KINERJA PRODUKSI PENDEDERAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.) MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PERGANTIAN AIR 50%, 100%, DAN 150% PER HARI
GALUH BUDI WIDIYANTARA
SKRIPSI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : KINERJA PRODUKSI PENDEDERAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.) MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PERGANTIAN AIR 50%, 100%, DAN 150% PER HARI, adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2009
GALUH BUDI WIDIYANTARA C14051753
ii
RINGKASAN GALUH BUDI WIDIYANTARA. Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Clarias sp. Melalui Penerapan Teknologi Pergantian Air 50%, 100%, dan 150% per Hari. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan IIS DIATIN Ikan lele termasuk komoditas yang memiliki peluang pasar yang prospektif dan bernilai ekonomis tinggi. Aplikasi teknik pendederan yang relatif sederhana memungkinkan penerapan teknologi pendederan pada lahan sempit dengan produktivitas yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pergantian air media pemeliharaan yang paling efisien diantara 50% per hari, 100% per hari, dan 150% per hari pada produksi benih ikan lele ukuran 2-3 cm melalui kajian kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan aspek ekonomi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009 di Cibanteng Farm Bogor Barat, serta di Laboratorium Sistem dan Teknologi Budidaya Perairan, Laboratorium Lingkungan, dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih lele Sangkuriang dengan panjang rata-rata 1,4+0,10 cm dan bobot rata-rata 0,105+0,003 gram, berasal dari pemijahan induk keluaran BBAT Sukabumi. Untuk pemeliharaan benih lele digunakan akuarium berukuran 90 cm x 40 cm x 35 cm dengan volume air 90 liter yang tersusun bertingkat pada rak. Suplai air bersumber dari air sumur yang diendapkan sekitar 24 jam pada bak terpal tertutup dengan kapasitas 5000 liter. Setiap akuarium diberi aerasi yang bersumber dari blower yang dihubungkan dengan pipa dan selang aerasi. Benih dipelihara dengan kepadatan 35 ekor/L. Pakan yang diberikan berupa pelet komersil berdiameter 0,5 mm dengan kadar protein pakan 35%, pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pukul 08.00, pukul 17.00, dan pukul 21.00 dengan cara ad satiation (sekenyangnya). Pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari masingmasing diperoleh laju pertumbuhan bobot harian sebesar 9,45±0,56%, 10,03±0,73%, dan 9,81±0,70%; laju pertumbuhan panjang harian sebesar 5,74±0,21%, 5,90±0,17%, dan 5,96±0,18%; derajat kelangsungan hidup sebesar 55,41±7,46%, 83,57±5,58%, dan 87,65±6,04%; nilai koefisien keragaman panjang sebesar 7,41±2,11%, 8,67±0,69%, dan 10,14±1,66%; nilai FCR sebesar 1,48±0,52, 0,79±0,13, dan 0,77±0,15; keuntungan senilai Rp 3.873.807,60, Rp 10.547.834,60, dan Rp 10.660.998,60; R/C senilai 1,30, 1,72, dan 1,67; BEP (Rp) senilai Rp 8.860.347,00, Rp 7.220.277,00, dan Rp 7.675.017,00; BEP (unit) sebesar 177.207 ekor, 144.406 ekor, dan 153.500 ekor; payback period (PP) selama 2,89 tahun, 0,92 tahun, dan 0,91 tahun; serta harga pokok produksi sebesar Rp 38,87 per ekor, Rp 29,22 per ekor, dan Rp 29,98 per ekor. Pergantian air berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup dan nilai FCR (p<0,05), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian, laju pertumbuhan panjang harian, dan koefisien keragaman (p>0,05). Pada percobaan ini, kualitas air selama percobaan masih berada dalam kisaran optimum bagi pertumbuhan benih ikan lele Sangkuriang. Untuk tujuan produksi pendederan ikan lele dengan kepadatan ikan 35 ekor/L sebaiknya dilakukan dengan pergantian air 100% per hari.
iii
KINERJA PRODUKSI PENDEDERAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.) MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PERGANTIAN AIR 50%, 100%, DAN 150% PER HARI
GALUH BUDI WIDIYANTARA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
iv
SKRIPSI Judul
: Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Clarias sp. Melalui Penerapan Teknologi Pergantian Air 50%, 100%, dan 150% per Hari
Nama
: Galuh Budi Widiyantara
Nomor Pokok : C14051753
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Iis Diatin, MM. NIP. 196309081990022001
Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. NIP. 196310021997021001
Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 196104101986011002
Tanggal Lulus :
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirabbil’aalamin, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya maka Skripsi yang berjudul "Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Clarias sp. Melalui Penerapan Teknologi Pergantian Air 50%, 100%, dan 150% per Hari” ini dapat diselesaikan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang setulustulusnya kepada : 1. Bapak Dr. Tatag Budiardi selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Ir. Iis Diatin, MM. selaku Pembimbing II dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama studi. 3. Bapak Ir. Harton Arfah, M.Si selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar, staf tata usaha, staf perpustakaan, dan laboran departemen BDP atas bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Ayahanda M. Widtoyo, Ibunda Mamik, adikku Witma Bayu Arimbi dan Syahbilal Theo Mahendra, serta Adelina Ningtias atas kasih sayang, doa, dukungan semangat baik moril dan materi. 6. Bapak Kelik, Adi Witjaksono, dan Budi Andre selaku pimpinan dan staf di Cibanteng Farm yang telah menjadi sponsor penelitian ini. 7. Garcomm, Firman 42, Nurfadhilah, Ide Permatasari, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan informasi ini. Amin. Bogor, Agustus 2009 Galuh Budi Widiyantara
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jepara, 9 Mei 1988, adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari ayah bernama M. Widtoyo dan ibu Mamik. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu SDN II Bangsri lulus tahun 1999, SLTPN I Bangsri lulus tahun 2002, SMUN I Bangsri, Jepara lulus tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut Pertanian Bogor tahun 2005 melalui Jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah satu tahun melalui program Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis masuk pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama kuliah di IPB, Penulis pernah aktif dalam organisasi sebagai Wakil Ketua HIMAKUA (Himpunan Mahasiswa Akuakultur) 2006/2007 dan Badan Pengawas HIMAKUA 2007/2008, serta sebagai Staf Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB 2007/2008. Penulis juga aktif menjadi Asisten Mata Kuliah Teknologi Pembuatan dan Pemberian Pakan 2008/2009, dan menjadi Asisten Mata Kuliah Teknologi Produksi Pakan Alami 2008/2009. Untuk memperdalam wawasan di bidang budidaya perairan, penulis menjalani Praktek Lapangan Akuakultur di PT. Tirtamutiara Makmur, Situbondo pada bulan Juli Agustus 2008. Selain itu, penulis juga pernah menjalani magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, dan Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Tugas akhir di perguruan tinggi Penulis selesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul “Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang Clarias sp. Melalui Penerapan Teknologi Pergantian Air 50%, 100%, dan 150% per Hari”.
vii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ v I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Tujuan .............................................................................................. 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele (Clarias sp.)....................................................................... 2.2 Pengaruh Pergantian Air Terhadap Produksi ..................................... 2.3 Pendederan........................................................................................ 2.4 Efisiensi Ekonomi ............................................................................
3 6 7 7
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................... 3.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 3.2.1 Wadah ..................................................................................... 3.2.2 Ikan Uji ................................................................................... 3.2.3 Pakan ....................................................................................... 3.2.3 Peralatan Lain .......................................................................... 3.3 Metode Penelitian ............................................................................. 3.3.1 Rancangan Percobaan .............................................................. 3.3.2 Prosedur Penelitian .................................................................. 3.3.2.1 Persiapan ...................................................................... 3.3.2.2 Pemeliharaan Ikan ....................................................... 3.3.2.3 Pergantian Air .............................................................. 3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................. 3.4.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian.............................................. 3.4.2 Laju Pertumbuhan Panjang Harian.......................................... 3.4.3 Derajat Kelangsungan Hidup ................................................... 3.4.4 Koefisien Keragaman Panjang ................................................ 3.4.5 Feed Conversion ratio (FCR) ................................................. 3.4.6 Efisiensi Ekonomi ................................................................... 3.4.7 Analisis Data ...........................................................................
9 9 9 9 9 10 10 10 10 10 10 11 11 12 12 12 13 13 13 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ............................................................................................... 4.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian............................................... 4.1.2 Laju Pertumbuhan Panjang Harian........................................... 4.1.3 Derajat Kelangsungan Hidup .................................................... 4.1.4 Koefisien Keragaman Panjang ..................................................
16 16 17 18 19
i
4.1.5 Feed Conversion ratio (FCR)................................................... 4.1.6 Kualitas Air .............................................................................. 4.1.7 Efisiensi Ekonomi..................................................................... 4.2 Pembahasan ....................................................................................
