PROFIL KEHUTANAN PROVINSI ACEH I. KONDISI UMUM A. Kondisi Fisik Daerah 1. Keadaan Geografis Provinsi Aceh terletak di bagian barat Indonesia tepatnya di bagian ujung Pulau Sumatera. Secara geografis Aceh terletak antara 2° - 6° lintang utara dan 95° – 98° lintang selatan dengan ketinggian rata-rata 125 meter diatas permukaan laut. Batas-batas wilayah Aceh, sebelah utara dan timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah barat dengan Samudra Hindia. Satu-satunya hubungan darat hanyalah dengan Provinsi Sumatera Utara sehingga memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan provinsi tersebut. 2. Iklim Aceh beriklim tropis. Artinya dalam setahun terdiri atas musim kering (Maret-Agustus) dan musim hujan (September – Februari). Kelembaban Udaradi wilayah provinsi Aceh mencapai 79%, dengan rata rata curah hujan adalah 131,4 mm. Di daerah pesisir, curah hujan berkisar antara 1.000 - 2.000 mm dan di dataran tinggi dan pantai barat selatan antara 1.500 - 2.500 mm. Penyebaran hujan ke semua daerah tidak sama, di daerah dataran tinggi dan pantai barat selatan relatif lebih tinggi. Rata-rata suhu udara mencapai 26,9°C dengan rata-rata suhu udara maksimum 32,5° C dan minimumnya yaitu 22,9°C, serta tekanan udara mencapai 1.008,8 atm. 3. Luas Wilayah Luas wilayah Provinsi Aceh adalah 57.948,94 km2. Provinsi Aceh yang beribukota di Banda Aceh, terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 280 kecamatan, 755 Mukim, dan 6.423 Gampong atau Desa. Kabupaten dan kota di provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Barat daya, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Bener Meriah, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Simeulue, Kota Banda Aceh, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe, Kota Sabang, dan Kota Subulussalam.
1
4. Pulau dan Sungai Provinsi Aceh memiliki 119 buah pulau, 73 sungai yang besar dan 2 buah danau. Karena letak geografisnya, Aceh memiliki beberapa pelabuhan laut. Selain itu, Aceh juga menjadi salah satu pintu gerbang masuk pedagang-pedagang ke wilayah Indonesia. Beberapa pelabuhan laut yang dijadikan sebagai pintu masuk antara lain, Malahayati-Krueng Raya, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. B. Keadaan Sosial Ekonomi 1. Pemerintahan Provinsi Aceh dalam perkembangannya telah mengalami beberapa kali pemekaran wilayah administratif dan saat ini terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota. Untuk pemerintah di bawah kabupaten/kota, selain memiliki Kecamatan dan Gampong (wilayah setingkat Desa) berdasarkan Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 Tahun 2003 dibentuk Mukim yang berkedudukan langsung dibawah Camat dan wilayahnya terdiri atas beberapa gampong. Hingga saat ini Provinsi Aceh memiliki 284 Kecamatan, 755 Mukim dan 6.450 Gampong 2. Pendidikan Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan disuatu Negara adalah tersedianya cukup Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Merujuk pada amanat UUD 1945 beserta amandemennya (pasal 31 ayat 2), maka melalui jalur pendidikan pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM Penduduk Indonesia. Peningkatan kualitas Pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas SDM yang tangguh, dapat bersaing di era globalisasi dan mampu mendongkrak perekonomian berbasis kerakyatan. Peningkatan kualitas SDM sekarang ini lebih difokuskan pada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk kelompok usia sekolah (7-24 tahun) untuk mengecap pendidikan. BPS secara kontinyu setiap tahunnya mengumpulkan data pendidikan melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Beberapa informasi pendidikan yang dikumpulkan dalam Susenas antara lain mengenai penduduk buta huruf, penduduk usia sekolah (7-24 tahun), status sekolah. Salah satu indikator yagn dapat digunakan untuk melihat keberhasilan bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Makin rendah persentase penduduk yang buta huruf menunjukkan keberhasilan program pendidikan, sebaliknya jika persentase penduduk buta huruf makin tinggi maka mengindikasikan program pendidikan kurang optimal dalam hal mencerdaskan bangsa. Hasil Susenas menunjukkan bahwa pesentase penduduk berusia sepuluh tahun ke atas yang buta huruf mengalami peningkatan. Tahun 2011 persentase penduduk berusia sepuluh tahun keatas yang buta huruf di daerah pedesaan (4,32%) lebih dari dua kali lipat dibandingkan daerah perkotaan (1,98%). Di daerah perkotaan mulai kelompok umur 10-14 tahun 2
