PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DENGAN BTA POSITIF PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013
Diajukan untuk : Sebagai syarat mendapatkan gelar SARJANA KEDOKTERAN ( S. Ked )
Ali Alatas 110103000056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M / 1434 H
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmatMU dan hidayahMU, serta limpahan karuniaMU penelitian dengan judul “ Prevalensi Tuberkulosis pada Diabetes Mellitus tipe 2 di RSU KOTATangerang Selatan 2013 “ dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya selama menempuh pendidikan dan penulisan laporan penelitian ini banyak dukungan, masukan, bimbingan, do’a serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Yang terhormat Prof. DR. (HC). dr. M.K. Tadjudin Sp. And selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Yang terhormat dr. Witri Ardini, M. Gizi, SpGK selaku Kepala Program Studi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Yang saya hormati dan banggakan dr. Hadianti, Sp.PD selaku pembimbing pertama yang selalu sabar dalam membimbing dan tidak henti-hentinya memotivasi saya dalam menyusun dan menyelesaikan penelitian ini. 4. Yang saya hormati dan banggakan dr. Marita Fadhilah, PhD selaku pembimbing kedua yang selalu memberikan bimbingan, arahan, saran serta motivasi untuk menyelesaikan penelitian ini. 5. Muhammad Sa’id dan Asma’ Heni selaku pahlawanku (orangtua) yang selalu mendo’akan, memberikan dukungan baik moril maupun materil serta memotivasi dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. 6. Kakak-kakak (Azwari, Tarmizi Taher, Jumadi, Indra), adikku (Ria Winata) tercinta, cik Veti yang selalu mengatakan “ semangat yo dek” terimakasih banyak atas motivasi dan supportnya, berkat kalian saya terus berjuang untuk mewujudkan impian ini.
v
7. Segenap om dan Bibi (Yusrizal, S.km dan Yuni Hartati, Amd.Keb, Yusman AR, serta segenap sanak saudara) yang selalu memberikan motivasi dalam menempuh studi ini. 8. Pemerintah provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan suntikan dana dan kesempatan kepada saya, sehingga saya dapat mewujudkan impian kecil saya untuk kuliah di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 9. RSU Kota Tangsel dan semua staf Rekam Medis yang telah memberikan izin untuk pengambilan sampel pasien DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan. 10. Guru-guru SD, para kiyai, ustadz dan ustadzah yang selalu mendo’kan saya dalam menyelesaikan penelitian ini 11. Temen-temen kelompok 6 riset yang luar biasa (Abdullah Shidqul Azmi, Fitria Lulu, Karmila Karim, Khoirul Ahmada Putra) yang selalu mensupport dan mendukung saya, kalian luar biasa. 12. Bayu, Zata, Syrojudin Hadi, Yahya Kholid yang telah menyempatkan waktu untuk mengajari saya ilmu pengolahan data, teman-teman RDM (Rumah Dokter Muslim) yang selalu memberikan warna yang berbeda, kalian luar biasa. 13. Sejawatku PSPD 2010 yang selalu memberikan warna berbeda disetiap langkahku meraih mimpi untuk menjadi Dokter Muslim sejati. Kalian luar biasa. 14. Adik kecil saya Maryam Jamilah yang selalu mendo’akan dan menemani saat senang dan susah. 15. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan laporan ini.
Ciputat, 11 September 2013
Ali Alatas
vi
ABSTRAK Ali Alatas, Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi TB Parudengan BTA Positifpada DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Diabets Mellitus (DM) dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terinfeksi TB, karena DM dapat mengakibatkan gangguan pada sistem imun yang berperan untuk mengeleminasi kuman mycobacterium tuberculosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi TB pada DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013. Metode penelitian ini adalah deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 354 pasien DM tipe 2 dijumpai 16 pasien TB positif. Dari data tersebut, diperoleh prevalensi TB pada DM tipe 2 sebesar 4,5%, dimana yang terbanyak adalah laki-laki yaitu 9 orang (56,2%), Berdasarkan umur penderita yang terbanyak adalah usia non-geriatri (<60 tahun) yaitu 13 orang (81,2%), pekerjaan yang terbanyak ibu rumah tangga 6 orang (37,5), dan pendidikan yang terbanyak adalah SMA berjumlah 7 orang (43,8%). Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, usia, pekerjaan dan pendidikan dengan kejadian TB pada DM tipe 2. Kata Kunci: Tuberkulosis, Diabetes mellitus tipe 2, Prevalensi
vii
ABSTRACT Ali Alatas. Medical Education Program. Prevalence of AFB Positive Pulmonary Tuberculosis in type 2 Diabetes Mellitusin General Hospital of South Tangerang in 2013 Diabetes Mellitus (DM) is the risk factor for TB infectionbecause diabetes can cause immune system defect is which to eliminate mycobacterium tuberculosis. The goal of this research to determine the prevalence of TB in type 2 DM in General Hospital of South Tangerang in 2013. This research method is a descriptive. This result shows from 354 type 2 diabetes patients 16 positive TB patients. From these data, is obtained prevalence TB in type 2 DM was 4.5%, which is found nine male (56.2%). Based on the age of the patient was found nongeriatric age (<60 years) is 13 people (81.2%), six of them are housewives (37.5), and seven of them are senior high school education (43.8%). There is no relation between sex, age, working, and education with TB in type 2 DM. Keywords: Tuberculosis, Diabetes mellitus type 2, prevalence
viii
DAFTAR ISI COVER ........................................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 3 1.3.Tujuan Penelitian .......................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5 2.1. Landasan Teori ............................................................................. 5 2.1.1. Definisi Diabetes Mellitus ......................................................... 5 2.1.2. Diagnosis DM Tipe 2 ................................................................ 6 2.1.3. Patofisiologi DM Tipe 2 ............................................................ 7 2.1.4. Penatalaksanaan DM ................................................................. 8 2.1.5. Tuberkulosis .............................................................................. 10 2.1.6. TB pada DM .............................................................................. 14 2.1.7. Kajian Dokter Muslim ............................................................... 16 2.2. Kerangka Teori ............................................................................. 17 2.3. Kerangka Konsep ......................................................................... 17 2.4. Definisi Operasional ..................................................................... 18
