UNIVERSITAS INDONESIA
PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI AYAM PEDAGING DAN PENILAIAN HEWAN TERNAK PRODUKSI PADA PT. MAIN
LAPORAN MAGANG
BENI HENDRAWAN 1006811053
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1 EKSTENSI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2013
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PROSES PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI AYAM PEDAGING DAN PENILAIAN HEWAN TERNAK PRODUKSI PADA PT. MAIN
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
BENI HENDRAWAN 1006811053
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1 EKSTENSI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2013
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
ii
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
iii
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya-Nya, saya bisa sampai tahap untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan laporan magang, sangatlah sulit bagi saya untuk bisa menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT, atas segala nikmat dan pelajaran berharga yang diberikannya selama saya menyusun laporan magang ini. 2. Kedua orang tua saya Sulendro dan Kurniati, atas segala doa yang tidak pernah putus dan restu yang luar biasa agar saya dapat menyelesaikan tanggung jawab saya kepada mereka melalui gelar sarjana ekonomi yang akan saya dapatkan ini. Selain itu kepada seluruh kerabat dan saudara, om dan tante yang terus memberikan dukungan bagi penulis. 3. Ibu Sri Nurhayati, S.E., M.M., S.A.S., selaku ketua Program Studi Ekstensi
Akuntansi
FEUI
yang
memberikan
kemudahan
dalam
pengurusan administrasi tugas akhir magang ini. 4. Bapak Firdaus Ahmad Dunia S.E. selaku dosen pembimbing. Terima kasih telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini. Tanpa bapak, tugas akhir saya bukan apa-apa. 5. Ibu Miranti Kartika Dewi S.E., MBA selaku dosen penguji saat siding laporan magang. 6. Mas-mas selam, Angga Trisali, Galih Pradana, Rio Aristo, Rendy Rizki, dan Rizky Gusman yang berjuang bersama dari mulai pertama kali kuliah ekstensi, belajar bersama, mencari tempat magang, sampai mengerjakan laporan magang sampai laporan magang ini selesai.
iv
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
7. Teman-teman UKF Basket FEUI, Adit Mahendra, Rio Aristo, Sahat Gabriel, Friski Prima, Agung Wicaksono, dan Louis Sagita yang selalu yang selalu member dukungan diluar dan didalam lapangan. 8. Teman-teman JFF, terutama kapten Nanda Immanugraha yang berjuang bersama diseluruh kompetisi baik sepakbola ataupun futsal dan merebut berbagai gelar juara. 9. Teman-teman di PT. Malindo Feedmill Tbk yang selalu menemani penulis pada saat masa-masa melakukan kegiatan magang 10. Teman-teman satu angkatan D3 2007 dan S1 Ekstensi angkatan 2010 yang telah berjuang bersama dari awal kuliah sampai proses magang selesai. 11. Pihak-pihak lain yang langsung maupun tidak langsung membantu yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu dalam penulisan laporan magang ini. Penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai semua saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan siapa saja yang membacanya.
Depok, 15 Januari 2013
(Beni Hendrawan)
v
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
vi
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
ABSTRAK
Nama : Beni Hendrawan Program Studi : S1 Ekstensi Akuntansi Judul : Proses Perhitungan Harga Pokok Produksi Ayam Pedaging dan Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN Laporan magang ini berisi tentang prosedur perhitungan biaya-biaya yang digunakan PT. MAIN untuk proses produksi dan mengalokasikannya ke dalam barang produksi ataupun ke dalam aset biologisnya. Selama proses produksi, perusahaan menetaskan telur-telur tetas menjadi bibit ayam. Bibit ayam ini akan dibesarkan selama beberapa minggu dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bibit ayam yang akan dibesarkan dan dijual serta bibit ayam yang akan dibesarkan dan digunakan untuk melakukan proses produksi kembali. Bibit ayam yang digunakan untuk memproduksi kembali akan dibesarkan di peternakan Divisi Breeder, sedangkan bibit ayam yang dibesarkan untuk dijual akan dikirim ke peternakan Divisi Broiler. Biaya terkait bibit ayam yang dibesarkan untuk dijual kembali akan ditransfer dari Divisi Breeder ke Divisi Broiler agar memudahkan menentukan harga pokok produksi dari ayam. Perlakuan atas aset biologis PT. MAIN telah mengikuti peraturan tentang aset biologis yang telah ditetapkan oleh Bapepam-LK.
Kata kunci: proses produksi, biaya, harga pokok produksi, aset biologis
vii
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
ABSTRACT
Name : Beni Hendrawan Study Program : S1 Extention Accounting Title : Calculation for Cost of Production of Broiler Chicken and Assessment of Breeding Livestock at PT. MAIN This internship report contains of costs assessment procedures used by PT. MAIN for its production processes and allocate it to the production costs of goods or to the biological assets. During the production process, the company will incubate the hatching eggs into days old chick. Day old chick will raised for a few weeks and were divided into two groups, there are days old chick that raised and sold, and days old chick that raised and used to carry out the production process again. Days old chick that used to carry out the production process would be raised in the breeder farms, while days old chick that raised for sale are sent to broiler farms. Costs related to the days old chick that raised for sale are transferred from breeder division to broiler division to make easier to determine the costs of production of chicken. The treatment of biological assets owned by PT. MAIN has followed the rules of biological assets that have been set by Bapepam-LK.
Key words: Processes of production, costs, costs of production, biological assets
viii
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Program Magang ............................................................. 1 1.2 Tujuan Program Magang .......................................................................... 2 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang .................................................. 3 1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang ................................................................. 3 1.5 Latar Belakang Pembahasan ..................................................................... 4 1.6 Perumusan Masalah dan Tujuan Pembahasan ........................................... 5 1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 5 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ....................................................... 7 2.1 Profil PT. MAIN dan Anak Perusahaan .................................................... 7 2.2 Visi, Misi, dan Tujuan PT. MAIN dan Anak Perusahaan .......................... 7 2.3 Kegiatan Usaha dan Produk ...................................................................... 9 2.4 Struktur Organisasi ................................................................................. 10 3. LANDASAN TEORI ................................................................................... 13 3.1 Harga Pokok Produksi ........................................................................... 13 3.1.1 Pengertian Biaya .......................................................................... 13 3.1.2 Klasifikasi Biaya .......................................................................... 14 3.1.3 Pengertian Harga Pokok Penjualan ............................................... 18 3.1.4 Unsur-Unsur Harga Pokok Penjualan ............................................ 19 3.1.5 Metode Perhitungan Harga Pokok ................................................ 19 3.1.5.1 Job Order Costing ........................................................... 20 3.1.5.2 Process Costing ............................................................... 21 3.2 Harga Ternak Produksi .......................................................................... 22 3.2.1 Pengertian Aset Biologis ............................................................... 22 3.2.2 Karakteristik Aset Biologis .......................................................... 23 3.2.3 Jenis Aset Biologis ....................................................................... 24 3.2.4 Pengklasifikasian Aset Biologis ................................................... 26 3.2.5 Pengukuran Aset Biologis ............................................................ 26 4. AKTIVITAS DAN ANALISIS PELAKSANAAN MAGANG .................. 30 4.1 Gambaran Proses Produksi Perusahaan .................................................. 30 4.1.1 Proses Produksi Telur Tetas .......................................................... 30 4.1.2 Proses Produksi Day Old Chick .................................................... 31 ix
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
4.1.3 Proses Pemeliharaan Ayam Peternak............................................. 31 4.1.4 Proses Pemeliharaan Ayam Pedaging ............................................ 32 4.2 Harga Pokok Produksi PT. MAIN ......................................................... 32 4.2.1 Komponen Biaya ......................................................................... 34 4.2.2 Arus Produksi .............................................................................. 39 4.2.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi ............................................... 40 4.2.4 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi .................................. 43 4.3 Hewan Ternak Produksi PT. MAIN ....................................................... 44 4.3.1 Klasifikasi Hewan Ternak Produksi ............................................. 44 4.3.2 Meode Pencatatan Hewan Ternak Produksi .................................. 44 4.3.2.1 Pencatatan Hewan Ternak Produksi Belum Menghasilkan .................................................................. 45 4.3.2.2 Pencatatan Reklasifikasi Hewan Ternak Produksi Belum Menghasilkan menjadi Hewan Ternak Produksi Telah Menghasilkan .................................................................. 46 4.3.2.3 Pencatatan Deplesi Pada Hewan Ternak Produksi ........... 47 4.3.3 Perhitungan Nilai Hewan Ternak Produksi ................................... 48 4.3.4 Perbedaan Metode Pencatatan Aset Biologis Berdasarkan IAS 41 dan peraturan yang DIterapkan PT. MAIN ....................... 49 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 51 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 51 5.2 Saran ..................................................................................................... 52 5.2.1 Saran untuk Program Ekstensi Akuntansi FEUI ........................... 52 5.2.2 Saran untuk PT. MAIN ................................................................ 53 DAFTAR REFERENSI .................................................................................. 54 LAMPIRAN .................................................................................................... 55
x
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Biaya Produksi Ayam ........................................................................ 39 Tabel 4.2 Alokasi Biaya Divisi Breeder ............................................................ 40 Tabel 4.3 Alokasi Biaya Divisi Broiler .............................................................. 42 Tabel 4.4 Perhitungan Hewan Ternak Produksi ................................................. 48 Tabel 4.5 Perbedaan Kebijakan Aset Biologis PT. MAIN dengan IAS 41 ......... 49
xi
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. MAIN ....................................................... 11 Gambar 4.1 Alur Produksi Ayam ...................................................................... 32
xii
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Jumlah Penjualan ............................................................. 55 Lampiran 2 Farmer Performance Report ........................................................... 56 Lampiran 3 Summary of Medicine Usage ......................................................... 57 Lampiran 4 Farmer Ledger ................................................................................ 58 Lampiran 5 Kartu Kandang ............................................................................... 59 Lampiran 6 Kunjungan Technical Service ......................................................... 61 Lampiran 7 Laporan Posisi Keuangan ............................................................... 62 Lampiran 8 Laporan Laba Rugi ......................................................................... 64 Lampiran 9 Catatan Atas Laporan Keuangan .................................................... 65 Lampiran 10 International Accounting Standard No 41 ..................................... 66 Lampiran 11 Peraturan Bapepam Nomor SE-02/PM/2002 ................................. 74 Lampiran 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.03/2008 ............... 91
xiii
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Program Magang Saat ini seluruh penduduk di dunia dihadapkan dengan kenyataan untuk
menghadapi isu utama dunia yang biasa disebut era globalisasi. Globalisasi ini menuntut setiap individu untuk mempersiapkan dirinya masing-masing dan mematangkan setiap potensi yang dimiliki sehingga dapat membantunya bertahan menghadapi isu utama dunia ini. Dunia kerja pun dipaksa untuk mencari sumber daya terbaik guna mendukung kegiatan usahanya untuk menjadi yang terbaik. Perlombaan tersebut nyatanya tidak hanya dilakukan oleh unit usaha ataupun perusahaan, namun juga dilakukan oleh para tenaga kerja itu sendiri. Faktor keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia dan ketidakseimbangan jumlahnya dengan jumlah tenaga kerja yang ada akan memberikan hasil bahwasanya tenaga kerja yang benar-benar berpotensi lah yang akan unggul mendapatkan satu tempat terbatas itu. Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebagai sebuah lembaga akademis, menyadari betul tuntutan untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswanya sebagai bekal utama dalam menghadapi persaingan tersebut. Peningkatan kualitas tidak hanya diwujudkan dalam bentuk penyempurnaan metode dan kurikulum pembelajaran di ruang kuliah, namun juga diwujudkan dalam bentuk penyediaan kesempatan bagi mahasiswa untuk melaksanakan program magang yang juga merupakan salah satu pilihan bagi mahasiswa sebagai prasyarat kelulusan di akhir masa studi. Adanya program magang ini diharapkan mampu menjembatani antara dunia kuliah dan dunia kerja bagi mahasiswa. Dengan mengikuti program ini mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori-teori yang didapat di bangku kuliah dan juga mampu menggunakannya sebagai landasan pemecahan masalah nyata yang ditemui dalam proses magang tersebut. Selain itu juga program
ini
diharapkan
mampu
1
membantu
mahasiswa
untuk
dapat
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
2
mengembangkan
kemampuan
teknis
maupun
non-teknis
sebagai
bekal
pematangan kompetensi diri dalam menghadapi dunia kerja nantinya. Program magang ini dipilih dengan dilatarbelakangi hal-hal di atas dan adanya kesadaran akan pengembangan diri yang perlu dilakukan sebagai persiapan dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya selepas masa studi di Fakultas Ekonomi Univeristas Indonesia.
1.2
Tujuan Program Magang Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia megadakan program magang
dengan tujuan untuk menciptakan lulusan yang terbaik dan siap bersaing di dunia kerja. Selain itu program ini juga bertujuan sebagai penerapan program link and match antara sistem pendidikan tinggi dengan lingkungan kerja agar ilmu yang dipelajari dalam teori perkuliahan dapat diimplementasikan dalam dunia kerja. Jika dilihat dari segi intrapersonal, program magang dapat dijadikan sebuah wadah dalam pengembangan potensi mahasiswa. Hal ini didasari keyakinan bahwa kemampuan intrapersonal merupakan kemampuan yang juga sangat dibutuhkan selain dari kemampuan akademis dalam memenuhi tuntuan persaingan dalam dunia kerja. Melalui program magang, mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan rekan kerja, bekerja dalam tim, berkomunikasi dengan baik di lingkungan profesional, menjadi pribadi yang proaktif hingga belajar bagaimana cara mengidentifikasi suatu permasalahan dan konflik hingga cara untuk menyelesaikannya. Selain melakukan program magang, mahasiswa juga diharuskan untuk membuat laporan magang berkenaan dengan kegiatan magang yang dijalani. Laporan magang disusun dengan dasar teori-teori yang pernah diajarkan di bangku perkuliahan ditambahkan dengan referesi lain terkait dengan bahasan dalam laporan magang tersebut. Secara lebih khusus, program magang ini dibuat dengan tujuan untuk: 1. Agar mahasiswa memahami penerapan berbagai perangkat akuntansi, manajemen dan sistem informasi yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan di Program S1 Ekstensi Akuntansi FEUI.
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
3
2. Mengasah kemampuan mahasiswa dalam
menyelesaikan masalah
(problem solving) yang dihadapi manajemen perusahaan sehari-hari dengan menggunakan perangkat-perangkat akuntansi dan manjemen yang telah dipelajari. 3. Memberikan pengalaman serta gambaran akan situasi dunia kerja yang sebenarnya, agar nantinya mahasiwa tidak akan canggung pada saat bekerja di masa mendatang. 4. Membiasakan mahasiswa dengan kultur yang sangat berbeda dengan kultur belajar mulai dari manajemen waktu, keterampilan komunikasi dan kerja sama dalam tim serta tekanan yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.
1.3
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Penulis menjalankan aktivitas magang di PT. MAIN, yang merupakan
grup usaha dengan 5 anak perusahaan yaitu PT. Bindo, PT. Prifa, PT. LAP, PT. SCI, dan PT. Qualindo. Aktivitas magang dilakukan oleh penulis selama 3 bulan, yaitu dari 6 Agustus 2012 sampai 2 November 2012 sebagai staf akuntansi.
1.4
Pelaksanaan Kegiatan Magang Dalam pelaksanaan program magang, penulis ditempatkan sebagai staf
akuntansi. Selama menjalani program magang, penulis melakukan input atas transaksi
harian perusahaan,
penyusunan laporan keuangan,
melakukan
konsolidasi atas laporan keuangan, dan melakukan analisis atas angka-angka di laporan keuangan tiap bulan Aktivitas yang dilakukan penulis selama melaksanakan magang yaitu membantu manajemen dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Secara spesifik, yang dilakukan penulis adalah: 1. Membaca dan memahami standar operasional yang menjadi pedoman bagi perusahaan dalam melakukan kegiatan bisnisnya. 2. Membuat perhitungan harga pokok produksi ayam dan bebek. 3. Melakukan input atas transaksi harian perusahaan. 4. Menyusun laporan keuangan bulanan. Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
4
5. Menyusun laporan keuangan konsolidasi tiap bulannya. 6. Melakukan analisis atas angka-angka yang ada di laporan keuangan. . 1.5
Latar Belakang Pembahasan PT. MAIN merupakan kelompok usaha yang bergerak di berbagai bidang,
seperti peternakan ayam, peternakan bebek, penetasan telur, produksi pakan ternak, dan produksi obat-obatan dan multivitamin untuk hewan ternak. Dalam hal ini, penulis akan menitikberatkan pembahasan pada bidang usaha peternakan ayam. Ayam
merupakan salah satu komoditas dari sektor peternakan yang
bernilai ekonomi cukup tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang karena permintaan ayam yang cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Usaha untuk melakukan ternak atas ayam terus mengalami perkembangan. Dengan didukung dengan kualitas pakan ternak dan obat-obatan atau multivitamin yang diberikan membuat kualitas ternak semakin baik. Untuk menghasilkan ayam yang memiliki kualitas baik serta sehat, perusahaan harus menyiapkan peternakan yang layak sekaligus memberikan asupan yang berkualitas baik pakannya ataupun obat-obatan dan multivitamin. Usaha menghasilkan ayam yang baik dilakukan dengan memilih bibit ayam yang baik, proses pembiakan, hingga panen. Didalam perusahaan yang bergerak di peternakan ayam, telur-telur ayam akan diproses lebih lanjut sehingga dapat menjadi ayam peternak dan ayam pedaging nantinya. Selama proses tersebut, perusahaan akan mencatatnya sebagai Hewan Ternak Produksi – Berumur Pendek. Yang menjadi perbedaan antara persediaan perusahaan manufaktur dengan persediaan perusahaan budidaya ternak ayam adalah dalam hal jenis persediaan utamanya dan cara penilaian dari persediaan tersebut. Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk membahas bagaimana perusahaan mengalokasikan biaya-biaya yang diguanakan untuk tiap ayamnya ke dalam harga pokok produksi dan hewan ternak produksi. Penulis akan mengangkat laporan magang dengan judul “Proses Penentuan Harga Pokok Produksi Ayam Broiler dan Penilaian Hewan Ternak Produksi pada PT. MAIN”. Penulis tertarik mengambil topik ini karena keunikan penentuan harga Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
5
pokok produksi di perusahaan yang bergerak di bidang peternakan berbeda dengan penentuan harga pokok di perusahaan manufaktur. Selain itu, perlakuan atas hewan ternak produksi yang digolongkan sebagai aset biologis cenderung unik dan jarang dijumpai.
1.6
Perumusan Masalah dan Tujuan Pembahasan Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, penulis
merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran besar dari biaya-biaya PT. MAIN? 2. Bagaimana metode yang digunakan PT. MAIN untuk menghitung harga pokok produksi? 3. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi PT. MAIN? 4. Bagaimana perusahaan menilai hewan ternak produksi?
Sedangkan tujuan dari pembahasan masalah ini adalah untuk: 1. Untuk menjelaskan gambaran besar dari biaya-biaya yang digunakan PT. MAIN 2. Untuk menjelaskan metode yang digunakan PT. MAIN untuk menghitung harga pokok produksi 3. Untuk menjelaskan perhitungan harga pokok produksi PT. MAIN 4. Untuk menjelaskan bagaimana penilaian hewan ternak produksi
1.7
Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan dengan singkat mengenai latar belakang program magang, tujuan pelaksanaan program magang,
tempat
pelaksanaan
dan waktu pelaksanaan magang,
kegiatan
magang,
latar
belakang
pembahasan, perumusan masalah, tujuan pembahasan dan sistematika penulisan.
