PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU UNTUK MENDUKUNG INDUSTRIALISASI KP
Pusat Data, Statistik dan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU UNTUK MENDUKUNG INDUSTRIALISASI KP Naskah : Tim Penyusun : Publikasi : Ukuran Buku : Jumlah Halaman :
Pusat Data, Statistik dan Informasi 1. Ir. Anang Noegroho, M.EM. 2. Ismayanti, DFM, DEA 3. Rennisca Ray Damanti, S.Pi, MA, M.Eng 4. Mareta Nirmalanti, S.Pi, M.Si 5. Krisna Fery Rahmantya, S.Si 6. Anggie Destiti Asianto, S.Si 7. Hermina Nainggolan, S.Kom 8. Walim Abdul Somad, A.Md 9. Tri Wahyuni, S.Kom 10. Dr. Ir. Eko Sri Wiyono, M.Si 11. Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si 12. Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Si 13. Dr. Joko Santoso, M.Si 14. Dr. Mahmud Effendi 15. Shinta Yuniarta, S.Pi, M.Si 16. Nandi Sukri, S.Pi, M.Si 17. Agustin Ross, S.Pi, M.Si 18. Paul Hultera, S.Pi 19. Muhammad Ahya Rafiuddin, S.Pi 20. Ani Rahmawati, S.Pi 21. Yulfiperus Pusat Data, Statistik dan Informasi 14,8 cm x 21 cm xxx + 208 halaman
Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya, buku Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Untuk Mendukung Industrialisasi KP ini dapat kami selesaikan. Publikasi ini menyajikan data dan informasi kelautan dan perikanan Provinsi Maluku Untuk Mendukung Industrialisasi KP yang merupakan salah satu lokasi industrialisasi kelautan dan perikanan. Data dan informasi yang tersaji di dalamnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan penyusunan kebijakan kelautan dan perikanan. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya kepada semua pihak dalam penyusunan publikasi ini. Semoga data dan informasi yang tersaji di dalam publikasi ini dapat bermanfaat bagi para pengguna data kelautan dan perikanan. Jakarta, September 2013 Plt. Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi
Anang Noegroho
iv PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
v PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Daftar Isi 1 PENDAHULUAN....................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................ 3 1.2 Tujuan .......................................................... 6 2 GAMBARAN UMUM KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU................................................. 7 2.1 Geografis ....................................................... 9 2.2 Geologi .......................................................... 10 2.3 Iklim dan Klasifikasi ....................................... 12 2.4 Potensi Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut ...... 14 2.4.1 Ekosistem Mangrove ........................ 14 2.4.2 Terumbu Karang .............................. 16 2.5 Pulau - Pulau Kecil .......................................... 19 3 PROFIL LAPANGAN USAHA PERIKANAN PROVINSI MALUKU................................................. 21 3.1 Cakupan Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia..................................................... 23 3.2 Profil Lapangan Usaha Perikanan dalam Struktur Perekonomian Provinsi Maluku......... 23 3.3 Profil Ketenagakerjaan Lapangan Usaha Perikanan di Provinsi Maluku ......................... 27 PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
vi PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
4 PERIKANAN TANGKAP........................................... 35 4.1 Perikanan Tangkap Perairan Laut..................... 37 4.2 Perikanan Tangkap Perairan Umum.................. 69 4.3 Peta Tematik Perikanan Provinsi Maluku ........ 73 4.4 Industrialisasi Perikanan Tangkap..................... 93 4.4.1 Kota Ambon .......................................... 93 4.4.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon.. 93 5
PERIKANAN BUDIDAYA PROVINSI MALUKU ...... 103 5.1 Budidaya Laut (Marine Culture) ..................... 106 5.2 Budidaya Tambak............................................ 110 5.3 Budidaya Kolam ............................................. 115 5.4 Peta Tematik Perikanan Budidaya..................... 119
6
PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN....................... 123 6.1 Pengolahan Ikan Segar .................................... 129 6.2 Pengolahan Pembekuan.................................... 134 6.3 Pengolahan Penggaraman/Pengeringan............. 137 6.4 Pengolahan Pemindangan................................. 141 6.5 Pengolahan Pengasapan/Pemanggangan............ 143 6.6 Pengolahan Fermentasi ................................... 146 6.7 Pengolahan Lainnya ........................................ 149 6.8 Peta Tematik Pengolahan Produk Perikanan..... 152
7
KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL.. 163 7.1 Potensi .......................................................... 165 7.2 Sarana dan Prasarana Pariwisata Bahari............ 168 7.3 Sumberdaya Manusia....................................... 171
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
vii PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
8 KEBIJAKAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DI PROVINSI MALUKU ..................... 173 8.1 Rencana Tata Ruang (RTR) Kepulauan Maluku .......................................................... 175 8.2 RPJM Daerah Provinsi Maluku Tahun 2008-2013 ........................................... 182 8.3 Rencana Pengembangan Kawasan Lumbung Ikan Nasional Maluku...................... 186
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
viii PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
ix PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Daftar Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
2.1 Luasan Ekosistem Mangrove di Provinsi Maluku ......................................... 16 2.2 Luas Terumbu Karang, Padang Lamun dan Pasir di Provinsi Maluku .......................... 18 2.3 Jumlah Pulau di Provinsi Maluku ................... 19 3.1 Perkembangan Sejumlah Indikator Terkait Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam PDRB Provinsi Maluku ......................... 24 3.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL di Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010 (Orang) .......................................... 28 3.3 Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas YBSSYL dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010 (% per tahun) ................................. 29 3.4 Kontribusi Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas terhadap Total Penduduk 15 Tahun Ke Atas Pada Lapangan Usaha Perikanan dan
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
x PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Total Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010 (%)................................................... 31 Tabel 3.5 Struktur Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usahanya Pada Tahun 2000 dan 2010 (%)....... 32 Tabel 3.6 Angka LQ Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010 dengan Provinsi Maluku sebagai Wilayah Referensinya.................................................... 33 Tabel 4.1 Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010..................................................... 38 Tabel 4.2 Produksi Ikan Cakalang Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011..................................................... 40 Tabel 4.3 Produksi Ikan Tongkol Komo Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011..................................................... 42 Tabel 4.4 Produksi Ikan Kembung Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011..................................................... 43 Tabel 4.5 Produksi Ikan Tembang Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011 .................................................... 45
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xi PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
4.6 Produksi Ikan Layur Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011 .................................................... 46 4.7 Produksi Ikan Gulama/Tiga Waja Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010..................................................... 48 4.8 Produksi Ikan Lencam Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011 .................................................... 49 4.9 Produksi Ikan Kakap Merah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011 .................................................... 51 4.10 Produksi Ikan Beloso Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010..................................................... 52 4.11 Produksi Ikan Biji Nangka Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010..................................................... 54 4.12 Produksi Rajungan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010..................................................... 55 4.13 Produksi Udang Putih Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 .................................................... 57 4.14 Produksi Cumi-Cumi per Kabupaten di Provinsi Maluku Tahun 2010....................... 58 4.15 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Laut per Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku pada Tahun 2010..................................................... 60
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xii PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
4.16 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di MasingMasing Kabupaten di Provinsi Maluku pada Tahun 2010..................................................... 62 4.17 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Laut per Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku pada Tahun 2010..................................................... 63 4.18 Jumlah Unit Penangkapan Ikan di MasingMasing Kabupaten/kota di Provinsi Maluku Tahun 2011..................................................... 66 4.19 Produksi Perikanan Tangkap di Perairan Umum Provinsi Maluku pada Tahun 2010....... 69 4.20 Jumlah Produksi Udang Galah di MasingMasing Kabupaten/kota di Provinsi Maluku Tahun 2010..................................................... 70 4.21 Produksi Ikan Nila per Kabupaten/kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 ...................... 71 4.22 Produksi Ikan Mujair per Kabupaten/kota di Provinsi Maluku Tahun 2010....................... 72 4.23 Indikator Kinerja Utama di PPN Ambon 2011 ................................................... 95 4.24 Outcome dari Indikator Produksi TTC di PPN Ambon (ton) ....................................... 96 4.25 Outcome dari Indikator Kelas Mutu TTC di PPN Ambon (%).......................................... 97 4.26 Outcome dari Indikator Nilai Tambah TTC di PPN Ambon (Rp) ........................................ 98 4.27 Outcome dari Indikator Pendapatan Nelayan di PPN Ambon (Rp.) ....................................... 99
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xiii PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
4.28 Outcome dari Indikator Pendapatan Nelayan di PPN Ambon (orang) .................................... 99 4.29 Fasilitas di PPN Ambon.................................... 100 5.1 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya di Provinsi Maluku pada Periode 2001-2010.......................................... 105 5.2 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Laut di Provinsi Maluku pada Periode 2006-2011 ................................. 106 5.3 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Laut di Provinsi Maluku menurut Jenis Budidaya Tahun 2011 ............................. 107 5.4 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Laut di Provinsi Maluku Tahun 2011 ...................... 108 5.5 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan Budidaya Laut di Provinsi Maluku periode 2006 – 2011....................................... 110 5.6 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Maluku pada Periode 2006-2011..................... 111 5.7 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Maluku Menurut Jenis Budidaya Tahun 2011............... 112 5.8 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Maluku Tahun 2011....................... 113
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xiv PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
5.9 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Maluku Periode 2006 – 2011........................................ 114 5.10 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi Maluku pada Periode 2006-2011..................... 115 5.11 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi Maluku Menurut Jenis Budidaya Tahun 2011............... 116 5.12 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi Maluku Tahun 2011........... 117 5.13 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi Maluku Periode 2006 – 2011........................................ 118 6.1 Banyaknya Unit Pengolahan Hasil Perikanan Menurut Kabupaten/Kota dan Klasifikasi Usaha pada Tahun 2011 .................................. 125 6.2 Volume Produksi Pengolahan Hasil Perikanan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku .......................................... 127 6.3 Banyaknya Tenaga Kerja Pengolahan Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tenaga Kerja pada Tahun 2011 ....................... 128 6.4 Tanda-Tanda Ikan Segar dan Ikan yang Sudah Tidak Segar .......................................... 130 6.5 Tanda-Tanda Udang Segar dan Udang yang Sudah Tidak Segar........................................... 130
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xv PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
6.6 Sebaran UPI Penanganan Produk Segar di Provinsi Maluku........................................... 132 6.7 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Penanganan Produk Segar di Provinsi Maluku ................... 133 6.8 Sebaran UPI Pembekuan di Provinsi Maluku.... 135 6.9 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pembekuan di Provinsi Maluku ......................................... 136 6.10 Sebaran UPI Penggaraman/Pengeringan di Provinsi Maluku........................................... 139 6.11 Sebaran UPI Penggaraman/Pengeringan di Provinsi Maluku Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Penggaraman/Pengeringan di Provinsi Maluku .......................................... 140 6.12 Sebaran UPI Pemindangan di Provinsi Maluku .......................................... 142 6.13 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pemindangan di Provinsi Maluku .......................................... 142 6.14 Sebaran UPI Pengasapan/Pemanggangan di Provinsi Maluku .......................................... 144 6.15 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pengasapan/ Pemanggangan di Provinsi Maluku ................. 145 6.16 Sebaran UPI Fermentasi di Provinsi Maluku .... 147 6.17 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Fermentasi di Provinsi Maluku .......................................... 148 6.18 Sebaran UPI Pengolahan Lainnya di Provinsi Maluku .......................................... 149 6.19 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Penanganan Produk Lainnya di Provinsi Maluku................. 150
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xvi PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
7.1 Potensi Pariwisata Bahari Tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku................. 166 7.2 Jumlah dan Jenis Transportasi Menuju Lokasi Pariwisata Bahari di Provinsi Maluku ... 169 7.3 Jumlah Penginapan di Lokasi Wisata Bahari Provinsi Maluku .............................................. 170 7.4 Jumlah Kedai/Rumah Makan di Lokasi Wisata Bahari Provinsi Maluku........................ 171 7.5 Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Wisata Bahari Provinsi Maluku .............................................. 172
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xvii PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Daftar Gambar Gambar 2.1 Wilayah Provinsi Maluku ......................... 10 Gambar 2.2 Informasi Spasial Ekosistem Mangrove di Provinsi Maluku .................................... 15 Gambar 2.3 Informasi Spasial Terumbu Karang, Lamun dan Pasir di Provinsi Maluku ......... 17 Gambar 4.1 Jumlah Produksi Perikanan di Provinsi Maluku 2006-1020 ................................. 37 Gambar 4.2 Kontribusi Produksi Perikanan Tangkap dari Perairan Laut untuk Setiap Kabupaten/Kota Pesisir di Provinsi Maluku pada Tahun 2010.......................... 38 Gambar 4.3 Ikan Cakalang/Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis) ............................... 40 Gambar 4.4 Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis (Cantor, 1849)).......................................... 41 Gambar 4.5 (a) Ikan Kembung Laki-laki (Rastrelliger kanagurta) dan (b) Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma)......... 43 Gambar 4.6 (a) Sardinella brachysoma (Bleeker, 1852), (b) Sardinella fimbriata (Valenciennes, 1847), (c) Sardinella gibbosa (Bleeker, 1849)......... 44
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xviii PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.7 Ikan Kwee (Caranx sexfaciatus).................. 46 Gambar 4.8 Ikan Gulama (Nibea albiflora).................... 47 Gambar 4.9 Ikan Lencam (Lethrinus spp) ..................... 48 Gambar 4.10 Ikan Kakap Merah (Lutjanus spp) ............. 50 Gambar 4.11 Ikan Beloso/Buntut kerbo(Saurida tumbil).. 51 Gambar 4.12 Ikan Biji Nangka (Upeneus vittatus) ........... 53 Gambar 4.13 Rajungan (Portunus pelagicus) ................... 55 Gambar 4.14 Udang Putih (Penaeus merguensis).............. 56 Gambar 4.15 Cumi-Cumi (Loligo sp) .............................. 57 Gambar 4.16 Persentase Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Provinsi Maluku..................................... 60 Gambar 4.17 Persentase Jumlah Unit Penangkapan Ikan di Provinsi Maluku..................................... 64 Gambar 4.18 Proporsi Produksi Perikanan Tangkap di Perairan Umum per Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku .................................... 70 Gambar 4.19 Peta Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Tahun 2010 ....................................... 73 Gambar 4.20 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Cakalang .......................................... 74 Gambar 4.21 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Kembung ......................................... 75 Gambar 4.22 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Tembang............................................ 76 Gambar 4.23 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Tenggiri.............................................. 77 Gambar 4.24 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Tongkol.............................................. 78
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xix PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.25 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Beloso................................................ 79 Gambar 4.26 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Biji Nangka ....................................... 80 Gambar 4.27 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Kakap Merah..................................... 81 Gambar 4.28 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Layur ................................................. 82 Gambar 4.29 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Lencam.............................................. 83 Gambar 4.30 Peta Produksi Perikanan Tangkap Cumi-Cumi................................................ 84 Gambar 4.31 Peta Produksi Perikanan Tangkap Rajungan.................................................... 85 Gambar 4.32 Peta Produksi Perikanan Tangkap Udang.... 86 Gambar 4.33 Peta Jumlah Kapal Penangkap Ikan............. 87 Gambar 4.34 Peta Unit Penangkapan Ikan....................... 88 Gambar 4.35 Peta Produksi Perikanan Tangkap Perairan Umum Tahun 2010 ...................... 89 Gambar 4.36 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Mujair Tahun 2010 .......................... 90 Gambar 4.37 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Nila Tahun 2010 .............................. 91 Gambar 4.38 Peta Produksi Perikanan Tangkap Udang Galah Tahun 2010...................................... 92 Gambar 5.1 Peta Produksi Perikanan Budidaya Laut...... 119 Gambar 5.2 Peta Produksi Perikanan Budidaya Tambak...................................................... 120 Gambar 5.3 Peta Produksi Perikanan Budidaya Kolam... 121 PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xx PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.1 Persentase Pusat Sebaran UPI Penanganan Produk Segar di Provinsi Maluku............... 134 Gambar 6.2 Persentase Sebaran UPI Pembekuan di Provinsi Maluku..................................... 137 Gambar 6.3 Persentase Pusat Sebaran UPI Penggaraman/Pengeringan di Provinsi Maluku...................................................... 141 Gambar 6.4 Persentase Pusat Sebaran UPI Pemindangan di Provinsi Maluku............... 143 Gambar 6.5 Persentase Sebaran UPI Pengasapan/ Pemanggangan di Provinsi Maluku............. 146 Gambar 6.6 Persentase Pusat Sebaran UPI Fermentasi di Provinsi Maluku..................................... 148 Gambar 6.7 Persentase Pusat Sebaran UPI Pengolahan Lainnya di Provinsi Maluku........................ 151 Gambar 6.8 Peta Produksi Pengolahan........................... 152 Gambar 6.9 Peta Unit Pengolahan Ikan.......................... 153 Gambar 6.10 Peta Penyerapan SDM Pengolahan.............. 154 Gambar 6.11 Peta Pengolahan Ikan Segar........................ 155 Gambar 6.12 Peta Pengolahan Ikan Pembekuan.............. 156 Gambar 6.13 Peta Pengolahan Ikan Penggaraman............ 157 Gambar 6.14 Peta Pengolahan Ikan Pemindangan........... 158 Gambar 6.15 Peta Pengolahan Ikan Pengasapan.............. 159 Gambar 6.16 Peta Pengolahan Ikan Fermentasi................ 160 Gambar 6.17 Peta Pengolahan Ikan Lainnya................... 161 Gambar 8.1 Skema Kegiatan di Lumbung Ikan Nasional Maluku................................ 187
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xxi PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran Lampiran 1.
Struktur Klasifikasi dan Uraian Masing-Masing Kelompok dalam Lapangan Usaha Perikanan pada KBLI 2005................................................. 195
Lampiran 2. Perkembangan PDB Indonesia Menurut Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha Pada Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Rp miliar)................ 197 Lampiran 3. Perkembangan PDB Indonesia Menurut Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Konstan (dalam Rp miliar)......................... 198 Lampiran 4. Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Sektor/Lapangan Usaha/Sub-
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xxii PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Rp miliar)................ 199
Lampiran 5.
Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Sektor/Lapangan Usaha/SubLapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Konstan (dalam Rp miliar)............... 200
Lampiran 6. Perkembangan Kontribusi PDRB Provinsi Jawa Barat dalam PDB Indonesia Menurut Masing-Masing Sektor/Lapangan Usaha/SubLapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usahanya Pada Periode Tahun 2006 – 2010 (dalam %).................................................. 201 Lampiran 7. Lampiran 8.
Perkembangan Kontribusi Nilai Tambah Masing-Masing Sektor/Lapangan Usaha/ Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDRB Provinsi Jawa Barat Pada Periode Tahun 2006 – 2010 (dalam %).................................................. 202 Perkembangan Laju Pertumbuhan Nilai Tambah Masing-Masing Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub-SubLapangan Usaha dalam PDB Indonesia Pada Periode Tahun 2007 – 2010 (dalam % per tahun).................................. 203
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xxiii PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 9.
Perkembangan Laju Pertumbuhan Nilai Tambah Masing-Masing Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub-SubLapangan Usaha dalam PDRB Provinsi Jawa Barat Pada Periode Tahun 2007 – 2010 (dalam % per tahun)......................... 204
Lampiran 10. Lampiran 11.
Perkembangan Angka LQ Nilai Tambah Masing-Masing Sektor/Lapangan Usaha/ Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDRB Provinsi Jawa Barat Pada Periode Tahun 2006 – 2010............... 205 Matriks Klasifikasi Peranan Masing-Masing Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Hasil Analisis LQ (Basis/Non-Basis) Pada Periode Tahun 2006 – 2010.................................... 206
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xxiv PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xxv PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Daftar Istilah Perikanan
Sumberdaya ikan Ikan
Penangkapan ikan
Benih ikan
Semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan Potensi semua jenis ikan Segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupya berada di dalam lingkungan perairan Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, men dinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkannya Ikan yang masih muda namun bentuk tubuhnya sudah sempurna seperti ikan dewasa
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xxvi PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Budidaya air tawar Kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan di lingkungan air tawar Budidaya laut
Kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan di lingkungan air laut Budidaya payau Kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan di lingkungan air payau Feed Convertion Ratio Berapa rasio pakan atau banyaknya pakan (FCR) (kg) yang diberikan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan. Kolam air deras Kolam yang didesain untuk memungkinkan terjadinya aliran air (flow through) dalam pemeliharaan ikan dengan padat penebaran yang tinggi. Debit air di kolam air deras dapat ditentukan dengan patokan setiap 10 menit seluruh air kolam sudah berganti semua Kolam air tenang Lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah tertentu sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dengan kondisi perairan yang tenang atau debit air rendah. Keramba Keranjang tempat ikan yang terbuat dari anyaman bambu dengan kerangka kayu untuk membudidayakan ikan di sungai, danau atau bendungan. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xxvii PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Keramba jaring apung
Tempat pemeliharaan ikan dalam jaring kurung apung yang terikat pada suatu rangka dengan disukung oleh pengapung-
pengapung. Larva ikan Fase atau tingkatan benih ikan yang berumur 4 hari sejak telur menetas sampai mencapai umur 90 hari serta mempunyai kriteria yang berbeda dengan ikan dewasa Pakan ikan Makanan yang khusus dibuat atau diproduksi agar mudah dan tersedia untuk dimakan dan dicerna dalam proses pencernaan ikan sehingga menghasilkan energy untuk aktivitas hidup dan disimpan dalam bentuk daging untuk pertumbuhan. Pakan ikan alami Organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dapat dikonsumsi oleh ikan. Pakan ikan buatan Makanan ikan yang dibuat dari campuran bahan-bahan alami dan atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga tercipta daya tarik (merangsang) ikan untuk memakannya dengan mudah. Perikanan budidaya Kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xxviii PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/ atau mengawetkannya. Pembenihan ikan Aktivitas pembudidayaan ikan yang meng hasilkan benih ikan. Pembesaran ikan Aktivitas pembudidayaan ikan untuk membesarkan ikan sampai ukuran konsumsi. Pembudidaya ikan Orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan Pendederan ikan Aktivitas pembudidayaan ikan mulai dari pemeliharaan benih ikan untuk dijadikan input dalam usaha pembesaran ikan. Penggelondongan Benih ikan untuk dijadikan input dalam ikan usaha atau pendederan ikan pembesaran ikan. Produk Perikanan Setiap bentuk produksi pangan berupa ikan utuh atau produk yang mengandung bagian ikan, termasuk produk yang sudah di olah dengan care apapun yang berbahan baku utama ikan. Tambak Lahan basah buatan berbentuk kolam berisi air payauatau air laut di daerah pesisir yang digunakan untuk membudidayakan hewanhewan air payau (terutama ikan dan udang). Survival rate (SR) Persentase tingkat keberhasilan dalam pemeliharaan/budidaya ikan yang diukur dari banyaknya jumlah ikan yang hidup dari UPI
total ikan yang dipelihara. Singkatan dari Unit Pengolahan Ikan. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xxix PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Produk olahan
Hasil akhir atau produk jadi dari suatu porses pengolahan atau industri. Penanganan segar Proses pengolahan yang menghasilkan Pengalengan
Pembekuan
Penggaraman
Pemindangan
Pengasapan
produk dalam bentuk ikan segar. Cara pengawetan bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat dandisterilkan dengan panas. Proses pengolahan ini menghasilkan produk dalam bentuk ikan kaleng. Cara pengawetan dengan mempertahankan sifat-sifat alami ikan dengan cara pemberian suhu rendah yang jauh dibawah titik beku ikan. Proses pengolahan yang menghasilkan produk dalam bentuk ikan beku. Cara pengawetan ikan dengan penambahan garam dan menurunkan kadar air melalui proses pengeringan atau penjemuran. Proses pengolahan yang menghasilkan produk dalam bentuk ikan asin atau ikan kering. Cara pengawetan ikan dengan kadar garam rendah yang mengalami proses perebusan. Proses pengolahan yang menghasilkan produk dalam bentuk ikan pindang Cara pengawetan ikan dengan memberikan perlakuan asap pada ikan. Proses pengolahan yang menghasilkan produk dalam bentuk ikan asap atau ikan panggang
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xxx PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Fermentasi
Surimi
Pereduksian
Olahan lainnya
Proses pengolahan yang menghasilkan produk dalam bentuk hasil peragian atau pun pengasaman berupa terasi, ikan peda dan kecap ikan. Produk olahan hasil perikanan setengah jadi berupa daging ikan lumat beku yang telah mengalami proses pencucian (leaching), pengepresan, penambahan bahan tambahan (cryoprotectant), dan pengepakan. Surimi disebut juga dengan nama jelly ikan. Proses pengolahan ikan dengan memanfaat hasil samping pengolahan ikan. Produk olahan pereduksian ini berupa tepung tulang ikan, kitin dan kitosan. Unit pengolahan ikan lainnya yang meng hasilkan produk lainnya berupa kerupuk ikan, value added products (seperti nugget, otak-otak, bakso, kaki naga) dan petis.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
1
Pendahuluan
2 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
3 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
1.1
Latar Belakang
Luasnya perairan Maluku menjadikan sektor kelautan dan perikanan memiliki potensi besar sebagai sektor unggulan dan penggerak utama (prime mover) pembangunan perekonomian daerah Provinsi Maluku. Ketersediaan sumberdaya alam yang melimpah dan potensi ekonomi luar biasa yang mampu menghasilkan produk dan jasa dengan daya saing tinggi, sepanjang dapat mengelolanya dengan tepat. Di sisi lain ketersediaan sumber daya alam yang ada di daratan semakin terbatas, khususnya yang berbasiskan lahan, sejalan dengan bertambahnya penduduk dan berkembangnya kegiatan ekonomi sebagai dampak dari pelaksanaan pembangunan. Potensi ekonomi sektor kelautan dan perikanan dapat dijabarkan menjadi 5 (lima) kelompok pengembangan meliputi: (1) pengembangan kekayaan laut non ikan dan energi laut, (2) pengembangan kapal perikanan, termasuk industri galangan kapal, (3) pengembangan jasa kelautan berupa industri jasa pelabuhan, dalam hal ini pelabuhan perikanan, (4) pengembangan pariwisata bahari, dan (5) pengembangan usaha perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Hingga saat ini, belum semua potensi pengembangan kelautan dan perikanan digarap secara serius oleh pemerintah maupun pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Sektor yang dominan mendapat perhatian baru pengembangan usaha perikanan. Namun demikian, permasalahan dan kendala yang dihadapi sektor kelautan dan perikanan juga cukup besar. Isu pokok pembangunan yang menghambat pembangunan sektor kelautan
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
4 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
dan perikanan ini, diantaranya: kemiskinan, degradasi lingkungan, sumberdaya manusia dan orientasi pembangunan yang masih berorientasi pada daratan (Teresterial). Selain isu pokok pembangunan yang menghambat pembangunan kelautan dan perikanan sebagaimana disebutkan di atas, secara internal kondisi pembangunan kelautan dan perikanan juga menghadapi kendala meliputi: Illegal, Unregulated and Unreported (IUU) Fishing, pencemaran laut, gejala penangkapan berlebih (over fishing), degradasi habitat pesisir (mangrove, terumbu karang, padang lamun, estuaria, dll), konflik penggunaan ruang dan sumberdaya, kemiskinan nelayan dan pembudidaya ikan, terbatasnya teknologi kelautan dan perikanan, serta terbatasnya sumber permodalan yang dapat digunakan untuk investasi serta kemiskinan yang masih melilit sebagian besar penduduk di wilayah pesisir, khususnya pembudidaya ikan dan nelayan dalam skala kecil. Permasalahan tersebut muncul karena paradigma pembangunan masa orde baru yang lebih berorientasi ke darat (terresterial) sehingga menyebabkan pengalokasian segenap sumberdaya pembangunan lebih diprioritaskan pada sektor-sektor daratan. Pengembangan sektor kelautan dan perikanan dapat diandalkan untuk pertumbuhan ekonomi di masa depan jika permasalahan yang ada dapat diatasi secara bertahap. Sektor kelautan dan perikanan dalam jangka pendek diketahui sebagai sektor yang mampu memberikan dampak terhadap kegiatan produksi dari sektor lain (Output Multiplier/OM) dan peningkatan pendapatan masyarakat (Income Multiplier/IM). Hal ini menambah keyakinan bahwa sektor kelautan dan perikanan dapat menopang ekonomi Provinsi Maluku. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
5 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Upaya yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah keterlibatan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) baik masyarakat, pemerintah, maupun pelaku usaha dalam rangka percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Maluku. Berkaitan dengan hal itu, Pusat Data, Statistik dan Informasi perlu menyusun Buku Potensi Kelautan dan Perikanan Daerah salah satunya Provinsi Maluku sebagai dasar pijakan untuk menentukan pembangunan kelautan dan perikanan ke arah yang lebih baik. Berdasarkan kerangka pikir ini, dalam upaya meningkatkan kontribusi sektor usaha kelautan dan perikanan dalam perekonomian dan implementasi revitalisasi perikanan, maka dipandang perlu penyediaan informasi dalam bentuk profil perikanan dan kelautan yang yang akurat. Keberhasilan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan baik perikanan tangkap, budidaya, pengolahan maupun pariwisata bahari salah satunya ditentukan oleh ketersediaan informasi yang akurat dan aktual. Informasi yang akurat akan membantu penyusunan kebijakan ataupun perencanaan pengelolaan pesisir sehingga keluaran yang dihasilkan lebih efektif dan tepat sasaran. Selain untuk kepentingan perencanaan bagi pemerintah, informasi tersebut juga bermanfaat untuk menumbuhkan dan sekaligus menarik sektor swasta dalam peningkatan penanaman modal dalam bidang perikanan. Dengan informasi tersebut diharapkan akan semakin memacu para investor untuk menanamkan modalnya di bidang-bidang usaha penangkapan ikan, budidaya, pengolahan dan pemasaran serta kegiatan-kegiatan usaha lainnya yang sekaligus akan mendorong terwujudnya pembangunan perekonomian Provinsi Maluku. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
6 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
1.2 Tujuan Secara umum, tujuan penyusunan profil perikanan dan kelautan ini adalah untuk memberikan informasi potensi perikanan dan kelautan untuk pengembangan industrialisasi perikanan di Provinsi Maluku. Secara rinci, tujuan penyusunan profil perikanan dan kelautan ini adalah: a. Menyediakan informasi tentang potensi perikanan dan kelautan secara akurat b. Menyediakan informasi tentang sebaran wilayah pengembangan potensial komoditas perikanan dan kelautan c. Menyediakan informasi tentang sarana dan prasarana perikanan dan kelautan
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
7
2
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambaran Umum Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
8 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
9 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
2.1 Geografis Provinsi Maluku dengan Ibukota Ambon, secara astronomis terletak antara 2° 30’ – 8° 30’ LS dan 124° 00’ – 135° 30’ BT (Gambar 2.1). Secara geografis Provinsi Maluku dibatasi oleh Provinsi Maluku Utara dan Laut Seram di sebelah utara, di sebelah timur dengan Provinsi Papua, Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah di sebelah barat dan Negara Timor Leste, Australia, Samudera Indonesia dan Laut Arafura di sebelah selatan. Luas keseluruhan wilayah ialah 646.295 km2 yang terdiri dari wilayah perairan dan wilayah daratan yang terbentuk dari 1.412 buah pulau (hasil analisa, 2005). Provinsi Maluku memiliki kondisi dominan wilayah perairan sekitar 90%. Perbandingan antara luas daratan dan luas lautan adalah 1 : 9. Pulau terbesar adalah Pulau Seram (18.625 km2) kemudian Pulau Buru (9.000 km2), Pulau Yamdena (5.085 km2) dan Pulau Wetar (3.624 km2). Provinsi Maluku sangat terbuka aksesnya untuk berinteraksi dengan provinsi sekitar, bahkan sangat terbuka bagi jalur perdagangan internasional, mengingat eksistensinya sebagai penghubung perdagangan antara Utara dengan Selatan.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
10 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 2.1 Wilayah Provinsi Maluku
2.2 Geologi Menurut RePPProt (1989), geologi wilayah Kepulauan Maluku ini rumit namun secara umum perkembangan wilayah ini berlangsung melalui tumbukan yang berangsur-angsur dan bercampur-baurnya dua lempeng benua kerak bumi yang relatif kaku, yaitu lempeng Sunda dan lempeng Australia dan pertambahan pada busur depan pulau vulkanik. Tujuh kelompok pulau yang berbeda di wilayah ini mewakili bagian-bagian yang berbeda dari sistem tektonik yang rumit tersebut. Pertama adalah di bagian utara, Halmahera merupakan
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
11 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
campuran busur-busur vulkanik Plio-Pleistosen dan berikatan dengan kompleks benturan yang lebih tua, yang terbentuk pada pinggir depan taji Irian yang bergerak ke barat dari lempeng Australia. Kedua, kepulauan Banggai-Sula dan pulau Bacan mewakili potongan-potongan kecil taji Irian yang telah terpisah darinya dan bergerak kira-kira 1.000 km ke arah Barat dan membentur ke dalam Sulawesi bagian Timur, ke arah Utara dan Selatan pulau-pulau ini dibatasi oleh garis-garis keretakan dan terdiri atas sebuah dasar granit Palaeozoikum yang tertutup batu-batuan Metamorf Mesozoikum. Tepat di Selatan zona retak ini adalah kelompok pulau-pulau ketiga yang didominasi oleh Buru dan Seram, ini mewakili kompleks-kompleks vulkanik Palaeozoikum dan Meso-zoikum yang tua pada pinggir depan lempeng Australia dan menyerupai Halmahera. Keempat, terpusat di sekitar pulau Obi yang memiliki banyak ciri geologi yang sama dengan Buru di Selatan (RePPProt, 1989). Dua diantara tiga tipe geologi pulau terakhir ini adalah rangkaian ganda pulau-pulau Busur Banda yang masih aktif. Busur dalam, dari Wetar hingga pulau-pulau Banda, terbentuk terutama dari gunung-gunung berapi muda dari zaman Kuarter yang berkembang di atas zona subduksi lempeng Australia. Busur luar, dari pulau-pulau Leti hingga kelompok Tanimbar, Kai, Watubela dan Gorong, pada dasarnya adalah kompleks batu-batuan muda dan tua yang disebut “melange”. Batu-batuan tersebut terbentuk dari bahan-bahan benua purba yang berasal dari pinggiran lempeng Australia dan endapan-endapan Tersier yang lebih muda. Terakhir adalah kepulauan Aru di timur jauh wilayah ini sebagai satu-satunya yang tidak terpengaruh secara
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
12 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
langsung oleh kejadian lempeng tektonik, pulau-pulau tersebut tersusun oleh susunan endapan muda yang terletak pada dasar laut Arafura yang dangkal (RePPProt, 1989). Ditinjau dari struktur tanah, di Maluku saat ini telah ditemukan 8 (delapan) jenis karakteristik tanah yang berbeda dan pengelompokannya didasarkan pada jenis vegetasi dan lokasinya, antara lain: tanah regosol (Psamments), aluvial (Fluvents), gleisol (Aquents / aquepts), litosol (Lithic orthents), rensina (Rendoll), kambisol (Tropepts), bruzinem (Udalfs), dan podsolik (Udults). Sedangkan dari aspek geologi, ditemukan 3 (tiga) kelompok batuan antara lain: batuan sedimen, batuan metamofik, dan batuan beku.
