16 100 63,82 84,89 100 63,67 93,55 82,93
belum tertanggulangi (m3/hari) 45 10 35 0 178 132 0 202 40 71
(%) 7.54 1.39 3.84 0 36.18 15.10 0 36.33 6.45 17.06
Sumber : data sekunder yang diolah
Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah petugas kebersihan dan jumlah armada angkut yang tersedia. Adapun data timbunan sampah serta sampah tertanggulangi wilayah kecamatan dan kelurahan dapat dilihat pada Lampiran 8. 5.3.1 Pengangkutan sampah Pengangkutan merupakan salah satu proses yang sangat menentukan dari pengelolaan sampah perkotaan. Pengangkutan sampah adalah subsistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sampah secara langsung ke tempat pembuangan akhir (TPA). Peranan Suku Dinas Kebersihan dalam pengangkutan sampah sebesar 48,58%, kendaraan sewa sebesar 7,62%, peranan PD (Perusahaan Daerah) Pasar sebesar 8,64%, peranan swastanisasi sebesar 13,25%, dan peranan instansi lain sebesar 2,34%, sehingga jumlah sampah yang terlayani oleh instansi kebersihan adalah 83,43%, peranan kelembagaan (instansi) dalam hal pengangkutan sampah dapat dilihat pada Lampiran 9. Saat ini pemerintah kota Jakarta menerapkan sistem otomatif, pengangkutan mengunakan truk sebagai alat angkut utama, dan perlu diperhatikan komposisi jumlah armada angkut serta volume sampah/hari yang diangkut. Saran pengangkutan sampah yang dimiliki dinas kebersihan terdiri dari amrrol truck, pick up, compactor, wheel loader, mesin compactor, gerobak motor, truk angkut, mesin penyapuan jalan yang biasa digunakan untuk menyapu jalan di depan kantor walikota atau di jalan dekat kantor-kantor pemerintahan, hal ini untuk memudahkan petugas kebersihan dalam melakukan pembersihan jalan, selain menghemat waktu juga tidak menguras
45
tenaga. Sarana pengangkutan dapat dilihat pada Lampiran 6. Sedangkan sampah dari pemukiman maupun tempat lainnya diangkut ke TPS kemudian dari TPS sampah dinaikkan ke Truck atau ke Dump Truck dengan menggunakan Wheel Loader, mengangkut material pada jarak tidak lebih dari 50 m. Sampah yang diangkut dari TPS ke TPA dengan menggunakan Truck harus ditutup dengan terpal sehingga sampah yang diangkut tidak berterbangan dan tidak mencemari udara.
(a)
(b)
Gambar 4 (a) Wheel Loader (b) Truk yang tidak menggunakan terpal ketika mengangkut sampah ke TPA Wilayah pelayanan pengangkutan sampah di kota Jakarta Timur dibagi berdasarkan pembagian wilayah administratif kecamatan, yakni Kecamatan Matraman, Jatinegara, Pulogadung, Kramat Jati, Cakung, Pasar Rebo, Duren Sawit, Makasar, Ciracas dan Cipayung. Pelayanan pengangkutan terpusat pada pusat perbelanjaan, pertokoan, pemukiman, pasar-pasar termasuk penyapuan jalan-jalan protokol. Di
wilayah
pemukiman,
pengangkutan
sampah
dilakukan
dengan
mengunakan gerobak. Operasionalisasi gerobak dapat dilakukan berkoordinasi dengan pihak pemerintah kecamatan atau kelurahan dengan memberdayakan pihak RT
sebagai
pelaksana.
Pemanfaatan gerobak
sebagai
alat
angkut
untuk
mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah (door to door) pada dasarnya paling tidak memiliki beberapa keuntungan yaitu dengan dikumpulkannya sampah di TPS akan dapat mengurangi volume pembakaran sampah dihalaman yang ternyata menimbulkan sisa bakaran yang membentuk sampah baru. Secara ekonomis kegiatan
46
ini akan menguntungkan pihak RT karena dapat memperoleh dana bagi kas jasa pengangkutan tersebut. Pengangkutan dari TPS ke TPA banyak yang dilakukan dengan menggunakan truk bak terbuka dan sudah bocor, sehingga sering terjadi sampah dan cairan sampah yang diangkut tersebar disekitar rute perjalanan. Hal ini menjadikan keindahan kota terganggu karena sampah tercecer dan bau yang ditimbulkan akan menggangu para pengguna jalan. Banyaknya sampah yang harus diangkut akan memerlukan banyak truk pengangkut, dengan keterbatasan jumlah truk yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan, ritasi truk pengangkut menjadi lebih tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan biaya perawatan truk pengangkut akan meningkat dan masa pakai kendaraan pengangkut akan semakin pendek. 5.3.2 Perwadahan dan Lokasi Penampungan Sampah Pool gerobak dan bak beton sebagai sarana LPS merupakan wadah untuk menampung sampah sementara sebelum sampah diangkut ke TPA. Selain LPS resmi yang dibuat oleh dinas kebersihan terdapat juga LPS liar yang dibuat oleh warga sebagai alternatif tempat buangan sampah (Lampiran 6). LPS liar biasanya dibuat pada lahan kosong yang tidak dihuni atau tidak dirawat oleh pemiliknya sehingga masyarakat dengan leluasa membuang sampah di LPS liar tersebut. Adanya LPS liar ini akan sangat mengganggu kesehatan warga dan dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Di Jakarta Timur jumlah LPS liar sebanyak 115, jumlah LPS liar terbanyak di Jakarta Timur terdapat di Kecamatan Matraman. Adapun jumlah LPS liar di Jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel 14.
47
Tabel 14 Jumlah Lokasi Penampungan Sampah Jakarta Timur Tahun 2008 No
Jumlah dan Jenis LPS
Kecamatan Dipo
Pool Gerobak
Transito
Bak Beton
Terbuka /Liar
1 2 3 4
Matraman Jatinegara Pulogadung Kramatjati
3 5 2
3 6 1
4 8 9 6
40 25 15 65
40 10 5 3
5 6 7
Pasar Rebo Cakung Duren Sawit
4 8 9
1 -
11 9 12
8 31 25
6 31
8 9
Makasar Ciracas
5 4
4 -
17 5
93 41
4 11
10
Cipayung
3
-
2
27
5
15
83
370
115
Total 43 Sumber: Suku Dinas Kebersihan 2008
5.3.3 Retribusi Pengelolaan Sampah Pengaturan mengenai retribusi pelayanan persampahan Jakarta Timur diatur dalam Perda Nomor 01 Tahun 2006. Pada pasal 103 ayat 1 menjelaskan bahwa tingkat penggunaan jasa persampahan /kebersihan dikenakan retribusi dan di ukur berdasarkan luas bangunan, volume sampah dan jangka waktu pelayanan. Sebagaimana yang terkandung dalam pasal 105, ketentuan besarnya tarif retribusi terhadap pelayanan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Besaran tarif retribusi berdasarkan Perda Nomor 01 pasal 105 Tahun 2006 No.
Jenis sumber timbunan sampah
Skala dan Volume
1
Toko,warungmakan, apotik,bengkel,bioskop, tempat hiburan,penjahit/konveksi,salon Industri, pusat pertokoan/plaza, pasar swalayan, hotel, motel, taman rekreasi, restoran Rumah sakit, poliklink, laboratorium Pedagang usaha mikro Penyediaan tempat pembuangan Akhir Penyediaan lokasi instalasi pengolahan air buangan (LIPAB)
Kecil (<0,50 m3/bln) Sedang (0,51-0,75 m3/bln) Besar (>0,76m3/bln) Minimal 2,5 m3
10.000/bln 12.500/bln 15.000/bln 20.000/m3
Minimal 1,00 m3 -
10.000/m3 5.000/m3 10.000/m3 5000/m3
Penyedotan tangki septictang Pemakaian toilet berjalan
Minimal 2 m3 -
2
3 4 5 6 7 8
Sumber : Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur 2008
Tarif (Rp)
retribusi
20.000/m3 325.000/toilet/hari
48
Berdasarkan data yang diperoleh secara umum penarikan tunai retribusi kebersihan selama 4 tahun terakhir ini masih belum dapat memenuhi target yang telah ditetapkan hal ini dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Perkembangan target dan realisasi retribusi kebersihan No
Tahun Anggaran
Target
1 2004 1.898.892.000 2 2005 1.851.846.000 3 2007 932.190.000 4 2008 815.820.000 Sumber : Dinas Kebersihan Tahun 2008
Realisasi
Persentase Pencapaian (%)
1.528.129.250 1.528.129.250 691.181.000 772.743.000
80,47 70,61 74,15 94,72
Gambar 5. Grafik Perkembangan Target & Realisasi Retribusi Kebersihan Dari tahun ke tahun besarnya realisasi kurang dari target yang dicapai. Misalnya saja pada tahun 2008, besarnya target retribusi yang didapat yaitu sebesar Rp 815.820.000 sementara realisasi penerimaan retribusi mencapai Rp 772.743.000 maka hal ini menunjukkan penerimaan retribusi kebersihan belum melampaui target sebesar 5,28%. Oleh karenanya pemerintah dan Dinas Kebersihan harus mencari strategi baru dan mengambil tindakan tegas agar disiplin masyarakat dalam membayar retribusi sampah dapat terlaksana dengan baik. 5.4 Usaha Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah 3R ( Reduce, Reuse, Recycle ) 5.4.1 Usaha Pengomposan Sampah Untuk mengetahui manfaat ekonomi maupun kelayakan usaha daur ulang sampah menjadi kompos peneliti mengambil sampel di pabrik kompos “Mutu Elok” yang terdapat di perumahan Cipinang Elok RW 10 kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
49
a) Sejarah Kompos Mutu Elok Perumahan Cipinang Elok di RW 10 terdiri dari 15 RT dan 780 KK, dan diketuai oleh seorang ketua RW yaitu Bapak Saksono, dalam menangani masalah sampah beliau mengajak warganya untuk mulai mengelola sampah rumah-tangga masing-masing. Usaha dalam mengajak warganya berkembang menjadi pengelolaan kompos skala kawasan. Warga bekerjasama membangun tempat untuk kegiatan pengomposan yang diberi nama Pabrik Kompos Mutu Elok (Gambar 6). Pabrik kompos Mutu Elok didirikan awal Januari 2005, didirikannya pabrik ini merupakan gagasan dari pengurus RW 10 dengan tujuan untuk mengurangi volume sampah ke TPA Bantar Gebang. Pabrik ini didirikan di atas tanah seluas 75 m². Dana awal pendirian pabrik didapat dari PPMK dan Kas warga. Selain itu dinas kebersihan pun turut andil dalam menginvestasikan prasarana berupa mesin penyaring dan penggiling. Awal tahun 2005 pengurus RW 10 membuat proposal untuk mengajukan permohonan bantuan dana mendirikan pabrik kompos Mutu Elok, dari proposal yang diajukan akhirnya membuahkan hasil, pihak kelurahan memberikan bantuan berkaitan dana PPMK (Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan). Dana yang diberikan yaitu sebesar Rp 9.565.000, dana tersebut digunakan sebagai investasi awal proyek. Selain dari dana PPMK pendapatan untuk produksi juga didapat dari kas warga. Kas warga didapat dari dana operasional RT/RW dan biaya retribusi yang diberikan warga tiap bulannya. Dana operasional RT/RW berasal dari gaji para pengurus RT/RW sebesar Rp 750.000/orang. RW 10 terdiri dari 15 RT sehingga kas warga mendapat tambahan pendapatan dari dana operasional sebesar Rp 12.000.000 tiap bulannya. Sedangkan kas warga dari retribusi didapat dari warga yang membayar retribusi tiap bulannya dengan kisaran Rp 20.000-Rp 70.000, biaya retribusi ditetapkan berdasarkan pada luasan tempat tinggal warga. Alokasi dana yang diberikan untuk pabrik kompos Mutu Elok yaitu Rp 1.800.000 tiap bulannya. Selain dari dana PPMK dan kas warga, dana pemasukan juga didapat dari bantuan mesins yang diberikan pihak dinas kebersihan sehingga pengelola pabrik kompos Mutu Elok tidak perlu
50
mengeluarkan biaya untuk membeli mesin. Mesin yang diberikan yaitu mesin penggiling dan mesin penyaring dengan harga sebesar Rp 10.000.000. Adanya kerjasama dari berbagai pihak baik internal maupun eksternal sangat membantu upaya terwujudnya pengolahan sampah hijau menjadi kompos. Pihak internal yaitu pengurus RW dan partisipasi warga perumahan Cipinang Elok, pihak eksternal yaitu pengujian proses produksi dan kualitas kompos Mutu Elok yang dibantu oleh Ibu Setiati Ediono selaku dosen dari Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Trisakti serta kerjasama dari pemerintah.
(a)
(b)
Gambar 6. (a) TPS perumahan Cipinang Elok dan merangkap Pabrik kompos Mutu Elok; (b) Plang Pabrik Kompos Mutu Elok b)
Struktur kepengurusan Dalam suatu usaha diperlukan adanya struktur organisasi atau kepengurusan
dan diharapkan masing-masing orang yang berperan didalamnya tahu menjalankan tugas dan fungsi yang diperankan dalam suatu usaha. Kesederhanaan struktur organisasi yang ada dikarenakan aktivitas yang dilakukan hanya berdasarkan pada beberapa pembagian kerja. Adapun penggolongan pembagian kerjanya terdiri dari : 1. Penanggung jawab
: (Bpk. Saksono Soehodo)
2. Seksi Kebersihan
: (Bpk. Ajon Hermansyah)
3. Dua orang pekerja pembuat kompos
: (Bpk. Parno dan Bpk Udin)
4. Sepuluh orang petugas pengambil sampah Penggolongan pembagian kerja dapat dilihat pada gambar struktur organisasi dibawah ini.
51
Penanggungjawab
Seksi Kebersihan
2 Orang Pembuat Kompos
10 Orang Petugas Pengambil Sampah
Warga Perumahan Cipinang Elok
Gambar 7. Struktur Organisasi Pengelola Pabrik Kompos “ Mutu Elok” Struktur organisasi dibentuk sangat sederhana sehingga tidak ada konflik besar yang terjadi. Tugas dan wewenang yang dilakukan sesuai dengan tanggungjawab masing-masing. Diperlukan jadual kerja yang rutin dengan spesifikasi kerja yang jelas sehingga usaha pengelolaan sampah menjadi kompos dapat terus berlangsung dengan baik. c)
Tenaga kerja dan tingkat pendidikan Pabrik kompos Mutu Elok memiliki seorang penanggung jawab yang juga
merupakan ketua RW 10, beliau memiliki latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi dan memiliki pengalaman kerja di bidang Kebersihan dan Lingkungan, dalam menjalankan usaha pengomposan bapak Saksono tidak bekerja sendirian namun ditemani oleh para pekerja lainnya. Pekerja di Pabrik Kompos Mutu Elok berlatar belakang pendidikan SD dan SLTP, para pekerja tidak mempunyai keahlian dan pendidikan khusus tentang sampah. Oleh karena itu, sebelumnya mereka diberikan pelatihan dasar bagaimana mengolah sampah menjadi kompos agar kompos memiliki kualitas yang baik. Kegiatan pembuatan kompos dilakukan setiap hari, para pekerja pabrik kompos Mutu Elok bekerja dari pukul 08.00-16.00 WIB. Kegiatan pengomposan di pabrik kompos Mutu Elok memperkerjakan dua orang dan satu teknisi. Dalam menjalankan tugasnya dua orang pekerja pabrik kompos Mutu Elok yang mengolah sampah menjadi kompos bekerja secara fleksibel tanpa ada
52
pembagian tugas, maksudnya struktur kerja masing-masing pekerja tidak terlalu mengikat, hal ini dikarenakan beberapa pekerjaan pengomposan dapat dirangkap oleh dua pekerja. Untuk mendapatkan input produksi kompos berupa sampah daun, pekerja pabrik kompos Mutu Elok bekerjasama dengan 10 orang petugas kebersihan RW 10 untuk mengumpulkan sampah daun dari taman dan perumahan warga. d) Proses pengolahan sampah organik menjadi kompos Berdasarkan pengamatan secara langsung proses pengolahan sampah (Lampiran 7) menjadi kompos sangat mudah, dalam pembuatannya ada beberapa bahan baku yang harus disiapkan yaitu, sampah daun yang menjadi input produksi, EM4 (Effective Mikroorganism-4), gula, dedak, tanah dan bokasi (merupakan hasil fermentasi bahan organik dengan perlakukan bakteri (EM-4). Fermentasi ini membutuhkan waktu 3 hari. Bokasi dibuat dari bahan organik yang biasa ditemukan dilahan
pertanian
seperti
misalnya
sekam,
rumput,
daun-daunan,
jerami
(untuk memperbaiki sifat fisik tanah), ditambah kotoran hewan (untuk memperbaiki sifat kimia tanah) dan larutan EM-4 (untuk memperbaiki sifat biologi tanah). Adapun tahapan-tahapan dalam pembuatan kompos di pabrik Mutu Elok adalah sebagai berikut: a. Awalnya sampah sisa tanaman (daun) dikumpulkan oleh petugas pengambil sampah, kemudian ditimbun dalam bak sampah selama 2 hari setelah ditimbun sampah daun dihancurkan di mesin penggiling. b. Setelah digiling, sampah dengan takaran 1-2 m³ diberikan cairan EM4 dan dicampur dengan 10 kg tanah, 10 kg dedak dan bokasi aduk campuran bahan-bahan tersebut sampai merata. c. Adukan sampah yang telah merata tersebut diberi 1 kg gula yang telah larut dalam 200 liter air. d. Sampah yang telah tercampur dengan larutan gula ditumbuk menjadi satu, kemudian dicetak dan ditekan dengan cangkul dan garu berukuran 1x1 m. Setelah dicetak sampah tersebut ditutup dengan terpal dan diamkan selama 15 hari, agar sampah tersebut dapat terfermentasi dengan baik.
