PROFIL PASIEN ASMA DI PUSKESMAS CIPUTAT TANGERANG SELATAN PERIODE JULI 2014 – JUNI 2015 Laporan Penelitian ditulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Nurprima Arum Mawarni 1112103000072
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, alhamdulillahir robbil ‘alamin, puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Salawat serta salam tak lupa peneliti sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat. Adapun judul penelitian ini adalah “Profil Pasien Asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015” tidak luput dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M. Epid. Selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp. P (K), MARS sebagai dosen pembimbing I penelitian dan dr. Ahmad Azwar Habibi, M. Biomed selaku dosen pembimbing
II
penelitian,
yang
telah
membantu,
mengarahkan,
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing peneliti. 4. dr. Sri Dhuny Atas Asri, Sp. P dan dr. Nurmila Sari, M.Kes selaku penguji sidang laporan penelitian ini. 5. dr. Flori Ratna Sari, PhD selaku penanggung jawab riset Program Studi Pendidikan Dokter 2012. 6. Pak Purwa Siswanto dan staff Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan yang telah membantu peneliti untuk mendapatkan izin serta data penelitian di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan. 7. Ir. H. Alex Noerdin SH selaku Gubernur Provinsi Sumatera-Selatan beserta jajaran pemerintahannya yang telah memberikan dukungan secara material maupun moral. v
8. Ibunda Ir. Hj. Nurhasanah, MM dan Ayahanda Ir. H. Supangkat, M.Si serta kedua saudara peneliti yaitu Gatrajeniusa Ariprima dan Sisimetrika Katleyana, yang selalu memberikan bantuan dukungan baik secara material maupun moral 9. Teman-teman kelompok penelitian, yaitu : Abdelrahman, Siti Nur Fadilah, dan Mahdiah Maemunah yang senantiasa selalu bersama-sama berjuang dari awal hingga penelitian ini dapat diselesaikan 10. Sahabat dan teman PSPD 2012, yang telah bersama-sama menjalani preklinik selama 3,5 tahun. 11. Teman-teman PSPD 2010, 2011, 2013, 2014 dan 2015 yang secara bersamaan berjuang menggapai mimpi menjadi dokter. 12. Seluruh civitas akademika FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun bagi peneliti. Sempga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Ciputat, 06 Oktober 2015
Peneliti
vi
ABSTRAK Nurprima Arum Mawarni, Program Studi Pendidikan Dokter. Profil Pasien Asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan Periode Juli 2014 – Juni 2015. Pendahuluan : Asma merupakan salah satu penyakit kronik yang mulai meningkat pada usia anak-anak. Asma lebih dominan pada wanita dewasa dibandingkan laki-laki, lebih sering terjadi pada anak-anak, dan di bulan AgustusSeptember. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil pasien asma berdasarkan karakteristik lokasi kecamatan, lokasi desa, usia, jenis kelamin, sumber pendanaan, dan bulan kunjungan. Metodologi : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deksriptif dengan desain cross-sectional. Data didapatkan dari rekam medis elektronik pasien asma yang telah terdiagnosis asma. Sampel diambil secara simple random sampling. Hasil dan Simpulan : Berdasarkan karakteristik yang diteliti, ditemukan bahwa kategori dengan jumlah pasien terbanyak masing-masing adalah lokasi kecamatan Ciputat (69.5%), lokasi desa ciputat (26.6%), usia kategori 5-14 tahun (19.4%), jenis kelamin perempuan (53.2%), sumber pendanaan umum (40,1%), dan bulan kunjungan Agustus (13.2%). Kata Kunci : Asma, lokasi kecamatan, lokasi desa, usia, jenis kelamin, sumber pendanaan, bulan kunjungan. ABSTRACT Nurprima Arum Mawarni, Medical Education Programme. Profile of Patients with Asthma in Ciputat Primary Health Care South Tangerang Period July 2014 – June 2015. Objective: Asthma is the one of chronic disease started to increase in children. Asthma more dominant in adult woman than man, more often happen in children, and on August-September. The purpose of this study is to depict asthma patients based on sub-district location, village location, age, gender, health insurance, and cared month. Methode : This is descriptive study with cross-sectional design. The data is obtained from electronic medical records of patient with asthma who had diagnosed by general practitioner. Samples taken with simple random sampling. Result and Conculsion: the groups with the largest proportion of each characteristic were Ciputat sub-district (69.5%), Ciputat village (26.6%), age 5 – 14 years old (19.4%), female (53.2%), uninsured health insurance (40,1%), August cared-month (13.2%). Keywords : Asthma, sub-district location, village location, age, gender, health insurance, cared-month.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL………………………………………………………….i LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………….ii LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………...iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN……………………………………….iv KATA PENGANTAR…..…………………………………………………v ABSTRAK……………………………………………….………………vii DAFTAR ISI. …………………………………………………………...viii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...x DAFTAR TABEL………………………………………………………...xi DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….xii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….1 1.1
Latar Belakang…………………………………………………...1
1.2
Rumusan Masalah……………………………………………….3
1.3
Tujuan Penelitian………………………………………………...3
1.4
1.3.1
Tujuan Umum……………………………………………3
1.3.2
Tujuan Khusus……………………………………...........3
Manfaat Penelitian……………………………………………….4 1.4.1. Bagi Peneliti…………………………………………..…4 1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi…………………………………...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………..5 2.1. Anatomi Sistem Pernapasan………………………………………5 2.2. Asma……………………………………………………………...5 2.2.1. Definisi…………………………………………………..5 2.2.2. Epidemiologi, Etiologi dan Faktor Predisposisi…………6 2.2.3. Patofisiologi……………………………………………..9 2.2.4. Penegakkan Diagnosis Asma…………………………….9 2.2.5. Klasifikasi Asma……………………………………….11 2.2.6. Penatalaksanaan………………………………………..16 2.2.7. Pencegahan……………………………………………..19 2.2.8. Komplikasi……………………………………………..20
viii
2.3. Profil Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan…………………....21 2.3.1. Situasi Keadaan Umum...………………………………21 2.3.1.1.
Gambaran Umum………………………...21
2.3.1.2.
Kependudukan……………………………21
2.3.2. Sosial Ekonomi 2.3.2.1.
Tingkat Pendapatan……………………...23
2.3.2.2.
Perkembangan Tahap Keluarga & KK Miskin…………………………………...23
2.4. Kerangka Teori…………………………………………………. 25 2.5. Kerangka Konsep………………………………………………..26 2.6. Definisi Operasional…………………………………………….27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………...30 3.1. Desain Penelitian……………………………………………….30 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………..30 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian………………………………...30 3.4. Cara Kerja Penelitian………………………………………...…31 3.5. Manajemen Data………………………………………………..31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………33 4.1. Profil Karakteristik Subjek Penelitian di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan……………………………………………...33 4.2. Pembahasan…………………………………………………….37 4.3. Keterbatasan Penelitian………...………………………………41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………..43 5.1.
Kesimpulan……………………………………………………43
5.2.
