Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
PROSOPOGRAPHY LOPER SURAT KABAR SERAMBI INDONESIA DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 1998-2016 Oleh: Desi Fitri Ayu Lestari1, Mawardi2, ZainalAbidin3 Program StudiPendidikanSejarah, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected].
ABSTRAK Penelitian ini mengangkat masalah mengenai kehidupan loper surat kabar Serambi Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi loper bekerja sebagai loper surat kabar Serambi Indonesia di kota Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan kehidupan loper surat kabar serambi indonesia danfaktor-faktor yang mempengaruhi loper bekerja sebagai loper surat kabar Serambi Indonesia di kota Banda Aceh.Metode yang digunakan adalah metode sejarah dan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa awal munculnya loper surat kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh berbaringan dengan terbentuknya Perusahaan Serambi Indonesia itu sendiri. Sejak 1989 hingga tahun 2016 jumlah loper tercatat 400 orang loper yang aktif. Pendapatan bayak atau sedikitnya bergantung bayak/tidaknya koran yang terjual. Dari 8 orang sample terdapat terdapat 2 loper berpenghasilan per bulan Rp: 500.000 – 800.000, 3 loper berpenghasilan Rp: 900.000 – 1.200.000 perbulan, 2 loper berpenghasilan per bulan Rp: 1.300.000 – 1.600.000, selebihnya 1 loper berpenghasilan per bulan Rp: 1.700.000 – 2.000.000.Segi umurdari 8 orang sample rata-rata berumur antara 31 – 50 tahun, terdiri dari 3 orang berumur 20 – 30 tahun terdiri dari 1 orang dan hanya 1 responden berumur > 50 tahun. Pendidikan loper rata-rata tamatan SLTP yaitu 3 orang, 2 loper tamatan SLTA dan 2 lopertamatan S-1 dan tidak pernah bersekolah sama sekali 1 orang. Disegi tanggungan keluarga dari 8 responden terdapat 2 loper menaggung 2 – 4 jumlah anggota keluarga. Rata-rata loper 3 loper menanggung 4 – 6 orang anggota keluarga, 2 responden menanggung 6 – 8 orang dan hanya 1 loper menanggung > 8 orang anggota keluarga. Faktor yang mempengaruhi Loper bekerja sebagai Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh (1989-2016): pertama, faktor ekonomi, Kedua,Kurangnya lapangan pekerjaan non formal dan Ketiga, faktor minat untuk mengetahui berbagai informasi yang terjadi disetiap harinya. Kata Kunci : Prosopography, Loper, Surat Kabar Harian, Serambi Indonesia. ABSTRACK This study raised the question about life newspaper deliveryman foyer Indonesia and the factors that affect the deliveryman worked as a newspaper deliveryman foyer Indonesia in Banda Aceh. This study aims to describe the life of a newspaper deliveryman porch Indonesia
34
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
and the factors that affect the deliveryman worked as a newspaper deliveryman foyer Indonesia in Banda Aceh. The method used is the historical method and qualitative approach. Based on the research that the early emergence of a newspaper deliveryman foyer Indonesia in Banda Aceh in conjunction with the formation of the Company foyer Indonesia itself. From 1989 to 2016 the number deliveryman carrying 400 people deliveryman active. Revenue stout or at least rely stout / absence of newspapers sold. From the 8 sample there are 2 deliveryman income per month USD: 500000-800000, 3 deliveryman income Rp: 9000001200000 month, 2 deliveryman income per month USD: 1300000-1600000, remaining 1 deliveryman income per month Rp: 1.700.000 - 2.000.000. In terms of age of 8 samples average age between 31-50 years, consists of three people aged 20-30 years made up of one person and only one respondent aged> 50 years. Education deliveryman average junior high school graduates are 3 people, 2 deliveryman graduated from high school and 2 deliveryman graduated from one and never went to school at all one person. Judging dependents of 8 respondents are 2 deliveryman help 2-4 the number of family members. On average deliveryman 3 deliveryman bear 4-6 family