13 Desember 2012
Highlight KOPAPDI XV Medan
SJSN Solusi Wujud Indonesia Sehat Profil DR. DR. Dr. Dr. Aru Aru W W Sudoyo, Sudoyo, SpPD, SpPD, K-HOM, K-HOM, FINASIM, FINASIM, FACP FACP: Profil
Besar Dengan KEBERSAMAAN Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden: Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Manado, Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar, Cabang Bali, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng, Cabang Palu, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau, Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok, Cabang Bengkulu, Cabang Sulteng *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. Anindya Yustikasari *Alamat: PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B, Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng, Jakarta 10350. Telp. (021) 2300818, Fax. (021) 2300588, 2300755; SMS 085695785909; Email:
[email protected]; Website: www.pbpapdi.org
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN MEDIA
Horas! umpa kembali sejawat internis. Hari ini kita mulai melaksanakan kegiatan KOngres Nasional PAPDI XV di Medan setelah secara resmi dibuka oleh Menteri Kesehatan RI Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH, cq diwakili Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Dr. Supriyantoro, SpP, MARS. Ada beberapa catatan yang diberikan Menkes ke PAPDI di antaranya tentang keselamatan ibu hamil, penanggulangan HIV/AIDS, penyebaran dokter spesialis penyakit dalam, peran serta PAPDI di dalam SJSN, dan peningkatan kualitas internis melalui up date keilmuan dengan penggunaan teknologi telemedicine. Kegiatan simposium yang berjalan di hari pertama sudah dipenuhi peserta kongres. Begitu pula dengan stand pameran. Sidang pleno pertama sudah dimulai dengan dihadiri oleh 36 cabang. Selamat mengikuti KOPAPDI XV Medan.
J
OM IBTERNIZ
Dibuka Bursa Calon Ketua Redaksi Menerima Masukan, Saran Hubungi Amril 08158358554, 081287068835 2
13 Desember 2012
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
Opening KOPAPDI XV
Menkes Sampaikan Sambutan Melalui Video
luas cakupan penderita yang dilayani dan meningkatkan mutu pelayanan termasuk aspek kenyamanan,” harap Menkes. Karena tidak dapat hadir secara langsung, maka pemukukan gong pembukaan diwakilkan pada Jenderal Bina Upaya Kesehatan dari Kemenkes, Dr. Supriantoro, SpP, MARS, yang didampingi oleh Pelak-
P
erhelatan Akbar Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV akhirnya resmi dibuka pada Rabu, 12 Desember 2012 kemarin pukul 12.00, di Hotel JW. Marriot, Medan, Sumatera Utara. Sayangnya, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, yang dijadwalkan akan membuka Kongres dan memukul gong pembukaan tak dapat hadir secara langsung. Namun demikian, Menteri tetap menyampaikan sambutan pembukaannya melalui video yang kemudian diputar di acara Kongres. Dalam sambutan tersebut Menkes menyatakan apresiasinya atas tema Kongres yang mengusung topik “55 Tahun Peran Profesional PAPDI, Menapak Era Globalisasi di Tengah Masyarakat Indonesia dan Kedokteran Universal. Tema ini, menurut Menkes, relevan dengan misi pembangunan kesehatan 2010 – 2014 yang ingin mewujudkan visi masyarakat sehat yang mandiri dan berkeahlian, juga relevan dengan upaya kemenkes dalam meningkatkan daya saing sumber daya manusia kesehatan dan daya saing pelayanan kesehatan di tingkal global. Menkes juga mengingatkan akan dimulainya era globalisasi dan liberalisasi melalui diberlakukannya AFTA pada 2015 dan Perdagangan Bebas Se-Asia Pasific pada 2020. Sehingga dia berharap PAPDI dapat turut mengambil langkah-langkah yang perlu dalam memperkuat kompetensi dan profesionalisme pelayanan agar mampu bersaing dengan dokter asing dengan selalu mengupadate diri seuasi dengan ilmu perkembangan kedokteran demi menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dokter Indonesia. Sejalan dengan prioritas pembangunan kesehatan 2010-2014 agar pelayanan kesehatan dapat terdistribusi secara menyuruh ke seluruh wilayah di tanah air, ia juga berharap PAPDP sebagai organisasi pro-
Sambutan Menkes Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH melalui rekaman video.