Saran…………………………………………………………...43
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….45 LAMPIRAN……………………………………………………………...49
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Mekanisme inflamasi akut dan kronik pada asma dan remodeling……9 Gambar 2.2 Algoritma tata laksana asma mandiri di rumah………………………17 Gambar 2.3 Algoritma tata laksana asma mandiri di FKTP………………............18
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi derajat keparahan asma………………………………….....14 Tabel 2.2 Derajat kontrol asma…………………………………………………...15 Tabel 2.3 Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan tahun 2014………………………………………………………………………..22 Tabel 2.4 Distribusi umur………………………………………………………...22 Tabel 2.5 Distribusi umur (sambungan)…………………………………………..23 Tabel 2.6 Perbandingan KK miskin..……………………………………………..24 Tabel 4.1 Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan letak kecamatan......................................................33 Tabel 4.2 Profil frekuensi kedatangan dengan diagnosa kerja asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan letak lokasi desa.........................................................................................................................34 Tabel 4.3 Profil frekuensi kunjungan dengan diagnosa kerja asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan umur.......................................................................................................................35 Tabel 4.4 Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan jenis kelamin...........................................................35 Tabel 4.5 Profil pasien dengan diagnosa kerja asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan kelompok umur.......................................................................................................................36 Tabel 4.6 Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan sumber pendanaan ..................................................36 Tabel 4.7 Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan bulan kunjungan......................................................37
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Statistik SPSS…………………………………………….........49 Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup……………………………………………......61
xii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit kronik yang diderita ± 235 juta manusia di dunia.1 Menurut Faisal Yunus (2009) sekitar 12,5 juta penduduk Indonesia menderita asma. Sedangkan, menurut Kemenkes RI (2013), prevalensi kasus asma di Indonesia sebesar 4,5%. Prevalensi asma tertinggi di Indonesia berada di daerah Sulawesi tengah (7,8%), kemudian Provinsi Nusa Tenggara Timur (7,3%), lalu DI Yogyakarta sebesar 6,9%. Prevalensi asma terendah di Indonesia terletak di Provinsi Lampung (1,6%), kemudian diikuti Riau dan Bengkulu (2%). Sedangkan, prevalensi asma di Provinsi Banten sebesar 3,8%. Asma terjadi pada semua umur tetapi lebih banyak mulai terjadi pada masa kanak-kanak.2 Centers for Disease Control and Prevention mencatat prevalensi asma dari tahun 2001-2009 di Amerika Serikat pada semua umur meningkat dari 7,3% (20,3 juta penduduk) menjadi 8,2% (24,6 juta penduduk).3 Dari 24,6 juta penduduk Amerika, sekitar 7 juta penduduk diantaranya adalah anak-anak.4 Selama 20 tahun terakhir, asma mengalami peningkatan angka kejadian pada anak-anak. Asma sering terjadi pada anak-anak.17 Tiga per empat dari anak mulai mengalami gejala asma sebelum umur tujuh tahun dan sampai umur 16 tahun18. Prevalensi asma pada anak < 18 tahun sebesar 9.6%.3 Menurut CDC, Prevalensi asma di 2013, asma pada anak <18 tahun sebesar 8.3%, sedangkan pada dewasa sebesar 7.0%.19 Berdasarkan pengelompokkan umur, prevalensi asma pada umur 0-14 tahun sebesar 4.2%, umur 5-14 tahun sebesar 9,9%, umur 15-19 sebesar 8.6%. Sedangkan pada umur dewasa, prevalensi pada kelompok umur 20-24 tahun sebesar 7.2%, umur 25-34 tahun sebesar 6.6%, umur 35-64 tahun sebesar 7.3%, dan umur 65 tahun keatas sebesar 6.3%.19 Sedangkan menurut Riskesdas 2007, prevalensi asma pada umur < 1 tahun sebesar 1,1%, umur 1 – 4 tahun, 2,4%, umur 5 – 14 tahun, 2,0%, umur 15 – 24 1
2
tahun, 2,2%, Umur 25 – 34 tahun, 2,7% sedangkan umur sebesar 35 – 44 tahun, 3,5%. Umur 45 – 54 tahun sebesar 4,8%, umur 55 – 64 tahun 7,3%, umur 65 – 74 tahun, 10,4%, dan umur 75+ tahun, 12,4%. Menurut NHLBI pada kelompok anak-anak, lebih sering mengenai anak lakilaki dibanding perempuan. Sedangkan pada kelompok dewasa, wanita lebih sering terkena dibanding pria.2 Wanita dewasa (umur 18-70) lebih rentan mengalami eksaserbasi asma sebesar 1,89 x dibanding laki-laki dewasa10 Menurut N. W. Johnston, angka kunjungan ke UGD maupun pelayanan kesehatan karena asma meningkat di akhir bulan Agustus dan awal bulan September, awal dari musim semi. Pada saat awal musim semi, infeksi rhinovirus sangat sering terjadi, dan lebih sering terpapar pada anak-anak umur sekolah.10 Menurut Crystal N. Piper et.al, anak-anak yang ditanggung jaminan kesehatan, 2 kali lebih besar untuk memiliki manajemen asma. Pasien asma anak-anak secara umum pembiayaannya ditanggung oleh jaminan kesehatan, sedangkan hanya 6,85% pasien anak asma yang tidak ditanggung asuransi.11 Pasien asma di Amerika telah dijamin kesehatannya oleh asuransi sebesar 89,0%22 Sedangkan pasien yang tidak dijamin kesehatannya oleh asuransi sebesar 11,0%. Pasien asma yang tidak memiliki asuransi, 40.3% nya tidak dapat membeli obat-obatan yang diresepkan, 19.5% berobat ke spesialis, dan sisanya (58.8%) berobat ke Puskesmas.22 Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti ingin melihat kecendrungan profil pasien asma berdasarkan lokasi desa mapun kecamatan, jenis kelamin, umur, sumber pendanaan dalam pengobatan, serta bulan kunjungan maka peneliti mengambil judul penelitian “Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015.”
3
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015
1.3 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran pasien Asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015
1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pasien Asma berdasarkan letak lokasi kecamatan maupun desa di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015. b. Mengetahui gambaran pasien Asma berdasarkan umur di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015. c. Mengetahui gambaran pasien Asma berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015. d. Mengetahui gambaran pasien Asma berdasarkan sumber pendanaan di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015. e. Mengetahui gambaran pasien Asma berdasarkan bulan kunjungan di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015. f. Mengetahui gambaran pasien Asma berdasarkan faktor risiko maupun faktor predisposisi di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015. g. Mengetahui gambaran pasien Asma berdasarkan gejala klinis di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015.
4
h. Mengetahui gambaran pasien Asma berdasarkan terapi pengobatan asma yang diberikan di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015. i. Mengetahui gambaran pasien Asma berdasarkan rujukan ke spesialis paru di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015. j. Mengetahui gambaran pasien Asma berdasarkan gambaran Foto Thorax di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat bagi peneliti
a. Merupakan prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Merupakan prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan klinik Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Meningkatkan kemampuan dan pengalaman dalam bidang penelitian d. Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang penyakit Asma e. Meningkatkan kemampuan dalam mendiagnosis penyakit Asma serta memberikan edukasi terhadap pasien
1.4.2
Manfaat bagi perguruan tinggi
a. Mampu melakukan fungsi universitas sebagai lembaga yang mengamalkan nilai-nilai Tri Darma Perguruan Tinggi berupa pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat b. Sebagai data awal untuk melakukan penelitian selanjutnya terutama dalam bidang Asma
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Sistem Pernapasan Sistem respirasi manusia terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan paru. Sistem respirasi dapat dibedakan dari segi struktur maupun fungsi. Secara struktural, sistem respirasi terbagi menjadi dua, yaitu : sistem respirasi atas dan sistem respirasi bawah. Sistem respirasi atas terdiri dari hidung, dan faring. Kemudian, sistem respirasi bawah terdiri dari laring, trakea, bronkus hingga paru. Secara fungsional terbagi menjadi dua, yaitu : zona konduksi dan zona respirasi. Yang termasuk zona konduksi adalah hidung, faring, laring, bronkus, bronkiolus, dan bronkus terminal. Fungsi dari zona konduksi adalah menyaring, menghangatkan, dan melembapkan udara serta mengalirkannya ke dalam paru. Sementara zona respirasi meliputi bronkiolus respiratori, duktus alveolar, sakus alveolus hingga alveolus. Pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi di zona respirasi.14
2.2 Asma 2.2.1. Definisi Asma merupakan penyakit kronik akibat inflamasi di saluran napas yang menyebabkan terjadinya penyempitan saluran napas2 sehingga pasien merasa sesak napas rekurens serta bunyi napas ngik-ngik, yang sering bermula di masa kanak-kanak. Sesak napas sering muncul di pagi hari dan di malam hari.1 Menurut GINA 2014, asma dapat diartikan sebagai penyakit heterogen, yang biasanya ditandai dengan inflamasi saluran napas kronik. Yang diikutsertakan dengan riwayat gejala respirasi seperti mengi, sesak napas, dada berat, batuk yang terjadi setiap waktu dan dalam intensitas, kemudian bersamaan dengan keterbatasan saluran napas ekspirasi.15
5
6
2.2.2. Epidemiologi, Etiologi dan Faktor Predisposisi Asma merupakan penyakit kronik yang diidap ± 235 juta manusia di dunia.1 Menurut Faisal Yunus (2009) sekitar 12,5 juta penduduk Indonesia menderita asma. Sedangkan, menurut Kemenkes RI (2013), prevalensi kasus asma di Indonesia sebesar 4,5%. Prevalensi asma tertinggi di Indonesia berada di daerah Sulawesi Tengah (7,8%), kemudian Provinsi Nusa Tenggara Timur (7,3%), lalu DI Yogyakarta sebesar 6,9%. Prevalensi asma terendah di Indonesia terletak di Provinsi Lampung (1,6%), kemudian diikuti Riau dan Bengkulu (2%). Sedangkan, prevalensi asma di Provinsi Banten sebesar 3,8%.13 Asma terjadi pada semua umur tetapi lebih banyak mulai terjadi pada masa kanak-kanak.2 Centers for Disease Control and Prevention mencatat prevalensi asma dari tahun 2001-2009 di Amerika Serikat pada semua umur meningkat dari 7,3% (20,3 juta penduduk) menjadi 8,2% (24,6 juta penduduk).3 Dari 24,6 juta penduduk Amerika, sekitar 7 juta penduduk diantaranya adalah anak-anak.4 Selama 20 tahun terakhir, asma mengalami peningkatan angka kejadian pada anak-anak. Asma sering terjadi pada anak-anak (GINA, 2013).17 Tiga per empat dari anak mulai mengalami gejala asma sebelum umur tujuh tahun dan sampai umur 16 tahun.18 Prevalensi asma pada anak <18 tahun sebesar 9.6%.3 Menurut CDC, Prevalensi asma di 2013, asma pada anak <18 tahun sebesar 8.3%, sedangkan pada dewasa sebesar 7.0%.19 Berdasarkan pengelompokkan umur, prevalensi asma pada umur 014 tahun sebesar 4.2%, umur 5-14 tahun sebesar 9,9%, umur 15-19 sebesar 8.6%. Sedangkan pada umur dewasa, prevalensi pada kelompok umur 2024 tahun sebesar 7.2%, umur 25-34 tahun sebesar 6.6%, umur 35-64 tahun sebesar 7.3%, dan umur 65 tahun keatas sebesar 6.3%.19 Sedangkan menurut RISKESDAS 2007, prevalensi asma pada umur <1 tahun sebesar 1,1%, umur 1 – 4 tahun, 2,4%, umur 5 – 14 tahun, 2,0%, umur 15 – 24 tahun, 2,2%, Umur 25 – 34 tahun, 2,7% sedangkan umur sebesar 35 – 44 tahun, 3,5%. Umur 45 – 54 tahun sebesar 4,8%, umur 55 – 64 tahun 7,3%, umur 65 – 74 tahun, 10,4%, dan umur 75+ tahun, 12,4%.12
7
Menurut NHLBI pada kelompok anak-anak, lebih sering mengenai anak laki-laki dibanding perempuan. Sedangkan pada kelompok dewasa, wanita lebih sering terkena dibanding pria2. Wanita dewasa (umur 18-70) lebih rentan mengalami eksaserbasi asma sebesar 1,89 x dibanding laki-laki dewasa.10 Kadar estrogen pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar estrogen pada laki-laki. Kadar estrogen yang lebih tinggi pada perempuan memiliki efek yang besar, karena perempuan lebih rentan untuk terkena sensitisasi alergen. Menurut Rana S Bond et. al, estrogen berperan utama melalui reseptor estrogen. Reseptor estrogen α, β (ERα, ERβ) dan GPR (G protein-coupled receptor) terekspresi di sel immunomodulasi. Salah satu turunan dari hormon estrogen adalah estradiol, yang meningkatkan produksi sel dendrit yang akan meningkatkan respon Th2.8 Menurut N. W. Johnston, angka kunjungan ke UGD maupun pelayanan kesehatan karena asma meningkat di akhir bulan Agustus dan awal bulan September, awal dari musim semi. Alasan mengapa asma sering terjadi pada saat awal musim semi, karena saat musim semi merupakan awal dari masuk ke sekolah setelah liburan musim panas.10 Pada saat awal musim semi, infeksi rhinovirus sangat sering terjadi,9 dan lebih sering terpapar pada anak-anak umur sekolah. 10 Menurut Crystal N. Piper et.al, anak-anak yang ditanggung jaminan kesehatan, 2 kali lebih besar untuk memiliki manajemen asma. Pasien asma anak-anak secara umum pembiayaannya ditanggung oleh jaminan kesehatan, sedangkan hanya 6,85% pasien anak asma yang tidak ditanggung asuransi.11 Pasien asma di Amerika telah dijamin kesehatannya oleh asuransi sebesar 89,0%3 Sedangkan pasien yang tidak dijamin kesehatannya oleh asuransi sebesar 11,0%. Pasien asma yang tidak memiliki asuransi, 40.3% nya tidak dapat membeli obat-obatan yang diresepkan, 19.5% berobat ke spesialis, dan sisanya (58.8%) berobat ke Puskesmas.11 IUATLD (International Union Againts Tuberculosis and Lung Disease) mengemukakan bahwa terdapat peran faktor genetik yang dapat menyebabkan seseorang mengalami asma. Asma sering terjadi di dalam keluarga dan lebih sering terjadi pada kembar identik. Namun tidak semua
8
kembar identik mengalami asma, hanya separuh dari pasangan kembar identik.18 Menurut NHLBI, etiologi asma dibedakan menjadi tiga hal berdasarkan interaksi faktor host dengan adanya pajanan ataupun paparan lingkungan, yaitu : 1. Sistem imun didapat 2. Genetik 3. Faktor lingkungan2 Hal- hal yang dapat mencetuskan asma (faktor predisposisi) adalah :15 1.
