Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PRODUKSI HIJAUAN Desmodium uncinatum PADA BERBAGAI JENIS NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN (Forage Production of Desmodium uncinatum under Different Shades and Cutting Intervals) ACHMAD FANINDI dan E. SUTEDI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT The research was conducted to evaluate the effect of level shade on Desmodium uncinatum forage production. Research was conducted as Research Institute for Animal Production, Ciawi Bogor in one year. Shade made of net, Desmodium uncinatum was planted in the pot diameter 36 cm. The randomized block design two factorial with 3 replications were applied in this research. The first factors were five shading levels i.e.: N0 (control), N 50; N 70; N 80 and N 90%. The second factors were interval defoliation, i.e.: 1 month, 2 month, 3 month and 4 month. Data from each plant were analyzed by ANOVA and Duncan’s Multiple Range Test. The research showed that interval defoliation 1, 2, and 3 month until level of shade 70% (N2) was not significant with control on forage production. Desmodium uncinatum indicated could grow well under shade in the pots up to shading level 70%. Key Words: Desmodium uncinatum, Interval Potong, Naungan, Produksi Hijauan ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh naungan terhadap produksi hijauan tanaman pakan Desmodium uncinatum. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Ternak Ciawi selama satu tahun. Naungan dibuat dari paranet, Tanaman ditanam menggunakan biji dan ditanam pada pot yang berdiameter 36 cm. Pot ditempatkan pada artificial naungan 2,5 × 2,5 m yang setiap sisinya ditutupi dengan naungan sesuai perlakuan. Tinggi naungan ke tanaman 2 m. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan, sebagai faktor pertama berupa taraf intensitas naungan yang terdiri dari: N0: Kontrol tanpa naungan; N1: Naungan menggunakan 1 lapisan paranet (50% naungan); N2: Naungan menggunakan 2 lapisan paranet (70% naungan); N3: Naungan menggunakan 3 lapisan paranet (80% naungan); N4: Naungan menggunakan 4 lapisan paranet (90% naungan). Sebagai faktor kedua adalah interval potong yaitu, interval potong 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot segar dan kering hijauan pada interval pemotongan 1, 2 dan 3 bulan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Sedangkan naungan berpengaruh terhadap bobot segar dan kering hijauan. Sampai taraf naungan 2 lapisan paranet (N2) tidak menunjukkan perbedaan (P < 0,05) dibandingkan dengan tanaman yang tidak ternaungi. Hal ini mengindikasikan bahwa Desmodium uncinatum pada penelitian ini masih bisa tumbuh dan berkembang baik sampai taraf naungan 2 lapis paranet atau 70%. Kata Kunci: Desmodium uncinatum, Interval Potong, Naungan, Produksi Hijauan
PENDAHULUAN Keberlangsungan hijauan pakan secara kualitas dan kuantitas harus senantiasa terpenuhi sepanjang tahun, karena fungsinya yang penting bagi ruminansia dan memberikan nilai ekonomis bagi peternak. Sehingga dalam sistem produksi ternak ruminansia, hijauan
pakan merupakan bahan pakan yang mutlak diperlukan secara kuantitas maupun kualitas. Terlebih pemerintah menargetkan untuk swasembada daging sapi pada tahun 2014, maka keberadaan hijauan pakan sebagai penyumbang prosentase terbesar dalam pakan ternak ruminansia harus diperhatikan. Namun demikian permasalahan dalam penyediaan
849
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
hijauan di Indonesia adalah kurangnya lahan yang khusus diperuntukkan bagi lahan hijauan pakan. Ditambah seringkali terjadi perubahan tataguna lahan sehingga potensi hijauan pakan di Indonesia belum bisa digambarkan secara akurat. Kebutuhan hijauan yang terus meningkat seiring bertambahnya populasi ternak ruminansia mengharuskan adanya terobosan untuk mengatasi keterbatasan lahan bagi tanaman pakan. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah melakukan sistem integrasi dengan sektor tanaman pangan, kehutanan dan perkebunan (ABDULLAH, 2005). Integrasi tanaman pakan dengan perkebunan merupakan hal yang bisa dikembangkan, karena tanaman perkebunan memiliki jarak tanam yang jarang sehingga populasi tanaman/ha relatif sedikit sehingga banyak ruang kosong di antara tanaman utama, terutama pada awal pertumbuhan. Penanaman tanaman pakan diantara ruang kosong tersebut bisa dilakukan, karena selain pakannya bisa diambil untuk ternak, tanaman pakan juga dapat menambah unsur hara bagi tanah (terutama tanaman pakan yang berasal dari leguminosa), selain itu tanaman pakan yang ditanam diantara ruang kosong dapat membantu mencegah erosi, dan mengurangi organisme penyakit tanaman (AZWAR, 2005). Faktor pembatas pada daerah perkebunan adalah adanya keterbatasan intensitas cahaya yang masuk karena adanya naungan dari tanaman pokok perkebunan. Oleh karena itu, perlu diteliti tanaman pakan yang bisa beradaptasi dengan kondisi tersebut. Desmodium uncinatum diharapkan dapat menjadi tanaman pakan yang dapat beradaptasi pada kondisi tersebut. Oleh karena itu, perlu dikaji bagaimana pengaruh naungan terhadap Desmodium uncinatum, sehingga tanaman ini bisa direkomendasikan sebagai tanaman yang dapat ditanam di areal perkebunan atau lokasi dimana ketersediaan intensitas cahayanya terbatas. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di kebun percobaan Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor selama satu tahun. Tanaman yang ditanam adalah Desmodium uncinatum menggunakan biji yang berasal dari koleksi Balai Penelitian Ternak,
850
Ciawi. Tanaman ditanam pada pot berdiameter 36 cm, media tanam yang digunakan adalah tanah yang berasal dari Ciawi. Biji yang telah disemai di pot, kemudian ditempatkan dalam naungan yang terbuat dari besi berukuran 2,5 x 2,5 m yang sekelilingnya ditutupi dengan paranet sesuai naungan yang diinginkan. Tinggi naungan ke tanaman adalah 2 m. Naungan sebagai perlakuan terdiri dari 5 taraf naungan, yaitu: N0: Kontrol (tanpa naungan) N1: Naungan menggunakan 1 lapisan paranet (setara dengan naungan 50%) N2: Naungan menggunakan 2 lapisan paranet (setara dengan naungan 70%) N3: Naungan menggunakan 3 Lapisan Paranet (setara dengan naungan 80%) N4: Naungan menggunakan 4 Lapisan Paranet (setara dengan naungan 90%) Sedangkan interval potong sebagai faktor kedua terdiri dari, I1 = interval potong 1 bulan, I2 = interval potong 2 bulan dan I3 = interval potong 3 bulan. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan perlakuan naungan 5 level dan 3 interval potong, dengan 3 ulangan. Data diolah dengan menggunakan analisis keragaman (ANOVA), bila terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan (GOMEZ dan GOMEZ, 1984). Parameter yang diamati berupa bobot segar dan kering hijauan. Bobot kering diukur dengan cara memasukkan hijauan segar ke dalam oven dengan suhu 70°C selama 2 hari HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi rata-rata bobot segar hijauan Desmodium uncinatum selama satu tahun pada interval pemotongan 1, 2 dan 3 bulan disajikan pada Tabel 1. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa naungan berpengaruh (P < 0,05) terhadap bobot segar dan bobot kering hijauan Desmodium uncinatum. Namun interval potong antara 1, 2 dan 3 bulan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P > 0,05), begitupun dengan interaksi antara naungan dan interval potong tidak menunjukkan adanya interaksi. Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa produksi bobot segar Desmodium uncinatum tertinggi
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 1. Rataan bobot segar Desmodium uncinatum (gram/pot) pada berbagai naungan dan interval potong yang berbeda selama 1 tahun Interval potong
Naungan 1 bulan
ab
2 bulan
3 bulan
a
293,10a
Kontrol (tanpa naungan)
316,75
401,10
Naungan 1 lapis paranet (N 50%)
306,71ab
431,80a
282,44a
Naungan 2 lapis paranet (N 70%)
413,88a
345,58a
254,06a
Naungan 3 lapis paranet (N 80%)
136,44b
119,96b
193,37ab
Naungan 4 lapis paranet (N 90%)
89,03b
100,10b
129,84b
N: setara naungan; Nilai dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama untuk tiap perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)
pada interval potong 1 bulan, diperoleh pada tanaman yang mendapat taraf naungan 2 lapisan paranet (setara dengan naungan 70%) yaitu 413,88 g/pot dan bobot kering 93,72 g/pot. Namun demikian bobot segar dan kering ini tidak berbeda dengan tanaman pada naungan menggunakan 1 lapisan dan tanpa naungan. Hal ini mengindikasikan bahwa Desmodium uncinatum dengan interval potong 1 bulan masih bisa tumbuh dan beradaptasi baik sampai naungan paranet 2 lapis dibandingkan dengan tanaman pada intensitas cahaya penuh. Produksi bobot segar dan kering hijauan terendah dicapai pada intensitas naungan tertinggi yaitu pada paranet dengan 4 lapisan. Hal ini terjadi karena distribusi spektrum cahaya matahari yang diterima oleh daun di permukaan tajuk lebih besar dibandingkan dengan daun di bawah naungan, sehingga pada kondisi naungan cahaya yang dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis sangat sedikit (TAIZ dan ZEIGER, 1991). Selain itu Menurunnya produksi juga diakibatkan intensitas cahaya yang diterima tanaman rendah sehingga jumlah cahaya yang diterima
oleh setiap luasan permukaan daun dalam waktu tertentu rendah. Hal ini mengakibatkan terganggunya fotosintesis, sehingga menyebabkan penurunan laju metabolisme dan sintesis karbohidrat (GARDNER et al., 1985). Potensi produksi hijauan Desmodium uncinatum dilaporkan oleh beberapa peneliti, BARNES (1996) melaporkan bahwa produksi hijauan Desmodium uncinatum yang ditanam di daerah Pokoase, Ghana adalah 0,82 t/ha bahan kering. Sedangkan menurut HACKER (1992) produksi hijuan Desmodium uncinatum antara 4 – 7 t/ha/tahun. Jika dibandingkan dengan produksi Desmodium uncinatum pada penelitian ini yaitu 0,33 – 1,88 ton/ha DM, maka produksinya hanya mendekati apa yang dilaporkan oleh BARNES (1996), sedangkan untuk meningkatkan produksinya perlu dilakukan perlakuan lain, misalnya perlakuan pemupukan. Tabel 2. Rataan bobot kering Desmodium uncinatum pada berbagai naungan dan interval potong yang berbeda selama 1 tahun Interval potong
Naungan 1 bulan
2 bulan
ab
a
3 bulan 99,14a
Kontrol (tanpa naungan)
83,79
Naungan 1 lapis paranet (N 50%)
79,29ab
123,33a
96,75a
Naungan 2 lapis paranet (N 70%)
93,72a
86,47a
93,63a
Naungan 3 lapis paranet (N 80%)
28,59bc
27,91b
47,91b
Naungan 4 lapis paranet (N 90%)
16,35c
22,04b
31,54b
114,67
N: setara naungan; Nilai dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama untuk tiap perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)
851
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Gambar 1. Bobot segar hijauan Desmodium uncinatum pada berbagai naungan dan interval potong 1 bulan selama satu tahun
Produksi hijauan segar dan kering Desmodium uncinatum per panen pada interval potong 1 bulan, disajikan pada gambar 1 dan 2. Gambar 1 dan 2 menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi produksi hijauan pada setiap pemanenan. Fluktuasi ini terjadi diduga disebabkan adanya perubahan musim, sehingga mempengaruhi produksi hijauan. Apabila dilihat produksi tertinggi dicapai pada panen ke-9 – 12 yang terjadi pada musim hujan (Nopember – Januari), dan terendah pada panen 6 – 7 yang terjadi pada musim kemarau (Agustus – September). Hal ini terkait dengan kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman.
Produksi hijauan Desmodium uncinatum pada interval pemotongan 2 bulan disajikan pada Tabel 1 dan 2. Hasilnya menunjukkan bahwa produksi hijauan tertinggi, baik segar maupun kering diperoleh pada naungan 1 lapisan, namun tidak berbeda nyata (P < 0,05) jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak ternaungi dan tanaman pada naungan 2 lapis. Hal ini juga menunjukkan bahwa Desmodium uncinatum yang dipotong dengan interval potong 2 bulan, masih dapat tumbuh baik sampai taraf naungan 2 lapis paranet.
Gambar 2. Bobot kering hijauan Desmodium uncinatum pada berbagai naungan dan interval potong 1 bulan selama satu tahun
852
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Produksi hijauan juga menurun seiring bertambahnya taraf naungan, dan produksi tertendah diperoleh pada taraf naungan tertinggi, yaitu pada taraf naungan 4 lapis. Penurunan ini terjadi karena naungan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan morfologi tanaman. Pengaruh naungan itu terlihat dengan berkurangnya jumlah anakan, batang dan perakaran. Selain itu daun akan berukuran lebih kecil dengan kandungan air pada daun yang lebih tinggi (WONG, 1985).
Produksi hijauan tiap panen yang dipotong 2 bulan sekali dipengaruhi oleh musim (Gambar 3), produksi tertinggi diperoleh pada panen ke 4 – 6, yang terjadi pada musim hujan (Septemer – Januari) dan terendah diperoleh pada panen ke 3, yang terjadi pada musim kemarau (Agustus) .Hal ini sesuai dengan apa yang dilaporkan oleh ABDULLAH (2005) bahwa Produksi hijaun pakan tertinggi biasanya diperoleh pada awal musim kemarau dan terendah pada awal musim hujan.
Gambar 3. Bobot Segar Hijauan Desmodium uncinatum pada Berbagai Naungan dan Interval Potong 2 bulan Selama satu tahun
Gambar 4. Bobot Kering Hijauan Desmodium uncinatum pada Berbagai Naungan dan Interval Potong 2 bulan Selama satu tahun
853
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Produksi bobot segar hijauan Desmodium uncinatum pada interval pemotongan 3 bulan, selama satu tahun disajikan pada Tabel 1 dan 2 yang menunjukkan bahwa produksi hijauan tertinggi diperoleh pada taraf naungan 0% (kontrol), yaitu 293,10 g/pot untuk bobot segar dan 99,14 bobot kering. Namun produksi ini tidak berbeda nyata (P > 0,05) jika dibandingkan dengan produksi hijauan pada tanaman dengan tingkat naungan 1, 2 dan 3 lapisan. Sehingga untuk Desmodium uncinatum dengan interval potong 3 bulan
masih beradaptasi dengan baik sampai naungan 3 lapisan paranet. Produksi per panen selama satu tahun pada interval potong 3 bulan menunjukkan produksi yang beragam. Namun demikian produksi pada kontrol dan naungan 1 lapis masih memungkinkan untuk diteruskan waktu pengamatannya, karena cenderung meningkat produksinya. Produksi tertinggipun masih dicapai pada awal musim hujan (September, panen ke-3 – 4) dan terendah pada musim kemarau (Bulan Juni atau panen ke-2).
Gambar 5. Bobot segar hijauan Desmodium uncinatum pada berbagai naungan dan interval potong 3 bulan Selama satu tahun
Gambar 6. Bobot kering hijauan Desmodium uncinatum pada berbagai naungan dan interval potong 3 bulan Selama satu tahun
854
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
KESIMPULAN Tanaman Desmodium uncinatum yang mendapat perlakuan pemotongan 1 bulan sekali masih bisa beradaptasi dengan baik sampai taraf naungan 70% (2 lapisan paranet), Begitupun Desmodium uncinatum dengan interval potong 2 dan 3 bulan masih dapat tumbuh baik pada naungan sampai taraf 2 lapisan paranet. Produksi hijauan per panen pada setiap interval pemotongan menunjukkan fluktuasi setiap pemanenan, produksi tertinggi dicapai pada musim hujan dan terendah pada musim kemarau. Selain itu produksi hijauan pada setiap interval pemotongan menurun seiring dengan bertambahnya intensitas naungan. Perlu dilakukan penelitian langsung di lapangan tanpa menggunakan pot dan di daerah perkebunan, agar tampak potensi sesungguhnya dari Desmodium uncinatum pada lokasi yang ternaungi atau dengan intensitas cahaya terbatas. DAFTAR PUSTAKA ABDULLAH, L., M.H.K. PANCA DEWI dan H. SOEDARMADI. 2005. Reposisi tanaman pakan dalam kurikulum fakultas peternakan. Pros. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor, 16 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 11 – 17.
AZWAR, R. 2005. Peran Tanaman Pakan Ternak Sebagai Tanaman Konservasi dan Penutup Tanah di Perkebunan. Pros. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor, 16 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 18 – 24. GOMEZ, K.A. and A.A. Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Rerearch. 2nd Edition. An International Rice Research Institute Book. A Wiley-Interscience Publication, John Wiley & Sons, Singapore. TAIZ, L. and E. ZEIGER. 1991. Plant Physiology. USA. Benyamin/cummings. GARDNER, F.P, R.B. PEARC and R.L. MITCHELL. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. dan Diterjemahkan oleh: HERWATI SUBIYANTO. UI Press, Jakarta. hlm. 205 – 176. BARNES, P. 1996. Dry matter production and chemical composition of introduced forages at two moist savanna sites in Ghana. Tropical grassland. 30: 418 – 421. HACKER, J.B. 1992. Desmodium uncinatum (Jacq.) DC. In: Plant Resources of South-East Asia No. 4. Forages. 'T MANNETJE, L. and R.M. JONES (Eds.). Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands pp. 116 – 118. WONG, C.C., M.A. SHARUDIN and H. RAHIM. 1985. Shade tolerance potential of some tropical forages for integration in plantations. 2. Legumes. MARDI Res. Bull. 13: 249 – 269.
855