PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016 “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT”
DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
Diselenggarakan oleh:
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
DEWAN REDAKSI PENGARAH Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. PENANGGUNG JAWAB Dr. Kustoro Budiarta, M.E. Mukti Hamjah Harahap, M.Si. REVIEWER Andri Zainal, SE., M.Si., Ph. D., Ak., CA. Dr. Diky Setya Diningrat, S.Si., M.Si. REDAKTUR Nanda Pratiwi, S.Pd., M.Pd. Ricky Andi Syahputra, S.Pd, M.Sc Halimatussakdiah, S.Pd.,M.Hum. EDITOR Dr. Zulkarnaen Siregar, ST., MM. Irfandi, S.Pd., M.Si Jubaidah, S.Pd., M.Si Dwi Inggraini Puspita Sari DESAIN Deo Demonta Panggabean S.Pd.,M.Pd. Auryan Pratama Hestu Tiofani Pratomo Yifnitra Gita Sembiring PENERBITAN DAN CETAK Novita Indah Hasibuan, S.Pd., M.Pd Hodriani, S.Sos., M.AP. Puji Ratno, S.Si., M.Pd. PELAKSANA TEKNIS Yusnizar Heniwaty, S.St., M.Hum. Dra. Rr. Ruth Hertami Dyah Nugraha Ningsih, M.Si
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Universitas Negeri Medan (UNIMED) diamanahkan oleh pemerintah untuk mengemban tugas pelayanan yang tertuang dalam Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Hasil – hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen kemudian diimplementasikan menjadi suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat. LPM UNIMED mengupayakan kegiatan pengabdian masyarakat sesuai dengan visi UNIMED menjadi universitas yang unggul di bidang pendidikan, rekayasa industri dan budaya. Keunggulan bidang tersebut tentu perlu diimbangi dengan upaya keras untuk meningkatkan sistem informasi yang tepat, cepat, dan akurat agar menghasilkan karya produk inovatif dan kreatif yang mampu memberikan nilai tambah pada dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Sejalan dengan peningkatan peran Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Medan sebagai mitra bagi stakeholder, perlu dilakukan serangkaian langkah percepatan bagi penyebaran data dan informasi tentang hasil pengabdian. Di samping itu, hasil‐hasil pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh para dosen Universitas Negeri Medan juga telah dipublikasi pada Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat dengan ISSN: 0852‐2715. Oleh karena itu, saya menyambut baik penyajian diseminasi hasil pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh para partisipan Seminar Nasional dan Expo Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat kedalam Prosiding dengan nomor ISBN 978‐602‐60343‐311. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy. Metode penyebaran seperti ini diharapkan dapat digunakan sebagai wahana yang tepat untuk menjalin kemitraan antar pelaku, pengguna serta pendukung kegiatan pengabdian. Akhirnya, semoga Prosiding ini dapat dimanfaatkan oleh segenap masyarakat, civitas akademika, lembaga pemerintah, dunia usaha dan industri. Prosiding ini juga diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi untuk berinovasi dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat pada tahun berikutnya. Tidak lupa, ucapan selamat dan terimakasih saya sampaikan juga kepada LPM UNIMED yang telah menyelenggarakan melakukan Seminar Nasional dan Expo Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat pada tanggal 9 November 2016 dengan sukses. Medan, Desember 2016 Rektor Universitas Negeri Medan
Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas rahmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga buku Prosiding Seminar Nasional dan Expo Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat “Membangun Kemandirian Bangsa Melalui Rekayasa Industri dan Kewirausahaan Berbasis Masyarakat” 2016 dengan nomor ISBN 978‐602‐60343‐311 selesai tersusun dan dapat kami hadirkan ke hadapan pembaca. Prosiding ini merupakan kumpulan hasil pengabdian yang telah lolos kompetisi di tingkat nasional yang diseleksi oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, maupun di tingkat internal dari masing‐masing universitas asal peserta. Penyebarluasan pengimplementasian hasil pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan dan penguatan kerjasama dengan mitra kerja UNIMED. Hal ini berarti pengupayaan untuk menempatkan hasil pengabdian sebagai bagian dari kegiatan penumbuhan budaya iptek inovatif. Melalui langkah‐langkah yang konkrit dan terpadu dalam mengelola hasil‐ hasil pengabdian, Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UNIMED mengembangkan sistem pengemasan kembali hasil‐hasil pengabdian yang manfaatnya secara langsung dapat dinikmati oleh masyarakat. Kegiatan ini sebagai bagian dari upaya percepatan bagi penyebaran data dan informasi hasil pengabdian. Penerbitan buku prosiding ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dan stakeholder lainnya dalam mengakses hasil pengabdian yang telah dilakukan. LPM UNIMED mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi‐tingginya kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya penulisan buku ini. Medan, Desember 2016 Ketua LPM UNIMED
Dr. Kustoro Budiarta, ME.
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
SUSUNAN ACARA Selasa, 08 November 2016 No Waktu
Kegiatan
Pelaksana
Lokasi
1.
10.00‐10.20
Penyambutan/ Pembukaan Expo
Rektor Unimed (Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd)
Stage halaman depan Digilib
2.
10.20‐10.50
Kunjungan ke stand
3.
10.50‐11.20
Hiburan musik
4.
11.20‐11.30
Hiburan Tari
5.
11.30‐12.00
Hiburan musik
6. 7.
12.00‐13.30 13.30‐14.00
ISHOMA Hiburan musik
8.
14.00‐17.30
Hiburan
Hiburan
9.
17.30‐17.40
Mahasiswa Prodi musik Mahasiswa Prodi Tari Mahasiswa Prodi Musik
Lapangan Parkir Digilib Stage Expo Panggung Expo Panggung Expo
Mahasiswa Panggung Expo Prodi Musik Pemerintah Panggung Expo kabupaten Batu Bara Mahasiswa Panggung Expo Prodi Musik, tari, Rupa Selesai
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Rabu, 09 November 2016 No 1.
Waktu Kegiatan 08.00‐09.00 Registrasi
2.
09.00‐09.10 Penyambutan
3.
09.10‐09.15 Penyambutan
4. 5.
09.15‐09.20 Pembukaan Oleh MC 09.15‐09.20 Menyanyikan lagu Indonesia Raya 09.20‐09.25 Pembacaan doa 09.25‐09.35 Laporan ketua panitia 09.35‐09.40 Lapangan Ketua LPM
6. 7. 8. 9..
11.
09.40‐09.50 Sambutan Rektor Unimed 09.50‐10.10 Sambutan Gubernur SUMUT 10.10‐10.30 Direktur DRPM
12.
10.30‐10.50 Ketua APWI Pusat
13.
10.50‐11.10 Penandatanganan MoU 11.10‐11.25 Penandatanganan nota komitmen bersama
10.
14.
15. 16. 17. 18. 19.
11.25‐11.35 Penyerahan Cendramata 11.35‐11.45 Peresmian Kampung UKM Digital 11.45‐12.05 Sambutan Menteri Ketenagakerjaan RI 12.05‐13.30 ISHOMA 13.30‐14.00 Peninjauan/kunjungan Expo
Pelaksana Peserta seminar, Undangan Bapak mentri, undangan PIP Bapak Menteri, undangan PIP MC (Aida Fitriani) Semua peserta
Lokasi Lantai 1 Digilib Pintu masuk Digilib lt I Pintu masuk Lt 4 Digilib Lt 4 Digilib Stage
Semua peserta Dr. Diky Setya D Dr. Kustoro Budiarta, M.E Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Ir. H. T. Erry Nuradi, M.Si Prof. Ocky K. Radjasa, Phd Dr. Slamet Wuryadi “Puyuh”, S.P, M.P Kementerian Tenaga Kerja RI Kementerian Tenaga Kerja
Stage Stage Stage
DR. Martina
Stage
Bapak Mentri
Stage
M. Hanif Dhakiri, S.Ag, M.Si Seluruh peserta
Stage
Stage Stage Stage Stage
Stage Stage
Ruang makan Digilib Lt 4 Stage
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
JADWAL SEMINAR PARALEL Selasa, 09 November 2016 PARALEL SESI 1 WAKTU
RUANG I PENDIDIKAN
RUANG II SOSIAL BUDAYA
RUANG III REKAYASA INDUSTRI
RUANG IV REKAYASA TEKNOLOGI
Moderator Puji Ratno,S.Pd. M.Pd
Moderator Gaffar Hafiz, M.Sc
Moderator Irfandi, S.Pd, M.Si
Moderator Dr. Zulkarnain Siregar, M.Si
14.00‐14.10
Pelatihan Dan Pendampingan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Dan Implementasinya Bagi Guru‐ Guru Sekolah Muhammadiyah Medan (Chairunisah Denny Haris)
Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro (UKM) Berbasis Syariah: Studi Pada Program PUSYAR Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Mojokerto. (Setyo Tri Wahyudi, M. Khusaini dan Devanto Shasta Pratomo)
Pelatihan membuat hantaran pengantin bagi siswa tunarungu Di SLB/B GMIM damai tomohon (Aldjon Dapa)
IbM Pemberdayaan Ibu‐ibu rumah Tangga pada Usaha Pengupas Buah Kemiri di Dusun I Desa Laut Dendang (Dewi Syafriani, Herlinawati, Gulmah Sugiharti dan Junifa Layla Sihombing)
14.10‐14.20
Akuntansi Masuk Desa (Pilot Project Pengabdian di Desa Pagarawan, Kabupaten Bangka) (Darus Altin)
Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil dan Kader Posyandu Balita Tentang Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan Melalui Kelas Buhamil dan Pelatihan Kader (Reni Dwi Setyaningsih, SKM., MPH, Prasanti Adriyani dan Maria Ulfa)
Pembuatan Multimedia Interaktif Gangguan Sistem Reproduksi Berbasis Adobe Flash Berdasarkan Hasil Survei Gangguan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja di Puskesmas Alian yang Pontianak (Titin, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan dan Cut Nabila Azaria)
Optimalisasi Kualitas Dan Kuantitas Produk Melalui Peralatan Tehnologi Tepat Guna Serta Pemasaran Chantika Handicraft Berbasis IT Dan Pameran (Lisnawaty Simatupang, Maryati Doloksaribu dan O.K. Sofyan)
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
14.20‐14.30
Peningkatan Profesionalitas Guru Fisika Kabupaten Kubu Raya Melalui Implementasi Lesson Study (Program Ipteks Bagi Masyarakat) (Erwina Oktavianty, Haratua Tiur Ms, dan Tomo Djudin)
Model Pemasaran dalam mengembangkan potensi UKM Berbasis Analisis SWOT. (Dewi Andriany, Lailan S. Hasibuan dan Sri Rahayu)
Pemanfaatan pupuk organik cair dari air seni sapi untuk menunjang pertanian tanpa limbah di Kabupaten Bondowoso (Zahratul Jannah AR dan Heru Harsono)
14.30‐14.40
Pendidikan Konservasi dan Tindakan Praktis Siswa SDN 71 dan SDN 118 Kota Manado (Fabiola B. Saroinsong dan Recky H.E. Sendouw)
Membangun Kesadaran Hukum Masyarakat Desa Sinuayan Gagaran dalam rangka mewujudkan SULUT seabagai Destinasi Wisata sehingga dapat meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat (Diana Darmayanti Putong)
Pegeringan Lapis Tipis (Thin Layer Drying/TLD) Ikan Teri Berbasis Tenaga Surya (Sri Ratna Sulistiyanti dan Winarto)
14.40‐14.50
IbM Pendampingan Pemenuhan Penilaian Kinerja Guru (PKG Bagi Guru Di SDN. 101801 Dan SDN. 108075 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang (Halimatussakdiah Dan Khairul Anwar)
Model Pengembangan Komoditas dan Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Rangka Peningkatan Perekonomian Daerah Kota Tanjungbalai (Ir. Gustina Siregar, M.Si. dan Desi Novita, SP, M.Si)
Pemanfaatan Limbah Organik Untuk Pembuatan Pupuk dengan Penerapan Teknologi Tepat Guna (Lazuardi, Ajat Sudrajat, Eddiyanto dan Nurfajriani)
Identifikasi Potensi Dan Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Mohammad Basyuni, Yuntha Bimantara, Bejo Slamet dan Achmad Siddik Thoha) Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Tahun Pertama Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. (Mohammad Basyuni, Muammar Syafwan, Arif Nuryawan dan Lollie Agustina P. Putri) IbM Pengolahan Limbah Biji Salak Kelompok Usaha Mandiri Di Desa Aek Nabara Kecamatan Angkola Barat (Qorry Hilmiyah Harahap, Mukhlis dan Amir Mahmud Harahap)
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
14.50.15.00
15.00‐15.10
15.20‐15.30
15.30‐16.00
Pengembangan Tes Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Materi Mekanika Bagi Siswa SMA (Haratua Tiur Maria. S, Erwina Octavianty, dan Tomo Djudin) Peningkatan Ketrampilan Dan Profesionalisme Guru Dan Siswa/I SMA/SMK Melalui Pendampingan Perancangan Desain Produk Mekanikal Di Jabodetabek (Harto Tanujaya, I Wayan Sukania dan Didi Widya Utama) Pemberdayaan Masyarakat Desa Bulude Selatan Kabupaten Kepulauan Talaud Melalui Fasilitasi Usaha Tani Sayur Mayur. (Alfonds Andrew Maramis, Revolson Alexius Mege, Josephine Louise Pinky Saerang, & Jouke Hendrik Manopo)
Model Pengembangan Usaha Mikro untuk menghadapi pertumbuhan usaha waralaba di Kota Medan (Raihanah Daulay)
Pelatihan Mitigasi Banjir Dengan Teknik Biopori Pada Mahasiswa Biologi Universitas Negeri Manado (Suddin Simandjuntak dan Tiene M.B. Turangan)
IbM Kelompok Usaha Kerajinan Aksesoris Di Desa Cinta Air Kecamatan Perbaungan (Khairunnisa Harahap, Alfi Nura, dan Wahyu Tri Atmojo)
Kewirausahaan Bagi Mahasiswa Di Universitas Negeri Manado (Recky H. E. Sendouw dan Sam J. R. Saroinsong)
Iptek Bagi Masyarakat (IbM) Desa Wonosari yang Mengalami Masalah Air Bersih Untuk Keperluan RumahTangga (Sabani, Rudi Munzirwan, Ratu Evina Dibyantini dan Makharany Dalimunthe)
Pelatihan Fungsi‐Fungsi Microsoft Excel Bagi Perangkat Kecamatan Di Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa (Wensi Ronald Lesli Paat)
Model Penyaluran Dana ZIS Untuk Pinjaman Produktif Dalam Mengembangkan Usaha Kecil Menengah Pada BAZNAS Sumatera Utara (Elizar Sinambela dan Fitriani Saragih)
IbM Pengolahan Air Bersih Di Desa Sukajadi (Ahmad Nasir Pulungan, Hafni Indriati Nasution, Ani Sutiani dan Feri Andi Syuhada)
IbM Kelompok Guru SMP Membuat Multimedia Pembelajaran (Mukti Hamjah Harahap, Iis Siti Jahro dan Abdul Hakim Daulae)
Istirahat
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PARALEL SESI II WAKTU
RUANG I PENDIDIKAN
RUANG II SOSIAL BUDAYA
RUANG III REKAYASA INDUSTRI
RUANG IV REKAYASA TEKNOLOGI
Moderator Halimatussakdiah, S.Pd.,M.Hum.
Moderator Dr. Nurhayati Simatupang
Moderator R.H.D. Nugrahaningsih, S.Sn., M.Hum., Ph. D Cand.
Moderator Moondra Zubir, S.Si., M.Si., Ph.D Cand.
16.00‐16.10
Merancang Penilaian Otentik Pada Guru Mata Pelajaran IPA di SMP Kota Pontianak (Kurnia Ningsih dan Basuki Hardigaluh)
Pengaruh Merek dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Restaurant Carl's JR Jakarta) (Febriansyah)
Pengolahan Keong Mas (Pomacea Caniculata) Sebagai Bahan Baku Pakan Ternak Ikan Mas (Anna Juniar, Freddy Tua Musa Panggabean, Idramsa dan Murniaty Simorangkir)
16.10‐16.20
Pelatihan Penulisan Aksara IbM Kelompok Kerajinan Tangan Fasilitasi Usaha Ternak Ayam Pedaging Sebagai Bentuk Daerah Dengan Font Digital Acrelic (Roswita Hafni) Pemberdayaan Masyarakat Desa Untuk Guru Muatan Lokal Musi Kecamatan Kalongan Kabupaten Dan Siswa Kepulauan Talaud (Muhamad Komarudin, Hery (Revolson Alexius Mege, Josephine Dian Septama, Titin Yulianti, Louise Pinky Saerang, Jouke Hendrik dan Afri Yudamson) Manopo & Alfonds Andrew Maramis)
Pelatihan Internet Bagi Generasi Muda Di Kelurahan Walian Kota Tomohon (Quido Kainde)
IbM Kelompok Usaha Keripik Mekar Indah Di Desa Tanah Merah Kabupaten Serdang Bedagai (La Ane, M. Yusuf Nasution dan Bangun Napitupulu)
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
16.20‐16.30
16.30‐16.40
16.40‐16.50
Dilema program peminatan di sekolah menengah atas di daerah kota, gunung dan pantai (Raudah Zaimah dan Rosmala Dewi) Students' Satisfaction with a Virtual Learning Environment in Higher Education (Winarto and Maludin Panjaitan Aplikasi Formula Rizobakteri Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Dan Menekan Penyakit Hawar Daun Bakteri Pada Tanaman Bawang Merah (Milda Ernita, Jamilah dan Zahanis)
16.50‐17.00
Faktor Prioritas Keunggulan Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora Rancang Bangun Mesin Pengering Bersaing Kelompok Usaha Kuliner mucronata Tahun Pertama Kegiatan Tabung (Rotary Dryer) Pada Proses Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Penggilingan Sampah Plastik Kelurahan Suka Maju Pulau
Sembilan,
Kecamatan (Firdaus, Selamat Riadi dan
(Muhammad Bukhori Dalimunthe, Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Jurubahasa Sinuraya) Muhammad Rizqi Zati dan Putri (Mohammad Basyuni, Muammar Syafwan, Arif Nuryawan dan Lollie Sari Margaret Julianty Silaban) Agustina P. Putri) Peningkatan Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Desa Doplang Kabupaten Boyolali (Saryono, Halim Dedy Perdana, Santoso Tri Hananto, Bandi, Sri Murni) Peningkatan Produksi Kerajinan Tusuk Sate Dengan Optimalisasi Sumber Bahan Baku Lokal menuju Desa Sejahterara di Desa Sidomulyo, Kec.Sidomulyo, Lampung Selatan (Arinal Hamni, Gusri Akhyar Ibrahim dan Margaretta Welly) Pemberdayaan Kelompok UMKM Kuliner Roti di Kabipaten Simalungun (Irfandi, Taufik Hidayat, dan Rudi Salman)
Pengembangan Literasi Sains melalui Praktik Hidroponik dan Wirausahaan untuk mendukung program Ketahanan Pangan Nasional
(Chaerul Rochman & Dindin Nasrudin) Pengembangan Unit Usaha Penyulingan Minyak Atsiri Dalam Kampus Unima. (Arrijani)
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Terima Kasih Kepada
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
DAFTAR ISI
PENDIDIKAN 1-5 6-8 9 - 14
15 - 21
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN IMPLEMENTASINYA BAGI GURU-GURU SEKOLAH MUHAMMADIYAH MEDAN
(CHAIRUNISAH, DENNY HARIS) )
AKUNTANSI MASUK DESA ( PILOT PROJECT PENGABDIAN DI DESA PAGARAWAN, KABUATEN BANGKA ) (DARUS ALTIN)
PENINGKATAN KETRAMPILAN DAN PROFESIONALISME GURU DAN SISWA/i SMA/SMK MELALUI PENDAMPINGAN PERANCANGAN DESAIN PRODUK MEKANIKAL DI JABODETABEK (HARTO TANUJAYA, I WAYAN SUKANIA, DIDI WIDYA UTAMI) PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BULUDE SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD MELALUI FASILITASI USAHA TANI SAYUR MAYUR (ALFONDS ANDREW MARAMIS, REVOLSON ALEXIUS MEGE, JOSEPHINE LOUISE PINKY SAERANG, JOUKE HENDRIK MANAPO)
22 - 27
PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU FISIKA KABUPATEN KUBU RAYA MELALUI IMPLEMENTASI LESSON STUDY (ERWINA OCTAVIANTY, HARATUA TIUR MARIA. S, TOMO DJUDIN)
28 - 33
PENDIDIKAN KONSERVASI DAN TINDAKAN PRAKTIS SISWA SDN 71 DAN SDN 118 KOTA MANADO (FABIOLA B. SAROINSONG, RECKY H.E. SENDOUW) IBM PENDAMPINGAN PEMENUHAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BAGI GURU DI SDN. 101801 DAN SDN. 108075 KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG (HALIMATUSSAKDIAH, KHAIRUL ANWAR)
34 - 41 42 - 48
MERANCANG PENILAIAN OTENTIK PADA GURU MATA PELAJARAN IPA DI SMP KOTA PONTIANAK (KURNIA NINGSIH, BASUKI HARDIGALUH)
49 - 56
PELATIHAN PENULISAN AKSARA DAERAH DENGAN FONT DIGITAL UNTUK GURU MUATAN LOKAL DAN SISWA (MUHAMAD KOMARUDIN, HERY DIAN SEPTAMA, TITIN YULIANTI, AFRI YUDAMSON)
57 - 63 64 - 72
73 - 78
DILEMMA ON INTEREST PROGRAM AT SENIOR HIGH SCHOOLS IN CITY, MOUNTAIN AND BEACH AREA (RAUDAH ZAIMAH, ROSMALA DEWI) STUDENTS’ SATISFICATION WITH A VIRTUAL LEARNING ENVIRONMENT IN HIGHER EDUCATION (WINARTO, MALUDIN PANJAITAN) APLIKASI FORMULA RIZOBAKTERI UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN DAN MENEKAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN BAWANG MERAH (MILDA ERNITA, JAMILAH, ZAHANIS)
1 - 78
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
REKAYASA INDUSTRI 79 - 83 84
85 - 92 93 94 - 96
97 - 100
101 - 103
104 - 109
110 - 119
79 - 118
PELATIHAN MEMBUAT HANTARAN PENGANTIN BAGI SISWA TUNARUNGU DI SLB/B GMIM DAMAI TOMOHON (ALDJON DAPA) PELATIHAN MITIGASI BANJIR DENGAN TEKNIK BIOPORI PADA MAHASISWA BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MANADO (SUDDIN SIMANDJUNTAK, TIENE M.B. TURANGAN) IPTEK BAGI MASYARAKAT (IBM) DESA WONOSARI YANG MENGALAMI MASALAH AIR BERSIH UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA (SABANI, RUDI MUNZIRWAN, RATU EVINA DIBYANTI, MAKHARANY DALIMUNTHE) IBM PENGOLAHAN AIR BERSIH DI DESA SUKAJADI (AHMAD NASIR PULUNGAN, HAFNI INDRIATI, ANI SUTIANA, FERI ANDI SYUHADA) PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI AIR SENI SAPI UNTUK MENUNJANG PERTANIAN TANPA LIMBAH DI KABUPATEN BONDOWOSO (ZAHRATUL JANNAH AR, HERU HARSONO) PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK UNTUK PEMBUATAN PUPUK DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA (LAZUARDI, AJAT SUDRAJAT, EDDIYANTO, NURFAJRIANI)
PENGOLAHAN KEONG MAS (POMACEA CANICULATA) SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN TERNAK IKAN MAS (ANNA JUNIAR, FREDDY TUA MUSA PANGGABEAN, IDRAMSA DAN MURNIATY SIMORANGKIR) FASILITASI USAHA TERNAK AYAM PEDAGING SEBAGAI BENTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MUSI KECAMATAN LIRUNG KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD (REVOLSON ALEXIUS MEGE, JOSEPHINE LOUISE PINKY SAERANG, SINTYA J. K. UMBOH, ALFONDS ANDREW MARAMIS) VALUASI PERTUMBUHAN RHIZOPHORA MUCRONATA TAHUN PERTAMA KEGIATAN REHABILITASI HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN, KECAMATAN PANGKALAN SUSU, KABUPATEN LANGKAT (MOHAMMAD BASYUNI, MUAMMAR SYAFWAN, ARIF NURYAWAN, LOLLIE AGUSTINA P. UTRI)
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
REKAYASA TEKNOLOGI 120
120 - 192
IbM PEMBERDAYAAN IBU-IBU RUMAH TANGGA PADA USAHA PENGUPAS BUAH KEMIRI DI DUSUN I DESA LAUT DENDANG (DEWI SYAFRIANI, HERLINAWATI, GULMAH SUGIHARTI, JUNIFA LAYLA SIHOMBING)
121 - 131
OPTIMALISASI KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK MELALUI PERALATAN TEHNOLOGI TEPAT GUNA SERTA PEMASARAN CHANTIKA HANDICRAFT BERBASIS IT DAN PAMERAN (LISNAWATY SIMATUPANG , MARYATI DOLOKSARIBU, O.K. SOFYAN)
132 - 137
PELATIHAN FUNGSI-FUNGSI MICROSOFT EXCEL BAGI PERANGKAT KECAMATAN DI KECAMATAN TONDANO SELATAN KABUPATEN MINAHASA (WENSI RONALD LESLI PAAT)
138 - 147
IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI DESA LUBUK KERTANG, KECAMATAN BRANDAN BARAT KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA (MOHAMMAD BASYUNI, YUNTHA BIMANTARA, BEJO SLAMET, ACHMAD SIDDIK THOHA)
148 - 157
IBM KELOMPOK GURU SMP MEMBUAT MULTIMEDIA PEMBELAJARAN ( MUKTI HAMJAH HARAHAP, IIS SITI JAHRO, ABUDL HAKIM DAULAE)
158 - 162
PELATIHAN INTERNET BAGI GENERASI MUDA DI KELURAHAN WALIAN KOTA TOMOHON (QUIDO KAINDE)
163 - 169
RANCANG BANGUN MESIN PENGERING TABUNG (ROTARY DRYER) PADA PROSES PENGGILINGAN SAMPAH PLASTIK (FIRDAUS, SELAMAT RIADI, JURUBAHASA SINURAYA)
170 - 176
SCIENTIFIC LITERACY DEVELOPMENT THROUGH HYDROPONIC PRACTICE AND ENTREPRENEURSHIP TO SUPPORT THE NATIONAL FOOD SECURITY PROGRAM (CHAERUL ROCHMAN, DINDIN NASRUDIN)
177 - 184
PENGEMBANGAN UNIT USAHA PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DALAM KAMPUS UNIMA ( ARRIJANI )
185 - 192
IBM PENGRAJIN GULA SEMUT DI KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG (EKA DARYANTO, ANDRI ZAINAL)
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
SOSIAL BUDAYA
193 - 269
193 - 2022
MODEL PENGEMBANGAN USAHA MIKRO UNTUK MENGHADAPI PERTUMBUHAN USAHA WARALABA DI KOTA MEDAN (RAIHANAH DAULAY)
203 - 206
KEWIRAUSAHAAN BAGI MAHASISWA DI UNIVERSITAS NEGERI MANADO
207 - 212
MODEL PENYALURAN DANA ZIS UNTUK PINJAMAN PRODUKTIF DALAM MENGEMBANGKAN USAHA KECIL MENENGAH PADA BAZNAS SUMATERA UTARA (ELIZAR SINAMBELA, FITRIANI SARAGIH)
(RECKY H. E. SENDOUW, SAM J. R. SAROINSONG)
213 - 218
MODEL PEMASARAN DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI UKM BERBASIS ANALISIS SWOT (DEWI ANDRIANY, LAIHAN S. HASIBUAN, SRI E. RAHAYU)
219 - 223
MEMBANGUN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT DESA SINUAYAN GAGARAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SULUT SEBAGAI DESTINASI WISATA SEHINGGA DAPAT MENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYARAKAT (DIANA DARMAYANTI PUTONG)
224 - 230
MODEL PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN JENIS USAHA UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI (GUSTINA SIREGAR, DESI NOVITA)
231 - 240
PENGARUH MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI PADA RESTAURANT CARL’S JR JAKARTA) (FEBRIANSYAH)
241 - 247
IBM KELOMPOK KERAJINAN TANGAN ACRELIC (ROSWITA HAFNI)
248 - 257
FAKTOR PRIORITAS KEUNGGULAN BERSAING KELOMPOK USAHA KULINER KELURAHAN SUKA MAJU (MUHAMMAD BUKHORI DALIMUNTHE, MUHAMMAD RIZQI ZATI, PUTRI SARI MARGARET JULIANTY SILABAN)
258 - 269
RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TAPIOKA UNTUK USAHA KECIL PEDESAAN (YUNIARTO MUJISUSATYO)
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
POSTER 270 - 27474 275 - 2866 287 - 2911
270 - 341
MANAJEMEN BISNIS BAGI USAHA KECIL JASA JAHIT PAKAIAN DI KOTA PADANG(NURHAYATI, IKA YUANITA) VALUASI REHABILITASI MANGROVE TAHUN BERJALAN DAN PENGARUH ERHADAP SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA PULAU SEMBILAN, KABUPATEN LANGKAT (MOHAMMAD BASYUNI, FUAD KHALIL HARAHAP, ARIF NURYAWAN, LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI) PEMBERIAN EKSTRAK METANOL DAUN TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP PERFORMA BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica) (RUQIAH GANDA PUTRI PANJAITAN)
292 - 2988
PENINGKATAN KETRAMPILAN DOKTER KECIL SEBAGAI PETUGAS USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SD BAGAN DELI BELAWAN KOTA MEDAN (ARLINDA SARI WAHYUNI, RINA AMELIA)
299 - 3088
PEMBUATAN MULTIMEDIA INTERAKTIF GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI BERBASIS ADOBE FLASH BERDASARKAN HASIL SURVEI GANGGUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI PUSKESMAS ALIANYANG PONTIANAK (TITIN, RUQIAH GANDA PUTRI PANJAITAN, CUT NABILA AZARI)
309 - 315
DEVELOPING MECHANICS HIGHER ORDER THINKING TEST (MechHOSTS) FOR SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS (HARATUA TIUR MARIA S., ERWINA OCTAVIANTY)
316
317 - 32525
326 - 330
331 - 34141
PENGARUH KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DAN THINK TALK WRITE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI SISTEM SARAF MANUSIA KELAS XI SMA PANCA BHAKTI PONTIANAK(DELVI SELVIA, RUQIAH GANDA PUTRI PANJAITAN, RENI MARLINA) KADERISASI DAN PEMERIKSAAN PENANDA SINDROMA METABOLIK DALAM UPAYA PROMOSI GAYA HIDUP SEHAT DI KELURAHAN BELAWAN I (FEBY YANTI HARAHAP, LOKOT DONNA LUBIS, EKA ROINA MEGAWATI) PENATAAN LANSKAP PERTANIAN TERPADU KELOMPOK TANI KEM MUSI KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD PROVINSI SULAWESI UTARA (INGERID LIDIA MONIAGA, AMANDA SUTARNI SEMBEL)
PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN TEKNOLOGI LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) BERBASIS BIOCHAR SALAH SATU UPAYA PENANGANAN BANJIR DI KOTA MEDAN (SUMIHAR HUTAPEA, ELLEN LUMISAR PANGGABEAN, TUMPAL H.S SIREGAR)
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN IMPLEMENTASINYA BAGI GURU-GURU SEKOLAH MUHAMMADIYAH MEDAN Chairunisah1*, Denny Haris1 1
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan, Medan Penulis korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru mengenai manajemenproses pembelajaran yang baik, efisien dan efektifserta meningkatkan kemampuan guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tingkat pendidikan siswa. Kegiataninidilakukan di sekolah mitra, SD Muhammadiyah 03, SMP Muhammadiyah 03 dan SMA Muhammadiyah 02 yang berada di kecamatan Medan Selayang yang umumnya mengalami kesulitan dalam penyusunan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tingkat satuan pendidikan siswa. Sekolah mitra membutuhkan optimalisasiuntukmengembangkan, mengimplementasi dan mengevaluasi pembelajaran, pelatihan yang intensif dalam penyusunan perangkat pembelajaran, dan informasi mengenai model dan metode pembelajan yang dapat mendukung perangkat pembelajaran tersebut, serta pakar yang dapat memvalidkan hasil dari rancanganperangkat yang dikembangkan dari pelatihan tersebut sehingga dapat digunakan untuk menunjang dan meningkatkan proses belajar mengajar. Metode pelaksanaan yang digunakan dalam pengabdian ini adalah metode pelatihan, pembimbingan dan pendampingan. Guru akan mendapat pelatihan dan ceramah, dibimbing dan didampingi dalam penyusunan perangkat pembelajaran. Kegiatan ini menghasilkan perangkat yang telah direvisi dan divalidasi oleh pakar serta efisien dan efektif yang mencerminkan karakteristik siswa sesuai tingkat satuan pendidikannya sehingga memberikan efek positif pada proses pembelajaran. Kata Kunci: Perangkat Pembelajaran, karakteristik siswa, tingkat satuan pendidikan. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Guru diwajibkan membuat RPP yang lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan peluang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Hal ini menyebabkan guru dituntut untuk selalu melakukan pengembangan dalam menyusun program pengajaran dan perangkat pembelajaran serta mengimplementasikannya dengan berbagai strategi pembelajaran yang inovatif. Fakta dilapangan bahwa masih banyak guru yang berprilaku dengan membuat RPP dan perangkat pembelajaran lainnya yang belum sesuai dengan harapan yang diinginkan, bahkan yang lebih memprihatinkan lagi perangkat pembelajaran hanya dijadikan sebagai kebutuhan administrasi dan formalitas saja, serta guru mengaplikasikan sesuatu yang berbeda dari perangkat pembelajarannya, dimana seharusnya perangkat pembelajaran merupakan pedoman bagi guru dalam proses pembelajaran. Peran perangkat pembelajaran sering dikesampingkan oleh guru. Tidak dipungkiri bahwa masih banyak guru yang tidak memiliki perangkat pembelajaran saat mengajar. Manfaat dari perangkat pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Perangkat pembelajaran merupakan panduan bagi seorang guru. Proses pembelajaran merupakan suatu hal yang sistematis dan terurut. Perangkat pembelajaran memberi arahan dalam mengembangkan teknik mengajar bagi guru. (2) Perangkat pembelajaran sebagai tolak ukur bagi guru. Dalam meningkatkan profesionalitas seorang guru, penting bagi guru untuk melakukan penilaian atau evaluasi hasil mengajarnya. Guru dapat mengevaluasi sendiri sejauh mana perangkat pembelajran yang telah dirancangnya teraplikasi di kelas serta dapat membandingkan berbagai aktivitas di kelas, strategi, metode dan langkah pembelajaran dengan data yang ada di perangkat pembelajaran. (3) Perangkat pembelajaran mempermudah dan memfasilitasi guru. Dengan perangkat pembelajaran guru dengan mudah dapat menyampaikan materi, hanya dengan melihat perangkatnya tanpa harus banyak berpikir dan mengingat.
1
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 SD Muhammadiyah 03, SMP Muhammadiyah 03 dan SMA Muhammadiyah 02 telah melaksanakan suatu model pembelajaran yang bertolak ukur pada karakteristik siswa dengan berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada dua arah yaitu menuntut keaktifan siswa dan guru pada semua mata pelajaran. Strategi yang dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan dalam bentuk pengajaran, bimbingan dan latihan. Namun di dalam proses pembelajaran yang pada hakikatnya merupakan suatu komunikasi timbal balik antara guru dan siswa atau sebaliknya serta siswa ke siswa, banyak ditemukan permasalahan-permasalahan di SD Muhammadiyah 03, SMP Muhammadiyah 03 dan SMA Muhammadiyah 02. Secara umum permasalahan yang dihadapi sekolah dapat digambarkan sebagai berikut: (1) lemah dan minimnya pengetahuan guru dalam pengelolaan dan pengembangan proses pembelajaran, seperti penyusunan perangkat pembelajaran dimana perangkat pembelajaran yang digunakan untuk tingkat SD, SMP dan SMA memiliki karakteristik yang sama tanpa membedakan tingkat satuan pendidikan. (2) Kurangnya keaktifan siswa yang disebabkan cara belajar siswa yang hanya sebatas sebagai pendengar saja. (3) Penyampaian bahan ajar yang masih bersifat klasikal dan verbalisme. (4) Keterbatasan kemampuan guru dalam mengaplikasikan bahan ajar melalui metode maupun media yang ada. Salah satu penyebab permasalahan-permasalahan yang dihadapi mitra tersebut disebabkan oleh kurangnya informasi, pengetahuan dan pelatihan intensif yang diterima oleh guru. Oleh karena itu dengan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai karakteristik tingkat satuan pendidikan dan memilih strategi pembelajaran yang tepat, yang kemudian akan diaplikasikan dalam kegiatan peer teaching untuk melihat hasil dan merevisinya dan kemudian dipraktekkan di kelas kepada siswa sebelum perangkat pembelajaran di validasi sebagai standar proses pembelajaran untuk kompetensi dasar tertentu, serta memberikan ilmu pengetahuan serta informasi mengenai pengembangan proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah mitra. METODE PELAKSANAAN Strategi PelaksanaanPengabdian Permasalahan utama yang merupakan prioritas bagi sekolah mitra adalah dalam penyusunan perangkat pembelajaran yang sistematis yang terdiri dari 1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), 2) Penyusunan bahan ajar, 3) Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS), 4) Assesment atau penilaian. Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi mitra, SD dan SMP Muhammadiyah 03 Medan serta SMA Muhammadiyah 02 Medan, metode pelaksanaan yang digunakan adala metode pelatihan, pembimbingan dan pendampingan. Tahapan pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah sebagai berikut: (1) Pelatihan bagi guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran. Kegiatan ini disertai dengan ceramah yang akan memberikan penjelasan daninformasimengenai materi yang mendukung penyusunan perangkat pembelajaran. (2) Pendampingan dan pembimbingan dalam penyusunan perangkat pembelajaran. (3) Peer Teaching. Praktek pembelajaran dalam bentuk penilaian rekan sejawat dengan menggunakan perangkat yang telah disusun, yang hasilnya akan direvisi. (4) Revisi perangkat pembelajaran. (5) Real Teaching. Mempraktekkan langsung perangkat pembelajaran yang telah direvisi kepada siswa di kelas. (6) Validasi perangkat pembelajaran oleh pakar sesuai dengan bidang keilmuan. Setiap proses kegiatan pengabdian ini akan didampingi dan diikuti perkembangannya oleh tim pelatih. Pemantauan pelaksanaan kegiatan pengabdian ini juga dilakukan secara bertahap sesuai tahapan kegiatan pengabdian yang dipaparkan di atas. Hasil pantauan ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang berguna sebagai sarana evaluasi atau balikan untuk (1) melakukan revisi pada rancangan (rencana) dan pelaksanaan program pengabdian, (2) melihat dan melakukan penanggulangan kendala lapangan yang terjadi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang dicapai dalam kegiatan pengabdian ini dimulai dari usaha persiapan kegiatan yang telah dimulai dari bulan Maret 2016. Beberapa hal yang dilakukan dan dihasilkan adalah (1) Setting persiapan kegiatan pengabdian yang dimulai dari pengaturan tugas tim, koordinasi dengan unsur-unsur Lembaga Pengabdian Masyarakat Unimed dan penguatan kesepakatan dengan sekolah mitra pengabdian untuk menyatukan pandangan tentang rencana dan prosedu rpelaksanaan penelitian, (2) penguatan dan penandatanganan MoU dan pengurusan perizinan dengan pihak sekolah mitra SD Muhammadiyah 03, SMP Muhammadiyah 03, dan SMA Muhammadiyah 02 Medan, (3) menyusun jadwal kegiatan yang dimulai dari bulan Maret dan berakhir pada bulan Oktober 2016 dengan tahap persiapan hingga produk akhir berupa perangkat
2
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) di kelas sesuai karakterisitik tingkat satuan pendidikan dari guru-guru Muhammadiyah Medan, (4) melakukan dan menyusun instrument penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan guru-guru SD, SMP, SMA Muhammadiyah dalam menyusun perangkat pembelajaran dan melaksanakannya (real teaching) di dalam kelas serta instrument penilaian oleh rekan sejawat dan tim ahli pada kegiatan peer teaching. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Setelah dilakukan analisis awal permasalahan sekolah mitra maka selanjutnya dilakukan bebrerapa tahapan pelaksanaan pengabdian berupa pelatihan, pembimbingan dan pendampingan. Tahap pelatihan/workshop Pada tahap pelatihan ini meliputi kegiatan diskusi dengan tim pendamping dan pembekalan kepada tim mahasiswa tentang rencana dan prosedu rpelaksanaan serta tim pelaksana pengabdian melakukan persiapan dan pengumpulan materi dan referensi dengan memperhatikan saran dari kepala sekolah dan kebutuhan guru-guru sekolah mitra. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan mengoptimalkan waktu pelaksanaan pelatihan. Pelatihan bagi guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini dilakukan selama 2 hari yang diisi dengan ceramah yang akan memberikan penjelasan dan informasi mengenai materi yang mendukung penyusunan perangkat pembelajaran. Selama proses pelatihan/workshop, tim pelatihan juga melakukan pendampingan kepada perserta mengenai penyusunan perangkat pembelajaran. Proses ini digambarkan sebagai berikut: Pelaksanaan Pelatihan (Pendalaman Materi)
Pendampingan guru-guru selama proses workshop
Gambar 1.Tahap Pelaksanaan Workshop Tahap pendampingan dan pembimbingan Setelah kegiatan workshop berakhir, selanjutnya peserta diminta untuk menyelesaikan tugas mandiri yaitu menyusun perangkat pembelajaran yang akan dibelajarkan pada materi selanjutnya di kelas masing-masing. Selama proses pendesainan ini, tim pelaksana mengkordinir dan memantau kegiatan yang dilakukan guru. Pada tahap ini tim pelaksana juga memberi pendampingan dan pembimbingan serta membuka kesempatan bagi guru-guru yang ingin berdiskusi mengenai kendala yang mereka hadapi. Dari hasil diskusi dan pembimbingan ini selanjutnya guru melakukan revisi perangkat pembelajaran.
3
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 2.Pengkordiniran dan pemantauan hasil kerja guru Tahap Peer Teaching Di tahap ini guru melakukan pelaksanaan praktek pembelajaran dalam bentuk penilaian teman sejawat dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah \disusun dan direvisi oleh masing-masing peserta.
Gambar 3.Praktek Peer Teaching Tahap Real Teaching Tahap beriktunya adalah melakukan praktek pembelajaran sesungguhnya dalam bentu kreal teaching di kelas. Pada tahap ini dilakukan pendampingan lebih lanjut untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang standar yang bisa dijadikan model/acuan bagi guru-guru sekolah Muhammadiyah Medan.
Gambar 4. Proses Real Teaching KESIMPULAN Kegiatan Pengabdian yang telah dilakukan di sekolah Muhammadiyah Kota Medan dapat meningkatkan pemahaman guru mengenai manajemen proses pembelajaran yang baik, efisien dan efektif serta meningkatkan kemampuan guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tingkat pendidikan siswa. Selain bertambahnya informasi (pengetahuan) dan performa guru dalam mengembangkan perangka tpembelajaran, juga terhadap kegiatan ini sebagai usaha sharing informasi dan forum diskusi dapat memotivasi cukup tinggi terhadap usaha guru untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran meskipun diakui beberapa hambatan cukup sulit diselesaikan seperti penyesuaian alokasi waktu belajar dengan scenario kegiatan pembelajaran, pemahaman yang lebih baik terhadap model-model pembelajaran dan bagaimana pengimplementasiannya sebagai penguatan proses pembelajaran.
4
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. De lange, Jan. 1994. Assessing mathematical skills, understanding, and thinking.In Richard Lesh and J. Lamon (Ed.), Assessment of Authentic Performance in School Mathematics. Texas A&M University, College Station, Texas: AAAS Press. Feiter, Leo P. de. and van den Akker, J. 1995. Towards more effective teacher development in Southern Africa. Amsterdam: VU University Press. Hendayana, S., et.al (2007). Lesson study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press. Plomp, T. (1997). Educational & Training Systems Design. Enschede, Netherlands: Faculty of Educational Science and Technology, University of Twente. Sudjana, Nana.2009. Penilaianhasildan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosada. Suryadi, D. (2010). Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR): Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study. Teori Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. JICA FMIPA UPI. Bandung.
5
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
AKUNTANSI MASUK DESA (PILOT PROJECT PENGABDIAN DI DESA PAGARAWAN, KABUPATEN BANGKA) Darus Altin Fakultas Ekonomi, Universitas Bangka Belitung, Pangkal Pinang Penulsi Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dipandang perlu adanya partisipasi perguruan tinggi agar pelaksanaan dari undang-undang tersebut berjalan dengan baik.Desa Pagarawan yang terdapat di Kecamatan Merawang, kabupaten Bangka merupakan desa percontohan yang berdekatan dengan lokasi Universitas Bangka Belitung, tentunya terimbas dampak undang-undang desa tersebut yang mana membuat pemerintah Desa akan memperoleh dana yang cukup besar untuk dikelolanya. Kegiatan pengabdian dilakukan dalam tiga bidang kajian terkait hukum, akuntansi dan perencanaan sehingga memberikan kontribusi positif bagi desa dalam rangka menghasilkan pencatatan akuntansi yang baik. Metode yang dilakukan dalam pengabdian meliputi sosialisasi tentang hukum/peraturan desa, pelatihan akuntansi desa dan pendampingan bagi aparatur desa dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan keuangan desa. Pengabdian dilakukan di Desa Pagarawan, Kec, Merawang Kabupaten Bangka berbentuk sosialisasi tentang UU Nomor. 6 Tahun 2014 dan tata cara penyusunan Peraturan Desa, pelatihan SIMDA bagi Aparatur Desa serta pendampingan BUMDes dan Bendahara Desa terkait pembukuan dan penyusunan laporan keuangan Desa yang mana diharapkan dapat membantu Desa dalam menghasilkan pelaporan keuangan yang baik dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah yang berlaku. Pencatatan akuntansi yang selama ini masih dilakukan oleh Aparatur Desa Pagarawan secara manual, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi desa dan pemahaman tentang pentingnya akuntansi yang baik untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang andal dan akuntabel. Kata Kunci: Akuntansi, UU Nomor 6 Tahun 2014, Perencanaan, Desa Pagarawan PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dipandang perluadanya partisipasi dari berbagai kalangan agar pelaksanaan dari undang-undang tersebut berjalan dengan baik. Perguruan tinggi dalam hal ini mempunyai peran pengabdian kepada masyarakat sekaligus sebagai proses pembelajaran dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah-masalah pembangunan yang sedang dihadapi. Institusi Pendidikan Tinggi adalah salah satu elemen Bangsa yang turut bertanggung jawab dalam usaha pencapaian cita-cita ideal negara tersebut. Pendidikan tinggi merupakan benteng terakhir dalam menghadapi segala goncangan dan problematika kebangsaan. Pendidikan tinggi harus mampu berperan sebagai produsen pengetahuan, laboratorium pengujian kebenaran, menjaga aset pengetahuan, mampu mendiagnosa penyakit dan prolematika kebangsaan serta menformulasi resep alternative yang solutif terhadap penyakit dan problematika tersebut, secara aktif dan kreatif menyusun metodologi yang proporsional dan professional untuk mengaplikasikan segala gagasan dalam bentuk tindakan yang riil di masyarakat. Secara umum konsep operasional itu tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni Pendidikan, Penelitian danPengabdian Kepada Masyarakat. Desa tujuan yang akan menjadi sasaran pengabdian adalah Desa Pagarawan. Tujuan kami memilih Desa Pagarawan adalah untuk membina desa di seputaran wilayah kampus terpadu Universitas Bangka Belitung. Desa Pagarawan merupakan desa binaan yang menjadi contoh untuk semua desa di Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka dimana diharapkan memberi manfaat dan menjadi suatu upaya untuk lebih baik lagi kedepan serta memberikan segala kemajuan-kemajuan di berbagai aspek kehidupan sosial bermasyarakat. Sebagai desa yang menjadi percontohan di Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, tentunya dengan berlakunya undang-undang desa tersebut akan membuat pemerintah desa akan memperoleh dana yang cukup besar untuk dikelolanya. Di lain pihak tentunya dana yang besar tersebut harus dapat dikelola dan dipertanggungjawabkan dengan baik. Pengelolaan keuangan Desa tidak hanya menyangkut perlunya peraturan pendukungnya dan sarana-prasarana, namun yang paling penting adalah dimilikinya SDM yang
6
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 memiliki kompetensi dan komitmen yang dapat diandalkan. Kami menyadari bahwa aparat Desa yang ada saat ini sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Permasalahan awal yang kami temui di lapangan berkaitan dengan Akuntansi Desa, bahwasannya sistem penyusunan APBDes dan laporan keuangan desa masih menggunakan Ms. Excel bercampur manual sehingga dengan cara ini efisiensi penyusunan tidak tercapai. Selain itu, aparatur desa belum banyak yang memahami dan menerapkan UU atau Peraturan Desa yang berlaku. Perencanaan Desa juga mengalami kendala sehingga menyebabkan sistem penyusunan pembukuan keuangan BUMDes Pagarawan masih menggunakan Ms. Excel bercampur manual sehingga dengan cara ini efisiensi penyusunan kurang maksimal. Menyadari kondisi tersebut, kami melakukan sesuatu pengabdian bagi masyarakat berbentuk pembekalan bagi aparatur desa sehingga mereka siap dalam menata keuangan desa dengan berlandaskan Standar Akuntansi Pengelolaan Dana Desa yang berlaku. Konteks pengabdian Dalam rangka melakukan keefektisan pekerjaan pengabdian ini, kami membagi ke dalam 3 (tiga) bidang kajian, diantaranya: 1. Bidang Undang-Undang Desa: Sosialisasi UU Desa No.06 Tahun 2014 dan Tata Cara Pembuatan Peraturan Desa 2. Bidang Akuntansi Sosialisasi dan Pelatihan Sistem Informasi Manajemen Daerah Pendampingan Tim BPKP ke Desa Pagarawan Pelatihan BUMDES Pendampingan bendahara desa oleh tim akuntansi 3. Bidang Perencanaan Desa: Bimbingan Teknis tentang BUMDes. Tujuan pengabdian 1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya apratur Desa Pagarawan tentang UU Desa No. 6 Tahun 2014 dan menjadikan aparatur desa memahami tentang pembuatan Peraturan Desa. 2. Memberikan pemahaman akuntansi tentang pengelolaan keuangan desa sekaligus mengenalkan kepada aparatur desa terkait Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) sebagai salah satu aplikasi teknologi informasi untuk mempermudah pencatatan akuntansi sehingga menghasilkan pelaporan keuangan yang andal dan akuntabel. 3. Memberikan pemahaman bagi aparatur desa dalam melakukan perencanaan terkait Badan Usaha yang dimiliki Desa (BUMDes) sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih baik bagi desa. METODE Metode yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian ini dilakukan melalui tiga cara, yaitu: 1. Metode Sosialisasi Sosialisasi dilakukan terkait pengenalan UU No. 6 Tahun 2014 dan tentang cara menyusun Peraturan Desa dengan narasumber Dosen Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung. 2. Metode Pelatihan Pada metode pelatihan ini dilakukan dengan cara memperkenalkan sekaligus mempelajari bersama cara penggunaan program SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah) dengan Tim BPKP Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3. Metode Pendampingan Pendampingan dilakukan langsung oleh tim terhadap Bendahara Desa dalam rangka menghasilkan pelaporan keuangan desa yang sesuai dengan standar yang berlaku. Pelaksanaan dilakukan di Kantor Desa Pagarawan Kabupaten Bangka sebagai tempat dilakukannya pengabdian kepada masyarakat yang mana kegiatan ini merupakan satu rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa Universitas Bangka Belitung Tahun 2015 sebagai wujud nyata pengabdian Universitas bagi masyarakat yang mengambil tema Akuntansi Masuk Desa sebagai Pilot Projectnya di Desa Pagarawan. PEMBAHASAN Dalam kegiatan pengabdian ini dapat dirumuskan ke dalam tiga kegiatan utama yang dilakukan diantaranya:
7
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 a. Kegiatan Sosialisasi UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa dan tata cara penyusunan peraturan desa. Pada kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman sosialisasi UU No. 06 Tahun 2014 dengan Narasumber Sigit Nugroho (Dosen Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung) dan tentang bagaimana cara melakukan penyusunan peraturan Desa dengan narasumber Bpk. Ismail (Perwakilan dari Kemenkumham Provinsi Kepulauan Bangka Belitung). Pada kegiatan ini dihadiri sebanyak 38 peserta dari perwakilan Aparatur Desa yang ada di Kabupaten Bangka sehingga aparatur desa memiliki pengetahuan awal khususnya dalam melakukan penyusunan Peratura Desa.Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2016. b. Kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi aparatur Desa Pagarawan tentang pemahaman aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Kegiatan ini diawali dengan pembekalan materi terkait SIMDA kepada peserta (aparatur Desa Pagarawan) yang selanjutnya dilakukan pendampingan kepada peserta bagaimana menggunakan aplikasi SIMDA tersebut.Pelatihan sekaligus pendampingan ini dilakukan narasumber dari perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Bpk. Unang). Selain itu, masyarakat juga diberikan pembekalan bagaimana melakukan online website Desa Pagarawan sehingga dapat terkoneksi dengan baik ke dalam Aplikasi SIMDA.Selain itu, juga dilakukan Bimbingan Teknis Pembukuan terhadap BUMDes Pagarawan. c. Kegiatan pendampingan Perencanaan Desa Pagarawan. Dalam kegiatan pendampingan ini dilakukan dengan cara audiensi ke BPMPD Kabupaten Bangka yang mana selanjutnya dilakukan dengan melakukan pertemuan untuk pembahasan tentang perencanaan desa khususnya bagi pengembangan BUMDES di Desa Pagarawan, Kec. Merawang, Kab. Bangka dengan aparatur Desa Pagawaran. Selain pendampingan di atas, juga dilakukan pendampingan terhadap Bagian Keuangan dan Bendahara Desa dalam melakukan pembukuan/pencatatan akuntansi desa yang sesuai dengan kaidah yang berlaku. KESIMPULAN Dari kegiatan pengabdian di Desa Pagarawan merupakan desa binaan yang menjadi contoh di Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut bahwasanya Akuntansi Keuangan Desa Pagarawan yang masih menggunakan Ms.Excel dan manual seharusnya dapat menggunakan software akuntansi seperti SIMDA, karena di Desa Pagarawan tersedia fasilitas perangkat elektronik yang mendukung untuk digunakannya software akuntansi tersebut. Kurangnya pemahaman dan penerapan mengenai undang-undang desa atau peraturan desa yang tepat dan sesuai dengan UU Desa No.6 Tahun 2014 sehingga perlu dibekali tentang pemahaman terhadap peraturan Desa tersebut. Sistem penyusunan pembukuan BUMDES di Desa Pagarawan masih menggunakan Ms.Excel dan manual serta kekurangan modal BUMDES sehingga biaya operasionaltidakterpenuhidankeuntungan usaha tidak maksimal. Sistem website Desa Pagarawan yang belum diperbaharui selama dua tahun terakhir dan keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia) yang mengerti tentang teknologi informasi. Dalam kegiatan pengabdian ini dilakukan pendampingan bagi admin website Desa Pagarawan untuk dapat dilakukan pengaktifan kembali pada masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Agus, Puji. 2015. Pengelolaan Keuangan Desa: Sistem dan Prosedur Pelaporan Keuangan Desa. Jakarta. Kementerian Keuangan. Http://www.spi.or.id/wp-content/uploads/2014/11/UU_NO_6_2014-Desa.pdf Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) KSAP. 2015. Pedoman Asistensi Akuntansi Keuangan Desa. Jakarta. IAI LPPM UBB. 2015. Pedoman Kuliah Kerja Nyata Universitas Bangka Belitung Angkatan X. Bangka Belitung. LPPM UBB. Rusmianto, Yuliansyah. 2015. Akuntansi Desa. Jakarta. Salemba Empat.
8
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PENINGKATAN KETRAMPILAN DAN PROFESIONALISME GURU DAN SISWA/I SMA/SMK MELALUI PENDAMPINGAN PERANCANGAN DESAIN PRODUK MEKANIKAL DI JABODETABEK Harto Tanujaya1), I Wayan Sukania2), Didi Widya Utama1) Program Studi Teknik Mesin1), Program Studi Teknik Industri2) Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara, Jakarta Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Kegiatan Pendampingan Perancangan Desain Produk Mekanikal dengan menggunakan bantuan software atau perangkat lunak bagi Guru dan siswa/i SMA/SMK merupakan salah satu bentuk Training of Trainer (ToT) yang dirancang untuk melatih para calon tenaga pelatih yang nantinya diharapkan bisa memberikan pelatihan yang sama mengenai desain produk mekanikal ke sesama guru dan siswa/i SMA/SMK dan terus dilanjutkan secara bergulir sehingga lebih banyak guru dan siswa/i SMA/SMK yang bisa merasakan pelatihan sejenis ini. Adapun tujuan lain dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk ikut serta membangun Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya bagi guru dan siswa SMA/SMK pada aspek penguasaan pengetahuan & keterampilan terhadap Desain Produk Mekanikal dengan menggunakan software/perangkat lunak dan juga agar tercipta standarisasi minimal untuk peserta pelatihan sehingga dapat mendorong profesionalisme SDM dan meningkatkan ketrampilan berpikir para guru dan siswa/i SMA/SMK terhadap penguasaan pengetahuan & keterampilan dalam mendesain suatu Produk Mekanikal dengan menggunakan software, sehingga mampu menggunakannya secara lebih efektif. Luaran yang dihasilkan adalah dengan mengikutsertakan peserta yang mampu untuk mendapatkan sertifikat uji kompetensi internasional dari lembaga yang profesional. Dengan mendapatkan sertifikasi di tingkat internasional maka peserta dianggap sudah memenuhi standarisasi minimal untuk seorang professional terhadap penguasaan ketrampilan Desain Produk Mekanikal. Luaran yang lain adalah dengan mempublikasikan kegiatan tersebut ke dalam jurnal nasional. Kata kunci: Pendampingan, desain, produk mekanikal, sertifikasi PENDAHULUAN Dewasa ini bentuk suatu produk semakin kompleks dan rumit. Pembuatan atau pengembangan suatu produk yang kompleks dan rumit tersebut, akan lebih cepat dan efisien untuk diselesaikan, dengan bantuan suatu alat bantu yaitu software/ perangkat lunak. Perkembangan teknologi dalam bidang Desain Produk Mekanikal semakin pesat, hal tersebut harus diimbangi dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang baik, agar SDM kita dapat bersaing dengan SDM dari luar negeri. Desain produk mekanikal dengan menggunakan bantuan perangkat lunak akan mempunyai hasil yang lebih baik, cepat dan akurat jika dibandingkan dengan mendesain secara manual. Hal tersebut yang mendorong kami agar para calon engineer, yang saat sekarang sebagai siswa SMA/SMK, nantinya jika akan terjun kedalam masyarakat dan dunia industri, telah terbekali dan dapat merancang dan membuat desain produk mekanikal secara mandiri. Oleh karena itu, kami ingin melakukan suatu kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dalam program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), berupa kegiatan Pendampingan Perancangan Desain Produk Mekanikal dengan menggunakan bantuan software atau perangkat lunak bagi Guru dan siswa/i SMA/SMK, sebagai langkah awal untuk menjawab tuntutan tersebut diatas. Pelatihan yang berbasis kepada metode “Training of Trainer (ToT)” ini merupakan kegiatan pendampingan yang bertujuan untuk menyebarkan materi, keahlian, dan kemampuan dalam pengoperasian perangkat lunak, dalam bidang desain produk mekanikal secara cepat kepada masyarakat. Pelatihan ini dirancang untuk melatih para calon tenaga trainer/pelatih yang telah berkompeten dengan sertifikasi secara internasional, yang nantinya diharapkan bisa memberikan pelatihan yang sama ke sesama guru dan siswa/i SMA/SMK, dan terus dilanjutkan secara bergulir sehingga lebih banyak guru dan siswa/i SMA/SMK yang bisa merasakan pelatihan sejenis ini. Kegiatan pelatihan ToT ini juga merupakan salah satu bentuk kegiatan dan wujud tanggung jawab dosen dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi yang seharusnya memang dilakukan dalam mengamalkan keilmuannya. Dalam kegiatannya seorang dosen dapat berkarya dan mengaplikasikan secara langsung keilmuannya ke masyarakat sehingga dapat diperoleh manfaat pada kedua pihak.
9
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 TUJUAN DAN LUARAN Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pelaksanaan Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) tentang “Pendampingan Perancangan Desain Produk Mekanikal bagi Guru dan Siswa/i SMA/SMK di JABODETABEK”, adalah: 1. Ikut serta membangun Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya bagi guru dan siswa SMA/SMK pada aspek penguasaan pengetahuan dan keterampilan terhadap Desain Produk Mekanikal dengan menggunakan software/Perangkat Lunak. Para peserta pelatihan diharapkan mampu dan menguasai proses instalasi dan mendownload perangkat lunak yang akan digunakan. 2. Ikut serta menghasilkan calon tenaga trainer yang mampu dan kompeten dengan standar internasional untuk desain produk mekanikal dengan menggunakan perangkat lunak, sehingga nantinya mampu melatih kepada guru dan siswa/i lainnya. Para peserta pelatihan diharapkan mampu menguasai pengetahuan dan trampil dalam desain dan sketching produk mekanikal dengan menggunakan software. 3. Terciptanya standarisasi minimal untuk peserta pelatihan sehingga dapat mendorong profesionalisme SDM dan meningkatkan ketrampilan berpikir para guru dan siswa/i SMA/SMK terhadap penguasaan pengetahuan & keterampilan desain produk mekanikal dengan menggunakan software yang lebih baik sehingga mampu menggunakannya secara efektif. Luaran yang akan dihasilkan berupa uji kompetensi sertifikasi internasional dari lembaga bertaraf internasional yang berkompeten dibidang desain produk mekanikal sebagai wujud penguasaan minimal pengetahuan dan ketrampilan mendesain tentang desain produk mekanikal dengan menggunakan software. Luaran lain yang dapat dihasilkan adalah publikasi ilmiah kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilakukan pada jurnal nasional. PERMASALAHAN DAN SOLUSI YANG DITAWARKAN Sesuai dengan struktur kurikulum SMA dan SMK yang terbaru, pengembangan kurikulum Pendidikan Menengah terdiri atas kelompok mata pelajaran wajib dan pilihan. Hal tersebut mendorong sekolah SMA/SMK dituntut untuk memberikan mata pelajaran pilihan akademik (SMA) dan akademik & vokasional (SMK) yang berwawasan luas, menarik, dan bermanfaat bagi peserta didiknya. Salah satu mata pelajaran pilihan yang dapat diberdayakan atau dimanfaatkan oleh sekolah SMA/SMK adalah mendesain suatu produk dengan bantuan perangkat lunak. Saat ini, disekolah SMA/SMK penguasaan terhadap penggunaan perangkat lunak sebagai salah satu perangkat untuk mendesain suatu produk mekanikal, merupakan hal yang masih kurang diperhatikan. Sedangkan salah satu desain produk mekanikal seperti diperlihatkan pada gambar 1, merupakan salah satu materi yang wajib dikuasai oleh para engineer, hal tersebut penting jika siswa tersebut berminat untuk menjadi engineer. Perhatian yang kurang tersebut disebabkan oleh kekurangan-mampuan SDM yang tersedia dalam mengoperasikan dan mendesain dengan menggunakan perangkat lunak tersebut, hal lain adalah dari segi waktu dan biaya yang dikeluarkan oleh pihak mitra jika mendatangkan instruktur dari institusi/industri yang tergolong cukup mahal. Melihat permasalahan tersebut maka kami perlu menindak-lanjutinya dengan memberikan pendampingan ToT kepada para guru dan siswa SMA/SMK secara berkelanjutan, dalam hal penguasaan perangkat lunak untuk desain produk mekanikal. Pendampingan akan dilaksanakan kepada para peserta untuk memperoleh uji kompetensi dengan sertifikasi secara internasional bagi para peserta yang sudah dianggap mampu dan berkompeten. Dengan memperoleh sertifikasi secara internasional maka peserta pendampingan kegiatan ini telah dianggap berkompeten dan professional di bidang desain produk mekanikal tersebut.
Gambar 1. Salah satu contoh Desain Produk Mekanikal
10
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 METODE PELAKSANAAN Untuk menjamin kualitas pelaksanaan kegiatan, ada beberapa tahapan yang perlu dilaksanakan. Tahap yang pertama yaitu “Perencanaan & Persiapan Kegiatan”, dalam tahap ini ketua tim pelaksana menyeleksi dan mengirimkan surat kesediaan dan undangan untuk mengikuti kegiatan pelatihan tersebut ke sekolahsekolah SMA/SMK dalam kurun waktu 6 bulan sebelum kegiatan berlangsung, disesuaikan dengan jadwal dari sekolah masing-masing. Tahap yang kedua “Proses Penyaringan Peserta”, pada tahap ini daftar sekolah yang bersedia mengikuti pelatihan dikumpulkan untuk diberikan kuota peserta untuk masing-masing sekolah, disesuaikan dengan ketersediaan tempat. Tahap yang ketiga yaitu “Pelaksanaan”, pada tahap ini pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama 3 hari, dengan perincian 2 hari pelatihan dan 1 hari ujian sertifikasi. Tahap yang keempat “Evaluasi dan Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan”, pada tahap ini evaluasi kegiatan dilakukan guna memberikan masukan dan penyelenggaraan kegiatan serupa yang lebih baik, dan pembuatan laporan akhir kegiatan secara menyeluruh. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di Ruang Pusat Komputer (PUSKOM), Universitas Tarumanagara, Gedung Utama Lantai 9, dan beralamat di Jl. Letjen S Parman No. 1, Jakarta Barat. Pembimbing dan instruktur dalam pelatihan ini dipandu oleh tim dosen dari Program Studi Teknik Mesin dan Program Studi Teknik Industri, FakultasTeknik, Universitas Tarumanagara sebagai instruktur dan dibantu oleh mahasiswa-mahasiswa dari Program Studi Teknik Mesin sebagai asisten instruktur. Materi pelatihan yang diberikan pada pelaksanaan Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) ini untuk meningkatkan ketrampilan dan penguasaan dalam mendesain produk mekanikal dengan menggunakan software. Materi secara garis besar dibagi menjadi delapan modul, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Proses instalasi dan aktivasi software (3 jam) Proses ini merupakan proses awal yang menjelaskan bagaimana untuk mengaktivasi perangkat lunak yang akan digunakan, dengan menghubungkannya secara langsung ke server online perangkat lunak tersebut. Semua software yang akan digunakan dalam pendampingan ini merupakan software yang berlicense/original. Sketching produk mekanikal (3 jam) Pada tahap ini, akan diperkenalkan sketching, membuat sketching sederhana, bagaimana memberikan ukuran pada gambar sketching, dan konstrain geometrik. Sketching merupakan tahap awal dari mendesain suatu produk. Part modeling produk 1 (2 jam) Pada tahap ini para peserta akan dibimbing dalam mendesain suatu part/bagian dari suatu produk. Mengenal konstrain pada komponen, extrude, cut, dan Boolean operation, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Pembuatan part modeling produk 13 Part modeling produk 2 (2 jam) Materi pembuatan part modeling produk 2, mempunyai bentuk part yang berbeda dengan part modeling produk 1. Part modeling produk 2, merancang dan membuat ring segi delapan. Pada tahap ini para peserta akan dibimbing dalam mendesain suatu part/bagian dari suatu produk. Mengenal konstrain pada komponen, extrude, cut, dan drilled operation, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Pembuatan part modeling produk 2
11
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Drawing 2 D (2 jam) Pada materi drawing 2D, akan dijelaskan mengenai pembuatan dan pemodelan gambar 2D secara detail, menempatkan ukuran, dan arsiran dari produk. Gambar 4 (a) memperlihatkan contoh pembuatan gambar kerja 2D untuk pemberian dimensi pada part.
(a) (b) Gambar 4. (a) Pemberian dimensi pada gambar 2D dan (b) 3D Drawing 3 D (2 jam) Pembuatan gambar dari bentuk 3D, seperti membuat gambar perakitan dan potongan dari beberapa part dari gambar kerja suatu produk mekanikal secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 4 (b). Assembly produk mekanikal (2 jam) Tahap assembly / perakitan merupakan tahap akhir dari desain mekanikal. Pada tahap ini seluruh part yang telah dibuat akan digabungkan dan dirakit menjadi satu kesatuan suatu produk mekanikal. Gambar 5 memperlihatkan beberapa bagian part dari suatu produk mekanikal untuk kemudian dirakit menjadi satu kesatuan produk.
Gambar 5. Assembly/perakitan suatu produk mekanikal Peserta kegiatan PKM ini adalah guru dan siswa/i SMA dan SMK dari daerah JABODETABEK. Jumlah peserta dari SMA 1 Barunawati sebanyak 6 peserta, SMK 1 Barunawati sebanyak 7 peserta, SMA Santa Laurensia sebanyak 22 peserta, dan SMAN 101 sebanyak 2 peserta untuk kegiatan selama 2 (dua) hari pelatihan dan 1 (satu) hari ujian sertifikasi. Hasil luaran lain dalam kegiatan ini adalah sertifikat keikutsertaan sebagai peserta dalam pelatihan ini, sebagai wujud penguasaan minimal pengetahuan tentang desain produk mekanikal dengan menggunakan software. HASIL DAN MANFAAT Peserta kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat – Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini diikuti oleh 4 (empat) sekolah SMA dan SMK di wilayah JABODETABEK dengan jumlah peserta secara keseluruhan sebanyak 37 peserta yang terdiri dari siswa dan guru. Setelah melalui proses seleksi yang diserahkan kepada sekolah masing-masing maka telah tersaring sebanyak 10 peserta siswa dan guru untuk mengikuti ujian sertifikasi internasional. Hasil perolehan nilai untuk masing peserta dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
12
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Tabel 1. Hasil Ujian Sertifikasi Test Center ID
First Name
Last Name
90065955
Catharine
Aditya
90065955
Clemens
Divembryan
90065955
James
Gunawan
90065955
Maria Immaculata Tania
Suradja
90065955
Phoebe
Medina
90065955
Sherlyn
Wang
90065955
Budhy
Mulyana S.T.
90065955
Bima
Prasetya
90065955
Denielsen
Paulus
90065955
Mamat
.
90065955
Aziz
Riadi
90065955
Leonardo
Effendy
Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam Inventor 2015 Certified Professional Exam
Result
Time Used
82
PASS
4990
06-10-2016
88
PASS
4744
Certification
06-10-2016
88
PASS
4183
Certification
06-10-2016
82
PASS
5696
Certification
06-10-2016
88
PASS
4596
Certification
06-10-2016
88
PASS
5213
Certification
06-10-2016
85
PASS
4733
Certification
06-10-2016
88
PASS
5302
Certification
06-10-2016
88
PASS
5195
Certification
06-10-2016
88
PASS
5628
Certification
06-10-2016
62
FAIL
6565
Certification
06-10-2016
62
FAIL
6328
Exam Level
Exam Date
Certification
06-10-2016
Certification
Score
Hasil ujian sertifikasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 2016, meluluskan 8 (delapan) peserta dari 10 (sepuluh) peserta ujian sertifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dalam program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), berupa kegiatan Pendampingan Perancangan Desain Produk Mekanikal dengan menggunakan bantuan software atau perangkat lunak bagi Guru dan siswa/i SMA/SMK, dianggap telah berhasil, karena tingkat kelulusan peserta ujian sebesar 80 %. Kegagalan yang terjadi sebesar 20% disebabkan oleh keterbatasan waktu pelatihan yang hanya tersedia selama 2 (dua) hari, karena ideal pelatihan tersebut diselenggarakan selama 5 (lima) hari, sesuai dengan materi yang harus disampaikan. Pencapaian kelulusan peserta sebesar 80% mengindikasikan bahwa kegiatan ini telah berhasil dalam keikutsertaan untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya bagi guru dan siswa SMA/SMK pada aspek penguasaan pengetahuan & keterampilan terhadap Desain Produk Mekanikal dan ikut serta untuk menghasilkan calon tenaga trainer yang mampu dan kompeten dengan standar internasional, serta memperoleh standarisasi minimal untuk mendorong profesionalisme SDM dan meningkatkan ketrampilan berpikir para guru dan siswa/i SMA/SMK terhadap penguasaan pengetahuan & keterampilan desain produk mekanikal. EVALUASI KEGIATAN Untuk mengetahui dan memperoleh masukan dari peserta tentang kegiatan pendampingan dan pelatihan yang telah dilaksanakan, dan untuk memberi umpan balik bagi para instruktur, lembaga pelaksana dan peserta, dan pemerintah guna peningkatan kinerja pada proses pendampingan selama pelatihan dan pendampingan berlangsung, maka diedarkan kuisioner kepada peserta pelatihan. Hasil kuisioner kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dalam program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), “Pendampingan Perancangan Desain Produk Mekanikal bagi Guru dan siswa/i SMA/SMK di JABODETABEK” dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Persiapan pendampingan/pelatihan sudah dianggap baik, yang menjawab; Sangat Setuju ( 34,48 %) dan Setuju ( 65,52 %)
13
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 2. Proses pelatihan dimulai dan diakhiri tepat waktu, yangmenjawab; Sangat Setuju (44,83 %), Setuju (48,28 %), dan Tidak Setuju (6,89 %) 3. Selama pelatihan diberikan kesempatan untuk berdiskusi oleh instruktur, yang menjawab; Sangat Setuju (48,28 %), Setuju (48,28 %), dan Tidak Setuju (3,44 %) 4. Instruktur menjelaskan materi dengan baik dan jelas, yang menjawab; Sangat Setuju (41,38 %), dan Setuju (58,62 %) 5. Instruktur memberikan umpan balik dengan menarik, yang menjawab; Sangat Setuju (34,48 %), Setuju (48,28 %), dan Tidak Setuju (17,24 %) 6. Materi yang diberikan cukup dengan waktu yang telah disediakan, yang menjawab; Sangat Setuju (37,93 %), Setuju (51,72 %), dan Tidak Setuju (10,35 %) 7. Materi yang diberikan bermanfaat untuk saya, yang menjawab; Sangat Setuju (51,72 %), Setuju (41,38 %), Tidak Setuju (3,44 %), dan Sangat Tidak Setuju (3,44 %) 8. Saya dapat belajar banyak dari program pendampingan dan pelatihan, yang menjawab; Sangat Setuju (51,72 %), Setuju (7,93 %), dan Tidak Setuju (10,35 %) 9. Fasilitas ruangan yang diberikan telah memadai (perlengkapan, in-focus, notebook, dsb), yang menjawab; Sangat Setuju (44,83 %), Setuju (48,28 %), dan Tidak Setuju (6,89 %) 10. Fasilitas penunjang telah memadai (snack, makan siang/malam), yang menjawab; Sangat Setuju (72,41 %), dan Setuju (27,59 %) Sedangkan beberapa saran dan masukan mengenai penyelenggaraan, instruktur, materi, dll serta aspekaspek yang perlu ditingkatkan, diantaranya adalah materi yang diberikan terlalu cepat dalam proses pengajarannya, dan waktu pelatihan yang terlalu pendek. KESIMPULAN Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dalam program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), berupa kegiatan “Pendampingan Perancangan Desain Produk Mekanikal bagi Guru dan Siswa/i SMA/SMK di JABODETABEK” telah mencapai kelulusan peserta sebesar 80%, hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan ini ikut menyumbang dalam keikutsertaan untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya bagi guru dan siswa SMA/SMK di JABODETABEK pada aspek penguasaan pengetahuan & keterampilan dan juga untuk menghasilkan calon tenaga trainer yang mampu dan kompeten dengan standar internasional, serta memperoleh standarisasi minimal untuk mendorong profesionalisme SDM. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada KEMRISTEKDIKTI dan LPKMV Universitas Tarumanagara, yang telah membiayai kegiatan ini melalui skema Ipteks bagi Masyarakat (IbM) dan Hibah internal Universitas Tarumanagara. DAFTAR PUSTAKA http://simlitabmas.dikti.go.id/ Chandra, Handi, 2001, AutoCAD 3 Dimensi Pemodelan dan Animasi, Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. ISO standar HandBook, 1985, Technical Drawing, ISO Central Secretary. ISO 129, 1986, Dimensioning, ISO Central Secretary. Juhana, Ohan dan M. Suratman, 2000, Menggambar Teknik Mesin dengan standar ISO, Pustaka Grafika. Simmons, Colin dan Dennis Maguire, 1995, Manual of Engineering Drawing. Takeshi Sato dan Sugiharto, 1981, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Pradnya Paramita. Warren J. Luzadder, 1981, Fundamentals of Engineering Drawing, Prentice-Hall Inc.
14
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BULUDE SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD MELALUI FASILITASI USAHA TANI SAYURMAYUR Alfonds Andrew Maramis1*, Revolson Alexius Mege1, Josephine Louise Pinky Saerang2, & Jouke Hendrik Manopo2 1
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado, Manado 2 Program Studi Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi, Manado * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Desa Bulude Selatan, Kabupaten Kepulauan Talaud, menghadapi banyak permasalahan dalam beragam aspek kehidupan masyarakat. Untuk memberikan pemecahan masalah, telah dilakukan suatu kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk memfasilitasi usaha tani sayur mayur bagi masyarakat desa. Metode yang digunakan adalah kombinasi metode penerapan teknologi tepat guna dengan pendekatan pembelajaran orang dewasa (andragogik). Strategi yang digunakan adalah pilot project, sedangkan teknik yang digunakan adalah pelatihan dan praktek penyuluhan lapangan. Hasil yang diperoleh yaitu, perbaikan kesejahteraan masyarakat baik melalui peningkatan pendapatan ekonomi, pemenuhan akan kebutuhan pangan yang sehat dan berkualitas, dan peningkatan pengetahuan, minat, dan keterampilan dalam usaha tani sayur mayur. Kata kunci: Desa Bulude Selatan, masyarakat desa, usaha tani sayur-mayur. PENDAHULUAN Desa Bulude Selatan terletak di Kecamatan Kabaruan, yang merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud. Kecamatan Kabaruan berbatasan langsung di sebelah selatan dengan Kecamatan Damau dan dikelilingi laut di sisi lain (Gambar 1), di sebelah utara berbatasan dengan Selat Karakelang, di sebelah barat dengan Laut Sulawesi, dan di sebelah timur dengan Samudera Pasifik. Kecamatan Kabaruan dan Kecamatan Damau terletak dalam Pulau Kabaruan, satu dari empat gugusan pulau (Pulau Salibabu, Karakelang, dan Nanusa) dalam wilayah Kepulauan Talaud. Luas wilayah Kecamatan Kabaruan sebesar 6,84 % dari total luas daratan Kabupaten Kepulauan Talaud. Rata-rata wilayah Kecamatan Kabaruan berada pada ketinggian 20 m di atas permukaan laut. Jarak Kecamatan Kabaruan ke ibukota kabupaten yaitu 18,14 mil laut, dengan rata-rata waktu tempuh yaitu 90 menit (BPS Talaud, 2016a).
15
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 1. Peta Kecamatan Kabaruan, Kabupaten Kepulauan Talaud (Sumber: BPS Talaud, 2016a). Data tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Bulude Selatan yaitu 449 jiwa, yang terdiri dari 237 jiwa laki-laki dan 212 jiwa perempuan. Dengan luasan wilayah yaitu 7 km2, maka kepadatan penduduk Desa Bulude Selatan yaitu 64,14 jiwa/km2. Penduduk Desa Bulude Selatan sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani (208 orang), selanjutnya nelayan (15 orang), PNS (13 orang), Pedagang (12 orang), dan ABRI (1 orang) (BPS Talaud, 2016b). Pertanian menjadi sektor andalan penduduk Kecamatan Kabaruan (termasuk di dalamnya penduduk Desa Bulude Selatan) sebagai sumber penghasilan utama sebagian besar penduduknya (BPS Talaud, 2016a). Untuk sayur-mayur, luas panen di Desa Bulude Selatan mencapai 1,2 Ha, dengan produksi 0,9 Ton, sehingga rata-rata produksi sayur-mayur yaitu 0,75 Ton/Ha (BPS Talaud, 2016b). Berbagai komoditas tanaman pangan dapat dihasilkan, namun daerah ini masih mengimpor komoditas tersebut maupun produk turunannya dari Manado dan Bitung (dua daerah lainnya di Provinsi Sulawesi Utara), karena terbatasnya diversifikasi usaha sektor pertanian. Sebagai contoh, seperti yang dilaporkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (2011), tanaman kelapa yang merupakan komoditi hasil perkebunan yang memiliki perbandingan luas areal dan banyaknya pohon terbesar dibandingkan dengan komoditi tanaman perkebunan lainnya di Kabupaten Kepulauan Talaud, namun minyak kelapa sebagai produk turunan dari komoditi ini masih didatangkan dari Manado dan Bitung. Beberapa permasalahan pokok dalam sektor pertanian di Desa Bulude Selatan adalah sebagai berikut: 1) belum adanya upaya pengembangan potensi sumberdaya hayati secara lokal di bidang pertanian; 2) kurangnya ketrampilan dan pengetahuan anggota kelompok masyarakat dalam meningkatkan produksi tanaman pertanian yang berpotensi dikembangkan seperti tanaman sayur-mayur; 3) tingginya ketergantungan petani pada pupuk anorganik, sebaliknya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengolah pupuk organik berbasis limbah pertanian dan peternakan terbilang rendah; dan 4) belum adanya wadah kewirusahaan yang difokuskan pada usaha pertanian yang memanfaatkan potensi sumberdaya hayati yang tersedia secara lokal (Maramis et al., 2015).
16
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Untuk memecahkan permasalahan pada sektor pertanian yang dialami oleh masyarakat Kecamatan Kabaruan, terlebih khusus Desa Bulude Selatan, telah dilakukan berbagai upaya dalam satu payung kegiatan Ipteks bagi Wilayah (IbW) selama tiga tahun yang pelaksanaannya dimulai sejak tahun 2014 (Skim Pengabdian Masyarakat, Ditlitabmas, Dikti, Kemdikbud). Upaya yang dilakukan, diantaranya yaitu: 1) fasilitasi ternak ayam daging berbasis sumber daya lokal (Mege et al., 2015); 2) pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi pertanian kedelai (Maramis et al., 2015); 3) pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi pertanian jagung (Mege et al., 2016a); 4) pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi usaha tani padi ladang (Maramis et al., 2016); dan 5) fasilitasi peternakan babi berbasis sumber daya lokal (Mege et al., 2016b). Artikel ini bertujuan untuk melaporkan kegiatan fasilitasi usaha tani sayur-mayur yang telah dilakukan di Desa Bulude Selatan, Kecamatan Kabaruan, Kabupaten Kepulauan Talaud. METODE PELAKSANAAN Metode yang dipakai untuk mengatasi rangkaian permasalahan masyarakat yaitu kombinasi metode aplikasi teknlogi tepat guna (Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2013) dengan teknik pembelajaran orang dewasa, yang dikenal dengan istilah andragogik (Suhud, 2005). Sedangkan, pendekatan yang akan diterapkan antara lain pendekatan yang bertolak dari etika dan budaya masyarakat setempat. Pendekatan lain yang lazim digunakan adalah Participatory Rural Appraisal dan Rapid Rural Appraisal (Chambers, 1994a; 1994b; 1994c), dimana permasalahan secara mendasar dapat dipahami dan terungkap serta proses perencanaan dalam mengatasi masalah juga merupakan buah pemikiran bersama dengan masyarakat itu sendiri (Supriatna, 2014). Dalam pelaksanaan kegiatan IbW telah disepakati bahwa pelaksanaan kegiatan dilakukan atau dikerjakan secara bersama seperti pembukaan lahan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman, serta pembanguan fasilitas produksi tanaman sayur-mayur, seperti unit pengolahan pupuk organik berbasis sumber daya lokal. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha Tani Sayur-Mayur di Desa Bulude Selatan Dalam kegiatan IbW ini, langkah awal yang telah dilakukan adalah melakukan sosialisasi program yang difokuskan pada upaya mengatasi masalah pertanian dengan target luaran, meliputi: 1) pengembangan potensi sumberdaya lokal di bidang pertanian, dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dengan pilot project usaha tani sayur-mayur; 2) pembangunan unit instalasi pengolahan pupuk organik (pupuk dibuat dengan memanfaatkan potensi bahan organik seperti limbah pertanian dan peternakan yang melimpah dalam rangka mengatasi masalah kelangkaan dan mahalnya harga pupuk anorganik). Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu masyarakat diberi penguatan teori tentang: 1. Pengolahan lahan, dilakukan untuk menyiapkan lahan (yang awalnya adalah lahan marginal) sampai siap ditanam, dengan cara dibajak atau dicangkul lalu dihaluskan hingga gembur; 2. Persiapan benih dan penanaman, benih yang akan ditanam sudah disiapkan sebelumnya dalam polybag dan ditempatkan dalam green house; 3. Pemupukan, bertujuan memberikan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman; 4. Pemeliharaan, meliputi penyulaman, penyiraman (menjaga agar tanah tetap lembab), dan pembubunan (penimbunan tanah di pangkal rumpun tanaman untuk menutup akar yang muncul di permukaan tanah); 5. Pengendalian OPT (organisme penganggu tanaman), disesuaikan dengan tingkat serangan, dilakukan secara manual maupun dengan pestisida; dan 6. Panen dan Pascapanen. Panen adalah tahap terakhir dari budidaya tanaman sayur-mayur. Setelah panen hasil panen akan memasuki tahapan pascapanen. Pembelajaran Terpetik (Lesson Learned) dari Kegiatan Pembelajaran terpetik dari kegiatan IbW ini yaitu terimplementasinya pemberdayaaan masyarakat Desa Bulude Selatan, yang tersirat dari adanya peningkatan pengetahuan, minat, dan keterampilan masyarakat, khususnya dalam usaha tani sayur-mayur. Sampai saat ini, aneka sayur-mayur yang dipasarkan di seluruh wilayah Kepulauan Kabaruan sebagian besar diimpor dari luar daerah. Masih sedikit masyarakat yang membudidayakan, walaupun sangat dibutuhkan. Kualitas pangan sayur-mayur yang dibeli di pasar pun terkadang berada di bawah standar mengingat pangan pelengkap ini didatangkan dari daerah lain yang memakan waktu yang cukup lama dalam hal transportasi, yang tentu saja mempengaruhi tingkat kesegaran dan nilai gizi sayur.
17
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
A
B
C
D
E
F
G
H
Gambar 2. Dokumentasi ragam kegiatan: A) Survei lahan marginal; B) Pembukaan dan pengolahan lahan; C) Penyuluhan bagi kelompok tani; D) Penanaman benih dalam polybag; E) Penyimpanan polybag dalam green house; F) Pelatihan pembuatan pupuk organik; dan H) Penyiangan gulma di areal tanaman ketimun.
18
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
I
J
K
L
M
N
Gambar 2 (Lanjutan). Dokumentasi ragam kegiatan: I) Hasil tani tanaman kacang panjang; J) Hasil tani tanaman pare; K) Hasil tani tanaman cabe rwait; L) Hasil tani tanaman tomat; M) Hasil tani tanaman terong; dan N) Hasil tani tanaman kangkung darat. Usaha tani sayur-mayur dalam kegiatan IbW ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2014 dan berlanjut sampai 2016. Jenis sayur yang ditanam dalam kegiatan ini adalah ketimun, kacang panjang, pare, cabe rawit, tomat, terong, dan kangkung darat. Usaha tani sayur-mayur dilakukan secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jenis sayur yang ditanam adalah sayur yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Desa Bulude Selatan, maupun sebagian besar masyarakat Pulau Kabaruan. Hasil yang diperoleh dari usaha tani sayur-mayur terbilang cukup menggembirakan. Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga kelompok tani, hasil usaha juga dipasarkan ke masyarakat. Usaha ini mampu mencukupi kebutuhan masyarakat akan pangan pelengkap seperti sayur-mayur. Ketersediaan sayur-mayur menjadi berlimpah, sehingga menyebabkan konsumsi sayur oleh masyarakat meningkat. Sebelumnya, pola makan masyarakat seadanya saja dalam pengertian bahwa apa yang tersedia itu yang dikonsumsi. Selain untuk meningkatkan perekonomian, kegiatan ini juga menjadi salah satu bentuk promosi kesehatan tentang konsumsi sayurmayur bagi masyarakat.
19
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Usaha tani sayur-mayur di Desa Bulude Selatan ini cukup menjanjikan. Masyarakat yang awalnya menggantungkan kebutuhannya akan sayur-mayur dari luar daerah seperti Manado, Tomohon dan Minahasa, kini dapat memperolehnya dari kebun sendiri. Bahkan, ketika terjadi kelangkaan akan pangan pelengkap seperti cabe rawit di wilayah Manado, sebagian hasil usaha cabe rawit dari Desa Bulude Selatan ini dibawah ke Manado untuk dijual. Permintaan akan cabe rawit di pasar-pasar di wilayah Manado, Minahasa, dan sekitarnya tergolong tinggi, terlebih menjelang akhir tahun, menjelang hari raya Natal. Harga cabe rawit di pasar-pasar dan supermarket pada bulan Desember tahun 2014 dan 2015 mencapai Rp. 175.000,- per kg. Usaha tani cabe rawit yang dikembangkan di Desa Bulude Selatan mempunyai peluang, produknya dapat dijual ke daerah lain terlebih ketika permintaan akan cabe rawit terbilang tinggi. Selama ini, untuk memenuhi permintaan di wilayah Manado dan sekitarnya, cabe rawit biasanya didatangkan dari Gorontalo. Praktek monopoli seperti ini yang biasanya membuat harga cabe rawit di sekitar wilayah Manado tidak menentu. Ini menjadi peluang yang patut diperhitungkan bagi pelaku usaha tani cabe rawit di Desa Bulude Selatan. Rencana Tindak Lanjut Kegiatan IbW ini berkahir bulan Desember 2016, namun pendampingan akan terus diberikan kepada masyarakat kelompok tani di Desa Bulude Selatan. Para petani sambil mengikuti kegiatan pendampingan juga diajarkan agar nantinya bisa mandiri dalam melanjutkan usaha tani sayur-mayur yang telah dirintis. Anggota kelompok tani akan diarahkan untuk perluasan produksi sayur-mayur sehingga produksi dapat dilakukan secara kontinyu. Peluang-peluang yang ada akan diraih untuk memperoleh hasil yang optimal, seperti masuk dalam jalur distribusi cabe rawit, yang tentunya akan merombak praktek monopoli yang selama ini dipegang oleh pelaku ekonomi yang berasal dari Gorontalo. SIMPULAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui skim IbW yang telah dilakukan memberikan hasil yang positif bagi masyarakat di Desa Bulude Selatan, yang diindikasikan oleh: 1) terjadinya peningkatan pengetahuan, minat, dan keterampilan masyarakat, khususnya dalam usaha tani sayur-mayur; 2) terjadinya peningkatan perekonomian bagi anggota kelompok tani binaan; 3) terfasilitasinya promosi kesehatan tentang konsumsi sayur-mayur bagi masyarakat. Walaupun kegiatan IbW ini segera berakhir, namun karena hasil positif yang dirasakan masyarakat maka pendampingan akan terus diberikan kepada masyarakat kelompok tani di Desa Bulude Selatan. Peluang-peluang yang ada akan diraih untuk memperoleh hasil yang optimal. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, atas dukungan dana melalui Hibah Pengabdian Masyarakat, Skim Ipteks bagi Wilayah (IbW), tahun 2014-2016. DAFTAR PUSTAKA Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2011. Kajian Pengembangan Investasi Wilayah Perbatasan. Jakarta: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud. 2016a. Statistik Daerah Kecamatan Kabaruan 2015. Talaud: Badan Pusat Statistik (BPS). Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud. 2016. Kabaruan dalam Angka 2016. Talaud: Badan Pusat Statistik (BPS). Chambers, R. 1994a. The Origins and Practice of Participatory Rural Appraisal. World Development, 22 (7): 953-969. Chambers, R. 1994b. Participatory Rural Appraisal (PRA): Analysis of Experience. World Development, 22 (9): 1253-1268. Chambers, R. 1994c. Participatory Rural Appraisal (PRA): Challenges, Potentials and Paradigm. World Development, 22 (10): 1437-1454.
20
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Dinas Pendidikan, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. 2013. Panduan Program Penerapan dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna Perguruan Tinggi Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinas Pendidikan, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Maramis, A. A., Mege, R. A., Saerang, J. L. P., & Manopo, J. H. 2015. Community Empowerment through Facilitation of Soybean Farming in Kabaruan Subdistrict, Talaud Islands, North Sulawesi. Proceedings of 2nd International Conference on Sustainability Development, UNMAS Bali, Hal. 473-481. Maramis, A. A., Mege, R. A., Saerang, J. L. P., & Manopo, J. H. 2016. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Fasilitasi Usaha Tani Padi Ladang di Desa Bulude Selatan, Kabupaten Kepulauan Talaud. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Mahasaraswati, Denpasar, 29-30 Agustus. Mege, R. A., Saerang, J. L. P., Manopo, J. H., & Maramis, A. A., 2015. Facilitation of Broiler Chicken Farming Based on Local Resources for the Community of Kabaruan Subdistrict, Talaud Islands, North Sulawesi. Proceedings of 2nd International Conference on Sustainability Development, UNMAS Bali, Hal. 125-133. Mege, R. A., Saerang, J. L. P., Manopo, J. H., & Maramis, A. A., 2016. Community Empowerment through Facilitation of Corn Crop Farming in Bulude Village, Talaud Islands, North Sulawesi. Proceedings of International Conference on Mathematics, Natural Sciences, and its Education, FMIPA Universitas Negeri Manado (UNIMA). Mege, R. A., Saerang, J. L. P., Manopo, J. H., & Maramis, A. A. 2016. Fasilitasi Peternakan Babi Berbasis Sumber Daya Lokal Bagi Masyarakat Desa Bulude, Kabupaten Kepulauan Talaud. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Mahasaraswati, Denpasar, 29-30 Agustus. Suhud, M. A., 2005. Pendekatan Andragogi dalam Pengembangan Masyarakat. Aplikasia, Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 6 (1): 1-13. Supriatna, A. 2014. Relevansi Metode Participatory Rural Appraisal dalam Mendukung Implementasi Undang-Undang Pemerintahan Desa. Jurnal Lingkar Widyaiswara, 1 (10): 39-45.
21
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU FISIKA KABUPATEN KUBU RAYA MELALUI IMPLEMENTASI LESSON STUDY Erwina Oktavianty1*, Haratua Tiur MS1, Tomo Djudin1 1
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan, Universitas Tanjungpura, Pontianak * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu kelompok guru Fisika SMA yang ada di kota Kubu Raya untuk meningkatkan profesionalitas guru menghadapi perubahan kurikulum yang membawa pengaruh pada implementasi pembelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan diskusi dengan peserta MGMP Fisika, MKKS dan Pengawas SMA dari Dinas Kota Kubu Raya permasalahan yang dihadapi oleh guru terkait dengan beberapa aspek, yaitu pada penguasaan materi, perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran, serta penyusunan artikel ilmiah hasil penelitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengimplementasikan lesson study . Bentuk kegiatan adalah tahapan lesson study,yaitu pelatihan pendalaman materi fisika, workshop merencanakan dan mengevaluasi pembelajaran fisika bagi guru fisika (Plan), pelatihan dan pendampingan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah, open lesson dengan melakukan pendampingan pembelaaran oleh guru model dan see sebagai refleksi untuk pembelajaran bersama sama . Adapun hasil dari kegiatan ini yang merupakan produk luaran kegiatan berupa hasil karya tulis ilmiah guru (artikel ilmiah) untuk dipublikasikan dan perangkat pembelajaran fisika berupa booklet rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan penilaian hasil belajar, serta video pembelajaran. oleh guru model. Kata kunci: Lesson Study, Guru Fisika, Artikel Ilmiah (PTK), RPP PENDAHULUAN Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten termuda di wilayah kalimantan barat setelah melepaskan diri dari kabupaten pontianak dengan luas 6.958 km² . Terdapat sembilan (9) kecamatan di Kabupaten Kubu Raya yaitu Kecamatan Sungai Raya yang berbatasan langsung dengan Kota Pontianak sebagai ibu kota propinsi Kalimantan Barat. Kemudian Kecamatan Sungai Kakap dan Teluk Pakedai yang terpisahkan dari daerah lain oleh wilayah Kota Pontianak. Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Terentang, dan Kecamatan Kubu masing-masing terpisah oleh sungai sehingga transportasi yang banyak digunakan adalah angkutan sungai menggunakan motor air dan speedboat. Kecamatan Sungai Ambawang dan Kuala Mandor-B merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan kabupaten Landak dan dipisahkan oleh Sungai Landak dari wilayah Kecamatan Sungai Raya. Sekolah Menengah Atas tersebar di 9 kecamatan dengan jumlah 24 sekolah. Kecamatan Sungai Raya merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan kota pontianak dan memiliki SMA yang paling banyak yaitu 3 sekolah negeri (SMAN 1, SMAN 2 dan SMAN 3 Sungai Raya) dan 8 Sekolah (SMA) Swasta dengan luas 929 km2. Sehingga Kecamatan Sungai Raya merupakan tempat paling sering dilaksanakanya kegiatan MGMP. Aktivitas rutin kegiatan MGMP Fisika di Kabupaten Kubu Raya masih termasuk baru karena sebelumnya ketika masih merupakan bagian dari Kabupaten Pontianak masih belum efektif dikarenakan cakupan wilayah kabupaten yang ketika sebelum pemekaran sangat luas dan berjauhan. Sebagai organisasi profesional guru yang baru, MGMP Fisika diharapkan dapat membawa peningkatan kualitas bagi para guru dalam melaksanakan pembelajaran Fisika. Kelompok musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) merupakan kelompok profesional guru yang berkumpul bersama untuk membentuk organisasi yang merupakan wadah bagi guru dalam mata pelajaran dan jenjang pendidikan tertentu untuk berdiskusi dan mencari solusi terhadap permasalahan yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar di Sekolah. MGMP Fisika di Kabupaten Kubu Raya yang memiliki 31 orang anggota yang berasal dari guru fisika SMA/MA di Kabupaten Kubu Raya, baik dari sekolah negeri ataupun swasta. Namun dari agenda kegiatan, terdapat 25 orang guru fisika yang merupakan anggota aktif dari
22
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 MGMP. Sebagian besar dari peserta MGMP fisika tersebut berasal dari SMA/MA Negeri di Kabupaten Kubu Raya, dimana sebagian diantaranya (30%) berlatar belakang bukan dari Pendidikan Fisika, namun dari sarjana pendidikan matematika ataupun non kependidikan seperti Sarjana Pertanian dan Teknik. Sedangkan Kelompok Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) merupakan organisasi yang menaungi seluruh kepala sekolah. Pada MKKS SMA Kabupaten Kubu Raya adalah kelompok musyawarah kerja kepala sekolah SMA di kabupaten Kubu Raya yang bertanggung jawab dalam pembinaan guru baik mata pelajaran fisika maupun mata pelajaran lain. Kabupaten kubu raya memiliki 24 Sekolah SMA/MA sehingga jumlah anggota MKKS adalah 24 orang anggota yang diketuai oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Sungai Raya. Pada forum MKKS Kabupaten Kubu Raya, seluruh kegiatan guru selalu dikoordinasikan sehingga kegiatan pembinaan guru dalam kelompok MGMP dapat dilaksanakan dengan jadwal tertentu yang bersifat tetap. Kelompok MGMP Fisika Kabupaten Kubu Raya saat ini melaksanakan pertemuan rutin satu bulan sekali dengan jadwal yang belum disepakati antara MKKS dan MGMP Fisika. Menurut Ketua MKKS hal ini dikarenakan penjadwalan hanya bisa dilakukan berdasarkan pada jadwal mengajar guru di awal semester. Kabupaten Kubu Raya sebagai kabupaten yang berkembang maka dilaksanakan percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan dengan penyempurnaan kurikulum (INPRES No. 1 tahun 2010). Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia pada era global, sehingga dapat bersaing dengan bangsa – bangsa lain di dunia. Penggunaan pendekatan ilmiah pada kurikulum merupakan penyempurnaan kurikulum yang dilakukan pemerintah sebagai upaya menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran. Konsekuensi dari penyempurnaan kurikulum memberikan dampak yang signifikan pada beberapa hal, diantaranya adalah proses pembelajaran dengan mengimplementasikan pendekatan saintifik. Dimana salah satu prinsip pendekatan saintifik adalah melibatkan proses – proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada tingkat sekolah dasar dan menengah karena memiliki empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi. Pada tingkat SMA/MA, Pembelajaran Fisika menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sehingga pembelajaran Fisika yang dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Namun pada kenyataannya, rendahnya kualitas hasil dan proses pembelajaran masih merupakan salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia. Menurut pengawas SMA Koordinator fisika kabupaten Kubu Raya pada hasil ulangan umum bersama dievaluasi oleh Dinas Pendidikan Kubu Raya dimana mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran tersulit setelah matematika. Hal ini tentu memberikan dampak pada belum meningkatnya mutu pendidikan secara signifikan. Berbagai pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah belum secara optimal dipahami oleh para guru – guru di sekolah. Salah satu dampak logis dari perubahan kurikulum adalah perubahan pelaksanaan proses pembelajaran hingga penilaian. Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi guru untuk mengembangkan perangkat pembelajaran seperti modul, RPP, media pembelajaran, penuntun praktikum, dan LKS. Namun menurut Ketua MKKS dan Pengawas SMA Kabupaten Kubu Raya, RPP yang dibuat oleh guru – guru fisika masih dalam bentuk yang beragam. Kelompok guru masih merasa belum memahami sepenuhnya bagaimana mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Fisika di Sekolah. Hal ini terlihat dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh para guru baik pada kegiatan inti hingga mengevaluasi pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran masih kurang memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran sains. Untuk tercapainya kompetensi siswa yang sesuai, maka perlu ada penyesuaian dalam proses pembelajaran dan juga proses penilaian. Permasalahan lain yang muncul dalam diskusi adalah penyusunan karya tulis ilmiah. Penyusunan karya tulis ilmiah berdasarkan laporan penelitian tindakan kelas (PTK) membuat guru merasakan kesulitan, diantaranya sejak menentukan masalah yang harus menjadi penelitian. Menurut salah seorang guru fisika, mereka kebingungan dalam menentukan masalah untuk melakukan penelitian tindakan kelas, selain karena
23
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 tidak peka, mereka pun tidak memahami seperti apa permasalahan yang harus diangkat dalam sebuah penelitian (PTK). Selain itu format penelitian tindakan kelas yang berbeda dengan format penelitian lain dimana pada tindakan kelas terdapat siklus yang belum guru pahami. Ketua MGMP Fisika mengatakan bahwa selain permasalahan diatas guru fisika pun mengeluhkan publikasi. Artikel ilmiah hasil penelitian mereka wajib untuk dipublikasikan namun bagaimana artikel yang dapat dipublikasi menjadi masalah karena para guru tidak memiliki akses untuk menerbitkan atikel ilmiah mereka. Padahal FKIP untan telah memiliki jurnal yang dapat mengakomodasi kebutuhan guru dan dosen untuk mempublikasikan artikel ilmiah. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksana pembelajaran, diantaranya melalui berbagai pelatihan baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional. Pelatihan terutama diikuti oleh guru yang berasal dari sekolah negeri dan diversifikasinya diharapkan dapat melalui organisasi profesional seperti MGMP sebagai wadah untuk saling bertukar informasi dan keterampilan, sehingga organisasi dapat berdampak signifikan bagi peningkatan profesionalisme guru yang menjadi peserta MGMP itu sendiri. Pelatihan model pembelajaran disertai implementasi dalam praktek pembelajaran dalam bentuk lesson study (open class) di kelas oleh guru Fisika (guru model) masih belum umum dilakukan di Kabupaten Kubu Raya. Padahal cara pelatihan seperti itu merupakan cara yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk langsung mempraktekkan teori yang diperolehnya dalam pelatihan dengan pendampingan oleh teman dan dosen. Peningkatan kualitas perkuliahan fisika inti dengan mengimplementasikan lesson study terjadi secara signifikan (Haratua dkk, 2011). Sehingga diharapkan pada akhirnya dapat meningkatkan profesionalisme guru dan akhirnya berdampak signifikan bagi peningkatan mutu pendidikan pada umumnya serta terbentuknya learning community. Dengan terciptanya iklim learning community antara kelompok MGMP dan MKKS yang bersinergi maka kegiatan ini dapat berlanjut (kontinu) baik di kelompok MGMP Fisika SMA atau kelompok MGMP lain sebagai piloting project METODE PELAKSANAAN Program pengabdian kepada masyarakat (IbM) ini dilaksanakan dengan melakukan alih pengetahuan dan teknologi dari perguruan tinggi pada guru – guru khususnya guru fisika pada organisasi MGMP Fisika Kota Kubu Raya. Untuk mengatasi masalah tersebut, solusi yang dapat ditawarkan oleh tim pelaksana kegiatan sebagai berikut: 1. Pelatihan Pendalaman Materi Fisika Pelatihan pendalaman materi dilakukan untuk peningkatan penguasaan materi Fisika untuk meningkatkan profesionalisme guru fisika sehingga meningkatkan hasil dan proses pembelajaran fisika.Pemilihan materi didasarkan pada pemetaan kesulitan Guru berdasar hasil analisis kebutuhan guru. 2. Pelatihan Strategi Merencanakan Pembelajaran Fisika bagi guru Fisika. Strategi merencanakan pembelajaran Fisika dilakukan dalam menganalisis dimensi pengetahuan dari Kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Implementasi kurikulum 2013 menetapkan bahwa dimensi pegetahuan untuk tingkat SMA adalah pada dimensi prosedural dan metakognitif. Pengkajian dimensi pengetahuan merupakan hal yang baru dalam proses pembelajaran di sekolah dan dari hasil wawancara dengan beberapa guru peserta MGMP diketahui bahwa hal ini belum pernah dilakukan dalam merencanakan pembelajaran. 3. Pelatihan Strategi Melakukan Penilaian Pembelajaran Fisika Materi dalam pelatihan dan workshop perancangan penilaian pembelajaran Fisika disesuaikan dengan pokok bahasan dalam merancang pembelajaran. Peningkatan penguasaan guru merancang penilaian diharapkan selain dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru fisika juga dapat dipergunakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil dan proses pembelajaran fisika. 4. Pendampingan Penelitian dan Pelatihan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Kemampuan guru melakukan refleksi pembelajaran dan kemudian melakukan kegiatan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi melalui penelitian merupakan kompetensi profesi yang
24
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 diharapkan dimiliki oleh guru yang profesional. Kegiatan pendampingan dilakukan oleh tim pengusul kepada kelompok mitra selama melakukan seluruh tahapan penelitian hingga menyusun laporan dalam bentuk laporan penelitian dan artikel ilmiah untuk di publikasikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil pelatihan yang diperoleh terdiri dari hasil diskusi dan table hasil analisis kebutuhan guru. Tabel yang dibuat merupakan refleksi guru dalam melaksanakan pembelajaran fisika dan membuat karya tulis ilmiah. Berikut ini adalah table hasil refleksi guru: Tabel 1.1 Analisis Kebutuhan Kegiatan Pengabdian No. 1 2 3 4 5
Jenis kegiatan yang diminta Pendalaman materi: Vektor, elastisitas bahan, efek fotolistrik, relativitas Pengelolaan laboratorium dan penggunaan kit praktikum Pendampingan pembelajaran fisik Pelaksanaan dan Penyusunan laporan Penelitian tindakan kelas (PTK) Implementasi Model pembelajaran dalam penyusunan RPP
Bentuk Kegiatan Pelatihan pendalaman materi Pelatihan
Pengelolaan Lab
Open Lesson Pelatihan PTK; workshop penyusunan laporan PTK dan seminar hasil PTK Workshop perangkat pembelajaran
Hasil analisis kebutuhan guru menjadi dasar dalam penyusunan rencana jadwal kegiatan pelaksanaan IbM kelompok MGMP guru Fisika di kota Kubu Raya. Kegiatan dilaksanakan di sekolah tempat kegiatan MGMP dan laboratorium Fisika FKIP Untan. Pertemuan pertama selain menjaring kebutuhan guru adalah pelatihan tentang penelitian tindakan kelas (PTK), meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan dan kontribusinya dalam meningkatkan keprofesian berkelanjutan guru yang dibutuhkan oleh guru ketika mengurus kenaikan pangkatnya. Guruguru diminta mencoba membuat table refleksi pembelajaran sebagai langkah awal untuk merancang kegiatan PTK. Setelah guru melakukan diskusi dalam refleksi pembelajaran., guru kemudian bersama- sama dengan teman dalam kelompoknya mendiskusikan alternative pemecahan masalah yang dihadapinya, yaitu berupa rencana Penelitian Tindakan Kelas yang akan dirancang. Diskusi dilakukan dengan bimbingan tim pelaksana pelatihan. Adapun yang dirancang meliputi masalah, alternative pemecahan masalah dan dirumuskanlah judul penelitian, Dari rencana yang disusun guru, dapat diketahui kemampuan guru dalam mengembangkan rencana penelitiannya. Indikator untuk mendeteksi efektifitas pelatihan dalam hal pemahaman guru mengenai PTK dan keterampilannya merancang rencana penelitian adalah jika hasil kerja guru sesuai dengan hal yang sudah disampaikan. Analisis hasil kerja guru memberikan gambaran tentang efektifitas pelaksanaan pelatihan.Analisis hasil pelatihan adalah terhadap tabel refleksi kelompok dan rancangan penelitian yang dihasilkan peserta pelatihan. Dari analisis yang dilakukan diketahui bahwa pada umumnya peserta sudah dapat membuat tabel refleksi pembelajaran dan merancang penelitian yang sesuai dengan masalahnya masing-masing. Pelatihan kemudian ditindak lanjuti dengan kegiatan diskusi pelaksanaan dan pendampingan penyusunan laporan dan artikel ilmiah PTK bagi beberapa orang guru anggota MGMP. Pertemuan berikutnya adalah pelatihan pendalaman materi fisika, dimana pemilihan materi disesuaikan dengan permintaan guru yang disampaikan ketika melakukan analisis kebutuhan. Metoda pelaksanaan dilakukan dengan presentasi dan diskusi serta Tanya jawab dalam penyelesaian beberapa contoh soal materi. Pertemuan selanjutnya adalah pengelolaan laboratorium dan penggunaan beberapa kit fisika oleh tim dengan difasilitasi oleh dosen pengelola laboratorium Fisika FKIP Untan. Kegiatan dilaksanakan dengan metode presentasi, percobaan dan diskusi serta Tanya jawab. Percobaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru tentang beberapa kit yang belum biasa dipergunakan guru namun beberapa diantaranya ada dimiliki di sekolah, sehingga belum dioptimalkan penggunaannya oleh guru dan siswa.Pembahasan soal-soal Olimpiade sains nasional (OSN) fisika dilaksanakan dengan membahas soalsoal yang dirasa sulit oleh guru-guru fisika dalam membimbing siswa yang ikut lomba. Diskusi
25
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 pembahasan soal diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mempersiapkan siswanya juga dalam mempersiapkan guru sendiri mengikuti OSN guru. Pertemuan berikutnya adalah pelatihan dan workshop merancang pembelajaran dan penilaian berdasarkan analisis kompetensi yang termuat dalam kurikulum. Kegiatan dimulai dengan presentasi tentang analisis kompetensi dalam pembelajaran fisika dan menerapkannya dalam merencanakan perangkat pembelajaran. Workshop dilaksanakan oleh guru-guru dengan outputnya adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan implementasi kurikulum 2013 dan mengacu pada format terbaru yang dipergunakan oleh pengawas dari diknas dalam melakukan supervise. Kegiatan ini difasilitasi oleh tim IbM bekerjasama dengan pengawas fisika. Efektifitas kegiatan dilakukan dengan membandingkan RPP guru sebelum pelatihan dan RPP yang dibuat dalam workshop perangkat pembelajaran. Pertemuan terakhir adalah pelaksanaan seminar hasil kegiatan penelitian tindakan kelas. Berupa artikel ilmiah sebagai hasil kegiatan pendampingan penyusunan laporan penelitian. Seminar diikuti oleh guru-guru anggota MGMP Fisika dan beberapa dosen Pendidikan Fisika disamping tim IbM. Indikator untuk mendeteksi efektifitas kegiatan ini adalah dalam hal pemahaman guru mengenai langkah dalam penyusunan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Kegiatan efektif jika terjadi perubahan yang positif pada hasil tes guru. Analisis hasil jawaban guru pada tes awal dan tes akhir akan memberikan gambaran tentang efektifitas pelaksanaan pelatihan. Analisis yang dilakukan terhadap data hasil tes adalah dengan membandingkan skor rata-rata data tes awal dan skor rata-rata data tes akhir, kemudian melihat perubahan antara skor tes awal dan skor tes akhir. Dari hasil perhitungan data, diketahui bahwa rata-rata skor tes awal adalah 41,67 dari skor total maksimum 100. Sedangkan rata-rata skor tes akhir adalah 68,89, jadi antara tes awal dan tes akhir terdapat peningkatan rata-rata skor sebesar 27,72. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan positif antara skor tes awal danskor tes akhir. Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data yang diperoleh sebagai hasil pelatihan, diketahui bahwa pada umumnya diawal pelatihan pemahaman para guru tentang Penelitian Tindakan Kelas masih kurang, ini terlihat dari pertanyaan dan diskusi pada saat pelaksanaan pelatihan dilakukan. Melalui pelatihan yang dilakukan, peserta memperoleh informasi tentang PTK dan perancangannya berdasarkan masalah yang dihadapi masing-masing peserta. Peserta tampak antusias dan bersemangat dalam pelaksanaan pelatihan. Hal ini terlihat dari peran aktif peserta selama kegiatan pelatihan, baik dalam penyajian materi juga ketika melaksanakan diskusi dan tanya jawab, serta ketika melakukan kerja kelompok menyusun tabel refleksi dan rencana penelitiannya. Pada akhir kegiatan pelatihan, tampak bahwa terdapat peningkatan pemahaman peserta terhadap PTK. Hal ini terlihat dari tabel refleksi pembelajaran yang disusun peserta untuk mengidentifikasi kesulitan atau masalah yang dihdapinya dalam proses pembelajaran disekolah. Demikian juga dengan alternatif rencana PTK yang disusun masing-masing kelompok, menunjukkan pelatihan cukup efektif karena terdapat perubahan yang positif pada pemahaman peserta. Hasil pelatihan PTK dan workshop penyusunan laporan PTK terlihat ketika dihasilkannya produk berupa artikel ilmiah hasil penelitian guru. Walaupun analisis secara kuantitas dan kualitas masih belum optimal, karena belum semua guru dapat membuat artikel, namun menjadi motivasi bagi para anggota MGMP yang lain untuk dapat melakukan penelitian juga. Bagi guru yang menjadi penyaji dalam kegiatan seminar, diskusi dan masukan yang diberikan juga memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas baik teknis pelaksanaan maupun artikel ilmiah yang dihasilkan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalime guru melaksanakan penelitian. Produk lain yang dihasilkan adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) fisika. Kegiatan workshop diikuti guru dengan semangat dan antusias, hal ini terlihat dari diskusi dan Tanya jawab selama kegiatan berlangsung. Analisis hasil RPP menunjukkan bahwa pada umumnya guru belum melakukan analisis kompetensi dengan mengimplementasikan revisi taksonomi Bloom dalam menyusun RPP. Analisis dimensi pengetahuan dan analisis dimensi kognitif dari kompetensi dasar (KD) yang tercantum dalam kurikulum belum menjadi langkah awal dalam merencanakan perangkat pembelajaran termasuk dalam membuat soal tes. Hasil analisis RPP yang dibuat guru menunjukkan terjadi peningkatan skor kearah yang positif, ini menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan implementasi kurikulum 2013. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guruguru anggota MGMP Fisika kota Kubu Raya.
26
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum dapat disimpulkan bahwa pelatihan melalui kegiatan MGMP Fisika dapat meningkatkan profesionalitas guru dalam melaksanakan Pembelajaran Fisika di sekolah dalam implementasi Kurikulum 2013. Oleh karena itu, kegiatan peningkatan kompetensi guru melalui organisasi profesi perlu dilanjutkan secara berkesinambungan. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas, 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. (Online). (http://www.dikti.go.id/files/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf, diakses pada tanggal 20 Agustus 2012). Depdiknas, 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika. (Online). (http://www.puskur.com, diakses pada tanggal 20 Agustus 2012) Depdiknas, 2013. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika. (Online). (http://www.puskur.com)
27
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PENDIDIKAN KONSERVASI DAN TINDAKAN PRAKTIS SISWA SDN 71 DAN SDN 118 KOTA MANADO Fabiola B. Saroinsong1, Recky H.E. Sendouw2 1
Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT), Manado 2 Universitas Manado (UNIMA), Tondano Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Tindakan praktis pelestarian lingkungan merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau kalangan tertentu, tetapi juga masyarakat umum. Rendahnya pendidikan konservasi masyarakat menjadi salah satu kendala menggalang sikap, perilaku, dan tindakan konservasi. Tujuan pengabdian ini adalah mentransfer iptek konservasi pada siswa SDN 71 dan SDN 118 Manado. Luaran pengabdian adalah siswa-siswa SD dapat memahami dan melakukan tindakan praktis konservasi. Tahapan pendidikan konservasi yang diterapkan dalam pengajaran modul adalah sebagai berikut. a) Meningkatkan pengetahuan; b) Meningkatkan kesadaran; c) Melatih ketrampilan; d) Meningkatkan partisipasi. Sasaran utama yaitu siswa-siswa SDN 71 dan SDN 118, dan sasaran tambahan adalah guru-guru (termasuk Kepala Sekolah). Pelaksanaan pengabdian dilakukan dalam beberapa kegiatan sebagai berikut. 1) Inventarisasi situasi lingkungan sekolah dan perilaku siswa berkaitan konservasi. 2) Penyusunan program bersama mitra. 3) Penyiapan modul pengajaran dan alat peraga, serta persiapan alat dan bahan demonstrasi dan praktek siswa. 4) Pelaksanaan kegiatan pengajaran ke-4 modul. 5) Seminar hasil dan pelaporan. Kata kunci: pendidikan lingkungan hidup, aplikasi praktis, siswa SD PENDAHULUAN Degradasi lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia sudah meluas dan dampaknya dirasakan banyak orang. Erosi dan sedimentasi, udara yang terpolusi, habitat flora fauna yang rusak, keanekaragaman hayati menurun, dan lain-lain menimbulkan masalah bahkan ancaman pada kesehatan, kenyamanan, dan keamanan hidup manusia serta keberlanjutan lingkungan itu sendiri (Indrawan, Primarck, dan Suprijatna, 2007; Roman, 2014; Sandifer, Sutton-Grier, Ward, 2015; Oran, 2016.). Rendahnya apresiasi masyarakat terhadap lingkungan menjadi akar permasalahan dari banyaknya masalah penurunan kualitas lingkungan. Belum optimalnya pendidikan konservasi masyarakat menjadi salah satu kendala menggalang sikap (mind set), perilaku (behaviour), dan partisipasi tindakan konservasi (participation). Diperlukan suatu upaya untuk melaksanakan pendidikan konservasi dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat agar memiliki pemahaman tentang arti lingkungan. Dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan mereka peduli dan simpati terhadap lingkungan, bahkan ikut serta melakukan aksi nyata konservasi (Monroe, Andrews, and Biedienweg, 2007; Manik, 2007; Hasbullah, 2008; Neolaka, 2008; Soerjani, 2009; Sasaoka and Laumonier, 2012). Membentuk, merubah atau mempengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang tidak mudah. Oleh karena itu pendidikan konservasi harus ditanamkan sejak dini agar pemahaman dan apresiasi terhadap lingkungan, dan tindakan konservasi dapat menjadi kebiasan hidup masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok (Sutrisno, 2004; Widada, Mulyati dan Kobayashi, 2003; Hasbullah, 2008; Muslicha, 2015). Pendidikan konservasi atau pendidikan lingkungan hidup merupakan pengetahuan, kajian, bahan materi yang berupaya untuk mendidik murid atau target untuk memahami dan mempraktekkan langsung cara penanganan masalah-masalah lingkungan (Monroe, Andrews, and Biedienweg, 2007; Manik, 2007; Neolaka, 2008; Yogiesti, Hariyani, dan Sutikno, 2010; Pamuti, Polii, dan Djarkasi, 2014; Muslicha, 2015). Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dengan maksud meningkatkan pembelajaran konservasi kepada masyarakat, secara khusus bagi anak-anak usia SD yaitu sekitar 6-12 tahun. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah mentransfer iptek konservasi pada siswa SDN 71 dan SDN 118 Manado. Luaran yang diharapkan adalah siswa-siswa SD dapat memahami dan melakukan tindakan praktis konservasi.
28
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Anak-anak usia tersebut dijadikan sasaran utama kegiatan pengabdian pendidikan konservasi ini karena merupakan kelompok umur yang sangat efektif menyerap pengetahuan yang diterima dan berpotensi menyimpannya untuk waktu yang lama. Kelompok usia sekolah dasar ini relatif dapat lebih mudah menerima pengetahuan baru dan lebih mudah dibentuk sikap dan perilakunya (Setyowati dkk., 2014; Surya, 2010; Pamuti, Polii, dan Djarkasi, 2014; Muslicha, 2015). Berdasarkan hasil penelitian Muslicha (2015), metode pengajaran yang paling efektif dalam mengajarkan pendidikan lingkungan hidup atau pendidikan konservasi pada anak-anak SD adalah berturut-turut metode pengalaman langsung, diikuti metode diskusi, selanjutnya metode demonstrasi atau metode percobaan. Selain siswa-siswa SD, sasaran tambahan adalah guru-guru SD mitra. Guru memiliki profesi strategis dalam pendidikan anak. Anak-anak melihat perilaku guru sebagai teladan atau contoh bagi mereka (Hasbullah, 2008; Santosa, 2004). Dengan melibatkan guru-guru sekolah (termasuk Kepala Sekolah) SD mitra sejak awal pelaksanaan sampai selesai, diharapkan tim pelaksana bisa juga mentransfer iptek konservasi terhadap mereka. Dengan demikian, setelah pelaksanaan pengabdian selesai, guru-guru dapat menjadi evaluator dan pendamping, bahkan teladan bagi siswa-siswa dalam mengaplikasikan tindakantindakan praktis konservasi. METODE PELAKSANAAN Kegiatan secara keseluruhan dari penyusunan proposal sampai seminar hasil dan pelaporan diselesaikan dalam waktu 1 (satu) tahun, November 2015 s/d Oktober 2016. Lokasi kegiatan pengabdian adalah SDN 71 dan SDN 118, Winangun II, Kecamatan Malalayang, Kota Manado. Pelaksanaan pengabdian dilakukan dalam beberapa kegiatan sebagai berikut. 1) Pengumpulan data berupa inventarisasi situasi lingkungan sekolah dan perilaku siswa berkaitan konservasi, diperoleh dengan cara survey lokasi dan wawancara terhadap mitra, lebih khusus lagi Kepala Sekolah dan guru-guru masing-masing sekolah yang dimaksud. 2) Penyusunan program bersama mitra dan komunikasi program, sesuai permasalahan dan kebutuhan mitra. 3) Pembuataan modul pengajaran dan alat peraga, serta persiapan alat dan bahan demonstrasi dan praktek (pengalaman langsung) siswa. 4) Pelaksanaan kegiatan pengajaran keempat modul untuk mentransfer pengetahuan dan teknologi konservasi. 5) Seminar hasil dan pelaporan. Metode pendekatan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan persoalan mitra dengan mengaplikasikan Tahapan Pendidikan Konservasi sesuai dengan kesepakatan dunia internasional seusai pertemuan di Tbilisi pada Tahun 1977 (Monroe, Andrew, dan Biedenweg, 2007) terhadap sasaran utama yaitu siswa-siswa SD mitra, dengan sasaran tambahan yaitu guru-guru SD mitra. Tahapan pendidikan konservasi yang diterapkan dalam pengajaran modul adalah sebagai berikut. Meningkatkan pengetahuan: menyampaikan informasi terhadap anak-anak tentang lingkungan, menambah pengetahuan tentang lingkungan. Meningkatkan kesadaran: membangun kepekaan terhadap lingkungan, menumbuhkan apresiasi terhadap lingkungan, menstimulasi kesadaran dan motivasi untuk melakukan konservasi lingkungan. Melatih ketrampilan: memberi contoh dan melatih anak terkait tindakan praktis konservasi. Meningkatkan partisipasi: mengarahkan anak untuk terlibat secara aktif dalam mengelola lingkungan secara berkelanjutan baik individu maupun secara berkelompok, lebih khusus mengawalinya dengan tindakan-tindakan praktis konservasi di lingkungan sekolah dan rumah. Metode pengajaran yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah perpaduan antara metode diskusi, metode demonstrasi dan metode pengalaman langsung. PEMBAHASAN Dalam penerapannya, pendidikan konservasi dapat dibedakan atas 2 (dua) model yaitu: 1. Formal; dimana konservasi diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri, atau sebagai bagian dari mata pelajaran lain, ataupun sebagai pendekatan multidisiplin ilmu. 2. Non formal; diintegrasikan dengan aktivitas ekstrakurikuler atau tambahan dari keseluruhan mata pelajaran yang sudah ada.
29
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Pada saat pra-survey diketahui bahwa kedua SD mitra, tidak mengajarkan konservasi secara khusus sebagai mata pelajaran tersendiri, dan belum ada upaya khusus untuk mengajarkannya sebagai bagian mata pelajaran lain, atau dengan pendekatan multidisiplin ilmu. Sehingga kegiatan pengabdian untuk memberikan pendidikan non formal bagi siswa-siswa kedua SDN tersebut memang diperlukan. Untuk mengupayakan pendidikan konservasi yang tepat sasaran, maka dilakukan survey di kedua lokasi pengabdian. Permasalahan yang bisa diamati pada survey awal adalah masih rendahnya apresiasi siswasiswa terhadap lingkungan sehingga dalam perilaku sehari-hari. Kedua sekolah sudah menyediakan beberapa tempat sampah terpisah (antara sampah orgaik dan anorganik) tapi pada saat survey didapati sampah masih bercampur karena dibuang tidak sesuai dengan jenisnya. Bahkan, masih ada siswa-siswa yang membuang sampah sembarangan. Belum ada kesadaran untuk memelihara tanaman yang sudah ada di lingkungan sekolah malah memetik bagian tanaman sembarangan. Masih saja didapati siswa membiarkan air keran terus mengalir walaupun ember sudah penuh atau ketika mencuci tangan. Saat diskusi, dengan mempertimbangkan situasi dan permasalahan yang ada, Tim Pengusul dan mitra menyepakati bahwa inti persoalan yang akan diselesaikan selama pelaksanaan program IbM ini adalah bagaimana meningkatkan pengetahuan siswa tentang lingkungan dan apresiasi terhadap lingkungan, dan melatih mereka untuk mengaplikasikan tindakan praktis konservasi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Secara spesifik, bahan pengajaran yang ditetapkan terdiri atas 4 (empat) modul sederhana yaitu: 1. Hemat air. 2. Pemilahan sampah (organik dan anorganik). 3. Daur ulang sampah plastik dan kertas. 4. Penanaman bibit pohon. Pengajaran keempat modul dilaksanakan terpisah untuk masing-masing SDN mitra. Setiap modul menggunakan metode pengajaran kombinasi (mixed methods) ketiga metode pengajaran pendidikan konservasi yang paling efektif untuk anak-anak. Penyampaian informasi untuk menambah pengetahuan tentang konservasi disampaikan sesingkat mungkin disertai tanya jawab dengan didukung media dan alat peraga yang menarik (Gambar 1). Peningkatan kesadaran, latihan ketrampilan dan peningkatan partisipasi dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil dan divariasikan dengan permainan-permainan dan lomba kecil sehingga setiap anak tertarik untuk memperhatikan (Gambar 2). Begitu juga dengan pelibatan langsung anak, dilakukan dengan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik, agar mereka terlatih mengaplikasikan tindakan-tindakan praktis konservasi untuk setiap modul (Gambar 3 dan 4). Keempat modul pengajaran dirancang dan dilaksanakan dengan melibatkan beberapa aspek berikut: a) kognitif (kecerdasan); menambah pengetahuan tentang manfaat lingkungan, dampak degradasi lingkungan, tindakan praktis konservasi lingkungan termasuk teknologi terkait, b) afektif (perasaan); menumbuhkan apresiasi terhadap lingkungan dan menstimulasi motivasi untuk melakukan tindakan praktis konservasi, c) sosial; melatih siswa-siswa untuk berkomunikasi dan bekerjasama dalam melakukan tindakan praktis konservasi, d) psikomotorik (keterampilan); melatih siswa-siswa untuk dapat melakukan berbagai tindakan praktis konservasi.
Gambar 1. Survey dan Wawancara di Kedua Lokasi Pengabdian
30
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 1 (lanjutan). Survey dan Wawancara di Kedua Lokasi Pengabdian
Gambar 2. Media yang Digunakan untuk Penyampaian Informasi
Gambar 3. Pengajaran yang Menarik dan Variatif
31
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Gambar 4. Pelibatan Langsung Anak
Hasil evaluasi, siswa-siswa SDN 71 dan SDN 118 Manado aktif dalam kegiatan pengabdian yang dilakukan, baik dalam tanya jawab, permainan, lomba, dan latihan tindakan praktis konservasi. Beberapa guru dilibatkan dalam kegiatan pengabdian yang dilakukan sejak awal sampai pendampingan pengajaran semua modul pendidikan konservasi. Luaran pengabdian ini adalah siswa-siswa SD dapat memahami dan melakukan tindakan praktis konservasi. Kedua sekolah (Kepala Sekolah, guru) meminta kegiatan pengabdian ini bisa dilakukan lagi di waktu mendatang. KESIMPULAN Kedua mitra (SDN 71 dan SDN 118) menyambut baik pelaksanaan pengabdian ini. Siswa-siswa antusias dan aktif terlibat dalam pengajaran 4 modul pendidikan konservasi yang dilakukan. Metode pengajaran yang menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik, dengan media yang variatif, mendukung ketertarikan anak-anak untuk menyimak dan mengikuti penyampaian informasi, demonstrasi dan pelatihan (pelibatan langsung). DAFTAR PUSTAKA Ady, C. J. 2007. Conservation Education and Outreach Techniques: An Indispersable Guide for Creating Effective Conservation Education Programs. Ecology Vol. 88(6): 1607-1618.
32
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Fadhilah, A., Sugianto, A., Firmandhani, S. W., Murtini, T. W., Pandelaki, E. E. 2011. Kajian Pengelolaan Sampah Kampus Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Modul 11(2): 62-71. Hasbullah, H. 2008. Pendidikan Konservasi untuk Orang Dewasa. Tropika 13. Indrawan, M., Primarck, R., Suprijatna, J. 2007. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Isrol, 2008. Pengomposan Limbah Padat Organik. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor. Kadir. 2012. Kajian Pemanfaatan Sampah Plastik Sebagai Sumber Bahan Bakar Cair. Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 3 (2): 223-228. Kardan, O. 2015. Neighborhood Greenspace and Health in a Large Urban Center. International Journal of Environmental Health Research 15: 319–337. Manik, K. E. S. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penerbit Djambatan, Jakarta. Monroe, M. C., Andrews, E., and Biedienweg, K. 2007. A framework for Environmental Education Strategies. Applied Environmental Education and Communication 6: 205-216. Muslicha, A. 2015. Metode Pengajaran dalam Pendidikan Lingkungan Hidup pada Siswa Sekolah Dasar (Studi pada Sekolah Adwiyata di DKI Jakarta). Jurnal PendidikanVol. 16 No. 2 September 2015 110-126. Neolaka, A. 2008. Kesadaran Lingkungan. PT Rinika Cipta, Jakarta. Oran S A. 2016. Plant Diversity of Al-Balqa Governorate, Jordan. Interational Journal of Biodiversity and Conservation Vol. 8(5): 93-104. Pamuti, Polii, B., Djarkasi, A. 2014. Kajian perencanaan pengajaran mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup (PLH) pada tingkat sekolah dasar di Kota Manado. Jurnal Sabua, diakses pada tanggal 10 September 2016 dari web http://ejournal.unsrat.ac.id. Dipublikasikan pada tanggal 1 Maret 2014. Roman, L. A. 2014. How Many Trees are Enough? Tree Death and the Urban Carbon. Scenario 4(2): 1420. Sandifer, P. A., Sutton-Grier A E, Ward B P. 2015. Exploring Connections among Nature, Biodiversity, Ecosystem Services, and Human Health and Well-being: Opportunities to Enhance Health and Biodiversity Conservation. Ecosystem Services 12:1–15. Sasaoka, M., and Y. Laumonier. 2012. Suitability of local resource management practices based on supernatural enforcement mechanisms in the local social-cultural context. Ecology and Society 17(4): 6. Setyowati, D. L, Sunarko, R, Sedyawaati S M R. 2014. Pendidikan Lingkungan Hidup. Universitas Negeri Semarang. 82pp. Soerjani, M. 2009. Pendidikan Lingkungan, Sebagai Dasar Kearifan Sikap Bagi Kelangsungan Kehidupan Menuju Pembangunan Berkelanjuttan. Yayasan Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan. Jakarta Surjandari, I., Hidayatno, A., Supriatna, A. 2009. Model Dinamis Pengelolaan Sampah untuk Mengurangi Beban Penumpukan. Jurnal Teknik Industri Vol. 11(2): 134-147. Surya, H. 2010. Rahasia membuat anak menjadi cerdas dan unggul. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Yogiesti, V., Hariyani, S., Sutikno, F. R. 2010. Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Kota Kediri. Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol. 2(2) 2: 95-102.
33
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
IBM PENDAMPINGAN PEMENUHAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BAGI GURU DI SDN. 101801 DAN SDN. 108075 KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG Halimatussakdiah1, Khairul Anwar1* 1
Jurusan PPSD Prodi PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan, Medan * Penulis Korespondensi:
[email protected]
Analisis awal pada 2016 (Januari s.d Maret) terhadap 36 orang guru SD di 101801 dan SDN. 108075 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang ditemukan Permasalaahan bahwa guru belum memenuhi butir-butir kinerja guru yang disyaratkan sesuai dengan Peraturan MENPAN dan RB No.16 Tahun 2009 yaitu: (1) Kompetensi pedagogik, guru kurang menguasai karakteristik peserta didik, tidak menguasai teori belajar dan prinsip‐prinsip pembelajaran yang mendidik, kurang mengembangkan kurikulum, kurang mengembangkan potensi peserta didik, dan kurangnya pengembangan instrumen penilaian. (2) Kompetensi kepribadian, guru kurang bertanggung jawab, kurang disiplin, suka marah, datang terlambat dan sering meninggalkan kelas untuk bergosip sesama guru di ruang guru. (3) Kompetensi sosial, guru kurang bersikap inklusif, belum bertindak objektif, diskriminatif dan kurang bersahabat. (4) Kompetensi professional, guru belum menguasaai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, kurang mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif. Pencapaian guru dalam empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik (14,72), kepribadian (6,02), sosial (4,41) dan profesional (4,42). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan suatu kegiatan Pendampingan Pemenuhan Penilaian Kinerja Guru (PKG) bagi guru di SDN. 101801 dan SDN. 108075 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang oleh tim pengabdian dari Unimed yang dilakukan pada kegiatan kolektif profesi guru (KKG) dalam bentuk workshop, lesson study, focuss group discussion (FGD), perbaikan pembelajaran di kelas, dan penyusunan laporan perbaikan pembelajaran dalam bentuk artikel ilmiah serta penyusunan portofolio PKG. Kata Kunci: Pendampingan, Pemenuhan, PKG, Guru SD PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan sumber daya utama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan berada pada posisi terdepan bagi pencapaian tujuan pendidikan. Guru harus dapat memfasilitasi proses pembelajaran dan memperhatikan perkembangan peserta didik dalam berbagai dimensi yang mengarah kepada pengembanan inteligensi, keterampilan belajar, sikap, dan kemandirian peserta didik dengan tetap berpegang pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Sehubungan dengan itu, guru dalam kinerjanya dituntut untuk selalu memperbaharui dan meningkatkan kompetensinya baik pada dimensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional. Kompetensi pedagogik, guru menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip‐ prinsip pembelajaran yang mendidik, pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran yang mendidik, pengembangan potensi peserta didik, komunikasi dengan peserta didik dan penilaian dan evaluasi. Kompetensi kepribadian, guru bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional indonesia, menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan, etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru. Kompetensi sosial, guru bersikap inklusif, bertindak objektif, tidak diskriminatif dan mampu berkomunikasi sosial dengan siswa, sesama rekan guru, kepala sekolah, dan masyarakat. Kompetensi professional, guru menguasaai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif. Dengan demikian, empat kompetensi tersebut dianggap sebagai variabel kritis dalam meningkatkan kinerja guru sebagai pendidik professional. Apabila pemenuhan empat kompetensi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan objektif, maka guru dapat menemukan kinerjanya secara tepat di dalam kelas dan membantu mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Sehingga akan memberikan kontribusi secara langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas, sekaligus membantu pengembangan karir guru sebagai tenaga profesional. Hal tersebut senada dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang
34
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, agar tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan fungsional guru maka dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Pemenuhan terhadap pelaksanaan tugas dan kewajiban guru dalam melaksanakan pembelajaran, pembimbingan dan tugas-tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah menjadi kewajiban yang harus dipatuhi. Oleh karena itu untuk meyakinkan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka pemenuhan butir-butir penilaian kinerja guru yang disyaratkan menjadi penting untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. Analisis awal pada 2015 (Januari s.d Maret) terhadap 36 orang guru SD di 101801 dan SDN. 108075 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang ditemukan permasalahan bahwa guru belum memenuhi butirbutir kinerja guru yang disyaratkan sesuai dengan Peraturan MENPAN dan RB No.16 Tahun 2009 yaitu: (1) Kompetensi pedagogik, guru kurang menguasai karakteristik peserta didik, tidak menguasai teori belajar dan prinsip‐prinsip pembelajaran yang mendidik, kurang mengembangkan kurikulum, kurang mengembangkan potensi peserta didik, dan kurangnya mengembangkan instrumen penilaian. (2) Kompetensi kepribadian, guru kurang bertanggung jawab, kurang disiplin, suka marah, datang terlambat dan sering meninggalkan kelas untuk bergosip sesama guru di ruang guru. (3) Kompetensi sosial, guru kurang bersikap inklusif, belum bertindak objektif, diskriminatif dan kurang bersahabat. (4) Kompetensi professional, guru belum menguasaai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, kurang mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif. Permasalahan yang dihadapi guru disebabkan karena selama ini kurang memahami jabatannya sebagai seorang pendidik. Guru belum memenuhi empat kompetensi keguruan dengan baik yaitu kompetensi pedagogik (14,72), kepribadian (6,02), sosial (4,41) dan profesional (4,42). Selanjutnya, kategori kinerja guru dari 36 orang guru terdapat 22 orang (62%) pada kategori kurang, 8 orang (22,3%) pada kategori sedang, 6 orang (16,7%) pada kategori cukup, dan tidak ada yang memenuhi kategori baik dan amat baik. Guru dikatakan memenuhi syarat dalam kinerja guru apabila guru berada pada kategori baik (rentang nilai 76-90) dan amat baik (rentang nilai 91-100), namun guru tidak memenuhi kategori tersebut karena berada pada kategori cukup (rentang nilai 61-75), kategori sedang (51-60) dan kategori kurang (rentang nilai ≤ 50). Ketidakmampuan guru juga terlihat pada persentase nilai rata-rata kemampuan guru dalam memenuhi kinerja guru termasuk masih rendah (52,55%). Berdasarkan analisis situasi tersebut, menunjukkan betapa urgennya permasalahan yang dihadapi guru dan pentingnya untuk segera ditangani secara sistematis dan terarah. Dengan demikian pembinaan dan pendampingan bagi guru-guru SDN. 101801 dan SDN. 108075 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang menjadi sangat penting dan harus segera dilaksanakan. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh tim dosen dari Unimed ini berusaha memberi solusi, agar guru bisa melakukan inovasi pembelajaran dengan perbaikan pembelajaran (misalnya menerapkan pendekatan, model, metode, strategi, dan media) di kelas dan melakukan tindakan baru yang ditemukan serta diyakini guru bisa secara efektif meningkatkan proses dan hasil belajar siswa di kelas. Inovasi pembelajaran tersebut dilakukan dengan penyusunan laporan perbaikan dalam bentuk artikel ilmiah. Selanjutnya guru juga didampingi dalam menyusun dan memenuhi butir-butir syarat PKG. Diharapkan setelah kegiatan ini berlangsung, maka dapat tersampaikan kebijakan pemerintah tentang penilaian kinerja guru dan terbentuknya tim penilai PKG di sekolah. Tim pengabdi juga perlu memotivasi bahwa guru harus menempatkan kenaikan pangkat bukan sebagai tujuan tapi sebagai dampak dari kinerja atau profesionalisme. Naik pangkat bukan hak otomatis, tapi hak yang didapatkan setelah kewajibannya terpenuhi. Peraturan ini juga bertujuan memberikan ruang serta mendukung pelaksanaan tugas dan peran guru agar menjadi guru yang profesional. Jika kinerjanya bagus, maka penghargaannya adalah naik pangkat dan jabatan. Pola pikir inilah yang harus ditanamkan dan diubah bagi yang sudah terlanjur memiliki pola pikir naik pangkat sebagai tujuan. Khawatirnya, jika guru menempatkan naik pangkat atau jabatan sebagai tujuan, akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. B. Permasalahan Setelah memahami fakta di lapangan, terhadap kendala-kendala yang dihadapi SDN. 101801 dan SDN. 108075 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, tim pengabdi mengerucutkan permasalahan urgen yang harus segera ditangani yaitu: (1) Kompetensi pedagogik, guru kurang menguasai karakteristik peserta didik, tidak menguasai teori belajar dan prinsip‐prinsip pembelajaran yang mendidik, kurang mengembangkan kurikulum, kurang mengembangkan potensi peserta didik, dan kurangnya pengembangan
35
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 instrumen penilaian. (2) Kompetensi kepribadian, guru kurang bertanggung jawab, kurang disiplin, suka marah, datang terlambat dan sering meninggalkan kelas untuk bergosip sesama guru di ruang guru. (3) Kompetensi sosial, guru kurang bersikap inklusif, belum bertindak objektif, diskriminatif dan kurang bersahabat. (4) Kompetensi professional, guru belum menguasaai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, kurang mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif. Kendala-kendala di atas menunjukkan betapa pentingnya “Pendampingan Pemenuhan PKG bagi guru SDN. 101801 dan SDN. 108075 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang”, untuk menunjang keterlaksanaan Pemenuhan PKG tersebut para guru membutuhkan adanya suatu pendampingan dari tim pengabdian secara intensif. C. Solusi Pemenuhan kebutuhan guru dalam melaksanakan PKG di SDN. 101801 dan SDN. 108075 Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, dosen-dosen Unimed sebagai tim pengabdi bermaksud membantu guru dengan kegiatan pendampingan yang dilakukan melalui kegiatan kolektif profesi guru (KKG), dilakukan dalam bentuk workshop, lesson study, focuss group discussion (FGD), melaporkan perbaikan pembelajaran di kelas dengan penyusunan artikel ilmiah. Pendampingan guru-guru sebagai solusi yang ditawarkan tim pengabdian dalam melaksanakan PKG. Solusi yang ditawarkan tim pengabdi berupaya mengatasi permasalahan yang dihadapi guru. D. Tujuan dan Manfaat Tujuan utama kegiatan ini adalah meningkatkan kompetensi guru dalam memenuhi butir-butir kinerja guru sebagai seorang pendidik. Selanjutnya manfaat yang diharapkan sebagai berikut : (1) guru dapat memperbaiki pembelajaran (misalnya menerapkan pendekatan, model, metode, strategi, dan media) di kelas dan melakukan tindakan baru yang ditemukan serta diyakini guru bisa secara efektif meningkatkan proses dan hasil belajar siswa di kelas, (2) dapat dijadikan sebagai motivator agar sekolah terus meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap dan terencana, (3) dapat dijadikan umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program sekolah, (4) membantu mengidentifikasi sekolah dalam rangka pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur atau bentuk bantuan lainnya, (5) menghasilkan strategi pembelajaran efektif dan inovatif yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar di Prodi PGSD FIP Unimed. METODE PELAKSANAAN Pendampingan dilakukan dengan metode: Perencanaan (planning), Pelaksanaan (action), Refleksi (reflection) dan Tindak lanjut (follow up). Pelaksanaan kegaiatan dilakukan pada kegiatan kolektif profesi guru (KKG) dalam bentuk workshop, lesson study, focuss group discussion (FGD), perbaikan pembelajaran di kelas, dan penyusunan laporan perbaikan pembelajaran dalam bentuk artikel ilmiah serta penyusunan portofolio PKG. Mengukur efektivitas pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan observasi, wawancara, dan tes. Target kegiatan pengabdian ini yaitu: (1) Melakukan Inovasi pembelajaran dengan memperbaiki pembelajaran (misalnya menerapkan pendekatan, model, metode, strategi, dan media) di kelas dan melakukan tindakan baru yang ditemukan serta diyakini guru bisa secara efektif meningkatkan proses dan hasil belajar siswa di kelas. (2) Menyusun portofolio penilaian Kinerja Guru (PKG). (3) Menulis artikel untuk publikasi ilmiah. Selanjutnya luaran kegiatan ini yaitu: (1) adanya RPP guru untuk pembelajaran inovatif, (2) adanya portofolio PKG dan (3) adanya artikel ilmiah guru. Tim pengabdi mendampingi peserta dalam menyusun portofolio PKG, sehingga masing-masing peserta dapat membuat simulasi dalam mengitung angka kredit yang dibutuhkan untuk kenaikan pangkat/golongan dengan menggunakan format perhitungan angka kredit Penilaian Kinerja Guru (Form.1). Selanjutnya, mekanisme pelaksanaan kegiatan ini yaitu: (1) Identifikasi kebutuhan guru dan sekolah. (2) Kesepakatan dua mitra melalui penandatanganan surat pernyataan dukungan pelaksanaan kegiatan. (3) Tim pengabdi menyusun instrumen dan modul pendampingan. (4) Guru berperan aktif mengikuti pendampingan PKG melalui kegiatan kolektif profesi guru (KKG), dilakukan dalam bentuk workshop, lesson study, focuss group discussion (FGD) yang dilaksanakan oleh tim pengabdi di sekolah. (5) Memotivasi guru supaya
36
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
melakukan inovasi pembelajaran di kelas (menerapkan pembelajaran inovatif dengan pendekatan, model, metode, strategi, media dan alat peraga). (6) Memperkenalkan prinsip karya ilmiah kepada guru dan melatih guru dalam menulis artikel. (7) Mendampingi guru dalam menyusun PKG. (8) Melakukan evaluasi dan refleksi untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan dari pelaksanaan PKG. (9) Tindak lanjut dalam kegiatan ini yaitu artikel ilmiah guru akan dipublikasikan dalam satu kumpulan buku (prosiding) yang dan diusulkan nomor ISBN nya ke Unimed Press. PEMBAHASAN DAN HASIL YANG DICAPAI A. Deskripsi Kegiatan pendampingan ini berupaya untuk menyikapi kebutuhan guru dalam pemenuhan Penilaian Kinerja Guru (PKG) di SD Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Tim dosen Unimed sebagai tim pengabdi bermaksud membantu guru SD dalam mengatasi permasalahan pembelajaran di kelas melalui kegiatan pendampingan yang dilakukan melalui kegiatan kolektif profesi guru (KKG), dilakukan dalam bentuk workshop, lesson study, focuss group discussion (FGD), pembelajaran inovatif di kelas, dan penyusunan laporan perbaikan pembelajaran dalam bentuk artikel ilmiah. Pendampingan yang dilakukan dalam Pemenuhan PKG diketahui bahwa dari 36 orang guru terdapat 7 orang (19,44%) pada kategori baik, 12 orang (33,33%) pada kategori cukup, 9 orang (25%) pada kategori sedang, 8 orang (22,22%) pada kategori kurang. Selanjutnya rata-rata kompetensi guru yaitu 65,23 berada pada kategori Cukup. Pendampingan bagi guru di sekolah sangat baik bagi pemahaman dan kemampuan guru dalam memenuhi PKG. Melalui pendampingan, guru sebagai peserta bukan hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu guru dimotivasi untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara demikian guru yang menjadi tutor melakukan repetition (pengulangan) dan menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih paham dalam setiap materi PKG yang disampaikan tim dosen Unimed. Data sebelumnya rata-rata PKG guru 52,55 (kategori sedang), setelah penerapan metode tutor sebaya rata-rata PKG guru menjadi lebih baik 65,23 (kategori cukup). 33,33% 12
25%
10
19,44%
8
22,22%
6 4 2 0 Amat Baik
Baik
Cukup
Sedang
Kurang
Gambar 3. Kategori Pemenuhan Penilaian Kinerja Guru (PKG) melalui penerapan metode tutor sebaya bagi guru SDN. 101801 dan SDN. 108075 Berdasarkan grafik di atas, dapat dijelaskan dengan diadakan pendampingan sangat baik bagi pemahaman dan kemampuan guru dalam memenuhi PKG. Data sebelumnya rata-rata PKG guru 52,55 (kategori sedang), setelah penerapan metode tutor sebaya rata-rata PKG guru menjadi lebih baik 65,23 (kategori cukup). B. Pembahasan Pendampingan yang dilakukan tim dosen Unimed dalam Pemenuhan Penilaian Kinerja Guru (PKG) dilaksanakan dengan memberdayakan peserta sebagai tutor. Calon tutor dipilih berdasarkan beberapa kriteria, yaitu kemampuan akademik yang cukup tinggi, mampu berkomunikasi dengan baik serta memiliki kemampuan interpersonal yang baik. Informasi mengenai calon tutor, diperoleh peneliti melalui kepala sekolah, rekan sejawat dan observasi langsung terhadap calon tutor.
37
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan pendampingan sebagai berikut. FASE Fase I Menginstruksikan tutor mempelajari materi PKG
Fase II Mengorganisasikan peserta kedalam kelompok-klompok belajar Fase III Para tutor sebaya (Guru yang pintar) disebar kesetiap kelompok untuk memberi bantuan Fase IV Membimbing Peserta
LANGKAH-LANGKAH Tim Pengabdi Mitra (Guru) Menginstruksikan salah seorang Mendengarkan tujuan peserta yang mampu untuk pengabdian yang disampaikan mempelajari materi PKG tim dosen. Memperhatikan dan mengerjakan apa yang diperintahkan Tutor memahami materi PKG dan simulasi pengisian portofolio PKG Membagi peserta dalam beberapa Mendengarkan penjelasan tim dosen kelompok (6 kelompok) sekaligus membagikan Portofolio PKG Peserta bergabung dalam kepada masing-masing kelompok. kelompoknya masing-masing. Menunjuk beberapa peserta yang dianggap mampu untuk masingmasing kelompok.
Mendengarkan mengerjakan diinstruksikan.
Membimbing peserta diskusi kelompok dalam mengerjakan portofolio PKG
Tutor mensimulasikan PKG pada masing-masing kelompok Peserta mendengarkan hasil simulasi dan mendiskusikannya dengan kelompoknya Mendengarkan dan melakukan intruksi tim dosen. Mendengarkan tim dosen dan mencatat hal-hal yang penting Peserta mensimulasikan portofolio, mendengarkan hasil simulasi dan mendiskusikannya dengan Kelompok
Fase V Peserta yang lebih paham membantu peserta lain yang mengalami kesulitan
Mengingatkan kepada para tutor sebaya untuk mengajari peserta yang belum mengerti materi PKG dan praktik pengisian PKG
Fase VI Mengadakan Evaluasi
Menguji keterampilan dan kemampuan peserta melalui tanya jawab dan pengujian indikator PKG. Evaluasi dan refleksi kegiatan
Fase VII
apa
Alokasi Waktu
dan yang
Tutor mengevaluasi aktivitas guru di dalam kelas Tutor memberi masukan agar peserta lebih meningkatkan kualitas pembelajarannya di kelas Tutor melaporkan kepada tim dosen Unimed
Fase-fase yang dilakukan, tentu sangat baik bagi guru SDN 101801 dan SDN 108075. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina antar peserta yang bekerja sama. Metode ini banyak sekali manfaatnya baik dari sisi guru yang berperan sebagai tutor maupun bagi guru yang dibantu. Kerjasama yang dibina dengan baik antara tutor dan rekannya dapat dibuktikan dari hasil PKG guru yang meningkat, terlihat dari gambar berikut ini.
38
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
25
62%
20 15
33,33%
10
19,44%
22,3%
25%
22,22%
16,7%
5 0
0
0
0 Amat Baik
Baik
Cukup
Sedang
Kurang
Berdasarkan grafik di atas, data awal dari 36 orang guru terdapat 22 orang (62%) pada kategori kurang, 8 orang (22,3%) pada kategori sedang, 6 orang (16,7%) pada kategori cukup, dan tidak ada yang memenuhi kategori baik dan amat baik. Nilai rata-rata kemampuan guru dalam memenuhi PKG termasuk kategori sedang (52,55). Selanjutnya, ketika dilakukan pendampingan, guru yang dipilih sebagai tutor sebanyak 6 orang ditugaskan untuk menerangkan tentang materi PKG dan membantu rekannya yang lain yang mengalami kesulitan dalam memenuhi butir-butir indikator PKG. Tugas guru yang jadi peserta, mengerjakan tugas sesuai indikator PKG dan praktik. Penerapan metode tutor sebaya terlihat ada kemajuan yaitu dari 36 orang guru terdapat 7 orang (19,44%) pada kategori baik, 12 orang (33,33%) pada kategori cukup, 9 orang (25%) pada kategori sedang, 8 orang (22,22%) pada kategori kurang. Selanjutnya rata-rata kompetensi guru meningkat yaitu 65,23 berada pada kategori Cukup. C. Pencapaian indikator Sesuai dengan target dari kegiatan ini tim pengabdi sudah melakukan tugas sebagai berikut: (1) terpenuhinya simulasi PKG., (2) Accepted sebagai Pemakalah pada Seminar Nasional & Expo LPM Unimed 2016 laman: http://snpm2016.unimed.ac.id (waktu pelaksanaan Rabu, 9 November 2016 di Aula Digital Library Unimed). (3) Publikasi artikel IbM Pendampingan PKG Published pada School Education Journal Vol. 6 No. 1 Desember 2016, P-ISSN 2407-4926, E-ISSN 2355-1720, Laman: esj.unimed.ac.id. Selanjutnya pencapaian bagi guru sebagai mitra yaitu (1) tersampaikannya penjelasan tentang artikel ilmiah (AI), sistematika penulisan AI, pelatihan penulisan AI dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran inovatif di kelas masing-masing guru sampai akhirnya diperoleh data. Setelah itu guru-guru melakukan pengolahan data dan menyusun AI mereka masing-masing secara lengkap. Sejauh ini masih belum terdapat kendala yang berarti, hanya saja ada sedikit kendala yaitu sebagian besar guru-guru tersebut tidak menguasai ICT (tidak mampu menggunakan komputer), sehingga mereka tersendat pada penulisan RPP dan artikel. Sebagai jalan keluar, mereka meminta pertolongan keluarga masing-masing yang mampu menggunakan komputer. Pembelajaran inovatif di kelas juga sudah mendapat perhatian dari guru-guru. Berdasarkan video pembelajaran awal, guru-guru menyadari banyak kelemahan dan kekurangan cara mengajar mereka di kelas, lalu setelah dievaluasi maka guru berkenan memperbaiki cara mengajar dengan menerapkan metode, model, menerapkan media dll. Lalu selanjutnya video pembelajaran kedua dibuat untuk mengetahui sejauhmana peningkatan kualitas mengajar dari video sebelumnya. Selanjutnya, hasil capaian indikator kinerja yang dirancang sebelumnya yaitu: RPP Pembelajaran Inovatif (70%), Penulisan Artikel Ilmiah(70%), Prosiding Kumpulan Artikel Ilmiah guru (70%), Pemenuhan PKG (65%), Seminar Nasional IbM (75%), dan publikasi ilmiah Jurnal Artikel IbM (75%).
39
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Tabel 1. Pencapaian Indikator kerja danTarget Capaian Persentase Produk Baseline Target Capaian RPP Pembelajaran Inovatif Ada Penulisan Artikel Ilmiah Ada Prosiding Kumpulan Artikel Ilmiah Ada guru Pemenuhan PKG Ada Seminar Nasional IbM Ada Jurnal Artikel IbM Ada Rata-rata pencapaian
Ada Ada Ada
Ada Ada Ada
Ada Ada Ada
Ada Ada Ada
Persentase capaian 75% 80% 80% 70% 85% 85% 80 %
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil keseluruhan kinerja pendampingan yang sudah berlangsung, sekitar 80 % target sudah tercapai yaitu dimulai dari penulisan perangkat pembelajaran, pemaparan AI, penulisan AI, praktik pembelajaran dikelas masing-masing, dan pembuatan artikel untuk diterbitkan pada prosiding kumpulan artikel ilmiah. Artikel-artikel dari guru-guru tersebut telah dikirim kepada narasumber/tutor untuk dilakukan pengeditan sampai akhirnya layak untuk diterbitkan dalam buku prosiding ber-ISBN. Selanjutnya, target capaian pada kinerja tim pengabdi yaitu: (1) sudah mengikuti pelaksanaan Seminar Nasional & Expo LPM Unimed 2016 laman: http://snpm2016.unimed.ac.id (waktu pelaksanaan Rabu, 9 November 2016 Aula Digital Library Unimed) sebagai Pemakalah untuk melaksanakan publikasi ilmiah. (2) artikel IbM tim pengabdi yang sudah dikirim pada School Education Journal Vol. 6 No. 1 Desember 2016, P-ISSN 2407-4926, E-ISSN 2355-1720, Laman: sej.unimed.ac.id, (3) Penerbitan buku ber-ISBN kumpulan artikel guru dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Penulisan Artikel Ilmiah” ISBN 978-602-431-015-8. Kesimpulan Dari kegiatan yang sudah dilaksanakan, banyak hal yang dialami sebagai pengalaman berharga bagi kami dosen Prodi PGSD FIP Unimed sebagai pelaksana. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan sekaligus temuan dari kegiatan ini, diantaranya yaitu: (1) Banyak guru yang belum tahu dan mengerti apa itu AI dan bagaimana cara membuat dan mempraktikkannya di kelas masing-masing (2) Motivasi menulis guru-guru masih rendah, hal ini mungkin disebabkan pengetahuan mereka yang minim dan tidak adanya kemampuan dalam hal penguasaan ICT (3) Guru-guru juga belum mengenal model-model pembelajaran yang berkembang sebagai mediasi menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas (4) Kesulitan guru dalam pemenuhan PKG disebabkan karena guru tidak melakukan tanggungjawab profesinya dalam kesehariannya. Saran Adapun hal-hal yang disarankan dari hasil kegiatan ini adalah: 1. Perlu dilakukan kegiatan bagi guru-guru yang berhubungan dengan kebutuhan mereka dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, seperti: (1) Model-model pembelajaran (2) Pelatihan ICT (2) Kegiatan seperti ini juga perlu dilakukan di daerah-daerah lain karena masih banyak guru-guru yang belum mampu memenuhi PKG sehingga mereka tidak bisa untuk naik pangkat. DAFTAR PUSTAKA Kemdikbud. 2013. Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di Perguruan Tinggi (Edisi IX). Jakarta. Kemendiknas. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru). Kemendiknas Derektorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Jakarta. Kemendiknas. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Jakarta. Kemendiknas. 2010. Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) (Buku 1). Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendiknas, Jakarta.
40
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Kemendiknas. 2011. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendiknas, Jakarta. Tim penyusun. 2013. Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Di Perguruan Tinggi Edisi IX. Direktorat Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008. Tentang Guru (Lembaran Negera RI Tahun 2008 Nomor 194).
41
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
MERANCANG PENILAIAN OTENTIK PADA GURU MATA PELAJARAN IPA DI SMP KOTA PONTIANAK Kurnia Ningsih1, Basuki Hardigaluh1 1
Pendidikan Biologi FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Merancang penilaian otentik adalah kegiatan IbM yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme Guru IPA SMP di Kota Pontianak. Metode yang digunakan pelatihan dan pendampingan. Luaran yang dicapai adalah perangkat penilaian otentik pada pembelajaran IPA di SMP kelas VII semester genap dan kelas VIII semester ganjil. Keberhasilan kegiatan diukur menggunakan angket dan analisis soal buatan guru. Hasil angket: guru mengetahui dan belum melakukan penilaian otentik 12,50%, melakukan penilaian otentik 62,50%, melakukan dan membuat sendiri penilaian otentik 25,00%. Hasil analisis soal buatan guru: soal yang diterima, diperbaiki, dan ditolak berturut-turut 70,94%, 21,19%, dan 6,88%. Kegiatan memberikan motivasi guru dalam membuat perangkat penilaian otentik. PENDAHULUAN Perubahan kurikulum berdampak pada berubahnya proses pembelajaran dan penilaian yang dilakukan guru di sekolah. Kurikulum 2013 yang baru diterapkan di setiap jenjang pendidikan, baru berjalan sekitar 10 bulan. Ada beberapa kendala yang terjadi di lapangan, salah satunya mengenai penilaian otentik yang akan dirancang dan dilakukan guru. Penilaian otentik merupakan jenis penilaian yang digunakan baik dalam proses, maupun penilaian hasil pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013. Banyak pemahaman yang berbeda tentang jenis penilaian dan instrumen penilaian yang digunakan dalam menerapkan kurikulum 2013 ini. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2013, penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, Pemerintah dan/atau lembaga mandiri. Penilaian hasil belajar oleh pendidik atau guru dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian yang dilakukan pendidik atau guru digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, sebagai laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Pada Kurikulum 2013, penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014). Untuk melengkapi perangkat pembelajaran diperlukan jenis penilaian yang sesuai. Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat oleh peserta didik, dan jurnal. Penilaian pengetahuan dapat berupa tes tulis, lisan, dan penugasan. Sedangkan pada penilaian keterampilan melalui penilaian kinerja dapat berupa tes praktek, proyek, dan portofolio. Pelaksanaan penilaian kelas perlu dilakukan secara komprehensif (Hayat, 2008). Menurut Mardapi (2012), penilaian merupakan bagian dari evaluasi program pembelajaran. Penilaian merupakan suatu tindakan atau proses menentukan nilai suatu obyek, dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran dan dapat dipengaruhi oleh hasil pengukuran. (Djaali, 2008). Oleh karena itu dalam melaksanakan penilaian dilakukan secara komprehensif dan menggunakan standar pengukuran. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menurut Jihad dan Haris (2013) menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, lembar observasi, penugasan perseorangan atau kelompok dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Penilaian hasil menggunakan teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau kinerja. Sedangkan penilaian proses menggunakan teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan atau di luar kegiatan pembelajaran. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan atau proyek. Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator,
42
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
dan kompetensi yang akan dicapai. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, karena memuat domain pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menurut Nurkencana (1993), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu seorang guru baiknya memperhatikan jenis tes yang diberikan, karena berhubungan dengan kompetensi yang akan dicapai peserta didik. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu (Jihad dan Haris, 2013). Sedangkan menurut Uno dan Koni (2012) menyatakan bahwa ada 20 indikator yang dapat dijadikan penilaian pada aspek sikap (kelakuan) adalah: menghargai, sopan, santun, menghormati, jujur, tanggung jawab, taat, berani, pemaaf, sabar, penyayang, penolong, setia kawan, patuh, peramah, dermawan, periang, kerja sama, arif, dan bijaksana. Penilaian unjuk kerja (keterampilan) dan penilaian sikap termasuk dalam penilaian proses masih belum banyak lakukan. Kompetensi pengetahuan yang akan diukur sampai pada analisis, evaluasi, dan mencipta. Anderson dan Krathwohl (2010) menyatakan bahwa: “dimensi proses kognitif meliputi: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta”. Mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi pelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru. Mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Menganalisis adalah memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antar bagian dan hubungan antara bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Mengevalusi adalah mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar. Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru atau untuk membuat suatu produk yang orisinil. Berdasarkan indikator soal yang terdapat pada standar kompetensi lulusan (SKL) tentunya seorang guru harus dapat menjabarkarnya dalam butir soal yang menggambarkan indikator tersebut. Berdasarkan hasil pertemuan dengan guru SMP yang mengajar IPA (12 Maret, 2014) diperoleh informasi bahwa; guru selama ini telah melakukan penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan dan sikap. Namun guru masih bingung dalam membuat instrumen tes penilaian unjuk kerja, dan instrumen penilaian sikap dari setiap kompetensi yang akan dicapai. Dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya, kelompok MGMP IPA SMP Negeri 13 dan kelompok MGMP IPA SMP Negeri 22 Kota Pontianak sejauh ini masih belum membuat perangkat penilaian otentik yang diinginkan pada Kurikulum 2013, dan belum ada contoh penilaian sikap, serta penilaian unjuk kerja. Berdasarkan permasalahan tersebut, solusi yang ditawarkan membantu Guru-guru IPA dalam membuat perangkat penilaian pembelajaran IPA, dengan memberikan pelatihan dan pendampingan pada guru-guru IPA SMP untuk membuat perangkat penilaian otentik dalam rangka Implementasi Kurikulum 2013. Program ini disambut baik oleh Kepala Sekolah dan guru-guru yang terlibat dalam kelompok MGMP IPA Kota Pontianak. METODE Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan dan pendampingan pada kelompok guru IPA sebagai Mitra. Pelaksanaan kegiatan dengan melakukan taransfer pengetahuan dari tim pelaksana (perguruan tinggi) pada kelompok guru IPA SMP di Kota Pontianak. Pelatihan penilaian otentik merupakan kegiatan yang dapat mengatasi permasalahan Mitra dalam merancang penilaian pembelajaran IPA di SMP. Mitra yang terlibat sebanyak 20 orang guru IPA dari SMPN 13 dan SMPN 22. Tim pelaksana terdiri dari dua orang dosen, dan dibantu oleh dua orang mahasiswa dalam pelatihan dan pendampingan. Mahasiswa yang terlibat bertugas membantu mempersiapkan alat dan bahan pelatihan. Kegiatan pelatihan dilakukan oleh tim pelaksana kepada kelompok Mitra selama membuat perangkat penilaian autentik. Pendampingan dilaksanakan selama dua bulan. Hal ini dilakukan agar diperoleh perangkat penilaian otentik satu semester yang dipunyai oleh setiap peserta kelompok Mitra. Teknik pelaksanaan pendampingan adalah: setiap guru (peserta pelatihan) membuat instrumen penilaian dari setiap
43
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Kompetensi capaian dalam pembelajaran yang diajarkannya, kemudian didiskusikan dengan sesama peserta pendampingan (kelompok Mitra), selanjutnya dinilai dan diperbaiki sesuai hasil diskusi, dan akhirnya diperoleh perangkat penilaian yang valid. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan ini diawali dengan koordinasi dengan Kepala Sekolah Mitra 1 (SMP Negeri 13 Pontianak) dan Kepala Sekolah Mitra 2 (SMP Negeri 22 pontianak). Koordinasi ini dilakukan untuk menentukan jadwal pelaksanaan pelatihan dan pendampingan pembuatan penilaian otentik. Penilaian otentik yang dimaksud meliputi penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan, dan penilaian sikap pada Guru yang mengajar IPA di sekolah Mitra. Menurut Uno dan Koni (2012) penilaian dalam pembelajaran meliputi penilaian pengetahuan yang disebut penilaian hasil, sedangkan penilaian keterampilan dan penilaian sikap disebut penilaian proses. Setelah jadwal pelaksanaan pelatihan dan pendampingan pembuatan perangkat penilaian otentik disepakati, maka kegiatan pelaksanaan dan pendampingan dilaksanakan. Sehubungan dengan kegiatan tersebut, pelatihan dan pendampingan pembuatan perangkat penilaian otentik pada sekolah Mitra 1 dan Mitra 2 dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan pada Mitra 1 dan 8 kali pertemuan pada Mitra 2. Dari pertemuan tersebut ada 4 kali pertemuan untuk kegiatan pelatihan dan 4 kali pertemuan untuk pendampingan, baik pada Mitra 1 maupun pada Mitra 2. Secara keseluruhan kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan perangkat penilaian otentik disambut baik oleh guru IPA yang ada di sekolah Mitra, baik di SMP Negeri 13 Pontianak (Mitra 1) maupun di SMP Negeri 22 Pontianak (Mitra 2). Kegiatan pelatihan terlaksana dengan baik. Kegiatan pendampingan pada Mitra 1 diadakan di Ruang Laboratorium dengan jumlah peserta 10 orang. Sedangkan kegiatan pendampingan pada Mitra 2 dilaksanakan di Ruang Guru dengan jumlah peserta 10 orang. Setiap peserta pelatihan merancang dan membuat penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan, dan penilaian sikap. Kegiatan ini mulai dari membuat kisi-kisi sampai merakit soal. Dalam kegiatan pelatihan peserta terlihat antusias memperhatikan dan mendengarkan penjelasan Tim pelatih dalam menyampaikan materi. Sedangkan pada kegiatan pendampingan peserta serius dalam bekerja membuat perangkat penilaian otentik (penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan, dan penilaian sikap). Kegiatan pelatihan dan pendampingan dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Produk yang dihasilkan mulai dari pembuatan kisi-kisi, merakit soal, koreksi, dan revisi. Sehingga hasil pelatihan ini berupa draf perangkat penilaian pembelajaran IPA di Kelas VII semester 2 (Genap), dan Kelas VIII semester1 (Ganjil). Adapun salah satu contoh kisi-kisi yang telah dibuat adalah sebagai berikut. Tabel 1. Contoh Kisi-Kisi Soal Pengetahuan No. Kompetensi Materi Urut Dasar (1) 5
(2) 5.1. Melaksanakan pengamatan objek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala alam biotik dan abiotik.
(3) Gejala Alam Biotik dan Abiotik
Indikator soal
No. Soal
(4) 1.1. Mengidentifikasi gejala alam biotik dan biotik 1.2. Mengidentifikasi pengamatan gejala alam kebendaan pada objek biotik dan abiotik.
(5) 1 2
Berdasarkan kisi-kisi tersebut, peserta pelatihan membuat soal pada kartu soal yang telah disiapkan. Kartu soal dibuat dan disesuaikan dengan Kompetensi Dasar, Materi, dan Indikator Soal yang ada pada kisi-kisi soal. Hal ini dapat digambarkan pada soal berikut.
44
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Contoh Soal Pengetahuan:
1 2 3 4 Dari gambar tersebut yang merupakan gejala alam abiotik terdapat pada no.... a. 1 dan 2 b. 1 dan 3 c. 2 dan 4 d. 3 dan 4 Kunci: b Penilaian: 1. Diterima tanpa perbaikan Komentar korektor
2. Diperbaiki
√
3. Ditolak
Perbaiki gambar yaitu tanda panah sebaiknya menunjuk gambar bukan nomor, dan kalimat pertanyaan sebaiknya tidak disingkat seperti no. (seharusnya ditulis nomor).
Setelah kartu soal dibuat dan dikoreksi oleh Tim pelatih, peserta pelatihan memperbaiki dan melanjutkannya merakit soal untuk dibuat dalam satu perangkat soal ulangan semester. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif (Jihad dan Haris, 2013). Selain membuat penilaian pengetahuan peserta pelatihan juga membuat penilaian keterampilan dan penilaian sikap pada pesrta didik. Salah satu contoh penilaian keterampilan, dan penilaian sikap yang dibuat oleh peserta pelatihan adalah sebagai berikut.
c.
Keeping dua
Keeping satu
Tunggang
Serabut
Jumlah kelopak
Jumlah mahkota
Tak berpelepah
Berpelepah
Urat daun
Tak bercabang
Bercabang
Contoh Butir Soal Keterampilan: Membandingkan ciri-ciri tumbuhan monocotyl dan dicotyl. a. Apa yang kalian lakukan. Carilah tanaman yang ada di sekitar sekolah. Tentukan tanaman-tanaman tersebut dalam kelompok monocotyl dan dicotyl. Amatilah bentuk akar, percabangan bang, bentuk urat daun, daun pelepah atau tidak, jumlah perhiasan bunga dan jumlah keping bijinya. b. Apa yang kalian peroleh, catatlah hasil pengamatannu Tabel 2. Contoh Hasil Pengamatan N Tanaman Batang Daun Bunga Akar Biji o
Aplikasi dan analisis 1. Sebutkan contoh tanaman yang tergolong monocotyl dan dicotyl. 2. Ciri-ciri apa sajakah yang membedakan kelompok monocotyl dan dicotyl? 3. Sebutkan perbedaan ciri-ciri tumbuhan monocotyl dan dicotyl. Buatlah laporan dari kegiatan tersebut dan kumpulkan.
45
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Tabel 3. Pedoman Penskoran No
Pedoman Penskoran
1 2 3 4
Menyebutkan contoh tanaman monocotyl dan dicotyl. Dapat membedakan kelompok tanaman monocotyl dan dicotyl. Menyebutkan perbedaan ciri-ciri tumbuhan monocotyl dan dicotyl. Hasil laporan yang dikumpulkan.
4
Skor 3 2
1
Kriteria: 4 : sangat baik 2 : kurang lengkap 3 : baik 1 : tidak lengkap Penilaian: 1. Diterima tanpa perbaikan
Komentar korektor
2. Diperbaiki
√
3. Ditolak
Perbaiki petunjuk pada bagian a, seharusnya diurutkan sesuai dengan kolom (misalkan pada petunjuk memintanya akar terlebih dahulu, maka dalam kolom juga akar pada kolom pertama). Lengkapi rubrik penskorannya.
Tabel 4. Contoh Penilaian Sikap Perilaku yang diamati No
1 2 3 4
Nama Peserta didik
Percaya Diri
Kejujuran
Peduli
Santun
Afif Azharizzaki Arudsyah Ani Nur Aeni Awang Adam Lazuardi Bella Atira Doloksaribu
Petunjuk: Berikan penilaian pada penilaian sikap (perilaku) yang diamati pada peserta didik dengan nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (sedang), dan 1 (kurang). Berdasarkan penilaian sikap tersebut, perlu disajikan rubrik penilaian sikap sebagai berikut. Tabel 5. Contoh Rubrik Penilaian Sangat Baik 4 Tidak terlihat raguragu
Baik 3 Terlihat ragu-ragu
Sedang 2 Memerlukan bantuan guru
Kurang 1 Belum menunjukkan kepercayaan diri
Kejujuran
Tindakan selalu sesuai dengan ucapan
Tindakan kadangkadang sesuai dengan ucapan
Tindakan kurang sesuai dengan ucapan
Tindakan tidak sesuai dengan ucapan
Peduli
Selalu care/empati Sering care /empati Kadang-kadang care dengan lingkungan dengan lingkungan /empati dengan sekitar dan temannya sekitar dan temannya lingkungan dan temannya
Belum / tidak care/empati dengan lingkungan dan temannya
Santun
Berbahasa positif dan bersikap sopan
Berbahasa negative dan tidak sopan
Kriteria Percaya diri
Komentar korektor:
46
Berbahasa positif tapi bersikap kurang sopan
Berbahasa negative dan bersikap kurang sopan
Perbaiki penilaian dan rubrik yang tertulis 2 (sedang) diganti dengan 2 (cukup).
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Di akhir kegiatan diberikan angket kepada peserta pelatihan dan pendampingan pembuatan perangkat penilaian otentik, untuk mengetahui sejauh respon peserta terhadap kegiatan pelatihan dan pendampingan ini tercapai. Hasil angket yang diberikan pada peserta, disajikan pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Respon Guru terhadap Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Penilaian Otentik Respon (%)
No.
Materi
Belum mengetahui
Sudah mengetahui, belum melakakukan
Sudah melakukakan
Sudah melakukan dan buat sendiri
1.
Konsep dasar penilaian
00,00
12,50
68,75
2.
Mengembangkan metode penilaian sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai
00,00
12,50
75,00
12,50
3.
Mengembangkan jenis penilaian sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai
00,00
12,50
68,75
18,75
4.
Menyusun alat penilaian (soal PG) sesuai dengan indikator untuk mencapai kompetensi tertentu
00,00
00,00
50,00
50,00
5.
Menyusun alat penilaian (soal uraian) sesuai dengan indikator untuk mencapai kompetensi tertentu Menyusun alat penilaian (soal unjuk kerja dan rubriknya) sesuai dengan indikator untuk mencapai kompetensi tertentu
00,00
00,00
68,75
31,25
00,00
18,75
50,00
31,25
7.
Menyusun alat penilaian sikap sesuai dengan indikator untuk mencapai kompetensi tertentu
00,00
31,25
50,00
18,75
8.
Melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian
00,00
12,50
75,00
12,50
9.
Melakukan program perbaikan dan pengayaan
00,00
18,75
62,50
18,75
10.
Menggunakan hasil penilain untuk kepentingan pembelajaran
00,00
06,25
56,25
37,50
00,00
12,50
62,50
25,00
6.
Rata-rata
18,75
Berdasarkan Tabel 6 tentang respon guru terhadap kegitan pelatihan dan pendampingan pembuatan penilaian otentik dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru, dari 10 aspek yang ditanyakan diperoleh rata-rata hasil analisisnya sebagai berikut: guru yang sudah mengetahui dan belum melakukan penilaian otentik diperoleh 12,50%, guru yang sudah melakukan penilaian otentik sebanyak 62,50%, dan guru yang sudah melakukan dan membuat sendiri penilaian otentik sebanyak 25%. Penyelenggaraan kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan penilaian otentik merupakan suatu wadah bagi guru dalam mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan penilaian proses pembelajaran. Kegiatan pelatihan ini juga menjadi tempat latihan bagi guru-guru dalam membuat kisi-kisi dan soal yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Dengan demikian guru-guru terbantu dalam merumuskan soal evaluasi dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pendampingan pembuatan perangkat penilaian otentik (penilaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap) oleh TIM IbM diperoleh hasil analisis soal-soal yang telah dibuat oleh peserta pelatihan. Analisis dilakukan dengan menilai soal-soal yang dibuat peserta pelatihan dalam tiga kategori (diterima, diperbaiki, dan ditolak). Hasilnya dapat di lihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Analisis Pembuatan Perangkat Penilaian Otentik No. 1 2
47
Sekolah Mitra SMP Negeri 13 SMP Negeri 22 Rata-rata
Jumlah Soal 40 32
Diterima 70,00 71,88 70,94
Kategori Penilaian (%) Diperbaiki Ditolak 22,50 7,50 21,88 6,25 22,19 6,88
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Setelah dilakukan pelatihan dan pendampingan pembuatan perangkat penilaian otentik, berdasarkan Tabel 4 diperoleh rata-rata soal yang dibuat guru (peserta pelatihan) dapat diterima sebanyak 70,94%, soal yang masih perlu diperbaiki sebanyak 21,19%, dan 6,88% ditolak. Ditinjau dari persentase jumlah soal yang dapat diterima, Sekolah Mitra 1 (70,00%) lebih kecil dibandingkan Sekolah Mitra 2 (71,88%), namun segi kualitas soal yang dibuat Sekolah Mitra 1 dan Sekolah Mitra 2 tidak ada perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada aspek yang diukur pada setiap soal yang dibuat, Sekolah Mitra 1 sama dengan Sekolah Mitra 2 dalam membuat soal aplikasi dan analisis diperoleh (37,50%) dari total soal. Perangkat soal yang telah dibuat oleh peserta pelatihan disosialisasikan kepada kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA yang ada di Kota Pontianak, dengan harapan dapat menjadi model (Bank soal) bagi Guru IPA (Sains). KESIMPULAN DAN SARAN Hasil pelatihan dan pendampingan pembuatan perangkat penilaian otentik (penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan, dan penilaian sikap) disambut baik oleh sekolah Mitra. Peserta pelatihan sangat antusias dan aktif dalam melakukan kegiatan sehingga menghasilkan perangkat penilaian berupa kartu soal (penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan, dan penilaian sikap). Perangkat penilaian yang dihasilkan adalah penilaian pada pembelajaran IPA Kelas VII semester 2 (Genap), dan Kelas VIII semester 1 (Ganjil). Saran untuk sekolah mitra, perlu lebih meningkatkan kualitas soal-soal yang dibuat, sehingga dapat dijadikan dasar untuk ujian akhir semester pada siswanya. Hal ini dapat dijadikan contoh dan motivasi pada guru-guru yang mengajar pada bidang studi yang lain. DAFTAR PUSTAKA Anderson, Lorin W., dan David R. Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, terjemahan Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djaali dan Pudji Muljono P. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Hayat, Bahrul. (2008). Assessment Berbasis Kelas. Jakarta: Puspendik Depdiknas. Jihad, Asep, dan Abdul Haris. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Puasat pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Mardapi, Djemari. (2012). Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika. Nurkencana, Wayan. (1993). Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Uno, Hamzah B, dan Satria Koni. (2012). Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
48
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PELATIHAN PENULISAN AKSARA DAERAH DENGAN FONT DIGITAL UNTUK GURU MUATAN LOKAL DAN SISWA Muhamad Komarudina, Hery Dian Septamab, Titin Yuliantic, Afri Yudamsond Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Bahasa dan aksara daerah merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang harus dilestarikan. Salah satu langkah pelestarian bahasa dan aksara daerah yaitu dengan menjadikannya sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah. Namun, saat ini mata pelajaran muatan lokal bahasa dan aksara daerah kurang diminati oleh siswa. Hal ini dikarenakan oleh proses pembelajaran bahasa dan aksara daerahyang masih menggunakan cara-cara konvensional yaitu mengandalkan buku dan menulis di papan tulis. Selain itu, untuk mencetak aksara daerah harus digambaratau melakukan scanning gambar aksara yang sudah ada terlebih dahulu, baru kemudian dicetak. Cara tersebut kurang praktis dan kurang diminati baik oleh guru, siswa, maupun masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan minat guru, siswa, dan masyarakat dalam melestarikan aksara daerah diperlukan suatu media yang biasa digunakan dalam kehidupan seharihari. Salah satu media tersebut yaitu komputer. Hal ini menjadi ide dasar program pelatihan penulisan aksara daerah dengan font digital.Studi kasus pelaksanaan program pelatihan ini dimulai di Provinsi Lampung.Pengabdian dilakukan dengan memberikan pelatihan penggunaan aplikasi aksara lampung dengan font digital kepada guru mata pelajaran muatan lokal dan para siswa. Dari pelatihan yang dilakukan diketahui bahwa peserta memberikan respon yang positif terhadap penggunaan aplikasi penulisan font digital aksara lampung ini. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuisioner yang diisi oleh peserta sebelum dan sesudah diberikannya pelatihan. Minat belajar bahasa dan aksara lampung mengalami peningkatan sebesar 37% (dari 42% menjadi 79%) dan pengetahuan siswa tentang bahasa dan aksara lampung meningkat sebesar 30% (dari 30% menjadi 60%). Kata kunci: font digital, aksara lampung, muatan lokal, bahasa dan aksara daerah. PENDAHULUAN Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau, beranekaragam suku bangsa, kaya akan sumber daya alam dan manusia serta warisan-warisan nenek moyang yang sangat berharga. Negara yang terdiri dari kurang lebih 17.000 pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke ini memang identik dengan keanekaragaman yang terkandung di dalamnya.Ada ratusan etnis, agama dan budaya yang berbeda hidup berdampingan.Hal ini tentu saja menjadikan Indonesia memiliki banyak sekali kekayaan seni dan budaya.Mulai dari kepercayaan, musik dan lagu, tari-tarian, upacara adat, kuliner, rumah dan pakaian adat, ornamen dan lain-lain.Setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing. Keanekaragaman dan perbedaan yang ada pun dianggap sebagai suatu kekayaan dan alat pemersatu bangsa yang kokoh. Perbedaan bukanlah sesuatu yang dapat menimbulkan perpecahan, adanya perbedaan membuat kita saling memahami dan saling mengisi satu sama lain, sehingga persatuan akan semakin kuat. Inilah wujud Bhineka Tunggal Ika yang sesungguhnya, Indonesia kaya akan segalanya, seni dan budaya yang menjadi tradisi bangsa ini perlu sekali dipertahankan. Namun, seiring perkembangan zaman, munculnya era globalisasi, modernisasi serta pengaruh budaya asing membuat pelestarian budaya daerah semakin meredup.Salah satunya adalah keanekaragaman aksara dan bahasa daerah yang mulai jarang terdengar karena pengaruh modernisasi dan budaya asing serta kurangnya minat siswa dalam mempelajari dan melestarikan aksara dan bahasa daerahnya masing-masing.Saat ini, justru siswa lebih tertarik mempelajari bahasa dan aksara asing seperti bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, dan Perancis dari pada bahasa dan aksara daerahnya sendiri. Hal ini terjadi karena selama ini mata pelajaran muatan lokal bahasa dan aksara daerah kurang mendapat perhatian serius. Guru yang mengajarkan mata pelajaran ini cenderung masih menggunakan cara-cara konvensional yang hanya mengandalkan buku dan menulis di papan tulis.
49
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Melihat kondisi diatas, maka diperlukan pendekatan lain dalam proses pembelajaran bahasa dan aksara daerah. Diperlukan sebuah pelatihan tentang penulisan aksara daerah dengan menggunakan komputer dengan font digital.Diharapkan para guru mampu membuat presentasi pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dan masyarakat dalam mempelajari bahasa daerahnya.Metode ini harus disesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada seperti saat ini.Sehingga pada akhirnya siswa dan masyarakat dapat melestarikan bahasa daerahnya masing-masing yang merupakan warisan nenek moyang kita yang sangat berharga bagi Indonesia. Untuk studi kasus akan dimulai di Provinsi Lampung tapi dapat dengan mudah di aplikasikan untuk daerah-daerah lain. Selama ini metode ajar yang diterapkan disekolah maupun diluar sekolah masih menggunakan cara-cara konvensional yaitu hanya mengandalkan buku, itu pun jumlahnya terbilang kurang. Kondisi ini cukup menyulitkan bagi Guru-guru pengajar muatan lokal. Tidak adanya media yang membuat mereka dapat lebih berinteraksi dengan anak didiknya menyebabkan penyampaian materi pun menjadi kurang optimal. Sementara proses pengajaran bahasa daerah masih mempertahankan cara konvensionalnya, proses pembelajaran bahasa asing sudah dapat memanfaatkan media-media penunjang yang sesuai perkembangan zaman. Hal inilah yang juga mempengaruhi minat siswa dan masyarakat dalam mempelajari bahasa daerahnya, sehingga semakin langka orang yang menguasai Aksara Daerah bahkan untuk suku itu sendiri. Sebenarnya, memang ada kekhawatiran Aksara Lampung terancam punah, seperti yang dikutip dari melayuonline.com, Bahasa dan aksara Lampung terancam punah apabila lambat laun masyarakatnya tidak lagi terbiasa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, pendidikan formal perlu menggalakkan muatan lokal bahasa dan aksara Lampung selalu terpelihara. Effendi Sanusi, dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pernah mengajukan beberapa usulan penyelamatan bahasa dan aksara daerah Lampung kepada pemerintah daerah antara lain pemuatan peraturan daerah tentang penulisan nama-nama jalan, fasilitas umum, dan kantor pemerintah dengan dwiaksara, serta membuka laman (situs web) yang terkait aksara daerah. Untuk itulah diperlukan pelatihan menulis aksara daerah dengan font digital memanfaatkan komputer sebagai bahan presentasi yang lebih baik dengan mengambil studi kasus di propinsi Lampung. Hal ini dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi guru muatan lokal dalam melakukan proses pembelajaran serta menarik minat siswa dan masyarakat dalam mempelajari Aksara Lampung. Diharapkan metode ini juga nantinya dapat diterapkan di daerah-daerah lain diseluruh Indonesia. 1. Membuat Font digital Aksara Lampung yang dapat memudahkan guru muatan lokal dalam menulis aksara daerah berbasis komputer untuk meningkatkan kualitas proses pengajarannya sehingga nantinya dapat diterapkan di propinsi-propinsi lain yang ada di Indonesia. 2. Memberi pelatihan kepada guru-guru muatan lokal mengenai cara pengetikkan Aksara Lampung Dengan Font Digital melalui Microsoft Word agar metode pengajaran baru bisa langsung diterapkan 3. Mendokumentasikan Aksara Daerah dalam sebuah font digital. Menarik minat siswa dan masyarakat dalam mempelajari Aksara Daerah masing-masing dengan presentasi multimedia berbasis komputer dari guru.Dengan adanya Font Digital Aksara Lampung dan memberi pelatihan kepada tenaga pengajar muatan lokal, maka proses pengajaran dan pelestarian Aksara Lampung akan menemui era multimedia. Karena Font Aksara Lampung berupa data digital yang dapat diintegrasikan ke dalam Microsoft Word, maka penulisannya dapat dilakukan secara cepat dan mudah. Selain itu, dapat dikirim dan diperbanyak secara instan melalui berbagai media yang tersedia saat ini. Proses membiasakan penggunaan Aksara Lampung dalam kehidupan sehar-hari pun dapat direalisasikan dengan baik, karena komputer merupakan media yang tidak asing lagi bagi masyarakat saat ini. Untuk kegitan pembelajaran Muatan Lokal bagi siswa, metode Font Digital Aksara Lampung ini bisa digabungkan dengan konsep pembelajaran teknologi sejak dini. METODE Aksara yang di pakai dalam pelatihan ini ialah Aksara Lampung yang diseragamkan sesuai Surat Keputusan Musyawarah Para Pemuka Adat Daerah Lampung tentang Pembakuan Aksara Lampung Nomor. 001/PAL/1985(SK, 1985). Sejak saat itu secara resmi suku Lampung memiliki aksara yang seragam.
50
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Daftar huruf induk aksara lampung dapat disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Huruf Induk Aksara Lampung Aksara
Nama
Huruf
Ka
Aksara
Nama
Huruf
K
Ja
J
Ga
G
Nya
Ny
Nga
Ng
Ya
Y
Pa
P
A
A
Ba
B
La
L
Ma
M
Ra
R
Ta
T
Sa
S
Da
D
Wa
W
Na
N
Ha
H
Cha
C
Gha
Gh
Selain huruf induk terdapat juga anak huruf. Berdasarkan letaknya, anak huruf dikelompokkan menjadi tiga yaitu anak huruf yang terletak di atas huruf induk seperti pada Tabel 2, anak huruf yang terletak di bawah induk huruf seperti pada Tabel 3, serta anak huruf yang terletak di kanan induk huruf seperti pada Tabel 4. Tabel 1. Anak Huruf yang Terletak diatas huruf Aksara
Nama
Huruf
Ulan
I
Ulan
Ē
Bicek
E
Tekelubang
Ang
Rejunjung
Ar
Datas
An
Tabel 3. Anak Huruf yang Terletak dibawah huruf Aksara
51
Nama
Huruf
Bitan
O
Bitan
U
Tekelungau
Au
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Tabel 4. Anak Huruf yang terletak dikanan huruf Aksara
Nama
Huruf
Tekelingai
Ai
Keleniah
Ah
Nengen
Huruf mati
Pengabdian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut/follow up. A. Persiapan Font digital aksara Lampung yang digunakan dibangun dengan menggunakan software Corel Draw. Software ini cukup populer dalam dunia desain grafis karena memiliki fasilitas yang lengkap dan mudah digunakan. Setelah bentuk font Aksara Lampung dibuat dan disimpan dalam bentuk file gambar, maka agar huruf-huruf tersebut dapat diketikkan ke dalam Microsoft Word, diperlukan software Font Creator. Font Creator merupakan salah satu aplikasi font editor yang paling popoler yang berfungsi membantu dalam membuat font atau sekedar mengedit font yang sudah ada. Cara menggunakan Font Creator cukup mudah karena tampilannya yang user-friendly, sehingga pengguna dapat cepat beradaptasi dengan Font Creator Professional ini (Septama, HD, dkk, 2016). B. PelaksanaanPelatihan Pelatihan dilaksanakan di SMK N 1 Bandar Lampung. Pelatihan yang dilaksanakan meliputi pemaparan materi tentang Aksara Lampung, pengenalan aplikasi font digital, dan praktek penulisan aksara lampung dengan font digital. C. Rancangan Evaluasi Untuk mengetahui respon dan keberhasilankegiatanpelatihan penulisan aksara daerah dengan font digital ini,dilakukan evaluasi pada awal kegiatan (pre-test) dan akhir kegiatan (post-test). Indikator keberhasilan dari kegiatan ini jika ada perubahan peningkatan pengetahuan dan keminatan terhadap pembelajaran Aksara Lampung. Pembahasan Tampilan dari virtual keyboard font digital aksara lampung yang digunakan dalam pelatihan ini ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Virtual keyboard font digital aksara lampung
52
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Pada saat pelaksanaan pelatihan, peserta yang terdiri dari para siswa dan guru pelajaran muatan lokal sangat antusias. Kegiatan dilakukan di ruangan kelas yang dilengkapi dengan proyektor, dan beberapa laptop untuk praktek penulisan aksara lampung ini. Selama pelatihan diberikan juga quis, bagi siswa yang bisa menjawab dengan benar diberikan doorprise. Suasana pelatihan dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 berikut.
Gambar 2. Pemaparan materi dan pengenalan font digital aksara lampung
Gambar 3. Antusiasme peserta pelatihan Tanggapan terhadap kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat dilihat dari hasil pre-test dan posttest yang diberikan. Soal pre test dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang aksara lampung. Bagian kedua yaitu untuk mengetahui minat siswa dalam mempelajari aksara. Hasil post-test menyatakan pengetahuan dan keminatan siswa setelah dilakukan pelatihan. Hasil pre-test menunjukkan bahwa siswa yang mengetahui tentang aksara lampung sebesar 30 % sisanya menyatakan kurang mengetahui. Hasil pre-tes juga mengungkap 42 % siswa menyatakan tertarik pada bahasa dan aksara lampung.
53
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
ID SIswa
Hasil pre-test dapat dilihat melalui tabel 2 untuk mengetahui pengetahuan siswa pada jaringan komputer baik sebelum pelatihan. Tabel 2 Hasil Pre-test
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Skor Persentase
54
1 2 2 2 3 3 1 4 2 1 5 3 2 2 2 5 2 2 1 3 4 3 2 2 1 5 5 4 4 2 3 8 26,7
2 4 5 2 3 3 2 4 3 2 5 5 3 3 5 2 5 2 3 3 4 2 2 4 3 2 5 4 2 3 3 11 36,7
3 3 5 1 2 3 1 4 5 5 2 3 5 2 3 4 3 2 1 5 5 4 3 2 1 4 5 5 1 2 2 12 40,0
4 4 4 3 5 2 5 5 4 2 4 5 2 4 5 3 2 5 4 3 4 5 3 4 5 3 2 3 4 1 5 18 46,7
No Soal 5 6 3 F 1 F 1 F 2 F 2 T 5 F 4 T 3 F 4 F 3 F 4 F 3 T 5 F 3 F 4 T 3 F 5 F 4 T 2 T 5 F 4 F 1 T 3 T 5 F 4 F 2 T 2 T 5 F 4 F 3 T 14 11 46,7 36,7
7 F F F T F F F T F F T F F F T F F T F F F F F F F F F F F F 5 16,7
8 F F F T F T F T T F F F T F F T F F T F F T F F F F F F F F 8 26,7
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
9 T F T F T F T F F T F F T F F T F F T F T F F F F F F T F F 10 33,3
10 T F T F F T F F T F F F T F F F T F F T F F F T F T F T F T 11 36,7
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Tabel 3 Hasil Post-test
ID SIswa
No Soal 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
4
4
4
4
1
T
T
T
T
T
2
5
5
5
4
5
F
T
T
T
F
3
4
1
3
1
5
T
F
F
T
T
4
4
2
4
5
4
F
T
T
F
F
5
4
2
5
3
4
T
T
F
T
F
6
3
3
4
5
5
F
T
T
F
T
7
4
4
4
5
4
T
T
F
T
F
8
4
5
5
4
4
T
T
T
F
F
9
5
5
5
1
4
T
T
T
F
T
10
5
5
3
4
4
F
T
F
T
F
11
4
5
5
5
4
F
T
F
F
F
12
4
1
5
5
5
T
T
T
F
F
13
5
5
4
4
5
F
T
T
T
T
14
1
5
5
5
1
F
T
F
T
F
15
5
3
4
5
4
T
T
T
T
F
16
3
5
3
2
4
T
F
T
T
F
17
3
4
4
5
5
T
T
T
F
T
18
5
5
4
4
4
T
T
F
F
F
19
1
3
5
1
3
T
F
T
T
F
20
4
4
5
4
5
F
T
T
T
T
21
3
5
4
5
4
T
T
F
T
F
22
5
3
5
5
4
T
T
T
F
F
23
5
4
4
4
1
T
T
F
F
F
24
3
4
4
5
5
F
F
T
F
T
25
5
4
4
5
4
T
F
T
F
F
26
5
5
5
4
4
T
T
F
T
T
27
4
4
5
5
4
T
T
T
F
F
28
4
1
4
4
5
T
T
T
T
T
29
5
5
5
4
4
T
F
F
F
F
30
5
1
1
3
3
T
T
T
F
T
23
20
26
24
25
21
24
19
15
11
76,7
66,7
86,7
80,0
83,3
70,0
80,0
63,3
50
36,7
Skor Persentase
Dari hasil post-test dapat diketahui bahwa adanya peningkatan pengetahuan dan minat siswa dalam mempelajari aksara lampung.Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya font digital aksara lampung mampu meningkatkan minat mempelajari aksara lampung. Metode pembelajaran penulisan aksara lampung berbasis komputer ini sangat menyenangkan bagi para siswa sehingga mereka lebih mudah memahami aksara lampung.
55
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Berdasarkan pada hasil pelatihan yang telah dilakukan ini, sangat dimungkinkan untuk membangun font digital aksara daerah lain di Indonesia. Dengan demikian proses belajar aksara daerah menjadi hal yang menyenangkan. Hal ini dapat menjadi salah satu cara melestarikan aksara daerah di Indonesia. KESIMPULAN Setelah dilaksanakan pelatihan penulisan aksara lampung dengan font digital melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat iniminat dan pengetahuan siswa tentang aksara lampung mengalami peningkatan. Minat belajar bahasa dan aksara lampung mengalami peningkatan sebesar 37% (dari 42% menjadi 79%) dan pengetahuan siswa tentang bahasa dan aksara lampung meningkat sebesar 30% (dari 30% menjadi 60%). DAFTAR PUSTAKA Septama,H.D. dan Yulianti,T.. 2016. Pengembangan Perangkat Lunak Belajar Aksara Daerah (Studi Kasus Aksara Lampung). Laporan Penelitian. Lampung : Universitas Lampung. Surat Keputusan Musyawarah Para Pemuka Adat Daerah Lampung tentang Pembakuan Aksara Lampung Nomor: 001/PAL/ 1985, tanggal 23 Februari 1985.
56
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
DILEMA PROGRAM PEMINATAN DI SMA DAERAH KOTA, GUNUNG, DAN PANTAI Raudah Zaimah1,Rosmala Dewi2 1
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, University Sultan Ageng Tirtayasa, Banten 2 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan, Medan * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Kecenderungan para tamatan yang memasuki SMA dan tamatan SMA yang memasuki perguruan tinggi banyak yang belum didasarkan atas arah peminatan siswa.Kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan minat secara lebih luas dan terbuka sesuai dengan prinsip perbedaan individu.Permasalahannya peminatan dilihat dari lokasi sekolah di lokasi kota, pegunungan, dan pantai. Jumlah populasi berjumlah 2.099 orang tersebar pada siswa di daerah kota sebanyak 670 orang, pegunungan sebanyak 767 orang, pantai sebanyak 662 orang. Teknik analisis data menggunakan persentase dan deskriptif tabulasi silang dan analisis kwalitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) daerah kota lebih unggul ilmu sosial, akan tetapi infrastruktur sekolah tidak mencukupi untuk kebutuhan jumlah siswa di peminatan ilmu sosial; (2) daerah gunung lebih unggul ilmu alam sedangkan infrastruktur sekolah tidak mencukupi untuk kebutuhan jumlah siswa di peminatan ilmu alam; (3) daerah pantai lebih unggul ilmu sosial. sedangkan infrastruktur sekolah tidak mencukupi untuk kebutuhan jumlah siswa di peminatan ilmu sosial. Dipihaklain dilihat dari kemampuan siswa dan kemauan orang tua, potensi siswa tidak tepat di ilmu alam dan matematika, tetapi orang tua ingin anaknya masuk pada program ilmu alam dan matematika, dan sebaliknya. Setelah tamat SMA program ilmu alam, siswa memilih program studi ke perguruan tinggi dengan program ilmu social.Hal ini menjadi bagian penting bagi perencana akademisi, praktisi, dan pemerintah untuk bersinergi mengatasi dilema pelaksanaan program peminatan di sekolah untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Kata kunci : Peminatan Siswa, Kota, Gunung, Pantai. PENDAHULUAN Fenomena memilih program studi setelah selesai studi di SLTP memasuki SLTA belum dilakukan dengan cara tepat, begitu juga siswa yang telah selesai SLTA memasuki perguruan tinggi pada umumnya siswa bingung. Pemilihan program studi belum didukung oleh data potensi diri, IQ, bakat, minat siswa yang memadai. Akibatnya perkembangan siswa kurang optimal, tidak seperti yang diharapkan. Oleh karena itu perlu pembinaan lebih awal dalam peminatan, sebagai upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga mencapai perkembangan optimum Peminatanberasal dari kata minat yang berarti kecenderungan atau keinginan yang cukup kuat berkembang pada diri individu yang terarah dan terfokus pada terwujudkannya suatu kondisi dengan mempertimbangkan kemampuan umum, bakat, minat, dan kecenderungan pribadi individu.Kesempatan untuk mendalami kelompok mata pelajaran yang diminati, lintas mata pelajaran, pendalaman mata pelajaran secara tepat.Aktivitas peminatan ini merupakan proses pengambilan keputusan atas dasar pertimbangan kemampuan, bakat, minat siswa. Namun demikian di sekolah siswa memutuskan pilihan minat tanpa data yang cukup. Sebagian siswa belum mendapatkan pelayanan yang terarah dalam penetapan bidang peminatan. Kurikulum 2013 khusus pedoman peminatan sangat baik dan praktis, jika konselor atau guru pembimbing di sekolah dilatih dapat dilaksanakan guru BK/Konselor, namun demikian banyak permasalahan dalam implementasinya seperti permasalahan pada diri siswa, orang tua, guru, fasilitas, kebijakan sekolah, lingkungan sekitar sekolah yang selama ini menjadi tempat tinggal siswa ada di kota, pegunungan, dan pesisir pantai. Kondisi perbedaan tersebut, ketidak berdayaan dan ketidakkonsistenan antara apa yang ada pada diri siswa menyebabkan siswa sulit mengambil keputusan inilah yang disebut dilemma. Siswa ingin masuk membina karir di ilmu alam namun kemampuan diri dan fasilitas dan insprastruktur sekolah tidak
57
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 memungkinkan, begitu juga jika siswa ingin memasuki ilmu social, tetapi diri sisw juga tidak memenuhi kriteria ilmu social insprastruktur sekolah tidak mendukung. Jumlah siswa yang mengalami dilemma seperti ini mencapai 50% dari jumlah siswa. Artinya jumlah siswa yang mengalami ketidakjelasan bidang peminatannya cukup besar. Apalagi jika dilihat dari asal daerah atau tempat tinggal siswa kota, pegunungan, dan pesisir pantai. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis tentang dilemma program peminatan di SMA di daerah kota, gunung, dan sekitar pantai. Unit usaha counseling center Universitas Negeri Medan merupakan usaha pelayanan jasa konseling, psikho tes, dan bimbingan belajar yang memiliki keungulan pelayanan professional, holistik dan inovatif berbasis teknologi dilaksanakan dengan cepat, pantas dan hasil excellent telah berhasil mencapai target tahun pertama dan dilanjutkan untuk tahun kedua. Kompetitor unit usaha ini adalah biro psikologi, selama ini hasil tes psikologi yang dilaksanakan oleh psikolog belum cukup membantu dan bermanfaat untuk diterjemahkan menjadi program pelayanan pendidikan dan pembelajaran bagi guru bidang studi dan guru bimbingan konseling. Sedangkan, jumlah siswa yang mengalami masalah dalam belajar, pribadi, sosial, karir, keluarga, dan keberagamaan semakin meningkat. Permasalahan siswa di sekolah berupa perkelahian, tauran, ganja, pelecehan seksual. Peristiwa SMK 2 Kota Makassar seorang guru dipukul orang tua siswa mengakibatkan guru tersebut harus menjalani operasi hidung peristiwa ini terjadi karena guru menegur siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, Tindakan anak sekarang mengarah pada tindakan kriminal dan pembunuhan. Kasus mahasiswa Universitas Muhammadyah Sumatera Utara (UMSU) tahun 2015 membunuh dosennya di kamar mandi. Tingkat kenakalan remaja sudah mencapai titik yang mencemaskan. (http://humas.polri.go.id, diakses tanggal 18 April 2014). Seks bebas dan tindak kriminal serta narkoba di kalangan siswa memang sudah memperihatinkan (http://polrespurbalingga.com, diakses tanggal 18 April 2014). Dari Januari hingga April, polisi telah meringkus empat anak di bawah umur yang bekerja sebagai kurir sabu. (http://humas.polri.go.id, diakses tanggal 18 April 2014). Oknum pelajar pelaku penusukan yang menewaskan AYP, siswa kelas X SMA Negeri 6 dalam tawuran antara SMU Negeri 6 dan SMU Negeri 70 di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan. (http://www.jurnas.com,diakses tanggal 18 April 2014). Sebagian besar pelaku kejahatan tersebut adalah siswa SD, SLTP, SLTA dan PT. Kurikulum 2013 memiliki perhatian terhadap pembentukan karakter dan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan minat siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dan minat.atas dasar prinsip perbedaan kemampuan.Kurikulum 2013 kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan), beragam program sesuai dengan minat peserta didik, dan beragam pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan awal dan minat peserta didik (https://www.scribd.com/doc/154501185/peminatan-padakurikulum-2013) Permen 81 A menyatakan kegitan layanan dan/ atau kegiatan pendukung bimbingan dan konseling diselenggarakan didalam kelas (sewaktu jam pembelajaran berlangsung) dan/atau diluar kelas (diluarjampembelajaran). Didalam jam pembelajaran: a) Kegiatan tatap muka dilaksanakan secara klasikal dengan rombongan belajar siswa dalam tiap kelas untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas. b) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam perkelas (rombongan belajar per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal. c) Kegiatan tatap muka nonklasikal diselenggarakan dalam bentuk layanan konsultasi,kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah,tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus.2) Di luar jam pembelajaran: a) Kegiatan tatap muka nonklasikal dengan siswa dilaksanakan untuk layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, mediasi, dan advokasi serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan diluar kelas. b)Satu kali kegiatan layanan/pendukung bimbingan dan konseling diluarkelas/diluar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas. c) Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di luar jam pembelajaran satuan pendidikan maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan satuan pendidikan. Pelayanan bimbingan konseling dalam rangka memfasilitasi peminatan siswa dapat dilakukan di dalam dan di luar kelas. Kenyataan di sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 belum menjadwalkan waktu untuk kegiatan pelayanan konseling secara terjadwal. Tentu, berbagai permasalahan siswa dalam peminatan belum optimal dilaksanakan untuk membantu peminatan siswa.
58
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Peminatan belajar bagi peserta didik SMA ditentukan berdasarkan: a. Peminatan Matematika dan Sains 1). Diutamakan bagi yang memilih peminatan Matematika dan Sains sebagai pilihan pertama 2). Memiliki Nilai rata-rata Mata pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Semester 1,2,3,4,5,6 dan UN ≥ 7,00 3). Diutamakan memiliki Prestasi Non Akademik Mata Pelajaran yang relevan dengan bidang Matematika dan Sains. 4). Memiliki data perhatian orang tua 5). Memiliki Rekomendasi Guru BK SMP/MTs. pada peminatan Matematika dan Sains (kalau ada) b. Peminatan Sosial 1). Diutamakan bagi yang memilih peminatan Sosial sebagai pilihan pertama 2). Memiliki Nilai rata-rata Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada semester 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan UN ≥ 7,00 3). Diutamakan memiliki Prestasi Non Akademik yang relevan dengan bidang mata Ilmu Pengetahuan Sosial 4). Memiliki data perhatian orang tua 5). Memiliki Rekomendasi dari Guru BK SMP/MTs. pada peminatan Sosial (kalau ada) c. Peminatan Bahasa 1). Diutamakan bagi yang memilih Peminatan Bahasa sebagai pilihan pertama 2). Memiliki Nilai rata-rata Mata Pelajaran Bahasa (Indonesia dan Inggris), pada semester 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan UN ≥ 7,00 3). Diutamakan memiliki Prestasi Non Akademik yang relevan dengan bidang mata pelajaran Bahasa (Indonesia dan Inggris) 4). Memiliki data perhatian orang tua 5). Memiliki Rekomendasi dari Guru BK SMP/MTs pada peminatan Bahasa (kalau ada) Sebelum pelaksanaan penetapan peminatan, beberapa factor yang perlu diperhatikan, Kondisi sumber daya manusia dan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh satuan pendidikan menjadi penentu penetapan kuota jenis peminatan. Informasi yang jelas disampaikan secara tertulis sebelum proses pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik, antara lain tentang kuota keseluruhan, kuota minimal-maksimal setiap jenis peminatan, komponen pertimbangan penetapan, kriteria penetapan, mekanisme kerja dalam penetapan peminatan, waktu layanan untuk pemilihan dan penetapan peminatan belajar peserta didik. Bila terdapat jumlah peserta didik yang melebihi kuota untuk setiap jenis peminatan, maka dalam penetapannya dilakukan berdasarkan ranking.Kriteria Penetapan Peminatan Peserta Didik SMA SMK Kurikulum 2013 (http://www.m-edukasi.web.id/2014/08/kriteria-penetapan-peminatan-peserta.html). Bumi Sumatera Utara terdiri dari berbagai relief seperti pegunungan, dataran rendah, perbukitan dan daerah pantai. Kondisi ini menyebabkan penduduk membuat pemukiman yang sesuai dengan lingkungan tempat ia berada. Oleh karena itu penentuan bidang peminatan sebaiknya memperhatikan kondisi ekologis di sekitar tempat tinggal siswa. Berbagai dilemma yang terjadi dalam rangka penentuan peminatan di SMA di kota, pegunungan, dan pesisir pantai antara lain : a. Ketidak sesuai antara kemampuan dan kemauan siswa Kemampuan siswa seharusnya menjadi acuan pemilihan program peminatan, kemampuan siswa memberi kekuatan belajar dalam menghadapi kesulitan belajar dan mencari upaya melakukan berbagai cara belajar mencapai tujuan, siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan lebih kuat, tahan, dan focus menyelesaikan persoalan belajarnya, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan yang kurang cepat menyerah, dan mengeluh untuk meninggalkan kewajiban belajarnya dan mencari teman yang sama. Ketika siswa diminta memutuskan program peminatannya siswa memilih program mengikuti pilihan temannya. Siswa merasa nyamanjika berada sekelas dalam program yang sama dengan teman, meskipun kemampan tidak mendukung. b. Ketidaksesuaian antara kemampuan siswa dan program yang tersedia Program peminatan yang tersedia di sekolah antara lain :(1) ilmu alam, (2) ilmu social, (3) bahasa, dan (4) agama. Sebagian besar sekolah hanya ada 2 program, yaitu program ilmu alam dan ilmu sosial.Dilihat dari hasil penelitian (Rosmala Dewi, 2016) kemampuan siswa di setiap daerah berbedabeda ditemukan sebagai berikut; (1) tidak terdapat perbedaankemampuan bahasa siswa yang bertempat
59
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 tinggal di kota dan gunung, (2)terdapat perbedaan antara kemampuan bahasa siswa yang bertempat tinggal di kota dan pantai, (3) terdapat perbedaan antara kemampuan bahasa siswa yang bertempat tinggal di gunung dan pantai. Perbedaan kemampuan menghitung siswa di tiga daerah dilakukan pengujian Tukey HSD ditemukan bahwa, (1) terdapat perbedaan kemampuan menghitung siswa yang betempat tinggal di kota dan gunung. (2) terdapat perbedaan kemampuan menghitung siswa yang bertempat tinggal di kota dan pantai(3) terdapat perbedaan kemampuan menghitung siswa yang bertempat tinggal di gunung dan pantai. Perbedaan kemampuan siswa tentu memberi perbedaan dalam penetapan peminatan di masing-masing sekolah.Ada sebagian siswa SMA tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan pada program bidang peminatan ilmu alam, ilmu social, bahasa, dan agama yang ada di sekolah. Siswa yang demikian berada pada posisi bergantung pada keadaan sekolah, sering menimbulkan masalah dalam belajar.Dilihat dari kemampuan dan bakat, siswa tersebut seharusnya memasuki SMK bukan SMA. Pada sekolah sekolah tertentu justru siswa yang seharusnya tidak layak masuk ke SMA lebih besar jumlahnya, akibatnya siswa mengalami berbagai kesulitan belajar dan melakukan ada tiga masalah etika utama dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan mentalberbasis sekolah. (1)profesional kesehatan mentalwajib mengikuti kode etik profesisedangkan tidak ada kode yang diterima secara universal etik untuk tenaga kependidikan. (2)anak di bawah umur memiliki hak hukum sebagai anak dewasa. (3)beberapa keadaan biasanya tidak ditemui oleh kelompok masyarakat berbasis professional kesehatan mental, layanan secara tidak langsung melalui guru(Wesley & Buysse, 2006 dalam James C. Raines.2008. p.231)). c. Ketidak sesuaian antara kemauan orang tua dan kemampuan siswa Pihak orang tua memiliki kemauan sendiri terhadap masa depan anaknya, jika keinginan orang tua dan kemampuan anak sesuai tidak ada masalah. Masalahnya jika kemauan orang terhadap program tidak sesuai dengan kemampuan anak.Orang tua meminta anaknya mengikuti yang menjadi kemampuan orang muda. d. Ketidak sesuai antara fasilitas belajar yang ada di sekolah Sekolah membuka program ilmu alam dan matematika, tetapi tempat dan alat laboratorium untuk praktik seluruh siswa tidak memadai.Siswa belum optimal belajar pada program pilihannya. e. Sebagian besar orang tua ingin anaknya memasuki program Ilmu Alam. Pemahaman masyarakat bahwa ilmu alam lebih baik daripada ilmu sosial. Jika siswa selesai dari SMA di jurusan ilmu alam dapat memasuki program studi di perguruan tinggi lebih leluasa daripada Ilmu sosial. Sementara Siswa yang menduduki peminatan Ilmu social tidak demikian. f. Ketidaksesuai kemampuan siswa dan jumlah guru. Sekolah memiliki guru dari berbagai bidang ilmu; ilmu alam dan ilmu social, bahasa, dan agama.Di sekolah tertentu guru ilmu pengetahuan alam dan matematika jumlah sedikit tidak mencukupi untuk memenuhi jumlah siswa yang memiliki kemampuan ilmu alam dan matematika.Sebaliknya di sekolah lain, siswa sebagian besar memiliki potensi sesuai dengan kriteria ilmu social, tetapi jumlah guru tidak memadai. Oleh karena itu siswa diarahkan sesuai dengan kedaan guru di sekolah. g. Mekanisme kerja dalam penetapan peminatan. Berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan bidang peminatan apakah semua pihak turut mendukung ?Bagaimana mekanisme kerja dalam penetapan peminatan apakah dapat terlaksana? Apakah penetapan peminatan menggunakan data objektif dapat dipercaya ? Prosedur penetapan minat apakah sudah tepat ?.Pertanyaan ini dijawab oleh pihak sekolah. h. Guru BK dan Konselor didukung dengan faslitas, ruang, dan jam pertemuan di kelas. Guru BK dalam melaksanakan program peminatan memerlukan jam pertemuan di kelas untuk membantu siswa mengenal diri, mengidentifikasi peluang, dan membantu siswa mengenal kriteria bidang ilmu alam, ilmu social, bahasa, dan agama untuk berhasil memilih. Sesuai Permen 81Atahun 2013 jam belajar yang seharusnya diberikan untuk layanan konseling 2 jam per minggu setiap rombongan belajar. Sementara permen 21 tahun 2013 menjelaskan bahwa pelayanan bimbingan konseling diberi waktu 2 jam per minggu bagi setiap rombongan belajar. Praktik bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, dan konseling individual dalam program peminatan peserta didik.Dalam bimbingan klasikal, tekanan diberikan pada bagaimana mengajak peserta didik belajar melalui pengalamannya sendiri sehingga dalam pengambilan keputusan peminatan mereka menyadari
60
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 bahwa itu adalah keputusannya sendiri, bukan keputusan pihak lain yang dipaksakan. Oleh karena itu diterapkan model experiential learning dalam bimbingan klasikal ini.Sedangkan dalam bimbingan kelompok lebih diakomodasi peran kolaborasi diantara anggota kelompok untuk saling mengekalkan keputusannya dalam peminatan di sekolah.Bagian konseling individual merupakan wadah bagi peserta didik yang masih mengalami berbagai persoalan peminatan dimana mereka tidak mampu menyelesaikannya sendiri. Salah satu data mengamati kemajuan belajar siswa adalah prestasi belajar. Di pihak lain, prestasi siswa dipengaruhi budaya dari rumah, orang tua yang menghargai pendidikan dan pendidikan dipandang sebagai sangat penting menjadi sumber inspirasi siswa. Sumber aspirasi siswa yang tinggi secara umum berasal darikeinginan untuk mobilitas sosial dan' memperbaiki keluarga mereka.Dengan demikian aspirasi siswa berhubungan erat dengan aspirasi orang tua. Dengan kata lain, Aspirasi siswa ini bukan milikpribadi atau pilihan individu, tetapi merupakan bagian dari proyek keluarga mobilitas sosial dan melarikan diridari kemiskinan sebagai sistem mobilitas geografis, untuk keluar dari daerah ini dan pindah (Archer.L and Francis.B.2007 p. 121). Pandangan orang tua tentang aspirasianak-anak seperti; orang tua mengatakan bahwa mereka bercita-cita untuk anak-anak mereka untuk melanjut ke universitasdan masukkan pada karir profesional di Universitas. (Archer.L and Francis.B.2007 p.123) Berkenaan dengan pandangan orang tua tentang karir anaknya, tampaknya ada perbedaan gender dalam jawaban orang tua karena 14 orang tua dengan anak-anak merasa bahwa mereka berbagi pandangan yang sama dan aspirasi, dan 12 menegaskan bahwa ada perbedaan yang jelas Sebaliknya, 6 orang tua mengatakan ada perbedaan antara pandangan sendiri dan putri mereka sedangkan orang tua lainnya merasa bahwa pandangan dan aspirasi anak perempuan mereka untuk masa depan cermin harapan mereka sendiri. Aspirasi kuat atau tidak Bola dan Vincent (1998) menunjukkan bahwa ada keluarga kelas tinggi tertarik mencariberbagai informasi untuk membantu anaknya pada saat membuat pilihan dan keputusan tentang sekolah. Pada keluarga kelas pekerja cenderung mendasarkan pilihan mereka pada pengetahuan seadanya, interpersonal, selentingan sedangkan kelas menengah lebih mahir menggunakan, sumber resmi pejabat yang menguasainya. Sangat sedikit siswa yang berasal dari latar belakang 'kelas menengah' (yaitu yang orangtuanyadalam karirprofesional) tampaknya memanfaatkan pengetahuan sumber resmi. Hanya lima murid mengatakan bahwa sekolah (termasuk saran dari guru, pendidikan karir, karir penasihat dan pengalaman kerja) telah memainkan peran dalam membantu membentuk atau menginformasikan aspirasi siswa. METODE Penelitian tentang peminatan dilakukan di daerah kota, pegunungan, dan pesisir pantai. Cara pengambilan sampel teknik purposive artinya untuk mencapai tujuan penelitian, ditentukan daerah yang siap bekerjasama pada penelitian tahun 2016. Seluruh jumlah populasi di tiga daerah berjumlah 2099 orang. Mewakili daerah kota siswa dari SMA N1 Medan Sunggal dan SMA N 14 Medan berjumlah 670 orang siswa, mewakili daerah pegunungan siswa SMA N1 Kabanjahe dan Berastagi berjumlah 767 orang siswa, mewakili siswa daerah pesisir pantai siswa SMA N1 Sei Suka dan MAN Kisaran berjumlah 662 orang siswa. Besar sampel sejumlah populasi yaitu 2099 orang artinya sampel total. Alat pengumpulan data yang digunakan tes verbal dan tes numerical yang standar dengan angka validasi tes verbal 0,341 dan tes numerical 0,396 (Martin Palli, 1993). Wawancara pada guru BK tentang pelaksanaan program peminatan di sekolah yang ada di kota, pegunungan, dan pesisir pantai. Selanjutnya wawancara kepada orang tua tentang peminatan anaknya, wawancara juga dilakukan kepada kepala sekolah tentang keadaan insprastruktur yang ada di sekolah di tiga lokasi kota, pegunungan, dan pesisir pantai. Cara pemberian nilai tes bahasa dan menghitung, jumlah jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu) sedang yang salah diberi nilai 0 (nol). Norma yang ada ialah menggunakan presentil. Terdapat dalam manual DAT. Tes bahasa terdiri dari 50 soal dikerjakan dengan waktu 30 menit.Tes numerikal terdiri dari 40 soal dikerjakan dengan waktu 35 menit.Sedangkan waktu untuk instruksi sekitar 5 – 10 menit.Teknik analisis data presentase dan analisis kualitatif. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan, dari ketiga lokasi tentang peminatan sesuai dengan data IQ, dan bakat diprediksi siswa yang berkemungkinan melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi pada tingkat kemampuan sedang jumlah tertinggi pada siswa yang bertempat tinggal di lokasi pegunungan sebanyak 61 dari 767 orang (7,95%), siswa yang bertempat tinggal di kota sebanyak 29 dari 670orang (4,32%), selanjutnyasiswa
61
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 bertempat tinggal pantai sebanyak 6 dari 662 orang (0,9%). Dengan demikian siswa yang berasal dari pegunungan diprediksi lebih tinggi jumlahnya masuk ke perguruan tinggi, meskipun daerah gunung saat ini sedang ditimpa musibah erupsi gunung Sinabung. Hal ini diketahui dari nilai bahasa dan menghitung dari ketiga lokasi siswa yang berada pada kategori tinggi tidak ada, siswa yang berada pada kategori sedang lebih besar jumlahnya siswa di lokasi gunung sebesar sebanyak 61 orang, lokasi kota sebanyak 29 orang, dan lokasi pantai sebanyak 6 orang. Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa siswa yang berasal dari pegunungan lebih unggul kemampuan hitungnya dibanding dua lokasi lain siswa yang berasal dari kota dan pesisir pantai. Begitu juga dengan nilai mean siswa dari kota 17,10 dengan jumlah siswa 670 orang, angka mean siswa dari pegunungan 17,30 dengan jumlah siswa 767 orang, dan angka mean siswa dari pesisir pantai 15,81 dengan jumlah siswa 662. Kadang-kadang guru atau orang tua berharap terlalu rendah dari siswa. Mereka berpikir bahwasiswa tidak akan bisa mendapatkan hasil ujian yang baik atau bercita-cita untuk melanjuti ke pendidikan lebih lanjut atau ke perguruan tinggi. Kadang-kadang harapan mereka yang rendah berhubungan dengan stereotip rasis. Seperti itustereotip kemudian cenderung memperkuat lingkaran keterbelakangan. Ini bukan hanya masalah bagi mereka dianggap sebagai berprestasi rendah baik. Banyak siswa mendapatkan hasil rata-rata, padahal mereka bisa melakukan jauh lebih baik. Tetapi karena harapan terhadap anak, apa pun latar belakang etnis mereka, mereka akan berharap terlalu rendah dirinya.( 2003, para. 2.23 dalam Archer.L and Francis.B.2007p.118). Pendapat ini dilanjutkan dengan penulis yang sama tentang pentingnya harapan guru terhadap prestasi siswaetnisminoritas. Penelitian menunjukkanbahwa guru cenderungmengekspresikan harapan yang lebih rendah dari kemampuan dan aspirasisiswa etnis minoritas, tetapi siswa khususnya Asia (terutama Muslim). Misalnya, anak perempuan Muslim di Parker-Jenkins et al. (1997) studi mengeluh bahwaguru tidak memegang cukup tinggi harapan dari mereka. Mereka merasa diharapkangadis Asia / Muslim untuk menikah daripada mengejar karir (Archer.L and Francis.B.2007.p.119). Diduga temuan ini berlaku bagi masyarakat di sekitar pantai yang cenderung menganut budaya Melayu sebagian besar menganut agama Islam.Budaya Melayu lebih mengunggulkan ajaran Agama Sebagai pedoman hidup.Meskipun dalam ajaran agama Islam dituntut untuk belajar sepanjang hayat, belajarlah meski ke negeri Cina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kelompok kulit putihibu cenderung menjadi tanggung jawab utama dalam berurusan dengan sekolah dan mengawasi kemajuan anak-anak merekameskipun ini mungkin agak berbeda di seluruh kelompoktergantung pada sosial ekonomi serta faktor budaya. (Archer.L and Francis.B.2007 p.71).Jika dianalisis siswa di sekitar pantai yang belum optimal mendukung kemampuan anaknya melanjut ke perguruan tinggi, ibu belum memberi peran yang cukup mendukung. Penelitian lain, ditemukan terdapat perbedaan kecukupan protein anak Sekolah Dasar Negeri daerah pantai dan daerah pegunungan (ρ=0,000), uji Mann-Whitneytest terdapat perbedaan status gizi anak Sekolah Dasar Negeri daerah pantai dan daerah pegunungan (ρ=0,017). Tingkat Konsumsi Energi anak SDN dapat tercukupi dengan baik pada daerah pantai 77,09 % sedangkan pada daerah pegunungan 51,43 %. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asbaharini (2003). Hasil penelitiannya menunjukkan persentase anak dengan pola konsumsi energi kategori baik di daerah pantai sebesar 15,3%, sedangkan terendah daerah pegunungan 2,7%. (Nurdin Rahman, Hasanah, Uurfadilah). Jika dianalisis keadaan dari lokasi pantai anak memiliki gizi baik dibanding dengan anak yang tinggal di pegunungan, namun kemampuan bahasa dan menghitung ternyata lebih baik siswa yang tinggal di pegunungan. Merujuk pada pendapat Archer.L and Francis.B.(2007.p.71) perlu dukungan aspirasi ibu dan upaya yang optimal dari ibu tentang karir anaknya dimulai dari usaha membantu pendidikan dan belajar anak. Disamping, sistem persekolahan yang dibentuk atas usaha dan keinginan oleh orang tua memberikan keunggulan dan mendukung berkembang bakat dan potensi setiap anak tanpa memandang latar belakang mereka '(Archer.L and Francis.B.2007.p.71). Seluruh instruksi untuk orang tua tentang cara terbaik untuk berinteraksi dengan sekolah untuk memfasilitasi komunikasi dan memastikan kemajuan anak. Paragraf indikasi berbunyi: Orangtua disarankan untuk membaca informasi dengan hati-hati dan meminta klarifikasi jika sesuatu yang tidak jelas kepada mereka. Misalnya, jika orang tua tidak memahami adanya pengecualian kebijakan, maka akan terjadi kesulitan untuk membantu seorang anak yang sedang menghadapi pengucilan (Archer.L and Francis.B.2007.p. 74). Selanjutnya William Shockley, Michael E. Levin, and Leonard Jeffries (dalamAlexander Alland, Jr.2002.p.121) mengatakan bahwa The majority of academics who believe in the relationship between IQ and race are not cranks.
62
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Berdasarkan berbagai temuan dan pembahasan di atas upaya yang dilakukan dalam rangka mengatasi dilemma peminatan di SMA di Kota, pegunungan, dan pesisir pantai sebagai berikut: a. Pelaksanaan kurikulum 2013 khusus bidang implementasi peminatan di sekolah perlu disosialisasikan pada seluruh pengawas satuan pendidikan, kepala sekolah, guru bidang studi, guru bimbingan konseling, orang tuasecara benar. Semua pihak diminta tanggung jawabnya untuk mendukung pengembangan kemampuan, bakat siswa. b. Pihak sekolah melaksanakan kurikulum 2013 sesuai dengan pedoman yang diberikan Departemen pendidikan dan kebudayaan memberi waktu di dalam jam pelajaran 2 jam per minggu pada setiap rombongan belajar. Sehingga pelayanan guru bimbingan membantu siswa dalam rangka membahas tentang peminatan. c. Pengawas bimbingan konseling melaksanakan pedoman yang telah ditetapkan tentang peminatan dengan sungguh-sungguh focus pelayanan optimal pada pendidikan dan pembelajaran siswa di sekolah. d. Guru bimbingan konseling/konselor sekolah, meningkatkan tanggung jawab profesinya, terus belajar dan bekerja sesuai dengan tugasnya sebagai guru pembimbing/konselor, bekerjasama sama dengan semua pihak terkait peminatan siswa. e. Orang tua dalam penentuan peminatan siswa lebih memperhatikan kepentingan anak dengan segala keberadaannya, hindari memaksakan kemauan orangtua dan mengabaikan keinginan dan keberadaan anak. KESIMPULAN Berdasarkan pemaparan sebelumnya, ada beberapa kesimpulannya antara lain: a. Pelaksanaan kurikulum 2013 khusus untuk penentuan peminatan siswa terjadi dilemma antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi di sekolah. b. Dilihat dari berbagai pihak pengawas, kepala sekolah, guru, orang tua belum optimal melaksanakan bantuan untuk membangun bidang peminatan siswa. c. Bidang peminatan yang disediakan di SMA teryata di lapangan ditemukan anak yang seharusnya tidak memasuki SMA sebaiknya di SMK. Pemilihan minat yang disiapkan sekolah semua tidak sesuai untuk diri siswa. d. Inprastruktur sekolah belum optimal mendukung pengembangan program peminatan siswa. Jumlah guru, laboratorium belum sesuai dengan kebutuhan program peminatan. e. Petugas pelaksana program peminatan diserahkan pada guru pembimbing/konselor di dalam panduan ditetapkan 2 jam perminggu untuk satu rombongan belajar. Kenyataaan di sekolah tidak semua sekolah menetapkan jam masuk kelas untuk pelayanan bimbingan konseling. f. Tidak semua orang tua juga bersedia program peminatan sesuai dengan keadaan anak, masih ada orang tua yang menginginkan program peminatan sesuai dengan keputusan orang tua. DAFTAR PUSTAKA ABKIN.2013.Panduan Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta Archer.L and Francis.B.2007.Understanding Minority Ethnic Achievement Race, gender, class and ‘success’.Madison Ave, New York Routledge. Jr. Alexander Alland, 2002. Race in Mind Race, IQ, and Other Racisms. New York: Palgrave Macmillan Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang ImplementasI Kurikulum (diakses tgl. 9 Oktober 2016 http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud81A 2013ImplementasiK13Lengkap.pdf) Raines.James C. 2008. Evidence-Based Practice in School Mental Health. Madison Avenue, New York: Oxford University Press (http://www.m-edukasi.web.id/2014/08/kriteria-penetapan-peminatan-peserta.html) Wibowo, M. Pelayanan BK Arah Peminatanan Siswa dalam Implementasi Kurikulum 2013. ABKIN
63
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
STUDENTS' SATISFACTION WITH A VIRTUAL LEARNING ENVIRONMENT IN HIGHER EDUCATION Winarto1*, Maludin Panjaitan1 1
Fakultas Ekonomi - Universitas Methodist Indonesia * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRACT
This study is about the degree that Internet self-efficacy, perceived usefulness and perceived ease of use has influence on students’ satisfaction with a Virtual Learning Environment (VLE). Further are studied gender differences with regard to their satisfaction with the VLE. A survey among 174 students at “University X” was conducted in order to get the information. We found that Internet self-efficacy, perceived usefulness and perceived ease of use positively influence students’ satisfaction. Finally we found no gender differences in students’ satisfaction. Possibly, female and male students both had enough experience which leads to the same level of satisfaction level with the VLE. Keywords: Virtual Learning Environment, Internet self- efficacy, perceived usefulness, perceived ease of use INTRODUCTION Background Virtual learning environments (VLEs) provide learning and communication in which it is neither necessary that students are in the same place, nor that they get lessons at the same time. This is called ‘any time any place learning’. According to Wu, Tennyson and Hsia (2010), this way of learning promotes a learnerdirected approach, because it offers a new kind of teacher and student interaction, and besides this it facilitates an excellent delivery of multimedia materials (Wu, Tennyson, Hsia, & Liao, 2008; Kester, Kirschner, & Corbalan, 2007). However, the use of Information and Communication Technology (ICT) in virtual learning environments requires students to feel comfortable to work with computer applications and computer tools. The growth of online learning in higher education may give the students feelings of distress, frustration and confusion (Hara & Kling, 2000), that makes them less satisfied with their virtual learning environment (Piccoli, Ahmad, & Ives, 2001; Ocker & Yaverbaum, 1999). This may obstruct the use of the virtual learning environment and their achievement. Therefore, student satisfaction with a Virtual learning environment becomes an emerging research issue (Stokes, 2001). The investigation of student satisfaction is important in order to measure the effectiveness of communication and interaction in VLEs which is supported by Learning Management Systems (LMSs) (Tallent-Runnels et al., 2006; Cavus, Uzunboylu & Ibrahim, 2006). LMSs are enterprise-wide and internetbased systems, such as WebCT, Blackboard and Moodle that integrate a wide range of pedagogical and course administration tools (Coates, James, & Baldwin, 2005). The role of an LMS is to communicate, deliver and manage the instructional content and learning materials (Watson & Watson, 2007). LMSs are being used for assisting different activities of teachers, students and administrators in learning and teaching to create virtual learning environments for campus-based students, and are even being used to develop fully online virtual universities (Daba, 2009). ICT brings many benefits such as the reduction of the barrier of place and time and it could improve the learning effectiveness and collaborative learning (Wu, Tennyson, & Hsia, 2010). However, in practice, Sun et al (2008) found for example that teachers and students stop to use online learning after their initial experience because they are not satisfied with it. Thus, Arbaugh and Duray (2002) suggest that measuring user satisfaction is essential in order to prevent student failures in teaching and learning as a response to some concerns in the virtual education practice, such as lack of face-to-face interaction and the quality of VLEs relative to traditional classroom-based courses. Moore (2005) defines student satisfaction as a situation where students are pleased with their experiences in a virtual learning environment, including interactions with instructors and peers, learning outcomes that match expectations, support services, and orientation. DeLone & McLean (1992) show that user satisfaction is the factor that contributes to succeed in VLEs. Thus, some research has been conducted to measure user
64
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 satisfaction with VLEs. For example, Carvalho, Areal and Silva (2011) conducted their research to measure the satisfaction with VLEs in a Portugese University. The study suggests that student satisfaction is important to identify the learning effectiveness and the effectiveness of the learning tools. Therefore, we examine student satisfaction and its predictors in Indonesia. Context and Research Questions Indonesia started to develop the online education in 1995; however, because of an economic and political crises in 1997, the efforts to actually start e-learning were unwillingly suspended until the beginning 2000. E-learning seems very suitable for Indonesia because of its geography. Indonesia is a large archipelago country which has more than 10,000 islands and about 250 million inhabitants. However, constraints on elearning implementation are the many different languages used, impartiality of the Internet dispersion, a poor infrastructure, poor course content management, resistance from the users, cultural problems and sporadic development of e-learning in Indonesia higher education (Sulistyo-Basuki, 2007). Although these constraints are still occurring, working with computer and Internet has been added to the Indonesian curriculum, from basic to higher education. Anyhow, many Indonesian higher education institutions use e-learning for teaching and learning. Private and government universities have facilitated their teaching and learning with Internet and ICT, especially as supplement for their regular teaching and learning process in a blended learning environment (Ali, 2004). Bliuc, Goodyear, and Ellis (2007, p 234) define blended learning as “learning activities that involve a systematic combination of co-present (faceto-face) interactions and technologically-mediated interactions between students, teachers and learning resources”. For blended environments may count too that students’ satisfaction is needed to be effective. Nevertheless, in Indonesia, the research focusing on student satisfaction with online learning is still scarce. There are only few research projects which explored the factors influencing student satisfaction in Indonesian context (e.g. Hussein, Aditiawarman, & Mohamed, 2007; Gunawan, 2009). Therefore, more research projects must be conducted to strengthen the research focus on students’ satisfaction with virtual learning environment to get more insight in the most influential factors predicting satisfaction with VLEs. In addition, we also examine the gender issue regarding differences in satisfaction with VLEs. The research questions to guide this study are: 1. Do Internet self-efficacy, perceived usefulness and perceived ease of use influence perceived satisfaction with Internet-based learning? 2. Is there a significant difference in students’ satisfaction with a Virtual learning environment between male and female students? The research findings may be valuable for policy makers, researchers, educators and instructors because they will gain empirical-based information on factors influencing students’ satisfaction with a Virtual learning environment and its use. Furthermore, examining students’ satisfaction with a Virtual learning environment may have significant implication for training, especially for those who are still beginners. Courses or training programs can be developed and implemented based on empirical findings to improve Internet self-efficacy and reduce computer anxiety, because such program will lead to students having more experiences working with computer and Internet (Wu & Tsai, 2006). THEORETICAL BACKGROUND OF STUDENTS’ SATISFACTION Research on student satisfaction has two main purposes: to find factors which significantly influence the satisfaction and factors that may prevent the failure of e-learning implementation which deserve attention from school management and system designers (Arbaugh & Duray, 2002). In this chapter we report what we have found in literature about this and come to the research model. User Satisfaction and Internet self‐efficacy Previous investigations have revealed that Internet self-efficacy influence student satisfaction with an online learning environment (Sun, Tsai, Finger, Chen, & Yeh, 2008; Piccoli, Ahmad, & Ives, 2001; Piccoli et al., 2008; Barbeite & Weiss, 2004). Therefore, it is necesarry that students know how to work with computer applications, that they have enough technical proficiency and self-efficacy. Sun et al (2008) investigated factors which influence learner satisfaction and used 13 variables which are clustered into 6 groups regarding: learner, instructor, course, technology, design and environmental. They found that computer anxiety, instructor attitude towards e-learning, course flexibility, course quality, perceived usefulness, perceived ease of use and diversity of assessment significantly influence the learner’s perceived satisfaction.
65
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Another prominent concept related to satisfaction is Internet self-efficacy. Kuo (2010) argued that possessing enough Internet-related abilities, skills and self-efficacy are needed to work effective in a virtual learning environment. The concept ‘Internet self-efficacy’ is derived from the social cognitive theory which was proposed by Bandura (1986). By definition, Badura argues that self-efficacy refers to self- perceptions or beliefs of capability to learn or perform tasks at designated levels. Next, Internet self-efficacy means perceived capability and belief to use the Internet and is related to virtual learning activities (Joo, Bong, & Choi, 2000). Following Bandura’s definition, research findings explained that self-efficacy leads to high confidence in learning activities, influences users perform in online searching, affects in academic grades and finally improves the satisfaction with VLE (Sun et al., 2008; Joo, Bong, & Choi, 2000; Thompson, Meriac, & Cope, 2002; Wang & Newlin, 2002). Based on literature review above, we consider Internet self-efficacy as major independent variable which are expected to influence students’ satisfaction with virtual learning environments as dependent variable. TAM and Student Satisfaction with Internet‐based Learning Arbaugh (2002) suggests that perceived satisfaction with virtual learning environments can also be predicted by the users’ level of adoption and acceptance of a Learning Management System (LMS). LMSs are enterprise-wide and internet-based systems, such as WebCT, Blackboard and Moodle, which integrate a wide range of pedagogical and course administration tools (Coates, James, & Baldwin, 2005). LMSs offer a virtual learning environment for teaching and learning activities (Leidner & Jarvenpaa, 1995). Originally, the Technology Acceptance Model (TAM) was developed by Davis (1989), which purposely explains the computer usage behavior in order to predict technology acceptance. The TAM suggests that beliefs in a technology are related to users’ attitudes and their decision to adapt the technology. Davis, (1989) describes how people adopt and accept new technology applications. In TAM, it is hypothised that the perceived usefulness and perceived ease of use predict student satisfaction which, in its turn, is believed to moderate the adoption of technology. Further, TAM shows that perceived usefulness and perceived ease of use improves the users ‘satisfaction with and adoption of the technology. Perceived usefulness is defined as the degree to which a person believes that using a particular system would enhance his or her job performance and perceived ease of use is defined as the degree to which a person believes that using a particular system would be free of effort (Davis, 1989). Arbaugh (2000) showed that perceived usefulness was positively associated with student satisfaction, but the perceived ease of use was not. However, later finding showed that perceived usefulness was not associated with user satisfaction and perceived ease of use was positively related to user satisfaction (Arbaugh, 2002). Sun et al. (2008) found that perceived usefulness and perceived ease of use significantly influenced the perceived satisfaction. In this study, we will use perceived usefulness and ease of use as independent variables which are expected to influence students’ satisfaction with virtual learning environment as dependent variable. Gender Differences in Student Satisfaction with a Virtual Learning Environment Arbaugh (2000) argues that men and women think different about the importance of ICTwhich leads to a different satisfaction with virtual learning. While men see the virtual learning environment more as a medium to provide education to people more quickly and at less cost, women see it more as a way to develop collaboration and a support network for improving learning and communication in a group. Research on gender with regard to online learner satisfaction is scarce and shows contradicting findings. Male students are more active and tend to be more talking than female students in traditional learning (Arbaugh, 2000), but Althaus (1997) found that female students participated more in online discussion. While Arbaugh (2000) and Hong (2002) found that there was no difference among male and female students in satisfaction, Swan et.al. (2000), on the contrary, found that female students in were more satisfied with the Internet-based course than male students. They argued that female students were more active participating in VLEs, such as posting and commenting in online classroom discussion, than in a traditional one. which lead to higher satisfaction than male students. These contradicting findings urge further empirical research on gender issue toward learners’ satisfaction with virtual learning environments. Swan et al. (2000) explain this by arguing that female students feel more freedom to participate in a virtual learning environment which lead to be more satisfied because the VLE does not need face-to-face meeting with their peers which is probably influence their confidence to talk directly in the classroom. Those contradicting findings urge to conduct further research
66
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Research Model We have seen that several variables may influence student satisfaction with a virtual learning environment. In this research model, the expected relations are visually displayed in Figure 1. Independent variables Internet self-efficacy Perceived usefulness Perceived ease of use
Dependent variable Students’ satisfaction with VLEs
Figure 1. the Research Model Figure 1 depicts the research model which summarizes the research questions. The first research question consists of three independent variables and one dependent variable. Finally, the gender difference in satisfaction is examined. METHODOLOGY Data The data have been collected at University X. This university has a virtual learning environment, called Flexible Learning, which was introduced into the university’s system in 2007 and is fully funded by Indonesian government. Flexible Learning is based on an open source Learning Management System called Moodle. The subjects of study are students who use Flexible Learning. The students were asked to fill out an online questionnaire. Several ways were used to reach the students: the questionnaire has been placed on the students’ Facebook group, lecturers were asked to inform students about the questionnaires and also students were asked to inform other students about the questionnaire. This may be called a kind of convenience sampling (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012). The questionnaire was filled out by 189 students, of which 174 questionnaires are completed seriously, these are processed for analysis. The bachelor students are from 13 faculties, the faculties of Economics and Business, Teaching and Education and Language and Literature have the three highest percentage of responding students with respectively 30%, 14% and 13%. Among the total respondents, 103 students (59 %) are men, while 71 students are women (41%). Instruments The respondents filled out 8 sections in the questionnaire. The first and second sections contained questions about respondents’ background (e.g. gender, year level, the amount time spent) and student activities in the virtual learning environment (8 items, e.g. download the course material, join in forum discussions, chat with instructors and peers etc. These were measured by 1-4 point Likert scales ranging from never, seldom, often to always. Then the next sections, included questions about students ‘attitude towards the computer, computer anxiety, Internet self-efficacy, perceived usefulness, perceived ease of use and perceived satisfaction with VLE. The items were adapted from Sun et al. (2008) with only some minor wording changes. Examples items regarding the scales are for Internet self-efficacy (13 items) are I feel confident starting the Internet program, I feel confident downloading necessary materials from the Internet; for perceived usefulness (4 items) are using Flexible Learning would improve performance in the program, using Flexible Learning in the program would enhance my productivity; for perceived ease of use (4 items) are it would be easy for me to become skillful at using Flexible Learning, learning to operate Flexible Learning would be easy for me) and for perceived satisfaction (6 items) are I enjoy using Flexible Learning in this course, I am glad with Flexible Learning interface and its facilities). Those scales were measured by 1-5 Likert scales ranging from strongly disagree, disagree, neutral, agree to strongly agree. The reliability and validity of the scales were calculated using reliability coefficients defined by Guttman. These coefficients are called Lambda 1 to 6, and are all lower bounds for reliability. Lambda 3 is later also called Cronbach’s alpha, which is most often presented. A reliability scale above 0.70 may be considered to be an accepted level to sum the items. Only Lambda 6 is presented as it was the highest lower bound.
67
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
No 1 2 3 4
Variables Internet self-efficacy Perceived usefulness Perceived ease of use Perceived satisfaction
Table 1 Reliability Analysis Number of questions 13 items 4 items 4 items 6 items
Guttman scale lambda 6 0.96 0.87 0.83 0.78
Table 1 shows that all reliability coefficients are above the acceptable level of .70 and therefore the sum scores are calculated. DATA ANALYSIS To get to know the characteristics of the respondent the descriptive statistics were calculated. Item analysis was done to find the reliability of the scales and to investigate whether or not the items fit well in the scale (We already reported the reliability of the instruments in the section above). In order to test the relations as being hypothesized in the research model a stepwise regression analysis was done, for which, the normality, multi-collinearity and autocorrelation assumptions were tested. Student satisfaction with VLEs was regressed on Internet self-efficacy, perceived usefulness and perceived ease of use, by using the stepwise method. A Pearson correlation was calculated to examine the relationship between the amount of time spent, student activities and student satisfaction with virtual learning environments. Finally a -test was conducted to investigate the possible gender difference between male and female student in perceived satisfaction with virtual learning environments. RESULTS This part presents the data analysis and results of the research. This section will be divided into 2 sections following the order of the research questions. The effect of Internet self‐efficacy, perceived usefulness, perceived ease of use on student satisfaction We calculated item-rest correlations in order to find out how well an item fits in a scale. The analysis shows that all items fit in their respective scale with the correlation scores (Rir) vary from 0.44 to 0.90. To examine which variables predict satisfaction, the stepwise method was chosen. In the first step an independent variable is entered that correlates the highest with the dependent variable. In the second step the second variable that correlates then highest with the dependent variable while the effect of the first independent variable is partitioned out. Independent variables are entered until the default lower bound of relevance is reached. The correlations between the independent variables and the dependent variable student satisfaction with VLEs were calculated. The three scales have relatively high correlation scores with satisfactione (Internet self-efficacy: r = 0.73; perceived usefulness: r = 0.78 and perceived ease of use: r = 0.74). In table 4 the result of this regression analyses is displayed. The dependent variable is students’ perceived satisfaction with VLEs. The final model was reached in three steps. The regression analysis only included the three independent variables which have a relatively high correlation with the dependent variable. The variables perceived usefulness, perceived ease of use and Internet self-efficacy are best predicting student satisfaction with VLEs. Two variables have been excluded from the analysis; computer attitude and computer anxiety; because those variables have a low correlation with the dependent variable.
68
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Table 2 Results of stepwise regression analysis Model 1 Constant Perceived usefulness Model 2 Constant Perceived usefulness Perceived ease of use Model 3 Constant Perceived usefulness Perceived ease of use Internet self-efficacy
b
SE b
Β
P
1.23 0.59
0.12 0.04
0.78
1.03 0.39 0.27
0.12 0.06 0.06
0.51 0.34
0.00 0.00
1.00 0.33 0.18 0.16
0.12 0.06 0.06 0.06
0.43 0.23 0.06
0.00 0.00 0.01
Note: R2: 60 % for model 1; 65 % for model 2 and 66 % for model 3; ΔR2: 5 % for model 2 and model 1; ΔR2: 1 % for model 3 and model 2
In the final model 3, the R2 shows that student satisfaction is explained for 66 % by the independent variables. Perceived ease of use explains 60%, perceived ease of use and Internet self-efficacy add respectively 5% and 1 %. It can be concluded that these variables significantly influence perceived satisfaction with a virtual learning environment, this result supports our expectation. Gender Difference in Satisfaction with Virtual Learning Environment Gender difference are tested with an Independent sample T-test. Table 3 summarizes the findings. Table 3 Gender Difference towards Satisfaction with Virtual Learning Environment Gender N Mean SD t-value Df Sig Female 71 3.15 0.71 0.32 172 0.75 Male 103 3.11 0.84 The T-test shows that female students have a slightly higher perceived satisfaction (mean = 3.15) than male students (mean = 3.11). But, the difference is not statistically significant. CONCLUSION, DISCUSSION AND RECOMMENDATIONS In this chapter the two research questions will be answered and discussed, this is followed by the limitations of the study and ended by giving recommendations for policy and practice. On answering the first research question: “Do Internet self-efficacy, perceived usefulness and perceived ease influence perceived satisfaction with virtual learning environment?” we found that perceived usefulness, perceived ease of use and Internet self-efficacy significantly influence, in line with our expectations, students’ satisfaction with a virtual learning environment. The perceived usefulness is the strongest contributor that influences satisfaction, followed by perceived ease of use and Internet self-efficacy. These last findings are in line with Davis (1989) and Sun et al. (2008) who also found that both perceived usefulness and perceived ease of use significantly influences the perceived satisfaction in e-learning courses. They argue that people tend to reject or accept new technology applications based on their perception of technology usefulness and ease of use. When the students believe that virtual learning is useful and easy to use for learning, it is expected to be easier for the students assign to the learning materials, join in the forum discussion and use other VLEs facilities (Davis, Bagozzi, & Warshaw, 1992). As a result, students will feel more satisfied to learn in a virtual learning environment. On answering the second research question: “Is there any significant difference in students’ satisfaction with virtual learning environment between male and female students?” we found no gender difference in students’ satisfaction. The argument that men and women differ in seeing and using the ICT is not supported. In Indonesian context, this finding is in line with Arbaugh (2000) who conducted the research in the United States and Hong (2000) who conducted the research in Malaysia which is closed to Indonesia. The finding shows that male and female students have the same satisfaction with VLEs.
69
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Limitations and Recommendations Regarding the questionnaire and the data collection, this research used an online questionnaire in English. Some Indonesian students may have had problems with the English language and therefore they did not response the questionnaire when they opened the link. Another problem is students with a high level of computer anxiety and low Internet self-efficacy might have refused to fill out the questionnaire. This may have influenced the response rate and the representativeness of the sample. It can be expected that students with a high computer anxiety and low Internet anxiety are underrepresented. Therefore in future research stratified random sampling instead of non-random (convenience) sampling is needed. At University X, the facilities for e-learning are reasonable and available to all students and because of this it is reasonable to assume that the findings are valid in this context. Because of the used sampling method it is doubtful if our results may be generalized to other universities in Indonesia. Other Indonesian universities vary in terms of location (located in city or rural areas), computer facilities, students’ computer ownership and students’ computer experience. This may influence the relations between students’ computer anxiety, computer attitude and Internet self-efficacy. Therefore, it is recommended to conduct similar studies on Indonesian universities that use a Virtual learning system. REFERENCES Ali, M. (2004). E-learning in Indonesian education system. Seminar-Workshop on E-Learning: The Seventh Programming Cycle of APEID Activities. Tokyo and Kyoto. Althaus, S. L. (1997). Computer-mediated communication in the university classroom: An experiment with on-line discussions. Communication Education, 46 (3), 158-174. Arbaugh, J. B. (2002). Managing the on-line classroom: A study of technological and behavioral characteristics of web-based MBA courses. Journal of High Technology Management Research , 13, 203– 223. Arbaugh, J. B. (2000). Virtual classroom characteristics and student satisfaction with Internet-based MBA courses. Journal of Management Education, 24 (1), 32-54. Arbaugh, J. B., & Duray, R. (2002). Technological and structural characteristics, student learning and satisfaction with web-based courses : An exploratory study of two on-line MBA programs. Management Learning, 33 (3), 331: 347. Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall. Barbeite, F. G., & Weiss, E. M. (2004). Computer self-efficacy and anxiety scales for an Internet sample: testing measurement equivalence of existing measures and development of new scales. Computers in Human Behavior, 20, 1-15. Bliuc, A.-M., Goodyear, P., & Ellis, R. A. (2007). Research focus and methodological choices in studies into students' experiences of blended learning in higher education. Internet and Higher Education, 10, 231– 244. Carvalho, A., Areal, N., & Joaquim, S. (2011). Students’ perceptions of Blackboard and Moodle in a Portuguese university. British Journal of Educational Technology, 42 (5), 824–841. Cavus, N., Uzunboylu, H., & Ibrahim, D. (2006). Using the Moodle Learning Management System and GREWPTool collaborative tool for teaching a programming language. the Future 4th FAE International Symposium. Lefke, Cyprus. Coates, H., James, R., & Baldwin, G. (2005). A critical examination of the effects of learning management systems on university teaching and learning. Tertiary Education and Management, 11, 19-36.
70
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Daba, M. N. (2009). Innovative teaching in Learning Management System. Groningen: Faculty of Behavioral and Social Sciences, Groningen University. Davis, D. F. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use and user acceptance of information technology. MIS Quarterly, 13 (3), 319-340. Davis, F. D., Bagozzi, R. P., & Warshaw, P. R. (1992). Journal of Applied Social Psychology. Extrinsic and intrinsic motivation to use computers in the workplace, 22 (14), 1111-1132. DeLone, W. H., & McLean, R. E. (1992). Information system success: The ques for the dependent variable. Information System Research, 3 (1), 60-95. Fraenkel, R. J., Wallen, E. N., & Hyun, H. H. (2012). How to design and evaluate research in education (Vol. 8). New York: McGraw-Hill. Gunawan, M. H. (2009). Pengukuran kepuasan pengguna e-learning di Mediu (Al Madinah International University) Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,. Hara, N., & Kling, R. (2000). Student distress in a web-based distance education course. Information, Communication & Society, 3 (4), 557–579. Hong, K.-S. (2002). Relationships between students’ and instructional variables with satisfaction and learning from a Web-based course. Internet and Higher Education, 267–281. Hussein, R., Aditiawarman, U., & Mohamed, N. (2007). E-Learning acceptance in a developing country: A case of the Indonesian Open University. German e-Science Conference. Baden. Joo, Y.-J., Bong, M., & Choi, H.-J. (2000). Self-efficacy for self-regulated learning, academic self-efficacy, and internet self-efficacy in web-based instruction. Educational Technology Research and Development, 48 (2), 5-7. Kester, L., Kirschner, P., & Corbalan, G. (2007). Designing support to facilitate learning in powerful electronic learning environments. Computers in Human Behavior, 23 (3), 1047–1054. Kuo, Y.-C. (2010). Interaction, Internet Self-Efficacy, and Self-Regulated Learning as Predictors Of Student Satisfaction In Distance Education Courses. Logan, Utah: Utah State University. Leidner, D. E., & Jarvenpaa, S. L. (1995). The use of information technology to enhance management school education: A theoretical view. MIS Quarterly, 19 (3), 265-291. Moore, J. C. (2005). The Sloan consortium quality framework and the five pillars. Sloan-C™. Ocker, R. J., & Yaverbaum, G. J. (1999). Asynchronous computer-mediated communication versus faceto-face collaboration: results on student learning, quality and satisfaction. Group Decision and Negotiation, 8, 427−440. Piccoli, G., Ahmad, R., & Ives, B. (2001). Web-based virtual learning environments: a research framework and a preliminary assessment of effectiveness in basic IT skills training. MIS Quarterly, 25 (4), 401-426. Stokes, S. P. (2001). Satisfaction of college students with the digital learning environment: Do learners’ temperaments make a difference? Internet and Higher Education, 4, 31–44. Sulistyo-Basuki, L. (2007). IT and education, the case study of e-learning in Indonesia. Korea-ASEAN Academic Conference on Information Revolution and Cultural Integration in East Asia. Ho Chi Minh city.
71
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Sun, P.-C., Tsai, R. J., Finger, G., Chen, Y.-Y., & Yeh, D. (2008). What drives a successful e-learning? An empirical investigation of the critical factors influencing learner satisfaction. Computers & Education, 50 (4), 1183-1202. Swan, K., Shea, P., Fredericksen, E., Pickett, A., Pelz, W., & Maher, G. (2000). Building knowledge building communities: consistencies, contact and communication in the virtual classroom. Journal of Educational Computing Research, 23 (4), 359–383. Tallent-Runnels, M. K., Thomas, J. A., Lan, W. Y., Cooper, S., Ahern, T. C., Shaw, S. M., et al. (2006). Teaching Courses Online: A Review of the Research. Review of Educational Research, 76 (1), 93-135. Thompson, L. F., Meriac, J. P., & Cope, J. G. (2002). Motivating online performance : The influences of goal setting and Internet self-efficacy. Social Science Computer Review, 20, 149-160. Wang, A. Y., & Newlin, M. H. (2002). Predictors of web-student performance: the role of self-efficacy and reasons for taking an on-line class. Computers in Human Behavior, 18, 151-163. Watson, W. R., & Watson, S. L. (2007). What are Learning Management Systems, what are they not, and what should they become? TechTrends, 51 (2), 28-34. Wu, J.-H., Tennyson, R. D., & Hsia, T.-L. (2010). A study of student satisfaction in a blended e-learning system environment. Computers & Education, 55, 155–164. Wu, J.-H., Tennyson, R. D., Hsia, T.-L., & Liao, Y.-W. (2008). Analysis of E-learning innovation and core capability using a hypercube model. Computers in Human Behavior, 24, 1851–1866. Wu, Y.-T., & Tsai, C.-C. (2006). University students’ Internet attitudes and Internet self-efficacy: A study at three universities in Taiwan. Cyberpsychology & Behavior, 9 (4), 441-450.
72
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
APLIKASI FORMULA RIZOBAKTERI UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN DAN MENEKAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN BAWANG MERAH Milda Ernita1*, Jamilah1 dan Zahanis1 1
Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang Penulis korespondensi:
[email protected]
*
ABSTRAK Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida berdampak negatif terhadap lingkungan dan residu pada hasil tanaman. Alternatif pengendalian ramah lingkungan menggunakan agen hayati rizobakteri indigenus Bacillus pumilus strain TSH22w dan Pseudomonas geniculata strain XJUHX-19 bersifat PGPR. Penelitian bertujuan mendapatkan jenis dan formula rizobakteri yang efektif meningkatkan ketahanan, pertumbuhan dan hasil bawang merah. Perlakuan jenis B.pumilus strain TSH22w dan P.geniculata strain XJUHX-19 dan jenis formula yaitu kompos titonia , tanah gambut dan air kelapa, dan pemupukan urea yaitu 400 kg/ha dan 800 kg/ha, sebagai kontrol tanpa rizobakteri. Hasil percobaan formula air kelapa untuk kedua jenis rizobakteri efektif meningkatkan ketahanan bawang merah terhadap Xaa, pertumbuhan dan hasil bawang merah Kata Kunci: Rizobakteri indigenus, formula, bawang merah LATAR BELAKANG Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L.) dikenal sebagai tanaman sayuran semusim, banyak digunakan dalam kehidupan sehari–hari, sebagai penyedap masakan dan sebagai sumber obat tradisional. Bawang merah merupakan salah satu jenis komoditas yang cukup potensial untuk di kembangkan di daerah Alahan Panjang, Sumatera Barat. Produksi bawang merah di Sumatera Barat baru mencapai 7,6-11,2 ton/ha, sedangkan produksi bawang merah di Alahan Panjang baru mencapai 6-9,3 ton/ha (BPS, 2014). Hasil tersebut masih rendah bila dibanding dengan potensi hasil bisa mencapai 16 ton/ha. Salah satu penyebab rendahnya produksi disebabkan oleh serangan penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas axonopodis pv.allii) dan pemupukan yang tidak berimbang. Pemupukan bawang merah di Alahan Panjang mencapai 500-800 kg/ha urea, 200 kg/ha KCl dan 200 ton/ha SP36., sehingga biaya produksi tinggi. Hasil penelitian Gent et al., (2005a) tingginya pemupukan terutama N dapat meningkatkan perkembangan inokulum bakteri patogen. Tingkat pemupukan N 112 ton/ha dapat meningkatkan keberadaan inokulum patogen Xanthomonas axonopodis pv.allii mencapai 109 cfu/ml dalam tanah, sedangkan pada tahun berikutnya tanpa pemupukan N akan menurunkan populasi propagul dalam tanah menjadi 104cfu/ml, dan tidak menurunkan hasil yang nyata dengan pemupukan N sampai 448 ton/Ha Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) disebabkan oleh bakteri Xanthomonas axonopodis pv allii (Xaa). Serangan penyakit ini di Sumatera Barat persentase serangan 18,69-100% dengan intensitas 12,90-82,24%, Jawa Barat persentase serangan 88-100% intensitas 17,49-29,69%, Jawa Tengah persentase serangan 94100% dengan intensitas 24,72-31,63% dan Jawa Timur persentase serangan 43,98-86,67% dengan intensitas serangan 3.67-12,95% (Habazar, 2006), sedangkan di pertanaman bawang di Colorado dan California berkisar antara 25-50% (Roumagnac et al, 2004). Penyakit HDB sulit dikendalikan karena patogen dapat bertahan dalam tanah, berpindah melalui benih (seed borne), air, alat-alat pertanian dan dapat menginfeksi beberapa jenis gulma tanpa memperlihatkan gejala (Roumagnac et al., 2004 ; Gent and Schwartz, 2005b). Upaya pengendalian penyakit umumnya dilakukan dengan pestisida, sehingga perlu dicari teknik pengendalian penyakit yang berwawasan lingkungan, seperti pemanfatan agen hayati dari kelompok rizobakteria. Hasil percobaan Ernita et al., (2015) didapatkan 2 isolat rizobakteri indigenus yaitu Pseudomonas genophilata dan Bacillus pumilus mampu menginduksi ketahanan, meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merahsecara in planta. Pengembangan rizobakteri sebagai agen hayati dan meningkatkan
73
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 pertumbuhan telah banyak dilakukan (Hayat et al., 2010; Lugtenberg and Kamilova, 2009). Rizobakteri yang telah diuji di rumah kasa mampu meningkatkan pertumbuhandan ketahanan terhadap penyakit, perlu di formula. Untuk mempertahankan efektifitas formula rizobakteri perlu dipertimbangkan jenis formula agar pertumbuhan bakteri tetap optimal dan mudah dalam aplikasi dan cocok dengan kondisi lingkungan. Berdasarkan uraian diatas telah dilakukan penelitian teknologi formulasi rizobakteri dan tingkat pemupukan yang efektif dan efisien dalam menekan perkembangan penyakit HDB, meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada bawang merah di lahan endemik. TUJUAN Tujuan adalah: 1) mendapatkan jenis formula rizobakteri dan taraf pemupukan N yang efektif, efisien dan mampu meningkatkan pertumbuhan, hasil dan menekan intensitas penyakit HDB pada bawang merah di lahan endemic HDB. METODE Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dalam bentuk faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama jenis rizobakteri yang formulasi (RF) terdiri dari 7 taraf yaitu: Tanpa rizobakteri (R0F0), Pseudomonas sp formula kompos (R1F1), Pseudomonas sp formula gambut (R1F2), Pseudomonas sp formula air kelapa (R1F3), Bacillus sp formula kompos (R2F1), Bacillus sp formula gambut (R2F2), Bacillus sp formula air kelapa (R2F3) dan faktor ke dua taraf pupuk urea terdiri dari 2 taraf yaitu : 400 kg/ha (N1) dan 800 kg/ha (N2). Sehingga terdapat 21 kombinasi perlakuan masing-masing 3 ulangan. Data dianalisis menggunakan uji F pada taraf nyata 5%, apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf nyata 5%. Pelaksanaan Sumber isolat rizosfer diperoleh dari hasil seleksi tahun 2009. Isolat rizobakteri diremajakan terlebih dahulu dengan metode gores pada medium NA, kemudian diinkubasi selama 2x24 jam. Untuk preculture, 1 koloni bakteri dimasukkan ke dalam 50 ml media kultur cair NA dalam labu Erlenmeyer 250 ml, diinkubasi dan dishaker selama 1 x 24 jam. Ambil 1 ml dari preculture untuk dipindahkan ke dalam 200 ml air kelapa dalam Erlenmeyer 250 ml sebagai mainculture, kemudian diinkubasi dan dishaker selama 3x24 jam dengan kecepatan 200 rpm. Kepadatan populasi bakteri tersebut diukur menggunakan spektrofotometer yaitu dengan pengukuran panjang gelombang,dengan melihat pada nilai absorbannya. Jika nilai absorban suspensi 0,06 kepadatan populasi suspensi bakteri tersebut adalah 108 sel /ml. Rizobakteria diperbanyak pada media NA dan kemudian di buat formulasi sesuai perlakuan. Formulasi rizobakteri Kompos titonia yang telah di peram selama 1 bulan, tanah gambut diayak dengan ayakan pasir, selanjutnya disterilisasi dengan metode tindalisasi dengan dandang dan air kelapa dididihkan selama 15 menit. Air kelapa dan kompos sebagai bahan pembawa ditambahkan pepton, CaCO3 dan atur pH 7. Formula dikemas dalam plastik propilen 1 kg dan yang cair dalam gerigen 10 L, di tambahkan suspensi rizobakteri 10 ml, dan diratakan. Formula disimpan pada suhu ruang tidak terkena cahaya matahari langsung. Formula air kelapa ditambahkan 10 ml suspensi kedalam 5 l air kelapa yang sudah steril. Formula disimpan selama 3 minggu dan siap digunakan. Pengolahan Lahan dan Penanaman Lahan dicangkul dibuat plot dengan ukuran 100x800 cm dan diberikan perlakuan kompos jerami setara dengan 7.5 ton/ha. Benih yang digunakan berasal dari lokasi setempat kultivar medan. Benih sebelum ditanam diberi perlakuan formula rizobakteri dengan cara seed treatment yaitu melumuri benih dengan formula rizobakteri. Untuk formula kering (kompos titonia dan tanah gambut) ditambah akuades sampai basah, sedangkan untuk air kelapa benih lansung direndamkan. Benih setelah perlakuan dibiarkan 15-20 menit, selanjutnya ditanam dengan jarak tanam 15x20 cm. Tanaman dipelihara sesuai prosedur budidaya. Pengamatan Pengamatan di laboratorium: 1) kepadatan populasi rizobakteri dalam formula Di lapangan: 1) Masa inkubasi penyakit 2) Insidensi penyakit, 3) severitas penyakit, 4) tinggi tanaman,5) jumlah dan berat umbi, 6) hasil per hektar. Sebagai data penunjang diamati 1) kandungan hara N, P dan K sebelum tanam dan pH tanah 2) kandungan logam residu pestida.
74
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 HASIL Populasi rizobakteri dalam formula Populasi rizobakteri setelah diformula selama 3 minggu pada kompos titonia, tanah gambut dan air kelapa disajikan pada tabel 1. Rizobkteri yang diformula pada ketiga jenis bahan mampu mendukung pertumbuhan rizobakteri ditunjukkan dengan meningkatnya populasi rizobakteri mulai minggu ke-1 sampai minggu ke-3 penyimpanan. Formula terbaik dalam mendukung pertumbuhan rizobakteri adalah air kelapa. Hal ini disebabkan karena air kelapa mengandung karbohidrat, asam amino dan vitamin yang dibutuhkan rizobakteri. Tabel 1. Populasi rizobakteri indigenus pada masing-masing formula Populasi minggu ke (cfu/ml) Jenis rizobakteri Formula 1 2 3 5,0x10 8 3,5x10 10 4,6x10 13 Kompos titonia Psedomonas sp Air kelapa 8,5x10 9 2,5x10 11 6,2x10 13 8 9 5x10 5,6x10 11 Gambut 3,6x10 8 9 5,2x10 3,5x10 12 Kompos titonia 2,5x10 4,5x10 11 7,3x10 14 Bacillus sp Air kelapa 7,5x10 9 5,2x10 10 5,4x10 11 Gambut 5,8x10 9 Parameter penyakit hawar daun bakteri Hasil análisis statistik pada masa inkubasi penyakit tidak berbeda nyata, sedangkan insidensi dan severitas penyakit berbeda nyata. Masa inkubasi penyakit, sedangkan insidensi dan severitas penyakit dengan perlakuan jenis rizobakteri yang diformula dan pemupukan urea pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh jenis rizobakteri yang diformula dan pemupukan urea terhadap masa inkubasi, insidensi dan severitas penyakit hawar daun bakteri pada bawang merah Insidensi Severitas Perlakuan penyakit (%) penyakit (%) Masa inkubasi (HSI) R0F0N1 R1F1N1 R1F2N1 R1F3N1 R2F1N1 R2F2N1 R2F3N1 R0F0N2 R1F1N2 R1F2N2 R1F3N2 R2F1N2 R2F2N2 R2F3N2
6.33 11.33 9.33 13.66 12.33 12.33 14.33 9.66 8.67 11.33 11.33 9.66 9.33 10.33
63.7 40.43 35.93 27.7 61.36 46.43 30.57 68.33 52.77 50.73 47.87 52.2 34.77 43.5
ab ab ab b ab ab ab a ab ab ab ab ab ab
35.85 15.14 18.3 11.81 12.64 12.18 16.03 20.16 9.48 17.04 10.01 21.71 17.04 12.08
a b ab b b b b ab b b b ab b b
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT taraf 5%
Masa inkubasi penyakit tercepat muncul pada 6.33 hari pada perlakuan tanpa rizobakteri dengan pemupukan urea 400 kg ha-1 urea dan yang terlama pada 13,66 hari pada perlakuan Bacillus sp yang diformula dengan air kelapa dengan pemupukan 400 kg ha-1 urea. Aplikasi rizobakteri Bacillus sp dan Pseudomonas sp yang diformula tidak memperlihatkan muncul gejala penyakit yang berbeda nyata. Insidensi penyakit terendah dengan perlakuan rizobakteri Pseudomonas sp yang diformula dengan air kelapa dan pemupukan 400 kg ha-1 urea yaitu 27,70%, sedangkan yang tertinggi pada perlakuan tanpa rizobakteri dengan pemupukan 800 kg ha-1 urea (68,33%). Aplikasi rizobakteri Pseudomonas sp dan Bacillus sp yang diformula mampu menurunkan insidensi penyakit dibandingkan tanpa rizobakteri.
75
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Severitas penyakit dengan perlakuan kedua jenis rizobakteri yang diformula dan tingkat pemupukan urea 400-800 kg ha-1 dapat menurunkan severitas penyakit. Severitas penyakit terendah pada perlakuan Pseudomonas sp yang diformula dengan kompos titonia dan pemupukan urea 800 kg ha -1 yaitu 9,46% dan tertinggi pada perlakuan tanpa rizobakteri dan pemupukan urea 400 kg ha-1 yaitu 35,85%. Parameter pertumbuhan dan hasil tanaman Hasil sidik ragam terhadap parameter pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah yang diaplikasi dengan rizobakteri indigenus yang diformula dan pemupukan urea hanya jumlah daun yang berbeda nyata, sedangkan tinggi tanaman, jumlah umbi, bobot kering umbi, hasil umbi berbeda tidak nyata. Data parameter pertumbuhan dan hasil bawang merah disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh rizobakteri yang diformula dan pemupukan urea terhadap tinggi, jumlah daun, jumlah umbi, bobot kering umbi, hasil/plot dan hasil/hektar bawang merah di lahan endemik penyakit HDB Perlakuan Tinggi Jumlah Jumlah Bobot Hasil/ Hasil/
R0F0N1 R1F1N1 R1F2N1 R1F3N1 R2F1N1 R2F2N1 R2F3N1 R0F0N2 R1F1N2 R1F2N2 R1F3N2 R2F1N2 R2F2N2 R2F3N2
tanaman (cm)
daun
umbi
kering umbi (g)
plot (kg)
hektar (ton)
38.96 40.56 42.20 39.50 42.53 40.70 42.83 44.13 39.36 41.90 43.30 42.50 43.30 39.96
31.66 b 35.66 ab 38.00 ab 42.00 a 39.00 ab 37.00 ab 39.00 ab 33.66 ab 34.33 ab 36.00 ab 40.66 a 38.00 ab 41.00 a 40.25 a
8.00 9.66 8.33 9.66 9.00 9.33 9.66 7.33 8.66 9.66 10.33 8.66 8.00 8.33
64.65 73.16 68.96 70.45 70.63 71.45 74.45 66.66 74.63 71.16 73.12 70.90 68.45 72.45
1.68 2.35 1.87 2.23 2.14 2.05 2.44 1.82 2.48 2.36 2.26 2.14 1.88 2.43
8.40 11.75 9.35 11.15 10.70 10.25 12.20 9.10 12.40 11.80 11.30 10.70 9.40 12.15
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%
Tinggi tanaman dengan tanpa aplikasi rizobakteri dan aplikasi rizobakteri Pseudomonas sp dan Bacillus sp dengan pemupukan 400-800 kg ha-1 urea tidak memperlihatkan perbedaan tinggi yang nyata. Namun kecendrungan pemberian pupuk urea yang tinggi menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi, sedang jenis rizobakteri yang formula tidak mempelihat pengaruh yang nyata. Jumlah daun dengan tanpa aplikasi dan aplikasi rizobakteri berpengaruh nyata, jumlah daun tertinggi pada aplikasi Pseudomonas sp yang diformula dengan air kelapa dengan pemupukan 400 kg ha-1 urea dan berbeda tidak nyata nyata aplikasi Bacillus sp yang diformula air kelapa dantanah gambut dengan pemupukan 800 kg ha-1 urea, dan jumlah daun terendah tanpa aplikasi rizobakteri dengan pemupukan 400 kg ha-1 urea. Aplikasi rizobakteri yang diformula dengan ketiga bahan pembawa memperlihatkan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap jumlah, bobot umbi/rumpun dan hasil/ha. Jumlah umbi yang dihasilkan dengan tanpa aplikasi dan aplikasi rizobakteri yang diformula dengan pemupukan 400-800 kg ha-1 berkisar 7,33-10,33 umbi/rumpun dengan hasil 8,40-12,20 ton ha-1. Aplikasi rizobakteri yang diformula dengan pemupukan 800 kg ha-1 urea memperlihatkan kecendrungan peningkatan hasil. PEMBAHASAN Rizobakteri merupakan kelompok bakteri yang hidup di rizosfer tanaman dan berinteraksi secara intensif dengan perakaran tanaman ataupun tanah dan dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan (PGPR) (Manoharachary and Mukerji, 2009; Nelson, 2004) Hal ini terbukti dengan aplikasi rizobakteri indigenus
76
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 dalam penelitian ini dapat meningkatkan pertumbuhan, hasil dan ketahanan tanaman terhadap penyakit hawar daun bakteri pada bawang merah. Formula rizobakteri dengan bahan pembawa kompos titonia, tanah gambut dan air kelapa mampu mempertahankan viabilitas dan efektivitas rizobakteri sampai 3 minggu penyimpanan (Gambar 1). Hal ini terbukti dari ketiga jenis formula mampu meningkatkan populasi rizobakteri sampai minggu ke-3 pengamatan (Tabel 1). Formula air kelapa untuk Bacillus sp cendrung lebih cepat meningkatkan populasi rizobakteri. Menurut Vidyasekaran et al., (2012) pertimbangan dalam memilih bahan pembawa adalah kemampuan dalam mempertahankan viabilitas dan efektifitas mikroba, dan juga sangat penting pertimbangan ekonomi yaitu mudah diperolah, banyak tersedia dan mudah diaplikasi. Pengujian ketiga formula rizobakteri di lapangan di daerah endemik penyakit hawar daun bakteri mampu meningkatkan pertumbuhan, hasil dan ketahanan terhadap penyakit pada bawang merah. Peranan rizobakteri selain sebagai pemicu pertumbuhan juga mampu menekan perkembangan pernyakit, terlihat pada aplikasi rizobakteri Pseudomonas sp dan Bacillus sp mampu menurunkan insidensi dan severitas penyakit hawar daun bakteri dibanding tanpa aplikasi rizobakteri (Tabel 2). Aplikasi rizobakteri Pseudomonas sp dan Bacillus sp yang di formula dengan air kelapa tidak berbeda nyata dalam menekan perkembangan penyakit. Kemampuan rizobakteri dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dapat secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung rizobakteri menghasilkan hormon tumbuh, membantu penyediaan dan penyerapan unsur hara sedangkan secara tidak langsung menginduksi ketahanan tanaman (Ahmad et al., 2005; Ahemat dan Kibret, 2014). Pengendalian penyakit menggunakan rizobakteri yang diformula (biofertilizer) dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan dan pestisida kimia. Namun pada percobaan ini penggunaan 400-800 kg ha-1 urea tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap penekanan penyakit dan hasil tanaman. Análisis hara N pada lahan percobaan sebelum penanaman 0,49% tergolong sedang. Sehingga dengan pemberian pupuk N yang tinggi dan sekaligus dengan aplikasi rizobakteri tidak meningkatkan severitas penyakit tanaman, sebagai mana hasil penelitian Gent et al., (2005). Mekanisme peningkatan pertumbuhan dan ketahanan tanaman memiliki beberapa mekanisme (Ahemad and Kibret, 2014) yang dapat berimplikasi pada peningkatan hasil tanaman. Perlakuan aplikasi rizobakteri Pseudomonas sp dan Bacillus sp yang diformula dengan ketiga jenis bahan pembawa kompos titonia, tanah gambut dan air kelapa menunjukkan peningkatan hasil tanaman dibanding tanpa aplikasi rizobakteri. KESIMPULAN 1. Aplikasi rizobakteri yang diformula dengan air kelapa dapat meningkatkan ketahanan, pertumbuhan dan hasil bawang merah dan mengurangi aplikasi pestisida. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kemenristek Dikti yang telah membiayai Ipteks bagi Masyarakat (IbM) tahun anggaran 2016 juga kepada mahasiswa saya Rona.Hadi dan Susilo yang telah membantu pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Ahemad, M. and M. Kibret. 2014. Mechanisms and applications of plant growth promoting rhizobacteria. J. of King Saud University-Science. 26: pp 1-20 Ahmad F. I., I. Ahmad I, and Khan MS. 2005. Indole Acetil acid production by the indigenous isolates of Azotobacter and Flourescent pseudomonas in the presence and absence of tryptophan. J..Biology Turkey. 29: pp 29-34 Ernita, M., T. Habazar., Nasrun dan Jamsari. 2015. Screening of Rhzobacteria from onion Rhizosphere can induce systemic resistance to bacterial leaf blight disease on onion plants. International J. of Agriculture Science 1 (1) Des: 81-89. Habazar, T. 2006. Pengenalan penyakit hawar daun bakteri oleh Xanthomonas axonopodis pv.allii pada tanaman bawang merah. Makalah dalam apresiasi penanggulangan OPT tanaman sayuran. 36 Oktober di Nganjuk.
77
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Gent , D. H. And H. F. Schwartz. 2005a. Effect of Nitrogen fertilization and Seed contamination on epiphytic populations of Xanthomonas axonopodis pv.alii and development leaf blight of onion. Online. Plant Health Progress doi: 10.12094/PHP-2005-0331-010-RS. Gent, D. D., J.M. Lang, dan H. F. Schwartz. 2005b. Epiphytic survival of Xanthomonas axonopodis pv.allii and X. Axonopodis.phaseoli on Leguminous Hosts and onion. The American Phytopathological Society. Plant Disease 89(6) 558-564. Hayat, R.,S. Ali, U. Amara, R. Khalid and I. Ahmed. 2010. Soil beneficial bacteria and their role in plant growth promotion. Ann. Microbiology. DOI 10.1007/s13213-010-0117-1. Lugtenberg, B. and F.Kamilova, 2009. Plant growth promoting rhizobacteria. Annual Rev. Microbiology. 63:541-556 Manoharachary, C. and K.G. Mukerji. 2006. Rhizosphere Biology- An Overview. In Soil Biology. Springer –Verlag Berlin Heidelberg. (7). 1-15p Nelson, L.M. 2004. Plant Growth promoting rhizobacteria (PGPR): prospect for new inoculants. Online. Crop management doi: 10.1094/CM-2004-0301-05-RV. Roumagnac, P., Gagnevin, L., Gardan, L., Sutra, L., Manceau, C., Dickstein, E. R., Jones, J. B., Rott, P., dan Pruvost, O. 2004. Polyphasic characterization of Xanthomonads isolated from onion, garlic and welsh onion (Allium spp) and their relatedness to different Xanthomonas species. Int J. Syst . Evol. Microbiology 54:15-24.
78
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 PELATIHAN MEMBUAT HANTARAN PENGANTIN BAGI SISWA TUNARUNGU DI SLB/B GMIM DAMAI TOMOHON Aldjon Dapa Universitas Negeri Manado Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Salah satu jenis keterampilan yang dikembangkan oleh SLB-B GMIM Damai Tomohon, adalah keterampilan membuat hantaran.Keterampilan ini menjadi salah satu program khusus sekolah, mengingat dengan keterampilan ini maka siswa dapat memiliki kecakapan yang baik dan dapat dijadikan modal untuk kelangsungan hidup siswa ketika kembali ditengah-tengah masyarakat.Selain itu keterampilan ini juga merupakan salah satu keterampilan yang dilombakan bagi siswa berkebutuhan khusus baik pada tingkat propinsi maupun pada tingkat nasional.Untuk dapat dapat meraih prestasi dan membentuk keterampilan membuat hantaran ini, maka diperlukan adanya pelatihan yang sistematis. Melalui kegiatan pengabdian ini akan diberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan membuat hantaran pengantin di SLB/B GMIM Damai Tomohon. Dengan melaksanakan tiga tahapan pelatihan membuat handatan pengantin, terlihat bahwa kemampuan siswa tunarungu dalam membuat keterampilan hantaran pengantin mengalami kemajuan yang baik.Hasil karya siswa tunarungu ternyata diapresiasi dengan positif oleh sekolah, siswa yang diberi pelatihan mendapat prestasi di tingkat daerah dan diutus ke tingkat nacional. Selain ituproduk yang dihasilkan bisa dijualdan mempunyai nilai vokasional dan ekonomi yang baik untuk siswa tunarungu. Kata Kunci: Keterampilan Hantaran Pengantin, Siswa Tunarungu PENDAHULUAN Pendidikan Keterampilan merupakan salah satu program yang diberikan kepada peserta didik disetiap sekolah. Selain menguasai berbagai pengetahuan dari berbagai bidang studi, maka penguasaan berbagai keterampilan juga menjadi perhatian yang sangat penting untuk dikuasai oleh para siswa. Menguasai keterampilan maka siswa akan dapat memiliki kecakapan hidup. Anwar (2004) mengungkapkan bahwa kecakapan hidup yang meliputi kacakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan ataupun kecakapan vokasional.Hal ini tentunya memiliki makna yaitu kecakapan hidup merupakan akumulasi dari berbagai kecakapan yang diperoleh siswa selama bersekolah.Pendapat ini tentunya relevan dengan tujuan pendidikan. Dalam upaya mewujudkan sekolah yang mampu membentuk dan mengembangkan kemampuan siswa, maka Sekolah Luar Biasa juga memiliki visi yang sama dalam menghasilkan lulusannya. Demikian pula visi yang dibangun oleh SLB-B GMIM Damai Tomohon, yang mendidik siswa tunarungu, mereka juga dibimbing untuk memiliki kompetensi yang cakap dalam berbagai jenis keterampilan kecakapan hidup. Salah satu jenis keterampilan yang dikembangkan oleh SLB-B GMIM Damai Tomohon, adalah keterampilan membuat hantaran.Keterampilan ini menjadi salah satu program khusus sekolah, mengingat dengan keterampilan ini maka siswa dapat memiliki kecakapan yang baik dan dapat dijadikan modal untuk kelangsungan hidup siswa ketika kembali ditengah-tengah masyarakat.Selain itu keterampilan ini juga merupakan salah satu keterampilan yang dilombakan bagi siswa berkebutuhan khusus baik pada tingkat propinsi maupun pada tingkat nasional. Mengajarkan keterampilan hantaran pada siswa tunarungu, tentunya memiliki tantangan tersendiri. Keterbatasan siswa tunarungu yang meliputi keterbatasan bahasa dan keterbatasan komunikasi menuntut guru untuk selalu bereksplorasi dan memberikan apa yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi masingmasing siswa. Agar pelatihan yang diberikan dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka guru harus mampu menciptakan iklim pelatihan yang menyenangkan sehingga menarik siswa untuk senantiasa aktif dalam pelatihan. Dari pengamatan di SLB/B GMIM Damai Tomohon, siswa-siswa yang ada di kelas ini masih mengalami kesulitan dalam membuat hantaran pengantin. Kesulitan yang ditunjukkan ialah mereka terlihat kurang berminat untuk mengikuti pelajaran keterampilan. Kegiatan ini dianggap terlalu sulit dan membutuhkan
79
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 kosentrasi yang baik, untuk dapat menyelesaikan sebuah hantaran. Ketika mengerjakan sebuah hantaran mereka belum terampil dalam membentuk, menyusun sampai mengemas sebuah hantaran. Ketika membentuk siswa hanya sembarangan membentuk tanpa memunculkan kreasi yang lebih. Dengan permasalahan ini, maka kegiatan pengabdian difokuskan pada pelatihan untuk meningkatkan keterampilan siswa tunarungu dalam membuat hantaran pengantin. METODE PENGABDIAN Khalayak sasaran dari kegiatan pelatihan ini adalah siswa tunarungu kelas X SMALB di SLB/B GMIM Damai Tomohon. Kegiatan ini juga melibatkan guru keterampilan yang akan membantu dari segi komunikasi dan membimbing siswa tunarungu. Dalam pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk workshop, dengan 4 (empat) tahapan: 1) Penjelasan teknik dasar membuat hantaran pengantinu 2) Pemberian latihan tahapan-tahapan dari membuat hantaran 3) Kegiatan selanjutnya ialah melaksanakan pelatihanbersama siswa tunarungu. 4) melakukan evaluasi pada setiap kegiatan yang dilaksanakan.Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan sejak bulan Maret-Juni 2016. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk membuat hantaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Dasar-dasar hantaran. Hantaran adalah segala sesuatu yang diberikan seseorang kepada orang lain yang dibentuk, dikemas, ditata dan dihias untuk keadaan suka dan duka. Hantaran dapat diberikan kepada seseorang dalam berbagai kesempatan. 2. Bentuk hantaran. Bentuk merupakan unsur yang paling luar dari suatu benda yang bisa segera dilihat. Untuk menghasilkan bentuk yang baik dari suatu hantaran diperluksn kreatifitas yang tinggi. 3. Alat- alat membuat hantaran. Gunting, jarum pentul, kertas/koran, ksret gelang, lem, isolasi, double tape, tembaka lem. 4. Bahan dan sifatnya. Bahan yang digunakan dibuat dari berbagai hantaran seperti tekstil, kain, aneka renda, pita, kertas, payed maupun aneka limbah. Sifat bahan ada yang lembut, keras dan lentur. Pemilihan bahan yang baik akan menghasilkan bentuk yang indah. 5. Warna. Pemilihan warna yang baik dan serasi akan menambah keindahan hantaran. 6. Desain dibuat berdasarkan ukuran bentuk dan warna, ukuran disesuaikan dengan kebutuhan. Bentuknya dapat dilihat secara langsung segi tiga, segi empat, oval dll. 7. Etika profesi. Yaitu aturan-aturan yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang mempunyai profesi hantaran. Kegiatan pelatihan dilaksanakan melalaui beberapa tahap, yaitu membentuk, menata, dan mengemas hantaran. Setiap tahapan dilatihkan kepada siswa dibantu oleh guru. Setelah menyelesaikan satu tahapan, kemudian siswa tunarungu selanjutnya dilatih untuk mampu melakukan sampai dengan tahapan mengemas. Adapun hal-hal yang menarik terjadi selama pelatihan, yaitu : 1. Latihan Membentuk: a) Pelatih berusaha untuk membangun hubungan yang hangat dengan mengajak siswa bercerita tentang pengalaman yang dialami siswa dan memberi motivasi untuk setiap kejadian yang dialaminya. Siswa terlihat tertarik dengan upaya pelatih, mereka sangat antusias dan menuruti semua apa yang ditugaskan. b) Ketigasiswatunarungu berusaha untuk membentuk boneka panda, seperti yang sudah dicontohkan pelatih. Terlihat siswa LN dan GT, sedikit kesulitan untuk membentuk. Siswa NP, terlihat bisa berkreasi sendiri. Pelatih memberi bantuan kepada kedua siswa yang masih sulit membentuk, sambil menyapa dengan penuh motivasi sehingga siswa terlihat berupaya untuk membentuk boneka panda. c) Setelah terbawa dengan suasana yang dibangun pelatih, ketiga siswa mampu membentuk boneka panda, sampai dengan jam pelajaran selesai.
80
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
Gambar 1. Siswa memperhatikan contoh dari pelatih dan mencobamembentuk boneka panda 2. Latihan Menata Isi Hantaran. a) Semua anak terlihat tertarik dengan bahan-bahan yang dibawah oleh pelatih. Mereka sangat antusias untuk segera menata.Pelatih menjelaskan dengan perlahan-lahan cara menata agar kelihatan kreatif. b) Ketiga siswa berusaha untuk menata isi hantaran yang ada. Sesekali terlihat mereka bertiga saling berdiskusi dengan isyarat, ketika diperhatikan pelatih, mereka menjadi sedikit malu. Situasi ini dimanfaatkan pelatih untuk memotivasi mereka agar jangan ragu-ragu atau malu kalu ingin berkreasi. c) Siswa mampu memperlihatkan rasa percaya diri, sehingga mereka mampu menyelesaikan tugas mereka dalam menata isi hantaran dengan rapih. d) Siswa mampu mempresentasikan hasil karyanya, dengan baik.
Gambar 2. Siswa berusaha menata isi hantaran 3. Tahap Ketiga, yaitu Mengemas Hantaran a) Ketiga siswa terlihat sangat bangga dengan hasil hantaran yang telah mereka tata. Sehingga mereka ingin dengan segera ingin mengemasnya agar kreasi mereka semakin baik. Pelatih menjelaskan kepada siswa bahwa tahapan ini harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati agar hantaran yang dihasilkan akan terlihat lebih menarik. b) Ketika diberikan bahan berupa plastik yang akan membungkus keranjang hantaran, siswa GT sempat meremas plastik sehingga menjadi kusut, sehingga terlihat tidak rapih lagi. Pelatih kemudian memperlihatkan plastik tersebut kepada dua temannya. Langkah ini diambil agar mereka tidak akan melakukan hal yang sama. Setelah diganti dengan plastik yang baru, maka siswa GT kembali melanjutkan tugasnya. Sesekali terlihat mereka bertiga saling melirik hasil masing-masing, c) Semua siswa mampu memperlihatkan kinerja yang baik, dengan penuh rasa percaya diri, mereka mampu mengemas hantaran yang dibuatnya. d) Dengan bangga mereka memperlihatkan hasil karya mereka kepada pelatih, bahkan kepada temanteman yang menyaksikan kegiatan mereka.
81
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
Gambar 3. Pelatih membantu siswa memegang plastik pembungkus agar tidak kusut
Gambar 4. Ketiga siswa terlihat senang dan bangga dengan hasil karyanya Berdasarkan hasil pelatihan, dapat dikatakan situasi yang terbangun dalam pelatihan ini ternyata dapat meningkatkan minat dan kreativitas siswa. Ketika pelatih membangun hubungan pribadi yang akrab dan hangat dengan semua siswa, hal ini menjadi awal yang baik bagi guru untuk mengarahkan setiap langkahlangkah dalam membuat hantaran pengantin. Melatih siswa tunarungu untuk membuat hantaran pengantin yang tidak menuntut banyak disiplin kaku melainkan sebagai pelatih harus bisa menjadi model.Pemodelan yang ditampilkan dapat memberi pengalaman dan keantusiasan belajar siswa.Tidak menekankan kepada daya ingat terhadap apa yang dikatakan, melainkan mengingatkan siswa jika menemukan ide atau gagasan baru yang bisa ditampilkan. Dalam proses melatih harus disadari bahwa tugas pelatih adalah merespon kinerja yang ditunjukkan siswa sekalipun tujuan itu bervariasi. Pelatih harus banyak memperhatikan komunikasi yang dilakukan siswa tunarungu, agar apa yang ditanyakan siswa dapat dimengerti dengan baik. Keterampilan membuat Hantaran merupakan salah satu seni budaya Indonesiayang terdapat di 36 provinsi. Masing-masing provinsimempunyai hasil karya ciri khasyang berbeda satu sama lain yang perlu dilestarikan sebagai warisan budaya bangsagenerasi penerusnya. Selain Hantaran tradisional juga perlu dikembangkan hantarandengan menciptakan dan menggali kreasi baru dalam bentuk Hantaran modifikasidisesuaikan dengan selera pasar. Implikasi dari pelatihan ini terlihat ketika siswa tunarungu mampu menguasai keterampilan membuat hantaran pengantin.Terbentuk kemampuan vokasi yang mampu menciptakan produk/jasa atau karya lain yang bernilai ekonomi tinggi, bersifat unik dengan menggali dan mengembangkan potensi siswa tunarungu. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pelatihanini dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu : 1. Mengajarkan keterampilan hantaran pada siswa tunarungu, tentunya memiliki tantangan tersendiri. Keterbatasan siswa tunarungu yang meliputi keterbatasan bahasa dan keterbatasan komunikasi
82
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 menuntut guru untuk selalu bereksplorasi dan memberikan apa yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi masing-masing siswa. 2. Untuk dapat membuat hantaran pengantin yang memiliki nilai kreativitas yang tinggi, perlu diadakan pelatihan yang intensif. Setelah dilatih dan dibimbing ternyata siswa tunarungu di SLB/B GMIM Damai Tomohon, mampu memperlihatkan kemampuan membuat hantaran pengantin, bahkan bisa menjadi juara dan diutus ketingkat nasional. B. Saran Dengan melihat hasil pengabdian ini, dapat disarankan beberapa hal, antara lain: a. Dengan membuat hantaran pengantin, siswa akan memperoleh pengalaman dalam keterampilan melipat berbagai bentuk. Keterampilan ini tentu akan dibutuhkan untuk membuat keterampilan tangan yang lain. b. Hasil karya siswa sebaiknya dapat diapresiasi dengan melakukan pameran, sehingga bisa dijual atau mempunyai nilai ekonomis. Karena dari pengamalan ini dapat memberi motivasi lebih bagi siswa. DAFTAR PUSTAKA Anwar, (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup. Konsep dan Aplikasi. Bandung:Alfabeta Aqib, Zainal (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya https://lupieucimatta.wordpress.com/2009/10/25/pendekatan-sosio-emosional/#more-23. [akses tanggal 20 Maret 2016) https://wardatuljannah46.wordpress.com/2013/02/02/pendekatan-sosio-emosional-dalam-pembelajaran/ [akses tanggal 20 Maret 2016] Ramaliyah, Aam, (2006). Mahir Membuat Antaran Pengantin. Jakarta : Kawan Pustaka. Rogers, C. (1982). Freedom to learn in the eighties. Columbus, OH:Merril. Sadja’ah, E. (2003). Pendidikan Bahasa bagi Anak Gangguan Pendengaran Dalam Keluarga.Bandung: San Grafika. Somad, P dan Tati Hernawati.(1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu.Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud.
83
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 PELATIHAN MITIGASI BANJIR DENGAN TEKNIK BIOPORI PADA MAHASISWA BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MANADO Suddin Simandjuntak dan Tiene M.B. Turangan Dosen Biologi dan Kimia FMIPA Unima ABSTRAK Berdasarkan pengalaman setiap tahun di Kota Manado, akibat banjir kiriman dari Kabupaten Minahasa dan sekitar Kota Manado sendiri, terutama pada bulan-bulan November, Desember, Januari, sampai pada bulan Maret, selalu terjadi banjir yang menelan korban masyarakat baik secara fisik maupun non fisik. Banyak rumah-rumah penduduk yang kebanjiran dan bahkan sampai mengalami kerusakan rumah dan isinya. Maka terinspirasi dari kejadian-kejadian tahunan ini, masalah diatasi antara lain pemanfaatan bioteknologi tepat guan pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB) yang diberbagai daerah bahkan di dunia, diyakini dapat menjadi salah satu solusi untuk mitagisi banjir di perkotaan. Salah satu penyebab banjir ialah tidak terkendalinya aliran air permukaan lahan pada saat curah hujan ynag tinggi terjadi. Kemudian semakin kurangnya daerah-daerah resapan air pada DAS Tondano dan di perkotaan, sehingga memicu besarnya volume air permukaan tanah/lahan. Limpasan air permukaan tanah ini sekaligus juga sangat berkontribusi pada proses pendangkalan Danau Tondano akibat sedimentasi air erosi permukaan. Lahan terbuka yang paling luas berada pada daerah kampus Unima yang memiliki erodibilitas tinggi. Tujuan pelatihan ini ialah untuk : (1) memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya mahasiswa, bahwa banjir dapat dikurangi atau dikelola dengan membuat lubang resapan biopori sebanyak mungkin pada lahan-lahan terbuka baik bervegetasi maupun tidak; (2) melatih mahasiswa tentang bagaimana cara mengelola banjir dengan mengelola sampah melalui pengomposan pada lubang resapan biopori; (3) merubah perilaku mahasiswa dalam hal pengelolaan sampah khususnya sampah organic dari membuang sembarangan menjadi pengguna sampah organic melalui produksi pupuk kompos pada lubang resapan biopori; (4) memperbaiki kondisi tanah sehingga mudah menyerap air yang akan mengurangi volume air permukaan yang mengalir, dan hal ini sekaligus dapat mengurangi sedimentasi pada Danau Tondano. Metode pelatihan dilakukan dengan demonstrasi, prosedurnya sebagai berikut. Melatih membuat lubang resapan biopori(LRB) pada lahan datar terbuka dengan luas lahan 4m2 dan lubang resapan biopori sebanyak, 0lbr, 5lbr, dan 8 lbr dengan kedalaman tiap lbr = 50 cm dengan pipa pvc ukuran 2inch (5lbr/4m2 ), kemudian pada lahan tersebut disirami air secara perlahan sebanyak 20 liter, lalu diukur dengan stopwatch berapa lama air tergenang dengan ukuran detik/menit/jam pada masing-masing perlakuan, Mahasiswa peserta mengulangi perlakuan ini sebanyak tigakali pada masing-masing lahan perlakuan. Sebelum perlakuan dilakukan , terlebih dahulu diukur kelembaban tanah, untuk memperoleh kelembaban tanah yang sama, karena kelembaban ini akan mempengaruhi titik jenuh air tanah. Hasil pelaksanaan pelatihan memberikan kesadaran pada mahasiswa yang mengikuti pelatihan dan diajak untuk sadar dan peduli terhadap keselamatan lingkungan Danau Tondano sebagai sumber utama air bersih di minahasa khususnya Kota Manado serta permukiman penduduk. Mahasiswa yang mengikuti pelatihan dan penyuluhan dapat mengerti dan melakukan bagaimana cara mitigasi banjir dan sedimentasi melalui pembuatan lubang biopori. Mahasiswa yang ikut pelatihan mengerti bahwa ternyata sampah organic dapat bernilai ekonomi dan berguna bagi mereka, tiap lubang biopori menghasilkan pupuk kompos seberat ratarata 250 gram (250 g/lbr). Mahasiswa peserta pelatihan melihat secara nyata bahwa semakin banyak LBR semakin kurang aliran air permukaan. Mahasiswa mengetahui bahwa salah satu penyebab banjir dan pendangkalan danau tondano adalah besarnya volume aliran air permukaan dan erosi permukaan lahan pada saat curah hujan tinggi. Mahasiswa dapat melakukan pembuatan lubang resapan biopori dan sekaligus melakukan pengomposan bahan-bahan organic limbah pertanian di lingkungan kampus dan di lingkungan tempat tinggal mereka. Kata kunci: mitigasi banjir, lubang resapan biopori, pengomposan, teknik biopori
84
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 IPTEK BAGI MASYARAKAT (IBM) DESA WONOSARI YANG MENGALAMI MASALAH AIR BERSIH UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA Sabani1*, Rudi Munzirwan2, Ratu Evina Dibyantini2, Makharany Dalimunthe2 1
2
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan Jurusan Kimia, FMIPA Unimed, Jl. Willem Iskandar Psr.V Medan Estate * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Tujuan yang menjadi target luaran dalam kegiatan IbM ini adalah: 1) Meningkatnya pengetahuan dan wawasan masyarakat dusun IV dan VI Desa Wonosari tentang parameter air bersih yang layak digunakan untuk air minum, mandi dan mencuci, 2) Meningkatnya keetrampilan masyarakat tentang teknik dan cara penjernihan air yang tidak layak menjadi air yang layak digunakan untuk sumber air minum dan kegiatan lainnya, 3) Metode dan teknologi serta alat penjernihan air yang aman, mudah dan terjangkau oleh masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, tahapan kegiatan yang telah dilakukan meliputi kegiatan penyuluhan dan pelatihan tentang teknologi tepat guna untuk mengolah air tidak layak pakai menjadi air layak pakai. Proses penjernihan air dilakukan melalui tahapan oksidasi dan dilanjutkan proses filterisasi. Media filter yang digunakan terdiri dari pasir aktif, arang aktif, manganese zeolit dan ferrolite dengan komposisi bervariatif disesuaikan dengan kualitas air sumur mitra. Hasil yang telah dicapai dalam kegiatan ini yaitu: 1) Masyarakat mitra telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang teknologi penjernihan air bersih skala rumah tangga. 2) Masyarakat dusun IV dan VI desa Wonosari telah dapat membuat alat penjernihan air yang tidak/kurang layak menjadi air layak pakai secara sederhana, aman, mudah dan murah. 3) Masyarakat telah dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga dan sumber air minum sendiri. Kata Kunci: Air bersih, Teknologi tepat guna (TTG), pelatihan. PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia, maka ketika kebutuhan akan air tidak terpenuhi secara baik akan berdampak pada kehidupan sosial dan kesehatan. Sementara sampai saat ini pengadaan air bersih di Indonesia dalam skala besar yang dikelola oleh Perusahaan Air Minum (PAM) masih terpusat untuk daerah perkotaan saja. Untuk daerah yang belum mendapat aliran air PAM, umumnya masyarakat tersebut masih menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya sebagai sumber air minum dan untuk kegiatan mandi, mencuci dan lainnya. Data statistik Nasional menunjukkan bahwa banyak rumah tangga yang menggunakan sumber air minum dari PAM sebesar 16,08%, menggunakan air sumur (dengan atau tanpa pompa) mencapai 61.53%, dan sisanya menggunakan air hujan, air sungai dan air mata air. Namun permasalahan yang sering timbul adalah bahwa kualitas air tanah maupun air sungai yang digunakan oleh masyarakat tidak atau belum memenuhi standart atau syarat sebagai sumber air minum, bahkan untuk beberapa daerah pada kondisi yang cukup parah air tersebut juga tidak layak untuk digunakan untuk keperluan mandi, mencuci dan kegiatan rumah tangga lainnya. Air yang layak digunakan baik sebagai sumber air minum atau untuk mencuci, memasak dan lainnya harus memenuhi persyaratan tertentu yaitu persyaratan fisis, kimiawi, dan bakteriologis. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standart kualitas tersebut akan berdampak pada gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat maupun tidak langsung secara perlahan (Said, N.I dan Wahjono, H.D, 1999). Oleh karena itu salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengolah air tanah atau air sumur sehingga akan didapatkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan. Penjernihan air yang dimaksud bertujuan untuk meningkatkan kualitas air sumur atau air tanah baik secara fisis, kimia dan biologis sehingga dapat digunakan sebagai sumber air minum dan kegiatan rumah tangga lainnya. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen kuat untuk mencapai Millenium DevelopmentGoals (MDGs), yaitu menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi. Terkait dengan upaya pencapaian target di atas pemerintah berusaha memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional (Praptiwi, H.E., 2011). Namun sampai saat ini sekitar 60% lebih masayarakat indonesia masih menggunakan air tanah/air sumur sebagai sumber air baik untuk minum, memasak, mandi dan mencuci. Sementara itu sebagain besar dari air sumur atau air tanah yang digunakan oleh masyarakat tidak atau belum memenuhi kualitas yang dipersyaratkan. Air tanah
85
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 dan atau air sumur sering mengandung zat besi (Fe) dan Mangan (Mg) dalam kuantitas yang cukup besar. Adanya kandungan Fe dan Mg dalam air menyebabkan air tersebut berubah menjadi kuning keruh sampai coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara dan sinar matahari. Selain dapat menggangu kesehatan juga menimbulkan bau yang tidak enak dan meninggalkan bercak kuning pada dinding dan pakaian. Berdasarkan PP no. 20 tahun 1990 kadar Fe dalam air maksimum yang diperbolehkan adalah 0,3mg/L, dan kadar Mg dalam air minum adalah 0,1 mg/L. Permasalahan yang sama yang juga dialami oleh masyarakat Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa, khusunya di dusun IV dan VI. Berdasarkan hasil pengamatan tim, air sumur yang digunakan oleh masyarakat yaitu berwarna kuning keruh, berbau dan berminyak. Hal ini diasumsikan sebagaiman telah disebutkan sebelumnya yaitu air memiliki kandungan besi (Fe) serta mangan (Mg) tinggi, mengandung kesadahan tinggi. Sumber pencemar lain diduga dapat berasal dari pembuangan beberapa limbah pabrik/industri yang berada dekat dengan desa tersebut. Secara fisis air tersebut belum layak untuk dipakai mencuci, mandi dan memasak. Dari hasil wawancara tim, dengan kelompok masyarakat di dusun IV dan VI desa Wonosari diperoleh bahwa belum ada pemasok air bersih seperti perusahaan daerah air minum (PDAM). Hal ini dikarenakan letak geografis dusun IV dan VI yang dikelilingi oleh lahan pertanian (sawah) selain itu luas tanah dan rumah yang tidak teratur sehingga menyulitkan pemasangan instalasi pipa. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat dusun IV dan VI desa Wonosari perlu untuk diberikan tambahan pengetahuan tentang teknologi tepat guna untuk penjernihan air yang tidak memenuhi standart menjadi air bersih yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga. Hal ini sejalan dengan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) pemerintah Indonesia, dimana 80 % masyarakat sudah memiliki akses terhadap air bersih. METODE PELAKSANAAN Masalah prioritas dan mendesak untuk segera diatasi di dusun IV dan VI dalam penyediaan air bersih adalah: 1. Masyarakat belum memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kualitas air bersih dan layak untuk digunakan baik sebagai sumber air minum dan untuk kegiatan lainnya. 2. Masyarakat belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang teknologi penjernihan air bersih skala rumah tangga. 3. Masyarakat memerlukan tambahan pengetahuan untuk mengolah air yang kurang layak agar menjadi air yang layak digunakan untuk keperluan rumah tangga dan sumber air minum. 4. Masyarakat memerlukan teknologi sederhana mengolah air kurang layak agar menjadi air yang layak digunakan untuk keperluan rumah tangga dan sebagai sumber air minum. Berdasarkan permasalahan tersebut maka masyarakat di Dusun IV dan VI Desa Wonosari sangat perlu untuk diberikan penyuluhan dan pelatihan dalam mengatasi permasalahan ketidaktersediaan air bersih untuk keperluan rumah tangga. Metode pelaksanaan program dilakukan dengan metode pendekatan yaitu dengan membangun kemitraan antara tim pengusul dengan pemerintahan desa dan masyarakat di dusun IV dan VI Desa Wonosari. Metode pendekatan yang akan digunakan berupa penyuluhan, pelatihan dan kegiatan pendampingan. Untuk pencapain tersebut maka metode pendekatan yang ditawarkan untuk meyelesaikan permasalahan prioritas kedua mitra adalah: Menjalin Kerjasama Tim Pelaksana dan LPM UNIMED dengan Pemerintahan daerah setempat ( Kepala Desa ) dan Kelompok Masyarakat “Dusun IV” dan “Dusun VI” Dusun Desa Wonosari untuk perijinan dan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan program. Penyuluhan dan Pelatihan Kedua Mitra Kelompok Masyarakat “Dusun IV” dan “Dusun VI” Desa Wonosari tentang air bersih dan teknologi proses atau cara mengolah air yang tidak layak menjadi air yang layak sebagai sumber air minum dan untuk keperluan rumah tangga. Penyuluhan ini diberikan kepada masing-masing 5 orang kader dari kelompok mitra untuk efisiensi dan intensitas pelaksanaan program. Pelaksanaan Workshop terhadap 5 orang kader dari masing-masing mitra Kelompok Masyarakat “Dusun IV” dan “Dusun VI” Desa Wonosari dalam proses perakitan alat dan media penyaring air skala rumah tangga Penyuluhan dan pelatihan 5 orang kader dari masing-masing mitra Kelompok Masyarakat “Dusun IV” dan “Dusun VI” Desa Wonosari tentang tata cara penggunaan dan pengaplikasian alat penyaring air skala rumah tangga dan cara perawatannya.
86
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Memberikan motivasi pada kader Kelompok Masyarakat “Dusun IV” dan “Dusun VI” Desa Wonosari untuk membuat dan menggunakan alat penyaring air skala rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan air bersih baik sebagai sumber air minum ataupun untuk kegiatan rumah tangga lainnya.
Gambar 1. Keterkaitan instansi dalam kegiatan IbM dan dampak kegiatan yang diharapkan HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pelaksaan kegiatan IbM tahap awal yang dilakukan yaitu dengan menjalin kemitraan yang baik dengan pmerintahan Desa dan kelompok mitra. Untuk itu, Tim pelaksana terlebih dahulu melakukan proses perizinan kegiatan IbM. Ketua bersama dengan anggota Tim pelaksana dan mahasiswa melakukan kunjungan ke Kantor kepala Desa Wonosari. Dalam kunjungan ini dilakukan diskusi dan kesepakatan tentang pelaksanaan kegiatan program. Pemerintahan desa Wonosari sangat mendukung dan mengapresiasi program IbM ini, dukungan yang diberikan berupa ijin pelaksanaan kegiatan dan kemudahan dalam proses administrasi. Tahapan pelaksanaan kegiatan IbM di uraikan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Sosialisasi Kegiatan IbM Pelaksanaan sosialisasi kegiatan IbM dilaksanakan di dusun VI desa Wonosari. Pada waktu kegiatan sosialisasi, pihak-pihak yang hadir adalah dari pemerintahan yang diwakili oleh Kepala Dusun IV dan Kepala Dusun VI sedangkan dari Pihak Unimed dihadiri oleh STAF LPM Unimed, serta diramaikan oleh masyarakat kelompok mitra Dusun IV dan VI desaWonosari. Dalam kegiatan sosialisai ini Tim pelaksana menyampaikan program IbM, tujuan kegiatan IbM, target dan luaran (out put) yang akan dicapai dalam kegiatan IbM, serta untuk mencapai tujuan kegiatan peningkatan pengetahuan masyarakat mitra, Tim pelaksana melakukan penjelasan kepada masyarakat tentang pentingnya air bersih untuk kebutuhan rumah tangga terutama untuk kebutuhan air minum, parameter- parameter standart kualitas air bersih yang layak digunakan berdasarkan Permenkes no. 492 tahun 2010.
87
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
a.
b.
c.
Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Minum (Permenkes No. 492 Tahun 2010) Kadar maksimum Jenis Parameter Satuan Yang diperbolehkan Parameter Fisik 1. Bau Tidak berbau 2. Warna 15 TCU 3. Total zat terlarut (TDS) 500 Mg/l 4. Kekeruhan 5 NTU 5. Rasa Tidak berasa o C 6. Suhu Suhu udara ± 3 Parameter Kimiawi mg/l 1. Aluminium 0,2 mg/l 2. Besi 0,3 mg/l 3. Kesadahan 500 mg/l 4. Khlorida 250 mg/l 5. Mangan 0,4 mg/l 6. pH 6,5 – 8,5 Parameter Mikrobiologi Jumlah per 1. E. Coli 0 100 ml sampel Jumlah per 2. Total Bakteri Koliform 0 100 ml sampel
Gambar 2. Kegiatan Sosialisasi IbM, Ketua Tim memberikan materi dan penjelasan tentang air bersih, serta foto bersama dengan Tim IbM, Staf LPM Unimed dan masyrakat mitra. Parameter-parameter fisika merupakan pengujian indikator awal yang dapat dijadikan indikator dalam penentuan kualitas air, selanjutnya memberikan penjelasan beberapa dampak penggunaan air tidak layak baik sebagai sumber air minum maupun untuk kebutuhan rumah tangga lainnya terhadap kesehatan. Tim pelaksana juga memberikan motivasi kepada masyarakat mitra untuk peningkatan kualitas hidup dengan penggunaan air bersih baik untuk sumber air minum, sanitasi dan keperluan rumah tangga lainnya. Dengan demikian masyarakat mitra akan memiliki pengetahuan tentang manfaat dari air yang layak untuk dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga sehingga akan mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif seperti yang tercantum dalam peraturan pemerintah nomor 122 tahun 2015. Selain penjelasan tentang kebutuhan akan air bersih dan dan bahaya mengkonsumsi air yang tidak layak pakai, pada kegiatan sosialisasi Tim pelaksana juga menjelaskan bagaimana tentang teknik dan metode penjernihan air yang tidak layak menjadi air yang layak untuk digunakan dalam kebutuhan rumah tangga.
88
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Selain itu dijelaskan juga tentang rancangan alat TTG penjernihan air dan media filter yang digunakan serta fungsinya masing-masing. Hasil yang telah dicapai dalam kegiatan sosialisasi ini adalah: 1. Masyarakat telah memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kualitas air bersih dan layak untuk digunakan baik sebagai sumber air minum dan untuk kegiatan rumah tangga lainnya. 2. Masyarakat telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang cara membuat teknologi penjernihan air bersih pada skala rumah tangga. Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan sosialisasi IbM ini adalah sebagai berikut: 1) Persentase jumlah perserta yang hadir pada kegiatan > 95%, 2) Minat dan antusiasme masyarakat mitra tergolong sangat besar pada saat kegiatan, hal ini terlihat dari beberapa proses tanya jawab dan sesi diskusi yang terjadi di sela-sela pemaparan dan penjelasan materi. 3) Terciptanya komunikasi yang baik dari masingmasing anggota masyarakat mitra bersama dengan Tim pelaksana kegiatan dengan sharing pengalaman dan curah pendapat. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan sosialisasi IbM di Dusun IV dan VI desa Wonosari berjalan dengan baik dan lancar. 2. Pelatihan Penjernihan air Bersih Kegiatan pelatihan penjernihan air bersih dilakukan pada hari yang sama dengan kegiatan sosialisasi, hal ini dilakukan untuk mengefisiensi waktu kegiatan karena waktu masyrakat untuk berkumpul dan tim Pelaksana harus dapat disesuaikan. Kegiatan pelatihan yang dilakukan adalah bimbingan langsung dalam merakit dan menggunakan tabung filter air yang akan digunakan dalam proses penjernihan air sumur masyarakat mitra. Adapun tujuan kegiatan pelatihan ini adalah 1) untuk meningkatkan keterampilan masyarakat tentang metode dan teknologi dalam perakitan alat untuk mengolah air bersih skala rumah tangga dan, 2) untuk menghasilkan air bersih sebagai kebutuhan air minum dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka dilakukan pelatihan dan penerapan teknologi tepat guna untuk mengolah air tidak layak pakai menjadi air layak pakai dalam skala rumah tangga sebagai sumber kebutuhan air minum dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Teknik penjernihan air yang diberikan dalam kegiatan pelatihan IbM ini meliputi 2 tahap yaitu; 1) Proses oksidasi ion Besi (II) oleh oksigen dari udara yang terlarut dalam air sehingga dihasilkan koloid yang mudah mengendap kebagian dasar bak yang ditampung dalam bak penampungan, 2) Proses filterisasi atau penyaringan air untuk menghilangkan warna dan bau air. Dijelaskan juga prinsip penjernihan air untuk adsorpsi dan penukaran ion. Dimana dalam pelatihan ini digunakan Pasir aktif, Manganese dan zeolit alam yang berfungsi sebagai adsorben (penyerap) karena memiliki pori-pori dan gugus-gugus yang bermuatan negatif. Mangan zeolit yang digunakan juga berfungsi sebagai penukar kation yang dapat mengikat logam-logam berat seperti Pb(II), Fe(III), dan Cu(II), dan juga dapat mengikat kation dan anion yang menyebabkan terjadinya kesadahan air yakni Ca2+ dan Mg2+ yang dapat terlarut dalam air.
Gambar 3. Pelaksanaan Pelatihan Penggunaan material/penyususnan media filter (Bahan Pengisi) yang dilakukan oleh mitra dan didampingi tim pelaksana
89
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Disamping itu bahan arang aktif dalam alat penyaringan berfungsi sebagai zat pengabsorpsi warna dan bau. Dengan penggunaan teknologi sederhana ini diharapkan proses penyaringan air akan menghasilkan air yang memenuhi standart kesehatan yang padat digunakan sebagai sumber kebutuhan air minum dan kebutuhan rumah tanggan lainnya. Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan ini didampingi oleh Tim dari LPM Unimed yang berperan sebagai pemantau jalannya kegiatan. Tim pelaksana yang berperan sebagai instruktur dan mahasiswa sebagai fasilitator memberikan pelatihan dengan penuh semangat dengan harapan masyrakat dapat mengikuti dan memanfaatkan alat yang akan dirakit dengan sebaik-baiknya. Pelaksanaan pelatihan diikuti oleh masyarakat mitra, dengan semangat, aktif dan cermat mereka memperhatikan dan mengamati teknik dan cara-cara yang diperagakan oleh tim pelaksana dalam proses perakitan tabung filter air dan penyusunan media filter yang digunakan.
. Gambar 4. Penampang bahan filter yang digunakan Penyusunan bahan filter didasarkan pada kondisi air sumur masyarakat mitra dimana air yang berada di dusun IV dan VI berwarna kuning keruh dan berminyak. Komposisi media filter yang digunakan untuk mengatasi permasalahan air kedua dusun tersebut adalah komposisi media campuran yaitu dengan dengan mevariasikan banyaknya karbon aktif dan selebihnya adalah bahan ferrolite, manganenese zeolit dan pasir aktif sesuai dengan kadar kekeruhan dan kadar minyak yang terkandung dalam air. Kegiatan selanjutnya yaitu mengaplikasikan alat filter yang telah dirakit ke beberapa titik sumur masyarakat mitra dengan dipandu oleh tim, dan alat diinstalasi di rumah masyrakat mitra.
Gambar 5. Kegiatan Instalasi tabung filter air di beberapa titik sumur kelompok mitra
90
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
Dari hasil penjernihan air yang telah dilakukan setelah alat diinstalasi di rumah masyarakat mitra, diperoleh hasil yang diharapkan oleh masyrakat yaitu air yang semula kuning keruh, berminyak dan berbau, setelah difilter dengan alat penjernih air menghasilkan air yang jernih, tidak berminyak dan tidak berrbau.
Sebelum Aplikasi TTG
Setelah Aplikasi TTG
Gambar 6. kondisi Air sebelum dan sesudah penggunaan alat TTG Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan telah dicapai pemahaman dan keterampilan masyrakat mitra sebagai berikut: a) Masyarakat dusun IV dan VI desa Wonosari kabupaten Deliserdang telah dapat membuat alat penjernihan air yang tidak/kurang layak menjadi air layak pakai secara sederhana, aman, mudah dan murah. b) Masyarakat telah dapat membuat dan mengunakan alat penjernihan air (tabung filter air) skala rumah tangga dirumah masing-masing. c) Masyarakat telah dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga dan sumber air minum di rumah sendiri. 3. Kegiatan Pendampingan dan monitoring Pendampingan dan monitoring dalam program IbM ini dilakukan oleh Tim pelaksana dengan tujuan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah melihat penggunaan tabung filter yang telah digunakan oleh masyrakat mitra dan mengevaluasi kemampuan kerja tabung filter air serta berdiskusi terkait dengan masalah-masalah yang dialami oleh mitra. Dari hasil pendampingan dan monitoring melalui wawancara dengan masyarakat mitra diperoleh informasi bahwa kondisi tabung filter air yang telah digunakan oleh mitra secara umum masih dalam kondisi baik. Namun terdapat juga tabung filter air di satu titik sumur mitra yang mengalami penurunan kinerja. Hal in dapat diamati dari penampakan fisik air hasil saringan dalam kondisi masih keruh (berkabut) namun tidak menunjukkan aroma/bau. Dalam mengatasi masalah yang meuncul tim pelaksana kembali memberikan bimbingan dan praktek langsung dalam proses pemeliharaan dan perawatan tabung filter. Proses yang dilakukan ada tiga tahapan yaitu melakukan backwash, drain, dan operasional/filter, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Proses backwash adalah proses pencucian media filter air, dimana fungsinya adalah selain membersihkan media filter proses backwash juga akan menggemburkan bahan-bahan pada media filter sehingga akan kembali berfungsi secara maksimal. Proses backwash harus dilakukan secara berkala antara 2 hari sekali sampai 1 minggu sekali tergantung frekuensi pemakaian filterisasi dan kondisi Air Baku. 2) Proses drain adalah proses yang dilakukan setelah melakukan proses backwash, proses drain ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kotoran yang berada pada filter selama proses backwash berlangsung. Proses drain juga berfungsi untuk mengontrol kondisi air di dalam filter apakah sudah benarbenar bersih untuk disalurkan pada jalur distribusi air bersih. 3) Operasional/filter merupakan proses terakhir dimana yang dilakukan pada alat untuk menjernihkan air.
91
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Dengan adanya kegiatan IbM yang dilakukan di dusun IV dan dusun VI desa Wonosari Kabupaten Deliserdang diperoleh manfaat bagi kelompok mitra pada saat kegiatan berlangsung dan setelah kegiatan dilakukan. a. Manfaat ketika kegiatan Program IbM berlangsung : - Meningkatkan pemahaman dan wawasan masyarakat dusun IV dan dusun VI desa Wonosari Kabupaten Deliserdang tentang air bersih yang baik dan layak digunakan serta dampak penggunaan air yang tidak bersih dan tidak layak untuk dikonsumsi. - Meningkatkan keterampilan masyarakat dusun IV dan dusun VI desa Wonosari Kabupaten Deliserdang untuk mengolah air yang tidak layak menjadi air yang layak pakai dengan menggunakan bahan-bahan penjernih air, cara merakit alat serta pemeliharaan dan perawatan alat penjernih air. b. Manfaat setelah kegiatan Program IbM berlangsung : - Masyarakat dusun IV dan dusun VI desa Wonosari Kabupaten Deliserdang mampu membuat alat penjernih air secara sederhana dan murah. - Masyarakat dusun IV dan dusun VI desa Wonosari Kabupaten Deliserdang dapat memanfaatkan alat penjernihan air bersih secara berkelanjutan di rumah. - Masyarakat dusun IV dan dusun VI desa Wonosari Kabupaten Deliserdang dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk kebutuhan air minum dan kebutuhan rumah tangga lainnya KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil pelaksanaan IbM di desa Wonosari Kabupaten Deliserdang, dapat disimpulkan bahwa: 1) Kegiatan IbM di Desa Wonosari Kabupaten Deliserdang meningkatkan Pemahaman dan Pengetahuan masyarakat Dusun IV dan VI tentang pentingya penggunaan air bersih dan dampak penggunaan air yang tidak layak digunakan untuk air minum dan kebutuhan rumah tangga. 2). Masyarakat telah dapat membuat dan memelihara alat penjernih air sederhana yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, dan 3). Masyarakat dapat menikmati air bersih untuk kebutuhan air minum dan kebutuhan rumah tangga lainnya. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih kepada DRPM Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas pemberian dana hibah yang diberikan untuk kegiatan IbM ini, dan ucapan terimakasih kepada LPM Unimed yang telah memfasilitasi kegiatan sehingga kegiatan terlaksana sesuai jadwal yang telah ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Praptiwi, H.E., 2011, Program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (pamsimas) dalam mengubah perilaku masyarakat dalam rangka penurunan diare di kabupaten temanggung, tesis, Program Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP, Semarang. Said, N.I dan Wahjono, H.D, 1999, Cara Penjernihan air Sumur Untuk Kebutuhan Air Minum, Kelompok Teknologi Penjernihan air Bersih dan Limbah Cair, Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. UNICEF Indonesia, 2012, Ringkasan Kajian: Air Bersih, Sanitasi dan Kebersihan, United for Children, Unicef. Unicef Indonesia, - Pusat Media - Hari Air Sedunia 2014 Akses terhadap air bersih di Indonesia masih tertinggal.html, diakses tanggal 23 maret tahun 2015, jam 22.30.
92
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
IBM PENGOLAHAN AIR BERSIH DI DESA SUKAJADI Hafni Indriati Nasution, Ahmad Nasir Pulungan, Ani Sutiani, Feri Andi Syuhada Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr.V Medan Estate, Medan Penulis Korespondensi:
[email protected]
ABSTRAK Kegiatan pengabdian IbM Pengolahan Air Bersih di Desa Sukajadi bertujuan untuk: 1) meningkatkan pengetahuan kelompok masyarakat tentang air bersih dan budaya hidup bersih, 2) Memberikan keterampilan masyarakat tentang metode dan teknologi dalam proses pengolah air bersih skala rumah tangga. Untuk mencapai tujuan tersebut maka telah dilakukan kegiatan pelatihan berupa penyuluhan, pelatihan/workshop, dan penerapan teknologi tepat guna untuk mengolah air tidak layak pakai menjadi air layak pakai dalam skala rumah tangga. Teknik pengolahan air yang diberikan dalam kegiatan IbM ini meliputi 2 tahap yaitu; 1) Proses oksidasi ion Besi (II) oleh oksigen dari udara yang terlarut dalam air sehingga dihasilkan koloid yang mudah mengendap kebagian dasar bak yang dilakukan dalam bak penampungan, dilanjutkan 2) Proses penyaring air untuk menghilangkan warna dan bau dengan media filter yang terdiri dari arang aktif, pasir aktif, ferrolite, dan manganese zeolit. Hasil yang telah dicapai dalam kegiatan ini adalah: 1) Meningkatnya pengetahuan kader dari mitra tentang pentinganya Air bersih bagi kesehatan, 2) Anggota kader dari kelompok mitra telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam teknik dan metode pengolahan air yang tidak layak menjadi air yang layak digunakan untuk keperluan rumah tangga. Kata Kunci: penyuluhan, workshop, air bersih, media filter
93
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI AIR SENI SAPI UNTUK MENUNJANG PERTANIAN TANPA LIMBAH DI KABUPATEN BONDOWOSO Zahratul Jannah AR1*, Heru Harsono2 2
1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang, Malang Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang * Penulis Korespondensi:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah memberdayakan petani guna meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan pupuk organik cair dengan memanfaatkan kearifan lokal. Dengan tema Pertanian Tanpa Limbah Untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem. Kegiatan ini memanfaatkan limbah peternakan yaitu kotoran cair sapi. Metode yang digunakan adalah ceramah, demonstrasi, tanya jawab, pelatihan dan kerja praktek. Hasil yang dicapai dalam kegiatan ini dihasilkannya POC dengan kapasitas produksi 3.000 liter/hari dan terbangunnya Pabrik Pupuk Organik Cair. Hasil analisis kandungan kimia POC adalah C-organik 0,62%; pH 9,48; N 4,30%; P2O5 0,77%; K2O 0,53% dan Fe total 45,74 ppm. POC ini diaplikasikan pada tanah pertanian, batang tanaman, daun atau bunga tanaman dengan cara menyemprotkan dan pertumbuhan tanaman relatif cepat. Kata Kunci: pupuk organik cair, air seni sapi, pertanian, limbah, keseimbangan ekosistem PENDAHULUAN Usaha mempercepat pembangunan ekonomi daerah dapat dilakukan dengan memadukan kekuatan semua sumber daya alam yang dimiliki. Potensi yang dapat dikembangkan secara optimal, adalah; pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan, perdagangan dan jasa keuangan, industri pengolahan dan wisata dengan membangun pusat-pusat kawasan strategis. Potensi sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang dikembangkan di Kabupaten Bondowoso mempunyai program prioritas yang mengembangkan potensi pertanian, dituangkan dalam Peraturan Bupati No. 14 Tahun 2013 dengan gerakan BOTANIK yaitu Bondowoso Pertanian Organik [1]. Pemerintah Kabupaten Bondowoso masih sangat membutuhkan kerja sama dari beberapa pihak terutama Perguruan Tinggi untuk pemanfaatan teknologi dan pendampingan. Salah satunya adalah Politeknik Negeri Malang. Politeknik Negeri Malang sebagai penerima Hibah Hi Link Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Dengan sinergi antar Jurusan di Politeknik Negeri Malang terutama Jurusan Teknik Mesin sebagai penghasil mesin-mesin dan Jurusan Teknik Kimia dapat membantu Pemerintah Kabupaten Bondowoso mewujudkan harapan mempunyai Industri Pupuk Organik dan Laboratorium Alam berbasis kearifan lokal dan teknologi. Dari kerja sama ini terwujud suatu usaha berupa pemberdayaan Kelompok Tani “Karya Tani 2” melalui Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memproduksi Pupuk Organik Cair dari air seni sapi dengan kapasitas 3.000 liter per hari. METODE Metode yang digunakan adalah pelatihan, ceramah, demonstrasi dan tanya jawab. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah : a) Ceramah digunakan untuk menyampaikan pengetahuan secara umum tentang pupuk organik. b) Demonstrasi digunakan untuk memberikan keterampilan langsung tentang pembuatan Pupuk Organik Cair c) Tanya jawab digunakan untuk melengkapi segala sesuau yang belum tercakup dalam ceramah dan demonstrasi. d) Pelatihan pembuatan Pupuk Organik Cair e) Kerja Praktek
94
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair Bahan-bahan yang digunakan air seni sapi, gula merah dan MOL. Proses pembuatannya adalah gula merah direbus dengan 2 liter air, kemudian tambahkan MOL induk dan diamkan selama 24 jam. Kencing sapi disalurkan melalui saluran yang sudah disemprot dengan MOL. Saluran dilengkapi semacam bak kontrol untuk pengendapan kotoran padat agar tidak masuk ke dalam tabung fermentor. Jumlah tabung fermentor sebanyak 8 buah yang dilengkapi dengan aerator. Sebelum masuk kedalam fermentor terlebih dahulu melalui pompa yang dilengkapi dengan penyaring. Proses aerasi dimaksudkan untuk mengurangi gas amoniak yang berlebihan. Setiap penggunaan 40 liter dari tabung yang terakhir, masukkan campuran gula merah dan Mol tersebut. POC siap digunakan. Hasil analisis kandungan kimia POC ditampilkan dalam Tabel 1 Parameter C-organik N pH Kadar N total Kadar P2O5 Kadar K2O Kadar Fe total
Tabel 1.Hasil Pengujian Pupuk Organik Padat (POP) Hasil Metode 0,62 % Metode Spectrophptpmeter, Metode Walkley-Black 4,30 % Destilasi Kjeldhal 9,48 pH meter 0,85% Kjeldhal, Titrimetri 0,77% Oksidasi Basah (HNO3+HClO4) ,AAS, Spectrophotometry 0,53% Oksidasi Basa (HNO3+HClO4), AAS 45,74 ppm Oksidasi Basa (HNO3+HClO4), AAS
MOL yang berfungsi sebagai bio aktifator merupakan cairan yang banyak menganung mikroba. Mikroba yang berkembang biak dengan media molase tersebut mampu mengurai unsur unsur hara yang mati suri karena mengalami kejenuhan. Sebagaimana diketahui bahwa bahan organik mampu memperbaiki kesuburan tanah secara fisik, biologi maupun kimia. Secara fisik, memperbaiki struktur tanah, menjadi remah/gembur sehingga perkembangan akar tanaman optimal dan aerasi udara berjalan lancar. Bahan organik memiliki kemampuan mengikat air (water holding capacity) yang tinggi sehingga dapat mengurangi dampak kekeringan bagi tanaman. Meningkatkan kemantapan struktur tanah, sehingga dapat mengurangi erosi tanah permukaan (splash erosion). Permeabilitas dan infiltrasi tanah meningkat sehingga menghindari terjadinya genangan dipermukaan tanah pada waktu hujan [3,6]. Bahan organik merupakan sumber energi bagi organisme tanah, sehingga aktivitas organisme tanah meningkat. Meningkatkan populasi organisme saprofit dalam tanah dan menekan pertumbuhan organisme parasit bagi tanaman. Mempercepat proses siklus perombahan hara dalam tanah (misalnya siklus hara Nitrogen, siklus Belerang) [3,6]. Bahan organik juga mampu memperbaiki sifat kimia tanah. Meningkatkan kadar unsur hara dalam tanah baik unsur makro maupun makro. Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah. Meningkatkan daya adsorbsi unsur hara tersedia dalam tanah sehingga tidak mudah tercuci (leaching) [3,6].
PH air Tekstur : Pasir (%) Debu(%) Liat (%) BO : C (%) N (%) C/N P2O5 (25 % HCl) P2O5 (As. Sitrat) P2O5 Olsen (ppm) K-dd KTK (cmol.kg-1 KB (%)
95
Tabel 2. Sifat Fisika-Kimia Tanah Sawah [4] Lapisan atas Lapisan Bawah 5,4 – 6,8 5,5 – 7,3 5 – 30 30 – 48 22 – 63 0.9 – 6.3 0,10 – 0,43 9,4 – 14,7 29 – 78 7,1 – 26,8 15 – 39 0,2 – 1,0 25,4 – 49,8 47,0 – 87,9
5 – 38 24 – 52 25 – 68 0.5 – 2.6 BOT (Andisol) 0.06 – 0.20 8,9 – 13,0 23 –80 7,2 – 15,5 9 – 3 (nd:ltsol, Andsl,Podzolik) 0,2 – 1,7 26,6 – 53,2 (nd : Podzolik) 50,0 – 89,0 (nd : Podzolik)
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Dalam implementasi lapangan kombinasi antara pupuk organik padat dan pupuk organik cair dapat dipadukan. Dengan memperhatikan waktu penyemprotan secara periodik dan konsisten. Penggunaan pupuk cair yang menganding mikroba dapat berfungsi sebagai bahan fermentasi untuk pakan ternak. Penggunaannya dengan penyemprotan kedalam makanan ternak yang berupa konsentrat. Hasil yang signifikan dapat menurunkan penggunaan pakan konsentrat sampai 40 % pada budidaya bebek, ikan lele, lobster, ayam potong dan penngemukan kambing. Sementara pada tanaman hias dapat mempercepat pertumbuhan bunga pada tanaman anggrek. Meningkatkan pertumbuhan buah pisang dengan masa panen yang lebih pendek, juga jenis tanaman hortikultura seperti berbagai jenis sawi dan lettus. 3. Simpulan Peningkatan hasil produksi pertanian yang signifikan menggambarkan beberapa kesimpula sebagai berikut: a. Kandungan bahan organik MOL yang dicampur dengan fermentasi air seni sapi dapat meningkatkan produk hasil pertanian. b. Pemanfaatan limbah peternakan menjadi bahan organik sebagai bio aktifator dan limbah pertanian yang terfermentasi menjadi pakan ternak sehingga menjaga keseimbangan ekosistem. Daftar Pustaka [1] Pemerintah Kabupaten Bondowoso, 2014. Peraturan Daerah kabupaten Bondowoso Nomor 1 Tahun 2014 Tanggal 10 Pebruari 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bondowoso Tahun 2014-2018. [2] Musnamar, E. I., 2009. Pupuk Organik : Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. [3] Gnanaprakasam A., Kannadasan T., Manoj Prasath K.V., Syed Ashif A. and Elangovan K, 2013. Production of Organic Fertilizer by Vermi-Composting Method. Research Journal of Chemical Sciences. Vol. 3(5), 89-92. [4] Tan, K.H., 1995. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta. [5] Adiningsih, S. 2004. Dinamika Hara Dalam Tanah dan Mekanisme Serapan Hara dalam Kaitannya dengan Sifat-Sifat Tanah dan Aplikasi Pupuk. LPI dan APPI. Jakarta. [6] Gupta, S. R. and Malik, V. 1996. Soil Ecology and Sustainability. Journal Tropic Ecology 37, 43-55. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang telah memberi dukungan dana Hibah Hi-Link terhadap pengabdian kepada masyarakat ini.
96
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK UNTUK PEMBUATAN PUPUK DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA Lazuardi1, Ajat Sudrajat2, Eddiyanto2, Nurfajriani2 1
Jurusan Biologi, 2Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan sebagai sumber bahan baku pembuatan pupuk organik harus dioptimalkan karena harga pupuk anorganik relatif mahal serta dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan secara terus-menerus. IbM Kelompok Tani dan Ternak Desa Setia Makmur bertujuan: 1) meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mitra dalam pemanfaatan dan pengolahan limbah organik menjadi pupuk yang bernilai komersil melalui penerapan IPTEK, 2) memberi solusi kepada mitra untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik dalam meningkatkan produksi pertanian, mengurangi biaya produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dari sub-sektor limbah organic. Dampak kegiatan 1) mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk anorganik dalam aktivitas pertanian, 2) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan mitra dalam pemanfaatan limbah organik menjadi pupuk ramah lingkungan dengan TTG, memotivasi mitra untuk membuka peluang usaha baru, 4) Peningkatan kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan mitra. 5)Tersedianya serangkaian alat pencacah limbah organik. Proses pembuatan pupuk organik dilakukan dengan metode fermentasi, bahan baku terdiri dari limbah jerami dan limbah kotoran padat (feses) sapi dengan menggunakan E,M4 dan stardex, sehingga dihasilkan produk pupuk organik berkualitas. Kata Kunci: Pupuk, Fermentasi, Limbah organik, TTG PENDAHULUAN Pupuk organik memiliki manfaat yang begitu besar yakni: menyuburkan tanaman (karena pupuk lebih mudah diserap oleh tanaman sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tanaman), menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, mengurangi dampak negatif limbah pertanian dan peternakan bagi lingkungan sekitar dan keunggulannya adalah mudah memproduksinya, efisien, tidak ada efek samping dan ramah lingkungan. Mahalnya harga pupuk juga dirasakan oleh Kelompok Tani Desa Setia Makmur Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan hasil survei di lapangan tingkat penghasilan penduduk masih rendah, karena rata-rata masih kurang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga perlu pelatihan ketrampilan agar penduduknya dapat meningkatkan pendapatan dengan membuka usaha sampingan baru berupa pemanfaatan dan pengolahan limbah pertanian dan peternakan yang potensinya cukup tersedia di lokasi Desa Setia Makmur menjadi pupuk organik. Jerami yang merupakan salah satu produk sampingan dari proses pemanenan dapat dijadikan sebagai bahan pupuk organik. Selama ini biasanya dibakar padahal proses pembakaran hanya meningkatkan unsur kalsiumnya saja, disamping itu proses pembakaran dapat mencemari lingkungan karena meningkatnya senyawa CO2, jika diolah menjadi pupuk organik dan dikembalikan lagi ke tanah secara bertahap maka unsur hara tanah akan bertambah dan dapat mengembalikan tingkat kesuburan tanah. Usaha budidaya ternak sapi menghasilkan limbah berupa kotoran ternak, sisa pakan ternak (potongan rumput dedaunan dan sejenisnya), biasanya pemanfaatannya langsung digunakan untuk pemupukan tanpa melalui proses pengolahan, karena kurangnya pemahaman mengenai nilai tambah pupuk organik dari kotoran ternak dan dampak yang ditimbulkan khususnya pencemaran lingkungan oleh kotoran ternak. Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan pengabdian ini adalah1) meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mitra dalam memanfaatkan dan mengolah limbah pertanian dan limbah peternakan menjadi pupuk organik bernilai ekonomis melalui penerapan IPTEK 2) memotivasi dan membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mitra. METODE Dalam kegiatan IbM ini metode pendekatan yang digunakan adalah metode penyuluhan, metode pelatihan produksi dengan demonstrasi dan praktek, pelatihan penggunaan alat dan pendampingan untuk mengubah
97
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 limbah yang selama ini terbuang menajadi bahan yang memberikan kontribusi keuntungan. Untuk pencapain tersebut maka metode yang peyelesaian permasalahan prioritas kedua mitra adalah: Menjalin Kerjasama Tim Pelaksana dan LPM UNIMED dengan Pemerintahan daerah setempat untuk kemudahan proses dilapangan, Penyuluhan dan Pelatihan Kelompok mitra tentang cara mengolah limbah jerami dan kotoran sapi menjadi pupuk organik melalui penerapan IPTEK. Penyuluhan ini diberikan kepada 6 orang kader dari kelompok mitra untuk efisiensi dan intensitas pelaksanaan program, cara pengemasan dan teknik-teknik pemasaran pupuk organik yang dihasilkan. Memberikan motivasi, pendampingan dan pembinaa pada kelompok mitra untuk memproduksi dan memasarkan pupuk organik dari limbah jerami dan kotoran sapi sebagai pengembangan usaha kecil dipedesaan untuk peningkatan kesejahteraan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan IbM Kelompok tani dan peternak di desa setia makmur untuk penanggulangan dan pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan menjadi pupuk organik telah dilaksanakan sesuai dengan surat perjanjian pelaksanaan kegiatan (SP2K) Nomor: 047/UN33.9/PM-DRPM/2016. Kegiatan IbM ini melibatkan 3 orang dosen dan 2 Mahasiswa. Perizinan Pelaksanaan Kegiatan. Hasil yang dicapai dari tahapan ini yaitu pemerintah Desa sangat mendukung kegiatan ini dan dari hasil diskusi bersama mitra kelompok juga telah disepakati secara bersama bahwa pelaksanaan IbM ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: 1) Kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan IbM, 2) Kegiatan pelatihan Pembuatan pupuk organic dari limbah ternak dan pertanian, 3) Monitoring dan aplikasi produk pupuk organik pada lahan pertanian (khusunya pada lahan persawahan), 4) Aplikasi dan produksi pupuk organik mandiri Mitra, 5) Evaluasi Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan IbM, telah dilaksanakan dengan hasil yang baik, beberapa indikator keberhasilahan pelaksanaan kegiatan yaitu: 1) Jumlah perserta yang hadir 100%, 2) Antusias anggota kader dari kedua mitra sangat aktif pada saat kegiatan, dapat dilihat dari beberapa proses tanya jawab dan diskusi yang terjadi di saat pemaparan dan penjelasan materi. 3) Terjalinnya komunikasi yang baik dari masing-masing anggota kader bersama dengan Tim pelaksana dan dengan nara sumber kegiatan melalui sharing pengalaman dan tukar pendapat. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan IbM di Dusun 16 Setia makmur telah dilaksanakan dengan hasil sangat baik. Pelaksanaan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik, dari limbah pertanian dan peternakan di dusun 16 setia makmur telah dilakukan. Tahapan kegiatan ini yaitu pengumpulan limbah-limbah pertanian dan feses dari sapi, proses pencacahan limbah pertanian, pencampuran bahan-bahan tersebut dengan bahan fermentor. Proses pengadukan dan fermentasi yang dilakukan oleh anggota kader kedua mitra secara bergantian sampai pada minggu kedua. Kegiatan pelatihan ini didampingi oleh Tim pelaksana yang berperan sebagai instruktur dan mahasiswa sebagai fasilitator. Pada kegiatan ini anggota kader dari kedua mitra juga sangat berperan aktif, dapat dilihat dari beberapa bahan / limbah yang telah disediakan oleh kelompok mitra. Pada kegaitan ini ketua kelompok mitra yaitu bapak Legiman dan Sutris berperan aktif selama proses dengan melakukan pendampingan dan pengawasan kader dari anggota kelompok mitra, sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pupuk organik yang dihasilkan dilakukan pengemasan dan siap untuk diaplikasikan pada lahan pertanian mitra. Aplikasi penggunaan Pupuk Organik Pada Lahan Pertanian, hasil yang telah dicapai dalam kegiatan pengaplikasian dan monitoring ini anggota kader dari kelompok mitra telah dapat mengaplikasikan pupuk organik pada lahan pertanian padi sawah secara baik, hal ini tampak dari padi yang diberi pupuk organik secara rutin setiap minggu sekali lebih hijau daunnya dan pertumbuhan lebih cepat tampak batang lebih tinggi dan jumlah anakan lebih banyak, pucuk daun juga tidak ditemukan bintik kering dan berlipat. Kegiatan ini juga dimonitoring oleh tim pelaksana dan bekerjasama dengan kelompok mitra. Dari hasil wawancara dan pengamatan tim pelaksana langsung ke lahan pertanian, hasil panen padi dari kelompok mitra tergolong baik, petani masih sangat untung karena dari sisi ekonomi petani kelompok mitra telah menekan biaya untuk pembelian pupuk kimia dan bahan pestisida lainnya Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa penggunaan pupuk organik pada lahan pertanian secara umum membantu petani untuk menekan biata produksi pertanian dan dengan hasil yang sama atau lebih tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan IbM di Dusun Setia Makmur mulai proses sosilaisasi, pelatihan dan pengaplikasian pupuk organik pada lahan pertanian berjalan baik dan telah dilakukan sesuai dengan jadwal dan tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang baik.
98
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
Gambar1.Bahan baku dan proses pencacahan dengan mesin pencacah limbah pertanian
Gambar 2. Proses pencacahan, pengomposan dan produk pupuk organik KESIMPULAN Pelaksanaan kegiatan IbM telah dilakukan dengan hasil yang baik sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditetapkan, mitra telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam memanfaatkan dan mengolah limbah peternakan dan pertanian menjadi pupuk organik dan telah dapat memproduksinya secara mandiri. Mitra sudah dapat mengaplikasikan pupuk organik yang dihasilkan pada lahan persawahan/ tanaman padi yang berdampak pada peningkatan hasil pertanian dan mengurangi beban biaya penggunaan pupuk kimia dan pestisida. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, (2006), Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Organik Fertilizer dan Biofertilizer, Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Chalimah, S., Anif, S. Rahayu, T. (2008), Pemanfaatan Pupuk Organik Kotoran Hewan dan Bioteknologi Cendawan Mikorrhiza Arbuskula (CMA) dalam Upaya Pelestarian Lingkungan dan Pengembangan Bibit Tanaman Pangan dan Buah, Laporan Penelitian, Jurusan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
99
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Kaharuddin dan Sukmawati, F.M., (2010), Petunjuk Praktis Managemen Umum Limbah Ternak Untuk Kompos dan Biogas, Kementerian Pertanian, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, NTB, Mataram. Purwendro. Setyo, (2009), Mengolah sampah Untuk Pupuk dan Pestisida Organik, Penebar Swadaya, Jakarta Rohendi. E, (2005), Lokakarya Sehari Pengelolaan sampah Pasar DKI Jakarta, Prosiding Bogor Sutanto, Rachman: (2009), Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan Pengembangannya). Sudiarto, B. (2008), Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan, Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bandung.52-60.
100
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 PENGOLAHAN KEONG MAS (POMACEA CANICULATA) SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN TERNAK IKAN MAS Anna Juniar1, Freddy Tua Musa Panggabean1,Idramsa2 dan Murniaty Simorangkir1 1
Jurusan Kimia, 2 Biologi FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan memberi solusi kepada mitra kelompok tani ikan mas mengatasi masalah tingginya harga pakan ikan dengan mengolah sendiri pakan ikan berbahan baku keong mas. Metode yang dilakukan adalah penyuluhan, pelatihan dan rekomendasi pemberian pakan buatan. Hasil kegiatan adalah 1) sebanyak 85% peserta kedua kelompok tani ikan telah memahami pemanfaatan keong mas sebagai bahan baku pakan ikan mas, 2) sebanyak 80 % peserta kedua kelompok tani ikan dapat membuat pakan ikan mas berbahan keong mas dengan teknologi sederhana dan mesin mekanik, 3) masyarakat kelompok tani ikan telah memberikan pakan buatan pada ikan mas di kolam pemeliharaan. Kata Kunci : Desa Bangun Rejo, pellet pakan ikan mas, keong mas. PENDAHULUAN Ikan mas merupakan jenis perikanana darat yang hidup di air tawar dan jenis ikan peliharaan, yang termasuk kelompok “ikan-ikan ekonomis“ karena mudah dipelihara dan diperbanyak serta dapat memberi keuntungan bagi para pengusahanya (Achjar dan Rismunandar, 1986). Desa Bangun Rejo, kecamatan T. Morawa, Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah penghasil ikan mas di daerah Sumatera Utara, yang lokasinya berjarak 35 Km dari Medan. Kelompok tani “Usaha” yang dipimpin oleh Joni Tarigan dan kelompok tani “Bersama” yang dipimpin oleh D.P. Karya Purba adalah dua kelompok tani ternak ikan mas yang berada di desa Bangun Rejo. Keuntungan yang diperoleh kedua kelompok tani ikan mas masih rendah, walaupun permintaan pasar cukup tinggi, disebabkan tingginya harga pakan ikan (pellet) komersil. Sekitar 60-70% biaya produksi ikan mas adalah untuk pembelian pakan ikan mas (pellet). Selain kolam perikanan ikan mas, di daerah Bangun Rejo juga terdapat banyak hama keong mas pada daerah persawahan maupun kolam. Menurut Pitojo (1966), pengendalian hama keong mas dengan cara teknis dan biologis aman bagi kesehatan manusia dan keong mas hasil tangkapan selanjutnya aman digunakan sebagai pakan ternak dan kandungan gizi protein daging keong mas ukup tinggi (53,23%). Menurut Rukmana (2014), jenis pakan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan protein dan usia ikan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan memberi solusi kepada kedua mitra kelompok tani ikan mas mengatasi masalah tingginya harga pakan ikan dengan melatih kedua kelompok tani ikan mengolah pakan ikan mas berbahan baku keong mas. METODE Metode yang dilakukan adalah : 1. Menjalin kerjasama Tim Pelaksana dan LPM Unimed dengan Pemda setempat (Bupati/Camat/Kepala Desa dan kelompok tani ternak ikan mas “Usaha” dan “Bersama” di desa Bangun Rejo untuk kelancaran teknis di lapangan (jadwal, lokasi/tempat pelaksanaan, jenis kegiatan dan materi/bahan), 2. Penyuluhan cara mengatasi harga pakan ikan yang cukup mahal dan pemanfaatan bahan baku ransum yang tersedia di lokasi mitra (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Mitra Kelompok Tani dan Penyuluhan Dihadiri Perangkat Desa
101
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 3. Pelatihan/peraktek langsung kedua kelompok mitra didampingi Tim Pelaksana mengolah pellet pakan ternak ikan mas berbahan daging keong mas melalui penerapan teknologi dan alat penggiling tepung mekanik (Gambar 2 dan 3).
Gambar 2. Pengolahan Tepung Daging Keong Mas
Gambar 3. Pengolahan Pakan Pellet Ikan Mas Berbahan Keong Mas 4. Merekomendasikan dan pendampingan pemberian pellet pakan buatan pada ikan mas pemeliharaan kedua kelompok mitra (Gambar 4).
Gambar 4. Pemberian Pakan Pellet Buatan Mitra pada Ikan Mas Pemeliharaan HASIL KEGIATAN Hasil kegiatan penerapan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) menunjukkan sebagaian besar (80%) anggota kedua mitra kelompok tani ikan dapat menyerap pengetahuan tentang “Peranan Pakan Pada Pemeliharaan Ikan dan Cara Pembuatan Pellet Ikan” dengan memanfaatkan hama keong mas dan daun tanaman yang ada di desa Bangun Rejo. Setelah memperoleh pelatihan dan peraktek langsung, rata-rata 80% anggota kedua mitra kelompok tani ikan telah mampu membuat pellet pakan ikan mas menggunakan bahan baku lokal keong mas dengan teknologi sederhana dan menggunakan mesin penggiling tepung mekanik dan pencetak pellet pakan ikan. (Gambar 5).
Gambar 5. Produk Pakan Pellet Ikan Mas Produksi Kedua Mitra Kelompok Tani Ikan Pellet pakan ikan buatan kedua mitra direkomendasikan dan telah diberikan pada bibit ikan mas (usia tiga minggu) di kolam pemeliharaan ikan milik kedua kelompok mitra. Pertumbuhan ikan mas yang diberi
102
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 pakan pellet buatan kelompok mitra ternyata hampir sama dengan pakan komersil dan memberi warna ikan mas yang lebih menarik (merah) dibanding pemberian pakan komersil (Gambar 6). Menggunakan pakan pellet ikan mas buatan sendiri dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan petani ikan mas.
Gambar 6. Ikan Mas diberi Pakan Pellet Buatan Mitra (Ember Putih) dan Pakan Komersil (Ember Hitam) KESIMPULAN Melalui kegiatan pengabdian penerapan Ipteks bagi masyarakat Tim Pelaksana Dosen di desa Bangun Rejo, kedua kelompok tani ikan mas “Bersama” dan “Usaha” telah dapat membuat produk pakan pellet ikan mas berbahan keong mas dengan teknologi sederhana dan menggunakan mesin pengiling mekanik dan pencetak pellet, yang mempunyai kualitas sama dengan pakan komersil dan memberi warna ikan mas yang lebih menarik (merah). Menggunakan pakan pellet ikan mas buatan sendiri dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan petani ikan mas. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2016 Batch 1 Nomor : 039/SP2H/PPM/DRPM/II/2016, tanggal 17 Februari 2016, atas biaya yang telah diberikan untuk kegiatan pengabdian pada masyarakat ini. DAFTAR PUSTAKA Pitodjo, S, 1996, Petunjuk Pengendalian dan Pemanfaatan Keong Mas, Trubus Agriwidya, Ungaran. Achjar dan Rismunandar, M.A, 1986, Perikanan Darat, Bandung, CV Sinar Baru. Rukmana, 2014, Jenis Pakan Buatan Untuk Ikan Mas. http://hewan.co/jenis-buatan-untuk-ikan-mas.htmlYU84w.dpuf, diakses tanggal 10 Maret 2015.
103
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 FASILITASI USAHA TERNAK AYAM PEDAGING SEBAGAI BENTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MUSI KECAMATAN LIRUNG KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Revolson Alexius Mege1, Josephine Louise Pinky Saerang2, Sintya J. K. Umboh2, Alfonds Andrew Maramis1 1 Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado, Manado 2 Program Studi Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi, Manado Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat Desa Musi, Kecamatan Lirung, Kabupaten Kepulauan Talaud dalam pengembangan usaha ternak ayam pedaging adalah ketersediaan pakan yang murah, berkualitas, dan tersedia secara kontinyu. Untuk memecahkan masalah tersebut, telah dilakukan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memfasilitasi usaha ternak ayam pedaging bagi masyarakat desa. Metode yang digunakan adalah kombinasi penerapan teknologi tepat guna, pembelajaran orang dewasa (andragogik), pelatihan, dan praktek penyuluhan lapangan. Hasil yang diperoleh yaitu, tersedianya pangan yang sehat dan berkualitas, meningkatnya pendapatan ekonomi dan meningkatnya pengetahuan, minat, dan keterampilan, yang semuanya berujung pada perbaikan kesejahteraan masyarakat. Kata kunci: Desa Musi, masyarakat desa, usaha ternak ayam pedaging. PENDAHULUAN Desa Musi terletak di Pulau Salibabu, tepatnya di Kecamatan Lirung, yang merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud. Desa ini berbatasan langsung di sebelah utara dengan Desa Musi I Kecamatan Kalongan, di sebelah timur dengan Desa Sereh I, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sereh dan Desa Lirung Matane, dan di sebelah barat dengan Selat Lirung (Gambar 1). Jarak Desa Musi ke ibukota kecamatan (Lirung) yaitu 3 km, dengan luas 4,5 km2 (BPS Talaud, 2016a). A
B
104
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
Gambar 1. Desa Musi sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan dalam: A) Peta Indonesia; B) Peta Kabupaten Kepulauan Talaud; dan C) Peta Kecamatan Lirung.
Data tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Musi yaitu 654 jiwa, yang terdiri dari 332 jiwa laki-laki dan 322 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk yaitu 145,3 jiwa/km2. Mata pencaharian penduduk Desa Musi yaitu sebagai berikut: petani 157 orang, nelayan 2 orang, PNS 29 orang, pedagang 55 orang, TNI/Polri 1 orang, dan mata pencaharian lainnya 168 orang (BPS Talaud, 2016b). Pertanian dan peternakan menjadi sektor andalan penduduk Kecamatan Lirung (termasuk di dalamnya penduduk Desa Musi) sebagai sumber penghasilan utama sebagian besar penduduknya (BPS Talaud, 2016a). Kondisi sosial warga Musi, seluruhnya berasal dari keluarga yang kurang mampu dengan tingkat kemiskinan mencapai 53.5 persen. Kemiskinan tersebut tergambar pula dari pendapatan setiap rumah tangga yang sangat rendah atau yang diakumulasi pada pendapatan per kapita per tahun yaitu antara Rp.3.000.000 - 3.500.000, dengan demikian rata-rata setiap keluarga hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp.250.000 – 292.000/bulan. Berbagai komoditas tanaman pangan dapat dihasilkan, namun daerah ini masih mengimpor komoditas tersebut maupun produk turunannya dari Manado dan Bitung (dua daerah lainnya di Provinsi Sulawesi Utara), karena terbatasnya diversifikasi usaha sektor pertanian. Sebagai contoh, seperti yang dilaporkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (2011), tanaman kelapa yang merupakan komoditi hasil perkebunan yang memiliki perbandingan luas areal dan banyaknya pohon terbesar dibandingkan dengan komoditi tanaman perkebunan lainnya di Kabupaten Kepulauan Talaud, namun minyak kelapa sebagai produk turunan dari komoditi ini masih didatangkan dari Manado dan Bitung.
105
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Usaha ternak unggas potensial dikembangkan untuk mendukung upaya peningkatan ekonomi maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun usaha ternak yang selama ini diusahakan oleh masyarakat masih dilakukan secara tradisional atau pemeliharaan lepas bebas menyebabkan terjadi perkawinan yang tidak terkontrol atau telah terjadi Imbreeding yang pada gilirannya berakibat terjadi degeneratif atau penurunan mutu dan bahkan kepunahan keragaman genetik plasma nutfah seperti pada unggas ditandai dengan adanya penurunan kemampuan induk ayam untuk menghasilkan telur dan menetaskan anakan dengan bobot yang optimal dalam suatu siklus reproduksi. Juga masalah penyakit, dan ketersediaan pakan yang berkualitas menjadi salah satu faktor kunci dalam pengembangan teknologi intensifikasi. Akibatnya usaha ternak pada umumnya belum memberikan sumbangan terhadap ekonomi maupun memenuhi kebutuhan pasar. Untuk memecahkan permasalahan pada sektor peternakan yang dialami oleh masyarakat Kecamatan Lirung, terlebih khusus Desa Musi, telah dilakukan berbagai upaya dalam satu payung kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yaitu Program Kawasan Ekonomi Masyarakat, yang telah dirintis sejak tahun 2014. Kegiatan ini mendapat dukungan dana penuh dari PT. Pertamina (Persero), melalui Small Medium Entreprise & Social Responsibility (SME & SR) Partnership Program, Program Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) PERTAMINAFlip, dan dikreasi oleh FlipMAS Indonesia dan FlipMAS Wilayah Mapalus. Artikel ini bertujuan untuk melaporkan kegiatan fasilitasi usaha ternak ayam pedaging yang telah dilakukan di Desa Musi, Kecamatan Lirung, Kabupaten Kepulauan Talaud. METODE PELAKSANAAN Metode awal yang dilakukan yaitu pemetaan masalah mencakup survei dan focus group discussion (FGD). Setelah diperoleh hasil pemetaan masalah, metode yang dipakai untuk mengatasi rangkaian permasalahan masyarakat yaitu kombinasi metode aplikasi teknlogi tepat guna (Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2013) dengan teknik pembelajaran orang dewasa, yang dikenal dengan istilah andragogik (Suhud, 2005). Sedangkan, pendekatan yang akan diterapkan antara lain pendekatan yang bertolak dari etika dan budaya masyarakat setempat. Pendekatan lain yang lazim digunakan adalah Participatory Rural Appraisal dan Rapid Rural Appraisal (Chambers, 1994a; 1994b; 1994c), dimana permasalahan secara mendasar dapat dipahami dan terungkap serta proses perencanaan dalam mengatasi masalah juga merupakan buah pemikiran bersama dengan masyarakat itu sendiri (Supriatna, 2014). Dalam pelaksanaan kegiatan ini telah disepakati bahwa pelaksanaan kegiatan dilakukan atau dikerjakan secara bersama seperti pembukaan dan pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan jagung sebagai bahan utama pakan ayam pedaging, dan pembanguan fasilitas produksi ternak, seperti unit pengolahan pakan, kandang, dan unit pengolahan pupuk organik berbasis sumber daya lokal.
Gambar 2. Metode pelaksanaan kegiatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha Ternak Ayam Pedaging di Desa Musi Lahan KEM Musi sebagian besar adalah lahan marginal atau lahan tidur. Sebelum kegiatan ini dilakukan, usaha pertanian yang dijalankan adalah sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan usaha tanaman pokok seperti ketela pohon, talas, pisang, ubi jalar dan sayuran lokal. Sebagian besar lahan ditumbuhi semak belukar, sehingga pekerjaan yang paling berat yang dijalani oleh warga KEM adalah membebaskan lahan dari semak belukar. Walaupun demikian dengan kegigihan dan tekad kuat dari warga KEM, maka lahan sudah dibuka seluas 12 ha, namun yang diolah lebih lanjut untuk ditanaman (sampai akhir 2015) sudah mencapai 5 ha.
106
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Sebelum usaha ternak ayam pedaging dimulai, kegiatan yang dilakukan setelah pembukaan lahan yaitu pengolahan lahan untuk ditanami tanaman jagung yang akan digunakan sebagai bahan utama pakan ternak. Lahan yang digunakan untuk menanam jagung mempunyai luas yaitu 3,5 ha. Jagung ditanam secara bertahap dengan periode waktu setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, beberapa fasilitas juga telah dibangun, seperti: unit pengolahan pakan, kandang ternak untuk ayam pedaging, dan unit pengolahan pupuk organik. Unit pengolahan pakan yang dibangun, dilengkapi dengan berbagai alat dan mesin untuk mengolah pakan. Pupuk organik sebagai hasil sampingan, dibuat dengan menggunakan bahan dasar kotoran ternak dan sisasisa tanaman jagung seperti batang dan daun tanaman jagung yang telah dipanen. A
B
C
D
E
F
G
H
Gambar 2. Dokumentasi ragam kegiatan: A) Survei lahan marginal; B) Pembukaan lahan; C) Pengolahan lahan untuk ditanami jagung sebagai bahan dasar pakan ayam pedaging; D) Focus Group Discussion; E) Pengadaan bambu untuk pembuatan kandang; F) Persiapan kandang; G) Unit pengolahan pakan; dan H) Persiapan alat pengolahan pakan.
107
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
I
J
K
L
Gambar 2 (Lanjutan). Dokumentasi ragam kegiatan: I) Pengolahan pakan berbasis sumber daya lokal; J) Unit pengolahan pupuk organik berbahan dasar kotoran ayam pedaging; K) Persiapan bibit ayam pedaging; dan L) Hasil panen ayam pedaging. PEMBELAJARAN TERPETIK (LESSON LEARNED) DARI KEGIATAN Dari produksi jagung yang dipanen bulan Februari 2015 (untuk penanaman bulan November 2014), kegiatan KEM PERTAMINAFlip Musi telah memperoleh nilai pendapatan yang cukup signifikan bila dibagi dengan jumlah anggota atau warga yang terlibat dalam KEM. Nilai ekonomi tidak saja dirasakan oleh warga KEM tetapi juga oleh masyarakat sekitar karena melalui KEM dapat diperoleh kebutuhan pangan dengan harga yang layak untuk dijual kembali. Bahkan nilai sosial dari hasil KEM juga sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitarnya maupun konsumen dari kampung tetangga yang melewati KEM karena beberapa kebutuhan pangan sehari-hari untuk masyarakat sekitar sudah dapat terpenuhi dengan harga yang murah dan sehat. Kehadiran KEM PERTAMINAFlip telah memberi warna baru dalam membangun kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat KEM PERTAMINAFlip sendiri maupun warga masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud pada umumnya. RENCANA TINDAK LANJUT Kegiatan KEM di Desa Musi, Kecamatan Lirung, Kabupaten Kepulauan Talaud mempunyai peluang besar untuk keberlanjutannya: Keberadaannya didukung oleh masyarakat dan aparat pemerintah desa dan kecamatan; Tersedia potensi lahan yang sangat memadai yaitu mencapai 22 ha untuk menunjang keberlanjutan usaha yang dijalankan di KEM Musi; Tersedia fasilitas produksi yang memadai berupa tersedianya sarana atau instalasi pengolahan pupuk dalam menunjang keberlanjutan usaha pertanian, instalasi pengolahan pakan ternak untuk menunjang keberlanjutan budidaya ternak ayam pedaging, serta kandang ayam pedaging yang representatif dan baik untuk perkembangan KEM; Tersedia fasilitas pengolahan lahan berupa sebuah handtractor untuk menunjang usaha pertanian tanaman pangan (bahan utama penyusun pakan ternak) yang dikembangkan di KEM Musi; Menjadi tempat belajar dan alih teknologi di bidang pertanian tanaman pangan antara dosen dan masyarakat di samping ditunjang oleh sarana dan prasarana produksi, juga tersedia perpustakaan mini yang berkaitan dengan berbagai informasi pertanian secara luas dalam rangka menunjang upaya pengembangan sumberdaya manusia; Menjadi Lumbung Pangan Desa dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi pangan nabati dan hewani yang sehat dan murah serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di Kampung Musi maupun wilayah lainnya; dan Menjadi satu kawasan atau cikal bakal industri pertanian skala pedesaan yang dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar maupun wilayah lainnya.
108
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 SIMPULAN Kegiatan KEM Musi tidak saja memberi makna ekonomi bagi warga KEM tetapi juga bagi masyarakat luas. KEM Musi juga telah memberi nilai sosial antara lain dapat menyiapkan kebutuhan pangan nabati dan hewani yang sehat dan murah bagi seluruh lapisan masyarakat, tetapi juga dapat memutus mata rantai kebutuhan pangan yang relatif mahal karena selama ini semua kebutuhan pasar harus dari luar daerah. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Pertamina (Persero), atas dukungan dana melalui Small Medium Entreprise & Social Responsibility (SME & SR) Partnership Program, Program Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) PERTAMINAFlip, yang dikreasi oleh FlipMAS Indonesia dan FlipMAS Wilayah Mapalus. DAFTAR PUSTAKA Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2011. Kajian Pengembangan Investasi Wilayah Perbatasan. Jakarta: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud. 2016a. Statistik Daerah Kecamatan Lirung 2015. Talaud: Badan Pusat Statistik (BPS). Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud. 2016b. Lirung dalam Angka 2016. Talaud: Badan Pusat Statistik (BPS). Chambers, R. 1994a. The Origins and Practice of Participatory Rural Appraisal. World Development, 22 (7): 953-969. Chambers, R. 1994b. Participatory Rural Appraisal (PRA): Analysis of Experience. World Development, 22 (9): 1253-1268. Chambers, R. 1994c. Participatory Rural Appraisal (PRA): Challenges, Potentials and Paradigm. World Development, 22 (10): 1437-1454. Dinas Pendidikan, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. 2013. Panduan Program Penerapan dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna Perguruan Tinggi Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinas Pendidikan, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Suhud, M. A., 2005. Pendekatan Andragogi dalam Pengembangan Masyarakat. Aplikasia, Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 6 (1): 1-13. Supriatna, A. 2014. Relevansi Metode Participatory Rural Appraisal dalam Mendukung Implementasi Undang-Undang Pemerintahan Desa. Jurnal Lingkar Widyaiswara, 1 (10): 39-45.
109
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 EVALUASI PERTUMBUHAN RHIZOPHORA MUCRONATA TAHUN PERTAMA KEGIATAN REHABILITASI HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN, KECAMATAN PANGKALAN SUSU, KABUPATEN LANGKAT Mohammad Basyuni*1, Muammar Syafwan1, Arif Nuryawan1, Lollie Agustina P. Putri1 1
2
Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Berkurangnya luasan hutan mangrove diakibatkan berbagai tekanan oleh karena itu diperlukan kegiatan rehabilitasi di kawasan hutan mangrove yang rusak. Dalam merehabilitasi hutan mangrove sering ditemukan kondisi di lokasi memiliki tingkat salinitas yang berbeda. Tujuan dari pengabdian berbasis pengabdian berbasis penelitian ini untuk mengetahui keberhasilan pemeliharaan tahun pertama dan kemampuan untuk tumbuh tanaman Rhizophora mucronata pada kondisi salinitas yang berbeda di daerah rehabilitasi mangrove di Desa Pulau Sembilan, Pangkalan Susu, Langkat. Investigasi dilakukan dengan membuat plot pengamatan sistematis sampel. Jarak antara masing-masing plot adalah 3 m dan ukuran plot adalah 5 m x 5 m. Plot dibuat pada orientasi pertumbuhan: laut, tengah, dan daratan. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan berdasarkan peringkat keberhasilan tanaman di luar kawasan hutan dinyatakan sukses karena pertumbuhan persen rata-rata pertumbuhan tanaman lebih dari 80%, dan tanaman Rhizophora mucronata dapat tumbuh baik di zona tanah dengan tingkat salinitas 30ppt. Kata kunci: Hutan mangrove, pertumbuhan, salinitas, Rhizophora mucronata PENDAHULUAN Hutan mangrove merupakan sumber daya alam yang memiliki beberapa sifat kekhususan diantaranya karena letak hutan mangrove yang sangat spesifik, peranan ekologisnya yang khas dan potensi yang bernilai ekonomis tinggi. Kusmana (2003) menyatakan hutan mangrove dapat diartikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh didaerah pasang surut yang tergenang pada saat air pasang dan tidak tergenang pada saaat air surut seperti laguna dan muara sungai dimana tumbuhannya memiliki tolenransi yang tinggi terhadap kadar garam. Luas Hutan Mangrove Di Indonesia diperkirakan sekitar 20.9% dari total mengrove dunia. Dari keseluruhan mangrove di dunia, Indonesia memiliki luasan terluas (3.189 juta Ha), diikuti oleh Brazil (1.300 juta Ha), Australia (0,991 juta Ha), dan Mexico (0,77 juta Ha) (Spalding dkk, 2010). Seiring dengan lajunya pertumbuhan penduduk dan pembangunan maka laju konversi hutan mangrove semakin meningkat hal ini dapat menyebakan menurunnya fungsi lingkungan dari hutan mangrove tersebut, dan berdampak buruk terhadap sosial ekonomi masyarakat yang ada sekitar hutan mangrove. Upaya rehabilitasi hutan mengrove tersebut dilaksanakan untuk mencapai keseimbangan fungsi yaitu fungsi hutan mangrove sebagai zona ekonomi dan fungsi lingkungan. Kemudian dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove sering sekali dijumpai kondisi lahan yang tergenang dan berkadar salinitas yang beragam. Tentunya hal ini dapat membatasi tingkat keberhasilan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. Oleh karena itulah diperlukan pengabdian berbasis penelitian kondisi lahan berkadar salinitas yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman Rhizophora mucronata Lamk. sebagai salah satu jenis yang banyak dipilih untuk kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. Tujuan pengabdian berbasis penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat keberhasilan tahun pertama pemeliharaan tanaman Rhizophora mucronata hasil dari kegiatan rehabilitasi hutan mangrove pada bulan maret 2014 di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu. Dan mengkaji kemampuan tumbuh tanaman Rhizophora mucronata pada zonasi arah tumbuh dengan kadar salinitas yang berbeda.
110
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 METODOLOGI PENGABDIAN BERBASIS PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pengabdian berbasis penelitian dilaksanakan di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, yang merupakan lokasi rehabilitasi yang sudah masuk pada tahap tahun pertama pemeliharaan. B. Alat Dan Bahan Alat yang digunakan dalam pengabdian berbasis penelitian ini adalah GPS untuk mengetahui koordinat titik pengamatan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove, meteran untuk mengukur jarak, penggaris untuk mengukur tinggi pohon, refraktometer untuk mengukur kadar salinitas, kaliper digital untuk mengukur diameter batang, micrometer scrub digital untuk mengukur tebal daun, alat tulis dan kamera untuk dokumentasi. Bahan pengabdian berbasis penelitian yang digunakan adalah tanaman mangrove jenis R. mucronata hasil rehabilitasi yang berumur 2 tahun, bibit yang digunakan sebanyak 300 batang dan tali plastik. C. Prosedur Pengabdian berbasis penelitian 1. Orientasi Lapangan Orientasi lapangan dimaksudkan untuk mengetahui keadaan umum lokasi pengabdian berbasis penelitian serta obyek ataupun titik berat pengabdian berbasis penelitian dan pembuatan petak ukur, guna persiapan pengabdian berbasis penelitian. Petak ukur dibuat dengan ukuran 5 x 5 m2 dengan jarak 3 meter antar petak ukur yang diletakkan pada 3 posisi tempat tumbuh yaitu arah laut, bagian tengah, dan arah darat. Skema petak ukur dilapangan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema petak ukur di lapangan (Sample plots scheme in field) 2. Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan pada petak ukur yang dibuat di tiga lokasi tempat tumbuh yang berbeda. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah & tebal daun, kondisi tanaman dan kadar salinitas air. Pengukuran tinggi dimulai dari ujung propagul dimana tunas tumbuh sampai ujung daun terpanjang. pengukuran diameter batang dilakukan 10 cm dari ujung propagul dimana tunas tumbuh. Pengukuran tebal daun dilakukan pada 3 helai daun yang masih muda yaitu ketiga daun teratas yang telah mekar sempurna dan kemudian dihitung rata-ratanya. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kondisi tanaman adalah “sehat” jika tanaman tumbuh segar batang lurus dan tajuk menutup, “kurang sehat” jika tajuk tanaman menguning atau warna daun tidak normal serta batang bengkok-bengkok atau percabangan sangat rendah, dan “merana” jika tanaman terserang hama/penyakit atau tumbuh tidak normal sehingga kalau dipelihara kecil kemungkinan akan tumbuh dengan baik
111
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 (P.70/Menhut-II/2008). Pengukuran salinitas air diukur dengan menggunakan refraktometer dan dilakukan pada saat pasang di tiga lokasi tumbuh yang berbeda yaitu arah laut, tengah, dan arah darat. 3. Analisis Data Hasil dari pengamatan tiap petak ukur dihitung untuk mengetahui persentasi tumbuh tanaman dengan pengolahan data sebagai berikut : a. Persentasi Tumbuh Tanaman Perhitungan persentasi tumbuh mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.70/MenhutII/2008. ∑ 100% T ∑ Dimana : T : Persen (%) tumbuh tanaman sehat ∑ :Jumlah tanaman sehat yang terdapat pada petak ukur ke i ∑ :Jumlah tanaman yang seharusnya ada pada petak ukur i Penilaian keberhasilan penanaman diluar kawasan hutan dapat dinyatakan berhasil jika persen tumbuh tanaman ≥ 80% kurang berhasil jika persen tumbuh tanaman < 80%.. b. Metode analisis Pengabdian berbasis penelitian ini menggunakan metode analisis Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial (RAL) dengan 3 perlakuan konsentrasi salinitas berdasarkan tingkat salinitas yang dimiliki setiap zonasi tempat tumbuh yaitu arah laut, arah tengah dan arah darat. Model linear RAL non factorial yaitu. Yij= μ + τi + εij Ket :Yij=hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = nilai rataan umum (mean) τi = pengaruh faktor kadar salinitas εij= pengaruh galat kadar salinitas ke-i ulangan ke-j I = 1, 2, 3, 4, 5 J = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Kemudian dilakukan uji lanjutan Duncan Multiplie Range Test (DMRT). HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum kondisi lokasi pengabdian berbasis penelitian pada tiga zonasi tempat tumbuh tersebut dikeliling oleh muara sungai yang menuju ke laut akan tetapi dari ketiga zonasi tersebut hanya zonasi arah darat dan laut yang memiliki posisi lebih dekat dengan muara sungai. Kemudian pada ketiga zonasi tersebut zonasi arah laut dan darat memiliki kondisi lahan yang relatif lebih terbuka dibandingkan dengan kondisi arah tengah. Hal ini disebabkan karena adanya vegetasi alami yang sudah tumbuh seperti Avicennia marina, Soneratia alba, Bruguiera sp. dan Nypa fruticans pada zonasi tengah (Gambar 7) Sedangkan untuk kualitas perairan terdapat perbedaan kadar salinitas pada ketiga zonasi tersebut (Tabel 1). Kadar salinitas tertinggi dimiliki oleh zonasi arah laut sedangkan kadar salinitas terendah dimiliki oleh zonasi arah darat.
112
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
a
b
c d Gambar 2. a. Kondisi zonasi arah darat; b dan c. Kondisi zonasi arah tengah; d. Kondisi zonasi arah laut Tabel 1. Hasil pengukuran kadar salinitas pada lokasi pengabdian berbasis penelitian Zonasi Tempat Tumbuh Arah Laut
Arah Tengah Arah Darat
Titik Pengamatan Lintang Utara Bujur Timur 4° 8'36.29"N 98°14'37.61"E 4° 8'36.35"N 98°14'36.20"E 4° 8'36.79"N 98°14'36.91"E 4° 8'37.46"N 98°14'37.53"E 4° 8'37.69"N 98°14'36.62"E 4° 8'37.45"N 98°14'36.05"E 4° 8'38.29"N 98°14'37.14"E 4° 8'38.88"N 98°14'36.44"E
Kadar Salinitas air 35ppt 35ppt 35ppt 32ppt 32ppt 32ppt 30 ppt 30ppt
Ket : ppt = Part per thousand Persentase tumbuh tanaman R. mucronata pada tiga lokasi tempat tumbuh yaitu arah laut, arah tengah dan arah darat dapat dilihat pada Tabel 2. Tingkat keberhasilan tanaman berdasarkan penilaian keberhasilan tanaman diluar kawasan hutan yang mengacu pada peraturan Menteri Kehutanan nomor: P.70/Menhut-II/2008 dapat dinyatakan berhasil karena rata-rata persen tumbuh tanaman ≥80%. Dari pengamatan yang dilakukan, zonasi arah darat memiliki persen tumbuh yang paling tinggi ini disebabkan adanya pasokan air tawar yang berasal dari aliran air sungai, sehingga tanaman R. mucronata yang ditanam mampu untuk hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Pernyataan ini didukung oleh Gosalam dkk. (2000) yang menyatakan bahwa tumbuhan mangrove tumbuh paling baik pada lingkungan air tawar dan air laut dengan perbandingan seimbang.
113
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1
Tabel 2. Persentase hidup tanaman Rhizophora mucronata Persentase Hidup Tanaman Rhizophora mucronata No. PU Arah Arah Arah Laut Tengah Darat PU1 92% 88% 92% PU2 96% 92% 88% PU3 88% 88% 92% PU4 72% 76% 92% Rata87% 86% 91% rata Ket : PU=Petak Ukur Berdasarkan Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa kadar salinitas yang dimiliki oleh setiap zonasi mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman R. mucronata. Zonasi arah darat memiliki salinitas paling rendah dan pertambahan tinggi tanaman yang paling baik. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara salinitas dengan pertambahan tinggi tanaman R. mucronata. Jumiati (2008) menyatakan salinitas air dan rembesan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Tumbuhan mangrove tumbuh subur didaerah estuaria dengan salinitas 1030ppt. salinitas air yang sangat tinggi yakni ketika salinitas air permukaan melebihi yang umum dilaut (±35ppt) dapat berpengaruh buruk pada petumbuhan vegetasi mangrove, karena dampak dari tekanan osmosis yang negative. Akibatnya tajuk mangrove menjadi kerdil, dan kompisisinya menjadi berkurang. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan (Gambar 3), pertambahan tinggi tanaman R. mucronata yang baik diperoleh pada zonasi- zonasi tempat tumbuh yang memiliki kadar salinitas yang rendah. Hal ini menunjukan bahwa R. mucronata bukan merupakan tumbuhan yang membutuhkan garam (salt demand) tetapi tumbuhan yang toleran terhadap garam (salt tolerance). Aksornkoae(1993) dalam Eben (1999) meneliti unsur-unsur mineral yang dibutuhkan tanaman mangrove untuk pertumbuhan, dan disebutkan unsur mineral yang dibutuhkan terdiri dari unsur hara makro yaitu N, P K, Ca dan Mg serta unsur mikro yang terdiri dari Zn, Mn, dan Cu. Dari hasil pengabdian berbasis penelitian tersebut ditunjukan bahwa unsur Na dan Cl tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan R. mucronata.
Tinggi Tanaman (cm)
10 8 zonasi Arah Laut(35ppt)
6
zonasi Arah Tengah(32ppt)
4
zonasi Arah Darat(30ppt)
2
PU : Petak Ukur
0 PU1
PU2 PU3 Petak Ukur
PU4
Gambar 3. Pertambahan tinggi tanaman R. mucronata pada setiap Petak Ukur di zonasi tempat tumbuh Berdasarkan hasil analisis sidik ragam bahwa kadar salinitas pada setiap zonasi tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang tanaman R. mucronata. Sedangkan berdasarkan pengamatan di lapangan (Gambar 4) menunjukan bahwa pertumbuhan diameter tanaman R. mucronata berbeda-beda pada setiap zonasi tumbuh. Pertambahan diameter batang yang paling tinggi diperoleh pada zonasi tumbuh arah darat dengan nilai 0,38mm dan untuk yang pertumbuhan diameter batang yang terendah diperoleh pada zonasi arah laut dengan nilai 0,28mm. Perbedaan pertambahan diameter batang tidak
114
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 jauh berbeda antara zonasi tempat tumbuh yang satu dengan zonasi tempat tumbuh yang lainnya ini disebabkan oleh ukuran bibit yang digunakan. Ukuran bibit memiliki peran dalam ketersediaan karbohidrat atau cadangan makanan yang nantinya menunjang pertumbuhannya, baik untuk pertumbuhan plumula dan radikula. Pernyataan ini didukung oleh Kurniawan (2013) yang menyatakan bahwa ukuran bibit berperan dalam ketersediaan karbohidrat atau cadangan makanan dalam bibit, semakin besar ukuran dan umur bibit maka semakin bagus pertumbuhan bibit.
Diameter Batang (mm)
0,6 0,5 0,4 Arah Laut(35ppt)
0,3
Arah Tengah(32ppt)
0,2
Arah Darat(30ppt)
0,1
PU : Petak Ukur
0 PU1
PU2
PU3
PU4
Petak Ukur Gambar 4. Pertambahan diameter tanaman R. mucronata pada setiap Petak Ukur di zonasi tempat tumbuh Daun merupakan salah satu sumber serasah di hutan mangrove yang dimakan oleh kepiting dan sebagian lagi diuraikan oleh bakteri dan jamur menjadi zat nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan-hewan lain disekitar mangrove (Syahrizal, 2011). Jumlah daun menunjukan kemampuan suatu tanaman untuk melakukan proses fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun maka tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan (Gambar 5) rata-rata jumlah daun yang paling tinggi berada pada zonasi tumbuh arah tengah dan untuk jumlah daun yang terendah berada pada zonasi tumbuh arah laut. Hal ini menunjukan bahwa pertambahan jumlah daun tanaman R. mucronata tidak hanya dipengaruhi oleh kadar salinitas yang dimiliki setiap zonasi tempat tumbuh tetapi juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan lainnya seperti cahaya matahari. Pernyataan ini didukung oleh study Heddy (1996) bahwa perilaku tertentu dalam pertumbuhan bisa dianggap sebagai respon terhadap bermacam-macam rangsangan yang mempengaruhi tumbuhan. Rangsangan itu bisa eksternal (lingkungan berupa daya tarik bumi,suhu, kelembaban, dan cahaya) atau internal (genetik) sebagai akibat proses metabolik atau proses untuk melanjutkan keturunan. Respon tumbuhan terhadap rangsangan ditunjukan dengan dua cara yaitu rerspon gerakan dan respon perkembangan.
Jumlah Daun
80 60 Arah Laut(35ppt)
40
Arah Tengah(32ppt)
20
Arah Darat(30ppt)
0 PU1
PU2 PU3 Petak Ukur
PU4
PU : Petak Ukur
Gambar 5. Jumlah daun tanaman R. mucronata pada setiap petak ukur di zonasi tempat tumbuh
115
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Tanaman R. mucronata yang tumbuh pada zonasi arah laut dan arah darat memiliki pertumbuhan tebal daun yang paling tinggi dibandingkan dengan tanaman R. mucronata pada zonasi arah tengah ( Gambar 6). Hal ini diduga berkaitan dengan cahaya matahari. Secara umum kondisi zonasi tumbuh arah laut dan arah darat lebih terbuka di bandingkan dengan zonasi tumbuh arah tengah. Sehingga intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman R. mucronata pada zonasi arah laut dan darat lebih tinggi dibandingkan dengan arah tengah. Ini menyebabkan pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata pada zonasi arah laut dan darat lebih tebal dibandingkan dengan arah tengah. Pernyataan ini didukung oleh Ulumiyah dkk. (2008) bahwa intensitas cahaya yang tinggi membawa perubahan-perubahan penting dalam morfologi pohon salah satunya yaitu daun akan menjadi lebih tebal karena intensitas cahaya yang tinggi merangsang pertumbuhan palisade.
Tebal Daun (mm)
0,025 0,02 0,015
Arah Laut(35ppt)
0,01
Arah Tengah(32ppt)
0,005
Arah Darat(30ppt)
0 PU1
PU2
PU3
PU4
Petak Ukur Gambar 6. Pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata pada setiap Petak Ukur di zonasi tempat tumbuh Kondisi tanaman R. mucronata dapat dilihat dari persentase kriteria tanaman sehat, kurang sehat dan merana (Tabel 3). Secara umum kondisi tanaman R. mucronata tumbuh sehat. Hanya beberapa tanaman saja yang tumbuhnya merana ini disebakan oleh adanya serangan hama seperti keong dan penyakit terutama karena klorosis dan rontoknya daun. Rontoknya daun diduga pengaruh dari limbah minyak yang berasal dari pengeboran minyak yang dilakukan oleh pihak BUMN di Pulau Sembilan. Sehigga akar dan batang tanaman R. mucronata banyak yang tertutupi oleh limbah minyak yang mengakibatkan kematian meristem. Meristem sangat penting untuk petumbuhan tanaman, karena meristem sangat penting dalam pembelahan sel. Gangguan terhadap meristem dapat menyebabkan kematian dari tanaman (Supriharyono 2000).
116
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Tabel 3. Persentase kondisi tanaman R. mucronata berdasarkan kriteria sehat, kurang sehat dan merana Zona
No. PU
N
Arah Laut
PU1 PU2 PU3 PU4 Rata-Rata
25 25 25 25 25
Arah Tengah
Arah Darat
Persen (%) Sehat
Kurang Sehat
Merana
Mati
Total
88% 84% 80% 60% 78%
0% 0% 0% 0% 0%
4% 12% 8% 12% 9%
8% 4% 12% 28% 13%
100% 100% 100% 100% 100%
PU1
25
72%
0%
16%
12%
100%
PU2
25
92%
0%
0%
8%
100%
PU3
25
84%
0%
4%
12%
100%
PU4
25
76%
0%
0%
24%
100%
Rata-Rata
25
81%
0%
5%
14%
100%
PU1
25
92%
0%
0%
8%
100%
PU2
25
88%
0%
0%
12%
100%
PU3
25
84%
0%
8%
8%
100%
PU4
25
84%
0%
8%
8%
100%
Rata-Rata
25
87%
0%
4%
9%
100%
Ket : PU = Petak Ukur; N = Jumlah tanaman dalam PU KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tingkat keberhasilan tanaman berdasarkan penilaian keberhasilan tanaman diluar kawasan hutan yang mengacu pada peraturan Menteri Kehutanan nomor: P.70/Menhut-II/2008 dinyatakan berhasil karena rata-rata persen tumbuh tanaman ≥80%. 2. Tanaman R. mucronata mampu tumbuh dengan baik pada zonasi arah darat dengan kadar salinitas 30ppt. Saran Disarankan untuk diadakan pengkajian serupa dengan perhitungan jarak tanam dan kandungan nutrisi (sifat kimia tanah) karena berpengaruh besar terhadap pertumbuhan mangrove serta agar didapatkan informasi yang lengkap mengenai persentase hidup dan pertumbuhan tanaman R. mucronata yang kedepannya berguna untuk proses rehabilitasi. UCAPAN TERIMA KASIH Kegiatan pengabdian ini dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat Nomor: 003/SP2H/PPM/DRPM/II/2016, tanggal 17 Februari 2016. DAFTAR PUSTAKA Alwidakdo. A, A. Zikri dan K. Legowo. 2014. Studi Pertumbuhan Mangrove Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Di Desa Tanjung Limau Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Fakultas Pertanian. Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda. Arif. 2007. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta. Bengen, D., G. 1999. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolahan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, IPB. Bogor. Bengen, D., G. 2000. Sinopsis Ekosistem Mangrove, Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, IPB. Bogor.
117
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Badan Pusat Statistika, 2009. Kecamatan Pangkalan Susu dalam Angka. Badan Pusat Statistika KSK Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Duke, N.C. 2006. Rhizopora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, R.annamalai, R. lamarckii (Indo-West Pacific stilt mangrove). Permanent Agriculture Resources2 (1) : 17-26. Ghufran, M. 2012. Ekosistem Mangrove Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Gosalam, S., N. Juli dan Taufikurahman. 2000. Isolasi bakteri dari ekosistem mangrove yang mampu mendegadasi residu minyak bumi. D113-122. Prosiding Konperensi Nasional II Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. Makasar. Hardjowigeno, S. 1989. Metode Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Ed. 1 Cet. 3. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Hutahaean, E., C. Kusmana dan H. R. Dewi. 1999. Studi kemampuan tumbuh Tanaman mangrove jenis Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza dan Avicenna marina pada berbagai tingkat salinitas. Jurnal Manajemen Hutan Tropik 5 (1):77-85. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan Bumi Aksara. Jakarta. Jumiati, E. 2008. Pertumbuhan Rhizophora mucronata dan R. apiculata di Kawasan Berlantung. Fakultas Pertanian Universitas Borneo. Tarakan, (3): 104-110 Kurniawan, H. 2013. Laju pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata pada berbagai intensitas naungan di desa concong dalam kabupaten Indragiri hilir provinsi riau (Skripsi). Pekanbaru: Program Sarjana Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universiras Riau. Kusmana, C. 1995. Pengembangan sistem silvikultur hutan mangrove dan alternatifnya. Rimba Indonesia 30 (1): 35-41 Kusmana, C. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Luqman, A, W. Kurniawan, I. Sagala. 2013. Analisis kerusakan mangrove akibat aktivitas penduduk di pesisir kota Cirebon. Antologi Geografi, (1) : 15-23. Naamin, M. 1990. Penggunaan Lahan Mangrove untuk Budidaya Tambak Keuntungan dan Kerugiannya. Prosiding Seminar IV Ekosistem Mangrove.Bandar Lampung. Rochana. 2006. Ekosistem Mangrove dan Pengelolahannya www.freewebs.com/irwanto/mangrove_kelola pdf.
di
Indonesia.
