PROSPEK LOGAM DASAR DI DAERAH RATENGGO KABUPATEN ENDE DAN DAERAH WAI WAJO KABUPATEN SIKKA - PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh: Franklin SUBDIT MINERAL LOGAM ABSTRACT The prospect area is located in Wai Wajo, Sikka district and Ratenggo, Ende district, East Nusa Tenggara province, Republic of Indonesia. The prospect area was discovered as a result of a systematic exploration program by Directorate of Mineral Resources (DMR) since 1999-2000 and 2002, and than proceed on the year 2003 – 2004 by DMRI – KORES, focused on base metal and precious metal mineralization. The geology of the prospect area consists of Miocene volcanics of Kiro Formation and Tanahau Formation and intrusive of granodiorite and Quaternary volcanics. From the chemical analysis results of major elements of representative volcanics shows characteristic of toleiitic magma. The predominant system of lineaments in the prospect area tends to be NE-SW trend. This fault system appears to have a closed relationship with the mineralization in the prospect area. Most of base metal mineralization were hosted by phyllic – argillic andesitc to dacitic tuff of Kiro Formation and Tanahau Formation and intrusive of granodiorite with the occurrences of structure control of epithermal type or massive sulphide type. Rock samples indicate the mineralization types are disseminated, fracture filling and quartz vein containing chalcopyrite, galena, sphalerite, covellite and pyrite. The best grade revealed from these rocks of 6,980 ppm Cu and 50 ppb Au, and from quartz vein of 4,868 ppm Cu and 57 ppb Au. The geochemical anomaly zones are identifying two combined anomaly i.e. Au-Cu-Zn-Mo and Ag-Pb-Zn. And those anomalies are concentrated in the phyllic and argillic andesitic tuff of Kiro Formation. Further this anomaly area also occupied by base metal and gold mineralization outcrops. Interesting IP anomalies are found in electrode separation index of n=5 and n=7 in line WA7 with chargeability value of 405.7 Msec and resistivity value of 37.7 Ohm-m. In general high chargeability and low resistivity anomalies are developed of direction from southwest to northeast of prospect area and these anomalies still open to the northeast. The high chargeability value lets to predict presenting of blind copper deposits. Some bore holes will be proposed for the next survey to confirm the present of blind ore deposit in the prospect area. Pendahuluan Makalah ini merupakan penjabaran serta interpretasi data lapangan yang mencakup data geologi, geokimia dan geofisika di daerah Ratenggo Kabupaten Ende dan Wai Wajo – Magepanda Kabupaten Sikka Flores Nusa Tenggara Timur yang di duga merupakan daerah potensi endapan tembaga serta mineral ikutannya, terutama di lokasi Wolo Deba (Blok A) serta Lia Kutu – Ghera (Blok C). Hasil penyelidikan ini didasarkan pada study quantitatif pada batuan dan karateristik mineral seperti misalnya melalui pemetaan geologi, petrografi, mineragrafi, inklusi fluida, geokimia batuan dan data geokimia serta data geofisika. Penyelidikan yang telah dihasilkan ini bukan dimaksudkan untuk dipakai sebagai perbandingan dengan keterdapatan endapan Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
mineral tembaga beserta mineral ikutannya di daerah-daerah lainnya. Daerah penyelidikan terletak pada koordinat 121° 47’ 09” – 122° 06’ 05” Bujur Timur dan 8° 34’ 07” – 8° 44’ 21” Lintang Selatan dengan luas kurang lebih 36.380 hektar (Gb.1). Penerbangan domestik tersedia dari Bandung/Jakarta ke ibukota kabupaten yaitu Maumere, dan dilanjutkan dengan kendaraan roda empat kurang lebih 45 menit ke arah baratdaya Kecamatan Mego. Hasil Penyelidik Terdahulu Daerah Ratenggo dan Wai Wajo telah diselidiki secara sistematik oleh Direktorat Sumber Daya Mineral sejak tahun 1999 – 2000 dan 2002 dan dilanjutkan pada tahun 2003 – 2004 atas dasar kerjasama bilateral antara Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) dengan Korea Resources Corporation (KORES) Korea Selatan yang 5-1