fesi dapat mendorong anggotanya untuk bersedia dan merasa bangga di rumah sakit-rumah sakit di daerah. “Pengabdian tersebut hendaknya tidak hanya di kota besar saja, tapi juga kota kecil serta terus membantu pendidikan dokter umum melalui pendidikan kedokteran berkelanjutan di wilayah kerja masing-masing,” ungkapnya. Menkes juga mengharapkan peran aktif PAPDI dalam mensukseskan target MDGs ke-5 terkait upaya mengurangi kematian ibu hamil dan melahirkan serta MDGs ke-6 terkait pengendalian dan upaya menurunkan infeksi baru HIV. Upaya pengendalian hendaknya dilakukan secara total, intensif, komprehensift dan terkoordinasi. Tidak hanya melalui upaya kuratif, tapi juga preventif dan promotif, sehingga angka penularan dan kematian dapat diturunkan, serta dapat membantu menurunkan serta menghilangkan stigma negatif terhadap HIV/AIDS. Upaya penanganan penyakit tidak menulat yang kian hari kian meningkat, juga tetap perlu ditangani secara konprehesif, terorganisir, dan terkoordinasi. “Selain itu, PAPDI juga dapat terus memperkuat kerjasama dengan pemerintah sector terkait, untuk memper-
sana Tugas Gubernur Sumatera Utara Hj. Gatot Pujo Nugroho, ST, Ketua Umum PB IDI, Dr. Zaenal Abidin, MH.Kes, Ketua Umum PB PAPDI, Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, dan Ketua PAPDI Cabang Sumatera Utara, Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid, SpPD, FINASIM, SpGK. Dalam pembukaan ini juga dikumandangkan lagu MARS PAPDI, dan turut diramaikan dengan traditional dance performance. Dalam sambutannya yang pertama kali, Ketua PAPDI Cabang Sumatera Utara sekaligus Ketua Umum KOPAPDI XV, Prof. Dr. Harun Alrasyid Damanik, SpPD, SpGK, menyampaikan bahwa kegiatan kongres kali ini telah didhadiri oleh ribuan orang dari seluruh anggota PAPDI di cabang di Indonesia. Dan bahwa selain agenda organisasi dan sidang organisasi, kongres juga menghelat beragam kegiatan ilmiah yang menghadirkan 120 moderator dan keynot speaker, dengan total 17 symposium, serta 500 makalah ilmiah yang dikirimkan oleh berbagai cabang PAPDI di mana tertinggi datang dari PAPDI Cabang DI Yogyakarta yang disusul oleh tuan rumah. (HI)
13 Desember 2012
3
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
Dr Chairul Radjab Nasution SpPD, KGEH, FINASIM, FACP, Mkes:
SJSN Solusi Wujud Indonesia Sehat
P
rogram pelayanan kesehatan di Indonesia cukup banyak. Caranya juga beragam. Sayangnya, berbagai pelayanan kesehatan itu belum dapat menyentuh masyarakat secara menyeluruh. Untuk itu, pemerintah meluncurkan program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang memberi pelayanan kesehatan berkesinambungan. Tujuannya untuk mewujudkan Indonesia Sehat.
berobat. SJSN diharapkan merubah tatanan untuk lebih menjadi konprehensif,” ujar Direktur Utama Rumah Sakit Haji Jakarta tersebut. Menurutnya, pelaksanaan SJSN merupakan kelanjutan dari sistem jaminan kesehatan masyarakat yang sudah dibuat pemerintah. Hanya saja, pengelolaan SJSN lebih sistematis di seluruh Indonesia. ”Dengan diberlakukannya SJSN, seluruh warga akan dijamin pelayanan
Dr Chairul Radjab Nasution SpPD, KGEH, FINASIM, FACP
”SJSN dimulai 2014 yang dijalankan secara bertahap hingga 2019 mendatang. SJSN menjadi solusi mewujudkan solidaritas sosial dalam penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan,” ucap Direktur Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Dr Chairul Radjab Nasution SpPD, KGEH, FINASIM, FACP, Mkes saat simposium menjelang Konferensi Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia XV (KOPAPDI-XV) di Hotel Grand Aston Medan, Rabu 12 Desember 2012 kemarin. ”Pada 2019 nanti, diharapkan tidak akan ada lagi masyarakat yang tidak memiliki jaminan sosial. Rumah sakit juga tidak boleh menolak masyarakat untuk
4
13 Desember 2012
kesehatan. Pemerintah membayar iuran premi untuk warga miskin, sementara pekerja informal yang gajinya tidak tetap, masih dalam pengkajian,” jelas alumnus Brevet Spesialis Penyakit Dalam FK UI 1991 tersebut. Terkait pendanaan SJSN, tuturnya, setiap warga Indonesia berkewajiban membayar iuran bermodel premi, kecuali bagi warga miskin. Pasalnya, warga miskin masuk menjadi penerima bantuan iuran (PBI) yang akan dibayar oleh pemerintah. Program SJSN ini juga membuat PT Askes transformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. ”Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) memiliki fungsi mengelola iuran yang didapat dari masyarakat agar penggunaannya bisa efektif dan efisien. Iuran itu tidak hanya digunakan untuk biaya pengobatan,
tetapi juga untuk melengkapi infrastruktur kesehatan di Indonesia,” kata Chairul yang merupakan lulusan Health Services Mangement Royal MIT, Australia, 2001. Sejauh ini pemerintah telah menyiapkan dana awal sebesar Rp 25 triliun. Dana ini merupakan investasi sektor kesehatan masyarakat di seluruh pelosok tanah air agar mendapat kepastian kesehatannya. Meskipun Jamkesnas akan menjamin kesehatan masyarakat, kata Dr Chairul, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tetap memiliki kewajiban menganggarkan biaya kesehatan untuk program yang lebih penting yakni menjaga agar masyarakat tidak jatuh sakit dan selalu sehat. ”Untuk mewujudkannya tentu membutuhkan biaya tersendiri dan upaya yang cukup substansial. Iuran yang akan dibayar warga nanti rencananya sebesar Rp22.200 perorang setiap bulan, tetapi angka itu belum ditetapkan karena masih akan dikaji berapa besaran yang ideal,” paparnya. Jaminan kesehatan selama ini, tutur Dr Chairul, selalu mengalami masalah antara lain, belum semuanya penduduk tercakup menjadi peserta. Selain itu, kurang singkron dan kurang terintegrasinya kepesertaan masyarakat. Pengelolaannya juga kurang optimal. Bahkan, belum semua jaminan kesehatan dapat memenuhi kebutuhan medis. Kondisi ini diperparah dengan struktur kelembagaan yang belum konsisten menjalankan visi misi, diakibatkan lemahnya koordinasi dan monitoring jaminan kesehatan. ”Penerapan SJSN diharapkan mampu mengatasi semua masalah itu,” tukas peraih gelar Magister Kesehatan Rumah Sakit dari UGM tahun 2000 tersebut. Hal penting yang harus dipahami para medis, sebut Dr Chairul, yakni terkait UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Dalam kedua undang-undang itu dijabarkan bahwa BPJS wajib membayar dana kesehatan masyarakat paling lama 15 hari. Untuk itu, fungsi rumah sakit dan
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
Dr. Chairul Radjab dengan Ketua IDI Dr. Zaenal Abidin, MH.Kes.
