Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
RESPON WAJIB PAJAK ATAS USAHA PENCITRAAN KEMBALI APARAT PAJAK DAN PERUBAHAN SISTEM PELAYANAN PERPAJAKAN Yunariz Mauryandhika Ni Putu Eka Widiastuti. Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jakarta
[email protected] putu
[email protected] Abstract This research was conducted to examine the effect of variable imaging apparatus again taxation and service tax on the taxpayer's awareness of individual taxpayers income tax. The population in this study is a taxpayer who resides in the Village area of New Cibodas Tangerang. The number of samples obtained 100 respondents. The analysis technique used was multiple linear regression and the hypothesis testing used t-statistics and Fstatistics with a confidence level of 5%. The results showed that the imaging apparatus face again taxation and service tax has significant positive effect both partially and simultaneously against taxpayer awareness. We suggested the government to pay attention to other factors affecting awareness taxpayers to pay taxes. Keywords: Imaging Apparatus of tax administration, Service Tax, Tax Awareness 1.
Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan penerimaan negara yang sangat penting. Hal ini karena pajak adalah sumber pemasukan negara yang sangat dihandalkan dibandingkan pendapatan negara pada sektor lainnya. Adanya pajak akan membuat kualitas hidup dari masyarakat di suatu negara akan lebih baik, karena dengan adanya pajak negara dapat membangun infrastruktur untuk kepentingan rakyatnya. Dalam Harian Seputar Indonesia (Selasa 20 Maret 2012) dengan judul artikel Jaga Kepercayaan Wajib Pajak, berisi tentang : Presiden SBY mengingatkan pajak sejauh ini masih menjadi sumber utama pembiayaan negara. Karena itulah, peningkatan pelayanan pajak sangat diperlukan karena Indonesia membutuhkan anggaran yang tidak sedikit untuk menggenjot pembangunan. “Kita semua tahu bahwa sumber pembiayaan terbesar adalah dari pajak. (untuk itu) Berikan pelayanan yang baik. Kita harus terus menerus meningkatkan pelayanan pajak,” papar Presiden SBY setelah menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) tahunan PPh (pajak penghasilan) wajib pajak orang pribadi tahun 2011 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta,kemarin. Presiden menambahkan, upaya menjaga kepercayaan wajib pajak terutama dengan tidak melakukan tindakan menyimpang seperti penggelapan dan korupsi. Sikap
1
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
saling percaya ini diperlukan, terutama, karena masih banyak masyarakat yang menganggap pajak sebagai kewajiban. Padahal, pajak merupakan bentuk pertanggungjawaban sosial serta menjadi konsep keadilan antara mereka yang mampu dan yang kurang mampu. kemudian di alinea lain dengan judul yang sama, dijelaskan bahwa : Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengemukakan, Ditjen Pajak terus berupaya memperbaiki pelayanan pajak bagi masyarakat. Untuk meningkatkan jumlah pelaporan SPT,misalnya, Ditjen Pajak telah melakukan sejumlah terobosan mulai dari menempatkan drop box di sejumlah lokasi strategis hingga pelaporan SPT melalui e-filing atau internet. Pelayanan juga diberikan dengan menggunakan jasa kurir dan kantor pos. Namun pada prakteknya kondisi tersebut masih sangat jauh dari apa yang diharapkan, di lapangan sendiri masih banyak aparat yang menyimpang dari seharusnya. Kusumaningtyas (2011)menyatakanpemberitaan kasus mafia pajak di media massa berpengaruh terhadap perilaku wajib pajak dalam membayar pajak penghasilan. Perilaku tersebut timbul karena adanya kasus penggelapan dana pajak yang dilakukan oleh aparat pajak. Hal ini juga didukung oleh penjelasan yang dikutip