BOKS 1 PROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
I. PENDAHULUAN Komoditas karet memegang peranan utama dalam perekonomian masyarakat di semua kabupaten dalam provinsi Jambi, dan telah menjadi sumber perndapatan yang sangat dominan bagi sebagian besar petani. Menurut data di Dinas Perkebunan Provinsi Jambi pada tahun 2005, total volume ekspor karet provinsi Jambi mencapai 365.786 ton dengan nilai sebesar Rp3,97 triliun, meningkat dibandingkan dengan posisi tahun 2004 yaitu total volume sebesar 235.287 ton dengan nilai sebesar Rp2,98 triliun. Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Republik Indonesia pada saat kunjungan kerja ke Provinsi Jambi pada pertengahan tahun 2006, mengatakan bahwa pengembangan perkebunan karet termasuk salah satu agenda revitalisasi pertanian di Indonesia. Urgensi utama memasukkan perkebunan karet sebagai prioritas utama nasional karena karet terbukti mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian nasional. Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, ekspor karet menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Jika pada tahun 2000 total volume ekspor sebanyak 1,38 juta ton dengan nilai USD 889 juta meningkat menjadi 2,02 juta ton dengan nilai USD 2.854 juta dolar pada tahun 2005. Ini merupakan peningkatan yang signifikan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 23% per tahun. Perkembangan produksi karet nasional juga diikuti pula oleh peningkatan penyerapan tenaga kerja yaitu sekitar 1,4 juta tenaga kerja langsung, belum lagi termasuk penyerapan tenaga kerja tidak langsung yang turut mendukung perkembangan karet Indonesia. Sampai tahun 2005 luas areal tanaman karet di provinsi Jambi mencapai 567.042 hektar yang tersebar pada 9 kabupaten, yakni menurut urutannya Sarolangun seluas 111.581 Ha, disusul oleh Merangin seluas 108.038 Ha, dan yang terkecil adalah kabupaten Kerinci seluas 303 Ha. Adapun kondisi luas lahan perkebunan karet yang ada terdiri dari 105.566 Ha adalah tanaman belum menghasilkan (TBM), 330.820 Ha adalah tanaman menghasilkan dan 130.656 Ha adalah tanaman tua dan rusak. Kondisi ini menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas lahan yang rata-rata sebesar 709 kg/Ha/th, dengan produktivitas terendah di kabupaten Kerinci sebesar 485 kg/Ha/th. Untuk mengatasi kondisi tersebut pada waktu mendatang Pemerintah Provinsi Jambi telah membuat program kerja rehabilitasi karet tua dan penambahan luas areal perkebunan karet yang telah dimasukkan ke dalam anggaran belanja provinsi untuk merehabilitasi karet tua pada tahun 2006 seluas 17.500 hektar dan perluasan sekitar 5.000 hektar yang akan berlanjut sampai dengan tahun 2010. II. PEMBAHASAN a. Program Implementasi Peremajaan Karet Jambi Program peremajaan karet Jambi yang dianggarkan dalam APBD Provinsi Jambi tahun 2006 menghadapi kendala-kendala dalam implementasinya. Kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut diantaranya: (1) kesiapan instansi di tingkat kabupaten dan provinsi – kesiapan lahan, kesiapan bibit yang penyalurannya sangat erat hubungannya dengan pemanfaatan anggaran 2006, kesiapan kelompok penerima, termasuk ketidaktepatan penerima, proses tender pengadaan bibit dan memungkinkan tender ulang; (2) kondisi alam – kabut asap, keterlambatan musim hujan yang mendekati penghujung tahun anggaran; (3) keterlambatan pelaksanaan APBD – sebagian terdapatnya revisi APBD dari instansi terkait sehingga bibit baru bisa di-drop ke petani dalam waktu yang sangat sempit dan mendekati akhir tahun anggaran, dan hambatan lainnya. Keberhasilan pelaksanaan tidak hanya diukur dengan kriteria implementasi menurut jadwal kalender tahun anggaran, melainkan juga harus mempertimbangkan azas manfaat yang akan diperoleh dari program tersebut. Keberhasilan program peremajaan karet tidak hanya diukur pada tahap implementasi awal, keberlanjutan program sampai karet menghasilkan akan menjadi faktor yang tidak kalah penting dibandingkan dengan implementasi awal. Masih perlu dilihat kembali programprogram yang harus dibuat oleh dinas/instanti terkait dengan kebutuhan investasi lanjutan. Program-program investasi