Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 STABAT Ratna Tanjung dan Habiba Ramadhani Dosen Jurusan Fisika Unimed Medan Abstrak. Model kooperatif tipe STAD, yaitu suatu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar dalam bentuk kelompok. Model pembelajaran ini diintegrasikan dengan pendidikan karakter, dan hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan integrasi karakter terhadap pembentukan karakter dan hasil belajar fisika siswa kelas X Semester II pada materi pokok Listrik Dinamis di SMA Negeri 1 Stabat T.A 2011/2012. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Semester II SMA Negeri 1 Stabat yang berjumlah delapan kelas. Sampel penelitian ini diambil dua kelas yaitu kelas XB (sebagai kelas eksperimen) dan kelas XA (sebagai kelas kontrol) yang masing-masing berjumlah 28 orang pengambilan sampel ditentukan dengan cara Cluster Random Sampling. Instrumen penelitian ini ada 2 yaitu tes dan lembar observasi. Tes berjumlah 15 item bentuk pilihan ganda dengan 5 option, yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji hipotesis menggunakan uji t satu pihak. Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen adalah 33,43 dan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 42.22. Setelah pembelajaran selesai diberikan postes dengan nilai rata-rata kelas eksperimen 69,34 dan kelas kontrol 61,96. Hasil observasi diperoleh bahwa pembentukan karakter siswa pada kelas eksperimen meningkat dari pertemuan pertama ke pertemuan keempat, sedangkan kelas kontrol ada yang meningkat dan ada pula yang menurun. Secara keseluruhan diperoleh bahwa pembentukan karakter siswa pada kelas eksperimen jauh lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol dengan persentase peningkatan karakter sebesar 10%. Hasil uji t diperoleh thitung = 2,008 sedangkan ttabel = 1,673. Karena thitung > ttabel (2,008 >1,673) maka Ho ditolak, dan Ha diterima, dengan demikian ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe STAD integrasi karakter terhadap pembentukan karakter dan hasil belajar fisika siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di SMA Negeri 1 Medan T.A 2011/2012. Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar
PENDAHULUAN Pada dasarnya pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan tidak dapat diperoleh begitu saja dalam waktu singkat, namun memerlukan proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai dengan proses yang dilalui. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya
pembentukan karakter dan
manusia melalui berbagai program pemerintah, antara lain penerapan kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimulai tahun 2006 dan program pengembangan karakter yang dikenal dengan pendidikan karakter yang mulai diterapkan pemerintah tahun 2011. Pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan dan Perguruan Tinggi. Semirata 2013 FMIPA Unila |329
Ratna Tanjung dkk: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 STABAT Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, siswa akan dikenalkan konsep, asas, teori, prinsip dan hukum-hukum fisika. Siswa juga akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam laboratorium atau di luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk menguasai konsep-konsep fisika. Banyak permasalahan-permasalahan yang sering ditemukan dalam pembelajaran fisika, secara umum siswa menganggap fisika itu merupakan pelajaran yang sulit. Fisika sebagai suatu disiplin ilmu mengharuskan peserta didik untuk memahami kata demi kata, tabel, angka, grafik, persamaan, diagram dan mengaitkannya. Fisika membutuhkan kemampuan menggunakan aljabar dan geometri untuk memahami konsep fisika. Hal inilah yang membuat belajar fisika itu sangat sulit bagi banyak siswa ( Redish dalam Ornek, dkk, 2008). Hal ini dapat dilihat dari hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Stabat diperoleh fakta bahwa 75% siswa mengatakan bahwa fisika itu sulit dan kurang menarik, hanya 16% mengatakan fisika itu mudah dan menyenangkan dan 9% mengatakan fisika itu membosankan, 85 % siswa merasa senang jika diberi soal yang mudah dikerjakan, 59% siswa merasa tidak senang ketika disuruh mengerjakan soal di depan kelas. Hal ini berdampak pada rendahnya minat siswa untuk belajar fisika yang mengakibatkan rendahnya hasil belajarsiswa. Masalah ini merupakan salah satu masalah klasik yang kerap dijumpai oleh para guru fisika di sekolah, bahkan dari studi pendahuluan diperoleh fakta bahwa 59 % siswa memperoleh nilai ulangan fisika yang belum mencapai KKM ( <65 ). Hasil belajar bukanlah sekadar angka yang tertera pada daftar nilai namun juga tingkah laku yang dibentuk dari proses
330| Semirata 2013 FMIPA Unila