pada Kompasiana pada Kamis, 16 Juni 2010 17:01 WIB, yaitu berisi tentang : “Sebuah lembaga vertikal di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia itu menjadi bulanbulanan media karena kasus penyelewengan pajak oleh beberapa pegawainya. Kasus yang akhirnya membawa dampak buruk pada system perpajakan nasional dan anjloknya citra pajak di mata rakyat.” di sisi lain ada wajib pajak yang menghindari pajak yang besar dan situasi itu telah dimanfaatkan oleh aparat pajak untuk mengeruk keuntungan pribadi dan menandakan ketidakprofesionalnya aparat pajak di Indonesia. Selain itu di sisi lain, wajib pajak juga melakukan kerjasama dengan aparat pajak dimana hal itu memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, yaitu aparat pajak mendapatkan uang suap sedangkan wajib pajak membayar pajak lebih sedikit dari seharusnya. Akan tetapi, hal ini berdampak pada kerugian yang akan diderita oleh negara. Kualitas SDM (aparat pajak) yang buruk seperti itu membuat para wajib pajak jujur yang ingin membayar pajak secara benar dan seharusnya, cenderung menjadi malas untuk membayar pajak karena takut disalahgunakanya uang pajak tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan turunya jumlah wajib pajak sehingga penerimaan pajak disektor pajak juga ikut menurun. Direktorat Jenderal Pajak selaku pihak yang berwenang harus berbenah diri dalam mengembalikan wajah aparat yang telah tercoreng menjadi baik lagi di mata masyarakat (wajib pajak). Upaya yang dapat dilakukan adalah
2
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
memberikan sanksi hukuman yang dapat membuat jera aparat dalam melakukan kecurangan sehingga membuat aparat pajak melakukan pekerjaannya dengan profesional. Selain itu sanksi hukuman tersebut diharapkan dapat membuat aparat pajak berpikir kembali untuk tidak melakukan kecurangankecurangan. Amilin dan Anisah (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Persepsi Peran Account Representative Pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak”. Variabel bebas (variabel independen) dari penelitian ini adalah pelayanan, konsultasi dan pengawasan. Tingkat kepatuhan wajib pajak menjadi variabel terikat (dependen). Adapun yang disimpulkan dari penelitian tersebut adalah pelayanan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak sedangkan konsultasi dan pengawasan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Supriyanti dan Hidayati (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan pajak, persepsi terhadap petugas pajak dan persepsi terhadap kriteria wajib pajak patuh. Adapun kepatuhan wajib pajak sebagai variabel terikatnya. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak sedangkan persepsi terhadap petugas pajak dan persepsi terhadap kriteria wajib pajak patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Muliari dan Setiawan(2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur”. Penelitian ini terdiri dari persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak sebagai variabel bebas serta kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi sebagai variabel terikat. Melalui pengujian secara parsial, persepsitentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, apakah pencitraan kembali wajah aparat pajak berpengaruh terhadap Kesadaran Wajib Pajak dan apakah pelayanan perpajakan berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan kepada wajib pajak agar lebih mempunyai keinginan untuk membayar pajak. 1.2. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Pencitraan Kembali Wajah Aparat Pajak berpengaruh terhadap Kesadaran Wajib Pajak ?
3
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
2.
Apakah Pelayanan Perpajakan Kesadaran Wajib Pajak ?
