PREVALENSI DIARE PADA PASIEN BALITA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHINEKA BAKTI HUSADA TANGERANG SELATAN PERIODE APRIL SAMPAI JUNI 2010 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH : EMILIA SARI NIM: 107103000516
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H/2010
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Oktober 2010
Emilia Sari
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PREVALENSI DIARE PADA PASIEN BALITA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHINEKA BAKTI HUSADA TANGERANG SELATAN PERIODE APRIL SAMPAI JUNI 2010
Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh : Emilia Sari NIM: 107103000516
Pembimbing
Dr. Riva Auda, SpA, MKes
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H/2010
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI DIARE PADA PASIEN BALITA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHINEKA BAKTI HUSADA TANGERANG SELATAN PERIODE APRIL SAMPAI JUNI 2010 yang diajukan oleh Emilia Sari (NIM 107103000516), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 7 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 7 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang Dan Pembimbing
Penguji
Dr. Riva Auda, SpA, MKes
Dr. Yanti Susianti, SpA
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN
Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr.(hc).MK. Tadjudin, SpAnd
DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM
iv
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, yang telah mengizinkan saya untuk terus tumbuh dan belajar menjadi seorang dewasa hingga tepat pada waktunya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1) Prof. DR.(hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan Dra. Farida Hamid, Mpd selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah kami mahasiswa
PSPD dan senantiasa memberikan semangat agar terus berjuang
untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. 2) DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi PSPD dan untuk semua dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan kesempatan untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala yang telah mereka berikan. 3) Dr. Riva Auda, SpA, MKes selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan riset ini di tengah kesibukan beliau. 4) Drg. Laifa Annisa PhD selaku penanggung jawab riset PSPD 2007 yang selalu mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan riset. 5) Kedua orang tua yang saya cintai yang selalu memberi semangat dan dukungan yang cinta kasihnya sepanjang masa, pengorbanannya tanpa pamrih, do’a dan harapannya yang baik, senyumnya yang indah dan peluknya yang hangat. Terima
v
kasih atas segala kebaikan dan pelajaran kehidupan yang telah diberikan sampai kini gadis kecil telah nenjadi dewasa semoga Allah membalas dengan surgaNya . 6) Adik – adik tersayang yang telah menemani perjalanan panjangku, selalu setia untuk berbagi dalam suka dan duka. 7) Seluruh keluarga besar terima kasih atas dukungan materil dan moril yang tidak ternilai harganya, semoga saya bisa membanggakan kalian. 8) Seluruh teman dan sahabat di: PSPD 2010 terutama Yurilla, Lydia, Hilya, Karina dan Ida dan semua teman yang saya kenal. Terima kalian telah menjadi teman dalam hidupku, terima kasih atas ilmu yang telah kalian bagi, kasih kalian telah memberi warna dalam hidupku dan menjadikan duniaku begitu indah penuh makna. Kenangan bersama kalian akan selalu kuingat. Sukses selalu untuk kita semua amin. Wassalamu’alaaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Jakarta, 7 Oktober 2010
Penulis
vi
ABSTRAK
Nama : Emilia Sari Program Studi : Pendidikan Dokter Judul : PREVALENSI DIARE PADA PASIEN BALITA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHINEKA BAKTI HUSADA TANGERANG SELATAN PERIODE APRIL SAMPAI JUNI 2010 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita rawat inap di wilayah Tangerang di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan pada bulan April sampai Juni 2010. Penelitian ini dilakukan terhadap 79 sampel dengan menggunakan desain deskriptif potong lintang, kemudian dilakukan analisia data dengan SPSS 16. Hasil penelitian didapatkan prevalensi diare berdasarkan umur tertinggi terjadi pada umur 0-2 tahun, 68 orang (86.1%). Berdasarkan jenis kelamin kejadian diare tertinggi terjadi pada anak laki-laki, 42 orang (53,2 %). Terjadi diare dengan dehidrasi ringan sedang 65 orang (82,3%) terjadi diare dengan dehidrasi berat 12 orang (15,2%) terjadi diare tanpa dehidrasi 2 orang (2,5%). Terjadi diare dengan gizi buruk 1 orang (1,3%), terjadi diare dengan gizi kurang 25 orang (31.6%), diare dengan gizi baik 37 orang (46,8%). Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar. Kata kunci: Diare pada balita rawat inap
vii
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Emilia Sari : Medical Education : PREVALENCE OF DIARRHEA CHILDREN HOSPITAL PATIENTS IN HOSPITAL BHINEKA BAKTI HUSADA TANGERANG SELATAN PERIOD APRIL UNTIL JUNE 2010
This study aims to find the incidence of diarrhea in infants hospitalized in Tangerang area hospital Bhineka Bakti Husada South Tangerang in April to June 2010. This research was conducted on 79 samples using cross-sectional descriptive design, data analisia then performed with SPSS 16. The results showed the highest prevalence of diarrhea by age occurred at the age of 0-2 years, 68 men (86.1%). Based on the sex of the highest incidence of diarrhea in young men, 42 women (53.2%). Diarrhea with mild dehydration were 65 people (82.3%) occurred diarrhea with severe dehydration 12 people (15.2%), diarrhea without dehydration 2 people (2.5%). Diarrhea with malnutrition 1 person (1.3%), diarrhea with good nutrition 37 people (46.8%). Need to do further research with larger sample size. Key words: Diarrhea in infants hospitalized patients
viii
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v ABSTRAK/ABSTRACT ................................................................................ Vii DAFTAR ISI ................................................................................................... Ix DAFTAR TABEL ........................................................................................... Xi BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3 1.4. Hipotesis Penelitian ……………………………………………… 3 1.5. Manfaat Penelitian ……..………………………………………… 4 1.6. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5 2.1. Pengertian Diare akut ...................................................................... 5 2.2. Etiologi diare .................................................................................. 6 2.3. Patoginesis Diare ........................................ …………………….. 9 2.4. Gambaran Klinis ............................................................................. 13 2.5. Penatalaksanaan diare .................................................................... 14 BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 23 3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 23 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 23 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 23 3.4. Penarikan Sampel ............................................................................ 26 3.6. Rencana manajemen dan analisi data .............................................. 26 3.6.1. Pengolahan Data………………………………………………… 26 3.6.2. Pengkajian Data…………………………………………………. 26 3.6.3 Analisis Data………….................................................................. 26 3.6. 4 Interpretasi Data………………………………………………… 26 3.6.5 Laporan Data…………………………………………………… 26 3.6.6 Variabel Penelitian Revisi Operational ...................................... 26 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ............................ 4.1. Prevalensi Diare Berdasarkan Umur .............................................. 4.2. Prevalensi Diare berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 4.3. Prevalensi Diare berdasarkan Tingkat Dehidrasi........................... 4.4. Tatalaksana Diare Berdasarkan Derajat Dehidrasi...................... ix
27 29 29 30 31
4.5. Kejadian Diare Dengan Dehidrasi Berserta Lama Rawat………. 4.6. Kejadian Diare Dengan Penyakit Penyertaserta Lama Rawat...... 4.8. Prevalensi Diare berdasarkan Status Gizi…………………………
32 34 35
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 5.2. Saran ............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN ....................................................................................................
32 37 38 39 40
x
DAFTAR TABEL
2.1 Tabel 1. Etiologi infeksi gastroentritis pada anak………………
7
2.1 Tabel 2. Penilaian derajat dehidrasi…………………………….
15
4.1. Tabel 4.1 Prevalensi Diare Berdasarkan Umur ...........................
24
4.2. Tabel 4.2 Prevalensi Diare berdasarkan Jenis Kelamin ...............
24
4.3. Tabel 4.3 Prevalensi Diare berdasarkan Penyakit Penyerta……
25
4.4. Tabel 4.4 Prevalensi Diare berdasarkan Tingkat Dehidrasi.......
26
4.5. Tabel 4.5 Prevalensi Diare berdasarkan Lama Rawat…………
27 28 29 30 31
4.6. Tabel 4.6 Tatalaksana Diare berdasarkan Derajat Dehidrasi ..... 4.7. Tabel 4.7 Prevalensi Diare berdasarkan Suhu Tubuh……….. 4.8. Tabel 4. 8 Prevalensi Diare berdasarkan Status Gizi…………
xi
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia. Diare merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama anak usia di bawah 5 tahun. Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Bayi dan balita (anak di bawah lima tahun) rentan sekali akan diare. Perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuhnya yang belum optimal menyebabkan mereka mudah terserang diare akibat bakteri atau virus. Tujuh belas persen kematian anak di dunia disebabkan oleh diare, hasil riset Kesehatan Dasar 2007 di Indonesia diperoleh data diare masih merupakan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42% dibandingkan pneumonia 24% untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare. (UKK Gastro Hepatologi IDAI, 2009). Diare merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di Indonesia sampai saat ini. Menurut survey pemberantasan penyakit diare tahun 2000 bahwa angka kesakitan atau insiden diare terdapat 301 per 1000 penduduk di Indonesia. Menurut survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2000, bahwa 10% penyebab kematian bayi adalah diare. Data statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia dan dua pertiganya adalah bayi dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa. (Depkes RI, 2000) Walaupun saat ini angka kematian diare telah menurun, angka kesakitan diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia dilaporkan bahwa tiap anak mengalami diare sebanyak 1-2 episode per tahun. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak-anak usia < 5 tahun di Indonesia: laki-laki 10,8 % dan perempuan 11,2 %. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan 1
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92%. Kasus diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari berkisar 20% dari total kunjungan untuk usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk usia di bawah 3 tahun. (Surendran, 2008) Prevalensi diare pada pasien balita RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan pada tahun 2009 angka kejadian sebanyak 727 kasus, pada bulan AprilJuni 2009 angka kejadian diare 260. Berdasarkan uraian di atas karena belum ada data tentang angka kejadian diare rawat inap di RS Bhineka Bakti Husada, untuk membedakan besarnya angka kejadian diare rawat jalan dan rawat inap akan dilakukan penelitian mengenai prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan pada bulan April sampai Juni 2010 dan menjadi Rumah Sakit pilihan peneliti karena Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada merupakan Rumah Sakit swasta yang kini menjadi pilihan masyarakat dibandingkan dengan Rumah Sakit milik pemerintah dan juga karena rekap medis yang lengkap sehingga sangat membantu peneliti.
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana angka kesakitan pada balita akibat diare pada wilayah Tangerang Selatan.
1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Diketahuinya prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010. 2. Tujuan khusus 1. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan umur.
2
2. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasar kan jenis kelamin. 3. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni berdasarkan kejadian diare dengan penyakit penyertanya serta lama rawat. 4. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan keparahan dehirasi. 5. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan kejadian diare dengan dehidrasi dan lama di rawat. 6. Mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan tata laksana diare sesuai derajat dehidrasi 7. Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan status gizi
1.4 Hipotesis Penelitian Angka kesakitan pada balita akibat diare di RS Bhineka Bakti Husada tinggi.
3
1.5 Manfaat Penelitian 1. Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan 1. Memberikan gambaran tentang kejadian diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan prevalensi kejadian penyakit diare berdasarkan umur, jenis kelamin, status gizi, keparahan dehirasi, kejadian diare dengan dehidrasi dan lama di rawat dan penyakit penyerta pada saat timbulnya diare tersebut pada balita serta penangganannya sehingga pihak Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang bisa memberikan pengetahuan pada ibu tentang penyakit diare dan penyuluhan tentang pencegahan diare pada balita. 2. Dari data ini dapat dilakukan penyajian informasi untuk mencegah diare pada balita. 2. Bagi institusi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi peneliti 1. Merupakan pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian sederhana dan mengaplikasikan ilmu tentang metodologi penelitian yang didapat di bangku kuliah serta bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan. 2. Memperoleh
keterampilan
dan
pengetahuan
dalam
melaksanakan
penelitian terutama dalam bidang kesehatan.
