Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Problem Based Intruction (PBI) Untuk Meningkatkan Mutu Perkuliahan Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNIB Sri Irawati Prodi Pendidikan Biologi JPMIPA FKIP UNIB Abstrak. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mahasiswa pada Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Dengan Menerapkan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Problem Based Intruction (PBI). Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa Semester III Tahun Ajaran 2012/2013 di Program Studi Pendidikan Biologi. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Instrumen penelitian yang dipakai adalah lembar tes dan lembar observasi. Lembar observasi terdiri dari lembar observasi dosen dan lembar observasi mahasiswa. Analisis data observasi dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Data tes dianalisis menggunakan rumus ketuntasan belajar klasikal. Hasil penelitian menunjukkan pada dasarnya mahasiswa sudah memiliki konsep awal; setelah pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual melalui model PBI terjadi perubahan konsepsi pada siklus I, 71,4%, meningkat Siklus II, 85,71% dan Siklus III 90,4%. Penerapan pendekatan kontekstual melalui model PBI dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa, dan aktivitas mengajar dosen. Aktivitas belajar mahasiswa pada siklus I rata-rata skor 31 dengan kriteria baik, meningkat siklus II rata-rata skor 34 kriteria baik, dan siklus III rata-rata skor 36 dengan Kriteria baik, sedangkan aktivitas mengajar dosen siklus I rata-rata skor 30 kriteria baik, meningkat pada siklus II rata-rata skor 32 dengan kriteria baik serta siklus III 34 dengan kriteria baik. Setelah proses pembelajaran diperoleh tanggapan yang positif dari mahasiswa mengenai penerapan pendekatan kontekstual melalui model PBI. Kata kunci: Pendekatan Kontekstual, Problem Based Instruction (PBI)
PENDAHULUAN Ketercapaian tujuan pembelajaran memerlukan peran serta dosen sebagai perencana, pelaksanaan, evaluator. Dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dosen perlu memperhatikan karakteristik mahasiswanya. Karakteristik mahasiswa meliputi faktor fisik, intelegensi, emosional, bakat khusus, sosial-kultural dan komunikasi. Selain itu juga dipengaruhi oleh model mengajar, metode mengajar, dan sarana prasarana serta sistem administrasi, dosen, materi perkuliahan, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar, dan sistem penilaian atau asesmen. Masih ada dosen yang kurang menguasai materi
pembelajaran dan dalam mengevaluasi, mahasiswa dituntut jawaban yang persis sama seperti yang ia jelaskan, sehingga mahasiswa tidak memiliki peluang untuk berpikir kreatif. Pemerintah telah beberapa kali melakukan perubahan kurikulum di tingkat satuan pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Demikian pula perguruan tinggi terutama LPTK sudah seharusnya melakukan penyesuaian dengan hal ini, karena LPTK adalah sebagai pencetak guru. Perubahan kurikulum dilakukan untuk menyelaraskan kepentingan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Perubahan tersebut bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum pendidikan.
Semirata 2013 FMIPA Unila |357
Sri Irawati: Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Problem Based Intruction (PBI) Untuk Meningkatkan Mutu Perkuliahan Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNIB Mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan MIPA, selanjutnya disingkat dengan DDP MIPA, merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, dengan jumlah SKS (2-0) yang ditawarkan pada mahasiswa di semester ganjil (III). Mata kuliah ini dimaksudkan untuk memperkenalkan gagasan-gagasan dan prinsip-prinsip dasar pendidikan MIPA. Materi perkuliahannya mencakup hakekat MIPA, Keterampilan-keterampilan dasar yang terkait dengan MIPA dan teknologi, Pendekatan dan Metode pembelajaran MIPA serta implikasinya terhadap sarana pendidikan, keterkaitan matematika dengan IPA dan teknologi serta masyarakat, faktor yang mempengaruhi pendidikan MIPA di sekolah, dan masalah-masalah serta perkembangan pendidikan MIPA dewasa ini. Mata kuliah DDP MIPA diampu oleh dosen dalam tim mengajar. Dari kajian-kajian terhadap pembelajaran DDP MIPA selama ini diperoleh hal-hal antara lain: (a) Kecenderungan dosen menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada dosen (teacher’s centre) dalam perkuliahan, pelaksanaan pembelajaran masih sangat didominasi oleh dosen, sehingga interaksi antara dosen dengan mahasiswa masih kurang karena pembelajarannya berjalan satu arah. (b) Mahasiswa cenderung lebih pasif dalam perkuliahan. (c) Mahasiswa lebih individual dalam proses pembelajaran, artinya kerjasama mahasiswa masih cenderung rendah. Belum adanya kesepahaman pemikiran bahwa ketuntasan belajar bisa dicapai dengan lebih baik dengan cara bersama-sama. (d) Motivasi dan kemampuan mahasiswa perlu ditingkatkan. Sebagai tim dosen yang mengampu mata kuliah DDP MIPA, beberapa tahun belakangan ini dirasakan perlu dicari inovasi baru dalam penyampaian bahan ajar yang lebih melibatkan mahasiswa dalam proses pemerolehan konsep. Dosen juga perlu mencarikan langkah-langkah strategis 358| Semirata 2013 FMIPA Unila
