PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015
DINAS KESEHATAN KABUPATEN TABANAN TAHUN 2016
KATA PENGANTAR Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa /Tuhan Yang Maha Esa, Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan Tahun 2015 ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dari rangkaian penyajian data dan informasi. Sebagai salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan, maka Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan Tahun 2015 ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada para pembaca mengenai kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 Kondisi kesehatan yang digambarkan dalam Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan Tahun 2015 ini disusun berdasarkan data-data yang dihimpun dari bidangbidang dan pengelola program di jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan, pelayanan kesehatan swasta yang terdapat di Kabupaten Tabanan, serta lintas sektor terkait. Untuk menjamin akurasi, dilakukan validasi data melalui mekanisme pemutakhiran data. Namun demikian, Profil Kesehatan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk memperbaiki penyusunan di tahun-tahun mendatang. Tersusunnya Profil Kesehatan ini tidak lepas dari komitmen dan kerja keras seluruh jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, untuk itu disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, dan mudah-mudahan Profil Kesehatan ini bermanfaat
ii
dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.
Tabanan, Juli 2016. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan,
dr. I Nyoman Suratmika, M.Kes Pembina Utama Muda NIP. 19630410 199003 1 014
iii
DAFTAR ISI HALAMAN HUDUL .................................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................ ii DAFTAR ISI .............................................................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. v BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... A. Latar Belakang ........................................................................................ B. Tujuan Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan ........................................ C. Sistematika ..............................................................................................
1 1 3 3
BAB II GAMBARAN UMUM………………………………………… A. Geografi .................................................................................................. B. Keadaan Penduduk ................................................................................. C. Keadaan Sosial Ekonomi ........................................................................ D. Keadaan Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Penduduk ......................
5 5 6 7 9
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ……………………….. 15 A. Mortalitas ............................................................................................... 15 B. Morbiditas .............................................................................................. 23 BAB IV UPAYA KESEHATAN ……………………………………… A. Pelayanan Kesehatan Dasar ................................................................... B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan .................................................. C. Pelayanan Kesehatan Rujukan ...............................................................
42 43 71 74
BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN …………………………… A. Tenaga Kesehatan .................................................................................. B. Sarana Kesehatan ................................................................................... C. Pembiayaan Kesehatan ..........................................................................
79 79 83 90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………… 93 A. Kesimpulan ............................................................................................ 93 B. Saran ...................................................................................................... 95 LAMPIRAN TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggitingginya. Pasal
168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang efektif dan efesien diperlukan informasi kesehatan, yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor, dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pasal 169 mengatakan bahwa pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) pada pasal 2 ayat 1 mengatakan pengelolaan kesehatan
diselenggarakan
melalui
pengelolaan
administrasi
kesehatan,
informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan serta pengaturan hokum kesehatan secata terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setingi-tingginya. Dengan demikian informasi kesehatan merupakan sub sistem yang berguna untuk mendukung subsistem lainnya, karena
tidak mungkin
subsistem lain dapat bekerja tanpa didukung dengan Sistem Informasi Kesehatan demikian juga sebaliknya. Salah satu keluaran dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan Kabupaten, yang merupakan salah satu paket penyajian Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
1
data/ informasi kesehatan yang relatif lengkap, berisi data/informasi tentang data umum, derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data/informasi terkait lainnya, yang diterbitkan setiap tahun. Disamping itu berguna untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” dan dengan Misinya “1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik”. Profil Kesehatan Kabupaten diharapkan dapat dijadikan salah satu media untuk memantau dan mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kabupaten, dan sebagai masukan bagi penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Bali. Untuk itu penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten yang berkualitas, yaitu yang dapat terbit lebih cepat, menyajikan data yang lengkap, akurat, konsisten, dan sesuai kebutuhan, menjadi harapan bersama. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tahun 2015 ini mengacu pada Petunjuk
Teknis
Penyusunan
Profil
Kesehatan
Kabupaten/Kota
2013
(berdasarkan data terpilah jenis kelamin) di modifikasi dengan Edisi Revisi 2014 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Kabupaten Tahun 2015 disusun berdasarkan data/informasi yang didapatkan dari bidang-bidang dan pengelola program di jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan, pelayanan kesehatan swasta di Kabupaten Tabanan, serta data/informasi dari lintas sektor terkait.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
2
B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TABANAN Tujuan dari dibuatnya Profil Kesehatan ini merupakan salah satu sarana evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan, dan pencapaian target indikator Millenium Development Goals bidang kesehatan, serta
berbagai
upaya
terkait
dengan
pembangunan
kesehatan
yang
diselenggarakan lintas sector seperti Badan Pusat Statistik. C. SISTEMATIKA BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menyajikan tentang tentang latar belakang diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten, maksud dan tujuan serta sistematika penyajiannya.
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK Bab ini menyajikan tentang gambaran umum kabupaten, letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya yang berpengaruh terhadap kesehatan dan factor-faktor lainnya seperti kependudukan, ekonomi, pendidikan, social budaya, perilaku dan lingkungan.
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan, seperti angka kematian, angka kesakitan, angka harapan hidup, dan status gizi masyarakat.
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang upaya kesehatan yang sesuai tujuan program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi pencapaian pelayanan kesehatan dasar, pencapaian pelayanan kesehatan
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
3
rujukan, perbaikan gizi masyarakat dan promosi kesehatan. BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan seperti pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian, sarana/fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
BAB VI
SIMPULAN Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan Tahun 2014 berdasarkan analisis sederhana dari masingmasing hasil pelaksanaan program kesehatan. Selain hal-hal yang sudah berhasil dicapai, juga menguraikan hal-hal yang masih dianggap kurang dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
LAMPIRAN Pada lampiran berisi resume atau angka pencapaian program kesehatan dan 81 tabel data yang merupakan gabungan table indicator Kabupaten Tabanan dan indicator kinerja standar pelayanan minimal bidang kesehatan.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
4
BAB II GAMBARAN UMUM A. GEOGRAFI Kabupaten Tabanan merupakan salah satu salah satu dari 9 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. 1.
Letak Wilayah Secara geografis Kabupaten Tabanan berada pada posisi 08014’30” sampai
08038’07“ Lintang Selatan dan 114054’52’’ sampai 115012’57” Bujur Timur. Wilayah ini cukup strategis karena berdekatan dengan Ibukota Provinsi Bali yang hanya berjarak sekitar 25 Km dengan waktu tempuh ± 45 menit dan dilalui oleh jalur arteri yaitu jalur antar propinsi. Secara administratif Kabupaten Tabanan terbagi atas 10 kecamatan dan 133 desa. Batas-batas wilayah Kabupaten Tabanan secara lengkap adalah :
2.
1.
Sebelah Utara
: Kabupaten Buleleng
2.
Sebelah Timur
: Kabupaten Badung
3.
Sebelah Barat
: Kabupaten Jembrana
4.
Sebelah Selatan
: Samudera Indonesia
Luas Wilayah Luas Kabupaten Tabanan adalah 839,33 km2 atau sekitar 14,90 % dari luas
Propinsi Bali (5.632,86 km2). Berdasarkan besarnya wilayah, maka Kabupaten Tabanan termasuk kabupaten terbesar kedua di Propinsi Bali setelah Kabupaten Buleleng. Keadaan topografi Kabupaten Tabanan dapat digambarkan dengan adanya dataran tinggi di bagian utara wilayah Tabanan, dan dataran rendah di bagian selatannya. Kabupaten Tabanan bagian utara merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian tertinggi berada pada puncak Gunung Batukaru, yaitu 2.276 meter dari permukaan laut, dan di bagian selatan Kabupaten Tabanan merupakan daerah pantai yang berupa dataran rendah.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 5
Bila dilihat dari penguasaan tanahnya, dari luas wilayah yang ada, sekitar 62,455 Ha (74,41 %) wilayah Kabupaten Tabanan merupakan lahan pertanian, yang terdiri dari lahan sawah sebesar 22.184 Ha (26,43 %) dan 40,271 Ha (47,98 %) merupakan lahan pertanian bukan sawah, yang sebagian besar berupa perkebunan, tegal, hutan rakyat, dan lainnya (tambak, kolam, empang, dll). Sedangkan 25,59 % lahan lainnya di Kabupaten Tabanan merupakan lahan bukan pertanian, seperti jalan, pemukiman, perkantoran, sungai dan lain-lain. 3.
Iklim Curah hujan disuatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi, dan
pertemuan arus angin. Dari topografinya, Kabupaten Tabanan merupakan daerah pegunungan dan pantai. Hal ini mengakibatkan perbedaan suhu di masing-masing daerah di wilayah Kabupaten Tabanan, dimana perbedaan suhu tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat curah hujan.
B. KEADAAN PENDUDUK Jumlah penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 berdasarkan hasil peoyeksi BPS sebesar 435.900 jiwa, terdiri dari 216.500 jiwa penduduk laki-laki dan 219.400 jiwa penduduk perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 519,4 jiwa per km2. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Kediri, dengan kepadatan sebesar 1.691,60 jiwa per km2, sedangkan Kecamatan Selemadeg Barat merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah, yaitu hanya 160,38 jiwa per km2. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur dan angka beban tanggungan dapat dilihat pada lampiran tabel 2.1
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 6
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kabupaten/Kota Tabanan Tahun 2015 NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) 1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0-4 5-9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+
LAKI-LAKI 3
13.800 16.100 17.100 14.100 12.800 13.400 13.800 17.300 20.000 19.500 16.200 12.900 10.200 8.100 5.200 6.000
JUMLAH 216.500 ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO)
JUMLAH PENDUDUK PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN 4
5
13.500 15.000 15.600 13.500 12.300 13.100 14.200 17.600 20.300 19.700 16.200 13.200 11.000 8.800 6.700 8.700
27.300 31.100 32.700 27.600 25.100 26.500 28.000 34.900 40.300 39.200 32.400 26.100 21.200 16.900 11.900 14.700
219.400
435.900
RASIO JENIS KELAMIN 6
102,22 107,33 109,62 104,44 104,07 102,29 97,18 98,30 98,52 98,98 100,00 97,73 92,73 92,05 77,61 68,97 98,68 45
Sumber : BPS Kab. Tabanan Tahun 2015
Berdasarkan tabel 2.1 diatas dapat dikatakan bahwa komposisi penduduk Kabupaten Tabanan menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 20,90 %, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 69,12 %, dan yang berusia tua (≥ 65 tahun) sebesar 9,98 %. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Depedency Ratio) penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 adalah sebesar 45 %. Artinya beban tanggungan cukup tinggi karena usia produktif harus menanggung kelompok usia non produktif.
C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit di suatu wilayah dalam periode tertentu, dimana informasi tersebut berisi tentang data nilai tambah sektoral, struktur perekonomian, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita. PDRB suatu daerah dapat dihitung melalui dua pendekatan, yaitu PDRB atas dasar harga konstan, dan PDRB atas dasar harga berlaku. PDRB Kabupaten Tabanan tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tabanan, yakni PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 6.452.645,72 juta rupiah, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar 2.941.820,83 juta rupiah. Dengan memperhatikan laju pertumbuhan PDRB, maka
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 7
dapat diketahui pertumbuhan perekonomian. Untuk tahun 2015 laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Tabanan sebesar 6,03 persen. Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat, sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakitpenyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan gizi kurang sering kali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk. Merujuk pada fakta betapa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan busung lapar, kwashiokor, penyakit kekurangan vitamin seperti xeropthalmia, scorbut. Adapun kriteria Keluarga Miskin versi BKKBN yaitu : a.
Pada umumnya anggota keluarga makan kurang dari 2 (dua) kali sehari.
b.
Anggota keluarga tidak memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah, dan berpergian.
c.
Bagian lantai rumah yang terluas adalah dari tanah.
d.
Anak sakit atau PUS yang ingin ber KB tidak dibawa ke sarana kesehatan.
e.
Dalam seminggu keluarga tidak pernah makan daging/telur/ ikan.
f.
Setahun terakhir anggota keluarga tidak mendapat pakaian baru.
g.
Luas lantai rumah kurang 8 m2 untuk tiap penghuni
h.
Anak umur 7-15 tahun belum sekolah karena faktor ekonomi.
Berdasarkan kriteria diatas maka Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 sebanyak 103.964 jiwa atau 23,85 % dari jumlah penduduk.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 8
D. KEADAAN PENDUDUK
KESEHATAN
LINGKUNGAN
DAN
PERILAKU
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat salah satunya adalah faktor lingkungan, disamping tiga faktor lainnya seperti perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Faktor lingkungan akan sangat menentukan baik buruknya derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan di Kabupaten Tabanan akan disajikan beberapa indikator yang terkait seperti : 1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas Pembangunan prasarana penyediaan air bersih salah satu indikator yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang harus kita wujudkan sebagai komitmen suatu negara agar kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga 2015. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010, diantaranya adalah sebagai berikut :
Parameter mikrobiologi E Coli dan total bakteri kolform, kadar maksimum yang diperbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel.
Syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
Syarat kimia : Kadar besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l, pH 6,5-8,5. Tahun 2012 secara nasional cakupan fisik air minum 95,93%, artinya kategori baik yang mencakup tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Cakupan
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 9
sarana dan akses air minum di Kabupaten Tabanan tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Sumber : Seksi PL Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Pada gambar 2.1 diatas dapat dikatakan bahwa rata-rata cakupannya sebesar 91,29%. Cakupan yang paling tinggi adalah Puskesmas Kerambitan I 113,72 % dan yang terendah Puskesmas Kediri III 63,75%. 2. Sarana dan Akses terhadap Sanitasi Dasar Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi
derajat
kesehatan
masyarakat.
