perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PROSES KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) PARIWISATA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Kelompok Dalam Pengelolaan PNPM Pariwisata Pada Kelompok Masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)
SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun oleh: Nositaria Devia Hariefka
D0207075
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Seribu langkah pasti dimulai dari langkah pertama. *** Sebagian masa depan kamu tergantung dengan siapa kamu bergaul. (The Seven Habits of Highly Effective Teens) *** ”Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu yang telah memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguhsungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (Q.S. Al-Insyirah : 1-8) *** Dalam hidup, ada hal yang datang dengan sendirinya, dan ada hal yang harus diperjuangkan dahulu untuk mendapatkannya. (The Seven Habits of Highly Effective Teens) commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya kecil nan sederhana ini kupersembahkan untuk : Bapak, Ibu dan keluarga karena dukungannya yang luar biasa besar bagi penulis. Semoga karya ini menjadi sebentuk senyum di setiap wajah-wajah yang penulis cintai.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, yang telah melimpahkan nikmat, karunia dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Sungguh kesempurnaan hanyalah milik-Nya. Tidak ada yang sempurna melainkan Dia. Awal minat penulis meneliti Proses Komunikasi Kelompok Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pariwisata (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Kelompok Dalam Pengelolaan PNPM Pariwisata Pada Kelompok Masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang) adalah adanya kenyataan bahwa pada tahun 2008 Candi Borobudur dikunjungi lebih dari 3 juta wisatawan. Tapi mereka hanya menghabiskan waktu 3-4 jam di Candi Borobudur, lalu melanjutkan perjalanan ke tujuan wisata lain, khususnya ke Yogyakarta. Karena hanya sebentar, wisatawan tidak banyak membelanjakan uangnya di daerah Magelang, khususnya di Desa Wisata Candirejo yang hanya berjarak 3 km dari Candi Borobudur, sehingga masyarakat kurang mendapatkan manfaat ekonomi dari kekayaan wisata yang dimilikinya. Kemudian
pemerintah
mencanangkan
PNPM
Pariwisata
untuk
mendorong
pengembangan ekonomi masyarakat agar mampu bergerak di bidang usaha kepariwisataan. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui proses komunikasi kelompok commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam pengelolaan PNPM Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik dan berlipat kepada mereka. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada : 1. Teristimewa untuk Ayah, lelaki paling bijaksana dalam hidup penulis, Arif Katriyanto, dan Ibunda Sri Hartini yang tak pernah melupakan nama penulis dalam setiap doanya. Serta keluarga besar yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan dorongan moril maupun materil kepada penulis. Dengan doa restu yang sangat berpengaruh dalam kehidupan penulis, kiranya Allah SWT membalas dengan segala berkah-Nya. 2. Untuk calon imamku dan anak-anak kita nanti semoga Allah lekas mempertemukan kita. 3. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta. 4. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS. 5. Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing Akademis yang sabar setiap penulis melakukan konsultasi KRS. Terimakasih atas saran dan masukannya.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Dra. Hj. Sofiah, M.Si selaku pembimbing skripsi, yang telah melakukan bimbingan dengan baik. Terima kasih atas segala masukan dan pelajaran hidupnya. Penulis banyak belajar serta menikmati betul dalam setiap kesempatan berdiskusi. 7. Terimakasih untuk Ibu Rara Sugiyarti, dosen Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Seni Rupa dan Seni Sastra UNS, dan Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd serta Bapak Wiranto di Pusat Studi Wisata atas diijinkannya penulis ”bolak-balik” ke LPPM untuk meminjam buku. 8. Semua staf pengajar di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS. Terima kasih atas kesediaannya memberikan ilmu. Mohon maaf atas segala kesalahan. Semoga semua ilmu yang telah diberikan bermanfaat dunia akhirat. 9. Semua informan dalam penelitian ini yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk ”diganggu” oleh penulis, Bapak Tatak Sariawan selaku ketua dan Mas Ersyidik selaku sekretaris Koperasi Desa Wisata Candirejo serta semua keluarga di Desa Wisata Candirejo. Juga buat Bapak M. Khamim, S. Sos selaku Kepala Seksi Obyek Wisata. Penulis merasakan suasana bersahabat dan kekeluargaan yang dalam tatkala bertemu dan berkomunikasi. 10. Teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2007 (KOMPI). Sungguh jerit, tangis, canda, dan tawa, semua itu hanya sebagian kecil kenangan yang tak terlupakan, tak terhapuskan dan tak terbayarkan dari apa yang telah kita lalui bersama. commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Terimakasih untuk lelaki berseragam coklat yang pernah menjadi bagian dari proses panjang ini: Bripda Agus Susantyo dan Briptu Muhammad Nur Ainul Yakin, S.H yang telah banyak mengajarkan arti kesabaran serta senantiasa memberikan suntikan motivasi kepada penulis. 12. Keluarga kecilku di Solo: Mbak Eka, Ami, Ari, Dika dan Ratih. Terimakasih untuk setiap kisah yang memenuhi hari-hari di Kota Budaya ini. Terimakasih juga untuk sahabat-sahabatku: Mas Doddy, Mas Latief, Salim, Jemmy, Dek Fandi, Mas Sony dan Cebounch Community (Reny, Indah, Ratna, Surna, Ardhya, Yani, Nilam, dan Ninda) tetaplah kalian menjadi semangatku. Juga untuk kesempatan bertemu dan merangkai kenangan bersama orang-orang istimewa yang belum tersebutkan sungguh semua itu menjadi anugerah terindah yang penulis miliki. Kiranya semua itu hanya patut terlukis dalam hati, dalam sanubari nan abadi. Terimakasih atas semua bantuannya. Diantara yang sempurna pasti ada yang tidak sempurna. Penulis menyadari betul skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Namun, demikian penulis tetap berharap dapat memberikan manfaat kepada siapapun yang membaca.
Surakarta,
Januari 2012
Nositaria Devia Hariefka commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
iii
MOTTO.........................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN..........................................................................................
v
KATA PENGANTAR...................................................................................
vi
DAFTAR ISI..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL..........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
xv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xviii
ABSTRAK ....................................................................................................
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………. commit to user x
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah…………………………………………………
9
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….
9
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………
9
E. Kerangka Teori...…………………………………………………..
10
1. Komunikasi……………………………………………………
10
2. Kelompok………………..……………………………………
14
3. Komunikasi Kelompok………………………………………....
19
4. Karakteristik Teori Komunikasi Kelompok..…………………
23
5. Pariwisata……………………………………………………..
25
F. Definisi Konseptual……………………………………………….
30
G. Kerangka Pemikiran ………………………………………………
31
H. Metodologi Penelitian…………………………………………….
31
1. Tipe Penelitian………………………………………………...
31
2. Obyek Penelitian………………………………………………
32
3. Lokasi Penelitian………………………………………………
32
4. Populasi dan Narasumber…………………………………….
32
5. Jenis Data….…………………………………………………..
33
6. Teknik Pengumpulan Data……………………………………
33
7. Teknik Validitas Data…………………………………………
34
8. Teknik Analisis Data………………………………………….
35
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Desa Candirejo……………………………………………………
37
1. Batas Administratif dan Letak Geografis…………………….
37
2. Kondisi Demografis……..……………………………………
39
B. Desa Wisata Candirejo……………………………………………
44
1. Proses Pembentukan Desa Wisata Candirejo…………………
44
2. Potensi Wisata………………………………………………...
48
3. Paket Wisata……………….………………………………….
49
C. Koperasi Desa Wisata Candirejo………………………………….
54
1. Struktur Pengurus Koperasi Desa Wisata Candirejo………….
54
2. Kunjungan Wisatawan Asing dan Domestik………………....
55
3. Pendapatan Koperasi Desa Wisata Candirejo…………………
56
D. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pariwisata
56
1. Pengertian……………………………………………………..
56
2. Tujuan PNPM Pariwisata……………………………………..
58
3. Prinsip Dasar PNPM Pariwisata………………………………
59
4. Sasaran Program………………………………………………
61
5. Pendanaan Program…………………………………………..
62
6. Ketentuan Dasar PNPM Pariwisata…………………………..
65
7. Pelaku Rintisan PNPM Pariwisata di Desa Candirejo………..
68
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA........................................
72
A. Pertemuan-pertemuan....................................................................
74
B. Musyawarah Pembahasan Program.................................................
78
C. Pelaksanaan Program.....................................................................
82
D. Evaluasi Monitoring Kegiatan Program........................................
112
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................
123
B. Saran.............................................................................................
126
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
128
LAMPIRAN.................................................................................................
131
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Distribusi Penduduk Desa Candiejo Tahun 2011………………… 39
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Desa Candirejo Tahun 2011 Menurut Umur….. 40
Tabel 1.3
Keadaan Penduduk Desa Candirejo Tahun 2011 Menurut Mata Pencaharian…………………………………………………. 41
Tabel 1.4
Keadaan Penduduk Desa Candirejo Tahun 2011 Menurut Tingkat Pendidikan………………………………………………. 42
Tabel 1.5
Keadaan Penduduk Desa Candirejo Tahun 2011 Menurut Agama 43
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Pengelolaan Desa Wisata Candirejo……………………………..
3
Gambar 1.2
Komponen Penggerak Sistem Pariwisata………………………..
28
Gambar 1.3
Kerangka Pemikiran……………………………………………..
31
Gambar 1.4
Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif………...
36
Gambar 1.5
Peta Desa Candirejo…………………………………………….
38
Gambar 1.6
Proses Pembentukan Desa Wisata Candirejo…………………...
45
Gambar 1.7
Ide Pembentukan Desa Wisata Candirejo………………………
47
Gambar 1.8
Jelajah Desa...................................................................................
50
Gambar 1.9
Salah satu homestay di Desa Wisata Candirejo…………………
51
Gambar 2.0
Puncak Obyek Wisata Watu Kendil…………………………….
52
Gambar 2.1
Bamboo Rafting…………………………………………………
53
Gambar 2.2
Salah satu kegiatan cooking lesson……………………………...
53
Gambar 2.3
Struktur Pengurus Koperasi Desa Wisata Candirejo……………
54
Gambar 2.4
Dokar Village Tour…………………………………………….. commit to user
88
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.5
Kegiatan Guide Memandu Wisatawan……………………........
92
Gambar 2.6
Pementasan salah satu kesenian di Desa Wisata Candirejo……
98
Gambar 2.7
Kamar Homestay……………………………………………….
102
Gambar 2.8
Proses Pembuatan Slondok……………………………………..
104
Gambar 2.9
Pelatihan Kerajinan Pandan Bagi Wisatawan………………….
106
Gambar 3.0
Pameran Kerajinan Bambu Bagi Wisatawan…………………..
107
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1
Pendapatan Koperasi Desa Wisata Candirejo Tahun 2003-2010… 4
Grafik 1.2
Kunjungan Wisatawan Asing dan Domestik Tahun 2003-2010….. 55
Grafik 1.3
Pendapatan Koperasi Desa Wisata Tahun 2003-2010……………. 56
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Surat Permohonan Izin Penelitian ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Lampiran 1.2 Surat Permohonan Izin Penelitian ke Desa Wisata Candirejo Lampiran 1.3 Surat Keterangan Penelitian Dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Lampiran 1.4 Surat Keterangan Penelitian Dari Desa Wisata Candirejo Lampiran 1.5 Peta Wisata Kabupaten Magelang Lampiran 1.6 Brosur Desa Wisata Candirejo Lampiran 1.7 Kalender Pariwisata Kabupaten Magelang 2010 Desa Wisata Candirejo Lampiran 1.8 Rekap Wawancara Tatak Sariawan Rabu, 8 Juni 2011 Lampiran 1.9 Rekap Wawancara M. Khamim Sabtu, 11 Juni 2011 Lampiran 2.0 Rekap Wawancara Tatak Sariawan Sabtu, 18 Juni 2011 Lampiran 2.1 Rekap Wawancara Ersyidik Sabtu, 18 Juni 2011 Lampiran 2.2 Rekap Wawancara Tatak Sariawan Sabtu, 8 Oktober 2011 commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
NOSITARIA DEVIA HARIEFKA (D0207075). PROSES KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) PARIWISATA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Kelompok Dalam Pengelolaan PNPM Pariwisata Pada Kelompok Masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang). SKRIPSI (S-1). Jurusan Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. Penelitian ini mengambil obyek penelitian di Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang sekarang menjadi Desa Wisata Candirejo. Desa Wisata Candirejo adalah salah satu lokasi yang memiliki spesifikasi, keunikan dan kekhasan sehingga terpilih menjadi salah satu penerima PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Pariwisata di Kabupaten Magelang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan data primer berasal dari observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder berasal dari dokumen-dokumen yang menunjang penelitian ini. Untuk menjamin validitas data, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data atau triangulasi sumber yaitu mengumpulkan data sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Dengan demikian kebenaran data yang satu akan dikonfirmasikan dengan data yang diperoleh dari sumber data yang lain. Teknik analisa data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang bergerak diantara tiga komponen data yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan (verifikasi). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori pertukaran sosial dari Thibaut dan Kelley yang menyatakan bahwa interaksi terjadi melalui pertukaran barang dan jasa serta melalui tanggapan individu yang muncul dalam interaksi tersebut berupa rewards dan costs. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mengelola PNPM Pariwisata, kelompok pelaku wisata di Desa Wisata Candirejo melalui empat tahap yaitu mengadakan tiga jenis pertemuan yaitu pertemuan tahunan pada saat kelompok akan mengusulkan dana PNPM Pariwisata, pertemuan bulanan sebagai kegiatan pembinaan dan pengembangan dan pertemuan yang disesuaikan dengan kebutuhan; melakukan musyawarah yang membahas usulan program dari setiap kelompok pelaku wisata melalui rembuk desa; melaksanakan program yang telah disepakati dalam musyawarah yakni pada PNPM Pariwisata 2009 melaksanakan commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 program kerja yang diusulkan oleh 6 kelompok dan pada PNPM Pariwisata 2010 melaksanakan 5 program kerja yang diusulkan oleh tiga kelompok; serta mengadakan evaluasi monitoring kegiatan program yang telah dilaksanakan untuk mengukur output dari pelaksanaan program. Bentuk pertanggungjawabannya diwujudkan dengan laporan pelaksanaan PNPM Pariwisata yang memuat berbagai catatan penting terkait dengan pelaksanaan PNPM Pariwisata berupa permasalahan yang terjadi, catatan proses pelaksanaan dan temuan-temuan selama program berlangsung. Dari hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran bagi pemerintah agar melanjutkan PNPM Pariwisata karena program ini merupakan program pemberdayaan masyarakat yang mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja khususnya bagi wilayah yang memiliki potensi pariwisata. Saran bagi Desa Wisata Candirejo agar meningkatkan pelayanan dan pemanfaatan potensi wisata yang ada sehingga bisa terus mendapatkan program PNPM Pariwisata dan saran bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian di Candirejo yaitu bisa meneliti tentang evaluasi program PNPM Pariwisata yang telah dilaksanakan di Candirejo mulai tahun 2009 dengan metode input - proses - produk dampak. Kata kunci: proses komunikasi kelompok, PNPM Pariwisata, desa wisata.
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT NOSITARIA DEVIA HARIEFKA (D0207075). PROSES KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) PARIWISATA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Kelompok Dalam Pengelolaan PNPM Pariwisata Pada Kelompok Masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang). SKRIPSI (S-1). Jurusan Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. This research object took place at Candirejo village, Borobudur district, Magelang regency, South Java where it is become Candirejo Tourism Village, now. Candirejo Tourism Village is on of the location that has specification, uniqueness, and markable, so it was choosen to be the receiver of PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) tourism in Magelang regency. This research in order to get the form of communication process in managing PNPM at Candirejo society group. This research used qualitative descriptive analysis by taking primer data from observation and interview, meanwhile the second data came from documents. Keeping the data validity, this research used triangulation data technique or triangulation source technique. It means collecting the same type of data from variety data sources. So that the validity of data will be confirmed one each other. Interactive analysis model which is between three components: data reduction, data displaying, verification. Researcher used the theory of social exchanging (teori pertukaran sosial) from Thibaut and Kelly which is state that interaction happens from exchanging goods and services, also from the available reaction of individual: reward and cost. The research result shows that in managing PNMP tourism, group actor of tourism did four steps: holding annual meeting (when group launched the proposal cash of PNPM tourism), monthly meeting as the development activity set by a need, a discussion meeting of program proposal through “rembuk desa”. Acting the approval program on PNPM Tourism 2009 acting 8 frame program which came out by three group, and holding evaluation on the done program to measure the output. It formed by the review data of PNPM tourism action program which in variety important notes connected with the happening problem, action notes, and some discoveries when the program were held. Researcher suggest, especially for government to continue PNPM tourism because this program is a development group program which accelerates decreasing poverty and enlarge the opportunity of getting work, especially for potential tourism commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
area. Suggestion for Candirejo tourism village is increasing the service and maximizing utilization of tourism potential, in order to keep getting the PNPM tourism. For another researcher who has any interest at Candirejo village, could research about programm evaluating of PNPM Pariwisata that held in Candirejo start at 2009 by input – process – product – result. Keyword
: group communication process, PNPM tourism, tourism village
commit to user xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang diharapkan dapat menjadi sumber utama devisa, memperluas dan menciptakan kesempatan berusaha serta lapangan kerja. Sektor pariwisata hendaknya ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan yang ada supaya dapat menjadi sumber kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan. Pariwisata dapat dikatakan sebagai industri yang semakin berkembang pesat. Hampir semua negara di dunia mencoba mengembangkan industri pariwisata. Industri pariwisata dipandang memiliki prospek cerah dan cukup menjanjikan serta banyak mendatangkan keuntungan bagi negara. Negara-negara mempunyai
potensi
menonjol
serta
telah
mengelola
yang
sektor-sektor
kepariwisataannya secara intensif dan profesional dapat menjadikan pariwisata sebagai penyumbang devisa negara yang cukup besar, misalnya Indonesia. Indonesia memiliki beragam potensi pariwisata yang mengagumkan, salah satunya adalah Candi Borobudur yang terletak di Kabupaten Magelang. Pada tahun 2008, Candi Borobudur dikunjungi lebih dari 3 juta wisatawan, tapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
mereka hanya menghabiskan waktu 3-4 jam di obyek wisata tersebut, lalu melanjutkan perjalanan ke tujuan wisata lain, khususnya ke Yogyakarta. Karena hanya sebentar, wisatawan tidak banyak membelanjakan uangnya di daerah Magelang sehingga masyarakat kurang mendapatkan manfaat ekonomi dari kekayaan wisata yang dimilikinya. Salah satu upaya untuk menahan wisatawan di sekitar Magelang, memasuki tahun 2009, Dinas
Pariwitasa dan Kebudayaan Kabupaten Magelang
mencanangkan program pengembangan desa wisata. Desa wisata selama ini dikembangkan berdasarkan konsep Community Based Tourism (CBT-Pariwisata Berbasis Komunitas). Melalui CBT, masyarakat sendiri yang memegang peran utama dalam pengembangan wisata di komunitasnya. Masyarakat bisa memberdayakan kekayaan wisata yang dimilikinya, serta mengelolanya sendiri demi kesejahteraan mereka. Sedangkan program wisata yang ditawarkan juga bersumber dari potensi yang dimiliki komunitas itu sendiri. Salah satu desa wisata yang diharapkan menjadi daerah tujuan wisata yang potensial di tingkat regional, nasional dan internasional adalah Desa Wisata Candirejo. Desa Candirejo mencakup 14 dusun dengan jumlah penduduk sekitar 4.178 jiwa telah diresmikan sebagai Desa Wisata Internasional pada tanggal 19 April 2003 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisataa RI, I Gede Artika. Sementara itu, potensi wisata yang terdapat di Desa Wisata Candirejo terbagi menjadi 3 yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
1. Potensi alam, yang meliputi Watu Kendil, Banyu Asin, Sungai Progo, Sungai Sileng, Tempuran, Watu Tambak, dan Ladon. 2. Wisata agro, yang meliputi pertanian tumpang sari, kebun salak, kebun rambutan, dan kebun pepaya. 3. Seni dan budaya, yang terdiri dari kesenian tradisional (jathilan, gatholoco/wulangsunu, kobrosiswo, karawitan, kethoprak, wayang kulit, laraspitutur, dan shalawatan jawa) dan budaya adat/tradisi (sambatan, setral, tethek, dan macam-macam slametan seperti pertidesa dan wayang kulit pada bulan Sapar, serta nyadran dan ilag gilag pada bulan Ruwah. Potensi-potensi tersebut sepenuhnya dikelola oleh masyarakat Candirejo secara mandiri melalui koperasi. Koperasi Desa Wisata Candirejo adalah satusatunya pengelola pariwisata berbasis masyarakat di Desa Candirejo. Pengelolaan koperasi terpisah dari sistem pemerintahan desa, tetapi Koperasi Desa Wisata Candirejo merupakan badan usaha milik desa, dimana koperasi bertanggung jawab terhadap pemerintah desa dan masyarakat Desa Candirejo.