1.6 Ruang Lingkup penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April- Juni 2010
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diare akut Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, dan berlangsung kurang dari 14 hari. (Wiliam, 2007) Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindrom diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut (Depkes RI, 2005) diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari Secara umum diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja bentuk cairan atau setengah cair. Definisi lain memekai kriteria frekuensi yaitu buang air cair lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar cair tersebut dapat atau tanpa disertai darah dan lendir. (Behrman, 2000 ) Penularan dan faktor resiko diare pada umumnya malalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh enteropatogen atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: tidak memberi ASI sacara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi (ASI ekslusif), tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja dan kurangnya sarana. Selain halhal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Kecenderungan terjadinya penyakit diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi, 5
berkurangnya keasaman lambung, berkurangnya motalitas usus, menderita campak 4 minggu terakhir dan faktor genetik. (Juffrie dkk, 2010)
2. 2
Etiologi Penyebab pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus dan Minirotavirus. Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophili, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococus aureus, Vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura. (Juffrie dkk, 2010) Penyebab infeksi yang paling sering pada gastrointestinal adalah virus, paling utama adalah rotavirus, kemungkinan 70-80 % pada kasus diare. Penyebab dari bakteri 10-20 % kasus, sebanyak 10% adalah E.coli (Cohen dkk, 2006)
6
Tabel 1. Etiologi infeksi gastroentritis pada anak. Imflamatori agent
Patogen Virus 70-80%
Bakteri 10-20 %
Non- Imflamatori agent
Rotavirus Enterik adenovirus Norwalk virus
Giardia lamblia Crytosporidium
Salmonella Shigella Campylobactr jejuni Yersenia enterocolitica Enterohemorr hagic E.coli Clostridium difficile
Parasit 0-10 %
Sumber : Cohen dkk, 2006
7
Entamoba histolitica
Faktor penyebab diare 1. Faktor infeksi a). Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, sebagi berikut:
Infeksi
bakteri:
Vibrio,
Salmonella,
shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya
Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomylitis) Adenovirus, astrovirus, dan lain-lain
Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides) protozoa (Entamoeba histolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis) jamur (Candida albican)
b) Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut, tonsilitis/tonsilofaringitis, sebaginya.
bronkopeunomonia,
ensefalitis,
dan
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun. 2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida (intolerensi glukosa, fruktosa dan galaktosa) pada bayi dan anak yang paling penting dan paling sering adalah intolerensi laktosa.
3. Faktor makanan, makanan besi, makanan beracun atau alergi terhadap makanan. 4. Faktor psikologi, rasa takut dan cemas (jarang tapi bisa terjadi pada anak yang lebih besar). (Latief A dkk, 2002) Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar. 8
Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan di lingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.
Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
Menggunakan air minum yang tercemar.
Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
2.3 Patogenesis Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare. Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan normal vili enterosit dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus selama infeksi rotavirus. (Surendran S, 2008 )
9
A. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare: 1. Gangguan osmotik Makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi penggeseran air dan elektrolit ke rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. B. Mekanisme patogenesis terjadinya diare oleh beberapa kuman a) Virus : beberapa jenis virus seperti rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi normal kembali. b) Bakteri : 1) Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindari diri dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar disebut vili atau fimbria, yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi pada E.coli enterotoksigenik dan V. cholerae. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E.coli enteropatogenik atau enteroagregasi). 2) Toksin yang menyebabkan sekresi E.coli enterotoksigenik, V. chorela dan beberapa bakteri lain yang mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini 10
mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi klorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elekrolit. 3) Invasi mukosa. Shigella, C.jejuni, E.coli dan Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah malalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi di sebagian besar di kolon dan bagian distal ileum. Invasi diikuti pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan putih yang akan terlihat bila adanya darah dalam tinja. c) Protozoa : 1) Penempelan mukosa. Contoh Giardia lamblia dan Cryptospiridium
menempel
pada
usus
halus
dan
menyebabkan
pemendekan vili, yang kemungkinan menyebabkan diare. 2) Invasi mukosa.
Entamoeba
histolitika
menyebabkan
diare
dengan
cara
menginvasi epitel mukosa di kolon (atau ileum) yang menyebabkan mikro abses dan ulkus. Pada manusia 90 % infeksi ini terjadi karena strain yang tidak ganas, dalam hal ini tidak ada invasi ke mukosa dan tidak timbul gejala atau tanda-tanda meskipun kista amoeba dan tropozoit mungkin ada dalam tinja. (Szajewska dan Mukowics, 2005)
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi: 1. Kehilangan air (dehidrasi) adalah kehilangan air (output ) lebih banyak dari pemasukan (input) 2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Terjadi karena : a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh. c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan. d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria).
11
Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler. Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan, pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam (pernafasan Kussmaul). (Suharyono, 2000)
3. Hipoglikemia Hal ini terjadi karena : a) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu. Adanya gangguan absopsi glukosa (walaupun jarang). Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. (Suharyono, 2000)
4. Gangguan Gizi Hal ini disebabkan : a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan atau muntahnya akan bertambah hebat. b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. (Suharyono, 2000)
5. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal. (Suharyono, 2000) 12
2.4 Gambaran klinis Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada. Kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama makin berubah menjadi kehijauhijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi dalam usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sesudah atau sebelum diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak; yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun menjadi membesar dan cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering. Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, hipertonik. (IDAI, 2010) Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam dehidrasi berat dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5%. Pada penderita dehidrasi berat, volume darah dapat berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah dan kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus). Dehidrasi dapat mengakibatkan diuresis berkurang (oligoria sampai anuria). Bila telah terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat dengan pernafasan cepat dan dalam (pernafasan kussmaul).