Persentase
penduduk
yang
menggunakan jamban sehat pada tahun 2014 sebesar 87,8%, jumlah ini mengalami peningkatan menjadi sebesar 90,92% pada tahun 2015. Target tahun 2014 sebesar 80%, sehingga tahun 2014 sudah mencapai target. Namun demikian masih terdapat beberapa penduduk yang tidak mengakses jamban sehat atau masih terdapat beberapa penduduk yang tidak mengakses jamban sehat atau masih berperilaku buang air besar sembarangan (BABS). Pertambahan jumlah penduduk yang pesat dan tingginya tingkat mobilitas penduduk di Provinsi Bali tidak diikuti dengan penyediaan sarana sanitasi (jamban). Disisi lain perilaku penduduk yang masih BABS menjadi kendala yang penting untuk segera diselesaikan. Beberapa upaya
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 10
yang ditempuh dalam peningkatan akses sanitasi adalah pemicuan perubahan perilaku melelaui strategi STBM, sehingga diharapkan penduduk mau jamban sehat dan pada akhirnya mau membangun sarana sanitasinya sendiri. Kalau kita lihat capaian pemanfaatan jamban sehat untuk masing-masing Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2015, seperti gambar berikut :
Sumber : Seksi PL Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Sebagian besar cakupan akses penggunaan jamban lebih dari 80% namun ada 4 Puskesmas yang masih dibawah 80%, dan yang terendah di wilayah kerja Puskesmas Tabanan III yaitu 69,20%. Jika dirata-ratakan cakupan Kabupaten Tabanan sebesar 90,92%. 3. Rumah Sehat Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan khususnya pasal 163 ayat 2 mengamanatkan bahwa lingkungan sehat antara lain mencakup lingkungan
pemukiman.
Untuk
melaksanakan
amanat
tersebut,
maka
penyelenggaraan penyehatan pemukiman difokuskan pada peningkatan rumah sehat. Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal : akses air minum, akses jamban
sehat,
lantai,
ventilasi,
dan
pencahayaan
(Kepmenkes
Nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permenkes
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 11
Nomor 1077/Per/V/Menkes/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah). Gambar 2.3 Persentase Rumah Sehat per Puskesmas di Kabupaten Tabanan Tahun 2015
Sumber : Seksi PL Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Cakupan rumah sehat Kabupaten Tabanan Tahun 2015 sebesar 77,94%, sedangkan tahun 2015 sebesar 85,76%. Jadi tahun 2015 ini mengalami peningkatan sebesar 7,83% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Cakupan tersebut diakibatkan karena beberapa indikator rumah sehat seperti ketersediaan sanitasi (jamban sehat), sarana air bersih, pengelolaan limbah, keberadaan vektor, kondisi fisik rumah seperti ventelasi dll belum sepenuhnya baik. Untuk itu perlu dilakukan pembinaan sehingga diharapkan pada tahun mendatang kualitas indikator rumah sehatnya semakin membaik. Pada tahun 2015, cakupan tertinggi adalah Puskesmas Selemadeg Barat dan Baturiti I sebesar 97,36% dan yang terendah adalah Puskesmas Pupuan II sebesar 37,82%. 4. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi antara anggota
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 12
keluarga yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan perilaku. Pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan di masyarakat. Untuk hal ini Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes memprogramkan rumah tangga untuk ber-PHBS. PHBS merupakan semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Ada 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang harus dilakukan apabila rumah tangga dikatakan telah, melakukan PHBS seperti 1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, 2) memberi ASI Ekslusif, 3) menimbang balita setiap bulan, 4) menggunakan air bersih, 5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) menggunakan jamban sehat, 7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu, 8) makan buah dan syur setiap hari, 9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan 10) tidak merokok di dalm rumah. Target nasional dalam renstra Kemenkes 2010-2014 sebesar 70% tahun 2014. Hasil Riskesdas tahun 2013 rumah tangga yang ber-PHBS mencapai 32,3%. Provinsi Bali rumah tangga ber-PHBS tahun 2014 sebesar 69,95%, sedangkan Kabupaten Tabanan rumah tangga ber-PHBS tahun 2014 mencapai 72,44%. Namun pada tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup drastis yakni 60,82%. Persentase rumah tangga ber-PHBS per Puskesmas di Kabupaten Tabanan 2015 sebagai berikut :
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 13
Sumber : Seksi Promkes dan PSM Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata rumah tangga yang sudah berPHBS sebesar 60,82%. Puskesmas yang cakupan tertinggi adalah Puskesmas Kediri III sebesar 91,24%, sedangkan yang terendah adalah Puskesmas Marga II sebesar 25%.
5. Desa yang Melaksanakan STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan program yang memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan. Dari 133 desa yang ada di wilayah kerja Pemerintah Kabupaten Tabanan, desa yang sudah melaksanakan STBM baru 68 desa atau 51,13%. Ini disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangnya tenaga fasilitator STBM yang terampil di tingkat kecamatan/desa, belum ada regulasi yang kuat untuk memberdayakan
masyarakat
mulai
tingkat
propinsi
sampai
desa,
perlu
ditingkatkannya kerja sama baik lintas program maupun lintas sektor.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 14
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Untuk menilai Derajat Kesehatan di suatu wilayah biasanya menggunakan indikator yang umum dan telah disepakati baik secara nasional maupun internasional seperti angka angka kematian (mortalitas) dan kesakitan (morbiditas). Dalam Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan ini, derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Tabanan digambarkan melalui angka kematian yang terdiri dari Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktorfaktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.
A. MORTALITAS Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir (outcome) dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian. Angka kematian yang disajikan pada bab ini adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Kasar.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
15
1. Angka Kematian Neonatal (AKN) Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah kematian bayi usia sampai 28 hari yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Cakupan AKN Kabupaten Tabanan Tahun 2015 sebesar 8,25 per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2015 cakupan AKN mengalami penurunan dari tahun 2014 sebesar 0,43 per 1000 kelahiran hidup. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan pelayanan ANC yang berkualitas dan terpadu, meningkatkan pelaksanaan GSI-B dan P4K, meningkatkan fungsi Puskesmas dalam memberikan pelayanan neonatal esensial, peningkatan SDM kesehatan melalui peningkatan keterampilan dan pelatihan, meningkatkan fungsi keluarga dalam perawatan bayi dan balita melalui kelas ibu balita, meningkatkan pemanfaatan buku KIA. 2. Angka Kematian Bayi (AKB) Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai satu hari sebelum ulang tahun pertama. Dari sisi penyebabnya, kematian bayi dibedakan faktor endogen dan faktor eksogen. Kematian bayi endogen (kematian neonatal) adalah kejadian kematian yang terjadi pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan, umumnya disebabkan oleh faktor bawaan. Sedangkan kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi antara usia satu bulan sampai satu tahun, umumnya disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah jumlah kematian bayi usia 0-11 bulan yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB menggambarkan banyaknya jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu di suatu daerah. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang sangat berguna tidak hanya terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk secara keseluruhan dan kondisi ekonomi dimana penduduk tersebut bertempat tinggal. AKB
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
16
merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran kabupaten, provinsi maupun nasional. Selain itu, program-program kesehatan di Indonesia banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan Angka Kematian Bayi. AKB tidak hanya mencerminkan besarnya masalah kesehatan yang berkaitan dengan kematian bayi seperti akibat diare, infeksi saluran pernafasan, salah gizi, atau penyakit infeksi lainnya, akan tetapi juga mencerminkan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan secara umum serta tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 sebesar 10,22 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan dengan Angka Kematian Bayi pada tahun 2014 yang sebesar 12,00 per 1000 kelahiran hidup. Menurut jenis kelamin, kematian bayi laki-laki lebih tinggi dari kematian bayi perempuan, yakni 32 kematian bayi laki-laki sedangkan bayi perempuan sebanyak 20 kematian bayi. Angka Kematian Bayi pada tahun 2015 menunjukkan angka tertinggi pada Puskesmas Kediri I, dimana Angka Kematian Bayi di puskesmas tersebut sebesar 7 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi 0 per 1000 kelahiran hidup dicapai oleh Puskesmas Tabanan III, Selemadeg Timur I, dan Kediri III. Gambaran perkembangan terakhir mengenai Angka Kematian Bayi dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini. Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Tabanan (2006-2015)
16
14,93
14 12 10 8
12
11,31 9,4
9,34 7,97
7,28
6
10,22 8,3
5,37
4 2 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Angka Kematian Bayi
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
17
Gambar diatas memperlihatkan trend AKB Kabupaten Tabanan dari Tahun 2006-2015 bersifat fluktuasi. Untuk itu diperlukan perhatian lebih dari program terkait, karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Kejadian kematian bayi sangat berkaitan dengan kualitas pelayanan kesehatan, yang dipengaruhi antara lain karena masih ada persalinan di rumah, status gizi ibu selama kehamilan kurang baik, rendahnya pengetahuan keluarga dalam perawatan bayi baru lahir. Untuk itu diperlukan perhatian khusus dalam memberikan pelayanan kesehatan bayi terutama pada hari-hari pertama kehidupannya yang sangat rentan karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Gambaran AKB per Puskesmas se Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Sumber : Seksi Kesga Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Dari gambar diatas dapat dijelaskan rata-rata AKB Kabupaten Tabanan Tahun 2015 sebesar 10,22 per 1.000 kelahiran hidup. AKB tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Timur II sebesar 32,79 per 1.000 kelahiran hidup, dan yang terendah yaitu di tiga Puskesmas yaitu Puskesmas Tabanan III, Puskesmas Selemadeg Timur I, dan Puskesmas Kediri III.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
18
3.
Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal
sebelum mencapai usia 5 (lima) tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 (lima) tahun. AKABA dapat menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi, dan kecelakaan. Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA yaitu, sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71 – 140, sedang dengan nilai 20 – 70, dan rendah dengan nilai < 20. Berdasarkan data dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, Angka Kematian Balita pada tahun 2015 sebesar 10,81 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Angka Kematian Balita pada tahun 2014, dimana Angka Kematian Balita sebesar 12,61 per 1000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Tabanan pada tahun 2006-2015 disajikan pada gambar 3.3 berikut ini.
Sumber : Seksi Kesga Dinkes Kab. Tabanan Tahun 2015
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa data AKABA di Kabupaten Tabanan trendnya fluktuatif, dan secara umum bila dilihat dari tahun 2006 kecenderungan agak meningkat hal ini diakibatkan oleh semakin baiknya system pelaporannya dari
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
19
bawah baik dari masyarakat sampai pada tingkat kabupaten. Gambaran AKABA per Puskesmas se Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Dari gambaran diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata AKABA Kabupaten Tabanan Tahun 2015 sebesar 10,81 per 1000 kelahiran hidup. AKABA tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Timur II dan yang terendah di Puskesmas Tabanan III, Selemadeg Timur I dan Kediri III.
4. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. AKI juga menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
20
Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Angka Kematian Ibu juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait kehamilan. Angka Kematian Ibu mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Menurut laporan dari Seksi Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana, Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 adalah sebesar 58,94 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami peningkatan dari Angka Kematian Ibu pada tahun 2014 yang sebesar 41 per 100.000 kelahiran hidup. Gambaran Angka Kematian Ibu di Kabupaten Tabanan periode tahun 2005-2015 disajikan pada gambar 3.5 berikut.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
21
Pada gambar diatas terlihat trend AKI yang mengalami fluktuasi dari tahun 2005 sampai dengan 2015, bahkan AKI pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang sangat tajam dari tahun sebelumnya dan merupakan AKI tertinggi selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Untuk itu perlu kiranya mendapat perhatian lebih dari Seksi Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana serta program terkait, karena kematian ibu dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, pendidikan, serta pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Target AKI secara nasional sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka cakupan AKI di Kabupaten Tabanan sudah mencapai target bahkan sudah cukup dibawah target nasional. Gambaran AKI per Puskesmas se Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Sumber : Seksi Kesga Dikes Kab. Tabanan 2015
Dari gambaran diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata cakupan AKI di Kabupaten Tabanan Tahun
2015 sebesar 58,9 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah AKI
sebanyak 3 (tiga) orang yaitu di wilayah kerja Puskesmas Tabanan I, Tabanan III, dan Kerambitan I masing-masing 1 orang (1,96 per 100.000 kelahiran hidup).
5. Angka Harapan Hidup (AHH) Angka/Umur Harapan Hidup (AHH/UHH) secara definisi adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak lahir. AHH dapat dijadikan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah pada keberhasilan pembangunan kesehatan serta sosial ekonomi di suatu wilayah,
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
22
termasuk di dalamnya derajat kesehatan. Data AHH diperoleh melalui survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Selain Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Harapan Hidup (AHH) juga digunakan untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, baik kabupaten, provinsi, maupun negara. AHH juga menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan dalam menilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Adanya perbaikan pada pelayanan kesehatan melalui keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan angka harapan hidup saat lahir. AHH Kabupaten Tabanan untuk tahun 2014 belum ada, yang ada AHH untuk tahun 2013 yang bersumber dari penghitungan IPM BPS Pusat adalah sebesar 74,91. UHH Tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu Tahun 2012 sebesar 74,55. (TIDAK MEMPUNYAI DATA, CARI DI BIDANG)
B. MORBIDITAS Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Tingkat kesakitan suatu negara juga mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat yang ada di dalamnya. Bahkan tingkat morbiditas penyakit menular tertentu yang terkait dengan komitmen internasional senantiasa menjadi sorotan dalam membandingkan kondisi kesehatan antar negara. Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisi epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi, kasus gizi kurang serta penyakit-penyakit infeksi, baik reemerging maupun new-emerging disease masih tinggi. Namun di sisi lain, penyakit degeneratif, gizi lebih dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan juga meningkat. Masalah perilaku tidak sehat juga menjadi faktor utama yang harus dirubah terlebih
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
23
dahulu agar beban ganda masalah kesehatan teratasi. Angka kesakitan (Morbiditas) pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan (surveilans), terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil. Sementara untuk kondisi penyakit menular, berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada bab ini akan disajikan gambaran morbiditas penyakit-penyakit menular dan tidak menular yang dapat menjelaskan keadaan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tabanan sepanjang tahun 2015.
