PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
99
PRODUKSI DAN KADAR NIKOTIN TEMBAKAU TEMANGGUNG PADA TIGA SERI TANAH Sulis Nur Hidayati dan Djumali Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Alam ABSTRAK Temanggung tobacco is a major component of tobacco raw material with the composition of cigarettes reaches 14-26%. One of the problems in the development of temanggung tobacco is the low productivity caused by the decline of the carrying capacity of land due to erosion and endemic diseases. Temanggung tobacco generally developed on land with very low rates to low fertility. This study was aimed to investigate the influence of environmental quality on three soil series (Tlilir, Wonotirto and Sungging Sari) on production and nicotine content of temanggung tobacco. The experiment used the randomized block design with the factors of land quality differences on the three soil series consisted of Tlilir, Wonotirto, and Sungging Sari. Each treatment was repeated nine times. The highest production and nicotin content were found in Tlilir treatment. Nicotine content of tobacco positively correlated with C-organic, total soil N, C/N ratio, and phosphorus but negatively correlated with the water holding capacity. Keywords: land quality, production, nicotine content, temanggung tobacco.
PENDAHULUAN Tembakau merupakan tanaman introduksi yang sebagian sudah beradaptasi dan berkembang di suatu daerah dan dikenal sesuai dengan daerah pengembangannya. Salah satunya adalah tembakau temanggung yang telah beradaptasi dan berkembang di lereng Timur dan Utara Gunung Sumbing dan Sindoro, Kabupaten Temanggung sehingga memiliki sifat morfologi dan fisiologi yang khas (Rochman dan Suwarso, 2000). Tembakau temanggung berperan sebagai pemberi rasa (lauk) pada rokok kretek dengan karakter mutu yang menonjol yaitu kadar nikotin yang tinggi berkisar antara 3-8% (Djajadi dan Murdiyati, 2000). Tembakau rajangan temanggung merupakan komponen utama bahan baku rokok kretek dengan komposisi mencapai 14-26% (Isdijoso et al., 1995). Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan tembakau temanggung adalah rendahnya produktivitas yang disebabkan oleh mundurnya daya dukung lahan akibat erosi dan endemi penyakit (Rochman dan Yulaikah, 2007). Tembakau temanggung umumnya dikembangkan pada lahan dengan tingkat kesuburan sangat rendah sampai rendah dengan indikasi ketersediaan hara nitrogen (N), fosfor (P) dan C-organik (yang berpengaruh pada produksi) pada sebagian besar lahan adalah sangat rendah sampai rendah, sementara kandungan unsur-unsur yang dominan pengaruhnya terhadap mutu seperti kalium (K), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) umumnya sedang sampai sangat tinggi (Djajadi dan Murdiyati, 2000). Tanaman tembakau mempunyai sistem perakaran serabut sehingga ketersediaan unsur hara, air dan udara sangat menentukan kesesuaian lahan tembakau (Tso, 1972).
100
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
Kunci utama dalam sistem pertanian berkelanjutan adalah kesuburan tanah, yang diantaranya dicerminkan dengan kandungan bahan organik tanah (C-organik) (Handayanto, 1998). Peranan bahan organik yang utama adalah memasok nutrisi melalui mineralisasi dan mengurangi fenomena yang tidak menguntungkan bagi tanaman seperti kerusakan struktur tanah, erosi dan penurunan kapasitas tukar kation (KTK) (Vanlauwe et.,al, 1994). Bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik (struktur tanah, siklus air tanah melalui pembentukan pori tanah dan kemantapan agregat), sifat kimia dan biologi tanah dengan menyediakan energi bagi aktifitas mikroorganisme. Peningkatan KTK oleh bahan organik dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal dibutuhkan bahan organik tanah (C-organik) lapisan tanah atas sedikitnya 2% (Hairiah et al., 2000). Nitrogen merupakan komponen penting protein (penyusun enzim) yang mengontrol proses-proses biologi, memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan menstimulasi perkembangan akar. Tanaman yang kekurangan nitrogen akan mengalami kekerdilan dan klorosis (menguning) (Brady dan Weil, 1999). N merupakan unsur utama penyusun nikotin