Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Pengaruh Pemberian Input Produk Berbasis Bahan Organik terhadap Kuantitas dan Kualitas Hasil Padi Sawah (Oryza sativa) Var. Ciherang di Dataran Medium Jatinangor Tati Nurmala dan Vicky Nitya Pramudita Fakultas Pertanian UNPAD
Abstrak Pemberian input produk berbasis bahan organik baik yang berupa pupuk ataupun pestisida merupakan upaya untuk meningkatkan komponen hasil, kuantitas dan kualitas hasil yang aman dan sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian formula pupuk organik cair (POC) dengan bioaktivator terhadap komponen hasil dan kualitas hasil padi sawah varietas Ciherang di dataran medium Jatinangor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2009 sampai Juni 2009 di Kebun Percobaan Ciparanje-Jatinangor Fakultas Pertanian UNPAD, yang terletak pada ketinggian 760 m dpl. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Petak Terpisah (RPT), dengan tiga ulangan. Petak utama adalah bioaktivator, yang terdiri dari tiga jenis yaitu b1= EM4; b2= Ston-F; dan b3= Bio-Sugih. Anak petak adalah formula pupuk organik cair (POC) terdiri dari tiga jenis yaitu p1=limbah cair rumah tangga terfermentasi; p2=cacing tanah segar; dan p3=cacing tanah terfermentasi. Pengamatan dilakukan terhadap komponen hasil (jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai, bobot 1000 butir gabah isi), hasil dan kualitas hasil. Hasil penelitian menunjukan interaksi antara jenis POC dan bioaktivator berpengaruh terhadap index panen (IP), pada perlakuan bioaktivator Bio Sugih pada semua jenis POC. Setiap jenis POC ataupun jenis Bioaktivator tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah malai per rumpun; ILD; jumlah gabah isi per malai; NPA; bobot 1000 butir; NPA; dan rendemen beras kepala, pada tanaman padi sawah var. Ciherang. Pemberian input produk berbasis organik meningkatkan kualitas pasca panen dalam hal nilai rendemen beras kepala dan nutrisi beras pecah kulit. Kata kunci : bioaktivator; pupuk organik cair (POC); komponen hasil; kualitas pasca panen
Dalam aspek agronomis padi memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah sebagai tanaman semusim, memiliki adaptasi daya tumbuh yang luas. Sedangkan dalam aspek pasca panen memiliki keunggulan: 1. Memiliki cita rasa yang enak; 2. Memiliki nilai organoleptik yang tinggi; 3. Paling produktif dalam mengabsorpsi radiasi surya; 4. Mudah diserap dan didistribusikan sebagai cadangan makanan. Di Indonesia sekitar 95% masyarakat mengkonsumsi beras sekitar 129 – 134 kg/kapita/tahun, sehingga total kebutuhan beras mencapai sekitar 40 juta ton per tahun (Nurmala dan Surawinata, 2008).
Pendahuluan Negara produsen padi terkemuka adalah China dengan nilai produksi 31% dari total produksi dunia, India 20%, dan Indonesia 9%. Di pasar dunia padi hanya sebagaian kecil saja yang diperdagangkan 5%-6% dari total produksi dunia. Thailand merupakan pengekspor utama padi di dunia, dengan nilai produksi 26%, diikuti Vietnam 15%, AS 11%. Produksi padi Indonesia pada tahun 2006 adalah 54 juta ton, tahun 2007 sebesar 57 juta ton, meskipun mengalami kekeringan yang disebabkan gejala ENSO (El Nino Shoutern Oscillation (Wikipedia, 2009). 338
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Faktor dominan penyebab rendahnya produktivitas tanaman padi salah satunya adalah menurunnya (degradasi) tingkat kesuburan tanah, terutama menurunnya kandungan bahan organik tanah dari musim ke musim yang tidak bisa digantikan peranannya oleh pupuk anorganik (Adiningsih dan Soepartini, 1995). Upaya mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah antara lain dengan pemberian bahan organik ataupun anorganik. Beberapa bahan organik yang dapat mempertahankan kesuburan tanah yaitu golongan leguminosa, kotoran hewan, sisa sampah rumah tangga, Azolla dan limbah pertanian. Pupuk merupakan sumber hara yang berfungsi sebagai input produksi untuk mesin biologis yang sangat menentukan kinerja tanaman agar dapat berproduksi dengan optimal. Bahan organik berfungsi sebagai sumber nutrisi yang menunjang ketersediaan hara dan kehidupan jasad renik di dalam tanah. Bahan organik yang diberikan ke dalam tanah dan terdekomposisi secara sempurna dengan C/N sekitar 12, dapat menyediakan hara yang lebih mudah terserap oleh tanaman. Demikian juga pada proses pelapukan, beberapa zat pengatur tumbuh (ZPT) dan vitamin serta hormon lainnya, yang merangsang pertumbuhan lebih baik. Padi dapat tumbuh secara optimal di lahan yang banyak mengandung bahan organik tanah (Handoko, 2002). Bahan organik asli, secara umum mempunyai populasi mikroorganisme local (MOL) yang tinggi yang akan memacu aktivitas mikroorganisme dalam tanah (Sukartaatmadja, 2001). Keunggulan pupuk organik adalah tidak meninggalkan residu bagi tanah dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Jenis-jenis pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, humus, cacing dan pupuk hayati.
Untuk meningkatkan kinerja efektifitas pupuk organik adalah dengan menambahkan bioaktivator. Bioaktivator membantu meningkatkan kerja mikrooranisme tanah dalam menguraikan hara menjadi tersedia untuk tanaman. Peningkatan mikroorganisme dalam media tanam penting bagi proses dekomposisi bahan organik. Humus yang berupa bahan organik yang sudah melapuk melepas mineral yang dapat diserap oleh bulu-bulu akar, merangsang pertumbuhan bulu-bulu akar, dan memperkuat pertumbuhan tanaman. Bioaktivator yang banyak beredar di masyarakat antara lain EM-4; Ston-F; dan Bio Sugih. Stone-F mengandung zat pengatur tumbuh (ZPT) berupa sitokinin alami yaitu 2-isopentil adenine (2-ip), berbagai unsur hara makro dan mikro, serta bakteri penyubur tanah yaitu bakteri amonifikasi, Lactobacillus spp., Pseudomonas spp., dan Bacillus spp., yang diinokulasi dan diisolasi dari mikroorganisme lokal (MOL). EM-4 (Effective Mikroorganism) adalah bioaktivator yang dapat memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba penyebab penyakit, memperbaiki efisiensi penyerapan bahan organik tanah oleh tanaman, dan mengaktifkan proses metabolis pada tanaman. Bioaktivator Bio Sugih mengandung mikroorganisme Azotobacter spp. yang merupakan mikroba yang mampu memfiksasi N dari udara bebas secara non-simbiosis. Bakteri ini memanfaatkan gas nitrogen untuk melakukan sintesis protein bagi perkembangan selnya. Setelah sel Azotobacter ini mati, maka sel protein ini yang melepas mineral dalam tanah. Dengan demikian maka bakteri ini dapat menambah kandungan N ke dalam tanah yang dapat diserap oleh akar tanaman.
339
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Limbah padat dan limbah cair dari rumah tangga, pertanian, peternakan ataupun industri dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik bila telah mengalami pelapukan, dan sebagai pembenah tanah (Rachman, 2002). Limbah cair mengandung cukup banyak hara (NPK) dan bahan organik. Beberapa senyawa organik dalam limbah cair bisa diubah menjadi asam humat yang berperan dalam pembentukan struktur tanah. Limbah cair dapat digunakan langsung sebagai pupuk, yang diberikan sebagai pupuk dasar ataupun susulan. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk organik berupa jerami yang disertai pupuk kotoran kandang dapat meningkatkan hasil padi sebanyak 1 ton/ ha. Hasil penelitian di Cina menggunakan bermacam-macam bahan organik dalam rangka meningkatkan hasil tanaman, ternyata limbah cair menduduki peringkat teratas dibanding dengan bahan organik lainnya. Peningkatan hasil dapat mencapai 11% dibandingkan bahan organik lainnya (Rachman, 2002). Penelitian ini adalah untuk mengetahui respons padi sawah varietas Ciherang dengan pemberian input produk berbasis organik yang berupa pemberian tiga jenis bioaktivator dan tiga jenis pupuk organik cair serta menggunakan pestisida nabati untuk pengendalian hama dan penyakit selama pertumbuhan tanaman padi di sawah.
baan dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juni 2009. Bahan yang digunakan adalah padi sawah varietas Ciherang, tiga jenis pupuk organik cair yang berasal dari limbah rumah tangga dengan dosis 1400 l/ha (berupa limbah dapur cair, bekas cucian beras, ikan, da-ging dll.). Ekstrak cacing yang berasal dari cacing tanah (Limbriscus spp.) segar dan yang telah terfermentasi (diinkubasi non aerobic satu minggu). Tiga jenis bioaktivator yaitu EM-4; Ston-F dan Bio Sugih, masing-masing dengan dosis 15 l/ ha. Jerami dengan dosis 20 t0n/ha tanpa bioaktivator. Pestisida nabati berasal dari ekstrak bawang putih, cabai merah dan tembakau dengan perbandingan berat 1:1:1. Metode penelitian merupakan unit percobaan di lapangan dengan menggunakan rancangan petak terpisah (Split Plot Design) yang terdiri dari petak utama adalah tiga jenis bioaktivator (EM-4, Ston-F dan Bio Sugih), sebagai anak petak adalah tiga jenis pupuk cair organik (POC) yang terdiri dari limbah cair rumah tangga terfermentasi, ekstrak cacing tanah segar, dan ekstrak cacing tanah terfermentasi. Semua perlakuan diulang tiga kali. Ukuran petak percobaan 4 cm x 5 m2. Data hasil pengamatan dianalisis sidik ragam dengan uji F pada taraf 5%, dan uji nilai beda untuk setiap perlakuan dengan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Pengamatan di lapangan dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Program D III Agribisnis Fakultas Pertanian UNPAD terhadap tanah lahan percobaan, data iklim (curah hujan, suhu udara dan Rh udara), analisis formula cacing tanah di Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNPAD. Pengamatan tanaman adalah terhadap komponen hasil (jumlah
Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian UNPAD di Ciparanje Jatinangor Sumedang Jawa Barat, pada ketinggian sekitar 700 m dpl., dengan jenis tanah Inceptisol. Berdasarkan Oldeman (1975), daerah ini memiliki tipe curah hujan D3. Perco340
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
malai per rumpun, jumlah biji per malai dan bobot 1000 butir gabah isi), hasil per satuan luas, dan kualitas pasca panen terhadap rendemen beras kepala; penampakan beras dan kandungan beras pecah kulit. Kondisi suplai air selama pertumbuhan tanaman padi sawah yaitu pada umur padi 12 mst digenangi setinggi 3 cm; digenangi 1 cm pada umur 3-4 mst digenangi 3 cm pada umur 5-8 mst sampai bermalai serempak, dan dikeringkan 2 minggu sebelum panen. Pemupukan dilaksanakan seperti tercantum pada Tabel 1.
ngaruh efek mandiri dari kedua factor perlakuan tidak menunjukan perbedaan yang nyata dan hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil pengamatan analisis tanah sebelum percobaan status kesuburan kimia tanah Inceptisol Jatinangor adalah sedang dimana kandungan N total, P2O5 dan K2O tanah pada kriteria sedang masing-masing dengan nilai 0,23; 34,8; dan 40,6 mg/100 g; pH tanah 5,81, kandungan C organik tinggi (5,01%), dan KTK 38,8 cmol/kg adalah tinggi berarti kandungan hara makro cukup tersedia
Tabel 1. Waktu pemupukan, jenis dan volume pupuk bahan organik Waktu (mst)
Jenis Pupuk
Konsentrasi
Volume pemupukan
0
Jenis dibusukkan (tanpa bioaktvator
1
Bioaktivator (3 jenis), sesuai perlakuan
5 ml/l
15 l/ha
2
POC (3 jenis), sesuai perlakuan
100 g/l
1.400 l/ha
3
Pupuk organic tambahan (Bio super aktif)
15 l/ha
4
Bioaktivator (sesuai perlakuan)
5
Pupuk organik tambahan
6
POC (sesuai perlakuan)
7
Pupuk organik tambahan
8
Bioaktivator (sesuai perlakuan)
9
Pupuk organik tambahan
10
POC (sesuai perlakuan)
Hasil dan Pembahasan
20 t/ha
dalam tanah, dan tekstur tanah liat berdebu, sehingga dengan tambahan N dan hara lainnya yang berasal dari POC dan bioaktivator yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah malai, jumlah gabah isi dan bobot 1000 butir gabah isi. Kandungan hara yang cukup sebelum tanam disebabkan lahan sa-
Komponen Hasil Pengamatan terhadap jumlah malai per rumpun menunjukan bahwa hasil analisis sidik ragam dengan uji F pada taraf 5% fakor jenis bioaktivator dan jenis POC tidak menunjukan adanya efek interaksi yang nyata. Pe341
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 2. Pengaruh jenis Bioaktivator dan POC terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai dan bobot 1000 butir gabah isi padi swah varietas Ciherang MT II, Sumedang, 2009 Perlakuan
Jumlah malai / rumpun
Jumlah gabah Bobot 1000 rendemen isi /malai gabah bernas B PK (g) (%)
Main plot (bioaktivator) EM-4
17,96a
54,07a
25,2a
83,12a
Stone-F
17,80a
52,48a
25,5a
83,27a
Bio sugih
19,16a
49,52a
25,7a
81,03a
Limbah cair rumah tangga
18,29a
50,90a
25,9a
82,33a
Cacing tanah segar
18,06a
50,30a
25,2a
84,12a
Cacing tanah terfermentasi
18,57a
54,78a
25,4a
80,97a
Sub plot (POC)
Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.
wah tersebut setiap musim selalu diolah dan dipupuk pada penanaman sebelumnya sehingga efek residu pupuk masih bisa dimanfaatkan untuk tanaman padi sawah varietas Ciherang. Selain itu kondisi curah hujan mensuplai air sesuai dengan kebutuhan tanaman padi sawah yaitu 321,5 mm di bulan pertama penanaman, bulan selanjutnya masing-masing adalah 228,5 mm ; 105,5 dan 78,5 mm (Stasiun Klimatologi Fakultas Pertanian UNPAD, 2009). Hasil analisis sidik ragam pengaruh bioaktivator dan POC terhadap bobot gabah (GKP) per plot; bobot beras pecah kulit per plot rendemen berapecah kulit tercantum pada Table 3. Hasil konversi dari GKP per 12 m2 (plot) yang berkisar antara 4,5 – 5,6 kg, diperoleh hasil per ha antara 4–4,8 ton GKP per ha. Rendahnya hasil ini diduga karena
pemberian nutrisi N, P, K tidak sebanyak dosis konvensional, hanya bersumber dari bahan organik yang kandungan haranya rendah, namun rendemen BPK cukup tinggi berkisar antara 67,9–71,4% merupakan nilai rata-rata hasil padi sawah konvensional, demikian juga bobot 1000 butir gabah (25,2– 25,9 g) adalah lebih rendah dari deskripsi padi Ciherang (28 g). Beras yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan BPK, dengan penampakan bentuk yang utuh sebanyak 82%, sebanyak 3% tidak utuh dan berwarna buram (opaque rice kernel) dan 15% berwarna putih susu dibagian tengah dan pinggir (white rice kernel). Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap Index Panen (IP) dengan uji F menunjukan terjadi interaksi antara faktor jenis bioaktivator dan POC, datanya disajikan dalam Tabel 4 .
342
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 3. Hasil gabah kering panen (GKP), bobot beras pecah kulit (BPK) dan rendemen B PK (%), Sumedang, 2009 Perlakuan
Bobot GKP (kg)
Bobot BPK (kg)
Rendemen BPK (%)
EM-4; Limbah CRT
4,5
3,1
69,0
EM-4; Cacing segar
5,2
3,6
69,3
EM-4; Cacing fermentasi
4,5
3,1
69,0
Stone-F; Limbah CRT
5,2
3,6
69,3
Stone-F; Cacing segar
5,1
3,4
66,7
Stone-F; Cacing fermentasi
4,9
3,5
71,4
Bio sugih; Limbah CRT
5,2
3,5
69,2
Bio sugih; Cacing segar
5,2
3,6
69,2
Bio sugih; Cacing fermentasi
5,6
3,8
67,9
Tabel 4. Pengaruh Interaksi antara jenis bioaktivator dan POC terhadap IP Padi Sawah Varietas Ciherang, Sumedang, 2009 Perlakuana
Limbah cair rumah tangga
Ekstrak cacing tanah segar
Ekstrak cacing terfermentasi
EM-4
0,312a A
0,346a A
0,345a A
Stone-F
0,345a A
0,300b B
0,345a A
Bio sugih
0,298c B
0,342a A
0,329a A
Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf a yang sama pada kolom yang sama , dan dengan huruf A yang sama pada baris yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%
IP padi sawah varietas Ciherang menunjukan perbandingan distribusi fotosintat yang berupa akumulasi hasil gabah dengan total biomasa, datanya berkisar antara 0,298 sampai dengan 0,345 menunjukan hasil yang kurang baik, menurut Manurung dan Ismunadji (1988) IP untuk varietas unggul sekitar 0,5.
Rendahnya IP ini disebabkan suplai hara selama pertumbuhan relative sedikit karena hanya bersumber dari POC saja yang kandungan haranya rendah. Pada limbah cair rumah tangga terkandung nutrisi seperti tercantum pada Tabel 5.
343
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 5. Analisis POC (ekstrak cacing tanah segar, ekstrak cacing tanah fermentasi, limbah cair rumah tangga fermentasi), Sumedang, 2009
Segar
Fermentasi
Limbah cair rumah tangga fermentasi (%)**)
Kadar air
97,07
98,09
100
Abu
0,58
3,35
Protein kasar
19,45
47,64
Serat kasar
0,14
0,35
Lemak kasar
0,78
1,52
Kalsium (Ca)
0,65
1,41
Phosphor (P)
0,13
0,06
0,10
Nitrogen (N)
3,11
7,62
1,43
Karbon ©
6,79
15,13
7,16
Komposisi kimia
Ekstrak cacing tanah (%)*)
Kalium (K2O)
0,54
C/N
5,0
pH (H2O)
7,8
Sumber :
*) Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fak. Peternakan UNPAD, 2009 **) Laboratorium Ilmu Tanah Program D III Agribisnis Fak. Pertanian UNPAD, 2009
Analisis kandungan nutrisi BK dilakukan dengan Analisis Proksimat. Hasilnya menunjukan bahwa pemberian input produksi berbasis bahan organik pada tanaman padi sawah varietas Ciherang dapat meningkatkan kualitas nutrisi BK dalam hal kandungan karbohidrat sebanyak 7,55 %, meningkatkan kadar protein 3,5% dan lemak 0,2%. Pengedalian hama walang sangit (Lep tocorixa acuta) dan hama wereng (Nilaparvata lugens) insektisida nabati berasal dari campuran ekstrak bawang putih, cabai merah dan tembakau kering dengan campuran 1 : 1 : 1. Secara rinci dapat dilihat pada Table 6 .
Tabel 6. Komponen kimiai BPK Varietas Ciherang (%), Sumedang, 2009 Komponen
Bera*)
BPK varietas Ciherang
Kabohidrat
80,4
87,05
Air
12,0
6,87
Protein
6,7
10,20
Abu
0,5
0,79
Lemak
0,4
0,60
Keterangan: *) Agronomic Handbook, 2003
344
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Handoko A. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swa Daya. Depok
Kesimpulan 1. Terjadi efek interaksi antara semua jenis bioaktivator dengan semua jenis POC, namun berbeda dengan Stone-F dan cacing segar, serta Bio Sugih dan limbah cair rumah tangga terhadap Index Panen (IP) padi sawah varietas Ciherang. 2. Semua jenis perlakuan bioaktivator dan semua jenis POC secara mandiri pengaruhnya tidak berbeda terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah biji isi per malai, bobot 1000 butir gabah isi, dan rendemen BK. 3. Kualitas pasca panen padi sawah varietas Ciherang dengan input produksi berbasis organik meningkatkan kualitas lebih baik dalam hal rendemen beras kepala (BK) dan kandungan karbohidrat, protein.
Manurung dan Ismunadji. 1988. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Dalam Buku Padi I. Badan Litbang Tanaman Pangan Bogor. Nurmala T. dan T. Surawinata 2007. Kajian Fisiologi dan Teknologi Budidaya. Seminar Ilmiah “Pro Kontra Padi Organik” Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Rachman S. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yayasan AAK Yogyakarta. Sulistiono, B. Sunardi dan Achmad Winarto. 1992. Penelitian Mendukung Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. Balittan Pangan Malang. Sukartaatmadja S. 2001. Penggunaan Bahan Organik untuk Konservasi Tanah. Laporan Penelitian IPB (tidak dipublikasikan) Wikipedia.2009. Padi. Diakses dari hhtp:/ id. Wikipedia.org. (19 Februari 2009).
Daftar Pustaka Adiningsih, J. S. dan Soepartini M. 1995. Pengelolaan Pupuk Pada Sistem Usaha Tani Lahan Sawah. Makalah pada Apresiasi Metodologi Pengkayaan Sistem Usaha Tani Berbasis Pada dengan Wawasan Agribisnis. Balittan Bogor.
345