difokuskan pada penyelidikan logam dasar dan logam mulia. Tahun 1999, di daerah Wai Wajo, tim eksplorasi menemukan adanya tempat kedudukan tembaga sulfida tersebar pada batuan gunungapi Tersier, intrusi granitik dan urat kuarsa. Hasil penyontoan geokimia sedimen sungai aktif dan penyontoan batuan apungan pada daerah ini menunjukkan adanya beberapa daerah anomali tembaga termasuk emas. Analisis batuan apungan dari Sungai Mego menghasilkan kandungan tembaga 10 % dan emas 520 ppb. Penyelidikan lanjutan pada tahun 2000 oleh tim geofisika telah mengidentifikasi adanya zona anomali geomagnetik/mineralisasi mengikuti arah NW-SE, N-S, and NE-SW searah dengan struktur patahan. Sedangkan untuk daerah Ratenggo, berdasarkan hasil penyelidikan tahun 2000 disimpulkan adanya indikasi mineralisasi dan anomali logam dasar dan emas berdasarkan hasil analisis kimia dari conto endapan sungai aktif dan batuan serta conto tanah yang diambil pada punggungan dan spur-spurnya di sejumlah tempat seperti di Wologai, Lowo Lise, Kogogamba dan Keli Ndati. Pada tahun 2002 Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral melanjutkan penyelidikan yang difokuskan pada daerah Lowo Mego dan cabang sungainya dan hasil penyelidikan menunjukkan adanya zona anomali yang kuat dari Cu-Pb-Mn-Mo pada ubahan pilik– argilik lanjut di batuan tufa gunungapi Tersier dan dari paritan uji menunjukkan mineralisasi yang potensil pada andesitik tersilisifikasi. Analisis batuan menghasilkan 4.980 ppm Cu and 45 ppb Au. Berdasarkan data dan informasi tersebut, maka pada tahun 2003 kembali dilakukan penyelidikan lanjutan pada daerah-daerah mineralisasi seperti di Lowo Deba, Lia Kutu – Ghera, Lowo Polut, Keli Ndati dan Kogogamba dengan metoda pemetaan alterasi, paritan uji, geokimia tanah grid sistem yang hasilnya semakin memperjelas tempat kedudukan mineralisasi tembaga dan mineral ikutannya di sejumlah tempat.
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
Hasil Penyelidikan Geologi Survei Dari enam formasi batuan dan batuan terobosan yang menyusun daerah penyelidikan, ditemukan empat jenis batuan yang memegang peranan penting sebagai tempat kedudukan mineralisasi dan zona prospek endapan logam dasar beserta mineral ikutannya. Keempat jenis batuan tersebut adalah tufa andesitik Formasi Kiro, tufa lapili dasitik Formasi Tanahau, batuan gunungapi Formasi Gunungapi Tua dan batuan terobosan granodiorit, diorit/diorit kuarsa (Gb.2 dan 3). Di daerah Wai Wajo (Wolo Deba dan Lia Kutu – Ghera, Franklin, dkk, Fase I), tufa andesitik dominan menutupi daerah tersebut dan umumnya telah mengalami ubahan serta pemineralan. Hasil studi petrografi menunjukkan batuan ini telah mengalami gejala deformasi yang diduga akibat tektonik atau disebabkan oleh terobosan batuan beku granitik – granodioritik, sehingga beberapa mineral menunjukkan gejala retakan-retakan yang diisi oleh mineral mineral lain seperti karbonat dan aktinolit serta beberapa mineral telah terubah antara lain plagioklas terubah menjadi karbonat – lempung – serisit dan opak mineral (LP 16/12R). Di daerah Ratenggo (Keli Ndati, Gb.4), dijumpai mineralisasi pada lava andesitik dan dasitik yang terbreksikan dengan diameter 25 – 30 meter dan panjangnya 150 – 200 meter. Zona mineralisasi ini mengandung dominan pirit dan bercak-bercak kalkopirit serta galena seperti yang ditemukan pada conto batuan KN 21/6R dan KN 14/16R. Sementara