KUALITAS LARVA IKAN LELE Clarias sp. YANG DIPELIHARA DENGAN TEKNOLOGI BIOFLOK
ROSI SULISTIANI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
1
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kualitas Larva Ikan Lele Clarias sp. yang Dipelihara dengan Teknologi Bioflok” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015 Rosi Sulistiani NIM C14134001
ABSTRAK ROSI SULISTIANI. Kualitas Larva Ikan Lele Clarias sp. yang Dipelihara dengan Teknologi Bioflok. Dibimbing oleh JULIE EKASARI dan MIA SETIAWATI. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pemeliharaan induk dan larva dengan teknologi bioflok (BFT) terhadap kualitas larva ikan lele. Induk ikan lele Afrika dipelihara dengan BFT dan kontrol, kemudian larva dari masingmasing induk tersebut dipelihara dengan BFT dan kontrol. Larva berumur dua hari setelah menetas dengan ukuran panjang 0.55-0.76 cm dipelihara dalam akuarium bervolume 2 L; dengan kepadatan 100 ekor/L, dan dipelihara selama 14 hari. Selain pengamatan terhadap parameter pertumbuhan, ketahanan larva juga diuji melalui uji kekuatan dan uji stres salinitas. Uji kekuatan dilakukan dengan memelihara larva tanpa pemberian pakan selama 3 hari. Uji stres dilakukan dengan merendam larva ke dalam air bersalinitas 20 g/L selama 20 menit. Hasil uji pertumbuhan menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan induk dan larva tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup dan keragaman panjang larva, namun berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak larva. Selain itu, pemeliharaan induk dan larva dengan BFT menghasilkan larva yang tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi pada uji kekuatan dan uji stres dibandingkan larva yang dihasilkan dari induk kontrol dan larva yang dipelihara dengan sistem kontrol. Kata kunci: BFT, ikan lele, induk, kualitas, larva
ABSTRACT ROSI SULISTIANI. Quality of Catfish Clarias sp. Larvae Reared in Biofloc Technology. Supervised by JULIE EKASARI and MIA SETIAWATI. This study aimed to determine the effect of biofloc technology application on broodstock and larva culture on the quality of African catfish Clarias sp. larvae. Catfish broodstock reared in two different systems, BFT and control, and the larvae from each broodstock were subsequently housed in these two systems (BFT and control). Two days post hatched larvae with a range of body length of 0.55-0.76 cm were distributed into 2 L aquaria at a density of 100 ind/L and maintained for 14 days. Besides growth parameters, larvae strength were assessed using strength and salinity stress tests. Strength test was conducted by maintaining the larvae without feeding for 3 days. Salinity stress test was done by soaking the larvae into 20 g/L salinity water for 20 minutes. The growth test showed that broodstock and larvae culture system had no significant effect on larval survival and total length variance, but significantly affected larval growth. Furthermore maintaining catfish broodstock and larvae in BFT resulted in larvae with higher survival in strength test and salinity stress test. Keyword: BFT, broodstock, catfish, larvae, quality
KUALITAS LARVA IKAN LELE Clarias sp. YANG DIPELIHARA DENGAN TEKNOLOGI BIOFLOK
ROSI SULISTIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul skripsi : Kualitas Larva Ikan Lele Clarias sp. yang Dipelihara dengan Teknologi Bioflok Nama : Rosi Sulistiani NIM : C14134001 Program studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh,
Dr Julie Ekasari, SPi MSc Pembimbing I
Dr Ir Mia Setiawati, MSi Pembimbing II Diketahui oleh,
Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen
Tanggal lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “ Kualitas Larva Ikan Lele Clarias sp. yang Dipelihara dengan Teknologi Bioflok”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 hingga Maret 2015 di BAK Perikanan Diploma dan Laboratorium Nutrisi Ikan-Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, di antaranya orang tua beserta keluarga yang selalu mencurahkan kasih sayang, do’a, dan dukungan yang tiada henti. Dr Julie Ekasari, SPi, MSc selaku Pembimbing I dan Dr Ir Mia Setiawati, MSi selaku Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik atas segala masukan dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini. Bapak Edi Pramono, Bapak Sunarya, Shella Marlinda, Lukman Hakim, dan Wellya Wichi yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian. Teman-teman satu tim penelitian, yaitu Gilang Satya Lenggara, Muhammad Alkahfi, dan Ratih Fauziatin Hazanah yang telah bekerja sama selama berjalannya penelitian ini. Teman-teman seperjuangan Alih Jenis BDP 2013 atas semangat, motivasi, dan kebersamaan selama masa perkuliahan. Keluarga besar Perikanan Diploma IPB. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan IPB, BDP 48, dan BDP 49. Bapak Wasjan dan Mba Retno beserta keluarga besar Laboratorium Nutrisi Ikan BDP. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan informasi bagi para pembaca serta seluruh pihak yang membutuhkan. Terima kasih.
Bogor, Agustus 2015 Rosi Sulistiani
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2 BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 2 Rancangan Penelitian ......................................................................................... 2 Persiapan Bioflok ............................................................................................... 2 Pemeliharaan Induk ............................................................................................ 3 Pemeliharaan Larva ............................................................................................ 3 Parameter Uji dan Analisis Data ........................................................................ 4 Pertumbuhan panjang mutlak (Pm)................................................................. 4 Koefisien keragaman panjang (KP) ................................................................ 4 Analisis proksimat........................................................................................... 5 Analisis data .................................................................................................... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5 Hasil.................................................................................................................... 5 Pembahasan ........................................................................................................ 8 KESIMPULAN ..................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11 LAMPIRAN .......................................................................................................... 14 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 17
viii
DAFTAR TABEL Halaman 1 Rata-rata (± simpangan baku) tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele Clarias sp. setelah uji kekuatan dan uji stres salinitas ........................................ 7 2 Analisis proksimat flok........................................................................................ 7
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele Clarias sp. yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang dipelihara pada media BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) ............................................................ 5 2 Pertumbuhan panjang mutlak larva ikan lele Clarias sp. yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang dipelihara pada media BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) ............................................................ 6 3 Keragaman panjang larva ikan lele Clarias sp. yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang dipelihara pada media BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) ............................................................ 6
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Halaman Produksi larva ikan lele berdasarkan Badan Standar Nasional (2000b) ............ 14 Kandungan nutrien pakan larva ikan lele .......................................................... 14 Kriteria kuantitatif larva dan benih ikan lele berdasarkan Badan Standar Nasional (2000a) ............................................................................................... 14 Perhitungan molase ........................................................................................... 15 Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele ............................ 15 Analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak larva ikan lele ......................... 16 Analisis statistik keragaman panjang larva ikan lele ......................................... 16
viii
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan lele Clarias sp. merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang berkembang baik sebagai ikan budidaya. Konsumsi ikan rata-rata penduduk Indonesia pada tahun 2011 sebesar 32.25 kg/kapita dan terus meningkat hingga mencapai 35.21 kg/kapita pada tahun 2013 (WPI KKP 2013). Konsumsi ikan lele pada tahun 2015 ini diperkirakan akan mencapai 1.06 juta ton dan akan menjadi 1.77 juta ton pada tahun 2019 (Jati 2015). Meningkatnya konsumsi ikan lele tersebut mendorong peningkatan produksi ikan lele. Berdasarkan data dari DJPB KKP (2014), produksi ikan lele di Indonesia mengalami peningkatan yang dapat dilihat dari trend peningkatan total produksi ikan lele pada tahun 2011 hingga tahun 2013 yang mengalami peningkatan dari 337 577 ton menjadi 543 461 ton atau 61%. Berdasarkan informasi tersebut, maka produksi ikan lele diperkirakan akan terus meningkat pada masa yang akan datang. Peningkatan produksi tersebut perlu didukung oleh penyediaan berbagai komponen input produksi, salah satunya adalah ketersediaan benih dengan kuantitas yang memadai dan kualitas yang baik. Untuk mendapatkan benih yang baik, maka kualitas larva dan induk juga perlu diperhatikan. Semakin baik kualitas larva, semakin baik pula kualitas benihnya. Larva merupakan stadia paling kritis dalam siklus hidup ikan, hal ini karena umumnya larva rentan mengalami kematian. Selain itu larva pada ikan lele juga memiliki sifat kanibalisme (Triwinarso et al. 2014). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas larva tersebut adalah melalui penerapan teknologi bioflok. Teknologi bioflok (biofloc technology, BFT) merupakan salah satu teknologi yang saat ini sedang dikembangkan dalam dunia akuakultur. Teknologi ini diterapkan untuk menjaga kualitas air tetap baik dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrien limbah (Ekasari 2009). Prinsip dasar teknologi bioflok adalah konversi limbah nitrogen menjadi biomassa mikroba melalui penambahan sumber karbon organik (Avnimelech 2005). Tingkat produksi yang tinggi pada sistem akuakultur memerlukan pakan berprotein (sumber N) dalam jumlah yang tinggi pula. Pakan tersebut ada yang dimanfaatkan, ada juga yang tidak termakan. Protein pakan yang dimakan selanjutnya akan dicerna dan dimetabolisme menghasilkan energi dan nutrien yang diperlukan oleh ikan serta limbah nitrogen yang dibuang dalam bentuk feses atau dalam bentuk amonia yang dibuang melalui urin dan insang. Sisa pakan yang tidak termakan dan feses tersebut selanjutnya mengalami mineralisasi menghasilkan amonia, sehingga seiring waktu konsentrasi nitrogen terutama amonia semakin meningkat di dalam air. Karena amonia bersifat toksik, maka agar tidak membahayakan organisme budidaya, konsentrasi amonia harus dibatasi (Ekasari 2009).
2
Melalui penerapan teknologi bioflok, nitrogen anorganik dikonversi menjadi bakteri heterotrof dengan penambahan bahan karbon organik seperti molase dengan rasio karbon per nitrogen (C/N) tertentu. Dengan demikian amonia dapat dipertahankan pada konsentrasi yang rendah dan biomassa mikroba yang terbentuk dapat dimanfaatkan kembali oleh organisme budidaya sebagai sumber makanan tambahan. Oleh karena itu limbah nitrogen yang terakumulasi dapat diminimalkan dan pemanfaatan nutrien pakan dapat ditingkatkan. Teknologi bioflok telah terbukti mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan udang (Widanarni et al. 2010). Kemudian berdasarkan hasil penelitian lain, teknologi bioflok juga memberikan hasil positif terhadap pertumbuhan larva ikan nila (Ekasari et al. 2015). Selain itu, BFT juga mampu meningkatkan kinerja imunitas serta memperbaiki resistensi juvenil udang vaname Litopenaeus vannamei terhadap infeksi IMNV (Ekasari et al. 2014) dan mampu melawan parasit Ichthyophthirius multifiliis pada ikan jenis “South American catfish” Rhamdia quelen (Poli et al. 2015).
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pemeliharaan induk dan larva dengan teknologi bioflok terhadap kualitas larva ikan lele.
BAHAN DAN METODE Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan satu kontrol (masing-masing tiga ulangan), yaitu: Bb : larva hasil dari induk bioflok dan dipelihara dengan media bioflok Bk : larva hasil dari induk bioflok dan dipelihara dengan media kontrol Kb : larva hasil dari induk kontrol dan dipelihara dengan media bioflok Kk (kontrol) : larva hasil dari induk kontrol dan dipelihara dengan media kontrol
Persiapan Bioflok Suspensi bioflok disiapkan dengan cara menambahkan 25 L inokulan bioflok, probiotik (Sanolife Pro-W) dengan konsentrasi 200 g/ha, 100 g pakan tepung sebagai sumber N ke dalam bak pemeliharaan induk dan dibiarkan selama tujuh hari. Selama masa persiapan bioflok tersebut, sumber N dan molase (sumber C) ditambahkan setiap hari. Untuk mengetahui komposisi nutrisi, dilakukan juga analisis proksimat flok. Flok ini didapatkan dengan menyaring 50 L media bioflok pada akhir masa pemeliharaan dengan menggunakan plankton net. Analisis proksimat yang dilakukan terdiri atas kadar air, kadar abu, protein, lemak, dan serat kasar.
2
3
Pemeliharaan Induk Induk ikan lele Afrika yang digunakan berasal dari Balai Besar Perikanan Budidaya Ikan Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dengan ukuran panjang sekitar 44 cm dan bobot sekitar 600 g. Wadah pemeliharaan induk berupa bak terpal berukuran 2.5 m x 2 m x 0.8 m. Sebelumnya bak didesinfeksi menggunakan klorin dengan konsentrasi 100 mg/L. Setelah proses desinfeksi selesai, dilanjutkan dengan persiapan media bioflok dan pengisian air yang berupa air sumur dan 9 titik aerasi dipasang di setiap bak. Setelah media bioflok sudah siap, induk baru ditebar ke dalam bak dengan kepadatan 5 ekor/m2 untuk induk betina dan 4 ekor/m2 untuk induk jantan. Induk ikan lele dipelihara selama 112 hari dan diberi pakan buatan berkadar protein 36%. Pakan tersebut diberikan secara restricted dengan tingkat pemberian pakan 2% per hari dan frekuensi pemberian tiga kali sehari. Pada media bioflok, molase diberikan setiap satu kali sehari setelah pemberian pakan terakhir. Pergantian air hanya dilakukan terhadap perlakuan kontrol sebanyak 30%, sedangkan pada perlakuan bioflok hanya dilakukan proses pengenceran dengan penambahan air sumur. Induk ikan lele yang dipelihara dengan teknologi bioflok dan kontrol masing-masing dipijahkan secara alami dengan rasio jantan dan betina sebesar 1:1 dalam wadah pemijahan berupa bak beton berukuran 3 m x 2.5 m x 1 m. Sebelumnya bak pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu, diisi air sumur baru, dan dilakukan pemasangan kakaban yang menutupi dasar bak. Kakaban ini berfungsi sebagai substrat untuk menempelnya telur. Kemudian induk ditebar pada waktu malam hari untuk pemijahan alami. Selanjutnya larva hasil dari masing-masing pemijahan ini digunakan untuk pemeliharaan larva.
Pemeliharaan Larva Wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 20 cm x 15 cm x 15 cm sebanyak 12 unit. Larva yang digunakan adalah larva yang sudah berumur dua hari setelah menetas atau 2 days post hatching (DPH) dengan kisaran panjang mutlak awal larva 0.55-0.76 cm. Larva ditebar ke dalam setiap akuarium yang berisi 2 L media pemeliharaan dengan kepadatan 100 ekor/L. Media bioflok pada pemeliharaan larva diambil dari media pemeliharaan induk. Sedangkan media kontrol pemeliharaan larva berasal dari stok tandon. Larva ikan lele dipelihara selama 14 hari (2 DPH – 16 DPH) di dalam akuarium uji yang diletakkan dalam akuarium besar berisi air dan dilengkapi dengan pemanas (heater) yang diatur pada temperatur 28 oC dengan satu titik aerasi di setiap akuarium pemeliharaan. Larva diberi pakan buatan berbentuk tepung (Feng Li 0) dengan kadar protein 40%, dan mulai diberikan ketika kuning telur pada larva sudah mulai habis, yaitu pada hari kedua setelah penebaran atau ketika larva berumur 3 hari. Pakan tersebut diberikan secara restricted dengan tingkat pemberian pakan 20% bobot biomassa dan frekuensi pemberian tiga kali sehari.
4
Selama pemeliharaan, dilakukan kegiatan penyifonan endapan kotoran dan sisa pakan di dasar akuarium serta penambahan air setiap seminggu sekali untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Selain itu dilakukan juga pengukuran suhu dan kadar oksigen terlarut (dissolve oxygen, DO). Suhu pemeliharaan berkisar 28-30 oC dan DO sekitar 5.0-5.3 mg/L. Selanjutnya pengukuran panjang total dilakukan dengan cara mengambil 10 ekor larva ikan per akuarium pada akhir masa pemeliharaan. Sampel diambil secara acak dan diukur dengan menggunakan jangka sorong. Untuk menguji ketahanan larva terhadap stres, dilakukan uji kekuatan dan uji stres salinitas. Uji kekuatan ditujukan untuk melihat ketahanan larva pada kondisi kekurangan pakan. Pemeliharaan larva pada uji ini dilakukan bersamaan dengan uji pertumbuhan, yaitu dimulai pada larva berumur 2 DPH. Pada uji kekuatan, larva dipelihara berdasarkan perlakuan masing-masing dalam toples plastik bervolume 1 L yang masing-masing dilengkapi dengan satu titik aerasi, dan tidak diberi pakan selama tiga hari. Sisa larva yang bertahan hidup kemudian dihitung untuk menentukan tingkat kelangsungan hidup setelah uji kekuatan. Uji stres salinitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan hidup larva dalam salinitas ekstrim dan dilakukan pada akhir masa pemeliharaan (16 DPH). Larva ikan lele sebanyak 25 ekor dimasukkan ke dalam toples berisi 1 L air bersalinitas 0 g/L (kontrol) dan 20 g/L. Ikan didiamkan selama 20 menit dan setelah itu dipindahkan kembali ke dalam air tawar. Data tingkat kelangsungan hidup ditentukan berdasarkan jumlah ikan yang tetap hidup setelah dimasukkan ke dalam air tawar.
Parameter Uji dan Analisis Data Pertumbuhan panjang mutlak (Pm) Pertumbuhan panjang dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Effendie 1997): Pm = Pt – P0 Keterangan: Pm : Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Pt : Panjang rataan pada pada hari ke–t (cm) P0 : Panjang rataan pada pada hari ke–0 (cm) Koefisien keragaman panjang (KP) Keragaman yang diukur adalah variasi panjang larva. Keragaman ini diukur dengan menghitung koefisien keragaman panjang (KP) yang merupakan persentase dari simpangan baku contoh terhadap nilai tengahnya. Perhitungan ini sesuai dengan rumus menurut Steel dan Torrie (1993) seperti berikut: 𝐒
KP =( ̅) x 100 𝐘
Keterangan: KP = Koefisien keragaman panjang (%) S = Akar ragam contoh (cm) ̅ Y = Rataan contoh (cm)
4
5
Analisis proksimat Analisis proksimat bioflok dilakukan berdasarkan metode Takeuchi (1998). Analisis kadar air dilakukan dengan pemanasan dalam oven pada suhu 105-110 ºC, sedangkan kadar abu dengan metode pemanasan dalam tanur pada suhu 600 ºC. Lalu protein dengan metode Kjeldahl, lemak dengan metode Folch, dan serat kasar dilakukan dengan metode pelarutan asam-basa kuat serta pemanasan. Analisis data Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan analisis statistik dan deskriptif. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan SPPS Statistic 17.0. Analisis ragam dilakukan dengan menggunakan uji One-Way ANOVA. Asumsi normalitas data dan homogenitas ragam diuji dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Levene, dan semua data menunjukkan sebaran normal dan ragam yang homogen. Perbedaan nyata antar perlakuan selanjutnya diuji lanjut dengan uji Duncan berselang kepercayaan 95%. Analisis statistik ANOVA dilakukan pada parameter tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang, dan keragaman panjang, sedangkan untuk uji kekuatan dan uji stres dijelaskan secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Larva ikan lele yang berukuran panjang awal 0.55-0.76 cm dan dipelihara selama 14 hari menghasilkan nilai tingkat kelangsungan hidup (TKH) seperti pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa TKH dari semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05). Nilai TKH berkisar 36.33-47.00% dengan nilai tertinggi pada perlakuan Kb.
Gambar 1 Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele Clarias sp. yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang dipelihara pada media BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)
6
Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang mutlak larva yang berasal dari induk BFT (perlakuan Bb dan Bk) lebih tinggi daripada larva yang dihasilkan dari induk kontrol (perlakuan Kb dan Kk). Walaupun demikian perbedaan nyata hanya terdapat antara perlakuan Bb dan Bk dengan Kb, sedangkan kontrol (Kk) tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan.
Gambar 2 Pertumbuhan panjang mutlak larva ikan lele Clarias sp. yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang dipelihara pada media BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) Gambar 3 menunjukkan bahwa KP dari semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05). Nilai KP berkisar 8.66-9.78% dengan nilai tertinggi pada perlakuan Kb.
Gambar 3 Keragaman panjang larva ikan lele Clarias sp. yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan BFT dan kontrol yang dipelihara pada media BFT dan kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)
6
7
Uji kekuatan dan uji stres menunjukkan bahwa BFT pada pemeliharaan induk (perlakuan Bb dan Bk) menghasilkan larva dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan larva hasil pemeliharaan induk kontrol (perlakuan Kb dan Kk) (Tabel 1). Sementara itu pemeliharaan larva dengan BFT (perlakuan Bb dan Kb) terlihat menghasilkan tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi dibandingkan pemeliharaan larva dengan sistem kontrol. Tabel 1 Rata-rata (± simpangan baku) tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele Clarias sp. setelah uji kekuatan dan uji stres salinitas Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Uji kekuatan Uji stres 75.00 ± 5.66 32 ± 16.97 53.75 ± 8.84 22 ± 14.14 37.25 ± 18.03 6 ± 2.83 35.50 ± 18.38 2 ± 2.83
Perlakuan Bb Bk Kb Kk
Keterangan: Bb (larva hasil dari induk bioflok dan dipelihara dengan media bioflok); Bk (larva hasil dari induk bioflok dan dipelihara dengan media kontrol); Kb (larva hasil dari induk kontrol dan dipelihara dengan media bioflok); Kk (larva hasil dari induk kontrol dan dipelihara dengan media kontrol)
Tabel 2 menunjukkan bahwa flok memiliki kadar protein dan lemak masing-masing sebesar 34.69% dan 4.83%. Tabel 2 Analisis proksimat flok Komposisi nutrien Kadar air Kadar abu Protein Lemak Serat kasar BETN
Dalam bobot basah 90.61 1.84 3.25 0.45 0.77 3.08
Nilai (%) Dalam bobot kering 19.65 34.69 4.83 8.22 32.61
Kuhn et al. (2009) 11.8 40.5 < 0.1 15.3 31.2
8
Pembahasan Berdasarkan nilai tingkat kelangsungan hidup, pemeliharaan larva selama empat belas hari dengan BFT tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05). Nilai TKH yang didapatkan dalam penelitian ini lebih rendah dari standar produksi larva ikan lele menurut SNI 01-6484.4-2000, yaitu 60% (BSN 2000b, Lampiran 1). Nilai standar tersebut didapat melalui sistem pemeliharaan dengan kepadatan 100 ekor/m2 atau setara dengan 1 ekor/10 L (asumsi tinggi air 1 m), sedangkan kepadatan larva yang digunakan pada penelitian ini sebesar 100 ekor/L. Selain kepadatan yang tinggi, penyebab lain dari kelangsungan hidup yang rendah pada penelitian ini diduga karena pakan yang diberikan adalah pakan buatan, bukan pakan alami seperti yang umum dilakukan pembudidaya. Menurut Setiawati et al. (2013), pakan yang biasa digunakan pada saat stadia larva hingga larva menjadi benih adalah Artemia (Artemia salina) dan cacing sutra (Tubifex sp.). Hal ini dikarenakan sistem pencernaan ikan pada stadia awal masih sederhana dan belum berdiferensiasi baik secara morfologis maupun fisiologis, sehingga diperlukan pemberian pakan alami (Suryanti 2002). Berdasarkan nilai panjang mutlak (Pm), pertumbuhan larva ikan lele yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan BFT (perlakuan Bb dan Bk) berbeda nyata (P<0.05) jika dibandingkan dengan larva yang berasal dari induk dengan sistem pemeliharaan kontrol. Sementara sistem pemeliharaan larva tidak mempengaruhi parameter ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Emerenciano et al. (2011), yaitu bioflok dapat berkontribusi sebagai sumber nutrien bagi induk. Oleh karena itu diduga bioflok berperan dalam pertumbuhan larva yang diturunkan dari induknya, sehingga pertumbuhan panjang larvanya lebih tinggi dibandingkan larva dari pemeliharaan induk kontrol. Berdasarkan nilai keragaman panjang (KP), pemeliharaan dengan BFT tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05). Hal ini diduga karena kebutuhan nutrien larva sudah maksimal dari pakan yang diberikan (Lampiran 2), sehingga kontribusi bioflok dalam hal ini tidak terlalu berpengaruh. Semua perlakuan menghasilkan nilai keragaman di bawah 10% atau nilai keseragaman di atas 90%. Hal ini masih sesuai dengan data SNI 01-6484.2-2000 (BSN 2000a, Lampiran 3), bahwa larva ikan lele umumnya memiliki nilai keseragaman ukuran panjang sebesar 90%. Keragaman panjang (KP) merupakan parameter penting dalam produksi benih (Bondad-Reantaso 2007). Koefisien keragaman panjang menunjukkan nilai variasi ukuran panjang pada setiap perlakuan sehingga dapat diketahui keseragaman populasi setiap perlakuan (Budiardi et al. 2008). Ukuran ikan yang beragam akan mempengaruhi kesempatan persaingan pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hidayatullah et al. (2015), bahwa larva yang berukuran lebih besar akan lebih menguasai makanan yang tersedia. Selain itu dengan ditunjang oleh ukuran tubuh yang lebih besar maka kesempatan makannya lebih tinggi dan akan tumbuh lebih cepat, sedangkan larva yang kecil kesempatan untuk mendapatkan makanan rendah karena kalah dalam memperebutkan makanan dengan larva yang berukuran lebih besar. Dengan jumlah larva yang lebih sedikit akibat mortalitas tinggi, maka ukuran ikan yang tumbuh menjadi lebih seragam karena persaingan pakan lebih rendah.
8
9
Nilai TKH pada uji kekuatan menunjukkan bahwa BFT pada pemeliharaan larva mengalami peningkatan TKH larva sebesar 4-28% dibandingkan larva yang dipelihara dengan sistem kontrol, baik larva tersebut berasal dari induk BFT maupun kontrol. Hal ini didukung oleh pernyataan Rohmana et al. (2014), yaitu pemeliharaan udang galah tanpa pemberian pakan dan hanya mengintensifkan bakteri heterotrof melalui pemanfaatan limbah nitrogen dan penambahan sumber karbon serta pemberian aerasi sebagai suplai oksigen ternyata menghasilkan kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang hampir sama dengan pemeliharaan udang tanpa aplikasi bakteri heterotrof yang diberi pakan dengan kandungan protein 28%. Penelitian sebelumnya oleh Xu dan Pan (2012) menunjukkan bahwa pada udang yang dipelihara dalam BFT terjadi peningkatan aktivitas enzim protease dan amilase. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Dantas et al. (2014), bahwa terdapat manfaat berupa gizi yang dihasilkan bioflok di dalam saluran pencernaan enzimatik udang vaname Litopenaeus vannamei dalam penelitiannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bioflok ini dimakan oleh larva ikan lele dan menjadi pakan alaminya. Teknologi bioflok pada pemeliharaan induk (perlakuan Bb dan Bk) menghasilkan peningkatan TKH larva pada uji kekuatan sebesar 34-50% dibandingkan larva hasil induk kontrol (perlakuan Kb dan Kk). Hal ini sesuai dengan pernyataan Emerenciano et al. (2011) bahwa bioflok dapat berkontribusi sebagai sumber nutrien bagi induk. Berdasarkan pernyataan tersebut, diduga bioflok juga berperan dalam peningkatan ketahanan larva sehingga tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi dibandingkan larva dari pemeliharaan induk kontrol walaupun tidak diberi pakan selama tiga hari dalam penelitian ini. Sama halnya dengan hasil uji kekuatan, nilai TKH pada uji stres juga menunjukkan bahwa BFT pada pemeliharaan larva dapat menghasilkan peningkatan TKH larva sebesar 31-66% dibandingkan larva yang dipelihara dengan sistem kontrol, baik larva tersebut berasal dari induk BFT maupun kontrol. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ekasari et al. (2015) yang menunjukkan bahwa larva ikan nila dari pemeliharaan BFT memberikan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi pada uji stres salinitas 35 g/L dibandingkan larva pemeliharaan kontrol. Selain itu menurut Linan-Cabello et al. (2002) dan Burford et al. (2004), kontribusi enzim pencernaan serta nutrien penting seperti senyawasenyawa bioaktif, vitamin, enzim, fitosterol, dan fotopigmen diduga mampu berperan dalam penyempurnaan organ tubuh termasuk yang berperan dalam sistem osmoregulasi pada larva. Oleh karena itu larva ikan lele yang dipelihara dengan sistem bioflok diduga lebih tahan terhadap perubahan salinitas. Kekuatan larva dalam menghadapi stres sangat diperlukan terutama pada kegiatan pembenihan ikan lele. Pada kegiatan pembenihan ikan lele, seringkali dilakukan proses sortir yang bertujuan untuk memisahkan ikan dalam ukuran yang berbeda, sehingga menghasilkan beberapa ukuran tertentu. Namun demikian proses sortir ini dapat menyebabkan stres pada ikan yang pada akhirnya dapat mengganggu pertumbuhan, bahkan menyebabkan kematian ikan. Oleh karena itu peningkatan kekuatan larva ikan lele yang dipelihara dengan BFT terhadap stres diduga dapat membantu larva dalam menghadapi stres akibat penanganan seperti halnya proses sortir.
10
Berdasarkan analisis proksimat flok dalam bobot kering, didapatkan flok memiliki protein 34.69%, lemak 4.83%, dan kadar abu 19.65%. Hasil ini sudah mendekati nilai proksimat flok dari penelitian sebelumnya oleh Kuhn et al. (2009) yaitu kandungan protein pada media bioflok dapat mencapai 40.5%, lemak < 0.1%, dan kadar abu dapat mencapai 11.8%. Kebutuhan protein untuk larva ikan berkisar 40-60% sedangkan kebutuhan lemak berkisar 3-10% (Herawati dan Agus 2014), sehingga dapat dikatakan protein dan lemak flok dari penelitian ini cukup berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan larva tersebut namun hanya sebagai pakan tambahan. Kebutuhan protein dan lemak sangat dibutuhkan oleh larva khususnya pada stadia awal, hal ini karena protein sangat berfungsi untuk memperbaiki dan mempertahankan jaringan sel-selnya (Herawati dan Agus 2014). Protein berkaitan erat dengan ketersediaan energi dalam pakan, karena protein merupakan sumber energi bagi ikan dan merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan (Anggraeni dan Nurlita 2013). Lalu menurut Zheng et al. (2010), lemak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva catfish Pelteobagrus vachelli. Hal ini dikarenakan lemak berfungsi untuk supporting pertumbuhan dalam membantu proses metabolisme dalam tubuh larva ikan (Herawati et al. 2012).
KESIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan larva berukuran panjang awal 0.55-0.76 cm selama 14 hari dari induk ikan lele dengan teknologi bioflok tidak mempengaruhi pertumbuhan, namun dapat meningkatkan kualitas melalui daya tahan larva ikan lele terhadap kondisi kekurangan makanan dan perubahan lingkungan.
10
11
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni NM, Nurlita A. 2013. Pengaruh pemberian pakan alami dan pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan betutu Oxyeleotris marmorata pada skala laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2 (1): 2337-3520. Avnimelech Y. 1999. Carbon nitrogen ratio as a control element in aquaculture systems. Aquaculture. 176: 227–235. Avnimelech Y. 2005. Tilapia harvest microbial flocs in active suspension research pond. Global Aquaculture Advocate: 57-58. Bondad-Reantaso M. 2007. Assessment of Freshwater Fish Seed Resources for Sustainable Aquaculture. Roma (IT): Food and Agriculture Organization of the United Nation. [BSN] Badan Standar Nasional. 2000a. Benih Ikan Lele dumbo Clarias gariepinus x C.fuscus Kelas Benih Sebar: SNI 01-6484.2-2000. Jakarta (ID): BSN. [BSN] Badan Standar Nasional. 2000b. Produksi Benih Ikan Lele dumbo Clarias gariepinus x C.fuscus Kelas Benih Sebar: SNI 01-6484.4-2000. Jakarta (ID): BSN. Budiardi T, Irawan DY, Wahjuningrum D. 2008. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster capit merah Cherax quadricarinatus dipelihara pada sistem resirkulasi dengan kepadatan yang berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7 (2): 109-114. Burford MA, Sellars MJ, Arnold SJ, Crocos PJ, Preston NP. 2004. Contribution of the natural biota associated with substrates to nutritional requirements of the post-larval shrimp Penaeus esculentus (Haswell) in high-density rearing systems. Aquaculture Research. 35: 508-515. Dantas JrEM, Valle BCS, Brito CMS, Calazans NKF ,Peixoto SRM, Soares RB. 2014. Partial replacement of fishmeal with biofloc meal in the diet of postlarvae of the Pacific white shrimp Litopenaeus vannamei. Aquaculture Nutrition. [DJPB KKP] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Data statistik tahunan produksi perikanan budidaya Indonesia [internet]. http://www.djpb.kkp.go.id/index.php/arsip/c/207/dataproduksi-perikanan-indonesia-direktorat-jenderal-perikanan-budidaya/? category_id=35. [Diunduh pada 2015-08-01]. Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. Ekasari J. 2009. Teknologi bioflok: Teori dan aplikasi dalam perikanan budidaya sistem intensif. Jurnal Akuakultur Indonesia. 8 (2): 117-126. Ekasari J, Azhar MH, Surawidjaja EH, Nuryati S, De Schryver P, Bossier P. 2014. Immune response and disease resistance of shrimp fed bioflocs grown on different carbon sources. Fish & Shellfish Immunology. (41): 332-339. Ekasari J, Rivandi DR, Firdausi AP, Surawidjaja EH, Zairin JrM, Bossier P, De Schryver P. 2015. Biofloc technology positively affects Nile tilapia Oreochromis niloticus larvae performance. Aquaculture. 441: 72–77. Emerenciano M, Cuzon G, Goguenheim J, Gaxiola G. 2011. Floc contribution on spawning performance of blue shrimp Litopenaeus stylirostris. Aquaculture Research. 19: 891-901.
12
Herawati VE, Sarjito, Hutabarat J, Prayitno B. 2012. Effect of using guillard and walne technical culture media on growth and fatty acid profiles of microalgae Skeletonema sp. in mass culture. Journal of Coastal Development 16 (1): 50-56. Herawati VE, Agus M. 2014. Analisis pertumbuhan dan kelulushidupan larva lele Clarias gariepinus yang diberi pakan Daphnia sp. hasil kultur massal menggunakan pupuk organik difermentasi. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 26 (1): 1-11. Hidayatullah S, Muslim, Taqwa FH. 2015. Pendederan larva ikan gabus Channa striata di kolam terpal dengan padat tebar berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 20 (1): 61-70. Jati YW. 2015. Konsumsi ikan nasional diprediksi melonjak 61,4% pada 2019 [internet]. http://industri.bisnis.com/read/20150414/99/422931/konsumsiikan-nasional-diprediksi-melonjak-614-pada-2019. [Diunduh pada 2015-0812]. Kuhn DD, Boardman GD, Lawrence AL, Marsh L, Flick GJ. 2009. Microbial flocs generated in bioreactors is a superior replacement ingredient for fishmeal or soybean meal in shrimp feed. Aquaculture. 296:51–57. Linan-Cabello MA, Paniagua-Michel J, Hopkins PM. 2002. Bioactive roles of caratenoids and retinoids in crustaceans. Aquaculture Nutrition. 8: 299-309. Matahari Sakti. 2015. Feng Li standard [internet]. http://www.mataharisakti.com/products/feng-li-standard. [Diunduh pada 2015-03-11]. Poli MA, Schveitzer R, de Oliveira Nuner AP. 2015. The use of biofloc technology in a South American catfish Rhamdia quelen hatchery: Effect of suspended solids in the performance of larvae. Aquacultural Engineering. 66: 17-21. Rohmana D, Surawidjaja EH, Sukenda, Ekasari J. 2014. Water quality and production performance of catfish–prawn co-culture with organic carbon source addition. Aquaculture International. 23: 267-276. Setiawati M, Putri D, Jusadi D. 2013. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan patin Pangasionodon sp. diberi Artemia yang diperkaya dengan vitamin C. Jurnal Akuakultur Indonesia. 12 (2): 137–144. Suryanti Y. 2002. Perkembangan aktivitas enzim pencernaan dan hubungannya dengan kemampuan pemanfaatan pakan buatan pada larva/benih ikan baung Mystus nemurus C.V. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan. Takeuchi T. 1988. Laboratory work-chemical evaluation of dietary nutrients. In: Fish nutrition and mariculture. Japan: Japan International Cooperation Agency (JICA). Triwinarso WH, Basuki F, Yuniarti T. 2014. Pengaruh pemberian rekombinan hormon pertumbuhan (rGH) melalui metode perendaman dengan lama waktu yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan lele varietas sangkuriang. Journal of Aquaculture Management and Technology. 4 (3): 265-272.
12
13
Widanarni, Yuniasari D, Sukenda, Ekasari J. 2010. Nursery culture performance of Litopenaeus vannamei with probiotics addition and different c/n ratio under laboratory condition. HAYATI Journal of Biosciences. 17 (3): 115119. [WPI KKP] Warta Pasar Ikan Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Konsumsi ikan dan penyediaan ikan untuk konsumsi [internet]. http://www.wpi.kkp.go.id/index.php/berita/136-konsumsi-ikan-danpenyediaan-ikan. [Diunduh pada 2015-08-01]. Xu WJ, Pan LQ. 2012. Effects of bioflocs on growth performance, digestive enzyme activity and body composition of juvenile Litopenaeus vannamei in zero-water exchange tanks manipulating C/N ratio in feed. Aquaculture. 356-357: 147-152. Zheng K, Zhu X, Han D, Yang Y, Lei W, Xie S . 2010. Effects of dietary lipid levels on growth, survival and lipid metabolism during early ontogeny of Pelteobagrus vachelli larvae. Aquaculture. 299: 121-127.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 Produksi larva ikan lele berdasarkan Badan Standar Nasional (2000b) Kriteria Umur Padat tebar Ukuran FR pakan Sintasan
Satuan Hari Ekor/m2 Cm % %
Nilai 20 100 0.75 – 1.00 20 60
Lampiran 2 Kandungan nutrien pakan larva ikan lele Komposisi nutrien Kadar abu Protein Lemak Serat kasar
Nilai (%) 15 40 6 3
Sumber: Matahari Sakti 2015
Lampiran 3 Kriteria kuantitatif larva dan benih ikan lele berdasarkan Badan Standar Nasional (2000a) Kriteria Umur Panjang total Bobot minimal Keseragaman ukuran Keseragaman warna
14
Satuan Hari Cm Gram % %
Nilai 3 0.75 – 1.00 0.05 > 90 100
15
Lampiran 4 Perhitungan molase Perhitungan jumlah molase mengacu pada Avnimelech (1999). % Nitrogen pakan = 16% % Nitrogen ekskresi lele = 75% % C pakan = 40% Asumsi : Σ pakan/hari = A Σ Nitrogen= Σ pakan/hari x % Nitrogen pakan/hari x % Nitrogen ekskresi = A x (40 x16) x 75 = 0.048A
C N
= 15
C = 15 0.048 A C = 0.048 A x 15 C = 0.72 A ∴ Perbandingan molase yang diberikan terhadap pakan adalah 0.72 : 1
Lampiran 5 Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele One-Way ANOVA Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups Within Groups
275.729 367.500
3 8
Total
643.229
11
91.910 45.938
Homogeneous Subsets Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan Kk Bb Kb Bk Sig.
N
1 3 3 3 3
36.3333 39.8333 47.0000 47.6667 .091
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
F 2.001
Sig. .193
16
Lampiran 6 Analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak larva ikan lele One-Way ANOVA Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups Within Groups
.013 .007
3 8
Total
.020
11
.004 .001
F
Sig.
4.674
.036
Homogeneous Subsets Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan
N
1
2
Kb
3
.35433
Kk Bk
3 3
.39400
Bb
3
.39400 .42533 .43933
Sig.
.147
.116
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 7 Analisis statistik keragaman panjang larva ikan lele One-Way ANOVA Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups Within Groups
2.073 13.979
3 8
Total
16.052
11
.691 1.747
Homogeneous Subsets Duncana Subset for alpha = 0.05 perlakuan Kk Bk Bb Kb Sig.
N
1 3 3 3 3
8.6600 8.9933 9.3433 9.7800 .357
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
16
F
Sig. .396
.760
17
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Cirebon pada tanggal 19 Februari 1991 dari ayah bernama Edi Haryadi dan ibu bernama Siti Fatchiatun. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan formal penulis di SMA Negeri 1 Cirebon pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikannya di tingkat perguruan tinggi, di Program Diploma III Institut Pertanian Bogor pada program keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama melaksanakan pendidikan di Program Diploma, penulis pernah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler seperti anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Diploma IPB 2009-2010, pengurus 2010-2011 dan anggota Ikatan Kekeluargaan Cirebon IPB, anggota pengaju PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) Kewirausahaan (2011), penerima beasiswa Program Satu Siklus D3 Pertanian Jawa Barat, serta berperan aktif dalam kepanitiaan kegiatan intra program keahlian. Pada tahun 2012 penulis lulus dari jenjang Diploma III dengan menyelesaikan tugas akhir berjudul “Budidaya Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) di Ben’s Fish Farm dan Kelompok Tani Mina Berkah Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Setelah lulus, penulis menjadi asisten praktikum beberapa matakuliah seperti Teknik Budidaya Perikanan, Dasar-dasar Akuakultur, Teknik Pengolahan Produk Perikanan Budidaya, Teknik Produksi Pakan Alami, serta Teknik Pembuatan dan Pemberian Pakan di Program Diploma IPB selama satu tahun. Tahun 2013 penulis melanjutkan jenjang pendidikannya dalam Program Sarjana Alih Jenis di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama melaksanakan pendidikan di strata satu, penulis ikut aktif dalam divisi Public Relation HIMAKUA (Himpunan Mahasiswa Akuakultur) periode 2013-2014, divisi Kesekretariatan panitia kegiatan AQUAFEST (Aquaculture Festival) 2014, dan asisten praktikum mata kuliah Nutrisi Ikan 2015. Sebagai syarat untuk menyelesaikan studinya di strata satu, penulis melakukan penelitian yang termasuk ke dalam bagian Laboratorium Nutrisi Ikan dan menyelesaikan skripsinya dengan judul “Kualitas Larva Ikan Lele Clarias sp. yang Dipelihara dengan Teknologi Bioflok”.