PEMERINTAH Lembaga Desa KOPERASI DESA WISATA Unit usaha kelompok / perorangan Masyarakat Gambar 1.1 Pengelolaan Desa Wisata Candirejo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Pengelolaan potensi yang dilakukan oleh Koperasi Desa Wisata Candirejo mencakup penyediaan local guide, homestay berupa rumah tradisional Jawa, konsumsi, transportasi lokal, cinderamata, paket wisata hingga atraksi hiburan dan kesenian. Paket wisata yang ditawarkan kepada pengunjung yaitu Jelajah Desa (I dan II), Homestay (tinggal bersama di rumah penduduk), Tracking (sunrise di Bukit Menoreh), Rafting, Cooking Lesson, dan Negotiable Programm (tergantung pada pilihan pengunjung). Pengelolaan Desa Wisata Candirejo melalui koperasi dapat meningkatkan pendapatan masyarakatnya yang pada tahun 1992 peringkat pendapatan desa ini berada di urutan ke-17 dari 21 desa di sekitar Candi Borobudur. Peningkatan
14,486,090
2005
202,294,050 192,155,385 10,138,665
2004
7,446,760
71,272,375 65,891,250 5,381,125
50,000,000
185,715,200 179,376,495
6,338,705
40,850,000 37,768,750 3,081,250
100,000,000
5,435,875
18,449,300 16,889,300 1,560,000
2003
150,000,000
112,404,650 106,968,775
250,000,000 200,000,000
193,830,300 185,533,900
300,000,000
239,123,150 224,637,060
pendapatan masyarakat Desa Candirejo dapat dilihat dalam grafik berikut:
)* Desember Akhir
Pendapatan
2006
2007
2008
Pemgeluaran
2009 SHU
Grafik 1.1 Pendapatan Koperasi Desa Wisata Candirejo Tahun 2003-2010
commit to user
2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Peningkatan kesejahteraan masyarakat Candirejo yang sebelumnya termasuk desa miskin juga tidak terlepas dari peran pemerintah. Mengacu pada buku Petunjuk Teknis Operasional Kegiatan Rintisan PNPM Pariwisata (2009:i), PNPM Pariwisata merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan sebagai berikut: Penanggulangan kemiskinan menjadi agenda yang saat ini dilakukan secara terintegrasi oleh pemerintah. Program penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan menyentuh seluruh sektor dan melibatkan beberapa departemen. Salah satu bidang yang potensial untuk dikembangkan karena mempunyai daya dorong menggerakkan perekonomian masyarakat adalah sektor pariwisata. Pengembangan pariwisata, diyakini dapat memberikan kemanfaatan langsung kepada masyarakat. Di sini, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pariwisata merupakan upaya konkret untuk mendorong pengembangan ekonomi masyarakat agar mampu bergerak di bidang usaha kepariwisataan. PNPM Pariwisata mulai dilaksanakan pada tahun 2009 oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Saat ini, PNPM Pariwisata telah menjadi program yang layak untuk diprioritaskan. Dalam buku Petunjuk Teknis Operasional Kegiatan Rintisan PNPM Pariwisata (2009:1-2), bidang pariwisata paling tidak
mempunyai 3 (tiga) potensi kekuatan yang melekat pada sifat industri pariwisata sebagai instrumen penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat yang dinilai efektif yaitu: 1. In-situ. Dalam industri pariwisata, transaksi hanya dimungkinkan manakala wisatawan mendatangi/mengunjungi tempat dimana produk wisata tadi dihasilkan. Artinya, dampak positif pariwisata yang berupa pembelanjaan wisatawan akan mengalir secara langsung pada masyarakat. Dengan kata lain, pariwisata adalah instrumen program pemerataan dan penyebaran pertumbuhan yang sangat efektif. 2. Rantai nilai ke depan dan ke belakang yang sangat panjang. Transaksi kepariwisataan akan mampu menumbuhkan rantai nilai tambah ke commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
depan dan ke belakang yang sangat panjang, sehingga mampu mendongkrak kegiatan ekonomi terkait yang sangat besar. 3. lndustri yang berbasis sumber daya lokal (local resource based industry). Karakteristik industri pariwisata dan budaya yang sangat ramah pada penyerapan sumber daya lokal serta sifatnya yang padat karya akan sangat efektif dalam menyerap tenaga kerja dan membuka peluang usaha di daerah. Kegiatan PNPM Pariwisata difokuskan pada pengembangan wilayah sasaran yang memiliki keterkaitan fungsi dan pengaruh dengan unsur objek dan daya tarik wisata (alam, budaya, khusus) maupun fasilitas usaha pariwisata yang menjadi penggerak aktivitas kepariwisataan di suatu tempat atau daerah. Dalam buku Petunjuk Teknis Operasional Kegiatan Rintisan PNPM Pariwisata (2009:1-3), pola pemberdayaan kegiatan PNPM Pariwisata dilaksanakan melalui: Pola pemberdayaan kegiatan PNPM Pariwisata dilaksanakan dengan menggerakkan masyarakat dalam mengembangkan kepariwisataan di wilayahnya. Perwujudan pemberdayaan masyarakat ini dilaksanakan melalui penyaluran dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)/Bantuan Sosial kepada kelompok masyarakat. BLM ini bersifat stimulan dan sengaja disediakan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat dalam mengembangkan kapasitas masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan. Penggunaan dana BLM lebih diprioritaskan pada kegiatan-kegiatan kolektif dan langsung menyentuh masyarakat miskin. Dengan demikian, melalui perkembangan kepariwisataan di suatu tempat atau wilayah, hal tersebut diharapkan akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Salah satu contoh upaya peningkatan kesejahteraan melalui PNPM Pariwisata yakni pembukaan Galeri PNPM Pariwisata. Pembukaan galeri ini dilakukan oleh masyarakat desa di sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang bekerja sama dengan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Pembukaan galeri ini bertujuan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
mengembangkan kepariwisataan di kawasan Candi Borobudur sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Galeri yang dibangun di Bukit Dagi sekitar 100 meter sebelah barat Candi Borobudur di Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur antara lain memajang berbagai produk kerajinan masyarakat terutama di Desa Borobudur seperti makanan khas, kain batik motif Borobudur, gerabah, dan beberapa cinderamata (www.promojateng-pemprovjateng.com, diakses 10 Oktober 2011 pukul 18.35)
Berdasarkan data yang diambil dari www.suarakarya-online.com (diakses 10 Oktober 2011 pukul 19.50), upaya pemberdayaan masyarakat juga dilakukan di
Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang menjadikan PNPM Pariwisata sebagai upaya efektif dalam memberdayakan masyarakat yang tinggal di wilayah objek wisata Taman Nasional Kelimutu sebagai berikut: Upaya pemberdayaan yang dimaksud adalah dengan menjadi objek dan pelaku dari berbagai aktivitas kepariwisataan yang terjadi di wilayah ini, khususnya di Desa Pemo dan Koanara serta pengembangan Desa Woloara. Beberapa kelompok di tiga desa wisata ini dibentuk dengan jenis usaha berbeda seperti kelompok pengrajin tenun ikat, souvenir, sanggar seni budaya khas daerah, dan kelompok agrowisata. Eksistensi tiga desa wisata tersebut berkaitan erat dengan Kawasan Taman Nasional Kelimutu (KTNK) dan mengharuskan desa ini menjadi pendukung dan pelaku terhadap setiap upaya pengembangan serta pelestarian KTNK. Upaya pemberdayaan masyarakat tersebut tidak luput dari sejumlah kendala seperti terbatasnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan maupun pengelolaan agrowisata. Kendala ini bisa diatasi dengan program tindak lanjut, antara lain penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan tentang pengembangan dan pengelolaan potensi yang ada. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Dalam hal ini, komunikasi dalam kelompok masyarakat berperan penting. Data
yang
diambil
dari
http://jevirian.files.wordpress.com/2010/06/teori-
komunikasi-kelompok-griffin2.pdf (diakses 10 Oktober 2011 pukul 19.15), menyatakan bahwa: Interaksi yang terjadi dalam kelompok masyarakat tersebut bisa menghasilkan ide dan solusi baru. Kelompok memiliki pengetahuan yang luas dan probabilitas yang lebih besar bahwa seseorang dalam kelompok akan memiliki pengetahuan khusus yang relevan dengan persoalan kelompok. Di dalam kelompok juga bisa terjadi social impact, yaitu suatu penggolongan anggota dalam suatu kelompok. Bila kelompoknya mayoritas maka pengambilan keputusannya akan sangat efektif, sebaliknya bila kelompoknya minoritas, maka sering kali orang mengalami kekecewaan, karena merasa tidak diperhatikan. Kelompok masyarakat merupakan pelaku utama rintisan PNPM Pariwisata selaku pengambil keputusan di desa yang dibentuk berdasarkan musyawarah Tim Pengelola Kegiatan (TPK). Kelompok ini harus mengandung unsur-unsur penerima manfaat langsung kegiatan. Dalam kasus di Desa Wisata Candirejo ini kelompok masyarakat dibagi menjadi kelompok dokar, guide, catering, kesenian, homestay, home industry, serta masyarakat Candirejo secara keseluruhan. Guna menggambarkan dan memaparkan proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan PNPM Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo serta mengidentifikasi masalah dan mengetahui komunikasi kelompok yang dilakukan dalam proses pengelolaan program tersebut, maka diperlukan penelitian yang dapat mendeskripsikan hal itu dalam bentuk penelitian deskriptif kualitatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Berawal dari hal tersebut, peneliti ingin mendapatkan gambaran tentang proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan PNPM Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
B. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang?
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi pemerintah, sebagai bahan evaluasi sejauh mana proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
(PNPM) Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang berhasil dilaksanakan. 2. Bagi akademisi, sebagai referensi penelitian di bidang komunikasi kelompok, yakni berusaha mencari komunikasi yang paling efektif untuk kelompok sehingga meminimalisir terjadinya hambatan komunikasi.
E. KERANGKA TEORI 1. Komunikasi Dalam membuat sebuah penelitian, diperlukan adanya teori-teori untuk mendukung penyelesaian masalah-masalah dari penelitian tersebut. Rakhmat (1996:6), teori adalah himpunan konstruk (konsep) definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematika tentang gejala dengan menjabarkan relasi antara variabel untuk menjelaskan gejala tersebut. Dalam hal ini peneliti ingin meneliti proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan PNPM Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Effendy (1992:3) memaknai komunikasi sebagai berikut: Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris communicare yang bersumber dari kata latin communicato yang berarti pemberitaan atau pertukaran pikiran. Makna hakiki dari communicato ini adalah communis yang berarti “sama”, jelasnya “kesamaan arti”. Jadi, antara pihak yang terlibat dalam komunikasi harus ada kesamaan arti. Komunikator harus mengerti apa yang disampaikan dan sebaliknya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
komunikan mengerti makna pesan tersebut sehingga proses komunikasi bisa berlangsung. Sementara Pareno (2002:4) menyatakan komunikasi sebagai berikut: Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang individu (komunikator) kepada individu lain (komunikan). Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan: a. b. c. d.
membangun hubungan antar sesama manusia; melalui pertukaran informasi; untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku orang lain.
Anwar Arifin (2002:6) memberikan pengertian komunikasi sebagai berikut: Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan atau menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. Komunikasi merupakan proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain). Menurut pandangan Carl I Hovland, komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of the other individuals) (Effendy 2000:10). Kegiatan komunikasi tidak hanya bersifat informatif, yakni agar orang lain mengetahui sesuatu, tetapi juga harus bersifat persuasif dengan tujuan agar masyarakat bersedia menerima suatu paham, keyakinan dan atau melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Dari penjelasan komunikasi sebagaimana diutarakan di atas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut: a. komunikator : orang yang menyampaikan pesan b. pesan
: pernyataan yang didukung oleh lambang
c. komunikan : orang yang menerima pesan d. media
: sarana atau saluran yang mendukung pesan bila
komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya e. efek
: dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Komponen di atas menekankan faktor-faktor yang penting di dalam suatu komunikasi yang efektif sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dan menghasilkan dampak-dampak tertentu pula. Seorang komunikator harus tahu apa yang akan mereka jangkau dan bagaimana tanggapan yang mereka inginkan. Mereka juga harus tahu dan mengerti bagaimana cara menyandikan pesan mereka dengan baik agar dapat dimengerti oleh khalayak sasaran mereka, dan mereka juga harus menyediakan saluran-saluran umpan balik sehingga mereka dapat mengerti bagaimana tanggapan khalayak terhadap pesan yang mereka sampaikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana cara agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Fungsi komunikasi ialah “pengutaraan pikiran dan perasaannya dalam bentuk pesan untuk membuat komunikan menjadi tahu atau berubah sikap, pendapat, atau perilakunya” (Effendy 2004:16). Sedangkan Hovland (dalam Darwanto 2005:5) berpendapat : “ the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbol) to modify the behaviour of other individuals (communicates)”. Artinya, “Suatu proses dimana seseorang menyampaikan lambang-lambang dalam bentuk kata-kata, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku orang lain”. Proses komunikasi menurut Hovland diatas menunjukan bahwa komunikasi tidak sekedar penyampaian pesan atau informasi agar orang lain mengerti atau mendapatkan kesamaan pengertian, melainkan yang lebih penting dari hal itu adalah orang lain diharapkan terjadi perubahan sikap, tingkah laku dan pola pikir. Murdiyanto (2010:75), tujuan utama komunikasi menurut Chandra adalah sebagai berikut: untuk membangun/menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial. Proses komunikasi yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan diharapkan sedapat mungkin dapat dimengerti oleh komunikan secara maksimal. Apabila komunikan telah paham dan kemudian menerima pesan yang diberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
oleh komunikator, maka dapat memberikan efek komunikasi yang tampak berupa perubahan tindakan oleh komunikan. Seperti yang dikatakan oleh Darwanto (2005:2): “dari semua kegiatan yang dilakukan manusia, kegiatan berkomunikasi mengambil waktu terbanyak. Jadi, tidak berlebihan jika dikatakan komunikasi merupakan kegiatan pokok dalam kehidupan sehari-hari”. Lebih lanjut Darwanto (2005:1) mengatakan komunikasi sebagai berikut: Komunikasi merupakan peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lainnya dan dapat terjadi dimana-mana tanpa mengenal tempat dan waktu, atau dengan kata lain, komunikasi dapat dilaksanakan “kapan saja dan dimana saja”. Dengan demikian, komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan dapat dikatakan komunikasi merupakan manifestasi dari kehidupan itu sendiri. 2. Kelompok a. Pengertian Kelompok Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, dan dibentuk bersama berdasarkan pada interest atau tujuan yang sama. Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Perilaku kolektif merupakan tindakan seseorang oleh karena pada saat yang sama berada pada tempat dan berperilaku yang sama pula. Kelompok merupakan sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Zubair (-:1) menyatakan bahwa kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan, jumlahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi dengan mudah sebagai pengirim dan penerima. 2. Para anggota kelompok harus dihubungkan satu sama lain dengan beberapa cara. 3. Diantara anggota kelompok harus ada beberapa tujuan yang sama. 4. Para anggota kelompok harus dihubungkan oleh beberapa aturan dan struktur yang terorganisasi. Zubair (-:1) mengemukakan klasifikasi yang popular tentang peran anggota kelompok kecil yang diketengahkan oleh Kenneth Benne dan Paul Sheats, yang mengemukakan sistem tiga bagian, yaitu: 1. Peran tugas kelompok, merupakan peran yang membuat kelompok mampu untuk memfokuskan secara lebih spesifik dalam mencapai tujuan kelompok. 2. Peran membina dan mempertahankan kelompok. Kelompok merupakan satu unit yang para anggotanya memiliki hubungan interpersonal yang beragam. Hubungan ini perlu dipelihara jika kelompok ingin berfungsi secara efektif-jika para anggota kelompok ingin merasa puas dan produktif. 3. Peran individual, peran ini menghambat kelompok dalam mencapai tujuannya dan lebih berorientasi pada individu ketimbang kelompok. Peran semacam ini sering diistilahkan dengan malfungsi, yang menghambat efektivitas kelompok baik dalam hal produktivitas maupun kepuasan pribadi. Walgito (2006:6-8), memaparkan beberapa pengertian kelompok yang dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu dari segi: 1. Persepsi, pengertian kelompok berdasarkan asumsi bahwa anggota kelompok sadar dan mempunyai persepsi bersama akan hubungan mereka dengan anggota lain. Misalnya definisi yang dikemukakan Smith, 1945 (dalam Shaw, 1979:4): “We may define a social group as a unit consisting of a plural number of separate organism (agents) who have a collective perception of their unity and who have the ability to act or are acting in a commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
2.
3.
4.
5.
unitary manner toward their environment” (kita mungkin mendefinisikan kelompok sosial sebagai sebuah unit yang terdiri dari sejumlah organisme yang terpisah jamak (agen) yang memiliki persepsi kolektif dan persatuan mereka yang memiliki kemampuan untuk bertindak atau bertindak secara kesatuan terhadap lingkungan mereka). Dalam hal ini, Smith menggunakan istilah social group sebagai suatu unit yang terdiri atas beberapa anggota yang mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan mereka. Motivasi, pengertian kelompok dikemukakan oleh Bass (dalam Shaw, 1979:7), “We define group as a collection of individuals whose existence as a collection is rewarding to the individuals” (kami mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan individu yang keberadaannya sebagai koleksi ini bermanfaat untuk individu). Titik berat pengertian lebih pada adanya rewarding dari kelompok terhadap individu-individu yang ada dalam kelompok. Disini, Bass menggunakan istilah group bukan social group. Tujuan, misalnya diungkapkan oleh Mills (dalam Shaw, 1979:8) menyatakan “Just what are these small groups we are referring to? To put it simply, they are units composed of two or more persons who come into contact for a purpose and who consider the contact meaningful” (apa yang kita maksud dengan kelompok-kelompok kecil? Sederhananya, mereka adalah unit terdiri dari dua atau lebih orang yang datang ke dalam kontak untuk tujuan dan yang menganggap kontak bermakna). Tinjauan ini tidak jauh berbeda dengan pengertian kelompok berdasarkan motivasi. Disini, Mills menggunakan istilah the small group, bukan social group atau hanya group. Interdependensi, pengertian kelompok berdasarkan saling bergantung satu dengan yang lain, misalnya definisi yang dikemukakan oleh Fiedler (dalam Shaw, 1979:9) yaitu “By this term (group) we generally mean a set of individuals who share a common fate, that is who are interdependent in the sense that an event which affects one member is likely to affect all.” (Dengan istilah ini (kelompok) kita umumnya berarti satu set individu yang berbagi nasib umum, yaitu yang saling bergantung dalam arti bahwa suatu peristiwa yang mempengaruhi satu anggota kemungkinan akan mempengaruhi semua). Apabila kita analisis, pandangan atas dasar interdependensi tidak jauh berbeda dengan pandangan atas dasar interaksi. Interaksi, pengertian kelompok yaitu “A group is a number of people in interaction with one another, and it is this interaction commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
process that distinguishes group from an aggregate” (Kelompok adalah sejumlah orang dalam interaksi satu sama lain, dan inilah yang membedakan proses interaksi kelompok dari agregat). (Bonner dalam Shaw, 1979:10). 6. Struktur, pengertian kelompok berdasarkan pendapat Sherif dan Sherif sebagai berikut “A group is a social unit which consists a number of individuals who stand in (more or less) definite status and roles relationships to one another and which processes a set of values or norms of its own regulating the behavior of individuals members, at least in matter of consequence to the group” (kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang berdiri di (lebih atau kurang) status dan hubungan peran satu sama lain dan proses seperangkat nilai atau normanorma sendiri yang mengatur perilaku individu setidaknya dalam soal konsekuensi ke grup). (Sherif dan Sherif, 1956 dalam Johnson dan Johnson, 2000). b. Ciri-ciri Kelompok Santosa (1983:48-49) memaparkan ciri-ciri kelompok menurut beberapa ahli sebagai berikut: 1. Menurut Muzafer Sherif Adanya dorongan/motif yang sama pada setiap individu, sehingga terjadi interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama. Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda diantara individu satu dengan yang lain, akibat terjadinya interaksi sosial. Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasi tujuan kelompok. 2. Menurut George Simmel Besar kecilnya jumlah anggota kelompok. Derajat interaksi dalam kelompok tersebut. Kepentingan dan wilayah. Berlangsungnya suatu kepentingan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Derajat organisasi. 3. Menurut Kurt Lewin “The essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence, a group can be characterize as a dynamical whole; this mean that a change in the state of any other sub part the degree of interdependence of supports of members of the group varies all the way from a loose mass to a compact unit.” c. Macam-macam Kelompok Secara garis besar, kelompok dibagi menjadi dua yaitu ascribed group dan acquired group (Penner, 1978).