itu di daerah Kogogamba (Gb.5) tebalnya lapisan penutup menyulitkan untuk menemukan singkapan batuan termineralisasi, namun demikian beberapa conto batuan yang dianalisis (KG 18/18R dan KG 9/12R) menunjukkan kandungan logam yang kurang berarti demikian juga logam mulianya. Di Lowo Polut (Magepanda, Gb.6), tufa lapili dasitik yang telah diterobos oleh granodiorit, diorit/diorit kuarsa dan diterobos lagi oleh retas andesit telah menghasilkan zona mineralisasi yang intensif dan zona tersebut juga terbentuk akibat dipengaruhi oleh dua struktur patahan geser sinistral yang membentuk jog-jog dilasi. 5-2
Granodiorit dan diorit/diorit kuarsa yang ditemukan di daerah Lowo Polut dan Keli Ndati umumnya telah terubah dan pada bagian yang mengalami ubahan ditemukan mineral serisit, kaolinit dan klorit serta dipotong oleh urat kuarsa – magnetit – kalkopirit. Ubahan serta pemineralan yang terjadi kemungkinannya disebabkan oleh retasandesit yang menerobos batuan granodiorit – diorit/diorit kuarsa ini. Zona Mineralisasi Blok A Wolo Deba dan Blok C Lia Kutu Ghera Pada fase kedua, hasil dari pembuatan parit uji (Foto 1) di blok A dan Blok C ini memperlihatkan zona mineralisasi dan ubahan yang lebih jelas lagi seperti yang diperlihatkan pada Gb.7,8 dan 9. Histogram dan kumulatif probabiliti dari unsur Cu dan Au di paritan uji blok A mencerminkan bahwa kedua polulasi unsure yang tergambar menunjukkan sebaran yang log normal artinya kedua unsur tersebut tidak berasal dari satu sumber mineralisasi. Lowo Polut (Magepanda) Mineralisasi pirit dominan bersama magnetit sekunder, diikuti kalkopirit dan sedikit galena terdapat menyebar pada batuan dioritik.Sedangkan pada batuan sampingnya yaitu tufa dasitik mineral pirit sangat dominan terdapat secara menyebar dan mengisi rekahan/retakan dengan sedikit kalkopirit, terutama yang kontak langsung dengan batuan terobosan dioritik (Gb.6) Hasil analisis mineragrafi dari conto batu LP 12/12 R1 dan LP 1/11 R menunjukkan hadirnya mineral magnetit, pirit, arsenopirit disertai dengan tembaga sulfida yang sebagian telah mengalami ubahan menjadi oksida besi dan azurit. Keli Ndati (Ratenggo) Zona ubahan propilitik berkembang pada batuan tufa lapili andesitik – breksi andesitik Formasi Kiro (Gb.4), sedangkan zona ubahan argilik berkembang pada batuan tufa lapili dasitik dan tufa breksi dasitik Formasi Tanahau. Zona ubahan pilik terutama berkembang pada batuan lava dasitik diikuti oleh pemineralan yang intensif. Mineralisasi sulfida (pirit) sangat dominan yang terdapat secara tersebar pada batuan lava dasitik Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
terbreksikan. Mineral kalkopirit terdapat sedikit dan umumnya terbentuk bersama pirit, sfalerit, terlihat berupa bintik-bintik berwarna coklat semi transparen. Di Sungai Keli Ndati yang juga merupakan patahan utara – selatan, mineral pirit terdapat dominan, tersebar pada batuan tufa lapili dan tufa breksi Formasi Kiro, yang tersingkap karena adanya erosi jendela. Urat kuarsa bersama pirit, sedikit ditemukan. Kogogamba (Ratenggo) Zona ubahan klorit – epidot – kuarsa hanya berkembang pada batuan tufa andesitik di bagian utara sementara zona ubahan argilik terdapat secara setempat-setempat pada batuan tufa dasitik, sedangkan zona ubahan pilik (dominan serisit, kuarsa) berkembang tidak luas, terbatas di sekitar mineralisasi pada batuan tufa lapili dasitik.Minaral pirit terdapat tersebar pada batuan tufa dasitik yang tersilisifikasi, sedangkan kalkopirit terdapat sebagai bercak-bercak (Gb.5). Geokimia Survei Berdasarkan data geokimia tanah daerah Keli Ndati, Kogogamba (Ratenggo) dan Lowo Polut (Magepanda) yang telah diolah menunjukkan adanya dua kelompok anomali yaitu logam