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
6
BAB II
: PROFIL PERUSAHAAN Dalam bab ini diuraikan tentang gambaran umum dari perusahaan tempat penulis melakukan program magang beserta anak perusahaan dari tempat penulis melakukan magang. Termasuk visi misi perusahaan, tujuan dan strategi perusahaan.
BAB III
: LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai landasan-landasan yang digunakan
dalam
melaksanakan
perhitungan
pengalokasian biaya, yang meliputi pengertian biaya, karakteristik biaya, metode penilaian aset biologis, dan metode dalam melakukan pencatatan atas akun hewan ternak produksi. BAB IV
: PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai kebijakan akuntansi atas akun hewan ternak produksi yang digunakan oleh perusahaan. Serta menjelaskan juga mengenai biaya-biaya yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam harga pokok produksi ataupun ke hewan ternak produksinya.
BAB V
: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang penulis dapat dari seluruh isi karya akhir dan memuat saran yang ditujukan kepada Program Ekstensi Akuntansi dan perusahaan tempat penulis melakukan program magang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang didapat oleh penulis selama kegiatan magang berlangsung.
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini, penulis mencoba untuk menjelaskan mengenai secara singkat profil PT. MAIN dan Anak Perusahaannya sebagai tempat penulis melaksanakan magang. Secara singkat penulis akan menjabarkan visi misi perusahaan, kegiatan usaha dan produk yang dihasilkan, serta struktur organisasinya.
2.1
Profil PT. MAIN dan Anak Perusahaan PT. MAIN berdiri pada tahun 1997 di Indonesia. PT. MAIN merupakan
bagian usaha dari Leong Hup Holdings Berhad dan Emivest Berhad, Malaysia. Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama adalah berusaha dalam bidang industri pakan ternak dan peternakan anak ayam usia sehari (day old chick) dan pada saat ini Perusahaan bergerak di bidang tersebut. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya sejak tahun 1998. Perusahaan berdomisili di Duta Mas Fatmawati, Jalan RS Fatmawati No. 39, Jakarta. Pabrik Perusahaan berada di daerah Jakarta, Jawa Timur, dan Banten sedangkan peternakan Perusahaan berlokasi di Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera dan Kalimantan Selatan. Entitas Anak berkedudukan di Jakarta sedangkan peternakan Entitas Anak berlokasi di Jawa Barat dan Sumatera Utara. Sampai saat ini, PT. MAIN memiliki 5 anak perusahaan yaitu, PT. Bindo, PT. Prifa, PT. SCI, PT. LAP, dan PT. Qualindo. Masing-masing anak perusahaan bergerak dibidang usaha yang berbeda-beda namun masih dalam satu-kesatuan. PT. MAIN dan Anak Perusahaannya memiliki total 2.711 karyawan pertanggal 31 Desember 2011.
2.2
Visi, Misi, dan Tujuan PT. MAIN dan Anak Perusahaan Agar perusahaan tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan apa
yang diharapkan, perusahaan menetukan visi dan misi yang digunakan sebagai pedoman. PT. MAIN memiliki 2 visi yang digunakan oleh perusahaan sebagai pedomannya. Kedua visi itu adalah: 7
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
8
1. Menjadi perusahaan yang unggul dalam bidang peternakan unggas di Indonesia 2. Untuk memenuhi kebutuhan pakan dari peternakan unggas di Indonesia. Sedangkan misi perusahaan untuk mewujudkan visi diatas adalah: 1. Memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan untuk memenuhi kepuasan pelanggan tersebut. 2. Tumbuh dan berkembang agar dapat terus menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. 3. Menjaga performa keuangan perusahaan agar selalu berjalan dengan baik 4. Berkomitmen pada keamanan dan kesehatan baik unggas, pakan, ataupun multivitamin yang dihasilkan. 5. Menjaga lingkungan sekitar dengan cara tidak merusaknya. 6. Pengiriman produk yang tepat waktu kepada pelanggan untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
Keunggulan PT. MAIN dan Anak Perusahaan dari perusahaan-perusahaan pesaing adalah: 1. Pabrik dari pakan ternak dan multivitamin berada di dekat kawasan peternakan sehingga memudahkan peternak untuk membeli produk tersebut. Selain itu, ada beberapa pabrik pakan ternak dan multivitamin yang terletak di dekat kawasan pelabuhan sehingga memudahkan untuk melakukan pengiriman ke daerah-daerah yang sulit dijangkau. 2. Sebagai
kelompok
peternakan
unggas
yang
terintegrasi
untuk
menghasilkan pakan berbagai bibit unggas yang menitikberatkan pada kualitas dan efektivitas biaya dari setiap siklus produksi. 3. Merek dagang ‘Malindo’ terkait dengan produk yang berkualitas dan pelayanan pasca penjualan, serta membentuk namanya keluar melalui industri unggas. 4. Memiliki tim professional yang berdedikasi dan memiliki pengalaman regional di industri unggas dan pabrik pakan selama lebih dari 20 tahun. 5. Memiliki teknologi yang baik dan pengawasan biologis yang ketat
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
9
6. Seluruh proses di pabrik pakan ternak yang terkomputerisasi memberikan produksi maksimum dan mengurangi barang sisa. Selain itu, seluruh bahan baku bersumber dari sumber daya dalam negeri.
2.3
Kegiatan Usaha dan Produk Perusahaan memproduksi dan menjual pakan ternak, khususnya pakan
ternak ayam ras pedaging induk, pakan ternak ayam ras pedaging komersial, pakan ternak ayam ras petelur, dan anak ayam berusia satu hari (day old chick). Pada tahun 2000, perusahaan telah mengoperasikan bisnis pakan ternak dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 150.000 MT. Pada tahun 2001, perusahaan mengembangkan usahanya dengan mengakuisisi tiga
lokasi
peternakan seluas 80 hektar dengan kapasitas produksi tahunan hamper 50 juta day old chick. Pada tahun 2003, perusahaan telah mengembangkan usahanya ke Surabaya dengan mengakuisisi satu pabrik pakan ternak yang saat ini memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 300.000 MT dan peternakan ayam. Pada tahun 2007, perusahaan mengembangkan bisnisnya dengan mengakuisisi 3 lokasi peternakan bebek di Bogor. Saat ini, kelompok usaha perusahaan terdiri dari divisi: 1. Divisi pabrik pakan ternak dengan kapasitas produksi tahunan sekitar 900.000 MT, yang dihasilkan dari tiga pabriknya yaitu di Cakung (Jakarta Timur), Gresik (Jawa Timur), dan Cikande (Serang-Banten). 2. Divisi peternakan yang berada di sepuluh lokasi, yaitu Purwakarta, Wonosari, Probolinggo, Lumajang, Subang (Pulau Jawa), Deli Serdang dan Lampung (Pulau Sumatra), serta Banjarmasin dan Pontianak (Pulau Kalimantan) dengan kapasitas produksi tahunan sekitar 165 juta day old chick. 3. Divisi GPS yang dioperasikan oleh PT. Bindo, anak perusahaan yang beroperasi di Majalengka (Jawa Barat) dengan kapasitas produksi tahunan sekitar 2,4 juta PS DOC. 4. Divisi ayam ras pedaging yang dioperasikan oleh PT. Prifa dan PT. LAP yang berlokasi di Bogor, Bandung, Sukabumi, Sukabumi, Serang, Subang
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
10
(Pulau Jawa), dan Deli Serang (Pulau Sumatra) dengan kapasitas produksi tahunan sekitar 19,4 juta kilogram ayam ras pedaging.
2.4
Struktur Organisasi Untuk perusahaan yang sudah listing di bursa efek, ada beberapa organ
yang paling penting yang harus ada dalam struktur organisasi perusahaan. Organorgan yang dimaksud adalah: 1. RUPS Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ perusahaan yang merupakan wadah untuk para pemegang saham untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperlihatkan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundanganperundangan. 2. Dewan Komisaris Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan memiliki tanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan berjalan dengan baik sesuai peraturan perundang-undangan. 3. Komite Audit Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisaris memastikan laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang belaku umum. 4. Dewan Direksi Dewan direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan.
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
11
RUPS
BOC Audit Committee BOD
CFO
Internal Audit
M1
M2
PA of Director
M4
M3
M3.1
M3.1.1
Corp Secretary
M5
M6
M7
Credit Control
M8
M9
M3.2
M3.1.2
M3.2.1
M3.2.2
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. MAIN Sumber: Annual Report PT. MAIN ( Telah Diolah Kembali)
Keterangan Gambar: M1
: Purchasing Department
M2
: Administration Department
M3
: Accounting Department
M3.1
: Chicken Division
M3.1.1
: Breeder Chicken Division
M3.1.2
: Broiler Chicken Division
M3.2
: Duck Division
M3.2.1
: Breeder Duck Division
M3.2.2
: Broiler Duck Division
M4
: Legal Department Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
12
M5
: Human Resources Department
M6
: EDP Department
M7
: Marketing Department
M8
: Costing Department
M9
: Project Department
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
BAB III LANDASAN TEORI
3.1
Harga Pokok Produksi Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai harga
pokok produksi, maka sebelum membahas lebih lanjut penulis akan menguraikan tentang pengertian mengenai biaya. Karena pada dasarnya, harga pokok produksi merupakan gabungan dari biaya-biaya yang terjadi akibat dari adanya suatu proses produksi. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya-biaya lain yang terkait dan dapat menentukan besaran harga pokok suatu produk yang diproduksi.
3.1.1 Pengertian Biaya Beberapa akuntan mendefinisikan biaya sebagai sumber daya yang harus dikobarkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Biaya merupakan dasar dalam penentuan suatu harga jual, karena suatu tingkat harga jual yang tidak dapat menutupi biaya akan menyebabkan kerugian. Sebaliknya, apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya baik biaya operasi ataupun biaya non-operasi, maka akan menghasilkan keuntungan. Menurut Hongren (2012), biaya merupakan nilai pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu aset atau kekayaan. Menurut Dunia (2012), istilah biaya (cost) tidaklah sama dengan beban (expense) dan kerugian (loss). Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang dan mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi. Beban merupakan biaya yang telah memberikan suatu manfaat (expired cost), dan termasuk pula penurunan dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas sehubungan dengan penyerahan barang atau jasa dalam rangka memperoleh pendapatan, serta pengeluaran-pengeluaran yang hanya memberi manfaat untuk tahun buku yang berjalan. Sedangkan kerugian adalah biaya yang timbul ketika barang atau jasa diperoleh pada hakikatnya tidak mempunyai nilai sama sekali atau tanpamanfaat apa-apa lagi karena kondisi tertentu. 13
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
14
Menurut Mulyadi (2000), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, dan pengorbanan untuk tujuan tertentu. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomis untuk memperoleh aset ang dapat member manfaat di kemudian hari.
3.1.2 Klasifikasi Biaya Menurut Hongren dalam bukunya Cost Accounting A Managerial Emphasis 14th edition, dijelaskan bahwa biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua. Yaitu biaya langsung (direct cost)) dan biaya tidak langsung (indirect costs). Biaya langsung merupakan objek biaya yang terkait pada proses produksi yang dapat dilacak langsung nilai ekonomisnya. Sebagai contoh, biaya dari besi untuk membuat sebuah mobil merupakan biaya langsung. Karena kita akan dengan mudah melihat berapa nilai besi yang digunakan untuk membuat sebuah mobil. Sedangkan biaya tidak langsung merupakan objek biaya yang terkait dalam proses produksi namun sulit dilacak untuk mengetahui nilai ekonomisnya. Menurut Dunia (2012), klasifikasi biaya diperlukan untuk menyampaikan dan menyajikan data biaya agar bergunabagi manajemen dalam mencapai berbagai tujuan. Biaya dapat diklasifikasikan atas dasar: (1) objek biaya, (2) perilaku biaya, (3) periode akuntansi, dan
(4) fungsi manajemen atau jenis
kegiatan fungsional. Secara lebih lengkap, biaya dijabarkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan Objek Biaya Objek biaya (cost object) merupakan suatu dasar yang digunakan untuk melakukan perhitungan biaya. Oleh karena itu, dalam sebuah perusahaan terdapat banyak hal yang dijadikan sebagai objek biaya diantaranya adalah objek biaya berdasarkan:
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
15
(a) Berdasarkan produk Biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan produksi disebut biaya produksi (production cost). Biaya ini diklasifikasikan dalam tiga elemen utama yaitu: bahan langsung (direct materials), tenaga kerja langsung (direct labors), dan overhead pabrik (factory overhead). Biaya bahan langsung adalah biaya perolehan dari seluruh bahan langsung yang menjadi bagian yang integral yang membentuk barang jadi (finished goods). Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari semua tenaga kerja langsung yang secara fisik baik menggunakan tangan maupun mesin ikut dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk. (b) Berdasarkan departemen Dalam kategori ini, biaya dikelompokkan menurut departemendepartemen yang lebih kecil dari suatu pabrik dimana biaya-biaya tersebut terjadi. Dalam perusahaan manufaktur, terdapat 2 (dua) jenis departemen atau bagian, yaitu: departemen produksi yang merupakan unit organisasi dari suatu perusahaan manufaktur di mana proses produksi dilaksanakan secara langsung atas produk, dan departemen pendukung yang merupakan unit yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi. 2. Berdasarkan Perilaku Biaya Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan maka biaya-biaya dapat dikategorikan dalam: (a) Biaya variabel (variabel cost), merupakan biaya-biaya yang dalam total berubah secara langsung dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume, volume produksi ataupun volume produksi. (b) Biaya tetap (fixed cost), adalah biaya-biaya yang secara total tetap tidak berubah dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume dalam batas-batas dari tingkat kegiatan yang relevan atau dalam periode waktu tertentu. (c) Biaya semi variabel (semivariabel cost), merupakan biaya-biaya yang mempunyai atau mengandung unsur tetap dan unsur variabel. Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
16
3. Berdasarkan Periode Akuntansi Dalam pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode waktu akuntansi, biaya-biaya dibedakan berdasarkan waktu atau kapan biayabiaya tersebut dibebankan terhadap pendapatan. (a) Biaya produk, merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan menghasilkan suatu produk, yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. (b) Biaya periode, merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan periode waktu atau periode akuntansi, tetapi tidak berhubungan dengan produk. 4. Berdasarkan Fungsi Manajemen Pengklasifikasian biaya menurut jenis kegiatan fungsional bertujuan untuk membantu manajemen dalam perencanaan, analisis dan pengendalian biaya atas dasar fungsi yang ada dalam perusahaan. (a) Biaya
produksi,
merupakan
biaya-biaya
yang
terjadi
untuk
menghasilkan produk hingga siap untuk dijual (b) Biaya penjualan, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk menjual suatu produk atau jasa (c) Biaya umum/administrasi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk memimpin, mengendalikan, dan menjalankan suatu perusahaan.
Menurut Usry (2002), biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan. Dalam akuntansi biaya dikenal konsep different costs for different purposes. Berdasarkan hal tersebut, Usry berpendapat bahwa biaya dapat digolongkan ke dalam lima bagian utama, yaitu menurut: (1) produk yang dihasilkan, (2) volume produksi yang dilakukan , (3) departemen, proses, atau pusat biaya dan subdivisi lain dari manufaktur, (4) periode akuntansi serta (5) suatu keputusan, tindakan dan evaluasi. Biaya digolongkan dengan berbagai macam cara dan umumnya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai. Penggolongan biaya menurut penjabaran di atas yaitu:
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
17
1. Biaya dalam hubungannya dengan produk Proses klasifikasi biaya dan beban dapat dimulai dengan menghubungkan biaya ke tahap yang berbeda dalam kegiatan operasi suatu bisnis. Dalam hal ini, penggolongannya dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya manufaktur dan biaya komersil. (a) Biaya Produksi, merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung biasanya disebut dengan istilah prime costs atau biaya utama. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik biasanya disebut dengan istilah biaya konversi, yang merupakan biaya untuk mengubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi. (b) Biaya Pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran yang biasanya meliputi biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari perusahaan ke gudang pembeli, serta biaya gaji karyawan untuk bagian yang melakukan pemasaran. (c) Biaya
Administrasi
Umum,
merupakan
biaya-biaya
yang
mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Biaya administrasi ini biasanya meliputi biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, serta bagian pemeriksaan. 2. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi (a) Biaya variabel (variabel cost). Merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan dalam rentang yang relevan (relevant range). (b) Biaya semivariabel (semivariabel cost). Merupakan biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. (c) Biaya tetap (fixed cost). Merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Dengan kata lain biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
18
3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi Biaya dapat dibagi-bagi berdasarkan pusat kerja, departemen, ataupun unit kerjanya. Pembagian tersebut meliputi: (a) Departemen produksi. Di departemen ini, operasi manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada produk atau bagian dari produk. Untuk itu, alokasi biaya untuk departemen ini dapat dengan akurat dinilai. (b) Departemen jasa. Meskipun departemen jasa tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi, biaya departemen ini merupakan bagian dari produksi. Dalam departemen jasa juga ada biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung termasuk didalamnya biaya gaji supervisor departemen. Sedangkan biaya tidak langsung contohnya adalah biaya sewa gudang dan biaya penyusutan. 4. Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi. Biaya dapat digolongkan sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) atau sebagai pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Suatu pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa akan datang dan dilaporkan sebagai aset. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat pada saat ini dan digolongkan sebagai beban. 5. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan Ketika suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau alternatif-alternatif yang mungkin dilakukan, adalah penting untuk mengidentifikasikan biaya yang relevan terhadap pilihan tersebut.
3.1.3 Pengertian Harga Pokok Produksi Ada beberapa istilah yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian harga pokok. Pengertian harga pokok menurut IAI adalah saldo awal persediaan ditambah dengan harga perolehan barang yang dibeli, dikurangi jumlah persediaan akhir. Ini merupakan harga pokok produksi dalam perusahaan dagang. Dalam perusahaan industri, harga pokok produksi adalah semua biaya yang meliputi upah buruh langsung dan biaya-biaya bahan ditambah seluruh biaya
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
19
produksi tidak langsung dengan memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam proses.
3.1.4 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi Menurut Hongren (2012), ada tiga unsur yang biasa digunakan dalam menentukan unsur biaya untuk membentuk harga pokok yaitu: (1) biaya bahan baku langsung, (2) biaya tenaga kerja langsung, dan (3) biaya tidak langsung. (1) Biaya bahan baku langsung (direct material cost) Biaya bahan baku langsung merupakan seluruh biaya pembelian bahan baku atau material yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi dan dapat dilacak nilainya. Biaya akuisisi dari bahan baku langsung termasuk didalamnya biaya pengiriman bahan baku, pajak dan bea masuk. (2) Biaya tenaga kerja langsung (direct manufacturing labor cost) Seluruh biaya yang meliputi biaya tenaga kerja yang secara langsung digunakan dalam proses produksi dan dapat dilacak ke dalam objek biayanya. (3) Biaya tidak langsung (indirect manufacturing cost) Meliputi seluruh biaya diluar biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya tersebut terkait dalam proses produksi namun tidak dapat dilacak dengan cara yang ekonomis. Misalnya adalah biaya listrik dan biaya perbaikan atau reparasi mesin.