53
e. Setelah 15 hari sampah yang telah terfermentasi mulai menguap dan menghasilkan kompos yang basah dan kasar sehingga dilakukan penggilingan kembali hingga halus. f. Kompos basah yang telah halus digiling kemudian disaring dalam mesin penyaringan, hingga kandungan air dalam kompos berkurang. g. Setelah disaring, kompos tersebut ditampung dalam bak untuk diangin-anginkan, setelah itu kompos siap untuk dikemas dalam plastik berukuran 5 kg. e)
Pemasaran Kompos Pemasaran kompos elok masih terbatas secara lokal, namun produksinya
memiliki daya saing yang cukup baik dengan kompos di tempat lain, baik dari segi harga maupun kualitasnya. Dalam menjual hasil yang di produksinya, pabrik kompos Mutu Elok masih menfokuskan di wilayah Jakarta Timur. Walaupun pabrik kompos Mutu Elok belum memiliki konsumen tetap. Namun tidak menutup kemungkinan bagi pabrik kompos Mutu Elok untuk meningkatkan pangsa pasarnya melihat kondisi permintaan konsumen yang cukup besar saat ini. Pemesanan kompos tidak hanya dari warga perumahan Cipinang Elok saja tetapi juga dari luar perumahan Cipinang Elok, selain itu ada juga konsumen yang datang langsung membeli kompos di pabrik kompos Mutu Elok. Strategi pemasaran yang selama ini dilakukan adalah dengan mengikuti pameran produk dan memasarkan kompos lewat internet. Sehingga ada pemasaran secara tidak langsung dari pelanggan kepada masyarakat untuk mempromosikan kompos Elok. Kompos Elok dijual dalam kemasan berukuran 5 kg, namun disediakan juga bagi konsumen yang ingin membeli dengan ukuran yang sedikit atau yang lebih banyak dari 5 kg. Sebagian dari kompos yang telah dikemas dititipkan di Toko Eropa milik bapak Ajon yang juga merupakan seksi kebersihan dan bendahara di Pabrik kompos Mutu Elok. Pada awal produksi, penjual memberikan secara gratis kepada warga perumahan Cipinang Elok sekaligus promosi, setelah itu penjual menjual kompos hasil produksinya dengan harga yang terjangkau dan relatif murah yaitu seharga Rp 1000/kg. Namun seiring dengan perubahan harga input produsi, harga
54
jual kompos Elok menjadi Rp1500/kg. Sehingga untuk satu kemasan yang berukuran 5 kg harga jualnya adalah Rp 7500. Untuk kemasan kompos yang baik dan harga yang relatif murah serta adanya promosi tidak langsung yang dilakukan pelanggan karena merasa puas dengan kualitas kompos
menyebabkan permintaan konsumen terhadap kompos semakin
meningkat serta menjadikan nilai tambah bagi pengelolaan sampah di perumahan Cipinang Elok sehingga menjadi layak untuk dijalankan, selain itu dalam memasarkan kompos, Bapak Saksono selaku pengelola membagikan kompos secara gratis untuk menarik perhatian pembeli baik didalam maupun diluar komplek perumahan Cipinang Elok. Potensi pasar bagi kompos yang dihasilkan dari permintaan konsumen tiap bulannya mencapai 500-700 kg. Potensi pasar yang belum dimanfaatkan dari pengelolaan sampah di pabrik kompos Mutu Elok adalah sampah organik limbah rumah tangga dan sampah non organik. Pabrik kompos Mutu Elok menggunakan sampah tanaman dari taman-taman disekitar perumahan Cipinang Elok dan tanaman warga untuk dijadikan kompos. Sehingga potensi sampah organik maupun non organik yang belum terolah menjadi ketersediaan input yang besar untuk menghasilkan keuntungan dari pengelolaan sampah di perumahan Cipinang Elok. f. Pendapatan (Inflow) Pendapatan yang diterima dari kegiatan produksi kompos di Pabrik Mutu Elok berasal dari hasil penjualan tiap harinya. Selain itu, pabrik kompos Mutu Elok mendapat pemasukan dari aliran cashflow finansial pabrik kompos Mutu Elok yang meliputi dana PPMK dari kelurahan, kas warga RW 10, bantuan mesin yang diberikan dari dinas kebersihan. Perumahan Cipinang Elok menghasilkan sampah 14-15 m3/harinya, dan 2-3 m3/hari sampah dari tanaman digunakan untuk membuat kompos. Untuk menghasilkan kompos kemasan siap jual dalam jumlah banyak maka kegiatan pengomposan dilakukan setiap hari. Tiap bulannya pabrik kompos Mutu Elok mampu menghasilkan 500-700 kg kompos siap jual. Harga jual yang ditetapkan dari tahun 2006-2007 sebesar Rp 1000/kg, sedangkan tahun 2008 dan 2009 harga kompos naik menjadi Rp 1500/kg, hal ini dikarenakan krisis dan harga bahan
55
pembuatan yang semakin mahal. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bapak Ajon Hermansyah selaku seksi kebersihan dan bendahara, pada tahun 2006 kompos terjual 6.906 kg, pada tahun 2007 terjual 7.259, sedangkan tahun 2008 dan 2009 terjual sebanyak 8.883 kg. Adapun total penjualan kompos dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Total penjualan kompos elok pada tahun 2006-2009 Tahun
Harga Jual (Rp/kg)
Produksi Kompos (Kg/tahun)
Total penjualan
2006 2007 2008 2009
1000 1000 1500 1500
6.906 7.259 8.883 8.883
6.906.000 7.259.000 13.324.500 13.324.500
Sumber Hasil Penelitian 2009
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Ajon selaku seksi kebersihan, proyeksi produksi kompos sampai dengan tahun 2014 yaitu 700 kg tiap bulannya, sehingga dapat diproyeksikan produksi kompos tiap tahunnya dari tahun 2009 sampai 2014 sebanyak 8.883 kg. Hal ini dikarenakan bahan baku kompos yang berasal dari sampah daun sisa tanaman warga masih berkisar 2-3 m3. Pengelola kompos Mutu Elok tidak meningkatkan harga jualnya sampai pada kurun waktu tujuh tahun kedepan, sehingga harga yang ditetapkan masih sama yaitu sebesar Rp 1500/kg, Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran akan turunnya permintaan penjualan kompos Mutu Elok. g. Pengeluaran (Outflow) Pengeluaran yang dikeluarkan Pabrik kompos Mutu Elok selama kegiatan produksi kompos terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, biaya pegawai, dan biaya lain-lain/biaya tak terduga. Penjelasan akan biaya pengeluaran akan dijelaskan sebagai berikut : Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal proyek dan tidak habis dibagi dalam satu periode produksi, biaya investasi yang dikeluarkan oleh Pabrik kompos Mutu Elok di tahun 2005 adalah pendirian bangunan, peralatan, investasi meja dan kursi. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatan kompos, adapun input produksi yang digunakan dalam membuat kompos dapat dilihat pada Lampiran 10. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kompos ini dibeli untuk penggunaan kurun waktu
satu tahun, tiap
56
tahunnya EM4 dibeli sebanyak 10 botol dengan harga Rp 25.000, sedangkan untuk harga dedak mengalami kenaikan harga tiap tahunnya, tahun 2006 harga dedak sebesar Rp 1.600/kg, tahun 2007 seharga Rp 2000/kg dan tahun 2008 meningkat lagi seharga Rp 3.500/kg. Kenaikan harga bahan baku menyebabkan adanya kenaikan harga penjualan kompos/kg. Adapun rincian harga biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 10. Selain biaya investasi dan biaya produksi, biaya lain yang dikeluarkan pabrik kompos Mutu Elok adalah biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Dalam memproduksikan kompos Elok, pabrik kompos memiliki 2 orang pekerja. Setiap pekerja mendapatkan gaji per bulannya sebesar Rp 900.000. sehingga dalam setahun biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pegawai Pabrik kompos Mutu Elok yaitu sebesar Rp 21.600.000. Selain itu biaya pengeluaran pabrik kompos Mutu Elok adalah biaya lain-lain seperti biaya perbaikan peralatan, biaya perbaikan gerobak dan ongkos kirim kompos. Biaya yang dikeluarkan oleh Pabrik Kompos Mutu Elok untuk perbaikan peralatan yaitu sebesar Rp 300.000/tahun, sedangkan untuk biaya perbaikan gerobak sebesar Rp 85.000/tahun dan biaya ongkos kirim pengelola menetapkan Rp 700.000 tiap tahunnya. Sehingga dapat diakumulasikan besarnya biaya lain-lain yaitu Rp 1.085.000, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 10. f. Analisis kelayakan usaha Unsur-unsur yang terdapat dalam perhitungan adalah penerimaan yang merupakan arus manfaat (inflow), serta pengeluaran (outflow) yang berupa biaya investasi serta biaya operasional. Analisis kelayakan finansial memperhitungkan besarnya penerimaan pabrik kompos Mutu Elok yang berasal dari hasil penjualan, bantuan mesin, dana PPMK dan kas warga, selain itu juga diperhitungkan besarnya pengeluaran yang digunakan untuk investasi, produksi, tenaga kerja dan biaya lain-lain. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran merupakan keuntungan ataupun kerugian yang diterima oleh pengelola pabrik kompos Mutu Elok, kriteria yang digunakan adalah NPV, nilai B/C ratio dan IRR. Nilai NPV yang didapat sebesar Rp 24.480.229,42, nilai net B/C sebesar 5 dan nilai IRR sebesar 44,47 %, usaha pengelolaan sampah dan dauran sampah organik menjadi kompos dikatakan layak untuk dikembangkan secara finansial karena nilai NPV > 0, B/C > 1 dan nilai IRR
57
lebih besar dari tingkat DR (Discount Rate) yang ditentukan yaitu sebesar 10 %. Untuk lebih jelasnya penghitungan maupun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 10. 5.4.2 Usaha daur ulang sampah kota Usaha pemanfaatan sampah merupakan komponen penting dalam pengelolaan sampah untuk dapat mengurangi dampak lingkungan, khususnya sampah anorganik yang dapat didaur ulang dan memiliki manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi yang diperoleh pemulung dari berbagai jenis bahan dauran sampah serta harga jualnya dapat dilihat pada Tabel 18. Dan beberapa aspek yang dapat dilihat dari kegiatan pengelolaan sampah oleh pemulung diuraikan sebagai berikut. Tabel 18 Nilai ekonomi bahan dauran sampah anorganik Tahun 2009 No.
Jenis barang bekas
1.
- Kertas - Plastik Plastik Asoy/Kresek Plastik Ember - Karet - Kaca - Logam - Kaleng - Aqua Botol Gelas - Kardus Jumlah Nilai ekonomi bahan dauran sampah/ton
2. 4.
5.
Besar manfaat ekonomi yang diperoleh / hari
Volume (ton) 103,2
Harga jual (Rp/kg) 700
Manfaat ekonomi (Rp)
19,2 18 1 24 1,5 0,9
400 1500 500 300 9000 1200
7.680.000 27.000.000 500.000 7.200.000 13.500.000 1.080.000
2,4 3 18 191,2
2500 4000 1300
12.000.000 6.000.000 23.400.000 170.600.000
72.240.000
=
Rp 170600000 191,2 ton
=
Rp 892.259,41 = Rp 31.229,08
= Rp 892.259,41
X
0,035
kg/hari
Sumber data primer yang diolah
Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh dapat diketahui dari perkiraan volume bahan dauran sampah yang didapat oleh pemulung dikalikan dengan nilai jualnya. Besarnya manfaat ekonomi yang diperoleh dari bahan dauran sampah kota bagi para pemulung sebesar Rp 170.600.000. Diperkirakan dengan rataan mengumpulkan dan menjual bahan dauran sebanyak 35 kg/ harinya, maka besar manfaat ekonomi yang diperoleh/hari adalah Rp 31.229,08. Pemanfaatan sampah anorganik perlu di
58
tingkatkan dan perlu mendapatkan perhatian khusus pemerintah agar masyarakat memanfaatkan dan mengolah kembali sampah anorganik. a) Arus pemasaran bahan dauran Untuk mendapatkan uang pemulung harus berusaha mengumpulkan sebanyak-banyaknya bahan dauran. Bahan dauran sampah yang dikumpulkan oleh pemulung beraneka ragam yaitu aqua botol, aqua gelas, kaleng, kardus, karung, plastik (kemasan dan asoy), kertas, besi, tembaga, alumunium. Setelah keranjang atau gerobak pemulung penuh dengan bahan dauran sampah, oleh pemulung akan ditumpuk dekat gubuknya masing-masing. Bahan dauran sampah yang telah terkumpul banyak akan dijual ke lapak/penampung, masing-masing pemulung biasanya sudah memiliki pelanggan tetap untuk menjual bahan daurannya pada lapak. Kemudian bahan dauran yang telah diterima lapak akan dijual ke agen/ lapak besar sampai selanjutnya bahan dauran sampah tersebut sampai pada pabrik pengolah bahan baku / pabrik daur ulang (Gambar 8). Pabrik pengolah bahan dauran skala industri kecil atau skala rumah tangga biasanya transaksi pembayaran dilakukan secara tunai. Keuntungan yang diperoleh pada masing-masing peran berbeda, lapak kecil memiliki keuntungan lebih kecil dari agen/ lapak besar karena agen/ lapak besar memiliki akses yang lebih besar terhadap modal dan informasi pasar
Pabrik Pengolahan Bahan Baku dan Bahan Jadi
Pemasok Bahan Dauran
Agen / Lapak Besar
Lapak Kecil
Pemulung
Gambar 8. Arus pemasaran dauran
59
b) Keterikatan dengan Lapak Sebagian dari pemulung memiliki keterikatan dengan lapak, adanya keterikatan dengan lapak akan memudahkan pemulung dalam memasokkan hasil pulungannya, selain itu pemulung yang bekerja dengan lapak diberikan alat kerja seperti gerobak, alat timbangan dan fasilitas kerja seperti pemondokan dan modal kerja untuk pemulung. Karena seluruh kebutuhannya telah dipenuhi oleh pemilik lapak, pemulung berkewajiban untuk mencari barang-barang bekas dan pemulung yang memiliki keterikatan dengan lapak tidak boleh menjual hasil pulungannya ke lapak manapun. Berapa pun harga yang ditetapkan oleh pemilik lapak, pemulung harus menerimanya. Pemilik lapak dalam hal ini akan membeli barang-barang bekas dengan harga serendah mungkin dan berupaya mendapatkan harga setinggi mungkin ketika menjualnya. Terdapatnya pemulung yang tidak terikat dengan lapak dikarenakan mereka merasa dirugikan oleh pihak lapak, keluarnya pemulung dari lapak dianggap lebih adil karena pemulung dapat menjual barang-barang bekasnya ke lapak mana saja dengan lebih bebas sesuai dengan keinginan mereka. Selain itu, pemulung tidak lagi dikejar-kejar oleh target atau diperintah oleh pemilik lapak untuk mencari barang-barang bekas. Demikian halnya dengan waktu kerjanya mereka merasa lebih leluasa dengan jadwal waktu mencari dan menjual barang-barang bekas. Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat 72% pemulung memiliki keterikatan dengan lapak, sedangkan sisanya 28% tidak terikat dengan lapak. Adapun jumlah pemulung yang memiliki keterikatan dengan lapak dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Keterikatan pemulung dengan lapak No
Keterikatan
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
1
Ya
36
72
2
Tidak
14
28
Total
50
100
Sumber data primer yang diolah
60
(a)
(b)
Gambar 9. (a) Pemulung yang tidak memiliki keterikatan dengan lapak; (b) pemulung yang difasilitasi gerobak oleh lapak; c) Jenis Sampah Berdasarkan hasil yang telah diolah, diperoleh jenis plastik kemasan sebesar 16%, jenis botol aqua sebesar 34%, sedangkan 50% nya jenis yang lain seperti kardus, kertas, logam, besi, karung, kaleng. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemulung, jenis plastik yang banyak ditemukan adalah plastik kresek (asoy), saat ini nilai jual kantong kresek (asoy) sangat rendah sehingga tidak banyak pemulung yang bersedia untuk mengais plastik kresek. Pemulung lebih banyak mengais aqua gelas/botol, karung, kardus dan sampah anorganik dari bahan aluminium. Hal ini dikarenakan nilai jualnya lebih tinggi. Kecepatan tangan pemulung dalam mengais sangat menentukan banyak tidaknya hasil pulungan yang didapat.