sehingga sangat berpengaruh terhadap mutu tembakau (Tso, 1972). Fosfor merupakan salah satu hara esensial bagi tanaman yang terlibat pada kegiatan metabolisme tanaman (Brady dan Weil,1999). Di daerah tropis, unsur P merupakan faktor pembatas ketiga selain air dan nitrogen (Sanchez, 1976). Unsur ini merupakan salah satu penyusun adenosin difosfat (ADP) dan adenosin trifosfat (ATP) yang terlibat dalam transfer energi; penyusun asam deoksiribonukleat (ADN) dan asam ribonukleat (ARN), fosfor sangat dibutuhkan dalam sintesa protein. Fosfor bertindak sebagai senyawa antara penyimpan dan penyedia energi reaksi-reaksi tertentu seperti respirasi dan fermentasi, proses perkecambahan biji, pemasakan biji dan buah serta perkembangan akar (Syekhfani, 1997). Kalium berfungsi dalam pembentukan pati, pengaktifan enzim, pembukaan stomata, proses fisiologis tanaman, proses metabolisme sel, peningkatan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit serta perkembangan akar. Ca berfungsi untuk penyusunan dinding sel dan pembelahan sel, sedangkan Mg berperan dalam pembentukan klorofil, sistem enzim dan pembentukan minyak (Hardjowigeno, 1992). Natrium tidak berpengaruh besar pada produksi dan mutu tembakau, namun kandungan Na yang tinggi dapat menyebabkan tanah mudah terdispersi sehingga mudah tererosi (Djajadi dan Murdiyati, 2000). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas lahan pada tiga seri tanah yaitu Tlilir, Wonotirto dan Sungging Sari terhadap produksi dan kadar nikotin tembakau temanggung. Penentuan 3 lokasi pengambilan sampel didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan tingkat kandungan unsur hara pada lokasi tersebut (Djajadi dan Murdiyati, 2000).
BAHAN DAN METODE Percobaan dilakukan di desa Wonotirto Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah dengan elevasi 1245 m dpl, mulai bulan Maret-Agustus 2008. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan faktor perbedaan kualitas lahan pada 3 seri tanah yaitu Tlilir, Wonotirto, dan Sungging Sari. Masing-masing perlakuan diulang 9 kali. Tiap perlakuan dalam satu ulangan terdiri dari 4 tanaman yang ditanam di polibag berukuran 20 kg. Varietas yang digunakan adalah Kemloko-1 dengan dosis pupuk 120 kg N PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
101
+ 50 kg P2O5 + 25 ton pupuk kandang per ha atau setara dengan 6,48 gr N + 2,70 gr P2O5 + 1,35 kg pupuk kandang per tanaman. Pupuk kandang dan pupuk P diberikan sehari sebelum tanam dengan jalan mengaduk rata dalam tanah, dimana sumber pupuk P adalah pupuk SP36. Selanjutnya pot ditata dengan jarak 90 cm x 60 cm. Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit yang telah berumur 40 hari ke dalam pot dimana setiap pot ditanami satu tanaman. Sebelum tanam, tanah dalam pot terlebih dahulu diaplikasi furadan 3G untuk mengantisipasi serangan ulat tanah. Penyulaman dilakukan pada bibit yang mati. Pemupukan N diberikan dua kali yaitu lima hari setelah tanam dan 25 hari setelah tanam dengan masing-masing sebesar 1/3 dan 2/3 dosis pupuk N (menggunakan pupuk ZA). Kelembaban tanah dalam pot tergantung dari besarnya curah hujan selama percobaan. Pemangkasan dilakukan pada awal pembungaan untuk semua perlakuan. Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang sakit dan memusnahkannya. Sedangkan pengendalian ulat Helicoverpa sp. dan Spodophtera litura dilakukan aplikasi Larvin 275 AS berkonsentrasi 2 ml L-1 air. Pengendalian Aphis sp. dilakukan aplikasi Confidor 5 WP berkonsentrasi 0,4 ml L-1. Panen dilakukan secara bertahap dengan cara memetik setiap daun yang menunjukkan ketuaan, ditandai dengan memudarnya warna hijau menjadi kuning sebanyak 50%. Selanjutnya daun diperam sampai kandungan khlorofil dalam daun hilang. Daun dirajang dan dijemur sampai kering dan ditimbang untuk mengetahui produksi rajangan kering. Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi analisa tanah (C-organik, nitrogen, C/N rasio, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, natrium, Kapasitas Tukar Kation, kemampuan menahan air, jumlah basa, kejenuhan basa, bobot isi, porositas dan tekstur tanah), pertumbuhan tanaman ( tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun), umur panen akhir, produksi rajangan dan kadar nikotin. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam (Anova) dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%. Hubungan diantara parameter dianalisa dengan uji korelasi dan regresi menggunakan program Minitab 15.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan pada Tanah Tlilir, Wonotirto dan Sungging Kualitas lahan pada tanah Tlilir, Wonotirto dan Sungging menunjukkan bahwa kandungan C-organik tanah berkisar antara rendah sampai sedang, N-total rendah sampai sedang, C/N rasio rendah, P-Bray sangat rendah sampai tinggi, K tinggi sampai sangat tinggi, Na rendah sampai sedang, Ca rendah, Mg rendah sampai tinggi, KTK sedang sampai tinggi dan kejenuhan basa rendah (Tabel 1). Berdasarkan hasil analisa kandungan C-organik dan ketersediaan unsur hara dalam tanah, seri tanah Tlilir mempunyai kualitas lahan atau daya dukung paling baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman dibanding seri tanah Wonotirto dan Sungging. Namun demikian, kandungan pasir pada tanah Tlilir cukup tinggi dibanding seri tanah lainnya. Pasir memiliki luas permukaan yang rendah sehingga kemampuannya menahan air dan hara juga rendah (Hardjowigeno, 1992).
102
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
Tabel 1. Kualitas lahan pada tanah Tlilir, Wonotirto dan Sungging. Sungging No Analisa Tlilir Wonotirto Sari 1 C-organik (%) 2,98S 1,81R 1,46R 2 N-total (%) 0,39S 0,24S 0,20R R R 3 C/N 7,71 7,46 7,17R ST SR 4 P-Bray (ppm) 57,95 4,70 8,05SR T ST 5 K (me/100g) 0,86 1,31 1,04ST 6 Na (me/100g) 0,33R 0,53S 0,32R R R 7 Ca (me/100g) 2,50 2,80 5,27R S R 8 Mg (me/100g) 1,65 0,51 2,47T 9 Kapasitas Tukar Kation (me/100g) 23,10S 25,67T 29,41T 10 Kemampuan Menahan Air (mm/m) 85,46 452,76 541,77 11 Kejenuhan Basa (%) 24,00R 20,33R 31,00R 12 Bobot Isi (g/cc) 0,91 0,86 0,86 13 Porositas (%) 56,73 61,11 61,78 14 Fraksi Pasir (%) 72 56 27 15 Fraksi Debu (%) 21 33 48 16 Fraksi Liat (%) 7 11 25 Keterangan: SR: sangat rendah; R: rendah; S: sedang; T: tinggi; ST: sangat tinggi Faktor Pertumbuhan, Produksi dan Kadar Nikotin Tembakau Temanggung Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kualitas lahan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap produksi, kadar nikotin, tinggi tanaman, panjang daun, dan umur akhir panen, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan lebar daun (Tabel 2). Produksi dan kadar nikotin tertinggi dicapai oleh seri tanah Tlilir. Tinggi tanaman dan panjang daun tertinggi dicapai pada seri tanah Tlilir, tidak berbeda nyata dengan Sungging Sari tetapi berbeda nyata dengan seri tanah Wonotirto. Umur panen akhir rata-rata dari yang terpendek ke terpanjang adalah seri tanah Wonotirto, Tlilir dan Sungging Sari. Secara umum seri tanah Tlilir mempunyai daya dukung paling besar terhadap hasil tembakau temanggung dibanding seri tanah lain. Hal ini berhubungan dengan tingkat kesuburan tanah pada seri tanah Tlilir yaitu kandungan bahan organik (C-organik), N dan P tanah yang lebih tinggi dibanding seri tanah lainnya. Bahan organik merupakan komponen penting yang berperan dalam perbaikan sifat tanah baik secara fisika, kimia maupun biologi tanah. Peningkatan KTK oleh bahan organik dapat meningkatkan efisiensi pemupukan (Hairiah et.al.,2000). Hasil penelitian Lubis (2008) menunjukkan bahwa melalui analisa regresi linier berganda diketahui kandungan bahan organik berpengaruh nyata terhadap beberapa sifat fisika tanah yaitu kerapatan lindak tanah (BD), permeabilitas, total ruang pori dan pori air tersedia tanah. Kandungan bahan organik juga berpengaruh nyata terhadap beberapa sifat kimia tanah yaitu kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, P-tersedia, dan Ntotal tanah.Unsur N dan P merupakan unsur esensial yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman dan didaerah tropis unsur ini tergolong unsur yang menjadi faktor pembatas utama pertumbuhan tanaman (Sanchez, 1976). PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
103
Tabel 2. No
Rata-rata produksi, kadar nikotin, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan umur akhir panen.
