PREVALENSI PENDERITA DERMATITIS KONTAK IRITAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT ANGKATAN UDARA PERIODE 1 JANUARI 2011 – 31 DESEMBER 2012 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH : Bintang Karlien NIM: 103109000006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 02 Oktober 2013 Ma terai Rp Bintang Karlien
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING PREVALENSI PENDERITA DERMATITIS KONTAK IRITAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT ANGKATAN UDARA PERIODE 1 JANUARI 2011 – 31 DESEMBER 2012
Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh Bintang Karlien NIM: 109103000006
Pembimbing 1
dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M
iii
`PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan penelitian berjudul PREVALENSI PENDERITA DERMATITIS KONTAK IRITAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT ANGKATAN UDARA PERIODE 1 JANUARI 2011 – 31 DESEMBER 2012 yang diajukan oleh Bintang Karlien ( NIM: 109103000006 ), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 02 Oktober 2013. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter. Jakarta, 02 Oktober 2013
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
dr.Raendi Rayendra,Sp.KK, M.Kes
Pembimbing 1
dr. Raendi Rayendra,Sp.KK, M.Kes
Penguji 1
Penguji 2
dr. Riva Auda, Sp.A, M.Kes
dr. Nida Farida, Sp.M
PIMPINAN FAKULTAS Dekan FKIK UIN SH Jakarta
Kaprodi PSPD FKIK UIN SH Jakarta
Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin SpAnd
dr .Witri Ardini, M.Gizi, SpGK
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan inayah-Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “PREVALENSI PENDERITA DERMATITIS KONTAK IRITAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT ANGKATAN UDARA 1 JANUARI 2011 – 31 DESEMBER 2012” Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan penghargaan yang setinggitingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. Dr (hc). dr.M. K.Tadjudin, Sp And, dr. Djauhari Widjajakusuma, dan Dra. Farida Hamid, M.pd selaku Dekan dan pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr .Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter. 3. dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam penyusunan penelitian ini. 4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku penanggung jawab riset mahasiswa PSPD 2010. 5. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, mendukung dalam suka dan duka, dan selalu mendoakan yang terbaik untuk putra putrinya. 6. Teman - teman Program Studi Pendidikan Dokter, Tarekh Azis dan semua pihak yang telah membantu terselesaikan.
v
sehingga penelitian ini dapat
Saya sadari penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata Wallahul muwaffiq ila aqwamit thoriq Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penyusun
vi
ABSTRAK
Bintang Karlien. Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Penderita Dermatitis Kontak Iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012 Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan salah satu penyakit kulit yang paling sering ditemukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi penderita dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkat Udara (RSUPAU). Penelelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif kategorik dengan data retrospektif berupa data rekam medis pasien dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angakat Udara Jakarta periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2012, dengan variabel yang dicatat berupa jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, penyebab dan pengobatan. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 151 pasien. Berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan perempuan lebih banyak terkena dermatitis kontak iritan sebanyak 94 pasien (62.3%). Menurut usia adalah usia 31-40 tahun sebanyak 29 pasien (19.2%). Pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga 43 pasien (28.3%). Tingkat pendidikan terbanyak adalah S1 dengan 41 pasien (27.2%). Penyebab tersering adalah deterjen 41 pasien (27.2%). Pengobatan terbanyak menggunakan Topikal dan sistemik 68 pasien (54%). Kata Kunci : Dermatitis Kontak Iritan, Ibu Rumah Tangga, Deterjen
vii
ABSTRACT
Bintang Karlien. Department of Medical Education. Prevalence of Irritant Contact Dermatitis Patients in air forces general hospital period January 1st, 2011 – December 31st, 2012 Irritant contact dermatitis (DKI) is one of the most common skin disease. The research objective was to determine the prevalence of irritant contact dermatitis in the Air Forces General Hospital (RSUPAU). This research is a categorical descriptive epidemiological study with retrospective data such as medical records irritant contact dermatitis patients at Air Forces General Hospital pick up the period January 1st, 2011 - December 31st, 2012, the recorded variables such as gender, age, occupation, education level, causes and treatment. The results obtained were 151 patients. By gender, women showed more exposed irritant contact dermatitis were 94 patients (62.3%). According to age is 31-40 years of age were 29 patients (19.2%). Most jobs are housewives 43 patients (28.3%). Education level is S1 with 41 patients (27.2%). Common causes are detergents 41 patients (27.2%). Most Topical treatment using systemic and 68 patients (54%).
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv KATA PENGANTAR ......................................................................................... v ABSTRAK............................................................................................................ vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 2 1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 2 1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 2 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 2 1.4.1 Peneliti .............................................................................. 2 1.4.2 Institusi Pendidikan ........................................................... 2 1.4.3 Bagi Peneliti ...................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ............................................................................ 4 2.1.1. Definisi .............................................................................. 4 2.1.2. Epidemiologi...................................................................... 4 2.1.3. Etiologi............................................................................... 4 2.1.4. Patogenesis......................................................................... 5 2.1.5. Gejala Klinis....................................................................... 6 2.1.6. Diagnosis............................................................................ 10 2.1.7. Diagnosis Banding..............................................................12 2.1.8. Penatalaksanaan..................................................................12 2.1.9. Prognosis.............................................................................13 2.1.10. Preventif............................................................................12 2.2. Kerangka Konsep ........................................................................ ..13 2.3. Definisi Operasional.................................................................... ..14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 15 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 15 3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 15 3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi......................................................... 16 3.5 Cara Kerja Penelitian .................................................................. 16 3.5.1 Identifikasi Variable ........................................................... 16 3.5.2 Pengumpulan Data ............................................................. 16 3.5.3 Pengolahan Data dan Analisis Data ................................... 16 3.5.4 Etika Penelitian dan Alur Penelitian .................................. 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan................................................ 18 4.2 Prevalensi Dermatitis Kontak Iritan............................................. 18
ix
4.3 Pola Distribusi Dermatitis Kontak Iritan......................................19 4.3.1. Berdasarkan Jenis Kelamin................................................ 19 4.3.2. Berdasarkan usia.................................................................20 4.3.3. Berdasarkan Pekerja........................................................... 21 4.3.4. Berdasarkan Tingkat Pendidikan........................................22 4.3.5. Berdasarkan Penyebab........................................................23 4.3.6. Berdasarkan Pengobatan.....................................................24 4.3.7. Hubungan Jenis Kelamin dengan Jenis Pengobatan pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU.....................25 4.4 Keterbatasan Penelitia...................................................................25 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ..................................................................................... 26 5.2 Saran ............................................................................................ 26 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26 LAMPIRAN ......................................................................................................... 27
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Gejala Klinis DKI dan DKA.......................................... 10 Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien DKI di RSUPAU…............. 19 Tabel 3. Distribusi Kelompok Usia pada Pasien DKI di RSUPAU............... 20 Tabel 4. Distribusi Jenis Pekerjaan pada Pasien DKI di RSUPAU................ 21 Tabel 5. Distribusi Tingkat Pendidikan pada Pasien DKI di RSUPAU.......... 22 Tabel 6. Distribusi Penyebab DKI pada Pasien DKI di RSUPAU.................. 23 Tabel 7. Distribusi Pengobatan pada Pasien DKI di RSUPAU..................... 24
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1................................................................................................... 27 Lampiran 2................................................................................................... 35
xii
12
BAB I PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG Dermatitis kontak iritan adalah respon biologi dari kulit terhadap berbagai macam faktor eksternal yang merangsang reaksi peradangan kulit tanpa bantuan antibodi spesifik tertentu.1 Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua gangguan penyakit kulit akibat kerja, terbanyak bersifat non alergi atau iritan. Sekitar 90.000 jenis bahan sudah diketahui dapat menimbulkan dermatitis.1 Dermatitis kontak terdiri atas Dermatitis Kontak Iriatan (DKI) dan Dermatitis Kontak Alergi (DKA).1 Menurut data Departemen Tenaga Kerja, 90% penyakit kulit di Indonesia adalah dermatitis kontak yang meliputi Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi. Dermatitis Kontak Iritan menempati urutan teratas, yaitu 80% dari kedua jenis dermatitis kontak tersebut.2,3 Dermatitis kontak iritan lebih banyak tidak terdeteksi secara klinis hal ini disebabkan karena penyababnya bermacam-macam dan interval waktu antara kontak dengan bahan iritan serta munculnya ruam tidak diperkirakan.
Dermatitis
muncul
setelah
pajanan
dan
meningkat
keparahannya berdasarkan kuantitas, konsentrasi dan lamanya pajanan oleh bahan iritan tersebut.3 Pada DKI terjadi kerusakan kulit secara langsung oleh bahan iritan dengan cara mengubah komposisi kulit, misalnya mengubah kandungan air dan lapisan lemak stratum korneum sehingga terjadi kerusakan keratinosit.4 Penelitian Goh tahun 1998 melaporkan dermatitis kontak terjadi pada 90% pasien penyakit kulit akibat kerja di Singapura, 66% merupakan DKI.1 Divisi Alergi-Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, mendapatkan insidens dermatitis kontak akibat kerja sebesar 11,9% dari seluruh pasien dengan diagnosa dermatitis kontak.4 1
2
Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai prevalensi penderita Dermatitis Kontak Iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta. I.2
RUMUSAN MASALAH Berapakah prevalensi dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012
I.3
TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum Mendapatkan gambaran prevalensi dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta Periode 1 januari 2011-31 desember 2012 dan hubungan faktor penyebab dengan pekerjaan dan pendidikan Tujuan Khusus Mengetahui pola distribusi dermatitis kontak iritan berdasarkan usia, jenis kelamin, faktor penyebab, tingkat pendidikan, dan pengobatan
1.4
MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menambah pustaka ilmiah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan tentang prevalensi dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012 1.4.2 Bagi Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta Sebagai informasi dan bukti medis mengenai prevalensi dermatitis kontak iritan pada pasien Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta
3
1.4.3 Bagi Peneliti Menambah pengetahuan serta wawasan dalam melakukan penelitian dibidang kesehatan dan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh pada saat kuliah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Definisi Dermatitis berasal dri kata dermo/o- (kulit) –itis (radang/inflamasi), sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai kulit yang mengalami inflamasi. Klasifikasi dermatitis saat ini masih beragam. Hal tersebut diakibatkan oleh penentuan etiologi dalam dermatitis belum cukup jelas. Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi inflamasi non infeksi yang diakibatkan oleh senyawa yang kontak dengan kulit.4,5 2.1.2. Epidemiologi Dermatitis kontak dapat dialami oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras dan jenis kelamin.4,5,6 Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap pekerja penyamakan kulit di semarang tahun 2000 menunjukan angka kejadian dermatitis kontak iritan 57,1% adalah lebih besar dibanding dengan dermatitis kontak alergi yaitu 42,9%. Penelitian lain yang dilakukan Damayanti S di Jakarta, tahun 2008 terhadap pekerja pabrik
semen
juga
menunjukan
penederita
dermatitis
dengan
perbandingan 65% dermatitis kontak iritan dan 35% dermatitis kontak alergi.7 2.1.3. Etiologi Banyak literatur yang menyatakan faktor-faktor penyebab dermatitis kontak.8,9 Pernyataan-pernyataan mengarah pada dua kategori penyebab dermatitis kontak yaitu direct causes dan indirect causes. Secara garis besar faktor tersebut antara lain :
Direct causes antara lain bahan kimia, mekanik, fisika, racun tanaman dan biologi dengan contohnya adalah bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu.
5
Indirect causes yaitu faktor genetik (alergi), riwayat atopik, usia, lingkungan, personal hygiene, jenis kelamin, ras, tekstur kulit (ketebalan kulit, pigmentasi, daya serap), keringat, obat/pengobatan dan musim.
2.1.4. Patogenesis Pada dermatitis kontak iritan, kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel epidermis.6 Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang pada iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan, dan oklusi, mempunyai andil pada kerusakan tersebut.6,9 Dermatitis kontak alergi, didasari oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV) dengan perantara sel limfosit T. Terdapat dua tahap dalam terjadinya dermatitis kontak alergi yaitu tahan induksi (sensitisasi) dan tahap elisitasi. Tahap sensitisasi dimulai dengan masuknya antigen ke epidermis.6 Kemungkinan sel langerhans yang terdapat di epidermis menangkap antigen tersebut dan selanjutnya akan diproses dan diinterprestasikan pada sel limfosit T. Sel Limfosit T tersebut mengalami proliferasi dan difrensiasi pada kelenjar getah bening yang sama. Antigen yang telah dikenal itu akan langsung mempengaruh sel limfosit T (yang telah tersensitisasi) yang kemudian akan dilepaskan sebagai mediator yang akan menarik selsel radang. Hal inilah yang akan menimbulkan gejala klinis dermatitis.4,6,10.
6
2.1.5. Gejala Klinis Dermatitis kontak alergi mempunyai gejala klinis gatal Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada akut dimulai dengan bercak eritem berbatas tegas, kemudian diikuti edem, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis akan terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisura, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.11,12 Berbagai lokalisasi terjadinya dermatitis kontak : Tangan. Kejadian dermatitis baik iritan maupun alergi paling sering terjadi di tanagan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula pada dermatitis kontak akibat kerja ditemukan ditangan. Sebagian besar memang oleh bahan iritan. Bahan penyebab misalanya deterjen, antiseptik, getah sayur, semen, pestisida.13,14 Lengan. Alergen umunya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung tangan karet, oli dan tanaman. Di aksila umumnya oleh bahan pengharum.13,14,15 Wajah. Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, obat topikal, alergen yang diudara, nikel (tungkai kaca mata). Bila dibibir dan sekitarnya mungkin di sebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan. Dermatitis dikelopak mata dapat disebebkan oleh cat kuku, cat rambut, eyeshadows, dan obat mata.16 Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak pada cuping telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat rambut, hearing-aids.16,17 Leher. Penyebab kalung dari nikel, cat kuku (yang bersal dari ujung jari), parfum, alergen di udara, zat pewarna pakaian.16,17
7
Badan. Dermatitis kontak di badan dapat disebebkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet, plastik, dan deterjen.13 Genitalia. Penyebab dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, dan alergen yang ada ditangan.13 Paha dan tungkai bawah. Dermatitis ditempat ini dapat disebebkan oleh pakaian, dompet, kunci(nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal(misalnya anestesi likal, neomisin), spatu.13,14 Dermatitis kontak iritan akut dan kronis mempunyai gejala klinis : Dermatitis iritan dibagi berdasarkan sifat iritan. Iritan kuat akan memberikan gejala akut, sedangkan iritan lemah akan menyebabkan gejala kronik. dari gejala yang sudah dipaparkan, maka dermatitis kontak iritan dibagi menjadi sepuluh macam :12,13,18. 1. Dermatitis Kontak Iritan Pada DKI kulit akan terasa pedih atau panas, eritem, vesikel dan bula. Luas kelinannya sebatas daerah yang terkena dan bebatasan tegas. pada beberapa individu gejala subyektif mungkin hanya satu-satunya manifestasi. Rasa sakit dapat terjadi dalam beberapa detik dari pajanan. Spektrum perubahan kulit berupa eritem hingga vesikel dan bahan pajanan bahan yang dapat membakar kulit dapat menyebabkan nekrosis. Secara klasik, pembentukan dermatitis akut biasanya sembuh setelah pajanan, dengan asumsi tidak ada pajanan ulang – hal ini dikenal sebagai “decrescendo phenomenon”. Pada beberapa kasus tidak biasa, dermatitis kontak iritan dapat timbul beberapa bulan setelah pajanan, diikuti dengan resolusi lengkap. Bentuk DKI Akut seringkali menyerupai luka bakar akibat bahan kimia, bula besar atau lepuhan. DKI ini jarang timbul dengan gambaran eksematousa yang sering timbul pada dermatitis kontak.12,13,18
8
2. Dermatitis Kontak Iritan Lambat Pada dermatitis kontak iritan lambat, gejala obyektif tidak muncul hingga 8-24 jam atau lebih setelah pajanan. Sebaliknya, gambaran kliniknya mirip dengan dermatitis kontak iritan akut. Contohnya adalah dermatitis yang disebabkan oleh serangga yang terbang pada malam hari, dimana gejalanya muncul keesokan harinya berupa eritema yang kemudian dapat menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.12,13,18 3. Dermatitis Kontak Iritan Kronik (DKI Kumulatif) Juga disebut dermatitis kontak iritan kumulatif. Disebabkan oleh iritan lemah (seperti air, sabun, detergen, dll) dengan pajanan yang berulangulang, biasanya lebih sering terkena pada tangan. Kelainan kulit baru muncul setelah beberapa hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Sehingga waktu dan rentetan pajanan merupakan faktor yang paling penting. Dermatitis kontak iritan kronis ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering ditemukan.Gejala berupa kulit kering, eritema, skuama, dan lambat laun akan menjadi hiperkertosis dan dapat terbentuk fisura jika kontak terus berlangsung.12,13,18 Distirbusi penyakit ini biasanya pada tangan. Pada dermatitis kontak iritan kumulatif, biasanya dimulai dari sela jari tangan dan kemudian menyebar ke bagian dorsal dan telapak tangan. Pada ibu rumah tangga, biasanya dimulai dari ujung jari (pulpitis).12,13 4. Reaksi Iritan Secara klinis menunjukkan reaksi akut monomorfik yang dapat berupa skuama, eritema, vesikel, pustul, serta erosi, dan biasanya terlokalisasi di dorsum dari tangan dan jari. Biasanya hal ini terjadi pada orang yang terpajan
dengan
pekerjaan
basah.
Reaksi
iritasi
dapat
sembuh,
menimbulkan penebalan kulit atau dapat menjadi DKI kumulatif.12,13,18
9
5. Reaksi Traumatik (DKI Traumatik) Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa tersengat, rasa terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan iritan. Biasanya terjadi di daerah wajah, kepala dan leher. Asam laktat biasanya menjadi iritan yang paling sering menyebabkan penyakit ini.12,13,18 6. Dermatitis Kontak Iritan Noneritematous Juga disebut reaksi suberitematous. Pada tingkat awal dari iritasi kulit, kerusakan kulit terjadi tanpa adanya inflamasi, namun perubahan kulit terlihat secara histologi..Gejala umum yang dirasakan penderita adalah rasa terbakar, gatal, atau rasa tersengat. Iritasi suberitematous ini dihubungkan dengan penggunaan produk dengan jumlah surfaktan yang tinggi.Penyakit ini ditandai dengan perubahan sawar stratum korneum tanpa tanda klinis (DKI subklinis).12,13,18 7. Dermatitis Kontak Iritan Subyektif (Sensory ICD) Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa tersengat, rasa terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan iritan. Biasanya terjadi di daerah wajah, kepala dan leher. Asam laktat biasanya menjadi iritan yang paling sering menyebabkan penyakit ini.12,13,18 8. Dermatitis Kontak Iritan Gesek (Friction ICD) Terjadi iritasi mekanis yang merupakan hasil dari mikrotrauma atau gesekan yang berulang. DKI Gesekan berkembang dari respon pada gesekan yang lemah, dimana secara klinis dapat berupa eritema, skuama, fisura, dan gatal pada daerah yang terkena gesekan. DKI Gesekan dapat hanya mengenai telapak tangan dan seringkali terlihat menyerupai psoriasis dengan plakat merah menebal dan bersisik, tetapi tidak gatal. Secara klinis, DKI Gesekan dapat hanya mengenai pinggiran-pinggiran dan ujung jemari tergantung oleh tekanan mekanik yang terjadi.12,13,18
10
9. Dermatitis Kontak Iritan Akneiform Disebut juga reaksi pustular atau reaksi akneiform. Biasanya dilihat setelah pajanan okupasional, seperti oli, metal, halogen, serta setelah penggunaan beberapa kosmetik. Reaksi ini memiliki lesi pustular yang steril dan transien, dan dapat berkembang beberapa hari setelah pajanan. Tipe ini dapat dilihat pada pasien dermatitis atopy maupun pasien dermatitis seboroik.12,13 10. Dermatitis Asteatotik Biasanya terjadi pada pasien-pasien usia lanjut yang sering mandi tanpa menggunakan pelembab pada kulit. Gatal yang hebat, kulit kering, dan skuama iktiosiform merupakan gambaran klinik dari reaksi ini.12,13 2.1.6. Diagnosis Sebagai dasar diagnosis harus dilakukan anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik yang teliti. Anamnesis yang cermat meliputi keluhan subyektif, tempat awal keluhan, perjalanan penyakit, obat topikal yang digunakan, riwayat penyakit, dan pekerjaan maupun hobi.4,6,7 Dalam hal pemeriksaan fisik, pentiing untuk memeriksa kulit secara menyeluruh. Pada lokasi dan distribusi dapat terlihat lesi awal yang sesuai dengan tempat kontak dan batas lesi umumnya jelas sesuai dengan bentuk kontakan.4,6 Gambaran klinis sering sulit dibedakan anatara DKI dan DKA. Perbedaan gejala klinis dermatitis kontak iritan dengan dermatitis kontak alegrika, seperti yang terlihat pada tabel berikut :4,6,16
11
Tabel 1. Perbedaan Gejala Klinis Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan Dermatitis Kontak Alergika (DKA)
Subyektif
DKI
DKA
Perih
Gatal
Obyektif :
Batas
Tegas
Kurang tegas
Lesi
Oligomorfi
Polimorfi
Uji Tempel :
Batas
Tegas
Kurang tegas
Lesi
Oligomorfi
Polimorfi
72 jam
Dekresendo
Kresendo
½ konsentrasi
(-)
(+)
Soebaryo RW, 1994
Menurut kriteria Mathias, gejala klinis dermatitis kontak selalu harus dikaitkan dengan pekerjaan. Gambaran klinis sesuai dengan dermatitis kontak:
Terdapat pajanan dengan iritan atau alergen setempat
Lokasi lesi sesuai dengan daerah kontak
Terdapat hungan antara waktu pajanan dengan
terjadinya dermatitis
kontak
Menyingkirkan adanya pajanan lain
Pada waktu penghindaran pajanan maupun saat cuti, penyakit mereda
Uji tempel/provokasi sesuai pajanan.
12
Diantara enam hal diatas, untuk menegakan diagnosis dermatitis kontak menurut kriteria Mathias adalah minimum empat harus positif.4 2.1.7. Diagnosis Banding Dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, psoriasis.15 2.1.8. Penatalaksanaan Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah menyingkirkan pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik maupun kimia. Bila hal itu dapat dilaksanakan dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka dermatitis iritan tersebut akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering. Apabila diperlukan, untuk mengatasi perdangan dapat diberikan kortikosteroid topikal, misalnya hidrokortisol, atau untuk kelainan yang kronis bisa diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat. Penggunaan alat pelindung yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan, untuk mencegah kontak dengan bahan tersebut.4 Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan kontak terulang kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul. Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada dermatitis kontak alergi
akut yang ditandai dengan
eritem, edem, bula dan vesikel, serta eksudatif (madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda dalam beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal.4,14 Dermatitis kontak alergi yang ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda (setelah mendapatkan pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid topikal.11,14
13
2.1.9. Prognosis Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi pada dermatitis kontak iritan kronis yang penyebabnya multi faktor.11,15 Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan lain yang tidak dapat dihindari.4,14,17
2.1.10. Preventif Untuk dermatitis kontak iritan selalu dimulai dengan melakukan identifikasi dan menghindari pajanan ulang dengan zat iritan alergen penyebab. Hindari pula berbagai zat iritan atau alergen lain. Bila tetap harus berkontak dengan zat iritan atau alergen tersebut, harus menggunakan alat pelindung diri misalnya sarung tangan, apron, spatu dan pakaian kerja.14
2.2. Kerangka Konsep
Variabel :
Prevalensi Dermatitis kontak Iritan
Rekam Medik Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU Jakarta periode 1 Januari 2011-31 Desember 2012
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Penyebab
pengobatan
14
2.3. Definisi Operasional Variabel
Umur
Definisi
Usia
pasien
saat datang ke
Cara
Alat
Ukur
Ukur
Rekam
Rekam
medis
medis
Skala
Ordinal
RSUPAU Jenis
Identitas pasien
Rekam
Rekam
Kelamin
yang
medis
medis
Pekerjaan yang
Rekam
Rekam
di miliki
medis
medis
Pendidikan
Rekam
Rekam
terakhir pasien
medis
medis
Penyebab yang
Rekam
Rekam
menimbulkan
medis
medis
Rekam
Rekam
medis
medis
dapat
Ordinal
digunakan untuk membedakan antara laki – laki
dan
perempuan Pekerjaan
Pendidikan
Penyebab
Ordinal
Ordinal
Ordinal
DKI Pengobatan
Jenis pengobatan pasien
Ordinal
15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif kategorik. Sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder yang diperoleh dari rekam medis pasien untuk mengetahui prevalensi penderita Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU Jakarta periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dibagian rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta, dari tanggal 1 juni sampai dengan 30 Agustus 2013 3.3 Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam medik pasien kulit di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2012 Sampel Sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan rekam medis dari semua pasien dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2012 3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Inklusi 1. Data rekam medis lengkap 2. Data pasien yang terdiagnosis pasti dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta periode 1 Januari 2011 31 Desember 2012 3. Tidak mempunyai riwayat alergi/atopik
15
16
Ekslusi 1. Responden yang data rekam mediknya tidak lengkap 2. Responden dengan riwayat alergi/atopik 3.5 Cara Kerja Penelitian 3.5.1 Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini terdapat berbagai variable yang akan diteliti yaitu: 1.
Variabel Bebas= faktor-faktor pencetus DKI, pekerjaan, usia, jenis kelamin, penyebab dan pendidikan
2.
Variabel Terikat = Dermatitis Kontak Iritan
3.5.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan menggunakan data sekunder berupa rekam medis dari pasien yang datang memeriksakan diri di RSUPAU Jakarta pada 1 Januari 2011 -31 desember 2012. Kemudian peneliti meminta izin kepada bagian rekam medis untuk menyiapkan rekam medis pasien dan peneliti mengisi lembar penelitian berdasarkan data dalam rekam medis.
3.5.3 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Editing, untuk memastikan data yang di peroleh terisi semua atau lengkap dan dapat dibaca dengan baik, relevan, serta konsisten. 2. Coding, dapat diperoleh dari sumber data yang sudah diperiksa kelengkapannya kemudian dilakukan pengkodean sebelum diolah dengan komputer. 3. Entry data, data yang telah di coding diolah dengan bantuan progam komputer. 4. Cleaning, proses pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. 5. Manajemen data, proses memanipulasi atau merubah bentuk data.
17
6. Analisis data, proses pengolahan data serta menyusun hasil. Data di input ke dalam SPSS 16.0 yang kemudian diverifikasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan prevalensi dan distribusi frekuensi. Data lalu disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi, teks, tabel dan grafik. 3.5.4
Etika Penelitian dan Alur Penelitian Peneliti meminta izin kepada RSUPAU Jakarta. Penelitian dilakukan dengan aspek kerahasiaan terhadap rekam medik yang dianalisis tanpa informed consent terhadap pasien. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu : 1. Pembuatan proposal 2. Pencatatan rekam medis 3. Pemasukkan dan pengolahan data ke SPSS 4. Analisis data 5. Pembuatan laporan penelitian
18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pengambilan data di instalasi rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta. Pengambilan data diambil pada pasien dengan diagnosa dermatitis kontak iritan periode 1 Januari 2011-31 Desember 2012 Besar sampel yang dikumpulkan dalam kurun waktu tersebut sebanyak 151 subyek. Pada penelitian ini subyek baik laki – laki maupun perempuan dan semua golongan umur masuk kedalam sampel penelitian. Penelitian ini dilakukan karena ingin mendapatkan prevalensi dermatitis kontak iritan pada pasien Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, faktor penyebab, dan pengobatan.
4.2 Prevalensi Dermatitis Kontak Iritan Dari hasil pengumpulan data di instalasi rekam medis RSUPAU Jakarta, didapatkan jumlah keseluruhan pasien dermatitis kontak iritan periode 1 Januari 2011-31 Desember 2012 adalah 151 orang. Sedangkan rumus prevalensi adalah:
Point Pravalence Rate = pasien Dermatitis Kontak Iritan 2011-2012 x Konstanta pasien Dermatitis 2011-2012
Keterangan: ∑ = jumlah, konstanta = 100% Dari rumus tersebut. Maka prevalensi dermatitis kontak iritan pada pasien RSUPAU Jakarta periode 1 Januari 2011-31 Desember 2012 sebesar
Point Pravalence Rate =
151 400
18
x 100 % = 37,75 %
19
4.3 Pola Distribusi Dermatitis Kontak Iritan 4.3.1 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2, apabila dilihat dari jenis kelamin, diketahui bahwa sebagian besar pasien dermatitis kontak iritan adalah perempuan yaitu berjumlah 94 orang (62.3%), sedangkan laki – laki berjumlah 57 orang (37.7%). Hal ini selaras dengan penelitian adila afifah tahun 2012 yang didapatkan jumlah penderita dermatitis kontak iritan pada perempuan sebesar 85,7% dan pada laki-laki
14,3%.19 Selain itu ada pendapat yang
mengatakan dermatitis kontak lebih sering ditemui pada jenis kelamin perempuan, hal ini karena perempuan lebih sering mengalami kontak dengan agen penyebab dibandingkan dengan laki-laki, tetapi secara eksperimental belum jelas perbedaan jenis kelamin ini dengan kejadian dermatitis kontak.19
Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU JENIS KELAMIN
JUMLAH
PERSENTASE
(ORANG)
(%)
Laki-laki
57
37.7
Perempuan
94
62.3
TOTAL
151
100
20
4.3.2. Berdasarkan Usia Usia pada pasien dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta sangat bervariasi, dari usia 1 tahun sampai usia 73 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketagui bahwa usia pada pasien dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta periode tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Distribusi Kelompok Usia pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU KELOMPOK USIA
JUMLAH
PERSENTASE
(ORANG)
(%)
1-10
22
14.6
11-20
25
16.6
21-30
22
14.6
31-40
29
19.2
41-50
21
13.9
51-60
17
11.3
61-70
8
5.2
71-80
7
4.6
TOTAL
151
100
Usia terbanyak yang menderita dermatitis kontak iritan yaitu rentang usia antara 31-40, sedangkan usia terendahnya yang menderita dermatitis kontak iritan adalah 71-80. Hal ini selaras dengan penelitian Iwan Trihapsoro tahun 2003 yang didapatkan jumlah pasien dermatitis terbanyak pada rentan usia 31-40 tahun dengan jumlah 7 (17,5%) pasien.20
21
4.3.3. Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis pekerjaan erat kaitannya dengan kejadian dermatitis kontak iritan (DKI), yaitu berjumlah 43 orang (28.5%) ibu rumah tangga, 36 orang (23.8%) pelajar, 32 orang (21.2%) pegawai, 19 orang (12.6%) tentara, 14 orang (9.3%) pensiunan, 7 orang (4.6%) anak-anak. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Distribusi Jenis Pekerjaan pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU JENIS PEKERJAAN
JUMLAH
PERSENTASE
(ORANG)
(%)
Ibu Rumah Tangga
43
28.5
Pelajar
36
23.8
Pegawai
32
21.2
Tentara
19
12.6
Pensiunan
14
9.3
Anak-anak
7
4.6
TOTAL
151
100
Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memiliki risiko yang paling tinggi dibandingkan dengan pekerjaan yang lain sebab ibu rumah tangga sering kali kontak dengan bahan-bahan iritan yang dapat memicu iritasi dan terjadinya dermatitis kontak iritan contohnya deterjen, kosmetik, minyak dan lain-lain. Hali ini sesuai dengan teori yang sudah dipaparkan diatas.13,14
22
4.3.4. Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan pada pasien DKI di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Distribusi Tingkat Pendidikan pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU TINGKAT
JUMLAH
PERSENTASE
PENDIDIKAN
(ORANG)
(%)
Belum sekolah
7
4.6
SD
19
12.6
SMP
14
9.3
SMA
26
17.2
D1
7
4.6
D2
4
2.6
D3
25
16.6
S1
41
27.2
S2
8
5.3
TOTAL
151
100
Diketahui bahwa tingkat pendidikan seseorang tidak mempengaruhi dari angka kejadian dermatitis kontak iritan, pendidikan yang rendah hingga tinggi penyebaran angka kejadian tidak merta, hal ini tidak sesusai dengan penelitian Goh.1
23
4.3.5. Berdasarkan Penyebab DKI Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penyebab terjadinya dermatitis kontak iritan sangatlah bervariasi diantaranya adalah kosmetik, perhiasan, minyak,deterjen, pembalut, popok, parfum, roll on hingga oli. Semua penyebab dermatitis kontak iritan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 6. Distribusi Penyebab DKI pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU PENYEBAB DKI
JUMLAH
PERSENTASE
(ORANG)
(%)
Kosmetik
54
35.8
Deterjen
41
27.2
Minyak
16
10.6
Oli
10
6.6
Pembalut & popok
9
6.0
Perhiasan
8
5.3
Parfum
7
4.6
Roll On
6
4.0
TOTAL
151
100
Dari tabel dan grafik diatas kita dapat melihat bahwa kosmetik menjadi penyebab dermatitis kontak iritan yang paling tersering dibandingkan dengan zat-zat pengiritasi yang lain. Ini dikarenakan kosmetik paling sering digunakan oleh segala kalangan pada umumnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya iklan di berbagai media massa yang menghubungkan pemakaian kosmetik identik dengan wanita cantik. 21
24
4.3.6. Berdasarkan Pengobatan Berdasarkan pengobatan yang diterima oleh pasien dapat di bagi menjadi pengobatan sistemik atau topikal, namum dalam beberapa kasus dapat diberikan secara kombinasi antara topikal dengan sistemik agak dapat bekerja lebih cepat dan sinergis. Kombinasi dari sistemik atau topikal akan ditampilkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 7. Distribusi Pengobatan pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU PENGOBATAN
JUMLAH
PERSENTASE
(ORANG)
(%)
Topikal
62
41.1
Sistemik
21
13.9
Topikal + Sistemik
68
45.0
TOTAL
151
100
Kombinasi antara topikal dengan sistemik adalah obat pilihan yang tersering digunakan untuk kasus dermatitis kontak iritan karena kemampuan untuk menyembuhkannya yang relatif lebih cepat.
25
4.3.7 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Pemakaian Kosmetik Pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU
Jenis Kelamin
Penyebab
N
P
0.03*
Laki-laki
Perempuan
N
N
Kosmetik
12
42
54
Non
45
52
97
57
94
151
Kosmetik Total *Chi Square test Pada Uji yang dilakukan dengan menggunakan tabel 2x2 didapatkan bahwa p=0,03 (p<0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan faktor penyebab DKI yaitu kosmetik. Hal ini dikarenakan adanya iklan di berbagai media massa yang menghubungkan pemakaian kosmetik identik dengan wanita cantik. Sehingga banyak perempuan yang terdorong untuk menggunakan kosmetik.21
4.4 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian epidemiologi deskriptif kategorik yang berarti menganalisa penyakit yang ada dalam suatu populasi tertentu dengan memaparkan keadaan dan sifat masalah tersebut dalam berbagai variabel epidemiologi yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah. Keterbatasan pada variabel penelitian, karena terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan Dermatitis kontak iritan. Adannya keterbatasan data yang diambil oleh penulis maka penelitian ini hanya meneliti variabel yang terdapat pada kerangka konsep.
26
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
1.1
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanankan di RSPAU Jakarta periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Prevalensi Dermatitis Kontak Irtan pada penderita di RSPAU Jakarta periode 2011-2012 adalah sebesar 37.75% 2. Pola Demografi Dermatitis Kontak Iritan pada penderita di RSPAU Jakarta periode 2011-2012 di dominasi oleh perempuan sebanyak 62.3%, kelompok usia 31-40 (19.2%), ibu rumah tangga (28.5%), dan dengan pendidikan terakhir lulusan S1 (27.2%), kosmetik (35.8%), terapi menggunakan topikal dan sistemik (45.0%).
1.2
Saran 1. Bagi penelitian selanjutnya, perlu menggunakan variabel-variabel dan data yang lebih banyak untuk menghubungkan kejadian Dermatitis kontak Iritan dengan faktor-faktor lain.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Goh CL. Occupotional Skin Diseas. PG Publishing. Singapore 1990, p: 5557 2. Achmadi UF. Epidemiologi Dermatitis Akibat Kerja, dalam : media Dermatovenerologic Indonesia. Ed. Dermatosis Akibat Kerja. Jakarta : PERDOSKI, suplemen 1995 : 46-54 3. Priata B. Peraturan Pemerintah Tentang Dermatosis Akibat Kerja, dalam: Kumpulan Makalah Simposium Dermatosis Akibat Kerja. PIT IV PERDOSKI, Samarinda 1997 : 21-28 4. Soebaryo RW. Dermatitis Kontak, Jkarta : Ikatan Dokter Indonesia, 1994 5. Soebaryo RW. Prediksi Klinis Dermatitis Kontak-Tangan pada Pekerja dengan Kondisi Diathesis-Atopik Kulit. Disertasi 21 Oktober 1999. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta : 1999; 1-113 6. Effendi EH. Penegakan Diagnosis Dermatosis Akibat Kerja. Kumpulan Makalah Symposium dermatosis akibat kerja dalam PIT IV PERDOSKI samarinda 1997; 77-80 7. Djuanda S. Sularsito SA, Dermatitis, dalam : Djuanda A (ed) Ilmu Penyakit Kulit dan Kealami, Edisi ke 3, Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2008 ; 129-38 8. Wolff K. Lowel AG. Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors, Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw – Hill; 2008 9. Chew AL and Howard IM. Ten Genotypes Of Irritant Contact Dermatitis. In: Chew AL and Howard IM, Irritant Dermatitis. Germany: SpringerVerlag Berlin Heidelberg; 2006 10. Levin C. Basihir SJ. and Maiback HI, editors. Treatment Of Irritan Contact Dermatitis. In: Chew AL and Howard IM, editors. Irritant Dermatitis. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006.p.461-5 11. Loffer H and Isaak E. editors. Primary Prevention Of Irritant Contact Dermatitis. In: : Chew AL and Howard IM, editors. Irritant Dermatitis. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006
27
28
12. Cohen, SR. Risk Factors in Ocupotional Skin Diseas. Dalam: Mailbach H.I Ocupotional and Industrial Dermatology, 2nd ed. Year Book Medical Publisher Inc.m Chicago, 1987:4-14 13. Sasseville D. Occupational Contact Dermatitis. Dalam:Encyclopedia of Occuoatibal Health and Safety, 4nd ed, VOL. I. ILO, Geneva, 1983 14. Denig NI. Hoke AW, Maibach HI. Irritan contact dermatitis clues to causes, clinical characteristic, and control. Postgraduate medicine 1998; 103; 199213 15. Arnold HL. Odom RB., James WD., Andrew’s Disseae of skin, 8nd ed, London : WB Saunders Co.1990 16. Pohan SS. Etiologi dan Patofisiologi Dermatitis Akibat Kerja. Kumpulan makalah symposium dermatosis akibat kerja. Dalam : PIT PERDOSKI, Samarinda, 1997; 67-72 17. Adams RM.. Irritan Contact Dermatitis Occupational Skin Diseas,2nd ed. W.B, Saunders Co, Philadelphia, 1990 : 2-8 18. Athuf Thaha M. Gambaran Klinik Dermatosis Akibat Kerja. Kumpulan makalah symposium akibat kerja dalam PIT IV PERDOSKI Samarinda 1997; 73-6 19. Afifah adilah. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Karyawan Binatu. Program Pendidikan
Sarjana
Kedokteran
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro 2012. Semarang. 2012 20. Trihapsoro Iwan. Dermatitis Kontak Alergik Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUP HAJI ADAM MALIK Medan. Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. 2003 21. Primianty Dewi. Hubungan Antara Persepsi Remaja Putri Terhadap Citra Perempuan Cantik Dalam Iklan Kosmetik Di Televisi Dengan Penggunaan Produk Kosmetik Oleh Remaja Putri. Program Studi Komunikasi Dan Perkembangan Masyarakat Fakultas Pertanian INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Bogor. 2008
28
LAMPIRAN Lampiran 1 Data Hasil Uji Statistik
Gambaran jenis kelamin Statistics Jenis kelamin N
Valid
151
Missing
0
Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
L
57
37.7
37.7
37.7
P
94
62.3
62.3
100.0
151
100.0
100.0
Total
Gambaran usia (tahun) Statistics kelus N
Valid
151
Missing
0
Mean
3.79
Median
4.00
Mode
4
Std. Deviation Percentiles
1.978 25
2.00
50
4.00
75
5.00
kelompok usia Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1-10
22
14.6
14.6
14.6
11-20
25
16.6
16.6
31.1
21-30
22
14.6
14.6
45.7
31-40
29
19.2
19.2
64.9
41-50
21
13.9
13.9
78.8
51-60
17
11.3
11.3
90.1
61-70
8
5.3
5.3
95.4
71-80
7
4.6
4.6
100.0
151
100.0
100.0
Total
Gambaran DKI berdasarkan Pekerjaan
Statistics pekerjaan N
Valid Missing
151 0
pekerjaan Cumulative Frequency Valid
anak-anak
Percent
Valid Percent
Percent
7
4.6
4.6
4.6
IRT
43
28.5
28.5
33.1
pegawai
32
21.2
21.2
54.3
pelajar
36
23.8
23.8
78.1
pensiunan
14
9.3
9.3
87.4
tentara
19
12.6
12.6
100.0
151
100.0
100.0
Total
Gambaran DKI berdasarkan pendidikan Statistics pendidikan N
Valid Missing
151 0
pendidikan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
belum sekolah
7
4.6
4.6
4.6
D1
7
4.6
4.6
9.3
D2
4
2.6
2.6
11.9
D3
25
16.6
16.6
28.5
S1
41
27.2
27.2
55.6
S2
8
5.3
5.3
60.9
SD
19
12.6
12.6
73.5
SMA
26
17.2
17.2
90.7
SMP
14
9.3
9.3
100.0
Total
151
100.0
100.0
Gambaran DKI berdasarkan penyebab Statistics penyebab N
Valid
151
Missing
0
penyebab DKI Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
deterjen
41
27.2
27.2
27.2
Kosmetik
54
35.8
35.8
62.9
minyak
16
10.6
10.6
73.5
oli
10
6.6
6.6
80.1
parfum
7
4.6
4.6
84.8
Pembalut
1
.7
.7
85.4
pembalut dan popok
8
5.3
5.3
90.7
Perhiasan
8
5.3
5.3
96.0
Roll on
6
4.0
4.0
100.0
151
100.0
100.0
Total
Gambaran DKI berdasarkan pengobatan Statistics pengobatan N
Valid Missing
151 0
pengobatan DKI Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
sistemik
21
13.9
13.9
13.9
sistemik+topikal
68
45.0
45.0
58.9
topikal
62
41.1
41.1
100.0
151
100.0
100.0
Total
Hubungan antara jenis kelamin dengan penyebab DKI
Case Processing Summary Cases Valid N VAR00003 * VAR00007
Missing
Percent 151
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 151
100.0%
VAR00003 * VAR00007 Crosstabulation Count VAR00007 Kosmetik VAR00003
non
Total
L
12
45
57
P
42
52
94
54
97
151
Total
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
8.623a
1
.003
Continuity Correctionb
7.625
1
.006
Likelihood Ratio
8.998
1
.003
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test N of Valid Casesb
.005 151
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,38. b. Computed only for a 2x2 table
.002
35
Lampiran 2 Riwayat Penulis
Identitas : Nama
: Bintang Karlien
Jenis Kelamin
: Laki – laki
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta 28 november 1991
Agama
: Islam
Alamat
: Jln. A. Yani 82 Bogor
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan :
1997-2003 2003-2006 2006-2009 2009-sekarang
: Sekolah Dasar Negri 05 Malaka Jaya Pagi Jakarta Timur : Sekolah Menengah Pertama Negeri 252 Jakarta : Sekolah Menengah Atas Negeri 81 Jakarta : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta