TEKNIK PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA KARET UNGGUL DI PROVINSI JAMBI
BROSUR: TEKNIK PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA KARET UNGGUL DI PROVINSI JAMBI
Penanggung Jawab : Dr. IrBambang Prayudi (Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi)
Oleh : Yardha Syafri Edi Mugiyanto
Dewan Redaksi Ketua : Drs. Suharyon Anggota : 1. Ir. Ahmad Yusri, M.Si 2. Ir. Linda Yanti, M.Si 3. Ir. Marlina Susy Rangkuti 4. Heri Sandra, S.Pi,M.Si Redaksi Pelaksana dan Design Sampul : Endang Susilawati, S.Pt Diterbitkan oleh: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI Jl. Samarinda Paal Lima Kotabaru Jambi Kotak Pos 118 Jambi 36128 Telepon: 074 1 - 40174/7553525 Fax: 0741 - 40413 E-mail:
[email protected] Tahun: 2007
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2007
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Dengan mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan petunjuk Nya jualah Brosur tentang Teknik Pembibitan dan Budidaya Karet Unggul Di Provinsi Jambi
ini dapat
diselesaikan. Brosur ini memuat tentang potensi lahan dan kondisi iklim yang cocok untuk budidaya karet serta pengenalan klon unggul karet dan
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
I.
PENDAHULUAN
1
II.
POTENSI DAERAH
2
III.
2.1 Lahan dan Tanah ……………………………….. 2.2 Kondisi Iklim …...……………………………… BUDIDAYA KARET
3 4 6
3.1
Pengenalan Klon Unggul Karet ………………… 3.1.1. Klon anjuran …………………………… 3.1.2. Pembibitan ………………………………
6 6 7
3.2
Persiapan Lahan Kebun ………………………… 3.2.1. Persiapan dan Pembukaan Lahan ……… 3.2.2. Penanaman ……………………………….. 3.2.3. Pemeliharaan Tanaman Karet …………..
16 16 16 17
persiapan lahan perkebunan pada budidaya karet. Penulis menyadari penulisan Brosur ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan masa yang akan datang. Semoga Brosur ini bermafaat bagi pengguna terutama petani.
Jambi, September 2007 Kepala Balai
Halaman i
KATA PENGANTAR
IV. PENUTUP
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Dr. Bambang Prayudi NIP: 080 037 725
i
ii
DAFTAR TABEL
No. 1.
Tabel Analisis tumpangsari jagung pada perkebunan karet rakyat tahun pertama ……………………………....
DAFTAR GAMBAR
Halaman 2
2. 3.
Kriteria untuk peilayahan agrolimat tanaman karet ….. Dosis pupuk tanaman karet di pembibitan ……………...
4 10
4. 5.
Jumlah mata entres dari kebun seluas satu hektar ……… Dosis pupuk tanaman karet di lapangan ………………...
13 17
iii
No.
Gambar
1.
Pembibitan Batang Bawah …………………………….
10
2.
Bibit yang telah diokulasi di Lapangan ………………..
11
3.
Hamparan kebun entres ………………………………..
15
4.
Serangan penyakit jamur upas …………………………
21
5.
Serangan penyakit akar putih ………………………...
22
6.
Serangan penyakit gugur daun colletotrichum ……….
23
iv
Halaman
I. PENDAHULUAN
Rendahnya tingkat adopsi terhadap penggunaan klon unggul pada umumnya petani belum banyak mendapatkan informasi teknologi budidaya
Tanaman karet merupakan salah satu komoditas unggulan daerah. Hal ini dikarenakan lebih dari 190.133 kepala keluarga (KK) bermata pencaharian pokok dari tanaman karet dan sebagai komoditas penghasil devisa daerah. Pada tahun 2001 devisa yang diperoleh daerah dari
karet, akibatnya penyebaran klon-klon unggul tidak sesuai dengan anjuran. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman karet dapat dilakukan dengan perbaikan genetik, yaitu menggunakan klon-klon unggul baru.
komoditas ini sebesar US$ 68.75 juta. Luas perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi 557.042 ha dengan produksi 229.900 Ton.
