Proses Kewirausahaan Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan dan Manajemen Inovasi
Disusun oleh : Kelompok 1 Rahma Nurvidiana
(105030204111008)
Resi Yanuesti Violita (105030200111099) Ferdian Fatikhin
(105030201111078)
Zulfa Yunika
(115030200111124)
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultar Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 2013
Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan David C. McDelland (1961: 207), mengemukakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi (achievement), optimisme (optimism), sikap-sikap nilai (value attitudes) dan status kewirausahaan (entrepreneurial status) atau keberhasilan. Sedangkan menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan
(entrepreneunalaction)
merupakan
fungsi
dan
property
right(PR),
competencylahility(C), incentive (I), dan external environment(E). Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan (propertyrig-ht, PR), kemampuan/kompetensi (competency/ability, Q, dan insentif (incentive), sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environment, E). Menurut Ibnoe Soedjono, karena dalam kemampuan afektif (affective abilities) mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang kesemuanya sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi kemampuan afektif (affective abilities) dan kemampuan kognitif (cognitive abilities) merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurial. Jadi, kemampuan berwirausaha (entrepreneurial merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.
Hak Kepemilikan (Property Right-pr)
INTERNAL
FAKTOR
Kemampuan Atau Kompetensi (Ability Or Competency)
Insentif (Incentive-i)
EKSTERNAL
lingkungan
Model Proses Kewirausahaan
PRIBADI :
PRIBADI :
SOSIOLOGI
PRIBADI :
ORGANISASI
o Pencapaian Locus Of Control o Toleransi o Ambil Resiko o Nilai Pribadi o Pendidikan o Pengalaman
o Pengambila n resiko o ketidakpua s o pendidikan o usia o komitmen
o Jaringan kelompok o orang tua o keluarga o model peranan
o wirausaha wan o pemimpin o manajer o komitmen o visi
o kelompok o strategi o struktur o budaya o produk
INOVASI
KEJADIAN PEMICU
IMPLEMENTASI
PERTUMBUHAN
LINGKUNGAN:
LINGKUNGAN:
LINGKUNGAN:
o peluang o model peranan o aktifitas
o o o o
o o o o
kompetisi sumber daya inkubator kebijakan Pemerintah
pesaing pelanggan pemasok investor, bankir
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses kewirausahaan diawali proses
dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
internal maupun eksternal seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan lingkungan (Bygrave, 1996:3). Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, inovasi, .Implementasi, dan pertumbuhan sehingga dapat membuat seseorang menjadi wirausaha yang besar (Soeharto Prawirokusumo (1977: 5). Secara internal, inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu seperti locus of control, toleransi, nilainilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi di dengan adanya inovasi, antaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang didukung oleh kejadian menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan pemicu, diimplementasikan keluarga.
Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi ini dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan ketidakpuasan. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, inkubator, sumber daya, dan kebijakan pemerintah. Sedangkan, faktor pemicu berasal dari lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok. seperti halnya pada tahap perintisan kewirausahaan, maka pertumbuhan kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan adalah pesaing, pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu pendanaan. Sedangkan faktor yang berasal dari pribadi adalah komitmen, isi, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial. Selanjutnya faktor yang berasal dari organisasi adalah kelompok, struktur, budaya, dan strategi. Jadi kewirausahaan diawali dengan inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi, sosiologi, organisasi, dan lingkungan. Seorang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat menggabungkan nilainilai sifat-sifat utama (pola sikap) dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman dan keterampilan praktis (knowledge and practice). Jadi, pedoman-pedoman, pengharapanpengharapan dan nilai-nilai, baik yang berasal dari pribadi maupun kelompok berpengaruh dalam membentuk perilaku kewirausahaan. Ciri-Ciri Penting Tahap Permulaan Dan Pertumbuhan Kewirausahaan Berdasarkan hasil penelitian terhadap 115 usaha kecil unggulan di Kabupaten Bandung yang dilakukan oleh penulis diperoleh kesimpulan bahwa pada umumnya pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil tersebut memiliki tiga ciri penting, yaitu: (1)
Tahap imitasi dan duplikasi (imitating and duplicating).
(2)
Tahap duplikasi dan pengembangan (duplicating and developing).
(3)
Tahap menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda(creating new and
different). Pada tahap pertama, yaitu proses imitasi dan duplikasi, para wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya untuk memulai atau merintis usaha barunya diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang akan dihasilkan imita meniru yang
sudah ada. Teknik produksi, desain, pemrosesan, organisasi usaha, dan dupli pola pemasarannya meniru yang sudah ada. Beberapa keterampilan tertentu diperoleh dan melalui magang atau pengalaman baik dari lingkungan keluarga maupun orang lain. Akan tetapi tidak sedikit pula wirausaha yang berhasil karena proses pengamatan. Selanjutnya, pada tahap duplikasi dan pengembangan, para wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi produk misalnya, wirausaha mulai mengembangkan produknya melalui diversifikasi dan diferensiasi dengan di desain sendiri. Demikian pula dalam organisasi usaha dan pemasaran mulai dikembangkan model-model pemasaran sendiri. Meskipun pada tahap ini mengalami perkembangan yang lambat dan cenderung kurang dinamis, tetapi sudah ada sedikit perubahan. Misalnya desain dan teknik yang cenderung monoton, mungkin berubah tiga sampai lima tahun sekali, pemasaran cenderung dikuasai oleh bentuk-bentuk monopsoni oleh para pedagang pengumpul seperti usaha kecil pada umumnya. Beberapa wirausaha di antaranya ada juga yang mengikuti model pemasaran dan cenderung berperan sebagai market follower dan beberapa perusahaan lagi mengikuti kehendak pedagang pengumpul. Setelah tahap duplikasi dan pengembangan, kemudian tahap menciptakan sendiri sesuatu yang baru dan berbeda melalui ide-ide sendiri sampai terus berkembang. Pada tahap ini wirausaha biasanya mulai bosan dengan proses produksi yang ada, keingintahuan, ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada mulai fiftibul dan adanya keinginan untuk mencapai hasil yang lebih unggul secara menggebu-gebu. Pada tahap ini organisasi usaha mulai diperluas dengan skala yang lugs pula, produk mulai diciptakan sendiri berdasarkan pengamatan pasar dan berdasarkan kebutuhan konsumen, ada keinginan untuk menjadi penantang pasar (market challenger) bahkan pemimpin pasar (market leader). Produk-produk unik yang digerakkan oleh pasar (market driven) mulai diciptakan dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri kecil tertentu, misalnya industri kecil sepatu dan industri konveksi mulai menantang pasar (market challenger), sedangkan industri lainnya yang menggunakan teknik produksi tradisional dan semi modern masih menjadi pengikut pasar(market follower).
Dilihat dari prosesnya, Zimmerer membagi perkembangan kewirausahaan ke dalam dua tahap, yaitu: Tahap awal (perintisan) Tahap pertumbuhan Langkah Menuju Keberhasilan Wirausaha Dun Steinhoff & John F. Burgeess mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk mencapai pengembangan keberhasilan berwirausaha sebagai berikut: Untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko, baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitrausahanya maupun dengan semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.
Sukses
Bertanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalan
Membangun hubungan demi pelangan, karyawan, pemasok, dan lainnya
Berkerja keras
Merencanakan, mengorganisasikan, dan menjalankan
Berani mengambil resiko waktu dan uang
Memiliki tujuan dan visi usaha
Faktor Penyebab Keberhasilan Dan Kegagalan Wirausaha Penyebab Keberhasilan Berwirausaha Keberhasilan seorang wirausaha ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: Kemampuan dan kemauan. Orang yang tidak memiliki kemampuan tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan, keduanya tidak akan menjadi wirausaha yang sukses. Contohnya, seorang pemilik kios yang memiliki kemauan untuk berjualan kebutuhan sehari-hari, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkannya, maka kios yang dimilikinya tidak akan pernah berubah dan berkembang. Sebaliknya, seseorang yang memiliki kemampuan, baik ilmu maupun keahlian berdagang tetapi tidak memiliki kemauan dan malah malas, tidak akan pernah berdagang. Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat tetapi mau bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausaha yang sukses. Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada kesempatan. Penyebab Kegagalan Berwirausaha Selain keberhasilan, seorang wirausaha juga selalu dibayangi oleh potensi kegagalan yang akan memberikan lebih banyak pelajaran dibandingkan sekedar kesuksesan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer (1996: 14-15) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya yaitu: (1)
Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan
dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil. (2)
Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan
usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
(3)
Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik
faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar. (4)
Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan,
sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan. (5)
Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien. (6)
Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan
efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif. (7)
Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah
terhadap, usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan Sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar. (8)
Ketidakmampuan dalam, melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang
kurang slap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi kewirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setup waktu. Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan, Zimmerer (1996: 17) mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan, yaitu: (1)
Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap, awal maupun tahap, pertumbuhan,
dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu bisa rugi dan sewaktu-waktu juga bisa untung. Kondisi yang tidak menentu dapat membuat seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. (2)
Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha baru
sangatlah tinggi. Menurut Yuyun Wirasasmita (1998), tingkat mortalitas/kegagalan usaha kecil di Indonesia mencapai 78 persen. Kegagalan investasi mengakibatkan seseorang
mundur dari kegiatan berwirausaha. Bagi seorang wirausaha, kegagalan sebaiknya dipandang sebagai pelajaran berharga. (3)
Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja sendiri mulai dari
pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan. Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan orang yang ingin menjadi wirausaha menjadi mundur. la kurang terbiasa dalam menghadapi tantangan. Wirausaha yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni. (4)
Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap. Kualitas kehidupan
yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. Misalnya, pedagang yang kualitas kehidupannya tidak meningkat, maka akan mundur dari usaha dagangnya dan masuk ke usaha lain. Kegagalan juga dapat ditimbulkan dengan dasar kelemahan yang bersumber pada sifat pribadi yang penuh ragu dan kehidupan tanpa pedoman maupun orientasi yang tegas, yaitu: Suka meremehkan mutu Suka menerobos atau mengambil jalan pintas Tidak memiliki kepercayaan diri Tidak disiplin Suka mengabaikan tanggung jawab Keuntungan Dan Kerugian Berwirausaha Keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan keuntungan dan kerugian pada usaha kecil milik sendiri. Peggy Lambing dan Charles L. Kuehl ( 2000: 19-20) mengemukakan keuntungan dan kerugian berwirausaha sebagai berikut: Keuntungan Kewirausahaan (1) Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat wirausaha menjadi seorang "bos" yang penuh kepuasan.
(2) Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal atau perasaan bervariasi yang tinggi merupakan hal menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausaha. (3) Kontrol finansial. Bebas dalam mengelola keuangan, dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri. Kerugian Kewirausahaan Di samping beberapa keuntungan seperti di atas, dengan berwirausaha juga memiliki berapa kerugian, yaitu: (1) Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis. (2) Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan. (3) Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena wirausaha menggunakan keuangan yang kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin laba/ keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.
FUNGSI DAN MODEL PERAN WIRAUSAHA
Profil Wirausaha Berbagai ahli mengemukakan profil wirausaha dengan pengelompokkan yang berbeda beda. Ada
yang pengelompokkan berdasarkan pemiliknya, pengelempokkan berdasarkan
perkembangannya dan pengelompokkan berdasarkan kegiatan usahanya. Roopke (1995:5) mengelompokkan kewirausahaan berdasarkan peranannya sebagai berikut: ·
Kewirausahaan rutin (wirt), yaitu wirausaha yang dalam melakukan kegiatan sehari-
harinya cenderung menekankan pada pemecahan masalah dan perbaikan standar prestasi tradisional, bukan penyusunan dan pengalokasian sumber-sumber. Wirausaha ini berusaha menghasilkan barang, pasar, dan teknologi, misalnya seorang pegawai atau manejer. Wirausaha rutin dibayar dalam bentuk gaji. ·
Kewirausahaan arbitrase, yaitu wirausaha yang selalu mencari peluang melalui
kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemamfaatan (pembukaan). Misalnya, jika tidak terjadi ekuilibrium dalam penawaran dan permintaan pasar, maka ia akan membeli dengan murah dan menjualnya dengan mahal. Kegiatan kewirausahaan arbitrase tidak perlu melibatkan pembuatan barang dan tidak perlu menyerap dana pribadi wirausaha. Kegiatan melibatkan spekulasi dalam memamfaatkan perbedaan harga jual dan harga beli. ·
Wirausaha inovatif, yaitu wirausaha dinamis yang menghasilkan ide-ide dan kreasi-
kreasi baru yang berbeda. Merupakan promotor, tidak saja dalam mempernalkan teknik dan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan sumber pengadaan, peningkatan teknik manejemen, dan metode distribusi baru, ia mengadakan proses dinamis pada produk, proses, hasil, sember pengadaan, dan organisasi yang baru. Sedangkan Zimmerer (1996) mengelompokkan profil kewirausahaan sebagai berikut: ·
Part-time Entrepreneur, yaitu wirausaha yang melakukan usahanya hanya sebagian
waktu saja sebagai hobi. Kegiatan bisnis biasanya hanya bersifat sampingan. ·
Home-Based New Ventures, yaitu usaha yang dirintis dari rumah/tempat tinggalnya.
·
Family-Owned business, yaitu usaha yang dilakukan/dimiliki oleh beberapa anggota
keluarga secara turun temurun. ·
Copreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang bekerja sama
sebagai pemilik dan menjalankanusaha bersama-sama.
Fungsi Makro dan Mikro Wirausaha Wirausaha mempunyai dua fungsi, kedua fungsi tersebut adalah fungsi makro dan fungsi mikro. Fungsi Makro Secara makro wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Di amerika serikat, eropa barat, dan negara-negara di asia, kewirausahaan menjadi kekuat-an ekonomi negara tertentu, sehingga negara-negara itu menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari penemuan ilmiah, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi rekayasa telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa yang berskala global, yang merupakan hasil dari proses dinamis wirausaha yang dinamis. Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Wirausahalah yang berani mengambil risiko,memimpin, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.Tanpa dorongan, energi, dan dedikasi para wirausaha, pembentukan (formasi) investasi pada perusahaan-perusahaan baru tidak akan pernah terjadi.Menurut J.B. Say, wirausaha adalah orang yang menggeser sumber sumber ekonomi dari produktivitas terendah menjadi produktivitas tertinggi.Menurutnya, wirausahalah yang menghasilkan perubahan.Perubahan tersebut dilakukan tidak dengan mengerjakan sesuatu yang lebih baik, tetapi dengan melakukan sesuatu yang berbeda. Secara kualitatif, peranan wirausaha melalui usaha kecilnya tidak diragukan lagi, karena ; Usaha kecil dapat memperkokoh pereko-nomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur, dan pemasar bagi hasil produkproduk industri besar. Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antarsektor yang mempunyai kaitan ke depan maupun ke belakang
Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada, dapat menyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal, dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang tangguh. Usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha, dan pemerataan pendapatan, karena jumlahnya tersebar baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Fungsi Mikro Secara
mikro
peran
wirausaha
adalah
penanggung
risiko
dan
ketidakpastian,
mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbedauntuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam melakukan fungsi mikronya menurut marzuki usman (1977) secara umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (innovator) dan sebagai perencana (planner). Innovator Wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan ; Produk baru (the new product) Teknologi baru (the new technologi) Ide-ide baru (the new image) Organisasi usaha baru (the new organization)
Planner Wirausaha berperan dalam merancang ; Perencanaan usaha (corporate plan) Strategi perusahaan (corporate strategy) Ide-ide dalam perusahaan (corporate image)
Organisasi perusahaan (corporate organi-zation)
Kewirausahaan Dalam Konteks Global Dalam konteks persaingan global yang semakin terbuka sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi. Setiap negara dan bangsa harus bersaing dengan menonjolkan keunggulan sumber dayanya, negara-negara yang unggul dalam sumber dayanya akan memenangkan persaingan. Sebaliknya negara-negara yang tidak memiliki keunggulan bersaing dalam sumber dayanya akan kalah dalam persaingan dan tidak akan banyak kemajuan yang dicapainya. Negara-negara
yang
memiliki
keunggulan
bersaing
adalah
negara
yang
dapat
memberdayakan sumber daya ekonominya dan dapat memberdayakan sumber daya manusianya secara nyata. Sumber ekonomi dapat diberdayakan apabila sumber daya manusia memiliki keterampilan kreatif dan inovatif. Untuk dapat bersaing di pasar global sangat diperlukan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi, yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan-keunggulan tertentu. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi diperlukan tingkat efisiensi yang tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi ditentukan oleh kualitas SDM yang profesional dan terampil yang dapat menciptakan nilai tambah baru dan mampu menjawab tantangan baru.