PRODUKSI LARVA LELE SANGKURIANG Clarias sp. DARI UKURAN INDUK 0,8-1,5 KG DENGAN PEMBERIAN PAKAN AWAL CACING SUTERA DAN Artemia sp.
REGINA NOVANDA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014
Regina Novanda NIM C14100069
ABSTRAK REGINA NOVANDA. Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan DEDI JUSADI. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi produktivitas benih ikan adalah kualitas induk ikan dan pengelolaan pemeliharaan, terutama pada awal-awal pemeliharaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang yang dihasilkan dari ukuran induk berbeda dan yang diberi pakan dengan jenis yang berbeda pada saat awal pemeliharaannya. Ada 2 katagori ukuran ikan, yakni kecil (K, berat 0,8-1,0 kg/ekor) dan besar (B, 1,5 kg/ekor). Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan yaitu larva berasal dari induk kecil yang diberi pakan nauplii Artemia (Perlakuan KA) dan yang diberi pakan cacing sutra (KC), larva berasal dari induk besar yang diberi pakan nauplii Artemia (BA) dan yang diberi pakan cacing sutra (BC). Larva diberi pakan awal tersebut selama 4 hari, selanjutnya semua perlakuan diberikan pakan cacing sutera hingga akhir penelitian (hari ke 17). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup benih yang menggunakan larva yang berasal dari induk yang berbeda ukuran dan yang diberi pakan awal berbeda sama, sedangkan laju pertumbuhan benih yang berasal dari induk besar, baik yang diberi nauplius artemia maupun cacing sutra (BA dan BC) lebih tinggi dibanding yang diberi perlakuan lain. Kata kunci: Artemia, cacing sutera, induk, larva lele sangkuriang.
ABSTRACT REGINA NOVANDA. Production of Larvae Sangkuriang Catfish Clarias sp. from Sizes of Brood 0,8-1,5kg with Early Fish Feed Tubifex and Artemia sp. Supervised by DADANG SHAFRUDDIN and DEDI JUSADI. The important factors that affect fish seed productivity are quality of brood fish and rearing management of the seed, especially at the early phase. The research was conducted to evaluate survival rate and growth catfish fry produced by different size of brood fish and that fed on different type of early fish feed. There were two size category ofthe brood fish, namely small (S ,weight of 0,8-1,0/fish) and large (L, 1,5kg/fish). This research used 4 treatments that were larvae from the small brood fish were fed on Artemia nauplii (Treatment KA) or fed on Tubifex larvae (KC), larvae from the large brood fish were fed on Artemia nauplii (BA) or fed on Tubifex larvae (BC). The larvae were fed on the early feed as long 4 days, and after that all fish fed on Tubifex until end of the rearing periods (17days). The researsh showed that survival rate of catfish fry that came from different size of brood fish and that fed on different type of early fish feed was not different, whereas the growth rate fry came from large brood fish and that fed on either Artemia or Tubifex (BA and BC) were higher than the others. Keywords: Artemia, Brood fish, Sangkuriang Catfish larvae, Tubifex.
PRODUKSI LARVA LELE SANGKURIANG Clarias sp. DARI UKURAN INDUK 0,8-1,5 KG DENGAN PEMBERIAN PAKAN AWAL CACING SUTERA DAN Artemia sp.
REGINA NOVANDA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp. Nama : Regina Novanda NIM : C14100069 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh
Ir. Dadang Shafruddin, MSi Pembimbing I
Dr. Ir. Dedi Jusadi, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Sukenda, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Produksi Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp.”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2014 di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Berbagai pihak telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sudarjo dan Ibu Utiah yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, do’a dan dukungan yang tiada henti. Kakak, Datika Harliana, S.Kom serta ketiga adik Putri Ramadhanty Ningtyas, Muhammad Rizki Julianto, dan Nuraini Ramadhani yang senantiasa memberikan motivasi, nasihat dan semangat kepada penulis. 2. Bapak Ir. Dadang Shafruddin, MSi selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Dedi Jusadi, MSc selaku Pembimbing II dan Prof. Dr. D. Djokosetiyanto selaku Pembimbing Akademik atas segala masukan dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini. 3. Ibu Yuni Puji Hastuti, S.Pi, MSi selaku dosen penguji tamu dan Ibu Dr. Dinamella Wahjuningrum, S.Si, MSi selaku dosen perwakilan Ketua Program Studi yang telah memberikan banyak masukan pada penyelesaian skripsi ini. 4. Teman-teman Sistekers 47. 5. Teman-teman dan sahabat seperjuangan BDP 47 atas semangat, motivasi, kebersamaan, dan kenangan. 6. Sahabat-sahabat terdekat: Yola, Cindy, Mila, Fatimah, Evy, Aslia, Lilis, Rifqah, Chynthia, Armita, Meyliana,Rifqah, Dio, Fendy, Haris dan Aini. 7. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan, BDP 46, BDP 48, dan BDP 49. 8. Serta sahabat-sahabatku diluar kampus yang selalu memberi dukungan dan semangatnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat, dan seluruh pihak yang membutuhkan. Bogor, Mei 2014
Regina Novanda
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL…………………………………………………………… DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. PENDAHULUAN…………………………………………………………… Latar Belakang…………………………………………………………….. Tujuan……………………………………………………………………... METODE…………………………………………………………………….. Rancangan Penelitian……………………………………………………… Prosedur Penelitian………………………………………………………… Parameter Uji dan Analisis Data……………………...…………………… HASIL DAN PEMBASAN………………………………………………….. Hasil……………………………………………………………………….. Pembahasan………………………………………………………………... KESIMPULAN DAN SARAN……………..……………………………...... Kesimpulan………………………………………………………………... Saran……………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... LAMPIRAN………………………………………………………………….. RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………..
