Prosiding Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016 “Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis
ISBN: 978-602-361-041-9
PENGARUH PENGUNGKAPAN INFORMASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE DAN LOW PROFILE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Yosefin Dessy Septianingrum MI Mitha Dwi Restuti Universitas Kristen Satya Wacana
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study was to test the impact of Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure toward Earning Response Coefficient (ERC) in high profile and low profile companies listed on the Indonesian Stock Exchange. Due to different characteristics between high and low profile company, investor could have different reaction through CSR disclosures. Multiple linear regression used on data analysis. The samples were 318 high profile companies and 325 low profile companies. The results were CSR disclosure has no effect on ERC in high and low profile companies. Investor did not respond to the CSR disclosure in high and low companies, investors did not consider social information in the annual report. Investors were more focuse on short term company’s performance and used profit information for their investment decision. Keyword : Corporate Social Responsibility, Earning Response Coefficient, High Profile Company, Low Profile Company
Prosiding Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016 “Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis
ISBN: 978-602-361-041-9
PENDAHULUAN
Pengungkapan Corporate Social Respnsibility (CSR) merupakan bentuk pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan. Pada tiga dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa kalangan usaha khususnya di negara maju semakin menyadari bahwa keberlangsungan usahanya tidak hanya bergantung pada efisiensi pemanfaatan sumber daya untuk memaksimalkan profit jangka pendek, tanpa diikuti oleh upaya peningkatan kualitas sosial, ekonomi, budaya masyarakat serta pengelolaan lingkungan dengan baik, pada akhirnya akan memunculkan masalah bagi perusahaan yang tidak hanya akan mengurangi profit karena adanya penambahan biaya, tetapi juga berpotensi menghancurkan perusahaan akibat kebangkrutan (Supriyono &Vita, 2011). Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangan dalam jangka panjang (Kiroyan, 2006 dalam Sayekti & Wondabio, 2007). CSR dipahami sebagai perwujudan komitmen kepada keberlanjutan perusahaan yang dicerminkan dalam triple bottom line yaitu profit, planet dan people. Perusahaan sebaiknya tidak hanya mengungkapkan informasi keuangan saja namun juga diharapkan mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial dan
lingkungan
hidup
yang
diakibatkan
oleh
aktivitas
perusahaan.
Keberlangsungan hidup perusahaan akan terjadi apabila perusahaan memberi kepedulian terhadap pertumbuhan ekonomi, pengembangan lingkungan dan pengembangan sosial. Sebuah pandangan menyebutkan CSR sebagai enligtened shareholder approach, yang menyatakan bahwa apabila pembuat keputusan perusahaan ingin memaksimalkan keuntungan jangka panjang maka mereka harus mempertimbangkan berbagai hal mengenai sosial dan lingkungan (Permatasiwi, 2010 dalam Sudaryanto, 2011). Earning Response Coefficient (ERC) merupakan estimasi perubahan harga saham perusahaan akibat dari informasi laba perusahaan yang diumumkan ke pasar (Cheng dan Nasir, 2010). Rendahnya ERC menunjukkan bahwa laba kurang informatif bagi investor untuk membuat keputusan ekonomi sehingga dibutuhkan informasi- informasi lain selain informasi mengenai laba yang dapat menjadi
pertimbangan bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Informasi lainnya ini diantaranya adalah informasi CSR perusahaan. Profile perusahaan telah di identifikasi sebagai faktor potensial yang mempengaruhi praktik pengungkapan sosial perusahaan. Perusahaan high profile umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Menurut Anggraini (2006) perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile adalah perusahaan yang memiliki tingkat sensitifitas tinggi terhadap lingkungan, tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat kompensasi yang ketat. Perusahaan ini pada umumnya memiliki karakteristik memilki jumlah tenaga kerja yang besar dan proses produksinya mengeluarkan residu, seperti limbah dan polusi (Zuhroh dan Sukmawati, 2003). Perusahaan low profile adalah perusahaan yang tidak terlalu memperoleh sorotan luas dari masyarakat ketika operasi yang mereka lakukan mengalami kegagalan atau kesalahan. Perusahaan yang termasuk dalam industri high profile diyakini akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan low profile. Oleh karena adanya perbedaan karakteristik dan juga pengungkapan yang dilakukan, pengaruhnya terhadap ERC juga kemungkinan besar akan berbeda. Jayanti (2012) menguji pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap ERC pada sektor pertambangan. Hasil penelitian menunjukkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap ERC. Restuti dan Nathaniel (2012) meneliti mengenai pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC dan hasil penelitian ini yaitu bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ERC. Hal ini dapat dikatakan bahwa investor belum memperhatikan informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan sebagai informasi yang dapat mempengaruhi investor dalam melakukan keputusan investasi. Penelitian ini akan menguji pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC pada perusahaan high profile dan low profile. Pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan high profile akan mendapatkan lebih banyak perhatian dari investor, karena kegiatan usahanya yang memiliki pengaruh besar
2
terhadap kondisi lingkungan dan sosial maka program pertanggungjawaban sosial yang diungkapkan akan mampu meningkatkan citra dari perusahaan tersebut yang akan berpengaruh pada peningkatan penjualan. Informasi dari CSR tersebut menjadi signifikan untuk digunakan oleh investor dalam pembuatan keputusan investasinya karena informasi yang terdapat dalam laporan CSR perusahaan high profile mampu mengurangi ketidakpastian perusahaan di masa mendatang. Sedangkan perusahaan low profile memiliki karakteristik yaitu kegiatan usahanya tidak mempengaruhi kondisi lingkungan dan sosial secara signifikan. Dengan karakteristik perusahaan low profile yang tidak berdampak
secara signifikan
terhadap kondisi lingkungan namun perusahaan ini tetap mampu melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial nya dengan baik maka akan memungkinkan timbulnya respon yang baik dari pihak investor karena dengan adanya pengungkapan ini mampu menunjukkan adanya kualitas dan tanggung jawab yang tinggi dari perusahaan ini. Perbedaan karakteristik yang terdapat pada kedua perusahaan ini berpotensi besar memunculkan respon investor yang berbeda pula.