Asidosis
metabolik terjadi karena (1) Kehilangan NaHCO3 melalui tinja, (2) Ketosis kelaparan, (3) Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oligoria atau anuria), (4) Perpindahan ion natrium dari cairan ekstra sel ke cairan intrasel, (5) Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan). (Suharyono, 2000)
13
2.5 Tata laksana pada diare akut adalah :
1. Mencegah terjadinya dehidrasi (apabila tidak ada tanda-tanda dehidrasi): dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberi minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang di anjurkan, seperti air tajin, kuah sayur, air sop, bila tidak sanggup memberikan cairan rumah tangga maka dianjurkan pemberian air matang. 2. Memperbaikai kondisi dehidrasi (apabila sudah dehidrasi); memberikan makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Mengobati masalah lain; apabila ditemukan diare disertai penyakit lain, maka di berikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan dehidrasi. (Pedoman tatalaksana diare Dinkes Sulawesi Selatan, 2006 )
Prinsip Tata laksana Penderita Diare a) Mencegah terjanya dehidrasi Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :
Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
Jangkauan pelayanan Kesehatan
Tersedianya oralit
Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang diajukan , berikan air matang. b) Mengobati dehidrasi Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan 14
tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral c) Memberi makanan Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makananyang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
d)
Tata laksana diare sesuai derajat dehidrasi
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare. ( Pedoman tatalaksana diare Dinkes Sulawesi Selatan, 2006 )
15
Tabel 2. Penilaian derajat dehidrasi Penilaian 1.lihat Keadaan Umum Mata Air Mata Mulut & Lidah Rasa Haus 2. Periksa Turgor Kulit 3.Derajat dehidrasi
A Baik , Sadar Normal Ada Basah Minun biasa Tidak Hasus Kembali capat
B Gelisa, Rewel Cekung Tidak ada Kering * Haus , Ingin banyakMinum * Kembali tambat
C Lesu, lunglai atau tidak ada Sangat cekung dan kering Tidak ada Sangat Kering Malas minun atau Tidak bisa minum Kembali Sangat Lambat
Tanpa Dehidrasi
Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat sedang Bila ada 1 tanda Bila ada 1 tanda * Ditambah 1 atau Ditambah 1 atau Lebih tanda lain Lebih tanda lain 4. Terapi Rencana Rencana terapi B Rencana terapi C terapi A Derajat Dehidrasi menurut MTBS departemen RI tahun 2006 Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :
Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri ( C ke A )
Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya 1 gejala kunci (yang diberi tanda bintang ) ditambah minimal 1 gejala yang lain ( minimal 1 gejala ) pada kolom yang sama.
16
RENCANA TERAPI A UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH (Penderita diare tanpa dehidrasi ) 1. Berikan anak lebih banyak cairan dari biasanya untuk mencegah dehidrasi, berikan makanan untuk mencegah kurang gizi dan bawa anak ke petugas kesehatan jika dalam tiga hari tidak membaik. 2. Mengajari ibu untuk:
Teruskan mengobati anak diare dirumah
Berikan terapi awal bila terkena diare lagi
Menerangkan tiga cara terapi diare dirumah 1.
Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
2. Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan yang cair (seperti sup,air tajin ) dan kalau tidak ada air matang . Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan yang cair ). Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan oralit seperti dibawah. Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti. 3. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi 4. Teruskan ASI 5. Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat , dapat diberikan susu 6. Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat a. Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan ,tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur tiap porsi 17
b. Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan kalium c. Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk makanan dengan baik d. Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari e. Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu 7. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut :
Buang air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
8. Anak harus diberi oralit dirumah bila :
Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C
Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare memburuk
9. Berikan tablet zink - Dosis zinc untuk anak-anak
Anak di bawah umur 6 bulan: 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak di umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Cara pemberian zinc untuk bayi, tablet zinc dapat di larutkan dengan air matang, ASI atau oralit. Untuk anak-anak zinc dapat di kunyah larutkan dalam air matang atau oralit.
18
10. Jika akan di berikan oralit di rumah, maka di perlukan oralit dengan formula baru Formula oralit baru yang berasal dari WHO dengan komposisi sebagai berikut: Natrium
: 75 mmol/L
Klorida
: 65 mmol/L
Glukosa, anhydrous : 75 mmol/L Kalium
: 20 mmol/L
Sitrat
: 10 mmol/L
Total osmolaritas : 245 mmol/L
11. Ketentuan pemberian oralit formulaa baru
Berikan kepada ibu 2 bungkus oralit formula baru
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24 jam
Berikan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan ketentuan sebagai berikut; o Untuk anak berumur kurang dari 2 tahun : berikan 50 sampai 100 ml tiap kali buang air besar o Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100- 200 ml tiap kali buang air besar
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa maka harus dibuang.
19
12. Cara memberikan oralit
Berikan tiap satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah umur 2 tahun
Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua
Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan cairan lebih lama tiap 2-3 menit
Bila diare masih berlanjut setelah oralit habis, beritau ibu untuk memberikan cairan seperti yang telah dijelaskan di atas atau kembali kepada petugas untuk mendapatkan tambahan oralit.