berpengaruh
terhadap
2. Landasan Teori 2.1. Pajak Pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang sangat penting, karena dengan adanya pajak, negara dapat membangun infrastruktur untuk kepentingan rakyatnya. Adapun pendapat dari Hamidjaja dalam buku Siahaan (2010:33) mengenai pengertian atau definisi dari pajak adalah Iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma – norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum 2.2. Ciri – Ciri Pajak Pajak juga mempunyai beberapa ciri – ciri dan menurut Resmi (2009 : 2) ciri dari yaitu : 1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang – undang serta aturan pelaksanaanya. 2.aDalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 3.aPajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4.aPajak diperuntukan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukanya masih terdapat surplus, digunakan untuk membayar publik investment. 2.3.Fungsi Pajak Pajak mempunyai beberapa fungsi terkait adanya pajak tersebut, adapunfungsi – fungsi pajak menurut Resmi (2009 : 3) yaitu 1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) 2. Fungsi Regularend (Pengatur) 2.4.Wajib Pajak Wajib pajak Menurut Siahaan (2010 : 215)adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan , termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu.Wajib Pajak mempunyai hak dan kewajiban Menurut Mardiasmo (2003 : 37), kewajiban dan hak wajib pajak, antara lain : a,nKewajiban Wajib Pajak Adapun kewajiban- kewajiban sebagai wajib pajak, yaitu : 1) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. 2) Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar. 3) Mengisi dengan benar SPT dan memasukan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan. 4) Menyelenggarakan pembukuan / pencatatan. 5) Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan,
4
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan. b. Hak Wajib Pajak Hak- hak sebagai wajib pajak, antara lain : 1) Mengajukan surat keberatan dan surat banding. 2) Menerima tanda bukti pemasukan SPT 3) Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan. 4) Mengajukan permohonan penundaan pemasukan SPT. 5) Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak. 6) Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat ketetapan pajak. 7) Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak. 8) Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah. 9) Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya. 10) Apabila wajib pajak dipotong oleh pemberi kerja, wajib pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh pasal 21 kepada pemotong pajak, mengajukan surat keberatan dan permohonan pajak. 2.5.Aparat Pajak (Fiskus) Pengertian aparat pajak Menurut Siahaan (2010 : 191) adalah suatu alat – alat negara yang diberi tugas memasukan uang rakyat ke kas negara. Sama halnya dengan wajib pajak, aparat pajak juga mempunyai Hak dan kewajiban. Adapun hak dan kewajiban aparat pajak, antara lain : a. Hak – hak Aparat pajak 1. Menerbitkan nomor pokok wajib pajak dan / atau mengukuhkan pengusaha kena pajak secara jabatan. 2. Hak menerbitkan nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan / atau meneguhkan pengusaha kena pajak (PKP) ini dilakukan secara jabatan jika wajib pajak atau pengusaha kena pajak tidak melaksanakan kewajibanya. 3. Menerbitkan surat tagihan pajak 4. Melakukan pemeriksaan dan penyegelan 5. Melakukan penyelidikan 6. Menerbitkansurat paksa danmelaksanakan penyitaan. b. Kewajiban – kewajiban aparat pajak 1) Kewajiban untuk melakukan penyuluhan kepada wajib pajak 2) Menerbitkan surat ketetapan pajak 3) Merahasiakan data wajib pajak 2.6.Kesadaran Wajib Pajak kesadaran wajib pajak merupakan suatu unsur yang dimiliki wajib pajak untuk memahami dan menyikapi sebuah keadaan yang sebenarnya
5
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