3.1.5 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi Dari penjabaran yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penentuan harga pokok produksi merupakan proses pengakumulasian biaya-biaya yang terjadi baik yang bersentuhan langsung dengan proses produksi, ataupun yang secara tidak langsung bersentuhan dengan proses produksi. Untuk menghitung biaya perunit produk, pada dasarnya ada 2 metode yang biasa dipakai yaitu job order costing dan process costing.
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
20
3.1.5.1 Job Order Costing Menurut Dunia (2012), metode harga pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi biaya perpetual yang menghimpun biaya menurut pekerjaan-pekerjaan (jobs) tertentu. Sistem ini cocok untuk elemen-elemen pekerjaan yang unik dan biasanya mahal, di mana barang atau jasa yang dibuat atau diproduksi berdasarkan spesifikasi yang diminta oleh pelanggan atau pemesan. Walaupun setiap pekerjaan (jobs) memiliki karakteristik tersendiri, ada beberapa sifat yang umum untuk semua pekerjaan pada sistem harga pokok pesanan (job order costing), yaitu: 1. Tiap pekerjaan harus dapat diidentifikasikan menurut sifat fisiknya dan masing-masing biayanya. 2. Setiap pekerjaan harus dibedakan secara fisik sehingga pembebanan biaya dapat dibedakan dan dicatat dengan tepat untuk pekerjaan yang bersangkutan. 3. Permintaan atau pemakaian bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung diidentifikasikan menurut nomor dari masing-masing pekerjaan (job numbers). 4. Overhead pabrik yang merupakan biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada masing-masing pekerjaan berdasarkan tarif yang ditentukan lebih dahulu (predetermined rate). 5. Setiap pekerjaan mempunyai daftar biaya (job order cost sheet) atau kartu harga pokok yang menghimpun biaya-biaya yang dibebankan kepada masing-masing pekerjaan. 6. Laba atau rugi serta biaya atau harga pokok persatuan produk ditentukan untuk masing-masing pekerjaan.
Menurut Hongren (2012), job order costing adalah metode penentuan harga pokok yang dipergunakan oleh perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan. Dalam penggunaan metode ini, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Masing-masing produk pesanan dapat dibedakan secara fisik
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
21
2. Biaya-biaya produksi yang terjadi diakumulasikan pada tiap job order cost sheet. Dengan job order cost sheet ini pencatatan atas biaya langsung untuk masing-masing pesanan akan mudah dilakukan. Selain itu job order cost sheet juga dapat berfungsi sebagai subsidiary record dari akun persediaan barang dalam proses.
3.1.5.2 Process Costing Menurut Dunia (2012), tujuan dari metode ini adalah untuk menentukan harga pokok atau biaya per unit yaitu dengan membagi biaya pada satu periode tertentu dengan jumlah unit produk yang dihasilkan pada periode tersebut. Proses akumulasi atau pengumpulan biaya menurut pusat pertanggungjawaban seperti departemen atau pusat biaya hanya merupakan tahap yang lebih dahulu dilakukan dalam rangka penentuan harga pokok per unit. Perhitungan dalam menentukan harga pokok per unit ini secara terperinci dilaporkan dalam laporan biaya produksi (cost of production report). Karakteristik dari metode ini adalah: 1. Biaya-biaya diakumulasikan menurut departemen atau pusat biaya dan bukan berdasarkan pekerjaan pesanan. 2. Biaya produksi atau pengolahan dibebankan kepada akun barang dalam proses dari masing-masing departemen. 3. Jumlah unit dari barang dalam proses dalam setiap departemen harus dinyatakan dalam bentuk tingkat penyelesaiannya dan unit yang dianggap selesai, diperoleh dengan mengkonversikan jumlah unit yang belum selesai secara proporsional dengan tingkat penyelesaian pada akhir periode. 4. Biaya per unit dihitung menurut departemen atau pusat biaya. 5. Pada saat produksi selesai dalam suatu departemen produksi, jumlah unit yang selesai dan biayanya dipindahkan ke departemen produksi berikutnya atau gudang barang jadi. 6. Untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan, dan menghitung biaya secara total maupun per unit menurut masing-masing departemen digunakan formulir laporan biaya produksi.
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
22
Sedangkan Hongren (2012), berpendapat bahwa process costing adalah metode penentuan harga pokok yang digunakan oleh perusahaan yang jumlah dan waktu produksinya ditujukan untuk memenuhi persediaan dan bukan pesanan. Dalam proses ini, biaya-biaya dan unit produksi untuk satu periode tertentu dikumpulkan dan diperhitungkan dalam cost of production report. Cost of production report ini merupakan buku tambahan dari perkiraan barang dalam penyelesaian. Pada akhir setiap periode perlu diketahui jumlah barang yang telah dihasilkan selama periode waktu tersebut, sehingga biaya atas harga pokok perunit dari barang yang diproduksi ditentukan sebagai suatu biaya rata-rata untuk satu periode. Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode ini adalah: 1. Produknya bersifat berkelanjutan atau masal 2. Produk yang dihasilkan tidak dapat dibedakan satu dengan yang lain. 3. Terdapat suatu standar untuk produk atau proses yang dilakukan.
3.2
Hewan Ternak Produksi Hewan ternak produksi biasanya sering disebut dengan aset biologis.
Artinya aset tersebut belum dapat memberikan manfaat bagi perusahaan pada waktu tersebut, namun di masa yang akan datang, aset tersebut akan memberikan manfaat bagi perusahaan baik dijual langsung ataupun digunakan untuk menghasilkan produk baru yang nantinya akan digunakan perusahaan untuk kegiatan ekonominya.
3.2.1 Pengertian Aset Biologis Hewan ternak produksi yang selanjutnya akan disebut aset biologis didefinisikan sebagai jenis aset berupa hewan dan tumbuhan seperti yang dijelaskan dalam IAS 41. Jika dikaitkan dengan karakteristik yang dimiliki oleh aset, maka aset biologis dapat dijabarkan sebagai tanaman pertanian atau hewan ternak yang dimiliki oleh perusahaan dari kegiatan masa lalu. Ruang lingkup IAS 41 untuk mengatur perlakuan akuntansi, penyajian dan pengungkapannya pada laporan keuangan sehubungan dengan aktivitas agrikultur (agriculture activity). Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
23
Aktivitas agrikultur adalah aktivitas pengelolaan oleh suatu entitas yang merubah (biological transformation) binatang dan tanaman hidup (biological asset) sehingga dapat dijual, menjadi produk pertanian, atau menjadi aset biologis tambahan. Menurut Kieso (2011), aset biologis yang dikalsifikasikan sebagai aset tidak lancar, merupakan tumbuhan atau hewan yang hidup, seperti domba, sapi, tanaman buah, dan lain-lain. Masih menurut Kieso, agriculture produce merupakan manfaat yang dihasilkan aset biologis, seperti wool dari bulu domba, susu dari sapi perah, buah dari tanaman buah, atau daging dari hewan ternak potong.
3.2.2 Karakteristik Aset Biologis Aset biologis merupakan aset yang sebagian besar digunakan dalam aktivitas agrikultur atau peternakan. Aktivitas agrikultur atau peternakan ini adalah aktivitas usaha yang bertujuan untuk melakukan manajemen transformasi biologis dari aset biologis untuk menghasilkan produk yang siap dikonsumsi ataupun produk yang akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan produk baru. Karakteristik khusus yang membedakan aset biologis dengan aset lainnya yaitu bahwa aset biologis mengalami transformasi biologis. Transformasi biologis (biological transformation) terdiri dari proses pembibitan (process of growth), proses kemunduran (degeneration), proses produksi, dan prokreasi (procreation) yang disebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada makhluk hidup dan menghasilkan aset baru dalam bentuk produk agrikultur atau aset biologis tambahan pada jenis yang sama. Sedangkan aktivitas agrikultur meliputi kegiatan memelihara ternak, bidang kehutanan, annual or perennial cropping, menanam tanaman buah dan perkebunan, pemeliharaan bunga, dan pemeliharaan ikan. Seperti yang dijelaskan di IAS 41 tentang Biological Assets, perusahaan mengakui aset biologis apabila perusahaan tersebut: 1. Mengendalikan aset tersebut sebagai hasil dari peristiwa masa lalu. 2. Memperoleh manfaat ekonomi yang kemungkinan terjadi di masa yang akan datang. 3. Nilai wajar aset tersebut dapat diukur dengan andal. Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
24
Beberapa hal lain yang terkait dengan aset biologis dalam laporan posisi keuangan adalah: 1. Aset biologis harus dinilai pada saat pengakuan awal dan pada setiap tanggal neraca dengan menggunakan nilai wajar. 2. Hasil yang diperoleh dari aset biologis dinilai dengan menggunakan nilai wajar dikurangi dengan estimasi biaya pada saat produksi. Selisih yang berasal dari penilaian hasil-hasil aset biologis diakui sebagai bagian dari laba rugi tahun berjalan, 3. Penilaian aset biologis dilakukan dengan mengelompokkan terlebih dahulu berdasarkan umur dan kualitas. Selisih yang berasal dari penilaian aset biologis harus diakui sebagai bagian dari laba rugi tahun berjalan. Transformasi biologis menghasilkan beberapa tipe outcome yaitu: 1. Perubahan aset melalui: (a) pertumbuhan (peningkatan dalam kuantitas atau perbaikan kualitas dari aset biologis), (b) degenerasi (penurunan nilai dari kuantitas atau deteriorasi dalam kualitas aset biologis), atau (c) prokreasi (hasil penambahan aset biologis). 2. Produksi produk agrikultur, misalnya daun teh, wol, susu, daging, dan lain sebagainya.
IAS 41 tentang aset biologis ini berlaku untuk aktivitas biologis yaitu transformasi biologis, hasil pertanian pada saat panen, dan hibah pemerintah. Standar ini tidak berlaku untuk tanah yang berkaitan dengan aktivitas agrikultur dan aset tak berwujud yang terkait dengan aktivitas agrikultur.
3.2.3 Jenis Aset Biologis Aset biologis dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan cirri-ciri yang melekat padanya, yaitu: 1. Aset biologis bawaan Aset ini menghasilkan produk agrikultur bawaan yang dapat dipanen oleh perusahaan serta dapat dapat beregenerasi sendiri karena merupakan
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
25
bawaan dari aset biologis tersebut. Contohnya produksi wol pada domba, dan pohon yang buahnya dapat dipanen. 2. Aset biologis bahan pokok Aset biologis yang dipanen menghasilkan bahan pokok seperti ternak untuk diproduksi dagingnya, padi yang menghasilkan bahan pangan beras, dan produksi kayu sebagai bahan kertas.
Berdasarkan
masa
manfaatnya
atau
jangka
waktu
transformasi
biologisnya, aset biologis dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Aset biologis jangka pendek (short-term biological assets) Merupakan aset biologis yang memiliki masa manfaat atau masa transformasi biologis kurang dari atau sampai 1 (satu) tahun. Contohnya adalah tanaman atau hewan yang dapat dipanen atau dijual pada tahun pertama setelah pembibitan seperti ikan, ayam, padi, jagung dan lain sebagainya. 2. Aset biologis jangka panjang (long-term biological assets) Aset biologis yang memiliki masa manfaat atau masa transformasi biologis lebih dari 1 (satu) tahun. Contoh aset biologis jangka panjang yaitu, tanaman atau hewan yang dapat dipanen atau dijual lebih dari satu tahun atau aset biologis yang dapat menghasilkan produk agrikultur jangka panjang seperti tanaman penghasil buah dan hewan ternak berumur panjang. Menurut peraturan Bapepam-LK No.SE-02/PM/2002, pos aset biologis yaitu hewan ternak produksi berumur panjang dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: 1. Hewan Ternak dalam Pertumbuhan Merupakan hewan ternak yang belum mencapai umur produktif. Aset ini dinilai berdasarkan akumulasi biaya perolehan dan pemeliharaan sampai umur produktif. Jika telah sampai umur produktif akan dipindahkan pada akun hewan ternak telah menghasilkan. Biaya perolehan dan pemeliharaan dikapitalisasi berdasarkan jangka waktu sampai mencapai umur produktif.
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
26
2. Hewan Ternak Telah Menghasilkan Merupakan hewan ternak yang telah mencapai umur produktif yang dipelihara untuk menghasilkan barang konsumsi, seperti susu, wool dan sebagainya. Aset ini akan diamortisasi (deplesi) sepanjang umur produktif ekonomisnya.
3.2.4 Pengklasifikasian Aset Biologis Seperti
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya,
aset
biologis
dapat
dikelompokkan berdasarkan jangka waktu transformasi biologisnya, yaitu aset biologis jangka pendek (short-term biological assets) dan aset biologis jangkapanjang (long-term biological assets). Berdasarkan hal tersebut maka pengklasifikasian aset biologis dalam laporan keuangan dapat dimasukkan ke dalam aset lancar (current assets) ataupun aset tidak lancar (noncurrent assets) tergantung dari transformasi biologis yang dimiliki oleh aset biologis. Dalam kata lain, pengklasifikasiannya tergantung pada jangka waktu yang diperlukan aset biologis sampai siap untuk dijual. Aset biologis yang mempunyai masa transformasi atau yang siap untuk dijual dalam waktu kurang dari 1 (satu) tahun, maka diklasifikasikan ke dalam aset lancar. Biasanya aset tersebut digolongkan sebagai akun persediaan di masa yang akan datang atau aset lancar lainnya. Sedangkan aset biologis yang memiliki masa transformasi lebih dari 1 (satu) tahun diklasifikasikan ke dalam aset tidak lancar.
3.2.5 Pengukuran Aset Biologis Karena karakteristik aset biologis yang berbeda dengan karakteristik aset lain, maka dalam pengukurannya, aset biologis memiliki beberapa pendekatan metode pengukuran. Transformasi biologis yang dialami oleh aset biologis membuat nilai aset biologis dapat berubah sesuai dengan nilai transformasi biologis yang dialami oleh aset biologis tersebut. Dari beberapa pendekatan yang ada, pengukuran aset biologis berdasarkan nilai wajarnya merupakan pendekatan pengukuran yang lazim dilakukan di Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
27
Indonesia dan telah dijadikan sebagai standar pengakuan aset biologis dalam IFRS. Di dalam IFRS, pernyataan tentang pengakuran aset biologis diatur dalam IAS 41. Berdasarkan IAS 41, aset biologis diukur berdasarkan nilai wajarnya. Aset biologis harus diukur pada saat pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan berikutnya dikurangi estimasi biaya produksinya, kecuali jika nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal. Nilai wajar aset biologis didapatkan dari harga aset biologis itu sendiri pada pasar aktif. Yang dimaksud dengan pasar aktif (active market) adalah pasar dimana produk yang diperdagangkan homogen. Sedangkan yang termasuk dalam biaya produksi adalah komisi untuk perantara atau penyalur yang ditunjuk oleh pihak berwenang, serta pajak atau kewajiban yang dapat dipindahkan. Biaya transportasi serta biaya yang diperlukan untuk memasukkan barang ke dalam pasar aktif tidak dapat dimasukkan ke dalam biaya produksi ini. Harga pasar di pasar aktif untuk aset biologis atau hasil pertanian adalah dasar yang paling tepan dan dapat diandalkan untuk menentukan nilai wajar dari aset tersebut. Jika tidak terdapat pasar aktif, maka terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai wajar dari aset biologis. Pendekatan-pendekatan tersebut diantaranya adalah: 1. Harga pasar dari transaksi terkini yang dilihat tidak memliki perbedaan harga yang cukup signifikan dari harga pada saat transaksi tersebut dibandingkan dengan pada saat akhir periode atau pada saat dilakukan pengukuran pada aset biologis. 2. Harga pasar barang yang memiliki kemiripan dengan aset tersebut dengan melakukan penyesuaian pada kemungkinan adanya perbedaan harga. 3. Biaya memungkinkan untuk dapat dijadikan indikator dari nilai wajar. Hal ini berlaku jika transformasi biologis telah terjadi sejak biaya perolehan telah dicatat atau terdapat efek yang tidak diharapkan yang terjadi akibat perubahan biologis yang sifatnya material.
Selain pengukuran berdasarkan nilai wajar, pengukuran aset biologis juga dapat dilakukan dengan mengidentifikasi semua pengeluaran untuk mendapatkan Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
28
aset biologis tersebut. Pendekatan yang berbeda tentang pengukuran aset biologis tersebut dapat dilihat pada Peraturan Bapepam-LK No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Peternakan dan Peraturan Menteri Keuangan No.249/PMK.03/2008 tentang Penyusutan atas Pengeluaran untuk Memperoleh Harta Berwujud yang Dimiliki dan Digunakan dalam Bidang Usaha Tertentu. Bidang usaha tertentu yang dimaksud dalam peraturan diatas tertuang pada pasal 1 ayat (2), yaitu: 1. Bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1 (satu) tahun. 2. Bidang usaha perkebunan tanaman keras, yaitu bidang usaha perkebunan yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1 (satu) tahun. 3. Bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan dimana ternak dapat berproduksi berkali-kali dan baru dapat dijual setelah dipelihara sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun. Harta berwujud yang dimaksud dalam peraturan diatas dijelaskan pada pasal 1 ayat (3), yaitu: 1. Bidang usaha kehutanan, meliputi tanaman kehutanan, kayu, dan sebagainya. 2. Bidang usaha industri perkebunan tanaman keras meliputi tanaman keras. 3. Bidang usaha peternakan meliputi hewan ternak dan sebagainya.
Aset biologis yang seperti telah dijelaskan diatas berupa hewan dan tanaman hidup dapat digolongkan sebagai harta berwujud sebagaimana yang dimaksud
pada
pasal
1
ayat
(3)
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.249/PMK.03/2008. Pengukuran harta berwujud ini dinilai berdasarkan besarnya pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud tersebut. Yang termasuk pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud tersebut sesuai yang dinyatan pada pasal 2 ayat (1) peraturan tersebut adalah termasuk biaya pembelian bibit, biaya untuk membesarkan bibit dan memelihara bibit. Biaya yang berhubungan dengan Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
29
tenaga kerja tidak termasuk ke dalam pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud sesuai dengan yang dijelaskan di pasal 2 ayat (2). Berdasarkan penjabaran tentang Peraturan Menteri Keuangan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran aset biologis dapat diperoleh dengan mengkapitalisasi semua pengeluaran yang sifatnya memberi kontribusi secara langsung dalam transformasi biologis dari aset biologis tersebut. Oleh sebab itu, pengeluaran yang berkaitan langsung dengan transformasi biologis tidak dapat diakui sebagai beban karena telah menjadi bagian dari nilai aset biologis tersebut.
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
BAB IV AKTIVITAS DAN ANALISIS PELAKSANAAN MAGANG
4.1
Gambaran Umum Proses Produksi PT. MAIN Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang aktivitas pelaksanaan magang
yang telah dilakukan, penulis akan sedikit menjabarkan tentang proses produksi perusahaan untuk menghasilkan persediaan yang siap untuk dijual. Selain itu, penulis akan mencoba menguraikan secara singkat tentang bagaimana industri ayam potong melakukan usahanya.