(a)
(b)
Gambar 10. (a) sampah aqua botol dan gelas plastik (b) kardus bekas
61
d) Sumber sampah Para pemulung mendapatkan hasil pulungannya dari berbagai sumber seperti pemukiman, TPS, pabrik, pasar, sekolah, jalan protokol. Biasanya sebagian besar pemulung memilih untuk beroperasi lebih dari satu tempat hal ini dikarenakan agar hasil pulungan yang didapat oleh pemulung bervariasi dan pemulung berharap agar mendapat hasil pulungan lebih banyak. Tetapi ada juga pemulung yang hanya memilih satu tempat untuk mendapat hasil pulungan tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, misalnya pemulung yang memilih untuk beroperasi hanya di daerahdaerah pabrik saja atau memilih di pemukiman saja. Dari data yang telah diolah didapat 14% berasal dari pemukiman, 10% dari pabrik, sampah yang berasal dari pemukiman dan pabrik 14%, 26% sampah berasal dari pemukiman dan jalan protokol, dan dari sumber lainnya masing-masing sebesar 2-8%. Dari gambar grafik dibawah ini dapat dilihat bahwa pemulung mendapatkan hasil pulungan lebih banyak di pemukiman dan jalan. Keterangan : 1 : Pemukiman
30
2 : Jalan Protokol 3 : Pabrik 4 : Pemukiman & Pabrik
Persentase
20
5 : Pemukiman & TPS 6 : Pemukiman &
26%
Jalan Protokol
10
14%
7 : Pemukiman & Pasar
14% 10%
8 : Pemukiman & Kantor
8% 6% 4%
4%
4% 2%
4% 2%
2%
0 1
2
3
4
5
6
7
8
Sumber Sampah
9
10
11
12
9 : Pemukiman & Sekolah
13
10
:Jalan
Protokol
&
Pabrik 11 : Jalan Protokol & Pasar 12 : Pabrik & Sekolah 13 : > 2 tempat
Gambar 11. Grafik sumber sampah yang didapatkan oleh pemulung
62
e)
Karakteristik Pemulung Sebagian besar pemulung beroperasi di sekitar pemukiman, pasar, pabrik,
jalan protokol, perkantoran dan TPS. Peran pemulung dalam penanganan sampah kota sangat penting, karena kegiatan pemulungan dapat mengatasi penumpukan sampah di sumber dan TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Responden pemulung yang diwawancarai sebanyak 50 orang. Dalam penelitian ini aspek yang dikaji yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, daerah asal, lama bekerja, pendapatan, keterikatan dengan lapak, jenis sampah yang ditemukan, sumber sampah yang didapat, (Lampiran 3). Berikut uraian dari karakteristik responden pemulung : 1.
Jenis Kelamin dan Umur Hasil Pengumpulan data yang telah diolah menunjukkan pemulung yang
berjenis kelamin pria sebesar 94 persen dan sisanya yaitu 6 persen berjenis kelamin wanita. Berdasarkan hasil yang diperoleh, umur responden dengan kelas umur 15-24 tahun sebesar 8%, kelas umur 25-35 tahun sebesar 40% sedangkan kelas umur 36-45 tahun dan
46-55 tahun masing-masing sebesar 26%. Usia pemulung tergolong
produktif dimana kemampuan dan semangat bekerjanya masih tinggi. Sehingga sedikitnya dapat membantu pemerintah kota khususnya petugas kebersihan dalam mengurangi keberadaan sampah di pemukiman maupun jalan. 2.
Pendidikan Pendidikan merupakan hal yang dapat mempengaruhi dan mewarnai pola
pikir seseorang mengenai wawasan atau pandangannya dalam melihat dan menganalisa sesuatu hal. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang akan menghantarkan sejauh mana para pemulung dapat memperbaiki kualitas hidupnya. Umumnya pemulung memiliki pendidikan rendah dari hasil yang diperoleh jumlah pemulung yang tidak sekolah sebesar 12% (6 orang), tamat SD sebesar 48% (24 orang), tidak tamat SD sebesar 22% (11 orang) dan tamat SMP sebesar 18% (9 orang). Keadaan ekonomi yang lemah menyebabkan mereka putus sekolah atau tidak sekolah sama sekali, sehingga kondisi seperti inilah yang memaksa mereka untuk menekuni profesi sebagai pemulung.
63
3.
Daerah Asal Berdasarkan hasil wawancara dengan 50 responden, pemulung yang bekerja
di Jakarta Timur 72% (36 orang) diantaranya merupakan warga pendatang yang berasal dari Demak, Rangkas Bitung, Tegal, Madura, dan 28% (14 orang) pemulung merupakan warga asli kota Jakarta (Gambar 12). Sehingga menyebabkan penduduk di Jakarta semakin padat namun adanya pemulung akan dapat membantu proses pengurangan sampah yang ada di kota Jakarta khususnya.
Gambar 12. Daerah asal pemulung 4.
Lama Bekerja dan pendapatan Bekerja sebagai pemulung merupakan mata pencaharian pokok mereka,
sedangkan usaha lainnya sebagai sampingan saja, misalnya menjadi kuli bangunan, kuli panggul di pasar sedangkan wanitanya memiliki kerja sampingan menjadi bibi cuci. Pada penelitian ini lama kerja atau jumlah waktu kerja dibagi dalam empat kategori (Tabel 20). Berdasarkan hasil yang diperoleh, 34% pemulung memilih bekerja dengan waktu yang relatif lebih lama yaitu > 13 jam, 26% bekerja 11-13 jam, 16% bekerja 8-10 jam dan 24% pemulung memilih waktu bekerja 5-7 jam. Para pemulung berangkat kerja pukul 05.00- 11.30 WIB, istirahat dan sholat kemudian berangkat lagi pukul 13.00 sampai sore yang tidak tentu waktunya. Tabel 20 Lama bekerja pemulung dalam mengais hasil pulungan No 1 2 3 4
Lama bekerja (jam) 5-7 8-10 11-13 > 13
Sumber data primer yang diolah
Jumlah individu 12 8 13 17
Persentase 24 16 26 34
64
Dari hasil wawancara pendapatan rata-rata per bulan yang mereka dapat bervariasi. Faktor yang cukup berpengaruh terhadap pendapatan pemulung sampah adalah lamanya waktu yang dipergunakan untuk melakukan pengumpulan bahan dauran sampah. Berdasarkan hasil yang didapat, 38% menerima pendapatan Rp 1.000.000-1.500.000. 36% menerima pendapatan Rp 500.000-1000.000 per bulannya, sisanya 26% pemulung berpendapatan Rp 300.000-500.000. Hubungan lama waktu kerja dengan pendapatan yang dimiliki dapat dilihat pada Gambar 13. Bars show Medians
3
pendapa ta n ket : 1 : Rp 300000-500000
pendapatan
2 : Rp 500000-1000000 3 : Rp 1000000-1500000
2
1
0 1
2
3
4
5-7 j am
8-10 j am
11-13 j am
> 13 j am
lama bekerja
Gambar 13. Keterkaitan Lama Bekerja dengan Pendapatan 5.5
Partisipasi Masyarakat
5.5.1 Nilai Partisipasi Masyarakat Terhadap Lingkungan Dalam Pengelolaan Sampah Terpadu. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu (Lampiran 1). Dalam penelitian ini ada 7 bentuk untuk menilai partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah di lingkungannya, yaitu keikutsertaan memilah sampah, ketersediaan tempat sampah dirumah, pengetahuan, pendapat warga terhadap pemisahan sampah organik dan anorganik, hal yang dilakukan jika tempat tinggal kotor, cara membuang sampah rumah, keikutsertaan dalam kerja bakti. Tingkat partisipasi warga dalam mengelola sampah dapat dilihat pada Tabel 21.
65
Tabel 21 Tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah berdasarkan hasil sebaran kuisioner No
Kategori Tingkat Partisipasi
Jumlah Responden
Persentase
1
Rendah
1
1,67
2
Sedang
16
26,67
3
Tinggi
43
71,67
Total
60
100
Sumber data primer yang diolah
Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat di Kelurahan Susukan dan Kelurahan Ciracas dalam mengelola sampah berada pada tingkat tinggi dengan persentase 71,67 %. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antara RT dengan warganya, berdasarkan pengamatan langsung, RT dan kader lingkungan sering memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan sampah organik dan anorganik serta penyuluhan tentang lingkungan. Sedangkan tingkat partisipasi pada masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan variabel dan hasil sebaran kuisioner No
Variabel
1
Keikutsertaan Kerjabakti Keikutsertaan Sampah
2
Kategori Tingkat Partisipasi Dalam Memilah
Jumlah Responden
Rendah 3
% 5
Sedang 25
% 41.6
Tinggi 32
% 53.3
15
25
6
10
39
65
60
60
3
Ketersediaan Tempat Sampah di Rumah
0
0
34
56.7
26
43.3
60
4
Cara Membuang Sampah Rumah Hal yang dilakukan Jika Tempat Tinggal Kotor
6
10
1
1.7
53
88.3
60
0
0
41
68.3
19
31.7
60
Pengetahuan warga tentang TPA Pendapat warga terhadap pemilahan sampah organik dan anorganik
16
26.7
25
41.7
19
31.7
60
2
3.3
31
51.7
27
45
60
5 6 7
Sumber data primer yang diolah
66
Kerja bakti adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing RT untuk mengajak warganya agar peduli dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan lingkungan yang bersih di tempat tinggal mereka masing-masing. Setiap RT memiliki jadwal yang berbeda-beda untuk kerja bakti, adapun kegiatan yang dilakukan dalam kerja bakti yaitu membersihkan saluran air (got), penanaman, penyapuan dan pemeliharaan jalan di dalam maupun di luar gang. Dari hasil kuisioner, sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak pernah mengikuti kerja bakti, 25 responden (41,7%) menjawab kadang-kadang mengikuti jika tidak berhalangan hadir dan 32 responden (53,3%) menjawab selalu mengikuti kegiatan kerja bakti di tempat tinggalnya. Responden yang menjawab tidak pernah ikut kerja bakti dan menjawab kadang-kadang dikarenakan kesibukan diluar rumah. Berdasarkan wawancara dengan ketua RT biasanya warga semua aktif kerja bakti hanya disaat ada perlombaan kebersihan, pada saat menjelang perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia serta jika ada kunjungan instansi terkait kebersihan lingkungan. Kegiatan kebersihan dalam hal ini kerja bakti masih bersifat momental, yang berarti warga berperan aktif ketika hari atau moment tertentu saja. Kuatnya peranan nilai-nilai sosial dalam masyarakat terutama budaya malu, menyebabkan warga mengusahakan dirinya turut berperan dalam kerja bakti ataupun kegiatan lain yang melibatkan warga disuatu lingkungan tempat tinggalnya. Perlu diadakan kerjasama Dinas Kebersihan Provinsi maupun Kabupaten hingga Seksi Kebersihan tingkat Kelurahan untuk membuat suatu jadual secara rutin mengenai kegiatan kebersihan lingkungan, bila perlu diberikan sanksi atau denda bagi warga yang tidak ikut serta dalam kegiatan kebersihan sehingga hasil denda tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan sampah di tingkat RT. Warga RT 03/RW 04 dan RT 05/ RW 08 memiliki partisipasi yang baik dalam memilah sampah. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 22 dimana sebanyak 39 responden (65%) melakukan pemilahan sampah, sisanya 15 responden (25%) tidak melakukan pemilahan, dan 6 responden (10%) melakukan pembakaran sampah skala kecil. Adanya warga yang melakukan pembakaran sampah dikarenakan adanya lahan untuk membakar sampah, dan seringkali warga berpendapat sampah sudah terlalu
67
lama menumpuk, “dilakukannya pembakaran sampah juga bertujuan untuk mengusir keberadaan nyamuk cetus salah seorang warga”. Ketua RT juga tidak tinggal diam, dalam menyikapi hal ini ketua RT sering memberikan teguran bagi warganya yang melakukan pembakaran sampah walaupun pembakaran sampah yang dilakukan dalam skala kecil dan teguran juga diberikan bagi warganya yang tidak memilah sampah. Sikap tegas/bijaksana , berjiwa sosialisasi tinggi dan sikap peduli lingkungan sangat diperlukan bagi seorang RT dalam membina warganya untuk menciptakan suatu lingkungan yang bersih dan nyaman. Sikap peduli seorang RT atau pimpinan terhadap suatu lingkungan, diharapkan dapat berpengaruh terhadap warganya. Hal ini tercermin dari bapak Maman selaku ketua RT 03/RW 04 dan bapak Sukasno selaku ketua RT 05/RW 08 yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, beliau bersama Pepulih lainnya sering memberikan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan selain itu bapak Sukasno juga mengajak warganya untuk melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik. Dalam melakukan pemilahan dibutuhkan adanya wadah yang membedakan sampah organik dan anorganik. Ketersediaan wadah/tempat sampah di lingkungan rumah sangatlah diperlukan hal ini diharapkan agar masyarakat membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya, walaupun tidak menutup kemungkinan ada juga sebagian kecil masyarakat yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya. Berbagai macam jenis tempat sampah yang disediakan oleh RT dan warga, ada yang berupa kantong plastik, karung beras, kardus, ada juga yang berupa kotak dari plastik, kayu, semen. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung terdapat 34 responden (56,7%) menggunakan kantong plastik atau karung beras sebagai tempat sampah mereka sedangkan sisanya 26 responden (43,3%) tempat sampah yang dimiliki berupa kotak dari plastik/kayu/semen. Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi warga akan ketersediaan tempat sampah berada pada tingkat sedang. Lebih banyaknya penggunaan kantong plastik maupun karung sebagai wadah sampah dikarenakan di daerah lingkungan tempat tinggal mereka telah disediakan tong sampah organik dan anorganik yang diberikan oleh pihak Kelurahan. Jenis tempat sampah yang ada dapat dilihat pada Gambar 14.
68
(a)
(b)
(c) Gambar 14. (a) tempat sampah drum plastik; (b) tempat sampah dari kelurahan; (c) wadah berupa kantong plastik untuk menampung sampah. Dalam prosesnya sampah yang berada di rumah warga diangkut ke TPS kemudian diangkut ke TPA. Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan masyarakat, peneliti memberikan pertanyaan kepada responden “apakah ibu/bapak tahu apa TPA dan bagaimana proses sampah di TPA?” dari pertanyaan yang diajukan 16 responden (26.7%) menjawab tidak tahu, 25 responden (41,7%) menjawab tahu, 19 responden (31.7%) menjawab mengerti apa yang dimaksud dengan TPA, dengan adanya pengetahuan yang dimiliki masyarakat akan TPA, maka masyarakat akan mengetahui bagaimana proses pengangkutan sampah dari rumah warga sampai ke TPA dan mengetahui proses sampah berikutnya. Sebagai konsekuensi dari aktifitas masyarakat sebagai penghasil sampah maka masyarakat
dipungut biaya untuk jasa pelayanan kebersihan, Dari hasil
wawancara dengan bapak RT, warganya bersedia membayar retribusi, walaupun terkadang tidak tepat waktu dalam membayarnya. Retribusi kebersihan biasanya digabungkan dengan iuran lain, dengan adanya penggabungan iuran ini mewajibkan warga untuk membayar iuran kebersihan. Dari data yang diolah 100% responden
69
menjawab membayar retribusi. Iuran retribusi kebersihan plus kas warga sebesar Rp 10.000 per bulan. Lingkungan bersih merupakan wujud kepedulian masyarakat terhadap lingkungan di tempat tinggalnya. Sumber sampah yang berasal dari masyarakat sebaiknya dikelola oleh masyarakat yang bersangkutan agar mereka bertanggung jawab terhadap sampahnya sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan secara langsung, warga di Kelurahan Susukan RW 04 dan Kelurahan Ciracas RW 08 hal yang dilakukan jika lingkungan tempat tinggalnya kotor yaitu 41 responden (68,3%) membersihkan sendiri,19 responden (31,7%) mengajak tetangga kerja bakti. Dalam hal ini sangat diperlukan adanya komunikasi sesama warga (tetangga) untuk bersama membangun dan menciptakan lingkungan yang asri. Cara warga dalam membuang sampah juga dapat menunjukkan partisipasi warga dalam menangani sampah yang berada di lingkungan tempat tinggalnya. Dalam hal membuang sampah, 6 responden (10%) menjawab membuang di tempat buang sendiri/dibakar, sedangkan 53 responden (88,3%) menjawab dimasukkan ke dalam wadah lalu diambil petugas dan 1 responden (1,7%) menjawab membuang sampah ke TPS. Banyaknya responden yang menjawab dimasukkannya sampah kedalam wadah dikarenakan lokasi TPS yang jauh dan sudah ada petugas kebersihan yang mengerjakan. Aspek pemilahan sampah merupakan faktor penting dalam mengurangi jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA dan akan sangat membantu petugas kebersihan dalam mengangkut dan mengolah sampah di TPA. Pemilahan sampah dilakukan dengan menyediakan tong sampah dengan warna yang berbeda. Berdasarkan data yang diolah sebanyak 31 responden (51,7%) menyatakan sangat setuju adanya pemilahan organik dan anorganik serta bersedia untuk menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari, 27 responden (45%) menjawab setuju akan kegiatan pemilahan sampah dan 2 responden (3,3%) tidak setuju terhadap kegiatan pemilahan dikarenakan sudah menjadi tanggungjawab petugas kebersihan, adanya partisipasi warga dalam memilah sampah akan sangat membantu petugas kebersihan. Selain menghemat waktu, kegiatan pemilahan sampah akan memudahkan petugas
70
pengangkut dalam mengumpulkan sampah dan menambah penghasilan petugas kebersihan, karena oleh petugas kebersihan di lingkungan RT sampah tersebut dapat dijual kembali ke lapak.
Gambar 15. Petugas kebersihan di tingkat RT yang memanfaatkan sampah anorganik untuk dijual ke agen. 5.5.2 Korelasi Antara Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah Dalam pembahasan berikut ini akan dikemukakan hubungan beberapa variabel karakteristik masyarakat dengan tingkat partisipasi dalam pengelolaan sampah perkotaan.
Dari hasil uji statistik
dengan menggunakan metode
Rho-Spearman memperlihatkan tingkat keeratan hubungan yang berbeda dari masing-masing variabel tersebut. Menurut Santoso, 1999 analisis output SPSS didasarkan pada penafsiran korelasi sebagai berkut : 1. Adanya tanda pada hasil korelasi akan berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda negatif pada output menunjukkan adanya arah yang berlawanan sedangkan positif menunjukkan arah yang sama. 2. Penafsiran korelasi berkenaan juga dengan besaran angka, jika angka korelasinya berada pada angka 0 maka tidak ada korelasi sama sekali sedangkan jika angka korelasinya 1 maka korelasi sempurna. Secara sederhana dapat dikatakan angka korelasi diatas 0,5 menunjukkan adanya korelasi yang cukup kuat, sementara jika angka korelasinya dibawah 0,5 maka korelasi lemah. Untuk uji signifikasi dilihat pada nilai P value. Jika (p) > 0,05 maka tidak ada korelasi yang signifikan antara kedua variabel sedangkan (p) < 0,05, maka antara dua
71
variabel tersebut memiliki korelasi yang siginifikan. Hasil uji korelasi Spearman menggunakan program software SPSS versi 15.0, hasil uji korelasi Spearman dapat dilihat pada Lampiran 4. 1.
Pendidikan dan Partisipasi Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam menjalankan pengelolaan
sampah, secara teoritis dapat dikatakan bahwa keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan baik itu secara fisik maupun mental atau yang dikenal dalam terminologi partisipasi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal yang mempengaruhi partisipasi adalah karakteristik individu. Karakteristik yang dipakai yaitu pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan lama menetap. Menurut Inkeles (1969) Tingkat pendidikan sangat berhubungan erat dengan pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka akan semakin luas juga pengetahuan dan kesadarannya akan masalah-maslah kemasyarakatan. Masalah kemasyarakatan yang dimaksud misalnya dalam mengelola sampah. Berdasarkan uji korelasi Spearman di Lampiran 4, antara tingkat pendidikan dan pengetahuan memiliki angka koefisien korelasi 0,396 (<0,5), artinya dua varibel tersebut saling berkorelasi. Pendidikan memberikan suatu informasi atau pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dalam masyarakat. Dengan memperoleh pendidikan diharapkan seseorang dapat semakin memahami kondisi yang terjadi di sekitarnya atau di lingkungan tempat tinggalnya. Pemahaman tersebut akan memberikan kesadaran bahwa orang tersebut memiliki peranan dalam menentukan kualitas interaksi dirinya dengan lingkungan maupun sebaliknya lingkungan dengan dirinya secara individual. Dari hasil uji korelasi Spearman terdapat hubungan korelasi yang kuat antara pendidikan dengan partisipasi (keikutsertaan memilah sampah) hal ini dapat dilihat pada angka korelasi sebesar 0,412 (<0,5) yang artinya antara pendidikan dan tingkat partisipasi masyarakat dalam memilah sampah saling berkorelasi dan dilihat dari angka signifikansinya yaitu 0,001 (p<0,01) maka kedua variabel tersebut memiliki korelasi yang signifikan. Sehingga perlu bagi pemerintah daerah khususnya secara rutin memberikan penyuluhan dan pemahaman tentang pentingnya menangani masalah sampah sejak dini dalam upaya menanggulangi banjir.
72
2.
Pekerjaan dan Partisipasi Dilihat dari hasil uji statistik spearman antara pekerjaan dengan tingkat
partisipasi memiki hubungan perolehan korelasi 0,553 dan Pvalue sebesar 0,000 (p<0,01) pada selang kepercayaan 99%. Warga Kelurahan Susukan sebagian besar mata pencahariannya yaitu PNS sedangkan warga di Kelurahan Ciracas bergerak di bidang jasa, sisanya yaitu PNS, pedagang (Lampiran 2) Dengan semakin tingginya kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat melalui gaji yang didapat maka diharapkan warga dapat berpartisipasi terhadap kebersihan lingkungan. 3.
Pendapatan dan Partisipasi Penghasilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
mengikuti kegiatan di lingkungannya, semakin tinggi penghasilan seseorang maka semakin banyak partisipasi yang diberikan pada lingkungan tempat tinggalnya sebaliknya, jika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan dirinya sendiri maka akan sangat sulit bagi orang tersebut untuk ikut berpartisipasi. Dari hasi uji statistik perolehan nilai korelasi yang didapat yaitu sebesar 0,604 (>0,5) dengan Pvalue sebesar 0,000 (p<0,01) yang berarti terdapat korelasi yang cukup kuat dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendapatan maka akan semakin tinggi juga partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah dilingkungannya. Menurut King, 1983 ; Isbal 1989 dalam (Dwiyanti 2005) menyatakan bahwa orang yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang baik mempunyai kecenderungan untuk berpartisipasi dibandingkan dengan orang yang tingkat sosial ekonominya masih kurang. 4.
Lama Menetap dan Partisipasi Dari hasil uji rank Spearman didapat angka korelasi antara tingkat lama
menetap dengan partisipasi sebesar -0,029 dan nilai (p >0,01) hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menetap responden dengan tingkat partisipasinya. Hasil uji statistik rank Spearman dapat dilihat pada Lampiran 4. Hal ini dikarenakan warga yang telah lama maupun belum lama menetap tinggal dilingkungan tersebut memiliki partisipasi yang sama.
73
5.5.3 Pemanfaatan sampah organik dan anorganik oleh warga a.
Pemanfaatan sampah organik oleh warga RW 04 Kelurahan Susukan, Jakarta Timur Sebagian masyarakat Jakarta Timur memanfaatkan sampah organik dan
anorganik untuk didaur ulang kembali menjadi suatu yang bermanfaat. Misalnya saja warga di kelurahan Susukan RW 04/RT 03, 07 dan 15 memanfaatkan sampah dapur dan daun-daunan menjadi kompos. Pemanfaatan sampah menjadi kompos di RT 03/RW 04 dilakukan oleh bapak Maman sebagai ketua RT 03/RW 04, usaha kompos yang dikerjakan masih dalam lingkup usaha skala kecil. Dalam mengolah sampah
organik
menjadi
kompos,
bapak
Maman
menggunakan
mesin
penggiling/penghalus sederhana buatannya sendiri sehingga menghemat waktu dan biaya.
Selain itu terdapat juga alat pengaduk kompos untuk meratakan kompos
dengan cairan EM4 (Gambar 16).
(a) Gambar 16.
(b)
(a)Saung Kompos Organik miik RT 03/RW 04; (b) Mesin Penggilingan yang dibuat bapak Maman
Pada Tahun 2007 kelompok wilayah ini pernah terpilih sebagai juara 2 lomba bina RT Tingkat Kecamatan Ciracas mengenai kebersihan lingkungan. Masyarakat dapat merasakan manfaat langsung dari kegiatan pemilahan sampah yang telah dilakukan secara rutin. Dengan adanya kegiatan pengolahan sampah menjadi pupuk kompos pengetahuan masyarakat akan pemanfaatan sampah organik akan semakin bertambah. Beliau mengharapkan agar kegiatan pemilahan dapat dilakukan secara terus menerus melalui proses peningkatan pemahaman sehingga seiring dengan berjalannya waktu akan merubah sikap dan perilaku masyarakat dalam memandang
74
sampah. Namun untuk merubah pola pikir, cara pandang dan perubahan sikap masyarakat diperlukan waktu yang cukup lama, serta sosialisasi secara terus menerus mengenai pentingnya menciptakan suatu lingkungan yang bersih, nyaman dan tentram. Selain pemanfaatan sampah organik menjadi kompos terdapat juga pemanfaatan sampah anorganik menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual tinggi. Contohnya saja pemanfaatan sampah anorganik yang dilakukan bapak R uskendi dan bapak Chandra. Bapak Ruskendi merupakan salah seorang warga RT 07/RW 04 yang turut berpartisipasi terhadap kepedulian lingkungan khususnya masalah sampah, beliau juga merupakan sekretaris dari kelompok PAHALA. Dalam lingkungan tempat tinggalnya bapak Ruskendi memanfaatkan aqua gelas bekas menjadi media tanam (pot) yang menarik (Lampiran 11), untuk membuat satu pot beliau menggunakan 3-4 aqua gelas. Jenis plastik aqua gelasnya dipilih yang kaku. Harga pot bervariasi sesuai ukuran, untuk satu pot dijual seharga Rp 5000-10.000. Ukuran pot yang kecil dijual seharga Rp 5000, sedangkan yang ukuran besar dijual seharga Rp 10.000/pot. Selain didapat dari lingkungannya sendiri, beliau juga membeli aqua gelas bekas dari pemulung, 1 kg berisi 80-100 buah aqua gelas bekas dan 1 kg nya dijual pemulung seharga Rp 10.000, bisa dibayangkan keuntungan yang didapat oleh bapak Ruskendi, namun disamping itu juga terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu kesulitan dalam mendapatkan jenis aqua gelas plastik yang kaku serta pemasarannya yang belum menyebar luas dan persaingan dengan para pengrajin pot yang lain baik dari segi harga maupun kualitasnya. Sedangkan bapak Chandra memanfaatkan kertas bekas untuk dijadikan topeng/ hiasan dinding, dan menghias helm dari kertas yang merupakan usaha dari bapak Candra (Lampiran 11). Usaha yang dikerjakan masih dalam lingkup usaha skala kecil, pemasarannya masih sangat terbatas, jika ada kegiatan di Kelurahan maupun Kecamatan biasanya bapak Chandra diminta hasil karyanya untuk diperlihatkan sebagai salah satu bentuk contoh pemanfaatan sampah anorganik, selain itu terdapat juga warga dari daerah lain yang membeli hasil kerajinan tangan milik bapak Chandra, keberadaan usaha kerajinan tangan milik bapak Chandra ini diketahui
75
dari mulut ke mulut. dalam proses pembuatannya sangatlah mudah, dan alat yang digunakan pun sederhana. b. Pemanfaatan sampah anorganik oleh warga RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur. Warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas ini diharuskan memilah sampah di rumah kemudian menyetorkannya ke bank sampah. Selanjutnya di bank sampah, sampah yang telah dipilah oleh warga dipilah kembali sesuai dengan jenisnya. Warga membuat Bank Sampah sebagai pusat pengelolaan skala komunal. Bank sampah dibangun pada bulan April 2007. Tahun 2007 setelah mendapat pelatihan dari PT Unilever, warga mulai lebih memfokuskan kegiatan daur ulang sampah kering untuk dijadikan barang kerajinan. Produk kerajinan tas daur ulang yang dibuat warga rencananya akan ditampung oleh supermarket Carefour. Bahkan diadakan kerjasama dengan perusahaan daur ulang untuk mengekspor tas khusus untuk laptop ke Amerika, Australia dan Belanda dalam program mendaur ulang sampah plastik kemasan untuk dijadikan tas, kelompok ini difasilitasi 2 mesin jahit yang dirancang oleh Unilever untuk menjahit plastik kemasan tersebut. Pada bulan Desember 2008 bangunan Bank Sampah tersebut dibongkar karena yang punya tanah membangun rumah. Dibongkarnya Bank Sampah tidak menurunkan niat warga RT 05/ RW 08 untuk terus melakukan kegiatan pemilahan sampah. Kemasan plastik bekas yang tidak memiliki nilai menjadi bermanfaat dengan dijadikannya sebagai tas dari bentuk dan ukuran yang bervariasi (besar, sedang, kecil) serta memiliki keguanaan yang beragam (tas laptop, dompet, tas belanja, tas sekolah, dan lain-lain), hasil kerajinan tersebut diberi merk “Trashion” harga tas dari plastik kemasan tersebut dijual dengan harga yang beragam sesuai ukuran gabungan dari trash (sampah) dan fashion (Lampiran 11). Harga yang dibuat bervariasi sesuai ukuran tas, tingkat kesulitan dalam membuat dan modal yang dibutuhkan. Ukuran dompet dijual seharga Rp 25.000, tas ukuran kecil dijual berkisar Rp 40.000-50.000, tas ukuran sedang/medium dijual seharga Rp 80.000-100.000 dan tas ukuran besar dijual dengan harga sekitar Rp 120.000-200.000. Adanya pemnfaatan sampah yang
76
dilakukan oleh warga akan sangat membantu mengurangi timbunan sampah perkotaaan. Selain itu terdapat juga pemanfaatan dalam bentuk lain seperti yang dilakukan oleh bapak Wakir. Bapak Wakir adalah salah seorang ketua RT 07/RW 02 Kelurahan Ciracas yang memanfaatkan puing-puing bangunan (Lampiran 11). Terbesit dipikiran bapak Wakir untuk mengajak warganya mengolah kembali puing-puing bangunan menjadi conblok. Awalnya bapak Wakir hanya ingin mengurangi dana yang dikeluarkan untuk perbaikan jalan di lingkungan tempat tinggalnya. Namun langkah ini sangat disambut baik oleh warganya yang sama-sama berniat untuk mengurangi sisa-sisa puing bangunan. Ketua RT 07/RW 02 yang akrab dipanggil dengan sebutan pak Wakir ini ingin mengembangkannya menjadi suatu bisnis, namun kendala dana dan keterbatasan alat menyebabkan keinginan beliau tertunda sementara waktu. Pembuatannya tidaklah sulit namun dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian, pertama kali hal yang dilakukan oleh bapak Wakir dan 4 orang warga yang ikut membantunya adalah menghaluskan puing-puing bekas tembok bangunan hingga menjadi butiran yang halus kemudian diperbaiki sifat fisiknya dengan mencampurkan bahan aditif, setelah tercampur olahan tersebut kemudian di cetak dan dikeringkan. Dalam sehari dengan 5 orang pekerja dapat menghasilkan 150 conblog. Adanya ide kreatif dan semangat yang tinggi dalam memanfaatkan kembali sampah menjadi suatu barang berguna sangat dibutuhkan dalam menangani permasalaham sampah dilingkungan tempat tinggal masing-masing. 5.5.4 Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan Dalam suatu lingkungan sangat diperlukan adanya pelopor sebagai penggerak warga sekitar, khususnya untuk peduli terhadap lingkungan di wilayahnya, dengan adanya pelopor atau tokoh masyarakat ini diharapkan dapat menanamkan dan menyebarluaskan budaya hidup bersih dan sehat. Di Jakarta Timur khususnya Kecamatan Ciracas terdapat sekelompok masyarakat yang peduli terhadap lingkungan misalnya saja mengenai masalah sampah. Kelurahan Susukan dan Kelurahan Ciracas merupakan dua kelurahan yang terdapat di Kecamatan Ciracas. Di
77
dua kelurahan ini terdapat sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan kelompok peduli lingkungan. Kelompok peduli lingkungan di Kelurahan Susukan RW 04 bernama kelompok Pahala sedangkan di Kelurahan Ciracas kelompoknya bernama Winarsih. Kedua kelompok ini selalu aktif dalam kegiatan lomba cinta lingkungan. kedua kelompok peduli lingkungan ini telah beberapa kali mendapat penghargaan lomba khususnya mengenai lingkungan. a)
Kelompok Pahala PAHALA (Peduli Sampah Lingkumgan dan Alam) ditetapkan sejak tanggal
11 September 2006, adapun latar belakang dari kelompok yang mereka bentuk ini adalah adanya impian untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, untuk mencapai hal tersebut kelompok PAHALA memiliki visi menciptakan lingkungan yang asri, bersih dan rindang sedangkan misi dari PAHALA yaitu memberdayakan anggota/masyarakat
dalam
meningkatkan kepedulian terhadap
sampah dan
lingkungan. Untuk mencapai suatu tujuan bersama maka perlu dibentuk pengurus. Kepengurusan kelompok PAHALA dapat dilihat sebagai berikut: Ketua
: Bpk Alimin
Sekretaris : Bpk H. Ruskendi Bendahara : Ibu Hj. Soprin 5 Pokja
: - Pokja Kompos
: Bpk Djuanda dan Bpk Maman
- Pokja Daur Ulang : Bpk Chandra - Pokja Kemitraan : Sarpiah - Pokja Agro
: Nasan
- Pokja PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) : Ibu Tuti. PAHALA telah melakukan beberapa kegiatan yang terkait dengan pengelolaan sampah terpadu yaitu mengikuti pelatihan pembuatan kompos, memfasilitasi pelatihan pembuatan kompos kepada masyarakat, mengikuti pelatihan daur ulang kertas, mengikuti pameran, seminar dan lokakarya tentang lingkungan, studi banding ke Rawa Jati, menggalakan penghijauan lingkungan menyelenggarakan pendidikan lingkungan bagi siswa/i sekolah dasar dan MDA, serta membuat 10 titik biopori percobaan di RT 03/RW 04 untuk dikembangkan diwilayah lain. Biopori
78
merupakan pori-pori berbentuk lubang yang terbentuk oleh aktivitas organisme tanah dan pengakaran tanaman. Aktivitas organisme tanah inilah yang akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah, dimana rongga-rongga tersebut akan terisi udara yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresap air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah. Sehingga akan mengurangi banjir yang mungkin akan terjadi, karena air dapat diserap langsung ke dalam tanah. Dalam pembuatannya lubang biopori diisi dengan bahan organik seperti sampah organik rumah tangga dan sampah daun sehingga aktifitas organisme dalam tanah meningkat dan semakin banyak rongga-rongga biopori yang terbentuk. Adapun kegiatan pembuatan biopori dapat dilihat pada Gambar 17.
