PROSES DAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN
Nama
: Putu Eka Purnamaningsih, SH., M.AP
NIP
: 1981091420130122001
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015
PENDAHULUAN Inti dan Hakikat Kewirausahaan Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan adalah identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh usahawan atau wiraswasta. Pandangan tersebut kurang tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan, namun juga oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif, misalnya petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, pimpinan proyek, dan lain sebagainya. Memang pada awalnya kewirausahaan dijumpai dalam dunia bisnis, akan tetapi akhir-akhir ini berkembang dalam berbagai aspek kehidupan, bahkan sering digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk menjadi pimpinan suatu organisasi. Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari pe-luang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan menurut Drucker (1959) adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Banyak orang, baik pengusaha maupun yang bukan pengusaha, meraih sukses karena memiliki kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berpikir kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan munculnya ide-ide dan pemikiranpemikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui kegiatan
1
penelitian dan pengembangan untuk meraih pangsa pasar. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain adalah untuk menciptakaan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keung-gulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakah suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda, seperti: 1. Pengembangan teknologi, 2. Penemuan pengetahuan ilmiah. 3. Perbaikan produk barang dan jasa yang ada. 4. Menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien. Kreativitas (creativity) adalah kerriarnpuan mengembangkanide dan caracara baru dalam memecahkan m-asalah dan menemukan peluang (thinking new things). Sedangkan inovasi (innovation) adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahan masalah dan menemukan peluang (doing new things). Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan wirausaha selain berberituk hasil seperti baratig dan jasa, juga bisa berbentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah yang akan menjadi keunggulan. Keunggulan inilah yang menjadi daya saing yang diciptakan oleh para wirausaha. Dengan kata lain, nilai tambah yang tereipta adalah sumber peluang bagi wirausaha. Kreativitas akan muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang telah dianggaplama dan berpikir sesuatu yang baru dan berbeda. Dengan demikian, sukses kewirausahaan akan tercapai apabila seseorang berpikir
2
dan melakukari sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama deng-an cara-cara baru (Zimmerer, 1996: 51). Jiwa Dan Sikap Kewirausahaan Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang yang memiliki jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan, dengan ciri-ciri: (1) penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, bertanggungjawab; (2) memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak, dan aktif; (3) memiliki motif berprestasi, indikatornya terdiri atas orientasi pada hasil dan wawasan ke depan; (4) memiliki jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguhjdalam bertindak; dan (5) berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (oleh karena itu menyukai tantangan). Selain ciri-ciri di atas, masih banyak ciri khas lain yang bergantung dari sudut pandang dan konteks penerapannya, yang secara khusus akan diuraikan pada bagian selanjutnya. Proses Kewirausahaan Proses kewirausahaan diawali dengan suatu aksioma, yaitu adanya tantangan. Dari tantangan tersebut timbul gagasan, kemauan, dan dorongan untuk berinisiatif. yang tidak lain adalah berpikir kreatif dan bertindak inovatif, sehingga tantangan awal tadi teratasi dan terpecahkan. Tidak ada tantangan tidak akan kreatif, dan tidak kreatif tidak akan ada tantangan. Semua tantangan pasti memiliki risiko, yaitu kepiungkinan berhasil atau tidak berhasil. Oleh sebab itu, wirausaha adalah orang yang berani menghadapi risiko dan menyukai tantangan. Ide kreatif dan inovatif wirausaha tidak sedikityang diawali dengan proses imitasi
3