dasar dan logam emas. Di daerah Keli Ndati, Kelompok Au – Mo, terkonsentrasi pada tufa dasitik terbreksikan dan lava dasitik Formasi Tanahau yang telah mengalami ubahan argilik, propilitik dan pilik. Kelompok kedua Cu – Pb – Zn – Ag, tersebar mengelilingi kelompok pertama dan terbentuk pada lava dasitik, tufa dasitik terbreksikan dan tufa lapili dasitik Formasi Tanahau dan tufa lapili andesitik Formasi Gunungapi Tua yang seluruhnya telah terubah menjadi argilik – propilitik. Demikian juga yang ditemukan di daerah Kogogamba. Kelompok-kelompok tersebut terkonsentrasi di bagian baratdaya pada lava andesitik dan tufa breksi andesitik Formasi Gunungapi Tua yang telah mengalami ubahan argilik dan di bagian baratlaut hingga ke utara – selatan menempati batuan tufa lapili dasitik Formasi Tanahau yang telah mengalami ubahan. Kelompok-kelompok tersebut tersebar di bagian baratlaut – timurlaut menempati tufa lapili dasitik terbreksikan Formasi Tanahau yang telah terpropilitkan – terargilikan dan sedikit terubah menjadi 5-3
potasik serta di bagian selatan dan setempat di bagian utara juga barat, menempati tufa breksi dasitik Formasi Tanahau, lava andesitik Formasi Gunungapi Tua dan batuan terobosan diorit/diorit kuarsa yang telah mengalami ubahan propilitik – argilik Formasi Tanahau yang telah mengalami bahan Kelompokkelompok tersebut tersebar bi bagian baratlaut – timurlaut menempati tufa lapili dasitik terbreksikan Formasi Tanahau yang telah terpropilitkan – terargilikan dan sedikit terubah menjadi potasik serta di bagian selatan dan setempat di bagian utara juga barat, menempati tufa breksi dasitik Formasi Tanahau, lava andesitik Formasi Gunungapi Tua dan batuan terobosan diorit/diorit kuarsa yang telah mengalami ubahan propilitik – argilik (Gb.10, 11 dan 12). Geofisika Survei Hasil penyelidikan geofisika polarisasi induksi di Blok A Lowo Deba dan Blok C Lia Kutu – Ghera Wai Wajo (Gb.13) telah memberikan gambaran tentang zona mineralisasi mineral logam di bawah permukaan terutama hasil pengukuran pada indeks polarisasi n5 dan n7. Di Lowo Deba sedikitnya ditemukan 5 lokasi anomali mineral logam yang cukup potensil. Kelima titik lokasi tersebut adalah lintasan WA4 pada titik 7, WA7 pada titik 11 dan 14, WA9 antara titik10 dan 11 serta WA11 antara titik 16 dan 17. Titik-titik tersebut mempunyai nilai chargeability yang tinggi dan resisitivity yang rendah sehingga diperkirakan lokasi tersebut merupakan tempat-tempat kedudukan tubuh endapan mineral logam. Di Lia Kutu - Ghera sedikitnya ditemukan 2 lokasi anomali mineral logam yang cukup potensil. Kedua titik lokasi tersebut adalah lintasan WC7 antara titik 9 dan titik 10 serta WC8 pada titik 9. Titik-titik tersebut mempunyai nilai chargeability yang tinggi dan resisitivity yang rendah sehingga diperkirakan lokasi tersebut merupakan tempat-tempat kedudukan tubuh endapan mineral logam. 4. Kesimpulan Temuan beberapa mineral logam dasar (Cu, Pb, Zn) beserta mineral ikutannya (Au, Ag) di daerah penyelidikan telah memberikan gambaran adanya beberapa zona mineralisasi yang prospek dan cukup luas penyebarannya Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