(a)
(b)
Gambar 17. (a) pembuatan lubang biopori; (b) lubang biopori diberi sampah organik dan dilapisi galas plastik atau paralon. b) Kelompok Winarsih 1. Sejarah berdirinya Sebelum kelompok winarsih terbentuk, kondisi lingkungan RT 05/RW 08 ini masih sangat kumuh dan jumlah penduduknya yang padat menyebabkan ketidakseimbangan dengan luas wilayah tempat mereka tinggal. Jika hujan turun sebagian rumah warga yang berada disekitar saluran air terkena banjir. Melihat kondisi tersebut terbesit oleh bapak ketua RT (Bapak Sukasno 44 tahun) untuk mencanangkan program pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan di tingkat RT. Sampah di RT 05 pada waktu itu belum dikelola dengan baik, tanah kosong milik warga menjadi alternatif pembuangan. Pada tahun 2003 lahan kosong tersebut diubah
79
fungsinya menjadi saung dan taman untuk balai pertemuan warga. Kelompok Winarsih (kelompok penghijauan) dibentuk oleh warga RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas pada tahun 2006, pemberian nama winarsih ini merupakan inisiatif dari sebagian warga. Winarsih memiliki arti (waspada, inisiatif, nyaman, aman, rapih, sejuk, indah, hijau) nama Winarsih diambil dari nama ibu RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas yang merupakan isteri dari ketua RT.
Gambar 18. Gapura WINARSIH yang berada di RT 05/RW 08 Dibentuknya kelompok penghijauan ini berawal dari warga yang melakukan pengomposan sederhana, serta memanfaatkan sampah non organik yakni plastik kemasan untuk diolah dan dimanfaatkan kembali. Program penghijauan ini mewajibkan setiap rumah untuk memiliki 3 pot tanaman di pekarangan rumah masing-masing. Sejak saat itu warga RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas mulai melakukan gerakan Lingkungan Bersih, Sehat dan Hijau (LBSH). 2.
Profil Pengurus dan Anggota Kelompok penghijauan ini dibagi menjadi 10 kelompok kerja, setiap
kelompok membawahi kurang lebih 10 rumah. Masing-masing kelompok memiliki pengurus yang terdiri dari ketua, bendahara, sekretaris, dan jumlah anggota sebanyak 10 KK. Nama kelompok kecil Winarsih diambil dari nama-nama tanaman hias, kelompok ini dibuat berdasarkan wilayah sehingga memudahkan koordinasi, sosialisasi dan pengumpulan sampah. Daftar nama pengurus kelompok kecil di RT 05/ RW 08 dapat dilihat pada Tabel 23.
80
Tabel 23 Daftar nama pengurus kelompok kecil dan jumlah anggota kelompok di RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas. No
Kelompok
Ketua
Bendahara
Sekretaris
1. Melati Sri Hartini Ibu Aziz Ibu Karyadi 2. Mawar Ngadiyah Ibu Suroto Ibu Bambang 3. Bougenville Ibu Kikin Atun Ibu Suryaman 4. Lidah Buaya Susilowati Ibu Saefudin Ibu Misiani 5. Kamboja Nungasuro Martinem Wanti 6. Miana Yuli Ibu Joko Ani 7. Ginseng Ibu Suyoto Ibu Romlan Andung 8. Sedap Malam Ibu Idrus Ibu Kusnadi Maksuni 9. Cempaka Ibu Rahman Ibu Handoyo Ibu Rozak 10. Bombay Alimun Ibu Suyadip Ibu Nurhadji Sumber : Data Tidak Diterbitkan, Data Kependudukan RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas
Jumlah Anggota 10 KK 10 KK 10 KK 10 KK 10 KK 10 KK 10 KK 10 KK 10 KK 10 KK
Kader Lingkungan RT 05/RW 08 memiliki tujuan untuk menggerakkan kesadaran dan partisipasi warga (fasilitator ) dalam kegiatan pengelolaan sampah dan gerakan penghijauan. Salah satu bentuk pencapaian tersebut adalah membentuk pengurus utama kelompok winarsih dan pengurus kelompok kecil. Pengurus utama Kelompok Winarsih terdiri dari : 1. Ibu Winarsih
: Penggerak warga
2. Bpk Sukasno ( Ketua RT )
: Penggerak warga
3. Bpk Surachmat
: Koordinator 1
4. Bpk Maifal A
: Koordinator 2
5. Bpk Ngalimin
: Pengangkutan Sampah
6. Bpk Karyadi
: Penanggung Jawab Pengomposan
7. Bpk Dedi
: Penaggung Jawab Sampah Organik
8. Bpk Handoyo
:Penanggung Jawab Daur Ulang Sampah Kering
Pengurus utama dengan dibantu oleh pengurus lainnya bekerjasama dan berupaya untuk menjalankan program kerja yang dipilih yaitu melakukan pengolahan sampah dan penghijauan dengan baik. 3. Kegiatan Penghijauan dan Pengolahan Sampah serta Perkembangannya Kelompok Winarsih telah banyak melakukan kegiatan yang terkait dengan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, diantaranya kegiatan pelatihan dan
81
pendidikan mengenai penghijauan dan pengelolaan sampah. Selain kader lingkungan RT 05/RW 08 sebagai pembicara, kegiatan pendidikan ini pun mendatangkan pembicara dari pihak luar seperti dinas pertanian, dinas lingkungan. Adapun pesertanya yaitu warga RT 05/RW 08 dan tidak menutup kemungkinan terdapat juga peserta di luar RT 05/RW 08. Kegiatan pelatihan yang pernah dilakukan yaitu mengolah sampah organik dan anorganik, membuat kompos dan media komposter, membuat EM4, sedangkan kegiatan yang berkaitan dengan kehutanan yaitu masyarakat dengan giat melakukan kegiatan penghijauan seperti menanam tanaman obat dan tanaman hias di halaman rumah mereka dan di tempat umum, selain itu mereka juga melakukan pengolahan sampah secara mandiri, seperti memilah sampah dari sumbernya serta memilah sampah organik dan anorganik. 5.6
Permasalahan
Serta
Pengaruh
Usaha
Daur Ulang
Sampah
dan
Pengomposan Terhadap Sistem Pengolahan Sampah Kota. 5.6.1 Permasalahan yang dihadapi dalam usaha daur ulang sampah dan pengomposan Sampah sudah
menjadi persoalan yang
rumit
bagi
pemerintah dan
instansi-instansi yang terkait di dalamnya, jika tidak dilakukan penanganan maka akan sulit bagi TPA untuk menampung sampah dalam timbunan volume yang semakin hari semakin meningkat. Banyak hal yang dilakukan dalam hal menangani masalah sampah misalnya saja penanganan sampah yang dilakukan oleh warga RW 04 Kelurahan Susukan, warga RW 05 Kelurahan Ciracas dan warga RW 10 Cipinang Elok mereka melakukan pemanfaatan kembali sampah untuk didaur ulang dan dijadikan kompos namun apakah pemanfaatan sampah untuk didaur ulang kembali sudah diterapkan dan dilakukan di seluruh tempat, khususnya di masing-masing RT Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan terdapat beberapa masalah yang dihadapi dalam usaha daur ulang sampah diantaranya sebagai berikut : 1. Terbatasnya dana serta kreatifitas yang dimiliki warga dalam hal meningkatkan usaha daur ulang sampah dan kemampuan dalam memasarkan hasil
produk
daur
ulang
masih
kurang.
Belum
82
maksimalnya sarana dan prasarana yang diberikan untuk mengelola sampah. 2. Belum seluruhnya warga Jakarta Timur melakukan pemilahan sampah dan belum maksimalnya penggunaan tong sampah organik dan anorganik yang disediakan oleh dinas kebersihan. 5.6.2 Pengaruh usaha daur ulang sampah dan pengomposan terhadap sisitem pengelolaan sampah Konsep pengelolaan sampah terpadu sudah saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimisasi sampah serta maksimasi daur ulang dan pengomposan. Energi baru yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang diterapkan khususnya pada sampah non organik seperti kertas, plastik, alumunium, gelas, logam dan lain-lain, sementara untuk sampah organik diolah, salah satunya dengan pengomposan. Usaha warga dalam meminimalisasi timbunan sampah dengan cara pengomposan dan mendaur ulang kembali sampah rumah tangga akan sangat berpengaruh terhadap sistem pengolahan sampah dan sedikitnya dapat mengurangi volume timbunan sampah serta mengurangi beban petugas kebersihan dalam mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Dari data timbunan sampah yang terdapat di Lampiran 8 diuraikan penanganan sampah dalam bentuk daur ulang (4-3R) di Jakarta Timur yaitu sebesar 354 m3/hari dengan kata lain usaha masyarakat dalam menangani masalah timbunan sampah akan mengurangi sedikitnya 5,27% per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m3/hari. Sedangkan penanganan sampah dalam bentuk pengomposan sebesar 46 m3/hari akan mengurangi sedikitnya 0,68% per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m3/hari. Dengan adanya kegiatan pengomposan dan daur ulang sampah anorganik maka biaya operasional pemusnahan sampah dapat dikurangi. Selain itu juga sampah organik yang dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi kompos mempuyai kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesuburan tanah (konservasi tanah) dan masyarakat dapat menggunakan kompos untuk kegiatan penghijauan seperti menanam tanaman obat dan tanaman hias.
83
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah di Kecamatan Ciracas berada pada tingkat tinggi dengan persentase 71,67%. Hal ini menunjukkan prospek positif, karena pada masa mendatang tingkat pendidikan cenderung meningkat, selain pendidikan faktor lain yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat yaitu tingkat pendapatan dan pekerjaannya.
2.
Bahan
dauran
sampah
anorganik
yang
dapat
dimanfaatkan
secara
langsung oleh pemulung yaitu sebesar 191,2 ton/ tahun dengan manfaat ekonomi sebesar
Rp
170.600.000
dan
nilai
ekonomi
yang
diperoloh
sebesar
Rp 892.259,41 per ton. Diperkirakan dengan rataan mengumpulkan dan menjual bahan dauran sebanyak 35 kg/ harinya, usaha bahan dauran sampah akan dapat memberikan pendapatan rata-rata kepada pemulung sebesar Rp 31.229,08/hari. 3.
Hasil analisis secara finansial usaha pengomposan sampah organik di pabrik kompos “Mutu Elok” memberikan keuntungan dan layak untuk dikembangkan hal ini dapat dilihat pada nilai NPV 24.480.229,42, nilai B/C sebesar 5 dan nilai IRR sebesar 44, 47% .
4.
Kegiatan daur ulang sampah organik dan anorganik akan sangat berpengaruh terhadap jumlah timbunan sampah. Di Kecamatan Ciracas kegiatan usaha daur ulang (4-3 R) setidaknya mengurangi 5 % dan pengomposan 0,64 % dari 620 m3/hari timbunan sampah yang dihasilkan, sedangkan di Kecamatan Jatinegara kegiatan (4-3 R) dapat mengurangi 5,7 % dan pengomposan 1,39 % dari jumlah timbunan sampah 720 m3/hari dan keseluruhan di Jakarta Timur, kegiatan usaha daur ulang (4-3 R ) setidaknya mengurangi 5,27% dan pengomposan 0,68% dari jumlah timbunan sampah 6716 m3/hari.
5.
Pemanfaatan sampah untuk dijadikan usaha daur ulang oleh masyarakat akan mengurangi biaya operasional sampah dan dapat mengurangi beban petugas kebersihan dalam mengangkut sampah dari TPS ke TPA.
84
6.
Keberadaan LPS sejumlah 115 LPS liar di Jakarta Timur akan sangat mengganggu jalannya operasional pengangkutan dengan demikian terdapat sebagian dari timbunan sampah yang tidak terangkut oleh Petugas Dinas Kebersihan.
6.2 Saran 1.
Perlu diterapkan kegiatan pemilahan dimulai dari tingkat RT. Oleh karenanya pemerintah perlu membuat penegakan hukum yang tegas berupa denda bagi warga yang tidak memilah sampah dan bagi warga yang tidak membayar retribusi.
2.
Untuk meningkatkan partisipasi warga perlu adanya pemberian penghargaan sosial terhadap masyarakat peduli lingkungan agar ditingkatkan sehingga masyarakat termotivasi untuk meraih keberhasilan dalam menciptakan suatu lingkungan yang bersih dan sehat.
3.
Perlu adanya kerjasama pemerintah dan masyarakat dengan instansi departemen pertanian, pertamanan dan kehutanan dalam memasarkan kompos yang dibuat oleh masyarakat pengusaha kompos. Selain itu pemerintah juga perlu memberikan fasilitas dan bantuan dana dalam pengelolaan sampah serta pembuatan kompos kepada petani maupun masyarakat yang mengelola sampah organik untuk dijadikan kompos.
4.
Perlu pembinaan LPS liar agar keberadaan LPS tidak mengganggu lingkungan, tetapi justru menangani masalah sampah dengan baik.
Lampiran 1 Daftar karakteristik dan partisipasi masyarakat dalam menangani sampah Nama
Kelurahan
Umur
Status di keluarga
JAK
Pendapatan/bln
Tingkat Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Lama tinggal
ketersediaan tempat sampah
membuang sampah ke TPS
Membayar retribusi
Kondisi retribusi
Agus Mardi Budi Permana
Susukan Susukan
38 35
Kepala Keluarga Kepala Keluarga
4 4
Rp > 500.000 Rp 250.000-500.000
Sarjana SMP/SMA
pekerjaan tetap pekerjaan tetap
5-15 th 5-15 th
2 keranjang plastik 1 keranjang plastik
tidak tidak
selalu selalu
Sudah sesuai Sudah sesuai
Rida
Susukan
50
Ibu Rumah Tangga
2
Rp 250.000-500.000
SMP/SMA
tidak punya pekerjaan tetap
>15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Belum sesuai
Ani
Susukan
43
Ibu Rumah Tangga
5
Rp > 500.000
SMP/SMA
tidak punya pekerjaan tetap
>15 th
1 keranjang plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Dimniati
Susukan
52
Ibu Rumah Tangga
3
Rp > 500.000
SMP/SMA
pekerjaan tetap
>15 th
2 keranjang plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Ani Mariani
Susukan
29
Ibu Rumah Tangga
4
Rp > 500.000
SMP/SMA
tidak punya pekerjaan tetap
>15 th
1 kotak dari kayu
tidak
selalu
Sudah sesuai
Yanti Maulana
Susukan Susukan
35 59
Ibu Rumah Tangga Kepala Keluarga
4 3
Rp > 500.000 Rp > 500.000
Sarjana Sarjana
tidak punya pekerjaan tetap pekerjaan tetap
>15 th >15 th
kantong plastik 1 kotak dari kayu
tidak tidak
selalu selalu
Sudah sesuai Belum sesuai
Halimah
Susukan
59
Ibu Rumah Tangga
4
Rp 250.000-500.000
SD Sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
>15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Amah
Susukan
49
Ibu Rumah Tangga
5
Rp 250.000-500.000
SD Sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
>15 th
1 kotak dari kayu
tidak
selalu
Sudah sesuai
Winda
Susukan
21
Ibu Rumah Tangga
4
Rp 100.000-250.000
SD Sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
1-5 th
1 kotak dari kayu
tidak
selalu
Sudah sesuai
Sri Sundari
Susukan
31
Ibu Rumah Tangga
4
Rp > 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap
1-5 th
gentong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Cipto
Susukan
44
Kepala Keluarga
4
Rp > 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap
5-15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Belum sesuai
Retno
Susukan
26
Ibu Rumah Tangga
3
Rp > 500.000
SMP/SMA
pekerjaan tetap
5-15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Yuli
Susukan
34
Ibu Rumah Tangga
4
Rp 100.000-250.000
SD Sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
5-15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Hasim Aang .S.