belajar itu. Tingkah laku menunjukkan karakter seseorang, karena itu selain rendahnya hasil belajar tidak hanya dapat dilihat dari angka saja tetapi dapat dilihat dari karakter siswa. Pada era globalisasi saat ini yang ditandai dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan manusia, ada berdampak negatif maupun positif. Dampak positip akibat berkembangnya teknologi adalah memudahkan berbagai aktivitas manusia antara lain: mudahnya untuk berkomunikasi antara satu orang dengan lainnya walaupun jarak berjauhan; sedangkan dampak negatipnya antara lain: a) Lahirnya generasi instan (langsung bisa menikmati tanpa proses perjuangan dan kerja keras); b) terjadi dekadensi moral, hedonisme dan konsumerisme, bahkan pragmatisme. Akhirnya karakter anak bangsa berubah menjadi rapuh, terjerumus dalam tren budaya yang melenakan, dan tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan. Permasalahan karakter ini seringkali juga ditemukan dalam proses pelaksanaan pembelajaran, misalnya berdoa tidak sungguh-sungguh, tidak menghormati guru dalam kelas, kurangnya kerja sama antar siswa dan sering kali siswa tidak dapat mempertanggungjawabkan tugas yang telah mereka kerjakan bahkan ketika sedang berdiskusi tidak bertutur kata yang santun. Di sinilah, pentingnya internalisasi pendidikan karakter di sekolah secara intensif. Salah satu yang berperan dalam pembentukan karakter siswa di sekolah adalah guru. Guru merupakan sosok yang menjadi idola bagi anak didik. Menurut Mulyasa (dalam Asmani, 2011 :71), guru mempunyai sifat multifungsi. Ia tidak hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaru, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet dan kulminator.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Jadi guru itu memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter siswa di sekolah, selain karena guru lebih banyak berinteraksi dengan siswa dibandingkan dengan kepala sekolah dan pengurus sekolah lainnya, guru juga memiliki tugas untuk mendidik siswa bukan saja kemampuan kognitifnya saja akan tetapi juga membentuk tingkah laku siswa sebab hasil belajar itu bukan saja dalam bentuk nilai yang tertulis di daftar nilai akan tetapi juga perubahan tingkah lakunya. Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Stabat ditemukan beberapa permasalahan yang mempengaruhi pembentukan karakter siswa diantaranya guru yang kurang memperhatikan siswa misalnya dengan memberikan penghargaan pada hasil belajar siswa dan memberikan motivasi. Dari hasil angket pada studi pendahuluan, ditemukan beberapa karakter siswa yang kurang terbentuk diantaranya adalah kurang percaya diri, dimana siswa masih ada yang tidak pernah menjawab pertanyaan di depan kelas setiap masuk (30%), karakter kurang bertanggung jawab yang masih tinggi (52%), mandiri (7%), kurangnya karakter kerja keras siswa (7%), dan masih ada siswa yang tidak jujur (37%), kurang disiplin (37%) dan beberapa karakter yang lainnya. Untuk mengatasi permasalahanpermasalahan di atas perlu diusahakan suatu model pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD, yaitu suatu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar dalam bentuk kelompok. Karena selain permasalahan hasil belajar saja maka model ini juga akan diintegrasikan dengan pendidikan karakter. Sehingga selain hasil belajar maka pembentukan karakter akan lebih dioptimalkan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diintegrasikan dengan pendidikan karakter.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1) Hasil belajar fisika siswa rendah; 2) Rendahnya minat siswa belajar fisika; 3) Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi; 4) Pembentukan karakter siswa yang kurang optimal; 5) Pentingnya peran guru dalam pembentukan karakter siswa di sekolah Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Subjek penelitian adalah siswa kelas X Semester II SMA Negeri 1 Stabat T.P 2011/2012; 2) Materi yang diajarkan pada materi pokok Listrik dinamis dibatasi hanya pada sub materi pokok alat ukur listrik, dan rangkaian listrik arus searah; 3) Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD; 4) Karakter yang akan diintegrasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah karakter jujur, bertanggung jawab, disiplin, kerja keras, percaya diri, mandiri, ingin tahu dan cinta ilmu. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter di kelas pada materi pokok Listrik Dinamis X semester II?; 2) Apakah ada pengaruh signifikan pada hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II? ; 3) Bagaimana karakter siswa selama mengikuti proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II?; 4) Apakah ada pengaruh signifikan pada karakter siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Semirata 2013 FMIPA Unila |331
Ratna Tanjung dkk: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 STABAT kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter pada materi pokok Listrik Dinamis di Kelas X semester II? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui hasil belajar siswa kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Stabat pada materi pokok Listrik Dinamis sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter; 2) Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter terhadap hasil belajar Fisika siswa pada materi pokok Listrik Dinamis dalam sub materi alat ukur listrik dan rangkaian listrik arus searah; 3) Mengetahui karakter siswa selama mengikuti proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter pada materi pokok Listrik Dinamis dalam sub materi alat ukur listrik dan rangkaian listrik arus searah; 4) Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter terhadap pembentukan karakter siswa.
activity originates or changed through training procedurs (wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training”. Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak.
