PROBLEM-BASED ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN CALON GURU FISIKA
Lia Yuliati
[email protected] Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Abstract: This study aims to improve theteaching and learning of prospective physics teachers by problem based active learning. This research isa classroom action research(CAR) using Kemmis & McTaggart design. The subject ofstudy is the prospective physics teachersin Physics Department of Malang State University, Indonesia. The study used observation sheets to active learning, observations sheets to design and implement learning abilities, andtest. The data were analyzed qualitatively for activities of active learning, the abilityto design and implement the learning, and score ofthe test. The results showed that active problem-based learning can improve the ability to design and implement learning of prospective physics teachers. The results also showed that the prospective physics teachers have difficulty in formulating of learning outcomes and determine the initial activity in the learning of physics. Keywords: prospective physicsteachers, problem-based active learning. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran aktif bagi calon guru. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subyek penelitiannya adalah calon guru peserta matakuliah Strategi Pembelajaran Fisika (SPF) pada Program Studi Pendidikan Fisika yang berjumlah 23 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran aktif, lembar observasi kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran, dan butir soal.Analisis data dilakukan secara kualitatif terhadap kegiatan dan keterlaksanaan pembelajaran aktif, kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran, dan skor rata-rata hasil tes.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran aktif berbasis masalahdapat meningkatkan kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran calon guru prodi Pendidikan Fisika. Hasil penelitian juga menunjukkan kesulitan calon guru dalam mengembangkan indikator pembelajaran dan menentukan kegiatan awal dalam melaksanakan pembelajaran. Kata kunci: calon guru fisika, problem-based active learning.
Pergeseran paradigma proses pendidikan dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran khususnya kurikulum Perguruan Tinggi (PT) menuntut perubahan dan pengembangan bentuk pembelajaran. Sasarannya adalah keaktifan maha-
siswa dalam meningkatkan kualitas dirinya agar lebih berkompeten dibidangnya (Depdiknas, 2005:8).Pembelajaran aktif tampaknya telah menjadi pilihan dalam praktik pendidikan saat ini termasuk di
17
18,J-TEQIP, Tahun III, Nomor 2, Nopember 2012
LPTK sebagai lembaga pendidikan yang menyiapkan calon guru. Active learning atau pembelajaran aktif didefinisikan sebagai pembelajaran yang mendorong mahasistwa dalam proses belajar. Pembelajaran aktif mengarahkan mahasiswa untuk melakukan aktivitas belajar bermakna dan berpikir tentang aktivitas yang dilakukannya. Inti dari pembelajaran aktif adalah aktivitas siswa dan penggalian dalam proses belajar. Pembelajaran aktif sering dikontraskan atau dibedakan dengan metode ceramah dimana mahasiswa secara pasif menerima informasi dari guru (Prince, 2001). Menurut Wein (dalam Attard, dkk 2010:69), pembelajaran aktif adalah suatu pendekatan untuk mendidik siswa dengan memberikan peran yang lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempat-
an kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajarn (mencari informasi, mengolah informasi, dan menimpulkannya, kemudian menerapkan/ mempraktikkan) dengan menyedia-kan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan dan senang melak-sanakan kegiatan belajar (Fink, 1999: 71). Ciri umum dalam pembelajaran aktif adalah guru berganti peran, dari peran mempresentasikan materi pelajaran menja-di seorang fasilitator dari proses tersebut. Pembelajaran aktifditujukan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan pola pembelajaran sebelumnya yang cenderung berpusat pada guru. Secara lebih rinci perbedaan antara pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning)dan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning)dapat disajikan pada Tabel1.
Tabel 1. Perbedaan Teacher CenteredLearning(TCL) dan Student Centered Learning(SCL) No
Teacher Centered Learning
1
Pengetahuan ditransfer dari guru siswa
2
Siswa menerima pengetahuan secara pasif Lebih menekankan pada penguasaan materi
3
Student Centered Learning Siswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya Siswa secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuan Tidak hanya menekankan pada enguasaan materi tetapi juga dalam mengembangkan karakter siswa (life-long learning)
4
Biasanya memanfaatkan media tunggal
Memanfaatkan banyak media (multimedia)
5
Fungsi guru atau pengajar sebagai pemberi informasi utama dan evaluator Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan secara terpisah Sesuai untuk mengembangkan ilmu dalam satu disiplin saja Iklim belajar lebih individualis dan bersifat kompetitif Hanya siswa yang dianggap melakukan proses pembelajaran
Fungsi guru sebagai fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama dengan siswa. Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan saling berkesinambungan dan terintegrasi Sesuai untuk pengembangan ilmu dengan cara pendekatan interdisipliner Iklim yang dikembangkan lebih kolaboratif, suportif dan kooperatif Siswa dan guru belajar bersama di dalam mengembangkan pengetahuan, konsep dan keterampilan. Siswa dapat belajar tidak hanya dari perkuliahan saja tetapi dapat menggunakanberbagai cara dan kegiatan Penekanan pada pencapaian kompetensi siswa dan bukan tuntasnya materi. Penekanan pada bagaimana cara siswa dapat belajar dengan menggunakan berbagai bahan pelajaran, metode interdisipiner, penekanan pada problem based learning dan skill competency
6 7 8 9
10 11 12
Perkuliahan merupakan bagian terbesar dalam proses pembelajaran Penekanan pada tuntasnya materi pembelajaran Penekanan pada bagaimana cara guru melakukan pembelajaran
(Sumber : Depdiknas 2006)
Yuliati, Problem Based Active Learning,19
Implementasi pembelajaran aktif di perguruan tinggi dapat dilakukan secara terintegrasi dengan pembelajaran berbasis masalah.Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang masalah dalam dunia nyata sebagai konteks calon guru untuk belajar berpikir kritis dan kreatif, keterampilan untuk memecahkan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dari suatu materi pembelajaran (Nurhadi, dkk, 2004: 56). PBL dikembangkan terutama untuk membantu calon guru mengem-bangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar pada pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajaran yang otonom dan mandiri. Manfaat pembelajaran menggunakan model ini adalah calon guru akan mempunyai ketrampilan dalam menyelesaikan masalah, mendorong untuk belajar mandiri, membangun kecakapan belajar, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan fokus pada pengetahuan yang relevan serta membangun kemampuan sosial (Amir, 2010:26-29). Oleh karena itu, PBL menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan calon guru dapat mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Integrasi pembelajaran aktif dengan pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan pembelajaran aktif berbasis masalah (Problem based-Active Learning). Artikel ini membahas hasil penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran aktif berbasis masalah dalam upaya meningkatkan kemampuan merancang dan melaksanakan calon guru fisika pada mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika di Jurusan Fisika FMIPA Universitas negeri Malang.
(reflection). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 50 menit setiap pertemuan. Penelitian dilakukan kepada calon guru Program Studi Pendidikan Fisika yang sedang menempuh perkuliahan SPF Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011. Jumlah calon guru terdiri dari 11 calon guru laki-laki dan 12 calon guru perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, pengumpulan porto-folio, dan tes. Instrumen yang digunakan adalah Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dan Lembar Kerja Calon guru (LKM), lembar observasi keterlaksanaan pembe-lajaran, lembar observasi kemampuan merancang pembelajaran, butir soal untuk tes. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah pengamatan partisipatif, observasi, dokumentasi, dan tes. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif tetapi lebih cenderung ke dalam analisis data secara kualitatif karena perlakuan yang diberikan adalah berupa penelitian tindakan kelas. Pengecekan keabsahan data digunakan untuk memperoleh data yang akurat dan obyektif serta dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan hasil analisis data.Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan partisipasi dan triangulasi. Perpanjangan partisipasi ditandai dengan perpanjangan waktu pengamatan pada implementasi kemampuan merancang pembelajaran yang dilaksanakan bersamaan dengan praktek mengajar oleh calon guru setelah pelaksanaan siklus I dan siklus II.
METODE Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan desain Kemmis &McTaggart. Penelitian terdiri dari empat komponen pokok yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahap I, semua calon guru secara bersama-sama wajib mengumpulkan skenario pembelajaran sebelum pelaksanaan praktek pembelajaran pada pertemuan pertama. Pada tahap ini, dilihat kesesuaian skenario pembelajaran dengan
20,J-TEQIP, Tahun III, Nomor 2, Nopember 2012
Kemampuan Merancang Pembelajaran
pelaksanaan praktekpembelajaran.Setiap pertemuan terdapat dua calon guru yang melaksanakan praktek pembelajaran sehingga terdapat dua skenario pembelajaran yang diskor.Setelah dua calon guru selesai melaksanakan praktek pembelajaran maka dosen bersama empat calon guru observer serta dua calon guru yang melaksanakan praktek pembelajaran melaksanakan evaluasi kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan evaluasi kesesuaian skenario pembelajaran
dengan pelaksanaan praktek pembelajaran. Pada tahap II dilaksanakan seminggu setelah calon guru tersebut melaksanakan praktek pembelajaran. Pada pengumpulan tahap II, calon guru diwajibkan merevisi skenario pembelajaran berdasarkan coretan-coretan skenario pembelajaran pada tahap I. Data peningkatan kemampuan merancang pembelajaran dari tahap I ke tahap II terlihat pada Gambar 1.
90.00% 85.00% 80.00% 75.00% 70.00% 65.00% Tahap 1
Tahap 2
Gambar 1. Grafik Data Kemampuan Merancang Pembelajaran
Kegiatan implementasi tindakan merupakan tahap akhir dalam penerapan pembelajaran aktif. Pada tahap ini kemampuan calon guru dalam melaksanakan pembelajaran akan dinilai berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Penilaian tersebut dilakukan saat calon guru melakukan praktik mengajar (peerteaching). Pengamatan terhadap kemampuan melaksanakan pembelajaran bagi calon guru dilakukan pada saat praktik mengajar. Dosen dan 2 observer lain mengamati pelaksanaan kegiatan praktik mengajar. Peneliti menyediakan lembar observasi kemampuan melaksanakan pembelajaran yang akan diisi tiap kali calon guru melakukan praktik mengajar dengan kriteria yang sudah ditentukan. Skor pada tiap aspek akan dijumlahkan sehingga diperoleh nilai kemampuan melaksanakan pembelajaran calon guru.
Pengamatan juga dilakukan dengan mendokumentasikan pelaksanaan praktik mengajar melalui catatan lapangan serta pengambilan foto dan video. Setelah calon guru selesai melakukan praktik mengajar, dosen bersama calon guru melakukan evaluasi dan refleksi untuk mencari kekurangan dan kelebihan kemampuan mengajar calon guru praktikan.Dosen bersama calon guru juga dapat memberikan saran-saran yang berguna untuk kegiatan praktik mengajar berikutnya. Berdasarkan hasil tes pada siklus II diperoleh rata-rata nilai tes sebesar 78,61. Hasil ini telah menunjukkan pencapaian ketuntasan belajar, sebab indikator keberhasilan yang ditentukan sebesar 75. Temuan Penelitian pada saat Implementasi Tindakan setelah dilakukannya penerapan pembelajaran aktif berkaitan dengan kemampuan calon guru dalam melaksa-
Yuliati, Problem Based Active Learning,21
nakan pembelajaran saat kegiatan praktik mengajar.Aspek-aspek kemampuan me-
laksanakan pembelajaran untuk tiap aspek ditunjukkan pada Gambar 2.
Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran
120.00%
Keterangan: 1. Membuka Pelajaran 2. Penggunaan Model Pembelajaran 3. Penggunaan Media Pembelajaran 4. Penguasaan Materi Ajar 5. Penyampaian Materi Ajar 6. Pengelolaan Kelas 7. Menutup Pelajaran
100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 2. Grafik Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran untuk Tiap Aspek
Secara keseluruhan, keterlaksanaan pembelajaran aktif mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. Pada tiap siklus juga mengalami peningkatan untuk masing-masing aspek, yaitu aspek perencanaan, pembelajaran, manajemen kelas, dan penilaian. Peningkatan paling signifikan terdapat pada aspek penilaian, yaitu dari rata-rata 40% menjadi 100%. Peningkatan ini menunjukkan bahwa hasil refleksi pada siklus I dapat memperbaiki kekurangan yang terdapat pada pembelajaran siklus I dan diterapkan pada siklus II. Model PBL digunakan dengan memberikan permasalahan agar calon guru dapat berpikir aktif baik secara individu maupun kelompok.Tindakan ini merujuk pada pendapat Amir (2010, 26-29), bahwa model PBL dapat membangun keterampilan dalam menyelesaikan masalah, mendorong untuk belajar mandiri, membangun kecakapan belajar, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan fokus pada pengetahuan yang relevan serta membangun kemampuan sosial. Di awal penelitian, calon guru terlihat aktif secara fisik, tidak aktif secara mental (berpikir).Hal ini disebabkan waktu diskusi yang diberikan oleh dosen terlalu
cepat, sehingga calon guru hanya asal menjawab pertanyaan diskusi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa hal yang penting diperhatikan dalam proses pembelajaran diantaranya adalah kondisi calon guru dan cara calon guru belajar. Hal ini didukung oleh pernyataan Arends (2008: 276), yang menyatakan bahwa pembelajaran efektif dipengaruhi oleh penggunaan waktu yang disesuaikan dengan kemampuan dan sikap calon guru di kelas.Selain itu, dosen juga harus mampu memotivasi calon guru agar terus memperhatikan dan berkonsentrasi penuh selama pembelajaran berlangsung. Pada penelitian yang telah dilakukan, calon guru mendapatkan pengalaman (experience) belajar secara langsung menggunakan pembelajaran aktif. Calon guru melakukan (doing) proses pembelajaran secara aktif, baik secara fisik2008 maupun mental (berpikir). Selain itu, calon guru juga melakukan dialog (dialogue) melalui kegiatan diskusi, baik dengan diri sendiri (individu) maupun dengan orang lain (kelompok).Hal ini sesuai dengan pernyataan Fink (1999) yang menyatakan yang mengatakan bahwa secara umum karakteristik perkuliahan yang menggunakan pembelajaran aktif
22,J-TEQIP, Tahun III, Nomor 2, Nopember 2012
harus mencakup 2 komponen utama. Komponen tersebut adalah pengalaman (experience) yang terdiri dari kegiatan melakukan (doing) dan pengamatan (observing); dan dialog (dialogue) yang meliputi dialog dengan diri sendiri (dialog with self) dan dialog dengan orang lain (dialogue with others). Calon guru terlibat penuh selama proses pembelajaran berlangsung, Calon guru juga aktif berpikir dan bertindak untuk menyelesaikan permasalahan. Dosen hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam pembelajaran dengan menentukan permasalahan dan menyediakan materi untuk didiskusikan oleh calon guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asmani (2009:64) di mana pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang melibatkan calon guru secara penuh dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Keterlibatan calon guru secara aktif selama proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan calon guru dalam memahami materi ajar (Haviluddin, 2010:31). Pada penelitian, peningkatan kemampuan calon guru tersebut ditunjukkan melalui hasil tes pada akhir siklus.Nilai rata-rata tes calon guru juga telah memenuhi indikator keberhasilan yang diterapkan pada penelitian ini. Kemampuan merancang pembelajaran merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh calon guru.Kompetensi yang terkait dengan kemampuan merancang pembelajaran adalah kompetensi pedagogik.Pada kompetensi pedagogik, guru harus memahami tentang prinsip-prinsip dalam mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran agar dapat menyusun rancangan pembelajaran dengan lengkap dan baik sebagai persiapan dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. Keberhasilan kemampuan merancang pembelajaran terlihat dengan kenyataan calon guru telah mampu menyusun materi yang padat dan jelas sesuai dengan indikator kompetensi serta mampu menyusun sumber belajar yang
sesuai dengan materi pembelajaran. Komponen skenario pembelajaran berupa materi pembelajaran dan sumber belajar yang dibuat calon guru telah sesuai dengan karakteristik penjabaran komponen skenario pembelajaran yang ditentukan BSNP (2007:9-11) bahwa materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi serta sumber belajar yang salah satunya didasarkan pada materi pembelajaran. Kendala yang masih dihadapi calon guru dalam merancang pembelajaran adalah menentukan indikator pembelajaran. Calon guru belum memahami dalam membuat indikator pembelajaran yang harus dibagi ke dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Sesuai dengan jabaran indikator kompetensi, menurut BSNP (2007:9) indicator merupakan perilaku yang dapat diukur untuk menunjukkan ketercapaian KD, dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kendala lain yang masih dialami calon guru adalah merancang tujuan pembelajaran yang harus sesuai dengan indikator pembelajaran. Antara tujuan pembelajaran dan indikator pembelajaran yang dirancang calon guru saling berdiri sendiri.Hal ini kurang sesuai dengan indikator kompetensi dalam BSNP (2007:9) bahwa tujuan pembelajaran harus mengacu pada kompetensi dasar yang dijabarkan kedalam indikator pembelajaran.Selain itu, penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan karanteristik indikator dan kompetensi dirancang juga menjadi kendala calon guru dalam merancang skenario pembelajaran.Metode pembelajaran yang ditentukan calon guru hanya asal-asalan dicantumkan.Hal ini kurang sesuai dengan penjabaran metode pembelajaran dalam BSNP (2007:10) bahwa pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karanteristik indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
Yuliati, Problem Based Active Learning,23
pelajaran. Pembelajaran aktif yang diterapkan tidak hanya efektif dilakukan untuk meningkatkan pemahaman calon guru terhadap materi ajar, tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan calon guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kemampuan melaksanakan pembelajaran merupakan kemampuan yang dapat ditingkatkan melalui pelatihan skill.Hal ini didukung oleh hasil penelitian Haviluddin (2010:31) yang mampu meningkatkan kemampuan calon guru yang bersifat skill dengan pembelajaran aktif. Melalui pembelajaran aktif, calon guru lebih mudah mengingat dan memahami materi ajar.Materi ajar tersebut difokuskan pada materi yang menjadi dasar untuk calon guru saat melakukan praktik mengajar seperti teori-teori belajar IPA/Fisika dan model-model pembelajaran IPA/Fisika.Calon guru tidak hanya diajak untuk mempelajari materi, tetapi juga mengembangkannya dan membentuk karakteristik pembelajarannya sendiri. Kondisi ini sesuai dengan tujuan pembelajaran aktif yang berbasis Student Centered Learning. Calon guru diberikan kesempatan untuk terlibat aktif selama proses pembelajaran, tidak hanya menekankan pada penguasaan materi, tetapi juga dalam pengembangan karakter calon guru (life-long learning) (Dirjen Dikti, 2008:24). Kemampuan melaksanakan pembelajaran dapat diamati saat kegiatan praktik mengajar.Pengamatan tersebut dilakukan menggunakan Lembar Obsevasi Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran. Kemampuan melaksanakan pembelajaran calon guru calon guru Fisika yang diamati meliputi kemampuan membuka pelajaran, penggunaan model pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penguasaan materi ajar, penyampaian materi ajar, pengelolaan kelas, dan menutup pelajaran. Hal ini merujuk pada pernyataan Yuliati (2008:9), bahwa ketika melaksanakan pembelajaran guru harus memiliki kemampuan dasar mengajar yang baik. Pembelajaran aktif yang diterapkan pada calon guru prodi Pendidikan Fisika
melatih calon guru membuat rancangan atau skenario pembelajaran dengan benar.Hal ini bertujuan sebagai pedoman calon guru ketika melakukan praktik mengajar.Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Hamalik (2004:105), bahwa kemampuan melaksanakan pembelajaran dapat dilakukan berdasarkan langkah pembelajaran sesuai rancangan yang telah ditentukan. Berdasarkan data hasil penelitian, kemampuan calon guru dalam membuka pelajaran masih di bawah rata-rata.Padahal saat dilakukan pembelajaran aktif, dosen telah menunjukkan contoh membuka pembelajaran yang baik, yaitu menggali pengetahuan calon guru dengan menunjukkan kejadian atau peristiwa terkait dengan materi ajar.Akan tetapi saat praktik mengajar, calon guru memiliki materi ajar yang berbeda, sehingga calon guru masih merasa kesulitan untuk menemukan peristiwa yang terkait dengan materi ajarnya.Hal ini menujukkan kemampuan calon guru dalam membuka pelajaran masih perlu ditingkatkan lagi.Sesuai dengan pernyataan BSNP (2007:14), bahwa kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Guru harus mampu menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Pada saat melakukan pembelajaran, calon guru dituntut menggunakan modelmodel pembelajaran yang sesuai dengan materi Fisika. Materi tentang model-model pembelajaran telah diajarkan selama proses perkuliahan yang menggunakan pembelajaran aktif. Kemampuan calon guru dalam menggunakan model pembelajaran sudah baik.Hal ini merupakan dampak positif dari pemodelan yang dilakukan oleh dosen dalam pembelajaran aktif.Calon guru menjadi lebih memahami model yang diperagakan.Akan tetapi masih ada beberapa calon guru yang belum bisa membedakan langkah pembelajaran model yang satudengan model lainnya. Kekurangan ini terlihat saat calon guru melakukan praktik mengajar menggunakan model The 5 E Learning Cycle. Calon guru belum bisa
24,J-TEQIP, Tahun III, Nomor 2, Nopember 2012
melaksanakan tahap elaborasi dengan benar.Hal ini menyebabkan ketika melaksanakan pembelajaran, calon guru tidak bisa menunjukkan karakteristik model pembelajaran yang digunakan. Kondisi ini sejalan dengan pemikiran Holland (2006:7) yang menyatakan bahwa keberhasilan siswa saat menjalani proses pembelajaran dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat. Kemampuan menggunakan media pembelajaran calon guru sebagian besar sudah baik dan dapat melibatkan siswa dalam penggunaannya.Calon guru juga memiliki kreativitas tersendiri dalam penyajian media.Hal ini ditunjukkan pada kemampuan calon guru dalam membuat sendiri media yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran.Media pembelajaran sangat penting dalam pembelajaran Fisika.Hal ini sesuai dengan pernyataan Arends (2008:107), bahwa media pembelajaran dapat menjadi alat yang kuat untuk mengorganisasikan kegiatan belajar.Calon guru pun sudah menyadari pentingnya media dalam pembelajaran Fisika, meskipun masih ada beberapa calon guru yang memerlukan latihan dalam penggunaan media tersebut. Kemampuan calon guru dalam penguasaan materi ajar masih perlu peningkatan.Sebagian besar calon guru belum dapat menjelaskan konsep Fisika secara runtut atau sistematis dan masih banyak terdapat kesalahan konsep.Hal ini menunjukkan bahwa calon guru masih memerlukan latihan dan bimbingan tentang materi Fisika. Kemampuan penguasaan materi ajar berkaitan dengan kemampuan calon guru dalam menyampaikan materi ajar.Menurut Yuliati dan Suyudi (2002:10), penguasaan materi ajar harus didukung oleh kemampuan guru untuk menjelaskan kepada siswa.Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam menjelaskan materi adalah isi dari materi yang disampaikan dan penerima (siswa) yang harus berada dalam kondisi siap.Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pembelajaran dengan baik, calon guru perlu mendapat pelatihan
mengenai penggunaan bahasa lisan maupun bahasa tulisan yang baik untuk menyampaikan materi ajar.Pelatihan tersebut telah diperoleh melalui pembelajaran aktif. Selama proses pembelajaran aktif, calon guru dituntut untuk dapat menyampaikan pendapatnya dengan baik di depan kelas. Kebiasaan calon guru dalam menyampaikan pendapatnya ini menyebabkan tingginya perolehan kemampuan penyampaian materi ajar saat praktik mengajar. Kemampuan calon guru dalam mengelola kelas oleh calon guru saat praktik mengajar sudah ditunjukkan dengan baik.Sebagian besar calon guru dapat menunjukkan sikap tanggap dan perhatian terhadap perilaku siswa di kelas serta dapat mengatur interaksi antar siswa di kelas. Pengelolaan siswa dilakukan dengan cara pembagian kelompok. Hal ini lebih memudahkan dalam memberi bimbingan pada siswa.Meskipun demikian, masih terdapat beberapa calon guru yang masih kesulitan dalam pengelolaan kelas. Hal ini menunjukkan bahwa calon guru juga masih memerlukan bimbingan dalam pengelolaan kelas karena kondisi kelas saat praktik mengajar akan berbeda dengan kondisi kelas di lapangan. Kegiatan penutup perlu dilakukan untuk mengakhiri rangkaian pembelajaran di kelas. Pada kegiatan penutup, guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan pembelajaran serta melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan (BSNP, 2007). Kemampuan calon guru saat menutup pelajaran masih perlu peningkatan. Calon guru telah dapat melakukan refleksi dan membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa. Akan tetapi, banyak calon guru yang tidak memberikan balikan sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Calon guru juga tidak membahas kembali permasalahan yang diungkapkan pada awal pembelajaran. Kondisi ini disebabkan oleh waktu pembelajaran yang telah selesai sehingga calon guru tidak sempat melakukan balikan dan memberikan tugas untuk siswa.Hal ini tentunya berkaitan dengan pernyataan Arends (2008:193),
Yuliati, Problem Based Active Learning,25
bahwa guru harus mampu menggunakan waktu dengan efektif untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran dan mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara keseluruhan, kemampuan calon guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah cukup baik, tetapi masih memerlukan bimbingan yang intensif.Pembimbingan tersebut dikhususkan pada kemampuan membuka pelajaran, penguasaan materi ajar, dan kemampuan menutup pelajaran.Mata kuliah SPF merupakan salah satu mata kuliah yang dapat mengorientasikan dan mengaplikasikan kemampuan calon guru dalam melaksanakan pembelajaran. Melalui pembelajaran aktif, calon guru dapat terlibat aktif baik secara fisika maupun mental. Keterlibatan calon guru dalam pembelajaran dapat meningkatkan pema-haman pada materi ajar sehingga calon guru dapat mengimplementasikan dengan baik saat praktik mengajar. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran aktif dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran untuk dapat meningkatkan kemampuan calon
guru sebagai calon guru Fisika sebelum terjun langsung ke sekolah.
DAFTAR RUJUKAN Amir, M. T. 2010.Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Arends, R. I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Terjemahan: Helly P.S dan Sri M.S. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Asmani, J. M. 2009. Jurus-jurus Belajar Efektif untuk SMP dan SMA. Yogyakarta: Diva Press. Attard, A, Iorio, E. D, Geven, K & Santa, R. 2010. Student-Centered Learning—Toolkit for Students, Staf and Higher Education Institutions.. Berlin: Lifelong Education Programme.
Kompetensi Perguruan Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti. Fink, L.D. 1999. Active Learning.(Online), (http://honolulu.hawaii.edu/intranet/ committees/FacDevCom/guidebk/te achtip/evaluate.htm), diakses tanggal 17 Februari 2010. Hamalik, O. 2004.Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Haviluddin. 2010. Active Learning Berbasis Teknologi Informasi. Jurnal Informatika Mulawarman, (Online), 5 (1): hlm. 31, (http://jurnal-media.com/ tikhaviluddin.pdf, diakses 3 Mei 2011). Holland, N. E. 2006. Infusing Research Strategies Into Field-Based, Teacher-Training Activities. Teaching & Learning: The Journal of Natural Inquiry and Reflective Practice, (Online), 21(1):hlm. 7, (http://www.und.edu/dept/ehd/journ
Dirjen
Dikti. 2008. Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis
PENUTUP Penerapan pembelajaran aktif dengan multimodel pembelajaran yaitu model pembelajaran PBL, Jigsaw, dan TPS selama proses pembelajaran mampu meningkatkan kemampuan merancang pembelajaran dalam bentuk skenario pembelajaran.Peningkatan ini dilihat dari persentase setiap aspek kemampuan melaksanakan pembelajaran calon guru. Aspek-aspek tersebut terdiri dari kemampuan membuka pelajaran, penggunaan model pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penguasaan materi ajar, penyampaian materi ajar, pengelolaan kelas, dan kemampuan menutup pelajaran. Komponen skenario pembelajaran terdiri dari identitas pembelajaran (mata pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu), SK, KD, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan media serta sumber belajar.
26,J-TEQIP, Tahun III, Nomor 2, Nopember 2012
al/fall2006.pdf&rct), diakses 2 Maret 2011). Nurhadi, Yasin, B., Senduk, A. 2004. Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press. Yuliati, L. & Suyudi, A. 2002.Pengembangan Model Asesmen Kinerja Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran untuk
Calon guru Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Laporan Penelitian. Malang: Lembaga Penelitian UM. Yuliati, L. 2008. Model-model Pembelajaran Fisika: Teori dan Praktek. Malang: Lembaga Pengembangan dan Pembelajaran UM.