hingga 35-39 tahun persentase penduduk yang buta huruf sudah dibawah satu persen. Sedangkan di daerah pedesaan penduduk yang buta huruf dibawah satu persen ada pada kelompok umur 10-24 hingga 25-29 tahun. Penduduk berusia lima tahun ke atas pada 2011 yang berstatus masih sekolah 31,41% dan yang tidak sekolah lagi sebesar 62,47 persen, sedangkan yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 6,13%. Hasil Susenas 2011 juga menunjukkan bahwa penduduk yang masih bersekolah pada kelomok umur 1024 tahun mempunyai persentase paling tinggi. Sementara itu untuk penduduk yang tidak/belum pernah sekolah paling tinggi persentasenya pada kelompok umur 5-9 tahun. Merujuk pada jenjang pendidikan, maka penduduk usia sekolah biasanya dikelompokkan kedalam 4 (empat) kelompok umur yaitu 7-12 tahun (SD), 13-15 tahun (SMP), 16-18 tahun (SMA), dan 19-24 tahun (perguruan tinggi). Secara total, jumlah penduduk usia sekolah mengalami kenaikan yaitu 71,76% menjadi 72,37%. Jika dilihat menurut jenis kelamin, penduduk laki-laki usia sekolah yang masih sekolah sedikit lebih kecil dibanding dengan perempuan yaitu 72,01% dan 72,73%. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan akan sangat menunjang dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Data tentang jumlah murid sekolah, dan guru dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah baik yang bersumber dari Departemen Agama maupun Dinas Pendidikan. Berdasarkan catatan Dinas Pendidikan pada tahun ajaran 2011/2012 terjadi penurunan jumlah siswa Sekolah Dasar dari tahun ajaran 2010/2011. Demikian juga terjadi pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimana terjadi penurunan jumlah murid di SMP Negeri, pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri terjadi kenaikan jumlah murid sekolah. 3. Tenaga Kerja Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Agustus 2012 mencapai 1,978 juta orang, berkurang sekitar 110 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja pada Februari 2012 sebesar 2,088 juta orang juga berkurang sekitar 23 ribu orang dibanding Agustus 2011 sebesar 2,001 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada Agustus 2012 mencapai 1,799 juta orang, berkurang sekitar 124 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Februari 2012 sebesar 1,923 juta orang, juga berkurang sekitar 53 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2011 sebesar 1,852 juta orang. Jumlah penganggur pada Agustus 2012 mengalami peningkatan sekitar 14 ribu orang dibandingkan dengan keadaan Februari 2012 yaitu dari 165 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2011, jumlah penganggur juga mengalami peningkatan sebesar 30 ribu orang dibandingkan keadaan Agustus 2011 sebesar 149 ribu orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus 2012 mencapai 9,10 persen, lebih tinggi 1,22 persen dari TPT bulan Februari 2012 sebesar 7,88 persen, dan lebih tinggi 1,67 persen dari TPT bulan Agustus 2011 sebesar 7,43 persen. Dari sisi gender, TPT perempuan pada Agustus 2012 mencapai 11,74 persen lebih tinggi 4,11 persen dibandingkan TPT laki-laki sebesar 7,60 persen. 3
Persentase penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Aceh pada bulan September 2012 sebesar 18,58 persen. Angka ini menurun dibandingkan dengan Maret 2012 yaitu sebesar 19,46 persen. 4. Penduduk Berdasarkan data sensus penduduk 2012 Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk di Provinsi Aceh sebanyak 4.726.001 jiwa dan tersebar diseluruh kabupaten/kota. Selama periode Maret 2012-September 2012, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan menurun 0,60 persen (dari 13,07 persen menjadi 12,47 persen), sementara di daerah perdesaan menurun 1,00 persen (dari 21,97 persen menjadi 20,97 persen). 5. PDRB Nilai PDRB Aceh dan pendapatan perkapita Atas Dasar Harga Belaku (ADHB) dengan migas pada tahun 2011 mencapai Rp. 85,54 triliun meningkat sebesar Rp. 7,55 triliun dibanding tahun 2010 atau Rp. 13,55 triliun dibanding tahun 2009. Sedangkan tanpa migas, nilai PDRB Aceh pada tahun 2011 mencapai nilai sebesar Rp. 71,66 triliun, meningkat sebesar Rp. 6,57 triliun dibanding tahun sebelumnya atau sebesar Rp. 12,75 triliun dibanding tahun 2009. Capaian ini mengindikasikan tren peningkatan agregat ekonomi di Aceh selama tiga tahun terakhir. Sementara itu, nilai PDRB Aceh AHDK 2000 dengan migas pada tahun 2011 mencapai RP. 34,78 triliiun, meningkat sebesar Rp. 1,66 triliun dibanding tahun 2010 atau sebesar Rp. 2,56 triliun dibanding tahun 2009. Sedangkan nilai PDRB Aceh AHDK 2000 tanpa migas mencapai Rp. 30,80 triliun, bertambah sebesar Rp. 1,71 triliiun dari sebesar Rp. 29,1 triliun pada tahun 2010 atau bertambah sebesar Rp. 3,23 triliun atas tahun 2009. Kinerja perekonomian Aceh mencerminkan kondisi yang