2.7.Citra Menurut Arker dan Mayer dalam buku Nova (2011 : 298) Citra adalah seperangkap anggapan, impresi atau gambaran seseorang atau kelompok orang mengenai suatu objek bersangkutan. 2.8.Pelayanan Perpajakan Pelayanan perpajakan adalahusaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang) dalam bidang pajak. 2.9. Pengembangan Hipotesis 2.9.1. Pengaruh Pencitraan Kembali Wajah Aparat Pajak Terhadap Kesadaran Wajib Pajak Menurut Mustikasari (Kariyoto, 2011 : 6), perilaku kepatuhan dipengaruhi oleh aparat perpajakan, lemahnya law enforcement, audit perpajakan, kesungguhan penindakan korupsi, kolusi dan nepotisme. Menurut Torgler (2004) Trust in the government have a positive effects on tax morale, dimana artinya trust in the government memiliki penggaruh yang positif terhadap tax morale. Menurut Riahi- Belkaoui (2004) tax compliance is highest in countries characterized by low serious crime rate, dimana artinya low serious crime ratememiliki penggaruh yang positif terhadap tax compliance. Menurut Siahaan (2010 : 105), integritas atau mentalitas aparat perpajakan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat membayar pajak. H1 : Pencitraan kembali wajah aparat pajak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak. 2.9.2. Pengaruh Pelayanan Perpajakan Terhadap Kesadaran Wajib Pajak Menurut Pandiangan (2008 : 8) pelayanan prima merupakan salah satu bagian dari modernisasi sistem administrasi perpajakan dimana modernisasi sistem administrasi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Menurut Kariyoto (2011), pelayanan yang baik berdampak pada kesadaran dan kepatuhan pajak semakin tinggi sehingga mempengaruhi kinerja penerimaan pajak. H2 : Pelayanan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajibapajak 3.Metode Penelitian Variabel independen yaitu variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain, dalam hal ini variabel bebasnya, yaitu pencitraan kembali wajah aparat pajak yang memiliki pengertianpengembalian atau memperbaiki kembali gambaran yang dimiliki oleh petugas pemerintah (aparat pajak) dari hal yang buruk
6
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
menjadi hal yang baik. Variable independen kedua, yaitu pelayanan perpajakan adalah usaha untuk melayani kebutuhan orang lain (wajib pajak) yang berhubungan dengan bidang pajak. Variabel dependen yaitu variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel kesadaran wajib pajakadalah bentuk pemahaman wajib pajak tentang kewajiban membayar pajak sebagai wujud kegotong-royongan nasional dalam menghimpun dana untuk kepentingan pembiayaan pemerintah dan pembangunan nasional. Pengukuran variabel independen maupun dependennya ini diukur dengan menggunakan skala likert, dimana jawaban dari instrumen kuesioner tersebut diberi skor, yaitu 1 = Sangat Tidak Setuju (STS), 2 = Tidak Setuju (TS), 3 = Ragu-ragu (R), 4 = Setuju (S) dan 5 = Sangat Setuju (SS). Metode analisis yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik.Uji asumsi klasik pada penelitian ini digunakan untuk mendukung persyaratan dalam menguji pengaruh tiap variabel bebas terhadap variabel terikatnya yang menggunakan analisis regresi berganda. Adapun uji – uji asumsi klasik yang digunakan antara lain : a.Uji Normalitas b. Uji Lineritas c. Uji Multikolinearitas d. Uji Heterokedastisitas Selain ketiga uji diatas, penelitian ini juga menggunakan uji t, uji f dan uji koefisien determinasi yang dipergunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh semua variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Dalam penelitian ini hipotesis – hipotesis yang digunakan guna menjawab tujuan penelitian dapat diuraikan, sebagai berikut : Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Adapun data primer yang dimaksud merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber melalui penyebaran kuesioner untuk memberikan data kepada peneliti Populasi yang akan menjadi obyek dalam penelitian ini adalah salah satu dari 6 kelurahan di kecamatan Cibodas Kota Tangerang, yaitu semua masyarakat yang berada di seluruh kelurahaan Cibodas Baru Kota Tangerang yang mempunyai kriteria yang ditentukan oleh peneliti Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan salah satu jenis dari teknik Non Random Sampling, yaitu area probability sampling dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 Wajib Pajak orang pribadi yang berada di kelurahanaCibodasaBaruaKotaaTangerang. 4. Pembahasan Data – data yang telah didapatkan dan telah dikumpulkan oleh peneliti dari penyebaran kuesioner selanjutnya diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS 17.Pertama melakukan uji validitas dan reliabilitas kemudian melakukan uji asumsi klasik dan terakhir melakukan analisis menggunakan regresi berganda.
7
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
Pada tabel di bawah ini ditunjukan hasil pengujian validitas dan reliabilitas dari butir – butir pertanyaan yang telah diberikan jawaban oleh responden. Tabel 1. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
No .