20 20 21 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 29 5.2 Saran .............................................................................................. 29 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 30 LAMPIRAN ................................................................................................ 32
ii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Data perbandingan ikan lele sangkuriang dengan ikan lele dumbo pada umur 5-26 hari (BBPBAT, 2005).............................................................. 4 2. Kualitas air optimal untuk pertumbuhan lele pada beberapa penelitian ...... 5 3. Kebutuhan nutrisi ikan lele untuk tumbuh optimal dari beberapa penelitian.................................................................................................. 5 4. Presentase kematian benih lele dumbo (<1gram) dengan kepadatan yang berbeda dengan lama pemeliharaan 50 hari............................................... 7 5. Pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter uji ................................ 16 6. Kisaran kualitas air selama penelitian........................................................ 21 7. Analisis usaha pada tiap perlakuan ............................................................ 22
iii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Histogram laju pertumbuhan bobot harian................................................. 17 2. Histogram laju pertumbuhan panjang harian ............................................. 18 3. Histogram derajat kelangsungan hidup (survival rate, SR) ........................ 19 4. Histogram nilai koefisien koefisien keragaman (KK) ................................ 19 5. Histogram feed conversion ratio (FCR)..................................................... 20
iv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Data dan analisis data bobot benih ikan lele ............................................. 33 2. Data dan analisis data panjang benih ikan lele.......................................... 34 3. Data dan analisis data derajat kelangsungan hidup benih ikan lele............ 35 4. Data dan analisis data koefisien keragaman panjang benih ikan lele ......... 37 5. Data dan analisis data feed conversion ratio (FCR) pakan benih ikan lele. 38 6. Investasi dan biaya tetap .......................................................................... 39 7. Biaya operasional tidak tetap.................................................................... 40 8. Analisis usaha setiap perlakuan ................................................................ 43
v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ikan merupakan bahan pangan sebagai sumber protein yang tergolong tinggi dibandingkan beberapa produk pertanian lainnya. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan manfaat protein untuk kesehatan, konsumsi masyarakat terhadap produk perikanan semakin meningkat.
Menurut data BPS (2006), konsumsi
produk ikan di Indonesia cenderung meningkat sebesar 5,51% setiap tahunnya. Peningkatan produksi tersebut menandakan bahwa usaha budidaya ikan akan cenderung berkembang pada masa-masa mendatang. Perkembangan produksi perikanan budidaya tiga tahun terakhir rata-rata mencapai 1,70 juta ton per tahun. Salah satu jenis ikan budidaya yang merupakan komoditas yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah ikan lele (Clarias sp.). Menurut Anonim (2009), kebutuhan nasional ikan lele konsumsi tahun 2006 hingga 2008 secara berturut-turut mengalami peningkatan, yaitu dari 77.272 ton per tahun, 91.735 ton per tahun, hingga meningkat 108.200 ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut, diperlukan suplai benih untuk kegiatan usaha pembesaran. Menurut Catfish Club Indonesia (2009), permintaan benih lele daerah Jawa Barat rata-rata mencapai 800.000 ekor per hari, bahkan memiliki potensi permintaan hingga mencapai 1,5 juta ekor per hari, namun produksi yang dapat dilakukan daerah tersebut rata-rata mencapai 600.000 ekor per hari. Informasi tersebut menunjukkan bahwa ikan lele termasuk komoditas yang memiliki peluang pasar yang prospektif, karena permintaan pasar yang cenderung meningkat dan belum terpenuhinya permintaan tersebut. Ikan lele memiliki sifat tahan terhadap lingkungan yang relatif buruk sehingga ikan ini dimungkinkan dipelihara secara intensif dalam kepadatan tinggi. Aplikasi teknik pendederan yang relatif sederhana memungkinkan penerapan teknologi pendederan pada lahan sempit dengan produktivitas yang tinggi. Ikan lele juga bersifat kanibal sehingga perlu diterapkannya teknologi untuk mengurangi tingkat kanibalisme agar diperoleh tingkat kelangsungan hidup ikan (survival rate, SR) yang tinggi. Beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya
2
kanibalisme pada ikan lele adalah kurangnya pakan dan tingginya keragaman ukuran ikan.
Salah satu teknologi sederhana yang dapat diterapkan adalah
pergantian air media pemeliharaan. Dengan pergantian air media pemeliharaan diharapkan jumlah pakan yang diberikan dapat terkontrol, dapat dilakukan penanganan khusus jika terdapat keragaman ikan yang tinggi, serta perbaikan kualitas air. Penerapan teknologi pergantian air media pemeliharaan (water exchange technology) dengan volume yang berbeda pada kepadatan ikan tertentu dimaksudkan untuk menentukan pergantian air yang efisien pada produksi benih sehingga target produksi dapat dicapai. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian
ini bertujuan untuk menentukan pergantian
air media
pemeliharaan yang paling efisien diantara 50% per hari, 100% per hari, dan 150% per hari pada produksi benih ikan lele ukuran 2-3 cm melalui kajian kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan aspek ekonomi.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele (Clarias sp.) Klasifikasi ikan lele menurut Saanin (1984) adalah: Kingdom
: Animalia
Sub-kingdom : Metazoa Phyllum
: Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata Klas
: Pisces
Sub-klas
: Teleostei
Ordo
: Ostariophysi
Sub-ordo
: Siluroidea
Familia
: Clariidae
Genus
: Clarias
Spesies
: Clarias sp.
Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan (Suyanto, 2008), yaitu: 1) Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan). 2) Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang). 3) Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat). 4) Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan). 5) Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur). 6) Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (lele domba), king catfish, berasal dari Afrika. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Ikan ini bersifat nokturnal (aktif malam hari) dan bersifat kanibal. Budidaya
4
lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah (Anonim, 2005). Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak, dan lebih tahan terhadap penyakit. Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBPBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele “Sangkuriang” (BBPBAT, 2005). Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina lele dumbo generasi kedua (F2) dengan induk jantan lele dumbo generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F6). Berikut adalah data mengenai ikan lele sangkuriang dan lele dumbo (Tabel 1). Tabel 1. Data perbandingan ikan lele sangkuriang dengan ikan lele dumbo pada umur 5-26 hari Parameter
Lele Sangkuriang
Lele Dumbo
Umur matang gonad (bulan)
8-9
11-12
Derajat penetasan (%)
>90
>80
Fekunditas (butir)
40.000-60000
20.000-30.000
Laju pertumbuhan bobot harian (%)
29,26
20,38
FCR Sumber: BBPBAT (2005)
0,8-1
>1
Sumber air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan lele Sangkuriang dapat berasal dari aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yang dikondisikan terlebih dahulu. Berikut adalah data mengenai kualitas air optimal untuk ikan lele pada beberapa penelitian (Tabel 2).
5
Tabel 2. Kualitas air optimal untuk pertumbuhan lele pada beberapa penelitian Parameter
Nilai
Satuan
Sumber
Suhu
22-32
0
BBPBAT (2005)
Oksigen terlarut
>0,3 >0,1
mg/L mg/L
pH
6,5-8,5 6-9
Amonia (NH3)
0,05-0,2 <0,1
mg/L mg/L
Wedemeyer (2001) Rahman et al. (1992)
Alkalinitas
50-500 5-100
mg/L CaCO3 mg/L CaCO3
Wedemeyer (2001) Boyd (1990)
C
Rahman et al. (1992) BBPBAT (2005) Boyd (1990) Wedemeyer (2001)
Selain kualitas air, pakan juga merupakan faktor eksternal yang mendukung pertumbuhan ikan lele. Menurut Halver dan Hardy (2002), bahwa ikan Channel catfish tumbuh maksimal pada pemberian pakan dengan kadar protein 24%-26% protein pakan dengan cara memberi pakan sebanyak pakan yang harus diberikan. Jika pemberian pakan lebih sedikit, maka diperlukan pakan dengan kadar protein yang lebih tinggi. Berikut adalah daftar kebutuhan nutrisi ikan lele untuk pertumbuhan (Tabel 3). Tabel 3. Kebutuhan nutrisi ikan lele untuk tumbuh optimal dari beberapa penelitian Parameter
Nilai
Sumber
Keterangan
Protein
25%-55%
Webster dan Lim (2002)
Umur 2-3 minggu
Lemak
3%-6%
Webster dan Lim (2002)
Karbohidrat
10-20
Mokoginta (1986)
Kebutuhan nutrisi perlu diperhatikan untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal pada ikan. Protein optimum perlu diperhatikan, karena kelebihan atau kekurangan protein dapat mengganggu laju pertumbuhan (NRC, 1993). Lemak menyediakan energi untuk metabolisme, sehingga protein digunakan untuk tumbuh (Mokoginta, 1986). Namun, Channel catfish mampu memanfaatkan kadar karbohidrat pakan 25% dengan baik (NRC, 1993).
6
2.2
Pengaruh Pergantian Air Terhadap Produksi Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan dalam
wadah budidaya terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut adalah umur, kemampuan adaptasi ikan, dan penyakit. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan, populasi, dan ketersediaan pakan. Salah satu cara untuk menciptakan lingkungan ideal bagi ikan adalah melalui pergantian air. Pergantian air berpengaruh terhadap kualitas air media pemeliharaan, terutama oksigen dan akumulasi racun sisa metabolisme. Oksigen yang semakin berkurang dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan pemberian aerasi (Goddard, 1996). Kandungan oksigen yang rendah menyebabkan nafsu makan menurun, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan. Kandungan racun yang berbahaya dalam budidaya diantaranya adalah nitrogen. Nitrogen yang dibuang ikan ke perairan, 60-90% dalam bentuk amoniak, yang sangat toksik dan berbahaya bagi ikan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan. Kadar amoniak sebaiknya kurang dari 0,1 mg/L (Boyd, 1990). Daya racun amoniak akan meningkat jika kadar oksigen dalam dalam air rendah atau menurun. Pada budidaya ikan konsentrasi amoniak bergantung pada kepadatan populasi, metabolisme ikan, pergantian air, dan suhu. Meningkatnya kandungan amoniak dalam air dapat menyebabkan ikan cepat mengalami stres dan ikan mudah terkena penyakit, serta terganggu pertumbuhannya (Boyd, 1990). Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan kelarutan gas dalam air (Zonneveld et al., 1991). Suhu yang semakin tinggi akan meningkatkan laju metabolisme ikan, namun respirasi yang terjadi semakin cepat sehingga mengurangi konsentrasi oksigen di air, yang dapat menyebabkan stres bahkan kematian pada ikan. Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH. Perairan dengan alkalinitas sama dengan atau lebih dari 20 ppm merupakan perairan yang relatif stabil terhadap perubahan asam dan basa sehingga kapasitas bufer atau basa lebih stabil. Satuan alkalinitas dinyatakan dengan mg/liter kalsium karbonat (CaCO3). Benih ikan lele (Clarias sp.) tidak akan berkembang dengan baik saat nilai alkalinitas dibawah 5 mg/L CaCO3 (Boyd, 1990).