lanjutan untuk setiap tahap implementasi awal setiap tahunnya sudah harus dibuat secara detail. Misalnya peremajaan karet tahun anggaran 2006 yang sedang dilaksanakan saat ini, telah disusun pula perencanaan biaya pemeliharaan untuk tahun 2007 sampai dengan karet tersebut mulai menghasilkan. Kemudian untuk kegiatan peremajaan karet tahun anggaran 2007, maka harus disusul pula pembuatan perencanaan investasi susulan berupa skema biaya pemeliharaaan tahun 2008 sampai menghasilkan, dan seterusnya. Sehingga dari segi teknis, skema pelaksanaan secara keseluruhan tersebut merupakan kunci utama keberhasilan pelaksanaan program peremajaan secara keseluruhan. b. Kebutuhan Investasi Lanjutan Investasi lanjutan dari program peremajaan karet Jambi merupakan biaya investasi tambahan untuk pemeliharaan tahun ke 1 sampai tahun ke 4 paling kurang dapat dirinci sebagai berikut : 1) Biaya hidup petani penerima – mengingat banyak petani penerima nanti yang harus menebang lahan karet tua yang satu-satunya sumber penghidupan mereka sehingga perlu ada skema alternatif sumber pendapatan mereka sampai karet menghasilkan. 2) Biaya sertifikasi lahan, hal ini penting agar menjadi kekuatan hukum yang nantinya dapat digunakan misalnya sebagai agunan untuk mendapatkan tambahan biaya investasi lanjutan dari lembaga keuangan; 3) Biaya pembersihan lahan, yang harus dilakukan secara rutin dan terjadwal agar pertumbuhan karet menjadi optimal. 4) Biaya pemupukan dan biaya obat-obatan, skema pembiayaan harus juga direncanakan secara matang dan jelas. Pemupukan dan pemberantasan hama harus dilakukan secara terus-menerus sesuai dengan rekomendasi teknis perkebunan karet; dan
5) Biaya tenaga kerja yang menunjang pelaksanaan program, mungkin saja harus menggunakan tenaga kerja rumah tangga petani atau tenaga kerja upahan selama kurun waktu instalasi program. Jumlah dan besarannya dana yang dibutuhkan untuk investasi lanjutan ini tentu akan bervariasi sesuai dengan umur tanaman. Misalnya semakin besar tanaman maka semakin besar pula keperluan nutrisinya, disini pemupukan memegang peranan penting untuk mensuplai kebutuhan nutrisi tersebut. Demikian pula biaya obatobatan, biaya tenaga kerja, biaya pembersihan lahan dan lainnya akan membutuhkan biaya yang tidak sama setiap tahunnya. c. Program Sisipan Untuk mengoptimalkan usaha tani, peremajaan karet perlu dirancang masuknya usaha tani pendukung dengan mengusahakan berbagai jenis tanaman di sela-sela peremajaan karet. Pola ini bermanfaat antara lain: 1) Tambahan sumber pendapatan, baik pada masa tanaman karet belum menghasilkan, maupun setelah karet menghasilkan. Banyak kemungkinan kegiatan tanaman sela atau program peternakan yang dapat dilaksanakan pada lahan-lahan petani sebagai tambahan pendapatan petani karet. 2) Peningkatan daya guna berbagai input (tenaga kerja, pupuk, dan lain-lain) yang digunakan, karena input tersebut dapat bermanfaat bagi kedua komponen tanaman (karet dan tanaman sela). Pola usaha tani yang diterapkan dalam peremajaan kebun karet ini adalah mengusahakan tanaman sela yaitu menggunakan misalnya tanaman sela pangan, hortikultura, dan usaha peternakan sapi, kerbau atau kambing pada masa tanaman karet belum menghasilkan. d. Dukungan Pemerintah Kabupaten Sampai saat ini pemerintah kabupaten menunjang program peremajaan karet Provinsi Jambi. Beberapa kabupaten langsung memasukkan program tersebut dalam APBD kabupaten, dan lainnya memperkuat program-program Dinas Perkebunan kabupaten dalam bentuk lain seperti : 1) menyediakan lahan khusus untuk pembibitan karet. Bentuk kegiatan penunjang lain yang dilakukan oleh masing-masing kabupaten adalah mempercepat pendataan calon penerima bantuan, penyiapan kelompok tani, bantuan pembuatan pagar kebun, penyiapan peta penanaman karet, penyiapan lahan, dan sebagainya. 2) melakukan rapat koordinasi baik secara internal dengan pejabat, kelompok tani dan lembaga lain untuk membantu memperlancar pelaksanaan program. melakukan rapat koordinasi vertikal dengan instasi provinsi dalam usaha memperbaiki koordinasi pelaksanaan ditingkat lapangan dan sekali gus memantau tahapan pelaksanaan program.