KERANGKA TEORITIS
Teori Sinyal Menurut Jama’an (2008) teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini dapat berupa informasi apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Teori sinyal merupakan sinyal informasi yang dibutuhkan oleh investor untuk mempertimbangkan dan menentukan apakah investor akan menanamkan sahamnya atau tidak pada perusahaan yang bersangkutan (Suwardjono, 2005). Teori sinyal menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Menurut Jogiyanto (2000: 392) informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengadung nilai positif, maka diharapkan pasar akan memberikan reaksi positif.
3
Teori ini mengindikasikan bahwa laporan keuangan perusahaan merupakan suatu sinyal yang dapat mempengaruhi nilai saham mereka. Apabila sinyal perusahaan menginformasikan kabar yang baik pada pasar, maka akan dapat meningkatkan harga saham sebaliknya jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar buruk maka harga saham perusahaan akan mengalami penurunan. Perusahaan pastinya ingin menyampaikan informasi yang baik mengenai perusahaannya kepada pihak di luar perusahaan. Informasi tentang pengungkapan CSR ini menjadi suatu sinyal dari perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan yang berorientasi jangka panjang. Laporan CSR ini mampu menjelaskan tanggung jawab perusahaan terhadap kondisi lingkungan dan sosial yang dakibatkan oleh aktivitas operasi perusahaan. Penjelasan dari laporan CSR ini mampu mengurangi ketidakpastian perusahaan di masa mendatang.
Corporate Social Responsibility Disclosure Menurut Chariri dan Ghozali (2007), praktik pengungkapan sosial perusahaan memainkan peranan penting bagi perusahaan karena perusahaan hidup di lingkungan masyarakat dan kemungkinan aktivitasnya memiliki dampak sosial lingkungan. Definisi Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menurut Gray et al. (1987) dalam Rosmasita (2007) adalah proses pengkomunikasian efekefek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan. Pengertian lainnya menurut Hackston dan Milne (1996) yaitu bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Tujuan dari pengungkapan sosial perusahaan yang diungkapkan oleh Darwin (2007) yaitu untuk menjalin komunikasi yang baik dan efektif antara perusahan dengan publik dan stakeholders lainnya tentang bagaimana telah mengintegrasikan kepedulian dan tanggung jawab sosial dalam setiap aspek kegiatan operasinya. Pengungkapan informasi tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan secara terbuka dan jujur memiliki banyak manfaat bagi kelangsungan kegiatan
4
operasi perusahaan terutama manfaat jangka panjang yang akan dirasakan oleh perusahaan. Dengan adanya peningkatan mutu pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan maka akan memberikan manfaat sosial bagi perusahaan dimana hal ini dapat meminimalkan biaya-biaya yang mungkin timbul di masa depan akibat adanya kerusakan kondisi sosial maupun lingkungan sebagai dampak aktivitas operasi perusahaan. Informasi CSR menjadi informasi bagi masyarakat sehingga mereka mengetahui sejauh mana perusahaan telah melaksanakan aktivitas sosial sehingga kehidupan masyarakat sekitar sejahtera. Menurut Global Reporting Initiative (GRI), definisi dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu praktik dalam mengukur, mengungkapkan, dan menjadi bertanggung jawab kepada para stakeholder baik internal maupun eksternal untuk kinerja organisasi yang mengarah kepada perkembangan yang berkelanjutan untuk menggambarkan pelaporan ekonomi, lingkungan, dan dampak sosial.