(peniruan) dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan, dan berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda (inovasi). Tahap proses peneiptaan sesuatu yang baru dan berbeda itulah yang disebut tahap kewirausahaan. Tahap inovasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari pribadi maupun lingkungan. Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan pada masa inovasi adalah peluang, model peran, dan aktivitas. Fungsi dan Peran Wirausaha Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu secara mikro dan makro. Secara mikro, wirausaha rnemiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana (planner). Sebagai penemu, wirausaha menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, seperti produk, teknologi, cara, ide, organisasi, dan sebagainya. Sebagai perencana, wirausaha berperan merancang tindakan dan usaha baru, merencanakan strategi usaha yang baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi perusahaan yang baru, dan lain-lain. Secara makro, peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu negara. Ide dan Peluang Kewirausahaan Ide dapat menjadi peluang apabila wirausaha bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus melalui proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati peluang, menganalisis proses secara mendalam, dan memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang,
4
wirausaha harus rnemiliki berbagai kemampuan dan pengetahuan, seperti kemampuan menghasilkan produk atau jasa, menghasilkan nilai tambah, merintis usaha, melakukan proses atau teknik, atau mengembangkan organisasi baru. Ide pasti menghasilkan peluang, sebaliknya, tidak adanya ide tidak akan menghasilkan peluang. Pengetahuan, Kemampuan, dan Kemauan Wirausaha Seorang
wirausaha
tidak
akan
berhasil
apabila
tidak
rnemiliki
pengetahuan, kemampuan, dan kemauan. Ada kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan tidak akan membuat seseorang menjadi wirausaha yang sukses. Sebaliknya, memiliki pengetahuan dan kemampuan tetapi tidak disertai kemauan tidak akan membuat wirausaha mencapai kesuksesan. Beberapa pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha adalah: (1) pengetahuan mengenai usaha yang akan dan lingkurigan usaha yang ada, (2) pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, dan (3) pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan keterampilan yang haras dimiliki wirausaha di antaranya: (1) keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko, (2) keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, (3) keterampilan dalam memimpin dan mengelola, (4) keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, dan (5) keterampilan teknik usaha yang akan dilakukan. Untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses tentu saja harus memiliki kompetensi dalam menghadapi risiko dan tantangan. Oleh sebab itu, ia harus memiliki kompetensi kewirausahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Michael Harris (2000: 19), "...wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
5
kualitas individual yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi, serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan." Pengetahuan saja tidaklah cukup bagi wirausaha, tetapi juga harus disertai dengan keterampilan. Keterampilan tersebut dapat berupa keterampilan manajerial, keterampilan konseptual, keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi, keterampilan merumuskan masalah dan cara bertindak, keterampilan mengatur dan menggunakan waktu, dan keterampilan teknik lainnya secara spesifik. Hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan tidaklah cukup. Wirausaha harus memiliki sikap, motivasi, dan komitmen terhadap pekerjaan yang sedang dihadapinya. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu yang langsung berpengaruh pada hasil, karena wirausaha adalah orang yang selalu berorientasi pada hasil. Modal Kewirausahaan Dalam kewirausahaan, modal tidak selalu identik dengan modal yang berwujud (tangible) seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak berwujud (intangible) seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental yang dilandasi agama. Secara garis besar, modal kewirausahaan dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu modal intelektual, modal sosial dan moral, modal mental, serta modal material. Modal Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen, dan
6
tanggung jawab sebagai modal tambahan. Ide merupakan modal utama yang akan membentuk modal lainnya. Untuk memahami modal intelektual, perhatikan gambar berikut ini: Skill
x
= Capability
Knowledge
x
= Competency
Authority
x
Commitment
= Intellectual Capital
Pada gambar di atas tampak bahwa Intellectual Capital = Competency x Commitment. Artinya, meskipun scorang wirausaha memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, apabila tidak disertai komitmen yang tinggi, maka ia tidak akan dapat menggunakan modal intelektualnya. Competence = Capability x Authority, artinya wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yang memiliki kemampuan dan wewenang sendiri dalam mengelola usahanya (mandiri). Wirausaha selalu bebas menentukan usahanya, tidak tergantung pada orang lain. Selanjutnya, Capability = Skill x Knowledge, artinya kapabilitas wirausaha sangat ditentukan oleh keterampilan dan pengetahuan. Keterampilan dan pengetahuan yang dilengkapi dengan sikap dan motivasi untuk selalu berprestasi membentuk kepribadian wirausaha. Dalam kewirausahaan, kompetensi inti (core competency) adalah kreativitas dan inovasi dalam rangka menciptakan nilai tambah untuk meraih
7