Item Pertanyaan
Koefisien Validitas
r – kritis
Keterangan
Koefisien Reliabilita s
rkritis
Keteranga n
Variabel X1 (Pencitraan Kembali Wajah Aparat Pajak) 1 2 3 4 5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5
.285 .689 .584 .690 .365
0.1966 0.1966 0.1966 0.1966 0.1966
Valid Valid Valid Valid Valid
.767 .684 .710 .684 .750
0.600 0.600 0.600 0.600 0.600
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Variabel X2 (Pelayanan Perpajakan) 1 2 3 4
Q6 Q7 Q8 Q9
0.729 0.783 0.651 0.755
0.1966 0.1966 0.1966 0.1966
Valid Valid Valid Valid
0.740 0.728 0.755 0.737
0.600 0.600 0.600 0.600
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
5
Q10
0.318
0.1966
Valid
0.799
0.600
Reliabel
Y (Kesadaran Q11 Q12 Q13
Wajib Pajak) 0.539 0.1966 0.630 0.1966 0.520 0.1966
Valid Valid Valid
0.730 0.716 0.759
0.600 0.600 0.600
Reliabel Reliabel Reliabel
Q15
0.566
Valid
0.724
0.600
Reliabel
Variabel 1 2 3 4
0.1966
4.1. Uji Normalitas Uji Normalitas dipergunakan untuk melihat bahwa sampel yang diambil dari populasi telah berdistribusi normal.Berdasarkan tabel 2 ditunjukan nilai p value (Sig.) adalah 0,053. Oleh karena itu dapat disimpulkanbahwa data diambil dari dari populasi yang berdistribusi normal (p value (Sig.)a>a0,05
8
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
4.2. UjiLinearitas Uji linearitas dipergunakan untuk menguji keberartian koefisien garis regresi serta linearitasnya. Hasil uji linearitas ditunjukan pada tabel 3. Berdasarkan hasil uji linearitas pada tabel 3 dapat disimpulkan bahwa model regresi linear. Hal ini karena nilai p value (Sig.) > 0,05 yaitu sebesar 0,163. Tabel 2One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tabel 2One-Sample Kolmogorov-SmirnovY Test Y N 100 N 100 Normal Mean 16.32 a,,b Normal Parameters MeanDeviation 16.32 Std. 1.948 Parametersa,,b Std. Deviation 1.948 Most Extreme Absolute .135 Most Extreme Differences Absolute .135 Positive .125 Differences Positive .125 Negative -.135 Negative -.135 Kolmogorov-Smirnov Z 1.348 Kolmogorov-Smirnov Z 1.348 Asymp. Sig. (2-tailed) .053 Asymp. Sig. (2-tailed) .053 a. Test distribution is Normal. b. Test a. Calculated distribution from data. is Normal. b. Calculated from data. Tabel 3ANOVA Table F Y * X1 Between Groups
Sig.
(Combined)
3.49 2
.000
Linearity
23.6 93
.000
Deviation from Linearity
1.47 2
.163
Within Groups Total
4.3. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dipergunakan untuk menguji apakah terdapat multikolinearitas antar variabel bebas pada model regresi. Kriteria yang dipergunakan dalam uji ini adalah jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) berada pada angka 1 atau mendekati angka 1, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas. Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai VIF diatas angka 1. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas.
9
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
Tabel 4 Coefficientsa Collinearity Statistics Tolera nce
Model 1
VIF
X 1
.861
1.16 1
X 2
.861
1.16 1
a. Dependent Variable: Y
4.4.Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dipergunakan untuk melakukan pengujian ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Adapun hasil dari uji heterokedastisitas dapat dilihat pada gambar 1. Hasil tersebut menunjukan bahwa titik – titik yang menyebar namun terdapat beberapa titik yang menyatu. Tetapi gambar ini masih dianggap memenuhi syarat homokedastisitas. Gambar 1 Hasil Uji Heterokedastisitas
10
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
4.5 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis yang digunakan untuk memprediksi pengaruh lebih dari satu variabel independen, yaitu pencitraan kembali wajah aparat pajak (X1), pelayanan perpajakan (X2) terhadap satu variabel dependen yaitu kesadaran wajib pajak (Y). Variabel - variabel tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan SPSS 17.0 . Adapun hasil pengujian tesebut, sebagai berikut : Tabel 5Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 8.724
1.382
X1
.239
.068
X2
.150
.054
a. Dependent Variable: Y B erdasarkan hasil pengolahan data analisis regresi linier yang ditunjukan pada tabel 5 maka persamaan regresi yang dibentuk adalah : Y = 8,724 + 0,239 X1 + 0,150 X2 + e. Persamaan regresi linear tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Variabel pencitraan kembali wajah aparat pajak (X1) mempunyai nilai koefisiensi regresi sebesar 0,239 yang berarti pencitraan kembali wajah aparat pajak mempunyai pengaruh positif terhadap kesadaran wajib pajak (Y). Hal ini berarti jika pencitraan wajah aparat pajak semakin baik maka akan meningkatkan kesadaran wajib pajak. 2. Variabel pelayan perpajakan (X2) mempunyai nilai koefisiensi regresi sebesar 0,150 yang berarti pelayanan perpajakan mempunyai pengaruh positif terhadap kesadaran wajib pajak (Y). Hal ini berarti jika pelayanan perpajakan semakin baik maka akan meningkatkan kesadaran wajib pajak. 3. Konstanta mempunyai nilai 8,724 yang artinya jika variabel X 1 dan X2 nilainya sama dengan nol, maka kesadaran wajib pajak sebesar 8,724 dan nilai tersebut merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak dimasukan dalam model regresi linear atau tergabung dalam variabel pengganggu (e).
11
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
4.6 Uji Hipotesis Parsial (Uji t) Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah pencitraan kembali wajah aparat pajak (X1) dan pelayanan perpajakan (X2) berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak (Y) secara parsial. Nilai t tabel untuk data sebanyak 100 responden dengan jumlah variabel sebanyak tiga variabel dan tingkat signifikan yang digunakan 5% adalah sebesar 1.985 (lihat tabel t pada df = 97 dan α= 0.05).
Tabel 6Coefficientsa
Model 1
T
Sig.
(Constant)
6.312
.000
X1
3.528
.001
X2 2.768 .007 H asil a. Dependent Variable: Y pengola han data pada tabel 6 diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel pencitraan kembali wajah aparat pajak sebesar 3,528 (sig. 0,001). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel pencitraan kembali wajah aparat pajak (X1) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel kesadaran wajib pajak (Y). Hasil pengolahan data pada tabel 6 diketahui bahwa nilai t hitung untuk variabel pencitraan kembali wajah aparat pajak sebesar 2,768 (sig. 0,007). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel pencitraan kembali wajah aparat pajak (X1) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel kesadaran wajib pajak (Y). 4.7.Uji Hipotesis Simultan (Uji f) Uji hipotesis simultan (Uji f) yang diajukan dalam penelitian ini adalah pencitraan kembali wajah aparat pajak (X1) dan pelayanan perpajakan (X2) berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak (Y) secara simultan. Adapun nilai f tabel dengan df1 = 2 dan df2 = 97 serta α = 5% adalah 3,09, seangkan untuk nilai f hitung hasil pengolahan data adalah sebesar 15,900 (lihat tabel 7). Berdasarkan perbandingan antara nilai f hitung dengan f tabel diketahui bahwa f hitung lebih besar dari f tabel atau 15,900 > 3,09. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel pencitraan kembali wajah aparat pajak (X1) dan pelayanan perpajakan (X 2) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesadaran wajib pajak (Y).
12
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4 Tabel 7 ANOVAb Model 1
F Regression
Sig.
15.900
.000a
Residual Total a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y 4.8. Uji Koefisien Determinasi (R2) Nilai koefisien determinasi atau R Square (R2)dari hasil pengolahan data adalah sebesar 0,247 atau 24,7%. Hal ini dapat dilihat pada tabel IV.39 dibawah ini. Tabel 8Model Summaryb Model
R
1
.497a
R Square
Adjusted R Square
.247
.231
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y Nilai tersebut memberikan gambaran bahwa variabel independen (X), yaitu variabel pencitraan kembali wajah aparat pajak (X 1) dan pelayanan perpajakan (X2) dalam pengaruhnya terhadap naik turunya variabel dependen (Y) yaitu kesadaran wajib pajak adalah sebesar 24,7% dan sisanya sebesar 75,3% merupakan pengaruh dari variabel – variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini dan tergabung dalam variabel penggangu (e) dalam model regresi linier. Setelah peneliti melakukan serangkaian pengujian yang dilakukan mulai dari uji validitas dan reliabilitas serta uji regresi yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 didapatkan bahwa hasil kesimpulan penelitian menjawab perumusan masalah yang ada pada bab sebelumnya (lihat Bab 1), dimana variabel pencitraan kembali wajah aparat pajak dan pelayanan perpajakan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak. Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa pencitraan kembali wajah aparat pajak berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak karena t hitung > t tabel (3,528>1,985) dan nilai probabilitas signifikansi < 0,05 sebesar 0,001 serta memiliki hasil kesimpulan penelitian yang sama dengan tiga penelitian yang dilakukan sebelumnya. Pertama hasil penelitian yang dilakukan oleh Torgler (2004) menyatakan bahwa trust in the government memiliki penggaruh yang positif terhadap tax morale.
13
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
Kedua hasil kesimpulan menurut Riahi- Belkaoui (2004)low serious crime rate memiliki penggaruh yang positif terhadap tax compliance. Ketiga hasil kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningtyas (2011), dimana pemberitaan kasus mafia pajak di media massa berpengaruh terhadap perilaku wajib pajak dalam membayar pajak penghasilan. Hasil kesimpulan penelitian tersebut juga sesuai dengan hipotesa yang terdukung secara teoritis bahwa integritas atau mentalitas aparat perpajakan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat membayar pajak (Siahaan, 2010 :105). Variabel pelayanan perpajakan juga berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak, dimana t hitung > t tabel (2,768>1,985) dan nilai probabilitas signifikansi < 0,05 sebesar 0,007. Hasil kesimpulan penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Amilin dan Anisah (2008), yaitu pelayanan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak namun berbeda pendapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryadi (2003), dimana pelayanan perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak.Hasil kesimpulan tersebut juga sesuai dengan hipotesa yang terdukung secara teoritis bahwa pelayanan yang baik dari badan perpajakan memberikan hasil signifikan terhadap kesadaran dan kepatuhan wajib pajak. Pemerintah juga melakukan perubahan pada sistem administrasi perpajakan dengan cara memanfaatkan teknologi modern. Hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak untuk mempermudah para wajib pajak dalam melakukan kewajiban pajaknya baik dalam pelaporan maupun pembayaran. Dalam pengujian secara simultan (uji f) didapatkan juga kesimpulan bahwa pencitraan kembali wajah aparat pajak dan pelayanan perpajakan secara serempak (bersama - sama) berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak karena f hitung>f tabel (15,900>3,09) dan nilai probabilitas signifikansi < 0,05 sebesar 0,00. 5. Kesimpulan Hasil pengujian yang telah dilakukan dan dijelaskan pada bab – bab sebelumnya, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : a. Pada hasil uji t untuk variabel pencitraan kembali wajah aparat pajak (X1) menghasilkan kesimpulan bahwa bahwa pencitraan kembali wajah aparat pajak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak (Y), dimana t hitung > t tabel (3,528>1,985) dan nilai probabilitas signifikansi < 0,05 sebesar 0,001. Hal ini berarti pencitraan kembali wajah aparat pajak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran wajib pajak. b. Pada hasil uji t untuk variabel pelayanan perpajakan (X2) menghasilkan kesimpulan bahwa bahwa pelayanan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak (Y), dimana t hitung > t tabel (2,768>1,985) dan nilai probabilitas signifikansi <0,05
14
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
sebesar 0,007. Hal ini berarti pelayanan perpajakan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran wajib pajak. c.
d.
Berdasarkan uji f yang dilakukan pada semua variabel independen yang ada pada penelitian ini terhadap variabel dependen, didapatkan hasil bahwa pencitraan kembali wajah aparat pajak dan pelayanan perpajakan secara simultan berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak, dimana f hitung > f tabel (15,900>3,09) dan nilai probabilitas signifikansi < 0,05 sebesar 0,00. Berdasarkan uji koefisien determinasi dihasilkan nilai R Square sebesar 0,247 atau 24,7%. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh sebesar 24,7 dari variabel independen pencitraan kembali wajah aparat pajak dan pelayanan perpajakan) terhadap kesadaran wajib pajak sedangkan sisanya sebesar 75,3% merupakan pengaruh dari variabel lainnya yang tidak terdapat dalam penelitian ini atau tidak diteliti oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA Amilin dan Nina Anisah. (2008). Pengaruh Persepsi Peran Account Representative Pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Trikonomika. Volume 7 No 2 (Desember): 145-152. Anonim. (2012). Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Ferdinand, Augusty. (2011). Metode Penelitian Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kariyoto. (2011). Pengaruh Reformasi Perpajakan, Audit Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kinerja Perpajakan. Ringkasan Disertasi. Universitas Brawijaya Malang. Kompasiana. Memperbaiki Citra Pajak Yang Sedang Ambruk. diakses 20 Maret 2012. http://birokrasi.kompasiana.com. Kusumaningtyas, Dieta. (2011). Pengaruh Pemberitaan Kasus Mafia Pajak Di Media Massa Terhadap Perilaku Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan. Skripsi. Jakarta : Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Maesaroh. Jaga Kepercayaan Wajib Pajak. diakses 25 Maret 2012.http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/. Mardiasmo.(2003). Perpajakan (Edisi Revisi).Yogyakarta : CV ANDI Offset. Narbuko, Cholid dan H. Abu Achmadi.(2009). Metodologi Penelitian.Jakarta : Bumi Aksara. Pandiangan, Liberti. (2008). Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Pitopang, Akbar. Tingkat Kesadaran Masyarakat Indonesia. diakses 12 April 2012. http://sosbud.kompasiana.com. Resmi, Siti. (2011). Perpajakan: Teori Dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat. Riahi– Belkaoui, Ahmed. (2004). Relationship between tax compliance internationally and selected determinants of tax morale. Journal of International Accounting. Volume 13 : 135 – 143.
15
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
Siahaan, Marihot Pahala. (2010). Hukum Pajak Elementer. Yogyakarta : Graha Ilmu. Suandy, Erly. (2008). Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat. Sugiyono.(2006). Metode Penelitian Bisnis.Bandung : CV Alfabeta. Sulistyo, Joko. (2011). 6 Hari Jago SPSS 17.Yogyakarta : Cakrawala. Supriyati dan Nur Hidayati. (2008). Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.Akuntansi Dan Teknologi Informasi.Volume 7 No 1 (Mei): 41-50. Suryadi. (2006). Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak : Suatu Survei Di Wilayah Jawa Timur. Jurnal Keuangan Publik. Volume 4 No 1 (April): 105-121. Torgler, Benno. (2004). Tax Morale in Asian Countries.Journal of Asian Economics. Volume 15 : 237 - 266. Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Komputer. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Online). diakses 28 Maret 2012. http://bahasa.cs.ui.ac.id. Usman, Husaini dan R Purnomo Setiady Akbar.(1995). Pengantar Statistika.Jakarta : Bumi Aksara. Wikipedia, ensiklopedia bebas. Kesadaran. diakses 30 Maret 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadaran. Wikipedia, ensiklopedia bebas. Pencitraan. diakses 30 Maret 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Penc
16
Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4
1.Name 2. Place/Date of Birth 3. Address .
4. Phone Number 6. Education History
CURRICULUM VITAE : Yunariz Mauryandhika,SE : Jakarta,20th March 1990 : Office : PT Bank Mandiri (Persero) Tbk,Consumer Risk Group. Wisma Mandiri II, Jl. Kebon Sirih no 83 MH Thamrin , Jakarta Pusat 10340 Email Address :
[email protected] Home : Jl. Parapat Raya. No. 7 Rt.07 Rw.015Cibodas Baru Kota Tangerang15138 : (Office) 7656971 ext 147 (HP) 085780965434 :S1 Akuntansi UPN “Veteran” Jakarta CURRICULUM VITAE
1.Name 2. Place/Date of Birth 3. Address .
4. Phone Number 5. Education History N Year
o 1
1998
2
2005
: Ni Putu Eka Widiastuti : Jakarta, 8th March 1976 : Office : UPN “Veteran” Jakarta, Fak.Ekonomi Jl. RS Fatmawati no.1 Pondok Labu, Selatan 12450 Email Address : putu
[email protected] Home : Jl. Kemandoran VIII A. No. 204 Rt.04 Rw.011 Jakarta Selatan 12210 : (Office) 7656971 ext 147 (HP) 0812-8969307 :
University’s Name
Faculty and Departement
UPN “Veteran” Jakarta Universitas Muhammdyah Jakarta
Economy, Accounting Economy, Tax Accounting
Jakarta
Status
Education Level
Private
S1
Private
S2
17