2.3 Iklim dan Klasifikasi Iklim yang terdapat di kepulauan Maluku adalah iklim Tropis dan iklim Muzon, karena daerah Maluku merupakan daerah kepulauan dan dikelilingi oleh lautan yang luas. Dengan demikian, iklim di daerah ini sangat dipengaruhi oleh lautan yang luas dan berlangsung seirama dengan iklim yang terdapat di sini. Daerah Maluku mengenal 2 musim yakni: musim barat atau utara dan tenggara atau timur yang diselingi oleh dua macam pancaroba yang merupakan transisi kedua musim tersebut. Musim barat di Maluku berlangsung sejak bulan Desember hingga bulan Maret, sedangkan bulan April adalah masa transisi ke musim tenggara. Musim tenggara berlaku rata-rata 6 bulan berawal dari bulan Mei dan berakhir pada bulan Oktober. Masa transisi ke musim barat adalah pada bulan November. Keadaan musim tidak homogen dalam arti setiap musim berlaku di daerah PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
13 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
ini memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada daratan maupun lautannya. Temperatur rata-rata 26,2°C (di Maluku Tenggara terutama pada musim hujan). Klasifikasi : • Berdasarkan klasifikasi Koppen, iklim di Maluku tergolong type Alpa, dan hanya sebagian kecil yang tergolong type Ae, seperti daerah-daerah Obi, Tual dan Dobo. • Berdasarkan klasifikasi Schmid Fergusen, iklim di Maluku tergolong type A dan B dan hanya sebagian kecil saja tergolong type C seperti Daerah Tual (Maluku Tenggara). Keadaan curah hujan di Maluku dapat dibagi 4 katagori : • Curah Hujan kurang dari 1.000 mm/thn, terjadi di Pulau Wetar dan sekitarnya. • Curah hujan antara 1.000 – 2.000 mm/thn, terjadi di Pulau Babar, Tanibar, Aru dan sebagian Pulau Buru, Kepulauan Sula, Bacan dan sekitar Tobelo. • Curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm/thn, terjadi di Pulau Seram, Gorom, Obi, Morotai dan Kei Kecil. • Curah hujan lebih dari 3.000 mm/thn terdapat di Pulau Lease, Pulau Kei Kecil, Pulau Ambon dan Kao. a. Curah hujan tertinggi terdapat di Gunung Darlisa (di Pulau Seram bagian barat ) sebesar 3.384 mm / tahun. b. Curah hujan terendah terdapat di Tiwakar (Pulau Wetar) sebesar 991 mm / tahun. Suhu rata-rata pada tahun 1998 sesuai data klimatologi hasil pencatatan Badan Meteorologi dan Geofisika stasiun Meteorologi PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
14 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Pattimura Ambon, Tual dan Saumlaki masing-masing sebesar 27.4°C, 27.7°C dan 27.7°C. Suhu Minimum masing-masing sebesar 24.5°C, 24.5°C dan 24.9°C, dan suhu maksimum masingmasing sebesar 30.5°C, 31.4°C dan 31.2°C. Kelembaban nisbi udara sesuai pencatatan Stasiun Meteorologi Ambon rata-rata sebulan dalam tahun 1998 adalah 83% dimana terendah pada bulan Januari sebesar 72% dan tertinggi pada bulan Juli dan Agustus sebesar 87%. Sesuai pencatatan peralatan meteriologi Tual pada tahun yang sama rata-rata sebulan adalah 87% dimana terendah pada bulan Januari sebesar 85% dan tertinggi pada bulan April sebesar 90%. Sedangkan sesuai pencatatan peralatan meteorologi Saumlaki pada tahun yang sama rata-rata sebulan 82% di mana terendah pada bulan Januari sebesar 77% dan tertinggi pada bulan Desember sebesar 87%.
2.4 Potensi Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut 2.4.1 Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove sangat berperan dalam menyangga keseimbangan ekosistem wilayah pesisir, fungsinya sebagai penahan abrasi pantai dan sebagai habitat serta tempat pemijahan, pembesaran dan tempat mencari makan berbagai macam biota laut. Pengembangan usaha budidaya laut dan pariwisata di sekitar wilayah hutan mangrove akan berdampak terhadap kerusakan hutan mangrove, sehingga mengakibatkan hilangnya pelindung pantai dan tempat/habitat biota laut di pesisir pantai.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
15 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 2.2 Informasi Spasial Ekosistem Mangrove di Provinsi Maluku Tutupan lahan untuk ekosistem mangrove di Provinsi Maluku memiliki luasan sebesar 1.322,907 km2 atau 132.290,7 Ha (Tabel 2.1) Beberapa spesies mangrove yang ditemukan di Propinsi Maluku diantaranya Sonneratia alba, Avicenia marina, Rhizophora stylosa, R. mucronata, R. apiculata, Bruguiera gymhorrhiza, B. parviflora, B. cylindrica, Ceriops decandra, C. tagal, Xylocarpus granatum, X. mollucensis, Aegiceras orniculatum, Nypa fruticans dan Heritiera lit.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
16 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 2.1 Luasan Ekosistem Mangrove di Provinsi Maluku Kabupaten/Kota Buru
Hutan Mangrove (Km2) 21,486
Kepulauan Aru
833,571
Kota Ambon
0,599
Maluku Tengah
57,117
Maluku Tenggara Barat
273,821
Maluku Tenggara
17,785
Seram bagian Barat
41,358
Seram bagian Timur
77,170 Total
1.322,907
Sumber: Statistik Perikanan Provinsi Maluku (2011)
2.4.2 Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang yang terdiri dari karang dan derivatnya serta habitat yang ada di dalamnya. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan data luas dan sebaran terumbu karang dalam pekerjaan ini adalah luas dan sebaran dari pasir karang, rataan terumbu tengah, tubir dan lereng terumbu dimana karang masih membentuk terumbu. Peta sebaran terumbu karang, padang lamun, dan pasir di seluruh Provinsi Maluku dapat dilihat pada Gambar 2.3.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
17 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 2.3 Informasi Spasial Terumbu Karang, Padang Lamun dan Pasir Karang di Provinsi Maluku Luas terumbu karang di Provinsi Maluku yaitu seluas 1.323,34 km2, padang lamun seluas 393,07 km2 dan pasir karang seluas 1.728,53 km2. Berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Maluku, luas terumbu karang yang paling luas terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan luas sebesar 518,20 km2 dan luas terumbu karang yang paling kecil terdapat di Kota Ambon yaitu seluas 0,64 km2. Luas pasir yang paling luas terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan luas sebesar 736,91 km2 dan luas pasir yang paling kecil terdapat di Kota Ambon yaitu
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
18 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
seluas 6,39 km2. Luas padang lamun yang paling luas terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara dengan luas sebesar 140,43 km2 dan luas padang lamun yang paling kecil terdapat di Kota Ambon yaitu seluas 1,14 km2 (Tabel 2.2). Beberapa spesies terumbu karang yang dijumpai di Propinsi Maluku diantaranya Acropora acumminata, Acropora aspera, Acropora clathrata, Acropora cytherea, Acropora divaricata, dan lain-lain. Sementara spesies lamun yang dijumpai Propinsi Maluku antara lain adalah Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Halophila ovata, Halophila minor, Syrigodium isoetifilium, Halodule pinifolia, Halodule uninervis. Tabel 2.2 Luas Terumbu Karang, Padang Lamun dan Pasir di Provinsi Maluku Kabupaten/Kota Ambon
Luasan (km2) Karang
Pasir
Lamun
0,64
6,39
1,14
16,23
47,34
7,57
Kepulauan Aru
455,87
438,86
83,94
Maluku Tengah
51,66
80,01
21,99
Maluku Tenggara
144,13
243,18
140,43
Maluku Tenggara Barat
518,20
736,91
104,18
Seram Bagian Barat
19,23
45,61
11,45
Seram Bagian Timur
117,37
130,24
22,38
1.323,34
1.728,53
393,07
Buru
JUMLAH
Sumber: Statistik Perikanan Provinsi Maluku (2011)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
19 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
2.5 Pulau-Pulau Kecil Perhitungan jumlah pulau dihitung dengan menjumlahkan seluruh pulau yang ada di wilayah Provinsi Maluku berdasarkan hasil pengolahan data citra satelit Landsat 7-ETM yang sudah dikonversi ke dalam format Sistem Informasi Geografis. Jumlah pulau di Provinsi Maluku adalah 1.412 pulau. Berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Maluku, jumlah pulau terbanyak terdapat pada Kepulauan Aru yaitu sebanyak 875 pulau (Tabel 2.3). Tabel 2.3 Jumlah Pulau di Provinsi Maluku No
Kabupaten/kota
1
Kota Ambon
2
Kepulauan Aru
3
Jumlah Pulau
Luas 1
303,83
875
8104,37
Buru
18
8640,61
4
Seram Bagian Barat
46
408,50
5
Seram Bagian Timur
51
219,79
6
Maluku Tengah
51
7656,30
7
Maluku Tenggara
117
1257,49
8
Maluku Tenggara Barat
253
9082,24
1412
35.673,12
Jumlah Sumber: Statistik Perikanan Provinsi Maluku (2011)
Hasil perhitungan seluruh luas pulau di Provinsi Maluku adalah 35.673,12 km2. Berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
20 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Maluku, luas pulau yang terluas adalah Kabupaten Buru dengan luas sebesar 8640,61 km2, sedangkan luas pulau yang terkecil adalah Kabupaten Seram Bagian Timur seluas 219,79 km2 (Tabel 2.3). Panjang garis pantai Provinsi Maluku adalah 10.662,92 km dimana panjang garis pantai dihitung pada seluruh garis pantai yang mengelilingi pulau di Provinsi Maluku. Garis pantai di daerah delta sungai dihitung dengan menarik garis rata-rata terluar delta. Garis sungai tidak dihitung sebagai garis pantai, sehingga garis ini diputus pada saat perhitungan dan dibuat garis baru yang menghubungi muara sungai.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
21
3
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Profil Lapangan Usaha Perikanan Provinsi Maluku
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
22 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
23 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
3.1 Cakupan Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia Pada buku Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005, Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia diklasifikasikan sebagai Kategori B (Perikanan) dan di dalamnya mencakup: 1 Golongan Pokok Perikanan (berkode 2 digit, yakni 05), 1 Golongan Perikanan (berkode 3 digit, yakni 050), 5 SubGolongan (berkode 4 digit), dan 19 Kelompok (berkode 5 digit). Kelima Sub-Golongan tersebut adalah: Penangkapan Biota di Laut (0501), Budidaya Biota di Laut (0502), Penangkapan Biota di Perairan Umum (0503), Budidaya Biota Air Tawar dan Air Payau (0504), serta Jasa Perikanan (0505). Secara lebih lengkap struktur klasifikasi dan uraian masing-masing Kelompok (5 digit) dalam Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia disajikan pada Lampiran 1.
3.2 Profil Lapangan Usaha Perikanan dalam Struktur Perekonomian Provinsi Maluku Profil Lapangan Usaha Perikanan dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku bisa dilakukan dengan melihat perkembangan nilai tambah lapangan usaha tersebut dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku selama periode tertentu. Tabel 3.1 menyajikan data hasil olahan sejumlah indikator yang terkait dengan perkembangan nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam PDRB Provinsi Maluku selama periode tahun 2006 – 2010.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
24 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 3.1 Perkembangan Sejumlah Indikator Terkait Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam PDRB Provinsi Maluku Indikator
2006
2007
2008
2009
2010
Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam 74.335 97.697 137.250 176.621 199.384 PDB Indonesia ADH Berlaku (Rp miliar) Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam PDRB Prov. Maluku ADH Berlaku (Rp miliar) Kontribusi Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan Prov. Maluku dalam Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan Indonesia (%) Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan Prov. Maluku ADH Konstan Tahun 2000 (Rp miliar) Laju Pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan Prov. Maluku (% per tahun) Kontribusi Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan Prov. Maluku dalam PDRB Prov. Maluku (%) Angka LQ Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan Prov. Maluku
Rataan
Standar Koefisien Deviasi Variasi (%)
137.057
52.281
38,1
842
938
1.014
1.100
1.259
1.031
159
15,4
1,13
0,96
0,74
0,62
0,63
0,82
0,22
27,25
509
534
556
584
646
566
53
9,3
4,91
4,12
5,04
10,62
6,17
2,99
48,47
16,57
16,46
16,17
15,56
15,57
16,07
0,48
3,00
7,44
6,66
5,83
4,94
5,03
5,98
1,07
17,97
Sumber : BPS, 2011 (diolah)
Selama periode tahun 2006–2010, berdasarkan Tabel 3.1 di atas, rata-rata kontribusi nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan Provinsi Maluku dalam nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan Indonesia relatif masih kecil, yakni hanya sebesar 0,82% dengan kecenderungan menurun. Jika pada tahun 2006 kontribusinya masih sebesar 1,13%, maka pada tahun 2010 hanya sebesar 0,63%. Pada tahun 2010, nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan Provinsi Maluku atas dasar harga (ADH) konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp.646 miliar, sementara pada tahun 2006 masih sebesar Rp.509 miliar. Artinya, selama periode tersebut nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan Provinsi Maluku PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
25 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
telah meningkat sebesar Rp.137 miliar atau telah mengalami pertumbuhan positif sebesar 26,92%. Angka 26,92% tersebut merupakan hasil akumulasi dari laju pertumbuhan tahunan selama periode tahun 2006 – 2010 dengan laju pertumbuhan rata-rata (2007–2010) sebesar 6,17% per tahun. Selama periode tahun 2007–2010, meskipun rata-rata laju pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan di tingkat nasional (5,17% per tahun) lebih rendah dibanding rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional (5,8%per tahun), namun ratarata laju pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan di tingkat Provinsi Maluku (6,17% per tahun) melebihi rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional. Secara lebih rinci perkembangan laju pertumbuhan PDB Indonesia dan PDRB Provinsi Maluku menurut sektor/lapangan usaha/sub lapangan usaha/sub-sub lapangan usaha selama periode tahun 2006–2010 bisa dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Selama periode 2006–2010, secara umum perekonomian Provinsi Maluku sudah didominasi oleh Sektor Tersier (sektor yang bercirikan jasa-jasa), yakni sudah berkontribusi sebesar 58,5% dalam PDRB Provinsi Maluku (secara lebih lengkap bisa dilihat pada Lampiran 7). Adapun Sektor Primer dan Sektor Sekunder masing-masing berkontribusi sebesar 34,8% dan 6,7%. Pada level lapangan usaha, ada 6 lapangan usaha yang masingmasing berkontribusi lebih dari 9%, yaitu Lapangan Usaha: 1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan (34,0%); 2) Perdagangan, Hotel dan Restoran (27,5%); 3) Jasa-jasa (17,0%); 4) Pengangkutan & Komunikasi (9,2%).
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
26 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Dalam struktur perekonomian (PDRB) Provinsi Maluku selama periode tahun 2006–2010, (Sub) Lapangan Usaha Perikanan berkontribusi cukup besar, yakni rata-rata sebesar 16,07%, namun dengan kecenderungan menurun. Jika pada tahun 2006 kontribusinya sebesar 16,57%, maka pada tahun 2010 hanya sebesar 15,57%. Untuk menganalisis lebih lanjut peranan Lapangan Usaha Perikanan dalam struktur perekonomian suatu wilayah, dalam hal ini Provinsi Maluku bisa digunakan indikator angka Location Quotient (LQ). 1 Pada Tabel 3.1 di atas tampak bahwa pada periode Tahun 2006–2010, Lapangan Usaha Perikanan merupakan lapangan usaha basis di Provinsi Maluku dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini tampak dari rata angka LQ-nya yang ratarata bernilai lebih dari 1 (LQ > 1), bahkan relatif sangat tinggi,
1
Angka LQ umumnya digunakan untuk menentukan lapangan usaha (sektor) basis suatu daerah. Keunggulan LQ terletak kepada kemampuannya untuk menunjukkan tingkat keunggulan relatif dari suatu lapangan usaha di suatu daerah terhadap lapangan usaha tersebut di daerah-daerah lainnya dalam suatu negara (wilayah referensi). Angka LQ berkisar antara 0 sampai dengan positif tak berhingga. Angka LQ yang kurang dari 1 (LQ < 1) menunjukkan bahwa lapangan usaha yang bersangkutan tidak lagi memiliki keunggulan relatif (lapangan usaha non basis). Bila Angka LQ sama dengan 1 (LQ = 1), maka lapangan usaha yang bersangkutan memiliki keunggulan relatif yang sama dengan rata-rata semua daerah. Sedangkan Angka LQ yang lebih besar dari 1 (LQ > 1) menunjukkan bahwa lapangan usaha yang bersangkutan memiliki keunggulan relatif yang lebih tinggi dari rata-rata (lapangan usaha basis). Lapangan usaha basis adalah lapangan usaha yang mampu memenuhi atau melayani kebutuhan atau pasar di daerah sendiri, bahkan dapat mengekspor barang dan jasa yang dihasilkannya ke luar daerah yang bersangkutan. Adapun lapangan usaha non basis adalah lapangan usaha yang hanya mampu memenuhi atau melayani kebutuhan atau pasar daerahnya sendiri, atau bahkan harus mengimpor dari luar daerah tersebut. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
27 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
yakni sebesar 5,98. Dengan perkatan lain, selama periode tersebut Lapangan Usaha Perikanan Provinsi Maluku memiliki keunggulan relatif terhadap lapangan usaha yang sama di provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Namun demikian, selama periode tersebut, angka LQ tersebut ternyata cenderung menurun. Jika pada tahun 2006 nilainya sebesar 7,44, maka pada tahun 2010 sudah turun menjadi 5,03.
3.3 Profil Ketenagakerjaan Lapangan Usaha Perikanan di Provinsi Maluku Dalam menganalisis profil perkembangan perekonomian suatu wilayah, selain PDRB, analisis perkembangan indikator ketenagakerjaan juga sangat penting untuk dilakukan. Indikator ini akan mampu menunjukkan seberapa besar peranan suatu/ masing-masing lapangan usaha dalam menyediakan lapangan kerja di suatu wilayah. Tabel 3.2 di bawah menyajikan data penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu (YBSSYL) di Lapangan Usaha Perikanan dan total seluruh lapangan usaha di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Maluku Pada Tahun 2000 dan 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2000 (SP 2000) dan Sensus Penduduk Tahun 2010 (SP 2010).
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
28 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 3.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL di Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010 (Orang)
Kabupaten/Kota
Lapangan Usaha Perikanan SP 2000
Kab. Maluku Tenggara Barat + Kab. Maluku Barat Daya Kab. Maluku Tenggara + Kab. Kep. Aru + Kota Tual Kab. Maluku Tengah + Kab. Seram Bagian Barat + Kab. Seram Bagian Timur Kab. Buru + Kab. Buru Selatan Kota Ambon Total Provinsi Maluku
SP 2010
Total Lapangan Usaha SP 2000
SP 2010
1.643
5.479
72.366
76.256
3.037
16.200
79.006
89.877
7.981
16.322
203.261
234.805
998 1.528
2.013 2.755
49.490 62.471
63.713 110.297
15.187
42.769
466.594
574.948
Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)
Hasil SP 2010 menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Maluku yang bekerja di Lapangan Usaha Perikanan berjumlah 42.769 orang. Sementara berdasarkan hasil SP 2000 jumlahnya masih 15.187 orang. Artinya, selama periode tahun 2000–2010 jumlah penduduk yang bekerja (tenaga kerja) di Lapangan Usaha Perikanan Provinsi Maluku telah bertambah sebanyak 27.582 orang atau meningkat sebesar 181,62%. Angka 181,62% tersebut merupakan hasil akumulasi dari laju pertumbuhan tahunan selama periode tersebut dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,11% per tahun (lihat Tabel 3.3 di bawah). Angka tersebut lebih tinggi dibanding rata-rata laju pertumbuhan tenaga kerja total di seluruh lapangan usaha di Provinsi Maluku (1,02% per tahun). PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
29 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Ada 2 wilayah di Provinsi Maluku yang laju pertumbuhan tenaga kerja di Lapangan Usaha Perikanannya tergolong paling tinggi selama periode tahun 2000–2010. Kedua wilayah tersebut adalah: 1) wilayah yang mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara (Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Kepulauan Aru, dan Kota Tual), yakni sebesar 1,18% per tahun; serta 2) wilayah yang mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kabupaten Maluku Barat Daya), yakni sebesar 1,13% per tahun. Tabel 3.3 Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas YBSSYL dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010 (% per tahun)
Kabupaten/Kota
Kab. Maluku Tenggara Barat + Kab. Maluku Barat Daya Kab. Maluku Tenggara + Kab. Kep. Aru + Kota Tual Kab. Maluku Tengah + Kab. Seram Bagian Barat + Kab. Seram Bagian Timur Kab. Buru + Kab. Buru Selatan Kota Ambon Total Provinsi Maluku
Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja di Lapangan Usaha Perikanan
Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja Total Lapangan Usaha
(%/tahun)
(%/tahun)
1,13
1,01
1,18
1,01
1,07
1,01
1,07 1,06
1,03 1,06
1,11
1,02
Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
30 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Hasil SP 2000 dan SP 2010 menunjukkan bahwa ada dua wilayah di Provinsi Maluku yang berkontribusi paling besar dalam penyerapan tenaga kerja di Lapangan Usaha Perikanan (Tabel 3.4). Kedua wilayah tersebut adalah: 1) wilayah yang mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara (Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Kepulauan Aru, dan Kota Tual); serta 2) wilayah yang mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku Tengah (Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, dan Kabupaten Seram Bagian Timur). Sementara itu, selama periode tahun 2000–2010 hanya ada dua wilayah yang kontribusinya meningkat. Kedua wilayah tersebut adalah: 1) Wilayah yang mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara (Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Kepulauan Aru, dan Kota Tual); serta 2) Wilayah yang mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kabupaten Maluku Barat Daya).
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
31 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 3.4 Kontribusi Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas terhadap Total Penduduk 15 Tahun Ke Atas Pada Lapangan Usaha Perikanan dan Total Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010 (%) Kabupaten/Kota
Lapangan Usaha Perikanan SP 2000
Kab. Maluku Tenggara Barat + Kab. Maluku Barat Daya Kab. Maluku Tenggara + Kab. Kep. Aru + Kota Tual Kab. Maluku Tengah + Kab. Seram Bagian Barat + Kab. Seram Bagian Timur Kab. Buru + Kab. Buru Selatan Kota Ambon Total Provinsi Maluku
SP 2010
Total Lapangan Usaha SP 2000
SP 2010
10,82
12,81
15,51
13,26
20,00
37,88
16,93
15,63
52,55
38,16
43,56
40,84
6,57 10,06
4,71 6,44
10,61 13,39
11,08 19,18
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)
Selama periode tahun 2000–2010, kontribusi Lapangan Usaha Perikanan dalam penyerapan tenaga kerja di masing-masing wilayah yang berada di Provinsi Maluku mengalami peningkatan (Tabel 3.5). Selama periode tersebut, wilayah yang kontribusi Lapangan Usaha Perikanan dalam penyerapan tenaga kerjanya paling tinggi adalah wilayah yang mencakup seluruh kabupaten/ kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara (Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Kepulauan Aru, dan Kota Tual), yakni sebesar 3,84% di tahun 2000 dan 18,02% di tahun 2010.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
32 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 3.5 Struktur Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usahanya Pada Tahun 2000 dan 2010 (%)
Kabupaten/Kota
Lapangan Usaha Perikanan SP 2000
Kab. Maluku Tenggara Barat + Kab. Maluku Barat Daya Kab. Maluku Tenggara + Kab. Kep. Aru + Kota Tual Kab. Maluku Tengah + Kab. Seram Bagian Barat + Kab. Seram Bagian Timur Kab. Buru + Kab. Buru Selatan Kota Ambon Total Provinsi Maluku
SP 2010
Total Lapangan Usaha SP 2000
SP 2010
2,27
7,19
100,00
100,00
3,84
18,02
100,00
100,00
3,93
6,95
100,00
100,00
2,02 2,45
3,16 2,50
100,00 100,00
100,00 100,00
3,25
7,44
100,00
100,00
Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)
Untuk menganalisis lebih lanjut karakteristik profil penyerapan tenaga kerja pada Lapangan Usaha Perikanan di Provinsi Maluku bisa digunakan analisis Location Quotient (LQ). Tabel 3.6 di bawah menyajikan angka LQ jumlah penduduk yang bekerja (tenaga kerja) di Lapangan Usaha Perikanan dan total seluruh lapangan usaha di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Maluku pada tahun 2000 dan 2010, dimana Provinsi Maluku menjadi wilayah referensinya. Pada Tabel 3.6 di bawah tampak bahwa hanya satu wilayah di Provinsi Maluku yang Lapangan Usaha Perikanannya merupakan lapangan usaha basis dalam penyerapan tenaga kerja selama periode tahun 2000– 2010. Wilayah tersebut adalah wilayah yang
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
33 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara (Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Kepulauan Aru, dan Kota Tual). Hal ini tercermin dari angka LQ penyerapan tenaga kerja Lapangan Usaha Perikanan di wilayah tersebut yang lebih besar daripada satu (LQ > 1), baik pada tahun 2000 maupun 2010. Dengan perkatan lain, Lapangan Usaha Perikanan di wilayah tersebut memiliki keunggulan relatif terhadap lapangan usaha yang sama di wilayah-wilayah lainnya di Provinsi Maluku dalam penyerapan tenaga kerja. Tabel 3.6 Angka LQ Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010 dengan Provinsi Maluku sebagai Wilayah Referensinya Kabupaten/Kota Kab. Maluku Tenggara Barat + Kab. Maluku Barat Daya Kab. Maluku Tenggara + Kab. Kep. Aru + Kota Tual Kab. Maluku Tengah + Kab. Seram Bagian Barat + Kab. Seram Bagian Timur Kab. Buru + Kab. Buru Selatan Kota Ambon
Lapangan Usaha Perikanan SP 2000
SP 2010
0,70
0,97
1,18
2,42
1,21
0,93
0,62 0,75
0,42 0,34
Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)
Selama periode tahun 2000–2010, di Provinsi Maluku, ada satu wilayah yang pada tahun 2000 Lapangan Usaha Perikanannya termasuk lapangan usaha basis dalam penyerapan tenaga kerja di wilayah tersebut, namun pada tahun 2010 sudah tidak lagi menjadi PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
34 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
lapangan usaha basis. Wilayah tersebut adalah wilayah yang mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku Tengah (Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, dan Kabupaten Seram Bagian Timur). Pada pada tahun 2000 angka LQ penyerapan tenaga kerja Lapangan Usaha Perikanan wilayah tersebut lebih besar daripada 1 (1,21), namun pada tahun 2010 sudah lebih kecil daripada 1 (0,93).
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
35
4
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Perikanan Tangkap
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
36 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
37 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
4.1 Perikanan Tangkap Perairan Laut A. Potensi Perikanan Laut Provinsi Maluku memiliki luas wilayah mencapai 81.376 km . Luas lautan mencapai 27.191 km2 sedangkan luas daratan mencapai 54.185 km2. Dengan jumlah pulau yang terdiri dari 559 pulau, menjadikan Provinsi Maluku sebagai daerah kepulauan. Provinsi Maluku terdiri dari 9 kabupaten dan 2 kota. Pada tahun 2010, Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan Provinsi Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional 2030. Selama periode 2006-2010, jumlah produksi ikan di Provinsi Maluku sangat berfluktuasi. Produksi terendah pada periode itu mencapai nilai 353 ribu ton yaitu pada tahun 2008, dimana produksi ikan menurun hingga 27,95% dan terulang pada tahun 2009 sebesar 1,57%, akan tetapi kembali meningkat pada tahun 2010 mencapai 6,90%. 2
Gambar 4.1 Jumlah Produksi Perikanan di Provinsi Maluku 2006-2010 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010 PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
38 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.1 Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 Kabupaten/Kota
Produksi (ton)
Kota Ambon
100.922,4
Kab. Maluku Tengah
82.860,5
Kab. Seram Bagian Barat
20.676,4
Kab. Seram Bagian Timur
10.764,9
Kab. Buru
20.242,8
Kab. Maluku Tenggara
62.625,8
Kab. Maluku Tenggara Barat Kab. Kepulauan Aru Jumlah
8.088,9 64.747,7 370.929,4
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
Gambar 4.2 Kontribusi Produksi Perikanan Tangkap dari Perairan Laut untuk Setiap Kabupaten/Kota Pesisir di Provinsi Maluku pada Tahun 2010.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
39 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Produksi perikanan tangkap di Provinsi Maluku didominasi dari Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah. Jumlah produksinya pada tahun 2010 masing-masing mencapai 27,21% dan 22,34%. Produksi perikanan tangkap dari perairan laut secara garis besar terdiri dari kelompok ikan pelagis, kelompok ikan demersal, dan kelompok non-ikan (krustacea dan moluska). Produksi ikan ekonomis penting pada kelompok ikan pelagis didominasi oleh 5 jenis ikan, yaitu: cakalang, tongkol komo, kembung, tembang dan gulama/tiga waja. Sementara, untuk kelompok ikan demersal, produksi ikan yang bernilai ekonomi pentingnya didominasi oleh jenis ikan: kuwe, lencam, kakap merah, beloso/buntut kerbo dan biji nangka. Selanjutnya, untuk kelompok non-ikan yang bernikai ekonomis penting, produksinya didominasi oleh jenis: rajungan dan udang putih/ jerbung (krustacea) serta cumi-cumi (moluska).
Kelompok Ikan Pelagis 1) Ikan Cakalang Ikan cakalang termasuk dalam famili Scombridae dengan nama latin Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) atau lebih sering dikenal dengan Skipjack tuna. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan pelagis besar yang bernilai ekonomis penting. Daerah penyebaran ikan cakalang berada hampir di seluruh perairan Provinsi Maluku. Pendaratannya dilakukan pada Kabupaten/ Kota Ambon, Maluku Tengah, Seram bagian barat, Seram bagian Timur, Buru, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
40 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.2 Produksi Ikan Cakalang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011 Kabupaten/Kota Kota Ambon
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
9.659,3
48.296.500
20.254,5
60.763.500
Kab. Seram Bagian Barat
1.233,3
3.699.900
Kab. Seram Bagian Timur
764,0
2.674.000
1.768,4
5.305.200
201,2
2.515.000
Kab. Maluku Tengah
Kab. Buru Kab. Maluku Tenggara Kab. Maluku Tenggara Barat Kab. Kepulauan Aru Jumlah
101,2
20.000
1.970,5
11.823.000
35.952,4
135.097.100
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
Jumlah produksi didominasi dari Maluku Tengah yang mencapai 56,34%, dan Kota Ambon yang mencapai 26,87%. Jumlah produksi pada beberapa Kabupaten/Kota lainnya jumlah berkontribusi di bawah 10% dari total produksi pada tahun 2010, dengan urutan Kabupaten/Kota Kepulauan Aru, Buru, Seram bagian barat, Seram bagian timur, Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara bagian barat.
Gambar 4.3 Ikan Cakalang/Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis). Sumber : www.pipp.kkp.go.id PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
41 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
2) Ikan Tongkol Komo Jenis ikan tongkol yang dominan didaratkan di Provinsi Maluku adalah ikan tongkol komo. Ikan tongkol komo termasuk dalam famili Scombridae dengan nama latin Euthynnus affinis (Cantor, 1849). Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan pelagis yang bernilai ekonomis penting. Ikan tongkol komo didaratkan hampir di seluruh wilayah pesisir Provinsi Maluku kecuali Kepulauan Aru.
Gambar 4.4 Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis (Cantor, 1849)). Sumber : www.pipp.kkp.go.id Pada tahun 2010, produksi ikan tongkol komo didominasi dari Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah yang kontribusinya masing-masing sebesar 46,92% dan 35,93%. Selanjutnya adalah Seram Bagian Barat, Buru, Seram Bagian Timur, Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat dengan proporsi kontribusi masingmasing adalah 6,12%, 5,37%, 3,24%, 1,83% dan 0,58%.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
42 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.3 Produksi Ikan Tongkol Komo Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011 Kabupaten/Kota Ambon
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
11.094,3
22.188.600
Maluku Tengah
8.496,8
16.993.600
Seram Bagian Barat
1.448,4
1.448.400
Seram Bagian Timur
767,3
1.918.250
1.269,3
3.807.900
Maluku Tenggara
433,0
3.680.500
Maluku Tenggara Barat
Buru
136,1
20.000
Kepulauan Aru
-
-
Jumlah
23.645,2
50.057.250
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
3) Ikan Kembung Ikan kembung termasuk dalam famili Scombridae dengan nama latin Rastrelliger spp. Ikan ini adalah ikan pelagis kecil yang berenang berkelompok dan merupakan salah satu ikan ekonomis penting. Pendaratan ikan kembung di Provinsi Maluku terjadi di setiap kabupaten/kota yaitu di Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
43 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
(a)
(b)
Gambar 4.5 (a) Ikan Kembung Laki-laki (Rastrelliger kanagurta) dan (b) Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma). Sumber : www.pipp.kkp.go.id Pada tahun 2010, produksi ikan kembung didominasi dari Kota Ambon yang proporsi kontribusinya mencapai 53,43%. Kontribusi dari kabupaten/kota lainnya sesuai proporsi kontribusinya adalah Kepulauan Aru, Seram Bagian Barat, Buru, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, Seram Bagian Timur, dan Maluku Tenggara Barat dengan jumlah masing-masing 20,39%, 8,45%, 7,42%, 6,23%, 2,29% dan 1,18%, 0,59%. Tabel 4.4 Produksi Ikan Kembung Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 Kabupaten/Kota Kota Ambon Kab. Maluku Tengah Kab. Seram Bagian Barat Kab. Seram Bagian Timur Kab. Buru Kab. Maluku Tenggara Kab. Maluku Tenggara Barat Kab. Kepulauan Aru Jumlah
Produksi (Ton) 7.929,2
Nilai Produksi (Rp 1.000,-) 23.787.600
924,4
1.386.600
1.254,5
1.881.750
175,9
615.650
1.102,1
3.306.300
340,1
3.401.000
87,1
30.000
3.025,3 14.838,6
6.050.600 40.459.500
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010 PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
44 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
4) Ikan Tembang Ikan tembang termasuk dalam famili Clupeidae. Ikan tembang merupakan pemakan plankton, berenang berkelompok dan merupakan salah satu ikan ekonomis penting. Pendaratan ikan tembang di Provinsi Maluku tersebar di kabupaten/kota Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru.
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.6 (a) Sardinella brachysoma (Bleeker, 1852), (b) Sardinella fimbriata (Valenciennes, 1847), (c) Sardinella gibbosa (Bleeker, 1849). Sumber : www.pipp.kkp.go.id Pada tahun 2010, produksi ikan tembang didominasi dari Kabupaten Maluku Tengah yang proporsi kontribusinya mencapai 51,25%. Proporsi produksi ikan tembang dari kabupaten/kota PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
45 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Seram Bagian Barat, Buru, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, Seram Bagian Timur dan Ambon dengan proporsi masing-masing mencapai 16,67%, 16,52%, 8,60%, 4,34%, 1,69%, 0,93% dan 0,002%. Tabel 4.5 Produksi Ikan Tembang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011 Kabupaten Kota Ambon
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-) 0,2
600
Kab. Maluku Tengah
6.300,9
6.300.900
Kab. Seram Bagian Barat
2.049,2
1.024.600
Kab. Seram Bagian Timur
114,7
114.700
2.031,8
4.814.750
Kab. Maluku Tenggara
533,7
2.668.500
Kab. Maluku Tenggara Barat
207,7
20.000
1.057,0
1.056.900
12.295,1
16.000.950
Kab. Buru
Kab. Kepulauan Aru Jumlah
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
5) Ikan Kuwe/ Kwee Ikan kuwe/kwee termasuk dalam famili Carangidae dengan nama latin Caranx sexfaciatus. Ikan ini merupakan ikan demersal yang bernilai ekonomis penting. Daerah penyebaran ikan layur di perairan Maluku berada di perairan Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
46 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.7 Ikan Kwee (Caranx sexfaciatus) Sumber : www.pipp.kkp.go.id Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan layur di Provinsi Maluku mencapai 7.377,8 ton. Jumlah produksi ini didominasi dari Kepulauan Aru yang mencapai 60,2% dari total produksi, selanjutnya produksi dari Kota Ambon yang mencapai 18,51% dari total produksi. Kabupaten/kota lainnya memberikan kontribusi masing-masing dibawah 5% Tabel 4.6 Produksi Ikan Layur Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011 Kabupaten/Kota Kota Ambon
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
1.365,8
6.419.260
341,5
853.750
Kab. Seram Bagian Barat
76,5
153.000
Kab. Seram Bagian Timur
294,6
883.800
Kab. Buru
225,6
676.800
Kab. Maluku Tenggara
288,3
3.603.750
Kab. Maluku Tengah
Kab. Maluku Tenggara Barat Kab. Kepulauan Aru Jumlah
344,1
20.000
4.441,4
11.103.500
7.377,8
23.713.860
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
47 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Kelompok Ikan Demersal 1) Ikan Gulama/Tiga Waja Ikan Gulama termasuk dalam famili Scienidae dengan nama latin Nibea albiflora. Daerah penyebaran ikan gulama di perairan Maluku berada di sekitar perairan Kota Ambon, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Tenggara Barat dan Kepulauan Aru.
Gambar 4.8 Ikan Gulama (Nibea albiflora). Sumber : www.pipp.kkp.go.id Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan Gulama di Provinsi Maluku mencapai 10.852,7 ton. Hasil tangkapan gulama terbanyak didaratkan di Kota Ambon yang mencapai 88,83%, selanjutnya di Kepulauan Aru mencapai 9,26%, Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak 1,5% dan kabupaten lainnya yang jumlahnya kurang dari 1%.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
48 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.7 Produksi Ikan Gulama/Tiga Waja Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 Kabupaten/Kota Kota Ambon Kab. Seram Bagian Barat Kab. Maluku Tenggara Kab. Maluku Tenggara Barat Kab. Kepulauan Aru Jumlah
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
9.640,5
28.921.500
5,2
3.900
163,4
1.388.900
38,9
20.000
1.004,70
4.018.800
10.852,7
34.353.100
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
2) Ikan Lencam Ikan Lencam termasuk dalam famili Lethrinidae dengan nama latin Lethrinus spp. Daerah penyebaran ikan lencam di perairan Maluku berada di sekitar perairan Kota Ambon, Kabupaten Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Tenggara Barat dan Kepulauan Aru.
Gambar 4.9 Ikan Lencam (Lethrinus spp). Sumber : www.pipp.kkp.go.id PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
49 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan Lencam di Provinsi Maluku mencapai 6,593,6 ton. Hasil tangkapan lencam terbanyak didaratkan di Kepulauan Aru yang mencapai 20,56%, selanjutnya di Kabupaten Seram bagian Barat mencapai 19,01%, Kabupaten Maluku Tengah sebanyak 18,84%, Kota Ambon yang mencapai 15,17%, Kabupaten Buru mencapai 10,76%, Kabupaten Maluku Tenggara mencapai 8,99%, Maluku bagian Barat mencapai 5,75% dan kabupaten Seram bagian Timur yang jumlahnya 0,9%. Tabel 4.8 Produksi Ikan Lencam Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011 Kabupaten/Kota
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
Kota Ambon
1.000,6
2.025.140
Kab. Maluku Tengah
1.242,3
12.423.000
Kab. Seram Bagian Barat
1.253,7
3.761.100
Kab. Seram Bagian Timur
60,1
540.900
Kab. Buru
709,6
1.774.000
Kab. Maluku Tenggara
592,6
7.407.500
Kab. Maluku Tenggara Barat
379,5
20.000
1.355,5
4.744.250
6.593,9
32.695.890
Kab. Kepulauan Aru Jumlah
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
50 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
3) Ikan Kakap Merah Ikan kakap merah atau dikenal dengan nama lokal bambangan termasuk dalam famili Lutjanidae dengan nama latin Lutjanus spp. Ikan ini merupakan ikan demersal yang bernilai ekonomis penting. Daerah penyebaran ikan kakap merah di perairan Maluku berada di perairan utara maupun selatan. Umumnya hidup di perairan dengan dasar karang, lumpur dan pasir. Ikan ini berada di sekitar perairan Kota/Kabupaten Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru.
Gambar 4.10 Ikan Kakap Merah (Lutjanus spp). Sumber : www.pipp.kkp.go.id Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan kakap merah di Provinsi Maluku mencapai 4.324,8 ton. Jumlah produksi ini didominasi dari Kepulauan Aru yang mencapai 30,38% dari total produksi, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Maluku Tengah mencapai hampir 21,66%, dan Kota Ambon yang produksi ikan kakap merah mencapai 16,44%.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
51 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.9 Produksi Ikan Kakap Merah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011 Kabupaten/Kota
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
Kota Ambon
711,1
3.285.700
Kab. Maluku Tengah
936,6
9.366.000
Kab. Seram Bagian Barat
362,3
1.086.900
Kab. Seram Bagian Timur
279,7
2.797.000
Kab. Buru
148,9
372.250
Kab. Maluku Tenggara
398,5
5.978.100
Kab. Maluku Tenggara Barat
173,7
20.000
Kab. Kepulauan Aru Jumlah
1.314,0
13.140.000
4.324,8
36.045.950
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
4) Ikan Beloso/Buntut Kerbo Ikan beloso atau dengan nama latin Saurida tumbil merupakan salah satu ikan ekonomis penting dari famili Synodontidae. Daerah penyebaran ikan beloso/buntut kerbo di perairan Maluku berada di perairan Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru.
Gambar 4.11 Ikan Beloso/Buntut kerbo(Saurida tumbil). Sumber : www.pipp.kkp.go.id PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
52 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan beloso di Provinsi Maluku mencapai 4.129,1 ton. Produksi ikan beloso didominasi di Kota Ambon yang mencapai 68,50% dari total produksi, selanjutnya di Kepulauan Aru yang mencapai 25,90%, Kabupaten Maluku Tenggara mencapai 2,17%, Kabupaten Maluku Tenggara Barat mencapai 1,63% dan kabupaten lainnya yang jumlah proporsinya kurang dari 1%. Tabel 4.10 Produksi Ikan Beloso Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 Kabupaten/Kota Kota Ambon
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
2.828,3
9.197.400
Kab. Maluku Tengah
37,8
28.350
Kab. Seram Bagian Barat
16,6
12.450
Kab. Buru
19,9
49.750
Kab. Maluku Tenggara
89,6
617.500
Kab. Maluku Tenggara Barat
67,5
20.000
1.069,4
2.138.800
4.129,1
12.064.250
Kab. Kepulauan Aru Jumlah
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
53 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
5) Ikan Biji Nangka Ikan biji nangka atau dengan nama latin Upenus vittatus merupakan salah satu ikan ekonomis penting dari famili Mullidae. Daerah penyebaran ikan biji nangka di perairan Maluku berada di perairan Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru.
Gambar 4.12 Ikan Biji Nangka (Upeneus vittatus). Sumber : www.pipp.kkp.go.id Pada tahun 2010 jumlah produksi ikan biji nangka di Provinsi Maluku mencapai 3.289,3 ton. Produksi ikan biji nangka didominasi di Kota Ambon yang mencapai 39,32% dari total produksi, selanjutnya di Kepulauan Aru yang mencapai 23,54%, Kabupaten Maluku Tenggara mencapai 13,56%, kabupaten lainnya yang jumlah proporsinya kurang dari 10%.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
54 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.11 Produksi Ikan Biji Nangka Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 Kabupaten/Kota Kota Ambon
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
1.293,3
4.828.150
Kab. Maluku Tengah
446,1
1.115.250
Kab. Seram Bagian Barat
429,8
1.289.400
Kab. Seram Bagian Timur
43,0
150.500
Kab. Buru
57,2
143.000
189,0
1.606.500
56,5
20.000
774,4
3.097.600
3.289,3
12.250.400
Kab. Maluku Tenggara Kab. Maluku Tenggara Barat Kab. Kepulauan Aru Jumlah
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
Kelompok Non-Ikan 1) Rajungan Rajungan termasuk dalam famili Portunidae dengan nama latin Portunus pelagicus. Rajungan memiliki nilai ekonomis penting yang tinggi. Daerah penyebarannya berada di perairan utara dari Provinsi Maluku, berada sekitar perairan Kota/Kabupaten Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Buru, dan Kepulauan Aru.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
55 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.13 Rajungan (Portunus pelagicus). Sumber : www.pipp.kkp.go.id Pada tahun 2011 jumlah produksi rajungan di Provinsi Maluku mencapai 1.553,1 ton. Jumlah produksi ini didominasi dari Kepulauan Aru yang mencapai 92,33%%. Produksi rajungan masing-masing kabupaten/kota disajikan pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Produksi Rajungan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 Kabupaten/Kota
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
Kota Ambon
66,9
334.500
Kab. Maluku Tengah
28,0
140.000
Kab. Seram Bagian Barat
18,8
28.200
5,4
16.200
Kab. Kepulauan Aru
1.434,0
5.736.000
Jumlah
1.553,1
6.254.900
Kab. Buru
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
56 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
2) Udang Putih/Jerbung Udah putih atau sering dikenal dengan udang jerbung termasuk dalam famili Peneidae dengan nama latin Penaeus merguensis. Udang putih juga sering dikenal dengan nama dagang banana prawn dimana komoditas ini memiliki nilai ekonomis penting yang tinggi. Daerah penyebarannya berada di perairan utara maupun selatan dari Provinsi Maluku. Penyebaran udang berada di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Serem Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru.
Gambar 4.14 Udang Putih (Penaeus merguensis). Sumber : www.pipp.kkp.go.id Pada tahun 2011 jumlah produksi Udang putih di Provinsi Maluku mencapai 2.082,9 ton. Produksi udang didominasi oleh Kepulauan Aru yang mencapai 69,31% dari total produksi udang. Selanjutnya diikuti oleh Kota Ambon yang mencapai 29,35%. Produksi udang putih masing-masing kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 4.13. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
57 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.13 Produksi Udang Putih Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 Kabupaten/Kota Kota Ambon
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
611,3
24.452.000
Kab. Maluku Tengah
10,4
208.000
Kab. Seram Bagian Timur
15,6
312.000
2,0
160.000
Kab. Kepulauan Aru
1.443,6
28.872.000
Jumlah
2.082,9
54.004.000
Kab. Maluku Tenggara Barat
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
3) Cumi-Cumi Cumi-cumi termasuk dalam komoditas yang memiliki nilai ekonomis penting yang tinggi memiliki nama latin Loligo spp. Daerah penyebaran cumi-cumi berada di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru.
Gambar 4.15 Cumi-Cumi (Loligo sp). Sumber : www.pipp.kkp.go.id PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
58 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Pada tahun 2011 jumlah produksi cumi-cumi di Provinsi Maluku mencapai 3.698,9 ton. Produksi cumi-cumi didominasi oleh Kota Ambon yang mencapai 58,41% dari total produksi cumi-cumi di Provinsi Maluku, selanjutnya diikuti oleh Kepulauan Aru yang mencapai 30,85% dari total produksi cumi-cumi. Produksi cumi-cumi di masing-masing Kabupaten/Kota disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 4.14 Produksi Cumi-Cumi per Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 Kabupaten/Kota Ambon
Produksi (ton)
Nilai Produksi (Rp.000)
2.160,7
22.687.350
136,4
1.364.000
Seram Bagian Barat
41,6
62.400
Seram Bagian Timur
154,5
3.835.000
Buru
44,4
133.200
Maluku Tenggara
11,6
174.000
8,6
20.000
1.141,1
8.558.250
3.698,9
36.834.200
Maluku Tengah
Maluku Tenggara Barat Kepulauan Aru Jumlah
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
59 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
B. Sarana Perikanan Tangkap Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/2006 tentang Usaha Perikanan Tangkap, pada pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa yang termasuk dalam sarana dalam kegiatan perikanan adalah alat penangkap ikan dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk di dalamnya adalah kapal penangkap ikan. Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai profil dari alat penangkap ikan dan kapal penangkapan ikan yang ada di Provinsi Maluku.