semakin membaik. Selama tiga tahun terakhir, kondisi ekonomi Aceh tanpa memperhitungkan migas mencapai pertumbuhan positif dan terus menguat. Meski masih dibawah capaian angka pertumbuhan nasional pada tahun 2011 yang mencapai 6,5%, ekonomi Aceh telah tumbuh hingga mencapai 5,89%. Secara bersamaan kinerja ekonomi Aceh dengan migas juga menunjukkan pertumbuhan yang optimis selama tahun 2009-2011 yaitu dari minus 5,51% pada tahun 2009, lalu menembus sebesar 2,79% pada tahun 2010 dan berlanjut sampai dengan tahun 2011 hingga mencapai sebesar 5,02%. Struktur PDRB Aceh AHDK pada tahun 2011 dengan menyertakan migas menunjukkan bahwa dua sektor yang merupakan leading sector bagi perekonomian Aceh ialah sektor pertanian yang mencapai 27,89% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 16,03%. Sektor dengan kontribusi terbesar ketiga dalam struktur perekonomian Aceh ialah pertambangan dan penggalian yang mencapai 11,64%. 6. Budaya dan Nilai Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan/kenduri. Di Aceh terdapat delapan suku yaitu Suku Aceh, Gayo, Alas, 4
Aneuk Jamee, Simeulu, Kluet, Singkil dan Tamiang. Kedelapan sub etnis mempunyai budaya yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain. Suku Gayo dan Alas merupakan suku yang mendiami dataran tinggi di kawasan Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang melayu dan Timur Tengah hal ini menyebabkan wajah-wajah orang Aceh berbeda dengan orang Indonesia yang berada di lain wilayah. System kemasyarakatan suku bangsa Aceh, mata pencaharian sebagian besar masyarakat aceh adalah bertani namun tidak sedikit juga yang berdagang. System kekerabatan masyarakat Aceh mengenal Wali, Karong dan Kaom yang merupakan bagian dari sistem kekerabatan. Agama Islam adalah agama yang paling mendominasi di Aceh oleh karena itu Aceh mendapat julukan “Serambi Mekkah”. Dari 13 suku asli yang ada di Aceh hanya suku Nias yang tidak semuanya memeluk agama islam. Agama lain yang di anut oleh penduduk di Aceh adalah Agama Kristen yang dianut oleh pendatang suku Batak dan sebagian warga Tionghoa yang kebanyakan bersuku Hakka. Sedangkan sebagian lainnya tetap menganut agama Khonghucu. Corak kesenian Aceh memang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan islam, namun telal diolal dan disesuaikan dengan nilai-nilai budaya yang berlaku. Seni tari yang terkenal dari Aceh antara lain seudati, seudati inong dan seudati tuning. Seni lain yang dikembangkan adalah seni kaligrafi arab yang banyak terlihat pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat upacara, perhiasan dsb. Selain itu berkembang seni sastra dalam bentuk hikayat yang bernafaskan islam seperti Hikayat Perang Sabil. Bentuk kesenian Aneuk Jamee berasal dari dua budaya yang berasimilasi. Orang Aneuk Jamee mengenal kesenian seudati, dabus (dabuih) dan ratoh yang memadukan unsur tari, music dan seni suara. Selain itu dikenal kaba, yaitu seni bercerita tentang seorang tokoh yang dibumbui dengan dongeng. Asimilasi adat dan budaya itulah kemudian melahirkan budaya adat dan budaya Aceh sebagaimana berlaku sekarang. Sebuah ungkapan bijak dalam hadih maja disebutkan, “Mate aneuék meupat jeurat, gadoh adat pat tamita.” Ungkapan ini bukan hanya sekedar pepatah semata, tapi juga pernyataan yang berisi penegasan tentang pentingnya melestarikan adat dan budaya sebagai pranata sosial dalam hidup bermasyarakat. 7. Bahasa dan Rumah Adat Provinsi Aceh memiliki 13 buah asli yaitu Bahasa Aceh, Bahasa Gayo, Bahasa Aneuk Jamee, Bahasa Singkil, Bahasa Alas, Bahasa Tamiang, Bahasa Kluet, Bahasa Devayan, Bahasa Sigulai, Bahasa Pakpak, Bahasa Haloban, Bahasa Lekon dan Bahasa Nias. Rumah Adat di Provinsi Aceh di sebut Rumoh Aceh
5
II. SEJARAH SINGKAT DINAS KEHUTANAN ACEH PIMPINAN KEHUTANAN PROVINSI ACEH DARI WAKTU KE WAKTU No
Nama
Jabatan
Periode
1
A. Syukur
Kepala Dinas Kehutanan
1966
2
A. Gani Abu
Kepala Dinas Kehutanan
1966 - 1976
3
Sutisna
Kepala Dinas Kehutanan
1976 - 1981
4
A. Rahmadi
Kepala Dinas Kehutanan/Kakanwil
1981 - 1986
5
M. Toha
Kepala Kantor Wilayah
1986 - 1994
6
Soewardi
Kepala Kantor Wilayah
1994 - 1995
7
Amir Hamzah
Kepala Dinas Kehutanan
1986 - 1992
8
Wahid Mustafa
Kepala Dinas Kehutanan
1992 - 1995
9
Ombo Satjapraja
Kepala Kantor Wilayah
1995 - 1995
10
E. Kosasih
Kepala Dinas Kehutanan/Kakanwil
1995 - 1996
11
Widodo S. Ramono
Kepala Dinas Kehutanan/Kakanwil
1996 - 1997
Foto
6
Kepala Dinas Kehutanan/Kakanwil
1997 - 1999
Haniffah Affan
Kepala Dinas Kehutanan
1999 - 2001
14
Mustafa Hasjbullah
Kepala Dinas Kehutanan
2001 - 2006
15
Haniffah Affan
Kepala Dinas Kehutanan
2006 - 2008
16
Haniffah Affan
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan
2008 - 2010
17
Fakhruddin
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan
2010 - 2013
Kepala Dinas Kehutanan
2013 sampai sekarang
12
Brotohadi Sumadyo
13
18
Husaini Syamaun
7
III. ASPEK KAWASAN HUTAN A. Hutan Negara 1. Luas kawasan hutan Luas Kawasan hutan di Provinsi Aceh sesuai SK Menhut No : 170/Kpts-II/2000 tanggal 29 Juni 2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Aceh adalah seluas 3.549.813 ha, sedangkan luas daratan kawasan hutannya mencapai 3.335.613 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi : 1. Hutan Konservasi seluas 1.066.733 ha 2. Hutan Lindung seluas 1.844.500 ha 3. Hutan Produksi Terbatas seluas 37.300 ha 4. Hutan Produksi Tetap seluas 601.280 ha
37.300 ha 1.05%
601.280 ha 16.94%
Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap
1.844.500 ha 51.96%
1.066.733 ha 30.05%
Gambar 1. Luas Kawasan Hutan (Daratan) di Provinsi Aceh Berdasarkan gambar 1 diatas dapat diketahui bahwa 51,96% kawasan hutan (daratan) yang ada di Provinsi Aceh merupakan hutan lindung, 30,05% hutan konservasi, 16,94% hutan produksi tetap, dan 1.05% merupakan hutan produksi terbatas. Luas Kawasan hutan di Provinsi Aceh berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh No : 19 Tahun 1999 tanggal 19 Mei 1999 tentang Penyesuaian Arahan Fungsi Hutan ke Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh seluas 3.335.613 ha (tidak termasuk Taman Wisata Alam Perairan seluas 214.100 ha), Kawasan hutan tersebut meliputi: 1. Hutan Lindung : 1.844.500 Ha 2. Hutan Konservasi : 812.533 Ha 3. Hutan Produksi Terbatas : 37.300 Ha 4. Hutan Produksi Tetap : 601.280 Ha
8
Untuk lebih detil dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Luas Kawasan Hutan Provinsi Aceh berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh No. 19 Tahun 1999 No Uraian Luas (Ha) a Arahan fungsi hutan di dalam kawasan lindung 1 Cagar Alam Pinus Jantho 16.640 2 Cagar Alam Serbajadi 300 3 Suaka Margasatwa Rawa Singkil 102.370 4 Taman Nasional Gunung Leuser 623.987 5 Tahura Pocut Meurah Intan 6.220 6 Taman Wisata Alam Iboih Sabang 1.200 7 Taman Wisata Alam Kepulauan Banyak 15.000 8 Taman Wisata Alam Lhok Asan (PLG) 112 9 Taman Buru Lingga Isaq 86.704 10 Hutan Lindung (Termasuk Kebun Plasma Nutfah di 1.844.500 Kabupaten Aceh Besar 1.300 Ha) Jumlah a 2.697.033 b
c
Arahan Fungsi Hutan di Dalam Kawasan Budidaya 1 Hutan Produksi Terbatas 2 Hutan Produksi Tetap (Termasuk Hutan Pendidikan STI. Kehutanan di Kabupaten Aceh Besar 80 Ha) Jumlah b Total (a+b) Luas Wilayah Aceh
37.300 601.280 638.580 3.335.613 5.736.557
Berdasarkan Tabel 1. diatas dapat diketahui bahwa 55,30 % kawasan hutan (daratan) yang ada di Provinsi Aceh merupakan hutan lindung, 25,58 % hutan konservasi, 18,03 % hutan produksi tetap, dan 1.12 % merupakan hutan produksi terbatas.
9
PETA KAWASAN HUTAN ACEH
Gambar 2. Peta Kawasan Hutan dan Perairan Aceh 10
2. Luas Penutupan Lahan Kondisi penutupan lahan di Provinsi Aceh berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut : Tabel 2. Daftar Luas Penutupan Lahan di dalam dan diluar kawasan hutan provinsi Aceh tahun 2009 Penutupan Lahan
KAWASAN HUTAN KSA-KPA 780,7
HL 1.630,4
HPT 25,7
HP 372,3
Jumlah 2.809,2
-Hutan Primer
535,5
638,2
4
7,4
-Hutan Sekunder
239,5
990,3
21,2
327,3
A. Hutan
-HutanTanaman B. Non Hutan
376,7
Jumlah 3.185,9
% 56,6
1.185,6
5,5
1.191,1
21,2
1.578,3
356,6
1.934,9
34,4
5,7
2
-
37,6
45,3
14,6
59,9
1,1
71,9
214,1
11,6
227,2
524,8
1.907,5
2.432,3
43,2
-
-
-
1,7
1,7
4,8
6,6
0,1
852,6
1.844,5
37,3
601,3
3.335,7
2.289,0
5.624,7
100,0
C. Tidakada data Total
TOTAL
APL
Sumber : Statistik Kemenhut 2011
3. Posisi Kawasan hutan dalam DAS Posisi Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain (APL) dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi Aceh, sesuai dengan Kepmenhut No. 284/Kpts-II/1999.
Tabel 3. Daftar Luas Kawasan Hutan dan APL dalam SWPDAS
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama SWP DAS
Kruen Aceh Krueng Peusangan Krueng Pase Krueng Baro Krueng Meurudu Krueng Jambo Aye Krueng Sabee-Geupu Krueng Teunom Woyla Krueng Singkil Krueng Tripe Batee Krueng Kluet Krueng Peurlak Tamiang Krueng Merbau P. Seumeuleu P. Weh JUMLAH Sumber : Kepmenhut No. 284/Kpts-II/1999
Luas (Ha)
172.370 235.975 234.808 215.226 215.000 485.955 301.566 513.784 857.255 537.248 612.801 798.895 350.909 178.755 20.000 5.730.547
Urutan Prioritas I I II II II III III III III III III III III III III
11
B. Hutan Rakyat
Hutan rakyat di propinsi aceh seluas 11.632 ha, yang tersebar di 23 kabupaten/kota. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Daftar Luas Hutan Rakyat Per Kabupaten/Kota NO.