Alergen
udara
(parasit
Tungau
Debu
Rumah
(Dermatophagoidespteronyssinus) maupun infeksi virus respirasi seperti rhinovirus dan respiratory syncytial virus)2 2.
Infeksi saluran napas atas
3.
Alergen seperti debu, tungau debu rumah, maupun bulu hewan peliharaan
4.
Faktor makanan : asupan rendah omega 3 2
5.
Obesitas2
6.
Iritans seperti asap rokok, dan polusi udara2
7.
Obat-obatan yang bergolongan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) dan beta-bloker
8.
Bahan pengawet seperti MSG, dan sulfit
9.
Lainnya, seperti emosi atau kecemasan, udara dingin, latihan maupun GERD
9
2.2.3. Patofisiologi
Penarikan zz sel inflamasi
Sel-sel inflamasi yang menetap
Aktivasi fibroblast dan makrofag
Edema dan Permeabilitas vaskular
Aktivasi sel inflamasi
Penurunan apoptosis
Penglepasan mediator inflamasi
Penglepasan sitokin & faktor pertumbuhan
Proliferasi otot polos & kelenjar mukus
Sekresi mucus & bronkokonstriksi
Aktivasi dan kerusakan sel epitel Hipereaktivitas bronkus ↑
Perbaikan jaringan dan remodelling
Gambar 2.1 Mekanisme inflamasi akut dan kronik pada asma dan proses remodelling Sumber : PDPI6
2.2.4. Penegakkan Diagnosis Asma15 1. Onset : Asma dapat terjadi pada semua umur, akan tetapi asma terjadi sebelum berumur 20 tahun. 2. Pola : Asma memburuk pada malam hari dan pagi hari. 3. Pola : asma terjadi dalam hitungan menit, jam, maupun hari. 4. Pola : Asma dapat terpicu dari debu, olahraga, emosi, dan terpajan alergen. 5. Fungsi paru : fungsi paru pasien asma terekam dengan hasil keterhambatan positif yang diukur dari puncak aliran napas (peak flow) maupun dari spirometri. 6. Fungsi paru diantara gejala : mungkin normal
10
7. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien pernah didiagnosis oleh dokter sebagai pasien asma sebelumnya. 8. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien memiliki asma maupun penyakit alergi, seperti eksim dan rinitis. 9. Time course : gejala perburukan tidak ada, akan tetapi setiap tahun, gejala yang terjadi berbeda, mungkin membaik secara spontan atau harus diberikan terapi bronkodilator maupun ICS selama bermingguminggu 10. Gambaran Radiologi : normal GINA 2014 mengatakan bahwa bila pasien memiliki setidaknya 3 hal yang benar mengenai pernyataan di atas ataupun lebih, pasien sudah dapat didiagnosis sebagai pasien asma. Cara menegakkan bahwa pasien tersebut mengalami asma atau tidak dengan memperhatikan tanda dan gejala, riwayat penyakit, dan menggunakan beberapa alat seperrti kuesioner, maupun mengukur kapasitas paru.15 1.
Gejala dan Tanda Klinis Asma15
-
Mengi ketika ekspirasi.
-
Memiliki riwayat :
-
1.
Batuk, seringnya memburuk pada malam hari
2.
Mengi rekurens
3.
Sulit bernapas rekurens
4.
Dada memberat rekurens
Gejala memburuk pada malam hari, menyebabkan pasien terbangun pada malam hari.
-
Gejala terjadi pada musim ataupun cuaca tertentu.
-
Pasien memiliki riwayat eksim, hay fever, ataupun riwayat keluarga yang memiliki penyakit asma ataupun penyakit atopik.
-
Gejala terjadi atau memburuk dengan adanya : 1.
Bulu binatang
2.
Bahan kimiawi aerosol
11
3.
Perubahan suhu
4.
Tungau debu rumah
5.
Obat-obatan, yaitu : aspirin, golongan beta-bloker
6.
Olahraga
7.
Infeksi respirasi (virus)
8.
Merokok
9.
Emosi
-
Gejala membaik setelah diberi terapi anti asma
-
Patients colds “go to the chest” or take more than 10 days to clear up
2.
Ukur kapasitas fungsi paru
3.
Tes diagnostic tambahan, seperti :
-
Inhalasi mannitol atau challenge exercise dilakukan bila pasien memiliki gejala asma yang konsisten akan tetapi hasil tes ukur kapasitas paru normal.
2.2.5. Klasifikasi Asma Berdasarkan derajat klasifikasi keparahan asma yang dikeluarkan oleh American Lung Association pada tahun 2011, asma dibedakan menjadi : 1.
Asma intermittent Yang dimaksud dengan asma intermittent adalah bila
seseorang mengalami gejala asma ≤ 2 hari per minggu. Penggunaan SABA untuk mengendalikan gejala juga ≤ 2 hari per minggu. Kedua hal tersebut digolongkan untuk semua umur pasien asma dari 0-4 tahun, 5-11 tahun, dan diatas 12 tahun. Semua pasien asma intermittent tidak mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Bila pasien asma berumur 5-11 tahun, dan diatas 12 tahun terbangun pada malam hari setidaknya ≤ 2 kali dalam sebulan maka ia termasuk pasien asma intermitten. Pasien asma yang berumur 5 tahun hingga lebih dari 12 tahun memiliki fungsi paru yang normal, hal ini terlihat dari kapasitas volume ekspirasi (FEV1)
12
paksa diantara eksaserbasi sekitar >80%. Pasien asma intermittent umur 5-11 tahun memiliki FEV1/FVC sebesar >85%, sedangkan pasien asma intermittent yang berumur +12 tahun memiliki FEV/FVC yang normal.16 2.
Asma persisten ringan Pasien asma persisten ringan mengalami gejala asma ≤ 2 kali
per minggu tetapi tidak setiap hari. Pasien asma persisten ringan juga mengalami sedikit hambatan dalam beraktivitas. Pasien asma ringan yang berumur 5 - >12 tahun lebih sering terbangun di malam hari sebanyak 3-4 kali per bulan, dibandingkan dengan umur 0-4 tahun hanya 1-2 kali per bulan. Penggunaan SABA pada pasien asma persisten ringan yang berumur 0-4 tahun hingga 5-11 tahun ≤ 2 hari per minggu tetapi tidak setiap hari, sedangkan pasien yang berumur +12 tahun menggunakan SABA >2 hari per minggu tetapi tidak setiap hari dan tidak lebih dari satu kali per hari. Nilai kapasitas volume ekspirasi paksa (FEV1) pasien asma yang berumur 5-11 tahun hingga >12 tahun sebesar 80%. Kapasitas FEV1/FVC pada pasien yang berumur 5-11 tahun >85% sedangkan pada pasien yang berumur >12 tahun normal.16 3.
Asma persisten sedang Pasien asma persisten sedang mengalami gejala asma setiap
hari, kemudian mengalami beberapa keterhambatan dalam beraktivitas. Pasien asma persisten sedang yang berumur 0-4 tahun terbangun pada malam hari sekitar 3-4 kali per bulan. Sedangkan pada pasien yang berumur dari 5 tahun hingga di atas 12 tahun, terbangun lebih dari sekali per minggu tetapi tidak di malam hari. Pada kelompok ini, pasien memiliki beberapa hambatan dalam beraktivitas yang diakibatkan oleh asma. Kapasitas volume ekspirasi paksa (VEP1) pada pasien yang berumur dari lima hingga di atas 12 tahun berkisar dari 60-80%. FEV1/FVC yang dimiliki oleh seseorang yang berumur dari 0-4 tahun sekitar 75-80%. Sedangkan
13
FEV1/FVC yang dimiliki pasien yang berumur lima hingga +12 tahun menurun 5% dibandingkan sebelumnya.16 4.
