Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Program Identifikasi Peluang Bisnis bagi Siswa SMA di Cirebon Chairy1 dan Franky Slamet2
ABSTRACT: The purpose of this activity is to assist the students who are members of the Student Council in a number of high school in Cirebon to find a business idea that can be implemented in their school. The activities lasted for three months, starting with exploratory phase that included interviews and focus group discussions with teachers and representatives of Student Council from each school. The next stage is the implementation stage. This is the core of this activities. The implementation consists of a short workshop on the identification of business and brainstorming sessions aimed to evaluate alternative business ideas that may be implemented by the student council in high schools involved in this activity. Keywords: business opportunity, business idea, entrepreneurship, entrepreneurial process ABSTRAK: Tujuan dari kegiatan ini adalah mendampingi para siswa yang tergabung di dalam anggota OSIS di sejumlah SMA di Cirebon untuk menemukan ide bisnis yang dapat direalisasikan di sekolah. Kegiatan berlangsung selama tiga bulan, diawali dengan tahap penjajakan yang meliputi wawancara dan focus group discussion dengan guru pembina dan perwakilan pengurus OSIS dari masing-masing sekolah. Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan yang merupakan inti dari kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (PPM)` ini. Pelaksanaan PPM terdiri dari workshop singkat mengenai proses identifikasi bisnis dan sesi brainstorming yang ditujukan untuk mengevaluasi alternatif ide bisnis yang mungkin direalisasikan oleh OSIS di SMA-SMA yang terlibat dalam kegiatan ini. Kata Kunci: peluang bisnis, ide bisnis, kewirausahaan, proses kewirausahaan
Pendahuluan Kota Cirebon merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk terpadat di Jawa Barat. Sesuai dengan data kependudukan terbaru yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Cirebon, jumlah penduduk Kabupaten Cirebon per 30 April 2013 berjumlah 2.957.257 jiwa. Sebagai kota Kabupaten, Kabupaten Cirebon berada di daerah pesisir Laut Jawa. Secara geografis, wilayah Kabupaten Cirebon berada pada posisi 6°30’–7°00’ Lintang Selatan dan 108°40’-108°48’ Bujur Timur. Bagian utara merupakan dataran rendah, sedang bagian barat daya berupa pegunungan, yakni Lereng Gunung Ciremai. Letak daratannya memanjang dari barat laut ke tenggara. Wilayah Kabupaten Cirebon dibatasi oleh: 1. Utara Kota Cirebon dan Laut Jawa. 2. Barat daya Kabupaten Majalengka. 3. Barat Kabupaten Indramayu. 4. Selatan Kabupaten Kuningan. 5. Timur Kabupaten Brebes (Jawa Tengah). Seperti yang telah diketahui, saat ini pemerintah Indonesia tengah giat mengembangkan program-program Kewirausahaan di berbagai lapisan masyarakat, termasuk bagi kalangan generasi muda di tingkat SMA dan perguruan tinggi. Sebagai salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Jawa Barat, generasi muda yang tengah menempuh pendidikan di Kabupaten Cirebon tersebar di sejumlah SMA/SMK dan perguruan tinggi di kota ini. Terdapat 11 SMA/SMK Negeri dan 38 1 2
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara (
[email protected]) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara (
[email protected])
B-336
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
SMA/SMK Swasta dan 32 perguruan tinggi di Kabupaten Cirebon. Dengan jumlah generasi muda yang cukup besar, potensi untuk mengembangkan Kewirausahaan di kalangan ini menjadi semakin besar. Oleh sebab itu, tim PPM Untar memiliki pandangan bahwa peluang untuk mengembangkan usaha di lingkungan SMA adalah cukup besar. Dalam survei yang dilakukan oleh tim PPM Untar di sejumlah SMA dalam tahap penjajakan dan penyusunan proposal kegiatan, diperoleh kesimpulan bahwa akses yang paling memungkinkan untuk membantu pengembangan Kewirausahaan di SMA adalah melalui OSIS. OSIS adalah singkatan dari Organisasi Siswa Intra Sekolah (disingkat OSIS), yaitu suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) (Buku Panduan OSIS, 2011). OSIS diurus dan dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS dan memiliki seorang pembimbing dari guru yang dipilih oleh pihak sekolah. Adapun anggota OSIS adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah tempat OSIS itu berada. Tujuan pemerintah dalam membentuk OSIS adalah agar pembinaan dan pengembangan generasi muda dapat diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dengan memberikan bekal keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme, idealisme, kepribadian dan budi pekerti luhur (Permendiknas Nomor 39, 2008). Oleh karena itu pembanguan wadah pembinaan generasi muda di lingkungan sekolah yang diterapkan melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) perlu ditata secara terarah dan teratur. Kewirausahaan sebagai Proses Kewirausahaan tidak semata proses untuk membuka usaha saja tetapi merupakan proses untuk menciptakan sesuatu yang baru dan memiliki nilai dengan mengorbankan waktu dan tenaga, melakukan pengambilan risiko finansial, fisik, maupun sosial, serta menerima imbalan moneter serta kepuasan dan kebebasan pribadi (Hisrich et.al., 2008). Proses di dalam kewirausahaan meliputi empat proses utama yaitu (Hisrich et.al., 2008): (1) identifikasi dan evaluasi peluang, (2) pengembangan rencana bisnis, (3) penentuan sumber daya yang dibutuhkan, dan (4) pengelolaan usaha yang terbentuk. Pada fase pertama, identifikasi dan evaluasi peluang merupakan bagian krusial karena menuntut kejelian wirausaha untuk mengenali peluang yang ada di sekitarnya. Peluang yang kemudian menjadi ide bisnis ini dievaluasi untuk memastikan bahwa jika direalisasikan akan menjadi bisnis yang menguntungkan. Selanjutnya pada fase kedua yaitu mengembangkan rencana bisnis. Rencana bisnis merupakan rencana yang bersifat operasional yang hendak dijalankan oleh wirausaha setelah ide bisnis yang lalu dituangkan menjadi konsep bisnis, dinilai layak untuk dikembangkan. Rencana bisnis menjadi panduan utama bagi wirausaha untuk menjalankan usahanya agar tetap pada visi dan misi yang telah ditetapkan. Fase ketiga adalah menentukan sumber daya yang diperlukan dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada. Proses ini dimulai dengan menilai sumber daya yang dimiliki wirausaha. Langkah selanjutnya adalah berusaha memperoleh sumber daya yang diperlukan. Sumber daya bagi sebuah usaha rintisan (start-up) mencakup manusia seperti tim pendiri, aset fisik seperti peralatan, persediaan dan kantor atau pabrik, serta sumber daya finansial (Allen, 2012)
B-337
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Fase terakhir adalah mengelola usaha yang terbentuk. Setelah usaha terbentuk, tugas wirausaha adalah mengelola usahanya agar dapat terus berkelanjutan (sustainable). Proses kewirausahaan tidak selalu statis dan kaku. Osterwalder dan Pigneur (2010) menawarkan penyusunan model bisnis dengan menggunakan kanvas model bisnis, setelah ide bisnis ditemukan. Model bisnis yang disusun menjadi dasar untuk merancang rencana bisnis. Ide Bisnis Awal dari proses kewirausahaan adalah pencarian ide bisnis yang layak untuk dikembangkan menjadi konsep bisnis. Atas dasar konsep bisnis yang dianggap telah layak dari segi pasar, industri, produk, finansial, dan organisasi, disusun sebuah model bisnis. Model bisnis menjadi dasar untuk menyusun rencana bisnis. Sumber-sumber ide bisnis yang dapat dimanfaatkan oleh wirausaha terdiri atas: sumber internal dan eksternal. Sumber internal meliputi: pengalaman kerja sebelumnya, minat dan hobi pribadi, pendidikan dan keterampilan, sementara sumber eksternal seperti: peluang yang sedang terjadi, jejaring keluarga dan teman, saran dari pihak lain, aktivitas kreatif, tren demografi, masyarakat, budaya, ekonomi dan teknik (Izard, 2004). Baik sumber internal maupun eksternal, keduanya tetap perlu dikaji kelayakannya sebelum dikembangkan menjadi model bisnis, yang lalu diuraikan secara detil di dalam rencana bisnis. Metode Penelitian
1.
2.
Metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah: Wawancara dan Focus Group Discussion Kegiatan ini dilaksanakan dengan para guru, pembina OSIS dan perwakilan siswa pengurus OSIS SMA di Cirebon. Tujuannya adalah untuk menentukan metode yang dapat membantu siswa mengimplementasikan ide bisnis mereka di lingkungan sekolah. Workshop dan brainstorming Kegiatan ini dilaksanakan untuk para siswa SMA di Cirebon, terutama para pengurus OSIS. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi ide-ide bisnis yang mungkin dapat direalisasikan.