1) Kapal Perikanan Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan (UU No.45 tahun 2006 tentang Perikanan). Kapal penangkap di Provinsi Maluku didominasi di Maluku Tengah dengan proporsi mencapai 29,17%. Jumlah kapal penangkap terendah di Kota Ambon yang proporsinya mencapai 4,11% dari total jumlah kapal penangkap di Provinsi Maluku. Proporsi jumlah kapal penangkap pada masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku disajikan pada gambar 4.16.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
60 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.15 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Laut per Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku pada Tahun 2010 Kabupaten/Kota
Jumlah (buah)
Ambon
2.073
Maluku Tengah
14.723
Seram Bagian Barat
3.204
Seram Bagian Timur
5.896
Buru
2.992
Maluku Tenggara
5.125
Maluku Tenggara Barat
9.617
Kepulauan Aru
6.842 Jumlah
50.472
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
Gambar 4.16 Persentase Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Provinsi Maluku.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
61 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Kapal penangkap ikan terbagi menjadi perahu tanpa motor, motor tempel dan dengan kapal motor. Kapal penangkap ikan di Provinsi Maluku didominasi oleh perahu tanpa motor yang proporsinya mencapai 72,63%. Jumlah terbanyak berada di Kabupaten Maluku Tengah. Proporsi motor tempel di Provinsi Maluku mencapai 17,77% dan perahu motor mencapai 9,60%. Pada tahun 2010, perahu tanpa motor didominasi dari jenis jukung dengan proporsi mencapai 65,65% dari total perahu tanpa motor. Urutan proporsi jumlah selanjutnya adalah perahu papan kecil, perahu papan sedang dan perahu papan besar dengan proporsi mencapai 22,59%, 7,57% dan 4,20%. Jenis perahu tanpa motor didominasi dari Kabupaten Maluku Tengah dimana pada kabupaten ini banyak ditemukan perahu tanpa motor jenis jukung. Jenis kapal motor didominasi dari ukuran <5GT dan 5-10GT, di mana masing-masing ukuran tersebut mencapai 52,90% dan 25,96% dari total kapal motor di Provinsi Maluku. Kapal motor ukuran tersebut banyak ditemukan di Kepulauan Aru. Sedangkan kapal motor ukuran 500-1000GT merupakan ukuran kapal motor yang terendah di Provinsi Maluku dengan proporsi 0,10%.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
25 2.250 304
4.089
6.717
253
372
2.097
2.652
2.216
812
910
127
245
-
110
258
195
1.696
145
2.776
Se dang
91
78
-
13
505
364
415
72
1.538
Besar
2.311
167
889
252
314
825
3.726
486
8.970
Motor Tempel
1.993
160
80
19
45
60
205
-
2.562
< 5GT
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2012
Maluku Tenggara Maluku Tenggara Barat Kepulauan Aru
Buru
1.795
624
8.279
kecil
6.560
669
Ambon
Maluku Tengah Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur
24.066
Jukung
TOTAL
Kabupaten/ Kota
Perahu Papan
Perahu Tanpa Motor
979
-
42
6
25
30
175
-
1.257
5-10 GT
421
-
-
4
-
8
92
24
549
1020 GT
261
-
-
-
-
-
33
-
294
2030 GT
102
-
-
-
-
-
26
-
128
3050 GT
-
-
-
-
-
-
-
8
8
50100 GT
Ukuran Kapal Motor
Kapal Motor
-
-
-
-
-
-
-
25
25
100200 GT
-
-
-
-
-
-
-
25
15
200500 GT
-
-
-
-
-
-
-
5
5
5001.000 GT
Tabel 4.16 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Masing-Masing Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku pada Tahun 2010
62
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
63 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
2) Unit Penangkapan Ikan Pada tahun 2010, unit penangkapan ikan mencapai 65.292 unit di Provinsi Maluku. Jumlah tersebut didominasi dari Kabupaten Maluku Tengah dan Maluku Tenggara yang masing-masing proporsinya mencapai 27,30% dan 21,77%. Sedangkan proporsi unit penangkapan ikan terendah di Provinsi Maluku berada di Kota Ambon mencapai 1,62% dari total unit penangkapan ikan di Provinsi Maluku. Jumlah proporsi masing-masing kabupaten/ kota di Provinsi Maluku disajikan pada gambar di bawah ini. Tabel 4.17 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Laut per Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku pada Tahun 2010 Kabupaten/Kota
Jumlah (unit)
Ambon Maluku Tengah
1.057 17.827
Seram Bagian Barat
4.821
Seram Bagian Timur
6.113
Buru
3.534
Maluku Tenggara
14.215
Maluku Tenggara Barat
10.219
Kepulauan Aru Jumlah
7.506 65.292
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2012
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
64 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.17 Persentase Jumlah Unit Penangkapan Ikan di Provinsi Maluku Unit penangkapan ikan berdasarkan jenis alat tangkap terbagi menjadi pukat tarik, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, pancing, perangkap, alat pengumpul dan penangkap dan lain-lain. Pukat tarik terbagi menjadi pukat tarik udang tunggal, pukat tarik udang ganda dan pukat tarik ikan. Jaring insang terdiri dari jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, jaring klitik, jaring insang tetap dan jaring tiga lapis. Jaring angkat terbagi menjadi bagan perahu/rakit, bagan tancap, serok dan songko, dan anco. Pancing terbagi menjadi rawai tuna, rawai hanyut, rawai tetap, rawai tetap dasar, huhate, pancing tonda, pancing ulur, pancing tegak, pancing cumi dan pancing lainnya. Perangkap terbagi menjadi sero, bubu dan perangkap lainnya.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
65 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Alat pengumpul dan penangkap terbagi menjadi alat pengumpul rumput laut, alat penangkap kerang, alat penangkap teripang dan alat penangkap kepiting. Alat tangkap lainnya terbagi menjadi jala tebar dan garpu,tombak dan lain-lain. Pada tahun 2010, Provinsi Maluku didominasi dengan unit penangkapan pancing tonda yang jumlahnya mencapai 13%. Unit penangkapan ini banyak ditemukan di Kabupaten Maluku Tenggara. Unit penangkapan lainnya yang cukup mendominasi adalah pancing tegak yang banyak ditemukan juga di Kabupaten Maluku Tenggara.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
107
22
1.461
62
Kepulauan Aru
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2012
1.255
5
Maluku Tenggara Barat
1.050
8
423
936
543
1.472
540
7.680
6
Maluku Tenggara
19
Buru
101
22
46
272
58
492
5
Pukat Cincin
Seram Bagian Timur
35
7
573
43
4
Seram Bagian Barat
16
38
3
Pukat Kantong
422
25
Ambon
107
2
Pukat Tarik
Maluku Tengah
60
1
TOTAL
Kabupaten/Kota
45
1.098
708
343
1.052
738
1.528
-
5.512
7
95
9
104
8
9
90
1.815
947
141
471
404
846
6
4.720
Jaring Insang
188
25
8
221
10
558
224
49
25
-
26
396
12
1.290
11
33
12
14
110
169
12
59
72
380
511
13
Jaring Angkat
44
44
14
Tabel 4.18 Jumlah Unit Penangkapan Ikan di Masing-Masing Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011
66
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
110
954
186
2.896
889
547
2.432
230
7.180
21
120
879
3.896
748
540
2.240
8.423
22
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2012
295
1.626
Kepulauan Aru
151
756
17
7
338
Maluku Tenggara Barat
78 2.600
67
1.039
371
2.405
24
8.487
20
Pancing
Maluku Tenggara
Buru
22
583
35
33
Seram Bagian Timur
184
72
20
Seram Bagian Barat
587
19
352
311
18
336
792
17
Maluku Tengah
754
16
124
1.668
15
Ambon
TOTAL
Kabupaten /Kota
Tabel 4.18 lanjutan
630
101
110
227
-
1.068
23
181
1.481
330
1.469
181
331
1.221
7
5.201
24
19
4
83
28
120
254
25
27
489
323
209
10
177
996
2.231
26
Perangkap
79
85
24
332
520
27
60
44
15
101
220
28
48
27
48
9
135
267
29
5
85
18
113
221
30
Alat Pengumpul dan Penangkap
125
36
98
259
31
45
12
117
217
391
32
233
2.140
1.170
318
1.076
4.937
33
Lain-lain
67
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
: Pukat Tarik Udang Ganda
: Pukat Cincin
: Jaring Insang Tetap
: Serok dan Songko
: Rawai Tetap
: Pancing Ulur
: Sero
: Alat Penangkap Kerang
: Garpu, Tombak dll
1
5
9
13
17
21
25
29
33
Keterangan Tabel 4.18:
-
30
26
22
18
14
10
6
2
-
: Alat Penangkap Teripang
: Bubu
: Pancing Tegak
: Rawai tetap dasar
: Anco
: Jaring Tiga Lapis
: Jaring Insang Hanyut
: Pukat Tarik Udang Tunggal
-
31
27
23
19
15
11
7
3
-
32
: Alat Penangkap Kepiting -
28
24
20
16
12
8
4
: Perangkap Lainnya
: Pancing Cumi
: Huhate
: Rawai Tuna
: Bagan Perahu
: Jaring Lingkar
: Pukat tarik ikan
-
: Jala Tebar
: Alat pengumpul rumput laut
: Pancing Lainnya
: Pancing Tonda
: Rawai Hanyut
: Bagan Tancap
: Jaring Klitik
: Pukat Pantai
68
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
69 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
4.2 Perikanan Tangkap Perairan Umum Provinsi Maluku memiliki perairan umum antara lain sungai, danau, waduk, rawa dan lainnya. Perairan tersebut tersebar di 3 kabupaten di Provinsi Maluku. Pada tahun 2010, produksi perikanan tangkapnya mencapai 35,6 ton. Kabupaten Maluku Tengah mendominasi hasil produksi perikanan perairan umum dengan produksi mencapai 43,26% dari total produksi perairan umum yang dihasilkan. Produksi selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Seram Bagian Barat yang mencapai 34,27 % dari total produksi dan Kabupaten Buru yang mencapai 22,47% dari total produksi. Produksi perikanan tangkap di perairan umum pada masing-masing kabupaten di Provinsi Maluku disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.19 Produksi Perikanan Tangkap di Perairan Umum Provinsi Maluku pada Tahun 2010 Kabupaten/kota
Produksi
Nilai Produksi
Maluku Tengah
15,4
22.750
Seram Bagian Barat
12,2
13.250
8
82.200
35,6
118.200
Buru Jumlah
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
70 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.18 Proporsi Produksi Perikanan Tangkap di Perairan Umum per Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Jenis Ikan 1) Udang Galah Udang galah memberikan kontribusi tertinggi pada produksi perikanan umum di Provinsi Maluku pada tahun 2010. Jumlah produksinya mencapai 20,22% dari total produksi perikanan umum. Produksi udang galah didominasi dari Maluku Tengah yang mencapai 55,56% dari total udang galah di Provinsi Maluku. Selanjutnya adalah Seram Bagian Barat dan Buru. Jumlah produksi masing-masing kabupaten disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.20 Jumlah Produksi Udang Galah di Masing-Masing Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 Kabupaten/kota Maluku Tengah
Produksi
Nilai Produksi 4
10.000
Seram Bagian Barat
2,8
5.500
Buru
0,4
600
Jumlah
7,2
16.100
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010 PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
71 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
2) Ikan Nila Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang merupakan salah satu ikan ekonomis penting. Pada tahun 2010 jumlah produksi ikan nila di Provinsi Maluku mencapai 5,2 ton. Jumlah produksi ini didominasi dari Kabupaten Buru yang mencapai hampir 62,07% dari total produksi nila di Provinsi Maluku, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Maluku Tengah. Jumlah produksinya masing-masing disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.21
Produksi Ikan Nila per Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010
Kabupaten/kota
Produksi
Nilai Produksi
Maluku Tengah
2,2
2.200
Buru
3,6
54.000
Jumlah
5,8
56.200
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2012
3) Ikan Mujair Ikan Mujair merupakan komoditas tertinggi ketiga di Provinsi Maluku untuk perikanan umum. Jumlah produksinya pada tahun 2010 mencapai 14,61% dari total produksi perikanan umum di Provinsi Maluku. Dominasi produksi ikan mujair berada di Seram Bagian Barat yang produksinya mencapai 38,46% dari total produksi ikan mujair. Selanjutnya adalah Kabupaten Maluku Tengah dan Buru. Jumlah produksi ikan mujair masing-masing kabupaten/kota disajikan pada tabel di bawah ini.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
72 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.22 Produksi Ikan Mujair per Kabupaten/kota di Provinsi Maluku Tahun 2010 Kabupaten/kota Maluku Tengah
Produksi
Nilai Produksi 1,6
1.600
2
1.000
Buru
1,6
6.400
Jumlah
5,2
9.000
Seram Bagian Barat
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
73 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
4.3 Peta Tematik Perikanan Provinsi Maluku
Gambar 4.19 Peta Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Tahun 2010
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
74 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.20 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Cakalang PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
75 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.21 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Kembung PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
76 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.22 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Tembang PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
77 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.23 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Tenggiri PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
78 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.24 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Tongkol PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
79 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.25 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Beloso PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
80 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.26 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Biji Nangka PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
81 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.27 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Kakap Merah PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
82 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.28 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Layur PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
83 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.29 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Lencam PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
84 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.30 Peta Produksi Perikanan Tangkap Cumi-Cumi PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
85 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.31 Peta Produksi Perikanan Tangkap Rajungan PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
86 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.32 Peta Produksi Perikanan Tangkap Udang PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
87 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.33 Peta Jumlah Kapal Penangkap Ikan PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
88 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.34 Peta Unit Penangkapan Ikan PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
89 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.35 Peta Produksi Perikanan Tangkap Perairan Umum Tahun 2010 PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
90 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.36 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Mujair Tahun 2010 PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
91 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.37 Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Nila Tahun 2010 PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
92 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 4.38 Peta Produksi Perikanan Tangkap Udang Galah Tahun 2010 PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
93 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
4.4 Industrialisasi Perikanan Tangkap 4.4.1 Kota Ambon Kota Ambon merupakan pusat ibukota dari Provinsi Maluku. Batas wilayah administratif Kota Ambon sebagai berikut: di sebelah Utara dengan Kabupaten Maluku Tengah, disebelah Selatan dengan Laut Banda, di sebelah Barat dengan Kabupaten Maluku Tengah, disebelah Timur dengan Maluku Tengah. Kota Ambon terdiri dari 5 kecamatan mencapai luas wilayah mencapai 377 km2. Pada tahun 2010 pada acara Sail Banda, Menteri KKP menetapkan Provinsi Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional 2030. Pertimbangan dari penetapan itu bahwa Provinsi Maluku merupakan kepulauan bahari di Nusantara dan sumberdaya perikanan yang potensial.
4.4.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon 1) Kelembagaan PPN Ambon Legalitas PPN Ambon dikeluarkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI pada tanggal 6 Oktober 2008 yaitu Peraturan Menteri Nomor Per.19/MEN/2008. Visi PPN Ambon adalah menjadikan PPN Ambon sebagai pusat ekonomi, pusat industri, dan peningkatan ekspor di tahun 2015, sedangkan misinya adalah mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan, membuka lapangan kerja dan meningkatkan ekspor melalui industrialisasi
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
94 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
perikanan. Dalam rangka mewujudkan visi misi tersebut, rencana strategis PPN Ambon adalah : a) Memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi b) Mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan c) Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan d) Memperluas akses pasar domestik dan internasional
2) Indikator Kinerja Utama PPN Ambon Pengukuran kinerja di PPN Ambon dievaluasi berdasarkan indikator jumlah ikan yang didaratkan, ekspor, frekuensi kunjungan kapal dan PNBP. Pada tahun 2011 jumlah pendaratan ikan di PPN Ambon melebihi target yang ditetapkan sebesar 113,51%, kondisi ini juga dialami pada nilai produksinya yang melebihi target sebesar 131,61%. Jumlah ekspor dan nilainya masing-masing mencapai 125,97% dan 318,39% dari target yang ditetap-kan. Jumlah frekuensi kapal belum mencapai targetnya pada tahun tersebut di mana kondisi ini disebabkan penertiban aktivitas kegiatan bongkar muat di PPN Ambon. Indikator PNBP pada tahun 2011 berhasil dicapai oleh PPN Ambon sesuai target.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
95 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.23 Indikator Kinerja Utama di PPN Ambon 2011 Indikator Kegiatan Utama
Satuan Volume (Ton)
Target
Realisasi
63.442
72.012
610.218.578.935
803.080.707.500
55.271
69.627
Nilai (Rp.)
521.494.462.131
1.660.368.069.000
Frekuensi Kunjungan Kapal
(Kali)
11.343
10.563
PNBP
(Rp.)
513.991.000
515.478.750
Jumlah Ikan Yang Didaratkan
Ekspor
Nilai (Rp.) Volume (Ton)
Sumber : PPN Ambon 2012
3) Indikator Industrialisasi PPN Ambon PPN ambon menetapkan indikator kinerja outcome untuk kegiatan industrialisasi perikanan adalah produksi yang mencakup volume, kelas mutu dan nilai tambah dari tuna, tongkol dan cakalang, pendapatan nelayan, dan penyerapan tenaga kerja yang mencakup tenaga kerja nelayan maupun non nelayan. a. Produksi Indikator produksi pada industrialisasi perikanan mencakup volume, kelas mutu dan nilai tambahnya. Volume produksi ikan tuna tongkol dan cakalang diharapkan meningkat. PPN Ambon menetapkan rata-rata target peningkatan produksi TTC selama
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
96 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
periode 2011–2014 adalah 17,64%. Target output untuk masingmasing ikan selama periode waktu tersebut disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.24 Outcome dari Indikator Produksi TTC di PPN Ambon (ton) Kondisi yang diinginkan
Jenis ikan
2011
Tuna
1.492
2.659
2.835
3.029
Tongkol
1.195
1.226
1.307
1.396
Cakalang
1.573
2.056
2.192
2.343
Jumlah
4.260
5.941
6.334
6.768
2012
2013
2014
Sumber : PPN Ambon(2012)
Sampai dengan bulan Agustus 2012, produksi ikan tuna, tongkol dan cakalang adalah sebesar 3.960.667 dengan rincian berturut-turut adalah 1.772.667 kg, 817.333 kg dan 1.370.667 kg. Jumlah tersebut telah mencapai 66,66% dari target output produksi TTC pada tahun 2012. Peningkatan kelas mutu 3 menjadi mutu 2 dan mutu 2 menjadi mutu 1. Target yang ditetapkan PPN Ambon adalah tidak adanya mutu 3 untuk TTC (0%). Peningkatan target dari masing-masing kelas mutu pada TTC dijelaskan pada tabel 4.25.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
97 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.25 Outcome dari Indikator Kelas Mutu TTC di PPN Ambon (%) Jenis ikan
2011
Kondisi yang diinginkan 2012
2013
2014
Ikan Tuna •Mutu 1
24,80
28,80
32,80
36,80
•Mutu 2
75,20
71,20
67,20
63,20
•Mutu 3
0,00
0,00
0,00
0,00
•Mutu 1
33,30
36,30
39,30
42,30
•Mutu 2
66,70
63,70
60,70
57,70
•Mutu 3
0,00
0,00
0,00
0,00
•Mutu 1
41,60
44,10
46,60
49,10
•Mutu 2
58,40
55,90
53,40
50,90
•Mutu 3
0,00
0,00
0,00
0,00
Ikan Tongkol
Ikan Cakalang
Sampai dengan Agustus 2012, capaian mutu ikan tuna di PPN Ambon adalah 32,77% mutu 1 dan 21,85% mutu 2. Capaian mutu ikan tongkol adalah 76,5% mutu 1 dan 28,81% mutu 2 sedangkan capaian mutu ikan cakalang adalah 31,79% mutu 1 dan 23,44% mutu 2. Berdasarkan hal tersebut, maka capaian mutu ikan tongkol telah melampaui target, sedangkan untuk ikan tuna dan cakalang masing-masing mencapai 54,62% dan 55,24% dari target kelas mutu di PPN Ambon.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
98 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Dengan meningkatnya kelas mutu jenis TTC, maka diharapkan dapat meningkatkan nilai tambahnya. Target tersebut juga mempertimbangkan harga elastis untuk jenis TTC. Penetapan target untuk nilai tambah jenis TTC disajikan pada tabel 4.26. Tabel 4.26 Outcome dari Indikator Nilai Tambah TTC di PPN Ambon (Rp) 2012
Kondisi yang diinginkan 2013
23.617.760.000 19.210.896.000
37.756.940.000 23.664.224.000
55.680.621.600 28.519.731.360
1.374.102.000 774.915.000
3.353.740.650 2.036.091.125
5.820.467.220 3.438.463.396
5.487.961.600
9.305.809.920
14.029.307.248
4.492.831.200
6.470.189.440
8.693.116.861
Jenis ikan Ikan Tuna Nilai tambah mutu 1 Nilai tambah mutu 2 Ikan Tongkol Nilai tambah mutu 1 Nilai tambah mutu 2 Ikan Cakalang Nilai tambah mutu 1 Nilai tambah mutu 2
2014
Sumber : PPN Ambon (2012)
b. Pendapatan Nelayan Pendapatan nelayan menjadi salah satu indikator dalam industrialisasi. Peningkatannya menjadi tanda bahwa kegiatan industrialisasi memberikan tingkat kesejahteraan bagi pelaku utamanya yaitu nelayan. PPN Ambon menargetkan peningkatan pendapatan nelayan mencapai 30,56% sampai 40% selama periode 2012 sampai 2014 dengan rata-rata mencapai 35,19%. Rincian target pendapatan nelayan yang ditetapkan oleh PPN Ambon disajikan pada tabel di bawah ini.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
99 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 4.27 Outcome dari Indikator Pendapatan Nelayan di PPN Ambon (Rp.) Kondisi yang diinginkan
Kondisi saat ini
2012
1.394.000
2013
1.820.000
2014
2.457.000
3.440.000
Sumber : PPN Ambon (2012)
c. Penyerapan Tenaga Kerja Kegiatan perikanan memberikan dampak kegiatan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung pada berbagai stakeholder yang terkait. PPN Ambon menetapkan penyerapan tenaga kerja sebagai indikator dalam industrialisasi dengan peningkatan jumlah per tahunnya antara 2,11% sampai 2,23% selama periode 2012 sampai 2014 dengan rata-rata 2,15%. Outcome dari indikator penyerapan tenaga kerja di PPN Ambon disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.28 Outcome dari Indikator Pendapatan Nelayan di PPN Ambon (orang) Penyerapan tenaga kerja
2011
Nelayan Non Nelayan
Kondisi yang diinginkan 2012
2013
2014
9.518
9.730
9.936
10.146
575
675
780
860
Sumber : PPN Ambon (2012)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
100 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
4) Fasilitas PPN Ambon Untuk mendukung kegiatan operasional di pelabuhan perikanan, PPN Ambon menyediakan fasilitas pokok, fasilitas fungsional maupun fasilitas penunjang. Fasilitas-fasilitas tersebut dan kapasitasnya disajikan pada tabel 4.29. Tabel 4.29 Fasilitas di PPN Ambon No
Fasilitas
Kapasitas/Volume
Fasilitas Pokok 1
Areal Daratan Pelabuhan
6 ha
2
Dermaga
3.556,8 m2
3
Penehan Tanah (Revetmet)
600 m2
4
Jalan
3000 m2
5
Drainase Drainase
1.317 m2
Drainase Terbuka
110 m2
Fasilitas Fungsional 1
Tempat Pelelangan Ikan
375 m2
2
Pabrik Es (2 unit)
10 ton
3
Cold Storage
45 m2
4
Tempat Parkir
115,95 m2
5
Kantor Administrasi Pelabuhan
1.133 m2
6
Tangki BBM
500 KL
7
Kapal Pengawas
1 unit
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
101 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
No
Fasilitas
Kapasitas/Volume
8
Lampu Suar
3 unit
9
Genset
1.350 KVA
10
Rumah Genset
125 m2
Fasilitas Penunjang 1
Rumah Karyawan (5 unit)
120-36 m2
2
Mess Karyawan (2 unit)
20 m2
3
Pos Jaga
4 m2
4
MCK
40 m2
5
Kios Iptek
10 m2
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
102 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
103
5
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Perikanan Budidaya
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
104 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
105 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Untuk mengantisipasi tingkat permintaan sumberdaya ikan yang akan meningkat pada masa yang akan datang, maka pengembangan sub-sektor perikanan budidaya menjadi alternatif yang penting. Kondisi produksi per-ikanan budidaya di Provinsi Maluku sejak tahun 2006 hingga 2011 terlihat pada tabel 5.1 di bawah ini. Secara umum, produksi dan nilai produksinya terlihat fluktuatif dari tahun ke tahun, namun terjadi peningkatan yang signifikan antara tahun 2010 dan 2011. Tabel 5.1 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya di Provinsi Maluku pada Periode 2001-2010 Tahun
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp. 1000)
2006
3.952,10
60.759.098
2007
17.824,20
22.400.124
2008
37.427,60
37.399.961
2009
50.899,30
2.464.659.036
2010
380.814,66
782.623.934
2011
815.961,90
1.241.345.430
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
Berdasarkan media hidup ikan, kegiatan perikanan budidaya di Maluku dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis kegiatan, yakni budidaya laut (air laut), tambak (air payau), dan kolam (air tawar).
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
106 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
5.1 Budidaya Laut (Marine Culture) Perkembangan kegiatan budidaya laut di Provinsi Maluku masih fluktuatif mulai tahun 2006 sampai tahun 2011. Luas usaha, produksi, dan nilai produksinya mengalami pasang surut. Secara umum luas usaha, produksi, dan nilai produksinya terlihat fluktuatif dari tahun ke tahun, namun terjadi peningkatan yang signifikan antara tahun 2010 dan 2011. Untuk jelas-nya perkembangan perikanan budidaya laut di Provinsi Maluku sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah. Tabel 5.2 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Laut di Provinsi Maluku pada Periode 20062011 Tahun
Luas Usaha (Ha)
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp. 1000)
2006
295,70
3.952,10
60.759.098
2007
314.504,30
17.824,20
22.400.124
2008
13.293,30
37.427,60
37.399.961
2009
68.852,50
50.899,30
2.464.659.036
2010
6.194,90
380.814,66
782.623.934
2011
164.825,67
814.169,10
1.248.935.790
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
107 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
A. Sumberdaya Potensial Jenis komoditas perikanan budidaya laut di provinsi Maluku ada tiga jenis, yaitu rumput laut, ikan kerapu, dan teripang. Tingginya produksi budidaya rumput laut tak lepas dari kebijakan strategi yang dijalankan bagi komoditas ini sejak tahun 2006 mulai dari bantuan paket sarana, prasarana, maupun dana. Produksi dan nilai produksinya jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel 5.2). Pencapaian produksi dan nilai produksi budidaya laut di Maluku tahun 2011 menurut jenis budidayanya selengkapnya diuraikan pada Tabel 5.3. Dari tabel terlihat jelas bahwa komoditas rumput laut menduduki peringkat tertinggi dalam budidaya laut. Hal itu tak lepas dari kebijakan strategi untuk rumput laut mulai tahun 2006 sampai sekarang. Tabel 5.3 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Laut di Provinsi Maluku menurut Jenis Budidaya Tahun 2011 Jenis Budidaya Laut Rumput Laut
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (x Rp. 1000)
813.820,3
1.050.716.805
174,9
10.429.665
Teripang
97,1
38.101.000
Tiram Mutiara
48,1
641.200
Mutiara
1,8
147.610.000
Lainnya
26,9
1.437.120
814.169,1
1.248.935.790
Ikan Kerapu
Jumlah
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
108 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Kegiatan perikanan budidaya laut paling banyak dilakukan di tiga wilayah, yaitu Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, dan Kota Tual. Luas usaha, jenis komoditas, produksi dan nilai produksinya pada tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut. Tabel 5.4 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Laut di Provinsi Maluku Tahun 2011 Kabupaten/ Kotamadya
Luas Usaha (Ha)
Jenis Komoditas Rumput Laut
Maluku Tenggara Barat
3.041
Ikan Kerapu
172.658,40
172.658.400
20,70
1.654.400
-
-
101.117,60
303.534.120
116,70
1.400.040
95,00
37.996.000
398.038,10
400.530.450
6,90
1.027.500
-
-
Teripang Rumput Laut Kepulauan Aru
119.481
Ikan Kerapu Teripang Rumput Laut
Kota Tual
30.600
Nilai Produksi (Rp.1000)
Produksi (Ton)
Ikan Kerapu Teripang
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
109 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
B. Sarana dan Prasarana Untuk sarana dalam budidaya laut, dibutuhkan lokasi usaha pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi dan ekologi yang sesuai untuk hidup komoditas yang akan dibudidayakan. Budidaya laut di Provinsi Maluku tersebar di 10 kabupaten/kota dari jumlah total 11 kabupaten/kota. Kabupaten/ kota tersebut adalah Kota Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya, dan Kota Tual. Hampir seluruhnya memiliki wilayah perairan laut yang memungkinkan budidaya laut. Luas areal budidaya laut tahun 2011 tercatat seluas 164.825,67Ha, jauh lebih luas dari tahun sebelumnya yaitu 6.194,90 Ha (Tabel 5.2). Terjadinya lonjakan tersebut dikarenakan adanya ekstensifikasi lahan bagi komoditas rumput laut. Hal itu terlihat dari melonjaknya produksi rumput laut tahun 2010 dari 380.814,66 ton menjadi 814.169,10 ton di tahun 2011 (Tabel 5.2).
C. Sumberdaya Manusia Perkembangan jumlah rumah tangga dan petani budidaya perikanan laut di Provinsi Maluku sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 juga bervariasi. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
110 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 5.5 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan Budidaya Laut di Provinsi Maluku periode 2006 – 2011 Tahun
Rumah Tangga Perikanan (Unit)
2006
-
2007
716
2008
358
2009
8.745
2010
13.524
2011
17.763
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
Ini menunjukkan semakin tingginya minat masyarakat untuk budidaya laut di Provinsi Maluku.
5.2 Budidaya Tambak (Brackish Water Pond) Kegiatan budidaya tambak di Provinsi Maluku tahun 2011 berkembang lebih baik dari tahun sebelumnya. Luas usaha, produksi, maupun nilai produksi budidaya tambak di Provinsi Maluku sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 menunjukan peningkatan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut:
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
111 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 5.6 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Maluku pada Periode 20062011 Tahun
Luas Usaha (Ha)
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp. 1000)
2006
723,50
482,40
11.730.100
2007
726,20
121,30
2.728.100
2008
909,50
180,30
2.958.919
2009
1.188,40
629,30
4.596.887
2010
27,20
800,56
15.375.787
2011
275,40
1.740,80
71.421.650
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
A. Sumberdaya Potensial Jenis komoditas perikanan budidaya tambak di provinsi Maluku ada 3 jenis, yaitu udang windu (Giant tiger prown), kepiting, dan ikan bandeng (Chanos chanos). Tingginya produksi udang windu disebabkan karena komoditas ini masih menjadi primadona masyarakat untuk keperluan konsumsi. Udang windu, yang nama latinnya Penaeus monodon merupakan jenis udang yang digemari konsumen karena rasanya yang manis. Masyarakat pun menyukai daging kepiting dan bandeng untuk dikonsumsi. Pencapaian produksi dan nilai produksi budidaya tambak di Maluku tahun 2011 menurut jenis budidayanya selengkapnya diuraikan pada Tabel 5.7. Dari tabel terlihat jelas bahwa komoditas udang windu menduduki peringkat tertinggi dalam budidaya tambak. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
112 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 5.7 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Maluku Menurut Jenis Budidaya Tahun 2011 Jenis Budidaya Tambak Udang Windu
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (x Rp. 1000)
1.400,0
56.000.000
Kepiting
338,0
15.337.650
Bandeng
2,8
84.000
1.740,8
71.421.650
Jumlah
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
Di Maluku, hanya terdapat 3 kabupaten yang melaksanakan budidaya tambak, yaitu Maluku Tengah, Buru, dan Kepulauan Aru di tahun 2011. Luas usaha, jenis komoditas, produksi dan nilai produksinya pada tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.8.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
113 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 5.8 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Maluku Tahun 2011 Kabupaten/ Kotamadya Maluku Tengah
Buru
Kepulauan Aru
Luas Usaha (Ha)
Jenis Komoditas Udang Windu
267,2
4,5
3,7
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp.1000)
1.400,00
56.000.000
-
-
Ikan Bandeng
2,80
84.000
Udang Windu
-
-
5,90
390.000
Ikan Bandeng
-
-
Udang Windu
-
-
332,20
14.947.650
-
-
Kepiting
Kepiting
Kepiting Ikan Bandeng
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
B. Sarana dan Prasarana Untuk sarana dalam budidaya tambak, dibutuhkan lokasi usaha pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi dan ekologi yang sesuai untuk hidup komoditas yang akan dibudidayakan. Budidaya tambak di Provinsi Maluku tersebar di 3 kabupaten/kota dari jumlah total 11 kabupaten/kota. Kabupaten/ kota tersebut adalah Maluku Tengah, Buru, dan Kepulauan Aru. Luas areal budidaya tambak tahun 2011 tercatat seluas 275,40 ha, jauh lebih luas dari tahun sebelumnya yaitu 27,2 ha (Tabel 5.6). Terjadinya lonjakan tersebut dikarenakan ekstensifikasi lahan bagi komoditas udang windu dan kepiting.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
114 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
C. Sumberdaya Manusia Walaupun terjadi peningkatan produksi, perkembangan jumlah rumah tangga dan petani budidaya perikanan tambak di Provinsi Maluku sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 tercatat mengalami penurunan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.9 berikut ini. Tabel 5.9 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Maluku Periode 2006 – 2011 Tahun
Rumah Tangga Perikanan (Unit)
2006
128
2007
301
2008
307
2009
38
2010
32
2011
24
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
Hal tersebut terjadi karena beralihnya petani tambak menjadi petani budidaya laut, khususnya komoditas rumput laut. Ini menunjukkan semakin tingginya minat masyarakat untuk melakukan budidaya laut dengan komoditas rumput laut di Provinsi Maluku.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
115 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
5.3 Budidaya Kolam A. SUMBERDAYA POTENSIAL Kegiatan budidaya kolam di Provinsi Maluku tahun 2011 telah berkembang lebih baik dari tahun sebelumnya, produksi totalnya meningkat dari 45,1 ton menjadi 52 ton (Tabel 5.10). Namun hasil tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi antara tahun 2006 sampai 2009 yang rata-rata per tahunnya sebesar 132,875 ton. Terlihat juga dari luas usaha, produksi, maupun nilai produksi budidaya kolam di Provinsi Maluku sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 yang menunjukan penurunan. Ini menunjukkan bahwa minat masyarakat Maluku terhadap budidaya kolam semakin berkurang. Tabel 5.10 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi Maluku pada Periode 20062011 Tahun
Luas Usaha (Ha)
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp. 1000)
2006
138,00
117,00
1.221.015
2007
153,70
133,60
518.200
2008
408,90
135,00
442.711
2009
234,60
145,90
229.365
2010
14,30
45,10
323.020
2011
20,70
52,00
1.387.990
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
116 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Terdapat hanya 3 jenis komoditas perikanan budidaya kolam di provinsi Maluku, yaitu ikan mas, ikan mujair, dan ikan nila. Produksi tertinggi adalah komoditas ikan mas, disusul dengan ikan nila, dan yang terakhir adalah ikan mujair. Dilihat dari syarat hidupnya, ketiga komoditas ini termasuk jenis ikan yang mudah dibiakkan. Tidak salah jika petani kolam banyak membudidayakannya. Konsumen pun masih meminati ketiga jenis ikan ini. Pencapaian produksi dan nilai produksi budidaya kolam di Maluku tahun 2011 menurut jenis budidayanya selengkapnya diuraikan pada Tabel 5.11. Dari tabel terlihat jelas bahwa komoditas ikan nila menduduki peringkat tertinggi dalam budidaya kolam. Tabel 5.11 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi Maluku Menurut Jenis Budidaya Tahun 2011 Jenis Budidaya Kolam
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (x Rp. 1000)
Ikan Nila
27,9
498.550
Ikan Mas
17,2
788.340
6,9
101.100
52,0
1.387.990
Ikan Mujair Jumlah
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
Tahun 2011 di Maluku, terdapat 4 kabupaten yang melaksanakan budidaya kolam, yaitu Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, dan Buru. Luas usaha, jenis komoditas, produksi dan nilai produksinya pada tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.12. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
117 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 5.12 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi Maluku Tahun 2011 Kabupaten/ Kotamadya Ambon
Luas Usaha (Ha) 12,5
Jenis Komoditas
1,20
65.050
Ikan Mas
1,30
84.840
-
-
1,30
39.000
Seram Bagian Barat
Buru
Ikan Nila 1,5
5,4
Ikan Mas
-
-
Ikan Mujair
2,80
600
Ikan Nila
2,70
54.000
Ikan Mas
3,70
92.500
Ikan Mujair 1,3
Nilai Produksi (Rp.1000)
Ikan Nila Ikan Mujair Maluku Tengah
Produksi (Ton)
6,70
100.500
Ikan Nila
22,70
340.500
Ikan Mas
12,20
611.000
-
-
Ikan Mujair
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012
B. Sarana dan Prasarana Untuk sarana dalam budidaya kolam, dibutuhkan lokasi usaha pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi dan ekologi yang sesuai untuk hidup komoditas yang akan dibudidayakan. Budidaya kolam di Provinsi Maluku tersebar di 4 kabupaten/kota dari jumlah total 11 kabupaten/kota. Kabupaten/ kota tersebut adalah Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, dan Buru. Keempatnya memiliki sarana bagi budidaya kolam. Di tahun 2011 juga tercatat bahwa produksi benih ikan nila dan ikan mas menempati urutan pertama dan ketiga. Masing
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
118 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
– masing jumlahnya adalah sebanyak 76.760 dan 36.607 ekor. Urutan kedua ditempati oleh ikan kerapu, yakni sebanyak 71.997 ekor (Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012). Luas areal budidaya kolam tahun 2011 tercatat seluas 20,70 ha, jauh lebih luas dari tahun sebelumnya yaitu 14,30 ha (Tabel 5.10). Terjadinya lonjakan tersebut dikarenakan ekstensifikasi lahan bagi komoditas ikan nila dan ikan mas.
C. Sumberdaya Manusia Walaupun terjadi peningkatan produksi dari tahun sebelumnya, perkembangan jumlah rumah tangga dan petani budidaya perikanan kolam di Provinsi Maluku sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 tercatat mengalami penurunan. Ini menandakan adanya intensifikasi di sektor budidaya kolam pada tahun 2011. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.13 berikut ini. Tabel 5.13 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi Maluku Periode 2006 – 2011 Tahun
Rumah Tangga Perikanan (Unit)
2006
91
2007
77
2008
98
2009
414
2010
165
2011
77
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012 PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
119 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
5.4 Peta Tematik Perikanan Budidaya
Gambar 5.1 Peta Produksi Perikanan Budidaya Laut
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
120 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 5.2 Peta Produksi Perikanan Budidaya Tambak PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
121 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 5.3 Peta Produksi Perikanan Budidaya Kolam PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
122 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
123
6
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Pengolahan Hasil Perikanan
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
124 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
125 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Berdasarkan cara atau metode pengolahannya jenis pengolahan ikan dapat dikelompokkan menjadi 10 jenis, yaitu: pengolahan ikan segar, pengalengan, pembekuan, penggaraman/ pengeringan, pemindangan, pengasapan, fermentasi, pereduksian, surimi, dan pengolahan lainnya. Selanjutnya, aktivitas usaha pengolahan hasil perikanan di provinsi Maluku secara umum masih didominasi oleh usaha skala kecil dan menengah dengan segala keterbatasannya, diantaranya: lemah dalam pemodalan, teknologi dan informasi, manajemen dan pemasaran, bersifat subsisten, dan tersebar secara parsial. Banyaknya unit pengolahan hasil perikanan menurut Kabupaten/Kota dan klasifikasi usaha pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 6.1. Tabel 6.1 Banyaknya Unit pengolahan Hasil Perikanan Menurut Kabupaten/Kota dan Klasifikasi Usaha pada Tahun 2011 No
Kabupaten/ Kota
Unit Pengolahan Hasil Perikanan
Klasifikasi Pengolahan Hasil Perikanan
Mikro
Kecil
Menengah
Besar
1
Kab. Maluku Tenggara Barat
19
19
0
0
0
2
Kab. Maluku Tenggara
1
1
0
0
0
3
Kab. Maluku Tengah
63
60
2
0
1
4
Kab. Buru
37
37
0
0
0
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
126 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
No
Kabupaten/ Kota
Unit Pengolahan Hasil Perikanan
Klasifikasi Pengolahan Hasil Perikanan
5
Kab. Kepulauan Aru
10
7
1
1
1
6
Kab. Seram Bagian Barat
3
3
0
0
0
7
Kab. Seram Bagian Timur
59
58
0
1
0
8
Kab. Maluku Barat Daya
0
0
0
0
0
9
Kab. Buru Selatan
0
0
0
0
0
10
Kota Ambon
40
26
2
0
12
11
Kota Tual
32
31
0
0
1
264
242
5
2
15
Total
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
Besaran volume produksi pengolahan hasil perikanan menurut kabupaten/kota di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.2. Kabupaten Maluku Tengah memiliki volume produksi pengolahan yang paling besar yaitu 11.848 ton. Nilai produksi tersebut sama dengan 41,7% dari total produksi pengolahan hasil perikanan di provinsi Maluku. Setelah itu, Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki volume produksi terbesar kedua di Provinsi Maluku dengan volume produksi sebesar 25,9% dari total produksi pengolahan hasil perikanan di provinsi Maluku.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
127 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 6.2 Volume Produksi Pengolahan Hasil Perikanan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku No
Nama Kabupaten/Kota
Jumlah (ton)
1
Kab. Maluku Tenggara Barat
7.355
2
Kab. Maluku Tenggara
3
Kab. Maluku Tengah
4
Kab. Buru
4.490
5
Kab. Kepulauan Aru
2.365
6
Kab. Seram Bagian Barat
-
7
Kab. Seram Bagian Timur
2.179
8
Kab. Maluku Barat Daya
9
Kab. Buru Selatan
10
Kota Ambon
58
11
Kota Tual
37
11.848
72 -
Total 28.404 Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
Banyaknya tenaga kerja pengolahan ikan menurut kabupaten/ kota dan jenis kelamin tenaga kerja pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 6.3. Jumlah tenaga kerja pengolahan secara keseluruhan di provinsi Maluku adalah sebanyak 9.218 orang. Persentase jumlah tenaga kerja perempuan adalah sebesar 67%. Secara umum dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja perempuan lebih banyak dari tenaga kerja laki-laki.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
128 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 6.3 Banyaknya Tenaga Kerja Pengolahan Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tenaga Kerja pada Tahun 2011 No.
Nama Kabupaten/ Kota
Tenaga Kerja Pengolahan Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Kab. Maluku Tenggara Barat
57
95
152
2
Kab. Maluku Tenggara
73
4
77
3
Kab. Maluku Tengah
488
1.050
1.538
4
Kab. Buru
21
152
173
5
Kab. Kepulauan Aru
252
625
877
6
Kab. Seram Bagian Barat
0
17
17
7
Kab. Seram Bagian Timur
429
797
1.226
8
Kab. Maluku Barat Daya
0
0
0
9
Kab. Buru Selatan
0
0
0
10
Kota Ambon
1.647
3.092
4.739
11
Kota Tual
81
338
419
Total
3.048
6.170
9.218
Sumber : Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
129 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
6.1 Pengolahan Ikan Segar Komoditas atau produk perikanan baik dari hasil tangkapan ataupun budidaya harus dijaga agar kondisinya tetap segar atau prima. Kesegaran ikan itu sendiri menjadi tolak ukur mutu baik atau jeleknya ikan. Ikan dikatakan segar apabila masih memiliki sifat-sifat seperti ikan hidup, diantaranya perubahan-perubahan biokimiawi, mikrobiologik, dan fisikawi belum menyebabkan kerusakan berat pada ikan. Tingkat kesegaran atau mutu ikan terbagi menjadi 4 kategori, antara lain: 1. Kesegaran ikan masih baik sekali disebut dengan prima 2. Kesegaran ikan masih baik disebut advanced. 3. Kesegaran ikan sudah mulai mundur disebut sedang 4. Ikan sudah tidak segar lagi/busuk disebut ikan bermutu rendah/jelek. Kesegaran ikan dapat ditentukan secara fisik, mikrobiologi dan biokimiawi. Secara mikrobiologi dapat ditentukan dengan mengamati nilai Angka Lempeng Total (ALT/TPC), Kapang atau bakteri-bakteri patogen lainnya yang spesifik terhadap spesies atau komoditas tertentu. Parameter biokimiawi dapat diukur melihat nilai Total Volatile Base (TVB), TMA, pH dan parameterparamater lainnya. Parameter mikrobiologi dan biokimia tiap spesies atau komoditas perikanan berbeda, sehingga penanganan dan tingkat kualitas mutunya pun berbeda. Namun secara umum dan mudah ikan segar dapat dilihat atau dinilai secara fisik. Parameter fisik dapat diketahui dengan mengamati tanda-tanda visualnya menggunakan beberapa parameter. Parameter tersebut antara lain kenampakan, mata, mulut, sisik, insang, daging, anus, PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
130 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
bau, dan lain-lain. Tanda-tanda ikan masih segar dan sudah tidak segar disajikan pada Tabel 6.4 dan Tabel 6.5. Tabel 6.4 Tanda-Tanda Ikan Segar dan Ikan yang Sudah Tidak Segar Parameter
Ikan Segar
Ikan Tidak segar
Kenampakan
Cerah, terang, mengkilat, tak berlendir
Suram, kusam, berlendir
Mata
Menonjol keluar
Cekung, masuk kedalam rongga mata
Mulut
Terkatup
Terbuka
Sisik
Melekat kuat
Mudah dilepaskan
Insang
Merah cerah
Merah gelap
Daging
Kenyal, lentur
Tidak kenyal, lunak
Anus
Merah jambu, pucat
Merah, menonjol keluar
Bau
Segar, normal seperti rumput laut
Busuk, bau asam
Lain-lain
Tenggelam dalam air
Terapung diatas air
Sumber : Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
Tabel 6.5 Tanda-Tanda Udang Segar dan Udang yang Sudah Tidak Segar Parameter
Kenampakan
Udang Segar Cerah, cemerlang, warna asli, udang menurut jenisnya belum berubah
Udang Tidak segar Banyak warna merah jambu timbul terutama pada kepala, antena, dan kaki. Banyak noktah hitam pada kakinya
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
131 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Parameter Mata
Udang Segar Bulat, hitam, mengkilat, tidak terlalu menonjol keluar
Udang Tidak segar Kelabu gelap, pudar, menonjol keluar, bola mata melekat pada tangkai mata
Kulit
Melekat kuat pada dagingnya, tidak berlendir pada permukaan
Mudah dilepaskan dari dagingnya, lendir tebal pada permukaannya
Ruas
Hubungan antar ruas kuat dan kompak, hubungan kepala dan tubuhnya tidak mudah dipisahkan
Hubungan antar ruas, kepala, dan tubuh tidak kuat, mudah dipisahkan
Daging
Kompak (padat), lentur, melekat kuat pada kulitnya
Kendor, mudah dilepaskan dari kulitnya, apabila ditekan dengan jari terasa lengket
Bau
Segar, tidak tercampur bau asing
Busuk, bau asam, bau ammonia
Sumber : Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
A. Produksi Produksi pengolahan ikan segar tersebar di dua kabupaten/ kota. Kabupaten/kota tersebut yaitu Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tenggara. Produksi pengolahan ikan segar di Provinsi Maluku sebesar 390 ton. Nilai produksi pengolahan segar tersebut dapat juga dikatakan sebesar 1,37 % dari total produksi pengolahan yang ada di Provinsi Maluku.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
132 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
B. Unit Pengolahan Ikan Produk Segar Dalam melakukan pengolahan ikan yang menangani produk segar dilaksanakan oleh Unit Pengolahan Ikan. Unit Pengolahan Ikan (UPI) untuk ikan segar ini tersebar di dua kabupaten/kota. Jumlah total UPI yang tersebar di Provinsi Maluku adalah sebanyak 3 unit. Sebaran UPI penanganan produk segar di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.6. Tabel 6.6 Sebaran UPI Penanganan Produk Segar di Provinsi Maluku No.
Nama Kabupaten/Kota
Penanganan Produk Segar
1
Kota Ambon
2
2
Kab. Maluku Tenggara
1
Total
3
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
C. Sumberdaya Manusia Jumlah tenaga kerja pada UPI penanganan produk ikan segar di Provinsi Maluku adalah 1267 orang, yang terdiri dari 669 orang tenaga kerja laki-laki dan 598 orang tenaga kerja perempuan. Kota Ambon memiliki tenaga kerja pengolah produk segar terbanyak yaitu sebanyak 1.190 orang. Apabila dilihat perbandingan antara tenaga kerja laki-laki dengan tenaga kerja perempuan di Provinsi
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
133 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Maluku, secara umum jumlah tenaga kerja perempuan hampir sama dengan tenaga kerja laki-laki. Jumlah tenaga kerja pada UPI penanganan produk ikan segar di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.7. Tabel 6.7 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Penanganan Produk Segar di Provinsi Maluku No.
Nama Kabupaten/Kota
1
Kab. Maluku Tenggara
2
Kota Ambon Total
Tenaga Kerja Pengolahan Produk Segar Laki-laki
Perempuan
Jumlah
73
4
77
596
594
1.190
669
598
1.267
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan Kota Ambon merupakan Kabupaten yang memiliki UPI penanganan produk segar terbanyak di Provinsi Maluku. Persentase sebaran UPI penanganan produk segar di Kota Ambon adalah sebesar 67%. Kemudian UPI penanganan produk segar di Provinsi Maluku ini tersebar di Kabupaten Maluku Tenggara. Oleh karena itu, apabila dilihat dari persentase sebaran UPI maka Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tenggara memiliki potensi pengembangan industri pengolahan produk segar yang paling besar. Persentase sebaran UPI penanganan produk segar di Provinsi Maluku dapat dilihat pada Gambar 6.1.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
134 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.1 Persentase Pusat Sebaran UPI Penanganan Produk Segar di Provinsi Maluku
6.2 Pengolahan Pembekuan Pembekuan dimaksudkan untuk mengawetkan sifat-sifat alami ikan. Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah ( -12°C sampai -30°C) , yaitu jauh dibawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan (thawing) kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan. Dalam proses pembekuan, bentuk/besar ikan, cara dan kecepatan pembekuan, turut mempengaruhi mutu, penampilan (appearance) dan biaya pembekuan. Pada pembekuan komersial dikenal dua penggolongan yaitu Pembekuan lambat (slow freezing) dan pembekuan cepat (quick freezing). Fasilitas pembekuan pun beragam, secara umum proses pembekuan dapat menggunakan air blast freezer, contact plate freezer, imersion freezer¸ dan jenis lainnya. Setelah proses pembekuan diperlukan ruangan penyimpanan dingin atau beku yang biasa disebut cold storage. Cold Storage mampu menjaga kualitas produk beku tetap PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
135 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
prima dalam jangka waktu yang lama.
A. Produksi Industri pembekuan di Provinsi Maluku berkembang di lima Kabupaten/Kota. Total produksi pembekuan di Provinsi Maluku sebesar 8.246 ton. Nilai tersebut sama dengan 29% dari total produksi pengolahan pembekuan yang ada di Provinsi Maluku.
B. Unit Pengolah Ikan Pembekuan Unit Pengolahan Ikan (UPI) pembekuan di Provinsi Maluku berjumlah 23 UPI. UPI pembekuan di Provinsi Maluku ini tersebar pada 5 Kabupaten/Kota. Tabel 6.8 menyajikan sebaran UPI pembekuan di Provinsi Maluku. Tabel 6.8 Sebaran UPI Pembekuan di Provinsi Maluku No.
Nama Kabupaten/Kota
Pembekuan
1
Kota Ambon
12
2
Kab. Maluku Tengah
4
3
Kab. Kepulauan Aru
3
4
Kab. Seram Bagian Timur
3
5
Kota Tual
1 Jumlah
23
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
136 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
C. Sumberdaya Manusia Jumlah total tenaga kerja pada UPI pembekuan di Provinsi Maluku adalah 6.642 orang, yang terdiri dari 1.865 orang tenaga kerja laki-laki dan 4.577 orang tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja pengolah pada UPI pembekuan tersebar di 5 Kabupaten/ Kota. Jumlah tenaga kerja pada UPI pembekuan ini terpusat di Kota Ambon. Secara umum, jumlah tenaga kerja perempuan lebih dominan dari jumlah tenaga kerja laki-laki. Jumlah tenaga kerja pada UPI pembekuan di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.9. Tabel 6.9 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pembekuan di Provinsi Maluku Tenaga Kerja Pembekuan Ikan No
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Kab. Maluku Tengah
326
796
1.122
2
Kab. Kepulauan Aru
243
597
840
3
Kab. Seram Bagian Timur
243
597
840
4
Kota Ambon
972
2.388
3.360
5
Kota Tual
81
199
280
1.865
4.577
6.442
Total
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
137 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Maluku Tahun 2011
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan Sebaran UPI pembekuan di Provinsi Maluku terpusat di Kota Ambon. Dimana, persentase sebaran UPI pembekuan di Provinsi Maluku sebesar 52%. Oleh karena itu, peluang pengembangan UPI pembekuan ini dapat diarahkan pada Kota Ambon tersebut. Persentase sebaran UPI pembekuan di Provinsi Maluku dapat dilihat pada Gambar 6.2.
Gambar 6.2 Persentase Sebaran UPI Pembekuan di Provinsi Maluku
6.3 Pengolahan Penggaraman/Pengeringan Pengolahan ikan asin adalah proses pengawetan ikan dengan menggunakan teknik kombinasi penggaraman dan pengeringan. Proses Penggaraman atau pengasinan juga turut membantu proses pengeringan ikan. Proses pengasinan diawali dengan proses pembersihan, kemudian penyiangan, pencucian dan perendaman
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
138 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
ikan dalam larutan garam. Perendaman dilakukan selama lebih kurang 3 hari, setelah itu dilakukan proses pengeringan untuk menurunkan kadar air dari dalam tubuh ikan. Proses pengeringan dapat dilakukan secara alamiah dengan sinar matahari atau secara mekanik. Proses pengeringan merupakan faktor penentu kualitas ikan asin. Ikan asin yang terlalu basah atau masih memiliki kandungan air yang tinggi menghasilkan produk ikan asin dengan kualitas yang rendah.
A. Produksi Industri pengasinan di Provinsi Maluku berkembang di enam kabupaten/kota. Total produksi penggaraman/pengeringan di Provinsi Maluku adalah sebesar 11.477 ton. Nilai tersebut sama dengan 40,4% dari total produksi pengolahan yang ada di Provinsi Maluku.
B. Unit Pengolahan Ikan Penggaraman/Pengeringan Unit Pengolahan penggaraman/pengeringan yang terdapat di Provinsi Maluku adalah sebanyak 83 UPI. Unit pengolahan tersebut tersebar di 2 Kota dan 4 Kabupaten. Sebaran UPI penggaraman/pengeringan di Provinsi Maluku dapat dilihat pada Tabel 6.10.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
139 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 6.10 Sebaran UPI Penggaraman/Pengeringan di Provinsi Maluku No.