Puskesmas harus ditingkatkan dengan menempatkan tenaga medis terpadu. ”Penanganan pasien dilakukan secara kolektif, profesional dan memberikan edukasi kesehatan kepada pasien,” jelas Chairul seraya menjabarkan bahwa di setiap rumah sakit diharapkan memiliki tenaga medis yang praktik bersama dari dokter berbagai spesialis. Hal urgen dalam menyongsong sjSN bidang kesehatan pada 2014 mendatang, yakni antara lain mempersiapkan Faskes, sistem rujukan dan infrastruktur. Selain itu pembiayaan, transformasi kelembagaan dan program. Kemudian regulasi, kefarmasian dan juga alat-alat kesehatan. Selanjutnya mempersiapkan SDM, capacity building dan sosialisasi serta advokasi. Menyinggung sistem rujukan, Dr Chairul memaparkan, diawali dengan penguatan pelayanan primer. Kemudian pelayanan sekunder dan tertier. ”Semua penguatan pelayanan itu sangat erat kaitannya dengan mekanisme merujuk pasien untuk mewujudkan pelayanan kesehatan prima,” paparnya seraya menjabarkan jenis-jenis penguatan pelayanan itu. Lebih lanjut Dr Chairul menjelaskan, para dokter mesti menjaga mutu layanan medis yang mencakup standar pelayanan medis, audit medis dan peningkatan mutu berkesinambungan. ”Semuanya terangkum melalui Clinical Pathways, yang merupakan kombinasi dari Clinical Govermance dan Sistem Pembiayaan Casemix,” tukasnya. Di akhir simposium, Dr Chairul menghimbau semua anggota PAPDI untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi penerapan pelaksanaan SJSN. ”Mari se-
mua anggota PAPDI mempersiapkan diri dengan meningkatkan pelayanan prima dan profesionalitas kerja,” imbaunya. Simposium yang dipandu Dr Sally Aman Nasution, SpPD-KKV, FINASIM itu
juga menampilkan pembicara dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Zaenal Abidin MH Kes. Dalam paparannya, Dr Zaenal lebih menyoroti persiapan dalam menghadapi penerapan sistem internasional yang menjadikan dunia medis bagian dari industri. Kondisi ini akan memaksa dunia medis sedikit demi sedikit meninggalkan kemanusiaan. ”Sesuai dengan 9 butir kewenangan IDI yang terkait dengan UU praktik dokter, diharapkan tetap memberikan sistem pelayanan kesehatan yang berkeadilan sosial. Hal ini didukung dengan sistem kesehatan nasional yang bisa berintegrasi dengan SJSN,” paparnya. Ia juga menyarankan agar para dokter yang tergabung dalam IDI dapat membangun usaha bersama dalam bentuk koperasi. Tujuannya adalah selain dapat membantu sesama anggota, juga dapat melahirkan rumah sakit yang mandiri. (HI)
Update Penanganan Sindrom Koroner Akut
Di KOPAPDI XV Medan
K
ongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV-Medan adalah event tiga tahunan yang menjadi perhelatan terbesar organisasi profesi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Selain memilih calon ketua umum pengurus besar yang baru, event juga menggelar berbagai agenda strategis organisasi, serta berbagai kegiatan dalam rangka update pengetahuan dapa para anggota seperti halnya melalui simposium. Salah satu simposium yang digelar adalah simposium pada Rabu, 12 Desember 2012, di Grand Aston
Hotel, tentang kardiologi dengan fokus penanganan pada Sindrom Koroner Akut. Dalam simposium ini, tiga speaker yang pakar di bidang kardiologi, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, KKV, FINASIM, Dr.Refli Hasan, SpPD, SpJP(K),FIHA, dan Idrus Alwi, SpPD, K-KV., FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC. Dalam kesempatan tersebut dr. Sally menyampaikan materinya tentang Peran Anti Koagulan pada Sindrom Koroner Akut, sedang Dr. Refli dan Dr. Idrus masing-masing menyampaikan tentang Peranan Anti Platelet Pada Sindrom Koroner Akut dan Terapi Revaskuleriasai Pada Sindrom Koroner Akut.