Ascribed group adalah
kelompok yang secara otomatis seseorang masuk ke dalamnya, misalnya kelompok keluarga. Acquired group adalah kelompok atas dasar pemilihan seseorang, misalnya kelompok balap motor. Berdasarkan dengan macamnya, Walgito (2006:10-12) membedakan kelompok berdasarkan atas: 1. Besar kecilnya kelompok atau ukuran kelompok. Menurut Shaw (1979), kelompok kecil adalah kelompok yang terdiri atas 20 orang atau kurang, walaupun dalam banyak hal perhatian atau penelitian lebih dipusatkan pada kelompok yang beranggotakan lima orang atau kurang. Sementara kelompok yang terdiri atas lebih dari 20 orang termasuk ke dalam kelompok besar. 2. Tujuan. Orang-orang yang memiliki tujuan yang sama akan membentuk suatu kelompok tersendiri, misalnya kelompok koperasi. 3. Value (nilai). Orang-orang yang memiliki nilai yang sama akan membentuk suatu kelompok tersendiri, misalnya kelompok keagamaan. 4. Duration (lama waktu). Dalam hal ini, ada kelompok yang jangka waktunya pendek, apabila tujuannya telah tercapai lalu bubar, misalnya kelompok belajar. Lalu ada juga kelompok yang jangka waktunya panjang, misalnya kelompok keluarga. 5. Scope of activities. Disini, kelompok dibedakan atas banyak sedikitnya aktivitas yang dilakukan di dalamnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
6. Minat. Orang-orang yang memiliki minat yang sama akan membentuk suatu kelompok tersendiri, misalnya kelompok pemancing. 7. Daerah asal. Orang-orang yang berasal dari daerah yang sama akan membentuk kelompok, misalnya kelompok mahasiswa daerah Magelang. 8. Formalitas. Ada kelompok yang formal misalnya kelompok profesi pembimbing dan ada yang informal misalnya kelompok orang yang berjalan-jalan pagi. 3. Komunikasi Kelompok Definisi dan karakteristik komunikasi kelompok Proses komunikasi membutuhkan partisipasi pelaku-pelaku yang terlibat, “komunikasi merupakan dasar semua interaksi manusia dan untuk semua fungsi kelompok. Setiap kelompok harus menerima dan menggunakan informasi dan proses terjadinya melalui komunikasi. Eksistensi kelompok tergantung pada komunikasi, pada pertukaran informasi dan meneruskan (transmitting) arti komunikasi” (Walgito 2006:77). Demikian pula dalam komunikasi kelompok, peserta kelompok harus aktif terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan pesan secara timbal balik. Data yang diunduh dari http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/pengertiankomunikasi-kelompok.html (Diakses pada 7 Oktober 2011 pukul 09.25), menyatakan pengertian komunikasi kelompok sebagai berikut:
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. Komunikasi kelompok (group communication) termasuk dalam komunikasi tatap muka (face to face communications) yang dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari komunikan. Pada komunikasi tatap muka terjadi umpan balik langsung (immediate feedback). Terjadinya umpan balik dalam komunikasi juga dipaparkan oleh Mark A. Lamport and Mary Rynsburger dalam Christian Education Journal 6.1 (Spring 2009): p112 from Gale Education, Religion and Humanities Lite Package yang berjudul “All the rage: how small groups are really educating Christian adults part three: anchoring small group ministry practice--biblical insights and leadership development”, sebagai berikut: “in regard to communication theory, the leader should understand the particular complexity of communication in groups. Leaders should consider how their own messages may be sent clearly and also seek to ensure accurate reception of messages in the group by observing, attending to, and soliciting feedback. The leader should particularly seek to improve his or her listening skills and also practice sensitivity to the nonverbal messages of group members. The leader should know that optimum group size ranges from rive to nine members and be attuned to signals that communication is inhibited because the group is too large.” Dalam kaitan dengan teori komunikasi, pemimpin harus memahami kompleksitas komunikasi tertentu dalam kelompok. Pemimpin harus mempertimbangkan bagaimana pesan mereka sendiri yang dapat dikirim dengan jelas dan juga berusaha untuk memastikan penerimaan akurat dari pesan dalam kelompok dengan mengamati, memperhatikan, dan meminta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
umpan balik. Pemimpin ini terutama harus berusaha untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan dan juga praktek kepekaan terhadap pesan-pesan nonverbal anggota kelompok. Pemimpin harus tahu bahwa ukuran kelompok berkisar optimal dari memotong sampai sembilan anggota dan selaras dengan sinyal bahwa komunikasi akan terhambat karena kelompok yang terlalu besar. Seperti yang dipaparkan di atas bahwa jumlah anggota dalam kelompok menimbulkan konsekuensi, maka pada dasarnya komunikasi kelompok sama dengan komunikasi antarpersona (komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan), yang membedakan adalah jumlah komunikannya. Effendy (1990:126-128) mengklasifikasikan komunikasi kelompok menjadi: a. Komunikasi kelompok kecil Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila terjadi komunikasi antarpersona dalam setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog. b. Komunikasi kelompok besar Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar apabila hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan kata lain, dalam komunikasi kelompok besar, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan. Goldberg (1985:6) menyatakan “komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil”. Goldberg (1985:8)mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai berikut:
Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat indvidu-individu berinteraksi dalam kelompok yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
kecil, dan bukan deskripsi mengenai bagaimana seharusnya komunikasi terjadi, serta bukan pula sejumlah nasehat tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh. Komunikasi kelompok melibatkan dua atau lebih individu yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi ini terjadi dalam suasana yang terstruktur dimana para pesertanya cenderung melihat dirinya sebagai kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran bersama. Teori komunikasi kelompok yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pertukaran sosial dari Thibaut dan Kelley dalam buku yang berjudul The Social Phychology of Group, Goldberg (1985:54-55), memaparkan teori ini sebagai berikut:
Komunikasi kelompok memusatkan perhatian terutama pada kelompok yang terdiri dari dua orang anggota atau diad Mereka merasa yakin bahwa usaha memahami tingkah laku yang kompleks dari kelompok-kelompok besar mungkin dapat diperoleh dengan cara menggali pola hubungan diadis (dua orang). Meskipun penjelasan mereka tentang pola tingkah laku diadis bukan sekedar suatu pembahasan tentang proses komunikasi dalam kelompok dua-anggota, beberapa rumusan mereka mempunyai relevansi langsung dengan studi tentang komunikasi kelompok. Model Thibaut dan Kelley mendukung asumsi-asumsi yang dibuat oleh Homans dalam teorinya tentang proses pertukaran sosial, khususnya bahwa interaksi manusia mencakup pertukaran barang dan jasa, serta bahwa tanggapan-tanggapan individu-individu yang muncul melalui interaksi diantara mereka mencakup baik imbalan (rewards) maupun pengeluaran (costs). Apabila imbalan tidak cukup, atau bila pengeluaran melebihi imbalan interaksi akan terhenti atau individu-individu yang terlibat di dalamnya akan merubah tingkah laku mereka dengan tujuan mencapai apa yang mereka cari. Diantara hal-hal lain, imbalan dan pengeluaran menentukan siapa berinteraksi dengan siapa dan tentang apa sehingga terjadi interaksi. Apabila dua individu melakukan interaksi, mereka akan terus memelihara interaksi tersebut selama imbalan belum turun sampai di bawah tingkat kepuasan, atau bila pengeluaran menjadi tidak dapat ditolelir lagi. Apa yang merupakan pengeluaran dan imbalan dalam interaksi diad ditentukan oleh bagaimana tingkah laku anggota, patokan pribadi mereka tentang kepuasan kekuatan dan ketergantungan serta faktor lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
4. Karakteristik Teori Komunikasi Kelompok Fungsi kelompok dalam individu Data
yang
diunduh
dari
alamat
website
http://jevirian.files.wordpress.com/2010/06/teori-komunikasi-kelompokgriffin2.pdf (diakses 10 Oktober 2011 pukul 20.21) menyebutkan bahwa ada dua alasan seseorang bergabung dalam kelompok. Pertama, untuk mencapai tujuan yang bila dilakukan sendiri tujuan itu tidak tercapai. Kedua, dalam kelompok seseorang dapat tepuaskan kebutuhannya dan mendapatkan reward sosial seperti rasa bangga, rasa dimiliki, cinta, pertemanan, dsb. Besarnya anggota kelompok akan mempengaruhi interaksi dan keputusan yang dibuatnya. Brainstorming dalam mengambil keputusan kelompok akan efektif bila anggota kelompoknya 5-10 orang. Sedangkan kohesivitas kelompok merupakan derajat dimana anggota kelompok saling menyukai, memiliki tujuan yang sama, dan ingin selalu mendambakan kehadiran anggota lainnya. Biasanya kohesivitas ini dikaitkan dengan produktivitas kelompok. Namun, tidak semua bentuk kohesivitas kelompok ini berdampak positif, karena anggota bisa merasa tertekan untuk selalu conform terhadap norma kelompok. Dalam penelitian ini, anggota setiap kelompok berjumlah tidak lebih dari 20 orang yaitu kelompok dokar (12 anggota), kelompok guide (7 anggota), kelompok catering (2 anggota), kelompok kesenian (13 anggota), kelompok homestay (20 anggota), dan kelompok home industry (10 anggota). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Perilaku dalam kelompok Dalam
data
yang
diunduh
dari
alamat
website
http://jevirian.files.wordpress.com/2010/06/teori-komunikasi-kelompokgriffin2.pdf (diakses 10 Oktober 2011 pukul 20.21) mengenai perilaku dalamkelompok disebutkan: “Dua kepala lebih baik daripada yang dikerjakan oleh seorang individu”. Adagium itu ada benarnya dalam beberapa kasus, karena kelompok memungkinkan orang saling tukar informasi dan pendapat. Interaksi dalam kelompok bisa menghasilkan ide dan solusi baru. Kelompok memiliki pengetahuan yang luas dan probabilitas yang lebih besar bahwa seseorang dalam kelompok akan memiliki pengetahuan khusus yang relevan dengan persoalan kelompok. Namun demikian, kelompok juga tidak selalu menghasilkan keputusan yang lebih baik. Dalam kelompok tidak semua orang memberikan kontribusi secara bersamaan, melainkan individu harus menunggu giliran. Akibat giliran dalam mengungkapkan pendapat ini, diantara anggota kelompok seringkali mengalami production blocking, terganggu pikirannya, atau kehilangan motivasi untuk berpartisipasi (malas). Individu kadang tidak mau berbagi (sharing) dalam memberikan informasinya. Meskipun performance kelompok seringkali lebih baik daripada performance ratarata individu, seringkali performance itu di bawah standar individu, terutama bila anggota kelompoknya umumnya relatif lemah kemampuannya. Di dalam kelompok juga bisa terjadi social impact (Latane & Nida, 1981), yaitu suatu penggolongan anggota dalam suatu kelompok. Bila kelompoknya mayoritas maka pengambilan keputusannya akan sangat efektif, sebaliknya bila kelompoknya minoritas, maka sering kali orang mengalami kekecewaan, karena merasa tidak diperhatikan. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan Kelompok a. Komposisi kelompok. Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar informasi. pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas dapat dibagi. komunikasi dan status struktur; biasanya yang posisinya tertinggi paling mendominasi dalam kelompok. ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar opini, konsekuensinya adalah semakin lemah partisipasi individu dalam kelompok tersebut. b. Kesamaan anggota kelompok. Keputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila anggota kelompok sama satu dengan yang lain. c. Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali keputusan yang dibuat kelompok lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu disebabkan karena adanya perbadingan sosial. Tidak semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk mengimbanginya perlu dibuat keputusan yang jauh dari pendapat orang tersebut. 5. Pariwisata Yoeti (1996:112), memaparkan pengertian pariwisata sebagai berikut: Secara estimologis kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu pari berarti berkeliling, berputar-putar, berkali-kali, dari dan ke. Dan kata wisata berarti berpergian, perjalanan, yang dalam hal ini bersinonim dengan kata travel. Dengan demikian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
pengertian pariwisata yaitu perjalanan berkeliling ataupun perjalanan yang dilakukan berkali-kali, berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain ataupun suatu perjalanan yang sempurna. Pengertian pariwisata secara teknis diunduh dari data dengan alamat http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20910/3/Chapter%20II.pdf. (diakses 7 Oktober 2011 pukul 09.00) merupakan “kegiatan yang dilakukan seseorang atau berkelompok dalam wilayah negara sendiri maupun negara lain dengan menggunakan kemudahan jasa (pelayanan) dan faktor-faktor penunjang serta kemudahan-kemudahan lainnya yang diadakan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan”. Kepariwisataan dapat dipandang sebagai sesuatu yang abstrak, misalnya sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orang-orang di dalam negaranya sendiri (pariwisata domestik) atau penyebaran orang-orang pada tapal batas suatu negara (pariwisata internasional). Proses bepergian mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan-hubungan saling pengertian insan, perasaan-perasaan, motivasi, tekanan-tekanan, kepuasan, kenikmatan, dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Yoeti (1996:118) menyatakan “pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”. Data yang diunduh dari http://mangkutak.wordpress.com/ (diakses pada 7 Oktober 2011 pukul 09.15), mengungkapkan pengertian pariwisata menurut
Hunziger dan Krapf dari Swiss dalam Grundriss Der Allgemeinen Femderverkehrslehre, “keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat dengan syarat orang tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan yang penting (major activity) yang memberi keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara”. Menurut Undang-Undang Republik Indoneisa Nomor 9 Tahun 1990 pasal 3, pada hakekatnya tujuan dari penyelenggaraan pariwisata adalah sebagai berikut: a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata. b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa. c. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja. d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. e. Mendorong pendayagunaan produksi nasional. (Pitana, Gayatri, 2005:96-97), menyebutkan ada tiga faktor penting yang menggerakkan sistem pariwisata yakni masyarakat, swasta dan pemerintah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Semua komponen tersebut harus berjalan beriringan sehingga perlu koordinasi yang bagus dalam mengembangkan pariwisata di suatu tempat. Ketika salah satu komponen bergerak sendirian, maka hasil yang didapat tidak optimal dan tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Berikut ini bagan dari tiga komponen tersebut. masyarakat adat, tokoh intelektual, wartawan, LSM pendukung, pemilik modal pariwisata
Pemerintah: pusat, provinsi, kabupaten/kota
Swasta, perhotelan, BPW: Transportasi, saluran perilaku konsumen. Keputusan membeli produk. Perencanaan. Pemantauan.
Regulator Fasilitator
Pelaku langsung pelayanan wisata Gambar 1.2: Komponen Penggerak Sistem Pariwisata
Menurut Yoeti (1996:177-178), dalam mengembangkan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar ia dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam macam-macam pasar, ia harus memenuhi 3 syarat, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai something to see, artinya di tempat tersebut harus ada obyek wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain. b. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah something to do, artinya tempat tersebut selain dapat disaksikan harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka tinggal lebih lama di tempat itu. c. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah something to buy, artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shoping) terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa ke tempat asal masing-masing. Pariwisata juga dipaparkan oleh Phapruke Ussahawanitchakit and Nikorn Yasamorn dalam International Journal of Business Strategy 11.3 (Dec. 2011): p1. From Gale Education, Religion and Humanities Lite Package dengan judul “Strategic collaborative capability, business growth, and organizational sustainability: evidence from tourism businesses in Thailand”, sebagai berikut: “tourism is one of the fast growing businesses facing challenges pertaining to strategic collaborative capability. Moreover, tourism businesses contact with suppliers such as hotels, restaurants airlines and other transportation companies for creating tour package (Mancini, 2005).” Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang berkembang cepat menghadapi tantangan yang berkaitan dengan kemampuan kolaboratif strategis. Selain itu, bisnis pariwisata berhubungan dengan hotel, maskapai penerbangan, restoran dan perusahaan transportasi lain untuk menciptakan paket tur (Mancini, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
F. DEFINISI KONSEPTUAL Proses Komunikasi Kelompok dalam Pengelolaan PNPM Pariwisata Komunikasi kelompok merupakan interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Dalam pengelolaan PNPM Pariwisata, seluruh masyarakat desa penerima PNPM Pariwisata harus mempunyai kesiapan yang salah satunya diwujudkan dalam keterlibatan secara aktif dalam pelaksanaan program. Disini, masyarakat dituntut untuk dapat melakukan kegiatan yang sifatnya swadaya seperti pertemuan-pertemuan, musyawarah pembahasan program, pelaksanaan program sampai dengan evaluasi monitoring kegiatan program. Proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan PNPM Pariwisata di Desa Wisata Candirejo terjadi saat diadakannya pertemuan-pertemuan yang dihadiri oleh kelompok-kelompok masyarakat di desa wisata ini. Kelompok masyarakat merupakan pelaku utama rintisan PNPM Pariwisata selaku pengambil keputusan di desa yang dibentuk berdasarkan musyawarah Tim Pengelola Kegiatan (TPK). Kelompok masyarakat di Desa Wisata Candirejo dibagi menjadi kelompok dokar, guide, catering, kesenian, homestay, home industry, serta masyarakat Candirejo secara keseluruhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
G. KERANGKA PEMIKIRAN Proses Komunikasi Kelompok
Kelompok Masyarakat
PNPM Pariwisata
K. Guide K. Kesenian
K. Dokar PNPM Pariwisata
K. Homestay
K. Catering K. Home Industry
Gambar 1.3. Kerangka Pemikiran
H. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tipe Penelitian Metode adalah cara paling utama yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif yang didukung dengan data kualitatif. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Sementara data kualitatif diperoleh dari pengolahan informasi yang didapatkan dari sumber data primer melalui wawancara, dan sumber data sekunder melalui dokumen resmi terkait. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
2. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Lokasi ini dipilih karena Desa Wisata Candirejo merupakan satu-satunya desa yang resmi diakui sebagai desa wisata Internasional dan merupakan salah satu penerima PNPM Pariwisata di Kabupaten Magelang. 4. Populasi dan Narasumber Sutopo (2002:21) menyatakan bahwa: Pemilihan narasumber pada penelitian kualitatif lebih bersifat selektif, dimana peneliti mempergunakan berbagai pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, keinginan pribadi, karakteristik empiris dan sebagainya. Pada riset kualitatif sampling mengarah pada generalisasi teoritis, bukan perumusan karakter populasi. Oleh karena itu, cuplikan dalam pendekatan ini lebih banyak bersifat “purposive sampling” (sampel bertujuan), dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui suatu masalah secara mendalam. Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai 4 orang narasumber, yaitu: a. Pengurus Koperasi Desa Wisata Candirejo yang berjumlah 2 orang yaitu Ketua dan Sekretaris Koperasi Desa Wisata Candirejo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
b. Pegawai Pemerintah Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang yang berjumlah 1 orang yaitu Sekretaris Desa. c. Pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang yang berjumlah 1 orang yaitu Kasi Obyek Wisata. 5. Jenis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu: a. Data Primer Adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan, yaitu dari lokasi penelitian di Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. b. Data sekunder Merupakan data yang sumber utamanya diperoleh dengan cara mengutip atau memperoleh data dari yang sudah tersedia dan berkaitan dengan Proses Komunikasi Kelompok dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pariwisata (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Proses Komunikasi Kelompok Dalam Pengelolaan PNPM Pariwisata Pada Kelompok Masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang). 6. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data primer menurut Sutopo (2002:64) adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
a. Wawancara / interview Yaitu teknik mendapatkan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan informan yang relevan dengan obyek penelitian. Disini peneliti melakukan kegiatan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan tetap berpegang pada interview guide. b. Observasi Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat, atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Disini peneliti menggunakan teknik observasi nonpartisipasi dimana peneliti melakukan penelitian tanpa melibatkan diri. Adapun teknik pengumpulan data sekunder yaitu peneliti melakukan penelitian kepustakaan yang merupakan pendukung dan pelengkap penelitian di lapangan. Studi pustaka ini dilakukan dengan identifikasi literatur-literatur berupa buku-buku, maupun artikel-artikel dan jurnal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan mengumpulkan bahan-bahan yang berupa brosur, tabel, grafik, serta bahan-bahan pustaka lain yang berhubungan dengan obyek penelitian. 7. Teknik Validitas Data Untuk meningkatkan validitas data, dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data atau triangulasi sumber yaitu mengumpulkan data commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Dengan demikian kebenaran data yang satu akan dikonfirmasikan dengan data yang diperoleh dari sumber data yang lain, sehingga data-data yang terkumpul dalam penelitian ini akan terjamin validitasnya. Sedangkan menurut Sutopo dalam Milles dan Huberman (1992:434), menyatakan bahwa teknik validitas data sebagai berikut: cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber yang lain yang berbeda baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda jenisnya. 8. Teknik Analisis Data Sutopo (dalam Milles dan Huberman 1992:16) menjelaskan analisis data sebagai berikut: Analisis merupakan proses pencarian dan perencanaan secara sistematik semua data dan bahan yang telah terkumpul agar peneliti mengerti benar makna yang telah dikemukakannya, dan dapat menyajikan kepada orang lain secara jelas. Dalam penelitian kualitatif, proses analisis yang digunakan tidak dilakukan setelah data terkumpul sepenuhnya, tetapi dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam permasalahan yang diteliti. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini mengacu pada model analisis interaktif (interactive models analysis) yang terdiri dari 3 komponen analisis data, yaitu: a. Reduksi Data Reduksi data dapat dikatakan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi kata “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. b. Penyajian Data Merupakan rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Dalam hal ini peneliti akan dapat mengerti tentang apa yang sedang terjadi serta memungkinkan untuk mengerjakan sistem analisis atau tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. c. Penarikan Kesimpulan Dari sajian data yang telah disusun, selanjutnya peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan. Ketiga komponen tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data yang menggunakan proses siklus.penelitian bergerak diantara ketiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, serta kesimpulan yang berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai pegangan utama proses siklus. Jadi, apabila dalam penelitian data yang telah terkumpul dirasakan masih belum cukup kuat mendukung proses analisis, maka peneliti dapat menyusun pertanyaan baru untuk mengumpulkan data kembali. Begitu pula dalam proses penarikan kesimpulan, jika masih memerlukan data baru, peneliti dapat melakukan pengumpulan data kembali. Dengan demikian analisis data yang dihasilkan cukup matang. Keseluruhan aktivitas di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengumpulan data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Gambar 1.4 : Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Desa Candirejo 1. Batas Administratif dan Letak Geografis Desa Candirejo terletak 3 km ke arah tenggara dari pusat peradaban dunia, Candi Borobudur. Desa ini memiliki luas wilayah 366,250 ha, secara administratif terbagi menjadi 14 dusun yang dipisahkan oleh dua sungai (Sungai Sileng dan Sungai Progo), dan terdiri atas 1155 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 4178 jiwa. Desa Candirejo terletak pada ketinggian 100 hingga 850 Dpl (di atas permukaan laut) dengan konfigurasi umum lahannya dataran dan berbukit dengan curah hujan rata–rata 2468 mm, dan dalam siklus waktu tertentu terjadi kemarau panjang sehingga warga masyarakat kesulitan air. Di Candirejo terdapat 3 TK, 5 SD, 1 SLTP dan 1 SMK. Penduduk Candirejo mempunyai sifat kondusif, dinamis dan aktif. Kondusif dalam arti warga masyarakat selalu menjunjung kebersamaan, hidup rukun, gotong royong dengan sesama warga dan mengedepankan musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan. Dinamis dalam arti senantiasa
melaksanakan
dengan
sebaik-baiknya
commit to user
setiap
program
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
pemerintah/desa maupun dari koperasi yang memberikan manfaat lebih kepada warga masyarakat. Aktif dalam arti melaksanakan program yang telah menjadi kesepakatan bersama dan inovatif serta selalu pro aktif dalam menyikapinya. Wilayah ini secara administratif berbatasan dengan: Batas sebelah utara
: Kota Mungkid
Batas sebelah timur
: Desa Sambeng
Batas sebelah selatan
: Desa Kenalan
Batas sebelah barat
: Desa Wanurejo
Gambar 1.6: Peta Desa Candirejo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
2. Kondisi Demografis a. Jumlah penduduk tahun 2011 dengan tabel Tabel 1.2 Distribusi Penduduk Desa Candiejo Tahun 2011
Jumlah Laki-laki
2079
Perempuan
2099
Jumlah
4178
Dari tabel distribusi penduduk Desa Candirejo di atas dapat kita lihat bahwa jumlah kaum laki-laki sebanyak 2079 jiwa lebih sedikit daripada jumlah kaum perempuan sebanyak 2099 jiwa. b. Komposisi penduduk menurut umur Komposisi penduduk menurut umur ini dapat dipergunakan untuk mengetahui jumlah penduduk usia produktif, nonproduktif dan belum produktif. Dan juga dapat menjadi petunjuk bagi kemungkinan perkembangan penduduk di masa yang akan datang. Komposisi penduduk Desa Candirejo menurut umur dapat dilihat dalam tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Desa Candirejo Tahun 2011 Menurut Umur
Kelompok umur
Jumlah
0-4 th
291
5-9 th
276
10-14 th
289
15-19 th
277
20-24 th
287
25-29 th
361
30-34 th
320
35-39 th
344
40-44 th
349
45-49 th
303
50-54 th
256
55-59 th
372
60 th ke atas
453
Jumlah
4178
Dari komposisi penduduk tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: usia muda atau belum produktif antara usia 0-14 tahun, sebanyak 856 jiwa; usia dewasa atau produktif antara usia 15-59 tahun, sebanyak 2869 jiwa; dan yang termasuk kategori terakhir, usia tua atau tidak produktif yaitu usia 60 tahun ke atas, sebanyak 453 jiwa. Sehingga dapat diketahui bahwa di Desa Candirejo jumlah usia dewasa atau produktif lebih banyak daripada jumlah usia muda yang belum produktif dan usia tua yang sudah tidak produktif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
c. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Untuk mengetahui dengan jelas keadaan penduduk Desa Candirejo menurut mata pencahariannya, dapat kita lihat dari tabel berikut : Tabel 1.3 Keadaan Penduduk Desa Candirejo Tahun 2011 Menurut Mata Pencaharian
No.