1. Pola 10 Besar Penyakit Terbanyak di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan
Angka Kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan isedentil. Berdasarkan pengamatan penyakit berpotensial KLB dan penyakit tidak menular yang diamati di Puskesmas dan jaringannya, terdapat suatu pola dan trend penyakit. Berdasarkan laporan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), pola 10 besar penyakit terbanyak di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 menunjukkan bahwa kasus terbanyak adalah penyakit Hipertensi Primer dengan jumlah total kasus sebanyak 21.204, diikuti penyakit Nasofaringitis akut (Common Cold) dengan jumlah total kasus sebanyak 13.407, selanjutnya Arthritis Lainnya dengan jumlah total kasus sebanyak 12.290. Sedangkan urutan terbawah dari 10 besar penyakit adalah Dyspepsia dengan jumlah total kasus sebanyak 4.377. Tabel 3.1 berikut menyajikan pola 10 penyakit terbanyak di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan pada tahun 2015.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
24
Tabel 3.1 Pola 10 Penyakit Terbanyak di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan Pada Tahun 2015 No
Nama Penyakit
Jumlah
Rangking
1
Hipertensi Primer
21.204
I
2
Nasofaringitis Akut (Common Cold)
13.407
II
3
Arthritis Lainnya
12.290
III
4
Penyakit Lain pada Saluran Nafas Atas
8.441
IV
5
Gastritis
7.720
V
6
Dermatitis Kontak Alergi
5.925
VI
7
Fever
5.876
VII
8
Headeache (Cepalgia + Sakit Kepala)
4.782
VIII
9
Diabetes Melitus Tipe II
4.711
IX
10
Dyspepsia
4.377
X
Sumber : Laporan SP2TP
Dari tabel 10 besar penyakit diatas diketahui bahwa penyakit Hipertensi Primer merupakan penyakit yang mendominasi. Pada saat ini penyakit tidak menular seperti hipertensi atau penyakit darah tinggi primer merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat sehinga perlu dilakukan tindakan intervensi dalam kegiatan Program PPTM (Penanggulangan Penyakit Tidak Menular) dengan memperbanyak skrining, penyuluhan kesehatan serta penyiapan logistiknya terutama obat PTM (Penyakit Tidak Menular).
2. Penyakit Menular a. TB Paru Penyakit Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena merupakan salah satu penyakit infeksi pembunuh utama yang
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
25
menyerang golongan usia produktif (15 – 50 tahun) dan anak – anak serta golongan sosial ekonomi lemah. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobanterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB (BTA Positif). Kuman ini tidak hanya menyerang paru-paru, tapi juga organ tubuh lainnya, seperti tulang sendi, usus, kelenjar limpa, selaput otak dan lain-lain. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Notification Rate (CNR), yaitu angka yang menunjukkan jumlah seluruh pasien TB yang ditemukan dan tercatat 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecendrungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di suatu wilayah. Dismaping itu untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan Pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengidentifikasikan persentase pasien TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien TB paru positif yang tercatat. Berikut CNR seluruh TN per Puskesmas se Kabupaten Tabanan tahun 2015
Sumber : Seksi P2 Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
26
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata CNR Kabupaten Tabanan tahun 2015 sebesar 38,8 per 100.000 penduduk. Succes
Rate
(SR)
dapat
membantu
dalam
mengetahui
kecendrungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Berikut ini angka kesembuhan TB paru per Puskesmas se Kabupaten Tabanan Tahun 2015.
Sumber : Seksi P2M Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa capaian SR sebagian besar telah baik namun ada 7 (tujuh) Puskesmas yang berada di bawah rata rata kabupaten seperti Puskesmas Tabanan II, Tabanan III, Selemadeg, Selemadeg Barat, Selemadeg Timur II, Marga I dan Kediri II. Besar kecilnya kesembuhan dipengaruhi juga oleh besar kecilnya angka drop out, yang berimbas pada besar kecilnya angka penemuan penderita TB Multi Drug Resisten (MDR) yang semakin merebak belakangan ini, ditambah adanya pengaruh peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS. b. Pneumonia Pneumonia merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita terbesar di Indonesia. Sekitar 80 – 90 % dari kasus kematian Infeksi Saluran Pernafasan Atas disebabkan oleh Pneumonia. Kondisi tersebut umumnya terjadi pada
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
27
balita terutama pada kasus gizi kurang dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat (asap rokok, polusi). Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Cakupan penemuan pneumonia balita pada tahun 2015 sebesar 19,4 % dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 452 kasus, yang terdiri dari 264 kasus laki-laki dan 188 kasus perempuan. Dilihat dari Puskesmas, cakupan penemuan kasus pneumonia tertinggi adalah Puskesmas Tabanan III yakni sebesar 124,5 %, diikuti Puskesmas Tabanan II sebesar 44 %, dan Puskesmas Kerambitan II sebesar 39,4 %. Berikut ini cakupan Pneumonia per Puskesmas se Kabupaten Tabanan Tahun 2015.
Sumber : Seksi P2 Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
c. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Penyakit HIV/AIDS merupakan new emerging desease dan menjadi pandemi di semua kawasan beberapa tahun terakhir ini. Penyakit ini terus menunjukkan
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
28
peningkatan yang signifikan meskipun berbagai pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Makin tinggi mobilitas penduduk antar wilayah, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, serta meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui jarum suntik merupakan faktor yang secara simultan memperbesar risiko dalam penyebaran HIV/AIDS. HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain (Infeksi Oportunistik). HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui lelaki seks dengan lelaki (LSL), penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling and Testing (VCT), Sero Survey, dan Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP). Kasus HIV/AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2015 di Kabupaten Tabanan terdapat 47 kasus HIV yang terdiri dari 22 laki-laki dan 25 perempuan, dengan jumlah kasus AIDS adalah 58 kasus yang terdiri dari 30 lakilaki dan 28 perempuan, dimana terdapat 2 kasus kematian yang disebabkan AIDS yang keduanya berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan jumlah infeksi menular seksual lainnya (syphilis) adalah 0. Gambar berikut menampilkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS berdasarkan berdasarkan golongan usia di Kabupaten Tabanan Tahun 2015.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
29
Sumber : Seksi P2 Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa seberan usia yang penderita kasus HIV/AIDS adalah terjadi pada semua kelompok umur. Penderita yang terbanyak terjadi pada usia 25-49 tahun, dan yang terendah pada usia 5-14 tahun. Untuk itu perlu adanya upaya promotif dan preventif pada semua kelompok usia. Peningkatan upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan, dan diarahkan pada upaya pendekatan kesehatan masyarakat, salah satunya dengan meningkatkan upaya deteksi dini untuk mengetahui akan status HIV seseorang melalui Konseling dan Tes HIV sukarela atau Voluntary Counseling and Testing (VCT) sampai pada tingkat Puskesmas yang ada.
d. Kusta Penyakit kusta atau sering disebut penyakit lepra adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Leprae. Penyakit Kusta merupakan penyakit menahun yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya. Penatalaksanaan yang buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Tahun
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
30
2000 mempunyai arti penting bagi program pengendalian kusta. Pada tahun 2000, dunia dan khususnya negara Indonesia berhasil mencapai eliminasi penyakit kusta. Eliminasi didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1 kasus per 100.000 penduduk. Dengan demikian, sejak tahun tersebut di tingkat dunia maupun nasional, kusta bukan lagi menjadi masalah kesehatan bagi manusia. Diagnosis dini dan pengobatan dengan menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) merupakan kunci utama keberhasilan mengeliminasi kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat. Pengobatan MDT berhasil menurunkan 84,6% kasus penyakit kusta di Indonesia sejak tahun 1985 hingga akhir tahun 2011. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut : 1.
Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa.
2.
Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot.
3.
Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA positif). Cakupan penemuan kasus baru di Kabupaten Tabanan tahun 2014 adalah
0,96/100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2015 adalah 0,92/100.000 penduduk. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2015 cakupan penemuan kasus baru mengalami penurunan sebesar 0,04/100.000 penduduk. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang, baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak, dan orang dewasa. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat. Upaya penanggulangan
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
31
penyakit malaria di Indonesia dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API) yang telah digunakan sejak tahun 2010 untuk seluruh provinsi di Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria suatu wilayah menjadi 4 strata yaitu : 1.
Endemis Tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk.
2.
Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 – 5 per 1.000 penduduk.
3.
Endemis Rendah bila API 0 – 1 per 1.000 penduduk.
4.
Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (daerah pembebasan malaria) atau API = 0
Pada tataran nasional, malaria masih menjadi permasalahan kesehatan yang berarti. Namun tidak demikian halnya dengan yang terjadi di Kabupaten Tabanan. Angka kesakitan malaria di Kabupaten Tabanan dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2011 menunjukkan kecenderungan penurunan, bahkan sembilan tahun terakhir (2007 sampai dengan 2015) angka kesakitan malaria di Kabupaten Tabanan adalah 0/1000 penduduk. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Tabanan bukan merupakan daerah endemis penyakit malaria. Kasus-kasus yang terjadi merupakan kasus import dari penduduk yang datang dari daerah endemis malaria. Tabel 3.2 akan menjelaskan kasus dan angka kesakitan malaria di Kabupaten Tabanan periode tahun 2006-2015. Tabel 3.2 Jumlah Kasus Penyakit Malaria di Kabupaten Tabanan Periode Tahun 2006-2015 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kasus Malaria (+) 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
API 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : Bidang P2 PL
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
32
4. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Penyakit yang termasuk kelompok PD3I meliputi : Difteri, Pertusis, Tetanus Neoatorum, Campak, Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut).
a. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut) Polio (Poliomyelitis) merupakan penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan virus polio. Cara penularan Polio terbanyak melalui mulut ketika seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontamisasi lendir, dahak atau faeses penderita polio. Virus masuk aliran darah ke sistem saraf pusat menyebabkan otot melemah dan kelumpuhan, menyebabkan tungkai menjadi lemas secara akut. Kondisi inilah disebut Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau lumpuh layuh akut. Polio adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang system syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, dan sakit ditungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate minimal sebesar 2/100.000 anak usia < 15 tahun. Non Folio AFP Rate untuk Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 adalah 5,46/100.000 anak usia < 15 tahun. (DI TABEL PROFIL JUMLAH PENDUDUK < 15 TAHUN TIDAK ADA) b. Difteri
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
33
Difteri adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Gejala awal penyakit ini adalah demam 38 ºC, pseudomembrane (selaput tipis) putih keabuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher bengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai bunyi (stridor). Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan. Pada tahun 2015 di Kabupaten Tabanan tidak ada kasus.
c. Pertusis Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bardetella Pertusis dengan gejala batuk beruntun disertai tarikan nafas hup (whoop) yang khas dan muntah. Lama batuk bisa 1–3 bulan sehingga disebut batuk 100 hari. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia dibawah 1 tahun dan penularannya melalui droplet atau batuk penderita. Di Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 tidak ditemukan kasus Pertusis.
d. Tetanus Neonatorum Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium Tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir (umur < 28 hari) yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Penanganan Tetanus neonatorium tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang higienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali pusat. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Ciri khas dari penyakit ini adalah pada mulanya beberapa hari setelah lahir bayi menangis keras dan menyusu dengan kuat namun beberapa hari berikutnya tidak bisa menyusu. Pada tahun 2015, di Kabupaten Tabanan dilaporkan tidak ada kasus Tetanus Neonatorum.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
34
e. Campak Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramixovirus. Penularan infeksi dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi atau karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Pada tahun 2015, ada 4 (Empat) Puskesmas yang melaporkan penemuan kasus campak, yakni Puskesmas Tabanan I dengan 3 (tiga) kasus, Puskesmas Tabanan II dengan 1 (satu) kasus, Puskesmas Tabanan III dengan 4 (empat) kasus, Puskesmas Kediri II dengan 5 kasus. Dari 13 kasus campak yang ditemukan, 6 (enam) kasus merupakan jenis kelamin laki-laki dan 7 (tujuh) kasus merupakan jenis kelamin perempuan, dengan case fatality rate (CFR) = 0 %.
Sumber : Seksi Surveilan dan Epidemiologi Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
5. Penyakit Potensial KLB/Wabah
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
35
Penyakit menular tertentu memiliki potensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah, diantaranya adalah Demam Berdarah Dengeu (DBD), Diare, Chikungunya, Rabies, dan Filariasis. Seluruh penyakit potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi.
a. Deman Berdarah Dengeu (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus, family flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp, Aedes Aegypti, dan Aedes Albopictus merupakan vector utama penyakit DBD. Sepanjang tahun 2015 dilaporkan terjadi 846 kasus di Kabupaten Tabanan dengan Incidence Rate (IR) sebesar 194,1 per 100.000 penduduk dengan tidak ada kematian akibat DBD atau Case Fatality Rate (CFR) adalah 0 %. Jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2015 ini meningkat apabila dibandingkan dengan jumlah kasus yang terjadi pada tahun sebelumnya yakni dengan 470 kasus. Jumlah kasus terbanyak ditemui di Kecamatan Kediri dengan 325 kasus, disusul kemudian oleh Kecamatan Tabanan dengan 191 kasus, dan Kecamatan Kerambitan dengan 139 kasus. Sedangkan tiga kecamatan dengan jumlah kasus paling sedikit adalah Kecamatan Pupuan dengan 12 kasus, Kecamatan Selemadeg Barat dengan 18 kasus, dan Kecamatan Baturiti dengan hanya 19 kasus. Jumlah kasus DBD menurut Puskesmas pada tahun 2015 secara rinci dapat dilihat pada tabel lampiran 21. Adapun beberapa permasalahan dalam penanggulangan DBD di Kabupaten Tabanan antara lain :
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
36
1.