4.1.1 Proses Produksi Telur Tetas Siklus produksi yang paling awal dilakukan adalah memproduksi telur tetas yang nantinya akan ditetaskan agar menjadi bibit ayam (day old chick). Pada dasarnya, siklus produksi yang terjadi pada industri ayam potong adalah kegiatan merubah bentuk dari bibit ayam (day old chick) menjadi ayam besar yang siap untuk diambil dagingnya ataupun dijual dalam keadaan hidup. Siklus ini dimulai dengan memelihara ayam nenek (grandparent stock) agar dapat menghasilkan ayam induk (parent stock). Ayam induk inilah yang dipelihara agar dapat menghasilkan telur (hatchery eggs) yang nantinya ditetaskan menjadi bibit ayam (day old chick). Untuk menghasilkan bibit ayam, pertama-tama perusahaan memelihara ayam nenek (grandparent stock). Ayam nenek ini dipelihara di kandang yang sebelumnya telah diberi alas berupa jerami atau serbuk gergaji dan sekam padi. Setelah itu, ayam nenek ini dikembangbiakkan agar menghasilkan telur. Setelah menghasilkan telur, telur tersebut dimasukkan ke dalam ruang pemanas yang temperaturnya telah diatur agar dapat menetas dengan baik dan menjadi bibit ayam yang berkualitas. Setelah semua telur ditetaskan menjadi bibit ayam, seluruh bibit ayam tersebut dibagi menjadi dua (2) kelompok besar. Satu kelompok merupakan bibit ayam peternak (breeder) yang nantinya akan menjadi ayam induk (parent stock), dan kelompok yang lain merupakan bibit ayam yang dibesarkan untuk dijual. Bibit ayam yang tujuannya dibesarkan untuk dijual akan 30
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
31
langsung dimasukkan ke dalam akun persediaan. Sedangkan ayam induk, akan dimasukkan ke akun hewan ternak produksi atau secara lebih umum disebut sebagai aset biologis.
4.1.2 Proses Produksi Day Old Chick Setelah proses penetasan yang telah dijelaskan diatas, maka dihasilkan bibit ayam (day old chick). Setelah bibit ayam telah siap, maka kandang yang digunakan untuk menyimpan bibit ayam disiapkan. Proses penyiapan kandang dilakukan dengan cara memberikan alas jerami, serbuk gergaji, ataupun sekam padi. Setelah kandang siap, bibit ayam mulai dimasukkan dan disnilah peran operator kandang yang akan menentukan hasil produksi ayam kelak. Tugas dan tanggung jawab operator kandang adalah memelihara bibit ayam sampai ayam siap dijual yaitu sekitar 10 – 15 minggu. Tugas ini meliputi pemberian makan dan obat serta vitamin yang sesuai dengan umur ayam yang bersangkutan, mengatur pemanas, dan menjaga kenyamanan ayam-ayam selama di dalam kandang untuk menghindari timbulnya penyakit-penyakit seperti flu burung, Newcastle Disease/tetelo, dan infectious bronchitis yang dapat menyebabkan ayam yang dipelihara mati ataupun tidak dapat dijual.
4.1.3 Proses Pemeliharaan Ayam Peternak Pemeliharaan ayam pembibit dilakukan dimulai dengan menetaskan telur tetas yang dihasilkan dari grandparent stock. Setelah telur ditetaskan menjadi bibit ayam, sebagian besar bibit ayam dikirim ke peternakan broiler. Bibit ayam yang dibawa ke peternakan broiler akan dibesarkan dan dijual kepada konsumen. Sebelum dikirimkan ke peternakan broiler, ayam tersebut akan dipelihara selama 2 (dua) sampai 4 (empat) minggu terlebih dahulu agar lebih sehat secara fisik. Sedangkan sebagian kecil bibit ayam yang tidak dikirim ke peternakan broiler akan dibesarkan di peternakan breeder. Setelah besar, ayam-ayam ini akan menjadi parent stock dan akan menghasilkan telur-telur tetas baru. Ayam-ayam pembibit ini tidak diperjualbelikan kepada konsumen, hal ini dikarenakan ayamayam pembibit ini bertujuan khusus untuk memproduksi telur-telur tetas baru yang nantinya akan ditetaskan menjadi bibit ayam. Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
32
4.1.4 Proses Pemeliharaan Ayam Pedaging Dalam prosess ini, telur tetas yang telah ditetaskan menjadi bibit ayam yang akan dibawa ke peternakan broiler. Dipeternakan inilah ayam-ayam tersebut dipelihara dan dibesarkan untuk dijual di masa yang akan datang. Ayam yang dijual ke konsumen biasanya mulai dari umur 10 (sepuluh) minggu. Saat ayamayam dikirim dari peternakan breeder ke peternakan broiler, perusahaan telah mengakui ayam sebagai persediaan. Perbedaan perlakuan yang dilakukan pada ayam pembibit dan ayam petelur adalah jenis pakan dan multivitamin yang diberikan. Perbedaan perlakuan ini akan membuat masing-masing jenis ayam memiliki kualitas yang baik. Untuk ayam pembibit, perbedaan jenis pakan dan multivitamin dari ayam pedaging yang diberikan ini akan membuat jumlah telur dan kualitas telur yang dihasilkan akan baik. Berikut adalah gambaran alur proses produksi ayam secara singkat: Ayam Nenek
Induk
Bibit
Ayam
Ayam
Ayam
Bibit
Peternak
Ayam
Ayam
Dijual ke
Pedaging
Konsumen
Bibit Ayam Gambar 4.1 Alur Produksi Ayam Sumber: Olahan Sendiri
4.2
Harga Pokok Produksi Ayam Broiler PT. MAIN Unsur-unsur biaya dalam industri ayam potong adalah: 1. Biaya Bibit Ayam (Day Old Chick) Yang termasuk ke dalam biaya bibit ayam ini adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bibit ayam termasuk didalamnya adalah ongkos angkut bibit tersebut agar sampai ke peternakan. Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
33
2. Biaya Pakan Biaya pakan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan selama masa pemeliharaan ayam. Biaya pakan ini merupakan komponen biaya yang paling besar dibandingkan biaya-biaya lainnya. Agar usaha peternakan ini dapat member keuntungan di masa yang akan datang, salah satu syarat yang harus dimiliki adalah pengetahuan dan pemilihan pakan yang baik agar ayam bisa tumbuh sehat dan dapat dijual dengan harga yang bersaing. Peternak harus mengetahui jenis pakan yang harus digunakan dan kandungan yang ada di pakan yang akan digunakan agar ayam bisa tumbuh dengan baik. Namun disamping itu, perusahaan juga harus mementingkan segi ekonomi dari pakan yang akan digunakan. Jika membeli pakan yang sangat mahal, maka harga pokok produksi dari ayam juga otomatis melonjok. Dengan harga pokok yang melonjak, maka perusahaan akan kesulitan bersaing dengan pasar. 3. Biaya Obat dan Vitamin Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat-obatan dan multivitamin atau supplement yang digunakan selama masa peternakan. Walaupun biaya-biaya ini tidak sebesar biaya pakan, namun biaya-biaya ini dinilai sangat penting bagi perusahaan. Karena tanpa adanya obat-obatan dan multivitamin, besar kemungkinan ayam yang dipelihara akan kurang sehat dan mudah terserang penyakit, atau bahkan mati dalam jumlah yang besar. Jika hal ini sampai terjadi, maka perusahaan akan kehilangan sumber penghasilannya dari penjualan ayam. 4. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memberikan upah bagi operator kandang yang bertugas dan bertanggungjawab untuk memelihara ayam agar tumbuh dengan baik dan sehat sehingga dapat dijual dengan harga yang bersaing. Selain upah yang diberikan, perusahaan juga biasanya memberikan insentif jika ayam yang dihasilkan berada dalam kondisi yang sempurna dengan penggunaan biaya-biaya yang minimal. Insentif-insentif tersebut diantaranya:
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
34
(a) Insentif atas tingkat kematian, diberikan jika tingkat kematian atau kecacatan (afkir) ayam lebih kecil dari standar yang ditetapkan perusahaan. (b) Insentif atas konversi pakan, diberikan jika konversi makanan yang terjadi lebih kecil dari standar yang ditetapkan perusahaan. 5. Biaya Peternakan Lainnya Biaya ini merupakan biaya-biaya selain dari biaya yang telah disebutkan diatas, seperti biaya perbaikan kandang, biaya pemeliharaan kandang, biaya sekam padi, dan biaya lainnya.
4.2.1 Komponen Biaya Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, ada beberapa komponen biaya yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi dari ayam pedaging yang akan langsung dijual. Komponen-komponen biaya tersebut adalah: (1) biaya bahan baku langsung, (2) biaya tenaga kerja langsung, dan (3) biaya overhead. (1) Biaya bahan baku langsung Ada beberapa biaya yang dapat dikategorikan sebagai biaya bahan baku langsung dalam industri ayam broiler ini. Beberapa contoh biaya bahan baku langsung dalam industri ini adalah biaya bibit ayam (day old chick), biaya pakan, dan biaya suplemen atau multivitamin. a. Biaya bibit ayam Biaya bibit ayam termasuk ke dalam komponen biaya bahan baku langsung yang paling utama dalam industri ini. Karena jika bibit ayam yang akan dikembangkan memiliki kulaitas yang baik, maka secara tidak langsung akan membuat kualitas ayam pedaging yang sudah besar juga baik. Pada perusahaan ini, divisi ayam broiler tidak membeli bibit ayam dari pemasok. Divisi ini mendapatkan bibit ayam dari divisi ayam breeder. Artinya, divisi breeder akan melakukan pengembangbiakan ayam induk (parent stock) sehingga menghasilkan telur tetas yang nantinya akan ditetaskan menjadi bibit ayam. Bibit ayam inilah yang nantinya akan dikirimkan ke divisi broiler untuk Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
35
dibesarkan agar menjadi ayam broiler yang baik untuk dijual. Jadi biaya dari bibit ayam ini merupakan transfer biaya dari divisi breeder. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya pakan, obat dan multivitamin, serta biaya lainnya terkait dengan pengembangbiakan bibit ayam ini. Dari transaksi ini, bagian akuntansi divisi broiler akan membuat jurnal tergantung dengan kualitas dari bibit ayam tersebut. Jurnal-jurnal yang diinput adalah sebagai berikut:
(Dr) (Cr)
Day Old Chick – Broiler
xxx
Day Old Chick – Breeder
xxx
Seperti yang dijelaskan diatas, perusahaan membagi bibit ayam menjadi tiga (3) kelas tergantung kualitasnya. Bibit ayam grade AAA merupakan bibit ayam yang kualitasnya sangat baik. Sedangkan bibit grade A merupakan bibit dengan kualitas terbaik kedua dan bibit grade S merupakan bibit dengan tingkat kualitas terakhir. Pembagian kelas bibit ayam ini bergantung pada keputusan manager peternakan breeder. Manager melihat kualitas bibit ayam dari kesehatan, besar tubuh, dan tidak ada cacat sama sekali pada tubuh bibit ayam tersebut. b. Biaya pakan Biaya pakan merupakan salah satu biaya bahan baku penting lainnya. Pakan yang diberikan juga akan dapat mempengaruhi kualitas dari ayam broiler yang dihasilkan nantinya. Pembelian pakan dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan yang dibuat oleh manager peternakan broiler.
Pembelian
pakan
ketersediaan pakan di
juga
gudang.
harus
memperhatikan
Pembelian
jumlah
dilakukan dengan
membandingkan pula jumlah bibit ayam yang diterima. Pembelian pakan yang berlebihan akan menyebabkan penimbunan pakan di gudang yang terlalu lama. Apabila pakan terlalu lama disimpan di gudang, maka akan mempengaruhi kadar kimia dari pakan tersebut sehingga akan mengurangi kualitas pakan yang akan digunakan. Pembelian pakan dilakukan dengan proses pemesanan terlebih dahulu Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
36
dengan membuat purchase order yang dikirimkan ke supplier. Setelah pakan datang, maka bagian akuntansi akan membuat jurnal:
(Dr) (Cr)
Feed 0902 Feed Payable
xxx xxx
Untuk pakan, ada berbagai jenis pakan yang digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan bibit ayam. Untuk bibit ayam yang baru masuk ke divisi broiler, maka pakan yang digunakan adalah starter feed. Pakan ini biasa diberikan kode nomor Feed 0902. Setelah sudah beberapa minggu, maka bibit ayam yang sudah mulai besar diberikan asupan pakan dengan kode nomor Feed 8520 atau disebut grower feed. Ketika membutuhkan pakan, maka manager peternak akan mengirimkan surat permintaan penggunaan pakan kepada bagian gudang. Setelah bagian gudang mengirimkan pakan yang diminta kepada peternak, bagian gudang juga akan mengirimkan copy surat permintaan penggunaan pakan. Setelah barang telah dikirim dan bagian akuntansi telah menerima surat permintaan tersebut, maka bagian akuntansi akan membuat jurnal:
(Dr) (Cr)
Day Old Chick – Breeder
xxx
Feed 0902
xxx
c. Biaya Obat dan Multivitamin Selain bibit ayam dan pakan, obat-obatan dan multivitamin juga termasuk biaya langsung yang penting untuk menjaga ataupun meningkatkan kualitas ayam broiler yang akan dihasilkan nanti. Pemberian multivitamin dan vaksin dilakukan secara berkala. Pemberiannya tidak tergantung kebutuhan, melainkan tetap diberikan secara berkala dengan waktu yang telah ditentukan. Perlakuan akuntansi atas obat dan multivitamin ini sama dengan perlakuan
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
37
terhadap biaya pakan. Saat obat dan multivitamin sampai di gudang, maka bagian akuntansi akan membuat jurnal:
(Dr) (Cr)
Medicine
xxx
Medicine Payable
xxx
Sama seperti penggunaan pakan, saat membutuhkan obat bagian peternakan mengirimkan surat permintaan kepada bagian gudang. Setelah barang dikirim dan bagian akuntansi telah menerima surat permintaan penggunaan obat tersebut, bagian akuntansi akan membuat jurnal:
(Dr) (Cr)
Day Old Chick – Breeder Medicine
xxx xxx
(2) Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari upah atau gaji dan pemberian insentif. Biaya gaji operator kandang diberikan dalam jumlah tetap setiap bulannya. Sedangkan insentif yang diberikan terdiri atas: a. Insentif atas konversi pakan insentif ini diberikan jika besaran konversi pakan yang diberikan lebih kecil atau sama dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Perhitungan insentif peternak ini dilakukan oleh bagian costing. b. Insentif atas tingkat kematian Insentif ini diberikan jika tingkat kematian kematian ayam pada satu peternakan (farm) lebih kecil atau sama dengan 2%. Perhitungan ini juga dilakukan oleh bagian costing. Biaya tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya gaji administratif yang terjadi, termasuk gaji pokok dan insentif pada satu periode tertentu dicatat dengan jurnal:
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
38
(Dr) (Cr)
Salaries
xxx
Cash or Bank
xxx
Biaya tenaga kerja langsung disini adalah biaya gaji dan insentif personal yang secara langsung berhubungan dengan proses pemeliharaan ayam broiler tersebut. Sedangkan gaji bagian gudang, dan honorarium tambahan lainnya dimasukkan ke dalam biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya gaji staf bagian akuntansi dan biaya gaji lainnya yang tidak secara langsung bekerja di peternakan dimasukkan ke dalam biaya administrasi.
(Dr)
Day Old Chick – Breeder
xxx
(Dr)
Factory Overhead
xxx
(Dr)
Administrative Expense
xxx
(Cr)
Salaries
xxx
(3) Biaya Overhead Biaya overhead merupakan biaya-biaya lain yang terkait dengan proses produksi ayam broiler. Biaya-biaya tersebut mempengaruhi harga pokok produksi dari produk. Biaya-biaya ini termasuk biaya-biaya tidak langsung. Biaya yang termasuk ke dalam biaya overhead adalah: a. Biaya sekam padi b. Biaya bahan bakar seperti biaya solar, biaya bensin dan biaya gas c. Biaya perbaikan dan pemeliharaan d. Biaya listrik dan air e. Biaya tenaga kerja tidak langsung f. Biaya sewa Untuk semua biaya-biaya yang tergolong ke dalam biaya overhead yang terjadi dalam satu periode, dianggap sebagai beban periode yang bersangkutan, kecuali biaya-biaya terkait pembelian pemeliharaan atau perbaikan kandang seperti kayu dan lainnya yang jumlahnya diatas sepuluh juta rupiah yang akan dimasukkan ke dalam aset tetap.
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
39
4.2.2 Arus Produksi PT. MAIN Pada bagian ini, penulis akan menggambarkan tentang alur atau arus proses produksi perusahaan dari mulai penetasan telur, sampai menjadi ayam broiler yang siap untuk dijual. Arus produksi ini menjelaskan tentang proses dari awal produksi sampai menjadi barang yang siap untuk dijual dan biaya-biaya yang mengalir pada saat yang bersamaan. Proses produksi ini dilakukan oleh dua (2) Divisi, yaitu Divisi breeder dan Divisi broiler. Divisi breeder memiliki tugas melakukan pembiakan ayam, dan proses penetasan telur menjadi bibit ayam yang nantinya akan dikirimkan ke Divisi broiler. Divisi broiler akan menerima bibit ayam yang telah ditetaskan Divisi breeder dan selanjutnya melakukan pemeliharaan sampai ayam tersebut siap dijual. Berikut gambar arus produksi mulai dari Divisi Breeder dan dikirim ke Divisi Broiler sampai barang siap dijual.
Divisi Breeder 1. Biaya Bahan Baku Langsung
Bibit Ayam (day old chick)
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Overhead
Divisi Broiler 1. Biaya ditransfer dari Divisi Ayam Pedaging Breeder 2. Biaya Bahan Baku Langsung 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung 4. Biaya Overhead Tabel 4.1 Biaya Produksi Ayam Sumber: Olahan Sendiri
Seperti yang dapat dilihat dalam gambar, jadi produk yang telah selesai diproduksi di Divisi Breeder, akan dikirimkan ke Divisi Broiler yaitu berupa bibit ayam. Di Divisi Broiler ini, bibit ayam dipelihara sampai ayam tersebut siap untuk dijual. Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
40
4.2.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi Setelah mengetahui komponen biaya dan arus produksi dari perusahaan, penulis akan menjabarkan jumlah biaya yang digunakan dari masing-masing divisi untuk mentransformasi bibit ayam menjadi ayam broiler yang siap untuk dijual. Berikut adalah tabel untuk biaya-biaya yang ada di divisi breeder:
Divisi Breeder Agustus 20XX Hatchery A Gn. Sindur Bahan Baku Langsung:
Menghasilkan Telur tetas
1. Biaya Pakan
Rp 29.150.000
dan bibit ayam (day old
2. Biaya Obat
Rp
9.900.000
chick) sebanyak 19.508
Rp
9.407.200
ekor
1. Biaya Sekam Padi
RP
5.302.506
2. Biaya Air dan Listrik
RP 10.742.017
3. Biaya Bahan Bakar
RP
1.835.272
4. Biaya
RP
2.407.200
a. Mesin
Rp
842.490
b. Kandang
Rp
839.277
6. Biaya Transportasi
Rp
1.772.000
7. Biaya Sewa
Rp
8.336.693
8. Biaya Keamanan dan
Rp
500.000
9. Biaya Laboratorium
Rp
2.772.000
10. Biaya Telpon & Pos
Rp
311.519
Biaya Tenaga kerja Langsung Biaya Overhead:
Tenaga
Kerja
Tidak Langsung 5. Biaya Pemeliharaan:
Perizinan
Total
Rp 84.118.174
19.508 ekor
Tabel 4.2 Alokasi Biaya Divisi Breeder Sumber: Dokumentasi Perusahaan (Telah Diolah Kembali) Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
41
Ketiga komponen biaya pada Hatchery A Gn. Sindur yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead merupakan biaya langsung (direct cost). Hal ini dikarenakan biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang khusus digunakan hanya oleh Hatchery tersebut, jadi biaya-biaya tersebut tidak perlu dialokasikan.