keunggulan dengan berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keunikan (seperti citra). Keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan merupakan kompetensi inti wirausaha untuk menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar-menawar yang kuat dalam persaingan. Modal Sosial Modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan, sehingga dapat terbentuk citra. Seorang wirausaha yang baik biasanya memiliki etika wirausaha seperti: (1) kejujuran, (2) memiliki integritas, (3) menepati janji, (4) kesetiaan, (5) kewajaran, (6) suka membantu orang lain, (7) menghormati orang lain, (8) warga negara yang baik dan taat hukum, (9) mengejar keunggulan, dan (10) bertanggung jawab. Dalam konteks ekonomi maupun sosial, kejujuran, integritas, dan ketepatan janji merupakan modal sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan dari waktu ke waktu. Modal Mental Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi risiko dan tantangan. Modal Material Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini terbentuk apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal di atas. Cara Merintis Bisnis/Usaha Baru Dalam dunia bisnis seperti sekarang ini, pada umumnya kita mengenal tiga cara untuk memasuki suatu usaha/bisnis, yaitu: (1) Merintis usaha baru sejak awal, (2) Membeli perusahaan yang telah ada, (3) Kerja sama manajemen atau waralaba (franchising). Untuk memulai atau merintis usaha baru, modal utama
8
yang harus ada pertama kali adalah ide, baik ide untuk melakukan proses imitasi dan duplikasi, ide untuk melakukan pengembangan, maupun ide untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Setelah memiliki ide, sebaiknya segera dilakukan analisis kelayakan usaha seperti analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (strength, weakness, opportunity, and threat – SWOT). Selanjutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merintis usaha baru, yaitu: 1. bidang usaha dan jenis usaha yang akan dirintis 2. bentuk dan kepemilikan usaha yang akan dipilih 3. tempat usaha yang akan dipilih 4. organisasi usaha yang akan digunakan 5. jaminan usaha yang mungkin diperoleh 6. lingkungan usaha yang akan berpengaruh. Untuk mengelola usaha tersebut harus diawali dengan: 1. perencanaan usaha 2. pengelolaan keuangan 3. aksi strategis usaha 4. teknik pengembangan usaha. Kewirausahaan Dilihat dari Berbagai Sudut Pandang dan Konteks Terlepas dari berbagai definisi kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli di atas, wirausaha dapat dipandang dari berbagai sudut dan konteks, yaitu ahli ekonomi, manajemen, pelaku bisnis, psikolog, dan pemodal.
9
Pandangan Ahli Ekonomi Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang mengombinasikan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya. Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi, dan perbaikan produksi lainnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengorganisasikan faktor-faktor produksi, sumber daya alam, tenaga, modal, dan keahlian untuk tujuan memproduksi barang dan jasa. Pandangan Ahli Manajemen Wirausaha
adalah
seseorang
yang
memiliki
kemampuan
dalam
menggunakan dan mengombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis, dan organisasi usaha baru (Marzuki Usman, 1997: 3). Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan, semangat, dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha. Pandangan Pelaku Bisnis Menurut Scarborough dan Zimmerer (1993: 5), wirausaha adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan mengombinasikan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut (an entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and
10
growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities). Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (1993: 35), pengusaha adalah orang yang mengorganisasikan, mengelola, dan berani menanggung risiko sebuah usaha atau perusahaan (aperson who organizes, manages, and assumes the risk of a business or enterprise is an entrepriner), sedangkan wirausaha adalah orang yang menanggung risiko keuangan, material, dan sumber daya manusia, cara menciptakan konsep usaha yang baru atau peluang dalam perusahaan yang sudah ada (entrepreneur is individual who risk financial, material, and human resources, a new way to create a new business concept or opportunities within an exiting firm). Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono (1978: 38), wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung risiko yang mempunyai visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang usaha. Sebagian besar definisi wirausaha di atas menekankan pada peran seseorang sebagai pengusaha yang kreatif. Bahkan, Steinhoff dan Burgess (1993:4) memandang wirausaha sebagai pengelola alau operator perusahaan kecil (entrepreneur is considered to have the same meaning as "small business ownermanager" or "small business operator"). Pandangan Psikolog Wirausaha adalah orang yang memiliki dorongan kekuatan dari dalam dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.