yang paling tepat dalam penyampaian bahan ajar yang membuat mahasiswa tidak jenuh hanya sebagai penerima informasi. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran DDP MIPA pada mahasiswa Biologi FKIP UNIB, tim pengampu mata kuliah DDP MIPA akhirnya menyimpulkan, bahwa perlu dicari suatu alternatif bentuk perkuliahan yang membantu dosen mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Bentuk pembelajaran yang dimaksud adalah bentuk pengajaran yang berlandaskan pendekatan kontekstual (Contextua teaching and learning/CTL). Menurut Trianto (2010) pembelajaran kontekstual di tandai dengan 7 pilar yakni inkuiri (Inquiry), bertanya (questioning), konstruktivisme (constructivsm), pemodelan (modelling), masyarakat belajar (learning community), asesmen autentik ( authentic assessment) dan refleksi (reflection). Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu dosen/guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Rusman, 2011). Pendekatan kontekstual ini dapat dioperasional melalui model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction),yang selanjutnya dalam penelitian ini disingkat PBI. Model PBI dikenal melalui berbagai nama seperti Pembelajaran Proyek (Project Based Learning), pendidikan berdasarkan pengalaman (experienced based education), belajar autentik (authentic learning),
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Problem based learning)). Pendekatan kontekstual dengan model PBI ini diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mahasiswa. Menurut Wartono (2004) model PBI adalah penyajian situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mahasisiswa/siswa untuk melakukan penyelidikan dan inquiry. PBI tidak dirancang untuk memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada mahasiswa, melainkan untuk membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual di sekitar situasi kehidupan dunia nyata. Menurut Widodo (2002) ―ciriciri khusus pengajaran berdasarkan masalah meliputi : Pengajuan pertanyaan masalah, suatu pemusatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja sama serta menghasilkan karya dan peragaan‖. Secara garis besar PBI terdiri dari menyajikan kepada mahasiswa/siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inquiry. Peranan dosen/guru dalam PBI adalah mengajukan masalah, memfasilitasi masalah, suatu pemusatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja sama serta menghasilkan suatu karya dan peragaan. Model pengajaran ini sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berfikir tingkat tinggi, membantu mahasiswa/siswa menemukan sendiri pengetahuan tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya. Model pengajaran ini sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip kontekstual, yaitu inquiry, konstruktivisme, dan menekankan pada berfikir tingkat tinggi. PBI biasanya terdiri dari lima tahap utama yang dimulai dengan dosen/guru memperkenalkan mahasiswa/siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja mahasiswa/siswa. Jika jangkauan
masalahnya tidak terlalu kompleks, maka kelima tahapan tersebut dapat diselesaikan dalam dua sampai tiga kali pertemuan. Namun untuk masalah yang kompleks, maka dapat membutuhkan cukup lama untuk menyelesaikannya. Arends, (2008) menyatakan fase-fase pembelajaran menggunakan model PBI adalah sebagai berikut: (1) memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa/mahasiswa, (2) mengorganisasikan mahasiswa dalam kelompok belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok , (4) membimbing dan membuat dan mengajukan karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Berdasarkan uraian diatas dan dengan didanai oleh program PPKP FKIP Universitas Bengkulu, perlu dilakukan penelitian tindakan kelas oleh tim pengajar mata kuliah DDP MIPA dengan menerapkan Pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran problem based Intruction (PBI) untuk meningkat mutu proses dan hasil belajar mahasiswa. Dari hasil diskusi antara tim dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan MIPA disepakati permasalahan yang akan diungkap jawabannya dalam penelitian tindakan kelas ini secara umum adalah ‖Bagaimanakah perubahan konsepsi mahasiswa Semester III dalam mata kuliah DDP MIPA setelah dilakukan tindakan pembelajaran menggunakan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) melalui model Problem Based Instruction/PBI” ? Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan MIPA. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa pendidikan biologi untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif, yang memungkinkan mahasiswa dapat mengambangkan kemampuannya dalam mengkonstruksi pengetahuan,
Semirata 2013 FMIPA Unila |359
Sri Irawati: Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Problem Based Intruction (PBI) Untuk Meningkatkan Mutu Perkuliahan Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNIB sehingga pengetahuan yang menjadi lebih bermakna.
diperoleh
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Clasroom Action Research). Menurut Kunandar (2010:42) Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran. Subyek dalam penelitian ini adalah dosen dan mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan Biologi Jurusan P.MIPA FKIP UNIB semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 38 orang mahasiswa. Adapun Prosedur Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan (3) Observasi dan (4) Refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini digunakan lembar observasi dan lembar tes. Analisis data tes menggunakan rumus ketuntasan belajar. Data observasi diolah secara deskriptif kuantitatif menggunakan skala penilaian, Sudjana (1997). HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Belajar Mahasiswa Dari hasil observasi yang sudah dilakukan dengan menerapkan pendekatan Kontekstual (CTL) menggunakan model pembelajaran PBI pada konsep hakekat pendidikan MIPA, Pendekatan dan metode pendidikan Matematika, literasi sains serta teknologi dapat meningkatkan proses pembelajaran mahasiswa semester III program studi pendidikan Biologi FKIP UNIB. Peningkatan proses pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas dosen dan aktivitas mahasiswa . Hasil observasi aktivitas mahasiswa siklus I, II, dan III terjadi peningkatan yaitu siklusI rata-rata skor 31 dengan kriteria baik, siklus II skor rata-rata 34 dengan kriteria baik, dan siklus 360| Semirata 2013 FMIPA Unila
III rata-rata skor 36 dengan kriteria baik. Pada Siklus I masih ada kelompok yang memiliki kemampuan kurang dalam mengajukan atau menjawab pertanyaan dosen. Pada Siklus II dan Siklus III aktivitas belajar mahasiswa sudah mengalami peningkatan, akan tetapi masih ada kelompok yang kurang bekerjasama dalam memecahkan masalah. Aktivitas Mengajar Dosen Dari hasil observasi terhadap aktivitas dosen selama proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual menggunakan model pembelajaran PBI terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II maupun dari siklus II ke siklus III. Pada siklus I skor rata-rata observasi aktivitas dosen yaitu 30 dengan kriteria baik yang meningkat pada siklus II dengan rata-rata skor menjadi 32 dengan kriteria baik. Pada siklus III rata-rata skornya menjadi 34 dengan kriteria baik. Peningkatan rata-rata skor hasil observasi terhadap aktivitas dosen pada siklus II maupun siklus III dalam penerapan model pembelajaran ini karena dosen mau memperbaiki kinerjanya yang mengacu pada refleksi yang telah dilakukan, berdasarkan refleksi tersebut maka aktivitas dosen menjadi meningkat dalam mengajar sebab dosen berusaha memberikan penjelasan mengenai fase-fase pada model pembelajaran secara maksimal. Dosen berusaha untuk membimbing mahasiswa berkolaborasi diantara mahasiswa dan membantu mahasiswa untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan pendekatan CTL menggunakan model pembelajaran PBI pada konsep hakekat pendidikan MIPA, pendekatan dan metode pendidikan Matematika dan literasi sains serta teknologi dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar kognitif mahasiswa semester III program studi biologi FKIP UNIB.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Tabel 1. Rata-Rata Skor Aktivitas Dosen dan Mahasiswa Serta Ketuntasan Belajar Secara Klasikal pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Siklus 1 2 3
Rata – Rata Skor Observasi Dosen Kriteria Mahasiswa 30 Baik 31 32 Baik 34 34 Baik 36
Hasil belajar mahasiswa, ditunjukkan dengan persentase ketuntasan belajar klasikal dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Adapun aktiviats belajar mahasiswa, aktivitas dosen dan hasil ketuntasan belajar mahasiswa tersebut dapat dilihat pada table 1. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan proses pembelajaran yaitu peningkatan aktivitas dosen dalam mengajar dan aktivitas mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran, serta terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar klasikal mahasiswa dari siklus I ke siklus II dan siklus III. PEMBAHASAN Pembelajaran mata kuliah DDP MIPA menggunakan pendekatan kontekstual melalui model PBI merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap sintaks model PBI, namun dalam pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip yang ada dalam pendekatan kontekstual, dengan langkah pengembangan sebagai berikut: Mengorientasikan mahasiswa dalam masalah Pada siklus 1,2,dan 3, dosen telah menjelaskan tujuan pembelajaran dengan logis. Tujuan pembelajaran menjadi harapan mahasiswa setelah pembelajaran selesai sehingga ketika pembelajaran berlangsung mahasiswa dapat mengembangkan pemikirannya untuk memecahkan masalah yang terjadi sehingga
Kriteria Baik Baik Baik
Persentase Ketuntasan 80,95% 90,47% 95,23%.