Belum ada obat anti virus dan vaksin untuk mencegah DBD, maka untuk memutus rantai penularan, pengendalian vektor dianggap yang paling memadai saat ini.
2.
Vektor DBD khususnya Aedes Aegypti sebenarnya mudah dikendalikan, karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor tersebar luas, maka untuk keberhasilan pengendaliannya diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tidak dapat berkembang biak lagi. Untuk itu sangat memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat khususnya dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD.
3.
Banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian DBD yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti kepadatan penduduk, mobilitas, lancarnya transportasi, pergantian musim dan perubahan iklim, kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat.
4.
Sebagian masyarakat masih minat dengan fogging.
5.
Uji resistensi terhadap insektisida belum optimal Salah satu cara untuk menekan penyebaran penyakit Deman Berdarah
Dengeu (DBD) adalah dengan membasmi jentik nyamuk Aedes aegypty di dalam rumah maupun di sekitar lingkungan rumah. Gambaran Kasus DBD dan Incidene Rate di Kabupaten Tabanan periode tahun 2007-2015 disajikan pada gambar 3. berikut.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
37
Sumber : Seksi P2 Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kasus DBD trend nya fluktuasi. Dilihat dari tahun 2007 s/d 2015 jumlah kasus tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebanyak 846 kasus, dengan insiden rate 194,1%. Tahun 2015 jumlah kasus dan IR meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2014. b. Diare Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Secara klinis penyebab Diare antara lain : infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah Diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan. Jenis Diare ada 2 (dua) yaitu Diare Akut dan Diare Persisten (diare kronik). Diare Akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan Diare Persisten (diare kronik) adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Penderita diare di Puskesmas setiap tahun jumlahnya cukup tinggi. Namun demikian hal ini belum dapat menggambarkan prevalensi keseluruhan dari penyakit
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
38
diare karena banyak dari kasus tersebut yang tidak terdata oleh sarana pelayanan kesehatan (pengobatan sendiri atau pengobatan di praktek swasta). Laporan Profil Kesehatan Kabupaten menunjukkan bahwa selama kurun tahun 2015 jumlah perkiraan kasus diare di Kabupaten Tabanan sebesar 9.328 kasus. Dari jumlah tersebut, jumlah kasus yang ditangani sebesar 9.073 kasus (97,3 %) yang terdiri dari laki-laki sebesar 5.177 kasus dan perempuan sebesar 4.983 kasus, dan angka kesakitan diare 214 per 1.000 penduduk. Terjadi peningkatan jumlah kasus diare dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2014 jumlah kasus diare sebanyak 9.273 kasus. Untuk itu upaya kesehatan harus lebih ditingkatkan lagi untuk mencegah tingkat kematian akibat diare. Tingkat kematian akibat diare dapat diturunkan dengan adanya tata laksana yang tepat dan cepat, diantaranya melalui pelatihan petugas yang diintegrasikan dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Selain itu juga dapat dilakukan pengamatan tata laksana diare ke Puskesmas. Sedangkan upaya pencegahan dan penanggulangan kasus diare dilakukan melalui penyuluhan ke masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari – hari, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga adanya peningkatan kasus diare merupakan cerminan dari perbaikan kedua faktor tersebut.
c. Rabies Rabies (bahasa Latin: rabies, "kegilaan") atau penyakit anjing gila merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalamnya tubuhnya mengandung virus Rabies. Virus Rabies menyebabkan peradangan akut otak pada manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Periode waktu antara terjadi kesakitan dan gejala awal
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
39
biasanya satu sampai tiga bulan, namun bisa kurang dari satu minggu atau lebih dari satu tahun, tergantung pada jarak virus untuk mencapai sistem saraf pusat, dimana gejala awal antara lain : demam dan kesemutan di lokasi paparan; kemudian diikuti dengan gerakan kekerasan, kegembiraan yang tidak terkendali; takut air atau ketidakmampuan untuk memindahkan bagian-bagian tubuh serta kebingungan yang menyebabkan hilangnya kesadaran. Penyakit ini bila sudah menunjukkan gejala klinis pada hewan atau manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga mengakibatkan timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya. Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya pengendalian Rabies, yaitu kasus GHPR (Gigitan Hewan Penular Rabies), kasus yang di vaksinasi VAR (Vaksin Anti Rabies), dan kasus Rabies yang menyebabkan kematian (Lyssa). Pada tahun 2014 di Kabupaten Tabanan, jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sebanyak 6.318 kasus, sedangkan tahun 2015 jumlah kasus gigitan meningkat menjadi 6.318 kasus atau 4,57%. Dari jumlah gigitan tersebut tidak terdapat jumlah kasus penyakit rabies yang menyebabkan kematian (Lyssa). Kasus GHPR terbanyak terjadi pada bulan Juni yaitu dengan 563 kasus, sedangkan bulan Pebruari merupakan bulan dengan kasus GHPR paling sedikit yakni dengan 436 kasus. Gambaran kasus GHPR di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 disajikan pada gambar 3.12
dibawah ini (TIDAK KEDTEMU DATA NYA DI TABEL
PROFIL)
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
40
Walaupun jumlah kasus kematian akibat rabies di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014 tidak ada, namun mengingat akan bahaya rabies terhadap kesehatan dan ketentraman masyarakat karena dampak buruknya selalu diakhiri kematian, serta dapat mempengaruhi dampak perekonomian khususnya bagi pengembangan daerahdaerah pariwisata seperti Bali yang tertular rabies, maka usaha pengendalian penyakit berupa pencegahan dan pemberantasan perlu dilaksanakan seintensif mungkin bahkan menuju pada program pembebasan dari rabies.
d. Filariasis Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) merupakan penyakit infeksi menahun yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Filariasis ditularkan oleh vektor nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya, kemudian di dalam tubuh manusia cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe (getah bening) sehingga akan menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan, dan organ genital. Hingga kini filariasis masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia, namun di Kabupaten Tabanan
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
41
pada tahun 2014 dan 2015 tidak ditemukan adanya penderita penyakit filariasis, namun upaya pemantauan kasus filariasis tetap dilaksanakan
Profil Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
42
BAB IV UPAYA KESEHATAN
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang melibatkan masyarakat sebagai individu dan masyarakat sebagai bagian dari kelompok atau komunitas. Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu Upaya Kesehatan Masyrakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotroprika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Masyarakat sehat merupakan investasi yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Untuk mencapai keadaan tersebut di Kabupaten Tabanan telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan selama beberapa tahun terakhir, khususnya tahun 2015 seperti uraian di bawah ini.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 42
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakah langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu, sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas, serta dapat mengurangi angka kematian ibu sebagai salah satu indikator dari MDGs. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Peran seorang ibu sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran sampai masa pertumbuhan bayi dan anaknya. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan secara teratur pada masa kehamilan guna menghindari gangguan atau segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin di kandungannya Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas kesehatan, dari Posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta. Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah angka kematian ibu (AKI), angka kematian neonatus (AKN), angka kematian bayi (AKB), dan angka kematian balita (AKABA). Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya,
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 43
AKI, AKB dan AKABA di Indonesia termasuk tinggi. Menurut data SDKI 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup dengan target MDGs sebesar 102 per 100.000, AKB 32 per 1000 kelahiran hidup dengan target Renstra Kemenkes 2014 sebesar 24 dan target MDGs 23 per 1000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1000 kelhiran hidup dengan target Renstra Kemenkes 15 per 1000 kelahiran hidup dan AKABA 40 per kelahiran hidup dengan target MDGs 32 per 1000 kelahiran hidup. Upaya pencapaian MDGs dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas. Salah satu upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas yang dilaksanakan di Kabupaten Tabanan adalah dengan menerapkan program pusat berupa Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta melalui program Propinsi dan Kabupaten melalui Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), disamping juga selalu berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan, antara lain peningkatan status Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap dengan pelayanan PONED
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4) Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya, sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalan Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 44
ibu hamil antara lain dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat. Pelayanan kesehatan yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, mengukur tekanan darah, menilai status gizi (mengukur lingkar lengan atas), pemeriksaan tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan. Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar pelayanan kesehatan. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan, yaitu : minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan pemeriksaan pertama kali ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar serta paling sedikit 4 kali pemeriksaan kehamilan. Indikator K1 dan K4 ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 45
Gambar 4.1 memperlihatkan cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil selama enam tahun terakhir. Terlihat bahwa cakupan K1 dan K4 selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2015 mengalami pasang surut.
Dari gambar tersebut diatas dapat dilihat kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4. Pada tahun 2008 terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4 sebesar 6,00 %, kemudian tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 6,25 %. Tahun 2009 merupakan tahun terjadinya kesenjangan cakupan K1 dan K4 yang paling besar, dan juga merupakan tahun dimana cakupan K1 dan K4 di Kabupaten Tabanan berada pada titik terendah. Pada tahun 2010 Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menurun sangat tajam yaitu hanya 1.97 %, namun pada tahun 2011 kesenjangan tersebut meningkat menjadi 4,50 %, dan pada tahun 2012 kesenjangan tersebut meningkat kembali menjadi 4,83 %, tahun 2013 kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menurun sampai 1,57 %, dan tahun 2014 kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 meningkat lagi menjadi 1,61%. Dan cakupan K1 dan K4 pada tahun 2015 mengalami peningkatan kembali menjadi 2,19 %. Kesenjangan tahun 2013 merupakan kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 yang terendah selama kurun waktu 8 tahun. Gambaran cakupan K1 dan K4 per Puskesmas tahun 2015 seperti dibawah ini.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 46
Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1 dan K4, dengan kata lain, jika kesenjangan K1 dan K4 kecil, maka hampir semua ibu
hamil
yang
melakukan
kunjungan
pertama
pelayanan
antenatal
meneruskannya hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan. Pada tahun 2015, Puskesmas dengan persentase cakupan pelayanan K1 tertinggi adalah Puskesmas Baturiti II dengan cakupan sebesar 108,17 %, diikuti oleh Puskesmas Tabanan I dengan cakupan sebesar 106,27 %, dan Puskesmas Baturiti I dengan cakupan sebesar 105,97 %. Sedangkan Puskesmas dengan cakupan pelayanan K1 terendah adalah Puskesmas Marga II dengan cakupan hanya sebesar 86,4 %, kemudian Puskesmas Selemadeg Timur II dengan cakupan sebesar 88,57 %, dan Puskesmas Selemadeg Barat dengan cakupan sebesar 89,5 %. Untuk Puskesmas dengan persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah Puskesmas Selemadeg dengan cakupan sebesar 102,59 %, diikuti Puskesmas Kediri I dengan cakupan sebesar 101,95 %, dan Puskesmas Kerambitan II dan Pupuan II dengan cakupan sebesar 100 %. Sedangkan Puskesmas dengan cakupan pelayanan K4 terendah adalah Puskesmas Selemadeg Timur II dengan cakupan hanya sebesar 87,14 %, kemudian Puskesmas Tabanan III dengan cakupan hanya sebesar 88,06 %, dan Puskesmas Marga II cakupan
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 47
sebesar 89,60 %. Cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 29.
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan (Pn) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional (dengan kompetensi kebidanan) dimulai dari lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta. Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60 % dari seluruh kematian ibu. Kasus komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Persalinan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dapat menurunkan risiko kematian ibu saat persalinan, karena ditempat tersebut persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan tersedia sarana kesehatan yang memadai sehingga dapat menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada saat persalinan yang membahayakan nyawa ibu dan bayi. Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan pada tahun 2015 di Kabupaten Tabanan sebesar 99,3%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan pada tahun 2014 yang sebesar 96,4%. Puskesmas dengan pencapaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) tertinggi adalah Puskesmas Penebel I (111,4%), diikuti Puskesmas Kediri I (109 %) dan Puskesmas Baturiti I (106 %). Sedangkan Puskesmas Tabanan III merupakan Puskesmas dengan Pencapaian Pn terendah (89,79%), diikuti Puskesmas Selemadeg Timur II (91%), dan Puskesmas Pupuan I (91,6%). Data mengenai Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran tabel 29.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 48
Gambar 4.3 diatas memperlihatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sejak tahun 2007 sampai tahun 2015 yang mengalami pasang surut, namun 3 tahun terakhir cakupan persalinan memperlihatkan trend yang meningkat, tetapi tahun terakhir yaitu 2014 sedikit mengalami penurunan kemudian mengalami peningkatan kembali pada tahun 2015. Namun demikian program ini perlu untuk ditingkatkan sehingga semua ibu yang melahirkan lebih merasa aman dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
c. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3) Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan; 3) kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan. Pelayanan kunjungan nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung fasilitas kesehatan (termasuk bidan di desa/polindes/ poskesdes) dan kunjungan rumah.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 49
Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi : 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; 4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali; dan 6) pelayanan KB pasca persalinan. Gambaran cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2015 di Kabupaten Tabanan seperti dibawah ini.
Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2015 adalah 98,7%. Puskesmas cakupan KF3 tertinggi yaitu Puskesmas Penebel I sebesar 110,5 %, dan Puskesmas cakupan KF3 terendah adalah Puskesmas Baturiti II sebesar 88,9 %. Lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 29.
d. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal Komplikasi kebidanan adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Komplikasi kebidanan antara lain Hb < 8 g%, ketuban pecah dini, perdarahan per vaginam, hipertensi dalam kehamilan (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 50
primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur, dan distosia (persalinan macet, persalinan tidak maju). Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, beberapa ibu hamil memiliki risiko tinggi/komplikasi dan memerlukan pelayanan kesehatan. Karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Pada tahun 2015 di Kabupaten Tabanan jumlah ibu hamil adalah 5.350 bumil, dimana 1.071 bumil (20%) merupakan ibu hamil dengan risiko tinggi/ komplikasi, dengan jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi yang ditangani sebanyak 1009 ibu hamil (94,2%). Bila dibandingkan dengan tahun 2014 tahun 2015 cakupannya meningkat dimana tahun 2014 cakupannya 87,43%. Bila dibandingkan dengan tardet dalam SPM sebesar 80%, maka cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sudah melampaui. Cakupan komplikasi kebidanan per Puskesmas tahun 2014 seperti gambar dibawah ini.