Diakses
dari
Saputro, J. B. 2009. Peta Mangrove Indonesia. Jakarta: Pusat survey Sumber Daya alam Laut Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Spalding, M., Kainuma, M., and Collins L. 2010. World Atlas of Mangroves. Earthscan. London. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia Pustaka. Jakarta. Suryanto. H, D. Ainim dan P. G. Handoko. 2005. Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian Budidya Tiram Mutiara. Norma, Prosedur, Pedoman, Spesifikasi dan standar. Pusat Survey Sumberdaya Alam Laut Bakosurtanal. Syahrial, 2011. Pengaruh Minyak Mentah Terhadap Pertumbuhan Dan Defoliasi Tanaman Mangrove Rhizophora apiculata di Kelurahan Pangkalan Sesai, Kota Dumai.
118
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 - 602 – 60343 - 1- 1 Ulumiyah, N., Setyaningsih, L, dan Sadjapradja, O. 2008. Pengaruh intensitas naungan dan dosis pupuk NPK komposisi media tanam terhadap pertumbuhan Rhizophora Stylos. Jurnal Nusa Sylva FK UNB. Vol 8 (1). Wirakusumah, R.S. dan Sutisna, M. 1980. Citra dan Fenomena Hutan Tropika Humida Kalimantan Timur. Pradnya Paramita, Jakarta. 256hlm. White. A. P, A. Pederson, L. T. Trai and L. D. Thuy. 1987. The Coastal Environmental Profile of Segara Tanaman. Cilacap (iclarm, 1989). Yunasfi. 2014. Buku Saku Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan, USU. Medan
119
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
IbM PEMBERDAYAAN IBU-IBU RUMAH TANGGA PADA USAHA PENGUPAS BUAH KEMIRI DI DUSUN I DESA LAUT DENDANG Dewi Syafriani, Herlinawati, Gulmah Sugiharti, Junifa Layla Sihombing Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr.V Medan Estate Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan IbM ini adalah membantu kelompok mitra yaitu kelompok Usaha Pemecah/Pengupas Buah Kemiri didusun I Desa Laut Dendang dalam peningkatan mutu produk dan produktivitas dalam kuantitas yang lebih besar dengan menggunakan bantuan teknologi mesin pengupas buah kemiri dan memberdayakan kelompok ibu-ibu rumah tangga Dusun I Desa Laud Dendang untuk mendapatkan ketrampilan dan meningkatkan penghasilan melalui usaha kecil Pengupas buah Kemiri. Untuk mencapai tujuan tersebut tahapan kegiatan yang telah dilakukan yaitu dengan metode sosialisasi dan pelatihan, pendampingan rancang bangun mesin pemecah kemiri, pelatihan produksi dan kegiatan monitoring dan pendampingan. Hasil yang telah dicapai yaitu: 1) Kelompok mitra telah memiliki tambahan pengetahuan dan ketrampilan dalam proses pemecahan buah kemiri. 2) Perbaikan tenik dan proses pemecahan buah kemiri dengan mesin TTG telah meningkatkan mutu produk buah kemiri yang dihasilkan, buah kemiri bulat yang dihasilkan mencapai 80%. Hal ini juga berdampak pada peningkatan kuantitas dan pendapatan usaha buah pemecah buah kemiri. 3) Peningkatan kualitas dan volume produksi juga mengakibatkan pada peningkatan peran serta ibu-ibu dalam usaha tersebut dan berdampak pada peningkatan ekonomi pendapatan keluarga. Kata Kunci : TTG, buah kemiri, mesin pemecah kemiri, produksi.
120
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
OPTIMALISASI KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK MELALUI PERALATAN TEHNOLOGI TEPAT GUNA SERTA PEMASARAN CHANTIKA HANDICRAFT BERBASIS IT DAN PAMERAN Lisnawaty Simatupang 2, Maryati Doloksaribu3, O.K. Sofyan3 1.
Jurusan Kimia, 2. Jurusan Fisika FMIPA UNIMED, 3. Jurusan Akuntansi FE UNIMED Jl. W. Iskandar Psr. V, Medan 20221, Indonesia Penulis Korespondensi:
[email protected]//
[email protected] ABSTRAK
Optimalisasi kualitas dan kuantitas produk melalui peralatan tehnologi tepat guna serta pemasaran Chantika handicraft berbasis IT dan pameran telah dilakukan. Kegiatan pengabdian dilakukan secara sinergis antara tim pelaksana dengan UKM. Hasil pelaksanaan pemasaran berbasis IT dan pameran meningkatkan pendapatan UKM 2 s/d 3 kali lipat. Pengadaan peralatan tehnologi tepat guna menghasilkan beberapa data pengeringan dan pewarnaan bahan baku. Biaya produksipenyediaan b a h a n b a k u b a s a h d a n k e r i n g t u r u n s i g n i f i k a n ± 5 0 % , mesin pengerik menghemat pembelian bahanbaku lidi ± 75%, mesin pemintal menghemat pembelian bahan baku25 s/d 100%. Kapasitas produksi meningkat 2– 5 kalilipat denganadanyamesinpemintal, pengerik dan pemipih. Kata Kunci: Chantika handicraft, kualitas, kuantitas, pemasaran PENDAHULUAN UKM Chantika Handicraft terletak di Desa Payageli jalan Binjai km 10 kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dan dikelola oleh Bapak H. Komar D. Atmaja. UKM ini didirikan sejak tahun 2001, memiliki pekerja tetap sebanyak 6 orang. UKM ini juga menjalin kerjasama dengan UKM lain yakni UKM Poniman Kicuk dikelola oleh Bapak Poniman dalam hal penyediaan bahan baku enceng gondok dan lidi sawit. UKM Poniman Kicuk terletak di Desa Kuala Begumit Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara. Antara kedua UKM ini terjalin kerjasama yang baik karena suplai bahan baku akan menjamin keberlangsungan dari produksi handicraft. Kuantitas dan kualitas dari UKM Karya Mandiri mendukung kualitas dan kuantitas dari UKM Chantika Handicraft. Kapasitas produksi UKM Chantika Handicraft meliputi tas, topi , sapu lidi, kursi dan meja masih cukup minim. Dengan pekerja 8 orang dari mulai row material hingga barang jadi untuk semua produk, pekerja hanya dapat memproduksi tas dan topi 100 pcs/bulan dan sapu lidi sebanyak 13 lusin/ bulan (156 pcs) dengan nilai investasi Rp. 25-30 juta/bulan dengan omzet 300 – 360 juta/tahun. Rendahnya kapasitas produksi UKM ini disebabkan tidak adanya peralatan mesin pendukung kerja dalam proses pembuatannya sehingga semua masih dilakukan secara manual dan otodidak serta tidak terstandarisasi. Contohnya untuk pembuatan produk tas dan topi dari bahan enceng gondok sebelum tas dibentuk maka proses pertama yang dilakukan adalah pemipihan dan pemilinan. Proses pemipihan diperlukan agar hasil pemilinan bagus. Kendala pemipihan dengan menggunakan tenaga jari tangan yang kuat dan membutuhan waktu yang lama. Maka pada program IbM 2014 solusi untuk proses pemipihan ini telah terselesaikan
Gambar 1. Proses pemilinan secara manual dan hasil pilinan Produksi sapu lidi juga dilakukan secara manual, untuk pengerikan lidi yang dapat dilakukan 1 orang 1,5 kg/ hari. Berarti dengan 8 orang pekerja maksimal hanya dapat melakukan pengerikan lidi 9 kg/hari. Pengerikan diperlukan agar dalam proses selanjutnya yakni pewarnaan maka lidi dapat menyerap warna dengan sempurna. Untuk itu sangat diperlukan mesin pengerik yang mampu meningkatkan produktifitas
121
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
produk sapu lidi berwarna untuk hiasan dan tas tenunan dari lidi. Ditinjau dari segi biaya untuk pewarnaan maka untuk lidi yang sudah dikerik akan jauh lebih murah. Harga proses sekali pewarnaan biasa sebesar Rp. 50.000,-. Sedangkan lidi yang tidak kerik maka proses pewarnaan di lakukan dengan proses penyamakan kulit. Dengan proses penyamakan kulit produksi bisa lebih cepat hanya saja membutuhkan biaya yang sangat besar untuk sekali proses yakni Rp. 110.000,-. Berarti terdapat selisih Rp. 60.000,- untuk sekali proses pewarnaan. Sedangkan untuk bahan baku yang telah dikerik harganya jauh lebih mahal dari lidi yang belum dikerik. Seperti data yang ada di atas sebelumnya terdapat selisih harga Rp. 5.500/kg. Melihat kondisi ini juga, maka alat yang paling dibutuhkan UKM Chantika handicraft untuk meningkatkan kapasitas produksi sapu lidi adalah mesin pengerik sapu. Selain dapat meningkatkan kapasitas produksi sapu lidi 10 kali lipat juga dapat menekan harga operasionalnya. Jaminan mutu untuk produk UKM Chantika Handicraft juga belum terstandarisasi dengan baik. Hal ini disebabkan semua proses yang dilakukan masih otodidak dan tidak terdokumentasi dengan baik. Sebagai contoh proses pengeringan bahan baku enceng gondok. Pekerja UKM Karya Mandiri melakukannya dengan penjemuran biasa dibawah sinar matahari. Mereka tidak pernah menghitung berapa lama proses pengeringan, berapa kadar air. Padahal ini penting sekali dalam menentukan kualitas dari serat enceng gondok, bambu dan bahan baku lain yang dihasilkan.
Gambar 2. Proses Pengeringan di bawah sinar matahari Begitu pula pada proses pewarnaan, untuk komposisi warna dilakukan berdasarkan takaran kasar, tidak ada komposisi baku untuk setiap proses pewarnaan. Sehingga dapat menyebabkan ketidak samaan warna. Misalkan untuk memilih 10 produk tas/topi/lidi tidak diperoleh warna yang sama. Oleh karena itu perlu dilakukan standar campuran pewarna secara cermat dan terukur untuk mendapatkan standarisasi bahan pewarna yang digunakan baik untuk pewarna tas, topi dan lidi. Kegiatan ini juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas penelitian mahasiswa dan dosen yang berbasis pada penelitian kebutuhan stakeholder perguruan tinggi. Manajemen meliputi production planning, Accounting-bookkeeping, Auditing, perpajakan, pola manajemen, HKI, Inventori, juga belum tertata dengan baik. Menurut Pemimpin dan sekaligus pemilik UKM Chantika Handicraft hal ini terjadi karena semua dilakukannya seorang diri dan dibantu putrinya. Sehingga ketika tim pengusul kegiatan datang ke lokasi beliau menyatakan agar pihak akademisi mau membantu untuk menata ini semua dan mau menjalin kerjasama. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan administrasi dan manajemen perusahaan yang berbasis akuntansi. Dengan demikian semua data terdokumentasi dengan baik dan roadmap UKM dapat menjadi lebih jelas. Melihat kondisi ini maka tim pengusul kegiatan bertujuan Program ini diarahkan pada peningkatan SDM, peningkatan ketrampilan SDM dan Kapasitas Produksi. Tujuan ini tercapai dengan mengadakan pelatihan-pelatihan baik dari segi produksi meliputi pemilihan bahan baku, proses pembuatan dan demonstrasi peralatan mesin. Manajemen untuk kegiatan ini awal difokuskan padaproduction planning, pola manajemen,dan pola pemasaran. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan dengan pengadaan alat mesin yang masih dibutuhkan salah satunya mesin. Hasil produksi dari UKM ini selain dipasarkan di dalam negeri juga sudah ada dipasarkan di luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Jepang dan Belanda. Untuk pasar dalam negeri pihak UKM Chantika Handicraft sudah menjalin kerjasama dengan beberapa swalayan waralaba yang ada di Sumatera Utara. Produk tas dari bahan enceng gondok dijual seharga Rp. 55.000/pcs, topi dijual seharga Rp 20.000,-/pcs, sedangkan untuk bahan sapu lidi warna dijual seharga Rp. 9.900/pcs. Sedangkan untuk sistem pemasaran di luar negeri dilakukan jika ada sanak keluarga ataupun kerabat yang akan berangkat keluar maupun yang datang dari luar negeri. Padahal menurut pelaku usaha permintaan dari luar negeri itu cukup besar setelah melihat produk tersebut. Namun melihat kapasitas produk yang minim dan kualitasnya yang masih
122
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
beragam, peluang permintaan yang besar belum dapat terpenuhi. Apalagi sistem pemasaran yang dilakukan diluar negeri sangat ketat dengan standar yang disepakati apabila menjalin kerjasama ataupun MoU dengan investor asing sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan produk.
Gambar 3. Beberapa Produk UKM Chantika Handicraft Maka Untuk itu perlu dilakukan sentuhan IPTEKS bagi UKM secara sinergis. Untuk sentuhan IPTEKS pada peningkatan kualitas dan kapasitas produksi melalui pengadaan peralatan mesin pengerik lidi dan mesin pengering dan wadah pencelupan pewarnaan. Dari analisis situasi di atas, UKM Chantika Handicraft sangat potensial dikelola melalui Ipteks bagi Produk Ekspor karena dengan semakin berkembangnya UKM ini maka akan semakin banyak merekrut tenaga kerja dan membantu meningkatkan penghasilan penduduk disekitarnyajuga menghasilkan devisa bagi negara Republik Indonesia METODE PELAKSANAAN Berdasarkan analisis situasional di atas maka telah disepakati bersama yang menjadi permasalahan prioritas UKM, terlebih yang menjadi prioritas adalah UKM Chantika Handicraf meliputi 3 bagian besar yakni: SDM, Kualitas dan Kuantitas Produk serta Manajemen Pemasaran. Dan untuk tiap bagian permasalahan ini akan diselesaikan selama 3 tahun. Adapun permasalahan 1 yang akan dicarikan solusinya pada tahun I adalah peningkatan ketrampilan SDM dan Kapasitas Produksi. Solusinya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan baik dari segi produksi meliputi pemilihan bahan baku, proses pembuatan dan demonstrasi peralatan mesin. Manajemen meliputi production planning, Accounting-bookkeeping, Auditing, perpajakan, pola manajemen, HKI, Inventori. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan dengan pengadaan alat mesin yang masih dibutuhkan salah satunya mesin pengerik. Tahun Kedua diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas Produk. Mutu/kualitas mulai dari bahan baku hingga produk akhir. Solusinya menjalin kerjasama dengan penyedia bahan baku enceng gondok, lidi, dll. Untuk suplai bahan baku enceng gondok direncanakan dari kawasan Danau Toba karena memiliki kualitas yang baik yakni panjang dan seratnya kuat. Untuk bahan baku lidi disuplai dari daerah Langkat yang melimpah dengan kelapa sawit. Produk akhir terstandarisasi (komposisi setiap warna dan tehnik pencelupan) yang tepat serta desain didokumentasikan sehingga mutu produk dapat terstandarisasi (mendapatkan HAKI) dari Dinas Perindustrian.Peningkatan Kapasitas produksi dilakukan dengan penambahan peralatan mesin yakni : mesin pengerik dan penambahan wadah pencelupan warna. Tahun ketigapermasalahan managemen pemasaran produk menjadi komoditas eksport. Solusinya dengan memberikan pelatihan manajemen kepada pengusaha UKM Chantika Handicraft serta membantu menjalin Memorandum of Understanding(MoU) dengan investor untuk mengeksport produk ke luar negeri. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan P engabdian Ipteks bagi P r o d u k E k s p o r t (IbPE) Kerajinan handicraft di Desa Payageli Kabupaten Deliserdang Propinsi Sumatera Utara merupakan lanjutan dari kegiatan IbPE tahun 1. Kegiatan telah dilaksanakan dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dilapangan dan laporan kemajuan selamakurang lebih 6 bulan. Tahap demi tahap dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Kegiatan ini dilaksanakan terpadu antara UKM1 (Chantika Handicraft) dan UKM2 (Poniman Kicuk), mengingat lokasi UKM2 yang begitu jauh, maka kegiatan lebih banyak di pusatkan di UKM1 dan mengundang UKM 2.
123
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan antara Tim pelaksana dengan UKM mitra dilakukan secara terpadu dan terintegrasi. Pelaksanaan kegiatan - kegiatan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan mitra dan untuk mencapai target luaran yang telah ditentukan. Mengingat permasalahan yang paling utama bagi UKM adalah sulitnya memasarkan produk, maka tim pelaksana dan UKM mengikuti berbagai pameran baik yang ada di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera Utara.Tujuan utama mengikuti pameran ini untuk lebih mempromosikan produk-produk dari UKM Chantika Handicraft lebih luar lagi sehingga meningkatkan pendapatannya. Adapun Pameran – pameran yang diikuti adalah: Pameran pecan Raya Sumatera Utara 18 Maret s/d 18 Aprril 2016 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4. Ketua Tim dan UKM pada Pameran PRSU Menjadi salah satu sponsor pada kegiatan Seminar Nasional Kimia 2016 dan membuka stand di hotel Madani Medanpada 31 Mei 2016 yang pelaksanaannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5.Stand UKM Chantika Handycraft di Hotel Madani Pada MTQ Nasional ke XXVI di Lombok, Disperindag Kab. Deliserdang mengikutsertakan/ mengutus UKM Chantika Handicraft sebagai salah satu UKM untuk menenpati stand untuk mempromosikan prodok – produknya.
124
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 6. Mengikuti Pameran pada MTQ Nasional ke XXVI di Lombok Pelatihan lanjutan penggunaan IT untukuntuk membantu pemasaran produk dalam meningkatkan penjualan produk UKM 1 dan 2. Hasil evaluasi tahun sebelumnya menunjukkan bahwa website www.chantikafongky.com. ternyata kurang efektif padahal web ini merupakan website berbayar. Sehingga untuk tahun ke 2 ini tim pengusul dan UKM sepakat untuk memanfaatkan media social seperti facebook, link ke lapak .com, line dan Whats Up. Hasil Pelatihan ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
Gambar 7. Pelatihan dan beberapa produk online Setelah kegiatan ini dilakukan maka UKM 1dan UKM 2 memiliki web untuk memasarkan produkproduknya secara online. Dengan adanya web ini terjadi peningkatan penjualan produk sebanyak 2 kali. Pelaksanaan kegiatan lanjutan lainnya adalah peningkatan Kapasitas Produksi. Hal ini dapat dicapai dengan menambah dengan pengadaan peralatan/alat mesin yang sangat dibutuhkan yakni mesin pengerik dan pemintal. Memberikan pelatihan-pelatihan lanjutan dari segi produksi meliputi pemilihan bahan baku, pewarnaan, proses pembuatan dan demonstrasi peralatan mesin. Adapun peralatan dan kegiatan kegiatan yang dilakukan dalam peningkatan kapasitas produksi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
125
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 8. Mesin Pengering Bahan Baku Untuk proses persiapan bahan baku yakni Eceng Gondok, purun, pandan menjadi bahan baku anyaman harus melalui proses pengeringan. Selama ini UKM1 bekerja sama dengan UKM 2. Maka untuk persiapan bahan baku enceng gondok dan purun kita memberikan pelatihan pada UKM 2 bagaimana preparasi untuk proses pengeringan. Selama ini proses pengeringan dilakukan oleh pihak UKM 2 dengan cara manual yakni menjemurnya pada permukaan lantaiyang disemen (± 4 s/d 10 hari) tergantung bahan bakunya.Tentunya dengan cara ini membutuhkan waktu yang lama, terlebih lagi kalau musim penghujan. Cara lainnya terlebih dahulu dikeluarkan kandungan airnyadengan dipres secara manual lalu dikeringkan. Kelemahan cara ini dapat merusak bahan baku, yakni bahan seperti purun bisa pecah. Maka untuk proses pengeringan diberi kano v e n p e n g e r i n g d a n pelatihan penggunaannya. Hasilyang diperoleh setelah dilakukan pelatihan pengeringan bahan baku dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Data Waktu Pengeringan beberapa Bahan Baku dengan Alat Pengering Waktu Yang Keterangan Bahan Baku Suhu (oC) dibutuhkan (jam) Enceng gondok
80
6
Purun Pandan
80 70
3 2
Bambu
70
2
Banyon
70
2
Rumput Sawah
70
2
Setelah setengah kering di jemur di panas matahari
Keuntungan dengan adanya alat pengering ini bukan hanya membuat proses produksi cepat, tetapi memberikan keuntungan penghematan dalam pembelian bahan baku. Umumnya bahan baku yang dibeli dalam bentuk basah, tetapi ada juga yang dibeli dalam keadaan kering. Adapun data perbandingan harga beli bahan baku ditunjukkan pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Perbandingan harga beberapa bahan baku Bahan baku Harga Basah(kg) Harga Kering (kg)
Keterangan
Enceng gondok
300
8000
Beli dalam kondisi kering
Purun
1000
8.000
Beli dalam kondisi basah
Pandan
5000
15.000
Beli dalam kondisi basah
Banyon
1000
14.000
Beli dalam kondisi basah
Setelah pengeringan dilanjutkan dengan tahap Pewarnaan seperti Eceng gondok, lidi, bambu, pandan, rotan, putun, dll, dibutuhkan media/wadah yang dapat digunakan untuk pewarnaan bahan yang sudah dikeringkan. Adapun tahapan proses pewarnaan dapat dilihat pada gambar berikut.
126
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar9. Bahan-bahan yang akan diberikan pewarnaan setelah bahan melewati proses pengeringan Pada kegiatan IbPE sebelumnya telah dilakukan standar pewarnaan, untuk kegiatan tahun ini dilakukan pemberian wadah pencelupan warna tambahan dan lanjutan pewarnaan untuk bahan baku yang lainnya. Untuk proses pewarnaan diawali penimbangan warna untuk setiap proses pencelupan sehingga untuk setiap proses pewarnaan ada standarnya. Untuk wadah pencelupan kapasitas 100 Liter air maka dibutuhkan 110 kg/kristal warna. Adapun gambar alat pencelupan wadah pewarnaan dan prosesnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 10. Wadah pencelupan warna terbuat dari bahan stenless dengan kapasitas 100 L Wadah yang berisi 100 L air ditambahkan Kristal warna 110 kg lalu dipanaskan sampai semua kristal warna larut sempurna. Selanjutanya bahan-bahan yang akan diwarnai dimasukkan ke dalam wadah ± 20 menit, dibalik – balik hingga warna meresap ke bahan secara merata
Gambar 11. Pencelupan Bahan Pewarnaan ± 20 menit Setelah proses pencelupan. Bahan – bahan dijemur kembali supaya kering dan warna lebih melekat.
Gambar 12. Bahan-bahan yang telah selesai dicelup dan dikeringkan
127
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Data kapasitas dan komposisi pewarnaan untuk proses pencelupan dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel . Kapasitas Pewarnaan dan Komposisi Pewarnaan Kristal warna Kapasitas Wadah Pewarnan 100 L yang Jeinis Bahan Baku Kering ditambahkan
110 g
Lidi (Kg)
Rotan (Kg)
50
50
Enceng gondok (Kg) 25
Rumput Sawah (Kg) 30
Bambu (Kg)
Pandan (Kg)
Purun (Kg)
25
20
20
Untuk permasalahan yang dihadapi UKM dalam meningkatkatkan kapasitas produksi dan cost produksi maka pelaksanaan tahun ke 2 tim pelaksana kegiatan memberikan peralatan yang menunjang kegiatan tersebut. Adapun diberikan kepada UKM1 Chantika handicraft dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 13. Pemakaian alat Pengerik Lidi dan pelatihan penggunan alat oleh Tim Pelaksana Kegiatan Untuk mesin pengerik memberikan keuntungan bagi UKM karena dengan adanya mesin pengerik memberikan penghematan bagi UKM dalam membeli bahan baku lidi jadi. Karena selama ini UKM 1 yakni Chantika handicraft membeli lidi yang sudah dikerik yang harganya jauh lebih mahal dibandingakn dengan lidi yang belum dikerik. Adapun data perbandingan hasil pengerikan sebelum dan setelah pemberian alat pengerik dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Proses Kerja
Tabel 4. Perbandingan Hasil Pengerikan Lidi Hasil/ hari
Manual/orang
1,5 Kg
Alat (motor)
100 kg
Data pengurangan cost pembelian bahan baku lidi dapat dilihat pada tabel 5 berikut Jenis Lidi
Tabel 5. Perbandingan Harga Lidi Harga /kg (Rp)
Lidi belum dikerik (dengan daun)
1.500
Lidi kerik
7.000
Seperti data yang ada di atas terdapat selisih harga Rp. 5.500/kg Untuk produk – produk yang diayam dan dipilin maka proses pemipihan diperlukan agar hasil pemilinan bagus. Pemipihan dengan menggunakan tenaga jari tangan yang kuat dan membutuhan waktu yang lama telah terselesaikan dengan pemberian alat pemipih pada tahun sebelumnya. MakaSetelah selesai proses pemipihan dilanjutkan dengan proses pemilinan. Untuk pemilinan yang dilakukan 1 orang pekerja maksimal hanya dapat mengerjakan 2 kg/hari. Minimnya hasil proses pemilinan enceng gondok ini karena membutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk mendapatkan hasil pilinan yang baik sehingga
128
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
membutuhkan waktu yang lama. Berarti untuk 8 orang pekerja hanya dapat mengerjakan 12 kg/hari. Padahal untuk 1 tas dari bahan enceng gondok membutuhkan 0,7 kg enceng gondok. Sehingga bila dirataratakan tiap harinya dengan 8 pekerja hanya dapat menghasilkan 3-4 tas. Melihat kondisi ini maka yang paling dibutuhkan UKM Chantika handicraft untuk meningkatkan kapasitas produksi adalah peralatan mesin pemilin enceng gondok. Diperkirakan dengan adanya alat mesin pemilin ini dapat meningkatkan kapasitas produksi 10 kali lipat. Adapun peralatan mesin pemilin/pemintal yang diberikan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 14. Satu set mesin pemintal Mesin pemilin/ pemintal terdiri atas dua bagian besar 1. Alat pemilin tahap 1 2. Alat pemilin yang menggabungkang pilinan tahap 1
Gambar15. Demonstrasi Pemakaian alat Pemintal
Gambar16. Hasil Pemintalan/ Pemilinan Untuk mesin pemintal memberikan keuntungan bagi UKM karena dengan adanya mesin pemintal memberikan penghematan dalam membeli bahan baku yang harus dipilin dan mempercepat pengerjaan suatu produk bagi UKM. Adapun data perbandingan hasil pengerikan sebelum dan setelah pemberian alat pemintal dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Data pengurangan cost pembelian bahan baku dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
129
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Tabel 6. Perbandingan Harga Bahan Baku Kering Jenis Bahan Harga / kg (Rp) Sebelum dipilin (kg)
Sesudah dipilin (kg)
Enceng gondok
8.000
16.000
Pandan
15.000
20.000
Gedebuk Pisang
7.000
14.000
Purun
8.000
15.000
Banyon
14.000
18.000
Seperti data yang ada di atas terdapat selisih harga pembelian25 s/d 100%. Adapun data kapasitas produksi setelah pemberian alat pemipih dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Proses Kerja Manual Alat (motor)
Tabel 7. Perbandingan Hasil Kapasitas Produksi Hasil pilinan Produk / Bulan (pcs) hari Tas Keranjang Kursi (parcel) rotan 3 kg/ 1 / hari 5 / hari 1/ 3 hari hari/orang 4 kg/jam 5/ hari 25 / hari 3/ 3 hari (pilinan 1) 7 kg/jam (pilinan 2)
Set Meja makan 1/ 5 hari 2/ 5 hari
Dari di atas menunjukkan adanya peningkatan kapasitas produksi 2 s/d 5 kali lipat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Adanya peningkatan Kualitas SDM setelah mendapatkan pelatihan IT 2. Pemasaran melalui media sosial dan pameran meningkatkan income/ pendapatan dari UKM sebesar 2 s/d 3 kali lipat 3. Diperoleh data- data pengeringan dan beberapa pewarnaan bahan 4. Menekancostproduksiy a k n i : u n t u k b a h a n b a k u b a s a h d a n k e r i n g t e r j a d i p e n u r u n a n y a n g s i g n i f i k a n ± 5 0 % , mesin pengerik menghemat pembelian bahan baku lidi sebesar 5500/kg ( ± 75%), mesin pemintal menghemat pembelihan bahan baku25 s/d 100%. 5. Kapasitas produksi meningkat 2 – 5 kalilipat denganadanyamesinpemintal, pengerik dan pemipih Saran Perlu dilakukan evaluasi pada pelaksanaan program kegiatan seperti penyempurnaan web yang telah berhasil dibuat dengan lebih banyak mengupload produk hasil UKM. Untuk peningkatan kapasitas produksi perlu juga dilakukan inovasi menggunakan alat pemintal manual. DAFTARPUSTAKA Achmad Bagir (L2C005218) dan Gigih Eka Pradana, Pemanfaatan Serat Enceng Gondok Sebagai Bahan Baku Pembuatan Komposit, eprints.undip.ac.id/36736/1/38, ECENG_GONDOK.pdf,diakses26-42013 Amorisidi,M.,2007, Rekayasa Teknologi Pemilin Tali Batang Enceng Gondok Dengan Mesin Pemilin, Tesis, F.Tehnik UGM, Yogyakarta.
130
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gunawan Pasaribu dan Sahwalita, Pengolahan Enceng Gondok Sebagai bahan bakuKertas Seni, www.deptan.go.id/feati/teknologi/Gunawan.pdf, diakses26-4-2013 Junardi, 2012, Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret (Sebutret) (Studi Kasus di Kabupaten Sambas), Tesis, Pascasarjana,IPB,Bogor YayaSukaya, 2002, Desain dan Mutu Kria (KerajinanTangan) Eceng Gondok, Makalah, FPBSUPI ,Jakarta. UCAPAN TERIMAKASIH Tim pelaksana menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Pelaksanaan Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat sebagai pemberi dana kegiatan IbPE tahun 2016, Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat UNIMED beserta staf, Ketua UKM 1 dan UKM 2 sebagai sasaran program IbPE yang telah berperan aktif dan bekerja sama dengan baik sehingga kegiatan ini bermanfaat, serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, baik yang terlibat langsung maupun tidak dalam kegiatan ini.
.
131
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PELATIHAN FUNGSI-FUNGSI MICROSOFT EXCEL BAGI PERANGKAT KECAMATAN DI KECAMATAN TONDANO SELATAN KABUPATEN MINAHASA Wensi Ronald Lesli Paat Fakultas Teknik, Universitas Negeri Manado, Manado Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat pesat dan telah mempengaruhi berbagai macam aspek kehidupan manusia, salah satunya dalam mendukukung pengelolaan administrasi dan pelayanan kepada masyarakat. Microsoft Excel merupakan perangkat lunak pengolah data yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan administratif mulai dari yang paling sederhana sampai ke permasalahan yang lebih kompleks. Metode yang digunakan adalah pelatihan dengan pendekatan praktis-aplikatif, praktis dimana peserta mempraktekkan semua teori yang diberikan dan aplikatif karena materi-materi yang diberikan dan dipraktekkan berkaitan erat dengan tugas dan fungsi instansi terkait. Target pelaksanan Pelatihan ini yaitu: (1) Memperoleh gambaran tentang penguasaan fungsi-fungsi Microsoft Excel dalam proses pengadministrasian. (2) Memperoleh keterampilan mengenai penggunaan fungsi-fungsi Microsoft Excel dalam mempermudah pengadministrasian. (3) Menjadikan perangkat Kecamatan lebih kreatif dan inovatif. (4) Menerapkan ilmu yang dimiliki kepada masyarakat. Luaran dari kegiatan ini adalah: (1) Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi perangkat Kecamatan dalam menggunakan dan memaksimalkan fungsi-fungsi Microsoft Excel dengan baik. (2)Harapannya, agar supaya perangkat Kecamatan dapat mengoptimalkan kinerja pengadministrasian dalam pelayanan kepada masyarakat. Sasaran kegiatan ini adalah para perangkat Kantor Kecamatan Tondano Selatan. Pelaksanaan kegiatan di Kantor Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa dirasakan oleh pelaksana maupun peserta sangat memuaskan. Dengan indikator kehadiran peserta dan antusias peserta pelatihan cukup baik. Hasil dari pelatihan sudah cukup baik. Suasana pelatihan dan tutorial cukup bagus. Hampir semua peserta mengikuti dari awal sampai akhir. Para pejabat terkait sangat mendukung pelaksanaan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh pelaksana. Kata Kunci : Microsoft Excel, Perangakat Kecamatan, Kecamatan Tondano Selatan PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi juga berkembang dengan pesat dan pada abad 21 ini Teknologi Informasi dan Komunikasi sudah menjadi kebutuhan primer bagi banyak kalangan. Dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, suatu proses dan kegiatan dapat dilakukan dengan lebih cepat, mudah dan efisien. Oleh karena itu penguasaan terhadap perangkat teknologi komunikasi perlu diajarkan pada semua tingkatan. Microsoft Excel adalah General Purpose Electronic Spreadsheet yang dapat digunakan untuk mengorganisir, menghitung, menyediakan maupun menganalisa data-data dan mempresentasikannya ke grafik atau diagram. (Cashman, 2016: 4). Kemudahan lain yang diperoleh dari program ini adalah terintegrasinya program Microsoft Excel dengan program aplikasi windows yang lain. Saat anda membuka Microsoft Excel maka sebuah buku kerja (woorbook) siap digunakan yang didalamnya terdapat beberapa lembar kerja (worksheet). Microsoft Excel saat ini merupakan aplikasi pengolahan data yang paling banyak digunakan khususnya dalam pengelolaan administrasi. Kecamatan Tondano Selatan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Kecamatan Tondano Selatan menaungi 9 Kelurahan yang berada di ujung selatan Kota Tondano yang merupakan Ibukota Kabupaten Minahasa. Dalam pelayanan terhadap masyarakat khususnya dalam pengadministrasian data elektronik, Pemerintah Kecamatan Tondano Selatan menggunakan aplikasi Microsoft Excel, akan tetapi fungsi yang digunakan merupakan fungsi standart sebatas mengetik, menjumlah dan membuat tabel. Minimnya pengetahuan tentang penggunaan fungsi-fungsi Microsoft Excel membuat aplikasi itu sendiri tidak dimanfaatkan secara maksimal. Untuk itu perlunya diadakan pelatihan fungsi-fungsi yang ada dalam Microsoft Excel bagi perangkat Kecamatan Tondano Selatan.
132
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Target Target pelaksanaan Pelatihan Fungsi-fungsi Microsoft Excel Perangkat Kecamatan di Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa yaitu: a. Memperoleh gambaran tentang penguasaan fungsi-fungsi Microsoft Excel dalam proses pengadministrasian. b. Memperoleh keterampilan dalam mengoptimalkan fungsi aplikasi Microsoft Excel. c. Menjadikan perangkat Kecamatan lebih kreatif dan inovatif. d. Menerapkan ilmu yang dimiliki kepada masyarakat. Luaran Untuk memaksimalkan kinerja pelayanan Perangkat Kecamatan di Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa diperoleh berbagai bentuk luaran yaitu: a. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi perangkat Kecamatan dalam menggunakan dan memaksimalkan fungsi-fungsi Microsoft Excel dengan baik. b. Harapannya, agar supaya perangkat Kecamatan dapat mengoptimalkan kinerja pengadministrasian dalam pelayanan kepada masyarakat. Sasaran kegiatan ini adalah para perangkat Kantor Kecamatan Tondano Selatan. METODE PELAKSANAAN Metode Kegiatan Untuk melaksanakan kegiatan ini, maka dilaksanakan secara bermitra antara tim pelaksana yaitu dari dosen Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado dengan Pimpinan Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa. Prosedure Pelaksanaan Kegiatan 4 tahapan yaitu yang digunakan adalah perencanaan, pelaksanaan/tindakan, evaluasi dan refleksi hasil kegiatan, dan yang terakhir pelaporan hasil kegiatan. a. Tahap Perencanaan Tahapan ini dilakukan setelah dilaksanakan survey dan analisa situasi terhadap lokasi kegiatan. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah tim pelaksana berkomunikasi dengan kepala Pimpinan Kecamatan yang akan menjadi mitra untuk membicarakan maksud dan tujuan, serta mekanisme pelaksanaan kegiatan ini. Selain itu juga membicarakan hal-hal teknis yang mengenai pelaksanaan kegiatan. Setelah mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan maka tim pelaksana menyusun program pelatihan atau workshop. Selain itu juga pada tahapan ini dilakukan pengumpulan alat dan bahan yang akan digunakan. b. Pelaksanaan Pelatihan Sebelum pelaksanaan kegiatan inti dilakukan, maka dilakukan persiapan terlebih dahulu yaitu pengecekan kembali seluruh peralatan yang akan digunakan serta melakukan diskusi singkat terkait pengadministrasian berkas yang dihadapi. Pelaksanaan pelatihan atau workshop dikerjakan sesuai dengan program yang telah dibuat. Pelatihan atau workshop yang dimaksudkan direncanakan akan diadakan dalam 3 bagian, yaitu (1) Pengenalan aplikasi Microsoft Excel secara umum ; (2) Pembahasan fungsi-fungsi Microsoft Excel yang berhubungan dengan tatakelola pengadministrasian data-data kecamatan; (3) Mengintegrasikan fungsi-fungsi Microsoft Excel dengan menggunakan data-data real yang sering ditemui terkait fungsi pelayanan perangkat di Kantor Kecamatan. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut digunakan beberapa metode pelatihan. c. Evaluasi dan Refleksi Pelaksanaan evaluasi terhadap peserta, sehingga dapat diketahui sejauh mana pemahaman peserta terhadap apa yang diberikan. Evaluasi juga dilakukan terhadap tingkat pemahaman peserta secara teori dan praktek. Refleksi dilakukan terhadap sejauhmana tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilaksanakan. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari kegiatankegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka untuk menetapkan rekomendasi terhadap keberlangsungan atau pengembangan kegiatan-kegiatan berikutnya. Dengan kata lain ada tindak lanjut program yang sama.
133
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
d. Pelaporan Hasil Kegiatan Setelah pelaksanaan kegiatan selesai, maka dibuat pelaporan dari hasil kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bukti pertanggungjawaban terhadap instansi yang menugaskan, bahwa kegiatan telah dilaksanakan. PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan menyusun beberapa alternatif pemecahan masalah. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, yaitu: a. Pimpinan Kecamatan dalam hal ini Camat mewajibkan staf terkait untuk menguasai fungsi-fungsi Microsoft Excel dalam pengadministrasian berkas / data-data yang ada di Kantor Kecamatan. b. Pemerintah menyediakan staf ahli dibidang IT. c. Kepada perangkat Kecamatan diberikan kursus dan pelatihan singkat mengenai bagaimana memaksimalkan fungsi-fungsi Microsoft Excel dengan benar. Pada dasarnya semua alternatif tersebut di atas dapat ditempuh, tetapi bila dipertimbangkan lebih jauh dari berbagai segi, seperti kesiapan para perangkat, dana yang dapat disediakan, motivasi dari para pemuda itu sendiri dan lain-lain, maka alternatif yang ketiga dirasa lebih tepat untuk dipilih dan dilaksanakan, terutama dalam jangka pendek karena yang dikehendaki adalah perubahan yang segera diwujudkan. Bila alternatif pertama yang dipilih, persoalannya adalah apakah para perangkat Kecamatan memiliki pengetahuan dasar tentang Microsoft Excel, apakah fasiltas untuk menguasai Microsoft Excel telah tersedia dengan baik, apakah wawasan dan motivasi yang kini dimiliki memadai, dan apakah para perangkat serta pemerintah Kecamatan itu sendiri memiliki dana penunjang untuk itu?. Jika alternatif ketiga yang dipilih, persoalannya adalah apakah pemerintah dapat segera menyediakan dana yang diperlukan untuk pembayaran honor staf ahli atau untuk pengangkatan PNS, perlu juga mengingat moratorium pengangkatan PNS yang sedang gencar-gencarnya dilakukan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka alternatif ketigat dipandang lebih tepat untuk dipilih, dengan beberapa alasan sebagai berikut : a. Para perangkat tidak harus meninggalkan aktivitasnya dalam waktu yang cukup lama. b. Untuk kebutuhan pelatihan, para perangkat tidak perlu mengeluarkan biaya pelatihan, malah mendapatkan bantuan seperlunya untuk bahan-bahan yang diperlukan. c. Adanya lembaga pendidikan yang sanggup melaksanakan kegiatan ini (Program Studi PTIK Fakultas Teknik UNIMA) yang memili tenaga profesional dalam bidangnya. d. Dari percakapan dengan pimpinan di Kecamatan Tondano Selatan sebelum dilaksanakan pelatihan ini, menunjukkan bahwa pemerintah sangat tertarik dan berkeinginan untuk melaksanakan pelatihan ini. Jadi pemecahan masalahnya adalah dengan melaksanakan pelatihan dan kursus singkat secara langsung di lokasi atau wilayah yang menjadi sasaran kegiatan ini. Cara ini dimaksudkan untuk mengubah kondisi yang ada sekarang ini kepada kondisi yang diharapkan yaitu adanya perluasan pengetahuan, keterampilan, motivasi, kreativitas serta inovatif yang memungkinkan perangkat dapat memaksimalkan penggunaan aplikasi Microsoft Excel secaratepat dan benar.
134
KONDISI YANG ADA
PELATIHAN SINGKAT
Perangkat hanya menggunakan fungsi-fungsi standart Microsoft Excel karena minimnya pengetahuan, keterampilan, kreativitas tentang aplikasi Microsoft Excel itu sendiri
Faktor-faktor penunjang : Adanya dosen Unima yang profesional yang siap melaksanakan pelatihan Tingginya antusias perangkat untuk mengikuti pelatihan singkat ini Adanya sambutan yang baik dari pihak pemerintah setempat. Faktor-faktor penghambat :
KONDISI YANG DIHARAPKAN Adanya perluasan pengetahuan, keterampilan, motivasi, kreativitas serta inovatif yang memungkinkan peserta dapat memaksimalkan penggunaan aplikasi Micrsoft Excel secara tepat dan benar.
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Keterbatasan waktu , baik pada pihak pelaksana (Dosen Unima), maupun pihak peserta Belum maksimalnya fasilitas yang menunjang pelaksanaan kegiatan pelatihan ini Sulit mendapat fasilitas dalam jumlah yang cukup banyak secara gratis untuk digunakan dalam pelatihan ini Dengan memanfaatkan faktor-faktor penunjang yang ada, serta mengendalikan faktor-faktor penghambat seperti digambarkan diatas, maka diharapkan kegiatan pelatihan ini dapat memberikan hasil yang optimal. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan berdasarkan : a. Surat tugas dari Pimpinan Fakultas dalam hal ini Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado. b. Persetujuan lisan dari Camat Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa perihal pelaksanaan pelatihan ini. Dengan dasar tersebut, kegiatan program pengabdian pada masyarakat ini, telah dilaksanakan mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, sampai tahap pelaporan. Yang dilaksanakan pada tahap persiapan adalah menyiapkan tim pelaksana. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, dosen dibantu 1 orang mahasiswa Fakultas Teknik Program Studi PTIK UNIMA. Metode yang digunakan adalah dengan presentasi, tanya jawab, demonstrasi, pemberian tugas, dan studi kasus. Pada akhir pelaksanaan pelatihan, diberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk memberikan tanggapan terhadap pelaksanaan pelatihan ini serta memberikan pemahaman tentang bahan pelatihan yang sudah diikuti sehingga lewat tanggapan-tanggapan tersebut dapat dijadikan bahan penilaian untuk melihat tingkat keberhasilan dari pelatihan yang sudah diberikan.
135
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Untuk menilai menilai sejauh mana keberhasilan pelaksanaan kegiatan program pelatihan ini, telah dilakukan evaluasi terhadap peserta. Evaluasi dilakukan selama kegiatan dengan memberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan oleh semua peserta dan melakukan tanya jawab. Semua hasil tugas dan hasil tanya jawab dijadikan sebagai bahan penilaian keberhasilan pelatihan yang telah dilaksanakan. Seluruh hasilnya dirangkum sebagai berikut : a. Adanya respon positif dari pemerintah kecamatan khususnya aparat terkait b. Peserta telah menunjukkan kesungguhan dalam mengikuti pelatihan ini dari awal kegiatan sampai pada akhir kegiatan. c. Peserta sangat antusias, hal tersebut nampak jelas ketika peserta mempraktekan materi pelatihan yang diberikan d. Peserta menjadi lebih kreatif dan inovatif e. Para peserta mengakui bahwa pelatihan ini sangat perlu karena selama ini mereka hanya menggunakan fungsi-fungsi dasar Microsoft Excel yang tidak dapat secara optimal menyelesaikan masalah-masalah yang di temui. f. Para peserta berhasil mengerjakan latihan-latihan yang diberikan g. Para peserta pada umumnya menyatakan bahwa mereka merasa beruntung memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan ini, dan mereka mengharapkan Unima untuk melaksanakan kegiatan lanjutan h. Para peserta menyatakan terima kasih kepada pelaksana. Dari penjelasan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut : a. Pelatihan fungsi-fungsi Microsoft Excel bagi perangkat Kecamatan Tondano Selatan yang walaupun singkat pelaksanaannya tetapi dapat mendorong tumbuhnya keterampilan, motivasi, kreativitas, serta inovatif dalam pekerjaan sehari-hari khusunya dalam mengelola data Kecamatan. b. Teknologi informasi dalam hal ini penggunaan Microsoft Excel sangat penting dalam menunjang pekerjaan terkait dengan pelayanan masyarakat yang prima c. Program Studi PTIK Fakultas Teknik UNIMA sangat dibutuhkan diberbagai bidang guna meningkatkan kualitas berbagai bidang di Sulawesi Utara. KESIMPULAN a. Kesimpulan 1) Kegiatan pengabdian masyarakat ini berbentuk pelatihan singkat fungsi-fungsi Microsoft Excel kepada para perangkat Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa telah berhasil dilaksanakan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan 2) Kegiatan ini dapat membantu perangkat dalam mengolah data secara optimal untuk dapat memberikan pelayanan terbaik terhadap masyarakat 3) Kegiatan ini sebagai uasaha pemerataan IPTEKS di daerah Sulawasi Utara, dimana teknologi bukan hanya diperuntukan oleh masyarakat kota besar 4) Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas aparatur negara sebagai abdi masyarakat. 5) Kegiatan ini telah memberikan kontribusi bagi LPM UNIMA untuk mempertimbangkan dalam menetapkan program-programnya diwaktu yang akan datang. b. Saran 1) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat seperti ini perlu dilajutkan dengan materi dan kegiatan yang sama tapi dapat dilaksanakan ditempat yang berbeda, ataupun materi yang berbeda ditempat yang sama. 2) Hubungan kerja sama antara UNIMA dengan pemerintah mulai dari pemerintah Provinsi sampai pemerintah Desa / Kelurahan melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat yang selama ini telah terjalin perlu ditingkatkan dan diperluas dalam menangani permasalahan yang berhubungan dengan teknologi informasi. 3) Setiap tenaga akademik di Perguruan Tinggi (Dosen) khusunya UNIMA hendaknya peka terhadap kondisi masyarakat serta persoalan yang ada didalamnya, dengan cara memberikan solusi-solusi yang bermanfaat dan berdampak positif. DAFTAR PUSTAKA Arigin, Johan. 2013. Aplikasi Excel Untuk Akuntansi Manajemen Modern, Jakarta : Penerbit Elex Media Komputindo
136
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Cashman, S. 2016. Microsfot Offcie 365:Introductory. Michigan : Sin Vandy Publishing Co. Cashman, S.. 2016. Discovering Computers & Microsfot Offcie 2013. Michigan : Vermaat Publishing Co. Purnomo, C.H. 2009 120 Tip & Trik Menggunakan Microsoft Office Excel 2007, Jakarta Selatan : Penerbit Media Kita Supriansyah, H. 2008. Buku Pintar Microsoft Excel, Bandung : Penerbit OASE MEDIA.
137
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
IDENTIFIKASI POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI DESA LUBUK KERTANG, KECAMATAN BRANDAN BARAT KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA Mohammad Basyuni1*, Yuntha Bimantara1, Bejo Slamet1, Achmad Siddik Thoha1 1
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155 * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Desa Lubuk Kertang memiliki638.47 ha hutan mangrove. Sepuluh jenismangrove ditemukan di Desa Lubuk Kertang Village adalah Avicennia marina, A. lanata, Bruguiera sexangula, Rhizophora apiculata, Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, Lumnizera racemosa, Sonneratia caseolaris, Excoearia agallocha dan Acanthus ilicifolius. Indeks kesesuaian ekosistem mangrove untuk kegiatan ekowisata di Desa Lubuk Kertang adalah 36 orang/hari. Terdapat tiga strategi prioritas untuk pengembangan ekowisata di Desa Lubuk Kertang, pertama, meningkatkan pengelolaan ekosistem hutan mangrove melalui kegiatan ekowisata dan interpretasi lingkungan. Kedua, untuk menjaga obyek ekowisata mangrove dengan memperhatikan daya dukung wilayah Desa Lubuk Kertang tersebut. Ketiga, dalam rangka untuk mempromosikan ekowisata mangrove yang masih baru digunakan media internet atau media sosial. PENDAHULUAN Latar Belakang Kekhasan ekosistem mangrove Indonesia yakni memiliki keanekaragaman jenis yang paling tinggi di dunia. Sebaran mangrove di Indonesia terutama di wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan dan Papua (Wijayanti, 2011). Suatu upaya pemanfaatan sumberdaya lokal yang optimal adalah dengan mengembangkan pariwisata dengan konsep ekowisata. Wisata yang dilakukan dalam konteks ini memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya-upaya konservasi, pemberdayaan ekonomi lokal dan saling menghargai perbedaan kultur atau budaya. Pergeseran konsep kepariwisataan dunia ke model ekowisata, disebabkan karena kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata buatan. Sekiranya peluang ini dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menarik wisatawan asing mengunjungi obyek berbasis alam dan budaya penduduk lokal (Satria, 2009). Model ekowisata tersebut menunjukkan bahwa kegiatan ekowisata mengintregasikan kegiatan pariwisata, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat lokal, sehingga masyarakat setempat dapat ikut serta menikmati keuntungan dari kegiatan wisata tersebut melalui pengembangan potensi-potensi lokal yang dimiliki. Selanjutnya melalui penyelenggaraan kegiatan ekowisata diwilayah pesisir, keberadaan hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem pesisir yang penting, dilindungi sekaligus dikembangkan sebagai atraksi wisata dengan berbagai kegiatan yang menarik. (Mukaryanti dan Saraswati, 2005). Ekosistem mangrove dengan keunikan yang dimilikinya, merupakan sumberdaya alam yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat kunjungan wisata. Penerapan sistem ekowisata di ekosistem mangrove ini merupakan suatu pendekatan dalam pemanfaatan ekosistem tersebut secara lestari. Kegiatan ekowisata adalah alternatif yang efektif untuk menanggulangi permasalahan lingkungan di ekosistem ini seperti tingkat eksploitasi yang berlebihan oleh masyarakat dengan menciptakan alternatif ekonomi bagi masyarakat (Muhaerin, 2008). Adapun tujuan pengabdian yang dilakukan yakni: 1. Mengkaji kondisi kawasan ekosistem mangrove Lubuk Kertang sebagai kawasan ekowisata. 2. Mengkaji potensi wisata kawasan ekosistem mangrove sebagai dasar untuk pengembangan ekowisata mangrove di pesisir Lubuk Kertang, Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. 3. Mengkaji strategi yang tepat untuk pengembangan ekowisata mangrove di pesisir Lubuk Kertang berdasarkan persepsi wisatawan dan daya dukung lingkungan.
138
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Manfaat Pengabdian Manfaat dari pengabdian ini adalah dapat memberikan informasi dan masukan bagi pengambil keputusan dalam mengelola ekowisata mangrove dengan tetap memperhatikan kondisi kelestarian ekologi dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan ekosistem mangrove Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. METODE PENGABDIAN Waktu dan Tempat Pengabdian Pengabdian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2016 di Dusun Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang terletak pada 04o02’59,73” LU dan 98o18’02,40” BT.
Gambar 1. Peta lokasi pengabdian Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam pengabdian ini adalah tali rafia, plastik, karet gelang, pisau, kertas label, ekosistem mangrove yang akan diamati dan kuisioner untuk mendapatkan data primer serta sekunder. Alat-alat yang digunakan dalam pengabdian ini adalah kamera digital, buku tulis, alat tulis, Global Positioning System (GPS), kompas, rol meter kain, tonggak kayu, dan buku panduan identifikasi mangrove di Indonesia. Metode Pengamatan Ekosistem mangrove Penentuan lokasi stasiun pengamatan di Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang dilakukan dengan metode purposive sampling. Pada setiap lokasi pengamatan, dibuat petak-petak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran: 1) 10 x 10 m untuk tingkat pohon (diameter batang > 10 cm dan tinggi > 1,3 m) 2) 5 x 5 m untuk tingkat pancang (diameter batang 2-10 cm dan tinggi > 1 m) 3) 2 x 2 m untuk semai (diameter batang < 2 cm dan tinggi < 1 m). Satuan contoh yang dipakai dalam kegiatan analisis vegetasi di hutan mangrove adalah jalur. Lebar jalur yang dipakai adalah 10 meter dengan arah tegak lurus garis pantai ke arah daratan. Untuk hutan mangrove yang tumbuh di pinggir sungai arah jalur tegak lurus dengan garis sungai. Jika keduanya dipergunakan maka perlu diusahakan agar jalur arah tegak lurus pantai tidak sampai berpotongan dengan jalur arah tegak lurus sungai. Secara umum gambaran umum petak contoh pengamatan vegetasi di lapangan dengan metode jalur, Data yang diambil adalah jenis mangrove yang berada di dalam stasiun pengamatan serta pengamatan visual biota-biota yang berada di stasiun tersebut (Bengen, 2001). Metode Pengambilan Data Persepsi Masyarakat Pengelola Kawasan Ekowisata dan Persepsi Pengunjung Data dikumpulkan secara langsung di lokasi pengabdian melalui wawancara secara terstruktur dengan jumlah responden 49 orang dari 56 total dari keseluruhan kelompok masyarakat pengelola kawasan ekowisata yang ditentukan dan jumlah responden 92 orang dari 119 orang pengunjung total pertahun ke kawasan ekowisata mangrove desa nagalawan yang ditentukan dengan rumusSlovin(Setiawan,2007).
139
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Keterangan : n = Ukuran Sampel yang dibutuhkan N = Ukuran Populasi e = Margin error yang diperkenankan (5%) Metode pengambilan sampel/responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan atau tujuan tertentu. Metode Analisa Data Analisis Potensi Ekosistem Mangrove Data yang dikumpulkan meliputi: data mengenai jenis spesies, jumlah individu, dan diameter pohon. Datadata tersebut kemudian diolah untuk mengetahui kerapatan setiap spesies dan kerapatan total semua spesies dengan menggunakan rumus masing-masing dibawah ini dalam RSNI 3 (2011). a. Kerapatan Spesies Kerapatan spesies adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut: Kerapatan Spesies = ni / A b. Kerapatan Total Kerapatan Total adalah jumlah semua individu mangrove dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut: Kerapatan Total = Σn / A Keterangan: Ni : Jumlah total individu dari spesies i Σn : Jumlah total individu seluruh spesies A : Luas area pengambilan contoh Analisis Kesesuaian Kegiatan wisata yang akan dikembangkan harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai objek wisata yang akan dikembangkan. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata mangrove adalah (Yulianda, 2007):
IKW =
)
Keterangan: IKW = Indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata mangrove (Sesuai: 83% - 100%, Sesuai Bersyarat: 50% - <83%, Tidak Sesuai: <50) Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor). Nmaks = Nilai maksimum dari kategori wisata mangrove (39). Analisis Daya Dukung Analisa daya dukung ditujukan untuk pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Metode untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) :
DDK = K× Keterangan: DDK = Daya Dukung Kawasan (orang/hari). K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang). Lp = Panjang area yang dapat dimanfaatkan (m).
140
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Lt Wt Wp
= Unit area untuk kategori tertentu (m). = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari). = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam/hari).
Adapun potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) adalah seperti yang tertera dalam Tabel 4. Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam1hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengelolaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Masyarakat Pemanfaat Ekosistem Mangrove Jumlah respoden adalah 49 orang, terdiri dari 28 orang laki-laki dan 21 orang perempuan. Sebagian besar usia masyarakat berkisar antara usia 37-46 tahun sebesar 37,54%.Kisaran usia 17-26 tahun adalah 5,22%, usia 27-36 adalah 33,61%, usia 47-56 tahun masing-masing adalah 15,22%, dan usia >56 tahun adalah 8,41%. Secara umum pendidikan masyarakat belum memadai karena masyarakat yang berpendidikan SD sebanyak 46,65%, SMP 34,82%, SMA 17,31% dan yang berpendidikan diploma 1,22 %. Tidak ditemukan masyarakat yang tidak pernah sekolah. Berdasarkan karakteristik pekerjaan, wiraswasta sebanyak 8,62 %, Petani 39,15%, Nelayan 48,85%, dan lain lain 3,38%. Sebagian besar masyarakat pemanfaat ekosistem mangrove di Desa Lubuk Kertang tidak menjadikan pemanfaatannya sebagai pekerjaan utama karena hanya 16,15 % tetapi sebagai pekerjaan tambahan yakni sebesar 83,85%. Karateristik tingkat pendapatan masyarakat untuk memanfaatkan ekosistem mangrove yakni memiliki penghasilan sebesar < Rp.500.000/bln adalah sebanyak 20 orang, penghasilan sebesar Rp.500.000 – Rp. 2.000.000/bln adalah sebanyak 25 orang, dan sebesar Rp. 2.000.000 – Rp. 4.000.000/bln adalah sebanyak 4 orang. Tidak ditemukan masyarakat yang memiliki penghasilan > Rp. 4.000.000. Kegiatan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove oleh Masyarakat Masyarakat sebagian besar melakukan kegiatan pemanfaatan kawasan mangroveLubuk Kertang berupa pengolahan hasil buah dan daun mangrove sebesar 20,35%,. Sisanya ada yang melakukan penangkapan udang, kerang, dll sebesar 56,77 %yang melakukanpemanfaatan dengan menangkap ikan sebesar 13,26 % dan menangkap kepiting sebesar 9,62 %. Alasan masyarakat melakukan kegiatan pemanfaatan kawasan ini sangat beragam, misalnya untuk kepentingan komersial (16,25%), untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari (48,17%) dan alasan masyarakat yang paling banyak adalah untuk kegiatan wisata (35,58%) untuk kegiatan wisata. Pemahaman dan Persepsi Masyarakat Pemahaman masyarakat terhadap ekosistem mangrove cukup sedang sebesar 61,54 %. Sebagian besar masyarakat yang sudah mengetahui pengertian ekosistem mangrove secara umum dan fungsinya sebesar 24,66 %, Namun ditemukan beberapa masyarakat yang sama sekali belum mengetahui tentang ekosistem ini yakni sebesar 13,8 %. Lebih dari 50% masyarakat Lubuk Kertang belum mengenal istilah ekowisata. Masyarakat sebagian besar mengatakan bahwa kondisi mangrove di Lubuk Kertang berada dalam keadaan baik (53,84%). Adapula beberapa yang mengatakan kondisi mangrove berada dalam keadaan buruk (46,16%). Keterlibatan Masyarakat Dari hasil kuisioner, hampir seluruh masyarakat (75%) terlibat dalam kegiatan ekowisata. Masyarakat yang telah terlibat dalam kegiatan ekowisata ini sebagian besar ada yang menjadi pengelola kawasan wisata
141
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
(38,46%), penjual/pengelola hasil daun dan buah mangrove (14,61%), pemandu wisatawan(12,46%), penjaga kantin (1,5%), penjual hasil tangkapan nelayan (2,8%), dan lain–lain (5,17%). Karakteristik Pengunjung Responden untuk pengunjung yang diwawancarai adalah sebanyak 92 orang. Pengunjung terdiri atas 47 laki-laki dan 45 perempuan. Karakteristik usia pengunjung didominasi oleh kisaran usia 17-26 tahun sebanyak 83,76%. Pengunjung yang memiliki usia 27-36 tahun sebanyak 9,35%, usia 37-46 tahun sebanyak 3,42%, usia 47-56 tahun sebanyak 2,32% dan di atas 56 tahun sebanyak 1,15%.Karakteristik tingkat pendidikan pengunjung sangat bervariasi, mulai dari yang tidak pernah sekolah (1,19%) sampai dengan tingkat S1 (20,63%). Tingkat pendidikan pengunjung yang paling banyak adalah tingkat SMA sebanyak 78,18 %. Rata-rata pendapatan pengunjung yang paling banyak didapatkan adalah kurang dari Rp. 500.000 sebanyak 60,22 %, Rp. 500.000 – 2.000.000 per bulannya (22,67%). Pengunjung yang mempunyai penghasilan Rp. 2.000.000 – Rp. 4.000.000 sebanyak 15,10 % dan pengunjung dengan penghasilan diatas Rp. 4.000.000 sebanyak 2,01%. Pengunjung yang datang ke kawasan Ekowisata Lubuk Kertang Dusun Paluh Tabuhan ini mengatakan mengetahui informasi tentang tempat wisata mangrove ini 90,84 % dari teman ataupun keluarga yang sudah berkunjung ketempat ini sebelumnya, sebesar 9,16 % mendapat informasi dari pameran wisata. Pengunjung sebagian besar berasal dari dalam Kabupaten Langkat (78,37 %). Pengunjung yang datang dari luar Kabupaten Langkat tetapi masih berada di dalam Provinsi Sumatera utara sebanyak 19,59% dan yang datang dari luar Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 2,04%. Sebagian besar pengunjung mengunjungi Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang dengan teman (49,74%), dengan rombongan (27,75%), dengan keluarga (21,38%), dan hanya sendiri (1,13%). Sebagian besar pengunjung (39,92%) pernah mengunjungi tempat wisata mangrove ini sebelumnya bersama teman, keluarga maupun rombongan lainnya, dan sisanya belum pernah sama sekali ke tempat ini sebelumnya atau dengan kata lain baru pertama kalinya mengunjungi tempat ini. Alasan pengunjung mengatakan mengapa baru pertama kali ketempat ini dikarenakan 77,67% belum mendapatkan informasi sama sekali tentang tempat wisata ini, 13,91% mengatakan belum ada waktu untuk mengunjungi tempat ini, 7,76% dikarenakan lokasi wisata mangrove yang jauh, dan sisanya 0,66% tidak tertarik untuk mengunjungi tempat Ekowisata Mangrove Desa Lubuk Kertang, Dusun Paluh Tabuhan. Pemahaman dan Persepsi Pengunjung Secara umum pemahaman pengunjung tentang ekosistemmangrove dan ekowisata masih sangat rendah. Pengunjung Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang sebagian besar mengatakan kondisi mangrove di pesisir ini masih dalam keadaan baik, beberapa mengatakan sedang dan sedikit sekali pengunjung yang mengatakan kondisi mangrove diwilayah ini dalam keadaan buruk. Sarana dan prasarana adalah salah satu kunci utama yang akan mendukung keberhasilan pengembangan di suatu kawasan. Lebih dari 50% masyarakat mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana yang mencakup listrik, air bersih, aula, transportasi di sekitar kawasan Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang sudah memadai dengan kualitas sedang. Sebagian besar pengunjung mengatakan bahwa jasa yang diberikan masyarakat pengelola ke pengunjung yang datang ke kawasan pesisir Lubuk Kertang mengatakan 74,18% sedang. Sebesar 25,11% dari pengunjung mengatakan layanan jasa yang diberikan baik. Pengunjung yang berpendapat bahwa layanan jasa yang diberikan masyarakat pengelola ke pengunjung buruk adalah sebesar 0,71%. Sebagian besar pengunjung (87,84%) mengatakan bahwa dikawasan Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang tidak ditemukan pendidikan yang bersifat lingkungan dan sisanya sekitar 12,16 % menagatakan dikawasan ini ditemukan pendidikan yang bersifat lingkungan baik dari pamflet nama pohon yang diletakkan dipohon maupun pemberitahuan secara lisan dari pengelola kawasan wisata. Persepsi masyarakat terhadap kondisi mangrove dikatakan baik oleh pengunjung karena pengunjung menilainya secara visual. Keinginan Pengunjung Berwisata Mangrove Sekitar 79,85% pengunjung mengatakan bersedia datang untuk berwisata mangrove, sekitar 19,91 % mengatakan tidak tahu dan sisanya sekitar 0,24 % mengatakan tidak akan lagi berwisata mangrove.
142
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Potensi Sumberdaya Mangrove Komposisi jenis mangrove yang didapatkan pada setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 1.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 1. Komposisi jenis mangrove yang didapatkan Stasiun Nama Spesies I II Api-api (Avicennia lanata) √ Mata Buaya (Bruguiera sexangula) √ Bakau Minyak (Rhizophora apiculata) √ √ Perepat (Sonneratia caseolaris) √ Tengar (Ceriops tagal) √ √ √ Teruntum (Lumnitzera racemosa) √ Cingam (Scyphiphora hydrophyllacea) Buta-buta (Excoecaria agallocha) √ Nyirih (Xylocarpus granatum) √ Jeruju (Acanthus ilicifolius) -
III √ √ √
Kesesuaian Ekologis Untuk Kegiatan Ekowisata Kesesuaian ekologis untuk kegiatan ekowisata dapat dilihat pada Tabel 2 No 1 2 3
Tabel 2. Kesesuaian Ekologis Lokasi Kategori Stasiun I Sesuai Bersyarat Stasiun II Sesuai Bersyarat Stasiun III Sesuai Bersyarat
Daya Dukung Kawasan Untuk Kegiatan Ekowisata Daya dukung kawasan mangrove dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Daya dukung Kawasan Mangrove. DDK No Lokasi Track (Org/hari) 1 5 1 Daratan 2 12 1 3 Peraira 2 2 1 n 3 1
Total (Org/hari) 17 5
Strategi Pengembangan Ekowisata 1. Faktor-Faktor Internal (IFAS) a. Kekuatan (Strengths) 1. Potensi alam yang mendukung untuk dilakukan kegiatan ekowisata. 2. Sarana dan Prasarana yang cukup memadai. 3. Keberadaan kelompok masyarakat sebagai pengelola sumberdaya mangrove. b. Kelemahan (Weakness) 1. Rendahnya pemahaman masyarakat dan pengunjung tentang sumberdaya dan ekosistem mangrove dan juga ekowisata. 2. Kurangnya dukungan dari pemerintah desa setempat . 3. Kurangnya informasi/promosi tentang adanya wisata mangrove di desa Lubuk Kertang. 2. Faktor-Faktor Eksternal (EFAS) a. Peluang (Opportunities) 1. Tingginya minat wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata mangrove. 2. Lokasi tempat wisata yang strategis. 3. Menghasilkan produk unggulan hasil dari sumberdaya mangrove dan satu – satunya di Sumatera Utara.
143
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
b. Ancaman (Threats) 1. Persaingan dengan obyek wisata yang lain. 2. Dampak negatif dari aktifitas wisata (sampah, potensi buangan limbah, kegiatan yang merusak ekosistem mangrove, dll). 3. Konflik kepentingan. Matriks SWOT Alternatif Strategi Berdasarkan analisis yang mempertimbangkan kepentingan faktor-faktor eksternal dan internal serta keterkaitan antar faktor-faktornya (analisis SWOT) maka diperoleh alternatif strategi kegiatan ekowisata mangrove di sekitar kawasan Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang sebagai berikut: 1. Meningkatkan usaha pengelolaan ekosistem mangrove melalui kegiatan ekowisata 2. Menjaga obyek wisata mangrovc dengan tetap memperhatikan daya dukung kawasan. 3. Memberikan promosi baik lewat internet maupun media lainnya untuk menarik minat wisatawan berwisata mangrove. 4. Meningkatkan dan mempromosikan usaha hasil pengolahan produk dari mangrove kepada wisatawan. 5. Memberikan pendidikan lingkungan/konservasi kepada setiap wisatawan dengan cara menjaga kebersihan di tempat wisata, dll. 6. Meningkatnya partisipasi dari pemerintah setempat dalam penyelesaian konflik kepentingan yang terjadi antara kelompok masyarakat pengelola dengan beberapa masyarakat sekitar yang belum sadar akan pentingnya menjaga lingkungan pesisir, terkhusus ekosistem mangrove. 7. Meningkatkan peran PEMDES setempat dalam partisipasinya mendukung pengelolaan obyek wisata mangrove lebih lanjut. 8. Meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar & penginjung untuk mau merehabilitasi ekosistem mangrove yang rusak dan kritis. 9. Diadakannya pelatihan tambahan kepada kelompok masyarakat pengelola kawasan supaya masyarakat pengelola kawasan wisata bisa berbagi tentang pendidikan lingkungan kepada wisatawan. Dari delapan alternatif strategi diperoleh tiga prioritas utama kegiatan untuk pengelolaan ekowisata mangrove di Lubuk Kertang. Strategi-strategi tersebut adalah: Pertama, meningkatkan usaha pengelolaan ekosistem mangrove melalui kegiatan ekowisata Menurut Dahuri (1996), alternatif pemanfaatan hutan mangrove yang paling memungkinkan tanpa merusak ekosistem mangrove meliputi: pengabdian ilmiah (scientific research), pendidikan (education), dan rekreasi terbatas/ ekoturisme (limited recreation/ecotourism). Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (Yulianda, 2007). Konsep ekowisata merupakan salah satu alternatif untuk pengelolaan kawasan wisata dalam suatu wilayah yang tetap memperhatikan konservasi lingkungan dengan menggunakan potensi sumberdaya dan mengikut sertakan masyarakat lokal. Kedua, menjaga obyek wisata mangrove dengan tetap memperhatikan daya dukung kawasan. Banyak cara dapat dilakukan dalam menjaga obyek wisata dengan memperhatikan daya dukung kawasan, salah satunya tidak membuang sampah sembarangan pada kawasan mangrove maupun membatasi setiap pengunjung yang datang tidak melebihi kemampuan daya dukung kawasan suatu wisata, karena dapat mengakibatkan mangrove dikawasan tersebut rusak dan otomatis dengan rusaknya mangrove maka tempat wisata mangrove akan rusak baik secara langsung maupun perlahan dan ini otomatis akan mengurangi minatpengunjung yang akan berkunjung lagi ke tempat wisata mangrove ini. Ketiga, memberikan promosi baik lewat internet maupun media lainnya untuk menarik minat wisatawan berwisata mangrove. Dari hasil kuisioner yang didapat dari pengunjung, masih banyak yang belum tahu adanya tempat wisata mangrove, masih banyak yang baru pertama kali untuk datang mengunjungi tempat wisata mangrove ini dan belum pernah mengetahui bahwa mangrove dapat diolah menjadi makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi. Oleh karena itu, perlu dilakukan promosi baik melalui internet maupun pamplet di pinggir jalan besar menuju tempat wisata mangrove ini sehingga dapat menarik banyak wisatawan untuk mengunjugi dan melakukan wisata mangrove.
144
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kondisi kawasan dari hasil pengamatan mangrove di 3 stasiun diperoleh 10 jenis mangrove yang terdiri dari Api-api (Avicennia lanata), Mata Buaya (Bruguiera sexangula), Perepat (Sonneratia caseolaris), Cingam (Scyphiphora hydrophyllacea), Tengar (Ceriops tagal), Teruntum (Lumnitzera racemosa), Bakau Minyak (Rhizophora apiculata), Nyirih (Xylocarpus granatum), Buta-buta (Excoecaria agallocha), Jeruju (Acanthus ilicifolius). 2. Potensi wisata di kawasan ekosistem mangrove di Desa Lubuk Kertang, Dusun Paluh Tabuhan adalah menghasilkan produk unggulan hasil dari sumberdaya mangrove dan satu – satunya di Langkat dan bahkan mengimbangi ekowisata mangrove di Lubuk Kertang, serta keberadaan kelompok tani Bakau Mas dan Tani Abadi Mangrove sebagai pengelola sumberdaya mangrove di kawasan Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang Dusun Paluh Tabuhan. 3. Strategi alternatif pengelolaan ekowisata mangrove yang diprioritaskan di kawasan Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang adalah meningkatkan usaha pengelolaan ekosistem mangrove melalui kegiatan ekowisata, menjaga obyek wisata mangrove dengan tetap memperhatikan daya dukung kawasan dan memberikan promosi baik lewat internet maupun media lainnya untuk menarik minat wisatawan berwisata mangrove. Saran 1. Perlu diadakannya pengabdian lebih lanjut tentang wisata mangrove baik dari analisa keanekaragaman biota maupun kerusakan mangrove lebih lanjut di kawasan Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang. 2. Perlu diadakan analisa vegetasi lebih lanjut secara keseluruhan di kawasan ekosistem mangrove di Desa Lubuk Kertang. UCAPAN TERIMAKASIH Kegiatan pengabdian ini dibiayai oleh Skim Pengabdian Berbasis Penelitian Non-PNBP 2016 dari Universitas Sumatera Utara sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Program Pengabdian Kepada Masyarakat No. 453C/UN5.2.3.2.1/PPM/2016, tanggal 31 Agustus 2016. DAFTAR PUSTAKA Bahar, A. 2004. Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangan Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Bato, M., Yulianda, F. dan Achmad Fahruddin. 2013. Kajian manfaat kawasan konservasi perairan bagi pengembangan ekowisata bahari, Studi kasus di kawasan konservasi perairan Nusa Penida, Bali. Depik 2 (2):104-113. ISSN 2089-7790. Bengen, G. dan L. Adrianto. 1998. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove. Makalah Lokakarya Jaringan Kerja Pelestarian Mangrove. Bogor: PKSPL. Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal 21. Bengen, D. G. 2001. Ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut serta pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan. Prosiding pelatihan pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Bogor, 29 Oktober -3 November 2001. Bengen, D. G. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dahuri, R. 1996. Pengembangan Rencana Pengelolaan Pemanfaatan Berganda Hutan Mangrove Sumatera. PPLH. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dedi, S. 2007. Ekofisiologi dan Zonasi. http://web.ipb.ac.id . Diakses pada
di
tanggal 13 Mei 2014.
FAO. 2007. The World’s Mangroves 1980–2005. Forest Resources Assessment Working Paper No. 153. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.
145
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Honey, M. 1999. Ecotourism and Sustainable Development. Who owns Paradise?
Island
Press.
Washington D.C. potensi sumberdaya Mangindaan, P., Wantesan, A., Stephanus V. dan Mandagi. 2012. Analisis mangrove di Desa Sarawet, Sulawesi Utara, sebagai kawasan ekowisata. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis VIII (2) : 44-51. Muhaerin, M. 2008. Kajian Sumberdaya Ekosistem Mangrove Untuk Pengelolaan Estuari Perancak, Jembrana, Bali. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ekowisata
Di
Mukaryanti dan Saraswati A., 2005. Pengembangan ekowisata sebagai pendekatan pengelolaan sumberdaya pesisir berkelanjutan. Kasus Desa Blendung - Kabupaten Pemalang. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT 6 (2) : 391 - 396. Muttaqin, T., Purwanto, R.H., dan Siti N.R., 2011. Kajian potensi dan strategi pengembangan ekowisata di cagar alam Pulau Sempu Kabupaten Malang provinsi Jawa timur. GAMMA 6 (2):152161. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Noor, Y.R., Khazali, M., dan Suryadiputra, I.N.N., 2006. Panduan Pengenalan Indonesia.Wetlans International Indonesia Programme. Bogor.
Mangrove
Nugrahanti, I. M. dan Ardi, M.T. 2012. Pengembangan permukiman nelayan Pantai Timur Surabaya. Jurnal Teknik Pomits 1 (1) : 1-5.
berbasis
Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. Cetakan ke 10.Jakarta: Utama.
di ekowisata
di
Konsep Gramedia Pustaka
Rumapea, M. 2005. Pengaruh keberadaan hutan bakau (mangrove) terhadap usaha produksi arang dan perekonomian daerah di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Wahana Hijau 1 (2):60-68. Satria, D. 2009. Strategi pengembangan ekowisata berbasis ekonomi lokal dalam rangka program pengentasan kemiskinan di wilayah Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Applied Economics 3(1):37-47. Sawitri, R., Bismark, M. dan Endang K. 2013. Ekosistem mangrove sebagai obyek wisata alam di kawasan konservasi mangrove dan Bekantan di Kota Tarakan. Jurnal Pengabdian Hutan dan Konservasi Alam 10 (3):297-314. Setiawan, 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya. Skripsi. Universitas Padjajaran. Bandung. Simanjuntak, Y. M. N. 2009. Analisis Nilai Ekonomi dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara). Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Supardjo, M. N. 2008. Identifikasi Mangrove di Segoro Anak Selatan, Taman Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Saintek Perikanan 3 (2):9-15.
Nasional
Alas
Purwo
Suratmo, G. 1990. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. The Ecoutorism Society. 1999. Ekotourisme. Petunjuk untuk Perencana dan Epplerwood (USAID). Jakarta.
146
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
Pengelola.
Megan
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Wiharyanto, D. dan Asbar L. 2010. Kajian pengelolaan hutan mangrove di kawasan konservasi Desa Mamburungan Kota Tarakan Kalimantan Timur. Media Sains 2(1) : 10-17. Wijayanti, T., 2011. Konservasi hutan mangrove sebagai wisata pendidikan. Lingkungan 1:15 - 25.
Jurnal
Ilmiah
Teknik
Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Seminar Sains 21 Februari 2007. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK IPB.
147
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
IBM KELOMPOK GURU SMP MEMBUAT MULTIMEDIA PEMBELAJARAN Mukti Hamjah Harahap1*, Iis Siti Jahro1, Abdul Hakim Daulae1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan, Medan * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Dalam pengabdian ini diambil sebagai Mitra (1) adalah Kelompok Guru SMP Negeri 1 Hamparan Perak, Mitra ini di berlokasi di desa Slemak, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang, Prop. Sumatera Utara yang jaraknya sekitar 8 km dari Universitas Negeri Medan. Dari hasil survey tim ke pada Kelompok guru SMP Negeri 1 Hamparan Perak memiliki 46 guru tetap. Pendidikan S1 36 orang, yang sudah bersertifikasi 44 orang.di sekolah ini telah diberi fasilitas infocus sejumlah 3 unit.Sedangkan sebagai Mitra (2) Kelompok guru SMP PAB 9 Hamparan Perak.Mitra ini di berlokasi di desa Kelambir V, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang, Prop. Sumatera Utara yang jaraknya sekitar 6 km dari Universitas Negeri Medan. Dari hasil survey tim ke pada Kelompok guru SMP PAB 9 Hamparan Perak memiliki 30 guru tetap. Pendidikan S1 26 orang, yang sudah bersertifikasi 18 orang.Disekolah ini telah diberi fasilitas infocus sejumlah 2 unit. Dari hasil survey pada kedua sekolah ini ternyata hanya 15% guru yang menggunakan peralatan infocus untuk mengajar di kelas, hal ini dikarenakan guru yang 85% lagi hanya menggunakan cara belajar konvensional. Selama ini guru yang jumlahnya sekitar 85% tidak menggunakan infocus dikarenakan tidak memiliki media pembelajaran dalam bentuk Multimedia. Lebih jauh lagi lagi pengakuan guru-guru tersebut karena mereka kurang memahami dan tidak bisa membuat media pembelajaran berbasis Multimedia. Untuk itulah makanya perlu dilakukan pelatihan membuat multimedia pembelajaran pada kedua Mitra tersebut. Target IbM ini adalah agar guru-guru SMP yang menjadi mitra mampu merancang, memilih, membuat dan dapat sekaligus menyajikan Multimedia pembelajaran di depan kelas. Adapun luaran dari kegiatan ini adalah menghasilkan produk berupa Multimedia pembelajaran dengan Microsof Word, Microsof Powerpoint dan Flash. Pada kondisi awal diperoleh data kemampuan rata–rata guru-guru mengusaiketerampilan pada Microsoft Word 52.6 dan setelah dilakukan dengan kegiatan metode pelatihan kemampuan meningkat menjadi 72.6 dan setelah dilakukan metode pendampingan lebih meningkat menjadi rata-rata 88.4. Demikian juga pada Microsoft Powerpoint rata-rata awal 46.7 dan setelah dilakukan dengan kegiatan metode pelatihan kemampuan meningkat menjadi 72.1 dan setelah dilakukan metode pendampingan lebih meningkat menjadi rata-rata89.1. Pada Flash rata-rata awal 38.4 dan setelah dilakukan dengan kegiatan metode pelatihan kemampuan meningkat menjadi 60.8 dan setelah dilakukan metode pendampingan lebih meningkat menjadi rata-rata66.5. Setelah pengabdian diterapkan dengan metode pelatihan dan pendampingan kepada guru ternyata kegiatan tersebut dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran dengan berbasis multimedia sehingga 100% guru-guru peserta kegiatan dapat menggunakannya di depan kelas. Pada akhir kegiatan guru-guru sudah dapat mengajarkannya di depan kelas dengan menggunakan computer dan pointer sebagai alat bantu pembelajaran. Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pelatihan dan dilanjutkan dengan metode pendampingan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran dengan berbasis multimedia, serta dapat mengajar di depan kelas. Kata Kunci: Multimedia pembelajaran, metode pelatihan, metode pendampingan I. PENDAHULUAN Dalam kegiatan pengabdian ini sebagai Mitra (1) adalah Kelompok guru SMP bernama Kelompok Guru SMP Negeri 1 Hamparan Perak, Mitra ini di berlokasi di desa Slemak, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang, Prop. Sumatera Utara yang jaraknya sekitar 8 km dari Universitas Negeri Medan. Dari hasil survey tim ke pada Kelompok guru SMP Negeri 1 Hamparan Perak memiliki 46 guru tetap. Pendidikan S1 36 orang, yang sudah bersertifikasi 44 orang.Disekolah ini telah diberi fasilitas infocus sejumlah 3 unit. Sedangkan sebagai Mitra (2) direncanakan Kelompok guru SMP PAB 9 Hamparan Perak.Mitra ini di berlokasi di desa Kelambir V, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang, Prop. Sumatera Utara yang jaraknya sekitar 6 km dari Universitas Negeri Medan. Dari hasil survey tim ke pada Kelompok guru SMP PAB 9 Hamparan Perak memiliki 30 guru tetap. Pendidikan S1 26 orang, yang sudah bersertifikasi 18 orang.Disekolah ini telah diberi fasilitas infocus sejumlah 2 unit. Dari hasil survey pada kedua sekolah ini ternyata hanya 15% guru yang menggunakan pelaratan infocus untuk
148
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
mengajar di kelas, hal ini dikarenakan guru yang 85% lagi hanya menggunakan cara belajar konvensional. Setelah dilakukan wawancara mendalam diperoleh informasi karena guru yang 85% tidak menggunakan infocus dikarenakan tidak memiliki media pembelajaran dalam bentuk Multimedia. Lebih jauh didapatkan temuan bahwa mereka kurang memahami dan tidak dapat membuat media pembelajaran berbasis Multimedia. Berdasarkan undang-undang kependidikan tentang guru dan dosen yaitu No.14 tahun 2005, pada pasal 8 dinyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, dan sebagainya.Kompetensi akademik meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sesuai dengan harapan undang-undang tersebut, maka guru yang berkualitas kualitas merupakan salah satu masalah sentral dalam bidang pendidikan, karena masa depan bangsa ini sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia dan masyarakatnya Untuk menjalankan tugas dengan baik maka guru diperlukan untuk merefleksi kegiatan pembelajaran dikelas. Salah satunya dapat dilakukan dengan mengajar mengggunakan media pembelajaran. II. LANDASAN TEORI Pada hakekatnya mengajarkan materi dikelas perlu media pembelajaran yang mampu merefleksikan pengajaran agar mudah diserap oleh siswa untuk dapat meningkatkan hasil belajar dan dapat meningkatkan prestasi siswa.Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Penyampaian materi di kelas dalam bentuk visual merupakan cara yang lebih efektif dibanding cara-cara tradisional seperti menulis di papan tulis (Butler and Mautz, 1996). Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Multimedia telah mengembangkan proses pengajaran dan pembelajaran ke arah yang lebih dinamik. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, dengan memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai s arana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri (Oetomo dan Priyogutomo,2004). Menurut Pramono (2008:12) materi yang berhubungan dengan sains adalah materi yang sangat cocok untuk dijelaskan melalui multimedia. Hal ini berkaitan dengan sifat dari materi sains sendiri yang banyak berhubungan dengan penjelasan suatu fenomena, proses, dan hal- hal lain yang dinamis. Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa/mahasiswa dalam PBM, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi siswa/mahasiswa (Djamarah, 2002; 137). Beberapa persepsi guru dan siswa di dalam pemanfaatan multimedia dalam pengajaran sains diberikan oleh Barton (2004) di bawah ini : - Membuat yang tidak terlihat menjadi terlihat, Gambar menambah pemahaman suatu konsep abstrak, Menimbulkan antusiasme, ketertarikan, dan keterlibatan, Mendorong siswa untuk mendapatkan jawaban atas ketertarikan mereka, Siswa merasakan suasana menyenangkan (fun), Mendorong siswa untuk tetap fokus pada materi yang diajarkan. Rendahnya kemampuan guru membuat media pengajaran dengan multimedia tentu akan berdampak pada kurangnya daya serap siswa dan pemahaman siswa akan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Melalui pembuatan multimedia pengajaran dan dilakukan di kelas , seorang guru akan turut meningkatkan pemahaman siswa dan meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Karena dengan multi media sesuai pendapat Jamarah turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam PBM, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi siswa/mahasiswa (Djamarah, 2002; 137). Pada kenyataannya di lapangan, berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMP Negeri 1 dan SMP PAB Hamparan Perak, Kec. Hamparan Perak, di Kabupaten Deliserdang menunjukkkan bahwa kemampuan
149
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
guru dalam menyusun dan mengembangkan multimedia pembelajaran masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu: 1. Masih banyak guru belum memiliki kemampuan membuat media pembelajaran dalam bentuk multimedia. Bahkan sebagian besar dari mereka tidak pernah melakukannya di depankelas. 2. Para guru menganggap melakukan pengajaran dengan multimedia merupakan pekerjaan yang sangat rumit dan sulit. Masih lebih suka memakai mnegajar secara konvensional tanpa mediapengajaran. 3. Adanya persepsi mengajar dengan cara konvensional sudah hal biasa dilakukan dan tidak ada teguran atapun masalah dari pimpinan, hal ini membuat mereka tidak mau dan tidak mampu menghasilkan media pengajaran dengan multimedia. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan usaha untuk meningkatkan kemampuan guru‐guru membuat media pembelajran dengan multimedia.Usaha yang ditawarkan adalah melakukan pelatihan peningkatan kemampuan guru SMP Negeri 1 dan SMP PAB Hamparan Perak, Kec. Hamparan Perak, di Kabupaten membuat multimediapembelajranran. Sehingga mereka akan mampu merencanakan media yang tepat dengan multimedia, menyusun bahan membuat multimedia pembelajaran dan membuat multimedia pembelajaran sesuai bidang yang diajarkannya. Selanjutnya guru akan dapat melaksanakan penggunaan multimedia pembelajaran mengajar di depan kelas. Hal ini suatu usaha agar anak didik dapat memahamai meteri yang diajarkan oleh guru lebih mendalam dan sekaligus akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan aktivitas siswa bila dibandingkan dengan mengajarkonvensional. Target dari kegiatan pengabdian IbM ini adalah guru-guru SMP di Kelompok Guru SMP Negeri 1 Hamparan Perak, yang berlokasi di desa Slemak, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang, Prop. Sumatera Utara yang jaraknya sekitar 8 km dari Universitas Negeri Medan. Selanjutnya Kelompok guru SMP PAB 9 Hamparan Perak yang berlokasi di desa Kelambir V, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang, Prop. Sumatera Utara yang jaraknya sekitar 6 km dari Universitas Negeri Medan. Khususnya guru-guru yang membutuhkan keterampilan membuat multimedia pembelajaran dalam mengajar di depan kelas. Selama pelatihan berlangsung, diharapkan guru-guru mampu: 1. Mampu merancang media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang mereka ajarkan, hal ini terlihat dari tugas mandiri yang diberikan setelah pelatihan tatap muka. 2. Mampu memilih jenis multimedia yang akanditerapkan/diajarkan. 3. Mampu membuat multimedia sesuai pokokbahasan 4. Mampu menyajikan multimedia pembelajaran saat mengajar didepankelas. III. METODE Metode PelaksanaanKegiatan Metode yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan ini adalah dengan: Metode Pelatihan dan Pendampingan Pendidikan pada guru Dalam metode pelaksanaan kegiatan ini diuraikan sebagai berikut: a. Menetapkan jumlah peserta pelatihan sebanyak 23 orangguru. b. Peserta dikumpulkan disuatu tempat, kemudian diberikanpelatihan. c. Melaksanakan pelatihan dan pendampingan pendidikan, yang meliputi memperkenalkan prinsip multimedia kepada guru. Materi pelatihan meliputi cara memilih multimedia yang tepat sesuai pokok bahasan, cara menyusun multimedia dengan Microsof Word, Microsof Powerpoint dan Flash, dan caramembuatnya. d. Mendampingi guru dalam serta menyajikannya di depankelas. Selanjutnya Metode Pelatihan dan Pendampingan pendidikan tersebut dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini:
150
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Tabel 3.1. Pelatihan dan Pendampingan pendidikan guru NO
METODE
MATERI
1.
Pendekatan Pada Peserta
PESERTA (Guru) Mengadakan pendekatan dan penyatuan persepsi Berperan Aktif dengan mitra (1) dan mitra (2) tentang kegiatan yang akan dilakukan.
2.
Mengajarkan Teori ada Peserta
Pengetahuan dasar tentang Media Pembelajaran, macam-macam media pembelajaran
3.
Mengajarkan Teori Pada Peserta
Pemberian pengetahuan tentang pemanfaatan Berperan Aktif media pembelajaran dengan Microsof Word, Microsof Powerpoint dan Flash.
Berperan Aktif
4.
EVALUASI Pengetahuan yang telah diajarkan Pada Peserta
Evaluasi tentang Pengetahuan dasar tentang Berperan Aktif pemanfaatan media pembelajaran dengan Microsof Word, Microsof Powerpoint dan Flash.
5.
Dilanjutkan Pelatihan Diteruskan Praktek
Membuat multimedia dengan Microsof Word.
Berperan Aktif
6.
Dilanjutkan Pelatihan Diteruskan Praktek
Membuat
Berperan Aktif
7.
Dilanjutkan Pelatihan Diteruskan Praktek
Membuat multimedia dengan Flash
Berperan Aktif
8.
Dilanjutkan Pendampingan Praktek
Pendampingan guru membuat media pembelajaran dengan Microsof Word, Microsof Powerpoint dan Flash.
Berperan Aktif
9.
EVALUASI Praktek lapangan
Mengadakan evaluasi terhadap guru membuat media pembelajaran dengan Microsof Word, Microsof Powerpoint dan Flash.
Berperan Aktif
9.
Dilanjutkan Penyajian oleh guru di kelas
Penyajian oleh guru terhadap multimedia pembelajaran yang dibuat dengan dengan Microsof Word, Microsof Powerpoint dan Flash.
Berperan Aktif
11.
KOORDINASI TIM dan Peserta
-
Menyusun
multimedia dengan Microsof Powerpoint.
Kegiatan lanjutan demi penyempurnaankegiatan
HASIL AKHIR KEGIATAN Peserta mampu merancang dan membuat multimedia pembelajarandengan Microsof Word, Microsof Powerpoint dan Flash sesuai pokokbahasan Menciptakan Kreasiguru Memotivasisi guru menjadi lebih Profesional
Pada Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan pendidikan membuat multimedia ini diperlukan alat antara lain: Laptop, Kamera Digital, Infokus, Flashdisk, CD dan program MS Word, MS Powert point dan Flash. Sedangkan Bahan pendukung antara lain: Kertas duplicator, Kertas HVS, Kertas Folio, Ballpoint, Spidol, Buku catatan peserta, Tinta printer dan ATK selama Kegiatan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada kegiatan pengabdian IbM Kelompok Guru SMP Membuat Multimedia Pembelajaran ini diikuti oleh guru-guru sejumlah 23 orang. Peserta tersebut dapat dilihat pada Tabel. 1. Berikut ini:
151
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Tabel 4. 1. Daftar Nama Paserta Kegiatan N
NAM
NI
KETERANGA
1
FITRI HAIRANI, S.Pd.
19741022 200801 2 011
Guru
2
TETI ERNAWATI, S.Pd.
19691007 200701 2 027
Guru
3
Hj.EVA WAHYUNI, S.Pd.
19720613 200312 2 004
Guru
4
INDAH YENNI SARI, S.Pd.
19800305 200801 2 035
Guru
5
NILAWATI, SE.
19741119 200801 2 010
Guru
6
BOBBY NUSANTARA PRIBADI, S.PD.
19820619 200903 1 006
Guru
7
SUBROTO, S.Pd.
19720605 200312 1 019
Guru
8
JAYA ROMMEL PURBA
19611020 198403 1 015
Guru
9
SABAR SIMANULLANG, S.Pd.
19600714 198503 1 023
Guru
10
DISTER SINAGA, S.Pd.
19660828 199003 1 012
Guru
11
DADANG PRASTIADI, S.Pd.
19690515 199801 1 003
Guru
12
LISBET SIANIPAR, S.Pd.
19631114 198501 2 003
Guru
13
ESNA SITORUS, S.Pd.
19631231 198903 2 138
Guru
14
TIUR SIMBOLON, S.Pd.
19600223 198503 2 005
Guru
15
LINDA LESTRINA, S.Pd.
19700810 199801 2 002
Guru
16
PESTA NATALIA, S.Pd.
19711219 200312 2 004
Guru
17
FARIDA MELVA, S.Pd.
19690215 199702 2 003
Guru
18
Drs. JUNAIDI
19650605 199801 1 002
Guru
19
MHD. FUAD ASBI S.Pd.I
19850109 200903 1 007
Guru
20
Drs. ADMIN PASARIBU
19571231 198403 1 195
Guru
21
MARI MANALU, S.Pd.
19620417 198503 2 016
Guru
22
MASLIANA
19611001 198502 2 002
Guru
23
Supiah, SPd
196806031998012004
Guru
Pada awal melakukan kegiatan yang dimulai dari tanggal 25 Agustus 2015 dilakukan uji kemampuan awal para peserta terhadap kemampuan menggunakan aplikasi Microsoft Word, Microsoft Powerpoin, dan Flash. Dari hasil evaluasi awal diperoleh data kemampuan awal peserta seperti terlihat pada tabel 2 berikut ini :
152
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Tabel 4.2. Kemampuan Awal Peserta Kegiatan KEMAMPUAN AWAL NO
153
NAMA
1
FITRI HAIRANI, S.Pd.
MS.Wo d 60
2
TETI ERNAWATI, S.Pd.
3
MS.Powerpoint
Flash
50
35
50
45
30
Hj.EVA WAHYUNI, S.Pd.
55
55
35
4
INDAH YENNI SARI, S.Pd.
55
45
45
5
NILAWATI, SE.
45
40
40
6
BOBBY NUSANTARA PRIBADI, S.PD.
40
40
35
7
SUBROTO, S.Pd.
50
45
35
8
JAYA ROMMEL PURBA
45
40
30
9
SABAR SIMANULLANG, S.Pd.
40
40
40
1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3
DISTER SINAGA, S.Pd.
45
40
45
DADANG PRASTIADI, S.Pd.
50
45
35
LISBET SIANIPAR, S.Pd.
55
45
45
ESNA SITORUS, S.Pd.
60
50
40
TIUR SIMBOLON, S.Pd.
60
55
45
LINDA LESTRINA, S.Pd.
60
50
35
PESTA NATALIA, S.Pd.
55
50
30
FARIDA MELVA, S.Pd.
55
50
45
Drs. JUNAIDI
60
55
40
MHD. FUAD ASBI S.Pd.I
60
50
45
Drs. ADMIN PASARIBU
55
45
40
MARI MANALU, S.Pd.
50
45
40
MASLIANA
50
45
35
Supiah, SPd
55
50
40
Jumlah Nilai
1210
1075
885
Rata‐rata Nilai
52.6
46.7
38.4
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Setelah melakukan kegiatan yang dimulai dari tanggal 25 Agustus sampai dengan tanggal 29 Agustus 2015 dengan memberikan materi pengetahuan Microsoft Word, Microsoft Powerpoint dan Flash oleh Tim pelaksana kegiatan maka keterampilan peserta menjadi meningkat dengan sebaran seperti pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 4. 3. Kemampuan keterampilan peserta setelah Melalui Metode Pelatihan KEMAMPUAN DENGAN METODE PELATIHAN NO
NAMA MS.Word
Flash
1
FITRI HAIRANI, S.Pd.
75
70
65
2
TETI ERNAWATI, S.Pd.
70
65
60
3
Hj.EVA WAHYUNI, S.Pd.
70
75
65
4
INDAH YENNI SARI, S.Pd.
70
75
60
5
NILAWATI, SE.
65
75
60
6
BOBBY NUSANTARA PRIBADI, S.PD.
75
70
65
7
SUBROTO, S.Pd.
75
75
65
8
JAYA ROMMEL PURBA
75
70
60
9
SABAR SIMANULLANG, S.Pd.
75
70
55
10
DISTER SINAGA, S.Pd.
70
75
60
11
DADANG PRASTIADI, S.Pd.
80
75
55
12
LISBET SIANIPAR, S.Pd.
75
75
60
13
ESNA SITORUS, S.Pd.
75
70
55
14
TIUR SIMBOLON, S.Pd.
75
70
60
15
LINDA LESTRINA, S.Pd.
75
75
55
16
PESTA NATALIA, S.Pd.
70
75
55
17
FARIDA MELVA, S.Pd.
70
75
60
18
Drs. JUNAIDI
75
75
65
19
MHD. FUAD ASBI S.Pd.I
75
70
70
20
Drs. ADMIN PASARIBU
70
70
65
21
MARI MANALU, S.Pd.
70
75
60
22
MASLIANA
70
65
60
23
Supiah, SPd
70
70
65
1670
1660
1400
72.6
72.1
60.8
Jumlah Nilai Rata‐rata Nilai
154
MS.Powerpoint
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Selanjutnya dilakukan kegiatan pendampingan oleh tim pelaksana kegiatan terhadap guru-guru sebagai peserta kegiatan untuk melancarkan keterampilan mereka dalam membuat media pembelajaran, darimetode pendampingan maka diperoleh peningkatan lagi terhadap kemampuan keterampilan guru seperti terlihat pada tabel 4. Berikut ini: Tabel 4.4. Kemampuan keterampilan peserta setelah dengan Metode Pendampingan NO
KEMAMPUAN SETELAH METODE PENDAMPINGAN
NAMA
MS.Word
155
MS.Powerpoint
Flash
2
TETI ERNAWATI, S.Pd.
85
90
65
3
Hj.EVA WAHYUNI, S.Pd.
85
90
65
4
INDAH YENNI SARI, S.Pd.
90
90
65
1
FITRI HAIRANI, S.Pd.
90
90
75
5
NILAWATI, SE.
90
90
70
6
BOBBY NUSANTARA PRIBADI, S.PD.
90
85
65
7
SUBROTO, S.Pd.
90
90
70
8
JAYA ROMMEL PURBA
90
85
65
9
SABAR SIMANULLANG, S.Pd.
90
90
65
10
DISTER SINAGA, S.Pd.
90
90
60
11
DADANG PRASTIADI, S.Pd.
90
90
65
12
LISBET SIANIPAR, S.Pd.
90
90
70
13
ESNA SITORUS, S.Pd.
85
85
65
14
TIUR SIMBOLON, S.Pd.
85
90
70
15
LINDA LESTRINA, S.Pd.
90
90
60
16
PESTA NATALIA, S.Pd.
85
90
65
17
FARIDA MELVA, S.Pd.
90
90
60
18
Drs. JUNAIDI
90
90
65
19
MHD. FUAD ASBI S.Pd.I
90
90
75
20
Drs. ADMIN PASARIBU
85
90
70
21
MARI MANALU, S.Pd.
85
90
65
22
MASLIANA
90
85
65
23
Supiah, SPd
90
90
70
Jumlah Nilai
2035
2050
1530
Rata‐rata Nilai
88.4
89.1
66.5
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Dari pelaksanaan kegiatan ini dengan menerapkan metode pelatihan dan diteruskan dengan metode pendampingan maka jelas terlihat ada kemampuan peserta yang meningkat sangat signifikan dibandingkan pada kemampuan awal para peserta.Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik 1 berikut ini. Grafik 4. 1. Peningkatan Kemampuan Pesrta Setelah Mengikuti Metode Pelatihan dan Pendampingan
GRAFIK RATA‐RATA KEMAMPUAN 100 90 80 70 6 0
AWAL
46,
5 0
38, 4
METODE PELATIHAN METODEPENDAMPINGA
4 0 3 0 2 0
MS.WORD
MS.P.POINT
Selanjutnya para peserta dibekali dengan cara mengajarkan di depan kelas menggunakan slide yang dibuat peserta untuk bahan pengajaran dengan menggunakan komputer dan pointer dan hasilnya semua peserta akhirnya sudah dapat mengajarkan di depan kelas dengan menggunakan multimedia. Kemampuan peserta mengajarkan tersebut dapat dilihat pada foto berikut ini. Gambar 1. Memperlihatkan Kemmpuan Peserta Mengajarkan Dengan Multimedia dibantu Pointer Setelah Melalui Metode Pelatihan dan Pendampinv.
156
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan :
1. Pada kondisi awal kegiatan diperoleh data kemampuan rata–rata guru-guru mengusai keterampilan pada 2. 3. 4. 5. 6.
Microsoft Word 52.6 dan setelah dilakukan dengan kegiatan metode pelatihan kemampuan meningkat menjadi 72.6 dan setelah dilakukan metode pendampingan lebih meningkat menjadi rata-rata88.4. Demikian juga pada Microsoft Powerpoint rata-rata awal 46.7 dan setelah dilakukan dengan kegiatan metode pelatihan kemampuan meningkat menjadi 72.1 dan setelah dilakukan metode pendampingan lebih meningkat menjadi rata-rata 89.1. Pada Flash rata-rata awal 38.4 dan setelah dilakukan dengan kegiatan metode pelatihan kemampuan meningkat menjadi 60.8 dan setelah dilakukan metode pendampingan lebih meningkat menjadi ratarata66.5. Setelah pengabdian diterapkan dengan metode pelatihan dan pendampingan kepada guru ternyata kegiatan tersebut dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran dengan berbasis multimedia sehingga 100% guru-guru peserta kegiatan dapat menggunakannya di depankelas. Diperoleh juga pada akhir kegiatan guru-guru sudah dapat mengajarkannya di depan kelas dengan menggunakan computer dan pointer sebagai alat bantu pembelajaran. Dari kegiatan ini penerapan metode pelatihan dan dilanjutkan dengan metode pendampingan dapat meningkatkan secara signifikan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran dengan berbasis multimedia, serta dapat mengajar di depan kelas.
Saran Perlu dilakukan Penerapan metode pelatihan dan dilanjutkan dengan metode pendampingan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran dengan berbasis multimedia, serta dapat mengajar di depan kelas. DAFTAR PUSTAKA Barton, R. (2004).Teaching Secondary Science with ICT. London: Open University Press. Butler and Mautz.(1996). Multimedia Presentations and Learning: A Laboratory Experiment. Issues in Accounting Education. 11,2,259280. Hooper, S. (2002).Educational Multimedia In Reiser, R.A., Dempsey, J.V. (Ed). Trends And Issues In Instructional Design And Technology. Upper Saddle River, New Jersey : Merrill – Prentice Hall. Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot.(2004). Kajian Terhadap Model e‐Media dalam Pembangunan Sistem E‐Education, Makalah Seminar Nasional Informatika 2004 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada 21 Februari 2004. Syah, Muhibbin. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung : Rosda karya Djamarah, Syaiful B dan Zain, Aswan.(2002) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta
157
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PELATIHAN INTERNET BAGI GENERASI MUDA DI KELURAHAN WALIAN KOTA TOMOHON Quido Kainde Fakultas Teknik, Universitas Negeri Manado Penulis Korespondensi :
[email protected] ABSTRAK Dengan perubahan globalisasi yang begitu cepat telah memicu kecenderungan terjadinya pergeseran atau perubahan diberbagai bidang. Era globalisasi identik dengan perkembangan teknologi informasi disegala bidang, mulai lingkungan sosial, ekonomi, teknologi, politik, sampai pada bidang pendidikan. Internet saat ini banyak berperan dalam kehidupan manusia dan kemajuan teknologi saat ini mendukung pula peran tersebut sehingga teknologi computer dan internet dimanfaatkan pada berbagai bidang seperti misalnya mengerjakan tugas sekolah, belajar, mengatur keuangan keluarga, mendengarkan musik, menonton video, dan menikmati permainan, Metode yang digunakan adalah dengan presentasi, tanya jawab, demonstrasi, pemberian tugas dan studi kasus. Target pelaksanan Pelatihan ini yaitu: (1) Memperoleh gambaran tentang penggunaan teknologi informasi dalam hal ini internet sebagai bentuk alat bantu aktivitas dan kerja dalam berbagai bidang.(2) Memperoleh keterampilan mengenai penggunaan internet yang dapat dimanfaatkan sebagai media informasi dan hiburan.(3) Menjadikan anak muda menjadi lebih kreatif dan inovatif. (4) Menerapkan ilmu yang dimiliki kepada masyarakat. Luaran dari kegiatan ini adalah: (1) Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi generasi muda dalam menggunakan dan memanfaatkan internet dengan baik.(2)Harapannya, agar supaya para pemuda dapat mengoptimalkan penggunaan internet dalam kegiatan pengembangan sumber daya. Sasaran kegiatan ini adalah para Pe muda yang ada di Kelurah Walian Kota Tomohon. Pelaksanaan kegiatan PPM di Kelurahan Matani Walian dirasakan oleh pelaksana maupun peserta sangat memuaskan. Dengan indikator kehadiran peserta dan antusias peserta pelatihan cukup baik. Hasil dari pelatihan sudah cukup baik. Suasana belajar dan tutorial cukup bagus. Hampir semua peserta mengikuti dari awal sampai akhir. Para pejabat terkait sangat mendukung pelaksanaan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh pelaksana. Kata Kunci : Internet, Generasi Muda, Walian Tomohon PENDAHULUAN Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, banyak masyarakat kita sudah tidak asing lagi dengan keberadaan internet mulai dari orang tua, para generasi muda, hingga anak SD pun mengenalnya. Bahkan adanya internet sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan kebanyakan sudah menjadi sebagai gaya hidup seseorang. Adanya internet memudahkan kita untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Melalui internet orang dapat melakukan komunikasi dengan seseorang bahkan dengan beberapa komunitas sekaligus. Namun sayangnya penggunaan internet justru terkadang bergeser kepada hal-hal yang negatif, ini harus menjadi perhatian seluruh komponen masyarakat terutama bagi generasi muda, karena bagaimanapun internet tetap dibuthkan sebagai sarana informasi dan komunikasi yang bersifat global. Perkembangan internet bukan hanya dikalangan perkotaan besar tapi juga merambah ke daerah-daerah. Kota Tomohon, merupakan salah satu kota yang perkembangan internetnya cukup pesat. Meskipun demikian masih banyak masyarakat dalam hal ini yang berusia muda yang belum mengetahui secara jelas tentang pemanfaatan internet. Banyak yang memanfaatkan internet itu sendiri hanya sebagai media untuk mendengarkan musik, menonton video dan film, Chatting online dll. Dilain pihak, internet merupakan media yang memiliki banyak manfaat karena dapat diimplementasikan diberbagai bidang. Tidak bisa dipungkiri, banyak anak muda menyalahgunakan penggunaan internet. Internet sering juga digunakan untuk hal-hal negatif yang dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan generasi muda. Minimnya pengetahuan tentang pemanfaatan internet membuat interntet itu sendiri tidak dimanfaatkan secara maksimal. Untuk itu perlunya diadakan pelatihan pemanfaatn internet bagi generasi muda. Target
158
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Target pelaksanaan Pelatihan Penggunaan Internet Bagi Generasi Muda di Kelurahan Walian Kota Tomohon yaitu: a. Memperoleh gambaran tentang penggunaan teknologi informasi dalam hal ini internet sebagai bentuk alat bantu aktivitas dan kerja dalam berbagai bidang. b. Memperoleh keterampilan mengenai penggunaan internet yang dapat dimanfaatkan sebagai media informasi dan hiburan. c. Menjadikan anak muda menjadi lebih kreatif dan inovatif d. Menerapkan ilmu yang dimiliki kepada masyarakat. Luaran Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan sasaran Para Generasi Muga di Kelurahan Walian Kota Tomohon diperoleh berbagai bentuk luaran yaitu: a. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi generasi muda dalam menggunakan dan memanfaatkan internet dengan baik. b. Harapannya, agar supaya para pemuda dapat mengoptimalkan penggunaan internet dalam kegiatan pengembangan sumber daya. METODE PELAKSANAAN Metode Kegiatan Untuk melaksanakan kegiatan ini, maka dilaksanakan secara bermitra antara tim pelaksana yaitu dari dosen Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado dengan Pimpinan Kelurahan di Kelurahan Walian. Prosedure Pelaksanaan Kegiatan 4 tahapan yaitu yang digunakan adalah perencanaan, pelaksanaan/tindakan, evaluasi dan refleksi hasil kegiatan, dan yang terakhir pelaporan hasil kegiatan. a. Tahap Perencanaan Tahapan ini dilakukan setelah dilaksanakan survey dan analisa situasi terhadap lokasi kegiatan. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah tim pelaksana berkomunikasi dengan kepala Pimpinan Kelurahan yang akan menjadi mitra untuk membicarakan maksud dan tujuan, serta mekanisme pelaksanaan kegiatan ini. Selain itu juga membicarakan hal-hal teknis yang mengenai pelaksanaan kegiatan. Setelah mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan maka tim pelaksana menyusun program pelatihan atau workshop. Selain itu juga pada tahapan ini dilakukan pengumpulan alat dan bahan yang akan digunakan. b. Pelaksanaan Pelatihan Sebelum pelaksanaan kegiatan inti dilakukan, maka dilakukan persiapan terlebih dahulu yaitu pengecekan kembali seluruh peralatan yang akan digunakan, membagi peserta menjadi beberapa kelompok sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan di sekolah masing-masing. Tahpan ini merupakan tahapan pelaksanaan pelatihan atau workshop pelaksanaannya dikerjakan sesuai dengan program yang telah dibuat. Pelatihan atau workshop yang dimaksudkan direncanakan akan diadakan dalam 3 bagian, yaitu (1) Pengenalan dari beberapa media yang akan digunakan ; (2) Pengenalan bagaimana menggunakan internet dengan baik; (3) Presentasia apa dampak positif yang dirasakan dengan menggunakan internet dengan baik. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut digunakan beberapa metode pelatihan. c. Evaluasi dan Refleksi Pelaksanaan evaluasi terhadap peserta, sehingga dapat diketahui sejauh mana pemahaman peserta terhadap apa yang diberikan. Evaluasi juga dilakukan terhadap tingkat pemahaman peserta secara teori dan praktek. Refleksi dilakukan terhadap sejauhmana tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilaksanakan. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari kegiatankegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka untuk menetapkan rekomendasi terhadap keberlangsungan atau pengembangan kegiatan-kegiatan berikutnya. Dengan kata lain ada tindak lanjut program yang sama. d. Pelaporan Hasil Kegiatan
159
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Setelah pelaksanaan kegiatan selesai, maka dibuat pelaporan dari hasil kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bukti pertanggungjawaban terhadap instansi yang menugaskan, bahwa kegiatan telah dilaksanakan. PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan menyusun beberapa alternatif pemecahan masalah. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam hal memaksimalkan penggunaan internet, yaitu: a. Pimpinan Kelurahan dalam hal ini Lurah mewajibkan kepada generasi muda yang ada di kelurahannya untuk mendalami penggunaan internet. b. Lurah harus menanamkan betapa pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dalam hal ini internet. c. Pemerintah menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. d. Kepada pemuda diberikan kursus dan pelatihan singkat mengenai bagaimana memanfaatkan dan menggunakan interet secara benar. Pada dasarnya semua alternatif tersebut di atas dapat ditempuh, tetapi bila dipertimbangkan lebih jauh dari berbagai segi, seperti kesiapan para pemuda, dana yang dapat disediakan, motivasi dari para pemuda itu sendiri dan lain-lain, maka alternatif yang keempat dirasa lebih tepat untuk dipilih dan dilaksanakan, terutama dalam jangka pendek karena yang dikehendaki adalah perubahan yang segera diwujudkan. Bila alternatif pertama dan kedua yang dipilih, persoalannya adalah apakah para pemuda memiliki kesiapan untuk mendalami penggunaan multimedia dengan pengetahuan dasar yang belum maksimal, serta minimnya fasilitas untuk belajar. Apakah wawasan dan motivasi yang kini dimiliki memadai, dan apakah pada pemuda serta pemerintah kelurahan itu sendiri memiliki fasilitas penunjang dan dana penunjang untuk itu?. Jika alternatif ketiga yang dipilih, persoalannya adalah apakah pemerintah dapat segera menyediakan dama yang diperlukan untuk pembelian semua peralatan yang diperlukan? Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka alternatif keempat dipandang lebih tepat untuk dipilih, dengan beberapa alasan sebagai berikut : a. Para pemuda tidak harus meninggalkan aktivitasnya dalam waktu yang cukup lama. b. Untuk kebutuhan pelatihan, para pemuda tidak perlu mengeluarkan biaya pelatihan, malah mendapatkan bantuan seperlunya untuk bahan-bahan yang diperlukan. c. Adanya lembaga pendidikan yang sanggup melaksanakan kegiatan ini (Program Studi PTIK Fakultas Teknik UNIMA) yang memili tenaga profesional dalam bidangnya. d. Dari percakapan dengan beberapa pemuda di kelurahan walian sebelum dilaksanakan pelatihan ini, menunjukkan bahwa para pemuda sangat tertarik dan berkeinginan untuk mengikuti pelatihan ini. Jadi pemecahan masalahnya adalah dengan melaksanakan pelatihan dan kursus singkat secara langsung di lokasi atau wilayah yang menjadi sasaran kegiatan ini. Cara ini dimaksudkan untuk mengubah kondisi yang ada sekarang ini kepada kondisi yang diharapkan yaitu adanya perluasan pengetahuan, keterampilan, motivasi, kreativitas serta inovatif yang memungkinkan mereka dapat menggunakan multimedia secara maksimal, tepat dan benar.
160
KONDISI YANG ADA
PELATIHAN SINGKAT
KONDISI DIHARAPKAN
Kurangnya wawasan mengenai internet, karena minimnya pengetahuan, keterampilan, kreativitas tentang pemanfaatan internet
Faktor-faktor penunjang : Adanya dosen Unima yang profesional yang siap melaksanakan pelatihan Tingginya antusias para pemuda untuk mengikuti pelatihan singkat ini Tersedianyan bantuan dana melalui program penerapan IPTEKS pada Lembaga Pengabdian Masyarakat Unima Adanya sambutan yang baik dari pihak pemerintah setempat dan juga dari warga masyarakat
Adanya perluasan pengetahuan, keterampilan, motivasi, kreativitas serta inovatif yang memungkinkan mereka dapat menggunakan internet secara maksimal, tepat dan benar.
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
YANG
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Faktor-faktor penghambat : Keterbatasan waktu , baik pada pihak pelaksana (Dosen Unima), maupun pihak peserta Belum maksimalnya fasilitas yang menunjang pelaksanaan kegiatan pelatihan ini Sulit mendapat fasilitas dalam jumlah yang cukup banyak secara gratis untuk digunakan dalam pelatihan ini Agak sulit mendapatkan tempat/ruangan untuk pelaksanaan kegiatan ini
Dengan memanfaatkan faktor-faktor penunjang yang ada, serta mengendalikan faktor-faktor penghambat seperti digambarkan diatas, maka diharapkan kegiatan pelatihan ini dapat memberikan hasil yang optimal. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan berdasarkan : a. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pengabdian pada Masyarakat Tahun Anggaran 2016 pada LPM UNIMA Nomor : 040a/UN41.9/PM/2016 b. Persetujuan lisan dari Lurah Kelurahan walian Kota Tomohon perihal pelaksanaan pelatihan internet ini. Dengan dasar tersebut, kegiatan program pengabdian pada masyarakat ini berupa penerapan IPTEKS, telah dilaksanakan mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, sampai tahap pelaporan. Yang dilaksanakan pada tahap persiapan adalah menyiapkan tim pelaksana. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, dosen dibantu oleh pegawai administrasi dan dibantu juga oleh 2 orang mahasiswa Fakultas Teknik Program Studi PTIK UNIMA. Metode yang digunakan adalah dengan presentasi, tanya jawab, demonstrasi, pemberian tugas, dan studi kasus. Pada akhir pelaksanaan pelatihan, diberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk memberikan tanggapan terhadap pelaksanaan pelatihan ini serta memberikan pemahaman tentang bahan pelatihan yang sudah diikuti sehingga lewat tanggapan-tanggapan tersebut dapat dijadikan bahan penilaian untuk melihat tingkat keberhasilan dari pelatihan yang sudah diberikan.
Untuk menilai menilai sejauh mana keberhasilan pelaksanaan kegiatan program penerapan IPTEKS ini, telah dilakukan evaluasi terhadap peserta. Evaluasi dilakukan selama kegiatan dengan memberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan oleh semua peserta dan melakukan tanya jawab. Semua hasil tugas dan hasil tanya jawab dijadikan sebagai bahan penilaian keberhasilan pelatihan yang telah dilaksanakan. Seluruh hasilnya dirangkum sebagai berikut: a. Adanya respon positif dari pemerintah kelurahan dan warga masyarakat b. Semua peserta telah menunjukkan kesungguhan dalam mengikuti pelatihan ini mulai dari awal kegiatan sampai pada akhir kegiatan.
161
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
c. Semua peserta sangat antusias, hal tersebut nampak jelas ketika peserta harus mempraktekan langsung, baik secara individu maupun kelompok d. Peserta menjadi lebih kreatif dan inovatif e. Para peserta mengakui bahwa pelatihan ini sangat perlu karena selama ini pengetahuan yang mereka miliki tentang multimedia masih minim f. Para peserta berhasil mengerjakan latihan-latihan yang diberikan g. Para peserta pada umumnya menyatakan bahwa mereka merasa beruntung memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan ini, dan mereka mengharapkan Unima untuk melaksanakan kegiatan lanjutan h. Para peserta menyatakan terima kasih kepada pelaksana. Dari penjelasan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut : a. Pelatihan internet bagi pemuda yang walaupun singkat pelaksanaannya merupakan salah satu bentuk kegiatan yang efektif dalam mendorong tumbuhnya keterampilan, motivasi, kreativitas, serta inovatif b. Teknologi informasi dalam hal ini internet sangat penting dalam menunjang berbagai bidang kehidupan c. Program Studi PTIK Fakultas Teknik UNIMA sangat dibutuhkan diberbagai bidang guna meningkatkan kualitas berbagai bidang di Sulawesi Utara. KESIMPULAN A. Kesimpulan 1. Kegiatan pengabdian masyarakat ini berbentuk pelatihan singkat kepada para pemuda telah berhasil dilaksanakan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan 2. Kegiatan ini dapat membantu perluasan pengetahuan, keterampilan, motivasi, kreativitas serta inovatif dalam menggunakan dan memanfaatkan internet secara maksimal, tepat dan benar. 3. Kegiatan ini sebagai uasaha pemerataan IPTEKS di daerah Sulawasi Utara, dimana teknologi bukan hanya diperutukan oleh masyarakat kota besar 4. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitan generasi muda 5. Kegiatan ini telah memberikan kontribusi bagi LPM UNIMA untuk mempertimbangkan dalam menetapkan program-programnya diwaktu yang akan datang. B. Saran 1. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat seperti ini perlu dilajutkan dengan materi dan kegiatan yang sama tapi dapat dilaksanakan ditempat yang berbeda, ataupun materi yang berbeda ditempat yang sama. 2. Hubungan kerja sama antara UNIMA dengan pemerintah mulai dari pemerintah provinsi sampai pemerintah desa/kelurahan melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat yang selama ini telah terjalin perlu ditingkatkan dan diperluas dalam menangani permasalahan yang berhubungan dengan teknologi informasi. 3. Setiap tenaga akademik di Perguruan Tinggi (Dosen) khusunya UNIMA hendaknya peka terhadap kondisi masyarakat serta peroalan yang ada didalamnya, dengan cara memberikan solusi-solusi yang bermanfaat dan berdampak positif. DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir dkk. (2003). Pengenalan Teknologi Informasi, Yogyakarta : ANDI Yogyakarta. Akbar Ali, 2005, Menguasai Internet Plus Pembuatan Web, M2S, Bandung Burch, Johm, G. Dkk. (1989). Information System Theory and Practice. Edition : John Wiley & Sins, Inc. Lucas Henry J. (2000). Information Technology for Management. Irwin/MacGraw Hill. Suyanto, M. (2003). Multimedia (alat untuk meningkatkan keunggulan bersaing). Yogyakarta : Penerbit Andi
162
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
RANCANG BANGUN MESIN PENGERING TABUNG (ROTARY DRYER)PADA PROSES PENGGILINGAN SAMPAH PLASTIK Firdaus1, Selamat Riadi1, Jurubahasa Sinuraya1 1
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan, Medan ABSTRAK
Mendaur ulang limbah plastik tidak hanya menyelamatkan ekosistem dari pencemaran, tetapi bisa menjadi lahan bisnis. Hasil daur ulang limbah plastik dicacah menjadi ukuran kecil atau disebut biji plastik dan selanjutnya menjadi bahan baku olahan di pabrik perkakas rumah dan alat terbuat dari plastik lainnya. Proses pengolahan daur ulang limbah plastik dimulai dari pencacahan menggunakan mesin pencacah plastik, pencucian limbah plastik, dan kemudian pengeringan. Setelah cacahan limbah plastik menjadi kering, hasilnya bisa langsung dijual atau diproses lagi untuk menjadi biji plastik. Untuk proses pengeringan selama ini masih tergantung pada sinar matahari sehingga kalau terjadi hujan akan bermasalah tidak bisa mengeringkan. Untuk mengatasi masalah ini perlu dirancang sebuah mesin pengering mampu mengeringkan cacahan limbah plastik dalam waktu yang singkat dan bersifat kontinyu sehingga mampu mengeringkan dalam kapasitas yang besar.Mesin pengering plastik terbuat dari rangka dari bahan besi plat Mild steel, selobong isi berbahan plat stainless steel dan siku, berdimensi (panjang 300cm, lebar 60 cm, tingga 120 cm, diameter rotary dryer 27 cm), penggerak motor disel 6 Pk atau juga bisa digunakan elektro motor (dinamo) 3 Phase, 3 HP memiliki kapasitas pengeringan biji atau cacahan plastik 60 kg/ jam. Dimulai dengan menghidupkan motor pengerak atau dinamo motor sehingga badan utama mesin berupa tabung (rotary dryer) memanjang di dalam mesin akan berputar. Selanjutnya masukkan cacahan limbah plastik ke dalam corong pemasukan bahan baku. Dalam waktu yang singkat sudah mendapatkan cacahan limbah plastik kering pada corong pengeluran.Mesin pengering biji plastik bekerja dengan prinsip selobong berputar (rotary dryer) dapat diaplikasikan untuk mengeringkan berbagai macam bahan Kata kunci: Mesin pengerig, sampah plastik PENDAHULUAN Sampah kerap menjadi masalah terutama di kota-kota besar, sampah dituding sebagai biang keladi kerusakan lingkungan dan berbagai sumber penyakit. Rata-rata manusia membuang 1 kilogram sampah setiap hari. Kebanyakan berupa sampah plastik dan streofrom, padahal kedua jenis sampah ini sulit untuk terurai. Plastik misalnya butuh waktu hampir satu abad supaya plastik bisa terurai sempurna oleh alam. Bisa dibayangkan seperti apa kerusakan yang ditimbulkan bila sampah plastik tidak dikelola dengan baik. Perkembangan penduduk di Kota Medan yang sangat pesat tidak terlepas dari pengaruh dorongan berbagai kemajuan teknologi, transportasi dan sebagainya. Hal ini merupakan kenyataan bahwa kota Medan merupakan lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif. Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Sejalan dengan meningkatnya volume timbulan sampah pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat menganggu kelestarian fungsi lingkungan. Pada saat sekarang sampah merupakan masalah utama yang dialami oleh masyarakat dan pemerintah, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Untuk sampah khususnya sampah anorganik berjenis plastik, menurut hasil survei, penggunaan bahan plastik ini sangat ba- nyak sekali yaitu pada industri bangunan sebesar 26 %, pengemasan sebesar 24 %, elektronika 14 %, industri permesinan 9 %, rumah tangga 5 %, mebel 5 %, transportasi 4 %, lain-lain 13 %, sehingga penggunaan plastik ini menjadi permasalahan tersendiri apabila sudah menjadi sampah. Salah satu solusinya yaitu dengan cara mengolah kembali sampah
163
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
tersebut sehingga sampah tersebut bisa digunakan kembali dengan dibuat mesin untuk daur ulang plastik dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat (Karo dan Tuti, 2010). Usaha limbah plastik ini hampir terdapat di setiap daerah di Indonesia bahkan juga di negara lainnya. Sementara itu setiap rumah selalu memproduksi limbah plastik setiap harinya rata-rata 0,05 kg/hari sehingga menghasilkan total sampah plastik di Indonesia 4.078.800 ton/tahun (www.limbahplastik.com). Bagi yang kini sedang berbisnis daur ulang limbah plastik, sebelum dijual ke pabrik, tentunya limbah plastik perlu tersebut perlu dicuci dan dicacah, setelah itu harus dikeringkan karena pabrik tidak akan menerima jika produk dalam keadaan kotor dan basah. Untuk mencuci dan mencacah, banyak pengusaha telah menggunakan mesin pencacah sedangkan untuk mengeringkannya, para pengusaha masih menggunakan cara manual/alami yakni dijemur di bawah teriknya sinar matahari. Permasalahan yang ada tersebut bisa teratasi bila pengusaha tersebut mempu- nyai alat pengering hasil cacahan plastik. Untuk menjawab permasalahan tersebut, tujuan dari pengabdian ini adalah mengimplementasikan teori gaya sentrifugal dan gaya gravitasi dalam alat sentris pengering plastik (rotray dryer). Dengan mengimplementasikan teori tersebut dalam, diharapkan proses pengeringan tidak bergantung lagi kepada matahari dan harga jual plastik hasil gilingan bisa meningkat sehingga biaya produksi dapat tertutup oleh keuntungan yang lebih besar. Besar gaya sentrifugal padaumumnya dirumuskan sejbagai berikut (Gjertsen, 1984). = . Dimana: as = V2/r 4r3 m = massa V = kecepatan sentrifugal r = Jari-jari Dalam menentukan output screw tergantung desainner dari pihak pembuat screwnya. Dalam proses desain bisa terjadi keberhasilan dan kegagalan tergantung dari ujicoba yang dilakukan pihak pemesan. Factor factor umum yang menentukan kecepatan output Mesin adalah: Diameter screw (semakin besar diameter screw semakin besar output screw) Putaran Screw (RPM) samakin cepat semakin besar output dari screw yang dihasilkan Hambatan die, jika die mempunyai hambatan kecil maka output screw extruder akan keluar maksimal tidak ada yang tertahan. Faktor factor desain Screw yang menentukan kecepatan output dari screw adalah: Dimana factor desain adalah menentukan jika diameter dan speed sudah tertentu/sama, maka dengan usaha merubah desain screw akan terjadi perubahan yang cukup besar. Berikut factor fundamental yang membuat kecepatan output screw bisa bertambah:
Gambar 1 Screw
164
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
1. Pitch (S) adalah jarak antar ulir , semakin panjang jarak Pitch suatu screw makan semakin cepat perpindahan material yang didapat dilakukan screw, sehingga output screw semakin tinggi. Scew standar panjang pitch adalah sama diameter screw jika screw 50mm kebanyakan screw Picth adalah 50mm. 2. Depth (H) adalah kedalaman screw, semakin dalam H (depth) maka volume bahan akan semakin cepat di transfer sehingga output semakin tinggi, factor H ini tidak bisa lebih dalam karena diameter bisa semakin kecil dan resiko patah pada screw. 3. Grooved adalah celah pada awal extruder dimana membantu masukan bahan, untuk screw High speed sudah harus memakai celah tersebut. Dengan menambah masukan bahan maka output akan meningkat
Gambar 2 Silinder rotray dryer Demikianlah factor-factor dasar menentukan screw sehingga kita dapat dengan mudah mengira-ngira bahwa screw dapat menghasilkan output tinggi atau tidak, akan tetapi perkiraan tersebut harus dibuktikan dengan melakukan trial yang baik. akan tetapi output akan berkebalikan dengan mixing, mixing yang baik biasanya menahan laju output. mixing pada screw ada dua jenis: (1) Dispersive mixing biasanya untuk menghaluskan material seperti gel dll.(2) Distributive mixing biasanya untuk kerataaan ukuran butiran. METODOLOGI Konsep Desain Gaya sentrifugal (Fs) adalah gaya gerak melingkar yang berputar menjauhi pusat lingkaran dimana nilainya adalah positif. Gaya sentrifugal dapat dilihat pada pompa sentrifugal, dinamakan pompa sentrifugal karena gaya atau arah putaran sudut adalah sentrifugal. Manfaat dari penerapan azas gaya sentrifugal adalah mesin cuci untuk memeras pakaian. Selain panas yang dihasilkan dari putaran, gaya sentrifugal membuat air keluar dari pakaian sehingga membantu proses pengeringan. Konsep inilah yang digunakan dalam mendesain mesin pengering sen- trifugal. Cacahan plastik yang mempunyai kadar tinggi, dimasukkan dalam mesin pengering sentrifugal. Ketika mesin pengering sentrifugal diputar maka mesin ini akan memisahkan benda padat dan benda cair. Cacahan plastik jenis PET yang mempunyai berat jenis 1,34-1,39 akan tetap tertinggal dalam screen sedangkan benda cair yang mempunyai berat jenis 1 akan keluar dari screen. Desain mesin pengering sentrifugal dapat dilihat dalam Gambar 3 berikut:
165
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 3. Desain Konsep Mesin Pengering Rotary Dryer
Gambar 3 mesin pengering rotary dryer didesain sesuai dengan desain mesin cuci. Cacahan plastik dimasukkan dalam mesin pengering sentrifugal, saat mesin diputar maka cacahan plastik akan tetap berada dalam screen, sedangkan air akan keluar melalui lubang water out. Jadi fungsi dari screen adalah memisahkan air dari cacahan plastik. Kelemahaan desain dari Gambar 2 adalah saat memasukkan dan mengeluar- kan cacahan plastik perlu menekan tombol on/off, hal inilah yang membuat tidak efektif dan efisien. Selanjutnya dibuat desain mesin pengering sentrifugal seperti dalam Gambar 3 yang memanfaatkan gaya gra- vitasi yaitu gaya yang dimiliki oleh benda- benda karena massanya. Gaya gravitasi ini berupa gaya tarik, sehingga gravitasi bumi ini mampu menarik benda-benda kecil yang berada di permukaan bumi. Gaya tarik bumi pada suatu benda disebut dengan berat benda. Berat benda ini didefinisikan sebagai perkalian antara massa benda dengan percepatan gra-vitasi dari pengukuran diketahui bahwa untuk tempattempat yang relative rendah dari permukaan bumi, besar percepatan gravitasi di permukaan bumi adalah konstan yaitu g = 9,8 m/s2. Selanjutnya berat benda dirumuskan sebagai berikut (Gjertsen, 1984). = . Dimana: w = berat (N) g = percepaan gravitasi (m/s) m =Massa (kg) Desain dalam Gambar 3 ini, cukup sekali saja untuk menekan tombol on/off, karena cacahan plastik yang ada di dalam screen akan jatuh ke bawah sesuai dengan hukum gaya gravitasi. Dengan konsep desain seperti ini diharapkan mesin pengering sentrifugal ini menjadi lebih efektif dan efisien dalam penggunaannya. Desain putaran screen dibuat berdasarkan rasio perbandingan pulley motor dan pulley screen, yaitu 1:4, sehingga diperoleh kecepatan putaran screen sebesar 375 rpm. HASIL DAN PEMBAHASAN Desain kerangka mesin berfungsi untuk menopang mesin pengering sentrifugal. Kerangka dan screen selanjutnya digabung.Kerangka mesin ini mempunyai dimensi panjang sebesar 2.500 mm, tinggi sebesar
166
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
1.300 mm dan lebar sebesar 940 mm. Pemasangan sudut screen berdasarkan uji coba cacahan plastik jenis PET adalah dengan sudut kemiringan sebesar 150. Gambar 4 Kerangka Mesin Sesuai yang tertulis dalam bagian metodologi, dibawah ini adalah tahapan hasil pengerjaan tersebut. Diawali dengan pengerjaan screen. Screen dibuat dengan diameter 300 mm dan panjang 2.400 mm serta diameter lubang screen sebesar 3 mm. Kerangka mesin terbuat dari baja lunak (mill steel) besi siku 50 mm, cukup kokok untuk menompang rotary dryer.