Dari luasan tersebut 105.566 ha merupakan
tanaman belum menghasilkan (TBM), 330.820 Ha tanaman menghasilkan (TM) dan 130.656 ha tanaman tua (TT) (disbun Provinsi Jambi, 2006). Pemerintah Daerah Provinsi Jambi melalui Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dalam kurun waktu 5 tahun kedepan (Tahun 2006-2010) akan melakukan peremajaan (130.656 ha) dan perluasan (25.295 ha) perkebunan karet seluas 155.950 ha. Rata-rata per tahun peremajaan seluas 26.131,2 ha dan perluasan seluas 5.058,8 ha, dan keseluruhan adalah 31.190 ha (Disbun Provinsi Jambi, 2005). Penyebab utama rendahnya produktivitas karet rakyat dibandingkan dengan PBS dan PBN adalah : (1) Banyaknya tanaman karet sudah berumur tua/rusak, (2) Kurangnya pemakaian klon unggul, (3) Kurang bahkan tidak melakukan pemeliharaan tanaman dengan baik, terutama pemupukan, (4) Adanya serangan hama penyakit, terutama penyakit Jamur Akar Putih (JAP), dan (5) Jumlah tegakan atau populasi per hektar terlalu padat bahkan terdapat jenis species lain selain dari Havea bransilliensis` 1
2
II. POTENSI DAERAH
Ditinjau dari topografi, sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah wilayah Provinsi Jambi, maka tanaman karet dapat tumbuh dan berproduksi
2.1. Lahan dan Tanah Provinsi Jambi secara geografis terletak di antara 0 0 45’ sampai
dengan baik. Hal ini disebabkan faktor pembatasnya pada kategori ringan
20 45’ Lintang Selatan dan antara 101 0 10 ’ sampai 104 0 55’ Bujur Timur.
dan sedang (Tabel 1)
Luas wilayah Provinsi Jambi keseluruhan mencapai 53.435 km2. Bentuk
2.2. Kondisi iklim Rata–rata suhu minimum 23,12 0C dan maksimum adalah 32,06 0C.
wilayah sebelah Barat berupa pegunungan dan mendatar kearah Timur. Berdasarkan hasil studi agroekologi zone, wilayah Provinsi Jambi dibagi kedalam 6 agroekologi zone yaitu ; (1) Lahan kering dataran rendah, (2) Lahan kering dataran tinggi, (3) Lahan pasang surut, (4) Lahan sawah irigasi, (5) Lahan tadah hujan, dan (6) Perairan umum. Jenis tanah yang
Jeluk efektif (cm) Drainase dakhil
Ringan Datar s.d bergelombang 0-16% >100 Sedang
Tekstur tanah
Liat 10-40%
Bentuk muka lahan
Debu 20-50% PH tanah
5,6 – 6,5
Pasir/debu 50-70% dengan liat 10-30% Pasir/debu 0-20% dengan liat 40-50% 5,6 – 6,5
Sesuai dengan kondisi suhu udara dan curah hujan dan kriteria untuk pewilayahan agroklimat tanaman karet (Tabel.2), maka wilayah tergolong sangat sesuai dan sesuai bagi pertumbuhan
tanaman karet.
Tabel 1. Penilaian kesesuaian tanah untuk tanaman karet Faktor Pembatas Sedang Bergelombang s.d sedikit berbukit 17140% 45-99 Cepat/lambat
84,5 0C dan rata-rata curah hujan 2.067 – 2.777 mm/thn.
Provinsi Jambi
dominan adalah Podsolik Merah Kuning (PMK).
Parameter
Sedangkan kelembaban udara relatif 83,64 %. Suhu udara berkisar 82,8 –
Berdasarkan kebutuhan agroklimat untuk pengembangan karet di Jambi dapat direkomendasikan untuk wilayah sedang dan kering.
Berat Berbukit terjal >40%
Sedangkan daerah beriklim basah curah hujan diatas 4000 mm/thn dan
<45 Sangat cepat/ sangat lambat Liat >50% atau pasir/debu >70%
suhu rendah <25 0C atau setara dengan ketinggian 500 m dpl, penaman karet tidak dianjurkan karena tingginya faktor pembatas. Dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan juga faktor karakteristik dari masing-masing klon anjuran maka penggunaan klon dianjurkan sesuai dengan kondisi iklim yang dikehendaki.
< 4,5 atau > 6,5
Sumber : Sugiyanto, dkk., 1998 dalam Rosyid, dkk., 2004
3
4
Tabel. 2 Kriteria untuk pewilayahan agroklimat tanaman karet Zona
III. BUDIDAYA KARET
Curah hujan (mm/thn)
Jumlah bulan kering berturut-turut
Suhu udara (oC)
Faktor pembatas
Kelas kesesuaian iklim
Sedang
1500-3000
0-2
25-28
-
S1
Kering
1500-3000
3-4
25-28
Kekeringan moderat
S2
3000-4000
-
25-28
Kelembaban tinggi, gangguan penyakit daun Colletotrichum dan penyadapan
S2
Basah
>4000
Bahan tanam yang digunakan untuk pertanaman karet di Indonesia pada awalnya berasal dari populasi introduksi berupa biji yang tidak terseleksi. Penanaman tersebut ternyata memberikan keragaman ya ng
untuk mendapatkan pohon induk seleksi. Dengan didapatkannya pohon induk terseleksi tersebut maka pengembangan karet selanjutnya berasal dari pohon induksi terseleksi tersebut. Dengan demikian kegiatan pemuliaan
25-28
Kekeringan berat
TS
-
<25
Suhu rendah menyebabkan pertumbuhan terhambat
TS
Curah hujan berlebihan, gangguan penyadapan dan penyakit daun
TS
25-28
3.1.1. Klon anjuran
sangat tinggi, sehingga pada tahun 1910 mulai dilakukan seleksi awal
>4
-
3.1. Pengenalan Klon Unggul Karet
sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1910. Bahan tanaman berupa seedling terseleksi merupakan hasil kegiatan seleksi periode tahun 1910 1935 yang selanjutnya dikelompokkan kedalam generasi I. Selanjutnya kegiatan pemuliaan berjalan terus sampai Generasi ke IV dan didapatkan klon-klon unggul yang berpotensi tinggi. Klon-klon karet anjuran yang telah direkomendasikan Pusat Penelitian Karet saat ini adalah: 1. Klon anjuran komersial (BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, dan PB 260).