Earning Response Coefficient (ERC) Earning Response Coefficient (ERC) digunakan untuk mengukur besaran reaksi pasar terhadap informasi yang disajikan dalam laporan tahunan perusahaan terutama informasi mengenai laba. Pengertian ERC menurut Cho dan Jung (1991) adalah efek dari setiap dolar unexpected earnings terhadap return saham, dan biasanya diukur dengan slopa koefisien dalam regresi abnormal return saham dan unexpected earnings. Respon pasar terhadap laba dapat berbeda-beda karena adanya hal-hal yaitu persistensi laba, beta, struktur permodalan perusahaan, kualitas laba, peluang pertumbuhan perusahaan (Scott, 2009). Nilai ERC diprediksi akan tinggi apabila laba perusahaan lebih persisten di masa yang akan datang, kualitas laba semakin baik dan memiliki peluang untuk bertumbuh. ERC merupakan koefisien yang mengukur respon abnormal return sekuritas terhadap unexpected earning perusahaan yang menerbitkan sekuritas (Naimah dan Utama, 2006). Widiastuti (2002) mendefinisikan ERC sebagai sensitifitas perubahan harga saham terhadap perubahan laba akuntansi. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dengan tingginya ERC, menunjukkan informasi laba yang dilaporkan berkualitas. Sebaliknya lemahnya reaksi pasar
5
terhadap informasi laba yang tercermin dari rendahnya ERC menunjukkan informasi laba yang dilaporkan kurang atau tidak berkualitas. ERC merupakan salah satu bentuk pengujian terhadap kandungan informasi laba. Pada saat diumumkan, pasar telah mempunyai harapan tentang berapa besarnya laba perusahaan atas dasar informasi yang tersedia secara publik (Soewardjono, 2005 dalam Delvira dan Nelvirita, 2011). Jika investor mempunyai persepsi bahwa informasi keuangan itu memiliki kredibilitas tinggi, maka ia akan bereaksi terhadap laporan keuangan tersebut secara kuat (Novanti dan Erni, 2008)
Penelitian Terdahulu Sayekti dan Wondabio (2007) menguji pengaruh tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan terhadap ERC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara pengungkapan CSR dan ERC. Hal ini menunjukkan bahwa investor turut memperhatikan informasi CSR yang diungkapkan oleh perusahaan dalam mengambil keputusan investasi. Adisusilo (2011) menguji pengaruh pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan terhadap ERC (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dan negatif antara CSR terhadap ERC secara parsial. Jayanti (2012) menguji pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap ERC pada sektor pertambangan. Hasil penelitian menunjukkan variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap ERC. Restuti dan Nathaniel (2012) meneliti mengenai pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC dan hasil penelitian ini yaitu bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ERC. Hal ini dapat dikatakan bahwa investor belum memperhatikan informasi-informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan sebagai informasi yang dapat mempengaruhi investor dalam melakukan keputusan investasi. Wulandari dan Wirajaya (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ERC. Hal ini disebabkan oleh rendahnya keyakinan investor terhadap informasi CSR yang
6
diungkapkan dan sedikitnya jumlah informasi CSR yang diungkapkan oleh perusahaan. Fabita (2014) menguji pengaruh pengungkapan informasi CSR terhadap ERC pada perusahaan high profile dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengungkapan informasi CSR tidak berpengaruh terhadap ERC. Hasil ini mengindikasikan bahwa pengungkapan CSR tidak mampu membantu investor dalam menginterpretasikan laba dengan lebih baik sehingga investor tidak akan mempertimbangkan pengungkapan CSR dalam pengambilan keputusan investasi.
Pengembangan Hipotesis Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap ERC Perusahaan High Profile Perusahaan high profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya alam. Perusahaan ini memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan, tingkat risiko politik atau tingkat kompetisi yang ketat dan pada umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi untuk bersinggungan dengan kepentingan masyarakat secara luas. Masyarakat umumnya lebih sensitif terhadap tipe industri ini karena kelalaian perusahaan dalam pengamannan proses produksi dan hasil produksi dapat membawa dampak yang besar bagi masyarakat. Industri high profile diyakini melakukan pengungkapan sosial yang lebih banyak daripada industri yang low profile. Selama periode 2011 industri high profile mengimplementasikan kegiatan CSR-nya secara detail dan menyeluruh ke dalam semua aspek kehidupan agar limbah industrinya tidak membahayakan bagi alam, lingkungan, serta dapat menyejahterakan masyarakat sekitar (Rachman, 2012). Hackston dan Milne (1996) dalam Rahardjo (2009) menjelaskan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan mempengaruhi penjualan. Dengan adanya pengungkapan sosial yang lebih tinggi pada laporan keuangan tahunan pada perusahaan high profile maka potensi dari informasi CSR disclosure untuk dapat mempengaruhi keputusan investor dalam mengambil keputusan investasi akan lebih tinggi pula.
7
Hasil penelitian Anggraini (2006) menunjukkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang besar dan termasuk dalam industri yang memiliki risiko politis tinggi (high profile) cenderung mengungkapkan informasi sosial yang lebih banyak dibandingkan perusahaan lain. Hasil penelitian Hidayati dan Murni (2009) menunjukkan bahwa pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan high profile berpengaruh secara negatif terhadap ERC. Hasil ini menunjukkan bahwa informasi CSR dapat digunakan oleh investor sebagai salah satu masukan dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak hanya menggunakan informasi mengenai laba saja dalam membuat keputusan investasi tetapi juga menggunakan informasi yang terkandung dalam laporan CSR sehingga pertimbangan investor ini akan mempengaruhi respon pasar terhadap laba perusahaan. Pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan high profile lebih mendapatkan perhatian investor, terkait karakteristik perusahaan ini yang memiliki risiko dan sensitifitas lebih tinggi membuat investor asing maupun lokal akan concern pada operasi perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility juga akan meningkatkan citra dari perusahaan tersebut yang dapat berpengaruh pada peningkatan penjualan perusahaan. Selain itu pengungkapan informasi CSR yang dilakukan mampu menjadi informasi tambahan bagi investor serta mampu mengurangi ketidakpastian perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut akan menjadi dasar bagi penilaian dan pertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasinya. Karena dengan melihat kinerja keuangan perusahaan saja tidak akan cukup memberikan penilaian mengenai baik buruknya kinerja perusahaan. Laba merupakan salah satu informasi yang sering dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi oleh investor. Namun kegunaan
informasi mengenai laba ini sangat terbatas dan hanya
beorientasi pada kinerja jangka pendek perusahaan saja sedangkan investor juga harus memperhatikan informasi yang berorientasi pada kinerja jangka panjang perusahaan seperti informasi CSR sehingga investor mampu mempertimbangkan kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Dengan semakin tingginya pengungkapan informasi CSR memungkinkan informasi mengenai laba tidak lagi
8
menjadi perhatian utama investor, investor bisa menggunakan informasi CSR sebagai salah satu faktor dalam pengambilan keputusan investasi, sehingga perhatian terhadap laba akan menurun secara tidak langsung. Ketika pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang dilakukan lebih tinggi maka respon pasar terhadap laba akan semakin rendah karena investor akan menggunakan informasi dalam CSR. Berdasarkan hal ini, maka hipotesis yang penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
H1: Pengungkapan informasi CSR berpengaruh negatif terhadap ERC pada perusahaan high profile.
Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap ERC Perusahaan Low Profile Menurut Hackston dan Milne (1996: 81) dalam Rahardjo (2009) perusahaan low profile didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki tingkat consumer visibility dan political visibility yang rendah. Perusahaan kategori ini dikarakteristikkan sebagai industri yang kurang sensitif terhadap terjadinya kerusakan lingkungan, memiliki tingkat risiko kerja yang lebih rendah, serta tidak memiliki sisa residu (limbah). Dengan begitu praktik social diclosure akan lebih ekstensif dilakukan oleh perusahaan bertipe high profile dibandingkan dengan perusahaan bertipe low profile. Indrawati (2009) dalam penelitian pengungkapan CSR dalam annual report serta pengaruh political visibility dan economic performance menunjukkan bahwa pengungkapan lebih banyak dilakukan pada perusahaan yang termasuk high profile dibandingkan dengan perusahaan low profile. Dengan adanya perbedaan pengungkapan sosial pada perusahaan low profile yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan high profile ini maka potensi dari informasi social disclosure perusahaan low profile untuk dapat mempengaruhi ERC juga akan lebih rendah karena keterbatasan informasi yang ada. Pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan low profile mungkin tidak akan mempengaruhi keputusan investor. Hal ini dikarenakan pada dasarnya perusahaan low profile tidak memiliki dampak terhadap lingkungan dan sosial secara signifikan.
9
Perusahaan low profile yang pada dasarnya kegiatan operasinya tidak mempengaruhi dampak lingkungan dan sosial secara signifikan, pengungkapan pertanggungjawaban sosialnya tidak akan dijadikan sebagai dasar informasi dalam pengambilan keputusan investor. Karena investor yang akan menanamkan modalnya dalam perusahaan low profile tidak mengutamakan faktor pengungkapan sosial namun menggunakan informasi lain seperti informasi terkait laba perusahaan. Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan low profile akan mendapatkan respon yang baik dari investor karena akan menunjukkan perusahaan memiliki kredibilitas, tanggung jawab dan pengelolaan yang baik sehingga investor akan memberikan kepercayaan serta respon yang baik atas pengungkapan yang dilakukan
perusahaan
low
profile.
Sehingga
ketika
pengungkapan
pertanggungjawaban sosial yang dilakukan semakin tinggi maka respon pasar terhadap laba akan semakin tinggi juga. Dengan demikian, maka hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
H2: Pengungkapan informasi CSR berpengaruh positif terhadap ERC pada perusahaan low profile.
METODE PENELITIAN Sampel Sampel dari penelitian ini yaitu perusahaan high profile dan perusahaan low profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013 dan 2014. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan secara purposive sampling. Dengan kriteria sampel perusahaan high profile dan low profile di Bursa Efek Indonesia yang secara continue melaporkan laporan keuangan dengan lengkap, perusahaan yang mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR) dalam laporan tahunannya selama tahun 2013 dan 2014. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Robert (1992); Hackston & Milne (1996); Patten (1991) perusahaan yang terklasifikasi dalam perusahaan high profile antara lain perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman,
10
media dan komunikasi, kesehatan, energi (listrik), transportasi dan pariwisata. Sedangkan yang termasuk perusahaan low profile antara lain perusahaan bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil, produk rumah tangga. Berikut hasil perhitungan sampel Tabel 1: Hasil Perhitungan Sampel Keterangan Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI Jumlah perusahaan yang tidak melaporkan laporan tahunan ke BEI Jumlah perusahaan yang tidak mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan Jumlah perusahaan yang baru melakukan IPO Jumlah perusahaan yang mengalami delisting Jumlah perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap Jumlah sampel per tahun Jumlah sampel akhir
High Profile Low Profile 2013 2014 2013 2014 254 255 236 (239) (2)
(6)
(3)
(8)
(21)
(13)
(15)
(14)
(30) (4)
(19) (1)
(22) (3)
(10) (0)
(28)
(67)
(59)
(31)
169 149 318
134
191 325
Variabel Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada laporan tahunan perusahaan yang diukur dengan Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRI). Instrumen pengukuran CSRI yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pada instrumen yang digunakan pada GRI Indicators (G3), yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam kategori: Ekonomi (9 Item), Lingkungan (30 Item), Tenaga Kerja (13 Item), HAM (9 Item), Sosial (8 Item), dan Produk (9 Item). GRI (Global Reporting Initiative) adalah institusi resmi yang mengeluarkan standard tentang sustainability reporting. Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 apabila diungkapkan, dan nilai 0 apabila tidak diungkapkan (Haniffa et al., 2005). Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor
11
untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut (Haniffa et al, 2005):
CSRIj =
ΣX𝑖𝑗 𝑛𝑗