Perlakuan
Produksi ( g/tan.)
Kadar Nikotin (%) 5,99c 5,40b 4,99a
Tinggi tanaman (cm) 111,67b 95,44a 113,33b
Jumlah Daun
Panjang daun (cm) 39,56b 33,89a 38,89b
Lebar daun (cm) 19,22tn 17,33tn 18,94tn
Umur akhir panen 135,11a 134,56a 136,56b
Tlilir 21,94b 15,83tn a Wonotirto 14,72 15,44tn b Sungging 21,39 16,00tn Sari KK (%) 28,35 4,03 8,12 6,58 11,01 12,78 0,48 Keterangan : Huruf superskrip berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata (p <0,05), tn : tidak nyata. 1 2 3
Hubungan Produksi dengan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keeratan hubungan antara produksi dan kadar nikotin dengan variabel lain dapat dijelaskan melalui Tabel 3. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa produksi berkorelasi positif dengan tinggi tanaman, jumlah helai daun, panjang daun, lebar daun dan berkorelasi negatif dengan umur panen akhir, tetapi produksi tidak berkorelasi nyata dengan semua variabel sifat tanah. Kadar nikotin berkorelasi positif dengan umur akhir panen, C-organik, N-total, C/N rasio dan P, dan berkorelasi negatif dengan tinggi tanaman, lebar daun, dan kemampuan menahan air. Produksi tembakau sangat ditentukan oleh variabel pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan umur panen akhir. Hubungan antara tinggi tanaman dengan produksi mengikuti pola regresi linier positif (Gambar 1a) sehingga setiap kenaikan tinggi tanaman akan diikuti oleh kenaikan produksi. Tinggi tanaman berhubungan erat dengan kemampuan untuk menangkap cahaya matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Jumlah daun mempengaruhi produksi mengikuti pola regresi linier positif (Gambar 1b) sehingga setiap kenaikan jumlah daun akan diikuti dengan kenaikan produksi tembakau. Produksi tembakau merupakan hasil yang diperoleh dari berat kering daun, maka semakin besar jumlah daun akan semakin besar pula produksinya. Pertumbuhan daun tembakau terjadi pada fase vegetatif tanaman dimana ketersediaan unsur hara dan air sangat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan daun, terutama air dan N.
104
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
y = 0,4357x - 27,184 R2 = 0,4569**
Produksi 45
45
30
30
15
15
0 0
30
60
90
120
y = 4,0442x - 44,382 R2 = 0,2336*
Produksi
150
0
0
5
10
15
Jumlah Daun
Tinggi Tanaman
(a)
20
(b)
Gambar 1. Hubungan produksi tembakau dengan tinggi tanaman (a) jumlah daun (b) Panjang daun dan lebar daun merupakan cerminan dari besarnya luas daun. Semakin besar luas daun maka akan semakin besar pula berat kering produksi. Hubungan antara panjang daun dengan produksi mengikuti pola regresi linier positif (Gambar 2a), demikian juga hubungan lebar daun dengan produksi mengikuti pola regresi linier positif sehingga setiap peningkatan baik panjang daun maupun lebar daun akan diikuti dengan peningkatan produksi (Gambar 2b). Produksi
y = 1,5052x - 37,008 R2 = 0,7083**
45
Produksi
30
30
15
15
0 0
10
20
30
Panjang Daun
(a)
40
50
60
y = 2,7225x - 31,014 R2 = 0,765**
45
0 0
5
10
15
20
25
30
Lebar Daun
(b)
Gambar 2. Hubungan produksi tembakau dengan panjang daun (a) lebar daun (b)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
105
Tabel 3. Korelasi antar variabel pengamatan.