Susukan Susukan
69 23
Kepala Keluarga Anak
5 5
Rp > 500.000 Rp > 500.000
SD Sederajat SMP/SMA
tidak punya pekerjaan tetap tidak punya pekerjaan tetap
>15 th >15 th
drum plastik 1 kotak dari kayu
tidak tidak
selalu selalu
Sudah sesuai Sudah sesuai
Saodah
Susukan
40
Ibu Rumah Tangga
4
Rp 100.000-250.000
SD Sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
>15 th
1 kotak dari plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Isem
Susukan
46
Ibu Rumah Tangga
3
Rp 250.000-500.000
SD Sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
5-15 th
1 keranjang plastik
tidak
selalu
Belum sesuai
Ade Herawati
Susukan
28
Ibu Rumah Tangga
4
Rp > 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap &tambahan
>15 th
drum plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Mariyani
Susukan
44
Ibu Rumah Tangga
4
Rp > 500.000
SD Sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
>15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Ade sekar
Susukan
37
Ibu Rumah Tangga
5
Rp > 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap
>15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Atuti
Susukan
47
Ibu Rumah Tangga
4
Rp > 500.000
SMP/SMA
tidak punya pekerjaan tetap
>15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Nasiah
Susukan
54
Ibu Rumah Tangga
10
Rp 100.000-250.000
SMP/SMA
tidak punya pekerjaan tetap
>15 th
kantong &kardus
tidak
selalu
Sudah sesuai
Sugeng .Y.
Susukan
36
Kepala Keluarga
5
Rp > 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap &tambahan
5-15 th
drum plastik
tidak
selalu
Belum sesuai
Harun
Susukan
54
Kepala Keluarga
4
Rp > 500.000
SMP/SMA
pekerjaan tetap
>15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Antisi
Susukan
27
Ibu Rumah Tangga
3
Rp > 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap
1-5 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Alimung
Susukan
43
Kepala Keluarga
6
Rp 100.000-250.000
SD Sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
>15 th
2, kaleng
tidak
selalu
Belum sesuai
Yeti
Susukan
35
Ibu Rumah Tangga
7
Rp 100.000-250.000
SD Sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
1-5 th
2, ember plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Bayu
Susukan
39
Kepala Keluarga
4
Rp > 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap &tambahan
5-15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Hening .W.
Ciracas
58
kepala keluarga
1
> 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap
> 15 th
1 kotak dari plastik
tidak
selalu
Belum sesuai
Yulvony .I.
Ciracas
30
ibu rumah tangga
3
> 500.000
SMP/SMA
tidak punya pekerjaan tetap
> 15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Belum sesuai
Hanifah
Ciracas
22
anak
4
> 500.000
SMP/SMA
pekerjaan tetap &tambahan
> 15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Enung
Ciracas
48
ibu rumah tangga
4
> 500.000
SMP/SMA
pekerjaan tetap
> 15 th
1 kotak dari kayu
tidak
selalu
Sudah sesuai
Ngalimin
Ciracas
49
kepala keluarga
5
> 500.000
SD sederajat
pekerjaan tetap
> 15 th
1 kotak dari semen
tidak
selalu
Sudah sesuai
87
Lampiran 1 Daftar karakteristik dan partisipasi masyarakat dalam menangani sampah Suyoto
Ciracas
50
kepala keluarga
4
> 500.000
SD sederajat
pekerjaan tetap
> 15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Suprihatin
Ciracas
31
ibu rumah tangga
4
100.000-250.000
SMP/SMA
pekerjaan tetap
Nurawi
Ciracas
44
kepala keluarga
5
> 500.000
SMP/SMA
pekerjaan tetap &tambahan
1-5 th
Kardus
tidak
selalu
Sudah sesuai
> 15 th
1 kotak dari semen
tidak
selalu
Yuni Prahasti
Ciracas
36
ibu rumah tangga
4
> 500.000
SMP/SMA
Sudah sesuai
pekerjaan tetap
5-15 th
1 kotak dari kayu
tidak
selalu
Sudah sesuai
Ardiyantoro
Ciracas
37
kepala keluarga
4
> 500.000
Yuswarni
Ciracas
36
ibu rumah tangga
4
> 500.000
SMP/SMA
pekerjaan tetap
5-15 th
1 kotak dari kayu
tidak
selalu
Sudah sesuai
SMP/SMA
pekerjaan tetap
5-15 th
1 kotak dari kayu
tidak
selalu
Subiyantoro
Ciracas
44
kepala keluarga
4
Belum sesuai
> 500.000
SMP/SMA
pekerjaan tetap
5-15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Samsi Andi
Ciracas
45
kepala keluarga
Sri Winarti
Ciracas
37
ibu rumah tangga
5
> 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap
> 15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
4
> 500.000
SMP/SMA
pekerjaan tetap
> 15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Misiani
Ciracas
45
Sudah sesuai
ibu rumah tangga
5
> 250.000-500.000
SD sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
> 15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Usman
Ciracas
Surachmat
Ciracas
39
kepala keluarga
5
> 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap &tambahan
5-15 th
1 kotak dari plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
56
kepala keluarga
5
> 250.000-500.000
SD sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
> 15 th
Kardus
tidak
selalu
H. Abdul.R.
Sudah sesuai
Ciracas
63
kepala keluarga
3
100.000-250.000
SD sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
> 15 th
1 kotak dari plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Nursih
Ciracas
54
ibu rumah tangga
4
> 250.000-500.000
SD sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
> 15 th
1 kotak dari plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Mujiati
Ciracas
41
ibu rumah tangga
3
> 500.000
Sarjana
tidak punya pekerjaan tetap
> 15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Achmad .S.
Ciracas
38
kepala keluarga
4
> 500.000
SD sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
1-5 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Haristandi
Ciracas
48
kepala keluarga
5
> 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap
> 15 th
1 kotak dari plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Alimudin
Ciracas
52
kepala keluarga
6
> 250.000-500.000
SD sederajat
pekerjaan tetap &tambahan
> 15 th
1 kotak dari plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Supandi
Ciracas
39
kepala keluarga
4
> 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap &tambahan
> 15 th
1 kotak dari plastik
tidak
selalu
Belum sesuai
Irman
Ciracas
43
kepala keluarga
4
> 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap &tambahan
5-15 th
1 kotak dari plastik
tidak
selalu
Belum sesuai
Yeni Lestari
Ciracas
46
ibu rumah tangga
5
> 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap
5-15 th
1 kotak dari semen
tidak
selalu
Sudah sesuai
Winarsih
Ciracas
47
ibu rumah tangga
7
> 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap
1-5 th
1 drum plastik
tidak
selalu
Belum sesuai
Rani Novianti
Ciracas
33
ibu rumah tangga
3
> 500.000
Sarjana
pekerjaan tetap
1-5 th
1 kaleng
tidak
selalu
Belum sesuai
Andriyani .N.
Ciracas
50
ibu rumah tangga
5
100.000-250.000
SD sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
> 15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Winarni
Ciracas
58
ibu rumah tangga
6
100.000-250.000
SD sederajat
tidak punya pekerjaan tetap
> 15 th
kantong plastik
tidak
selalu
Sudah sesuai
Keterangan : JAK (Jumlah Anggota Keluarga)
88
Lanjutan Lampiran 1 Daftar karakteristik dan partisipasi masyarakat dalam menangani sampah kerja bakti
KKB
partisipasi penyuluhan
KDP
KMTJS
kadangkadang
pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat
Tahu
setuju
mengerti
setuju
Tahu
setuju
membersihkan sendiri mengajak tetangga kerja bakti
Tahu
setuju
membersihkan sendiri
Tahu
sangat setuju
membersihkan sendiri
Tahu
sangat setuju
membersihkan sendiri
tidak tahu
setuju
membersihkan sendiri
masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat
tidak tahu
setuju
tidak tahu
Setuju
membersihkan sendiri mengajak tetangga kerja bakti
Tahu
sangat setuju
membersihkan sendiri
Tahu
sangat setuju
membersihkan sendiri
Tahu
Setuju
membersihkan sendiri
tidak tahu
Setuju
membersihkan sendiri
masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat
tidak tahu
Setuju
membersihkan sendiri
tidak tahu
Setuju
membersihkan sendiri
tidak tahu
tidak setuju
membersihkan sendiri
tidak tahu
tidak setuju
membersihkan sendiri
Tahu
Setuju
membersihkan sendiri
tidak tahu diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan
masyarakat pemkot & masyarakat
tidak tahu
sangat setuju
membersihkan sendiri
tidak tahu
dilakukan ketua RT
selalu tidak pernah
Tahu
sangat setuju
membersihkan sendiri
tidak tahu
dilakukan ketua RT
selalu
masyarakat
tidak tahu
Setuju
membersihkan sendiri
diolah menjadi kompos
membuang di tempat
dilakukan ketua RT
ada
dilakukan pepulih
ada
selalu kadangkadang kadangkadang
dilakukan ketua RT
selalu kadangkadang kadangkadang tidak pernah
ada
selalu
dilakukan pepulih
selalu
ada
selalu
dilakukan pepulih
selalu
ada
selalu kadangkadang
dilakukan ketua RT
selalu
dilakukan ketua RT
selalu
dilakukan ketua RT
selalu
dilakukan ketua RT
ada
selalu tidak pernah tidak pernah kadangkadang tidak pernah
ada
selalu
dilakukan ketua RT
ada
selalu
dilakukan ketua RT
ada
selalu kadangkadang kadangkadang kadangkadang
dilakukan ketua RT
selalu tidak pernah tidak pernah tidak pernah kadangkadang kadangkadang kadangkadang kadangkadang tidak pernah tidak pernah
dilakukan oleh LSM
ada
selalu kadangkadang
ada
selalu
ada ada
ada ada ada ada
jadi kompos & kerajinan tangan jadi kompos & kerajinan tangan
setuju
selalu
ada
CMS
mengerti
ada
dilakukan pepulih
dilakukan ketua RT dilakukan ketua RT dilakukan ketua RT
dilakukan ketua RT dilakukan ketua RT dilakukan ketua RT
mengajak tetangga kerja bakti mengajak tetangga kerja bakti mengajak tetangga kerja bakti
PMSSDDK
dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas membuang di tempat sendiri dan dibakar membuang di tempat sendiri dan dibakar dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas
dilakukan pepulih
ada
HDJLK
sangat setuju
selalu
ada
Pemisahan sampah
mengerti
ada
ada
Pengetahuan tentang TPA
dibuang ke TPA diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan dibuang ke TPA diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan
Peretujuan hukuman keberihan
Sampah/ hari
Ketersediaan Memilah Sampah
setuju
< 2 kg
dipilah
setuju
2-5 kg
dipilah
sangat setuju
< 2 kg
dipilah
sangat setuju
< 2 kg
dipilah
setuju
2-5 kg
dipilah
setuju
< 2 kg
tidak
setuju
< 2 kg
dipilah
sangat setuju
2-5 kg
dipilah
setuju
< 2 kg
dipilah
setuju
< 2 kg
tidak
setuju
< 2 kg
tidak
sangat setuju
< 2 kg
dipilah
setuju
2-5 kg
dipilah
sangat setuju
< 2 kg
tidak
setuju
< 2 kg
tidak
setuju
2-5 kg
Dibakar
setuju
< 2 kg
Dibakar
setuju
2-5 kg
Tidak
setuju
< 2 kg
Tidak
setuju
< 2 kg
Dipilah
sangat setuju
2-5 kg
Dipilah
setuju
2-5 kg
Tidak
setuju
< 2 kg
Dibakar
89
Lanjutan Lampiran 1 Daftar karakteristik dan partisipasi masyarakat dalam menangani sampah & kerajinan tangan ada
selalu
dilakukan pepulih
ada
dilakukan pepulih
ada
selalu kadangkadang kadangkadang
dilakukan ketua RT
ada
selalu
dilakukan ketua RT
ada
selalu
tidak tahu
ada
selalu
dilakukan ketua RT
ada
selalu
ada
selalu kadangkadang kadangkadang kadangkadang kadangkadang kadangkadang
dilakukan ibu RT dilakukan kader lingkungan dilakukan kader lingkungan dilakukan kader lingkungan dilakukan oleh kelurahan
ada
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
selalu kadangkadang kadangkadang kadangkadang kadangkadang
kadangkadang kadangkadang tidak pernah kadangkadang kadangkadang tidak pernah tidak pernah
tidak tahu
Setuju
membersihkan sendiri mengajak tetangga kerja bakti mengajak tetangga kerja bakti
mengerti
sangat setuju
membersihkan sendiri
mengerti
sangat setuju
membersihkan sendiri
dibuang ke TPA diolah menjadi kompos & kerajinan tangan
masyarakat pemkot & masyarakat
tidak tahu
Setuju
membersihkan sendiri
tidak tahu
mengerti
Setuju
membersihkan sendiri
selalu
masyarakat
Tahu
sangat setuju
membersihkan sendiri
masyarakat
mengerti
sangat setuju
membersihkan sendiri
masyarakat
Tahu
setuju
membersihkan sendiri
masyarakat pemkot & masyarakat
Tahu
setuju
Tahu
sangat setuju
dilakukan ibu RT dilakukan kader lingkungan
selalu kadangkadang kadangkadang kadangkadang kadangkadang kadangkadang
masyarakat pemkot & masyarakat
Tahu
setuju
Tahu
sangat setuju
dilakukan ibu RT
selalu
Tahu
setuju
dilakukan ibu RT
selalu kadangkadang
masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat
membersihkan sendiri mengajak tetangga kerja bakti mengajak tetangga kerja bakti mengajak tetangga kerja bakti mengajak tetangga kerja bakti
dibuang ke TPA diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan
mengerti
sangat setuju
mengerti
setuju
membersihkan sendiri mengajak tetangga kerja bakti
tidak tahu
setuju
membersihkan sendiri
dibuang ke TPA diolah menjadi kompos & kerajinan tangan
masyarakat pemkot & masyarakat
Tahu
setuju
Ttahu
sangat setuju
masyarakat
Tahu
sangat setuju
masyarakat
Tahu
sangat setuju
membersihkan sendiri mengajak tetangga kerja bakti mengajak tetangga kerja bakti mengajak tetangga kerja bakti
dibuang ke TPA diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan
masyarakat
Tahu
setuju
membersihkan sendiri
masyarakat
mengerti
sangat setuju
membersihkan sendiri
dibuang ke TPA diolah menjadi kompos & kerajinan tangan
dilakukan ketua RT
dilakukan ibu RT dilakukan ibu RT dilakukan kader lingkungan dilakukan kader lingkungan
ada
selalu kadangkadang
ada
selalu
dilakukan ibu RT
ada
selalu
ada
selalu
dilakukan ibu RT dilakukan kader lingkungan
dilakukan ibu RT
selalu kadangkadang selalu kadangkadang kadangkadang kadangkadang selalu
masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat
tidak tahu
sangat setuju
mengerti
sangat setuju
mengerti
dibuang ke TPA diolah menjadi kompos & kerajinan tangan
dibuang ke TPA
sendiri dan dibakar dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan ke wadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas membuang di tempat sendiri dan dibakar membuang di tempat sendiri dan dibakar dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dibuang ke TPS dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas
setuju
< 2 kg
dipilah
sangat setuju
2-5 kg
Dipilah
sangat setuju
< 2 kg
Dipilah
sangat setuju
< 2 kg
Dipilah
sangat setuju
2-5 kg
Tidak
setuju
