Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
THE PREPARATION OF SCIENCE STUDENTS TEACHER TO TEACH IN ENGLISH Dr. Nancy Susianna, M.Pd Monika Sidabutar, M.Pd Universitas Pelita Harapan - Tangerang
[email protected] The purpose of this research is describing science student teachers preparation before teaching science in English. The research method use is descriptive case study. The subject of this research were 16 English science student teachers that had ever taught science in English or had ever done the micro teaching. The results of this research are science student teachers have done six steps of preparation and practice their ability in English before teaching science in English. That are first step, choosing the topic and looking for the material; second step, studying the material deeply; third step, arranging lesson plan in English; fourth step, providing the equipment and the material that needed in presentation such as handouts, media, demonstration and laboratory practicum; fifth step, looking for terminology that related to the topic; sixth step, practicing teaching science in English. Keyword: teaching preparation, science student teacher. Pendahuluan Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3, tentang Sistim Pendidikan Nasional berbunyi: “Pemerintah dan/atau daerah menyelenggarakan setidak–tidaknya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”. Sejalan dengan undang-undang di atas, maka terbentuk Sekolah Bertaraf Internasional atau Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional. Salah satu standar kompetensi yang diperlukan oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogi. Selain dapat menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, seorang guru harus dapat berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Demikian halnya dengan guru yang akan mengajar di Sekolah Bertaraf Internasiona maupun Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional, harus dapat menyelenggarakan pembelajaran dengan menggunakan bahasa inggris. Berdasarkan angket yang disebarkan pada 40 siswa-siswa lulusan SMA di berbagai sekolah yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, diperoleh data bahwa 72 % dari jumlah siswa mengatakan bahwa pelajaran sains merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit. Lebih lanjut banyak istilah-istilah dalam bahasa Indonesia yang berbeda dengan bahasa Inggris, seperti natrium menjadi sodium. Berdasarkan wawancara dengan beberapa orang tua yang menyekolahkan putra-putrinya di sekolah yang bertaraf internasional, ditemukan bahwa orang tua sangat mengharapkan putraputrinya menguasai materi pelajaran termasuk sains dan juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa inggris. Kenyataan yang terjadi di lapangan tidak sejalan dengan yang diharapkan. Lebih lanjut ditemukan bahwa banyak orang tua yang mengeluh putra-putrinya lebih mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa inggris dibandingkan dengan guru sains karena sudah mengikuti kursus bahasa inggris.
Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
Pada saat ini beberapa universitas khususnya fakultas ilmu pendidikan membuka program internasional. Diharapkan setelah mengikuti program ini mahasiswa dapat mengajar sains di sekolah bertaraf internasional. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di salah satu universitas pada fakultas ilmu pendidikan yang mempersiapkan mahasiswanya menjadi guru sains bertaraf internasional, diperoleh data bahwa 55% mahasiswa merasa belum siap mengajar sains dengan menggunakan bahasa inggris dan 60% mahasiswa belum bersedia melakukan praktikum di sekolah bertaraf internasional meskipun nilai English Proficiency Test (EPT) mereka tergolong tinggi sekitar 400 – 500. Kenyataan ini tentu bertentangan dengan yang diharapkan. Salah satu tugas kuliah yang diberikan kepada mahasiswa fakultas ilmu pendidikan adalah melakukan micro teaching dan praktikum. Micro teaching adalah kegiatan mengajar yang dilakukan mahasiswa di kelas perkuliahan, praktikum adalah kegiatan mengajar yang dilakukan mahasiswa di kelas yang sesungguhnya. Untuk mengetahui ketidaksiapan mahasiswa mengajar di sekolah bertaraf internasional maka perlu ditinjau persiapan yang dilakukan mahasiswa ketika akan mengajar sains dengan menggunakan bahasa inggris. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan subyek penelitian 16 mahasiswa sains pada kelas internasional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Kuesioner dibagikan pada 16 mahasiswa sains yang telah melakukan kegiatan micro teaching dan praktikum. Wawancara dilakukan pada 10 orang mahasiswa, 6 orang kolega dan 6 orang dosen. Kolega yang dimaksud di sini adalah temanteman mahasiswa yang pernah mengaamati mahasiswa ketika mengadakan micro teaching atau praktikum. Dosen yang dimaksud disini adalah pengajar yang pernah mengadakan micro teaching di dalam perkuliahannya, terdiri dari 2 orang dosen sains, 1 orang dosen pedagogy, 1 orang dosen PSAL science, dan 1 orang dosen teaching and learning. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah portfolio praktikum. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles and Huberman. Ada tiga langkah yang dilakukan yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification (Sugiono, 2008 hal.337). Temuan dan Pembahasan Berdasarkan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner diperoleh informasi sebagai berikut 69 % mahasiswa selalu melakukan persiapan materi pelajaran dan melatih kemampuan berbahasa inggrisnya dengan baik sebelum mengajar sains ketika akan micro teaching atau praktikum, 18.8% mengatakan kadang-kadang dan 12.2% mengaku tidak melakukan persiapan. Hasil wawancara dengan 10 orang mahasiswa yang dipilih secara acak menunjukkan bahwa 70% mahasiswa selalu mempersiapkan materi pelajaran dengan baik meski ada 30% mahasiswa yang merasa masih perlu memperdalam pengetahuannya tentang materi sains. Mahasiswa tidak melakukan latihan khusus untuk meningkatkan kemampuan berbahasa inggris karena sebanyak 80% memiliki latar belakang pendidikan bahasa inggris dengan cara mengikuti kursus ketika masih duduk dibangku sekolah menengah. Persiapan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah mencari bahan/materi tentang topik yang akan diajarkan; membaca textbook dan mempelajari materi pelajaran secara mendalam; menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum, menyusun lesson plan, handouts, bahan presentasi, dan alat peraga; mencari istilahistilah (terminology) sains dalam bahasa inggris yang berhubungan dengan topik; dan berlatih mengajar sains dalam bahasa inggris.
Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
Berdasarkan hasil wawancara dengan kolega, diperoleh data bahwa 50% mahasiswa menunjukkan performa yang baik dalam hal kemampuan materi pelajaran dan berbahasa inggris ketika melakukan micro teaching, sedangkan 50% mahasiswa lainnya perlu meningkatkan penguasaan materi pelajaran dan bahasa inggris. Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen, diperoleh bahwa persiapan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum mengajar sains adalah menentukan dan mencari bahan/topik yang akan dipresentasikan; memilih metode pembelajaran; menyiapkan presentasi; membuat rubrik; menyusun lesson plan; melatih bahasa inggris; mempelajari istilah-istilah (terminology) sains yang berhubungan dengan topik yang dipresentasikan. Jika dilihat dari segi penguasaan materi pelajaran, kemampuan mahasiswa sudah cukup baik untuk mengajar sains. Akan tetapi, mahasiswa tidak boleh puas sampai disini saja karena sains terus berkembang dengan pesat sehingga perlu terus belajar lagi tentang sains. Jika dilihat dari kemampuan berbahasa inggris, dosen mendukung pendapat kolega bahwa ada beberapa yang sudah mampu berbahasa inggris dengan sangat baik, sedangkan lainnya masih perlu ditingkatkan karena kadang-kadang masih menggunakan bilingual bahasa indonesia dan bahasa inggris jika sedang melakukan micro teaching di depan kelas. Dari studi dokumentasi portfolio diperoleh data bahwa lesson plan dibuat dengan menggunakan bahasa inggris. Guru mentor memberikan nilai antara good sampai excellent untuk menilai kemampuan mahasiswa mengajar sains dengan menggunakan bahasa inggris. Berdasarkan analisis data lebih lanjut, ditemukan bahwa ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum mengajar sains dengan bahasa inggris. Persiapan pertama adalah menentukan topik dan bahan yang akan diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara, setelah menentukan topik 20% mahasiswa mencari bahan materi dari internet tentang isu-isu sains terbaru yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan sedangkan 80% mahasiswa lain melakukan pencarian bahan materi dari textbook. Ada seorang mahasiswa berkonsultasi dengan guru mentor tentang bahan materi yang akan disampaikan di dalam kelas. Persiapan kedua adalah mempelajari materi pelajaran secara mendalam. Berdasarkan hasil wawancara, 87.5% mahasiswa membaca lebih dari satu textbook berbahasa inggris untuk mendukung persiapan ini. Dari studi dokumentasi ditemukan bukti adanya fotokopi dari beberapa textbook sains yang gunakan oleh mahasiswa sebagai sumber bacaan. Persiapan ketiga adalah menyusun lesson plan dalam bahasa inggris. Berdasarkan hasil wawancara, 70% mahasiswa mengatakan membuat lesson plan dengan menggunakan bahasa inggris, 30% mahasiswa lainnya menggunakan bahasa indonesia. Hal ini terjadi karena beberapa mahasiswa melakukan praktikum di sekolah nasional sehingga guru mentor meminta untuk menuliskan lesson plan dalam bahasa Indonesia. Hal ini didukung dari data dokumentasi yaitu seluruh mahasiswa yang melakukan praktikum di sekolah internasional menuliskan lesson plan dengan menggunakan bahasa inggris. Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh sebanyak 75% mahasiswa mempersiapkan lesson plan sehari sebelum kelas dimulai, sedangkan 25 % lainnya mengatakan menyiapkan lesson plan beberapa saat sebelum kelas dimulai. Berdasarkan wawancara dengan dosen, 67 % mahasiswa membuat lesson plan berbahasa inggris pada saat micro teaching. Persiapan keempat adalah menyiapkan alat dan bahan untuk mengajar. Berdasarkan hasil wawancara, 50% mahasiswa menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan belajar mengajar sains. Ada beberapa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan yaitu ceramah, demonstrasi dan praktikum. Tiga belas mahasiswa menggunakan metode ceramah, seorang mahasiswa menggunakan metode demonstrasi dan ada dua orang mahasiswa yang melakukan praktikum di laboratorium. Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh sebanyak 87.5% mahasiswa selalu
Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
menyiapkan alat dan bahan untuk mengajar. Hal ini didukung dari hasil wawancara dengan dosen yang mengatakan 83.3% mahasiswa menggunakan alat dan bahan ketika micro teaching. Berdasarkan studi dokumentasi, ditemukan ada seorang mahasiswa yang menuliskan “make sure the classroom is effective in learning…” , yang artinya“memastikan kelas sudah rapi, nyaman dan teratur…” di lesson plan. Tulisan ini membuktikan bahwa mahasiswa tersebut selalu mempersiapkan alat dan bahan pendukung pembelajaran dengan baik. Alat dan bahan pendukung lain yang disiapkan adalah spidol, papan tulis, media, handouts tepat sebelum kelas dimulai. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa sekitar 31.3% mahasiswa menyediakan handouts yang dibagikan kepada siswa sebagai mendukung pembelajaran, akan tetapi tidak ditemukan adanya handouts dari data dokumentasi. Persiapan kelima adalah mencari istilah-istilah (terminology) sains dalam bahasa inggris. Berdasarkan hasil wawancara, 30% mahasiswa mencari istilah-istilah sains dalam bahasa inggris, tetapi data tersebut tidak ditemukan dalam portfolio. Persiapan keenam adalah melakukan latihan mengajar dengan menggunakan bahasa inggris. Berdasarkan hasil wawancara, 50% mahasiswa melakukan latihan mengajar dengan bahasa inggris. Persiapan ini didukung dari hasil kuesioner yaitu 62.5% mahasiswa berlatih mengajar dengan menggunakan bahasa inggris. Diperoleh informasi tambahan dari hasil wawancara, 80% mahasiswa pernah mengikuti kursus/pelatihan bahasa inggris sewaktu masih duduk dibangku sekolah menengah, tetapi bukti berupa sertifikat tidak ditemukan dalam data dokumentasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan kolega ditemukan bahwa sebagian mahasiswa menunjukkan performa yang baik di kelas pada saat micro teaching baik dalam materi pelajaran maupun kemampuan berbahasa inggris. Beberapa mahasiswa masih perlu memperdalam kemampuannya dalam berbahasa inggris dan penguasan tentang materi pelajaran sains. Hal yang sama diperoleh dari wawancara dengan dosen bahwa beberapa mahasiswa masih perlu memperdalam kemampuannya dalam berbahasa inggris dan penguasan tentang materi pelajaran sains. Berdasarkan pengolahan data maka ditemukan bahwa persiapan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum mengajar sains dengan bahasa inggris adalah sbb: 1). menentukan topik dan bahan yang akan diajarkan, 2). mempelajari materi pelajaran secara mendalam, 3). menyusun lesson plan dalam bahasa inggris, 4). menyiapkan alat dan bahan untuk mengajar 5). mencari istilah-istilah (terminology) sains dalam bahasa inggris, 6). melakukan latihan mengajar dengan menggunakan bahasa inggris. Menurut Rustaman (2005 hal. 7-8), ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar yaitu 1) merumuskan tujuan pembelajaran, 2) merumuskan alat evaluasi, 3) memilih materi pelajaran dan 4) memilih pengalaman belajar. Dari segi merumuskan tujuan pembelajaran, mahasiswa perlu memperhatikan 4 komponen yang harus ada dalam sebuah tujuan pembelajaran yaitu audience (A), behavior (B) condition (C) dan degree (D). Berdasarkan dokumentasi tentang cara penulisan tujuan pembelajaran ditemukan bahwa 100% mahasiswa telah memenuhi syarat audience dan behavior, 10% untuk audience, behavior, condition ,dan 20% audience, behavior, condition, degree . Berdasarkan temuan di atas mahasiswa perlu menyempurnakan penulisan tujuan pembelajaran. Menurut Rustaman (2005), apabila seorang guru telah menuliskan tujuan pembelajaran berarti telah melakukan 50% persiapan dalam mengajar. Dari segi merumuskan alat evaluasi, mahasiswa perlu melakukan evaluasi hasil belajar siswa dari beberapa ranah misalnya dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dari hasil studi dokumentasi, ditemukan adanya lembar kerja siswa yang telah dinilai oleh mahasiswa. Selain
Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
lembar kerja siswa, ditemukan adanya catatan dalam lesson plan seperti “guru mengumpulkan latihan soal yang telah dikerjakan”, dan catatan lain “the student do the test and the teacher supervise them” berarti ada soal latihan yang telah disiapkan kemudian dibagikan kepada siswa. Berdasarkan hasil temuan ini, mahasiswa telah melaksanakan persiapan kedua yaitu merumuskan alat evaluasi. Dari segi memilih materi pelajaran, mahasiswa telah mempersiapkan materi pelajaran mulai dari menentukan topik yang akan diajarkan, mencari bahan sampai mempelajari materi secara mendalam. Oleh karena itu ditemukan bahwa mahasiswa sains telah melaksanakan persiapan ketiga yaitu memilih materi pelajaran. Dari segi memilih pengalaman belajar, mahasiswa masih perlu latihan yang mendalam sehingga dapat mengerti dan menerapkan metoda, pendekatan dan model yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu perlu adanya penekanan dalam perkuliahan tentang hal-hal di atas. Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa ada enam langkah persiapan mengajar sains dengan menggunakan bahasa inggris yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu: 1). menentukan topik dan bahan yang akan diajarkan, 2). mempelajari materi pelajaran secara mendalam, 3). menyusun lesson plan dalam bahasa inggris, 4). menyiapkan alat dan bahan untuk mengajar 5). mencari istilah-istilah (terminology) sains dalam bahasa inggris, 6). melakukan latihan mengajar dengan menggunakan bahasa inggris. Saran yang dapat diberikan kepada mahasiswa berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: perlunya meningkatkan rasa percaya diri akan kemampuan dirinya dalam mengajar sains dengan menggunakan bahasa inggris, memperhatikan pengalaman belajar ketika merancang lesson plan. Saran yang dapat diberikan kepada dosen-dosen di fakultas ilmu pendidikan adalah perlunya penjelasan lebih terperinci tentang pengalaman belajar. Referensi Arends, R. I. Learning to Teach volume 1. Belajar untuk mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008. Bungin, B. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Media Group, 2008 Fraenkel, Jack R. & Wallen, Norman E. How to Design and Evaluate Research in Education. 6th Ed. San Francisco: McGraw-Hill Higher Education, 2006. Hammond, L. D., & Bransford J., Preparing Teachers For A Changing World. What Teachers Should Learn And Be Able To Do. United States of America: Jossey-Bass, 2005. Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. 2002 Rustaman, N. Y., Strategi Belajar-Mengajar Biologi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2005. Singer, A. J., Teaching to Learn, Learn to Teach. A handbook for Secondary School Teachers. London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers, 2003
Proceeding International Seminar of Education : ‘Pedagogical Content Knowledge”
ISBN 978-602-19191-01
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.