11
Pandangan Pemodal Wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain, menemukan cara-cara baru untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja yang disenangi masyarakat. Meskipun sudut pandang tentang wirausaha tersebut berbeda-beda dan konsep kewirausahaan seakan-akan identik dengan kemampuan pengusaha dalam dunia bisnis, akan tetapi pada umumnya mengandung unsur-unsur yang hampir sama, yaitu seseorang yang memiliki kemampuan kreatif, inovatif, berani menanggung risiko, serta selalu mencari peluang melalui potensi yang dimilikinya. Kewirausahaan tidak selalu identik dengan perilaku dan watak pengusaha semata, karena sifat ini dimiliki juga oleh mereka yang bukan pengusaha. Wirausaha meliputi semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintah (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup (Prawirokusumo, 1977: 5). Rumusan wirausaha yang berkembang sekarang sebenarnya banyak berasal dari konsep Schumpeter (1934). Menurut Schumpeter, wirausaha merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktik. Inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan-kemungkinan baru dalam bidang perekonomian. Kemungkinan-kemungkinan baru yang dimaksudkan oleh Schumpeter adalah: Pertama, memperkenalkan produk atau kualitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh konsumen. Kedua, melakukan metode produksi
12
dari penemuan ilmiah dan cara-cara baru untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih mendatangkan keuntungan. Ketiga, membuka suatu pasar baru, yaitu pasar yang belum pernah ada atau belum pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan. Keempat, membuka suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi atau sumber-sumber yang masih harus dikembangkan. Kelima, pelaksanaan organisasi baru (Yuyun Wirasasmita, 1982: 33-34). Menurut Schumpeter (1934), fungsi pengusaha bukan sebagai pen-cipta atau penemu kombinasi-kombinasi baru (kecuali kalau kebetulan), melainkan lebih sebagai pelaksana dari kombinasi-kombinasi yang kreatif. Pengusaha biasanya memiliki sikap yang khusus, seperti sikap pedagang, pemilik industri, dan bentuk-bentuk usaha lainnya yang sejenis. Schumpeter mengemukakan dua tipe sikap dari dua subjek ekonomi, yaitu sikap pengusaha kecil biasa dan sikap pengusaha yang sungguh-sungguh. Sikap pengusaha yang sungguh-sungguhlah yang kemudian berkembang lebih cepat. Kewirausahaan muncul apabila seseorang berani mengembangkan usahausaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan organisasi untuk mengejar peluang tersebut (Bygrave, 1995). Menurut Meredith (1996: 9), berwirausaha berarti memadukan watak pribadi, keuangan, dan sumber daya. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil risiko, keputusan, dan tindakan untuk mencapai tujuan
13
(Meredith, 1996: 9). Syarat berwirausaha adalah harus memiliki kemampuan untuk menemukan dan mengevaluasi peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan, dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluangpeluang tersebut. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996: 51), nilai tambah tersebut diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut: 1) Pengembangan teknologi baru. 2) Penemuan pengetahuan baru. 3) Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada. 4) Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit. Meskipun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, sifat ini dimiliki juga oleh mereka yang bukan merupakan pengusaha. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif dan pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaruan, kemajuan, dan tantangan, seperti birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat lainnya. Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam hakikat penting kewirausahaan, yaitu: (1) Kewirausahaan adalah nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
14
(2) Kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959). (3) Kewirausahaan adalah proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan/usaha (Zimmerer, 1996). (4) Kewirausahaan
adalah
nilai
yang
diperlukan
untuk
memulai
dan
mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997). (5) Kewirausahaan adalah proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dapat memberikan bermanfaat serta nilai lebih. (6) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi dan ilmu pengetahuan, menghasilkan barang dan jasa sehingga lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko. Karakteristik Kewirausahaan Ciri-ciri utama kewirausahaan dapat dilihat dari watak dan perilakunya yaitu
percaya
diri,
berorientasi
pada
hasil,
berani
mengambil
kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi pada masa depan.