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 19 1.1. Desain Penelitian .......................................................................... 19 1.2. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 19 1.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 19 1.4. Cara Kerja Penelitian ................................................................... 20 1.5. Manajemen Data .......................................................................... 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 4.1. Hasil ............................................................................................. 21 4.1.1. Analisis Univariat ..................................................................... 21 4.1.2. Analisis Bivariat ........................................................................ 23 4.2. Pembahasan .................................................................................. 27 4.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 29 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 30 5.1. Simpulan....................................................................................... 30 5.2. Saran ............................................................................................. 30 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31 LAMPIRAN .................................................................................................... 34 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ 42
x
DAFTAR SINGKATAN
ADA
: American Diabetes Association
DM
: Diabetes Mellitus
IFN-gamma
: Interferon Gamma
Riskesdas
: Riset Kesehatan Dasar
RSU Kota
: Rumah Sakit Umum Kota
RSUP
: Rumah Sakit Umum Pusat
S. ked
: Sarjana Kedokteran
SPS
: Sewaktu-Pagi-Sewaktu
TB
: Tuberkulosis
UIN
: Universitas Islam Negeri
WHO
: World Health Organization
xi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Definisi Operasional ............................................................................ 16 Tabel 4.1. Karakteristik Jenis Kelamin Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 .......................................... 19 Tabel 4.2. Karakteristik Usia Pasien Diaetes Mellitus tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013................................................... 20 Tabel 4.3. Karakteristik Pekerjaan Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 ........................................................... 20 Tabel 4.4. Karakteristik Pendidikan Pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 .................................................. 21 Tabel 4.5. Karakteristik Jenis Kelamin TB (+) pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan ..................................................... 21 Tabel 4.6. Karakteristik Usia TB (+) pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan 2013 ............................................................ 22 Tabel 4.7. Karakteristik Pekerjaan Pendidikan TB (+) pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 ............. 23 Tabel 4.8. Karakteristik Pendidikan Penderita TB (+) pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 ........... 24
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Patofisiologi Diabetes Mellitus tipe 2 .............................................. 8 Gambar 2.2. Penularan Tuberkuosis ..................................................................... 11 Gambar 2.3. Patofisiologi Tuberkulosis................................................................ 12 Gambar 2.4. Alur Diagnosis Tuberkulosis............................................................ 14
xiii
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang sangat berbahaya, oleh karena itu penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan global yang harus segera ditindaklanjuti. Diperkirakan bahwa sepertiga dari populasi dunia memiliki infeksi TB, dan ada 9,4 juta kasus TB setiap tahunnya. Penurunan imunitas merupakan resiko salah satu yang menyebabkan seseorang untuk menderita TB, seperti DM merupakan penyakit yang erat dengan terganggunya kekebalan tubuh seseorang. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa ada kaitan erat antara pasien yang menderita DM dengan terjadinya peningkatan TB. Di Negara-Negara maju dengan meningkatnya prevalensi DM disebutkan bahwa terjadi pula peningkatan TB, oleh karena itu hal ini menimbulkan pertanyaan apakah DM meningkatkan risiko terjadinya TB.1 Hubungan antara TB dan DM sudah diketahui oleh Ibnu Sina lebih dari seribu tahun yang lalu. Lebih dari seratus tahun yang lalu, setengah dari pasien DM yang meninggal ditemukan pada post-mortem akan menderita TB paru, TB Tidak hanya lebih sering terjadi pada penderita DM tapi infeksi lain juga, tetapi ini lebih sering terjadi pada penderita DM itu sendiri, dan beberapa yang terjadi hampir secara eksklusif di pasien DM. Infeksi lain terjadi dengan keparahan meningkat dan berhubungan dengan peningkatan risiko komplikasi pada pasien dengan DM. Peningkatan risiko TB pada pasien dengan DM telah disorot oleh beberapa retrospektif dan studi prospektif.2 Dalam sebuah studi di Mumbai, India, TB merupakan penyakit rumit paling umum pada penderita DM (5,9%), dalam studi kohort besar lebih dari 8000 pasien dengan DM. Dalam penelitian terbaru dari Institut Daerah Medical Sciences, Imphal-India, prevalensi TB paru pada penderita DM ditemukan 27% dengan diagnosis radiologi dan 6% dengan positif dahak.2
2
Sebuah penelitian terbaru di Taiwan didapatkan bahwa pada penderita diabetes didapatkan sekitar 21,5% menderita TB.2 Karena besarnya dampak yang ditimbulkan oleh DM ini maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terutama tentang resiko terjadinya peningkatan TB pada DM.
3
1.2.
Rumusan Masalah Prevalensi tuberkulosis di Indonesia pada penderita DM sudah
sangat tinggi. Telah banyak studi yang meneliti tentang risiko yang ditimbulkan oleh DM, tetapi penelitian yang menjelaskan tentang TB paru pada DM belum banyak, mengingat pemahaman ini sangat penting dan diperlukan. Masalah penelitian ini adalah berapa prevalensi TB paru pada penderita DM tipe 2. 1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1.
Tujuan Umum Mengetahui prevalensi penderita TB paru pada DM di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui prevalensi penderita TB paru pada penderita DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2013. 2. Untuk mengetahui hubungan (jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan) dengan TB paru pada DM tipe 2.
1.4.
Manfaat Penelitian
a.
Bagi peneliti
Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran ( S. Ked)
Menambah ilmu pengetahuan peneliti terutama tentang prevalensi TB paru pada DM tipe 2.
b.
Bagi masyarakat Diharapkan agar masyarakat, khususnya penderita DM mempunyai wawasan baru tentang TB paru ini.
c.
Bagi dokter dan perawat
4
Menambah pengetahuan baru bagi dokter dan perawat akan resiko yang ditimbulkan oleh penderita DM, dalam hal ini adalah TB paru.
d.
Bagi Pihak Rumah Sakit
Sebagai informasi dan bukti medis mengenai prevalensi TB paru pada DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan baru serta rujukan bagi rumah sakit terutama dalam penanganan penderita DM.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Landasan Teori
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Menurut World Health Organization ( WHO ) bahwa DM sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat. tetapi secara umum DM merupakan suatu kumpulan gangguan anatomik dan kimiawi akibat dari faktor-faktor dimana didapatkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.3 Menurut American Diabetes Association ( ADA ) DM dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam :
DM Tipe 1 DM tipe 1 biasanya disebabkan oleh destruksi sel beta, biasanya pada DM tipe 1 ini mengalami defisiensi insulin absolut.
DM Tipe 2 Biasanya tipe ini bervariasi mulai yang pedominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin realtive sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
DM Tipe lain Etiologinya bermacam-macam, antara lain karena disebabkan oleh : defek genetik fungsi sel beta ( kromosom 12, HNF-alfa, kromosm 7 dll ), defek genetik kerja insulin ( resistensi insulin tiep A dll ), penyakit eksokrin pankreas ( pankreatitis, pankreatektomi, neoplasma dll ), endokrinopati ( akromegali, sindrom chusing ), karena obat atau zat kimia ( vacor, ventamidin dll ), infeksi ( rubella congenital, CMV dll ), imunologi ( sindrom “ Stiffman ”, antibodi anti insulin dll ) sindroma genetik lain ( sindrom Down, sindrom Klinefelter dan lain-lain )
Diabetes Kehamilan
6
2.1.2. Diagnosis DM tipe 2 Dalam mendiagnosis DM tipe 2 didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa darah. Untuk mendiagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Menurut PERKENI DM dapat didiagnosis dengan membagi menjadi dua bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. Gejala khas DM terdiri dari
poliuria, polidipsia, polifagia, dan berat
badan menurun tanpa sebab yang jelas. Sedangakan gejala yang tidak khas DM antara lain lemas, kesemutan, gatal, luka yang sulit sembuh mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita. Diagnosis DM juga dapat ditegakkan melalui car pada tabel dibawah ini:
7
2.1.3. Patofisiologi DM Tipe 2 DM yang paling banyak terjadi adalah DM tipe 2, yang ditandai dengan gangguan sekresi insulin ataupun gangguan kerja isulin ( resistensi insulin ) pada organ target, terutama hati dan otot. Pada awal saat terjadi resistensi insulin belum menyebabkan DM secara klinis karena sel beta pankreas masih dapat mengkompensasi keadaan tersebut dan glukosa darah masih dalam keadaan normal atau baru terjadi sedikit peningkatan glukosa darah. Ketika DM secara klinis telah tampak ini merupakan tanda bahwa sel beta pankreas tidak mampu lagi untuk mengkompensasinya sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah.4 Otot merupakan pengguna glukosa yang paling banyak sehingga resistensi insulin mengakibatkan kegagalan glukosa oleh otot. Awalnya hiperglikemia terjadi pada fase setelah makan saat oto gagal melakukan ambilan glukosa dengan optimal. Kemudian pada fase berikutnya dimana sekresi insulin semakin menurun, sehingga menyebabkan produksi glukosa hati yang berlebihan dan mengakibatkan peningkatan glukosa darah pada saat puasa. Hiperglikemia ini memperberat gangguan sekresi insulin yang sudah ada dan disebut fenomena glukotoksisitas.4 Selain pada otot, resistensi insulin juga terjadi pada jaringan adiposa sehingga merangsang lipolisis dan meningkatkan asam lemak bebas. Keadaan ini juga dapat mengakibatkan proses gangguan ambilan glukosa oleh sel otot dan mengganggu sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Fenomena ini disebut dengan lipotoksisitas.4
8
Gambar 2.1. diambil dari : http://www.medscape.org/viewarticle/536351
Oleh karena itu dengan mengetahui kelainan dasar yang terjadi pada DM tipe 2 sangatlah penting agar dapat memilih intervensi yang tepat. Adapun kelainan dasar tersebut adalah :
Resistensi insulin pada jaringan lemak, otot dan hati
Peningkatan produksi glukosa oleh hati
Kekurangan seksresi insulin oleh sel beta pankreas.4
2.1.4. Penatalaksanaan DM Penangan diabetes melitus dengan pendekatan non-farmakologi, yaitu berupa pemberian edukasi, perencanaan terapi nutrisi medik, kegiatan jasmani dan penurunan berat badan bila didapat berat badan lebih atau obesitas. Bila pengendalian DM dengan cara non-farmakologi belum tercapai, maka kita dapat memberikan intervensi berupa pemberian terapi farmakologi disamping tetap melakukan pengaturan pola makan dan aktifitas fisik yang sesuai.4
9
Dalam melakukan intervensi farmakologis haruslah diperhatikan mekanisme kerja obat harus disesuaikan dengan macam-macam penyebab terjadinya hiperglikemia, hal ini sesuai dengan bagan dibawah ini. Masukan makanan Insulin malam hari
Produksi glukosa hati meningkat
diet Alfa glukosidase inhibitor
Pool glukosa ekstraselular Defisiensi insulin
sulfonylureas
insulin Transpor glukosa Resistensi insulin
Metformi n troglitazone
Pemakaian glukosa sel
Menurut PERKENI tahun 2006 sasaran pengelolaan DM bukan hanya glukosa darah saja, tetapi juga termasuk faktor-faktor lain yaitu berat badan, tekanan darah, dan profil lipid. Dengan berbagai usaha tersebut, diharapkan sasaran pengendalian DM ini dapat tercapai4
10
2.1.5. Tuberkulosis TB
merupakan
penyakit
menular
yang
disebabkan
oleh
Mycobacterium tuberculosis yang berbentuk batang, tidak membentuk spora, bersifat aerob dan tahan asam. TB umumnya terjadi pada paru, tetapi dapat pula menyerang organ yang lainnya pada sepertiga kasus. Di Indonesia TB merupakan penyakit pembunuh nomor satu di anatara penyakit menular lainnya dan merupakan penyakkit nomor tiga yang menyebabkan kematian setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. 5 Epidemiologi Kejadian TB didunia ini tidak dapat diukur secara pasti, pada tahun 2011 diperkirakan 8,7 juta kejadian TB diseluruh dunia. Ini setara dengan 125 kasus TB setiap 100.000 populasi. Sebagian besar kasus tahun 2011 terjadi di Asia dan Afrika, yaitu Asia 59% dan Afrika 26%. Gejala klinisTB
Gejala utamanya TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
Dahak dapat bercampur darah, batuk darah, sesak nafas
Badan lemas
Nafsu makan menurun
Malaise
Berkeringat pada malam hari tanpa aktivitas fisik
Demam meriang lebih dari 1 bulan
11
Patogenesis TB Seseorang akan menderita TB ketika terjadi penularan melalui pasien TB BTA positif. Penularan ini melalui batuk atau bersin, melalui percikan dahak (droplet nuclei) ini penderita TB menyebarkan kuman ke udara. Setiap batuk penderita TB menghasilan 3000 percikan dahak. Penularan akan terjadi jika banyaknya kuman TB yang dikeluarkan dari paru penderita. Kuman TB akan berkurang dengan adanya ventilasi dan mati jika terkena sinar matahari.5,6
Gambar 2.2. penularan TB Jika keadaan lembab maka kuman TB akan bertahan hidup dan akan masuk melalui saluran pernapasan menuju ke alveoli sehingga menyebabkan terbentuknya fokus primer (sarang primer) di jaringan paru tersebut. Kemudian kuman TB ini akan menuju kelenjar limfe regional (hilus) melalui saluran limfe yang menyebabkan terjadinya peradangan yaitu limfangitis, peradangan tersebut juga dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis). Kejadian inilah yang disebut dengan komplek primer yang terjadi selama 4-6 minggu.5,6 Kompleks primer ini akan mengalami penyembuhan spontan dengan tidak meninggalkan kecacatan sedikitpun (restitution ad integrum) atau sembuh dengan kecacatan atau akan mengalami penyebaran secara bronkogen ke paru yang bersangkutan ataupun ke paru sebelahnya. Penyebaran juga dapat melalui hematogen dan limfogen, penyebaran ini
12
tergantung dari imunitas seseorang, jika imunitas seseorang dapat mengatasi kuman TB ini maka anak sembuh spontan, bila daya tahan tubuh seseorang tidak dapat mengatasi kuman TB ini maka akan menyebabkan kegawatan seperti TB milier, meningitis TB, typhobacillosis landouzy dan dapat juga meneybar ke organ lainnya seperti tulang, ginjal, genitalia dan sebagainya, kemudian dari TB primer ini akan muncul TB post-primer.5,6
Gambar 2.3. Patofisiologi TB Available from : http://www.nature.com/nri/journal/v5/n8/images/nri1666-f1.jpg
Faktor Risiko TB
Infeksi HIV
Malnutrisi
Diabetes melitus
Alkohol
Merokok
Polusi udara
13
Diagnosis TB paru
Untuk mendiagnosis seseorang menderita TB atau tidaknya kita harus melakukan pemeriksaan 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS)
Pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional menjelaskan bahwa penemuan BTA melalui pemerikasaan dahak merupakan diagnosis utama. Sedangkan foto toraks, biakan dan uji kepekaan merupakan penunjang diagnosis saja jika diindikasikan.
Kita tidak dapat mendiagnosis seseorang menderita TB hanya berdasarkan foto toraks saja, karena foto toraks tidak memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga hal ini sering menyebabkan overdiagnosis.
Untuk lebih jelasnya lagi ita dapat melihat alur diagnosis TB paru sebagai berikut 5
Gambar 2.4. Alur diagnosis TB paru5
14
2.1.6. TB pada DM TB paru dan DM
sering berdampingan, terutama di populasi
berisiko tinggi untuk tertular TB. Sebuah studi terbaru di Meksiko pada pasien lebih tua memiliki lesi pada lapang bawah paru dan memiliki cavitas lebih banyak. Dalam sebuah penelitian di Turki juga menjelaskan bahwa DM tidak mempengaruhi terjadinya TB, tetapi hanya berhubungan dengan penyakit paru bagian bawah pada pasien wanita dan tua. Studi lain dari Arab Saudi menunjukkan gelaja yang sama, distribusi radiografik pada pasien DM dan non-DM dengan TB paru7,8,9. Sebanyak 42.358 pasien yang dirawat di rumah sakit universitas Aga Khan antara tahun 1992 dan 1996 jumlah pasien yang didiagnosis DM sebanyak 1.458 dan didiagnosis TB sebanyak 691. Sedangkan jumlah pasien TB dan DM sebanyak 173, dengan demikian penelitian ini menjelaskan bahwa pasien TB pada penderita DM sebanyak 173/1458 (11,9%)7,10. Sebagian besar pasien yang menderita TB berusia setengah baya (30-60 tahun), pada studi di India sebagian besar pasien diatas 40 tahun, sedangkan di Korea dan Jepang prevalensi tersebut tinggi pada usia 40-50 tahun. Studi ini menjelaskan bahwa prevalensi TB meningkat secara progresif sesuai durasi DM itu sendiri. Prevalensi tertinggi adalah pada pasien yang telah didiagnosis DM selama 10 tahun lebih11. Alasan untuk terjadinya peningkatan terjadinya kerentanan TB pada DM disebabkan bayak faktor, dalam hal ini makrofag alveolar yang bekerjasama dengan limfosit mempunyai peranan penting dalam mengeleminasi infeksi mikobakterium tuberkulosis itu sendiri. Dalam sebuah penelitian kepada 64 pasien TB dengan DM terjadi depresi imunitas seluler yang tinggi,hal ini ditandai dengan limfosit T lebih sedikit dan kapasitasnya menurun dibandingkan dengan pasien hanya dengan TB saja.
15
Disini juga dikatakan bahwa terdapat perbedaan dalam produksi sitokin, dimana terjadi penurun interferon (IFN)-gamma yang diproduksi oleh CD4+ sel pada pasien TB dengan kontrol diabetes yang buruk, tetapi tidak pada pasien yang kontrol diabetesnya baik. Tetapi IFN-gamma akan kembali meningkat setelah 6 bulan pada pasien TB yang diabetesnya dikontrol dengan baik, tetapi tetap saja terjadi penurunan IFN-gamma pada pasien yang diabetesnya tidak terkontol dengan baik.12 Disfungsi imun merupakan salah satu yang menyebabkan terjadinya peningkatan TB paru pada penderita DM, hal ini disebabkan karena defek pada pertahanan host dan fungsi kekebalan tubuh itu sendiri. DM juga menyebabkan penurunanan daya fagositosis makrofag, sehingga mempengaruhi pertahanan tubuh. Hal ini didukung dengan sebuah pengamatan bahwa penderita diabetes yang kurang terkontrol terjadi peningkatan TB yang lebih destruktif dan mortalitas yang lebih tinggi. TB dapat menyebabkan perubahan sitokin, monosit-makrofag dan sel T CD4/CD8.13 Disebuah penelitian juga menjelaskan bahwa DM sering dikaitkan dengan penurunan imunitas seseorang. Pada penderita DM didapatkan penurunan limfosit T dan neutrofil. Berkurangnya T-helper 1 (Th1) sitokin, produksi TNF alpha, dan produksi IL-1 beta dan IL-6 juga terlihat pada penderita TB dan DM secara bersamaan dibandingkan dengan yang tidak menderita DM.14,15 Th1 sitokin sangat penting dalam dalam mengontrol dan menghambat pertumbuhan mycobacterium tuberculosis. Penurunan jumlah dan fungsi limfosit T berperan terhadap kerentanan penderita diabetes untuk terjangkit TB. Fungsi makrofag juga berkurang pada individu dengan DM, sehingga fagositosinya pun berkurang. Kombinasi disfungsi dari berbagai macam proses imunitas diatas berkontribusi terhadap peningkatan risiko TB pada penderita Diabetes Mellitus.16
16
2.1.7. Kajian Dokter Muslim Salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita DM adalah pola makan yang tidak baik, pola makan yang tidak seimbang
akan
menyebabkan
obesitas,
dimana
obesitas
akan
mempermudah seseorang untuk terkena DM, terutama DM tipe 2.17 Obesitas terjadi karena makan yang berlebihan, hal ini tidak sesuai dengan aturan islam, dimana Islam menganjurkan kita untuk makan dan minum tidak berlebihan, sebagaimana firman Allah Swt di dalam Alqur’an: حبُّ الْ ُمسْرِفِين ِ ُوَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا ُتسْرِفُوا إِنَّهُ لَا ي Artinya : Dan makan dan minumlah kalian, namun jangan berlebih-lebihan (boros) karena Allah tidak mencintai orang-orang yang berlebihan (Q.S Al-A’raf: 31)18 Dengan makan makanan yang bergizi dapat menghindarkan kita dari berbagia macam penyakit. Dan Allah Swt memerintahkan kepada kita agar makan-makanan yang bergizi, baik dan halal, sebagaimana firman Allah Swt yang artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya” (Surat Al Maidah : 88 )19 Adapun kaitannya dengan TB, bahwa seseorang akan rentan untuk menularkan kepada oranglain, didalam Islam dilarang untuk memberi dampak negatif (mudharat kepada orang lain), sebagaimana hadits dibawah ini, yang artinya sebagai berikut: “Tidak boleh memulai memberi dampak buruk (mudhorot) pada orang lain, begitu pula membalasnya.)” ( HR. Ibnu Majah )
17
2.2. Kerangka Teori Diabetes mellitus Gula darah kurang terkontrol
Defek makrofag alveolar atau limfosit
Defek fungsi sel-sel imun dan pertahanan tubuh Aktivitas bakterisidal leukosit menurun
Sistem pertahanan alveolar menurun
Mempermudah jalan mikroorganisme untuk menginfeksi tubuh
Mycobacterium TB mudah berkembangbiak TB
2.3. Kerangka Konsep Pasien dengan diagnosis Diabetes mellitus tipe 2
Infeksi HIV Malnutrisi Alkohol Merokok Lingkungan tidak
mellitus
bersih
Umur Jenis kelamin Pekerjaan Pendidikan Diabetes Mellitus
Latar belakang TB (+)
Latar belakang TB (-)
Tidak diteliti
Prevalensi TB paru pada
DM tipe 2
Diteliti Tidak diteliti
18
2.4. Definisi Operasional No
Variabel
Definisi Pasien
1
Alat Ukur
Skala
yang Buku rekam medik
Diabetes
didiagnosis
DM pasien
mellitus tipe 2
berdasarkan kriteria Kota diagnosis PERKENI
di
RSU
Tangerang
Selatan pada tahun Kategorik 2013 Berdasarkan
Pasien 2
Tuberkulosis
hasil
yang pemeriksaan fisik,
didiagnosis (+) TB
laboratorium, rontgen dan BTA (+) di RSU Kota Kategorik Tangerang Selatan
Diklasifikasikan 3
Jenis kelamin
Data
administrasi
berdasarkan laki-laki pasien RSU Kota dan perempuan
Tangerang Selatan
Kategorik
Berdasarkan rekam Usia 4
Usia
pasien
saat medik
bulan mei 2013
RSU
pasien
di
Kota Kategorik
Tangerang Selatan Pendidikan terkahir Data
administrasi
saat terdaftar sebagai pasien RSU Kota 5
Pendidikan
pasien
di
RSUD Tangerang Selatan
Kategorik
Tangerang Selatan
sebagai
pasien Data administrasi pasien RSU Kota terdaftar Tangerang Selatan pasien di
RSUD
Tangerang
Pekerjaan 6
Pekerjaan
ketika
Selatan
Kategorik
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.
Desain Penelitian Penelitian
ini
merupakan
merupakan
deskriptif
kategorik,
penelitian dilakukan dengan metode pengambilan data sekunder ( rekam medik ) menggunakan desain cross-sectional.20 3.2.
Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSU KotaTangerang Selatan dari awal
bulan Mei 2013 sampai dengan Juli 2013.
3.3.
Populasi dan Sampel Semua pasien laki-laki dan perempuan yang menderita DM tipe 2 di RSU KotaTangerang Selatan.
3.4.
Kriteria Sampel Kriteria inklusi
Semua penderita DM tipe 2 yang terdiagnosis TB di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013
Kriteria Ekklusi
3.5.
Rekam medik tidak lengkap
Besar Sampel Penelitian ini adalah ingin mengetahui prevalensi TB pada DM tipe 2, karena penelitian ini menggunakan total sampling sehingga tidak perlu menghitung jumlah sample minimal.
20
3.6.
Cara Kerja Penelitian
Pembuatan proposal
Kesimpulan
Mempersiapkan perizinan penelitian
Menganalisis data hasil penelitian
Memilih sampel yang ingin diteliti
Pengambilan data di Rumah Sakit
Penyusunan laporan
3.7.
Manajemen data Pengambilan data rekam medis seluruh pasien DM tipe 2 di RSU
Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013. Kemudian data di input kedalam SPSS yang kemudian diverifikasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan prevalensi dan distribusi frekuensi. Data lalu disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi, teks, tabel dan grafik.
21
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Analisis Univariat Penelitian ini dilakukan terhadap 354 pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria penelitian penelitian di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dengan melihat rekam medik pasien DM tipe 2. Kemudian dari 354 pasien DM tipe 2 tersebut dilihat apakah +/- TB, data demografi masing-masing pasien (jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan dan kadar gula darah puasa). Selanjutnya dari penelitian tersebut dianalisis berdasarkan statistik. Dari 354 pasien DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan didapatkan 16 pasien dengan TB positif. Maka prevalensinya adalah:
4.1.1.2. Karakteristik Jenis Kelamin Pasien DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Dari hasil penelitian ini penderita DM Tipe 2 yang paling banyak adalah perempuan, yaitu 226 orang (63,8%), laki-laki 128 orang (36,2)% seperti yang terlihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Karakteristik Jenis Kelamin Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Jenis Kelamin
Jumlah (n)
Presentase (%)
Laki-laki
128
36,2
Perempuan
226
63,8
Jumlah
354
100
22
4.1.1.3. Karakteristik Usia Pasien DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Berdasarkan usia, pasien DM tipe 2 ditemukan usia non-geriatri (<60 tahun) sebanyak 283 orang (79,9%) dan usia geriatri (>60 tahun) sebanyak 71 orang (20,1%). Seperti yang terlihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2. Karakteristik Usia Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 Di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013
Kelompok Umur
Jumlah (n)
Presentase (%)
<60
283
79,9
>60
71
20,1
Jumlah
354
100
4.1.1.4. Karakteristik Pekerjaan Pasien DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Dari hasil penelitian ini berdasarkan pekerjaan, dijumpai pekerjaan pasien DM tipe 2 yang paling banyak adalah ibu rumah tangga yaitu 193 orang (54,5%), wiraswasta 77 orang (21,8%), karyawan 54 orang (15,3%) dan PNS 30 orang (8,5%). Seperti yang terlihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Karakteristik Pekerjaan Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 Di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013
Kelompok Pekerjaan
Jumlah (n)
Presentase (%)
Ibu Rumah Tangga
193
54,5
Karyawan
54
21,8
Wiraswasta
77
15,3
PNS
30
8,5
Jumlah
354
100
23
4.1.1.5. Karakteristik Pendidikan Pasien DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Berdasarkan pendidikan, dijumpai pendidikan penderita DM tipe 2 yang paling banyak adalah SMA berjumlah 217 orang (61,3%), SMP berjumlah 81 orang (22,9%), PNS berjumlah 30 orang (8,5%), dan SD 26 orang (7,3%). Seperti yang terlihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Karakteristik Pendidikan Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 Di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013
Kelompok Pendidikan
Jumlah (n)
Presentase (%)
SD
26
7,3
SMP
81
22,9
SMA
217
61,3
Perguruan Tinggi
30
8,5
354
100
Jumlah 4.1.2. Analaisis Bivariat
4.1.2.1. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian TB pada DM Tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan Dari hasil penelitian ini penderita TB pada pasien DM tipe 2 yang paling banyak adalah laki-laki yaitu 9 orang (56,2%), perempuan 7 orang (43,8%). Seperti yang terlihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Karakteristik Jenis Kelamin TB Pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 TB Jenis Kelamin
Positif
Negatif Jumlah (n)
p-
Jumlah
Presentase
Presentase
(n)
(%)
Laki-laki
9
56,2
119
35,2
Perempuan
7
43,8
219
64,8
Total
16
100
338
100
Value
(%)
0,087
24
Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji Chi-Square, didapatkan nilai p-Value 0,087, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB pada DM tipe 2, bermakna jika nilai p-Value (<0,05). 4.1.2.2. Hubungan Usia dengan Kejadian TB pada DM Tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Usia penderita TB pada DM tipe 2 dijumpai usia non-geriatri (<60 tahun) yaitu sebanyak 13 orang (81,2%) , dan usia geriatri (>60) tahun sebanyak 3 orang (18,8%), seperti yg terlihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Karakteristik Usia TB Pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 TB Kelompok Usia
Positif
Negatif Jumlah (n)
p-
Jumlah
Presentase
Presentase
(n)
(%)
<60
13
81,2
270
79,9
>60
3
18,8
68
20,1
Total
16
100
338
100
Value
(%)
1,00
Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji Chi-Square, didapatkan sel yang memiliki nilai expected count <5 sebanyak 25%, sehingga dilakukan uji statistik menggunakan uji fisher, dari hasil uji tersebut didapatkan p-value 1,00, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian TB pada DM tipe 2, bermakna jika nilai p-Value <0,05. 4.1.2.3. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian TB pada DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Pekerjaan penderita TB pada DM tipe 2 dijumpai pekerjaan yang paling banyak adalah pekerjaan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 6 orang (37,5),
25
karyawan 4 orang (25%), wiraswasta dan PNS masing-masing 3 orang (18,8%), seperti yang terlihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Karakteristik Pekerjaan Penderita TB Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 TB Kelompok Pekerjaan
Positif
Negatif Jumlah (n)
p-
Jumlah
Presentase
Presentase
(n)
(%)
IRT
6
37,5
187
55,3
Wiraswasta
3
18,8
75
22,1
Karyawan
4
25
49
14,5
PNS
3
18,8
27
8,5
Total
16
100
338
100
Value
(%)
0,137
Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji Chi-Square, didapatkan p-value 0,137, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian TB pada DM tipe 2, bermakna jika nilai p-Value <0,05. 4.1.2.4. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian TB pada DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Pendidikan penderita TB pada DM tipe 2 yang paling banyak adalah SMA berjumlah 7 orang (43,8%), SMP berjumlah 4 orang (25%), perguruan tinggi berjumlah 4 orang (25%) dan SD berjumlah 1 orang (6,2%). Seperti yang terlihat pada tabel 4.8
26
Tabel 4.8. Karakteristik Pendidikan Penderita TB Pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 Di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 TB Kelompok Pendidikan
Positif
Negatif Jumlah (n)
p-
Jumlah
Presentase
Presentase
(n)
(%)
SD
1
6,2
25
7,4
SMP
4
25
77
22,8
SMA
7
43,8
210
62
Perguruan
4
25
26
7,8
16
100
338
100
Value
(%)
0,203
Tinggi Total
Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji Chi-Square, didapatkan p-value 0,203, sehingga kesimpulannya adalah tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian TB pada DM tipe 2, bermakna jika nilai p-Value <0,05.
27
4.2. Pembahasan Pada penelitian ini dari 16 pasien TB pada DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 diumpai jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki, hal ini sesuai dengan studi yang telah dilakukan di RSUD H. Adam Malik Medan pada tahun 2007, dimana didapatkan prevalensi penderita TB paru pada DM lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 60/34 (63%:36,2%).21 Begitu juga sesuai dengan data Riskesdas 2007 bahwa laki-laki lebih banyak menderita TB daripada perempuan.22 Sebuah penelitian yg lain juga menjelaskan hal yang serupa, seperti yang dilakukan oleh Erwin dkk di Balai Kesehatan Masyarakat Semarang pada tahun 2010 dijumpai mayoritas penderita TB adalah laki-laki (56,2%).23 Dari hasil analisis bivariat penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB, karena ada faktor-faktor lain yang menyebabkan seseorang untuk terkena TB seperti paparan langsung dengan penderita TB, lingkungan yang tidak bersih, rumah yang kurang sehat dll. Usia non-geriatri lebih banyak dibandingkan pasien geriatri, dengan perbandingan 13:3, hal ini sama dengan yang telah diteliti oleh Claudia Caroline Doblera dkk pada tahun 2001-2006 dimana dari 6276 pasien TB pada DM didapatkan usia
non-geriatri sebanyak 21%.24
Hal ini juga sama dengan
penelitian yang telah dilakukan di RSUD H. Adam Malik Medan. 21 Akan tetapi dari hasil analisis bivariat tidak ditemukan hubungan usia dengan kejadian TB, hal yang serupa juga yang pernah diteliti oleh Aris Setiono di Semarang pada tahun 2011 bahwa usia tidak ada hubungannya dengan kejadian TB. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori bahwa semakin tua usia seseorang maka sistem imunitas akan menurun sehingga mempengaruhi seseorang untuk terkena TB.25
28
Pekerjaan penderita TB pada DM tipe 2 yang paling banyak adalah pekerjaan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 6 orang (37,5), Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid Ullah dkk dirumah sakit Peshawar, dimana didapatkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga lebih tinggi yaitu 36% dari 100 pasien.21 Hal ini berbeda dengan data riskesdas 2007, karena yang paling banyak menderita TB adalah yang tidak bekerja.26 Pekerjaan memiliki peranan penting dalam terpaparnya seseorang terhadap suatu penyakit termasuk TB.22 dimana seseorang yang bekerja di lingkungan yang buruk akan mempermudah untuk terinfeksi TB seperti sopir, buruh, tukang becak dan lain-lain dibandingkan dengan orang yang bekerja di daerah perkantoran.27 Berdasarkan yang diteliti oleh Dwi Purnomo Sidhi yang menyebabkan seseorang terkena TB adalah minimnya penghasilan seseorang, penghasilan yang rendah ini menyebabkan kondisi kepadatan penduduk, buruknya lingkungan, masalah kurang gizi dan rendahnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.
24
Hal tersebut didukung oleh data dan informasi kinerja pembangunan RI
tahun 2004-2012 yang menunjukkan bahwa provinsi banten masih memiliki warga miskin 653 ribu orang.28 Pendidikan penderita TB pada DM tipe 2 yang paling banyak adalah SMA berjumlah 7 orang (43,8%), sedangkan SMP dan perguruan tinggi memiliki risiko yang sama untuk menderita TB yaitu masing-masing SMP berjumlah 4 orang (25%) dan perguruan tinggi berjumlah 4 orang (25%). Hasil yang serupa juga yang diteliti oleh Ely Juli Suryani Nasution di di RSUD H. Adam Malik Medan, dimana dari 94 pasien TB pada DM didapatkan 54,3% pendidikannya adalah SMA.29 Berdasarkan penelitian Misnadiarly dan Sunarno pada tahun 2007 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan risiko seseorang untuk terinfeksi TB.26 Hal ini sesuai dengan data dari Riskesdas 2007 yang menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang menderita TB adalah yang berpendidikan rendah.30
29
Tingkat pendidikan pada umumnya berhubungan dengan pengetahuan dan kesadaran dalam perilaku hidup sehat, dimana jika pola hidup seseorang tidak sehat seperti merokok, lingkungan yang kotor dll dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena TB.31 4.3. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini saya menggunakan deskriptif kategorik, dengan demikian saya menganalisa penyakit yang ada dalam suatu populasi tertentu, adapun cara pengambilan sampelnya adalah dengan melihat rekam medik. Variabel dalam penelitian dirasa kurang mengingat banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian TB pada DM tipe 2, seperti kebiasan merokok, lingkungan yang kurang bersih dan sebagainya.
30
BAB. V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah saya lakukan diatas maka saya dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : a) Prevalensi penderita TB pada DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013 adalah 4,5% b) Penderita TB paru pada DM tipe 2 didapatkan lebih banyak pasien lakilaki (56,2%), pada usia non-geriatri (8,2%), pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 37,5% dan rata-rata yang menderita TB pada DM tipe 2 adalah SMA (43,8%) c) Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, usia, pekerjaan dan pendidikan dengan kejadian TB pada DM tipe 2.
5.2. SARAN 1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai kejadian TB paru pada pasien DM tipe 2 dengan metode dan sampel yang lebih baik. 2. Perlu metode pemeriksaan yang lebih tepat dalam mendiagnosis TB pada DM terutama DM tipe 2, sehingga dapat menyaring kasus yang lebih banyak lagi. 3. Perlu penelitian menggunakan data primer agar mendapatkan data yang lebih baik dan menngetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.
31
Daftar Pustaka 1. Khalil, Ibrahim Kareem. The Relationship Between Tuberculosis and Diabetes Mellitus in Patients. Universitas Kufah. Vol 3.No 1. 201 2. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Atma Jaya/Rumah Sakit Atma Jaya. Tuberkulosis Paru Pada Pasien Diabetes Mellitus. Jakarta. 2011 3. Purnamasari, Dyah. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009. Hal. 1880-1883 4. Soegondo, Sidartawan. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus tipe 2. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009. Hal. 1884-1886 5. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
364/MENKES/SK/V/2009 6. Werdhani, Retno A. Fatofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi Tuberkulosis. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi dan Keluarga. FKUI. 2004 7. Dyck , Roland F, et al. The Relationship Between Diabetes and Tuberculosis in Saskatchewan. Canadian Journal Of Public Health. 2007 8. Perez-Guzman C et al. Atypical radiollogical images of pulmonary tuberculosis in 192 diabetic patients: a comparative study. International journal of tuberculosis and lung disease. 2001, 5(5):455–61. 9. Bacakoglu F et al. Pulmonary tubercullosis in patients with diabetes mellitus. Respiration, 2001, 68(6):595–600. 10. Al Wabel AH et al. Symptomatology and Chest Roentgenographic Changes of Pulmonary Tuberculosis Among Diabetiics. East African Medical Journal, 1997, 74(2):62–4. 11. Ponce-De-Leon A. et al.: Tuberculosis and diabetes in southern Mexico. Diab Care. 2004. 12. Bacakoglu F, Basoglu et al. Pulmonary Tuberculosis In Patients With Diabetes Mellitus. Respiration 2001. 13. Jabbar, A. Hussein, S.F. and Khan, A.A. Clinical Characteristics of Pulmonary Tuberculosis in Adult Pakistani Patients with Co-existing Diabetes Mellitus. East. Mediterr. Health J. 2006
32
14. Niazi, Asfandyar Khan, Kalra Sanjay. Diabetes and Tuberculosis: a Review Of The Role of Optimal Glycemic Control. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders 2012. 15. Sc, hopelman ai: Immune Dysfunction in Patients with Diabetes Mellitus (DM). Fems Immunol Med Microbiol 1999. 16. Tsukaguchi K, et al. Case study Of Interleukin-1 Beta,Tumor Necrosis Factor Alpha and Interleukin-6 Production by Peripheral Blood Monocytes in Patients with Diabetes Mellitus Complicated by Pulmonary Tuberculosis. Kekkaku 1992 17. Wicaksono, Radio P. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit dr. Kariadi. 2011 18. Al-qur’anul Karim. Surat Al-a’raf. Ayat 31 19. Alqur’anul Krim. Surat Al-maidah. Ayat 88 20. Dahln, MS. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Seri 3. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto: 2009. Hal. 64 21. Nasution, Ely Juli Suryani. Profil penderita tuberkulosis paru dengan diabetes mellitus dihubungkan dengan kadar gula darah puasa. 2007 Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25733/5/Chapter%20I.pdf 22. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan, Departemen kesehatan RI. Riset kesehatan dasar. 2007 23. Sidibe EH, Sankale M: Diabetes and pulmonary tuberculosis: epidemiology, pathophysiology and symptomatology. J French Stud Res Health 2007. 24. Setiono, Aris. Uji diagnostik pemeriksaan immunochromatographic tuberculosis (ICT TB) dibandingkan dengan pemeriksaan BTA sputum pada tersangka penderita TB paru di RSUP DR Kariadi Semarang. Semarang. 2011. 25. Dobler, caroline D et al. Risk of Tuberculosis among People with Diabetes Mellitus: an Australian Nationwide Cohort Study. BMJ Open 2012. Available at: bmjopen.bmj.com 26. Ullah, Hamid et al. Frequency of pulmonary tuberculosis in patients presenting with diabetes. Lady Reading Hospital, Peshawar. 2007 27. Fahreza, Erwin U dkk. Hubungan antara Kualitas Fisik Rumah dan Kejadian Tuberkulosis Paru dengan Basil Tahan Asam positif di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang. Semarang. FKUMS. 2012
33
28. Pare, Amelda L dkk. Hubungan Antara Pekerjaan, PMO, Pelayanan Kesehatan, Dukungan Keluarga dan Diskriminasi Dengan Perilaku Berobat Pasien Tb Paru. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin. Makassar. 2012 29. Sidhi, Purnomo D. 2010: Riwayat Kontak Tuberkulosis Sebagai Faktor Risiko Hasil Uji Tuberkulin Positif. Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro. 2010 30. Data dan informasi kinerja pembangunan RI tahun 2004-2012. Diunduh dari: http://www.bappenas.go.id/proto-bappenas/fileuploads/1.Buku_Datin_Kinerja_Pembangunan_2004-2012B.pdf 31. Sunarno, Misnadiarly. Tuberkulosis Paru dan Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tinggginya Angka Kejadian Di Indonesia Tahun 2007. Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.2010
34
LAMPIRAN
Pola Distribusi Pasien DM Tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2013
Statistics jenis_kelamin
Usia
pekerjaan
pendidikan
tb
Valid
354
354
354
354
354
Missing
0
0
0
0
0
Mean
1.64
1.20
1.78
2.71
1.95
Std. Deviation
.481
.401
.995
.724
.208
N
Pola Distribusi Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Jenis Kelamin Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
128
36.2
36.2
36.2
perempuan
226
63.8
63.8
100.0
Total
354
100.0
100.0
35
Pola Distribusi Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Usia di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013
Usia Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
<60
283
79.9
79.9
79.9
>60
71
20.1
20.1
100.0
Total
354
100.0
100.0
Pola Distribusi Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Pekerjaan di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013
Pekerjaan Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
IRT
193
54.5
54.5
54.5
wiraswasta
77
21.8
21.8
76.3
karyawan
54
15.3
15.3
91.5
PNS
30
8.5
8.5
100.0
Total
354
100.0
100.0
36
Pola Distribusi Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Pendidikan di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Pendidikan Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent Percent
SD
26
7.3
7.3
7.3
SMP
81
22.9
22.9
30.2
SMA
217
61.3
61.3
91.5
Perguruan tinggi
30
8.5
8.5
100.0
Total
354
100.0
100.0
37
Pola Distribusi Pasien TB positif pada Pasien DM tipe 2 di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Tb Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
positif tb
16
4.5
4.5
4.5
negatif tb
338
95.5
95.5
100.0
Total
354
100.0
100.0
38
Pola Distribusi Pasien TB pada Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013
Case Processing Summary Cases Valid N jenis_kelamin * tb
Missing
Percent 354
N
Total
Percent
100.0%
0
.0%
N
Percent 354
100.0%
jenis_kelamin * tb Crosstabulation Count tb positif tb jenis_kelamin
negatif tb
Total
laki-laki
9
119
128
perempuan
7
219
226
16
338
354
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.087
2.090
1
.148
2.796
1
.094
2.930 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.110 2.922
1
.087
354
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,79. b. Computed only for a 2x2 table
.076
39
Pola Distribusi Pasien TB Positif pada Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Usia di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013
Case Processing Summary Cases Valid N usia * tb
Missing
Percent 354
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 354
100.0%
usia * tb Crosstabulation Count tb positif tb usia
negatif tb
Total
<60
13
270
283
>60
3
68
71
16
338
354
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.894
.000
1
1.000
.018
1
.893
.018 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
1.000 .018
1
.894
354
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,21. b. Computed only for a 2x2 table
.596
40
Pola Distribusi Pasien TB Positif pada Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Pekerjaan di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013
Case Processing Summary Cases Valid N pekerjaan * tb
Missing
Percent 354
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
354
pekerjaan * tb Crosstabulation Count tb positif tb pekerjaan
negatif tb
Total
IRT
6
187
193
wiraswasta
2
75
77
karyawan
5
49
54
PNS
3
27
30
16
338
354
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
3
.092
Likelihood Ratio
5.525
3
.137
Linear-by-Linear Association
4.858
1
.028
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
6.448
354
a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,36.
Percent 100.0%
41
Pola Distribusi Pasien TB Positif pada Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Case Processing Summary Cases Valid N pendidikan * tb
Missing
Percent 354
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
354
pendidikan * tb Crosstabulation Count tb positif tb pendidikan
negatif tb
Total
SD
1
25
26
SMP
4
77
81
SMA
7
210
217
Perguruan tinggi
4
26
30
16
338
354
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
3
.098
4.611
3
.203
Linear-by-Linear Association
.881
1
.348
N of Valid Cases
354
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
6.302
a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,18.
Percent 100.0%
42
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA Nama
: Ali Alatas
NIM
: 110103000056
Alamat
: Jl. Palembang- Jambi KM 188 Tampang Baru, Kecamatan Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan
Tempat dan tanggal lahir
: Tampang Baru, 06 maret 1991
Jurusan/Fakultas
: Pendidikan dokter/Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Uiniversitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No Hp/ Pin BB
: 081284462661/ 224ABB4B
Email
:
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN 1998-2004
:
SDN Tampang Baru
2004-2007
:
Madrasah Tsanawiyah Assalam Sungai Lilin MUBA
2007-2010
:
Madrasah Aliyah Assalam Sungai Lilin MUBA
2010- sekarang
:
Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI 2010- Sekarang Forsilam Jakarta :
Alumni Assalam
2011-2012 BEMJ-PD
:
Fakultas Kedokteran Uin Syarif Hidayatullah
2010-sekarang SJDSS
:
Kemitraan Sumatera Selatan
2011-2012 SCOME
:
CIMSAUIN Jakarta
Bayung Lencir,
43
2010-2011 KOMDA FKIK
:
Pengurus Komisariat Dakwah FKIK
2010-2011 FIMA
:
Medical Student Community of CUCMS-UIN
Jakrta-UMJ