vi vi vi 1 1 2 2 2 2 4 5 5 8 11 11 11 11 13 18
vi
DAFTAR TABEL 1 Rancangan perlakuan induk berbeda ukuran dengan pemberian pakan awal yang berbeda……………………………………………………… 2 2 Parameter kualitas air……………………………………...…............... 5 3 Rekapitasi parameter pemijahan……………………...….……………. 5 4 Rekapitulasi kinerja pertumbuhan……………..……………................ 6 5 Kisaran nilai kualitas air larva lele sangkuriang ………...………........ 8
DAFTAR GAMBAR 1 Kelangsungan hidup larva lele sangkuriang Clariassp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda…………………………................ 6 2 Laju pertumbuhan spesifik larva lele sangkuriang Clariassp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda………………......... 7 3 Bobot rata-rata larva lele sangkuriang Clariassp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda………………………..……………… 7 4 Panjang rata-rata larva lele sangkuriang Clariassp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda………………...................................... 8
DAFTAR LAMPIRAN 1 Data pertumbuhan dan kelangsungan hidup lele sangkuriang Clarias pada ukuran induk dan pakan awal berbeda………….…………….. 2 Analisa statistik parameter pertumbuhan……………………..…….. 3 Data kualitas air………………………………………………….......
sp. 13 14 15
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan lele merupakan komoditas perikanan budidaya air tawar yang nilai produksinya semakin meningkat setiap tahunnya. Kementrian Kelautan Perikanan menargetkan produksi untuk jenis ikan lele adalah sebesar 900.000 ton pada tahun 2014. Nilai tersebut tercatat meningkat dari produksi lele pada tahun 2013 sebesar 670.000 ton (DJPB 2014). Kondisi tersebut mendorong kebutuhan benih lele yang berkualitas baik juga mengalami peningkatan. Penyediaan benih yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya. Kualitas benih lele yang baik dihasilkan dari induk lele yang baik pula. Hal tersebut sesuai dengan Lucas dan Southgate (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan akan kapasitas reproduksi untuk pemijahan ikan sangat dibutuhkan untuk menghasilkan telur yang berkualitas tinggi. Salah satu kendala yang dihadapi oleh para petani lele adalah adanya anggapan bahwa pemijahan pada induk lele yang dilakukan secara terus menerus akan mengurangi kualitas telur dan larva lele yang dihasilkan. Larva yang berkualitas jelek memiliki derajat kelangsungan hidup serta pertumbuhan yang rendah. Umur lele sangkuriang pertama kali matang gonad adalah 8-9 bulan (Sunarmana 2004). Induk lele yang sudah berkali-kali dipijahkan memiliki bobot tubuh yang lebih besar dibandingkan induk yang baru pertama kali dipijahkan. Keadaan tersebut disebabkan karena gonad dalam tubuhnya yang semakin membesar. Yusuf et al. (2013) menyatakan bahwa bobot tubuh yang semakin besar akan diiringi dengan pertambahan bobot gonad yang akan mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan. Effendie (2003) dalam Unus dan Omar (2010) menambahkan bahwa semakin berkembangnya gonad maka semakin besar pula diameter telurnya sebagai hasil pengendapan kuning telur dan pembentukkan butir-butir minyak. Diameter yang semakin besar akan kesempatan hidup yang lebih baik pada ikan. Nikolsky (1963) dalam Unus dan Omar (2010) menjelaskan bahwa salah satu parameter untuk menentukan potensi reproduksi adalah dengan mengetahui variasi diameter telur dan ovari. Hambatan pembenihan ikan lele adalah tingginya tingkat kematian larva terutama pada fase kritis. Fase kritis terjadi ketika larva memulai pola makan exogenous feeding, yaitu setelah kuning telur dalam tubuh larva habis. Larva sangat sensitif terhadap ketersediaan makanan dan faktor lingkungan dikarenakan larva ikan belum dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan sistem pencernaannya yang belum sempurna (Muchlisin et al. 2003). Keberadaan pakan alami sangat diperlukan untuk menunjang kehidupan dan peningkatan kualitas benih ikan yang baik. Pakan alami yang diberikan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan. Pakan alami yang umum diberikan petani ke larva lele adalah cacing sutera dengan ukuran yang relatif besar dan bervariasi. Pada larva ikan yang masih lemah, pemberian pakan awal cacing sutera diduga masih terlalu besar untuk bukaan mulutnya sehingga dibutuhkan pakan dengan ukuran yang lebih kecil. Pakan alami lain yang biasa diberikan pada larva lele yaitu Artemia, Rotifer, Moina, Chlorella, Skeletonema, serta kuning telur. Artemia merupakan salah satu jenis pakan alami yang umum digunakan
2 untuk berbagai jenis larva ikan dan krustasea (Akbary et al. 2010). Penelitian yang telah dilakukan Chumaidi et al. (2009) menunjukkan bahwa nauplii Artemia mampu meningkatkan pertumbuhan pada larva ikan botia (Chromobotia macracanthus) dikarenakan ukurannya yang relatif kecil sekitar 200-400µm (Lucas dan Southgate 2003), sehingga dapat menyesuaikan dengan saluran pencernaan yang relatif masih sederhana. Penggunaan Artemia sebagai pakan awal di pembenihan lele masih jarang. Hal ini disebabkan harga Artemia yang cukup mahal. Namun, melihat ukuran serta kualitas Artemia yang baik diduga pemberian Artemia dapat meningkatkan produksi larva lele terutama bagi larva lemah. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan produksi larva lele sangkuriang yang dihasilkan pada ukuran induk yang berbeda melalui perbedaan nutrisi pakan pada stadia awal larva.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih lele yang berasal dari induk yang berbeda ukuran serta diberi pakan awal berupa cacing sutera dan Artemia.