Total biaya yang dikeluarkan oleh Divisi Breeder untuk menghasilkan 19.508 bibit ayam (day old chick) adalah sebesar Rp 84.118.174. Dari 19.508 bibit ayam tersebut, sebanyak 14.196 ekor bibit ayam akan dikirimkan ke Divisi Broiler dan sebanyak 5.312 akan dibesarkan oleh Divisi Breeder agar bisa digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Harga untuk masing-masing bibit ayam adalah:
Perhitungan harga perekor ayam ini akan dikirimkan oleh Divisi Breeer kepada Divisi Broiler. Biaya yang ditransfer ini akan memudahkan Divisi Broiler untuk menentukan jumlah total harga pokok produksi perekor ayam. Total biaya dari 14.196 ekor bibit ayam yang dikirimkan ke Divisi Broiler adalah sebagai berikut:
Selain itu, biaya atas 5.312 ekor ayam yang akan dibesarkan di peternakan Divisi Breeder akan dikapitalisasi sebagai penentuan nilai dari hewan ternak produksi. Perhitungan atas kapitalisasi biaya-biaya ke dalam hewan ternak produksi adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
42
Perhitungan diatas memperlihatkan harga perekor ayam yang dikirimkan dari Divisi Breeder ke Divisi Broiler. Biaya dari Divisi Breeder ini akan ditambahkan dengan penambahan biaya-biaya yang dikeluarkan di Divisi Broiler sampai ayam tersebut siap dijual kepada konsumen. Hal ini dilakukan untuk menghitung harga pokok produksi per ekor ayam. Berikut adalah perhitungan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Divisi Broiler untuk membesarkan bibit ayam sampai ayam tersebut siap untuk dijual:
Divisi Broiler Agustus 20XX Farm A Gn. Sindur Transfer dari Divisi Breeder
Rp 62.635.461
Pemeliharaan 14.196 ekor ayam sampai siap untuk
Bahan Baku Langsung: 1. Biaya pakan
Rp 48.350.000
dijual (sekitar 10-20
2. Biaya Obat
Rp 10.110.000
minggu)
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 10.067.734
Biaya Overhead: 1. Biaya Sekam Padi
Rp
2. Biaya Air dan Listrik
Rp 12.525.979
3. Biaya Angkut Ayam
Rp
4.001.688
Kerja Rp
6.737.236
4. Biaya
Tenaga
5.737.236
Tidak Langsung 5. Pemeliharaan Kandang
Rp
839.277
6. Biaya Keamanan dan Rp
700.000
Perizinan 7. Biaya Bahan Bakar Total
Rp
1.712.000
Rp 163.416.611
14.124 ekor
Tabel 4.3 Alokasi Biaya Divisi Broiler Sumber: Dokumentasi Perusahaan (Telah Diolah Kembali)
Dari tabel diatas, dapat dilihat biaya-biaya yang digunakan untuk memelihara ayam dari mulai menetas sampai ayam tersebut dapat dijual ke konsumen. Total Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
43
biaya yang digunakan setelah ditambah dengan biaya yang ditransfer dari Divisi Breeder adalah Rp 163.416.611. Sedangkan jumlah ayam broiler yang dikirim ke Divisi Broiler adalah sebanyak 14.196 ekor. Namun pada Divisi Broiler, jumlah ayam yang berhasil hidup dan dijual kepada konsumen adalah sebanyak 14.124 ekor, seperti yang dijabarkan pada Lampiran 1 tentang Laporan Jumlah Penjualan. Dari jumlah ayam yang dijual tersebut, terjadi penurunan sebesar:
Penurunan sebesar 1% ini masih dalam batas toleransi kematian ayam. Perusahaan menetapkan batas kematian ayam maksimal secara total sebesar 2% Sedangkan harga pokok produksi total dari ayam broiler adalah:
Dari perhitungan diatas, dapat dilihat harga pokok produksi untuk satu ekor ayam pedaging adalah sebesar Rp 11.507.
4.2.4 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, process costing adalah sistem kalkulasi biaya yang digunakan oleh perusahaan yang memproduksi produk yang sama secara terus menerus dan berkelanjutan. PT. MAIN sendiri merupakan perusahaan yang menggunakan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses. Hal ini dilihat dari karakteristik perusahaan itu sendiri. PT. MAIN memproduksi produk yang homogen, yaitu berupa ayam potong yang dijual ke pasar. Proses produksi atas ayam potong ini dilakukan bukan dikarenakan pesanan dari pasar, melainkan dilakukan dengan terus menerus dan berkelanjutan. Selain itu, perusahaan menggunakan dokumen laporan produksi per divisi, yaitu divisi breeder dan divisi broiler untuk melakukan pengendalian atas proses produksinya. Hal ini berbeda dengan konsep job order costing yang menggunakan kartu biaya per pekerjaan sebagai pengendali atas proses produksinya. Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
44
4.3
Hewan Ternak Produksi PT. MAIN Hewan ternak produksi dikategorikan sebagai aktiva biologis perusahaan.
Hewan ternak produksi ini menghasilkan telur tetas yang nantinya akan ditetaskan menjadi bibit ayam. Bibit ayam ini sebagian besar akan dikirim ke peternakan broiler untuk dibesarkan dan dijual nantinya. Sedangkan sebagian kecilnya akan dibesarkan untuk dijadikan ayam induk (parent stock).
4.3.1 Klasifikasi Hewan Ternak Produksi Di PT. MAIN, hewan ternak produksi ini diklasifikasikan menjadi dua (2) bagian, yaitu hewan ternak produksi yang telah menghasilkan dan hewan ternak produksi yang belum menghasilkan. Hewan ternak produksi yang telah menghasilkan adalah ayam yang sudah dapat menghasilkan telur yang akan ditetaskan menjadi bibit ayam. Hewan ternak produksi yang sudah menghasilkan ini sudah dalam usia produktif yaitu sekitar 15-20 minggu. Sedangkan hewan ternak produksi yang belum menghasilkan adalah ayam pembibit yang belum dapat memproduksi telur tetas. Karena ayam ini masih belum masuk masa produksi.
4.3.2 Metode Pencatatan Hewan Ternak Produksi Hewan ternak produksi ini dinilai berdasarkan kapitalisasi biaya-biaya sampai ayam tersebut dapat menghasilkan telur. Hewan ternak produksi yang belum menghasilkan diukur berdasarkan harga perolehan. Harga perolehannya terdiri atas: 1. Biaya langsung seperti biaya pembibitan, biaya pakan, dan biaya multivitamin. 2. Biaya tidak langsung seperti biaya sekam, biaya listrik dan air, serta upah tidak langsung. Dari penjelasan diatas, maka dapat dilihat bahwa harga perolehan hewan ternak produksi yang belum menghasilkan diperoleh dari mengkapitalisasi biaya langsung dan biaya tidak langsung yang berhubungan dengan produksi hewan ternak PT. MAIN. Hewan ternak produksi yang belum menghasilkan Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
45
direklasifikasikan menjadi hewan ternak pembibit yang telah menghasilkan pada saat ayam pembibit sudah dapat menghasilkan telur yang nantinya akan ditetaskan menjadi bibit ayam. Hewan ternak produksi yang telah menghasilkan diukur berdasarkan nilai yang telah direklasifikasikan dari hewan ternak produksi yang belum menghasilkan. Kapitalisasi biaya langsung dan biaya tidak langsung yang berhubungan dengan ayam pembibit tidak lagi dilakukan untuk mengukur ayam pembibit yang telah menghasilkan. Hewan ternak produksi yang telah menghasilkan karena telah mampu memberikan kontribusi manfaat ke dalam perusahaan berupa kemampuan untuk menghasilkan produk, maka deplesi perlu dilakukan. Deplesi ini dilakukan untuk mengakui manfaat dari hewan ternak produksi yang telah menghasilkan pada setiap periodenya. Deplesi dihitung berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis ayam.
4.3.2.1 Pencatatan Hewan Ternak Produksi Belum Menghasilkan Pada penjelasan sebelumnya telah dijabarkan bahwa pengukuran hewan ternak produksi belum menghasilkan diakui sebesar harga perolehan yang didapatkan dari kapitalisasi biaya langsung dan biaya tidak langsung yang berkaitan dengan perkembangan ayam. Biaya yang dikategorikan sebagai biaya langsung adalah semua biaya yang manfaatnya berhubungan langsung dengan aktiva biologis. Biaya-biaya tersebut seperti biaya pakan, biaya multivitamin dan obat, dan biaya pemeliharaan. Biaya tidak langsung seperti biaya sekam padi, biaya listrik, biaya air, dan biaya administrasi. Sebagai contoh, PT. MAIN membeli 1 ton starter feed untuk pakan bibit ayam dengan harga Rp 50.000.000,maka jurnal dari transaksi tersebut adalah: (Dr) Breeding Flocks – Growing Flocks (Cr)
Cash or Bank
Rp 50.000.000,Rp 50.000.000,-
Nilai yang dimasukkan ke dalam jurnal di atas adalah nilai dari biaya yang dibayarkan oleh perusahaan yang dikapitalisasi ke dalam akun hewan ternak Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
46
produksi belum menghasilkan. Penjurnalan ini dilakukan setiap kali terjadi transaksi kas yang dibayarkan untuk biaya yang dikapitalisasi ke dalam hewan ternak produksi yang belum menghasilkan sampai dengan ayam tersebut telah memenuhi kriteria untuk direklasifikasi menjadi hewan ternak produksi yang telah menghasilkan.
4.3.2.2 Pencatatan
Reklasifikasi
Hewan
Ternak
Produksi
Belum
Menghasilkan Menjadi Hewan Ternak Produksi Telah Menghasilkan Setelah hewan ternak produksi belum menghasilkan telah memenuhi kriteria untuk diakui menjadi hewan ternak produksi atas telah menghasilkan berdasarkan tingkat pertumbuhan biologis dan masa produktivitas ayam yang telah ditetapkan manajemen, maka hewan ternak produksi belum menghasilkan harus segera direklasifikasi ke dalam hewan ternak produksi telah menghasilkan. Misalnya, pihak operator kandang melakukan pemeriksaan terhadap ayam pembibit belum menghasilkan usia 15 minggu. Setelah dilakukan pemeriksaan, pihak operator kandang memastikan ayam tersebut telah masuk dalam usia produktif. Lalu operator kandang melakukan proses pembiakan dan ayam tersebut telah menghasilkan telur. Maka semua nilai dari ayam tersebut harus direklasifikasi menjadi hewan ternak produksi telah menghasilkan. Jurnal reklasifikasi dari transaksi diatas adalah: (Dr) Breeding Flocks – Producing Flocks (Cr)
Breeding Flocks – Growing Flocks
Rp 100.000.000,Rp 100.000.000,-
Hewan ternak produksi telah menghasilkan dinilai berdasarkan nilai ayam pembibit belum menghasilkan yang direklasifikasi ke dalam ayam pembibit telah menghasilkan. Proses kapitalisasi biaya yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung tidak lagi dilakukan seperti pada ayam pembibit yang belum menghasilkan, maka nilai ayam pembibit belum menghasilkan tidak akan berubah kecuali jika ada kondisi lain yang mengharuskan dilakukan perubahan nilai tersebut, misalnya terjadi penghapusan ayam-ayam dengan alasan yang dapat diterima seperti ayam yang telah mati. Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
47
4.3.2.3 Pencatatan Deplesi pada Hewan Ternak Produksi Hewan ternak produksi mampu memberikan kontribusi manfaat ke dalam perusahaan berupa kemampuan untuk menghasilkan produk untuk diproses menjadi persediaan. Namun, karena hewan ternak produksi ini termasuk aset biologis, artinya makhluk hidup yang sewaktu-waktu akan mati ataupun sewaktuwaktu sudah tidak produktif lagi. Maka perusahaan perlu melakukan penyesuaian atas masa manfaat dari hewan ternak produksi ini. Untuk itu, perusahaan secara periodik mengakui beban deplesi dari ayam-ayam yang sudah melewati masa produktifnya dan melakukan penghapusan nilai dari ayam-ayam yang mati ataupun cacat sehingga tidak bisa melakukan produksi dan tidak dapat dijual. Ayam-ayam yang mati ataupun cacat ini biasanya disebut dengan ayam afkir. Pada PT. MAIN, deplesi mulai dibebankan sejak hewan ternak produksi belum menghasilkan direklasifikasi ke hewan ternak produksi telah menghasilkan. PT. MAIN menghitung deplesi dengan menggunakan metode garis lurus dengan umur ekonomis ayam selama 52 minggu atau 13 bulan. Misalnya, nilai untuk 1 ekor hewan ternak produksi telah menghasilkan adalah Rp 8.000 dengan nilai sisa Rp 1.500. Maka deplesi untuk 1 ekor ayam tersebut adalah:
Jika perusahaan memiliki 50.000 ekor hewan ternak produksi telah menghasilkan, maka total deplesi per bulan adalah:
Jurnal yang dibuat oleh perusahaan untuk mencatat deplesi ini adalah:
(Dr) Depletion Expense (Cr)
Rp 25.000.000,-
Accumulated Depletion
Rp 25.000.000,-
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
48
Akumulasi deplesi ini akan mengurangi nilai dari hewan ternak produksi telah menghasilkan yang ada pada neraca PT. MAIN.
4.3.3 Perhitungan Nilai Hewan Ternak Produksi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penilaian ayam ternak pembibit belum menghasilkan dilakukan dengan mengkapitalisasi seluruh biaya-biaya, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung yang dapat mempengaruhi transformasi biologis dari ayam pembibit. Sedangkan penilaian ayam pembibit telah menghasilkan dilakukan dengan cara mereklasifikasi nilai ayam belum menghasilkan ke dalam ayam pembibit yang telah menghasilkan. Secara garis besar, perhitungannya adalah sebagai berikut: Breeding Flocks 31 Desember 2011 In 000 Telah menghasilkan (masa produksi) – ayam pembibit nenek: Saldo awal – ayam pembibit nenek
Rp
Reklasifikasi dari ayam pembibit induk
Rp 15.884.686
Beban deplesi dan ayam afkir
(Rp 18.957.215)
Saldo akhir – ayam pembibit nenek
Rp
6.743.333
3.670.804
Telah menghasilkan (masa produksi) – ayam pembibit induk: Saldo awal – ayam pembibit induk
Rp 24.182.092
Reklasifikasi dari ayam belum menghasilkan
Rp 105.523.355
Beban deplesi dan ayam afkir
(Rp 107.293.204)
Saldo akhir – ayam pembibit induk
Rp 22.412.243
Belum menghasilkan (masa pertumbuhan): Saldo awal – bibit ayam
Rp
Kapitalisasi biaya
Rp 17.766.297
Reklasifikasi ke ayam telah menghasilkan
(Rp 15.884.686)
Saldo akhir – bibit ayam
Rp
7.449.677
9.331.288
Tabel 4.4 Perhitungan Hewan Ternak Produksi Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (Telah Diolah Kembali) Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
49
4.3.4 Perbedaan Metode Pencatatan Aset Biologis berdasarkan IAS 41 dan Peraturan yang Diterapkan PT. MAIN Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas, ada beberapa perbedaan yang mengatur asset biologis menurut peraturan secara international dan menurut peraturan di Indonesia. Di Indonesia, peraturan tentang pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan asset biologis ini diatur dalam Peraturan Bapepam-LK dan Peraturan Menteri Keuangan. Berikut ini merupakan perbedaan yang dapat dilihat dari kebijakan PT. MAIN terkait asset biologisnya dengan peraturan IAS 41.
Kebijakan Pengukuran
PT. MAIN
IAS 41
Diukur berdasarkan biaya Diukur berdasarkan nilai wajar perolehan ditambah
dikurangi dengan estimasi biaya
biaya-biaya pemeliharaan saat penjualan (point-of-sale-cost) (produksi), dikurangi biaya deplesi ayam Penyajian: 1. Neraca
Aset biologis dicatat
Aset biologis dicatat berdasarkan
dengan nilai cost dan
nilai pengukuran, dan dicatat pada
dicatat pada akun
akun tersendiri
tersendiri
2.
Laporan
Tidak ada penjelasan
Laba Rugi
Penjualan atas aset biologis harus dipisahkan dari penjualan atas persediaan
Pengungkapan:
1. Penjelasan mengenai
1. Penjelasan metode dan asumsi
Catatan atas
jenis asset biologis
yang signifikan diterapkan dalam
Laporan
yang dimiliki,
menentukan nilai wajar untuk
Keuangan
klasifikasi yang ada,
setiap asset biologis
dan metode penentuan nilainya
2. Penjelasan aktivitas yang terkait dengan masing-masing asset biologis Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
50
3. Estimasi jumlah fisik untuk setiap asset biologis pada akhir periode 4. Strategi manajemen risiko keuangan sehubungan dengan aktivitas agrikultur Tabel 4.5 Perbedaan Kebijakan Aset Biologis PT. MAIN dengan IAS 41 Sumber: Olahan Sendiri
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Perusahaan memiliki 2 (dua) divisi dalam proses produksi ayam potong,
yaitu divisi breeder dan divisi broiler. Divisi breeder bertugas untuk mengembangbiakkan ayam peternak nenek dan ayam peternak induk agar menghasilkan telur tetas yang nantinya akan ditetaskan menjadi bibit ayam. Sedangkan divisi broiler bertugas untuk membesarkan bibit ayam menjadi ayam potong yang akan dijual ke konsumen setelah berumur sekitar 10 minggu. Biaya merupakan sumber daya yang harus dikorbankan oleh perusahaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu ataupun untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Terkait penentuan harga pokok produksi dan aset biologis PT. MAIN, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. PT. MAIN mengklasifikasikan biayanya menjadi 3 (tiga) bagian yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya bahan baku langsung terdiri dari biaya pakan dan biaya obat dan multivitamin. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dari operator kandang dan peternak yang berhubungan langsung dengan proses produksi ayam. Sedangkan biaya overhead merupakan biaya-biaya lain di luar biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, seperti biaya sekam padi, biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan dan perbaikan kandang, serta biaya listrik dan air. 2. Dalam menentukan harga pokok produksinya, PT. MAIN menggunakan metode process costing. Karena produk yang dihasilkan bersifat masal dan produk yang dihasilkan homogen. Selain itu, PT. MAIN mengalokasikan sumber-sumber biaya berdasarkan divisi-divisi yang ada, yaitu Divisi Breeder dan Divisi Broiler. 3. Dalam menghitung harga pokok produksinya, PT. MAIN menjumlahkan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead yang terjadi dari mulai bibit ayam menetas sampai ayam tumbuh besar dalam 51
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
52
satu peternakam dan dijual kepada konsumen, seperti yang dijabarkan pada 4.4 tentang Perhitungan Hewan Ternak Produksi. 4. Dalam pengakuan aset biologisnya yang berupa hewan ternak produksi, PT. MAIN telah melakukannya sesuai dengan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan dan Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku dalam penyajian laporan keuangan perusahaan. Aset biologis PT. MAIN yang berupa hewan ternak produksi diukur dengan cara mengkapitalisasi biaya-biaya yang terkait ke dalam aset biologis ini termasuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan beban pabrikasi. PT. MAIN membagi aset biologisnya ke dalam 2 (dua) bagian yaitu hewan ternah produksi yang telah menghasilkan dan hewan ternak produksi yang belum menghasilkan.
