PREFERENSI PEDAGANG BAKSO DI KABUPATEN WONOGIRI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
SYARIFAH NURUL ‘AINI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Preferensi Pedagang Bakso di Kabupaten Wonogiri Terhadap Lembaga Keuangan Syariah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Syarifah Nurul „Aini NIM H54120053
ABSTRAK SYARIFAH NURUL ‘AINI. Preferensi Pedagang Bakso di Kabupaten Wonogiri terhadap Lembaga Keuangan Syariah. Dibimbing oleh RANTI WILIASIH. Usaha bakso merupakan salah satu jenis usaha yang populer di masyarakat, termasuk di Kabupaten Wonogiri. Pedagang bakso sebagian besar berasal dari Wonogiri meskipun tidak ada data mengenai jumlah pedagang bakso. Penelitian ini bertujuan melihat preferensi pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri terhadap lembaga keuangan syariah. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara terhadap 44 responden di lokasi mayoritas pedagang bakso. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pedagang bakso yang memilih lembaga keuangan syariah mayoritas adalah laki-laki, rata-rata berusia 41.4 tahun dan mayoritas adalah tamatan SMP dengan pendapatan ratarata Rp5 281 562. Rata-rata lama usaha yang sudah dijalankan adalah 11.2 tahun. Pedagang bakso yang memilih lembaga keuangan konvensional mayoritas juga laki-laki, rata-rata berusia 40.7 tahun dan berpendidikan SD dengan pendapatan rata-rata Rp12 982 758. Rata-rata lama usaha yang sudah dijalankan adalah 14.1 tahun. Hasil analisis logit menunjukkan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi preferensi pedagang bakso terhadap lembaga keuangan syariah adalah pengetahuan dan citra lembaga. Kata kunci: Lembaga Keuangan Syariah, Preferensi, Regresi Logistik
ABSTRACT SYARIFAH NURUL ‘AINI. Preferences of meatball seller in Wonogiri Regency Against Islamic Finance Institution. Supervised by RANTI WILIASIH. Meatball seller was one of profesion that popular in society, included in Wonogiri. Most of them came from Wonogiri although there were no data found about the amount of meatball seller. The purpose of this reserach was to seen preferences of meatball seller in Wonogiri against Islamic finance service. This research used a primary data that collected with interview method against 44 respondents in meatball seller majority’s location. The analysis show that meatball seller which selected Islamic finance was male in majority, 41.4 years old in average, graduated from junior high school, Rp5 281 562 per month income, and worked during 11.2 years. Meatball seller that selected conventional finance was male in majority too, 40.7 years old in average, graduated from elementary school, Rp12 982 758 per month income, and worked during 14.1 years. The result of logistic analysis show that the significan factors which influencing meatball seller preference againts Islamic finance institution was knowledge and institution image. Key words: Islamic Finance Institution, Logistic Regresion Method, Preferences
PREFERENSI PEDAGANG BAKSO DI KABUPATEN WONOGIRI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
SYARIFAH NURUL ‘AINI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 sampai September 2016 ini adalah lembaga keuangan syariah, dengan judul Preferensi Pedagang Bakso di Kabupaten Wonogiri Terhadap Lembaga Keuangan Syariah. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Bapak Ahmad Zarif, SE dan Ibu Darmi, S Pd AUD atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Ranti Wiliasih, SP MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, waktu dan motivasi sehingga, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Dr Ir Wiwiek Rindayanti, MSi selaku dosen penguji utama dan Bapak Salahuddin El Ayyubi Lc MA selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri yang telah menjadi responden dalam penelitian ini. 4. Seluruh guru-guru di SDIT Mutiara Hati dan KB/RA Mutiara Hati II atas bantuannya. 5. Teman-teman Ekonomi Syariah 49, Naufal Rahardi, Kartika Andiani, Ichria Nurul Arda, Ahmad Muhaemin, Arno Nugroho, Aldila Viddy R R, Hanifah Azizah dan Addina Silmi atas saran dan dukungan yang diberikan. 6. Keluarga besar Asrama PPKU IPB, Senior Resident, KASKUS, Annaba, Apungers dan adik-adik asrama angkatan 51, 52 dan 53 atas semangat, dukungan dan bantuannya. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2016 Syarifah Nurul „Aini
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Lembaga Keuangan Syariah
4
Usaha Bakso
7
Preferensi
8
Penelitian Terdahulu
9
Kerangka Pemikiran
10
Hipotesis Penelitian
11
METODE PENELITIAN
12
Jenis Penelitian
12
Lokasi dan Waktu Penelitian
12
Jenis, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
12
Metode Pengolahan dan Analisis Data
13
Definisi Operasional
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Karakteristik Pedagang Bakso
15
Hubungan antara karakteristik pedagang bakso dengan pilihan lembaga keuangan
17
Faktor-faktor yang Memengaruhi Responden dalam Memilih Lembaga Keuangan Syariah
20
SIMPULAN DAN SARAN
22
Simpulan
22
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
34
DAFTAR TABEL 1 Perkembangan usaha mikro di Indonesia tahun 2012-2013 2 Jumlah penerbitan Sertifikat Usaha (SIUP) Kabupaten Wonogiri tahun 2013-2014 3 Struktur deskriptif karakteristik responden 4 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan usia 5 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan jenis kelamin 6 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan tingkat pendidikan 7 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan pendapatan per bulan 8 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan lama usaha 9 Hasil penduga parameter logit 10 Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pedagang bakso terhadap lembaga keuangan syariah
1 1 15 15 18 18 19 19 20 21
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 2 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan jenis kelamin 3 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan pendapatan 4 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan tingkat pendidikan 5 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan lama usaha 6 Pengetahuan responden terhadap hukum bunga bank/riba
11 16 16 17 17 20
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Kuesioner Hasil uji regresi Data Responden Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
25 29 30 32
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang seimbang harus didukung oleh perkembangan di sektor riil. Proses pengembangan sektor riil tersebut membutuhkan modal dari berbagai sumber. Alternatif - alternatif sumber modal digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan suatu usaha, termasuk usaha yang dilakukan mayoritas pelaku ekonomi di sektor riil yaitu usaha mikro dan kecil. Sektor usaha mikro dan kecil merupakan sektor terbesar yang menunjang perekonomian Indonesia jika dilihat dari banyaknya jumlah unit usahanya. Usaha mikro dan kecil juga memiliki peran yang besar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Tabel 1 Perkembangan usaha mikro di Indonesia tahun 2012-2013
Tahun 2012
Tahun 2013
Indikator Jumlah Unit Usaha Tenaga Kerja
55 856 176 99 859 517
Pangsa Jumlah (%) 98.79 57 189 393 90.12 104 624 466
Pangsa (%) 98.77 88.90
Perkembangan Tahun 20122013 (%) 2.39 4.77
Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM, 2015
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia sebanyak 57.9 juta dan kontribusinya terhadap PDB sebanyak 57.93% dari total PDB 2014 sebesar Rp10.4 triliun. Sementara, daya serapnya terhadap tenaga kerja sebesar 97.30%. Jumlah penduduk Indonesia terbesar di Asossiation of South East Asian Nation (ASEAN) akan menjadi sasaran pemasaran berbagai barang, jasa, dan investasi. Faktanya UMKM masih terkendala dalam akses terhadap modal kerja atau kredit usaha, hak kekayaan intelektual, deregulasi, fasilitas ekspor, manajemen usaha dan administrasi, serta kontinuitas pasokan bahan baku. Kabupaten Wonogiri memiliki perekonomian yang relatif stabil dengan pertumbuhan yang cukup baik. Wonogiri merupakan kabupaten yang mempunyai sektor potensial pertumbuhan yaitu di sektor industri pengolahan, keuangan, dan perdagangan. Hasil analisis overlay menunjukkan bahwa sektor yang paling potensial dalam pertumbuhan dan kontribusi di Wonogiri adalah sektor perdagangan (Atmanti 2010). Tabel 2 Jumlah penerbitan Sertifikat Usaha (SIUP) Kabupaten Wonogiri tahun 2013-2014 Tahun Mikro Kecil Menengah Besar Total 2013 819 5 1 824 2014 509 283 59 4 855 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015
2 Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri di tahun 2014 sektor perdagangan menyerap tenaga kerja sebesar 15.79% dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Wonogiri sebesar 34.18%. Penerbitan Sertifikat Usaha untuk tahun 2014 didominasi oleh usaha mikro sebanyak 509 usaha dari 855 usaha. Salah satu pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang populer dari Kabupaten Wonogiri adalah pedagang bakso. Bakso merupakan salah satu jenis makanan yang banyak di perdagangkan baik di Kabupaten Wonogiri maupun di luar Wonogiri. Berdasarkan data dari Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso (APMISO) Indonesia, pada tahun 2013 terdapat lebih dari 2.5 juta pedagang bakso se-Indonesia dengan perbandingan 70% merupakan pedagang gerobak keliling, 10% merupakan pengusaha bakso besar dari rumah makan sampai restoran bakso, sisanya 20% pengusaha bakso yang menetap. Pendapatan rata-rata pedagang bakso tersebut mencapai Rp400 000 per-hari sehinga perputaran uangnya bisa mencapai Rp1 Triliun (Dhany 2013).