Hasil Dan Pembahasan Materi yang disampaikan secara garis besar membahas mengenai proses kewirausahaan yang berujung pada pelaksanaan rencana bisnis. Awal dari proses kewirausahaan adalah pengembangan ide bisnis. Identifikasi dan perumusan ide bisnis menjadi kunci yang amat penting dalam merumuskan bisnis yang akan dijalankan. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai di dalam pelatihan ini, perwakilan siswa yang merupakan pengurus OSIS, dapat merumuskan kegiatan kewirausahaan yang dapat mereka laksanakan di sekolahnya. Di awal pelatihan dipaparkan mengenai hakikat proses kewirausahaan dan perbedaannya dengan proses pembukaan usaha saja. Hasil dari proses kewirausahaan semestinya memberikan nilai tambah kepada konsumen. Berikut ini pada tabel 1 disajikan daftar sekolah peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan.
B-338
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Tabel 1: Sekolah Peserta No Nama Sekolah 1. SMAN 1 Cirebon 2 SMAN 2 Cirebon 3 SMAN 3 Cirebon 4 SMAN 4 Cirebon 5 SMAN 5 Cirebon 6 SMAN 9 Cirebon 7 SMK Cipto Cirebon 8 SMAK Penabur Cirebon 9 SMK Veteran 10 SMA Putra Nirmala 11 SMA Taman Siswa 12 SMKN 1 Cirebon 13 SMKN 2 Cirebon 14 SMAN 7 Cirebon 15 SMAN 8 Cirebon Berdasarkan urutan di dalam proses kewirausahaan, proses selalu diawali dengan identifikasi peluang yang memunculkan ide bisnis. Ide bisnis ini kemudian dirumuskan secara matang di dalam konsep bisnis, melalui analisis kelayakan usaha, yang dapat dikaji dari aspek pasar, industri, produk, finansial dan organisasi. Atas dasar konsep bisnis, dirancang model bisnis.
Gambar 1:
Pemberian Materi Pelatihan oleh Tim PPM Untar (Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Setelah materi diberikan, para siswa dibagi ke dalam lima kelompok untuk mendiskusikan ide bisnis yang dapat mereka kembangkan dan jalankan di lingkungan sekolahnya masing-masing. Setiap siswa diberikan lembar kerja untuk diisi yang di dalamnya memuat pertanyaan mengenai kegiatan kewirausahaan yang telah dijalankan, kegiatan yang diharapkan dan kemungkinan produk yang ditawarkan. Selain itu juga, dari lembar kerja tersebut memuat pertanyaan mengenai bentuk kegiatan ekstrakurikuler, peran guru dan ketertarikan siswa untuk bergabung di dalam kegiatan tersebut.
B-339
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Gambar 2:
Pemberian Materi Pelatihan oleh Tim PPM Untar (Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Secara umum, seluruh siswa menyambut baik kegiatan Kewirausahaan yang diselenggarakan di sekolah yang tersaji di dalam mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Kegiatan lain dilakukan di Koperasi Sekolah. Terdapat satu sekolah yang bekerja sama dengan Alfamart untuk membuka minimarket di sekolahnya yang melibatkan siswa. Kegiatan ini lebih menekankan aktivitas manajemen ritel bukan Kewirausahaan. Guru juga mendukung kegiatan Kewirausahaan meski bukan berupa ekstra kurikuler. Partisipasi siswa di dalam kegiatan lomba Kewirausahaan masih kurang karena hanya terbatas pada lomba cerdas cermat tingkat koperasi.
Gambar 3:
Peserta Pelatihan Mencoba Dokumentasi Peneliti)
Merumuskan
Ide
Bisnis
(Sumber:
Di samping itu, tim PPM juga mencoba untuk mengetahui bagaimana pembelajaran Kewirausahaan yang telah dijalankan di sekolah yang jawabannya terangkum pada tabel 2 berikut ini Tabel 2: No 1
B-340
Pembelajaran Kewirausahaan di Kelas Pertanyaan Ya Tidak Apakah pelajaran kewirausahaan 16 10 di kelas memberikan wawasan (61,5%) (38,5%) yang cukup bagi siswa mengenai
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
2
3
aspek-aspek penting dalam menjalankan bisnis? Apakah pelajaran kewirausahaan 15 11 di kelas melibatkan praktik (57,7%) (43,3%) langsung menciptakan produk yang sesuai dengan minat dan bakat siswa? Perlukah sekolah memiliki 23 3 laboratorium kewirausahaan (88,5%) (11,5%) untuk mengenalkan siswa pada lingkungan bisnis secara lebih baik?