members, two respondents bear 6-8 people and only 1 deliveryman bear> 8 family members. Factors affecting the deliveryman worked as a deliveryman Newspaper foyer Indonesia in Banda Aceh (1989-2016): first, economic factors, Second, lack of employment of non-formal and Third, factors of interest to know the information that happens every day. Keywords: Prosopography, deliveryman, Daily Newspapers, foyer Indonesia. ================================================================== agama dan sebagainya. Selain itu Serambi Indonesia juga telah mampu menguasai pasar surat kabar di Aceh, dengan cara membuka jaringan distribusi ke daerahdaerah Aceh bahkan sampai ke Medan dan Jakarta. Salah satu cara yang diterapkan oleh Serambi Indonesia untuk menguasai pasar surat kabar di wilayah Aceh adalah merekrut agen dan loper surat kabar yang disebarkan diseluruh Aceh. Agen dan loper surat kabar merupakan ujung tombak kegiatan distribusi dan penjualan surat kabar Serambi Indonesia yang dilakukan setiap harinya. Setelah surat kabar Serambi Indonesia selesai semua dicetak, maka tahap selanjutnya adalah mendistribusikan surat kabar tersebut ke berbagai daerah Aceh kepada agen dan loper surat kabar. Selanjutnya agen dan loper surat kabar
PENDAHULUAN Surat kabar harian Serambi Indonesia diterbitkan atas gagasan dari M Nourhalidyn dan H Sjamsul Kahar. Berbekal dari SIUP (surat izin usaha penerbitan) pinjaman dari mimbar swadaya, gagasan dari M Nourhalidyn dan H Sjamsul Kahar diajukan kepada pimpinan Harian Kompas di Jakarta, kemudian gagasan tersebut diterima oleh pimpinan Harian Kompas dan tepat pada tanggal 9 Februari 1989 surat kabar Serambi Indonesia resmi diterbitkan di Banda Aceh (Chaerol, 2016: 2-3). Sejak saat itu surat kabar harian Serambi Indonesia terus mengembangkan surat kabarnya dengan memberikan beragam informasi kepada masyarakat luas tentang Aceh, politik, sosial, ekonomi,
35
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
Serambi Indonesia mengantar dan menjual surat kabar Serambi Indonesia kepada pelanggan, baik pelanggan yang sudah berlangganan maupun pembeli eceran sehari-hari. Oleh karena itu, keberadaan agen dan loper surat kabar koran memiliki peranan yang sangat penting terhadap pengembangan bisnis surat kabar Serambi Indonesia. Karena tanpa adanya agen dan loper surat kabar otomatis ditribusi penjualan surat kabar serambi Indonesia tidak akan berjalan dengan lancar.Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Prosopography Loper Surat Kabar Harian Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 1989-2016.”
Serambi Indonesia di kota Banda Aceh (1989-2016). Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini teridiri atas dua yaitu: 1. Manfaat Teoretis Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasibagi peneliti lainnya yang ingin mengembangkan lebih lanjut dandapat dijadikan sumber acuan dan riferensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Bagi penulisdapat menambah wawasan dan pengetahuan, bagi pembaca, terutama kepada masyarakat Aceh guna meningkatkan ekonomidanbagi pihak-pihak yang bersangkutan dalam Loper Surat Kabar Serambi Indonesia.
RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kehidupan loper surat kabar Serambi Indonesia di kota Banda Aceh (1989-2016)? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi para loper bekerja sebagai loper surat kabar Serambi Indonesia di kota Banda Aceh (1989-2016)?
Metode Penelitian Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan penulisdalampenelitianiniadalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode historis (sejarah). Dalampenelitianini yang dibahasadalah prosopography LoperSuratKabarSerambi Indonesia di Kota Banda Aceh, Tahun 1989-2016. Penelitian ini bertempat di kantor pusat Serambi Indonesia, di kantor kecamatan, serta dikediaman agen dan loper surat kabar Serambi Indonesia di kota Banda Aceh.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Oktober tahun 2016.