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus juga diingat, meskipun tujuan pembelajaran itu dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu hasil pembelajaran yang diperoleh secara optimal. Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain dan terutama bagaimana aktivitas siswa sebagai subjek belajar (Sardiman, 2006: 49). Adapun hasil pembelajaran yang betulbetul baik menurut Sardiman, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan siswa. b. Hasil itu merupakan pengetahuan ―asli‖ atau ―otentik‖. c. Didasarkan pada pengakuan bahwa belajar secara esensial merupakan proses yang bermakna, bukan berlangsung secara mekanis belaka, tidak sekedar rutinisme.
Konsep Belajar Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan dikutip Sanjaya (2006: 112) ―Learning is the process by wich an
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
Manfaat Penelitian. Adapun manfaat dalam penelitian antara lain: 1) Sebagai bahan masukan untuk peneliti sebagai calon guru fisika untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter 2) Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian pada permasalahan yang sama.
332| Semirata 2013 FMIPA Unila
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
pembelajaran tutorial dan untuk persentase kelas, tim, kuis, skor kemajuan menentukan perangkat-perangkat individual, rekognisi tim (Slavin, 2010 : pembelajaran termasuk di dalamnya buku- 143). buku, film, komputer, kurikulum, dan lainTrianto (2010: 68) mengatakan bahwa lain.. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD setiap model pembelajaran mengarahkan mebutuhkan persiapan yang matang kita ke dalam mendesain pembelajaran sebelum kegiatan pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. antara lain : 1) membuat perangkat (Joyce, 2009:22). pembelajaran (RPP, Buku Siswa, LKS); 2) Pembelajaran kooperatif bernaung dalam Membentuk kelompok kooperatif secara teori kontruktivis. Pembelajaran ini muncul heterogen ditinjau dari rasa atau suku. dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan menemukan dan memahami konsep yang latar belakang yang relatif sama, maka sulit jika mereka saling berdiskusi dengan pembentukan kelompok dapat didasarkan temannya. Model pembelajaran kooperatif pada prestasi akademik, yaitu : a) Siswa ada beberapa variasi yakni STAD (Student dalam kelas terlebih dahulu di rangking Teams Achievement Division), Jigsaw (Tim sesuai kepandaian dalam mata pelajaran Ahli), Group Investigation, TPS (Think Pair sains. Tujuannya adalah untuk mengurutkan Share), NHT (Number Head Together), siswa sesuai kemapuan sains fisikanya dan TGT (Teams Games Tournament). digunakan untuk mengelompokkan siswa Pembelajaran kooperatif tipe STAD ke dalam kelompok; 2) Menentukan tiga (Student Teams Achievement Division) kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas merupakan salah satu tipe dari model (25%), kelompok menengah (50%), dan pembelajaran koperatif dengan kelompok bawah (25%), dari seluruh siswa; menggunakan kelompok-kelompok kecil 3) Menentukan Skor Awal; 4) Pengaturan dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 tempat duduk dan 5) Kerja Kelompok orang siswa secara heterogen. Diawali Langkah-langkah pembelajaran dengan penyampaian tujuan pembelajaran, kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada penyampaian materi, kegiatan kelompok, langkah-langkah kooperatif terdiri atas 6 kuis dan penghargaan kelompok. STAD fase yakni terdiri atas lima komponen utamaTabel 1. Fase-fase pada pembelajaran kooperatif tipe STAD Fase Kegiatan Guru Menyampaikan semua tujuan pelajaran Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi yang ingin dicapai pada pelajaran siswa tersebut dan memotivasi siswa belajar Fase 2 Menyajikan/menyampaikan informasi
Fase 3 Mengorganisasikan siswa kelompok-kelompok belajar
Fase 4
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
Menjelaskan kepada siswa bagaimana dalam caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Membimbing
kelompok-kelompok
Semirata 2013 FMIPA Unila |333
Ratna Tanjung dkk: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 STABAT Fase Kegiatan Guru Membimbing kelompok bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan belajar tugas mereka Fase 5 Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Menghargai baik upaya maupun hasil Fase 6 Memberikan penghargaan belajar individu dan kelompok. (Sumber: Ibrahim dalam Trianto, 2009 : 71). STAD terdiri atas sebuah siklus instruksi lembar berita kelas, atau papan buletin kegiatan regular, sebagai berikut (Slavin, yang merekognisi tim dengan skor 2010 :151); 1) Mengajar: menyampaikan tertinggi. pelajaran; 2) Belajar Tim : para siswa Penghargaan atas tim kelompok dapat bekerja dengan lembar kegiatan dalam tim dilakukan oleh guru dengan melakukan mereka untuk menguasai materi; 3) Tes: tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) para siswa mengerjakan kuis-kuis Menghitung skor individu melalui individual; 4) Rekognisi tim: skor dihitung skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor kemajuan yang dibuat tiap seperti table 2 di bawah Slavin (dalam anggota tim, dan sertifikat individual, Trianto, 2009:71) Tabel 2. Skor Perkembangan Individu Nilai Tes Skor Perkembangan Lebih dari poin di bawah skor awal 10 poin dibawah sampai 1 poin di bawah skor Skor sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal)