Nama Kabupaten/Kota
Penggaraman/Pengeringan
1
Kab. Seram Bagian Timur
27
2
Kab. Maluku Tenggara Bara
19
3
Kab. Maluku Tengah
16
4
Kota Tual
15
5
Kab. Buru
4
6
Kota Ambon
2
Jumlah
83
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
C. Sumberdaya Manusia Tenaga kerja pengolah penggaraman/pengeringan ini tersebar di 6 kabupaten/kota. Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki tenaga kerja pengolah produk penggaraman terbanyak yaitu sebanyak 197 orang, yang terdiri dari 116 orang tenaga kerja laki-laki dan 81 orang tenaga kerja perempuan. Jumlah total tenaga kerja pada UPI penggaraman/pengeringan di Provinsi Maluku adalah 602 orang dengan 40% tenaga kerja laki-laki dan 60% tenaga kerja perempuan. Jumlah tenaga kerja pada UPI penggaraman/pengeringan di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.11.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
140 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 6.11 Jumlah Tenaga Kerja pada Pengeringan di Provinsi Maluku
UPI
Penggaraman/
Tenaga Kerja Penggaraman Ikan
No
Kabupaten/Kota
1
Kab. Maluku Tenggara Barat
57
95
152
2
Kab. Maluku Tengah
67
76
143
3
Kab. Buru
0
20
20
4
Kab. Seram Bagian Timur
116
81
197
5
Kota Ambon
3
12
15
6
Kota Tual
0
75
75
243
359
602
Total
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan Sebaran UPI penggaraman/pengeringan di Provinsi Maluku ini terpusat di 6 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Kota Tual, Kabupaten Buru dan Kota Ambon. Apabila melihat persentase sebaran UPI di provinsi Maluku, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Tual tersebut memiliki potensi pengembangan yang lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Persentase pusat sebaran UPI penggaraman/pengeringan ini dapat dilihat pada
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
141 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.3 Persentase Pusat Sebaran UPI Penggaraman/Pengeringan di Provinsi Maluku
6.4 Pengolahan Pemindangan A. Produksi Industri pemindangan yang terdapat di Provinsi Maluku baru berkembang di dua kabupaten. Kabupaten yang mengembangkan pengolahan pemindangan tersebut adalah Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Maluku Tengah.
B. Unit Pengolahan Ikan Pemindangan Jumlah UPI pemindangan yang berkembang di Provinsi Maluku berjumlah 4 unit. Unit Pengolahan Ikan tersebut tersebar di dua kabupaten. Sebaran UPI pemindangan di Provinsi Maluku dapat dilihat pada Tabel 6.12.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
142 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 6.12 Sebaran UPI Pemindangan di Provinsi Maluku No.
Nama Kabupaten/Kota
Pemindangan
1
Kab. Seram Bagian Barat
3
2
Kab. Maluku Tengah
1
Total
4
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
C. Sumberdaya Manusia Jumlah total tenaga kerja pada UPI pemindangan di Provinsi Maluku adalah 22 orang dengan persentase jumlah tenaga kerja perempuan adalah 100%. Kabupaten Seram Bagian Barat memiliki tenaga kerja pengolah produk segar terbanyak yaitu sebanyak 17 orang. Jumlah tenaga kerja pada UPI pemindangan di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.13. Tabel 6.13 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pemindangan di Provinsi Maluku No
Kabupaten/Kota
Tenaga Kerja Pemindangan Ikan Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Kab. Maluku Tengah
0
5
5
2
Kab. Seram Bagian Barat
0
17
17
0
22
22
Total
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
143 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan kabupaten yang memiliki jumlah UPI pemindangan terbanyak di Provinsi Maluku. Persentase jumlah UPI pemindangan yang terdapat di Kabupaten Seram Bagian Barat adalah sebesar 75%. Kemudian, Kabupaten Maluku tengah memiliki persentase jumlah UPI sebesar 25%. Oleh karena itu, dengan melihat jumlah sebaran UPI pemindangan maka kedua kabupaten tersebut memiliki potensi pengembangan industri pengolahan pemindangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Persentase pusat sebaran UPI pemindangan di Provinsi Maluku dapat dilihat pada Gambar 6.4.
Gambar 6.4 Persentase Pusat Sebaran UPI Pemindangan di Provinsi Maluku
6.5 Pengolahan Pengasapan/Pemanggangan A. Produksi Industri pengasapan di Provinsi Maluku berkembang di empat kabupaten/kota. Total produksi pengasapan/pemanggangan di Provinsi Maluku sebesar 117 ton. Nilai tersebut sama dengan PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
144 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
44,3% dari total produksi pengolahan yang ada di Provinsi Maluku.
B. Unit Pengolahan Ikan Pengasapan/Pemanggangan Unit Pengolah Ikan pengasapan/pemanggangan di Provinsi Maluku tersebar pada empat kabupaten/kota. Jumlah UPI pengasapan/ pemanggangan di Provinsi Maluku adalah sebanyak 117 UPI. Sebaran UPI pengasapan/pemanggangan di Prpinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.14. Tabel 6.14 Sebaran UPI Pengasapan/Pemanggangan di Provinsi Maluku No.
Nama Kabupaten/Kota
Pengasapan/Pemanggangan
1
Kab. Maluku Tengah
38
2
Kab. Buru
33
3
Kab. Seram Bagian Timur
23
4
Kota Ambon
23
Total 117 Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
C. Sumberdaya Manusia Kabupaten Maluku Tengah memiliki tenaga kerja pengolah pengasapan/pemanggangan terbanyak yaitu sebanyak 252 orang yang terdiri dari 95 orang tenaga kerja laki-laki dan 157 orang tenaga kerja perempuan. Jumlah total tenaga kerja pada UPI pengasapan/pemanggangan di Provinsi Maluku adalah 740 orang PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
145 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
dengan persentase jumlah tenaga kerja laki-laki adalah 35% dan persentase jumlah tenaga kerja perempuan adalah 65%. Tenaga kerja pengolah pengasapan/pemanggangan ini tersebar di empat kabupaten/kota. Jumlah tenaga kerja pada UPI pengasapan/ pemanggangan di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.15. Tabel 6.15 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pemanggangan di Provinsi Maluku No
Kabupaten/Kota
Pengasapan/
Tenaga Kerja Pengasapan Ikan Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Kab. Maluku Tengah
95
157
252
2
Kab. Buru
21
132
153
3
Kab. Seram Bagian Timur
70
95
165
4
Kota Ambon
76
94
170
Total 262 478 740 Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan Kabupaten Maluku Tengah merupakan kabupaten/kota dengan persentase sebaran UPI pengasapan/pemanggangan terbesar yaitu sebesar 32%. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Buru dengan persentase sebaran UPI sebesar 28 %. Dengan demikian, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Buru memiliki potensi pengembangan industri pengolahan ikan asap yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Persentase sebaran UPI pengasapan/pemanggangan di Provinsi Maluku dapat dilihat pada Gambar 6.5. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
146 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.5 Persentase Sebaran UPI Pengasapan/Pemanggangan di Provinsi Maluku
6.6 Pengolahan Fermentasi A. Produksi Jenis produksi fermentasi yang biasanya dikembangkan seperti ikan peda, jambal roti, jambal roti tawar, jambal roti asin, terasi dan kecap ikan. Produk fermentasi sangat popular dikarenakan cita rasanya yang khas. Selain itu, produk fermentasi tercatat memiliki kandungan gizi yang sederhana sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh. Industri fermentasi di Provinsi Maluku berkembang di dua kabupaten yaitu Kabupaten Kepulauan Aru dan Kabupaten Maluku Tengah. Total produksi pengolahan fermentasi di Provinsi Maluku sebesar 11 ton. Nilai tersebut sama dengan 4,2% dari total produksi pengolahan yang ada di Provinsi Maluku.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
147 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
B. Unit Pengolahan Ikan Fermentasi Di Provinsi Maluku, jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI) fermentasi sebanyak 11 UPI. UPI fermentasi ini tersebar pada 2 kabupaten. Tabel 6.16 menyajikan sebaran UPI fermentasi yang terdapat di Provinsi Maluku. Tabel 6.16 Sebaran UPI Fermentasi di Provinsi Maluku No.
Nama Kabupaten/Kota
Fermentasi
1
Kab. Kepulauan Aru
7
2
Kab. Maluku Tengah
4
Total 11 Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
C. Sumberdaya Manusia Jumlah total tenaga kerja pada UPI fermentasi di Provinsi Maluku adalah 53 orang. Pada UPI fermentasi, jumlah tenaga kerja perempuan mendominasi dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja laki-laki. Persentase jumlah tenaga kerja perempuan adalah 83% dan tenaga kerja laki-laki adalah 17%. Tenaga kerja pengolah pada UPI fermentasi ini tersebar di dua kabupaten. Kabupaten Kepulauan Aru memiliki tenaga kerja fermentasi terbanyak yaitu sebanyak 37 orang, sedangkan Kabupaten Maluku Tengah memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 16 orang. Jumlah tenaga kerja pada UPI fermentasi di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.17.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
148 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 6.17 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Fermentasi di Provinsi Maluku No.
Nama Kabupaten/Kota
Tenaga Kerja Peragian Ikan Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Kab. Maluku Tengah
0
16
16
2
Kab. Kepulauan Aru
9
28
37
Total 9 44 53 Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan Kabupaten Kepulauan Aru merupakan Kabupaten dengan persentase sebaran UPI terbanyak di Provinsi Maluku, yaitu sebesar 64%. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Maluku Tengah dengan persentase sebaran UPI sebesar 36%. Dengan demikian, Kabupaten Kepulauan Aru dan Kabupaten Maluku Tengah memiliki potensi pengembangan industri pengolahan fermentasi paling besar. Persentase pusat sebaran UPI fermentasi di Provinsi Maluku dapat dilihat pada Gambar 6.6.
Gambar 6.6 Persentase Pusat Sebaran UPI Fermentasi di Provinsi Maluku
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
149 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
6.7 Pengolahan Lainnya A. Produksi Industri pengolahan lainnya di Provinsi Maluku berkembang di tiga kabupaten/kota. Kabupaten/kota pengolahan lainnya tersebut antara lain Kota Tual, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kota Ambon. Total produksi pengolahan lainnya pada provinsi Maluku adalah 23 ton. Nilai tersebut sama dengan 8,7% dari total produksi pengolahan yang ada di Provinsi Maluku.
B. Unit Pengolahan Ikan Lainnya Unit Pengolahan Ikan (UPI) pengolahan lainnya di Provinsi Maluku tersebar pada 3 kabupaten/kota. Jumlah UPI pengolahan lainnya di Provinsi Maluku adalah sebanyak 23 UPI. Sebaran UPI pengolahan lainnya di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.18. Tabel 6.18 Sebaran UPI Pengolahan Lainnya di Provinsi Maluku No.
Nama Kabupaten/Kota
1
Kota Tual
2
Kab. Seram Bagian Timur
3
Kota Ambon
Pengolahan Lainnya 16 6 1
Total
23
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
150 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
C. Sumberdaya Manusia Jumlah total tenaga kerja pada UPI pengolahan lainnya di Provinsi Maluku adalah 92 orang yang keseluruhannya adalah tenaga kerja perempuan. Kota Tual memiliki jumlah tenaga kerja pengolah produk lainnya yang paling banyak yaitu sebanyak 64 orang. Jumlah tenaga kerja pada UPI penanganan produk lainnya di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.19. Tabel 6.19 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Penanganan Produk Lainnya di Provinsi Maluku No.
Nama Kabupaten/Kota
Tenaga Kerja Pengolahan Ikan Lainnya Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Kab. Seram Bagian Timur
0
24
24
2
Kota Ambon
0
4
4
3
Kota Tual
0
64
64
0
92
92
Total
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Maluku Tahun 2011
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan UPI pengolahan ikan lainnya paling banyak terdapat di Kota Tual dengan persentase sebaran UPI sebesar 70%. Kemudian, Kabupaten Seram Bagian Timur dengan persentase sebaran sebesar 26%. Apabila dilihat dari persentase sebaran UPI maka Kota Tual dan Kabupaten Seram Bagian timur memiliki potensi
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
151 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
pengembangan yang lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten/ Kota lainnya. Persentase pusat sebaran UPI pengolahan lainnya di Provinsi Maluku disajikan pada Gambar 6.7.
Gambar 6.7 Persentase Pusat Sebaran UPI Pengolahan Lainnya di Provinsi Maluku
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
152 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
6.8 Peta Tematik Pengolahan Produk Perikanan
Gambar 6.8 Peta Produksi Pengolahan
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
153 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.9 Peta Unit Pengolahan Ikan PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
154 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.10 Peta Penyerapan SDM Pengolahan PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
155 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.11 Peta Pengolahan Ikan Segar PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
156 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.12 Peta Pengolahan Ikan Pembekuan PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
157 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.13 Peta Pengolahan Ikan Penggaraman PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
158 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.14 Peta Pengolahan Ikan Pemindangan PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
159 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.15 Peta Pengolahan Ikan Pengasapan PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
160 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.16 Peta Pengolahan Ikan Fermentasi PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
161 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Gambar 6.17 Peta Pengolahan Ikan Lainnya PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
162 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
163
7
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
164 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
165 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
7.1 Potensi Provinsi Maluku memiliki 9 kabupaten dan 2 kota. Kabupaten/ kota tersebut antara lain Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Kepulauan Aru, Kota Tual, Kabupaten Buru Selatan dan Kabupaten Maluku Barat Daya. Kondisi alam di wilayah pesisir dan pantai Maluku banyak dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Potensi pariwisata bahari di wilayah pesisir dan pantai antara lain adalah keindahan alam pesisir dan pantai, renang, diving, snorkling, goa bawah laut dan keindahan bawah laut dan selancar angin. Jumlah lokasi pariwisata bahari di Provinsi Maluku sebanyak 180 lokasi. Daerah pesisir yang memiliki potensi pariwisata bahari antara lain Kota Ambon, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Kepulauan Aru, Kota Tual, Kabupaten Buru Selatan dan Kabupaten Maluku Barat Daya. Jenis pariwisata bahari yang terdapat di wilayah pesisir didukung oleh keindahan pantainya. Selain itu banyaknya jumlah wisata bahari di Provinsi Maluku disebabkan wilayah Maluku yang memiliki banyak wilayah yang berbatasan dengan laut. Kabupaten yang memiliki lokasi pariwisata bahari terbanyak adalah Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Jenis pariwisata bahari yang dapat paling banyak dinikmati terdapat di Kota Tual yaitu jenis keindahan alam pesisir dan
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
166 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
pantai dengan data jumlah pengunjung sebanyak 7.200 orang/ tahun dengan jenis wisata buatan. Jumlah pengunjung terbanyak kedua di Provinsi Maluku adalah wisata keindahan alam pesisir dan pantai di Kabupaten Buru dengan jumlah pengunjung 4.236 orang/tahun yang merupakan wisata buatan. Banyaknya pengunjung di Kabupaten Buru disebabkan murahnya biaya masuk ke tempat wisata. Jenis pariwisata bahari yang terdapat di Kabupaten Buru, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara Barat sangat bervariasi yaitu berupa: selancar angin, renang, diving, snorkling, goa bawah laut dan keindahan bawah laut. Sedangkan kabupaten lain minimal memiliki keindahan alam pesisir dan pantai. Selain kabupaten yang memiliki potensi wisata bahari, ada juga kabupaten yang tidak memiliki potensi untuk kegiatan wisata bahari yaitu Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Maluku Tengah. Potensi pariwisata bahari di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Maluku disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 7.1 Potensi Pariwisata Bahari Tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Kabupaten/Kota Kabupaten Buru Selatan
Kabupaten Buru
Jenis Pariwisata
Lokasi Pariwisata
2
• • •
Pantai Pulau Oki Pantai Wamsisi Pantai Wailua
6
• • • • •
Pantai Jikumerasa Pantai Mutiara Sanleko Teluk Bara Wamlana Air Buaya
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
167 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Kabupaten/Kota
Jenis Pariwisata
Lokasi Pariwisata • • • •
Rar Gwamar Kora Ever Papalesiran Pantai Durjela
6
• • •
Pantai Difur Pulau Adranan Pulau Tayando
Kabupaten Maluku Tengah
3
• • • • •
Pantai Natsepa Pantai Liang Pantai Kuako Pantai Sawai Pantai Rutah
Kabupaten Maluku Tenggara
1
1
• • • • • • • •
Desa Olilit Pantai Nustabun Pantai Angwarmase Pantai Selaru Desa Lauran Desa Lorulun Tumbur Desa Sangliat
2
• • •
Gumumae Beach Englas Beach Danau Air Asin Solle
Kabupaten Kepulauan Aru
4
Kota Ambon
2
Kota Tual
Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Kabupaten Seram Bagian Timur
Sumber: Laporan Data Statistik KP3K Kab/Kota Tahun 2011, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
168 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
7.2 Sarana dan Prasarana Pariwisata Bahari 1) Aksesibilitas Provinsi Maluku, dalam hal dukungan untuk pariwisata bahari menyediakan aksesibilitas menuju lokasi pariwisata tersebut. Berdasarkan Data Kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K) Maluku tahun 2010, aksesibilitas lokasi pariwisata yaitu : (1) Angkutan Darat a. Roda Empat b. Roda Dua (2) Angkutan Air/Laut (3) Angkutan Udara Aksesibilitas menuju lokasi pariwisata bahari di Provinsi Maluku didominasi dengan angkutan umum roda dua yang mencapai 82,9%. Tidak terdapat angkutan umum roda tiga. Sedangkan angkutan darat roda empat dan angkutan laut memiliki proporsi yang sama yaitu 8,4%. Angkutan udara yang digunakan untuk aksesibilitas menuju tempat wisata hanya terdapat satu yaitu di Kabupaten Buru Selatan. Jumlah dan jenis transportasi menuju lokasi pariwisata bahari di Provinsi Maluku disajikan pada tabel di bawah ini.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
169 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 7.2 Jumlah dan Jenis Transportasi Menuju Lokasi Pariwisata Bahari di Provinsi Maluku Kabupaten/Kota Berpesisir
Jenis Transportasi (unit)
Kabupaten Buru Selatan
Roda empat 10, roda dua 55, angkutan udara 1, angkutan laut 15
Kabupaten Buru
Roda empat 42, roda dua 457, angkutan laut 27
Kota Tual
Angkutan air/laut 10
TOTAL
Roda Empat :52 Roda Dua : 512 Perahu/Angkutan Air : 52 Angkutan Udara : 1
Sumber: Laporan Data Statistik KP3K Kab/Kota Tahun 2011, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku.
2) Penginapan Prasarana penginapan pada lokasi wisata bahari merupakan salah satu bagian penting dalam kegiatan pariwisata bahari. Di Provinsi Maluku terdapat 101 unit penginapan yang berlokasi di kawasan pesisirnya. Jumlah penginapan terbanyak berada di kawasan wisata bahari Kabupaten Buru, dengan jumlah penginapan sebanyak 20 penginapan atau sebanyak 56%. Jumlah penginapan terbanyak selanjutnya di Provinsi Maluku adalah Kabupaten Kepulauan Aru 25%, Kabupaten Maluku Tengah 17%, terakhir Kabupaten Tual yang hanya memiliki 1 penginapan (2%). Jumlah penginapan di tiap kabupaten/kota di Provinsi Maluku dapat dilihat pada tabel 7.3
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
170 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 7.3 Jumlah Penginapan di Lokasi Wisata Bahari Provinsi Maluku Kabupaten/Kota Berpesisir Kabupaten Buru
Jumlah (unit) 20
Kabupaten Kepulauan Aru
9
Kota Tual
1
Kabupaten Maluku Tengah
6
Jumlah
36
Sumber: Laporan Data Statistik KP3K Kab/Kota Tahun 2011, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku.
3) Kedai/Rumah Makan Kedai atau rumah makan yang berada di kawasan wisata bahari menyediakan makanan bagi para wisatawan yang datang. Rumah makan yang berada di kawasan wisata bahari di Provinsi Maluku paling banyak terdapat di Kabupaten Maluku Tengah. Kabupaten lain yang memiliki jumlah kedai/rumah makan yang banyak adalah Kabupaten Buru, Kota Tual dan Kabupaten Kepulauan Aru. Jumlah kedai/rumah makan pada setiap kabupaten/kota lokasi wisata bahari sebagai penunjang wisata bahari disajikan pada tabel 7.4.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
171 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 7.4 Jumlah Kedai/Rumah Makan di Lokasi Wisata Bahari Provinsi Maluku Kabupaten/Kota Berpesisir
Jumlah (unit)
Kabupaten Buru
17
Kabupaten Kepulauan Aru
8
Kota Tual
10
Maluku Tengah
31 Jumlah
66
Sumber: Laporan Data Statistik KP3K Kab/Kota Tahun 2011, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku.
7.3 Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang dimaksud disini merupakan jumlah tenaga kerja yang terserap dari adanya kegiatan pariwisata bahari. Baik dari sisi pariwisata itu sendiri, penginapan dan kedai/rumah makan. Jumlah tenaga kerja yang terserap di Provinsi Maluku dari sektor pariwisata bahari yaitu sejumlah 201 orang. Komposisi penyerapan sumberdaya terbesar terdapat di Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Buru yang mencapai 39,3% dan 37,3% dari total jumlah sumnberdaya. Secara berurutan kemudian diikuti oleh Kota Tual (12,4%) dan Kabupaten Kepulauan Aru (11%). Jumlah masing-masing tenaga kerja yang terserap karena adanya kegiatan wisata bahari di Provinsi Maluku disajikan pada tabel di bawah ini.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
172 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Tabel 7.5 Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Wisata Bahari Provinsi Maluku Kabupaten/Kota Berpesisir
Jumlah (orang)
Kabupaten Buru
76
Kabupaten Kepulauan Aru
21
Kota Tual
25
Kabupaten Maluku Tengah
79
Jumlah
201
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
173
8
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Kebijakan Bidang Kelautan dan Perikanan Di Provinsi Maluku
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
174 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
175 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Sejumlah dokumen perencanaan pembangunan yang akan ditinjau dalam rangka penyusunan profil kebijakan bidang kelautan dan perikanan di Provinsi Maluku adalah: Rancangan Peraturan Presiden RI Tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Kepulauan Maluku, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Maluku Tahun 2008 – 20131, dan Rencana Pengembangan Kawasan Lumbung Ikan Nasional (LIN) Maluku.
8.1 Rencana Tata Ruang (RTR) Kepulauan Maluku A. Tujuan dan Kebijakan Salah satu tujuan penetapan Rencana Tata Ruang (RTR) Kepulauan Maluku adalah untuk menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah darat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil dalam satu kesatuan wilayah kepulauan Maluku (termasuk di dalamnya Provinsi Maluku). Dalam hal ini RTR Kepulauan Maluku akan menjadi acuan, antara lain dalam memadukan penataan ruang wilayah darat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil di Kepulauan Maluku dalam satu kesatuan ekosistem Kepulauan Maluku. RTR Kepulauan Maluku disusun antara lain berdasarkan kepada kebijakan: 1) Mengembangkan kota-kota pesisir sebagai pusat pelayanan kegiatan industri kemaritiman terpadu yang merupakan sektor basis dengan dukungan prasarana dan
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
176 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
sarana yang memadai, khususnya tansportasi, energi, dan sumber daya air. 2) Memacu pertumbuhan ekonomi wilayah Kepulauan Maluku melalui pengembangan sektor-sektor unggulan yang berbasis sumber daya setempat dan meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat pertumbuhan (growth centers) di darat, pesisir, dan pulau-pulau kecil. Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Kepulauan Maluku meliputi upaya untuk mengembangkan pusat indutri pengolahan hasil kelautan dan perikanan melalui pembangunan prasarana dan sarana perkotaan dan pemukiman. Hal ini sejalan dengan program industrialisasi kelautan dan perikanan yang dicanangkan oleh KKP.
B. Kawasan Lindung Yang Terkait Bidang Kelautan dan Perikanan Pola ruang kawasan lindung yang terkait dengan bidang Kelautan dan Perikanan di Provinsi Maluku dalam Rancangan RTR Kepulauan Maluku adalah: kawasan perlindungan setempat, serta kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya.
Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat di Provinsi Maluku dalam Rancangan RTR Kepulauan Maluku mencakup: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
177 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Pemanfaatan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan setempat meliputi upaya untuk: a) Melindungi kawasan pantai dari gangguan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai; b) Melindungi sungai dari kegiatan budidaya penduduk yang dapat meng-ganggu dan/atau merusak kualitas air sungai, kondisi fisik bantaran sungai dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai; serta c) Melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat menggang-gu dan/atau merusak kualitas air danau serta kelestarian fungsi danau/ waduk.
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya di Provinsi Maluku dalam Rancangan RTR Kepulauan Maluku, antara lain mencakup kawasan: cagar alam laut, taman nasional laut, serta taman wisata alam laut. Pemanfaatan ruang pada kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi upaya untuk: a) Mengelola kawasan cagar alam (CA), antara lain CA: Masbait (6.250 ha), Sahuwai (18,62 ha), Pulau Pombo ( 4,68 ha), Pulau Nustaram (2.420 ha), Pulau Nuswotar (2.052 ha), Pulau Larat (4.505 ha), Daab (14.218 ha), Bekau Huhun (128.886,4 ha), Tafermaar (3.039,3 ha), Pulau Angwarmase (295 ha), Pulau Pombo (4,68 ha), Laut Kep. Aru Tenggara (114.000 ha), dan Laut Banda (2.500 ha). PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
178 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
b) Mengelola Taman Wisata Alam (TWA), antara lain meliputi TWA: Pulau Marsegu dsk (11.000 ha), dan Taman Laut Banda (280 ha). c) Taman Wisata Alam Laut yang meliputi TWA: Laut Banda (2.500 Ha), Laut Pulau Kassa (1.100 Ha), Laut P. Marsegu dsk (11.000 Ha), dan Laut Pulau Pombo (1.000 Ha).
C. Kawasan Budidaya Yang Terkait Bidang Kelautan dan Perikanan Pola ruang kawasan budidaya di Provinsi Maluku dalam Rancangan RTR Kepulauan Maluku yang terkait dengan bidang Kelautan dan Perikanan meliputi: kawasan budidaya kelautan dan perikanan, kawasan pariwisata, kawasan indus-tri, dan kawasan andalan laut.
Kawasan Budidaya Kelautan dan Perikanan Pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan perikanan di Kepulauan Maluku (di dalamnya termasuk Provinsi Maluku) meliputi upaya untuk: a) Mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan tangkap dan budidaya secara berkelanjutan melalui pengembangan pusat-pusat kegiatan per-ikanan yang terpadu dengan pusat-pusat koleksi dan distribusi; b) Mendorong peningkatan nilai tambah manfaat hasilhasil perikanan yang didukung oleh fasilitas pelayanan PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
179 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
informasi dan jasa terpadu serta industri pengolahan ikan yang memiliki dukungan akses yang baik ke pasar; serta; c) Mengembangkan kerjasama perdagangan/pemasaran dengan daerah-daerah produsen lainnya dan kerjasama perdagangan antar negara. Adapun prioritas penanganannya adalah meliputi: Budidaya laut di wilayah pantai barat dan selatan P. Seram, pantai selatan P. Buru, Kep. Aru, Kep. Kei, Kep. Yamdena, P. Bacan, dan P. Obi. Perikanan tangkap di wilayah pesisir Ambon, P. Buru, Laut Banda, Kep. Aru, Kep. Yamdena, dan sebelah utara P. Seram.
