PRAKTIK CERDAS
Seri Lembaran Informasi BASICS No. 11 - September 2013
PROGRAM SANGIHE MENGAJAR: Kiat Baru Pemenuhan Guru di Pulau-Pulau dan Desa Terpencil DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA Lebih dari setengah abad Indonesia merdeka, kekurangan guru ternyata masih dialami, nampaknya masih menjadi problem yang sama saat negeri ini baru merdeka, khususnya di pulaupulau dan desa terpencil. Tak bisa dipungkiri, ribuan guru setiap tahun lahir dan rekrutmen pegawai negeri sipil tak pernah berhenti. Semua belum menjawab persoalan, ternyata tidak mudah memperoleh guru yang bersedia tinggal mengabdi di pulau-pulau dan desa terpencil. Problem ini yang menjadi concern dipecahkan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe melalui Program Sangihe Mengajar.
!
Masalah dan Peluang Kabupaten Kpl. Sangihe terdiri dari beberapa pulau-pulau dan desa terpencil. Masalah utama yang dihadapi pada sektor pendidikan di kabupaten ini adalah ketersediaan guru dan b ukan pada sarana dan prasarana belajar mengajar. Berdasarkan data pendidikan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2011, terdapat kekurangan 34 orang guru SD dan 11 orang guru SMP, khususnya di pulau-pulau dan desa terpencil. SD di daerah ini rata-rata hanya memiliki dua sampai tiga orang guru, yang masih kurang dari syarat minimal yang ditetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar, yaitu tersedianya empat orang guru dalam satu sekolah di daerah-daerah tersebut. Demikian pula untuk SMP, dimana rata-rata pada setiap sekolah hanya memiliki tiga sampai empat orang guru, sementara SPM Pendidikan Dasar sendiri mensyaratkan ketersediaan satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran di daerah tersebut. Dengan demikian, kurang lebih terjadi kekurangan enam sampai tujuh guru rumpun mata pelajaran pada sejumlah SMP di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Telp : (+62) 21-251-1331 e-mail :
[email protected] website : www.basicsproject.or.id
1
Masalah dan Peluang
! ! !
Persoalan kekurangan guru mengajar di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara merupakan sesuatu yang bertolak belakang dengan kondisi Provinsi Sulawesi Utara yang dikenal dengan memiliki banyak sumber daya manusia yang handal bahkan berada pada nomor urut dua Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Provinsi Sulawesi Utara, melalui Universitas Negeri Manado (UNIMA) setiap tahunnya meluluskan ribuan mahasiswa keguruan dari berbagai jurusan. Semua hal tersebut menjadi peluang untuk mengatasi keterbatasan tenaga pengajar, khususnya di pulau-pulau dan desa terpencil, di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kekurangan guru di pulau-pulau dan desa terpencil Kabupaten Kepl. Sangihe jika dilihat pada tingkat provinsi merupakan persoalan ketimpangan distribusi. Jumlah guru melimpah pada tingkat provinsi, pada sisi lain sulit memastikan guru pegawai negeri sipil bekerja di daerah-daerah tersebut. Hal ini menjadi inspirasi dasar Program Sangihe Mengajar. Program Sangihe Mengajar sebenarnya serupa dengan upaya yang dikembangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Program Sarjana Mendidik di Daerah Terpencil, Terdepan dan Terluar (SM-3T) serta Program Indonesia Mengajar yang dikembangkan oleh sebuah organisasi non pemerintah di Jakarta. Prinsipnya sama, optimalisasi sumber daya guru yang ada disuatu tempat untuk ditempatkan pada daerah yang kurang dan membutuhkan. Bedanya, SM-3T merekrut sumber daya guru dari sekitar Jakarta dan kota-kota besar di Pulau Jawa melalui dukungan APBN, sementara Sangihe Mengajar mengoptimalkan ketersediaan guru di Provinsi Sulawesi Utara melalui dukungan stimulan BASICS dan APBD. Gagasan ini juga dijamin oleh UU 32/2009 tentang Pemerintah Daerah, UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen serta PP 74/2009 tentang Guru.
Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dibentuk pada tahun 2002 dengan Ibukota berkedudukan di Tahuna. Kabupaten berpenduduk 127.520 jiwa ini, secara administratif terdiri dari 15 kecamatan, 145 desa dan 22 kelurahan, yang tersebar di 105 pulau (Data BPS Kabupaten Sangihe 2011). Terdapat beberapa karakteristik signifikan yang membedakan kabupaten ini dengan kabupaten/kota lain di Indonesia, antara lain merupakan daerah kepulauan, berbatasan dengan Filipina di bagian Utara, rawan bencana banjir, tanah longsor, abrasi, dan letusan Gunung Berapi, serta termasuk daerah dengan aksesibilitas sarana dan prasarana yang belum memadai.
2
Langkah-langkah yang Dilakukan Program Sangihe Mengajar merupakan inisiatif program pemerintah daerah dalam mengatasi kekurangan guru di daerah pulau-pulau dan desa terpencil. Berikut digambarkan langkah- langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan Program Sangihe Mengajar:
1
2 3 4
Pendataan Pendidikan. Melalui pendataan ini, sejumlah informasi penting dihimpun, antara lain: jumlah anak putus sekolah, penyebab anak putus sekolah, jumlah dan distribusi guru, potensi guru Non-PNS di Kabupaten Kepulauan Sangihe, serta data-data pendidikan lain terkait SPM Pendidikan Dasar. Proses pendataan dilakukan pada saat menjelang tahun ajaran baru. Pembiayaan kegiatan ini merupakan kegiatan rutin dilekatkan pada program dan kegiatan rutin Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Kepulauan Sangihe. Konsolidasi Gagasan Gagasan utama program ini adalah merekrut guru-guru non PNS yang berdomisil di kota kabupaten untuk ditempatkan di sekolah-sekolah yang masih kekurangan guru, khususnya di pulau-pulau dan desa terpencil. Gagasan ini bersifat memperkuat program dan kebijakan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam menangani kekurangan guru, salah satunya adalah Program SM-3T yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Gagasan ini kemudian dikonsolidasi m enjadi gagasan pemerintah daerah yang diketahui dan didukung oleh pimpinan daerah. Pembuatan Kebijakan yang Mendukung Pengelola utama Program Sangihe Mengajar adalah Dikpora Kabupaten Kpl. Sangihe. Untuk memperkuat program ini menjadi bagian program pemerintah daerah maka diterbitkan beberapa dokumen formal pemerintah daerah, diantaranya: Surat Keputusan Bupati Kepulauan Sangihe tentang Pelaksanaan Program Sangihe Mengajar, Surat Keputusan terkait dengan tim pengelola Sangihe Mengajar dan Surat Keputusan Kadis Dikpora tentang Penetapan dan Penempatan Guru-Guru Non PNS Program Sangihe Mengajar. Penyusunan Panduan Pengelolaan Sangihe Mengajar BASICS mendukung tim pengelola Sangihe Mengajar dalam menyusun panduan pengelolaan Program Sangihe Mengajar. Panduan tersebut mencakup kriteria, syarat calon guru, mekanisme rekruitmen, modul orientasi guru, formatpelaporan, mekanisme pembiayaan dan mekanisme koordinasi serta pembinaan rutin.
