KESEHATAN
PROPOSAL PENELITIAN HIBAH INTERNAL
PENGARUH TERAPI RELAKSASI SPIRITUAL TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA HIPERTENSI
TIM PENGUSUL Zuliani, S. Kep., Ns1 NIY : 11 011012 204 Athi’ Linda Yani, S. Kep., Ns2 NIPY : 11 011211 205
PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG JUNI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian
:
Pengaruh
Terapi
Reaksasi
Spiritual
Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi. Bidang Ilmu
: Kesehatan.
Ketua Peneliti: a. Nama Lengkap
: Zuliani, S. Kep., Ns
b. Jenis Kelamin
: Perempuan
c. NIPY
: 11 011012 204
d. Jabatan Struktural
:
e. Jabatan Fungsional
: Staf Dosen
f. Fakultas
: Ilmu Kesehatan
g. Alamat Rumah
: Kalikejambon Tembelang
e. Nomor HP
: 085645500060
f. Alamat (e-mail)
:
[email protected]
Jangka Waktu Penelitian
: 6 Bulan
Pembiayaan
: UNIPDU
-
Jombang, 10 Juni 2014 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Peneliti
H. Andi Yudianto, S. Kep. Ns., M. Kes NIY : 01 010901 003
Zuliani, S. Kep. Ns NIPY : 11 011211 204
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP) Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang
Drs. Moh. Yahya Ashari, M.Pd NIPY : 11 010810 157
USULAN PENELITIAN
Judul Penelitian
: Pengaruh Terapi Reaksasi Spiritual Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi.
1) Peneliti a. Nama Lengkap
: Zuliani, S.Kep,Ns
b. Bidang Keahlian
: Kesehatan
c. Jabatan Struktural
:-
d. Jabatan Fungsional
: Staf dosen
e. Unit Kerja
: Fakultas Ilmu Kesehatan
f. Telepon/ Faks
: 085645500060
g. E-mail
:
[email protected]
2) Anggota Peneliti a. Anggota Pertama
: Athi’ Lida Yani, S. Kep., Ns
b. Anggota Kedua
:-
Obyek Penelitian
: Lanjut usia yang mengalami hipertensi
Masa Pelaksanaan Penelitian Pertama 1) Mulai
: Bulan Juli
2) Berakhir
: Bulan September
Anggaran Yang Diusulkan
: 2.000.000
Lokasi Penelitian
: Panthi Werdha Mojopahit Mojokerto
Hasil Yang Ditargetkan
:
PERNYATAAN KESEDIAAN PENELITI UTAMA
Yang beranda tangan di bawah ini : Nama
: Zuliani, S. Kep. Ns
NIP
: 11 011012 204
Fakultas
: Ilmu Kesehatan
Dengan ini menyatakan kesediaan untuk menjadi peneliti utama dan kesediaan meluagkan waktu selama jam/ bulan dalam Penelitian Hibah Internal Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum dengan judul : Pengaruh Terapi Reaksasi Spiritual Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi.
Apabila saya ternyata dikemudian hari tidak memenuhi kesediaan yang telah disebutkan di atas maka saya bersedia diberhentikan keikutsertaannya dari penelitian tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Dibuat di
: Jombang
Pada Tanggal
: 10 Juni 2014
Yang Membuat Pernyataan
Zuliani, S. Kep. Ns NIPY : 11 011211 204
PERNYATAAN KESEDIAAN ANGGOTA PENELITI
Yang beranda tangan di bawah ini : Nama
: Athi’ Linda Yani,S.Kep., Ns
NIP
: 11 011211 205
Fakultas
: Ilmu Kesehatan
Dengan ini menyatakan kesediaan untuk menjadi anggota peneliti dan kesediaan meluagkan waktu selama jam/ bulan dalam Penelitian Hibah Internal Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum dengan judul : Pengaruh Terapi Reaksasi Spiritual Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi.
Apabila saya ternyata dikemudian hari tidak memenuhi kesediaan yang telah disebutkan di atas maka saya bersedia diberhentikan keikutsertaannya dari penelitian tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Dibuat di
: Jombang
Pada Tanggal
: 10 Juni 2014
Yang Membuat Pernyataan
Athi’ Linda Yani,S.Kep., Ns NIPY: 11 011211 205
PERNYATAAN PENELITI UTAMA
Yang beranda tangan di bawah ini : Nama
: Zuliani, S. Kep. Ns
NIP
: 11 011012 204
Fakultas
: Ilmu Kesehatan
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengajukan Proposal Penelitian Hibah Internal Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum dengan judul : Pengaruh Terapi Reaksasi Spiritual Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi.
Proposal diatas belum pernah dibiayai dan tidak sedang diajukan untuk dibiayai oleh instansi lain. Saya bersedian menjadi peneliti utama dan meluagkan waktu selama jam/ bulan dalam penelitian yang saya usulkan tersebut di atas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Dibuat di
: Jombang
Pada Tanggal
: 10 Juni 2014
Yang Membuat Pernyataan
Zuliani, S. Kep. Ns NIPY : 11 011211 204
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii USULAN PENELITIAN ................................................................................ iii PERNYATAAN KESEDIAAN PENELITI UTAMA .................................. iv PERNYATAAN KESEDIAAN ANGGOTA PENELITI ............................ v PERNYATAAN PENELITI UTAMA .......................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... vii RINGKASAN ................................................................................................. viii
BAB 1
BAB 2
: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 1.5 Target Lauaran ........................................................................
1 3 3 4 4
: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia ……………………………………………………….. 2.2 Tekanan Darah ......................................................................... 2.3 Hipertensi Pada Lansia……………………………………..... 2.4 Relaksasi................................................................................... 2.5 Relaksasi Spiritual .................................................................. 2.6 Pengaruh Terapi Relaksasi Spiritual Terhadap Penurunan Tekanan Darah……………………………………………...