Kawasan Peruntukan Industri Berkaitan dengan kebijakan percepatan industrialisasi kelautan dan perikanan (berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor Tahun 2012 tentang Industrialisasi Kelautan dan Perikanan), maka perlu dilakukan peninjauan terhadap pola pemanfaatan ruang untuk kawasan industri di Provinsi Maluku, khususnya yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan. Pemanfaatan ruang pada kawasan industri meliputi upaya untuk: a) Mendorong pengembangan industri pengolahan dan agroindustri untuk meningkatkan nilai tambah sektor-sektor produksi wilayah, diantaranya pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan); serta PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
180 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
b) Memberikan prioritas penanganan kawasan-kawasan industri yang meliputi kawasan industri di Kabupaten Maluku Tengah.
Kawasan Pariwisata Berkaitan dengan kebijakan pengembangan pariwisata bahari, maka perlu dilakukan peninjauan terhadap pola pemanfaatan ruang untuk kawasan pariwisata di Provinsi Maluku, khususnya pariwisata bahari. Pemanfaatan ruang kawasan pariwisata meliputi upaya untuk: a) Meningkatkan nilai manfaat keanekaragaman hayati melalui pengembangan kegiatan wisata alam maupun bahari; b) Membentuk badan pengelola kawasan wisata yang melibatkan stakeholder terkait; serta c) Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kegiatan wisata. Adapun prioritas penanganannya antara lain adalah mengembangkan wisata bahari di pesisir: kawasan Ambon, Pulau Seram, Pulau Banda, dan Pulau Kei.
D. Kawasan Andalan, Kawasan Andalan Laut, serta Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Gugus Pulau) Untuk mendukung pemerataan pemanfaatan ruang nasional telah ditetap-kan kawasan andalan dan kawasan andalan laut di Kepulauan Maluku, sebagai-mana disebutkan dalam RTRW Nasional. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
181 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Pemanfaatan ruang pada kawasan andalan antara lain meliputi upaya untuk: 1) Meningkatkan nilai tambah hasil-hasil produksi kawasan melalui pengembangan industri: maritim, agroindustri, manufaktur, dan petro-kimia. 2) Meningkatkan fungsi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana kawasan; serta 3) Menciptakan iklim investasi yang kondusif pada kawasan andalan. Adapun pemanfaatan ruang pada kawasan andalan laut meliputi upaya untuk: 1) Mengembangkan potensi sumberdaya kelautan secara optimal dengan memperhatikan prinsip-prinsip konservasi dan pembangunan berkelanjutan; 2) Mengembangkan pusat pengolahan hasil produksi kelautan untuk me-ningkatkan nilai tambahnya termasuk pengembangan pelabuhan khusus untuk mendukung kegiatan ekspor-impor; 3) Meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan laut ke kota-kota di wilayah pesisir dan tujuan-tujuan pemasaran melalui pembangunan pra-sarana dan sarana transportasi; 4) Mengurangi tingkat dampak pengembangan kawasan andalan laut terhadap kawasan lindung di sekitarnya; serta 5) Mengembangkan potensi dan fungsi pulau-pulau kecil atau gugus pulau sebagai pendorong kegiatan ekonomi lokal, regional dan nasional melalui pengembangan investasi, khususnya pada bidang pariwisata bahari. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
182 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Ada sejumlah kawasan prioritas dalam penanganan kawasan andalan, andalan laut, serta wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil atau gugus pulau. Prio-ritas penanganan kawasan andalan meliputi Kawasan Andalan: Seram, Kei, Aru, P.Wetar, P.Tanimbar, dan Buru. Prioritas penanganan pada kawasan andalan laut meliputi Kawasan Andalan Laut: Banda dsk, Banda-Arafuru dsk, serta Batutoli. Adapun prioritas penanganan pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil atau gugus pulau meliputi: pulau-pulau kecil atau gugus pulau di Wilayah Pesisir Maluku, seperti: P. Karang, P. Enu, dan P. Batugoyang.
8.2 RPJM Daerah Provinsi Maluku Tahun 2008-2013 A. Visi dan Misi Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 – 2013 adalah “Membangun Maluku yang Sejahtera, Rukun, Religius, dan Berkualitas Dijiwai Semangat Siwalima Berbasis Kepulauan Secara Berkelanjutan”. Dalam upaya mewujudkan visi tersebut, ada 4 (empat) misi yang akan dilakukan dalam periode 2008 – 2013, yaitu: 1) Mewujudkan Masyarakat Maluku Yang Sejahtera; 2) Mewujudkan Masyarakat Maluku Yang Rukun; 3) Mewujudkan Masyarakat Maluku Yang Religius; serta 4) Mewujudkan Masyarakat Maluku Yang Berkualitas.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
183 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
B. Kebijakan Pembangunan Terkait Bidang Kelautan dan Perikanan Dalam upaya mewujudkan visi dan melaksanakan misi RPJM Daerah Provinsi Maluku tahun 2008 – 2013, khususnya yang terkait dengan misi 1 “Mewujudkan Masyarakat Maluku Yang Sejahtera”, salah satu prioritas pembangunan di Provinsi Maluku tahun 2008 – 2013 adalah: “Percepatan Pertumbuhan Yang Berkualitas dengan Memperkuat Daya Tahan Ekonomi yang Didukung oleh Pembangunan Pertanian, Infrastruktur, dan Energi”. Salah satu sasaran dari prioritas pembangunan tersebut adalah “Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas sektor pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan). Agenda 1 di dalam Pembangunan Provinsi Maluku Tahun 2008 – 2013 adalah “Meningkatkan kemajuan, kemandirian, kualitas, dan kesejahteraan masyarakat Maluku”. Salah satu strategi yang dilakukan terkait Agenda 1 tersebut adalah melalui pengembangan klaster-klaster industri berbasis komoditas unggulan gugus pulau yang diprioritaskan pada komoditas perikanan dan kelautan, serta pariwisata. Arah kebijakan di bidang kelautan dan perikanan terkait agenda dan strategi di atas, antara lain adalah: 1) Penguatan modal usaha bagi nelayan kecil/pembudidaya ikan, koperasi nelayan, serta bantuan armada tangkap dan peralatan budidaya; 2) Penataan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan serta dukungan penetapan regulasinya; PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
184 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
3) Menindaklanjuti naskah akademis tata ruang pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil menjadi peraturan daerah; serta 4) Penyediaan sumberdaya manusia (SDM) aparatur kelautan dan perikanan yang lebih profesional. Arah kebijakan di bidang pariwisata terkait agenda dan strategi di atas, khususnya pariwisata bahari, antara lain adalah: 1) Meningkatkan dan mengembangkan investasi, event, jenis, dan paket wisata, serta kunjungan wisatawan pada wisata bahari; 2) Meningkatkan promosi pariwisata di dalam dan luar negeri; 3) Meningkatkan frekuensi koordinasi antar lembaga dan pemangku kepentingan; 4) Melaksanakan litbang potensi wisata alam dan budaya; 5) Mengembangkan kerjasama di bidang pariwisata; serta 6) Meningkatkan pemberdayaan dan pembinaan bagi masyarakat di bidang pariwisata. Adapun arah kebijakan di bidang industri, terkait agenda dan strategi di atas, antara lain adalah: penataan faktor-faktor produksi, prasarana dan sarana usaha, terutama aksesibilitas terhadap perbankan, serta peningkatan kemampuan daya saing Industri Kecil dan Dagang Kecil (IKDK).
C. Program-Program Pembangunan Kelautan dan Perikanan
Terkait
Bidang
Penjabaran strategi dan kebijakan pembangunan terkait bidang kelautan dan perikanan yang dituangkan dalam RPJMD Provinsi PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
185 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Maluku Tahun 2008 – 2013 diwujudkan ke dalam sejumlah program dan kegiatan. Dalam hal ini mencakup program dan kegiatan di dalam urusan: kelautan dan perikanan, pariwisata, dan industri. Sejumlah program dalam urusan kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut: 1) Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir; 2) Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawsan dan pengen-dalian sumberdaya kelautan; 3) Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pen-dayagunaan sumberdaya laut; 4) Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut; 5) Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat; 6) Program pengembangan budidaya perikanan; 7) Program pengembangan penangkapan ikan; 8) Program optimalisasi pengelolaan dan produksi perikanan; 9) Program pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil; serta 10) Program pengembangan kelembagaan dan SDM. Sejumlah program dalam urusan pariwisata (bahari) adalah sebagai berikut: 1) Program pengembangan pemasaran pariwisata; 2) Program pengembangan destinasi pariwisata; serta 3) Program pengembangan kemitraan. Adapun sejumlah program dalam urusan industri terkait industrialisasi kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut: PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
186 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
1) Program pengembangan industri kecil dan menengah; 2) Program peningkatan kemampuan teknologi industri; serta 3) Program penataan struktur industri.
8.3 Rencana Pengembangan Kawasan Lumbung Ikan Nasional Maluku2 Sejak digelarnya Sail Banda 2010, Pemerintah telah menetapkan Maluku sebagai kawasan Lumbung Ikan Nasional (LIN) agar dapat segera mendongkrak peningkatan ekonomi daerah maupun ekonomi nasional. Untuk mewujudkan Kepulauan Maluku sebagai LIN, maka disusunlah Rencana Pengembangan Kawasan Lumbung Ikan Nasional yang mencakup rencana strategi dan rencana program pengembangan wilayah. Dalam hal ini Ada 4 (empat) lokasi pusat pengembangan dalam pembangunan LIN, yaitu: Kota Ambon (di kawasan PPN Ambon), Kota Tual (di kawasan PPN Tual), Kab. Maluku Tenggara (di kawasan PPS Benjina), dan Kab. Seram Barat (di PPI Piru-Seram dan kegiatan perikanan budidaya). Dalam hal ini Kota Ambon akan mengemban fungsi sebagai pusat pe-layanan barang dan jasa untuk mendukung fungsinya sebagai ibukota provinsi dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Selain itu, karena PPN Ambon berada pada lokasi dengan tingkat konsentrasi penduduk yang padat, maka arahan pengembangannya akan lebih diprioritaskan pada peningkatan kualitas mutu pelayanan dan kualitas mutu lingkungan.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
187 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Kota Tual akan mengemban fungsi sebagai pusat industrialisasi perikanan dengan pembangunan kawasan industri perikanan dari hulu sampai hilir. Pe-ngembangannya akan terkonsentrasi pada kawasan PPN Tual dan pengem-bangan kawasan industri terpadu di sekitarnya. Ada indikasi bahwa lokasi PPN Tual dapat diintegrasikan dengan lokasi pengembangan kawasan perikanan ter-padu. Hal ini diharapkan pula dapat memicu peningkatan status Kota Tual dari Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) menjadi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam RTRWN.
Gambar 8.1 Skema Kegiatan di Lumbung Ikan Nasional Maluku PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
188 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Kawasan Benjina di Kabupaten Maluku Tenggara akan mengemban fungsi sebagai pusat produksi perikanan tangkap. Lokasi kawasan PP Benjina ini dianggap dapat dikerjasamakan dengan pengembangan kawasan pelabuhan perikanan baru yang dapat mengakomodasi peningkatan produktivitas perikanan tangkap. Yang terakhir adalah Kawasan PPI Piru-Seram di Kabupaten Seram Barat akan mengemban fungsi sebagai pusat produksi perikanan budidaya. Indi-kasi awal menggambarkan bahwa lokasi eksisting kawasan ini dapat mendukung percepatan peningkatan produksi perikanan budidaya. Dalam pengembangan koridor ekonomi nasional, kebijakan LIN di Kepulauan Maluku ditetapkan sebagai salah satu sektor basis pada koridor ekonomi Maluku-Papua. Pengembangan LIN Maluku merupakan kebijakan KKP yang akan mengupayakan sektor kelautan dan perikanan sebagai penggerak ekonomi wilayah di masa yang akan datang. Kontribusi ekonomi ini diperkirakan tidak hanya mempengaruhi percepatan ekonomi untuk tingkat lokal, tetapi diharapkan dapat berkontribusi besar dalam peningkatan perekonomian nasional. Adapun Rencana Aksi menuju Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional tersebut adalah: 1) Optimalisasi pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan secara lestari, antara lain melalui: • Peningkatan produksi perikanan budidaya yang ramah lingkungan (kerapu, rumput laut, teripang, dan tiram mutiara); • Rasionalisasi armada perikanan tangkap; serta • Penetapan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulaupulau kecil. PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
189 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
2) Peningkatan nilai tambah produk hasil perikanan dan peningkatan pendapatan pembudidaya, nelayan dan pengolah hasil perikanan, antara lain melalui: • Pengembangan kawasan perikanan (Minapolitan); • Meningkatkan nilai tambah produk perikanan; • Pengembangan benih unggul; serta • Pengembangan pakan ikan berbasis bahan baku lokal. 3) Pengembangan dukungan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan, antara lain: • Pelabuhan Perikanan, • Balai Benih Ikan, • Pengolahan Ikan, dan • Pemukiman Nelayan. Dalam upaya merealisasikan Maluku sebagai LIN, KKP telah menetapkan 3 (tiga) kebijakan utama, yaitu:2 1) Pengembangan Pusat Pertumbuhan Kelautan Primer Kebijakan ini ditempuh melalui 3 (tiga) langkah berikut: • Peningkatan kualitas jaringan infrastruktur antar dan intra wilayah; • Mendorong investasi asing pada kegiatan ekonomi tersier berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan; serta • Menyiapkan SDM yang terampil dan terdidik untuk mendukung pertumbuhan kegiatan ekonomi tersier.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
190 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
2) Pengembangan Pusat Pertumbuhan Kelautan Sekunder Kebijakan ini ditempuh melalui 2 (dua) langkah berikut: • Membuka akses dari dan ke kawasan-kawasan pusat kegiatan produksi dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan unggulan; dan • Mendorong pembangunan infrastruktur di dalam kawasan perikanan dan wisata bahari. 3) Pengembangan Pusat Pertumbuhan Kelautan Tersier Kebijakan ini ditempuh melalui 2 (dua) langkah berikut: • Membuka akses dari dan ke kawasan pusat permukiman; dan • Mendorong pembangunan infrastruktur dari dan ke lokasi pemasaran. KKP akan mensinergikan 4 (empat) pihak, yakni: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta dan Nasional. Pemerintah Pusat yang dimotori KKP akan menempatkan diri sebagai pihak pengambil kebijakan dan regulasi, fasilitas dan dukungan anggaran, zonasi tata ruang, infrastruktur, serta program pemberdayaan. Pemda akan mengambil peran dalam hal penyediaan lahan, penyusunan masterplan, penyediaan tenaga kerja, serta kemudahan perizinan dan penciptaan iklim kondusif. Adapun swasta dan masyarakat, masing-masing akan menempatkan diri dalam hal industri hulu dan hilir, perbankan, kegiatan usaha perikanan, enterpreneurship, serta keamanan dan ketertiban.
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
191 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor 04 Tahun 2009 Tentang
1
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Maluku Tahun 2008 – 2013.
2
Maluku, Lumbung Ikan Nasional (Sumber: http://malukueyes.com/in-depth/ notes/1517-maluku-lumbung-ikan-nasional/)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
192 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
193 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
9
Lampiran
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
194 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
195 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 1
Struktur Klasifikasi dan Uraian Masing-Masing Kelompok dalam Lapangan Usaha Perikanan pada KBLI 2005
Sumber: Buku KBLI 2005 (BPS, 2006)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
196 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 1 (Lanjutan)
Sumber: Buku KBLI 2005 (BPS, 2006)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
197 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 2 Perkembangan PDB Indonesia Menurut Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha / Sub-SubLapangan Usaha pada Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Rp miliar) Sektor (Lapangan Usaha) A. Sektor Primer 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan a. Tanaman Pangan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan dan Galian a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Non-Migas c. Penggalian B. Sektor Sekunder 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas
2006
2007
2008
2009
2010
Rataan 1.238.624 706.891 346.161 99.687 83.986 40.001 137.057 531.733 252.274 214.697 64.762 1.766.330 1.287.591 202.635 127.575 75.060 1.084.957 40.353 25.796 9.629 4.928 438.385 1.851.302 682.467 540.560 19.391 122.516 316.976 172.842 1.714 98.469 16.182 5.567 21.982 28.928 144.135 362.838 121.173 41.907 2.758 130.628 66.372 489.020 260.686 228.335 84.742 13.329 130.263
Standar Koefisien Deviasi Variasi (%)
1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Non-Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan C. Sektor Tersier 6. Perdagangan, Hotel & Restoran a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angkutan SDP 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan a. Bank b. Lembaga Keuangan Non-Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan & Rekreasi 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga
799.744 982.541 1.257.991 1.449.258 1.703.586 433.223 541.932 716.656 857.197 985.449 214.346 265.091 349.795 419.195 482.378 63.401 81.664 105.961 111.380 136.027 51.075 61.325 83.276 104.884 119.372 30.066 36.154 40.375 45.120 48.290 74.335 97.697 137.250 176.621 199.384 366.521 440.610 541.334 592.061 718.137 200.082 234.162 283.283 254.949 288.893 130.716 160.267 195.286 254.243 332.971 35.723 46.180 62.765 82.870 96.273 1.201.026 1.408.375 1.837.042 2.079.416 2.305.790 919.539 1.068.654 1.376.442 1.477.541 1.595.780 172.095 182.324 237.772 209.842 211.140 117.952 122.118 145.943 129.457 122.404 54.143 60.206 91.829 80.385 88.736 747.444 886.330 1.138.670 1.267.701 1.384.640 30.355 34.724 40.889 46.681 49.119 21.204 23.052 25.859 28.417 30.450 5.036 6.912 9.817 13.028 13.354 4.115 4.760 5.213 5.237 5.315 251.132 304.997 419.712 555.194 660.891 1.338.446 1.559.978 1.853.656 2.077.532 2.426.896 501.542 592.304 691.488 744.514 882.487 393.047 468.734 551.344 586.111 703.566 16.074 17.320 18.900 20.782 23.876 92.421 106.249 121.244 137.621 155.045 231.524 264.263 312.190 353.740 423.165 142.770 149.974 171.247 182.909 217.311 1.355 1.398 1.650 1.905 2.260 81.271 85.183 100.500 103.528 121.863 16.106 16.043 16.019 15.813 16.930 4.488 4.656 5.570 6.207 6.912 14.669 16.547 19.666 24.248 34.781 24.881 26.146 27.841 31.208 34.565 88.754 114.290 140.943 170.832 205.854 269.121 305.214 368.130 405.162 466.564 95.708 105.537 125.515 132.187 146.915 26.779 32.582 41.753 49.220 59.201 2.011 2.490 2.807 3.002 3.481 97.397 110.240 132.024 145.261 168.221 47.226 54.365 66.030 75.494 88.746 336.259 398.197 481.848 574.116 654.680 167.800 205.344 257.548 318.582 354.156 168.459 192.853 224.301 255.536 300.525 58.183 69.969 83.835 97.489 114.237 10.172 11.293 13.028 14.807 17.345 100.104 111.591 127.438 143.240 168.941
360.252 224.937 109.373 28.010 28.662 7.221 52.281 136.085 36.612 80.537 25.067 458.732 283.880 26.000 11.068 16.991 264.319 7.887 3.780 3.672 504 170.556 427.313 145.604 117.984 3.065 24.790 75.385 29.617 377 16.196 432 1.026 8.021 3.946 46.071 78.552 20.590 12.927 551 28.059 16.543 128.764 77.118 51.990 22.118 2.851 27.067
PDB
3.339.217 3.950.893 4.948.688 5.606.203 6.436.271
4.856.254 1.243.835
25,6
PDB Nonmigas
2.967.040 3.534.407 4.427.634 5.141.412 5.936.238
4.401.346 1.195.105
27,2
Sumber: BPS, 2011 (diolah)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
29,1 31,8 31,6 28,1 34,1 18,1 38,1 25,6 14,5 37,5 38,7 26,0 22,0 12,8 8,7 22,6 24,4 19,5 14,7 38,1 10,2 38,9 23,1 21,3 21,8 15,8 20,2 23,8 17,1 22,0 16,4 2,7 18,4 36,5 13,6 32,0 21,6 17,0 30,8 20,0 21,5 24,9 26,3 29,6 22,8 26,1 21,4 20,8
198 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 3 Perkembangan PDB Indonesia Menurut Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha / Sub–SubLapangan Usaha Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Konstan (dalam Rp miliar) Standar Deviasi
Koefisien Variasi (%)
459.559
24.600
5,4
283.830
17.277
6,1
141.199
9.456
6,7
47.111
44.394
2.224
5,0
36.650
38.215
35.588
1.909
5,4
16.543
16.844
17.249
16.774
293
1,7
45.866
47.776
50.662
45.875
3.582
7,8
171.278
172.496
180.201
186.634
175.728
7.557
4,3
95.853
94.747
95.168
95.231
95.628
95.325
430
b. Pertambangan Non-Migas
55.242
58.151
57.569
63.819
68.482
60.653
5.394
8,9
c. Penggalian
16.936
18.381
19.760
21.151
22.525
19.751
2.205
11,2
B. Sektor Sekunder
638.585
673.411
703.768
727.508
765.207
701.696
48.701
6,9
3. Industri Pengolahan
514.100
538.085
557.764
570.103
597.135
555.437
31.500
5,7
47.851
47.823
47.663
46.935
47.199
47.494
407
0,9
20.807
20.781
20.972
21.083
21.348
20.998
231
1,1
27.044
27.042
26.691
25.852
25.854
26.497
605
2,3
466.249
490.262
510.102
523.168
549.935
507.943
31.823
6,3
Sektor (Lapangan Usaha)
2006
2007
2008
2009
2010
A. Sektor Primer
430.435
442.788
457.115
476.085
491.371
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
262.403
271.509
284.619
295.884
304.737
129.549
133.889
142.000
149.057
151.501
b. Tanaman Perkebunan
41.318
43.199
44.784
45.558
c. Peternakan
33.430
34.221
35.425
d. Kehutanan
16.687
16.548
e. Perikanan
41.419
43.653
168.032
a. Pertambangan Migas
a. Tanaman Pangan
2. Pertambangan dan Galian
a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Non-Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih
Rataan
0,5
12.251
13.517
14.994
17.137
18.050
15.190
2.421
15,9
a. Listrik
8.475
9.123
9.730
10.484
11.051
9.772
1.031
10,5
b. Gas
1.839
2.394
3.188
4.496
4.719
3.327
1.266
38,0
c. Air Bersih
1.937
2.001
2.076
2.157
2.282
2.091
135
6,5
5. Bangunan
112.234
121.809
131.010
140.268
150.022
131.068
14.869
11,3
C. Sektor Tersier
778.107
848.129
921.572
975.259
1.057.260
916.066
108.533
11,8
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
312.519
340.437
363.818
368.463
400.475
357.142
32.866
9,2
a. Perdagangan Besar & Eceran
257.845
282.116
301.941
302.029
331.313
295.049
27.215
9,2
b. Hotel
12.951
13.646
14.262
15.201
16.232
14.458
1.291
c. Restoran
41.723
44.676
47.615
51.233
52.932
47.636
4.602
9,7
124.809
142.327
165.906
192.199
217.978
168.644
37.451
22,2
70.796
72.791
74.787
79.572
85.290
76.647
7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan
8,9
5.827
7,6
623
631
721
792
832
720
94
13,0
29.764
30.868
32.391
34.226
35.975
32.645
2.505
7,7
3. Angkutan Laut
9.497
9.279
8.810
8.856
8.865
9.061
309
3,4
4. Angkutan SDP
2.432
2.513
2.632
2.762
2.962
2.660
210
7,9
5. Angkutan Udara
11.466
12.385
13.044
14.566
17.331
13.759
2.295
16,7
1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya
6. Jasa Penunjang Angkutan
17.188
18.372
19.327
17.803
1.015
5,7
54.013
69.536
91.119
112.627
132.687
91.996
31.739
34,5
170.074
183.659
198.800
209.163
221.025
196.544
20.189
10,3
a. Bank
72.474
78.241
84.040
86.058
90.168
82.196
6.929
8,4
b. Lembaga Keuangan Non-Bank
14.009
15.150
16.518
18.148
19.333
16.632
2.161
13,0
1.214
1.331
1.376
1.425
1.508
1.371
110
8,0
51.755
55.819
60.775
63.958
67.497
59.961
6.283
10,5 13,2
b. Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan
c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat e. Jasa Perusahaan
17.013
17.115
30.622
33.118
36.090
39.576
42.517
36.385
4.789
170.705
181.706
193.049
205.434
217.782
193.735
18.646
a. Pemerintahan Umum
76.618
80.778
84.378
88.684
92.743
84.640
6.351
7,5
b. Swasta
94.087
100.928
108.671
116.752
125.041
109.096
12.299
11,3
24.178
25.777
27.659
29.689
31.591
27.779
9. Jasa-Jasa
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan
9,6
2.965
10,7
7.247
7.752
8.345
9.000
9.671
8.403
965
11,5
62.662
67.399
72.667
78.063
83.777
72.914
8.368
11,5
PDB
1.847.127
1.964.327
2.082.456
2.178.851
2.313.838
2.077.320
181.681
8,7
PDB Nonmigas
1.703.422
1.821.758
1.939.626
2.036.685
2.171.011
1.934.500
182.012
9,4
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga
Sumber: BPS, 2011 (diolah)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
199 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 4 Perkembangan PDRB Provinsi Maluku Menurut Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha / Sub-Sub-Lapangan Usaha Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Rp miliar) Sektor (Lapangan Usaha) A. Sektor Primer 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan a. Tanaman Pangan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan dan Galian a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Non-Migas c. Penggalian B. Sektor Sekunder 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas
2006
2007
2008
2009
2010
Rataan 2.224 2.174 501 454 69 119 1.031 49 19 30 435 298 298 43 40 3 93 3.782 1.780 1.706 32 42 593 541 179 122 38 164 38 52 307 77 50 177 3 1.101 1.000 101 68 4 29
Standar Koefisien Deviasi Variasi (%)
1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Non-Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan C. Sektor Tersier 6. Perdagangan, Hotel & Restoran a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angkutan SDP 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan a. Bank b. Lembaga Keuangan Non-Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan & Rekreasi 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga
1.847 1.803 439 366 58 98 842 44 20 24 330 227 227 40 37 3 63 2.904 1.325 1.267 24 34 469 426 141 99 29 126 31 43 254 65 42 145 2 856 768 88 59 4 25
2.056 2.013 475 421 65 114 938 43 16 27 386 269 269 43 40 3 74 3.255 1.501 1.436 27 38 528 480 159 110 34 143 34 48 282 72 46 161 3 944 849 95 64 4 27
2.202 2.155 492 456 68 125 1.014 47 18 29 424 295 295 46 43 3 83 3.644 1.721 1.651 29 41 573 521 170 121 38 155 37 52 305 77 49 176 3 1.045 946 99 67 4 28
2.388 2.335 525 499 74 137 1.100 53 20 33 471 337 337 40 36 4 94 4.211 2.015 1.938 32 45 641 585 186 134 42 182 41 56 333 84 53 193 3 1.222 1.115 107 72 5 30
2.625 2.566 575 529 82 121 1.259 59 20 39 565 364 364 48 44 4 153 4.896 2.339 2.240 48 51 754 692 238 147 49 212 46 62 363 89 58 212 4 1.440 1.322 118 79 5 34
299 293 52 64 9 14 159 7 2 6 89 54 54 4 4 1 35 789 405 390 9 7 110 103 37 19 8 34 6 7 43 10 6 26 1 233 222 12 8 1 3
PDRB
5.081
5.697
6.270
7.070
8.086
6.441
1.176
18,3
PDRB Nonmigas
5.061
5.681
6.252
7.050
8.066
6.422
1.176
18,3
Sumber: BPS, 2011 (diolah)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
13,5 13,5 10,3 14,1 13,1 12,1 15,4 13,7 9,5 n.a. 19,1 20,5 18,2 n.a. n.a. n.a. 18,2 8,2 8,8 n.a. 16,1 37,7 20,9 22,7 22,8 29,4 15,6 18,5 19,0 n.a. 20,7 15,5 19,9 20,7 15,6 14,0 13,8 12,3 12,5 n.a. 14,8 23,6 21,2 22,2 11,4 11,2 12,4 11,9
200 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 5 Perkembangan PDRB Provinsi Maluku Menurut Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha / Sub-Sub-Lapangan Usaha Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Konstan (dalam Rp miliar) Sektor (Lapangan Usaha) A. Sektor Primer 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
2006
2007
2008
2009
2010
Rataan
Standar Deviasi
1.157
1.203
1.237
1.287
1.361
1.249
1.129
1.177
1.210
1.259
1.330
1.221
77
6,3
a. Tanaman Pangan
288
299
300
306
317
302
11
3,5
b. Tanaman Perkebunan
234
248
257
271
273
257
16
6,3
39
41
42
43
45
42
2
5,3
c. Peternakan
79
Koefisien Variasi (%) 6,3
d. Kehutanan
59
55
55
55
49
55
4
e. Perikanan
509
534
556
584
646
566
53
9,3
28
26
27
28
31
28
2
6,7
14
13
1
9,9
-
-
n.a.
2. Pertambangan dan Galian a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Non-Migas c. Penggalian
15 -
12 -
1
10,0
224
249
259
272
300
261
28
10,8
160
180
188
202
202
186
18
9,4
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas
-
-
n.a.
-
-
-
-
-
-
n.a.
188
202
202
186
18
9,4
20
21
21
17
20
20
2
8,3
18
19
19
15
18
18
2
9,2
C. Sektor Tersier
-
-
15
180
-
-
17
-
-
-
15
160
c. Air Bersih 5. Bangunan
-
15
-
B. Sektor Sekunder
b. Industri Non-Migas
14
13 -
3. Industri Pengolahan a. Industri Migas
13
12 -
6,6
-
-
-
-
-
n.a.
2
2
2
2
2
2
-
0,0
44
48
50
53
78
55
13
24,7
2.057
2.184
2.292
2.434
2.586
2.311
207
9,0
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
863
923
972
1.030
1.094
976
90
9,2
a. Perdagangan Besar & Eceran
825
882
929
985
1.042
933
85
9,1
b. Hotel
14
15
16
17
23
17
4
20,8
c. Restoran
24
26
27
28
29
27
2
7,2
7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan
354
388
408
437
464
410
43
10,4
334
367
385
413
439
388
41
10,5 n.a.
1. Angkutan Rel
-
-
-
-
-
-
-
2. Angkutan Jalan Raya
112
122
127
133
138
126
10
8,0
78
85
89
93
95
88
7
7,7
3. Angkutan Laut 4. Angkutan SDP
22
25
26
28
30
26
3
11,6
5. Angkutan Udara
99
110
117
131
147
121
19
15,5
6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan
23
25
26
28
29
26
2
9,1
20
21
23
24
25
23
2
9,2
190
201
209
219
223
208
13
6,4
a. Bank
49
52
54
57
58
54
4
6,8
b. Lembaga Keuangan Non-Bank
28
29
30
32
32
30
2
5,9 n.a.
c. Jasa Penunjang Keuangan
-
-
-
d. Real Estat
111
118
123
128
131
122
8
6,5
2
2
2
2
2
2
-
0,0
e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan & Rekreasi 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga
-
-
-
-
650
672
703
748
805
716
62
591
610
639
683
738
652
59
9,1
59
62
64
65
67
63
3
4,8
37
39
40
41
43
40
2
5,6
3
3
3
3
3
3
-
0,0
19
20
21
21
21
20
1
8,7
4,4
PDRB
3.438
3.636
3.788
3.993
4.247
3.820
313
8,2
PDRB Nonmigas
3.423
3.624
3.776
3.980
4.233
3.807
314
8,2
Sumber: BPS, 2011 (diolah)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
201 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 6
Perkembangan Kontribusi PDRB Provinsi Maluku dalam PDB Indonesia Menurut Masing-Masing Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha / Sub-Sub-Lapangan Usaha-nya Pada Periode Tahun 2006 – 2010 (dalam %)
Sektor (Lapangan Usaha)
2006
2007
2008
2009
2010
Rataan
Standar Deviasi
Koefisien Variasi (%)
A. Sektor Primer
0,23
0,21
0,18
0,16
0,15
0,19
0,03
17,23
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
0,42
0,37
0,30
0,27
0,26
0,32
0,07
20,69
a. Tanaman Pangan
0,20
0,18
0,14
0,13
0,12
0,15
0,04
23,96
b. Tanaman Perkebunan
0,58
0,52
0,43
0,45
0,39
0,47
0,07
15,78
c. Peternakan
0,11
0,11
0,08
0,07
0,07
0,09
0,02
23,36
d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan dan Galian a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Non-Migas
0,33
0,32
0,31
0,30
0,25
0,30
0,03
9,76
1,13
0,96
0,74
0,62
0,63
0,82
0,22
27,25
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,00
15,71
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,00
19,1
-
-
-
-
-
-
-
0,07
0,06
0,05
0,04
0,04
0,05
0,01
23,75
B. Sektor Sekunder
0,03
0,03
0,02
0,02
0,02
0,03
0,00
9,24
3. Industri Pengolahan
0,02
0,03
0,02
0,02
0,02
0,02
0,00
6,54
c. Penggalian
a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Non-Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan C. Sektor Tersier
n.a.
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
-
-
-
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
0,00
8,10
0,13
0,12
0,11
0,09
0,10
0,11
0,02
17,04
0,17
0,17
0,17
-
0,13
-
0,14
-
0,16
-
0,02
n.a.
13,28
-
-
-
-
-
-
-
0,07
0,06
0,06
0,08
0,08
0,07
0,01
12,03
0,03
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,00
15,61
0,22
0,21
0,20
0,20
0,20
0,21
0,01
n.a.
3,79
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
0,26
0,25
0,25
0,27
0,27
0,26
0,01
3,45
a. Perdagangan Besar & Eceran
0,32
0,31
0,30
0,33
0,32
0,32
0,01
3,97
0,02
13,24
b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel
0,15
0,16
0,15
0,15
0,20
0,16
0,04
0,04
0,03
0,03
0,03
0,03
0,00
5,26
0,20
0,20
0,18
0,18
0,18
0,19
0,01
5,96
0,30
0,32
0,30
0,32
0,32
0,31
0,01
3,26
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
2. Angkutan Jalan Raya
0,17
0,19
0,17
0,18
0,20
0,18
0,01
5,77
3. Angkutan Laut
0,61
0,69
0,76
0,85
0,87
0,75
0,11
14,2
4. Angkutan SDP
0,65
0,73
0,68
0,68
0,03
4,7
5. Angkutan Udara
0,86
0,86
0,79
0,75
0,61
0,77
0,10
13,41
6. Jasa Penunjang Angkutan
0,12
0,13
0,13
0,13
0,13
0,13
0,00
2,66
0,01
19,30
b. Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan a. Bank b. Lembaga Keuangan Non-Bank c. Jasa Penunjang Keuangan
0,05
0,04
0,04
0,03
0,71
0,03
0,69
0,04
0,09
0,09
0,08
0,08
0,08
0,09
0,01
8,29
0,07
0,07
0,06
0,06
0,06
0,06
0,00
5,58
0,02
19,56
0,16
0,14
0,12
0,11
0,10
0,12
-
-
-
-
-
-
-
d. Real Estat
0,15
0,15
0,13
0,13
0,13
0,14
0,01
7,03
e. Jasa Perusahaan
0,00
0,01
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
12,85
9. Jasa-Jasa
0,25
0,24
0,22
0,21
0,22
0,23
0,02
n.a.
7,61
a. Pemerintahan Umum
0,46
0,41
0,37
0,35
0,37
0,39
0,04
11,04
b. Swasta
0,05
0,05
0,04
0,04
0,04
0,05
0,01
11,74
0,01
15,85
2. Jasa Hiburan & Rekreasi
0,04
0,04
0,03
0,03
0,03
0,03
0,00
12,20
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan
0,02
0,10
0,02
0,09
0,02
0,08
0,02
0,07
0,02
0,07
0,02
0,08
0,00
PDRB
0,15
0,14
0,13
0,13
0,13
0,13
0,01
9,19
PDRB Nonmigas
0,17
0,16
0,14
0,14
0,14
0,15
0,02
10,48
Sumber: BPS, 2011 (diolah)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
9,27
202 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 7
Perkembangan Kontribusi Nilai Tambah MasingMasing Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha / Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDRB Provinsi Maluku Pada Periode Tahun 2006 – 2010 (dalam %)
Sektor (Lapangan Usaha)
2006
2007
2008
2009
2010
Rataan
Standar Deviasi
A. Sektor Primer
36,35
36,09
35,12
33,78
32,46
34,76
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
35,49
35,33
34,37
33,03
31,73
33,99
1,60
4,70
8,64
8,34
7,85
7,43
7,11
7,87
0,63
8,00
a. Tanaman Pangan b. Tanaman Perkebunan
7,20
7,39
7,27
7,06
6,54
7,09
1,63
Koefisien Variasi (%)
0,33
4,70
4,66
c. Peternakan
1,14
1,14
1,08
1,05
1,01
1,09
0,06
5,21
d. Kehutanan
1,93
2,00
1,99
1,94
1,50
1,87
0,21
11,34
e. Perikanan
16,57
16,46
16,17
15,56
15,57
16,07
0,48
3,00
0,87
0,75
0,75
0,75
0,73
0,77
0,05
7,08
2. Pertambangan dan Galian a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Non-Migas c. Penggalian
0,39
0,28
0,29
0,28
0,25
0,30
0,06
18,6
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
0,47
0,47
0,46
0,47
0,48
0,47
0,01
1,60
B. Sektor Sekunder
6,49
6,78
6,76
6,66
6,99
6,74
0,18
2,67
3. Industri Pengolahan
4,47
4,72
4,70
4,77
4,50
4,63
0,14
2,97
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Non-Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan
-
-
-
4,47
4,72
4,70
4,77
4,50
4,63
0,14
2,97
0,79
0,75
0,73
0,57
0,59
0,69
0,10
14,60
0,10
15,75
0,73
0,70
0,69
-
0,51
-
0,54
-
0,63
-
n.a.
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
0,06
0,05
0,05
0,06
0,05
0,05
0,00
8,85
0,27
18,92
1,24
1,30
1,32
1,33
1,89
1,42
C. Sektor Tersier
57,15
57,14
58,12
59,56
60,55
58,50
1,51
2,58
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
26,08
26,35
27,45
28,50
28,93
27,46
1,26
4,60
a. Perdagangan Besar & Eceran
24,94
25,21
26,33
27,41
27,70
26,32
1,25
4,75
b. Hotel
0,47
0,47
0,46
0,45
0,59
0,49
0,06
11,81
c. Restoran
0,67
0,67
0,65
0,64
0,63
0,65
0,02
2,68
7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya
9,23
9,27
9,14
9,07
9,32
9,21
0,10
1,12
8,38
8,43
8,31
8,27
8,56
8,39
0,11
1,32
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
2,78
2,79
2,71
2,63
2,94
2,77
0,12
4,17
1,82
1,90
0,05
3. Angkutan Laut
1,95
1,93
1,93
1,90
4. Angkutan SDP
0,57
0,60
0,61
0,59
0,61
0,59
0,01
2,4
5. Angkutan Udara
2,48
2,51
2,47
2,57
2,62
2,53
0,06
2,55
6. Jasa Penunjang Angkutan
0,61
0,60
0,59
0,58
0,57
0,59
0,02
2,68
b. Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan a. Bank b. Lembaga Keuangan Non-Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan
0,85
0,84
0,83
0,79
0,77
0,82
0,03
2,7
4,25
5,00
4,95
4,86
4,71
4,49
4,80
0,21
4,30
1,28
1,26
1,23
1,19
1,10
1,21
0,07
5,90
0,83
0,81
0,78
0,75
0,72
0,78
0,04
5,66
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
2,85
2,83
2,81
2,73
2,62
2,77
0,09
3,38
0,01
11,61
0,04
0,05
0,05
0,04
0,05
0,05
16,85
16,57
16,67
17,28
17,81
17,04
0,51
15,12
14,90
15,09
15,77
16,35
15,45
0,60
3,90
1,73
1,67
1,58
1,51
1,46
1,59
0,11
6,98
1,16
1,12
1,07
1,02
0,98
1,07
0,07
3,00
7,01
2. Jasa Hiburan & Rekreasi
0,08
0,07
0,06
0,07
0,06
0,07
0,01
9,64
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga
0,49
0,47
0,45
0,42
0,42
0,45
0,03
6,89
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
-
-
PDRB
Sumber: BPS, 2011 (diolah)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
203 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 8 Perkembangan Laju Pertumbuhan Nilai Tambah Masing-Masing Sektor / Lapangan Usaha / SubLapangan Usaha / Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDB Indonesia Pada Periode Tahun 2007 – 2010 (dalam % per tahun) Sektor (Lapangan Usaha)
2007
2008
2009
2010
Rataan
Standar Deviasi
Koefisien Variasi (%)
A. Sektor Primer
2,87
3,24
4,15
3,21
3,37
0,55
16,28
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
3,47
4,83
3,96
2,99
3,81
0,78
20,56
a. Tanaman Pangan
3,35
6,06
4,97
1,64
4,00
1,93
48,19
b. Tanaman Perkebunan
4,55
3,67
1,73
3,41
3,34
1,18
35,35
c. Peternakan
2,36
3,52
3,46
4,27
3,40
0,78
23,06
d. Kehutanan
(0,83)
(0,03)
1,52
181,17
e. Perikanan 2. Pertambangan dan Galian a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Non-Migas c. Penggalian
1,82
2,40
0,84
5,39
5,07
4,16
6,04
5,17
0,78
1,93
0,71
4,47
3,57
2,67
1,68
0,4
0,1
0,4
(1,2) 5,3
(1,0)
10,9
7,3
(0,1) 5,6
0,8 5,0
15,12 62,74 (1.327,4) 88,7
8,53
7,50
7,04
6,50
7,39
0,86
11,66
B. Sektor Sekunder
5,45
4,51
3,37
5,18
4,63
0,93
20,02
3. Industri Pengolahan
4,67
4,74
3,82
1,18
a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Non-Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik
3,66
2,21
(0,1)
(0,3)
(1,5)
0,6
(0,3)
0,9
(0,1)
0,9
0,5
1,3
0,6
0,6
(0,0)
(1,3)
(3,1)
0,0
(1,1)
1,5
30,89 (257,9) 92,1 (133,9)
5,15
4,05
2,56
5,12
4,22
1,22
28,87
10,33
10,93
14,29
5,33
10,22
3,70
36,18
7,64
6,66
7,75
5,41
6,87
1,09
15,85
b. Gas
30,2
33,2
41,0
5,0
27,3
15,6
c. Air Bersih
3,28
3,74
3,91
5,80
4,18
1,11
26,5
8,53
7,55
7,07
6,95
7,53
0,72
9,55
5. Bangunan
57,1
C. Sektor Tersier
9,00
8,66
5,83
8,41
7,97
1,45
18,21
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
8,93
6,87
1,28
8,69
6,44
3,56
55,33
a. Perdagangan Besar & Eceran
9,41
7,03
0,03
9,70
6,54
4,50
68,85
b. Hotel
5,37
4,51
6,59
6,78
5,81
1,07
18,39
c. Restoran
7,08
6,58
7,60
3,32
6,14
1,93
31,41
14,04
16,57
15,85
13,41
14,97
1,49
9,93
2,82
2,74
6,40
7,19
4,79
2,34
48,87
1,3
14,3
9,8
5,1
7,6
5,7
2. Angkutan Jalan Raya
3,71
4,93
5,66
5,11
4,85
0,82
3. Angkutan Laut
(2,3)
(5,1)
0,5
0,1
7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel
4. Angkutan SDP
2,6 1,6
74,4 16,98 (152,7)
4,7
4,9
7,2
5,1
5. Angkutan Udara
8,02
5,32
11,66
18,98
11,00
5,92
53,88
6. Jasa Penunjang Angkutan
0,60
0,43
6,89
5,20
3,28
3,27
99,67
28,74
17,81
25,30
5,88
23,24
b. Komunikasi
3,3
(1,7)
32,1
31,04
23,60
7,99
8,24
5,21
5,67
6,78
1,56
a. Bank
7,96
7,41
2,40
4,78
5,64
2,56
45,51
b. Lembaga Keuangan Non-Bank
8,14
9,03
9,87
6,53
8,39
1,43
17,01
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan
c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta
22,99
9,7
3,4
3,5
5,8
5,6
2,9
52,2
7,85
8,88
5,24
5,53
6,88
1,78
25,82
8,15
8,97
9,66
7,43
8,55
0,97
11,3
6,44
6,24
6,42
6,01
6,28
0,20
3,18
5,43
4,46
5,10
4,58
4,89
0,46
9,31
0,24
3,31
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan
6,62
7,30
7,34
6,41
6,92
0,47
6,87
2. Jasa Hiburan & Rekreasi
6,97
7,65
7,85
7,46
7,48
0,38
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga
7,27
7,67
7,44
7,10
7,37
5,0
7,56
7,82
7,43
7,32
7,53
0,21
2,85
PDB
6,35
6,01
4,63
6,20
5,80
0,79
13,62
PDB Nonmigas
6,95
6,47
5,00
6,60
6,25
0,86
13,71
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
204 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 9 Perkembangan Laju Pertumbuhan Nilai Tambah Masing-Masing Sektor / Lapangan Usaha / SubLapangan Usaha / Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDRB Provinsi Maluku Pada Periode Tahun 2007 – 2010 (dalam % per tahun) Sektor (Lapangan Usaha) A. Sektor Primer 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan a. Tanaman Pangan b. Tanaman Perkebunan
2007
2008
3,98
2009
2,83
2010
4,04
29,04
4,05
5,64
4,19
1,16
27,74
2,00
3,59
2,44
1,62
66,43
5,98
3,63
5,45
5,13
2,44
2,38
-
-
b. Pertambangan Non-Migas
1,20
2,80 0,33
(6,78)
e. Perikanan
4,15
Koefisien Variasi (%)
4,25
c. Peternakan
a. Pertambangan Migas
5,75
Standar Deviasi
3,82
d. Kehutanan 2. Pertambangan dan Galian
Rataan
3,95
2,37
3,65
1,45
(10,91)
0,74
(4,42)
5,38
4,65
59,91 39,59 (121,60)
4,91
4,12
5,04
10,62
6,17
2,99
(7,14)
3,85
3,70
10,71
2,78
7,38
265,45
(20,0)
-
8,3
7,7
(1,0)
13,2
(1.331,0)
48,47
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
7,69
7,14
-
13,33
7,04
5,47
77,61
B. Sektor Sekunder
11,16
4,02
5,02
10,29
7,62
3,63
47,57
3. Industri Pengolahan
12,50
4,44
7,45
-
6,10
5,25
86,12
c. Penggalian
a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Non-Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
12,50
4,44
7,45
-
6,10
5,25
n.a.
86,12
5,00
-
(19,05)
17,65
0,90
15,23
1.692,65
a. Listrik
5,56
-
(21,05)
20,00
1,13
17,02
1.511,88
b. Gas
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
-
-
-
-
-
-
n.a.
9,09
4,17
6,00
47,17
16,61
20,48
123,30
c. Air Bersih 5. Bangunan C. Sektor Tersier
6,17
4,95
6,20
6,24
5,89
0,63
10,71
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
6,95
5,31
5,97
6,21
6,11
0,68
11,11
a. Perdagangan Besar & Eceran
6,91
5,33
6,03
5,79
6,01
0,66
11,04
b. Hotel
7,14
6,67
6,25
35,29
13,84
14,31
103,40
c. Restoran
8,33
3,85
3,70
3,57
4,86
2,32
47,62
7. Pengangkutan & Komunikasi
9,60
5,15
7,11
6,18
7,01
1,90
27,15
9,88
4,90
7,27
6,30
7,09
2,10
29,62
1. Angkutan Rel
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
2. Angkutan Jalan Raya
8,93
4,10
4,72
3,76
5,38
2,40
44,64
9,0
4,7
4,5
2,2
5,1
2,8
55,9
a. Pengangkutan
3. Angkutan Laut 4. Angkutan SDP 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan a. Bank b. Lembaga Keuangan Non-Bank
4,0
7,7
7,1
8,1
11,11
13,6
6,36
11,97
12,21
10,41
2,74
26,32
8,70
4,00
7,69
3,57
5,99
2,58
43,14
5,00
9,52
4,35
4,17
5,76
4,0
2,53
49,6
44,01
5,79
3,98
4,78
1,83
4,10
1,68
41,12
6,12
3,85
5,56
1,75
4,32
1,96
45,49
3,57
3,45
6,67
-
3,42
2,72
79,61
c. Jasa Penunjang Keuangan
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
d. Real Estat
6,31
4,24
4,07
2,34
4,24
1,62
38,28
-
-
-
-
-
-
e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 2. Jasa Hiburan & Rekreasi 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga
n.a.
3,38
4,61
6,40
7,62
5,50
1,88
34,10
3,21
4,75
6,89
8,05
5,73
2,16
37,73
5,08
3,23
1,56
3,08
3,24
1,44
44,56
5,41
2,56
2,50
4,88
3,84
1,52
39,67
-
-
-
-
-
-
n.a.
5,26
5,00
-
-
2,57
2,96
115,55
PDRB
5,76
4,18
5,41
6,36
5,43
0,92
16,94
PDRB Nonmigas
5,87
4,19
5,40
6,36
5,46
0,93
16,99
Sumber: BPS, 2011 (diolah)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
205 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 10 Perkembangan Angka LQ Nilai Tambah Masing-Masing Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha / Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDRB Provinsi Maluku Pada Periode Tahun 2006 – 2010 Sektor (Lapangan Usaha) A. Sektor Primer 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan a. Tanaman Pangan
2006 1,52
2007 1,45
2008 1,38
2009 1,31
2010 1,23
Rataan 1,38
Standar Deviasi 0,12
Koefisien Variasi (%) 8,36
2,74
2,58
2,37
2,16
2,07
2,38
0,28
11,63
1,35
1,24
1,11
0,99
0,95
1,13
0,17
14,79
b. Tanaman Perkebunan
3,79
3,58
3,40
3,55
3,10
3,48
0,26
7,43
c. Peternakan
0,75
0,74
0,64
0,56
0,55
0,65
0,09
14,54
d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan dan Galian a. Pertambangan Migas b. Pertambangan Non-Migas c. Penggalian
0,19
8,43
7,44
6,66
5,83
4,94
5,03
5,98
1,07
17,97
0,08
2,14
0,07
2,19
0,07
2,44
0,07
2,41
0,07
1,99
0,07
2,23
0,01
7,41
0,07
0,05
0,05
0,06
0,06
0,06
0,01
13,9
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
0,44
0,41
0,36
0,32
0,32
0,37
0,05
14,56
B. Sektor Sekunder
0,18
0,19
0,18
0,18
0,20
0,19
0,01
3,64
3. Industri Pengolahan
0,16
0,17
0,17
0,18
0,18
0,17
0,01
4,69
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Non-Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan
-
-
-
0,20
0,21
0,20
0,21
0,21
0,21
0,00
2,33
0,87
0,86
0,89
0,68
-
0,78
-
0,81
-
0,09
-
10,57
n.a.
1,15
1,20
1,31
1,00
1,15
1,16
0,11
9,56
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
0,48
0,44
0,45
0,61
0,60
0,52
0,08
15,76
0,16
0,17
0,16
0,13
0,18
0,16
0,02
11,36
C. Sektor Tersier
1,43
1,45
1,55
1,61
1,61
1,53
0,09
5,66
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
1,74
1,76
1,96
2,15
2,11
1,94
0,19
9,86
0,23
9,80
b. Hotel
0,98
1,08
1,21
1,22
1,60
1,22
0,24
19,28
c. Restoran
a. Perdagangan Besar & Eceran
0,24
0,25
0,27
0,26
0,26
0,26
0,01
4,05
7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel
2,12
2,12
2,36
2,62
2,53
2,35
1,33
1,39
1,45
1,44
1,42
1,40
0,05
3,36
1,96
2,22
2,40
2,54
2,53
2,33
0,24
10,46
-
-
-
-
-
-
-
n.a.
2. Angkutan Jalan Raya
1,14
1,29
1,34
1,42
1,55
1,35
0,15
11,40
3. Angkutan Laut
4,04
4,75
5,96
6,72
6,91
5,68
1,25
22,0
4. Angkutan SDP
4,25
5,06
5,38
5,37
5,64
5,14
0,54
10,5
5. Angkutan Udara
5,64
5,99
6,22
5,95
4,85
5,73
0,53
9,30
6. Jasa Penunjang Angkutan
0,11
11,10
0,32
0,29
0,29
0,26
0,24
0,28
0,03
10,93
0,62
0,64
0,65
0,65
0,62
0,64
0,02
2,61
a. Bank
0,45
0,47
0,48
0,50
0,48
0,48
0,02
4,38
b. Lembaga Keuangan Non-Bank
1,03
0,98
0,93
0,85
0,78
0,91
0,10
10,89
-
-
-
-
-
-
-
b. Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan
c. Jasa Penunjang Keuangan
0,82
0,90
1,05
1,04
1,06
0,97
n.a.
d. Real Estat
0,98
1,01
1,05
1,05
1,00
1,02
0,03
3,19
e. Jasa Perusahaan
0,03
0,04
0,04
0,03
0,04
0,03
0,00
12,29
9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan
1,67
1,64
1,71
1,69
1,75
1,69
0,04
2,38
3,01
2,87
2,90
2,78
2,97
2,90
0,09
3,14
0,34
0,34
0,35
0,33
0,31
0,34
0,01
4,22
0,67
0,63
0,63
0,59
0,55
0,61
0,05
7,42
2. Jasa Hiburan & Rekreasi
0,26
0,25
0,24
0,27
0,23
0,25
0,01
5,96
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga
0,16
0,17
0,17
0,17
0,16
0,17
0,00
2,93
Sumber: BPS, 2011 (diolah)
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
206 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
Lampiran 11 Matriks Klasifikasi Peranan Masing-Masing Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan, Usaha / Sub-SubLapangan Usaha Provinsi Maluku Berdasarkan Hasil Analisis LQ (Basis/Non-Basis) Pada Periode Tahun 2006 – 2010 Sektor Non Basis
Sektor Basis
Sektor (Lapangan Usaha)
LQ > 3 3 ≥ LQ > 2 2 ≥ LQ > 1 A. Sektor Primer Χ
a. Tanaman Pangan b. Tanaman Perkebunan
Χ Χ
c. Peternakan
Χ
d. Kehutanan e. Perikanan
LQ ≤ 1
Χ
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
Χ Χ
2. Pertambangan dan Galian
Χ
a. Pertambangan Migas
Χ
b. Pertambangan Non-Migas c. Penggalian
Χ
B. Sektor Sekunder
Χ
3. Industri Pengolahan
Χ
a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Non-Migas
Χ
4. Listrik, Gas & Air Bersih
Χ
a. Listrik
Χ
b. Gas c. Air Bersih
Χ
5. Bangunan
Χ
C. Sektor Tersier
Χ
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
Χ
a. Perdagangan Besar & Eceran
Χ
b. Hotel
Χ
c. Restoran
Χ
7. Pengangkutan & Komunikasi
Χ
a. Pengangkutan
Χ
1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya
Χ
3. Angkutan Laut
Χ
4. Angkutan SDP
Χ
5. Angkutan Udara
Χ
6. Jasa Penunjang Angkutan
Χ
b. Komunikasi
Χ
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan
Χ
a. Bank
Χ
b. Lembaga Keuangan Non-Bank
Χ
c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat
Χ
e. Jasa Perusahaan
Χ
9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta
Χ Χ Χ
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan
Χ
2. Jasa Hiburan & Rekreasi
Χ
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga
Χ
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
207 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
208 PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU
PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN