PERAN SENI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU TRANSFORMASI BUDAYA PENDIDIKAN YANG MEMBUMI PERAN SENI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU TRANSFORMASI BUDAYA PENDIDIKAN YANG MEMBUMI Wahyudiyanto Wahyudiyanto Jurusan Seni Tari STKW Surabaya Jurusan Seni Tari STKW Surabaya Abstrak Abstract Gagasan tentang pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin mendapat The idea dari of character education gets more and more attention perhatian, utamanya elemen pendidikan. Fenomena pendidikan karakter lately, especially from fakta educational elements. The phenomenon is semakin raised terangkat kembali karena sosial dalam praktik-praktik kehidupan again facts show that the life practices arekasus far from the ideal. jauh darisince ideal.social Indikatornya adalah ditemukannya pelbagai malpraktik yang diindikasikan mengancam sosial, politik, hukum, The indicators are severaldisintegrasi malpractices indicated to ekonomi, lead to national pendidikan, budaya, bahkan juga aspek religius. Tindakan malpraktik tersebut disintegration in social, political, economic, legal, educational, cultural and acapkali justru dilakukan yang pernah mengenyam pendidikan tinggi. even religious aspects.oleh Themereka malpractices are frequently committed by wellPerilaku malapraktik sebagaimana terjadi diduga disebabkan pemenuhan tanpa educated people. The malpractical behaviours are presumably to happen batas keinginan manusia fulfi terhadap kapitalistik dan penerapan because of unlimited llmentkehidupan of humanmaterial needs towards material-capital pendidikan yang kurangof memperhatikan aspekdoes moral, etika, dan estetika. life and application education which notspiritual, pay attention to moral, Pendidikan mendesak direkonstruksi menyiapkan peserta spiritual, karakter ethical kemudian and aesthetic aspects. Character untuk education is therefore didik menuju manusia dengan kepribadian yang to siapbecome menghadapi kehidupan yang urgently reconstructed to prepare students integrated humans kompleks. Estetika pemahaman kecerdasan beings ready to dengan face the complex dan life.penghayatan Aesthetics seni withadalah understanding emosional yang afektif danemotional psikomotorik berperan which pentingaffectively untuk menjaga and appreciating art is intelligence and keseimbangan kecerdasan intelektual kognitif. Oleh karena itu, seni dapat psychomorically plays a role to keep the balance of intellectual intelligence dipergunakan sebagai perabot pendidikan, di samping sebagai isi mata pelajaran, cognitively. Accordingly, art can be used as an educational device; beside seni juga bermanfaat untuk materi dalam metode pembelajaran.
as educational content, art can be used as a method in delivering materials.
Kata kunci: pendidikan karakter, disintegrasi, seni Keywords: character education, disintegration, art
PENDAHULUAN Fenomena sosial dalam praktik-praktik politik, budaya, pendidikan, hukum, ekonomi, ketatanegaraan, dan praktik religius pun semakin jauh dari ideal. Dampak langsung fenomena tersebut menohok nurani susila. Pelbagai indikator menunjukkan betapa para pelaku malpraktik yang diidentifikasi sebagai tertuduh, terperiksa, tersangka, terdakwa, sampai yang masuk penjara dalam konteks (a)susila, mereka adalah para terdidik. Keadaan ini kemudian mengindikasikan bahwa: “…. negeri ini masih terancam disintegrasi sosial, politik, budaya, pendidikan, hukum, ekonomi, dari horizontal sampai vertikal lewat benih-benih tindakan oleh para pelaku (a)-susila yang terdidik itu” (Djojonegoro, 2010: 8). Dalam diskursus politik, malpraktik memasuki wilayah seperti: money politic, penyalah-gunaan wewenang, mark up proyek, dan korupsi. Kasus yang terendus adalah praktik suap kepada kandidat tertentu sebagai jasa dukungan terhadap jabatan publik tertentu. Jabatan deputy Bank Indonesia, misalnya, telah menyeret banyak oknum legislatif terlibat pada kasus suap. Proyek P2SEM di Jawa Timur yang merugikan uang negara oleh Gubernur dianggap sebagai 180
181 Peran Seni Dalam Pendidikan Karakter.... (Wahyudiyanto) Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Seni ....(Ardipal) 209 penyalah-gunaan wewenang eksekutif oleh legislatif. Kasus ini terungkap sebagai bentuk korupsi, maka banyak oknum legislatif, bahkan oknum pendidik, masuk TAHAP penjara. INVESTIGASI AWAL Malpraktik yangAnalisis dipersepsi sebagai hukum terjadi pada Materi, Analisis Peserta penyimpangan Didik dan pendidik Analisis Lingkungan perpajakan. Muncullah sederet nama dengan jumlah kekayaan yang melimpah. Kepemilikan harta benda yang tidakTAHAP sebanding antara pendapatan formal dan PERANCANGAN nominal yang muncul pada rekening bank. Terungkap satu kasus di satu tempat, Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran muncul kasus sama diMerancang tempat berbeda, dengan nilai penyimpangan yang lebih CTL pada Pembelajaran Seni Musik di Sekolah Dasar besar. Pada bidang seni dan kekayaanTAHAP intelektual, kendatipun telah diundangkan REALISASI/KONSTRUKSI UU HaKI (Undang-undang Hak atas Kekayaan Intelektual) dengan pelbagai Pengembangan Prototipe Bahan Ajar Berbasis Model CTL pada Pembelajaran Musik di sanksi yang menyertai,Pembelajaran pembajakan tetap marak Seni di mana-mana, bukan pada hak Sekolah Dasar cipta saja, tetapi pada tingkat produksi rekaman dan penerbitan. Kasus-kasus (a)susila tersebut telah pernah masuk meja hijau dengan tingkat putusan beragam. TAHAP EVALUASI DAN REVISI mengajukan kasus pembajakan Upaya seniman dan atau pengarang buku yang kandas di persidangan. Tinjauan Ahli Tinjauan Ahli Tinjauan Ahli Dunia Isipendidikan dari tindakan (a)-susila tersebut. Bahasa Bidang Studi pun tak terhindarkan Rancangan Pembelajaran Meskipun masih dalam tataran isu, pelaksanaan Ujian Negara (UN), misalnya, banyak menuai kritik karena tindakan malpraktik oleh sebagian orang yang Analisis Bahan Ajar Analisis Bahan Ajar Analisis Bahan Ajar memanfaatkan kelemahan sistem. Bukan pada kasus kecurangan pelaksanaannya saja, tetapi terhadap itu sendiri, masih yangI kurang, bahkan Tahap UN Tahap Ibanyak kalanganTahap I tidak setuju untuk diselenggarakan. Berbagai argumentasi mengemuka perihal REVISI REVISI REVISI kelemahan dan dampak yang diakibatkan oleh UN. Tahap II II II MeskipunTahap Menteri PendidikanTahap Nasional telah mengimbau masyarakat untuk menghentikan polemik seputar UN, tetap saja itu menyisakan pakar REVISI REVISI REVISI pendidikan yang tidak setuju UN diselenggarakan. Alasan yang dapat dicatat III sebagai berikut.Tahap (1) III Esensi UN tidakTahap membentuk karakter Tahap dan III kepribadian anak didik. (2) Peserta didik difokuskan pada aspek intelektual kognitif saja, sementara REVISI REVISI REVISI aspek afektif dan psikomotorik sebagai ranah kepribadian dan karakter menyeluruh peserta didik tidak tersentuh. (3) Nilai kejujuran para pendidik, ANALISIS BAHAN AJAR peserta didik, penyelenggara Berdasarkan pendidikan, sebagai manifestasi karakter insan Komponen CTL akademis terkalahkan oleh imajinasi tentang sukses UN. Karena capaian kelulusan UN ditempatkan sebagai tolok ukurTAHAP keberhasilan pendidikan (maka: kebocoran AKHIR Bahan Ajar Berbasis CTL pada soal, lenyapnya kunci Pembelajaran jawaban, kong-kalikong antarberbagai pihak dan Seni Musik di Sekolah Dasar Gambar 1 kecurangan-kecurangan lain bukan lagi perilaku tabu) demi sebuah kelulusan. (4) Tahap-tahap (Plomp)sebagai ukuran Dampak kecurangan adalahPengembangan semakin tinggiBahan angkaAjar kelulusan tingkat kecerdasan peserta didik ternyata semakin tinggi pula angka kenakalan Tahap pelaku kedua, adalah 2010: tahap12). perancangan pengembangan model anak sekolah UN (Maliki, pembelajaran Berdasarkan pada kajian-kajian yangdidilakukan padaBanyak tahap Tawuranseni. antarsiswa dari berbagai tingkat terjadi mana-mana. pertama, disusun garis-garis besar draf bahan ajar berbasis model pembelajaran anak didik memenangi olimpiade matematika, fisika, dan ilmu eksakta lain di CTL pada pembelajaran seni musik, meliputi (1) kesesuaian materi dengan
208
, Vol. 8, No. 2 Agustus 2010 : 203 - 216
PERAN SENI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU B. METODOLOGI PENELITIAN TRANSFORMASI BUDAYA YANG MEMBUMI Penelitian ini termasuk dalamPENDIDIKAN penelitian pengembangan, yang berupaya membuat suatu produk baru dalam sistem pembelajaran, yaitu pengembangan Wahyudiyanto bahan ajar berbasis model pembelajaran CTL pada pembelajaran seni musik Jurusan Seni Tari STKWiniSurabaya di sekolah dasar. Penelitian pengembangan berorientasi kepada definisi dikemukakan Seels dan Richey (Richey dan Nelson, 1996), yakni penelitian pengembangan merupakan studi Abstrak yang sistematis tentang perancangan, Gagasan tentang pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin mendapat pengembangan, pengevaluasian program pengajaran, dan karakter produk yang perhatian, utamanya dari elemen pendidikan. Fenomenaproses pendidikan harus memenuhi kriteria konsistensi internal dan keefektifan. terangkat kembali karena fakta sosial dalam praktik-praktik kehidupan semakin jauh dari ideal. Indikatornya adalah ditemukannya pelbagaimodel kasus malpraktik yang CTL Prosedur pengembangan bahan ajar berbasis pembelajaran diindikasikan mengancam disintegrasi sosial, politik, ekonomi, hukum, pada pembelajaran seni musik di sekolah dasar ini mengacu pada hasil modifikasi budaya, bahkan juga aspek religius. Tindakan malpraktik tersebut model pendidikan, pengembangan pendidikan secara umum dari Plomp (1999). Modifikasi acapkali justru dilakukan oleh mereka yang pernah mengenyam pendidikan tinggi. tersebut dilakukan pada fase tes, evaluasi, dandisebabkan revisi menjadi fase evaluasi Perilaku malapraktik sebagaimana terjadi diduga pemenuhan tanpa dan revisi. Prosedurmanusia pengembangan model material ini dilakukan melalui lima tahapan batas keinginan terhadap kehidupan kapitalistik dan penerapan pendidikan yang memperhatikan aspekawal, moral,2)spiritual, dan estetika. pengembangan, yaitukurang : 1) tahap investigasi tahap etika, perancangan, 3) tahap Pendidikan karakter mendesak direkonstruksi untuk menyiapkan peserta realisasi/konstruksi, 4) kemudian tahap evaluasi dan revisi, 5) tahap akhir (produk). didik menuju manusia dengan kepribadian yang siap menghadapi kehidupan yang kompleks. Estetika dengan pemahaman dan penghayatan seni adalah kecerdasan C. PEMBAHASAN emosional yang afektif dan psikomotorik berperan penting untuk menjaga Pengembangan bahan ajar berbasis modelOleh pembelajaran keseimbangan kecerdasan intelektual kognitif. karena itu, CTL seni (Contextual dapat dipergunakan sebagai perabot di samping pelajaran, Teaching and Learning) pada pendidikan, pembelajaran seni sebagai musik isidimata sekolah dasar ini seni juga bermanfaat untuk materi dalam metode pembelajaran. dilakukan dengan mengacu pada modifikasi model pengembangan pendidikan
dari Plomp (1999). Prosedur pengembangan model ini dilakukan melalui enam Kata kunci: pendidikan karakter, disintegrasi, seni tahapan pengembangan, yaitu: (1) tahap investigasi awal, (2) tahap perancangan, (3) tahap realisasi/konstruksi, (4) tahap evaluasi dan revisi, (5) analisis bahan ajar, dan (6) tahap akhir (produk) seperti gambar 1. PENDAHULUAN Tahap pertama, dilakukan empat kegiatan analisis, yaitu terhadap Fenomena sosial dalam praktik-praktik politik, budaya, pendidikan, hukum, permasalahan yang ditemui, materi, peran peserta didik dan pendidik dalam ekonomi, ketatanegaraan, dan praktik religius pun semakin jauh dari ideal. proses pembelajaran, dan lingkungan. Analisis permasalahan dilakukan dengan Dampak langsung fenomena tersebut menohok nurani susila. Pelbagai indikator (1) mengobservasi dan mempelajari proses pembelajaran seni yang sedang menunjukkan betapa para pelaku malpraktik yang diidentifikasi sebagai tertuduh, berlangsung, dan (2) mempelajari teori-teori perkembangan anak, teori-teori terperiksa, tersangka, terdakwa, sampai yang masuk penjara dalam konteks (a)belajar, dan teori model pembelajaran. Analisis materi dilakukan dengan susila, mereka adalah para terdidik. Keadaan ini kemudian mengindikasikan (1) menganalisis materi untuk menentukan isi dan materi pelajaran, dan (2) bahwa: “…. negeri ini masih terancam disintegrasi sosial, politik, budaya, mengorganisasi materi untuk menetapkan urutan materi pada setiap pertemuan. pendidikan, hukum, ekonomi, dari horizontal sampai vertikal lewat benih-benih Analisis peran peserta didik dan pendidik dilakukan dengan (1) mempelajari tindakan oleh para pelaku (a)-susila yang terdidik itu” (Djojonegoro, 2010: 8). aktivitas peserta didik, berupa telaah terhadap aktivitas yang dapat mendukung Dalam diskursus politik, malpraktik memasuki wilayah seperti: money terjadinya pembelajaran, dan (2) mempelajari aktivitas pendidik, berupa telaah politic, penyalah-gunaan wewenang, mark up proyek, dan korupsi. Kasus yang terhadap peran pendidik dalam memimpin jalannya proses pembelajaran seni. terendus adalah praktik suap kepada tertentukasi sebagai jasa dukungan Analisis lingkungan dilakukan dengan kandidat (1) mengidentifi kondisi lokal, untuk terhadap jabatan tertentu. Jabatan Bank Indonesia, misalnya, telah mengidentifi kasi publik aspek-aspek yang dapatdeputy mendukung proses pembelajaran, dan menyeret banyak oknum legislatif terlibatdan pada kasus Proyek P2SEM di (2) mengidentifi kasi kegiatan, permainan, cerita yangsuap. disenangi peserta didik. Jawa Timur yang merugikan uang negara oleh Gubernur dianggap sebagai Hasil dari kegiatan tersebut diperlukan untuk mendesain model pembelajaran baru. 180
Peran Seni Dalam Pendidikan Karakter.... (Wahyudiyanto)
181
penyalah-gunaan wewenang eksekutif oleh legislatif. Kasus ini terungkap sebagai bentuk korupsi, maka banyak oknum legislatif, bahkan oknum pendidik, masuk penjara. Malpraktik yang dipersepsi sebagai penyimpangan hukum terjadi pada perpajakan. Muncullah sederet nama dengan jumlah kekayaan yang melimpah. Kepemilikan harta benda yang tidak sebanding antara pendapatan formal dan nominal yang muncul pada rekening bank. Terungkap satu kasus di satu tempat, muncul kasus sama di tempat berbeda, dengan nilai penyimpangan yang lebih besar. Pada bidang seni dan kekayaan intelektual, kendatipun telah diundangkan UU HaKI (Undang-undang Hak atas Kekayaan Intelektual) dengan pelbagai sanksi yang menyertai, pembajakan tetap marak di mana-mana, bukan pada hak cipta saja, tetapi pada tingkat produksi rekaman dan penerbitan. Kasus-kasus (a)susila tersebut telah pernah masuk meja hijau dengan tingkat putusan beragam. Upaya seniman dan atau pengarang buku yang mengajukan kasus pembajakan kandas di persidangan. Dunia pendidikan pun tak terhindarkan dari tindakan (a)-susila tersebut. Meskipun masih dalam tataran isu, pelaksanaan Ujian Negara (UN), misalnya, banyak menuai kritik karena tindakan malpraktik oleh sebagian orang yang memanfaatkan kelemahan sistem. Bukan pada kasus kecurangan pelaksanaannya saja, tetapi terhadap UN itu sendiri, masih banyak kalangan yang kurang, bahkan tidak setuju untuk diselenggarakan. Berbagai argumentasi mengemuka perihal kelemahan dan dampak yang diakibatkan oleh UN. Meskipun Menteri Pendidikan Nasional telah mengimbau masyarakat untuk menghentikan polemik seputar UN, tetap saja itu menyisakan pakar pendidikan yang tidak setuju UN diselenggarakan. Alasan yang dapat dicatat sebagai berikut. (1) Esensi UN tidak membentuk karakter dan kepribadian anak didik. (2) Peserta didik difokuskan pada aspek intelektual kognitif saja, sementara aspek afektif dan psikomotorik sebagai ranah kepribadian dan karakter menyeluruh peserta didik tidak tersentuh. (3) Nilai kejujuran para pendidik, peserta didik, penyelenggara pendidikan, sebagai manifestasi karakter insan akademis terkalahkan oleh imajinasi tentang sukses UN. Karena capaian kelulusan UN ditempatkan sebagai tolok ukur keberhasilan pendidikan (maka: kebocoran soal, lenyapnya kunci jawaban, kong-kalikong antarberbagai pihak dan kecurangan-kecurangan lain bukan lagi perilaku tabu) demi sebuah kelulusan. (4) Dampak kecurangan adalah semakin tinggi angka kelulusan sebagai ukuran tingkat kecerdasan peserta didik ternyata semakin tinggi pula angka kenakalan anak sekolah pelaku UN (Maliki, 2010: 12). Tawuran antarsiswa dari berbagai tingkat terjadi di mana-mana. Banyak anak didik memenangi olimpiade matematika, fisika, dan ilmu eksakta lain di
182
, Vol.8, No. 2, Agustus 2010 : 180 - 202
tingkat internasional, tetapi bangsa ini tetap miskin juga. Banyak lulusan Ilmu Ekonomi, tetapi kehidupan Sarjana Ekonomi tidak berubah dari sebelumnya (tetap miskin juga). Banyak lulusan hukum, tetapi penyimpangan yang dilakukan para Sarjana Hukum terhadap hukum semakin banyak juga. Artinya, para pelaku malpraktik ternyata adalah orang-orang yang terdidik. Contoh itu sebagai indikator kelemahan pendidikan, bahwa kurikulum tidak menyentuh persoalan riil masyarakat. Bahwa kecerdasan yang dibangun tidak implementatif pada tataran psikososial. Peserta didik hanya dikenai rumus-rumus yang jauh dari kebutuhan hidupnya sendiri. Pertanyaanya adalah: (1) adakah kesalahan dalam pola hidup dan pendidikan, mengingat kecenderungan malpraktik dalam segala aspek kehidupan justru dilakukan oleh mereka yang telah pernah mengenyam pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi; (2) bagaimana merekonstruksi kembali wajah pendidikan, sehingga setiap orang di negeri ini menemukan kembali karakter dan kepribadian yang unggul dalam menghadapi kondisi yang semakin kompleks ini; (3) di mana peranan seni bagi pembentukan karakter dan kepribadian. Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi penting untuk diketengahkan, mengingat ketika teknologi informasi terbuka luas, berbagai fenomena (a)-susila yang diidentifikasi sebagai tindakan malpraktik yang terangkat ke permukaan sudah pada tingkat kritis. Pendidikan karakter atau pendidikan berkarakter kemudian menjadi perbincangan dan perdebatan kembali dalam banyak kesempatan. Bahkan, pada 2010 dinyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan tema utama pada peringatan Hari Pendidikan Nasional. Isu pendidikan karakter yang mewacana kembali ini merupakan tanggapan atas pelbagai fenomena sosial yang semakin jauh dari harapan dan cita-cita kehidupan bersama yang sejahtera dan berkeadilan sosial. DISKURSUS POLA HIDUP DAN PENDIDIKAN KARAKTER Modernitas selain menciptakan banyak kemajuan, juga membawa ekses negatif. Kecanggihan ilmu, sains, dan teknologi dalam merayu pemenuhan keinginan tanpa batas manusia telah melahirkan sifat: individualistis, konsumtif, eksklusif, dan sikap dominasi berlebihan pada aspek material. Descartes adalah dewa modernitas yang sejak semula telah memulai era ini dengan mengesampingkan kekayaan filosofi, norma, etika, moral, estetika, psikososial, dan nilai histori yang diajarkan oleh Aristoteles dan Plato. Yang religius berkarakter kemudian tergantikan sifat individual egoistis karena terlena oleh kelimpahan meterial kapitalistik. Hiperrealitas kapitalistik kemudian menjadi ciri pola hidup masyarakat global. Kecenderungan berlebihan terhadap pemenuhan kebutuhan material merupakan biang dari kemunduran etika moral sebagian besar masyarakat. Segala
Prosedur Pengembangan BahanKarakter.... Ajar Seni (Wahyudiyanto) ....(Ardipal) Peran Seni Dalam Pendidikan
183 207
bentukKeempat, nilai dimaterialkan untuk kepuasanbahan lahiriah. melimpah material prinsip pengembangan ajarBegitu meliputi a) mulaieradari yang sekuleruntuk ini memahami menggerusyang nilai batiniah pada tingkat mudah sulit, dari yangmanusia kongkret sampai untuk memahami yang mengkhawatirkan. Untukakan mengejar material kapitalistik, konsumtif, abstrak, b) pengulangan memperkuat pemahaman, c) perilaku umpan balik positif orangmemberikan kemudian menjadi individualistis, apriori terhadap lingkungan, dari akan penguatan terhadap pemahaman peserta didik, d) lepas motivasi ikatan norma, adat, dan susila. salah satu faktor penentu keberhasilan belajar, belajar yang tinggi merupakan Orang lebih banyak diri di depan layar tevesetahap, daripadaakhirnya bertegur-sapa e) mencapai tujuan ibaratberdiam naik tangga, setahap demi akan mencapai ketinggian danRemaja f) mengetahui hasil yang dan mengobrol dengantertentu tetangga. dan anak-anak lebihtelah suka dicapai ke mall,akan play mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan. station, daripada permainan rakyat. Maka, suatu generasi telah kehilangan Arends (1997) mendefi nisikan bahwa model pembelajaran kepada sentuhan rasa keterikatan psikososial. Individu semakin jauh darimengacu acuan nilai yang pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, didalamnya tujuanbaik, tidak menemukan keteladanan dari figur-figurtermasuk yang dihormati dan dipercaya. tujuan dalam aktivitas pembelajaran, lingkungan Individupembelajaran, hanya berkacatahap-tahap pada glamoritas para idola semu mereka dalam berbagai pembelajaran dan pengelolaan kelas. Arends memberikan empat ciri khusus dari media yang dikonstruksi secara paksa oleh nilai-nilai ekonomi kapilalistik. model pembelajaran yaitu : (a) sikap rasional teoritik logis yang disusun oleh Dampaknya adalah munculnya sensitif danyang reaktif yang tinggi terhadap pengembangnya, (b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta gejala dari luar. Fakta dari sikap reaktif adalah temperamental, mudah tersinggung, didik belajar, (c) tingkah laku mengajar yang diperlukan, dan (d) lingkungan dan mudah terpancing melakukan tindak kekerasan. belajarKapitalisasi yang dikehendaki. telah merebak ke seluruh aspek kehidupan. Amanat konstitusi Eggen dan Kauchack mengemukakan model pembelajaran yang mengatur hak atas hajat(1995) hidup orang banyak punbahwa telah dikapitasisasi. Dunia merupakan strategi perspektif pembelajaran yang dirancang untuk mencapai pendidikan telah pula mamasuki dunia kapitalisasi. Kurikulum, misalnya, tujuan pembelajaran tertentu. Jadi model dapat dimaknai sebagai didorong untuk menghasilkan output padapembelajaran tingkat materi, sehingga anak didik suatu kerangka yang menggambarkan secara sistematik prosedur dalam mengatur tidak berkesempatan mengembangkan emotional quotion, apalagi spiritual aktivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan. quotion. Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam merancang suatu Emotional quotion dan spiritual quotion adalah potensi kecerdasan yang model pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil (1992) terdapat lima komponen membimbing anak menghasilkan output dan outcome yang berupa sikap, tingkah model pembelajaran yaitu : (a) sintaks, (b) sistem sosial, (c) prinsip reaksi, (d) laku, budi pekerti, etika moral, pemahaman terhadap norma-norma individu, sistem pendukung, dan (e) dampak instruksional dan dampak pengiring. Arends keluarga, masyarakat, dan ada bangsa. kedua potensi itu tidak yaitu dijadikan (1997) berpendapat bahwa empatApabila komponen model pembelajaran : (a) bagian dari proses pendewasaan anak didik, maka domain pengembangan karakter tujuan (goals), (b) sintaks. (c) lingkungan belajar, dan (d) sistem manajemen. dan kepribadian terabaikan. konvensional yang dikenal adalah dimana pendidik Model pembelajaran Pada sisi eksternal,sebagai pengelolaan pendidikan telah memasuki wilayah isi bisnis. mempunyai kedudukan satu-satunya sumber belajar, menentukan dan Bercokollah berbagai lembaga pendidikan dari dalam dan luar negeri yang metode belajar, serta menilai kemampuan belajar pebelajar dalam pembelajaran. berorientasi pada capaian keterampilan dan pembelajaran keahlian fisikal tanpa Maka untuk itu dikembangkan berbagai metode yangtertentu sesuai untuk memberikan penghayatan rohani yang sepadan. Munculnya UU Salah untuk dapat mempertinggi prosesnilai-nilai belajar dan dapat mempertinggi hasil belajar. mengatur pelaksanaan penyelenggaraan lembaga pendidikan yang berbasis satunya dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan Plomp. nirlaba mendapat tantangan hebat pendidikan. Fase-fase yang dilakukan adalahdari a) para Fasepebisnis investigasi awal. Yaitu melakukan Ada program, prosesdengan yang perlu dikonstruksi kembali dalam indentifi kasikonsep, terhadap hal yangdan berkaitan pembelajaran, seperti kurikulum, sistem pendidikan. Penerapan sistemdan pendidikan yangb)transformatif sejak kondisi siswa, kondisi lingkungan sebagainya, Fase desain,tekstual merupakan semula bukan merupakan pola pendidikan yang berkarakter. Aspek memorial kegiatan merancang komponen model, perangkat dan instrumen, c) Realisasi, bukannya tidak penting, bukan pula evaluasi kemampuan menghafal merupakan mewujudkan sebuah bahantetapi ajar dan d) Fase dan revisi. parameter kecerdasan manusia. Maka, pendidikan yang output-nya untuk dapat mengatasi problem diri dan sosial anak didik (Sam, 2010: 6) semestinya menjadi perhatian secara signifikan.
182 206
, ,Vol.8, 180 - 216 202 Vol. 8,No. No.2,2Agustus Agustus 2010 : 203
tingkat ini tetap pembelajar, miskin juga.(e)Banyak lulusan Ilmu buatlah internasional, skenario tahaptetapi demibangsa tahap kegiatan nyatakan authentic Ekonomi, tetapi kehidupan Sarjana Ekonomi tidak berubah dari sebelumnya (tetap assessment-nya yaitu dengan data apa pembelajar dapat diamati partisipasinya. miskinContextual juga). Banyak lulusan and hukum, tetapi penyimpangan yang dilakukan para Teaching Learning (CTL) merupakan suatu proses Sarjana Hukum terhadap semakin banyak juga. Artinya, pembelajaran holistik yanghukum bertujuan untuk membelajarkan peserta para didik pelaku dalam malpraktik ternyataajaradalah yang terdidik. Contoh itu sebagai memahami bahan secaraorang-orang bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan indikator kelemahan nyata, pendidikan, kurikulum menyentuh persoalan riil konteks kehidupan baik bahwa berkaitan dengantidak lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. didik memperoleh ilmu masyarakat. Bahwa kecerdasan yangSehingga dibangun peserta tidak implementatif pada tataran pengetahuanPeserta dan keterampilan dapat diaplikasikan danjauh ditransfer dari satu psikososial. didik hanyayang dikenai rumus-rumus yang dari kebutuhan konteks permasalahan yang satu ke permasalahan yang lainnya. hidupnya sendiri. Hanafiah dan adalah: Suhana (1) (2009: 69-70) mengemukakan bahwa prinsip Pertanyaanya adakah kesalahan dalam pola hidup dan CTL terdiri dari : (1) kesaling-bergantungan (intedependensi); (2) perbedaan pendidikan, mengingat kecenderungan malpraktik dalam segala aspek kehidupan (diferensiasi); (3)oleh pengaturan (4)telah penilaian autentik (authentic assessment). justru dilakukan merekadiri; yang pernah mengenyam pendidikan pada Depdiknas 11-23), model pembelajaran kembali CTL memiliki tingkatMenurut yang lebih tinggi;(2001, (2) bagaimana merekonstruksi wajah tujuh komponen utama, konstruktivistik (constructivistics), (2) pendidikan, sehingga setiap yaitu: orang di(1) negeri ini menemukan kembali karakter dan menemukan (inquiry), (3) bertanya (questioning), (4) masyarakat-belajar kepribadian yang unggul dalam menghadapi kondisi yang semakin kompleks ini; (leaming (modeling), (6)kepribadian. refleksi (reflection) dan (3) di manacommunity), peranan seni(5) bagipemodelan pembentukan karakter dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). dikatakan Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi penting Sebuah untuk kelas diketengahkan, menggunakan pendekatan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen mengingat ketika teknologi informasi terbuka luas, berbagai fenomena (a)-susila tersebut dalam pembelajarannya. Perlumalpraktik dipedomani bahwa untuk ke melaksanakan yang diidentifikasi sebagai tindakan yang terangkat permukaan hal itu tidak sulit. Pendekatan CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, sudah pada tingkat kritis. Pendidikan karakter atau pendidikan berkarakter bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. kemudian menjadi perbincangan dan perdebatan kembali dalam banyak Ketiga, bahan ajar disusun dengan tujuan a) menyediakan bahan ajar kesempatan. Bahkan, pada 2010 dinyatakan bahwa pendidikan karakter yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan merupakan tema utama pada peringatan Hari Pendidikan Nasional. Isu pendidikan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau karakter yang mewacana kembali ini merupakan tanggapan atas pelbagai lingkungan sosial peserta didik, b) membantu peserta didik dalam memperoleh fenomena sosial ajar yangdisemakin jauh dari harapan cita-cita kehidupan bersama alternatif bahan samping buku-buku teksdan yang terkadang sulit diperoleh yang sejahtera dan berkeadilan sosial. dan c) memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Manfaat bahan ajar bagi guru adalah a) diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum DISKURSUS POLAkebutuhan HIDUP DAN PENDIDIKAN KARAKTER dan sesuai dengan belajar peserta didik, b) idak lagi tergantung Modernitas selain menciptakan banyak kemajuan, membawakarena ekses kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, c)juga memperkaya negatif. Kecanggihan ilmu, sains, dan teknologi dalam merayu pemenuhan dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, d) menambah khasanah keinginan tanpa manusia guru telah melahirkan sifat:bahan individualistis, konsumtif, pengetahuan danbatas pengalaman dalam menulis ajar, e) membangun eksklusif, dan sikap dominasi berlebihan pada aspek material. Descartes adalah komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena dewa modernitas yang sejak semula telah memulai era ini dengan peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunyadan f) menambah angka mengesampingkan kekayaan filosofi, etika, moral, estetika, psikososial, kredit jika dikumpulkan menjadi bukunorma, dan diterbitkan. dan nilai historibagi yang diajarkan danpembelajaran Plato. Yang menjadi religius Manfaat peserta didik,oleh yaituAristoteles a) kegiatan berkarakter kemudian tergantikan sifat individual egoistis karena terlena oleh lebih menarik, b) kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi kelimpahan meterial kapitalistik. ketergantungan terhadap kehadiran guru, c) mendapatkan kemudahan dalam Hiperrealitas kapitalistik yang kemudian menjadi ciri pola hidup masyarakat mempelajari setiap kompetensi harus dikuasainya. global. Kecenderungan berlebihan terhadap pemenuhan kebutuhan material merupakan biang dari kemunduran etika moral sebagian besar masyarakat. Segala
Peran Seni Dalam Pendidikan Karakter.... (Wahyudiyanto)
183
bentuk nilai dimaterialkan untuk kepuasan lahiriah. Begitu melimpah era material sekuler ini menggerus nilai batiniah manusia sampai pada tingkat mengkhawatirkan. Untuk mengejar material kapitalistik, perilaku konsumtif, orang kemudian menjadi individualistis, apriori terhadap lingkungan, lepas dari ikatan norma, adat, dan susila. Orang lebih banyak berdiam diri di depan layar teve daripada bertegur-sapa dan mengobrol dengan tetangga. Remaja dan anak-anak lebih suka ke mall, play station, daripada permainan rakyat. Maka, suatu generasi telah kehilangan sentuhan rasa keterikatan psikososial. Individu semakin jauh dari acuan nilai yang baik, tidak menemukan keteladanan dari figur-figur yang dihormati dan dipercaya. Individu hanya berkaca pada glamoritas para idola semu mereka dalam berbagai media yang dikonstruksi secara paksa oleh nilai-nilai ekonomi kapilalistik. Dampaknya adalah munculnya sikap sensitif dan reaktif yang tinggi terhadap gejala dari luar. Fakta dari sikap reaktif adalah temperamental, mudah tersinggung, dan mudah terpancing melakukan tindak kekerasan. Kapitalisasi telah merebak ke seluruh aspek kehidupan. Amanat konstitusi yang mengatur hak atas hajat hidup orang banyak pun telah dikapitasisasi. Dunia pendidikan telah pula mamasuki dunia kapitalisasi. Kurikulum, misalnya, didorong untuk menghasilkan output pada tingkat materi, sehingga anak didik tidak berkesempatan mengembangkan emotional quotion, apalagi spiritual quotion. Emotional quotion dan spiritual quotion adalah potensi kecerdasan yang membimbing anak menghasilkan output dan outcome yang berupa sikap, tingkah laku, budi pekerti, etika moral, pemahaman terhadap norma-norma individu, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Apabila kedua potensi itu tidak dijadikan bagian dari proses pendewasaan anak didik, maka domain pengembangan karakter dan kepribadian terabaikan. Pada sisi eksternal, pengelolaan pendidikan telah memasuki wilayah bisnis. Bercokollah berbagai lembaga pendidikan dari dalam dan luar negeri yang berorientasi pada capaian keterampilan dan keahlian fisikal tertentu tanpa memberikan penghayatan nilai-nilai rohani yang sepadan. Munculnya UU untuk mengatur pelaksanaan penyelenggaraan lembaga pendidikan yang berbasis nirlaba mendapat tantangan hebat dari para pebisnis pendidikan. Ada konsep, program, dan proses yang perlu dikonstruksi kembali dalam sistem pendidikan. Penerapan sistem pendidikan yang transformatif tekstual sejak semula bukan merupakan pola pendidikan yang berkarakter. Aspek memorial bukannya tidak penting, tetapi bukan pula kemampuan menghafal merupakan parameter kecerdasan manusia. Maka, pendidikan yang output-nya untuk dapat mengatasi problem diri dan sosial anak didik (Sam, 2010: 6) semestinya menjadi perhatian secara signifikan.
184
, Vol.8, No. 2, Agustus 2010 : 180 - 202
Pola pendidikan terakhir yang integral dengan realitas sosial ini memerlukan pemikiran dan penanganan serius dari seluruh komponen (keluarga, pemerintah, masyarakat). Pendidikan merupakan proses pembelajaran tingkah laku yang komprehensif dan bukan sekedar transformasi pengetahuan. Untuk melengkapi pola pendidikan yang dapat membentuk karakter dan kepribadian yang unggul, dibutuhkan pola pendidikan terintegrasi antara pemberdayaan kekuatan intelektual kognisi, afeksi, dan spikomotorik, keterhubungan antara kurikulum dan realitas sosial, tercerapnya secara maksimal keteladanan para pendidiknya. Perlu dirumuskan apa dan bagaimana pendidikan karakter yang integral dengan realitas sosial. Urgensinya, bahwa karakter bukan sekedar ciri khusus yang dimiliki setiap individu, tetapi karakter yang melingkupi aspek khas yang menyeluruh dari individu sebagai bagian dari konteks sosioantropologis yang menjadi latar belakang kehidupan menyeluruhnya. Sosioantropologis berarti mencakup seluruh tingkah laku yang mencerminkan kebudayaan menyeluruh. Jadi, pendidikan karakter mengupayakan potensi cipta, rasa, dan karsa peserta didik untuk bisa mampu: mengerti, memahami, menghayati, dan melaksanakan kompleksitas tata nilai kebudayaannya sebagai cara manusia menuju cita-cita kehidupan yang lebih baik, vertikal dan horisontal, yang imanensial dan yang transendental, yang material dan spiritual. Pendidikan karakter adalah usaha mendewasakan individu dengan cara memfasilitasi peserta didik untuk tahu nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat secara umum, memahami dan menghayati secara baik dan benar nilai-nilai yang telah dimengerti. Pada tingkat capaian, peserta didik kemudian tumbuh kesadarannya untuk mau melaksanakan nilai-nilai tersebut, sehingga benar-benar melaksanakan nilai-nilai dalam tindakan nyata (Muntoha, 2010: 6). Pendidikan karakter, dengan demikian, tidak cukup dengan transfer of knowledge yang kognitif, tetapi menyeluruh pada transfer of emotional dan spiritual yang afektif dan psikomotorik. Dalam melaksanakan pendidikan yang demikian sebenarnya ahli pendidikan telah merumuskan berbagai bentuk kurikulum. Pada Kurikulum 1947 pendidikan budi pekerti dimasukkan pada Kurikulum Sekolah Dasar, tetapi tidak pada Kurikulum SMP dan SMA/SMK. Pada Kurikulum 1964 pendidikan budi pekerti dirangkum menjadi budi pekerti/agama. Pendidikan kewarganegaraan yang dikenal sebagai mata pelajaran civic juga masuk dalam Kurikulum 1964. Kurikulum 1974 (masa Orde Baru) memasukkan Pendidikan Moral Pancasila sebagai pendidikan karakter kebangsaan sangat ketat. Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Lihat P4, GBHN, UUD 1945: 1978) selalu diusahakan untuk membentuk watak dan karakter bangsa. Selanjutnya, lahir Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada tingkat pendidikan dasar dan menengah KBK disempurnakan lagi menjadi Kurikulum
Prosedur Pengembangan BahanKarakter.... Ajar Seni (Wahyudiyanto) ....(Ardipal) Peran Seni Dalam Pendidikan
185 205
Tingkat Pelajaranpada (KTSP) yang maka berorientasi pada cara belajar itu hanyaSatuan berkonsentrasi ceramah, hanya aspek kognitif sajatuntas yang dengan standar Jika yang pembelajaran terukur. Seni musik budayahanya mendapatkan porsi latihan seimbang dan dikembangkan. memberikan praktik perlakuan sebagai satuan mata Namun, banyak melihat bermusik, yang makasama aspek keterampilan saja pelajaran. yang dikembangkan. Jikapakar memberikan kurikulum tersebut overload, dimaksudkan satuan sangat padat, ceramah dan latihanmasih saja dalam pembelajaran musik, makapelajaran pengembangan aspek sehingga peserta tidak mempunyai kesempatan belajar,untuk atau pengetahuan dandidik keterampilan saja juga dipandangbermain tidak untuk mencukupi rekreatif relaksasi yang masih dalam wilayah belajar.satu lagi ranah pembelajaran memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran. Idealnya Demikian halnya dengan yang soal ujiannya difokuskan pada aspek yang harus dipenuhi untuk ikutUnas dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah kognitif, peserta didik tidak berkesempatan mata pelajaran yang dasar adalah pengembangan aspek afektif,untuk yaitumendalami pengembangan sikap, mental mengarah padaanak nilai spiritual, dan psikomotorik secara Anakuntuk didik dan perilaku melalui intuitif, pendidikan seni. Penelitian inileluasa. bertujuan disibukkan mengerjakan soal-soalpengembangan mata pelajaranbahan pokokajar dengan mempelajariuntuk secaralatihan mendalam tentang prosedur seni berbagai cara. Ini sebuah modeldasar. pendidikan yang menciptakan kondisi genting musik berbasis CTL di sekolah beberapa teori yangtampak mendasari tulisanreaksi ini, diantaranya: (1) konsep denganAda situasi yang mencekam, bagaimana akibat hasil Unas tahun belajar musik di sekolah dasar; (2) model pembelajaran CTL; dan (3) konsep 2010. bahan Ketika ajar; (4)anak prosedur pengembangan. dinyatakan lulus ujian, kegembiraan diungkapkan melalui Pertama, konsep belajar dasar juga merupakan sebuah corat-coret di sembarang tempat,musik konvoididisekolah jalan raya tanpa mengindahkan aturan proses yang peserta didik dengan pola bermain berlalu lintasmembelajarkan dan berujung tawuran antarsekolah ketikabermain bertemuatau dalam satu sambil belajar yang dapat menghasilkan sebuah ekspresi diri dalam bentuk momen konvoi. Sebagian siswa kedapatan minum-minuman keras. Bahkan, pada musik sebelumnya dan lagu sederhana (Depdikbud, 2005:melakukan 18). Sedangkan Istadiantarpelajar. (2005: 11) tahun mereka tertangkap tengah seks bebas mengemukakan pembelajaran musik di kelulusan sekolah dasar dengan atau Semua itu dilakukan untuk merayakan mereka yangmusik justruvokal melewati bernyanyi pada hakikatnya juga terkait dengan pembangunan psikologis batas kewajaran. Sungguh paradoks harapan dan kenyataan pendidikan kita. dan fisiologis dalam arti pengembangan otak kiri mereka dan otak kanan. Banyak pakar Sebaliknya, anak didik yang tidak lulus, histeris dalam kesedihan. sepakat bahwa otak kanan, yang memiliki spesifi kasi berpikir dan mengolah data Trauma pada sekolah dan pelajaran-pelajaran yang menghantui pikirannya. seputar perasaan, emosi, dan seni. Depresi berat menghadapi psikososial mereka. Anak didik semakin tidak memiliki modelpergaulan. pembelajaran (Constextual Teaching and percayaKedua, diri dalam Kasuskonstekstual tragisnya adalah bunuh diri. Hal yang Learning), merupakan konsep belajar yang membantu guru yang mengaitkan demikian terjadi sebagai akibat capaian tertinggi pendidikan hanya diukur melalui antara bahan/materi yangpada diajarkannya dengan situasi dunia nyata pebelajar standar kelulusan UN ranah kognisi saja, sementara aspek afeksi dan dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya psikomotorik tidak terbangun sejak awal secara seimbang. denganDalam penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan sejarah pendidikan dunia dapat dipetik banyak pelajaran berharga masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna perihal pendidikan karakter. Setiap periode yang dilalui selalu meninggalkan jejak bagi pembelajar. Pembelajaran konteksual adalah belajar yang membantu pengetahuan perihal model, cara, dan substansi isikonsep pendidikan karakter, sehingga pengajar mengaitkan antara bahan/materi yang diajarkanya dengan situasi dunia tercermin kelemahan dan keunggulan masing-masing. Hal itu dapat dipetik nyata belajar dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara pengetahuan manfaatnya untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya. yang demikian dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuan komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstrutivisme, PENDIDIKAN KARAKTER PRA-MODERN bertanya, menemukan, masyarakat belajar, dan penilaian Pendidikan karakter dekade awal ataupemodelan jauh sebelumnya, periodesebenarnya. pendidikan Penyusunan desain program pembelajaran berbasis CTL sebagai karakter model kuno, telah dimulai dengan menurunkan secaraadalah bahasa tutur berikut: (a) nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan perihal berbagai mitos yang tumbuh berkembang di masyarakat. Homerus adalah kegiatan pujangga pembelajarYunani yang merupakan gabungan antara kompetisi materi/ seorang Kuno yang menampilkan pendidikandasar, aristokratis bahan pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar, (b) nyatakan tujuan kunonya dengan membacakan baris-baris puisi yang menampilkan tokoh-tokoh umum pembelajaran, (c) rincian media untuk mendukung kegiatan itu, (d) pahlawan sebagai manusia ideal.
184 204
, ,Vol.8, 180 - 216 202 Vol. 8,No. No.2,2Agustus Agustus 2010 : 203
Pola seni pendidikan yang integral dengan realitasrasa sosial ini pendidikan maupun terakhir seni musik kepada prinsip memberikan berseni memerlukan danpengembangan penanganan serius dari seluruh komponen (sense of art)pemikiran dalam upaya aspek pendidikan yang lebih(keluarga, humanis pemerintah, masyarakat). Pendidikan merupakan proses pembelajaran tingkah (berkemanusiaan) pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan laku yang komprehensif dan bukan sekedar transformasi pengetahuan. Untuk dasar yang berimbang. melengkapi yang pembelajaran dapat membentuk kepribadian Oleh pola sebabpendidikan itu, implikasi seni karakter musik didan sekolah dasar yang unggul, kurang dibutuhkan pendidikanpendidik terintegrasi antara pemberdayaan akan menjadi tepat pola jika digunakan untuk menitikberatkan isi kekuatan intelektual kognisi, afeksi,pengetahuan dan spikomotorik, keterhubungan antara pembelajaran pada pengembangan dan keterampilan seni musik kurikulum dan didik, realitasyang sosial, tercerapnya secara maksimal keteladanan para kepada peserta ujung-ujungnya menyebabkan peserta didik dapat pendidiknya. memainkan alat musik dan bernyanyi. Sesungguhnya tidak ada larangan untuk Perlupeserta dirumuskan apa dan bermain bagaimana pendidikan karakter yang integral menjadikan didik terampil musik dan bernyanyi di sekolah dasar. dengan sosial.dari Urgensinya, bahwaitu karakter bukan sekedar ciri khusus yang Namun realitas jika tujuan pembelajaran lebih bersifat pemaksaan kehendak pendidik setiap dan bukan sebagai saluran aspiratif kemauan aspek dan kesanggupan dimiliki individu, tetapi karakter yangdari melingkupi khas yang peserta didik,dari dan individu apalagi bermain dianggap sebagaisosioantropologis capaian tujuan belajar menyeluruh sebagaimusik bagian dari konteks yang yang harus dikuasai olehkehidupan seluruh peserta didik, makaSosioantropologis hal inilah yang menjadi menjadi latar belakang menyeluruhnya. berarti kurang tepatseluruh untuk peserta dasar yang akibatnya di kemudian hari mencakup tingkah didik laku sekolah yang mencerminkan kebudayaan menyeluruh. menjadi tidak baik. Jadi, pendidikan karakter mengupayakan potensi cipta, rasa, dan karsa peserta Salahbisa satu strategi yang dianggap cocok dalam didik untuk mampu:pembelajaran mengerti, memahami, menghayati, danpengembangan melaksanakan perangkat pembelajaran dan dianggap mampu dalam pemahaman kompleksitas tata nilai kebudayaannya sebagai carameningkatkan manusia menuju cita-cita peserta didik terhadap materi yang adalah adalah pendekatan kehidupan yang lebihkonsep baik, vertikal dan dipelajarinya horisontal, yang imanensial dan yang pembelajaran berbasis CTL Contextual Teaching and Learning. CTL merupakan transendental, yang material dan spiritual. konsepPendidikan belajar yangkarakter membantu pendidik mengaitkan antara, dengan materi yang adalah usaha dalam mendewasakan individu cara diajarkannya dan situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong peserta didik memfasilitasi peserta didik untuk tahu nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat membuat hubungan antara dannilai-nilai penerapannya secara umum, memahami danpengetahuan menghayati yang secaradimilikinya baik dan benar yang dalam dimengerti. kehidupan sehari-hari. Dengan konseppeserta CTL inididik diharapkan peserta didik telah Pada tingkat capaian, kemudian tumbuh mampu memahami konsep seni musiknilai-nilai secara benar, sehingga bermakna bagi kesadarannya untuk mau melaksanakan tersebut, sehingga benar-benar peserta didik. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik ”mengalami-sendiri” melaksanakan nilai-nilai dalam tindakan nyata (Muntoha, 2010: 6). Pendidikan apa yang dipelajarinya, dan bukan apaof yang dipelajarinya. karakter, dengan demikian, tidak sekedar cukup ”mengetahui” dengan transfer knowledge yang Dengan berlangsungnya proses pembelajaran secara alamiah dalam bentuk kognitif, tetapi menyeluruh pada transfer of emotional dan spiritual yang afektif kegiatan peserta didik yangmelaksanakan bekerja dan mengalami diharapkan transfer dan psikomotorik. Dalam pendidikansendiri, yang demikian sebenarnya pengetahuan dari pendidik ke peserta didik dapat digantikan dengan proses ahli pendidikan telah merumuskan berbagai bentuk kurikulum. Pada Kurikulum pembelajaran secara 1947 pendidikan budiaktif. pekerti dimasukkan pada Kurikulum Sekolah Dasar, tetapi Berangkat dari SMP indikasi di atas, amat disayangkan jika tidak pada Kurikulum dan permasalahan SMA/SMK. Pada Kurikulum 1964 pendidikan pembelajaran musik di sekolah dasar selama ini lebih banyak menggunakan budi pekerti dirangkum menjadi budi pekerti/agama. Pendidikan cara atau modelyang pembelajaran konvensional, yaitucivic dengan penggunaan kewarganegaraan dikenal sebagai mata pelajaran juga masuk dalam metode pembelajaran ceramah dan latihan praktik musik semata. Apalagi Kurikulum 1964. Kurikulum 1974 (masa Orde Baru) memasukkan Pendidikan pemberian pengetahuan dan latihan keterampilan itu sangat tidak diiringi dengan Moral Pancasila sebagai pendidikan karakter kebangsaan ketat. Penataran konsep belajar sambil bermain dan pembelajaran yang lebih manusiawi. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Lihat P4, GBHN, UUDMuara 1945: dari kesalahpahaman pembelajaran dengan model pembelajaran 1978) selalu diusahakanperlakuan untuk membentuk watak dan karakter bangsa. konvensional di atas akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan belajar Selanjutnya, lahir Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada tingkat peserta didik sekolah dasar secara berimbang. Jika pembelajaran seni musik pendidikan dasar dan menengah KBK disempurnakan lagi menjadi Kurikulum
Peran Seni Dalam Pendidikan Karakter.... (Wahyudiyanto)
185
Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) yang berorientasi pada cara belajar tuntas dengan standar yang terukur. Seni budaya mendapatkan porsi seimbang dan perlakuan yang sama sebagai satuan mata pelajaran. Namun, banyak pakar melihat kurikulum tersebut masih overload, dimaksudkan satuan pelajaran sangat padat, sehingga peserta didik tidak mempunyai kesempatan bermain untuk belajar, atau rekreatif relaksasi yang masih dalam wilayah belajar. Demikian halnya dengan Unas yang soal ujiannya difokuskan pada aspek kognitif, peserta didik tidak berkesempatan untuk mendalami mata pelajaran yang mengarah pada nilai spiritual, intuitif, dan psikomotorik secara leluasa. Anak didik disibukkan untuk latihan mengerjakan soal-soal mata pelajaran pokok dengan berbagai cara. Ini sebuah model pendidikan yang menciptakan kondisi genting dengan situasi yang mencekam, tampak bagaimana reaksi akibat hasil Unas tahun 2010. Ketika anak dinyatakan lulus ujian, kegembiraan diungkapkan melalui corat-coret di sembarang tempat, konvoi di jalan raya tanpa mengindahkan aturan berlalu lintas dan berujung tawuran antarsekolah ketika bertemu dalam satu momen konvoi. Sebagian siswa kedapatan minum-minuman keras. Bahkan, pada tahun sebelumnya mereka tertangkap tengah melakukan seks bebas antarpelajar. Semua itu dilakukan untuk merayakan kelulusan mereka yang justru melewati batas kewajaran. Sungguh paradoks harapan dan kenyataan pendidikan kita. Sebaliknya, anak didik yang tidak lulus, mereka histeris dalam kesedihan. Trauma pada sekolah dan pelajaran-pelajaran yang menghantui pikirannya. Depresi berat menghadapi psikososial mereka. Anak didik semakin tidak memiliki percaya diri dalam pergaulan. Kasus tragisnya adalah bunuh diri. Hal yang demikian terjadi sebagai akibat capaian tertinggi pendidikan hanya diukur melalui standar kelulusan UN pada ranah kognisi saja, sementara aspek afeksi dan psikomotorik tidak terbangun sejak awal secara seimbang. Dalam sejarah pendidikan dunia dapat dipetik banyak pelajaran berharga perihal pendidikan karakter. Setiap periode yang dilalui selalu meninggalkan jejak pengetahuan perihal model, cara, dan substansi isi pendidikan karakter, sehingga tercermin kelemahan dan keunggulan masing-masing. Hal itu dapat dipetik manfaatnya untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya. PENDIDIKAN KARAKTER PRA-MODERN Pendidikan karakter dekade awal atau jauh sebelumnya, periode pendidikan karakter model kuno, telah dimulai dengan menurunkan secara bahasa tutur perihal berbagai mitos yang tumbuh berkembang di masyarakat. Homerus adalah seorang pujangga Yunani Kuno yang menampilkan pendidikan aristokratis kunonya dengan membacakan baris-baris puisi yang menampilkan tokoh-tokoh pahlawan sebagai manusia ideal.
186
, Vol.8, No. 2, Agustus 2010 : 180 - 202
Sezaman dengan Homerus, Hesiodos adalah sesama pujangga, tetapi mempunyai pandangan yang berbeda terhadap nilai-nilai kepahlawanan. Homerus menilai kepahlawanan adalah para bangsawan, aristokrat sebagai pemimpin dan menang dalam peperangan. Terminologi ini dipandang sebagai manusia ideal dengan berbagai capaian status sosial dan perjuangannya. Hesiodos lebih melihat kepahlawanan sebagai titik-titik perjuangan yang dilakukan oleh setiap manusia. Rakyat jelata pun apabila mampu bekerja keras menghidupi keluarga, berjuang keras untuk keadilan masyarakat di lingkungan dan bangsanya, sebutan pahlawan akan melekat pada orang tersebut. Pahlawan dalam konteks perjuangan manusia terhadap nilai-nilai yang baik dan berbuat adil ini kemudian menjadi rujukan sebagai pendidikan karakter ala Hesiodos. Masa keemasan periode Sparta merujuk pahlawan sebagai manusia ideal. Pada masa ini bangsa dan negara kaya dengan kebudayaan. Kebudayaan seni, kebudayaan ilmu, ekonomi, dan politik berjalan sepadan. Tetapi, merosot ketika nilai kepahlawanan diartikan sekedar perjuangan membela negara. Kepahlawanan model militeristik ini kemudian mematikan pendidikan karakter yang disumbangkan oleh dentingan gitar, petikan harpa, bacaan puisi dan syair-syair terkenal. Kesemarakan dan kekompakan rasa tari dan teater yang banyak disumbangkan oleh para “protagora” yang lebih ritmis dan harmonis mampu menembus jiwa para kawula muda dan membuatnya lebih lembut, membuat mereka mampu menemukan keseimbangan dan harmoni di dalam jiwanya. “Protagora” melihat bahwa seluruh hidup manusia memerlukan keseimbangan dan harmoni. Ketika demokrasi muncul di Athena, di negara itu hadir berbagai cendekiawan dan seniman. Sofis sebagai kependekan dari filosofis, filosof, para sufi, adalah orang yang bijaksana, merupakan idola yang dirujuk menjadi manusia berkarakter. Namun, ketika istilah sofis diterjemahkan secara sempit sekedar sebagai mencetak orang jenius dan unggul, sekedar cakap dalam retorika, kebijaksanaan berubah menjadi kepandaian yang hanya mereduksi manusia sekedar kemampuan tekniknya saja yang tidak mampu melihat manusia dari sudut manusianya sendiri, sehingga aspek kemanusiaan tidak menjadi fokus pembahasan. Socrates kemudian mengangkat kembali martabat manusia sebagai manusia dengan jargon “kenalilah dirimu sendiri”. Manusia adalah jiwanya dan bukan kemahiran bicara dan kemampuan tekniknya semata. Pada era ini pendidikan karakter Atena memiliki nuansa baru. Paradigma Socrates mengembalikan paham pahlawan yang politis militeristik kepada dimensi moralitas manusia. Bahwa manusia melalui ketajaman, kejernihan, dan keutamaan moralitas rohaninya akan sanggup melaksanakan nilai-nilai itu dalam kehidupan nyata. Kebahagiaan adalah tujuan akhir nilai moralitas manusia model
Peran Seni Dalam Pendidikan Karakter.... (Wahyudiyanto)
187 203
Socrates. Tindakan moral adalah tindakan sadar dan bebas kepentingan PROSEDUR PENGEMBANGAN BAHAN AJARdemi SENI MUSIK nilai di dalam dirinya sendiri yangBERBASIS didasari oleh pengetahuan yang benar. Inilah CTL pendidikan karakter model Socrates yang mengedepankan aspek kejiwaan yang ditumbuhkan dengan cara etis, estetis,Ardipal dan bermoral. Plato lebih menegaskan lagi perihal pendidikan karakter. Menurutnya, pendidikan karakter memiliki fungsiAbstract esensial untuk memimpin manusia pada The aim of this research and developmenthanya is to analyze themengejar procedure sukses, keutamaan. Manusia yang menjalani pendidikan untuk to develop the CTL-based music art teaching materials for students of grade 3 rasa hormat, apalagi popularitas dikatakan sebagai sebuah pendidikan yang of elementary schools. The procedure follows Plomp’s development stages. tingkatannya rendah. karakter adalah pendidikan yang bisaand membawa The data were Pendidikan collected through observation, interview, questionaire manusiadocumentation. pada kehidupan yaitushows terjadinya kesatuan antara yang 'baik' The kontemplatif, result of the research that the developed teaching Plomp’s model could kebenaran, optimize the ialah instructional dan yangmaterials 'benar'. which Untukadopted dapat mengontemplasikan ketika mampu process in music art classes in elementary schools. menggabungkan tiga kenyataan penting yang ada dalam diri manusia, yaitu: negara, kebahagiaan dunia, dan kebahagiaan yang mengatasi dunia. Jika manusia Keywords: procedure of development, teaching materials, music art, CTL ingin memelihara jiwanya, ia mesti memelihara dengan baik keharmonisan dari ketiganya. Ideaalisme Plato hanya dapat dilaksanakan dalam konteks kehidupan PENDAHULUAN bersama dalam suatu negara, yaitu kebersamaan dengan semua warga untuk Menyoroti masalah pendidikan seni di sekolah dasar, pada kenyataannya membangun suatu masyarakat yang demokratis. Di dalamnya kebaikan dan tidaklah sesederhana pemikiran jika pendidik mampu mengajak peserta didik keadilan menjiwai setiapatau kehidupan politik dan keterampilan individu warga negara. Nilai bernyanyi, menggambar membuat prakarya pada usia anakmoral,Manakala keutamaanyang jiwa inilah yang mesti pendidikan tampil dalamuntuk kehidupan bersama dalam anak. menjadi pelaku pendidikan seni ini sebuah negara. Dengan nilai keutamaan itu setiap orang dapat berbuat, bertindak adalah peserta didik sekolah dasar, maka karakteristik permasalahannya menjadi bebas,dan dan menarik. bertanggung jawab terhadap kehidupan lain.belajar peserta didik usia unik Dikatakan nik karena potensi Pendidikan karakter Kosmopolitan Hellenes Alexander sekolah dasar yang masih anak-anak itu sangat besar dimulai tapi mestiketika disikapi dengan Agung memenangi perang dengan Dunia Timur. Penaklukan Alexander atas Azio pemahaman psikologi pendidikan yang komprehensif. Keberhasilan mendidik dan Mesir menandai perubahan besar tata sosial politik dikokohnya Yunani, yaitu hancurnya anak usia sekolah dasar merupakan pondasi utama untuk pembangunan negara kota, hilangnya makna kebebasan gaya Yunani, perpecahan identifikasi pendidikan anak sampai dewasa. Dikatakan menarik karena model pembelajaran antarmanusia dan warga negara, penyamaan antara orang-orang Yunani dan orangseni untuk peserta didik sekolah dasar seyogianya berbeda dengan model orang barbar, pengakuan akan kosmopolitanisme sebagai identitas pembelajaran seni di jenjang pendidikan lainnya. Sebagai gambaran awal dapat kewarganegaraan global, peneguhan makna dasar bagi sesungguhnya individu, dan menguatkan pembauran dikatakan bahwa pendidikan seni untuk sekolah kebudayaan Yunani dengan budaya lain, seperti Romawi, barbar, dan lain-lain. sendi-sendi pendidikan anak pada bidang pengetahuan, sikap dan keterampilan Dalamberimbang. hal ini, pendidikan karakter mulai bergerak dari periode Yunani menuju secara humanitas Latin. Adanya kecenderungan sebagian pelaku pendidikan yang menempatkan Idealisme manusia tidak lagi ditemukan sekedar dalam dalam pendidikan seni musik di sekolah dasar sebagai pendidikan yangindividu, dititikberatkan pemeliharaan jiwaketerampilan ala Socrates, merupakan dalam keterlibatan politik ala Plato, yang melainkan pada pendidikan suatu kesalahpahaman bisa manusia ideal berada dalam sebuah dunia yang tergabung secara global melalui berakibat fatal. Masalah ini tidak bisa dianggap sederhana apalagi jika masalah berbagai macam kebudayaan Individu merupakan keterampilan bidang seni musikdunia. ini dikaitkan dengan potensi warga pesertanegara didik didalam kelas kosmos, dunia. Oleh karena itu, mereka akan semakin kaya belum ketika dari segi warga minat negara dan bakat yang serba majemuk, pertumbuhan fisik yang dapat memperkaya diri denganpsikologis khasanah yang berbagai macam tersebut. optimal, serta perkembangan masih pada kebudayaan taraf pengembangan Individu menjadi sempurna dalam keberadaan dirinya sebagai warga negara psikososial-emosional. Itulah sebabnya para pakar pendidikan berkali-kali masyarakat dunia. masadikosmopolitan yang selanjutnya tumbuh dengan mengingatkan paraInilah pendidik sekolah dasar untuk mengembalikan tujuan 203