Gambar 5Screen bagian atas Kerangka dan screen selanjutnya ditutup dengan kap mesin. Kap mesin ini didesain dengan diameter volume screen sebesar 30centi meter.
Gambar 6. Rangka dan bagian screen Dengan berat jenis cacahan plastik jenis PET sebesar 1,34-1,39 maka akan menghasilkan berat cacahan plastik menjadi 0,60 ton. Dengan asumsi bila bahan baku plastik yang bisa diperas didalam screen sebesar 50 % dari 0,60 ton, maka diperoleh berat cacahan plastik yang bisa diperas sebesar 300 kg perjam atau sama dengan 2.400 kg cacahan plastik kering perhari (8 jam) secara kontinyu.
Gambar 7. Proses Finising Mesin
167
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Spesifikasi mesin pengering rotary dryer sentryfugal untuk cacahan plastik jenis PET dapat dilihat dalam Tabel 1. berikut: Hasil dari proses pengeringan ini, kadar air yang menempel dari cacahan plastik jauh berkurang, mencapai 95 %. Selama proses penggilingan hingga pe- ngeringan, bahan baku yang diproses dari pencacahan hingga pengeringan meng- alami susut sebanyak 10 %. Ini terjadi karena bahan baku yang mengalami proses sortir dan hilang/susut selama proses. Ketika sampai di pabrik, kwalitas gilingan plastik memasuki katagori nomer 2, hal ini dikarenakan bahan baku yang diperoleh dari pengepul. Bahan baku dari pengepul mempunyai berbagai macam kriteria dari yang paling bersih hingga kotor. Bila ingin mendapatkan kwalitas no 1, maka bahan baku harus bersih dan biasanya dihasilkan dari sampah rumah tangga atau kantor/perusahaan/instansi. Tabel 8. Spesifikasi Mesin Pengering Sentrifugal untuk cacahan plastik jenis PET. ISSN 1693-0851 Spesifikasi Ukuran
Dimensi Kerangka - Panjang : 3.000 mm - Tinggi : 1.200 mm - Lebar : 640 mm Dimensi screen - Diameter tabung screen : 300 mm - Volume Screen : 0,74 m3 - Diameter lubang screen : 3 mm - Panjang screen : 2.400 mm Kecepatan putaran screen : 375 - 600 rpm Material tabung : SS 304 Penggerak Motor : 5 HP Kemampuan mesin selama 8 jam menghasilkan
2.400 kg
Proses pengeringan secara alami akan membutuhkan waktu yang cukup lama, biasanya untuk 100 kg hasil gilingan membutuhkan lahan sekitar 100 m2dengan penjemuran terik matahari selama 8 jam. Dalam usaha daur ulang plastik, waktu penjemuran harus di perhitungkan, karena dengan waktu yang lama maka perputaran produksi untuk dijual semakin lama, dan setiap pertambahan waktu maka akan ada penambahan biaya tenaga kerja, kadang kala bila cuaca tidak mendukung 1 ton bahan baku bisa sampai 1 minggu dalam mongeringkannya. Faktor ini dapat menambah biaya produksi. Cuaca yang tidak biasa dipre- diksi dapat menjadi faktor penghambat dalam proses pengeringan pada daur ulang plastik. Sebagai contoh, bila proses pengeringan ini membutuhkan dua orang tenaga kerja dengan upah Rp. 75.000,00/orang, maka dalam sehari memerlukan upah pekerja sebesar Rp. 150.000,00 dan hanya menghasilkan 1.000 kg dengan luas lahan 1.000 m2. Jika proses pengeringan dengan menggunakan mesin pengering rotary dryer, maka tidak akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebagai gambaran, bila selama proses pengeringan membutuhkan dua orang tenaga kerja dengan upah Rp. 75.000,00/orang, maka dalam sehari memerlukan upah pekerja sebesar Rp. 150.000,00 dan menghasilkan 2.400 kg tanpa memerlukan lahan yang luas.
168
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 9 Penyerahan Mesin Pengering Rotary Dryer Kepada Mitra KESIMPULAN Kesimpulan hasil implementasi gaya sentrifugal dan gaya gravitasi adalah mesin pengering sentrifugal yang berfungsi secara baik dan efektif dan kwalitas cacahan plastik yang telah dikeringkan mempunyai kadar air yang rendah, se- hingga mempunyai nilai jual yang tinggi. Dengan mesin pengering sentrifugal ini maka proses pengeringan tidak perlu lagi mengandalkan sinar matahari. DAFTAR RUJUKAN Gjertsen D. 1984. The Classics of Science: A Study of Twelve Enduring Works. Lilian Barber Pres. Jacub. 2013. Sebuah Analisis SWOT pada Wirausahawan Sampah Plastik Baharuddin Sanian-Banda Aceh. http://jacubm.blogspot.co.id/2013/12/sebuah-analisis-swot-pada- wirausahawan.html. Diakses tanggal 5 April 2015. Karo UK, Tuti S. 2010. Analisis Sampah Berjenis Sampah Plastik untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Areal Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jurnal Pendidikan ke SD an Volume VIII No 2, Juli 2010. www.limbahplastik.com. Diakses tanggal 5 April 2015. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jendral Perguruan Tinggi-Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (RISTEK-DIKTI) dan Universitas Negeri Medan atas dukungan finansial dalam mendukung Ipteks bagi Masyarakat. Dibiayai Berdasarkan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan (SP2K) Nomor: 045/UN33.9/PM/2015 Tanggal 20 Maret 2015
169
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
SCIENTIFIC LITERACY DEVELOPMENT THROUGH HYDROPONIC PRACTICE AND ENTREPRENEURSHIP TO SUPPORT THE NATIONAL FOOD SECURITY PROGRAM Chaerul Rochman1*, Dindin Nasrudin 1 1 *
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung Pnulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRACT
The development of scientific literacy by conducting entrepreneurial practice hydroponic cultivation of food crops. This study aims to ensure increased scientific literacy learners through hydroponic cultivation practices. Assessment methods use a combination of practices, interviews and descriptions to students at the elementary level, high school level and university level numbering 150 people. Data retrieval and practices committed over a period of two semesters in different places. The study concluded: (1) The difference in the ability of science literacy among students, (2) various types of businesses that thrive in the surrounding environment learners inspired many growing understanding and entrepreneurial skills, (3) The difference in the meaning of the potential types of entrepreneurship of the learner. Keywords: scientific literacy, hydroponics practice, entrepreneurship, food security PENDAHULUAN Komite PBB untuk ECOSOC (GC12) mendefinisikan hak atas kecukupan pangan “dapat terwujud jika setiap pia, wanita, anak, baik sendiri atau bersama orang lain dalam masyarakat memiliki akses fisik dan ekonomi sepanjang waktu terhadap pangan yang layak atau cara untuk pengadaannya.” Demikian pula UU Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan menjelaskan bahwa pangan merupakan kebutuhn dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia. Berkaitan dengan itu, maka Badan Ketahanan Nasional melakukan berbagai strategi dan salah satu strateginya adalah pembinaan konsumsi pangan beragam, bergizi, dan berimbang pada masyarakat. Hal ini mendorong semakin terbukanya perhatian pemerintah kepada masyarakat untuk mendapatkan berbagai bentuk pembinaan agar memiliki kekuatan memenuhi dan mengembangkan swasembada pangan sebagai konsumsi terutama pada kegiatan agribisnis (Ariantika et al, 2015). Perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat merupakan salah satu kebijakan RPJMN 20152019 sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan. Upaya positif ini perlu mendapat dukungan dari semua kalangan masyarakat termasuk peserta didik di semua jenjang pendidikan. Namun, saat ini di berbagai daerah, desa maupun perkotaan kekuatan dukungan masyarakat maupun peserta didik terhadap upaya langkah program pemberdayaan pangan berbasis pada swasembada pangan masih sangat rendah. Terbukti bahwa masyarakat semakin terdesak untuk mengalihkan fungsi areal tanah baik sawah ataupun ladang menjadi areal perumahan atau tempat tinggal. Akibatnya semakin sempitlah lahan yang dapat digunakan sebagai areal pertanian atau peternakan. Dengan kondisi semakin sempitnya lahan pertanian ini, maka diperlukan pengetahuan, keterampilan tentang pertanian yang berbasis lahan yang sempit sehingga akan tumbuh sikap positif dan produktif dari peserta didik. Peserta didik yang memiliki penetahuan, keterampilan serta sikap positif inilah akan menjasi aset nasional di masa datang. Peserta didik akan merasakan dan membutuhkan akan pentingnya budaya menanam, budaya berkebun, budaya menkonsumsi makanan bergizi dan higenis (UU No.18, 2012) (Pertanian, 2015).
170
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Untuk memastikan adanya aksi positif maka perlu dilakukan langkah dalam berbagai bentuk upaya penyadaran pertanian yang dasar-dasar konsepnya bersumber dari mata pelajaran sains. Sehingga perlu diterapkan melalui kemampuan memahami, mempraktikan, mengolah, konsep, proses, konteks dan sikap (kemampuan literasi) konsep sains (Kocakaya, 2013). Dari berbagai jenis upaya budaya menanam yang ada, salah satunya adalah budaya menanam melalui penanaman hidroponik, Tekntik penanaman hidroponik ini sesuai dengan gejala semakin sempitnya tanah dan lahan pertaninan. Penanaman dengan teknik hidroponik ternyata dapat menghasilkan banyak keuntungan baik dari segi produksi ataupun efesiensi tempat (PKM, 2010) Hidroponik dapat dilakukan tanpa adanya media tanah apalagi lahan yang luas. Karena dapat dilakukan pada non media tanah, maka hidroponik menjadi sangat cocok dilakukan dimana saja (Sapto Wibowo dan Arum Asriyanti, 2013). Tanaman hidroponik dapat dilakukan skala kecil di rumah sebagai sutau hobi ataupun besaran-besaran dengan tujuan komersial. Kelebihan tanaman hidroponik antara lain ramah lingkungan, hemat air karena penggunaan air hanya 1/20 dari tanaman biasa, dan mengurangi CO2, hemat waktu dan tenaga, pertumbuhan lebih cepat dan kalitas hasil tanaman dapat terjaga, dapat ditanam dimana saja dan dapat dtanam kapan saja dengan nutrisi yang organik (Sismanto, 2016; Munir, 2012; Sutrisno, Ratnasari, and Fitrihidajati, 2003) Berbagai kelebihan di atas, selain memiliki informasi yang mendukung tumbuhnya kewirausahaan juga kesadaran akan penerapan berbagai konsep sains (IPA). Dengan dasar pemikiran seperti itu, maka kesadaran akan pentingnya menanam pangan yang bergizi serta ramah lingkungan harus dilakukan melalui praktik pendidikan (pembelajaran). Peserta didik perlu memiliki kemampuan literasi akan sains dan implementasi sains melalui budaya menanam tanaman hidroponik. Sehingga perlu dilakukan kajian yang serius terhadap literasi sains berbais praktik tanaman hidoponik ini. Belum banyak kajian tentang dukungan kalangan peserta didik terhadap program ketahanan pangan nasional baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Pada peserta didik jenjang pendidikan tinggi upaya untuk mensosialisasikan program ketahanan pangan nasional akan lebih masif sifatnya. Peserta didik pada jenjang ini selain dapat dikembangkan aspek edukasi juga program ini akan menginspirasi bekal kemampuan pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan. Bahkan inspirasi kewirausahaan akan timbul selain dari budaya tanaman hidrponik, juga pada ragam usaha yang tumbuh berkembang di sekitar lingkungannya. Adanya ragam jenis usaha yang ada di sekitar lingkungan hidupnya secara sadar maupun tidak akan memberikan banyak informasi tetnang bagaimana peluang praktik kewirausahaan dapat dilakukan. Lebih jauh lagi, mereka dapat memaknai bahwa ragam usaha dan praktik hidroponik yang mereka alami menjadi inspirasi untuk mengembangkannya di daerah asal mereka masing-masing (Siswadi dan Yuwono, 2015; Roidah, 2014). Praktik hidroponik untuk jenis sayuran (kangkung, bayam, pakcoy, atau salada) sangat sederhana dan memiliki potensi ekonomi kerakyatan (Atika Khoirunnisa dan Dwi Haryono, 2013; Siregar, Triyono, dan Suhandy, 2015). Sebaiknya, potensi alam yang terdapat di daerah mereka akan menjadi inspirasi berkembangnya ragam produk yang diterapkan di sekitar lembaga pendidikan tinggi. Melalui kajian ini diharapkan peneliti dapat memperoleh informasi mengenai: (1) bagaimana kemampuan literasi sains pada peserta didik pada praktik tanaman hidroponiknya, (2) bagaimana inspirasi pemahaman dan keterampilan kewirausahaan yang tumbuh dan berkembang pada peserta didik yang berada di lingkungan berbagai jenis usaha, (3) bagaimana pemaknaan peserta didik terhadap potensi jenis kewirausahaan di sekitar lingkungan sekolah dengan potensi daerah asal masing-masing peserta didik METODE Metode kajian ini menggunakan pendekatan terpadu antara praktik, wawancara, dan deskripsi tentang literasi sains dan hidroponik kepada peserta didik di tingkat Sekolah Dasar (SD), Madrasah Aliyah (MA), dan Mahasiswa (PT) berjumlah 150 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen pertanyaan terbuka, pengisian angket, wawancara tentang konsep sains dan praktik hidroponik dalam rentang waktu semester genap di SD Swasta di Kota Bandung, MA di Kabupaten Bandung, dan Jurusan Pendidikan Fisika universitas negeri di Bandung. Analisis data angket (kuantitatif) dilakukan dengan menggunakan teknik crosstab yang ada pada program software SPSS dengan maksud untuk mendapatkan keterkaitan antara ragam jenjang pendidikan sampel dengan variabel-variabel penelitian.
171
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kemampuan Literasi Sains melalui Praktik Hidroponik Kemampuan literasi sains peserta didik diperoleh dari isian angket yang berisi tentang konsep-konsep sains pada aplikasi instalisasi hidroponik sederhana (Rochman, 2015). Pertanyaan yang terdiri dari konsep sains apa saja yang terlibat dalam instalsasi hidroponik. Umumnya peserta didik tingkat MA dan PT sudah luas penguasaan konsep dasar sainsnya maupun dampak terhadap terbentuknya aspekaspek kemandirian yang diungkapkan. Mereka mampu menjelaskan lebih dari lima konsep sains, seperti konsep gejala kapilaritas, perubahan wujud zat (kristal mixAB menjadi cairan nutrisi), perubahan energi (gelombang cahaya menjadi energi pada daun tumbuhan), fotosistesis, konsep ressapan (pada saat rockwool dibasahi), stomata, anatomi tumbuhan (akar, batang dan daun), gaya gravitasi (penahan media dengan menggunakan kawat), fluida statis (cairan yang terdapat pada media) dan fluida dinamis (ketik cairan nutrisi dimasukkan ke dalam botol media), dll.
Profil kemampuan peserta didik dapat digambarkan seperti gambar berikut. Gambar 1. Perbandingan kemampuan literasi sains peserta didik
80
Perbandingan Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik
70 14
Frekuensi
60
PT MA
50
30
SD
29
40
20
2 8
10
17
26 28
0 KURANG
CUKUP
10 4
8 3 1
SEDANG
TINGGI
Katagori Kemampuan Literasi Berdasarkan pertanyaan terbuka, angket, dan wawancara tentang konsep-konsep sains yang digunakan dalam membangun instalasi hidroponik sederhana, maka diperoleh kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan (berurutan dari SD, MA, dan PT), maka kemampuan literasi sains akan semakin tinggi (cenderungan kelompok peserta didik pada PT lebih besar dibanding dengan SD dan MA). Perbedaan jenjang pendidikan membuktikan bahwa perolehan konsep sains berhubungan dengan kemampuan literasi sainsnya (Akgul, 2004).
2.
172
Keterampilan Praktik Hidroponik Keterampilan praktik hidroponik terdiri dari cara menyemaikan bibit, pemeliharaan persemaian bibit, menyediakan media tanam, mengencerkan nutrisi ABMix, memindahkan benih dalam bentuk kecambah, pemeliharaan tanaman serta teknik panen. Adapun hasil pengamatan dari ketiga kelompok peserta didik dalam mempraktikan hidroponik diperoleh gambaran sebagaimana gambar berikut.
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Berdasarkan gambar 2 dan pengamatan langsung peneliti di lapangan, praktik menyiapkan perangkat sederhana hidroponik yang terbuat dari botol bekas, maka diperoleh kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan (berurutan dari SD sampai PT), maka kemampuan praktik hidroponik akan semakin tinggi (kecuali pada katagori sedang, peserta didik MA lebih banyak dibanding dengan peserta didik PT. Umumnya peserta didik tingkat MA lebih teliti dan tertib serta rapih dalam merakit perangkat hidroponiknya. Kemampuan memindahkan persemaian, media tanam, pupuk organik tanaman hidroponik pada peserta didik MA rata-rata lebih terampil. Pada peserta didik PT, selain hidroponik dikaji juga jenis-jenis kegiatan kewirausahaan yang berkembang di sekitar lingkungan. Jenis kegiatan kewirausahaan dapat dikelompokkan menjadi kegiatan kewirausahaan yang bersifat kependidikan dan non kependidikan. Kecenderungan menunjukkan bahwa peserta PT memiliki kecenderungan tertarik dengan kegiatan non kependidikan khususnya jenis kegiatan usaha makanan dan minuman. Sebagian kecil yang terlibat dalam kegiatan kependidikan seperti menjadi instruktur bimbingan belajar dan menulis artikel atau buku pelajaran. Hal yang menonjol adalah sebagian peserta PT sudah bergabung dengan kewirausahaan berbasis internet dalam bentuk e-commerce (contohnya Bukalapak, Paytren, Marketplace, dll)
3. Pemaknaan potensi alam dan jenis kewirausahaan Pemaknaan peserta didik terhadap potensi alam dan jenis kewirausahaan hasilnya dapat diraikan menjadi dua bagian, yaitu pemaknaan peserta didik terhadap potensi alam yang ada di sekitar lingkungan mereka, seperti sumber air panas, tambang besi, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTG), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), air terjun, dll. Sedangkan untuk jenis kewirausahaan yang diperkenalkan khususnya kepada peserta didik dari PT antara lain kewirausahaan kependidikan dan non kependidikan. Kewirausahaan kependidikan seperti: bimbingan belajar, penulisan buku, pembuatan media pembelajaran, jasa training/pelatihan. Kewirausahaan non kependidikan seperti: jualan pulsa, perdagangan makanan dan minuman, jualan pakaian, dan jualan barang lainnya (I Ketut Santra, 2009).
173
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
70
Perbandingan Sikap Peserta Didik
60
Frekuensi
50
23
PT 20
MA
40
SD
30
19
18
20 10 0
5 32 5 KURANG
19
19
10 7
CUKUP
SEDANG
TINGGI
Katagori Sikap Peserta Didik Gambar 3. Perbandingan sikap peserta didik Berdasarkan gambar 3, sikap peserta didik yang difokuskan kepada pendapat dan respon terhadap kegiatan hidroponik dan kegiatan kewirausahaan yang dilakukannya. Pendapat yang dideskripsikan oleh para peserta didik dalam lembar pertanyaan terbuka menunjukkan variasi. Respon mereka pada umumnya berkisar pada perlunya hidroponik dan kegiatan kewirausahaan diberikan secara lebih sistematis dalam kurikulum. Kelebihan bertanam secara hidroponik dibandingkan penanaman dengan menggunakan media tanah adalah masalah hama dan penyakit yang dapat dikurangi, produk yang dihasilkan umumnya berkualitas lebih baik sehingga harga jualnya lebih tinggi (Hayati, 2006; Perwtasari et al, 2012) Mengingat strategisnya peluang ini, maka perlu diberikan jam pelajaran atau SKS khusus tentang kewirausahaan bidang pertanian. Mereka menyebutkan, kewirausahaan bidang pertanian khususnya hidroponik lebih mudah, terjangkau, dan berorientasi pada pemberdayaan lahan-lahan terbatas tetapi cukup tinggi hasil yang didapat serta sehat karena bersifat organik (Martajaya and Agustina, 2010; Yuwono, 2013). Nilai orientasi alami manusia memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap sikap pada makanan organik (Wijaya et al. 2014; Suharti and Sirine, 2011). Sebagian peserta didik PT belum memiliki kepekaan terhadap potensi alam di daerah masing-masing. Hanya beberapa peserta didik PT yang tertarik dengan jenis sumber daya alam di sekitar daerah asal. Hal ini disebabkan karena peserta didik PT sebagian besar waktunya berada di sekitar kampus. Sehingga perhatian mereka pada sumber daya alam di tempat asal tinggal mereka kurang dipedulikan. Mahasiswa yang mempunyai minat untuk menjadi wirausaha tergantung dari pengalaman (Ernani Hadiyati, 2011). Sisi lainnya karena sebagian besar mahasiswa kurang menyukai tantangan dan kurang berani mengambil risiko (Handaru, Parimita, and Mufdhalifah 2015). Sebagian mereka dapat mengidentifikasi sumber daya alam berdasarkan konsep-konsep dasar sains. Sedangkan peserta didik MA yang berada di sekitar daerah pertanian lebih menunjukkan kepedulian terhadap potensi alam sekitar. Sehingga jumlah peserta didik MA yang berkatagori tinggi lebih besar dibanding kelompok lainnya (SD dan PT) Untuk jenis kewirausahan pada peserta didik PT pada umumnya mereka berposisi sebagai pelaku usaha meskipun pada skala kecil. Meskipun demikian, beberapa diantara mereka sudah berdagang secara ecommerce seperti di Bukalapak dan media sosial lainnya seperti FB, Grup WA, IG, dll. Dampak yang terlihat dari kegiatan kewirausahaan ini adalah adanya kemandirian peserta didik PT terutama dalam mengawali pembentukan kemandirian finansial (Santosa, 2013; Soepomo, 2011). Kemandirian peserta didik diharapkan dapat berdampak kepada kemandirian finansial di tingkat keluarga (Subiaktono, 2013)
174
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
KESIMPULAN Kajian ini menyimpulkan: (1) Adanya perbedaan kemampuan literasi sains pada peserta didik meskipun praktik hidroponiknya relatif sama, (2) berbagai jenis usaha yang berkembang di sekitar lingkungan peserta didik banyak memberikan inspirasi tumbuhnya pemahaman dan keterampilan kewirausahaan, (3) Adanya perbedaan pemaknaan terhadap potensi jenis kewirausahaan di sekitar lingkungan sekolah dengan potensi daerah asal masing-masing peserta didik. DAFTAR PUSTAKA Akgul, Esra Macarglu. 2004. “Teaching Scientific Literacy through a Science Technology and Society Course: Prospective Elementary Science Teachers’ Case.” The Turkish Online Journal of Educational Technology 3(4): 2002–5. http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=eric&AN=ED490576&site=ehost-live. Ariantika, Devi et al. 2015. “PENGARUH KREDIT KETAHANA N PANGAN DAN ENERGI (KKP - E) BRI TERHADAP KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PRINGSEWU.” Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis 3(1): 32–39. Atika Khoirunnisa, Dwi Haryono, Adia Nugraha. 2013. “ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN TANAMAN SAYURAN UNGGULAN DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS.” Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis 1(2): 98–104. Ernani Hadiyati. 2011. “Kreativitas Dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan Usaha Kecil.” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 13: 8–16. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/18240. Handaru, Agung Wahyu, Widya Parimita, and Inka Winarni Mufdhalifah. 2015. “MEMBANGUN INTENSI BERWIRAUSAHA MELALUI ADVERSITY.” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 17(2): 155–66. Hayati, Mardhiah. 2006. “Mardhiah Hayati (2006) J. Floratek 2 : 63 – 68.” jurnal.unsyiah.ac.id: 63–68. I Ketut Santra. 2009. “Adopsi Model Competency Based Training Dalam Kewirausahaan.” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 11(2): http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/17967.
pp.109-115.
Kocakaya, Serhat. 2013. “A Path Analytic Study : Effect of Affective Characteristics on Learning.” eurasianjournals 5(1): 11–38. Martajaya, Muhammad, and Lily Agustina. 2010. “Metode Budidaya Organik Tanaman Jagung Manis Di Tlogomas , Malang Organic Farming Method of Sweet Corn in Tlogomas , Malang.” Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari 1(1). Munir, Arsyad. 2012. “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI AIR DALAM PERTANIAN MADURA.” AGROVIGOR 5(2): 125–31. Pertanian, Departemen. 2015. 53 Peraturan Pemerintah 17 2015 Peraturan Pemerintah Ketahanan Pangan Dan Gizi. Perwtasari, Balia et al. 2012. “PENGARUH MEDIA TANAM DAN NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCHOI ( Brassica Juncea L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK.” AGROVIGOR 5(1): 14–25.
175
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Rochman, Chaerul. 2015. “Analisis Dan Kontribusi Kemampuan Konsep Dasar Fisika , Literasi Kurikulum Pembelajaran Dan Psikologi Pembelajaran Terhadap Kemampuan Penyusunan Lembar Kegiatan Peserta Didik ( LKPD ) Mahasiswa Pendidikan Fisika.” Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 2015(Snips): 1–5. Roidah, Ida Syamsu. 2014. “Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.” Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO 1(2): 43–50. Santosa, A.W.U dan Adijanti Marheni. 2013. “Perbedaan Kemandirian Berdasarkan Tipe Pola Asuh Orang Tua Pada Siswa SMP Negeri Di Denpasar.” Jurnal Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana 1(1): 54–62. Sapto Wibowo dan Arum Asriyanti. 2013. “Aplikasi Hidroponik NFT Pada Budidaya Pakcoy ( Brassica Rapa Chinensis ) Application of NFT Hydroponic on Cultivation of Pakcoy ( Brassica Rapa Chinensis ) Sapto Wibowo Dan Arum Asriyanti S.” Jurnal Penelitian Pertanian Terapan 13(3): 159– 67. Siregar, Jureni, Sugeng Triyono, and Diding Suhandy. 2015. “PENGUJIAN BEBERAPA NUTRISI HIDROPONIK PADA SELADA (Lactuca Sativa L .) DENGAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG ( THST ) TERMODIFIKASI EXAMINING OF SEVERAL HIDROPONICS NUTRIENTS FOR LETTUCE ON MODIFIED FLOATING SYSTEM HIDROPONIC TECHNOLOGY.” Jurnal Teknik Pertanian 4(1): 65–72. Sismanto*, Rizka Novi Sesanti* dan. 2016. “PERTUMBUHAN DAN HASIL PAKCHOI (Brasicca Rapa L.) PADA DUA SISTEM HIDROPONIK HIDROPONIK DAN EMPAT JENIS NUTRISI.” JURNAL KELITBANGAN 4(1): 1–9. Siswadi, and Teguh Yuwono. 2015. “PENGARUH MACAM MEDIA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA ( Lactuca Sativa L ) HIDROPONIK.” Jurnal Agronomika 9(3): 257–64. Soenartomo Soepomo. 2011. “Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Terhadap Program Kewirausahaan Pada Perguruan Tinggi.” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 13(1): 1–7. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/18239. Subiaktono. 2013. “PENGARUH PERSONALITY TRAITS TERHADAP KEUANGAN KELUARGA.” Jurnal Dinamika Manajemen 4(2): 150–63.
PERENCANAAN
Suharti, Lieli, and Hani Sirine. 2011. “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention ) (Studi Terhadap Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana , Salatiga).” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 13(2): 124–34. Sutrisno, Aris, Evie Ratnasari, and Herlina Fitrihidajati. 2003. “Fermentasi Limbah Cair Tahu Menggunakan EM4 Sebagai Alternatif Nutrisi Hidroponik Dan Aplikasinya Pada Sawi Hijau ( Brassica Juncea Var . Tosakan ) Fermentation of Tofu Liquid Waste with EM4 as Hydroponics Nutrients Alternative and the Application in Gree.” Lentera Bio: 1–8. UU No.18 2012. 2015. “Undang Undang Pangan.” UU No 18 Tahun 2012 1. Wijaya, Tony et al. 2014. “Nilai Dan Pengetahuan Sebagai Prediktor Intensi Beli Makanan Organik.” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 16(1): 69–81. Yuwono, Siswadi dan Teguh. 2013. “UJI HASIL TANAMAN SAWI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM SECARA HIDROPONIK TEST RESULTS MUSTARD AT VARIOUS PLANTS IN HYDROPONICS GROWING MEDIA.” INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian 11(1): 44–50.
176
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PENGEMBANGAN UNIT USAHA PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DALAM KAMPUS UNIMA Arrijani Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Negeri Manado, Manado Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Pengembangan unit usaha penyulingan minyak cengkeh melalui skema program Ipteks bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IbIKK) merupakan salah satu unit usaha yang memberikan dampak ganda bagi tim pelaksana, bagi mahasiswa yang terlibat, bagi UNIMA dan bagi masyarakat Minahasa pada khususnya serta masyarakat Sulawesi Utara pada Umumnya. Unit usaha yang kami kembangkan ini merupakan kegiatan pionir dalam hal penyulingan minyak atsiri dari daun cengkeh di Kabupaten Minahasa. Potensi usaha sangat besat karena total luas areal tanaman cengkeh di Minahasa mencapai 15.357 hektar sehingga sangat prosfektif untuk dikembangkan menjadi unit usaha dalam rangka meningkatkan pendapatan petani. Metode pelaksanaan kegiatan adalah aplikasi konsep bilogi dan kimia dalam mengembangkan usaha penyulingan minyak atsiri berbahan baku daun cengkeh yang selama ini hanya menjadi serasah dalam perkebunan cengkeh masyarakat. Metode penyulingan yang digunakan adalah “Steam distillation” dengan menggunakan boiler sebagai sumber uap. Dengan metode ini, maka kualitas minyak yang dihasilkan akan lebih baik dan proses penyulingan lebih cepat selesai. Hasil utama kegiatan ini adalah minyak cengkeh dan hasil samping berupa limbah daun cengkeh yang dapat diproses lanjut menjadi kompos. Minyak cengkeh hasil penyulingan dapat diproses menjadi berbagai produk olahan lanjutan seperti balsem atau minyak urut dengan menggunakan campuran bahan baku lainnya. Selain itu hasil utama berupa minyak cengkeh dapat dimurnikan untuk memperoleh eugenol murni yang nilai jualnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual minyak cengkeh. Meskipun harga pasaran lokal minyak cengkeh membaik, tetapi kami masih menghadapi kendala kualitas bahan baku karena realisasi anggaran kegiatan ini bertepatan dengan puncak musim hujan sehingga curah hujan tinggi. Dengan kondisi iklim seperti ini, kualitas bahan baku sangat rendah karena kandungan airnya tinggi sementara kandungan minyaknya rendah. Untuk mengatasi hal ini, kami telah berupaya merancang alat pengeringan manual dalam pabrik yang diharapkan akan dapat mengatasi kendala yang kami hadapi. Strategi pengambangan untuk mengantisipasi kendala ini telah kami susun untuk tahun kedua dan seterusnya dengan dua pola yaitu optimalisasi kegiatan penyulingan pada musim kemarau dan peningkatan frekwensi penyulingan pada musim hujan sehingga target produksi minyak bisa tercapai dan diharapkan dapat terlampaui. Oleh sebab itu sebagai langkah antisipasi kami telah merubah skenario dalam proposal dengan menggunakan daun cengkeh sebagai bahan bakar. Terobosan ini sangat membantu karena selain menghemat kayu bakar, juga sekaligus membantu suplai energi untuk pembakaran boiler. Untuk mengejar target produksi, kami melakukan penyulingan 3 ship per hari agar total produksi dapat ditingkatkan. Meskipun demikian kandungan minyak atsiri dalam daun yang sangat minim (kurang dari 2%) tetap menjadi kendala utama untuk pencapaian target produksi. I. PENDAHULUAN Hasil penelitian Arrijani, dkk. (2010) menunjukkan bahwa 60% dari total luas tanaman cengkeh di Kabupaten Minahasa (15.357 hektar) berada dalam kawasan DAS Tondano (9.214 hektar) dan umumnya ditanam secara monokultur. Harga cengkeh yang fluktuatif dan cenderung menurun pada saat panen raya serta lamanya waktu proses produksi (1x/tahun) mengakibatkan masyarakat membuka lahan-lahan perkebunan baru karena terdesak untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dengan menanam tanaman semusim terutama jagung. Kondisi ini membawa dampak pada meningkatnya erosi, sedimentasi pada Danau Tondano, eutrifikasi yang mengarah kepada percepatan pendangkalan danau (degradasi lingkungan) sehingga akan membahayakan kelestarian fungsi Danau Tondano bagi masyarakat Sulawesi Utara. Penyulingan minyak daun cengkeh merupakan solusi yang dapat mengatasi banyak permasalahan yang dihadapi oleh petani secara ekonomi maupun masalah ekologi. Daun cengkeh tersedia melimpah sepanjang tahun dan dapat dipanen setiap hari (9.214 ha x 600 phn x 1,2 kg = 6634 ton/mingu) sehingga para petani dapat memperoleh tambahan penghasilan setiap hari (total 6.634.000. kg x Rp.2000 = Rp.13.268.000.000 /minggu) jika seluruhnya dapat dipanen. Harga minyak cengkeh hasil penyulingan di pasar nasional jauh
177
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
lebih tinggi dari buah cengkeh sendiri yaitu Rp.140.000,- s/d Rp.160.000,- / kg dan relatif stabil. Meskipun sangat prosfektif, tetapi usaha ini belum dikembangkan oleh masyarakat Minahasa sehingga tidak ada kompetitor terhadap pengembangan usaha ini. Usaha ini justru akan menjadi pioner yang akan berusaha menularkan teknologi kepada petani agar dapat mengembangkan usaha yang sama pada tahun kedua dan seterusnya karena potensi bahan baku dan aspek pendukung lainnya masih sangat memungkinkan untuk pengembangan usaha skala lebih luas dan lebih besar. Kendala yang dihadapi oleh petani hanyalah teknologinya belum dikuasai. Oleh sebab itu kegiatan ini yang merupakan lanjutan (kolaborasi antara ekologi, kimia, teknologi dan sosial ekonomi) akan mengaplikasikan hasil penelitian terdahulu terhadap sistem destilasi yang paling efisien dan efektif untuk dikembangkan pada masyarakat petani cengkeh dalam kawasan DAS Tondano. Diharapkan kegiatan IbIKK ini akan menjadi awal pengembangan usaha masyarakat yang memberikan solusi terhadap masalah sosial ekonomi dan lingkungan dalam kawasan serta menumbuhkan kapasitas inovasi institusi sejalan dengan kemajuan teknologi (state of the art of technologies) dan market driven karena hasilnya merupakan teknologi tepat guna yang sangat ditunggu dan diharapkan oleh masyarakat (alat akan dimodifikasi dan dirakit sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakat Minahasa) serta produknya masih minim pasokannya dalam pasar nasional maupun internasional. Pada tahun pertama (2013) telah dilaksanakan kegiatan penyulingan daun cengkeh sebagai salah satu produk unggulan tim IbIKK Penyulingan Minyak Atsiri. Semua kegiatan berjalan dengan baik tetapi kami masih menghadapi kendala cuaca pada musim hujan saat ini. Apalagi realisasi pendanaan bertepatan dengan puncak musim hujan di Sulawesi Utara. Pada musim hujan, kualitas bahan baku kurang baik, kadar air yang tinggi mengakibatkan berat bahan baku bertambah karena basah sementara rendemen minyak dari daun yang dipanen saat musim hujan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan daun yang dipanen saat musim kemarau. Selain itu kayu bakar yang menjadi sumber energi basah dan perlu perlakuan khusus pengeringan agar dapat digunakan dengan baik. Untuk mengatasi kendala ini kami menempuh dua strategi sebagai langkah terobosan, yang pertama kami membuat semacam gudang lapangan di Desa Makalisung dengan membentuk agen pengumpul daun. Gudang lapangan ini menjadi sarana penampungan sementara daun yang dikumpulkan oleh tenaga pengumpul agar tidak kehujanan sehingga kadar airnya tidak terlalu tinggi. Strategi yang kedua adalah memodifikasi pabrik berupa alat sederhana pengering daun yang akan digunakan untuk pembakaran boiler. Dengan demikian pada tahun pertama dan kedua ini sebagian besar limbah daun digunakan kembali untuk pembakaran dan tidak diproses menjadi kompos, pupuk organik dapat diperoleh dari abu sisa pembakaran daun. Hal yang menggembirakan adalah membaiknya harga minyak cengkeh di tingkat pasaran lokal. Dalam skenario pemasaran yang disepakati antara tim IbIKK dengan UD. Timbul Jaya, harga jual minyak atsiri dari olahan daun cengkeh antara Rp.140.000,- sampai dengan Rp.160.000,- per kilogram tergantung kualitas minyak atsiri, dengan kapasitas penampungan tidak terbatas artinya berapapun produksi kami akan dibeli dengan rentang harga tersebut. Harga ini sangat menguntungkan kami karena dalam proposal tahun pertama harga jual kami patok hanya Rp.100.000,-. Selain itu daya tampung produk yang masih sangat terbuka lebar untuk pengembangan produksi. Untuk tahun kedua ini kami akan mengembangkan satu produk lagi yaitu minyak tangkai buah. Usaha ini lebih prosfektif karena rendemen minyaknya lebih tinggi dan harga jualnya juga lebih tinggi (antara Rp.160.000,- s/d Rp.190.000,-) serta limbahnya bisa dijual kembali ke UD. Timbul Jaya. Untuk mendukung pengembangan tersebut, kami menambah 1 unit pabrik lagi dengan sistem Steam and Water Distillation karena lebih efisien dari segi penggunaan anggaran dan ruangan dalam pabrik. Pabrik dengan sistem ini tidak menggunakan boiler sebagai sumber uap tetapi langsung menyatu dengan ketel penyulingan. Oleh sebab itu harganya lebih muran dan tidak membutuhkan ruang yang terlalu luas. Dengan pertimbangan tersebut maka kami tim IbIKK menyusun proposal untuk rencana kegiatan di tahun kedua dengan maksud agar pegembangan usaha dalam kampus yang telah kami rintis ini dapat membantu petani cengkeh untuk membuka peluang memperoleh pendapatan tambahan. Usaha ini dilakukan untuk menghindari kompetisi dengan petani yang mengolah buah cengkeh, tetapi justru menunjang usaha mereka dengan memperbaiki harga jual produk dan diversifikasi produk tanaman cengkeh dan sekaligus membantu petani menambah pendapatan harian. Pemanfaatan tangkai buah yang selama panen raya hanya dibuang percuma atau dibiarkan membusuk di lahan perkebunan cengkeh juga sangat prosfektif. Saat ini harga jual tangkai buah oleh pengumpul sekitar Rp.10.000,- atau setara dengan kg daun. Hal ini lebih menguntungkan petani jika dikumpulkan dan dikeringkan pada saat panen raya mereka ketambahan sumber pendapatan baru yang lebih prosfektif. Sesuai dengan tujuan semula IbIKK
178
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
yang telah kami dikembangkan ini diuapayakan agar menjadi unit usaha profesional berbasis produksi minyak atsiri tanaman cengkeh yang berorientasi revenue generating, mendukung usaha pengembangan sarana science and technology park, menjadi sarana latihan kewirausahaan bagi mahasiswa sehingga dapat menjadi alumni “Pencipta Lapangan Kerja”, membangun landmark PS.Biologi FMIPA UNIMA terutama untuk pengabdian/pelatihan, wirausaha dan kegiatan lain yang terkait dengan pengolahan minyak atsiri dari produk buangan tanaman cengkeh. Pada tahun pertama akan dikembangkan 1 unit mesin penyulingan minyak atsiri dari daun cengkeh dan kami telah melibatkan 12 orang mahasiswa S1 dan 6 orang mahasiswa S2 dalam keggiatan ini baik sebagai tenaga kerja, calon wirausaha muda dan sebagai peneliti (untuk penyusunan skripsi dan tesis). II. TARGET DAN LUARAN Target bahan baku dan proses penyulingan yang telah kami susun dalam proposal direncanakan dimulai pada bulan Januari 2014. Oleh karena kami melaksanakan pembangunan pabrik baru dan perluasan area pabrik serta perbaikan peralatan pabrik, maka kegiatan inti dalam operasionalisasi IbIKK Penyulingan Minyak Atsiri ini nanti dimulai pada bulan Oktober 2014. Oleh sebab itu maka target dan luaran pada tahun 2014 tidak akan tercapai sehingga kami merasa perlu untuk melakukan penjadwalan kembali rencana usaha yang telah disusun sebelumnya. Target produksi untuk tahun 2014 kami undur menjadi target sampai dengan bulan Juni 2015. Pada bulan Pebruari 2015 diperkirakan curah hujan sudah mulai rendah sehingga kualitas bahan baku akan semakin baik. Oleh sebab itu harapan kami produksi minyak akan lebih meningkat dan dapat menutupi kekurangan produksi selama musim hujan di bulan Oktober 2014 s/d Januari 2015 dan diharapkan pada bulan Juni 2015 target produksi sudah dapat dicapai. Khusus untuk ketersediaan bahan baku, kami tidak mengalami kendala menyangkut kuantitasnya karena tersedia melimpah di sekitar kampus (dalam radius 50 km). Kendala yang dihadapi adalah mengangkut kualitas bahan baku. Daun cengkeh sekarang ini tersedia dalam kondisi basah/lembab karena musim hujan sehingga beratnya bertambah sementara rendemen minyaknya berkurang. Penambahan berat bahan baku karena kandungan airnya tinggi dan pengurangan kadar minyak disebabkan karena berat bahan baku bertambah karena basah dan intensitas cahaya matahari yang berkurang. Hasil penelitian kami terdahulu menunjukkan bahwa intensitas cahaya matahari berkorelasi positif dengan kandungan minyak cengkeh dalam daun yang gugur. Rencana realisasi produksi untuk minyak cengkeh sampai dengan tanggal 10 November 2014 ini dapat kita baca pada tabel 1. Target produksi pada tahun kedua adalah 6 ton minyak cengkeh tetapi realisasi hingga akhir tahun ini diperkirakan baru mencapai 600 kg. Meskipun target produksi pada tahun pertama belum tercapai, tetapi hal yang sangat menggembirakan kami adalah membaiknya harga minyak cengkeh di tingkat pasaran lokal. Hingga saat ini harga minyak cengkeh di Sulawesi Utara telah mencapai Rp.160.000,- per kilogram. Kondisi ini jauh lebih baik dari target harga jual produk yang kami susun dalam skenario pemasaran dalam proposal tahun pertama hanya sebesar Rp.100.000,- atau terjadi peningkatan sekitar 60%. Dengan demikian meskipun total produksi belum tercapai tetapi total pendapatan kami selama bulan November 2014 cukup menggembirakan. Dari total produksi 600 kilogram jika langsung dijual seluruhnya saat ini maka kami akan memperoleh pendapatan sebesar 600 kg x Rp.160.000,- = Rp.96.000.000,-. Angka tersebut sangat menggembirakan ditengah kekecewaan kami atas rendahnya rendemen minyak karena kondisi bahan baku yang basah. Untuk menggenjot produksi, saat ini kami menggandakan kegiatan penyulingan dari rencana semula sekali setiap hari menjadi tiga kali setiap hari. Dengan demikian maka total produksi masih dapat diusahakan untuk mendekati target bulanan pada bulan Desember dan akan diupayakan untuk tetap berproduksi dengan pola seperti ini agar kekurangan produksi dapat ditutupi pada bulan Pebruari s/d Juni 2015. Kendala lainnya adalah periode panen raya untuk buah cengkeh sejak bulan Mei 2014 sampai dengan bulan September 2014. Selama periode pemetikan dalam panen raya, pemilik kebun cengkeh tidak mengijinkan para petani pengumpul untuk memasuki areal perkebunan karena rawan pencurian buah. Beberapa petani cengkeh yang kami hubungi tidak mengijinkan pengambilan daun cengkeh selama periode pemetikan. Potensi yang lebih menguntungkan untuk digarap adalah tangkai buah cengkeh. Rendemen minyak tangkai buah lebih tinggi dan nilai jualnya juga lebih tinggi sehingga prosfektif untuk dikembangkan. Kendala yang dihadapi adalah belum tersedianya tenaga pengumpul tangkai buah karena tenaga yang kami sewa untuk mengumpulkan daun cengkeh tua, tidak diijinkan untuk memasuki kawasan perkebunan selama pemetikan. Kami telah menawarkan kepada pemilik perkebunan cengkeh untuk mengumpulkan tangkai buah tetapi mereka tidak berminat karena harga jualnya rendah sehingga mereka lebih fokus kepada panen buah. Untuk
179
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
skenario lanjutan kami sudah merencanakan untuk membentuk tim pengumpul tangkai buah dari kelompok mahasiswa yang akan dilibatkan dalam program kegiatan ini. III. METODE PELAKSANAAN Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan skim IbIKK ini dilaksanakan dengan metode penyulingan Steam and water distillation dengan kegiatan utama penyulingan minyak atsiri daun cengkeh.Prosedur dan peralatan yang digunakan sebagai berikut :(1). Komoditas Utama : Minyak atsiri (minyak cengkeh) hasil penyulingan daun cengkeh kering (2). Komoditas Tambahan :Pupuk kompos (1,2 ton pd tahun II). a. Jumlah Pemasok Bahan Baku : 2 Group petani pengumpul daun cengkeh yaitu : - Ibu Non (1,5 ton daun cengkeh kering/ bulan). - Bapak Max (2 ton daun cengkeh kering/ bulan). b. Daerah Pemasok Bahan Baku : Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. c. Teknik Kontrol Kualitas Bahan Baku : Kualitas bahan baku diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu bahan baku kering dan bahan baku basah. Bahan baku kering dikontrol dengan memilih sampel bahan baku dari dalam karung lalu diremas dengan tangan untuk menentukan kadar air secara kasar (kondisi basah atau kering). Daun kering dibeli dengan harga Rp.2000,- per Kg sedangkan daun basah dibeli dengan harga Rp.1200,- per Kg. Jenis Peralatan Utama Proses Produksi : 1. Boiler (rakitan, dgn indikator tekanan, mesin pengisap asap dan mesin pengisi air outomatis) sebagai sumber uap air yang fungsinya untuk mengsuplai uap panas ke ketel penyulingan. Bahan bakar yang digunakan untuk sumber energi bagi boiler adalah kayu bakar dan daun cengkeh yang telah selesai disuling. 2. Ketel Penyulingan (rakitan, bahan baku stainless steel) sebagai tempat bahan baku yang akan disuling berbentuk tungku yang bulat dengan diameter 130 cm dan tinggi 210 cm. Kapasitas ketel untuk bahan baku keras seperti biji pala, tangkai buah dan buah cengkeh sekitar 500 Kg s/d 1 ton, sedangkan untuk daun cengkeh kering hanya berkisar antara 130 Kg sampai dengan 200 Kg. 3. Kondensor (rakitan, bahan baku stainless steel) yang berbentuk pipa spiral dalam bejana besar dan berfungsi sebagai pendingin uap panas yang keluar dari ketel penyulingan. Kondensor ini mendinginkan uap air yang panas dan bercampur dengan minyak cengkeh sehingga berubah dari fase gas (uap) menjadi fase air dingin. Air dingin yang keluar dari kondensor ini telah bercampur dengan minyak cengkeh. 4. Separator (rakitan, bahan baku stainless steel) yang berbentuk bulat dengan dua katub utama yang berfungsi untuk memisahkan minyak cengkeh yang keluar dari kondensor bersama dengan air. Separator ini akan memisahkan minyak sesuai dengan berat jenisnya. Jika berat jenis minyak yang dihasilkan lebih tinggi dari berat jenis air, maka minyak akan tenggelam dan dibuka pada katub bawah untuk memanen minyak atsiri tetapi jika berat jenis minyak yang dihasilkan lebih rendah dari berat jenis air, maka minyak akan mengapung dan dibuka pada katub atas untuk memanen minyak atsirinya. Untuk minyak cengkeh, berat jenisnya lebih tinggi dari berat jenis air sehingga pemanenan minyak cengkeh dilakukan pada katub bawah separator. e. Nilai Total Investasi Peralatan Utama : i. Boiler (rakitan) : Rp. 45.000.000,- ii. Ketel (stainless steel) : Rp. 75.000.000,- iii. Kondensor (stainless steel): Rp. 25.000.000,- iv. Separator 2 katub (stainless steel) : Rp. 15.000.000,Ruang Proses Produksi dan Prosedur Produksi : 1. Ruang Proses Produksi merupakan bangunan permanen (dibangun pada tahun II) dengan luas 6 x 14 meter (84 meter persegi) yang terdiri dari : i. Ruang penyimpanan bahan baku berukuran 6 x 6 meter yang dapat menampung bahan baku berupa daun cengkeh sebanyak 250 karung atau sekitar 3 ton. Ruang ini belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk penyimpanan bahan baku karena bahan baku yang tersedia selalu langsung disuling setiap hari sehingga tidak banyak bahan baku daun cengkeh yang tertampung di gudang. ii. Ruang penimbangan bahan baku bertukuran 2 x 3 meter merupakan ruang kecil diantara ruang penyimpanan dengan ruang penyulingan yang berfungsi sebagai tempat penimbangan stok bahan baku yang akan masuk ke gudang dan penimbangan bahan baku yang akan dimasukkan ke dalam ketel penyulingan. iii. Ruang Penyulingan merupakan ruang utama berukuran 6 x 8 meter yang berfungsi untuk melaksanakan rangkaian proses penyulingan minyak cengkeh. Dalam ruang penyulingan ini terdapat empat alat utama dan sejumlah alat penunjang proses produksi. 2. Alat utama terdiri dari :(a). Ketel Penyulingan yang berbentuk tabung bejana besar bulat dengan dimensi T : 260 cm dan L : 130 cm. Kapasitas ketel penyulingan untuk bahan baku berupa daun cengkeh kering adalah maksimal 250 Kg. Ketel ini menggunakan uap panas sebagai sumber energi yang disalurkan dari boiler. (b). Boiler, merupakan alat utama yang kedua yang berfungsi untuk mensuplai uap panas ke ketel
180
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 penyulingan. Boiler menggunakan bahan bakar utama adalah kayu bakar dan untuk efisiensi dibantu dengan daun cengkeh yang telah selesai disuling. (c). Kondensor, merupakan alat pendingin uap yang keluar dari ketel penyulingan. Kondensor ini berfungsi untuk mendinginkan uap air yang bercampur minyak yang berasal dari ketel penyulingan. Input dari kondensor adalah uap air dan outputnya adalah air yang bercampur dengan minyak. (d). Separator, merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air yang keluar bersama-sama dari dalam kondensor. Minyak akan memisah karena berat jenisnya berbeda dengan berat jenis air. Alat separator rakitan yang kami pesan kurang berfungsi optimal sehingga dalam usaha ini kami ganti dengan separator bertingkat yang dirakit dari ember berseri dan hasilnya lebih baik dari alat separator. (e). Bak Air berukuran 6 x 4 meter yang berfungsi untuk menampung air dan mensuplai air ke dalam kondensor dan sumber air bagi boiler. IV. HASIL YANG DICAPAI Pada tahun pertama kami melaksanakan pembongkaran total pabrik dan dibangun baru berupa bangunan permanen berlantai 2. Bangunan semula yang berkonstruksi kayu telah kami ganti dengan bangunan beton permanen sehingga ruangan lebih lega dan kondisi interior pabrik menjadi jauh lebih baik. Oleh karena proses pembangunan memakan waktu yang relatif lama maka rencana realisasi produksi untuk minyak cengkeh sampai dengan tanggal 30 Desember 2014 mencapai 600 kg. Proses produksi tetap dilaksanakan kegiatan dengan kagiatan harian seperti tercantum dalam logbook. Untuk mengejar target produksi kami melakukan tiga kali penyulingan setiap hari dengan rata-rata bahan baku 150 kg. Dengan demikian maka setiap hari kami menyulingan sekitar 450 kg bahan baku daun cengkeh. Sampai saat ini kami masih terkendala dengan kualitas bahan baku karena tingginya kadar air pada saat musim hujan sehingga rata-rata kandungan minyak cengkeh pada daun cengkeh yang disuling hanya sekitar 1,2% s/d 1,8%. Oleh sebab itu rata-rata produksi minyak cengkeh harian hanya sekitar 5,4 kg s/d 8,1 kg atau sekitar 162 kg s/d 243 kg/ bulan, sehingga target produksi belum tercapai. Meskipun demikian, hal yang sangat menggembirakan kami adalah membaiknya harga minyak cengkeh di pasaran lokal. Di Sulawesi Utara hingga saat ini harga minyak cengkeh telah mencapai Rp.160.000,- jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan patokan / target harga jual yang kami rencanakan dalam proposal sebesar Rp.100.000,-. Oleh sebab itu meskipun target total produksi belum terpenuhi, tetapi pendapatan masih dapat dipenuhi untuk bulan Oktober 2013 yaitu sebesar Rp. 14.400.000,- (90 kg minyak cengkeh x Rp.160.000,-) jika penjualan dilakukan saat ini. Jika total produksi sampai dengan bulan November maka pendapatan kotor hasil penjualan minyak telah mencapai Rp.38.880.000,- masih belum mencapai target pendapatan bulanan sebesar Rp.50.000.000,-. Dengan kondisi seperti ini kami melakukan perubahan strategi dan skenario produksi minyak cengkeh. Perubahan strategi dilakukan untuk mengantisipasi kendala alam yang tidak dapat kami kontrol kondisinya. Strategi untuk mengantisipasi kondisi cuaca buruk (hujan lebat) maka kami melaksanakan dua langkah terobosan yaitu pembuatan gudang lapangan sementara yang berfungsi untuk menampung hasil pengumpulan daun oleh petani dan dikoordinir oleh seorang koordinator lapangan (semacam agen). Korlap inilah yang mengumpulkan daun di gudang lapangan dan membayarkan hasil pembelian daun cengkeh kepada petani. Korlap diberi upah Rp.250 per kilogram daun sehingga untuk setiap ton korlap memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp.250.000,-. Strategi yang kedua adalah dengan mendisain peralatan sederhana dalam pabrik yang berfungsi untuk mengeringkan daun sebagai bahan bakar menunjang proses pembakaran yang kurang efektif karena kondisi kayu yang basah. Dengan strategi seperti ini, maka kami dapat melakukan penyulingan selama 8 jam tanpa henti sehingga rendemen minyak di dalam daun telah tersuling dengan baik. Perubahan skenario kami lakukan dengan melakukan diversifikasi bahan baku. Kami telah melakukan penyulingan tahap pertama dengan menggunakan bahan baku tangkai buah cengkeh kering yang kami peroleh dari distributor dan pemasok produk cengkeh dari Airmaidi Kabupaten Minahasa Utara (UD Timbul Jaya). Pada penyulingan pertama kami menggunakan bahan baku sebanyak 200 kg sekali suling karena harga bahan baku cukup mahal. Hasil penyulingan pertama yang kami lakukan sangat menggembirakan karena ternyata rendemen minyaknya bisa mencapai 5% dari total bahan baku yang disuling. Berdasarkan hasil penyulingan tangkai tersebut, kami melakukan perubahan skenario usaha dengan menambahkan satu unit produksi minyak tangkai buah. Untuk mendukung usaha tersebut, kami telah melakukan pembicaraan dan membuat kesepakatan dengan UD. Timbul Jaya tentang penyulingan tangkai buah dengan inti kesepakatan sebagai berikut : 1. UD. Timbul Jaya bersedia memasok tangkai buah kepada tim IbIKK Penyulingan Minyak Atsiri Unima dengan stok tersedia untuk tahap pertama 20 ton. Jika stok tersebut telah selesai disuling dan kesepakatan lainnya berjalan sesuai pembicaraan, maka UD. Timbul Jaya akan memasok tangkai buah dari gudang-gudang mereka di Ternate, Sangir & Talaud, Toli-toli dan Palu. Total bahan baku yang
181
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
2. 3. 4.
5.
tersedia menurut perkiraan “Ko Indra” bisa mencapai ratusan ton bahkan kalau serius (sesuai pembicaraan tentang total produksi dan harga jual) bisa mencapai ribuan ton pada saat panen raya. UD. Timbul Jaya menjual bahan baku berupa tangkai buah tanaman cengkeh dengan harga satuan Rp.10.500,- per kilogram. UD. Timbul Jaya bersedia membeli minyak tangkai buah cengkeh yang diproduksi oleh tim IbIKK Penyulingan Minyak Atsiri Unima dengan kesepakatan harga Rp.165.000,- s/d Rp.180.000,- tergantung kualitas dan harga pasaran minyak tangkai buah. UD. Timbul Jaya bersedia membeli kembali limbah penyulingan berupa tangkai buah yang sudah dikeringkan kembali dengan kesepakatan harga Rp.4.500,- s/d Rp.6.000,- tergantung harga pasaran di Surabaya (Tempat penampungan tangkai buah tanaman cengkeh). Dengan skenario seperti ini, maka kami akan memulai produksi minyak tangkai buah pada bulan Desember 2014 atau paling lambat bulan Januari 2015. Rencana yang kami susun tidak terlalu optimistik tetapi dapat menutupi kekurangan pemasukan karena kurangnya produksi minyak daun cengkeh karena kondisi cuaca. Target produksi kami untuk penyulingan tangkai buah adalah 25 kg per hari yang merupakan hasil penyulingan 500 kg tangkai buah dengan dua kali penyulingan. Jika target ini dapat kami realisasikan maka diharapkan akan dapat diproduksi 750 kg minyak tangkai buah cengkeh per bulan atau kalau dijual dengan harga terendah (Rp.165.000,-) maka kami akan memperoleh tambahan pendapatan hasil penjualan minyak sebesar Rp.123.750.000,- Lebih rinci diuraikan sebegai berikut : Kesepakatan harga jual minyak tangkai buah dipatok Rp. 165.000,- per kilogram dan pembelian kembali limbah tangkai bekas penyulingan yang telah dikeringkan dengan harga jual saat ini Rp.5500,- per kilogram. “Ko Indra” saat ini memiliki bahan baku sekitar 20 ton dan harga bahan baku yang disepakati adalah Rp.10.500,sehingga untuk menyuling semua bahan baku tersebut dibutuhkan modal Rp.210.000.000,-, biaya produksi Rp.12.000.000,- sehingga total pengeluaran untuk kegiatan penyulingan 20 ton tangkai buah sebesar Rp.222.000.000,-. Jika rendemen yang dihasilkan rata-rata sama dengan penyulingan pertama (5%) maka total produksi minyak tangkai buah adalah 1000 kg (1 ton) dan total hasil penjualan minyak adalah 1000 kg x Rp.165.000,- = Rp.165.000.000,- dan hasil penjualan limbah tangkai buah sisa penyulingan = 20000 kg x Rp.5500,- = Rp.110.000.000,-. Oleh sebab itu keuntungan bersih adalah total pendapatan (Rp.165.000.000,- + Rp.110.000.000,-) Rp.275.000.000,- total pengeluaran Rp.222.000.000,- = Rp.53.000.000,-. Untuk menyuling 20 ton bahan baku tersebut dibutuhkan waktu 20 hari kerja (jika dilakukan penyulingan 3x sehari) s/d 30 hari kerja (jika dilakukan penyulingan 2x sehari). Hal ini lebih menguntungkan dan kami harapkan akan dapat mengisi kekurangan pendapatan pada saat musim hujan masih berlangsung. Rencana pengembangan untuk tahun kedua adalah menambah kapasitas produksi dengan penambahan satu unit pabrik skala industri (kapasitas 400 kg daun cengkeh) dengan sistem pembakaran langsung. Alat yang sekarang kami gunakan adalah pabrik penyulingan lengkap sistem Steam Distillation yang kurang efisien dari segi penggunaan ruang dan modal kerja karena menggunakan boiler (membutuhkan modal tambahan dan ruang yang lebih luas).
V. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Untuk tahapan selanjutnya, kami merencanakan akan melanjutkan kegiatan produksi dengan memperbaikin kualitas bahan baku terutama dari segi penurunan kadar air bahan baku. Ada dua strategi yang kami tempuh yaitu : 1. Mengontrak agen pengumpul bahan baku yang bertugas untuk mengumpulkan bahan baku dengan gudang lapangan yang terbuat dari terpal plastik agar tidak kehujanan pada saat pengumpulan. Stretegi ini dilakukan untuk mengantisipasi tingginya kadar air dalam bahan baku daun cengkeh yang merugikan dari segi timbangan dan kandungan minyak cengkeh. 2. Merancang modifikasi disain pabrik untuk pengeringan bahan baku secara alami dan bertahap serta pengeringan bahan bakar kayu yang akan digunakan dalam pembakaran boiler sebagai sumber energi. Kendala yang dihadapi selama ini adalah kurangnya api sebagai sumber panas karena kayu yang digunakan basah. Untuk mengantisipasinya kami menggunakan daun cengkeh sisa penyulingan sebagai bahan bakar tambahan. Selain itu kami juga memperbaiki skenario produksi pada bulan Desember 2014 dengan rencana sebagai berikut : Berdasarkan hasil penyulingan tangkai buah yang lebih baik , kami melakukan perubahan skenario usaha dengan menambahkan satu unit produksi minyak tangkai. Untuk mendukung usaha tersebut, kami telah melakukan pembicaraan dan membuat kesepakatan dengan UD. Timbul Jaya tentang penyulingan tangkai buah dengan inti kesepakatan sebagai berikut : a. UD. Timbul Jaya bersedia memasok tangkai buah kepada tim IbIKK Penyulingan Minyak Atsiri Unima dengan stok tersedia untuk tahap pertama 20 ton. Jika stok tersebut telah selesai disuling dan
182
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
kesepakatan lainnya berjalan sesuai pembicaraan, maka UD. Timbul Jaya akan memasok tangkai buah dari gudang-gudang mereka di Ternate, Sangir & Talaud, Toli-toli dan Palu. b. UD. Timbul Jaya menjual bahan baku berupa tangkai buah tanaman cengkeh dengan harga satuan Rp.10.500,- per kilogram. c. UD. Timbul Jaya bersedia membeli minyak tangkai buah cengkeh yang diproduksi oleh tim IbIKK Penyulingan Minyak Atsiri Unima dengan kesepakatan harga Rp.165.000,- s/d Rp.180.000,tergantung kualitas dan harga pasaran minyak tangkai buah. d. UD. Timbul Jaya bersedia membeli kembali limbah penyulingan berupa tangkai buah yang sudah dikeringkan kembali dengan kesepakatan harga Rp.4.500,- s/d Rp.6.000,- tergantung harga pasaran di Surabaya (Tempat penampungan tangkai buah tanaman cengkeh). VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kegiatan pengembangan usaha penyulingan minyak cengkeh dengan bahan baku daun cengkeh sangat prosfektif untuk dilanjutkan karena harga minyak cengkeh di pasaran lokal semakin membaik (Rp.160.000,/kg). Untuk program IbIKK Penyulingan Minyak Atsiri perlu dikembangkan dengan mengupayakan peningkatan kapasitas produksi dengan cara mengefisienkan dan mengefektifkan proses produksi serta penambahan unit pabrik penyulingan. Pada tahun kedua kami memperoleh bantuan dana untuk pembangunan gedung pabrik baru yang sangat memadai, tetapi kegiatan produksi terhenti sejak Januari 2014 sampai dengan September 2014. Kegiatan produksi akan kami mulai lagi pada bulan Oktober 2014. Untuk mengatasi kendala cuaca, kami melakukan perubahan strategi dan skenario usaha dan ekspansi pada tahun ketiga. B. Saran Saran bagi petani untuk mengembangkan usaha penyulingan minyak cengkeh karena bahan baku masih tersedia melimpah tetapi pabrik penyulingan belum berkembang di Sulawesi Utara. Jika mengembangkan unit usaha seperti yang telah kami rintis, disarankan untuk mengelola bahan baku dan memperbanyak stok pada musim kemarau dan atau mengurangi kandungan air stok bahan baku pada musim hujan. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2011.Model Alat Penyulingan Minyak Atsiri Skala Kelompok Tani. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Legok-Serpong Tangerang. Annonimous, 2016. Prosfek Pengembangan Usaha Minyak Atsiri Sangat Menjanjikan, Ekozone.com. diakses Januari 2016. Ardani, M., S.U.T. Pratiwi, & T. Hertiani. 2010. Efek campuran minyak atsiri daun cengkeh dan kulit batang kayu manis sebagai antiplak gigi. Majalah Farmasi Indonesia, 21(3) 191-201. Arrijani. 2009. Perbandingan Kualitas dan Kuantitas Minyak Atsiri Tanaman Cengkeh pada Rentang elevasi di Kabupaten Minahasa. Laporan Penelitian. Arrijani, 2010. Perbandingan Kualitas dan Kuantitas Minyak Atsiri pada Daun, Tangkai Buah dan Buah Tanaman Zizigium aromaticum L. pada Hulu DAS Tondano. Laporan Penelitian. Arrijani. 2011. Pengaruh Lama Penyimpanan Bahan Baku Terhadap Kualitas dan Kuantitas Minyak pada Penyulingan Daun Cengkeh di Kabupaten Minahasa. Laporan Penelitian. Arrijani, 2011. Analisis Kandungan Minyak Atsiri Daun Cengkeh Tua Pada Elevasi Yang Berbeda dalam Kawasan DAS Tondano. Laporan Penelitian Unima. Arrijani, B.L.Tampang, A. Kapahang, S. Zees. 2012-2014. Laporan Pelaksanaan Program IbIKK Minyak Atsiri, DP2M DIKTI. Jakarta.
183
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Joseph, B.& S. Sujatha, 2011. Bioavtive Compounds and Autochthonous Microbial Activities of Exstract and Clove Oil (Syzygium aromaticum L.) on Some Food Borne Pathogents, Asian Journal of Biological Sciences vol.4 p.35-43 Marwati, T., M.S. Rusli, E. Noor & E. Mulyono. 2005. Peningkatan Mutu Minyak Daun CengkehMelalui Proses Pemurnian. J.Pascapanen 2 (2), 2005, 45-52. Rohaeti, E., N.G. Pamungkas, & Irzaman, kajianefisiensi energy proses penyulingan dan sifat fisik hasil penyulingan minyak seraidapurmenggunakan tungku sekam dan heatingmantel. BerkalaFisika ISSN : 1410 – 9662Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal C13-C20. Sarwoko, A.S. Nugroho, & M.H. Palmiyanto, 2009. Peningkatan Produksi Minyak Cengkeh Dengan Menerapkan Ilmu Perpindahan Panas Pada Peralatan Penyulingan Minyak Atsiri, Majalah Online Jurnal Teknika ATW Surakarta, Open Journal SystemsVol 6, No 1 (2009)
184
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
IbM PENGRAJIN GULA SEMUT DI KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG Eka Daryanto1, Andri Zainal2 1
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan, Medan 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Pengeringan gula semut yang dilakukan selama ini menyebabkan kristal gula semut yang dihasilkan masih memiliki kadar air yang cukup tinggi yaitu berkisar 7% dengan daya tahan 1 bulan. Padahal kualitas gula semut yang mengurangi kadar air gula semut hingga memperoleh kadar air yang diharapkan sekitar 2-3% menaikan daya tahan sampai 3 bulan. Proses pengeringan dan penjemuran gula semut yang langsung dibawah terik matahari sering menghadapi kendala cuaca dan musim seperti hari mendung, musim penghujan dan hujan yang tiba-tiba turun. Kondisi tersebut sering menyebabkan gula semut mengalami penjamuran, tidak higienis sehingga pengrajin akan mengalami kerugian yang cukup besar. Packaging produk yang ada sekarang kurang estetis dan fungsional, sehingga tidak memberikan daya tarik konsumen dan dampak pada nilai jual produk. Oleh sebab itu perlu memberikan pelatihan pembuatan packaging produk yang estetis dan fungsional dengan metode pendidikan dan pelatihan, sehingga memberikan daya tarik konsumen dan dampak pada nilai jual produk. Belum dilakukan diversifikasi dan inovasi produk hasil budidayanya untuk menambah nilai jual. Melalui kegiatan IbM ini telah mengatasi ; (1) Biaya operasional yang cukup tinggi, diatasi dengan membuat alat pengering gula semut, (2). Membantu memilih teknik pengemasan dan penyimpanan gula semut yang baik dan (3) diversifikasi dan inovasi produk gula semut aneka rasa (gula semut jahe, gula semut kunir dan gula semut lengkuas) untuk menambah nilai jual. Pelatihan diikuti dengan praktek pembuatan gula semut dan kombinasi dengan rempah. Tahapan berikutnya adalah memperbaiki kualitas bahan baku yaitu nira dan bahan pengawetnya agar hanya menggunakan yang alami, pembuatan nama usaha dan logo, pemilihan kemasan, perijinan, dan pemasaran. Tahapan berikutnya untuk bisa diekspor mitra harus mengikuti sertifikasi organik bagi gula semut. Kata Kunci: Mesin Pengering Gula Semut, Gula Semut A. PENDAHULUAN Gula semut merupakan gula merah versi bubuk dan sering pula disebut orang sebagai gula kristal. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut yg bersarang di tanah. Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah nira dari pohon kelapa atau pohon aren (enau). Karena kedua pohon ini masuk jenis tumbuhan palmae maka dalam bahasa asing, secara umum gula semut hanya disebut sebagai Palm Sugar atau Palm Zuiker. Permintaan akan gula semut terus meningkat dari waktu ke waktu. Ini tidak lepas dari usaha para produsen gula semut yang terus melakukan pendidikan pasar. Terutama terhadap target pasar industri yang sangat mempertimbangkan efisiensi, mereka terus menonjolkan sisi kepraktisan dari gula semut dibandingkan dengan menggunakan gula merah biasa. Berdasarkan data BPS tahun 2007 permintaan gula semut di dalam negeri dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Permintaan gula semut di Indonesia dari tahun 2007 mengalami peningkatan 12% yang semula 2,4 ton ditahun 2006 pada tahun 2007 ini mencapai 2,7 ton. Dengan adanya permintaan gula semut yang meningkat tiap tahunnya maka perlu ditingkatkan produktifitas gula semut, seperti halnya dengan pemilik industri dari Desa Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang yang memproduksi hanya 5 kg dan bertahan hanya sampai 2 bulan, proses pengerjaanpun butuh waktu 180 menit secara konvensional yang siap untuk dikemas. Oleh sebab itu, harus ditemukan solusi agar dapat memproduksi gula semut yang cepat dan kadar air yang rendah sehingga tahan lama. Sejak dua tahun terakhir, para pengrajin gula aren di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang tidak hanya membuat gula kawung berbentuk gandu (roda kecil) yang dibungkus daun kelapa kering (karari). Tetapi juga sudah mengembangkan gula kawung dengan bentuklain, yakni berbentuk butiran (granula) yang disebut gula aren semut atau gula semut. Di seluruh desa di Kecamatan Galang banyak dijumpai pengrajin gula aren. Namun yang menjadi
185
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
sentra produksinya adalah Desa Kramat Gajah.Di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang terdapat 79 KK pengrajin gula kawung dengan produksi sekitar 650 kg gula aren per minggu. Gula aren dari Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang ini dijual ke pasar-pasar tradisional di Deli Serdang bahkan sampai ke Medan. Gula Aren tersebut dipasarkan dengan system bonjor (bungkus karari). Setiap bonjor, gula kawung ini harganya sekitar Rp 18.000 dengan berat rata-rata 1,5 kg/bonjor. Dari 79 KK pengrajin gula kawung secara tradisional di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang tersebut kini menurut Ibu Sri Wati dan Ibu Nurjanah sudah ada 4 kelompok yang menerapkan teknologi baru dengan membuat gula semut. Setiap kelompok memiliki 8 – 10 orang pengrajin. “Para pengrajin gula semut ini masih tetap memproduksi gula aren. Jadi disamping memproduksi gula aren mereka juga menghasilkan gula semut. Salah satu kendala terbatasnya produksi gula semut menurut Ibu Sri Wati dan Ibu Nurjanah lantaran para pengrajin gula semut masih memproduksi dengan kadar air yang masih tinggi (7%) padahal untuk meningkatkan daya tahan gula semut sampai 3 bula harus menurunkan kadar airnya lagi menjadi 3 %. Selain itu pemanfaatan panas langsung dari matahari membutuhkan waktu yang cukup lama dan sangat bergantung pada intensitas radiasi surya, karena pada saat musim kemarau pengeringan ini tidak menjadi masalah, akan tetapi pada saat musim penghujan atau keadaaan mendung dan hujan yang tiba-tiba dan saat intensitas radiasi surya relatif kecil atau bahkan tidak ada (sore dan malam hari) proses pengeringan ini terhenti dan kondisi gula semut belum kering 100%. Ketika hal ini terjadi maka produk gula semut berjamur. Pengamatan yang dilakukan langsung di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang berkenaan dengan usaha gula semut dan jahe instan. Pengeringan gula semut yang memerlukan sinar matahari dan bisomassa diperoleh informasi mengenai curah hujan di Kecamatan Galang memiliki iklim tropis dengan ratarata setiap bulannya kelembaban sekitar 84%. Curah hujan sekitar antara 30- 340mm dengan periode tertinggi pada bulan Agustus-September, hari hujan perbulan sekitar 8-26 hari dengan periode hari hujan besar pada bulan Agustus September. Penyinaran matahari rata-rata 51% kecepatan udara rata-rata 1.10m/dtk dan tingkat penguapan sekitar 3,74 mm/hari. Temperature udara minimum 23,7 derajat Celcius dan maksimum 32,2 derajat Celcius. Pengamatan di lapangan proses pengeringan gula semut masih dilakukan secara tradisional yaitu dengan penjemuran ditempat terbuka yang dihamparkan pada para-para, di jemur diatas lantai semen dan diatas rumputrumput di sekitar pemukiman dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Cara ini jelas menimbulkan banyak kerugian, daya tahan gula semut rendah (sekitar 1 bulan) disebabkan kandungan air masih 7%., gura semut akan terkontaminasi dengan kotoran-kotoran yang dibawa oleh debu, lalat, serangga dan sejenisnya, selain itu gula semut menimbulkan bintik-bintik hitam karena tidak bisa dikeringkan secara maksimal pada musin hujan. Pemanfaatan panas langsung dari matahari membutuhkan waktu yang cukup lama dan sangat bergantung pada intensitas radiasi surya, karena pada saat musim kemarau pengeringan ini tidak menjadi masalah, akan tetapi pada saat musim penghujan atau keadaaan mendung dan hujan yang tiba-tiba dan saat intensitas radiasi surya relatif kecil atau bahkan tidak ada (sore dan malam hari) proses pengeringan ini terhenti dan kondisi gula semut belum kering 100%. Ketika hal ini terjadi maka produk gula semut berjamur. Permasalahan lain yang muncul adalah keterbatasan pengetahuan dan wawasan teknologi pengolahan pengeringan gula semut. Hal ini berakibat proses pengolahan gula semut kurang baik dan mengurangi mutu dan nilai gizi. Rendahnya pemahaman teknologi pengolahan pengeringan gula semut menyebabkan daya awet produk kurang baik. Pada umumnya para pengrajin mengolah sesesuai kebiasaan mereka dari dulu. Kondisi ini berakibat pada rendahnya harga produk akibat kurangnya informasi pasar yang berorientasi pada selera atau preferensi konsumen. Hasil survey yang dilakukan semuanya melakukan dengan cara dan sistem pemikiran usaha yang tradisional dan memproduksi sesuai dengan apa yang mereka ketahui saja. Padahal selera dan strata sosialekonomi konsumen yang bervariasi, mulai dari golongan ekonomi bawah dan golongan ekonomi tinggi. Permasalahan lain yang ada yakni rendahnya jiwa wirausaha dari para pengrajin gula semut sehingga sebagian besar dari kurang memiliki motivasi untuk maju dan berkembang serta pasrah dengan kondisi kehidupan dan usaha mereka. Dari hasil survey yang dilakukan seluruh masyarakat masih memasarkan gula semut secara tradisional yaitu mengirimkan ke agen-agen yang mendatangi kesetiap usaha penghasil gula semut.
186
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 B. TARGET DAN LUARAN Target dan Luaran yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah : 1. Alat Pengering Gula Semut yang direncanakan terdiri dari: a. Ruang pemanas (heating room) Sebagai sebuah alat pengering (dryer) maka ruang pemanas harus cukup mampu menampung produk yang akan dikeringkan. Ruang pemanas tidak boleh terlalu besar sehingga menyebabkan aliran panas tidak maksimal juga rugi kalor melalui dinding juga besar dan tidak boleh terlalu kecil. Distribusi temperatur akan diatur oleh thermocouple didalam ruang pemanas maka pada alat pengering ini dilakukan jumlah pembatasan tingkat/ kamar pengeringan. Dalam hal ini ditentukan oleh 12 tingkat/ kamar pengeringan dengan kapasitas 20 kg.Dengan alasan – alasan tersebut maka ukuran ruang pengeringan ditentukan sebagai berikut - Panjang = 45,8 cm - Lebar = 60 cm - Tinggi = 85,5 cm Ruang pemanas gula semut yang direncanakan :
Gambar 1. Mesin Pengering Gula semut yang direncanakan Spesifikasi mesin pengering yang direncanakan dilampirkan pada lampiran 2 2. Pembuatan Packaging Gula Semut dan diversifikasi produk Packaging produk yang ada sekarang kurang estetis dan fungsional, sehingga tidak memberikan daya tarik konsumen dan dampak pada nilai jual produk. Oleh sebab itu perlu memberikan pelatihan pembuatan packaging produk yang estetis dan fungsional dengan metode pendidikan dan pelatihan, sehingga memberikan daya tarik konsumen dan dampak pada nilai jual produk. Selain tiu diperlukan diversifikasi produk dengan menambahkan rasa lengkuas, Jahe dan Kunir, seperti pada gambar berikut :
187
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 1. Packaging produkyang direncanakan kapasitas 1000 gr C. METODE PELAKSANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah di kemukakan, maka dalam kegiatan IbM ini metode pendekatan yang ditawarkan bagi realisasi program IbM ini adalah model pemberdayaan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Tahap Persiapan; 2) Tahap Assesment; 3) Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan; 4) Tahap Pemformulasian Rencana Aksi; 5) Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan; 6) Tahap Evaluasi; serta 7) Tahap Terminasi. Pelaksanaan program IbM ini akan dilaksanakan sebagai upaya pemberdayaan kelompok pengrajin gula semut di desa Kramat Gajah Kecamatan Galang dalam bidang kewirausahaan melalui kegiatan pelatihan kewirausahaan yang menitik beratkan kepada pengembangan teknologi Alat Pengering Gula Semut (APGS). Metode pelaksanaan program yang akan dilakukan adalah : (1) Pelatihan manajemen usaha, (2) Pelatihan produksi, (3) Pelatihan administrasi dan (4) pendampingan. Semua metode ini merupakan satu kesatuan dari program IbM ini. Seluruh kegiatan IbM akan berjalan dengan baik, jika seluruh kegiatan didukung oleh Tim Mitra. Adapun rencana yang akan diterapkan untuk melibatkan Tim Mitra selama kegiatan adalah sebagai berikut : Mengikuti seluruh kegiatan yang telah direncanakan dan disepakati bersama dengan sebaik-baiknya. Menyediakan tempat diskusi dan bahan baku seperti gula olahan yang akan di uji cobakan dengan APGS. Menyampaikan dan memberikan informasi sejelas jelasnyayang menjadi permasalahan yang selama ini dihadapi sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam Pembuatan APGS.
Kegiatan ini meliputi langkah-langkah solusi atas persoalan pada kedua aspek utama dan pertisipasi mitra dalam pelaksanaan program adalah sebagai berikut : No
188
Kegiatan
1.
Membuat Mesin pengeringan
2.
Memberikan Teknologi pengeringan gula semut
Metode Pendekatan Rancang bangun mesin pengeringan gula semut, pelatihan dan pendampingan Pendidikan, pelatihan dan pendampingan produksi
Target
Partisipasi Mitra
Alatpengeringan gula semut
Menyediakan tempat, bahan baku. Hadir pada setiap kegiatan, diskusi, pelatihan penggunaan mesin
Gula semut hasil pengeringan memiliki struktur yang merata tanpa ada penjamuran dan kadar air 3%.
Aktif dalam kegiatan, pelatihan pengeringan gula semut
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
3.
Membuat Packaging Produk
Pendidikan, pelatihan dan pendampingan
4
Membuat inovasi produk
5
Memberikan Materi Keuangan, Manajemen Usaha dan Pemasaran
Pendampingan pembuatan diversifikasi produk gula semut Pelatihan dan pendampingan aplikasi manajemen dan pemasaran
Packaging yang estetis dan fungsional, sehingga memberikan daya tarik konsumen dan dampaknya pada nilai jual produk Gula semut jahe, gula semut kunir dan gula semut lengkuas.
Mampu Menerapkan manajemen, produksi, keuangan, administrasi, harga jual produk, konsumen dan teknik pemasaran
Aktif dalam kegiatan, diskusi, demonstrasi dan pelatihan pembuatan packaging
Aktif dalam kegiatan, diskusi, demonstrasi dan pelatihan pembuatan produk Aktif pelatihan usaha
mengikuti manajemen
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Rangkaian kegiatan dimulai dengan rapat koordinasi team pelaksana yang akan memberikan penyuluhan tentang seluk beluk gula semut, dilanjutkan rapat koordinasi dengan mitra mengenai jadwal pelaksanaan kegiatan, apa saja yang akan dilaksanakan selama kegiatan, apa saja yang perlu dipersiapkan baik oleh team maupun oleh mitra dan sebagainya. Pada proses pembuatan gula semut oleh mitra, Gula semut dibuat dari gula kelapa yang dipadukan dengan emponempon seperti kencur, jahe, maupun temu lawak. Gula semut tersebut memiliki berbagai manfaat kesehatan antara lain mencegah perut kembung, masuk angin, flu, batuk, maupun sebagai penghangat badan. Oleh karena gula semut saat ini banyak dicari orang, bahkan sudah ada pengusaha yang mengeksport sampai Australia maupun Eropa (www.food-info.net). Penggunaannya cukup praktis yaitu tuang 2-3 sendok makan gula semut jahe ke dalam gelas ukuran sedang, tinggal tambahkan air panas/ dingin, aduk hingga kristal larut kemudian siap untuk diminum. Gula semut juga dapat dibuat natural selain sebagai pengganti gula pasir juga lebih praktis, baik penggunaan maupun penyimpanannya. Gula semut natural bisa tahan hingga 1 tahun tanpa bahan pengawet dan bahan kimia apapun karena di proses secara alami. Gula semut natural bisa digunakan untuk minuman, masakan, pembuatan kue, bubur, es juga lebih elegan digunakan di restoran maupun hotel termewah sekalipun, yaitu sebagai gula merah (brown sugar) yang dikemas dalam sachet kecil. Pada proses pembuatan gula semut yang tidak dibolehkan untuk ditambahkan pada makanan karena berbahaya. Obat gula ini ditambahkan supaya gula lebih awet dan tidak mudah meleleh. Namun karena gula semut ini mempunyai kadar air yang rendah <2% maka seharusnya masyarakat bisa menghindari penggunaan bisulfit. Untuk kemasan team pelaksana menggunakan kertas yang ramah lingkungan agar lebih menarik. Produk ini sudah dipasarkan dan diikutkan pada pameran yang diikuti oleh LPM. Sebenarnya ada beberapa konsumen yang menghubungi dan memesan dalam jumlah agak banyak, namun mitra belum bisa memenuhi. Demikian juga untuk bisa diekspor bersama para petani dari pengusaha yang diundang, harus disertifikasi organik dulu yang sepertinya mitra juga belum siap, mitra masih berproduksi untuk kebutuhan lokal karena keterbatasan nira yang mereka miliki, mungkin jika mereka membentuk kelompok tani gula semut, semua masalah yang timbul seperti harus mendapatkan sertifikasi organik dapat diatasi bersama. Harapan tim pelaksana untuk selanjutnya hal tersebut bisa terwujud. Bila melihat begitu banyak efek samping yang dapat ditimbulkan oleh pemanis buatan, maka sebaiknya kita mulai berhati-hati dalam mengkonsumsi pemanis buatan. Gula semut yang berasal dari nira merupakan pemanis alami yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemanis yang dapat menggantikan gula tebu dan pemanis buatan. Bila melihat dari komposisi kimia yang terdapat dalam gula semut, ternyata gula semut yang dibuat dari gula kelapa
189
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
dan dipadukan dengan empon-empon seperti kencur, jahe, maupun temu lawak memiliki berbagai manfaat kesehatan antara lain mencegah perut kembung, masuk angin, flu, batuk, maupun sebagai penghangat badan. Selain aman bagi kesehatan, gula semut juga mudah dibuat dan banyak terdapat di alam Indonesia. Kegiatan IbM bagi petani gula merah ini dilakukan di desa Galang Kecamatan Galang dimulaia sejak bulan Pebuari 2016. Rangkaian kegiatan dimulai dengan rapat koordinasi team pelaksana yang akan memberikan penyuluhan tentang seluk beluk gula semut, dilanjutkan rapat koordinasi dengan mitra mengenai jadwal pelaksanaan kegiatan, apa saja yang akan dilaksanakan selama kegiatan, apa saja yang perlu dipersiapkan baik oleh team maupun oleh mitra dan sebagainya. Penyuluhan awal diberikan untuk membuka wawasan petani gula kelapa mengenai potensi gula semut, cara pembuatan, serta manfaat bagi kesehatan. Team pelaksana sudah mencoba komposisi yang tepat untuk pembuatan gula semut yang dicampur rempah yang akan di berikan pada mitra binaan. Pelaksana juga menyiapkan alat-alat dan beberapa bahan yang diperlukan selama kegiatan pelatihan yaitu alat pembuat mesin pengering gula semut, wajan kuningan, kompor gas, plastik dan kertas pengemas, rempah-rempah, pengaduk kayu, serta ayakan. Mitra mendapat tugas untuk menyiapkan tempat dan waktu pelatihan, wajan, pengaduk dan bahan pembuat gula yaitu nira. Team menyiapkan peralatan yang tidak dimiliki oleh mitra yaitu ayakan stainless stea lserta bahan rempah. Team pelaksana melakukan beberapa kali pertemuan dan pelatihan pada mitra dengan mengajak petanipetani gula kelapa disekitar mitra. Hal yang paling sulit saat pertama kali pembuatan gula semut adalah memastikan waktu yang tepat untuk pendinginan, yaitu saat adonan nira diangkat dari tungku lalu diaduk dengan cepat sampai dingin, sehingga gula kristal yang dihasilkan punya tekstur dan bentuk fisik yang baik dan menarik. Hal kedua yang menjadi masalah adalah kebiasaan masyarakat menambahkan 'obatgula' atau natrium bisulfit yang tidak dibolehkan untuk ditambahkan pada makanan karena berbahaya. Obat gula ini ditambahkan supaya gula lebih awet dan tidak mudah meleleh. Namun karena gula semut ini mempunyai kadar air yang rendah <2% maka seharusnya masyarakat bisa menghindari penggunaan bisulfit. Untuk kemasan team pelaksana menggunakan kertas yang ramah lingkungan agar lebih menarik. E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari kegiatan IbM ini bisa disimpulkan bahwa bisa menambah pengetahuan, wawasan dan ketrampilan pengrajin gula membuat gula semut yang sebelumnya belum mereka kenal. Peningkatan ketrampilan tersebut diharapkan akan meningkatkan pendapatan pengrajin sehingga kesejahteraannya juga meningkat. Keberhasilan mitra IbM menjadi contoh bagi petani gula yang lain agar bisa terlibat dalam usaha gula semut. Keberhasilan mitra IbM diharapkan akan menjadi contoh bagi petani gula yang lain agar bisa terlibat dalam usaha pembuatan gula semut. Penulis menyarankan agar dibuat kelompok pengrajin gula semut untuk memudahkan mereka mengakses pendanaan dari berbagai pihak.
REFERENSI Yolanda dkk, 2015, Alat Pengering untuk industri kecil pedesaan, Tugas Rancangan FT Unimed. Bank Indonesia (2009), Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK). http://lppslh.or.id/2013/05/27/diversifikasi-produk-pengelolaan-gula-semut-organik-berkualitas-menuju-anekarasa/ DP2M Dikti (2013). Panduan Pelaksanaan Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Perguruan Tinggi Edisi IX. Hodidjah, (2011), IbM kelompok usaha pemuda bidang kerajinan,ouvenir, sablon dan percetakan (kampung karanggedang kelurahan linggasari Kecamatan kabupaten ciamis. Universitas Pendidikan Indonesia. Medan Bisnis, http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/8814/Potensi-Perikanan-Sumut-Tergali-35/.
190
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Sani, R.A ( 2013),. Pembinaan Masyarakat Berbasis Iptek, CitaPustaka Media Perintis, Medan. DOKUMENTASI KEGIATAN
Gambar. 1 Pertemuan awal dengan mitra
Gambar 2. Proses Pembuatan Gula Semut
Gambar 3. Penyerahan Alat Pengering Gula Semut
191
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 4. Produk Yang Dihasilkan
192
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
MODEL PENGEMBANGAN USAHA MIKRO UNTUK MENGHADAPI PERTUMBUHAN USAHA WARALABA DI KOTA MEDAN Raihanah Daulay Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Utara Sumatera, Medan Penulis Korespondeni:
[email protected] ABSTRAK Usaha mikro menduduki posisi ketiga penggerak roda perekonomian dan menyerap jumlah tenaga kerja yang besar. Dalam perkembangannya usaha mikro masih mengalami kendala, sehingga sulit untuk bersaing terutama ketika berhadapan dengan usaha waralaba. Penelitian ini bertujuan menerapkan model Pegembangan usaha mikro di Kota Medan. Dengan model ini diharapkan usaha mikro akan dapat berkembang, dengan membina para pelaku usaha melalui keterampilan berwirausaha. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahapan. Tahapan pertama, survey melakukan pemetaan terhadap kondisi dan kemampuan usaha mikro. Tahapan kedua, program kewirausahaan, dan sosialisasi program. Tahapan ketiga, pelatihan kewirausahaan, Diseminasi dan evaluasi untuk melihat perubahan usaha mikro yang telah mendapatkan pelatihan.. . Kata Kunci: pelatihan kewirausahaan, mengelola usaha, fasilitas, pelayanan, laporan keuangan PENDAHULUAN Usaha mikro adalah usaha yang paling banyak digeluti masyarakat Indonesia, menduduki peringkat ketiga penggerak roda perekonomian yang paling tangguh. Dalam kenyataannya usaha mikro paling sering mengalami kekalahan ketika harus berhadapan dengan usaha yang lebih besar seperti minimarket dan usaha waralaba yang saat ini begitu menjamur di seluruh wilayah terutama di kota Medan. Usaha mikro merupakan usaha yang dikelola dengan cara sederhana oleh individu atau perorangan dengan modal yang terbatas. Modal yang terbatas sehingga barang yang dijual terbatas pula. Kebanyakan usaha mikro di perkotaan bergerak dibidang penjualan kebutuhan pokok sehari-hari, berada diwilayah pemukiman padat penduduk yang berdekatan seperti kedai-kedai, kios atau warung. Kedai atau warung, biasanya didirikan berdekatan dengan tempat tinggal atau dihalaman rumah, tidak jarang pula sebagian dari warung-warung tersebut ada yang disewa. Keberadaan toko modern alias minimarket bermerek Indomaret dan Alfamard di Sumatera Utara khususnya Medan, bukan hal baru. Warga pun sudah terbiasa berbelanja di jaringan waralaba tersebut. Sayangnya, seiring itu pula pedagang kecil mulai terpinggirkan bahkan ada yang sampai gulung tikar.( Lufti, 2013). Hal ini dikarenakan usaha mikro tidak mampu bersaing dengan usahausaha waralaba. Dapat dipahami usaha waralaba dengan modal yang besar akan jauh lebih unggul dan memenangkan persaingan. Secara umum diketahui usaha mikro dengan modal seadanya hanya mampu menyediakan sebagian kecil barang-barang kebutuhan rumah tangga saja, disamping fasilitas tempat yang sederhana dan pelayanan yang jauh dari memuaskan pembeli. Sedangkan usaha waralaba dengan modal yang besar, menyediakan hampir semua kebutuhan sehari-hari yang diinginkan pembeli, fasilitas yang baik, pelayanan yang menyenangkan pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan manfaat bagi usaha mikro dengan memberikan berbagai masukan terhadap permasalahan yang dihadapi pelaku usaha kecil dan memberikan pelatihan kewirausahaan, bagaimana manajemen pengelolaam tempat usaha agar menarik, manjemen keuangan usaha yang bermanfaat untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan dan pelayanan kepada konsumen. Kemudian dari permasalahan yang dihadapi ini maka akan dirancang program kewirausahaan dengan modul yang berisi tentang program pelatihan yang diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi para pelaku usaha mikro.
193
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
KAJIAN PUSTAKA Usaha mikro mengalami tingkat pertumbuhan sekaligus persaingan yang besar dari usaha waralaba. Perkembangan sektor usaha kecil dan menengah hingga saat ini jumlahnya telah menggelembung sedemikian besar bahkan hampir menyamai jumlah mereka yang bekerja di sektor formal lainnya. Di banyak Negara berkembang, kontribusi yang bisa diberikan pelaku usaha kecil mencapai 30%60% dari seluruh penduduk perkotaan. (Sriyana, 2010). Menurut UU No. 20 Tahun 2008, usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif, berdiri sendiri, yang dilakukan perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Usaha mikro merupakan usaha yang dikelola dengan cara sederhana oleh individu atau perorangan dengan modal yang terbatas, sehingga barang yang dijual terbatas pula. Kedai, warung atau kios adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat berjualan pelaku usaha mikro, dari hasil survey menunjukan modal pelaku usaha kecil di bawah Rp 50 juta. Berdasarkan UU No. 9 tahun 1995, usaha kecil dan menengah memiliki kriteria: a)Kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar; c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI); d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki atau dikuasai usaha besar; e) Bentuk usaha orang per orang, badan usaha berbadan hukum/tidak, termasuk koperasi; f) Untuk sektor industri, memiliki total aset maksimal Rp 5 miliar; g) Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 3 miliar pada usaha yang dibiayai. Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : 1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima 2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan 3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor. 4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB) (Arief Rahman, 2008). Selanjutnya Sinaga dalam Agus Susilo dan Taufik (2010) menyatakan pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, department store, shopping centre, waralaba, swalayan, pasar serba ada, toko serba ada. Menurut Situmorang (2009), waralaba adalah sebuah peluang bisnis yang ditawarkan oleh pemilik, produsen atau distributor (franchisor) untuk memberikan hak eksklusif dari jasa atau merek produk kepada individu atau perusahaan lain (franchisee) untuk distribusi lokal dan franchisor akan menerima pembayaran royalty dan memberikan jaminan standar kualitas. Waralaba merupakan salah satu peluang untuk menjadi wirausahawan. Pelaku usaha waralaba diberi banyak kemudahan untuk mendapatkan keuntungan. Wirausahawan hanya menyediakan modal yang tetapkan untuk mendapatkan hak ekslusif usaha, tanpa perlu menyediakan sumber daya lainnya, sehingga sangat memudahkan wirausahawan. Menurut Zimmerer dalam Suryana (2013), wirausahwan adalah seseorang yang menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian untuk maksud memperoleh keuntungan dan
194
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan mengkombinasikan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut. Departemen Koperasi dan UKM tahun 1996 menyebutkan bahwa kewirausahaan merupakan kunci dari keberhasilan UKM. Keberhasilan UKM sukses ternyata tidak hanya karena keahlian yang dimiliki, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jiwa kewirausahaan dan kreativitas individual yang melahirkan inovasi (Budiretnowati dalam Mujib 2010). Perusahaan kecil tidak dapat dipisahkan dengan kewirausahan. Upaya pembinaan dan pengembangan Usaha Kecil dari bidang sumber daya manusia, dengan cara memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan; meningkatkan ketrampilan teknis dan manajerial; membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan, pelatihan dan konsultasi Usaha Kecil, serta menyediakan tenaga penyuluh dan konsultan Usaha Kecil. (Noor Aziz, 2007). Tiga alasan utama tentang pentingnya UKM adalah: (a) kemampuannya dalam penyerapan tenaga kerja, (b) sumbangannya pada Produk Domestik Bruto (PDB), serta kecepatannya dalam melakukan perubahan dan inovasi. Pada tahun 2005 sumbangan UKM pada PDB adalah sekitar 55% dari total sumbangan sektor industri dan terhadap lapangan pekerjaan UKM menyerap sekitar 98% tenaga kerja sektor industri (BPS, 2006). (Lasmono Tri Sunaryanto,2007) METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research development, dengan ciri penelitian dilakukan dalam waktu panjang (3 tahun) secara bertahap. Penelitian pengembangan bertujuan untuk (1) mengetahui adanya permasalahan yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi pembelajaran, model, soal, atau perangkat yang akan dihasilkan untuk memecahkan masalah tersebut. (Akker, 1999). Model tersebut dinamakan Model Pengembangan Usaha Mikro dalam Menghadapi Pertumbuhan Usaha Waralaba. Desain penelitian bertujuan membuat Model pengembangan bagi pelaku usaha mikro. Para pelaku usaha mikro memiliki banyak keterbatasan didalam menjalankan usahanya, seperti dalam mengelola usaha dan keuangan. Pengujian model pengembangan melalui pembinaan kewirausahaan dengan memberikan pelatihan. Pemerintah untuk ikut didalam pembinaan kewirausahaan dengan membentuk kerjasama waralaba dan usaha mikro dalam penjualan produk, menetapkan produk yang hanya dijual waralaba maupun di usaha mikro, penetapan harga yang tidak di bawah usaha mikro. Pemerintah daerah untuk tegas dalam pemberian izin berdirinya usaha waralaba dan bertidak tegas terhadap usaha waralaba yang tidak memiliki izin dengan memperhatikan jarak pendirian antara waralaba dengan kios, kedai ataupun warung. TEKNIK ANALISIS DATA Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Analisis deskriptif memberikan gambaran pola-pola yang konsisten dalam data, sehingga hasilnya dapat dipelajari dan ditafsirkan secara singkat dan penuh makna (Kuncoro, 2009). Dalam analisis deskriptif, dilakukan interprestasi atas data dan hubungan yang ada dalam penelitian tersebut. Selanjutnya analisis deskriptif dilakukan dengan teknik statistik yang relatif sederhana, seperti menggunakan tabel, grafik, dan ukuran tendensi sentral yaitu nilai rata-rata, nilai tengah, dan modus (Kountur, 2003). HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Medan mengalami perkembangan yang pesat dengan memiliki 21 Kecamatan yang mencakup 151 kelurahan dan luas wilayah 265,1 km2. Jumlah penduduk Kota Medan sekitar kurang lebih 2 juta jiwa. Masyarakat kota Medan sebagian besar menggeluti profesi sebagai pelaku usaha baik menengah maupun usaha mikro. Hasil penelitian terhadap kondisi usaha mikro yang dikhususkan pada usaha warung dan kedai memperlihatkan sebagai berikut: a. Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 8 Kecamatan Kota, yaitu: Kecamatan Medan Timur, Medan Barat, Medan Perjuangan, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Petisah, Medan Sunggal dan Medan Amplas, dijelaskan pada gambar di bawah ini:
195
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
8 6 4 2 0
Gambar: 1. Kecamatan yang menjadi wilayah penelitian Berdasarkan tabel di atas, subjek penelitian ini diambil berdasarkan tingkat kepadatan penduduk dengan kedai atau warung yang berdekatan dengan usaha waralaba dimasing-masing Kecamatan. Dari delapan Kecamatan diambil sebanyak 31 warung sebagai sampel penelitian ini dan hampir sebagian besar kedai atau warung telah lama dijalankan oleh pelaku usaha mikro, hanya sekitar enam kios atau 22% dari subjek penelitian yang mendirikan kios kurang dari tiga tahun. Modal pertama dari usaha yang dijalankan, sebagian besar hanya mempunyai modal pertama sebesar antara 10-50 juta rupiah. Untuk peningkatan asset atau harta dari usaha yang dijalankan, diketahui usaha tidak mengalami banyak peningkatan hanya lima atau sekitar 18% dari 31 usaha mikro yang diteliti yang memiliki harta sebesar 100 juat rupiah. Kemudian untuk tenaga kerja yang membantu usaha yang dijalankan, maka hanya 9 pemilik warung atau 33% dari seluruhnya yang mempunyai pegawai untuk membantu didalam menjalankan usahanya dan sebagian besar pekerja memiliki pendidikan formal SMA dan yang sederajad. Selanjutnya pada pemberian fasilitas dan pelayanan, maka pada usaha yang disurvey hanya sebagian kecil dari pelaku usaha mikro yang memberikan fasilitas kepada para pembeli dan pelanggannya yakni hanya sebesar enam warung atau 22% yang memberikan fasilitas berupa antar barang yang dibeli ke rumah pelanggan, biasanya untuk barang-barang terentu dan dalam jumlah tertentu. Selain fasilitas, disini diperlukan pelayanan yang akan menambah kesan yang baik bagi pembeli, diketahui pelayanan yang baik diberikan berdasarkan kepada kemampuan dari pemilik meskipun pelayanan tersebut bukanlah yang terbaik karena kurangnya tenaga penjual terutama pada saat banyak pembeli. Kemampuan Usaha Mikro dalam Pengembangan Usaha dan Persaingan Usaha 2, 07%
3, 11%
20, 70% 15, 55%
Kedai berdiri sebelum usaha waralaba Penurunan 10%‐30%
Gambar: 2. Dampak berdirinya Usaha Waralaba terhadap Usaha Mikro Selanjutnya pada bagian kemampuan usaha mikro dalam mengembangkan usaha dan menghadapi persaingan. Bahwa dampak usaha waralaba yang berdekatan dengan warung atau kios, yakni: sebagian besar warung atau kios telah berdiri sebelum usaha waralaba didirikan, sebesar 20 warung atau 70%, kemudian dampak berdirinya usaha waralaba bagi usaha mikro, sebagian besar mengalami penurunan omzet hanya sebagian kecil usaha tersebut yang tidak mengalami penurunan. Adapun rata-rata penurunan omzet penjualan sebesar antara 10%-30%, dialami sebagian besar warung atau kios, sebanyak 55% dan yang mengalami penurunan omzet sebesar 50% adalah sebanyak 0.7% warung.
196
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Column3; >10 juta; 7; 26%
1‐5juta >5‐10juta Column3; 1‐5juta; 15; 56%
Column3; >5‐10juta; 5; 18% Gambar: 3. Pendapatan dari Usaha Mikro
Pendapatan yang diperoleh usaha mikro, sebagian besar mempunyai pendapatan sebesar 1-5 juta rupiah atau sebanyak 56% warung atau kios, 18% pemilik warung yang mempunyai pendpatan >510 juta rupiah dan 26% pemilik usaha mikro yang memiliki pendapatan sebesar >10 juta rupiah setiap bulannya. Column3; >100juta; 3; 11%
Column3; >50‐ 100juta; 3; 11%
4‐50juta
>50‐100juta
Column3; 4‐ 50juta; 21; >100juta 78%
Gambar: 4. Omzet Penjualan Usaha Mikro Perbulan Untuk omzet penjualan bahwa 78% usaha mikro memiliki omzet hanya 4-50 juta rupiah per bulannya, dan masing-masing 11% usaha mikro yang mampu memperoleh omzet penjualan sebesar >50-100 juta rupiah dan > 100 juta rupiah. Kemampuan Usaha Mikro Dalam Pengembangan dan Persaingan Usaha 7, 25% Column2; Jam buka Usaha; 0; 0%
5, 19%
Jam buka Usaha 10‐12 jam
22, 81% 20, 74%
Column2; Manfaat Keuntungan…
13‐16 jam Column2; ; 0; 0%
Gambar: 5. Menghadapi persaingan usaha Pada kemampuan usaha mikro untuk menghadapi persaingan usaha memperlihatkan bahwa usaha mikro didalam menjalankan usahanya sebagian besar, 81%, jam buka usahanya selama 13-16 jam dan 19% jam buka usahanya 10-12 jam saja.
197
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
10, 37%
Lebih Murah dari 12, 41% Waralaba Sebagian Lebih Murah
Produk yang dijual ; Produk Tidak Lengkap yang dijual 17, 59% Tidak Kadang‐Kadang Lengkap; 0; … Gambar 6. Perbandingan Harga Usaha Mikro dengan Waralaba 17, 63%
Perbandingan harga usaha mikro dibandingkan dengan waralaba memperlihatkan bahwa: bahwa sebagian besar atau 41%, harga yang ditawarkan usaha mikro lebih murah dibandingkan usaha waralaba dan sebanyak 59% harga yang ditetapkan sebagian lebih murah dan ada pula yang nilainya lebih mahal. Selanjutnya pada kelengkapan produk secara umum usaha mikro tidak mempunyai jumlah produk yang banyak jenisnya untuk dijual kepada konsumen atau pembeli yang datang, seperti yang ditawarkan oleh usaha waralaba, sehingga sebanyak 63% ketika pembeli datang untuk membeli, barang tidak tersedia dan sebanyak 37% sering tidak menemukan barang-barang yang akan dibelinya di warung atau kios. Column2; ; 2,07% 0; 0%
Column2; Senang; 8; 26% Senang Setuju
Column2; Biasa saja; 13; 42%
Biasa saja
Column2; Lain Setuju; 8; 26% Gambar 7. Tanggapan Terhadap Pinjaman Tanpa Agunan Penawaran yang diprogramkan pemerintah terhadap pelaku usaha mikro berupa pinjaman tanpa agunan, sebanyak 42% pelaku usaha menjawab biasa saja terhadap pinjaman tanpa agunan ini, alasan mereka, tidak mempunyai kemampuan untuk membayar cicilan, bank bunganya tinggi sehingga tidak berminat untuk meminjam dan merasa cukup menjalankan usahanya dengan menggunakan modal yang ada saja. Kemudian 26% pelaku usaha mikro merasa senang dan setuju, program pinjaman bebas agunan ini, akan dapat menambah modal usaha, menambah jumlah dan variasi barang dagangan yang akan dijual sekaligus dapat memperbesar usaha yang dijalankannya. Column2; Tidak dicatat; 8; 26%
Column2; ; 0; 0% Column2; Buku Buku laporan laporan keuangan keuangan; … Lembaran kertas
Column2; Catatan Column2; kecil; 2; 6% Lembaran kertas; 7; 23% Gambar 8. Pencatatan Pengeluaran dan Pemasukan Usaha Mikro Kemudian pada bagian administrasi dan keuangan yang dijalankan para pelaku usaha mikro, sebagian pelaku usaha melakukan pencatatan atas pengeluaran dan pemasukan keuangan, sebanyak 45% telah menggunakan laporan keuangan, sebanyak 26% pelaku usaha mikro tidak melakukan
198
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
pencatatan terhadap pengeluaran dan pemasukan dari usaha yang mereka jalankan, sebanyak 23% hanya mencatat pada lembaran kertas saja dan 6% mencatat hanya pada catatan kecil saja. 2, 07%
Column2; ; 0; 0% Column2; Bersedia; Bersedia 9; 29% Tidak bersedia Column2; Tidak Belum tau bersedia; 6; lainnya 19%
Column2; Belum tau; 14; 45%
Gambar 9. Kesediaan Memenuhi Persyaratan Pembiayaan Usaha Mikro Tanggapan terhadap peminjaman tanpa agunan yang membutuhkan persyaratan untuk bisa mendapatkan pembiayaan usaha mikro, maka sebanyak 45% pelaku usaha menjawab belum tau apakah mereka mampu memenuhi persyaratan untuk mendapatkan pembiayaan usaha mikro, sebanyak 29% bersedia untuk memenuhi persyaratan pembiayaan usaha mikro.
Mengetahui/Mengidentifikasi Pelatihan-Pelatihan yang sudah diberikan pemerintah dan swasta yang berhubungan dengan Kewirausahaan ; pernah; 1; 4% pernah Tidak pernah ; Tidak pernah; 26; 96% Gambar 10. Kunjungan pemerintah/swasta untuk melihat kondisi usaha mikro Pada bagian pelatihan yang pernah diikuti oleh para pelaku usaha mikro pada usaha warung dan kios, ternyata secara umum atau 96% usaha mikro belum pernah dikunjungi dari pemerintah maupun swasta, hanya ada satu usaha yang pernah dikunjungi dari dinas koperasi kota Medan. Berdasarkan kondisi tersebut seluruh pelaku usaha mikro warung dan kios ini belum pernah mendapatkan pelatihan atau pun sejenisnya yang bermanfaat untuk menjalankan usahanya. USAHA MIKRO Melihat dari hasil data yang telah diperoleh di atas dapat dikatakan bahwa, usaha mikro telah berdiri sebelum usaha-usaha waralaba ada. Kehadiran waralaba yang begitu gencar dan menggurita memberi pengaruh yang cukup besar terhadap keberadaan usaha mikro. Hal ini dapat dilihat terjadinya penurunan omzet penjualan yang diperoleh sebelum dan sesudah berdirinya waralaba. Penurunan omzet tentu saja berpengaruh pula terhadap pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha mikro sebagian besar hanya sebesar 1- < 5 juta rupiah per bulan, diperlihatkan pada gambar 5.6 dan omzet penjualan sebagian besar atau 78% pelaku usaha mikro hanya sebesar 4- 50 juta setiap bulannya. Selain itu kurangnya modal menyebabkan usaha mikro tidak dapat melengkapi atau menambah barang-barang, selain itu sebagian kondisi warung yang sering tidak tertata rapi, terkadang pelaku usaha mikro tidak memperhatikan kondisi barang yang dijual sudah habis masa pakai, sehingga hal ini berakibat pada pembeli lebih suka untuk membeli ke toko waralaba, meskipun harga yang ditawarkan terkadang lebih mahal dibandingkan di warung.
199
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Waralaba sebagai usaha yang memiliki jaringan yang luas tersebar diseluruh wilayah Kota Medan, telah memberi pengaruh terhadap pendapatan pelaku usaha mikro, dengan kemampuan jaringan, fasilitas dan kemampuan modal yang besar sangatlah sulit bagi usaha mikro untuk dapat bersaing. Tetapi ada beberapa hal keunggulan yang dimiliki usaha mikro, beberapa diantara menggunakan fasilitas antar barang terhadap pembelian barang-barang tertentu terhadap pelanggan dan sebagian dari mereka memberikan system pembelian dengan kredit meskipun ini menjadi risiko karena akan mengurangi modal. Adanya kebijakan pemerintah untuk memberikan pinjaman kepada pelaku usaha mikro dengan memberikan kredit bebas agunan melalui bank-bank sebagian besar memberikan tanggapan yang positif, seperti pada gambar 13, sebab pinjaman tersebut bagi mereka akan dapat menambah jumlah penjualan barang-barang yang dijual dan memperbesar usaha mereka. Tetapi permasalahan yang terjadi banyak diantara pelaku usaha yang tidak membuat laporan keuangan dan beberapa pelaku usaha mikro bersedia untuk membuat laporan keuangan, sebagian belum tau apakah bersedia untuk membuat laporan keuangan dan sebagian tidak bersedia. Pada gambar 14. ini diketahui sebagian pelaku usaha yang telah menggunakan laporan keuangan tetapi belum memanfaatkan pinjaman bebas agunan dari bank, alasan yang peneliti peroleh adalah mereka tidak mengetahui bagaimana memulai untuk mendapatkannya, sebagian merasa pendapatan tidak stabil sehingga takut tidak mampu untuk dapat membayar pinjaman tersebut, adanya anggapan bunga pinjaman di bank tinggi sehingga tidak berminat untuk meminjam di bank meskipun mereka membutuhkannya. Sebagian pelaku usaha mikro yang menginginkan tambahan modal untuk mendapatkan pinjaman tetapi tidak memiliki laporan keuangan yang menjadi persyaratan untuk mendapatkannya. Perlu sikap dan tindakan untuk dapat meyakinkan para pelaku usaha mikro yang memiliki warung dan kios ini agar mereka memahami begaimana cara untuk mendapatkan pinjaman dan memberikan informasi bahwa keuntungan yang lebih besar dengan memanfaatkan pinjaman tersebut bagi usaha mereka. RANCANGAN PROGRAM KEWIRAUSAHAAN BAGI UMKM Untuk selanjutnya dibentuk rancangan program kewirausahaan terutama ditujukan bagi usaha mikro yang berpedoman pada unsur empat P (4P) bauran pemasaran, yakni produk, price, place dan promotion. 1. Pelatihan kewirausahaan, ditujukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan pelaku usaha mikro dalam menjalankan usaha agar lebih baik sehingga dapat bersaing. 2. Manajemen pengelolaan tempat usaha agar menarik, yakni memberikan pengetahuan pentingnya menata tempat dan barang-barang yang sesuai dengan rapi dan menarik, melengkapi barangbarang yang sering dibutuhkan pembeli, memperhatikan barang-barang yang masih layak atau tidak untuk dijual, sehingga pembeli akan senang untuk datang membeli. 3. Manajemen keuangan usaha. Dengan memberikan pelatihan manajemen keuangan usaha bagi pelaku usaha mikro agar mampu mengelola keuangan dengan mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan dalam laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengembangan usaha. 4. Pelayanan kepada pembeli dan pelanggan. Pelayanan merupakan salah satu alat yang menentukan keberhasilan dalam usaha. Pelayanan yang baik akan memberikan kesan yang baik pula bagi pembeli dan pelanggan, sehingga datang untuk kembali membeli dan menjadi pelanggan, termasuk pelayanan adalah memberikan fasilitas antar. KESIMPULAN Kesimpulan untuk penelitian di tahun pertama ini adalah: a. Usaha mikro dijalankan dengan modal yang kecil sehinggan penjualan barang-barang terbatas dan tidak lengkap meskipun harganya lebih murah. b. Kehadiran usaha waralaba secara umum telah menurunkan omzet penjualan dan pendapatan yang cukup signifikan yang membuat sulitnya usaha mikro untuk berkembang. c. Sebagian pelaku usaha mikro telah membuat laporan keuangan untuk setiap pengeluaran dan pemasukan usahanya tetapi sebagian belum melakukannya karena kurang memahami pembuatan laporan dan manfaatnya. d. Sebagian besar pelaku usaha mikro setuju dengan adanya pinjaman tanpa agunan, tetapi kendala yang dihadapi mereka adalah belum memahami prosedur, tidak dapat memenuhi persyaratan dan pembayaran cicilan yang dianggap mahal.
200
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
SARAN Berdasarkan kepada hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: a. Perlu ada pendataan terhadap usaha mikro untuk mengetahui berapa jumlah pelaku usaha mikro yang mempunyai usaha mengelola warung dan kios. b. Perlu ada dukungan dari pihak Pemerintah, dengan memberikan motivasi dan dukungan lainnya agar ke depannya usaha mikro dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik lagi. c. Perlu dilaksanakan program kewirausahaan, yang berisikan pelatihan-pelatihan penataan terhadap warung, barang-barang yang dijual, laporan keuangan yang mendukung usaha mikro d. Diperlukan sosialisasi terhadap manfaat lembaga perbankan bagi pelaku usaha mikro dalam memperbesar usahanya agar kedepannya dapat bersaing dengan usaha lain. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, Edisi revisi, Jakarta: Rineka Cipta Agus Susilo danTaufik, 2010. Dampak Keberadaan Pasar Modern terhadap Usaha Ritel Koperasi/Waserda dan Pasar Tradisional, ISSN : 1979-6889 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, http://
[email protected], diakses 10 Februari 2014 Edy Suandi Hamid dan Y. Sri Susilo, 2011. Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011, hlm.45-55 Iffah, Melita., Fauzul Rizal Sutikno dan Nindya Sari, 2011. Pengaruh Toko Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus ; Minimarket Kecamatan Belimbingan, Kota Malang), Jurnal Tata Kota dan Daerah, Volume 3, Nomor 1, Juli 2011. Jaka Sriyana, 2010.: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif – 82. Dalam Simposium Nasional 2010, http://www.google.co id, diakses 27 September 2013 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2008. Pedoman Pebijakan Perpajakan Bagi Koperasi, Deputi Bidang. Kuncoro, M. 2009. Metode Riset untuk Bisnis &Ekonomi: Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis?,Edisi 3, Cetakan 1. Jakarta: Erlangga. Ok.Laksemana Lufti, 2013. Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Moh. Fatkhul Mujib, 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Secara Langsung dan Tidak Langsung Terhadap Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Studi Pada Pelaku UKM di Kabupaten Kebumen. Diakses. 23 Desember 2013 Navel Oktaviandy, 2012. Penelitian Pengembangan (Development http://navelmangelep.wordpress.com. Diakses 27 Februari2014 Pembiayaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil http://www.google.co id, diakses 18 September 2011
dan
Menengah,
Research), 2008.
pdf.
Sitinjak, Mula, 2013. Sulitnya Pemberian Kredit Usaha Mikro, disampaikan pada Pelatihan Pembuatan Modul Kewirausahaan di Fakultas Ekonomi UMSU, Desember 2013, Medan.
201
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Singarimbun, M., dan Effendi, S., (Editor). 1989. Metode Penelitian Survei, Edisi Revisi, Cetakan 1. Jakarta: LP3ES. Situmorang, Syafrizal Helmi, 2009. Bisnis: Perencanaan dan Pengembangan, Jakarta: Mitra Wacana Media. Suryana, 2013. Kewirausahaan, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta: Salemba Empat Van Den Akker J. (1999). Principles and Methods of Development Research. Pada J. van den Akker, R.Branch, K. Gustafson, Nieven, dan T. Plomp (eds), Design Approaches and Tools in Education and Training (pp. 1-14). Dortrech: Kluwer Academic Publishers.
202
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
KEWIRAUSAHAAN BAGI MAHASISWA DI UNIVERSITAS NEGERI MANADO Recky H. E. Sendouw1*, Sam J. R. Saroinsong1 1
*
Universitas Negeri Manado Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Mahasiswa di Universitas Negeri Manado (Unima) memiliki potensi untuk menjadi wirausahawan jika diberikan pelatihan dan pendampingan yang tepat. Permasalahannya, selama ini hal tersebuttidak didapatkan mahasiswa.Walaupun di beberapa Program Studi sudah diberikan matakuliah kewirausahaan, akan tetapi selama ini masih sebatas teori. Bekerjasama dengan Humber Intitute of Technology and Advanced Learning Canada Unima melakukan pembenahan.Mulai dari perubahan kurikulum ke arah aplikatif, pemberian pelatihan sesuai kebutuhan, coaching, pembangunan Pusat Kewirausahaan (UHEC) sampai bantuan permodalan melalui Program Mahasiswa Wirausaha telah mendorong kegairahan mahasiswa untuk mulai berwirausaha.Saat UHEC mengadakan pameran kewiraushaan, tercatat 107 tenant mahasiswa dengan jumlah peserta 472 mahasiswa.Kegiatan di atas menjadi momentum kebangkitan kewirausahan di Unima. Kata Kunci : Kewirausahaan, Mahasiswa, Unima, Humber PENDAHULUAN Universitas Negeri Manado (Unima) saat ini bekerja sama dengan Humber Institute of Technology and Advanced Learning Canada dalam Sulawesi Economic Develompment Strategy (SEDS) Project yang sedang mengimplemetasikan program kewirausahaan terapan (applied entrepreneurship) yang sebagai salah satu aspek dalam proses pembelajaran. Project ini sudah berlangsung sejak Tahun 2012. Sejak Tahun 2013-2015 Project ini memberikan fasilitas 6 kali workshop kewirausahaan terapan dengan durasi sekitar 360 jam kerja untuk 18 dosen kewirausahaan dan bantuan teknis penyusunan modul kewirausahaan terapan. Setelah mendapatkan workshop dan menyusun modul, di tahun 2016 ini tahap pilot project pemberian mata kuliah Kewirausahaan Terapan 1 dan 2 (dalam 2 semester berturut) pada 4 Fakultas (di 13 Jurusan/Program Studi) di lingkungan Universitas Negeri Manado dengan jumlah mahasiswa yang mengambil kelas ini sekitar 500 orang. Sebelum proyek SEDS ini berlangsung di Unima mata kuliah kewirausahaan diberikan dibeberapa fakultas seperti Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Fakultas Teknik dalam 1 semester. Akan tetapi karena metode pengajarannya lebih focus pada teori maka dampak dari mata kuliah ini untuk menghasilkan wirausaha baru hampir tidak terlihat. Walaupun dari tahun ke tahun mahasiswa diberikan fasilitas pendanaan melalui Program Wirausaha Mahasiswa (PMW) dimana mahasiswa membuat business plan atau rencana bisnis sebagai syarat untuk mendapatkan PMW, akan tetapi tidak ada data keberhasilan atau paling tidak data mahasiswa yang memulai bisnis (start up) dan benar-benar merealisasikan bisnisnya. Berdasarkan fakta yang ada, dirasakan adanya masalah dalam proses penciptaan mahasiswa wirausaha di kampus Universitas Negeri Manado (Unima). Adapun masalah yang teridentifikasi saat ini adalah: 1) Belum semua program studi memberikan mata kuliah kewirausahaan. 2) Kalaupun ada mata kuliah kewirausahaan, isinya masih berorientasi teori padahal kewirausahaan bersifat aplikatif dan harus dipraktekkan. 3) Penyaluran dana dari Program Mahasiswa Wirausaha tidak diikuti pengawasan dan pendampingan yang memadai. Saat tahun 2012 Unima mendapatkan peluang kerjasama dengan Humber Institute of Technology and Advanved Learing Canada untuk pengembangan kewirausahaan mahasiswa melalui Sulawesi Economic Development Strategy (SEDS) Project, dimana penulis pertama ditunjuk menjadi Project Coordinator Unima SEDS Project, maka mulai disusun rencana untuk melakukan perbaikan-
203
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
perbaikan dengan harapan proses penciptaan mahasiswa wirausaha di Unima dapat memberikan hasil yang signifikan. METODE Metode yang digunakan dalam kegiatan ini dimulai dengan menyebarkan 100 Kuesioner kepada mahasiswa dan 20 kepada dosen di 4 Fakultas yang menjadi Pilot Project mengenai Fakultas Ekonomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Sosial dan Fakultas Bahasa dan Seni yang bertujuan untuk mengetahui minat jmahasiswa dan dosen dalam berwirausaha. Selanjutnya meminta Dekan dari 4 Fakultas di atas untuk merekomendasikan nama-nama dosen yang memiliki latar belakang kewirausahaan yang akan dilatih untuk membuat kurikulum kewirausahaan terapan (applied entrepreneurship) dan kemudian dilatih untuk mengajarkan kurikulum tersebut. Dosen-doesn tersebut juga dilatih untuk menjadi pendamping bagi mahasiswa wirausaha (Coach). Setelah tahapan ini selesai, kemudian dosen-dosen terpilih dilatih untuk menyusun rencana strategis pusat kewirausahaan, rencana kerja tahunan, pembuatan SOP untuk semua kegiatan yang akan dilaksanakan di pusat kewirausahaan. Bagian terakhir adalah pendirian pusat kewirausahaan dan pelatihan bagaimana melakukan monitoring dan evaluasi bagi dosen-dosen yang ditunjuk menjadi pengelola pusat kewirausahaan. Pusat kewirausahaan ini akan menjadi lokasi inkubator bisnis bagi mahasiswa yang baru memulai usahanya serta tempat pelatihan dan pendampingan termasuk coaching bagi mahasiswa wirausaha yang ada di Unima. Pusat Keiwirausahaan ini berkewajiban menyediakan kebutuhan-kebutuhan mahasiswa wirausaha, termasuk merekomdasikan mahasiswa yang akan mendapatkan fasilitas pendanaan dari Program Mahasiswa Wirausaha. Seperti yang telah dikemukakan diatas, tahap pertama yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah ingin mengetahui sejauhmana minat mahasiswa dan Unima untuk melakukan kegiatan kewirausahaan. Kuesioner untuk menanyakan minat ini dianggap penting mengingat Unima merupakan Universitas ex IKIP, dimana sebagian mahasiswa merupakan mahasiswa program kependidikan dimana sebagian besar mereka memilih Unima karena bercita-cita menjadi guru/tenaga pengajar, bukan wirausaha. Dari 100 kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa dan 20 kuesioner yang dibagikan kepada dosen yang bersifat anonim, semuanya kembali. Hasil pengolahan kuesioner ini menunjukkan hasil yang sedikit mengejutkan karena lebih dari 90% mahasiswa dan dosen berminat untuk berwirausaha bahkan 20% dari mahasiswa dan 50% dari dosen sudah memiliki bisnis atau sudah pernah berwirausaha. Dari kuesioner ini diketahui kendala-kendala yang menghambat mereka untuk memulai wirausaha adalah ketidaktahuan bagaimana memulai usaha, dana, kekuatiran untuk gagal. Tahapan selanjutnya adalah pengembangan kurikulum kewirausahaan terapan yang diajarkan dalam 2 semester, dimana pada semester ganjil diberikan konsep dan teori dalam kewirausahaan dan pada semester berikutnya menekankan pada praktek mulai dari pembuatan rencana bisnis, produksi dan pemasaran. Kurikulum ini mulai diterapkan pada 13 program studi di 4 Fakultas yang menjadi tempat pilot project pada tahun akademik 2015-2016 Pada akhir semester genap mahasiswa (baik berkelompok atau individu) diwajibkan untuk menghasilkan minimal satu produk yang siap jual. Bisnis plan dan produk yang sudah dibuat tersebut dipamerkan dalam pameran kewirausahaan yang disebut dengan Entrepreneurship day (E-day) dilaksanakan pada tanggal 26-27 Mei 2016. Hal yang sangat menggembirakan karena pada saat pelaksanaan E-day ada 107 tenant dengan peserta 472 mahasiswa. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tonggak bangkitnya kegiatan kewirausahaan di Unima karena dikunjungi oleh sekitar 1000 pengunjung dan mendapat apresiasi tinggi dari Kepala Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Sulawesi Utara, Wakil Bupati Minahasa, Rektor dan Wakil Rektor, serta dari pihak Humber – Canada. Dari 107 kelompok mahasiswa yang mengikuti E-day ini dipilih 50 kelompok yang berhak mendapatkan pendanaan dari Program Mahasiswa Kewirausahaan.Jika di tahun-tahun sebelumnya panitia kurang memiliki kualifikasi dalam penentuan penerima PMW serta mahasiswa penerima PMW usahanya kurang dapat diidentifikasi, maka sejak tahun 2016 Wakil Rektor bidang
204
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
kemahasiswaan menyerahkan proses seleski PMW, coaching dan monitoring usaha mahasiswa kepada Pusat Kewirausahaan Unima, yang dikenal dengan nama Unima Humber Entrepreneurship Centre (UHEC). Saat artikel ini ditulis, para mahasiswa pemenang PMW sedang menunggu tahap pencairan dana. Sambil menunggu hal tersebut, mereka terus memperbaiki kualitas produk dan sebagian lagi berpartisipasi dalam pameran Hateknas Solo yang diprakarsai oleh Kemeristek Dikti dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam hal ini Dinas Koperasi dan UKM. Selain itu Dosendosen Kemirausahaan Unima mendapatkan pelatihan coaching dari TOP Coach Indonesia dan diharapkan setelah mereka menyelesaikan 500 jam proses coaching akan mendapatkan sertifikat sebagai prosesional coach. PEMBAHASAN Seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, melalui proyek SEDS ini mata kuliah kewirausahaan diberikan dalam 2 semester dimana semester pertama diberikan dalam bentuk teori dan semester kedua mahasiswa dituntut melakukan praktek pembuatan bisnis plan dan mengimplemetasikan ide bisnis ke dalam bentuk produk yang siap dijual. Pada akhir mata kuliah dibuat event Entrepreneurship day selama 2 hari, produk dan ide siap jual ini akan dipamerkan dan dipresentasikan di depan juri (dari perbankan, pemerintah daerah, praktisi dan dosen kewirausahaan) dan pengunjung. Bekerja sama dengan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, ide maupun produk yang berkualitas dan layak jual akan diberikan modal pendanaan dari Program Wirausaha Mandiri (PMW). Saat ini Program Kewirausahaan di Unima hanya bertumpu pada Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) dan belum ada PKMK maupun IbKIK. Program PMW ini biasanya membiayai sekitar 50 mahasiswa setiap tahun dengan pemberian pelatihan kewirausahaan, mendorong tumbuhnya motivasi berwirausaha, meningkatkan pemahaman manajemen (organisasi, produksi, keuangan dan pemasaran) dan membuat rencana bisnis atau studi kelayakan usaha sampai dengan pemberian modal kerja. Pelaksanaan kegiatan PMW dengan pola yang saat ini berlaku di Unima, ternyata tingkat keberhasilannya sangat rendah. Sampai saat ini tidak ada catatan keberhasilan tenant baru yang masih bertahan dari Program PMW. Kondisi ini mencerminkan bahwa ada kelemahan dalam proses methods of delivery pembelajaran kewirausahaan terutama penekanan aspek transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal potensi mahasiswa wirasusaha di Unima saat ini cukup besar. Hal ini terlihat sejak implementasi kurikulum applied entrepreneurship, sudah lebih dari 100 kelompok mahasiswa yang berhasil membuat produk yang menarik dan layak jual walaupun memang perlu peningkatan dalam hal kualitas produk, maupun design kemasan. Product line hasil karya mahasiswa sangat bervariasi, terdiri dari produk makanan ringan (snacks), kaos yang di design menarik, alat dan asesories rumah tangga, peralatan dari barang/bahan bekas daur ulang (green entrepreneurship), tanaman hias sampai pada bahan ajar, game, dan aplikasi berbasis on-line. Keberhasilan pelaksanaan E-day di Unima telah memberikan dampak yang luar biasa bagi mahasiswa untuk mulai berwirausaha. Karena mata kuliah kewirausahaan saat ini diajarkan pada mahasiswa semester 3-4 atau 5-6 dan baru berlangsung di 13 Program Studi sehingga hanya mengcover sekitar 400-500 mahasiswa dari sekitar 30 ribu mahasiswa Unima. Akan tetapi saat ini begitu banyak mahasiswa yang tertarik untuk memulai usaha. bahkan mahasiswa yang belum mengikuti kuliah kewirausahaan. Hal ini berbeda jauh dengan kondisi sebelum mata kuliah kewirausahaan direvitalisasi dengan mengedepankan aspek terapan atau praktek langsung. Apalagi saat ini kewirausahaan Unima ini didukung oleh Gedung Pusat Kewirausahaan (UHEC) yang renovasinya dibiayai oleh Humber-Canada melalui SEDS Project. Gedung 2 lantai yang memiliki luas sekitar 800 meter persegi ini, memiliki 1 ruangan administrasi, 1 Store yang memamerkan hasil kewirausahaan mahasiswa dan dosen, 1 ruang meeting berkapasitas 20 orang dan 1 ruang pameran/pelatihan berkapasitas 300 orang serta 5 ruang inkubator bisnis dengan fasilitas TV Cable dan WIFI berkecepatan tinggi yang dapat diakses dari seluruh ruangan dengan furniture standar kantor yang nyaman telah menjadi salah satu icon baru tempat berkumpulnya mahasiswa.
205
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Hal ini menjadi pendorong dan memotivasi mahasiswa untuk lebih akrab dengan kewirausahaan dan meningkatkan keberanian mereka untuk mulai berwirausaha. Aktifitas kewirausahaan di Unima dan fasilitas yang ada telah menarik perhatian Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melalui Dinas Koperasi dan UKM dan Kabupaten Minahasa. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Utara telah menganggarkan bantuan pelatihan bagi 25 mahasiswa wirausaha Unima unuk mengikuti pelatihan kewirausahaan dan bantuan dana Rp.25 juta/orang untuk menghasilkan start up bisnis. Demikian juga dengan Wakil Bupati Minahasa yang meminta pengusaha-pengusaha di Minahasa untuk membantu mahasiswa wirausaha Unima dalam hal pemasaran produk mereka, serta bimbingan/mentoring bagaimana menjalankan usaha dengan baik. Kegiatan kewirausahaan mahasiswa di Unima ini masih berada pada tahap yang sangat awal, akan tetapi dengan adanya pembenahan-pembenahan yang dilakukan seperti yang sudah dikemukakan di atas, terlihat adanya hasil yang nyata dan signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dukungan dari berbagai pihak seperti Humber Institute of Technology and Advanced Learing Canada, Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kabupaten Minahasa, para pengusaha serta Rektor dan pimpinan Unima menjadi motor penggerak utama dalam proses penciptaan mahasiswa kewirausahaan di Universitas Negeri Manado. KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan yang sudah dipaparkan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: - Dukungan dari berbagai pihak baik internal kampus maupun eksternal dibutuhkan untuk pengembangan kewirausahaan di Unima. - Pengembangan kewirausahaan mahasiswa di Unima harus menyeimbangkan antara teori dan praktek. - Fasilitas pendukung kewirausahaan dibutuhkan untuk menunjang perkembangan kewirausahaan mahasiswa di Unima. Ucapan Terima Kasih Pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan Terima Kasih secara khusus kepada Humber Institute of Technology and advanced Learning Canada atas dukungan yang diberikan bagi Pengembangan kewirausahaan mahasiswa di Universitas Negeri Manado.
206
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
MODEL PENYALURAN DANA ZIS UNTUK PINJAMAN PRODUKTIF DALAM MENGEMBANGKAN USAHA KECIL MENENGAH PADA BAZNAS SUMATERA UTARA Elizar Sinambela1*, Fitriani Saragih1 1
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu pengembangan Model Penyaluran Dana ZIS untuk Pinjaman Produktif Dalam Mengembangkan Usaha Kecil Menengah Pada Baznas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan metode research and development. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa pengembangan model penyaluran dana ZIS untuk pinjaman bergulir produktif yang disusun sudah mengacu kepada UU no. 38 tahun 1999 yang terdiri dari Melakukan studi kelayakan, Menetapkan jenis usaha produktif, Melakukan bimbingan dan penyuluhan, Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan, Mengadakan evaluasi serta Membuat pelaporan. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak Baznas Sumut, maupun Baznas Kabupaten/kota dan para penerima pinjaman bergulir produktif. Kata Kunci: Pinjaman Bergulir Produktif, Pengembangan UKM PENDAHULUAN Badan Amil Zakat Nasional Sumatera Utara (Baznas Sumut) yang merupakan lembaga pengelola zakat di Sumatera Utara adalah suatu lembaga yang kegiatannya menghimpun dana dari para muzakki kemudian disalurkan kepada mustahiq. Model penyaluran dana zakat, infaq dan sadaqah (ZIS) yang dilakukan Baznas Sumut pada dasarnya sudah baik, untuk dana zakat Baznas Sumatera Utara sudah menyalurkannya kepada yang berhak seperti kepada Fakir Miskin, Sabilillah, Gharim, Muallaf dan Ibnu Sabil. Sedangkan untuk dana Infaq dan Sadaqah penyalurannya dilakukan untuk bantuan kepada Musollah/Masjid, bantuan Konsumtif, bantuan Produktif dan bantuan untuk penyuluhan/pembinaan dan sosialisasi. Selain itu penggalian dana ZIS yang dilakukan oleh Baznas Sumut juga beragam dengan berbagai paket dan program yang ditawarkan maka para pemberi dana ZIS dapat memilih paket atau program mana yang diinginkan. Walaupun demikian masih juga dirasakan sulit untuk menjaring para pemberi zakat, infaq dan sadaqah ini agar lebih meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Dalam kegiatannya menyalurkan dana ZIS kepada mustahiq, Baznas sudah melakukan berbagai cara yang kreatif dan inovatif melalui berbagai program, salah satunya Bina Sumut Makmur; satu program yang dibuat untuk membantu dalam hal mengembangkan usaha masyarakat dengan cara memberikan Modal bergulir bagi usaha kecil, Usaha ternak dan Petani. Program ini lebih dikenal dengan nama Program Pinjaman Bergulir Produktif. Hal ini sesuai dengan Fatwa MUI Nomor 15 Tahun 2011 yang menerangkan tentang penyaluran dana zakat untuk mustahiq fakir miskin bahwa menurut pendapat Imam Zainuddin Bin Abdul Azis Al-maliybari dalam Kitab Fathul Muin (taanatu al-thalibin 2/214) yang menjelaskan kebolehan Mustahiq sebagai berikut : “ Maka keduanya fakir dan miskin diberikan harta zakat dengan cara : bila ia bisa berdagang, diberi modal dagang yang diperkirakan bahwa keuntungannya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya; Bila ia bisa bekerja, diberi alat-alat pekerjaannya.” Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa perkembangan penyaluran dana ZIS yang telah dilakukan Baznas Sumut untuk tiga tahun terakhir menunjukan penyaluran dana yang berasal dari Infaq dan sadaqah untuk bantuan produktif dari tahun 2012 sampai tahun 2014 terus mengalami peningkatan. Namun Penerimaan dari hasil penyaluran pinjaman bergulir produktif ini mengalami menurun. Ditahun 2014 Baznas Sumut tidak hanya menyalurkan langsumg kepada masyarakat tetapi juga memberikan bantuan pinjaman bergulir produktif ini kepada seorang
207
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
peternak penggemukan sapi dan Baznas kabupaten/kota. Namun sampai akhir tahun 2014 dari sembilan (9) Baznas Kabupten /kota ternyata belum semua dapat melaporkan hasil penyaluran bantuan pinjaman bergulir produktif ke Baznas Sumatera Utara. Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa program pinjaman bergulir produktif yang dilakukan oleh Baznas Sumatera Utara belum berhasil. Karena para penerima bantuan pinjaman bergulir produktif ini baru bisa hanya mengembalikan cicilan atas pinjamannya. Sehingga tujuan Baznas untuk meningkatkan jumlah pemberi zakat, infaq dan sadaqah belum dapat tercapai sepenuhnya. Penyaluran dana zakat, infaq dan sadaqah melalui program Pinjaman Bergulir Produktif yang dilakukan Baznas Sumatera Utara belum dapat mengembangkan usaha kecil dan menengah yang mendapat pinjaman tersebut. Kondisi ini disebabkan karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang program pinjaman bergulir produktif yang dilakukan Baznas Sumut, Belum efektifnya pembinaan dan pendampingan dari Baznas kepada penerima pinjaman bergulir produktif, sehingga penerima Pinjaman Bergulir Produktif belum dapat menjadi Pemberi Zakat. Agar pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan maka sangat diperlukan adanya pengembangan atas model penyaluran dana ZIS untuk pinjaman bergulir produktif ini agar pelaksanaan program ini tepat sasaran dan tujuan program ini juga dapat tecapai. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu Model Penyaluran Dana ZIS untuk pinjaman produktif dalam mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah pada Baznas Sumatera Utara. Hal ini dimaksudkan agar dana zakat, infaq dan syadaqah yang ada dapat dimanfaatkan dalam pengembangan usaha sehingga dana zakat, infaq dan shadaqah dapat tersalur sebagaimana seharusnya dan masyarakat miskin dapat berkurang dengan adanya penyaluran dana bagi pengembangan usaha kecil menengah. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat baik bagi pihak BAZNAS Sumut, maupun BAZNAS Kabupaten/kota dan para penerima pinjaman bergulir produktif dalam mempermudah proses penyaluran pinjaman bergulir produktif sehingga penyaluran dana zakat, infaq dan sadaqah untuk pengembangan usaha kecil menengah dapat meningkatkan penerima zakat menjadi pemberi zakat. Dengan demikian maka masyarakat yang berstatus penerima zakat (mustahiq) menjadi pembayar zakat (muzakki) akan meningkat. METODE PENELITIAN Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan model pendekatan metode research and development (R&D). Sesuai model pendekatan research and development maka penelitian ini menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Melakukan survey terhadap pelaksanaan model penyaluran dana ZIS untuk pinjaman produktif yang diterapkan Baznas Sumut. 2. Menganalisis kelemahan dan keunggulan model yang diterapkan. 3. Menyusun rancangan pengembangan model penyaluran dan ZIS untuk pinjaman produktif. 4. Melakukan uji atas model penyaluran Dana ZIS yang sudah disusun. 5. Penerapan dan sosialisasi model. Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sumatera Utara. Sumber data menggunakan sumber data primer dan sekunder yang pengumpulan datanya berdasarkan tehnik dokumentasi dan wawancara dengan petugas bagian pinjaman produktif pada Baznas Sumut. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa cara penyaluran dana zakat infaq dan sadaqah yang dilakukan Baznas Sumatera Utara sangatlah bervariatif. Salah satunya melalui program Bina Sumut Makmur yaitu satu program yang dibuat untuk membantu dalam hal mengembangkan usaha masyarakat dengan cara memberikan Modal bergulir bagi usaha kecil. Penyaluran dana zakat infaq dan sadaqah melalui memberikan modal bergulir bagi usaha kecil ini disebut dengan Pinjaman Bergulir Produktif. Adapun usaha yang sudah mendapat bantuan seperti
208
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Usaha ternak di Desa Mesjid - Batang Kuis dan Petani Desa Makmur - Tanjung Morawa serta usaha usaha kecil lainnya yang berada disekitar Baznas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaannnya untuk memberikan Pinjaman Bergulir Produktif ini sudah ada model tersendiri yang disusun oleh Baznas Sumut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa model yang diterapkan selama ini oleh Baznas belum efektif dikarenakan masih adanya tunggakan pinjaman serta pinjaman yang tidak dibayar oleh masyarakat penerima pinjaman modal bergulir tersebut. Kondisi ini terjadi karena masih lemahnya pengawasan atas pinjaman tersebut dan masih adanya masyarakat yang berpersepsi bahwa bantuan produktif tersebut tidak perlu dikembalikan, sehingga tujuan Baznas menyalurkan modal bergulir ini untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat belum sepenuhnya dapat tercapai. Padahal bantuan ini merupakan pinjaman bergulir yang diberikan kepada masyarakat dengan harapan dapat bergantian menggunakan modal tersebut untuk mengembangkan usahanya sehingga kemakmuran rakyat dapat merata. Untuk itu disusunlah rancangan model penyaluran dana ZIS yang mana rancangan ini merupakan pengembangan dari model penyaluran dana ZIS untuk pinjaman bergulir produktif yang sudah ada pada Baznas Sumut. Namun sebelum rangcangan model ini diterapkan pada masyarakat perlu dilakukan pengkajian ulang untuk penyempurnaan model ini. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan uji model dengan melakukan uji konten (isi) atas model yang sudah dirancang dengan melakukan konsultasi dengan pakar dan melakukan diskusi dengan para ahli dan pakar serta akademisi yang dianggap memahami tentang penyaluran dana zakat, infaq dan sadaqah khususnya dalam penyalurann untuk bantuan produktif. Dari hasil pengujian model secara kontent yang dilakukan dengan para ahli dan pakar serta akademisi maka diperoleh hasil bahwa rancangan model yang dikembangkan ini perlu ada penegasan atau penajaman tentang (1) pinjaman bergulir produktif yang disalurkan ; apakah sifatnya bantuan atau pinjaman. (2) ketentuan masyarakat yang mendapat bantuan produktif. (3) adanya bagan alir yang dapat menunjukan bagaimana prosedur penyaluran dana zakat infaq dan sadaqah tersebut dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar dapat dilakukan pengawasan atas pelaksanaan penyaluran dana tersebut. Pinjaman Bergulir Produktif yang disalurkan pada Baznas Sumatera Utara bersifat pinjaman. Karena bantuan tersebut merupakan bantuan modal kerja yang diberikan kepada masyarakat yang memiliki usaha tetapi kekurangan modal. Bantuan modal kerja ini diberikan dengan ketentuan dikembalikan agar dapat digulirkan kepada masyarakat lain yang membutuhkan. Dalam hal pemberian zakat untuk usaha yang produktif, maka pelaksanaannya harus memenuhi ketentuan sebagimana di atur dalam pasal 29 UU No 38 tahun 1999 sebagai berikut: Melakukan studi kelayakan, Menetapkan jenis usaha produktif, Melakukan bimbingan dan penyuluhan, Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan, Mengadakan evaluasi, Membuat pelaporan. Yang di maksud dengan studi kelayakan yaitu upaya untuk memperoleh keyakinan bahwa usaha yang dibiayai dari dana zakat benar-benar dapat berkembang dan dapat mengembalikan pinjamannya. Hasil dari studi kelayakan ini harus menunjukan hal-hal sebagai berikut” Data yang jelas tentang calon mustahiq, Kebutuhan pinjaman yang pasti, Kemampuan waktu mengembalikan dengan jangka waktu yang jelas, Jumlah bagi hasil yang mampu dibayarkan, Alokasi pinjaman yang jelas. Menetapkan jenis usaha produktif dimana langkah ini sesungguhnya dapat berupa dua macam. Pertama, jika mustahiq belum memiliki usaha, maka tugas amil mendorong dan mengarahkan sehingga mustahiq dapat membuka usaha yang layak. Sedapat mungkin dihindari kesan pemaksaan apalagi menggurui, karena akan berdampak positif. Kedua, jika mustahiq telah memiliki usaha tetapi tidak berkembang, maka tugas amil, menganalisis usahanya. Hasil analisis dapat menunjukkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, usahanya dapat di kembangakan dan yang kedua usahanya sulit untuk berkembang, sehingga dapat di temukan alternative untuk menggantikannya. Pada kemungkinan kedua, maka tugas amil meyakinkan bahwa usahanya berprospek tidak baik dan berusaha mencarikan usaha penggantinya.
209
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Melakukan bimbingan dan penyuluhan ini merupakan tugas untuk menjaga agar usahanya tetap berjalan dan berkembang serta mengamankan dana zakatnya. Tanpa fungsi ini, dikhawatirkan dana zakat akan disalahgunakan untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan usulannya. Fungsi ini selayaknya di perankan bagi konsultan. Untuk mengefektifkan fungsi ini, mustahiq dpat di buat kelompok, sehingga lebih mudah dalam pengarahan dan penyeluhan. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan tugas ini menjadi sulit dilakukan manakala mustahiq, belum menyadari pentingnya pengendalian. Meskipun amil bertanggung jawab atas pemantauan dan pengawasannya, namun yang terpenting sesungguhnya menciptakan kesadaran pengawasan oleh mustahiq sendiri. Artinya mendidik mustahiq untuk bertanggung jawab terhadap segala keputusan bisnis dan perilaku sosialnya. Mengadakan evaluasi, Evaluasi dilakukan untuk mendapatkan data, bahwa usaha yang dijalankan dapat berkembang sesuai rencana, serta dana yang disalurkan benar-benar tepat sasaran. Program ini dapat dilakukan bersama-sama dengan mustahiq. Diharapkan amil hanya memfasilitasi, sehingga mustahiqlah yang akan mengevaluasi sendiri. Pada Baznas Sumatera Utara Pinjaman Bergulir Produktif ini diutamakan bagi masyarakat miskin yang telah memiliki usaha maupun yang ingin berusaha dan masyarakat yang telah memiliki usaha namun kekurangan modal sehingga sulit untuk berkembang. Pinjaman Bergulir Produktif ini diberikan dengan mengikuti beberapa ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Baznas. Selain itu Baznas Sumatera Utara juga menyalurkan Pinjaman Bergulir Produktif ini kepada masyarakat melalui Baznas kabupaten/kota. Sampai saat ini pola distribusi zakat produktif yang dikembangkan masih mengambil skema qardul hasan. Yaitu salah satu bentuk pinjaman yang menetapkan tidak adanya tingkat pengembalian tertentu dari pokok pinjaman. Namun bila ternyata si peminjam dana tersebut tidak mampu mengembalikan pokok tersebut, maka hukum zakat mengidentifikasikan bahwa si peminjam tersebut tidak dapat dituntut atas ketidakmampuannya tersebut, karena pada dasarnya dana tersebut adalah hak mereka. Bagan alir merupakan Alur kerja yang menggambarkan bagaimana prosedur penyaluran Pinjaman Bergulir Produktif yang dilakukan sehinga pengawasan atas kegiatan tersebut dapat terlaksana. Dengan adanya alur kerja ini akan semakin jelas alur prosedur penyaluran bantuan produktif ini dari mana dimulai dan dimana diakhiri. Alur kerja yang akan dilakukan oleh Baznas Sumut dalam pelaksanaan penyaluran Pinjaman Bergulir Produktif. Alur kerja ini membantu pelaksana agar lebih mudah dalam memahami standar operasional prosedur yang ada. Selain itu alur kerja ini juga sebagai alat bantu dalam pengawasan pelaksanaan Pinjaman Bergulir Produktif. Secara umum Standar Operasional Prosedur yang dirancang ini sudah sesuai dengan pasal 29 UU No 38 tahun 1999 dimana untuk melakukan studi kelayakan ini sudah ada pada prosedur 4, 5 dan 6 sekaligus dalam menetapkan jenis usaha produktif. Hal ini dilakukan sebelum menyetujui permohonan pinjaman dari masyarakat. Sehingga ketika mempertimbangkan dan memutuskan apakah pinjaman diberikan atau tidak semaksimal mungkin sudah dilakukan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang berlaku dan didukung dengan dokumen dokumen yang ada. Dalam rancangan ini kelayakan di uji dengan prinsip 5 C. Sedangkan untuk melakukan bimbingan dan penyuluhan dalam rancangan standar operasional prosedur ini ada pada prosedur ke sepuluh (10) hal ini dilakukan setelah melakukan monitoring atas penggunaan dana oleh peminjam sehingga kegiatan melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan ini dilakukan pada prosedur ke sembilan (9). Prosedur 9 dan 10 ini juga merupakan cara bagian dari mengadakan evaluasi sehingga dapat diketahui kemampuan membayar dari para peminjam. Pada bagian terakhir dari pasal 29 UU No 38 tahun 1999 adalah membuat pelaporan. Dalam standar operasional prosedur ini yang ditunjukan oleh bagan alir terlihat bahwa Baznas kabupaten/kota yang mendapat penyaluran bantuan produktif dari Baznas Sumut sebaiknya membuat laporan minimal 6
210
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
bulan sekali dan wajib menyampaikannya kepada Baznas Sumut. Hal ini dilakukan agar Baznas Sumut dapat mengontrol pelaksanaan penyaluran Pinjaman Bergulir Produktif yang dijalankan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uji model yang dilakukan maka hasil penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut: Model penyaluran bantuan produktif yang berasal dari pendanaan zakat infaq dan sadaqah diperbolehkan dalam Islam. Dalam pemberian Pinjaman Bergulir Produktif, pengembangan model dan SOP yang disusun sudah mengacu kepada pasal 29 UU No 38 tahun 1999 yang mengatur tentang adanya Melakukan studi kelayakan, Menetapkan jenis usaha produktif, Melakukan bimbingan dan penyuluhan, Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan, Mengadakan evaluasi dan Membuat pelaporan. Dari kesimpulan ini peneliti menyarakan masih perlunya sosialisasi atas pengembangan model penyaluran dana zakat, infaq dan sadaqah yang disusun terutama untuk Pinjaman Bergulir Produktif dan Perlu adanya dukungan dari pihak Baznas Sumut dan pemerintah untuk penerapan Model dan SOP atas Pinjaman Bergulir Produktif.
DAFTAR PUSTAKA Basri, Yuswar Zainul dan Mulyadi Subri, 2005. Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Bazwir, Revvisoynd, 1999. Akuntansi Pemerintah Indonesia. Edisi Tiga BPFE Yogyakarta. Sinambela Elizar, 2011. Alokasi Dana Pembinaan Usaha Kecil Menengah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat kota Medan. Penelitian Dosen Muda. Fakultas Ekonomi UMSU Fatwa MUI Nomor 15 Tahun 2011. Tentang Penyaluran Zakat Infaq dan Syadaqah. Heri Sudarsono, 2003 Bank dan lembaga Keuangan Syariah. Ichsan,M, Ratih., dan Trilaksono,N, 1997. Administrasi Keuangan Daerah: pengelolaan dan penyusunan APBD. Brawijaya University Pers, Malang. Indra ismawan, 2001. Sukses diEra Ekonomi Liberal. Grasindo, Jakarta. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE, Yogyakarta. Insanululalbab, 2013. Zakat Produktif dalam Perspectif Islam. Wordpress.com Loekman Soetrisno, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogjakarta. Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi, Yogyakarta. _________, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta. Mariarosa Dalla Costa, 2000. Politik Strategi Ekonomi Internasional.Kalianamita, Jakarta. Muklis Rasyid, 1998.KUK ditengah gejolak moneter. Jakarta. Mohammad Ikhsan, 1997. Profil Usaha Kecil dan Kebijakan Kredit Perbankan di Indonesia. LPM FE - UI, Jakarta. Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolahan dan Pertanggung Jawaban Anggaran. http://www.bakd.depdagri.go.id
211
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
________________ , 2001. Keputusan Presiden No. 74 Tahun 2001 Tentang Tatacara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. http://www.bpkp.go.id , 2004. Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Pustaka Pergaulan. Jakarta. , 1999. Undang-undang No.38 Tahun 1999 tentang Penggunaan dana zakat. http://www.wordpress.com Susilo Ady Saputro.2010 “Zakat Produktif sebagai Upaya Mengurangi Kemiskinandi Indonesia” http://anakbanyumas.wordpress.com/2010/04/23/zakat-produktifsebagai-upaya-mengurangi-kemiskinan-di-indonesia/#more-159. Yusuf Al-Qardawi. 1997. Hukum Zakat, Edisi terjemahan : Litera AntarNusa, Bogor
212
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
MODEL PEMASARAN DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI UKM BERBASIS ANALISIS SWOT Dewi Andriany1*, Laihan S. Hasibuan1, Sri E. Rahayu1 1
*
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pelaku ukm dalam menjalankan usahanya, di samping upaya-upaya yang telah dilakukan berbagai pihak dalam mengembangkan ukm. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan focus group discussion dengan pelaku ukm, instansi terkait dan perbankan. Adapun model pemasaran yang dapat dikembangkan adalah: mengembangkan pemasaran berbasis internet untuk memperluas pangsa pasar, mengembangkan teknologi produksi untuk menghasilkan kuantitas yang lebih besar, memberikan akses yang lebih mudah bagi hal yang mendukung pemasaran yang lebih luas, disertai pendampingan, memberikan pelatihan agar produk dapat diterima pada pemasaran yang lebih luas, mendirikan wadah bagi pelaku ukm sehingga memiliki kesamaan standar untuk dapat bersaing di tingkat yang lebih luas. Implementasi model ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti dinas terkait (misal perindustrian dan perdagangan, koperasi, dll), perguruan tinggi, pemerintah kecamatan, perbankan, perusahaan layanan telekomunikasi. Kata Kunci: model pemasaran, ukm, analisis SWOT PENDAHULUAN Latar Belakang Kelompok usaha kecil menengah merupakan kelompok usaha ekonomi yang penting dalam perekonomian Kota Medan. Hal ini disebabkan, usaha kecil menengah dan koperasi merupakan sektor usaha yang memiliki jumlah terbesar dengan daya serap angkatan kerja yang signifikan. Kesenjangan pendapatan yang cukup besar masih terjadi antara pengusaha besar dengan usaha kecil, menengah dan koperasi (UKMK), sehingga pengembangan daya saing Usaha Kecil, secara langsung merupakan upaya dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, sekaligus mempersempit kesenjangan ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengusaha besar hanya 0,2% sedangkan Pengusaha Kecil, menegah dan koperasi mencapai 99,8%. Ini berarti jumlah usaha kecil, menengah dan koperasi mencapai hampir 500 kali lipat dari jumlah usaha besar. Persoalannya kontribusi Usaha Kecil terhadap PDRB, hanya 39,8%, sedangkan usaha besar mencapai 60,2%. Terhadap pertumbuhan ekonomi, usaha kecil, menengah dan koperasi hanya memberikan kontribusi sebesar 16,4% sedangkan usaha besar 83,6%. Berdasarkan penguasaan pangsa pasar, usaha kecil, menengah dan koperasi hanya menguasai pangsa pasar sebesar 20% (80% oleh usaha besar). Hal tersebut menunjukkan dua hal sekaligus, yaitu super kuatnya sektor usaha besar dan teramat lemahnya sektor Usaha Kecil. Harapannya adalah dengan meningkatnya produksi usaha kecil, juga menengah dan koperasi dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju pertumbuhan produktivitas daerah, atau sebesar 6-8% per tahun, maka akan ada daya serap tenaga kerja tetap yang sebesar pada usaha kecil, menengah dan koperasi, bersamaan dengan bertambahnya tenaga kerja, sebesar 5-10% per tahun. Dewi Andriany, dkk (2014) telah merancang model pendekatan Partisipatif dalam memberdayakan masyarakat miskin Kota Medan untuk memperbaiki taraf hidup, model yang akan diaplikasikan oleh pelaku usaha kecil ini di mana pemberdayaan masyarakat miskin dilakukan melalui strategi pemberdayaan total yang di dalamnya mencakup adanya program perlindungan sosial, perbaikan lingkungan, pemberdayaan sumber daya manusia, dan pemberdayaan ekonomi produktif. Perluasan basis usaha dan kesempatan Usaha Kecil dengan mendorong tumbuhnya wirausaha baru, melalui peningkatan pengetahuan dan semangat kewirausahaan. Penguatan kelembangaan Usaha Kecil terutama untuk memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan- non perbankan, pemanfaatan teknologi dan pemasaran serta promosi produk. Hal simultan lain yang harus dilakukan adalah memperbaiki lingkungan usaha melalui penyerderhanaan prosedur perijinan.
213
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Dalam Pedoman Umum PNPM (2007) disebutkan komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat; perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator untuk fasilitasi, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya. Maka perlu kiranya melakukan kajian atas usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pelaku ukm itu sendiri serta upaya yang telah dilakukan instansi terkait dalam pengembangan ukm, khususnya dalam bidang pemasaran. Pemasaran merupakan aspek penting bagi pengembangan ukm, karena selama ini ukm hanya melakukan pemasaran yang terbatas yaitu di wilayah produksinya saja. Tujuan Penelitian Mengembangkan model pemasaran bagi pelaku ukm, sehingga menjadi sebuah pedoman bagi pihak terkait yang memiliki keterkaitan dengan ukm dalam usaha untuk mengembangkan ukm. METODE PENELITIAN Desain dan Prosedur Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, karena mengajak pelaku ukm serta instansi terkait untuk melakukan focus group discussion untuk mengidentifikasi SWOT yang mereka hadapi. Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan pelaku ukm dan instansi terkait untuk mengungkap sistem pemasaran yang diharapkan sesuai untuk dapat diaplikasikan oleh pelaku ukm. Obyek penelitian adalah ukm yang berada di kecamatan Medan Deli. Data penelitian akan dianalisis dengan secara kualitatif, dengan analisis swot, untuk mengungkap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi ukm. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Medan Deli karena Kecamatan ini merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kota Medan (173.951 jiwa, BPS tahun 2015) dan apabila jumlah pelaku Usaha Kecil secara proporsional mengikuti jumlah penduduk maka diperkirakan jumlah pelaku Usaha Kecil terbanyak akan didapat di Kecamatan Medan Deli. Diperkirakan saat ini di Kota Medan ada sekitar 200 ribu pelaku Usaha Kecil. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli untuk kemudian dijadikan model untuk dikembangkan di Kota Medan. Salah satu alasan kuat lainnya adalah ada informasi awal bahwa Program PNPM Mandiri / PPMBK (Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas) dalam hal perkuatan kepada pelaku Usaha Kecil tidak berjalan di Kecamatan Medan Deli, sehingga identifikasi permasalahan di kecamatan ini akan menjadi potret secara keseluruhan untuk kecamatan lain di Kota Medan. Usia pelaku ukm adalah di antara 30 s/d 55 tahun, dengan rata-rata jenis kelamin adalah perempuan dengan tingkat pendidikan rata-rata lulusan SMA. Jenis usaha yang dilakukan adalah kerajinan Batik, kerajinan dari batok (aksesoris), industri tahu, tempe, sepatu, aneka makanan, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1 s/d 10 orang. Adapun kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh pelaku ukm dari aspek pamasaran dapat dilihat pada matriks berikut:
214
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
INTERNAL
Kekuatan Harga produk yang bersaing Kualitas barang masih rendah Produksi masih rendah Promosi Dari mulut ke mulut Beberapa memiliki modal sendiri Pemasarannya terbatas (masih di sekitar lokasi usaha, berdasar pesanan, dijual ke sekolah dan warung, beberapa keluar daerah)
Kelemahan Skill tenaga kerja rendah Beberapa mendapat pinjaman dari orang lain (rentenir) Masih menggunakan teknologi sederhana Beberapa tidak pernah mendapat bantuan
Strategi S-O
Strategi W-O
Mengembangkan pemasaran berbasis internet untuk memperluas pangsa pasar.
Mengembangkan teknologi produksi untuk menghasilkan kuantitas yang lebih besar
Strategi S-T
Strategi W-T
Memberikan akses yang lebih mudah bagi hal yang mendukung pemasaran yang lebih luas, disertai pendampingan
Memberikan pelatihan agar produk dapat diterima pada pemasaran yang lebih luas Mendirikan wadah bagi pelaku ukm sehingga memiliki kesamaan standar untuk dapat bersaing di tingkat yang lebih luas
EKSTERNAL Peluang Jumlah konsumen yang semakin banyak (peluang pasar yang masih terbuka lebar) Mengikuti bazar atau pameran Beberapa mendapat pinjaman lunak dari bank Pernah mengikuti pelatihan ketrampilan Beberapa mendapatkan bantuan dana dari pemerintah (seperti UP2K di PKK) Beberapa mendapat bantuan peralatan dari pemerintah Ancaman Harga bahan baku yang relative mahal Kekurangan modal usaha UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000) untuk mengikuti MEA Terbatasnya Akses Pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.
Gambar 1. Matriks SWOT Berdasarkan masukan dari pelaku ukm, mereka mengharapkan beberapa tindakan yang diprediksi mampu memberikan kontribusi pada kemajuan usaha, yaitu: a. Dibentuk koperasi b. Adanya penambahan modal kerja c. Perlu pelatihan untuk para pekerja d. Pemerintah membantu dalam hal pemasarannya e. Pemerintah membantu dalam permodalan Hal-hal di atas diharapkan dapat membantu perkembangan ukm lebih signifikan, seperti adanya koperasi yang tentunya akan memberikan sebuah standar bagi produk yang akan dipasarkan, sehingga terjamin kualitasnya. Bantuan dalam hal pemasaran telah dilakukan seperti mengadakan pameran atau bazaar, baik itu tingkat regional, nasional maupun internasional. Kurangnya kontinuitas dari acara tersebut merupakan penyebab kurang berkembangnya pamasaran produk ukm. Berdasarkan informasi-informasi yang telah digali dari pelaku ukm, aparat pemerintahan kecamatan, instansi terkait, dan perbankan, dapat disimpulkan bahwa pelaku ukm telah memperoleh berbagai macam kemudahan, misalnya saja dalam hal pemasaran. Dengan menyelenggarakan pameran di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional, tentunya merupakan aktifitas yang sangat mendukung dikenalnya produk ke wilayah yang lebih luas. Namun kenyataannya, perkembangan ukm tidak secara merata menunjukkan tanda-tanda yang memuaskan. Hanya ukm yang mampu lebih proaktif yang menunjukkan perkembangan yang signifikan. Hal ini tentunya menjadi sebuah tugas untuk merumuskan bagaimanakah aktifitas lanjutan dari instansi terkait, dibantu oleh perguruan tinggi, untuk memastikan kemajuan berkesinambungan bagi ukm.
215
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Lebih lanjut, dapatlah diuraikan beberapa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki pelaku ukm. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut: Kekuatan dari sisi UKM : 1. Fleksibilitas Operasional, Usaha kecil menengah biasanya dikelola oleh tim kecil yang masingmasing anggotanya memiliki wewenang untuk menentukan keputusan. Hal ini membuat UKM lebih fleksibel dalam operasional kesehariannya. Kecepatan reaksi bisnis ini terhadap segala perubahan (misalnya: pergeseran selera konsumen, trend produk, dll.) cukup tinggi, sehingga bisnis skala kecil ini lebih kompetitif. 2. Kecepatan Inovasi, Dengan tidak adanya hirarki pengorganisasian dan kontrol dalam UMKM, produk-produk dan ide-ide baru dapat dirancang, digarap, dan diluncurkan dengan segera. Meski ide cemerlang itu berasal dari pemikiran karyawan – bukan pemilik – kedekatan diantara mereka membuat gagasan tersebut cenderung lebih mudah didengar, diterima, dan dieksekusi. 3. Struktur Biaya Rendah, Kebanyakan usaha kecil menengah tidak punya ruang kerja khusus di kompleks-kompleks perkantoran. Sebagian dijalankan di rumah dengan anggota keluarga sendiri sebagai pekerjanya. Hal ini mengurangi biaya ekstra (overhead) dalam operasinya. Lebih jauh lagi, usaha menengah kecil juga menerima sokongan dari pemerintah, organisasi nonpemerintah, dan bank dalam bentuk kemudahan pajak, donasi, maupun hibah. Faktor ini berpengaruh besar bagi pembiayaan dalam pembentukan dan operasional mereka. 4. Kemampuan Fokus di Sektor yang Spesifik, UKM tidak wajib untuk memperoleh kuantitas penjualan dalam jumlah besar untuk mencapai titik balik (break even point – BEP) modal mereka. Faktor ini memampukan usaha kecil menengah untuk fokus di sektor produk atau pasar yang spesifik. Contohnya: bisnis kerajinan rumahan bisa fokus menggarap satu jenis dan model kerajinan Kelemahan dari sisi UKM : 1. Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi UKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UKM memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan 2. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan kualitas SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya. 3. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. 4. Mentalitas Pengusaha UKM Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan mengenai UKM, yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UKM itu sendiri. Semangat yang dimaksud disini, antara lain kesediaan terus berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin mengambil risiko. 5. Kurangnya Transparansi Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UKM tersebut terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.
216
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
6. Masalah bahan baku, hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan bahan baku yang terbatas serta harga bahan baku yang tinggi. UKM belum memiliki kemampuan untuk mencari alternatif/ bahan baku substitusi, karena biaya untuk melakukan percobaan penggantian bahan baku tentunya cukup tinggi 7. Keterbatasan teknologi, keterbatasan teknologi khususnya usaha-usaha rumah tangga (mikro), disebabkan oleh banyak faktor di antaranya, keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru atau untuk menyempurnakan proses produksi, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi atau mesin-mesin dan alat-alat produksi baru, dan keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru atau melakukan inovasiinovasi dalam produk maupun proses produksi. 8. Kesulitan pemasaran, strategi promosi yang kurang meyakinkan konsumen. 9. Pemilihan lokasi yang tidak mewakili persepsi konsumen. 10. Ketidakcukupan kualitas produk untuk bersaing. Belum adanya standarisasi kualitas menyebabkan ukm hanya memproduksi sesuai kemampuan dan tidak disesuaikan dengan standar kualitas bersaing. Peluang dari sisi UKM: 1. Pembuatan produk atau jasa yang diminati konsumen. 2. Pembuatan produk atau jasa yang dapat memenangkan persaingan. 3. Pembuatan dan mendayagunakan sumber-sumber produksi. 4. Desain produk yang sesuai dengan kebutuhan pembeli atau pelanggan. 5. Bantuan dari pemerintah maupun pihak luar baik itu berupa pinjaman modal usaha, peralatan, pelatihan dsbnya. 6. Sumber daya yang cukup. 7. Keterampilan /skill yang baik 8. Adanya dana CSR dari pihak swasta yang dapat dimanfaaatkan oleh ukm Hambatan dari sisi UKM : 1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif. Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuh kembangkan UKM, meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha-pengusaha besar. 2. Sulitnya mendapatkan perijinan untuk menjalankan usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar mengenai banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah, ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak memihak pihak kecil seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan dari para pengusaha besar. 3. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha. Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang UKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan karena mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang strategis. 4. Pungutan Liar, Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan pungutan liar menjadi salah satu kendala juga bagi UKM karena menambah pengeluaran yang tidak sedikit. Hal ini tidak hanya terjadi sekali namun dapat berulang kali secara periodik, misalnya setiap minggu atau setiap bulan. 5. Implikasi Otonomi Daerah, Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mempunyai implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada UKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing UKM. 6. Implikasi Perdagangan Bebas, sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang
217
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000). 7. Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek, Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama. 8. Terbatasnya Akses Pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional. 9. Terbatasnya Akses Informasi, Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Model pemasaran yang sesuai dengan kondisi ukm adalah: 1. Mengembangkan pemasaran berbasis internet untuk memperluas pengsa pasar. Hal ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti provider (untuk menyediakan layanan internet murah beserta dengan pelatihan pengelolaan situs pemasaran), dinas perindustrian dan perdagangan untuk memastikan bahwa produk yang dipasarkan memiliki tingkat keamanan yang tinggi untuk dikonsumsi masyarakat, aparat pemerintahan kecamatan untuk memastikan kesinambungan usaha di mana pemantauan dilakukan setiap hari sehingga mampu mengidentifikasi permasalahan sekecil apapun yang dihadapi oleh pelaku ukm dengan sistem pemasaran tersebut. 2. Mengembangkan teknologi produksi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan kuantitas yang lebih besar. Hal ini tentu memerlukan dukungan dari instansi seperti perindustrian, perguruan tinggi serta perusahaan pembuat mesin. Teknologi produksi dikembangkan disesuaikan dengan kemampuan ukm baik dalam investasi, maupun dalam hal lokasi. 3. Memberikan akses yang lebih mudah bagi hal yang mendukung pemasaran yang lebih luas, disertai pendampingan 4. Memberikan pelatihan agar produk dapat diterima pada pemasaran yang lebih luas 5. Mendirikan wadah bagi pelaku ukm sehingga memiliki kesamaan standar untuk dapat bersaing di tingkat yang lebih luas DAFTAR PUSTAKA Dewi Andriany, dkk (2015), Pengembangan Model Pendekatan Partisipatif Dalam Memberdayakan Masyarakat Miskin Kota Medan Untuk Memperbaiki Taraf Hidup, Laporan Penelitian Hibah Bersaing, DP2M DIKTI, Tidak Dipublikasi (PNPM) MANDIRI, 2007, Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Puji Hadiyanti, 2006, Kemiskinan & Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Volume 2, Nomor 1, Juni 2006 BPS Kota Medan, 2015
218
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
MEMBANGUN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT DESA SINUAYAN GAGARAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SULUT SEBAGAI DESTINASI WISATA SEHINGGA DAPAT MENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYARAKAT Diana Darmayanti Putong
Universitas Negeri Manado Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Desa Sinuayan Gagaran merupakan desa yang berada di Kabupaten Minahasa, Propinsi Sulawesi Utara dan mempunyai letak strategis karena termasuk sebagai salah satu daerah pesisir danau Tondano. Kesadaran hukum ditumbuhkan dengan tujuan adanya desa taat hukum sebagai bentuk dukungan bagi Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara dalam mewujudkan program Sulut sebagai destinasi wisata kedua setelah Bali yang pada langkah awal dengan pembuatan kelompok-kelompok pintar hukum lewat adanya penyuluhan dan pelatihan hukum yang berkaitan dengan mewujudkan keamanan desa sebagai cara untuk menjamin peningkatan kedatangan turis. Mewujudkan desa taat hukum merupakan langkah awal membantu pemerintah meningkatkan taraf hidup masyarakat lewat pariwisata dan pemberdayaan usaha rakyat. Kata kunci : kesadaran hukum, desa taat hukum A. Pendahuluan Kesadaran hukum terdiri dari dua kata yaitu kesadaran dan hukum dimana dua kata tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainya. Kesadaran hukum akan tercipta apabila masyarakat sudah mengenal apa itu hukum dan dengan sadar mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hukum mempunyai peranan yang penting karena merupakan alat utama dalam mengendalikan perilaku masyarakat (individual maupun kolektif) baik itu pada masyarakat modern maupun masyarakat yang masih primitif sekalipun. Masyarakat yang sadar hukum adalah suatu kondisi dimana masyarakat mempunyai penghargaan yang tinggi atas hukum dengan adanya kesadaran sendiri untuk mematuhi hukum tanpa paksaan dari pihak manapun. Kesadaran hukum yang tinggi dari masyarakat tidak terlepas dari pilihan dalam mematuhi norma hukum ataukah tidak dan dalam memenuhi norma hukum yang sudah diatur tercipta adanya ketaatan hukum atau efektivitas hukum. Keterkaitan yang erat dari kesadaran hukum dengan terciptanya ketaatan hukum atau efektivitas hukum berpengaruh pada pelaksanaan dari hukum itu sendiri. Pelaksanaan dari hukum dengan mematuhi norma hukum yang dituangkan dalam perundang-undangan adalah karena telah dirasakan sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat tersebut atau dengan kata lain telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Keteraturan hukum sebagaimana merupakan tujuan dari adanya kesadaran hukum dalam masyarakat dapat tercapai apabila hukum dalam fungsinya mengikuti perkembangan atau perubahan yang terdapat dalam masyarakat. Pendapat tersebut juga diyakini oleh Mochtar Kusumaatmadja sebagai teori hukum pembangunan yang dikutip oleh (Muladi, 2009:14) yaitu: “Hukum merupakan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat. Mengingat fungsinya sifat hukum, pada dasarnya adalah konservatif artinya, hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah tercapai. Fungsi demikian diperlukan dalam setiap masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang membangun, karena di sini pun ada hasil-hasil yang harus dipelihara, dilindungi dan diamankan. Akan tetapi, masyarakat yang sedang membangun, yang dalam difinisi kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak cukup memiliki memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu proses perubahan masyarakat itu. Pandangan yang kolot tentang hukum yang menitikberatkan fungsi pemeliharaan ketertiban dalam arti statis, dan menekankan sifat konservatif dari hukum, menganggap bahwa hukum tidak dapat memainkan suatu peranan yang berarti dalam proses pembaharuan.” Dalam mendukung tercapainya ketertiban sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa harus adanya kepastian hukum yang terdapat dalam pergaulan manusia di masyarakat dengan alasan karena manusia tidak mungkin dapat mengembangkan secara optimal bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya (Kusumaatmadja : 13).
219
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Mewujudkan kesadaran hukum berdasarkan kemampuan yang diberikan oleh Tuhan juga diperlukan bagi masyarakat desa Sinuayan Gagaran yang termasuk desa dengan posisi strategis berada di pinggiran danau Tondano. Desa tersebut memiliki kelebihan yang dapat ditingkatkan dan kekurangan yang dapat dihilangkan dengan mewujudkan kesadaran hukum masyarakat. Kelebihan yang dimiliki selain keindahan pemandangannya juga terkenal sebagai daerah yang mempunyai budaya yang kental dengan adanya pelestarian kesenian daerah lewat musik dan tarian. Tapi selain berbagai kelebihan tersebut juga kelemahan dari desa Sinuayan Gagaran mengemuka karena berbagai masalah pertama, keadaan yang seringkali tidak aman karena sering adanya perkelahian atau bentrok hanya karena minuman keras; kedua, masyarakat dari desa tertinggal karena tingkat hidup masyarakat yang masih rendah karena pekerjaan masyarakat yang hampir seluruhnya merupakan tenaga lepas harian, serta tingkat pendidikan masyarakat yang terbanyak merupakan lulusan sekolah dasar (SD) dan juga sekolah menengah pertama (SMP); ketiga, karena berbagai unsur ketertinggalan tersebut sehingga tingkat kesadaran hukum masyarakat juga masih sangat kurang. Walaupun terdapat berbagai kelemahan tapi pada dasarnya desa Siunayan Gagaran merupakan daerah potensial bagi pariwisata Sulawesi Utara karena letak strategisnya dekat dengan Danau Tondano. Kedekatan dengan danau Tondano tersebut mendatangkan berbagai keuntungan bagi masyarakat sekitar seperti awalnya banyak ikan-ikan air tawar yang terdapat dalam danau Tondano. Selain daripada itu mulai terdapat kelompok usaha kecil dalam membuat berbagai kerajinan dari enceng gondok yang banyak terdapat di danau Tondano, sesuatu yang sebenarnya merupakan kelemahan dari danau Tondano karena mengurangi jumlah ikan air tawar yang dapat hidup. Berbagai usaha untuk memerangi enceng gondok dilakukan dengan membuat kerajinan dari enceng gondok tersebut. Berbagai masalah yang terdapat pada desa Siunayan Gagaran sebagaimana telah diutarakan sebelumnya membutuhkan berbagai bantuan dari berbagai stakeholders baik itu pemerintah daerah dan perguruan tinggi. Sebagai wujud dari bantuan perguruan tinggi berupa pengabdian kepada masyarakat dengan tujuan sebagaimana dikutip dari tujuan pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi oleh kemenristekdikti (Kemenristekdikti, 2016:4) adalah: a. menciptakan inovasi teknologi untuk mendorong pembangunan ekonomi Indonesia dengan melakukan komersialisasi hasil penelitian; b. memberikan solusi berdasarkan kajian akademik atas kebutuhan, tantangan, atau persoalan yang dihadapi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung; c. melakukan kegiatan yang mampu mengentaskan masyarakat tersisih (preferential option for the poor) pada semua strata, yaitu masyarakat yang tersisih secara ekonomi, politik, sosial, dan budaya; dan d. melakukan alih teknologi, ilmu, dan seni kepada masyarakat untuk pengembangan martabat manusia dan kelestarian sumber daya alam. Berdasarkan tujuan dari pengadian kepada masyarakat tersebut sehingga melatarbelakangi penulis dalam membuat artikel hasil pengabdian dengan judul “Membangun Kesadaran Hukum Masyarakat Desa Sinuayan Gagaran Dalam Rangka Mewujudkan SULUT Sebagai Destinasi Wisata Sehingga dapat Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat”. B. METODE Metode yang digunakan dalam membangun kesadaran hukum masyarakat desa Sinuayan Gagaran dalam rangka persiapan Sulawesi Utara (SULUT) sebagai destinasi wisata sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat adalah dengan melakukan ceramah hukum, pembentukan kelompok pintar hukum dengan adanya pelatihan-pelatihan hukum. Sumber data adalah dari hasil wawancara, buku-buku yang menunjang, pedoman penelitian dan pengabdian perguruan tinggi edisi sepuluh dari Kemenristekdikti. Pengumpulan data dengan melakukan study library, observasi daerah, wawancara-wawancara dengan hukum tua/kepala desa, sekretaris desa dan masyarakat desa mengenai masalah-masalah hukum yang sering dihadapi seharihari ataupun dalam rencana pembuatan usaha rakyat dan juga untuk usaha rakyat yang sudah berjalan.
220
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Pelaksanaan dari pengabdian kepada masyarakat bertempat di desa Sinuayan Gagaran, Kabupaten Minahasa, Propinsi Sulawesi Utara dengan melakukan observasi, wawancara dengan perangkat desa, dan study library pada bulan April – pertengahan Juli 2016. Sedangkan pengenalan kepada warga desa dan ceramah hukum yang variatif dengan presentasi memakai data dan juga gambar/foto daerah lain/ video untuk menarik masyarakat, serta pelatihan hukum dengan membentuk dua kelompok untuk mewujudkan desa taat hukum, dan juga pendampingan hukum berupa konsultasikonsultasi hukum sekitar bulan pertengahan Juli – September 2016. C. PEMBAHASAN Perangkat desa Sinuayan Gagaran mempunyai peranan yang penting dalam turut membantu masyarakat desa menuju menjadi lebih baik dengan usaha-usaha peningkatan taraf hidup masyarakat desa, demikian juga dibutuhkan kepedulian dari Pemerintah daerah dan juga pihak akademisi khususnya dari wilayah terdekat. Kerjasama dari berbagai stakeholders dapat mewujudkan suatu keteraturan hukum yang merupakan wujud dari kesadaran hukum. Desa Sinuayan Gagaran terdapat pada Kebupaten Minahasa, Propinsi Sulawesi Utara dengan jumlah penduduk ± 365 kepala keluarga dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar untuk para tua-tua desa dan juga sebagian penduduk berumur 40 tahun kebawah, sedangkan sisa dari sebagian penduduk desa berumur 40 tahun kebawah berpendidikan sekolah menengah pertama (SMP). Begitu rendahnya tingkat pendidikan masyarakat desa mempengaruhi pekerjaan masyarakat desa dan juga taraf hidup masyarakat desa yang rata-rata bekerja sebagai pekerja lepas harian. Untuk lebih jelasnya gambaran jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaannya sebagai pekerja harian lepas dapat dilihat pada bagan berikut: nelayan
14 30 110
20
pengkatan enceng gondok asisten rumah tangga petani
40
tower PLN di medan
Bagan: Jumlah pekerja harian lepas masyarakat desa berdasarkan jenis pekerjaan Kurangnya pengetahuan hukum para pekerja lepas harian di desa Sinuayan Gagaran seperti kurangnya pengetahuan hukum mengenai hak dan kewajiban pekerja lepas menjadi kelemahan. Tepi selain dari berbagai jenis pekerja lepas harian yang menjadi pekerjaan masyarakat desa, terdapat juga suatu usaha yang dilakukan oleh para ibu rumah tangga dengan menjadi pelaku usaha enceng gondok menjadi kerajinan tempat tissue. Enceng gondok merupakan suatu bahaya bagi hidup keanekaragaman hayati pada danau Tondano yang juga menjadi perhatian dari pemerintah Propinsi Sulawesi Utara. Kerajinan enceng gondok diharapkan dapat mengembalikan danau Tondano yang bebas enceng gondok, serta juga dapat membantu para ibu rumah tangga dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Usaha kecil masyarakat desa pada kerajinan gondok juga terdapat kelemahan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat sebagai perajin atas hukum, pemasaran dan pengetahuan atas model-model baru kerajinan enceng gondok. Berdasarkan tingkat ekonomi, tingkat pendidikan dan juga jenis pekerjaan dari masyarakat desa yang masih begitu minim sehingga Desa Sinuayan Gagaran dapat diklasifikasikan sebagai daerah tertinggal. Walaupun begitu sebagai sebuah desa tetap perlu adanya bantuan untuk menuju desa yang berkembang dengan pengabdian pada masyarakat yang dilakukan di desa Sinuayan Gagaran. Hal tersebut sesuai dengan konsideran huruf (b) dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495, selanjutnya disebut UU No.6 Tahun 2014) yang berbunyi sebagai berikut: “Bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan
221
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera”. Untuk menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera perlu adanya pemberdayaan masyarakat desa dengan melalui dukungan lewat ceramah hukum dan juga pelatihan hukum. Pemberdayaan masyarakat desa mempunyai suatu tujuan seperti dalam definisi pemberdayaan masyarakat desa pada Pasal 1 ayat 12 UU No.6 Tahun 2014 yang berbunyi sebagai berikut: “Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa”. Ceramah-ceramah hukum dan pelatihan-pelatihan hukum pada masyarakat desa Sinuayan Gagaran dilakukan dengan membentuk dua kelompok sebagai bentuk pengenalan hukum dan dilakukan dengan tema hukum: 1. Pencegahan dan pemberantasan atas kejahatan dan pelanggaran masyarakat desa 2. Pelatihan hukum masyarakat akan bentuk, syarat dan cara pembuatan dari kontrak beserta kejahatan-kejahatannya 3. Pengenalan hukum pariwisata dan penanganan kejahatan sebagai efek dari daerah pariwisata 4. Pelatihan dasar hukum bagi pelaku usaha desa Sinuayan Gagaran Ceramah hukum dan pelatihan hukum tersebut dilaksanakan pada pertengahan bulan Juli – September 2016 tapi sebelumnya telah dilakukan observasi dan wawancara dengan perangkat desa mengetahui kebutuhan dari desa Sinuayan Gagaran, serta melakukan study library pada bulan April – pertengahan Juli 2016 sebagai bentuk pencarian jawaban kebutuhan masyarakat desa dengan mencari informasi lewat perundang-undangan, buku dan jurnal ilmiah. Target atau harapan dengan adanya pengadian kepada masyarakat ini sesuai dengan Pasal 1 ayat 12 UU No.6 Tahun 2014 diharapkan dapat membantu mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa dengan adanya ceramah-ceramah hukum dan pelatihan-pelatihan hukum sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sehingga dapat meningkatkan pengetahuan hukum dan kesadaran hukum dari masyarakat desa dalam mewujudkan desa taat hukum dan peningkatan perekonomian masyarakat desa. Sampai pada saat ini target atau harapan atas pengabdian kepada masyarakat pada Sinuayan Gagaran telah tercapai tapi masih tetap diperlukan lanjutan pengabdian kepada masyarakat desa karena yang dicapai saat ini pengetahuan dasar hukum pada masyarakat desa tapi belum mencangkup pengetahuan hukum lanjutan untuk pemberdayaan masyarakat desa khususnya pada bagian pariwisata dan juga usaha kecil kerajinan enceng gondok. Harusnya ada kelanjutan pengabdian kepada masyarakat agar dari terwujudnya desa Sinuayan Gagaran dari capaian saat ini yaitu desa taat hukum menjadi desa harmoni. D. KESIMPULAN Peningkatan kesadaran hukum masyarakat dengan berbagai pengenalan akan hukum dengan berbagai ceramah hukum ataupun pelatihan hukum dengan pembentukan kelompok pintar hukum yang dapat mandiri sehingga memudahkan pemerintah dalam meng-edukasi hukum warga desa lain sekitarnya. Desa yang taat hukum memudahkan masyarakat desa dalam menghadapi masalah hukum sehari-hari sehingga menjamin keamanan desa dan juga dalam membantu usaha kecil masyarakat desa seperti mengenai ijin usaha, mengenal pentingnya hak paten atas hasil-hasil yang dicapai, mengenal bentuk-bentuk dan cara membuat kontrak hukum. Berbagai bentuk pengabdian kepada masyarakat pada desa Sinuayan Gagaran, Kabupaten Minahasa, Propinsi Sulawesi Utara dilakukan dengan harapan untuk membuka pengenalan hukum masyarakat desa dan dapat menjadi peluang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai langkah awal untuk memajukan masyarakat desa dan persiapan SULUT sebagai destinasi wisata kedua setelah Bali.
222
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2016. Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di Perguruan Tinggi, Edisi X. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mulyadi, Lilik. 2009. Resume Tentang Dimensi, Hakekat dan Ruang Lingkup Teori Hukum Pembangunan dari Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M,(http://halamanhukum.blogspot.co.id/2009/05/resume-tentang-dimensi-hakekatdan.html, diakses 7 Oktober 2016) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495
223
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
MODEL PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN JENIS USAHA UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI Gustina Siregar1, Desi Novita2 1
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian memiliki peran yang penting dan strategis.Pembinaan dan pengembanganUMKM merupakan suatu keharusan dalam rangka peningkatan perekonomian daerah. Mengingat ragam dan rentang usaha UMKM bervariasi baik jumlah maupun luas cakupan yang hampir berada pada semua sektor ekonomi sehingga muncul permasalahan pengelolaan UMKM yang tidak fokus pada komoditas dan jenis usaha yang potensial.Kondisi ini dapat berdampak pada pembinaan dan pengembangan UMKM yang tidak efektif.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daur hidup komoditas dan jenis usaha unggulan serta strategi pengembangan UMKM di Kota Tanjungbalai sehingga dapat mendukung peningkatan perekonomian daerah di KotaTanjungbalai. Data yang digunakan di analisa dengan metode analisis Product Life Cycle dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengasinan ikan, jasa keuangan, usaha perdagangan hasil perikanan, budidaya kerang, penangkapan ikan laut, usaha industri tepung ikan, usaha pedagang hasil pertanian dan usaha minimarket mempunyai prospek relatif lebih baik bila dibandingkan dengan budidaya ikan ditambak dan budidaya. Model pengembangan alternatif bagi pengembangan UMKM di Kota Tanjungbalai diharapkan melalui pembentukan cluster melalui penguatan sistem agribisnis mulai dari hulu hingga hilir (Value Chain Agribusiness). Kata Kunci: UMKM, Model, Komoditas & Jenis Usaha Unggulan PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia, khususnya data dari Kementrian Negara Koperasi & UKM tahun 2012. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi yang tercatat sebanyak 52,1 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 91,03% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 33% dari total PDB. Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong pemerintah untuk terus memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan yang lebih cenderung menggunakan modal besar (capital intensive).Eksistensi UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis ekonomi.Kedudukan yang strategis UMKM tidak terbantahkan dalam perekonomian nasional/daerah dalam meningkatkan penyerapan dan kesempatan kerja, kesempatan usaha, dan pendapatan bagi sebagian besar masyarakat. Pada tahun 2011 UMKM mempunyai andil besar terhadap penerimaan negara dengan menyumbang 61,9 persen pemasukan produk domestik bruto (PDB) melalui pembayaran pajak, yang diuraikan sebagai berikut : sektor usaha mikro menyumbang 36,28 persen PDB, sektor usaha kecil 10,9 persen,
224
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
dan sektor usaha menengah 14,7 persen melalui pembayaran pajak. Sementara itu, sektor usaha besar hanya menyumbang 38,1 persen PDB melalui pembayaran pajak (BPS, 2011).Sebagian besar (hampir 99 persen), UMKM di Indonesia adalah usaha mikro di sektor informal dan pada umumnya menggunakan bahan baku lokal dengan pasar lokal. Itulah sebabnya tidak terpengaruh secara langsung oleh krisis global. Laporan World Economic Forum (WEF) 2010 menempatkan pasar Indonesia pada ranking ke-15. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai pasar yang potensial bagi negara lain. Potensi ini yang belum dimanfaatkan oleh UMKM secara maksimal. Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengandaerah lain. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerahpertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial, dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian, tidak ada strategipembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah. Namun di pihaklain, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendekmaupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah yangdirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomidaerah (Darwanto, 2002). Pembinaan dan pengembangan UMKM merupakan suatu keharusan dalam rangka peningkatan ekonomi rakyat, percepatan pertumbuhan dan peningkatan ekonomi wilayah. Mengingat ragam dan rentang usaha UMKM bervariasi baik jumlah maupun luas cakupan yang hampir berada pada semua sektor ekonomi sehingga muncul permasalahan pengelolaan UMKM yang tidak fokus pada komoditas dan jenis usaha yang potensial. Kondisi ini dapat berdampak pada pembinaan dan pengembangan UMKM yang tidak efektif. Pada penelitian tahun pertama telah diteliti profil UMKM di Kota Tanjungbalai serta telah diidentifikasi sepuluh komoditi dan jenis usaha unggulan dari berbagai sektor/subsektor yaitu: pengasinan ikan, jasa keuangan/simpan pinjam, perdagangan hasil perikanan, budidaya kerang, industri tepung ikan laut, budidaya ikan di tambak, , pisang, perdagangan hasil pertanian dan mimi market. Selain itu, didapat juga faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan komotiti unggulan tersebut. Faktor pendorong yang ditemukan pada kelompok dan jenis usaha di Kota Tanjungbalai meliputi bahan baku tersedia dengan baik, kemudahan dalam menjalankan usaha, modal yang tidak terlalu besar, merupakan komoditi dan jenis usaha unggulan daerah, lokasi yang terjangkau dan adanya dukungan dari pemerintah. Sementara itu, faktor penghambat yang didapat dalam pengembangan komoditas dan jenis usaha unggulan meliputi spesialisasi tenaga kerja (kurangnya SDM yang berkualitas), tidak memiliki izin usaha, rentan terhadap perubahan harga, persaingan dalam perekonomian semakin ketat, dan iklam/cuaca yang tidak menentu dimana komoditas dan jenis usaha unggulan di Kota Tanjungbalai lebih didominasi oleh sumberdaya sektor perikanan. Mengingat masih terdapat beberapa permasalahan dalam menangani pengembangan komoditi dan jenis usaha unggulan tersebut yang menyangkut bagaimana peranan perbankan, kebijakan pemerintah dan daur ulang produk yang belum diketahui sehingga hasil penelitian pertama masih harus dilanjutkan dengan tujuan menemukan model yang sesuai dalam rangka pengembangan komoditas dan jenis usaha unggulan di Kota Tanjungbalai. METODE PENELITIAN Analisis Data Analisis data primer dan sekunder dilakukan dalam rangka menjawab tujuanpenelitian. Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua, analisis yang dilakukan adalah analisis diskriptif. Khusus untuk mengetahui daur hidup komoditi digunakan analisis PLC (Product Life Cycle). Hasil analisis deskriptif tersebut digunakansebagai bahan untuk penyusunan rekomendasi. Tujuan kedua yakni dalam rangka analisis penetapan strategi pengembangan untuk mendapatkan model yang sesuai digunakan analisis SWOT Analisis SWOT yang didasarkan pada hasil penentuan komoditi, produk, dan jenis usaha unggulan UMKM daerah, baik menurut sektor/subsektor ekonomi maupun lintas sektoral, diberikan
225
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
rekomendasi kebijakan atau saran-saran model pengembangan yang diperoleh berdasarkan hasil indepth interview dan Focus Group Discussion (FGD) di tingkat Kota. Rekomendasi model pengembangan komoditi, produk, dan jenis usaha unggulan UMKM diharapkandapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah, dinas/instansi terkait, perbankan, dan parastakeholders sebagai referensi dalam pembuatan kebijakan lebih lanjut.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM Perbankan sangat berperan dalam menunjang perekonomian suatu daerah termasuk tanjungbalai dalam rangka mendukung program pemerintah dan memperlancar modal usaha bank yang ada di Kota Tanjungbalai. Peran yang sangat utama dari perbankan adalah sumber kredit bagi pelaku usaha UMKM. Posisi kredit UMKM untuk Kota Tanjungbalai meningkat dari tahun 2008 sampai 2010, kemudian mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga 2012 hal ini disebabkan masi terdapat tunggakantunggakan pada tahun sebelumnya sehingga perbankan lebih berhati-hati dalam mendistribusikan pembiyaaan pada pelaku UMKM. Jenis kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada pengusaha UMKM adalah skim kredit KUR (kredit usaha rakyat). Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran kredit di Sumatera Utara pada umumnya dan kota Tanjungbalai pada khususnya antara lain dari calon debitur yaitu: 1. usaha dari pelaku usaha yang belum feasible 2. pelaku usaha masih memiliki tunggakan kredit program sebelumnya 3. sebagian besar pelaku usaha tidak memiliki NPWP 4. adanya persepsi masyarakat bahwa KUR adalah program pemerintah berupa bantuan (HIBAH), sehingga calon debitur mempunyai keberanian menunggak. Sedangkan faktor internal dari pihak perbankan adalah 1. terbatasnya tenaga pemasaran kredit 2. keterbatasan jaringan kantor cabang. 3. Belum tersedianya data base UMKM binaan SKPD 4. Untuk kredit dibawah Rp. 50.000.000,- belum adanya perangkat analisa kredit yang lebih sederhana dan praktis. 2. Daur hidup komoditi dan jenis usaha unggulan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian tahun pertama komoditi unggulan Kota Tanjungbalai adalah sebagai berikut: Tabel 1. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Tanjungbalai Sektor/Sub Sektor KPJU Skor Terbobot Usaha 1 Perindustrian Pengasinan Ikan 0.0553 2 Jasa Jasa Keuangan/Simpan Pinjam 0.0384 3 Perdagangan Pedagang Hasil Perikanan 0.0363 4 Perikanan Budidaya Kerang 0.0315 5 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 0.0308 6 Perindustrian Industri Tepung Ikan 0.0296 7 Perikanan Budidaya Ikan di Tambak 0.0280 8 Buah-Buahan Pisang 0.0268 9 Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 0.0241 10 Perdagangan Minimarket 0.0236 Sumber : Data Primer (diolah) No
226
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sub sektor perikanan dan sektor perdagangan masing-masing 3 KPJU unggulan,2 KPJU berada dalam sektor perindustrian dan masing-masing 1 KPJU terdapat pada sektor pertanian dan sektor jasa. Bila dilihat dari Komposisi KPJU unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan bahwaorientasi kegiatan ekonomi di Kota Tanjungbalai berbasis pada sektor perdagangan, perikanan dan perindustrian. Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan-kedudukan KPJU unggulan lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kedudukan) setiap KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain. Kedudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini. Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) Kesesuaian dengan kebijakan pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha /pengusaha saat ini, (2) Kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengelolaan usaha, (4) Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), (5) intensif harga jual produk, dan (6) daya serap pasar domestik. Berdasarkan penilaian narasumber pada forum FCG di tingkat kabupaten/kota, rata-rata hasil penilaian (skor) terhadap semua aspek potensi dan prospek sebagai berikut: Tabel 2. Prospek dan Potensi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Tanjungbalai Sektor/Sub KPJU Rata-rata Skor Kategori Sektor Usaha Perindustrian
Pengasinan Ikan
Jasa
Jasa Keuangan/Simpan Pinjam Pedagang Hasil Perikanan Budidaya Kerang Penangkapan Ikan di Laut Industri Tepung Ikan Budidaya Ikan di Tambak Pisang Pedagang Hasil Pertanian Minimarket
Perdagangan Perikanan Perikanan Perindustrian Perikanan Buah-Buahan Perdagangan Perdagangan
227
Prospek 3.4468
Potensi 4.1627
Prospek Baik
3.4167
3.3333
Baik
Potensi Sangat Tinggi Tinggi
3.4405 3.2246 3.6528 3.1175 2.5333 2.8063 3.0452 3.1722
3.7302 3.6944 3.9278 3.3917 2.7083 2.800 2.9333 2.8833
Baik Baik Baik Baik Cukup Cukup Baik Baik
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Berdasarkan nilai skot Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilas skor =3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi setiap KPJU Unggulan satu dengan yang lain disajikan pada Gambar dibawah ini :
Gambar 1. Peta Kwadran KPJU Unggulan UMKM
3. Model Pengembangan KPJU UMKM di Kota Tanjungbalai Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan, dapat direkomendasikan beberapa model kebijakan sebagai berikut : a. Pemerintah Daerah Kota Tanjungbalai perlu membuat grand designpengembangan UMKM Kota Tanjungbalai dengan cara menyiapkan setiapdaerah agar mengembangkan komoditi/produk/jenis usaha Unggulan masing-masing, karenaberdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa KPJu unggulan yang berbeda antardaerah hingga ketingkat kecamatan ataupun desa, sehingga antar daerah memiliki kompetensi inti yang berbeda-beda. b. Berdasarkan grand design tersebut akan terpetakan komoditi unggulan masing-masing daerahsehingga bisa dibangun integrasi horizontal antar daerah yang memiliki komoditi unggulanyang sama. Integrasi horizontal tersebut akan menciptakan adanya sharing resourcesdan akhirnya mampu menciptakan skala ekonomis yang menyebabkan penurunan biayasehingga terbangun keunggulan bersaing bersama. c. Pemda Kota Tanjungbalai perlu membangun integrasi vertikal dari hulu-hilir untuksetiap komoditi dan jenis usaha unggulan. Integrasi vertikal tersebut dibangun mulai dari bahan baku sampaike produk akhir dalam sebuah sistem agribisnis yang baik, sehingga terbangun supply chain setiap komoditi dan jenis usaha unggulan di daerah ini. d. Pengembangan komoditi dan jenis usaha unggulan yang dikelola UMKM kedepan juga membutuhkansentuhan teknologi, karena teknologi merupakan salah satu alat untuk menciptakankeunggulan bersaing produk itu sendiri. e. Pengembangan komoditi unggulan membutuhkan keterlibatan dan perhatian semua stakeholders UMKM itu sendiri. Untuk itu, Pemda kota Tanjugbalai perlumembangun kolaborasi saling menguntungkan antar seluruh komponen stakeholders,sehingga pengembangan UMKM tersebut berjalan dengan baik dan masalah yangdihadapi dapat diselesaikan secara komprehensif. f. Pengembangan komoditi dan jenis usaha unggulan seyogyanya dituangkan kedalam bentuk ketentuan hukum (seperti Perdaatau Surat Keputusan Kepala Daerah, atau dituangkan dalam dokumen RPJM), sehinggabersifat mengikat dan menjadi acuan bagi semua instansi dan pemangku-pemangkukepentingan lain dalam pengembangan UMKM yang berorientasi bisnis. g. Salah satu aspek strategis dalam pengembangan komoditi dan jenis usaha unggulan untuk UMKM adalah peningkatan akses dan pengembangan atau jangkauan pasar. Kebijakan dan program yangtelah dilaksanakan dalam rangka memfasilitasi akses dan pengembangan pasar produk UMKMperlu lebih ditingkatkan, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan faktor penentu dan pendorong (determinant/driver factor) akses dan pengembangan pasara, antara lain
228
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
pemenuhan persyaratan mutu, kemasan, serta ketersediaan modal kerja. Sehubungan dengan itu maka : - Program pelatihan yang disertai dengan pendampingan sangat diperlukan oleh UMKM secara berkelanjutan meliputi aspek kewirausahaan, aspek teknik dan teknologi prodsuksi, serta aspek manajemen usaha. - Pengembangan jejaring usaha antara UMKM - Peningkatan sarana dan prasarana pemasaran serta pengembangan sistem informasi untuk peluang pasar bagi komoditi unggulan. - Pengembangan kemitraan dengan usaha menengah dan besar. h. Pengembangan UMKM memerlukan peningkatan akses kepada sumber pembiayan melalui penguatan lembaga keuangan mikro atau lembaga pembiayaan alternatif sehingga UMKM yang tidak bankable tetapi feasible dapat mengatasi permasalahan keuangan
Gambar 2. Model Pengembangan KPJU unggulan UMKM KESIMPULAN 1. Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM di Tanjung Balai relatif meningkat tetapi masih mengalami beberapa kendala antara lain terbatasnya tenaga pemasaran kredit, keterbatasan jaringan kantor cabang, belum tersedianya data base UMKM binaan SKPD serta belum adanya perangkat analisa kredit yang lebih sederhana dan praktis. 2. Komoditi unggulan di sektor perindustrian dengan jenis KPJU pengasinan ikan memiliki prospek baik dan potensi sangat tinggi, di sektor jasa dengan jenis KPJU jasa keuangan/simpan pinjam memiliki prospek baik dan potensi tinggi, di sektor perdagangan dengan jenis KPJU pedagang hasil perikanan memiliki prospek baik dan potensi tinggi, di sektor perikanan dengan jenis KPJU budidaya kerang dan penangkapan ikan di laut memiliki prospek baik dan potensi tinggi, di sektor perindustrian dengan jenis KPJU industri tepung ikan memiliki prospek baik dan potensi tinggi, di sektor perikanan dengan jenis KPJU budidaya ikan di tambak memiliki prospek cukup dan potensi sedang, di sektor buah-buahan dengan jenis KPJU pisang memiliki prospek cukup dan potensi sedang, kemudian di sektor perdagangan dengan jenis KPJU pedagang hasil pertanian memiliki prospek baik dan potensi sedang, dan pada sektor perdagangan juga dengan jenis KPJU minimarket dengan prospek baik dan potensi sedang. 3. Rekomendasi model yang dianjurkan adalah pembuatan grand design pengembangan UMKM pada setiap daerah dalam mengembangkan komoditi/produk/jenis usaha unggulan sehingga dapat dibangun integrasi horizontal antar daerah, perlu membangun integrasi vertikal dari huluhilir (value Chain) untuk setiap komoditi dan jenis usaha unggulan serta pengelolaan yang membutuhkan sentuhan teknologi, dibutuhkan perhatian semua stakeholder dalam pengembangan komoditi unggulan, memberikan ketentuan hukum seperti perda atau surat keputusan kepala daerah yang dituangkan kedalam dokumen RPJM pada komoditi dan jenis usaha unggulan, peningkatan akses dan pengembangan atau jangkauan pasar serta peningkatan akses kepada sumber pembiayaan melalui penguatan lembaga keuangan mikro atau lembaga pembiayaan alternative
229
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 DAFTAR PUSTAKA Anonym, 2006. Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UKM Di Propinsi Sumatera Utara, Jurnal Pengkajian Koperasi Dan UKM NOMOR 1 TAHUN I – 2006. Alimarwan Hanan, 2003,SeriKebijakan Usaha Penjaminan Kredit dan Perkuatan Usaha KUKM, Kementrian Koperasi dan UKM, Jakarta. Bank Indonesia (2012), Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat. Basu Swasta, Dh. 1998. Azas-azas Manajemen. Yogyakarta : Liberti Darwanto, Herry, (2002), Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Daerah, Jakarta. Evi Emilia Wati, 2011, Persepsi Para Pelaku UKM (Usaha Kecil Dan Menengah) Terhadap Penerapan Akuntansi Firdaus, Ahmad, (2010), Memberdayakan Desa dengan Produk Unggulan, downloaddari http://www.pkpu.or.id tanggal 28Februari 2014. Kamio,2003, Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2004, makalah disajikan pada Seminar Evaluasi Ekonomi tahun 2003 dan Prospeknya tahun 2004 di Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Lila Bismala (2012), Analisis Manajemen UMKM, Fakultas Ekonomi, UMSU Rachbini, Didik J, 2001. Pembangunan Ekonomi & Sumber Daya Manusia.Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Sjafrizal, 2008.Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan Pertama, Padang Soebroto Hadisoegondo, Pengembangan Produk UMKM diakses dari tanggal 1 Oktober 2012
www.ukmsmecda.com
Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah download dari http :// Google.com tanggal 26 Februari 2014.
230
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PENGARUH MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI PADA RESTAURANT CARL’S JR JAKARTA) Febriansyah Institut Teknologi Dan Bisnis Kalbis, Jakarta Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat citra merek dan kualitas deskriptif dengan populasi konsumen CARL’S JR JAKARTA. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden yang diambil dengan teknik probability sampling. Data diambil dengan menyebarkan kuisioner. Dari hasil penelitian, uji t menunjukan bahwa secara parsial menyimpulkan variabel citra merek sebesar 0,435 dengan tingkat signifikan sebesar 0,605. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa hanya variabel kualitas produksi yang secara parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan dari hasil uji F menunjukkan keseluruhan tingkat merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian sebesar 107,960 dan nilai adjusted R square sebesar 0,684 atau 68,4 yang berarti konsumen merasa puas dengan tingkat citra merek dan kualitas produk karena harapan konsumen sudah sesuai dengan kinerja actual. Disarankan kepada Restaurant CARL’S JR JAKARTA untuk mempertahankan kualitas produk, hal ini disebabkan oleh variabel yang paling kuat terhadap keputusan pembelian, selain itu untuk mempertahankan kepercayaan terhadap konsumen harus meningkatkan lagi di faktor promosi penjualan. Upaya peningkatan kepercayaan konsumen Restaurant CARL’S JR JAKARTA dapat dilakukan melalui peningkatan intensitas pengembangan pemasaran yang lainnya, agar konsumen lebih yakin dan lebih mengetahui kualitas produk dari CARL’S JR JAKARTA. Kata kunci : citra merek, kualitas produk, keputusan pembelian PENDAHULUAN Citra merek dan kepercayaan merek adalah faktor yang mempengaruhi penciptaan terhadap merek. Merek yang mampu memberikan kesan yang berarti bagi konsumen akan lebih mudah mendapat perhatian khusus dari konsumen. Dalam persaingan yang semakin ketat mendorong perusahaan untuk lebih memfokuskan pada upaya untuk mempertahankan pelanggan yang ada. Untuk dapat survive dalam lingkungan bisnisnya, salah satunya yaitu dengan cara menguat citra merek dan membangun, memelihara, serta mempertahankan kepercayaan pelanggan terhadap merek, sehingga terciptalah loyalitas merek. Perkembangan dunia usaha bisnis food and beverage telah membawa perilaku dunia food and beverage ke persaingan yang sangat ketat untuk merebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mendapatkan simpati masyarakat baik melalui sarana dan prasarana berfasilitas tekhnologi tinggi maupun dengan pengembangan sumber daya manusia. Persaingan untuk memberikan yang terbaik kepada konsumen telah menempatkan konsumen sebagai pengambil keputusan. Dewasa ini, keberhasilan pemasar atau perusahaan tidak hanya dinilai dari seberapa banyak konsumen yang berhasil diperoleh, namun juga bagaimana cara mempertahan konsumen tersebut. Dalam pemasaran dikenal bahwa setelah konsumen melakukan keputusan pembelian, ada proses yang dinamakan tingkah laku pasca pembelian yang didasarkan pada rasa puas (satisfaction) dan tidak puas (dissatisfaction). Melihat dari hal tersebut maka disini peran dari suatu produk sangatlah penting bagi keberhasilan suatu perusahaan. Karena pentingnya citra merek, maka perusahaan harus membangun citra merek yang baik dimata konsumen, karena keberhasilan penjualan suatu merek tergantung pada persepsi konsumen terhadap merek itu sendiri. Diharapkan akan tercipta citra merek yang baik, dan tujuan perusahaan akan tercapai.
231
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Manajemen Pemasaran dan Bauran Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting dalam sebuah perusahaan untuk mempertahankan kegiatan usahanya secara berkesinambungan. Pemasaran mencakup semua kegiatan perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungannya secara kreatif dan menguntungkan. Pemasaran merupakan keseluruhan bisnis yang dilihat dari hasil akhirnya, yaitu dari sudut pandang pelanggan. Oleh karena itu, keberhasilan usaha tidak ditentukan oleh produsen melainkan oleh pelanggan. Kotler (2002:9) menyatakan bahwa: “ manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa, untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli demi memenuhi mencapai individu dan organisasi. Komponen Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan konsep utama dalam pemasaran. Bauran pemasaran mencakup system atau dalam pemasaran. Berikut pengertian bauran pemasaran menurut ahli pemasaran: Menurut Lamb, et al, (2001:55) : “bauran pemasaran adalah paduan strategi produk, distribusi, promosi, dan penentuan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju”. Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bauran pemasaran, merupakan alat pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi, dan promosi untuk mendapatkan respon dan memuaskan pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi produknya. Kemungkinan-kemungkinan itu dapat dikelompokan menjadi kelompok variabel yang dikenal dengan 4P yaitu: product, price, place, promotion. Produk (Product) Menurut W.J Stanon dalam Buchari Alma (2004:139) : Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik took yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik, serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya. Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa produk merupakan dua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk memuaskan keinginan dan kenutuhan konsumen. Harga (Price) Pengertian harga menurut Kotler dan Armstrong (2003:430) : “ harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa, atau sejumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaan dari memiliki atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang atau jasa”. Dari defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa harga merupakan sejumlah nilai atas barang atau jasa yang konsumen tukarkan untuk dapat memiliki dan menggunakan barang dan jasa. Saluran Distribusi (Place) Pengertian saluran distribusi menurut Kotler dan Armstrong (2001;7): “saluran distribusi adalah seperangkat organisasi yang saling bergantung satu sama lain, yang dilibatkan dalam proses penyediaan suatu produk atau jasa, untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis”. Dari definisi diatas dapat tertarik kesimpulan bahwa saluran distribusi adalah seperangkat organisasi yang saling bergantung untuk proses penyediaan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis.
232
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Promosi (Promotion) Promosi menurut Kotler dan Armstrong (2001;111) bahwa: “promosi adalah aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya”. Merek (Brand) Kotler dan Gary di dalam Buchari Alma (2004;147): “merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol atau design atau kombinasinya yang bertujuan untuk mengidentifikasikan barang – barang dan jasa yang membedakan produk dengan produk pesaing”. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa merek adalah suatu nama, istilah, symbol, tanda, design atau kombinasi dari semuanya yang digunakan untuk mengidentifikasikan produk dengan produk pesaing. Citra Merek Pengertian Citra Merek Manfaat dari citra yang positif, perusahaan bisa mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap merek produk lama. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan citra merek yang positif. Pengertian citra menurut Kotler (2002;629) : “Citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek”. Pandangan konsumen terhadap suatu merek merupakan hal yang sangat penting dalam strategi pemasaran. Suatu citra dapat membantu perusahaan untuk mengetahui apakah strategi pemasaran yang dijalankan sudah tepat atau belum. Manfaat citra merek antara lain: 1. Citra merek dapat dibuat sebagai tujuan didalam strategi pemasaran 2. Citra merek dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing dengan merek yang lain 3. Citra merek dapat memperbaharui penjualan suatu merek 4. Citra merek dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efek kualitas dari strategi pemasaran 5. Citra merek dapat dihasilkan dari faktor – faktor lain diluar usaha – usaha strategi pemasaran. Pengertian Kualitas Produk Menurut Philip Kotler (2005:347) Kualitas Produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi – fungsinya. Kemampuan itu meliputi daya tahan, kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan diperbaiki, dan atribut lain yang berharga secara keseluruhan. Kualitas suatu produk berupa barang maupun jasa ditentukan melalui dimensi – dimensinya. David Garvin yang dikutip oleh Hussein Umar (2001:120) untuk menentukan dimensi kualitas barang, dapat melalui dimensi sebagai berikut: 1. Kinerja (performance), hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam memilih barang tersebut. 2. Keistimewaan (feature), aspek performance yang berguna untuk menambah fungsi dasar yang berkaitan dengan pilihan – pilihan produk dan pengambangannya. 3. Kehandalan (reability), hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu. 4. Kenyamanan (comforemance), hal yang berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan konfirmasi merefleksikan kualitas standar yang telah ditetapkan.
233
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
5. Serviceability, karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang. Hubungan Kausal antara Citra merek dan Keputusan Pembelian Bila citra merek dan keputusan pembelian mempunyai hubungan (korelasi) maka perubahan nilai citra merek secara rata-rata akan mempengaruhi nilai keputusan pembelian. Keeratan hubungan antara variabel tersebut ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negative. Keeratan hubungan yang bersifat positif ditunjukkan oleh adanya kenaikan/penurunan variabel lainnya. Sedangkan hubungan variabel bersifat negative adalah kenaikan/ penurunan suatu variabel, pada umumnya diikuti oleh penurunan/kenaikan variabel lainnya. Ukuran statistic yang digunakan untuk mengetahui keberatan dan arah hubungan diantara dua variabel tersebut dinamakan koefisien korelasi (r), yang besarnya berada dalam kisaran -1 sampai dengan +1 Hipotesis Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jka fakta-fakta membenarkannya Marzuki (2002: 35). Dalam skripsi ini penulis membagi hipotesis yang hendak diuji dalam dua kategori, yaitu hipotesis statistik dan hipotesis yang teoritis/penelitian. a. Hipotesis Statistik 1. Ho : Diduga tidak ada pengaruh yang positif antara citra merek terhadap keputusan membeli prpduk CARL’S JR JAKARTA Ha : Diduga ada pengaruh yang positif antara citra merek terhadap keputusan membeli produk CARL’S JR JAKARTA 2. Ho : Diduga tidak ada pengaruh yang positif antara kualitas produk terhadap keputusan membeli produk CARL’S JR JAKARTA Ha : Diduga ada pengaruh yang positif antara kualitas produk terhadap keputusan membeli produk CARL’S JR JAKARTA b. Hipotesis Teoritis/Penelitian Hipotesis teoritis dalam skripsi ini dirumuskan sebagai berikut : “Diduga bahwa citra merek dan kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. METODE PENELITIAN Obyek Penelitian Husein Umar (2003 ; 303) mengatakan bahwa “objek penelitian menjelaskan apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan halhal lain jika dianggap perlu”. Objek penelitian yang akan diambil adalah “Pengaruh citra merek dan Kualitas Produk sebagai variable bebas atau independent (X1 dan X2). Terhadap keputusan pembelian konsumen sebagai variabel terikat atau dependent (Y) pada produk CARL’S JR JAKARTA. Data Penelitian Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada : a. Konsumen Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan obyek penelitian yang akan diteliti guna memperoleh data primer, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu menyebarkan data pertanyaan (kuisioner) sebanyak 100 konsumen. Dimana hanya 100 konsumen yang diambil dalam penelitian ini. b. Perusahaan Dari sumber data ini, diperoleh sejarah singkat dan perkembangan Restaurant CARL’S JR JAKARTA.
234
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Dimana data primer didapat langsung dari responden dengan menyebarkan pertanyaan (kuisioner). Sedangkan data sekunder adalah data penunjang yang diperoleh dari perusahaan. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian diperoleh dengan cara pengunjung/konsumen CARL’S JR JAKARTA.
menyebarkan
daftar
pertanyaan
kepada
Pengukuran Variabel Variabel citra merek,kualitas produk dan keputusan pembelian yang ditanyakan pada responden diukur dengan skala Likert 5 tingkat sebagaimana nampak pada tabel dibawah ini Skor Jawaban Responden Berdasarkan Skala Likert Jawaban Responden Skor Sangat Setuju 5 Setuju 4 Kurang Setuju 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1 Sumber : Sugiono (2005) Populasi dan Sampel Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang, berdasarkan pendapat Sugiono (2005:178) sampel minimum adalah 30 responden, jadi jumlah 100 responden sudah mencukupi syarat minimal. METODE DAN PENGUJIAN HIPOTESIS Metode Data Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode statistik deskriptif yaitu dilakukan untuk mengukur data yang terkumpul dan digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dari masingmasing responden dan tanggapan responden atas variabel penelitian, dideskriptifkan dengan menggunakan rata-rata hitung dan statistik inferensial yaitu metode untuk meng data sampel dan memiliki taraf signifikan. Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan analisa statistik kuantitatif yang meliputi analisa regresi berganda dan uji F. Uji F Alat uji yang digunakan adalah F- uji, F- uji ini dilakukan untuk mengukur hubungan korelasi antara variabel yang saling berhadapan secara bersamaan. Uji t Uji signifikan koefisien (b1) dilakukan dengan statistik t (student). Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebasnya. Hipotesis yang digunakan Rumus yang digunakan untuk menentukan uji F dan uji t adalah sebagai berikut : 2 √1 Fhitung =
/
Dimana : R = Koefisien determinan X dan Y k = Jumlah variabel bebas (independent) n = Jumlah sampel tingkat kesalahan yang digunakan adalah α = 0,05 maka ttabel akan mempunyai nilai
235
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
t = α/2, (k-1) (n-k). Untuk menguji apakah antara variabel X1 dan X2 (citra merek dan kualitas produk) dan Y (keputusan pembeli) signifikan atau tidak, maka digunakan rumus sebagai berikut : Ho : p = 0, artinya tidak ada hubungan positif antara citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian atau hubungannya berlawanan. Ho : p > 0, artinya ada hubungan positif antara citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pada penelitian ini, pengujian validitas dan reliabilitas ini menggunakan program SPSS versi 17. Pengujian validitas butir pertanyaan digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat digunkan untuk mengukur kualitas pelayanan, harga dan kepuasan konsumen. Pengujian reliabilitas berarti butir pertanyaan tersebut bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pada program SPSS, pengujian validitas dan reliabilitas menjadi satu menu yaitu disajikan pada pengujian reliabilitas instrument. Pada penelitian ini pengujian reliabilitas dengan interval consistenvy, dilakukan dengan sekali coba saja. Pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan metode ALPHA Cronbach. Butir pertanyaan yang valid dilihat pada nilai Corrected Item- Total Correlation harus lebih dari r kritis yaitu 0.361 sehingga mencerminkan good item. Uji validitas yang dilakukan terhadap 30 responden dengan 15 butir pertanyaan yang terdiri atas 5 pertanyaan mengenai Citra Merek, 5 pertanyaan dari Kualitas Produk dan 5 pertanyaan dari Keputusan Pembelian.bahwa responden memberikan penilaian terhadap kemasan yang rapi dan menarik dari produk CARL’S JR JAKARTA. PEMBAHASAN Regresi berganda Regresi berganda merupakan bentuk yang membahas tentang sejauh mana pengaruh variabel bebas ( X) terhadap variabel terikat (Y).Dimana untuk variabel (X1) Citra Merek dan (X2) Kualitas Produk, Variabel (Y) adalah Keputusan Pembelian. Dalam regresi pada penelitian ini menggunakan SPSS versi 17, adapun hasil perhitungan sebagai berikut: Cita Rasa yang Khas dari Produk CARL’S JR JAKARTA Keputusan Pembelian Coefflcients2
a. Dependent variabel : Y Sumber: Hasil data olahan SPSS Berdasarkan table tentang regresi tersebut maka dapat diketahui bahwa persamaan regresi linier adalah sebagai berikut: Y = -2,621+ 0,4351 + 0,605 X2 Keterangan : Y = Keputusan Pembelian X1 = Citra Merek X2 = Kualitas produk
236
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Konstanta sebesar -2,621 menyatakan bahwa jika citra merek dan kualitas produk ( X1,X2 adalah 0) atau nilainya konstan, maka keputusan pembelian sebesar -2,621. Koefisien regresi Citra Merek (X1) sebesar 0,435, artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan kualitas pelayanan mengalami kenaikan 1 skor maka kepuasan konsumen akan mengalami peningkatan sebesar 0,435. Kualitas prodek (X2) sebesar 0,05 arinya jika variable independen lain nilainya tetap dan kualitas produk menglami kenaikan 1 skor maka keputusan pembelian sebesar 0,605. Semuanya bertanda positif. Artinya terjadi pengaruh yang positif / searah antara variabel citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian, semakin tinggi citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian, semakin tinggi citra merek dan kualitas produk maka semakin meningkatkan keputusan pembelian. Korelasi ini bertujuan untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara X1, dan X2, terhadap Y digunakan korelasi berganda, dalam hal ini dapat dilihat melalui koefisien korelasi. Kemudian untuk melihat besarnya kontribusi X1, dan X2 terhadap Y, dapat dilihat nilainya melalui koefisien determinasi, sebagimana terlihat pada tabel berikut ini:
Berdasarkan table diatas nilai dapat dilihat R menunjukkan korelasi berganda, yaitu korelasi antara dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1. Angka R pada tabel 4.25 didapat 0,831, artinya korelasi antara variabel citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian sebesar 0,831. Hal ini berarti terjadi hubungannya kuat karena nilai mendekati 1. Adjusted R square sebesar 0,684 ha ini menunjukkan sumbangan pengaruh variabel citra merek dan kualitas produk 68,4 % terhadap variabel keputusan pembelian. Sedangkan sisanya sebesar 31.6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. Uji F Uji F digunakan untuk menguji signifikan koefisien regresi secara beersama-sama yaitu apakah variabel independent mempuyai pengaruh terhadap variabel dependent. Dalam hal ini peran ANOVA adalah untuk menguji signifikasi pengaruh citra merek dan kualitas produk secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian. Uji hipotesis antara citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian dapat digunakan dengan mencari statistik uji F dengan membandingkan F uji dengan F tabel. Jika F hitung ≤ F tabel, maka citra merek dan kualitas produk secara bersama – sama tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Jika F hitung > F tabel, maka citra merek dan kualitas produk secara bersama – sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Uji F menggunakan Anova dengan pengolahan SPSS, diperoleh data sebagai berikut :
237
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa nilai F hitung sebesar 107,960. dengan tingkat signifikan 0,000. setelah nilai F dihitung maka harus dicari nilai F tabel ( α = 0,05 ) adalah 3,090. Karena nilai F hitung lebih besar dibandingkan dengan F tabel (107,960 > 3,090) dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, berarti citra merek dan kualitas produk berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian pada Restaurant CARL’S JR JAKARTA. Uji T Uji T ( uji regresi secara parsial ) digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial citra merek dan kualitas produk berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Pengujian menggunakan tingkat signifikan 0,05 dan 2 sisi. Uji hipotesis antara citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian dapat digunakan dengan mencari statistik uji t dengan membandingkan t uji dengan tabel. Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima Jika t dihitung > t tabel, maka Ho ditolak Uji T menggunakan Anova dengan pengolahan SPSS, diperoleh data sebagai berikut.
a. Pengujian Koefisien Variabel Citra merek Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa nilai t hitung sebesar 4,629. Dan signifikan 0,000 setelah nilai t hitung maka harus dicari t tabel (α = 0,05) adalah 1,985. Karena nilai t hitung > t tabel (4,629 > 1,985) dengan tingkat signifikan < 0.05 (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak, kesimpulan bahwa citra merek secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Restaurant CARL’S JR JAKARTA. b. Pengujian koefisien Variabel Kualitas Produk Dari tabel 4.27 dapat dijelaskan bahwa t hitung sebesar 7,604 dan signifikan 0,000, setelah nilai t hitung maka harus dicari t tabel (α = 0,05) adalah 1,985. Karena nilai t hitung > t tabel yaitu ( 7,604 < 1,985 ) dengan tingkat signifikan < 0,05 ( 0,000 < 0,05) maka Ho ditolak, kesimpulannya bahwa kualitas produk secara persial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Restauran CARL’S JR JAKARTA. c.
238
Pengujian koefisien Variabel Citra Merek
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai t hitung sebesar 4,629 dan signifikan 0,000. Setelah nilai t hitung maka harus dicari nilai t tabel (α=0,05) adalah 1,985. Karena nilai t hitung > t tabel yaitu (4,629 > 1,985) dengan tingkat signifikan < 0,05 (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak, kesimpulannya bahwa citra merek sebagai parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Restaurant CARL’S JR JAKARTA. d. Pengujian Koefisien Variabel Kualitas Produk Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa t hitung sebesar 7,604 dan signifikan 0,000, setelah nilai t hitung maka harus dicari t tabel (α = 0,05) adalah 1,985. Karena nilai t hitung > t tabel yaitu (7,604 > 1,985 ) dengan tingkat signifikansi < 0,05 ( 0,000 < 0,05 ) maka Ho ditolak, kesimpulannya bahwa kualitas produk secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Restaurant CARL’S JR JAKARTA. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dari pembahasan mengenai pengaruh citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada Restaurant CARL’S JR JAKARTA , maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Berdasarkan nilai koefisien regresi pada setiap variabel atau dapat dijelaskan bahwa variabel citra merek terhadap keputusan pembelian adalah sebesar 0,435 yang artinya berpengaruh secara dominan. Sedangkan variabel kualitas produk terhadap keputusan pembelian adalah sebesar 0,605 atau memiliki nilai koefisien regresi paling besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. Dari hasil tersebut, variabel kualitas produk yang berpengaruh secara dominan terhadap keputusan pembelian. b. Hasil pengujian baik secara bersama-sama dengan nilai F hitung 107,960 dengan tingkat signifikan 0,000 dengan F tabel (α = 0,05) sebesar 3,090. Karena nilai F hitung lebih besar dibandingkan dengan F tabel (107,960 > 3,090) dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, menjelaskan bahwa variabel citra merek dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. c. Untuk variabel citra merek nilai t hitung sebesar 4,629. Dengan tingkat signifikan 0,000. Setelah nilai t hitung maka harus dicari t tabel (α = 0,05 ) adalah 1,985. Karena nilai t hitung > t tabel (4,629 > 1,985) dengan tingkat signifikan < 0,05 (0,000 < 0,,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak berarti citra merrek secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Restaurant CARL’S JR JAKARTA. Untuk variabel harga nilai t hitung sebesar 7,604. Dengan tingkat signifikan 0,000. Setelah nilai t hitung maka harus cari nilai t tabel (α = 0,05) adalah 1,985. Karena nilai t hitung > t tabel ( 7,604 > 1,985 ) dengan tingkat signifikan < 0,05 (0,000 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak berarti kualitas produk secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Restaurant CARL’S JR JAKARTA. d. Nilai adjusted R square sebesar 0,684 yang artinya menunjukkan sebesar 68,4% dari keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel citra merek dan kualitas produk, sedangkan sisanya sebesar 31,6% dijelaskan dengan faktor atau variabel lain. DAFTAR PUSTAKA Simamora, Bilson, 2001, Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitable, edisi Pertama, Jakarta : Pt. Gramedia Pustaka Utama Buchari Alma, 2004, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Revisi,Bandung: Alfabeta. J.Supranto, 2000, Statistik ( Teori dan Aplikasi), Edisi Keenam, Jakarta : Erlangga Kotler, Philip, 2000, Manajeman Pemasaran, Edisi Milenium, Jakarta: Prehalindo , 2002, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Platinum, Jakarta: Prhelindo , dan Gary Armstrong, 2001, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid I, Edisi Kedelapan, Jakarta: Erlangga.
239
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
, 2003, Dasar-dasar pemasaran, Jilid I, Edisi Kesembilan, Jakarta: PT. Indeks Gramedia. Lamb, Charles W, Hair, Joseph F, Mc Daniel, Carl, 2001, Pemasaran, Buku Satu, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat. Siegel, Sidney, 1997, Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sudjana, 2001, Metode Statistik, Edisi Revisi, Cetakan Keenam, Bandung: Tarsito Sugiono, 2005, Metode penelitian Bisnis, Cetakan Keenam, bandung: Cv. Alfabeta.
240
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
IbM KELOMPOK KERAJINAN TANGAN ACRELIC Roswita Hafni Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Pengabdian masyarakat yang dilaksanakan adalah Kerajinan tangan akrelik, dengan tujuan memberdayakan kreatifitas masyarakat yang belum produktif tentang kerajinan tangan akrelik, sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Metode yang digunakan adalah pelatihan memodifikasi bahan akrelik, selanjutnya di monitoring oleh tim pelaksana sampai peserta dapat mengembangkan kreatifitasnya. Pada pelaksanaan program yang dilakukan selama 10 pertemuan, peserta sangat berperan aktif dalam pertanyaan maupun keingin tahuan untuk bisa berhasil dalam mengikuti setiap tahapan pelatihan, dan di akhir program pelatihan peserta sudah mampu melakukan kreatifitasnya secara kontinue dan berwirausaha, sehingga dapat menambah pendapatan keluarga tanpa harus bergantung pada lapangan kerja sektor formal. Keyword: Acrylic, tang, modifikasi PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Medan saat ini terdiri dari 21 Kecamatan, dan 151 Kelurahan, yang berdasarkan data kependudukan Sensus Penduduk tahun 2010, penduduk kota Medan berjumlah 2.10 juta jiwa, yang terdiri atas 1.04 juta laki-laki dan 1.06 juta perempuan. Dengan struktur umur hampir setengahnya produktif, yaitu dengan usia 15-59 tahun sekitar 1.38 juta jiwa. Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan sekolah telah terpenuhi program wajib belajar, yaitu rata-rata telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup banyak, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur. Namun dalam aspek ketenagakerjaan yang diperoleh dari BPS. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja di Kota Medan tahun 2006-2014 Jenis Kegiatan Tahun (dalam ribuan) 2006 2008 2014 1. Angkatan Kerja 889,3 959,3 1.004,9 - Bekerja 755,9 833,8 904,3 - Pengangguran 133,4 125,5 100,6 2. Bukan Angkatan Kerja 540,1 573,6 547,3 - Sekolah 194,6 211,7 180,0 - Mengurus Ruta 273,5 285,5 306,2 - Lainnya 72,0 76,4 61,1 Sumber: Sakernas 2014. Kota Medan Data tersebut menunjukkan bahwa angkatan kerja selama periode 2006 – 2014 mengalami perkembangan kenaikan yang signifikant. Dan jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja di Kota Medan juga mengalami kenaikan. Munculnya jumlah pengangguran data diatas disebabkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang jauh melampaui laju pertumbuhan kesempatan kerja sehingga mengakibatkan relatif masih tingginya angka pengangguran, pada umumnya yang paling sering dilihat adalah angka pengangguran. Salah satu persoalan pokok pembangunan kota Medan yang dihadapi selama periode 2006 – 2014 adalah relative masih tingginya tingkat pengangguran terbuka. Angka pengangguran yang ada sekarang dirasa belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya, mengingat pada sector informal perbedaan mereka yang bekerja dan yang tidak bekerja kurang jelas. Di Kota Medan masih banyak penduduk yang bekerja sebagai usaha sendiri atau sebagai buruh/karyawan. Data BPS tahun 2013 menunjukkan bahwa dari mereka yang bekerja terbanyak adalah berusaha sendiri, dan bekerja sebagai pekerja keluarga. Hal ini menggambarkan bahwa
241
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
sebagian besar tenaga kerja adalah sebagai pekerja informal, Hal ini wajar karena sektor jasa-jasa sangat mudah menampung tenaga kerja yang didalamnya banyak pekerja yang belum maksimal produktivitasnya. Khususnya pada daerah jumlah penduduk yang paling banyak di kota Medan, yaitu Medan Deli, Medan Helvetia, Medan Tembung, menyusul kecamatan lainnya. Kecamatan Medan Tembung selain memiliki jumlah penduduk yang banyak, juga memiliki tenaga kerja yang produktif, juga sedikit pabrik-pabrik industri sehingga sedikit menyerap tenaga kerja, akibatnya pekerja informalnya besar, seperti pekerja rumah tanga, berdagang, dan salahsatu diantaranya adalah pekerjaan kerajinan tangan kerajinan tangan, dan banyak yang tidak produktif dalam mengembangkan kemampuannya, dengan kata lain banyak tenaga kerja yang tidak bekerja tetapi mau bekerja, juga tenaga kerja yang bekerja dibawah jan kerja normal, dalam konsep ketenagakerjaan disebut dengan konsep labour utilization dengan istilah Fully Employed atau Fully Unutilized . Berkaitan dengan hal ketenaga kerjaan, Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) yang ada di Provinsi Sumatera Utara, baik instansi, dinas ataupun badan, yang vertical maupun yang otonomi daerah, masing-masing mempunyai organisasi, seperti organisasi Darma Wanita Persatuan, anggota organisasi DWP tersebut adalah istri-istri pegawai negeri yang pada dasarnya banyak diantara mereka yang mempunyai kemampuan dan keterampilan yang produktif. Mitra dalam program kegiatan ini adalah khusus kelompok Kerajinan Tangan, yang berada di wilayah Kota Medan, Mitra yang Pertama adalah Kelompok Rias Pengantin Merlin, dipilih dikecamatan Medan Tembung karena termasuk memiliki jumlah penduduk yang banyak, dengan tenaga kerja yang produktif, bekerja disektor informal, dan banyak yang tidak bekerja tetapi mau bekerja. Termasuk anggota mitra rias pengantin merlin, mereka mempunyai kerajinan tangan yang menggunakan bahan-bahan yang monoton, tradisional seperti menyulam, mengkait benang juga memasang payet dan merangkai bunga dan bentuk lainnya dengan bahan kertas scrip, kertas minyak, kain panel, yang sesuai mereka butuhkan. Mitra yang kedua adalah Kelompok anggota Darma Wanita Persatuan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, ini dipilih sebagai mitra karena anggotanya juga ibu-ibu yang tidak bekerja tetapi produktif, dan akfif menjalin kerjasama dengan ibu-ibu Darma Wanita Persatuan BPS kabupaten kota serta aktif dalam lingkungan Darma Wanita Persatuan instansi atau dinas lainnya dan dalam lingkungan masyarat sekitarnya, baik dalam kegiatan sosial maupun keterampilan-keterampilan tangan lainnya. Tujuan Program ini bertujuan ingin meningkatkan pemberdayaan kemampuan kreativitas masyarakat. Khususnya para ibu-ibu yang ada di Kecamatan Medan Tembung dan ibu-ibu dikecamatan Medan Helvetia dalam rangka membangun kemandirian dalam berusaha, dengan meningkatkan keterampilan melalui pelatihan-pelatihan kerajinan tangan dalam merangkai dan memodifikasi bentuk-bentuk dari bahan-bahan acrelik, dengan strategi pemasarannya yang baik, sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal, dan dapat bersaing dipasar dengan produk-produk kerajinan tangan lainnya, sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan rumahtangga dan kesejahteraan taraf hidup masyarakat, baik di sekitar lingkungannya maupun ditempat yang lainnya. METODE Metode pendekatan pada program yang akan dilaksanakan adalah: - Melakukan pendataan mengenai sarana dan prasarana yang terdapat pada kelompok Mitra rias pengantin MERLIN dan Mitra Kelompok anggota Darma Wanita Persatuan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, sehingga dapat diketahui kondisi yang ada pada kelompok mitra tersebut. - Melakukan pelatihan-pelatihan mengenai dasar-dasar merangkai, teknik dan trik-trik merangkai, selanjutnya pelatihan pembentukan dan pembuatan berbagai jenis-jenis dan cara memodifikasi bahan akrelik kepada mitra, dalam hal ini adalah kelompok kerajinan tangan rias pengantin Merlin dan mitra Darma Wanita Persatuan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, sehingga kualitas serta kuantitas kerajinan tangan dapat ditingkatkan. Kegiatan ini diharapkan dapat menstimulasi mitra untuk meningkatkan produktivitasnya setelah pelatihan. - Mengoptimalkan kreatifitas yang dimiliki oleh masing-masing anggota mitra dengan menfasilitasi bahan-bahan dan alat-alat yang dibutuhkan oloeh anggota kelompok mitra tersebut.
242
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
-
Mendesain pemasaran hasil-hasil kerajinan tangan dengan memberikan penyuluhan kepada anggota untu dapat mandiri dan berwirausaha dalam menggapai peluang pasar produk dimasa yang akan datang. Prosedur kerja 1. Rapat Koordinasi - Rapat Koordinasi Tim - Rapat Koordinasi dengan Mitra I dan II 2. Pelatihan Tahap I - Membuat Bros 3. Pelatihan Tahap II - Membuat Bunga 4.. Pelatihan tahap III - Membuat eranjang aqua 5. Pelatihan tahap VI - Membuat Tas 5. Pelatihan tahap V - Membuat Peniti 6. Evaluasi Program 7. Transfer IPTEK Sukses
PEMBAHASAN Pada saat pelaksanaan kegiatan akan dilakukan, terlebih dahulu Tim pelaksana pengabdian melakukan pendataan mengenai sarana dan prasarana yang terdapat pada masing-masing kelompok, sehingga dapat diketahui kondisi yang ada pada kelompok mitra tersebut. Selanjutnya tim pelaksana menyediakan persiapan-persiapan pelatihan yang akan dilakukan dengan pengadaan semua media disain yang diperlukan pada masing-masing kelompok, seperti, ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐ ‐ ‐
243
Spidol Kertas penggaris Pulpen Note books Pelastik Hekter Kawat halus berbagai warna kawat lilit berbagai warna Kawat tebal Kawat batang Kawat bonsai Jarum peniti (yang belum dibentuk) Pin (kancing) Benang pancing Jenis-jenis Tang, seperti pemotong, penjepit, penarik, pembentuk ,per set Gunting besar kecil Vas semua ukuran Keramik dengan berbagai bentuk Pasir bunga berbagai warna Busa vas bunga Reranjang aqua Bahan Akrilik, untuk berbagai bentuknya, berbagai jenis bahannya (misal dap atau bening), dan berbagai warna, nama bahan akrilik tersebut seperti; tetes, lavender, leontin, kelopak, sabit, tapak kuda, daun, putik, kripik, bola dunia, beras, kuncup, ranting (kecil, sedang, besar) dan lain-lain. Gagang tas Lem tembak Benang berbagai warna
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
‐ ‐ ‐
Alat menjahit Resleting berbagai ukuran Kain lapis, kain keras, kain saten berbagai warna
Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan, tim pelaksana kegiatan memperkenalkan diri kepada masing-masing ketua mitra, dan dengan menjelaskan tujuan dan harapan yang ingin dicapai pada kegiatan yang dilakukan. Selanjutnya menentukan jadwal kesepakatan rutinitas yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan untuk masing-masing mitra. Sehingga pelaksanaan kegiatan pelatihan dapat berjalan dengan lancar. Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dan kegiatan pelatihan dilaksanakan, pemateri membahas dari masing-masing pelatihan yang telah dilaksanakan, untuk pelatihan tahap I Membuat Bros, Pemateri yang mendampingi setiap langkah-langkah pengerjaan pembuatan Bros, pemateri melihat bahwa, pada pelatihan tahap awal ini para peserta sangat semangat untuk mengikuti pembuatan bros tersebut, salah satu penyebabnya antara lain karena pemateri telah memperliharkan contoh-contoh bros yang sudah selesai begitu cantik dan menarik, dan bahan- bahan akrelik yang digunakan juga menarik dengan penggunaan jenis bahan dan kombinasi warna.Tanpa disadari waktu yang digunakan selama empat (4) jam. saat pelatihan berlangsung begitu cepat. Dan bagi para peserta ada yang lebih cepat paham dan menyelesaikan pembuatan bros tersebut, dan ada pula yang agak lambat paham dan selesainya, namun dengan ketekunan peserta, pada pelatihan tahap I, semua berjalan lancar, dan terlihat para peserta puas dengan hasil karyanya masing-masing. Pada tahap awal ini sudah terlihat mana anggota yang benar benar mempunyai jiwa seni, atau yang hobi, juga yang sabar atau telaten, selanjutnya para peserta membawa pulang hasil karyanya mmasing-masing dan membawa bahan-bahan untuk membuat bros yang lain, dan yang akan mereka kerjakan dirumah guna memperlancar dan memperbanyak kreasi bros yang dibuat. Semua proses yang dilaksanakan pada tahap I ini berjalan dengan lancar. Pada pelatihan tahap kedua, materi yang diajarkan adalah pembuatan bunga. Dalam pembuatan bunga tersebut, para peserta masing-masing diberikan bahan untuk membuat setangkai bunga. Sebenarnya untuk tahapan ini agak sulit materinya, namun, dengan semangat dan motivasi tim pemateri dalam melaksanakan kegiatan, serta melihat variasi contoh-contoh bunga yang telah ada ditampilkan, maka para peserta pelatihan semakin semangat untuk belajar, karena mereka sudak dibekali cara atau trik membuat bros. cara atau trik pembuatan bunga tersebut dasarnya sama dengan dasar-dasar pembuatan bros, bedanya, jika pada bros menggunakan pin peniti, sedangkan pada bunga, pin diganti dengan kelopak, menambah batang, daun dan seterusnya. Bunga-bunga yang telah selesai, selanjutnya dirangkai dan ditampilkan dalam vas bunga, para peserta pelatihan terlihat ada yang begitu cepat faham dan mahir dalam mengikuti pelatihan tersebut, dan bagi peserta yang telah selesai terlebih dahulu, pemateri mengharapkan peserta mengajari peserta lain yang belum selesai. Pelatihan tahap II ini berlajan dengan lancar, walaupun dengan waktu 4 jam yang digunakan, masih ada peserta yang belum selesai, dan ini dianggap hal yang biasa, karena pekerjaan ini yang dituntut adalah sabar dan tekun. untuk itu pemateri memberikan kesempatan untuk penyiapkan pekerjaan tersebut dirumah. Dan mempersilahkan para peserta membawa pulang hasil karyanya dan memberikan bahan-bahan untuk pembuatan bunga yang lainnya, karena alasan para peserta agar lebih cepat lancar dan paham akan merangkai bunga tersebut, seperti bunga anggrek, mawar, bonsai, matahari, teratai dan lain sebagainya. Pada pelatihan tahap II ini, tim pemateri sudah makin mengetahui peserta mana yang benar-benar berjiwa seni. Dan tim juga sudah melihat anggota peserta yang mempunyai jiwa bisnis. Pemateri langsung mengarahkan anggota pelatihan untuk berwirausaha dalam memasarkan akan hasil yang dibuat tersebut. Pelatihan tahap III pada jadwal berikutnya dilaksanakan. Materi yang disampaikan adalah pembuatan keranjang aqua. Dengan menyediakan bahan-bahan pembuatan hiasan keranjang aqua, para peserta diperkenankan untuk memperaktekkannya. Trik dan cara atau dasar merangkai keranjang aqua ini sama dengan langkah awal, yaitu pembuatan bros ataupun bunga, bedanya tidak menggunakan pin ataupun tangkai. namun menggunakan variasi/macammacam pembuatan bunga dan bahan-bahan akrilik lainnya. dengan ketelatenan dan kesabaran pesertas pelatihan, pada tahap ini peserta telah menyelesaikan pembuatan hiasan rangkaian keranjang aqua. Tanpa disadari waktu berjalan begitu singkat, dan ada juga satu dua peserta
244
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
yang tidak cukup waktunya, dan dilanjutlan pada jadwal pelatihan tahap berikutnya. Dan bagi peserta yang sudah tidak sabar untuk mandiri atau berwira usaha, pemateri mempersilahkan untuk dilaksanakan, dengan memberikan kiat-kiat berwira usaha, dan memberikan info tempat pemasok atau grosir tempat penyediaan bahan-bahan akrelik tersebut. Pada pelahitah tahap III ini, para peserta lebih cenderung untuk bervariasi dalam penggunaan bahan dan variasi warna. Pelatihan tahap III waktu yang digunakan lebih dari 2 pertemuan, karena pembuatan keranjang aqua bervariasi, cara yang lebih menarik yaitu dengan menggunakan bahan akrelik boladunia, yang trik dasarnya bisa dilanjutkan dengan membuat tas. Model ini banyak menggunakan bahan dan waktu penyelesaian memakan waktu. Materi yang diberikan untuk pelatihan tahap IV adalah membuat tas. Seperti halnya pada pelatihan-pelatihan sebelumnya, masing – masing peserta diberikan bahan untuk membuat tas. Pelatihan membuat tas ini bisa dikatakan rumit, karena bahan-bahan yang digunakan berbedabeda, dan bentuk serta model-model tan juga berbeda-beda, begitu juga trik atau cara-cara merangkainya berbeda-beda. Karena dasar dari pelatihan ini adalah peserta punya hobbi dalan kerajinan tangan dan dan bahan-bahan akreliknya cantik berkilau serta pematerinya dengan sabar mengajarinya, maka para peserta tetap dengan semangat serta mempunyai keinginan yang tinggi untuk berhasil, pembuatan tas ini berjalan dengan lancar. Dalam pembuatan tas tersebut tidak terlepas dari alat bantu mesin jahit, karena tas dengan menggunakan bahan akrelik agar lebih elegant harus dilapis / puring, dan cara ini juga memakan waktu yang lama, karena variasi kemampuan peserta yang berbeda-beda. Dan ini berhasil. Sambil pelatihan berjalan, pemateri juga memberikan pengarahan tentang Tujuan menjadi wirausahawan, masalah-masalah yang selalu dihadapi, atau kegagalan-kegagalan yang akan terjadi . selanjutnya kiat-kiat untuk sukses , namun Setiap pertemuan diarahkan kepada peserta bagaimana hasil karya tersebut dapat dipasarkan, baik melalui self to self, door to door, maupun melalui teman-teman, juga secara online. Para peserta sangan serius menanggapinya, dan mereka berhasil membuatnya. Pelatihan tahap ke V yaitu pembuatan peniti di kepala. Dalam pelatihan ini semua anggota peserta dihadirkan, karena untuk pelatihan ini dianggap tidak rumit, masing-masing peserta diberikan bahan peniti, dan sebagai alat bantunya adalah variasi tang penjepit, pemotong, pengikat dan lain-lain. Pelatihan tahap V ini berjalan dengan lancar dan masing-masing peserta membawa pulang hasil karyanya. Dan pada pelatihan tahap V lanjutannya adalah penutupan Pengabdian masyarakat, dalam kesempatan ini para peserta menampilkan semua hasil-hasil karyanya dengan berbagai macam bertuk, model, warna, terlihatlah akan kreatifitas mereka dalam memodifikasi bahan-bahan akrelik tersebut. Salah satu cara kesempatan untuk memasarkan produk para peserta, karena banyak juga yang hadir ingin memiliki kerajinan tangan tersebut, tetapi tidak bisa untuk membuatnya sendiri. Pembinaan mitra terus dilakukan tim pengabdian masyarakat, yaitu dengan memonitoring kemandirian dan kreatifitas serta kewirausahaan mereka, serta memberikan masukan-masukan dan arahan-arahan dari hasil kegiatan yang peserta lakukan, juga peluang pemasaran produk yang dihasilkan agar dapat melakukan pengelolaan dengan baik dan dengan sistematis. Tim pelaksana pengabdian masyarakat menyatakan transfer IPTEK telah selesai dilaksanakan karena tim pelaksana telah menjalankan semua program kerja yang direncanakan, dan dikatakan tranfer IPTEK sukses karena mitra telah dapat berkreasi dengan baik dan menarik terhadap kerajinan tangan tersebut, dan ibu-ibu tersebut telah menjual dan memasarkan hasil produknya, yaitu berwirausaha. Pelatihan yang dilaksanakan selama 1 bulan berturut-berturut setiap hari senin dan kamis, selama 10 kali pertemuan, para pesertanya tidak di batasi, semua anggota diikut sertakan dalam pelatihan. Karena tim pelaksana beranggapan siapapun berhak untuk belajar berbuat, dengan harapan bagi yang awalnya tidak tertarik, setelah melakukan kegiatan pelatihan, para peserta bisa berubah menjadi tertarik untuk menekuninya dengan melihat hasil karya yang telah dilakukannya. Baik untuk diri sendiri maupun untuk berjualan (berwirausaha) agar dapat menambah pendapatan.
245
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Untuk mitra ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan yang pada pelatihan tahap I, beranggotakan yang hadir sebanyak 50 peserta, dari pertemuan pelatihan 1 sampai pertemuan pelatihan ke V, ternyata hanya ada 6 peserta (ibu-ibu) yang benar-benar mempunyai jiwa seni dan keterampilan yang kreatif dan inovatif, serta mempunyai bakat berwirausaha, ibu-ibu tersebut yaitu :
No 1 2 3 4 5 6
Nama Ny Farah Ny Ramlan Ny Dwi Ny Tomas Ny Asi Ny Sawal
Dan dari hasil data pengamatan dan komunikasi tim pengabdian dengan anggota pelatihan, ke 6 ibu ibu tersebut telah banyak bentuk-bentuk bros, dan bunga, serta peniti yang telah mereka buat, dan telah memasarkannya, terbukti dengan banyaknya pesanan pesanan yang mereka buat. Pada pemaparan penulisan artikel pengabdian masyarakat ini, penulis tidak menulis dan memperlihatkan proses-proses pembuatannya dan hasil-hasil produknya melalui gambar – gambar. Sedangkan untuk jenis keranjang aqua serta tas, mereka terkendala dengan waktu, karena pembuatan tas dan keranjang aqua tersebut agak lama dan harus telaten dan sabar. Sementara permintaan pesanan terus ada. Pelatihan telah selesai dilaksanakan, namun sampai pada saat ini tim pelaksana pengabdian masyarakat terus melakukan pemantauan dan komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada para peserta mitra, dan mereka terus berbuat dan mengembangkan keterampilannya dengan yang lebih kreatif lagi, sehingga hasilnya terlihat dari penjualan yang terus bertambah, dan dapat menambah pendapatan rumah tangga. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat, maka tim pelaksana menyimpulkan bahwa: ‐ Peserta pelatihan terlihat sangat berperan aktif pada saat pelatihan dilaksanakan, baik dalam pertanyaan yang diajukan maupun keingin tahuan untuk bisa berhasil dalam mengikuti setiap tahapan pelatihan ‐ Semangat keingin tahuan dari pada peserta sangat tinggi tersebut terlihat dari kehadiran para peserta setiap pertemuan pelatihan yang dilaksanakan ‐ Peserta pelatihan merasa waktu pelatihan yang dilaksanakan perlu ditambah, mengingat masih banyaknya lagi ide-ide yang kreatif yang ingin dilakukan, baik dengan penggunaan bahan yang sama, maupun bahan keterampilan yang lainnya. ‐ Peserta pelatihan langsung berwirausaha memasarkan produknya baik secara online maupun langsung, melalui self to self, door to door, maupun melalui teman-teman, sehingga telah dapat menghasilkan pendapatan ‐ Terlihat peserta sampai saat ini benar- benar ingin mengembangkan kemampuannya dalam berkreatifitas guna untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2014. Badan Pusat Statistk Sensus Penduduk tahun 2010, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik, 2014, Pprofil Kependudukan Provinsi Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik, 2014, Kecamatan Medan Tembung Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Medan Kotler,Philip. 1993. Manajemen Pemasaran, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
246
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
https://www.facebook.com/2015/01/permalink.php?id=225789440882812&story_fbid=31315560 5479528, http://car-o-lineshop.blogspot.com/p/bahan-manik.html /2015/02
247
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Faktor Prioritas Keunggulan Bersaing Kelompok Usaha Kuliner Kelurahan Suka Maju Muhammad Bukhori Dalimunthe1*, Muhammad Rizqi Zati2, Putri Sari Margaret Julianty Silaban1 1
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan, Medan 2 Fakultas Ekonomi Universitas Samudra, Langsa * Penulis Korespodensi:
[email protected] ABSTRAK
Tujuan dari penelitian untuk menganalisis tingkat urgensi kelompok usaha kuliner dalam menciptakan keunggulan bersaing. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan November 2016. Lokasi penelitian dilaksanakan di kelompok usaha kuliner di Kelurahan Suka Maju Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Pemilihan lokasi ini didasarkan oleh banyaknya UKM kuliner yang tersebar di Kelurahan Suka Maju dan beberapa dari kelompok UKM tersebut memulainya usahanya sejak tahun 1990. Sampel penelitian berjumlah 76 orang, sedangkan teknik analisis data menggunakan deskriptif statistik. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup yang berisikan persepsi responden tentang tingkat urgensi harga bersaing, lokasi strategis, keuntungan usaha, dan kemampuan manajemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengungkapkan tingkat urgensi dalam menciptakan keunggulan bersaing dimulai dari 1) harga bersaing; 2) lokasi strategis; 3) keuntungan usaha; dan 4) kemampuan manajemen. Kata kunci: Keunggulan Bersaing, Usaha Kuliner 1. PENDAHULUAN Masa krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 usaha kecil menengah menunjukkan eksistensinya pada masa krisis moneter tersebut. Usaha Kecil, dan Menengah (UKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Karena dengan UKM ini, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor UKM telah terbukti tangguh, ketika terjadi Krisis Ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. Kuncoro (dalam Harian Bisnis Indonesia pada tanggal 21 Oktober 2008) mengemukakan bahwa UKM terbukti tahan terhadap krisis dan mampu survive karena, pertama, tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak banyak utang ke perbankan karena mereka dianggap unbankable. Ketiga, menggunakan input lokal. Keempat, berorientasi ekspor. Selama 1997-2006, jumlah perusahaan berskala UKM mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha di Indonesia.Sumbangan UKM terhadap produk domestik bruto mencapai 54%-57%.Sumbangan UKM terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 96%.Sebanyak 91% UKM melakukan kegiatan ekspor melalui pihak ketiga eksportir/pedagang perantara. Hanya 8,8% yang berhubungan langsung dengan pembeli/importer yang bertempat tinggal/berkewarganegaraan luar negeri. Pemerintah sebagai otoritas tertinggi harus memperhatikan keberlangsungan UKM. Berbagai permasalahan dihadapi oleh UKM seperti banyaknya produk makanan impor yang beredar di swalayan dan pertokoan, konversi bahan bakar minyak ke gas, dan naiknya harga gas elpiji. Banyak pelaku (UKM) yang terkena dampak dari kenaikan gas elpiji ukuran 12 Kilogram. Seperti yang dialami Dani, pemilik usaha pembuatan kerupuk di Binjai ini sangat mengeluhkan dampak kenaikan elpiji (Prasandi, 2014). Kenaikan harga gas tersebut membuat biaya produksi juga naik sehingga mengakibatkan harga produk harus naik, akan tetapi daya beli masyarakat belum beradaptasi dengan kenaikan harga produk tersebut. Sedangkan banyaknya produk makanan impor yang dijual di swalayan dan pertokoan dapat menjadi salah satu penyebab berpindahnya konsumsi masyarakat dari produk makanan lokal ke produk impor.
248
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Berbagai permasalahan yang menerpa dan ketatnya persaingan bisnis harus disikapi secara cermat oleh UKM. Para UKM harus memperhatikan lingkungan persaingan yang semakin kekat serta fluktuatifnya penjualan harus dicermati, sehingga UKM harus mempunyai keunggulan kompetitif agar memiliki keunggulan dalam bersaing dan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis strategi kelompok usaha kuliner dalam menciptakan keunggulan bersaing. 2. METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan November 2016 di kelompok usaha kuliner di Kelurahan Suka Maju Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai, dengan sampel sebanyak 76 pengusaha kuliner. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada jumlah UKM yang sangat banyak tersebar di Kelurahan Suka Maju. Beberapa kelompok UKM tersebut sudah mulai usahanya sejak tahun 1990. Metode pengumpulan data pada penelitianmenggunakan kuisioner. Teknik analisis data menggunakan deskriptif statistik dengan membandingan tingkat urgenitas keunggulan bersaing dari indikator harga bersaing, lokasi strategis, keuntungan usaha, dan kemampuan manajemen. 3. PEMBAHASAN Responden penelitian berjumlah 76 orang pengusaha kuliner yang terdiri dari 32 (42%) laki-laki dan 44 perempuan (58%). Responden di dominasi oleh pengusaha perempuan, hal ini dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Jenis Kelamin Responden Laki-laki 32
Perempuan 44
Status pernikahan responden terdiri dari 64 (84%) berstatus kawin dan 12 (16%) berstatus belum kawin. Responden di dominasi oleh pengusaha dengan status kawin, hal ini dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Status Pernikahan Belum Kawin 12 Kawin 64 Para pengusaha kuliner sudah cukup lama menjalankan usahanya, sebanyak 15 orang melakukan usahanya kurang dari 3 tahun, 19 orang melakukan usahanya antara 3 sampai 5 tahun, 24 orang melakukan usahanya antara 5 sampai 7 tahun, 11 orang melakukan usahanya antara 7 sampai 10 tahun, dan 7 orang melakukan usahanya di atas 10 tahun. Lama usaha responden di dominasi oleh pengusaha yang telah menjalankan usahanya antara 5 sampai 7 tahun, hal ini dapat dilihat pada gambar 3.
249
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 3. Lama Usaha
15
<3 tahun
19
24 11
3-5 tahun
5-7 tahun
7 - 10 tahun
7 > 10 tahun
Jumlah karyawan yang bekerja di usaha kuliner dikategorikan dalam beberapa kelompok diantaranya usaha dengan karyawan di bawah 3 orang sebanyak 32 pengusaha, usaha dengan karyawan antara 3 sampai 5 orang sebanyak 16 pengusaha, usaha dengan karyawan antara 5 sampai 7 orang sebanyak 13 pengusaha, usaha dengan karyawan antara 7 sampai 10 orang sebanyak 9 pengusaha, dan usaha dengan karyawan di atas 10 orang sebanyak 6 pengusaha. Responden di dominasi oleh pengusaha yang memiliki karyawan di bawah 3 orang. Penghasilan rata-rata per bulan yang diperoleh pengusaha kuliner dikategorikan beberapa kelompok diantaranya pengusaha berpenghasilan rata-rata di bawah satu juta sebanyak 4 orang, pengusaha berpenghasilan rata-rata satu sampai dua juta sebanyak 17 orang, pengusaha berpenghasilan ratarata dua sampai tiga juta sebanyak 16 orang, pengusaha berpenghasilan rata-rata tiga sampai empat juta sebanyak 26 orang, pengusaha berpenghasilan rata-rata empat sampai lima juta sebanyak 8 orang, dan pengusaha berpenghasilan rata-rata di atas lima juta sebanyak 5 orang. Penghasilan ratarata per bulan di dominasi oleh pengusaha yang memiliki penghasilan rata-rata tiga sampai empat juta, hal ini dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. Penghasilan Rata-rata Per bulan 26 17 4
16 8
5
Pendidikan terakhir para pengusaha diantaranya sebanyak 3 orang tidak selesai SD, sebanyak 10 orang berpendidikan SD, sebanyak 12 orang berpendidikan SMP, sebanyak 40 orang berpendidikan SMA, sebanyak 7 orang berpendidikan Diploma, dan sebanyak 4 orang berpendidikan Sarjana. Pendidikan terakhir yang dimiliki responden di dominasi dengan pendidikan SMA, hal ini dapat dilihat pada gambar 5.
250
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 5. Pendidikan Terakhir 40
3
10
12
7
4
Partisipasi responden dalam mengukuti pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta selama satu tahun terakhir diperoleh bahwa sebanyak 55 orang pernah mengikuti pelatihan dan 21 orang tidak pernah mengikuti pelatihan, hal ini dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Mengikuti Pelatihan Yang Disediakan Oleh Pemerintah/Swasta Selama 1 Tahun Terakhir
Pernah 55
Tidak Pernah 21
Prioritas Responden Antara Faktor Harga Bersaing Dengan Kemampuan Manajemen Responden mengungkapkan bahwa lebih memprioritaskan harga bersaing daripada kemampuan manajemen dalam melakukan keunggulan bersaing. Persentase prioritas harga bersaing sebesar 81% sedangkan kemampuan manajemen sebesar 16%.
0%
Gambar 7. Prioritas Antara Harga Bersaing Dengan Kemampuan Manajemen
Kemampuan Manajemen 0% 16% 0%
Netral 3% Harga Besaing 81%
Sebanyak 25 orang menyatakan bahwa harga bersaing jauh lebih penting dari pada kemampuan bersaing. Penentuan harga dengan memperhatikan harga produk lain atas produk sejenis atau produk substitusi sangat diperhatikan oleh pengusaha kuliner. Kemampuan manajemen dalam pengelolaan usaha tidak begitu menjadi bagian yang penting dalam melakukan keunggulan bersaing. Manajemen yang diterapkan dalam pengelolaan usaha masih menggunakan “manajemen tradisional”, dimana
251
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
belum terdapat pembagian tugas dalam menjalankan usaha. Penilaian responden lainnya tentang faktor urgensi antara harga bersaing dengan kemampuan manajemen dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8. Faktor Urgensi Antara Harga Bersaing Dengan Kemampuan Manajemen 25 25
21
Harga Besaing
20 13
15
Kemampuan Manajemen
11
10 5
3
1
0
0
0 Sama penting
Sedikit lebih penting
Lebih penting
Jauh lebih penting
Prioritas Responden Antara Faktor Harga Bersaing Dengan Keuntungan Responden mengungkapkan bahwa lebih memprioritaskan harga bersaing daripada keuntungan/profit usaha dalam melakukan keunggulan bersaing. Persentase prioritas harga bersaing sebesar 58% sedangkan keuntungan usaha sebesar 37%. Gambar 9. Prioritas Antara Harga Bersaing Dengan Keuntungan Netral Keuntungan 5% (Profit) 37% Harga Besaing 58%
0% 0% 0%
252
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Sebanyak 18 orang menyatakan bahwa harga bersaing lebih penting dari pada keuntungan usaha. Harga bersaing yang dibuat oleh pengusaha kuliner akan membuat produk tersebut dapat diterima di pasar, begitu juga dengan efek peningkatan penjualan atas harga yang bersaing akan dapat menciptakan keuntungan usaha. Penilaian responden lainnya tentang faktor urgensi antara harga bersaing dengan keuntungan usaha dapat dilihat pada gambar 10. Gambar 10. Faktor Urgensi Antara Harga Bersaing Dengan Keuntungan 25 18
20 14
15 10
Harga Besaing 11
10 7
5
4
5
Keuntungan (Profit) 3
0 Sama penting
Sedikit lebih penting
Lebih penting
Jauh lebih penting
Prioritas Responden Antara Faktor Harga Bersaing Dengan Lokasi Strategis Responden mengungkapkan bahwa lebih memprioritaskan lokasi strategis daripada harga bersaing dalam melakukan keunggulan bersaing. Persentase prioritas lokasi strategis sebesar 48% sedangkan harga bersaing sebesar 30%. Gambar 11. Prioritas Antara Harga Bersaing Dengan Lokasi Strategis Netral 22%
Tempat/Lok asi Strategis 48%
0%
253
0% 0%
Harga Besaing 30%
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Sebanyak 13 orang menyatakan bahwa lokasi strategis jauh lebih penting dari pada harga bersaing. Penentuan lokasi strategis dalam menjual produk menjadi prioritas oleh responden untuk menjaga keberlanjutan usaha. Penjualan produk secara terus menerus dari lokasi strategis usaha jauh lebih dalam pengembangan usaha responden. Harga bersaing dapat membuat produk lebih unggul dari produk sejenis ataupun produk substitusi, akan tetapi keberlangsungan usaha jauh lebih penting dari perang harga yang terjadi dipasar. Penilaian responden lainnya tentang faktor urgensi antara harga bersaing dengan lokasi strategis dapat dilihat pada gambar 12 Gambar 12. Faktor Urgensi Antara Harga Bersaing Dengan Lokasi Strategis 25
Harga Besaing
20 15
9
10 5
2
3
5
11 7
13
Tempat/Lok asi Strategis
9
0 Sama penting
Sedikit lebih penting
Lebih penting
Jauh lebih penting
Prioritas Responden Antara Faktor Kemampuan Manajemen Dengan Keuntungan Responden mengungkapkan bahwa lebih memprioritaskan keuntungan usaha daripada kemampuan manajemen dalam melakukan keunggulan bersaing. Persentase prioritas keuntungan usaha sebesar 61% sedangkan kemampuan manajemen sebesar 35%. Gambar 13. Prioritas Antara Kemampuan Manajemen Dengan Keuntungan Netral 4% Keuntungan (Profit) 61%
Kemampuan Manajemen 35%
0% 0%
0% Sebanyak 19 orang menyatakan bahwa keuntungan usaha lebih penting dari pada kemampuan manajemen. Responden lebih mengutamakan keuntungan dalam menjalankan usahanya. Kemampuan manajemen usaha responden masih lemah dalam pengelolaan usaha. Penilaian responden lainnya tentang faktor urgensi antara kemampuan manajemen dengan keuntungan usaha dapat dilihat pada gambar 14.
254
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 14. Faktor Urgensi Antara Kemampuan Manajemen Dengan Keuntungan 25
19
20 15 10
11 5
4
5
13
Kemampuan Manajemen
12
Keuntungan (Profit)
7 2
0 Sama penting
Sedikit lebih penting
Lebih penting
Jauh lebih penting
Perbandingan Tanggapan Responden Antara Faktor Kemampuan Manajemen Dengan Lokasi Strategis Responden mengungkapkan bahwa lebih memprioritaskan lokasi strategis daripada kemampuan manajemen dalam melakukan keunggulan bersaing. Persentase prioritas lokasi strategis sebesar 57% sedangkan harga bersaing sebesar 35%. Gambar 15. Perbandingan Antara Kemampuan Manajemen Dengan Lokasi Strategis Netral 8% Tempat/Lokasi Strategis 57% Kemampuan Manajemen 35% 0%
0%
0%
Sebanyak 18 orang menyatakan bahwa lokasi strategis lebih penting dari pada kemampuan manajemen. Lokasi strategis dapat meningkatan penjualan sehingga keberlangsungan usaha dapat berjalan. Penilaian responden lainnya tentang faktor urgensi antara kemampuan manajemen dengan lokasi strategis dapat dilihat pada gambar 16. Gambar 16. Faktor Urgensi Kemampuan Manajemen Dengan Lokasi Strategis 25 18
20 12
15 10 5
11
11
8 3
Kemampuan Manajemen Tempat/Lokasi Strategis
5 2
0 Sama penting
255
Sedikit lebih penting
Lebih penting
Jauh lebih penting
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Perbandingan Tanggapan Responden Antara Faktor Keuntungan Dengan Lokasi Strategis Responden mengungkapkan bahwa lebih memprioritaskan lokasi strategis daripada keuntungan usaha dalam melakukan keunggulan bersaing. Persentase prioritas lokasi strategis sebesar 51% sedangkan harga bersaing sebesar 37%. Gambar 17. Perbandingan Antara Keuntungan Dengan Lokasi Strategis Netral 12% Tempat/Lok asi Strategis 51%
Keuntungan (Profit) 37% 0% 0%
0%
Sebanyak 15 orang menyatakan bahwa lokasi strategis lebih penting dari pada keuntungan usaha. Penentuan lokasi strategis dalam berusaha dirasakan oleh responden akan mendatangkan keuntungan. Permasalahan yang dihadapi oleh responden sulitnya mendapatkan lokasi strategis secara permanen karena harga bangunan dan sewa tempat yang mahal. Penilaian responden lainnya tentang faktor urgensi antara keuntungan usaha dengan lokasi strategis dapat dilihat pada gambar 18. Gambar 18. Faktor Urgensi Antara Keuntungan Dengan Lokasi Usaha 25 20
15
15
11
10 5
Keuntungan (Profit)
6
Tempat/Lokasi Strategis
12
8 5
3
7
0 Sama penting
Sedikit lebih penting
Lebih penting
Jauh lebih penting
4. KESIMPULAN Keunggulan bersaing usaha kuliner dalam penelitian ini menggunakan 4 indikator diantaranya harga bersaing, lokasi strategis, keuntungan usaha, dan kemampuan manajemen usaha. Responden mengungkapkan bahwa harga bersaing merupakan indikator yang paling urgensi dari indikator lainnya. Hal ini juga dilakukan oleh responden, dimana mereka sangat sensitif dengan harga produk lain. Responden melakukan berbagai hal misalnya membuat variasi takaran produk dan mengurangi biaya operasional agar harga produk dapat bersaing dipasar. DAFTAR PUSTAKA Amabile, Teresa M. 1996.Assesing The Work Environment For Creativity. Academy of Management Journal. p.1154-1184. Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
256
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Bharadwaj, Sundar G, P.R.Varadarajan, & Fahly, Jihn. 1993. Sustainable Competitive Advantage in Service Industries: A Conceptual Model and Research Propositions. Journal of Marketing. Vol.57,Oktober,p.83-99. Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif . Jakarta : Kencana. Chen, Y. S., Lin, M. J. J., & Chang, C. H. 2009. The positive effects of relationship learning and absorptive capacity on innovation performance and competitive advantage in industrial markets. Industrial Marketing Management, 38(2), 152Droge, Cornelia & Shownee Vickrey. 1994. Source and Outcomes of CompetitiveAdvantage: An Explanory Study in The Furniture Industry. DecisionSciences. p.669 689. Gatignon, Hubert & Jean – Marc Xuerob. 1997. Strategic Orientation of The Firm and new Product Performance. Journal of Marketing Research. p.77-79. Grinstein, A. 2008. The effect of market orientation and its components on innovation consequences: a meta-analysis. Journal of the Academy of Marketing Science, 36(2), 166-173. Han, Jin K, Narwoon Kim & Srivastava, Rajendra K.1998. Market Orientation anOrganization Performance: Is Innovation Missing Link?. Journal ofMarketing. p.42 54. Kuncoro, Mudrajad. 2008. Peran Sektor Indonesia.http://www.samuelhasiholan.wordpress.com
IKM
Pada
Ekonomi
Narver, J.C., & Slater, S.F. 1990. The Effect of Market Orietation on Product Innovation. Journal of Marketing. p.20-35. Prasandi, Ayu. 2014. PengusahaKerupukBinjaiPasrahAtasKenaikan http://medan.tribunnews.com/2014/01/05/ .
Elpiji
12
kg.
Satyagraha, Hadi. 1994. Keunggulan Bersaing dan Aliansi Strategis: Resefinisi SWOT. Usahawan. No.4,Th.XXIII. Uncles, Mark. (2000). Market Orientation. Australian Journal of Management.Vol.25,No.2. Wahyono. (2002). Orientasi Pasar dan Inovasi: Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia. Vol.1,No.1,Mei.
257
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TAPIOKA UNTUK USAHA KECIL PEDESAAN Yuniarto Mujisusatyo Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan, Medan Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Komoditi pertanian ubi kayu (manihot utilissima) di Sumatera Utara sangat potensial . Pada tahun 2015 produksi ubi kayu dari perkebunan rakyat mencapai 1.619.495 ton. Animo masyarakat menanam ubi kayu tersebut telah mendorong pemerintah kabupaten Tapanuli Utara-Sumatera Utara untuk memberikan insentif bagi masyarakat dalam bentuk program subsidi pengolahan lahan. Salah satu sentra penghasil ubi di Kabupaten Tapanuli Utara adalah di Desa Sihujur Kecamatang Tarutung. Lahan pertanian ubi kayu di desa tersebut rata-rata dikelola oleh kelompok tani. Hasil panen ubi kayu tersebut selama ini hanya dijual dengan harga relatif murah (Rp.500,-/kg sampai Rp.600,-/kg). Untuk pemasaran yang memerlukan waktu lama, ubi kayu dapat diolah terlebih dahulu menjadi bentuk lain yang lebih awet, seperti gaplek dan tepung tapioka. Tepung tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Mempertimbangkan peluang pengolahan ubi kayu menjadi tapioka yang memiliki prospek ekonomis maka dilakukan pelatihan dan pendampingan diversifikasi produk ubi kayu menjadi tepung tapioka pada dua kelompok tani ubi kayu ”Satahi” dan ”Setia Makmur” di Desa Sihujur Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara-Sumatera Utara melalui kegiatan IbM. Proses pembuatan tepung tapioka dilakukan dengan mesin pembuat tapioka berbasis teknologi tepat guna hasil rancang bangun Yuniarto (2013). Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan posisi tawar kelompok petani dalam pemasaran hasil panen ubi kayu yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan. Tujuan jangka panjang yang merupakan keberlanjutan dari IbM ini adalah menjadikan kelompok tani ubi kayu menjadi masyarakat yang lebih produktif secara ekonomi sebagai penggiat usaha mikro di pedesaan. Metode yang akan digunakan untuk mencapai kegiatan IbM adalah penyuluhan, pelatihan dan pemberdayaan dengan serangkaian tahapan sebagai berikut : (1) tahap persiapan : revisi perancangan dan pembuatan Mesin Pembuat Tapioka skala usaha kecil, (2) pelatihan penggunaan dan perawatan Mesin Pembuat Tapioka, (3) pendampingan dan evaluasi. Kata Kunci : ubi kayu, mesin pembuat tepung tapioka A. PENDAHULUA N Komoditi pertanian ubi kayu (manihot utilissima) di Sumatera Utara sangat potensial . Pada tahun 2015 produksi ubi kayu dari perkebunan rakyat mencapai 1.619.495 ton. Animo masyarakat menanam ubi kayu tersebut telah mendorong pemerintah kabupaten Tapanuli Utara-Sumatera Utara untuk memberikan insentif bagi masyarakat dalam bentuk program subsidi pengolahan lahan (Medan Bisnis, 27 April 2015). Potensi lahan areal kering yang dapat ditanami ubi kayu di Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 50 ribu hektar dengan produksi ubi kayu sebesar 36.703 ton. Untuk pemasaran yang memerlukan waktu lama, ubi kayu dapat diolah terlebih dahulu menjadi bentuk lain yang lebih awet, seperti gaplek dan tepung tapioka. Tepung tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Tapioka yang diolah menjadi sirup glukosa dan destrin sangat diperlukan oleh berbagai industri, antara lain industri kembang gula, penggalengan buah-buahan, pengolahan es krim, minuman dan industri peragian. Tapioka juga banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat dalam industri makanan, seperti dalam pembuatan puding, sop, makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain-lain. Ampas tapioka banyak dipakai sebagai campuran makanan ternak. Industri tepung tapioka terdapat di daerah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan baik skala home industry atau industri menengah dan industri besar. Harga tepung tapioka eceran berkisar Rp.4.000,-/kg sampai Rp.5.000,-/kg. Pada umumnya dikenal dua jenis tapioka, yaitu tapioka kasar dan tapioka
258
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
halus. Tapioka kasar masih mengandung gumpalan dan butiran ubi kayu yang masih kasar, sedangkan tapioka halus merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dan tidak mengandung gumpalan lagi. Kualitas tapioka sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu (1) warna tepung; tepung tapioka yang baik berwarna putih, (2) kandungan air; tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga kandungan airnya rendah, (3) banyaknya serat dan kotoran; usahakan agar banyaknya serat dan kayu yang digunakan harus yang umurnya kurang dari 1 tahun karena serat dan zat kayunya masih sedikit dan zat patinya masih banyak, (4) tingkat kekentalan; harus dikondisikan agar daya rekat tapioka tetap tinggi yang dapat dilakukan dengan menghindarkan penggunaan air yang berlebih dalam proses produksi (Handoyo, 1985). Indonesia adalah produsen tepung tapioka nomor dua di Asia setelah Thailand. Produksi rata-rata tapioka Indonesia mencapai 15-16 ton/tahun, sedangkan Thailand 30 juta ton tapioka pertahun dan Vietnam berada pada urutan ketiga yaitu 2-3 juta ton tapioka per tahun. Perdagangan bebas dan MEA yang akan dilaksanakan di masa mendatang akan memberikan dampak positif terhadap produk pertanian Indonesia, termasuk industri tapioka. Ditinjau dari segi harga dan kualitas, tepung tapioka dari Indonesia dapat bersaing dengan Thailand. Peluang pasar tapioka Indonesia masih sangat terbuka terutama pasar Eropa seperti Spanyol, Belanda, Jerman, Prancis dan Portugal. Disamping itu pasar dalam negeri Indonesia sampai saat ini belum dapat terpenuhi, karena di indonesia para pengusaha tepung tapioka masih sedikit (http://www.agrotekno.net/2014/03). Salah satu lokasi penghasil ubi di Kabupaten Tapanuli Utara adalah di Desa Sihujur Kecamatang Tarutung. Lahan pertanian ubi kayu di desa tersebut rata-rata dikelola oleh kelompok tani yang memiliki ikatan keluarga. Dua kelompok tani yang ada di desa tersebut adalah kelompok tani ”Satahi” dan ”Setia Makmur” yang memiliki lahan pertanian disekitar Dolok Sihujur. Dua kelompok tani tersebut dalam kegiatan IbM ini merupakan mitra Tim IbM Unimed. Setiap kelompok tani terdiri dari 10 – 15 orang. Satu orang petani rata-rata memiliki sekitar kurang lebih satu hektar lahan yang ditanami ubi kayu. Per-satu batang tanaman ubi kayu rata-rata menghasilkan 8 kg hingga 10 kg ubi kayu dalam sekali panen. Lahan ubi kayu di desa tersebut terbentang disepanjang Dolok Sihujur. Masa panen ubi kayu adalah setahun sekali. Produk ubi kayu hasil panen tersebut selama ini dijual dalam bentuk ubi kayu dimana pemasarannya sangat tergantung pada pengumpul/tengkulak yang secara rutin mendatangi lokasi panen kelompok tani ubi kayu tersebut dengan menetapkan harga sepihak. Para tengkulak tersebut selanjutnya akan menjual ubi kayu hasil panen petani tersebut ke pasar dengan harga Rp.500,-/kg sampai Rp.600,-/kg atau ke pabrik pegolahan tapioka di Kabupaten Tapanuli Utara atau wilayah lain di Sumatera Utara. Apabila para petani yang tergabung dalam kelompok tani menjual hasil panen ubi kayu ke pasar maka harganya jauh lebih rendah dibandingkan apabila menjual ke tengkulak. Kelompok tani ubi kayu tersebut mengalami kendala apabila menjual hasil panen ubi kayu langsung kepasar. Selain hambatan transportasi, daya simpan ubi kayu yang tidak bisa bertahan lama mengharuskan petani segera menjual hasil panen tersebut. Permasalahan masyarakat mitra IbM sebagai petani ubi kayu yang tergabung dalam kelompok tani ubi kayu “Satahi” dan ”Setia Makmur” adalah terbatasnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka, terutama dengan menggunakan mesin berbasis teknologi tepat guna. Simpulan hasil survey sebagaimana dijelaskan di atas menunjukkan bahwa meskipun komoditas ubi kayu merupakan andalan hasil pertanian dari kedua kelompok tani tersebut, tetapi pemasarannya hanya dijual dalam bentuk ubi kayu, sehingga kurang dirasakan dampaknya bagi peningkatan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian permasalahan yang teridentifikasi dari mitra IbM baik secara produksi dan manajemen adalah (1) masyarakat mitra IbM, dikarenakan keterbatasan pengetahuan belum mengetahui nilai ekonomis yang sangat prospektif dari tepung tapioka yang dapat diolah dari ubi kayu, (2) masyarakat mitra IbM belum pernah mengolah ubi kayu menjadi tepung tapioka dengan memanfaatkan mesin pembuat tapioka, (3) masyarakat mitra IbM belum memiliki mesin pembuat tepung tapioka berbasis tekonoogi tepat guna yang sesuai dipergunakan untuk skala home industry di pedesaan. Mempertimbangkan industri tepung tapioka yang prospektif maka usaha diversifikatif pengolahan ubi kayu menjadi tapioka menjadi urgen untuk dilakukan. B. METODE PELAKSANAAN
259
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Program IbM ini dilaksanakan sebagai upaya diversifikasi produk pasca panen ubi kayu menjadi tepung tapioka. Kegiatan dilaksanakan pada dua kelompok tani ubi kayu ”Satahi” dan ”Setia Makmur” di Desa Sihujur Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara-Sumatera Utara. Proses pembuatan tepung tapioka dilakukan dengan mesin pembuat tapioka berbasis teknologi tepat guna hasil rancang bangun Yuniarto (2013). Mesin tersebut merupakan peyempurnaan dan pengembangan dari mesin tapioka Yuniarto (2006) dan Yuniarto (2012). Kegiatan IbM ini bertujuan untuk meningkatkan posisi tawar kelompok petani ubi kayu dalam pemasaran hasil panen dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani tersebut. Tujuan jangka panjang yang merupakan keberlanjutan dari IbM ini adalah menjadikan kelompok tani ubi kayu menjadi masyarakat yang lebih produktif secara ekonomi sebagai penggiat usaha mikro di pedesaan. Pelaksanaan kegiatan dikoordinasikan antara Tim IbM ini dengan Lembaga Pengabdian Msyarakat (LPM) Universitas Negeri Medan dan tim mitra IbM (petani kelompok ubi kayu di Desa Sihujur Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara). Sedangkan kegiatan yang dilakukan bersama mitra adalah terkait dengan penyusunan jadwal kegiatan dan persiapan pembuatan Mesin Pembuat Tapioka yang selanjutnya akan diberikan kepada Mitra kegiatan IbM serta produksi tapioka. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan kegiatan IbM adalah penyuluhan, pelatihan dan pemberdayaan kelompok tani ubi kayu mitra IbM dengan serangkaian tahapan sebagai berikut : (1) tahap persiapan : revisi perancangan dan pembuatan Mesin Pembuat Tapioka skala usaha kecil, (2) Tahap Pelaksanaan : Pelatihan penggunaan Mesin Pembuat Tapioka kepada Mitra IbM, (3) Tahap Pendampingan dan Evaluasi. C. HASIL KEGIATAN Hasil kegiatan IbM yang ditujukan untuk memberdayakan kelompok petani ubi kayu melalui pelatihan diversifikasi pengolahan ubi kayu menjadi tapioca disajikan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan: Revisi Perancangan Dan Pembuatan Mesin Pembuat Tapioka Skala Usaha Kecil Pada tahapan ini dilakukan analisis evaluativ kinerja mesin pembuat tapioka hasil rancang bangun Yuniarto (2013) agar mesin pembuat tapioka yang akan diserahkan kepada mitra IbM dapat bekerja dengan maksimal dan optimal. Analisis evaluative Mesin Pembuat Tapioka meliputi perencanaan elemen mesin sesuai kaidah teoritis menurut Spotts, M.F. (1988), Kannadiah.P.(2006); Kiyokatsu Suga dan Sularso (2008). Elemen utama mesin Pembuat Tapioka yang akan dibuat terdiri dari (a) in hopper, (b) poros pemarut dan penggilas, (c) ayakan penyaring, (d) power supply, (e) rangka mesin, (f) instalasi air, (g) piringan dan lengan, (h) karter penampung air, (i) penyangga ayakan, (j) mekanisme transmisi sabuk v ganda. Spesifikasi teknis mesin pembuat tapioka tersebut adalah sebagai berikut : (1) Dimensi mesin p x l x t = 2.500 x 900 x 1.250 mm; (2) Daya penggerak mekanisme pemarutan dan penyaringan ubi kayu adalah motor bensin 7,8/3600 (kW/rpm); maksimal daya putaran (N.m/rpm) 23,1/2500 untuk penggerak; (3) Kapasitas mesin 70 kg/jam ; (4) Mekanisme transmisi daya : compound V belt transmition, (5) Mekanisme pamarutan dengan menggunakan poros pemarut berdimensi : poros 20 mm; efektif pemarut : 90 mm; Panjang efektif pemarut : 250 mm; Bentuk paku pemarut : limas segi empat (luas alas 2x2mm), tinggi 3mm : Jumlah paku seluruhnya :1.200; (6) Mekanisme penyaringan menggunakan ayakan yang dibuat dengan kemiringan 8° dan senantiasa bergerak majumundur secara konsisten sebagai akibat dorongan poros engkol. Ubi kayu yang telah terparut akan secara konsisten tersaring saripatinya dan dengan dorongan air yang akan disemprotkan secara sistematis ke seluruh permukaan ayakan saringan menggunakan mekanisme semprotan air yang mengalir dari selang berdiameter ½” dan diberi lubang 0,5 mm yang terpasang di tengah panjang ayakan saringan serta disemprotkan ke seluruh permukaan ayakan saringan maka akan memperlancar jatuhnya sari pati ubi yang akan ditampung dalam bak penampungan.
260
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 1. Mesin Pembuat Tapioka (Yuniarto, 2013) Proses dilanjutkan dengan pembuatan mesin tapioka yang dilakukan di Workhop Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan yang memiliki peralatan manufaktur yang lengkap. Pengerjaan mesin pembuat tapioka melibatkan mahasiswa semester VI Jurusan Teknik Mesin FT Unimed. Dibutuhkan waktu sekitar dua bulan untuk mengerjakan mesin pembuat tapioka tersebut. Waktu pengerjaannya diupayakan tidak mengganggu proses perkuliahan praktek permesinan, sehingga memanfaatkan waktu sore hari serta hari Sabtu dikarenakan perkuliahan praktek permesinan libur. Elemen utama mesin Pembuat Tapioka yang akan dibuat terdiri dari (a) in hopper, (b) poros pemarut dan penggilas, (c) ayakan penyaring, (d) power supply, (e) rangka mesin, (f) instalasi air, (g) piringan dan lengan, (h) karter penampung air, (i) penyangga ayakan, (j) mekanisme transmisi sabuk v.
Gambar 2.a
261
Gambar 2.b.
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 2.d
Gambar 2.c.
Keterangan : Gambar 2.a sd 2.c : proses pengerjaan mesin pembuat tapioka Gambar 2.d. Mesin Tapioka hasil rancang bangun 2. Tahap Uji Coba Untuk mengetahui kemampuan mesin pembuat tepung tapioka maka dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah kemampuannya bisa memberikan hasil sebagaimana yang direncanakan. Mesin pembuat tepung tapioka dirancang untuk mampu memarut dan menyaring dengan kapasitas rencana 70 kg/jam. Hasil akhir proses tersebut adalah campuran antara saripati ubi kayu hasil perasan dan air. Untuk mendapatkan tepung tapioka kering, air ini harus diendapkan lebih kurang satu malam, kemudian dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan secara terpisah dan bukan merupakan bagian proses dari mesin yang dirancang ini. Agar pengujian kemampuan mesin lebih mudah dilakukan dan dianalisis, maka setiap kali pengujian, jumlah kupasan ubi kayu yang dimasukkan ke dalam inlet mesin pembuat tepung tapioka sebanyak 6 kilogram. Langkah-langkah untuk pengujian mesin adalah sebagai berikut : (1) Mempersiapkan beberapa peralatan yang diperlukan dalam pengujian yaitu timbangan, dan alat pencatat waktu/stopwatch. (2) Menyediakan ubi kayu yang telah dikupas. Untuk memperlancar proses masuknya ubi kayu ke bagian pemarut, ubi kayu dipotong menjadi tiga atau empat bagian. (3) Menjalankan mesin dan menunggu sampai putaran mesin stasioner, lebih kurang 5-7 menit setelah mesin dihidupkan. (4) Memasukkan ubi kayu yang sudah disiapkan ke dalam inlet/ corong masuk. Setiap kali pengujian, jumlah ubi kayu yang dimasukkan ke dalam inlet adalah 6 kilogram. Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali. (5) Pada saat pengujian dilakukan, proses yang diuji pada mesin ini adalah proses pemarutan dan penyaringan. Hasil akhir yang diperoleh dari mesin ini adalah campuran antara air dan saripati ubi kayu yang akan jatuh dan ditampung di bak penampungan. (6) Mencatat hasil pengujian berupa waktu yang diperlukan untuk memarut dan menyaring 6 kilogram ubi kayu/tahapan pengujian yang dimasukkan ke dalam inlet dengan menggunakan stopwatch. Proses pengeringan campuran antara air dan saripati ubi kayu hasil penyaringan dilakukan terpisah dari mesin ini, dan tidak merupakan bagian proses dari mesin yang dirancang ini. Hasil pengujian mesin pembuat tapioka tabel 1. Pada saat uji coba , rata-rata waktu pemrosesan setiap kali tahapan (dari 10 kali tahapan yang direncanakan) adalah 5,11 menit. Sehingga dari 10 kali proses pemarutan dan penyaringan, ubi kayu yang berhasil diproses adalah 72 kg dan waktu yang diperlukan 61,3 menit. Terdapat selisih waktu sebesar 1,3 menit dari 60 menit yang direncanakan untuk kapasitas 70 kg ubi kayu yang harus diparut dan diperas. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, terutama pada belum stabilnya performansi mesin pada saat awal percobaan dan juga faktor kecepatan penuangan ubi kayu dalam corong masuk oleh operator. Meskipun waktu pemrosesan yang terdiri dari proses pemarutan dan penyaringan melampaui target namun dari segi kapasitas, mesin tapioka hasil rancang bangun tim IbM Unimed telah mampu melampaui target dari kapasitas rencana, karena mampu memproses sebanyak 72 kg ubi kayu kupas. Hasil setiap tahapan proses tersebut di atas adalah bahwa untuk setiap 6 kg ubi kayu yang diparut dan disaring maka saripatinya setelah dibuang airnya dan
262
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
diendapkan selama satu malam menghasilkan 2 kg sampai 2,5kg tepung tapioka yang telah kering (sekitar 30% ). Tabel 1. Hasil Uji Coba Mesin Tapioka Tahapan Kapasitas Waktu Pemrosesan Pengujian Pemrosesan/tahapan (Menit) (kg) 1 6 5.2 2 6 5.3 3 6 5 4 6 5 5 6 5.5 6 6 5.1 7 6 5 8 6 5 9 6 5 10 6 5.2 11 6 5 12 6 5 Jumlah 72 61.3 Rata-rata 5.11 Mekanisme penyaringan digerakkan oleh poros engkol yang merubah gerak putar menjadi gerak lurus, yang dibagian rangka bagian bawah penyaring dipasang bantalan gelinding untuk meminimalkan gesekan dengan chasis/rangka. Gerakan maju-mundur saringan oleh mekanisme poros engkol tersebut dan dengan difasilitasi kemiringan sekitar 8 derajat dari saringan telah mampu mempercepat proses penyaringan. Dokumentasi pengerjaan dan uji coba mesin tapioka disajikan sebagai berikut :
Gambar 3.a
Gambar 3.b
Gambar 3.d Keterangan : Gambar 3.d
Gambar 3.c
Gambar 3.a sd 3.b. Pemarutan dan penyaringan ubi kayu Gambar 3.c. Hasil penyaringan saripati ubi kayu Gambar 3.d. Tepung tapioka hasil pengendapan saripati ubi kayu
263
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 3.d 2. Tahap Pelaksanaan : Pelatihan Penggunaan Mesin Pembuat Tapioka Kepada Mitra IbM Tahapan pelatihan penggunaan mesin pembuat tapioka kepada mitra IbM didahului dengan menyerahkan mesin tersebut kepada mitra IbM di Desa Sihujur Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara, berjarak 190 km dari Kota Medan. Peta lokasi Mitra IbM disajikan sebagai berikut :
Gambar 4.a Gambar 4.b Keterangan : Gambar 4 a dan 4.b. Lokasi Mitra Kegiatan IbM :Desa Sihujur (10 km) dari Ibu Kota Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Perjalanan Tim IbM dari Kampus Unimed dilakukan pada tanggal 3 September 2016, dan sampai di Desa Sihujur Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara pada keesokan harinya. Penyerahan mesin pembuat tapika kepada dua kelompok mitra IbM, yaitu kelompok tani ”Satahi” dan ”Setia Makmur” dilakukan pada tanggal 4 September 2016.
Gambar 4.a. dan 4.b. .Proses Pengantaran Mesin Pembuat Tapioka ke Lokasi Mitra IbM (Berangkat dari Workshop Teknik Mesin FT Unimed pkl. 19.00 wib tgl. 3 September 2016)
264
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 4.c Gambar 4.d Keterangan : Gambar 4.c dan 4.d. Tim IbM Unimed sampai di lokasi kegiatan IbM, Desa Sihujur, Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara pada tanggal 4 September 2016 Kegiatan penyerahan Mesin Pembuat Tapioka kepada mitra IbM dilakukan di rumah salah ketua kelompok tani “Satahi” yaitu Pada Hutabarat. Mitra IbM telah menantikan kehadiran mesin pembuat tapioka tersebut. Rentang waktu hampir satu tahun sejak kesepakatan awal dengan Tim IbM Unimed pada tahun 2015 membuat mitra IbM sangat mengapresiasi kehadiran Tim IbM terlebih dengan diserahkannya mesin pembuat tapioka ini. Adalah sebuah kewajaran ketika mitra IbM sedikit merasa khawatir dikarenakan rentang waktu yang sangat panjang antara kedatangan tim IbM Unimed pada tahun 2015 lalu dengan realisasi penyerahan mesin tapioka pada bulan September 2016. Dengan penjelasan konfirmatif terkait mekanisme kegiatan IbM dari Kemristekdikti utamanya pada mekanisme pendanaan akhirnya mitra IbM dapat memahami kondisi jeda waktu antara perencanaan kegiatan IbM dengan realiasi kegiatan IbM ini.
Gambar 5.a Gambar 5.b Keterangan : Gambar 5 a dan 5.b Penyerahan Mesin Pembuat Tapioka kepada Mitra IbM
265
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Tahapan pelatihan penggunaan mesin pembuat tapioka tersebut kepada mitra IbM dilakukan pada tanggal 4 September 2016. Materi pelatihan didesain sesuai dengan kebutuhan yang terdiri dari training teori dan praktek, dengan materi (a) cara mengoperasikan, merawat dan mengatasi masalah teknis selama pemakaian Mesin Pembuat Tapioka skala usaha kecil luaran kegiatan IbM, dan (b) keselamatan kerja dan (c) perawatan mesin.
Gambar 6.a
Gambar 6.c.
Gambar 6.b
Gambar 6.d
Keterangan gambar 6.a. sd 6.d. Persiapan pelatihan penggunaan mesin pembuat Tapioka pada mitra IbM Proses pembuatan tapioka menggunakan mesin pembuat tapioka yang dipergunakan dalam kegiatan IbM ini adalah sebagai berikut: a) Pengupasan : umbi dikupas, kemudian dicuci sampai bersih. b) Pemarutan dan penyaringan dilakukan menggunakan mesin pembuat tapioka yang dirancangbangun dalam kegiatan IbM ini. c) Pengeringan : suspensi pati dibiarkan mengendap di dalam wadah pengendap selama 12 jam. Pati akan mengendap sebagai pasta. Cairan diatas endapan dibuang, dan pasta dijemur di atas tampah atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air di bawah 14%. Produk yang telah kering akan gemersik bila diremas-remas. Hasil pengeringan ini disebut dengan tepung kasar. d) Penggilingan : tepung kasar selanjutnya ditumbuk atau digiling sampai halus (sekurangkurangnya 80 mesh) menjadi tapioka (tepung ubi kayu).
266
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 6.d Gambar 6.e Keterangan gambar 6.d dan 6.e. Mitra IbM sedang berlatih membuat tapioka
Gambar 6.f Gambar 6.g Keterangan : Gambar 6 f. Saripati ubi kayu hasil pemarutan dan penyaringan Gambar 6.g dan 6.g. Tepung Tapioka yang dihasilkan dari hasil penjemuran saripati ubi kayu yang airnya telah ditirskan dan diendapkan selama 1 malam.
267
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
3. Tahap Pendampingan dan Evaluasi Program pendampingan adalah tahapan pelaksanaan kegiatan IbM yang bertujuan untuk mendampingi Tim Mitra IbM dalam proses produksi diversifikatif hasil panen ubi kayu menjadi tapioka agar proses produksinya dapat mencapai hasil maksimal dan optimal dan proses usaha s e c a r a k e s e l u r u h a n dapat berjalan tetap dalam kondisi lancar dan baik. Pendampingan yang direncanakan juga meliputi pendampingan penyusunan pengemasan dan pemasaran. Evaluasi dilakukan secara bertahap yaitu : (a) Evaluasi pada tahap awal d i t u j u k a n untuk mengukur tingkat keberhasilan dari t a h a p p e m b e r i a n motivasi yang telah diberikan kepada mitra IbM. (b) Evaluasi pada tahap proses kegiatan bertujuan untuk mengetahui kemampuan Mitra IbM mengimplimentasikan seluruh materi pelatihan yang telah diberikan oleh tim Pakar IbM. (c) Evaluasi Tahap akhir bertujuan untuk melihat keberhasilan dari kegiatan yang telah dilaksanakan yang diindikasikan telah berproduksinya Mesin Pembuat Tapioka dengan hasil Tepung Tapioka yang memenuhi kriteria dan kualitas produksi yang meliputi (1) Warna Tepung; tepung tapioka yang baik berwarna putih, (2) Kandungan Air; tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga kandungan airnya rendah, (3) Banyaknya serat dan kotoran; banyaknya serat dan kayu yang digunakan harus yang umurnya kurang dari 1 tahun karena serat dan zat kayunya masih sedikit dan zat patinya masih banyak, dan (4) Tingkat kekentalan; usahakan daya rekat tapioka tetap tinggi. Untuk ini harus dihindari penggunaan air yang berlebih dalam proses produksi. D. KESIMPULAN Tujuan kegiatan IbM untuk meningkatkan keterampilan kelompok petani ubi kayu melalui upaya diversifikatif olahan ubi kayu menjadi tapioka telah dapat dilaksanakan dengan baik. Indikasi keberhasilan kegiatan IbM dapat dinalisis dari telah diserahkannya mesin pembuat tapioka yang dirancang oleh Tim IbM Unimed kepada mitra IbM. Indikasi kedua adalah bertambahnya pengetahuan dan wawasan serta keterampilam mitra IbM dalam mekanisasi olahan pasca panen ubi kayu menjadi tapioka menggunakan mesin pembuat tapioka. Diversifikasi pangan berbahan baku ubi kayu terutama dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan posisi tawar petani ubi kayu sangat diperlukan, terlebih ketika berbagai harga kebutuhan pokok terus meningkat. Pengolahan ubi kayu menjadi tapioka menggunakan mesin berbasis teknologi tepat guna relevan diterapkan di pedesaaan. Selain dapat meningkatkan usia simpan, produk tapioka tersebut memiliki nilai ekonomis yang prospektif. Diharapkan outcome kegitan IbM ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani ubi kayu mitra IbM serta kelompok tani lainnya di daerah tersebut. petani.
268
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
DAFTAR PUSTAKA Bhandari,VB.(2007). Design of Machine Elements. New Delhi : Tata Mc. Graw Hill Bhandari,VB.(2001). Introduction to Machine Design. New Delhi : Tata Mc. Graw Hill Central Machine Tool Deutschman, A.D., Machine Design: Theory and Practice., Macmillan Publishing Co., Inc., New York, 1975. DP2M Dikti (2013). Panduan Pelaksanaan Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Perguruan Tinggi Edisi IX. Handoyo, S.E., Membuat Tepung Tapioka., Bhatara Karya Aksara, Jakarta, 1985. Kannadiah.P.(2006). Machine Design.India : V Ramesh for Scitech Publications Kiyokatsu Suga dan Sularso. (1997). Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta : PT Pradnya Paramitha Mahadevan,K and Reddy, Balaveera K (2006). Design Data Hand Book (in SI and Metric Units) for Mechanical Engineering. New Medan Bisnis, 27 April 2015.”Ubi Kayu Penyumbang PDRB Sumatera Utara”. Sani, R.A ( 2013),. Pembinaan Masyarakat Berbasis Iptek. Medan : CitaPustaka Media Perintis. Stolk. J. (1982). Elemen Mesin-dan Merencana. Jakarta : Erlangga BPS Sumatera Utara. (2013). Sumatera Utara Dalam Angka 2016. BPS Sumatera Utara Spotts, M.F. (1988) Design of Machine elements-Eighth Edition. New Jersey : Prentice Hall http://www.agrotekno.net/2014/03.”Peluang dan Tantangan industri tepung tapioka. Diakses tanggal 20 April 2015 Yuniarto Mujisusatyo.(2006). Rancang Bangun Mesin Pembuat Tapioka- Laporan Hasil Penelitian Research Grant TPSDP Batch III-Universitas Negeri Medan Yuniarto Mujisusatyo.(2012). Pengembangan Prototipe Mesin Pembuat Tapioka-Penelitian Hibah Bersaing Tahun pertama (2012) - Sumber Dana DP2M Ditejendikti Kemdikbud. Yuniarto Mujisusatyo.(2013). Pengembangan Prototipe Mesin Pembuat Tapioka-Penelitian Hibah Bersaing Tahun Kedaua (2103) - Sumber Dana DP2M Ditejendikti Kemdikbu.
269
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
MANAJEMEN BISNIS BAGI USAHA KECIL JASA JAHIT PAKAIAN DI KOTA PADANG Nurhayati1, Ika Yuanita1 1
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Padang, Padang Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRACT
The competition of the small business taylor service pashion production very rises, so every small tailor business must be managed his service with good planning, orientatin and goal. The small business must be effort to have information and understand management consept in managed her business. The general of the small business taylor service begin her business with minim skill of business just he can make the pashion with basic talent. The priority problem of the partners in this community service program is So many aspect ; production, about the finishing of pashion dosn’t ontime. Finance, about dosn’t seperately the business and private money. Marketing, about promotion. Human resources, turn over of taylor employe. Expected outcomes of this community service is shaped "SERVICES" training about the aplication of business management and controling also. Training done one days with business owners as a partners of this project (Del and Rapilo Taylor) and some workers both partners as a trainee mentored by some experts, entrepreneurs, and consultants. The conclusion that can be drawn from the implementation of these community services is partners Partners have been able to record the cash flow of business seperately with private Cash flow. The partners had been ontime in production with use the form work plan. And also the patners give service excellent for the customer and understang about importance to maintenance the customer. The omzet and competitiveness of partners increase than before attend the programs. Keywords: Management, Business, Omzet, Marketing, Production 1. PENDAHULUAN Persaingan dalam Usaha Jasa Jahit pakaian semakin meningkat, untuk meningkatkatkan daya saing usaha kecil jasa jahit pakaian maka pelaku usaha sudah semestinya mengelola usahanya dengan lebih terarah dan terencana dan jelas tujuan yang akan dicapai. Dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan usaha pelaku bisnis jasa ini harus memiliki pengetahuan dan pemahaman konsep manajemen dalam pengelolaan usahanya, sehingga usaha dapat berjalan dengan efisien dan efektif. untuk meningkatkan daya saing bisnis jasa jahit ini dibutuhkan pemahaman dan Penerapan Manajemen bisnis baik dari aspek pemasaran, produksi, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia. Pada umumnya pelaku usaha ini, pada awalnya hanya memulai usahanya dengan modal kemampuan menjahit dan kebanyakkan yang sebelumnya menjadi anggota dari tukang jahit yang lebih senior. Lalu setelah sekian tahun menjadi anggota/tukang jahit dengan yang lebih senior, memutuskan untuk merintis sendiri, dan membuka usaha sendiri. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa pelaku usaha ini, memulai usahanya dengan konsep bisnis yang minim dan keahlian yang dikembangkan secara otodidak. Potensi pasar jasa jahit pakaian di kota Padang, sangat besar karena Padang adalah ibu kota Provinsi dimana sama halnya dengan ibu kota provinsi lainnya yang banyak terdapat kantor Dinas, instansi, kantor Bank, dan perusahaan yang mempunyai stelan kerja dan baju seragam sesuai dengan ciri khas masing-masingnya. Selain itu Sekolah-sekolah, Kampus - kampus dan lembaga pendidikan lainnya yang juga punya pakaian seragam dan ciri khas tertentu. Potensi lainnya masyarakat kota Padang, dengan berbagai kebutuhan pakaiannya untuk acara-acara seperti pesta pernikahan, majelis taklim, pakaian seragam komunitas tertentu. Selain ini yang berpotensi juga adalah orang yang suka dengan model-model yang Customize. Begitu juga dengan orang yang termasuk pada kategori bentuk badan yang tidak proporsional, sehingga Tailor Made adalah pilihan yang tepat bagi mereka dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka terhadap pakaian. Serta berbagai event lainnya,
270
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
yang menuntut keseragaman dalam berpakaian. Potensi-potensi ini sudah semestinya harus direspon dengan tepat oleh pelaku bisnis Jasa Jahit Pakaian di kota Padang. Mitra yang akan dibina pada program Ipteks bagi Masyarakat ini, ada dua usaha kecil Jasa Jahit Pakaian di Kota Padang yaitu IDEL TAILOR dan RAPILO TAILOR. Dalam upaya meningkatkan daya saing mitra, sehingga bisa unggul dalam beroperasi dan pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing dan omzetnya. Bertitik tolak dari uraian diatas, permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil jasa jahit pada umumnya adalah manajemen bisnisnya. Begitu juga dengan mitra dari diskusi survey awal dengan kedua mitra maka dapat di rumuskan bahwa persoalan yang dihadapi mitra adalah sebagai berikut: a) Aspek Produksi, pada aspek inipersoalannya adalah sering terjadi ketidaktepatan waktu penyelesaian jahitan pakaian pelanggan. b) Aspek Pemasaran, pada aspek ini mitra melakukan usaha-usaha pemasaran yang belum agresif. Promosi yang terjadi baru informasi dari mulut ke mulut dari pelanggan ke koleganya. Mitra selama ini masih dengan konsep tradisional yaitu menunggu pelanggan datang ke lokasi usaha, belum ada usaha untuk berpromosi. c) Aspek Keuangan, kurangnya pemahaman mitra tentang pemisahan dana usaha dengan dana pribadi. d) Aspek Sumber daya manusia, masih rendahnya pengetahuan mitra tentang motivasi dan bekerja dengan tim atau dalam hal ini tukang jahit. Sistem pengupahan dengan sistem sepertiga dari total upah ini menjadi keluhan bagi anggota/tukang jahit, Sehingga mengakibatkan tingkat perpindahan tukang jahit mitra tinggi. 2. KAJIAN LITERATUR Berdasarkan pembahasan masalah prioritas yang dihadapi mitra, maka materi pelatihan yang akan diberikan adalah mengenai manajemen bisnis, berupa dari aspek manajemen produksi, pemasaran keuangan dan Sumber daya manusia. Manajemen dapat diartikan sebagai proses pengoordinasian kegiatan – kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain ( Robbins, 2007:8). Dari definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa manajemen adalah mengatur dan mengelola usaha secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan. Sedang bisnis secara sederhana merupakan semua aspek kegiatan untuk menciptakan dan menyalurkan barang – barang dan atau serta jasa melalui saluran produktif. Pada program ini bisnis yang akan dibahas adalah bisnis yang bergerak dibidang jasa jahit pakaian. Manajemen Produksi merupakan proses mengatur dan mengoordinasikan penggunaan sumber daya serta bahan secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan utility suatu barang atau Jasa (Assauri, 2004:12). Manajemen Pemasaran dapat didefinisikan sebagai Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul (Kotler, 2009:5). Dalam hal ini materi yang akan di transfer untuk pemasaran ini lebih difokuskan pada pelayanan promosi dan kepuasan pelanggan. Manajemen Keuangan adalah pengelolaan dana yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien (Sartono, 2010: 6). Materi pelatihan mengenai pengelolaan keuangan usaha kecil yang efektif dan terencana. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses memperoleh, melatih, menilai dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memerhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan , keamanan dan masalah keadilan (Dessler, 2006: 5). Materi akan difokuskan pada pemiliharaan dan pengelolaan pekerja, dalam hal ini tukang jahit pakaian. 3. METODE PELAKSANAAN Pengabdian masyarakat ini melakukan pendekatan pelaksanaan pada mitra dengan cara diskusi, pelatihan dan pendampingan mitra. Metode pelatihan akan dilakukan pada mitra diantaranya sebagai berikut: a) Metode Diskusi, bertujuan untuk pemecahan masalah yang dihadapi oleh peserta untuk dicarikan penyelesaiannya. b) Simulasi Bisnis/Praktek Langsung, mengkondisikan bisnis dalam skala kecil dan permasalahannya. Peserta diharapkan mampu menyelesaikan kasus yang hampir serupa dengan persoalan mitra.
271
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
c) Pelatihan Manajemen Bisnis dengan Diskusi interaktif mitra dengan Tim, konsultan dan Praktisi. Pelatihan dilakukan pemilik usaha dan beberapa orang tenaga kerja kedua Mitra IbM. Pelatihan dilakukan dalam waktu 1 (satu) hari penuh dengan pemilik usaha dan beberapa orang tenaga kerja kedua Mitra IbM sebagai peserta pelatihan yang dibimbing oleh beberapa pakar, pengusaha, dan konsultan. d) Pembinaan dilakukan beberapa kali pada masing-masing mitra bersama tim dan konsultan untuk konsultasi lanjutan dalam penyelesaian persoalan prioritas mitra. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang dicapai dari kegiatan Program Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) adalah dalam bentuk Pelatihan mitra dalam penerapan manajemen bisnis. Selain itu Juga pengontrolan dan pembinaan mitra dalam mengelola usahanya, untuk meningkakant daya saingnya dalam menghadapi persaingan usaha jasa jahit pakaian saat ini. Dimana usaha jasa jahit sudah harus efisien menghadapi usaha pakaian jadi yang ada di pasaran dengan harga yang lebih murah serta model serta rancangan yang lebih kontemporer. 4.1 PELAKSANAAN KEGIATAN PELATIHAN Kegiatan Pelatihan Manajemen Bisnis bagi Usaha Kecil Jasa Jahit Pakaian ini telah dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 02 September 2014, bertempat di Hotel Bougenville Padang. Kegiatan pelatihan di mulai jam 08.00 dan berakhir jam 17.45 Wib sore harinya. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 7 orang peserta. Semua peserta sangat bersemangat dan antusias mengikuti pelatihan ini. Karena mendapatkan informasi dan pencerahan untuk meningkatkan perkembangan serta daya saing usahanya. Kegiatan pelatihan terdiri dari beberapa sesi dengan 5 Orang Narasumber yang berasal dari Trainer Perguruan Tinggi dan Praktisi/pengusa dengan ringkasan topik setiap sesinya sebagai berikut: 1) Pentingnya Peningkatan daya saing UKM dan Manajemen untuk Usaha jasa 2) Pelayanan Prima dan Produksi tepat waktu 3) Mengelola Keuangan Usaha 4) Mengelola SDM 5) Negosiasi Bisnis dan pendekatan ke Konsumen Potensial 6) Sesi Simulasi dan Diskusi dalam penyelesaian Permasalahan Mitra, pada sesi ini diskusi dan interaktif dengan mitra dalam penyelesaian Simulasi dan Diskusi Interaktif dalam penyelesaian persoalan prioritas mitra. Ada empat persoalan prioritas yang dihadapi mitra yaitu aspek Produksi, Pemasaran, Keuangan dan SDM. Dalam usaha menyelesaikan persolaan ini di berikan simulasi pada peserta pelatihan secara bersama oleh trainer dari Perguruan tinggi dengan praktisi, adalah sebagai berikut: 1) Aspek produksi, penyelesaian jahitan pakaian tepat waktu dengan kualitas baik. Mitra diminta memperkirakan dengan tepat berapa waktu yang dibutuhkan rata-rata untuk 1 helai pakaian. Dari hasil perkiraan ini nanti yang akan dipedomani oleh mitra dalam membuat janji dengan konsumen dalam penyelesaian jahitan. Setelah itu peserta di minta mengisi form rencana pekerjaan seperti ada pada lampiran. Dengan hal ini diharapkan ke depan mita bisa tepat waktu. 2) Aspek pemasaran, peningkatan pelayanan pelanggan dan peningkatan promosi.Untuk aspek ini mitra diminta untuk meningkatkan promosi dan pendekatan ke konsumen potensial. Promosi yang tepat seperti kartu nama, kantong plastik dengan merek usaha mitra. Meningkatkan pelayanan ke pelanggan. Mitra di minta mempraktikkan cara-caranya. 3) Aspek keuangan, pengelolaan dana usaha dan pribadi secara terpisah dan pengelolaan kas usaha. Mitra diminta mengisi semua form keuangan usaha yang disediakan dan di arahkan oleh trainer. Form ada pada lampiran. 4) Aspek Sumber Daya Manusia, peningkatan pengelolaan dan pemeliharaan tukang jahit. Peserta diarahkan untuk bisa saling bekerja sama antara pemilik dengan tukang. Karena merupakan satu sinergi yang saling membutuhkan. Membahas mengenai cara memotivasi tukang dengan upah yang layak, bagi yang lebih cepat diberi bonus, saling memahami, saling menghargai. Alternatif lain kerjasama dengan penjahit lain dalam penyelesaian orderan yang diluar kapasitas. Dalam hal ini mitra akan mendapatkan fee dari orderan tersebut.
272
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Kegiatan pengontrolan dan pembinaan ini bertujuan untuk memdampingi mitra dalam melaksanakan dan menerapkan manajemen bisnis yang baik setelah mengikuti program pelatihan. Tim beberapa kali melakukan kegiatan ini ke lokasi mitra dengan rincian; a) Pengontrolan dan Pembinaan tentang pengelolaan SDM b) Pengontrolan dan pembinaan tentang mengelola keuangan c) Pengontrolan dan Pembinaan tentang pelayanan prima pada pelanggan d) Pengontrolan dan Pembinaan tentang operasional usaha e) Pengontrolan dan Pembinaan tentang negosiasi dan lobby f) Simulasi manajemen usaha dan penyelesaian masalah mitra Tahapan pembinaan dan pendampingan yang dilakukan dalam usaha menyelesaiakan persoalan mitra. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan pada pendahuluan, maka permasalahan mitra yang prioritas diselesaikan dalam pengabdian ini antara lain : 1) Pemisahan keuangan kedai/usaha dengan keuangan pribadi. Dalam hal ini tim mengarahkan mitra membuat aliran kas masuk dan kas keluar setiap harinya. Dan aliran kas usaha dan kas pribadi buku/pencatatnnya dipisahkan dengan form dan buku yang sudah diberikan. 2) Tingginya turn over tukang jahit/anggota kerja. Pembinaan terhadap mitra untuk memotivasi tukang dan memberikan gaji yang bersaing terhadap tukang jahit. 3) Pembinaan terhadap mitra supaya dapat menyelesaikan jahitan tepat janji dengan mengarahkan mitra membuat perencanaan Job dan mengetahui kapasitas yang bisa diselesaikan per minggunya, supaya bisa lebih tepat memperkirakan janji penyelesaian pada pelanggan. 4) Pembinaan terhadap mitra untuk lebih agresif dalam penawaran jasa. Diarahkan mitra agar agresif melakukan pendekatan, lobby dan promosi dengan mendatangi kantor dinas, sekolah dan institusi. Mitra juga diarahkan untuk menawarkan jasa bisa mengukur ke kantor atau ke rumah pelanggan bila pelanggan sibuk dan tidak memungkinkan datang ke lokasi usaha mitra. 5) Pembinaan mitra supaya dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi langganan. Mitra diarahkan supaya lebih sopan, lebih baik dan lebih Customize dalam melayani pelanggan. Memberikan arahan mode desain bila pelanggan membutuhkan. Menghubungi pelanggan bila pakaiannya sudah selesai.mitra diarahkan untuk memberikan pelayanan mengantarkan hasil jahitan ke kantor atau ke rumah pelanggan, bila pelanggan sibuk atau tidak bisa ke lokasi usaha.Mitra 1 dan 2 sudah berhasil melakukan pendekatan dan orderan pakaian seragam kantor diantaranya ; pakaian seragam Bank nagari berupa baju kurung untuk hari jumat, selain itu baju seragam Akademi kebidana orderan ini diterima oleh mitra 1. Selanjutnya mitra 2 juga mendapatkan orderan baju seragam kantor jas dan blazer dari Dinas Depnaker kota Padang, selain itu juga ada jas untuk pesta dan pernikahan. Demikianlah tahapan kegiatan yang telah dilakukan selama pelaksanaan program pengabdian ini semoga mitra bisa meningkatkan daya saingnya dan pendapatannya setelah mengikuti program ini. 5. SIMPULAN Pelaksanakan Program Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) sesuai dengan jadwal yang telah di rencanakan. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pelaksanaan Program Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) dalam Pelaksanaan pelatihan, Diskusi, Pengontrolan dan pembinaan dengan mitra, yaitu: 1) Mitra telah melakukan pemisahan catatan aliran kas usaha dan aliran kas pribadi 2) Mitra sudah dapat mengurangi ketidaktepatan janji dengan pelanggan dengan menerapakan rencana kerja 3) Mitra sudah bisa lebih ramah, dan sudah memahami pentingnya mempertahankan pelanggna. 4) Pendapatan mitra sudah mengalami peningkatan dari sebelum pelaksanaan IbM 5) Mitra 1 dan 2 sudah berhasil melakukan pendekatan dan orderan pakaian seragam kantor diantaranya ; pakaian seragam Bank nagari berupa baju kurung untuk hari jumat, selain iru baju seragam akademi kebidanan orderan ini pada mitra 1. Selanjutnya mitra 2 juga mendapatkan orderan baju seragam kantor jas dan blazer dari Dinas Depnaker kota Padang, selain itu juga ada jas untuk pesta dan pernikahan. 6) Metode pelaksanaan kegiatan berupa pelatihan, diskusi, pembinaan dan pengontrolan membuat mitra lebih terbuka dan menerima arahan dalam usaha meningkatkan daya saing usahanya.
273
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 DAFTAR PUSTAKA Abbas, Tati, 2007, “Bahan Ajar Manajemen Usaha Busana,” Universitas Pendidikan Bandung. Assauri, Sofjan, 2004,”Manajemen produksi dan Operasi”, Edisi Revisi, FE-UI, Jakarta. Dessler, Gary, 2006 “Manajemen Sumber Daya Manusia” Jilid 1 Edisi 10, Indeks, Jakarta Ekawardhana, Anthony.W, 2013 “Pengelolaan dan Pengembangan Bisnis Garment Pada Indo Garment Surabaya” Angora, Vol I, Vol.1, Surabaya Glendoh, Sentot.H, 2010,”Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil “ Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol.3, No.1, Petra, Jakarta IDEL, 2013, Survey Awal Pengabdian kepada Masyarakat : Analisis Situasi, usaha kecil jasa jahit pakaian, Padang. Kotler, Keller,2009,”Manajemen Pemasaran,” Jilid 1, Edisi 13, Erlangga, Jakarta Lupiyoadi, Rambat, 2012 “Manajemen Pemasaran Jasa” Edisi 2, Salemba Empat,Jakarta Rapilo, 2013, Survey Awal Pengabdian kepada Masyarakat : Analisis Situasi, usaha kecil jasa jahit pakaian, Padang. Robbins, Coulter, 2007,” Manajemen” Jilid 1 Edisi 8, Indeks, Jakarta Sartono, Agus R, 2010,” Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi 4, BPFE, Yogyakarta
274
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 EVALUASI REHABILITASI MANGROVE TAHUN BERJALAN DAN PENGARUH TERHADAP SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA PULAU SEMBILAN, KABUPATEN LANGKAT Mohammad Basyuni*1, Fuad Khalil Harahap1, Arif Nuryawan1, Lollie Agustina P. Putri2 1
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan Penulis Korespondensi:
[email protected]
2
*
ABSTRAK
Evaluasi rehabilitasi mangrove pada tahun berjalan jarang dilaksanakan pada daerah hutan mangrove yang rusak, kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan bibit Rhizophora apiculata. Pengabdian berbasis penelitian ini secara khusus meneliti tingkat keberhasilan penanaman dan pengaruh rehabilitasi mangrove terhadap sosial budaya masyarakat setempat dengan menggunakan kuisioner. Pengabdian berbasis penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon masyarakat melalui kegiatan rehabilitasi di Desa Pulau Sembilan. Hasil studi menunjukkan persentase hidup tanaman Rhizophora apiculata sebesesar 72%. Respon masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi sebesar 91,67% serta mau terlibat sebesar 88,33%. Pengaruh terhadap sosial sebanyak 58,33% dan terhadap budaya sebesar 35% kemungkinan hasil-hasil hutan sangat jarang digunakan di acara adat daerah tersebut. Kata kunci: Evaluasi, rehabilitasi mangrove, sosial dan budaya PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Mangrove merupakan suatu varietas komunitas hutan tropik dan sub tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga: Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snadae, dan Conocarpus (Bengen, 2000). Ekosistem mangrove yang rusak dapat dipulihkan dengan cara restorasi/rehabilitasi. Restorasi dipahami sebagai usaha mengembalikan kondisi lingkungan kepada kondisi semula secara alami. Dengan demikian, usaha retorasi seharusnya mengandung makna member jalan/peluang kepada alam untuk mengatur/memulihkan dirinya sendiri. Manusia sebagai pelaku mencoba membuka jalan dan peluang serta mempercepat proses pemulihan terutama karena dalam beberapa kondisi, kegiatan restorasi secara fisik akan lebih murah dibanding usaha penanaman mangrove secara langsung Oleh karena itu, perlu dilakukan studi perspektif masyarakat setempat untuk mengetahui pemahaman dan respon masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove sebagaimana telah diterapkan di beberapa negara seperti Bangladesh, Kuba dan Pakistan (Alongi, 2002). TUJUAN PENGABDIAN BERBASIS PENELITIAN Adapun tujuan pengabdian berbasis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mendapatkan data tingkat keberhasilan penanaman mangrove pada bulan Mei 2015 di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 2) Menganalisis respon masyarakat melalui kegiatan rehabilitasi di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 3) Mengetahui pengaruh program rehabilitasi terhadap sosial budaya masyarakat Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat
275
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
METODE PENGABDIAN BERBASIS PENELITIAN Tempat dan Waktu Pengabdian berbasis penelitian Pengabdian berbasis penelitian dilaksanakan di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat yaitu di salah satu desa yang memiliki pantai dan hutan mangrove, memiliki dan berinteraksi dengan hutan mangrove. Adapun daerah yang menjadi titik fokus kegiatan pengabdian berbasis penelitian program rehabilitasi adalah wilayah Desa pulau Sembilan.
Gambar 1. Peta lokasi pengabdian berbasis penelitian ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan dalam pengabdian berbasis penelitian ini adalah GPS untuk mengetahui koordinat titik pengamatan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove, meteran untuk mengukur jarak dan tinggi tanaman, tali, refraktometer untuk mengukur kadar salinitas, kaliper digital untuk mengukur diameter batang, micrometer scrub digital untuk mengukur tebal daun, dan kamera untuk dokumentasi. Bahan pengabdian berbasis penelitian yang digunakan adalah tanaman mangrove jenis Rhizophora apiculata hasil pembibitan, serta lembar kuisioner survey masyarakat Desa Pulau Sembilan. PENGAMATAN DAN PENGUMPULAN DATA TANAMAN Pengambilan data dilakukan pada empat plot. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, tebal daun, kondisi tanaman. a. Pengukuran Tinggi Pengukuran tinggi dilakukan dua minggu setelah tanam pada empat plot dengan 2 kali pengamatan, pengamatan awal pada 16 Mei dan pengamatan akhir pada 20 Agustus 2015. Alat yang digunakan adalah penggaris dengan ketelitian 1 cm. Pengukuran tinggi dimulai dari ujung propagul di mana tunas tumbuh sampai ujung daun tertinggi.
Tinggi Pohon
Gambar 2. Pengukuran tinggi semai b.
276
Pengukuran Diameter Pengukuran diameter dilakukan dua minggu setelah tanam pada empat plot dengan 2 kali pengamatan, pengamatan awal pada 16 Mei dan pengamatan akhir pada 20 Agustus 2015. Untuk mendapatkan pengukuran yang lebih akurat, pengukuran diameter batang dilakukan 10 cm dari ujung propagul dimana tunas tumbuh dengan menggunakan kalifer digital.
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 3. Pengukuran diameter
c.
Tebal Daun Tebal daun diukur dengan menggunakan micrometer scrub. Untuk mendapatkan pengukuran yang lebih akurat pengukuran dilakukan pada 3 helai daun yang masih muda dan kemudian dihitung rataratanya. Pengukuran tebal daun dilakukan dua minggu setelah tanam pada empat plot dengan 2 kali pengamatan, pengamatan awal pada 16 Mei dan pengamatan akhir pada 20 Agustus 2015
Gambar 4. Pengukuran tebal daun
d.
Kondisi Tanaman Kriteria yang digunakan untuk menentukan kondisi tanaman adalah “sehat” jika tanaman tumbuh segar dan batang lurus, “kurang sehat” jika tanaman memiliki daun kuning atau warna daun tidak normal serta batang bengkok, “merana” jika tanaman terserang hama/penyakit atau tumbuh tidak normal, dan “mati’ jika tanaman tidak memiliki daun lagi, batangnya mengering dan tidak adanya aktivitas kehidupan.
ANALISIS DATA Hasil dari pengamatan tiap petak ukur dihitung untuk mengetahui persentasi tumbuh tanaman dengan pengolahan data sebagai berikut: a. Persentasi Tumbuh Tanaman Persentasi tumbuh tanaman dihitung dengan cara membandingkan jumlah tanaman yang ada pada suatu petak ukur dengan jumlah tanaman yang seharusnya ada di dalam petak ukur bersangkutan. Perhitungan persentasi tumbuh mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.70/MenhutII/2008 yaitu : T
∑ ∑
100%
Keterangan: T : persen (%) tumbuh tanaman sehat ∑ : jumlah tanaman sehat yang terdapat pada plot ukur ke i ∑
277
: jumlah tanaman yang seharusnya ada pada plot ukur i
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 METODE PENGUMPULAN DATA DI DESA PULAU SEMBILAN OBSERVASI Pengumpulan data dilaksanakan dengan melakukan observasi langsung lokasi pengabdian berbasis penelitian dengan mengamati sepanjang garis pantai dan sungai Desa Pulau Sembilan untuk mengetahui kondisi secara umum ekosistem hutan mangrove serta pengamatan jenis tumbuhan penyusunnya. Observasi terhadap masyarakat desa juga dilakukan dengan mengamati aktivitas keseharian serta kondisi lokasi perumahan masyarakat. KUISIONER Pembagian lembar kuisioner kepada masyarakat untuk mempermudah dalam memperoleh data sosial budaya masyarakat dan sekaligus melakukan sosialisasi perkenalan program rehabilitasi terhadap objek yang diteliti. WAWANCARA Melakukan wawancara mendalam (depth interview) dengan tokoh masyarakat serta warga yang dianggap memiliki pemahaman atau pengalaman di lokasi pengabdian berbasis penelitian guna memperoleh informasi mengenai kondisi dan karakteristik sosial ekonomi di desa tersebut. POPULASI DAN SAMPEL Populasi yang menjadi objek penelitan yaitu seluruh masyarkat bertempat tinggal atau telah menetap di Desa Pulau Sembilan. Jumlah kepala keluaraga (KK) di Desa Pulau Sembilan sebesar 600 kepala keluarga (KK). Metode penentuan sampel sebagai responden pada populasi masyarakat yang tinggal di Desa Pulau Sembilan berdasarkan rumus Arikonto (2006), bahwa jika jumlah subjek masyarakat yang ingin diwawancarai kurang dari 100 orang maka diambil semua sebagai pengabdian berbasis penelitian populasi, selanjutnya apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang maka diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung pertimbangan peneliti. Maka sampel yang diambil dalam pengabdian berbasis penelitian ini adalah sebanyak 10% dari jumlah total dari kepala keluarga (KK) Desa Pulau Sembilan yaitu sebanyak 60 sampel warga sebagai objek pengabdian berbasis penelitian. ANALISIS DATA Pengabdian berbasis penelitian memperoleh data yang diolah secara deskriptif kuantitatif yang menggambarkan secara sistematis dan karakteristik suatu populasi dari daerah. Sedangkan formulasi data dilakukan dengan analisisis persentase kuantitatif. TEKNIK MEREHABILITASI HUTAN MANGROVE Penyiapan areal tanam : (1) Pengukuran ulang batas-batas areal, pemancangan patok batas luar areal tanam; (2) Pembuatan jalur tanaman dimulai dengan penentuan arah larikan tanaman melintang terhadap pasang surut sesuai pola tanam yang telah dirancang pada lokasi dan areal tanam yang bersangkutan dengan jarak tanam satu meter; (3) Pembersihan jalur tanam dari sampah, ranting pohon, dan potongan kayu serta tumbuhan liar; (4) Pemancangan ajir sesuai jarak tanam, dipasang tegak lurus dan kuat pada areal tanam; (5) Penyiapan titik bagi bibit (di masing-masing areal penanaman). Pemilihan jenis tanaman 1) Jenis tanaman dipilih yang sesuai dengan hasil analisis tapak dan dituangkan dalam rancangan. 2) Jenis tanaman mangrove disesuaikan dengan zonasi berbagai tanaman, yakni dengan memperhatikan ketahanan terhadap pasang surut dan tingkat ketinggian air, antara lain : zona Avicennia, zona Rhizophora, zona Bruguiera, dan zona kering serta nipah. Secara alami zonasi dalam ekosistem mangrove berdasarkan jenis tanaman yang tumbuh. Penanaman 1) Pelaksanaan penanaman di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan dilakukan dengan menerapkan jenis tanaman dan pola tanam sebagaimana tertuang dalam rancangan (dengan jumlah tanaman per hektar minimum 1.100 batang dan maksimum 10.000 batang sesuai kondisi lapangan). 2) Pelaksanaan penanaman sebaiknya dimulai pada musim ombak tenang dan dari garis terdekat dengan darat agar terhindar dari ombak besar (Permenhut, 2008).
278
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PENENTUAN PLOT TANAMAN Areal rehabilitasi di bagi menjadi empat plot, setiap plotnya terdiri dari 100 tanaman dengan jarak tanam 1 x 1 m dengan luas per plotnya 100 m2. Plot 1 dan dua berada di samping areal muara sungai, plot 3 berada di depan plot 2, sedangkan plot empat plot yang paling terujung berdekatan dengan vegetasi-vegetasi lainnya. HASIL DAN PEMBAHASAN PEMILIHAN JENIS BIBIT Untuk pemilihan jenis bibit harus sesuai dengan kondisi lokasi yang hendak direhabilitasi. Jenis yang digunakan untuk kegiatan rehabilitasi yaitu Rhizophora apiculata yang diambil dari lokasi pembibitan di Desa Pulau Sembilan. Bibit mangrove dianggap memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan barunya lebih rendah daripada propagul. Ini disebabkan bibit yang telah memiliki lingkungan awalnya terlebih dahulu (persemaian). Kemudian dipindahkan kelingkungan barunya, yaitu lokasi penanaman.
Gambar 5. Lokasi pembibitan Rhizophora apiculata Walaupun daya adaptasi terhadap lingkungan barunya dianggap rendah daripada propagul, bibit mangrove memiliki daya ketahanan terhadap lingkungannya yang lebih tinggi di bandingkankan propagul karena struktur tubuh yang sudah lengkap, memiliki daya tangkal terhadap gelombang yang lebih baik dibandingkan propagul. PENANAMAN Penanaman mangrove dibagi menjadi dua cara, yaitu penanaman langsung dan penanaman tidak langsung. Penanaman langsung adalah penanaman yang dilakukan tanpa proses pembibitan terlebih dahulu yaitu langsung dari propagul. Sedangkan penanaman tidak langsung yaitu melalui pembibitan. Penanaman yang dilakukan dalam pengabdian berbasis penelitian ini yaitu penanaman secara tidak langsung. Dengan seringnya dilakukan kegiatan penanaman, harapannya hutan mangrove dapat kembali lestari kembali.
Gambar 6. Penaman bibit Rhizophora apiculata
279
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
HASIL EVALUASI TAHUN BERJALAN PENGAMATAN PERTAMA 18 MEI 2015 Kondisi areal pengabdian berbasis penelitian dibagi menjadi empat plot, setiap plot terdiri 100 tanaman. Kondisi areal pengabdian berbasis penelitian berada di samping aliran muara sungai, yang ditumbuhi beberapa jenis mangrove seperti Rhizophora apiculata, Ceriops tagal, Sonneratia alba.
Gambar 7. Evaluasi pengukuran pertama
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa anakan R. apiculata yang paling tinggi persentase hidupannya pada plot 4 yaitu sebesar 100%, dan persentase kehidupan R. apiculata yang terendah pada plot 3. Dari keempat plot menunjukkan persentase kehidupan yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan anakan mangrove berasal dari bibit yang bukan ditumbuhkan di areal lokasi pengabdian berbasis penelitian. Bibit mangrove dianggap memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan barunya lebih rendah dibandingkan dari propagul disebabkan bibit anakan mangrove telah memiliki lingkungan awal. Tabel 1 menunjukkan persentase dari keempat plot, dari keempat plot secara keseluruhan persentase kehidupan di peroleh rata-rata sebesar 74%. Tabel 1. Jumlah Persentase hidup setiap plot pengamatan 1 dan 2 Penga- Plot 1 2 3 4 matan 1. Persen- 72 67 57 100 tase % % % % 2. Persen- 69 67 55 99 tase % % % % Pada Gambar 7 menunjukkan tanaman yang paling tinggi terkena penyakit klorosis yaitu pada plot 4 sebesar 50 %. Pada plot 4 juga tumbuhan mengalami penampakan tidak normal dengan bercirikan daun berguguran yang diduga mengalami perubahan fisiologis karena jauhnya tempat pengangkutan bibit.
Gambar 8. Pertumbuhan semai R.apiculata di plot 4
Gambar. 8 Pertambahan rata-rata tinggi tanaman R. apiculata dari bulan Mei-Agustus Pada Gambar 8 pertumbuhan tinggi dari anakan R. apiculata pada plot 1 sebesar 5,33 cm, plot 2 sebesar 6,68 cm, plot tiga 3,25 cm, dan plot plot 4 sebesar 2,19 cm. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman salah satunya cahaya, karena cahaya berperan sangat besar dalam fotosintesis seperti yang dikemukakan oleh Mac Nae (1968) cahaya merupakan satu faktor yang penting dalan proses fotosintesis dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Tumbuhan akan lebih bagus pertumbuhannya apabila mendapatkan cahaya yang cukup seperti plot 2.
280
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Tabel 2. Pertambahan rata-rata diameter, tebal daun dan jumlah daun dari bulan Mei-Agustus No plot Plot 1 Plot 2 Plot 3
Rata-rata diameter daun (cm) 0,19 0,18 0,11
Rata-rata tebal daun (mm) 0,26 0,27 0,13
Rata-rata jumlah daun 0,63 3,30 3,97
Dari 2 terlihat rata-rata yang tertinggi dari keempat plot diatas terdapat pada PlotTabel 4 0,18 bahwa diameter batang0,23 4,61 plot 1 hal ini dikarenakan plot 1 dan 2 berada di samping muara sungai sehingga pasang surut berpengaruh terhadap perpindahan masa antara air tawar dengan air laut hal ini didukung oleh pernyataan Ansori (1998) pasang surut juga berpengaruh terhadap perpindahan massa antara air tawar dan air laut, dan oleh karenanya mempengaruhi organisme mangrove. Lingkungan untuk pertumbuhan mangrove yang baik yaitu pada lingkungan air tawar dan air laut yang seimbang sehingga pertumbuhan jumlah diameter pada plot 1 lebih tinggi dari yang lain. Rata-rata tebal daun yang tertinggi pada anakan R. apiculata yaitu pada plot 2. Hal ini diduga karena intensitas cahaya matahari pada plot 2 cukup tinggi yang mempengaruhi respirasi, transpirasi, fisiologi, dan struktur fisik tumbuhan. Rata-rata jumlah daun tertinggi yaitu pada plot 4 hal ini diduga karena pada plot 4 pengamatan kedua anakan R. apiculata rata-rata sehat semua dan sedikit terkena penyakit dan ini mempengaruhi pertambahan jumlah daun pada plot 4. HASIL EVALUASI TAHUN BERJALAN PENGAMATAN KEDUA PADA 20 AGUSTUS 2015
Gambar 9. Evaluasi Tahun Berjalan Pengamatan Kedua Terlihat pada Gambar 9 tanaman yang terserang penyakit pada plot 1 sebesar 7 %, dan tanaman yang mati 31%. Pada plot 2 tanaman yang sakit sebanyak 5% dan tanaman yang mati sebesar 33%, kemudian tanaman pada plot 3 tanaman yang sakit sebesar 2 % dan tanaman dengan penampakan yang tidak normal 13 %. Pada plot 4 tanaman yang terkena penyakit sebesar 4 % dan dengan penampakan yang tidak normal sebesar 2 %. Hal dikarenakan tanaman pada plot 4 pada saat pengamatan pertama banyak terkena serangan penyakit dan penampakan fisiknya tidak normal pada saat pengamatan kedua sudah mampu beradaptasi pada lingkungan setempat sehingga tanaman tampak lebih sehat dibandingkan pada saat pengamatan pertama. Persentase kehidupan pada evaluasi pengamatan kedua pada plot 1 yaitu 69 %, pada plot 2 sebesar 67%, pada plot 3 sebesar 55%, dan plot sebesar 99% hal ini diduga perbedaan adaptasi pada keempat plot berbeda-beda. Persentasi kehidupan rata-rata pengamatan ke 2 sebesar 72% dengan kata lain program rehabilitasi ini dikatagorikan berhasil sesuai dengan pereturan menteri kehutanan nomor 70 tahun 2008 yaitu apabila pelaksanaan penyulaman dalam kawasan hutan negara pada pemeliharaan tanaman tahun pertama (pemeliharaan I) dengan biaya pemerintah dilakukan apabila persentase tumbuh tanaman tahun berjalan setelah sulaman ≥ 70 %.
281
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGABDIAN BERBASIS PENELITIAN UMUR Umur responden yang diteliti berdasarkan pertimbangan bahwa responden memiliki pengetahuan mangrove mengenai lingkungan sekitar berdasarkan usia, yakni terkait dengan pengalaman hidupnya dengan lingkungan sekitar di mana responden melakukan interaksinya. Umur responden dikatagorikan ke dalam lima kelas umur, mulai dari 21 tahun sebagai umur responden termuda yang dianggap cukup mengetahui lingkungannya dan dapat menggkomonikasikan prespektifnya hingga umur 70 tahun yang diperkirakan mewakili usia tertua yang dapat diwawancarai. Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan umur No Kelas Umur Jumlah 1 21-30 8 2 31-40 23 3 41-50 15 4 51-60 8 5 61-70 6 60 Total
Persentase 13,33 38,33 25,00 10,00 13,33 100
Tabel 4 terlihat bahwa responden dengan umur 31-40 tahun lebih banyak di temukan di lapangan yaitu sebesar 38.33%. dan didominasi oleh perempuan yang ikut membantu suaminya untuk mencari nafkah sekitar Desa Pulau Sembilan. LAMA MENETAP Lamanya menetap pada wilayah tertentu baik yang tinggal/berdomisili sementara, lama atau permanent sangat mempengaruhi pengenalaannya terhadap kondisi lingkungan yang ditempatinya. Terkait dengan kearifan lokal atau sosial budaya daerah setempat yang menjadi tempat tinggalnya. Interaksi baik langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan dari segi intensitas serta frekuensi akan dipengaruhi oleh lama tidaknya seseorang berada di suatu daerah. Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan lama menetap No 1 2 3 4 5 Total
Lama Menetap 0-15 16-30 31-45 46-60 61-70
Jumlah 13 11 22 8 6 60
Persentase 21,67 18,33 36,67 13,33 10,00 100
Menurut Tabel 5 jumlah responden yang menetap di Desa Pulau Sembilan persentase tertinggi pada kategori ketiga yaitu 31-45 (36,67%). Mereka biasanya putra daerah di wilayah tersebut. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang menetap lima belas tahun kebawah cukup mengetahui mengenai perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi ditempatnya. Sementara responden yang sejak lahir berada di daerah tersebut maupun yang telah menetap di atas lima belas tahun ternyata lebih mengerti mengerti perubahan-perubahan lingkungan setempat. PEKERJAAN Masyarakat Desa Pulau Sembilan yang merupakan masyarakat pesisir dengan latar belakang bermata pencarian nelayan. Secara umum sistem perekonomian masyarakat setempat ditopang oleh hasil-hasil laut. TINGKAT PENDAPATAN Tingkat pendapat masyarakat Desa Pulau Sembilan secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh jumlah atau banyaknya tangkapan hasil laut khususnya ikan. Dari hasil wawancara, jumlah pendapatan yang didapat tidak menentu karena dipengaruhi faktor cuaca, dan juga berkurangnya hutan mangrove akibat alih fungsi lahan yang mengakibatkan ikan berkurang.
282
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 Tabel 6. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan No 1 2 3 4 5 6 7 Total
Pendapatan ≤500.000 500.000-1.000.000 1.000.000-1.500.000 1.500.000-2.000.000 2.000.000-2.500.000 2.500.000-3.000.000 ≥3.000.0000
Jumlah 28 13 8 5 1 4 1 60
Persentase 46,67 21,67 13,33 8,33 1,67 6,67 1,67 100
Berdasarkan Tabel 6 tingkat pendapatan masyarakat di Desa Pulau Sembilan secara umum tergolong rendah bahkan tidak menentu setiap bulannya yaitu lebih kecil atau sama dengan Rp. 500.000 sebesar 46.67%. Pendapatan Rp.1.000.000 sebesar 21.67% dan pendapatan Rp. 1.000.000-1.500.000 sebesar 13.33% dengan kata lain bahwa terdapat 81.67% responden yang memiliki pendapatan di bawah atau sama dengan Rp.1.500.000. kondisi jumlah pendapatan tersebut rendah dibandingkan dengan gaji UMR minimum Sumatera Utara sebesar Rp.1.811.875. terdapat hanya lima orang saja yang memiliki pendapatan Rp.2.000.000 samapai Rp.3.000.000. Pendapatan masyarakat berkaitan erat dengan daerah lingkungannya yaitu pesisir yang didominasi sebagai nelayan. Profesi nelayan sering menjadi opsi satu-satunya bagi masyarakat pesisir dengan masalah kemiskinannya yang klasik. Terkendalanya hasil tangkapan ikan sangat mempengaruhi pendapat masyarakat yang di akibatkan oleh faktor cuaca. Dari sisi cuaca sangat menentukan baik dan tidaknya hasil tangkapan, karena pengaruh angin yang terlalu besar biasanya membuat takut para nelayan untuk melaut. Berdasarkan informasi dari responden, penurunan tangkapan ikan di laut dikarenakan berkurangnya hutan mangrove yang disebabkan oleh konversi perkebunan kelapa sawit. Hutan mangrove merupakan tempat bertelur dan menetas bagi beberapa spesies ikan dan hewan laut tertentu. Akar pohon mangrove yang padat akan melindungi telur ikan dan anakan ikan yang baru menetas. Lahan mangrove yang subur menyediakan banyak makanan bagi ikan-ikan kecil sebelum dapat hidup mandiri dilaut. EKSISTENSI HUTAN MANGROVE TERHADAP MASYARAKAT Secara umum masyarakat sekitar hutan mangrove di berbagai daerah yang pantainya memiliki hutan mangrove serta memiliki interaksi dengan hutan mangrove. Sebagaimana disebutkan oleh Savitri dan Khazali (1999) potensi yang demikian besar tentunya memberikan peluang yang besar pula terhadap terciptanya berbagai bentuk pemanfaatan seperti usaha pertambakan, pertanian, perindutrian, pemukiman, pariwisata, pertambangan dan penangkapan ikan. Kenyataannya keberlangsungan masyarakat pesisir bergantung pada hutan mangrove. Pengetahuan masyarakat sekitar hutan mangrove akan peranan dan manfaat hutan mangrove terhadap kehidupannya sebenarnya akan sangat mempengaruhi kondisi hutan mangrove. Namun demikian harus disadari bahwa hutan mangrove yang kita manfaatkan mempunyai keterbatasan dibanyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitas. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan hutan mangrove yang baik dan bijaksana. Sebanyak 65% responden hutan mangrove berpengaruh terhadap perekonomian. Ini dikarenakan sebagian masyarakat menganggap bahwa hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pesisir, karena merupakan sumber mata pencarian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat pemijahan ikan yang hidup di laut bebas. Keragaman jenis mangrove dan keunikannya juga memiliki potensi sebagai wahana hutan wisata yang akan membantu perekonomian masyarakat. 35% responden menganggap hutan mangrove tidak berpengaruh terhadap perekonomian, ini dikarenakan profesi responden bukan nelayan, melainkan pedagang, guru, ataupun berkebun sehingga responden tidak mengaggap manggrove berpengaruh terhadap perekonomiannya. Peranan hutan mangrove dalam kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir sangat banyak sekali. Baik itu langsung dirasasakan penduduk sekitar maupun peranan, manfaat dan fungsi yang tidak langsung dari hutan mangrove itu sendiri. Peran mangrove sebagai penyangga adalah melindungi zona perbatasan
283
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
darat lautdi sepanjang garis pantai sebagaimana yang di kemukakan oleh Mardiana (2005) hutan mangrove mempunyai beberapa manfaat baik ditinjau dari manfaat secara fisik, manfaat secara biologis, maupun manfaat secara ekonomis, secara fisik hutan mangrove mempunyai manfaat menjaga garis pantai agar stabil dan melindungi pantai dari abrasi. Pohon dan akar yang kuat dan berlapis-lapis dapat meredam hantaman ombak dan mempercepat pengendapan lumpur yang dibawa oleh sungai sekitarnya untuk dapat membentuk lahan baru. Tabel 9. Perhatian masyarakat terhadap perubahan kondisi mangrove. Dari pengamatan responden dari lima tahun terakhir perubahan lingkungan dari dulu sampai sekarang sebanyak 60% responden melihat kondisi semakin buruk atau tidak baik, responden melihat kondisi semakin baik sebanyak 23.3%, dan responden yang tidak tau sebanyak 16.67%. Masyarakat yang menyadari bahwa kondisi semakin buruk di dominasi oleh para nelayan karena sering berinteraksi langsung dengan hutan mangrove. Sedangkan masyarakat yang menyatakan kondisi semakin baik yaitu responden yang kesehariannya jarang berinteraksi dengan hutan mangrove dan bermukim jauh dari hutan mangrove. Banyaknya perubahan hutan mangrove sejak lima tahun terakhir responden yang tidak peduli terhadap perubahan hutan mangrove sebanyak 18.33% mereka beranggapan bahwa hutan mangrove tidak menguntungkan secara langsung bagi mereka sebagaimana dengan berjualan atau bertani. Sedangkan responden merasa prihatin terhadap kondisi hutan sebesar 81.67% ini dikarenakan apabila kondisi hutan rusak maka mata pencarian mereka berkurang derastis, dan tingkat abrasi akan semakin tinggi. Perubahan ekosistem hutan mangrove membuat masyarakat prihatin sehingga memotivasi mereka untuk mengatasi masalah lingkungan yang terjadi saat ini. Keprihatinan masyarakat menjadi dorongan untuk pembinaan masyarakat melalui program rehabilitasi hutan mangrove di Desa Pulau Sembilan. Pengetahuan masyarakat tentang menanam mangrove secara umum yaitu mengambil propagul dari indukan yang tumbuh secara alami di lingkungan sekitar dan menanamnya di tempat yang ia kehendaki. Tujuan masyarakat untuk menanam mangrove yaitu untuk perlindungan dari abrasi, angin kencang, dan sumber mata pencarian mereka, hutan mangrove merupakan tempat berpijah bagi ikan-ikan dan sumber makananbagi ikan dan biota laut yang lainnya. Sebesar 91.67% responden sangat mendukung mahasiswa dalam kegiatan rehabilitasi di wilayah Desa Pulau Sembilan. Hanya sedikit responden yang tidak mendukung kegiatan mahasiswa yaitu sebesar 8.33% dikarenakan lokasi tempat yang direhabilitasi hanya seputaran bagian depan pulau sembilan saja. Kemudian responden yang mau terlibat untuk program rehabilitasi sebesar 88.33% dan yang tidak mau terlibat yaitu sebesar 11.67% ini dikarenakan tidak menguntungkan bagi mereka dan mengganggu aktivitas keseharian mereka. PENGARUH REHABILITASI HUTAN MANGROVE TERHADAP SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT Hutan mangrove membawa dampak yang baik bagi manusia yang bermukim di sekitar pesisir. Manfaatnya bisa dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Namun seiring berkembangnya zaman dan banyaknya orang yang memanfaatkan lahan mangrove sebagai perkebunan kelapa sawit, tambak dan lainlain. Oleh karena itu perlu diadakan upaya perbaikan melalui program rehabilitasi sehingga mangrove yang ada sekarang tidak berkurang dan dapat dirasakan manfaaatnya di masa yang akan datang. Sebanyak 35% responden menyatakan hutan mangrove berpengaruh terhadap budaya di daerah setempat. Hal ini sulit di ungkapkan karena hasil hasil hutan tidak tampak dipergunakan untuk acara- acara adat di daerah tersebut. Tetapi hutan merupakan tumpuhan hidup meraka, hutan menjadi sumber pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sebagaimana pernyataan Nugroho dan Murtijo (2005) hutan tidak hanya sebatatas sebagai tempat tinggal dan sumber pemenuhan kebutuhan hidup saja. Hutan dalam perspektif antropologi ekologi memiliki fungsi sosial, budaya, dan religiusitas. Hutan sebagai satu kesatuan lingkungan budaya menjadi tumpuan hidup masyarakat desa hutan untuk menopang sistem kehidupannya. Dengan demikian hutan menjadi sumber pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
284
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
UCAPAN TERIMA KASIH Kegiatan pengabdian ini dibiayai oleh Direktorat Pengabdian berbasis penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat No: 003/SP2H/PPM/ DRPM/II/2016, tanggal 17 Februari 2016. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Evaluasi tahun berjalan tingkat keberhasilan penanaman mangrove pada Mei-September 2015 sebesar 72 %. 2. Masyarakat Desa Pulau Sembilan sangat merespon dan sangat mendukung terhadap kegiatan rehabilitasi hutan manngrove yaitu sebesar 91,67% serta mau terlibat/berpartisipasi yaitu sebesar 88,33%. 3. Pengaruh hutan mangrove terhadap kehidupan sosial masyarakat sebanyak 58,33%, karena masyarakat berinteraksi langsung dengan hutan mangrove, sebanyak 35% responden berpendapat kegiatan rehabilitasi hutan mangrove berpengaruh terhadap budaya masyarakat, meskipun hasil-hasil hutan sangat jarang digunakan di acara-acara adat daerah tersebut. SARAN Disarankan untuk diadakan pengabdian berbasis penelitian serupa dengan menambahkan aspek salinitas, karena salinitas menentukan zonasi mangrove yang ada di daerah setempat. DAFTAR PUSTAKA Alongi, D. M. Present state and future of The world’s mangroves forest environtmental conservation 29 (3): 331-349. Alwidakdo. A, A. Zikri dan K. Legowo. 2014. Studi Pertumbuhan Mangrove Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Di Desa Tanjung Limau Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Fakultas Pertanian. Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda. Ansori, S. 1998. Studi sifat Fisik dan Pasang Surut Air Laut terhadap Penyebaran Jenis Rhizophora Hutan Mangrove Pantai Tampora Jatim. Fahutan. IPM. Malang. Arief, A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius. Yogykarta. Arikonto, S. 2006. Prosedur Pengabdian berbasis penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Badan Pusat Statistika, 2009. Kecamatan Pangkalan Susu dalam Angka. Badan Pusat Statistika KSK pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Bengen, D. G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Dahuri, R., J. Rias, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta. Darusman, D. Dan Sukarjito Didik. 1998. Kehutanan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Departemen Kehutanan 1986, Laporan Prosiding Survey tahun 1986. Kecamatan Pantai Labu dalam Angka. Dinas Kehutanan. 2013. Kerusakan Hutan Mangrove. Kabupaten Langkat. Fitri, R dan Iswahyudi. 2010. Evaluasi karakteristik lahan hutan mangrove di Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Hidrolotan (1): 1-9.
285
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Haikal, 2008. Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kecamatan Nipah Pnajang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hutching, P. Dan P. Saenger. 1987. Ecology of Mangrove. University of Qeensland Press. Kartawinata, 1991. Krisis Biologi. Hilangnya Keanekaragaman Biologi, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Kusmana, C. 2004. Kajian ekologi hutan pantai di suaka margasatwa Pulau Rambut, Teluk. Jakarta. Jurnal Komunikasi 16 (6): 77-82. Mac Nae, W. 1968. A general account of the fauna dan flora of mangrove swamps dan forest the IndoWest-Pacific Region. Advances in Marine Biology 6: 73-270. Mardiana, S. 2005. Perbedaan kondisi fisik lingkungan terhadap pertumbuhan berbagai tanaman mangrove (3): 31-35 Nugroho, A, dan Murtijo. 2005. Antropologi Kehutanan. Wana Aksara. Banten. Pelly, Usman, 1991. Dampak Kegiatan Pembangunan pada Sosial Budaya (Sebuah Kerangka Analisis Dampak Lingkungan Sosial. Kursus dasar Amdal ke- X Universitas Sumatera Utara, Medan. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 70/ Menhut-11/2008. Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Sastroadnojo. 2002. Melibatkan Masyarakat dalam Perlindungan Hutan. Savitri, L.A. dan Khazali. M. 1999. Pemberdayan Masyarakat Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir. Pengalaman Pelaksanaan Pengembangan Tambak Ramah Lingkungan dan Rehabilitasi Mangrove di Indramayu. WI-IP/PKSPL-IPB. SNM (Strategi Nasional Mangrove). 2003. Strategi Nasional Pengelolaan Mangrove di Indonesia (Draft Revisi); Buku II: Mangrove di Indonesia. Jakarta: Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Spalding, M., Kainuma, L, Collins. 2010. World Atlas of Mangroves Earthscan. London. SKRIPSI, USU, Medan. Triana, 2011. Mangrove peredam gelombang laut dan abrasi pantai, mengurangi resiko bencana. Warta konservasi lahan basah (1): 6-7 Wisadirana, J. 2001. Motivasi dan pemotivasian dalam Manajemen. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Zain, 1998. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Statifikasi Hutan Rakyat Rinika Cipta Jakarta.
286
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PEMBERIAN EKSTRAK METANOL DAUN TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP PERFORMA BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica) Ruqiah Ganda Putri Panjaitan Prodi. Pendidikan Biologi FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRACT This research aims to investigate the effect of administration of sugarcane leaves methanol extract (EMDT) to laying quails performance. Twenty one quails were grouped into control, EMDT, and turmeric powder. Treatment was given for 35 days. Compared to control, the administration of EMDT decreased body weight and egg weight (p>0.05). Total eggs produced in the group EMDT is the highest (p>0.05), whereas the average color of yolk is the lowest (p>0.05). The administration of sugarcane leaves methanol extract did not affect laying quails performance. Keywords: sugarcane leaves, body weight, total egg, egg weight, yolk color 1. PENDAHULUAN Burung puyuh(Coturnix coturnix japonica) merupakan salah satu unggas ternak yang cocok diusahakan baik sebagai usaha sampingan ataupun komersial karena telurnya termasuk komoditas yang dibutuhkan masyarakat (Daulay et al.,2007). Bahkan oleh masyarakat luas, telur dan daging burung puyuh telah populer dimanfaatkan sebagai salah satu sumber protein hewani. Burung puyuh termasuk jenis hewan yang mempunyai kemampuan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat (Listyowati dan Kinanti, 2007). Lebih lanjut, dinyatakan pula bahwa pada umur 41 hari burung puyuh sudah mampu berproduksi atau menghasilkan telur. Dalam setiap tahunnya burung puyuh mampu menghasilkan 250-300 butir telur dengan berat 10-11 g/butir. Bahkan bila dibandingkan jenis burung lainnya, produksi telur burung puyuh menempati urutan pertama (Listyowati dan Kinanti, 2007). Rasyaf (2001) menyatakan ada berbagai faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya produksi telur yakni faktor keturunan, pakan, pemeliharaan, dan penyakit. Lebih dari itu, dinyatakan adanya keterkaitan antara sistem pemeliharaan dan pemberian pakan yang baikdengan produksi telur yang tinggi serta kualitas telur yang baik. Pemberian pakan yang baik akan mempengaruhi performa burung puyuh.Menurut Piliang et al. (2009) performa burung puyuh meliputi bobot badan, bobot telur, dan warna kuning telur. Sejalan dengan itu, Sahara (2011) menambahkan bahwa telur yang berkualitas memiliki warna kuning telur yang cerah. Salah satu upaya yang biasa dilakukan peternak untuk meningkatkan performa burung puyuh adalah dengan pemberian suplemen. Namun, harga suplemen yang tersedia di pasar cukup mahal. Oleh karenanya perlu dicarikan alternatif suplemen melalui pemanfaatan limbah. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak memberikan produk sampingan setelah dipanen.Satu diantara produk sampingan yang dihasilkan adalah pucuk tebu. Pucuk tebu merupakan limbah tanaman tebu pada bagian atas setelah tebu diambil. Murni et al. (2008) melaporkan bahwa pucuk tebu memiliki kandungan nutrisi yakni 39,9% bahan kering; 4,5% protein kasar; 31,9% serat kasar; 3% lemak kasar; 48,1% BETN; dan abu12,5%. Beberapa peneliti telah melaporkan beberapa manfaat tebu bagi kesehatan. Akasah (2013) menyatakan bahwa tebu mengandung asam lemak yang memiliki efek anti radang, analgetik, serta meningkatkan sebagai daya tahan tubuh. Selanjutnya, berdasarkan hasil riset National Center For Scientific Research Havana Kuba, tebu dilaporkan mengandung octacosanol yang dapat menurunkan dan mengontrol kadar kolesterol darah tanpa efek samping. Berkaitan dengan hal tersebut dilakukan pengujian pengaruh pemberian ekstrak daun tebu untuk meningkan performa telur burung puyuh.
287
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
2. KAJIAN LITERATUR a. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) Tanaman tebu tumbuh di daerah tropika dan subtropika sampai batas garis isotherm 20°C yaitu antara 19°LU sampai 35°LS. Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti alluvial, grumusol, latosol, dan regosol dengan ketinggian antara 0 sampai 1400 m di atas permukaan laut (Indrawanto et al., 2010). Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan jenis tanaman rumput-rumputan yang dibudidayakan sebagai tanaman penghasil gula. Loganadhan et al. (2012) menyatakan bahwa tebu dapat menjadi salah satu tanaman yang dapat menyumbang perekonomian nasional dan sumber mata pencaharian bagi jutaan petani. Sebagai produk olahan tebu, gula merupakan komoditas penting bagi masyarakat dan perekonomian Indonesia baik sebagai kebutuhan pokok maupun sebagai bahan baku industri makanan atau minuman. Daun tebu pada umumnya tersusun atas selulosa dan lignin yang sulit untuk didegradasi. Selulosa adalah polisakarida yang tersusun atas 1000-10.000 unit glukosa yang diikat oleh ikatan 1,4 β-glukosida. Secara alami proses degradasi memerlukan bantuan mikroorganisme yang mengeluarkan enzim selulotik. Selulosa dihidrolisis oleh enzim selulase dengan memotong ikatan 1,4 β-glukosida pada rantai panjang selulosa. Pada lingkungan aerobik, selulosa akan terurai menjadi glukosa yang akan bergabung ke dalam sel yang sedang tumbuh dan karbondioksida. Sedangkan pada lingkungan anaerobik, selulosa akan terurai menjadi asam organik dan alkohol (Prihatiningrum, 2002). b. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang harus dikembangkan dan ditingkatkan produksinya kerena produksinya cepat, dalam waktu kurang lebih 41 hari puyuh mampu menghasilkan telur, dalam setahun puyuh mampu menghasilkan 250-300 butir telur. Telur puyuh mempunyai kandungan gizi yang tinggi, karena telur puyuh mengandung 13,1% protein, lemak 11,1%, karbohidrat 1,0 %, dan abu sebesar 1,1 % (Listiyowati dan Roospitasari, 1992). Kualitas telur burung puyuh baik dijadikan sebagai bahan pangan karena memiliki kandungan protein yang relatif lebih tinggi. Maka untuk menunjang pemenuhan kebutuhan dan suplai protein hewani yang terjangkau oleh masyarakat, perlu adanya peningkatan produksi dan kualitas telur puyuh (Listiyowati dan Roospitasari, 1992). 3. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di salah satu peternakan yang ada di kota Pontianak selama 5 minggu. Penelitian ini menggunakan burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) betina umur 4 minggu sebanyak 21 ekor. Persiapan hewan uji. Burung puyuh yang berumur 4 minggu dengan rata-rata berat badan 90 g diaklimatisasi selama 1 minggu di kandang individual yang berukuran 15cmx 30cm. Sebelumnya kandang tersebut telah dibebas hamakan dengan menyemprotkan larutan desinfektan. Setiap kandang dilengkapi dengan wadah pakan, minuman, dan penerangan. Persiapan ekstrak methanol daun tebu (Saccharum officinarum). Daun tebu yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari salah satu kebun masyarakat kota Pontianak. Daun tebu muda sebanyak 1 kg dibersihkan. Daun digunting kecil-kecil dan dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. Penjemuran dilakukan hingga tercapai berat konstan. Daun yang sudah kering kemudian direndam dengan larutan metanol 90%sebanyak 1 liter selama 2 x 24 jam diulang sebanyak 2 kali. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan hingga beratnya konstan. Perlakuan terhadap hewan uji.Tepat umur lima minggu (hari ke-35 sejak telur menetas) burung puyuh betina (rata-rata berat badan 121 g) dibagi kedalam tiga kelompok. Pemberian perlakuan dilakukan selama lima minggu berturut-turut (dimulai dari hari ke-35 hingga ke-70). Selama penelitian, burung puyuh diberi ransum BP-24 dan minum secara ad libitum (selalu tersedia). Burung puyuh dibagi menjadi 3 kelompok percobaan dan masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor. Salah satu bahan yang digunakan untuk meningkatkan performa burung puyuh adalah tepung kunyit. Oleh karena itu, perlakuan yang diberikan meliputi: - P0: kelompok kontrol (tanpa diberi perlakuan) - P1: kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak methanol daun tebu (dosis required)
288
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
-
P2: kelompok perlakuan dengan pemberian tepung kunyit (20mg/KgBB)
Pemberian ekstrak metanol daun tebu dan tepung kunyit dilakukan secara oral dengan melarutkan ekstrak daun tebu dan tepung kunyit ke dalam air destilasi. Pemberian pada masing-masing kelompok perlakuan ini dilakukan sebanyak 1 kali dalam sehari setiap pukul 07.00 WIB. Parameter. Parameter performa burung puyuh yang diukur meliputi produksi telur, kualitas telur (bobot telur dan warna kuning telur) dan bobot badan burung puyuh. Selama masa perlakuan, dilakukan penimbangan bobot badan induk selang seminggu (bobot badan pada minggu ke 6, 7, 8, 9, dan 10). Setiap hari selama masa perlakuan dilakukan pengumpulan telur induk, selanjutnya telur ditimbang dan diukur warna kuning telurnya. Pada akhir percobaan (hari ke-70) dihitung total jumlah telur yang dihasilkan sampai dengan hari ke-70. Analisa Statistik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) seri 17 dengan metode ANOVA (Analisys of Varians) untuk mengetahui hasil yang didapatkan berbeda secara nyata atau tidak. Jika terdapat perbedaan, maka analisis data dilanjutkan dengan uji beda nyata Duncan dengan α = 0,05. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Rataan bobot badan burung puyuh selama lima minggu perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan bobot badan burung puyuh Perlakuan P0 P1 P2
M0 91,15 88,5 91,51
M1 126,15 119,15 118,23
Bobot badan (g/ekor)α M2 M3 142,31 158,27 142,78 157,17 132,28 147,85
M4 165,41 162,50 153,25
M5 165,45 163,39 158,84
Rata-rata 141,46a 138,92a 114,57b
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0,05). α Rata-rata dari tiga perlakuan; M0 menunjukkan bobot badan sebelum perlakuan. M1, M2, M3, M4, dan M5 menunjukkan 7, 14, 28, dan 35 hari setelah diberi perlakuan. Rata-rata bobot badan dari masing-masing perlakuan mulai dari kelompok tanpa perlakuan (P0), kelompok ekstrak daun tebu (P1), dan kelompok tepung kunyit (P2) secara berturut-turut adalah 141,46 g, 138,92 g, dan 114,57 g. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil bahwa pemberian ekstrak daun tebu berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot badan. Berdasarkan hasil analisis uji lanjut, berat badan pada kelompok tanpa perlakuan dengan kelompok ekstrak daun tebu tidak berbeda nyata. Sedangkan kelompok pemberian tepung kunyit berbeda nyata dengan kelompok tanpa perlakuan dan kelompok ekstrak daun tebu. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun tebu tidak mempengaruhi palatabilitas burung puyuh karena bobot badan yang dihasilkan pada perlakuan ekstrak daun tebu tidak berbeda jauh dengan perlakuan kelompok tanpa perlakuan. Produksi dan Kualitas telur Performa burung puyuh yang meliputi produksi dan kualitas telur (bobot telur dan warna kuning telur) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.Total produksi telur dan rataan kualitas telur (bobot telur dan warna kuning telur) selama 5 minggu perlakuan Perlakuan P0 P1 P2
Produksi telur (butir) 84 107 103
Performa telur Bobot telur (g/ekor) 9,3 9,09 9,03
Warna kuning telur 7,25 7,09 7,33
Telur yang dihasilkan sampai dengan hari ke-70 sebanyak 84 butir pada kelompok tanpa perlakuan (P0), 107 butir pada kelompok ekstrak daun tebu (P1) dan 103 butir pada kelompok tepung kunyit (P3). Untuk
289
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun tebu terhadap jumlah telur burung puyuh, dilakukan analisis statistik. Berdasarkan hasil analisis, pemberian ekstrak daun tebu berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap jumlah telur. Walaupun secara analisis statistik jumlah telur menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, namun jumlah telur burung puyuh yang diperoleh terlihat bervariasi antar perlakuan. Berdasarkan Tabel 2, jumlah telur tertinggi ada pada kelompok perlakuan burung puyuh yang diberi ekstrak daun tebu. Burung puyuh yang diberi ekstrak daun tebu bertelur lebih akhir dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya namun memiliki jumlah yang lebih banyak jika ditotalkan pada akhir perlakuan. Menurut Rasyaf (2007), produksi telur berkaitan erat dengan kemampuan alamiah yang sesuai dengan lingkungan asalnya. Burung puyuh sebagai populasi mengikuti suatu sebaran tertentu. Ada individu yang baik dan kuat, ada yang normal dan ada yang tidak baik dan lemah. Faktor ini juga ikut menentukan proses pembentukan telur yang baik dan normal. Tingginya produksi telur pada perlakuan ekstrak tebu dapat dikarenakan bahwa tebu memiliki fungsi peningkat daya tahan tubuh yaitu efek anti radang dan analgetik. Semakin tinggi daya tahan tubuh yang dimiliki pada suatu individu, maka produksi telur juga ikut meningkat. Hal ini didukung oleh pendapat Rasyaf (2001) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produksi telur adalah faktor penyakit. Sehingga burung puyuh yang diberi ekstrak daun tebu menghasilkan jumlah telur tertinggi di bandingkan dengan perlakuan lainnya karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik. Bobot telur yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan pada kelompok tanpa perlakuan (P0), pemberian ekstrak tebu (P1) dan pemberian tepung kunyit (P2) secara berturut-turut adalah 9,3 g, 9,09 g, dan 9,03 g (Tabel 2). Berdasarkan hasil analisis, pemberian ekstrak daun tebu berpengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap bobot telur. Berdasarkan rata-rata yang diperoleh, berat telur antar perlakuan memiliki berat yang tidak berbeda jauh. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap perlakuan menghasilkan bobot telur yang relatif sama dengan perlakuan lainnya. Namun, jika dilihat berdasarkan rata-rata hasil perhitungan bobot telur yang diperoleh, telur burung tanpa perlakuan memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Menurut listyowati dan Kinanti (2007), bobot telur bersifat kuantitatif yang dapat diturunkan.Salah satu yang mempengaruhi bobot telur adalah besar induk. Hal ini didukung oleh hasil pengamatan bobot badan pada Tabel 1. Burung yang memiliki bobot badan tertinggi akan menghasilkan bobot telur yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan hasil pengamatan, bobot telur burung puyuh pada masa awal bertelur akan memiliki bobot yang rendah jika dibandingkan dengan bobot telur yang dihasilkan pada minggu-minggu berikutnya. Lesso et al. (1997) menyatakan bahwa bobot badan yang rendah akan menghasilkan telur yang berbobot rendah. Oleh karena itu, burung puyuh pada masa awal bertelur akan menghasilkan telur dengan bobot yang rendah dibandingkan dengan burung puyuh yang sudah lama memasuki masa bertelur seiring dengan penambahan bobot badan. Rata-rata skor warna kuning telur dari masing-masing perlakuan mulai dari kelompok tanpa perlakuan (P0), kelompok ekstrak daun tebu (P1), dan kelompok tepung kunyit(P2) secara berturut- adalah 7,25, 7,09, dan 7,33. Berdasarkan hasil analisis, pemberian ekstrak daun tebu berpengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap skor warna kuning telur. Walaupun berdasarkan analisis statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan, namun skor yang dimiliki masing-masing perlakuan memiliki variasi skor warna kuning telur yang masih tergolong baik (7). Semakin tinggi skor warna kuning telur, menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah karoten yang terkandung didalamnya (Suharja, 2008). Berdasarkan penelitian Yusuf (2002), semakin kuning warna kuning telur menandakan bahwa semakin banyak karotenoid yang dideposit pada kuning telur dan memberikan manfaat lebih bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.Hal ini didukung oleh pendapat Vilchez, et al (2011) yang menyatakan bahwa karotenoid berfungsi sebagai pencegah kanker, dapat mempertahankan fungsi mata sebagai pencegah katarak diusia senja dan anti inflamasi dalam tubuh manusia. Berdasarkan Tabel 2, antar perlakuan memiliki skor warna kuning telur yang relatif sama. Tetapi skor tertinggi adalah skor warna kuning telur pada kelompok pemberian tepung kunyit. Hal ini dikarenakan rimpang kunyit mengandung senyawa kurkuminoid dengan kombinasi pigmen warna jingga hingga kuning kemerahan. Menurut Krisnamurthy et al (dalam Mahmuda, 2007) kurkumin dalam rimpang kunyit memiliki komponen pigmen kuning kemerahan sebesar 49,6%, desmetoksikurkumin sebesar 28,7%, dan bisdesmetoksikurkumin yang memiliki komponen pigmen warna kuning jingga sebesar 22,3% sehingga pigmen yang ada dalam rimpang kunyit ini dapat meningkatkan skor warna kuning telur. Kelompok tanpa perlakuan dan kelompok ekstrak daun tebu hanya mendapatkan sumber pigmen berupa xanthophyl dari
290
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
jagung yang terdapat dalam campuran ransum sehingga memiliki skor warna kuning telur yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan tepung kunyit. 5. KESIMPULAN Pemberian ekstrak metanol daun tebu tidak mempengaruhi performa burung puyuh. 6. DAFTAR PUSTAKA Akasah, U.M., (2013, Maret hal 9). Usir Gangguan Vagina dan Kanker Payudara Berkat Tebu. Health. Daulay, A.H.D., Irawati, B., dan Kurnia, S. (2007). Pemanfaatan Tepung Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) dalam Ransum terhadap Performans Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) umur 042 Hari. Jurnal Agribisnis Peternakan (3): 23-28. Listyowati, E. dan Kinanti R. (2007). Puyuh. Jakarta: Penebar Swadaya. Listiyowati, Roospitasari K. 2004. Puyuh Tatalaksana Budidaya secara Komersil. Penebar Swadaya: Jakarta. Loganandhan, N, B. Gujja, V. Vinad Goud, dan U. S. Natarajan. 2012. Sustainable Sugarcane Initative (SSI): A Methodology of More Mith Less. Sugar Tech. Mahmuda, I. (2007). Pengaruh Pemberian Ampas Kunyit (Curcuma domestica) dalam Ransum Terhadap Performa Produksi, Respon Imun dan Kadar Kolesterol Plasma Darah Mencit Putih (Mus musculus).Institut Pertanian Bogor.[Skripsi]. Murni, R., Suparjo, Akmal, BL. Bintang. (2008). Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Jambi: Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Rasyaf, M. (2007). Pengelolaan Produksi Telur. Jakarta: Penebar Swadaya. Sahara, E. (2011). Penggunaan Kepala Udang Sebagai Sumber Pigmen dan Kitin dalam Pakan Ternak. Jurnal Agrinak 1(1): 31-35. Suharja. (2008, Januari hal:1-3). Upaya Pigmentasi Melalui Pakan. CP-Buletin Service. Vilchez, C., Eduardo F., Maria C., Francisco B., Ines G., dan Josh M.V. (2011). Marine Carotenoids: Biological Function and Commercial Applications. Marine Drugs. 9: 319-333. Yusuf, M. (2002). Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal Akibat Penggantian Beras dengan Jagung Sebagai Sumber Energi dalam Pakan.Institut Pertanian Bogor. [Skripsi].
291
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PENINGKATAN KETRAMPILAN DOKTER KECIL SEBAGAI PETUGAS USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SD BAGAN DELI BELAWAN KOTA MEDAN Arlinda Sari Wahyuni1, Rina Amelia1 1
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Pencegahan/Komunitas Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan *Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik terutama di SD yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, serta perilaku jajan sembarangan tanpa memperhatikan kualitas jajanan makanan. Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya perokok pemula, usia muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga risikonya akan mengakibatkan penyakit degeneratif. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (integratif). Peserta didik yang bertugas untuk menjalankan kegiatan UKS di sekolah disebut dokter kecil. Dokter kecil dilatih oleh petugas puskesmas. Namun pelaksanaannya serta pembinaan dokter kecil cenderung tidak berkesinambungan. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah memberdayakan dokter kecil sebagai penggerak kesehatan di sekolah dengan memberikan pelatihan-pelatihan bidang kesehatan seperti makanan bergizi, identifikasi jajanan sehat, bahaya merokok, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), Higiene Perorangan, Kesehatan Reproduksi serta Kesehatan Lingkungan. Metode pelatihan yang diterapkan adalah dengan diskusi kelompok, demonstrasi (peragaan), permainan, dan perlombaan membuat karya tulis/menggambar tema kesehatan. Luaran dari pengabdian masyarakat ini adalah dokter kecil yang aktif mengaplikasikan perilaku kesehatan dalam kehidupan sehari-hari, baik kesehatan dirinya, teman-temannya serta keluarganya. Selain itu dapat menjadi role model anak sehat di sekolahnya. Kata Kunci: pemberdayaan, uks, dokter kecil PENDAHULUAN Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus dan obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya perokok pemula, usia muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga risikonya akan mengakibatkan penyakit degeneratif di masa yang akan datang. Perilaku tidak sehat lainnya yang mengkhawatirkan adalah melakukan pergaulan bebas, sehingga terjerumus ke dalam penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba atau tindakan kriminal. Apalagi perilaku tidak sehat ini, disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya. (Wijaya, 2010). Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan sehat antara lain dengan melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Pembinaan dan pengembangan UKS adalah upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar, berencana, terarah dan bertanggungjawab dalam menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan dan membimbing untuk menghayati menyenangi dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikap positif peserta didik dalam pelaksanaan upaya program UKS sekaligus sebagai mitra kesehatan di sekolah. Dokter kecil adalah peserta didik (siswa sekolah) yang memenuhi kriteria dan telah dilatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha
292
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya. (Wijaya, 2010). Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan yang terdiri dari 39 Puskesmas/Puskesmas Pembantu. Salah satu program Puskesmas adalah UKS. Salah satu program pembelajaran di Program Pendidikan Dokter di Departemen Komunitas Fakultas Kedokteran USU adalah observasi dan pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah di 4 wilayah Puskesmas di Kota Medan yaitu Puskesmas Belawan, Pekan Labuhan, Amplas dan Tuntungan. Secara global sebagian besar SD (Sekolah Dasar) di wilayah Puskesmas tersebut telah diberikan pembinaan oleh Puskesmas setempat. Namun fakta yang telihat kegiatan UKS ini tidak maksimal dilakukan oleh pihak Puskesmas. Terlihat masih banyaknya sekolah-sekolah di wilayah Puskesmas yang belum memiliki UKS, belum adanya dokter kecil atau walaupun dokter kecil ada namun tidak dibina secara maksimal. Kegiatan yang dilakukan pihak puskesmas sering bersifat aksidental dan tidak ada tindak lanjut. Kecamatan Medan Belawan adalah Kecamatan yang terjauh dari tengah Kota Medan. Jarak Medan kota ke Kecamatan tsb sekitar 40 km. Kelurahan Bagan Deli, sebagai wilayah binaan Departemen Komunitas FK USU adalah salah satu kelurahan di kecamatan Medan Belawan yang dikategorikan wilayah kumuh perkotaan. Banyak sekali permasalahan kesehatan lingkungan yang terdapat di wilayah ini dan sangat sulit terpecahkan. Wilayah Bagan Deli adalah wilayah yang berada di daerah pinggiran pantai, penduduk mayoritas miskin, sampah berserakan di berbagai wilayah. Bila air pasang, maka sampah-sampah akan menggenangi sebagian besar rumah penduduk. Puskesmas Belawan Keluarahan Bagan Deli adalah wilayah puskesmas tempat pembelajaran mahasiswa P3D (Program Pendidikan Profesi Dokter) di Departemen Komunitas FK USU sejak tahun 2013-2014. Beberapa SD di Kecamatan Medan Belawan menjadi wilayah kegiatan UKS Puskesmas Medan Belawan. SD yang menjadi sasaran pengabdian masyarakat yang kami ajukan (SD mitra) ada 2 (dua) SD yaitu SDN 060970 dan SD 065009. Berikut ini adalah karakteristik SD mitra pengabdian masyarakat: Tabel 1. Karakteristik dan permasalahan SD mitra pengabdian masyarakat No Karakteristik SDN 060970 SD 065009 1 Alamat Lingkungan III Bagan Deli Lingkungan II Bagan Deli 2 Kondisi Lingkungan lingkungan kurang begitu baik, Lingkungan kurang begitu ditemukan jentik, jamban kotor. baik, ditemukan jentik, jamban Bangunan permanen kurang bersih. Memiliki tempat sampah Sampah Bangunan permanen belum terpisah sampah organik dan Memiliki tempat Sampah an organic namun belum terpisah sampah Sumber Air bersih: PAM organik dan an organic Kamar mandi dan WC ada, namun Sumber Air Bersih: PAM kurang bersih Kamar mandi dan WC ada, namun kurang bersih 3 Kesehatan anak Penyakit tersering adalah ISPA, Penyakit tersering adalah ISPA diare dan kecacingan dan Diare 4 UKS Ruangan UKS ada, namun kurang Ruangan UKS ada namun memenuhi syarat kurang memenuhi syarat Kegiatan UKS tidak ada Belum ada Kegiatan UKS tidak ada Belum pelatihan dokter kecil ada pelatihan dokter kecil 5 Ketersediaan obat- Hanya betadine/P3K tidak lengkap Ada tapi sangant sedikit obatan/P3K 6 Kantin Sekolah Berbentuk sederhana, tapi kurang Ada tapi kurang higienes higienes Sumber: Laporan kegiatan mahasiswa P3D tahun 2014 Dari berbagai fakta di atas maka perlu adanya pembinaan kesehatan di kedua SD tersebut dengan mengaktifkan kegiatan dokter kecil dan peningkatan program UKS. Pelatihan dokter kecil yang terstruktur, metode pembelajaran yang baik dan berkesinambungan akan meningkatkan kesehatan siswa serta lingkungan sekolah. Dengan terlaksananya kegiatan pelatihan petugas UKS, maka diharapkan dapat memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang memiliki
293
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan. Secara umum target dan luaran dari pengabdian masyarakat selama 8 bulan adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dokter kecil serta peserta didik di SD mitra, membangun sikap positif dan partisipasi dari peserta didik dalam pelaksanaan upaya program UKS. Secara terperinci Target dan luaran yang dilakukan dengan pelatihan dokter kecil yang interaktif serta menggunakan multimedia adalah: A. Dokter kecil mampu: 1) Meningkatkan kesehatan diri pribadi dengan personal hygiene yang baik dan pola makan yang bergizi 2) Menggerakkan dan membimbing teman dalam melaksanakan: pengamatan kebersihan dan kesehatan pribadi, pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan dan penyuluhan kesehatan 3) Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanan kesehatan di sekolah, antara lain: distribusi obat cacing, vitamin, dll; 4) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), Pertolongan Pertama Pada Penyakit (P3P). 5) Mengenali tanda-tanda penyakit dan pencegahannya, seperti penyakit ISPA, kecacingan dan diare. 6) Mengidentifikasi kebersihan Ruang UKS, warung sekolah dan lingkungan sekolah, contoh: kebersihan ruang kelas dan perlengkapannya, kebersihan halaman sekolah, tempat suci, WC, kamar mandi, persediaan air bersih, tempat sampah, saluran pembuangan, termasuk upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN). 7) Melakukan pencatatan dan pelaporan, antara lain: pencatatan dan pelaporan kegiatan dalam Buku Harian Dokter Kecil. 8) Melaporkan hal-hal khusus yang ditemuinya kepada guru UKS/Kepala Sekolah/guru yang ditunjuk. B. Terbina Dokter kecil yang bertanggung jawab terhadap perannya dengan: 1) Terbentuk pembagian tugas pada dokter kecil sehingga kegiatan UKS berjalan bekelanjutan 2) Terbentuk tanggung jawab pada dokter kecil untuk meningkatkan kesehatan dirinya dan teman sebayanya. 3) Mengembangkan tanggung jawab guru sekolah dalam melaksanakan UKS dan membina dokter kecil yang sudah ada. C. Sosialisasi kepada pihak sekolah sehingga pihak sekolah dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan peran UKS dan dokter kecil dalam meningkatkan sikap positif terhadap kesehatan di sekolah. METODE PELAKSANAAN A. BENTUK KEGIATAN Bentuk kegiatan pengabdian masyarakat pada mitra adalah pelatihan dokter kecil yang berkesinambungan, terstruktur dan meningkatkan partisipasi aktif siswa sekolah. Bentuk pelatihan yang dilakukan adalah dengan mengembangkan berbagai teknik pembelajaran seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, permainan dan praktikum. Media pembelajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan multimedia seperti LCD, model peraga, papan tulis, dan modul sederhana. Dokter kecil Adalah peserta didik yang ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan serta berperan aktif dalam kegiatan kesehatan yang diselenggarakan di sekolah. Peserta didik yang dapat menjadi dokter kecil telah menduduki kelas IV, V, berprestasi di kelas, berwatak pemimpin, bertanggungjawab, bersih, berperilaku sehat serta telah mendapat pelatihan. B. TAHAPAN DALAM PENGEMBANGAN PARTISIPASI AKTIF DOKTER KECIL ADALAH: a. Identifikasi sekolah dan keaktifan UKS Pada tahap awal tim melakukan survey awal untuk menilai kondisi sekolah yang terdiri dari aspek: lingkungan sekolah seperti ruang kelas, keberadaan ruang UKS, kamar mandi dan WC, kantin sekolah, lingkungan sekitar sekolah. Selain itu tim juga melakukan identifikasi terhadap keberadaan UKS, dokter kecil, dan ketersediaan obat-obatan di UKS. b. Sosialisasi ke Kepala Sekolah. Tim melakukan sosialisasi tentang pengabdian masyarakat yang akan dilakukan di sekolah mitra dengan menyampaikan jadwal kegiatan yang akan dilakukan.
294
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
c. Rekrutmen dokter kecil yang akan dilatih Tim akan menetapkan kriteria dokter kecil yang akan dilatih dan memilih 30-40 orang calon dokter kecil per SD yang akan dilatih. d. Memberikan pelatihan kesehatan yang terstruktur Tim memberikan pelatihan ke SD mitra dengan jumlah 3 kali per SD yang diadakan setiap Hari Sabtu. Materi-materi yang disampaikan adalah: Meningkatkan Personal Higiene Anak Sekolah (PHBS), Gizi Anak Sekolah, Kesehatan Lingkungan, P3K, Pemeriksaan Fisik sederhana, Mencegah Kebiasaan yang buruk pada anak sekolah, Pengenalan Tanda-tanda penyakit yang sering pada anak sekolah seperti ISPA, Kecacingan dan Diare. Teknik pembelajaran yang dikembangkan adalah dengan teknik ceramah, diskusi, permainan, perlombaan, dan demontrasi. Media yang digunakan adalah multi media seperti LCD, bahan peraga, papan tulis dan modul sederhana. e. Melantik dokter kecil yang sudah dilatih Tim melantik dokter kecil yang sudah dilatih dengan menyematkan pin dokter kecil yang diadakan pada saat upacara bendera. f. Membina dokter kecil Tim membina dan mengatur dokter kecil untuk bertugas secara kontinu sebagai mitra di Usaha Kesehatan Sekolah. g. Evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan Tim melakukan evaluasi terhadap keaktifan dokter kecil yang sudah dilatih dan kondisi lingkungan sekolah. h. Sosialisasi ke pihak sekolah Tim melakukan advokasi kepada kepala sekolah SD mitra untuk tetap mempertahankan kegiatan UKS dan dokter kecil yang sudah terbina. Selain itu Tim meminta kepala sekolah menunjuk guru tertentu menjadi Pembina UKS di SD mitra sehingga kegiatan UKS dapat berlangsung secara kontinu:
295
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Permasalahan Mitra Permasalahn Mitra 1 Kegiatan UKS yang tidak berjalan dengan baik Tidak adanya kegiatankegiatan siswa melalui sekolah dalam upaya meningkatkan perilaku PHBS Sanitasi sekolah yang kurang baik Higiene siswa masih kurang baik PHBS seluruh siswa berada pada kategori yang kurang Kurangnya pengetahuan siswa tentang kesehatan yang dapat dilakukan di lingkunagn sekolah Permasalahn Mitra II Kegiatan UKS yang tidak berjalan dengan baik Tidak adanya kegiatankegiatan siswa melalui sekolah dalam upaya meningkatkan perilaku PHBS Sanitasi sekolah yang kurang baik Higiene siswa masih kurang baik PHBS seluruh siswa berada pada kategori yang kurang Kurangnya pengetahuan siswa tentang kesehatan yang
dapat dilakukan di lingkungan sekolah
Solusi yang ditawarkan
Luaran
1. Penyuluhan PHBS Kebersihan diri, kebersihan gigi, kebersihan kuku, higiene pribadi Penyuluhan tentang bahaya merokok
Luaran tidak terukur berupa: Peningkatan pengetahuan seluruh siswa dan mengenai PHBS Peningkatkan derajat kesehatan seluruh siswa Menciptakan linkungan sehat yang kondusif di
2. Pelatihan Dokter Kecil Peran dokter kecil untuk P3K Peran dokter kecil untuk meningkatkan kesadaran siswa yang lain tentang kesehatan Peran dokter kecil dalam pencegahan penyakit
Luaran terukur berupa: Menghasilkan Dokterdokter kecil yang terlatih dan terampil yang berperan aktif dalam bidang kesehatan di sekolah masing-masing Mengaktifkan kembali program UKS di sekolah Adanya kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan untu dokter kecil yang terintegrasi dengan kegiatan UKS Adanya perbaikan higiene siswa Publikasi hasil pengabdian ini dalam bentuk presentasi pada kegiatan seminar ilmiah
3. Revitalisasi UKS yang diintegrasikan dengan kegiatan dokter kecil. Pelayanan P3K di UKS yang dilaksanakan oleh dokter kecil Penyuluhan PHBS yang dilaksanakan oleh dokter kecil
HASIL KEGIATAN Sasaran dari kegiatan ini adalah 2 sekolah yaitu sekolah yang terdapat dipinggir kota yaitu daerah Bagan Deli. Belawan (SD 060970 dan 065009). Bentuk kegiatan pengabdian masyarakat pada mitra adalah pelatihan dokter kecil yang berkesinambungan, terstruktur dan meningkatkan partisipasi aktif siswa sekolah. Bentuk pelatihan yang dilakukan adalah dengan mengembangkan berbagai teknik pembelajaran seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, permainan dan praktikum. Media pembelajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan multimedia seperti LCD, model peraga, papan tulis, dan modul sederhana.
296
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Penyelenggaraan pendidikan kesehatan dilakukan secara integrasi dengan semua pihak sesuai kebutuhan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan praktis dalam rangka pemutusan rantai penularan penyakit, upaya pemeliharaan kesehatan pribadi siswa yang ditekankan pada upaya pembentukan perilaku hidup besih dan sehat, maupun lingkungan fisik sekolah untuk mendukung terciptanya suasana yang sehat dalam proses pembelajaran. Penyuluhan percobaan telah dilakukan di SD 060970 dan 065009 dilakukan masing-masing pada tanggal 16, 23 dan 30 April 2016 pada jam 09.30-11.30 WIB dan 16, 23 dan 30 April 2016 pada jam 08.00-12.00 WIB. 1. 2.
3. 4.
5.
Pengenalan UKS dan Program Dokter Kecil: merupakan program utama yang mendasari programprogram lainnya. Dengan jelasnya pengetahuan mengenai dokter kecil dan UKS akan memudahkan pelaksanaan program-program lainnya yang ada dibawah program ini. Pengenalan dan Pelatihan kebersihan pribadi (personal hygiene), pencegahan penyakit menular dan kesehatan lingkungan: hal ini meliputi masalah utama yaitu infeksi yang menjadi salah satu masalah utama, dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat menekan terjadinya infeksi lewat pendekatan interpersonal. Pengenalan dan Pelatihan mengenai kesehatan indra penglihatan dan pendengaran serta kesehatan gigi dan mulut, ini merupakan materi tambahan yang bermanfaat untuk menunjang pengetahuan dokter kecil mengenai pentingnya kesehatan mata, telinga dan rongga mulut sejak kecil. Penjelasan singkat mengenai imunisasi dan pengetahuan gizi seimbang: sebagai materi tambahan agar dokter kecil dapat lebih memahami mengenai bagaimana imunisasi dilakukan dan apa manfaatnya lalu pengetahuan mengenai gizi terutama makanan sehat dan seimbang agar dapat menjadi masukan bagi mereka agar memilih makan dan asupan yang sehat dan bergizi. Pengenalan dan pelatihan Pemeriksaan fisik dan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K): ini merupakan materi terakhir yang merupakan pengayaan dikarenakan teknisnya yang masih terlalu berat jika diajarkan secara penuh untuk diajarkan pada tingkatan SD pada umumnya. Sehingga pada bagian ini akan diajarkan fokus kepada apa saja yang disebut kecelakaan, apa tanda bahayanya dan bagaimana cara mudah mengatasinya serta bagaimana jika hal tersebut memberat seperti menghubungi petugas kesehatan terkait.
Pelantikan dokter kecil SD Negeri 060970 Bagan Deli Belawan dilaksanakan pada tanggal 24 September 2016 yang dihadiri oleh Koordinator Pengabdian Masyarakat FK USU Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes dan anggota dr. Rina Amelia, MARS, kepala sekolah beserta guru-guru SD Negeri 060970 Bagan Deli Belawan, dokter kecil yang akan dilantik, siswa/i SD Negeri 060970 Bagan Deli Belawan, dan perwakilan dokter muda FK USU. Pelantikan dilakukan dihalaman SD Negeri 060970 Bagan Deli Belawan. Acara dimulai pukul 09.00 WIB dengan pembukaan oleh pembawa acara yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian kata sambutan yang disampaikan oleh Koordinator Pengabdian Masyarakat FK USU Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes dan Kepala sekolah SD Negeri 060970 Bagan Deli Belawan Drs. Penyahatan. Pukul 09.30 WIB Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes mebacakan naskah pelantikan dokter kecil dan penyematan pin dokter kecil. Diikuti dengan pembacaan ikradokter kecil yang dipimpin oleh dr. Rina Amelia, MARS dan menyanyikan mars UKS Pada acara ini juga dilakukan penyerahan perlengkapan UKS dan poster kesehatan dari tim pengabdian masyarakat FK USU yang diserahkan oleh Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes dan dr. Rina Amelia, MARS kepada kepala sekolah SD Negeri 060970 Bagan Deli Belawan. Acara ini ditutup dengan doa dan foto bersama pada pukul 11.00 WIB. Acara pelatikan dokter kecil SD Negeri 060970 Bagan Deli Belawan berlangsung dengan khidmat dan lancar.
297
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 1. Foto Bersama Setelah Pelantikan Dokter Kecil KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1) Dokter kecil merupakan salah satu usaha yang cukup efektif terutama sebagai pendekatan interpersonal dikalangan murid SD, 2) Dokter kecil dapat dijadikan agen perubah yang dapat menjadi perubah pada dirinya sendiri, teman, dan lingkungan sekitarnya. SARAN Peningkatan frekuensi dan durasi bimbingan pada penggerak promosi kesehatan seperti dokter kecil sangat dibutuhkan, sehingga perlunya peningkatan dan pengalahan pendidikan sejenis di seluruh sekolah dasar di Medan terutama di daerah pinggiran kota dimana secara umum tingkat kebersihannya masih dibawah standar yang telah ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. 1st ed. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; 2011. Maulana, H.D.J.,2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S.,2011. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT.Asdi Mahasatya. Wijaya, A.M., 2010. 3 Dokterku : Program Dokter Kecil (Dokcil). Available from :http://www.3dokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=34:program-dokterkecil-dokcil&catid=27:helath-programs&Itemid=28. [Accessed : 5th April 2015] Entjang, I.2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti. Sjafriani, R., 2010. Republika.co.id , Dokter Kecil Penggerak Kesehatan di Sekolah dan Rumah. AvailableFrom : http://www.5blika.co.id/berita/breaking-news/kesehatan/10/05/12/115235-menkesdokter-kecil-penggerak-kesehatan-di-sekolah-dan-rumah. [Accessed : 5th April 2015] Naibaho, J.2010. Dokter Kecil Penggerak Kesehatan Sekolah. Available from :http://www.6news.com/2010/05/20/menkes-dokter-kecil-penggerak-kesehatan-sekolah. [Accessed 5th April 2015]
298
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 PEMBUATAN MULTIMEDIA INTERAKTIF GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI BERBASIS ADOBE FLASH BERDASARKAN HASIL SURVEI GANGGUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI PUSKESMAS ALIANYANG PONTIANAK Titin1, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan1, Cut Nabila Azaria2 1 Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Email:
[email protected]
2
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan multimedia interaktif berbasis adobe flash dari hasil survei gangguan sistem reproduksi pada remaja di Puskesmas Alianyang Pontianak. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik purposive sampling. Validasi multimedia interaktif dilakukan oleh 5 orang validator ahli media dan materi. Aspek yang dinilai meliputi aspek rekayasa lunak, desain pembelajaran, dan komunikasi audiovisual. Rata-rata hasil analisis validasi multimedia interaktif pada aspek rekayasa lunak adalah 3,65, desain pembelajaran 3,17, dan komunikasi audio, visual 3,40. Multimedia interaktif berbasis adobe flash ini layak digunakan sebagai media pembelajaran. Kata kunci: Multimedia interaktif, adobe flash, gangguan sistem reproduksi. 1. PENDAHULUAN Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (Depkes RI, 2015). Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun pengetahuannya. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku yang berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikologis, serta sosial (Depkes RI, 2015). Menurut Setiawan dan Hidayah (2008: 3), perkembangan secara fisik ditandai dengan semakin matangnya organ-organ tubuh termasuk organ reproduksi. Sedangkan secara psikologis perkembangan ini nampak pada kematangan pribadi dan kemandirian. Di Kota Pontianak sebanyak 32 orang remaja terkena penyakit infeksi menular seksual berdasakan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak yang disebabkan oleh perilaku penyimpangan seksual remaja, sehingga dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai gangguan sistem reproduksi apa saja yang dapat timbul akibat dari perilaku penyimpangan seksual yang dilakukan oleh remaja. Permasalahan tentang gangguan sistem reproduksi dan cara menanggulanginya dapat dilakukan dalam pembelajaran di tingkat SMA, mengingat usia mereka rata-rata masih remaja dan sedang mengalami masa pubertas. Oleh sebab itu, sub materi gangguan sistem reproduksi ini sangat perlu diajarkan dengan jelas agar mereka mengerti fungsi dari organ reproduksi dengan benar dan pentingnya untuk menjaga kesehatan organ reproduksinya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sekarang ini sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan media pembelajaran yang variatif, sehingga akan menjadi sarana atau alat dalam proses pembelajaran yang lebih efektif dalam menyampaikan materi pembelajaran dan efisien dalam alokasi waktu dan tenaga. Media pembelajaran juga merupakan alat bantu pembelajaran untuk menjelaskan konsep-konsep atau teori yang sulit dijelaskan oleh guru secara
299
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
lisan. Selain itu, media pembelajaran dapat meningkatkan kemungkinan bagi peserta didik untuk belajar lebih baik dalam mencapai tujuan pembelajaran serta menunjang metode pengajaran yang digunakan oleh guru (Susilana dan Cepi, 2009). Namun saat ini belum banyak guru yang membuat media pembelajaran dengan penambahan animasi didalamnya untuk membantu peserta didik memahami materi yang disampaikan. Salah satu media pembelajaran berbantuan komputer yang dapat digunakan adalah multimedia interaktif yang dihasilkan oleh program adobe flash. Adobe flash merupakan program yang digunakan untuk mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif (MPI) karena mendukung untuk pembuatan animasi, gambar, image, teks, dan pemrogaman (Nurtantio dan Syarif, 2013: 2). Animasi yang dihasilkan oleh adobe flash dapat memotivasi peserta didik untuk belajar biologi karena terdapat unsur audio dan visual yang mempermudah penyampaian suatu materi, termasuk materi sistem reproduksi. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Hartato (2011: 61) bahwa, pemanfaatan program adobe flash berpengaruh positif terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep energi, dengan rata-rata kelompok eksperimen sebesar 80,9 dan kelompok kontrol sebesar 69,1 dan pada penelitian Alimah (2012: 136-138) menunjukkan bahwa pengembangan multimedia pembelajaran embriogenesis hewan berbasis adobe flash CS3 menghasilkan media pembelajaran berkategori baik, layak digunakan, dan menunjukkan peningkatan rata-rata hasil belajar mahasiswa sebesar 1,2%. Keunggulan multimedia interaktif berbasis adobe flash dibandingkan powerpoint adalah dengan menggunakan adobe flash dapat membuat animasi dan simulasi. Powerpoint juga dapat menampilkan animasi dan simulasi namun tidak dapat dikembangkan hanya dapat ditampilkan menggunakan hyperlink. Sehingga multimedia interaktif berbasis adobe flash ini diharapkan dapat membantu peserta didik memahami materi sistem reproduksi dengan baik agar terhindar dari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan reproduksi pada remaja akibat melakukan penyimpangan seksual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan multimedia interaktif gangguan sistem reproduksi berbasis adobe flash yang dibuat berdasarkan hasil survei gangguan kesehatan pada remaja di Puskesmas Alianyang sebagai salah satu media pembelajaran pada materi sistem reproduksi di kelas XI sebagai media pembelajaran. 2. KAJIAN LITERATUR a. MEDIA PEMBELAJARAN Menurut Asyhar (2012: 8) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien. Sementara itu menurut Kosasih dan Sumarna (2013: 205) media pembelajaran adalah semua alat atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber belajar kepada peserta didik. b. MULTIMEDIA INTERAKTIF Multimedia menurut Rusman (2012: 150) adalah penggunaan beberapa media yang berbeda untuk menyampaikan informasi dalam bentuk teks, audio, grafis, animasi, dan video. Yaumi (2013: 233-234) berpendapat bahwa multimedia adalah penggabungan teks, gambar, animasi, foto, video, dan suara menjadi satu sajian informasi. Mayer (2005: 3) mendefinisikan multimedia sebagai presentasi materi yang disajikan dalam bentuk verbal, misalnya menggunakan teks kata-kata yang tercetak atau terucapkan, dan juga dalam bentuk gambar, misalnya grafis statis (ilustrasi, grafik, foto, dan peta) atau grafik dinamis (animasi dan video). Susilana dan Cepi (2009: 130-131) memaparkan keunggulan multimedia interaktif adalah sebagai berikut: (a) siswa memiliki pengalaman yang beragam dari segala media (b) dapat menghilangkan kebosanan siswa karena media yang digunakan lebih bervariasi (c) sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri. Sedangkan kelemahannya adalah dalam proses pembuatannya memerlukan perencanaan yang matang dan tenaga ahli disertai biaya yang cukup besar. c. ADOBE FLASH Adobe flash adalah program yang sangat popular untuk membuat animasi 2D berbasis vektor (Madcoms, 2013: 2). Adobe Flash digunakan untuk mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif (MPI) karena
300
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
mendukung untuk pembuatan animasi, gambar, image, teks, dan pemrogaman (Nurtantio dan Syarif, 2013: 2). Program flash memiliki standar program interaktif dan animasi berkualitas tinggi pada web sejak pertama kali diperkenalkan oleh Macromedia (Wahana, 2009: 1). Adobe flash dapat menggabungkan gambar, suara, dan video ke dalam animasi yang dibuat (Hasrul, 2011: 5). Junaedi (2014: 48) menyebutkan kelebihan dari adobe flash yaitu: a) Kemampuan dalam mengkombinasikan berbagai jenis media (teks, gambar, audio, maupun video). b) Kinerjanya yang dapat dikombinasikan dengan software lain. c) Kemudahan dalam pembuatan gambar maupun animasi. d) Adanya bahasa pemrograman (Action Script). e) Kemampuan dalam mengkonversi atau mempublish hasil yang dibuat dalam berbagai bentuk file ekstensi (.swf, .html, .gif, .jpg, .png, .exe, dan .mov) dengan ukuran yang relatif kecil. d. SUB MATERI GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI Sistem reproduksi dapat mengalami gangguan akibat penyakit atau kelainan. Penyakit pada sistem reproduksi dapat disebabkan oleh kuman penyakit, faktor genetik, atau hormon. Bebarapa gangguan pada sistem reproduksi adalah sebagai berikut: 1) Vulvovaginitis Vulvovaginitis adalah perdangan pada vulva dan vagina yang sering menimbulkan gejala keputihan (flour albus) yaitu keluarnya cairan putih kehijauan dari vagina. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Gardnerella vaginalis dan dapat pula disebabkan oleh Protozoa, misalnya Trichomonas vaginalis atau oleh jamur Candida albicans. 2) Impotensi Impotensi adalah ketidakmampuan mempertahankan ereksi penis. Impotensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain gangguan produksi hormon testosteron, kelainan psikis, penyakit diabetes melitus, kecanduan alkohol, obat-obatan (misalnya obat antitekanan darah tinggi), dan gangguan sistem saraf. 3) Gonorea Gonorea merupakan penyakit infeksi akut ayng menyerang selaput lendir pada uretra, serviks, rektum, sendi, tulang, faring, dan, mata. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Gonorea yang ditularkan dari ibu ke anaknya saat kelahiran dapat menyebabkan kebutaan. Bakteri Neisseria Mudah bermutasi sehingga resisten terhadap antibiotik.Oleh karena itu, gonorea harus segera ditangani secara intensif. Gejalanya adalah rasa sakit saat buang air kecil dan keluarnya nanah berwarna kuning kehijauan dari uretra. 4) Hipertropik prostat Hipertropik prostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang terjadi pada laki-laki berusia di atas 50 tahun. Penyakit ini diduga berhubungan dengan penuaan dan proses perubahan hormon. Gejalanya adalah rasa ingin kencing terus-menerus dan kencing tidak lancar karena uretra tersumbat dan infeksi kantung kemih. Penyumbatan kronis dapat menyebabkan ginjal rusak. Penyakit ini dapat diobati dengan cara operasi. 5) Prostatitis Prostatitis adalah peradangan pada prostat yang sering disertai dengan peradangan pada uretra. Gejalanya berupa pembengkakan yang dapat menyumbat uretra sehingga timbul rasa nyeri dan sulit buang air kecil. Penyumbatan uretra yang kronis dapat menyebabkan pembendungan, infeksi, dan kerusakan pada kandung kemih dan ginjal. 6) Infertilitas Infertilitas adalah ketidakmampuan menghasilkan keturunan. Infertilitas ini dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan.
301
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
7) Kanker serviks Kanker serviks (kanker leher rahim) banyak dialami perempuan berusia 40-55 tahun. Kanker serviks diduga berhubungan erat dengan infeksi virus Herpes simplex tipe dua dan human papilloma virus. Pengobatannya dengan operasi, sinar radioaktif, dan obat-obatan. 8) Sifilis Sifilis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Infeksi terjadi pada organ kelamin bagian luar. Sifilis dapat berkembang ke tahap sekunder dan tersier yang sulit diamati. Sifilis sekunder menular, sedangkan sifilis tersier tidak menular. Meskipun demikian, sifilis tersier menimbulkan berbagai kerusakan pada tubuh selain pada organ kelamin, seperti otak, jantung, pembuluh darah, hati, dan lain-lain. Sifilis yang ditularkan ibu kepada anaknya saat kelahiran, dapat mengakitbatkan kebutaan dan kematian. Sifilis dapat diobati dengan penisilin dosis tinggi, namun kerusakan jaringan yang terjadi selama infeksi tidak dapat dipulihkan. 9) NGU(non-gonococcal urethritis) NGU (non-gonococcal urethritis) merupakan peradangan pada uretra dan serviks yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis dan Ureaplasma urealyticum. 10) Herpes genitalis Herpes genitalis adalah penyakt yang disebabkan oleh virus Herpes simplex tipe 2 yang menyerang kulit di daerah genital laur, anus, dan vagina. Gejalanya adalah rasa gatal, pedih, dan kemerahan pada kulit di daerah kelamin disertai gejala flu seperti sakit kepala dan demam. Kemudian pada daerah tersebut timbul lepuh kecil-kecil selanjutnya lepuh menjadi keruh dan pecah, timbul luka yang sering disertai pembesaran kelenjar limfa. 11) Endometriosis Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium di laur rahim. Jaringan endometrium dapat ditemukan di ovarium, peritonium, usus besar, dan kandung kemih, akibat pengaliran balik darah menstruasi melalui tuba Fallopi sewaktu menstruasi. Gejalanya adalah rasa nyeri saat menstruasi karena jaringan endometriosis luruh bersamaan dengan menstruasi. Pengobatan dapat dilakukan dengan operasi atau pemberian hormon progesteron. 12) Sindrom premenstrual Sindrom premenstrual adalah keadaan di mana terjadi gangguan emosi, lesu, sakit kepala, bengkak pada tungkai, rasa pedih, dan nyeri pada payudara yang terjadi beberapa hari sebelum menstruasi. Penyebabnya diduga adalah kadar estrogen tinggi, progesteron rendah, gangguan metabolisme karbohidrat, kadar prolaktin tinggi, dan gangguan psikis yang berhubungan dengan sindrom premenstruasi. 13) AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV (human immunodeficiency virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga penderita AIDS menjadi rentan terhadap berbagai penyakt infeksi. Penyakit flu dapat mematikan bagi penderita AIDS. Gejala AIDS sulit diamati karena mirip gejala penyakit lain. Untuk memastikan seseorang terkena AIDS atau terinfeksi HIV diperlukan tes khusus. AIDS ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, dan dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. Hingga kini belum ada obat untuk AIDS. 3. METODE PENELITIAN Bentuk penelitian yang digunakan adalah PENELITIAN deskriptif. Jenis penelitian ini adalah survei yang digambarkan sebagai berikut: TAHAP PERSIAPAN a. Melakukan survei ke Puskesmas Alianyang Pontianak b. Penentuan sampel penelitian yaitu 3 Sekolah Menengah Atas ( SMA Mujahidin Pontianak, SMA Negeri 3 Pontianak, SMA Negeri 8 Pontianak) yang menggunakan kurikulum 2013. c. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat multimedia interaktif berbasis adobe flash.
302
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
TAHAP PELAKSANAAN a. Pembuatan multimedia interaktif berbasis adobe flash dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pemasangan (instalasi) aplikasi adobe flash CS 6 pada komputer.. 2) Pembuatan alur program (flowchart) mulai dari pembukaan (start), isi, dan penutup. 3) Pembuatan alur cerita (story board) yang disusun dalam sebuah tabel 4) Pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan untuk melengkapi sajian multimedia interaktif. Bahanbahan tersebut di antaranya; foto-foto hasil survei dan gambar-gambar lain yang mendukung, serta musik instrument sebagai suara belakang (back sound). Bahan-bahan penting lain adalah ringkasan sub materi gangguan sistem reproduksi yang diambil dari buku pelajaran Biologi untuk SMA/MA Kelas XI karangan Pratiwi, dkk. 5) Tahap pemrograman (Programming), yaitu bahan-bahan yang ada dirangkai sesuai dengan flowchart dan story board. Pada tahap ini sudah dihasilkan multimedia interaktif. 6) Tahap penyelesaian (finishing (Susilana dan Cepi, 2009:132-138). b. VALIDASI Validasi multimedia interaktif gangguan kesehatan reproduksi pada remaja dilakukan oleh 5 orang validator yang terdiri dari 2 orang dosen pendidikan Biologi FKIP UNTAN, dan 3 orang guru mata pelajaran Biologi SMA. Guru yang dijadikan validator adalah guru yang berasal dari sekolah mitra. Sekolah yang dijadikan sekolah mitra adalah SMA Mujahidin Pontianak, SMA Negeri 3 Pontianak, dan SMA Negeri 8 Pontianak. c. SETELAH DIVALIDASI MEDIA DIPERBAIKI SESUAI SARAN VALIDATOR. TAHAP AKHIR Tahap akhir adalah menganalisis data yang diperoleh dari hasil validasi. Teknik analisis yang digunakan untuk menghitung validitas multimedia interaktif gangguan reproduksi pada remaja mengacu pada teknik analisis data dilakukan Khabibah (2006 dalam Yamasari, 2010). Data terlebih dahulu diubah ke dalam data kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membuat dan menganalisis tabel validasi. b. Mencari rata-rata tiap kriteria dari validator
K= Keterangan: K = rata-rata kriteria ke i = Skor hasil penilaian validator ke-h untuk kriteria ke-i Vhi i =kriteria h = validator n =Jumlah validator Hasil yang diperoleh dimasukkan dikolom rata-rata pada lembar validasi. c. Mencari rata-rata aspek dengan rumus:
A= Keterangan: A = rata-rata aspek ke i Kij = Skor hasil penilaian aspek ke-i untuk kriteria kei = aspek j = kriteria n = banyaknya kriteria dalam aspek ke i ij = aspek ke i kriteria ke j Hasil yang diperoleh dimasukkan dikolom rata-rata tiap aspek pada lembar validasi multimedia interaktif berbasis adobe flash gangguan kesehatan reproduksi remaja. d. Mencari rata-rata total validasi aspek dengan rumus: RTVTK= Keterangan:
303
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
RTVTK= rata-rata total validitas A = rata-rata aspek ke i i = aspek n = banyaknya kriteria dalam aspek ke i Hasil yang diperoleh dituliskan pada baris rata-rata total. e. Mencocokan rata-rata total dengan kriteria kevalidan, yaitu: 3 2 1
≤ ≤ ≤
RTVTK RTVTK RTVTK
≤4 ≤3 ≤2
: Valid : Cukup Valid : Tidak Valid
Apabila dikatakan “valid” maka multimedia interaktif gangguan reproduksi layak digunakan, apabila dikatakan “Cukup valid” maka multimedia interaktif gangguan reproduksi layak digunakan dengan perbaikan, dan apabila dikatakan “tidak valid” maka media tidak layak digunakan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Uji validitas multimedia interaktif berbasis adobe flash dimaksudkan untuk melihat apakah multimedia interaktif berbasis adobe flash layak atau tidak digunakan sebagai media pembelajaran. Uji validitas multimedia interaktif ini dilakukan oleh 5 orang yaitu 2 orang dosen dan 3 orang guru SMA di SMA Mujahidin Pontianak, SMA Negeri 3 Pontianak, dan SMA 8 Pontianak. Hasil validasi multimedia interaktif berbasis adobe flash ini dapat dilihat pada Tabel 1.
PEMBAHASAN Multimedia merupakan teknologi untuk menyajikan materi dalam bentuk verbal dan visual yang ditujukan untuk meningkatkan pembelajaran (Mayer, 2009:4). Multimedia interaktif berbasis adobe flash ini berisikan sub materi gangguan sistem reproduksi yaitu vulvovaginatis, impotensi, gonorea, hipertropik prostat, prostatis, infertilitas, kanker serviks, sifilis, NGU (non-gonococcal urethritis), herpes genitalis, endometriosis, sindrom premenstrual, HIV/AIDS (Pratiwi, dkk, 2015), penyebab gangguan sistem reproduksi, upaya penanggulangan gangguan sistem reproduksi, backsound, serta animasi dan gambar yang relevan dengan materi. Multimedia interaktif berbasis adobe flash ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan media pembelajaran lain serta dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif maupun konvensional sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Haryoko (2009: 8) pembelajaran menggunakan multimedia lebih baik dibanding dengan pembelajaran melalui pendekatan konvensional yang tanpa menggunakan media. Multimedia interaktif berbasis adobe flash yang telah dibuat kemudian dinilai dengan cara divalidasi.
304
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1 HASIL VALIDASI MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS ADOBE FLASH
Aspek
Rekayasa Lunak
Desain Pembelajaran
Komunikasi Audiovisual
RTV
No. Kriteria
Validator
Rata-rata tiap kriteria ( Ki)
1
2
3
4
5
1
3
2
4
4
4
3,40
2
4
3
4
4
4
3,80
3
4
3
4
4
4
3,80
4
4
3
4
4
3
3,60
5
4
1
4
4
2
3,00
6
4
1
4
4
2
3,00
7
4
2
4
3
3
3,20
8
3
3
4
4
4
3,60
9
3
3
4
3
3
3,20
10
3
1
4
4
3
3,00
11
3
2
4
3
4
3,20
12
3
2
4
4
4
3,40
13
4
2
4
4
4
3,60
14
4
3
4
3
3
3,40
15
4
2
4
4
3
3,40
16
3
2
4
3
2
3,20
Rata-rata tiap aspek (Ai)
3,65
3,17
3,40
3,40
TABEL 1 Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut layak digunakan dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak (Sadiman, 2012: 24). Pengujian validasi multimedia interaktif berbasis adobe flash ini dilakukan oleh 5 orang validator yaitu 2 orang dosen Pendidikan Biologi FKIP Untan dan 3 orang guru SMA di SMA Mujahidin Pontianak, SMA 8 Pontianak, dan SMA 3 Pontianak. Lembar validasi yang digunakan untuk memvalidasi multimedia interaktif berbasis adobe flash ini merupakan hasil modifikasi dari Wahono (dalam Ansori 2013). Adapun aspek yang dinilai oleh kelima validator tersebut yaitu aspek rekayasa lunak, aspek desain pembelajaran, dan aspek komunikasi audiovisual. Aspek rekayasa lunak memperoleh nilai rata-rata 3,65 dan tergolong valid. Aspek desain pembelajaran ini terdiri dari 4 kriteria. Kriteria pertama adalah efektif dan efisien dengan nilai 3,40. Menurut validator, multimedia interaktif memiliki ukuran file yang cukup besar yaitu 700 Mb sehingga memerlukan ruang penyimpanan yang besar sehingga saat membuka media membutuhkan waktu yang lebih lama dan menyebabkan kurang efisien dalam penggunaan waktu. Ukuran file yang besar dikarenakan multimedia interaktif ini berisi video-video, backsound, animasi, serta gambar-gambar yang diperlukan dalam mendukung substansi materi gangguan sistem reproduksi. Untuk meminimalkan ukuran file yang cukup besar dapat dilakukan dengan di compress ukuran video, backsound dan gambarnya agar memiliki ukuran file yang kompatibel dengan berbagai jenis laptop atau gadget. Sehingga memudahkan pengguna multimedia interaktif dalam kegiatan belajar dan mengajar serta waktu yang digunakan menjadi lebih efisien.
305
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Kriteria kedua dan ketiga adalah reliable dan usabilitias dengan nilai 3,80. Multimedia interaktif ini dapat diandalkan sebagai media pembelajaran dan mudah dalam pengoperasiannya karena didukung dengan adanya petunjuk penggunaannya serta dapat menarik perhatian siswa. Menurut Pertiwi, dkk (2013:4) kegunaan media pembelajaran multimedia bahwa dengan adanya media ini guru dan siswa terbantu dalam proses pembelajaran serta dimudahkan dalam menyampaikan informasi, memahami maupun mengelaborasi konsep yang diberikan guru. Kelebihan lain adalah multimedia interaktif ini tahan lama, mudah diperbanyak, dan mudah digunakan. Lebih lanjut Susilana dan Cepi (2009: 34) mengungkapkan bahwa media yang user friendly adalah media yang bersahabat dengan pemakainya. Setiap petunjuk yang ada pada media memberikan tuntunan kepada guru ataupun siswa dalam menggunakan media. Kriteria keempat adalah ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan dengan nilai 3,60. Untuk kriteria ini pemilihan jenis aplikasi sudah tepat yaitu menggunakan aplikasi adobe flash. Adobe flash digunakan untuk mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif (MPI) karena mendukung untuk pembuatan animasi, gambar, image, teks, dan pemrogaman (Nurtantio dan Syarif, 2013: 2). Aspek desain pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 3,17 dengan kategori valid. Aspek desain pembelajaran ini terdiri dari 7 kriteria. Kriteria pertama dan kedua adalah kejelasan dan relevansi tujuan pembelajaran dengan KI/KD dan kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran dengan nilai 3,00. Menurut validator, pada kriteria ini tujuan pembelajaran sudah sesuai dengan KI/KD yang ada disilabus kurikulum 2013 namun ada perbaikan untuk penomoran KI/KD didalam multimedia interaktif yang dibuat. Kriteria ketiga adalah interaktivitas dan pemberian motivasi dengan nilai 3,20. Menurut validator multimedia interaktif yang dibuat dapat memotivasi siswa dan cukup interaktif karena siswa terlibat langsung dalam penggunaan media tersebut. Kriteria keempat yaitu isi materi dengan nilai 3,60. Menurut validator, isi materi didalam media sesuai dengan materi pokok yang ada disilabus kurikulum 2013. Kriteria kelima yaitu kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, dan latihan dengan nilai 3,20. Menurut validator uraian materi, gambar, video dan animasi cukup jelas namun ada perbaikan ditata letak gambar dan animasi pada slide materi sehingga bisa dilihat untuk kelas klasikal. Sudjana dan Ahmad (2013, 68) menyatakan bahwa gambar yang ditampilkan benar-benar harus melukiskan konsep atau pesan isi pelajaran yang ingin disampaikan sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan gambar juga dapat menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan (Sadiman, 2014: 34). Multimedia interaktif ini menjelaskan tentang gangguan-gangguan sistem reproduksi, penyebab, serta penanggulangannya sehingga multimedia interaktif ini dapat memberikan pengetahuan baru kepada siswa mengenai gangguan sistem reproduksi agar siswa dapat menjaga kesehatan reproduksinya. Sesuai dengan KI 2 kurikulum 2013 yang menuntut siswa memiliki rasa tanggung jawab, dan rasa tanggung jawab itu dapat berupa rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Hamalik (2011: 38) yang menyatakan dalam proses pembelajaran siswa dituntut mampu mengembangkan pengetahuan yang dimiliki sehingga siswa dapat memiliki inisiatif dan rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Kritera keenam adalah konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran dengan nilai 3,00. Menurut validator, evaluasi yang dibuat sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kriteria ketujuh yaitu ketepatan dan ketetapan alat evaluasi dengan nilai 3,20. Menurut validator, bagian evaluasi hendaknya format untuk melihat skor berada pada akhir sesi evaluasi karena apabila format penskoran dalam bentuk menjawab salah tidak dapat melanjutkan ke soal berikutnya hingga menjawab soal dengan benar, siswa baru bisa melanjutkan ke soal berikutnya sehingga akan membuat peserta didik tidak serius menjawab dan cenderung asal menebak jawaban sampai jawaban tersebut benar. Hal ini dapat diperbaiki dengan
306
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
mengganti format penskorannya di akhir sesi evaluasi. Menurut Sujiono (2011: 122 ) suatu tes belajar dapat disebut tes belajar yang objektif apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan menurut apa adanya. Ditinjau dari segi isi atau materinya artinya bahwa materi tes diambilkan atau bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan instruksional khusus yang telah ditentukan atau bahan pelajaran yang telah dipelajari oleh siswa yang dijadikan acuan dalam penyusunan hasil belajar tersebut. Aspek komunikasi audiovisual memperoleh nilai rata-rata 3,40. Aspek komunikasi audiovisual memiliki 4 kriteria. Kriteria pertama yaitu kreatif dalam ide berikut dalam penuangan gagasan. Menurut validator, pembuatan multimedia interaktif ini cukup kreatif dengan penambahan-penambahan animasi dan fitur-fitur yang menarik. Kriteria kedua yaitu sederhana dan memikat dengan nilai 3,60. Menurut validator, multimedia ini sederhana karena gambar, animasi, video, serta fitur-fitur tambahan didalamnya tidak berlebihan menghiasi halaman slide. Kriteria ketiga adalah audio dengan nilai 3,40. Menurut validator, untuk backsound yang terdapat pada media cukup senada. Namun perlu diperhatikan dalam memilih backsound dan suara narator agar tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas. Menurut Bulow (2013), aspek gaya bicara yang harus dikuasai oleh narator yang baik ada lima yakni; kecepatan bicara, volume suara, kualitas suara, artikulasi, dan pola titi nada. Untuk kecepatan bicara, narator harus berbicara dengan kecepatan yang pas. Berbicara terlalu cepat tidak akan berhasil membuat semua audience menangkap isi topik, berbicara terlalu lambat dapat membuat audience bosan. Kriteria keempat yaitu visual (layout design, typography, dan warna) dengan nilai 3,40. Menurut validator, ukuran, tata letak dan pemilihan warna untuk teks kurang pas dan harus disesuaikan dengan tampilan background. Menurut Hutchinson dan Waters (dalam Haryanto, 2012: 39) adanya teks yang menarik merupakan karakteristik dari materi yang dapat menimbulkan motivasi belajar siswa. Dengan teks yang menarik, dapat melancarkan siswa dalam mengingat dan memahami informasi atau pesan yang diterimanya (Kustandi dan Bambang, 2013: 57). Diungkapkan oleh Smaldino, Lowther, dan Russel (2012: 73) bahwa visual bisa meningkatkan ketertarikan pada sebuah mata pelajaran. Ketertarikan tersebut dapat meningkatkan motivasi dengan menarik perhatian mereka, mempertahankan perhatian mereka, dan menciptakan keterlibatan dalam proses belajar. Kriteria kelima yaitu media bergerak (animasi) dengan nilai 3,20. Menurut validator, animasi pada multimedia ini menarik dan dapat memotivasi siswa, namun validator menyarankan agar memperbaiki tata letak animasinya sehingga terlihat rapi. Berdasarkan hasil analisis validasi yang diberikan oleh 5 orang validator menunjukkan bahwa multimedia interaktif gangguan sistem reproduksi berbasis adobe flash layak digunakan sebagai media pembelajaran pada sub materi gangguan sistem reproduksi di kelas XI dengan nilai RTV 3,40. 5. KESIMPULAN Penilaian pada aspek rekayasa lunak memporeleh nilai 3,65, aspek desain pembelajaran memperoleh nilai 3,17, dan aspek komunikasi audiovisual memperoleh nilai 3,40 sehingga dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif gangguan sistem reproduksi berbasis adobe flash layak digunakan sebagai media pembelajaran pada sub materi gangguan sistem reproduksi di kelas XI dengan nilai RTV 3,40. 6. DAFTAR RUJUKAN Alimah, Siti. (2012). Pengembangan Multimedia Embriogenesis Hewan Untuk Mengoptimalkan Pemahaman Kognitif Mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol. 1 No. 2: 131-140. Asyhar, Rayandra. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi. Depkes RI. (2015). Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. (Online). (http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin.pdf, diakses 8 April 2016) Hartato, Muhammad. (2011). Pengaruh Pemnafaatan Program Adobe Flash Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Energi Bernuansa Nilai. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan: UIN Syarif Hidayatullah.
307
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Hasrul. (2011). Desain Media Pembelajaran Animasi Berbasis Adobe Flash CS3 Pada Mata Kuliah Instalasi Listrik 2. Jurnal Medtek. Vol 3(1). (Online). (http://www.ft-unm.net. Diakses tanggal 10 Februari 2016). Kosasih, Nandang dan Sumarna, Dede. (2013). Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan. Bandung: Alfabeta. Madcoms. (2013). Pasti Bisa! Belajar Sendiri Adobe Flash Pro CS6. Yogyakarta: Andi. Mayer, Richard E. (2005). The Cambridge Handbook of Multimedia Learning. New York: Cambridge University Press. Nurtantio, P, Syarif, A. M. (2013). Kreasikan Animasimu dengan Adobe Flash dalam Membuat Sistem Multimedia Interaktif. Yogyakarta: Andi. Pratiwi, D. A, dkk. (2015). Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta. Erlangga. Sadiman, Arief S, dkk. (2011). Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan manfaat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Setiawan. Roni dan Hidayah Siti. (2008). Jurnal Soul. Vol 1(2). (Online). (http://www.repository.upi.edu/4373/1/S_KOM_0805423_Title.pdf, diakses pada 19 Februari 2016) Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. (2009). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Wacana Prima. Wahana. (2009). Teknik Pembuatan Animasi Dengan Adobe Flash CS3. Jakarta: Salemba Infotek. Yamasari, Yuni. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang berkualitas. Seminar Nasional Pascasarjana X ITS.Surabaya.(Online).(https://salamsemangat.files.wordpress.com/2011/05/pengemban ganmatematika- berbasis-tik.pdf. Diakses tanggal 22 Februari 2016).
308
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
DEVELOPING MECHANICS HIGHER ORDER THINKING TEST (MechHOSTS) FOR SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS Haratua Tiur Maria S.1*, Erwina Octavianty1 1
Physics Education Program, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak * Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan tes untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skills) dalam pelajaran Fisika bagi siswa SMA. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk : (1) menyusun tes keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS), (2) mengetahui validitas dan reliabilitas instrument tes HOTS , dan (3) menyusun rubrik penilaian tes HOTS. Metoda yang digunakan adalah Research and Development (R & D) mengacu pada langkah yang dikembangkan oleh Borg & Gall dengan disederhanakan. Uji coba dilakukan pada siswa kelas XI di tiga (3) sekolah yang berbeda. Instrumen tes yang dikembangkan berupa tes essay. Pengujian validitas instrumen dilakukan untuk mengkaji validitas isi dan reliabilitas tes. Indeks validitas isi berdasarkan koefisien validitas isi Aiken’s V dari penilaian 20 orang panelis memberikan indeks validitas 0,79. Uji reliabilitas menggunakan SPSS dari 96 siswa memberikan indeks reliabilitas 0,74. Analisis data menunjukkan perangkat layak digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) fisika siswa SMA. Kata kunci: Pengembangan, tes HOTS, Fisika. PENDAHULUAN Pemberlakuan pasar bebas Asia Tenggara yang disebut MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) mulai akhir tahun 2015 membawa pengaruh bagi berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Indonesia sebagai bagian dari Asean, dituntut kemampuannya untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Hal ini menjadikan membangun keterampilan berpikir siswa menjadi hal penting dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Sekolah sebagai lembaga formal penyelenggara pendidikan berperan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Hal ini sesuai amanat Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 yang mengatur perubahan tentang Standar Pendidikan Nasional menetapkan 8 (delapan) standar nasional penyelenggaraan pendidikan agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Standar Kompetensi Lulusan di Sekolah Menengah Atas menetapkan profil kompetensi lulusan baik pada dimensi sikap, dimensi pengetahuan dan dimensi keterampilan. Keterampilan berpikir merupakan salah satu hal penting yang menjadi kompetensi yang harus dimiliki siswa (BSNP, 2016, p.8). Untuk itu kegiatan proses pembelajaran di sekolah mempunyai tugas untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga dapat membentuk manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis dan kreatif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Belajar merupakan upaya manusia untuk mempertahankan kehidupannya dengan cara meningkatkan kualitas pengetahuannya agar mampu beradaptasi pada perubahan yang terjadi. Menurut Romiszowsky (1981:241), terdapat dua aspek pada hasil belajar, yaitu aspek pengetahuan dan aspek keterampilan. Aspek pengetahuan berkenaan dengan informasi yang tersimpan dalam otak manusia setelah mengalami proses belajar dan terdiri atas 4 (empat) jenis yaitu fakta, prosedur, konsep dan prinsip. Sedangkan aspek keterampilan merupakan tindakan seseorang baik yang berupa tindakan intelektual maupun fisik dalam upayanya mencapai tujuan sebagai hasil proses belajarnya dan dibedakan menjadi 4 (empat) jenis yaitu kognitif, motorik, reaktif dan interaktif. Menurut Bloom hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku siswa yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Ranah kognitif (cognitive domain) merupakan kajian pokok dari Handbook yang ditulis oleh Bloom yang meliputi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan aktivitas
309
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
mengingat kembali atau pengenalan aspek pengetahuan dan mengembangkan kemampuan intelektual serta keterampilan. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam tingkatan aktivitas kognitif yang dikenal sebagai taksonomi Bloom. Anderson dan Krathwohl (2001:7) kemudian merevisi untu menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi pada pandangan tentang apa hakekat dari belajar, dimana terjadi pergeseran dari pandangan kaum behavioristik pada pandangan kaum konstruktivis. Terdapat dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif pada taksonomi hasil belajar ranah kognitif. Dimensi kognitif terdiri dari 6 (enam) tingkatan berpikir yaitu: (1) mengingat, (2) memahami, (3) mengaplikasikan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, dan (6) mencipta. Dimensi kognitif ini mencerminkan hirarki dari keterampilan berpikir yang dimulai dari tingkatan berpikir paling rendah ke tingkatan berpikir paling tinggi. Beberapa ahli membagi tingkatan berpikir menjadi dua kelompok, yaitu kelompok berpikir tingkat rendah atau lower order thinking (LOT) dan kelompok berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking (HOT). Ramirez dan Ganaden (2008), mengelompokkan soal-soal yang mengukur kemampuan mengingat, memahami dan mengaplikasikan menjadi soal kelompok lower order thinking, sedangkan soal yang mengukur kemampuan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta menjadi kelompok higher order thinking. Menurut King, Goodson dan Rohani, keterampilan meliputi berpikir kritis, logik, reflektif, metakognitif dan berpikir kreatif. Keterampilan berpikir dapat dibedakan atas keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks. Lebih jauh, King dan kawan-kawan kemudian mengutip pendapat Cohen yang mengemukakan empat proses berpikir kompleks yaitu memecahkan masalah (problem solving), membuat keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking) dan berpikir kreatif (creative thinking). Aturan yang mendasar dalam membuat soal-soal yang mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi menurut Nitko (2001:201) adalah menggunakan tugas-tugas yang membutuhkan penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa pada hal yang baru atau situasi yang berbeda. Berdasarkan berbagai pendapat tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/ HOTS), maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal tingkat tinggi yang terungkap dari kemampuannya menjawab secara benar soal-soal Fisika yang mengukur menganalisis dan mengevaluasi serta mencipta. Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar Fisika yang dapat mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order thinking Skill) siswa SMA. Menurut Djemari Mardapi (2007) tujuan pengembangan tes meliputi 1) meningkatkan tingkat kemajuan siswa, 2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa, 3) merangking siswa berdasarkan kemampuannya, 4) mendiagnosis kesulitan siswa, 5) mengevaluasi hasil pengajaran, 6) mengetahui efektivitas pencapaian kurikulum, dan 7) memotivasi siswa. Standar Penilaian merupakan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil dan proses pembelajaran di sekolah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan menetapkan prosedur dalam menyusun instrumen penilaian. Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). Ditinjau dari tujuannya, Sains termasuk Fisika merupakan usaha untuk mencari keteraturan dalam pengamatan manusia pada alam semesta. Jadi jika ditinjau dari objek fisiknya, maka Sains merupakan ilmu pengetahuan yang menelaah fenomena yang ada di alam semesta dengan segala isinya, untuk dapat menemukan suatu keteraturan yang dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam semesta ini. Karena itu, Sains memiliki peranan yang sangat penting dipelajari oleh siswa dijenjang sekolah dasar maupun sekolah menengah, dan sebagai latihan dalam mencari kebenaran. Pada tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) pelajaran Sains diberikan secara terpadu, namun di tingkat sekolah menengah atas (SMA) pelajaran Fisika diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Pelajaran Fisika dipandang penting untuk dikuasai oleh siswa karena merupakan wahana bagi siswa untuk membangun keterampilan berpikir. Fisika merupakan perpaduan antara analisis deduktif dan proses induktif dengan mengandalkan dukungan pengamatan empiris berdasarkan pada panca indera sebagai dasar validitas yang dikembangkan. Namun dalam kenyataannya, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar fisika, sehingga berpengaruh pada rendahnya kualitas hasil belajar fisika siswa. Hal ini juga berdampak pada masih rendahnya kemampuan berpikir siswa. Salah satu penyebab rendahnya keterampilan berpikir siswa adalah bahwa soal tes yang diberikan guru dalam pembelajaran cenderung terbatas pada pengetahuan hapalan saja
310
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
dan kurang menekankan pada aspek kognitif yang tinggi, akibatnya siswa cenderung tidak mengembangkan keterampilan berpikir pada taraf analisis, evaluasi dan mencipta. Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru Fisika, masih banyak guru yang mengalami kesulitan dalam menyusun soal yang mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Oleh sebab itu dalam penelitian yang difokuskan pada upaya pengembangan instrumen untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa khususnya. Dalam pembelajaran fisika perlu dilakukan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah tersedianya instrumen untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill) siswa dalam pelajaran Fisika di SMA yang sudah tervalidasi serta mempunyai reliabilitas yang memadai. Dengan adanya instrument dan rublik untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yang tersedia dapat membantu guru memberikan latihan soal kepada siswanya yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian pengembangan menggunakan model Research and Development dari Borg & Gall (1983) yang sudah mengalami modifikasi. Penelitian dilakukan mengikuti dua tahap yaitu studi pendahuluan dan studi pengembangan. Terdapat sepuluh (10 ) langkah dalam langkah pengembangan, namun karena keterbatasan sumber daya maka langkah yang dilakukan dalam pengembangan perangkat strategi metakognitif ini adalah: (1) Studi pendahuluan; (2) Perencanaan; (3) Penyusunan Draft Perangkat dan validasi; (4) Merevisi produk berdasarkan hasil validasi; (5) Ujicoba terbatas, dan (6) Revisi produk berdasarkan hasil ujicoba dan analisis data. Studi pendahuluan dilakukan melalui telaah literatur dan diskusi dengan guru tentang analisis Kompetensi Dasar untuk merancang garis besar dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif yang sesuai dengan Standar Isi. Studi pendahuluan diperlukan untuk, menggali dan mengeksplorasi data-data yang diperlukan terkait dengan teori keterampilan berpikir tingkat tinggi. Studi pendahuluan dilakukan dengan mengkaji baik secara empiris maupun secara teoritis. Kajian dilakukan terhadap kurikulum yang diimplementasikan di sekolah yaitu kurikulum 2013 dalam materi fisika di SMA. Kompetensi dasar pada standar isi fisika di SMA sebagian besar menggunakan kata kerja menganalisis, sehingga keterampilan berpikir tingkat tinggi memang sudah menjadi tuntutan untuk dikuasai oleh siswa. Kajian terhadap teori dan studi lapangan pada pembelajaran fisika di sekolah kemudian sampai pada rumusan konseptual tentang tes utuk mengukur HOTS. Model konseptual yang telah disusun kemudian divalidasi oleh pakar (expert Judgement) Fisika dan Pendidikan Fisika. Tahapan validasi dilakukan agar model konseptual mempunyai dasar teori yang ajeg dan sesuai kaidah ilmiah. Selain itu, model konseptual sangat mungkin untuk dikembangkan lebih jauh sesuai dengan kebutuhan di lapangan yang mengacu pada uji coba terbatas. Langkah kedua, yaitu, menguji coba prototipe konseptual yang telah disusun dan divalidasi di lapangan. Pengujian dimaksudkan untuk melihat sejauhmana model yang telah disusun mempunyai efektivitas dan efisiensi secara nyata di lapangan. Selain itu, selama uji coba prototype instrumen dan rublik dilakukan evaluasi, revisi dan penyempurnaan agar pada akhimya ditemukan prototype atau model yang efektif dan efisien. Model tersebut selanjutkan didokumentasikan dan dijadikan model akhir sebagai produk dari penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan di kota Pontianak, dengan subyek utama siswa dan guru SMA dari 3 (tiga) sekolah negeri. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dijaring melalui berbagai cara, antara lain studi dokumentasi, observasi, pengisian lembar validasi, tes tertulis, dan wawancara. Teknik evaluasi data yang digunakan pada umumnya dilakukan secara kuantitatif, dan sebagian dianalisis secara kualitatif. Tes keterampilan berpikir dikembangkan mengikuti tahap pengembangan instrumen tes menurut Mardapi (2007) dengan langkah pengembangan tes disajikan pada bagan 1.
311
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Menentukan tujuan tes
Mengkaji kompetensi yang akan diujikan
Menentukan cakupan materi yang akan diujikan
Menyusun kisi-kisi tes
Menulis item tes Menyusun kunci jawaban tes
Melakukan validasi item tes
Melakukan perbaikan item tes
Melakukan uji coba tes
Menganalisis data hasil uji coba
Merakit tes
Gambar 1. Langkah-langkah Pengembangan Instrumen tes Instrumen pengumpul data yang dikembangkan terlebih dahulu dilakukan validasi atau menguji kesahihan dan keterandalan (reliabilitas) agar dapat digunakan sebagai alat pengumpul data yang baik. Pengujian validitas instrumen dilakukan untuk mengkaji validitas isi dan validitas butir dari soal tes HOTS Fisika. Validasi dilakukan oleh pakar yang terdiri dari ahli pendidikan fisika, ahli fisika dan ahli pengukuran. Soal yang telah divalidasi dan direvisi kemudian diuji cobakan pada siswa SMA di Kota Pontianak. Analisis data dilakukan dengan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pada studi pendahuluan, analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif karena data studi pendahuluan dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi tentang rumusan konseptual dari tes keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dikembangkan. Temuan yang diperoleh pada studi pendahuluan ini dijadikan landasan dalam pengembangan butir tes HOTS fisika. Pada tahap validasi, analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara kuantitatif dilakukan untuk melihat validitas isi tes menggunakan formula Aiken’s V (Azwar, 1997: 113). Berdasarkan hasil penilaian oleh pakar dan panel yaitu dosen dan guru fisika, dilakukan juga analisis secara kualitatif terhadap
312
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
draft butir tes yang disusun. Hasil analisis validitas digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap instrument yang dikembangkan. Analisis data uji coba secara kuantitatif dilakukan dengan menentukan validitas butir dan reliabilitas tes yang disusun. Analisis data uji coba dilakukan menggunakan program Anates. HASIL DAN PEMBAHASAN Instrumen tes HOTS Fisika yang dikembangkan adalah soal mekanika berbentuk tes objektif dengan 5 pilihan meliputi materi Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan, Gerak Melingkar dan Fluida yang mengacu pada taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl pada tiga tingkatan berpikir, yaitu: (1) menganalisis; (2) mengevaluasi; dan (3) mencipta. Kisi-kisi instrumen tes untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 1. Kisi-kisi Tes HOTS Dimensi Menganalisis
Mengevaluasi
Mencipta
Variabel Kemampuan membedakan
Indikator Soal Membandingkan informasi yang relevan dalam menyelesaikan masalah fisika
Kemampuan mengorganisasi
Menganalisis konsep esensial dalam penyelesaian masalah seharihari
Kemampuan Mengatribusi Kemampuan memeriksa
Mengimplementasi konsep dan prinsip fisika dalam menyelesaikan masalah sehari-hari Memeriksa keefektifan proses penyelesaian masalah fisika
Kemampuan mengkritik Kemampuan merumuskan
Mengevaluasi alternative penyelesaian masalah fisika Merepresentasikan masalah fisika dalam bentuk lain
Instrumen tes HOTS Fisika disusun berdasarkan materi yang ada pada silabus berdasarkan kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X MIA. Untuk mengukur tingkatan berpikir yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan butir soal, rubric penilaian dikembangkan dengan memperhatikan jawaban dan alasan sebagai penalaran siswa dalam menyelesaikan soal. Pengujian validitas instrumen dilakukan untuk mengkaji validitas isi dan validitas butir dari soal tes HOTS Fisika. Pengujian validitas isi mengacu pada kesesuaian dengan Kurikulum 2013 pelajaran Fisika di SMA kelas X MIA. Soal tes hasil belajar dalam bentuk objektif dengan butir soal sebanyak 35 soal. Validitas isi melalui penilaian 2 orang pakar dianalisis secara kualitatif untuk memperbaiki butir soal. Indeks validitas isi berdasarkan koefisien validitas isi Aiken’s V dari penilaian 9 orang panelis memberikan indeks validitas 0,78. Kemudian butir tes diuji cobakan pada 175peserta. Pengujian validitas butir tes dilakukan untuk mengetahui derajat kesesuaian antara masing-masing butir instrumen dengan butir-butir lainnya. Uji validitas butir dan reliabilitas dilakukan menggunakan Anates untuk menyeleksi butir soal. Hasil analisis dengan Anates memberikan indeks reliabilitas 0,79, dan terdapat 10 buah soal yang dibuang. Jadi butir soal yang dipakai adalah 25 soal. Secara keseluruhan prosedur dalam pengembangan tes HOTS fisika telah memenuhi syarat dalam langkah penelitian pengembangan dan penyusunan butir tes. Penyusunan butir tes telah melalui kajian teoritis maupun empirik dari keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) yaitu mengukur kemampuan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta yang berada pada bagian atas taksonomi kognitif Bloom (Anderson & Krathwohl, 2001). Keseluruhan butir soal yang disusun, juga menuntut kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan dan penalarannya sebagai hasil keterampilan berpikirnya pada konteks yang atau situasi yang baru (Brookhart, 2010).
313
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Tujuan pengembangan tes adalah untuk menyusun butir soal yang dapat digunakan oleh guru fisika dalam mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Berdasarkan hasil analisis validitas dan reliabilitas instrument, terlihat bahwa soal tes yang dikembangkan layak untuk digunakan oleh guru fisika dalam mengukur HOTS siswa. Hasil uji coba memberikan koefisien reliabilitas tes adalah 0,79 dan menurut Wells & Wollack (dalam Nitko,2001) koefisien reliabilitas ˃ 0,70 telah layak digunakan dalam pembelajaran di kelas.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diajukan kesimpulan sebagai berikut: 1. Instrumen tes HOTS fisika dikembangkan dalam bentuk tes objektif sebanyak 25 soal pada kemampuan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. 2. Instrumen tes yang dihasilkan telah memenuhi validitas isi dengan koefisien validitas isi Aiken’s V adalah 0,78 dan koefisien reliabilitas tes berdasarkan analisis uji coba 0,79 di SMA dan tergolong sedang. Berdasarkan hasil analisis, dapat disarankan: 1. Guru fisika diharapkan dapat menerapkan tes keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran fisika di SMA. 2. Perlu dilakukan pelatihan penyusunan tes keterampilan berpikir tingkat tinggi bagi guru fisika. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penyusunan tes keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan menggunakan teori respon butir. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan pada Lembaga FKIP Universitas Tanjungpura yang telah memberikan dana untuk pelaksanaan penelitian ini, sehingga dapat terselesaikan. DAFTAR PUSTAKA Anderson, Lorin W, dan David R, Krathwohl.(2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing, New York: Longman Inc. Azwar, Saifuddin.(2012) Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Operasi Standar Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011, (2011). Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Brookhart, S, M. (2010). How to Asses Higher Order Thinking Skills in Your Classroom, Alexandria: ASCD. Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, dan Walter R. Borg, (2003). Educational Research. New York: Pearson Education. Hayat, Bahrul, dan Suhendra Yusuf. (2010). Benchmark Internasional Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. King, F.J. Ludwika Goodson, Faranak Rohani. “Higher Order Thinking Skills,” (Educational Services Program, tanpa tahun). http://www.cala.fsu.edu (diakses tanggal 2 April 2012). Merdapi D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Offset. Nitko, Anthony J, (2001). Educational Assesment of Student, New Jersey: Prenctice-Hall. Ramirez, Rachel Patricia B. dan Mildred S. Ganaden, “Creative Activities and Students’ Higher Order Thinking Skills”, Education Quarterly 66 (2008), http://www.fundamental-skills-higherorder-thinking (diakses 2 April 2012).
314
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Romiszowsky, A. J, Designing Instructional System, Decision Making in Course Planning and Curriculum Design, London: Kagan Page Ltd, 1981. Sudjana, Nana. (2000). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algelsindo.
315
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PENGARUH KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DAN THINK TALK WRITE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI SISTEM SARAF MANUSIA KELAS XI SMA PANCA BHAKTI PONTIANAK Delvi Selvia1, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan2, Reni Marlina2 1 2
Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan, Universitas Tanjung Pura, Pontianak Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan, Universitas Tanjung Pura, Pontianak *Penulis Korespondensi:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kombinasi model pembelajaran picture and picture dan think talk write sub materi sistem saraf manusia terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA Panca Bhakti Pontianak. Bentuk penelitian quasy eksperimental design, dengan rancangan nonequivalent control group design. Sampel penelitian terdiri atas dua kelas, yaitu XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Instrumen berupa tes pilihan ganda berjumlah 20 butir. Hasil analisis data menunjukkan skor rata-rata hasil belajar siswa kelas eskperimen 15,81 dengan ketuntasan 87,10%, sedangkan skor rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol 14,09 dengan ketuntasan 56,25%. Berdasarkan uji U Mann-Whitney, diperoleh Zhitung< Ztabel = -2,19 < -1,96, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa menggunakan kombinasi model pembelajaran picture and picture dan think talk write dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Nilai Effect Size yang diperoleh sebesar 0,54 termasuk dalam kategori sedang dan memberikan pengaruh sebesar 20,54%, maka pembelajaran dengan kombinasi model pembelajaran picture and picture dan think talk write berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA Panca Bhakti Pontianak. Kata Kunci: pengaruh, kombinasi model pembelajaran picture and picture dan think talk write, submateri sistem saraf, hasil belajar.
316
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
KADERISASI DAN PEMERIKSAAN PENANDA SINDROMA METABOLIK DALAM UPAYA PROMOSI GAYA HIDUP SEHAT DI KELURAHAN BELAWAN I Feby Yanti Harahap1, Lokot Donna Lubis1, Eka Roina Megawati1 1
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan *Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Sindroma metabolik merupakan keadaan yang ditandai oleh obesitas abdomen, diabetes mellitus tipe 2, kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi serta peningkatan tekanan darah. Prevalensi obesitas abdomen (sentral) berdasarkan hasil Riskesdas 2007 lebih sering pada perempuan (29%) dibanding laki-laki (7,7%). Komplikasi dari sindroma metabolik selain penyakit jantung, penyakit jantung koroner, stroke hingga gagal jantung adalah penimbunan lemak di hati, gangguan tidur, kanker endometrium, kanker payudara, dan kanker usus. Untuk menghindari sindroma metabolik dibutuhkan pencegahan yang tepat. Dari hasil kunjungan tim pengusul pengabdian masyarakat ke lokasi mitra didapati beberapa permasalahan jika ditinjau dari berbagai aspek yaitu: (1) Karakteristik Penduduk. (2) Letak Geografis. (3) Program Kesehatan. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada ke dua mitra maka tim pengusul ingin melaksanakan program pengabdian masyarakat yang dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu (1) Kegiatan edukasi tentang sindroma metabolik di kedua lokasi mitra. (2) Kaderisasi Penduduk dan skrining sindroma metabolik. (3) Pembentukan unit kegiatan masyarakat. Luaran pada pengabdian masyarakat terbagi menjadi luaran yang tidak terukur dan yang dapat terukur. Kata Kunci: Sindroma Metabolik, Obesitas, Hipertensi, Kolesterol, Kadar Gula Darah 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sindroma metabolik disebut juga sindroma X, sindroma resistensi Insulin, sindroma dismetabolik, atau sindroma metabolik multipel, merupakan kelompok keadaan yang ditandai oleh obesitas abdomen, kadar gula darah yang tinggi (diabetes mellitus tipe 2), resistensi insulin, kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi serta peningkatan tekanan darah (Burghardt JC et al. 2012). Berdasarkan Third Report of National Cholesterol Education Program (NCEP) sindroma metabolik adalah seseorang yang memiliki tiga kriteria berikut: 1. Obesitas abdominal (Lingkar Pinggang >88 cm untuk wanita dan untuk pria > 102 cm), 2. Peningkatan Trigliserida Darah (≥ 150 mg/dL), 3. Penurunan kadar kolesterol HDL (<40 mg/dL pada pria dan pada wanita < 50 mg/dL), 4). Peningkatan tekanan darah (tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg, tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg), 5). Peningkatan glukosa darah puasa (kadar glukosa puasa ≥ 110 mg/dL) (NCEP, 2002). Karena patogenesis sindroma metabolik dan masing-masing komponennya bersifat kompleks dan tidak dipahami dengan jelas, obesitas sentral dan resistensi insulin dianggap sebagai faktor penyebab yang penting. Obesitas sentral (abdominal), dapat dinilai secara mudah dengan mengukur lingkar pinggang. Sedangkan keadaan resistensi insulin sering ditemukan pada keadaan kadar HDL (High Density Lipoporotein) yang rendah dan trigliserida yang tinggi baik disertai atau tanpa diabetes. Setiap tahun sekitar 3,2 juta orang meninggal akibat komplikasi diabetes dimana diabetes tipe 2 merupakan 90% jenis diabetes yang terjadi. Diabetes tipe 2 juga sebagai penyebab resiko penyakit jantung pembuluh darah dan bertanggung jawab atas kematian hingga 80% penyakit jantung pembuluh darah (Alberti et. al. 2006). Prevalensi obesitas sentral sendiri berdasarkan hasil Riskesdas 2007 lebih tinggi pada perempuan (29%) dibanding laki-laki (7,7%). Menurut tipe daerah tampak lebih tinggi di daerah perkotaan (23,6%) dibandingkan daerah perdesaan (15,7%). Demikian juga semakin meningkat tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan, semakin tinggi prevalensi obesitas sentral. Tidak tampak pola kecendrungan antara obesitas sentral menurut tingkat pendidikan. Sedangkan menurut pekerjaan, prevalensi obesitas sentral paling tinggi pada ibu rumah tangga. Hasil utama Riskesdas 2007 juga menggambarkan hubungan
317
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik, strok, hipertensi, obese dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dll). Penyakit hipertensi misalnya, tidak berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi. Kriteria lain dalam diagnosa sindroma metabolik adalah peningkatan tekanan darah (≥ 130 mmHg/ ≥ 85 mmHg), diketahui prevalensi hipertensi tertinggi di Afrika 46% , sementara terendah di Amerika sebesar 35%, data juga menunjukkan negara dengan pendapatan tinggi mempunyai prevalensi lebih rendah sebesar 35%, sedangkan negara lain sebesar 40%. Faktor-faktor resiko dalam tingkah laku terjadinya hipertensi adalah konsumsi makanan yang banyak mengandung garam dan lemak, kurang konsumsi buah dan sayur, konsumsi alkohol berlebihan, kurang aktifitas fisik dan managemen stress yang jelek (WHO 2013). Hal lain yang dikuatirkan dari akibat sindroma metabolik selain penyakit jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner, stroke hingga gagal jantung adalah terjadinya penimbunan lemak di hati, gangguan tidur berupa kesulitan nafas berulang saat tidur, kanker endometrium, kanker payudara, kanker usus, kanker kandung empedu dan kanker prostat. Untuk menghindari terjadinya sindroma metabolik dibutuhkan metode pencegahan yang tepat berupa perubahan gaya hidup sehat, meliputi diet, latihan fisik dan obat-obatan. Penurunan berat badan secara bermakna dapat memperbaiki sindroma metabolik. Aktifitas fisik dan pengurangan asupan kalori akan memperbaiki sindroma metabolik. Perubahan diet diharapkan dapat membantu menurunkan kadar gula darah yang tinggi dan tekanan darah yang tinggi. Diet yang banyak mengandung buah, sayuran, biji-bijian, lemak tak jenuh, dan susu rendah lemak bermanfaat pada sebagian besar pasien dengan sindroma metabolik (NCEP 2002). Bagi orang yang dicurigai terkena sindroma metabolik hendaklah dilakukan serangkaian pemeriksaan dengan datang ke dokter dan dokter akan menggali informasi tentang riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat adanya peningkatan berat badan, aktifitas fisik harian yang dilakukan, dan pola makan sehari-hari. Setelah dokter menggali informasi tersebut, maka dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan fisik, beberapa diantaranya adalah pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah, serta pengukuran lingkar pinggang. Bagi seseorang yang merasa dirinya mengalami gejala seperti ditemukan pada sindroma metabolik dapat melakukan pemeriksaan ke dokter umum. Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia diketahui tingkat kemampuan seorang dokter pada penyakit sindroma metabolik adalah 3B artinya seorang dokter umum harus mampu mendiagnosis dan melakukan penanganan awal pada keadaan gawat darurat (KKI 2012). 1.2. ANALISIS SITUASI Mitra pada pengabdian masyarakat ini merupakan Lingkungan I Kampung Nelayan Seberang dan Lingkungan XXIX yang merupakan bagian wilayah administrasi kelurahan Belawan I kecamatan Medan Belawan. Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut: : Selat Malaka Utara Selatan : Kelurahan Bahagia : Kelurahan Belawan II Barat Timur : Sungai Nonang Jarak Kelurahan Belawan I ke pusat administratif, kecamatan kurang lebih 3 km dan ke pusat kota (Medan) kurang lebih 26 km. Kelurahan Belawan I memiliki luas wilayah administrasi 3,04 km2 atau 304,74 Ha yang terdiri dari 31 distrik lingkungan. Kelurahan Belawan I terdiri dari 31 lingkungan (lingkungan I sampai dengan lingkungan XXXI). Dari 31 lingkungan yang ada di Kelurahan Belawan I terdapat 3 lingkungan yang merupakan golongan lingkungan dengan pemukiman padat, yaitu lingkungan XII, XXIX dan XXVII. Di wilayah ini hanya terdapat satu Puskesmas untuk seluruh wilayah Kecamatan Medan Belawan. 1.2.1. ANALISIS SITUASI LINGKUNGAN XII Lingkungan XXII mempunyai luas wilayah 10 km dengan jarak ke kantor kelurahan Belawan I, 2 km dan jarak ke kantor kecamatan Medan Belawan 4 km dan jarak ke kantor Walikota Medan 28 km. Rumah penduduk lingkungan XII merupakan rumah panggung karena berada di atas perairan laut Belawan. Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
318
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Utara Selatan Timur Barat
: Dusun 14 P. Kurau : Lingkungan XI : P. Nonang : P. Lembu
Warga Lingkungan XII adalah mayoritas suku Melayu disamping suku Mandailing, Jawa, Batak, Aceh, Padang, Karo, Sunda Tionghoa dan suku lainnya. Adapun bahasa pengantar yang umum digunakan seharihari adalah bahasa Melayu. Agama yang dianut masyarakat ini adalah agama Islam. Di tahun 2015 jumlah penduduk yang tergolong usia produktif berkisar 908 orang dan anak usia sekolah 613 orang, sedangkan sisanya termasuk dalam kategori lanjut usia dan anak usia pra sekolah. 1.2.2. LINGKUNGAN XXIX Lingkungan XXIX mempunyai luas wilayah 1 km dengan jarak ke kantor kelurahan Belawan I, 1 km dan jarak ke kantor kecamatan Medan Belawan ½ km dan jarak ke kantor Walikota Medan 24 km. Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut: : Lingkungan XXVIII Utara Selatan : Belawan Bahagia Timur : Lingkungan XXX : Laut Belawan Barat Warga Lingkungan XXIX kelurahan Belawan I adalah mayoritas suku Melayu disamping suku Mandailing, Jawa, Batak, Aceh, Padang, Karo, Sunda, Tionghoa dan suku lainnya. Adapun bahasa pengantar yang umum digunakan sehari-hari adalah bahasa Melayu. Agama mayoritas yang dianut masyarakat ini adalah agama Islam. Di tahun 2015 jumlah penduduk yang tergolong usia produktif berkisar 840 orang dan anak usia sekolah 648 orang, sedangkan sisanya termasuk dalam kategori lanjut usia dan anak usia pra sekolah. 1.3. PERMASALAHAN MITRA Dari hasil kunjungan tim pengusul pengabdian masyarakat ke lokasi mitra dan berdiskusi serta mengevaluasi kondisi mitra dengan pejabat pemerintahan setempat yaitu camat dan sekretaris camat Kecamatan Medan Belawan, lurah Kelurahan Belawan I dan kepala lingkungan XII dan XXIX, terdapat beberapa masalah yang ditinjau dari berbagai aspek yaitu: 1. Permasalahan pertama: Karakteristik Penduduk Tingkat pendapatan masyarakat di kedua mitra yang rendah dimana sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai nelayan atau buruh nelayan. Kondisi ini menjadi kendala bagi masyarakat untuk mengeluarkan biaya berobat. Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dimana mayoritas masyarakat tingkat pendidikannya tidak tamat SLTA, hal ini berdampak kepada pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah akan pentingnya memelihara kesehatan khususnya pencegahan penyakit gangguan metabolik seperti sindroma metabolik. Karakteristik lain pada kedua mitra adalah tingginya persentase penduduk berjenis kelamin perempuan yang berprofesi mengurus rumah. Keadaan lain yang menjadi permasalahan adalah diet asupan tinggi garam, diet seperti ini diketahui merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi sehingga masyarakat di kedua mitra mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya hipertensi yang nantinya akan mengarah ke sindroma metabolik. 2. Permasalahan Kedua: Letak Geografis Perumahan penduduk di lingkungan XII terletak di atas perairan laut Belawan sehingga untuk mencapai lokasi mereka lebih mengandalkan perahu dalam transportasi, dimana jika mereka menggunakan alat transportasi darat membutuhkan waktu hingga 3 jam sedangkan bila menggunakan perahu hanya butuh waktu 45 menit. Keadaan ini membuat masyarakat kesulitan menuju Puskesmas baik untuk berobat ataupun mendapatkan informasi kesehatan. Permasalahan yang sama juga dialami oleh lingkungan XXIX, karena hanya satu Puskesmas yang tersedia untuk satu kecamatan dan lokasi yang cukup jauh. Selain itu kedua lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang padat penduduk. 3. Permasalahan Ketiga: Program Kesehatan Pemerintah Kebijakan pemerintah bidang kesehatan belum memasukkan sindroma metabolik sebagai prioritas penyakit yang perlu diperhatikan, padahal angka kematian dan komplikasi yang ditimbulkan akibat sindroma metabolik cukup besar. Saat ini pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas lebih terfokus pada pengobatan komplikasi dari sindroma metabolik dan bukan pada pencegahannya.
319
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Akibatnya kedua kondisi yang telah diuraikan, maka banyak penderita sindroma metabolik yang terdiagnosis setelah mengalami komplikasi. Keadaan ini membutuhkankan promosi kesehatan dalam hal pencegahan sindroma metabolik. 1.4. SOLUSI YANG DITAWARKAN Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada kedua mitra, maka kami, sebagai akademisi perlu melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan cara: 1. Pertama: Kegiatan Edukasi Tentang Sindroma Metabolik Kegiatan ini ditujukan kepada kader binaan dan 50 orang perempuan subjek skrining di kedua lokasi mitra. Kegiatan edukasi diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya kaum ibu tentang sindroma metabolik sehingga lebih berperan mempromosikan pencegahan sindroma metabolik melalui perubahan gaya hidup sehat tingkat keluarga yang pada akhirnya akan berpengaruh pada masyarakat pada umumnya. 2. Kedua: Kaderisasi Penduduk Dan Skrining Sindroma Metabolik Pada 50 Ibu Rumah Tangga Usia Produktif Dari dari masing-masing kedua lokasi mitra akan dipilih empat orang kader binaan yang akan dilatih cara melakukan pemeriksaan penanda sindroma metabolik berupa menilai indeks massa tubuh, mengukur lingkar pinggang, mengukur tekanan darah, memeriksa kadar gula dan kolesterol darah dengan menggunakan alat sederhana yang dapat digunakan masyarakat awam. Kegiatan pelatihan kader akan dilaksanakan langsung kepada masyarakat di kedua mitra sekaligus sebagai program skrining sindroma metabolik pada penduduk mitra dengan kriteria subjek adalah ibu rumah tangga dengan usia produktif (20 – 45 tahun) sebanyak 50 orang pada masing-masing mitra. Jika dalam kegiatan skrining tersebut dijumpai penderita sindroma metabolik, akan diikuti dengan konseling yang dilakukan oleh ketiga pengusul pengabdian masyarakat. Selain pelatihan terhadap kader, agar kegiatan skrining sindroma metabolik menjadi suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka kegiatan pengabdian masyarakat ini juga memfasilitasi alat-alat pemeriksaan penanda sindroma metabolik sederhana yang dibutuhkan sehingga kader mampu melakukannya sendiri di lokasi kedua mitra (di unit kegiatan masyarakat sadar sindroma metabolik) tanpa harus berkunjung ke lokasi pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau klinik pengobatan yang jauh lokasinya dari kedua mitra. 3. Ketiga: Pembentukan Unit Kegiatan Masyarakat Sadar Sindroma Metabolik Unit ini bertujuan pada promosi perubahan gaya hidup sehat. Unit Kegiatan masyarakat ini merupakan tanggung jawab kader dan diharapkan mampu menjadi ujung tombak promosi gaya hidup sehat untuk pencegahan sindroma metabolik di kedua lokasi mitra. 2. TARGET DAN LUARAN Target adalah masyarakat di daerah pinggiran perkotaan khususnya ibu kelompok usia produktif sejumlah 100 orang yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan kesehatan ibu, keluarga dan masyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat ini untuk selanjutnya mampu dilakukan secara mandiri oleh masyarakat itu sendiri melalui transfer ilmu pengetahuan dan pembentukan unit kegiatan masyarakat sadar sindroma metabolik serta pemberian alat pemeriksaan kesehatan sederhana. Luaran pada pengabdian masyarakat terbagi menjadi luaran yang tidak terukur dan luaran yang dapat terukur. Adapun luaran yang dimaksud adalah: 1. Luaran tidak terukur berupa: Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya kaum ibu tentang sindroma metabolik Menurunkan angka kejadian sindroma metabolik Deteksi dini sindroma metabolik Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas sindroma metabolik Memotivasi masyarakat dari lingkungan di luar mitra untuk juga membentuk unit kegiatan masyarakat dengan merujuk kepada unit kegiatan masyarakat yang dibentuk di kedua mitra 2. Luaran yang terukur berupa: Pelatihan pemeriksaan penanda sindroma metabolik pada kader Evaluasi hasil edukasi yang dilaksanakan dengan cara melakukan pre test dan post test Pembentukan unit kegiatan masyarakat sadar sindroma metabolik yang bertujuan dalam promosi gaya hidup sehat
320
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Publikasi hasil pengabdian kepada masyarakat ini dalam bentuk presentasi pada kegiatan seminar ilmiah 3. METODE PELAKSANAAN Kesadaran yang rendah terhadap masalah kesehatan, secara umum masih bisa dijumpai pada masyarakat, terutama masyarakat pinggiran perkotaan. Hal ini ditandai dengan banyaknya kasus-kasus penyakit yang baru dirujuk ke Puskesmas ataupun rumah sakit ketika sudah berada dalam stadium yang lanjut. Akhirakhir ini angka kejadian sindroma metabolik meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan berat badan. Akibat terlambatnya deteksi dini sindroma metabolik maka semakin banyak penderita yang terdiagnosis setelah mengalami komplikasi seperti penimbunan lemak pada hati, penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke. Persoalan masyarakat di atas juga dialami pada masyarakat di kecamatan Medan Belawan sehubungan dengan lokasi yang jauh sehingga kurang mendapatkan informasi pencegahan sindroma metabolik. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama untuk bisa mendeteksi kejadian sindroma metabolik lebih dini. Masih sedikit edukasi yang berhubungan dengan kesehatan terutama sindroma metabolik. Padahal di satu sisi, dengan sistem kemasyarakatan dan kekerabatan yang cukup kental di masyarakat maka bisa dimanfaatkan untuk sosialisasi pengetahuan tentang pencegahan terjadinya sindroma metabolik. Dengan terlaksananya program pengabdian masyarakat ini diharapkan masyarakat lebih sadar akan pentingnya pencegahan dan deteksi dini pada penyakit-penyakit yang apabila terlambat mengetahuinya maka akan memperburuk kondisi penyakit, memakan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih besar. Dengan terlaksananya pengabdian masyarakat ini diharapkan masyarakat juga bisa saling berbagi informasi tentang pencegahan sindroma metabolik. Metode pelaksanaan yang ditawarkan dari program pengabdian masyarakat ini dengan beberapa usaha untuk sosialisasi dan realisasi pemeriksaan penanda sindroma metabolik yang terbagi menjadi beberapa tahapan yakni : : Tim pengabdian kepada masyarakat ini melakukan peninjauan lokasi daerah Tahap 1 mitra dan bersama kepala lingkungan memilih masyarakat di kedua lokasi untuk menjadi kader binaan dan satu orang koordinator kegiatan yang nantinya akan bekerjasama dengan kepala lingkungan untuk menyediakan tempat sekaligus menjamin kelancaran kegiatan. : Edukasi tentang sindroma metabolik, penandanya dan komplikasinya Tahap 2 dilakuakan dengan metode penyuluhan yang akan diberikan oleh dr. Eka Roina Megawati M.Kes. Kegiatan edukasi tentang sindroma metabolik, penandanya dan komplikasinya dilaksanakan pada dua lokasi yang berbeda dengan jumlah peserta 50 orang perempuan usia produktif untuk masingmasing lokasi. Evaluasi kegiatan edukasi dilakukan dengan cara sebelum materi diberikan, para peserta diminta untuk mengisi lembaran pertanyaan yang merupakan indikator awal pengetahuan peserta akan sindroma metabolik. Pada akhir pemberian materi, peserta diminta untuk mengisi lembar pertanyaan sebagai indikator peningkatan pengetahuan tentang sindroma metabolik. : Pemeriksaan penanda sindroma metabolik yang akan dilakukan oleh dr Feby Tahap 3 Yanti MKed(PA) SpPA dan dr Lokot Donna Lubis MKed(PA) SpPA yang dibantu oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera. Pada kegiatan pemeriksaan penanda sindroma metabolik dilakukan penilaian beberapa parameter berupa lingkar pinggang, nilai indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, kadar gula darah dan kadar kolesterol terhadap seluruh peserta. Jika dalam kegiatan skrining tersebut dijumpai penderita sindroma metabolik, akan diikuti dengan konseling yang dilakukan oleh ketiga pengusul pengabdian masyarakat. : Pelatihan pemeriksaan penanda sindroma metabolik pada kader binaan oleh Tahap 4 dr. Eka Roina Megawati M.Kes yang dibantu oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera. Pada kegiatan ini dilakukan pelatihan pemeriksaan penanda sindroma metabolik pada delapan orang kader binaan yang mewakili dua lokasi pengabdian sekaligus membentuk unit kegiatan masyarakat sadar sindroma
321
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Tahap 5
:
metabolik yang bertujuan untuk promosi perubahan gaya hidup sehat dalam upaya pencegahan obesitas. Pembentukan unit kegiatan masyarakat sadar sindroma metabolik yang bertujuan untuk promosi perubahan gaya hidup sehat dan pemberian alat pemeriksaan penanda sindroma metabolik sederhana. Unit Kegiatan masyarakat ini merupakan tanggung jawab kader dan diharapkan mampu menjadi ujung tombak promosi gaya hidup sehat untuk pencegahan sindroma metabolik di kedua lokasi mitra.
4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 4.1. Kinerja Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam Kegiatan Ppm Satu Tahun Terakhir Kinerja Lembaga Pengabdian pada Masyarakat USU semakin lama semakin meningkat. Bisa dilihat pada tahun 2014 jumlah dana yang dikeluarkan untuk pengabdian masyarakat semakin meningkat dibanding tahun 2013 dan semakin banyak dosen yang melakukan pengabdian pada masyarakat. Pada tahun 2014 Lembaga Pengabdian pada Masyarakat USU telah menghasilkan Program Implementasi Ipteks dengan sumber dana PNBP USU sebanyak 102 judul yang disetujui, dengan realisasi dana Rp 711.409.000. Pengabdian dengan sumber DP2M Dikti sebanyak 24 judul dengan realisasi dana Rp 1.036.000.000. Pengabdian dengan sumber BOPTN sebanyak 27 judul dengan realisasi dana Rp 1.197.000.000. Pengabdian masyarakat dengan sumber dana mandiri sebanyak 24 judul dengan realisasi dana Rp 107.000.000. 4.2. Kepakaran Tim Pengabdian Masyarakat Kegiatan pengabdian masyarakat ini akan dilaksanakan oleh tiga orang pengusul dengan latar belakang pendidikan dokter yang telah menjalani pelatihan medis dan layak melaksanaan seluruh kegiatan pemeriksaan penanda sindroma metabolik. Ketua tim pengusul adalah dr. Feby Yanti Harahap, M.Ked(PA), SpPA, adalah staf pengajar di Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Ketua Tim Pengusul adalah pakar di bidang Patologi Anatomi sebelumnya Ketua Tim periode tahun 2007– 2010 menjabat sebagai Sekretaris Departemen Histologi. Anggota tim pengusul I adalah dr. Lokot Donna Lubis, M.Ked(PA), SpPA, adalah staf pengajar di Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang juga seorang pakar di bidang Patologi Anatomi. Anggota tim pengusul II adalah dr.Eka Roina Megawati, M.Kes adalah staf pengajar di Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan sekarang sedang menjabat sebagai Ketua Departemen. Kegiatan pengabdian masyarakat ini juga akan dibantu oleh beberapa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sebelumnya akan dilatih terlebih dahulu oleh ketiga tim pengusul pengabdian. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang dicapai pada kegiatan masyarakat ini dituangkan dalam bentuk hasil kegiatan pada setiap tahap pelaksanaan sebagai berikut: 5.1. Hasil 5.1.1. Hasil Perencanaan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut: (1) Sosialisasi program pengabdian kepada masyarakat pada kedua mitra Setelah proposal pengabdian kepada masyarakat dinyatakan disetujui pada tanggal 15 Februari 2016, maka pada tanggal 8 Juni 2016 tim pelaksana mengadakan sosialisasi pada mitra 2 yaitu kepala XXIX kelurahan Belawan I tentang pelaksanaan pengabdian masyarakat yang akan dilakukan, dan pemilihan tenaga medis yang akan dilatih dari mitra serta melihat ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di masing-masing mitra untuk pelaksanaan kegiatan. (2) Pembentukan dan pembekalan panitia pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat Pelaksanaan tahap ini berupa persiapan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan mengikutsertakan staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran USU sebagai tim pelaksana untuk mengadakan pertemuan persiapan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Tim pelaksana diberikan pembekalan mengenai maksud, tujuan, rancangan mekanisme program pengabdian kepada
322
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
masyarakat dan beberapa hal teknis berkaitan dengan metode/teknis pelaksanaan. dilakukan pada tanggal 22 Juni 2016.
Kegiatan ini
(3) Penyusunan program pelatihan Berdasarkan hasil identifikasi, hasil analisis permasalahan yang ada, hasil analisis kebutuhan, dan hasil analisis potensi puskesmas, selanjutnya disusun program kaderisasi dan pemeriksaan penanda sindroma metabolik. Pelaksanaan keseluruhan kegiatan dilakukan selama 1 hari tatap muka berupa kaderisasi pelatihan dengan mengundang 4 orang kader sedangkan pelaksanaan pemeriksaan penanda sindroma metabolik dilakukan terhadap 50 orang pasien pada masing-masing mitra yang dilakukan pada hari yang berbeda. Pelatihan yang diberikan berupa cara melakukan pemeriksaan penanda sindroma metabolik pada pasien. Penyuluhan yang diberikan berupa pengenalan tanda-tanda sindroma metabolik dan bagaimana pencegahannya. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang, lingkar panggul, tekanan darah, kadar gula darah dan kadar kolesterol darah. 5.1.2. Pelaksanaan Kegiatan Tindakan dalam kegiatan ini berupa implementasi program pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan dua kali pada 2 mitra dengan waktu yang berbeda yaitu lingkungan XII dan XXIX. Kegiatankegiatan yang dilakukan dalam implementasi program adalah sebagai berikut: (a) Pembentukan panitia pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat, kegiatan ini dilakukan pada tanggal 8 Juni 2016 untuk lingkungan XXIX dan tanggal 3 Oktober 2016 untuk lingkungan XII kelurahan Belawan I. Berdasarkan kebutuhan mitra, dibentuk 6 orang panitia pada masing-masing mitra puskesmas, yang terdiri atas tiga orang tim pelaksana, 1 orang staf pengajar dan dua orang tenaga pegawai FK USU. Sebelumnya telah dilakukan koordinasi dengan pihak mitra tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan. (b) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para kader tentang pemeriksaan penanda sindroma metabolik. Kegiatan ini dilakukan melalui pemberian pelatihan tentang cara pemeriksaan penanda sindroma metabolik pada para kader. Kegiatan ini didahului dengan pemberian materi tentang sindroma metabolik yang disampaikan oleh tim pelaksana dan diikuti dengan praktek langsung terhadap pasien dimana satu orang kader melakukan praktek terhadap 12-13 orang pasien di bawah pengawasan narasumber dan tim pelaksana. Luaran pada kegiatan ini berupa peningkatan pengetahuan para kader yang dapat dilihat dari peningkatan nilai posttest dan kemampuan kader dalam pemeriksaan penanda sindroma metabolik. (c) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang sindroma metabolik dan pencegahannya. Kegiatan ini berupa penyampaian materi penyuluhan yang disampaikan oleh salah satu tim pelaksana dr. Eka Roina Megawati,M.Kes. Luaran pada kegiatan ini berupa peningkatan nilai post test dan kesediaan masyarakat untuk dilakukan deteksi dini. Kegiatan kaderisasi dan pemeriksaan penanda sindroma metabolik ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 22 Juni 2016 di lingkungan XXIX dan tanggal 5 Oktober 2016 di lingkungan XII kelurahan Belawan I. (d) Pemeriksaan penanda sindroma metabolik. Kegiatan ini diawali dengan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang, lingkar panggul, tekanan darah, kadar gula darah dan kadar kolesterol darah yang dilakukan oleh kader dan diawasi oleh panitia pelaksana. Luaran dari kegiatan ini berupa hasil pemeriksaan penanda sindroma metabolik pada ke 50 pasien sebagian besar mengalami sindroma metabolik. (e) Pemberian alat pemeriksaan penanda sindroma metabolik yang terdiri dari : alat pengukur tinggi badan, timbangan, alat ukur lingkar pinggang dan panggul, alat ukur tekanan darah, alat ukur kadar gula darah dan kadar kolesterol darah. (f) Monitoring dan evaluasi dari Tim LPPM pada tanggal 29 September 2016 di lokasi kegiatan pengabdian masyarakat.
323
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 5.1. Alat pemeriksa kesehatan sederhana
Gambar 5.2. Lokasi pengabdian masyarakat
Gambar 5.3. Kegiatan pengabdian masyarakat
Gambar 5.4. Kegiatan pengabdian masyarakat
Gambar 5.5. Penyerahan barang inventaris
2. PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat mono tahun Simlitabmas yang dilaksanakan pada para kader maupun masyarakat di mitra telah berlangsung dengan baik. Hal ini terlihat dari animo tenaga medis untuk mengikuti kegiatan pelatihan sangat tinggi, terbukti dengan kehadiran para kader untuk mengikuti kegiatan mencapai 100%. Begitu juga dengan animo masyarakat yang mengikuti kegiatan pemeriksaan penanda sindroma metabolik sangat tinggi, terbukti dengan kehadiran masyarakat untuk mengikuti kegiatan mencapai 100%. Hal ini mengindikasikan bahwa para kader maupun masyarakat menyambut positif kegiatan yang telah dilakukan. Sesuai dengan harapan kepala lingkungan XXIX, yang sangat mengharapkan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya memberikan penyegaran bagi para kader pada mitra dalam meningkatkan kemampuan pelayanan mereka kepada pasien. Kepala lingkungan menyambut antusias terkait kegiatan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini, dan berharap agar dilakukan kegiatan secara berkesinambungan untuk materi-materi yang lain. Begitu juga dengan masyarakat yang
324
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
menjadi pasien pada kegiatan ini merasa sangat terbantu dengan kegiatan ini terutama untuk deteksi dini sindroma metabolik. Dalam kegiatan pelatihan, para kader sangat antusias dalam bertanya pada saat materi disampaikan maupun dalam mempraktekkan alat-alat yang digunakan pada pelatihan ini. Para kader terlihat bergantian melakukan pemeriksaan yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang, lingkar panggul, tekanan darah, kadar gula darah dan kadar kolesterol darah. Mereka juga berharap untuk dapat dilakukan pemeriksaan yang lain. Dalam kegiatan pemeriksaan penanda sindroma metabolik terhadap masyarakat yang menjadi pasien pada kegiatan ini, mereka tampak antusias dalam menanyakan materi penyuluhan khususnya tanda-tanda sindroma metabolik dan pencegahannya. Hal ini terlihat dari kesediaan mereka yang mengikuti kegiatan penyuluhan untuk dilakukan pemeriksaan penanda sindroma metabolik. Dalam kegiatan pemeriksaan penanda sindroma metabolik, didapatkan sebagian besar pasien mengalami sindroma metabolik tanpa mereka menyadarinya. Para kader merasa terbantu dengan adanya program ini sehingga bisa mem follow up para pasien dan bisa mendapatkan pengobatan yang lebih baik sesuai prosedur yang ada. 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Hasil yang dicapai melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa: a) Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan para kader dalam pemeriksaan penanda sindroma metabolik. b) Adanya peningkatan pengetahuan masyarakat dalam mengenali tanda-tanda dan pencegahan sindroma metabolik. c) Adanya hasil pemeriksaan penanda sindroma metabolik dari 50 pasien yang diperiksa dan didapatkan sebagian besar menderita sindroma metabolik. d) Adanya peningkatan fasilitas sarana dan alat yang dibutuhkan dalam pemeriksaan penanda sindroma metabolik pada mitra. 6.2. SARAN Saran yang dapat disampaikan pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebagai berikut: a) Agar para kader senantiasa menyarankan pemeriksaan penanda sindroma metabolik pada pasien yang dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan sesuai dengan materi pelatihan. b) Agar masyarakat yang telah diedukasi dapat sebagai agen transfer pengetahuan kepada masyarakat lainnya akan manfaat pemeriksaan penanda sindroma metabolik. DAFTAR PUSTAKA Burghardt, JC, Robinson, JM, Moreau, D, Hallowell, R, Comerford, KC, Hager L 2012, Patophysiology made Incredibly Visual, 2nd edition, Lippincott Williams & Wilkins. National Cholesterol Education Program Expert Panel 2002, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III), NIH Publication No. 02-5215, Available from: http://circ.ahajournals.org/content/106/25/3143.long. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Desember 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, Laporan Nasional 2007, Tersedia di http://terbitan.litbang.depkes.go.id. Alberti, G, Zimmet, P, Shaw, J, Grundy, SM 2006, The IDF consensus worldwide definitionof the Metabolic syndrome, International Diabetes Federation, available from: http://www.idf.org/webdata/docs/IDF_Meta_def_final.pdf. World Health Organization 2013. A global brief on hypertension Silent killer, global public health crisis. Available from: www.who.int. Konsil Kedokteran Indonesia 2012, Standar Kompetensi Dokter Indonesia, Available from: www.kki.go.id/assets/data/arsip/SKDI_Perkonsil,_11_maret_13.pdf
325
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PENATAAN LANSKAP PERTANIAN TERPADU KELOMPOK TANI KEM MUSI KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD PROVINSI SULAWESI UTARA Ingerid Lidia Moniaga1, Amanda Sutarni Sembel2 1
Laboratorium Bentang Alam / Arsitektur Lanskap, Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado 2 Laboratorium Bentang Alam / Infrastruktur dan Lingkungan, Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado *Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Desa Musi Kecamatan Kalongan Kabupaten Kepulauan Talaud , Provinsi Sulawesi Utara memiliki potensi sumberdaya lahan pertanian dan perkebunan yang dapat dikembangkan sebagai sumber perekonomian masyarakat pesisir dan pengembangan objek wisata pertanian. Desa Musi Kecamatan Kalongan Kabupaten Kepulauan Talaud dengan jarak ± 271 mil laut dari Kota Manado merupakan lokasi terpilih untuk dikembangkan sebagai percontohan kawasan ekonomi masyarakat (KEM). Lokasi menuju KEM Musi dapat dicapai dengan transportasi laut dari ibukota kabupaten berupa perahu tradisional sebagai alat transportasi masyarakat di wilayah pesisir kepulauan. Tujuan pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini, yaitu memberi pembinaan dan pendampingan pada kelompok masyarakat Desa Musi Kecamatan Kalongan Kabupaten Kepulauan Talaud dalam penataan lanskap pertanian terpadu. Pembinaan dan pendampingan yang dilakukan untuk menangani beberapa masalah prioritas yang dilakukan dengan tahapan diantaranya : (1) Penyuluhan dan (2) Pelatihan. Target luaran yang ingin dicapai pada pembinaan dan pendampingan KEM Musi adalah (1) meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam penataan suatu lanskap pertanian terpadu berdasarkan potensi dan sumberdaya alam yang tersedia, mewujudkan suatu bentukan lanskap yang fungsional, indah, dan memuaskan bagi penggunanya serta berkelanjutan (2) memahami dan melakukan kegiatan praktek mengembangkan kawasan wisata pertanian terpadu, (3) memiliki kemampuan dalam mengelola lanskap wisata pertanian dan peternakan, (4) meningkatkan kualitas lingkungan desa, (5) menghasilkan artikel ilmiah yang dapat dipublikasikan pada seminar nasional. Kata-kunci: lansekap pertanian terpadu, KEM Desa Musi ANALISIS SITUASI Desa Musi Kecamatan Kalongan Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan satu-satumya desa di Kabupaten Kepulauan Talaud yang dikembangkan dalam program kawasan ekonomi masyarakat (KEM). KEM Desa Musi adalah lokasi pengembangan produk pertanian, perkebunan dan peternakan yang dilaksanakan oleh Kelompok Tani yang ada di desa tersebut. Pemberdayaan kelompok tani KEM Desa Musi masih memerlukan pendampingan dan pembinaan dalam mewujudkan program KEM sehingga terjadi peningkatan produksi di bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan. Keterbatasan sumberdaya kelompok tani KEM Musi perlu difasilitasi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dan partisipasi aktif dari seluruh anggota kelompok untuk mencapai peningkatan ekonomi melalui hasil-hasil produksi pertanian. Konsep Pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang menerapkan keterpaduan aktivitas-aktivitas pertanian pada suatu tapak. Aktivitas yang dipadukan tidak hanya bersumber dari komoditas-komoditas pertanian, namun juga dari aktivitas penunjang pertanian. Aktivitas tersebut saling mendukung satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang mendasari pengembangan suatu area pertanian (Franjaya, E.E, dkk 2013). Tujuan kegiatan pengabdian di desa Musi yakni untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan lanskap pertanian terpadu melalui penataan lahan atau inventarisasi. Memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam menciptakan kawasan pertanian terpadu sebagai objek rekreasi dan edukatif berwawasan lingkungan berkelanjutan. Hal ini dilakukan melalui bantuan teknis gambar blok
326
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
plan lanskap pertanian terpadu yang memiliki nilai estetika, ekonomi, dan sosial-budaya. Sehingga tujuan pemberdayaan masyarakat dalam partisipasi pembangunan objek-objek wisata di wilayah kawasan pesisir menjadi model yang dapat diterapkan pada lokasi- wilayah kawasan pesisir lainnya. PERMASALAHAN MITRA Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan masalah prioritas yang perlu ditangani oleh kelompok tani KEM Musi dan pendamping dari perguruan tinggi yaitu : 1. Tidak tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang dapat menata lanskap pertanian terpadu sebagai objek wisata pertanian dan pendidikan yang representatif di wilayah pesisir kepulauan 2. Kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya penataan lanskap pertanian terpadu yang tanggap terhadap lingkungannya 3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penataan lansekap pertanian terpadu yang adaptif terhadap kebutuhan ruang dan fasilitas rekreasi TARGET DAN LUARAN Target luaran yang ingin dicapai pada pembinaan dan pendampingan kelompok tani KEM Musi adalah (1) Menyediakan bantuan teknis berupa produk blok konsep Lanskap Pertanian Terpadu (2) Mengembangkan kegiatan praktek pengelolaan sumberdaya wisata dengan memperhatikan aspek ekologis, estetika, dan ekonomis (3) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan tapak sehingga berimplikasi meningkatkan aspek ekonomi dan kesejahteraan masyarakat KEM Musi, (4) Menghasilkan artikel ilmiah yang dapat dipublikasikan pada kegiatan seminar nasional. Jika kelompok masyarakat KEM Musi berhasil menerapkan pengembangan dan pengelolaan yang melibatkan peran aktif masyarakat dalam pengembangan lanskap pertanian terpadu, maka kelompok tani KEM Musi ini diharapkan menjadi penggerak atau motivator bagi kelompok-kelompok masyarakat lainnya dalam pengembangan kawasan-kawasan wisata pertanian terpadu sebagai objek wisata pertanian yang ada di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud. METODE PELAKSANAAN Berdasarkan permasalahan kelompok tani desa Musi maka diperlukan pembinaan dan pendampingan terhadap kelompok tersebut. Pembinaan dan pendampingan yang dilakukan untuk menangani beberapa masalah prioritas yang dapat dilakukan dengan tahapan diantaranya: 1. Penyuluhan Penyuluhan dilakukan terhadap anggota kelompok masyarakat dengan tujuan memperluas wawasan pengetahuan kelompok-kelompok tersebut, tentang cara inventarisasi dan menata tapak kawasan wisata pertanian terpadu dengan memahami kondisi eksisting tapak, pola perletakan tanaman dan massa bangunan . Materi penyuluhan menyangkut Inventarisasi Tapak, Blok Konsep, dan Site Plan. 2. Pelatihan Setelah dilakukan penyuluhan terhadap anggota kelompok tani, selanjutnya dilakukan pelatihan bagi anggota kelompok tani KEM Musi. Pelatihan dimaksud adalah praktek penerapan teknologi. a. Perencanaan tata hijau dengan pemilihan jenis-jenis tanaman pertanian dan mengklasifikasikan berdasarkan stratifikasi atau tinggi-rendah tanaman. b. Perencanaan sarana dan prasarana sebagai kelengkapan kawasan wisata pertanian terpadu c. Penerapan komponen-komponen pelengkap lansekap atau site furniture sebagai unsur pembentuk keindahan ruang luar 3. Bantuan Teknis Penyediaan bantuan teknis berupa produk Blok Plan dan Site Plan Lanskap Pertanian Terpadu KEM Musi Kabupaten Kepulauan Talaud PEMBAHASAN Kondisi Eksisting Lanskap Pertanian Kelompok Tani Kem Musi Sistem pertanian terpadu pada dasarnya merupakan sistem pertanian yang dicirikan dengan adanya interaksi dan keterkaitan yang sinergis antaraktivitas pertanian yang dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, kemandirian, serta kesejahteraan petani secara berkelanjutan. Sistem pertanian terpadu memberi peluang yang besar dalam meningkatkan dan memantapkan pendapatan petani di kawasan perdesaan. Untuk
327
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
menerapkan sistem pertanian terpadu diperlukan teknologi yang mencakup penyediaan berbagai komoditas pertanian yang bernilai tinggi seperti sayuran, buah-buahan, ikan, ayam, itik, serta ternak ruminansia besar dan kecil. Komoditas pertanian tersebut dapat tersedia jika komoditas penunjang seperti pakan ternak yang berasal dari tanaman rumput dan leguminosa juga tersedia. Ketersediaan tanaman rumput dan leguminosa juga dapat berperan dalam konservasi lahan selain sebagai pakan ternak (Franjaya, E.E, dkk 2013). Pengembangan sistem pertanian terpadu di Desa Musi Kepulauan Talaud saat ini belum optimal. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam menciptakan lanskap pertanian yang dapat memberikan pemahaman dan pembelajaran mengenai pertanian terpadu serta nilai penting lokasi kepada seluruh kalangan masyarakat. Kelompok tani KEM Musi belum memahami pola tanam pada tapak yang bisa menciptakan lanskap yang indah, teratur, sehingga memiliki nilai wisata bagi masyarakat yang ada di Desa Musi dan sekitarnya. Kelompok tani KEM Musi masih melakukan sistem pertanian secara tidak beraturan. Pola tanam dengan sistem tingkatan atau stratifikasi tanaman belum dilakukan oleh kelompok tani KEM Musi. Tanaman-tanaman pohon tinggi masih menutupi tanaman-tanaman pohon sedang, tanaman semak dan tanaman penutup tanah. Pemandangan lanskap pada lokasi belum terlihat indah dan menarik. Hal lainnya seperti pola penataan tapak belum ditata sesuai bentuk lahan yang ada dengan memperhatikan tanaman rendah terletak di bagian depan seterusnya kearah belakang tanaman yang paling tinggi. Kondisi eksisiting tapak seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Kondisi Tapak Eksisting Lahan Pertanian Kelompok Tani KEM Musi Belum Teratur KONSEP PENATAAN LANSKAP PERTANIAN TERPADU KELOMPOK TANI KEM MUSI Konsep Penataan Lanskap Pertanian Terpadu Kelompok Tani KEM Musi dikembangkan berdasarkan kebutuhan kelompok dan masyarakat Desa Musi dimana pilihan komoditi dan teknologi disesuaikan dengan teknologi setempat sehingga konsep penataan lanskap sesuai karakteristik sumberdaya yang ada pada lokasi pengabdian. Selain itu dari segi ekonomi dapat memenuhi kebutuhan hidup layak petani dan permintaan masyarakat desa sekitarnya. Konsep Penataan Lanskap Pertanian Terpadu Kelompok KEM Musi, menerapkan sistem integrasi antarkomoditi pertanian yang meningkatkan hasil dan pendapatan
328
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
kelompok tani. Komoditi pertanian yang dikembangkan di kelompok tani KEM Musi diantaranya; Tanaman sayur yakni kacang panjang, kangkung, terong, daun singkong ; sedangkan tanaman buah-buahan yakni pepaya, pisang, kelapa ; dan tanaman leguminosa untuk pakan ternak ayam yakni jagung, kedelai, dan padi ladang. Berdasarkan hasil identifikasi komoditi pertanian yang dikembangkan oleh kelompok tani KEM Musi, maka penaatan lanskap pertanian terpadu dikembangkan dengan melakukan tahapan inventarisasi dan analisis zonasi. Hasil analisis zonasi dikembangkan berdasarkan pembagian tingkatan tanaman pohon, semak dan penutup tanah. Tingkatan tanaman penutup tanah ditempatkan pada zonasi depan kawasan pertanian, sedangkan tingkatan tanaman semak diletakkan pada bagian tengah tapak, dan tanaman pohon diletakkan pada bagian belakang tapak. Konsep penataan lanskap tersebut bermaksud menciptakan arah pemandangan yang teratur, indah, dan bernilai wisata. Hal tersebut bertujuan mengoptimalisasi lanskap pertanian KEM Musi agar masyarakat yang melintasi kawasan merasa tertarik menikmati kawasan pertanian tersebut. Konsep blok plan Lanskap Pertanian Kelompok Tani KEM Musi dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Konsep Blok Plan Lanskap Pertanian Terpadu Kelompok Tani KEM Musi Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara KESIMPULAN KESIMPULAN a. Pembinaan dan pelatihan penataan lanskap pertanian terpadu kepada masyarakat kepada kelompok tani Musi Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pengembangan kawasan ekonomi masyarakat (KEM) guna mewujudkan kegiatan wisata yang bersifat rekreatif, edukatif, dan produktif. b. Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan melalui kegiatan-kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam upaya mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan yang berkarakteristik di kawasan wilayah pesisir kepulauan.
329
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
SARAN Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud perlu menjalin kerjasama dan bermitra dengan perguruan tinggi dan swasta secara berkesinambungan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat untuk mensosialisasikan program-program pertanian terpadu berbasis sumberdaya alam wilayah pesisir kepulauan. DAFTAR PUSTAKA Franjaya, E.E, dkk. 2013. Disain Lanskap Pertanian Terpadu Sebagai Wahana Pendidikan dan Wisata Pertanian. Jurnal Lanskap Indonesia, Vol 5 No 1 hal. 7-15 Haryandes, P.A. 2013. Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih Kecamatan Karang Tengah, Cianjur [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
330
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN TEKNOLOGI LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) BERBASIS BIOCHAR SALAH SATU UPAYA PENANGANAN BANJIR DI KOTA MEDAN Sumihar Hutapea1, Ellen Lumisar Panggabean1, Tumpal H.S Siregar2 1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Medan Area, Medan 2 Sungei Putih Rubber Research Center Galang-Deli Serdang *Penulis Korespondensi:
[email protected] ABSTRAK
Persoalan sampah di kota Medan merupakan persoalan yang belum bisa ditangani dengan tuntas. Sampah yang menyumbat saluran-saluran drainase menyebabkan banjir pada musim penghujan. Selain itu, semakin sedikitnya lahan resapan air karena banyak halaman rumah dan jalan yang dibuat kedap air sehingga menjadi pemicu utama terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Salah satu cara pengelolaan sampah, khususnya untuk sampah organik adalah Teknologi lubang resapan biopori (LRB) telah banyak diketahui dapat mempercepat peresapan air dengan memanfaatkan sampah organik. Beberapa keuntungan LRB adalah dapat memperbaiki ekosistem tanah, meresapkan air dan mencegah banjir, menambah cadangan air tanah, mengatasi kekeringan, mempermudah penanganan sampah dan menjaga kebersihan, mengubah sampah menjadi kompos, mengurangi emisi gas rumah kaca dan metan, serta mengatasi masalah akibat genangan. Intensitas dan frekuensi curah hujan di kota Medan yang sangat tinggi menyebabkan banjir terjadi 10 – 12 kali dalam setahun, maka diperlukan modifikasi teknologi LRB agar daya serap terhadap air lebih besar. Salah satu bahan yang mempunyai kapasitas menyerap air yang tinggi adalah biochar. Biochar mempunyai kemampuan besar untuk menahan air karena memiliki jumlah pori-pori makro dan mikro yang tinggi, adanya gugus fungsional yang bersifat hidrofilik. Keuntungan lain dengan penambahan biochar pada LRB adalah fungsi sebagai resapan menjadi lebih stabil dan dalam rentang waktu yang lama karena biochar tidak mudah melapuk dan tahan sampai 100 tahun. Berdasarkan uraian di atas, salah satu solusi yang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan sampah dan banjir di kota Medan adalah dengan menggunakan teknologi Lubang Resapan Biopori yang dimodifikasi dengan penambahan biochar. Target yang diharapkan dapat dicapai dalam kegiatan ini adalah adanya adopsi pengolahan sampah dengan teknologi LRB berbasis biochar. Untuk mencapai target yang diharapkan maka dilakukan pelatihan dan pembuatan demplot LRB berbasis biochar pada masyarakat di Lingkungan VI jalan Karya Kasih, kelurahan Pangkalan Mashur Kecamatan Medan Johor dan Lingkungan 7 jalan Datuk Kabu, Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai yang rawan banjir sebagai percontohan. Luaran dari kegiatan ini adalah teknologi tepat guna untuk membuat LRB yang berbasis biochar, dan kemampuan mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk yang bernilai ekonomis. Kata Kunci: Sampah, LRB (lubang resapan biopori), biochar, banjir, Kota Medan PENDAHULUAN Kota Medan merupakan daerah rawan banjir, karena merupakan dataran rendah, datar (flat), ketinggian 2,5- 40 meter dari permukaan laut (dpl) dan kemiringan 0-4 %. Selain itu, kota Medan dilalui oleh sungai Deli, yaitu sungai yang membelah kota Medan, dan beberapa sungai lainnya seperti sungai Babura, sungai Belawan, sungai Percut, sungai Selayang dan sungai-sungai kecil lainnya yang bila tidak dikelola dengan baik sangat rentan terhadap banjir (JICA, 1992; Pemerintah Kota Medan Daerah Tingkat II Medan, 2000). Kemudian intensitas dan frekuensi curah hujan di kota Medan juga sangat tinggi sehingga dapat menyebabkan terjadinya banjir 10 – 12 kali dalam setahun (Hasibuan, 2007). Menurut Hutapea (2013) sekitar 33,2 % luas DAS Deli memiliki runoff sangat tinggi dan daya simpan air sangat rendah, meningkatnya aliran permukaan (runoff) ini akan menurunnya pengisisan air bawah tanah (ground water) dan mengakibatkan meningkatnya debit aliran sungai pada musim hujan secara drastis dan kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya banjir di Kota Medan. Selain itu, dengan berkembangnya permukiman yang ada di kota Medan, maka semakin banyak lahan tertutup oleh bangunan, sehingga air hujan yang meresap kedalam tanah semakin sedikit.
331
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Teknologi lubang resapan biopori (LRB) telah banyak diketahui dapat mempercepat peresapan air dengan memanfaatkan sampah organik. Dalam penggunaannya, LRB yang merupakan lubang silindris berdiameter 10 cm dengan kedalaman sekitar 100 cm dari permukaan tanah, diisi sampah organik sebagai aktivator terciptanya biopori. Menurut Brata dan Nelistya (2009) manfaat dari LRB yaitu untuk memperbaiki ekosistem tanah, meresapkan air dan mencegah banjir, menambah cadangan air tanah, mengatasi kekeringan, mempermudah penanganan sampah dan menjaga kebersihan, mengubah sampah menjadi kompos, mengurangi emisi gas rumah kaca dan metan, serta mengatasi masalah akibat genangan. Dengan memodifikasi teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB) yang berbasis biochar diperoleh daya serap terhadap air lebih besar, karena salah satu bahan yang mempunyai kapasitas menyerap air yang besar adalah biochar. Biochar adalah residu pirolisis berbentuk arang (Mohammad et al. 2013) yang dibuat dari biomassa produk pertanian, perkebunan, kehutanan yang dihasilkan melalui proses pembakaran pada temperatur < 250 – 700 oC (Lehman & Joseph, 2009, Hunt et al., 2010). Biochar kemampuan besar untuk menahan air karena memiliki jumlah pori-pori makro dan mikro yang tinggi (Mayor et al., 2009, Karhua et al., 2011), adanya gugus fungsional yang bersifat hidrofilik (Bruno et al. 2002). Keuntungan lainnya dari pemberian biochar adalah meningkatnya aktivitas mikrobia tanah dalam mendekomposisi bahan organik (Lehmann et al., 2011). Kemudian penambahan biochar pada LRB adalah fungsi sebagai resapan menjadi lebih stabil dan dalam rentang waktu yang lama karena biochar tidak mudah melapuk dan tahan sampai 100 tahun (Steiner et al. 2008). Biochar yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah biochar dari kendaga dan cangkang biji karet (Hutapea dkk, 2015), dan biochar yang berasal dari kulit jengkol. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan sampah dan banjir di kota Medan dengan menggunakan teknologi LRB berbasis biochar. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam program iptek bagi masyarakat ini adalah biochar kendaga dan cangkang biji karet dan biochar kulit jengkol, kemudian sampah organik yang ada disekitar halaman rumah warga dan sampah organik rumah tangga dari warga masyarakat. Metode pendekatan yang dilaksanakan meliputi: 1. Memberikan penyuluhan tentang manfaat dari lubang resapan biopori (LRB) berbasis biochar di pekarangan rumah yang dapat mengurangi banjir/genangan air yang terjadi di pemukiman warga 2. Memberikan pelatihan dan demonstrasi pembuatan lubang resapan biopori (LRB), pembuatan demplot teknologi LRB berbasis biochar di pekarangan rumah warga. 3. Memberikan pelatihan dan demonstrasi pembuatan biochar yang berasal dari kendaga cangkang biji karet dan kulit jengkol. 4. Memberikan pelatihan dan demonstrasi pengolahan sampah organik dan sampah rumah tangga pada lubang resapan biopori berbasis biochar. Tahapan kegiatan secara garis besar berupa: 1). Persiapan materi dan peralatan, 2). Sosialisasi ke kelompok masyarakat tentang teknologi LRB berbasis biochar, 3). Pemilihan lokasi dan pembuatan demplot teknologi LRB berbasis biochar 4). Pengukuran dan analisis beberapa sifat kimia dan fisika tanah, dan 5. Melakukan monitoring dan evaluasi serta pengukuran sifat fisik dan kimia hasil pengolahan sampah di LRB yang berbasis biochar, sebagai pupuk yang bernilai ekonomis HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Permasalahan Mitra Mitra merupakan kelompok masyarakat yang dipilih dan bersedia lahan pekarangan rumahnya dijadikan tempat pembuatan lubang resapan biopori sehingga diharapkan banjir atau air yang menggenangi pemukimannya dapat segera surut. Dari hasil survey yang telah dilakukan di kelurahan Pangkalan Mashur Kecamatan Medan Johor dan lingkungan Datuk Kabu Kelurahan Denai, kecamatan Medan Denai dapat di identifikasi beberapa masalah yang dihadapi warga mitra sebagai berikut: 1. Setiap kali hujan maka akan terdapat genangan air yang memenuhi halaman rumah masyarakat mitra, bahkan baru setengah jam hujan, maka ketinggian air bisa mencapai selutut orang dewasa, 2. Ketinggian banjir di pemukiman warga lingkungan VII jalan Datuk Kabu Kelurahan Medan Denai bisa mencapai 1m, sedangkan di lingkungan VI jalan Karya Kasih Kelurahan Pangkalan Mashur Kecamatan Medan Johor setiap hujan akan terjadi genangan dimana-mana sebagai akibat kurangnya resapan air, karena lahan dominan tertutup aspal atau bahan semen dan batako.
332
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
3. Untuk mempermudah genangan air agar cepat surut, secara swadaya masyarakat melakukan penyedotan air dengan mesin. Selanjutnya, air dibuang ke Sungai /selokan. 4. Masyarakat belum mengenal teknologi lubang resapan biopori (LRB) berbasis biochar yang ditawarkan dan belum mengetahui manfaat dan cara pembuatan teknologi tersebut dan bagaimana kecepatan penurunan banjir yang bisa dilakukannya. Pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB) Lubang resapan biopori (LRB) adalah teknologi konservasi tanah dan air, LRB dapat meningkatkan kemampuan tanah meresapkan air melalui biopori yang menembus permukaan dinding LRB ke dalam tanah di sekitar LRB. Teknologi LRB memiliki banyak manfaat dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan lestari. Penerapan LRB dapat memperbaiki ekosistem tanah, mencegah banjir, menambah cadangan air tanah, mengatasi kekeringan, mempermudah penanganan sampah, mengubah sampah menjadi kompos, mengurangi emisi gas rumah kaca dan metan, dan mengatasi masalah akibat genangan. Skema LRB berbasis biochar yang diterapkan dalam program ini dapat dilihat pada Gambar 1.
10 cm
Sampah organik
1000 cm
Biochar
100 cm
1000 cm
Gambar 1. Skema Teknologi Lubang Resapan Biopori Berbasis Biochar Persoalan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan dalam mengurangi banjir dan sampah yang menumpuk yang mengganggu lingkungan warga di kedua lokasi mitra yang sudah dipilih adalah dengan mentransfer ilmu dan teknologi tepat guna yang berbasis masyarakat yaitu dengan penyuluhan, pelatihan dan aksi pembuatan demplot percontohan, serta praktek bagaimana mengolah sampah organik warga mitra, yakni dengan memasukkan sampah organik tersebut ke dalam lubang resapan biopori yang sudah diberikan biochar terlebih dahulu. Dengan demikian sampah tersebut tidak menimbulkan bau yang tak sedap dan setelah terdekomposisi, dapat dijadikan sebagai pupuk yang bernilai ekonomis. Selain itu LRB berperan mempercepat masuknya air ke dalam tanah, sehingga banjir yang menggenangi pemukiman penduduk lebih cepat surut. Dengan melakukan monitoring dan evaluasi dari pihak tim PPM dan adanya kerjasama dan bimbingan serta kerja sama dari pihak perguruan tinggi dalam hal ini Universita Medan Area, diharapkan lubang resapan biopori yang berbasis biochar tersebut dapat bertahan lama dan dapat dipakai secara berkelanjutan sehingga banjir yang dihadapi warga dan sampah yang membuat lingkungan menjadi tidak nyaman dapat diatasi. Pelaksanaan Kegiatan : 1. Warga masyarakat masing-masing lokasi mitra diberikan penyuluhan/sosialisasi tentang maksud dan tujuan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan. 2. Memilih lokasi tempat pembuatan demplot LRB berbasis biochar di pekarangan warga serta memilih lokasi demplot LRB berbasis biochar di kedua lokasi mitra, yakni Lingkungan VI Jl. Karya Kasih kelurahan Pangkalan Mashur Kecamatan Medan Johor dan mitra ke II lingkungan Datuk Kabu kelurahan Denai, Kecamatan Medan Denai. 3. Jumlah LRB berbasis biochar yang dibuat sudah sebanyak 10 lubang di setiap lokasi Mitra. 10 lubang pada Lingkungan VI Jl. Karya Kasih kelurahan Pangkalan Mashur Kecamatan Medan Johor dan mitra 10 lubang pada mitra II lingkungan Datuk Kabu kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai. 4. Warga yang dilatih jumlahnya ditetapkan 40 orang, yang terdiri dari 20 orang Lingkungan VI Jl. Karya
333
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Kasih kelurahan Pangkalan Mashur Kecamatan Medan Johor dan mitra 20 orang pada mitra II lingkungan Datuk Kabu kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai. 5. Pelatihan dibagi dalam 6 tahapan yakni: 1) penjelasan teori manfaat LRB berbasis biochar dan manfaat pengolahan sampah, 2) latihan dan aplikasi pembuatan LRB berbasis Biochar, 3) demonstrasi demplot percontohan pembuatan LRB berbasis biochar, 4) ) Pelatihan teknik pembuatan biochar, 5) Pelatihan teknik pegolahan sampah dalam LRB berbasis biochar (cara memasukkan sampah dan mengeluarkan pupuk organic hasil pengolahan sampah dalam LRB, 6) Pelatihan teknik pemanfaatan kompos hasil LRB diberikan pada tanaman di sekitar tanaman atau pada pertanaman vertikultur . Seluruh materi yang diberikan pada saat pelatihan diberikan dalam bentuk tertulis dan dibagikan pada masyarakat. Selain itu, untuk dapat memelihara LRB secara berkelanjutan, maka kepada masyarakat juga dijelaskan untuk dapat menggunakan bahan kaleng sisa kemasan sebagai tutup LRB yang dipilih besarnya sesuai dengan besar LRB. Hal penting lainnya tim PPM UMA juga memberikan 1 buah bor tanah pada setiap kelompok mitra, sehingga diharapkan agar hasil pengomposan limbah organic sekitar tanaman dan limbah organic rumah tangga yang dimasukkan pada LRB setelah terjadi dekomposisi dapat dipanen dan digunakan untuk tanaman di sekitarnya, atau pada tanaman vertikulture yang sudah di latih untuk dapat dimiliki masyarakat mitra tiap rumah tangga, terutama masyarakat yang tidak memiliki pekarangan yang luas. Pelaksanaan pengabdian masyarakat oleh tim PPM UMA dapat dilihat pada foto-foto (Lampiran). 2. PEMBUATAN BIOCHAR Biochar disebut juga arang hayati. Biochar adalah arang hasil pembakaran (pirolisis) tanpa oksigen atau rendah pada suhu <700 °C. Biochar berasal dari residu pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Pembuatan biochar terdiri dari dua tahap, yaitu proses karbonasi terhadap bahan baku dan proses aktifasi hasil proses karbonisasi pada suhu tinggi. Proses karbonasi adalah proses penguraian selulosa menjadi unsur karbon dan pengeluaran unsur-unsur nonkarbon yang berlangsung pada suhu 600 - 700 C (Kienle,1986). Proses aktivasi merupakan proses untuk menghilangkan hidrokarbon yang melapisi ermukaan arang, sehingga dapat meningkatkan porositas arang. Proses aktivasi arang dapat dilakukan dengan cara aktivasi menggunakan gas atau proses aktivasi kimia. Prinsip dasar aktivasi menggunakan gas adalah dengan pemberian uap air atau gas CO2 kepada arang yang telah dipanaskan. Arang dimasukkan ke dalam tungku aktivasi, lalu dipanaskan pada suhu 800-1000C. Uap air atau gas CO2 dialirkan selama pemanasan. Selama pengaktifan dengan gas pengoksidasi, lapisan karbon kristalit yang tidak teratur mengalami pergeseran yang menyebabkan permukaan kristalit atau celah menjadi terbuka, sehingga gas pengaktif yang lembam dapat mendorong residu hidrokarbon seperti senyawa ter fenol, metanol dan senyawa lain yang menempel pada permukaan arang. Cara yang efektif untuk mendorong residu tersebut adalah dengan mengalir-kan gas pengoksidasi pada permukaan materi karbon (Pari, 1996). Prinsip dasar aktivasi kimia adalah perendaman arang dengan bahan kimia sebelum dipanaskan. Arang direndam dalam larutan pengaktif selama 24 jam lalu ditiriskan dan dipanaskan pada suhu 600 - 900 C selama 1-2 jam. Pada suhu tinggi ini bahan pengaktif akan masuk di antara sela-sela lapisan heksagonal dan selanjutnya membuka permukaan yang tertutup. Bahan kimia yang digunakan antara lain H3PO4, NH4Cl, AlCl3, HNO3, KOH, NaOH, H3BO3, KMnO4, SO2, H2SO4 dan K2S (Kienle, 1986). Unsur-unsur mineral dari persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap ke dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup komponen kimia, sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar. Menurut beberapa ahli, manfaat biochar adalah: (1). Sebagai bahan ameliorasi ke dalam tanah dapat meningkatkan total organik karbon (2) Dapat memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah. (3). Dapat merangsang pertumbuhan akar. dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan hayati tanah. (4). Membantu menurunkan kekerasan tanah-tanah berliat dan mempertinggi kemampuan pengikatan air tanah, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas mikroorganisme tanah. (5). Dalam tanah, biochar berperan sebagai shelter atau rumah untuk mikroorganisme. (6). Dapat meningkatkan nilai pH (bila tanah asam) dan menurunkan pH (bila tanah basa), meningkatkan KTK tanah, dan populasi mikroba pendegradasi pencemar. (7) Biochar tempurung kelapa, sekam padi, tongkol jagung dan tandan kosong kelapa sawit yang diketahui memiliki daya serap tinggi dan mampu menyerap/mengikat pencemar residu pestisida. (8). Biochar yang berasal dari tempurung kemiri sebagai komponen media tumbuh dapat meningkatkan secara nyata pertumbuhan tinggi, diameter batang, dan biomassa tanaman kelapa dan kemiri yang dapat
334
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
dimanfaatkan sebagai briket atau arang, (9). Menurut Hutapea, dkk (2015) Cangkang biji karet, mengingat komponen kendaga tersusun oleh selulosa yang memiliki kandungan karbon yang cukup dan dapat dijadikan sebagai biochar. Biochar yang dihasilkan dari kendaga dan cangkang biji karet ini yang digunakan sebagai biochar yang menjadi basis atau bahan dasar dari lubang resapan biopori. Kemudian juga ditambah dengan biochar yang berasal dari kulit jengkol. Tabel 1. Hasil Karakteristik Mutu Terbaik Biochar Teraktivasi Dari Kendaga dan Cangkang Biji Karet Jenis Parameter
Nilai
Kadar Air
3,97 % *
Maks 15% **
Kadar Abu
3,78% *
Maks 10%**
Kadar Zat Menguap
30,91%*
Maks25%**
Kadar Karbon Terikat
65,27 % *
Min. 65%**
Daya Serap terhadap Yodium
875,97 mg/g*
Min. 750 mg/g**
Daya Serap terhadap Benzena 25,94 % * Keterangan : *) Persyaratan biochar berdasarkan SNI 06-3730-1995 **) Hasil penelitian Hutapea,et al (2015)
Min. 25%**
KESIMPULAN Transfer Ilmu pengetahuan dan teknologi pada masyarakat (IbM) dalam penanganan banjir di kota Medan melalui pengelolaan sampah dengan teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB) Berbasis Biochar pada mitra 1 Lingkungan VI Jl. Karya Kasih kelurahan Pangkalan Mashur Kecamatan Medan Johor dan mitra ke 2 jalan Datuk Kabu lingkungan VII kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peserta sangat antusias mengikuti setiap sesi bahan pelatihan yang disampaikan bahkan dalam demonstrasi yang diadakan dalam pembuatan lubang resapan biopori, warga masyarakat mitra langsung mencoba dan menggunakan bor tanah untuk pembuatan LRB. 2. Perlu dihimbau oleh kepala lingkungan atau ketua kelompok masyarakat di wilayah mitra dapat membuat lubang resapan biopori di pekarangan rumah masing-masing warga kelompok mitra, agar air yang menggenangi pemukimannya dapat segera meresap. 3. Agar program iptek ini dapat berkelanjutan dan lestari, perlu ada monitoring setiap minggu dari pelaksana PPM dan didampingi oleh aparat yang ada di Mitra, misalnya seperti Lurah dan kepala lingkungan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin berterima kasih kepada Direktur, Direktorat Riset dan Pangabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, yang telah memberikan dukungan dana pada program ipteks bagi masyarakat ini, sesuai dengan Surat Perjanjian/Penugasan Pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat Nomor: 160/SP2H/PPM/DRPM/II/2016. tanggal 10 Maret 2016. DAFTAR PUSTAKA Brata. K. R.. dan A. Nelistya. 2009. Lubang Resapan Biopori. Penebar Swadaya. Jakarta. Brata. K. R. dan W. Purwakusuma. 2007. Teknologi Peresapan Air Tepat Guna Untuk Perbaikan Kualitas Perkotaan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bruno Glaser · Johannes Lehmann · Wolfgang Zech. 2002. Ameliorating physical and chemical propertiesof highly weathered soils in the tropics with charcoal a review. Biol Fertil Soils (2002) 35:219–230. Hasibuan, G. M. 2007. Model Koordinasi Kelembagaan Pengelolaan Banjir Perkotaan Terpadu.
335
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. (Tidak dipublikasi). Hutapea, S. 2013. Kajian Konservasi DAS Deli Dalam Upaya Pengendalian Banjir di Kota Medan. Disertasi Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 20012. (Tidak dipublikasi). Hutapea, S., E.L. Panggabean, dan A. Wijaya. 2015. Utilization of Rubber Seed Shells and Epicarp Wastes as Activated Biochar. Journal of Chemistry and Material Research, Vol. 7(12) Pg.9-14. Hunt J. M. DuPonte. D. Sato. A. Kawabata. 2010. The Basics of Biochar : A Natural Soil Amendment. Colege Tropical Agriculture and Human Resources University of Hawai’i at Manoa. Honolulu. Hawaii. J. Soil and Crop Management Dec. 2010 SCM-30. JICA Main Report. 1992. The Study on Belawan Padang Integrated River BasinDevelopment. Medan. Kienle. H.V. 1986. Carbon. Dalam Campbell. P.T.. Prefferkorn R.. dan Roundsaville. J.F. Ullman’s Encyclopedia of Industrial Chemistry. 5th Completely Revised Edition. Vol. A5. Weinheim. Lehmann J. & S. Joseph. 2009. Biochar for Environmental Management. First published by Earthscan in the UK and USA in 2009. P416. Lehmann. J.. Rillig. M.C.. Thies. J.. Masiello. C.A.. Hockaday.W.C.. Crowley. D.. 2011. Biochar effects on soil biota: a review. Soil Biology and Biochemistry 43. 1812–1836. Major J. Ch. Steiner. A. Downie & J. Lehmann. 2009. Biochar Effects on Nutrient Leaching 271-282. dalam Lehmann J. and S. Joseph. 2009. Biochar for Environmental Management. First published by Earthscan in the UK and USA in 2009. P416 Mohammad I. A.. A. Al Omran. A. H. El-Naggar. M. Nadeem. A.R.A. Usman. 2013. Pyrolysis temperature induced changes in characteristics and chemical composition of biochar produced from conocarpus wastes. Bioresource Technology 131 (2013) 374–379. Pari, G. 1996. Active Charcoal Quality of Five Wood Type. Forest Products Research Bulletin. Vol. 14(2):60-68. Forest Products Research and Development Center, Bogor. Pemerintah Daerah Tingkat II Medan. 2000. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kotamadya Daerah Tingkat II Medan. Medan Steiner. C.. Glaser. B.. Teixeira. W. G.. Lehmann. J.. Blum. W. E. H. and Zech. W. 2008. Nitrogen retention and plant uptake on a highly weathered central Amazonian Ferralsol amended with compost and charcoal. J. PlantNutr. Soil Sci. 171: 893–899.
336
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Lampiran 1. Foto Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat Pada Kelompok Mitra Lingkungan VI Jalan Karya Kasih Kelurahan Pangkalan Mashur Kecamatan Medan Johor
Gambar 1. Tim PPM UMA Siap Untuk Memberi Sosialisasi Penyuluhan/Pelatihan
Gambar 2. Tim PPM UMA Memberi Penyuluhan/Sosialisasi
Gambar 3. Kelompok Masyarakat (Mitra) Mendengarkan Penyuluhan/Sosialisasi
337
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 4. Tim PPM UMA Mendemonstrasikan Pembuatan Biochar
Gambar 5. Tim PPM/Mahasiswa UMA Memperagakan Cara Membuat LRB Kompos
Gambar 6. Warga Masyarakat (Mitra) Antusias Memperagakan Cara Membuat LRB
Gambar 7. Penyerahan Alat Pembuat LRB (Bor Tanah) Pada Mitra
338
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Lampiran 2. Foto Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat Pada Kelompok Mitra Lingkungan VII Jalan Datuk Kabu Lingkungan VII Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai
Gambar 1. Tim PPM UMA Membuka Acara dan Menyampaikan Penyuluhan
Gambar 2. Tim PPM UMA Menjelaskan Cara Pembuatan Biochar dan Hasil Biochar
Gambar 3. Tim PPM /Mahasiswa UMA Memperagakan dan Mengajari Cara Membuat LRB
339
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 4. Warga Masyarakat (Mitra) Antusias Membuat LRB, Memberi Biochar Pada LRB & Memasukkan Bahan Organik Pada LRB
Gambar 5. PPM UMA Menyerahkan Alat Pembuat LRB (Bor Tanah) Pada Kepala Lingkungan Lampiran 3. Foto Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat Pada Kelompok Mitra Lingkungan II Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai
Gambar 1.Tim PPM UMA Memberi Penyuluhan/SosialisasiPada Ibu-Ibu PKK Kelurahan Denai
Gambar 1. Tim PPM UMA Memperkenalkan Peralatan Dalam Pembuatan LRB
Gambar 2. Tim PPM UMA Menjawab Pertanyaan-Pertamyaan Peserta
340
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016
PROSIDINGS
SNEHPM 2016 ISBN 978 ‐ 602 – 60343 ‐ 1‐ 1
Gambar 3. Tim PPM UMA Sedang Mendemonstrasikan Pembuatan LRB
Gambar 4. Ibu PKK Sedang Memasukkan Bahan Organik Kedalam LRB Serta Pemberian Aktivator
Gambar 5. Tim PPM/Mahasiswa UMA Membuat Demplot Percontohan LRB Dengan Tutup Paralon, Kawat Kassa dan Tanpa Tutup
341
SEMINAR NASIONAL DAN EXPO HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT “MEMBANGUN KEMANDIRIAN BANGSA MELALUI REKAYASA INDUSTRI DAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS MASYARAKAT” DIGITAL LIBRARY – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 9 NOVEMBER 2016