1.104 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 11 Tahun ke-5 2016
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SISWA LAMBAN BELAJAR KELAS II SD N JLABAN IMPLEMENTATION OF SLOW LEARNER LEARNING OF GRADE II SD N JLABAN Oleh: Witrias Swestika Nugrahayati, PGSD/PSD,
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran siswa lamban belajar (slow learner) kelas II SD N Jlaban, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud meliputi kegiatan perencanaan, proses pembelajaran, serta evaluasi/tindak lanjut dalam pembelajaran siswa lamban belajar.Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskripstif. Subjek penelitiannya adalah guru kelas II. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Keabsahan data diuji dengan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru kelas II melaksanakan pembelajaran yang sama untuk siswa reguler dan siswa lamban belajar. Guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab tentang keadaan sekitar siswa. Guru melakukan motivasi dengan cara mengajak siswa bernyanyi atau melakukan berbagai macam tepuk. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah ceramah dan tanya jawab. Salah satu perlakukan khusus untuk siswa lamban belajar adalah diadakannya tambahan waktu menyelesaikan tugas setelah pulang sekolah. Kata Kunci: Pelaksanaan Pembelajaran, Siswa Lamban Belajar Abstract
Abstract This research aimed to identification implementation of the slow learner learning of grade II SD N Jlaban. That implementation of slow learner learning included planning, implementation, and evaluation/follow up in slow learner learning strategy. This research used qualitative approach with descriptive type. The research subject was the teacher of grade II. The data collecting included observation, interview, and documentation. The data analysis included data reduction, display data, and verification. The data validation used technique and source triangulation. The research result showed that the teacher of grade II did the same learning implementation for slow learner students and the regular students. The teacher did the apperception with asking question about the circumtances arround the students.the teacher did the motivation with singing a song or another calpping. The learning methode that be used the teacher were expository and aking a question. The special treatment for slow learner students was held an extra time for finishing the task after school. Key Words: Learning Implementation, Slow Learner
Pelaksanaan Pembelajaran Siswa .... (Witrias Swestika Nugrahayati) 1.105 2
dalam kerangka sistem pendidikan Indonesia
PENDAHULUAN Konsep
pendidikan
untuk
semua
juga terdapat
sekolah
inklusi,
sekolah
(education is for all) merupakan salah satu
reguler yang memiliki tanggung jawab untuk
dasar pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
menyediakan kesempatan bagi ABK untuk
Hal tersebut juga telah termaktub dalam
mengenyam
UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi,
Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009
“Setiap warga negara berhak mendapatkan
tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta
pendidikan”. Landasan yuridis yang lain
Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
adalah UU No. 20 tahun 2003 tentang
Potensi
Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1
Istimewa,
yang
berbunyi,
mempunyai
hak
“Setiap
warga
negara
yang
sama
untuk
memperloeh pendidikan yang bermutu”.
inklusif
pendidikan.
Kecerdasan Pasal adalah
1
Menurut
dan/atau bahwa:
sistem
Bakat
Pendidikan
penyelenggaraan
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
Dunia pendidikan khususnya bangku
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
persekolahan merupakan salah satu wahana
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti
untuk memproses sebuah input pendidikan
pendidikan
(peserta didik) agar nantinya menjadi output
lingkungan pendidikan
pendidikan yang berintelek dan berkarakter.
atau
pembelajaran
dalam
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak
Realitas menunjukkan bahwa peserta didik
berkebutuhan
yang ada adalah heterogen. Misalnya saja,
diarahkan agar setiap anak dapat tumbuh
ada peserta didik yang memiliki kecerdasan
dan berkembang secara optimal, mampu
di atas rata-rata; ada peserta didik yang
menjadi manusia yang bermoral, berbudi
berbakat; ada peserta didik yang memiliki
luhur, dan berakhlak mulia, sehingga kelak
kecerdasan di bawah rata-rata; gangguan
mampu menjalani kehidupan yang mulia dan
konsentrasi belajar; gangguan emosional;
bermartabat baik sebagai makhluk individu
lamban belajar; hambatan fisik; autis; dan
maupun sosial. Menurut Safrudin Aziz
lain
karakteristik
(2015:117),
peserta didik di atas juga memiliki hak untuk
pendidikan
menimba ilmu di bangku persekolahan
mustahil tercapai jika sejak awal anak
secara formal.
diisolasikan
sebagainya.
Kesemua
khusus
pada
tujuan anak
dari
dasarnya
penyelenggaraan
berkebutuhan
teman
khusus
sebayanya
di
Sekolah luar biasa merupakan institusi
sekolah-sekolah khusus. Pendapat tersebut
pendidikan untuk memfasilitasi anak-anak
sejalan dengan Pemerdiknas No. 70 tahun
yang berkebutuhan khusus. Selain itu, di
2009
pasal
1
yang
berbunyi
bahwa
1.106 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 11 Tahun ke-5 2016
pendidikan
inklusif
penyelenggaraan
1
adalah
sistem
khusus untuk siswa ABK sehingga siswa
pendidikan
yang
slow learner masih sulit untuk mengikuti
memberikan kesempatan kepada semua
proses
peserta didik yang memiliki kelainan dan
bersangkutan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
memahami suatu materi pembelajaran ketika
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
siswa lainnya telah paham dan mulai
pembelajaran
secara
mempelajari materi yang lainnya. Bila
bersama-sama dengan peserta didik pada
ditanya tentang materi yang telah dipelajari,
umumnya.
siswa akan merasa kebingungan dalam
dalam
lingkungan
pembelajaran. sering
Siswa
yang
tertinggal
dalam
Pada tahun ajaran 2015/2016, di SD
menjelaskan atau menjawab pertanyaan
Negeri Jlaban terdapat dua belas anak
mengenai materi tersebut. Hal tersebut
berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil
terjadi pada ketiga anak lamban belajar yang
assesmen 10 anak teridentifikasi mengalami
diobservasi. OHR cenderung akan diam bila
lamban belajar (slow learner), 1 anak
ditanya tentang materi pelajaran. Sedangkan
termasuk tunagrahita, dan 1 anak termasuk
CM
dalam
menjawab pertanyaan namun seringkali
kategori
retardasi
mental.
Berdasarkan observasi proses pembelajaran di SD N Jlaban yang dilakukan peneliti pada
dan
ICP
cukup
antusias
dalam
jawabannya tidak sesuai dengan materi. Guru
tidak
memberikan
perhatian
tanggal 10 Juli – 12 Agustus, ditemukan
khusus ketika siswa slow learner memiliki
beberapa permasalahan yang terjadi dalam
semangat yang rendah untuk mengikuti
pembelajaran, khususnya untuk anak lamban
pembelajaran. Ketika mengerjakan suatu
belajar (slow learner) di kelas II. Di kelas II,
tugas, siswa tersebut akan mengerjakan
terdapat tiga anak lamban belajar, yakni
dengan cepat namun tidak tepat serta siswa
CM, ICP, dan OHR.
tidak
menghiraukan apakah jawabannya
Permasalahan-permasalahan yang terjadi
tersebut benar atau salah. Ketika diskusi
pada anak lamban belajar di SD N Jlaban,
berlangsung dalma proses pembelajaran,
khususnya kelas II diantaranya adalah
siswa terlihat pasif. Ketiga anak tersebut
sebagai berikut. Di SD N Jlaban, yang
terlihat jarang menulis di buku tulis masing-
termasuk dalam sekolah inklusi ini, rencana
masing. ICP seringkali bermain sendiri
pembelajaran
dan
ketika diskusi berlangsung. OHR akan selalu
pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas
diam sepanjang proses pembelajaran. CM
semuanya sama. Tidak terdapat RPP khusus
seringkali terlihat ramai ketika berdiskusi
untuk ABK. Tidak terdapat kurikulum
berlangsung. Guru kelas II akan tetap
pelaksanaan
(RPP)
Pelaksanaan Pembelajaran Siswa .... (Witrias Swestika Nugrahayati) 1.107
2
melanjutkan materi pelajaran meskipun
sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran.
ketiga anak lamban belajar mengalami
Komponen guru tidak dapat dimanipulasi
masalah tersebut.
atau direkayasa oleh komponen lain, tapi
Siswa slow learner seringkali ramai di
guru mampu memanipulasi atau merekayasa
dalam kelas dan mengganggu teman-teman
komponen lain menjadi bervariasi. Tujuan
lainnya. Dua orang yang terkenal paling
rekayasa pembelajaran oleh guru adalah
ramai dan seringkali mengganggu teman-
untuk membentuk lingkungan peserta didik
temannya yang lain di kelas II ini adalah
supaya sesuai dengan lingkungan yang
ICP dan CM. Selama proses pembelajaran,
diharapkan. Pada akhirnya, peserta didik
siswa tersebut akan sering mengajak teman-
memperoleh suatu hasil belajar sesuai
temannya berbicara, mengganggu teman lain
dengan
(usil), atau jalan-jalan ke sana ke mari
merekayasa
hingga ditegur oleh guru. Siswa slow learner
berdasar pada kurikulum yang berlaku.
juga
seringkali
diharapkan
pula.
Ketika
pembelajaran,
guru
harus
teman-temannya
Menurut Mohammad Efendi (2009: 23-
selalu mendapat nilai yang jelek.
24), mengajar anak dengan kebutuhan
Beberapa siswa kelas II mengatakan bahwa
khusus tidak sama seperti mengajar anak
ketiga anak lamban belajar tersebut tidak
normal.
lancar membaca, tidak dapat menghitung,
bersandar pada kondisi yang dialami anak
dan
teman-
yang bersangkutan. ABK yang bersangkutan
peneliti
masuk dalam sebuah kelas inklusi bukan
karena
hanya
temannya
diejek
yang
dapat di
mengganggu
kelas.
Ketika
Hal
semata-mata
kelas
kali
bisa
identifikasi khusus mengenai bagaiamana
menjawab pertanyaan dan di buku ICP
pelaksanaan pembelajaran yang digunakan
ditulis kata “bodoh” oleh teman-teman lain.
guru dalam mengelola sebuah kelas inklusi.
dikarenakan
tidak
sehingga
perlu
karena
melakukan observasi, ICP sempat beberapa menangis
khusus,
ini
adanya
Berdasarkan keseluruhan masalah yang ditemukan peneliti tersebut, sebagian besar
METODE PENELITIAN
masalah
Pendekatan Penelitian
berkaitan
pembelajaran.
Jika
dengan berbicara
proses mengenai
proses pembelajaran, maka hal ini tidak
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskripstif.
lepas dari peran seorang guru. Menurut Hamruni (2012: 11), guru adalah pelaku
Tempat Penelitian
pembelajaran, sehingga guru merupakan
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri
faktor yang terpenting. Di tangan gurulah
Jlaban, Sentolo, Kulon Progo.
1.108 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 11 Tahun ke-5 2016 1
Waktu Penelitian
pada buku guru tematik kurikulum 2013
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari
yang dibuat berkelompok dengan guru lain
2016.
dalam satu
gugus.
Seluruh komponen
pembelajaran yang tercantum dalam RPP (media, metode, penilaian, sumber, materi,
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru kelas II.
strategi) untuk siswa lamban belajar adalah sama dengan siswa lainnya. Sedangkan untuk
pengumpulan
karakteristik
siswa
lamban belajar, guru melakukan komunikasi
Teknik Pengumpulan Data Teknik
menganalisis
data
dalam
penelitian ini melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
individual secara intensif dan berdasar pada evaluasi proses pembelajaran. Terdapat
3
subindikator
dalam
pelaksanaan pembelajaran siswa lamban belajar, yakni tahap kegiatan awal, kegiatan
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini
inti, dan kegiatan akhir. Dalam kegiatan
melalui teknik reduksi data, penyajian data,
awal pembelajaran terbagi menjadi tiga
dan verifikasi.
aspek pengamatan, yakni adanya apersepsi, motivasi, dan penyampaian pokok-pokok materi. Guru biasanya melakukan apersepsi
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini terdiri dari
dengan cara tanya jawab secara lisan tentang
pedoman observasi, pedoman wawancara,
lingkungan sekitar siswa atau kegiatan
dan
keseharian
pedoman
dokumentasi
yang
siswa.
Sedangkan
motivasi
di
untuk
berhubungan dengan strategi pembelajaran
menimbulkan
awal
siswa lamban belajar.
pembelajaran, guru melakukan kegiatan bernyanyi bersama atau melakukan berbagai tepuk. Guru tidak selalu menyampaikan
Uji Keabsahan Data Pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Kegiatan inti pembelajaran dalam kelas inklusi ini sekilas tidak berbeda dengan
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN Guru senantiasa mempersiapkan RPP pada setiap pembelajaran. RPP mengacu
kelas
reguler
pada
umumnya.
Guru
melakukan pembelajaran secara klasikal dan tidak memberikan perilaku spesial kepada ketiga
siswa
lamban
belajar.
Selama
Pelaksanaan Pembelajaran Siswa .... (Witrias Swestika Nugrahayati) 1.109
kegiatan penelitian, peneliti menemukan
kegiatan
pola bagaimana cara guru menyampaikan
merupakan kegiatan favorit siswa untuk
materi di kelas, yakni melalui rangkaian
memfokuskan perhatian mereka. Selain itu,
kegiatan
jawab,
sebagai ice breaking, guru juga seringkali
menjawab soal, kemudian diteliti satu per
mengajak siswa untuk menyanyi bersama-
satu pekerjaan siswa berikut tanda bacanya.
sama.
pengamatan,
tanya
berbagai
macam
tepuk
yang
Siswa lamban belajar dan siswa lainnya
Metode pembelajaran yang digunakan
melakukan kegiatan pembelajaran yang
guru adalah ceramah, tanya jawab, dan
sama seperti pola pembelajaran di atas. Guru
terkadang
juga
kelompok-
tersebut adalah sama dengan metode yang
kelompok diskusi untuk menyelesaikan
telah direncanakan dalam RPP. Metode
tugas.
pembelajaran siswa lamban belajar adalah
seringkali
membentuk
terdapat
permainan.
Metode
Keberadaan GPK yang datang ke SD
sama dengan siswa lainnya. Guru tidak
Jlaban seminggu dua kali, yakni hari Selasa
pernah menggunakan media pembelajaran
dan Jumat untuk menangani siswa ABK
selain papan tulis.
kelas 1-6 belumlah optimal peranannya.
Kegiatan tanya jawab secara klasikal
Bahkan, di hari yang telah terjadwal
merupakan
tersebut, GPK tidak selalu masuk ke kelas II.
digunakan guru setiap hari. Dengan metode
Layanan GPK yang diberikan ini tidak
ini, siswa terpancing untuk aktif menjawab
sesuai dengan amanat Peraturan Menteri
berbagai pertanyaan guru. Begitu pula untuk
Pendidikan Nasional No. 39 tahun 2009
siswa lamban belajar. Metode ini juga
yang menyatakan bahwa beban mengajar
membangkitkan sikap percaya diri dan
guru pembimbing khusus pada satuan
berani pada siswa. Dalam kegiatan akhir
pendidikan
menyelenggarakan
pembelajaran, terdapat tiga aspek yang
pendidikan inklusif paling sedikit 6 (enam)
diamati, yakni penyampaian kesimpulan,
jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
evaluasi, dan tindak lanjut. Guru biasanya
yang
salah
satu
metode
yang
Siswa kelas II memang masih tergolong
melakukan tanya jawab dengan siswa secara
siswa kelas rendah yang masih sangat
klasikal untuk menyimpulkan materi yang
senang untuk bermain. Sehingga, jika
telah dipelajarinya. Di akhir pembelajaran
mereka terlalu jenuh mengikuti pelajaran,
pun, teknik tanya jawab ini terlihat masih
maka akan banyak siswa yang ramai.
menjadi
Apalagi ketiga anak lamban belajar, ICP,
keaktifan dan keterlibatan siswa dalam
CM, dan OHP. Biasanya guru melakukan
andalan
untuk
meningkatkan
1.110 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 11 Tahun ke-5 2016 1
pembelajaran, begitu pula untuk siswa
komunikasi individual secara intensif dan
lamban belajar.
berdasar pada evaluasi proses pembelajaran.
Guru tidak melakukan evaluasi khusus di
Seluruh
komponen
pembelajaran
yang
akhiir pembelajaran. Evaluasi dilakukan
tercantum dalam RPP (media, metode,
selama proses pembelajaran. Soal evaluasi
penilaian, sumber, materi, strategi) untuk
untuk siswa lamban belajar dengan siswa
siswa lamban belajar adalah sama dengan
lainnya adalah sama. Sedangkan untuk
siswa lainnya.
tindak lanjut siswa, guru akan memberikan
Ditinjau
dari
indikator
pelaksanaan
pekerjaan rumah (PR) atau tugas yang sesuai
pembelajaran, guru melakukan apersepsi
dengan materi pembelajaran pada pertemuan
dengan cara tanya jawab tentang kegiatan
tersebut.tindak lanjut siswa lamban belajar
siswa atau keadaan lingkungan sekitar
dengan siswa lainnya adalah sama.
siswa. Guru menimbulkan motivasi awal
Program khusus untuk siswa lamban
dengan cara bernyanyi atau tepuk. Guru
belajar yang terdapat di kelas II SD N Jlaban
terkadang
ini adalah tambahan waktu menyelesaikan
materi secara lisan atau ditulis di papan tulis.
tugas sepulang sekolah dan pertemuan wali
Guru melakukan apersepsi dengan cara
murid ABK yang diselenggarakan dua kali
tanya jawab tentang kegiatan siswa atau
dalam satu semester. Selain itu, guru juga
keadaan lingkungan sekitar siswa. Guru
melakukan
baik
menimbulkan motivasi awal dengan cara
dengan siswa maupun wali siswa. untuk
bernyanyi atau tepuk. Guru terkadang
GPK sendiri tidak ikut serta mendampingi
menyampaikan pokok-pokok materi secara
siswa dalam program tambahan waktu
lisan atau ditulis di papan tulis. Guru
sepulang sekolah.
menyimpulkan pembelajaran dengan cara
komunikasi
individual
menyampaikan
pokok-pokok
tanya jawab secara klasikal. Tidak ada SIMPULAN DAN SARAN
evaluasi khusus di akhir pembelajaran.
Simpulan
Evaluasi
dilakukan
selama
proses
dan
pembelajaran. Guru selalu memberikan PR
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
kepada seluruh siswa dengan soal yang
tentang strategi pembelajaran siswa lamban
sama.
Berdasarkan
hasil
penelitian
belajar kelas II SD N Jlaban sebagai berikut.
Ditinjau dari tindak lanjut siswa lamban
Untuk indikator perencanaan pembelajaran,
belajar,
guru
siswa
mengerjakan soal untuk siswa lamban
lamban belajar dengan cara melakukan
belajar sepulang sekolah. Selain itu, guru
menganalisis
karakteristik
dilakukannya
tambahan
waktu
Pelaksanaan Pembelajaran Siswa .... (Witrias Swestika Nugrahayati) 1.111 2
melakukan komunikasi individual dengan siswa selama proses pembelajaran.
Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka beberapa saran yang diajukan oleh peneliti adalah
sebagai
sebaiknya
berikut.
lebih
Guru
kelas
memperhatikan
siswa
lamban belajar secara khusus dalam hal meningkatkan motivasi belajar, modifikasi evaluasi dan penilaian, serta ditingkatkannya program khusus untuk siswa lamban belajar. Guru
kelas
sebaiknya
meningkatkan
koordinasi lebih intensif dengan berbagai pihak, yakni GPK dan orang tua siswa. Pihak
sekolah
perlu
mengevaluasi
pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusif sehingga
dapat
meningkatkan
kualitas
pembelajaran kelas inklusi di SD N Jlaban.
DAFTAR PUSTAKA Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Mohammad Efendi. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkeklainan. Jakarta: Bumi Aksara.