PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
135
TUNGAU HAMA PADA TANAMAN JARAK PAGAR DAN MUSUH ALAMINYA Sugeng Santoso1), Aunu Rauf1), Elna Karmawati2) dan Widi Rumini2) 1) Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB 2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan, Bogor ABSTRAK Penelitian untuk mencari alternatif teknologi pengendalian hama tanaman jarak pagar telah dilakukan melalui survei dan percobaan di laboratorium. Survei insidental dilakukan pada pertanaman jarak pagar di Jawa Barat dan Jawa Timur untuk mengetahui kelimpahan jumlah dan jenis hama tanaman jarak pagar beserta musuh alaminya. Pengamatan berkala dilakukan pada pertanaman jarak pagar di Pakuwon untuk mengetahui dinamika populasi tungau hama dan musuh alaminya pada dua kultivar tanaman jarak di Pakuwon sepanjang tahun. Percobaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kesesuaian dua kultivar tananam jarak pagar untuk kehidupan tungau merah. Tungau hama yang ditemukan menyerang pada pertanaman jarak pagar adalah tungau merah (Tetranychidae), tungau kuning (Tarsonemidae) dan tungau karat (Eriophyidae). Selain tungau, hama-hama lain yang ditemukan menyerang daun jarak pagar adalah trips, kutu putih, kutu tempurung dan kutu daun. Sedangkan predator yang banyak ditemukan adalah tungau predator (Phytoseiidae), kumbang predator (Coccinellidae), trips predator dan laba-laba. Populasi tungau hama, predator dan serangga hama, pada dua kultivar tanaman jarak pagar di Pakuwon berfluktuasi sepanjang tahun. Secara umum populasi tungau hama (khususnya tungau merah) pada kultivar IP2 di Pakuwon lebih tinggi dibandingkan IP1. Di lokasi yang sama, populasi serangga hama pada kultivar IP1 lebih tinggi dibandingkan kultivar IP2. Populasi predator di Pakuwon didominasi oleh tungau predator. Kata kunci: Jarak pagar, tungau hama, tungau predator, pengendalian
PENDAHULUAN Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan berdampak pada peningkatan kebutuhan akan sarana transportasi dan industri. Hal ini menimbulkan konsekuensi peningkatan kebutuhan akan bahan bakar cair. Diperkirakan sejak tahun 1995 konsumsi bahan bakar minyak Indonesia sudah melebihi kapasitas produksi dalam negeri (Hambali et al., 2006). Kebutuhan bahan bakar minyak di Indonesia terus meningkat dalam 10 tahun terakhir. Premium mengalami peningkatan 6%, minyak tanah 2.5%, solar 4.55% dan minyak bakar 6.51%. Sementara itu cadangan minyak bumi kita diperkirakan akan habis dalam jangka waktu 18 tahun ke depan (Shintawaty, 2006 dalam Wahyudi dan Wulandari, 2007). Sehubungan dengan itu ketergantungan Indonesia terhadap minyak bumi sudah seharusnya mulai dikurangi, bahkan harus dihilangkan. Masalah kebutuhan sumber energi dapat diatasi dengan mengembangkan sumber energi alternatif berbahan baku minyak nabati (Hambali et al.., 2006). Salah satu strategi penyediaan energi nasional adalah pemanfaatan biodiesel sebagai sumber energi alternatif. Pada tahun 2010, 720.000 kilo liter/tahun atau 2% dari kebutuhan solar nasional disuplai dari sumber ini. Kebutuhan ini akan tercukupi jika luas tanam jarak pagar mencapai 2 juta ha pada tahun 2011, sedangkan luas tanam kelapa sawit mengalami peningkatan 500.000
136
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
ha/tahun (Hamdi, 2007). Di dalam Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, pemerintah mentargetkan pada tahun 2025 lebih dari 5% konsumsi energi nasional akan dipenuhi dari sumber-sumber biofuel. Berbagai jenis komoditi perkebunan sudah diketahui bisa menghasilkan minyak nabati yang bisa dijadikan bahan biodiesel. Diantaranya kelapa sawit, kelapa dan jarak pagar. Minyak jarak pagar tidak termasuk dalam kategori minyak makan. Hal ini mengakibatkan peluang minyak jarak pagar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel menjadi lebih besar, karena tidak akan mengganggu stok minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia dan ekspor CPO (Hambali et al.., 2006). Jarak pagar merupakan jenis tanaman semak atau pohon yang tahan terhadap kekeringan, sehingga tahan hidup di daerah dengan curah hujan rendah. Tanaman ini banyak ditemukan di Afrika Selatan, Afrika Tengah, India Selatan dan Asia Tenggara (Hamdi, 2007). Tanaman jarak pagar menghasilkan biji yang mempunyai kandungan minyak cukup tinggi, yaitu mencapai 35-45% (Hambali et al., 2006). Komoditas ini juga sangat potensial karena dapat ditanam di lahan-lahan marjinal dan lahan kritis. Pengembangan perkebunan jarak pagar dalam skala besar di Indonesia cocok dilakukan di wilayah Indonesia Timur, terutama NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku dan Papua (Hambali, 2006). Salah satu yang menjadi masalah dalam pengusahaan jarak pagar adalah adanya serangan hama. Hambali et al. (2006) melaporkan berbagai spesies serangga dan organisme lainnya yang menjadi hama pada tanaman jarak pagar,diantaranya ulat tanah, lundi, belalang, ulat grayak, penggerek batang, ulat api, wereng daun, kepik hijau, penggerek pucuk dan tungau. Sementara itu, dari hasil survei yang dilakukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ditemukan 3 jenis tungau yang menyerang tanaman jarak pagar, yaitu famili Tarsonemidae, Eriophyidae, dan Tetranychidae. Berdasarkan tingkat serangannya di lapangan, tungautungau ini sudah dapat digolongkan dalam kategori hama penting pada tanaman jarak, karena tingkat serangannya melebihi 90% (Asbani et al.., 2007). Dari hasil survei di tempat lain, Rumini dan Karmawati (2007) juga melaporkan bahwa diantara berbagai jenis hama yang ditemukan menyerang pertanaman jarak terdapat tungau famili Tarsonemidae dan Eriophyidae. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelimpahan jumlah dan jenis tungau hama dan musuh alaminya pada tanaman jarak pagar dan memahami dinamika populasi tungau hama dan musuh alaminya.
BAHAN DAN METODE Survei persebaran dan kelimpahan tungau hama dan musuh alaminya Survei dilaksanakan pada pertanaman jarak pagar di daerah Jawa Barat dan daerah Jawa Timur. Jawa Barat untuk mewakili kondisi iklim basah, sedangkan Jawa Timur untuk mewakili kondisi iklim kering. Pada setiap kebun yang diamati akan dipilih 25-50 pohon secara acak. Dari tiap pohon terpilih akan diambil sebanyak 1 helai daun pucuk, 1 helai daun sedang, dan 1 helai daun tua. Masing-masing contoh dimasukkan ke dalam kantong kantong plastik secara satu persatu, dan kemudian disimpan dalam kotak pendingin (ice box). Di laboratorium banyaknya tungau hama yang terdapat pada tiap contoh akan dihitung di bawah mikroskop binokuler. Jenis
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
137
tungau lainnya yang ditemukan pada daun contoh akan dihitung dan dikelompokkan kedalam: fitofag, mikofag, saprofag, atau predator. Studi dinamika populasi tungau hama pada pertanaman jarak pagar Penelitian dilaksanakan pada dua jenis cultivar yang sedang dikembangkan, yaitu IP1 dan IP2 dari Pakuwon. Pengamatan populasi tungau hama dilakukan setiap 10 hari - 2 minggu sekali. Pada tiap tanggal pengamatan, untuk setiap kultivar, ditentukan 50 pohon contoh. Dari setiap pohon diambil 1 helai daun muda, 1 helai daun sedang, dan 1 helai daun tua. Tiap-tiap contoh daun dimasukkan ke dalam kantong plastik secara satu per satu, dan kemudian ditempatkan di dalam kotak pendingin (ice box). Di laboratorium daun akan disimpan pada suhu 5oC sebelum dilakukan pengamatan. Penyimpanan pada suhu rendah dengan tujuan agar tungau tidak berkembang biak sejak diambil dari lapang sampai pada saat pengamatan. Pengamatan akan dilakukan di bawah mikroskop binokuler untuk menghitung banyaknya tungau hama, tungau lain dan predator yang terdapat pada tiap daun contoh. Kelimpahan populasi akan dinyatakan sebagai persentase daun terinfestasi atau banyaknya fase motil atau telur per helai daun.