Keterangan: CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j Nj
: Jumlah item perusahaan j, nj ≤ 78
ΣXij :Dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan Dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Earning Response Coefficient (ERC). Untuk mengetahui kualitas laba yang baik dapat diukur dengan menggunakan ERC, yang merupakan bentuk pengukuran kandungan informasi dalam laba. Estimat ERC dalam penelitian ini merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi cross sectional antara Cumulative Abnormal Return (CAR) sebagai proksi harga saham dengan Unexpected Earning (UE). Penelitian Collins et al (1989) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menemukan bahwa perhitungan return yang paling optimal adalah selama 15 bulan. Pada penelitian ini CAR diperoleh dengan menggunakan window (time interval) yang mengacu pada penelitian Sayekti dan Wondabio (2007) yaitu CAR dihitung secara harian untuk periode 15 bulan, yaitu dari tanggal 1 januari sampai 31 maret. Hal ini dikarenakan jika periode waktu yang digunakan terlalu pendek maka tidak mampu menunjukkan reaksi pasar yang mungkin terjadi di luar time interval misalnya karena reaksi investor yang lambat sebaliknya jika periode yang digunakan terlalu panjang maka dapat memberikan pengukuran yang bias mengenai kontribusi informasi yang diungkapan oleh perusahaan (Lev, 1989 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Pada penelitian ini untuk menghitung abnormal return tahun 2013 menggunakan harga saham perusahaan dan indeks harga saham gabungan
12
selama periode 1 januari 2013 sampai 31 maret 2014 sedangkan untuk menghitung abnormal return tahun 2014 menggunakan harga saham perusahaan dan indeks harga saham gabungan selama periode 1 januari 2014 sampai 31 maret 2015. Pengukuran abnormal return dalam penelitian ini menggunakan market adjusted models yang mengasumsikan bahwa pengukuran yang terbaik adalah return indeks pasar (Pincus, 1993 dalam Widiastuti, 2002) sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar pada periode yang sama. Dalam hal ini return indeks pasar menggunakan return dari indeks harga saham gabungan (IHSG). Berikut adalah rumus untuk menghitung abnormal return: CAR = ΣARit Rit =
Rmt=
𝑃𝑖𝑡−𝑃𝑖𝑡−1 𝑃𝑖𝑡−1
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
ARit = Rit – Rmt
Keterangan : ARit
: Abnormal return untuk perusahaan i pada hari ke-t
Rit
:Return harian perusahaan i pada hari ke-t
Rmt
:Return indeks pasar pada hari ke-t
Pit
: Harga saham perusahaan i pada hari ke-t
Pit-1
: Harga saham perusahaan i pada hari ke-t-1
IHSGt
: Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t
IHSGt-1 : Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t-1
Sementara Unexpected Earning (UE) dihitung sebagai perubahan dari laba per saham perusahaan sebelum pos luar biasa tahun sekarang dikurangi dengan laba per lembar saham perusahaan sebelum pos luar biasa tahun sebelumnya dan diskalakan dengan harga per lembar pada akhir periode sebelumnya (Kothari &
13
Zimmerman, 1995; Billings, 1999 dalam akuntansi yang direalisasikan terhadap laba akuntansi (Widiastuti, 2002). Laba akuntansi per saham menunjukkan kinerja internal dan harga saham menunjukkan kinerja pasar. UE dihitung dengan rumus sebagai berikut:
UEit =
𝐸𝑖𝑡−𝐸𝑖𝑡−1 |𝐸𝑖𝑡−1|
Keterangan: UEit
: Unexpected Earning perusahaan i pada periode t
Eit
: laba per lembar saham perusahaan i pada periode t
Eit-1
: laba per lembar saham perusahaan i pada periode t- 1
Dalam penelitian ini untuk menghitung variabel UE tahun 2013 dihitung dari laba per lembar saham (sebelum pos luar biasa) tahun 2013 dikurangi dengan laba per saham perusahaan (sebelum pos luar biasa) tahun 2012, dan dibagi dengan harga per lembar saham pada 31 desember 2012, sedangkan untuk menghitung variabel UE tahun 2014 dihitung dari laba per saham tahun 2014 dikurangi laba per saham tahun 2013 dan dibagi dengan harga per lembar saham pada 31 desember 2013. Dalam penelitian yang dilakukan pada laporan tahunan 2013 dan tahun 2014 ini, besarnya pengungkapan informasi CSR yang terdapat pada laporan tahunan perusahaan tahun 2013 dibandingkan dengan nilai ERC tahun 2013 yang diperoleh dari regresi antara CAR dengan UE tahun 2013. Nilai CAR pada tahun 2013 ini dihitung selama 15 bulan karena periode ini dikatakan periode yang paling optimal (Lev, 1989 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007), yaitu dari 1 januari 2013 sampai 31 maret 2014. Diperkirakan reaksi pasar atas informasi laba dapat tergambar dengan baik selama periode waktu tersebut. Sedangkan besarnya pengungkapan informasi CSR yang terdapat pada laporan tahunan perusahaan tahun 2014 dibandingkan dengan nilai ERC tahun 2014 yang diperoleh dari regresi antara CAR
14
dengan UE tahun 2014. Nilai CAR pada tahun 2013 ini dihitung selama 15 bulan karena periode ini, yaitu dari 1 januari 2014 sampai 31 maret 2015. Penelitian ini menggunakan tiga variabel kontrol yang diprediksi berpengaruh terhadap ERC yaitu Return on Equity (ROE) yang digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan, Price to Book Value (PBV) yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan, dan leverage (LEV) yang digunakan untuk mengukur struktur modal.