Pada dua minggu terakhir November 2006 pemerintah provinsi telah mulai men-drop bibit karet pada masing-masing kabupaten. Pemerintah kabupaten penerima sudah memfasilitasi penyerahaan langsung kepada petani penerima. Penyaluran bibit karet telah dilakukan di kabupaten Sarolangun, Merangin, Muaro Jambi, Batanghari, Tebo, Bungo, dan Tanjung Jabung Timur, sedangkan kabupaten Kerinci dan Tanjung Jabung Barat pada akhir 2006. Penyaluran bibit ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan di tingkat petani penerima, kesiapan lahan, kesiapan saprodi/saprotan dan kesiapan teknis lainnya. Di tingkat kabupaten selanjutnya akan dipantau dan dicocokkan persyaratan teknis bibit yang dilakukan oleh rekanan, misalnya bibit yang disalurkan tidak boleh rusak, mati, layu, standar okulasi dan lainnya. Kemuanya ini dilakukan secara terkoordinasi antara instansi terkait di tingkat provinsi dan instansi terkait di tingkat kabupaten. III. KESIMPULAN & REKOMENDASI 1. Revitalisasi di bidang perkebunan sudah menjadi prioritas program pembangunan nasional maupun provinsi Jambi. Provinsi Jambi memilih beberapa program utama untuk revitalisasi yang diantaranya adalah peremajaan karet rakyat. 2. Potensi lahan peremajaan maupun perluasan perkebunan karet di Provinsi Jambi masih tersedia dan sudah direncanakan oleh pemerintah untuk program satu juta hektar karet sehingga ke depan provinsi Jambi diharapkan akan menjadi salah satu provinsi penghasil karet utama di Indonesia. 3. Dalam pelaksanaan program peremajaan karet ini, beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain kesiapan pemerintah dan petani, kondisi alam, dan kondisi investasi baik pada saat investasi awal maupun investasi lanjutannya. Kekurangan ini perlu mendapat dukungan dan pengawasan berbagai pihak, agar sasaran yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik. 4. Dinas Perkebunan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten sebagai instansi yang bertanggungjawab untuk pelaksanaan kegiatan ini perlu membuat perencanaan sebaik mungkin dan perlu dukungan semua pihak untuk memperbaiki kelemahan imlementasi. 5. Keberhasilan program peremajaan karet Jambi sebaiknya tidak hanya dilihat dari implementasi pelaksanaan awal, melainkan juga dilihat dari optimalitas pencapaian program secara keseluruhan untuk meningkatkan penghasilan petani. Perhatian pelaksanaan program dimulai dari tahap implementasi awal sampai dengan produksi, serta adanya identifikasi peningkatan taraf hidup petani penerima pada saat karet telah menghasilkan. 6. Lembaga perbankan di provinsi Jambi dapat memanfaatkan program ini sebagai peluang penyaluran kredit melalui skim-skim kredit yang disediakan. Dengan adanya dukungan lembaga perbankan dan lembaga keuangan, program ini akan lebih efektif dalam mencapai sasaran peningkatan produksi karet di daerah.