RENCANA TERAPI B UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
1. Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama
ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan penderita ( kg ) dengan 75 ml
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit sesuai tabel dibawah ini
Umur
< 1 Tahun
1 – 4 Tahun
> 5 Tahun
Jumlah ORALIT
300 ml
600 ml
1200 ml
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah
Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100 200 ml air masak selama masa ini 20
2. Setelah 3-4 jam nilai kembali anak kemudian pilih Rencana Terapi A , B atau C untuk melanjutkan terapi
Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidrasi telah hilang anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terapi B , tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C
( Rencana terapi C diare dehidrasi BERAT )
Mulai diberi cairan IV segera bila penderita bisa minum , berikan oralit. Sewaktu cairan IV dimulai beri 100 ml/kg. Cairan Ringer Laklat ( atau cairan normal selain Ringer laktat apabila tidak tersedia ) Dibagi sebagai berikut.
Bayi < 1 tahun
Pemberian 1Kemudian 70 30 ml/kg dalam ml/kg dalam 1 jam* 5 jam
Anak =1 tahun
½ jam*
Umur
2 ½ jam
* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 1-2 jam. Jika status dehidrasi belum membaik, beri tetesan intra vena lebih cepat.
Juga berikan oralit (kira-kira ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet zink sesuai petunjuk.
Periksa kembali bayi setelah 6 jam atau ank setelah 3 jam kemudian klarifikasi dehidrasi, selanjutnya pilih terapi yang sesuai (A,B atau C) untuk melanjutkan pengobatan. 21
Apabila ada fasilitas pemberian terapi intravena terdekat (dalam 30 menit) rujuk segera untuk pengobatan intravena.
Jika anak masih bisa minum berikan oralit dan tunjukan cara meminumkannya pada anak sedikit demi sedikit dalam perjalanannya. (MTBS departemen RI, 2006)
22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3. 1
Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan metode pengumpulan data
secara cross sectional untuk mengetahui prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010.
3. 2
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April- Juni 2010. Pengambilan
sampel dilakukan di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April- Juni 2010 3.3
Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian Populasi penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik tertentu. Populasi target adalah bagian dari populasi yang ditentukan oleh karakteristik klinis dan demografik yang merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian. Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang dibatasi tempat dan waktu. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
ringan sedang sampai berat disertai
atau tanpa
penyerta penyakit lain, di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan pada tahun 2010 yang memenuhi syarat untuk diikutsertakan dalam penelitian ini.
2. Sampel penelitian Sampel pada penelitian ini adalah pasien diare yang berobat di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Anak dengan diare atau diare dengan dehidrasi ringan
23
sedang sampai berat disertai atau tanpa penyerta penyakit lain tata laksana yang diberikan sesuai dengan derajat dehidrasi. 3. Kriteria Inklusi
Pasien balita penderita diare yang dirawat di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan.
Mempunyai alamat yang lengkap dan tercatat di buku register rawat inap dan berada di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan pada tahun 2010.
4. Kriteria Ekslusi
Pasien balita penderita diare rawat jalan di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan.
Pasien penderita diare di atas umur lima tahun yang berobat ke Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan.
3.4
Penarikan Sampel
Mengunakan teknik non random sampling berupa accidental sampling dilakukan dengan menggambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia dari bulan April- Juni 2010.
3.5.
Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data
Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dan kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS for window. Cara pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan komputer yang meliputi editing, koding, dan tabulating data. 1. Editing Editing ini dapat berupa koreksi terhadap kesalahan angka, huruf ataupun datadata yang dapat di jadikan responden dari data yang di peroleh. 2. Koding Setelah data diteliti, langkah berikutnya adalah memberi kode angka pada pada atribut variabel untuk memudahkan analisis data. 3. Tabulasi data
24
Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian dimasukkan ke dalam tabel yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari tiap variabel yang diteliti analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yang sesuai dan hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular Interpretasi data dilakukan secara deskriptif. Data yang telah disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian dipresentasikan teman sejawat dan staf pengajar.
3.6.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operational
Umur: yaitu responden yang berusia <5 tahun yang dinyatakan sebagai pasien diare.
Jenis kelamin: yaitu jenis kelamin responden yaitu laki dan perempuan yang mengalami diare yang berobat ke Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan
Lama rawat: yaitu lamanya responden di rawat di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan pada bulan April-Juni 2010
Penyakit penyerta: yaitu responden yang mengalami diare dengan penyakit penyerta
Derajat dehidrasi: yaitu pasien diare yang di rawat di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan dengan dehidrasi ringan sedang sampai berat
Terapi: yaitu penatalaksanaan yang diberikan pada pasien diare dengan dehidrasi ringan sedang sampai berat di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan
Status gizi : yaitu status gizi responden saat diare yang berobat ke Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan.
25
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan dari bulan April- Juni 2010 tentang prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan, pada tahun 2009 angka kejadian sebanyak 727 kasus, pada bulan AprilJuni 2009 angka kejadian diare 260 kasus. Pada periode April- Juni 2010 angka kejadian diare pada balita di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan sebanyak 146 kasus yaitu 79 kasus diare pada pasien balita rawat inap dan 67 kasus pada pasien balita rawat jalan.
4.1 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang periode April sampai Juni 2010 berdasarkan umur.