7
2.3 Pendederan Pendederan adalah kegiatan pembesaran benih hasil pembenihan sampai ukuran aman untuk dibudidayakan di media pembesaran (Suyanto, 2008). Pendederan ikan lele dapat dibagi menjadi beberapa fase, yaitu produksi benih 2-3 cm (sedotan), 3-4 cm (mild), 4-5 cm (C), 5-6 cm (B), 7-8 cm (A), 9-10 cm (super), 11-12 cm (pentolan), >12 cm (bledugan). Pembagian tersebut didasarkan atas perbedaan dalam hal makanan, padat tebar, dan kebutuhan lingkungan. Perkembangan benih ikan lele afrika (C. gariepinus) antara satu dengan lainnya dapat berbeda, hal tersebut dapat disebabkan oleh kompetisi dan kanibalisme oleh benih yang berukuran lebih besar (Viveen et al., 1986). Pemisahan ukuran (grading) dilakukan 2 minggu setelah penebaran benih karena pada waktu tesebut sering terjadi kanibalisme. Dari penelitian Hecht dan Appelbaum (1987) ditemukan bahwa mortalitas benih ikan lele akibat kanibalisme lebih besar dibandingkan penyebab lainnya. Tabel 4. Rata-rata kematian benih lele dumbo (<1gram) dengan kepadatan yang berbeda dengan lama pemeliharaan 50 hari Kepadatan ikan (ekor/liter)
Kematian alami (%)
Kematian akibat kanibalisme (%)
Kematian Total (%)
20
5,67
27,80
33,43
10
4,33
19,60
23,93
14,20
20,20
5 6,00 Sumber: Hecht dan Appelbaum (1987) 2.4 Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi adalah analisis usaha yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan usaha mengalami keuntungan atau tidak, serta mengukur keberlanjutan usaha tersebut. Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui keberhasilan usaha yang telah dicapai selama kegiatan usaha perikanan dilaksanakan. Beberapa parameter yang digunakan dalam analisis usaha adalah keuntungan, revenue-cost ratio (R/C), break even point (BEP), harga pokok produksi (HPP), dan payback periode (PP).
Keuntungan adalah selisih dari
8
pendapatan dan biaya total yang dikeluarkan. Menurut Rahardi (1998), keuntungan relatif usaha dapat diketahui dengan analisis imbang penerimaan dan biaya atau revenue-cost ratio (R/C). Analisis R/C digunakan untuk mengetahui setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai rupiah penerimaan. Kegiatan usaha yang menguntungkan memiliki nilai R/C yang besar. Rahardi (1998), menyatakan bahwa break even point (BEP) merupakan suatu nilai pada saat hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan atau impas. Harga pokok produksi (HPP) digunakan untuk menentukan harga jual produk, jika ingin mendapatkan keuntungan, penjualan harus berada di atas HPP. Analisis payback periode (PP) digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup biaya investasi.
9
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009. Perlakuan dan pemeliharaan ikan dilaksanakan di Cibanteng Farm, pengamatan beberapa parameter dilaksanakan di Bagian Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, serta Bagian Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Wadah Penelitian ini menggunakan akuarium berukuran 90 cm x 40 cm x 35 cm dengan volume air 90 liter yang tersusun bertingkat pada rak. Suplai air bersumber dari air sumur yang diendapkan sekitar 24 jam pada bak terpal tertutup dengan kapasitas 5000 liter. Setiap akuarium diberi aerasi yang bersumber dari blower yang dihubungkan dengan pipa dan selang aerasi. Untuk menstabilkan suhu air agar tetap dalam kisaran 28-31 oC, di dalam ruangan digunakan pemanas berupa kompor gas yang diaktifkan jika terjadi penurunan suhu. 3.2.2 Ikan Uji Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele sangkuriang berukuran panjang rata-rata 1,4+0,10 cm dan bobot rata-rata 0,105+0,003 gram, yang berasal dari induk keluaran BBPBAT Sukabumi. 3.2.3 Pakan Selama penelitian, ikan diberi pakan berupa pakan komersil dengan kadar protein 35% dengan diameter pakan 0,5 mm.
10
3.2.4 Peralatan lain Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan digital, blower, set aerasi, selang, pompa, corong, kompor, serokan, ember, strimin, dan centong. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunakan empat ulangan, yaitu: 1) Perlakuan A dengan pergantian air 50 % per hari 2) Perlakuan B dengan pergantian air 100 % per hari 3) Perlakuan C dengan pergantian air 150 % per hari Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Yij = μ + σi + εij (Steel dan Torrie, 1982) keterangan: Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ
= Nilai tengah dari pengamatan
σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j 3.3.2 Prosedur Penelitian 3.3.2.1 Persiapan Persiapan yang dilakukan antara lain adalah persiapan wadah dengan cara sterilisasi menggunakan larutan kaporit 30 ppm dan aerasi yang kuat selama 24 jam, kemudian dilakukan pembilasan dan pengisian air. Selanjutnya dilakukan pemasangan instalasi aerasi. 3.3.2.2 Pemeliharaan Ikan Ikan dipelihara di dalam ruangan berukuran 4 m x 5 m. Akuarium yang digunakan untuk penelitian sebanyak 12 unit dengan padat tebar benih 35 ekor/L. Jumlah ikan setiap akuarium sebanyak 3150 ekor atau setiap perlakuan sebanyak 12.600 ekor, sehingga total benih untuk penelitian sebanyak 37.800 ekor.
11
Pakan yang diberikan adalah pakan komersil dan pemberian pakan dilakukan dengan cara at satiation, yaitu pemberian pakan sekenyang-kenyangnya pada ikan. Jumlah pakan yang diberikan dicatat setiap hari. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari, yaitu pukul 08.00, pukul 17.00, dan pukul 21.00. Untuk menjaga stabilitas suhu dilakukan pemanasan ruangan dengan kompor gas jika terjadi penurunan suhu yang terjadi akibat pergantian air atau perubahan suhu siang-malam. 3.3.2.3 Pergantian Air Pergantian air sebagai perlakuan ganti air 50% dan 100% dilakukan pada pagi hari pukul 06.00, sedangkan pada perlakuan ganti air 150% dilakukan pergantian air 100% pada pukul 06.00 dan 50% pada pukul 19.00. Pergantian air pada perlakuan ganti air 50% dilakukan dengan pengurangan air sebanyak 50% volume total pada bagian dasar dengan selang yang dilengkapi penyaring, kemudian diisi kembali sampai mencapai volume awal. Untuk perlakuan ganti air 100% dilakukan pengurangan air sekitar 85% dan selanjutnya dilakukan flowtrough sampai air akuarium tergantikan 100%. Untuk perlakuan ganti air ganti air 150% pada pagi hari dilakukan seperti perlakuan ganti air 100% dan malam hari seperti perlakuan ganti air 50%. Pada ketiga perlakuan dilakukan penggosokan dinding dan dasar akuarium sebelum dilakukan pengurangan air. Pengukuran kualitas air dilakukan bersamaan dengan waktu sampling pertumbuhan pada ikan uji. Sampling dilakukan minimal 3 kali selama penelitian. Uji kualitas air yang diamati antara lain adalah suhu, konsentrasi oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO), pH, amoniak, dan alkalinitas. 3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan terhadap parameter panjang dan bobot, jumlah pakan, jumlah ikan yang hidup di akhir perlakuan, serta kualitas air yang dilakukan 4 hari sekali selama 12 hari penelitian. Parameter tersebut digunakan untuk menentukan laju pertumbuhan bobot harian, laju pertumbuhan panjang harian, derajat kelangsungan hidup, koefisien keragaman, dan FCR.
