1
Seminar Nasional "EXPO PENDIDIKAN KIMIA 2008"Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidkan Kimia FKIP UNSYIAHBanda Aceh 5-6 Juli 2008
2 PROFESIONALISME GURU DALAM UPAYA PENDEKATAN PEMBINAAN KREATIVITAS SISWA Oleh : Dra. Zuraini Mahyiddin, M. Pd. ABSTRACT Teacher‟s effort constitute an activity in educating students, which is given in the whole of lesson formation and also gives learning experience that has mean and variation, so they can be creative and innovative students. The quality of education in Indonesia is too low. Those are incapable to liberate from system of education in many places so it will produce a teacher who can't work professionally. Professionalism of teacher is really decided by ability in dominating subject matter which is taught and also the effective method of teaching. Why does the system of education produce an unprofessional teacher? We will research it in this written so that teacher is expected to be able to stimulate student‟s creativities with some techniques and quality learning methods. Professionalism emphasizes for knowledge domination or management‟s ability along with its application. The teacher do not only give information, but also „know-how‟, mental attitude, and the habit methodical work. Besides, one of the effort as professional teacher is look out for such features of the problem at hand as may be useful in solving the problem to come and also try to disclose the general pattern that lies behind the present concrete situation. Kata kunci : Profesionalisme Guru, Pembinaan Siswa
PENDAHULUAN "The Challenge of education" kini sedang marak-maraknya menyertai era globalisasi di dunia pendidikan. Indonesia sebagai negara berkembang terus mempersembahkan lulusan-lulusan yang akan meregenerasi tenaga pengajar. Indonesia yang hingga kini tetap saja disebut negara dari kelompok selatan, seharusnya sekarang adalah waktu yang tepat untuk menghadirkan lulusan yang berkualitas agar menghasilkan guru-guru yang profesional. Bagaimana tidak, justru guru-guru yang professionallah yang.akan mewariskan siswa-siswa, generasi yang lebih matang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, yang diharapkan mampu mengubah 'gelar' negara berkembang menjadi negara maju dengan berlimpah ruahnya sumber daya manusia dan sumber daya alam di Indonesia. Oleh karena itu, peran guru dengan profesionalismenya dan peningkatan mutu dari pendidikan itu sendiri yang begitu penting dalam melepas belenggu kemiskinan ilmu di negara ini. Peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti mutu sumber daya, mutu guru dan pengelola pembelajaran, mutu proses pembelajaran, sistem ujian dan pengendalian mutu ujian, serta kemampuan pengelola pendidikan untuk mengantisipasi dan menangani berbagai pengaruh lingkungan pendidikan. Disebutkan dalam “Integritas Proses Peningkatan Kompetensi Guru dalam Peningkatan Mutu Akademik Perguruan Tinggi” oleh Rektor Unsyiah, Dr. Darni bahwa salah satu pilar terpenting dalam dunia pendidikan adalah guru. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Seminar Nasional "EXPO PENDIDIKAN KIMIA 2008"Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidkan Kimia FKIP UNSYIAHBanda Aceh 5-6 Juli 2008
3 Nasional (UUSPN), Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan bahwa ; guru adalah pendidik professional. Undang-undang dan peraturan tersebut mengamanatkan bahwa guru diwajibkan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik guru pada semua jenis dan jenjang pendidikan diperoleh melalui pendidikan tinggi Program Sarjana atau Diplomat Empat (S1/D-IV) yang dibuktikan dengan ijazah sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat pendidikan. Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam UUGD meliputi kompetensi pedagogic, kepribadian, sosial, dan professional. Guru yang bermutu merupakan faktor yang paling kuat dalam mempengaruhi mutu pendidikan. Guru yang bermutu adalah guru yang memiliki kemampuan profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Profesional dalam arti menguasai substansi pekerjaannya secara profesional yang meliputi : (a) menguasai substansi mata pelajaran secara sistematis; (b) memahami dan menerapkan psikologi perkembangan; (c) mengembangkan program-program pendidikan yang secara khusus disusun sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. (Wardiman, 1996) Selain profesional dalam substansi yang disebut diatas, sikap mampu mengantisipasi terhadap segala perkembangan IPTEK juga merupakan tuntutan profesionalisme seorang guru. Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah mengubah wajah dunia dalam satu pandangan yaitu globalisasi. Jika seorang guru tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut maka belumlah dapat dikatakan guru tersebut profesional. Indikator yang cukup signifikan dalam menilai profesionalisme individu dalam melaksanakan tugas profesionalnya sebagai seorang guru dalah kesesuaian antara keahlian dan pekerjaan yang mampu membelajarkan siswa-siswanya secara tuntas dan benar. Materi yang diberikan sangat bergantung pada penguasaan guru dan bagaimana cara guru mengajarkan materi tersebut secara efektif. Hal tersebut seperti yang dinyatakan oleh UNESCO (1996) bahwa "The most effective teacher appears to the those with knowledge of the subject and a wide reportoire of teaching skills". Selanjutnya, bagaimana menghasilkan guru seperti yang tersebut diatas? Jawabannya tidak terlalu sulit bila ada keinginan dari pemerintah untuk mewujudkan guru yang profesional. Namun perlu menjadi perhatian untuk mencetak calon guru yang profesional dengan adanya rancangan yang strategis dalam menciptakan sebuah sekolah. Begitu banyak sekolah di Indonesia, namun pofesionalisme guru pada tatanan kehidupan masyarakat dirasakan semakin menurun. 1. Profesionalisme dan Kompetensi guru Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Proses memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini dianggap oleh sebagian masyarakat rendah adalah setidaknya dengan profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya. Kualitas profesional ditunjukkan oleh lima sikap, yakni (1) keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal; (2) meningkatkan dan memelihara citra profesi; (3) keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya; (4) mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi; dan (5) memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Seminar Nasional "EXPO PENDIDIKAN KIMIA 2008"Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidkan Kimia FKIP UNSYIAHBanda Aceh 5-6 Juli 2008
4 Peran guru dalam pembelajaran dapat dilihat dari definisi berikut : Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No.14 Tahun 2005;2). Oleh karena itu, guru sebagai pendidik professional diharapkan mampu : (1) Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (2) Meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan; (3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan (5) Memelihara dan menumpuk persatuan dan kesatuan bangsa. Prof. Dr. Yusuf Aziz dalam “Penguatan LPTK dan Peningkatan Profesionalisme Guru Menuju Pendidikan yang Bermutu” mengungkapkan bahwa profesionalisme seorang guru dibangun oleh kompetensi. Kompetensi itu sendiri adalah performansi yang mengarah pada pencapaian tujuan secara tuntas menuju kondisi yang diinginkan. Performansi yang dimaksud adalah kondisi yang mengandung perilaku yang bertujuan untuk melebihi dari apa yang dapat diamati, mencakup proses berpikir, menilai, dan mengambil keputusan. Karakteristik guru dapat dipandang dari proses yang dihadapi oleh seseorang yang bermuatan sikap, nilai, dan perilaku. Sedangkan layanan guru secara terstruktur dapat dilihat dari tugas personal, tugas sosial, dan tugas profesional. Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang diri sendiri bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terusmenerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya. Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya. Mau belajar dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak berscdia belajar tak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru. Kerasan dan kebanggaan atas keguruannya adalah langkah untuk menjadi guru yang professional. 2. Guru sebagai pembimbing dan motivator Perbedaan yang dimiliki oleh siswa menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikiya sebagai bekal hidup, mereka; membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka sehingga dengan ketercapaian itu dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat. Menurut Sanjaya, ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh guru sebagai pembimbing yang baik, diantaranya : (1) guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya, pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak. (2) Guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan, baik rencana akan tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai maupun proses pembelajaran. Untuk merumuskan tujuan yang sesuai guru harus memahami segala sesuatu yang berhubungan baik dengan nilai masyarakat maupun dengan kondisi psikologis dan fisiologis siswa, yang kesemuanya itu terkandung dalam kurikulum sebagai pedoman dalam merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki. Proses membimbing adalah