Keterangan: S1, S2, S3, TS masing-masing adalah sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai (Sumber Thomas et al., 1996 dalam Rosyid, dkk,. 2004)
2. Klon penghasil lateks-kayu (BPM 1, PB 330, PB 340, RIIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, dan IRR 118). 3. Klon penghasil kayu (IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78).
5
6
4. Klon Harapan (IRR 24, IRR 33, IRR 41, IRR54, IRR 64, IRR 105,
dengan beberapa pertimbangan antara lain memper hatikan kepentingan
IRR 107, IRR 111, IRR 119, IRR 141, IRR 144, IRR 208, IRR 211,
pengguna untuk penanaman klon karet tersebut pada wilayah tertentu.
dan IRR 220). Sebagai batang bawah dianjurkan mengunakan benih yang berasal
Dua
hari sebelum pengambilan benih karet,
harus dilakukan
pembersihan biji yang ada disekitar pohon induk, karena biji dimaksud
dari klon Avros 2037, BPM 24, GT 1, PB 260, dan RRIC 100.
tidak diketahui sejak kapan biji tersebut jatuh. Rotasi pengumpulan biji
Klon-klon lama yang sudah dilepas seperti GT 1, PR 225, PR 261, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, masih dapat digunakan dengan beberapa
pada satu areal paling lambat dua hari sekali.
Pengujian kemurnian benih perlu dilakukan dengan cara mengambil
pertimbangan antara lain memperhatikan kepentingan pengguna untuk
secara acak 100 butir dari satu karung goni, kemudian dipecah untuk
penanaman klon karet tersebut pada wilayah tertentu.
dinilai keseragamannuya. Apabila belahan biji tersebut masih putih
3.1.2. Pembibitan
murni sampai kekuningan-kuningan dinilai baik, apabila berwarna
Usaha pengembangan perkebunan karet yang efisien, mampu
kekuningan berminyak, kuning kecoklatan sampai hitam atau keriput
menghasilkan bahan tanaman yang berkualitas serta kemurnian terjamin, maka perlu dilakukan penyediaan bibit secara swadaya yaitu dengan
dinilai jelek. Nilai kesegaran yang baik adalah 70% - 90%.
Metode
pemilihan benih karet adalah lentingan yaitu benih
membangun kebun bibit batang bawah dan kebun entres. Langkah awal
dilentingkan/dijatuhkan dari ketinggian 70 – 100 cm pada kotak kayu
pengadaan bibit adalah sebagai berikut:
berukuran 40 x 40 x 40 cm. Apabila benih melenting keluar melewati
3.1.2.1. Pengadaan be nih untuk batang bawah
dinding kotak, dinilai biji tersebut baik. Cara lain adalah dengan
merendam di dalam air, apabila 2/3 bagian biji terendam, maka benih
Jumlah bibit per hektar berkisar antara
65.000 – 73.000 populasi
tanaman. Kebutuhan biji untuk jumlah tersebut
sekitar 100.000 –
tersebut dianggap baik.
120.000.000 butir.
3.1.2.2. Bedengan untuk perkecambahan
Benih berasal dari benih terpilih atau biji yang diketahui pohon
induknya yang berasal dari klon-klon anjuran (Avros 2037, BPM 24, GT 1, PB 260, dan RRIC 100) yang diambil dari pohon induk minimal
Ukuran bedengan adalah : panjang 5 meter, lebar 1,2 meter tergantung kondisi tempat.
Arah bedengan memanjang Utara – Selatan, diberi naungan dari daun
berumur 10 tahun. Klon-klon lama yang sudah dilepas seperti GT 1, PR
alang-alang atau rumbia. Tinggi tiang sebelah Timur 1,2 meter dan
225, PR 261, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, masih dapat di gunakan
Barat 0,90 meter.