Tabel 4.1 Prevalensi diare berdasarkan umur Berdasarkan Umur
Jumlah
Persentase (%)
0-2 tahun
68
86.1
2-3 tahun
8
10.1
3-5 tahun
3
3.8
Total
79
100,0
Berdasarkan tabel 4.1 Menyatakan bahwa tingginya kejadian diare pada pasien balita rawat inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan tertinggi terjadi di usia 0-2 tahun 68 orang (86.1 %), di usia 2-3 tahun 8 orang (10.1%), usia 3-5 tahun 3 orang (3.8 %). Prevalensi ini sesuai dengan (Surendran, 2008) yaitu berdasarkan data tahun 2003 terlihat frekuensi kejadian penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92%. Kasus diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari berkisar 20% dari total kunjungan untuk usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk usia di bawah 3 tahun. 26
Menurut Biro Pusat Statistik 2003, prevalensi diare pada anak di Indonesia adalah 19,4% (usia 6-11 bulan), 14,8% (usia 12-13 bulan) dan 12 % (usia 24-35 bulan). Hal ini sesuai dengan teori secara fisiologis, enzim-enzim pada anak kurang dari 2 tahun belum bekerja secara sempurna. Sehingga pencernan dan penyerapan makanan belum optimal. Selain itu, cara makan anak yang cenderung tidak mengunyah makanan mempesulit proses pencernaan. Proses pencernaan dan penyerapan makanan berlangsung sempurna pada anak usia 2-3 tahun. (Behrman, 2000) Faktor lain yang menyebabkan tingginya prevalensi kejadian diare di usia 0- 2 tahun Kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor pejamu meningkatkan kerentanan terhadap diare seperti: 1. Tidak memberikan ASI sampai usia 2 tahun karena ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti : Shigella dan cholerae 2. Kurang gizi dan beratnya penyakit, risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk. 3. Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak ) atau mungkin yang berlangsung lama. 4. Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55 %). (Dinkes Sulawesi Selatan, 2006 )
27
4.2 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel 4.2 Prevalensi diare berdasarkan jenis kelamin Kejadian Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Frekuensi
Persentase (%)
42 37 79
53,2 46,8 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 Menyatakan bahwa tingginya prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebesar 53% ( 42 responden ) sedangkan perempuan sebesar 46,8 % (37 responden ) berdasarkan tabel diatas didapatkan kejadian diare lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dari pada perempuan. Namun penelitian ini berbeda dengan survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak-anak usia < 5 tahun di Indonesia: laki-laki 10,8 % dan perempuan 11,2 % menyatakan angka kejadian diare pada jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jenis kelamin laki-laki namun penyebab terjadinya perbedaan kejadian diare pada jenis kelamin tersebut belum diketahui.
28
4.3 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan keparahan dehidrasi.
Tabel 4.3 Prevalensi diare berdasarkan tingkat dehidrasi Kejadian Diare Berdasarkan Derajat Dehidrasi Tanpa dehidrasi
Frekuensi
Persentase (%)
2
2.5
Dengan dehidrasi berat
12
15.2
Dengan dehidrasi ringan sedang
65
82.3
79
100,0
Total
Berdasarkan tabel 4.3 Menyatakan bahwa kejadian diare dengan dehidrasi ringan sedang memilili frekuensi tertinggi sebesar 82.3% (65 responden). Kejadian diare dengan dehidrasi berat sebesar 15,2 % (12 responden). Sedangkan kejadian diare tanpa dehidrasi sebesar 2.5 % (2 reponden).
29
4.4 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada
Tangerang
periode
April
sampai
Juni
2010,
berdasrkan
penatalaksanaannya. Tabel 4.4 Tatalaksana diare berdasarkan derajat dehidrasi Tatalaksana diare berdasarkan derajat dehidrasi
Frekuensi
Persentase (%)
1. Dehidrasi ringan sedang terapi infus
22
27.8
2. Dehidrasi ringan sedang tanpa infus
43
54.4
3. Dehidrasi terapi infus
12
15.2
4. Tanpa dehidrasi terapi infus
1
1.3
5. Tanpa dehidrasi terapi tanpa infuse
1
1.3
79
100,0
berat
Total
Berdasarkan tabel 4.4 Menyatakan bahwa pasien diare dengan dehidrasi ringan sedang mendapat terapi tanpa infus memiliki kejadian tertinggi yaitu 54,4 % (43 responden). Diare dengan dehidarasi ringan sedang terapi infus 27,8% (22 responden). Diare dengan dehidrasi berat terapi infus 15,2 % (12 responden). Diare tanpa dehidrasi terapi infus 1,3 % (1 responden). Diare tanpa dehidrasi terapi tanpa infus 1,3% (1 reponden).
30
4.5 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010, yaitu kejadian diare dengan dehidrasi berdasarkan lama rawat
Tabel 4.4 Kejadian diare dengan dehidrasi berdasarkan lama rawat Kejadian Diare Berdasarkan Lama Rawat
Frekuensi
Persentase (%)
1. Dehidrasi ringan sedang lama rawat 1-3 hari
41
51.9
2. Dehidrasi ringan sedang lama rawat 4-5 hari
24
30.4
3. Dehidrasi berat lama rawat 1-2 hari
3
3.8
4. Dehidrasi berat lama rawat 3-5
9
11.4
5. Tanpa dehidrasi lama rawat 1-2
1
1.3
6. Tanpa dehidrasi lama rawat 3-5
1
1.3
79
100,0
Total
Berdasarkan tabel 4.5 menyatakan bahwa kejadian diare dengan dehidrasi ringan sedang lama rawat 1-3 hari memiliki kejadian paling tinggi 51,9 % (41 responden). Diare dengan dehidrasi ringan sedang lama rawat 4-5 hari sebanyak 30,4 % (24 responden). Diare dengan dehidrasi berat lama rawat 1-2 hari 3,8 % (3 responden). Diare dengan dehidarsi berat lama rawat 3-5 sebanyak 11,4 % (9 responden). Diare tanpa dehidrasi mendapat terapi rawat inap 1-2 hari sabanyak 1,3 % (1 responden). Diare tanpa dehidarsi lama rawat 3-5 hari sebanyak 1,3 % (1 responden).