16
: METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ..................................................................... 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 3.3 Variabel Penelitian ................................................................... 3.4 Instrumen dan Bahan Penelitian ............................................... 3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 3.6 Metode Pengumpulan dan Analisa Data ................................. 3.7 Tahapan Penelitian ..................................................................
18 18 18 19 19 19 15
: JADWAL PELAKSANAAN ......................................................
21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN - LAMPIRAN
22
BAB 3
BAB 4
5 7 10 12 15
RINGKASAN Hipertensi merupakan penyakit yang sering diderita oleh Lanjut Usia. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Salah satu terapi yang terbukti dapat menurunkan tekanan darah adalah terapi relaksasi. Namun penelitian tentang terapi relaksasi dengan pendekatan spiritual belum dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa terapi relaksasi spiritual dapat menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi. Metoda Penelitian menggunakan The Randomized Pre-testPost-test control group desain. Diteliti masing-masing kelompok 10 responden yang dipilih secara ramdom sesuai dengan kriteria penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 1 perlakuan yaitu; terapi relaksasi spiritual yang dilakukan selama 30 menit 3 X dalam seminggu. Sedangkan kelompok kontrol responden istirahat dan rileks biasa. Penurunan tekanan darah dievaluasi sebelum perlakukan, segera setelah perlakuan selama 1 minggu. Analisa perbedaan penurunan kadar glukosa darah antara perlakuan di analisa menggunakan uji T Test dengan signifikansi statistik ditentukan jika nilai P<0.05. Kata kunci : Terapi relaksasi Spiritual, Tekanan darah, Lansia Hipertensi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi merupakan penyakit yang umumnya tidak menunjukkan gejala atau apabila ada gejalanya tidak jelas, sehingga tekanan yang tinggi di dalam arteri sering tidak dirasakan oleh penderita (Iskandar, 2010). Tekanan darah tinggi dianggap sebagai faktor resiko utama bagi berkembangnya penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler pada orangorang yang telah lanjut usia, hal ini disebabkan ketegangan yang lebih tinggi dalam arteri sehingga menyebabkan hipertensi. Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah cenderung meningkat. Selain itu penyebab hipertensi pada lansia juga disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam (Jain, 2011).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi ditandai dengan meningkatnya tekanan darah secara tidak wajar dan terus-menerus karena rusaknya salah satu atau beberapa faktor yang berperan mempertahankan tekanan darah tetap normal (Jain, 2011). Badan kesehatan dunia atau WHO (world health organization) juga memberikan batasan bahwa seseorang, dengan beragam usia dan jenis kelamin, apabila tekanan darahnya berada pada satuan 140/90 mmHg atau diatas 160/90 mmHg, maka sudah dapat dikatagorikan sebagai penderita hipertensi (Rusdi dan Nurlaena Isnawati, 2009).
Berdasarkan data WHO, setiap tahunnya penyakit hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa penduduk di seluruh dunia. WHO juga telah memperkirakan bahwa jumlah pengidap hipertensi akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2025 yang akan
datang, ada sekitar 29 persen jiwa di dunia yang terserang hipertensi. Di Indonesia, Hipertensi telah membunuh sebanyak 1,5 juta jiwa setiap tahunnya.
Menurut Beech dkk (dalam Subandi, 2009), menyebutkan ketegangan merupakan kontraksi serabut otot skeletal, sedangkan relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot tersebut. Pada waktu orang mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah system syaraf simpatis, sedangkan pada waktu rileks yang bekerja adalah sistem syaraf parasimpatis. Relaksasi berusaha mengaktifkan kerja syaraf parasimpatis (Bellack & Hersen, serta Prawitasari dalam Subandi, 2002). Keadaan rileks akan mengendurkan otot dan melatih individu mengaktifkan kerja sistem syaraf parasimpatis sebagai counter aktivitas sistem syaraf simpatis (Kalat, 2007).
Beberapa penelitian menunjukkan efektivitas teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan otot sehingga tekanan darah menurun (Hadi, 2010; Hoiron, 2010), menurunkan nyeri (Zuliani, 2010), insomnia (Hidayati, 2010). Relaksasi merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk membantu manusia belajar mengurangi atau mengontrol reaktivitas fisiologis yang menimbulkan masalah bagi dirinya (McNeil & Lawrence, 2002). Tujuan relaksasi adalah untuk mengurangi tingkat gejolak fisiologis individu dan membawa individu ke keadaan yang lebih tenang baik secara fisik maupun psikologis (Rout & Rout,2002).
Relaksasi sebagai salah satu teknik yang telah terbukti dapat mereduksi kecemasan pada berbagai subjek juga telah terbukti efektif menurunkan tekanan darah. Namun demikian, hal yang selama ini belum pernah diteliti adalah penerapan teknik relaksasi untuk menurunkan tekanan darah yang melibatkan unsur spiritualitas. Padahal faktor spiritual adalah faktor penting yang juga mempengaruhi proses penyembuhan dan intervensi psikologis. World Health Organization (WHO) pada tahun 1984 (dalam Hawari, 2005) menyatakan bahwa kesehatan manusia seutuhnya ditunjukkan oleh empat hal, yaitu sehat secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Witmer dan Sweeney (dalam Burke, Chauvin, & Miranti., 2005) menyatakan bahwa elemen spiritual dalam diri
manusia, mengintegrasikan dan mempersatukan elemen kebutuhan fisik, emosi, dan
intelektual
di
dalam
tubuh
manusia
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangannya. Selain itu, Prest dan Keller (dalam Blume, 2006) menyatakan bahwa proses intervensi terhadap klien yang mempertimbangkan keyakinan agama yang dianut menjadi penting untuk menghindari resistensi apabila proses yang dilakukan dirasakan klien sebagai suatu hal yang berbeda dengan aturan agama yang diyakininya. Bagi umat Muslim, keimanan yang penting salah satunya adalah percaya pada wahyu Allah sebagai sumber pengetahuan yang sempurna (Hasan, 2006).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penanganan penurunan tekanan darah pada hipertensi upaya peningkatan taraf kesehatan lansia di Indonesia adalah hal yang sangat penting. Relaksasi selama ini telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Selanjutnya, penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi yang dikombinasikan dengan unsur spiritual dan religius dirasa perlu untuk semakin mengoptimalkan penanganan penurunan tekanan darah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Terapi Relaksasi Spiritual Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Apakah Ada Pengaruh Terapi Relaksasi Spiritual Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi?”.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Mengidentifikasi Tekanan Darah Lanjut Usia Hipertensi Sebelum dan Sesudah Terapi Relaksasi Spiritual. 1.3.2 Menganalisis Pengaruh Terapi Relaksasi Spiritual Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan sumber kepustakaan di bidang lansia tekanan darah (hipertensi), perkembangan ilmu pengetahuan khususnya peran perawat sebagai pendidik, serta dapat memberikan gambaran atau informasi ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya terutama di bidang kesehatan.
1.4.2 Aplikasi Digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menanggulangi tekanan darah tinggi (Hipertensi) dan dapat memberi masukan kepada masyarakat dalam pemberian penanganan yang lebih efektif untuk mengatasi tekanan darah tinggi (Hipertensi) secara nonfarmakologi yang cukup efektif dan efisien.
1.5 Target Luaran Publikasi Jurnal Penelitian Jurnal Eduhealth Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang tahun 2014.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia 2.1.1 Definisi lansia Menua atau menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologi maupun psikologi. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dalam kematian (WHO, 2008). Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof.Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono (2010) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses terus - menurus atau berkelanjutan secara alami dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Misalnya: terjadinya kehilangan pada otak, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh ”mati” sedikit demi sedikti. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semangkin banyak penyakit degenerative (misalnya: hipertensi, arteriosklerosis, diabetes melitus, dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis, misanya: stroke, inframiokard, koma asidotik, kanker metastasis, dan sebagainya (Bandiyah, 2009).
2.1.2 Klasifikasi dan karakteristik lansia Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas, 2) Kelompok usia
lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium, 3) Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) senium. Sedangkan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut ini:1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, 2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, 3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun, 4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Menurut Keliat dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan) 2. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif 3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
2.1.3 Perubahan yang terjadi pada lansia Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Santoso, 2009): 1. Perubahan kondisi fisik Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,
penglihatan,
kardiovaskuler,
sistem
pengaturan
tubuh,
muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen. 2. Perubahan kondisi mental Pada umumnya lansia mengalami penurunann fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan. Dari segi mental dan emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Hal ini bisa meyebabkan lansia mengalami depresi. 3. Perubahan psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. 4. Perubahan kognitif Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran, dan kemampuan verbal akan menetap bila tidak ada penyakit yang menyertai. 5. Perubahan spiritual Menurut Maslow (1970), agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannnaya, hal ini terlibat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970). Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer Universalizing (1978), perkembangn yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
2.2 Tekanan Darah 2.2.1 Pengertian dan faktor- faktor yang mempengaruhi tekanan darah Tekanan darah adalah kekuatan yang di hasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton, 2008). Tekanan darah sistolik merupakan tekanan darah yang terjadi pada saat ventrikel kiri jantung berkontraksi (sistolik). Darah mengalir dari jantung ke pembuluh darah sehingga pembuluh darah teregang maksimal. Pada pemeriksaan fisik bunyi “lup” pertama yang terdengar adalah tekanan darah sistolik (korotkoff I). tekanan darah sistolik pada orang normal rata-rata 120 mmHg.
Tekanan darah diastolic merupakan tekanan darah yang terjadi pada saat jantungberelaksasi (diastolik). Pada saat diastolic, tidak ada darah yang mengalir dari jantung ke pembuluh darah sehingga pembuluh darah dapat kembali ke ukuran normalnya sementara darah di dorong ke bagian arteri yang lebih distal. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah diastolic dapat ditentukan melalui bunyi “dup” terakhir yang terdengar (korotkoff V) pada orang normal, rata-rata diastolik adalah 80 mmHg (Ronny, 2009).
