PREFERENSI PEKERJA DALAM MEMILIH PEKERJAAN SEKTOR FORMAL Worker Preferences on Choosing Job In the Formal Sector A. Ihsan Triputrajaya, Muh Yunus Zain dan Madris
ABSTRACT The aim of this research is : 1) To know the Characteristic of Social or Public Servant and Workers Company ; 2) To know the differences that influence workers in deciding to work at formal sector. 3) To know if education, work hour, fitness of majority at school with job description, workers environment, have been work already, and job prestise influencing workers in deciding kind of job at formal sector in Makassar. This research using primary data 2010. the method of sampling is accidental sampling which who ever at research field that fulfilled the term as a population in this research. The method of analysis was using binary logistic regression. The results of research showed that preferences of workers in decide to work at formal sector are still the kind of job that workers wanted in Makassar. The preferences that happen in field, became a public servant still the kind of job that most wanted by most workers. It is also founded that first year of salary , working hour, work environment and presticious kind of a job have been influencing significantly workers preferences in choosing job as a public servant rather than workers company at formal sector in Makassar. Keywords : Worker Preferences, Formal Sector ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui Karakteristik Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Swasta , 2) Mengetahui Perbedaan yang melatarbelakangi pekerja dalam memilih pekerjaan pada sektor formal, 3) mengetahui apakah faktor lama tamat pendidikan terakhir, pendapatan tahun pertama, jam kerja, kesesuaian jurusan dengan pekerjaan, lingkungan kerja, status pekerjaan sebelumnya, dan prestisius pekerjaan mempengaruhi pekerja dalam memilih pekerjaan pada sektor formal di Kota Makassar.. Untuk menganalisis digunakan data kuesioner dengan variabel lama tamat studi terakhir, jumlah jam kerja, pendapatan tahun pertama, kesesuaian jurusan, lingkungan kerja, status pekerjaan sebelumnya, dan prestisius pekerjaan. dengan menggunakan instrument Regresi Biner Logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan sektor formal sangat besar di Kota Makassar. Kecenderungan yang terjadi adalah pekerja lebih memilih untuk bekerja sebagai pegawai negeri sipil dibandingkan pegawai swasta . Hal ini dipengaruhi oleh lama tamat studi terakhir, jumlah jam kerja, pendapatan tahun pertama, kesesuaian jurusan, lingkungan kerja status pekerjaan sebelumnya, prestisius nya pekerjaan. Berdasarkan analisis regresi biner logistic, dapat diketahui bahwa pendapatan tahun pertama, lingkungan kerja dan prestisiusnya pekerjaan merupakan salah satu alasan yang melatar belakangi preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan Pegawai negeri Sipil dibandingkan dengan pegawai swasta di Kota Makassar. Kata Kunci : Preferensi Pekerja dan Sektor Formal A. Latar Belakang Realitas elastisitas pertumbuhan ekonomi pada sisi demand terhadap kesempatan kerja masih rendah pada sektor formal dan informal , hal ini disebabkan oleh masih kurangnya sumberdaya manusia yang memiliki kualitas dan keterampilan pada sisi supply yang ditopang dengan teknologi yang tergolong middle end bahkan ada yang tergolong low end atau tradisional. Para pakar ekonomi klasik seperti Malthus, Ricardo dan terakhir Mill (1969) mengemukakan perlunya pendidikan dalam meningkatkan kualitas pekerja adalah harga mati dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena melalui pendidikan akan lahir manusia sebagai human capital.
Menurut Sama’una (1998) ada dualisme ekonomi antara sektor formal dan informal muncul, yaitu terkait dengan faktor eksternal dan faktor internal. Dimana yang termasuk dalam faktor eksternal adalah pranata-pranata yang mendukung kegiatan ekonomi formal yang modern dibandingkan sektor informal, kesenjangan tingkat upah antara sektor formal dan sektor informal serta terkait dengan masalah teknis politis yang manakalangan pelaku politik (birokrasi) kurang mencermati dan mengamati pola modernisasi yang begitu cepat perkembangannya Sedangkan yang berkaitan dengan faktor internal adalah tingkat produktifitas yang sangat tidak seimbang.antara sektor formal dan informal. Kecenderungan yang terjadi di masyarakat adalah kesempatan kerja yang tercipta tidak bisa dinikmati oleh semua masyarakat khususnya pada sektor formal, karena di sektor ini diperlukannya sumberdaya manusia yang memenuhi standar tingkat pendidikan yang telah ditentukan oleh badan usaha atau instansi terkait. Hakikat dari pertumbuhan ekonomi adalah bagaimana hasil – hasil dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi memberikan efek pada terjadi pemerataan kesejahteraan pada setiap kelompok masyarakat. Hal ini memungkinkan hasil – hasil pertumbuhan dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat. Namun untuk mewujudkan hal tesebut dimungkinkan jika pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat memberikan kesempatan kerja yang lebih baik dan lebih luas dari waktu ke waktu yang pada akhirnya akan menekan jumlah pengangguran dan membaiknya tingkat kesejahteraan secara bertahap. Namun. secara makro,kondisi ini dapat dilihat pada dua sisi yakni sisi demand, lemahnya elasitas kesempatan kerja karena struktur penyusun pertumbuhan ekonomi masih bertumpu pada sektor konsumsi. Dengan bertumpunya pertumbuhan ekonomi pada sektor konsumsi maka multiplier effect yang dihasilkan dalam menggerakkan sektor ekonomi sangatlah kecil sehingga perubahan pertumbuhan ekonomi tidaklah terlalu besar dan memberikan efek penyerapan pekerja menjadi kecil pula Saat ini pula ada indikasi tambahan kesempatan pekerja jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tambahan angkatan kerja yang memungkinkan posisi tawar pekerja pada pasar pekerja jauh lebih kuat sehingga memungkinkan pekerja melakukan pilihan optimal atas berbagai jenis pilihan pekerjaan yang akan digeluti. Persoalan sekarang adalah kualifikasi jenis pekerjaan yang diinginkan kadang – kadang tidak sesuai dengan kualifikasi kompetensi yang dimiliki oleh pekerja kita. Kondisi ini akan menciptakan missmatch antara ketersediaan kompetensi pekerja di Indonesia dengan kualifikasi yang diinginkan oleh perusahaan. Kondisi inilah yang menyebabkan adanya kelebihan potensi pasar pekerja yang tidak termanfaatkan akibat gap kompetensi pekerja dengan kualifikasi kompentensi yang diinginkan oleh perusahaan.Berdasarkan kondisi ini meskipun kesempatan kerja akan terus bertambah akibat adanya perubahan pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun tidak termanfaatkan akibat adanya gap kompetensi pekerja. Hal ini memberikan sebuah pelajaran bahwa pengharapan pertumbuhan ekonomi tinggi yang dibarengi dengan semakin luas kesempatan pekerja tidak akancukup tanpa dibarengi pada upaya peningkatan kapasitas dan kapabilitas pekerja yang memadai sesuai dengan keinginan pasar pekerja. Hal ini pula terjadi di kota Makassar dalam berbagai hal kepekerjaan secara terpadu di berbagai sektor ekonomi. Dengan demikian, masalah kesempatan kerja tetap merupakan masalah serius yang perlu yang dicarikan solusi terbaiknya manakala pembangunan dan penciptaan lapangan kerja tidak diimbangi adanya upaya peningkatan kompentensi pekerja, maka dapat dipastikan tidak banyak memberikan hasil bagi usaha dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menjadi tugas dan tanggung jawab bersama bagaimana memberikan solusi terhadap masalah ekonomi, terutama masalah kesempatan kerja yang berkaitan langsung dengan penyerapan pekerja diberbagai sektor ekonomi.Untuk lebih mampu mendorong pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya dalam menyerap pekerja semaksimal mungkin maka perlu merumuskan kebijakan pembangunan ekonomi yang tepat di bidang kepekerjaan. Kebutuhan pekerja diberbagai lapangan usaha membutuhkan persyaratan tertentu baik dari sisi pengetahuan dan pendidikan formal dan keterampilan (skill) serta sikap/komitmen.Yang lebih dikenal dengan kapasitas tertentu. Kapasitas pekerja atau calon pekerja dapat ditelusuri melalui berbagai cara antara lain : mengevaluasi produktivitas pekerja, masalah yang berkembang dan
menghambat produktivitas tenaga, harapan para pemilik dan atau manager usaha, dan employer lainnya termasuk pada jasa di Instansi Pemerintah. Kualitas pelayanan birokrasi pemerintahan ternyata bukan hanya menyangkut dimensi jumlah namun banyak faktor lain yang menentukan mutu pelayanan antara lain kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama jika rekrutmen kental dengan praktik kolusi, korupsi, nepotisme. Begitu pula, sarana dan prasarana yang belum memadai. Namun,inefisiensi tidak bisa disama-ratakan antara PNS di sektor pelayanan publik dan sektor nonpelayanan. Inefisiensi lebih terjadi kegiatan birokrasi seperti di kelurahan, kecamatan, atau dinas-dinas. Sarana dan prasarana yang tidak mendukung pun dapat menyebabkan pelayanan birokrasi makin panjang.Tak heran jika tingkat pelayanan birokrasi Indonesia menempati urutan ke-89 dari 117 negara. Dengan kata lain, ke depan, perekrutan pegawai, seyogianya, diikuti dengan proses seleksi yang ketat. Selain itu, rekrutmen diserahkan ke instansi yang bersangkutan, disertai daftar kebutuhan pegawai yang riil dan perbaikan sistem pelayanan.Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis melaksanakan penelitian dengan judul ”Analisis preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan sektor formal di Kota Makassar.” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh lama tamat pendidikan terakhir, pendapatan tahun pertama, jam kerja terhadap preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan sektor formal di Kota Makassar. 2. Apakah ada perbedaan kesesuaian jurusan dengan jenis pekerjaan, lingkungan kerja, status pekerjaan sebelumnya dan prestisiusnya pekerjaan terhadap preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil atau karyawan swasta ”. C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui karakteristik Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Swasta di Kota Makassar dalam memilih pekerjaan dan hal-hal yang melatarbelakangi pemilihan pekerjaan di sektor formal kota Makassar sehingga dapat berguna bagi pemerintah Kota Makassar dalam mengkaji masalah-masalah ketengaakerjaan di Kota Makassar 2. Sebagai referensi dan bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya terutama yang berhubungan dengan masalah yang sama, sekaligus menjadi sumbangan pemikiran yang dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan D. Metode Penelitian 1. Populasi dan Teknik Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kota Makassar yang merupakan pekerja yang bekerja pada Sektor Formal, yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS) Instansi Pemerintah Kota Makassar dan Perusahaan Swasta di Kota Makassar yang berpendidikan Diploma III ke atas. Sampel pada penelitian ini diambil secara aksidental sampling yakni siapa saja yang kebetulan ditemui di lapangan (dalam penelitian) dengan memenuhi syarat sebagai populasi penelitian. Jumlah keseluruhan responden yaitu 100 responden diantaranya 50 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 50 Pegawai Swasta. 2. Teknik Analisa Data Teknik Analisa yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis regresi biner logistic dengan formula Y = f ( X 1 , X 2 , X 3, X 4 , X 5 , X 6 , X 7, )
[Y
1
= β 0 + β1 X 1, + β 2 X 2, + β 3 X 3 + β 4 X 41 + β 5 X 51, + β 6 X 61 + β 7 X 71, + µ ]
Dimana : Y =
Preferensi jenis pekerjaan yang dipilih oleh tenaga kerja dukur oleh dua indikator yakni PNS antara PNS Y1 = 1 dan non PNS
Y1 = 0 X1 X2 X3
=
Lama Tamat Pendidikan Terakhir ( bulan )
=
Pendapatan Tahun Pertama (Rp)
=
Jam Kerja adalah durasi waktu yang digunakan oleh pekerja dalam beraktivitas dilingkungan kerja
X 4,
=
Kesesuaian Jurusan dengan pekerjaan diukur dengan dua indikator yakni sesuai ( X 41 ) = 1 ,dan tidak sesuai ( X 42 ) = 0
X5
=
Lingkungan kerja diukur oleh dua indikator, yakni nyaman (
=
nyaman ( 52 ) = 0 Status Pekerjaan Sebelumnya yakni diukur dengan dua indikator yaitu pernah
X 51 ) = 1 dan tidak
X
X6
bekerja sebelumnya (
X7
=
β0 - β10 = µ
=
X 61 ) = 1 dan belum pernah bekerja sebelumnya ( X 62 ) = 0
Status prestise kerja diukur oleh dua indikator yaitu merasa Prestisius ( X 71 ) = 1 dan tidak prestisius ( X 72 ) = 0 Koefisien dari variabel yang diestimasi yang menggambarkan besarnya pengaruh variable independen terhadap variabel respon Error Term
3. Definisi Operasional. a. Preferensi Pekerja adalah kecenderungan pekerja dalam memilih suatu pilihan yang dipengaruhi oleh hal-hal yang berkaitan erat dengan jenis pekerjaan. b. Sektor Formal adalah lapangan usaha yang secara sah terdaftar dan mendapat izin dari pejabat berwenang. Kegiatannya terhimpun dalam Instansi Pemerintah, bentuk badan usaha seperti BUMN, BUMS, dan koperasi. c. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah pekerja yang bekerja di Instansi Pemerintah yang telah memiliki Surat Perintah Kerja (SK) dari pejabat berwenang untuk bekerja di Instansi Pemerintah Kota Makassar. d. Pegawai Swasta adalah pekerja yang bekerja di Perusahaan Swasta di Kota Makassar yang telah memiliki Surat Perintah Kerja (SK) dari pejabat berwenang untuk bekerja di Perusahaan tersebut. e. Lama Tamat Pendidikan Terakhir adalah jenjang waktu pekerja dalam menyelesaikan pendidikan yang terakhir f. Pendapatan Tahun Pertama adalah penghasilan yang diterima pekerja pada tahun pertama dia bekerja di sebuah perusahaan atau badan usaha g. Jam Kerja adalah jam kerja dalam per hari yang diwajibkan bagi responden untuk bekerja di tempat ia bekerja h. Kesesuaian Jurusan adalah konsentrasi pendidikan yang dipilih oleh pekerja saat masih menempuh pendidikan terhadap pekerjaan yang dilakukan ,dimana kesesuaian jurusan dengan pekerjaan diberi nilai 1 dan ketidaksesuaian jurusan dengan pekerjaan nilai =0
i.
Fasilitas Lingkungan Kerja adalah fasilitas yang diberikan oleh responden dalam melaksanakan pekerjaanya di tempat ia bekerja.Nilai 1 untuk responden yang nyaman dengan fasilitas lingkungan kerja. Nilai 0 untuk responden yang tidak nyaman dengan fasilitas lingkungan kerja. j. Status Pekerjaan Sebelumnya adalah pengalaman bekerja responden sebelum memperoleh pekerjaan. 1 untuk responden yang sudah pernah bekerja ( berpenghasilan) dan 0 untuk responden yang belum pernah bekerja. k. Tingkat Prestisius Pekerjaan adalah tingkat kegengsian (prestisius) suatu pekerjaan dimana semakin tinggi tingkat prestisius pekerjaan semakin tinggi pula kebanggan responden dalam menjalankan pekerjaannya. Nilai 1 untuk responden yang menganggap jenis pekerjaan itu prestisius dan nilai 0 untuk responden dalam menganggap pekerjaan itu tidak prestisius E. Hasil dan pembahasan 1. Lama Tamat Studi Terakhir Berdasarkan hasil analisis regresi logistic (tabel 1), menunjukkan bahwa faktor lama tamat studi terakhir pekerja dalam memilih pekerjaan pada sektor formal di Kota Makassar tersebut tidak signifikan pengaruhnya terhadap preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan pada sektor formal Kota Makassar Artinya lama tamat pendidikan terakhir yang ditempuh pekerja lebih memilih Pegawai Swasta dibandingkan PNS sebagai pilihan pekerjaan pada tingkat signifikansi 0,05 persen. Berdasarkan Uji Wald Untuk Koefisien variabel Lama Tamat Studi : Uji Wald = ቀ.ቁ ² = ቀ. ቁ ² = 1.1752, P-Value = 0.186 lebih besar dari α =0,05, maka koefisien regresi untuk variabel Lama Tamat Studi tidak signifikan
,
2. Pendapatan Tahun Pertama Berdasarkan hasil regresi logistik yang ada (tabel 1), nampak bahwa pengaruh pendapatan tahun pertama terhadap preferensi jenis pekerjaan signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 persen (sig. 0,010). Berdasarkan Uji Wald Untuk Koefisien variabel Pendapatan Pertama: Uji Wald = ቀ. ቁ ² = ቀ.ቁ ² = 6.628 P-Value = 0.010 lebih kecil dari α =0,05, maka koefisien regresi untuk variabel Pendapatan Pertama signifikan
,
3. Jam Kerja Berdasarkan hasil analisis regresi logistic (tabel 1) yang ada menunjukkan bahwa faktor jam kerja itu tidak signifikan dengan preferensi pekerja memilih pekerjaan pada sektor formal. Berdasarkan Uji Wald Untuk Koefisien variabel Jam Kerja: . Uji Wald = ቀ ቁ ² = ቀ ቁ ² = 3.652 P-Value = 0.056 lebih besar dari α =0,05, maka . . koefisien regresi untuk variabel jam Kerja tidak signifikan Artinya responden cenderung memilih pekerjaan Pegawai Swasta dibandingkan PNS hal ini dikarenakan faktor jam kerja pegawai swasta mempengaruhi preferensi pekerja memilih pekerjaan di sektor formal. 4. Kesesuaian Jurusan Berdasarkan hasil analisis regresi logistic (Tabel 1), menunjukkan bahwa kesesuaian jurusan yang ditempuh pada pendidikan terakhir dengan preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan pada sektor formal di Kota Makassar tersebut tidak signifikan pengaruhnya terhadap preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan pada sektor formal Kota Makassar
Uji Wald = ቀ ቁ ² = ቀ ቁ ² = 1.929 P-Value = 0.165 lebih besar dari α =0,05, maka . . koefisien regresi untuk variabel Kesesuaian Jurusan tidak signifikan Artinya preferensi responden akan lebih memilih jenis pekerjaan pegawai swasta dibandingkan PNS berdasarkan faktor kesesuaian jurusan pendidikan terakhir yang diikuti pekerja terhadap jenis pekerjaan Berdasarkan Untuk Koefisien variabel Kesesuaian Jurusan:
.
5.Lingkungan Kerja Dan berdasarkan hasil analisis regresi logistic (tabel 1) menunjukkan bahwa faktor lingkungan kerja suatu pekerjaan terhadap preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan pada sektor formal di Kota Makassar menunjukkan pengaruh yang positif dan cukup signifikan pada tingkat 0,05 persen (sig. 0,036) dengan koefisien regresi sebesar 1,158 dan odd ratio atau Exp (B) sebesar 3,182 yang menunjukkan faktor lingkungan kerja yang nyaman mempengaruhi preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan pada sektor formal di Kota Makassar Berdasarkan Uji Wald Untuk Koefisien variabel Lingkungan kerja:
.
ቁ ² = 4.392 P-Value = 0.036 lebih kecil dari α =0,05, Uji Wald = ቀ ቁ ² = ቀ . .
maka koefisien regresi untuk variabel Lingkungan Kerja signifikan Hal tersebut memberi indikasi bahwa kecenderungan pekerja memilih pekerjaan PNS . hal ini diakibatkan oleh nyaman dan senangnya PNS dengan lingkungan kerja yang memadai dan kondisi lingkungan kerja yang nyaman. 6. Status Kerja Berdasarkan hasil analisis regresi biner logistik (Tabel 1), menunjukkan bahwa Faktor Pernah bekerjanya pekerja dalam pada sektor formal di Kota Makassar tersebut tidak signifikan pengaruhnya terhadap preferensi pekerja dalam memilih pekerjaan pada sektor formal Kota Makassar Berdasarkan Uji Wald Untuk Koefisien variabel Status Pekerjaan: .
ቁ ² = 0.000 P-Value = 0.984 lebih besar dari α =0,05, maka Uji Wald = ቀ ቁ ² = ቀ . . koefisien regresi untuk variabel Status Pekerjaan tidak signifikan Artinya preferensi pekerja lebih memilih pekerjaan Pegawai Swasta dibandingkan dengan PNS pada sektor formal di Kota Makassar pada tingkat signifikansi 0,05 persen. 7. Prestisius Pekerjaan Berdasarkan hasil analisis regresi logistic (tabel 1) menunjukkan bahwa nilai prestisius suatu pekerjaan berpengaruh positif dan sangat signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 persen Berdasarkan Uji Wald Untuk Koefisien variabel Prestise Pekerjaan:
Uji Wald = ቀ. ቁ ² = ቀ . ቁ ² = 10.255 P-Value = 0.001 lebih kecil dari α =0,05, maka koefisien regresi untuk variabel Prestise Pekerjaan signifikan Hal tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan pekerja mengganggap jenis pekerjaan pada sektor formal di Kota Makassar cenderung prestisius dibandingkan yang menggangap tidak prestisius. Dengan kata lain tidak prestisiusnya jenis pekerjaan itu memiliki kecenderungan lebih rendah dibandingkan dengan prestisiusnya jenis pekerjaan.
.
Implikasi Kebijakan Implikasi kebijakan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak-pihak terkait sebagai berikut : Bagi Pemerintah : a. Perlunya upaya dan penyelesaian yang efektif dan efisien dalam menanggulangi masalah ketenagakerjaan di Kota Makassar
b
b. Penyediaan program peningkatan pendidikan dan keterampilan bagi pekerja guna menciptakan SDM yang berkualitas dan terampil dalam menghadapi impact globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang Bagi Instansi atau Perusahaan a Diharapkan mampu melakukan proses rekrutment pekerja berdasarkan kualitas dan kualifikasi dari spesialisasi pendidikan yang telah ditempuh oleh pekerja tersebut. Diharapkan mampu lebih memperhatikan kebutuhan pekerja yang mendukung produktifitas instansi atau perusahaan
Bagi Masyarakat : Bahwa dengan semakin besarnya peluang bekerja pada sektor formal di Kota Makassar , maka akan semakin besar pula pekerja yang akan terserap di dalamnya. Tentunya hal ini berpengaruh positif bagi pekerja yang sedang mencari pekerjaan di sektor formal. Dalam hal ini pentingnya peningkatan pendidikan dan keterampilan bagi pekerja adalah parameter produktifitas bekerjanya seorang pekerja. Tabel 1 Hasil Analisis Preferensi Pekerja Dalam Memilih Pekerjaan Pada Sektor Formal di Kota Makassar Variabel Lama Studi Pendapatan thn pertama Jam Kerja Jurusan Lingkungan Kerja Status Kerja Prestise Constanta
Exp (B) B S.E Wald Df Sig. -.027 .021 1.752 1 .186 .973 .000 .000 6.628 1 .010 1.000 -.949 .497 3.652 1 .056 .387 .754 .543 1.929 1 .165 2.126 1.158 .552 4.392 1 .036 3.182 .011 .534 .000 1 .984 1.011 3.645 1.138 10.255 1 .001 38.291 9.689 4.585 4.466 1 .035 16145.930
Penutup 1. Faktor lama menyelesaikan studi , jam kerja, kesesuaian jurusan dengan jenis pekerjaan, status pernah bekerja sebelumnya bukanlah alasan yang utama bagi pekerja untuk memilih menjadi pegawai negeri sipil maupun pegawai swasta. 2. Alasan utama bagi pekerja untuk memilih menjadi pegawai negeri maupun swasta karena,Pendapatan yang akan diterima, fasilitas pada lingkungan kerja yang memadai dan nyaman pada lingkungan kerja serta Prestisiusnya jenis pekerjaan DAFTAR PUSTAKA --------- 2006, Makassar Dalam Angka 2006/2007, BPS Kota Makassar. --------- 2007, Makassar Dalam Angka 2007/2008, BPS Kota Makassar. --------- 2008, Data Base Kepekerjaan Tahun 2008, Dinas Pekerja Kota Makasar. ____. 2008. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2008 (hasil Susenas 2008).Jakarta : Badan Pusat Statistik. Agung, IGN . 1993. Metode Penelitian Sosial Pengertian dan Pemahaman Praktis 2.A, Bahan kuliah S2 PPS-UI, Jakarta. Anias, Anselmus. 2001. Karakteristik Pekerja Sektor Informal, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Arfida, BR, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia, Jakarta Bakir, Zainab dan Chris Manning. 1984. Angkatan Kerja Di Indonesia. CV. Rajawali, Jakarta. Binardjo, Goro, 1997, Analisis Mencari Kerja Di Jawa Tengah (Tesis). Program Pasca Sarjana FEUI. Jakarta. Badan Pusat Statistik 2006, Makassar Dalam Angka 2006/2007, BPS Kota Makassar. Clignet. 1980. Pendidikan di Indonesia: Penilaian dan Pedoman Perencanaan. Jakarta: LP3ES Iqbal, Hasan, 2001, Statistik 2 (Statistik Inferensif), Edisi Kedua, PT Bumi Aksara, Jakarta. Jamaluddin, 2008, Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Lama Mencari Kerja di Sektor Formal di Kota Makassar, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin , Makassar Javanovic, B. 1979.Job Matching and The Theory of Turnover. Journal of Political Economy 87 (5): 972-990 Jhingan, M.L. 2003.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Terjemahan: D. Guritno. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Manning, Chris. 1984. Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja di Indonesia Dewasa Ini dalam Kebijaksanaan Kependudukan dan Kepekerjaan di Indonesia. Di sunting oleh Karto Wiro Suharjo, dkk. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. Jakarta. McCall, John J. 1970. Economics of Information and job Search. Quarterly Journal of Economics February, PP. 113-126 Moeis, Jossy P. 1992. Pengangguran Pekerja Terdidik di Indonesia: Penerapan Searh Theory. Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Juni vol. XI No. 2, Halaman 107-134. Mulyadi, Subri. 2003 ”Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Nanga, Muana. 2005. Ekonomi Makro: Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi Kedua, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta Oktavianus, Sutomo,2006, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Kesempatan Kerja di Sulawesi Selatan, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin , Makassar Sama’una, Nurain.1988. “Konsep Pemerataan Ekonomi Melalui Penerapan Teori Rawlsian, Studi kasus Pengembangan Sektor informal”. Afkar,Vol. V, No.3. Sastrohadiwiryo, Bedjo Siswanto. (2002). Manajemen Administratif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara
Pekerja
Indonesia:
Pendekatan
S, Kusumusuwidho. 1985. Angkatan Kerja, Dasar-dasar Demografi. Lembaga Demografi FE-UI. Jakarta. Simanjuntak, Payaman, J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. LPFE-UI. Jakarta Squire, Lyn. 1986. Kebijaksanaan Kesempatan Kerja di Negara-negara Sedang Berkembang. UIPress dan Pustaka Barajaguna. Jakarta. Sudarwan, 2004. Ekonomi Sumber Daya Manusia. CV Pustaka Setia. Bandung Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. Cetakan IV. FE-UI dengan Bina Grafika. Jakarta. Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia & Kepekerjaan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sumarsono, Sonny. 2009. Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumberdaya Manusia . Graha Ilmu. Yogyakarta. Suratman, Eddy. 1994. Determinan Mencari Kerja di Kalimantan: Suatu Analisis Data Sakernas 1992 dengan Pendekatan Search Theory. Tesis. Universitas Indonesia. Sutomo, Hedi. 1983. Pengangguran di Kota: Suatu Analisis Terhadap Pemuda dan Golongan Terdidik dalam Partisipasi, Kesempatan dan Pengangguran Angkatan Kerja di Indonesia. Di Sunting oleh Zainab Bakir dan Chris Manning. Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan UGM. Yogyakarta. Tjutju, Suwatno, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia : Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian” CV.Alfabeta. Bandung Uppun, Paulus dan Payangan, Otto. 1997, Analisis dan Perkiraan Kesempatan Kerja di sektor Pertanian dan Sektor Industri di Sul-Sel, Hasil Penlitian Pusat Studi Kependudukan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang Widarti, Diah. 1984. Analisis Kepekerjaan di Indonesia, Berdasarkan Data Sensusu Penduduk Tahun 1971-1980. Penyunting Manning dan Papayungan. Buku I. Hasil Kerja Sama antara BPS dan Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan UGM. Yogyakarta. Wirosuhardjo, Kartono. dkk. 1986. Kebijaksanaan Kependudukan dan Kepekerjaan di Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta www.indef.or.id “Masalah Fundamental Kepekerjaan dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia” www.datastatistik indonesia.com/content/view/801/801www.nakertrans.go.id/perundangan.html,1,69,1