TUJUAN PENELITIAN Tujuanpenelitian adalah: 1. Untuk mengetahui kehidupan loper surat kabar serambi Indonesia di kota Banda Aceh (1989-2016). 2. Untuk mengetahui apa saja faktorfaktor yang mempengaruhi loper bekerja sebagai loper surat kabar
36
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
Pengamatan yang dilakukan adalah untuk melihat secara langsung proses penjualan surat kabar Serambi Indonesia oleh loper surat kabar. Data dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang terdapat di kantor harian Serambi Indonesia, seperti arsip dan laporan tahunan terutama mengenai loper surat kabar. Peneliti menetapkan beberapa Loper surat kabar, paramanajer kantor Serambi Indonesia. a. Teknik Analisa Data Teknik analisis data yang akan penulis lakukan dengan cara: setelah semua data baik sumber primer ataupun sekunder terkumpul, maka akan dilakukan kritik sumber dengan cara mengklarifikasikan dan membandingkan antara data yang satu dengan data yang lainnya. Hal ini bertujuan agar memperoleh sumber yang asli atau dapat dipercaya. Setelah data otentik diperoleh, maka penulis akan mengadakan interpretasi (analisa) guna mendapatkan fakta-fakta tentang Prosopography loper surat kabar harian Serambi Indonesia di Banda Aceh (1989-2016). Dan setelah fakta diperoleh, langkah selanjutnya ialah menuangkan fakta dalam bentuk tulisan dengan menggunakan teknik penulisan karya ilmiah agar menarik untuk dibaca.
HASIL PENELITIAN Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 1989-2016. Loper surat kabar adalah orang yang menjual surat kabar sehari-hari secara enceran, baik dengan mengenderai kendaraan motor, maupun yang berada di persimpangan lampu merah dan bahkan di toko-toko kecil dan sebagainya. Munculnya loper surat kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh berbaringan dengan terbentuknya Perusahaan Serambi Indonesia itu sendiri. Muhammad Din mengemukakanbahwa pada periode awal surat kabar Serambi Indonesia 1989 diterbitkan, salah satu kegiatan usaha difokuskan untuk membuka jaringan pasar, salah satunya ialah merekrut agen, loper, pelanggan dan pengembangan distribusi surat kabar ke daerah-daerah. Pada periode awal 1989 terbit, agen dan loper surat kabar Serambi Indonesia masih memiliki kebiasaan lama, yaitu mengantar dan menjual surat kabar pada siang hari karena menunggu surat kabar dari luar datang. Namun 1993 kebiasaan itudirobah, agen dan loper tidak lagi menjual surat kabar disiang hari, melainkan pada subuh/pagi hari. Hal ini berdampak terhadap penghasilan atau pendapatan perusahaan Serambi Indonesia yang lebih rendah pada periode awalnya, karena sebagain besar pendapatan perusahaan berasal dari penjualan surat kabar dari agen dan loper, dan belum mampu menutupi semua biaya. Berdasarkan datatertulis Manajer Sirkulasi Serambi Indonesia jumlah loper surat kabar terus mengalami kenaikan disetiap tahunnya dari 1989-2016,
37
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
disebabkan oleh faktor semakin meningkatnya jumlah oplah atau sirkulasi surat kabar Serambi Indonesia yang dicetak setiap harinya oleh perusahaan Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh. Meningkatnya jumlah oplah surat kabar, bertambahnya para pelanggan tetap yang berlangganan setiap bulan, meningkatnya daya beli masyarakat terhadap surat kabar dan pengembangan jaringan distribusi surat kabar ke daerah-daerah juga faktor yang mempengaruhi semakin meningkatnya jumlah loper surat kabar di Kota Banda Aceh. Tabel 1. Perkembangan Jumlah loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Banda Aceh, 1989-2016. No Tahun Jumlah Loper 1 1989 200 (jiwa) 2 1990-1991 210 (jiwa) 3 1992-1993 240 (jiwa) 4 1994 264 (jiwa) 5 1995 270 (jiwa) 6 1996 285 (jiwa) 7 1997-1999 255 (jiwa) 8 2000 270 (jiwa) 9 2001 258 (jiwa) 10 2002 246 (jiwa) 11 2003 237 (jiwa) 12 2004 180 (jiwa) 13 2005-2006 234 (jiwa) 14 2007 255 (jiwa) 15 2008-2009 300 (jiwa) 16 2010-2011 315 (jiwa) 17 2012-2013 321 (jiwa) 18 2014 368 (jiwa) 19 2015-2016 400 (jiwa) Sumber: Chaerol Riezal, (2016:115).
