PROSES DISPENSING & COMPOUNDING YANG BENAR Suwaldi Martodihardjo, Prof.Dr.MSc.Apt Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
1
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN •
Standar Kefarmasian adalah pedoman untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan kefarmasian.
•
Pasal 2 (1) Peraturan Pemerintah ini mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi. (2) Pekerjaan Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
2
•
Pasal 3 Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan.
•
Pasal 16 (1) Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 harus menetapkan Standar Prosedur Operasional. (2) Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3
•
Pasal 19 Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa : a. Apotek; b. Instalasi farmasi rumah sakit; c. Puskesmas; d. Klinik; e. Toko Obat; atau f. Praktek bersama.
•
Pasal 20 Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
4
• Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
• Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
5
• Pasal 21 (1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian. (2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker. • Pasal 24 Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat: a. mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki SIPA; b. mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien; dan c. menyerahkan………….. 6
Dispensing • Reviewing the order for correctness of dosing and indication for use; processing the order; compounding/ preparing the drug; and dispensing the drug in a timely manner. • Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi. 7
Dispensing Process • • • • • • • •
Receive prescription Interpret prescription Retrieve medication/ingredients Prepare and process Communicate with patient Ensure patient's understanding Monitor compliance by patient Keep records The Role of Dispensers in Promoting Rational Drug Use
7
8
Potential Errors and Problems • Wrong interpretation of prescription (or diagnosis) • Retrieval of the wrong drug from stock • Wrong dosages • Inadequate packaging/labeling • Inaccurate counting, compounding • Inadequate or nonexistent labeling • No knowledge of proper drug compliance • Insufficient knowledge of the disease process • Insufficient time to talk with patients about their drugs • Inability to communicate to patients about therapy The Role of Dispensers in Promoting Rational Drug Use
8
9
The Role of Dispensing • Dispensing is a critical part of drug use • Dispensing is often neglected in training • Interventions exist to improve dispensing • Patients benefit from better dispensing
The Role of Dispensers in Promoting Rational Drug Use
19
10
11
12
13
CASE REPORT A female student, age 20, suffering from tonsilitis, was seen by a doctor in a 600-bed hospital OPD. She obtained a drug from the hospital pharmacy and took it as instructed. She felt very weak after taking the drug. Three days later she became severely comatose and was admitted to the same hospital. She took chlorpropamide 250 mg four times a day. The OPD doctor claimed that he prescribed chloromycetine 4x250 mg daily for her tonsilitis. The patient eventually died two weeks after hospital admission. 14
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengganti produk obat dalam DISPENSING • • • • • • • • • •
Peraturan perundang-undangan Sifat biofarmasetika obat Bioequivalensi produk obat Kisaran terapi obat Kepotenan obat Penyakit pasien Keseriusan/ keparahan kondisi penyakit Mudah atau tidak nya penyakit dikontrol dengan obat yang kadarnya mengalami perubahan akibat penggantian produk obat Harga obat Pendapat pasien tentang penggantian produk obat
15
DEFINITIONS/DESCRIPTIONS • Compounding (USP): The preparation, mixing, assembling, packaging, or labeling of a drug or device as the result of a practitioner’s Prescription Drug Order or initiative based on the pharmacist/ patient/ prescriber relationship in the course of professional practice Sebelum obat di-’racik’, obat perlu ditimbang dahulu. Bagaimana cara anda menggunakan timbangan? 16
TIMBANGAN DAN CARA PENGGUNAANNYA
17
TIMBANGAN DAN CARA PENGGUNAANNYA
18
BOBOT MINIMAL YANG BOLEH DITIMBANG (BMT)
CONTOH: TIMBANGAN MILIGRAM MEMPUNYAI SENSITIVITAS TIMBANGAN = 2.5 MG; KESALAHAN DIPERBOLEHKAN = 5%; BMT = ?
BMT = 50 MG 19
Compounding drugs
20
CONTOH KASUS DISPENSING •
Seorang wanita , Sri Utami Nastiti (SUN), umur 25 th dan menikah setahun yang lalu , pergi ke tempat praktek dokter dengan keluhan badan panas, pusing, batukbatuk, dengan seringkali bersin, dan tenggorakan terasa begitu panas. Selain itu, SUN sering merasakan nyeri ulu hati. Dokter memberikan resep kepada SUN dan resep itu berisi obat sebagai berikut.
•
R/ Ciprofloxacin tablet mg 500 No. XVI S. t.d.d. tabl. I R/ Aspirin EC tablet mg 500 Fenilpropanol amin mg 15 m.f.pulv dtd No. XVI S. t.d.d. pulv I R/ Antasida tablet S.p.r.n. tabl. I
No. XVI
Tugas: Lakukan dispensing dan komponding yang benar untuk pasien SUN! 21
The examples of prescription label Dr. Sarjiyo Hospital Department of Pharmacy 13 Ngalioboro Street Sleman, Jogjakarta ==================================================== Rx 123 Pharmacist: SMRT Date: 27/11/04 Su Gih Utang. Dr. Tidak Dispensing
Take one capsule three times daily for ten days
Amoxicillin 250 mg. capsules Mfg: Rugby Labs Refills: 0 • • • •
Quantity: 30 Discard after: 26/02/05 22
23
24
25
PATIENT
CARE
26
Pengkajian Resep/Prospective Drug Utilization Review (Pro DUR) • Pro DUR atau Pengkajian Resep Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi: . Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien . Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter . Tanggal resep . Ruangan/unit asal resep 27
Pengkajian Resep/Prospective Drug Utilization Review (Pro DUR) Persyaratan farmasi meliputi: . Bentuk dan kekuatan sediaan . Dosis dan jumlah obat . Stabilitas dan ketersediaan . Aturan, cara dan tehnik penggunaan Persyaratan klinis meliputi: . Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat . Duplikasi pengobatan . Alergi, interaksi dan efek samping obat . Kontraindikasi . Efek aditif 28
• The prescription dispensing is likely to be the major activity occupying pharmacist’s time. There are steps involved in preparing and distributing medications to patients. • Administering: Administering the right medication to the right patient; administering the medication when indicated; and informing the patient about the medication • Monitoring: Monitoring and documenting the patient’s response; identifying and reporting ADR; reevaluating the drug selection, drug regimen, frequency, and duration. 29
No Drugs are Dangerous if used properly
All Drugs are Dangerous
Some drugs have a low therapeutic ratio
Some drugs have a low incidence of horrendous effects
Some drugs are dangerous in acute poisoning but not when used therapeutically
The most dangerous drugs have the greatest potential for benefit
Some adverse effects occur after a delay or after stopping
BAD
GOOD
How dangerous a drug is depends on the skill of the prescriber
Some adverse effects can be predicted if you know the pharmacology (Type A); some are not (Type B)
31
32
33
34
35
36
BREAK
38
CONTOH KASUS DISPENSING •
Seorang wanita , Sri Utami Nastiti (SUN), umur 25 th dan menikah setahun yang lalu , pergi ke tempat praktek dokter dengan keluhan badan panas, pusing, batukbatuk, dengan seringkali bersin, dan tenggorakan terasa begitu panas. Selain itu, SUN sering merasakan nyeri ulu hati. Dokter memberikan resep kepada SUN dan resep itu berisi obat sebagai berikut.
•
R/ Ciprofloxacin tablet mg 500 No. XVI S. t.d.d. tabl. I R/ Aspirin EC tablet mg 500 Fenilpropanol amin mg 15 m.f.pulv dtd No. XVI S. t.d.d. pulv I R/ Antasida tablet S.p.r.n. tabl. I
No. XVI
Tugas: Lakukan dispensing dan komponding yang benar untuk pasien SUN! 39
• Proses pelayanan pasien adalah suatu metode yang sistematik dan komprehensif dan digunakan untuk mengidentifikasi, menyelesaikan, dan mencegah problema-problema dalam terapi obat. • Suatu problema terapi obat adalah suatu aspek terapi obat pada pasien yang mengganggu hasil terapi pasien yang positif dan yang diinginkan. • Proses pelayanan pasien: 1. melakukan asesmen terhadap kebutuhan pasien akan obat, 2. pembuatan rencana pelayanan yang memenuhi kebutuhan pasien akan obat, 3. melakukan evaluasi tindak lanjut untuk menentukan apakah hasil terapi positif telah diperoleh. 40
Asesmen Terhadap Kebutuhan Pasien Akan Obat • Langkah pertama dalam asesmen ini adalah mengidentifikasi kebutuhan pasien akan obat dengan cara mengoleksi, menyusun, dan mengintegrasikan informasi-informasi tentang pasien, obat, dan penyakit pasien. • Pasien merupakan sumber informasi primer; termasuk di dalamnya adalah menanyakan pada pasien apa yang diinginkan dan apa yang tidak diinginkan, dan pula menentukan seberapa jauh pasien mengerti terapi obat yang diberikan pada pasien itu. • Informasi selain dapat diperoleh dari pasien, juga dapat diperoleh dari anggota keluarga pasien atau orang yang merawat pasien. Informasi juga dapat diperoleh dari catatan/rekam medik pasien. 41
Informasi disusun, dianalisis, dan diintegrasikan untuk keperluan: 1. Penentuan apakah terapi obat pada pasien itu telah rasional (sesuai, efektif, aman, dan menyenangkan pasien), 2. Identifikasi problema-problema terapi obat yang mengganggu tujuan terapi, dan 3. Identifikasi problema-problema potensial dalam terapi obat pada pasien.
42
Kebutuhan Pasien tentang Obat Lima kunci kebutuhan pasien tentang obat: 1. Pasien mempunyai indikasi yang sesuai dengan tiap obat yang diberikan, 2. Terapi obat yang efektif, 3. Terapi obat yang aman, 4. Pasien patuh/bersesuaian dengan terapi obat dan segala aspek terapi yang diperolehnya, dan 5. Pasien telah memperoleh terapi yang diperlukan untuk indikasi penyakit yang belum ditangani.
43
Problema terapi obat pada pasien dapat dikategorikan menjadi 8 (delapan) tipe utama: 1. Indikasi yang tidak diberi terapi. Pasien memerlukan terapi obat untuk indikasi spesifik tetapi pasien tidak memperolehnya. 2. Pemilihan obat yang tidak tepat. Obat yang diberikan pada pasien tidak efektif atau toksis. 3. Dosis subterapi. Dosis yang diberikan pada pasien terlalu kecil. 4. Dosis berlebihan. Dosis yang diterima pasien terlalu besar. 5. Pasien tidak memperoleh obat. Pasien tidak meminum atau tidak menerima obat. 44
Problema terapi obat pada pasien dapat dikategorikan menjadi 8 (delapan) tipe utama (lanjutan):
6. Reaksi obat tidak dikehendaki (ROTD). Pasien memperoleh suatu kondisi sebagai akibat reaksi obat yang tidak dikehendaki. 7. Interaksi obat. Problem medik dapat timbul sebagai akibat interaksi antara: Obat – obat; Obat – makanan; Obat – nutrisi, Obat – minuman; Obat – penyakit; Obat-herbal; Obat – bahan dari lingkungan; dan Obat - ingredien 8. Pasien memperoleh obat tanpa ada indikasi. Pasien memperoleh obat tetapi pasien itu tidak mempunyai indikasi valid bagi obat tersebut. 45
CONTOH OBAT YANG AKAN DIBERIKAN PADA PASIEN •
Seorang pasien dewasa, Mr X, membawa resep dari dokter gigi WOJOHUSODO dan diberikan pada petugas Apotek, dan resep itu seperti di bawah. Apakah obat di bawah rasional untuk Mr. X?
•
R/ Diclofenac Na tabl S. prn. Tab. I R/ Parasetamol tabl S. prn. Tabl. I
No. XV
No. XV
R/ Amoxycillin kapl 500 mg S. tdd kapl. I
No. XV
R/ Tetrasiklin caps 250 mg No. XV S. tdd. Caps I
46
Beberapa Contoh Problema Terapi Obat •
Pemakaian bersama-sama ciprofloxacin dan sucralfat, jumlah ciprofloxacin yang diabsorpsi dari saluran cerna jauh berkurang sehingga kegagalan terapi dapat terjadi.
•
Seseorang menggunakan obat kontrasepsi oral dan obat lain atau bahan dari lingkungan yang menginduksi enzim pemetabolisme obat. Kehamilan dapat terjadi.
•
Interaksi antara digoxin dan verapamil. Verapamil dapat meningkatkan kadar digoxin dalam darah sebesar 44%; hal ini karena verapamil menurunkan sekresi digoxin melewati saluran empedu. 47
•
Obat diuretika dapat menurunkan aktivitas obat antidiabetika, karena diuretika meningkatkan kadar gula darah. Obat diuretika juga mempunyai efek meningkatkan kadar asam urat dalam darah, karenanya penggunaan obat untuk mengurangi kadar asam urat darah perlu dilakukan penyesuaian. Obat diuretika dapat meningkatkan kehilangan kalium dan mineral lainnya.
•
Telah dilaporkan tentang meninggalnya beberapa pasien yang memperoleh terapi dengan obat monoamine oksidase inhibitor (MAOI) setelah pasien itu menghentikan pemakaian obat fluoxetine. Direkomendasikan bahwa paling tidak perlu waktu 5 minggu antara penghentian fluoxetine dan inisiasi terapi dengan MAOI.
48
STANDAR PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT (SK No. 1197/MENKES/SK/X/2004, 19-10-2004) • Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. • Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat 49
• Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). • Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. 50
• Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit.
51
Tujuan Pelayanan Farmasi • Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi. • Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat. • Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. • Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan. 52
Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan – Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien. – Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan. – Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan. – Memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan. – Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga. – Memberi konseling kepada pasien/keluarga 53
Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan (lanjutan) – Melakukan pencampuran obat suntik. – Melakukan penyiapan nutrisi parenteral. – Melakukan penanganan obat kanker. – Melakukan penentuan kadar obat dalam darah. – Melakukan pencatatan setiap kegiatan. – Melaporkan setiap kegiatan. 54
Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan (lanjutan) Kegiatan: 1. Pengkajian Resep Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi: . Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien . Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter . Tanggal resep . Ruangan/unit asal resep 55
Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan (lanjutan)
Persyaratan farmasi meliputi: . Bentuk dan kekuatan sediaan . Dosis dan jumlah obat . Stabilitas dan ketersediaan . Aturan, cara dan tehnik penggunaan Persyaratan klinis meliputi: . Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat . Duplikasi pengobatan . Alergi, interaksi dan efek samping obat . Kontraindikasi . Efek aditif 56
2. Dispensing
• Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi. Tujuan: *Mendapatkan dosis yang tepat dan aman *Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan secara oral *Menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu *Menurunkan total biaya obat
57
Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya: Dispensing sediaan farmasi khusus – Dispensing sediaan farmasi nutrisi parenteral – Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril
Dispensing sediaan farmasi berbahaya • Penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. • Secara opersional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai, sehingga kecelakaan terkendali. 58
3. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat
• Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi
59
4. Pelayanan Informasi Obat • Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
60
5. Konseling • Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Tujuan: • Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain. 61
6. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah • Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit. Tujuan: • Mengetahui kadar obat dalam darah • Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
Ronde/Visite Pasien
7. • Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan: • Pemilihan obat • Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik • Menilai kemajuan pasien • Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain. 62
8. Pengkajian Penggunaan Obat • Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obatobat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien. Tujuan: • Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu. • Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu dengan yang lain. • Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik. • Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. 63
STEPS IN THE COMPOUNDING PROCESS
• • • • •
preparatory, compounding, final check, sign off, and Clean up. 64
Preparatory • Judging the suitability of the prescription in terms of its rationality (indication, safety, effectiveness, compliance, untreated indication) for the patient. • Performing the calculations to determine the quantities of the ingredients needed. • Selecting the proper equipment and making sure it is clean. • Donning the proper attire and washing hands. • Cleaning the compounding area and the equipment, if necessary. • Assembling all the necessary materials/ingredients to compound and package the prescription. 65
CONTOH OBAT YANG AKAN DIBERIKAN PADA PASIEN •
Seorang pasien dewasa, Mr X, membawa resep dari dokter gigi WOJOHUSODO dan diberikan pada petugas Apotek, dan resep itu seperti di bawah. Apakah obat di bawah rasional untuk Mr. X?
•
R/ Diclofenac Na tabl No. XV S. prn. Tab. I R/ Parasetamol tabl S. prn. Tabl. I
No. XV
R/ Amoxycillin kapl 500 mg S. tdd kapl. I
No. XV
R/ Tetrasiklin caps 250 mg No. XV S. tdd. Caps I
66
67
68
69
70
Adverse Drug Effect: Allergic Reaction
71
Adverse Drug Effect: Allergic Reaction
72
Compounding • Compounding the prescription according to the formulary record or the prescription using techniques according to the art and science of pharmacy.
73
The Biopharmaceutics Classification Scheme (BCS) • Class 1 High solubility - Good permeability • Class 2 Low solubility - Good permeability • Class 3 High solubility - Poor permeability • Class 4 Low solubility - Poor permeability 74
75
76
77
Final Check • Checking, as indicated, the weight variation, adequacy of mixing, clarity, odor, color, consistency, and pH. • Entering the information in the compounding log. • Labeling the prescription.
78
Sign Off • Signing and dating the prescription affirming that all of the indicated procedures were carried out to ensure uniformity, identity, strength, quantity, and purity.
Clean Up • Cleaning and storing all equipment. • Cleaning the compounding area. 79
Packaging •
Compounded preparations should be packaged according to the specifications described in the compendia.
•
Selection of a container depends on the physical and chemical properties of the compounded preparation and the intended use of the product. To help maintain potency of the stored drug, packaging materials should not interact physically or chemically with the product.
•
•
Container characteristics of concern include inertness, visibility, strength, rigidity, moisture protection, ease of re-closure, and economy of packaging.
•
Plastic containers have become increasingly popular because they are less expensive and lighter in weight than glass. Only plastic containers that meet standards should be used.
80
Storage
•
In general, compounding chemicals should be stored in tightly closed, light –resistant containers at room temperature; some chemicals, however, require refrigeration.
•
Chemicals should also be stored off the floor, preferably on shelves in a clean, dry environment.
•
Commercial drugs to be used in the compounding process should be removed from cartons and boxes before they are stored in the compounding area.
•
Temperature requirements for storage of substances are detailed in the appropriate monographs.
•
The temperature of the storage areas, including refrigerators and freezers, should be monitored and recorded at least weekly.
•
Flammable or hazardous products should be stored appropriately in safety storage cabinets and containers. 81
The USP/NF provides definitions for five general types of stability 1. Chemical Each active ingredient retains its chemical integrity and labeled potency, within the specified limits. 2. Physical The original physical properties, including appearance, palatability, uniformity, dissolution, and suspendability, are retained. 3. Microbiological Sterility or resistance to microbiological growth is retained according to the specified requirements. Antimicrobial agents that are present retain effectiveness within the specified limits. 4. Therapeutic The therapeutic effect remains unchanged. 5. Toxicological No significant increase in toxicity occurs. 82
The factors that can affect the stability of a drug and dosage form • • • • • • • • •
pH Temperature Solvent Light Air (oxygen) Carbon dioxide Humidity Particle size Etc. 83
The examples of prescription label Dr. Sarjiyo Hospital Pharmacy 13 Kartoiboro Street Sleman, Jogjakarta ==================================================== Rx 123 Pharmacist: SMRT Date: 27/11/04 Su Gih Utang. Dr. Tidak Dispensing
Take one capsule three times daily for ten days
Amoxicillin 250 mg. capsules Mfg: Rugby Labs Refills: 0 • • • •
Quantity: 30 Discard after: 26/02/05 84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
KESIMPULAN •
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian).
•
Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
•
Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.
•
Compounding / menyiapkan/meracik obat harus dilakukan dengan menggunakan seni dan ilmu farmasi. 105
TERIMA KASIH • ATAS PERHATIAN DAN KESABARANNYA DALAM MENGIKUTI PRESENTASI INI • MOHON MAAF BILA ADA HAL-HAL ATAU TUTUR KATA YANG TIDAK BERKENAN • MUDAH-MUDAHAN KITA DIBERI UMUR PANJANG DAN DAPAT BERTEMU DI LAIN KESEMPATAN • MUDAH-MUDAHAN PRESENTASI INI ADA MANFAATNYA 106