Asma persisten berat Pasien asma persisten berat mengalami gejala setiap hari.
Anak yang berumur 0-4 tahun jarang terbangun di malam hari, >1 kali per bulan dibandingkan dengan anak yang berumur dari 5 hingga +12 tahun sering terbagun di malam hari sekitar 7 kali dalam seminggu. Pasien asma berat juga sering menggunakan SABA untuk mengontrol asma beberapa kali dalam sehari. Pasien asma berat yang berumur 5 hingga +12 tahun memiliki kapasitas volume ekspirasi paksa paru (FEV1) <60%. Sedangkan, FEV1/FVC pada pasien asma yang berumur 5-11 tahun sekitar <75%, dan pada pasien asma yang berumur diatas 12 tahun menurun 5%.16
14
Tabel 2.1. Klasifikasi derajat keparahan asma
Klasifikasi Derajat Keparahan Asma Persisten Intermiten
Komponen
Ringan
keparahan 04 thn Gejala
Terbangun malam hari
5-
12 +
0-
5-
11thn
thn
4thn
11thn
≤ 2 hari/minggu
0
≤ 2 x/bln
12+thn
0-
5-
12 +
0-
5-
4thn
11thn
thn
4thn
11thn
≤ 2 hari/minggu tetapi tidak
3-4x/bln
x/bln
34x/bln
12+thn
Sepanjang hari
Setiap hari
setiap hari 1-2
Parah
Sedang
>1x/ mgg tapi tidak di malam hari
>1x/ bln
Sering 7 x/minggu
>2 hari/minggu ≤2 Penggunaan SABA
≤ 2 hari/minggu
tetapi tidak
hari/minggu
seharian,
tetapi tidak
dan tidak
seharian
lebih dari
Seharian
Beberapa kali sehari
Terhambat sedang
Sangat Terhambat
1x dalam sehari Pengaruh terhadap
Tidak ada
Sedikit terhambat
aktivitas
Fungsi paru
FEV1
FEV1
FEV1
normal
normal
>80%
>80%
-
-
>80%
>80%
N/A 60-80%
<60%
60-80% <60%
FEV1/FVC >85%
normal
>80%
normal
75-80%
menurun
menurun <75% 5%
Sumber : American Lung Association, 201116
5%
15
American Lung Association 2011 juga mengeluarkan klasifikasi berdasarkan kontrol asma, yaitu : 1.
Asma terkontrol dengan baik (well controlled)
2.
Asma tidak terkontrol (not well controlled)
3.
Asma sangat tidak terkontrol (very poorly controlled)16
Tabel 2.2. Derajat kontrol asma
Komponen kontrol
Terkontrol dengan baik 0-4 tahun
Gejala
Terbangun pada malam hari Pengaruh terhadap aktivitas Penggunaan SABA untuk control Kapasitas paru FEV1 atau peak flow FEV1/FVC
5-11 tahun
≤2 hari/mgg
≤2 hari/mgg tetapi tidak lebih dari sekali dalam sehari ≤ 1x/bln
Tidak terkontrol
Sangat tidak terkontrol
≥ 12 tahun
0-4 tahun
5-11 tahun
≥ 12 tahun
≤2 hari/mg g
>2 hari/mg g
>2 hari/mgg
≤ 2x/bln
>1x/bln
>2hari/ mgg tetapi tidak lebih dari sekali ≥ 2x/bln
13x/mgg
0-4 tahun
5-11 tahun
≥ 12 tahun
Sepanjang hari
>1x/m gg
≥2x/m gg
≥4x/mg g
Tidak ada
Aktivitas terhambat
Aktivitas sangat terhambat
≤2hari/mgg
>2hari/minggu
Beberapa kali per hari
N/A
>80% >80% >80%
Sumber : American Lung Association, 201116
N/A
60-80% 75-80%
60-80%
N/A
<60% <75%
<60%
16
2.2.6. Penatalaksanaan15 Seseorang
mengalami
eksaserbasi
asma
bila
mengalami
peningkatan sesak yang progressif, batuk, mengi, dada memberat atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Berikut ini adalah penanganan eksaserbasi asma pada pasien yang direkomendasikan oleh GINA 2014, yaitu : -
inhalasi beta 2 bloker golongan cepat dimulai dengan 2- 4 puff setiap 20 menit untuk sejam pertama serangan ringan : butuh 2 – 4 puff setiap 3 - 4 jam serangan sedang : butuh 6 – puff setiap 1 – 2 jam
-
glukokortikosteroid oral dengan dosis 0.5 – 1 mg/kgBB (prednisolon) pada pasien yang mengalami serangan asma sedang hingga berat
-
oksigen diberikan bila pasien mengalami hypoxemia dengan target saturasi Oksigen >95%
-
kombinasi beta 2 agonis atau antikolinergik dihubungkan dengan risiko rawat inap yang rendah dan perbaikan PEF dan FEV1 yang lebih baik
-
methylxantines tidak direkomendasikan jika ditambahkan dengan penggunaan inhalasi beta 2 agonis dosis tinggi. Teofilin dapat digunakan jika inhalasi beta 2 agonis tidak tersedia. Bila pasien sudah sering menggunakan teofilin
17
Sedangkan menurut Depkes RI, algoritma tata laksana asma mandiri di rumah adalah sebagai berikut :20
Gambar 2.2. Algoritma tata laksana asma mandiri di rumah Sumber : DEPKES20
18
Algoritma tata laksana asma yang dapat dilakukan di FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) sebagai berikut :
Gambar 2.3. Algoritma tata laksana asma mandiri di FKTP Sumber : Depkes20
19
2.2.7. Pencegahan Menurut WHO 2002, Pencegahan asma dapat dilakukan dengan 3 tingkat pencegahan, yaitu : pencegahan primer, sekunder, maupun tersier. Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah pasien tersensitisasi dengan alergen (pembentukan antibody Ig E). Pencegahan sekunder dilakukan untuk mencegah sensitisasi penyakit alergi dan terutama eksim atopik ataupun dermatitis atopik, alergi respirasi atas, serta alergi asma. Sedangkan pencegahan tersier dilakukan untuk menangani asma penyakit alergi.7 1.
Pencegahan primer
-
Hindari merokok dan pajanan terhadap asap rokok.
-
Hindari kondisi rumah yang lembab, dan menurunkan polusi udara di dalam ruangan.
-
Lakukan program menyusui sampai 6 bulan.
-
Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya eksaserbasi asma.
2.
Pencegahan sekunder
-
Cegah alergi pernapasan dengan tatalaksana farmako pada eksim atopi atau dermatitis atopi topikal.
-
Obati penyakit saluran napas atas seperti : rhinitis alergi
-
Hindari pajanan tungau debu rumah, hewan peliharaan dan kecoa pada anak yang telah tersensitisasi.
-
Pindahkan tenaga kerja dari pekerjaannya bila dia mengalami asma akibat kerja.7
3.
Pencegahan tersier
-
Bayi yang mengalami alergi susu sapi harus menghindari protein susu sapi; jika suplemen dibutuhkan, gunakan susu formula hipoalergenik.
-
Harus menghindari pajanan terhadapa tungau debu rumah, hewan peliharaan dan kecoa.
-
Bila ada proses peradangan harus ditangani dengan farmakoterapi.
-
Hindari penggunaan asam asetil salisilat atau Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) secara ketat.
20
Sedangkan
menurut
National
Library
Medicine,
tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah : -
Vakum karpet secara rutin dan jauhkan karpet dari kamar tidur
-
Bila seseorang memiliki hewan peliharaan di rumah, jauhkan hewan peliharaannya dari kamar tidur
-
Jangan merokok
-
Hindari polusi udara
-
Jaga kebersihan rumah dan makanan serta jauhkan dari tempat tidur. Untuk mencegah munculnya kecoa7
2.2.8. Komplikasi4 Menurut National Library Medicine, asma kemungkinan memiliki komplikasi sebagai berikut : 1.
Kematian
2.
Penurunan kemampuan dalam berolahraga dan beraktivitas lain
3.
Kekurangan tidur
4.
Perubahan fungsi paru secara permanen
5.
Batuk yang persisten
6.
Sulit bernapas yang membutuhkan alat bantu napas seperti : ventilator4
21
2.3 Profil Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan 2.3.1. Situasi Keadaan Umum 2.3.1.1.
Gambaran Umum Puskesmas Ciputat terletak di sebelah Utara Kota Tangerang
Selatan sekitar ± 6 km. Luas wilayah kecamatan Ciputat kira-kira 13.311 Ha yang didominasi oleh tanah darat / kering (93,64%) kemudian sisanya merupakan tanah rawa / danau. Puskesmas Ciputat merupakan salah satu dari tiga Puskesmas yang ada di wilayah kecamatan Ciputat, yang berbatasan dengan : - sebelah Utara : wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah - sebelah Selatan : wilayah kerja Puskesmas Pamulang - sebelah Barat : wilayah kerja Puskesmas Benda Baru - sebelah Timur : wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur24 Puskesmas Ciputat berada di Jalan Ki Hajar Dewantara No. 7 Kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Dibangun di atas tanah seluas 683m2 dengan luas bangunan ± 1200m2 terdiri dari 2 lantai. Kegiatan pelayanan masyarakat dipusatkan di lantai 1, sedangkan lantai 2 digunakan sebagai ruang pimpinan, staf, penyimpanan data dan ruang rapat. Di lantai 2 juga terdapat ruang pelayanan pengobatan TB paru, klinik sanitasi, klinik PTRM, dan laboratorium.24
2.3.1.2.