Kriteria Belum tuntas Tuntas Tuntas
memiliki dampak positif terhadap hasil belajarnya. Hal ini diperkuat oleh Ali ( 2007), bahwa tujuan pembelajaran merupakan harapan baru mahasiswa /siswa sebagai hasil belajar. Dosen juga memotivasi mahasiswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka berpikir logis sehingga terdorong untuk aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh Dimyati (1999) dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar. Dengan mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa dapat mengetahui masalah seperti apa yang akan mereka pecahkan. Mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar Pengorganisasian mahasiswa berupa pembentukan kelompok mahasiswa mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk bersosialisasi dengan temantemannya, sehingga mahasiswa dapat mengembangkan pemikirannya melalui gagasan-gagasan yang didiskusikan untuk memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muslich (2007), bahwa interaksi yang terjadi pada mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan sosial mahasiswa serta berkomunikasi, menyanggah pendapat dan menyampaikan pendapat secara santun. Selain itu pengelompokkan dilakukan untuk mempermudah dosen dalam membimbing mahasiswa memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Arend (2008),
Semirata 2013 FMIPA Unila |361
Sri Irawati: Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Problem Based Intruction (PBI) Untuk Meningkatkan Mutu Perkuliahan Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNIB bahwa PBI mengharuskan dosen untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi diantara siswa dan membantu mahasiswa untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Pada siklus 1, pengelompokkan mahasiswa diserahkan ke mahasiswa , dan kelompok yang dibentuk tidak berdasarkan tingkat akademik, sehingga ada kelompok yang aggotanya aktif semua dan ada kelompok yang anggotanya kurang aktif. Sehingga pada siklus ke 2 dan ke 3 berjalan lancar. Membimbing pengalaman individual atau kelompok Pembimbingan pengalaman individual atau kelompok yang dilakukan dosen, dapat mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi sesuai dengan konsep yang di bahas mahasiswa secara berkelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Pada siklus 1 dosen kurang maksimal membimbing mahasiswa karena ada tiga kelompok kurang termotivasi untuk memecahkan masalah sebab mereka tidak mampu mengembangkan sosialisasinya sehingga dosen memberikan bimbingan kembali. Pada siklus 2 dan 3 dilakukan perbaikan strategi pembelajaran, sebelum memecahkan masalah mahasiswa diberikan motivasi tentang gambaran bagaimana karakteristik orang yang melek sains dan melek teknologi, dan nilai-nilai yang diperoleh siswa setelah belajar sains. Selain itu dengan adanya diskusi pada mahasiswa dapat memahami belajar kelompok yang baik. Pembimbingan yang diberikan oleh dosen bukan berarti untuk membantu mahasiswa dalam penguasaan materi saja melainkan untuk mengembangkan kepribadian siswa untuk termotivasi mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata (2010), bahwa layanan bimbingan mengembangkan segi-segi sosial dan kepribadian yang mendukung penguasaan materi.
362| Semirata 2013 FMIPA Unila
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Aktivitas dosen dalam langkah ini, membantu mahasiswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya untuk dipresentasikan didepan kelas. Pada siklus I, semua kelompok merencanakan dan menyiapkan laporan dengan baik, tetapi pada saat mempresentasikan hasil karyanya hanya 4 kelompok saja dari 7 kelompok yang ada, hal ini disebabkan karena kurangnya waktu yang tersedia sehingga kelompok yang lain tidak kebahagian. Tetapi pada siklus 2, dan siklus 3, setelah strategi pembelajaran diatur dengan baik oleh dosen maka semua kelompok yang ada dapat mempresantasikan hasil karyanya, dan pembelajaran dapat terlaksana secara lebih kondusif. Pembelajaran dengan model PBI mendorong mahasiswa untuk bersikap ilmiah dan mengkomunikasikan hasil karyanya dengan baik, hal ini sesuai dengan Permen Diknas No.22 tahun 2006, yang menyatakan bahwa pembelajaran sains sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir bekerja bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pada langkah ini, diberikan pertanyaan atau tanggapan untuk menambah pemahaman mahasiswa mengenai karya yang mereka paparkan, kemudian ditarik kesimpulan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selanjutnya dilakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan post-test diakhir pembelajaran, sehingga mahasiswa dapat memperoleh hasil yang dapat memotivasi mereka untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran karena evaluasi berarti mengukur kemampuan mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Daryanto (1999), bahwa evaluasi merupakan istilah untuk mengukur dan menilai berdasarkan
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
data yang telah terkumpul dilakukan refleksi sebagai penyempurnaan kegiatan pembelajaran. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dengan menerapkan pendekatan kontekstual menggunakan model pembelajaran PBI semester III program studi Biologi FKIP UNIB dengan konsep hakekat pendidikan MIPA, pendekatan dan metode pendidikan Matematika dan literasi sains dan teknologi, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Pada dasarnya mahasiswa sudah memiliki konsep awal. Konsep awal ini ada yang sudah ilmiah dan ada yang tidak ilmiah, dari pre-test yang sudah dilakukan diperoleh dengan ketuntasan belajar klasikal 26,31%. Setelah pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual melalui model PBI terjadi perubahan konseptual mahasiswa. Hal ini ditandai dengan ketuntasan belajar siklus I 71,42% meningkat siklus II 85,71% serta meningkat menjadi 90,47% pada siklus III Selama pembelajaran yang dilakukan menerapkan pendekatan kontekstual melalui model PBI, muncul beberapa efek iringan, yaitu berkembangnya keterampilan sains mahasiswa antara lain keterampilan mengidentifikasi dan berkomunikasi. Sedangkan sikap ilmiah yang dapat dikembangkaan dari kegiatan penelitian ini adalah bekerjasama, disiplin, kreativitas. Aktivitas mahasiswa selama menerapkan pendekatan kontestual melalui model PBI menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran , hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas mahasiswa pada siklus 1 dengan rata-rata 31 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II dan III dengan rata –rata skor 34 dan 36 masing-masing pada kriteria baik. Penelitian ini menemukan bahwa pendekatan kontekstual melalui model PBI
cukup efektif untuk menjelaskan tentang materi konsep hakekat pendidikan MIPA, pendekatan dan metode pendidikan Matematika, serta konsep literasi sains dan teknologi. Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual melalui model PBI memberikan respon positif dari mahasiswa. Mahasiswa merasa senang dan termotivasi dengan mengajar dosen, sedangkan dosen merasakan bahwa mengajar menggunakan model ini dapat meningkatkan kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Ali, M. (2007). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Arends, R. (2008) Learning to Teach (belajar untuk Mengajar) Edisi ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dimyati, (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Daryanto, H. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta Depdiknas. (2006). Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) SMP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Ibrahim dan Nur. 2004. Berdasarkan Masalah. University Press
Pengajaran Surabaya:
Muslich, M. 2007. Dasar-dasar Pemahaman dan Pengembangan KTSP.Jakarta: Bumi Aksara Rusman, (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press Sudjana, (1989). Penelitian dan Penilaian. Bandung: Pigit Sinar Baru Sukmawinata S, Nana. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Semirata 2013 FMIPA Unila |363
Sri Irawati: Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Problem Based Intruction (PBI) Untuk Meningkatkan Mutu Perkuliahan Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNIB Trianto, (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama
Wartono, (2004), Materi Pelatihan Terintegrasi Sains Buku 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Widodo, W. (2002). Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (CTL). UNESA
364| Semirata 2013 FMIPA Unila