13 Desember 2012
5
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP
Besar Dengan KEBERSAMAAN ”PAPDI berpotensi menjadi perhimpunan yang kuat, dengan jumlah spesialis dan penyebarannya di seluruh Indonesia.”
K
ongres Nasional PAPDI (KOPAPDI) tahun 2006 di Palembang, resmi mengangkat DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP menjadi Ketua Umum PB PAPDI periode 2006-2009. Sejak itu, sebuah tanggung jawab besar jatuh ke tangan pria kelahiran Washington DC, 29 Juni 1951 dengan memimpin sebuah organisasi profesi beranggotakan lebih dari 2.506 internis yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan besarnya jumlah anggota PAPDI, langkah pertama yang dilakukan Dr. Aru adalah konsolidasi anggota. Ia mengunjungi cabang-cabang PAPDI di daerah untuk membuat ikatan yang solid di tubuh PAPDI. Dan ia punya alasan kuat
6
13 Desember 2012
untuk melakukan hal itu. Saat KOPAPDI di Palembang, ia menanyakan kepada cabang, bagaimana PAPDI di mata mereka. ”Ternyata jawabannya adalah, ”PAPDI adalah Jakarta, kami ikut saja”,” ujarnya mengisahkan. Kalimat itu mengusik lulusan FKUI 1976 ini bahwa yang harus diprioritaskan sebagai Ketua Umum PAPDI, adalah membuat seluruh anggota PAPDI merasa ikut memiliki organisasi ini. PAPDI bukanlah Jakarta. PAPDI milik ahli penyakit dalam di seluruh nusantara, yang akan menentukan kekuatan organisasi ini. Ia pun menyambangi daerah untuk mensosialisasikan visi dan misi PAPDI. Dalam satu bulan, 2-3 kali Dr. Aru dan pengurus PAPDI melakukan roadshow
dan kegiatan ilmiah di daerah. ”Malamnya kami berkumpul dengan para pimpinan cabang tersebut, kemudian berbicara dari hati ke hati mengenai masalah di daerah dan memberi informasi tentang apa yang terjadi di pusat,” ujar Dr. Aru menggambarkan yang ia lakukan. Apa yang dilakukan dalam kepemimpinan Dr. Aru membekas pada pengurus PAPDI cabang. Seorang pengurus cabang di wilayah Indonesia Timur, dalam sebuah kesempatan pernah melontarkan bahwa apa yang dilakukan Dr. Aru membuat cabang merasa diperhatikan oleh pusat. Meski demikian, Dr. Aru menampik jika yang ia kerjakan adalah sesuatu yang istimewa. ”Yang dilakukan tidak banyak sebenarnya, karena intinya adalah silatu-
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS rahmi PB dan cabang, yang dilakukan di daerah.” Pria ini mengatakan, ia justru mendapatkan hal-hal yang luar biasa dari setiap jengkal perjalanannya. Interaksinya dengan dokter internis dari daerah yang berbeda memberi kesan tersendiri baginya. ”Saya mendapat kehormatan untuk bisa ikut dalam situasi sosio budaya berbagai daerah. Sesuatu yang mungkin tidak bisa saya dapatkan jika tidak menjadi ketua PAPDI,” ujarnya. Totalitas yang dilakukan Dr. Aru membuatnya kembali terpilih menjadi ketua PAPDI untuk kedua kalinya, yaitu untuk periode 2009-2012. Ia mengatakan, bahwa yang dilakukannya selama ini adalah kerja tim. ”Saya tekankan, ini bukan pekerjaan satu orang.” Bersama timnya pula, Dr. Aru berupaya membuat General Internis, exist di negeri ini. ”Ini didasarkan atas suatu keprihatinan, bahwa bidang spesialisasi ini sedang mengalami fragmentasi menjadi bidang-bidang subspesialis,” ujarnya. Menurutnya, memang dibutuhkan orang-orang ahli dalam bidang yang relatif sempit karena perkembangan ilmu membutuhkan orangorang yang berkecimpung dan berdedikasi di bidangnya. Namun melihat kebutuhan masyarakat dan rakyat, maka Indonesia masih membutuhkan spesialis penyakit dalam umum. Dalam situasi yang lebih makro, ia menggambarkan apa yang terjadi di negara luar. ”Beberapa negara, seperti Australia atau Amerika, sudah sulit mencari penyakit dalam umum. Pasien ditangani oleh subspesialisasi terkait penyakitnya, akibatnya beban asuransi menjadi mahal. Oleh karena itu, negara-negara tersebut berupaya keras untuk mengembalikan peran penyakit dalam umum,” ujarnya panjang lebar.
Rakyat Indonesia saat ini belum sampai ke taraf untuk dilayani sub spesialis. ”Masyarakat kita belum cukup kaya jika semua dokter sub spesialis. Bahkan di negara kaya pun, situasi ini berupaya diubah. Di sini, penyakit dalam umum menangani dulu, jika diperlukan baru konsul. Itu yang paling prinsip,” ujar Dr. Aru. ”Oleh karena itu general internis harus menjadi sebuah profesi yang dibanggakan yang mampu melayani masyarakat banyak.” Apa yang dipaparkan Dr. Aru, lebih didasarkan pada pengalaman panjang sebagai ahli medis. Perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia sebagai Ketua PAPDI, semakin kuat mendorong Dr. Aru untuk melakukan upaya agar penyakit dalam umum diberi tempat yang penting dibanding subspesialis dalam konteks pelayanan kesehatan untuk rakyat. Menjalankan tugas ke berbagai daerah yang dilakukan Dr. Aru, seperti mengulang siklus hidupnya ketika ia masih kecil, sebagai seorang anak korps diplomat Indonesia yang harus berkeliling ke berbagai negara tempat ayahnya bertu-
gas. Perjalanan itu, juga memberinya kesempatan untuk mengenal berbagai bangsa di dunia. Apakah sebagai anak diplomat, ia juga mendapat keuntungan untuk lebih memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain? ”Tidak,” ia menukas dengan cepat. ”Justru seharusnya anak dokter yang seperti itu.” Profesi dokter, menurutnya, yang harus lebih memiliki kemampuan tersebut dibanding profesi lainnya. Tapi bukan soal komunikasi yang dulu membuatnya masuk fakultas kedokteran. Ia menyebut sebagai ‘pilihan’ ketika ia diterima di ITB dan FKUI. Nyatanya, pilihannya tepat. Ia menjalani profesinya penuh kesungguhan hati dengan berbagai konsekuensinya, meski kini, misalnya, ia hanya memiliki sisa waktu yang minimal untuk dirinya. Dokter Aru mengaku saat ini ia hampir tidak memiliki waktu luang dengan kesibukan baik sebagai staf pengajar di FKUI/RSCM, dokter, maupun di organisasi. Ia tertawa ketika ditanyakan, bagaimana prakteknya sebagai dokter, dengan seringnya melakukan perjalanan PAPDI. ”Kalau ditanya, pasti ada sekian persen yang hilang. Tapi, bukan soal itu,” ujarnya. Beberapa waktu ke depan, Dr. Aru tidak lagi menjabat sebagai Ketua PAPDI. AD/ART PAPDI tidak memperkenankan seseorang dipilih menjadi ketua umum untuk ke-tiga kalinya. Meski demikian, Dr. Aru mengatakan akan siap melakukan berbagai hal untuk PAPDI. ”Saya tetap ada ikatan dengan PAPDI,” ujarnya. Ia berharap, aktivitas dan warna PAPDI seperti saat ini tetap dilanjutkan oleh kepemimpinan selanjutnya. Pada akhirnya PAPDI tetap akan menjadi perhimpunan yang solid dan diperhitungkan oleh banyak pihak. Bravo PAPDI. (HI)
13 Desember 2012
7
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
AFIM Meeting Menuju Harmonisasi ASEAN
B
ersamaan dengan Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV di Medan, diselenggarakan pertemuan Asean Federation of Internal Medicine (AFIM). Meeting yang dilakukan pada Selasa (11/12) malam dihadiri oleh Dr. Oscar T. Cabahug (President, Philippine College of Physicians), Prof. Alan Ng Wei Keong (President, The College of Physician of Singapore), Prof. Dato’ Aminuddin Ahmad (President, The College of Physicians of Malaysia), dan Dr. Priscilla B. Caguioa (Vice-President, Philippine College of Physicians). Sementara dari tuan
manca negara tersebut. ”Dengan pemberian ulos ini adalah lambang untuk menyambut Anda sebagai bagian dari keluarga,” ujar DR. Aru. Para tamu, nampak senang dengan tenunan tradisional batak itu, dan tetap mengenakannya sepanjang acara untuk menghalau rasa dingin di ruang ber-AC. Meski suasana dingin, namun meeting yang dimulai pukul 19.30 tersebut membicarakan topik yang hangat mengenai kiprah dokter penyakit dalam di kawasan ASEAN. Menjelang AFTA mendorong dokter-dokter berkepentingan untuk membicarakan harmonisasi yang menyangkut
Para peserta pertemuan AFIM.
rumah Indonesia DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP sebagai Ketua PAPDI, Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid Damanik, SpPD, SpGK, Dr. dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM; Dr. Bambang Setyohadi, SpPD, K-R, dan beberapa dokter ahli penyakit dalam dari Medan. Sayang, Dr. Kriang Tungsanga, President The Royal College of Physicians of Thailand yang sedianya akan hadir ternyata tidak dapat datang ke Medan. Secretary General International Society of Internal Medicine, Hans Peter Kohler turut hadir di awal acara untuk memberi dukungan terhadap meeting tersebut. Dengan Medan sebagai kota host AFIM, DR. Aru menyambut tamu-tamunya dengan memberikan kain ulos yang langsung disampirkan ke bahu para sejawat
8
13 Desember 2012
profesi ahli medis. ”Perjanjian AFTA bisa menjadi kelemahan sekaligus peluang,” ujar DR. Aru dalam pertemuan tersebut. ”Harmonisasi standarisasi menjadi hal penting untuk dibahas bersama.” Dr. Oscar T. Cabahug dari Filipina mengatakan, yang harus dilakukan oleh negara-negara ASEAN adalah membentuk working group dengan anggota masingmasing negara. Working group ini menurut Cabahug sebaiknya dibuat menjadi group formal. ”Setiap tahun harus dibuat forum pertemuan dan untuk memastikan kontinuitas program, ketua dan wakil incumbent dari organisasi profesi penyakit dalam tiap negara harus diundang dalam konvensi tahunan tersebut,” ujar Dr. Cabahug. Ia mengatakan, setiap negara juga harus merumuskan cara pandangnya mengenai
”Sekali pintu dibuka, maka kita tidak dapat menutupnya kembali.”
harmonisasi dan bagaimana mewujudkannya. Prof. Dato’ Aminuddin Ahmad dari Malaysia menyambut baik usulan pertemuan tahunan dan menggarisbawahi mengenai kontinuitas program, terutama ketika terjadi pergantian kepemimpinan di organisasi penyakit dalam. Prof. Alan Ng Wei Keong tidak memungkiri bahwa banyak yang harus dibicarakan dengan perbedaan sistem tiap negara dalam menghasilkan ahli penyakit dalam. ”Mungkin kalau Malaysia dan Singapore sistemnya tidak terlalu banyak berbeda,” ujarnya. Media untuk meneruskan pembicaraan disepakati bisa melalui email, skype, atau teknologi lain, sebelum diadakan meeting selanjutnya pada bulan April di Thailand. Beberapa point penting yang akan dibahas menuju ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) untuk Medical Practitioner adalah proses akreditasi, certifieng arm, monitoring, residency training curriculum and licensure exam. Hal lain yang juga dipastikan akan memiliki banyak halangan saat dimulai adalah mengenai opening of residency training program untuk warga negara ASEAN, dan kemungkinan lulusan luar negeri untuk menempuh ujian diploma di sebuah negara. Selain point-point di atas masih terdapat banyak hal yang memerlukan pembicaraan antar negara ASEAN seperti kerjasama pengembangan guideline praktik klinik, atau kolaborasi di berbagai masalah kesehatan. Harmonisasi ASEAN mau tidak mau akan terlaksana dalam waktu yang tidak lama lagi. Seluruh elemen, termasuk PAPDI harus bersiap agar sejajar dan diperhitungkan oleh negara tetangga. Seperti yang dikatakan Dr. Aru, ”Sekali pintu dibuka maka kita tidak dapat menutupnya kembali.” (HI)
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
Peran Penting Internis Umum ”G
Sistem pelayanan kesehatan yang terfragmentasi tidak cocok dengan kebutuhan pasien multimorbiditas.
Hans P. Kohler, MD, FACP
eneral Internist are needed!” ujar Hans P. Kohler, MD, FACP di hadapan para peserta Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) di Medan pada Rabu (12/12) lalu.
Kohler yang merupakan Secretary General Interational Society of Internal Medicine (ISIM) tegas mengatakan hal tersebut didasari berbagai alasan. Yang pertama menurutnya adalah bertambahnya proporsi penduduk usia tua akibat angka harapan hidup yang semakin tinggi dan menurunnya tingkat kelahiran. ”Tahun 2050, satu dari empat penduduk akan berusia di atas 60 tahun,” ujarnya mengutip data WHO. Ketika akses ke pelayanan kesehatan primer sangat pent-
ing untuk menjaga kesehatan di usia tua, maka mengadopsi praktik hidup sehat sepanjang usia adalah hal yang sama penting. Sistem pelayanan kesehatan, menurut Kohler harus dibuat dan terutama didanai. ”Pemerintah atau departemen kesehatan berperan penting di sini,” ujar Kohler. Alasan kedua, mengapa general internist begitu penting adalah adanya penyakit multimorbiditas yang juga umum terjadi pada usia tua. ”Multimorbiditas dicirikan oleh interaksi kompleks co-existing disease dan pendekatan medis yang berfokus pada penyakit tunggal tidak cukup,” ujarnya. Oleh karena itu, sistem pelayanan kesehatan yang terfragmentasi tidak cocok untuk pasien multimorbiditas. Internis memainkan peranan penting di pelayanan kesehatan sebagai titik awal konsultasi untuk pasien. Pelayanan primer adalah tulang punggung sistem pelayanan kesehatan. Internis memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan dan merupakan jawaban terkait cost-effective. ”Inilah yang kita butuhkan,” ujar Kohler. Namun, masih ada setumpuk masalah yang dihadapi. Yang pertama adalah kurangnya general internist di layanan primer. ”Banyak negara mengalami hal ini, dan saya yakin Indonesia juga menghadapi masalah ini,” ujarnya. Kekurangan internis umum juga terjadi di rumah sakit. Masalah lain adalah fragmentasi pelayanan pasien seperti subspesialis yang semakin bertambah. Ia mengatakan agar sistem yang menempatkan internis sebagai tulang punggung berjalan baik, harus diupayakan karir sebagai general internist yang atraktif. Satu lagi dikatakan Kohler, ”Pertumbuhan subspesialis baru mesti dipertimbangkan kembali.” (HI)
13 Desember 2012
9
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
PAPDI Berkibar di Seluruh Provinsi
S
atu persatu para internis memasuki Ballroom Aryaduta Hotel. Meski agak sedikit lelah, namun mereka tampak sumringah. Bagai pejuang 45, dokter-dokter spesialis penyakit dalam itu begitu bersemangat mengikuti sidang pleno Konfrensi Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) ke-XV Medan. Pembukaan sidang pleno pembahasan tata tertib konferensi seyogyanya digelar pukul 13.15, namun tertunda sampai pukul 14.45 WIB. Penyebabnya karena bus peserta yang mengikuti kegiatan di Hotel JW Marriott terjebak macet akibat aksi buruh yang menuntut kenaikan UMP. Sidang KOPAPDI XV dibuka setelah Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC mengetuk palu. Kemudian peserta menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya disusul Mars PAPDI. Setelah itu, Prof. Idrus melanjutkan kegiatan pemilihan pimpinan sidang, sesuai pasal 7 Anggaran Dasar dan pasal 5 Anggaran Rumah Tangga PAPDI tentang susunan kepengurusan. Pemilihan pimpinan sidang digelar secara demokratis. Para peserta diminta mengusulkan nama pimpinan sidang. Dari usulan peserta, terpilih Dr. Bambang Setyohadi, SpPD, K-R, FINASIM Prof. DR. Dr. Ruli Rusli, SpPD, K-GH, FINASIM dan Prof. DR. Dr. Syamsu, SpPD, K-AI, FINASIM. Sedangkan sekre-
taris pimpinan sidang terpilih Dr. Mardianto, SpPD, K-EMD, DR. Dr. Zulkhair Ali SpPD, K-GH, FINASIM. Setelah itu, pimpinan sidang mempersilahkan Ketua Umum PB PAPDI 20092012, DR. Dr. Aru W. Sudoyo SpPD, KHOM, FINASIM, FACP menyampaikan laporan pertanggung jawaban. Dr. Aru menyampaikan berbagai perkembangan PB PAPDI selama dua periode kepemimpinannya, 2006-2009, 20092012. Untuk periode 2006-2009, terjadi penambahan 10 cabang. Sedangkan periode 2009-2012, bertambah 2 cabang. ”Alhamdulillah, sekarang sudah ada 36 cabang PAPDI yang tersebar di semua provinsi NKRI,” ujarnya. Ia juga memaparkan sejumlah program yang telah dilaksanakan. Selain konsolidasi, juga dilakukan sistem kaderisasi anggota baru. Kemudian membuat program database anggota dan melakukan report database anggota PAPDI percabang, Konsultan, FINASIM dan sebagainya. ”Jumlah anggota PAPDI seluruh Indonesia per 1 Desember 2012 yakni 2.553 dokter dengan jumlah Konsultan sebanyak 557 dokter. Sedangkan anggota yang telah meraih gelar FINASIM sebanyak 935 dokter,” tutur Dr Aru. PB PAPDI juga mengembangkan sistem informasi secara online. Melalui website www.pbpapdi.org, seluruh anggota dapat mengakses segala informasi terkait
organisasi dan berbagai keilmuan perkembangan dunia medis. ”Sebagai wajib pajak, PB PAPDI berupaya untuk taat dalam mengikuti peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan Republik Indonesia. Hal-hal yang dilakukan dalam hal perpajakan adalah membuat laporan pajak masa dan laporan pajak tahunan. Selain itu, memotong dan memungut pajak sesuai dengan peraturan perpajakan,” tukasnya seraya menyebut PB PAPDI telah memiliki NPWP. Hal lain yang telah dilakukan PB PAPDI yakni mendaftarkan logo PAPDI ke Kementerian Hukum dan HAM dengan registerasi No: 049684 pada tanggal 31 Desember 2010. Sedangkan Hak Paten Logo tersebut masih menunggu dari Menkum-HAM. Untuk peningkatan SDM, PB PAPDI secara kontiniu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pendidikan berupa peningkatan pengetahuan dalam bentuk seminar/simposium, kursus/pelatihan, dan berbagai program ilmiah lainnya. Laporan pertanggungjawaban yang disampaikan Dr Aru itu sangat rinci dan detail dari semua sektor kegiatan PB PAPDI. Laporan itu diterima oleh semua anggota PAPDI yang memiliki hak suara.
Peserta sidang pleno Konfrensi Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) ke-XV Medan
10
13 Desember 2012
(HI)
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
3 Kiprah Dokter Internis
Dalam Kancah Dunia Kedokteran Indonesia
Prof. DR. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM
Prof. DR. Dr.
D
terpilih ia sebagai ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Muktamar Makassar, November lalu. Bahkan ketua MPPK sebelumnya pun juga dipegang oleh anggota PAPDI yang kini dinobatkan sebagai dokter terbaik versi Kemenkes tadi, yakni Prof. DR. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM. Bagi Zubairi, terpilihnya dirinya sebagai Dokter Terbaik adalah anugerah yang ia syukuri. Namun baginya menjadi dokter, bukanlah semata untuk mencari penghargaan. Dokter harus berpegang pada tujuan dasarnya sebagai pengobat. Karena itu, harus menempatkan kepentingan pasien di nomor satu. Meskipun cita-cita masa kecilnya kecilnya adalah ingin menjadi pilot, namun ia mengaku sama sekali tak merasa menyesal, takdir membawanya menjadi seorang dokter untuk memenuhi harapan ibunya. ”Ini adalah anugerah luar biasa bagi saya untuk bisa menolong dan bela-
alam usianya yang sudah ke-55 tahun, PAPDI telah menunjukkan berbagai kiprahnya dalam dunia kedokteran dan kesehatan di tanah air. Kiprah ini tidak hanya ditunjukkan melalui wujudnya sebagai sebuah organisasi profesi, melainkan juga ditorehkan oleh para anggotanya melalui berbagai pencapaian dan penghargaan yang diberikan oleh lembaga maupun organisasi lebih tinggi seperti Kementrian Kesehatan dan Ikatan Dokter Indonesia. Diantara kiprah ini seperti ditunjukkan oleh tiga anggota PAPDI Prof. DR. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM, Prof. DR. Dr. Ali Ghanie, SpPD, KKV dan Dr. Pranawa, SpPD, KGH, FINASIM. Zubairi mendapat penghargaan sebagai dokter terbaik 2012 oleh Kementrian Kesehatan RI, Prof. sedang Ali Ghanie memperoleh gelar sebagai Dokter Terpuji 2012 dari Ikatan Dokter Indonesia. Pranawa menunjukkan pencapaian kiprahnya di level organisasi lebih tinggi dengan
Ali Ghanie, SpPD, KKV
jar berempati serta memahami perasaan orang,” ujarnya. Meski ia tidak memungkiri turut mendapat rejeki dengan jalan itu, namun ia juga bersyukur dengan rejeki itu pula ia merasa mampu beramal lebih banyak. Ia juga menyukai dunia dokter karena adanya rasa kesejawatan yang sangat kuat. Hal yang sama juga dirasakan oleh Ali Ghanie. Meskipun ia mengaku memangku beban yang berat, namun terpilihnya dirinya sebagai Dokter Terpuji dari IDI juga membuatnya bangga. “Tentunya
Dr. Pranawa, SpPD, KGH, FINASIM.
bangga atas apresiasi ini, tapi menyandang predikat ini juga bukanlah hal mudah untuk bagaimana terus bisa bersikap sesuai standar kode etik kedokteran,” ujar Ali. Jika kedua internis di atas mencapai penghargaan, maka apa yang ditunjukkan oleh Pranawa adalah upaya kepedulian tak kenal henti terhadap dunia keprofesian kedokteran yang dijalaninya. Bahkan Pranawa pasti akan sangat bersemangat ketika diajak berbincang tentang topik ini. Tak heran jika organisasi keprofesian dokter tertinggi di Indonesia IDI, mendaulatnya sebagai ketua MPPK, sebuah majelis yang baginya menjadi semacam roh bagi organisasi profesi dokter, dimana harus menangani perihal bagaimana menjalankan profesi dokter, bagaimana standar-standar profesi pada masing-masing bidang ilmu tadi sampai pada organisasi yang mengelola bidang ilmu tersebut. (HI)
13 Desember 2012
11
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
Pembukaan Kompetisi KOPAPDI XV
HARI/TANGGAL/JAM
STADION MINI
FISIP 1
FISIP 2
RABU 12 DESEMBER 2012 07.00 – 08.15 16.45 – 18.00
MEDAN VS BANDUNG MEDAN VS SURAKARTA
MAKASAR VS PALEMBANG MAKASAR VS ACEH
PADANG VS YOGYAKARTA PADANG VS SURABAYA
SURAKARTA VS BANDUNG MANADO VS JAKARTA SEMIFINAL: JUARA GRUP A VS GRUP B
ACEH VS PALEMBANG ------------------------SEMIFINAL: JUARA GRUP C VS GRUP D
SURABAYA VS YOGYAKARTA -------------------------------------------------
FINAL JUARA 3-4 FINAL JUARA 1-2
-------------------------------------------------
-------------------------------------------------
KAMIS 13 DESEMBER 2012 07.00 – 08.15 08.15 – 09.30 16.45 – 18.00 JUMAT 14 DESEMBER 2012 07.00 – 08.15 16.45 – 18.00
12
13 Desember 2012