Kependudukan Wilayah kerja Puskesmas Ciputat terdiri dari 2 kelurahan,
yaitu : kelurahaan Ciputat, dan kelurahan Cipayung, yang dijadikan sebagai kelurahan binaan. Total jumlah penduduk dari 2 kelurahan sebesar 52.748 jiwa yang terdiri dari : 27.034 jiwa laki-laki, dan 25.714 perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk 126,18 jiwa per km2. Tingkat kepadatan penduduk di kelurahan Ciputat lebih mendominasi (147,45 jiwa/km2) dibandingkan dengan kelurahan Cipayung (104,91 jiwa/km2).24
22
Tabel 2.3. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan 2014 : No .
Desa
Luas wilaya h (km2)
Jumlah pendudu k
Jumla h KK
Jumla h Ruma h
R W
RT
Kepadata n penduduk / km2
1.
Ciputat
18.334
27.104
5.103
4.167
15
55
147,45
24.509
25.644
5.047
5.250
12
63
104,91
42.843
52.748
10.150
9.417
27
11 8
126,18
2
Cipayun g Puskesmas
Sumber : Profil Tahun 2014 UPT Puskesmas Ciputat24
Tabel 2.4. Distribusi umur No
Kelompok umur (tahun)
Jumlah Penduduk Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
1
2
3
4
5
1
0-4
1.463
1.384
2.847
2
5-9
2.075
1.971
4.046
3
10-14
2.390
2.267
4.657
4
15-19
2.116
2.028
4.144
5
20-24
2.204
2.097
4.301
6
25-29
2.367
2.289
4.656
7
30-34
2.944
2.796
5.740
8
35-39
2.762
2.604
5.366
9
40-44
2.377
2.253
4.630
10
45-49
1.904
1.813
3.717
11
50-54
1.431
1.358
2.789
Sumber : Profil Tahun 2014 UPT Puskesmas Ciputat24
23
Tabel 2.5. Distribusi umur (sambungan) No
Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah Penduduk Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
1
2
3
4
5
12
55-59
1.176
1.117
2.293
13
60-64
794
751
1.545
14
65-69
437
420
857
15
70-74
310
296
606
16
75+
284
270
554
27.034
25.714
52.748
JUMLAH
Sumber : Profil Tahun 2014 UPT Puskesmas Ciputat, 201424
2.3.2. Sosial Ekonomi 2.3.2.1.
Tingkat Pendapatan Perkembangan perekonomian kecamatan Ciputat tahun 2014
dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di tahun 2014. Namun data dari BPS (Badan Pusat Statistik) belum tersedia untuk tingkat kecamatan Ciputat, sehingga belum dapat ditampilkan data akurat. Rasio beban tanggungan keluarga yang dipikul pada usia >15 tahun keatas sebesar 78,10.24
2.3.2.2. Perkembangan Tahap Keluarga dan KK Miskin Tabel 2.6. Perbandingan KK Miskin No
Tahun
Jumlah Jiwa
1 2
2013 2014
40.221 52.478
Sumber : Profil Tahun 2014 UPT Puskesmas Ciputat, 2014
Jumlah Jiwa gakin 9.825 6.150
24
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2014 sebanyak 52.748 jiwa dan terdapat 10.300 jumlah KK. Setelah divalidasi, jumlah penduduk miskin di wilayah kecamatan Ciputat tahun 2014, sebesar 6.150 jiwa. Jumlah kuota Jamkesmas tahun 2014 sebesar 3083 jiwa. Penduduk miskin yang telah memiliki kartu jamkesmas sebanyak 5,84% dari total penduduk wilayah kerja Puskesmas Ciputat, dan sebanyak 50% jiwa dari 6.150 gakin yang mendapatkan kartu Jamkesmas. Sedangkan penduduk miskin yang belum memperoleh Jamkesmas akan dicakup oleh bantuan Jamkesda yang kuotanya terus bertambah dari waktu ke waktu.24
25
2.4 Kerangka Teori Faktor Risiko
Faktor lingkungan
Faktor Individual
Faktor sosio-ekonomi
Lokasi tinggal Jenis pekerjaan
↑ Paparan alergen saat kerja
Sumber Pendanaan
Non asuransi
Asuransi
BPJS
Akses mudah
Seasonality Bulan Kunjungan
↑ FR paparan alergen
dewasa ↑ umur ↓ keelastisitasan bronkus
pre pubertas
↑ paparan rhinovirus
Jamkesmas DD : asma akibat kerja
Bronkus hiperresponsif
↑ aktivasi sel-
Jamsostek
sel inflamasi
bronkokonstriksi
Jamkesda Turbulensi udara
Jenis Kelamin: wanita
KTP Tangsel mengi ↑ estrogen
Non asuransi
↑ produksi sel dendrit
Hasil pengobatan
↑ respon Th2 FKTP
↑ Kunjungan Pasien
DK : asma
TL: Nebulisasi Beta-2 Agonis kerja singkat
↑ sensitisasi alergen
26
2.5 Kerangka Konsep Pasien
Faktor Risiko
Faktor lingkungan
Faktor Individual
Faktor sosio-ekonomi
Lokasi tinggal Jenis pekerjaan
↑ Paparan alergen saat kerja
Sumber Pendanaan
Non asuransi
Asuransi
BPJS
Akses mudah
Seasonality Bulan Kunjungan
↑ FR paparan alergen
dewasa ↑ umur ↓ keelastisitasan bronkus
pre pubertas
↑ paparan rhinovirus
Jamkesmas DD : asma akibat kerja
Bronkus hiperresponsif
↑ aktivasi sel-
Jamsostek
sel inflamasi
bronkokonstriksi
Jamkesda Turbulensi udara variabel tidak diteliti
Jenis Kelamin: wanita
KTP Tangsel mengi ↑ estrogen
Non asuransi
↑ produksi sel dendrit
Hasil pengobatan
↑ respon Th2 FKTP
↑ Kunjungan Pasien
DK : asma
TL: Nebulisasi Beta-2 Agonis kerja singkat
Variabel diteliti
↑ sensitisasi alergen
27
2.6 Definisi operasional
Variabel
Definisi
Pasien Asma Pasien
Cara
Alat
Ukur
Ukur
yang Rekam
terdiagnosis sebagai
medis
Rekam
Pasien
medis
atau
J45
Skala
asma Ordinal dengan
kode ICD 10
ICD 10 atau asma
Hasil ukur
J45
di
Puskesmas Ciputat Umur
Umur pasien Rekam
Rekam
<1
saat
medis
1-4
pasien medis
melakukan
5-14
pengobatan
15-24
Ordinal
25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 +75 Jenis
Identitas
kelamin
pasien
Rekam yang medis
Rekam
Laki-laki
medis
perempuan
atau Ordinal
membedakan antara laki
lakidan
perempuan Daerah
Identitas yang Rekam
Rekam
Berdasarkan
tinggal
menyatakan
medis
kecamatan :
medis
tempat
Ciputat
tinggal pasien
Ciputat Timur
Ordinal
28
Pamulang Mekar Baru Pondok Aren Luar Wilayah
Berdasarkan desa : Ciputat Cipayung Pisangan Serua Kedaung Bambu Apus Pondok Ranji Sawah Lama Cempaka Putih Sawah Baru Cirendeu Pondok
Cabe
Ilir Rempoa Jombang Serua Indah Pondok Aren Luar wilayah Benda Baru Pamulang Barat Sumber
Metode
Rekam
Rekam
BPJS
Dana
pembayaran
medis
medis
ASKES
pengobatan
JAMKESMAS JAMSOSTEK GRATIS
Ordinal
29
UMUM Bulan
Waktu
Rekam
Rekam
Juni 2015
Kunjungan
(bulan)
medis
medis
Mei 2015
Ordinal
kunjungan
April 2015
pasien untuk
Maret 2015
berobat
Febuari 2015
Puskesmas
ke
Januari 2015 Desember 2014 November 2014 Oktober
2014
September 2014 Agustus 2014 Juli 2014
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian cross sectional retrospektif secara deskriptif, dengan mengambil rekam medis elektronik di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015.
3.2
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan November 2015 di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.
3.3
Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi dan sampel Populasi dan sampel penelitian adalah penderita asma periode Juli 2014 - Juni 2015 yang datang ke Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.
3.3.2. Jumlah sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel, dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.25
3.3.3. Cara pengambilan sampel Sampel diambil dengan mengambil rekam medis elektronik pasien yang terdiagnosa asma periode Juli 2014 - Juni 2015 di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.
30
31
3.3.4. Kriteria sampel 3.3.4.1.
Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah pasien yang terdiagnosa asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015.
3.3.4.2.
Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah data yang diperoleh dari rekam medis elektronik mengenai pasien yang tidak terdiagnosa asma.
3.4
Cara kerja penelitian
Perizinan di kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pasien terdiagnosa asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan Juli 2014 – Juni 2015 Kriteria Inklusi Sampel penelitian
Asma
Analisis Masalah
32
3.5
Managemen data 3.5.1. Tekhnik Pengumpulan Data Data diperoleh dari rekam medis elektronik pada pasien yang terdiagnosa asma periode Juli 2014 – Juni 2015 di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.
3.5.2. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16 dengan mencari frekuensi dan deskripsi data.
3.5.3. Analisis Data Analisis Univariat Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel profil.
3.5.4. Rencana Penyajian Data Data diinterpretasikan secara deskriptif dalam bentuk sajian berupa : tabel dan diagram. Kemudian dilakukan penyusunan data, dalam bentuk laporan hasil penelitian, yang akan dipresentasikan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Karakteristik Subjek Penelitian di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan Tabel 4.1 Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan letak lokasi kecamatan Variabel
Kategori
Frekuensi
Kecamatan
Ciputat Ciputat Timur Pamulang Mekar Baru Pondok Aren Luar Wilayah
Total
272 47 71 4 2 1 397
Persentase (%) 68.5 11.8 17.9 1.0 0.5 0.3 100.0
Berdasarkan hasil Tabel 4.1, profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan kecamatan tertinggi pertama berada di daerah Ciputat sebesar 68.5%, tertinggi kedua berada di kecamatan Pamulang sebesar 17.9 %, sedangkan tertinggi ketiga berada di kecamatan Ciputat Timur sebesar 11.8%. Sedangkan, profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan kecamatan terendah berada di Luar Wilayah Tangerang Selatan.
