Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Penggunaan Model Inquiry Berbasis Ict Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Kuliah Sejarah Fisika Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Mipa Fkip Univeristas Bengkulu Dr. Hj. NIRWANA, M.Pd Fakultas Keguruandan Ilmu PendidikanUniversitas Bengkulu Abstrak. Judul penelitian tindakan kelas di atas dilaksanakan dalam tiga siklus yang bertujuan untuk membangun knowledge-based society habits, meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar fisika mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester V program studi pendidikan fisika yang dibantu oleh empat mahasiswa tingkat atas. Data yang diperoleh melalui tes hasil belajar dan lembar observasi yang dianalisis dengan statistik deskriptif. Penelitian ini dilakukan empat tahap: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar mahasiswa pada siklus I dengan skor 16 dalam kategori kurang, siklus II dengan skor 20 dalam kategori cukup, dan pada siklus III dengan skor 26 kategori baik. Hasil belajar mahasiswa dalam aspek pemahaman konsep pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar sebesar 62,5% (belum tuntas); pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar sebesar 77,5% (tuntas), dan pada siklus III diperoleh ketuntasan belajar sebesar 87,5% (tuntas). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan model inquiry berbasis ICT dapat meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa prodi fisika pada mata kuliah Sejarah Fisika.
Latar Belakang Pembelajaran yang merupakanproses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, pada hakikatnya proses manajemen yang mencakup planning, organizing, actuating, dan controlling (Terry, 2009) untuk mendesain upaya mencapai tujuan yang diharapkan dan telah ditetapkan.Hal ini tersurat dalam Undang-Undang Pendidikan Tinggi yang mengamanahkan tujuan pendidikan tinggi menghasilkan lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing. Amanah ini menantang tugas utama dosen mentransformasikan dan mengembangkan IPTEK melalui pendidikan sebagai upaya berkembangnya potensi mahasiswa yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil,
kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. Berkaitan dengan isi amanah UndangUndang Pendidikan Tinggi di atas, maka menjadi urgen bagi dosen untuk memilih metode pendekatan mengajar dan belajar dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komputer dan teknologi informasi komunikasi yang dirasionalkan dengan teori-teori belajar. Oleh karena itu, penelitian penggunaanmodel inquiri berbasis information and communication technology (ICT) untuk meningkatkan hasil belajar pada mata kuliah Sejarah Fsika dengan subjek penelitian mahasiswa Program Studi Fisika-Jurusan PMIPA Universitas Bengkulu, didasari oleh pertimbangan dan alasan berikut: (1) Paradigma Computer Assisted Instruction (CAI) dan ICT membuktikan pengaruh kemajuan teknologi yang berdampak terhadap
Semirata 2013 FMIPA Unila |381
NIRWANA: Penggunaan Model Inquiry Berbasis Ict Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Kuliah Sejarah Fisika Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Mipa Fkip Univeristas Bengkulu perubahan cara mengajar dan belajar (Wang, Fong, dan Kwan, 2011:203). (2) Realitas pengalaman mengajar dalam mata kuliah Sejarah Fisika sejak berdirinya Program Studi Fisika tahun 1995 menunjukkan isyarat kesungguhan mahasiswa belajar makin menurun, karena harus berimajinasi memahami konsep dan makna bahan belajar yang diberikan yang berdampak pada prestasi belajar mahasiswa belum optimal, sehingga metode pengajaran harus dilengkapi dengan model pengajaran inquiri dengan memanfaatkan CAIsebagai media informasi dan komunikasi dalam pembelajaran Sejarah Fisika.Penelitian ini diperkuat hasil wawancara dengan mahasiswa yang menyarankan model pembelajaran perlu dikembangkan agar lebih mudah memahami konsep-konsep fisika, sehingga tujuan pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa. (3) Penggunaan model pendekatan inquiri berbasis ICT dianggap tepat dengan merujuk hasil penelitian disertasi Schlenker tentang The Effects of an Inquiry Development Programon ElementarySchoolChildren'sScienceLe arningspada intinya mengajukan konklusi bahwa pengajaran inquiri menghasilkan pemahaman signifikan lebih besar, baik mengenai science and scientists maupun menggunakan keterampilan inquiri dan berpikir kritis(Education Research Information Center, www.eric.ed.gov).Jika model inquiri diterapkan pada pendidikan dasar menunjukkan hasil signifikan, maka akan berhasil pulajika diterapkan pada pendidikan tinggi. Berdasarkan pertimbangan dan alasan yang diartikulasikan di atas, artikel ini berfokus bahasan masalah: Apakah penggunaan model Inquiryberbasis ICT dapat meningkatkan aktivitas dan hasill