Kehidupan Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 19892016. Pendapatan Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 1989-2016. Pendapatan atau penghasilan para loper surat kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh terdiri dari pendapatan pokok dan pendapatan sampingan. Pendapat pokok para loper surat kabar Serambi Indonesia yang penulis maksut disini ialah penghasilan yang diperoleh oleh loper dari kerja menjual koran. Selain dari hasil menjual koran, para loper juga memperoleh pendapatan sampingan, yaitu pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan di luar pekerjaan menjual koran, maka tidak semua orang mempunyai pendapatan sampingan. Pendapatan sampingan diperoleh seperti menjadi buruh bangunan, berjualan dan lain-laindanjuga terdapat para loper yang menjadikan kerja menjual koran sebagai sampingan, sebagaimana diutarakan oleh Muhammad Awi bahwa selain bekerja sebagai loper, dia juga bekerja tetap sebagai pemilik warung kupi (Wawancara: Muhammad Awi, 1 Agustus 2016). Uang yang diterima oleh para loper dari agen sangat bergantung jumlahnya. Jika para loper surat kabar Serambi Indonesia mengambil langsung ketempat pengiriman di Lampineung yang dilakukan oleh pihak Serambi, maka para loper mendapatkan persentase satu eksamplar yang terjual Rp: 3.000 berkisar Rp: 1.5002.000, tetapi jika para loper dalam mendapatkan surat kabar Serambi Indonesia melalui para agen dengan diantar
38
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
langsung ketempat/rumah para loper, maka persentase hasil yang diperoleh oleh loper berkisar Rp: 800 – 1.000 (Wawancara: Maulizar, 4 Agustus 2016).
memperlihatkan angka rata-rata 20 sampai 50 tahun. Hal ini dapat menunjukkan pada kita bahwa masyarakat kota Banda Aceh yang berprofesi sebagai loper surat kabar Serambi Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dewasa saja, melainkan juga dilakukan oleh para kaum muda dan bahkan remaja. Terjadinya hal demikian disebabkan oleh faktor ekonomi/kurangnya modal untuk membuka usaha lain dan kurangnya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah sehingga mereka memilih pekerjaan sebagai loper surat kabar sekalipun hasilnya kurang memuaskan (Wawancara: Ade Alqausar, 1 Agustus 2016).Untuk itu, di bawah ini penulis cantumkan tabel distribusi umur para loper surat kabar di kota Banda Aceh, 1989-2016.
Tabel 2. Pendapatan Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 2016. No
1 2 3 4
Jumlah Rentang Pendapatan Loper Perbulan 500.000 – 800.000 900.000 – 1.200.000 1.300.000 – 1.600.000 1.700.000 – 2000.000 Jumlah
Frekuensi (n)
Persentase (%)
2
25%
3
37,5%
2
25%
1
12,5%
8
100%
Sumber: Data Primer, 2016 diolah.
Tabel 3. Tabel Umur Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 1989-2016.
Kesejahteraan Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 1989-2016.
No 1
Umur Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh. Menurut Reddy Zaki Oktama (2013:15), umur adalah indeks yang menempatkan individu-individu dalam urutan perkembangan. Umur mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang semakin bertambah umur seseorang semakin bertambah pula pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya. Umur loper surat kabar Serambi Indonesia yang penulis yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini
2 3 4 Total
Kategori Umur (thn) 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun > 50 tahun
Frekuensi (n) 1
Persentase (%) 12,5 %
3
37,5 %
3
37,5 %
1 8
12,5 % 100%
Sumber Data: Hasil Wawancara Diolah, 2016. Pendidikan Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh Pendidikan formal para loper surat kabar Serambi Indonesia yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini tidak hanya penduduk asli kota Banda 39
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
Aceh, tetapi kebanyak para perantau yang mengadu nasib untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak. Berdasarkan informasi di lapangan, rata-rata tingkat pendidikan para loper paling tertinggi adalah tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA), sekalipunterdapat satu atau dua orang yang sudah menamatkan perkuliahan.
biaya pendidikannya.Bentuk keluarga responden loper surat kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh tidak saja berbentuk keluarga batih (inti), tetapi juga berbentuk keluarga luas, yaitu di samping menaggung beban hidup isteri dan anak, juga menanggung hidup anggota keluarga lainya seperti orang tua, adik, kakak, kemenakan, cucu dan lain-lain yang menjadi anggota keluarganya.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 1989-2016. No
Pendidik an Petani
1
Tidak Pernah Sekolah SD, Tamat SLTP, Tamat SLTA, Tamat Perguruan Tinggi (S1)
3 5 7 8
Tot al
Frekue nsi (n) 1
Persenta se (%) 12,5
0
0%
3
37,5%
2
25%
2
25%
8
100%
Tabel4.