berdasarkan pengamatan di permukaan dan hasil dari pengamatan paritan uji serta pengukuran geofisika polarisasi induksi seperti di daerah Gn. Keli Ndati, Wolo Desa, Lia Kutu, Magepanda (Lowo Polut) yang perlu ditindaklanjuti penyelidikannya ke arah yang lebih rinci seperti misalnya di Wolo Desa dengan pemboran, Keli Ndati dengan geofisika prospeksi dan paritan uji serta di Lowo Polut dengan geofisika dan paritan uji, sehingga diperoleh data tambahan baru mengenai luas penyebaran zona mineralisasi ke arah bawah permukaan, struktur bawah permukaan, kadar logam dan perkiraan bentuk endapan. Sesuai dengan hasil yang telah dicapai pada penyelidikan tahap kedua ini, maka disarankan untuk tahap selanjutnya dilakukan pemboran geologi di Blok A dan blok C masing-masing sebanyak lima titik dan dua titik dengan kedalaman tiap titiknya minimal 150 – 200 meter. Untuk pengukuran geofisika di Keli ndati dan Lowo Polut sebaiknya dilakukan titik pengukuran geofisika induksi polarisasi dengan metoda kombinasi (N1=25 m, N3=50, N5 =100 m). Pada daerah yang sama juga disarankan untuk dibuat paritan uji masing-masing satu parit dengan panjang 50 meter. Daftar pustaka Ahrens, L.H., 1954. Lognormal distributions of the elements. Geochim. Cosmochim. Acta 5, p. 49 – 73. Bandi, S.Djaswadi, S.L.Gaol. 1994, Laporan Pendahuluan Penyelidikan Mineral Logam di Daerah Wolowaru Kab. Ende, Flores - Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi Bahan Galian Logam, SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral Bandung. Budhi Priatna, et.al, 2000, Laporan Eksplorasi Geofisika Mineral Logam di Daerah Wai Wajo, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, TA. 2000, Direktorat Sumber Daya Mineral Bandung. Franklin dkk, 1999, Eksplorasi Logam Mulia dan Logam Dasar di Daerah Wai Wajo dan Sekitarnya Kabupaten SIKKA – Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia. SubDirektorat Eksplorasi 5-4
Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Franklin dkk, 2002, Inventarisasi Endapan Molibdenum dan Logam Dasar Serta Mineral Logam Ikutannya di Daerah Wai Wajo Kabupaten SIKKA Provinsi Nusa Tenggara Timur, Proyek Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia. SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Franklin dkk, 2003, Inventarisasi dan Eksplorasi Mineral logam di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende - Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kerjasama DIM – KORES Tahap I, Tahun Anggaran 2003. Hamilton, W.B., 1979, Tectonics of the Indonesian region. Prof.Paper 1078, U.S.Geol.Surv. Washington, DC, 345 pp. Hendaryono, 1999, Geologie de I’ile de Flores . Apports a l’etude de la geodynamique de l’archipel indonesien oriental. 200 p. ISBN 2-904431-21-7. Resume Francais, indonesien. Katili.J.A., 1975, Volcanism and plate tectonics in the Indonesia Island arc, Tectonophysics, 26,p 165 – 188.
J.C, Carlile; A.H.G.Mitchelle, 1994, Journal of Geochemical Exploration 50. 91 - 142 pp. N.Suwarna,S.Santosa, Koesoemadinata., 1990, Geologi Lembar Ende 1:250.000, Nusa Tenggara Timur., Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. PT.Nusa Lontar Mining, 1987, Contract of Work, First Relinquishment Report, Nusa Tenggara Timur, Indonesia (9757). Sumpena, A. dkk, 2000, Eksplorasi Mineral Logam Mulia dan Logam Dasar Daerah Rotenggo dan Sekitarnya Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia, SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Tudor, A, 1999, First Relinguishment Report and Upgrade from general Survey Period to Exploration Period, Internal Flores Barat Mining (FBM) report. Tukey, J.W., 1977. Exploratory Data Analysis. Addison-Wesley, Reading, Mass. 506 pp. Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia. Vol.IA, 1st Edition. Govt.Printing office, The Hague, pp 104-136.
Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
5-5
Gambar 2 Peta geologi daerah Ratenggo dan Wai Wajo
Gambar 3. Kolom stratigrafi daerah Ratenggo - Wai Wajo
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
5-6
Gambar 4. Peta geologi, ubahan dan mineralisasi daerah Keli Ndati
Gambar 5. Peta geologi ubahan dan mineralisasi daerah Kogogamba
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
5-7