382| Semirata 2013 FMIPA Unila
belajar pada mata kuliah Sejarah Fisika Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika JPMIPA FKIP Univeristas Bengkulu? Kajian Pustaka Pembelajaran dalam pendidikan formal merupakan proses interaksi komunikasi dua arah antara subjek yang mengajar (teaching) dengan subjek yang belajar (learning) dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Penjelasan arti istilah ―belajar‖ pada umumnya menunjuk pada ―(1) outcomes of the learning, mental processes;(2)interaction processes between individuals and their material and social environment, which, directly or indirectly;(3)synonymously with the term teaching” (Illeris, 2007:3).Ormrod (2012:4) menjelaskan belajarbukan hanya memperoleh keterampilan dan pengetahuan, tetapijuganilai-nilai, sikap, dan reaksiemosional. Ormrod membagi tiga aspek definisi belajar, yakni ―(1) learning is a long-term change; (2) learning involves mental representations or associations;(3) learning is a change as a result of experience.‖ Pendapat Illeris dan Ormrod tercermin melalui definisiHamalik (1990) bahwa belajar suatu proses perubahan perilaku yang meliputi pengetahuan, kecakapan, pengalaman, sikap, keterampilan dan sebagainya. Sedangkan Sutrisno (2011) mengartikan belajar adalah menyusun pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kaloborasi, refleksi dan interpretasi. Pendapat lain menjelaskan belajardari segi pengajar tersirat dalam tulisan Dimyati dan Mujiono (2006) yang mengartikan pembelajaran adalah proses membelajarkan memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan Hudojo yang disitasi Puspitasari (2009) mengatakan hakikat mengajar adalah memberi kesempatan pebelajar mencari, bertanya, menebak, menalar dan mendebat.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Pengajaran berbasis inquiri bermula dari konsep dalam karya Dewey ―Logic: The Theory of Inquiry‖ (1938) yang melihatdari sisi pembelajar aktif sebagaipenanya (inquirer).Dewey menganggap interaksi materi pelajaran dan metode inquiri tidak dapat diabaikan dalam pendidikan (Orlich, Harder, et al, 2010:21).Dalam penelitian Yuen-Yan Chan et.al mengenai ―Hybrid Inquiry-based Learning Model‖dijelaskan
bahwa konsep inquiri Dewey menggambarkanpendekatanpembelajaran sebagai ―...a constructivist student-centered pedagogy focuses on questioning, critical thinking, and problem solving‖ (Wang, Fong, Kwan, 2011:207). Dengan demikian, inquiri sebagai model pendekatan pengajaran lebih menekakan pada penyelidikan (inquiry, quest) dan oleh karena itu dosen lebih berperan manager,motivator, fasilitator, administrator, director, dan rewarder (Trianto, 2007:136) termasuk sebagai evaluator yang memberikan penilaian prestasi yang diperoleh melalui pembelajaran. Hakikat pengajaran model inquiri menanamkan kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan persoalan melalui beragam informasi untuk menemukan jawaban yang benarberdasarkan proses “...espouses investigation, exploration, search, quest, research, pursuit, and study. Inquiry does not stand alone; it engages, interests, and challenges students to connect their world with the curriculum‖(Kuhlthau, Maniotes, dan Caspari, 2007:2).Dalam kaitan ini, Banchi dan Bell(2008) membagi empat level belajar inquiri pendidikan sains, yakni inquiri kofirmasi, inquiri terstruktur, inquiri terbimbing, dan inquiri terbuka (The Learning Centre of the NSTA, October 2012, en.wikiversity.org). Inquiri terbimbing (guided inquiry) digunakan karena memiliki kebaikan: (1) mengembangkan kemampuan inferensi atau generalisasi berdasarkan observasi; (2) bertujuan untuk belajar memperkuat proses
kesesuaian pengujian dengan generalisasi suatu objek yang diobservasi; (3)Dosen berperan sebagai leader yang khusus mengatur objek-bahan-data pembelajaran; (4) membelajarkan menyusun pola bermakna berdasarkan pengamatan; (5)Kelasmerupakanlaboratoriumpembelajar an; (6)generalisasiditetapkan oleh pembelajar(7)Membelajarkan berbagi informasi dengan mengkomunikasikan generalisasi hasil pengamatan untuk kemanfaatan pembelajar lainnya (Orlich, Harder, et al, 2010:295-296). Orlich, Harder et.al (2010:293) menegaskan model pengajaran inquiri relevan dengan scientific method, karena pengajaran inquiri mencakup: (1) identifikas imasalah, (2) mengembangkan hipotesis tentatif penelitian atau tujuan, (3) mengumpulkan data dan menguji jawaban tentatif, (4) menafsirkan data, (5) mengembangkan kesimpulan sementara atau generalisasi, dan(6) pengujian, menerapkan, dan merevisi kesimpulan. Penggunaan model inquiri (berdekatan dengan model pengajaran discovery process), selain relevan dengan langkahlangkah metode ilmiah, juga relevan dengan teori-teori belajar belajar seperti teori kognitif, behavioral, dan kondisioning, dan konstruktif. Sedangkan pelaksanaan pengajaran model inquiri dapat menggunakan komputer sebagai alat bantu (computer assisted) untuk memudahkan dosen mentransformasi dan mengkominikasikan bahan pembelajaran, serta memudahkan mahasiswa mencari informasi bahan dan data pembelajaran. Metode Penelitian Data penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui tiga siklus dengan tahapan prosedur: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Data diperoleh melalui tes hasil belajar dan lembar observasi yang dianalisis dengan statistik deskriptif. Kriteria tingkat keberhasilan penelitian ini adalah prestasi Semirata 2013 FMIPA Unila |383
NIRWANA: Penggunaan Model Inquiry Berbasis Ict Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Kuliah Sejarah Fisika Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Mipa Fkip Univeristas Bengkulu kelulusan mahasiswa dengan A dan B sebanyak 70% dengan acuan pedoman penerapan penilaian yang ditetapkan Universitas Bengkulu Bahasan Hasil Penelitian Berdasarkan rumusa masalah dan metode yang dikemukakan di atas dapat dikemukakan bahwa secara keseluruhan dari aktivitas mahasiswa diperoleh skor pada siklus I sebesar 16 dengan kategori kurang, karena mahasiswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran model inquiri berbasis ICT. Ternyata, masih ada mahasiswayang belum mampu menggunakan fasilitas komputer sebagai alat bantu teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran. Misalnya, lemahnya kemampuan mem-browsing bahan dan data melalui website untuk megembangkan materi belajar, serta belum mampu menguasai program powerpoint yang bermanfaat untuk mengkomunikasikan dan menginformasikantugas-tugas pemebelajaran.Pada siklus ini ketuntasan secara klasikal belum tercapai, karena ada 4 mahasiswa yang mendapat nilai 50. Keempat mahasiswa memiliki kekurangan dalam aspek penilaian afektif dan psikomorik, sehingga perlu perbaikanprestasi pada siklus II. Pada siklus II, aktivitas mahasiswa meningkat dengan skor 20 dengan kategori cukup, tetapi masih ada kelemahan yang perlu diperbaiki pada siklus III. Mahasiswa yang semula mendapat nilai 50 mampu meningkatkan prestasi, karena berdasarkan hasil test siklus II ada 2 mahasiswayang mendapat nilai 70 dan 2 mahasiswa mendapat nilai 80. Demikian pula dengan nilai afektif dan psikomotor mahasiswa menunjukkan perubahan dari kategori kurang menjadi kategori cukup. Hal ini berarti bahwa ke-empat mahasiswa tersebut mulai memiliki kemampuan menggunakan komputer dan mulai mampu memanfaatkan ICT yang berdampak pada penguatan
384| Semirata 2013 FMIPA Unila
motivasi belajar. Pada siklus III, aktivitas mahasiswa makin meningkat dengan skor 26 kategori baik, karena mahasiswa yang mendapat nilai 70 dan 80 pada siklus II memperoleh peningkatan hasil tes pada siklus III, karena hasil tes menunjukkan 3 mahasiswa mendapat nilai 80 dan 1 mahasiswa mendapat nilai 90. Demikian juga dengan nilai afektif dan psikomotor mahasiswaberada pada kategori baik. Data empirik menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas mahasiswa berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar yang meliputi penguasaan konsep fisika, afektif, dan psikomotor. Pada siklus I,perolehan nilai mahasiswa dengan ratarata 75,6 dinyatakan masih rendah. Berdasarkan hasil tes 40 mahasiswa, hanya 25 mahasiswa yang tuntas belajar dalam arti tingkat ketuntasan belajar klasikal sebesar 62,5%, namun belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan. Pada tahap ini, masih adanya kelemahan dosenpada saat mengidentifikasi masalah yang belum menstimulus mahasiswa mengajukan pendapat, dan pada saat merumuskan masalah dan hipotesis, bimbingan dosen masih sulit dipahami mahasiswa. Hasil belajar mahasiswa pada siklus II menunjukkan peningkatan dengan nilai rata-rata 77,5%, karena berdasarkan hasil tes 40 mahasiswa yang dinyatakan tuntas belajar 31 mahasiswa yang berarti ketuntasan klasikal meningkat menjadi 77,5%. Nilai ini masih belum mencapai ketuntasan belajar klasikal yang ditetapkan. Data empirik ini menunjukkan masih ada kelemahan yang harus diperbaiki dosen: Pertama, pertanyaan dosen dalam mengidentifikasi masalah harus lebih terarah sehingga menstimulus mahasiswa memberikan jawaban yang argumentatif. Kedua, kerjasama mahasiswa dalam merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis belum diuatamakan oleh dosen. Pada siklus III, hasil belajar
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Gambar 1. Data Peningkatan Hasil Belajar Setiap Tahapan Siklus
menunjukkan peningkatan yang didukung data nilai rata-rata kelas menjadi 81 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 87,5%. Data empirik ini memahamkan bahwa ketuntasan belajar memenuhi kriteria capaian ketuntasan klasikal yang ditetapkan. Dengan meningkatnya hasil tes yang diperoleh mahasiswa, berarti nilai afektif dan psikomotor mahasiswa juga mengalami peningkatan setiap siklus. Dengan demikian, penerapan model pengajaran inquiri berbasis ICT berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar mahasiswa. Hasil tersebut bersesuaian dengan hasil penelitian terdahulu antara lain Schlenker mengatakan bahwa pengajaran inquiri berpengaruh signifikan terhadap hasil penguasaan dan keterampilan sains. Penelitian Widayanto (2009) menyimpulkan pemanfaatan media ICT seperti powerpoint dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan proses mahasiswa. Demikian juga hasil penelitian Dewi (2011) menyatakan penggunaan model inquiri pada pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar, dan penelitian Sakti (2011) menyimpulkan bahwa prestasi belajar mahasiswa yang menggunakan metode inquiri lebih baik dari pada belajar menggunakan metode konvensional. Kesimpulan dan Saran Penggunaan model inquiry berbasis ICT berpengaruh signifikan untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Sejarah Fisika, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Fisika Jurusan PMIPA pada FKIP Universitas Bengkulu. Dalam kaitan ini diajukan rekomendasi agar menjadikan model inquiri sebagai karakteristik model pembelajaran fisika, karena model inquiri bukan hanya bersesuaian dengan proses belajar discovery, juga merupakan bentuk implementasi blended learning theorydan scientific method. DAFTAR PUSTAKA Banchi,Heather and and Randy Bell,The many levels of inquiry, 2008. http://learningcenter.nsta.org/files/sc081 0_26.pdf Chan, Yuen-Yan; Hiu-Fung Lam; Harrison H. Yang; et.al. “Hybrid Inquiry-Based Learning,‖ (p.203-227) in Wang, Fu Lee; Joseph Fong; Reggie C. Kwan. Handbook of Research on Hybrid Learning Models: Advanced Tools, Technologies, and Applications. Hershey-New York, Information Science Reference, 2010. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Algensindo, 2003. Illeris, Knud. How We Learn: Learning and non-learning in school and beyond. Madison Avenue-New York: Routledge Taylor & Francis Group, 2007. Kuhlthau, Carol Collier; Leslie K. Maniotes; and Ann K. Caspari. Guided Inquiry: Learning in the 21st Century School. Westport-Connecticut-London: Libraries Unlimited, 2007. Orlich, Donald C; Robert J. Harder; Richard C. Callahan et al, Teaching Strategies: A Guide to Effective
Semirata 2013 FMIPA Unila |385
NIRWANA: Penggunaan Model Inquiry Berbasis Ict Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Kuliah Sejarah Fisika Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Mipa Fkip Univeristas Bengkulu Instruction, Ninth Edition, Boston-USA: Wadsworth, 2010.
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007.
Ormrod, Jeanne Ellis. Human Learning, 6th Edition, Boston: Pearson Education, Inc., 2012.
Wang, Fu Lee; Joseph Fong; Reggie C. Kwan. Handbook of Research on Hybrid Learning Models: Advanced Tools, Technologies, and Applications. Hershey-New York, Information Science Reference, 2010.
Schlenker,George Charles, ―The Effects of an Inquiry Development Programon ElementarySchoolChildren'sScienceLear nings,” Education Research Information Center, www.eric.ed.gov. Sutrisno, Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jambi:GP Pres, 2011.
386| Semirata 2013 FMIPA Unila
Widayanto, ―Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas Melalui ICT‖. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,Vol.5(1), 2, 2009.