PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
EKSPLORASI UMUM BAHAN BAKU SEMEN DI KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN oleh : M. Sodik Kaelani; Sugeng Priyono; Iwan Aswan H.; Asep Sunardi; Abdul Fatah; SARI Tahun Anggaran 2008, Pusat Sumber Daya Geologi, Kelompok Program Penelitian Mineral, dalam hal ini Sub Kelompok Program Penelitian Mineral Non Logam, telah melakukan eksplorasi umum bahan baku semen di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan sebagai tindak lanjut dari penyelidikan sebelumnya, dengan hasil sebagai berikut : Batugamping, tersebar dalam Satuan Batugamping Klastik dan Terumbu (Btgmp) salah satu anggota Formasi Berai (Tomb). Tidak termasuk dalam kawasan batugamping kars kelas 1 dan kelas 2 (Samodra,H., 2003). Potensi batugamping, sebaran 1.309,36 Hektar, sumber daya tertunjuk 297.370.000 m3 (719.500.000 Ton), kualitas CaO = 52,30 – 55,99%; MgO = 0,35 – 1,35% dan TiO2 = 0,00 – 0,78%, memenuhi persyaratan teknis sebagai bahan baku Industri semen portland, masih memerlukan pengujian kualitas lanjutan hasil pengambilan conto dengan sepasi diperapat dan dari pemboran eksplorasi pada Blok Prospek Rencana Penambangan (Quarry) Bahan Semen. Lempung, tersebar dalam Satuan Batulempung dan Napal (Lmp) salah satu anggota Formasi Tanjung (Tet) serta dalam Satuan Batulempung Pasiran (LpPsr) salah satu anggota Formasi Warukin (Tmw). Potensi lempung, sebaran 4.222,70 Hektar, sumber daya tertunjuk 402.000.000 m3 (480.000.000 Ton), kualitas Na2O + K2O = 0,00 - 1,00%; Al2O3 = 10,00 – 25,00%; SiO2 = 25,00 - 50,00% dan TiO2 = 0,00 - 1,00%; memenuhi persyaratan teknis sebagai bahan baku Industri semen portland, masih memerlukan pengujian kualitas lanjutan hasil pengambilan conto dengan sepasi diperapat dan dari pemboran eksplorasi pada Blok Prospek Rencana Penambangan (Quarry) Bahan Baku Semen. Pasir kuarsa, tersebar dalam Satuan Batupasir Kuarsa (LpPsr) anggota Formasi Warukin (Tmw), serta dalam Satuan Batupasir (PsrSi) anggota Formasi Dahor (TQd). Potensi pasir kuarsa, sebaran 1.340,20 Hektar, sumber daya tertunjuk 191.900.000 m3 (236.000.000 Ton), kualitas SiO2 = 80,95 - 98,99%; Al2O3 = 0,02 – 0,04%; Fe2O3 = 0,01 – 0,02% memenuhi persyaratan teknis sebagai bahan baku Industri semen portland setelah proses pencucian dan pemurnian. Memerlukan pengujian kualitas lanjutan hasil pengambilan conto dengan sepasi diperapat dan dari pemboran eksplorasi pada Blok Prospek Rencana Penambangan (Quarry) Bahan Baku Semen. Berdasarkan pelamparan komoditi batugamping, lempung dan pasir kuarsa di antara Perbukitan Batu Laki – Pangkulan; Liang Mandala - Burit Sanga; Batu Bini – Batu Tunggal dan Durian Rabung - Batu Laki, daerah tersebut cukup ideal sebagai areal penambangan (Quarry) bahan baku semen. Berdasarkan kedekatannya dengan sarana prasarana infrastruktur, sumber air dan kemiringan lerengnya; perbukitan bergelombang di antara daerah Puncak Harapan dan Budi Mulya, Kecamatan Sungai Raya, cukup ideal sebagai areal pabrik dan pengolahan bahan baku semen. Sumber air utama dari aliran Sungai Amandit karena memadai debitnya walau selama musim kemarau panjang. Sedang dibangun bendungan pengairan dan tenaga listrik di Batu Laki. Sumber energi panas dapat bekerja sama dengan pemilik konsesi batubara di Telaga Langsat (sumber daya hipotetik 350.000.000 juta ton) dan Sungai Raya (sumber daya hipotetik 500.000.000 juta ton) antara lain PT. Antang Gunung Meratus. Sumber energi lainnya dapat diperoleh apabila tenaga listrik yang dihasilkan dari bendungan Sungai Amandit telah berfungsi. Kebutuhan pasir besi dapat diperoleh dari tempat lain, di antaranya Kalimantan Timur, dan gipsum lebih ekonomis di import dari Australia. Kebutuhan tenaga kerja dapat terpenuhi dari daerah setempat dengan cara peningkatan sumber daya manusia secara bertahap dan selektif. Tenaga ahli dengan karakteristik khusus didapat dari luar dan berangsur dilakukan alih keahlian tehnik dengan menciptakan kader-kader baru. Industri semen portland di daerah Padang Batung dan sekitarnya kemungkinan besar cukup prospek untuk dikembangkan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. 1
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat Sumber Daya Geologi, Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2008, Nomor : 0164.0/020-13.0//2008, Kelompok Program Penelitian Mineral, Sub Kelompok Program Penelitian Mineral Non Logam, melakukan eksplorasi umum bahan baku semen di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan, berdasarkan hasil Penyelidikan Direktorat Sumber Daya Mineral pada Tahun 1976. 1.2 Maksud dan Tujuan Eksplorasi Umum Bahan Baku Semen di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan, dimaksudkan untuk mendapatkan data yang aktual guna mengetahui lebih jauh, baik mengenai sebaran dan potensi ataupun kualitas bahan baku semen, guna mengungkap potensi, prospek pemanfaatan dan pengembangannya 1.3 Lokasi daerah Penyelidikan Secara administratif termasuk Kecamatan Padang Batung, Telaga Langsat dan Sungai Raya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis terletak di antara koordinat 115° 13' 52.90" -- 115° 21' 20.80" Bujur Timur dan -2° 55' 30.70" -- -2° 42' 59.90" Lintang Selatan (Gambar : 1). Pencapaian sangat mudah, dari Jakarta dengan pesawat hingga Banjarmasin, dilanjutkan melalui jalan darat ke Kandangan dan Padang Batung. Jaringan jalan ke daerah eksplorasi cukup banyak. 