Seminar Nasional "EXPO PENDIDIKAN KIMIA 2008"Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidkan Kimia FKIP UNSYIAHBanda Aceh 5-6 Juli 2008
5 proses memberikan bantuan kepada siswa, dengan demikian yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah siswa itu sendiri. Woodwort (1955) mengatakan .- "A motive is a set predispose the individual of certain activities and for seeking certain goals". Suatu motive adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Arden (1957) "motives as internal condition arouse sustain, direct and determine the intensity of learning effort and also define the set satisfying or unsatisfying consequences of goal." Motivasi merupakan penjelmaan dari motive yang dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan seseorang. Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab motivasi muncul karena kebutuhan. Seseorang akan terdorong untuk bertindak manakala dirinya sedang membutuhkan. Kebutuhan ini yang menimbulkan ketidakseimbangan (ketidakpuasan), yakni ketegangan, yang akan hilang bila kebutuhan itu telah terpenuhi. Proses pembelajaran akan berhasil bila siswa memiliki motivasi dalam belajar. Di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk agar guru mampu menumbuhkan motivasi pada diri siswa, antara lain (1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai; (2) Membangkitkan minat siswa; (3) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar; (4) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa; (5) Berikan penilaian; (6) Berikan komentar terhadap hasil pekerjaan siswa; dan (7) Ciptakan persaingan dan kerjasama. Proses pembelajaan semacam ini ada baiknya dikembangkan oleh guru yang profesional. 3. Kualitas Pendidikan Peningkatan, kualitas guru dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran merupakan polemik tersendiri, apakah semua bersumber dari penguasaan materi yang menjadi titik berat dalam pembelajaran calon guru atau penguasaan metode pembelajarankah yang lebih penting dalam lembaga pendidkan tenaga kependidikan? Hal tersebut seperti yang pernah diungkapkan oleh Prof. Soedijarto dalam "Teacher education in Indonesia" bahwa "Which one is important : Mastery of the content of subject or mastery of methodology?”. Pertanyaan tersebut terkait dengan beratnya tugas yang dipikul seorang guru di Indonesia, seperti yang ditulis Soedijarto dalam tulisan yang sama sehingga berimplikasi terhadap tuntutan kualitas lembaga yang akan menghasilkan guru yang menyebutkan bahwa "All teacher in Indonesia school system are required to conduct all professional assignment : (1) Planning and developing learning programs; (2) Implementing and managing teaching learning programs; (3) Developing and implementing evaluation programs; (4) implementing evaluation result to improve learning programs; and (5) diagnosing learning difficulties and designing strategy to help learners facing learning difficulties." Kualitas Pendidikan perlu disesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pembangunan dan kerjasama antara dunia pendidikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional bagi pembangunan sehingga tercipta keterpaduan perencanaan tenaga kerja nasional (Tap MPR No. If/MPR/1993). Hal yang terpenting dalam pembinaan kreativitas adalah kualitas dan mutu seorang guru dan pendidikan dalam peningkatan prestasi yang ditinjau dari Manajemen Mutu ISO 9001:2000. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 adalah suatu sistem manajemen proses yang berorientasi pada Seminar Nasional "EXPO PENDIDIKAN KIMIA 2008"Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidkan Kimia FKIP UNSYIAHBanda Aceh 5-6 Juli 2008
6 perbaikan mutu proses secara berkelanjutan (continous improvement process) agar dapat memberikan pelayanan terbaik. Penerapan konsep ini secara umum dapat dipahami dengan melihat : (1) Mutu : berarti, sesuai dengan persyaratan (Philip Cosby), mampu digunakan (Joseph Juran), derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan (ISO 9000:2000, Klausus 3.1.1); (2) Parameter Mutu : Kepercayaan, keandalan, harga, dan pelayanan. (3) Manajemen Mutu : Kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu (ISO 9000:2005, klausus 3.2.8). Adanya UUD No. 22 Tahun 1999 dan PP No. 25 Tahun 2000 bahwa daerah memiliki kewenangan lebih luas untuk mengurus pendidikan dengan orientasi menghilangkan tembok antardepartemen, menghapus ego sektoral sehingga mampu mendudukkan Depag, Kandep Diknas, Tim Studi, Kakancam, Camat, lurch, guru, dan Kepala sekolah dalam satu forum yang memajukan pendidikan. Upaya sosialisasi kegiatan sangat penting dan strategis dalam memberikan batas-batas kongkrit serta jelas sehingga tidak menimbulkan kesenjangan-kesenjangan. Masing-masing strata dalam pelaksanaan dan pemberdaya dibutuhkan kolaborasi pembagian tugas dan wewenang secara jelas. 