[54] Krisis Libya, Aksi Brutal Si Penjagal Wednesday, 01 June 2011 15:16
Presiden Libya Muammar Qaddafi berusaha keras mempertahankan posisinya dengan tindakan brutal terhadap rakyatnya.
Gelombang aksi massa menentang para diktator bergulir di kawasan Timur Tengah. Setelah Ben Ali—diktator Tunisia—dan Husni Mubarak di Mesir tumbang di tangan rakyatnya, kini pemimpin Libya Muammar Qaddafi menghadapi tuntutan yang sama.
Rakyat Libya sebagaimana rakyat Arab pada umumnya su- dah sangat jengah dengan kepemimpinan presidennya. Mereka pun turun ke jalan mendesak rezim Qaddafi yang berkuasa lebih dari 41 tahun itu lengser. Sudah menjadi tabiat penguasa zalim di mana pun, kalau sudah duduk di kursi kekuasaan, tidak mau meninggalkannya.
Desakan massa pun disam- butnya dengan moncong senja- ta. Korban pun berjatuhan, sejak aksi kemarahan yang digelar 16 Februari. Sumber dari Human Right Watch menyebutkan lebih dari 2.000 orang tewas dan ribuan lagi terluka. Berapa pun jumlahnya, yang jelas Qaddafi telah mempertontonkan kebrutalannya kepada rakyatnya sendiri.
Bengis Bukan hanya warga yang sedang demonstrasi saja yang ditembak. Bahkan menurut seorang saksi mata di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya, kepada voanews Ahad, (20/2), pasukan keamanan menembaki pelayat yang menghadiri pema- kaman pengunjuk rasa yang te- was sehari sebelumnya. Baru lima hari saja aksi berlangsung, seti- daknya sudah menelan 173 kor- ban jiwa.
Koalisi Ulama di Libya pun mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pada semua umat Islam bahwa merupakan kewa- jiban mereka untuk melawan pemimpin Libya. Mereka telah menunjukkan arogansi sepenuh- nya tanpa hukuman dan mene- ruskan, bahkan meningkatkan, kejahatan berdarah mereka ter- hadap kemanusiaan. Mereka dengan demikian telah menun- jukkan ketidaksetiaan sepenuh- nya pada petunjuk Tuhan dan Rasul-Nya,” kata kelompok itu yang disebut Jaringan Ulama Pembebasan Libya (Network of Free
1/5
[54] Krisis Libya, Aksi Brutal Si Penjagal Wednesday, 01 June 2011 15:16
Ulema of Libya/NFUL), demikian Reuters melaporkan, Selasa (21/2).
“Hal itu membuat mereka tidak layak memerima kepatuh- an dan dukungan, dan melaku- kan perlawanan terhadap mere- ka dengan semua cara yang mungkin adalah kewajiban yang ditakdirkan Tuhan,” kata kelom- pok itu.
Sebagai bentuk protes keras kepada Qaddafi, satu per- satu pejabat pemerintah mengundurkan diri, termasuk Menteri Dalam Negeri Libya, Menteri Kehakiman Libya, Duta Besar Libya di PBB, Indonesia, Yordan dan Amerika.
Salah seorang anak Qad- dafi, Saiful Islam Qaddafi, dengan angkuh sempat mengatakan Libya bukanlah Mesir dengan beragam partai tapi negeri de- ngan banyak suku. Karena itu, menurutnya, Qaddafi lebih mem- perhatikan loyalitas para tetua suku ketimbang tokoh lain.
Namun, satu dari tiga suku terbesar di Libya Warfala me- nyatakan menarik dukungannya pada Qaddafi. Sementara, dua suku besar lainnya Qadadfa dan Magraha masih belum menyata- kan sikap.
Namun bukannya mundur dan memberikan jalan untuk suksesi, kekejaman Qaddafi ma- lah semakin menjadi. Ia meme- rintahkan tentaranya untuk terus menembaki rakyatnya. “Rakyat yang tidak mencintaiku tidak pantas hidup!” pekik Qaddafi. Sepatuh-patuhnya militer terha-dap panglima tertinggi tentu akan berontak juga bila sudah tidak tahan lagi bila terus di-perintah membantai rakyat sendiri.
Organisasi Federasi HAM Internasional (International Fede-ration for Human Rights/IFHR) mendapatkan video amatir yang memperlihatkan eksekusi terse-but. Dalam video itu seperti diberitakan Press TV, Kamis (24/2), terlihat jasad sekitar 130 tentara yang tewas dengan tangan-tangan mereka diikat ke belakang tubuh mereka. Para prajurit yang memberontak itu ditembak mati di Al Baida dekat Kota Benghazi.
Qaddafi tidak kehabisan akal, ia pun menyewa tentara ba- yaran untuk menambah kekuat- an militernya dalam upaya mem- berangus para demonstran.
2/5
[54] Krisis Libya, Aksi Brutal Si Penjagal Wednesday, 01 June 2011 15:16
Kepada tentaranya yang masih setia, Qaddafi memerin- tahkan menghalau massa dengan rudal antipesawat dan senjata otomatis hingga menara sebuah masjid di Zawiya, 50 km sebelah barat Tripoli, ikut hancur.
Dilaporkan, menara masjid rusak berat. Meski belum ada laporan resmi tentang korban jiwa terbaru, saksi mata men- duga kuat, tembakan rudal dan senjata otomatis menyebabkan jatuhnya korban. Militer kembali berjuang keras mempertahan- kan posisi Qaddafi ketika massa antipemerintah terus melancar- kan protes di Zawiya dan kota- kota lain di wilayah barat, dekat Tripoli.
Aksi militer yang tidak kalah seru terjadi di Tripoli, Rabu (23/2) malam. Tentara yang diperkuat oleh milisi Komite Rakyat, sebuah garda depan Qaddafi untuk mengantisipasi jika para tentara tidak loyal lagi kepadanya, mele-paskan tembakan membabi buta terhadap kerumunan massa.
Suasana kota Tripoli men- cekam. Ratusan tentara dan milis terus berkeliaran di jalan-jalan untuk memastikan tak ada warga yang keluar rumah. Tank dan kendaraan lapis baja ditempat- kan di sejumlah titik rawan.
Kekerasan militer pendu- kung Qaddafi makin menjadi- jadi karena massa terus bertahan di kota-kota di barat Tripoli. Beberapa kota di timur, seperti Sirte, Tobruk, dan Benghazi, juga sudah dikuasai massa anti Qad- dafi. Agendanya, massa bertekad mengepung Tripoli yang dikuasa tentara loyalis bersenjata leng- kap, termasuk tank dan kenda- raan lapis baja hingga Qaddaf mundur.
Sedangkan, di Benghazi, warga yang kemarahannya su- dah medidih mengamuk dan menghancurkan sebuah barak yang dihuni satu batalyon ten- tara bayaran dari Afrika yang direkrut Qaddafi. Bangunannya hancur berantakan. Di dinding yang masih tegak tertulis slogan Libya Bebas! dan Turunkan Qad- dafi!
Seorang pengacara d Benghazi mengatakan, Komite Keamanan yang dibentuk warga sipil di sana menangkap 36 ten- tara bayaran dari Chad, Nigeria dan Sudan yang dikerahkan oleh
3/5
[54] Krisis Libya, Aksi Brutal Si Penjagal Wednesday, 01 June 2011 15:16
Praetorian Guard Qaddafi untuk mengamankan kota. Traktor dan alat berat lain menghancurkan sebuah gedung. Sebuah stasiun polisi terdekat dibakar.
Sepanjang kekuasaannya sejak 1 September 1969, Qaddafi telah melakukan banyak kekerasan, penyiksaan, dan pembunuh- an terhadap rakyatnya sendiri. Pada 1970-an, Qaddafi memerintahkan polisi dan pasukan keamanan Komite Rakyat me- nangkap ratusan warga Libya yang menentang atau pihak- pihak yang dikhawatirkan dapat menentang pemerintahannya.
Pada 1976, Qaddafi resmi mengeksekusi 22 perwira. Pada 1980, Qaddafi menjatuhkan hukuman mati kepada orang- orang asing yang disebutnya ”anjing liar”. Amnesti Internasional melaporkan, pada 1988, Qaddafi melakukan ”penangkap- an, penahanan sewenang-wenang, penghilangan, penyiksaan, dan hukuman mati.”
Pada 1983, Qaddafi meng- eksekusi mati 13 aktivis Hizbut Tahrir yang memintanya menegakkan syariah dan khilafah.
Human Rights Watch men- catat, tindakan represi internal paling berdarah dilakukan Qaddafi pada 1996. Lebih dari 1.000 tahanan ditembak mati di pen- jara Abu Salim. Pada 2000-an, ratusan orang ditahan, tetapi akhirnya dibebaskan, termasuk tahanan politik terlama di Libya, Ahmad Zubair Ahmad Al- Sanussi. Ia dituduh terlibat upaya kudeta pada 1970 dan dibebas- kan setelah 31 tahun mendekam di penjara.[] joko prasetyo
Barat Hipokrit amun anehnya, negara-negara Barat diam saja terhadap kebrutalan Qaddafi. Inggris membiarkan saja karena yang penting bagi negeri Ratu Elisabeth itu kepentingan minyak dan gasnya di Libya tetap N mengalir ke London. Bahkan Amerika, sejak era pemerintahan George W Bush bermesraan kembali dengan Qaddafi yang sempat putus hubungan sejak tahun 1980-an. Tetapi sejak rakyat marah dan berambisi menggulingkan Qaddafi, Barat pun mengecam Qaddafi dan seolah-oleh berpihak kepada rakyat. Menurut Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, hal itu dilakukan Barat
4/5
[54] Krisis Libya, Aksi Brutal Si Penjagal Wednesday, 01 June 2011 15:16
terutama oleh Inggris dan Amerika dalam rangka menjaga kepentingan mereka di Libya. Harapannya, setelah Qaddafi terguling, terpilih penguasa baru yang juga pro Barat.[] joy
5/5