Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Dinamika dan Komposisi Chlorophyceae pada Kolam Pemeliharaan Ikan Gurame berumur satu tahun dalam Kolam Permanen di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang Effendi Parlindungan Sagala Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya Kampus Unsri Indralaya email:
[email protected], Abstrak. Subyek penelitian ini menganalisis komunitas ganggang hijau, Chlorophyceae yang terdapat pada kolam pemeliharaan ikan gurame berumur satu tahun dalam kolam permanen di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat 1, Palembang. Dari hasil identifikasi dapat diketahui komposisi chlorophyceae sebanyak 12 spesies yaitu: Ankistrodesmus falcatus, Ankistrodesmus spiralis, Oedogonium barisianum, Oedogonium multisporum, Oedogonium tyrolicum, Quadrigula chodatii, Quadrigula recustris, Scenedesmus obliquus, Spirogyra minuticrassoidea, Stigeoclonium lubricum, Tetraedron muticum dan Tetraedron trigonium. Dari ke 12 spesies itu ada dua yang sangat mendominasi kehidupan chlorophyceae di kolam ikan gurame (Osphronemus gouramy), yaitu Ankistrodesmus falcatus dan Ankistrodesmus spiralis. Kelimpahan Ankistrodesmus spiralis dari pukul 6.00 hingga pukul 18.00 berkisar 8500 – 17.000 individu/liter air sedangkan Ankistrodesmus spiralis berkisar 0 – 3000 individu/liter. Kedua spesies Ankistrodesmus tersebut menunjukkan suatu dinamika populasi yang dipengaruhi fluktuasi cahaya matahari. Sementara spesies lainnya dengan waktu yang sama berkisar memiliki kelimpahan 0 – 20 individu/liter. Dengan melimpah dan mendominasinya A. spiralis dan A. spiralis sebagai fitoplankton bersel tunggal non filamen berukuran 20 – 80 µm atau < 100 µm, menunjukkan bahwa kedua spesies fitoplankton ini tidak dimakan gurame walaupun termasuk ikan herbivora. Berdasarkan kenyataan ini, chorophyceae yang menjadi pakan ikan gurame adalah fitoplankton yang berfilamen karena ukurannya sel-selnya > 100 µm. Kondisi lingkungan badan air kolam gurame pada penelitian ini adalah cukup mendukung kehidupan akuatik dengan kualitas antara lain: oksigen terlarut (DO) 5,62 – 7,80 ppm, kandungan CO2 bebas 30 – 70 ppm, penetrasi cahaya 60 cm, temperatur air 28 – 30,5 oC, kandungan fosfat 2,05 ppm dan kandungan Nitrat 3,17 ppm. Kata Kunci: chlorophyceae, kelimpahan, dinamika, fitoplankton
PENDAHULUAN Chlorophyceae merupakan anggota kelas dalam Divisi Chlorophyta, merupakan anggota kelompok tumbuhan ganggang yang berwarna hijau karena kandungan khlorofil dalam sel-selnya. Bold dan Wynne (1978) menyebutkan bahwa algae hijau sebagai divisio Chlorophycophyta, merupakan salah satu kelompok utama algae karena kelimpahan spesies dan generanya serta frekuensinya ada dimanamana. Selanjutnya disebutkan oleh Bold dan Wynne (1978) bahwa algae hijau
tersebut dapat tumbuh pada rentang salinitas yang demikian luas, bervariasi dari perairan air tawar yang oligotrofik hingga di laut dan pada habitat yang jenuh dengan bahan pelarut; sejumlah jenis tertentu dapat tumbuh dalam perairan payau. Beberapa ordo dari algae hijau secara eksklusip hidup di laut (Odum, 1971; Bold dan Wynne, 1978). Sejumlah jenis tertentu dapat tumbuh dekat udara pada permukaan tanah atau subaerial (Bold dan Wynne (1978). Pada umumnya kelas chlorophyceae menempati pada hampir semua perairan di seluruh dunia. Adaptasi chlorophyceae Semirata 2013 FMIPA Unila |235
Effendi Parlindungan Sagala: Dinamika dan Komposisi Chlorophyceae pada Kolam Pemeliharaan Ikan Gurame berumur satu tahun dalam Kolam Permanen di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang sangat berhasil dalam menempati semua habitat perairan air tawar dari berbagai ketinggian tempat dimana dijumpai air tawar. Kemampuan beradaptasi chlorophyceae pada habitat perairan air tawar jauh lebih berhasil dibanding pada kehidupan di perairan laut atau air asin. Hal ini terbukti jumlah spesies dari chlorophyceae yang jauh lebih banyak pada perairan air tawar dibanding pada perairan laut (Edmondson, 1959). Sebagian besar spesies dari chlorophyceae hidup sebagai fitoplankton (phytoplankton) dan sebagian lagi sebagai perifiton (periphyton). Perananan chlorophyceae dalam ekosistem air, termasuk pada air tawar juga dalam kolam adalah sebagai produsen bahan organik, penghasil oksigen, teutama sebagai mata rantai makanan baik dalam rantai makanan maupun dalam jaring makanan dalam ekosistem akuatik. Sebagai fitoplankton kelas chlorophyceae hidup dalam badan air yang mendapat radiasi cahaya matahari dan akan mengalami migrasi vertikal secara pasif menurut waktu pagi hari menuju sore dan malam hari. Pada waktu siang hari, konsentrasi fitoplankton akan lebih tinggi pada areal sedikit dibawah permukaan air karena pada tempat itu terjadi turbulensi yang menyebabkan nutrien yang diperlukannya ternyata adalah lebih banyak (Krebs, 1978). Pada waktu pagi hari fitoplankton tersebut akan naik ke permukaan air seiring naiknya sinar matahari dan melakukan aktifitas fotosintesis dalam membentuk bahan organik berupa glokosa. Sebaliknya zooplankton akan melakukan hal sebaliknya, dimana pada kondisi siang hari dengan hadirnya sinar matahari akan menjauhi permukaan air dan menuju konsentrasi bahan organik berupa fitoplankton sebagai nutrisinya. Selain itu, chlorophyceae juga berperan penting sebagai bioindikator dalam menentukan kualitas badan air baik pada air
mengalir atau lotik (sungai dan anak-anak sungai) maupun air tidak mengalir atau lentik (danau, tebat dan kolam). Peran chlorophyceae sebagai bioindikator antara lain oleh kepekaannya terhadap perubahan lingkungan fisik dan khemis dalam badan air. Perubahan lingkungan fisik (temperatur, kedalaman atau muka air, penetrasi cahaya, sedimentasi dan lainnya) dan khemis (oksigen terlarut atau dissolved oxygen atau DO, pH, kandungan nutrisi seperti fosfat (PO4), nitrat (NO3), sulfat (SO4), potasium (K), sodium (Na), khlor (Cl), besi (Fe) dan mineral-mineral lainnya akan mempengaruhi struktur dan komposisi komunitas plankton dalam badan air. Pengaruh terhadap struktur dan komposisi komunitas plankton akan melibatkan komposisi dan kelimpahan chlorophyceae karena peran chlorophyceae sangat penting terhadap keberadaan plankton lainnya. Suatu rentang yang luas organisasi organisasi tubuh dalam chlorophyceae adalah meliputi bentuk sel tunggal (uniselluler), koloni (soenobik dan soenobik), filamentous, membraneous, dan tipe tubular (Bold dan Wynne (1978). Tipe atau bentuk dari chlorophyceae tentunya dapat dilihat dari berbagai peluang habitat atau subhabitat yang tersedia untuk ia dapat berkembang biak dan melanjutkan kehidupan atau survivalnya. Keberadaan chlorophyceae berdasarkan tipe atau bentuk habitusnya tersebut adalah sangat penting bagi ketersediaan sebagai pakan alami terhadap ikan-ikan herbivora seperti ikan gurame (Osphronemus goramy). Menurut Round (1981) bahwa kharakteristik fisiko-kimia lingkungan terhadap kehidupan algae meliputi: sirkulasi air, sifat-sifat air (garam-garam terlarut, komponen-komponen organik, komponen-komponen mineral, gas-gas terlarut: meliputi oksigen, nitrogen, karbon dioksida), radiasi matahari dan temperatur. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa lingkungan fisiko-kimia sangat berkaitan terhadap terjadinya atau keberadaan,
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
pertumbuhan dan kerusakan algae serta ekologinya sering dapat diinterpretasikan bilamana faktor-faktor lingkungan abiotiknya dipelajari secara bersama-sama.
yang dapat dijumpai dalam kolam ikan gurame berumur satu tahun perlu diketahui mealui penelitian yang dilakukan ini. CARA KERJA
Ikan gurame, sebagai ikan herbivora yang hidup dalam kolam pemeliharaan mendapatkan makanan terbatas dari daya dukung alam yang ada dalam kolam tersebut, namun dengan pemeliharaan intensif dapat menghasilkan produksi yang optimal. Bagi ikan-ikan gurame yang masih kecil, yaitu berumur kurang dari 2 bulan, pakan alaminya adalah plankton baik fitoplankton maupun zooplankton, sehingga kolam sebelumnya harus diperkaya. Maksudnya kolam diperkaya adalah, kolam yang telah diberi cukup nutrisi dibiarkan 1 bulan ditumbuhi fitoplankton, terutama chlorophyceae, lalu zooplankton dari crustacea, rotifera dan flagellata akan dengan melimpah populasinya. Setelah itu yaitu umur 2 – 3 bulan, karena keterbatasan pakan alami, maka kedalam kolam diberi makanan tambahan berupa daun kangkung dan sedikit pellet halus yang apung. Setelah 3 bulan kedalam kolam secara rutin diberi daun-daun sebagai pakan utamanya seperti kangkung, daun keladi atau sento dan daun ubi rambat maupun ubi kayu. Seiring dengan waktu pertumbuhannya, ikan gurame dalam kolam pemeliharaan seperti dalam kolam permanen akan memanfaatkan pakan alami yang tumbuh dalam kolam berupa algae atau ganggang yang berukuran besar baik dalam bentuk koloni maupun bentuk filamen. Semakin besar biomassa ikan gurame, maka cenderung memakan makanan yang lebih besar sesuai semakin lebar bukaan mulutnya. Dengan demikian, semakin besar ikan gurame dalam suatu habitat seperti dalam kolam, maka pertumbuhan plankton yang bersel tunggal akan lebih baik karena tidak terganggu oleh kehadiran ikan gurame tersebut. Jadi ikan gureme tidak menjadi predator terhadap fitoplankton dari chlorophyceae yang bersel tunggal. Jenis-jenis chlorophyceae apa saja
Lokasi penelitian bertempat di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat 1, Kota Palembang. Kolam yang digunakan adalah kolam permanen ikan gurame yang berukuran 2 m x 1,5 m dengan tinggi muka air 90 cm. Pengambilan contoh plankton telah dilaksanakan pada tanggal 16 Januari, 2013. Teknik sampling plankton dilakukan dengan cara menyaring air contoh sebanyak 50 liter ke dalam net plankton nomor 25 yang ditampung dalam botol flakon bervolume 25 ml. Selanjutnya contoh atau sampel plankton diawetkan dengan larutan formalin 4%. Analisis plankton dilakukan di laboratorium Ekologi Jurusan Biologi F. MIPA UNSRI dengan menggunakan buku petunjuk APHA (1980); Mizuno (1979); Edmondson (1959); Needham and Needham (1963) dan Penak (1978). Kelimpahan plankton dihitung secara lintasan berdasarkan metode Sedwick Rafter Counting Cell (APHA, 1980) yaitu: C x 1000 mm3 No./ml = LxDxWxS Dimana, C : Jumlah organisme yang dihitung; L : Panjang setiap lintasan (50 mm); D : Kedalaman Sedwick-Rafter (1mm); W : Lebar lintasan (1 mm); S : Jumlah lintasan yang dihitung (4 lintas). Untuk mengukur indeks keanekaragaman digunakan indeks: Shannon – Wiener: H = -Σ Pi ln Pi, dimana, Pi = ni/N; ni = nilai penting setiap spesies; N = total nilai penting
Semirata 2013 FMIPA Unila |237
Effendi Parlindungan Sagala: Dinamika dan Komposisi Chlorophyceae pada Kolam Pemeliharaan Ikan Gurame berumur satu tahun dalam Kolam Permanen di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang Dominansi spesies pada penelitian ini sesuai Odum (1971), menggunakan indeks dominasi Simpson dengan persamaan:
terjadi tekanan ekologis dari suatu spesies terhadap spesies lainnya. Untuk data pendukung dilakukan pula pengukuran kualitas air yang terdiri dari pH, oksigen terlarut (DO), kedalaman, kecerahan, temperatur, kandungan fosfat (PO4) dan kandungan NO3.
Dimana :
D Ni
= indeks dominansi = jumlah individu
N
= jumlah total
S
= jumlah genera
jenis ke-i individu
Indeks dominansi berkisar antara 0-1 D ≤ 0,5 berarti tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. D ≥ 0,5, berarti terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan labil, karena
HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan hasil pengamatan mikroskopis dan identifikasi yang telah dilakukan, ternyata komposisi plankton dalam kolam ikan gurame berumur satu tahun hanya dapat dijumpai 11 spesies chlorophyceae. Ke 12 spesies tersebut terbagi kedalam 7 genera yaitu: Ankistrodesmus, Oedogonium, Quadrigula, Scenedesmus, Spirogyra, Stigeoclonium dan Tetraedron. Kedua belas spesies dalam 7 genera dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Keanekaragaman dan Kelimpahan Chlorophyceae di Kolam Permanen Ikan gurame (Osphronemus goramy), Kelurahan Bukit Lama, Kota Palembang Nama Spesies
P01
P02
Lokasi Contoh*) P03 P04
Chlorophyceae: Ankistrodesmus falcatus 8500 12000 14000 17000 Ankistrodesmus spiralis 400 3000 Oedogonium barisianum 1 Oedogonium multisporum Oedogonium tyrolicum Quadrigula chodatii Quadrigula recustris 1 Scenedesmus obliquus Spirogyra minuticrassoidea Stigeoclonium lubricum 1 Tetraedron muticum Tetraedron trigonium Kelimpahan / liter: 8500 12002 14401 20000 Keanekaan Spesies: 1 3 3 2 Indeks Keanekaragaman = (H): 0,00 0,23 0,13 0,423 Indeks dominansi: D 1,00 0,99 0,97 0,87 Data Primer: Sampel Kolam Gurame, 16 Januari 2013. Keterangan: P01: Pagi Pk. 6.00 WIB; P02: Pagi Pk. 9.00 WIB; PO3: Siang Pk. 12.00 WIB. P04: Sore Pk. 15.00 WIB; P05: Sore Pk. 18.00 WIB; PO6: Pk. 21.00 WIB
P05
P06
11200 2800 10 1 4 20 5 14040 7 0,359 0,68
8550 2200 1 1 1 1 1 10755 7 0,511 0,67
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Dari hasil analisis yang dilakukan (Tabel 1) menunjukkan bahwa kelimpahan plankton dari chlorophyceae ini cukup bervariasi atau berubah-ubah berdasarkan waktu dari pagi hingga sore dan malam hari. Kelimpahan plankton (chlorophyceae) pada penelitian ini paling rendah terdapat pada pagi hari pukul 6.00 yakni sebesar 8500 individu/liter hingga paling tinggi terdapat pada waktu sore hari pukul 15.00 WIB. Pada waktu malam hari pukul 21.00, kelimpahan plankton turun lagi menjadi sekitar 10.755 individu/liter. Perubahan kelimpahan plankton, khususnya chlorophyceae ini berdasarkan waktu pagi siang hingga malam hari sesungguhnya menggambarkan suatu dinamika populasipopulasi plankton, khususnya fitoplankton yang dipengaruhi oleh radiasi matahari oleh aktivitas fotosintesis yang dilakukannya. Dinamika plankton sebagaimana yang dijelaskan tersebut adalah suatu proses hidrodinamika yang terjadi dalam kolam ikan gurame yang dipengaruhi oleh faktor fisiko-kimia seperti perubahan gas-gas terlarut (DO dan CO2), temperatur air, radiasi sinar matahari dan kandungan hara atau nutrisi seperti fosfat (PO4), nitrat (NO3), sulfat (SO4), potasium (K), sodium (Na), khlor (Cl), besi (Fe) dan mineralmineral lainnya. Suatu struktur komunitas plankton dapat dipandang merupakan suatu fungsi proses-proses hidrodinamika dalam lingkungan-lingkungan akuatik (Harris 1980a, 1980b; Legendre dan Demers 1984). Riset tentang hidrodinamika tentang percampuran lapisan air telah jauh berkembang melebihi sistem klasifikasi mula-mula yang didasarkan pada perubahan iklim dan daur percampuran tahunan yang terjadi dan hal ini lebih diestimasikan karena bersifat skala temporer dan ruang tertentu (Pomeroy dan Alberts, 1988). Dalam hal ini kondisi lingkungan sekitar seperti keadaan vegetasi dan faktor abiotik daratan berbatasan lingkungan akuatik dan iklim yang ada atau sedang terjadi sangat
mempengaruhi dinamika atau fluktuasi harian plankton dalam ekosistem akuatik. Gambar 1, menunjukkan bahwa kelimpahan chlorophyceae yang paling tinggi yaitu mencapai 20.000 individu/liter terdapat pada sekitar pukul 3 sore (15.00 WIB) yang kemudian turun lagi pada pukul 6 sore (18.00 WIB) menjadi 14.040 individu/liter hampir sama seperti seperti kelimpahan pada pukul 12.00 tengah hari sebesar 14.401 individu/liter. Kelimpahan paling rendah dijumpai pada waktu pagi (06.00 WIB) sebesar 8.500 individu/liter. Seiring dengan naiknya aktivitas fotosintesisi dari pagi hari hingga pukul 09.00, ternyata kelimpahan chlorophyceae juga meningkat mencapai sekitar 12.002 individu/liter. Hal yang cukup menarik sesuai dengan fenomena alam, kelimpahan chlorophyceae juga menurun terus pada malam hari seperti terlihat pada pukul 9 malam (21.00 WIB) menjadi sekitar 10.755 individu/liter.
Gambar 1. Fluktuasi populasi Chlorophyceae dalam kelimpahan individu/liter menurut waktu pengambilan contoh. P01 = 06.00; PO2 = 09.00; PO3 = 12.00; PO4 = 15.00; PO5 = 18.00 dan PO6 = 21.00
Semirata 2013 FMIPA Unila |239
Effendi Parlindungan Sagala: Dinamika dan Komposisi Chlorophyceae pada Kolam Pemeliharaan Ikan Gurame berumur satu tahun dalam Kolam Permanen di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang baik bersama dengan keberadaan ikan tersebut. Berdasarkan hal itu, kemungkinan fitoplankton yang menjadi pakan alami ikan gurame adalah fitoplankton bersifat filamen, yakni yang ukuran sel-selnya > 100 µm.
Gambar 2. Fluktuasi kelimpahan populasi Ankistrodesmus falcatus dalam individu/liter menurut waktu pengambilan contoh. P01 = 06.00; PO2 = 09.00; PO3 = 12.00; PO4 = 15.00; PO5 = 18.00 dan PO6 = 21.00.
Berdasarkan hasil analisis sebagaimana disajikan pada Tabel 1, ternyata ada dua spesies yang dominan yaitu Ankistrodesmus falcatus dengan kelimpahan berkisar 8.500 – 17.000 individu/liter air kolam dan Ankistrodesmus spiralis berkisar 0 – 3000 berdasarkan waktu sampling yang dilakukan setiap 3 jam dari pukul 06.00 hingga pukul 21.00 WIB. Diantara 12 spesies chlorophyceae yang dijumpai, ternyata yang paling dominan adalah Ankistrodesmus falcatus yang mendominasi pada setiap waktu pengambilan contoh plankton. Gambar 2 diatas menjelaskan fluktuasi harian populasi Ankistrodesmus falcatus. Hal ini memberikan isyarat bahwa spesies plankton dari chlorophyceae ini terhindar dari proses predasi yang lakukan oleh ikan gurame atau spesies Ankistrodesmus falcatus tidak dimakan oleh ikan gurame yang berumur satu tahun. Dengan demikian, ikan gurame berumur satu tahun ternyata tidak memakan fitoplankton yang berukuran < 100 µm, sehingga spesies ini dapat tumbuh dengan
Hasil pengukuran terhadap kualitas fisika dan kimia air kolam gurame dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau analisis di laboratorium maupun secara insitu, menunjukkan kualitas air rata-rata tergolong normal atau berada rentang optimal baik untuk kehidupan ikan maupun plankton. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan ikan dan plankton yang terdapat dalam badan air kolam. Sebagai kolam permanen, maka kedalaman air kolam telah ditentukan yaitu 90 cm. Penetrasi cahaya sedikit bervariasi antara waktu pagi hari, tengah hari, sore dan malam hari yang berkisar 69-73 cm, adalah cukup efektif dalam pelaksanaan fotosintesis tumbuhan akuatik terutama fitoplankton. Derajad keasaman (pH) air selama pengkuran berkisar 6,2 hingga 7,0 adalah tergolong mendekati netral, berarti cocok untuk pelaksanaan metabolisme organisme akuatik seperti pada kolam yang diteliti. Kandungan DO berkisar 5,62-7,80 mg/liter (ppm) adalah tergolong optimal untuk kehidupan organisme akuatik di daerah tropis, hal ini sesuai dengan kondisi pertumbuhan ikan gurame dan plankton yang tergolong baik. Temperatur air selama pagi pukul 06.00 WIB hingga malam hari pukul 21.00 WIB berkisar 28.00-30,5 oC yang rinciannya dapat dilihat pada Tabel 2. Kandungan CO2 bebas terlarut selama waktu pengukuran cukup bervariasi yaitu berkisar 30-70 ppm, dalam hal ini berkaitan dengan laju intensitas respirasi dan fotosintesis dalam badan air. Kandungan nitrat dalam air pada penelitian ini sekitar 3,17 mg/l dan kandungan fosfat 2,05 mg/l adalah sedang bagi kebutuhan nutrisi tumbuhan akuatik (Ladha dan Watanabe, 1987).
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Tabel 2. Parameter Kualitas Air Kolam Pemeliharaan Ikan Gurame berumur satu tahun di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat 1 Kota Palembang
No.
Parameter yang Satuan Dianalisis
01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08.
Kedalaman air Penetrasi cahaya Temperatur *) pH CO2 DO Nitrat (NO3) *) Fosfat (PO4)
cm cm o C Unit mg/l mg/l mg/l mg/l
Hasil Analisis P01 90 69 28,0 6,2 70 5,62 3,17 2,05
P02
P03
P04
P05
P06
72 28,0 6,5 62 6,40
72 29,0 6,8 40 7,10
73 30,5 7,0 30 7,80
70 28,0 6,7 44 7,30
68 28,0 6,4 68 6,10
Data Primer, Januari 2013. Keterangan: P01 = 06.00; PO2 = 09.00; PO3 = 12.00; PO4 = 15.00; PO5 = 18.00 dan PO6 = 21.00.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Dapat ditemukan 12 spesies plankton dalam kolam ikan gurame berumur 1 tahun yang didominasi oleh Akistrodesmus falcatus 8.500 individu/liter-17.000 individu/liter dan Ankistrodesmus spiralis 0-3000 individu perliter dalam rentang waktu pukul 06.00 hingga pukul 21.00 WIB. Dinamika chlorophyceae diperlihatkan oleh Akistrodesmus falcatus dan Ankistrodesmus spiralis dengan flutuasi maksimum hariannya terdapat pada waktu pukul 15.00 WIB dengan kelimpahan populasi maksimumnya masing-masing 17.000 dan 3000 individu/liter air kolam. Ikan gurame berumur satu tahun ternyata tidak memakan fitoplankton yang berukuran < 100 µm seperti Akistrodesmus falcatus dan Ankistrodesmus spiralis, sehingga spesies ini dapat tumbuh dengan baik bersama dengan keberadaan ikan tersebut. Dengan demikian terbukti bahwa ikan gurame sebagai ikan herbivora, terbukti
tidak memakan fitoplankton yang berukuran < 100 µm. Terbukti berdasarkan hasil identifikasi terhadap contoh tidak terdapat fitoplankton bentuk filamen (> 100 µm). Perlu dilakukan penelitian serupa pada berbagai lokasi kolam diberbagai tempat untum mengetahui spesies plankton apa saja yang dapat hidup baik bersama dengan kehidupan ikan gurame pada berbagai tingkatan umur. DAFTAR PUSTAKA APHA. 1980. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater, 15 th Edition. APHA Inc., New York. 1134 p. Barnes R.S.K. and K.H. Mann. Fundamentals of Aquatic Ecosystems. Blackwell Scientific Publications. Oxford London Edinburgh Boston Melbourne. 229 p. Bold, H. C. and M. J. Wynne. 1978. Introduction to the Algae. Strukture and Reproduction. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey 07632. 706 p.
Semirata 2013 FMIPA Unila |241
Effendi Parlindungan Sagala: Dinamika dan Komposisi Chlorophyceae pada Kolam Pemeliharaan Ikan Gurame berumur satu tahun dalam Kolam Permanen di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang Dresscher, TGN and H. van der Mark (1976). A Simplified method for the assessment of quality of fresh & Slightly Brakish Water. Hydrobiologia, Vol. 48, 3 pp. 199-201. Edmondson, W.T. 1959. Fresh-Water Biology. University of Washington, Seattle. Printed in the University States of America. 1248 p. Effendi H.M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. 163 hal. Harris, G.P. Temporal and spatial scales in phytoplankton ecology. Mechanisms, methods, models and management. Can. J. Fish. Aqua. Sci. 37:877-900; 1980a. Harris, G.P. The Measurement of photosynthesis in natural populations of phytoplankton. In: Morris, I., ed. The Physiological ecology of phtoplankton. Berkeley: University of California Press, 1980b: 129-187. Kerkut, G.A. 1963. The Invertebrata – A Manual For The Use Of Students. Fourth Edition Revised. Cambridge At The University Press. 419 p. Ladha, J.K. dan I. Watanabe. 1987. ―Biochemical Basis of Azolla-Anabaena azollae symbiosis‖. Di dalam Proceedings of the Workshop on Azolla Use. Fzhou, Fujian, China, 31 Maret-5 April, 1985. Manila IRRI. Hal. 48-49. Legendre, L.; Demers, S. Towards dynamic biological oceanography and limnology. Can. J. Fish. Aquat. Sci. 41:2-19; 1984. Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. W.B. Sounders Company. Philadelphia, London, Toronto. Toppan Company, Ltd. Tokyo, Japan. 574 p.
Marschner. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press. Harcourt Brace Javanovic, Publishers, London. Mizuno, T. 1979. Illustrations of The Freshwater Plankton of Japan. Hoikusha Publishing Co., Ltd. 353 p. Needham, J.G. and D. R. Needham. 1963. A guide to study of freshwater biology, 15th Edition. Holden Day Inc., Inc. San Fransisco. 108 p. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 442 hal. Round, F. E. 1981. The Ecology of Algae. Cambridge University Press. Cambridge, London, New York, New Rochelle, Melbourne, Sydney. 653 p. Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan. UNDIP Semarang. 103 hal. Sagala. E. P. 2005. Ekologi Sungai. Terjemahan. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya. Sagala. E. P. 2012. ―Komparasi Indeks Keanekaragaman dan Indeks Saprobik Panktn untuk Menilai Kualitas Perairan Danau Toba Propinsi Sumatera Utara‖. Proseding Seminar Limnologi VI 2012. LIPI, Pusat Penelitian Limnologi. IPB International Convention Center. Bogor, 16 Juli 2012. Hal. 220 – 233. Welch, P.S. 1962. Limnologcal Methods. Mc. Graw-Hill Book Company Ltd., New York. 381 p.