0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin
1. Menghitung skor kelompok Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada tabel 3.
Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/penghargaan Tabel 3. kategori peringkat skor kelompok
2. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya
334| Semirata 2013 FMIPA Unila
Rata-rata tim
Predikat
0≤x≤5 5 ≤ x ≤ 15 15 ≤ x ≤ 25 25 ≤ x ≤ 30
Tim baik Tim hebat Tim super
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pedidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Menurut T.Ramli (dalam Aqib dan Sujak, 2011 : 3), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolute) yang bersumber dari agama, juga disebut the golden rule. Nilai-nilai karakter 1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan adalah Religius, pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilainilai ketuhanan dan/atau ajaran agama. 2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri: a) Jujur; b) Bertanggung jawab; c) Bergaya hidup sehat; d) Disiplin; e) Kerja keras; f) Percaya diri; g) Berjiwa wirausaha; h) Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif; i) Mandiri; j) Ingin tahu; k) Cinta Ilmu 3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama a) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain; b) Patuh pada aturan-aturan social; c) Menghargai karya dan
prestasi orang lain; d) Santun; e) Demokratis 4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan Peduli sosial dan lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan ada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Nilai Kebangsaan adalah Cara berpikir, bertindak dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Ada dua nilai kebangsaan yakni : nasionalis dan menghargai keberagaman Tahapan Pengembangan Karakter Pengembangan atau pembentukan karakter, diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholder untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anakanak yang baik dengan tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik dan akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya. Karakter dikembangkan melalui: 1) Tahap pengetahuan (knowing); 2) Pelaksanaan (acting); 3) Kebiasaan (habit). Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu : 1) Pengetahuan tentang moral (moral
Semirata 2013 FMIPA Unila |335
Ratna Tanjung dkk: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 STABAT knowing); 2) Perasaan/penguatan emosi (moral feeling); 3) Perbuatan bermoral (moral action), merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen lainnya. Pendidikan Karakter secara Terpadu melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitas diperoleh kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, menginternalisasi nilai-nilai, dan menjadikannya berperilaku yang baik. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan pendidikan karakter yakni menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dimana dalam pembelajaran ini sangat dimungkinkan siswa itu lebih aktif. Semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut untuk bekerja sama, bertanggung jawab, disiplin, kerja keras dan lainnya melalui fase-fase dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter Guru merupakan sosok idola bagi anak didik. Keberadaannya sebagai jantung pendidikan tidak dapat dipungkiri. Menurut Mulyasa (dalam Asmani, 2011 :71) ―Fungsi guru itu bersifat multifungsi. Ia tidak hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaru, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin,
336| Semirata 2013 FMIPA Unila
pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet dan kulminator.‖ Peran utama guru dalam pendidikan karakter yakni sebagai berikut: 1) Keteladanan; 2) Inspirator; 3) Motivator; 4) Dinamisator; 5) Evaluator Hipotesis Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan pada hasil belajar dan karakter siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X Semester II SMA Negeri 1 Medan 2011/2012. Ha : Ada pengaruh yang signifikan pada hasil belajar dan karakter siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X Semester II SMA Negeri 1 Medan 2011/2012. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Stabat. Penelitian ini berlangsung selama tiga minggu pada bulan Mei 2012. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester II SMA Negeri 1 Stabat yang berjumlah 8 kelas sebanyak 256 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling dimana setiap kelas memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas yakni kelas X-A dan kelas X-B dengan jumlah siswa 28 orang tiap kelas.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ditinjau dari peranannya, terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi pendidikan karakter. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah karakter dan hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis dalam sub materi alat ukur listrik dan rangkaian listrik arus searah. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian quasi eksperimen, yaitu merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui akibat dari ―sesuatu‖ yang dikenakan pada ―subyek‖ yaitu siswa. Desain penelitiannya berupa The pretest-postest Control Group Design sebagai berikut : (Arikunto, 2003: 276). Tabel 4. Desain Penelitian Sampel Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretes T1, K1