33
34
Tabel 4.2 Profil frekuensi kedatangan dengan diagnosa kerja asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan letak lokasi desa Variabel Desa
Total
Kategori Ciputat Ciputat Timur Pamulang Serua Kedaung Bambu Apus Sawah Lama Cempaka Putih Sawah Baru Cirendeu Pondok Cabe Ilir Rempoa Jombang Serua Indah Pondok Aren Luar Wilayah
Frekuensi 106 81 10 30 50 20 38 17 8 6
Persentase (%) 26.4 20.4 2.5 7.6 12.6 5.0 9.6 4.3 2.0 1.5
4
1.0
7 7 4 2 1 397
1.8 1.8 1.0 0.5 0.3 100.0
Berdasarkan hasil Tabel 4.2, profil frekuensi kedatangan dengan diagnosis kerja asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 tertinggi pertama berada di desa Ciputat sebesar 26.4%, kemudian tertinggi kedua berada di desa Cipayung sebesar 20.4%, lalu tertinggi ketiga terdapat di desa Kedaung sebesar 12.6%. Profil pasien asma terendah pertama berasal dari desa Luar Wilayah (0.3%), sedangkan terendah kedua berasal dari desa Pondok Aren (0.5%), kemudian terendah ketiga berasal dari desa Pondok Cabe Ilir dan Serua Indah (1.0%).
35
Tabel 4.3 Profil frekuensi kunjungan dengan diagnosa kerja asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan umur Variabel Umur
Kategori (tahun) 1-4 5-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
Total
Frekuensi
Persentase (%)
29 80 22 46 49 47 69 50 5 397
7.3 20.2 5.5 11.6 12.3 11.8 17.4 12.6 1.3 100.0
Berdasarkan dari hasil tabel 4.3, didapatkan bahwa profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan tertinggi I pada umur 5 – 14 tahun (20.2%), kemudian tertinggi II pada umur 55 – 64 tahun sebesar 17.4% dan tertinggi III pada umur 65– 74 tahun (12.6%). Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan terendah I pada umur 75+ sebesar 1.3%, kemudian terendah II pada umur 15-24 tahun (5.5%), dan terendah III pada umur 1 – 4 tahun sebesar 7.3%.
Tabel 4.4 Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan jenis kelamin Variabel Jenis Kelamin
Kategori Laki-laki Perempuan
Total
Frekuensi 186 211 397
Persentase (%) 46.9 53.1 100.0
Berdasarkan hasil gambaran di atas, didapatkan bahwa pada pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan didominasi oleh jenis kelamin perempuan sebesar 53.1% dari keseluruhan pasien, sedangkan jenis kelamin laki-laki sebesar 46.9%.
36
Tabel 4.5 Profil pasien dengan diagnosa kerja asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan kelompok umur Variabel
Kategori (tahun)
Umur
1-4 5-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
Laki-laki (%) 65.5 52.5 31.8 23.9 49.0 44.7 40.6 58.0 100
Perempuan (%) 34.5 47.5 68.2 76.1 51.0 55.3 59.4 42.0 0
Berdasarkan tabel 4.5, prevalensi pasien dengan diagnosis asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 pada kelompok (anak-anak) umur 1 – 14 tahun, kelompok umur 65 sampai 75 tahun ke atas lebih didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, sedangkan pada kelompok umur 15 – 64 tahun lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan.
Tabel 4.6 Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan sumber pendanaan Variabel Sumber Pendanaan
Kategori BPJS GRATIS JAMKESMAS UMUM ASKES JAMKESDA JAMSOSTEK
Total
Frekuensi 59 96 29 162 45 4 2 397
Persentase (%) 14.9 24.2 7.3 40.8 11.3 1.0 0.5 100.0
Berdasarkan hasil dari tabel 4.6, didapatkan bahwa dominasi sumber pendanaan biaya pengobatan berasal dari pasien umum sebesar 40.8%, kemudian pasien yang merupakan warga Tangsel (sumber pendanaan pengobatan gratis) sebesar 24.2%, dan yang menggunakan BPJS sebesar 14.9%, dan. Sedangkan profil sumber pendanaan biaya pengobatan terendah berasal dari Jamsostek sebesar 0.5%.
37
Tabel 4.7 Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan bulan kunjungan Variabel Bulan Kunjungan
Kategori Juni 2015 Mei 2015 April 2015 Maret 2015 Febuari 2015 Januari 2015 Desember 2014 November 2014 Oktober 2014 September 2014 Agustus 2014 Juli 2014
Total
Frekuensi 26 27 26 35 32 31 24 26 35 40 51 44 397
Persentase (%) 6.5 6.8 6.5 8.8 8.1 7.8 6.0 6.5 8.8 10.1 12.8 11.1 100.0
Berdasarkan tabel 4.7, kunjungan pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 tertinggi I pada bulan Agustus 2014 sebesar 12.8%, kemudian tertinggi II pada bulan Juli 2014 sebesar 11.1%, dan tertinggi III pada September 2014 sebesar 10.1%. Sedangkan kunjungan pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 terendah I pada bulan Desember 2014 sebesar 6.0%, kemudian terendah II pada bulan Juni 2015, April 2015, dan November 2014 sebesar 6.5%, dan terendah III sebesar 6.8% pada bulan Mei 2015.
4.2 Pembahasan 4.2.1. Profil Letak Lokasi Berdasarkan hasil Tabel 4.1, profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode
Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan
kecamatan tertinggi pertama berada di daerah Ciputat sebesar 68.5% dan selebihnya dari wilayah lain, karena Puskesmas Ciputat didirikan memang untuk melayani kesehatan bagi masyarakat Ciputat dan wilayah lain. Ditunjang dengan letak yang strategis, yang dilewati semua rute angkot, membuat Puskesmas mudah dijangkau sehingga pasien asma yang berasal dari wilayah lain juga berobat di Puskesmas Ciputat. Selain hal tersebut, pasien lain yang berasal dari luar kecamatan Ciputat, melakukan
38
pengobatan di Puskesmas Ciputat mungkin disebabkan karena pasien asma tersebut merupakan penduduk lama yang dahulunya berdomisili di kecamatan Ciputat, kemudian berpindah domisili. Pasien asma terendah berasal dari Luar Wilayah, hal ini dikarenakan pasiennya merupakan penduduk pendatang dan berdomisili sementara di Ciputat. Berdasarkan hasil Tabel 4.2, profil frekuensi kedatangan dengan diagnosis kerja asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 tertinggi pertama berada di desa Ciputat sebesar 26.4%, kemudian tertinggi kedua berada di desa Cipayung sebesar 20.4%. Kedua desa tersebut merupakan cakupan wilayah kerja Puskemas Ciputat,24 sehingga sangat rasional sekali bila banyak pasien asma yang berkunjung ke Puskesmas berasal dari desa Ciputat dan desa Cipayung. Selebihnya pasien berasal dari luar wilayah kerja Puskesmas Ciputat, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa hal tersebut mungkin disebabkan karena lokasi Puskesmas Ciputat yang strategis, dan sarana transportasinya cukup memadai, atau sedang berdomisili sementara di Puskesmas Ciputat.
4.2.2. Profil Umur Berdasarkan dari hasil tabel 4.3, didapatkan bahwa profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan tertinggi pada umur 5 – 14 tahun (20.2%), Hal ini serupa dengan apa yang disampaikan GINA (Global Initiative For Asthma), bahwa asma lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.17 IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) juga mengemukakan bahwa 3 dari 4 anak mulai mengalami gejala sebelum umur tujuh tahun dan sampai umur 16 tahun.18 Sedangkan menurut Global Asthma Report, asma lebih sering terjadi pada kategori umur 10 – 14 tahun.26 Peringkat tertinggi kedua berada di kategori umur 55-64 tahun (17.4%), sedangkan peringkat tertinggi ketiga berada di kategori umur 6574 tahun (12.6%). Berdasarkan teori yang didapatkan dari buku ajar Tortora, semakin bertambahnya usia, kemampuan kapasitas paru semakin menurun14, dan semakin berkurangnya keelastisitasan bronkus dan
39
alveolus21 yang menyebabkan lumen bronkus mengecil dan udara yang masuk menyebabkan terjadinya turbulensi pada saluran bronkus yang mengecil. Sehingga, pada pasien muncul bunyi mengi yang menandakan salah satu gejala dari asma.
4.2.3. Profil Jenis Kelamin Berdasarkan hasil tabel 4.4, didapatkan bahwa pada pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan didominasi oleh jenis kelamin perempuan sebesar 53.1% dari keseluruhan pasien, sedangkan jenis kelamin laki-laki sebesar 46.9%. Hal ini serupa dengan apa yang dikemukakan oleh NHLBI pada kelompok perempuan dewasa lebih sering terkena dibandingkan dengan laki-laki dewasa2. N W Johnston juga menyatakan bahwa perempuan dewasa yang berumur 18 tahun hingga 70 tahun lebih rentan mengalami eksaserbasi asma sebesar 1.89 x lebih tinggi dibandingkan laki-laki dewasa.10 Pada perempuan, kadar estrogen yang dimiliki lebih tinggi dibandingkan dengan kadar estrogen pada laki-laki. Kadar estrogen yang lebih tinggi pada perempuan memiliki efek yang besar, karena perempuan lebih rentan untuk terkena sensitisasi alergen. Menurut Rana S Bond et. al., estrogen berperan utama melalui reseptor estrogen. Reseptor estrogen α, β (ERα, ERβ) dan GPR (G protein-coupled receptor) terekspresi di sel immunomodulasi. Salah satu turunan dari hormon estrogen adalah estradiol, yang meningkatkan produksi sel dendrit yang akan meningkatkan respon Th2.8 Sehingga perempuan dewasa rentan untuk tersensitisasi alergen.