Sumber : Seksi Kesga Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Gambaran diatas dapat dijelaskan bahwa Puskesmas yang cakupan komplikasi kebidanan tertinggi adalah Puskesmas Kerambitan I sebesar 200%, dan yang terendah adalah Puskesmas Selemadeg Timur I sebesar 43,2 %. Data cakupan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 33. Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 51
Neonatus risti/komplikasi adalah keadaan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian serta kecacatan seperti asfiksia, hipotermi, tetanus neonatorium, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, kelainan neonatal termasuk klasifikasi kuning pada MTBS. Neonatus risti/komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di puskesmas dan rumah sakit. Dalam pelayanan neonatus, sekitar 15% diantara neonatus yang dilayani bidan di Puskesmas tergolong dalam kasus risti/komplikasi yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Pada tahun 2015 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang dilaporkan sebesar 640 neonatal (87,6% ) dari 731 jumlah perkiraan neonatal risti/komplikasi. Dibandingkan dengan tahun 2014, tahun ini mengalami peningkatan dimana tahun 2014 cakupan penanganan neonatal komplikasi sebesar 74,3%. Sementara target SPM bidang kesehatan untuk indikator tersebut adalah 80%. Ini berarti cakupan penanganan neonatal komplikasi telah memenuhi standar pelayanan minimal. Namun bidang kesehatan ini perlu terus dipantau karena langkah ini merupakan salah satu strategi untuk menurunkan angka kematian bayi. Gambaran cakupan penanganan komplikasi neonatal per Puskesmas tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 52
Sumber : Seksi Kesga Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa cakupan yang tertinggi adalah Puskesmas Marga II sebesar 150%, dan yang paling rendah adalah Puskesmas Selemadeg Timur I sebesar 48 %. Hal ini sulit mencapai target karena masih adanya kebingungan dalam pencatatan dan pelaporan penanganan komplikasi disamping juga disebabkan karena sasaran dari neonatal rosti/komplikasi bukan merupakan angka riil tetapi angka perkiraan. Lebih detail dapat dilihat pada lampiran table 33. e. Kunjungan Neonatal Neonatus atau bayi baru lahir (0-28 hari) merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Sebagian besar kematian neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan (0-6 hari). Mengingat besarnya risiko kematian pada minggu pertama ini, setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering dalam minggu pertama, untuk mendeteksi adanya penyakit atau tanda bahaya sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin untuk mencegah kematian. Terkait hal tersebut, terjadi perubahan kebijakan dalam pelaksanaan kunjungan neonatus dari semula 2 kali (satu kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8-28 hari), menjadi 3 kali (dua kali pada minggu pertama). Dengan perubahan ini, jadwal kunjungan neonatus dilaksanakan pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari, dan 8-28 hari. Pelayanan pada kunjungan neonatus sesuai dengan standar yang mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) yang meliputi pemeriksaan tanda vital, konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 53
Ekslusif, injeksi Vitamin K1, imunisasi (jika belum diberikan pada saat lahir), penanganan dan rujukan kasus, serta penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA. Pelayanan kesehatan neonatal digambarkan dengan indikator cakupan kunjungan neonatal. Pencapaian cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) pada tahun 2015 sebesar 104,6%. Bila dibandingkan dengan sebelumnya, maka tahun ini sedikit mengalami kenaikan dimana tahun 2014 cakupannya sebesar 99,4%. Sedangkan cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN3) pada tahun 2015 adalah 102,4 % yang juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya pada tahun 2014 yaitu 99,4 %. Cakupan kunjungan neonatus lengkap per Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut ini :
Sumber : Seksi Kesga Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa cakupan kunjungan neonatal lengkap tertinggi adalah Puskesmas Baturiti I sebesar 116 %, dan yang terendah adalah Puskesmas Baturiti II sebesar 87,8%. Lebih lengkap mengenai cakupan kunjungan neonatus baik KN1 maupun KN Lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 38. f. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, dan Perawat) minimal 4 kali dalam setahun,
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 54
yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, satu kali pada umur 3-6 bulan, satu kali pada umur 6-9 bulan, dan satu kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio, dan Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Pada tahun 2015 cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Tabanan meningkat dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2014 cakupan kunjungan bayi adalah 96,5%, maka pada tahun ini cakupan kunjungan bayi adalah 94,3 %. Cakupan Pelayanan kesehatan bayi per Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut ini :
Sumber : Bidang Binkesmas Dikes Kab. Tabanan Tahun 2015
Puskesmas dengan cakupan kunjungan bayi tertinggi adalah Puskesmas Kediri II sebesar 98,9% dan cakupan kunjungan bayi terendah Puskesmas Pupuan I sebesar 90,2%. %, diikuti Puskesmas Kerambitan II dengan cakupan sebesar 90,7 %, dan Puskesmas Kerambitan I dengan cakupan sebesar 90,8 %. Pencapaian target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan Posyandu tiap bulannya, peran kader, dan partispasi keluarga untuk membawa
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 55
bayi ke posyandu, serta keaktifan tenaga Puskesmas dalam membina Posyandu. Lebih lengkap mengenai cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran tabel 40.
g. Pelayanan Kesehatan Pada Balita Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12-59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun, dan pemberian Vitamin A 2 kali setahun (Bulan Pebruari dan Agustus). Pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui penimbangan Berat Badan, pengukuran Tinggi Badan di Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit, Bidan praktek
swasta
serta
sarana/fasilitas
kesehatan
lainnya.
Pemantauan
perkembangan dapat dilakukan melalui SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang) oleh petugas kesehatan. Pemberian Vitamin A dilaksanakan oleh petugas kesehatan di sarana kesehatan. Pada tahun 2015 di Kabupaten Tabanan terdapat 19.488 anak balita (umur 12-59 bulan) yang terdiri dari 9.984 anak balita laki-laki dan 9.504 anak balita perempuan. Dari jumlah anak balita yang ada, 17.728 anak balita (91%) telah mendapatkan pelayanan kesehatan minimal 8 kali setahun, dengan rincian 9.195 anak balita laki-laki (92,1%) dan 8.533 anak balita perempuan (89,8 %) yang mendapatkan pelayanaan kesehatan. Untuk lebih jelas mengenai cakupan pelayanan kesehatan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2015, dapat dilihat pada lampiran tabel 46. h. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan setingkat Pelayanan kesehatan pada siswa sekolah yang melaksanakan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala kesehatan adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan fisik, laboratorium, mendeteksi adanya penyimpangan mental
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 56
emosional, serta kesegaran dan kebugaran jasmani pada siswa. Rangkaian pemeriksaan tersebut seharusnya dapat dilaksanakan seluruhnya, namun dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi wilayah setempat. Penjaringan kesehatan peserta didik meliputi : pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan laboratorium, pengukuran jasmani, dan deteksi dini penyimpangan mental emosional. Menurut laporan dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, pada tahun 2015 cakupan penjaringan kesehatan kelas 1 siswa SD dan setingkat di Kabupaten Tabanan sudah mencapai 100 %. Dari 20 Puskesmas yang ada, semua Puskesmas cakupan penjaringan kesehatan kelas 1 siswa SD dan setingkat mencapai 100%. Lebih lengkap mengenai cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat dapat dilihat pada lampiran tabel 49. Sedangkan laporan dari Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, mengenai pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat, dengan kegiatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut melaporkan bahwa pada tahun 2014 dari 330 SD/MI yang ada, 330 (100 %). Jumlah murid SD/MI sebanyak 43.309 orang, laki-laki sebanyak 22.711, dan perempuan sebanyak 20.598 orang. Murid yang diperiksa laki-laki sebanyak 15.637 (68,9%), dan perempuan sebanyak 14.658 (71,2%). Hasilnya yang perlu perawatan sebanyak 10.221 orang, laki-laki sebanyak 5.224 orang, dan perempuan sebanyak 4.997 orang. Namun yang mendapat perawatan sebanyak 7.813 orang 76,4% terdiri dari laki-laki sebanyak 3.987 orang (76,4%), dan perempuan sebanyak 3.826 orang (76,6%). Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 51. (DATA TENTANG KESEHATAN GIGI KOSONG) 2. Upaya Peningkatan Status Gizi Masyarakat Peningkatan status gizi masyarakat terdiri dari 3 (tiga) indikator yaitu persentase balita yang ditimbang berat badannya ke Posyandu (D/S), persentase
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 57
rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium dan prevalensi balita gizi kurang.
a. Prevalensi Balita Gizi Kurang dan Gizi Lebih Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui npertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan. Peninmbangan balita dapat dilakukan di beberapa tempat seperti Posyandu, Polindes, Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lain. Idealnya dalam enam bulan anak balita ditimbang minimal enam kali. Sedangkan untuk status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB/U, TB/U, dan BB/TB. Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum, dan juga menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit karena menderita diare atau penyakit infeksi lainnya. Dalam keadaan demikian berat badan anak akan cepat turun sehingga tidak proporsional lagi dengan tinggi badannya dan pada akhirnya anak menjadi kurus.
Sumber: Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
Berdasarkan gambar 4.9 di atas dapat dilihat cakupan Balita BGM (Bawah Garis Merah) di Kabupaten Tabanan mencapai 3%, dengan Puskesmas Kediri III merupakan wilayah kerja dengan cakupan Balita BGM tertinggi yaitu 9,8 %, dan
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 58
Puskesmas Selemadeg dan Selemadeg Timur II merupakan wilayah kerja dengan cakupan Balita BGM terendah dengan cakupan 0 %. b. Cakupan Penimbangan Balita (D/S) di Posyandu Persentase balita yang ditimbang di posyandu merupakan jumlah balita yang datang dan ditimbang dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Gambar berikut menggambarkan cakupan penimbangan Balita di Posyandu.
Sumber : Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
Dari gambar tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa cakupan D/S di Kabupaten Tabanan mencapai 84,7%, Cakupan D/S tertinggi adalah Puskesmas Kerambitan I sebesar 94,5%, dan yang terendah adalah Puskesmas Tabanan I sebesar 63,9%. Masih rendahnya persentase balita yang ditimbang di posyandu mengharuskan pemerintah untuk melakukan berbagai upaya seperti : meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait seperti KIA, imunisasi, promosi kesehatan, PKK, BPMPD dan lain-lain; meningkatkan penyuluhan ke masyarakat tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan balita, melakukan refreshing kader, pemenuhan sarana dan prasarana di posyandu seperti dacin, tripod, celana dan sarung timbang, buku SIP, dan memberikan insentif kader.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 59
c. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi endapatkan makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Gambar berikut menggambarkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
Sumber : Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
Berdasarkan gambar 4.11 dapat dilihat bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Tabanan Tahun 2015 sebesar 71,7%. Cakupan tertinggi adalah Puskesmas Pupuan I sebesar 80,8%, dan cakupan yang terendah adalah Puskesmas Tabanan II sebesar 60,9%. Belum tercapainya target capaian ASI ksklusif ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI secara eksklusif dan cara penyimpanan, ibu yang bekerja, kurangnya dukungan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif.
d. Cakupan Rumah Tangga Yang mengkonsumsi Garam Beryodium Iodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik tanah maupun air dan merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mahkluk hidup. Iodium sangat esensial untuk membentuk hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dan berfungsi untuk mengatur
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 60
perkembangan janin sampai dewasa dan amat diperlukan untuk perkembangan otak manusia. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam eriodium 6-10 gram/orang/hari. Kebijakan garam beriodium di Indonesia dituangkan dalam bentuk regulasi antara lain dengan ditetapkannya Standar Nasional Indonesia (SNI) Garam Beriodium sebagai SNI wajib. Hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam mengandung cukup iodium cepat tahun 2013 adalah 77,1%, mengandung kurang iodium 14,8%, dan tidak beriodium 8,1%. Sedangkan target WHO adalah universal salt iodization (USI) atau garam beriodium untuk semua minimal 90% rumah tangga mengkonsumsi garam yang mengandung cukup iodium. Hasil Riskesdas tahun 2013, Provinsi Bali menduduki peringkat kedua paling rendah setelah Aceh yaitu 50,8%. Sedangkan di Bali Kabupaten Tabanan menempati urutan terendah. Cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium di Kabupaten Tabanan tahun 2014 sebesar 65,33%, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 47,67%. (TIDAK ADA DATA DI TABEL PROFIL, CARI KE BIDANG MANA)
e. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (Fe) Anemia gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi dan kelompok yang paling rentan adalah wanita hamil. Dampak yang ditimbulkan antara lain risiko perdarahan yang dilahirkan, bayi yang dilahirkan BBLR, kesakitan meningkat dan penurunan kesegaran fisik. Persentase ibu hamil mendapat Fe3 90 tablet merupakan jumlah ibu hamil yang telah mendapat tablet tambah darah sebanyak 90 tablet dibandingkan dengan jumlah ibu hamil yang ada di wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 61
Upaya pencegahan dan penanggulangan Anemia gizi besi dilaksanakan melalui pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) yang diprioritaskan pada ibu hamil, karena prevalensi Anemia pada kelompok ini cukup tinggi. Di samping itu, kelompok ibu hamil merupakan kelompok rawan yang sangat berpotensi memberi kontribusi terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berikut gambar ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014
S Sumber : Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
Gambar diatas menjelaskan bahwa cakupan ibu hamil yang mendapat Fe3 di Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 adalah 95,4 %. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami penurunan sedikit yaitu 97,86%. Puskesmas yang persentasenya paling tinggi adalah Puskesmas Penebel I sebesar 99,7%, sedangkan yang terendah adalah Puskesmas Selemadeg Timur II 87,1%. Cakupan pemberian tablet tambah darah terkait erat dengan Antenatal Care (ANC), dimana seharusnya cakupan Fe3 lebih besar atau sama dengan cakupan K4. Pada tahun 2015 cakupan ibu hamil yang mendapat tablet tambah darah sebanyak 90 tablet (Fe3) yaitu sebesar 95,4% lebih kecil daripada cakupan kunjungan K4 pada ibu hamil yaitu sebesar 96,5 %, ini berarti masih terdapat 1,1 % ibu hamil yang tidak mendapatkan tablet Fe3. Maka diperlukannya optimalisasi dan koordinasi sistem
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 62
pencatatan dan pelaporan antar program terkait. Lebih lengkap mengenai cakupan Fe3 kepada ibu hamil menurut Puskesmas dapat dilihat pada lampiran tabel 32.
f. Pemberian Kapsul Vitamin A Masalah kekurangan vitamin A masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Keadaan kadar serum vitamin A yang rendah ternyata berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh sehingga berdampak pada meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian balita. Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA) pada masyarakat apabila cakupannya tinggi. Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan untuk kesehatan mata. Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang penyakit campak, diare atau penyakit infeksi lain, maka penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi, dan pada saat yang sama akan mengikis simpanan vitamin A di dalam tubuh. Bila tubuh kekurangan vitamin A untuk jangka waktu yang lama, akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapatkan vitamin A, maka akan mengakibatkan kebutaan. Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan) diberikan kapsul vitamin A 100.000 SI, anak balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pada bayi (6-11 bulan) diberikan setahun pada bulan Pebruari atau Agustus, dan untuk anak balita diberikan enam bulan sekali, yang diberikan secara serentak pada bulan Pebruari dan Agustus. Sedangkan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas,
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 63
diharapkan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas. Namun dapat pula diberikan di luar pelayanan tersebut selama ibu nifas tersebut belum mendapatkan kapsul vitamin A. Berikut gambaran pemberian Vitamin A di Kabupaten Tabanan Tahun 2015.
Cakupan bayi yang mendapat kapsul vitamin A pada tahun 2015 adalah sebesar 100%, cakupan anak balita yang mendapat kapsul vitamin A sebesar 100%. Sebagian besar mencapai 100%, namun terdapat beberapa Puskesmas yang belum mencapai 100% diantaranya Puskesmas Penebel I, Marga II, Baturiti I, dan Baturiti II. Cakupan Puskesmas lainya sudah melampaui target. Untuk lebih rinci tentang cakupan pemberian vitamin A pada bayi, dan anak balita menurut Puskesmas dapat dilihat pada lampiran tabel 44.
3. Pelayanan Imunisasi Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan pada Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi adalah angka UCI (Universal Child Immunization). Pada awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi lengkap minimal 80 % untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, Polio dan Campak. Namun sejak tahun 2003, indikator
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 64
perhitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen, yakni BCG 1 (satu) kali, DPT 3 (tiga) kali, HB 3 (tiga) kali, Polio 4 (empat) kali dan Campak 1 (satu) kali. Adapun sasaran program imunisasi ádalah bayi (0-11 bulan), ibu hamil, Wanita Usia Subur (WUS) dan murid SD. Upaya peningkatan kualitas imunisasi dilaksanakan melalui kampanye, peningkatan skill petugas imunisasi, kualitas penyimpanan vaksin dan sweeping sasaran. Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mematikan seperti Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih banyak lagi penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi. Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif, imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya penyuntikan ATS pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
a.
Imunisasi Dasar pada Bayi Diantara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak
adalah penyebab utama kematian pada balita. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Oleh karena itu harus dipertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Target tersebut sejalan dengan target Renstra Kemenkes 2014 yang menetapkan target cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Persentase imunisasi dasar lengkap tahun 2015 per Puskesmas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 65
Sumber : Bidang P2PL Tahun 2015
Pada tahun 2015, cakupan imunisasi campak di Kabupaten Tabanan telah mencapai 100,7 %. Puskesmas dengan cakupan imunisasi campak tertinggi adalah Puskesmas Pupuan I dengan cakupan sebesar 113,6 %, sedangkan Puskesmas dengan cakupan imunisasi campak terendah adalah Puskesmas Kerambitan II dengan cakupan sebesar 93,8 %. Data mengenai cakupan imunisasi dasar pada bayi menurut Puskesmas tahun 2015 terdapat pada lampiran tabel 42 dan 43. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada bayi (0-11 bulan). Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batas suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambar besarnya tingkat kekebalan bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/kelurahan. Desa UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dengan ≥ 80 % jumlah bayi yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Pencapaian desa UCI di Kabupaten Tabanan mengalami pasang surut. Pada periode tahun 2004 - 2008 persentase desa UCI sudah mencapai 100 %, namun terjadi penurunan persentase pada tahun 2009 menjadi 97,73 %, kemudian naik lagi pada tahun 2010 menjadi 100 %, lalu turun lagi pada tahun 2011 menjadi 75,19 %, kemudian pada tahun 2012 persentase desa UCI meningkat
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 66
mencapai 96,24 %. Tahun 2013, persentase desa UCI di Kabupaten Tabanan sudah mencapai 100 %, dan Tahun 2014 persentase desa UCI di Kabupaten Tabanan juga mencapai 100 %. Begitu pula pada tahun 2015 peserta desa UCI di Kabupaten Tabanan juga mencapai 100%. Berikut gambaran desa UCI di Kabupaten Tabanan tahun 2015 seperti gambar dibawah ini.
Sumber : Bidang P2PL Tahun 2015
b. Imunisasi Dasar pada Ibu hamil Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru lahir (Tetanus Noenatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan salah satu kegiatan imunisasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus Tetanus Neonatal di setiap kabupaten hingga < 1 kasus per 1000 kelahiran hidup pertahun. MNTE merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil, dengan strategi antara lain : pertolongan persalinan yang aman dan bersih, cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata, serta penyelenggaraan surveilans. Berikut gambaran cakupan TT2 ibu hamil di Kabupaten Tabanan tahun 2015 seperti gambar dibawah ini.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 67
Pada tahun 2015, cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil di Kabupaten Tabanan adalah sebesar 90,1 %, dimana cakupan TT2+ tertinggi terdapat di Puskesmas Marga I dengan cakupan sebesar 121,9 %, dan cakupan terendah terdapat di Puskesmas Tabanan III dengan cakupan sebesar 25,8 %. Lebih lengkap mengenai cakupan imunisasi TT+ pada ibu hamil menurut kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Tabanan pada tahun 2015, dapat disimak pada lampiran tabel 30.
4.
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan
sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seoarang wanita biasanya antara 15 - 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat KB.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 68
Sumber data: Sie Kesga Dinas Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Tingkat pencapaian pelayanan Keluarga Berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi (KB Aktif), cakupan peserta KB yang baru menggunakan alat/metode kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Dari 82.390 Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada di Kabupaten Tabanan, 65.847 (79,9 %) merupakan peserta KB aktif dan 370 (0,4 %) merupakan peserta KB baru. Jumlah PUS terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kediri I dengan 9.163 PUS, sedangkan jumlah PUS paling sedikit adalah wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Timur II dengan 1.357 PUS. Pada tahun 2015, sebesar 26,2 % peserta KB baru menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan yang menggunakan metode Non MKJP 73,8%. Lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 35 dan 36.
5. Penyakit Tidak Menular a.
Cakupan IVA Pelaksanaan program kanker leher rahim di Kabupaten Tabanan sudah
dilaksanakan mulai tahun 2008 dengan menggunakan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Saat itu pendanaannya bersumber dari Famale Cancer Program (FCP) dari Belanda. Tahun 2010 program ini dilanjutkan yang bersumber dari dana APBD Kabupaten Tabanan. Untuk mempercepat cakupan pelayanan kanker leher rahim, maka Kabupaten Tabanan mencanangkan Tabanan Bebas Kanker 2016. Untuk itu Kabupaten Tabanan lewat Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan melaksanakan dengan 2 (dua) cara yaitu lewat IVA Massal dan IVA regular. IVA Massal pelaksanaannya difokuskan pada satu tempat yaitu di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan dan pernah juga di Balai Subak Kabupaten Tabanan. Semua sumber daya di pusatkan pada lokasi tempat pelaksanaan IVA Massal baik sumber daya manusianya yang terdiri dari dokter, bidan, perawat dan tenaga promkesnya. Sasaran diangkut dari alamatnya sampai pada tempat pelaksanaan IVA
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 69
Massal. Setelah itu dikembalikan lagi ke alamatnya masing-masing. Kegiatan ini melibatkan lintas sector sehingga semuanya berjalan sesuai rencana. Sedangkan IVA regular dilaksanakan dilaksanakan di masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Tabanan baik di Puskesmas, Pustu dan Poskesdes. Sejak tahun 2014 pelaksanaan IVA hanya dilaksanakan secara regular. Hal ini karena Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan sudah mengadakan 2 (dua) unit mobil operasional yang dikenal dengan “MOBIL SEHAT” yang mampu melayani seperti pelayanan IVA, pelayanan umum, pelayanan kesehatan mata, pelayanan kesehatan gigi dan promosi kesehatan sampai pada tingkat banjar, sehingga keberadaan kedua mobil tersebut sangat membantu dalam mempercepat pelayanan khususnya pelayanan IVA. Untuk masyarakat sasaran yang dekat dengan fasilitas pelayanan seperti Puskesmas tetap dilayani di Puskesmas, sedangkan yang lokasi dan jaraknya cukup jauh dilayani oleh MOBIL SEHAT yang sifatnya terjadwal selama tahun. Jumlah sasaran tahun 2015 yang mendapatkan pelayanan IVA sebanyak 8.285 orang atau sebesar 19,36%. Hasilnya yang IVA positif 737 orang 8,9%. Sedangkan jumlah sasaran yang telah mendapatkan pelayanan IVA dari tahun 20082014 sebanyak 31.287 orang atau 72,18%. Lebih detailnya cakupan pelayanan IVA tahun 2014 dapat dilihat dalam table lampiran 26.
b. Cakupan Penduduk Yang Deteksi Dini Hipertensi dan Kencing Manis Untuk Hipertensi semua Puskesmas sudah melakukan, sedangkan Kencing Manis belum semua Puskesmas yang melakukan secara rutin. Pelaksanakan deteksi dini Hipertensi ini dilaksanakan baik pada fasilitas pelayanan maupun pada saat pelayanan IVA di seluruh pelosok wilayah Kabupaten Tabanan. Dengan demikian Puskesmas telah melakukan pemeriksaan faktor resiko Penyakit Tidak Menular secara terpadu, untuk deteksi dini Hipertensi, obesitas terhadap pengunjung puskesmas maupun pengunjung Mobil Sehat.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 70
Pada tahun 2015 dilakukan pengukuran tekanan darah terhadap 9.958 orang. Hasilnya sebanyak 9.618 atau 96,59% menderita hipertensi/tekanan darah tinggi.
B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit, cakupan pelayanan gawat darurat dan lain-lain
1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Penilaian tingkat pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lama hari perawatan (Lenght of Stay/LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn Over/BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal ≥ 48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR). BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur RS. Tahun 2015 Angka penggunaan tempat tidur BRSU Tabanan (87,6%), RS Wisma Prasanti (67,9%), RS Dharma Kerti (70,6%), RS Kasih Ibu (85%), RS Bhakti Rahayu (62,9%). Bila dilihat dari data tersebut BRSU Tabanan dan RS Kasih Ibu memiliki BOR nya melebihi angka ideal > 80%, yang artinya pemanfaatan tempat tidur di RS tersebut sangat tinggi. Sedangkan 3 (tiga) RS Swasta yang BOR nya ideal mencapai target dari BOR ideal (60-80%) yaitu RS Wisma Prasanti, RS Dharma Kerti, RS Bhakti Rahayu. LOS adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi dan mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 71
lanjut. Nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Sedangkan TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah digunakan sampai saat digunakan kembali (rata-rata lama tempat tidur kosong antara pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya tempat tidur kosong pada kisaran 1-3 hari. Tahun 2015 TOI BRSU Tabanan adalah 0,66 hari. Angka ini belum mencapai angka ideal karena masih dibawah 1-3 hari. Gambaran LOS rumah sakit Umum Kabupaten Tabanan sebagai berikut:
Sumber : Bidang Yankesmas Dinkes Kab.Tabanan Tahun 2015
Dari gambar diatas terlihat bahwa dari tahun 2008 sampai dengan 2015 angka LOS BRSU Tabanan berkisar antara 4 hari sampai 4,9 hari, artinya belum mencapai angka ideal karena masih dibawah 6-9 hari. 2.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kesehatan adalah hak asasi setiap manusia yang harus dipenuhi. Kesehatan
menjadi salah satu penentu kesejahteraan manusia dan kualitas dari sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan menjadi tanggung jawab diri sendiri dan pemerintah. Dalam hal ini pemerintah yang dimaksud adalah pemerintah pusat dan daerah. Sejak tahun 2008 Pemerintah Kanupaten Tabanan telah menjalankan program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat miskin tetapi tidak tercatat sebagai peserta asuransi kesehatan masyarakat miskin yang dibiayai oleh pemerintah pusat
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 72
(askeskin) dan jaminan kesehatan mandiri yang sumber pembiayaannya dari masingmasing peserta bekerja sama dengan PT Askes. Akhirnya tahun 2010 program tersebut akhirnya melebur menjadi satu dengan program jaminan kesehatan masyarakat yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali yang dikenal dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat Bali (JKBM) sebagai upaya mengatasi masalah kesehatan di Provinsi Bali. Program ini sangat baik untuk mengatasi masalah kesehatan yang sifatnya kuratif dan rehabilitatif, terutama bagi masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan. Karena harus disadari bahwa sehat itu mahal tetapi saat sakit biaya yang dibutuhkan untuk penyembuhan lebih mahal lagi. Sampai akhir tahun 2015 jumlah peserta JKBM di Kabupaten Tabanan sebanyak 54,90% Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN. Tujuannya agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. JKN dilaksanakan bertahap mulai 1 Januari 2014, dimana yang menjadi peserta wajib pertama adalah peserta ASKES, TNI/Polri dan jamsostek. Sampai dengan akhir tahun 2015 yang sudah menjadi peserta JKN sebanyak 45,10% yaitu 196.581 orang dari 435.900 penduduk di Kabupaten Tabanan, dan peserta Jamkesda (JKBM) sebanyak 54,90% atau sebanyak 239.319 orang.
C.
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) bertujuan meningkatkan akses
keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 73
kesehatan lainnya. Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan antara lain peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit, dan lain-lain. Dibawah ini akan diuraikan secara singkat mengenai pelayanan kesehatan rujukan.
2.
Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Upaya kesehatan perorangan dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan
swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan. Upaya pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan, dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga besar. Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit dapat dilihat dari berbagai segi diantaranya tingkat pemanfaatan sarana, mutu, dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lama hari perawatan (Length of Stay/LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn Over/BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR), dan persentase pasien keluar yang meninggal ≥ 48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR). Tingkat pemanfaatan tempat tidur (BOR) di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan (BRSU Tabanan) selalu mengalami penurunan dan peningkatan. Selama periode tahun 2007-2009 cenderung menurun setiap tahunnya walaupun masih di atas angka ideal yang diharapkan (60 -85 %). Pada tahun 2007 angka BOR BRSU Tabanan adalah 87,39 %, kemudian turun 1,09 % menjadi 86,30 % pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 turun lagi menjadi 85,40 % namun pada tahun 2010, BOR BRSU Tabanan mengalami peningkatan menjadi 90,40 %, kemudian pada tahun 2011, mengalami penurunan menjadi 88,71 %, lalu pada tahun 2012 sedikit
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 74
meningkat menjadi 89,74 %, tahun 2013 menurun menjadi 86,67, tetapi pada tahun 2014 BOR BRSU menurun lagi menjadi 84,4 %. Dan pada tahun 2015 BOR BRSU Tabanan meningkat menjadi 87,6%. Banyak faktor yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, diantaranya semakin meningkatnya jumlah rumah sakit dan tempat tidur yang tersedia, sementara jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi. Los adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal adalah antara 6-9 hari. LOS pada BRSU Tabanan periode tahun 2008 sampai 2015 yang berkisar antara 4 4,9 hari dan belum mencapai angka ideal. Indikator pelayanan rumah sakit yang lain adalah Turn Over Interval (TOI). TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah digunakan sampai saat digunakan kembali (rata-rata lama tempat tidur kosong antar pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Selama tahun 2008-2015 TOI di BRSU Tabanan belum pernah mencapai angka ideal. Pada tahun 2008 TOI BRSU Tabanan adalah 0,7 hari, tahun 2009 adalah 0,8 hari, tahun 2010 adalah 0,4 hari, tahun 2011 menjadi 0,6 hari, tahun 2012 adalah 0,5 hari, pada tahun 2013 ini adalah 0,7 hari, pada tahun 2014 adalah 0,8 hari dan tahun 2015 adalah 0,7 hari. Rincian indikator pelayanan kinerja di rumah sakit baik yang di BRSU Tabanan maupun yang di Rumah Sakit swasta di Kabupaten Tabanan tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran tabel 56. Gambar 4.19 memperlihatkan pencapaian LOS dan TOI di Kabupaten Tabanan tahun 2008-2015
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 75
GDR adalah angka kematian umum setiap 1.000 penderita keluar dari rumah sakit. Pada GDR, tidak terlihat berapa lama pasien berada di rumah sakit dari masuk sampai meninggal. Nilai ideal GDR adalah < 45 per 1.000 pasien keluar. Pada tahun 2015 angka GDR di Kabupaten Tabanan sebesar 51,4 kematian per 1.000 pasien keluar rumah sakit. Artinya masih diatas angka ideal. NDR adalah angka kematian pasien setelah dirawat ≥ 48 jam per 1.000 pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam, berarti ada faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal kurang dari 48 jam masa perawatan, dianggap faktor keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien meninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25 per 1.000 pasien keluar. Pada tahun 2015, angka NDR di Kabupaten Tabanan adalah 31,7 per 1.000 pasien keluar. Artinya masih diatas angka ideal.
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kesehatan adalah hak asasi setiap manusia yang harus dipenuhi. Kesehatan menjadi salah satu penentu kesejahteraan manusia dan kualitas dari sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan menjadi tanggung jawab diri sendiri dan pemerintah baik pemerintah pusat, propinsi dan daerah (kabupaten). Sejak tahun 2006 Kabupaten telah menjalankan program jaminan kesehatan masyarakat yang disebut dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (masyarakat
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 76
miskin di luar kuota Askeskin) dan masyarakat yang mampu dikenal dengan istilah Askes Mandiri yaitu peserta membayar secara swadaya bekerja sama dengan PT. Askes. Akhirnya sejak tahun 2010 Pemerintah Daerah Provinsi Bali menjalankan program Jaminan Kesehatan Masyarakat Bali (JKBM) Jaminan Kesehatan yang ada di Kabupaten Tabanan menyatu dengan JKBM, sebagai upaya mengatasi masalah kesehatan. Program ini sangat baik untuk mengatasi masalah kesehatan yang sifatnya kuratif dan rehabilitatif, terutama bagi masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan. Harus disadari bahwa sehat itu mahal tetapi saat sakit biaya yang dibutuhkan untuk penyembuhan lebih mahal lagi. Sampai akhir tahun 2015 jumlah peserta JKBM di Kabupaten Tabanan sebanyak 54,90% Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari System Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN. Tujuannya agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. JKN dilaksanakan bertahap mulai 1 Januari 2014, dimana yang menjadi peserta wajib pertama adalah peserta ASKES, TNI/Polri dan jamsostek. Sampai dengan akhir tahun 2015 yang sudah menjadi peserta JKN sebanyak 45,10% yaitu 196.581 orang dari 435.900 penduduk di Kabupaten Tabanan, dan peserta Jamkesda (JKBM) sebanyak 54,90% atau sebanyak 239.319 orang. Berikut ini gambaran pemeliharaan kesehatan JKN dan Jamkesda (JKBM) di Kabupaten Tabanan tahun 2015;
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 77
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 78
BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN
Sumber daya kesehatan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan sumber daya sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan memadai dan seimbang dengan kebutuhan. Gambaran mengenai sumber daya kesehatan dapat dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
A. TENAGA KESEHATAN Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan Sedangkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan, maka tenaga kesehatan terbagi atas 7 (tujuh) jenis tenaga yaitu tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik dan tenaga keteknisian medis. Ratio method/ratio terhadap nilai adalah metode perhitungan yang diperkirakan untuk menghitung kebutuhan tenaga kesehatan di suatu wilayah berdasarkan ratio terhadap penduduk. Perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan dalam penyusunan Dokumen Data dan Informasi Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan sampai dengan Tahun 2014 menggunakan ratio kebutuhan per 100.000 penduduk perjenis tenaga kesehatan. Untuk menghitung kekurangan perjenis tenaga menggunakan perhitungan jumlah kebutuhan dikurangi jumlah tenaga yang ada saat ini. Jumlah tenaga yang ada saat ini dihitung tenaga
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 79
kesehatan yang ada di unit pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan rumah sakit daerah seperti tabel berikut ini. Tabel 5.1 Standar Ratio Tenaga Kesehatan Berdasarkan Indikator Indonesia Sehat 2010. No
Jenis Tenaga
Tenaga Medis a Dokter Spesialis b Dokter Umum c Dokter Gigi 2 Tenaga Keperawatan a Perawat b Bidan 3 Tenaga Farmasi a Apoteker b Asiten Apoteker 4 Tenaga Kesehatan Masyarakat a SKM b Sanitarian 5 Tenaga Gizi 7 Keteknisan Medis 8 Keterapian Fisik
Standar Ratio (per 100.000 penduduk)
1
6 40 11 117.5 100 10 22 40 40 22 6 4
Puskesmas yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat, kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki, terutama ketersediaan tenaga kesehatan. Pada tahun 2015 terdapat 681 tenaga kesehatan yang bekerja di 20 Puskesmas yang ada di Kabupaten Tabanan. Dari 681 tenaga kesehatan yang ada, jumlah dokter umum yang bertugas di Puskesmas sebanyak 69 orang dengan rata-rata 3,45 dokter umum per Puskesmas, jumlah dokter gigi sebanyak 45 orang dengan rata-rata 2,25 dokter gigi per puskesmas, jumlah bidan sebanyak 205 orang dengan rata-rata 10,25 per Puskesmas, jumlah perawat sebanyak 181 orang dengan rata-rata 9,05 per Puskesmas, jumlah perawat gigi sebanyak 58 orang dengan rata-rata 2,90 per Puskesmas, jumlah tenaga kefarmasian sebanyak 25 orang dengan rata-rata 1,25 per Puskesmas, jumlah tenaga gizi sebanyak 25 orang dengan rata-rata 1,25 per Puskesmas, jumlah tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 15 orang dengan rata-rata 0,75 per Puskesmas, jumlah tenaga sanitasi sebanyak 51 orang dengan rata-rata 2,55 per Puskesmas, dan
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 80
jumlah tenaga teknisi medis sebanyak 7 orang dengan rata-rata 0,35 per Puskesmas. Gambar 5.2 memperlihatkan jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas.
Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit pemerintah (BRSU Tabanan) sebanyak 610 orang. Dari 610 orang tenaga kesehatan yang bekerja di BRSU Tabanan, 45 orang (7,38%) merupakan dokter spesialis, 25 orang (4,1%) adalah dokter umum, 6 orang (0,98%) adalah dokter gigi, 44 orang (7,21%) adalah bidan, 365 orang (59,84%) adalah perawat, yang juga merupakan jumlah tenaga kesehatan terbanyak di BRSU Tabanan, 12 orang (1,97%) perawat gigi, 38 orang (6,23%) tenaga farmasi, 11 orang (1,80%) tenaga kesehatan masyarakat, 13 orang (2,13%) tenaga sanitarian, 23 orang (3,77%) tenaga gizi, 18 orang (2,95%) keteknisan medis, dan 10 orang (1,64%) tenaga fisiterapis. Gambar 5.3 memperlihatkan jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang bekerja di BRSU Tabanan.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 81
Pada tahun 2015, rasio dokter spesialis di Kabupaten Tabanan terhadap 100.000 penduduk adalah 10,3 per 100.000 penduduk, rasio dokter umum adalah 21,6 per 100.000 penduduk, rasio dokter gigi adalah 11,7 per 100.000 penduduk, rasio bidan adalah 133,5 per 100.000 penduduk, dan rasio perawat adalah 125,3 per 100.000 penduduk. Gambar 5.4 memperlihatkan rasio tenaga kesehatan terhadap 100.000 penduduk.
Untuk lebih rinci mengenai jumlah dan persebaran tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan menurut unit kerja dapat dilihat pada lampiran tabel 74 sampai dengan lampiran tabel 80.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 82
B. SARANA KESEHATAN Sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Tabanan relatif cukup banyak baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah (puskesmas) telah menjangkau keseluruhan kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan, bahkan jika digabungkan dengan puskesmas pembantu dan Poskesdes sebagai jaringan pelayanannya dan UKBM, telah menjangkau seluruh desa yang ada. Perkembangan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan di sektor swasta juga bekembang pesat dengan munculnya berbagai sarana pelayanan seperti rumah sakit swasta, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta, klinik dan lain-lain.
1. Puskesmas Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Berdasarkan kemampuan penyelenggaraannya, puskesmas dikategorikan menjadi puskesmas non rawat inap dan puskesmas rawat inap. Puskesmas non rawat inap adalah puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan persalinan normal. Sedangkan puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Pada tahun 2015 jumlah Puskesmas di Kabupaten Tabanan sebanyak 20 unit, dengan rincian jumlah Puskesmas perawatan sebanyak 5 unit dan Puskesmas non rawat inap sebanyak 15 unit, dimana Puskesmas yang mampu melaksanakan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar) sebanyak 5 Puskesmas yakni :
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 83
Puskesmas Pupuan I, Puskesmas Selemadeg, Puskesmas Tabanan III, Puskesmas Baturiti I, dan Puskesmas Penebel I. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap Puskesmas adalah rasio Puskesmas terhadap 30.000 penduduk sebesar 1,38. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, maka mutu Puskesmas Perawatan terus ditingkatkan. Pada tahun 2015 jumlah Puskesmas Perawatan di Kabupaten Tabanan adalah 5 unit atau 20 % dari jumlah Puskesmas yang ada. Puskesmas di Kabupaten Tabanan yang merupakan Puskesmas Perawatan antara lain Puskesmas Pupuan I di Kecamatan Pupuan, Puskesmas Selemadeg di Kecamatan Selemadeg, Puskesmas Baturiti I di Kecamatan Baturiti, Puskesmas Tabanan III di Kecamatan Tabanan, dan Puskesmas Penebel I di Kecamatan Penebel. Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan Puskesmas terhadap masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas Keliling (Pusling). Jumlah Pustu pada tahun 2015 dilaporkan sebanyak 78 unit, dan jumlah Pusling di Kabupaten Tabanan adalah sebanyak 20 unit yang tersebar di 20 Puskesmas ditambah dengan 2 unit Mobil Sehat untuk memberikan pelayanan sampai pada tingkat banjar khususnya pelayanan kesehatan kanker servik (IVA). Jumlah kunjungan di Puskesmas pada tahun 2015 sebanyak 374.585 kunjungan, yang terdiri dari 363.362 (97%) kunjungan rawat jalan, dan 1.786 (0,5%) kunjungan rawat inap. Dari jumlah total kunjungan, 9.437
(2,5%) kunjungan
merupakan kunjungan gangguan jiwa. Hanya Puskesmas Perawatan di Kabupaten Tabanan yang memiliki kemampuan memberikan pelayanan Gawat Darurat (Gadar) level I, tetapi semua Puskesmas mempunyai Laboratorium Kesehatan (Labkes).
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 84
Sumber : Bidang Yankesmas Tahun 2015
2. Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Jumlah puskesmas pembantu Tahun 2015 sebanyak 78 buah. Jumlah ini tetap dengan jumlah tahun sebelumnya.
3. UKBM Pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah diakui oleh semua pihak, hasil pengamatan, pengalaman sampai peningkatan catatan program yang dikaji secara statistik semuanya membuktikan bahwa peran serta masyarakat
amat
menentukan
terhadap
keberhasilan,
kemandirian,
dan
kesinambungan pembangunan kesehatan. Peran serta masyarakat itu semakin menampakkan sosoknya setelah muncul posyandu sebagai salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang merupakan wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Pelayanan kesehatan dengan terus mendorong peran serta aktif masyarakat kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 85
bersih berorientasi kepada kepedulian lingkungan terus dibina sehingga tumbuh dan berkembang menjadi sikap budaya bangsa. Bentuk UKBM yang ditampilkan pada profil ini adalah Posyandu, Polindes, Poskesdes dan Desa Siaga Aktif.
a.
Posyandu, Polindes dan Poskesdes Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya asyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita. Adapun jenis posyandu ada 4 jenis yaitu; posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri. Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk KB desa. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah upaya kesehatan ersumberdaya masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan dasar, buka setiap hari dan dapat diakses dengan mudah oleh penduduk di wilayah tersebut. Poskesdes dikelola oleh 1 orang bidan dan minimal 2 orang kader. Tahun 2015 di Kabupaten Tabanan jumlah Polindes sebanyak 23 buah, Poskesdes sebanyak 67 buah dan Posyandu sebanyak 830 buah. Gambaran jenis Posyandu di Kabupaten Tabanan Tahun 2015 seperti berikut :
Sumber : Bidang Binkesmas Tahun 2015
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 86
Dambar diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar jenis Posyandu yang ada di Kabupaten Tabanan Tahun 2015 adalah Purnama (61%). Artinya posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatannya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang kepesertaannya masih kurang dari 50% KK di wilayah kerja posyandu.
b. Desa Siaga Aktif Desa siaga adalah desa dan kelurahan yang penduduknya dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Pencapaian desa siaga aktif di Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 seperti berikut :
Sumber : Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Tahun 2015
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa secara umum di Kabupaten Tabanan tahun 2015 belum mencapai target nasional yaitu 70%, cakupan desa siaga aktif di Kabupaten Tabanan 60,2%. Untuk itu diperlukan adanya : 1). stratifikasi yang mengacu pada pedoman yang ada (8 indikator), 2). adanya penyamaan persepsi dalam melakukan stratifikasi, dan 3). dibuatkan SK Forum desa siaga.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 87
4. Rumah Sakit Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif, di dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan menghitung jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2015 jumlah rumah sakit di Kabupaten Tabanan sebanyak 7 (tujuh) unit. Rumah sakit yang dikelola pemerintah sebanyak 1 (satu) unit yakni Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan, sedangkan rumah sakit yang dikelola swasta sebanyak 6 (enam) unit antara lain RS. Wisma Prasanthi, RS. Dharma Kerti, RS. Bhakti Rahayu, RS. Dharmanatha, dan RS. Kasih Ibu, dan RS. Bali Holistic. Semua rumah sakit yang terdapat di Kabupaten Tabanan mempunyai fasilitas pelayanan Laboratorium Kesehatan (Labkes), dan dan hanya 4 rumah sakit yang memiliki kemampuan memberikan pelayanan 4 spesialis dasar (spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis bedah, dan spesialis penyakit dalam). Di Kabupaten Tabanan hanya terdapat rumah sakit umum, tidak terdapat rumah sakit jiwa, rumah sakit bersalin maupun rumah sakit khusus lainnya. Pada tahun 2015 jumlah kunjungan di rumah sakit sebanyak 155.968 kunjungan, yang terdiri dari 130.075 kunjungan rawat jalan, 21.983 kunjungan rawat inap dam 3.910 kunjungan gangguan jiwa. Apabila jumlah kunjungan (rawat jalan dan rawat inap) yang ada di Puskesmas dan di rumah sakit dijumlah, akan didapatkan cakupan kunjungan. Gambar 5.8 memperlihatkan cakupan kunjungan, baik cakupan kunjungan rawat jalan maupun cakupan kunjungan rawat inap di Kabupaten Tabanan periode tahun 2009-2015.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 88
Sumber : Bidang Yankesmas Dinas Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2015
Dari gambaran diatas dapat dijelaskan bahwa terjadi trend peningkatan cakupan kunjungan pasien ke sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, baik rawat jalan maupun rawat inap. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya jumlah dan kualitas sarana pelayanan kesehatan yang ada, dan meningkatnya jumlah masyarakat yang mendapatkan jaminan kesehatan baik. Rincian jumlah tempat tidur rumah sakit dapat dilihat pada lampiran tabel 55
Sumber : Bidang Yankesmas Dinas Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2014
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa terjadi trend yang meningkat ratio tempat tidur rumah sakit dari tahun ke tahun. Menurut standar WHO, ratio ideal jumlah tempat tidur (TT) RS terhadap jumlah penduduk adalah 1 TT untuk 1.000 orang dan
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 89
dalam Permenkes nomor 56 Tahun 2014 tentang klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, rasio TT kelas III di RS Pemerintah adalah 30% dari jumlah TT keseluruhan dan untuk RS Swasta adalah 20%. (DATA TIDAK ADA DI DATA PROFIL)
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan
secara
berhasil
guna
dan
berdaya
guna
untuk
menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan non-pemerintah. Anggaran kesehatan yang bersumber pemerintah berasal dari tingkat pusat, provinsi dan APBD Kabupaten. Setiap sumber pembiayaan tersebut harus mengikuti desentralisasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk pembiayaan kesehatan dari non-pemerintah dapat bersumber dari belanja perusahaaan untuk kesehatan, pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan. Oleh karena itu, pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan pembangunan kesehatan. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan public good yang menjadi tanggung-jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan
kesehatan
perorangan
pembiayaannya
bersifat
private,
kecuali
pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu menjadi tanggung-jawab pemerintah. Pada profil ini hanya akan disajikan pembiayaan kesehatan oleh pemerintah, karena data mengenai pembiayaan kesehatan oleh masyarakat belum ada pada bidang yang terkait. Alokasi anggaran kesehatan di Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 bersumber dari anggaran APBD Kabupaten Tabanan, APBN (Dana Alokasi Khusus/DAK, dan Tugas Pembantuan/TP) dengan total anggaran kesehatan sebesar
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 90
Rp. 236.133.999.997. Dari APBD Kabupaten Tabanan, alokasi anggaran untuk kesehatan sebesar Rp. 218.381.427.312,80 atau 12,74% dari APBD Kabupaten Tabanan Tahun Anggaran 2015 yang berjumlah Rp.1.714.702.582.124 sehingga anggaran kesehatan perkapita pada tahun 2015 sebesar Rp.541.715,99. Alokasi anggaran
yang
disediakan
oleh
Pemerintah
Kabupaten
Tabanan
tersebut
dipergunakan untuk belanja langsung maupun belanja tidak langsung pada 2 (dua) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yakni SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan dan SKPD Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan. Persentase alokasi anggaran kesehatan pada tahun 2015 mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan alokasi anggaran kesehatan pada tahun 2014 yang berjumlah Rp. 214.230.885.375,10,- atau 15,09 % dari APBD Kabupaten Tabanan Tahun Anggaran 2014. Gambar 5.10 memperlihatkan persentase alokasi anggaran kesehatan dari APBD Kabupaten Tabanan periode tahun 2005-2015.
Sumber : Subag. Keuangan Dinas Kesehatan Kab. Tabanan Tahun 2014
Anggaran kesehatan yang bersumber dari APBN di Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 antara lain berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dari dana Tugas Pembantuan (TP). DAK tahun 2015 memperoleh anggaran sebesar Rp. 6.654.576.664,-. Sedangkan dari dana TP mendapatkan anggaran sebesar Rp.11.097.996.000,- .
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 91
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Perbandingan antara cakupan program yang dicapai di Kabupaten Tabanan berdasarkan laporan program dengan target Standar Pelayanan Minimal (SPM), target MDG’s tahun 2015, Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan tahun 2011-2015 dan juga cakupan program secara nasional untuk setiap indikator, maka dapat diketahui kemajuan yang telah dicapai oleh Kabupaten Tabanan dari tahun ke tahun, distribusi keberhasilan pembangunan kesehatan pada setiap Puskesmas dan juga posisi tingkat kinerja Kabupaten Tabanan dibandingkan dengan kabupaten
lainnya
di
Bali
dalam
keberhasilan
pembangunan
kesehatan.
Perbandingan ini juga memperlihatkan kinerja masing-masing program, kelemahankelemahan yang terjadi pada pelaksanaan program serta hal-hal yang perlu mendapatkan penekanan-penekanan sehingga kedepannya akan menjadi lebih baik. Kabupaten Tabanan telah melaksanakan berbagai program yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Programprogram yang telah dilaksanakan hasilnya, seperti dibawah ini : 1.
Gambaran mengenai derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu aspek mortalitas dan aspek morbiditas. Dari aspek mortalitas, terjadi penurunan pada Angka Kematian Bayi (AKB) yakni dari 12 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2014, menjadi 10,22 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Angka Kematian Balita (AKABA) juga mengalami penurunan dari 12,61 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2014, menjadi 10,81 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Sedangkan AKI meningkat dari 41 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 menjadi 58,9 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 93
Dari aspek morbiditas, yang mengalami penurunan jumlah dan angka kesakitannya seperti penyakit TBC, HIV/AIDS, kusta, dan campak sedangkan yang mengalami peningkatan seperti penyakit pneumonia, diare, dan DBD. 2.
Upaya kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten Tabanan antara lain pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat, dan keadaan lingkungan. Berbagai pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan meliputi pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, pelayanan Keluarga Berencana, dan pelayanan Imunisasi seperti cakupan K4 sebesar 96,49%, Peserta KB aktif 79,9%, persalinan ditolong tenaga kesehatan 99,3%, pelayanan ibu nifas 98,7%, penanganan komplikasi kebidanan 94,2%, penanganan komplikasi neonatal 87,6% . Perbaikan gizi masyarakat dilakukan dengan cara Pemberian ASI Eksklusif 71,7%, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 100%, pemberian Fe3 pada ibu hamil 95,4%, pemberian perawatan pada balita gizi buruk 100%, Balita ditimbang (D/S) 84,7%, pelayanan kepada anak sekolah seperti penjaringan siswa SD dan setingkat 100%, murid SD/MI diperiksa (UKGS) 69,95%, siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan mulut 76,44%, dan pelayanan kesehatan usila (≥60 tahun) 57,71%.
3.
Sumber daya kesehatan terdiri dari sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Tabanan antara lain 20 unit Puskesmas, 78 unit Puskesmas Pembantu, 20 Unit Puskesmas Keliling, 7 unit Rumah Sakit, 830 unit Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), 55 unit Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan Posbindu 20 buah. Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas sebanyak 681 orang, dan sebanyak 610 orang tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta. Persentase anggaran kesehatan terhadap APBD Kabupaten Tabanan mengalami fluktuasi dalam 9 tahun terakhir, namun tahun ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, dimana alokasi anggaran
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 94
kesehatan pada tahun 2015 adalah 12,7%, sedangkan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2014 adalah 15,1 % dari APBD Kabupaten Tabanan.
B. SARAN-SARAN 1. Kepada pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan agar senantiasa meningkatkan kualitas dan ketepatan waktu pengumpulan laporan, sehingga proses informasi yang dihasilkan semakin bermutu dan tepat waktu. 2. Kepada pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan agar senantiasa meningkatkan koordinasi lintas program dalam penetapan sasaran yang sama agar ada kesamaan data. 3. Kepada pihak-pihak yang terkait semoga informasi yang tersaji dalam profil ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pengambilan keputusan.
Profil Kesehatan Kab. Tabanan 2015
Page 95
TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN KABUPATEN/KOTA TABANAN TAHUN 2015
NO
KECAMATAN
LUAS WILAYAH (km 2)
1
2
3
1 Tabanan 2 Kerambitan 3 Selemadeg 4 Selemadeg Barat 5 Selemadeg Timur 6 Pupuan 7 Penebel 8 Marga 9 Baturiti 10 Kediri JUMLAH (KAB/KOTA)
JUMLAH DESA 4
51.4 42.4 52.0 120.2 54.8 179.0 142.0 44.8 99.2 53.6 839.3
12 15 10 11 10 14 18 16 12 15 133
KELURAHAN
DESA + KELURAHAN
5
6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 15 10 11 10 14 18 16 12 15 133
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH RUMAH TANGGA
7
8
73,370 38,660 19,590 19,270 21,470 38,960 44,590 41,460 47,860 90,670 435,900
-
RATA-RATA JIWA/RUMAH TANGGA
KEPADATAN PENDUDUK per km 2
9
10
#DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1427.43 912.01 376.59 160.38 391.93 217.63 314.06 925.65 482.61 1691.60 519