5.2
Saran Berdasarkan pengalaman yang penulis dapat selama lebih kurang 3 bulan
mengikuti program kegiatan magang, penulis ingin memberikan beberapa saran bagi Program Ekstensi Akuntansi FEUI, dan PT. MAIN. Semoga saran dari penulis ini dapat berguna di masa yang akan datang.
5.2.1 Saran untuk Program Ekstensi Akuntansi FEUI Beberapa saran yang penulis berikan kepada Program Ekstensi Akuntansi FEUI adalah: 1. Memperbanyak kerjasama dengan perusahaan-perusahaan untuk pelaksanaan program magang, sehingga mahasiswa yang ingin mengambil program magang ini tidak kesulitan dalam mencari perusahaan untuk melaksanakan magang. Karena program magang ini sangat berguna bagi para mahasiswa dalam memperoleh pengalaman dalam menghadapi dunia pekerjaan. 2. Sebaiknya Program Ekstensi Akuntansi FEUI dapat lebih komunikatif dengan mahasiswa sehingga informasi yang ada dapat disampaikan dan diterima dengan baik dan jelas oleh mahasiswa. 3. Melaksanakan briefing magang dengan lebih efektif yang didukung dengan tempat briefing yang dapat menampung mahasiswa secara keseluruhan. Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
53
4. Sebaiknya lebih diperhatikan lamanya periode waktu pelaksanaan magang karena mengakibatkan sempitnya waktu yang dimiliki oleh mahasiswa untuk mempersiapkan laporan magang.
5.2.2 Saran untuk PT. MAIN Beberapa saran yang penulis ingin berikan kepada PT. MAIN adalah sebagai berikut: 1. Sebaiknya PT. MAIN mempertimbangkan untuk membuat tempat penyimpanan data-data dan dokumen yang lebih baik. Karena selama melaksanakan program magang, penulis merasa kesulitan dalam mencari dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam pekerjaan maupun penulisan laporan magang ini dikarenakan kurang tertatanya tempat penyimpanan dokumennya. 2. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, bibit ayam akan dipelihara terlebih dahulu di divisi breeder selama 2 (dua) sampai 4 (empat) minggu baru dikirimkan ke divisi broiler. Ayam yang dikirimkan ke divisi broiler ini langsung diakui sebagai persediaan padahal ayam tersebut baru dijual pada umur 10 minggu. Sebaiknya ayam yang masih berumur dua sampai sembilan minggu ini tidak diakui dahulu sebagai persediaan melainkan diklasifikasikan ke dalam persediaan masih dalam proses. Baru pada minggu kesepuluh, persediaan dalam proses ini diakui sebagai persediaan perusahaan. 3. Untuk hewan ternak produksi yang sudah melewati masa produktifnya atau sudah tidak bisa berproduksi lagi, perusahaan menjualnya ke kebun binatang ataupun tempat pemeliharaan hewan untuk dijadikan makanan hewan karnivora. Hewan ternak produksi merupakan aset biologis yang dimiliki oleh perusahaan. perlakuan terhadap aset biologis dan persediaan tentunya berbeda. Sebaiknya penjualan dari aset biologis ini dipisahkan dari penjualan persediaan seperti yang telah diatur dalam IAS 41 (Internatonal Accounting Standard). Karena perlakuan keduanya berbeda.
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
Badan Pengawas Pasar Modal, Surat Edaran Nomor 02 Tahun 2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Peternakan Carter, W. K, and M, F, Usry, Cost Accounting: Planning and Control. 14th Edition. United States of America: South-Western College Publishing, 2002 Dunia, Firdaus A., Abdullah, Wasilah, Akuntansi Biaya Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat, 2012 Hansen, D. R., and, M. M. Mowen, Managerial Accounting. 8th edition. United State of America: South-Western Publishing Company, 2009 Hongren, Charles T., Srikant M. Datar, and George Foster, Cost Accounting; A Managerial Emphasis. 14th Edition. United States of America: Prentice Hall., 2012. Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat, 2007. International Accounting Standard Committee, International Accounting Standard No. 41, Agriculture. 2000 Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. Intermediate Accounting. IFRS Edition. United States of America: John Willey & Sons Inc., 2011. Mulyadi, Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media, 2000 Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.03/2008 Tahun 2008 tentang Penyusutan dan Pengeluaran untuk Memperoleh Harta Berwujud yang Dimiliki dan Digunakan dalam Bidang Usaha Tertentu
54
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Lampiran 1
55
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Lampiran 2
56
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Lampiran 3
57
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Lampiran 4
58
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Lampiran 5
59
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
60
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Lampiran 6
61
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Lampiran 7 Laporan Posisi Keuangan
62
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
63
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Lampiran 8 Laporan Laba Rugi
64
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Lampiran 9 Catatan Atas Laporan Keuangan Hewan Ternak Produksi
Persediaan
65
Universitas Indonesia
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
EC staff consolidated version as of 16 September2009, FOR INFORMATION PURPOSES ONLY
EN – EU IAS 41
International Accounting Standard 41 Agriculture Objective The objective of this Standard is to prescribe the accounting treatment and disclosures related to agricultural activity.
Scope 1
2
This Standard shall be applied to account for the following when they relate to agricultural activity: (a)
biological assets;
(b)
agricultural produce at the point of harvest; and
(c)
government grants covered by paragraphs 34–35.
This Standard does not apply to: (a)
land related to agricultural activity (see IAS 16 Property, Plant and Equipment and IAS 40 Investment Property); and
(b)
intangible assets related to agricultural activity (see IAS 38 Intangible Assets).
3
This Standard is applied to agricultural produce, which is the harvested product of the entity’s biological assets, only at the point of harvest. Thereafter, IAS 2 Inventories or another applicable Standard is applied. Accordingly, this Standard does not deal with the processing of agricultural produce after harvest; for example, the processing of grapes into wine by a vintner who has grown the grapes. While such processing may be a logical and natural extension of agricultural activity, and the events taking place may bear some similarity to biological transformation, such processing is not included within the definition of agricultural activity in this Standard.
4
The table below provides examples of biological assets, agricultural produce, and products that are the result of processing after harvest: Biological assets
Agricultural produce
Products that are the result of processing after harvest
Sheep
Wool
Yarn, carpet
Trees in a plantation forest
Felled trees
Logs, lumber
Plants
Cotton
Thread, clothing
Harvested cane
Sugar
Dairy cattle
Milk
Cheese
Pigs
Carcass
Sausages, cured hams
Bushes
Leaf
Tea, cured tobacco
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
1
EC staff consolidated version as of 16 September2009, FOR INFORMATION PURPOSES ONLY
EN – EU IAS 41
Biological assets
Agricultural produce
Products that are the result of processing after harvest
Vines
Grapes
Wine
Fruit trees
Picked fruit
Processed fruit
Definitions Agriculture-related definitions 5
The following terms are used in this Standard with the meanings specified: Agricultural activity is the management by an entity of the biological transformation and harvest of biological assets for sale or for conversion into agricultural produce or into additional biological assets.
Agricultural produce is the harvested product of the entity’s biological assets.
A biological asset is a living animal or plant.
Biological transformation comprises the processes of growth, degeneration, production, and procreation that cause qualitative or quantitative changes in a biological asset.
A group of biological assets is an aggregation of similar living animals or plants.
Harvest is the detachment of produce from a biological asset or the cessation of a biological asset’s life processes. Costs to sell are the incremental costs directly attributable to the disposal of an asset, excluding finance costs and income taxes.
6
Agricultural activity covers a diverse range of activities; for example, raising livestock, forestry, annual or perennial cropping, cultivating orchards and plantations, floriculture, and aquaculture (including fish farming). Certain common features exist within this diversity: (a)
Capability to change. Living animals and plants are capable of biological transformation;
(b)
Management of change. Management facilitates biological transformation by enhancing, or at least stabilising, conditions necessary for the process to take place (for example, nutrient levels, moisture, temperature, fertility, and light). Such management distinguishes agricultural activity from other activities. For example, harvesting from unmanaged sources (such as ocean fishing and deforestation) is not agricultural activity; and
(c)
Measurement of change. The change in quality (for example, genetic merit, density, ripeness, fat cover, protein content, and fibre strength) or quantity (for example, progeny, weight, cubic metres,
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
2
EC staff consolidated version as of 16 September2009, FOR INFORMATION PURPOSES ONLY
EN – EU IAS 41
fibre length or diameter, and number of buds) brought about by biological transformation or harvest is measured and monitored as a routine management function. 7
Biological transformation results in the following types of outcomes: (a)
asset changes through (i) growth (an increase in quantity or improvement in quality of an animal or plant), (ii) degeneration (a decrease in the quantity or deterioration in quality of an animal or plant), or (iii) procreation (creation of additional living animals or plants); or
(b)
production of agricultural produce such as latex, tea leaf, wool, and milk.
General definitions 8
The following terms are used in this Standard with the meanings specified: An active market is a market where all the following conditions exist:
(a)
the items traded within the market are homogeneous;
(b)
willing buyers and sellers can normally be found at any time; and
(c)
prices are available to the public.
Carrying amount is the amount at which an asset is recognised in the statement of financial position.
Fair value is the amount for which an asset could be exchanged, or a liability settled, between knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction.
Government grants are as defined in IAS 20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance.
9
The fair value of an asset is based on its present location and condition. As a result, for example, the fair value of cattle at a farm is the price for the cattle in the relevant market less the transport and other costs of getting the cattle to that market.
Recognition and measurement 10
An entity shall recognise a biological asset or agricultural produce when, and only when: (a)
the entity controls the asset as a result of past events;
(b)
it is probable that future economic benefits associated with the asset will flow to the entity; and
(c)
the fair value or cost of the asset can be measured reliably.
11
In agricultural activity, control may be evidenced by, for example, legal ownership of cattle and the branding or otherwise marking of the cattle on acquisition, birth, or weaning. The future benefits are normally assessed by measuring the significant physical attributes.
12
A biological asset shall be measured on initial recognition and at the end of each reporting period at its fair value less costs to sell, except for the case described in paragraph 30 where the fair value cannot be measured reliably.
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
3
EC staff consolidated version as of 16 September2009, FOR INFORMATION PURPOSES ONLY
EN – EU IAS 41
13
Agricultural produce harvested from an entity’s biological assets shall be measured at its fair value less costs to sell at the point of harvest. Such measurement is the cost at that date when applying IAS 2 Inventories or another applicable Standard.
14
[deleted]
15
The determination of fair value for a biological asset or agricultural produce may be facilitated by grouping biological assets or agricultural produce according to significant attributes; for example, by age or quality. An entity selects the attributes corresponding to the attributes used in the market as a basis for pricing.
16
Entities often enter into contracts to sell their biological assets or agricultural produce at a future date. Contract prices are not necessarily relevant in determining fair value, because fair value reflects the current market in which a willing buyer and seller would enter into a transaction. As a result, the fair value of a biological asset or agricultural produce is not adjusted because of the existence of a contract. In some cases, a contract for the sale of a biological asset or agricultural produce may be an onerous contract, as defined in IAS 37 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets. IAS 37 applies to onerous contracts.
17
If an active market exists for a biological asset or agricultural produce, in its present location and condition, the quoted price in that market is the appropriate basis for determining the fair value of that asset. If an entity has access to different active markets, the entity uses the most relevant one. For example, if an entity has access to two active markets, it would use the price existing in the market expected to be used.
18
If an active market does not exist, an entity uses one or more of the following, when available, in determining fair value: (a)
the most recent market transaction price, provided that there has not been a significant change in economic circumstances between the date of that transaction and the end of the reporting period;
(b)
market prices for similar assets with adjustment to reflect differences; and
(c)
sector benchmarks such as the value of an orchard expressed per export tray, bushel, or hectare, and the value of cattle expressed per kilogram of meat.
19
In some cases, the information sources listed in paragraph 18 may suggest different conclusions as to the fair value of a biological asset or agricultural produce. An entity considers the reasons for those differences, in order to arrive at the most reliable estimate of fair value within a relatively narrow range of reasonable estimates.
20
In some circumstances, market-determined prices or values may not be available for a biological asset in its present condition. In these circumstances, an entity uses the present value of expected net cash flows from the asset discounted at a current market-determined rate in determining fair value.
21
The objective of a calculation of the present value of expected net cash flows is to determine the fair value of a biological asset in its present location and condition. An entity considers this in determining an appropriate discount rate to be used and in estimating expected net cash flows. In determining the present value of expected net cash flows, an entity includes the net cash flows that market participants would expect the asset to generate in its most relevant market.
22
An entity does not include any cash flows for financing the assets, taxation, or re-establishing biological assets after harvest (for example, the cost of replanting trees in a plantation forest after harvest).
23
In agreeing an arm’s length transaction price, knowledgeable, willing buyers and sellers consider the possibility of variations in cash flows. It follows that fair value reflects the possibility of such variations. Accordingly, an entity incorporates expectations about possible variations in cash flows into either the expected cash flows, or the discount rate, or some combination of the two. In determining a discount rate, an entity uses assumptions consistent with those used in estimating the expected cash flows, to avoid the effect of some assumptions being double-counted or ignored.
24
Cost may sometimes approximate fair value, particularly when: (a)
little biological transformation has taken place since initial cost incurrence (for example, for fruit tree seedlings planted immediately prior to the end of a reporting period); or
(b)
the impact of the biological transformation on price is not expected to be material (for example, for the initial growth in a 30-year pine plantation production cycle).
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
4
EC staff consolidated version as of 16 September2009, FOR INFORMATION PURPOSES ONLY 25
EN – EU IAS 41
Biological assets are often physically attached to land (for example, trees in a plantation forest). There may be no separate market for biological assets that are attached to the land but an active market may exist for the combined assets, that is, for the biological assets, raw land, and land improvements, as a package. An entity may use information regarding the combined assets to determine fair value for the biological assets. For example, the fair value of raw land and land improvements may be deducted from the fair value of the combined assets to arrive at the fair value of biological assets.
Gains and losses 26
A gain or loss arising on initial recognition of a biological asset at fair value less costs to sell and from a change in fair value less costs to sell of a biological asset shall be included in profit or loss for the period in which it arises.
27
A loss may arise on initial recognition of a biological asset, because costs to sell are deducted in determining fair value less costs to sell of a biological asset. A gain may arise on initial recognition of a biological asset, such as when a calf is born.
28
A gain or loss arising on initial recognition of agricultural produce at fair value less costs to sell shall be included in profit or loss for the period in which it arises.
29
A gain or loss may arise on initial recognition of agricultural produce as a result of harvesting.
Inability to measure fair value reliably 30
There is a presumption that fair value can be measured reliably for a biological asset. However, that presumption can be rebutted only on initial recognition for a biological asset for which market-determined prices or values are not available and for which alternative estimates of fair value are determined to be clearly unreliable. In such a case, that biological asset shall be measured at its cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses. Once the fair value of such a biological asset becomes reliably measurable, an entity shall measure it at its fair value less costs to sell. Once a non-current biological asset meets the criteria to be classified as held for sale (or is included in a disposal group that is classified as held for sale) in accordance with IFRS 5 Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operations, it is presumed that fair value can be measured reliably.
31
The presumption in paragraph 30 can be rebutted only on initial recognition. An entity that has previously measured a biological asset at its fair value less costs to sell continues to measure the biological asset at its fair value less costs to sell until disposal.
32
In all cases, an entity measures agricultural produce at the point of harvest at its fair value less costs to sell. This Standard reflects the view that the fair value of agricultural produce at the point of harvest can always be measured reliably.
33
In determining cost, accumulated depreciation and accumulated impairment losses, an entity considers IAS 2 Inventories, IAS 16 Property, Plant and Equipment and IAS 36 Impairment of Assets.
Government grants 34
An unconditional government grant related to a biological asset measured at its fair value less costs to sell shall be recognised in profit or loss when, and only when, the government grant becomes receivable.
35
If a government grant related to a biological asset measured at its fair value less costs to sell is conditional, including when a government grant requires an entity not to engage in specified agricultural activity, an entity shall recognise the government grant in profit or loss when, and only when, the conditions attaching to the government grant are met.
36
Terms and conditions of government grants vary. For example, a grant may require an entity to farm in a particular location for five years and require the entity to return all of the grant if it farms for a period shorter
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
5
EC staff consolidated version as of 16 September2009, FOR INFORMATION PURPOSES ONLY
EN – EU IAS 41
than five years. In this case, the grant is not recognised in profit or loss until the five years have passed. However, if the terms of the grant allow part of it to be retained according to the time that has elapsed, the entity recognises that part in profit or loss as time passes. 37
If a government grant relates to a biological asset measured at its cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses (see paragraph 30), IAS 20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance is applied.
38
This Standard requires a different treatment from IAS 20, if a government grant relates to a biological asset measured at its fair value less costs to sell or a government grant requires an entity not to engage in specified agricultural activity. IAS 20 is applied only to a government grant related to a biological asset measured at its cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses.
Disclosure 39
[Deleted]
General 40
An entity shall disclose the aggregate gain or loss arising during the current period on initial recognition of biological assets and agricultural produce and from the change in fair value less costs to sell of biological assets.
41
An entity shall provide a description of each group of biological assets.
42
The disclosure required by paragraph 41 may take the form of a narrative or quantified description.
43
An entity is encouraged to provide a quantified description of each group of biological assets, distinguishing between consumable and bearer biological assets or between mature and immature biological assets, as appropriate. For example, an entity may disclose the carrying amounts of consumable biological assets and bearer biological assets by group. An entity may further divide those carrying amounts between mature and immature assets. These distinctions provide information that may be helpful in assessing the timing of future cash flows. An entity discloses the basis for making any such distinctions.
44
Consumable biological assets are those that are to be harvested as agricultural produce or sold as biological assets. Examples of consumable biological assets are livestock intended for the production of meat, livestock held for sale, fish in farms, crops such as maize and wheat, and trees being grown for lumber. Bearer biological assets are those other than consumable biological assets; for example, livestock from which milk is produced, grape vines, fruit trees, and trees from which firewood is harvested while the tree remains. Bearer biological assets are not agricultural produce but, rather, are self-regenerating.
45
Biological assets may be classified either as mature biological assets or immature biological assets. Mature biological assets are those that have attained harvestable specifications (for consumable biological assets) or are able to sustain regular harvests (for bearer biological assets).
46
If not disclosed elsewhere in information published with the financial statements, an entity shall describe: (a)
the nature of its activities involving each group of biological assets; and
(b)
non-financial measures or estimates of the physical quantities of: (i)
each group of the entity’s biological assets at the end of the period; and
(ii)
output of agricultural produce during the period.
47
An entity shall disclose the methods and significant assumptions applied in determining the fair value of each group of agricultural produce at the point of harvest and each group of biological assets.
48
An entity shall disclose the fair value less costs to sell of agricultural produce harvested during the period, determined at the point of harvest.
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
6
EC staff consolidated version as of 16 September2009, FOR INFORMATION PURPOSES ONLY 49
50
EN – EU IAS 41
An entity shall disclose: (a)
the existence and carrying amounts of biological assets whose title is restricted, and the carrying amounts of biological assets pledged as security for liabilities;
(b)
the amount of commitments for the development or acquisition of biological assets; and
(c)
financial risk management strategies related to agricultural activity.
An entity shall present a reconciliation of changes in the carrying amount of biological assets between the beginning and the end of the current period. The reconciliation shall include: (a)
the gain or loss arising from changes in fair value less costs to sell;
(b)
increases due to purchases;
(c)
decreases attributable to sales and biological assets classified as held for sale (or included in a disposal group that is classified as held for sale) in accordance with IFRS 5;
(d)
decreases due to harvest;
(e)
increases resulting from business combinations;
(f)
net exchange differences arising on the translation of financial statements into a different presentation currency, and on the translation of a foreign operation into the presentation currency of the reporting entity; and
(g)
other changes.
51
The fair value less costs to sell of a biological asset can change due to both physical changes and price changes in the market. Separate disclosure of physical and price changes is useful in appraising current period performance and future prospects, particularly when there is a production cycle of more than one year. In such cases, an entity is encouraged to disclose, by group or otherwise, the amount of change in fair value less costs to sell included in profit or loss due to physical changes and due to price changes. This information is generally less useful when the production cycle is less than one year (for example, when raising chickens or growing cereal crops).
52
Biological transformation results in a number of types of physical change—growth, degeneration, production, and procreation, each of which is observable and measurable. Each of those physical changes has a direct relationship to future economic benefits. A change in fair value of a biological asset due to harvesting is also a physical change.
53
Agricultural activity is often exposed to climatic, disease and other natural risks. If an event occurs that gives rise to a material item of income or expense, the nature and amount of that item are disclosed in accordance with IAS 1 Presentation of Financial Statements. Examples of such an event include an outbreak of a virulent disease, a flood, a severe drought or frost, and a plague of insects.
Additional disclosures for biological assets where fair value cannot be measured reliably 54
If an entity measures biological assets at their cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses (see paragraph 30) at the end of the period, the entity shall disclose for such biological assets: (a)
a description of the biological assets;
(b)
an explanation of why fair value cannot be measured reliably;
(c)
if possible, the range of estimates within which fair value is highly likely to lie;
(d)
the depreciation method used;
(e)
the useful lives or the depreciation rates used; and
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
7
EC staff consolidated version as of 16 September2009, FOR INFORMATION PURPOSES ONLY (f) 55
56
EN – EU IAS 41
the gross carrying amount and the accumulated depreciation (aggregated with accumulated impairment losses) at the beginning and end of the period.
If, during the current period, an entity measures biological assets at their cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses (see paragraph 30), an entity shall disclose any gain or loss recognised on disposal of such biological assets and the reconciliation required by paragraph 50 shall disclose amounts related to such biological assets separately. In addition, the reconciliation shall include the following amounts included in profit or loss related to those biological assets: (a)
impairment losses;
(b)
reversals of impairment losses; and
(c)
depreciation.
If the fair value of biological assets previously measured at their cost less any accumulated depreciation and any accumulated impairment losses becomes reliably measurable during the current period, an entity shall disclose for those biological assets: (a)
a description of the biological assets;
(b)
an explanation of why fair value has become reliably measurable; and
(c)
the effect of the change.
Government grants 57
An entity shall disclose the following related to agricultural activity covered by this Standard: (a)
the nature and extent of government grants recognised in the financial statements;
(b)
unfulfilled conditions and other contingencies attaching to government grants; and
(c)
significant decreases expected in the level of government grants.
Effective date and transition 58
This Standard becomes operative for annual financial statements covering periods beginning on or after 1 January 2003. Earlier application is encouraged. If an entity applies this Standard for periods beginning before 1 January 2003, it shall disclose that fact.
59
This Standard does not establish any specific transitional provisions. The adoption of this Standard is accounted for in accordance with IAS 8 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors.
60
Paragraphs 5, 6, 17, 20 and 21 were amended and paragraph 14 deleted by Improvements to IFRSs issued in May 2008. An entity shall apply those amendments prospectively for annual periods beginning on or after 1 January 2009. Earlier application is permitted. If an entity applies the amendments for an earlier period it shall disclose that fact.
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
8
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE- 02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002
Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Peternakan
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE- 02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002
PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK - INDUSTRI PETERNAKAN
Daftar Isi 1. PEDOMAN Bab I
Bab II
Bab III
Hal. Pendahuluan
1
A. Latar Belakang ……………………………………..
1
B. Tujuan dan Ruang Lingkup ………………………...
1
C. Acuan Penyusunan …………………………………
3
D. Lingkup Pedoman ………………………………….
3
Karakteristik Usaha Perusahaan Peternakan
4
A. Gambaran Umum Aktivitas Perusahaan Peternakan
4
B. Resiko Terkait Industri ……………………………..
4
C. Istilah
5
Penyajian dan Pengungkapan Laporan laporan Keuangan Industri Peternakan
7
A. Pedoman Umum ……………………………………
7
B. Komponen Laporan Keuangan ……………………
12
C. Pedoman Pengungkapan Laporan Keuangan ………
31 58
2. ILUSTRASI Ilustrasi : 1
NERACA ……………………………………………….
59
Ilustrasi : 2
LAPORAN LABA RUGI ………………………………
62
Ilustrasi : 3
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS ………………...
63
Ilustrasi : 4
LAPORAN ARUS KAS ……………………………….
64
Ilustrasi : 5
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ………...
67
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Suatu laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Namun demikian, perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Secara umum, laporan keuangan menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Dalam rangka penyajian laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik, salah satu pihak pengguna laporan yang harus dipertimbangkan adalah investor. Investor dan manajer investasi berkepentingan dengan risiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi mereka. Pihak-pihak tersebut membutuhkan informasi dalam pengambilan keputusan untuk membeli, menahan atau menjual investasi serta menilai kemampuan Emiten atau Perusahaan Publik untuk membayar dividen. Sementara itu, akses yang dimiliki oleh pihak-pihak tersebut terbatas untuk memperoleh informasi yang relevan untuk kepentingan tersebut. Dalam kaitan ini, investor dan manajer investasi mempunyai ekspektasi yang sangat tinggi bahwa laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik menyediakan informasi yang mereka butuhkan. Ekspektasi ini tercermin dalam hasil survey yang dilakukan BEJ kepada 55 pengguna laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik tahun 1997 yang diwakili oleh manajer investasi. Kesimpulan umum dari hasil survey tersebut adalah: 1)
Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan investasi.
2)
Laporan keuangan belum sepenuhnya mengungkapkan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik secara transparan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas dan transparansi informasi dalam laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik dan memenuhi ekspektasi para pengguna laporan keuangan, maka perlu disusun suatu pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan ini. Pedoman ini diharapkan dapat memberikan panduan untuk menyajikan laporan keuangan yang berkualitas dan transparan. B. Tujuan dan Ruang Lingkup Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik dimaksudkan untuk memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure), sehingga dapat memberikan kualitas penyajian dan pengungkapan yang memadai bagi pengguna informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Laporan keuangan harus cukup penting untuk mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang pemakai yang berpengetahuan.
-1-
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 -2-
Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) mengakui bahwa penyajian jumlah dan sifat informasi dalam laporan keuangan harus memenuhi kaidah keseimbangan antara biaya dan manfaat. Penyusunan pedoman ini sejalan dengan tujuan pelaporan keuangan yaitu: 1. Pengambilan Keputusan Investasi dan Kredit. Laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor, calon investor dan kreditur dalam pengambilan keputusan yang rasional atas investasi dan kredit yang dilakukan. Informasi harus dapat dipahami oleh pelaku bisnis dan ekonomi yang mencermati informasi yang disajikan dengan seksama. a. Pihak investor meliputi: 1) Pemegang efek ekuitas. 2) Pemegang efek hutang. b. Pihak kreditur meliputi: 1) Pemasok. 2) Konsumen dan karyawan yang memiliki klaim atas perusahaan. 3) Lembaga pemberi pinjaman. 4) Pemberi pinjaman individual. 5) Pemegang efek hutang. 2. Menilai Prospek Arus Kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor, kreditor dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat dan ketidakpastian dalam penerimaan kas di masa depan atas dividen, bunga dan hasil dari penjualan, pelunasan (redemption) dan jatuh tempo dari efek atau pinjaman. Prospek penerimaan kas tersebut sangat tergantung dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas guna memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo, kebutuhan operasional, reinvestasi dalam operasi, serta pembayaran dividen. Persepsi investor dan kreditor atas kemampuan perusahaan tersebut akan mempengaruhi harga pasar efek perusahaan yang bersangkutan. Persepsi investor dan kreditor dipengaruhi oleh harapan mereka atas tingkat pengembalian dan risiko dari dana yang mereka tanamkan. Investor dan kreditor akan memaksimalkan pengembalian dana yang telah mereka tanamkan dan akan melakukan penyesuaian terhadap risiko yang mereka persepsikan atas perusahaan yang bersangkutan. 3. Informasi atas Sumber Daya Perusahaan, Klaim atas Sumber Daya Tersebut Serta Perubahannya. Pelaporan keuangan bertujuan memberikan informasi tentang sumberdaya ekonomis perusahaan, kewajiban perusahaan untuk mengalihkan sumberdaya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham, dampak transaksi dan peristiwa yang mempengaruhi perubahan sumberdaya tersebut. Pedoman ini menetapkan bentuk, isi dan persyaratan dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik yang harus disampaikan, baik untuk keperluan penyampaian kepada masyarakat maupun kepada Bapepam dan Bursa Efek. Dengan adanya Pedoman ini, pemahaman dan daya banding laporan keuangan akan semakin meningkat karena laporan keuangan disajikan dalam format yang seragam dan menggunakan deskripsi yang sama untuk pos-pos sejenis. Pedoman ini merupakan acuan minimum yang harus dipenuhi oleh Emiten atau Perusahaan Publik dalam menyusun laporan keuangan, baik laporan keuangan interim maupun tahunan. Oleh karena itu, keseragaman penyajian sebagaimana diatur dalam Pedoman ini tidak menghalangi Emiten atau Perusahaan Publik untuk memberikan
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 -3-
informasi yang relevan bagi pengguna laporan sesuai kondisi masing-masing Emiten atau Perusahaan Publik. C. Acuan Penyusunan Pemilihan acuan yang digunakan dalam menyusun pedoman untuk industri peternakan didasarkan pada acuan-acuan yang relevan dengan industri peternakan. Adapun acuanacuan tersebut adalah: 1. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang berhubungan dengan akuntansi dan laporan keuangan. 2. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). 3. International Accounting Standard (IAS), Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan laporan keuangan. 4. Praktek-praktek akuntansi yang berlaku umum, kesepakatan antar negara, kebiasaan industri yang baru, dan standar akuntansi negara lain. Dalam hal terdapat perbedaan antara peraturan Bapepam dan PSAK dalam penyusunan laporan keuangan, maka acuan yang digunakan adalah peraturan Bapepam. D. Lingkup Pedoman Pedoman ini dibuat untuk Emiten atau Perusahaan Publik yang aktivitas utamanya adalah industri peternakan dengan asumsi bahwa Emiten atau Perusahaan Publik tersebut tidak mempunyai anak perusahaan yang dikonsolidasikan. Apabila Emiten atau Perusahaan Publik memiliki anak perusahaan yang harus dikonsolidasikan, Pedoman ini harus digunakan bersama dengan pedoman Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan Investasi.
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 -4-
BAB II KARAKTERISTIK USAHA INDUSTRI PETERNAKAN A. Gambaran Umum Aktivitas Industri Peternakan Industri peternakan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan sektor industri lain yang ditunjukkan oleh adanya pengelolaan transformasi biologis hewan untuk menghasilkan produk yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Kegiatan industri peternakan pada umumnya dapat digolongkan menjadi : a) Pembelian atau penetasan bibit, yaitu membeli hewan ternak untuk dijual kembali atau membeli bibit hewan ternak untuk ditetaskan menjadi hewan ternak jadi. b) Pemeliharaan hewan sampai dapat menghasilkan, yaitu pemeliharaan hewan melalui proses pembesaran dan penggemukan hingga dapat menghasilkan produk. c) Pemungutan, yaitu proses pengambilan atas hewan yang siap dijual atau produk yang dihasilkan hewan itu sendiri. d) Pengolahan dan Pemasaran, yaitu proses lebih lanjut yang dibutuhkan agar produk tersebut siap dijual. B. Risiko Industri 1. Kesinambungan hidup hewan ternak Hewan ternak, terutama yang berfungsi sebagai pembibit dan petelur, merupakan aktiva utama perusahaan. Risiko hama penyakit atau kondisi alam yang dapat mengakibatkan kematian hewan ternak maupun terganggunya kondisi hewan ternak untuk menjalankan fungsinya harus diantisipasi sebelumnya oleh pihak manajemen. Kesinambungan hidup hewan ternak berpengaruh terhadap kesinambungan entitas (going concern) . Untuk itu sebagian risiko tersebut dapat diasuransikan. 2. Kondisi pasar dan fluktuasi harga Perusahaan peternakan yang menjual sendiri hasil ternaknya memiliki risiko yang terkait dengan kondisi pasar. Kondisi pasar yang tidak dapat menyerap hasil peternakan merupakan risiko tersendiri yang dapat mengganggu kondisi perusahaan secara keseluruhan. Hal ini mengakibatkan berfluktuasinya harga komoditi ternak di pasar. 3. Tingkat kompetisi Dengan bertambahnya jumlah penduduk, menyebabkan meningkatnya kebutuhan konsumsi pangan, termasuk produk hewani. Disatu sisi ini merupakan peluang bagi industri peternakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produknya. Disisi lain, kondisi ini merupakan suatu ancaman karena semakin banyak pesaing baik dalam maupun luar negeri yang memasok produk mereka di pasar Indonesia. Hal ini tentunya menciptakan iklim persaingan yang semakin ketat bagi industri peternakan di Indonesia. 4. Risiko perubahan teknologi Pesatnya perkembangan bio-teknologi khusunya di sektor peternakan mengakibatkan teknologi yang ada tidak ekonomis untuk dipakai. Kalaupun masih dipakai, perusahaan yang menggunakan teknologi lama menjadi kurang mampu bersaing dengan perusahaan yang menggunakan teknologi baru.
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 -5-
5. Risiko pemogokan karyawan Semakin kuatnya peranan serikat karyawan dalam menyikapi setiap kebijakan pemerintah atau perusahaan, menyebabkan karyawan lebih kritis dalam menyuarakan ketidakpuasan terhadap kondisi kerja seperti kompensasi, perubahan peraturan, sampai keadaan ekonomi dan politik yang tidak stabil. Ketidakpuasan ini bisa dinyatakan dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan massal yang berpontensi menimbulkan kerusuhan (riot). 6. Kerusuhan dan penjarahan Semakin buruknya kondisi sosial dan ekonomi, menyebabkan masyarakat lebih mudah terpengaruh oleh berbagai informasi yang dapat menyebabkan pengerahan massa dalam menyuarakan ketidakpuasan terhadap perusahaan. Ketidakpuasan ini bisa dinyatakan dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan massal yang berpontensi menimbulkan kerusuhan (riot). 7. Risiko Leverage Pengembangan usaha peternakan, terutama dalam pembangunan sarana dan prasarananya membutuhkan dana dalam jumlah yang besar . Keterlibatan kreditor sebagai penyedia sumber dana tentunya tidak bisa dihindari. Semakin besarnya pendanaan dari luar (external financing) mengakibatkan semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak mampu melunasi hutang tersebut. 8. Resiko Kebijakan Pemerintah Risiko ini menyangkut peraturan mengenai impor bahan baku dan peralatan, ekspor produk dan masalah perijinan. C. Istilah 1. Perusahaan peternakan adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan proses transformasi biologis hewan ternak untuk dapat menghasilkan produksi, dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Perusahaan peternakan selanjutnya bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu: - peternakan produksi, terdiri dari hewan ternak dalam pertumbuhan dan hewan ternak telah menghasilkan, - peternakan konsumsi terdiri dari hewan ternak dalam pertumbuhan dan hewan ternak siap untuk dijual. 2. Hewan ternak dalam pertumbuhan Merupakan hewan ternak yang belum dapat menghasilkan produksi atau pendapatan. Hewan ternak tersebut masih dalam proses pembesaran atau penggemukan. 3. Hewan ternak telah menghasilkan Merupakan hewan ternak yang dipelihara untuk menghasilkan barang konsumsi. Contoh hewan ternak telah menghasilkan adalah ayam pembibit yang menghasilkan telur, sapi yang menghasilkan susu dan sebagainya. Hewan ternak telah menghasilkan selanjutnya dibagi menjadi, a. Hewan Ternak Menghasilkan berumur pendek Hewan ternak menghasilkan yang umurnya relatif pendek. Contoh: induk udang pada hatchery memproduksi benur. b. Hewan Ternak Menghasilkan berumur panjang Merupakan hewan ternak menghasilkan yang umurnya relatif panjang. Contoh: induk sapi yang menghasilkan susu.
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 -6-
Masing-masing hewan ternak menghasilkan di atas dapat dibagi menjadi namun tidak terbatas pada: a. Hewan Ternak Menghasilkan – Nenek Merupakan hewan yang dipelihara untuk menghasilkan hewan induk. Contoh: Ayam yang menghasilkan ayam petelur. b. Hewan Ternak Menghasilkan – Induk Merupakan hewan ternak yang dipelihara untuk diambil hasilnya. Contoh: Ayam petelur, lele dumbo dan domba penghasil bulu (wool) 4. Hewan Ternak Siap untuk Dijual Merupakan hewan ternak yang siap untuk dipotong atau dijual hidup, contoh: sapi/ayam siap potong, anak ayam umur sehari atau day old chicken (DOC)
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 - 12 -
keuangan sehingga memerlukan penyesuian atau pengungkapan dalam laporan keuangan harus diungkapkan. B. Komponen Laporan Keuangan 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan terdiri dari : a. Neraca; b. Laporan Laba Rugi; c. Laporan Perubahan Ekuitas; d. Laporan Arus Kas; dan e. Catatan atas Laporan Keuangan. 2. Neraca a.