12
3.4.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot ikan diukur dengan pengambilan contoh sebanyak 35 ekor/akuarium menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.001 gram. Laju pertumbuhan harian (α) dihitung dengan menggunakan rumus Busacker et al. (1990): α = [(lnWt-lnWo)/t] x 100% keterangan: α = Laju pertumbuhan harian (%) wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram) w0 = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram) t
= Lama pemeliharaan (hari)
3.4.2 Laju Pertumbuhan Panjang Harian Panjang total tubuh ikan diukur menggunakan jangka sorong dengan pengambilan contoh sebanyak 35 ekor/akuarium pada setiap ulangan,
untuk
diukur panjangnya. Laju pertumbuhan panjang harian dihitung dengan modifikasi rumus Busacker et al. (1990): Ph = [(ln Lt – ln L0)/t] x 100% keterangan: Ph = Pertumbuhan panjang harian (%) Lt = Panjang rata-rata akhir (cm) L0 = Panjang rata-rata awal (cm) t
= Lama pemeliharaan (hari)
3.4.3 Derajat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup (SR) dihitung dengan cara menghitung total ikan yang hidup di akhir perlakuan, dan digunakan rumus Effendi (1979): SR = (Nt / N0 ) x 100% keterangan : SR = Derajat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
13
3.4.4 Koefisien Keragaman Panjang Keragaman panjang dalam penelitian ini dinyatakan dalam koefisien keragaman panjang. Koefisien ini adalah persentase dari simpangan baku panjang ikan contoh terhadap nilai tengahnya dengan rumus Steel dan Torrie (1982): KK = (S/Y) x 100% Keterangan : KK = Koefisien keragaman S
= Simpangan baku
Y
= Rata-rata contoh
3.4.5 Feed Conversion Ratio (FCR) Pada penelitian ini perhitungan parameter pakan melalui pendekatan nilai FCR, yaitu jumlah satuan pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan satuan berat ikan. Penghitungan yang dilakukan adalah menimbang jumlah total pakan yang dihabiskan dan menimbang perubahan biomassa ikan di akhir perlakuan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,001 gram. Selanjutnya penghitungan FCR digunakan rumus NRC (1993): FCR = ∑ F / (∆B+BD), BD = 0 keterangan : FCR = Feed conversion ratio ∑ F = Jumlah pakan (gram) ∆B = Perubahan biomassa ikan (gram) BD = Biomassa ikan mati (gram) 3.4.6 Efisiensi Ekonomi Efisiensi ekonomi dibutuhkan untuk mengetahui aspek ekonomi pada perlakuan penelitian. Berikut merupakan parameter yang diamati dalam efisiensi ekonomi. 1) Keuntungan (profit) Menurut Martin et al. (1991), keuntungan dihitung menggunakan rumus: Keuntungan = Penerimaan – Biaya produksi total 2) R/C menunjukkan besarnya perbandingan antara penerimaan dan biaya total yang dikeluarkan, dapat dihitung dengan rumus berikut (Rahardi et al., 1998):
14
R/C
=
Pendapatan/penerimaan Total biaya operasional
3) Break Even Point (BEP) Menurut Martin et al. (1991): a) BEP penerimaan menunjukkan bahwa produksi dikatakan impas jika memperoleh penerimaan sebesar nominal tertentu. BEP penerimaan dihitung menggunakan rumus berikut: BEP (Rp) =
Biaya tetap Biaya var iabel 1 penerimaan
b) BEP unit menunjukkan bahwa produksi dikatakan impas jika telah melakukan penjualan sebesar jumlah ikan (ekor) tertentu. BEP unit dihitung menggunakan rumus berikut: BEP Unit (ekor) =
Biaya tetap biaya var iabel h arg a / ekor jumlah penjualan
4) Harga pokok produksi (HPP) Harga pokok produksi merupakan nilai atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 unit produk (Rahardi et al., 1998). HPP dihitung menggunakan rumus berikut: HPP =
Biaya Pr oduksi Total Nilai Hasil Pr oduksi
5) Payback Periode (PP) PP adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui lamanya waktu pengembalian modal. Menurut Martin et al. (1991), PP dapat dihitung menggunakan rumus berikut: PP =
Investasi x tahun Keuntungan
15
3.4.7 Analisis Data Data
yang
telah
diperoleh
kemudian
ditabulasi
dan
dianalisis
menggunakan program MS. Excel 2007 dan SPSS 15.0, yang meliputi: 1) Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan, derajat kelangsungan hidup, koefisien keragaman panjang, dan feed conversion ratio. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan uji Tukey. 2) Analisis deskripsi kuantitatif, digunakan untuk menentukan efisiensi ekonomi yang disajikan dalam bentuk tabel dan kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan benih ikan lele selama penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan pergantian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter uji Nilai parameter pada perlakuan pergantian air (WE)
Parameter Uji
WE 50%
WE 100%
WE 150%
Laju pertumbuhan bobot harian (%)
9,449 ± 0,558
10,033 ± 0,727
9,805 ± 0,704
Laju pertumbuhan panjang harian (%)
5,74 ± 0,21
5,90 ± 0,17
5,96 ± 0,18
Derajat kelangsungan hidup / SR (%)
55,41 ± 7,46
Koefisien keragaman panjang (%)
7,41 ± 2,11
FCR (feed conversion ratio)
1,48 ± 0,52
a
83,57 ± 5,58 8,67 ± 0,69
a
0,79 ± 0,13
b
87,65 ± 6,04 b 10,14 ± 1,66
b
0,77 ± 0,15 b
Keterangan: huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05) Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari tidak memberikan pengaruh nyata (p>0,05) terhadap laju pertumbuhan bobot harian, laju pertumbuhan panjang harian, dan koefisien keragaman panjang. Namun, perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05) terhadap derajat kelangsungan hidup (SR) dan feed conversion ratio (FCR). 4.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Laju pertumbuhan bobot harian pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara berturut-turut adalah 9,45+0,56%, 10,03+0,73%, 9,81+0,70% (Lampiran 1b), serta pada akhir perlakuan diperoleh rata-rata bobot ikan pada perlakuan
pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara
berturut-turut adalah 0,311+0,020 gram, 0,331+0,026 gram, dan 0,323+0,025 gram (Lampiran 1a). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pergantian air tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap laju pertumbuhan bobot harian (Lampiran 1c).
17
Gambar 1. Laju pertumbuhan bobot harian 4.1.2 Laju Pertumbuhan Panjang Harian Laju pertumbuhan panjang harian pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara berturut-turut adalah 5,74+0,21%, 5,90+0,17%, 5,96+0,18% (Lampiran 2b), sedangkan laju pertumbuhan panjang mutlak pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara berturut-turut adalah 1,34+0,07 cm, 1,38+0,06 cm, 1,41+0,06 cm (Lampiran 2a), serta pada akhir perlakuan diperoleh rata panjang ikan pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara berturut-turut adalah 2,74+0,07 cm, 2,78+0,06 cm, dan 2,81+0,06 cm. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pergantian air tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap laju pertumbuhan panjang harian (Lampiran 2c).
18
Gambar 2. Laju pertumbuhan panjang harian 4.1.3 Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Derajat Kelangsungan Hidup pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara berturut-turut adalah 55,41+7,46%, 83,57+5,58%, 87,65+6,04% (Lampiran 3b), serta pada akhir perlakuan
diperoleh rata-rata
jumlah ikan hidup pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara berturut-turut adalah 1746 ekor, 2633 ekor, dan 2761 ekor (Lampiran 3b). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pergantian air berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju derajat kelangsungan hidup (SR) (Lampiran 3c). Setelah diuji lanjut, pada perlakuan pergantian air 50% per hari menunjukkan nilai SR terkecil, sedangkan perlakuan pergantian air 150% menunjukkan nilai SR terbesar. Perlakuan pergantian air 50% menunjukkan pengaruh SR yang berbeda dengan perlakuan pergantian air 100% dan 150% per hari (Lampiran 3d).
19
Gambar 3. Derajat kelangsungan hidup (survival rate, SR) 4.1.4 Koefisien Keragaman Nilai koefisien keragaman pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara berturut-turut adalah 7,41+2,11%, 8,67+0,69%, dan 10,14+1,66% (Lampiran 4a). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pergantian air tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap laju koefisien keragaman (Lampiran 4b).
Gambar 4. Koefisien keragaman (KK)
20
4.1.5 Feed Conversion Ratio (FCR) Nilai Feed Conversion Ratio (FCR) pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara berturut-turut adalah 1,48+0,52, 0,79+0,13, dan 0,77+0,15 (Lampiran 5a), serta pada akhir perlakuan diperoleh rata-rata jumlah pakan yang dihabiskan pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara berturut-turut adalah 275,98 gram, 419,08 gram, dan 419,08 gram. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pergantian air berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap Nilai Feed Conversion Ratio (FCR) (Lampiran 5b). Setelah diuji lanjut, perlakuan pergantian air 50% menunjukkan pengaruh FCR yang berbeda dengan perlakuan pergantian air 100% dan 150% per hari (Lampiran 5c).
Gambar 5. Feed conversion ratio (FCR) 4.1.6 Kualitas Air Kondisi kualitas air selama penelitian berlangsung masih dalam kisaran optimal bagi pertumbuhan ikan lele. Nilai-nilai parameter kualitas air pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan percobaan berlangsung tercantum dalam Tabel 6.
21
Tabel 6. Kisaran kualitas air selama pemeliharaan Parameter
Sampling ke-
Perlakuan 0
Suhu (0C)
DO (mg/L)
pH
Amoniak (mg/L)
Alkalinitas (mg/LCaCO3)
1
2
3
4
WE 50%
29,5
29,5
29,5
29,5
29,5
WE 100%
29,5
29,5
29,5
29,5
29,5
WE 150%
29,5
29,5
29,5
29,5
29,5 29,5
Tandon
29,5
29,5
29,5
29,5
WE 50%
5,11
3,25
3,25
3,00
2,23
WE 100%
5,11
3,50
3,32
3,33
2,50
WE 150%
5,11
3,50
3,24
3,50
2,56
Tandon
5,11
4,59
5,11
4,56
4,46
WE 50%
7,34
7,30
7,27
7,64
6,84
WE 100%
7,34
7,20
7,13
7,45
6,91
WE 150%
7,34
7,08
7,02
7,49
7,08
Tandon
7,34
7,34
7,47
7,97
7,08
WE 50%
0,02
0,29
0.03
0,02
0,00
WE 100%
0,02
0,21
0,04
0,10
0,00
WE 150%
0,02
0,16
0,04
0,06
0,02
Tandon
0,02
0,01
0,02
0,02
0,00
WE 50%
35,64
33,20
124,74
30,80
28,40
WE 100%
35,64
50,80
57,42
8,48
53,60
WE 150%
35,64
66,40
99,00
66,40
73,20
Tandon
35,64
10,40
35,64
10,80
12,00
Kisaran Optimal
Sumber pustaka
22-32
BBPBAT (2005)
>0,3
Rahman et al. (1992)
>0,1
BBPBAT(2005)
6,5-8,5
Boyd (1990)
6-9
Wedemeyer (2001)
0,050,2
Wedemeyer (2001)
<0,1
Rahman et al. (1992)
50-500
Wedemeyer (2001)
5-100
Boyd (1990)
4.1.7 Efisiensi Ekonomi Efisiensi ekonomi dihitung dalam jangka waktu satu tahun. Analisis usaha pada tiap perlakuan ditunjukkan pada Tabel 7. Asumsi yang digunakan dalam analisis usaha adalah sebagai berikut: a. Satu tahun dapat dilakukan 16 siklus produksi, dengan waktu 16 hari pada setiap siklus produksi (4 hari untuk persiapan, 12 hari untuk produksi). b. Harga faktor produksi dianggap tetap selama siklus produksi. c. Investasi pompa dengan spesifikasi yang sama, memiliki umur teknis yang sama. Pada perlakuan pergantian air 100%, pada umumnya pompa memiliki umur teknis 4 tahun. Sehingga diasumsikan, pada perlakuan pergantian air 50% per hari dan 150% per hari secara berturut-turut adalah 6 tahun dan 2 tahun. d. Pendederan menggunakan 12 akuarium dengan pertimbangan mencukupi untuk produksi di tingkat masyarakat, yaitu setiap akuarium memiliki volume air 90 liter.
22
e. Jumlah ikan yang ditebar pada setiap perlakuan sebanyak 3150 ekor, atau dengan kepadatan 35 ekor/liter. f. Kelangsungan hidup pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari masing-masing adalah 55,41+7,46%, 83,57+5,58%, 87,65+6,04% (Lampiran 3). g. Nilai FCR perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara berturut-turut adalah 1,48+0,52, 0,79+0,13, dan 0,77+0,15 (Lampiran 5). h. Persentase penyusutan perlengkapan produksi sesuai Lampiran 6. i. Biaya tenaga kerja untuk pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari per siklus berturut-turut Rp 400.000,00, Rp 450.000,00, dan Rp 500.000,00 (gaji tetap sebesar Rp 350.000,00/siklus, dan gaji tambahan sebesar Rp 50.000,00/ siklus untuk setiap pergantian air sebanyak 50%). j. Biaya listrik Rp 500,00/kWH. k. Harga benih ikan lele ukuran 1,4±0,15 cm sebesar Rp10,00/ekor. l. Harga jual benih ikan lele ukuran 2-3 cm sebesar Rp50,00/ekor. m. Setiap 1.000 ekor maka dikeluarkan biaya panen sebesar Rp2000,00 n. Setiap 1.000 ekor dikemas dalam satu kantong plastik, setiap kantong plastik memerlukan biaya kantong plastik dan karet sebesar Rp 500,00 dan gas sebesar Rp 500,00. o. Persentase ukuran 2-3 cm pada semua perlakuan adalah 100% dari nilai SR. p. Harga pakan sebesar Rp 15.000,00/kg. Tabel 7. Analisis usaha rata-rata pada tiap perlakuan Uraian Investasi Biaya tetap Biaya tidak tetap Biaya total Penerimaan Keuntungan R/C Ratio BEP (Rupiah) BEP (ekor) PP (tahun) HPP (Rupiah/ekor)
WE 50% Rp 9.526.000,00 Rp 4.157.963,00 Rp 8.725.030,40 Rp12.882.993,40 Rp16.756.800,00 Rp 3. 873.807,60 1,30 Rp 8.860.347,00 177.207 2,89 38,87
Perlakuan WE 100% Rp 9.526.000,00 Rp 4.199.296,00 Rp 10.524.870,40 Rp 14.724.166,40 Rp 25.272.000,00 Rp 10.547.834,60 1,72 Rp 7.220. 277,00 144.406 0,92 29,22
WE 150% Rp 9.526.000,00 Rp 4.323.296,00 Rp 11.521.306,40 Rp 15.844.602,40 Rp 26.505.600,00 Rp 10.660.998,60 1,67 Rp 7.675.017,00 153.500 0,91 29,98
23
4.2 Pembahasan Berdasarkan data laju pertumbuhan bobot dan panjang harian, diketahui bahwa perlakuan pergantian air sebanyak 50%, 100%, dan 150% per hari tidak berpengaruh nyata (p>0,05). Laju pertumbuhan berkisar di bawah kisaran pertumbuhan lele sangkuriang yaitu 29,32% (BBPBAT, 2005). Laju pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kepadatan ikan, pakan, dan kondisi lingkungan. Dengan melihat laju pertumbuhan tersebut, dapat dikatakan bahwa kepadatan ikan masih dalam kisaran optimal untuk pertumbuhan ikan, karena masih dapat tumbuh dengan baik. Kondisi lingkungan dapat dikendalikan dan diketahui melalui frekuensi pergantian air yang dilakukan berdasarkan perlakuan. Laju pertumbuhan yang lambat dapat disebabkan kondisi air, khususnya oksigen terlarut. Kandungan oksigen terlarut optimal harusnya berada di atas 3 mg/L agar ikan tumbuh dengan normal (Rahman et al., 1992). Namun demikian pada kondisi kandungan oksigen terlarut di bawah 3 mg/L, maka ikan lele akan mengoptimalkan kerja alat pernapasan tambahan (arboresence organ) untuk mengambil oksigen dari udara agar pertumbuhan tetap berjalan. Gerakan naik turun ikan di kolom air pada saat pengambilan oksigen dari udara menyebabkan energi banyak digunakan untuk pergerakan sehingga mengurangi energi pertumbuhan. Perlakuan pergantian air yang dilakukan memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap derajat kelangsungan hidup ikan lele. Nilai SR terendah terdapat pada perlakuan pergantian air 50%, sedangkan nilai SR tertinggi terdapat pada perlakuan pergantian air 150%. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan pergantian air dapat menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik, sehingga dapat mempertahankan tingginya derajat kelangsungan hidup. Menurut Goddard (1996), kelangsungan hidup dapat dipengaruhi faktor ekternal berupa kondisi lingkungan dan ketersediaan pakan. Rendahnya oksigen dapat menyebabkan nafsu makan menurun, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan dan kelangsungan hidup. Salah satu tindakan untuk menciptakan lingkungan ideal adalah melakukan pergantian air. Nilai SR yang rendah pada perlakuan pergantian air 50% dapat disebabkan lingkungan yang cenderung kurang baik dan munculnya sifat kanibalisme ikan lele.
24
Meningkatnya kandungan amoniak dalam air dapat menyebabkan ikan cepat mengalami
stres
dan
ikan
mudah
terkena
penyakit,
serta
terganggu
pertumbuhannya (Boyd, 1990). Penelitian Hecht dan Appelbaum (1987), ditemukan bahwa mortalitas benih ikan lele akibat kanibalisme lebih besar dibandingkan penyebab lainnya. Sifat kanibalisme ikan lele dapat diantisipasi dengan menciptakan kondisi lingkungan yang ideal. Perlakuan pergantian air dan pemberian pakan dengan cara sekenyang-kenyangnya (at satiation), menyebabkan kondisi lingkungan yang lebih terkontrol, sehingga respon ikan terhadap pakan yang diberikan akan semakin baik, sehingga kondisi ikan dapat terpantau dalam hal kebutuhan pakan untuk mengurangi nilai kanibalisme. Pada perlakuan pergantian air 50% per hari menunjukkan kondisi air yang agak keruh sehingga ikan cenderung bersifat kanibal meskipun tetap menerima pakan yang diberikan. Pada perlakuan 150%, secara visual terlihat kondisi respon ikan terhadap pakan sangat baik sehingga lebih mampu mempertahankan kelangsungan hidup. Data koefisien keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pergantian air yang dilakukan tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap nilai koefisien keragaman, sehingga benih yang dihasilkan selama percobaan cenderung seragam. Hal tersebut dapat dikarenakan cara pemberian pakan sekenyangkenyangnya dan frekuensi pemberian pakan 3 kali dalam sehari, sehingga semua ikan dalam wadah pemeliharaan dapat tercukupi kebutuhan pakannya. Pakan harus disebar merata ke seluruh area agar ikan mendapatkan makan yang maksimum, sehingga diperoleh pertumbuhan yang seragam di antara ikan dan memberikan kesempatan pada ikan yang lebih kecil. Menurut Lovell (1989), jika ukuran beragam, menyebabkan kesempatan mendapatkan makanan akan berbeda, dimana benih yang berukuran besar mendapatkan kesempatan mengusai makanan daripada ikan kecil karena ditunjang ukuran tubuhnya. Nilai FCR menunjukkan seberapa kg pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan 1 kg perubahan bobot biomassa (NRC, 1993). Nilai FCR terbesar pada perlakuan pergantian air 50% sebesar 1,48+0,52, dan nilai FCR terkecil pada perlakuan pergantian air 150% sebesar 0,77+0,15. Perlakuan pergantian air memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap rasio konversi pakan, yaitu pada
25
perlakuan pergantian air 50% per hari berbeda dengan perlakuan pergantian air 100% dan 150% per hari. Nilai FCR pada perlakuan pergantian air 50% menunjukkan nilai yang cukup besar, hal tersebut dapat disebabkan antara lain terjadinya akumulasi bahan organik pada perlakuan pergantian air 50% per hari sehingga mengakibatkan rendahnya kandungan oksigen pada media yang lebih rendah dibandingkan perlakuan yang lain, sehingga pemanfaatan pakan lebih banyak digunakan untuk energi gerak naik turun mengambil oksigen dari udara daripada untuk pertumbuhan jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Busacker et al., 1990). Nilai FCR perlakuan pergantian air 100% dan 150% per hari, menunjukkan bahwa pemanfaatan pakan dengan baik oleh ikan, dan dapat dikatakan bahwa pemberian pakan dilakukan cukup efisien. Pemberian pakan yang cukup dengan protein yang optimum juga sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan yang optimal bagi catfish dan pemanfaatan pakan yang baik (Webster dan Lim, 2002). Kualitas air selama penelitian berlangsung cenderung berada pada kisaran optimal ikan untuk hidup dan tumbuh. Salah satu parameter yang memberikan pengaruh besar pada perlakuan tersebut adalah kandungan oksigen terlarut. Ikan lele Sangkuriang mampu mentoleransi kandungan oksigen terlarut >1 mg/L (BBPBAT, 2005), dan ikan lele mampu tumbuh optimal jika kandungan oksigen terlarut >3 mg/L (Rahman et al., 1992). Pada kisaran oksigen terlarut sekitar 2 mg/L, ikan lele dapat tumbuh meskipun lambat. Kadar amoniak selama pemeliharaan pada perlakuan pergantian air 50%, 100%, dan 150% per hari secara berturut-turut berkisar antara 0,00+0,13 mg/L sampai 0,29+0,13 mg/L, 0,00+0,09 mg/L sampai 0,21+0,09 mg/L, dan 0,02+0,06 mg/L sampai 0,16+0,06 mg/L. Kadar amoniak sebaiknya kurang dari < 0,1 mg/L, walaupun tingkat toleransi ikan terhadap amoniak (NH3) pada umumnya adalah 0,00-2,0 mg/L (Wedemeyer, 2001). Kandungan amoniak akan menjadi toksik jika kandungan oksigen di air rendah, oleh karena itu volume pergantian air akan berpengaruh terhadap peningkatan kadar oksigen terlarut yang terbawa oleh air yang baru masuk serta adanya bantuan aerasi. Kisaran alkalinitas selama pemeliharaan pada perlakuan pergantian air 50% per hari berkisar 28,40-124,74 mg/L CaCO3, pada perlakuan pergantian air 100%
26
per hari berkisar 8,48-57,42 mg/L CaCO3, pada perlakuan pergantian air 150% per hari berkisar 66,40-99,00 mg/L CaCO3. Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH. Perairan mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam dan basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil (Boyd, 1990). Berdasarkan data tersebut, pada perlakuan pergantian air 50% dan 150% per hari menunjukkan kapasitas penyangga yang relatif stabil karena kisaran alkalinitas di atas 20 mg/L CaCO3. Pada perlakuan pergantian air 100% pernah mengalami kisaran alkalinitas di bawah 20 mg/L CaCO3. Namun demikian, benih ikan lele tetap dapat berkembang dengan baik saat nilai alkalinitas di atas 5 mg/L CaCO3 (Boyd, 1990). Berdasarkan analisis usaha pada Tabel 7, diketahui bahwa keuntungan terbesar diperoleh pada perlakuan pergantian air 150% per hari, yaitu sebesar Rp 10.660.998,60 per tahun dan keuntungan terkecil terdapat pada perlakuan pergantian air 50% per hari yaitu senilai Rp 3.873.807,60 per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya pergantian air pada media pemeliharaan dapat meningkatkan penerimaan dan keuntungan. Pada budidaya ikan, kualitas air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Selain itu, pertumbuhan
dan
kelangsungan
hidup
dipengaruhi
kepadatan
populasi,
metabolisme ikan, pergantian air, dan suhu (Boyd, 1990). Oleh karena itu, dengan adanya pergantian air bertujuan dapat menciptakan kondisi air yang cenderung baik sehingga ikan dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Nilai R/C (Tabel 7) terendah terdapat pada perlakuan pergantian air 50% per hari yaitu sebesar 1,30 yang berarti dengan pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1,30. Nilai R/C tertinggi terdapat pada perlakuan pergantian air 100% per hari sebesar 1,72. Sedangkan nilai R/C pada perlakuan pergantian air 150% per hari yaitu 1,67. Sehingga pada ketiga perlakuan tersebut, dari pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 diperoleh keuntungan terbesar hingga terkecil secara berturut-turut adalah pada perlakuan pergantian air 100% per hari sebesar Rp 0,72, 150% per hari sebesar Rp 0,67, dan 50% per hari sebesar Rp 0,30. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar volume
27
pergantian air, belum tentu menghasilkan lebih baik dari segi ekonomi. Analisis R/C digunakan untuk mengetahui setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai rupiah penerimaan. Kegiatan usaha yang menguntungkan memiliki nilai R/C lebih dari satu (Rahardi et al., 1998). Peningkatan produksi harus mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang ekonomis dan produksi yang maksimal tidak selamanya merupakan produksi yang tinggi atau sesuai perhitungan ekonomi (Boyd, 1990). Nilai BEP pada perlakuan pergantian air 50% per hari yaitu BEP (Rp) sebesar Rp 8.860.347,00 dan BEP (unit) sebanyak 177.207 ekor, artinya titik impas pada perlakuan perlakuan pergantian air 50% per hari
dicapai saat
penjualan mencapai Rp 8.860.347,00 dengan produksi benih sebanyak 177.207 ekor. Pada perlakuan pergantian air 100% per hari, nilai BEP (Rp) sebesar Rp 7.220.277,00 dan BEP (unit) sebanyak 144.406 ekor, artinya titik impas pada perlakuan pergantian air 100% per hari dicapai saat penjualan mencapai Rp 7.220.277,00 dengan produksi benih sebanyak 144.406 ekor. Pada perlakuan pergantian air 150% per hari dicapai BEP (Rp) sebesar Rp 7.675.017,00 dan BEP (unit) sebanyak 153.500 ekor, artinya titik impas pada perlakuan pergantian air 150% per hari dicapai saat penjualan mencapai Rp 7.675.017,00 dengan produksi benih sebanyak 153.500 ekor. Payback periode (PP) adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui lamanya waktu pengembalian modal (Rahardi, 1998). Nilai PP tertinggi terdapat pada perlakuan pergantian air 50% per hari yaitu senilai 2,89, artinya untuk mengembalikan biaya investasi untuk usaha pendederan lele tersebut dibutuhkan waktu selama 2,89 tahun. Nilai PP pada perlakuan pergantian air 100% dan 150% per hari yaitu 0,92 tahun dan 0,91 tahun, artinya untuk mengembalikan biaya investasi untuk usaha pendederan lele tersebut masing-masing dibutuhkan waktu selama 0,92 dan 0,91 tahun. Berdasarkan nilai harga pokok produksi (HPP) diketahui, bahwa biaya produksi terendah terdapat pada perlakuan pergantian air 100%, yaitu sebesar Rp 29,22 per ekor. Pada perlakuan pergantian air 150% dan 50% secara berturutturut adalah Rp 29,98 per ekor dan Rp 38,87 per ekor. Harga jual benih ikan lele
28
adalah Rp 50,00 per ekor, sehingga keuntungan yang diperoleh pada perlakuan pergantian air 50% per hari, 100% per hari, dan 150% per hari secara berturuttururt adalah Rp 11,13, Rp 20,78, dan Rp 20,02. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan pergantian air 100% merupakan perlakuan yang ideal baik secara bioteknis maupun bioekonomi, yang dapat terlihat dari margin keuntungan sebesar Rp 20,78, tingginya nilai R/C 1,72, dan waktu pengembalian investasi yang relatif cepat yaitu 0,92 tahun.
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Pergantian air media pemeliharaan yang paling efisien di antara 50%, 100%, dan 150% per hari pada produksi pendederan untuk menghasilkan benih lele Sangkuriang ukuran 2-3 cm pada kepadatan 35 ekor/L adalah pergantian air 100% per hari. 5.2 Saran Dari hasil penelitian ini disarankan untuk menerapkan pergantian air 100% per hari dalam produksi pendederan lele Sangkuriang ukuran 2-3 cm. Perlu dilakukan penelitian mengenai perlakuan pergantian air terhadap kinerja produksi pendederan lele Sangkuriang pada stadia benih di atas 2-3 cm, yaitu 3-4 cm, 4-5 cm, 5-6 cm, dan seterusnya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Pemeliharaan Ikan Lele. [http/www.dkp.go.id]. [12 Januari 2009]. Anonim. 2009. “Catfish Day” Menobatkan Patin dan Lele Jadi Unggulan. http://www.dkp.go.id/index.php/ind/news/1377/catfish-day-menobatkan patin-dan-lele-jadi-unggulan. [28 juli 2009]. [BPS] Biro Pusat Statistik. 2006. Data [http//www.bps.go.id.]. [12 Januari 2009].
Perikanan
Budidaya
2006.
[BBPBAT] Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. 2005. Budidaya Ikan Lele Sangkuriang. Jakarta: Agromedia Pustaka. [CCI] Catfish Club Indonesia. 2009. Permintaan dan Produksi Benih Ikan Lele Jawa Barat. Hasil Pertemuan Rutin Bulanan [tidak dipublikasikan] Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama: Birmingham Publishing Co. Busacker GP, Adelman IR, Goolish EM. 1990. Growth. Di dalam: Schreck CB, Moyle PB, editors. Methods for Fish Biology. USA: American Fisheries Society. Effendie MI. 1979. Biologi Perikanan. Jakarta: Penebar Swadaya Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York: Chapman and Hall. Halver JE, Hardi RW. 2002. Fish Nutrition. Third Editon. California, USA: Academy Press Inc. Hecht T, Appelbaum S. 1987. Notes on the growth of Israeli sharptooth catfish Clarias gariepinus during the primary nursing phase. Aquaculture 63: 195204.http://www3.interscience.wiley.com/journal/20014656/abstract?CRET RY =1&SRETRY=0. [28 juli 2009]. Lovell T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. New York: Van Nostrand Reinhold Martin JD, Petty JW, Keown AJ, Scott DF.1991. Basic Financial Management 5th edition. New Jersey, USA: Prentice Hall Inc.
31
Mokoginta I. 1986. Kebutuhan Ikan Lele (Clarias batrachus Linn) Akan Asamasam Lemak Linoneat dan Linolenat. Tesis. Bogor: Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. [NRC] National Research Council. 1993. Nutrient Requirement of Fish. Washington DC: National Academic of Science Press. Rahardi F, Kristiawati R, Nazarudin. 1998. Agribisnis Perikanan. Jakarta: Penebar Swadaya. Rahman MM, Varga I, Chowdury SN. 1992. Manual of African Magur (Clarias gariepinus) Culture in Bangladesh. FAO Corporate Rerository. Bangladesh : Institutional Stenghthening in The Fisheries Sector. Saanin,H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bandung: Bina Cipta. Steel RGD, Torrie JH. 1982. Principles and Procedures of Statistics, A Biometrical Approach. 2nd edition. Boca Raton, Florida: CRC Press. Suyanto, SR. 2008. Budi Daya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya. Webster CD, Lim C. 2002. Nutrient Requirement and Feeding of Finfish for Aquaculture. New York, USA: CABI Publishing, CAB International. Wedemeyer, G.A. 2001. Fish Hatchery Management, 2nd Edition. Bethesda, Maryland: American Fisheries Society. Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1. Data dan analisis data bobot benih ikan lele a. Data sampling bobot benih ikan lele tiap perlakuan setiap 4 hari Bobot ikan lele (gram) sampling kePerlakuan
Ulangan 1 2 3 4
WE 50% Rataan
1 2 3 4
WE 100% Rataan
1 2 3 4
WE 150% Rataan
0 0,105 0,105 0,105 0,105 0,105 0.105 0.105 0.105 0.105 0.105 0.105 0.105 0.105 0.105 0.105
1 0,138 0,146 0,149 0,126 0,140±0,010 0.122 0.127 0.146 0.135 0.133+0,11 0.133 0.144 0.150 0.132 0.140+0,10
2 0,154 0.173 0.175 0.146 0,162±0,014 0.137 0.140 0.147 0.157 0.145+0,010 0.142 0.167 0.164 0.174 0.162+0,14
3 0.171 0.195 0.193 0.200 0,190±0,123 0.220 0.176 0.183 0.211 0.198+0,022 0.189 0.232 0.186 0.158 0.191+0,31
4 0.295 0.313 0.297 0.338 0,311±0,20 0.355 0.353 0.308 0.310 0.331+0,026 0.309 0.296 0.348 0.340 0.323+0,025
b. Data Laju pertumbuhan bobot harian benih lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 12 hari Perlakuan WE 50% WE 100% WE 150%
Laju pertumbuhan bobot harian (%) Ulangan Ke1 2 3 4 8.981 9.532 9.049 10.234 10.684 10.638 9.368 9.440 9.397 9.033 10.511 10.27
Rataan 9,449+0,578 10,033+0,727 9,805+0,704
c. Analisis Ragam (ANOVA) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
DB
JK
KT
F
P
F Tabel
2 9 11
0.6919 4.071886 4.763786
0.34595 0.452432
0.764645
0.493509
4.256495
Kesimpulan: P>0,05, berarti perlakuan pergantian air tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian
34
Lampiran 2. Data dan analisis data panjang benih ikan lele a. Data sampling panjang benih ikan lele tiap perlakuan setiap 4 hari. Panjang ikan lele (cm) sampling kePerlakuan
Ulangan 1 2 3 4
WE 50% Rataan
1 2 3 4
WE 100% Rataan
1 2 3 4
WE 150% Rataan
0 1.4 1.4 1.4 1.4 1,4 1.4 1.4 1.4 1.4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
1 2.01 2.07 2.02 1.96 2,01±0,04 1.96 1.96 2.06 1.91 1,97+0,06 1.94 2.17 2.12 1.92 2,04+0,12
2 2.08 2.12 2.19 1.99 2,09±0,08 1.99 1.97 2.15 2.10 2,05+0,09 2.01 2.20 2.20 2.22 2,16+0,10
3 2.19 2.27 2.19 2.19 2,21±0,04 2.36 2.15 2.22 2.38 2,28+0,11 2.29 2.46 2.33 2.19 2,32+0,11
4 2.68 2.73 2.71 2.83 2,74±0,07 2.79 2.86 2.75 2.74 2,79+0,06 2.77 2.79 2.89 2.78 2,81+0,06
b. Data Laju pertumbuhan panjang harian benih lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 12 hari Perlakuan WE 50% WE 100% WE 150%
Laju pertumbuhan panjang harian (%) Ulangan Ke1 2 3 4 5.57 5.72 5.64 6.05 5.90 6.14 5.80 5.75 5.84 5.91 6.22 5.87
Rataan 5,74+0,21 5,90+0,17 5,96+0,18
c. Analisis Ragam (ANOVA) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
DB
JK
KT
F
P
F Tabel
2 9 11
0.099804 0.314828 0.414632
0.049902 0.034981
1.426546
0.289633
4.256495
Kesimpulan: P>0,05, berarti perlakuan pergantian air tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan panjang harian
35
Lampiran 3. Data dan analisis data derajat kelangsungan hidup benih ikan lele a. Data jumlah benih lele dengan lama pemeliharaan 12 hari. Perlakuan
WE 50%
WE 100%
WE 150%
Ulangan 1 2 3 4 Rataan 1 2 3 4 Rataan 1 2 3 4 Rataan
Jumlah Tebar (ekor) 3150 3150 3150 3150 3150 3150 3150 3150 3150 3150 3150 3150 3150 3150 3150
Jumlah Panen (ekor) 1663 1622 1601 2096 1745.5 2837 2431 2559 2703 2632.5 2728 2643 3039 2634 2761
SR (%) 52.79 51.49 50.83 66.54 55.41 90.06 77.17 81.24 85.81 83.57 86.60 83.90 96.48 83.62 87.65
b. Data derajat kelangsungan hidup benih lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 12 hari Perlakuan WE 50% WE 100% WE 150%
Derajat Kelangsungan Hidup (%) Ulangan Ke1 2 3 4 52.79 51.49 50.83 66.54 90.06 77.17 81.24 85.81 86.60 83.90 96.48 83.62
Rataan 55,41+7,46 83,57+5,58 87,65+6,04
c. Analisis Ragam (ANOVA) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
DB
JK
KT
F
P
F Tabel
2 9 11
2465.133 369.8765 2835.01
1232.567 41.09739
29.99136
0.000105
4.256495
Kesimpulan: P<0,05, berarti perlakuan pergantian air berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup.
36
d. Uji lanjutan pengaruh berbeda nyata (p>0,05) terhadap derajat kelangsungan hidup. (I)Perlakuan
(J)Perlakuan
Beda Nilai Tengah (I-J)
WE 50%
WE 100%
-28,15750(*)
4.53373
0.000
WE 150%
-32,23750(*)
4.53373
0.000
-44.8957
-19.5793
WE 50%
28,15750(*)
4.53373
0.000
15.4993
40.8157
-4.08000
4.53373
0.654
-16.7382
8.5782
32,23750(*)
4.53373
0.000
19.5793
44.8957
4.08000
4.53373
0.654
-8.5782
16.7382
WE 100%
WE 150% WE 150%
WE 50% WE 100%
Nilai berbeda nyata (p<0,05)
Kesalahan Baku
P
Selang kepercayaan 95% Batas Batas Bawah Atas -40.8157 -15.4993
37
Lampiran 4. Data dan analisis data koefisien keragaman panjang benih ikan lele a. Data koefisien keragaman panjang benih ikan lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 12 hari Perlakuan WE 50% WE 100% WE 150%
Koefisien keragaman panjang (%) Ulangan Ke1 2 3 4 7.72 9.88 7.27 4.75 9.70 8.37 8.21 8.39 12.29 10.60 8.86 8.80
Rataan 7.40+2,11 8.67+0,69 10.14+1,66
b. Analisis Ragam (ANOVA) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
DB
JK
KT
F
P
F Tabel
2 9 11
14.9752 23.03803 38.01322
7.487598 2.559781
2.925093
0.105026
4.256495
Kesimpulan: P>0,05, berarti perlakuan pergantian air tidak berpengaruh nyata terhadap nilai koefisien keragaman panjang.
38
Lampiran 5. Data dan analisis data feed conversion ratio (FCR) pakan benih ikan lele a. Data feed conversion ratio (FCR) pakan benih ikan lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 12 hari Nilai FCR Pakan Ulangan Ke1 2 3 4 1.73 1.56 1.91 0.73 0.62 0.79 0.92 0.83 0.82 0.93 0.58 0.74
Perlakuan WE 50% WE 100% WE 150%
Rataan 1.48+0,52 0.79+0,13 0.77+0,15
b. Analisis Ragam (ANOVA) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
DB
JK
KT
F
P
F Tabel
2 9 11
1.323655 0.926636 2.250291
0.661827 0.10296
6.428033
0.018451
4.256495
Kesimpulan: P<0,05, berarti perlakuan pergantian air berpengaruh nyata terhadap nilai FCR pakan. c. Uji lanjutan pengaruh berbeda nyata (p>0,05) terhadap nilai FCR pakan (I)Perlakuan
(J)Perlakuan
WE 50%
WE 100%
,69250(*)
0.22715
0.034
0.0583
1.3267
WE 150%
,71500(*)
0.22715
0.029
0.0808
1.3492
WE 50%
-,69250(*)
0.22715
0.034
-1.3267
-0.0583
0.02250
0.22715
0.995
-0.6117
0.6567
-,71500(*)
0.22715
0.029
-1.3492
-0.0808
-0.02250
0.22715
0.995
-0.6567
0.6117
WE 100%
WE 150% WE 150%
WE 50% WE 100%
Beda Nilai Tengah (I-J)
Nilai berbeda nyata (p<0,05)
Kesalahan Baku
P
Selang kepercayaan 95% Batas Batas Bawah Atas
39
Lampiran 6a. Investasi Satuan
Jumlah
Harga Satuan
Jumlah Investasi
Umur teknis
Nilai Sisa
Penyusutan
Tandon
unit
1
1500000
1500000
5
500000
200000
Akuarium
unit
12
120000
1440000
5
576000
172800
Komponen
Rak
unit
2
1000000
2000000
5
800000
240000
Genset
unit
1
1500000
1500000
5
375000
225000
Blower
unit
1
690000
690000
5
69000
124200
Set Aerasi
unit
1
250000
250000
5
25000
45000
Selang
m
50
6000
300000
5
15000
57000
Corong
unit
4
6500
26000
2
1300
12350
Serokan
unit
8
15000
120000
2
0
60000
Ember
unit
10
20000
200000
2
0
100000
Strimin
m
2
25000
50000
2
0
25000
Kompor
unit
2
150000
300000
4
15000
71250
Tabung Gas
unit
1
100000
100000
Selang gas
m
12
15000
180000
2
0
90000
unit
5
18000
90000
2
0
45000
Busa
Termometer
m
2
35000
70000
2
0
35000
Senter
unit
2
45000
90000
2
0
45000
Total
8.906.000
1.347.600
Pompa (A)*
unit
2
310000
620000
2
124000
248000
Pompa (B)*
unit
2
310000
620000
4
124000
124000
Pompa (C)*
unit
2
310000
620000
6
124000
82667
*Keterangan : pompa (A) adalah pompa untuk perlakuan pergantian air 150% per hari pompa (B) adalah pompa untuk perlakuan pergantian air 100% per hari pompa (C) adalah pompa untuk perlakuan pergantian air 50% per hari Lampiran 6b. Biaya operasional tetap Komponen
Satuan
Jumlah biaya
Jumlah
Harga Satuan 1000000
1000000
1000000
1000000
WE 50%
WE 100%
WE 150%
Sewa Bangunan
unit
1
Listrik
bulan
12
32558
390696
390696
390696
Tenaga Kerja
orang
1
350000
350000
350000
350000
Penyusutan
tahun
1
1430267
1471600
1595600
Perawatan
tahun
1
750000
750000
750000
750000
BBM
liter
10
4500
45000
45000
45000
Gas LPG
unit
16
12000
Total
192000
192000
192000
4.157.963
4.199.296
4.323.296
40
Lampiran 7. Biaya operasional tidak tetap (variabel) A. Biaya Benih Harga benih Rp 10,00 per ekor (A) = Jumlah benih per akuarium 3150 ekor/siklus (kepadatan 35 ekor/liter) (B) = Jumlah akuarium 12 unit 1 tahun dilakukan 16 siklus produksi Contoh perhitungan : Biaya benih per tahun = harga benih x (AxB) x 16 siklus/th = Rp 10,00 x (3150x12) ekor/siklus x 16 siklus/th = Rp 378.000,00/th Tabel A. Biaya benih per tahun Ulangan Perlakuan I II III IV WE 50% 6.048.000,00 6.048.000,00 6.048.000,00 6.048.000,00 WE 100% 6.048.000,00 6.048.000,00 6.048.000,00 6.048.000,00 WE 150% 6.048.000,00 6.048.000,00 6.048.000,00 6.048.000,00 B. Biaya Pakan Harga Pakan Rp 15.000,00/kg (A) = Jumlah kebutuhan pakan (Tabel B1). (B) = Jumlah akuarium 12 unit 1 tahun dilakukan 16 siklus produksi Contoh perhitungan perlakuan WE 50% ulangan I: Biaya pakan per tahun = harga pakan x (A/1000) x B x 16 siklus/th = Rp15.000,00 x (275,98/1000) kg/siklus x 12 x 16 siklus/th = Rp 794.822,40/th Tabel B1. Kebutuhan pakan total per siklus (gram) Ulangan Perlakuan I II III WE 50% 275,98 275,98 275,98 WE 100% 419,08 419,08 419,08 WE 150% 419,09 419,09 419,09
IV 275,98 419,08 419,09
Tabel B2. Biaya pakan per tahun Ulangan Perlakuan WE 50% WE 100% WE 150%
I II III 794.822,40 794.822,40 794.822,40 1.206.950,40 1.206.950,40 1.206.950,40 1.206.950,40 1.206.950,40 1.206.950,40
IV 794.822,40 1.206.950,40 1.206.950,40
41
Lanjutan Lampiran 7. Biaya operasional tidak tetap (variabel) C. Biaya Listrik Pompa Biaya Listrik Rp 500/KWH Lama penggunanan masing-masing perlakuan : WE 50% : 4 menit/akuarium WE 100% : 8 menit/akuarium WE 150% : 12 menit/akuarium 1 siklus 12 hari (A) = Lama Penggunan Listrik per tahun (Tabel C1). (B) = Jumlah akuarium 12 unit 1 tahun dilakukan 16 siklus produksi Contoh perhitungan perlakuan WE 50% ulangan I: Lama penggunanan listrik per tahun = Penggunaan listrik/hari x B x 12 hari x 16 siklus/th = (4/60) jam/hari x 12 x 12 hari/siklus x 16 siklus/th = 153,6 jam/th Biaya listrik pompa per tahun = 153,6 jam per tahun x Rp 500,00/KWH = Rp 76.800,00 Tabel C1. Lama Pengguaan Listrik per tahun (jam) Ulangan Perlakuan WE 50% WE 100% WE 150%
I
II
III
IV
153.6 307.2 460.8
153.6 307.2 460.8
153.6 307.2 460.8
153.6 307.2 460.8
Tabel C2. Biaya Listrik Pompa per tahun Ulangan Perlakuan WE 50% WE 100% WE 150%
I
II
III
IV
76.800,00 153.600,00 276.019,00
76.800,00 153.600,00 276.019,00
76.800,00 153.600,00 276,019,00
76.800,00 153.600,00 276.019,00
42
Lanjutan Lampiran 7. Biaya operasional tidak tetap (variabel) D. Biaya Packing Asumsi : untuk setiap 1000 ekor Biaya Panen Rp 2.000,00 (A) = Biaya Plastik dan karet Rp 500,00. (B) = Biaya gas Rp 500,00 Jumlah ikan (Tabel D1, sesuai data lampiran 3a) Contoh perhitungan perlakuan WE 50% ulangan I: Biaya packing per tahun = (A+B+2000) x 319.296 ekor/1000 ekor = Rp 3000,00 x 319,296 = Rp 957.888,00 Tabel D1. Jumlah ikan panen per tahun Ulangan Perlakuan I II III IV WE 50% 319.296 311.424 307.392 402.432 WE 100% 544.704 466.752 491.328 518.976 WE 150% 523.776 507.456 583.488 505.728 Tabel D2. Biaya packing ikan per tahun Perlakuan WE 50% WE 100% WE 150%
Ulangan I II III 957.888,00 934.272,00 922.176,00 1.634.112,00 1.400.256,00 1.473.984,00 1.571.328,00 1.522.368,00 1.750.464,00
IV 1.207.296,00 1.556.928,00 1.517.184,00
Biaya Tambahan Kerja Karyawan Biaya tambahan setiap siklus sebesar Rp 50.000,00 untuk pergantian air 50% per hari. sebesar Rp 100.000,00 untuk pergantian air 100% per hari. sebesar Rp 150.000,00 untuk pergantian air 150% per hari. 1 tahun 16 siklus Contoh perhitungan perlakuan WE 50% ulangan I: Biaya packing per tahun = Rp 50.000,00/siklus x 16 siklus/th = Rp 800.000,00/th Biaya tambahan kerja karyawan (Rp) Ulangan Perlakuan WE 50% WE 100% WE 150%
I
II
III
IV
800.000,00 1.600.000,00 2.400.000,00
800.000,00 1.600.000,00 2.400.000,00
800.000,00 1.600.000,00 2.400.000,00
800.000,00 1.600.000,00 2.400.000,00
43
44
Lampiran 8. Analisis usaha setiap perlakuan
KOMPONEN Investasi Biaya Tetap Biaya Tidak tetap Biaya Total dalam 1 tahun Penerimaan dalam 1 tahun Keuntungan dalam 1 tahun R/C BEP (Rp.) BEP (Ekor) Pay Back period HPP
WE 50% 9526000 4157963 8677510.4 12835473 15964800 3129327 1.24 9109153.89 182183.078 3.04 40.20
WE 50% 9526000 4157963 8653894.4 12811857 15571200 2759343 1.22 9359781.4 187195.628 3.45 41.14
WE 50% 9526000 4157963 8641798.4 12799761 15369600 2569839 1.20 9498826.93 189976.539 3.71 41.64
WE 50% 9526000 4157963 8926918.4 13084881 20121600 7036719 1.54 7473625.83 149472.517 1.35 32.51
Rata-rata 9526000 4157963 8725030.4 12882993 16756800 3873807 1.30 8860347.01 177206.94 2.89 38.87
WE 100% 9526000 4199296 10642662.4 14841958 27235200 12393242 1.84 6892777.29 137855.546 0.77 27.25
WE 100% 9526000 4199296 10408806.4 14608102 23337600 8729498 1.60 7580095.51 151601.91 1.09 31.30
PERLAKUAN WE 100% 9526000 4199296 10482534.4 14681830 24566400 9884570 1.67 7324806.14 146496.123 0.96 29.88
WE 100% 9526000 4199296 10565478.4 14764774 25948800 11184026 1.76 7083430.67 141668.613 0.85 28.45
Rata-rata 9526000 4199296 10524870.4 14724166 25272000 10547834 1.72 7220277.4 144405.548 0.92 29.22
WE 150% 9526000 4323296 11502297.6 15825594 26188800 10363206 1.65 7709251.07 154185.021 0.92 30.21
WE 150% 9526000 4323296 11453337.6 15776634 25372800 9596166 1.61 7880629.41 157612.588 0.99 31.09
WE 150% 9526000 4323296 11681433.6 16004730 29174400 13169670 1.82 7210301.78 144206.036 0.72 27.43
WE 150% 9526000 4323296 11448153.6 15771450 25286400 9514950 1.60 7899887.66 157997.753 1.00 31.19
Rata-rata 9526000 4323296 11521305.6 15844601.6 26505600 10660998.4 1.67 7675017.48 153500.3496 0.91 29.98