Nikotin Tinggi tanaman Jumlah daun Panjang daun
Produksi -0,36 0,68** 0,48* 0,84**
Kadar Nikotin
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
-0,52* -0,14 -0,37
0,24 0,74**
0,18
Lebar daun 0,88** -0,41* 0,66** 0,25 Umur panen akhir -0,59** 0,74** -0,60** -0,20 Kemampuan menahan air -0,14 -0,52* -0,15 -0,04 C-organik 0,14 0,50* 0,16 0,01 N-total 0,14 0,49* 0,15 0,02 C/N rasio 0,02 0,45* 0,02 -0,05 P Bray 0,22 0,47* 0,14 0,06 K -0,15 -0,05 -0,16 -0,13 Na -0,26 0,00 -0,29 -0,16 Ca 0,16 -0,33 0,18 0,12 Mg 0,31 0,12 0,53* 0,24 KTK 0,05 -0,33 0,23 0,09 Jumlah Basa 0,18 -0,27 0,27 0,13 Kejenuhan Basa 0,20 -0,12 0,19 0,08 Bobot Isi 0,13 0,20 0,17 -0,03 Porositas -0,09 -0,18 -0,12 0,04 Keterangan: ** = korelasi sangat nyata; * = korelasi nyata
Panjang Lebar Daun Daun
Umur Panen
0 ,86** 0,53**
-0,57**
-0,23 0,22 0,22 0,07 0,29 -0,20 -0,34 0,20 0,42* 0,09 0,23
-0,14 0,12 0,10 0,18 0,17 0,00 -0,13 0,12 0,28 -0,01 0,17
0,05 -0,06 -0,07 0,00 0,00 0,06 0,00 0,11 0,12 0,05 0,13
0,26 0,24 -0,18
0,22 0,02 0,06
0,12 -0,11 0,11
Produksi dipengaruhi oleh umur tanaman (umur panen akhir) mengikuti pola regresi polynomial (Gambar 3) yang menunjukkan bahwa produksi optimal dicapai pada umur panen akhir 134,77 hari dan pada tanaman yang umur panen akhir melebihi 134,77 hasil produksinya akan menurun. Hal ini diduga karena adanya hambatan dalam pertumbuhan tanaman mengakibatkan kemasakan daun juga tertunda.
106
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
P ro d u k s i
y = -0 , 0 9 0 4 x 2 + 2 4 , 3 6 6 x - 1 6 1 5 , 7 R 2 = 0 ,4 8 2 9 **
45
30
15
0
120
130
140
150
160
U m u r P a n e n A k h ir
Gambar 3. Hubungan umur panen akhir tembakau dengan produksi. Kadar Nikotin dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa kadar nikotin tanaman dipengaruhi oleh C-organik, N-total, C/N rasio, P dan kemampuan menahan air (KMA). Variasi C-organik mempengaruhi kadar nikotin mengikuti pola regresi linier positif (Gambar 4a) dimana setiap kenaikan C-organik akan diikuti oleh peningkatan kadar nikotin. N mempengaruhi produksi mengikuti pola regresi linier positif (Gambar 4b) sehingga peningkatan N akan diikuti oleh peningkatan kadar nikotin tembakau. Sebagai unsur utama penyusun asam amino dan senyawa sekunder komponen pertumbuhan, seperti protein, asam nukleat dan klorofil N sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tembakau. N merupakan unsur utama penyusun nikotin sehingga pengaruhnya sangat besar terhadap mutu (Tso, 1972). Demikian juga variasi C/N rasio mempengaruhi kadar nikotin tembakau temanggung dengan mengikuti pola regresi linier positif (Gambar 5).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
107
Kadar Nikotin (%)
y = 0,5661x + 4,2807 R2 = 0,2531**
Kadar Nikotin (%)
8,0
8,0
6,0
6,0
4,0
4,0
2,0
2,0
0,0 0,0
1,0
2,0
C-organik (%)
3,0
4,0
y = 4,5155x + 4,2051 R2 = 0,2375*
0,0 0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
N-total
(a)
(b)
Gambar 4. Hubungan kadar nikotin dengan C-organik (a) N-total (b)
K adar N ik o t in (% )
y = 1 ,0 9 5 1 x - 2 ,6 9 2 5 R 2 = 0 ,2 0 5 *
8 ,0 6 ,0 4 ,0 2 ,0 0 ,0
6 ,8
7 ,0
7 ,2
7 ,4
7 ,6
C / N R a s io
7 ,8
8 ,0
8 ,2