Faktro - faktor yang mempertahankan tekanan darah adalah sebagai berikut : 1. Kekuatan memompa jantung, berkontraksinya otot jantung memompa darah, yang masuk sewaktu diastolik, keluar dari ruang-ruangnya 2. Banyaknya darah yang beredar, untuk membuat tekanan dalam suatu susunan tanung maka perlu tabung di isi sepenuhnya. Oleh Karen adiding pembuluh darah adalah elastic dan dapat mengembung, maka harus di isi lebih supaya dapat di bangkitkan suatu tekanan. Pemberian cairan seperti: plasma atau garam akan menyebabkan tekanan naik lagi. 3. Viskositas darah, viskositas (kekentalan) darah disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang berada didalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua factor ini akan merubah tekanan darah. Besarnya geseran yang ditimbulkan oleh cairan terhadap dinding tabung yang dilaluinya berbedabeda sesuai dengan viskositas cairan. Makin pekat cairan makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorong pembuluh darah. 4. Elastisitas dinding pembuluh darah Di dalam arteri tekanan darah lebih besar dari yang adadalam vena seab otot yang membungkus arteri lebih elastic dari pada yang ada pada vena. 5. Tahanan tepi Tahanan tepi (resistensi perifer) adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir dalam pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam system sirkulasi besar berada di dalm arteriol. Dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat ini. Arteriol juga menghaluskan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan tidak kelihatan di dalam kapiler dan vena (Pearce, 2001). 2.2.2 Pengaturan tekanan darah 1. Pengaturan saraf Pusat vasomotorik pada medulla otak mengaturtekanan darah. Pusat kardiokselerator dan kardioinhibitor mengatur cuarah jantung a. Pusat vasomotorik
1) Tonus vasomotorik merupakan stimulasi tingkat rendah yang terus menerus pada serabut otot polos dinding pembuluh. Tonus ini mempertahankan tekanan darah melalui vasokontriksi pembuluh. 2) Pertahanan tonus vasomotorik ini dilangsungkan melalui implus dari serabut saraf vasomotorik yang merupakan serabut eferen saraf simpatis pada system saraf otonom. 3) Vasodilatasi biasanya terjadi karena pengurangan implus vasokonstriktor. Pengecualian hanya terjadi hanya pada pembuluh darah di jantung dan otak a) Pembuluh darah di jantung dan otak memiliki reseptor-reseptor beta adrenergic, merespon epineprin yang bersirkulasi dan yang dilepas oleh medulla adrenergic. b) Mekanisme ini memastikan suplai darah yang cukup untuk organ-organ vital selama memegangkan yang menginduksi stimulasi saraf simpatis dan vasokonstriksi di suatu tempat pada tubuh. c) Stimulasi parasimpatis menyebabkan vasodilatasi pembuluh hanya di beberapa tempat, misalnya pada jaringan erektil genetalia dan kelenjer saliva tertentu. b. Pusat akselerator dan inhibitor jantung serta baroreseptor aorta dan karotis, yang menagtur tekanan darah melalui SSO
2. Pengaturan kimia dan hormonal a. Bahan vasokontriktor 1) Norepineprin dan epineprin Norepineprin terutama adalah bahan vasokontriktor yang amat kuat, sedangkan epineprin tidak begitu kuat dan pada beberapa keadaan bahkan menyebabkan vasodilatasi ringan, yang kadang-kadang terjadi pada jantung untuk mendilatasikan arteri koronarius selama peningkatan aktivitas jantung 2) Angiotensin Angiotensin adalah salah satu bahan vasokontriktor paling kuat. Sedikit saja seperti sepersepuluh juta gram dapat meningkatkan tekanan arteri manusia 50 mmHg atau lebih. Pengaruh angiotensin adalah untuk memperkuat konstriksi arteri kecil. Angiotensin dalam darah secara normal bekerja secara bersamaan
pada seluruh arteriol tubuh untuk meningkatkan tahanan perifer total, dengan demikian meningkatkan tekanan arterial.
3) Vasopressin Vasopressin juga disebut hormon antidiuretic, bahkan lebih kuat dari pada angiotensin sebagai vasokonstriktor. Jadi kemungkinan bahan vasokonstriktor paling kuat dari tubuh. Bahan ini di bentuk di hipotalamus, tetapi di angkut menuruni pusat akson saraf ke glandula hipofisis posterior dan akhirnya disekresi dalam darah 4) Endotelin Endotelin merupakan vasokontriktor yang kuat dalam pembuluh darah yang rusak. Bahan ini terdapat di sel-sel endotel pada seluruh atau sebagian besar pembuluh darah. Rangsangan yang biasa untuk pelepasan bahan ini adalah dengan terjadinya kerusakan pada endotel. b. Bahan vasodilator 1) Bradikinin 2) Serotonin 3) Histamine 4) prostaglandin 2.3 Hipertensi Pada Lansia 2.3.1 Pengertian Hipertensi Menurut Baradero (2008), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90 mmHg. Sedangkan menurut Wirawan (2013) Penyakit darah tinggi atau hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Anies, 2006).
Menurut Santoso (2010), Hipertensi menunjukkan kondisi dimana aliran darah pada arteri bertekanan terlalu tinggi untuk tubuh yang sehat. Hipertensi sama untuk semua golongan umur dan pengobatannya didasarkan bukan atas umur akan tetapi pada tingkat tekanan darah dan adanya resiko kardiovaskuler yang ada pada pasien. Hipertensi sistolik terisolasi bentuk hipertensi yang paling menonjol pada lansia, definisinya jika tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dengan tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah (Potter dan Perry, 2005). 2.3.2
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Pada Lansia
Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia adalah : 1. Renin : Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal), mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah. 2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan garam : Dengan bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus. 3. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer : Akibat proses menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang
mengakibatkan
hipertensi sistolik. 4. Perubahan ateromatous : Akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. 2.3.3
Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 : Klasifikasi Hipertensi pada Orang Dewasa Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO Tahun 1999 Tekanan sistolik Tekanan diastolik Kategori (mmHg) (mmHg) Tensi optimal Tensi normal
< 120 < 130
< 80 < 85
Tensi normal tinggi Tingkat 1 : hipertensi ringan Subgroup: batas Tingkat 2 : hipertensi sedang Tingkat 3 : hipertensi berat Hipertensi sistolik isolasi Subgroup: batas Tingkat 4 : hipertensi maligna Sumber : Junaidi (2010)
130-139 140-159 140-149 160-179 180-209 > 140 140-149 > 210
85-89 90-99 90-94 100-109 110-119 < 90 < 90 > 120
Sementara itu, seorang bapak ilmu penyakit dalam Kaplan memberikan batasan atau ukuran-ukuran tertentu dalam memutuskan orang dikatakan menderita hipertensi atau tidak. Batasan ini didasarkan terutama pada perbedaan usia dan jenis kelamin masing-masing orang. Kaplan membuat ketentuan semacam ini : 1. Seorang pria yang berusia < 45 tahun dapat dikatakan menderita hipertensi apabila tekanan darahnya pada waktu istirahat > 130/90 mmHg. 2. Seorang pria berusia > 45 tahun juga dapat dikatakan menderita hipertensi apabila tekanan darahnya > 145/95 mmHg. 3. Bagi seorang wanita yang tekanan darahnya > 160/95 mmHg, maka dinyatakan hipertensi (Santoso, 2010).
2.3.4
Komplikasi Hipertensi
Adapun komplikasi hipertensi di antanya: 1) Menyebabkan aterosklersis sehingga mempercepat terjadinya penyakit jantung iskemik; 2) Gagal jantung; 3) System saraf menyebabkan perdarahan intraserebral; 4) Ginjal menyebabkan glomerulus atau nekrosis, proteinuria; 5) Gangguan penglihatan; 6) Gangguan neurology; 7)Gagal
jantung;
8)
Gangguan
fungsi
ginjal;
9)
Gangguan
serebral;
10)Tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara.
2.4 Relaksasi 2.4.1
Pengertian Relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan mental sehingga menjadi rileks (Suryani,2000). Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2006). Adapun pendapat Benson (Buchori, 2008) Relaksasi adalah prosedur empat
langkah yang melibatkan: (1) menemukan suasana lingkungan yang tenang; (2) mengendorkan otot-otot tubuh secara sadar; (3) selama sepuluh sampai dua puluh menit memusatkan diri pada perangkat mental; (4) menerima dengan sikap yang pasif terhadap pikiran-pikiran yang sedang bergolak.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki. Dengan kendornya otot-otot tubuh, yang tegang menjadi rileks (santai), maka akan tercipta suasana perasaan yang tenang dan nyaman. Perasaan yang tenang dan nyaman akan menopang lahirnya pola pikir dan tingkah laku yang positif, normal dan terkontrol pula.
2.4.2
Manfaat Relaksasi
Menurut Agras (dalam Prawitasari 2011), relaksasi dapat digunakan untuk mengatasi dan mengurangi tekanan darah tinggi, sakit kepala termasuk migraine. Selain itu relaksasi juga efektif untuk mengatasi insomnia dan penyakit yang menyerang system vascular. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Irvine et al (1986) menjelaskan bahwa relaksasi lebih unggul dibandingkan kegiatan fisik ringan dalam mengurangi tekanan darah tinggi. Untuk pasien post-miokardial infraksion, relaksasi juga dapat digunakan untuk mengatasi situasi yang membuat tegang, seperti berbicara di muka public (Gatchel, Gaffney, dan Smith dalam Prawitasari 2011). Menurut Burn (dikutip oleh Beech dkk, 1982) melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan relaksasi, antara lain: 1. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan karena adanya stress 2. Masalah-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi 3. Mengurangi tingkat kecemasan
4. Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi
yang menimbulkan
kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara atau sebagainya 5. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering terjadi selama periode stress, misalnya naiknya jumlah rokok yang dihisap, konsumsi alkohol, pemakaian obat-obatan, dan makanan yang berlebih-lebihan 6. Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan penampilan fisik 7. Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi dengan menggunakan ketrampilan relaksasi 8. Kesadaran diri tentang keadaan fisiologis seseorang dapat meningkat sebagai hasil dari relaksasi, sehingga memungkinkan individu untuk menggunakan ketrampilan relaksasi untuk timbulnya rangsangan fisiologis 9. Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dalam operasi, seperti pada persalinan yang alami, relaksasi tidak hanya mengurangi kecemasan tetapi juga memudahkan pergerakan bayi melalui cervix 10. Konsekuensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah bahwa tingkat harga diri dan keyakinan diri individu meningkat sebagai hasil kontrol yang meningkat terhadap reaksi stress 11. Meningkatkan hubungan antar personal
2.4.3 Jenis-jenis relaksasi Ada bermacam-macam jenis relaksasi antara lain relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera, relaksasi melalui hipnosa, yoga, dan meditasi. 1. Relaksasi otot Relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi ketegangan dengan cara melemaskan badan. dalam latihan relaksasi otot individu diminta menegangkan otot dengan ketegangan tertentu dan kemudian diminta untuk mengendurkannya. Sebelum dikendorkan penting dirasakan ketegangan tersebut sehingga individu dapat membedakan antara otot tegang dengan otot yang lemas. 2. Relaksasi kesadaran indera
Dalam teknik ini individu dapat diberi satu-persatu seri pertanyaan yang tidak dijawab secara lisan tetapi untuk dirasakan sesuai dengan apa yang dapat atau tidak dapat dialami individu pada waktu intruksi diberikan. 3. Relaksasi melalui hipnosa, yoga, dan meditasi Metode ini merupakan suatu tehnik latihan yang digunakan untuk meningkatkan kesadaran yang selanjutnya membawa proses mental lebih terkontrol secara dasar. Selanjutnya tujuan dari latihan ini ada dua yaitu pertama agar seseorang dapat memiliki insight yang paling dalam tentang proses mental didalamnya, insight tentang kesadaran identitas dan realitas, kedua seseorang memperoleh perkembangan kesejahteraan psikologis dan kesadaran yang optimal.
Hipnosa
Hipnosa adalah kondisi yang menyerupai tidur lelap tapi lebih aktif, saat seseorang memiliki sedikit keinginan tahu dari dirinya dan bertindak menurut sugesti dari orang yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut. Hipnosa adalah sebuah teknik yang lebih dikenal luas tetapi masih kurang dipahami, hipnosa didefinisikan sebagai suatu kesadaran yang berubah secara semu dimunculkan dan dicerna oleh meningkatnya penerimaan terhadap sugesti
Yoga
Pengertian Yoga sistem filsafat agama hindu yang memerlukan disiplin fisik dan mental intens sebagai cara mencapai kesatuan dengan ruh universal. Yoga adalah sebuah sistematika baru yang mampu menjelaskan manusia secara utuh, bagaimana menjalani hidup secaraberimbang serta bagaimana cara bertahan hidup jika tidak ada keseimbangan.
Meditasi
Meditasi adalah suatu teknik latihan dalam meningkatkan kesadaran, dengan membatasi kesadaran pada satu objek stimulasi yang tidak berubah pada waktu tertentu untuk mengembangkan dunia internal atau dunia batin seseorang sehingga menambah kekayaan makna hidup baginya.
2.5 Relaksasi Spiritual
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasa dan maha pencipta (Achir Yani, 1999). Menurut (Cozier Barbara, 2000), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut: 1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan 2. Menemukan arti dan tujuan hidup 3. Menyadari kemampuan untuk manggunakn sumber dan kekuatan dalam diri sendiri 4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi. Teori dasar dari relaksasi ini menggunakan meditasi atau dalam islam disebut sebagai “Taqorrub” . Relaksasi dilakukan dengan mengikuti langkah dan menggunakan nilai spiritual dalam agama islam. Dalam relaksasi spiritual seseorang dibimbing untuk mengembangkan dan merasakan rasa bersyukur, sabar, dan iklas yang kemudian dibimbing untuk mengembangkan rasa pasrah kepada Allah. Dalam relaksasi spritual dalam mencapai relaksasi akan sertai dengan dzikir “ Subhanallah” yang dibaca berulang-ulang.
2.6 Pengaruh Terapi Relaksasi Spiritual Terhadap Penurunan Tekanan Darah Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2006). Sample akan diminta untuk membiarkan apa saja yang terjadi pada tubuh (tidak melawan) saat relaksasi. Menurut Beech dkk (dalam Subandi, 2009), menyebutkan ketegangan merupakan kontraksi serabut otot skeletal, sedangkan relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot tersebut. Pada waktu orang mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah system syaraf simpatis, sedangkan pada waktu rileks yang bekerja adalah sistem syaraf parasimpatis. Relaksasi berusaha mengaktifkan kerja syaraf parasimpatis (Bellack & Hersen, serta Prawitasari dalam Subandi, 2002). Keadaan rileks akan mengendurkan otot dan melatih individu mengaktifkan kerja sistem syaraf parasimpatis sebagai counter aktivitas sistem syaraf simpatis (Kalat, 2007).
Faktor spiritual adalah faktor penting yang juga mempengaruhi proses penyembuhan dan intervensi psikologis. World Health Organization (WHO) pada tahun 1984 (dalam Hawari, 2005) menyatakan bahwa kesehatan manusia seutuhnya ditunjukkan oleh empat hal, yaitu sehat secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Witmer dan Sweeney (dalam Burke, Chauvin, & Miranti., 2005) menyatakan bahwa elemen spiritual dalam diri manusia, mengintegrasikan dan mempersatukan elemen kebutuhan fisik, emosi, dan intelektual di dalam tubuh manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu, Prest dan Keller (dalam Blume, 2006) menyatakan bahwa proses intervensi terhadap klien yang mempertimbangkan keyakinan agama yang dianut menjadi penting untuk menghindari resistensi apabila proses yang dilakukan dirasakan klien sebagai suatu hal yang berbeda dengan aturan agama yang diyakininya. Bagi umat Muslim, keimanan yang penting salah satunya adalah percaya pada wahyu Allah sebagai sumber pengetahuan yang sempurna (Hasan, 2006).
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy-Eksperimental dengan design Non Randomized Control Group Pretes – Posttes Design. Ciri dari tipe penelitian ini
adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan kelompok control disamping kelompok eksperimen. Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakukan sedangkan
kelompok control
tidak. Pada kedua kelompok diawali dengan pra test dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (pasca test) (Nursalam, 2013).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah semua lansia yang mengalami hipertensi yang berjumlah 25 orang. Jumlah sampel 20 orang yang terbagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing kelompok 10 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik simple random sampling dan Sampel dipilih berdasarkan kriteria penelitian sebagai berikut : 1) Tidak dalam keadaan sakit berat, 2) Aktif dan mampu berkomunikasi, 3) Penggunaan obat antihipertensi, 4) Tidak merokok, 5) Tidak minum kopi. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus besar sampel untuk penelitian eksperimen oleh Hygins.
3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah Terapi Relaksasi Spiritual yaitu terapi relaksasi dengan panduan nilai spirtual islam. Relaksasi dilakukan selama 30 menit
yang dilakukan 3 kali dalam satu minggu. Adapun tahapan terapi
relaksasi spritual adalah sebagai berikut : 1. Responden diminta membiarkan apa yang terjadi pada tubuhnya (tidak melawan) saat relaksasi. 2. Responden dan terapis membaca surat al fatihah, untuk memohon ridho allah. 3. Responden membaca niat yang dipandu oleh terapis 4. Responden memejamkan mata dan memusatkan perhatiannya pada hati 5. Responden dipandu untuk memohon ampun atas segala kesalahan 6. Responden dipandu untuk mengingat nikmat yang paling menyenangkan, kemudian bersukur dan pasrah kepada allah. 7. Responden dipandu terus untuk pasrah sampai dalam keadaan benar-benar relaksasi (seperti tertidur). 8. Selama relaksasi responden diperdengarkan dzikir Subhanallah. 3.3.2 Variabel dependen Variabelnya dependent dalam penelitian ini adalah Tekanan Darah. Tekanan darah diukur sebelum dansetelah terapi relaksasi. Pengukuran tekanan darah menggunakan alat spygmomanometer digital. 3.3.3 Variabel kontrol Sesuai dengan kriteria penelitian variabel kontrol pada penelitian ini adalah; Tidak merokok, tidak aktif minum kopi, tidak minum obat anti hipertensi. Jika terdapat lansia dengan hipertensi berat yang harus minum obat antihipertensi akan dibuat indentik antara kelompok kontrol dan perlakuan.
3.4 Instrumen dan Bahan Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan tetap (SOP) terapi relaksasi, recorder (sound) music “subhanallah”, alat pengukur tekanan darah spygmomanometer digital, Lembar observasi tekanan darah.
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto Pada bulan Agustus 2014.
3.6 Metode Pengumpulan dan Analisis Data. Pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar observasi dari hasil pengukuran
tekanan
darah
menggunakan
Spigmomanometer.
Sebelum
pengambilan data, respoden diberi penjelasan tentang tehnik terapi relaksasi yang akan dilakukan. Berikutnya dilakukan pengukuran tekanan darah baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan sebagai data pre-test. Selanjutnya dilakukan terapi relaksasi spiritula selama 30 menit. Segera setelah responden sadar dilakukan pengukuran tekanan darah sebagai data post test. Untuk kelompok kontrol hanya diminta untuk istirahat tidak dilakukan relaksasi. Demikian dilakukan selama 3X1 minggu. Statistik analisis penelitian menggunakan uji (T-test) dengan signifikansi statistik ditentukan jika nilai P < 0.01 ( α = 0.05).
3.7 Tahapan Penelitian 1.
Menemukan populasi yaitu Lansia yang menderita hipertensi Panti Wedra Mojokerto FIK Unipdu Jombang yang bersedia menjadi responden dengan kriteria yang telah ditentukan dan dipilih sebagai sampel secara acak dengan jumlah 10 orang
2.
Memberi penjelasan kepada responden, melakukan simulasi serta latihan terapi relaksasi serta menentukan waktu penelitian
3.
Selanjunya mengambil data penelitian dengan perlakukan terapi relaksasi spiritual.
4.
Melakukan tabulasi data, analisis hasil penelitian
5.
Menyusun laporan penelitian, presentasi dan publikasi penelitian
BAB 4 JADWAL PELAKSANAAN
4.1 Jadwal Pelaksanaan
No
Kegiatan
Bulan (tahun 2014) 1
1.
Studi Pendahuluan
2.
Penyusunan Proposal
3.
Pengambilan data Penelitian
4.
Penyusunan Laporan Penelitian
5.
Publikasi
2
3
4
5 6 7
8
9
10
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Menular. Jakarta : PT. Gramedia Baradero, Mary dkk. 2008. Klien Dengan Gangguan Kardiovaskuler : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: ECG Benson, H dan Proktor, W. 2000. Dasar-dasar Relaksasi. Bandung: Kaifa Blume, T. W. 2006. Becoming A Family Counselor. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc Burke, M. T., Chauvin, J. C., & Miranti, J. G. (2005). Religious and Spiritual Issues in Counseling: Applications Across Diverse Populations. New York: Brunner-Routledge. Dahlan, Muhamad sopiyudin. 2009. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Darmojo, Boedhi dan Martono (2004). Geriatri. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Guyton, Athur C. 2008. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and Mechanisms of Disease). Jakarta : EGC Hasan, A. B. B. P. (2006). Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hawari, D. (2005). Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Junaidi, Iskandar. 2010. Menstabilkan Darah Tinggi Dan Darah Rendah. Penerbit Araska: Yogyakarta
Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternative Untuk Mengatasi Tekanan Darah. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Kalat, J. W. 2007. Biological Psychology. California: Thomson Learning, Inc Kenia, Ni Made, dkk. 2013. Pengaruh Relaksasi (Aromaterapi Mawar) Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi. Volume 6, No. 1. STIKES RS Baptis Kediri. Lawrence, S. M., & McNeil, D. W. 2002. Relaxation Training. Ensyclopedia of Psychotherapy. American Psychiatric Association Maimunah, annisa. 2011. Pengaruh pelatihan relaksasi dengan dzikir Untuk mengatasi kecemasan ibu hamil Pertama. Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol 8 No.1 2011 1-22. Lembaga Penelitian Pengembangan dan Keislaman (LP3K). Maryam. Dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika: Jakarta Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pearce, Pramonohadi dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: fakultas ilmu kedokteran airlangga Potter,
A Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Volume 1. Jakarta : EGC
Potter, P. & Perry, A. G. 2009. Fundamental of nursing. 7th edition. Singapore: Mosby Elsevier. Prawitasari, J.E. 2011. Psikologi Klinis: Pengantar Terapan Mikro & Makro. Jakarta Erlangga Ronny, dkk. 2009. Fisiologi Kardiovaskuler: Berbasis Masalah Keperawatan. Jakarta: egc Rout, U. R., & Rout, J. K. 2002. Stress Management For Primary Health Care Proffessionals. New York: Kluwer Academic Publishers. Rusdi, Nurlaela Isnawati. 2009. Awas Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta : Powerbooks publishing Santoso, Djoko. 2010 . Membonsai Hipertensi. Surabaya : Jaring Subandi, M. A. 2009. Psikologi Dzikir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suryani, Luh, Ketut. 2000. Menemukan Jati Diri Dengan Meditasi. Jakarta: Elex Media Komputindo Wirawan, Toni. 2013. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Platinum Pena
Lampiran 1. Justifikasi anggaran penelitian ANGGARAN BIAYA No
Jenis Pengeluaran
Biaya Yang Diusulkan
1.
Gaji dan upah
Rp.
2.
Bahan habis pakai dan peralatan
Rp. 1.200.000
3.
Perjalanan
Rp.
200.000
4.
Lain-lain (Publikasi, seminar, laporan)
Rp.
200.000
Jumlah
400.000
Rp. 2.000.000
Lampiran 2. Susunan organisasi team peneliti dan pembagian tugas
No
Nama
Asal Intansi
Bidang Ilmu
Alokasi Waktu (jam/mg) 1 Zuliani, S.Kep.Ns Unipdu keperawatan 6 Jam/ Jombang Minggu
2 Athi’ Linda Yani, Unipdu keperawatan 6 Jam/ S.Kep.Ns Jombang Minggu
Uraian Tugas Melakukan koordinasi responden Melakukan pengukuran tekanan darah 1. Melakukan terapis relaksasi
Lampiran 3. Ketersediaan sarana dan prasarana penelitian STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI RELAKSASI SPIRITUAL
PERSIAPAN 1. Terapist menjelaskan tentang terapi relaksasi yang akan dilakukan 2. Responden diminta kesediannya untuk dilakukan terapi relaksasi
PELAKSANAAN TERAPI 1. Respondent duduk dengan kaki lurus ke depan dan kedua telapak tangan diletakkan di atas lutut, dapat pula dilakukan dengan berdiri.
2. Relawan peneliti mendampingi disebelah kanan responden. 3. Responden diminta untuk membiarkan apa saja yang terjadi pada tubuh (tidak melawan) saat relaksasi 4. Responden dan terapist bersama membaca surattul fatikhah 5. Musik dzikir Subhanallah diputar. 6. Responden melakukan nafas dalam, pelan dan memejamkan mata dengan memusatkan pikiran dalam hati yang dipandu oleh terapist. 7. Responden membaca niat dalam hati yang dipandu oleh terapist 8. Responden memohon ampun atas segala dosa kepada allah yang dipandu oleh terapist.
9. Responden mengingat nikmat yang paling menyenangkan, kemudian dipandu untuk bersukur, iklas dan pasrah kepada allah. 10. Terapist terus memandu respondent agar pasrah kepada allah dengan membaca dan mengartikan doa iftitah pada sholat sampai dalam keadaan relaksasi ( dalam kondisi seperti tidur) 11. Selama relaksasi musik dzikir tetap diputar. 12. Responden dibiarkan sampai terbangun dengan sendirinya ( kurang lebih 15 menit)
TERMINASI 4. Responden duduk rileks 5. Responden diminta menceritakan perasaan dan kejadian yang dialami setelah relaksasi STANDART OPERASIONAL PROSEDUR MENGUKUR TEKANAN DARAH Pengukuran tekanan darah menggunakan alat yang disebut sfigmomanometer, terdiri dari sebuah manset lengan untuk menghentikan aliran darah darah arteri brachial, sebuah manometer raksa untuk membaca tekanan, sebuah bulb pemompa manset untuk menghentikan aliran darah arteri brakhial, dan sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari manset, dan sebuah stetoskop dipakai untuk mendeteksi awal dan akhir bunyi korotkoff. Caranya: 1. Manset dari sfigmomanometer diletakkan di atas arteri brakhialis 2. Stetoskop diletakkan di arteri brakhialis untuk mendengarkan denyut 3. Tekanan dinaikkan dengan memompo balon manset hingga tidak terdengar denyut lagi. Hal ini terjadi karena tekanan manset melebihi tekanan darah, sehingga arteri terjepit dan tidak ada darah yang mengalir di dalamnnya. 4. Kemudian secara perlaha-lahan tekanan manset dikurangi sehingga terdengar bunyi “ dup” pertama (korotkoff I). Denyut pertama ini merupakan tekanan sistolik dan pada saat ini pembuluh darah yang sebelumnya tidak teraliri darah mulai menalirkan darah kembali. Ketika tekanan manset diturunkan secara perlahan-lahan, bunyi denyut akan terdengar menurun sehingga akhirnya menghilang. Bunyi denyut
terakhir merupakan tekanan diastolic (korotkoff V). Bunyi denyut akhirnya menghilang karena tekanan manset telah turun dibawah tekanan pembuluh darah sehingga tidak ada tekanan lagi (Ronny, 2009).
Lampiran 4. Biodata peneliti BIODATA PENELITI KETUA PENELITI
1. Identitas Diri a. Nama Lengkap
: Zuliani, S. Kep. Ns
b. Jenis Kelamin
: Perempuan
c. Tanggal lhir
: Jombang, 16 Agustus 1989
d. NIPY
: 11 011012 204
e. Jabatan Struktural
:-
f. Jabatan Fungsional
: Dosen
g. Fakultas
: Ilmu Kesehatan
h. Alamat Rumah
: Tembelang Jombang
i. Telepon/ Faks
: 085645500060
j. Mata Kuliah Yang Diampu: Keperawatan Medikal Bedah
2. Riwayat Pendidikan Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Masuk-Lulus Judul Skripsi/Thesis/Disertasi
S1 Universitas pesantren tinggi darul ulum (UNIPDU) Jombang Keperawatan 2006-2011 Pengaruh Terapi Stimulasi Kutaneus (Slow
S2
Stroke Back Message) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid (Disminorea)
3. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi) No Tahun Judul Penelitian 1.
2013
Pendanaan
Sumber Pengaruh Bekam Terhadap Hibah internal Fakultas Penurunan Insomnia
Jml (Juta Rp) Rp. 2.000.000,-
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Internal.
Jombang, 10 Juni 2014 Pengusul,
Zuliani, S. Kep. Ns. NIY : 11 011213 204
ANGGOTA PENELITI a. Nama Lengkap
: Athi’ Linda Yani,S.Kep.Ns
b. Jenis Kelamin
: Perempuan
c. Ttl
: Jombang, 25 Desember 1987
d. NIP
: 11 011211 205
e. Jabatan Struktural
:-
f. Jabatan Fungsional
: Dosen
g. Fakultas
: Ilmu Kesehatan
h. Alamat Rumah
: Bandung Diwek Jombang
i. Telepon/ Faks
: 085649336469
J. Telepon/e_mail
:
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN S1
S2
UNIPDU Keperawatan 2008-2011 Pengaruh konseling terhadap kecemasan ibu primi gravid trimester 3 yang akan menghadapi persalinan Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Internal. Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Masuk-Lulus Judul Skripsi/Thesis/Disertasi
Jombang, 10 Juni 2014 Pengusul, Athi’ Linda Yani,S.Kep., Ns NIPY: 11 011211 205