Mata Pencaharian
Jumlah
1.
Petani Sendiri
882
2.
Buruh Tani
309
3.
Buruh/Swasta
191
4.
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
47
5.
Pengrajin
39
6.
Pedagang
84
7.
Peternak
2
8.
Nelayan
125
9.
Montir
5
10.
Polri
11
11.
TNI
10
12.
Purnawirawan
15 Jumlah
1720
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Candirejo yang menempati jumlah tertinggi adalah yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 882 jiwa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
d. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Sedangkan distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah sebagai berikut: Tabel 1.4 Keadaan Penduduk Desa Candirejo Tahun 2011 Menurut Tingkat Pendidikan (bagi umur 5 th ke atas)
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
Tamat Akademi (Perguruan Tinggi)
82
2.
Tamat SMA/Sederajat
405
3.
Tamat SMP/Sederajat
372
4.
Tamat SD/Sederajat
719
5.
Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat
270
6.
Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah
63
7.
Belum Sekolah
198
Jumlah
2109
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara umum tingkat pendidikan penduduk Desa Candirejo tergolong cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat masyarakat yang tingkat pendidikannya Tamat Akademi (Perguruan Tinggi) sebanyak 82 jiwa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
e. Komposisi Penduduk Menurut Agama Adapun keadaan penduduk menurut agama, terlihat dalam tabel berikut: Tabel 1.5 Keadaan Penduduk Desa Candirejo Tahun 2011 Menurut Agama
No.
Agama
Jumlah
1.
Islam
4152
2.
Kristen Katolik
16
3.
Kristen Protestan
10
4.
Hindu
-
5.
Budha
Jumlah
4178
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk yang memeluk agama Islam merupakan jumlah terbesar di Desa Candirejo yaitu sejumlah 4152 jiwa. f. Kondisi Sosial Masyarakat Dalam lingkungan Desa Candirejo pada umumnya masyarakat cenderung heterogen. Terlihat dari beranekaragam mata pencaharian yang berbeda, yang menjadi profesi masyarakat. Desa Candirejo memiliki masyarakat yang mempunyai semangat untuk maju dan berkembang, di tingkat pemerintah desa maupun masyarakat luas pada umumnya. Kebudayaan yang berkembang dalam masyarakatnya menjadi potensi yang bisa dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata berbasis masyarakat, yakni kerajinan pandan-bambu, sistem commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
pertanian, budaya, tempat-tempat potensial untuk melakukan kegiatan pengamatan aktivitas harian masyarakat, keindahan pemandangan dan kegiatan trekking. Kehidupan masyarakat desa Candirejo yang masih agraris didominasi oleh kegiatan pertanian. Jika mereka ingin menjual hasil panen dalam jumlah besar maka mereka akan menuju ke pasar Borobudur atau pasar Jagalan. Dokar merupakan alat transportasi setempat yang masih banyak dipergunakan untuk kegiatan ekonomi antardesa. Rumah tradisional mereka berbentuk rumah Jawa kampung dan Limasan. Rumah dan dapur merupakan bagian yang terpisah dan ini masih tampak pada beberapa rumah. Kayu bakar masih merupakan pilihan utama sebagai bahan bakar rumah tangga.
B. Desa Wisata Candirejo 1. Proses Pembentukan Desa Wisata Candirejo Proses pembentukan Desa Wisata Candirejo yaitu melalui: Pembentukan tim kelompok kerja (Pokja) tingkat desa dan tingkat dusun. Melakukan sosialisasi melalui acara kumpulan desa atau dusun (seperti Slapanan). Pada tahun 1999 menetapkan semboyan desa “Candirejo Bersatu”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Pada tahun 2000 melaksanakan program “Catur Daya” yaitu Daya Tumbuh, Daya Tarik, Daya Tahan, dan Daya Manfaat. Proses tersebut dapat terlihat jelas dalam gambar berikut: Mewujudkan Desa Wisata Candirejo Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang
Forum slapanan Forum yasinan / mujahadah Forum pertemuan dusun Forum pengajian
Masyarakat
Gagasan Desa Wisata Pemerintah Desa Candirejo
DESA WISATA
D E S A
Sosialisas i
Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja)
Gotong Royong 1. penataan lingkungan 2. penggalian potensi 3. penyusunan perencanaan pengembangan pariwisata (pendampingan yayasan Patrapala dan JICA)
B I N A A N
Promosi melalui kegiatan tradisi saparan / perti desa
Gambar 1.7: Proses Pembentukan Desa Wisata Candirejo
commit to user
Pembentukan Pengelola
Peresmian oleh Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Proses pembentukan Desa Candirejo menjadi desa wisata diperkuat dengan adanya landasan hukum, antara lain: Keputusan Desa Nomer 02/Kepdes/1999 tentang “Semboyan Desa Candirejo Bersatu”. Surat Keputusan Bupati Magelang Nomer 556/1258/19/1999 tentang “Desa Candirejo sebagai Desa Binaan Wisata Kabupaten Magelang”, tanggal 29 Mei 1999. Keputusan Desa Nomer 05/Kepdes/2000 tentang “Pembentukan Tim Kelompok Kerja Tingkat Desa dan Kelompok Kerja Tingkat Dusun dengan Program Catur Daya”. Keputusan Desa Nomer 03/Kepdes/03/2003 tentang “Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Desa (Rippdes) Candirejo”. Peresmian Desa Candirejo sebagai Desa Wisata Internasional oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, I Gede Ardhika, yang disaksikan oleh Gubernur Jawa Tengah dan Bupati Magelang pada tanggal 18 April 2003. Keputusan Desa Nomer 04/Kepdes/03/2003 tentang “Pengelola Desa Wisata Berbentuk Koperasi Desa Wisata Candirejo”. Koperasi Desa Wisata Candirejo berdiri dengan
tanggal 3 Mei 2003
Badan Hukum Koperasi Desa Wisata Nomer :
221/BH/III/2004 tanggal 11 Maret 2004. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Peraturan Bupati Magelang Nomor 6 Tahun 2008 tentang “Desa Candirejo Kecamatan Borobudur sebagai Desa Wisata”. Maka dalam pengelolaan Desa Wisata Candirejo tetap mempertahankan keunikan lokal, kelestarian lingkungan dan
berbasis
masyarakat. Ide awal/inisiatif Surat Keputusan Bupati Magelang, tanggal 13 Mei 1999 Nomer : 0556/1258/19/1999 Tentang CANDIREJO SEBAGAI DESA BINAAN UNTUK DESA WISATA KABUPATEN MAGELANG Potensi Desa
Letak Desa
Seni dan Budaya
Dekat dengan objek wisata
Sumber Daya Alam
Candi Borobudur Dilewati jalur
Kerajinan
alternatif Pertanian
Yogya–Borobudur (dekat dengan DIY)
Gambar 1.7: Ide Pembentukan Desa Wisata Candirejo
commit to user
pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
2. Potensi Wisata Potensi wisata yang terdapat di Desa Wisata Candirejo terbagi menjadi 3 yaitu : 4. Potensi Alam, yaitu : 1. Watu Kendil 2. Banyu Asin 3. Sungai Progo 4. Sungai Sileng 5. Tempuran 6. Watu Tambak 7. Ladon 5. Wisata Agro, yaitu : 1. Pertanian Tumpang Sari 2. Kebun Salak 3. Kebun Rambutan 4. Kebun Pepaya 6. Seni dan Budaya, yaitu : 1. Kesenian Tradisional a. Jathilan b. Gatholoco/Wulangsunu c. Kobrosiswo d. Karawitan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
e. Kethoprak f. Wayang Kulit g. Laraspitutur h. Shalawatan Jawa 2. Budaya (Adat/Tradisi) a. Sambatan b. Setral c. Tethek d. Macam-macam slametan 7. Pada bulan sapar
: pertidesa dan wayang kulit
8. Ruwah
: nyadran, ilag gilag
3. Paket Wisata Jelajah Desa I Durasi
: 4 Jam
Fasilitas : Dokar/sepeda onthel , snack, guide, donasi. Paket ini menawarkan eksplorasi penjelajahan Desa Candirejo, baik dengan berjalan kaki, menggunakan sarana angkutan tradisional yakni dokar/sepeda onthel menikmati suasana pedesaan. Pada kesempatan ini, pengunjung akan diajak mengunjungi home industry (slondok), disuguhi dengan keunikan tradisi dan budaya masyarakat setempat, kesenian dan kerajinan rakyat, serta metode sistem pertanian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
tumpang sari. Sistemnya yakni di tengah ladang ditanami cabe berseling dengan kacang tanah. Di tepinya, ditanami tanaman berselang-seling antara pepaya, jagung, dan singkong. Tanaman ini panen bergantian, sehingga selalu ada hasil dari ladang. Jelajah Desa II Durasi
: 5 jam
Fasilitas
: Dokar/sepeda onthel, makan, snack, kesenian, guide,
donasi. Keliling
desa
dengan
menggunakan
dokar/sepeda
onthel.
Mengunjungi home industry (slondok), pertanian, wisata alam, pertunjukan kesenian tradisional.
Gambar 1.8 : Jelajah desa
Tinggal Bersama di Rumah Penduduk Durasi
: 1 Hari 1 Malam.
Fasilitas : Homestay, kesenian, makan 3 kali + snack, guide, donasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Pengunjung dapat tinggal di sebuah homestay milik penduduk, dan merasakan langsung suasana tradisional Jawa yang masih sangat melekat di tiap-tiap keluarga. Di sini, pengunjung dapat mengamati rutinitas sehari-hari dari masyarakat setempat, mulai dari menyiapkan masakan, cara memasak, sampai suasana tinggal di rumah-rumah desa. Pengunjung juga akan disuguhi dengan satu pertunjukan seni tradisional.
Gambar 1.9 : Salah satu homestay di Desa Wisata Candirejo
Sunrise di Bukit Menoreh Durasi
: 1 hari 1 malam.
Fasilitas : Homestay, makan 3 kali + snack, guide, donasi. Paket ini menawarkan kesempatan kepada pengunjung untuk mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan tentang kehidupan seharihari dari masyarakat yang tinggal di kawasan Menoreh. Menikmati alam di Pegunungan Menoreh dan bisa melihat Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Andong, Gunung Sumbing, dan melihat keindahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Candi Borobudur. Pengunjung akan menemukan kehidupan habitat asli dari burung-burung yang hidup di daerah ini. Mereka juga dapat menikmati keindahan kebun-kebun tanaman obat dan melihat sistem pertanian tradisional yang diterapkan. Untuk pencapaian kesana dilakukan dengan tracking/menggunakan jeep.
Gambar 2.0:Puncak Obyek Wisata Watu Kendil
Rafting Durasi
: 8 jam
Fasilitas : Dokar/sepeda onthel, makan 1 kali + snack, guide, donasi. Mengarungi derasnya Sungai Elo dan Progo sambil menikmati jeram–jeram yang menegangkan sekaligus menyenangkan dan untuk menghilangkan rasa jenuh, sehingga badan dan pikiran kembali fresh. Selain menggunakan perahu karet pengarungan bisa dilakukan dengan cara lama, yaitu dengan menggunakan bambu/gethek. Paket wisata ini juga mengajak pengunjung untuk bergabung dengan komunitas "Nylantrang" (komunitas para penangkap ikan). Pengunjung dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
merasakan sendiri asyiknya menangkap ikan di sungai, juga dapat menikmati segarnya berenang dan mandi di sungai, tentu saja semua itu dalam pengawasan pemandu wisata.
Gambar 2.1: Bamboo Rafting
Coocking Lesson Durasi
: 4 jam
Fasilitas : Dokar /sepeda onthel, makan + snack, guide, donasi. Paket ini mengajak pengunjung mengelilingi desa dengan dokar/sepeda onthel, memetik sayuran di ladang, berbelanja kebutuhan di warung lalu memasak. Pengunjung pun bisa menikmati makanan buatan sendiri dengan ala ndeso.
Gambar 2.2: salah satu kegiatan cooking lesson
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Negotiable Programm Perpaduan antara paket yang satu dengan paket yang lain sangatlah mungkin dilakukan. Ini dilakukan tak lain untuk memenuhi permintaan dan kepuasan para wisatawan.
C. Koperasi Desa Wisata Candirejo Koperasi Desa Wisata Candirejo adalah satu-satunya pengelola pariwisata berbasis masyarakat di Desa Candirejo. Pengelolaan koperasi terpisah dari sistem pemerintahan desa, tetapi Koperasi Desa Wisata Candirejo merupakan badan usaha milik desa, dimana koperasi bertanggung jawab terhadap pemerintah desa dan masyarakat Desa Candirejo. 1. Struktur Pengurus Koperasi Desa Wisata Candirejo
Rapat Anggota Tahunan (RAT)
Pembina: Kepala Desa Candirejo
Ketua: Tatak Sariawan
Bendahara: Suphadi
Pengawas Ketua : Slamet Tugiyanto Anggota : 1. Teguh 2. Irwan Sekretaris: Ersyidik
Unit-unit Usaha Koperasi Gambar 2.3 : Struktur Pengurus Koperasi Desa Wisata Candirejo Tahun 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
2. Kunjungan Wisatawan Asing dan Domestik Tingkat kunjungan wisatawan asing dan domestik ke Desa Wisata Candirejo mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari grafik kunjungan wisatawan asing dan domestik tahun 2003-2010 sebagai
61
2003
2004
2949 1077
1796 1282
912 644
432 611 43
1000 500
1043
1118
1057
1071
1500
1114
2000
973 1056
1556
2500
1449 1424
2029
3000
1872
2873
3500
3078
berikut:
0 2005 Domestik
2006
2007
Asing
2008
2009
2010
Jumlah
Grafik 1.2 Kunjungan Wisatawan Asing dan Domestik Tahun 2003-2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
3. Pendapatan Koperasi Desa Wisata Candirejo Peningkatan jumlah pengunjung di Desa Wisata Candirejo diikuti
239,123,150
202,294,050
192,155,385
185,533,900
185,715,200
14,486,090
10,138,665
7,446,760
6,338,705
5,435,875
112,404,650 5,381,125
71,272,375
65,891,250
3,081,250
40,850,000
1,560,000
18,449,300
50,000,000
16,889,300
100,000,000
37,768,750
150,000,000
106,968,775
200,000,000
179,376,495
250,000,000
193,830,300
300,000,000
224,637,060
dengan peningkatan pendapatan yang ditunjukkan dalam grafik berikut:
2003
)* Desember Akhir
2004
2005
Pendapatan
2006
2007
Pemgeluaran
2008
2009
2010
SHU
Grafik 1.3 Pendapatan Koperasi Desa Wisata Tahun 2003-2010
D. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pariwisata 1. Pengertian PNPM Pariwisata merupakan bagian dari PNPM Mandiri yang pelaksanaannya melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas para pemangku kepentingan dan pemberian bantuan desa wisata dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pembangunan kepariwisataan di desa wisata. Pemberdayaan masyarakat diwujudkan dengan menciptakan (meningkatkan) kapasistas masyarakat baik secara individu maupun berkelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Bantuan desa wisata adalah bantuan langsung masyarakat yang merupakan dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat desa wisata untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan terutama masyarakat miskin. Oleh karena itu konsep dasar PNPM yaitu menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat juga menjadi konsep dasar PNPM Pariwisata. PNPM Pariwisata merupakan salah satu upaya yang diharapkan mampu menjadi program untuk menanggulangi kemiskinan melalui sektor pariwisata. Kegiatan PNPM Pariwisata difokuskan pada pengembangan wilayah sasaran yang memiliki keterkaitan fungsi dan pengaruh dengan unsur daya tarik wisata berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia maupun fasilitas usaha dan industri kreatif yang menjadi penggerak aktivitas kepariwisataan di desa wisata. Dengan demikian, PNPM commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Pariwisata diharapkan memberi dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa wisata dan sekitarnya. 2. Tujuan PNPM Pariwisata Tujuan
utama
dari
PNPM
Pariwisata
adalah
meningkatkan
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di sektor pariwisata dan usaha terkait secara mandiri. Secara khusus, tujuan dari PNPM Pariwisata dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro poor). b. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. c. Meningkatkan modal masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. d. Meningkatkan inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
3. Prinsip Dasar PNPM Pariwisata a. Keberpihakan Terhadap Masyarakat Miskin Maksud dari keberpihakan terhadap masyarakat miskin disini adalah bahwa semua kegiatan yang dilakukan dalam PNPM Pariwisata harus diorientasikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin. b. Desentralisasi Pengertian prinsip desentralisasi disini adalah memberikan ruang yang luas kepada masyarakat untuk mengelola dan mengembangkan kegiatan pembangunan kepariwisataan di desanya dengan menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat. c. Otonomi Pengertian otonomi disini adalah bahwa masyarakat bisa memiliki kewenangan dan mengatur secara mandiri dan bertanggung jawab tanpa intervensi negatif dari pihak luar. d. Keadilan dan Kesetaraan Gender Pengertian dari keadilan dan kesetaraan gender disini adalah bahwa masyarakat baik laki-laki maupun perempuan mempunyai peran dan hak yang sama dalam pelaksanaan PNPM Pariwisata. Bahkan, PNPM Pariwisata harus dapat menjadi pendorong peningkatan peran dan partisipasi
perempuan
menumbuhkembangkan kepariwisataan.
dalam ekonomi
commit to user
bidang kreatif
kepariwisataan pendukung
dan bidang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
e. Transparan dan Akuntabel Bahwa dalam pelaksanaan PNPM Pariwisata harus membuka akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat serta stakeholder yang berkepentingan. Pelaksanaan PNPM Pariwisata juga harus dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral, teknis, legal dan administratif. f. Demokratis Maksud dari prinsip demokratis adalah bahwa segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan
PNPM
Pariwisata
harus
dilakukan
dengan
musyawarah untuk mufakat. Masyarakat mempunyai hak untuk menentukan jenis usulan dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PNPM Pariwisata, sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan etika, prinsip dan ketentuan dasar PNPM Pariwisata. g. Prioritas Dalam pelaksanaan PNPM Pariwisata harus mengutamakan kegiatan kepariwisataan yang lebih cepat memberi dampak kesejahteraan bagi masyarakat miskin. h. Keberlanjutan Bahwa dalam setiap pengambilan keputusan dalam PNPM Pariwisata harus mempertimbangkan kelestarian dan pengembangan program pada waktu-waktu yang akan datang. Dengan demikian pasca pelaksanaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
program, masyarakat dan instansi terkait masih dapat memanfaatkan, mengembangkan dan mendayagunakannya untuk kesejahteraan. 4. Sasaran Program a. Lokasi Sasaran Lokasi sasaran PNPM Pariwisata 2009 meliputi 17 provinsi, 34 kabupaten/kota dengan cakupan 100 desa wisata potensial yang diusulkan oleh kabupaten. b. Kelompok sasaran Sasaran dari program ini adalah kelompok masyarakat/komunitas di sekitar pusat-pusat kegiatan pariwisata dan industry budaya, yang akan mencakup wilayah pedesaan atau komunitas masyarakat yang memiliki hubungan atau keterkaitan fungsi dan peran (baik sebagai objek pendukung, pemasok bahan baku, pemasok logistik dan sebagainya), sehingga masyarakat miskin yang berdomisili di sekitar destinasi pariwisata atau pusat-pusat kegiatan pariwisata dan budaya tersebut meningkatkan kesejahteraannya. Kelompok sasaran dalam hal ini diharapkan juga telah menjalankan kegiatan dan atau usaha di bidang kepariwisataannya meliputi pengelolaan atraksi wisata/seni dan budaya, penyediaan cinderamata, makanan dan minuman, pemanduan wisata, jasa transportasi lokal, jasa penginapan masyarakat (Homestay), agrowisata dengan prioritas pada kelompok yang memiliki kendala teknis dan modal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Kelompok sasaran ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota setempat atau Kepala Dinas Lingkup Pariwisata atau pejabat yang ditunjuk, dengan tembusan antara lain disampaikan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat. 5. Pendanaan Program Program PNPM Pariwisata 2009 merupakan program Pemerintah Pusat melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, serta didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). a. Kriteria Alokasi Penerima BLM PNPM Pariwisata 2009 Penentuan alokasi penerima BLM PNPM Pariwisata 2009 adalah: 1. Memiliki potensi wisata atau berdekatan dengan lokasi pusat-pusat kegiatan wisata, misalnya Obyek Daerah Tujuan Wisata (ODTW), serta usaha pariwisata/hotel-resort. 2. Memiliki keterkaitan fungsional
dengan pusat-pusat kegiatan
pariwisata baik secara langsung maupun tak langsung (sebagai objek pendukung, pemasok bahan baku dan produk, dsb). 3. Banyak penduduk yang kurang beruntung/miskin (keluarga pra sejahtera) dan telah menerima atau sedang menjalankan program PNPM Mandiri inti (program PNPM Mandiri inti yang dimaksud adalah PNPM PPK dan PNPM P2PK).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
4. Desa atau kelurahan sasaran sudah memiliki rencana PJM Pronangkis (Dokumen
perencanaan
desa/kelurahan
dalam
rangka
penanggulangan kemiskinan). 5. Memiliki lembaga keswadayaan masyarakat (LKM/BKM/TPK) yang akan menjadi unit pendukung pelaksanaan program. 6. Telah membentuk Kelompok Masyarakat yang akan menjalankan kegiatan PNPM Pariwisata yang disetujui. b. Mekanisme Pencairan Dana Mekanisme pencairan dana adalah tahapan proses pencairan dari pemerintah pusat kepada rekening kelompok masyarakat. Adapun tahapan proses tersebut dilakukan sebagai berikut: 1. Kelompok masyarakat desa wisata membuka rekening tabungan pada Kantor Cabang BRI terdekat dan memberitahukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pusat. 2. Ketua kelompok mengusulkan Rencana Usaha Kelompok (RUK) kepada Tim Teknis Pusat setelah diverifikasi oleh Tim teknis Kabupaten/Kota dan disetujui/diketahui oleh Kepala Dinas Lingkup Pariwisata Kabupaten/Kota. 3. Tim Teknis Pusat meneliti rencana usaha kelompok dari masingmasing kelompok yang akan dibiayai, selanjutnya mengajukan ke PPK
Pusat,
kemudian
PPK
mengajukan
Surat
Permintaan
Pembayaran Langsung (SPP-LS) dengan lampiran sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
SK Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Lingkup Pariwisata atau pejabat yang ditunjuk tentang Penetapan Kelompok Sasaran. Rekapitulasi RUK dengan mencantumkan: Nama kelompok; Nama ketua kelompok; Nama anggota kelompok; Nomor rekening a.n. ketua kelompok dan sekretaris kelompok; Nama cabang/unit BRI atau bank lain terdekat; Jumlah dana dan susunan keanggotaan kelompok. Kuitansi harus ditandatangani oleh ketua kelompok dan diketahui/disetujui oleh PPK yang bersangkutan. Surat Perjanjian Kerjasama antara PPK dengan kelompok sasaran tentang pemanfaatan dana bantuan sosial dengan format. 4. Atas dasar SPP-LS, Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (PPPP) menguji dan menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPMLS), selanjutnya PPK menyampaikan SPM-LS ke KPPN setempat. 5. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sesuai ketentuan yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan. 6. Dana Ditransfer dari KPPN kepada rekening kelompok masyarakat yang telah terbentuk. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
c. Mekanisme Penggunaan Dana Mekanisme penggunaan dana adalah proses penggunaan dana oleh kelompok masyarakat setelah dana dicairkan oleh pemerintah pusat harus sesuai dengan Rencana Usaha Kelompok (RUK) yang telah disetujui. Perubahan alokasi penggunaan dana dan jenis kegiatan hanya bisa dilakukan dalam kondisi darurat. Apabila terjadi perubahan dana dan jenis kegiatan yang akan dilakukan, maka perubahan tersebut harus melalui mekanisme lokakarya warga di tingkat desa dan dihadiri oleh seluruh kelompok masyarakat yang menerima BLM, perangkat desa, RT/RW terkait serta disetujui sekurang-kurangnya 60% peserta yang hadir. d. Biaya Operasional Kelompok Masyarakat Biaya operasional bagi kelompok masyarakat pelaksana kegiatan, sesungguhnya bergantung dan bersumber dari swadaya masyarakat. Sebagai stimulant, PNPM Pariwisata memberikan bantuan biaya operasional maksimal 5 (lima) persen dari nilai BLM yang diterima oleh kelompok masyarakat. 6. Ketentuan Dasar PNPM Pariwisata Ketentuan dasar PNPM Pariwisata merupakan ketentuan-ketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku lainnya dalam melaksanakan kegiatan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian program. Ketentuan dasar PNPM Pariwisata ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
dimaksudkan untuk mencapai tujuan dari PNPM Pariwisata secara terarah dan tepat sasaran. Dengan ketentuan dasar ini diharapkan arahan untuk mencapai tujuan program dapat ditampilkan dengan jelas. Ketentuanketentuan dasar ini antara lain meliputi: a. Partisipasi Aktif Masyarakat. Dalam pelaksanaan PNPM Pariwisata, seluruh masyarakat desa penerima PNPM Pariwisata harus mempunyai kesiapan yang salah satunya diwujudkan dalam keterlibatan secara aktif dalam pelaksanaan program. Disini, masyarakat dituntut untuk dapat melakukan kegiatan yang sifatnya swadaya
seperti
pertemuan-pertemuan,
musyawarah
pembahasan
program, pelaksanaan program sampai dengan evaluasi monitoring kegiatan program. b. Swadaya Masyarakat Swadaya masyarakat adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan secara suka rela sebagai wujud rasa ikut memiliki terhadap PNPM Pariwisata. Swadaya masyarakat ini dapat diwujudkan dalam bentuk material maupun non material. Bentuk material diwujudkan dalam bentuk alat-alat bantu membuat kerajinan, dana, dll. Sedangkan bentuk non material diwujudkan dalam bentuk ide, gagasan, keahlian, tenaga, dll.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
c. Kesetaraan dan Keadilan Gender PNPM Pariwisata mendorong keadilan gender di masyarakat. Dalam hal ini, PNPM Pariwisata mengharuskan peran serta dan keterlibatan dan peran aktif perempuan dalam setiap kegiatan PNPM Pariwisata. d. Pendampingan Masyarakat Dalam melaksanakan PNPM Pariwisata, masyarakat dan pemerintah lokal mendapat pendampingan dari program. Masyarakat mendapat pendampingan langsung melalui fasilitator sedangkan bagi pemerintah lokal pendampingan langsung dilakukan oleh konsultan manajemen PNPM Pariwisata. e. Jenis Kegiatan yang Dilarang 1. Kegiatan yang mempekerjakan anak-anak di bawah usia kerja. 2. Kegiatan yang potensial menyinggung agama dan sara. 3. Untuk penggajian PNS dan non PNS. 4. Untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan prostitusi dan perdagangan perempuan. 5. Untuk kegiatan produksi, penyimpanan atau pemasaran barangbarang yang mengandung narkotika dan miras. 6. Untuk kegiatan yang mendukung perjudian. 7. Untuk mengkampanyekan partai politik tertentu. 8. Untuk kegiatan yang berbau kepentingan pribadi/KKN. 9. Untuk kegiatan yang dapat merusak lingkungan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
f. Sanksi Sanksi adalah pemberlakuan suatu keadaan/kondisi yang disebabkan karena tidak ditaatinya aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam PNPM Pariwisata. Adapun sanksi ini dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis sanksi antara lain: 1. Sanksi masyarakat, ditetapkan oleh masyarakat berupa kesepakatan dalam musyawarah masyarakat yang tertulis dan tertuang dalam berita acara kegiatan. 2. Sanksi hukum, mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Sanksi program, berupa pemberhentian bantuan dari PNPM Pariwisata terhadap desa wisata yang bersangkutan. 7. Pelaku Rintisan PNPM Pariwisata di Desa Candirejo Struktur organisasi PNPM Pariwisata pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan PNPM Mandiri. Organisasi tersebut pada hakekatnya merupakan struktur hierarki atau hubungan tugas, wewenang dan tanggungjawab dari para pelaku dalam rangka pelaksanaan program. Struktur tersebut dikembangkan dengan mempertimbangkan kebutuhan lingkup kerja PNPM Pariwisata serta sistem informasi yang akan digunakan. Agar struktur yang dimaksud dapat berjalan sesuai yang direncanakan maka perlu dukungan kemampuan berkomunikasi dan koordinasi dari tiap unsur yang ada. Disamping dukungan di atas, hal penting yang lain adalah bagaimana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
setiap unsur atau pelaku yang terlibat dalam struktur tersebut mampu memahami dan mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya masingmasing. Pelaku utama rintisan PNPM Pariwisata adalah masyarakat selaku pengambil keputusan di desa. Sedangkan pelaku-pelaku di tingkat kecamatan, kabupaten dan seterusnya lebih berfungsi sebagai fasilitator, pembimbing, dan pembina agar tujuan, prinsip-prinsip, kebijakan, prosedur dan mekanisme rintisan PNPM Pariwisata dapat tercapai, dipenuhi dan dilaksanakan secara benar dan konsisten. Pelaku rintisan PNPM Pariwisata di desa merupakan pelaku-pelaku yang berkedudukan atau memiliki wilayah kerja di desa. Fungsi dan peran pelaku rintisan PNPM Pariwisata di desa yaitu: a. Kepala Desa Fungsi dan peran kepala desa adalah sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan rintisan PNPM Pariwisata di desa. b. Tim Pengelola Kegiatan (TPK) TPK terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa yang secara umum mempunyai fungsi dan peran untuk mengelola dan melaksanakan rintisan PNPM Pariwisata. Seharusnya dalam lokasi rintisan ini, TPK sudah ada, karena sudah dibentuk dan berjalan dalam program PNPM inti. TPK terdiri dari ketua sebagai penanggung jawab commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
operasional kegiatan di desa, memberi komando pelaksanaan kegiatan di lapangan dan pengelolaan administrasi serta keuangan program. Sekretaris dan bendahara bertugas membantu ketua TPK terutama dalam masalah administrasi dan keuangan. Bidang kegiatan membantu ketua TPK untuk menangani suatu jenis kegiatan sesuai bidangnya dan bekerjasama dengan instansi terkait yang bisa mendorong pelaksanaan dan keberlanjutan kegiatan tersebut. c. Tim Verifikasi Tim verifikasi adalah tim yang dibentuk dari anggota masyarakat yang memiliki pengalaman dan keahlian khusus, baik di bidang usaha ekonomi produktif, pengembangan pariwisata, simpan pinjam, dan pelatihan keterampilan
masyarakat
sesuai
usulan
kegiatan
yang
diajukan
masyarakat. Fungsi dan peran tim verifikasi adalah melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan kegiatan rintisan PNPM Pariwisata dan selanjutnya membuat rekomendasi kepada musyawarah sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. d. Kelompok Masyarakat Merupakan kelompok yang dibentuk berdasarkan musyawarah yang dilaksanakan TPK. Kelompok ini harus mengandung unsur-unsur penerima manfaat langsung kegiatan, misalnya kelompok miskin, pelaku usaha pariwisata setempat dan sebagainya. e. Fasilitator Desa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Fasilitator desa merupakan pendamping masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan rintisan PNPM Pariwisata.
Jumlahnya bervariasi pada
setiap kabupaten. Fasilitator ini secara umum mempunyai tugas memfasilitasi masyarakat dalam setiap tahapan rintisan PNPM Pariwisata mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, dan pelaksanaan. Fasilitator bertanggungjawab kepada tim teknis kabupaten. Selain itu, fasilitator juga memiliki kewajiban menyusun laporan pelaksanaan bulanan kepada tim teknis
kabupaten/kota dan mengirimkan pula kepada konsultan
manajemen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan PNPM Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan PNPM Pariwisata ini akan dibahas dari beberapa unsur yang ada di dalamnya berdasar teori dan penerapannya secara langsung di Desa Wisata Candirejo. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Melalui metode observasi, peneliti mengumpulkan data dengan cara mengamati dan mencatat fenomena yang ada melalui penglihatan dan pendengaran pada proses komunikasi kelompok dalam pengelolaan PNPM Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Observasi juga didukung dengan menggunakan data-data dokumentasi yang diperoleh peneliti dari Koperasi Desa Wisata Candirejo, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, perpustakaan maupun internet. Metode pengumpulan data lainnya adalah dengan wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan informan. Pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
yang mana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap menguasai masalah yang diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah: No.
Informan
Usia
Jenis Kelamin
1.
Tatak Sariawan
30
Laki
2.
Ersyidik
22
Laki
3.
Sareh Haryanto
50
Laki
4.
M. Khamim
57
Laki
Jabatan Ketua KDWC Sekretaris KDWC Sekdes Candirejo Kasi Obyek Wisata
Dalam Petunjuk Teknis Operasional Kegiatan Rintisan PNPM Pariwisata (2009:2627), menyatakan bahwa:
PNPM Pariwisata merupakan PNPM penguatan, artinya, penerima PNPM Pariwisata adalah desa yang sebelumnya telah melaksanakan PNPM inti. Sebagaimana PNPM yang sudah berjalan sebelumnya, PNPM Pariwisata akan memberikan BLM yang diterimakan langsung kepada masyarakat setelah masyarakat membuat program penanggulangan kemiskinan serta telah melakukan prioritas kegiatan dan telah membentuk kelompok masyarakat. Hanya saja, arti penting dari program PNPM Pariwisata ini bukan saja pada pemberian BLM-nya, tetapi lebih pada pengembangan potensi kepariwisataan yang dimiliki oleh desa setempat dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat khususnya perempuan dan masyarakat miskin. Pada prinsipnya, PNPM Pariwisata ini akan melakukan pengembangan pariwisata dengan konsep pengembangan desa wisata maupun desa-desa yang mendukung pengembangan ODTW. Dengan mengembangkan desa-desa tersebut, diharapkan dapat memberi dampak positif bagi masyarakat setempat dan desa-desa lain di sekitarnya. Kelompok-kelompok masyarakat di Desa Wisata Candirejo meliputi kelompok dokar, guide, catering, kesenian, homestay, dan home industry. Kelompokkelompok tersebut mengelola PNPM Pariwisata melalui kegiatan yang sifatnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
swadaya
seperti
pertemuan-pertemuan,
musyawarah
pembahasan
program,
pelaksanaan program sampai dengan evaluasi monitoring kegiatan program. Interaksi yang terjadi di dalamnya smerupakan proses komunikasi kelompok yang akan dibahas sebagai berikut: A. Pertemuan-pertemuan Desa Wisata Candirejo memperoleh PNPM Pariwisata mulai tahun 2009. Salah satu alasan desa ini mendapatkan program tersebut karena Desa Wisata Candirejo sudah mempunyai kegiatan pariwisata. Hal ini sesuai ungkapan Tatak sebagai berikut: “Nah untuk program ini bisa sampai kita juga melalui beberapa seleksi adanya PNPM khusus pariwisata ini yaitu kita sudah mempunyai kegiatan, kaitannya dengan pariwisata di desa. Nah berkaitan dengan itu kita mengusulkan kepada pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang yang diteruskan ke Kementrian di tingkat pusat.” (Wawancara 8 Oktober 2011) Setelah mendapat persetujuan dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, selanjutnya pada tahap pelaksanaan program, masyarakat dengan difasilitasi oleh fasilitator membentuk kelompok masyarakat yang juga bertindak sebagai pelaksana kegiatan/kelompok penerima program sebagaimana skala prioritas yang telah ditetapkan dengan berprinsip pada keberpihakan terhadap masyarakat miskin. Kelompok masyarakat merupakan pelaku utama rintisan PNPM Pariwisata selaku pengambil keputusan di desa yang dibentuk berdasarkan musyawarah TPK. Kelompok ini harus mengandung unsur-unsur penerima manfaat langsung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
kegiatan. Kelompok masyarakat tersebut harus terlibat secara aktif dalam pelaksanaan PNPM Pariwisata. Di Desa Wisata Candirejo, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan program tersebut dimulai dari tahap sosialisasi. Hal ini seperti diungkapkan Tatak sebagai berikut: “Kita melibatkan mereka mulai dari sosialisasi. Mereka kita undang dari beberapa perwakilan kelompok-kelompok pelaku wisata di masyarakat, tokoh pemuda terutama juga dari unsur kelembagaan yang ada di Desa Candirejo ini.” (Wawancara 8 Oktober 2011) Keterlibatan masyarakat di dalam pertemuan kelompok seperti sosialisasi ini
menimbulkan
interaksi
diantara
anggota-anggotanya
dalam
mengkomunikasikan usulan program dari kelompok mereka masing-masing. Komunikasi kelompok merupakan komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. Kelompok ini bisa kecil, bisa juga besar, ditentukan berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Effendy (1990:126-128) membedakan antara komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar, sebagai berikut: a. Komunikasi kelompok kecil. Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila terjadi komunikasi antarpersona dalam setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog. b. Komunikasi kelompok besar. Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar apabila hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan kata lain, dalam komunikasi kelompok besar, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan. Proses komunikasi kelompok pada kelompok-kelompok masyarakat di Desa Wisata Candirejo dapat dianalisis melalui frekuensi pertemuan mereka sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
1. Pertemuan tahunan Pertemuan tahunan yang diadakan oleh kelompok-kelompok masyarakat pelaku wisata di Desa Wisata Candirejo diadakan pada saat mereka akan mengusulkan dana PNPM Pariwisata. Tatak menceritakan tentang waktu penyelenggaraan pertemuan sebagai berikut: “kalau di PNPM pertemuan dilaksanakan kalau ada program kegiatan…” (Wawancara 8 Oktober 2011) Pertemuan resmi yang hanya diadakan setahun sekali tersebut tidak menjadikan kelompok pelaku wisata di Desa Wisata Candirejo bersifat pasif. Interaksi dalam kelompok pelaku wisata di desa wisata ini sering bersifat informal, misalnya ketika anggota kelompok menemukan kendala atau mendapatkan permasalahan teknis dalam melayani wisatawan. Anggota kelompok tersebut akan memecahkan masalah dengan komunikasi kelompok secara informal pada saat duduk santai menunggu kedatangan wisatawan. Biasanya mereka melakukannya dengan percakapan santai di Koperasi Desa Wisata Candirejo, tempat semua layanan berawal dan berakhir bagi wisatawan yang mengunjungi desa wisata ini. Dengan demikian, komunikasi kelompok yang terjadi pada kelompok pelaku wisata di Desa Wisata Candirejo disebut komunikasi kelompok kecil. Menurut Effendy (2005:8), “situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila terjadi komunikasi antarpersona dalam setiap komunikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog.” 2. Pertemuan bulanan Pertemuan
bulanan
dilakukan
untuk
melakukan
kegiatan
pembinaan dan pengembangan bagi kelompok pelaku wisata di Desa Wisata Candirejo. Mengenai hal ini Tatak menceritakan: “disamping pertemuan saat mengusulkan dana PNPM, kita juga mengadakan pembinaan bagi kelompok kadang-kadang satu bulan atau mungkin sampai tiga bulan sekali. Disitu kita ada sharing dan pembinaan atau sebagai bahan evaluasi dari tementemen dalam hal pelayanan tamu itu ada peningkatan nggak, ada masalah nggak.” (Wawancara 18 Juni 2011) 3. Pertemuan sesuai kebutuhan Disamping pertemuan tahunan dan pertemuan bulanan yang diadakan oleh kelompok-kelompok masyarakat di Desa Wisata Candirejo, tidak menutup kemungkinan bagi kelompok untuk mengadakan
pertemuan
yang
waktunya
disesuaikan
dengan
kebutuhan. Misalnya pada saat kunjungan wisatawan meningkat sehingga antar kelompok membutuhkan koordinasi sebagai upaya optimalisasi pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung. Tatak menceritakan tentang waktu penyelenggaraan pertemuan yang fleksibel ini sebagai berikut: “kalau di tingkat masing-masing kelompok kadang juga ada pertemuan-pertemuan, mungkin tidak hanya terkait dengan PNPM tapi tentang keberlanjutan kelompok itu sendiri. Kalau mereka akan melakukan kegiatan baru mengadakan pertemuanpertemuan…waktunya nggak mesti, jadi fleksibel saja tergantung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
kebutuhan juga…Kalau internal kelompok tergantung kelompok sendiri…” (Wawancara 8 Oktober 2011)
B. Musyawarah Pembahasan Program Musyawarah pembahasan program diawali dengan sosialisasi di tingkat kabupaten melalui fasilitator dan tim teknis yang akan meneruskan ke masyarakat di desa. Masyarakat melaksanakan rembuk desa guna menentukan apakah akan menerima PNPM Pariwisata atau tidak. Apabila menerima, berarti masyarakat bersedia memberi dukungan swadaya serta turut terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan program dan tindak lanjutnya. Sejauh ini, masyarakat belum ada yang menolak PNPM Pariwisata, bahkan banyak yang mengharapkan agar desanya mendapatkan PNPM Pariwisata ini. Hal tersebut seperti diceritakan Ersyidik selaku Sekretaris Koperasi Desa Wisata Candirejo sekaligus sebagai salah satu guide, sebagai berikut: “Kalau selama ini masyarakat belum ada yang menolak bahkan banyak yang mengharapkan desanya mendapat PNPM Pariwisata. Lha kalau kita lihat di Borobudur ini kan ada 9 penerima PNPM, kalau di Kabupaten Magelang hanya 11. Jadi, di Kabupaten Magelang paling banyak di Kecamatan Borobudur. Semuanya yang mendapat adalah desa wisata padahal sebenarnya kita punya desa wisata yang diakui itu kan cuma Candirejo. Mereka semua boleh menganggap mereka desa wisata tapi ada kegiatannya atau enggak kan kita nggak tahu.” (Wawancara 8 Oktober 2011) Pernyataan Ersyidik tersebut dikuatkan oleh pernyataan M. Khamim, Kasi Obyek Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, berikut: “Bantuan PNPM Pariwisata dari tahun ke tahun selalu mengalir. Utamanya untuk desa wisata ini yang pertama kali muncul adalah Desa Candirejo. Untuk perkembangan Desa Candirejo sekarang bisa dilihat pada data kunjungan, utamanya adalah kunjungan wisatawan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
mancanegara juga banyak, hampir dikatakan setiap hari itu ada.” (Wawancara 11 Juni 2011) Jika masyarakat telah bersepakat untuk menerima PNPM Pariwisata, maka tahap selanjutnya yang akan dibicarakan dalam musyawarah adalah bagaimana membangun sinergisitas program pariwisata dengan program yang sudah ada sebelumnya dalam PNPM inti. Mengenai hal ini, Tatak mengungkapkan: “Kelompok pelaku pariwisata mengajukan usulan kegiatan PNPM yang mendukung kegiatan wisata pada fasilitator yang nantinya dikonsultasikan pada konsultan. Konsultan hanya akan menyetujui program yang sesuai dengan arahan yang sudah ada dan berdasarkan skala prioritas yang sudah dibuat”. (Wawancara 8 Oktober 2011) Pelaksana musyawarah desa adalah masyarakat yang difasilitasi oleh fasilitator desa. Sedangkan pihak yang dilibatkan adalah: 1. TPK yaitu lembaga keswadayaan masyarakat di tingkat desa yang sudah dibentuk dalam PNPM Perdesaan atau PPK. Anggota TPK di Desa Wisata Candirejo adalah Tatak Sariawan, Anung Sujatmiko, dan Ersyidik. 2. Unit Pengelola Kegiatan (UPK)
yaitu lembaga keswadayaan
masyarakat di tingkat kecamatan yang telah terbentuk sebelumnya. 3. Perangkat desa penerima PNPM Pariwisata. 4. Kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat di Desa Wisata Candirejo yaitu kelompok dokar, guide, catering, kesenian, homestay dan home industry. 5. Warga miskin. 6. Tokoh masyarakat dan tokoh agama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
7. Tokoh kepemudaan. 8. Ketua RT/RW serta masyarakat umum penerima PNPM Pariwisata. Menurut buku Petunjuk Teknis Operasional Kegiatan Rintisan PNPM Pariwisata (2009:28-30), “musyawarah pembahasan program membahas program-program yang mendukung kegiatan wisata yang telah diusulkan oleh setiap kelompok pelaku wisata. Metode yang digunakan dalam musyawarah tersebut adalah lokakarya yang menghasilkan kesepakatan terkait dengan sikap masyarakat untuk menerima atau menolak PNPM Pariwisata.” Musyawarah yang terjadi di Desa Wisata Candirejo berlangsung alot karena keterbatasan dana PNPM Pariwisata yang diterima. Hal ini dipaparkan Tatak sebagai berikut: ”…kita melalui beberapa musyawarah yang sangat alot karna kita lihat dari nilainya, kalau nilainya itu kan yang pertama hanya 50 juta padahal semua kelompok mengajukan nanti kan tidak mungkin kalau kita bagi rata. Ya jadi nanti kita melalui skala prioritas, jadi apa yang memang sangat dibutuhkan dan mendesak sekali untuk menunjang kegiatan wisata lah itulah yang disepakati oleh kelompok-kelompok pariwisata dan masyarakat. Jadi memang masing-masing kelompok mengajukan tapi soal nanti mereka diverifikasi dan yang masuk dalam prioritas tergantung dari rembuk masyarakatnya.” (Wawancara 8 Oktober 2011) Usulan-usulan program dari setiap kelompok tersebut diverifikasi berdasarkan skala prioritas. Hasilnya berupa pendanaan bagi kelompok yang mempunyai program yang mendukung kegiatan wisata, misalnya kelompok guide mendapatkan dana PNPM Pariwisata yang digunakan untuk melancarkan rencana-rencana kerja mereka seperti mengadakan pelatihan teknik memandu dan pelatihan bahasa Inggris yang bertujuan meningkatkan pelayanan kepada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
wisatawan baik asing maupun domestik, serta untuk menambah wawasan tentang kepariwisataan. Proses komunikasi kelompok pada kelompok-kelompok masyarakat di Desa Wisata Candirejo dapat dianalisis melalui feedback yang dihasilkan dari musyawarah pembahasan program yang dihadiri oleh kelompok-kelompok masyarakat pelaku wisata di Desa Wisata Candirejo yakni sebagai berikut: 1. Feedback yang berupa partisipasi kehadiran Partisipasi kehadiran dari masing-masing anggota kelompok masyarakat pelaku wisata tergolong tinggi. Masing-masing anggota dalam kelompok saat bertemu merasa memiliki kelompok mereka sehingga kelompok menjadi solid. 2. Feedback yang berupa penerimaan kelompok terhadap keputusan musyawarah Dalam setiap musyawarah yang diselenggarakan, setiap anggota kelompok
saling
menghargai
pendapat
kelompok
lain
serta
menghargai pengambilan keputusan yang telah disepakati melalui musyawarah karena pembagian dana PNPM Pariwisata diterapkan sesuai prioritas. 3. Feedback berupa penerimaan reward oleh masyarakat Feedback dari proses komunikasi kelompok salah satunya adalah penerimaan reward oleh kelompok-kelompok masyarakat berupa peningkatan pendapatan mereka. Penerimaan reward ini merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
umpan balik dari keberhasilan proses komunikasi kelompok yang terjadi sehingga dalam pengelolaan program yang dijalankan tidak pernah ada keluhan. Mengenai peningkatan pendapatan ini, Tatak bercerita: “…berkaitan dengan pendapatan, sebelum adanya desa wisata kan pendapatan kita kecil nah setelah adanya desa wisata pendapatan kita meningkat. Walaupun mungkin belum secara keseluruhan atau secara individu mereka mendapatkan penghasilan dari kegiatan wisata tetapi koperasi memberikan kontribusi terhadap dusun yang terlewati jalur wisata. Kemudian yang kedua, masyarakat juga akan mengenal tentang kegiatan wisata.” (Wawancara 8 Juni 2011)
C. Pelaksanaan Program Menurut buku Petunjuk Teknis Operasional Kegiatan Rintisan PNPM Pariwisata (2009:45-46), tahap pelaksanaan program adalah sebagai berikut: Program dilaksanakan oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh fasilitator desa. Pada tahap ini, masyarakat membentuk kelompok masyarakat yang juga bertindak sebagai pelaksana kegiatan/kelompok penerima program sebagaimana skala prioritas yang telah ditetapkan dengan berprinsip pada keberpihakan terhadap masyarakat miskin. Masyarakat penerima PNPM Pariwisata juga memenuhi kelengkapan-kelengkapan administratif yang dibutuhkan, sebagai syarat pencairan BLM. Pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan pengajuan usulan Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang dilarang dalam negative list program. Apabila terjadi perubahan kegiatan, maka harus dilakukan dan diputuskan dalam musyawarah desa. Hal ini harus dilakukan untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan (ketidakpuasan bahwa masyarakat tidak dilibatkan, masyarakat tidak mengetahui terjadi perubahan sehingga tidak bisa melakukan kontrol, dll). Dalam pelaksanaan kegiatan, pelaksana harus mengedepankan prinsipprinsip keterbukaan dan akuntabilitas program. Kegiatan wisata di Desa Wisata Candirejo dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan bagi wisatawan seperti potensi wisata yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
ada. Potensi wisata tersebut merupakan keunikan yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Hal ini sesuai pendapat Seriyan, mantan Kasi Obyek Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, dalam kutipan yang diunduh dari http://www.borobudurlink.com/2009/09/dea-wisatacandirejo.html (diakses tanggal 27 April 2011) berikut: “Kami menawarkan keunikan alam, lingkungan, dan budaya. Alam dan lingkungan meliputi lingkungan desa yang asri dengan rumah-rumah penduduk berarsitektur tradisional Jawa (Joglo/Limasan). Kebun dan sawah tadah hujan, dengan sistem pertanian tumpang sari. Alamnya meliputi pegunungan Menoreh dan sungai Progo. Sedangkan budaya dan kesenian berupa tradisi ritual, tari tradisional, karawitan, kerajinan bambu dan pandan, dll.” Potensi wisata tersebut secara garis besar terbagi menjadi wisata alam, wisata agro, dan wisata seni dan budaya yang merupakan bentuk wisata edukatif berupa potret kehidupan sosial budaya masyarakat, kegiatan pertanian di masyarakat, serta keindahan alam pedesaan yang ada. Namun, keunikan yang, ditonjolkan dari Desa Wisata Candirejo sebenarnya adalah lingkungan pedesaan dan juga keramahan penduduknya. Potensi-potensi wisata di Desa Candirejo tersebut dikemas dalam beberapa paket wisata dengan harga yang bervariasi, Tatak menceritakan: “Berwisata di Desa Wisata Candirejo dapat dipilih berdasarkan paket wisata yang tersedia. Harganya pun bervariasi…..” (wawancara 8 Juni 2011) Paket-paket wisata yang ada di Desa Wisata Candirejo dikelola sepenuhnya oleh koperasi yang mengedepankan stabilitas jumlah pengunjung dengan berkembang pelan-pelan secara terkendali dan tidak secara sporadis. Hal ini diceritakan Tatak sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
“Saya tidak mau ada banyak tamu karna kesan desanya nanti akan hilang. Yang penting ada dan terus mengalir, kita ibaratkan dengan bahasa Jawa yaitu banyu mili. Buat apa kita mendatangkan banyak tamu, hanya kesannya nanti akan meninggalkan sampah saja. Kita tidak mau seperti itu. Lebih baik sedikit tapi ada terus karna disesuaikan juga dengan kapasitas dan kemampuan masyarakat disini.” (Wawancara 8 Juni 2011) Kemampuan masyarakat dalam melayani tamu tercermin dalam pengelolaan koperasi. Koperasi merupakan kelompok yang dibentuk masyarakat Candirejo berdasarkan kesamaan tujuan diantara mereka. Menurut Walgito (2006:10-12), “orang-orang yang memiliki tujuan yang sama akan membentuk suatu kelompok tersendiri, misalnya koperasi.” Disini, kedudukan koperasi sangat penting yaitu sebagai pusat layanan, pencatatan, koordinator, dan pengendalian. Karena itu, setiap wisatawan di Desa Wisata Candirejo pasti tercatat di koperasi sehingga tidak ada wisatawan ilegal. Koperasi sebagai badan usaha juga harus mempertanggungjawabkan kegiatannya kepada anggotanya. Dengan demikian kesalahan dalam mengelola dapat dideteksi secara dini karena pengendalian dilakukan secara cermat. Menurut
data
yang
diunduh
dari
http://iwanuwg.wordpress.com/2011/06/29/pesona-ekowisata-candirejo-borobudur/ (diakses tanggal 27 April 2011), menyatakan posisi koperasi sebagai berikut:
Posisi koperasi hanya mengkoordinasi dan memfasilitasi layanan pariwisata berbasis masyarakat. Koperasi mendistribusikan secara adil dan merata manfaat ekonomi bukan hanya kepada pelaku pariwisata, tetapi juga mendonasikan sebagian keuntungan kepada dusun yang memiliki obyek wisata di desa tersebut. Pada akhir tahun, dusun yang tidak terlewati jalur wisata juga mendapatkan donasi dari sisa hasil usaha (SHU) koperasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Koperasi dipilih warga Desa Candirejo sebagai badan yang mengelola kegiatan yang ada di Desa Wisata Candirejo karena manajemen koperasi adalah dari, oleh dan untuk masyarakat. Hal ini diungkapkan Tatak sebagai berikut: “setelah diresmikan menjadi desa wisata dan masyarakatnya siap, berkaitan dengan manajemen pengelolaan, pada waktu itu dari lapisan masyarakat, tokoh masyarakat, dan pemerintah desa berkumpul untuk membentuk suatu pengelolaan, bentuknya mau apa kita tawarkan mau CV, mau PT, mau perorangan atau mau bentuk koperasi. Itu ada prosesnya…haaa itu dari proses-proses itu mereka memilih bentuk pengelolaan koperasi dengan nama Koperasi Desa Wisata Candirejo.” (Wawancara 8 Juni 2011) Pelaku koperasi adalah masyarakat yang meliputi kelompok dokar, guide, catering, kesenian, homestay, dan home industry. Anggota kelompok-kelompok tersebut memiliki hubungan interpersonal yang beragam sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan lebih mudah. Untuk memahami proses komunikasi kelompok yang terjadi pada tahap pelaksanaan program ini, penulis menerapkan teori pertukaran sosial dari Thibaut dan Kelley yang menyatakan bahwa interaksi terjadi melalui pertukaran barang dan jasa serta melalui tanggapan individu yang muncul dalam interaksi tersebut berupa rewards dan costs. Dalam kasus di Desa Wisata Candirejo, kelompok pelaku wisata menawarkan jasa wisata kepada wisatawan dengan harapan mendapat rewards sosial seperti kepuasan, rasa bangga, rasa memiliki, serta dampak positif lain misalnya dalam hal pendapatan. Berdasarkan tinjauan teori di atas, komunikasi kelompok yang dilakukan oleh kelompok-kelompok pelaku wisata di Desa Wisata Candirejo dalam pengelolaan PNPM Pariwisata tahun 2009 dan 2010, yaitu sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
PNPM Pariwisata 2009 1. Kelompok Dokar Dokar merupakan alat angkutan tradisional satu-satunya yang ada dan digunakan di Desa Wisata Candirejo. Dokar digunakan sebagai alat transportasi lokal setempat yang bisa disewa oleh pengunjung. Tatak menceritakan tarif dokar untuk berkeliling desa yakni Rp.150.000,00/orang untuk wisatawan asing dan Rp.70.000,00/orang untuk wisatawan domestik. Keberadaan desa wisata membuat anggota kelompok dokar ini mendapatkan penghasilan tambahan. Tentang peningkatan kesejahteraan
penduduk
ini,
diambil
dari
http://www.borobudurlink.com/2009/09/desa-wisata-candirejo.html (diakses 27 April 2011), Seriyan memberikan gambaran sebagai
berikut: “Dulu kusir dokar itu hanya mendapat hasil 15-20 ribu rupiah sehari. Kini selain penghasilan mereka meningkat, mereka juga bisa memperoleh SHU dari koperasi. Tahun 2008, 12 pemilik dokar itu berhasil mengumpulkan SHU sebesar 30 juta rupiah.” Kelompok dokar diketuai oleh Mardiyat dengan jumlah anggota 12 pemilik dokar. Menurut Shaw (dalam Walgito 2006:10-12), berdasarkan besar kecilnya kelompok atau ukuran kelompok, kelompok yang terdiri atas 20 orang atau kurang disebut kelompok kecil. Kelompok dokar yang termasuk dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
kelompok kecil ini mengadakan pertemuan resmi setiap satu tahun sekali pada saat kelompok akan mengusulkan dana PNPM Pariwisata, dan juga diadakan sesuai kebutuhan dengan waktu yang fleksibel. Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa usulan program untuk meningkatkan kualitas kelompoknya dalam melayani wisatawan. Usulan tersebut nantinya akan dipaparkan saat pertemuan antar kelompok. Usulan program dari semua kelompok yang ada akan diverifikasi sesuai skala prioritas yang ada dan disepakati melalui musyawarah. Hasil musyawarah pembahasan usulan penggunaan dana PNPM Pariwisata 2009 pada kelompok dokar yakni: Program yang diusulkan
: pengadaan seragam untuk para
kusir dokar. Program yang disepakati
: pengadaan seragam untuk para
kusir dokar. Dana PNPM
: Rp.2.730.000,00
Dana swadaya kelompok
: Rp.73.000,00
Pelaksanaan program
: membeli seragam kusir seperti
celanan kombor, olive dan puring, surjan, jambul kuda, ongkos jahit kantong kotoran kuda, dan membeli blangkon. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Pelaksana
: 1. Ketua
: Mardiyat
1. Bendahara : Suparman Evaluasi monitoring dalam kelompok dokar dilakukan oleh ketua kelompoknya. Ketua kelompok selalu mengontrol kegiatan yang telah dilaksanakan apakah ada permasalahan yang terjadi dalam kelompok atau tidak. Hal ini bertujuan agar apabila terjadi permasalahan, kelompok bisa segera memecahkannya meskipun secara informal.
Gambar 2.4: Dokar Village Tour
2. Kelompok Guide Kelompok guide mempunyai anggota sebanyak 7 guide yaitu Wiwik Betuliyani sebagai ketua dan A. Budiyanto, Dwi Susiwi, Ersyidik, Bejo Santono, Jumeri, dan Sutarno sebagai anggota. Kelompok guide bertugas memandu wisatawan baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
wisatawan asing maupun domestik yang datang ke Desa Wisata Candirejo. Menurut Shaw (dalam Walgito 2006:10-12), berdasarkan besar kecilnya kelompok atau ukuran kelompok, kelompok yang terdiri atas 20 orang atau kurang disebut kelompok kecil. Dengan jumlah anggota <20 maka kelompok dokar termasuk dalam kelompok kecil. Kelompok ini mengadakan pertemuan resmi setiap satu tahun sekali pada saat kelompok akan mengusulkan dana PNPM Pariwisata, dan juga diadakan sesuai kebutuhan dengan waktu yang fleksibel, misalnya jika ada banyak tamu dan saat akan mengadakan evaluasi kinerja guide saat melayani tamu. Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa usulan program untuk meningkatkan kualitas kelompoknya dalam melayani wisatawan. Usulan tersebut nantinya akan dipaparkan saat pertemuan antar kelompok. Usulan program dari semua kelompok yang ada akan diverifikasi sesuai skala prioritas yang ada dan disepakati melalui musyawarah. Hasil musyawarah pembahasan usulan penggunaan dana PNPM Pariwisata 2009 pada kelompok guide yakni:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Program yang diusulkan
:
pengadaan
pelatihan
guide
rafting, pelatihan teknik memandu, dan pelatihan bahasa Inggris. Program yang disepakati
:
pengadaan
pelatihan
guide
rafting, pelatihan teknik memandu, dan pelatihan bahasa Inggris. Dana PNPM
:
pelatihan guide rafting
: Rp.2.860.700,00
pelatihan teknik memandu dan bahasa Inggris
: Rp.3.500.000,00+ Total : Rp.6.360.700,00
Pelaksanaan program
:
1. Pelatihan guide rafting a. Tujuan kegiatan
: untuk meningkatkan pelayanan
kepada wisatawan baik asing maupun domestik, serta untuk menambah wawasan tentang kepariwisataan khususnya wisata tantangan yaitu rafting. b. Waktu pelaksanaan: 30 November 2009-3 Desember 2009 (empat hari). c. Ketua
: Nurjanah
d. Sekretaris
: Handri M.H
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
e. Pemandu
: Sukmono Sanyoto dan Purwoto
f. Fasilitator
: Wito Prasetyo
g. Jumlah peserta
: 12 orang dari unsur pemuda.
2. Pelatihan teknik memandu dan pelatihan bahasa Inggris. a. Tujuan kegiatan
: untuk meningkatkan pelayanan
kepada wisatawan baik asing maupun domestik, serta untuk menambah wawasan tentang kepariwisataan. b. Waktu pelaksanaan : 28 November 2009-1 Desember 2009 (empat hari). c. Tempat pelaksanaan: Balai Desa Candirejo. d. Pemandu
: Joko Purwanggono dan Wiwik
Handayani. e. Fasilitator
: Wito Prasetyo
f. Jumlah peserta
: 20 orang.
Evaluasi monitoring dalam kelompok guide dilakukan oleh ketua kelompoknya. Ketua kelompok selalu mengontrol kegiatan yang telah dilaksanakan apakah ada permasalahan yang terjadi dalam kelompok atau tidak. Hal ini bertujuan agar apabila terjadi permasalahan, kelompok bisa segera memecahkannya meskipun secara informal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Gambar 2.5: Kegiatan Guide Memandu Wisatawan
3. Kelompok Catering Kelompok
catering
yang
diketuai
oleh
Astuti
bertanggungjawab atas konsumsi dari pengunjung kecuali bagi pengunjung yang mengambil paket homestay karena untuk pengunjung yang menginap dan tinggal di homestay konsumsinya sudah ditanggung oleh pemilik homestay masing-masing. Dengan jumlah anggota 2 pemilik catering (kurang dari 20 anggota), menurut Shaw (dalam Walgito 2006:10-12), kelompok catering termasuk dalam kelompok kecil. Kelompok ini mengadakan pertemuan resmi setiap satu tahun sekali pada saat kelompok akan mengusulkan dana PNPM Pariwisata, dan juga diadakan sesuai kebutuhan dengan waktu yang fleksibel, misalnya jika ada banyak pesanan catering.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa usulan program untuk meningkatkan kualitas kelompoknya dalam melayani wisatawan. Usulan tersebut nantinya akan dipaparkan saat pertemuan antar kelompok. Usulan program dari semua kelompok yang ada akan diverifikasi sesuai skala prioritas yang ada dan disepakati melalui musyawarah. Hasil musyawarah pembahasan usulan penggunaan dana PNPM Pariwisata 2009 pada kelompok catering yakni: Program yang diusulkan
: pengadaan seragam.
Program yang disepakati
: pengadaan seragam.
Dana PNPM
: Rp.1.500.000,00
Pelaksanaan program
: membeli stagen, kain, baju
domas, dan burkat. Pelaksana
: 1. Ketua
: Windarsih
2. Bendahara : Tiyeni Evaluasi monitoring dalam kelompok catering dilakukan oleh ketua kelompoknya. Ketua kelompok selalu mengontrol kegiatan yang telah dilaksanakan apakah ada permasalahan yang terjadi dalam kelompok atau tidak. Hal ini bertujuan agar apabila terjadi permasalahan, kelompok bisa segera memecahkannya meskipun secara informal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
4. Kelompok Kesenian Desa Wisata Candirejo memiliki 13 kelompok kesenian. Dengan jumlah anggota yang kurang dari 20 tersebut, menurut Shaw (dalam Walgito 2006:10-12), kelompok kesenian termasuk ke dalam kelompok kecil. Cara berkomunikasi yang mereka gunakan dalam kelompok seringkali merupakan komunikasi antara beberapa orang saja. Menurut Effendy (2005:8), situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila terjadi komunikasi antarpersona dalam setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog. Kelompok kesenian yang beranggotakan 13 kelompok ini diketuai oleh Agus Widiyarto. Dari jumlah 13 kelompok tersebut dibagi menjadi beberapa jenis kesenian yaitu: Jathilan. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan latihan perang pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam melawan tentara Belanda sekitar tahun 1825. Kesenian ini berkembang sejak tahun 1920-an dan memiliki beberapa versi dengan musik pengiring adalah karawitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Wayang. Kesenian ini muncul ketika pengaruh Agama Budha memasuki
Pulau
Jawa.
Wayang
digunakan
untuk
menyebarluaskan ajaran Agama Budha, sementara pihak kerajaan menggunakan Wayang sebagai media penyampai pesan. Sampai saat ini kesenian Wayang berkembang menjadi media pembelajaran masyarakat tentang nilai dan norma yang harus dimiliki manusia. Ada beberapa jenis Wayang dalam kebudayaan Jawa, yakni Wayang Orang, Wayang Kulit dan Wayang Golek. Pementasan Wayang Kulit kerap dilakukan bila ada upacara adat atau saat hajatan desa. Keunikan Wayang Kulit adalah bahan pembuatannya dari kulit kambing yang telah disamak dan dikeringkan, kemudian diukir sesuai dengan karakter peran dan alur cerita dalam kitab pewayangan. Gatholoco/Wulangsunu, Kubrosiswo dan Shalawatan. Gatholoco/Wulangsunu, Kubrosiswo dan Shalawatan merupakan tarian yang muncul pada saat peralihan budaya Agama Budha ke budaya yang dibawa oleh Agama Islam. Tarian
Gatholoco/Wulangsunu
dipentaskan
secara
berpasangan dalam baris berbanjar dan berjumlah genap. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Dinamakan kesenian Wulangsunu karena dalam syairsyairnya ada Bab Wulangsunu. Wulangsunu berasal dari kata wulang yang artinya mendidik, memberi nasihat dan sunu yang berarti anak. Kesenian ini berfungsi ganda sebagai sarana hiburan dan sebagai tuntunan hidup. Kubrosiswo, yakni kesenian bernafaskan Islam yang berkembang di Desa Candirejo sejak tahun 1965. Kubrosiswo termasuk salah satu jenis kesenian di Kabupaten Magelang dengan musik pengiring mirip dengan lagu perjuangan dan qasidah, tetapi liriknya telah diubah sesuai misi Islam. Untuk tarif paket kesenian yakni sekitar Rp. 1.500.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00. Lokasi pementasan kesenian yaitu di halaman rumah penduduk atau panggung terbuka yang terletak di depan kantor Koperasi Desa Wisata Candirejo. Kelompok ini mengadakan pertemuan resmi setiap satu tahun sekali pada saat kelompok akan mengusulkan dana PNPM Pariwisata, dan juga diadakan sesuai kebutuhan dengan waktu yang fleksibel, misalnya jika ada banyak permintaan pertunjukan kesenian sehingga perlu koordinasi diantara kelompok-kelompok kesenian yang ada. Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa usulan program untuk meningkatkan kualitas kelompoknya dalam melayani wisatawan. Usulan tersebut nantinya akan dipaparkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
saat pertemuan antar kelompok. Usulan program dari semua kelompok yang ada akan diverifikasi sesuai skala prioritas yang ada dan disepakati melalui musyawarah. Hasil musyawarah pembahasan usulan penggunaan dana PNPM Pariwisata 2009 pada kelompok kesenian yakni: Program yang diusulkan
: pengadaan aksesoris kesenian.
Program yang disepakati
: pengadaan aksesoris kesenian.
Dana PNPM
: Rp.1.500.000,00
Dana swadaya kelompok
: Rp.300.000,00
Pelaksanaan program
: membeli aksesoris jathilan dan
pakaian kewan-kewanan. Pelaksana
: 1. Ketua
: Ismanto
2. Bendahara : Parmo Evaluasi monitoring dalam kelompok kesenian dilakukan oleh ketua kelompoknya. Ketua kelompok selalu mengontrol kegiatan yang telah dilaksanakan apakah ada permasalahan yang terjadi dalam kelompok atau tidak. Hal ini bertujuan agar apabila terjadi permasalahan, kelompok bisa segera memecahkannya meskipun secara informal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Gambar 2.6: Pementasan salah satu kesenian di Desa Wisata Candirejo
5. Kelompok Homestay Desa Wisata Candirejo dilengkapi dengan sarana akomodasi yang cukup baik. Untuk mempertahankan suasana pedesaan yang masih asli, maka sarana akomodasi yang disediakan berupa pondok-pondok penginapan (homestay) yang diusahakan sendiri oleh masyarakatnya. Kelompok homestay beranggotakan 20 pemilik homestay yang diketuai oleh Utoyo. Penyediaan homestay menurut Tatak bertujuan untuk memfasilitasi bagi wisatawan yang ingin menginap dan menikmati Candirejo di malam hari, menambah tali silaturahmi juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. “tujuan disediakannya homestay yaitu satu, menyediakan kalau ada tamu yang pengen nginep, yang kedua agar mereka bisa menambah tali silaturahmi dengan tamu-tamu di homestay yang biasanya mereka adalah wisatawan minat khusus. Yang ketiga untuk meningkatkan pendapatan meski pendapatan dari homestay hanya sampingan saja karena profesi mereka tetap jadi tani.” (Wawancara 18 Juni 2011) Homestay merupakan rumah biasa yang dianggap layak untuk menerima tamu dan berbagai hospitality lainnya. Konsep commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
homestay berbeda dengan hotel. Pengunjung yang menginap akan tinggal satu atap bersama pemilik rumah sehingga interaksi mereka akan semakin terbuka. Ersyidik selaku sekretaris Koperasi Desa Wisata Candirejo mengungkapkan perbedaannya sebagai berikut: “jadi homestay adalah rumah tempat tinggal dimana disitu jadi satu dengan pemilik homestay-nya jadi tidak dibiarkan saja kaya orang kalau sudah di hotel. Jadi bedanya disitu, karna kalau di homestay juga seadanya. Misalkan tamu datang disuguh minuman, snack, gitu kan pokoknya layaknya orang bertamu gitu.” (Wawancara 18 Juni 2011) Syarat rumah penduduk yang bisa dijadikan homestay yaitu rumah penduduk yang memiliki kamar lebih banyak dari kebutuhan penghuninya serta memenuhi syarat kebersihan dan mempunyai kamar mandi sendiri, seperti yang diceritakan oleh Ersyidik berikut: “untuk menjadi homestay itu ada syarat-syaratnya, salah satunya ya memang rumah penduduk yang punya kamar lebih misalkan punya kamar 4 nah ini anaknya sudah tidak di rumah yang dua dipakai oleh pemiliknya, yang dua bisa disewakan. Jadi, tidak untuk investasi, hanya pemanfaatan yang punya kamar lebih saja. Dua, yang jelas dari faktor kebersihan seperti punya kamar mandi.” (Wawancara 18 Juni 2011) Senada dengan Ersyidik, Tatak menambahkan bahwa koperasi sedang mengembangkan standar untuk homestay, dan secara bertahap akan diterapkan, misalnya punya kamar memiliki dua bed, kamar mandi di dalam rumah, dan punya ruang tamu. Sementara untuk tarif menginap di homestay yakni Rp. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
120.000,00/malam dengan tiga kali makan dan snack, serta bisa digunakan untuk dua orang. Dibanding dengan tarif menginap di hotel, tarif menginap di homestay terhitung lebih murah, seperti yang diceritakan Tatak berikut: “Wahhh kalau di homestay tarifnya murah ya karna fasilitas sangat sederhana, kalau di hotel kan fasilitasnya komplit ada AC, TV terus kamar mandinya satu kamar satu kalau di homestay kan nggak, kamar mandinya jadi satu dengan pemilik.” (Wawancara 18 Juni 2011) Pembayaran tarif ini dilakukan melalui koperasi yang bertindak sebagai fasilitator yang menghubungkan pengunjung dengan kelompok penyedia jasa sesuai permintaan pengunjung. Hal ini seperti yang diceritakan Ersyidik sebagai berikut: “Semua layanan berawal dan berakhir dari kantor koperasi. Permintaan pengunjung diorganisasikan dan difasilitasi oleh koperasi, yang menghubungkan dengan pelaku jasa homestay, transportasi dokar, atraksi seni, penyediaan guide dan hal lain sesuai permintaan pengunjung. Begitu mengakhiri kegiatannya pengunjung juga melakukan pembayaran di kantor koperasi.” (Wawancara 18 Juni 2011) Kelompok homestay beranggotakan 20 pemilik homestay. Dengan jumlah anggota 20, menurut Shaw (dalam Walgito 2006:10-12), kelompok kesenian termasuk ke dalam kelompok kecil. Cara berkomunikasi yang mereka gunakan dalam kelompok seringkali merupakan komunikasi antara beberapa orang saja. Menurut Effendy (2005:8), situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi
kelompok
kecil
commit to user
apabila
terjadi
komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
antarpersona dalam setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog. Kelompok ini mengadakan pertemuan resmi setiap satu tahun sekali pada saat kelompok akan mengusulkan dana PNPM Pariwisata, dan juga diadakan sesuai kebutuhan dengan waktu yang
fleksibel,
misalnya
pertemuan
untuk
mengevaluasi
pelayanan pemilik homestay kepada wisatawan yang menginap. Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa usulan program untuk meningkatkan kualitas kelompoknya dalam melayani wisatawan.
Kelompok
homestay
mengusulkan
pengadaan
furniture. Usulan tersebut nantinya akan dipaparkan saat pertemuan antar kelompok. Usulan program dari semua kelompok yang ada akan diverifikasi sesuai skala prioritas yang ada dan disepakati melalui musyawarah. Hasil musyawarah pembahasan usulan penggunaan dana PNPM Pariwisata 2009 pada kelompok homestay yakni: Program yang diusulkan
: pengadaan furniture.
Program yang disepakati
: pengadaan furniture.
Dana PNPM
: Rp.3.000.000,00
Pelaksanaan program
: membeli kaca rias, meja dan
kursi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Pelaksana
: 1. Ketua
: Utoyo
2. Bendahara : Tusiyarni Evaluasi monitoring dalam kelompok homestay dilakukan oleh ketua kelompoknya. Ketua kelompok selalu mengontrol kegiatan yang telah dilaksanakan apakah ada permasalahan yang terjadi dalam kelompok atau tidak. Hal ini bertujuan agar apabila terjadi permasalahan, kelompok bisa segera memecahkannya meskipun secara informal.
Gambar 2.7: Kamar Homestay
6. Kelompok Home Industry Kelompok
home
industry
di
Desa
Wisata
Candirejo
beranggotakan 10 pemilik home industry yang diketuai oleh Mukijo. Dengan jumlah anggota 10, menurut Shaw (dalam Walgito 2006:1012), kelompok home industry termasuk ke dalam kelompok kecil. Cara berkomunikasi yang mereka gunakan dalam kelompok seringkali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
merupakan komunikasi antara beberapa orang saja. Menurut Effendy (2005:8), situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila terjadi komunikasi antarpersona dalam setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog. Kelompok home industry dibagi menjadi 2 yaitu home industry makanan khas dan home industry cinderamata: Makanan khas Home industry makanan khas yang ada di Desa Wisata Candirejo
yaitu
pembuatan
slondok.
Slondok
sebagai
makanan khas Kabupaten Magelang pernah ditulis Silvia Galikano dalam Jurnal Nasional
“Mengukir Hari di
Candirejo” pada Minggu, 28 Februari 2010, sebagai berikut: “Slondok adalah cemilan terbuat dari singkong parut berbumbu ketumbar, bawang putih, dan garam. Singkong yang sudah jadi tepung ini kemudian dipres dan dikukus. Setelah itu dicetak, dipipihkan, baru dijemur. Kalau panas sempurna, setengah hari cukup untuk menjemur, tetapi kalau musim hujan, proses penjemuran bisa sampai tiga hari. Proses terakhir adalah menggoreng slondok hingga mekar dan matang.” (http://galikano.multiply.com/journal/item/160, diakses 28 November 2011 pukul 23:02) Masih dalam jurnal yang sama, Silvia Galikano menulis tentang Slondok sebagai berikut: “…pada bulan Februari, pembuatan slondok di Desa Candirejo memakai singkong yang didatangkan dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Desa Borobudur. Namun, pada bulan Agustus ketika Desa Candirejo panen singkong, maka singkong asli Candirejo yang diolah. Di Dusun Palihan, ada 10 industri rumahan yang membuat slondok. Kegiatan ini sudah turun temurun. Bahkan ketika Dusun Palihan sedang panen singkong, 80 persen penduduknya membuat slondok. Sehari-harinya, penduduk juga membuat rengginang dan getuk, meski tidak sebesar industri slondok.” (http://galikano.multiply.com/journal/item/160, diakses 28 November 2011 pukul 23:02) Dari data yang diakses melalui alamat website http://21ngafifi.wordpress.com/2011/01/28/slondok-alternatifcamilan-berbahan-dasar-singkong/ (diakses 28 November 2011 pukul 23:15), menerangkan slondhok yang berbentuk cincin
berdiameter 1–4 cm, berwarna asli agak kekuning-kuningan karena matang oleh minyak panas. Rasanya gurih, tetapi terkadang ada juga yang telah dimodifikasi sehingga mempunyai macam-macam rasa, mulai dari keju, pedas, dan lain-lain.
Gambar 2.8 : Proses pembuatan slondok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Cinderamata 1. Kerajinan Pandan Desa Candirejo dan sekitarnya, yang terletak di Pegunungan Menoreh memiliki kekayaan sumber daya alam berupa tanaman pandan. Pandan ditanam sebagai tanaman pembatas antarlahan dan tepi jalan. Tanaman ini banyak ditemui di bagian atas Desa Candirejo, yakni di Dusun Ngaglik, Dusun Wonosari, Dusun Kerekan dan Dusun Butuh dengan lahan seluas kira-kira 18 ha. Agak berbeda dengan pandan yang ditanam di tepi pantai, ukuran daun pandan di kawasan Pegunungan Menoreh ini lebih kecil dan sempit. Pandan dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan karena sifat serat daunnya yang keras. Masyarakat menggunakan teknologi sederhana untuk mengolahnya menjadi bahan baku pembuatan tikar pandan. Pandan yang telah menjadi tikar kemudian dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam produk kerajinan tas, kuda Jathilan kecil, dan produk lain yang telah diproduksi dalam jumlah terbatas dan dipasarkan di pasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
desa, dan pasar cinderamata yang berada di Taman Candi Borobudur.
Gambar 2.9: Pelatihan Kerajinan Pandan Bagi Wisatawan
2. Kerajinan Bambu Desa Candirejo memiliki sumber daya bambu yang berlimpah terutama di daerah bantaran Sungai Sileng dan Sungai Progo. Empat jenis bambu yang tumbuh dan banyak dipergunakan adalah jenis pring wulung (bambu hitam), pring petung (bambu berdiameter besar), pring legi, dan pring ijo (bambu apus). Masyarakat Desa Candirejo memanfaatkan bambu untuk membuat perabot rumah tangga, peralatan dapur, pagar rumah, penyangga pohon rambutan serta dinding rumah. Selain untuk keperluannya sendiri, masyarakat Candirejo juga banyak yang memanfaatkan bambu sebagai sarana penghasilan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
tambahan. Bambu banyak dipakai untuk membuat kerajinan tangan dan perabot rumah tangga yang dapat dipesan dan dibeli oleh para wisatawan. Hasil-hasil olahan bambu yang ada di Desa Candirejo antara lain adalah rak buku, tempat tidur, kursi, dan lukisan bambu.
Gambar 3.0: Pameran Kerajinan Bambu Bagi Wisatawan
Kelompok home industry diketuai oleh Mukijo dan beranggotakan 10 pemilik home industry. Dengan jumlah anggota kurang dari 20, menurut Shaw (dalam Walgito, 2006:10-12), kelompok home industry termasuk ke dalam kelompok kecil. Cara berkomunikasi yang mereka gunakan dalam kelompok seringkali merupakan komunikasi antara beberapa orang saja. Menurut Effendy (2005:8), situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila terjadi komunikasi antarpersona dalam setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
Kelompok ini mengadakan pertemuan resmi setiap satu tahun sekali pada saat kelompok akan mengusulkan dana PNPM Pariwisata, dan juga diadakan sesuai kebutuhan dengan waktu yang fleksibel, misalnya saat akan mengikuti pameran produk makanan khas atau cinderamata. Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa usulan program untuk meningkatkan kualitas kelompoknya dalam melayani wisatawan. Usulan tersebut nantinya akan dipaparkan saat pertemuan antar kelompok. Usulan program dari semua kelompok yang ada akan diverifikasi sesuai skala prioritas yang ada dan disepakati melalui musyawarah. Hasil musyawarah pembahasan usulan penggunaan dana PNPM Pariwisata 2009 pada kelompok home industry yakni: Program yang diusulkan
: pengadaan peralatan untuk
memperlancar proses produksi. Program yang disepakati
: pengadaan peralatan untuk
memperlancar proses produksi. Dana PNPM
: Rp.4.500.000,00.
Dana swadaya kelompok
: Rp.117.000,00
Pelaksanaan program
: membeli 1 set alat penggiling
(parut), pompa air, 1 set tatah ukir kayu, screen, kabel, engsel, 1 set rol parut, dan 1 set alat ukir bambu dan perlengkapannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Pelaksana
: 1. Ketua
: Sigit Susilo
2. Bendahara : Mukijo Evaluasi monitoring dalam kelompok home industry dilakukan oleh ketua kelompoknya. Ketua kelompok selalu mengontrol kegiatan yang telah dilaksanakan apakah ada permasalahan yang terjadi dalam kelompok atau tidak. Hal ini bertujuan agar apabila terjadi permasalahan, kelompok bisa segera memecahkannya meskipun secara informal. PNPM Pariwisata 2010 a. Kelompok Guide Program yang diusulkan
:
pengadaan
pelatihan
guide
rafting, pelatihan teknik memandu, dan pelatihan bahasa Inggris. Program yang disepakati
: pelatihan guide rafting.