31
Berdasarkan tabel 4.3, 4.4 dan tabel 4.5 menyatakan bahwa prevalensi diare pada balita rawat inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan dengan dehidrasi berat sebesar 15,2 % ( 12 responden), sesuai dengan terapi menurut WHO 2008 dan MTBS Departemen Kesehatan RI 2006 untuk pasien balita dengan dehidrasi berat harus dirawat di Rumah Sakit, sedangkan pasien balita diare dengan dehidrasi ringan sedang sebesar 82,3 % ( 65 reponden) mendapat terapi rawat inap disebabkan oleh umur pasien yang menderita diare di bawah satu tahun yang merupakan indikasi untuk dirawat dan juga disebabkan oleh penyakit penyerta dan status gizi pasien balita yang kurang. Sedangkan pasien diare tanpa dehidrasi mendapat terapi rawat inap dikarenakan pasien merupakan pasien menderita diare morbili tanpa dehidrasi mendapat terapi infus dan diare dengan ISPA tanpa dehidrasi mendapat terapi rawat inap tanpa infus selama 3 hari (1 reponden morbili dan 1 reponden ISPA). Dengan demikian pasien dehidrasi berat, ringan sedang dengan penyakit penyerta dan pasien dirawat dengan diare tanpa dehidrasi disebabkan karena gizi buruk yang merupakan indikasi untuk menjalankan terapi rawat inap. (WHO, 2008 dan MTBS Departemen Kesehatan RI, 2006)
32
4.6 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010
berdasarkan
kejadian diare dengan penyakit penyerta serta lama rawat
Tabel 4.5 kejadian diare dengan penyakit penyerta serta lama rawat Kejadian diare dengan penyakit penyerta serta lama rawat
Frekuensi
1-2 hari 3-5 hari
6 13 Total
19
Diare dengan penyakit penyerta
Lama rawat
Morbili TB (2 responden) ISPA Sepsis Dispepsia UTI ISPA Morbili Demam Batuk dengan dehidrasi berat TB (4 responden) Disentri TB Pneumonia lobaris Tb dengan dehidrasi berat Total
2 hari 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 4 hari 4 hari 5 hari 5 hari 5 hari 19
Berdasarkan tabel 4.5. Di dapatkan pasien balita diare rawat inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang periode April-Juni 2010 yang menderita diare dengan penyakit penyerta sebanyak 21 responden dan pasien diare tanpa penyakit penyerta sebanyak 58 responden, pasien diare dengan penyakit TB 33
menjalani rawat inap 4 hari sebanyak 4 responden, diare dengan Morbili menjalani rawat inap 2 hari, diare dengan TB menjalani rawat inap selama 2 hari, diare dengan UTI disertai dehidrasi berat menjalani rawat inap selama 3 hari, diare dengan ISPA menjalani rawat inap selama 3 hari, pasien diare dengan batuk dan disertai dehidrasi berat menjalani rawat inap selama 3 hari, diare dengan ISPA menjalani rawat inap selama 2 hari, diare dengan sepsis serta dehidrasi berat menjalani rawat inap salama 2 hari, diare dengan Tb Paru menjalani rawat inap 2 hari, diare dengan pnemonia lobaris menjalani rawat inap selama 5 hari, diare dengan dispepsia menjalani rawat inap selama 2 hari, diare dengan morbili menjalani rawat inap selama 3 hari, diare disertai demam menjalani rawat inap selama 3 hari, diare dengan TB menjalani rawat inap selama 5 hari, diare dengan TB disertai dehidrasi berat menjalani rawat inap selama 5 hari serta diare dengan disentri menjalani rawat inap selama 4 hari. Penyakit penyerta tertinggi TB sebanyak 8 responden (10 %). Pasien diare dengan penyakit penyerta harus mendapat terapi sesuai penyakit dan indikasi dengan tetap mendahulukan terapi untuk dehidrasi jika pasien diare dengan penyakit penyerta di sertai dehidrasi (Behrman, 2010)
4.7 Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan periode April sampai Juni 2010 berdasarkan status gizi Tabel 4.6 kejadian diare berdasarkan status gizi Kejadian Diare Berdasarkan Status Gizi
Jumlah
Persentase (%)
gizi buruk
1
1.3
gizi kurang
25
31.6
gizi baik
37
46.8
gizi lebih
16
20.3
79
100,0
Total
34
Berdasarkan tabel 4.6 menyatakan bahwa pasien balita diare rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan yang menderita diare dengan status gizi buruk sebesar 1.3%, (1 responden) diare dengan gizi kurang 31.6% (25 responden), diare dengan gizi baik 46.8 % (37 responden), dan diare juga terjadi pada pasien balita dengan gizi lebih 20.3 % (16 responden). Penilaian status gizi ini dilakukan dengan BB/U pengukuran status gizi lebih akurat dilakukan dengan BB/TB namun karena keterbatasan data yang tersedia sehingga status gizi dihitung dengan BB/U, status gizi pada balita sangat berkaitan dengan sistem pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit karena beberapa zat gizi sangat berguna untuk sistem kekebalan tubuh untuk terhindar dari infeksi maupun penyakit salah satunya ada diare ( Firmansyah, 2004)
35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Prevalensi diare pada pasien balita rawat inap di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan, berdasarkan tertinggi terjadi di usia 0-1 tahun tahun sebanyak 51,9 %, umur 1-2,5 tahun Sebanyak 39,2 %. 2. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi tertinggi adalah laki-laki sebesar 53% (42 responden)sedangkan perempuan sebesar 46,8 % (37 responden). 3. Diare dengan dehidrasi berat sebesar 15,2 % (12 responden) diare dengan ringan sedang 82,3 % (65 responden) dan pasien tanpa dehidrasi 2,5 % (2 responden). 4. Kejadian diare dengan penyakit penyerta pada pasien balita diare rawat inap di rumah sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan sebanyak 6 responden (31.6 %) dengan penyakit penyerta lama rawat 1-2 hari dan 13 responden (68,4 %) pasein diare dengan penyakit penyerta lama rawat 3-5 hari. 5. Kejadian diare dengan status gizi buruk sebesar 1.3% (1 responden), diare dengan gizi kurang 31.6% (25 responden), diare dengan gizi baik 46.8 % (37 responden), diare dengan gizi lebih 20.3 % (16 responden).