Gambar 5. Hubungan antara C/N rasio dengan kadar nikotin Fosfor mempengaruhi kadar nikotin mengikuti pola regresi linier positif (Gambar 6a) dimana peningkatan fosfor akan diikuti dengan peningkatan kadar nikotin. Fosfor merupakan unsur yang sangat vital dalam proses metabolisme (Tso, 1972). Tanaman tembakau membutuhkan P sejak awal pertumbuhan sehingga jika tanaman kekurangan P maka pertumbuhannya akan lambat (Djajadi dan Murdiyati, 2000). Kemampuan menahan air (KMA) mempengaruhi kadar nikotin dengan mengikuti pola regresi linier negatif (Gambar 6b). Peningkatan KMA akan menurunkan kadar nikotin tembakau. Salah satu faktor yang menetukan ketersediaan air adalah kemampuan tanah menahan air (Hardjowigeno, 1992). Ketersediaan air yang terbatas akan menyebabkan tanaman lebih cepat berbunga (Fitter dan Hay, 1991) dan menurukan laju respirasi. Cekaman kekeringan ringan dapat meningkatkan kadar nikotin melalui aktifitas akar tanaman (Salisbury dan Ross, 1995).
108
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
Kadar Nikotin(%)
y=0,013x+5,1534 R2 =0,2148*
8,0
Kadar Nikotin(%) 8,0
6,0
6,0
4,0
4,0
2,0
2,0
0,0 0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
y=-0,002x+6,1726 R2 =0,2742**
0,0 0
Fosfor
200
400
600
800
KMA
(a)
(b)
Gambar 6. Hubungan antara kadar nikotin dengan fosfor (a) kemampuan menahan air (b)
KESIMPULAN Tanah Tlilir menghasilkan produksi kering tembakau dan kadar nikotin yang paling tinggi dibanding perlakuan lain. Kadar nikotin tembakau berkorelasi positif dengan Corganik, N-total tanah, C/N rasio, dan fosfor tetapi berkorelasi negatif dengan kemampuan menahan air. DAFTAR PUSTAKA Brady dan Weil. 1999. The Nature and Properties of Soils. Twelfth edition.Macmillan Publishing Company. New York. Djajadi dan A.S. Murdiyati. 2000. Hara dan Pemupukan Tembakau Temanggung. Monograf Tembakau Temanggung. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Hal: 32-39. Fitter dan Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajahmada University Press. Hairiah, K. , Widianto, S.R. Utami, D. Suprayogo, Sunaryo, S.M. Sitompul, B. Lusiana, R. Mulia, M.Van Noorwijk dan G. Cadish. 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. International Center For Research in Agroforestry (ICRAF). Bogor. Handayanto, E. 1998. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Medyatama Sarana Perkasa. Isdijoso, S.H., Djuffan, dan H.S. Joyosupeno. 1995. Pasok dan Kebutuhan Tembakau VO secara umum. Prosiding Pertemuan Nasional Tembakau Voor Oogst. Departemen Pertanian.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011
109
Lubis, R.M. 2008. Kajian Sifat Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. http://repository.usu.ac.id/handle/123456 789/4724. Diakses tanggal 26 April 2010. Rochman F dan Suwarso. 2000. Kultivar Lokal Tembakau Temanggung dan Usaha Perbaikannya. Monograf Tembakau Temanggung. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Hal: 7-13. Rochman F dan Yulaikah. 2007. Varietas Unggul Tembakau Temanggung. Prosiding Lokakarya Nasional Agribisnis Tembakau. Badan Litbang Pertanian. Salisbury, FB. and CW. Ross, 1995. Plant Physiology. 4th edition. Wadsworth Publishing Co., New York. Sanchez, P. 1976. Properties and Management of Soil in the Tropics. John Willey and Sons. New York. Syekhfani. 1997. Hara Tanah Air Tanaman. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universtitas Brawijaya Malang. Tso, T.C. 1972. Physiology & Biochemistry of Tobacco Plant. Dowden, Hutchinson & Ross, Inc. Stroudsburg. Vanlauwe B, L. Dendooven and R. Merck. 1994. Residu Fractionation and Decomposition : The Significant of the active fraction. Plant and Soil. 158:263-274.
110
PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011