2. GEOLOGI UMUM 2.1 Stratigrafi Secara regional (van Bemmelen, 1949) termasuk Zona Cekungan Barito, Sub Zona Cekungan Amandit, di bagian Barat disusun oleh sedimen klastik hingga karbonat, berumur Tersier. Bagian Timur termasuk Zona Tinggian Meratus, dibangun oleh batuan Sedimen, Volkanik, Malihan dan Intrusi, berumur Pra-Tersier. 2.1 Stratigrafi Tatanan litostratigrafi regional didasarkan Peta Geologi Lembar Sampanahan dan Amuntai, Kalimantan, Skala 1:250.000, (Heryanto, R., dkk., 1994), disusun oleh formasi batuan berumur Jura hingga Holosen, dari tua hingga ke muda sebagai berikut : Komplek Malihan (Mm) Terdiri dari sekis hornblende, sekis muskovit, sekis klorit, filit dan pualam serta
kuarsit muskovit, ketebalan belum diketahui. Berumur Jura Bawah. Bersentuhan struktur dengan Formasi Batununggal (Klb). Formasi Batununggal (Klb) Terdiri dari batugamping klastik, kristalin terpualamkan dan breksi batugamping, berfosil orbitulina. Terbentuk di lingkungan laut-dalam, ketebalan 500 meter. Berumur Kapur hingga Jura. Bersentuhan struktur dengan Komplek Malihan (Mn). Granit dan Diorit (Kdi) Granit berwarna merah muda, mengandung muskovit dan hornblenda. Menerobos batuan pra-Tersier berupa retas. Diorit berwarna kelabu, menghablur penuh, mengandung biotit. Berumur Kapur Akhir. Formasi Pitap (Ksp) Merupakan perselingan batupasir, greywake, batulempung dan konglomerat. Diduga berumur Kapur Awal. Formasi Haruyan (Kvh) Menindih tak selaras Formasi Pitap (Ksp). Terendapkan dalam lingkungan paralas hingga paparan terdiri dari lava basal, breksi andesitik, intrusi hipabisal mikrodiorit, tufa breksi dan kaca kloritik; umumnya terubah, berumur Kapur Atas. Formasi Tanjung (Tet) Menindih tidak selaras Formasi Pitap (Ksp) dan Formasi Haruyan (Kvh) serta ditutupi tidak selaras oleh Formasi Berai (Tomb). Terendapkan di lingkungan paralas-neritik, terdiri dari batupasir, batulempung, konglomerat, batugamping dan napal bersisipan batubara. Batupasir dan batugamping berstruktur perlapisan bersusun dan silang siur. Berumur Eosen Akhir Formasi Berai (Tomb) Terdiri dari napal dan serpih di bagian bawah; bagian atas dan tengah didominasi batugamping. Batugamping bersisipan lempung lanauan dan napal, lingkungan neritik, umur Oligosen-Miosen. Menindih tidak selaras Formasi Tanjung (Tet) dan Formasi Haruyan (Kvh), ditutupi tidak selaras oleh Formasi Warukin (Tmw). Formasi Warukin (Tmw) Menindih tak selaras Formasi Berai (Tomb) dan ditutupi tidak selaras Formasi Dahor (TQd). Berupa perselingan batupasir dan batulempung bersisipan batubara. Terendapkan di lingkungan delta, berumur Miosen Tengah - Miosen Akhir. Formasi Dahor (TQd) Menindih tidak selaras Formasi Warukin (Tmw) dan tertutup tidak selaras oleh Endapan Aluvial (Qa). Terdiri dari 2
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
perselingan batupasir kuarsa, batulempung lanauan dan serpih, tidak padu, bersisipan napal dan lignit. Berumur Pliosen-Plistosen. Lingkungan transisi hingga paparan. Endapan Aluvial (Qa) Terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur sebagai endapan sungai, rawa dan delta. Tersebar di sebelah Barat, sepanjang pedataran Sungai Barito, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Nagara dan Sungai Tabal dan segenap anak sungainya. Berumur Holosen hingga Resen. 2.2 Struktur Geologi Formasi batuan daerah Kandangan dan sekitarnya mengalami proses tektonik sejak Pra-Tersier hingga Tersier Akhir, membentuk perlipatan dan pensesaran. Perlipatan membentuk struktur antiklin dan sinklin asimetris, pada batuan berumur Tersier berkemiringan dari 10o hingga 55o, dan pada Pra-Tersier lebih besar dari 55o. Struktur lipatan umumnya tidak setangkup dengan kemiringan lapisan bagian inti lebih terjal dari pada bagian luar. Bentangan Timurlaut – Baratdaya, dan Utara - Selatan. Struktur pensesaran berupa sesar normal dan mendatar jurus. Pola arah relatif hampir sama dengan pola arah bentangan sumbu perlipatan yakni Timurlaut - Baratdaya. Kegiatan tektonik diduga berlangsung semenjak Jura mengakibatkan batuan berumur Pra-Jura antara lain Komplek Malihan (Mm) terbentuk dan mengalami alih tempat, terlipatkan serta tersesarkan. Berlanjut dengan memuncaknya genang laut yang membentuk fasies batuan karbonat membentuk Formasi Batununggal (Klb). Proses tektonik dan genang laut disertai kegiatan intrusi granitik hingga dioritik (Kgr) diikuti sedimentasi klastika penyusun Formasi Pitap (Ksp) dan vulkanik Formasi Haruyan (Kvh), sejak Kapur Akhir. Kegiatan tektonik Kapur Akhir Bagian Bawah menghasilkan pengalihan tempat batuan Ultramafik (Mub) dan Komplek Malihan (Mm) oleh pensesaran yang diikuti kegiatan magma menghasilkan terobosan granit, granodiorit, diorit (Kgr) dan andesitik basaltik (Toms, an, ba). Sejak Paleosen Awal sampai Eosen Awal terjadi pengangkatan, erosi dan pendataran, menghasilkan batuan sedimen paparan hingga laut-dangkal membentuk Formasi Tanjung (Tet), setempat berangsur berubah berfasies karbonat klastik, pada lingkungan transisi dan delta berfasies karbonaseous membentuk batubara dan lignit.
Pada Kala Oligosen terjadi penurunan secara menerus hingga Miosen Awal, membentuk batuan yang terendapkan dari bagian selatan, timur dan utara cekungan, berfasies susut laut mengarah bagian terdalam atau inti cekungan. Di bagian inti dan selatan cekungan, mempunyai hubungan dengan perkembangan fasies karbonat yang menyusun Formasi Berai (Tomb) bersamaan dengan sedimen klastika ke arah tengah yang menyusun Formasi Pamaluan (Tomp). Pada Kala Miosen Tengah terjadi susut laut membentuk sedimen paparan dan laut-dangkal berupa klastika dan karbonat dari Formasi Warukin (Tmw), lingkungan transisi dan delta dengan fasies karbonan membentuk batubara dan lignit. Pada Kala Miosen Akhir terjadi lagi pengangkatan membentuk sesar naik dan munculnya batuan tua, termasuk batuan alih-asal ke permukaan, sehingga terbentuk Tinggian Meratus pada sisi bagian Utara dan Timur cekungan. Pada bagian tengah dan selatan terbentuk Cekungan Barito dan Sub Cekungan Amandit yang disertai pengendapan batuan sedimen bersifat dari klastik detrital, karbonatan hingga volkanik. Proses tektonik yang kuat pada Miosen Akhir mengangkat tepi Cekungan Barito dan Sub Cekungan Amandit ke sebelah Barat, menghasilkan sedimen klastika ke Timur, diikuti terobosan granitik-dioritik dan leleran lava andesitik basaltik serta tufa litik dan tufa gelas di beberapa tempat. Pengendapan sedimen klastika pada Plio-Plistosen, menghasilkan endapan delta dan paparan dari Formasi Kampungbaru (Tpkb) serta Formasi Dahor (TQd) pada Cekungan Barito Sub Cekungan Amandit 2.3 Geologi Bahan Baku Semen Berdasarkan hasil eksplorasi umum di daerah Padang Batung dan sekitarnya terdapat bahan baku semen berupa batugamping, lempung dan pasir kuarsa. Batugamping dijumpai pada Formasi Berai (Tomb), yang tersebar dari arah utara ke selatan. Formasi Berai (Tomb) terdiri dari batugamping, napal dan serpih. Napal dan serpih menempati bagian bawah, dan bagian atas serta tengah disusun oleh batugamping, terendapkan di lingkungan neritik, berumur Oligosen-Miosen Awal. Lempung dijumpai pada Formasi Tanjung (Tet), dengan sebaran membentang dari arah utara ke selatan. Formasi Tanjung (Tet) menindih tak selaras Formasi Pitap (Ksp) dan ditutupi secara tidak selaras oleh 3
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Formasi Berai (Tomb). Formasi Tanjung (Tet) berumur Eosen Akhir, terendapkan di lingkungan paralas-neritik, terdiri dari perselingan batupasir, batulempung, konglomerat, batugamping dan napal dengan sisipan tipis batubara. Pada lapisan batupasir dan batugamping menunjukkan struktur perlapisan bersusun dan silang siur. Lempung juga dijumpai pada Formasi Warukin (Tmw), terdiri dari batulempung dan serpih bersisipan napal, terendapkan di lingkungan laut-dalam, berumur Oligosen Akhir-Miosen Tengah. Lempung lainnya terdapat sebagai Endapan Aluvial (Qa) berupa akumulasi rombakan batuan berukuran partikel lempung, belum terkompaksi, berumur Holosen hingga Resen. Pasir kuarsa dijumpai berupa sisipan di antara sedimen klastika pada Formasi Warukin (Tmw), disusun oleh batupasir dan batulempung bersisipan batubara. Terendapkan di lingkungan delta, berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir. Pasir kuarsa lainnya terdapat sebagai sisipan dalam batuan sedimen klastik dari Formasi Dahor (TQd), berumur Plio-Plistosen 3. HASIL PENYELIDIKAN 3.1 Geologi Daerah Penyelidikan 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penyelidikan Berdasarkan ketinggian dan bentuk roman muka buminya (Thornburry, 1969 dan Lobbeck, 1958) daerah penyelidikan dibedakan menjadi empat satuan geomorfologi, yakni Pedataran, Bergelombang Sedang, Kars dan Pegunungan. 3.1.1.1 Pedataran Aluvium Satuan Geomorfologi Pedataran Aluvium menempati areal sekitar 30 persen dari seluruh luas daerah penyelidikan. Terdapat di sebelah Barat sepanjang lembah dan daerah aliran Sungai Barito, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Nagara, Sungai Tabal beserta segenap anak sungainya. Kemiringan bervariasi dari 1O hingga 10O, ketinggian 10 meter hingga 50 meter di atas permukaan air laut rata-rata. Pola pengaliran anastomatik, membentuk meander, bermuara ke Sungai Barito dan Amandit, stadium erosi lanjut, tercermin dari bentuk lembah yang melebar. Litologi berupa akumulasi endapan lempung, lumpur, lanau, dan pasir bersifat lepas belum terkonsolidasi (Ends), pengendapannya masih berlangsung hingga kini. Penggunaan lahan ditumbuhi hutan rawa, pohon bakau, nipah, rerumputan, semak, belukar dan padang ilalang, lainnya
berupa sawah, ladang palawija, perkebunan kelapa dan pemukiman. 3.1.1.2 Bergelombang Sedang Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Sedang, menempati areal sekitar 20 persen dari seluruh luas daerah penyelidikan. Terdapat di bagian tengah dengan kemiringan antara 10O hingga 30O, mempunyai relief dengan tekstur topografi halus, membentuk rangkaian perbukitan tumpul pada bagian puncaknya. Ketinggian bervariasi dari 50 meter hingga 350 meter di atas permukaan air laut. Litologi yang menyusun berupa Satuan Batupasir (PsrSi) anggota Formasi Dahor (TQd), Satuan Batupasir Kuarsa (LpPsr) anggota Formasi Warukin (Tmw) dan Satuan Batulempung (Lmp) anggota Formasi Tanjung (Tet). Pola pengaliran dendrito-trelis dan bermuara ke Sungai Barito serta Sungai Amandit, stadium erosi dewasa dicerminkan bentuk lembah menyempit di bagian dasar. Penggunaan lahan berupa hutan sekunder yang sudah jarang pepohonannya, perkebunan karet, semak, belukar, ilalang, ladang berpindah dan kebun palawija. Setempat terdapat areal penambangan batubara yang masih aktif. 3.1.1.3 Perbukitan Kars Satuan Geomorfologi Perbukitan Kars, menempati areal sekitar 20 persen dari seluruh luas daerah penyelidikan, terdapat memanjang di bagian tengah membentang dari Utara ke Selatan. Membentuk relief bentang alam yang khas karakteristiknya berupa bukit kars berrelief sangat kasar, terjal dan menonjol, dengan gua kapur berukuran kecil hingga sangat besar disertai stalaktit pada atap dan stalakmit pada dasar gua. Setempat terdapat sungai bawah tanah yang sebagian membentuk lubang tenggelam (sink holes) dari aliran air sungai permukaan dan lainnya membentuk lubang timbul (rise holes) sebagai tempat keluarnya aliran air sungai bawah tanah, dengan debit bervariasi antara 5 hingga lebih dari 25 liter setiap menit. Perbukitan Kars sebagian dibangun dari sisa-sisa kumpulan cangkang, koral dan fosil, baik dalam keadaan masif ataupun dengan lubang-lubang dolina, serta rekahan yang sebagian diisi oleh mineral kalsit, membentuk satuan Batugamping Terumbu (Gter). Lainnya dibangun dari hasil rombakan batuan karbonat dan kumpulan sisa cangkang atau fosil serta
4
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
variasi keduanya, membentuk Lapisan Batugamping Klastik (Btgmp). Kemiringan lereng bervariasi dari 35O hingga 85O, ketinggian dari 150 meter hingga 950 meter di atas permukaan air laut, membentuk rangkaian punggungan yang bertautan, ataupun menyendiri (soliter). Sungai di permukaan membentuk pola pengaliran dendrito-rektangular dan bermuara ke sungai utama. Sungai bawah tanah Perbukitan Kars belum diketahui pola pengalirannya. Stadium erosi menunjukkan tahap muda, dicerminkan oleh bentuk lembah yang meruncing di bagian dasarnya. Penggunaan lahan berupa hutan sekunder, semak belukar dan padang ilalang. Dalam gua kapur dijumpai sarang burung layang-layang dan kelelawar secara terbatas. Berdasarkan metoda dan klasifikasi kars (Nilai Strategis Kawasan Kars di Indonesia, Pengelolaan dan Perlindungannya, Samodra, H., 2001; dan Keanekaragaman Hayati dan Nirhayati Serta Nilai Strategis Kawasan Kars, Samodra, H., 2003), tidak termasuk dalam kawasan batugamping kars kelas 1 dan kelas 2. 3.1.1.4 Geomorfologi Pegunungan Satuan Geomorfologi Pegunungan menempati areal sekitar 30 persen dari seluruh luas daerah penyelidikan. Terdapat memanjang dan menjulang tinggi di bagian timur-laut, timur serta tenggara daerah penyelidikan. Kemiringan lereng bervariasi dari 40O hingga 80O, relief kasar dan topografi meruncing menjulang tinggi, ketinggian dari 700 meter hingga 1.850 meter di atas permukaan air laut rata-rata. Pola pengaliran dendritik dan bermuara ke sungai utama, stadium erosi sangat muda diperlihatkan oleh bentuk lembah yang runcing pada bagian dasarnya. Dibangun oleh batuan sedimen malih dan volkanik dari Satuan Tufa (Tuf) serta Breksi (Brek) Anggota Formasi Haruyan (Kvh); Satuan Batugamping Pualam anggota Formasi Batununggal (Klb); Satuan sekis dan Filit anggota Komplek Malihan (Mm) serta Intrusi Granit (Gr). Penggunaan lahan merupakan hutan primer dan Kawasan Hutan Lindung, lainnya berupa semak, belukar serta ilalang. 3.1.2 Stratigrafi Daerah Penyelidikan Litostratigrafi (PPPG, 1994 dan penulis) dari tua ke muda (Gambar : 1), sebagai berikut : Satuan Granit (Gr) / Anggota Batuan Intrusi Granit dan Diorit (Kdi)
Berupa batuan granit, masif, holokristalin, hipidiomorfik granular, berbutir sangat kasar, menyeragam, terdiri dari kuarsa, plagioklas, ortoklas, muskovit, hornblenda dan mineral opak, putih abu-abu hingga merah jambu, sifat keras. Berumur Jura hingga Kapur. Merupakan anggota dari Batuan Intrusi Granit dan Diorit (Kdi). Satuan Breksi (Brek) / Anggota Formasi Haruyan (Kvh) Berupa breksi berfragmen batuan andesitik hingga basaltik, berukuran kerikil hingga bongkah, masadasar tufa berbatuapung berukuran sangat kasar berselingan dengan leleran lava. Berumur Kapur. Merupakan salah satu anggota Formasi Haruyan (Kvh). Satuan Tufa (Tuf) / Anggota Formasi Haruyan (Kvh) Berupa lapisan tufa kaca, berbutir sangat halus hingga sangat kasar, berfragmen batuapung berstruktur porous, kehijauan, terkloritisasi, terubah dan terkaolinisasi, berumur Kapur. Merupakan anggota Formasi Haruyan (Kvh). Satuan Batulanau (Lan) / Anggota Formasi Pitap (Ksp) Perselingan lapisan batulanau dan batupasir litharenit, berbutir sedang hingga kasar, abu-abu kehitaman, bersisipan napal abu-abu berkonglomerat polimik berfragmen batuan berkomposisi menengah hingga basa. Berumur Kapur Tengah hingga Atas. Merupakan anggota Formasi Pitap (Ksp). Satuan Batupasir Arenit (Psar) / Anggota Formasi Pitap (Ksp) Perselingan lapisan batupasir arenit kuarsa, berbutir halus hingga sedang, berwarna putih kekuningan, bersisipan batupasir berkonglomerat kuarsa dan batupasir kuarsa. Berumur Kapur Tengah hingga Atas. Merupakan salah satu anggota dari Formasi Pitap (Ksp). Satuan Batulempung (Lmp) / Anggota Formasi Tanjung (Tet) Berupa lapisan batulempung, sebagian besar berwarna abu-abu kehitaman, berkilap lilin, plastis, mudah dipilin bila basah, dan getas bila kering, berselingan dengan lapisan batulempung karbonan bersisipan batubara. Berumur Eosen Awal hingga Tengah. Merupakan salah satu anggota dari Formasi Tanjung (Tet). Satuan Napal (Napl) / Anggota Formasi Tanjung (Tet) Berupa lapisan batulempung, sebagian besar bersifat kalkareous dan 5
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
napalan, berwarna coklat tua hingga keabuabuan, bersifat plastis, dapat dibentuk bila basah; getas, berkilap lemak dan pecahpecah bila kering, bersisipan kalkarenit, batugamping klastik dan lensa-lensa batugamping terumbu koral. Berumur Eosen Awal hingga Tengah. Merupakan anggota dari Formasi Tanjung (Tet). Satuan Batugamping Terumbu (Gter) / Anggota Formasi Berai (Tomb) Berupa akumulasi berbagai ukuran sisa cangkang koral, terumbu, ganggang dan bermacam fosil foram besar serta moluska, bersifat kompak dan padu, setempat terdapat banyak dolina, serta rekahannya diisi oleh mineral kalsit berwarna putih hingga bening bertekstur menggula pasir. Berumur Oligosen hingga Miosen. Merupakan salah satu anggota Formasi Berai (Tomb). Satuan Batugamping Klastik (Btgmp) / Anggota Formasi Berai (Tomb) Berupa lapisan batugamping bioklastik, berwarna putih kekuningan hingga kecoklatan, banyak mengandung fosil foram dan moluska, bersisipan dengan batugamping terumbu koral dan lapisan napal berwarna abu-abu tua kekuningan. Berumur Oligosen hingga Miosen. Merupakan anggota Formasi Berai (Tomb). Satuan Batulempung (Lpkb) / Anggota Formasi Warukin (Tmw) Bagian bawah lapisan batulempung, abu-abu hingga kehitaman, bersifat karbonan, berselingan dengan batupasir kuarsa dan batulempung bersisipan batubara. Berumur Miosen hingga Pliosen. Bagian atas berupa lapisan batulempung, berwarna kuning kecoklatan hingga abu-abu kemerahan, sebagian bersifat kaolinit, berkilap lemak, plastis, lunak, mudah dipilin dan dibentuk bila basah, getas bila kering, bersisipan batu-lempung karbonan. Berumur Miosen hingga Pliosen. Salah satu anggota Formasi Warukin (Tmw). Satuan Lempungpasiran (LpPsr) / Anggota Formasi Warukin (Tmw) Perselingan batupasir dan lempung, batupasir didominasi kuarsa, berbutir halus hingga sedang, setempat sangat kasar dan konglomeratan, berfragmen kuarsa, berselingan batulempung dan batupasir teroksidasi. Sebagian mengalami pelapukan hingga bersifat lepas ikatan antar butirannya. Berumur Miosen hingga Pliosen. Merupakan anggota Formasi Warukin (Tmw). Endapan Aluvial Sungai (Ends) Bagian Dari Aluvial Sungai dan Danau (Qa)
Merupakan satuan termuda, berupa akumulasi endapan lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah hasil rombakan berbagai jenis batuan, bersifat lepas, belum terkonsolidasi, bentuk membundar, proses pengendapannya masih berlangsung hingga kini. Berumur Holosen hingga Resen. Merupakan salah satu bagian dari Aluvial Sungai dan Danau (Qa) 3.1.3 Struktur Geologi Daerah Penyelidikan Struktur Geologi yang berkembang berupa perlipatan dan pensesaran. Perlipatan membentuk struktur monoklin, serta pensesaran membentuk sesar normal dan mendatar jurus. Struktur perlipatan secara lokal diberi nama Monoklin Telaga Langsat Sungai Raya, terdapat di bagian tengah membentang dari arah Timurlaut di daerah Telaga Langsat yang menerus ke luar daerah penyelidikan hingga ke Barabai, berlanjut ke arah Baratdaya di daerah Sungai Raya yang menerus ke luar daerah penyelidikan hingga ke daerah Rantau. Bidang kemiringan dari 10O hingga 55O yang melipat satuan Sekis dan Filit (Sks) anggota Komplek Malih (Mm); Satuan Batugamping dan Pualam (Ma) anggota Formasi Batununggal (Klb); Satuan Tufa (Tuf) dan Satuan Breksi (Brek) anggota Formasi Haruyan (Kvh); Satuan Batupasir Kersik (Pshi) dan Batupasir Arenit (Psar) anggota Formasi Pitap (Ksp); Satuan Batulempung (Lmp) dan Satuan Napal (Napl) anggota Formasi Tanjung (Tet); Satuan Batugamping Terumbu (Gter) dan Satuan Batugamping Klastik (Btgmp) anggota Formasi Berai (Tomb); Satuan Batupasir Kuarsa (LpPsr) anggota Formasi Warukin (Tmw); serta Satuan Pasir (PsrSi) anggota Formasi Dahor (TQd). Pensesaran membentuk Struktur Sesar Mendatar Sinistral Amandit; dan Sesar Normal Batubini – Batulaki. Sesar Mendatar Sinistral Amandit terdapat di sepanjang Sungai Amandit, membentang berarah relatif Timur – Barat hingga Timurlaut – Baratdaya, menyayat dan menggeser Satuan Tufa (Tuf) dan Satuan Breksi (Brek) anggota Formasi Haruyan (Kvh); Satuan Batupasir Kersik (Pshi) dan Batupasir Arenit (Psar) anggota Formasi Pitap (Ksp); Satuan Batulempung (Lmp) dan Satuan Napal (Napl) anggota Formasi Tanjung (Tet); Satuan Batugamping Terumbu (Gter) dan Satuan Batugamping Klastik (Btgmp) anggota Formasi Berai 6
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
(Tomb) serta Satuan Batupasir Kuarsa (LpPsr) anggota Formasi Warukin (Tmw). Struktur Sesar Normal Batubini – Batulaki membentang berarah relatif Timurlaut – Baratdaya hingga hampir Utara – Selatan, kemiringan bidang cermin sesar bervariasi antara 45O hingga 85O ke arah Baratlaut, terdapat di sepanjang Perbukitan Batubini – Batulaki di sebelah tengah daerah penyelidikan. Sesar Normal Batubini – Batulaki menyayat Satuan Batugamping Terumbu (Gter) dan Satuan Batugamping Klastik (Btgmp) anggota Formasi Berai (Tomb) serta Satuan Batupasir Kuarsa (LpPsr) anggota Formasi Warukin (Tmw) yang mengakibatkan satuan batuan di sebelah Tenggara relatif terdorong ke arah atas permukaan dan di sebelah Baratlaut terbenam ke bawah. Sesar Normal Batubini – Batulaki memotong Struktur Sesar Mendatar Sinistral Amandit di daerah Batulaki sehingga menyebabkan ujung bagian Barat Struktur Sesar Mendatar Sinistral Amandit terbenam ke bawah tertimbun oleh Satuan Batupasir Kuarsa (LpPsr) anggota Formasi Warukin (Tmw). Struktur perlipatan dan pensesaran berlangsung sejak Pra-Tersier, menerus dan berulang selama Intra Miosen dan diduga masih berlajut hingga kini. 3.2 Potensi Endapan Bahan Galian Perhitungan sumber daya dengan Metoda Penampang dan Daerah Pengaruh pada tingkat kepercayaan (Faktor Koreksi) 55%, didasarkan pendekatan volume dari dimensi bentuk kerucut terpancung, yakni : Batugamping di daerah-daerah : 1. Perbukitan Batu Bini - Bukit Batu Tunggal, Kecamatan Padang Batung, (Ls-01 sampai dengan Ls-15), sebaran 90,56 Hektar, sumber daya tertunjuk 4.870.000 m3 = 11.750.000 Ton; 2. Perbukitan Durian Rabung - Perbukitan Batu Laki, Kecamatan Padang Batung (Ls-16 sampai dengan Ls-32A), sebaran 368,80 Hektar, sumber daya tertunjuk 59.000.000 m3 =142.750.000 Ton; 3. Perbukitan Liang Mandala - Perbukitan Buritsanga, Kecamatan Telaga Langsat (Ls-33 sampai dengan Ls-36B), sebaran 299,50 Hektar, sumber daya tertunjuk 64.000.000 m3 = 155.000.000 Ton; 4. Perbukitan Batu Laki – Perbukitan Sungai Pangkulan, Kecamatan Padang Batung dan Sungai Raya (Ls-37 sampai dengan Ls-43C), sebaran 550,50
Hektar, sumber daya tertunjuk 169.500.000 m3 = 410.000.000 Ton; 5. Total potensi batugamping pada empat Blok Prospek (Ls-01 sampai dengan Ls43C), luas sebaran teramati 1.309,36 Hektar, sumber daya tertunjuk = 297.370.000 m3 (719.500.000 Ton). 6. Batugamping mempunyai kualitas ratarata SiO2 = 0,12%; Al2O3 = 0,13%; Fe2O3 = 0,07%; CaO = 54,49%; MgO = 0,71%; Na2O = 0,01%; K2O = 0,00%; TiO2 = 0,02%; MnO = 0,00%; P2O5 = 0,21%; SO3 = 0,01%; H2O- = 0,05%; HD = 43,53%. Kadar CaO > 50,00%; MgO < 5,00% dan TiO2 < 1,00%, memenuhi persyaratan teknis sebagai bahan baku Industri semen portland, tetapi masih memerlukan pengujian kualitas dari hasil pengambilan conto dengan jarak sepasi yang semakin diperrapat dari hasil pemboran eksplorasi pada Blok Prospek Rencana Area Penambangan (Quarry) Bahan Baku Semen. Lempung di daerah-daerah : 1. Perbukitan Desa Ambutun, Kecamatan Telaga Langsat (Cly-01), mempunyai luas sebaran teramati sebesar 236,40 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 10.600.000 m3 (12.000.000 Ton), komposisi kimia SiO2 = 58,27%; Al2O3 = 18,19%; Fe2O3 = 7,37%; CaO = 0,00%; MgO = 0,61%; Na2O = 0,00%; K2O = 0,65%; TiO2 = 1,05%; MnO = 0,02%; P2O5 = 0,12%; SO3 = 0,12%; H2O- = 4,04%; HD = 12,24%. Kadar Na2O + K2O < 1,00%; Al2O3 > 10,00%; SiO2 > 50,00% dan TiO2 < 1,00%; lempung ini mempunyai mutu cukup baik untuk batu bata dan genteng serta dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri semen portland. 2. Perbukitan Desa Sungai Bungur, Kecamatan Telaga Langsat (Cly-02), mempunyai luas sebaran teramati sebesar 632,30 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 25.800.000 m3 (31.000.000 Ton), komposisi kimia SiO2 = 82,43%; Al2O3 = 9,10%; Fe2O3 = 1,30%; CaO = 0,00%; MgO = 0,21%; Na2O = 0,03%; K2O = 0,24%; TiO2 = 0,79%; MnO = 0,01%; P2O5 = 0,18%; SO3 = 0,02%; H2O- = 1,56%; HD = 4,94%. Kadar Na2O + K2O < 1,00%; Al2O3 < 10,00%; SiO2 > 50,00% dan TiO2 < 1,00%; lempung ini mempunyai mutu cukup baik untuk batu bata dan genteng serta 7
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
3.
4.
5.
6.
dapat digunakan sebagai bahan baku industri semen portland. Perbukitan Desa Madang, Kecamatan Padang Batung (Cly-03), mempunyai luas sebaran teramati sebesar 551,90 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 71.300.000 m3 (85.000.000 Ton), komposisi kimia SiO2 = 59,62%; Al2O3 = 18,49%; Fe2O3 = 6,28%; CaO = 0,00%; MgO = 0,61%; Na2O = 0,00%; K2O = 0,60%; TiO2 = 0,98%; MnO = 0,03%; P2O5 = 0,13%; SO3 = 0,02%; H2O- = 5,11%; HD = 12,44%. Kadar Na2O + K2O < 1,00%; Al2O3 < 10,00%; SiO2 > 50,00% dan TiO2 < 1,00%; lempung ini mempunyai mutu cukup baik untuk batu bata dan genteng serta dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri semen portland. Perbukitan Desa Padang Batung, Kecamatan Padang Batung (Cly-04), mempunyai luas sebaran teramati sebesar 318,90 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 30.600.000 m3 (36.000.000 Ton), komposisi kimia SiO2 = 58,28%; Al2O3 = 18,48%; Fe2O3 = 6,26%; CaO = 0,00%; MgO = 0,76%; Na2O = 0,14%; K2O = 0,88%; TiO2 = 0,90%; MnO = 0,05%; P2O5 = 0,11%; SO3 = 0,08%; H2O- = 5,90%; HD = 13,42%. Kadar Na2O + K2O > 1,00%; Al2O3 > 10,00%; SiO2 > 50,00% dan TiO2 < 1,00%; lempung ini baik untuk batu bata dan industri semen portland. Perbukitan Desa Puncak Harapan, Kecamatan Sungai Raya (Cly-05), mempunyai luas sebaran teramati sebesar 954,60 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 109.300.000 m3 (131.000.000 Ton), komposisi kimia SiO2 = 58,96%; Al2O3 = 17,24%; Fe2O3 = 8,73%; CaO = 0,00%; MgO = 0,50%; Na2O = 0,02%; K2O = 0,70%; TiO2 = 0,90%; MnO = 0,03%; P2O5 = 0,11%; SO3 = 0,12%; H2O- = 5,26%; HD = 12,18%. Kadar Na2O + K2O < 1,00%; Al2O3 > 10,00%; SiO2 > 50,00% dan TiO2 < 1,00%; lempung ini mempunyai mutu baik untuk batu bata dan genteng serta dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri semen portland. Perbukitan Desa Budi Mulya, Kecamatan Sungai Raya (Cly-06), luas sebaran teramati sebesar 950,90 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 77.500.000 m3 (93.000.000 Ton).
7.
Perbukitan Desa Tambak Pipi’i, Kecamatan Sungai Raya (Cly-07), luas sebaran teramati sebesar 677,70 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 77.600.000 m3 (93.000.000 Ton). 8. Total potensi lempung pada tujuh Blok Prospek (Cly-01 sampai dengan Cly07), sebaran teramati sebesar 4.222,70 Hektar, sumber daya tertunjuk = 402.000.000 m3 (480.000.000 Ton). 9. Lempung dengan kualitas rata-rata Na2O + K2O = 0,00 - 1,00%; Al2O3 = 10,00 – 25,00%; SiO2 = 25,00 - 50,00% dan TiO2 = 0,00 - 1,00%; memenuhi persyaratan teknis sebagai bahan baku Industri semen portland, tetapi masih memerlukan pengujian kualitas tingkat lanjut dari hasil pengambilan conto dengan jarak sepasi yang semakin diperrapat dari hasil pemboran eksplorasi pada Rencana Area Penambangan (Quarry) Semen. Pasir kuarsa di daerah-daerah : 1. Perbukitan Desa Mandala, Kecamatan Telaga Langsat (Si-01), mempunyai luas sebaran teramati sebesar 80,83 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 5.000.000 m3 (6.000.000 Ton), komposisi kimia SiO2 = 75,17%; Al2O3 = 11,07%; Fe2O3 = 0,64%; CaO = 0,00%; MgO = 0,76%; Na2O = 0,11%; K2O = 0,68%; TiO2 = 0,69%; MnO = 0,00%; P2O5 = 0,08%; SO3 = 0,08%; H2O- = 0,51%; HD = 4,06%. Kadar Na2O + K2O < 1,00%; Al2O3 > 10,00%; SiO2 < 90,00% dan TiO2 < 1,00%; pasir kuarsa ini mempunyai mutu baik digunakan sebagai pasir cetak dan bahan bangunan, serta untuk bahan baku industri semen portland setelah melalui proses pemurnian / pencucian. 2. Perbukitan Gunung Lalayang, Desa Tanah Bangkang, Kecamatan Sungai Raya (Si-02), luas sebaran teramati sebesar 316,40 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 62.000.000 m3 (76.000.000 Ton), komposisi kimia SiO2 = 94,01%; Al2O3 = 3,47%; Fe2O3 = 0,44%; CaO = 0,00%; MgO = 0,07%; Na2O = 0,03%; K2O = 0,15%; TiO2 = 0,27%; MnO = 0,00%; P2O5 = 0,08%; SO3 = 0,04%; H2O- = 0,18%; HD = 1,34%. Kadar Na2O + K2O < 1,00%; Al2O3 < 10,00%; SiO2 < 90,00% dan TiO2 < 1,00%; pasir kuarsa ini mempunyai mutu dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri semen portland. 8
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
3.
4.
5.
6.
Perbukitan Gunung Bujur, Desa Paharuangan, Kecamatan Sungai Raya (Si-03), mempunyai luas sebaran teramati sebesar 480,40 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 93.000.000 m3 (115.000.000 Ton), komposisi kimia SiO2 = 84,87%; Al2O3 = 9,14%; Fe2O3 = 0,54%; CaO = 0,00%; MgO = 0,00%; Na2O = 0,06%; K2O = 0,62%; TiO2 = 0,66%; MnO = 0,00%; P2O5 = 0,09%; SO3 = 0,08%; H2O- = 0,42%; HD = 3,64%. Kadar Na2O + K2O < 1,00%; Al2O3 < 10,00%; SiO2 < 90,00% dan TiO2 < 1,00%; pasir kuarsa ini mempunyai mutu baik digunakan sebagai pasir cetak dan bahan bangunan, serta untuk bahan baku industri semen portland setelah melalui proses pemurnian / pencucian. Perbukitan Gunung Kulur, Desa Puncak Harapan, Kecamatan Sungai Raya (Si04), mempunyai luas sebaran teramati sebesar 295,20 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 24.000.000 m3 (30.000.000 Ton), komposisi kimia SiO2 = 85,47%; Al2O3 = 9,52%; Fe2O3 = 0,57%; CaO = 0,00%; MgO = 0,06%; Na2O = 0,06%; K2O = 0,59%; TiO2 = 0,64%; MnO = 0,00%; P2O5 = 0,09%; SO3 = 0,00%; H2O- = 0,39%; HD = 3,38%. Kadar Na2O + K2O < 1,00%; Al2O3 < 10,00%; SiO2 < 90,00% dan TiO2 < 1,00%; pasir kuarsa ini mempunyai mutu baik digunakan sebagai pasir cetak dan bahan bangunan, serta untuk bahan baku industri semen portland setelah melalui proses pemurnian / pencucian. Perbukitan Desa Malilingin, Kecamatan Padang Batung (Si-05), mempunyai luas sebaran teramati sebesar 167,40 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 8.000.000 m3 (10.000.000 Ton), komposisi kimia SiO2 = 85,29%; Al2O3 = 9,15%; Fe2O3 = 0,62%; CaO = 0,00%; MgO = 0,01%; Na2O = 0,06%; K2O = 0,55%; TiO2 = 0,55%; MnO = 0,00%; P2O5 = 0,09%; SO3 = 0,00%; H2O- = 0,36%; HD = 3,33%. Kadar Na2O + K2O < 1,00%; Al2O3 < 10,00%; SiO2 < 90,00% dan TiO2 < 1,00%; pasir kuarsa ini mempunyai mutu baik digunakan sebagai pasir cetak dan bahan bangunan, serta untuk bahan baku industri semen portland setelah melalui proses pemurnian / pencucian. Total potensi komoditi pasir kuarsa pada lima Blok Prospek (Si-01 sampai
dengan Si-05), sebaran teramati 1.340,20 Hektar, sumber daya tertunjuk = 191.900.000 m3 (236.000.000 Ton) 7. Pasir kuarsa dengan kualitas komposisi kimia SiO2 = 80,95 - 98,99%; Al2O3 = 0,02 – 0,04%; Fe2O3 = 0,01 – 0,02% memenuhi persyaratan teknis sebagai bahan baku Industri semen portland terutama setelah proses pencucian dan pemurnian. Walaupun demikian masih memerlukan pengujian kualitas dari hasil pengambilan conto dengan jarak sepasi yang semakin diperrapat dari hasil pemboran eksplorasi pada Rencana Area Penambangan (Quarry) Bahan Baku Semen. 3.3 Prospek Pemanfaatan Dan Pengembangan Bahan Galian • Batugamping secara langsung dapat digunakan sebagai bahan fondasi bangunan konstruksi ringan hingga menengah, pupuk pertanian dan batuan ornamen dengan modal yang relatif tidak begitu besar serta teknologi yang sederhana. • Batugamping memenuhi persyaratan teknis sebagai bahan baku dalam industri semen portland. Proses penambangan dan pengolahan memerlukan modal yang cukup besar dengan teknologi yang tinggi dan harus memperhatikan kelestarian lingkungan di sekitarnya • Lempung secara langsung dapat digunakan sebagai bahan baku batubata, genteng, tembikar dan gerabah padat, melalui proses penambangan dan pengolahan dengan teknologi sederhana disertai modal relatif tidak begitu besar dan langsung dipergunakan oleh masyarakat. • Lempung memenuhi persyaratan teknis sebagai bahan baku dalam industri semen portland dan keramik. Proses penambangan dan pengolahan memerlukan modal yang cukup besar dengan teknologi yang tinggi dan harus memperhatikan kelestarian lingkungan di sekitarnya • Pasir kuarsa secara langsung dapat digunakan sebagai bahan baku filter fluida, pasir aktif untuk penjernih air dan bahan bangunan, melalui proses penambangan dan pengolahan dengan teknologi sederhana disertai modal
9
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
relatif tidak begitu besar dan langsung dipergunakan oleh masyarakat. • Pasir kuarsa memenuhi persyaratan teknis sebagai bahan baku dalam industri semen portland, keramik dan gelas berwarna. Proses penambangan dan pengolahan memerlukan modal yang cukup besar dengan teknologi tinggi dan harus memperhatikan kelestarian lingkungan di sekitarnya • Dilihat dari besarnya jumlah potensi sumber daya tertunjuk, batugamping, lempung dan pasir kuarsa mempunyai harapan yang sangat besar sebagai asset Pemerintah Daerah untuk dapat segera dikembangkan di kemudian hari. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Batugamping tidak termasuk dalam kawasan batugamping kars kelas 1 dan kelas 2 (Samodra,H., 2001 dan 2003). 2. Sebaran total batugamping 1.309,36 Hektar, sumber daya tertunjuk 297.370.000 m3 (719.500.000 Ton). 3. Kualitas batugamping CaO = 52,30 – 55,99%; MgO = 0,35 – 1,35% dan TiO2 = 0,00 – 0,78%, memenuhi persyaratan teknis sebagai bahan baku Industri semen portland, tetapi masih memerlukan pengujian kualitas tingkat lanjut dari hasil pengambilan conto dengan jarak sepasi yang semakin diperrapat dari hasil kegiatan pemboran eksplorasi pada Blok Prospek Rencana Area Penambangan (Quarry) Bahan Baku Semen. 4. Sebaran total lempung 4.222,70 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 402.000.000 m3 (480.000.000 Ton). 5. Kualitas lempung Na2O + K2O = 0,00 1,00%; Al2O3 = 10,00 – 25,00%; SiO2 = 25,00 - 50,00% dan TiO2 = 0,00 1,00%; memenuhi persyaratan teknis sebagai bahan baku Industri semen portland, tetapi masih memerlukan pengujian kualitas tingkat lanjut dari hasil pengambilan conto dengan jarak sepasi yang semakin diperrapat dari hasil pemboran eksplorasi pada Blok Prospek Rencana Area Penambangan (Quarry) Bahan Baku Semen. 6. Sebaran total pasir kuarsa 1.340,20 Hektar, dan sumber daya tertunjuk 191.900.000 m3 (236.000.000 Ton). 7. Kualitas pasir kuarsa SiO2 = 80,95 98,99%; Al2O3 = 0,02 – 0,04%; Fe2O3 = 0,01 – 0,02% memenuhi persyaratan
teknis sebagai bahan baku Industri semen portland terutama setelah proses pencucian dan pemurnian. Walaupun demikian masih memerlukan pengujian kualitas dari hasil pengambilan conto dengan jarak sepasi yang semakin diperrapat dari hasil kegiatan pemboran eksplorasi pada Blok Prospek Rencana Area Penambangan (Quarry) Bahan Baku Semen. 8. Berdasarkan pelamparan sebaran komoditi batugamping, lempung dan pasir kuarsa yang cukup luas di antara Perbukitan Batu Laki – Perbukitan Sungai Pangkulan, Perbukitan Liang Mandala – Burit Sanga, Perbukitan Batu Bini – Batu Tunggal dan Perbukitan Durian Rabung - Batu Laki daerah tersebut berpotensi dan cukup ideal sebagai areal penambangan (Quarry) bahan baku semen (Gambar : 2). 9. Berdasarkan kedekatannya dengan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai, relatif dekatnya dengan sumber air dari Sungai Amandit, serta kemiringan lereng yang landai; perbukitan bergelombang di daerah Puncak Harapan dan Budi Mulya, Kecamatan Sungai Raya, cukup ideal sebagai areal pabrik dan pengolahan bahan baku semen (Gambar : 2). 4.2 Saran 1. Infrastruktur dapat mengadakan kerjasama (Sharing) dengan sarana dan prasarana yang ada baik milik Pemerintah Daerah Setempat ataupun Pemerintah Pusat. Lokasi sebaran bahan baku semen (Area Penambangan / Quarry) berada di antara 6 Km hingga 22 Km ke sebelah Timur, Timurlaut dan Tenggara, serta Rencana Lokasi Pengolahan antara 10 Km hingga 22 Km ke sebelah Tenggara dari kota Kandangan. 2. Sumber air utama dianjurkan dari aliran Sungai Amandit, mendatang sedang dibangun bendungan untuk pengairan dan tenaga listrik di daerah Batu Laki. 3. Sumber energi panas dapat bekerja sama dengan pemilik konsesi batubara di daerah Telaga Langsat (sumber daya hipotetik 350.000.000 juta ton) dan Sungai Raya (sumber daya hipotetik 500.000.000 juta ton) antara lain yakni PT. Antang Gunung Meratus. 4. Sumber energi lainnya dapat diperoleh apabila tenaga listrik yang dihasilkan 10
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
dari bendungan Sungai Amandit telah peningkatan sumber daya manusia berfungsi. secara bertahap. Tenaga ahli khusus di 5. Kebutuhan pasir besi antara lain dari datangkan dari luar daerah dan Kalimantan Timur, dan gipsum lebih berangsur dilakukan alih teknologi ekonomis di import dari Australia. dengan menciptakan kader-kader baru. 6. Kebutuhan tenaga kerja dapat terpenuhi dari daerah setempat dengan cara DAFTAR PUSTAKA 1. Bemmelen, R. W. van, 1949 : The Geology of Indonesia, volume I-A, I-B., Government Printting Office, The Haque. 2. D. Alizar., dkk., 1976, Penyelidikan Pendahuluan Bahan Baku Semen di daerah Kandengan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan, Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung. 3. Heryanto, R., dkk., 1994, Peta Geologi Lembar Sampanahan, Kalimantan, Skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. 4. Heryanto, R. dan Sanyoto, 1994, Peta Geologi Lembar Amuntai, Kalimantan, Skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. 5. Samodra, H., 2001, Nilai Strategis Kawasan Kars di Indonesia, Pengelolaan dan Perlindungannya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. 6. Samodra, H., 2003, Keanekaragaman Hayati dan Nirhayati Serta Nilai Strategis Kawasan Kars, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
11
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Gambar 1 :
Peta Geologi Lokal Komoditi Bahan Baku Semen Daerah Kecamatan Padang Batung Dan Sekitarnya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan (Penulis, 2008 dan P3G, 1994 ). 12
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Gambar 2 :
Peta Sebaran Dan Rencana Area Penambangan (Quarry) Serta Pabrik Pengolahan (Plan Site) Bahan Baku Semen, Daerah Kecamatan Padang Batung Dan Sekitarnya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan (Penulis, 2008 dan P3G, 1994 ).
13