KABUPATEN/KOTA
LUAS HUTAN RAKYAT (Ha)
1
2
3
1
Aceh Besar
-
Ha
2
Pidie
100
Ha
3
Pidie Jaya
261,0
Ha
4
Bireun
336,0
Ha
5
Lhokseumawe
-
Ha
6
Aceh Utara
200
Ha
7
Aceh Timur
335
Ha
8
Langsa
500
Ha
9
Aceh Tamiang
1.225
Ha
10
Bener Meriah
-
Ha
11
Aceh Tengah
75
Ha
12
Gayo Lues
1.375
Ha
13
Aceh Tenggara
-
Ha
14
Aceh Jaya
-
Ha
15
Aceh Barat
-
Ha
16
Nagan Raya
-
Ha
17
Abdya
-
Ha
18
Aceh Selatan
-
Ha
19
Subussalam
6.475
Ha
20
Singkil
-
Ha
21
Simeulue
750
Ha
22
Sabang
-
Ha
23
Banda Aceh
-
Ha
11.632
Ha
JUMLAH Sumber : Dishutbun Kabupaten/Kota 2011
12
IV. ASPEK SUMBERDAYA HUTAN A. Potensi Kayu dan Non Kayu 1. Potensi Kayu di hutan negara Potensi kayu jenis perdagangan di Propinsi Aceh baik di Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, Taman Buru, Hutan Lindung, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi mencapai 59,19 juta m3. Secara lebih rincii potensi kayu jenis perdagangan tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 5. Daftar Potensi Kayu Jenis Perdagangan Areal Berhutan No
Kwsn Htn
Hutan Primer 3
M x Juta
Rp x Tril
Hutan Sekunder 3
M x Juta
Hutan Tanaman 3
Rp x Tril
M x Juta
Rp x Tri
Jumlah Areal Berhutan 3
M x Juta
Rp x Tril
Tidak Berhutan 3
M x Juta
Rp x Tril
Jumlah Total 3
M x Juta
Rp x Tril
1
CA
0,10
0,10
0,19
0,19
0,00
0,00
0,29
0,29
0,0018
0,0018
0,29
0,29
2
SM
0,61
0,61
1,15
1,15
0,00
0,00
1,76
0,01
0,01
1,77
1,77
TN
3,72
3,72
7,00
7,00
0,00
0,00
1,76 10,7 2
3
10,72
0,07
0,07
10,79
10,79
0,0006 7
0,11
0,11
4
THR
0,04
0,04
0,07
0,07
0,00
0,00
0,11
0,11
0,0006 7
5
TWA
0,10
0,10
0,18
0,18
0,00
0,00
0,28
0,28
0,0017
0,00
0,28
0,28
6
TB
0,52 11,6 1
0,97
0,00
0,01
0,01
1,50
1,50
0,00
0,00
1,49 28,7 9
1,49
17,18
0,97 17,1 8
0,00
HL
0,52 11,6 1
28,79
0,38
0,38
29,17
29,17
HPT
0,00
0,00
0,59
0,00
0,00
0,59
0,13
0,13
0,72
0,72
HP
0,03 16,7 3
0,03 16,7 3
11,26
0,59 11,2 6 38,5 9
1,47
1,47
12,76
1,80
1,80
14,56
14,56
1,47
1,47
56,79
2,40
2,40
59,19
59,19
7 8 9
Jumlah
38,59
0,59 12,7 6 56,7 9
Ket : CA
= Cagar Alam
TB
SM
= Suaka Margasatwa
HL = Hutan Lindung
TN
= Taman Nasional
HPT = Hutan Produksi Terbatas
TAHURA = Taman Hutan Raya TWA
= Taman Buru
HP = Hutan Produksi Tetap
= Taman Wisata Alam
2. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Hutan Tanaman Rakyat yang sudah mendapat IUPHHK-HTR di Propinsi Aceh sebanyak 3 unit yaitu 1 unit di Kabupaten Bireun (Kopwan Seulanga Aneuk Nanggroe) dan 2
unit di Kabupaten Aceh Utara (Kop. Tuah Nanggroe Aceh 811 Ha) melalui (SK.282/Menhut-II/2009 Tgl 13 Mei 2009), Kop. Ikapeda 1.155 Ha(SK.721/Menhut-II/2009 Tgl 19 Oktober 2009). Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel berikut :
13
Tabel 6. Daftar Letak dan Luas Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
NO.
KAB/KOTA
USULAN PENCADANGAN AREAL KABUPATEN (HA)
1
Aceh Besar
2
Pidie
3.900
3
Pidie Jaya
6.300
4
Bireun
4.360
5
Lhokseumawe
6
Aceh Utara
7
Aceh Timur
8
Langsa
9
Aceh Tamiang
11
Aceh Tengah
12
Gayo Lues
3.983
14
Aceh Jaya
1.600
19
Subussalam
6.244
20
Singkil
JUMLAH Sumber : Dishutbun Aceh & Dishutbun Kabupaten/Kota Tahun 2011
-
-
LUAS AREAL YANG SUDAH KELUAR SK PENCADANGAN OLEH MENHUT (HA)
-
7.000 -
34.667
LUAS (HA)
-
-
1.525
-
-
-
-
1.335
1
1.335
-
1.966 3.255
-
JUMLAH UNIT
1.938
1.280
IUPHHK-HTR(UNIT HTR)
2
1.966
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
865
-
-
10.884
3
JENIS TANAMAN
Jabon, Mahoni, Sengon Jabon, Mahoni, Sengon
3.301
…………, …
B. Produksi Kayu dan Non Kayu 1. Produksi Hasil Hutan Kayu Produksi kayu bulat di provinsi NAD pada tahun 2012 berjumlah 185.358,48 m3, yang berasal dari 3 sumber yaitu IUPHHK pada HTI, Izin Pemanfaatan Kayu (IPK), Hutan Rakyat, Kayu perkebunan dan hasil lelang. Masing-masing produksinya yaitu IUPHHK pada HTI sebanyak 8.043,81 m3, IPK sebanyak 2.196,33 m3, kayu perkebunan 169.348,50 m3, dan hasil lelang 475,98 m3. 2. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) HHBK yang dikembangkan di Propinsi NAD yaitu rotan produksinya mencapai 90.590 kg, Cendana 14.000 kg, dan Arang kayu 155.000 kg
14
C. Flora dan Fauna Tumbuhan (flora) yang tumbuh dan berkembang di Provinsi Aceh terdiri dari berbagai jenis (species) baik indemik maupun tanaman non indemik. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table dibawah ini : Tabel 7. Daftar Tumbuhan (flora) di Provinsi Aceh Flora Nomor Nama Indonesia Nama Ilmiah 1
2
3
1
Api-api
Avicenia alba
2
Pedada
Sonneratia Sp
3
Bakau
Rhizophora Sp
4
Tancang
Bruguira Sp
3
Waru Laut
Hibiscus teliaceus
4
Ketapang
Terminalia cattapa
5
Beringin
Ficus benjamina
6
Bayur
Pteruspermum Sp
7
Rotan
Callamus Sp
8
Medang
Litsea Sp
9
Puspa
Schima walichii
10
Cengal
Hopea Sp
11
Jelatang
Lapertea microstigma
12
Kompas
Koompassia malaccensis
13
Pinus
Pinus merkusii
14
Seumantok
Parashorea
15
Meranti
Shorea Sp
16
Keruing
Dipterocarpus Sp
17
Kenanga
Kananga odoratum
18
Ara
Ficus Sp
19
Jabon
Arthocarpus cadamba
20
Kayu Hitam
Dyuspiros Sp
21
Merawan
Michelia montana
22
Ulin
Litsea Sp
23
Kenanga
Canangium odoratum
24
Rafflessia
Rafflessia atjehensis
25
Keladi hutan
Colocasia esculenta
26
Kapur
Dryobalanops aromatica
Keterangan 4
15
27
Rengas
Gluta renghas
28
Merbau
Intsia bijuga
29
Cendana
Santalum album
30
Gaharu
Aqualaria Sp
31
Sentang
Azadirachta exelsa
32
Puno
33
Cawardi
Azadirachta Sp
34
Mimba
Azadirachta indica
35
Pasak Bumi
Eurycoma longifolia
36
Bambu
Bambusa Sp
37
Jemblang
Syzygium cumini
38
Brand
Shorea Sp
39
Pulai
Alstromia fascularis
Satwa (fauna) yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh terdiri dari berbagai jenis (species) . Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel 8. Daftar Satwa (fauna) di Provinsi Aceh Flora Nomor Nama Indonesia 1 1
Monyet
3 Macaca fascicularis
2
Lutung
Presbytis cristata
3
Biawak
Varanus salvator
4
Landak
Histryx brachiura
5
Ular Piton
Phyton reticulus
6
Babi Hutan
Sus scrofa
7
Owa
Hylobates syndatylus
8
Orang Utan
Pongo pygmaeus
9
Rusa Sambar
Cervus unicolor
10
Kijang
Muntiacus muntjak
11
Gajah Sumatera
Elevaphas maximus Sumatranus
12
Harimau Sumatera
Panthera tigris sumaterana
13
Napu
Trangulus napu
14
Macan Dahan
Neofelis nebubulosa
15
Kambing Hutan Siamang
Capricornis sumateraensis Hylobates syndactylus
16
2
Nama Ilmiah
Keterangan 4
16
17
Trenggiling
Trenggiling vanica
18
Buaya
Crocodylus Sp
19
Rangkong
Buceros rhinoceros
20
Elang Laut
Haliastur Indus
21
Cangak Abu
Ardea sumatrana
22
Walet
Callocalia Sp
23
Burung Layang-Layang
Cypsiurus battasiensis
24
Punai
Treeon vernans
25
Kuan
Argusianus
26
Gagak Hitam
Corvus corax
27
Kuntul
Egreta Sp
28
Ayam Hutan
Galus galus
29
Beo
Gracula religiosa Sp
30
Cicak Rowo
Pycnonotus zeylanicus
31
Cempala Kuning
Trixnicos pyrropygus
32
Penyu Hijau
Chelonia midas
33
Penyu Sisik
Eretmochelys imbricata
34
Penyu Belimbing
Dermochelys coriaceae
D. Jasa Lingkungan Pemanfaatan jasa lingkungan dari kawasan hutan khususnya untuk kegiatan wisata alam sudah lama dikembangkan di Aceh, hal ini didukung dengan keberadaan berbagai potensi yang ada antara lain : • Cagar Alam Pinus Strain Aceh (16.940 Ha)di Kabupaten Aceh Besar. •
Cagar Alam Serbajadi (300 Ha) Kabupaten Aceh Tamiang
•
Swaka Margasatwa Rawa Singkil (102.370 Ha)di Kabupaten Aceh Singkil
•
Taman Hutan Raya (TAHURA) Po Cut Meurah Intan (6.300 Ha) di Kabupaten Aceh Besar
•
Taman Nasional Gunung Leuser (623.987 Ha) di Kabupaten Aceh Tenggara.
•
Taman Wisata Alam Iboih (1.200 Ha) di Kota Sabang
•
Taman Wisata Alam Kepulauan Banyak (16.200 Ha) di Kabupaten Aceh Singkil.
•
Taman Wisata Alam Lhok Asan (PLG : 112 Ha) di Kabupaten Aceh Utara
•
Taman Buru Lingga Isaq (86.704 Ha) di Kabupaten Aceh Tengah.