Gambar 6. Peta geologi, ubahan dan mineralisasi daerah Lowo Polut (Magepanda)
Foto 1 Lokasi Paritan uji
Gambar 7. Penampang parit uji di blok A Wolo Deba Wai Wajo
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
5-8
Foto 2. Lokasi paritan uji 1 di Diang Gajah Blok C
Gambar 8. Penampang paritan uji 1 di Blok C
Foto 3. Lokasi paritan uji 2 di Diang Gajah Blok C
Gambar 9. Penampang paritan uji 2 di Blok C
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
5-9
Gambar 10. Zona anomali gabungan unsur-unsur daerah Keli Ndati (Ratenggo)
Gambar 11. Peta zona anomali gabungan unsur-unsurdaerah Kogogamba (Ratenggo)
Gambar 12. Peta zona anomali gabungan-unsur-unsur daerah Lowo Polut (Magepanda)
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
5-10
525
WA4-9
525
WA4-16
WA4-10
500
500
WA4-15
WA4-14 WA4-11 WA4-12 WA4-13
475
475
450
450
425
425
400
400
375
625 120 Msec
0 Msec
150 m
525
500
500
475
475
450
450
425
200 Msec
650
180 Msec
WA11-21 625
160 Msec
600 575 550
WA11-20 WA11-19
WA11-5
WA11-18 WA11-17
WA11-6
WA11-13 WA11-7 WA11-14 WA11-16 WA11-12 WA11-8 WA11-11 WA11-9 WA11-15 WA11-10
525
600 575 550 525
500
500
475
475
450
450
425
425 392750 392800 392850 392900 392950 393000 393050 393100 393150 393200 393250 Scale : 0m
50 m
100 m
150 m
200 m
E le v a tio n ( m )
WA11-3 WA11-4
50 m
100 m
150 m
140 Msec 120 Msec
39545
39550
39555
39560
39565
39570
39575
39580
39585
39590
60 Msec 40 Msec 20 Msec 0 Msec
WC7-10
550 m 525 m
WC7-9 WC7-3 WC7-2 WC7-1
WC7-4
WC7-5 WC7-6
WC7-13
WC7-15
WC7-20
500 m
WC7-21
525 m
WC7-19
WC7-17 WC7-18
100 80
500 m
)m (
425 m
n 475 m o a v 450 m e E 425 m
400 m
400 m
475 m 450 m
60 40 20 0
395450 395500 395550 395600 395650 395700 395750 395800 395850 395900 395950 Scale 50 m
100 m
150 m
450
425
425
200 m
5-11
180 Msec
120 Msec
60 Msec
400 392800
392850
W 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 5 0
5 5 5 5 4 4 4 4 3
392900
392950
393000 Scale :
393050
393100
0m
50 m
100 m
150 m
200 m
393150
393200
393250
E 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Res -
Lintasan WC8 Chg -
395
WC
395
WC
395
WC WC WC
395
395
WCWC WC
395
395
395
WC WCWCWC WC WC WC
395
395
395
WC WC WC WC
WC WC
395 395 395 395 395 395 395 395 395 395 395 Scal 0 50 10 15 20
Gambar 13. Zona anomali IP di Wolo Deba dan Lia Kutu – Ghera
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
475
450
392750
WC7-14 WC7-16
0m
WA7-13 WA7-12
400
550 m
WC7-12
WC7-8
500
WA7-14
240 Msec
0 Msec
0 Msec
575 m
WC7-7
525
WA7-15
WA7-11
475
20 Msec
39595
WC7-11
550
WA7-16
WA7-10
500
40 Msec
80 Msec
575 m
WA7-8
575
60 Msec
30 25 20 15 0 10 5 0
Chg - n7
WA7-21 WA7-18 WA7-20 WA7-17 WA7-19
525
80 Msec
60 550 50 45 40 0
0
100 Msec
WA7-6 WA7-7
200 m
Res - n7
300 Msec
BH-3
WA7-9
100 Msec
360 Msec
600 BH-2
550
120 Msec
E
Lintasan WC7
60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5
625
WA7-5
575
140 Msec
425
220 Msec
650 WA7-3 WA7-1WA7-2 WA7-4
160 Msec
392750 392800 392850 392900 392950 393000 393050 393100 393150 393200 393250 Scale :
675
WA11-2
550
W
700 BH-5
625
575
525
0m
675 WA11-1 650
WA11-18 WA11-17 WA11-13 WA11-7 WA11-14 WA11-16 WA11-12 WA11-8 WA11-11 WA11-9 WA11-15 WA11-10
200 m
700
600
WA11-6
550
30 Msec
WA11-20 WA11-19
WA11-5
575
Resistivity (Ohm-m)
100 m
180 Msec
WA11-21 625
90 Msec
60 Msec
625 600
WA11-4
600
375
50 m
650
WA11-3
392750 392800 392850 392900 392950 393000 393050 393100 393150 393200 393250 Scale : 0m
WA11-2
650
150 Msec
650
200 Msec
E l e v a tio n ( m )
WA4-8
220 Msec
675
5 5 5 5 m 4 4 4 E 4 3
Chargeability (Msec)
WA4-21 575 WA4-20 WA4-19 550 WA4-18 WA4-17
WA4-7
550
675 WA11-1
Resistivity (Ohm-m)
WA4-6
700 BH-5
180 Msec
600
WA4-5
WA4-1
700
625
BH-1
E le v a tio n ( m )
575
WA4-2
Chargeability
WA4-3 WA4-4
600
E l ev a tio n ( m )
625
60 50 40 30 20 10 0