3
5 6 7 8 9 4
Rekrutmen Guru Proses rekrutmen guru dilakukan oleh tim pengelola Sangihe Mengajar dalam hal ini bertugas melakukan seleksi guru. Tim tersebut terdiri dari staf Dikpora dan pihak lain dengan kompetensi yang dibutuhkan. Dari sejak dibentuknya tim, proses seleksi, pengumuman dibutuhkan waktu kurang lebih lima bulan. Proses tersebut menetapkan 16 guru Program Sangihe Mengajar untuk pendidikan dasar. Penempatan Guru Penetapan dan penempatan guru terpilih ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dikpora Kepulauan Sangihe. Untuk mendukung penempatan para guru tersebut maka Dikpora memfasilitasi sejumlah pihak di lokasi bersangkutan untuk mendukung guruguru Sangihe Mengajar, seperti: Camat, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), Kepala Desa atau Kapitalaungdan Kepala Sekolah. Para pihak tersebut membuat kesepakatan bersama dalam mendukung hal-hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Program Sangihe Mengajar di wilayahnya. Dukungan dari program BASICS terkait hal ini adalah honor para guru sebesar Rp 1,5 juta per bulan untuk setiap orang. Sementara, beberapa hal yang mendukung proses tersebut dibiayakan melalui APBD. Orientasi dan Pembekalan Guru Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman pada guru-guru Program Sangihe Mengajar menyangkut: tugas, hak dan kewajiban. Selain itu dilakukan pembekalan bagi para guru ini, baik yang bersifat metode pembelajaran, upaya pencapaian SPM, konsep pemberdayaan masyarakat, pelaporan kegiatan, psikologi anak, serta materi tentang mekanisme penanganan kondisi gawat darurat. Peluncuran Peluncuran program bertujuan untuk mengenalkan keberadaan program ini kepada masyarakat luas. Pada saat peluncuran ini turut hadir antara lain: Kepala Daerah, sejumlah pengambil kebijakan, DPRD, media, masyarakat dan utusan dari Program Indonesia Mengajar, Jakarta. Informasi terkait peluncuran program ini kemudian dipublikasikan melalui media cetak dan elektronik. Monitoring dan Pembinaan Monitoring dan pembinaan ini dilakukan oleh pengawassekolah dengan tugas dan fungsi pokok yang melekat padanya. Selama periode 2012-2013, pembiayaan untuk monitoring dibiayai melalui APBD, sementara untuk pembinaan didukung oleh BASICS, seperti: pertemuan-pertemuan koordinasi guru Program Sangihe Mengajar dengan Dikpora. Dukungan BASICS dalam hal ini kurang lebih Rp 50 juta per tahun.
10
Penyusunan Kebijakan Daerah Dalam rangka keberlanjutan program Sangihe Mengajar maka perlu selalu dianggarkan melalui APBD. Untuk hal ini BASICS mendukung Dikpora melahirkan kebijakan daerah dalam bentuk Peraturan Bupati dan Peraturan Daerah. Peraturan Bupati secara prinsip telah disusun dan didukung oleh bupati. Sementara itu, penyusunan peraturan daerah masih dalam proses awal dan dirancang akan dibentuk tahun 2014 oleh pemerintah daerah. Jaminan atas hal itu termuat dalam Prolegda (Program Legislasi Daerah) tahun 2014.