METODE Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan yang masing-masing terdapat 3 ulangan. Perlakuan berupa ukuran induk dan pakan awal seperti Tabel 1 berikut: Tabel 1 Rancangan Perlakuan Induk Berbeda Ukuran dengan pemberian pakan awal yang berbeda Ukuran induk Besar (B) Kecil (K)
Pakan Awal Artemia (A) Cacing Sutera (C) BA BC KA KC
Induk yang besar berukuran 1,5kg sedangkan yang kecil 0,8-1 kg. Perlakuan pakan awal diberikan pada larva yang berumur 3 hari yaitu Artemia dan cacing sutera cincang. Prosedur Penelitian Persiapan Wadah Wadah yang digunakan untuk pemijahan adalah bak fiber berukuran 2x1x1 m. Wadah yang telah dibersihkan kemudian diisi air setinggi 80 cm. Sedangkan wadah penetasan dan pemeliharaan larva akuarium berukuran 60x30x30 cm. Akuarium yang digunakan untuk pemeliharaan pada penelitian ini berjumlah 12 akuarium. Tahap awal persiapan wadah yaitu akuarium kaca dibersihkan terlebih dahulu kemudian diisi air dengan ketinggian 10 cm atau 16
3 liter. Setelah semua akuarium terisi air kemudian didesinfeksi menggunakan klorin dan dinetralkan kembali dengan Na-thiosulfat dengan diberi aerasi kuat. Setelah itu, dilakukan penyiponan pada dasar akuarium untuk menghilangkan sisa Na-thiosulfat yang mengendap. Setiap akuarium diberikan Methylen Blue (MB). Heater dipasang untuk menstabilkan dan mempertahankan suhu 28-30o, sedangkan aerasi yang diletakkan dibagian tengah akuarium. Pemijahan Kegiatan pemijahan induk lele sangkuriang Clarias sp. dilakukan pada malam hari di wadah yang terkontrol. Induk lele sangkuriang yang digunakan bobot 1,5 kg dan diketahui sudah 5 kali dipijahkan dipijahkan dan induk muda yang baru pertama kali memijah dengan bobot 0,8-1,0 kg. Setelah induk matang gonad dilakukan pemijahan secara semi alami yaitu dengan penyuntikan hormon ovaprim. Dosis penyuntikan ovaprim yaitu 0,2 ml/kg induk dengan pengenceran akuabides sebanyak 2 kali dosis ovaprim yaitu 0,4 ml/kg induk. Induk lele disuntik pada bagian intramuscular. Perbandingan jumlah jantan dan betina adalah 1:1. Setelah dilakukan penyuntikan induk lele kemudian dimasukkan kedalam bak pemijahan untuk memijah secara alami. Kakaban sebagai substrat telur diletakkan pada bagian dasar bak pemijahan. Pemijahan berlangsung selama 8-12 jam. Penetasan Telur dan Penebaran Larva Telur yang menempel pada kakaban dibiarkan melekat, kemudian dipindahkan ke wadah penetasan. Wadah penetasan tersebut sebelumnya telah diberikan Methylen Blue (MB) untuk mencegah jamur pada telur yang telah dibuahi. Telur kemudian akan menetas setelah 18-24 jam. Larva ditebar di akuarium pemeliharaan dengan kepadatan 600 ekor/akuarium. Penebaran dilakukan pada pagi hari melalui aklimatisasi suhu selama ± 15 menit. Pada awal pemeliharaan, panjang rata-rata larva yang dihasilkan dari pemijahan lele ukuran induk besar dan kecil masing-masing sebesar 0,76±0,11 cm dan 0,78±0,04 cm. Bobot rata-rata larva pada ukuran induk besar dan kecil masing-masing 0,02±0,00 g/ekor dan 0,03±0,00 g/ekor yang didapatkan dari perhitungan biomassa awal. Pemeliharaan dimulai pada saat larva berumur 3 hari. Pemberian Pakan Pakan larva yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing sutera dan Artemia komersil. Pemberian pakan awal yang berupa cacing sutera cincang dan Artemia dilakukan dengan frekuensi 4 kali sehari yaitu pukul 07.00, 13.00, 19.00, dan 01.00 selama 4 hari. Setelah itu seluruh ikan diberi pakan yang sama yaitu, cacing sutera utuh secara ad libitum dengan frekuensi 4 kali sehari pada pukul 07.00, 12.00, 17.00, dan 22.00. Pemberian pakan dilakukan hingga satu hari menjelang akhir pemeliharaan atau hari ke 14. Pengamatan Setelah telur menetas dilakukan pengamatan kualitas larva yang berupa diameter telur dan kuning telur serta panjang larva. Untuk setiap pengamatan diambil sampel telur sebanyak lima butir. Pengamatan terhadap parameter pemijahan tersebut menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x yang terdapat micrometer didalamnya sehingga mempermudah dalam pengukuran.