Dana PNPM
: Rp.29.850.000,00.
Dana swadaya kelompok
: Rp.1.078.000,00.
Pelaksanaan program
: mengadakan pelatihan rafting
dengan materi pelatihan berupa teori dasar river guide, pengenalan perlengkapan, pelatihan membaca arus serta penjelasan istilah-istilahnya, pelatihan teknik arung jeram,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
resque, praktek pengarungan, serta membeli perlengkapan dan seragam. Peserta
: 12 orang dari unsur pemuda.
Waktu pelaksanaan
: Sabtu, 2 Oktober 2010-Minggu,
10 Oktober 2010 (8 hari). Pemandu
: Sukmono Sanyoto dan Purwoto
Fasilitator
: Wito Prasetyo
Pelaksana
: 1. Ketua
: Sigit Susilo
2. Bendahara : Mukijo b. Kelompok Catering Program yang diusulkan
: pengadaan peralatan catering
dan membeli meja, serta mengadakan pelatihan memasak masakan tradisional. Program yang disepakati
: pengadaan peralatan catering
dan membeli meja, serta mengadakan pelatihan memasak masakan tradisional. Dana PNPM
: Rp.9.550.000,00.
Pelaksanaan program
: membeli peralatan catering dan
meja, serta mengadakan pelatihan memasak masakan tradisional bagi anggota kelompoknya. Pelaksana
: 1. Ketua commit to user
: Utanti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
2. Bendahara : Partus c. Kelompok Kesenian Program yang diusulkan
: pengadaan kostum kesenian dan
pengadaan peralatan yang mendukung performance kesenian. Program yang disepakati
: pengadaan kostum kesenian dan
pengadaan peralatan yang mendukung performance kesenian. Dana PNPM
: Rp.19.950.000,00
Dana swadaya kelompok
: Rp.1.284.750,00
Pelaksanaan program
: membeli kostum (seragam),
mixer dan power, speaker, box speaker, kabel dan steker, biaya teknisi sound system dan transportasi serta lighting panggung kesenian. Pelaksana
: 1. Ketua
: Anung Sujatmika
2. Bendahara : Jumiyati Proses komunikasi kelompok pada kelompok-kelompok masyarakat di Desa Wisata Candirejo dapat dianalisis melalui media khususnya media cetak yang membantu pelaksanaan program misalnya adanya brosur yang menarik wisatawan untuk berkunjung, serta media elektronik seperti televisi ketika ada satu program acara yang mengupas tentang Desa Candirejo seperti SCTV yang mengadakan liputan bertajuk “Jalan-jalan Liputan6-Candirejo, Desa Wisata Penawar Kepenatan”, oleh reporter SCTV Esther Mulyanie dan Binsar Rahadian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
pada tanggal 4 Oktober 2003. Liputan ini secara tidak langsung menjadi media yang menyebarluaskan informasi wisata yang ada di desa wisata ini.
D. Evaluasi Monitoring Kegiatan Program Menurut buku Petunjuk Teknis Operasional Kegiatan Rintisan PNPM Pariwisata (2009:50), pelaksanaan evaluasi monitoring sebagai berikut: Evaluasi monitoring kegiatan program dilakukan secara regular oleh tim evaluator. Evaluasi monitoring dilakukan secara terus menerus untuk memastikan bahwa kegiatan telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Kegiatan ini juga dilakukan untuk mengukur output dari pelaksanaan program. Evaluasi monitoring tidak hanya menyasar fasilitator desa dan pelaksana kegiatan tetapi juga masyarakat umum selaku penerima manfaat program. Pelaksanaan evaluasi monitoring di Desa Wisata Candirejo, diceritakan Tatak sebagai berikut: “Evaluasi monitoring itu merupakan evaluasi untuk meminta pertanggungjawaban daripada kegiatan itu misalnya mereka merealisasikan dana itu untuk kegiatan apa, sudah dilaksanakan apa belum, hasilnya seperti apa. Disamping itu kita juga ada evaluasi dari konsultan maupun dari pemerintah pusat karena dananya dari pusat misalnya ada kunjungan langsung dan menanyakan mana realisasinya, mana bentuk pembangunan yang dibiayai, ada pengecekan langsung dan kita juga wujudkan evaluasi monitoring ini dalam bentuk laporan.” (Wawancara 8 Oktober 2011) Jenis-jenis evaluasi monitoring sesuai pedoman teknis operasional kegiatan rintisan PNPM Pariwisata yang dilaksanakan di Desa Wisata Candirejo adalah sebagai berikut: 1.
Evaluasi monitoring partisipatif. Evaluasi ini dilakukan oleh masyarakat umum baik secara kolektif kelembagaan ataupun individual. Disini masyarakat umum bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
memberi masukan dan penilaian atas pelaksanaan dan report pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Salah satu bentuk evaluasi monitoring partisipatif di Desa Wisata Candirejo terjadi apabila ada wisatawan yang memberi saran dan kritik atas pelayanan yang diterimanya, misalnya pada kelompok homestay yaitu testimoni wisatawan yang menginap di Desa Wisata Candirejo yang dituliskan wisatawan di buku tamu homestay. Penulis juga menemukan tulisan Iwan Nugroho yang berjudul “Pesona Ekowisata Candirejo, Borobudur”, yang merupakan catatan perjalanannya dalam rangka
finalisasi
penerbitan
buku
berjudul
“Ekowisata
dan
Pembangunan Berkelanjutan” yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar, Yogyakarta
(diakses
melalui
alamat
website
http://iwanuwg.wordpress.com/2011/06/29/pesona-ekowisatacandirejo-borobudur/ pada 27 April 2011 pukul 17.50). Dalam tulisannya, Iwan mengungkapkan:
2.
“…kesan penulis, Pak Dono cukup trampil dan memuaskan untuk menjelaskan seluk-beluk ekowisata di desanya; pada keadaan usianya. Tutur katanya pelan, mantap, mengalir dan mudah dimengerti (juga tidak ada kesan memaksa diri). Sudah seharusnya penduduk lokal bersikap demikian, ada sikap ngemong dan menemani, sebaliknya tidak terlalu ramai, tidak terlalu diam, juga tidak menghindar.” Evaluasi monitoring pemeriksaan oleh pemerintah Evaluasi ini dilakukan oleh instansi terkait untuk mengukur output dari pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
masyarakat.
Hal
ini
diwujudkan
dalam
bentuk
laporan
pertanggungjawaban PNPM Pariwisata di Desa Wisata Candirejo, pada akhir pelaksanaan program. 3.
Evaluasi monitoring pemeriksaan oleh konsultan. Evaluasi ini dilakukan oleh konsultan nasional PNPM Pariwisata. Dalam melakukan evaluasi monitoring, konsultan nasional tidak hanya melihat output kegiatan, tetapi juga melihat bagaimana proses pelaksanaan tahapan kegiatan dijalankan sebagai masukan untuk membuat rencana strategis program berikutnya. Hal ini diwujudkan dengan adanya kunjungan lapangan oleh konsultan ke Desa Wisata Candirejo.
4.
Evaluasi monitoring oleh pihak lain. Evaluasi ini dilakukan oleh pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan seperti LSM, media massa, kelompok studi, dll. Evaluasi monitoring oleh pihak lain di Desa Wisata Candirejo misalnya peliputan dari SCTV yang dikemas dalam acara “Jalan-jalan Liputan6Candirejo, Desa Wisata Penawar Kepenatan”, oleh reporter SCTV Esther Mulyanie dan Binsar Rahadian pada tanggal 4 Oktober 2003. (diakses melalui situs www.liputan6.com pada 27 April 2011 pukul 17.50)
Proses kegiatan evaluasi monitoring yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wisata Candirejo dilakukan dengan mengamati langsung pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Apabila masyarakat menemukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
indikasi penyimpangan dalam pelaksanaan program, maka masyarakat dapat mengadukannya ke pos pengaduan ataupun memasukkan saran ke kotak saran yang telah disediakan di kantor Koperasi Desa Wisata Candirejo. Sementara itu, output kegiatan evaluasi monitoring tersebut antara lain adalah report pelaksanaan PNPM Pariwisata. Disini dipaparkan berbagai catatan penting terkait dengan pelaksanaan PNPM Pariwisata-apakah program ini telah dilaksanakan sebagaimana prosedur yang telah ditetapkan ataukah belum. Berbagai catatan ini akan menjadi pijakan dan rekomendasi bagi pelaksanaan program serupa pada waktu-waktu yang akan datang. Pelaksanaan PNPM Pariwisata sudah dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan yakni usulan program dari setiap kelompok pelaku wisata yang dimusyawarahkan bersama seluruh kelompok pelaku wisata yang lain di Desa Wisata Candirejo lalu diverifikasi sesuai skala prioritas. Program yang telah disepakati dalam musyawarah tersebut kemudian dilaksanakan oleh kelompokkelompok pelaku wisata yang akan dievaluasi pada saat pertanggungjawaban program.
Pada
saat
pelaksanaan
program
PNPM
Pariwisata,
muncul
permasalahan dan catatan-catatan proses serta temuan-temuan, sebagai berikut: 1.
Permasalahan dalam pelaksanaan program Menurut
data
yang
diakses
melalui
situs
website
http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/pengertian-komunikasikelompok.html pada 7 Oktober 2011 pukul 09.25, menyatakan bahwa: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, dan pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Salah satu tujuan dari adanya komunikasi kelompok seperti yang diungkapkan oleh Michael Burgoon diatas adalah pemecahan masalah. Sementara itu, permasalahan yang muncul dalam pengelolaan PNPM Pariwisata di Desa Wisata Candirejo, antara lain: a. Kelompok Guide Permasalahan dalam kelompok guide muncul ketika pelatihan guide rafting, yaitu: 1. Keterlambatan kedatangan peserta. Permasalahan
:
peserta
pelatihan
datang
terlambat. Faktor penyebab
: perbedaan profesi dari masing-
masing peserta. Solusi
: penyelenggara mengingatkan
peserta untuk memperhatikan waktu kehadirannya. 2. Pelatihan yang singkat. Permasalahan
: pelatihan yang singkat.
Faktor penyebab
:
pertanggungjawaban. commit to user
mengejar
laporan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
Solusi
: pencairan dana dilakukan lebih
awal. 3. Waktu pelatihan terlalu cepat. Permasalahan
: waktu pelatihan terlalu cepat.
Faktor penyebab
: terbatasnya anggaran dana.
Solusi
: mengusulkan untuk tahun-tahun
selanjutnya anggaran dana agar ditambah. 4. Pelatihan kurang maksimal. Permasalahan
: pelatihan kurang maksimal.
Faktor penyebab
:
terbatasnya
anggaran
dana
karena disesuaikan dengan skala prioritas. Solusi
: mengusulkan dana yang lebih
besar untuk pelatihan selanjutnya. Permasalahan dalam kelompok guide juga terjadi pada guide wisata yaitu: 1. Keterlambatan waktu. Permasalahan
: keterlambatan waktu antara
guide dengan wisatawan. Mengenai hal ini, Tatak mengungkapkan: “permasalahan ada misalnya keterlambatan waktu, jam 1 tapi tamu mundur sampai jam setengah 2…kan hal-hal seperti itu bisa kita atur. Bisanya hanya halhal seperti itu saja…” (Wawancara 8 Oktober 2011) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
Solusi
: adanya sikap saling memahami
antara guide dan wisatawan. 2. Kecemburuan dalam menerima tip dari wisatawan. Permasalahan
: Kecemburuan dalam menerima
tip dari wisatawan. Mengenai hal ini, Tatak mengungkapkan: ”Terus berkaitan dengan yang lain, mungkin yang menyangkut masalah financial...kalau sudah sampai ke uang, biasanya itu ya ada sedikit kecemburuan…kadang-kadang guide mendapatkan tip mungkin dokar tidak itu kadang-kadang ada tapi itu bisa diselesaikan dengan guide-nya itu ya membagi…” (Wawancara 8 Oktober 2011) Solusi : membagi tip dari wisatawan untuk menghindari kecemburuan sehingga antar anggota kelompok menjadi solid. b. Kelompok Catering. Permasalahan yang terjadi dalam kelompok catering dalam proses pengadaan barang yang berlangsung bulan SeptemberDesember 2010 mengalami kendala yaitu: 1. Pembelanjaan yang tidak tepat waktu. Permasalahan
: pembelanjaan yang tidak tepat
waktu. Faktor penyebab hari raya Idul Fitri. commit to user
: waktunya bertepatan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Solusi
: anggaran dicairkan jauh hari
sebelum hari raya. 2. Waktu yang tidak efektif. Permasalahan
: waktu yang tidak efektif.
Faktor penyebab
:
terjadinya
:
menunggu
erupsi
Gunung
Merapi. Solusi
sampai
erupsi
Gunung Merapi berakhir dan keadaan kondusif. 3. Pembelanjaan kurang maksimal. Permasalahan
:
pembelanjaan
kurang
maksimal. Faktor penyebab
: anggaran yang terlalu kecil.
Solusi
: mengusulkan dana yang lebih
besar untuk pelatihan selanjutnya. c. Kelompok Kesenian Permasalahan yang terjadi dalam kelompok kesenian dalam proses pengadaan barang yang berlangsung bulan SeptemberDesember 2010 mengalami kendala yaitu: 1. Pembelanjaan yang tidak tepat waktu. Permasalahan waktu. commit to user
: pembelanjaan yang tidak tepat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Faktor penyebab
: waktunya bertepatan dengan
hari raya Idul Fitri. Solusi
: anggaran dicairkan jauh hari
sebelum hari raya. 2. Waktu yang tidak efektif. Permasalahan
: waktu yang tidak efektif.
Faktor penyebab
:
terjadinya
:
menunggu
erupsi
Gunung
Merapi. Solusi
sampai
erupsi
Gunung Merapi berakhir dan keadaan kondusif. 3. Pembelanjaan kurang maksimal. Permasalahan
:
pembelanjaan
kurang
maksimal. Faktor penyebab
: anggaran yang terlalu kecil.
Solusi
: mengusulkan dana yang lebih
besar untuk pelatihan selanjutnya. 2.
Catatan proses dan temuan-temuan Berikut ini merupakan catatan proses dan temuan-temuan selama proses pengelolaan PNPM Pariwisata di Desa Wisata Candirejo: a. Kelompok Guide.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
Pelaksanaan pelatihan guide rafting berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, karena latar belakang profesi dari setiap peserta berbeda-beda maka mereka lebih mendahulukan pekerjaan utamanya sehingga waktu datang mengikuti pelatihan sering terlambat. Secara umum target kegiatan pelatihan telah mencapai sasaran dan semua peserta sepakat mengusulkan agar diadakan pelatihan yang sama untuk tahun-tahun berikutnya. b. Kelompok Catering. Program kerja kelompok catering yang telah disepakati dalam musyawarah sudah sesuai dengan skala prioritas yang dibutuhkan oleh kelompok tersebut, tetapi dalam proses pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang sifatnya bukan human error seperti erupsi Gunung Merapi dan hari raya Idul Fitri sehingga waktu pembelanjaan tidak sesuai dengan time schedule. c. Kelompok Kesenian. Program kerja kelompok catering yang telah disepakati dalam musyawarah sudah sesuai dengan skala prioritas yang dibutuhkan oleh kelompok tersebut, tetapi dalam proses pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang sifatnya bukan human error seperti erupsi Gunung Merapi dan hari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
raya Idul Fitri sehingga waktu pembelanjaan tidak sesuai dengan time schedule. Terjadinya erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010, menurut Tatak, tidak berpengaruh terhadap pendapatan Desa Wisata Candirejo. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik pendapatan Koperasi Desa Wisata Candirejo Tahun 2003-2010. Grafik pendapatan desa wisata ini terus mengalami peningkatan terutama pada tahun 2010 saat terjadinya eruspi Merapi. Pendapatan Candirejo pada tahun 2009 yaitu Rp.202.294.050,00 dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi Rp.239.123.150,00.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Dari analisa data yang disajikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut: 1. Proses komunikasi kelompok yang terjadi dalam pengelolaan PNPM Pariwisata pada kelompok masyarakat Desa Wisata Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang adalah komunikasi kelompok kecil, karena jumlah anggota kelompok terdiri atas 20 orang atau kurang. Menurut Shaw, berdasarkan besar kecilnya kelompok atau ukuran kelompok, kelompok yang terdiri atas 20 orang atau kurang disebut kelompok kecil. Cara berkomunikasi yang mereka gunakan dalam kelompok seringkali merupakan komunikasi antara beberapa orang saja. Menurut Onong U. Effendy, situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila terjadi komunikasi antarpersona dalam setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog. 2. Kegiatan komunikasi kelompok dalam pengelolaan PNPM Pariwisata meliputi
penyelenggaraan
pertemuan-pertemuan,
commit to user
musyawarah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
pembahasan program, pelaksanaan program, dan evaluasi monitoring kegiatan program. a. Penyelenggaraan pertemuan. Ada tiga jenis pertemuan yang diadakan di Desa Wisata Candirejo yaitu (1) pertemuan tahunan yang diadakan saat mereka akan mengusulkan dana PNPM Pariwisata, (2) pertemuan bulanan yang merupakan kegiatan pembinaan dan pengembangan bagi kelompok pelaku wisata yang ada, dan (3) pertemuan yang disesuaikan dengan kebutuhan seperti saat ada peningkatan kunjungan wisatawan. b. Musyawarah pembahasan program. Di Desa Wisata Candirejo, musyawarah diselenggarakan melalui rembuk desa yang partisipasi kehadiran masing-masing kelompok masyarakatnya tergolong tinggi, penerimaan kelompok atas keputusan musyawarah yang diverifikasi sesuai skala prioritas, serta pencapaian reward oleh masyarakat berupa peningkatan pendapatan. c. Pelaksanaan program. PNPM Pariwisata 2009 melaksanakan 8 program kerja dari 6 kelompok pelaku wisata yang telah disepakati dalam musyawarah yakni (1) kelompok dokar; pengadaan seragam untuk para kusir dokar, (2) kelompok guide; pengadaan pelatihan guide rafting, teknik memandu, dan bahasa Inggris, (3) kelompok catering; pengadaan seragam, (4) kelompok kesenian; pengadaan aksesoris kesenian, (5) kelompok homestay; pengadaan furniture, (6) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
kelompok home industry; pengadaan peralatan untuk memperlancar proses produksi. Sementara itu, PNPM Pariwisata 2010 melaksanakan 5 program kerja dari tiga kelompok pelaku wisata yang telah disepakati dalam musyawarah yakni (1) kelompok guide, mengadakan pelatihan guide rafting, (2) kelompok catering, pengadaan peralatan catering dan pelatihan memasak masakan tradisional, dan (3) kelompok kesenian, pengadaan kostum dan peralatan kesenian. d. Evaluasi monitoring kegiatan program. Evaluasi monitoring kegiatan program diwujudkan dalam bentuk laporan pertanggungjawabannya yang memuat berbagai catatan penting terkait dengan pelaksanaan PNPM Pariwisata yakni: (a) permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan
program
misalnya
pada
saat
kelompok
guide
mengadakan pelatihan guide rafting, pesertanya datang terlambat karena perbedaan profesi diantara mereka sehingga solusi yang diberikan adalah agar peserta memperhatikan waktu kedatangannya; (b) catatan proses dan temuan-temuan, misalnya pada saat pelaksanaan pelatihan guide rafting; secara umum target kegiatan pelatihan telah mencapai sasaran dan semua peserta sepakat mengusulkan agar diadakan pelatihan yang sama untuk tahun-tahun berikutnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
B. Saran 1. Bagi Pemerintah PNPM Pariwisata yang telah berjalan tiga tahun mulai 2009-2011 ini diharapkan dapat terus berlangsung karena program ini merupakan program pemberdayaan masyarakat yang mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja khususnya bagi wilayah yang memiliki potensi pariwisata. 2. Bagi Desa Wisata Candirejo Setelah tiga kali berturut-turut berhasil memperoleh bantuan dana PNPM
Pariwisata,
selayaknya
Desa
Wisata
Candirejo
bisa
lebih
meningkatkan pelayanan dan pemanfaatan potensi wisata yang ada sehingga bisa terus mendapatkan dana PNPM Pariwisata lagi di tahun-tahun berikutnya. Penulis juga memberi saran agar kelompok masyarakat di Desa Wisata Candirejo mengoptimalkan komunikasi diantara kelompok-kelompok yang ada agar koordinasi dan hubungan yang terjadi semakin harmonis sehingga Desa Wisata Candirejo bisa semakin berkembang dan efeknya taraf pendapatan dan kesejahteraan masyarakatnya bisa semakin meningkat. 3. Bagi peneliti lain Diharapkan penelitian ini bisa menjadi acuan dan dapat melengkapi bahan penelitian selanjutnya. PNPM Pariwisata sebagai program pemerintah merupakan kajian yang bersifat terbuka, bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian di Candirejo yaitu bisa meneliti tentang evaluasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
program PNPM Pariwisata yang telah dilaksanakan di Candirejo mulai tahun 2009 dengan metode input - proses - produk - dampak..
commit to user