medica l review
Probiotik: Problematika dan Progresivitasnya Dito Anurogo International Young Health Professionals' Society (IYHPS)
ABSTRACT
ABSTRAKSI
Probiotics are live microorganisms which when administered in adequate amounts confer a health benefit on the host. Their beneficial health effects are indubitable.
Probiotik adalah mikroorganisme hidup bila diberikan di dalam jumlah yang cukup memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh. Efeknya terhadap kesehatan adalah pasti.
The purpose of this scientific article is to review probiotics, including: history, criteria, sources, mechanisms of action, benefits, side-effects, contraindications, and dosages.
Tujuan artikel ilmiah ini adalah untuk meninjau probiotik, termasuk: sejarah, kriteria, sumbersumber, mekanisme aksi, manfaat, efek samping, kontraindikasi, dan dosis.
Key words: probiotics, sources, benefits, effects.
Kata Kunci: probiotik, sumber-sumber, manfaat, efek.
I. PENDAHULUAN Probiotik adalah mikroorganisme hidup di dalam bahan makanan dimana saat diambil pada kadar tertentu sebagai nutrisi, menyediakan penyeimbangan (equilibration) flora usus, dan karena itu memiliki efek positif terhadap kesehatan tubuh. Probiotik dipilih dari strains yang paling bermanfaat untuk bakteri usus, yaitu bakteri dari genus Bifidobacterium, Lactobacillus, dan ragi.1 Menurut ILSI International Life Sciences Institute (ILSI) Europe Working Group, probiotik adalah suplemen makanan dari mikroba hidup yang memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan inang (host).2 Menurut WHO dan FAO (2002), mikroorganisme hidup dimana bila diberikan di dalam jumlah yang cukup memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh.3 Dari berbagai definisi ini, probiotik hendaklah tidak diacu sebagai agen biotherapeutic.4
46
MEDICINUS
Vol. 27, No.3, Desember 2014
Technology MEDICAL REVIEW
Perlu diketahui pula, bahwa meskipun sering digunakan sebagai sinonim, istilah "probiotik" tidaklah sama dengan "makanan probiotik" (probiotic foods). Makanan probiotik mengandung mikroorganisme probiotik hidup di dalam matrix yang memadai dan konsentrasi yang cukup, sehingga setelah proses pencernaannya, efeknya akan melebihi penyedia zat gizi yang biasanya.5 Mengacu ke berbagai referensi, istilah “probiotics” dapat dianggap bersinonim dengan istilah “probiotic microorganisms” atau “probiotic bacteria”. Di dalam artikel ini, akan dibahas berbagai problematika dan progresivitas (kemajuan) probiotik yang meliputi multiaspek, seperti: sejarah, kriteria, sumber, mekanisme kerja, manfaat, efek samping, kontraindikasi, dosis probiotik yang telah kami review. II. PEMBAHASAN a. Sejarah Probiotik Istilah “probiotics” diciptakan pada tahun 1950-an oleh W. Kollath,6 sedangkan Lilly dan Stillwell pada tahun 1965 menggunakan istilah ini untuk bakteri dan spora hidup sebagai makanan tambahan pada hewan (animal feed supplements) yang membantu membatasi penggunaan antibiotik pada peternakan hewan.7 b. Kriteria Probiotik Tidak semua mikroorganisme dapat digolongkan sebagai probiotik. Kriteria mikroorganisme ideal yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok probiotik adalah:1
gastrointestinal pada pH rendah dan berhubungan dengan empedu. 2). Melekat ke sel-sel epitel usus. 3). Stabil terhadap mikroflora usus. 4). Non-pathogenicity. 5). Bertahan hidup di dalam bahan makanan dan berkemungkinan untuk produksi pharmacopoeia lyophilized preparations. 6). Multiplikasi cepat, baik dengan kolonisasi temporer atau permanen dari traktus gastrointestinal. 7). Memiliki specificity probiotik yang generik. Selain itu, ada berbagai faktor utama untuk dipertimbangkan dan dapat mempengaruhi kemampuan probiotik untuk bertahan hidup di dalam produk-produk makanan atau minuman, diantaranya:8 1. Kondisi fisiologis dari probiotik yang ditambahkan; 2. Kondisi fisik dan kimiawi dari proses makanan; 3. Kondisi fisik dari penyimpanan makanan (misal: suhu); 4. Komposisi kimiawi dari produk (keasaman, kandungan gizi, kelembaban, dan oksigen) 5. Interaksi dengan komponen-komponen produk lainnya (penghambat atau protektif ) Probiotik dapat ditambahkan ke dalam makanan dan minuman dengan berbagai macam cara, seperti:9 a. Campuran kering (dry blended) menjadi makanan dan bubuk (powders) seperti: formula bayi. b. Dijadikan (dispersed) menjadi produk cair atau semiliquid misalnya: jus atau es krim. c. Disuntikkan (inoculated) menjadi produk terfermentasi seperti: yogurt dan susu terfermentasi.
1). Dapat bertahan hidup melalui traktus
Vol. 27, No.3, Desember 2014
MEDICINUS
47
Technology MEDICAL REVIEW
c. Sumber Probiotik Berbagai mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai probiotik antara lain:10-14. Bakteri Lactobacillus species, misalnya: L. acidophilus, L. casei, L. crispatus, L. fermentum, L. gasseri, L. johnsonii, L. lactis, L. paracasei, L. plantarum, L. reuteri, L. rhamnosus GG, Lactobacillus delbrueckii sub-species bulgaricus. Bifidobacterium species, misalnya: B. adolescentis, B. animalis, B. bifidum, B. breve, B. infantis, B. lactis, B. longum. Bacillus cereus, Enterococcus faecalis, Enterococcus faecium, Escherichia coli Nissle, Streptococcus thermophilus. Ragi Saccharomyces boulardii. Kultur probiotik berupa mikroorganisme jamur (fungi) yang telah disetujui dan direkomendasikan oleh State Food and Drug Administration (SFDA) antara lain: Candida utilis, Ganoderma lucidum, Ganoderma sinensis, Ganoderma tsugae, Hirsutella hepiali Chen et Shen, Kluyveromyces lactis, Monacus anka, Monacus purpureus, Paecilomyces hepiali Chen et Dai sp.Nov, Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces carlsbergensis. d. Mekanisme Kerja Probiotik Probiotik memiliki multiperan dan multifungsi. Diantaranya: memiliki aktivitas antimikroba, yaitu: menurunkan pH luminal, mensekresikan peptida antimikroba, menghambat invasi bakteri, menghalangi pelekatan bakteri di sel-sel epitel. Penguatan fungsi barier, berupa: peningkatan produksi mukus dan meninggikan integritas barier. Imunomodulasi, maksudnya probiotik memiliki efek pada sel-sel epitel, sel-sel dendrit, monosit atau makrofag, limfosit (limfosit B, sel-sel Natural Killer, sel-sel T, redistribusi sel T).15
48
MEDICINUS
Vol. 27, No.3, Desember 2014
Technology MEDICAL REVIEW
Gambar 1. Mekanisme aksi probiotik yang disederhanakan. Inhibisi bakteri enterik dan peningkatan fungsi barrier oleh bakteri probiotik. Representasi skematis dari crosstalk antara bakteri probiotik dan mukosa intestinal.15
Antimicrobial Lactic acid bacteria (LAB) adalah probiotik yang setelah diobservasi; memproduksi substansi antimicrobial. Substansi anti mikrobial yang diproduksi secara luas adalah asam organik, terutama asam laktat dan asam asetat. Hydrogen peroxide dan carbon dioxide juga secara luas oleh LAB. Jika probiotik LAB secara metabolis aktif selama perjalanan melalui usus (intestine), sangatlah mungkin bahwa beberapa dari substansi ini akan diproduksi. Beberapa indikasi diperlukannya LAB bermula dari observasi bahwa konsumsi strains probiotik tertentu mengurangi pH (keasaman) tinja, kemudian menunjukkan atau menandakan produksi asam-asam organik. Produksi berbagai komponen antimicrobial lainnya; diacetyl, reuterine, pyroglutamic acid, dan bacteriocin, belum tentu dilakukan dalam kondisi in vivo. Bacteriocin diproduksi dan aktif di rongga mulut, bukan di usus.16 Immunemodulation Modulasi respon imun sistemik dan sekretori17 telah dibuktikan pada tikus dan hewan coba (experimental animals) lainnya. Inhibisi translokasi bakteri;18 peningkatan proliferasi pada organ sistem imun (Peyer’s patches, limpa); stimulasi fagosit atau makrofag dan sel-sel NK (natural killer cells);19-21 meningkatnya pelepasan atau pembebasan sitokin (interferon alpha, interferon gamma, dan INF-
Vol. 27, No.3, Desember 2014
MEDICINUS
49
Technology MEDICAL REVIEW
alpha); perubahan keseimbangan Th1/Th212 ke arah alergi/atopi,22-24 meningkatkan produksi antibodi spesifik,25-26 dan meningkatkan resistensi dan ketahanan hidup yang memanjang (prolonged survival) selama co-administration virus, toksin, dan bakteri (rotavirus, Klebsiella pneumoniae, Salmonella thyphimurium, Shigella, Vibrio cholerae, Listeria monocytogenes). Efek serupa yang menggunakan parameter imunitas humoral dan selular juga telah terbukti pada manusia. e. Manfaat Probiotik Mikroorganisme probiotik memiliki multimanfaat, diantaranya: 1. Kehadiran S. epidermidis dapat mempengaruhi fungsi barrier kulit dan/atau perkembangan respon imun bawaan di kulit manusia.27 2. Perbaikan signifikan pada perjalanan dermatitis atopik telah dilaporkan pada bayi yang diberi diet eliminasi probiotic-supplemented.28-29 3. Aplikasi topikal Vitreoscilla filiformis bermanfaat pada penderita dermatitis seboroik dan atopic eczema.30-31 4. Perbaikan kondisi penderita diare yang disebabkan oleh antibiotik dan beberapa infeksi. Mengurangi kadar bakteri yang mendukung perkembangan kanker usus. Perbaikan gejala-gejala penderita IBS (inflammatory bowel disease) dan infeksi karena Helicobacter pylori. Mencegah atau mengurangi proses atopik pada anak-anak. Mencegah berbagai penyakit saluran pernafasan. Mengurangi hiperkolesterolemia.32 5. Anak-anak dengan diare akut rotavirus yang diberi Lactobacillus rhamnosus strain GG (LGG) maka respon terhadap IgA, imunoglobulin G, dan imunoglobulin M akan meningkat, sehingga durasi terjadinya simtom gastroenteritis menjadi memendek.33 6. Organisme probiotik memiliki resistensi yang lebih besar terhadap berbagai infeksi usus karena menghambat pertumbuhan bakteri patogen daripada yang bukan probiotik.34 7. Probiotik yang mengandung Bifidobacterium bifidum dan Streptococcus thermophilus diresepkan pada anak dengan diare rotavirus, menghasilkan serokonversi yang lebih cepat di dalam antibodi IgA dan IgM disertai dengan pertumbuhan sel-sel yang memproduksi IgM.35 8. Lactic acid bacteria meningkatkan kadar kelompok vitamin B, dan bakteri di yogurt meningkatkan kadar asam folat, niasin, dan riboflavin hingga 20 kali lipat.36 9. Probiotik mensintesis vitamin K, kelompok vitamin B, asam lemak rantai pendek sitoprotektif, dan poliamin (putrescine, spermine, dan spermidine).37 10. Mikroflora intestinal berperan penting di dalam sirkulasi estrogen pada wanita, memobilisasi ikatan estrogen, dan mengurangi kelebihan hormon-hormon seks.38 11. Memproduksi vitamin larut air, seperti: thiamine, nikotin, asam folat, pridoksin, vitamin B12. Hal ini dilakukan oleh probiotik tertentu seperti: B. bifidum, B. infantis, B. breve, B. adolescentis, B. longum.39
50
MEDICINUS
Vol. 27, No.3, Desember 2014
Technology MEDICAL REVIEW
12. Probiotik menurunkan kadar kolesterol pada kondisi hypercholesterinemic, sedangkan reduksi kadar trigliserid plasma terobservasi pada orang dengan kondisi normolipidemic.40 13. Memproduksi biotin. Hal dilakukan oleh probiotik tertentu seperti: B. adolescentis M101-4, B. bifidum A234-4, B. breve I-53-8, B. infantis I-10-5, B. longum M101-2.41 14. L. acidophilus SBT2062 meningkatkan bioavailability zat besi (iron).42 15. L. reuteri 100-23, L. delbrueckii 100-18, L. fermentum 100-20, L. delbrueckii 100-21, E. faecium, E. faecalis mendekonjugasi garam empedu (asam taurocholic dan asam taurodeoxycholic) melalui mekanisme mengurangi aktivitas garam hydrolase garam empedu di ilea.43 16. Lactobacillus plantarum meningkatkan kadar asam lemak unsaturated omega-3 di dalam bahan makanan.44 17. Yogurt bermanfaat untuk mencerna sebagian laktosa di susu melalui mekanisme meningkatkan aktivitas laktase di susu dan di duodenum serta mengurangi gangguan pencernaan (maldigestion) laktosa.45 18. Beberapa manfaat probiotik lainnya, antara lain: reduksi (mengurangi) konsentrasi enzim pemicu kanker (cancer-promoting enzymes) dan/atau metabolit putrefactive (bacterial) di usus. Mencegah, mengurangi, meringankan keluhan traktus gastrointestinal pada orang sehat yang tidak teratur dan tidak spesifik. Menormalkan (normalization) buang air besar pada penderita obstipasi atau irritable colon. Mencegah terjadinya infeksi traktus respiratorius (misalnya: common cold, influenza) dan berbagai penyakit infeksi lainnya.46 19. Molekul mikroba tunggal dari Bacterial fragillis telah menunjukkan aktivitasnya sebagai pelindung dari penyakit inflamasi yang disebabkan oleh Helicobacter hepaticus, sehingga hal ini mensugesti bahwa molekul antiinflamasi alami dari bacteria microbiota dapat secara aktif meningkatkan kesehatan manusia, dan mungkin berpotensi sebagai terapi untuk gangguan inflamasi pada manusia.47 Inflamasi ini dapat dijelaskan dengan teori dysbiosis. Menurut teori dysbiosis, terdapat gangguan (breakdown) keseimbangan antara spesies putative (diduga berasal dari) bakteri intestinal yang bersifat “protective” versus bakteri intestinal yang bersifat “berbahaya" (harmful) yang memicu terjadinya inflamasi intestinal kronis.48 f. Efek Samping Probiotik Pada beberapa kasus, pneumonia dan endocarditis dilaporkan terjadi karena pengaruh bakteri Lactobacillus. Begitu pula kasus infeksi jamur nonsimtomatis yang disebabkan oleh Saccharomyces boulardii.49,50 g. Kontraindikasi Probiotik Ada kondisi (medis) tertentu dimana probiotik bukan pilihan tepat. Probiotik mengandung mikroorganisme hidup sehingga ada peluang terjadi infeksi patologis, terutama pada penderita
Vol. 27, No.3, Desember 2014
MEDICINUS
51
Technology MEDICAL REVIEW
yang kritis atau penderita dengan immunocompromized yang berat.51 Probiotic strains Lactobacillus dilaporkan menyebabkan bacteremia pada pasien dengan short-bowel syndrome.52 Preparat Lactobacillus dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap laktosa atau susu. S. boulardii dikontraindikasikan pada pasien dengan alergi ragi. Pada bifidobacteria, tidak ada kontraindikasi karena sebagian besar spesies ini nonpatogenik dan nontoksigenik.53-56 h. Dosis Probiotik Dosis efektif probiotik dipengaruhi oleh multifaktor, seperti:57 1. Dosis harian (107–1010 cfu); 2. Keberlangsungan hidup (viability); 3. Frekuensi pemberian setiap harinya (1-4 kali/hari); 4. Durasi (lama) pemberian (1 hari hingga beberapa bulan); 5. Waktu mengkonsumsi (sebelum, bersamaan, atau sesudah makan); 6. Tipe probiotik (lactobacilli, bifidobacteria, yeasts, enterococci); 7. Sediaan (berupa: suplemen, makanan terfermentasi, makanan, minuman, kapsul, tablet, atau tepung). Untuk kasus candidiasis vulvovaginal, digunakan Lactobacillus rhamnosus GG (109 bakteri per suppositoria 2 x sehari selama 7 hari).58 L. rhamnosus GR-1 dan Lactobacillus fermentum RC-14 (setidaknya 109 bakteri tersuspensi di susu skim diberikan secara oral 2x sehari selama 14 hari).59 L. acidophilus dengan dosis 8 oz yogurt mengandung > 108 CFU/mL diminum setiap hari selama 6 bulan.60 Untuk pencegahan penyakit atopik, dipakai Lactobacillus rhamnosus GG, dengan dosis 1010 CFU setiap hari selama 2-4 minggu sebelum persalinan berlangsung pada wanita hamil, diikuti dengan pemberian pada bayinya selama 6 bulan.61 Pada kasus atopic eczema, strain Lactobacillus rhamnosus yang tidak hidup (nonviable) tidak efektif untuk mengurangi gejala, sedangkan strain yang hidup (viable) efektif.62,63 Insiden atopic eczema pada bayi berusia dua dan empat tahun yang berisiko menderita atopic eczema berkurang sekitar 50% melalui pemberian L. rhamnosus pada ibunya, satu bulan sebelum melalui enam bulan setelah proses persalinan atau kelahiran (bayi), atau langsung ke bayinya sendiri.64-66 Riset lain menunjukkan beberapa bukti bahwa penambahan probiotik seperti Lactobacillus bermanfaat untuk kasus atopic eczema pada mereka yang menjalani diet cows’-milk-whey-hydrolysate.67,68
52
MEDICINUS
Vol. 27, No.3, Desember 2014
Technology MEDICAL REVIEW
Terapi dengan probiotik (jenis Lactobacillus GG) tidak bermanfaat pada semua bayi dengan atopic eczema/dermatitis syndrome (AEDS). Lactobacillus GG hanya bermanfaat meringankan gejala AEDS bayi yang tersensitisasi IgE, namun bukan bayi yang tidak tersensitisasi IgE. Efek lactobacilli terlihat 4 minggu setelah periode terapi, tidak segera setelah terapi. Riset lain menunjukkan pada anak dengan AEDS menunjukkan Lactobacillus GG meningkatkan konsentrasi IL-10 di sera 4 minggu setelah terapi.69,70 Pada kasus acne, suplemen oral yang mengandung L. acidophilus dan B. bifidum (250 mg) efektif sebagai adjuvant.71 Pilihan lain yaitu suplementasi tablet Laxtinex yang mengandung campuran L. acidophilus dan L. bulgaricus selama 8 hari, diikuti 2 minggu membersihkan wajah (wash out) lalu dikonsumsi lagi selama 8 hari.72 Konsumsi minuman probiotik yang mengandung Lactobacillus dan lactoferrin (protein susu antiradang) efektif mengurangi lesi inflamasi dan produksi sebum. Mekanisme kerjanya dengan membebaskan inflammatory cytokine di dalam kulit dan mengurangi interleukin-1 alpha.73 Dosis probiotik bervariasi tergantung produk dan indikasi penyakit. Memang belum ada konsensus atau guideline yang pasti tentang jumlah minimum organisme yang harus dikonsumsi untuk mendapatkan khasiat yang maksimal dan optimal.74,75 III. KESIMPULAN Probiotik adalah mikroorganisme hidup di dalam bahan (suplemen) makanan dimana saat diambil pada kadar tertentu sebagai nutrisi, menyediakan penyeimbangan flora usus, dan karena itu berefek positif terhadap kesehatan, bila diberikan di dalam jumlah yang cukup. Istilah “probiotics” diciptakan pada tahun 1950-an oleh W. Kollath. Hanya mikroorganisme yang memenuhi kriteria sebagai mikroorganisme ideal yang termasuk kelompok probiotik. Probiotik dapat ditambahkan ke dalam makanan dan minuman dengan teknik tertentu. Berbagai mikroorganisme sebagai sumber probiotik adalah berasal dari bakteri Lactobacillus species, Bifidobacterium species, ragi Saccharomyces boulardii, dan jamur. Probiotik memiliki multiperan, multifungsi, dan multimanfaat, misalnya: antimikroba, imunmodulasi. Meskipun aman, namun ada beberapa efek samping dan kontraindikasi pemakaian probiotik yang perlu diwaspadai. Adapun dosis efektif probiotik dipengaruhi oleh multifaktor.
Vol. 27, No.3, Desember 2014
MEDICINUS
53
daftar pustaka 1. Tomasik PJ, Tomasik P. Probiotics and Prebiotics. Cereal Chem 2003;80(2):113-117. 2. Salminen S, Bouley MC, Boutron-Rualt MC, et al. Functional food science and gastrointestinal physiology and function. Br. J. Nutr. 1998; 80 (Suppl. 1): 147–171. 3. FAO, UN, WHO. Guidelines for the evaluation of probiotics in food: report of a Joint FAO/ WHO Working Group. London, Ontario, Canada: Food and Agriculture Organization of the United Nations and World Health Organization; 2002. 4. McFarland LV, Elmer GW. Biotherapeutic agents: past, present and future. Microecol. Ther. 1995;23:46–73. 5. Probiotische Mikroorganismenkulturen in Lebensmitteln. Abschlussbericht der Arbeitsgruppe “Probiotische Mikroorganismen in Lebensmitteln” am Bundesinstitut für gesundheitlichen Verbraucherschutz und Veterinärmedizin (BgVV), Berlin. In: ErnährungsUmschau 2000;47:191–195. 6. Kollath W. The increase of the diseases of civilization and their prevention. Münch Med Wochenschr 1953;95:1260–1262. 7. Lilly DM, Stillwell RH. Probiotics growth promoting factors produced by micro-organisms. Science 1965;147:747–748. 8. Crittenden R. Incorporating Probiotics into Foods. In: Lee YK. Salminen S. (ed.). Handbook of Probiotics and Prebiotics. 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc.,New Jersey.2009;Chapter 1.6:p.61. 9. Lee YK. Salminen S. (ed.). Handbook of Probiotics and Prebiotics. 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc.,New Jersey.2009; Chapter 1.6.1:p.60. 10. Williams NT. Probiotics. Am J Health-Syst Pharm. 2010;67:449-58. 11. Senok AC, Ismaeel AY, Botta GA. Probiotics: facts and myths. Clin Microbiol Infect. 2005;11:958-66. 12. Santosa S, Farnworth E, Jones PJ. Probiotics and their potential health claims. Nutr Rev. 2006;64:265-74. 13. Doron S, Gorbach SL. Probiotics: their role in the treatment and prevention of disease. Expert Rev Anti Infect Ther. 2006;4:261-75. 14. Regulation on Registration and Review of Probiotic Health Foods, 2005; Ministry of Health, PRC. Available at: http://www.sfda.gov.cn/cmsweb/webportal/W945325/ A64003018_1.html. 15. Ng SC, Hart AL, Kamm MA, Stagg AJ, Knight SC. Mechanisms of Action of Probiotics: Recent Advances. Inflamm Bowel Dis 2009;15:300-310. 16. Ouwehand AC, Kirjavainen PV, Shortt C, Salminen S. Probiotics: mechanisms and established effects. International Dairy Journal 9 (1999);9:43-52. 17. Rechkemmer G, Holzapfel W, Haberer P, Wollowski I, Pool-Zobel BL, Watzl B. Beeinflussung der Darmflora durch Ernährung. In: Deutsche Gesellschaft für Ernährung. Ernährungsbericht 2000. Druckerei Heinrich, Frankfurt am Main, Germany, 2000;259–286. 18. Yamazaki S, Tsuyuki S, Akashiba H, Kamimura H, Kimura M, Kawashima T, Ueda K. Immune response of Bifidobacterium-monoassociated mice. Bifidobact Microflora 1991;10:19–31. 19. Gill SH, Rutherford J, Cross L, Gopal PK Enhancement of immunity in the elderly by dietary supplementation with the probiotic Bifidobacterium lactis HNO 19. Am J Clin Nutr
54
MEDICINUS
Vol. 27, No.3, Desember 2014
74:833–839. 20. Jahreis G, Vogelsang H, Kiessling G, Schubert R, Bunte C, Hammes WP. Influence of probiotic saucage (Lactobacillus paracasei) on blood lipids and immunological parameters of healthy volunteers. Food Res Int 2002;35:133–138. 21. Kitazawa H, Ino T, Kawai Y, Itoh T, Saito T (2002) A novel immunostimulating aspect of Lactobacillus gasseri: induction of “Gasserokine” as chemoattractants for macrophages. Int J Food Microbiol 25:29–38. 22. Cross ML, Mortensen RR, Kudsk J, Gill HS. Dietary intake of Lactobacillus rhamnosus HN001 enhances production of both Th1 and Th2 cytokines in antigenprimed mice. Med Microbiol Immunol (Berl) 2002;191:49–53. 23. Pochard P, Gosset P, Grangette C, et al Lactic acid bacteria inhibit TH2 cytokine production by mononuclear cells from allergic patients. J Allergy Clin Immunol 2002;110:617–623. 24. De Vrese M, Ghadimi D, Winkler P, Schrezenmeir J. Antiallergenes Potenzial von Milchsäure-produzierenden Bakterien. Vorträge zur Hochschultagung 2006 der Agrar- und Ernährungswissenschaftlichen Fakultät der CAU Kiel 2006;108:205–214. 25. De Vrese M, Rautenberg P, Laue C, Koopmans M, Herreman T, Schrezenmeir J. Probiotic bacteria stimulate virus-specific neutralizing antibodies following a booster polio vaccination. Eur J Nutr 2005;44:406–413. 26. Fukushima Y, Kawata Y, Hara H, Terada A, Mitsuoka T. Effect of a probiotic formula on intestinal immunoglobulin A production in healthy children. Int J Food Microbiol 1998;42:39–44. 27. de Jongh GJ, Zeuwen PL, Kucharekova M, et al. High expression levels of keratinocyte antimicrobial proteins in psoriasis compared with atopic dermatitis. J Invest Dermatol 2005;125:1163-73. 28. Viljnen M, Savilahti E, Haahtela. et.al. Probiotics in the treatment of atopic eczema/ dermatitis syndrome in infants: a double-blind placebo controlled trial. Allergy 2005;60:494-500. 29. Weston S, Halbert A, Rihmond P, Prescott SL. Effects of prebiotics on atopic dermatitis: a randomized controlled trial. Arch Dis Child 2005;90:892-7. 30. Gueniche A, Cathelineau AC, Bastien P, et al. Vitreoscilla filiformis biomass improves seborrheic dermatitis. JEADV 2007;17:1468-9. 31. Gueniche A, Hennino A, Goujon C, et al. Improvement of atopic dermatitis skin symptoms by Vitreoscilla filiformis bacterial extract. EJD 2006;16:380-4. 32. Rolfe VE, Fortun PJ, Hawkey CJ, Bath-Hextall F. Probioticos para el mantenimiento de la remision en la enfermedad de Crohn (Cochrane Review, translated). In: La Biblioteca Cochrane Plus, number 4, 2007. Oxford, Update Software Ltd. Available at: http://www.update-software.com (translated from the Cochrane Library, 2007 Issue 4. Chichester, UK: John Wiley & Sons, Ltd.). 33. Kaila M, Isolauri E, Soppi E, et.al. Enhancement of the circulating antibody secreting cell response in human diarrhea by a human Lactobacillus strain. Pediatr Res. 1992;32:141-4. 34. Gibson GR, Saavedra JM, MacFarlane S. 1997. Probiotics and intestinal infections. Pages 10-39 in: Probiotics: Therapeutic and Other Beneficial Effects. R. Fuller, ed. Chapman & Hall: London.
Vol. 27, No.3, Desember 2014
MEDICINUS
55
35. Saavedra JM, Abi-Hanna A, Moore N. Effect of long term consumption of infant formulas with bifidobacteria (B) and S. thermophilus (ST) on stool patterns and diaper rash in infants. J. Pediatr. Gastroenterol. Nutr. 1998;27:483. 36. Deeth H, Tomine A. Yogurt: Nutritive and therapeutic aspects. J. Food Protec. 1981;44:7886. 37. Buts JP, de Keyser N, de Raedemaeker L. Saccharomyces boulardii enhances rat intestinal enzyme expression by endoluminal release of polyamines. Pediatr. Res. 1994;36:522-527. 38. Gorbach SL. Estrogens, breast cancer, and intestinal flora. Rev. Infect. Dis. 1984;6(Suppl. 1):S85-90. 39. Deguchi Y, Morishita T, and Mutai M. Comparative studies on synthesis of water-soluble vitamins among human species of Bifidobacteria.Agric.Biol. Chem. 1985;49:13–19. 40. Noda H, Akasaka N, and Ohsug M. Biotin production by Bifidobacteria. J. Nutr. Sci.Vitaminol.1994;40:181–188. 41. Oda T, Kado-oka Y, and Hashiba H. Effect of Lactobacillus acidophilus on iron bioavailability in rats. J. Nutr. Sci. Vitaminol.1994;40:613–616. 42. TannockGW, Dashkevicz MP, and Feighner SD. Lactobacilli and bile salt hydrolase in the murine intestinal tract. Appl. Environ. Microbiol. 1989;55:1848–1851. 43. De Vres M, Stegelmann A, Richter B, Fenselau S, Laue C, and Schrezenmeir J. Probiotics compensation for lactase insufficiency. Am. J. Clin. Nutr. 2001; 73 (Suppl.):421S–429S. 44. Bengmark S. Immunnutrition: Role of biosurfactants, fiber, and probiotic bacteria. Nutrition 1998;14:585-594. 45. Rogasi P, Vigano S, Pecile P, Leoncini F. Lactobacillus casei pneumonia and sepsis in patient with AIDS. Case report and review of the literature. Ann Ital Med Int 1998;13:180182. 46. de Vrese M, Schrezenmeir J. Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics. Adv Biochem Engin/ Biotechnol 2008;111:1–66. 47. Mazmanian SK, Round JL, Kasper DL. A microbial symbiosis factor prevents intestinal inflammatory disease. Nature.2008;453:620–625. 48. Tamboli CP, Neut C, Desreumaux P, et al. Dysbiosis in inflammatory bowel disease. Gut.2004;53:1–4. 49. Zunic P, Lacotte J, Pegoix M, Buteux G, Leroy G, Mosquet B, Moulin M. Fongemie a Saccharomyces boulardii. Therapie 1991;45:497-501. 50. Williams NT. Probiotics. Am J Health-Syst Pharm. 2010;67:449-58. 51. Kligler B, Cohrssen A. Probiotics. Am Fam Physician. 2008;78:1073-8. 52. Natural Medicines Comprehensive Database. Bifidobacteria monograph. www.naturaldatabase.com. (accessed 2009 Mar 23). 53. Natural Medicines Comprehensive Database. Saccharomyces boulardii monograph. www.naturaldatabase.com. (accessed 2009 Mar 23). 54. Drugdex System. Lactobacillus monograph. Greenwood Village, CO: Thomson Micromedex (accessed 2009 Mar 23). 55. Drugdex System. Saccharomyces boulardii monograph. Greenwood Village, CO: Thomson Micromedex (accessed 2009 Mar 23). 56. Lee KY. Effective Dosage for Probiotic Effects. In: Lee YK. Salminen S. (ed.). Handbook of Probiotics and Prebiotics. 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc.,New Jersey.2009;Chapter 1.5:p.52.
56
MEDICINUS
Vol. 27, No.3, Desember 2014
57. Williams NT. Probiotics. Am J Health-Syst Pharm. 2010;67:449-58. 58. Reid G, Bruce AW, Fraser N et.al. Oral probiotics can resolve urogenital infections. FEMS Immunol Med Microbiol. 2001;30:49-52. 59. Hilton E, Isenberg HD, Alperstein P et al. Ingestion of yogurt containing Lactobacillus acidophilus as prophylaxis for candidal vaginitis. Ann Intern Med. 1992;116:353-7. 60. Kalliomaki M, Salminen S, Arvilommi H, et al. Probiotics in primary prevention of atopic disease: a randomised placebo-controlled trial. Lancet. 2001;357:1076-9. 61. Kirjavainen PV, Salminen SJ, and Isolauri E. Probiotic bacteria in the management of atopic disease underscoring the importance of viability. J. Pediatr. Gastroenterol. Nutr.2003; 36: 223–227. 62. Isolauri E, Arvola T, Sutas Y, Moilanen E, and Salminen S. Probiotics in the management of atopic eczema. Clin. Exp. Allergy 2000; 30(11): 1604–1610. 63. Viljanen M, Savilahti E, Haahtela T, et al. Probiotics in the treatment of atopic eczema/dermatitis syndrome in infants: a double-blind placebo-controlled trial. Allergy 2005;60:494–500. 64. Rautava S, Kalliomaki M, Isolauri E. Probiotics during pregnancy and breastfeeding might confer immunomodulatory protection against atopic disease in the infant. J Allergy Clin Immunol 2002;109:119–121. 65. Kalliomaki M, Salminen S, Poussa T, Arvilommi H, Isolauri E. Probiotics and prevention of atopic disease: 4-year follow-up of a randomised placebo-controlled trial. Lancet 2003;361:1869–1871. 66. Kalliomäki M, Salminen S, Arvilommi H, Kero P, Koskinen P, Isolauri E. Probiotics in primary prevention of atopic disease: a randomised placebo-controlled trial. Lancet 2001;357:1076–1079. 67. Williams H, Bigby M, Diepgen T, Herxheimer A, Naldi L, Rzany B (Ed.). Evidencebased dermatology. BMJ Publishing Group. London. 2003:184. 68. Charman C. Atopic eczema. In: Godlee F, ed. Clinical Evidence. London: BMJ Publishing Group, 2001. 69. Pessi T, Sutas Y, Hurme M, Isolauri E. Interleukin-10 generation in atopic children following oral Lactobacillus rhamnosus GG. Clin Exp Allergy 2000;30:1804–1808. 70. Marchetti F, Capizzi R, Tulli A. Efficacy of regulators of the intestinal bacterial flora in the therapy of acne vulgaris. Clin Ter 1987;122:339-43. 71. Bowe WP, Logan AC. Acne vulgaris, probiotics and the gut-brain-skin axis- back to the future? Gut Pathogens 2011;3:1. 72. Kim J, Ko Y, Park YK, Kim NI, Ha WK, Cho Y. Dietary effects of lactoferrin-enriched fermented milk on skin surface lipid and clinical improvement of acne vulgaris. Nutrition 2010;26:902-9. 73. Cazzola M. Tompkins TA, Matera MG. Immunomodulatory impact of a symbiotic in T(h)1 and T(h)2 models of infection. Ther Adv Respir Dis 2010;4:259-70. 74. Farnworth ER. The evidence support health claims for probiotics. J Nutr. 2008;138(suppl):1250S-4S. 75. Hilton E, Rindos P, Isenberg HD. Lactobacillus GG vaginal suppositories and vaginitis. J Clin Microbiol. 1995;33:1433.
Vol. 27, No.3, Desember 2014
MEDICINUS
57