Pengujian Hipotesis Untuk menguji pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC, digunakan analisis regresi linear berganda. Model analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah:
Pada perusahaan high profile CAR= α + β1UE + β2CSRIh+ β3ROE + β4PBV + β5LEV + β6UE*CSRIh + β7UE*ROE + β8UE*PBV + β 9UE*LEV + ε.......................................................................................(1)
Pada perusahaan low profile CAR= α + β1UE + β2CSRIl+ β3ROE + β4PBV + β5LEV + β6UE*CSRIl + β7UE*ROE + β8UE*PBV + β 9UE*LEV + ε.......................................................................................(2)
Keterangan CAR
= Cummulative Abnormal Return harian perusahaan selama periode 15 bulan mulai 1 Januari sampai 31 maret
UE
= Unexpected Earnings perusahaan
CSRIh
= Corporate Social Disclosure Index pada perusahaan high profile, yang dihitung dengan menggunakan dummy variable
CSRIl
= Corporate Social Disclosure Index pada perusahaan low profile, yang dihitung dengan menggunakan dummy variable
15
ROE
= Return on Equity yang digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan
PBV
= Price to Book Value yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan.
LEV
= Leverage yang digunakan untuk mengukur struktur modal.
ε
= error term
UE*CSRIh
: Interaksi dari variabel UE dan CSRI perusahaan high
profile UE*CSRIl
: Interaksi dari variabel UE dan CSRI perusahaan low profile
UE*ROE
: Interaksi dari variabel UE dan ROE
UE*PBV
: Interaksi dari variabel UE dan PBV
UE*LEV
: Interaksi dari variabel UE dan LEV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tabel 2 dan tabel 3 menyajikan statistik deskriptif. Tabel 2. Statistik Deskriptif Perusahaan High Profile N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 318 .00 .01 -.0002 .00167 CAR 318 -1.51 .88 -.0094 .18422 UE 318 .03 .35 .1591 .07335 CSRI 318 -233.71 196.69 70.735 2.800.000 ROE 318 -1.29 21.29 22.350 281.085 PBV 318 -8.99 70.83 13.512 437.758 LEV 318 -.19 .16 -.0007 .02823 UE*CSRI 318 -39.53 353.84 19.283 2.090.000 UE*ROE 318 -1.67 2.96 -.0018 .27744 UE*PBV 318 -17.03 3.43 -.0699 108.715 UE*LEV Valid N (listwise) 318
CAR UE CSRI
Tabel 3. Statistik Deskriptif Perusahaan Low Profile N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 325 .00 .01 .0000 .00137 325 -.86 1.07 .0068 .12450 325 .01 .27 .1135 .04424 16
325 325 325 325 325 325 325 325
ROE PBV LEV UE*CSRI UE*ROE UE*PBV UE*LEV Valid N (listwise)
-88.67 .08 .00 -.07 -5.45 -1.99 -1.37
33.21 10.60 10.59 .11 75.87 .49 4.75
94.775 17.170 18.153 .0005 .6031 .0009 .0033
1.150.000 153.569 208.058 .01351 457.261 .15283 .33221
Sebelum diakukan regresi berganda, sudah dilakukan uji asumsi klasik dan sudah lolos uji asumsi klasik. Tabel 4 memperlihatkan hasil pengujian regresi berganda
Model 1 (Constant) UE CSRI ROE PBV LEV UE*CSRI UE*ROE UE*PBV UE*LEV R2 Sig. F
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Perusahaan High Profile Perusahaan Low Profile B t Sig. B t Sig. -.016 -.068 .945 .000 -2.603 .010 .002 1.243 .215 .000 .235 .815 -.002 -2.043 .042 .000 -.598 .550 -.005 -1.066 .287 .030 3.813 .000 .000 -.033 .007 -.003 .001 .000
4.025 -1.338 .969 -.388 1.694 -1.476 .148 .000
.000 .182 .333 .699 .091 .141
.000 .064 .002 .054 .001 .000
3.000 1.850 .141 2.790 1.077 .347 .154 .000
.003 .065 .888 .006 .282 .729
Hasil Pengujian H1 Nilai signifikansi variabel UE*CSRI pada perusahaan high profile adalah 0,333, menunjukkan variabel informasi CSR tidak memiliki pengaruh terhadap ERC, sehingga hipotesis pertama (H1) tidak didukung. Hasil ini mengindikasikan bahwa pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial pada perusahaan high profile belum mendapatkan perhatian dari investor dalam pengambilan keputusan investasinya. Kegiatan operasi pada perusahaan high profile yang memiliki tingkat risiko signifikan terhadap kondisi lingkungan dan sosial sekitar perusahaan belum
17
membuat pihak manajemen perusahaan terdorong untuk lebih memperhatikan pengungkapan informasi CSR. Hal ini dapat terlihat dari hasil statistik deskriptif bahwa pengungkapan informasi CSR pada perusahaan high profile lebih besar dibandingkan pengungkapan yang dilakukan pada perusahaan low profile. Namun pengungkapan yang dilakukan terbilang masih rendah yaitu dengan nilai rata- rata 0,1591. Nilai ini masih sangat jauh dari nilai 1 sehingga hal ini memberikan indikasi bahwa perusahaan belum cukup serius dalam mengungkapkan aktivitas CSR nya sehingga berdampak pada tidak adanya kepercayaan dari investor, sehingga investor tidak mempertimbangkan informasi CSR sebagai dasar pengambilan keputusan. Hal tersebut terjadi karena informasi yang tersedia belum mampu menggambarkan prospek perusahaan di masa yang akan datang dan tidak signifikan untuk dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi. Karena informasi mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan tidak mampu menurunkan angka ketidakpastian perusahaan di masa yang akan datang dan tidak signifikan untuk keputusan investasi maka investor akan menggunakan informasi lain sebagai dasar informasi dalam pengambilan keputusan investasinya seperti informasi terkait dengan laba perusahaan. Hasil penelitian mendukung Fabita (2014), bahwa pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient pada perusahaan high profile. Pada variabel lainnya yaitu UE dengan nilai signifikansi sebesar 0,215, ROE dengan signifikansi sebesar 0,287, LEV dengan signifikansi sebesar 0,182, UE*ROE dengan signifikansi sebesar 0,699, UE*PBV dengan signifikansi sebesar 0,091, UE*LEV dengan signifikansi sebesar 0,141. Nilai signifikansi dari UE, ROE, LEV, UE*ROE, UE*PBV, dan UE*LEV > α (0,05) menunjukkan hasil yang sama dengan variabel UE*CSRI yaitu bahwa ketujuh variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CAR. Sedangkan pada dua variabel lainnya yaitu CSRI dengan nilai signifikansi sebesar 0,042 dan PBV dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan pengaruh yang berbeda, dengan nilai signifikansi< α (0,05) maka menjelaskan bahwa variabel CSRI dan PBV berpengaruh terhadap ERC.