No
Jumlah Tanggungan Keluarga Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 1989-2016 Jumlah Frekuen Persenta Tanggung si se (%) an (n) 2 – 4 orang 2 25 % 4 – 6 orang 3 37,5 % 6 – 8 orang 2 25 % >8 orang 1 12,5% 100%
1 2 3 4 Tota l Sumber: Data Primer diolah, 2016.
Sumber: Data Primer Hasil Wawancara, 2016 (diolah).
Jumlah Pengeluaran Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 1989-2016. Para pekerja loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh yang mempunyai mata pencaharian utama bertani sebagai loper, untuk keperluan rumah tangga, sebagai kebutuhan untama yang harus mereka penuhi adalah berupa makanan. Karena makanan adalah merupakan kebutuhan primer bagi manusia
Jumlah Tanggungan Keluarga Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap perolehan pendapatan keluarga. Besar kecilnya tingkat pendapatan akan berpengaruh pada kelangsungan pendidikan anak, karena pendidikan membutuhkan biaya. Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar 40
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
yang tidak bisa tidak ada. Kebutuhan akan uang mereka sedang menipis biasanya para makanan ini terdiri dari beras, ikan dan loper akan membeli ikan yang harganya suyuran. Bagi masyarakat para loper ini lebih murah dibandingkat pada saat uang pengeluaran yang paling besar dikeluarkan mereka sedang banyak. Bahkan sebagai ialah pembelian beras. Selain biaya untuk mereka ada yang mengadakan pinjaman membeli beras, biaya membeli ikan, kepada para agen atau pihak lain untuk minyak goreng, minyak tanah (bagi yang menutupi segala kekurangan kebutuhan belum memiliki kompor gas) juga primer tersebut (Wawancara: Mahammad termasuk biaya pengeluaran yang tinggi Awi, 8 Agustus 2016). bagi para loper. Dalam hal untuk pemenuhan akan ikan, apabila keadaan Tabel 5. Pengeluaran Primer Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 1989-2016.
No 1 2 3 4 6
Jenis Rata-Rata Pengeluaran LoperUntuk Kebutuhan Kebutuhan Primer Perhari Primer Beras Rp: 15.000 – 20.000 /hari Lauk-Pauk Rp: 10.000 – 20.000 /hari Minyak Goreng Rp: 5.000 – 10.000 /hari Gula Rp: 3.000 – 6.000 /hari Bumbu Masakan Rp: 5.000 – 10.000 /hari Sumber: Data Hasil Wawancara Diolah, 2016.
Distribusi pengeluaran para loper perharinya untuk keperluan primer di atas, menunjukkan paling banyak pengeluaran untuk membeli beras. Banyak atau tidaknya pengeluaran bergantung pada jumlah tanggungan mereka. Jika dilihat harga beras per bambu mencapai Rp: 15.000. Jika keluarga mereka lebih dari 6 orang mereka harus membeli beras 1 bambu per harinya. Pengeluaran untuk lauk-pauk berkisar 10.000 – 20.000 khusus untuk membeli ikan. Namun terkadang ada juga loper yang mebeli daging di pasaran. Hal ini biasanya dibeli satu bulan sekali atau hari-hari tertentu. Seperti megang dan keduri.Jika mau menggoreng ikan mereka
hanya membeli minyak Rp: 5.000 – 10.000 saja. Itu pun mereka simpan jika lebih. Namun ada juga keluarga loper membeli minyak secara langsung perkilo sehingga bisa dipakai dalam beberapa minggu. Untuk minum kopi dan teh untuk minum di rumah, para loper membeli gula seperempat hingga setengah kilo saja dengan harga Rp: 3.000 – 6.000. Sedangkan untuk bumbu atau alat masakan seperti cabe, bawang, tomat, Masako, Sasa/ajinomoto dan lain-lain biasanya mereka beli sebutuhnya saja dengan harga berkisar antara Rp: 5.000 – 10.000/hari.