e. Dukungan Perbankan Jambi Pemerintah provinsi telah melakukan beberapa kali sosialisasi dengan mengikut-sertakan pihak perbankan. Pada setiap kesempatan itu, selalu pihak perbankan dimohon keikutsertaannya membantu membiayai kekurangan dana yang dibutuhkan oleh petani penerima program sampai berhasilnya program tersebut. Pihak perbankan, karena semuanya merupakan perusahaan yang berbentuk profit motif, tentu tidak begitu saja dapat ikut membantu dengan skim-skim kreditnya. Mereka tentu memerlukan kajian kelayakan yang mendalam agar dana yang disalurkan nantinya akan dapat dikembalikan oleh petani penerima. Oleh sebab itu pihak perbankan memerlukan jaminan kepastian usaha dan berbagai kajian lain yang harus dilakukan apalagi sampai sekarang belum ada bentuk skim-skim pendanaan khusus untuk peremajaan karet. Memang sangat disadari bahwa lembaga perbankan pasti memerlukan kajian-kajian detail untuk memperkuat investasi mereka, namun tidak pula salah kalau kebijakan kajian tersebut dilaksanakan secepat mungkin sehingga kekurangan pendanaan yang dihadapi oleh pemerintah daerah dan petani penerima program peremajaan karet di provinsi Jambi dapat berjalan dengan baik. Namun yang jelas sampai sekarang, belum ada komitmen yang pasti baik antara pihak lembaga perbankan daerah Jambi dengan pemerintah provinsi atau kabupaten penerima program peremajaan karet. Demikian pula belum juga ada bentuk skim-skim pendanaan yang khusus bagi petani peserta peremajaan karet. Pihak pemerintah daerah telah mensosialisasikan program mereka, dan diharapkan ada respon positif dari lembaga perbankan daerah dalam bentuk tindakan nyata membantu program peremajaan karet yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi Jambi dan pemerintah kabupaten dalam provinsi Jambi. Tabel 1. Rencana Peremajaan dan Perluasan Perkebunan Karet Provinsi Jambi Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Peremajaan 17,500 25,000 27,500 27,500 130,656 228,156
Luas (Ha) Perluasan 5,000 5,000 5,000 5,000 5,294 25,294
Jumlah 22,500 30,000 32,500 32,500 135,950 253,450
Seiring dengan semakin berkurangnya produksi dan cadangan minyak bumi di dunia menyebabkan harga minyak bumi semakin tinggi. Pada aspek lain terjadinya berbagai krisis dan ketegangan yang terjadi pada negara pengekspor minyak utama dunia, seperti Iran, Irak, Venezuela dan lainnya menyebabkan terjadi gejolak melambungnya harga minyak di pasar internasional, tercatat pada Juli tahun 2006 mencapai US$73 per barrel, meningkat tajam dibandingkan rata-rata harga minyak bumi tahun 2004 yang berada pada posisi kurang dari US$ 50 per barrel. Walaupun telah terjadi penurunan harga minyak bumi pada bulan September 2006 mencapai US$67 per barrel masih dirasakan cukup tinggi. Tingginya harga minyak bumi ini menyebabkan produk-produk utama dan sampingan minyak bumi juga ikut naik, dan produk-produk yang bahan bakunya menggunakan bahan dari minyak bumi dan hasil sampingannya menjadi mahal. Hal inilah yang dihadapi oleh harga produksi karet sintetis dunia, yang merupakan saingan dari karet alam menjadi mahal dan kemampuan kompetitifnya makin berkurang.
Kondisi yang demikian konsumen produk karet alam dunia semakin meningkat, sehingga harga ditingkat petani juga ikut meningkat. Pada sisi lain jumlah konsumsi karet alam dunia mulai dari tahun 2003 sudah berada di atas kemampuan produksi normal, untuk tahun 2005 jumlah produksi normal sekitar 7,8 juta ton sedangkan tingkat konsumsi mencapai 8,1 juta ton, dan gab (perbedaan) ini semakin lama semakin besar sampai tahun 2035 nantinya, hal ini disebabkan pertumbuhan tingkat konsumsi karet alam jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan produksinya. Rencana rehabilitasi karet Jambi disebar ke seluruh kabupaten, yaitu: Batanghari seluas 2.500 ha, Muaro Jambi seluas 2.500 ha, Bungo seluas 2.700 ha, Tebo seluas 3.000 ha, Merangin seluas 3.000 ha, Sarolangun seluas 2.500 ha, Tanjung Jabung Barat seluas 500 ha, Tanjung Jabung Timur seluas 500 ha, dan Kerinci seluas 300 ha.