18
Hasil Pengujian H2 Nilai signifikansi variabel informasi UE*CSRI pada perusahaan low profile adalah sebesar 0,888, berarti bahwa tidak ada pengaruh antara variabel independen CSRI dengan ERC. Sehingga hipotesis kedua (H2) tidak didukung. Hal ini menunjukkan bahwa pada perusahaan low profile, pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan tidak berpengaruh terhadap ERC. Hal ini mengindikasikan bahwa investor tidak memberikan perhatian pada informasi CSR dari perusahaan tipe ini. Pengungkapan yang diharapkan akan memberikan respon yang baik dari pihak investor ini ternyata tidak sesuai dengan yang diprekdisikan. Hal ini selain dikarenakan masih rendahnya tingkat pengungkapan informasi CSR juga didukung oleh faktor karakteristik perusahaan dimana kegiatan operasi perusahaan yang tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap lingkungan serta sosial sehingga dianggap bahwa informasi CSR yang diungkapkan tidak bisa digunakan untuk pengambilan keputusan oleh investor. Karakteristik dari perusahaan low profile yang kurang sensitif terhadap terjadinya kerusakan lingkungan, memiliki tingkat risiko kerja yang rendah, serta tidak memiliki nilai residu juga turut mendukung bahwa informasi CSR perusahaan low profile tidak digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Pengungkapan CSRI pada perusahaan low profile tidak cukup memberikan informasi mengenai expected future earnings, oleh karena itu investor mungkin menggunakan informasi lain seperti informasi laba sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Pengaruh yang sama ditunjukkan oleh lima variabel lainnya yaitu UE dengan nilai signifikansi 0, 815, CSRI dengan nilai signifikansi 0,550, LEV dengan nilai signifikansi 0,065, UE*PBV dengan nilai signifikansi 0,282, UE*LEV dengan nilai signifikansi 0,729. Nilai signifikansi kelima variabel ini lebih besar dari 0,05 sehingga UE, CSRI, LEV, UE*PBV, UE*LEV tidak memberikan pengaruh terhadap CAR. Sedangkan nilai signifikansi dari ROE dalah 0,000, PBV adalah 0,003, UE*ROE adalah 0,006. Nilai signifikansi dari ROE, PBV, UE*ROE < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara ketiga variabel tersebut dengan CAR.
19
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil adalah pengungkapan informasi CSR pada perusahaan high profile maupun low profile tidak berpengaruh terhadap ERC. Hal ini menjelaskan bahwa pengungkapan CSR tidak mempengaruhi perubahan koefisien respon laba pada karakteristik perusahaan yang berbeda. Investor belum cukup
memperhatikan
informasi
yang
terkandung
dalam
laporan
pertanggungjawaban sosial perusahaan baik pada perusahaan high profile maupun pada perusahaan low profile dan lebih berorientasi pada kinerja jangka pendek perusahaan yaitu dengan lebih banyak menggunakan informasi terkait laba
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Pramudito. 2011. Pengaruh Pengungkapan Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Terhadap Earning Response Coefficients (ERC) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009). Skripsi. UNDIP. Semarang. Tidak Dipublikasikan. Anggraini, R. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 23-26 Agustus. Bogdan, Robert C. Dan Steven J. Taylor. 1992. Introduction to Qualitative Research Methotds : A Phenomenological Approach in the Social Sciences, alih bahasa Arief Furchan, John Wiley dan Sons, Surabaya, Usaha Nasional. Cheng F. F., and A. Nasir. 2010. Earning Response Coefficient and The Financial Risk of China Commercial Banks. International Review of Business Research Papers. Vol. 6, No.3, Agustus: 178- 188. Cho, Jang Youn dan Kooyul Jung, 1991. Earnings Response Coefficient : A Synthesis of Theory and Empirical Evidence. Journal of Accounting Literatur. Vol. 10, pp. 85-116. Darwin, Ali. 2007. The 2nd Sustainability Enterprise Performance Conference (SEPC). ISRA, September 2007.