15
risiko,
TABEL 3.1 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan KARAKTERISTIK Percaya diri dan optimis
WATAK Memiliki kepercayaan diri yang kuat, ketidak tergantungan terhadap orang lain, dan individualistis.
Berorientasi pada tugas dan hasil
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, serta inisiatif.
Berani mengambil risiko dan Mampu mengambil risiko yang wajar. menyukai tantangan Kepemimpinan
Berjiwa kepemimpinan, mudah beradap tasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran serta kritik.
Keorisinalan
Inovatif, kreatif, dan fleksibel.
Berorientasi masa depan
Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan.
Sumber: Geoffrey G. Meredith, et a). Kewirausahaan: Teori dan Praktik Ed. 5. hal. 5-6.
Nilai-nilai kewirausahaan meliputi komitmen, risiko moderat, peluang, objektif, umpan balik, optimisme, uang dan proaktif dalam manajemen.
16
TABEL 3.2 Nilai-nilai dan Perilaku Kewirausahaan NILAI-NILAI
PERILAKU
Komitmen
menyelesaikan tugas hingga selesai.
Risiko moderat
tidak
melakukan
spekulasi,
metainkan
berdasarkan perhitungan Melihat peluang
memanfaatkan peluang yang ada sebaik mungkin.
Objektivitas
melakukan pengamatan secara nyata untuk memperoleh kejelasan.
Umpan balik
menganalisis
data
kinerja
waktu
untuk
memandu kegiatan. Optimisme
menunjukkan kepercayaan diri yang besar walaupun berada dalam situasi yang berat.
Uang
melihat uang sebagai suatu sumber daya, bukan tujuan akhir.
Manajemen proaktif
mengelola berdasarkan perencanaan masa depan.
Sumber: Fundamental Small Business Management, 1993, hal. 20.
17
Proses Kewirausahaan Gambar 4.1 Model Proses Kewirausahaan Pribadi: - Pencapaian locus of control - Toleransi - Pengambil risiko - Nilai-nilai pribadi - Pendidikan - Pengalaman
INOVASI
Pribadi: - Pengambil risiko - Ketidakpuasan - Pendidikan - Usia - Komitmen
KEJADIAN PEMICU
Lingkungan: - Peluang - Model peranan - Aktivitas
Sosiologi: - Jaringan kelompok - Orangtua - Keluarga - Model peranan
IMPLEMENTASI
Lingkungan: - Kompetisi - Sumber daya - Inkubator - Kebijakan pemerintah
18
Pribadi: - Wirausahawan - Pemimpin - Manajer - Komitmen - Visi
Organisasi: - Kelompok - Strategi - Struktur - Budaya - Produk
PERTUMBUHAN
Lingkungan: - Pesaing - Pelanggan - Pemasok - Investor, Bankir
TABEL 4.1 Ciri-ciri Pertumbuhan Kewirausahaan TAHAP AWAL
TAHAP PERTUMBUHAN
A. Tujuan dan Perencanaan: Kesinambungan
tujuan
dan Tumbuh sederhana, efisien, orientasi
rencana pokok (penciptaan ide- laba, dan rencana langsung untuk ide pemasaran).
mencapainya.
B. Sifat atau Ciri-ciri Kunci Personal: Berfokus pada masa yang akan Sama seperti tahap awal. datang
dan
menengah
usaha-usaha
diarahkan
untuk
jangka panjang. Pengambilan
risiko
moderat Sama seperti tahap awal.
dengan tingkat toleransi yang tinggi terhadap perubahan dan kegagalan. Kapasitas untuk menemukan ide- Kapasitas untuk menempa selama ide
inovatif
yang
memberi pertumbuhan
kepuasan kepada konsumen.
cepat,
kemurnian
organisasi dan kemampuan berhitung.
TAHAP AWAL
TAHAP PERTUMBUHAN
Pengetahuan
teknik
dan Pengetahuan
pengalaman
inovasi
pada pengalaman
manajerial dengan
dan
menggunakan
orang lain dan sumber daya yang ada.
bidangnya. C. Sifat untuk Desain:
Struktur pola yang sederhana dan Struktur yang fungsional atau vertikal,
19
luas
dengan
jaringan
kerja akan
tetapi
saluran
komunikasi
komunikasi yang luas secara informal sering digunakan. horizontal. Otoritas pengambilan keputusan Mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada manajer level kedua.
dimiliki oleh wirausaha. Informal
dan
sistem
kontrol Kuasi formal (yaitu tidak terlalu kompleks atau bekerja sama) dalam
personal.
beroperasi.
Gambar 4.2a Tahap Pembangunan Kewirausahaan
SUKSES *
Bertanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalan
*
Membangun hubungan dengan pelanggan, karyawan pemasok dan lainnya
*
Bekerja keras
*
Merencanakan, mengorganisasikan dan menjalankan
*
Berani mengambil risiko waktu dan uang
*
Memiliki tujuan dan visi usaha
Sumber: Dun Steinhoff & John F. Burgess, Small Business Management Fundamentals, 1993, McGraw Hill Co, Singapore, hal. 38
20
Gambar 4.2b Langkah Menuju Kewirausahaan yang Berhasil
Wirausaha
Loyalitas Semangat
Ide
Kemauan
dan Kerja
Kemampuan
Keras
Gambar 4.3
dan Jawab
Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan
Sumber: Peggy Lambing dan Charles L. Kuehl, Entrepreneurship, 2000, hal.20
21
Kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi yang dipicu oleh faktor pribadi dan lingkungan. Faktor pribadi yang memengaruhi kewirausahaan adalah locus of control, pendidikan, pengalaman, komitmen, visi, keberanian mengambil risiko, dan usia. Sedangkan faktor lingkungan adalah sosiologi, organisasi, keluarga, peluang, model peran, pesaing, investor, dan kebijakan pemerintah. Kewirausahaan berkembang melalui tiga proses, yaitu (1) Proses imitasi dan duplikasi, (2) Proses duplikasi dan pengembangan, dan (3) Proses menciptakan penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda. Beberapa langkah untuk menjadi wirausaha yang sukses adalah: (1) Adanya visi dan tujuan yang jelas, (2) Ketersediaan untuk mengambil risiko uang dan waktu, (3) Perencanaan yang terorganisir, (4) Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingan, (5) Pengembangan hubungan yang baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan lainnya, dan (6) Tanggung jawab terhadap keberhasilan ataupun kegagalan. Adapun yang menyebabkan kegagalan kewirausahaan meliputi: (1) Kurang kompeten dalam hal manajerial, (2) Kurang pengalaman dalam lapangan usaha yang akan dimasuki, (3) Kurang bisa mengendalikan keuangan, (4) Gagal dalam perencanaan, (5) Kurang memadainya lokasi, 6) Kurang pengawasan peralatan, (7) Sikap setengah hati, dan (8) Kurang siap mengalami perubahan (peralihan). Beberapa keuntungan dari berwirausaha adalah adanya tantangan awal yang menyenangkan dan kontrol atas keuangan. Sedangkan kerugiannya adalah pengorbanan yang ditanggung sendiri, beban tanggung jawab yang besar, dan kecilnya margin keuntungan yang mungkin diperoleh.
22
Pada umumnya, jiwa kewirausahaan berasal dari mental masing-masing individu (bersifat internal). Setiap individu yang lahir ke dunia memiliki ciri-ciri tersebut, tetapi sistem yang selama ini telah dibentuk menghambat dan dapat menjadi faktor yang menyebabkan gagalnya ciri-ciri kewirausahaan tersebut tumbuh ke permukaan. Proses pembebanan otak tanpa disadari telah dimulai sejak kecil. Sering kali kita melihat orang tua suka mengejek, meremehkan, atau niemberi hukuman yang berlebihan kepada anak mereka, menakuti-nakuti ariak pada saat menonton film horor dan misteri, mengajarkan anak untuk mengambinghitamkan pihak lain, misalnya balas menendang ratu yang menyebabkan anak terjatuh ketika berjalan tidak hati-hati, dan sebagainya. Begitu juga dengan guru, sistem pendidikan serta lingkungan ikut memberi beban pikiran dengan target kurikulum yang sangat padat sehingga anak memiliki beban yang berlebihan, tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya, memelihara kebiasaan menyalin dan menghapal, serta tidak mengembangkan budaya berpikir maupun menganalisis. Salah satu hal yang diperlukan sekarang adalah kurikulum yang mutakhir (up-to-date) yang dapat mengembangkan kemampuan dan ciri-ciri kewirausahaan yang telah dibahas sebelumnya. Dengan penetapan kurikulum yang up-to-date diharapkan akan tumbuh generasi baru wirausaha sejati yang mampu menopang kegiatan perekonomian bangsa Indonesia. Pendidikan Kewirausahaan Karakter kewirausahaan melalui pendidikan kewirausahaan, internalisasi itu bisa dilakukan melalui institusi pendidikan formal (PAUD, SD/MI, SMP/MTs,
23
SMA/MA hingga perguruan tinggi), pendidikan informal (keluarga) dan pendidikan nonformal. Mengapa harus pendidikan kewirausahaan? Sebab, jiwa dan karakter kewirausahaan yang diinternalisasikan melalui pendidikan kewirausahaan, merupakan pilihan serta solusi jitu menghadapi berbagai gejolak di masa depan, serta agar sukses meniti karier. Diharapkan dengan diterapkannya pendidikan kewirausahaan baik di sekolah-sekolah, pendidikan informal dan nonformal, maka para generasi muda akan mendapatkan bekal pengetahuan yang cukup tentang berwirausaha. REALITA KEHIDUPAN Lagi-lagi Kredit Macet Banyak orang yang menyulap bagian dari rumahnya menjadi ruang usaha. Sebut saja Bang Naim yang kontrak kerja di perusahaan tempatnya mencari nafkah selama ini tidak diperpanjang. Bang Naim menjadikan teras rumahnya sebagai counter penjualan pulsa HP. Dengan bermodalkan gaji terakhir yang diterimanya dari perusahaan, ia gunakan untuk membeli sebuah etalase bekas yang masih layak pakai, serta untuk deposit pulsa elektrik dan membeli beberapa voucher pulsa fisik. Cukup banyak tetangga yang membeli pulsa dari Bang Naim. Tidak jarang tetangga yang membeli pulsa dari Bang Naim dengan cara memesan melalui SMS. Mereka berjanji untuk mengantarkan uangnya beberapa saat setelah pulsa yang dipesannya diterima. Setiap kali ada tetangga yang memesan pulsa melalui SMS dengan janji akan segera dibayar, Bang Naim tidak mampu menolaknya. Akhirnya uang yang belum tertagih di konsumen semakin lama semakin besar.
24
Hal ini mengakibatkan Bang Naim tidak mampu lagi menambah deposit pulsanya ke agen pulsa. Akhirnya usaha Bang Naim pun....ya berakhir dengan tragis. Kasihan Bang Naim... Tips Upayakan
tidak
mudah
menjual
produk secara kredit apalagi modalnya
minim!!! REALITA KEHIDUPAN Arogan, sombong, oh jangan dech..! Bapak Badi (bukan nama sebenarnya) adalah seorang direktur operasional sebuah perusahaan agro bisnis. Sifat kepemimpinannya sering dirasakan tidak berkenan oleh para karyawan. Wakil dari karyawan menyampaikan perasaan dan masukan kepada Bapak Badi. Di luar dugaan Bapak Badi menanggapinya dengan emosi. Dia memarahi dan memaki para karyawannya. Sehubungan dengan sikap Bapak Badi yang sangat arogan mengakibatkan kondisi menjadi tambah tidak nyaman. Para karyawan bersepakat menyampaikan mosi tidak percaya atas kepemimpinan Bapak Badi. Mereka menuntut agar Bapak Badi diberhentikan sebagai direktur operasional. Akhirnya pihak manajemen perusahaan mengadakan rapat luar biasa. Maka kiprah Bapak Badi pun berakhir Tips Tanggapilah setiap saran dan kritik sebagai masukan yang akan menambah baik diri sendiri dan perusahaan untuk masa datang!
25
KESIMPULAN Kewirausahaan adalah proses dinamis untuk menciptakan nilai tambah atas barang dan jasa serta kemakmuran. Nilai tambah dan kemakmuran ini diciptakan oleh wirausaha yang memiliki keberanian menanggung risiko, menghabiskan waktu, dan menyediakan berbagai produk barang dan jasa. Sejalan dengan perkembangan konsep kewirausahaan, Peter F. Drucker (1994) mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh Peter Hisrich (1995: 10), yaitu bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menciptakan nilai dengan mencurahkan waktu dan usaha disertai dengan penggunaan keuangan, fisik, risiko, yang kemudian memberikan hasil berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi. Definisi ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Thomas W. Zimmerer (1996: 51), yaitu bahwa kewirausahaan
adalah
proses
penerapan
kreativitas
dan
inovasi
untuk
memecahkan masalah dan menggali peluang yang dihadapi setiap orang dalam setiap hasil. Jiwa dan perilaku kewirausahaan tidak hanya dijumpai dalam konteks bisnis, tetapi juga dalam semua organisasi dan profesi, baik yang berorientasi pada laba maupun nirlaba, seperti pendidikan, kesehatan, penelitian, hukum, arsitektur, teknik, pekerjaan sosial, dan distribusi. Terlepas dan berbagai definisi kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli di atas, wirausaha dapat dipandang dari berbagai sudut dan konteks, yaitu pandangan ahli ekonomi, ahli manajemen, pelaku bisnis, psikolog, dan pemodal. Wirausaha meliputi semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintah. Wirausaha adalah mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan
26
inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup.
27
DAFTAR PUSTAKA 1. Agus Wibowo, 2011. Pendidikan Kewirausahaan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2. Dr. Suryana, M.Si, 2011. Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat. Jakarta. 3. R.W. Suparyanto, S.E., M.M., 2012. Kewirausahaan, Konsep dan Realita pada Usaha Kecil. Alfabeta. Bandung. 4. Dun Steinhoff, John F. Burgess, 1993. Small Business Management Fundamentals 6th ed. New York: McGrawhill Inc. 5. Zimmerer, W. Thomas, Norman M. Scarborough, 1996. Entrepreneurship and The New Venture Formation. New Jersey: Prentice Hall International Inc. 6. Kotler dan Keller, 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi ke-13. Jakarta: Erlangga. 7. Bygrave, William D, 1996. The Portable MBA Entrepreneurship. Jakarta: Binarupa Aksara. 8. Suparyanto, 2005. Kunci Sukses Bisnis Orang China: pelajaran Berharga Bagi WNI Pribumi. Cetakan ke-3; Bandung: Alfabeta. 9. Buchari Alma, 2009. Kewirausahaan. Bandung: Penerbit Alfabeta. 10. Ojat Darojat, dkk, 2007. Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta: Universitas Terbuka.
28