41
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
tampung yang sedikit untuk menjadi pegawai pemerintah ini membuat para loper memilih dan menjadi profesi sebagai pekerja loper surat kabar Serambi Indonesia, sekalipun di antara para loper sudah berhasil menyelesaikan perkuliahan. Sebagain besar loper di Kota Banda Aceh tidak hanya memiliki satu pekerjaan saja, melainkan memiliki dua hingga tiga pekerjaan salam satu hari, seperti menjadi buruh bangunan dan ada yang menjadi pembantu kebersihan dibeberapa instansi pemerintah terutama di sekolah-sekolah. Hal ini mereka lakukan semua karena penghasilan dari bekerja sebagai loper tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga mereka (Wawancara: Ade Al Qausar, 16 Agustus 2016). Faktor Minat dari Loper Para loper surat kabar Serambi Indonesia yang ada di Kota Banda Aceh. Sebagian di antara mereka memilih pekerjaan sebagai loper dikarenakan minat untuk mengetahui berbagai informasi yang terjadi disetiap harinya membuat mereka tertarik terhadap pekerjaan itu, sekalipun gaji yang diberikan kurang memuaskan. Selain itu para loper yang dijadikan sample juga mengatakan bahwa kesenangan mereka terhadap pekerjaan itu dikarena melatih mereka dalam kesabaran untuk menjalani kehidupan seperti terkenak panas matahari jika sudah menunjuki jam 08:30 – 10:00 dan minimnya upah yang mereka peroleh.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loper Bekerja Sebagai Loper Surat Kabar Serambi Indonesia Di Kota Banda Aceh (1989-2016) Para pekerja yang berprofesi sebagai loper surat kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini: Faktor Ekonomi Para loper di Kota Banda Aceh yang bekerja di perusahaan surat kabar Serambi Indonesia juga tidak terlepas dari tuntutan ekonomi yang semakin meningkat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Kebanyakan di antara mereka memilih bekerja sebagai loper didorong oleh kondisi ekonomi. Kebutuhan hidup rumah tangga loper baik yang sifatnya kebutuhan primer maupun sekunder belum bisa terpenuhi dengan hanya bekerja sebagai loper, sehingga terpaksa mencari pekerjaan tambahan lainnya. Seperti berjualan, menjadi buruh bangunan dan bahkan ada yang menyempatkan waktunya untuk menjadi tukang parkir. Para loper yang sudah berkeluarga juga memerlukan biaya besar dalam memenuhi kebutuhan sang anak, seperti uang jajan ke sekolah, membayar uang sekolah dan juga biaya keberangkan anak ke sekolah. Dengan uang yang mereka peroleh dari hasil pekerjaan sebagai loper per hari rata-rata Rp: 35.000 tidak cukup memenuhi kebutuhan keluarga para loper. Faktor Kurangnya Lapangan Pekerjaan Lapangan pekerjaan yang minim di instansi pemerintah dan daya
42
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
(100%) orang sample rata-rata berumur antara 31 – 50 tahun yaitu terdiri dari masing-masing 37,5 %, loper yang berumur 20 – 30 tahun terdiri dari12,5 %, dan hanya 12,5%responden berumur > 50 tahun. Kedua, segi pendidikan rata-rata para loper yang hanya menyelesaikan pendidikan tamatan SLTP yaitu 37,5 %., 25%loper tamatan SLTA dan 25%sudah menyelesaikan S-1, yang tidak pernah bersekolah sama sekali hanya12,5%. Ketiga, tanggungan keluarga dari 8 (100%) orang responden terdapat 25 % loper menaggung 2 – 4 jumlah anggota keluarga. Rata-rata loper 37,5 % menanggung 4 – 6 orang anggota keluarga, 25%responden menanggung jumlah keluarga antara 6 – 8 orang dan12,5%loper yang menanggung > 8 orang anggota keluarga. Keempat, segi pengeluaran untuk kebutuhan primer para loper bervariasi, tergantung dengan jumlah anggota keluarga yang ditanggungnya. Banyak atau tidaknya pengeluaran bergantung pada jumlah tanggungan mereka. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loper Bekerja Sebagai Loper Surat Kabar Serambi Indonesia Di Kota Banda Aceh (1989-2016): pertama, faktor ekonomi yaitu semakin meningkat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Kedua,Kurangnya lapangan pekerjaan non formal yang disediakan oleh pihak pemerintahan kota Banda Aceh. Ketiga, faktor minat: dikarenakan minat untuk mengetahui berbagai informasi yang terjadi disetiap harinya sekalipun gaji yang diberikan kurang memuaskan. Selain itu kesenangan mereka terhadap pekerjaan itu dikarena melatih mereka dalam kesabaran