Dampak dan Perubahan Sejumlah dampak dan perubahan yang dihasilkan oleh keberadaan Program Sangihe Mengajar adalah sebagai berikut: Adanya mekanisme alternatif untuk mengatasi kekurangan guru di pulau-pulau dan desa terpencil. Seperti halnya SM-3T dan Indonesia Mengajar, Program Sangihe Mengajar ini merupakan terobosan baru dalam penanganan kekurangan guru di pulau-pulau dan desa terpencil. Nilai tambah dari Sangihe Mengajar dibanding kedua program nasional tersebut adalah memuat kewenangan pemerintah daerah untuk merekrut, menempatkan dan membiayai berdasarkan sumber daya lokal. Dengan pendekatan ini maka guru yang direkrut akan lebih mudah beradaptasi dengan masyarakat di daerah dimana mereka bertugas. Semua praktek tersebut telah menjadi kegiatan rutin selama dua tahun terakhir, yang tergambar dari adanya alokasi anggaran di APBD dan keberadaan kebijakan pemerintah daerah. Alokasi anggaran pendidikan di APBD untuk mengatasi keterbatasan gurudi pulaupulau dan desa terpencil. Meski program Sangihe Mengajar dimulai pada pertengahan tahun 2012, namun dengan adanya komitmen dari pemerintah daerah maka penganggarannya sudah terakomodir dalam APBD Perubahan 2012 dan kemudian dilanjutkan pada APBD 2013. Pada tahun 2012 jumlah alokasi anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 270 juta untuk peruntukan honor guru, monitoring, pengembangan system, dan pembiayaan operasional lainnya. Pada tahun 2013, khusus untuk honor guru saja dialokasikan APBD sebesar Rp 180 juta. Kontribusi bagi beberapa indikator SPM pendidikan dasar dalam hal jumlah guru mengajar Berdasarkan Permendikbud No 15 tahun 2010, bahwa “di setiap SD/MI tersedia dua orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru…”.Melalui program Sangihe Mengajar telah tersedia sebanyak 26 guru dengan kualifikasi S1 (lulusan UNIMA). Seluruh guru tersebut merupakan dukungan APBD maupun BASICS. Kehadiran guru tersebut telah menambah kegiatan belajar mengajar di sekolah, sebagaimana yang tersebut dalam salah satu indikator SPM Pendidikan dasar, yaitu “setiap guru bekerja selama 37,5 jam per minggu…”
5
Kontribusi bagi target MDGs, khususnya terkait dengan partisipasi anak untuk sekolah. Meski masih terlalu dini untuk menganalisis kontribusi kehadiran guru terhadap peningkatan partisipasi anak untuk bersekolah, maupun mencegah anak putus sekolah, namun setidaknya kehadiran guru-guru dari Sangihe Mengajar ini mampu memberikan motivasi pada orang tua dan siswa untuk tetap bersekolah. Hal ini menciptakan kondisi belajar mengajar yang normal sebagaimana lazimnya. Secara umum MDGs Kabupaten Kepulauan Sangihe terus mengalami peningkatan. Untuk Angka Partisipasi Murni SD/MI misalnya, jika pada tahun 2010 hanya sebesar 82,51%, maka pada tahun 2012 nilainya mencapai 85,26%. Sedangkan untuk Angka Partisipasi Murni SMP/MTs, jika pada tahun 2010 sebesar 50,36%, maka pada tahun 2012 meningkat menjadi 56,06% peningkatan semangat belajar anak usia sekolah di pulau-pulau dan desa terpencil Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan Dikpora, diperoleh informasi bahwa kehadiran para guru Sangihe Mengajar mendapatkan apresiasi dari masyarakat dan siswa sekolah. Hal-hal kecil non teknis pembelajaran kerap menjadi perhatian, seperti: perhatian terhadap kebiasaan siswa membantu orang tua mencari tambahan pendapatan, pendekatan keagaamaan yang dilakukan agar anak bersekolah dan beribadah, serta perhatian hal-hal guna membuat kondisi lingkungan sekolah yang asri dan nyaman menjadi faktor non teknis yang mendorong anak tertarik dan termotivasi untuk sekolah dan belajar. Kehadiran siswa juga semakin baik, semangat belajar siswa mulai meningkat, beberapa alat peraga sekolah yang selama ini tidak dimanfaatkan mulai dipahami penggunaannya serta mulai tumbuhnya perhatian orang tua murid agar anaknya lebih prioritas ke sekolah. Praktis, pelaksanaan Program Sangihe Mengajar telah memberi makna dan kebanggaan bagi guru-guru tersebut. Adanya kebanggaan para guru Sangihe Mengajar ini, misalnya, bisa terlihat dari pernyataan yang disampaikan Sri Abast, seorang guru yang mengajar pada salah satu SD di Desa Para, Kecamatan Tatoareng. “Pada awal saya bertugas, masyarakat tidak menerima kehadiran saya, namun setelah berjalan kurang lebih satu bulan, masyarakat mulai suka dengan proses pembelajaran yang saya lakukan, mereka mulai menerima saya. Murid-murid dan orang tua sangat senang atas kehadiran saya mengajar di sekolah, hal itu ditandai dengan perubahan kebiasaan murid yang semula baru datang ke sekolah pukul 9.00 pagi dan kini sudah hadir jam 7.00 pagi. Murid dan orang tua mulai memprioritaskan urusan sekolah dibandingkan melibatkan anak sekolah bekerja membantu orang tua menangkap ikan di laut pada malam hari”
6
Hal senada juga disampaikan Hendrik Sumolang, seorang guru yang ditempatkan padasalah satu SD di Desa Apenglawa, Kecamatan Tatoareng. Hendrik merasa bangga dan juga merasakan tantangan baru setelah menjadi guru Program Sangihe Mengajar. “Saya senang dengan antusias murid untuk belajar, bahkan saya sedikit kewalahan menghadapi semangat belajar anak-anak yang semakin tinggi sekali. Setiap hari mereka meminta pembelajaran dengan saya, di sekolah ataupun di rumah.” Pengalaman guru-guru Program Sangihe Mengajar sesungguhnya juga merupakan media pembelajaran untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Hal ini tergambar dari pernyataan Rita Mirontoneng, yang mengajar di SD Inpres Mandoi, Desa Malidase, Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara. “Saya bangga sekali ketika dijadikan contoh teladan oleh pengawas sekolah saat mereka supervisi, hal ini meningkatkan semangat saya untuk terus meningkatkan kapasitas diri saya”.
Tantangan Mengelola Program Sangihe Mengajar Meski Sangihe Mengajar dipandang lebih praktis dibandingkan SM-3T dan mekanisme rekruitmen dan penempatan guru PNS, namun terdapat beberapa tantangan yang dihadapi selama program berjalan, antara lain: •
•
•
Adanya kecenderungan Pemda untuk menempatkan guru-guru di daerah terpencil melalui jalur PNS guru. Untuk hal ini konsolidasi gagasan tingkat pemerintah daerah dan kebijakan kepala daerah jadi sangat penting. Tidak mudah mencari calon guru yang berasal dari daerah setempat yang memiliki kualifikasi tepat, yang bersedia untuk ditempatkan di pulau-pulau dan desa terpencil dengan status kontrak. Untuk proses ini sosialisasi tentang sangihe mengajar dan memperkuat tim yang akan menyeleksi perlu diperhatikan. Ketersediaan anggaran Pemda untuk mendukung program Sangihe Mengajar yang masih terbatas dibandingkan SM-3T, meski keduanya memiliki tujuan yang sama. Untuk memastikan anggaran rutin selalu tersedia selanjutnya (meskipun terjadi pada perubahan pimpinan daerah) maka menjadi penting penepatan peraturan yang terkait.
7
Pembelajaran Beberapa hal yang dapat ditarik pembelajaran atas inisiatif Program Sangihe Mengajar adalah: • Pemenuhan kebutuhan guru di pulau-pulau dan desa terpencil lebih baik jika ditekankan pada calon guru berkualitas yang berasal dari kabupaten bersangkutan atau kabupaten/kota sekitarnya. • Program Sangihe Mengajar merupakan satu bentuk penerapan kewenangan pemerintah daerah dalam menangani persoalan kekurangan guru di pulaupulau dan desa terpencil. • Keterampilan dan pengetahuan guru yang didukung dengan pendekatan yang tepat, sangat mendukung motivasi siswa belajar. • Peran sebuah program bantuan donor seperti BASICS, ternyata cukup efektif sebagai pemicu, fasilitator dan inovasi praktik-praktik cerdas yang sudah dikembangkan di tempat lain dan tetap sejalan dengan program dan kebijakan pemerintah pusat.
8