Komponen Utama Neraca Komponen utama neraca terdiri dari: 1) Aktiva a) Aktiva Lancar: (1) Kas dan Setara Kas; (2) Investasi Jangka Pendek; (3) Wesel Tagih; (4) Piutang Usaha; (5) Piutang Lain-Lain; (6) Persediaan (7) Hewan Ternak Produksi-Berumur Pendek; (8) Pajak Dibayar Dimuka; (9) Biaya Dibayar Dimuka; dan (10) Aktiva Lancar Lain-lain. b) Aktiva Tidak Lancar: (1) Piutang Hubungan Istimewa; (2) Aktiva Pajak Tangguhan; (3) Investasi pada Perusahaan Asosiasi (4) Investasi Jangka Panjang Lain; (5) Hewan Ternak Produksi-Berumur Panjang; (6) Aktiva Tetap; (7) Aktiva Tidak Berwujud; dan (8) Aktiva Lain-Lain. 2) Kewajiban a) Kewajiban Lancar: (1) Pinjaman Jangka Pendek;
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 - 15 -
(c) Tersedia untuk dijual (available for sale): Efek yang termasuk dalam kelompok ini adalah efek yang tidak memenuhi kriteria “Diperdagangkan” atau “Dimiliki hingga jatuh tempo”. Efek ini disajikan di Neraca sebesar nilai wajar, dan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui sebagai komponen ekuitas, sampai Efek tersebut dijual atau dilepas, dan pada saat tersebut keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui dalam Laporan Laba Rugi. Investasi pada efek yang seharusnya disajikan sebesar nilai wajar, tetapi efek tersebut tidak aktif diperdagangkan dan nilai wajar tidak dapat ditentukan secara andal, harus disajikan sebesar biaya perolehan. Investasi jangka pendek pada aktiva non keuangan (misal investasi properti) harus disajikan sebesar nilai terendah antara biaya dan harga pasar. (3) Wesel Tagih Pos ini merupakan piutang usaha pada pihak ketiga yang didukung janji tertulis. Wesel tagih disajikan terpisah antara pihak ke tiga dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa apabila wesel tagih tersebut berkaitan dengan kegiatan normal perusahaan. Wesel Tagih disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasi, setelah memperhitungkan penyisihan wesel tagih yang diperkirakan tidak dapat ditagih. (4) Piutang Usaha Pos ini merupakan piutang yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Piutang usaha disajikan terpisah antara pihak ketiga dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Piutang ini disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasikan, setelah memperhitungkan penyisihan piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. (5) Piutang Lain-lain Pos ini merupakan tagihan perusahaan pada pihak ketiga yang menurut sifat dan jenisnya tidak dapat dikelompokkan dalam pos-pos pada angka (3) dan (4) di atas. Piutang Lain-lain disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasi, setelah dikurangi penyisihan piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. (6) Persediaan Persediaan adalah aktiva: (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (b) dalam proses produksi; atau (c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa; atau (d) dalam perjalanan. Untuk industri peternakan, persediaan meliputi antara lain: (a) Hewan ternak tersedia untuk dijual, yaitu antara lain : i.
Hasil produksi peternakan. Merupakan hasil produksi dari peternakan produksi misalnya: telur ayam, sarang burung walet,
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 - 16 -
telur burung onta, DOC (day old chicken), benih lele dumbo, benur (hatchery). ii. Hewan Ternak Siap Jual. Merupakan hewan ternak yang dijual dalam bentuk hidup dan utuh, misalnya: ikan hias, gurame/ikan mas keramba dan burung hias. iii. Hasil proses produksi peternakan konsumsi. Merupakan hasil produksi dari peternakan konsumsi, misalnya mutiara, daging/udang beku, ikan/daging asap. (b) Hewan ternak dalam pertumbuhan, yaitu antara lain : i. Hewan dalam proses penetasan atau kandungan, misalnya telur yang akan ditetaskan menjadi DOC (day old chicken). ii. Hewan dalam proses pembesaran, misalnya anak ayam yang akan dibesarkan menjadi ayam potong. iii. Hewan dalam proses penggemukan, misalnya sapi yang dimaksudkan akan menjadi sapi potong. Persediaan hewan ternak tersedia untuk dijual dan hewan ternak dalam pertumbuhan dapat disajikan dengan menggunakan harga perolehan atau net realizable value mana yang lebih rendah apabila memenuhi kriteria : • mempunyai harga pasar yang dapat diandalkan. • mempunyai cost of disposal yang relatif rendah dan dapat diperkirakan . • tersedia untuk dijual dengan cepat. Jika tidak memenuhi kriteria diatas, maka penilaian dilakukan berdasarkan cost. (c) Barang atau material yang akan digunakan secara langsung dalam proses produksi, yaitu antara lain : i.
Bahan Baku. Bahan baku merupakan bahan yang secara langsung diperlukan dalam proses transformasi untuk menghasilkan barang jadi. ii. Persediaan bahan pembantu. Bahan pembantu merupakan barang yang diperlukan dalam proses transformasi untuk menghasilkan barang jadi tetapi hubungannya dalam proses tidak langsung, misalnya obat-obatan ternak. iii. Persediaan lain merupakan barang yang diperlukan dalam proses produksi perusahaan seperti solar, dan suku cadang. Persediaan ini harus disajikan berdasarkan cost. Barang dalam perjalanan. Barang dalam perjalanan merupakan barang atau material yang merupakan milik Perusahaan dan disajikan sebagai bagian dari persediaan (7) Hewan Ternak Produksi - Berumur Pendek Pos ini antara lain terdiri dari hewan ternak telah menghasilkan berumur pendek, yaitu antara lain : (a) Hewan ternak menghasilkan – nenek, yaitu hewan ternak yang menghasilkan hewan ternak induk. Misalnya ayam yang akan menghasilkan induk ayam petelur.
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 - 17 -
(b) Hewan ternak menghasilkan – induk, yaitu hewan ternak yang menghasilkan produksi berupa hewan ternak konsumsi atau produksi lainnya. Misalnya ayam yang akan menghasilkan ayam potong atau telur. Penilaian hewan ternak berumur pendek didasarkan pada cost. Jika tidak ada asuransi penyakit perlu dibuat cadangan kematian atau metode penghapusan langsung bila mati mendadak. (8) Pajak Dibayar Dimuka Pos ini merupakan: (a) Kelebihan pembayaran pajak, misalnya Pajak Pertambahan Nilai, yang akan ditagih kembali atau dikompensasikan terhadap kewajiban pajak masa berikutnya. (b) Aktiva Pajak Kini yaitu kelebihan jumlah Pajak Penghasilan yang telah dibayar pada periode berjalan dan periode sebelumnya dari jumlah pajak yang terhutang untuk periode-periode tersebut. Aktiva Pajak Kini harus dikompensasi (offset) dengan Kewajiban Pajak Kini dan jumlah netonya harus disajikan pada Neraca. Pajak dibayar dimuka disajikan sebesar selisih jumlah pajak yang telah disetor dengan tagihan pajak. (9) Biaya Dibayar Dimuka. Pos ini merupakan biaya yang telah dibayar namun pembebanannya baru akan dilakukan pada periode yang akan datang, pada saat manfaat diterima, seperti : premi asuransi dibayar di muka, dan sewa dibayar di muka. Biaya dibayar dimuka disajikan sebesar nilai yang belum terealisasi. (10) Aktiva Lancar Lain-lain Pos ini mencakup aktiva lancar yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam angka (1) sampai dengan angka (8) di atas, termasuk pembayaran di muka untuk memperoleh barang atau jasa yang akan digunakan dalam waktu 12 (dua belas) bulan atau satu siklus normal perusahaan. Aktiva lancar lain-lain disajikan sebesar nilai tercatat. b) Aktiva Tidak Lancar Semua aktiva lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva yang lancar diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Aktiva tidak lancar antara lain terdiri dari : (1) Piutang Hubungan Istimewa Pos ini merupakan piutang yang timbul sebagai akibat dari transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, selain untuk pos yang telah ditentukan penyajiannya pada Kas dan Setara Kas, Investasi Jangka Pendek dan Piutang Usaha. Piutang Hubungan Istimewa disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasi. Jika untuk transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dibentuk penyisihan, maka alasan dan dasar pembentukan penyisihan serta penjelasan transaksi terjadinya piutang harus diungkapkan.
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 - 19 -
bukti yang obyektif. Keadaan ini terjadi akibat penurunan kondisi keuangan dan kondisi lainnya dari perusahaan penerbit Efek tersebut. Penurunan permanen ini menyebabkan nilai tercatat Efek melebihi estimasi jumlah yang dapat dipulihkan. Dalam hal ini kerugian penurunan nilai ini diperlakukan sebagai berikut: (a) Kerugian bersih kumulatif untuk Efek tertentu yang telah diakui secara langsung dalam komponen ekuitas harus dipindahkan dari komponen ekuitas dan dimasukkan dalam Laporan Laba Rugi periode berjalan meskipun Efek tersebut belum dijual atau dilepas. (b) Jumlah kerugian yang harus dipindahkan dari ekuitas ke Laporan Laba Rugi, adalah perbedaan antara biaya perolehan Efek dan nilai wajar Efek (nilai tercatatnya), dikurangi dengan kerugian penurunan nilai dari Efek yang sebelumnya sudah diakui dalam Laporan Laba Rugi. (c) Jika dalam periode berikutnya, nilai wajar Efek mengalami kenaikan dan kenaikan tersebut secara obyektif dapat dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi setelah kerugian penurunan nilai sebelumnya diakui dalam Laporan Laba Rugi, maka kerugian penurunan nilai harus dipulihkan melalui Laporan Laba Rugi periode berjalan. (5) Hewan Ternak Produksi - Berumur Panjang Pos ini merupakan hewan ternak menghasilkan berumur panjang, yang terdiri dari : (a) Hewan ternak dalam pertumbuhan Merupakan hewan ternak yang belum mencapai umur produktif. Aktiva ini dinilai berdasarkan akumulasi biaya perolehan dan pemeliharaan sampai umur produktif. Jika telah sampai umur produktif akan dipindahkan pada akun hewan ternak telah menghasilkan. Biaya perolehan dan pemeliharaan dikapitalisasi berdasarkan jangka waktu sampai mencapai umur produktif. (b) Hewan ternak telah menghasilkan Merupakan hewan ternak yang telah mencapai umur produktif yang dipelihara untuk menghasilkan barang konsumsi, seperti susu, wool dan sebagainya. Aktiva ini akan diamortisasi (deplesi) sepanjang umur produktif ekonomisnya. (6) Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat berupa: (a) Pemilikan Langsung Pos ini merupakan aktiva tetap yang siap pakai, transaksinya telah selesai, dan menjadi hak perusahaan secara hukum. Aktiva ini dicatat sebesar biaya perolehan. (b) Aktiva Sewa Guna Usaha Pos ini merupakan aktiva tetap yang diperoleh melalui transaksi sewa guna usaha yang memenuhi kriteria capital lease. Aktiva sewa guna usaha dicatat sebesar nilai tunai (present value) dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha.
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 - 34 -
(3) Metode akuntansi yang digunakan dalam pencatatan penyertaan (metode ekuitas atau biaya). e) Investasi selain Efek Yang harus dijelaskan adalah: (1) Penentuan nilai tercatat investasi. (2) Perlakuan perubahan nilai pasar investasi lancar yang dicatat berdasarkan harga pasar. (3) Perlakuan surplus revaluasi atas penjualan investasi yang dinilai kembali. f) Hewan Ternak Yang harus dijelaskan adalah : (1) Hewan ternak telah menghasilkan : (a) Metode penilaian; (b) Metode amortisasi (deplesi); (c) Cadangan kematian atau metode penghapusan langsung, jika ada. (2) Hewan ternak dalam pertumbuhan (belum menghasilkan) : (a) Metode penilaian; (b) Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk dapat berpindah menjadi hewan ternak telah menghasilkan. g) Aktiva Tetap Yang harus dijelaskan adalah: (1) Dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto aktiva tetap. (2) Kriteria Kapitalisasi biaya perbaikan dan perawatan, penurunan nilai (impairment) dan penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi). (3) Metode penyusutan yang digunakan. (4) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan. (5) Dasar pengukuran aktiva dalam pembangunan. h) Sewa Guna Usaha Yang harus dijelaskan adalah : (1) Dasar perlakuan transaksi sewa guna usaha sebagai capital lease. (2) Perlakuan laba (rugi) transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale and lease back). i) Aktiva Tidak Berwujud Yang harus dijelaskan adalah: (1) Kriteria pengakuan untuk tiap jenis aktiva. (2) Metode amortisasi yang digunakan. (3) Masa manfaat atau tarif amortisasi yang digunakan. (4) Untuk biaya pengembangan, agar dijelaskan juga dasar kapitalisasinya. j) Aktiva Lain-Lain Yang harus dijelaskan adalah: (1) Dasar pengelompokan suatu aktiva menjadi aktiva lain-lain. (2) Kebijakan akuntansi untuk tiap jenis aktiva.
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 - 38 -
b) c) d) e) f) g) h) i)
(b) Bahan pembantu, (c) Bahan persediaan lain. Jumlah penyesuaian atas penurunan nilai persediaan. Kondisi dan peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan. Nilai tercatat persediaan yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima jaminan. Nilai persediaan yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi, dan risiko yang ditutup. Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah pertanggungan asuransi. Dalam situasi depresiasi rupiah luar biasa: jumlah selisih kurs yang dikapitalisasi, biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount). Penjelasan mengenai kerugian persediaan yang jumlahnya material atau sifatnya luar biasa, seperti bencana alam. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dan tingkat kapitalisasi yang dipergunakan, untuk persediaan yang memenuhi kriteria aktiva tertentu (qualifying asset).
7) Hewan Ternak Produksi - Berumur Pendek Yang harus diungkapkan adalah: a) Total jumlah tercatat dan nilai tercatat menurut klasifikasi hewan ternak telah menghasilkan dan hewan ternak belum menghasilkan. b) Rekonsiliasi saldo awal dan akhir hewan ternak tiap kelompok selama paling tidak 2 tahun terakhir. c) Nilai amortisasi (deplesi) atas hewan ternak telah menghasilkan. d) Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah penyisihan atau penghapusan persediaan yang mati atau hilang. e) Nilai hewan ternak yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi dan risiko yang ditutup. f) Jika tak ada asuransi untuk wabah penyakit, perlu dibuat cadangan kematian atau metode penghapusan langsung. g) Pendapat manajemen atas kecukupan nilai pertanggungan asuransi. h) Nilai hewan ternak yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima jaminan. 8) Pajak Dibayar di Muka Yang harus diungkapkan antara lain: a) Jenis dan jumlah masing-masing pajaknya. b) Uraian mengenai jumlah restitusi pajak yang diajukan dan statusnya. 9) Biaya Dibayar Dimuka Yang harus diungkapkan adalah rincian menurut jenis dan jumlah. 10) Aktiva Lancar Lain Yang harus diungkapkan adalah rincian menurut jenis dan jumlah. 11) Piutang Hubungan Istimewa Yang harus diungkapkan antara lain: a) Rincian jenis, nama pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan jumlah piutang, menurut jenis mata uang. b) Alasan dan dasar pembentukan penyisihan dan/atau penghapusan, transaksi
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 - 39 -
terjadinya piutang, saat timbulnya piutang, nama debitur, sifat hubungan dengan debitur dan jumlahnya. c) Jumlah penyisihan piutang ragu-ragu, beban piutang ragu-ragu, dan penghapusan piutang. d) Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah penyisihan. 12) Investasi pada Perusahaan Asosiasi Yang harus diungkapkan antara lain: a) Nama perusahaan dan persentase kepemilikan. b) Rekonsiliasi nilai tercatat penyertaan pada awal dan akhir periode dengan memperlihatkan bagian laba rugi yang diakui dan dividen yang diperoleh pada periode berjalan serta penurunan permanen nilai penyertaan. c) Informasi lainnya yang menyangkut kegiatan perusahaan asosiasi, misalnya perusahaan asosiasi menerbitkan saham baru. 13) Investasi Jangka Panjang Lain Yang harus diungkapkan antara lain: a) Rincian menurut jenis investasi sebagai berikut: (1) Efek hutang dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity); (2) Efek hutang dan efek ekuitas tersedia untuk dijual (available for sale); (3) Properti; (4) Investasi lainnya. b) Pemisahan antara investasi pada pihak ketiga dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk investasi dalam efek hutang dan efek ekuitas, investasi dalam properti dan investasi lainnya. c) Pengungkapan investasi dalam efek hutang (dimiliki hingga jatuh tempo dan tersedia untuk dijual) adalah sebagai berikut: (1) Rincian efek hutang menurut penerbit, nilai nominal serta jenis mata uang, diskonto atau premium yang belum diamortisasi, nilai tercatat, tingkat bunga, dan tanggal jatuh tempo; (2) Efek yang pembayarannya dijamin dengan hipotik diungkapkan secara terpisah; (3) Persyaratan efek hutang; (4) Nilai wajar agregat; (5) Metode dan asumsi yang digunakan dalam menentukan nilai wajar efek; (6) Laba (rugi) yang belum direalisasi dari efek tersedia untuk dijual (available for sale); (7) Peringkat efek hutang berikut nama pemeringkat, jika ada. d) Untuk efek ekuitas tersedia untuk dijual harus diungkapkan: (1) Nilai wajar agregat; (2) Metode dan asumsi yang digunakan dalam menentukan nilai wajar efek; (3) Laba (rugi) yang belum direalisasi. e) Uraian tentang alasan diambilnya keputusan menjual, mengubah jenis atau memindahkan kelompok efek. f) Pengungkapan investasi dalam efek yang menggunakan metode biaya (cost method), adalah: (1) Nama perusahaan dan persentase yang dimiliki, nilai tercatat penyertaan; (2) Alasan tidak dapat ditentukannya nilai wajar efek; (3) Mutasi penyertaan dan penurunan permanen nilai penyertaan;
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
LAMPIRAN 12 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002 - 40 -
g) Pengungkapan investasi dalam bentuk properti meliputi jenis/uraian, lokasi, biaya perolehannya dan nilai wajarnya. h) Pengungkapan investasi jangka panjang lainnya meliputi jenis dan nilai wajarnya. i) Apabila investasi jangka panjang dijaminkan, syarat-syarat dan kondisi yang berdampak signifikan bagi perusahaan harus dinyatakan dan diungkapkan baik jumlah maupun pihak penerima jaminan. j) Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai atau pemulihan penurunan nilai. k) Rugi penurunan nilai yang diakui selama periode berjalan dan komponen Laporan Laba Rugi dimana kerugian tersebut dilaporkan . Pengungkapan dilakukan untuk setiap jenis investasi. l) Pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui selama periode berjalan dan komponen Laporan Laba Rugi dimana kerugian tersebut dilaporkan. Pengungkapan dilakukan untuk setiap jenis investasi. 14) Hewan Ternak Produksi - Berumur Panjang Yang harus diungkapkan adalah a) Pengelompokan hewan ternak dalam pertumbuhan (belum menghasilkan) dan hewan ternak telah menghasilkan. b) Rekonsiliasi saldo awal dan akhir hewan ternak tiap kelompok selama paling tidak 2 tahun terakhir. c) Nilai amortisasi (deplesi) atas hewan ternak telah menghasilkan. d) Nilai hewan ternak tiap kelompok berdasarkan lokasi/area peternakan e) Kondisi hewan ternak. f) Prosentase kematian selama tiga tahun terakhir. g) Nilai hewan ternak yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi dan risiko yang ditutup. h) Jika tak ada asuransi untuk wabah penyakit, perlu dibuat cadangan kematian atau metode penghapusan langsung. i) Nilai cadangan kematian atau metode penghapusan langsung, jika ada. j) Pendapat manajemen atas kecukupan nilai cadangan kematian, jika ada. k) Nilai hewan ternak yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima jaminan. 15) Aktiva Tetap a) Pemilikan langsung Yang harus diungkapkan adalah: (1) Rincian aktiva tetap menurut jenisnya, seperti; tanah, tanah dan bangunan, mesin, kendaraan bermotor, peralatan kantor. (2) Akumulasi penyusutan masing-masing jenis aktiva tetap. (3) Jumlah penyusutan pada tahun berjalan, dan alokasi biaya penyusutan pada laporan laba rugi. (4) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang memperlihatkan penambahan dan pelepasan. (5) Nilai aktiva tetap yang diasuransikan, nilai pertanggungan dan risiko yang ditutup. (6) Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah pertanggungan asuransi. (7) Untuk setiap kejadian luar biasa, harus diungkapkan : (a) Jenis aktiva yang mengalami kerusakan dan penyebab kerusakannya; (b) Nilai buku aktiva tersebut;
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013
Proses perhitungan ..., Beni Hendrawan, FE UI, 2013