KESIMPULAN Loper surat kabar adalah orang yang menjual surat kabar sehari-hari secara enceran, baik dengan mengenderai kendaraan motor, maupun yang berada di persimpangan lampu merah dan bahkan di toko-toko kecil dan sebagainya. Sejarah awal munculnya loper surat kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh berbaringan dengan terbentuknya Perusahaan Serambi Indonesia itu sendiri. Loper surat kabar terus mengalami kenaikan disetiap tahunnya dari 1989-2016. Kenaikan ini disebabkan oleh faktor semakin meningkatnya jumlah oplah atau sirkulasi surat kabar Serambi Indonesia yang dicetak setiap harinya oleh perusahaan Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, hingga tahun 2016 jumlah loper tercatat 400 orang loper yang aktif sebagai penjual surat kabar Serambi Indonesia. Kehidupan Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 1989-2016: Pendapatan para loper biasanya berupa uang. Bayak atau sedikitnya jumlah pendapatan itu bergantung bayak/tidaknya koran yang terjual. Dari 8 (100%) orang sample terdapat 25%berpenghasilanper bulan antara Rp: 500.000 – 800.000, 37,5%loper berpenghasilan Rp: 900.000 – 1.200.000 perbulan, 25% yang penghasilanya per bulan Rp: 1.300.000 – 1.600.000, selebihnya12,5%loper berpenghasilanper bulan antara Rp: 1.700.000 – 2.000.000.Kesejahteraan Loper Surat Kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh, 1989-2016: pertama, dilihat dari segi umur para loper surat kabar Serambi Indonesia di Kota Banda Aceh dari 8
43
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
Kuntowijoyo. (2003). Metodologi sejarah. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
untuk menjalani kehidupan seperti terkenak panas matahari minimnya upah yang mereka peroleh. Agar adanya implikasi dari karya ilmiah ini, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Serambi Indonesia: agar secara terus menerus melakukan perbaikan – perbaikan operasional dan selalu berinovasi dengan program-program pelaksanaan baik pelaksanaan produksinya maupun pendistribusiannya. 2. Bagi loper surat kabar Serambi Indonesia: supaya terus berusaha keras dalam menghadapi berbagai masalah di lapangan.
_______. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya. Meutia, (2004). Perkembangan Produksi Dan Penjualan Koran harian Serambi Indonesia Banda Aceh. [Skripsi: Tidak di Publikasikan]. Darussalam: Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Moleong, Lexy. (2005). Metodelogi Penelitian Kualitatif: Bandung: Remaja Rosdakarya. Ningsih, Susanti. (2012). Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Asongan di Fisip Unhas. [Skripsi: Tidak di Publikasikan]. Makasar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Dudung (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Ardianto, Elvinaro Erdinaya. Massa; Bandung: Media.
Oktama, Zaki Oktama (2013). Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Pendidikan Anak Keluarga Nelayan Di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun 2013. Skripsi. Semarang: UNS.
dan Lukiati Komala 2004. Komunikasi Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama
BPS Kota Banda Aceh 2016 Riezal, Chaerol (2016). Perkembangan Surat Kabar Serambi Indonesia 1989-2015. [Skripsi: Tidak di Publikasikan]. Darussalam: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Soemanto, Wasty. (2004). Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Demartoto, Argyo (2008). Karakteristik Sosial Ekonomi Dan Faktorfaktor Penyebab Anak Bekerja Di Sektor Informal Di Kota Surakarta. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Koentjaraningrat (1997). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
44
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 34-45
Sutrisno, (2014). Pedagang Kaki Lima (Suatu Tinjauan Sejarah Sosial) [Skripsi: Tidak di Publikasikan]. Gorontalo: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Suyanto, Bagong dan Sutinah. (2007). Metodologi Penelitian Sosial: Berbagai Altenatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
45