Perlakuan X
Postes T3, K2
T2, K1
O
T4, K2
Keterangan : T1, T2,
= pretes; T3, T4 = postes; X = Pembelajaran Model kooperatif tipe STAD integrasi karakter; O = Model Konvensional; K1= karakter awal; K2 = karakter akhir
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan lembar observasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar berjumlah 15 item bentuk pilihan berganda dengan 5 option dari 30 soal yang divalidkan
Lembar Observasi Observasi dimaksudkan untuk mengamati karakter siswa selama pelaksanaan pembelajaran. Penilaian karakter siswa dilakukan dengan cara memberi tanda cek ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan fakta yang diamati Teknik Pengumpulan Data Melaksanakan tes awal untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam materi Listrik Dinamis. Setelah materi Listrik Dinamis diajarkan kepada siswa maka akan dilaksanakan posttes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Selama pembelajaran berlangsung, siswa diobservasi bagaimana karakter siswa yang terbentuk tiap pertemuan oleh observer yang berjumlah 2 orang yakni salah seorang guru dan teman sejawat peneliti. Karakterkarakter yang di observasi adalah disipllin, jujur, percaya diri, kerja keras, bertanggung jawab, cinta ilmu, rasa ingin tahu, dan mandiri. Teknik Analisis Data Uji Hipotesis Uji kesamaan rata-rata postest (uji t satu pihak) Uji t satu pihak digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan yaitu model pembelajaran kooeratif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa. Hipotesis yang diuji berbentuk :Ho ; X 1 =
X 2 , Ha ; X 1 > X 2 Keterangan
:
Tabel 5. Kisi-kisi Tes materi pokok Listrik Dinamis No Materi Pokok/Sub Materi Pokok 1 2
Alat Ukur Listrik Arus Listrik dan Beda Potensial
C1 1 4
Kemampuan Jumlah Soal C2 C3 C4 C5 C6 2 3 3 7,8 3
Semirata 2013 FMIPA Unila |337
Ratna Tanjung dkk: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 STABAT No Materi Pokok/Sub Materi Pokok 3 4 5
Hukum Ohm dan hambatan Hukum I dan II Kirchoff Rangkaian Hambatan Jumlah
X1 = X 2 :
Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, berarti tidak ada pengaruh model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa
X 1 > X 2 : Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, berarti ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa Untuk mengetahui hipotesis digunakan uji satu pihak (Sudjana, 2005:239). Kriteria pengujiannya adalah : Terima H0, jika t t1 dimana t1 didapat dari daftar distribusi t dengan peluang (1- ) dan dk = n1+ n2-2 dan 0,05 . Untuk harga t lainnya H0 ditolak. Jika analisis data menunjukkan bahwa t t1 , maka hipotesis H0 diterima, berarti hasil belajar fisika siswa pada kelas sama dengan hasil belajar siswa pada kelas kontrol. Dan jika harga t yang lain, maka H0 ditolak dan terima Ha, berarti hasil
Kemampuan Jumlah Soal C1 C2 C3 C4 C5 C6 6 5 2 13 12 14,15 4 11 10 9 3 3 2 4 3 1 2 15 belajar fisika siswa pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikatakan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Teknik Analisis Data Untuk Karakter Siswa. Analisis data yang digunakan untuk pembentukan karakter siswa penelitian ini adalah analisis deskriptif. Presentase setiap kategori dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut n % Kategori x100 % N Ket : n = Jumlah skor setiap kategori N = Jumlah skor seluruh kategori HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Nilai Pretes dan Postes Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen yang melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan berbeda. Masing-masing kelas terdiri dari 28 siswa. Hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kontrol tertera dalam tabel 6 dan tabel 7 berikut : Tabel 6. Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No 1
X 20
2 3 4 5 6 7
27 33 40 47 53 60 Σ
Kelas Eksperimen F Rata-rata 4 7 7 5 4 1 28
338| Semirata 2013 FMIPA Unila
33,43
No 1
X 20
2 3 4 5 6 7
27 33 40 47 53 60 Σ
Kelas Kontrol f Rata-rata 1 3 7 3 4 7 3 28
42,22
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Tabel 7. Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7