20
Delvira, M. & Nelvirita. 2013. Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage dan Persistensi Laba Terhadap Earnings Response Coefficient (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI). Jurnal WRA. Vol.1 No. 1. Ghozali dan Chariri, 2007.Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Undip. Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu. Yogyakarta. Haniffa, R.M., dan T.E. Cooke. 2005. The Impact of Culture and Governance on Corporate Social Reporting, Journal of Accounting and Public Policy 24, pp. 391-430. Helena dan Therese. 2005. Stewardship theory. Harkes Ingvild. Hidayati, N. N., Murni, S. 2009. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Earnings Response Coefficient pada Perusahaan High Profile.Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11 (1): h. 1-18. Holme, Richards & Watts, Phil. 2004. Corporate Social Responsibility: Making Good Business Sense. Geneva: World Business Council For Sustainable Development. Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi Pada Perusahaan Publik Di BEJ). Tesis Strata-2. Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak Dipublikasikan. Jayanti, Erny Dwi. 2012. Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Terhadap Earning Response Coefficient (ERC) (Studi pada pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2011). Jurnal Mahawisiwa Fakultas Ekonomi Brawijaya. Vol. 1, No. 2.Semester 2012/2013.
Sosial sektor Ilmiah Genap
Jogiyanto, 2000.Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta. Kartadjumena, E. 2010. Pengaruh Voluntary Disclossure Of Financial Information dan CSR Disclossure terhadap Earning Response Coefficient (Survey pada Perusahaan Manufaktur di BEI). PPM National Conference on Management Research. Kotler, P. and Nancy, L. 2005. Corporate Social Responsibility : Doing The Most Good For Your Company and Your Cause. Best Practices From Hewlett Packard, Ben & Jerry’s, and Other Leading Companies. Jhon Wiley & Sons, Inc. United States of America.
21
Lako, andreas. 2011. Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan Akuntansi. Erlangga. Jakarta. Naimah, Zahroh dan Siddharta Utama, 2006. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX. Padang. Novianti, Tiolemba dan Erni Ekawati. 2008. Analisis faktor- faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba Pada Perusahan Manufaktur yang terdaftar di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol. 4 No. 2, Agustus. Hal- 100- 115. Novita Indrawati. 2009. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Annual Report serta Pengaruh Political Visibility dan Economic Performance.Pekbis Jurnal, Vol.1, No.1, Maret 2009: 1-11. Universitas Riau. Patton, Sawicki. 1991. Basic Methods of Policy Analysis and Planning. Prentice Hall. Pranowo, E. B., & Pasaribu, H. 2013. Corporate Social Responsibility Disclosure, Karakteristik Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Telaah &Riset Akuntansi.Vol.6 No.2: 175- 185. Rahardjo, Handri. 2009. Hukum Perusahaan. Pustaka Yustisia. Yogjakarta. Restuti, MI. M. D., & Nathaniel, C. 2012. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris pasa Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Dinamika Manajemen. Vol. 3 No. 1. Rosmasita, Hardhina. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan. Saputro, T. D. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Umur Perusahaan, Tipe Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Sosial Perusahaan Berdasar ISO 26000 (Studi pada Perusahaan Pertambangan dan Keuangan di BEI). Skripsi. UNDIP. Semarang. Tidak Dipublikasikan. Sayekti, Y., & Wondabio, L. S. 2007. Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Earnings Response Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi IX Makasar.
22
Scott, William R, 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Canada Prentice Hall. Sri Mulyani dan Nur Fadrijih. 2007. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. JAAI Vol 11 NO. 1, hal: 35–45 Sudaryanto. 2011.a Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Finansial Perusahaan dengan Corporate Social Disclosure sebagai Variabel Intervening.Skripsi. UNDIP. Semarang. Tidak Dipublikasikan. Supriyono & Vita. 2011. Hubungan Antara Persepsi dan Sikap Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility. Jurnal Dinamika Manajemen. Vol. 2 No. 2. Susilawati, Ely Dwi. 2010. Pengaruh Corporate Social Responcibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Study Empiris pada Perusahaan Pertambangan dan Otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008). Skripsi. Universitas Muhammadiayah. Surakarta. Tidak Dipublikasikan. Syahnaz, Melisa. 2013. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Vol 1 No. 2 Triastuti, F. 2014. Pengaruh Pengungkapan Informasi Corporate Social Responsibility Terhadap Earnings Response Coefficient pada Perusahaan High Profile yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 3 No. 1. Untari, M.D.A.,& Budiasih, I. G. 2012. Pengaruh Konservatisme Laba dan Voluntary Disclosure Terhadap Earnings Response Coefficient. Skripsi. UNUD. Bali. Tidak Dipublikasikan. Utama, Shidharta. 2007. Evaluasi Infrastruktur Pelaporan Tanggung Jawab Sosial di Lingkungan di Indonesia. Diakses tanggal 21 September 2014 melalui http://www.i.edu. Wardhana, S. W. 2009. Corporate Social Responsibility, Sebuah Kepedulian Perusahaan terhadap Lingkungan Disekitarnya. Diakses tanggal 3 Oktober 2014 melalui http://wisnu.blog.uns.ac.id. Wibisono. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Surabaya: Media Grapka.
23
Widiastuti, Harjanti. 2002. Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Simposium Nasional Akuntansi 5. Semarang. 5- 6 September. Wulandari, Kadek Trisna. dan Wirajaya, I Gede Ary. 2014. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Earnings Response Coefficient. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.3., 355-369.
24