17
E. Lahan Kritis
Luas lahan kritis di Provinsi Aceh pada tahun 2007 seluas 459.469,28 ha dengan kategori kritis seluas 393.025,63 ha dan sangat kritis seluas 66.443,65 ha. Pada tahun 2011 luas lahan kritis di provinsi Aceh mengalami peningkatan mencapai 460.099,76 ha, dengan kategori kritis seluas 393.397,03 ha dan sangat kritis seluas 66.702,73 ha. upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi lahan kritis yaitu melalui penanaman satu miliar pohon (OMOT). Pada tahun 2011, melalui penanaman pada kegiatan penghijauan sebanyak 24.886.789 batang dan penanaman reboisasisebanyak 3.808.598 batang. Tabel 9. Daftar Luas Lahan Kritis di Dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan Hutan
Luas Lahan Kritis No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Kabupaten/Kota Aceh Barat Aceh Barat Daya Aceh Besar Aceh Jaya Aceh Selatan Aceh Singkil Aceh Tamiang Aceh Tengah Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Utara Lhokseumawe Banda Aceh Bener Meriah Bireuen Gayo Lues Langsa Sabang Subulussalam Nagan Raya Pidie Pidie Jaya Simeulue JUMLAH
Dalam Kawasan Hutan
Luar Kawasan Hutan
278,66 1.876,60 7.554,74 519,25 35.377,22 18.067,71 5.821,27 31.022,10 18.835,45 5.873,15 1.124,05 2.355,72 3.639,66 3.015,23 41.910,14 42.198,45 8.500.33 2.825,50 6.065,45 8.272,44 3.728,79 12.178,70 0 138,19 0,18 183,14 16.187,01 19.420,15 8.814,23 7.285,93 21.952,55 32.139.03 314,84 336,35 1.255,99 2.770,23 1.193,16 11.311,72 3.798,60 7.174,28 19.576,66 11.901,61 1.840,25 457,65 8.054.07 8.760,38 215.966,49 229.940,32
Jumlah 2.155,26 8.073,99 53.444,93 36.843,37 24.708,60 3.479,77 6.654,89 84.108,59 11.325,83 14.337,89 15.907,49 138,19 183,32 35.607,16 16.100,16 54.091,58 651,19 4.026,22 12.504,88 10.972,88 31.478,27 2.297,90 16.814,45 445.906,81
Upaya-Upaya Memperbaiki Lahan Kritis Upaya yang telah dilakukan dalam memperbaiki lahan kritis di Provinsi Aceh meliputi penanaman kembali lahan-lahan tersebut melalui kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Htan dan Lahan (GNRHL/GERHAN), reboisasi, penghijauan dan restorasi. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan tahun 2011 per Kabupaten/Kota dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
18
Tabel 10. Daftar Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Rehabilitasi Lahan Dalam Luar Reboisasi No Kabupaten/ Kawasan (Ha) Kawasan Kota (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Aceh Barat Aceh Barat Daya Aceh Besar Aceh Jaya Aceh Selatan Aceh Singkil Aceh Tamiang Aceh Tengah Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Utara Lhokseumawe Banda Aceh Bener Meriah Bireuen Gayo Lues Langsa Sabang Subulussalam Nagan Raya Pidie Pidie Jaya Simeulue JUMLAH
100 40 2.350 1.150 100 70 125 2.471 64 6.470
175 1.225 75 375 325 100 100 271 3.646
100 100 1.950 125 140 3.315
Penana man Hutan Rakyat (Ha) 100 6.824 50 6.250 1,500 25 6.475 21.224
V. ASPEK KELEMBAGAAN A. Model Pengelolaan Pengelolaan Hutan di Aceh dikelola oleh beberapa Institusi. Hutan Negara dikelola oleh Dinas Kehutanan (Hutan Produksi dan Hutan Lindung, TAHURA Po Cut Meurah Intan ), BKSDA (Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Buru dan Taman Wisata Alam), Balai Taman Nasional (Taman Nasional Gunung Leuser). Kemudian untuk Hutan Rakyat dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Aceh dan Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota
19
B. Sumber Daya Manusia (SDM)
Tabel 11. Daftar SDM Pengelola Kawasan Hutan Lingkup Propinsi NAD No
Instansi
Jumlah SDM Menurut Golongan IV
III
II
Jumlah I
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
Total
1
Dishutprov Aceh
8
-
97
33
32
11
1
-
138
44
182
2
BPPHP Wil I Banda Aceh
1
-
17
4
6
2
-
-
24
6
30
3
BPDAS Krueng Aceh
2
-
22
4
2
2
1
-
27
6
33
BKSDA NAD
1
1
29
10
48
10
2
-
99
21
120
4
Sumber : Dishut Aceh dan Statistik Kemenhut 2012 (diolah)
C. Sarana dan Prasarana Pengamanan Hutan Sarana dan prasarana pengamanan hutan yang tercacat yaitu GPS 5 buah, Binokuler 5, camera digital 2, handycam 3. Perlengkapan personil 7 set, alat-alat pendakian 45 set, mobil patroli 1, dan sepeda motor patroli 1. D. Prospek Pengelolaan Hutan Prospek pengelolaan hutan di Aceh pada dasarnya cukup ekonomis, walau sampai saat ini Pemerintah Aceh masih memberlakukan Moratorium Logging pada Hutan Alam Produksi. Dimana pemerintah melalui Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Aceh memberikan Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)-HTI. Kemudian Kementerian Kehutanan mengeluarkan Peraturan tentang Pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dalam kawasan hutan Produksi , dan juga pengembangan Hutan Rakyat (HR) serta Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa/Gampong. Selain pengembangan hasil hutan kayu pemerintah Aceh juga mengembangkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berupa penanaman dengan jenis Rotan, Gaharu dan Cendana. Dengan demikian pengelolaan hutan Aceh akan menghasilkan berbagai produk, baik hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Karena masyarakat dunia akan membeli produk hasil hutan yang dikelola dengan konsep Ecolabelling atau pengelolaan hutan secara sustainable. E. Instansi Kehutanan yang ada di Provinsi NAD 1. Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten/Kota Tabel 12. Daftar Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten/Kota No