36
3.6 Saran
Kepada Petugas kesehatan rumah sakit agar sering mengadakan pertemuan dengan masyarakat khususnya ibu-ibu untuk menjelaskan faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada balita
Untuk meningkatkan pengetahuan terhadapa kejadian diare pada balita diharapkan petugas kesehatan mampu memberikan jawaban dan informasi yang di butuhkan oleh orang tua pasien agar mengerti tentang bahayanya penyakit diare tersebut.
Untuk mengurangi kejadian pasien datang dengan diare dengan dehidrasi maka di harapkan petugas kesehatan dapat memberikan pengetahuan tentang pemberian oralit kepada orang tua pasien agar pasien mendapat pertolongan pertama.
Untuk mengurangi angka kejadian diare di daerah tersebut tidak hanya diperankan oleh petugas kesehatan, tetapi juga dibutuhkan partisipasi dari masyarakat khusunya ibu-ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan dan prilaku sehat serta memiliki keinginan untuk mencari tahu tentang diare.
Rumah sakit berkerja sama dengan Puskesmas untuk mengadakan penyuluhan tentang diare dan bagaimana cara menaggulanginya kejadian diare khususnya untuk daerah Tangerang.
37
DAFTAR PUSTAKA
Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson ilmu kesehatan anak. Vol 2. Ed 15. Jakarta : EGC. 2000. h1273 Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi. Jilid 1. UKK gastroenterologyhepatologi IDAI 2010 hal.146 Cohen, M., Reeves, S.,Staat, M., Xanthakos, s. 2006. Evidence-Based Clinical Care Guidline Acute Gastroenteritis In Children Aged 2 month though 5 years. Cincinati children’s medical Center. Firmansyah, Agus. Pencegahan dan Pengobatan Diare pada Anak.2004. http://
[email protected] Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009 Latief,Abdul et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.Cetakan X. FKUI. Jakarta : 2002. Hlm 283-294. Richard EB, Robert MK, Ann MA, Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.I.2000. Jakarta:EGC Suparto P. Sumbangan dan peran kaum professional dalam mendukung program penyakit saluran cerna di era otonomi. Kumpulan makalah Kongres Nasional 11 BKGA Bandung. 2003 Surendran S, Rotavirus infection: molecular changes and pathophysiology EXCLI Journal 2008;7:154-162
38
Asnil P, Noerasid H, Suraatmaja S. Gastroenteritis Akut dalam; Suharyono, Boediarso Aswita, Halimun (editor). Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. Suharyono,Aswitha.B,H,Halimun.EM. Dalam Gastroenterologi Anak Praktis.Balai penerbit FKUI. Cetakan 2 Behram, Kliegman, Arvin. Dalam Nelsom Ilmu Kesehatan Anak. vol2. ed15. EGC: Jakarta, 2000.hlm 889-93. Lucacik m, Ronal L.Thomas, jacob. Aranda. A Metaanlisis the effect of oral zincin the treatment of acut n persisten diarhea. 2007. Disitirisasi dari www. Pediactrics.org Maskiah, Tesis. Kesepakatan inter observer pada tatalaksana diare akut di rumah sakit pendidikan, 2007. Irwanto. Roim A,Sudarmo,SM. Diare akut pada anak. Diagnosisi dan penatalaksanaan. Ed.1 jakarta 2002. Salemba medikal. http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/pedoman tatalaksanadiare.pdf
39
40
Lampiran 1 1.
Diare Berdasarkan Umur
Cumulative Frequency Valid
Valid Percent
Percent
0-2 tahun
68
86.1
86.1
86.1
2-3 tahun
8
10.1
10.1
96.2
3-5 tahun
3
3.8
3.8
100.0
79
100.0
100.0
Total
2.
Percent
Berdasar Kanjenis Kelamin
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
42
53.2
53.2
53.2
perempuan
37
46.8
46.8
100.0
Total
79
100.0
100.0
41
3.
Lama Rawat
Frequenc y Va
Valid
Cumulative
Percent Percent
Percent
dehidrasi ringan
lid sedang lama rawat 1-
41
51.9
51.9
51.9
24
30.4
30.4
82.3
3
3.8
3.8
86.1
9
11.4
11.4
97.5
1
1.3
1.3
98.7
1
1.3
1.3
100.0
79
100.0
100.0
3 hari dehidrasi ringan sedang lama rawat 45 hari dehidrasi berat lama rawat 1-2 hari dehidrasi berat lama rawat 3-5 tanpa dehidrasi lana rawat 1-2 tanpa dehidrasi lama rawat 3-5 Total
4.
Penyakit penyerta
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1-2 hari
6
31.6
31.6
31.6
3-5 hari
13
68.4
68.4
100.0
Total
19
100.0
100.0
42
5.
Derajat Dehidrasi
Cumulative Frequency Valid
6.
tanpa dehidrasi
Percent
Valid Percent
Percent
2
2.5
2.5
2.5
dehidrasi ringan sedang
65
82.3
82.3
84.8
dehidrasi berat
12
15.2
15.2
100.0
Total
79
100.0
100.0
Terapi Berdasarkan Dehidrasi
Cumulative Frequency Valid
dehidrasi ringan,sedang
Percent
Valid Percent
Percent
18
22.8
22.8
22.8
43
54.4
54.4
77.2
dehidrasi berat terapi infus
16
20.3
20.3
97.5
tidak dehidrasi terapi infus
1
1.3
1.3
98.7
1
1.3
1.3
100.0
79
100.0
100.0
terapi infus dehidrasi ringan sedang terapi tanpa infus
tidak dehidrasi terapi tanpa infus Total
43
7.
Status Gizi
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
gizi buruk
1
1.3
1.3
1.3
gizi kurang
25
31.6
31.6
32.9
gizi baik
37
46.8
46.8
79.7
gizi lebih
16
20.3
20.3
100.0
Total
79
100.0
100.0