PKJKU03 B1.3 Milik Negara Tidak Diperdagangkan
Prinsip Pengembangan Atensi pada Anak Lamban Belajar MODUL MATERI POKOK PROGRAM DIKLAT KOMPETENSI PENGEMBANGAN FUNGSI KOGNISI PADA ANAK LAMBAN BELAJAR BAGI GURU DI SEKOLAH INKLUSI JENJANG LANJUT
Penulis dr. Ana Lisdiana, S.ked, M.Pd Tim Penyunting Drs. Mif Baihaqi, M.Pd Tatang Rohana, S.Pd Aam Sudrajat, S.Si., M.Ed. Ilustrator Yayan Yanuar Rahman, S.Pd, M.Ed Cetakan Pertama, Maret 2012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (BPSDMP PMP)
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN PENDIDIKAN LUAR BIASA (PPPPTK TK DAN PLB) BANDUNG – TAHUN 2012
BAB
I
KATA PENGANTAR Dalam upaya meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, menuju terwujudnya guru TK dan PLB yang profesional, pada tahun 2012 Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Luar Biasa (PPPPTK TK dan PLB) Bandung akan mengimplementasikan Pendidikandan Pelatihan (Diklat) Berbasis Kompetensi (Competence Based Training). Kurikulum Diklat dirancang dengan merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Untuk mampu memenuhi tuntutan ketersediaan dan kesesuaian bahan diklat ini, maka disusun modul yang komprehensif dan mudah dipahami disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dan kebutuhan peserta diklat. Modul Diklat yang berjudul Prinsip Pengembangan Atensi pada Anak Lamban Belajar ditulis oleh Saudara dr. Ana Lisdiana, S.ked, M.Pd ini merupakan salah satu modul dari lima modul yang digunakan pada Diklat Pengembangan Fungsi Kognisi pada Anak Lamban Belajar bagi Guru di Sekolah Inklusi yang berada pada jenjang lanjut. Modul ini terdiri atas tiga materi pokok, yang masing-masing memuat indikator keberhasilan, uraian materi, latihan, rangkuman, evaluasi, dan umpan balik. Modul ini digunakan secara langsung melalui kegiatan tatap muka diklat dan sekaligus sebagai bahan kegiatan belajar mandiri para peserta. Melalui langkah ini efisiensi dan optimalisasi diklat diharapkan dapat diwujudkan. Kami berharap, modul-modul yang sudah disusun dapat menjadi referensi pokok dalam pelaksanaan diklat. Untuk memperluas wawasan peserta diklat disarankan untuk menggunakan referensi lain yang relevan. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan modul ini. Bandung, Maret 2012 Kepala PPPPTK TK dan PLB Bandung,
E. Nurzaman, A.M NIP. 195805081985111001
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
i
PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR .......................................................................... iv PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ....................................................... v PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang.......................................................................... 1 B. Deskripsi Singkat ....................................................................... 2 C. Manfaat Bahan Ajar .................................................................... 2 D. Tujuan Pembelajaran.................................................................. 2 1. Kompetensi Dasar ................................................................... 2 2. Indikator Keberhasilan ............................................................. 2 E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ................................................. 3 MATERI POKOK 3 PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN ATENSI ....................... 4 A. Indikator Keberhasilan ................................................................ 4 B. Uraian Materi ........................................................................... 4 3. Prinsip-prinsip Peningkatan Atensi ............................................... 4 C. Latihan.................................................................................. 13 D. Rangkuman ............................................................................. 13 E. Evaluasi ................................................................................. 14 F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ..................................................... 15 PENUTUP................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 18
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
iii
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.3 Ruang Kelas di Setting Minim Pengalih Perhatian (Mangano, 2010) .. 8 Gambar 3.4 Membacakan Buku (Nadia, 2010) ......................................... 12
PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Untuk mengoptimalkan pemanfaatan modul ini sebagai bahan pelatihan, beberapa langkah berikut ini perlu menjadi perhatian para peserta pelatihan. 1. Lakukan pengecekan terhadap kelengkapan modul ini, seperti kelengkapan halaman, kejelasan hasil cetakan, serta kondisi modul secara keseluruhan. 2. Bacalah petunjuk penggunaan modul serta bagian Pendahuluan sebelum masuk pada pembahasan materi pokok. 3. Pelajarilah modul ini secara bertahap dimulai dari materi pokok 1 sampai tuntas, termasuk didalamnya latihan dan evaluasi sebelum melangkah ke materi pokok berikutnya. 4. Buatlah catatan-catatan kecil jika ditemukan hal-hal yang perlu pengkajian lebih lanjut atau disampaikan dalam sesi tatap muka. 5. Lakukanlah berbagai latihan sesuai dengan petunjuk yang disajikan pada masing-masing materi pokok. Demikian pula dengan kegiatan evaluasi dan tindak lanjutnya. 6. Disarankan tidak melihat kunci jawaban terlebih dahulu agar evaluasi yang dilakukan dapat mengukur tingkat penguasaan peserta terhadap materi yang disajikan. 7. Pelajarilah keseluruhan materi modul ini secara intensif. Modul ini dirancang sebagai bahan belajar mandiri persiapan uji kompetensi.
Selamat Mempelajari Isi Modul!
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
v
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika berada di sekolah, guru dihadapkan pada sejumlah permasalahan terkait karakteristik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar tanpa mengalami kesulitan dan berhasil, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang mengalami berbagai kesulitan dalam belajarnya. Kesulitan ini dapat bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosiologis. Pada kenyataannya, tidak semua siswa dapat belajar dengan cepat. Ada siswa berbakat yang dapat belajar dengan cepat namun ada lebih banyak siswa yang belajar di sekolah dengan lambat. Anak lamban belajar (Slow Learner) merupakan istilah yang kadang digunakan untuk siswa-siswa yang berkemampuan rendah, dengan tingkat kecerdasan (IQ) antara 70 dan 85. Mereka adalah anak yang mengalami hambatan
atau
keterlambatan
dalam
perkembangan
mental
(fungsi
intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan atau kekurangmampuan untuk belajar dan untuk menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak lamban belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dan berulangulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik. Mereka sulit diidentifikasi karena dalam penampilan luar mereka tidak berbeda dan dapat berfungsi secara normal pada sebagian besar situasi. Diperkirakan terdapat kurang lebih 14,1% anak yang termasuk lamban belajar, dan ini lebih besar dibandingkan jika anak-anak berkesulitan belajar, anak tunagrahita dan anak autis dijumlahkan. Tugas guru adalah berupaya untuk mengoptimalkan potensi yang ada pada anak lamban belajar ini agar mereka dapat belajar dengan optimal. Dengan banyaknya teknologi pembelajaran saat ini, guru dapat mengadopsi berbagai teknik baru untuk membantu anak lamban belajar di sekolah.
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
1
B. Deskripsi Singkat Melalui pembahasan secara konseptual dan operasional, materi yang disampaikan merupakan landasan bagi guru untuk menyusun rencana pembelajaran bagi anak lamban belajar. Modul ini akan membahas tentang konsep atensi, jenis-jenis atensi serta prinsip-prinsip pengembangan atensi bagi
anak
lamban
belajar.
Dengan
memahami
bagaimana
prinsip
pengembangan atensi pada anak lamban belajar, diharapkan Anda dapat merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk membantu anak lamban belajar yang ada di sekolah.
C. Manfaat Bahan Ajar Manfaat bahan ajar ini bagi peserta diklat adalah: 1. Guru dapat memahami konsep atensi sebagai salah satu fungsi kognitif. 2. Guru
dapat
menerapkan
prinsip-prinsip
peningkatan
atensi
dalam
menyusun perencanaan pembelajaran bagi anak lamban belajar.
D. Tujuan Pembelajaran 1. Kompetensi Dasar Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu memahami prinsip-prinsip pelaksanaan pengembangan fungsi kognisi pada anak lamban belajar
2. Indikator Keberhasilan Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu: 1. Memahami konsep atensi 2. Memahami jenis-jenis atensi 3. Memahami perkembangan atensi masa bayi, kanak-kanak, dan remaja 4. Memahami faktor internal yang mempengaruhi atensi 5. Memahami faktor eksternal yang mempengaruhi atensi 6. Memahami asesmen kesulitan atensi pada anak lamban belajar 7. Memahami tujuan program intervensi pada anak lamban belajar 8. Memahami prinsip-prinsip pelaksanaan pengembangan atensi pada anak lamban belajar PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
2
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 1. Konsep Dasar Atensi Definisi Atensi Jenis-jenis Atensi Perkembangan Atensi 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Atensi a. Faktor Eksternal b. Faktor Internal 3. Prinsip-prinsip Pengembangan Atensi a. Asesmen Kesulitan Atensi pada Anak Lamban Belajar b. Tujuan Program Intervensi c. Prinsip Pengembangan Atensi pada Anak Lamban Belajar
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
3
MP
3
MATERI POKOK 3
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN ATENSI A. Indikator Keberhasilan Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat: a. Memahami asesmen kesulitan atensi pada anak lamban belajar. b. Memahami tujuan program intervensi. c. Memahami prinsip-prinsip pengembangan atensi pada anak lamban belajar.
B. Uraian Materi 1. Prinsip-prinsip Peningkatan Atensi a. Prinsip-prinsip umum dalam menciptakan intervensi pendidikan yang berhasil meliputi: 1) kejelasan
dan
ketepatan
ketika
memberikan
tugas-tugas
pembelajaran, 2) tugas-tugas pembelajaran yang terstruktur dan tersusun dengan baik, 3) melibatkan siswa dalam merancang dan memonitor tugas-tugas pembelajaran, 4) sering memberikan umpan balik atas kinerja yang ditunjukkan siswa, bersamaan dengan pemberian bantuan (prompt) untuk tetap melaksanakan tugas yang diberikan, 5) memperhatikan penempatan anak di antara anak-anak lain di ruang kelas, 6) meminimalisir pengalih perhatian (distracters) dari luar, 7) membuat struktur organisasi dan aturan serta rutinitas yang sederhana dan mudah diikuti, 8) memastikan bahwa setiap pertanyaan dimaksudkan agar anak menjadi aktif (Cooper dan Ideus, 1996; DuPaul dan Stoner, 1994 dalam Metcalfe, 2003).
PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
4
MP
3
9) Kaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Belajar merupakan sebuah proses kumulatif yang tergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki dan pengalaman sebelumnya. Pengetahuan yang beru dibangun atas apa yang telah diketahui. Semakin seseorang mengetahui suatu subjek, semakin banyak yang dapat ia peroleh melalui pengalaman belajar. Mulailah dengan apa yang telah diketahui murid dan bantulah mereka membangun dan mengaitkan informasi baru. Sebagai contoh, seorang anak yang tahu bahwa 2+2=4 dapat mempelajari 2+3 dengan lebih mudah jika dikaitkan dengan pengetahuan mengenai 2+2. 10) Mulailah pembelajaran pada tingkatan yang sesuai. Temukanlah pelajaran.
tingkat Zona
kesulitan
yang
perkembangan
tepat
proksimal
untuk
mencapai
dari
Vygotsky
menyebutkan bahwa terdapat beberapa tingkatan pembelajaran. Pada tingkat bawah, anak dapat belajar secara mandiri. Pada tingkat yang lebih tinggi, tingakt tersebut di luar kemampuan anak dan anak tidak akan dapat meraih keterampilan tersebut dan memindahkan keterampilan tersebut kepada diri mereka sendiri. Di antara kedua tingkatan inilah zona perkembangan proksimal berada, dimana pembelajaran seharusnya berlangsung. Tingkatan ini tidak terlalu sulit dan tidak juga terlalu mudah, dan anak dapat berhasil mempelajarinya dengan bimbingan dari orang dewasa. 11) Bangunlah otomatisasi pada keterampilan-keterampilan tertentu. Anak-anak perlu banyak berlatih dan melakukan pengulangan untuk mengembangkan
respon
otomatis
tertentu.
Beberapa
jenis
pengetahuan haruslah menjadi otomatis, hampir tidak disadari, memerlukan upaya pemrosesan yang sedikit. Sebagai contoh dalam pengenalan kata-kata yang terbaca, pemanggilan cepat dari aritmetika, atau mengetahui urutan hari dalam satu minggu. Ketika anak mencurahkan banyak usaha pada tugas-tugas yang seharusnya
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
5
MP
3
otomatis, mereka memiliki usaha yang lebih sedikit untuk melakukan area-area lain dari pembelajaran. (Learner, 2006). b. Prinsip-prinsip peningkatan atensi pada anak lamban belajar Salah satu karakteristik dari anak lamban belajar adalah kurangnya pemusatan perhatian. Anak lamban belajar mungkin memperhatikan, tetapi memperhatikan stimuli yang salah. Misalnya, anak mungkin memperhatikan apa yang terjadi di luar kelas, memperhatikan keributan di kelas, atau mungkin sibuk dengan pikirannya sendiri. Adapun prinsip-prinsip peningkatan atensi pada anak lamban belajar adalah dengan: 1) Membangun keterlibatan positif. Penolakan anak untuk terlibat dalam suatu tugas seringkali disebabkan oleh ketidakberhasilan dalam melakukan tugas yang sama sebelumnya yang berakibat anak merasakan kegagalan dan malu. Penting juga untuk memperhatikan minat dan aktivitas apa yang mereka sukai serta keterampilan spesifik apa yang dikuasai oleh anak. Jika memungkinkan, tunjukkan keterampilan anak ini di depan anak-anak yang lain. Penting untuk menyesuaikan tugas-tugas bagi anak lamban belajar dengan tingkat kapasitas mereka. Tugas-tugas yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak sehingga dapat berhasil diselesaikan oleh anak. Hal ini juga akan memberikan perasaan bahwa dirinya mampu dan menyadari apa yang telah diraihnya yang pada akhirnya akan meningkatkan rasa percaya diri. 2) Membangun interaksi yang positif. Perilaku guru dan murid harus ditandai dengan kehangatan dan persahabatan, menunjukkan empati dan saling menghormati tanpa syarat. Humor boleh tetapi jangan yang mencemooh atau menghina. Sebaliknya, guru harus senantiasa memberikan apresiasi dan pujian
PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
6
MP
3
atas keberhasilan yang dicapai walau sekecil apapun. Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri anak lamban belajar. Hindari segala jenis pelabelan seperti „bodoh‟, „idiot‟, „lamban‟, „tolol‟, „terbelakang‟, dan sebagainya baik oleh guru maupun anakanak yang lain. Karena pelabelan seperti itu akan menurunkan konsep diri dan kepercayaan diri anak yang akan mengarah pada frustrasi, kecemasan, penarikan diri dan kecenderungan melakukan kenakalan. Guru
juga
harus
menghindari
setiap
jenis
kompetisi
atau
membanding-bandingkan antara anak-anak yang normal, berbakat dan lamban belajar. Alih-alih berkompetisi, semua anak didorong untuk
melakukan
kerjasama
dan
saling
membantu
dalam
menyelesaikan suatu pelajaran. Hubungan sosial resiprokal antara guru dan murid merupakan elemen penting dalam belajar. Guru bertindak sebagai seorang pelatih, menyedeikan dukungan yang diperlukan oleh murid untuk belajar dan tumbuh. Dukungan seperti ini disebut scaffolded instruction karena memberikan dukungan sampai murid dapat melakukan tugas secara mandiri. 3) Meningkatkan keterampilan mendengarkan (listening skills) Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, salah satu karakteristik anak lamban belajar adalah memiliki kesulitan dalam mengingat pesan dan mendengarkan instruksi (Reddy, 2006). Oleh karena itu, guru harus memberikan instruksi yang singkat, jelas dan sederhana. Kejelasan komunikasi dan keinginan untuk mendengarkan merupakan satu hal yang penting. Komunikasi yang jelas dan efektif bagi anak lamban belajar mensyaratkan informasi dan instruksinya jelas, sederhana
dan
diulang-ulang.
Anak
sebaiknya
diminta
untuk
mengulang kembali instruksi guru. Anak-anak didorong untuk mau mengajukan pertanyaan apabila merasa tidak jelas dengan informasi atau instruksi yang diberikan guru. PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
7
MP
3
Siagakan anak untuk mendengarkan menggunakan kalimat kunci seperti “dengarkan baik baik” atau “ini penting”. 4) Minimalisir hal-hal yang mengalihkan perhatian (distracters). Anak lamban belajar sulit berkonsentrasi dan mereka dikenal mudah teralihkan. Guru memiliki kewajiban untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi semua murid, tanpa memandang jenis kepribadian ataupun gaya belajarnya. Beberapa gangguan di kelas, seperti suara latar belakang yang bising, tidak dapat disingkirkan dengan mudah, namun ada beberapa cara untuk mengurangi gangguan di kelas untuk siswa. Guru dapat menggunakan berbagai teknik untuk mengurangi gangguan di kelas. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi anak untuk dapat berkonsentrasi pada pelajaran dan mengurangi waktu belajar yang hilang akibat gangguan. Beberapa cara yang dapat dilakukan: a) Aturlah ruang kelas sedemikian rupa sehingga hanya ada sedikit gangguan visual dan auditori. Jangan menempatkan terlalu banyak poster yang dapat mengalihkan perhatian di dinding, terutama di depan kelas dimana kebanyakan pembelajaran berlangsung.
Gambar 3.1 Ruang Kelas di Setting Minim Pengalih Perhatian (Mangano, 2010)
PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
8
MP
3
b) Lakukan evaluasi terhadap pengaturan tempat duduk di kelas. Tempatkan
anak
lamban
belajar
agak
di
depan.
Jika
memungkinkan di dekat meja guru. Tempatkan anak lamban belajar jauh dari area yang sibuk seperti dekat pintu masuk. Hal ini bertujuan untuk membantunya mengurangi gangguan. Gerakan yang mengganggu juga akan mudah mengalihkan perhatian anak sehingga sebisanya tempatkan anak jauh dari jendela. c) Pindahkan anak yang sulit untuk berkonsentrasi pada tugasnya di tengah-tengah kelas. Kelilingi anak yang mudah teralihkan oleh anak-anak yang dapat berkonsentrasi dan tetap mengerjakan tugas. Hal ini akan membantu anak mengembangkan kebiasaan konsentrasi yang lebih baik. d) Sediakan folder manila di kelas. Ketika gangguan di kelas mulai mempengaruhi anak, anak dapat mengambil folder ini dan menempatkannya di meja untuk membuat pembatas. Ini akan membantu mengurangi aspek visual dari gangguan di kelas. e) Berikan „finger feelers’
pada anak-anak yang suka mengetuk-
ngetukkan jarinya. Hal ini akan memberikan aktivitas pada tangan ketika mendengarkan pelajaran. Hal ini juga akan mengurangi gangguan di kelas. f) Batasi penggunaan alat-alat teknologi di kelas. Jangan biarkan anak-anak menggunakan telepon genggam atau laptop ketika seharusnya mereka memperhatikan anda. Kebanyakan murid cenderung main games atau surfing Internet ketika seharusnya mencatat atau memperhatikan di kelas. 5) Persingkat durasi pembelajaran atau bagi menjadi beberapa sesi. Rentang perhatian pada anak lamban belajar relatif pendek. Mereka juga kurang dapat berkonsentrasi pada pembelajaran terutama jika guru menerangkan secara verbal lebih dari tiga puluh menit. Mereka memerlukan pelajaran yang singkat namun berkali-kali untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
9
MP
3
6) Terapkan diferensiasi. Hal ini dapat dilakukan dalam beberapa cara. Termasuk di dalamnya: melalui konten (sebuah program membaca dapat menekankan pemrosesan auditori bagi beberapa anak, dan pengayaan bahasa bagi anak-anak yang lain); kecepatan (anak-anak melakukan kegiatan yang sama namun dalam kecepatan yang berbeda); tingkat kesulitan (kegiatan dalam kelompok kecil untuk numerasi yang diset dengan tingkat kesulitan yang berbeda); model penyampaian (penggunaan berbagai saluran baik visual, auditori maupun kinestetik) dalam memberikan
informasi;
gaya
belajar
murid
(auditori,
visual,
kinestetik; sekuensial, simultan; deduktif, induktif); gaya mengajar (demonstrasi, tanyajawab, diskusi); pengelompokan (seluruh kelas, kelompok kecil, berpasangan). (Lewis, 1992 dalam Metcalfe, 2003) 7) Tingkatkan minat dan motivasi anak untuk belajar Kebanyakan anak lamban belajar motivasinya juga rendah. Perhatian yang buruk dapat disebabkan oleh bahan pelajaran yang harus dipelajari tidak sesuai dengan mereka – terlalu sulit atau di luar pengalaman mereka. Sebuah penelitian membuktikan bahwa ketika bahan pelajaran yang diberikan merupakan hal yang kongkrit, perhatian dan konsentrasi anak lamban belajar tidak berbeda dengan anak normal. Mereka dapat berkonsentrasi dan berhasil mengerjakan tugas pada waktunya. Oleh karena itu bahan pelajaran sebaiknya disesuaikan dengan minat anak dan merupakan hal yang terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari (kongkrit) sehingga anak merasakan manfaat dari pelajaran yang dia pelajari dan menjadi lebih termotivasi untuk mempelajarinya. Semakin abstrak materi yang diberikan maka akan semakin sulit bagi anak lamban belajar untuk menerimanya. Buatlah
agar
pelajaran
menyenangkan bagi
anak.
Tunjukkan
kegembiraan dan perasaan bangga ketika anak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan antusias. Temukan topik-topik yang menarik
PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
10
MP
3
bagi
anak.
Berikan
insentif
ekstrinsik
bagi
anak
agar
mau
mengerjakan tugas-tugasnya.
c. Latihan untuk meningkatkan rentang atensi anak lamban belajar Selain melaksanakan prinsip-prinsip peningkatan atensi di sekolah, guru sebaiknya menyarankan kepada orangtua anak lamban belajar untuk menerapkan beberapa langkah sederhana untuk meningkatkan rentang atensi anak lamban belajar, di antaranya adalah: 1) Latihan melalui permainan. Misalnya permainan menghitung kartu warna dan menemukan benda dalam gelas.
2) Batasi anak dalam menonton televisi maksimum dua jam per minggu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang masih sangat muda yang menonton televisi setiap hari memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalamai masalah kurang atensi di sekolah. Televisi merangsang otak secara berlebihan dan dapat secara permanaen mengubah pembentukan otak anak. PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
11
MP
3
3) Batasi bermain video game karena hal tersebut akan menghambat perkembangan keterampilan visual yang diperlukan untuk membaca. 4) Bawalah anak ke taman setiap hari. Tingkatkan jumlah waktu yang dihabiskan untuk permainan di luar ruangan. Permainan atau kegiatan di luar ruangan meningkatkan keterampilan visual anak seperti koordinasi tangan dan mata. 5) Membaca juga merupakan hal yang penting untuk meningkatkan rentang atensi anak. Bacakanlah sebuah buku pada anak sekurangkurangnya
10
sampai
memvisualisasikan
cerita
20 di
menit
dan
pikiran
dorong
mereka.
anak
Membaca
untuk akan
meningkatkan keterampilan memori visual anak yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
membaca
meningkatkan
kemampuan
anak
untuk
berkonsentrasi dan meningkatkan memori mereka. Agar anak mau membaca pilihlah buku bacaan yang menarik minat anak untuk membaca.
Gambar 3.2 Membacakan Buku (Nadia, 2010) 6) Luangkanlah waktu 10 menit untuk mendengarkan musik dan menari dengan anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa musik dapat meningkatkan keterampilan berpikir anak.
PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
12
MP
3
7) Usahakan agar anak mendapatkan tidur yang baik. Tidur yang baik akan memudahkan anak untuk berkonsentrasi (Lim, 2010). Kesulitan dalam atensi pada anak-anak seringkali terkait dengan kelelahan akibat kurang tidur di malam hari. Pastikan anak memiliki jadwal tidur yang dapat diprediksi setiap malam. Dan usahakan pula anak bangun di jam yang sama setiap pagi. Semakin konsisten jadwal anak, semakin mudah baginya untuk tidur setiap malamnya. 8) Biasakan sarapan. Sarapan sangat penting untuk fungsi kognitif anak. Penelitian terhadap siswa kelas V sekolah dasar menunjukkan bahwa anak-anak yang terbiasa sarapan memiliki atensi dan memori yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak terbiasa sarapan (Lisdiana, 2011). 9) Jadilah
model
bagi
anak.
Jika
menginginkan
anak
memiliki
keterampilan memperhatikan yang kuat, maka itu pula yang harus dilakukan orangtua di rumah. Anak-anak sering mengikuti tindakan atau
kebiasaan
orangtuanya.
Jika
anak-anak
dibatasi
untuk
menonton televisi dan main komputer, maka orangtua pun demikian, atau tunggulah sampai anak-anak tidur baru melanjutkan nonton televisi atau bekerja di depan komputer.
C. Latihan 1. Jelaskan apa tujuan dilakukan asesmen! 2. Apa saja yang termasuk ke dalam tujuan intervensi? 3. Berikan beberapa contoh terkait prinsip perkembangan atensi pada anak lamban belajar!
D. Rangkuman Karena secara umum anak lamban belajar tidak menunjukkan kelainan yang berarti, maka gurulah yang paling mungkin pertama kali mencurigai bahwa seorang anak ini termasuk lamban belajar dari hasil belajar yang selalu berada di bawah rata-rata atau anak menunjukkan kurang dapat menangkap PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
13
MP
3
pembelajaran di kelas. Daftar cek kesulitan atensi dari Metcalfe dapat digunakan sebagai panduan untuk mengases apakah anak lemban belajar memiliki kesulitan dalam hal atensi juga. Setelah berhasil melakukan identifikasi dan asesmen, maka guru dapat menyusun program intervensi untuk membantu anak tersebut. Adapun tujuan utama program intervensi, meliputi (1) meningkatkan capaian akademik,
(2)
mengembangkan
hubungan
interpersonal,
dan
(3)
meningkatkan rasa percaya diri anak. Prinsip-prinsip peningkatan atensi pada anak lamban belajar meliputi (1) membangun keterlibatan positif, (2) membangun interaksi yang positif, (3) memperhatikan bahasa yang digunakan, (4) meminimalisir hal-hal yang mengalihkan perhatian (distracters), (5) mempersingkat durasi pembelajaran atau bagi menjadi beberapa sesi, (6) menerapkan diferensiasi, dan (7) meningkatkan minat dan motivasi anak untuk belajar.
E. Evaluasi Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D yang mewakili jawaban yang paling benar! 1. Tujuan asesmen di antaranya adalah ... A. menemukan hambatan apa yang dimiliki oleh anak B. memberikan label atau diagnosa pada anak C. menentukan tingkat pencapaian anak D. menentukan jenis terapi 2. Tujuan program intervensi adalah, kecuali ... A. meningkatkan capaian akademik B. mengembangkan hubungan interpersonal C. meningkatkan rasa percaya diri D. mencapai target standar kompetensi
PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
14
MP
3
3. Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum dalam menciptakan intervensi pendidikan yang berhasil, kecuali ... A. kejelasan dan ketepatan ketika memberikan tugas-tugas pembelajaran B. selalu memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugastugasnya C. tugas-tugas pembelajaran yang terstruktur dan tersusun dengan baik D. melibatkan siswa dalam merancang dan memonitor tugas-tugas pembelajaran 4. Pemberian apresiasi dan pujian atas keberhasilan yang dicapai anak termasuk ke dalam prinsip ... A. meminimalisir gangguan B. membangun keterlibatan positif C. membangun interaksi positif D. menerapkan diferensiasi 5. Berikut ini adalah yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk meningkatkan atensi anak, kecuali ... A. membiasakan belajar sampai larut malam B. membatasi waktu menonton televisi C. membatasi main video game D. sering mengajak jalan-jalan ke taman (outdoor)
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah mengerjakan soal-soal evaluasi, cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban evaluasi yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi pokok 3:
Tingkat penguasaan =
jumlah jawaban benar x 100% 5
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
15
MP
3
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 – 100% = baik sekali 80 – 89 % = baik 70 – 79 % = cukup < 70 %
= kurang
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, berarti Anda telah berhasil mempelajari modul ini. Bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi pokok 3, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
16
PENUTUP Modul yang mengkaji prinsip pengembangan atensi pada anak lamban belajar ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari empat modul lainnya dalam Diklat Pengembangan Fungsi Kognisi pada Anak Lamban Belajar bagi Guru di Sekolah Inklusi. Perluasan wawasan dan pengetahuan peserta berkenaan dengan substansi materi ini penting dilakukan, baik melalui kajian buku, jurnal, maupun penerbitan lain yang relevan. Disamping itu, penggunaan sarana perpustakaan, media internet, serta sumber belajar lainnya merupakan wahana yang efektif bagi upaya perluasan tersebut. Demikian pula dengan berbagai kasus yang muncul dalam penyelenggaraan pendidikan khusus, baik berdasarkan hasil pengamatan maupun dialog dengan praktisi pendidikan khusus, akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan para peserta diklat. Dalam tataran praktis, mengimplementasikan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh setelah mempelajari modul ini, penting dan mendesak untuk dilakukan. Melalui langkah ini, kebermaknaan materi yang dipelajari akan sangat dirasakan oleh peserta diklat. Disamping itu, tahapan penguasaan kompetensi peserta diklat sebagai guru sekolah luar biasa, secara bertahap dapat diperoleh. Pada akhirnya, keberhasilan peserta dalam mempelajari modul ini tergantung pada tinggi rendahnya motivasi dan komitmen peserta dalam mempelajari dan mempraktekan materi yang disajikan. Modul ini hanyalah merupakan salah satu bentuk stimulasi bagi peserta untuk mempelajari lebih lanjut substansi materi yang disajikan serta penguasaan kompetensi lainnya.
SELAMAT BERKARYA!
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
17
DAFTAR PUSTAKA Alhola, P dan Kantola, P.P. (2007). Sleep Deprivation: Impact on Cognitive Performance. Diunduh pada 8 Februari 2012. Dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2656292/ Alimin, Zaenal. (2010). Kesulitan Belajar dalam Perspektif Pendidikan. Diunduh pada 7 Februari 2012. Dari: http://zalimin.blogspot.com/2010/04/kesulitan-belajar-dalam-perspektif.html Bestphotodrine. (2007). A Mother’s Attention. [Gambar]. Diunduh pada 16 Februari 2012. Dari: http://bestphotodrine.blogspot.com/2007/08/mothers-attention.html Faull, Jan. (2008). Your Brilliant Baby in Week 6: Detecting Patterns. [Gambar]. Diunduh pada 16 Februari 2012. Dari: http://www.babyzone.com/baby/baby-week-by-week/week-6baby_65924 Gantly, Dara. (2010). No reason for screening kids for insulin resistance. [Gambar]. Diunduh pada 16 Februari 2012. Dari: http://www.imt.ie/clinical/2010/09/no-reason-for-screening-kids-forinsulin-resistance.html Learner, J. W. (2006). Learning Disabilities and Related Disorders: Characteristics and Teachibg Strategies. 10th ed. New York: Houghton Mifflin Company. Lim, J. Tan, JC. Parimal, J S. Dinges, DF. Chee, MWL. (2010). Sleep Deprivation Impairs Object-Selective Attention: A View from the Ventral Visual Cortex. PLoS ONE 5(2): e9087. doi:10.1371/journal.pone.0009087. Diunduh pada 8 Februari 2012. Dari: http://www.plosone.org/article/info:doi/10.1371/journal.pone.0009087 Lisdiana, Ana. (2011). Fungsi Kognitif Siswa Sekolah Dasar ditinjau dari Kebiasaan Sarapan. Tesis Magister Pendidikan pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
18
Mangal, S.K. (2007). Essentials of Educational Psychology. New Delhi: PrenticeHall. Mangano, Julie. (2010). ADHD Child Left Behind. [Gambar]. Diunduh pada 16 Februari 2012. Dari: http://juliemangano.com/2010/05/ Matlin, Margaret W. (1994). Cognition. 3rd ed. USA: Harcourt Brace Jovanovich Publisher. Metcalfe, J.A. (2003). Managing Attention Deficit/Hyperactivity Disorder in the Inclusive Classroom. London: David Fulton Publisher. Nadia. (2010). Why is It Important to Read to Your Child? [Gambar]. Diunduh pada 16 Februari 2012. Dari: http://www.funwithmama.com/category/book-review/ NASET. (2012). School-Wide Strategies for Managing OFF-TASK / INATTENTION. [Gambar]. Diunduh pada 16 Februari 2012. Dari: http://www.naset.org/785.0.html Pollitt, E. (1995). Does Breakfast Make a Difference in School? Journal of American Dietetic Association, 95, 1134-1139. Reedy, G. L. (2006). Slow Learner, Their Psychology and Instruction. New Delhi: Discovery Publishing House. Santrock, J. W. (2007). Child Development. Diterjemahkan oleh Mila Rachmawati. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sternberg, Robert J. (2008). Psikologi Kognitif. Diterjemahkan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
19
KUNCI JAWABAN
Materi Pokok 1: Konsep Dasar Atensi 1. B 2. C 3. D 4. A 5. C Materi Pokok 2: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Atensi 1. D 2. C 3. D 4. B 5. A Materi Pokok 3: Prinsip-prinsip Peningkatan Atensi 1. A 2. D 3. B 4. C 5. A
PPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2012
20