4.2.4. Profil Umur terhadap Jenis Kelamin Berdasarkan tabel 4.5, prevalensi pasien dengan diagnosis asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 pada kelompok (anak-anak) umur 1 – 14 tahun, kelompok umur 65 sampai 75 tahun ke atas lebih didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, hal ini serupa dengan apa yang dikemukakan oleh NHLBI, bahwa pada kelompok anakanak, lebih sering mengenai anak laki-laki dibanding perempuan.2 Pada studi
40
Tsung Ju Wu et. al, juga memberikan hasil yang sama, yaitu sebelum anakanak mengalami pubertas, anak laki-laki lebih sering mengalami asma dibandingkan dengan anak perempuan.23 Menurut Sears MR dalam penelitian Tsung Ju Wu et.al, prevalensi sensitisasi alergi lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Menurut Thurlbeck WM dalam penelitian Tsung Ju Wu et.al, anak laki-laki memiliki paru yang lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan pada tinggi yang sama, Menurut Doershuk CF dalam penelitian yang sama mengatakan bahwa anak laki-laki juga memiliki resistensi saluran napas lebih besar dibandingkan anak perempuan. Beberapa alasan di atas merupakan penjelasan yang masuk akal mengapa saluran napas anak laki-laki lebih hiperresponsif dibandingkan dengan anak perempuan.23 Sedangkan pada kelompok umur 15 – 64 tahun lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Menurut Benedicte Leynaert et.al., asma lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki sebesar 20% pada usia lebih dari 35 tahun.26
4.2.5. Profil Sumber Pendanaan Berdasarkan hasil dari tabel 4.6, didapatkan bahwa dominasi sumber pendanaan biaya pengobatan berasal dari pasien umum sebesar 40.8%. Hal ini berbanding terbalik dengan New York State Department of Health, yang menyatakan bahwa sekitar 10.6% warga amerika tidak mempunyai jaminan kesehatan dari pemerintah.22 Pasien asma yang tidak memiliki asuransi, 40.3% nya tidak dapat membeli obat-obatan yang diresepkan22 Sehingga ada kemungkinan frekuensi asma berulang meningkat, yang akhirnya akan memperburuk hasil pengobatan pada pasien asma. Di Tangerang Selatan memang memberikan pelayanan medis secara gratis bila menunjukkan KTP Tangsel, namun kebanyakan penduduk yang ada di wilayah Tangsel tidak memiliki KTP Tangsel karena sebagian penduduk bukan penduduk asli (KTP non Tangsel) maka daripada itu sumber pendanaan yang dominan digunakan di Puskesmas Ciputat merupakan sumber pendanaan umum.
41
4.2.6. Profil Bulan Kunjungan Berdasarkan tabel 4.7, kunjungan pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 tertinggi pada bulan Agustus 2014 sebesar 12.8%, dan pada bulan Juli 2014 sebesar 11.1%. Hal ini sama seperti yang disampaikan N W Johnston dan M R Sears, bahwa kunjungan asma tertinggi terjadi di awal dari musim semi (bulan September) dan akhir dari musim panas (bulan Agustus).10 Pada saat awal musim semi, infeksi rhinovirus sangat sering terjadi9 dan lebih sering mengenai anak-anak umur sekolah.10 Akan tetapi, di Indonesia tidak memiliki 4 musim, Indonesia hanya memiliki 2 musim, yaitu : musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan Agustus dan Juli. Pada saat musim kemarau, polusi udara baik berupa debu, maupun alergen sangat banyak, sehingga pasien terpajan dan mulai tersensitisasi alergen, dan pada akhirnya pasien mengalami asma.
4.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan hanya mengandalkan data sekunder berupa rekam medis. Rekam medis yang digunakan merupakan rekam medis elektronik. Peneliti telah melakukan observasi pada rekam medis non elektronik, dan sebenarnya peneliti ingin menggunakan rekam medis non elektronik, akan tetapi penyimpanan berkas rekam medis non elektronik tidak terlalu rapi yang menyebabkan hilangnya beberapa rekam medis pasien. Selain hal tersebut, data yang didapatkan baik dari segi rekam medis non elektronik maupun rekam medis elektronik sangat minim. Akan tetapi, rekam medis non elektronik lebih memberikan data yang signifikan dibandingkan dengan rekam medis non elektronik. Di dalam rekam medis non eletronik, tidak menyebutkan status pekerjaan pasien, hasil anamnesis (gejala klinis), dan pemeriksaan fisik yang dilakukan beserta hasilnya, lalu terapi yang diberikan, faktor risiko dan faktor predisposisi, terapi pengobatan yang diberikan, rujukan ke spesialis paru serta gambaran thorax . Begitu juga di rekam medis non eletronik, ada
42
sebagian saja yang menyebutkan namun tidak lengkap, misalnya langsung kode ICD 10 asma (J45) saja. Kurangnya pendataan yang lengkap mengenai rekam medis pasien baik secara elektronik maupun non elektronik menyebabkan terbatasnya penelitian. Berdasarkan hasil anamnesis dengan dokter yang berjaga, pasien yang mengeluh asma diberikan salbutamol atau aminofilin. Bila pasien mengalami dua gejala asma pada waktu yang berdekatan, ataupun terapi yang diberikan tidak meredakan, maka dokter yang ada di Puskesmas segera merujuk pasien ke dokter spesialis paru. Karena semua hal tersebut, menyebabkan minimnya variabel yang dipresentasikan mengenai profil pasien asma di Puskesmas periode Juli 2014 – Juni 2015. Peneliti hanya menggunakan data sekunder dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki, karena frekuensi kunjungan pasien asma yang cukup minim.
BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan 1.
Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan letak lokasi kecamatan terbanyak berasal dari kecamatan Ciputat (68.5%).
2.
Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan letak lokasi desa terbanyak berasal dari desa Ciputat (26.4%).
3.
Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan umur terbanyak yaitu berasal dari kategori umur 5-14 tahun (20.2%).
4.
Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (53.1%).
5.
Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan sumber pendanaan terbanyak berasal dari sumber pendanaan umum (40.8%).
6.
Profil pasien asma di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan periode Juli 2014 – Juni 2015 berdasarkan bulan kunjungan terbanyak berada di bulan Agustus 2014 (12.8%).
5.2.Saran 1.
Saran bagi Puskesmas, untuk memberikan penyuluhan mengenai penyakit asma dan pencegahannya, karena tidak hanya pada dewasa tetapi juga pada anak-anak.
2.
Saran bagi dokter di Puskesmas, untuk lebih memperhatikan aspekaspek diagnostik holistik lain selain aspek klinis pasien sehingga dapat terindentifikasi faktor risiko yang menyebabkan eksaserbasi asma pada pasien. Diharapkan pada penelitian selanjutnya akan ada
43
44
yang meneliti mengenai faktor risiko asma yang lain, seperti : jenis pekerjaan, riwayat penyakit keluarga, jenis alergen dan lain-lain. 3.
Penelitian ini hanya menggunakan studi deskriptif, diharapkan pada penelitian yang selanjutnya dapat mencari hubungan antar variabel independen dengan kejadian asma.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Asthma [Internet]. 2013 [cited 2014 Feb 19] Available from : http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/ 2. NHLBI. What Is Asthma [Internet]. 2012 [cited 2014 Feb 19] Available from : http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/asthma/ 3. CDC. Morbidity and Mortality Weekly Report, Vital Signs : Asthma Prevalence, Disease Characteristics, and Self-Management Education – United States, 2001-2009 [Internet]. 2011 [cited 2014 Feb 27]; 60(17): 54752. Available from : http://www.cdc.gov/mmwr/pdf/wk/mm6017.pdf 4. NIH Medline Plus. Chronic Diseases : Asthma and You [Internet]. 2013 [cited
2014
Feb
19]
Available
from
:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/magazine/issues/fall11/articles/fall11 pg5-7.html 5. GINA. Global Strategy For Asthma Management and Prevention [Internet]. 2010
[cited
2014
Feb
27]
Available
from
:
http://www.ginasthma.org/local/uploads/files/GINA_Report_2010_1.pdf 6. PDPI. ASMA Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia [Internet].
2003
[cited
2014
Feb
27]
Available
from
:
http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.html#BABIV 7. WHO. Management of Noncommunicable Diseases Department Chronic Respiratory Diseases and Arthritis : Prevention of Allergy and Allergic Asthma [Internet]. 2003 [cited 2015 Jun 19] Available from : http://www.worldallergy.org/professional/who_paa2003.pdf 8. Bonds Rana S, Midoro-Horiuti T. Estrogen effects in allergy and asthma [Internet]. 2013 Feb [cited 2015 September 24]; 13(1): 92-99. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3537328/pdf/nihms430343 /pdf 9. Jackson David J, Sykes A, Mallia P, and Johnston Sebastian L. Asthma exacerbations : origin, effect, and prevention [Internet]. 2011 Dec [cited
45
46
2015
September
4];
128(6):
1165-74.
Available
from
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22133317 10. Johsnton N W, Sears M R. Review Series Asthma exacerbations 1 : Epidemiology [Internet]. 2006 Aug [cited 2015 September 2015]; 61(8): 722-728.
Available
from
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/PMC/article/PMC2104697/pdf/722.pdf 11. Piper Crystal N, Elder K, Glover S, Baek J, Murph K. Disparities Between Asthma Management and Insurance Type Among Children on Journal Of The National Medical Association [Internet]. 2010 Jul [cited 2015 September
11];102(7):556-61.
Available
from
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20690318 12. BALITBANGKES DEPKES RI. Riset Kesehatan Dasar 2007 [Internet]. 2008
[cited
2015
Sep
11].