2-5 kg
Tidak
sangat setuju
2-5 kg
Dipilah
sangat setuju
< 2 kg
Dipilah
setuju
< 2 kg
Dipilah
setuju
2-5 kg
Dibakar
setuju
2-5 kg
Dibakar
sangat setuju
< 2 kg
Dipilah
setuju
< 2 kg
Dipilah
setuju
2-5 kg
Dipilah
setuju
< 2 kg
Dipilah
sangat setuju
< 2 kg
Dipilah
tidak setuju
< 2 kg
Tidak
setuju
< 2 kg
Tidak
setuju
< 2 kg
Tidak
sangat setuju
< 2 kg
Dipilah
setuju
5-7 kg
Dipilah
setuju
2-5 kg
Dipilah
setuju
< 2 kg
Tidak
setuju
< 2 kg
Dipilah
90
Lanjutan Lampiran 1 Daftar karakteristik dan partisipasi masyarakat dalam menangani sampah ada
selalu
ada
selalu kadangkadang
ada ada ada ada
selalu kadangkadang
ada
selalu kadangkadang kadangkadang kadangkadang
ada
selalu
ada
selalu
ada
selalu
ada
selalu
ada ada
dilakukan ibu RT dilakukan oleh kelurahan dilakukan kader lingkungan dilakukan kader lingkungan
kadangkadang
Tahu
sangat setuju
mengajak tetangga kerja bakti
dibuang ke TPA
mengerti sangat mengerti
setuju
membersihkan sendiri
dibuang ke TPA
sangat setuju
membersihkan sendiri
dibuang ke TPA
mengerti
sangat setuju
Tahu
setuju
masyarakat
Tahu
setuju
membersihkan sendiri mengajak tetangga kerja bakti mengajak tetangga kerja bakti
dibuang ke TPA diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan
Tahu
setuju
membersihkan sendiri
dibuang ke TPA
mengerti
sangat setuju
membersihkan sendiri
dibuang ke TPA
mengerti
sangat setuju
membersihkan sendiri
mengerti
sangat setuju
mengerti
sangat setuju
membersihkan sendiri mengajak tetangga kerja bakti
selalu
masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat
tidak tahu
setuju
membersihkan sendiri
selalu
masyarakat
tidak tahu
setuju
membersihkan sendiri
dibuang ke TPA diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan diolah menjadi kompos & kerajinan tangan
selalu kadangkadang selalu
dilakukan ibu RT
selalu
dilakukan ibu RT dilakukan kader lingkungan dilakukan oleh kelurahan dilakukan oleh kelurahan dilakukan kader lingkungan dilakukan kader lingkungan dilakukan kader lingkungan dilakukan kader lingkungan
selalu kadangkadang kadangkadang kadangkadang kadangkadang kadangkadang
masyarakat pemkot & masyarakat masyarakat pemkot & masyarakat pemkot & masyarakat
KDP
: Keikutertaan Dalam Penyuluhan
KKB
: Keikutertaan Kerja Bakti
KMTJS
: kebersihan menjadi tanggung jawab siapa
HDJLK
: Hal Yang Dilakukan Jika Lingkungan Kotor
PMSSDDK
: pendapat masyarakat setelah sampah diambil dari kawasan
CMS
: Cara Membuang Sampah
dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas dimasukkan kewadah & diambil petugas membuang di tempat sendiri dan dibakar dimasukkan kewadah & diambil petugas
sangat setuju
2-5 kg
Dipilah
setuju
< 2 kg
Dipilah
sangat setuju
< 2 kg
Dipilah
sangat setuju
< 2 kg
Dipilah
setuju
2-5 kg
Dipilah
setuju
2-5 kg
Dipilah
sangat setuju
2-5 kg
Dipilah
sangat setuju
2-5 kg
Dipilah
sangat setuju
< 2 kg
Dipilah
setuju
< 2 kg
Dipilah
setuju
< 2 kg
Dipilah
setuju
2-5 kg
Dibakar
setuju
2-5 kg
Tidak
91
Lampiran 2 Masyarakat Kecamatan Ciracas Berdasarkan Pekerjaan No
Kelurahan 1 2 3 4 5
No
Laki-laki 13453 20142 21346 17402 31953 104296
Rambutan Susukan Ciracas Kelapa dua Wetan Cibubur Jumlah
Kelurahan 1 2 3 4 5
Rambutan Susukan Ciracas Kelapa dua Wetan Cibubur Jumlah
Pedagang 2420 154 800 887 3738 7999
Usaha − − 827 827 − 1654
Jenis Kelamin Perempuan 12464 18594 21015 17696 30813 100582
WNA
Jenis Pekerjaan Buruh & Karyawan Swasta PNS 4403 460 371 689 4669 4259 3410 2986 1868 5959 14721 14353
4 1 6 11
TNI/POL 628 412 − 3638 3016 7694
Jumlah 25917 38736 42361 35098 62766 204878
Jasa/dll 4205 27 16894 1152 5298 27576
Jumlah KK 7691 10186 13105 9995 15547 56524
Jumlah 12116 1653 27449 12900 19879 73997
92
Lampiran 3 Daftar sosial ekonomi pemulung di Jakarta Timur No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
nama Panjo Marco Sugi Madi Gamal khulaemi Harjo Adi suparni Joko Agus Gito sarmin Asep Sahri Bedul edi rohman Sarwan ahmad Darman Herman Sali Ijah Anto Minah Syahpri Yamin Suwandi Zorkiwan Supriatna Dadang Hermadi Sukmanaf Sarmawi Biono Rumaidi Takiman Sarman Kostaman Rohedi Amirudin Daryono Rasdin Sutaryo Taryono Suwanto Sarmaidi Tasinih Mulyadi cahyono
umur 50 29 30 30 41 52 25 28 39 47 53 43 45 36 40 26 30 55 30 29 33 47 36 53 51 33 27 30 44 46 37 34 22 50 48 27 33 44 31 23 32 24 40 36 46 38 21 25 49 28
daerah asal jakarta /tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak ya cijantung Tidak ya kelapa dua wetan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
tanggungan keluarga >4 1-2 0 >4 3-4 >4 0 0 3-4 3-4 >4 >4 3-4 1-2 >4 0 3-4 >4 >4 3-4 0 1-2 3-4 >4 >4 3-4 1-2 1-2 3-4 1-2 3-4 1-2 0 3-4 >4 1-2 >4 3-4 1-2 0 3-4 1-2 3-4 3-4 >4 >4 0 0 >4 0
tingkat pendidikan
penyakit yang dirasakan
tamat SD tidak tamat SD tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SD tamat SD tamat SMP tidak tamat SD tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SD tamat SD tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tidak tamat SD tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SD tidak tamat SD tidak sekolah tamat SD tamat SD tidak tamat SD tidak sekolah tamat SD tamat SMP tamat SD tamat SD tidak tamat SD tidak sekolah tamat SD tamat SMP tidak sekolah tamat SMP tidak tamat SD tamat SD tidak sekolah tidak sekolah tamat SD tidak tamat SD tidak tamat SD tamat SD tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SD
penyakit lain tidak pernah sakit penyakit lain penyakit lain tidak pernah sakit penyakit lain tidak pernah sakit tidak pernah sakit demam penyakit lain penyakit lain batuk penyakit lain penyakit lain tidak pernah sakit tidak pernah sakit penyakit lain tidak pernah sakit penyakit lain penyakit lain penyakit lain tidak pernah sakit batuk tidak pernah sakit penyakit lain batuk batuk batuk batuk penyakit lain penyakit lain tidak pernah sakit batuk penyakit lain penyakit lain penyakit lain penyakit lain batuk penyakit lain tidak pernah sakit batuk batuk penyakit lain penyakit lain batuk batuk tidak pernah sakit tidak pernah sakit batuk tidak pernah sakit
lama berprofesi >4 <1 3-4 >4 3-4 >4 1-2 1-2 1-2 >4 3-4 >4 >4 1-2 >4 1-2 <1 >4 <1 1-2 1-2 1-2 >4 >4 3-4 3-4 3-4 >4 >4 >4 3-4 3-4 1-2 1-2 >4 <1 3-4 >4 >4 1-2 3-4 >4 1-2 >4 >4 >4 3-4 3-4 >4 1- 2
lama bekerja > 13 5-7 8 - 10 > 13 5-7 > 13 8 - 10 > 13 5-7 5-7 11 - 13 11 - 13 > 13 5-7 8 - 10 11 - 13 11 - 13 5-7 8 - 10 8 - 10 8 - 10 11 - 13 > 13 > 13 > 13 8 - 10 11 - 13 > 13 > 13 5-7 > 13 5-7 11 - 13 > 13 > 13 5-7 11 - 13 5-7 5-7 8 - 10 11 - 13 > 13 > 13 5-7 > 13 11 - 13 11 - 13 > 13 11 - 13 11 - 13
pendapatan Rp 1000000-1500000 Rp 300000-500000 Rp 500000-1000000 Rp 1000000-1500000 Rp 500000-1000000 Rp 1000000-1500000 Rp 300000-500000 Rp 500000-1000000 Rp 300000-500000 Rp 300000-500000 Rp 500000-1000000 Rp 1000000-1500000 Rp 1000000-1500000 Rp 300000-500000 Rp 300000-500000 Rp 1000000-1500000 Rp 500000-1000000 Rp 500000-1000000 Rp 500000-1000000 Rp 500000-1000000 Rp 500000-1000000 Rp 300000-500000 Rp 500000-1000000 Rp 1000000-1500000 Rp 500000-1000000 Rp 300000-500000 Rp 500000-1000000 Rp 1000000-1500000 Rp 1000000-1500000 Rp 300000-500000 Rp 1000000-1500000 Rp 300000-500000 Rp 500000-1000000 Rp 500000-1000000 Rp 1000000-1500000 Rp 300000-500000 Rp 1000000-1500000 Rp 300000-500000 Rp 500000-1000000 Rp 500000-1000000 Rp 500000-1000000 Rp 1000000-1500000 Rp 1000000-1500000 Rp 300000-500000 Rp 1000000-1500000 Rp 1000000-1500000 Rp 500000-1000000 Rp 1000000-1500000 Rp 1000000-1500000 Rp 1000000-1500000
keterikatan dengan lapak ya tidak ya ya ya ya tidak ya tidak tidak tidak ya ya tidak ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya tidak tidak ya ya ya ya ya ya ya tidak ya tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya tidak tidak ya ya ya ya
jenis sampah lain-lain (kardus) plastik/kemasan lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) botol/gelas aqua lain-lain (kardus) botol/gelas aqua lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) plastik/kemasan lain-lain (kardus) botol/gelas aqua botol/gelas aqua botol/gelas aqua botol/gelas aqua botol/gelas aqua lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) plastik/kemasan lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) botol/gelas aqua lain-lain (kardus) botol/gelas aqua botol/gelas aqua plastik/kemasan plastik/kemasan lain-lain (kardus) plastik/kemasan botol/gelas aqua lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) lain-lain (kardus) botol/gelas aqua lain-lain (kardus) plastik/kemasan plastik/kemasan botol/gelas aqua botol/gelas aqua botol/gelas aqua botol/gelas aqua botol/gelas aqua
asal sampah yang didapat pemukiman & pabrik pemukiman & TPS pemukiman & pabrik pemukiman & pabrik pemukiman, pasar, sekolah pabrik pemukiman & jln protokol pemukiman & jln protokol pemukiman & jln protokol pemukiman pemukiman, TPS, pabrik pemukiman & jln protokol pabrik pemukiman sekolah & pemukiman pabrik dan pemukiman pabrik & jln protokol jln protokol & pasar jln protokol & pasar pemukiman dan TPS jln protokol dan pemukiman pabrik pabrik pabrik pemukiman pemukiman & jln protokol pemukiman pemukiman pemukiman & jln protokol pemukiman pabrik & pemukiman pemukiman & kantor jln protokol & pasar jln protokol & pemukiman pemukiman pemukiman & jln protokol pemukiman & pabrik pemukiman & pasar jln protokol pasar & pemukiman pabrik & sekolah sekolah & pemukiman jln protokol pabrik & pemukiman pemukiman & TPS pemukiman & TPS pemukiman & jln protokol pemukiman & jln protokol pemukiman & jln protokol pemukiman & jln protokol
93
94
Lampiran 4 Korelasi karakteristik responden dengan partisipasi
Nonparametric Correlations Correlations
Spearman's rho
partisipasi
Correlation Coefficient
partisipasi 1.000
Pendidikan .412(**)
Sig. (2-tailed) N Pendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.
.001
60
60
.412(**)
1.000
.001
.
60
60
Partisipasi 1.000
Pendapatan .604(**)
.
.000
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations
Spearman's rho
Partisipasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Pendapatan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
60
60
.604(**)
1.000
.000
.
60
60
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations
Spearman's rho
Partisipasi
Pekerjaan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Partisipasi 1.000
Pekerjaan .553(**)
. 60 .553(**)
.000 60 1.000
.000
.
60
60
N ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations
Partisipasi Spearman's rho
Partisipasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Lama menetap
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Lama menetap
1.000
-.029
.
.826
60
60
-.029
1.000
.826
.
60
60
Lampiran 5 Korelasi karakteristik dengan masing-masing variabel Correlations
Spearman's rho
pendapatan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
pemisahan Tempat kotor .205 .058
CMSR .013
.065
.042
.647
.005
.117
.660
.920
60 -.228
60 -.153
60 .340(**)
60 .082
60 .396(**)
60 .356(**)
60 .044
60 .129
.000 60
. 60
.000 60
.079 60
.245 60
.008 60
.531 60
.002 60
.005 60
.739 60
.325 60
.524(**)
.600(**)
1.000
-.241
-.300(*)
.257(*)
.234
.341(**)
.056
-.249
.038
.000 60
.000 60
. 60
.064 60
.020 60
.048 60
.072 60
.008 60
.673 60
.055 60
.774 60
-.037 .777
-.228 .079
-.241 .064
1.000 .
.197 .132
.094 .473
-.158 .227
-.254 .050
-.146 .266
-.005 .971
-.279(*) .031
60 -.240 .065 60 .263(*) .042
60 -.153 .245 60 .340(**) .008
60 -.300(*) .020 60 .257(*) .048
60 .197 .132 60 .094 .473
60 1.000 . 60 .068 .605
60 .068 .605 60 1.000 .
60 -.013 .920 60 .121 .357
60 -.037 .780 60 .476(**) .000
60 .140 .287 60 .530(**) .000
60 .011 .936 60 -.328(*) .011
60 -.038 .775 60 .265(*) .041
60 -.060 .647 60 .357(**) .005
60 .082 .531 60 .396(**) .002
60 .234 .072 60 .341(**) .008
60 -.158 .227 60 -.254 .050
60 -.013 .920 60 -.037 .780
60 .121 .357 60 .476(**) .000
60 1.000 . 60 .163 .214
60 .163 .214 60 1.000 .
60 -.086 .512 60 .410(**) .001
60 -.200 .125 60 -.138 .293
60 .117 .374 60 .300(*) .020
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
60 .205 .117 60 .058
60 .356(**) .005 60 .044
60 .056 .673 60 -.249
60 -.146 .266 60 -.005
60 .140 .287 60 .011
60 .530(**) .000 60 -.328(*)
60 -.086 .512 60 -.200
60 .410(**) .001 60 -.138
60 1.000 . 60 -.055
60 -.055 .674 60 1.000
60 .356(**) .005 60 -.147
Sig. (2-tailed)
.660
.739
.055
.971
.936
.011
.125
.293
.674
.
.263
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
CMSR
pengetahuan .357(**)
.777
N
tempatkotor
KTSR -.060
60 .600(**)
Sig. (2-tailed)
pemisahan
KMS .263(*)
.000
pekerjaan
pengetahuan
Kerja bakti -.240
60 1.000
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
KTSR
Lama tinggal -.037
.000
Correlation Coefficient
KMS
pekerjaan .524(**)
.
pendidikan
Kerja bakti
pendidikan .648(**)
60 .648(**)
N
Lama tinggal
pendapatan 1.000
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.013 .920 60
.129 .325 60
.038 .774 60
-.279(*) .031 60
-.038 .775 60
.265(*) .041 60
.117 .374 60
.300(*) .020 60
.356(**) .005 60
-.147 .263 60
1.000 . 60
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Ket : KMS (Kegiatan Memilah Sampah) KTSR (Ketersediaan Tempat Sampah di Rumah) CMSR (Cara Membuang Sampah Rumah)
95
96
Lampiran 6 Sarana Pengangkutan Sampah dan LPS (Lokasi Penampungan Sampah)
(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan: (a) Mesin Compactor; (b) Mesin Penyapu Jalan; (c) truk pengangkut; (d) gerobak motor
(a)
(b)
(c)
Keterangan: (a) TPS di sebelah Kantor Kelurahan Susukan; (b) Pool Container/gerobak, volume kurang lebih 6-10 meter kubik; (c) bak beton untuk menampung sampah.
97
Lampiran 7 Proses pengolahan kompos oleh Pabrik Kompos Mutu Elok.
(a)
(c)
Keterangan:
(b)
(d)
(a) sampah daun yang ditimbun dalam bak tamping; (b) penggilingan sampah daun; (c) pencampuran sampah daun dengan cairan EM4 dan bahan lainnya; (d) pencetakan sampah dan ditutup dengan terpal selama 15 hari; (e) proses penyaringan sampah (f) Kompos yang telah diberi label “Mutu Elok”;
Lampiran 8 Data timbunan sampah dan sampah tertanggulangi per Kelurahan per hari Jakarta Timur tahun 2008 No
Kecamatan
1.
Matraman 1. Kayu Manis 2. Palmeriam 3.Kebon Manggis 4. Pisangan Baru 5. Utan Kayu Selatan 6. Utan kayu Utara Jatinegara 1. Kampung Melayu 2. Bali Mester 3. Bidara Cina 4. Cipinang Cempedak 5. Cipinang Besar Selatan 6. Cipinang Besar Utara 7. Cipinang Muara 8. Rawa Bunga Pulogadung 1. Kayu Putih 2. Rawamangun 3. Pisangan Timur 4. Cipinang 5. Jatinegara Kaum 6. Pulogadung 7. Jati Kramat Jati 1. Cawang 2. Cililitan 3. Kramat Jati 4. Batu Ampar 5. Balekambang 6. Tengah 7. Dukuh Pasar Rebo 1. Pekayon 2. Cijantung 3. Gedong 4. Kalisari 5. Baru Duren Sawit 1. Klender
2.
3.
4.
5.
6.
Timbunan M³/hari 597 105 56 65 130 119 122 720 83 39 135 127 74 121 72 69 912 163 176 141 144 71 116 101 849 153 114 131 145 95 135 76 492 120 103 92 101 76 874 171
4-3 R (M³/Hari) 29
Penanganan Kompos Lain-lain (M³/Hari) (M³/Hari) 4 0
Suku Dinas (M³/Hari) 346
Swastanisasi (M³/Hari) 132
Terangkut Truk Sewa (M³/Hari) 0
PU & Taman (M³/Hari) 17
PD Pasar (M³/Hari) 24
Jumlah
Tertanggulangi
(M³/Hari) 519
(M³/Hari) 552
Belum Tertanggulangi (M³/Hari) 45
41
10
0
264
324
0
19
52
659
710
10
59
0
0
365
0
381
9
63
818
877
35
57
7
0
200.5
218
0
5
361.5
223
287
562
18
9
0
261
0
0
21
5
287
314
178
47
0
0
433
216
0
22.5
23.5
649
696
178
98
Lampiran 8 Data timbunan sampah dan sampah tertanggulangi per Kelurahan per hari Jakarta Timur tahun 2008
7.
8.
9.
10.
2. Pondok Bambu 3. Duren Sawit 4. Malaka Sari 5. Malaka Jaya 6. Pondok Kopi 7. Pondok Kelapa Cakung 1. Jatinegara 2. Rawa Terate 3. Penggilingan 4. Cakung Timur 5. Cakung Barat 6. Ujung Menteng 7. Pulo Gebang Makasar 1. Cipinang Melayu 2. Halim Perdana Kusuma 3. Kebon Pala 4. Makasar 5. Pinang Ranti Ciracas 1. Ciracas 2. Susukan 3. Rambutan 4. Kelapa Dua Wetan 5. Cibubur Cipayung 1. Lubang Buaya 2.Cilangkap 3. Bambu Apus 4. Setu 5. Ceger 6. Cipayung 7. Pondok Ranggon 8. Munjul Jumlah M³ Jumlah Ton Persentase Penanggulangan
141 125 61 135 100 141 680 146 48 135 76 84 43 148 556 135 155 115 101 50 620 131 119 77 110 183 416 115 37 48 33 45 40 51 47 6716 1492.44
34
10
0
582
0
0
17
37
636
680
0
20
2
0
317
0
0
15
0
332
354
202
31
4
0
380
0
131
20
14
545
580
40
18
0
0
315
0
0
12
0
327
345
71
354 78.67
46 10.22
0 0.00
3463.5 769.67
890 197.78
512 113.78
157.50 35.00
580 128.89
4995 1245.11
5395 1334.00
1321 158.44
5.270995
0.684932
0
51.570876
13.25193568
7.6235855
2.34514592
8.636093
74.3746
80.33055
19.6694461
99
Lampiran 9 Data produksi sampah dan hasil angkut per hari di Jakarta Timur tahun 2008 oleh beberapa instansi
Produksi/Timbulan dan Hasil Angkut Sampah Per Hari
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kecamatan Matraman Jatinegara Pulogadung Kramat Jati Pasar Rebo Duren Sawit Cakung Makasar Ciracas Cipayung
Volume angkut sampah/ hari Produksi/timbulan Riel di LPS (M3) SUDIN Kendaraan sewa Swastanisasi PD. Pasar Instansi Lain Total 597 346 132 24 17 519 720 264 324 52 19 659 912 365 381 218 63 9 1036 849 200.5 361.5 5 567 492 261 216 5 21 503 874 680 556 620 416 6716
433 582 317 380 315 3463.5
23.5 37 131 512
14 890
580
22.5 17 15 20 12 157.5
479 636 332 545 327 5603
100
Lampiran 10 Cashflow finansial Kompos Mutu Elok
Tahun Jumlah Produksi A. INFLOW (Penerimaan) 1. Penjualan Kompos 2. Dana PPMK 3. Kas Warga 4. Bantuan Mesin a. Mesin Penyaringan b. Mesin Penggilingan Total Inflow B. OUTFLOW (Pengeluaran) 1. Biaya Investasi (BI) Bangunan 2. Biaya Operasional 2.1 Biaya Tetap Gaji Tenaga kerja Peralatan a. Timbangan b. Garuk c. Sekop d. Bakul e. Ember f. Terpal g. Tong Air h. Gayung i. Gerobak Sampah j. Dinamo k. Sepatu Boot l. Selang air m. Streples Meja Kursi Total Biaya Tetap 2.2 Biaya Variabel a. EM4 b. Dedak c. Tanah d. Gula e. Bokasi Plastik Kemasan Kompos Kertas label Streples isi Biaya Listrik
1 -
2 6,906
3 7,259
4 8,883
5 8,883
6 10,630
7 11,386
8 12,142
9 12,898
10 13,654
6,906,000
7,259,000
13,324,500
13,324,500
19,065,850
21,597,950
24,130,050
26,662,150
29,194,250
9,565,000 10,000,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
5,000,000 5,000,000 29,565,000
28,506,000
28,859,000
34,924,500
34,924,500
40,665,850
43,197,950
45,730,050
48,262,150
50,794,250
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
21,600,000
34,000 17,000 108,000 30,000 84,000
34,000 17,000 108,000 30,000 84,000
34,000 17,000 108,000 30,000 84,000
180,000 34,000 17,000 108,000 30,000 84,000
34,000 17,000 108,000 30,000 84,000
5,000
5,000
5,000
34,000 17,000 108,000 30,000 84,000 100,000 5,000
34,000 17,000 108,000 30,000 84,000
5,000
34,000 17,000 108,000 30,000 84,000 100,000 5,000
5,000
5,000
34,000 17,000 108,000 30,000 84,000 100,000 5,000
17,565,000
180,000 34,000 17,000 108,000 30,000 84,000 100,000 5,000 15,000,000 600,000 400,000 20,000 7,000 30,000 30,000 16,645,000
600,000 400,000
600,000 400,000 20,000 7,000
400,000 20,000
7,000
7,000
21,878,000
21,878,000
22,385,000
22,498,000
22,058,000
22,385,000
21,878,000
21,878,000
23,005,000
25,000 1,920,000 100,000 234,000 600,000 1,275,000 690,600 25,200 1,440,000
25,000 2,400,000 100,000 252,000 600,000 1,275,000 725,900 25,200 1,800,000
25,000 4,200,000 100,000 252,000 600,000 1,275,000 888,300 25,200 1,800,000
25,000 4,200,000 100,000 252,000 600,000 1,275,000 888,300 25,200 1,800,000
25,000 4,200,000 100,000 252,000 600,000 1,275,000 888,300 25,200 1,800,000
25,000 4,200,000 100,000 252,000 600,000 1,275,000 888,300 25,200 1,800,000
25,000 4,200,000 100,000 252,000 600,000 1,275,000 888,300 25,200 1,800,000
25,000 4,200,000 100,000 252,000 600,000 1,275,000 888,300 25,200 1,800,000
25,000 4,200,000 100,000 252,000 600,000 1,275,000 888,300 25,200 1,800,000
101
Lampiran 10 Cashflow finansial Kompos Mutu Elok Angsuran Pinjaman Total Biaya Variabel 2.3 Biaya Lain-lain 1. Perbaikan Peralatan 2. Perbaikan Gerobak 3. Ongkos Kirim Kompos Total Biaya Lain-lain B. Total Outflow C. NET BENEFIT (A-B) tingkat suku bunga D. DF E. PV PV (+) PV (-) NPV Net B/C PV (15 %) NPV PV45%
NPV1-NPV2 NPV1/(NPV1-NPV2) i1 i2 i2-i1 IRR
34,210,000 (4,645,000) 0.1 0.909090909 -4222727.273 30236074.65 -5755845.229 24,480,229.42 5 0.869565217 -4039130.435 15759742.08 0.689655172 -3203448.276 -371694.9282 24,851,924.35 0.985043616 10 45 35 44.47652655
6,309,800
7,203,100
1,161,250 10,326,750
1,161,250 10,326,750
1,161,250 10,326,750
1,161,250 10,326,750
9,165,500
9,165,500
9,165,500
300,000 85,000 600,000 985,000 29,172,800 (666,800)
300,000 85,000 700,000 1,085,000 30,166,100 (1,307,100)
300,000 85,000 700,000 1,085,000 33,796,750 1,127,750
300,000 85,000 700,000 1,085,000 33,909,750 1,014,750
300,000 85,000 700,000 1,085,000 33,469,750 7,196,100
300,000 85,000 700,000 1,085,000 33,796,750 9,401,200
300,000 85,000 700,000 1,085,000 32,128,500 13,601,550
300,000 85,000 700,000 1,085,000 32,128,500 16,133,650
300,000 85,000 700,000 1,085,000 33,255,500 17,538,750
0.826446281 -551074.3802
0.751314801 -982043.5763
0.683013455 770268.4243
0.620921323 630079.9126
0.56447393 4062010.848
0.513158118 4824302.101
0.46650738 6345223.457
0.424097618 6842242.541
0.385543289 6761947.367
0.756143667 -504196.5974
0.657516232 -859439.4674
0.571753246 644794.7227
0.497176735 504510.0921
0.432327596 3111072.613
0.37593704 3534259.3
0.326901774 4446370.822
0.284262412 4586190.264
0.247184706 4335310.764
0.475624257 -317146.2545
0.328016729 -428750.6663
0.226218434 255117.8386
0.156012713 158313.9004
0.107594974 774264.1953
0.074203431 697601.292
0.05117478 696056.3254
0.035292952 569404.1277
0.024339967 426892.5889
102
103
Lampiran 11 Pemanfaatan sampah organik dan anorganik oleh warga RW 04 Kelurahan Susukan dan warga RW 08 Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur.
(a)
(c)
(b)
(d)
Keterangan: (a) Plang pengelolaan sampah terpadu yang berada di RT 03/RW04; (b) aktifitas ketua RT 03/RW 04 (bapak Maman) yang sedang mencacah sampah dapur dan sampah daun untuk dijadikan kompos; (c) penjemuran dan pengeringan kompos; (d) kompos yang telah dikemas plastik dan berlabel.
(a)
(b)
Keterangan (a) Pot yang telah terangkai diberi semen sebagai penyangga; (b) tahap akhir pengecatan pot.
104
Lampiran 11 Pemanfaatan sampah organic dan anorganik oleh warga RW 04 Kelurahan Susukan dan warga RW 08 Kelurahan Ciracas
(a)
(b)
Keterangan: (a) bubur kertas sebagai bahan untuk membuat hiasan; (b) hasil akhir dari seni kreatifitas bapak Chandra.
(a)
(b)
Keterangan: (a) Tempat pensil dan dompet dari plastik kemasan Unilever; (d) Topi dan sandal dari plastik kemasan.
(a)
(b)
Keterangan: (a) Puing-puing bekas bangunan; (b) hasil akhir dari pembuatan conblog.
105
Lampiran 12 Kuisioner
Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat di Kelurahan Cibubur, Ciracas dan Susukan Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur Oleh : Elfrida Sonevy (E34052044) Pengantar Pada saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat di Kelurahan Cibubur, Ciracas dan Susukan Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Mohon anda menjawab pertanyaan yang saya ajukan dengan sebaik-baiknya. Jawaban anda merupakan masukan yang sangat berharga bagi pengelolaan sampah di Kecamatan Ciracas. Terimakasih atas segala partisipasi anda dalam pengisian kuisioner ini. I. Karakteristik Responden 1. Nama Responden : 2. Umur : 3. Alamat : 4. Status dalam Keluarga : 5. Jumlah Anggota Keluarga : 6. Pendapatan rata-rata keluarga Bpk/Ibu/Saudara/I tiap bulannya Rp… Partisipasi Warga Terhadap Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat. 1. Apa tingkat pendidikan Bapak/Ibu ? A. SD sederajat B. SMP-SMA sederajat C. Sarjana atau yang sederajat 2. Apa jenis pekerjaaan bapak/ibu ? A. Tidak memiliki pekerjaan tetap B. Memiliki Pekerjaan tetap C. Memiliki pekerjaan tetap dan tambahan 3. Berapa kira-kira penghasilan yang diterima bapak/ibu per bulannya ? A. Rp 100.000-250.000 B. > Rp 250.000.500.000 C. > Rp 500.000 4. Berapa lama bapak/ibu tinggal di daerah ini ? A. 1-5 tahun B. 5-15 tahun C. > 15 tahun 5. Apakah bapak/ibu punya tempat sampah khusus di dalam / di luar rumah ? A. Tidak ada B. Ada berupa kardus /kantong plastik C. Ada kotak dari plastik/kayu/semen 6. Apakah bapak/ibu membuang sampah ke TPS ? A. Tidak , ditumpukkan dihalaman & dibakar sendiri B. Tidak, ada petugas khusus yang mengambilnya C. Ya 7. Bila tidak, apa alasannya tidak membuang sampah ke TPS ? A. Lokasi TPS terlalu jauh dari rumah B. Halaman cukup luas sehingga dapat melakukan pembakaran sendiri C. Alasan lain........................................ 8. Bila sampah dibuang di TPS, jam berapa biasanya bapak/ibu melakukannya ? A. Antara jam 20.00 s/d 06.00
106
B. Diluar jam tersebut diatas yang tecantum pada jawaban A 9. Apakah bapak/ibu membayar retribusi sampah setiap bulan ? A. Tidak pernah B. Kadang-kadang saja C. Selalu 10. Menurut bapak/ibu apakah besar retribusi saat ini sudah cukup memadai sesuai kondisi saat ini ? A. Belum, terlalu murah B. Sudah sesuai C. Terlalu mahal 11. Apakah di lingkungan bapak/ibu tinggal ada kegiatan kerja bakti ? A. Ada B. Tidak ada C. Tidak tahu 12. Bila ada, apakah bapak/ibu ikut serta dalam kerja bakti yang dilaksanakan di lingkungan RT tempat tinggal bapak/ibu ? A. Tidak pernah B. Kadang-kadang jika tidak berhalangan C. Selalu 13. Sepengetahuan bapak/ibu apakah di lingkungan ini pernah dilakukan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan ? A. Tidak tahu B. Tidak pernah C. Pernah dilakukan oleh............... 14. Apabila pernah, apakah bapak/ibu ikut serta dalam penyuluhan tersebut ? A. Tidak pernah B. Kadang-kadang C. Selalu 15. Bila tidak pernah apa alasannya ? A. Tidak berminat B. Waktu penyuluhan tidak tepat sehingga sulit untuk hadir C. Materi penyuluhan tidak menarik 18. Menurut bapak/ibu siapakah yang paling bertanggung jawab terhadap kebersihan di daerah ini ? A. Pemkot (Pemerintah Kota) B. Masyarakat C. Pemkot dan masyarakat 19. Apakah bapak/ibu tahu apa yang dimaksud dengan TPA? A. Tidak tahu B. Agak tahu C. Tahu D. Mengerti E. Sangat mengerti 20. Apakah bapak/ibu setuju mengenai pemisahan sampah organik dan anorganik? A. Sangat Tidak Setuju B. Tidak Setuju C. Cukup Setuju D. Setuju E. Sangat Setuju 21. Hal apa yang dilakukan bapak/ibu jika lingkungan tempat tinggalnya kotor? A. Mendiamkannya B. Membersihkan sendiri C. Menyuruh orang D. Mengajak tetangga kerja bakti 22. Apa Pendapat bapak/ibu mengenai penanganan sampah setelah diambil dari kawasan perumahan? A. Tidak tahu B. Dibakar C. Dibuang ke TPA D. Diolah menjadi kompos dan industri kerajinan tangan E. Dimusnahkan di insinerator 23. Bagaimana cara bapak/ibu dalam membuang sampah? A. Di buang ke sungai B. Membuang di tempat buang sendiri/dibakar/ditimbun C. Dibuang ke TPS D. Dimasukkan ke wadah lalu diambil petugas 24. Apakah bapak/ibu setuju jika orang yang membuang sampah di sembarang tempat atau melanggar peraturan kebersihan lingkungan diberikan sanksi? A. Tidak ada pendapat B. Tidak setuju C. Setuju D. Sangat setuju 25. Berapa banyak bapak/ibu membuang sampah per harinya? A. < 2 kg B. 2- 5 kg C. 5-7 kg D. 7-10kg E. > 10 kg
.................
Terima Kasih
....................