7
8
Dekat dengan sumber air
Tanah untuk dasar perkecambahan harus bebas dari gulma, batu-batuan,
Pembibitan akan menghasilkan bibit polibeg siap salur sebanyak 35.000 – 36.000 bibit polibeg, dengan ketentuan sebagai berikut:
gumpalan tanah dan sisa-sisa akar.
Seleksi sampai bisa di okulasi mencapai 75%
Pinggir bedengan diperkuat dengan papan atau bambu, kemudian
Persentase okulasi 80%
taburkan pasir sungai merata setebal 5 cm.
Bibit polibeg 90%
3.1.2.3. Perkecambahan
Biji ditanam pada bedengan yang telah disiapkan dengan bagian perut menghadap ke bawah dan punggungnya terlihat dipermukaannya.
Jarak antara benih + 1 cm, sehingga dalam 1 m2 bedengan memuat 1.000 butir.
Setelah benih ditanam dilakukan penyiraman dengan interval dua kali sehari untuk menjaga kelembaban
Benih akan mulai berkecambah pada hari ke tujuh. Bibit setelah stadia
Gambar 1. Pembibitan batang bawah
pancing dipindahkan ke pembibitan lapangan. Benih yang berkecambah 3.1.2.5. Pemeliharaan bibit di lapang
lebih dari 21 hari dibuang. 3.1.2.4. Pembibitan batang bawah di lapang
Penyiraman dua kali sehari
Penyiangan rumput atau gulma pengganggu dengan interval dua kali
Areal pembibitan usahakan pada tanah datar, gembur mengandung
sebulan
bahan organik tinggi dan dekat dengan sumber air untuk memudahkan
penyiraman
Ukuran bedengan 4 x 15 meter (tergantung kondisi lapangan), dalam
Pupuk dasar mengunakan Rock Phosphate dengan dosis 1.200 kg/ha. Pupuk susulan dengan dosis seperti tertera pada Tabel 3.
setiap 4 meter dibuat jalan sebesar 1 meter untuk memudahkan pemeliharaan dan pengontrolan tanaman
Jarak pengajiran pembibitan dilapangan 30 x 30 x 50 cm
1 9
10 2
Tabel 3. Dosis pupuk tanaman karet di pembibitan Waktu Pemupukan Bulan pertama Bulan kedua Bulan ketiga Bulan keempat Bul;an ke lima s/d okulasi
Urea 90 225 225 225 450
Jenis pupuk (khg/ha) SP-36 KCl Kieserit 110 45 45 280 90 90 280 90 90 280 90 90 550 180 180
3.1.2.6. Pembibitan dalam polibeg Dolomit 67,5 135 135 135 270
berwarna hitam, bagian bawah dan samping diberi lobang untuk penuntas air.
Mengayak tanah lapisan atas untuk membebaskan dari kotoran, sisa akar, batuan dll.
Pengendalian hama dan penyakit. Hama rayap dapat diberantas
Mengisi tanah atas yang sudah diayak yang telah dicampur
dengan Insektisida Basudin dan Diazinon 10-G ditaburkan disekitar
dengan 50 gr RP kedalam polibeg
leher akar, sedangkan untuk pengendalian penyakit daun dengan
Menyusun polibeg dalam bedengan dengan lebar 40 cm dan
fungisida Dithane 45 atau dihembus dengan asap belerang.
Jenis pekerjaan dalam pembibitan dalam polibeg adalah sebagai berikut:
Sumber : Rosyid dkk, 2005.
Ukuran polibeg 25 x 50 x 40 cm dengan tebal 0,10 mm, polibeg
tinggi 15 cm
Okulasi pohon karet merupakan satu rangkaian usaha untuk memperoleh bahan tanaman yang baik (unggul) yang tidak dapat dipisahkan sejak seleksi dan perkecambahan. Okulasi dapat dilakukan
3.1.2.7. Kebun Entres
Mata ukulasi untuk bahan okulasi pada persemaian lapangan berasal
secara green budding (okulasi hijau: umur bibit 5 – 6 bulan) dan
dari kebun entres, untuk itu kebun entres harus dibangun terlebih
brown budding (okulasi coklat umur 9 – 10 bulan).
dahulu sebelum membangun persemaian batang bawah di lapangan.
Beberapa persyaratan pemilihan lokasi kebun entres adalah sebagai berikut: Pembuatan bedengan/petakan dengan ukuran 5 x 20 meter, diantara bedengan dibuat jalan selebar 150 cm termasuk parit, tiap bedengan/petak untuk penanaman satu jenis klon. Jarak tanam 100 x 100 cm, tiap bedengan berisi 5 x 20 batang = 100 batang
Gambar 2. Bibit yang telah di okulasi di lapangan 11 1
12 2
Lobang tanaman berukuran 60 x 60 x 60 cm, 2-3 bulan sebelum
Dari satu meter batang/turus entres dapat diperoleh 16 – 20 mata
dilakukan penanaman, lobang tanam dipupuk dengan Rock
okulasi. Jumlah mata okulasi yang dapat diperoleh per satuan hektar
posphat
ádalah sebagai Tabel 4.
Penanaman bibit di sesuaikan dengan klon yangdiharapkan Tabel 4. Jumlah mata entres dari kebun seluas satu hektar
sebagai sumber entres 3.1.2.8. Pemeliharaan kebun Entres
Umur Tanaman
Penunasan (wiwilan), tunas liar perlu diwiwil sampai ketinggian 3
Panjang kayu entres/pohon (cm)
Jumlah mata tunas
meter dari permukaan tanah.
Tahun pertama
1,2
12.000
192.000
Pemurnian klon, setelah tanam mempunyai 5-6 payung diadakan
Tahun kedua
2,4
24.000
384.000
pemurnian oleh Balai Penelitian
Tahun ketiga
3,2
32.000
512.000
Tahun keempat
3,0
30.000
480.000
Tahun relima
3,0
30.000
480.000
12,8
128.000
2.048.000
Penyiangan dilakukan dengan interval satu bulan sekali.
Pemberantasan dan pengendalian hama/penyakit di kebun entres dilakukan sesuai dengan prosedur sebagai berikut:
Jumlah Sumber: Rosyid dkk, 2005.
Penyakit daun diberantas dengan belerang, Dithane dll
Jamur diberantas dengan Calixin RP
Panjang kayu entres/pohon (cm)
Dari cara pemotongan dan laju batang/turus entres dan jumlah mata okulasi tersebut diatas, maka dapat dihitung kebutuhan pohon entres
Pemupukan diberikan Urea, SP-36 dan KCl masing-masing 10
untuk lahan pertanaman per hektar adalah: Kerapatan tanam 550 pohon/ha dengan jarak tanam 6 x 3 m)
gr/pohon
Kebutuhan mata okulasi untuk lahan satu hektar = 550 x 110% 3.1.2.9. Panen Entres
x 120% = 726 mata okulasi dalam polibeg, untuk penyulaman
dicadangkan 20%.
Pemotongan cabang pertama dilakukan 10 – 15 cm diatas pertautan okulasi. Pada tahun pertama diperoleh satu buah turus/batang entres.
Rata-rata satu pohon entres diperoleh 2,5 m kayu entres
Pada tahun kedua diperoleh dua buah turus/batang entres dipotong 10 –
Jumlah pohon entres untuk satu hektar adalah: 630 x (16 x 2,5
15 cm diatas potongan yang dilakukan pada tahun pertama, begitu juga
m) = 15 pohon entres.
untuk pemotongan selanjutnya sampai dengan pada ke lima. 13 1
14 2
Tidak tumbuh cabang atau tunas serta polibeg dalam keadaan baik dan tidak ada akar yang keluar dari polibeg.
3.2. Persiapan Lahan kebun 3.2.1. Persiapan dan Pembukaan Lahan
Lahan
dibersihkan dari
hutan,
pohon-pohon,
tunggul
beserta
perakarannya. Gambar 3. Hamparan Kebun Entres
15%.
3.1.2.10. Kriteria bibit stump mata tidur yang baik.
Memiliki akar tunggang yang lurus atau tidak bercabang dengan
Tinggi batang di atas okulasi sekitar 10 cm pada bagian bekar
3.2.2. Penanaman
Pada bagian okulasi ditoreh berwarna hijau
Apabila terdapat bibit yang memiliki akar tunggang lebih dari satu sebaiknya pilih salah satu akar tunggang yang paling baik, sedangkan yang lainnya dibuang.
dari mata okulasi. Pertumbuhan tunas jagur dan tegap serta lurus agak menyamping, membengkok
Gunakan bibit dalam polibeg yang sudah siap salur dengan cirri-ciri, pertumbuhan sehat atau kekar, telah memiliki satu atau dua payung
Payung daun teratas dalam keadaan tua dan tunas yang tumbuh berasal
pertumbuhan tunas
Satu bulan sebelum tanam sebaiknya lobang tanaman diberikan pupuk Rock Phosphate sebanyak 200 gr/lobang.
3.1.2.11. Kriteria bibit polibeg yang baik.
apabila
Pembuatan lubang tanam. Ukuran lubang tergantung tekstur tanah,
40 x 40 x 40 cm, dibuat 6 bulan sebelum tanam.
sekitar 2,5 cm.
dengan
makin berat tanah ukuran lubang makin besar. Ukuran lubang adalah
pemotongan diolesi TB 192 atau parafin dan memiliki diameter batang
Mengajir lubang tanam, jarak tanam karet 6 x 3 meter kerapatann pohon per hektar adalah +550 pohon/ha.
panjang minimal 30 cm dan lateral 10 cm.
Pembuatan teras-teras pada lahan yang memiliki kemiringan lebih dari
ke
atas
maka
ada
daun normal.
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan dan hindari penanaman pada waktu panas terik.
Bibit ditanam sebatas leher akar dan tanah sekitar batang dipadatkan.
kemungkinan berasal dari tunas palsu.
15 1
16 2
Penutupan lubang tanam dibuat cembung agar tidak terjadi genangan air, tanaman yang mati segera dilakukan penyulaman selama musim
Tabel 5. Dosis pupuk tanaman karet di lapangan Waktu Pemupukan Pupuk dasar Tahun pertama
125
150
50
50
Tahun kedua
150
175
75
75
Tahun ketiga
175
225
75
75
Tahun keempat
225
275
100
100
Tahun ke lima
250
275
100
100
hujan. 3.2.3. Pemeliharaan Tanaman Karet Pemeliharaan bertujuan untuk; 1) menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah, 2) mengurangi persaingan dengan tumbuhan lain, baik dalam pengambilan air, unsur hara, cahaya matahari dan udara, 3) mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit yang biasa merusak atau
Jenis pupuk (kg/ha) SP-36 KCl Kieserit 125 -
Urea -
musuh dari tanaman karet. Langkah-langkah kerja tersebut adalah: a. Penyiangan dilakukan tergantung kondisi gulma dilapangan minimal penyiangan dilakukan 1 kali enam bulan.
c. Pengendalian hama: Pada umumnya hama yang menyerang tanaman karet masih muda adalah hama babi, Tenuk/tapir, kera/moyet dan
b. Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan daya ta han
rayap. Pengendalian hama babi dan Tapir yang efektif adalah :
tanaman terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti
Membuat pagar yang rapat dan kebun dijaga
kekeringan, meningkatkan produksi dan mutu hasil, mempertahankan
Berburu secara gotong royong
stabilitas produksi. Dosis pemupukan ditentukan oleh umur tanaman,
Memusnahkan sarangnya dengan cara menghilngkan semak-
kondisi tanah dan iklim, serta kondisi tanaman. Pupuk diberikan
semak disekitar areal kebun.
setahun dua kali, yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Cara
Memasang jerat pada tempat keluar masuknya babi ke kebun.
pemberian pupuk mengikuti jarak dan tata tanamnya, kedalaman
Menggunakan racun seperti Temix.
penempatan 2-5 cm. Dosis pemupukan sebagaimana tertera pada
Hama rayap pada umumnya berkumpul dan bersarang pada
Tabel 5.
tanaman yang sudah mati, serangan pada tanaman karet biasanya setelah tanaman karet mati akibat serangan jamur akar putih. Secara umum serangan rayap biasa terjadi pada musim kemarau atau saat kekeringan. Pengendalian hama ini adalah dengan cara:
17 1
18 2
Membersihkan tunggul-tunggul sisa pembukaan lahan
Menanam dengan tanaman polibeg
Menaburkan carbofuran (furadan, dharmafur
dibentuk pada lentisel atau pada celah-celah. atau curater) disekitar
Stadium kortisium berupa lapisan kerak bewarna merah jambu, terdiri atas lapisan himenium, biasanya dibentuk pada sisi bawah
tanaman yang terserang sebanyak 1 sendok makan.
cabang atau sisi cabang yang agak ternaung.
d. Pengendalian penyakit: Penyakit yang umum menyerang tanaman karet adalah: Penyakit Jamur Upas, Akar Putih, Gugur Daun Colletotrichum.
1. Penyakir Jamur Upas
Stadium nekator berupa bintil-bintil kecil bewarna oranye kemerahan merupakan sporodokhia jamur upas. Stadium nekator
Penyakit ini merupakan penyakit cabang atau batang. Jamur ini mempunyai empat tingkat perkembangan:
Stadium bongkol berupa gambaran hifa bewarna putih biasanya
terdapat pada cabang yang tidak terlindung. b. Penyebab
Terbentuknya lapisan jamur yang tipis berwarna putih pada
Disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor B et Br.
permukaan kulit
C. salmonicolor mempunyai basidium yang tersusun paralel pada
Berkembang membentuk kumpulan benang jamur (tingkat bongkol)
stadium kortisium. Basidium berbentuk gada, pada ujungnya
Terbentuknya lapisan kerak berwarna merah muda, pada tingkat ini
berbentuk empat sterigmata yang mendukung basidiospora.
jamur telah masuk kedalam kayu. Jamur membentuk lampiran tebal berwarna merah tua. Pada bagian yang terserang umumnya terbentuk
c. Pengendalian
Batang atau cabang sakit yang ukurannya masih kecil (diameter <
latek berwarna coklat hitam. Kulit yang terserang dan membusuk
1 cm) dipotong 10 cm dibawah pangkal dibagian yang sakit.
berwarna hitam kemudian mengering dan mengelupas. Pada serangan
Potongan-potongan batang dan cabang yang sakit dikumpulkan
lanjut tajuk percabangan akan mati dan mudah patah oleh angin.
kemudian dibakar.
a. Gejala
Pada daerah lembab dianjurkan menanam klon - klon : AVROS
Cabang atau ranting yang terserang layu mendadak.
2037, PR 261, GT 1, BPM 107, PB 260, TM 2, TM 4, TM 5, TM
Serangan dapat terjadi pada cabang yang dibawah, tengah,
6, TM 8 dan TM 9.
maupun diujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang.
Usahakan jarak tanam tidak terlalu rapat.
Stadium sarang laba-laba, berupa lapisan hifa tipis, berbentuk
Batang atau cabang sakit yang ukurannya sudah cukup besar,
seperti jala bewarna putih perak.
apabila serangannya masih awal bagian yang sakit cukup diolesi 19 1
20 2
dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz 0,4%
sakit membusuk, kering dan lunak, dan terdapat garis-garis bewarna
formulasi. Apabila serangannya sudah lanjut, batang atau cabang
putih yang terdiri atas miselia jamur.
yang sakit dipotong, sisa cabang atau batang yang dipotong dan cabang-cabang disekitarnya diolesi dengan fungisida Calixin RM
b. Penyebab Penyakit
atau Copper Sandoz.
Disebabkan oleh jamur Fomes noxiuscorner. Sinonimnya adalah Fomes lamaoensis Murr. atau Phellinus lamaensis (Murr). Heim.
Badan buah jamur jarang dibentuk, kalau dibentuk biasanya menyerupai tapal kuda tipis, bewarna putih dan mempunyai zone - zone pertumbuhan yang sepusat. Badan buah biasanya dibentuk pada pangkal batang pohon yang mengalami serangan lanjut.
c. Pengendalian
Gambar 4. Serangan Penyakit Jamur Upas
Membongkar tanaman yang sakit, semua akar yang sakit sampai yang kecil-kecil harus diangkat, dikumpulkan kemudian dibakar.
2. Penyakit Jamur Akar Putih
a. Gejala Gejala yang tidak khas, daun-daun tanaman yang sakit mula-mula menguning kemudian rontok secara bergiliran, atau ada yang mulamula menguning kemudian layu secara mendadak dan serempak
Lubang bekas pembongkaran dibiarkan terbuka, tidak ditanami kembali selama beberapa tahun. Tunggul-tunggul dan bangkai tanaman yang mati juga dikeluarkan
dari kebun dan dibakar.
dan akhirnya mengering tetapi tetap melekat pada cabang (tidak segera rontok).
Gejala yang khas, akar-akar yang terserang, terutama akar tunggang tertutup oleh kerak yang terdiri atas butir-butir tanah yang melekat kuat sehingga tidak mudah lepas walapun dicuci dan disikat, diantara butir-butir tanah tampak adanya anyaman miselia jamur bewarna coklat gambir sampai coklat kehitaman..; Kayu akar yang 21 1
Gambar 5. Serangan Penyakit Akar Putih Riqidoporus microporus 22 2
c. Pembentukan Cabang Apabila tanaman karet sudah sampai ketinggian 3 meter belum
3. Penyakit Gugur Daun Colletotrichum a. Gejala Penyakit ini menyerang pada berbagai tingkat umur tanaman karet. Daun-daun muda yang terserang lemas berwarna hitam, mengeriput, bagian ujung mati dan menggulung. Pada daun dewasa terdapat bercak-bercak berwarna hitam, berlubang dan daun keriput serta bagian ujungnya mati. Tanaman yang terserang tajuknya menjadi gundul. Penyakit ini juga mengakibatkan mati pucuk. Serangan penyakit ini terjadi pada saat tanaman membentuk daun muda selama musim hujan. Serangan berat bisa terjadi pada kebun yang letaknya diatas 200 m dpl atau daerah beriklim
tujuan agar tanaman karet tidak terlalu tinggi dan mudah patah pada bagian batangnya. Pembentukan cabang biasanya dilakuka n dengan 2 cara, yaitu topping dengan cara penyanggulan atau membungkus bagian ujung daun. Topping dilakukan dengan cara pemotongan batang pada ketinggian 3 meter pada bagian batang yang berwarna coklat. Bekas pemotongan harus diolesi dengan parafin atau TB 192. Penyanggulan dilakukan pada ketinggian 3 meter dengan menyatukan daun bagian ujung yang sudah tua, kemudian atau biasa juga dengan membungkus
basah.
daun ujung dengan menggunakan plastik.
b. Pengendalian:
terbentuk cabang, maka perlu dilakukan pembentukan cabang dengan
Menanam klon yang tahan yaitu: BPM 1, PR 261, AVROS 2037, RRIC 100, RRIM 600, RRIC 102, RRIC 110, TM 2, TM 4, TM 6,
Cabang yang terbentuk sebaiknya hanya tiga cabang, apabila terbentuk lebih, maka perlu dilakukan pengurangan cabang-cabang kecil dengan cara dipotong, luka bekas potongan diolesi parafin atau
dan TM.
TB 192.
Pemupukan yang teratur dan sesuai anjuran.
Penggunaan fungisida Dithan M-45, Delsen, Manzate M-200, Daconil 75 WP, Antracol 70 WP atau jenis fungisida lainnya.
Gambar 6. Serangan Penyakit Gugur Daun Colletotrichum 231
24 2
IV.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Melihat kondisi kebun karet rakyat di Provinsi Jambi saat ini perlu
Aima, H.M., 2000. Pengembangan Karet Rakyat di Provinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batang Hari Jambi. Vol 2 No.1 Pebruari 2002. Hal 1-8
dilakukan upaya perbaikan dan pembenahan kebun dan tanaman melalui penerapan teknologi spesifik dengan wilayah Jambi. Usaha perbaikan dapat dimulai dari peremajaan karet yang sudah tua dan rusak dengan klon-klon unggul yang mempunyai potensi hasil 2-3 kali lipat dari klon yang berasal dari benih asalan. Pengembangan klon anjuran yang sesuai dengan agroklimat wilayah Jambi adalah klon penghasil lateks PB 260, BPM 107 dan IRR 104, Klon penghasil lateks kayu RRIC 100, BPM 1, IRR 39 dan IRR 42. Disamping penggunaan klon unggul spesifik lokasi tersebut perlu dilakukan pengendaliaan penyakit jamur akar putih dan memperbaiki tingkat pemeliharaan kebun. Pengendaliaan jamur akar putih dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, biologis dan kimiawi. Salah satu cara pengendaliaan
dengan
biologis
adalah
dengan
menggunakan
Trichoderma Congii, Tricho-P dan pengendaliaan dengan cara kimiawi adalah dengan menggunakan fungisida berbahan aktif Heksakonazol 50 g/lt. Pemeliharaan tanaman dan kebun yang diutamakan adalah pemupukan, mengusahakan populasi tanaman yang optimal dan kebersihan kebun agar kelembaban kebun tidak terlalu tinggi.
251
Azwar, R., dan Yardha. 2000. Potensi Pertumbuhan dan Skala Produktivitas Klon Karet dan Realisasinya di Pertanaman Komersial. Monograph Series No. 1. Potensi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Otonomi Daerah Istimewa Aceh. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Bandan Aceh bekerjasama dengan Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Bandan Aceh. Hal 101-112 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Jambi. 2002. Jambi Dalam Angka. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Jambi Dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Jambi. Biro Pusat Statistik. 1999. Jambi Dalam Angka. Kerjasama Bappeda Tk.I Jambi dengan Biro Pusat Statistik Jambi Dinas Perkebunan Propinsi Jambi. 2002. Statistik Perkebunan Propinsi Jambi Tahun 2002. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2005. Program Peremajaan Karet Provinsi Jambi 2006-2010. Makalah Disampaikan pada Sosialisasi Program Peremajaan Karet Provinsi Jambi 2006-2010, tanggal 5 Januari 2006 di Bappeda Provinsi Jambi. Dirjenbun. 2004. Statistik Perkebunan Indonesia 2002-2003 : Karet. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta. Lasminingsih Mudji, Suyud, Thomas dan Sigit Ismawanto. 2006. Klon Karet Anjuran Untuk Wilayah Jambi dan Pengawasan Mutu Benih. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Disampaikan pada Temu Aplikasi Teknologi Pertanian di Kabupaten Muaro Jambi.
26 2
Mugiyanto dan Lutfi Izhar. 2006. Teknologi Pembibitan Karet Unggul. Makalah Disampaikan pada Temu Aplikasi Teknologi Pertanian di Kabupaten Muaro Jambi. Pusat Penelitian Karet. 2006. Waralaba Bibit Karet: Kerjasama Pengembangan Kebun Entres Dalam Rangka Penyebaran Klon-klon Karet Rekomendasi. Makalah Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2006 dan Persiapan Kegiatan Tahun 2007 dalam Rangka Peningkatan Kapabilitas BPTP, tanggal 1-3 Febriari 2006 di Cisarua-Bogor. Rosyid MJ, Arief Budiman dan Sigit Ismayanto. 2005. Petunjuk Teknis Budidaya Karet Bagi Pola Peremajaan Karet Model Pastisipatif di Kabupaten Sarolangon dan Merangin Provinsi Jambi. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa.
271