Perumusan Masalah Salah satu daerah yang terkenal dengan usaha bakso adalah Wonogiri. Pedagang bakso seringkali dihadapkan pada berbagai kendala contohnya kesulitan dalam permodalan dan keterampilan, kurangnya pendidikan, administrasi yang kurang baik, kurangnya perencanaan, penggunaan manajemen keluarga, dan kurang disiplin (Murwanti et al. 2013). Masalah yang dihadapi pedagang bakso salah satunya adalah masalah permodalan, sementara dari sisi supply ada banyak penawaran kredit pembiayaan baik dari lembaga keuangan konvensional ataupun syariah. Total penyaluran kredit UMKM hingga Juni 2015 mencapai Rp710.9 triliun, sedangkan porsi kredit UMKM terhadap jumlah pemakaian dana kredit oleh debitur sudah mencapai 18.39% dari kredit industri perbankan yang sudah mencapai Rp3 863.9 triliun (Petriella 2015). Porsi kredit UMKM ini untuk tahun 2016, 2017, dan 2018 akan dinaikkan bertahap masing-masing 10%, 15%, dan 20% (Simamora 2014). Porsi tersebut harusnya mampu memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada pedagang untuk mengambil jasa pembiayaan dari lembaga keuangan. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM mencatat jumlah koperasi di Kabupaten Wonogiri sebanyak 8 009 dan yang aktif sebanyak 7 367 dengan jumlah anggota 494 458 orang dan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar Rp17 593 juta (BPS 2015). Perkembangan lembaga keuangan syariah di Kabupaten Wonogiri cukup baik. Lembaga keuangan syariah di Wonogiri pada tahun 2014 berjumlah sekitar 139 lembaga baik berupa Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) / Baitul Maal wat Tamwil (BMT), bank syariah atau Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS). KJKS memiliki modal total Rp178 825 juta dengan volume usaha Rp222 688 juta dan SHU sebesar Rp2 538 juta sedangkan, UJKS memiliki modal Rp50 273 juta dengan volume usaha Rp69 523 juta dan SHU Rp1 237 juta (BPS 2015). Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa permintaan kredit pembiayaan syariah di masyarakat Wonogiri yang 97.43% beragama Islam masih lebih rendah
3 dibandingkan dengan kredit pembiayaan konvensional, baik oleh perbankan maupun lembaga keuangan non-bank. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat preferensi masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah. Maka berdasarkan uraian tersebut, permasalahan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri ? 2. Bagaimana hubungan antara karakteristik dengan pilihan lembaga keuangan? 3. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi preferensi pedagang bakso terhadap lembaga keuangan syariah?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristik pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri. 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik dengan pilihan lembaga keuangan. 3. Menganalisis karakteristik dan faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pedagang bakso terhadap lembaga keuangan syariah.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan juga untuk kalangan umum. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan. 2. Memberikan masukan bagi institusi atau lembaga keuangan syariah di masa datang. 3. Memberikan pemahaman yang semakin dalam kepada penulis terkait lembaga keuangan syariah.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri dengan menggunakan sampel dari kecamatan-kecamatan di Wonogiri yaitu Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Selogiri, Kecamatan Jatisrono, Kecamatan Jatiroto, dan Kecamatan Sidoharjo. Jumlah responden 44 orang, beragama Islam dan dan telah menggunakan jasa lembaga keuangan baik syariah maupun konvensional.
4
TINJAUAN PUSTAKA Lembaga Keuangan Syariah Sistem keuangan merupakan tatanan perekonomian dalam suatu negara yang berperan dan melakukan aktivitas dalam berbagai jasa keuangan yang diselenggarakan oleh lembaga keuangan. Tugas utama sistem keuangan adalah mengalihkan dana yang tersedia dari penabung kepada pengguna dana untuk kemudian digunakan membeli barang dan jasa-jasa disamping untuk investasi sehingga ekonomi dapat tumbuh dan meningkatkan standar kehidupan (Siamat 2004). Sistem keuangan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Perkembangan sistem keuangan memengaruhi tingkat tabungan, inventasi, inovasi teknologi dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang disuatu negara, bahkan perkembangan sistem keuangan mampu memprediksi perkembangan ekonomi ke depan. Negara-negara yang memiliki pengaruh terhadap perekonomian dunia adalah negara-negara yang berhasil mengembangkan sistem keuangan yang relatif lebih maju dan berfungsi baik. Sistem keuangan memiliki fungsi yang penting dalam perekonomian modern. Sistem keuangan berfungsi menyediakan mekanisme pembayaran, menyediakan dana untuk pembiayaan, penciptaan alat tukar, dan sebagai sarana mobilisasi tabungan. Menurut Surat Ketetapan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 792 Tahun 1990, lembaga keuangan adalah sebuah badan yang kegiatannya di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat guna membiayai investasi perusahaan. Peraturan tersebut menjelaskan lembaga keuangan diutamakan membiayai investasi perusahan, namun tidak berarti membatasi kegiatan pembiayaan lembaga keuangan. Dalam kenyataannya kegiatan usaha lembaga keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi dan kegiatan industri barang dan jasa. Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dana dari unit surplus ekonomi, baik sektor usaha, lembaga pemerintah maupun individu untuk penyediaan dana bagi unit ekonomi lain. Lembaga intermediasi berperan sebagai intermediasi denominasi, intermediasi risiko, intermediasi jatuh tempo, intermediasi informasi, intermediasi lokasi, dan intermediasi mata uang. Lembaga intermediasi keuangan berdasarkan kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu lembaga keuangan depositori dan lembaga keuangan nondepositori atau disebut juga lembaga keuangan non-bank. Lembaga keuangan depositori menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan misalnya; giro, tabungan atau deposito berjangka yang diterima dari penabung atau unit surplus. Unit surplus dapat berasal dari perusahaan, pemerintahan, dan rumah tangga yang memiliki kelebihan pendapatan setelah dikurangi kebutuhan untuk konsumsi. Lembaga keuangan yang menawarkan jasa-jasa ini adalah bank. Adapun lembaga keuangan nondepositori lebih berfokus ke bidang penyaluran dana dan masing-masing lembaga keuangan memiliki ciri-ciri usahanya sendiri. Jenis lembaga keuangan nondepository yang ada di Indonesia
5 saat ini antara lain, lembaga keuangan yang kegiatan usahanya bersifat kontraktual, lembaga keuangan investasi dan perusahaan modal ventura dan perusahaan pembiayaan yang menawarkan jasa pembiayaan sewa guna, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan kartu kredit. Sesuai dengan sistem keuangan yang ada, maka dalam operasionalnya lembaga keuangan dapat berbentuk lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan syariah secara esensial berbeda dengan lembaga keuangan konvensional baik dalam tujuan, mekanisme, kekuasaan, ruang lingkup serta tanggung jawabnya. Setiap institusi dalam lembaga keuangan syariah menjadi bagian integral dari sistem keuangan syariah. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendirikan lembaga keuangan syariah, antara lain. 1. Aspek legal, yang meliputi: a. Kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah b. Persetujuan dari rapat umum pemegang saham c. Identitas pengurus 2. Aspek operasional, yang meliputi: a. Rencana bisnis b. Hasil analisis peluang pasar dan potensi ekonomi c. Rencana kegiatan usaha d. Rencana kebutuhan pegawai e. Proyeksi arus kas bulanan selama 12 bulan f. Proyeksi neraca dan perhitungan laba/rugi g. Manual operasional h. Manual produk i. Cadangan teknis j. Sumber daya masyarakat yang dilengkapi sertifikat pelatihan, serta dari tenaga ahli lembaga keuangan syariah 3. Aspek syariah, yaitu penempatan dan tugas-tugas Dewan Pengawas Syariah. Sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang menghubungkan antara pihak yang membutuhkan dana melalui produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip yang didasarkan kepada ajaran Alquran dan Sunah. Sasaran dan fungsi sistem keuangan syariah dan konvensional pada prinsipnya adalah sama, yang membedakan adalah sasaran dan fungsi sistem keuangan syariah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ideologi keIslaman yang didasarkan pada Islam. Dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional, lembaga keuangan syariah dicirikan oleh investasi yang halal, tidak menggunakan sistem bunga namun, menggunakan sistem bagi hasil, jual beli atau sewa, berorientasi kepada keuntungan dan kesejahteraan, menerapkan hubungan kemitraan, dan seluruh kegiatan berada dibawah pengawas dewan syariah. Dilihat dari sasarannya, sistem keuangan syariah diharapkan mampu mencapai tujuan-tujuan pemenuhan kebutuhan dasar, pertumbuhan ekonomi yang optimum, perluasan kesempatan kerja, pemerataan distribusi pendapatan, dan stabilitas ekonomi. Sistem keuangan syariah memiliki misi mewujudkan sistem keuangan yang berlandaskan keadilan, kemanfaatan, kebersamaan, kejujuran, kebenaran, keseimbangan, transparansi, anti eksploitasi, anti penindasan, dan anti kezaliman melalui lembaga keuangan perbankan syariah dan lembaga keuangan nonbank
6 syariah. Perkembangan sistem keuangan syariah ditandai dengan didirikannya lembaga keuangan syariah dan diterbitkannya berbagai instrumen keuangan berbasis syariah. Secara global, pada tahun 2009 pertumbuhan rata-rata pasar keuangan syariah berkisar antara 15 sampai 20%. Lembaga keuangan berbasis syariah mencapai lebih dari 300 institusi yang beroperasi di 75 negara. Lembaga keuangan syariah didirikan dengan tujuan mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang terkait. Maksud dari prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Prinsip syariah yang dianut oleh lembaga keuangan syariah dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan. Prinsip-prinsip utama yang dianut oleh lembaga keuangan syariah dalam menjalankan kegiatannya yaitu 1. Bebas dari maysir (spekulasi) Secara bahasa maknanya adalah judi sedangkan, secara umum adalah mengundi nasib dan setiap kegiatan yang sifatnya untung-untungan. Alquran menjelaskan di QS Al Baqarah ayat 219, “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Maysir merupakan transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan. Secara ekonomi, pelarangan judi membuat investasi ke sektor produktif semakin meningkat karena tidak ada investasi yang digunakan ke sektor judi dan spekulatif. Perjudian merupakan investasi yang tidak produktif karena tidak terkait langsung dengan sektor riil dan tidak memberikan dampak penawaran agregat barang dan jasa. 2. Bebas dari gharar (penipuan) Secara bahasa berarti menipu, memperdaya, ketidakpastian. Gharar adalah sesuatu yang memperdayakan manusia dalam bentuk harta, kemegahan, jabatan, dan lainnya. Alquran menjelaskan mengenai makna gharar di QS Ali Imran ayat 185, “...kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. Gharar berarti menjalankan suatu usaha secara buta tanpa memiliki pengetahuan yang cukup, atau menjalankan suatu transaksi yang risikonya berlebihan tanpa mengetahui dengan pasti apa konsekuensinya. Hal ini dapat terjadi pada transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali yang telah diatur dalam hukum syariah. Pelarangan gharar dapat meningkatkan transparansi transaksi dan kegiatan operasional lainnya serta menghindari ketidakjelasan dalam bisnis. 3. Bebas dari larangan Allah atau haram Umat Islam diharapkan hanya memproduksi, mengonsumsi dan mendistribusikan produk dan jasa yang halal saja, baik dari segi cara memperolehnya, cara mengolahnya maupun dari segi zatnya. Secara ekonomi, pelarangan yang haram akan menjamin investasi hanya dilakukan dengan cara dan produk yang menjamin kemaslahatan manusia. Zat yang haram hukumnya di
7 jelaskan dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 173, “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah...”. 4. Bebas dari hal-hal yang tidak sah atau bathil Dalam aktivitas jual beli Allah menegaskan manusia dilarang mengambil harta dengan cara yang bathil. Hal ini menegaskan bahwa kegiatan mengurangi timbangan, mencampur barang rusak diantara barang yang baik untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak, menimbun barang, menipu atau memaksa tidak boleh dilakukan. Larangan memakan harta dengan cara yang bathil di tekankan di QS Al Baqarah ayat 188,“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil...”. 5. Bebas dari riba atau suku bunga Secara bahasa artinya bertambah dan tumbuh. Riba adalah penambahan pendapatan secara tidak sah antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan, atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu. Secara ekonomi, pelarangan riba membuat arus investasi lancar dan tidak terbatas oleh tingkat suku bunga yang menghambat arus investasi ke sektor produktif. Gambaran orang yang mengambil riba dijelaskan dalam QS Al Baqarah ayat 275, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” Sabda Rasulullah: “Satu dirham riba yang dimakan seseorang dengan sepengetahuannya itu lebih berat dosanya daripada tiga puluh enam berbuat zina” (HR. Ahmad dengan sanad shahih). Selain itu lembaga keuangan syariah dalam menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangannya berbasis pada perolehan keuntungan yang sah menurut syariah. Prinsip selanjutnya adalah lembaga keuangan syariah juga berperan dalam menyalurkan zakat, infak, dan sedekah karena selain sebagai badan usaha, lembaga ini juga berperan sebagai badan sosial.
Usaha Bakso Bisnis makanan adalah bisnis yang akan terus berkembang karena bersifat cepat habis dan dibutuhkan orang banyak. Semua orang membutuhkan makan dan juga hampir rata-rata bisa membuat makanan, apalagi dengan perkembangan teknologi saat ini dengan mudah mendapatkan resep-resep. Hal tersebut merupakan pendukung untuk memulai bisnis makanan dengan menyesuaikan konsep usahanya dan kemampuan permodalan.
8 Salah satu bisnis yang berkembangkan adalah usaha bakso. Bisnis bakso adalah usaha yang membutuhkan modal yang relatif kecil dan tidak memerlukan modal terlalu besar. Peralatan yang diperlukan sederhana, proses pembuatan mudah, dan resiko kegagalan rendah. Hal tersebut memungkinkan siapa saja bisa melakukannya, baik skala besar maupun industri rumahan. Bisnis bakso ini cukup potensial untuk dikembangkan alasannya, bakso ini sudah menjadi salah satu produk ekspor dengan tujuan pemasaran utama Hongkong. Pasar luar negeri lainnya adalah Singapura, Taiwan, dan Kanada (Wibowo 1994)
Preferensi Preferensi berarti pilihan, kecenderungan, atau kesukaan. Preferensi adalah pilihan-pilihan yang dibuat oleh para konsumen atas produk-produk yang dikonsumsi. Kekuatan preferensi konsumen akan menentukan produk-produk apa yang mereka beli dan pendapatan mereka yang terbatas, dan juga permintaan untuk produk-produk. Preferensi juga diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk, barang, atau jasa yang dikonsumsi. Menurut Munandar et al. (2012) preferensi konsumen dapat berarti kesukaan, pilihan atau sesuatu hal yang lebih disukai konsumen. Preferensi ini terbentuk dari persepsi konsumen terhadap produk. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk atau jasa yang ada. Teori preferensi dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen, misalnya bila seseorang ingin mengkonsumsi atau menggunakan sebuah produk atau jasa dengan sumber daya terbatas maka ia harus memilih alternatif sehingga nilai guna atau utilitas yang diperoleh mencapai optimal (Kotler 2000). Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk atau jasa. Atribut yang ditampilkan pada suatu produk atau jasa dapat menimbulkan daya tarik pertama yang dapat memengaruhi konsumen. Penilaian terhadap produk dan jasa menggambarkan sikap konsumen terhadap produk atau jasa tersebut, sekaligus dapat mencerminkan perilaku konsumen dalam menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Menurut Nicholson (1989), hubungan preferensi konsumen diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, antara lain: a. Kelengkapan (Completeness) Jika A dan B merupakan dua kondisi/situasi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikan apakah A lebih disukai daripada B, B lebih disukai daripada A atau A dan B sama-sama disukai. Dengan dasar ini, tiap orang diasumsikan tidak pernah ragu dalam menentukan pilihan, sebab mereka tahu mana yang baik dan mana yang buruk, dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan diantara dua alternatif. b. Transitivitas (Transitivity) Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. Dengan
9 demikian, seseorang tidak bisa mengartikulasikan preferensinya yang saling bertentangan. c. Kontinuitas (Continuity) Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala kondisi di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di bawah pilihan B. Preferensi memiliki tujuan yang merupakan keputusan akhir dalam proses pembelian untuk dapat dinikmati oleh konsumen sehingga dapat mencapai kepuasan konsumen. Dengan preferensi dan anggaran yang tersedia, dapat diketahui bagaimana setiap konsumen memilih berapa banyak barang yang dibeli. Hal ini dapat diasumsikan bahwa konsumen dapat membuat pilihan secara rasional, mereka yang memilih barang untuk memaksimalkan kepuasan yang dapat mereka raih dengan anggaran terbatas yang mereka miliki (Pindyck dan Rubinfeld 2012).
Penelitian Terdahulu Noor dan Sanrego (2009) meneliti mengenai preferensi masyarakat pesantren terhadap bank syariah di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa secara umum faktor pengetahuan dan akses berpengaruh positif terhadap preferensi masyarakat dalam memilih serta menabung di perbankan syariah DKI Jakarta, sebaliknya faktor fasilitas dan profesionalitas berpengaruh negatif. Penyebab berpengaruh negatifnya fasilitas dan profesionalitas dilandasi dengan minimnya pengetahuan masyarakat pesantren terhadap bank syariah, terbukti dengan minimnya responden yang menjadi nasabah bank syariah. Hapsari (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis faktor-faktor yang memengaruhi nasabah non-muslim dalam menggunakan jasa bank syariah di DKI Jakarta menjelaskan bahwa faktor lokasi, keuntungan dan stimulan religi memiliki hasil yang signifikan mempengaruhi penggunaan jasa lembaga keuangan syariah. Faktor yang paling mempengaruhi adalah keuntungan yang didapatkan. Penelitian dianalisis menggunakan metode regresi logistik untuk melihat faktorfaktor yang mempengaruhi sedangkan, metode analisis deskriptif digunakan untuk melihat kecenderungan nasabah terhadap bank syariah. Haris (2015) melakukan penelitian dengan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi nasabah terhadap bank syariah di DKI Jakarta. Faktorfaktor yang memengaruhi preferensi nasabah terhadap bank syariah dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik, sedangkan persepsi nasabah terhadap bank syariah menggunakan analisis deskriptif. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi preferensi nasabah terhadap bank syariah adalah pendidikan, pengetahuan, pengeluaran rumah tangga, dan fasilitas. Hasil persepsi nasabah terhadap bank syariah bahwa sudah cukup baik yang dapat dilihat dari variabel pelayanan yang memiliki nilai mean tertinggi sebesar 3.53, variabel pengetahuan 3.31, variabel citra lembaga 3.08, variabel fasilitas 2.88, variabel aksesibilitas 2.85, dan variabel promosi 2.61. Abhimantra et al. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul analisis faktorfaktor yang memengaruhi mahasiswa dalam memilih menabung pada bank
10 syariah menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti pengetahuan, religiusitas, produk, reputasi dan pelayanan di bank syariah memiliki pengaruh positif terhadap keputusan memilih menabung di bank syariah, meskipun tidak signifikan. Aprilia (2004) dalam penelitiannya yang berjudul kinerja perbankan syariah dan preferensi nasabah tentang bank syariah menjelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kondisi nasabah dalam memilih bank syariah adalah umur, aksesibilitas dan pengetahuan tentang hukum bunga. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa pengetahuan hukum bunga bank haram merupakan hal yang paling menentukan bagi nasabah untuk memilih bank syariah. Dalam penelitian yang lain, Ratnawari (2000) melakukan penelitian mengenai potensi, preferensi, dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di wilayah Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan terhadap bank konvensional lebih dominan dibandingkan bank syariah, hal ini dikarenakan pertimbangan pelayanan, fasilitas, kredibilitas, dan status bank konvensional lebih baik daripada bank syariah. Pengetahuan masyarakat terhadap bank syariah baik yang berkaitan dengan sistem maupun jenis layanan/jasa masih dapat dikatakan rendah. Aksesibilitas/keberadaan bank syariah menjadi salah satu faktor yang menentukan keinginan masyarakat untuk mengadopsi bank syariah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini memfokuskan pada analisis karakteristik pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri, dengan menggunakan data yang dikumpulkan lewat kuesioner yang dianalisis menggunakan metode deskriptif. Variabel bebas yang digunakan dalam kuesioner merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu yaitu modifikasi dari Haris (2015), modifikasi dari Sembiring (2010) dan adaptasi dari Mukhtar dan Butt (2011). Perbedaan lainnya, penelitian ini bertujuan mengetahui preferensi pedagang bakso Kabupaten Wonogiri terhadap lembaga keuangan syariah.
Kerangka Pemikiran Usaha bakso di Kabupaten Wonogiri memiliki potensi untuk berkembang. Akan tetapi, banyak permasalahan yang dialami pedagang bakso salah satunya adalah masalah permodalan. Solusi yang dapat diterapkan salah satunya dengan mengambil pembiayaan pada lembaga keuangan syariah maupun konvensional karena besarnya jumlah dana kredit yang ada saat ini seharusnya bisa mengatasi masalah permodalan yang dialami oleh pedagang bakso. Lembaga keuangan syariah yang didirikan dengan tujuan mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang terkait seharusnya dapat dijadikan sebagai sumber permodalan pedagang bakso yang mayoritas adalah beragama Islam. Penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik pedagang bakso yang ada di Kabupaten Wonogiri karena ketiadaan data dari pemerintah setempat mengenai kondisi pedagang bakso di sana dan juga menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pedagang bakso dalam memilih jasa lembaga keuangan syariah.
11
Pedagang Bakso di Kabupaten Wonogiri
Kebutuhan Modal Usaha
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Konvensional
Faktor-faktor yang Memengaruhi Preferensi Pedagang Bakso Karakteristik Individu - Jenis Kelamin - Usia
Faktor Ekonomi - Pendapatan - Lama Usaha
-
Faktor Sosial Pendidikan Pengetahuan Religiusitas Citra
Rekomendasi untuk Pengembangan Lembaga Keuangan Syariah Gambar 1 Kerangka pemikiran
Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori, konsep, dan penelitian yang terdahulu diperoleh kesimpulan sementara untuk sebagai berikut : 1. Lama pendidikan akan meningkatkan peluang responden untuk menggunakan jasa lembaga keuangan syariah. 2. Tingkat religiusitas akan meningkatkan peluang responden untuk menggunakan jasa lembaga keuangan syariah. 3. Lama usaha akan meningkatkan peluang responden untuk menggunakan jasa lembaga keuangan syariah. 4. Kenaikan pendapatan akan meningkatkan peluang responden untuk menggunakan jasa lembaga keuangan syariah. 5. Tingkat pengetahuan tentang lembaga keuangan syariah akan meningkatkan peluang responden untuk menggunakan jasa lembaga keuangan syariah.
12 6. Citra lembaga keuangan syariah akan meningkatkan peluang responden untuk menggunakan jasa lembaga keuangan syariah.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pedagang bakso terhadap lembaga keuangan syariah. Penelitian juga bersifat kualitatif dengan mendeskripsikan karakteristik pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri dan hubungannya terhadap pilihan lembaga keuangan.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil studi kasus pelaku UMKM yaitu Pedagang Bakso yang ada di Kabupaten Wonogiri. Pemilihan tempat di Kabupaten Wonogiri ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pedagang bakso di wilayah ini mudah ditemui sehingga memiliki prospek yang baik bagi iklim usaha makanan dengan melihat banyaknya pelaku usaha yang bergerak dalam usaha ini baik masih dalam usaha kecil, menengah dan skala besar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan September 2016.
Jenis, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder sebagai pelengkap. Data primer untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi penjual bakso untuk mengambil pembiayaan dari lembaga keuangan syariah dan data sekunder untuk melengkapi data primer dalam penulisan skripsi ini. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data responden yaitu 44 penjual bakso yang ada di Kabupaten Wonogiri. Jumlah awal responden adalah 100 penjual bakso, tetapi 66 data lainnya tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian karena pedagang bakso ini tidak mengambil jasa dari lembaga keuangan baik konvensional maupun syariah. Data primer diperoleh dari observasi langsung menggunakan kuesioner. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 4, kuesioner telah melewati uji validitas dan reabilitas , sedangkan data sekunder diperoleh dari pustaka, literatur, skripsi, dan buku yang relevan dengan penelitian ini, juga dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kabupaten Wonogiri, Kementrian Koperasi dan UKM, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri, dan Internet. Metode pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara kepada pedagang bakso yang ada di Kabupaten Wonogiri. Teknik pengambilan sampel
13 menggunakan metode Judgement/Purposive sampling karena mempertimbangkan kegiatan usaha basko ini banyak berkembang di daerah tersebut. Oleh karena itu, pengambilan sampel pedagang bakso dilakukan di kawasan pusat perdagangan seperti pasar, terminal, daerah pemukiman dan pendidikan di Kabupaten Wonogiri.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode regresi logistik. Untuk pengolahan data digunakan software Microsoft Excel 2007 dan Statistical Package For Sosial Science (SPSS) 16. Metode deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri sedangkan, untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pedagang bakso terhadap lembaga keuangan syariah digunakan model regresi logistik atau yang sering disebut logit yang merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik pedagang bakso seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan dan religiusitas. Variabel religiusitas dan pengetahuan dianalisis dengan melihat skornya. Penilaian atas religiusitas dan pengetahuan terhadap lembaga keuangan menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi seseorang mengenai gejala sosial tertentu. Penilaian variabel pengetahuan responden, citra lembaga, religiusitas dinilai dengan menggunakan skala likert. Banyaknya pilihan respon yang digunakan untuk mengukur pengetahuan dan citra lembaga adalah 5 pilihan respon yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Ragu-ragu 4 = Setuju 5 = Sangat setuju Pengukuran religiusitas juga dilakukan menggunakan skala likert dengan pilihan respon yaitu 1 = Tidak pernah 2 = Jarang 3 = Kadang-kadang 4 = Sering 5 = Selalu Analisis Regresi Logistik Regresi Logistik adalah model regresi atau analisis data yang dapat menjelaskan hubungan antara peubah respon (dependent variable) yang bersifat kualitatif. Dalam survei, peubah kualitatif mempunyai skala pengukuran nominal atau ordinal. Nilai-nilai peubah respon kualitatif ini terbatas (limited dependent variable), bahkan sering hanya bernilai dua kemungkinan saja. Peubah kualitatif yang hanya memiliki dua kemungkinan nilai disebut peubah biner (Juanda, 2007).
14 Secara umum analisis regresi logistik menggunakan peubah penjelasnya, yang dapat berupa peubah kategorik maupun peubah numerik untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon. Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Pi = Pn(Pi) = β0 + β1 ln X1+ β2X2 + β3X3 +β4X4 +β5X5 + β6X6 +εi 1 – Pi Keterangan : Pi = Keputusan pedagang bakso memilih lembaga keuangan (1 jika memilih lembaga keuangan syariah, 0 jika memilih lembaga keuangan konvensional) β = Parameter peubah Xi X1 = Pendapatan (rupiah) X2 = Religiusitas (skor) X3 = Pengetahuan terhadap Lembaga Keuangan Syariah (skor) X4 = Citra Lembaga (skor) X5 = Tingkat Pendidikan (tahun) X6 = Lama Usaha (tahun) εi = galat Odd ratio =
Pi 1 – Pi i
Odd ratio merupakan rasio antara probabilitas untuk terjadinya kejadian 1(menggunakan lembaga keuangan syariah) terhadap probabilitas untuk terjadinya kejadian 0 (menggunakan jasa lembaga konvensional).
Definisi Operasional Faktor-faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap pemilihan lembaga keuangan syariah meliputi : 1. Pendidikan diukur dari jumlah tahun responden mendapatkan pendidikan formal. Tingkat pendidikan dimulai dari tidak sekolah sampai dengan strata satu. 2. Religiusitas, tingkat kepercayaan seseorang terhadap agama yang dianutnya, serta keyakinan yang tercermin pada perilaku sehari-hari. Ukuran yang digunakan adalah Religious Commitment Inventory-10 untuk mengukur religiusitas inter dan intra personal seseorang dengan menggunakan skala likert 5 poin. 3. Lama usaha diukur dari jumlah tahun usaha yang dijalani responden. 4. Pendapatan menggambarkan pendapatan tiap pedagang rata-rata per bulan yang menjadi anggaran untuk dikonsumsi dalam mencapai tingkap kepuasan tertinggi. Tingkat pendapatan rata-rata per-bulan merupakan keuntungan per-bulannya yang didapat dari usaha berdagang bakso dan usaha lainnya.
15 5. Pengetahuan tentang sistem dan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam lembaga keuangan syariah. Tingkat kepahaman diukur menggunakan skala likert 5 poin. 6. Citra lembaga, menggambarkan kepercayaan dan nama baik lembaga keuangan syariah. Citra lembaga diukur menggunakan skala likert 5 poin.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Bakso Responden dalam penelitian ini merupakan pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri. Total responden berjumlah 44 pedagang dengan 28 responden pedagang bakso yang memilih menggunakan jasa lembaga keuangan syariah dan 16 responden pedagang bakso yang memilih lembaga keuangan konvensional. Tabel 3 Struktur deskriptif karakteristik responden Variabel Usia (tahun) Pendidikan (tahun) Pendapatan (rupiah) Lama Usaha (tahun)
Rata-Rata
Minimum
Maksimum
41 8.61 10 443 295 13.05
45 6 6 000 000 15
57 16 120 000 000 38
Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Usia Karakteristik responden berdasarkan usia pada responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berada pada rentang antara 24 tahun sampai 57 tahun. Rata-rata responden pedagang bakso berumur 41 tahun. Mayoritas responden berumur lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 54.5% dari 44 responden. Presentase rentang usia yang terkecil adalah pedagang bakso yang berusia 24 tahun sampai 30 tahun yaitu sebesar 16% dari 44 responden. Tabel 4 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan usia Usia (tahun) Jumlah responden (orang) Total (%) 24-30 7 16 31-40 13 29.5 >40 24 54.5 Jumlah 44 100 Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
16 Jenis Kelamin Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak dibandingkan denganresponden perempuan. Jumlah responden wanita adalah 6 orang sedangkan, responden laki-laki berjumlah 38 orang.
14% Laki-laki 86%
Perempuan
Gambar 2 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan jenis kelamin Pendapatan Presentase pendapatan responden setiap bulannya dapat dilihat di Gambar 3. Sumber pedapatan yang dijelaskan berasal dari usaha bakso dan usaha lainnya. Rata-rata pendapatan pedagang bakso per-bulan di Kabupaten Wonogiri sebesar Rp10 443 295. Pendapatan terbesar adalah Rp120 000 000 dan yang terendah adalah Rp750 000 9%
41%
<6 juta 6 - 15 juta
50%
>15 juta
Gambar 3 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan pendapatan Tingkat Pendidikan Dilihat dari segi pendidikan formalnya, sebagian besar pedagang bakso adalah tamatan Sekolah Dasar dengan presentase 40.9%. Strata satu sebagai pendidikan tertinggi adalah sebanyak 2.3%. Pedagang bakso yang tidak bersekolah sebanyak 2.3%, sedangkan untuk tamatan Sekolah Menengah Pertama ada 25% dan Sekolah Menengah Atas sebesar 29.5%. Rata-rata lama pendidikan pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri adalah 8.6 tahun atau setara dengan tingkat pendidikan SMP.
.
17 S1 Tidak Sekolah 2.3% 2.3% SMA 29.5%
SD 40.9%
SMP 25%
Gambar 4 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan tingkat pendidikan Lama Usaha Pengalaman usaha responden sebagai pedagang bakso berkisar antara 2 tahun hingga 38 tahun. Rata-rata lama usaha yang telah dilakukan adalah selama 13.1 tahun. Beberapa responden pedagang bakso mengaku bahwa mereka menjalankan bisnisnya dengan melanjutkan usaha yang sudah dirintis oleh keluarganya.
14%
4%
0 - 10 tahun 50%
32%
11 - 20 tahun 21 - 30 tahun > 30 tahun
Gambar 5 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan lama usaha
Hubungan antara karakteristik pedagang bakso dengan pilihan lembaga keuangan Jenis Kelamin Pedagang yang memilih lembaga keuangan syariah didominasi oleh responden laki-laki sebesar 27% sedangkan responden perempuan sebesar 9% begitu pula dengan pedagang yang memilih lembaga keuangan konvensional didominasi oleh responden laki-laki sebesar 59% dan responden perempuan sebesar 5%.
18 Tabel 5 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Lembaga Keuangan Syariah Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 12 27 4 9 16 36
Lembaga Keuangan Konvensional Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 26 59 2 5 28 64
Total (%)
86.4 13.6 100
Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Tingkat Pendidikan Responden yang memilih lembaga keuangan syariah sebagian besar adalah tamatan SMP yaitu 13.6%, sedangkan untuk yang memilih lembaga keuangan konvensional didominasi oleh tamatan SD sebesar 29.5%. Pedagang bakso adalah pekerjaan yang tidak memerlukan pendidikan formal secara khusus karena pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan belajar dengan sendirinya melalui coba-coba ataupun belajar dari proses magang di pengusaha bakso sebelum pedagang-pedagang bakso tersebut membuka usaha masing- masing. Semua responden tidak pernah mengikuti pendidikan non formal ataupun training pembuatan bakso. Proses pembuatan dan pemasaran dipelajari dengan otodidak. Tabel 6 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan tingkat pendidikan Lembaga Keuangan Lembaga Keuangan Syariah Konvensional Total Tingkat Jumlah Jumlah Pendidikan Persentase Persentase (%) Responden Responden (%) (%) (Orang) (Orang) Tidak Sekolah 0 1 2.3 2 SD 5 11.4 13 29.5 40.9 SMP 6 13.6 5 11.4 25 SMA 5 11.4 8 18.1 29.5 S1 0 1 2.3 2.3 Jumlah 16 36.4 28 63.6 100 Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Usia Pedagang bakso yang memilih lembaga keuangan syariah berusia antara 24 sampai 57 tahun dengan rata-rata adalah 41.4 tahun, sedangkan pedagang yang memilih lembaga keuangan konvensional usianya antara 25 sampai 55 tahun dengan rata-rata 40.7 tahun.
19 Pendapatan Pendapatan pedagang bakso yang memilih lembaga keuangan syariah jika dirata-rata per-bulan adalah Rp5 281 562 dimana pendapatan terendah adalah Rp750 000 dan terbesar Rp15 000 000. Pedagang bakso yang memilih lembaga keuangan konvensional pendapatan rata-ratanya adalah Rp12 982 758 dengan pendapatan terendah adalah Rp1 000 000 dan terbesar adalah Rp120 000 000. Tabel 7 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan pendapatan per bulan Lembaga Keuangan Lembaga Keuangan Pendapatan Syariah Konvensional (juta) (orang) (orang) <6 8 10 6-15 8 14 >15 0 4 Jumlah 16 28
Total (%) 40.9 50 9.1 100
Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Lama Usaha Rata-rata responden yang memilih lembaga keuangan syariah memiliki pengalaman usaha selama 11.2 tahun, sedangkan untuk pedagang bakso yang memilih jasa lembaga keuangan konvensional rata-rata memiliki pengalaman selama 14.1 tahun. Hal ini menunjukkan tidak ada banyak perbedaan terkait lama usaha. Beberapa responden mengaku bahwa usaha bakso yang telah dilakukan merupakan usaha turun temurun dari keluarga dan mereka telah ikut membantu usaha tersebut mulai dari usia anak-anak. Tabel 8 Sebaran responden pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri berdasarkan lama usaha
Lama Usaha (Tahun) 0-10 11-20 21-30 >30 Jumlah
Lembaga Keuangan Syariah Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 10 22.7 3 6.8 3 6.8 0 0 16 36.3
Lembaga Keuangan Konvensional Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 12 27.4 11 25 3 6.8 2 4.5 28 63.7
Total
50.1 31.8 13.6 4.5 100
Sumber: Data Primer 2016 (diolah)
Pengetahuan tentang Keharaman Riba Hasil penelitian tentang pendapat responden mengenai keharaman riba/bunga bank dapat dilihat pada Gambar 6 yang menunjukkan bahwa 93.7% pedagang bakso yang memilih jasa keuangan syariah berpendapat bahwa riba/bunga bank adalah haram dan 6.3% ragu-ragu dalam menentukan hukum riba/bunga bank. Pedagang bakso yang memilih jasa keuangan konvensional 75%
20 berpendapat bahwa riba/bunga bank adalah haram dan 25% ragu-ragu dalam menentukan hukum riba/bunga bank. Grafik pada Gambar 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui hukum keharaman dari bunga bank/riba namun, yang memilih lembaga keuangan syariah masih lebih rendah dibandingkan yang memilih keuangan konvensional. Syariah
Konvensional
93.7 75
25 6.3 Haram
Ragu-ragu
Gambar 6 Pengetahuan responden terhadap hukum bunga bank/riba
Faktor-faktor yang Memengaruhi Responden dalam Memilih Lembaga Keuangan Syariah Hasil pendugaan parameter menyatakan bahwa model dapat mengklasifikasikan responden yang memilih jasa lembaga keuangan syariah jasa sebesar 75% dan sebesar 82.1% memilih lembaga keuangan konvensional. Model juga mampu mengklasifikasikan secara keseluruhan responden yang memilih jasa lembaga keuangan syariah maupun konvensional sebesar 79.5%. R-Square sebesar 0.660 artinya dalam penelitian ini sebesar 66% dapat dijelaskan oleh model, sisanya dijelaskan diluar model. Hosmer dan lemeshow menunjukkan nilai signifikasi yang lebih besar dari taraf nyata (0.960>0.005) artinya, model telah layak untuk digunakan dalam analisis. Tabel 9 Hasil penduga parameter logit Prediksi Percentage Observasi Pilihan LK Correct Konvensional Syariah Memilih keuangan konvensional 23 5 82.1 Memilih keuangan syariah 4 12 75.0 Overall Percentage 79.5 Variabel dependen yang akan dilihat terdiri dari dua kemungkinan, yaitu responden yang memilih jasa lembaga keuangan syariah (Y=1) atau responden yang memilih jasa lembaga keuangan konvensional (Y=0). Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa variabel independen yang berpengaruh nyata atau signifikan
21 terhadap variabel dependen adalah pengetahuan dan citra lembaga. Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau dengan taraf nyata sebesar 5%. Tabel 10 Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi pedagang bakso terhadap lembaga keuangan syariah Variabel Metode Logit Parameter P-Value Odds Ratio Pendidikan -0.168 0.356 0.845 Religiusitas -0.044 0.615 0.957 Lama Usaha -0.032 0.600 0.969 Pendapatan -0.807 0.157 0.446 Pengetahuan 0.517 0.017* 1.677 Citra Lembaga 0.494 0.049* 1.638 Constant -4.736 0.627 0.009 Ket: *Signifikan pada taraf nyata 5% Variabel pengetahuan memiliki pengaruh yang postif dan signifikan terhadap pemilihan jasa lembaga keuangan syariah pada taraf nyata 5%, dengan odds ratio sebesar 1.677. Artinya, semakin tinggi pengetahuan responden maka peluangnya 1.677 kali lebih besar untuk memilih jasa lembaga keuangan syariah, karena tingkat pemahaman tentang sistem dan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam lembaga keuangan syariah akan memengaruhi responden bahwa lembaga keuangan syariah memiliki keunggulan yang sesuai dengan hukum Islam. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka responden akan cenderung memilih jasa keuangan syariah. Hasil ini sesuai dengan penelitian Haris (2015) yang menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh positif terhadap preferensi nasabah dalam memilih bank syariah. Variabel citra lembaga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pemilihan jasa lembaga keuangan syariah pada taraf nyata 5%, dengan odds ratio sebesar 1.638. Artinya, semakin tinggi citra lembaga maka peluangnya 1.638 kali lebih besar untuk memilih jasa lembaga keuangan syariah, karena citra yang baik akan memengaruhi responden untuk memilih lembaga keuangan syariah. Hal ini menggambarkan bahwa responden memilih lembaga keuangan syariah karena mereka percaya bahwa lembaga keuangan syariah melayani dengan profesional dan dipandang baik oleh masyarakat. Hasil ini yang sesuai dengan penelitian Mukti (2014) yang menunjukkan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi penggunaan tabungan syariah karena kepercayaannya terhadap bank syariah yang dikenal sebagai bank yang aman dan terpercaya. Variabel pendidikan memiliki odds ratio sebesar 0.845. Artinya, semakin tinggi pendidikan maka peluangnya 0.845 kali lebih kecil untuk memilih jasa lembaga keuangan syariah namun, variabel ini tidak signifikan pada taraf nyata 5%. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang signifikan hanyalah variabel yang secara langsung berhubungan dengan lembaga keuangan syariah sedangkan, pendidikan di Indonesia mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas tidak dijelaskan mengenai sistem keuangan syariah. Materi lembaga keuangan yang diajarkan adalah mengenai sisten ekonomi konvensional sehingga variabel pendidikan ini tidak memengaruhi preferensi pedagang bakso terhadaplembaga keuangan syariah.
22 Variabel religiusitas memiliki odds ratio sebesar 0.957 yang artinya, semakin tinggi tingkat religiusitas pedagang bakso maka peluangnya untuk memilih lembaga keuangan syariah 0.957 kali lebih kecil. Variabel religiusitas tidak signifikan dengan pemilihan lembaga keuangan walau rata-rata pedagang bakso memiliki religiusitas yang sedang. Hal ini bisa jadi karena fokus penilaian religiusitas berdasarkan pada tingkat kepercayaan seseorang terhadap agama yang dianutnya, tidak diukur kedalaman pemahaman responden akan ajaran agamanya sehingga konsep riba, haram dan halal belum begitu menjadi pertimbangan dalam pengambilan jasa keuangan. Selain itu, responden wawancara responden mengaku bahwa untuk modal mereka merasa lebih aman untuk mencari sumber lain seperti meminjam dari keluarga atau kerabat sehingga menghindarkan diri dari jasa-jasa lembaga keuangan. Variabel lama usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan jasa lembaga keuangan syariah pada taraf nyata 5%. Variabel ini memiliki odds ratio sebesar 0.969 artinya, semakin lama usaha dilakukan maka peluangnya 0.969 kali lebih kecil untuk memilih jasa lembaga keuangan syariah karena, lembaga keuangan syariah merupakan hal yang baru bagi masyarakat jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional. Hal yang baru biasanya lebih sulit diterima pedagang apalagi yang telah lama menjalankan usaha dengan pengalaman permasalahan kondisi keuangan dan solusinya, sehingga pedagang cenderung tetap menggunakan solusi lama tanpa mau mengambil resiko dengan menggunakan solusi-solusi yang baru termasuk menggunakan jasa lembaga keuangan syariah. Variabel pendapatan memiliki odds ratio sebesar 0.446. Artinya, semakin tinggi pendapatan pedagang bakso maka peluangnya 0.446 kali lebih kecil untuk memilih jasa lembaga keuangan syariah, karena pedagang yang memiliki pendapatan yang tinggi cenderung lebih mampu mengakses serta membayar kredit pada lembaga keuangan konvensional. Pendapatan yang tinggi sekaligus dapat memberikan akses pada lembaga keuangan yang paling menguntungkan jika dilihat dari bunga yang diberikan. .
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri mayoritas adalah laki-laki, rata-rata berusia 41 tahun dan mayoritas lulusan Sekolah Dasar dengan pendapatan rata-rata per bulan sekitar Rp10 443 295. Rata-rata usaha yang dilakukan pedagang bakso sudah sekitar 13.1 tahun. 2. Responden yang memilih lembaga keuangan syariah mayoritas adalah lakilaki, rata-rata berusia 41.4 tahun dan mayoritas adalah tamatan SMP dengan pendapatan rata-rata Rp5 281 562. Rata-rata lama usaha yang sudah dijalankan adalah 11.2 tahun. Responden yang memilih lembaga keuangan konvensional mayoritas juga laki-laki, rata-rata berusia 40.7 tahun dan
23 mayoritas adalah tamatan SD dengan pendapatan rata-rata Rp12 982 758. Rata-rata lama usaha yang sudah dijalankan adalah 14.1 tahun. 3. Faktor-faktor yang memengaruhi pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri memilih jasa lembaga keuangan syariah yaitu variabel pengetahuan dan citra lembaga. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan dan citra lembaga keuangan syariah akan meningkatkan peluang pedagang bakso untuk memilih jasa lembaga keuangan syariah.
Saran Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sosialisasi dan promosi yang dilakukan lembaga keuangan syariah masih harus ditingkatkan guna menarik masyarakat untuk menggunakan jasa lembaga keuangan syariah dan juga meningkatkan loyalitas. Selain itu, perlu juga menjelaskan prinsip-prinsip yang digunakan dalam lembaga keuangan syariah sehingga memberikan pemahaman kepada masyarakat perbedaan antara lembaga keuangan syariah dan lembaga keuangan konvensional. 2. Lembaga keuangan syariah perlu mengembangkan strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi calon nasabah sehingga memaksimalkan penyaluran dana yang ada. 3. Penelitian ini hanya menitikberatkan pada pemilihan lembaga keuangan syariah secara umum. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya bisa berfokus pada jenis lembaga keuangan syariah yang sesuai dan mudah di akses oleh pedagang di Kabupaten Wonogiri serta akad-akad yang paling mudah untuk digunakan. 4. Kekurangan penelitian ini adalah tidak menyertakan variabel margin pendapatan lembaga keuangan sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel tersebut sebagai salah satu faktor preferensi pedagang bakso terhadap lembaga keuangan syariah.
DAFTAR PUSTAKA Abhimantra A, Maulina AR, Agustiningsih E. 2013. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi nasabah (mahasiswa) dalam memilih menabung dada bank syariah. Di dalam: PESAT(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil); 2013 Oktober 8-9; Bandung, Indonesia. Bandung (ID): Gunadarma. hlm 170-177. Aprilia E. 2004. Kinerja Perbankan Syariah dan Preferensi Nasabah Kota Bogor Tentang Bank Syariah. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Atmanti HD. 2010. Analisis pertumbuhan ekonomi dan studi sektor unggulan di kabupaten/kota se Jawa Tengah. Prestasi: Vol. 6 No. 1. Dhany RR. 2013 Des 29. Perputaran Uang di Bisnis Bakso Capai Rp 1 Triliun/Hari. Detik Finance. Rubrik Ekonomi Bisnis.
24 Hapsari FT. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Nasabah NonMuslim Dalam Menggunakan Jaza Bank Syariah di DKI Jakarta. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Haris M. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Preferensi Nasabah Terhadap Bank Syariah Di DKI Jakarta [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jalil NA. 2007. Analisis Preferensi Dosen Terhadap Kartu Kredit [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Juanda B. 2007. Modul Kuliah Bahan UTS Ekonometrika I [Diktat Kuliah]. Kotler. 2000. Manajemen Pemasaran Jilid 1 Edisi Milenium. Jakarta (ID): Prehallindo. Mukhtar A, Butt MM. 2011. Intention to choose Halal product: the role of religiosity. [Working Paper]. Pakistan. Mukti LK. 2014. Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi mahasiswa IPB terhadap tabungan syariah [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Munandar JM, Udin F, Amelia M. 2012. Analisis faktor yang memengaruhi preferensi konsumen produk air minum dalam kemasan di Bogor. Jurnal Teknologi Industri Pertanian IPB. Vol 13. Murwanti S, Sholahuddin M. 2013. Peran Keuangan Lembaga Mikro Syariah Untuk Usaha Mikro di Wonogiri.[Working Paper]. Indonesia. Noor F. Sanrego YD. 2009. Preferensi Masyarakat Pesantren Terhadap Bank Syariah (Studi Kasus DKI Jakarta). Bogor (ID): Tazkia Islamic Bussines and Finance Review. Petriella Y. 2015 Ags 08. Kredit UMKM Perbankan Pada Juni 2015 Rp710,9 Triliun. Finansial. Kredit UMKM Perbankan Pada Juni 2015 Rp710,9 triliun _ Finansial - Bisnis.com.htm. Pindyck RS, Rubinfeld DL. 2012. Microeconomic. Devri Barnadi Putera [penerjemah]. Jakarta (ID): Erlangga. Ratnawati A. 2000. Potensi, Preferensi, & Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Wilayah Jawa Barat. Jakarta (ID): Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor. Sembiring M. 2010. Analisis Pendapatan Pedagang Bakso Di Kota Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siamat D. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta (ID): Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Simamora NS. 2015 Feb 03. OJK: Porsi Kredit UMKM Bakal Tembus 25%. Finansial. OJK Porsi Kredit UMKM Bakal Tembus 25%25 _ Finansial Bisnis.com.htm. Soemitra A. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta (ID): Kencana Wibowo S. 1994. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Jakarta: Penebar Swadaya [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Wonogiri Dalam Angka 2015. Wonogiri (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri. [DEPKOP] Kementerian Koperasi dan UMKM. 2015. Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2012-2013. [Internet]. [diunduh: 2015 Oktober 28]. Tersedia pada: http:/www.depkop.go.id
25 Lampiran 1 Kuesioner PREFERENSI PEDAGANG BAKSO DI KABUPATEN WONOGIRI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH Penelitian dilakukan oleh Syarifah Nurul ‘Aini (H54120053), mahasiswa program studi Ekonomi Syariah, fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya sedang melakukan penelitian untuk bahan pembuatan skripsi sebagai syarat kelulusan dari Departemen Ilmu Ekonomi IPB. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis karakteristik dan preferensi pedagang bakso di Kabupaten Wonogiri terhadap lembaga keuangan syariah. Untuk kelancaran studi/penelitian ini, saya mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk dapat memberikan informasi yang saya butuhkan untuk penelitian ini. Informasi yang bapak/ibu sampaikan hanya akan digunakan untuk kepentingan studi dan tidak akan disebarkan ke pihak lain. Atas bantuan bapah/ibu, saya ucapkan terima kasih. Nama Pewawancara : No HP : Hari/Tgl : Tempat wawancara : I. Data Responden Nama Responden :............................................. No HP Responden :............................................. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Umur Responden :...............................tahun Pendidikan terakhir yang diperoleh : a. Formal : 1) Tidak pernah sekolah 2) SD/Sederajat 3) SLTP/Sederajat 4) SLTA/Sederajat 5) Perguruan Tinggi b. Non Formal 1) Ya, Jika ya sebutkan : kursus/pelatihan …………………… 2) Tidak 6. Jumlah tanggungan anggota keluarga : ......................orang II. Karakteristik Usaha Bakso 1. Sudah berapa lama bapak/ibu berdagang bakso? ..........................tahun 2. Dimana tempat bapak/ibu berjualan bakso? a). Pasar c). Pinggir jalan raya b). Keliling d). lainnya, sebutkan . . . . . . 1. 2. 3. 4. 5.
3. Apakah berdagang bakso merupakan mata pencaharian utama? (Ya/Tidak) Jika Ya, apa pekerjaan tambahan yang bapak/ibu lakukan? a). Petani c). Karyawan b). Buruh d). lainnya, sebutkan . . . . . .
26
Jika Tidak, apa pekerjaan utama yang bapak/ibu lakukan? a). Petani c). Pegawai Negeri b).Buruh d). lainnya, sebutkan . . . . . . sudah berapa tahun bapak/ibu melakukan pekerjaan itu? . . . . . tahun 4. Apakah bapak/ibu pernah mengikuti kursus/pelatihan/seminar mengenai usaha bakso? a. Tidak pernah b. Ya, sebutkan berapa kali . . . . . . . 5. Jika tidak pernah, darimana bapak/ibu belajar membuat bakso? a) Teman sejawat c). Keluarga b) Coba-coba d). Lainnya, Sebutkan . . . . . 6. Sebelum bapak/ibu mengelola usaha bakso, apakah bapak/ibu pernah berpengalaman sebagai pedagang (selain berdagang bakso)? a) Tidak b) Ya, Sebutkan . . . . . . 7. Sarana apa yang bapak/ibu gunakan untuk berjualan bakso? a) Gerobak c). Kios b) Sepeda d). Lainnya, sebutkan . . . . . 8. Bagaimana status kepemilikan gerobak/kios untuk berdagang bakso? a) Milik Sendiri c). Pinjam dari orang lain b) Sewa d). Lainnya, Sebutkan . . . . . 9. Darimanakah sumber modal untuk menjalankan usaha bakso? a) Modal sendiri c). Orang tua (Usaha Keluarga) b) Modal sendiri dan Pinjamand). Sistem Bagi hasil dengan pemilik modal 10. Berapa modal awal yang bapak/ibu keluarkan? Modal Sendiri Rp...................................... Modal pinjaman Rp....................... dengan tingkat suku bunga.........% Lainnya.............................................................. 11. Bagaimana bapak/ibu memperoleh bakso yang akan dijual ke konsumen? a) Membuat Sendiri c). Membeli dari pemasok b) Membelinya di pasar d). Lainnya, Sebutkan ...................... 12. Jenis tenaga kerja yang dipakai adalah : a) Tenaga kerja sendiri (keluarga) b) Tenaga kerja harian c) Karyawan tetap 13. Berapa orang tenaga kerja yang digunakan dalam usaha dagang yang anda lakukan? a). 2 orang b). 2-5 orang c). > 5 orang 14. Berapakah upah/gaji yang anda bayarkan untuk tenaga kerja? Rp................. per......... 15. Apakah bapak/ibu memiliki catatan mengenai pengeluaran dan pemasukan secara rutin untuk usaha bakso yang dikelola? a). Ya, Selalu b). Ya, kadang-kadang c). Tidak Pernah Apakah bapak/ibu membuat rekapitulasi keuangan pada akhir suatu periode (misalnya 1 tahun)? Ya/Tidak Jika ya, catatan apa saja yang selalu ditulis?.................... 16. Berapa penerimaan atau pendapatan rata-rata bapak/ibu? Dari usaha bakso ...............................................per................................. Dari usaha lain ..................................................per.................................
27 17. Berapa pengeluaran bapak/ibu? Untuk usaha bakso ...............................................per....................... Diluar usaha bakso a) Makan :................................per.............. b) Listrik :................................per.............. c) Kesehatan :................................per.............. d) Pendidikan :................................per.............. e) Sedekah/infaq/sumbangan :................................per.............. f) Lainnya :................................per.............. 18. Berapa alokasi waktu yang bapak/ibu gunakan untuk usaha bakso? . …......jam/hari 19. Kapan biasanya bapak/ibu tidak berjualan bakso? a) Hari besar keagamaan b) Hari libur nasional c) Lainnya,…………… III. Screening 1. Apakah bapak/ibu menggunakan jasa lembaga keuangan ? a) Ya b) Tidak Jika Ya, Lembaga keuangan apakah yang digunakan? a) Lembaga keuangan Syariah b) Lembaga keuangan konvensional Jika Tidak, seandainya bapak/ibu ingin menggunakan jasa lembaga keuangan, lembaga keuangan apa yang akan digunakan? a) Lembaga keuangan Syariah b) Lembaga keuangan konvensional IV. Preferensi Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberi tanda (v) pada pernyataan yang anda pilih. Keterangan: SS : Sangat Setuju TP : Tidak pernah S : Setuju J : Jarang RR : Ragu-Ragu KK : Kadang-kadang TS : Tidak Setuju SR : Sering STS : Sangat Tidak Setuju SL : Selalu Alasan anda memilih lembaga keuangan syariah, silahkan isi tabel di bawah ini : No Pengetahuan SS S RR TS 1 Riba tidak diperbolehkan/diharamkan dalam Islam 2 Berdasarkan fatwa ulama, bunga bank termasuk riba Lembaga keuangan syariah menyediakan pinjaman 3 bebas bunga. Lembaga keuangan syariah menggunakan akad-akad 4 yang sifatnya bagi hasil. 5 Investasi/pembiayaan pada lembaga keuangan
STS
28
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
syariah diutamakan sektor ekonomi riel Citra Lembaga Lembaga Keuangan syariah dikenal banyak orang. Citra lembaga keuangan syariah dipandang baik oleh masyarakat luas. Lembaga Keuangan syariah melayani secara Professional. Lembaga keuangan syariah dipercaya masyarakat. Masyarakat senang menggunakan jasa lembaga euangan syariah Religiusitas SL Saya membaca buku-buku yang berhubungan dengan keagamaan. Saya membayar zakat, infaq, dan sedekah Saya meluangkan waktu untuk memahami keyakinan saya Agama sangat penting bagi saya karena dapat menjawab berbagai pertanyaan mengenai makna kehidupan Kepercayaan agama saya selalu melatarbelakangi segala aktivitas yang saya lakukan Saya merasa senang ketika berinteraksi dengan sesama muslim Keyakinan agama saya selalu memengaruhi saya dalam mengambil suatu keputusan dalam hidup Sangat penting bagi saya untuk mengevaluasi diri saya sehingga tidak melenceng dari ajaran agama Saya merasa senang ketika mengerjakan kegiatan yang diperintahkan agama Saya cukup mengetahui informasi mengenai dunia keIslaman
SR
KK
J
TP
29 Lampiran 2 Hasil uji regresi
30 Lampiran 3 Data Responden Data Karakteristik Responden Pedagang Bakso di Kabupaten Wonogiri Tahun 2016
No
Jenis Kelamin
Usia (tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki
50 40 43 45 33 50 26 45 27 36 41 45 55 45 30 46 24 38 45 35 35
22
Laki-Laki
42
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki
30 44 25 57 43 54 36 36 43 55 55 50
Pendidikan SD SMP SMP SMA SMA SD SMA SMA S1 SMA SMA SD SD SD SMA SD SMP SMA SD SD SD Tidak Sekolah SMP SD SMP SD SMP SMP SMP SMA SMA SD SD SD
Lama Usaha (tahun) 10 2 21 3 16 7 7 13 6 3 2 15 15 23 8 3 4 6 25 20 5
Pendapatan (rupiah) 9000000 6000000 750000 2000000 1000000 3000000 15000000 15000000 3000000 9000000 1255000 1500000 1500000 6000000 1500000 6000000 3000000 6000000 1000000 6000000 7500000
20
1500000
10 30 5 16 15 18 0.25 6 3 15 20 38
3000000 9000000 8000000 15000000 12000000 1500000 6000000 15000000 1500000 6000000 4500000 34500000
31 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki
38 40 47 50 36 31 37 48 30 43
SMA SD SD SD SMP SMP SD SMA SMA SMP
12 26 30 31 15 10 10 5 5 20
120000000 6000000 30000000 9000000 45000000 4500000 6000000 6000000 4500000 6000000
33
Variabel Citra Lembaga
34
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Wonogiri Jawa Tengah pada tanggal 18 Oktober 1994. Penulis merupakan anak pertama dari ayah bernama Ahmad Zarif dan ibu bernama Darmi. Penulis memulai pendidikan di TK Mamba’ul Hikmah dan melanjutkan pendidikan SD N V Kerjolor dan menyelesaikan pada tahun 2006. Penulis melnjutkan pendidikan menengah pertama di SMP IT Al Huda Wonogiri dari tahun 2006 hingga 2009. Setelah lulus sekolah menengah pertama, penulis melanjutkan pendidikan di SMA IT Nur Hidayah Sukoharjo pada tahun 2009 dan pada tahun 2012 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguuan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tulis di program studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam tahun ajaran 2014/2015 dan 2015/2016. Penulis pernah meraih juara 3 pada lomba Mujawwad se TPB pada tahun 2012 dan juga menjadi finalis dalam MTQ IPB cabang Cerdas Cermat Qur’an tahun 2015. Penulis juga aktif pada kepengurusan BEM TPB angkatan 49 masa kepengurusan 2012/2013 sebagai staff departemen Advokasi, LDK Al Hurriyyah masa kepengurusan 2012/2013 sebagai staff departemen Kajian Strategis dan masa kepengurusan 2013/2014 sebagai staff ahli, staff Bina Baca Qur’an (BBQ) Asrama masa kepengurusan 2012/2013, dan Senior Resident Asrama PPKU IPB masa kepengurusan 2014/2015 dan 2015/2016. Penulis aktif pada beberapa kepanitiaan, yaitu MPKMB 50 sebagai pendamping kelompok, SALAM ISC Al Hurriyah sebagai sekretaris bagian layanan informasi, dan kepanitiaan acara asrama.