Dinas
1
Dinas Kehutanan Provinsi Aceh
2
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Besar
3
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pidie
Alamat Jl. Jenderal Sudirman No.21 Banda Aceh Tlp : (0651) 42277 fax : (0651) 43628 Jl. T. Bachtiar Panglima Polem Kota Jantho, Aceh Besar Tlp /fax : (0651) 92024, 92044 Jl. Prof A. Masjid Ibrahim, Sigli 24742 Tlp/fax : (0653) 21547 / 23040, 21742
20
4
Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Pidie Jaya
5
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bireuen
6
Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Lhokseumawe
7
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Utara
8
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Timur
9
Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kotamadya Langsa
10
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bener Meriah
11
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tengah
12
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tamiang
13
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tenggara
Komp. Perkantoran Pemkab Aceh Tamiang, Karang Baru, Kuala Simpang Tlp/fax : (0641) 7447065 / 333112 Jl. Raya Kutacane – Blang Kejeren Km.4,5 Tlp/fax : (0629) 21212 / 21348
14
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabuoaten Gayo Lues
Jl. M.Z. Abidin No.2 Blower, Blang Kejeren Tlp/fax : (0642) 21719 / 21169
15
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Singkil
Jl. Singkil – Subulussalam Km.22 Tlp/fax : (0658) 21217
16
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Selatan
Jl. T. Cut Ali No.95 Tapaktuan Tlp/fax : (0656) 21114, 32009
17
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Barat
Jl. Sisingamangaraja No. 65-67 Meulaboh Telp. (0655)-7551299
17
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Barat Daya
18
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nagan Raya
Jl. Nasional Blang Pidie – Meulaboh (Padang Merante Tlp/fax : (0659) 92800 Jl. Poros Utama Al Fitrah Suka Makmue Tlp/fax : (0655) 7556422 / 7555428
19
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Jaya
20
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Barat
Jl. Banda Aceh – Meulaboh No.162-163 Calang Tlp/fax : (0654) 2210951 / 2210052 Jl. Sisingamangaraja No.66-67 Meulaboh Tlp/fax : (0655) 7551299
21
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Simeulu
Jl. Nusantara No.28 Sinabang Tlp/fax : (0650) 21055 / 21804
22
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Subulussalam
Jl. T. Umar No.61 Subulussalam Tlp/fax : (0627) 31234 / 31717
Jl. Banda Aceh – Medan Km.160 Simpang Tiga, Mereudu Tlp/fax : (0653) 51009 / 51087 Jl. Banda Aceh – Medan Km.214 Blang Badeh Tlp : (0644) 324862, 324242, 21243 fax : (0644) 324863, 323709, 22112 Jl. Balai Kota No.1 Lhokseumawe 24351 Tlp/fax : (0645) 45284 / 42938 Jl. Mayjen T. Hamzah Bendahara, Lhokseumawe 24351 Tlp/fax : (0645) 43229 / 4399 Jl. Sultan Iskandar Muda Idi Tlp/fax : (0641) 21745 / 424874 Jl. Panglima Polim Komp. Perkantoran No. 2 Gampong, Kota Langsa Tlp : (0641) 7001221 / 426463 Komp. Perkantoran Pemda Bener Meriah – Kp. Surule, Kayu Redelong Tlp/fax : (0643) 7426040 / 7426030 Jl. Takengon Isak Km.7 Takengon Tlp/fax : (0643) 7426360 / 23012
21
2. UPT Kementerian Kehutanan Nomor
Nama Lembaga
Alamat Kantor
Balai 1 KoBaBalai Konserervasi Sumberdaya Alam Jl.Nangroe Cut Ny Jln. Cut NyakDhien Km.1,2 Kotak Pos 29 Banda Aceh Darussalam 2 Balai 2 PengBalai Pengelolaan DAS Krueng Aceh
Aceh Tlp/fax : (0 651) 42694 Jl. Cut Nyak Dhien Km.1,2 Kotak Pos 174 Banda Aceh Tlp/fax : (0 651) 41339 / 44704
3 Balai 3 Pe B Balai Pemantauan Pemanfaatan HutanJl.Produksi Cut Nyak Dhien Km.1,2 Banda Aceh Wilayah I Banda Aceh
Tlp/fax : (0 651) 40704, 49875 / 40705
3. LSM Jumlah dan keberadaan LSM di Aceh khususnya yang bergerak di bidang kehutanan dan lingkungan hidup sangat membantu pemerintah Aceh khususnya dan pemerintah kabupaten/kota umumnya. Kelompok LSM yang berkecimpung di bidang kehutanan dan lingkungan dapat dilihat pada table dibawah ini : Tabel 13. Nomor 1 2 3 4 5 6
Daftar LSM yang aktif di bidang Kehutanan dan Lingkungan Nama LSM WORD WILD LIFE (WWF) FLORA AND FAUNA INTERNATIONAL(FFI) WAHANA LINGKUNGAN HIDUP (WALHI) YAYASAN LEUSER INTERNATIONAL (YLI) YAYASAN GAJAH SUMATERA (YAGASU) YAYASAN LEBAH
7
RUMOH TRANSPARANSI
8
MASYARAKAT TRANSPARANSI ACEH (MaTA)
Keterangan
22
V. FOTO-FOTO PENDUKUNG Gambar 3. Foto-foto Hutan dan Kehutanan Aceh
Keanekaragaman Hayati Hutan Aceh yang Perlu Dilestarikan 23
Kebun Bibit Rakyat (KBR) dan Penanaman Hutan Rakyat
24
Hari Menanam Indonesia Provinsi Aceh Tahun 2012
25
Satwa-Satwa yang Dilindungi Provinsi Aceh
26