Kelas Eksperimen X F Rata-rata 40 2 53 2 60 4 67 3 69,34 73 9 80 6 87 2 Σ 28
No 1 2 3 4 5 6 7
X 33 40 53 60 67 73 87 Σ
Kelas Kontrol f Rata-rata 1 4 5 3 9 2 4 28
61,96
Tabel 8. Ringkasan Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi, Dan Varians Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Hasil Nilai Pretes Nilai Postes Nilai Pretes Nilai Postes Rata-Rata 33,43 69,34 42,22 61,96 Standar Deviasi 9,62 12,25 12,05 15,11 Varians 92,55 149,95 145,26 228,18 Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kedua Kelas Data Pretes Data Postes Kelompok Kesimpulan Lhitung Ltabel Lhitung Ltabel Eksperimen 0.1517 0,1674 0.1207 0,1674 Berdistribusi normal Kontrol 0.1625 0,1674 0.1633 0,1674 Berdistribusi normal Dari data hasil penelitian pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh data nilai rata-rata, standar deviasi dan varians seperti pada tabel 8. Uji Normalitas Hasil uji normalitas data pretes dan postes kedua kelas dinyatakan dalam tabel 9. Dari tabel 9 di atas, kelas eksperimen diperoleh nilai pretes dengan harga Lhitung = 0,1517 dan untuk nilai postes diperoleh harga Lhitung = 0,1207. Pada taraf signifikan = 0,05 dan n = 28 diperoleh harga Ltabel = 0,1674 maka Ltabel > Lhitung. Sedangkan
pada kelas kontrol diperoleh nilai pretes dengan harga Lhitung = 0,1625 dan untuk nilai postes diperoleh harga Lhitung = 0,1633. Pada taraf signifikan = 0,05 dan n = 28 diperoleh harga Ltabel = 0,1674 maka Ltabel > Lhitung Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data dari kedua sampel berdistribusi normal. Uji Homogenitas Hasil uji homogenitas data pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilakukan dengan uji kesamaan dua varians dinyatakan dalam tabel 10 berikut :
Semirata 2013 FMIPA Unila |339
Ratna Tanjung dkk: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 STABAT Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Data Pretes Eksperimen Pretes Kontrol Postes Eksperimen Postes Kontrol
Varians 92.55 145.26 149.95 228.18
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
1.570
1.905
Homogen
1.522
1.905
Homogen
Tabel 11. Hasil Perhitungan Uji t - satu pihak No Sampel Rata-rata t hitung t tabel Kesimpulan 1 Kelas eksperimen 69,34 2,008 1,673 Ada pengaruh 2 Kelas kontrol 61,96 Berdasarkan tabel 10. diperoleh F hitung < Kooperatif Tipe STAD Integrasi Karakter F tabel, maka data hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada sub materi dengan model pembelajaran Kooperatif pokok Listrik Dinamis di Kelas X Semester Tipe STAD Integrasi Karakter terhadap II SMA Negeri 1 Stabat T.P 2011/2012 pembelajaran Konvensional dinyatakan dengan besar persentase peningkatan hasil memiliki varians yang sama atau homogen. belajar 10,64% . Pengujian Hipotesis Hasil perhitungan uji hipotesis tertera pada tabel 11. Berdasarkan tabel 11 di atas, hasil perhitungan uji perbedaan nilai rata– rata postes kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh t hitung = 2,008 > t tabel = 1,673, maka H0 ditolak dan terima Ha, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
Deskripsi Hasil Observasi Pengamatan untuk karakter belajar siswa dalam kelompok dilakukan oleh dua orang pengamat, pengamatan dilakukan dari mulai pembelajaran sampai akhir pembelajaran pada setiap kelompok. Penilaian yang dilakukan oleh observer berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu sebagai berikut:
Tabel. 12. Kumpulan Hasil Penilaian Karakter Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan Karakter yang dibentuk I II III IV SKOR % SKOR % Skor % SKOR % Disiplin 31 37% 39 46% 57 68% 60 71% Jujur 34 40% 34 40% 37 44% 38 45% Kerja keras 38 45% 56 67% 58 69% 59 70% Bertanggung jawab 46 55% 54 64% 54 64% 54 64% Mandiri 35 42% 35 42% 41 49% 46 55% Cinta Ilmu 34 40% 36 43% 39 46% 53 63% Rasa ingin Tahu 35 42% 36 43% 39 46% 57 68% Percaya Diri 49 58% 56 67% 57 68% 58 69%
340| Semirata 2013 FMIPA Unila
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Tabel. 13. Kumpulan Hasil Penilaian Karakter Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Cinta Ilmu
I SKOR Disiplin 43 Jujur 36 Kerja keras 34 Bertanggung jawab 36 Mandiri 39 Cinta Ilmu 39 Rasa ingin Tahu 39 Percaya Diri 49
% 51% 43% 40% 43% 46% 46% 46% 58%
II SKOR 43 38 37 37 41 40 38 48
Dari tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan pembentukan karakter percaya diri yang lebih baik dibandingkan model konvensional. Berdasarkan data hasil penelitian dan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi karakter dapat meningkatkan pembentukan karakter siswa. Walaupun peningkatan yang ada tidaklah memberikan pengaruh yang besar namun jika dibandingkan dengan karakter yang terbentuk pada kelas kontrol, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh pada pembentukan karakter siswa dengan persentase peningkatan karakter sebesar 10 % dengan besar pembentukan karakter 55% kategori kurang baik. Pembahasan Hasil Penelitian Diperoleh hasil pretes untuk kelas eksperimen dengan nilai rata-ratanya 33,43 dan kelas kontrol nilai rata-ratanya 42,22. Setelah pretes kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD integrasi karakter dan kelas kontrol digunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran di kelas kontrol dilakukan dengan menjelaskan materi, memberikan contoh
% 51% 45% 44% 44% 49% 48% 45% 57%
III IV SKOR % SKOR % 45 54% 48 57% 37 44% 38 45% 39 46% 39 46% 39 46% 41 49% 41 49% 42 50% 40 48% 39 46% 40 48% 39 46% 49 58% 53 63%
dan memberikan soal untuk dikerjakan. Namun pembelajaran di kelas kontrol kurang efektif karena pembelajaran hanya terjadi satu arah dan berpusat pada peneliti. Hal ini membuat suasana pembelajaran yang pasif, dimana siswa cenderung tidak aktif dan hanya sebagian siswa saja yang fokus mengikuti pembelajaran sedangkan yang lainnya tidak. Dalam pelaksanaan model konvensional kesulitan yang dihadapi adalah kondisi kelas yang tidak kondusif. Adapun di kelas eksperimen pembelajaran dilakukan dengan terlebih dahulu menjelaskan materi dan kemudian membentuk kelompok diskusi. Setelah itu guru menyuruh siswa secara berkelompok melakukan percobaan dan mendiskusikan pertanyaan yang disajikan di LKS. Postes dilakukan untuk melihat kemampuan siswa setelah pembelajaran. Postes di kelas eksperimen dan kontrol masing-masing dilakukan selama satu jam pelajaran. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Integrasi Karakter. Hal ini dinyatakan dengan perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Integrasi Karakter memperoleh nilai rata-rata 69,34 dan kelas kontrol yang diajarkan dengan model Semirata 2013 FMIPA Unila |341
Ratna Tanjung dkk: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 STABAT pembelajaran konvensional memperoleh nilai rata-rata 61,96 dengan peningkatan nilai hasil belajar siswa sebesar 10,64%. Rendahnya rata-rata kelas kontrol disebabkan kendala-kendala yang terjadi di kelas kontrol dengan pembelajaran salah satunya suasana kelas yang tidak kondusif. Selain itu kendala lainnya juga datang dari diri peneliti yang tidak siap terhadap kondisi kelas, sehingga tidak mampu mengkondisikan kelas menjadi kondusif. Kondisi kelas yang tidak kondusif ini disebabkan kurangnya kesiapan peneliti dalam mengatur keadaan kelas. Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD integrasi karakter lebih menekankan pada keaktifan siswa untuk memahami konsep yang sulit, mereka saling berdiskusi dengan temannya. Pada penelitian ini siswa juga diberi kesempatan untuk melakukan percobaan dengan bimbingan dari peneliti, siswa menjadi lebih aktif dan juga dapat membentuk karakter siswa. Karena dengan melakukan percobaan dan diskusi selain membantu siswa untuk memahami konsep yang sulit juga menuntut siswa kerja keras, disiplin, jujur dan bertanggung jawab, percaya diri, rasa ingin tahu, cinta ilmu dan menuntut siswa untuk mandiri dalam melakukan percobaan tersebut. Namun masih banyak kelemahan dalam penelitian ini yakni kurangnya waktu yang tersedia untuk melaksanakan seluruh langkah pembelajaran, sehingga tidak semua kelompok mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi. dan suasana kelas yang tidak kondusif menyebabkan ada siswa yang kurang memperhatikan ketika materi pelajaran disampaikan,. Selain itu siswa yang tidak terbiasa melakukan eksperimen menyebabkan banyaknya waktu yang terbuang ketika peneliti menjelaskan langkah kerja dan membimbing siswa. Selain pembelajaran menggunakan model pembelajaran koperatif tipe STAD beberapa perlakuan yang diberikan peneliti pada kelas eksperimen dalam pembentukan
342| Semirata 2013 FMIPA Unila
karakter ini adalah dengan memberikan motivasi, memberikan penghargaan atas hasil diskusi siswa, ternyata mampu menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan percobaan dan diskusi. Selain itu peneliti juga memberitahukan kepada siswa tentang penilaian yang dilakukan, tidak hanya menilai dari tes saja tapi juga dari sikap dan tingkah laku siswa serta mengupayakan lebih dekat pada siswa. Perlakuan ini hanya diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mengalami perlakuan ini. Berdasarkan hasil observasi pembentukan karakter siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibanding dengan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi pembentukan karakter siswa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan tiap pertemuannya dibandingkan karakter siswa kelas kontrol. Walaupun pembentukan karakter siswa mengalami peningkatan tiap pertemuannya namun ada beberapa karakter yang tidak terbentuk secara maksimal yakni diantaranya jujur, cinta ilmu, rasa ingin tahu dan bertanggung jawab. Hal ini disebabkan waktu yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat kurang karena dalam pembentukan karakter sangat diperlukan waktu yang lama dan banyaknya karakter yang ingin dibentuk sekaligus. Selain itu kesiapan dari peneliti juga mempengaruhi hasil penelitian ini. Yang menjadi kendala peneliti antara lain : 1) ketidakkondusifan suasana kelas, 2) terlalu banyaknya karakter yang ingin diteliti menyebabkan peneliti tidak fokus, 3) kurangnya kesiapan dari diri peneliti, 4) siswa yang tidak terbiasa melakukan percobaan menyebabkan banyaknya waktu yang terbuang menjelaskan langkah kerja dan membimbing siswa. Untuk mengatasi kendala tersebut dapat dilakukan antara lain, pertama, memberikan bed nomor urut tiap siswa sesuai dengan no urut di absen untuk memudahkan pengamatan observer dan mengurangi karakter yang ingin diteliti agar peneliti
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
lebih fokus dalam melaksanakan pembelajaran. Kedua, menyesuaikan materi diskusi dengan alokasi waktu yang tersedia dengan cara mengurangi ataupun pertanyaan yang berhubungan dengan aspek materi yang sama. Ketiga, mengurangi banyak karakter yang ingin diteliti. Keempat, mempersiapkan diri peneliti baik dari segi materi dan kesiapan menghadapi kondisi kelas yang kemungkinan terjadi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Terdapat pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Integrasi Karakter terhadap hasil belajar siswa pada sub materi pokok Listri Dinamis di Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Stabat T.P 2011/2012. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Koopertaif Tipe STAD Integrasi Karakter adalah 69,34. Sedangkan ratarata hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 61,96. 2. Pembentukan karakter siswa selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Integrasi Karakter pada sub materi pokok Listrik Dinamis di Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Stabat T.P 2011/2012 meningkat lebih baik dibandingkan dengan pembentukan karakter siswa pada kelas kontrol yaitu sebesar 10%. Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Integrasi Karakter dapat meningkatkan pembentukan karakter siswa. Untuk itu, diharapkan agar guru fisika SMA
Negeri maupun SMA Swasta, khususnya SMA Negeri 1 Stabat dapat menggunakan model pembelajaran Koopertaif Tipe STAD Integrasi Karakter sebagai alternatif model pembelajaran terutama ketika hendak membentuk karakter siswa. 2. Bagi peneliti lanjut yang ingin melakukan penelitian yang sama sebaiknya menyesuaikan alokasi waktu yang ada dengan bahan diskusi kelompok, menyiapkan diri peneliti sebaik-baiknya, memberikan bed nomor urut siswa, dan fokus pada satu atau dua karakter saja yang ingin dibentuk untuk memfokuskan diri pada proses pembentukan siswa dan juga memudahkan pengamatan observer. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah waktu penelitian yang cukup lama agar karakter siswa benar-benar dapat terbentuk secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z., dan Sujak., (2011), Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter, Yrama Widya, Bandung. Arikunto, S., (2003), Manajenen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, S., (2008), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Asmani, Jamal. M., (2011). Buku Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Diva Press, Jogjakarta. Djamarah, S. B., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta. Dimyati., dan Mudjiono., (2009), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan., (2010), Pedoman Penulisan Skripsi dan
Semirata 2013 FMIPA Unila |343
Ratna Tanjung dkk: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN INTEGRASI KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 1 STABAT Proposal Penelitian FMIPA, Unimed .
Kependidikan,
Nurachmandani, S., (2009), Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Pers, Jakarta. Slavin, Robert E., (2010), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung. Sudjana., (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.
Ornek, F., Robinson. W.R., dan Haugan. M. P., (2008). What Makes Physics Difficult?,____________________
Sugiyono, (2009)., Statistika Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Sanjaya, W., (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta.
Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KTSP, Kencana, Jakarta.
Sardiman, A.M., (2010), Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Rajawali
344| Semirata 2013 FMIPA Unila
untuk