Kegiatan kewirausahaan yang biasa dijalankan siswa adalah bazaar yang dipadukan dengan pentas seni. Mereka sekadar berjualan makanan dan minuman. Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yang diberikan di sekolah terbatas pada menghasilkan sebuah hasil karya tetapi tidak memberikan bekal mengenai bagaimana memasarkan karya tersebut. Juga tidak memberikan kesiapan secara komprehensif mengenai berbagai aspek yang dibutuhkan kalau usaha tersebut mau dijalankan secara sungguh-sungguh. Memang 61,5% siswa yang mengikuti kegiatan ini mengakui bahwa pelajaran Kewirausahaan yang mereka terima telah memberikan wawasan yang cukup namun tidak membekali mereka dengan kecakapan kewirausahaan (entrepreneurial skill) yang memadai sehingga pelajaran Kewirausahaan hanya terbatas pada menghasilkan karya (praktik) tetapi tidak dipasarkan secara meluas. Di masa mendatang, pembentukan Lab Kewirausahaan diperlukan sebagai wadah untuk mengasah keterampilan berwirausaha dari siswa-siswa tersebut. Dari 15 sekolah yang hadir di dalam acara ini terdapat satu sekolah yang sangat kuat di dalam kegiatan ilmiah siswa dengan menghasilkan beberapa temuan seperti minyak tanah hasil pengolahan dari limbah plastik atau bakmi dari bahan baku daun randu. Para siswa ini berkeinginan agar temuan tersebut dapat dikomersilkan melalui kegiatan Kewirausahaan namun belum memiliki keyakinan apakah dapat berhasil. Tim PPM memberikan beberapa saran terutama dalam “uji pasar” sebagai langkah awal. Dari kegiatan yang telah dijalankan, para siswa umumnya memberikan respons sangat positif terhadap kewirausahaan dan sedari awal memang berkeinginan untuk menjadi wirausaha.
Gambar 4:
Peserta Workshop Berfoto Bersama (Sumber: Dokumentasi Peneliti)
B-341
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Simpulan Setelah tim PPM Untar menyelenggarakan kegiatan pelatihan Identifikasi Peluang Bisnis bagi OSIS SMA di Cirebon, kami menyimpulkan sebagai berikut: 1. Para siswa menyambut dengan antusias kegiatan Kewirausahaan di sekolahnya masing-masing. Mereka juga mengharapkan ada kegiatan laboratorium kewirausahaan agar dapat memahami lingkungan bisnis secara lebih baik. 2. Para siswa mencoba merumuskan kegiatan Kewirausahaan di sekolahnya terkait ide bisnis yang mereka identifikasi, yaitu Pameran Kewirausahaan dan lomba Kewirausahaan. 3. Pelajaran Kewirausahaan di sekolah baru memberikan wawasan Kewirausahaan tetapi tidak memberikan entrepreneurial skill kepada siswa. Pelajaran terbatas pada pembuatan kerajinan tangan sebagai cikal bakal produk yang akan dipasarkan tetapi tidak cukup mengembangkan kemampuan untuk memasarkan. Daftar Pustaka Allen, Kathleen R (2012). New Venture Creation, 6th edition, international edition, South-Western, Cengage Learning. Barringer, R.B., Ireland, D.R. (2012). Entrepreneurship: Successfully Launching New Ventures, 4th edition. Pearson Education. Hisrich, R.D., Peters, M.P., & Shepherd, D.A. (2008). Entrepreneurship 7th, Boston: McGraw Hill. Izard, M.B., (2004). Opportunity Analysis, Business Ideas: Identification and Evaluation, a Practical Guide to Identifying and Evaluating Ideas for a Business, Osterwalder, Alex & Pigneur, Yves (2010). Business Model Generation, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan. Permendiknas Nomor 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Buku Panduan OSIS terbitan Kemdiknas tahun 2011.
B-342