4 Selanjutnya, pengamatan terhadap parameter pertumbuhan selama penelitian yaitu meliputi sampling panjang dan bobot ikan yang diukur 5 hari sekali. Pemanenan dilakukan setelah 15 hari waktu pemeliharaan. Pengelolaan Kualitas Air Pengelolaan kualitas air selama pemeliharaan dilakukan melalui penyiponan dan pergantian air sebanyak 50% volume (8 liter) atau 5 cm setiap sore hari pukul 16.00. Air yang digunakan untuk pergantian air berasal dari air tandon yang telah diendapkan. Pengukuran kualitas air dilakukan bersamaan dengan sampling. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Parameter Uji dan Analisis Data Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup larva lele dilakukan dengan menghitung persentase jumlah ikan saat akhir dan awal pemeliharaan dengan rumus Goddard (1996): Keterangan: SR = Kelangsungan Hidup (%) Nt = Jumlah larva akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah larva awal pemeliharaan (ekor) Laju Pertumbuhan Spesifik Pengukuran terhadap laju pertumbuhan spesifik larva lele pada setiap perlakuan selama pemeliharaan dilakukan melalui perhitungan bobot awal dan akhir larva berdasarkan rumus Akbary (2010):
Keterangan: SGR = Laju Pertumbuhan Spesifik (%) = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g) = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g) t = Lama pemeliharaan (hari) Bobot Mutlak Pengukuran terhadap bobot larva dilakukan setiap 5 hari sekali pada sampel populasi ikan menggunakan timbangan digital. Berdasarkan data tersebut dilakukan perhitungan pertumbuhan bobot mutlak dengan rumus (Effendie 1997): Keterangan: h = bobot mutlak (g) = bobot rata-rata pada akhir penelitian (g) = bobot rata-rata pada awal penelitian (g)
5
Panjang Mutlak Pengukuran terhadap panjang larva dilakukan setiap 5 hari sekali pada sampel populasi ikan menggunakan mistar. Berdasarkan data tersebut dilakukan perhitungan pertumbuhan panjang mutlak dengan rumus Effendi (1997): Keterangan: P = panjang mutlak (cm) Pt = panjang rata-rata pada akhir penelitian (cm) Po = panjang rata-rata pada awal penelitian (cm) Kualitas Air Pengukuran terhadap kualitas air dilakukan bersamaan dengan kegiatan sampling panjang dan bobot yang dilakukan setiap 5 hari sekali selama 15 hari waktu pemeliharaan. Pengukuran kualitas air meliputi parameter fisik dan kimia air seperti suhu, DO, pH, Amoniak, dan Alkalinitas (Tabel 2). Tabel 2 Parameter kualitas air Parameter Suhu pH DO Amoniak Alkalinitas
Satuan o
C
mg/l mg/l mg/l CaCO3
Peralatan Heater, thermometer pH meter DO meter Spektofotometer Titrasi
Metode Pengukuran In situ Eks situ Eks situ Eks situ Eks situ
Waktu Pengukuran Setiap hari 5 hari sekali 5 hari sekali 5 hari sekali 5 hari sekali
Analisis Data Data hasil perhitungan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk penyajian grafik. Analisis data menggunakan program SPSS 17.0 dengan selang kepercayaan 95%. Program tersebut digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh terhadap beberapa parameter seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, panjang mutlak, dan bobot mutlak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Parameter Pemijahan Hasil pemijahan lele sangkuriang dengan ukuran induk berbeda didapatkan nilai faktual ukuran diameter telur, diameter yolk egg, dan panjang larva (Tabel 3). Tabel 3 Rekapitulasi parameter pemijahan lele sangkuriang Parameter Diameter telur (µm) Diameter yolk egg (µm) Panjang larva (cm)
Induk besar 736±68,77a 268±10,95b 0,76±0,11a
Induk kecil 680±27,38a 230±34,64b 0,78±0,02a
6
Parameter Pengamatan Hasil uji statistik pada parameter laju pertumbuhan spesifik, bobot mutlak, dan panjang mutlak menemukan hasil yang berbeda nyata pada setiap perlakuan yang diberikan (P<0,05). Akan tetapi pada parameter tingkat kelangsungan hidup memberikan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) (Lampiran 1 dan 2). Rekapitulasi data beberapa parameter tersebut tersaji pada Tabel 4. Tabel 4 Rekapitulasi parameter kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan Parameter Uji Kelangsungan Hidup(%) Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Bobot Mutlak (g) Panjang Mutlak (cm)
Induk BesarCacing (BC) 55,89±7,86a
Parameter Induk BesarInduk KecilArtemia (BA) Cacing (KC) 69,89±17,06a 76,33±18,33a
Induk KecilArtemia (KA) 72,61±7,28a
15,92±0,71b
15,27±0,66b
10,80±0,66a
12,31±1,60a
0,27±0,03b 2,25±0,10c
0,24±0,03b 2,16±0,14bc
0,15±0,02a 1,81±0,08a
0,20±0,06ab 1,90±0,29ab
Ket: huruf superscript yang sama dibelakang standar deviasi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05)
Kelangsungan Hidup (%)
Kelangsungan Hidup Nilai tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate) pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Perbedaan ukuran induk dan jenis pakan alami awal yang diberikan tidak mempengaruhi parameter kelangsungan hidup larva selama pemeliharaan (Gambar 1). 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
76.33
69.89
72.61 55.89
a
a
a
a a
a larva induk besar+cacing sutera
larva induk besar+Artemia
lrva induk kecil+cacing sutera
larva induk kecil+Artemia
Perlakuan
Gambar 1 Kelangsungan hidup larva lele sangkuriang Clarias sp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda Laju Pertumbuhan Spesifik Laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate) larva lele sangkuriang menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai persentase pada induk berukuran besar yang lebih mendominasi dibandingkan dengan larva yang berasal dari induk ukuran kecil. Laju pertumbuhan spesifik dipengaruhi oleh ukuran asal induk yang digunakan, sedangkan jenis pakan alami awal yang diberikan tidak mempengaruhi nilai tersebut (Gambar 2).
Laju Pertumbuhan Spesifik (%)
7 20 15.92
15.27 12.31
15 10.80 10
5
b
b
a
larva induk besar+cacing sutera
larva induk besar+Artemia
lrva induk kecil+cacing sutera
a
0 larva induk kecil+Artemia
Perlakuan
Gambar 2 Laju pertumbuhan spesifik larva lele sangkuriang Clarias sp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda Bobot Bobot rata-rata larva lele sangkuriang selama 15 hari waktu pemeliharaan terus mengalami peningkatan setiap harinya. Bobot mutlak larva hari ke 15 setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05%) pada semua perlakuan yang diberikan. Perbedaan ukuran induk mempengaruhi bobot larva, sebaliknya pemberian jenis pakan awal yang berbeda tidak mempengaruhi bobot larva selama pemeliharaan (Gambar 3). 0.35 Bobot rata-rata (g)
0.3 larva induk besar+cacing sutera
0.25
larva induk besar+Artemia
0.2
larva induk kecil+cacing sutera
0.15
larva induk kecil+Artemia
0.1 0.05 0 1
5 10 15 Waktu Pemeliharaan (hari ke-)
Gambar 3 Bobot rata-rata larva lele sangkuriang Clarias sp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda Panjang Panjang rata-rata larva lele sangkuriang pada setiap perlakuan mengalami peningkatan selama 15 hari waktu pemeliharaan dan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Pemberian pakan berupa cacing sutera cincang sejak awal pemeliharaan memberikan nilai pertambahan panjang rata-rata paling tinggi yang terjadi pada larva yang berasal dari induk lele ukuran besar. Perbedaan ukuran
8 asal induk maupun jenis pakan awal yang diberikan mempengaruhi pertumbuhan panjang rata-rata larva selama pemeliharaan (Gambar 4). Panjang rata-rata (cm)
3.5 3 2.5 larva induk besar+cacing sutera
2
larva induk besar+Artemia
1.5
larva induk kecil+cacing sutera
1
larva induk kecil+Artemia
0.5 0 1
5 10 15 Waktu Pemeliharaan (hari ke-)
Gambar 4 Panjang larva lele sangkuriang Clarias sp. pada ukuran induk dan jenis pakan awal yang berbeda Kualitas Air Parameter kualitas air fisik seperti suhu dipertahankan tetap nilainya dalam kisaran optimum pertumbuhan larva lele menggunakan heater, sedangkan nilai parameter kualitas air lainnya seperti pH, DO, Amoniak, dan Alkalinitas diukur setiap 5 hari sekali (Lampiran 3). Data hasil pengukuran kualitas air yang didapatkan selama 15 hari waktu pemeliharaan sesuai dengan literatur optimum untuk larva lele sangkuriang (Tabel 5). Tabel 5 Kisaran nilai kualitas air larva lele sangkuriang selama pemeliharaan Perlakuan BC (Induk besarCacing) BA (Induk BesarArtemia) KC (Induk KecilCacing) KA(Induk KecilArtemia) Literatur Rujukan
26,6-28,1
7,09-8
DO (mg/l) 4,4-9,6
26,4-27,8
7,09-7,93
5,3-8,4
0,012-0,086
64-152
26,3-28,2
7,09-8,06
4,5-9,7
0,008-0,090
64-128
26,5-28
7,09-7,91
5,2-8,3
0,012-0,106
64-136
25-30 (Kordi dan Ghufran 2007)
6,50-9,00 (Kordi dan Ghufran 2007)
>4 (Tucker 1991)
<0,1 (Boyd 1982)
30-500 (Yumame 2013)
Suhu (oC)
pH
Amoniak (mg/l) 0,012-0,075
Alkalinitas (mg/l CaCO3) 64-128
Pembahasan Kegiatan pemijahan lele sangkuriang (Clarias sp.) dapat dilakukan secara alami, semi alami, maupun buatan. Induk betina yang telah matang gonad dan siap dipijahkan akan memiliki ciri-ciri bagian perutnya membesar dan lembek. Waktu ovulasi yang didapatkan pada pemijahan induk lele yang berukuran besar maupun kecil selama penelitian ini adalah 8-12 jam. Hal ini sesuai dengan Setyani (2007)
9 yang menyatakan bahwa pada ikan lele memiliki waktu laten dari penyuntikkan hingga ovulasi adalah 10-15 jam. Rothrad (1997) menambahkan bahwa lamanya waktu tersebut tergantung pada beberapa faktor diantaranya jenis ikan, suhu, dan kadar hormon yang digunakan pada saat pemijahan. Ukuran induk yang berbeda menghasilkan pertumbuhan larva baik panjang, bobot, maupun Specific Growth Rate yang berbeda nyata (P<0,05) (Lampiran 2). Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan ukuran diameter telur dan yolk egg yang dihasilkan oleh induk yang berbeda tersebut. Rata-rata diameter telur dan yolk egg pada asal induk ukuran besar lebih tinggi dibandingkan induk kecil (Tabel 3). Pada ukuran diameter telur yang besar akan menghasilkan diameter yolk egg yang besar pula. Unus dan Omar (2010) menyatakan bahwa ukuran diameter yolk egg yang semakin besar akan mempengaruhi kualitas larva yang dihasilkan karena fungsinya sebagai cadangan makanan pada larva dengan menyimpan sumber energi sementara bagi larva sebelum mendapat asupan makanan dari luar. Keadaan tersebut membuat larva ikan dapat bertahan hidup lebih lama dan memiliki pertumbuhan larva yang baik. Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan bahwa pertumbuhan larva yang dihasilkan oleh larva dari induk ukuran besar dengan diameter telur dan yolk egg yang besar menghasilkan pertumbuhan larva yang lebih tinggi dibandingkan dengan larva yang dihasilkan oleh induk ukuran kecil. Menurut Effendi (1997) semakin berkembangnya gonad maka ukuran diameter telur yang ada akan semakin besar sebagai pengendapan kuning telur, hidrasi, dan pembentukkan butir-butir minyak. Schulz (1994) dalam Sehriban dan Erdal (2007) menambahkan bahwa induk dewasa yang memiliki gonad yang baik tidak ditentukan oleh umur akan tetapi ukuran ikan. Perbedaan ukuran induk dan jenis pakan awal yang diberikan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada parameter kelangsungan hidup (Survival Rate) larva lele (P>0,05) (Lampiran 2). Nilai kelangsungan hidup selama pemeliharaan yang rendah disebabkan tingginya angka mortalitas yang diduga akibat tingginya kanibalisme. Sifat kanibalisme muncul karena ukuran larva lele selama pemeliharaan yang cukup beragam, sehingga lele yang cenderung agresif terhadap kondisi lingkungan ini akan membentuk sifat dominasi dalam wadah pemeliharaan. Larva yang berukuran besar akan menguasi makanan daripada larva yang berukuran kecil dan akan mempengaruhi pertumbuhannya yang lebih cepat. Larva yang berukuran besar juga dapat memakan larva lain yang ukurannya lebih kecil (SNI 2000). Pemberian pakan awal larva berupa cacing sutera maupun Artemia menghasilkan pertumbuhan yang sama pada larva yang dihasilkan oleh induk ukuran besar dan kecil. Hal ini diduga karena larva mampu memanfaatkan kedua jenis pakan yang diberikan. Selain itu, kandungan proksimat pada kedua jenis pakan sudah memenuhi kebutuhan nutrisi larva lele sangkuriang. Nilai kandungan protein pada cacing sutera yaitu 57,10% dan lemak 15,95%, sedangkan Artemia memiliki kadar protein 52,19% dan lemak 14,75% (Priyadi et al. 2010). Kandungan protein yang lebih besar pada cacing sutera dibandingkan Artemia ternyata tidak mempengaruhi pertumbuhan larva dari induk besar maupun kecil karena kebutuhan larva untuk tubuhnya sama untuk menyerap protein dalam pakan. Selain itu, pertumbuhan yang sama juga disebabkan telah terpenuhinya asam lemak esensial untuk larva lele dari kedua jenis pakan yang diberikan.
10 Menurut Tekeuchi (1997) dalam Chumaidi et al. (2009) pertumbuhan larva ikan tropis seperti lele membutuhkan asam lemak pada rantai n-6 maupun n-3 yang dipasok dari luar tubuhnya. Asam lemak esensial merupakan komponen lemak yang sangat penting nutrisinya yang tidak dapat dibentuk didalam tubuh ikan dan harus dipenuhi dari luar tubuhnya. Kekurangan asam lemak esensial dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada ikan, kematian larva dan pertumbuhan yang abnormal (Pangkey 2011). Kedua jenis pakan mampu tercerna baik pada tahap awal pertumbuhan larva lele sangkuriang. Pada cacing sutera tidak memiliki skeleton dan bersegmen, sehingga sangat mudah dicerna oleh larva. Sedangkan, Artemia diketahui megandung enzim pencernaan yang berperan sebagai katalisator sehingga menimbulkan reaksi autocatalytic dan membantu proses pencernaan dalam tubuh larva (Budiardi et al. 2005). Pada larva lemah yang berasal dari induk kecil memiliki nilai kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang lebih tinggi ketika diberikan pakan awal berupa Artemia. Hal ini diduga karena ukuran dari Artemia yang sesuai dengan bukaan mulut larva, sedangkan pada pakan berupa cacing sutera memiliki variasi ukuran sehingga larva mengalami kesulitan dalam memangsanya. Lucas dan Southgate (2003) menyatakan bahwa ukuran Artemia relatif kecil sekitar 200400 µm. Nilai kualitas air masih dalam batas toleransi bagi larva lele sangkuriang sehingga mampu hidup dan berkembang pada media pemeliharaan (Tabel 5). Hal tersebut dilihat dari nilai pertumbuhan panjang dan bobot larva selama pemeliharaan yang terus meningkat. Lingkungan yang optimal tersebut terjadi karena dilakukannya pergantian air sebanyak 50% pada wadah budidaya setiap harinya, sehingga mampu mengakumulasi oksigen dan racun sisa metabolisme. Goddard (1996) menyatakan bahwa oksigen yang semakin berkurang dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan pemberian aerasi. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki alat pernapasan tambahan yaitu aborecent sehingga mampu hidup pada kondisi lingkungan dengan kandungan oksigen yang rendah (Kordi dan Ghufran 2007). Nilai kadar oksigen terlarut selama pemeliharaan didapatkan > 4 mg/l dan diketahui optimum untuk pertumbuhan larva lele (Tucker 1991). Penggunaan heater pada media pemeliharaan menjaga suhu tetap optimal untuk kehidupan dan pertumbuhan larva. Nilai amonia selama pemeliharaan masih dalam batas toleransi untuk larva lele yaitu < 0,1 mg/l (Boyd 1982). Menurut Kordi dan Ghufran (2007), persentase ammonia dipengaruhi oleh salinitas, konsentrasi oksigen, suhu, dan pH air. Makin tinggi suhu dan pH, maka pesentase ammonia dalam wadah budidaya semakin tinggi. Boyd (1982) menyatakan bahwa 0,12 mg/l NH3 akan menurunkan pertumbuhan dan membahayakan insang pada channel catfish. Nilai alkalinitas sangat dipengaruhi oleh nilai pH dan pertumbuhan plankton (Kordi dan Ghufran 2007). Nilai pH media pemeliharaan karena masih didalam batas toleransi yang dianjurkan oleh Kordi dan Ghufran (2007) yaitu 6,5-9,0. Begitu pula halnya dengan nilai alkalinitas selama pemeliharaan masih dalam batas optimum menurut Yumameet al. (2013) yaitu 30-500 mg/l CaCO3. Alkalinitas yang optimal tersebut mampu menyangga perubahan nilai pH perairan sehingga mendukung laju pertumbuhan optimum dari larva lele sangkuriang.
11
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kelangsungan hidup benih ikan lele yang berasal dari induk yang berbeda ukuran dan juga diberi pakan awal berbeda tidak memperlihatkan perbedaan. Walaupun demikian ikan yang berasal dari induk besar ukuran 1,5 kg dan diberikan pakan awal berupa artemia menunjukkan peforma pertumbuhan yang paling tinggi. Saran Berdasarkan penelitian ini, maka disarankan melakukan penelitian terhadap induk ikan yang frekuensi pemijahannya lebih tinggi dengan ukuran 1,5-2 kg, sehingga diharapkan peran pakan awal dapat dilihat pada perbaikan larva berkualitas rendah guna meningkatkan peforma pertumbuhan dan produksi pembenihan lele sangkuriang di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Akbary P, Hosseini SA, Imanpoor M, Sudagar M, Makhdomi NM. 2010. Comparison between live food and artificial diet on survival rate, growth and body chemical composition of Oncorhychus mykiss larvae. Iranian Journal of Fisheries Sciences. 9 (1): 19-32. Budiardi T, Nursyams, Agus O. S. 2005. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan betta (Betta splendens Regan) yang diberi berbagai jenis pakan alami. Jurnal Akuakultur Indonesi. 4 (1): 13-16. Boyd, CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture: Developments in Aquaculture and Fisheries Science, Volume 9: First Edition. Netherlands: Elsevier Science Publishers. Chumaidi, Nurhidayat, Priyadi A. 2009. Pemeliharaan ikan botia (Chromobotia macracanthus) menggunakan pakan alami yang diperkaya nutrisinya. Jurnal Akuakultur Indonesia. 8 (1): 11-18. DJPB [Direktorat Jenderal Perikanan Buidaya]. 2014. Perikanan budidaya Indonesia [Internet] http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=955 (18 Februari 2014) Effendie MI. 1997. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi. Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York (US): Chapman and Hall. Kordi, Ghufran KM. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta. Lucas JS, Southgate PC. 2003. Aquaculture: Farming Aquatic Animals and Plants. United Kingdom (UK): Blackwell Publishing. Muchlisin ZA, Damhoeri, Fauziah R, Muhammadar, Musman M. 2003. Pengaruh beberapa jenis pakan alami terhadap pertumbuhan dan kelulusan hidup larva ikan lele dumbo (Clarias geriepinus). Jurnal Biologi. 3 (2):105-113.
12 Pangkey H. 2011. Kebutuhan asam lemak esensial pada ikan laut. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. 8 (2). Priyadi A, Kusrini E, Megawati T. 2010. Perlakuan berbagai jenis pakan alami untuk meningkatkan pertumbuhan dan sintasan larva ikan upside down catfish (Synodontis nigriventris). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Rothbard S. 1997. Propagation of the Japanese ornamental carp. United States (USA): TFH Publication Inc. Sehriban C, Erdal Y. 2007. Gonad development and sex ratio of sharpooth catfish (Clarias gariepinus Burchell, 1982) cultured under laboratory condition. Turk, Journal Zoo. 31: 35-46. Setyani D. 2007. Reproduksi dan pembenihan ikan hias air tawar. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Depok. SNI [Standar Nasional Indonesia]. 2000. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) kelas benih sebar. Sunarmana A. 2004. Peningkatan produktifitas usaha lele sangkuriang (Clarias sp.) Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi, Direktorat Jenderal Perikanan dan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan. Tucker CS. 1991. Water quantity and quality requirements for channel catfish hatcheries. Southern Regional Aquaculture Center. Unus F, Omar SBA. 2010. Analisis fekunditas dan diameter telur ikan malalugis biru (Decapterus macarelus Cuvier, 1833) di perairan kabupaten Banggai Kepulauan, Propinsi Sulawesi Tengah. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan). 20 (1): 37-43. Yunus K, Dada SA, Abari MA. 2013. Length-weight relationship, fecundity and gonadal development of the african catfish (Clarias gariepinus) from Doma Dam, Nasarawa State, Nigeria. PAT. 9 (1): 47-58. Yumame RY, Rompas R, Pangemanan NPL. 2013. Kelayakan kualitas air kolam di lokasi pariwisata Embung Klamalu kabupaten Sorong provinsi Papua Barat. Jurnal Budidaya Perairan. 1 (3): 56-62.
13
LAMPIRAN Lampiran 1 Data Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Lele Sangkuriang pada Ukuran Induk dan Pakan Awal Berbeda 1.1 Kelangsungan Hidup (%) Ulangan 1 2 3 Rataan St. deviasi
Induk besarCacing (BC) 56,67 63,33 47,67 55,89 7,86
Perlakuan Induk BesarInduk KecilArtemia (BA) Cacing (KC) 58,50 87,00 61,67 86,83 89,50 55,17 69,89 76,33 17,06 18,33
Induk kecilArtemia (KA) 71,17 66,17 80,50 72,61 7,28
1.2 Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Ulangan 1 2 3 Rataan St. deviasi
Induk besarCacing (BC) 15,25 15,85 16,67 15,92 0,71
Perlakuan Induk BesarInduk KecilArtemia (BA) Cacing (KC) 15,74 10,51 15,56 10,32 14,51 11,56 15,27 10,80 0,66 0,66
Induk kecilArtemia (KA) 12,53 13,76 10,61 12,31 1,60
Induk besarCacing (BC) 0,24 0,26 0,30 0,27 0,03
Perlakuan Induk BesarInduk KecilArtemia (BA) Cacing (KC) 0,26 0,14 0,25 0,14 0,21 0,17 0,24 0,15 0,03 0,02
Induk kecilArtemia (KA) 0,20 0,25 0,14 0,20 0,06
Perlakuan Induk BesarInduk KecilArtemia (BA) Cacing (KC) 2,21 1,83 2,25 1,73 2,00 1,88 2,16 1,81 0,14 0,08
Induk kecilArtemia (KA) 1,86 2,20 1,62 1,90 0,29
1.3 Bobot Mutlak Ulangan 1 2 3 Rataan St. deviasi
1.4 Panjang Mutlak Ulangan 1 2 3 Rataan St. deviasi
Induk besarCacing (BC) 2,17 2,21 2,37 2,25 0,10
14 Lampiran 2 Analisa Statistik Parameter Pertumbuhan 2.1 Uji Anova ANOVA Jumlah nilai Laju Pertumbuhan Spesifik
Antar Kelompok
Kelangsungan Hidup
Bobot Mutlak
3
17.694
Galat
7.905
8
.988
Total
60.987
11
717.278
3
239.093
Galat
1483.027
8
185.378
Total
2200.305
11
Antar Kelompok
.388
3
.129
Galat
.240
8
.030
Total
.628
11
Antar Kelompok
.023
3
.008
Galat
.010
8
.001
Total
.033
11
2.2 Uji lanjut Duncan Laju Pertumbuhan Spesifik Duncana alpha = 0.05 Perlakuan
N 1
2
KC
3
10.7975
KA
3
12.3064
BA
3
15.2662
BC
3
15.9223
Sig.
Nilai rata-rata
53.082
Antar Kelompok
Panjang Mutlak
df
.100
.442
F
Sig.
17.906
.001
1.290
.342
4.307
.044
5.991
.019
15 Panjang Mutlak Duncan
a
alpha = 0.05 Perlakuan
N 1
KC
3
1.8133
KA
3
1.8933
BA
3
BC
3
2
3
1.8933 2.1533
2.1533 2.2500
Sig.
.587
.103
.514
Bobot Mutlak Duncana alpha = 0.05 Perlakuan
N 1
2
KC
3
.1493
KA
3
.1997
BA
3
.2373
BC
3
.2650
Sig.
.120
.1997
.062
Lampiran 3 Data Kualitas Air
Suhu (oC)
3.1 Suhu (oC) 28 27.8 27.6 27.4 27.2 27 26.8 26.6 26.4 26.2 26 25.8
BC BA KC KA
1
5 10 15 Waktu pemeliharaan (hari ke-)
16 3.2 pH 8.2 8
nilai pH
7.8 7.6
BC
7.4
BA
7.2
KC
7
KA
6.8 6.6 1
5 10 15 Waktu pemeliharaan (hari ke-)
DO (mg/l)
3.3 DO (mg/l) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
BC BA KC KA
1
5 10 15 Waktu Pemeliharaan (hari ke-)
3.4 Amoniak (mg/l)
amoniak (mg/l)
0.100 0.080 BC
0.060
BA 0.040
KC KA
0.020 0.000 1
5 10 15 Waktu pemeliharaan (hari ke-)
17 3.5 Alkalinitas (mg/l CaCO3)
Alkalinitas (mg/l CaCO3)
140 120 100 80
BC
60
BA KC
40
KA 20 0 1
5 10 Waktu Pemeliharaan (hari ke-)
15
18
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 November 1992 dari bapak Sudarjo dan Ibu Utiah. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SDN 02 Cipinang Muara Jakarta, SMPN 52 Jakarta, SMAN 12 Jakarta, dan diterima di IPB melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) tahun 2010 pada program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan diberbagai organisasi intra maupun ekstra kampus. Kegiatan tersebut diantanya adalah Anggota divisi PR (Public Relation) Himpunan Mahasiswa Akuakultur periode 2012/2013, UKM Koran Kampus 2010/2011, dan Anggota OMDA J.Co (Jakarta Community). Penulis juga aktif mengikuti lomba Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI). Penulis juga merupakan penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik tahun (20122014) dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI). Selain itu, penulis juga aktif di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajamen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penulis pernah melaksanakan magang kerja di Raiser Museum Air Tawar TMII dengan komoditas ikan manvish. Penulis pernah melaksanakan Praktik Lapang Akuakultur (PLA) di Balai Budidaya Laut Batam dengan komoditas ikan kerapu macan. Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan berjudul “Produksi Larva Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dari Ukuran Induk 0,8-1,5 kg dengan Pemberian Pakan Awal Cacing Sutera dan Artemia sp.”.