HASIL DAN PEMBAHASAN Persebaran dan Kelimpahan Tungau Hama Survei untuk mengetahui persebaran dan kelimpahan tungau hama telah dilaksanakan di Asembagus (Pasuruan), Malang, Cikarang dan Serang. Hasil survei disajikan pada Gambar 1-11. Dari pertanaman jarak pagar di empat daerah yang mewakili daerah kering dan lembab, secara umum ditemukan ada tiga jenis tungau hama yang cukup menonjol, yaitu tungau merah (Tetranychidae), tungau kuning (Tarsonemidae) dan tungau karat (Eryophyidae). Di Asembagus tungau kuning adalah jenis yang paling banyak ditemukan, sedangkan di Malang tungau kuning dan tungau karat ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak. Di Serang dan Cikarang tungau karat ditemukan dalam jumlah paling banyak dibandingkan jenis tungau lain. Jumlah tungau yang ditemukan pada varietas IP1 di Asembagus, secara umum lebih tinggi dibandingkan pada kultivar IP2 dari lokasi yang sama. Perbedaan jenis dan kelimpahannya masing-masing belum sepenuhnya bisa menggambarkan keadaan sepanjang tahun. Hal ini karena pengambilan contoh hanya dilakukan satu kali. Selain tungau hama, juga ditemukan beberapa jenis serangga yang juga berperanan sebagai hama. Serangga yang ditemukan antara lain trips, kutu putih, kutu tempurung, dan kutu daun. Serangga-serangga ini ditemukan dalam jumlah yang sangat bervariasi. Persebaran dan kelimpahan predator Survei persebaran dan kelimpahan tungau predator serta predator lainnya dilaksanakan bersamaan dengan survei persebaran dan kelimpahan tungau hama. Hasil survei disajikan dalam Gambar 1-11. Dari hasil pengamatan ditemukan beberapa jenis organisme yang dapat dikategorikan sebagai predator, yaitu tungau predator (Phytoseiidae), thrips predator, kumbang Coccinellidae, dan laba-laba. Meskipun jumlah jenis predator yang ditemukan cukup banyak, namun jumlah individu yang ditemukan sangat sedikit. Tungau
138
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
predator famili Phytoseiidae adalah yang paling banyak ditemukan dan hampir bisa ditemukan di semua lokasi yang diamati. Dinamika populasi tungau hama pada pertanaman jarak pagar Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan jumlah dan jenis tungau hama, serta perkembangan populasinya sepanjang tahun. Pengamatan dilakukan pada dua jenis kultivar yang sedang dikembangkan (IP1 dan IP2) yang ditanam di lokasi yang sama di Pakuwon. Pengamatan dilakukan terhadap daun muda (pucuk), daun sedang dan daun tua. Hasil pengamatan disajikan pada Gambar 12 dan 13. Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa tungau hama yang ditemukan pada kultivar IP1 adalah tungau merah, tungau kuning dan tungau karat. Ketiga jenis tungau tersebut ditemukan baik pada daun muda, sedang maupun tua dengan jumlah yang berbeda. Sampai dengan pengamatan ke 7, populasi didominasi oleh tungau merah, khususnya pada daun sedang dan tua, sedangkan pada pengamatan ke 12 tungau kuning dan tungau karat menjadi lebih dominan, khususnya pada daun muda dan sedang. Sedangkan dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa tungau hama yang ditemukan pada kultivar IP1 juga ditemukan pada kultivar IP2, yaitu tungau merah, tungau kuning dan tungau karat. Sampai dengan pengamatan ke 7, populasi didominasi oleh tungau merah, khususnya pada daun sedang dan tua, sedangkan pada pengamatan ke 12 tungau kuning dan tungau karat menjadi lebih dominan, khususnya pada daun muda dan sedang. Jika kita bandingkan perkembangan populasi tungau pada kultivar IP1 (Gambar 12) dan IP2 (Gambar 13) terlihat secara umum bahwa perkembangan populasi tungau pada kultivar IP2 lebih tinggi dibandingkan dengan pada kultivar IP1. Pada pengamatan ke-6, populasi tungau merah pada daun tua kultivar IP2 bisa mencapai 170 tungau/daun, sedangkan pada kultivar IP1 jenis daun yang sama hanya sekitar 70 tungau/daun. Kondisi populasi tungau pada jenis daun yang lain juga serupa, yaitu pada kultivar IP2 lebih tinggi dibandingkan IP1. Secara umum populasi tungau pada kedua kultivar meningkat tajam pada pengamatan ke-6 yang bertepatan dengan puncak musim kemarau. Pada pengamatan ke-12 populasi tungau, khususnya tungau kuning dan tungau karat, meningkat lagi sejalan dengan munculnya daun-daun baru. Dinamika populasi predator Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui kelimpahan jumlah dan jenis predator, serta perkembangaan populasinya sepanjang tahun. Pengamatan dilakukan pada dua kultivar tanaman jarak pagar (IP1 dan IP2) di Pakuwon. Peengamatan dilakukan bersamaan dengan pengamatan dinamika populasi tungau hama. Hasil pengamatan disajikan pada Gambar 14 dan 15. Dari hasil pengataman ditemukan beberapa jenis predator yang berasosiasi dan hidup pada tanaman jarak pagar, yaitu tungau predator (Phytoseiidae), kumbang predator (Coccinellidae), thrips predator dan predator umum (laba-laba). Kesemua jenis predator tersebut ditemukan, baik pada kultivar IP1 maupun IP2. Selama masa pengamatan, baik pada kultivar IP1 maupun IP2, perkembangan populasi predator berfluktuasi, namun demikian dengan jumlah yang tidak terlalu tinggi. Secara umum kondisi populasi predator pada kedua jenis kultivar hampir sama. Populasi predator pada daun sedang dan tua pada kedua kultivar, lebih tinggi jika dibandingkan pada daun muda, khususnya untuk tungau predator. Pada PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
139
kedua kultivar tersebut, populasi predator didominasi oleh tungau predator famili Phytoseiidae. Tingginya populasi predator famili Phytoseiidae, khususnya pada daun sedang dan daun tua, diduga disebabkan oleh tingginya populasi tungau merah pada kedua jenis daun tersebut Dinamika populasi serangga hama Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui kelimpahan jumlah dan jenis serangga hama, serta perkembangaan populasinya sepanjang tahun. Pengamatan dilakukan pada dua kultivar tanaman jarak pagar (IP1 dan IP2) di Pakuwon. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pengamatan dinamika populasi tungau hama. Hasil pengamatan disajikan pada Gambar 16 dan 17. Dari hasil pengamatan ditemukan empat jenis serangga yang umum berasosiasi dengan tanaman jarak pagar, yaitu trips, kutu tempurung, kutu putih dan kutu daun. Serangga-serangga ini menyerang, baik daun muda, sedang maunpun tua, pada kedua kultivar yang diamati (IP1 dan IP2). Secara umum populasi serangga didominasi oleh jenis kutu-kutuan, sedangkan trips tetap bertahan dalam populasi rendah. Populasi kutu meningkat, khususnya pada sekitar pengamatan ke-6 dan 12. Jika dibandingkan antara populasi serangga hama pada kultivar IP1 dan IP2, terlihat bahwa secara umum selama masa pengamatan populasi serangga pada kultivar IP1 lebih tinggi dibandingkan pada kultivar IP2. Pada kira-kira sebulan terakhir masa pengamatan di Pakuwon, pertanaman jarak pagar di Pakuwon mulai ada yang terserang kutu putih yang merupakan hama yang baru diketahui dan menyebabkan kerusakan berat pada tanaman pepaya. Seperti yang diketahui bahwa, selain pepaya, kutu ini diduga bisa juga menyerang tanaman bergetah lainnya (jarak pagar dan ubi kayu). Kemungkinan adanya serangan kutu ini pada pertanaman jarak pagar, patut mendapat perhatian kita, karena serangannya akan menyebabkan daun mengering dengan cepat dan bisa menyebabkan kematian tanaman.
KESIMPULAN Tungau hama yang ditemukan menyerang pada pertanaman jarak pagar adalah tungau merah (Tetranychidae), tungau kuning (Tarsonemidae) dan tungau karat (Eryophyidae). Selain tungau, hama-hama lain yang ditemukan adalah trips, kutu putih, kutu tempurung dan kutu daun. Sedangkan predator yang banyak ditemukan adalah tungau predator (Phytoseiidae), kumbang predator (Coccinellidae), trips predator dan laba-laba. Populasi tungau hama, predator dan serangga hama, pada dua kultivar tanaman jarak pagar di Pakuwon berfluktuasi sepanjang tahun. Secara umum populasi tungau hama (khususnya tungau merah) pada kultivar IP2 di Pakuwon lebih tinggi dibandingkan IP1. Di lokasi yang sama, populasi serangga hama pada kultivar IP1 lebih tinggi dibandingkan kultivar IP2. Populasi predator di Pakuwon didominasi oleh tungau predator. DAFTAR PUSTAKA Asbani N, Amir AM, Subiyakto. Inventarisasi hama tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Di dalam: Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar
140
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
Jatropha curcas L.; Bogor 29 Nopember 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Hambali E, Suryani A, Dadang, Hariyadi, Hanafie H, Imam KR, Rivai M, Ihsanur M, Suryadarma P, Tjitrosemito S, Soerawidjaja TH, Prawitasari T, Prakoso T, Purnama W. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Jakarta: Penebar Swadaya Hamdi AH. 2007. Implementasi kebijakan pengembangan jarak pagar sebagai sumber BBN. Di dalam: Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar Jatropha curcas L.; Bogor 29 Nopember 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Rumini W, Karmawati E. 2007. Hama pada tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Di dalam: Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar Jatropha curcas L.; Bogor 29 Nopember 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Wahyudi A, Wulandari S. 2007. Kelembagaan pengembangan jarak pagar di Indonesia. Di dalam: Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar Jatropha curcas L.; Bogor 29 Nopember 2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
141
A
B
Gambar 1. Telur tungau merah (bulat, kuning) dan telur tungau predator (lonjong, putih) (A), dan Kelompok telur tungau merah (B)
A
Gambar 2.
B
Tungau merah betina dewasa, telur dan nimfa tungau predator (A), dan gejala serangan tungau merah (B)
A
Gambar 3.
142
B
Tungau kuning (Tarsonemidae) (A) dan tungau predator (Phytoseiidae) (B)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
A
A
Gambar 4. Gejala serangan trips (A), dan Trips pada daun (B)
A
B
Gambar 5. Berbagai jenis kutu-kutuan yang banyak ditemukan menyerang tanaman jarak pagar
Gambar 6. Berbagai jenis kutu-kutuan yang banyak ditemukan menyerang tanaman jarak pagar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
143
Asembagus-IP1-Daun Sedang
35
35
30
30
Jumlah individu/daun
Jumlah individu/daun
Asembagus-IP1-Daun Pucuk
25 20 15 10 5 0 TK
TKrt
Phy
25 20 15 10 5 0 Aca
KP
Phy
Asembagus-IP2-DaunTua
Asembagus-IP2-DaunSedang
Asembagus-IP2-DaunPucuk
5
4
4
3
3
Jumlahindividu/daun
Jumlahindividu/daun
5
4
Jumlahindividu/daun
5
2
2
1
2
1
0
1
0
TM
TK
Aca
Phy
0
KP
TM
TK
Jenisorganisme
TKrt
Phy
KP
TM
25
25
25
20
20
20
15
15
15
Jumlahindividu/daun
Jumlahindividu/daun
30
Jumlahindividu/daun
30
10
10
5
5
0
0 TK
TKrt
Phy
Jenisorganisme
Thr
KP
KP
Malang-DaunTua
30
5
Lab
pada pertanaman jarak pagar
Malang-DaunSedang
Malang-DaunPucuk
Phy
Jenisorganisme
Gambar 7. Jumlah dan jenis organisme yang ditemukan kultivar IP2 di Asembagus
TM
TKrt
Jenisorganisme
10
KP
Jenis organisme
Jenis organisme
3
Thr
0
TM
TK
TKrt
Phy
Thr
KP
TM
Jenisorganisme
Aca
Phy
Cocc
Aley
KP
Jenisorganisme
Gambar 8. Jumlah dan jenis organisme yang ditemukan pada pertanaman jarak pagar di Malang
144
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
Malang1-DaunTua
Malang1-DaunSedang
Malang1-DaunPucuk
120
100
100
100
80
80
80
60 40 20 0 TK
TKrt
Aley
KP
Jumlahindividu/daun
140
120
Jumlahindividu/daun
140
120
Jumlahindividu/daun
140
60 40 20 0
KD
TK
Jenisorganisme
TKrt
60 40 20 0 TM
KP
TKrt
Phy
Lab
Aley
Thr
KP
Jenisorganisme
Jenisorganisme
Gambar 9. Jumlah dan jenis organisme yang ditemukan pada pertanaman jarak pagar di Malang 1 Serang-DaunTua
Serang-DaunSedang
Serang-DaunPucuk 30
12
25
10
20
8
Jumlahindividu/daun
Jumlahindividu/daun
16 14 12 10 8 6 4 2 0
Jumlahindividu/daun
15 10
TM
TKrt
Aca
Phy
5 0 TK
Jenisorganisme
TKrt
Phy
6 4 2 0 TK
Thr
TKrt
Aca
Phy
Thr
KT
Jenisorganisme
Jenisorganisme
Gambar 10. Jumlah dan jenis organisme yang ditemukan pada pertanaman jarak pagar di Serang Cikarang-DaunTua
Cikarang-DaunSedang
Cikarang-Pucuk
12
100
10
80
8
Jumlahindividu/daun
80 60 40 20 0 TK
TKrt
Phy
Thr
Jenisorganisme
KP
KD
Jumlahindividu/daun
120
120 100
Jumlahindividu/daun
140
60 40 20 0
6 4 2 0
TM TKrt Aca Phy Ste Thr KT KP KD
TM TKrt Aca Phy Ste Lab Thr KT KP KD
Jenisorganisme
Jenisorganisme
Gambar 11. Jumlah dan jenis organisme yang ditemukan pada pertanaman jarak pagar di Cikarang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
145
IP1-Tungau-DaunSedang
IP1-Tungau-Pucuk 180
180
160
160
160
140
140
140
120
120
120
TK Erio
80
Acari
60
20
20
0
0 3
4
5
6
7
8
Erio Acari
60 40
2
TK
80
40
1
TM
100
Individu/daun
Individu/daun
100
100
Individu/daun
TM
IP1-Tungau-DaunTua
180
TM
80
TK
60
Erio
40
Acari
20 0 1 1 2 3 4 5 6
9 10 11 12 13
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13
Pengamatanke-
7 8 9 10 11 12 13
Pengamatanke-
Pengamatanke-
Gambar 12. Dinamika populasi tungau hama pada kultivar IP1
IP2-Tungau-Pucuk
IP2-Sedang
IP2-Tungau-DaunTua
180
180
180
160
160
160
140
140
140 TM
120
100
TK
100
TK
100
80
Erio
80
Erio
60
Acari
60
Acari
TM TK
Individu/daun
120
Individu/daun
TM
Individu/daun
120
80
Erio
60
Acari
40
40
40
20
20
20
0
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pengamatanke-
Pengamatanke-
Pengamatanke-
Gambar 13. Dinamika populasi tungau hama pada kultivar IP2
IP1-Predator-Pucuk 2
2
2
1,5
Phy
Phy Sco Lb
0,5
Individu/daun
1
1
Ste Coc Lb
0,5
0 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
Pengamatanke-
Phy Sco
1
Ste Coc Lb
0,5
0
0
1 2
1,5
Sco
Individu/daun
1,5
Individu/daun
IP1-Predator-DaunTua
IP1-Predator-DaunSedang
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13
1
Pengamatanke-
2
3
4
5
6
Gambar 14. Dinamika populasi predator pada kultivar IP1
146
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
7
8
Pengamatanke-
9 10 11 12 13
IP2-Predator-DaunSedang
IP2-Predator-Pucuk 2
2
1,5
Phy Ste Coc Lb
0,5
1
Ste Coc Lb
0,5
Sco
2
3
4
5
6
7
8
Ste Coc Lb
0 1
9 10 11 12 13
1
0,5
0
0 1
Phy
Sco
Individu/daun
1
1,5
Phy
Sco
Individu/daun
1,5
Individu/daun
IP2-Predator-DaunTua
2
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13
1
2 3
4 5
Pengamatanke-
Pengamatanke-
6 7 8
9 10 11 12 13
Pengamatanke-
Gambar 15. Dinamika populasi predator pada kultivar IP2
IP1-SeranggaHama-Pucuk
IP1-SeranggaHama-DaunSedang
IP1-SeranggaHama-DaunTua
90
90
90
80
80
80
70
70
70 Thr
60
Thr
50
KT
50
KT
50
KT
40
KP
40
KP
40
KP
30
KD
30
KD
30
KD
Individu/daun
60
Individu/daun
Thr
Individu/daun
60
20
20
20
10
10
10
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0 1
9 10 11 12 13
2
3
4
5
6
7
8
1
9 10 11 12 13
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13
Pengamatanke-
Pengamatanke-
Pengamatanke-
Gambar 16. Dinamika populasi serangga hama pada kultivar IP1
IP2-SeranggaHama-Pucuk
IP2-SeranggaHama-DaunTua
IP2-SeranggaHama-DaunSedang
90
90
90
80
80
80
70
70
70
Thr
60
Thr
50
KT
50
KT
50
KT
40
KP
40
KP
40
KP
30
KD
30
KD
30
KD
Individu/daun
60
Individu/daun
Thr
Individu/daun
60
20
20
20
10
10
10
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Pengamatanke-
9 10 11 12 13
0
1 2 3
4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
Pengamatanke-
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13
Pengamatanke-
Gambar 17. Dinamika populasi serangga hama pada kultivar IP2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
147