4. Model Belajar Mengajar Kreatif Dalam pengembangan kurikulum model-model dapat digunakan untuk dapat menentukan materi pembelajaran metode-metode untuk penyampaian materi tersebut dalam arti bahwa model memberikan kerangka untuk menentukan pilihan. Menguasai berbagai model, guru dapat menentukan bagian-bagian dari suatu model yang dapat bermanfaat dalam situasi pembelajaran tertentu. Menurut Munandar (1999) menyatakan bahwa: Guru hendaknya memilih model yang menurut mereka cocok dengan metode dan falsafah mengajar mereka. Dalam menentukan hasil guna dari suatu model adalah bagaimana model itu digunakan, bukan penggunaannya semata-mata. Disamping itu, satu model kiranya tidak dapat memenuhi kebutuhan siswa secara efektif. Penggunaan yang paling bermanfaat dari model belajar mengajar adalah jika guru dapat bekerja dengan berbagai model dan menggunakannya sesuai dengan situasi yang memerlukan pendekatan tertentu. Guru perlu mempertimbangkan model-model belajar mengajar yang menurut mereka cocok, sehingga dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk mencapai sasaran belajar. Munandar (1999) mengemukakan alasan mengapa guru perlu memilih dan mempertimbangkan model belajar mengajar kreatif. Pertama, setiap model membangun keterampilan yang penting bagi anak berbakat dan meningkatkan kemampuan siswa untuk mencapai sasaran belajar. Kedua, model-model ini dapat digunakan untuk siswa dengan kemampuan beragam seperti dalam kelas biasa sehingga anak berbakat tidak terpisah dari siswa lainnya. Ketiga, model-model ini mudah digunakan, dipahami, dan diterapkan dalam kurikulum. Keempat, dengan model-model ini kreativitas siswa pada umumnya dapat terbentuk dan khususnya kreativitas siswa berbakat dapat dikembangkan. Banyak model belajar mengajar yang dapat digunakan guru dalam kurikulum diantaranya : Taksonomi Bloom untuk sasaran kognitif, model Struktur Intelek dari Guilford, model Multiple Talents dari Taylor, model Trefmgger untuk mendorong belajar kreatif, model Enrichment Triad dari Renzulli,
Seminar Nasional "EXPO PENDIDIKAN KIMIA 2008"Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidkan Kimia FKIP UNSYIAHBanda Aceh 5-6 Juli 2008
7 model Williams untuk perilaku kognitif-afektif di dalam kelas, Taksonomi sasaran belajar efektif dari Krathwohl, model Pendidikan Integratif dari Clark. Hasil kerja yang kreatif akan berhasil jika menggunakan dan menyeimbangkan tiga kemampuan: sintesis, analisis, dan praktikal. Ketiga hal ini biasa ditumbuhkembangkan secara sadar dan terlatih. Kemampuan sintetik adalah kemampuan membangkitkan ide batu dan menarik. Sering kali seorang yang kreatif memiliki unsur berpikir sintetis yang bagus, mampu menghubungkan antara sesuatu hal dengan yang lainnya secara spontan. Sementara itu kemampuan analisis adalah cara berpikir kritis, memiliki keterampilan analisis dan evaluasi ide. Orang kreatif memiliki kemampuan menganalisa pada peristiwa baik atau buruk. Dengan mengembangkan kemampuan analisis ini, memungkinkan mereka merubah ide jelek menjadi baik. Sedangkan kemampuan praktikal, kemampuan menerjemahkan teori ke dalam praktek dan mengubah ide-ide abstrak ke arah kecakapan praktikal. Adapun implikasi penanaman teori kreatif yaitu kemampuan meyakinkan orang lain bahwa ide-idenya bisa diterapkan. Upaya untuk mengembangkan manusia berkualitas yang kreatif dan siap menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan yang hares dimulai sedini mungkin melalui pendidikan. Segala kegiatan yang bertujuan untuk mendidik siswa diberikan dalam bentuk mata pelajaran-mata pelajaran yang secara keseluruhan memberikan pengalaman belajar yang bervariasi bagi siswa. Pengalaman belajar di sekolah mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta memberikan bekal keterampilan hidup (life skill) kepada siswa untuk menghadapi permasalahan keuangan dalam kehidupannya. Siswa dikondisikan agar dapat mengaplikasikan seluruh pengetahuan keterampilan dan sikap yang telah diperolehnya ketika harus memecahkan masalah. Dengan demikian diharapkan siswa dapat merasakan manfaat pendidikannya di sekolah. 5. Pengembangan dan Pembinaan Kreativitas Dalam perkembangannya, kreativitas sangat terkait dalam 4 aspek, yaitu aspek pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari aspek proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan, menilai, dan menguji. Proses kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai aspek produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun dorongan eksternal dari lingkungan. Dengan demikian, definisi tentang kreativitas bukan hanya dilihat dari satu aspek melainkan dari berbagai aspek. Walaupun satu dan yang lainnya saling berkaitan tetapi aspek-aspek tersebut mempunyai penekanan yang berbeda-beda. Taylor dalam Munandar (1999) menyebutkan definisi kreativitas adalah "Kemampuan untuk melihat pemikiran hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru yang menunjukkan kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir. Dalam hal ini, Satiadarma dan Waruwu (2003) mengemukakan pengertian kreativitas sebagai "Kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri berpikir kreatif maupun berpikir afektif, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada." Dengan meningkatnya jumlah usia muda di Indonesia, peran pendidikan menjadi sangat penting untuk membentuk generasi muda, terutama mengisi pendidikan 9 tahun kreatif. Menurut Shahib (2003), : Seminar Nasional "EXPO PENDIDIKAN KIMIA 2008"Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidkan Kimia FKIP UNSYIAHBanda Aceh 5-6 Juli 2008
8 "Dalam pendekatan pembinaan kreativitas siswa, seorang guru perlu mengidentifikasikan sasaran pembelajaran, materi pembelajaran, komponen kreativitas dan pelaksanaan pembinaan". Sebelum memulai proses pembinaan kreativitas terlebih dahulu ditetapkan sasaran pendidikan. Hal ini penting untuk menentukan metode pembelajaran dan untuk mengenai cara perolehan pengetahuan siswa. Karena, siswa merupakan sumber tujuan utama dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Popham dan Baker (2003) mengemukakan : ”Guru wajib memiliki gambaran mengenai kemampuan siswa supaya dapat menentukan materi apa yang sudah dimilikinya. Disamping itu, kite dapat menggunakan minat dan kebutuhan siswa sendiri sebagai dasar membuat keputusan kurikuler tertentu. Jika ternyata tujuan sekolah tidak relevan sama sekali bagi siswa, maka penyebabnya karena siswa sering tidak dipertimbangkan sebagai sumber tujuan Interaksional.” Berdasarkan pernyataan Popham dan Baker di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mengetahui gambaran mengenai kemurnian hasil belajar siswa, guru perlu memperhatikan Entering Behavior siswa. Dalam mengidentifikasikan kemurnian hasil belajar siswa, seoarang guru perlu memperhatikan Entering Behavior siswa, berikut ini Djamarah dan Zain (2002) mengemukakan pengertian dari Entering Behavior siswa : ”Kepastian bahwa tingkat prestasi yang dicapai siswa itu apakah benar merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan. Untuk mengetahuinya seorang guru perlu mengetahui karakteristik perilaku anak didik saat mereka mau masuk sekolah dan mulai dengan kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung, tingkat, dan jenis karakteristik perilaku anak didik yang telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar. “ Namur, dalam kenyataannya guru perlu memperhatikan berbagai cara untuk mengidentifikasi Entering Behavior siswa, sebagaimana dikemukakan Syamsuddin dalam Djamarah dan Zain (2002),: ”Secara tradisional, telah lazim para guru mulai dengan pertanyaan mengenai bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.” Secara inovatif, guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan yang memiliki atau mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan memenuhi syarat, mengadakan pre-test sebelum mereka mulai mengikuti program belajar mengajar. Konsep yang paling penting dalam bidang kreativitas adalah aktualisasi diri. Menurut Maslow dalam Munandar (1999) "Aktualisasi diri merupakan karakteristik yang fundamental, suatu potensialitas yang ada pada semua anak yang dilahirkan”. Dalam hal ini Reni dkk (2001) menyebutkan ciri-ciri kreativitas : (1) Memikili rasa ngin tabu yang mendalam, (2) sering mengajungan pertanyaan (3) Memiliki banyak gagasan, usul-usul terhadap suatu masalah, (4) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu, (5) Mempunyai/menghargai rasa keindahan, (6) Menonjol dalam satu atau lebih bidang studi, (7) Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi, (8) Mempuyai rasa humor, (9) Mempunyai daya imajinasi, (10) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan yang berbeda dari orang lain (orisinil), (11) kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan, (12) Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandang.
Seminar Nasional "EXPO PENDIDIKAN KIMIA 2008"Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidkan Kimia FKIP UNSYIAHBanda Aceh 5-6 Juli 2008
9 Dalam pendekatan pembinaan kreativitas seorang guru juga, perlu mengidentifikasikan materi pembelajaran, Sardiman (2004) menyebutkan "Pentingnya identifikasi materi pembelajaran adalah sebagai konsep-konsep pokok tertentu yang mendasari suatu bidang studi, yang dapat membantu siswa menyusun dan menarik kesimpulan dari gagasan-gagasan yang ditemukan dalam suatu bidang studi." Selain itu, kondisi fisik sangat mempengaruhi proses pembelajaran dan guru harus memperhatikan kondisi-kondisi yang menunjang siswa untuk memacu mereka agar berkreasi. Kondisi fisik yang diupayakan guru untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah berupa sumber-sumber belajar. Sumbersumber belajar dapat membantu guru sebagai media pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan potensi kreativitas siswa. Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional dalam Sardiman dkk (2003) menyatakan bahwa : Media adalah bentuk-bentuk komunikasi balk tercetak maupun audivisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca. Melalui sumber-sumber ini siswa dapat berkreasi, berimajinasi, berpikir logika, dan termotivasi untuk melakukan hal-hal baru." Melalui media pembelajaran, siswa dapat produktif dalam menghasilkan kreativitas sehingga membantu guru dalam mengembangkan potensi kreativitas siswa.
PENUTUP Perlu adanya perubahan mendasar dalam melihat tugas profesional seorang guru sebagai salah satu penentu keberhasilan pembelajaran berkualitas. Telah nyata bahwa Kemerosotan pendidikan bukan saja diakibatkan oleh persoalan dana, manajemen atau kurikulum tetapi juga oleh karena kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Guru dalam upayanya sebagai pendidik dan pengajar diharapkan mampu merangsang kreativitas siswa dengan teknik-teknik atau metode-metode terbaru sesuai dengan perkembangan zaman, intelektual, dan potensi peserta didik. Hal ini disebabkan oleh profesionalisme yang bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen, tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme yang lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Guru diharapkan dapat mengklasifikasikan siswa yang berbakat dengan siswa yang tidak berbakat, juga mampu mengidentifkasi siswa yang berminat dengan siswa yang tidak berminat dalam mengikuti mata pelajaran Keterampilan, karena hal ini sangatlah berpengaruh terhadap, potensi kreativitas siswa. Guru hendaknya melibatkan siswa yang tidak berminat dan tidak berbakat dalam proses pembelajaran. guru hendaknya juga memperhatikan siswa yang lambat saat keterampilan proses berlangsung. Guru hendaknya tidak menghukum, memaksa, menilai buruk hasil kerja siswa dan hal lainnya, dengan menggunakan cara yang dapat mematikan potensi kreatif siswa.
Seminar Nasional "EXPO PENDIDIKAN KIMIA 2008"Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidkan Kimia FKIP UNSYIAHBanda Aceh 5-6 Juli 2008
10 DAFTAR PUSTAKA Aziz, Yusuf. 2009. Penguatan LPTK dan Peningkatan Profesionlisme Guru menuju Pendidikan yang Bermutu. Banda Aceh. Daud, Darni. 2007. Integritas Proses Peningkatan Kompetensi Guru dalam Peningkatan Mutu Akademik Perguruan Tinggi. Banda Aceh. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Standar Kompetensi. Jakarta : DEPDIKNAS. Delors J. et all. 1996. Learning : The Threasure Within. UNESCO. Damarah, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta. Jama, Jalius. 2009. International Workshop n the Development of Faculty of Technical and Vocational Education in Indonesia. Jakarta. Kunandar. 2007. Guru Profesional : Implemenrtasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT . Raja Grafindo Persada. Munandar, Utami. 1999. kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta. Sardinian. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Satiadanna, Monti P dan Fidelis. 2003. Mendidik Kccenkwn. Jakarta : Pustaka Populer Obor. Shahib, Nurhalim. 2003. Pembinaan Kreatifitas. Era Global. Bandung : PT. Alumni. Usman, Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosda, Karya. Wardiman, Joyonegoro. 1996. Lima Puluh Tahun Pendidikan Indonesia. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group. Tap MPR No. 11 Tahun 1993. Undang-Undang Dasar Nomor 22 Tahun 1999 tentang sistem pendidikan nasional Peraturan Pernerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang standar nasional pendidikan
Seminar Nasional "EXPO PENDIDIKAN KIMIA 2008"Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidkan Kimia FKIP UNSYIAHBanda Aceh 5-6 Juli 2008