Available
from
:
http://www.k4health.org./sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas %202007.pdf 13. KEMENKES RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 [Internet]. 2014 [cited
2015
Sep
12].
Available
from
:
http://www.depkes.go.id/resources/donwload/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf 14. Tortora Gerard J, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology, 25th ed. USA: John Wiley & Sons, Inc.; 2009. 15. GINA. Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older that 5 Years) A Pocket Guide for Physicians and Nurses Updated 2014 [Internet].
2014
[cited
Jun
27
2014].
Available
from
:
http://www.ginasthma.org/local/uploads/files/GINA_Pocket_2014.pdf 16. American Lung Association. Trends in Asthma Morbidity and Mortality [Internet].
2012
[cited
2014
Jun
15]
Available
from
:
http://www.lung.org/finding-cures/our-research/trend-reports/asthmatrends-report.pdf 17. GINA. Asthma Management and Prevention (for Adults and Children Older that 5 Years) A Pocket Guide for Physicians and Nurses Updated 2013
47
[Internet].
2014
[cited
Feb
27
2014].
Available
from
:
http://www.ginasthma.org/local/uploads/files/GINA_Pocket_2013.pdf 18. IUATLD. 44th World Conference on Lung Health of the International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union) [Internet]. 2013 [cited 2014 Jun 25]. Available from : http://www.theunion.org/what-wedo/journals/ijtld/ABSTRACT_BOOK_2013_Web.pdf 19. CDC. Most Recent Asthma Data [Internet]. 2015 [cited 2015 Sep 12]. Available at : http://www.cdc.gov/asthma/most_recent_data.htm 20. Infodatin. You Can Control Your Asthma [Internet]. [cited 2015 Sep 12]. Available
at
:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinasma.pdf 21. Martono, H, Pranaka K, editors. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. 22. New York State Department of Health. National Asthma Survey - New York State Summary Report [Internet]. 2006 [cited 2015 Sep 28] Available from
:
http://www.health.ny.gov/statistics/ny_asthma/pdf/national_asthma_surve y_nys.pdf 23. Wu Tsung J, Wu C, Lee Yungling L. Asthma incidence, remission, relapse and persistence: a population-based study in southern Taiwan [Internet]. 2014
[cited
2015
Sep
28];
15:135.
Available
from
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4232728/ 24. Dinkes Kota Tangsel. Profil Tahun 2014 UPT PUSKESMAS CIPUTAT. Banten: Dinkes Kota Tangsel; 2014. 25. Sastroasmoro S, Ismael S, authors. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi ke-3. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2010. 26. The Global Asthma Network [Internet]. [place unknown]: The Global Asthma Network; 2011 [cited 2015 Oct 27] Available from : http://www.globalasthmareport.org/burden/burden.php
48
27. Benedicte Leynaert, Jordi Sunyer, Raquel Garcia-Esteban, Cecilie Vanes, Deborah Jarvis, Isa Cerveri et.al., authors. Gender differences in prevalence, diagnosis, and incidence of allergic and non-allergic asthma: a populationbased cohort. Thorax [internet]. 2012 [cited 31 Oct 15]; 67:625-631. Available
from
m.thorax.bmj.com/content/67/7/625.long?view=long&pmid=22334535
:
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 HASIL UJI STATISTIK STATISTIK DESKRIPTIF (UNIVARIAT) Kecamatan
KECAMATAN Cumulative Frequency Valid
CIPUTAT
Percent
Valid Percent
Percent
272
68.5
68.5
68.5
CIPUTAT TIMUR
47
11.8
11.8
80.4
PAMULANG
71
17.9
17.9
98.2
MEKAR BARU
4
1.0
1.0
99.2
PONDOK AREN
2
.5
.5
99.7
LUAR WILAYAH
1
.3
.3
100.0
397
100.0
100.0
Total
49
50
Desa DESA Cumulative Frequency Valid
CIPUTAT
Percent
Valid Percent
Percent
105
26.4
26.4
26.4
CIPUTAT TIMUR
81
20.4
20.4
46.9
PAMULANG
10
2.5
2.5
49.4
SERUA
30
7.6
7.6
56.9
KEDAUNG
50
12.6
12.6
69.5
BAMBU APUS
20
5.0
5.0
74.6
PONDOK RANJI
5
1.3
1.3
75.8
SAWAH LAMA
38
9.6
9.6
85.4
CEMPAKA PUTIH
17
4.3
4.3
89.7
SAWAH BARU
8
2.0
2.0
91.7
CIRENDEU
6
1.5
1.5
93.2
PONDOK CABE ILIR
4
1.0
1.0
94.2
REMPOA
7
1.8
1.8
96.0
JOMBANG
7
1.8
1.8
97.7
SERUA INDAH
4
1.0
1.0
98.7
PONDOK AREN
2
.5
.5
99.2
LUAR WIILAYAH
1
.3
.3
99.5
BENDA BARU
1
.3
.3
99.7
PAMULANG BARAT
1
.3
.3
100.0
397
100.0
100.0
Total
51
(Lanjutan)
Umur Kategori umur Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
1-4
29
7.3
7.3
7.3
5-14
80
20.2
20.2
27.5
15-24
22
5.5
5.5
33.0
25-34
46
11.6
11.6
44.6
35-44
49
12.3
12.3
56.9
45-54
47
11.8
11.8
68.8
55-64
69
17.4
17.4
86.1
65-74
50
12.6
12.6
98.7
+75
5
1.3
1.3
100.0
Total
397
100.0
100.0
52
(Lanjutan)
Jenis kelamin
JENIS_KEL Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
LAKI-LAKI
186
46.9
46.9
46.9
PEREMPUAN
211
53.1
53.1
100.0
Total
397
100.0
100.0
53
Jenis kelamin terhadap umur Umur 1-4 tahun Cumulative Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
19
4.8
65.5
65.5
perempuan
10
2.5
34.5
100.0
Total
29
7.3
100.0
368
92.7
397
100.0
System
54
(Lanjutan)
jenis_kelamin_terhadap_umur_5_sampai_14tahun Cumulative Frequency Valid
laki-laki perempuan Total
Percent
Valid Percent
Percent
11
61.1
61.1
61.1
7
38.9
38.9
100.0
18
100.0
100.0
umur_15_sampai_24_tahun Cumulative Frequency Valid
Missing Total
laki-laki
Percent
Valid Percent
Percent
7
1.8
31.8
31.8
perempuan
15
3.8
68.2
100.0
Total
22
5.5
100.0
375
94.5
397
100.0
System
55
(Lanjutan)
umur_25_sampai_34_tahun Cumulative Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
11
2.8
23.9
23.9
perempuan
35
8.8
76.1
100.0
Total
46
11.6
100.0
351
88.4
397
100.0
System
56
(Lanjutan)
umur_35_sampai_44_tahun Cumulative Frequency Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
24
6.0
49.0
49.0
perempuan
25
6.3
51.0
100.0
Total
49
12.3
100.0
348
87.7
397
100.0
System
Total
umur_45_sampai_54_tahun Cumulative Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
21
5.3
44.7
44.7
perempuan
26
6.5
55.3
100.0
Total
47
11.8
100.0
350
88.2
397
100.0
System
57
(Lanjutan)
umur_55_sampai_64_tahun Cumulative Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
28
7.1
40.6
40.6
perempuan
41
10.3
59.4
100.0
Total
69
17.4
100.0
328
82.6
397
100.0
System
58
(Lanjutan)
umur_65_sampai_74_tahun Cumulative Frequency Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
29
7.3
58.0
58.0
perempuan
21
5.3
42.0
100.0
Total
50
12.6
100.0
347
87.4
397
100.0
System
Total
umur_diatas_75_tahun Cumulative Frequency Valid
laki-laki
Missing
System
Total
Percent 5
1.3
392
98.7
397
100.0
Valid Percent 100.0
Percent 100.0
59
(Lanjutan)
Sumber pendanaan
SUMBER_PENDANAAN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
BPJS
59
14.9
14.9
14.9
GRATIS
96
24.2
24.2
39.0
JAMKESMAS
29
7.3
7.3
46.3
UMUM
162
40.8
40.8
87.2
ASKES
45
11.3
11.3
98.5
JAMKESDA
4
1.0
1.0
99.5
JAMSOSTEK
2
.5
.5
100.0
397
100.0
100.0
Total
60
Bulan Kunjungan
BULAN_KUNJUNGAN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
JUNI 2015
26
6.5
6.5
6.5
MEI 2015
27
6.8
6.8
13.4
APRIL 2015
26
6.5
6.5
19.9
MARET 2015
35
8.8
8.8
28.7
FEBUARI 2015
32
8.1
8.1
36.8
JANUARI 2015
31
7.8
7.8
44.6
DESEMBER 2014
24
6.0
6.0
50.6
NOVEMBER 2014
26
6.5
6.5
57.2
OKTOBER 2014
35
8.8
8.8
66.0
SEPTEMBER 2014
40
10.1
10.1
76.1
AGUSTUS 2014
51
12.8
12.8
88.9
JULI 2014
44
11.1
11.1
100.0
397
100.0
100.0
Total
61
LAMPIRAN 2 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nurprima Arum Mawarni
Tempat tanggal Lahir
: Palembang, 09 Januari 1996
Alamat
: Jalan Surya Sakti no. 3 RT.32 RW.11 KM.09 Kota Palembang, Sumatera Selatan
Email
:
[email protected]
No Telpon
: 085882932596
Riwayat Pendidikan : (1999-2000)
Sanggar Kegiatan Belajar Srijaya
(2000-2001)
Taman Kanak-kanak Aisyiyah Palembang
(2001-2007)
Sekolah Dasar Negeri 128 Palembang
(2007-2010)
Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Palembang
(2010-2012)
Semester Pendek Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang
(2012–sekarang)
Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta